Jurnal Aqidah Dan Filsafat Islam, Vol.2 No,1 (2017) 113 STUDI ANALISIS TERHADAP PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID TENTANG AGAMA Alif
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk brought to you by CORE Jurnal Aqidah dan Filsafatprovided Islam, by eJournal Vol.2 of Sunan No,1 Gunung (2017) Djati State Islamic University (UIN) STUDI ANALISIS TERHADAP PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID TENTANG AGAMA Alif Pratama Susila Jurusan jurusan Aqidah dan Filsafat Islam Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung e-mail: [email protected] Abstrak Sosok Abdurrahman Wahid merupakan sosok yang unik dan pemikirannya tergolong tipikal. Bagi kebanyakan orang, beliau dikategorikan sebagai cendikiawan inovatif yang melahirkan banyak karya intelektual, diantaranya pemikiran mengenai tentang agama. pertama, pengertian agama menurutnya mengarahkan kepada konsep kontrak sosial dalam kehidupan masyarakat agar mampu membangun kehidupan yang lebih baik. Kedua, makna agama berfungsi sebagai panduan dan solusi untuk setiap masalah yang tumbuh di tengah kehidupan manusia. Ketiga, tujuan agama adalah untuk memuliakan manusia, karena agama memanifestasikan manfaat dan kemakmuran dan memberikan kemudahan dalam hidup mereka, tidak memberikan kesulitan, apalagi intimidasi, teror, dan sebagainya. Keempat, kebenaran agama diarahkan pada penciptaan tatanan sosial, karena menurutnya agama mengajarkan moral dan tatanan kehidupan lainnya. Jika nilai agama tidak muncul dalam kehidupan, itu berarti bahwa ia belum menemukan kebenaran agama sebagai makhluk hidup. Hal yang paling penting, menurutnya, adalah bahwa pemahaman orang tentang kebenaran agama dibangun di atas realitas empiris dalam pengalaman hidup manusia. Key Word : Abdurahman Wahid, Agama, Tauhid 113 Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam, Vol.2 No,1 (2017) I. Pendahuluan Dapat diungkapkan dengan jelas oleh Abdurrahman Wahid. Dengan pemikirannya Perkembangan teknologi dan industri yang tajam tentang agama. Ia mengarahkan akan menyebabkan pola kehidupan pemikiranya pada sikap inklusif dalam material fisik, tetapi sekaligus mengubah hidup beragama. Bagi Abdurrahman Wahid, pola kehidupan manusia serta pribadi dan untuk menciptakan keharmonisan antara sosial. Juga, kebutuhan mental dan spiritual umat beragama di Indonesia, tidak cukup telah diabaikan, dan bahkan telah ditantang hanya saling menghormati atau hanya setiap hari. Situasi ini disebabkan oleh tenggang rasa satu dengan yang lain. Dalam fakta bahwa agama adalah pandangan hubungan antar umat beragama itu, haruslah bahwa manusia harus memiliki diwujudkan pengembangan rasa saling cengkeraman yang tak terelakkan, stabil, pengertian yang tulus dan berkelanjutan, certainly, unfalsifiable, sementara yaitu perasaan saling memiliki (Sense of kehidupan manusia penuh Belonging) dalam kehidupan secara dengan perubahan, ketidakstabilan, kemanusiaan “ukhuwah basyariyah”.2 tidak pasti dan dapat dipalsukan. Dalam Abdurrahman Wahid yang serimg kesulitan apapun setiap orang harus disapa Gus Dur adalah seorang tokoh yang beradaptasi dengan lingkungan baru, dan tak pernah selesai. Meskipun jasadnya telah nilai-nilai lama yang ideal akan tetap wafat pada 30 Desember 2009 silam, namun menjadi panutan.1 Situasi ini merupakan pemikiran dan ajaran beliau masih hidup tantangan bagi peran agama untuk sampai sekarang. Bahkan, banyak orang, membimbing manusia sebagai makhluk baik Muslim maupun non-Muslim yang cerdas, sehingga misi misi dapat mengkaji dan mengamati pemikiran Gus dipertahankan. Demi menjalani hidup yang Dur. Mengamati pikiran Gus Dur memang lebih bermakna dalam kemajuan teknologi, menarik dan sulit pada saat yang bersamaan. manusia tetap menantikan layanan dan Menarik, karena idenya sangat sederhana, peran yang dapat memberikan agama bagi tetapi dapat mencapai wawasannya sendiri kehidupan manusia. dalam menganalisis masalah kehidupan di Kehidupan modern membutuhkan Indonesia dan di dunia. kemampuan intelektual untuk merespon secara positif dan kreatif terhadap II. Biografi Abdurrahman Wahid perubahan yang terjadi tanpa harus melepaskan diri dari substansi dan prinsip- Abdurrahman Wahid, yang sering prinsip universal agama. Orang-orang dipanggil Gus Dur, lahir pada 4 Agustus di Indonesia di sisi lain juga menuntut sikap desa Denanyar, Jombang, Jawa Timur. Dia keberagaman yang inklusif dan toleran. adalah anak keenam dari enam bersaudara Dengan menggunakan paradigma dan cucu dari pendiri organisasi Nahdlatul kontekstualisasi pemikiran klasik, sikap Ulama (NU), KH. Hasyim Asy Bapake tersebut, yaitu respon positif dan kreatif adalah KH. Wahid Hasyim, seorang Kyai terhadap perubahan dan sikap keberagaman yang pernah menjadi Menteri Agama. yang inklusif dan toleran. Ketika ibunya, Hj, Sholehah, adalah putri 1 M. Amin Abdullah, Teolopi Dan Filsafat Dalam Perspektif Globalisasi Ilmu Dan Budaya, Dalam Mukti Ali dkk., Agama Dalam Pergumulan Masyarakat 2 Abdurrahman Wahid, Bunga Rampai Pesantren, Kontemporer, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006), 267. (Jakarta: Darma Bhakti, 1994), 173 114 Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam, Vol.2 No,1 (2017) dari pendiri Pondok Pesantren Islam anak perempuan: Alisa, Yenny, Anita, dan Jombang, KH. Bisri Syansuri.3 Inayah.5 Meskipun Gus Dur merayakan ulang Sebagaimana kebanyakan santri Jawa, tahunnya pada tanggal 4 Agustus, termasuk atau kaum muslim ortodoks (yang teman-teman dan keluarga yang telah merupakan mayoritas pemeluk Islam menyelenggarakan pesta ulang tahun di Indonesia, yang dalam praktik keislaman Istana Bogor, 4 Agustus 2000, tidak tahu mereka biasa dinamakan kaum abangan), bahwa ulang tahun Gus Dur tidak ada pada Gus Dur menggunakan nama ayahnya tanggal tersebut. Seperti dalam kehidupan setelah namanya sendiri. Sesuai dengan dan kepribadian, ada banyak hal yang tidak kebiaasan Arab, ia adalah Abdurrahman terlihat. Gus Dur lahir pada hari keempat ‘putera’ Wahid, sebagaimana ayahnya, bulan kedelapan. Namun, perhatikan Wahid adalah ‘putera’ Hasyim. Akan tetapi bahwa tanggal tersebut adalah kalender sebagaimana juga kebanyakan orang Islam, Gus Dur lahir pada bulan April, sebayanya, nama kelahiran resminya bulan kedelapan dalam kalender Islam. berbeda lagi. Mungkin Wahid Hasyim, Memang benar bahwa 4 April 1940 sebagai seorang ayah sangat girang dengan larangan itu adalah 7 September. Gus Dur kehadiran anak pertamanya. Ia di penuhi lahir di Denayar, di kota Jombang, Jawa rasa optimisme seorang ayah, atau mungkin Timur, di sebuah rumah pesantren bersama dia memiliki kemampuan melihat masa ibunya, Kiai Bisri Syansuri.4 depan. Bagaimana pun nama yang diberikan Gus Dur lahir di sebuah keluarga kepada anak pertamanya ini, Abdurrahman yang sangat dihormati di komunitas ad-Dakhil, adalah nama yang berat, untuk Muslim di Jawa Timur. Secara genetis, anak mana pun. Ad-Dakhil, yang diambil Abdurrahman berasal dari "darah biru" dari nama salah seorang pahlawan dari dan, menurut Clifford Geertz, ia memiliki dinasti Umayyah, secara harfiah berarti kelas dan kelas siswa pada saat yang sama. “Sang Penakluk”.6 Terlepas dari ayah dan ibu dari ayahnya. Kakeknya KH. Hasyim Asy & Apos; Ari, III. PANDANGAN pendiri Nahdlatul Ulama (NU), ketika ABDURRAHMAN WAHID TERHADAP kakeknya, KH. Bisri Syansuri, sebagai PENGERTIAN, MAKNA, TUJUAN, guru pertama dari sekolah asrama untuk DAN KEBENARAN AGAMA mengajar kelas wanita. Pak Gus Dur, KH. Wahid Hasyim, terlibat dalam gerakan A. Pengertian Agama nasionalis dan menjadi Menteri Agama 1. Pengertian agama pada tahun 1949. Ibunya adalah Hj. Menurut Gus Dur dalam perspektif Sholehah, adalah putri dari pendiri junta Islam, Islam lahir sebagai agama hukum. Pondok Pesantren Denanon Jombang. Hukum adalah aturan, dan mereka yang Saudara-saudaranya adalah Shalahudin melakukannya disebut hakim. Aturan Wahid dan Lili Wahid. Dia menikah tertinggi, yang memiliki kemampuan untuk dengan Sinta Nuriah dan memiliki empat memaksa adalah hukum. Jelas bahwa dalam Islam, aturan permainan dibuat oleh agama 3 Badiatul Roziqin, dkk., 101 Jejak Tokoh Islam 5 Abudin Nata, Tokoh-Tokoh Pembaruan Pnedidikan Indonesia (Yogyakarta: e-Nusantara, 2009), 36. Islam di Idonesia (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), 4 Greg Barton, Biografi Gus Dur (Cet. II; 33. Yogyakarta: LKis, 2003), 25. 6 Greg Barton, Biografi Gus Dur, 35. 115 Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam, Vol.2 No,1 (2017) supremasi tertinggi. Tidak ada yang bisa Dari semua ini, tampaknya membicarakannya.7 hubungan antara agama dan demokrasi Formula formulasi yang paling berkembang dengan lancar, dan secara sederhana, apa yang digunakan (mengejar alami ketika agama memainkan peran kemuliaan atau pertentangan), harus transformatif dalam kehidupan manusia, dasarkan. Manifestasi mempertahankan tetapi dalam kenyataannya, perkembangan hak asasi manusia dan mengembangkan yang terjadi tidak mendukung asumsi- struktur komunitas yang adil dalam asumsi ini. masyarakat di masyarakat. Selain itu, Salah satu alasan untuk agama terkadang harus menyerah. Terlepas menghalangi gerakan demokratisasi antara dari visi naturalis tentang menghormati lembaga agama dan kelompok berbeda dari martabat manusia.8 yang diadopsi oleh keduanya. Agama Dari penjelasan di atas, Abdurrahman dimulai dengan pandangan normatif dari menyatakan bahwa agama berasal dari Alkitab.9 Apalagi jika masalahnya terlihat langit, tetapi agama itu bersifat dialektika dalam bentuk hukum agama. Hukum dengan lingkungan di mana keturunan agama memiliki sifat kekal, karena itu agama. Agama itu seperti air ketika bisa didasarkan pada kitab suci yang kekal, bergerak. Agama tidak memiliki bentuk mengubah hukum agama sama dengan yang pasti, agama adalah nilai yang dapat membatasi tulisan suci, dan secara alami dilakukan. mengganggu kebenaran yang diberikan