Jurnal Professional FIS UNIVED Vol. 5 No. 1 Juni 2018

NILAI KERUKUNAN DAN KEKELUARGAAN ETNIS JAWA DALAM TRADISI AMONG-AMONG (Studi Pada Etnis Jawa Di Desa Magelang Kecamatan Kerkap Kabupaten Bengkulu Utara)

Oleh:

Yatiman, Anis Endang SM, Sri Narti

Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial Universitas Dehasen Bengkulu

ABSTRACT

The tradition among all is a Javanese tradition carried out to commemorate the birthday of someone in the Javanese calendar. One of the Javanese who still carries out the traditions among the Javanese is in Magelang Village, Kerkap District, North Bengkulu Regency. This study aims to examine the value of harmony and family values of ethnic Javanese in the tradition of among those in the village of Magelang. The method of this research is qualitative research using Roland Barthes's semiotic analysis. Determination of informants in this study was purposive sampling and data collection using observation, in- depth interviews and documentation. Based on the results of the study, it can be seen that Charcoal (symbolizing the furnace in the kitchen), money (all human needs purchased with money), rice (indicating cooked food), banana leaves (as a base for eating), red porridge (symbolizing maternal blood), porridge white (symbolizing father's sperm cells), fern leaves (as traditional medicine), dadap leaves (as traditional medicine when children are sick), eggs (as the center in ngepong emong), and urap (symbolizing ancient simplicity), while developing myths about the tradition of among the people is that this tradition is carried out to ask for the safety of the child to avoid being disturbed by supernatural beings. The value of harmony and family values of Javanese ethnic in Magelang Village are maintained and intertwined with the implementation of these traditions. The community still adheres to the philosophy "manganese manganese is important to collect" to become their foundation in maintaining harmony and kinship between them.

Keywords: tradition, ethnicity, value of harmony and family values

PENDAHULUAN sebagai alat pemersatu, sebab dari Masyarakat sejak dulu perbedaan-perbedaan yang ada tiap sudah dikenal sangat heterogen dalam masyarakat akan saling menghargai berbagai aspek, seperti adanya budaya yang satu dengan yang keberagaman suku bangsa, agama, bahasa, lainnya. Tidaklah asing bagi kita sebagai adat istiadat dan sebagainya. Banyaknya warga Negara Indonesia dengan adanya keanekaragaman budaya di Indonesia perbedaan budaya di kalangan masyarakat memberikan gambaran bahwa setiap suku kita, karena mengingat begitu luasnya yang ada memiliki identitas dan ciri khas wilayah Indonesia. yang menunjukkan perbedaan-perbedaan Budaya merupakan suatu cara dari setiap suku. Perbedaan ini bukan hidup yang berkembang dan dimiliki untuk hal yang menjatuhkan melainkan bersama oleh sebuah kelompok orang dan 32

Jurnal Professional FIS UNIVED Vol. 5 No. 1 Juni 2018 diwariskan dari generasi ke generasi melaksanakan tradisi-tradisi tersebut akan (Mulyana, 2005:237). Ketika seseorang terhindar dari ganguan-ganguan makhluk berusaha berkomunikasi dengan orang- lain, terjaga keselamatannya dan terhindar orang yang berbeda budaya dan dari marabahaya. menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, Padahal yang kita ketahui bersama disitulah dibuktikan bahwa bahwa di era sekarang ini, masyarakatnya sebenarnya budaya itu juga dipelajari. sudah modern dan untuk tradisi sudah Setiap budaya yang ada di mulai luntur kerena dalam tradisi memiliki Indonesia memiliki tradisi masing-masing. banyak proses. Namun berbeda dengan Tradisi-tradisi yang telah ada bukan berarti masyarakat di Desa Magelang karena tidak memiliki makna, melainkan sudah sampai saat ini mereka masih tetap memiliki makna dan tujuannya yang akan melaksanakan tradisi Jawa di tengah dicapai karena memiliki keinginan terpaan budaya-budaya lain. Salah satu bersama antar masyarakat. Timbulnya bentuk tradisi yang masih terus tradisi dalam kelompok manusia atau dilaksanakan adalah tradisi among-among. masyarakat dianggap baik oleh masyarakat Tradisi among-among biasa dilakukan itu sendiri dan itu akan menjadi warisan oleh masyarakat Jawa pada saat terhadap keturunannya (repository.2014). memperingati hari kelahiran bayi (Nepton) Tradisi-tradisi yang turun-temurun inilah dalam penanggalan Jawa. Among-among yang nantinya lahir menjadi sebuah biasa dilakukan oleh masyarakat tanpa ada budaya yang menjadi identitas suatu batasan sampai umur berapa bayi tersebut. masyarakat tertentu (repository.2014). Namun biasanya among-among Tradisi-tradisi seperti upacara tradisional, dilaksanakan mulai dari bayi berumur 40 tari-tarian, lagu-lagu, permainan hari sampai 4-5 tahun tergantung dari tradisional serta olahraga tradisional kebutuhan dan kemampuan orang tuanya seluruhnya merupakan warisan leluhur untuk membuatkan among-among. Jika di yang harus dilestarikan dan dijaga Desa Magelang among-among juga keberadaannya. dilaksanakan untuk seseorang yang Salah satu contoh masyarakat yang usianya sudah dewasa, bukan hanya untuk sampai saat ini masih tetap melestarikan bayi sebagaimana umumnya, tergantung tradisi leluhur adalah masyarakat Jawa. dengan kebutuhan. Orang Jawa masih sangat melestarikan Secara singkat dapat digambarkan tradisi warisan dari nenek moyang untuk bahwa tradisi among-among adalah tradisi menghormati leluhur dan sebagai penguat makan bersama yang dilakukan oleh anak- nilai-nilai budaya dan adat istiadat yang anak. Cara makannya pun berbeda dengan ada. Bukan hanya masyarakat Jawa yang cara makan kita pada umumnya. Pada ada di pulau asalnya saja yang masih terus tradisi among-among ini seluruh makanan melestarikan atau melaksanakan adat- dimasukkan kedalam satu piring. Didalam istiadat ini. Masyarakat Jawa yang ada di piring tersebut ada nasi, (sayuran), Pulau Sumatera seperti di Provinsi daun pakis (daun paku), daun dadap, telur Bengkulu tepatnya di Desa Magelang yang dibelah menjadi beberapa bagian dan Kecamatan Kerkap Kabupaten Bengkulu lauk pauk lainnya serta bubur yang Utara yang berasal dari transmigrasi diletakkan di sebelah piring tersebut. Tidak Magelang Jawa Tengah ini juga masih lupa juga alas yang digunakan adalah daun terus melaksanakan tradisi-tradisi warisan pisang, dimana dibawah daun pisang leluhur. Sebagai salah satu daerah di tersebut dimasukkan beras secukupnya, Provinsi Bengkulu dengan mayoritas arang kayu serta uang. penduduk suku Jawa, masyarakat Desa Disetiap peralatan serta bahan- Magelang percaya bahwa dengan bahan yang digunakan selalu mempunyai 33

Jurnal Professional FIS UNIVED Vol. 5 No. 1 Juni 2018

makna tersendiri. Terkesan proses tradisi digunakan metode analisis semiotik yaitu among-among ini sangatlah susah, mulai metode yang menganalisis tentang tanda. dari persiapan memasak makanan untuk Metode analisis semiotik yang akan among-among, mengundang anak-anak digunakan dalam penelitian ini adalah untuk ngepong (meramaikan) among- metode pemikiran Roland Barthes. among hingga proses tradisi tersebut selesai. Sumber Data Di Desa Magelang sendiri, masih Sumber data yang digunakan banyak masyarakat yang melaksanakan menggunakan data primer dan sekunder. tradisi among-among namun mereka Data primer yang digunakan dalam kurang mengerti akan makna dibalik penelitian ini yaitu : semua itu. Selain itu, untuk di kota Bengkulu belum pernah dijumpai tradisi Informan kunci among-among ini, termasuk orang Jawa Informan kunci dalam penelitian yang menetap atau tinggal di Kota ini adalah Tumingin dan Kaminem sebagai tersebut. Masyarakat di perkotaan sesepuh dan lembaga adat Desa Magelang. cenderung lebih modern yang sedikit demi sedikit mulai meninggalkan tradisi warisan Informan pokok leluhur. Maka dari itu dalam penelitian ini Informan pokok dalam penelitian penulis merasa tertarik untuk mengangkat ini adalah masyarakat yang sedang judul penelitian yaitu “Analisis Nilai melaksanakan tradisi among-among untuk Kekeluargaan Dan Kebersamaan Etnis anaknya yaitu Sri Yanti dan Dewi Jawa Di Sumatera Dalam Tradisi Among- Murdaningsih. Among”. Dengan adanya penelitian ini akan terungkap nilai kekeluargaan dan Teknik Pengumpulan Data kebersamaan yang terkandung dalam Teknik pengumpulan data yang proses serta simbol yang digunakan dalam dilakukan yaitu dengan wawancara, tradisi among-among ini, serta diharapkan observasi dan dokumentasi. kepada para pembaca tetap melestarikan budaya atau tradisi warisan Teknik Analisa Data leluhur kita. Teknik analisis yang digunakan Penelitian ini menggunakan yaitu analisis semiotik. Lalu dari analis analisis semiotika Roland Barthes, yang tersebut dibuat analisis deskritifnya dari terdiri dari tiga tingkatan yaitu denotasi, makna denotasi dan konotasi. Langkah- konotasi dan mitos. Analisis semiotika di langkah yang di ambil dalam menganalisa rasa sebagai metode yang paling tepat data adalah sebagai berikut: untuk mengetahui nilai kekeluargaan serta kebersamaan yang terkandung pada tradisi Menganalisis makna denotasi dan among-among di Desa Magelang konotasi serta mitos dari tradisi among- Kecamatan Kerkap Kabupaten Bengkulu among tersebut. Utara. Pada tahap denotasi penulis menganalisis bagian-bagian yang ada pada METODE PENELITIAN tradisi among-among tersebut. Dalam Dalam penelitian ini, peneliti tradisi tersebut terdapat bubur berwarna menggunakan metode penelitian kualitatif. merah dan putih, kemudian nasi, kuluban Fokus kajian penelitian ini adalah ingin (sayuran), daun paku dan daun dadap, mengetahui nilai kerukunan dan kering, telur, arang, uang loga, kekeluargaan masyarakat Jawa dalam serta beras. Penulis menganalisis satu tradisi among-among. Pada penelitian ini, persatu, mulai dari warna serta bentuk. 34

Jurnal Professional FIS UNIVED Vol. 5 No. 1 Juni 2018

Setelah itu penulis juga menganalisis tahap simbol yang ada pada tradisi among- konotasi. Pada tahap konotasi penulis among. Karena itu menurut peneliti jenis akan menganalisis makna dibalik bagian- penelitian kualitatif adalah penelitian yang bagian dari tradisi among-among dengan tepat untuk digunakan. Kedua, model menambahkan semua gambaran, ingatan Roland Barthes yang di pilih. Karena serta perasaan yang ditimbulkan ketika model inilah yang memberikan kedalaman melihat bagian-bagian dari tradisi tersebut. ketika memaknai sebuah tanda dalam tradisi. Menganalisis nilai kerukunan dan Dari hasil penelitian ini, ditemukan kekeluargaan masyarakat Jawa dalam adanya makna yang mencakupi denotasi, tradisi among-among. konotasi dan mitos. Berdasarkan teori Dengan mengikuti proses dari semiotik Roland Barthes kemudian tradisi among-among ini, penulis dapat peneliti akan menganalisis penelitian ini melihat dibagian mana saja yang terdapat berdasarkan tanda, mulai dari makna yang nilai kerukunan dan kekeluargaan berdasarkan apa yang nampak (Denotasi), masyarakat Jawa.. makna mendalam yang berkaitan dengan pemahaman ideologi dan cultural HASIL PENELITIAN DAN (Konotasi), dan makna hubungan konotasi PEMBAHASAN dan denotasi secara mendalam (Mitos). Dalam hal ini, peneliti Hasil penelitian yang ditemukan menggunakan teori Roland Barthes yang bahwa Desa Magelang adalah desa yang dikenal sebagai salah satu pemikir mayoritas masyarakatnya Suku Jawa. strukturalis yang sering mempraktekkan Keturunan Jawa mereka berasal dari orang model linguistic dan semiologi Saussure. tua yang memang berasal dari Magelang Teori Barthes menjelaskan dua tingkat Jawa Tengah. Di Desa Magelang ini sudah pertanda yaitu denotasi dan konotasi. terbentuk suatu lembaga yang mengurusi Denotasi adalah hubungan eksplisit antara tentang tradisi yaitu Lembaga Adat Desa. tanda dan referensi atau realitas dalam Lembaga adat desa ini sudah terbentuk pertandaan, sedangkan konotasi adalah sekitar satu tahun. Lembaga adat ini aspek makna yang berakitan dengan mengurusi semua yang berkenaan dengan perasaan dan emosi serta nilai-nilai tradisi, dalam hal ini tradisi Jawa. Salah kebudayaan dan ideologi. Tujuan satu tradisi Jawa yang masih tetap terus menggunakan teori ini adalah untuk dilaksanakan adalah tradisi among-among. mengkaji makna tanda-tanda dalam tradisi Tradisi ini sudah dilaksanakan semenjak among-among di desa magelang Desa Magelang ini ditransmigrasikan dari Kecamatan Kerkap Kabupaten Bengkulu Magelang Jawa Tengah ke Provinsi Utara. Dimana dengan pemaknaan dua Bengkulu. tahap denotasi dan konotasi yang Berdasarkan hasil penelitian, digunakan oleh Roland Barthes dapat masyarakat Desa Magelang melaksanakan memberikan makna pada sebuah tanda tradisi among-among disetiap hari nepton berdasarkan kebudayaan yang melatar anak. Nepton seseorang tersebut dapat belakangi munculnya makna tersebut. diketahui berdasarkan perpaduan hari Dengan demikian makna pada tataran dalam Jawa dengan hari pada umumnya. mitos dapat dikemukakan sesuai dengan Jumlah hari dalam Jawa hanya berjumah 5 keunggulan semiotik Roland Barthes yang hari (legi, pahing, pon, wage, kliwon), terkenal dengan elemen mitosnya. Alasan berbeda dengan jumlah hari pada digunakan penelitian ini, pertama bahwa umumnya yang memiliki jumlah 7 hari objek yang akan dikaji untuk diungkap (senin, selasa, rabu, kamis, jumat, sabtu, maknanya adalah tanda, lambang, bahkan dan minggu). Siklus penanggalan Jawa ini 35

Jurnal Professional FIS UNIVED Vol. 5 No. 1 Juni 2018 berjumlah 35 hari yang disebut dengan sduah dewasa dan berumah tangga pasti pasaran. Maka disetiap 35 hari sekali akan akan ada perapian di dapur. Perapian itu ada hari nepton seseorang. bisa berupa tungku dengan cara memasak Tradisi among-among ini tradisional maupun tungku dengan kompor dilaksanakan rutin mulai dari hari gas. Beras melambangkan yang akan kelahiran anak itu sampai umur 3 bulan. dimasak, baik itu nasi maupun sayur Setelah sampai umur 5 tahun biasanya mayur. Sedangkan uang digunakan sebagai dilaksanakan dalam satu tahun satu kali. uang wajib. Dalam hal ini uang digunakan Bukan hanya sampai lima tahun saja, sebagai pengganti jika ada barang-barang namun terkadang sudah dewasa pun masih atau bahan-bahan yang digunakan tidak tetap dibuatkan among-among dan itu tersedia maka dengan uang tersebut bisa tergantung kebutuhan. Alasan tradisi ini mencari sendiri. Berbeda lagi dengan daun masih terus dilakasanakan adalah untuk pisang yang digunakan sebagai alas meminta keselamatan, kesehatan dan pembatas antara nasi serta sayur yang dijauhkan dari makhluk gaib serta berada dibagian atas dengan arang, beras marabahaya terutama ketika anak tersebut dan uang yang ada dibagian bawah. Selain sedang sakit. Ketika seorang anak itu, tata cara peletakan dalam tradisi mendekati hari nepton biasanya anak lebih among-among ini daun pisang yang rewel maka dari itu dibuatkanlah among- memiliki serbuk putih seperti bedak itu among ini. dibagian atas sedangkan jika bagian daun Secara umum tradisi among-among yang hijau pekat dibagian atas maka itu adalah Tradisi yang dilaksanakan untuk digunakan untuk mendoa orang yang memperingati hari kelahiran seseorang sudah meninggal. dalam penanggalan Jawa. Dalam Selanjutnya adalah bubur merah. penanggalan Jawa itu hanya memiliki 5 Bubur merah yang terbut dari beras yang hari yaitu wage, kliwon, pahing, pon , legi. dimasak sedikit lama hingga menjadi Berbeda dengan hari nasional yang bubur. Tidak lupa juga ditambahkan gula biasanya ada 7 (Senin, Selasa, Rabu, merah sebagai pewarna. Warna merah Kamis, Jumat dan Sabtu). Among-among pada bubur ini melambangkan darah yang merupakan bentuk wujud rasa syukur keluar ketika seorang ibu melahirkan orang tua kepada leluhur. Di era sakarang seorang anak. Jadi secara umum bubur ini tradisi among-among mirip dengan merah itu melambangkan roh seorang ibu. birthday party karena tujuannya untuk Berbeda dengan bubur merah, bubur putih memperingati hari kelahiran seseorang, itu melambangkan roh seorang bapak. yang membedakan adalah proses Warna putih pada bubur ini diibaratkan pelaksanaannya. Dalam tradisi among- sebagai sel sperma seorang bapak atau among menggunakan nasi yang diberi ayah. Mereka berdualah yang kemudian sayur mayur, tidak lupa juga di doakan merawat dan membesarkan kita hingga oleh sesepuh atau orang tua anak yang di kita dewasa. Jika daun pakis itu dipercaya among-among. Sedangkan jika dalam sebagai lambang ketenangan. Ketenangan birthday party menggunakan dan dalam hal ini agar tidak diganggu oleh menggunakan hiburan seperti organ makhluk gaib dan dijauhkan dari tunggal. Dalam tradisi among-among marabahaya. Setelah itu daun dadap, daun terdapat beberapa bahan yang digunakan dadap dipercaya sebagai lambang seperti arang, beras, uang, daun pisang, kesehatan. Dalam keseharian daun dadap bubur merah, bubur putih, daun pakis, digunakan sebagai media pengkompres daun dadap, telur, dan urap. jika seorang anak sakit atau demam. Arang dalam tradisi among-among Selanjutnya adalah telur, telur yang melambangkan bahwa nanti ketika kita dipotong menjadi 4 bagian ini 36

Jurnal Professional FIS UNIVED Vol. 5 No. 1 Juni 2018 melambangkan bahwa manusia yang hidup tersebut. Ketika memasaka mereka saling itu memiliki empat saudara yang tidak membagi tugas, ada yang mencari dan dapat dilihat oleh mata atau tak kasat mata. memarut kelapa, kemudian ada yang Dan yang terakhir adalah urap, urap adalah membersihkan -bumbu, dan ada jenis makanan yang terbuat dari campuran yang memasak bubur. Untuk bahan- sayur mayur yang dicarop atau bahannya pun jika orang yang ingin dicampurkan dengan parutan kelapa yang melaksanakan tradisi ini belum memiliki, sudah dibumbui. Dalam tradisi among- mereka membawakan dari rumah mereka among, urap melambangkan manusia yang masing-masing. Dari sini sudah terdapat berbeda-beda suku, agama serta ras namun nilai kekeluargaan diantara mereka dengan tetap nyarop atau nyampur antara satu rasa tanggung jawab sosial, karena pada sama lainnya. Perbedaan bukan menjadi dasarnya manusia adalah makhluk sosial alasan suatu perpecahan. yang saling membutuhkan bantuan orang Di era modern seperti saat ini, lain, rasa belas kasihan dan rasa begitu banyak budaya-budaya yang masuk kemurahan hati untuk saling tolong dan berkembang disuatu masyarakat yang menolong tanpa diminta bantuan. menyebabkan perubahan suatu tradisi. Setelah semua masakan selesai Namun berbeda dengan Etnis Jawa yang dimasak, hal yang dilakukan selanjutnya ada di Desa Magelang ini, mereka masih adalah mencari anak-anak yang diajak tetap melaksanakan suatu tradisi sesuai untuk mengepong atau mengelilingi tradisi dengan apa yang dulu pernah dilaksanakan among-among ini. Selain mengundang oleh para pendahulu mereka. Mereka tidak anak-anak, orang tua yang pernah merubah atau menambahkan menyelenggarakan tradisi ini juga bahan-bahan serta peralatan yang mengundang imam atau sesepuh untuk digunakan hingga dalam proses diminta tolong mendoakan dalam tradisi pelaksanaannya. Jika ada bahan-bahan among-among ini. Dalam tradisi ini, anak- yang susah atau sulit ditemukan seperti anak yang diundang adalah anak-anak daun dadap dan daun pakis, mereka tidak yang ada disekeliling rumah serta anak menggantinya dengan yang lain. Namun dari sanak saudara mereka sendiri. Setelah jika di Desa Magelang karena tradisi anak-anak berkumpul, kemudian mereka among-among sudah menjadi tradisi maka berdoa untuk keselamatan anak yang di mereka berinisiatif untuk menanam daun among-amongi tersebut serta berdoa untuk pakis dan daun dadap itu dipekarangan keselamatan keluarga mereka. Selanjutnya rumah sehingga ketika dibutuhkan akan adalah makan bersama dalam satu piring. mudah ditemukan. Dari proses pelaksanaan tradisi ini dapat Proses pelaksanaan tradisi among- dilihat bahwa keluarga penyelenggara among ini berawal dari memasak makanan dengan tetangga serta sanak saudara yang akan dimakan. Dalam proses berhubungan akur dan rukun. Terbukti memasak orang tua yang dengan mereka bersedia datang untuk menyelenggarakan tradisi among-among menghadiri pelaksanaan tradisi among- ini dibantu oleh sanak saudara dan among ini untuk anaknya. Mereka tetangga sekitar. Tetangga sekitar menghormati undangan yang ditujukan mengetahui bahwa orang tersebut hendak kepadanya dengan datang dalam acara melaksanakan tradisi among-among untuk tersebut. Mereka juga menghargai anaknya dari perbincangan yang mereka kebersamaan dengan makan satu piring sering lakukan sehari-hari. Kemudian bersama-sama. Walaupun yang datang itu sanak saudara dan tetangga membantu berasal dari suku Jawa, Rejang, dan memasak makanan yang dibutuhkan untuk Padang namun mereka tetap menghargai pelaksanaan tradisi ini di rumah orang kebersamaan itu tanpa adanya rasa malu, 37

Jurnal Professional FIS UNIVED Vol. 5 No. 1 Juni 2018 rasa jijik karena mereka makan dalam satu pengorbanan mereka sebagai tindakan piring secara bersama-sama. balas budi kita kepada mereka. Ketika dalam proses pelaksaannya, Pada telur juga terdapat nilai sesepuh atau orang tua yang dituakan kerukunan dan kekeluargaan yaitu telur dalam tradisi itu tidak menjelaskan kepada yang dibelah menjadi empat bagian ini anak-anak yang mengepong atau dipercaya sebagai “sedulur papat limo mengelilingi nasi among-among tersebut. pancer” yang mana kita sebagai seorang Mereka beranggapan bahwa jika di individu memiliki saudara gaib 4 orang jelaskan mereka juga belum mengerti yang akan selalu ada disamping kita. Maka karena masih terlalu dini. Karena masih dari itu kita dalam hidup berkeluarga harus terus dilaksanakan dan ditekankan kepada saling rukun tanpa adanya rasa berselisih, generasi penerus untuk tetap dilaksanakan harus sehati dan selaras sehingga maka secara otomatis mereka juga akan terciptanya keluarga yang didasarkan atas mengerti dengan sendirinya. Dengan rasa cinta. Selain itu urap juga memiliki penekanan untuk terus dilaksanakan maka nilai kerukunan dan kekeluargaan yang tradisi yang sudah turun-menurun ini tidak mana urap berasal dari berbagai jenis akan punah dan akan selalu ada untuk sayuran dan disatukan dengan kelapa generasi selanjutnya. parut. Seperti layaknya manusia yang Dalam tradisi among-among berasal dari berbagai suku dan agama serta terdapat beberapa nilai yang terkandung budaya yang berbeda namun tetap bisa seperti nilai kebersamaan, nilai saling bersatu, seperti contohnya dalam tradisi berbagi, nilai kerukunan, nilai ini. Mereka membantu memasak dan hadir kesederhanaan dan nilai kekeluargaan. dalam tradisi among-among walaupun Dalam penelitian ini, peneliti hanya mereka berbeda suku serta budaya. Mereka berfokus pada nilai kerukunan dan mmeiliki rasa tangguung jawab sosial yang kekeluargaan. Nilai-nilai terebut terdapat tinggi, keprihatinan terhadap sesame dan pada peralatan yang digunakan seperti beas kasihan yang mana itu sesuai dengan daun pisang dalam tradisi among-among indikator dalam nilai kekeluargaan. ini memiliki nilai kerukunan yang mana Mereka juga sehati dan selaras serta walaupun menjadi pembatas antara menerima da saling menghormati dan makanan yang ada diatas dan bahan-bahan menghargai sesama yang hal ini sesuai yang ada dibagian bawah, daun pisang dengan indikator dalam niai kerukunan. tetaplah menjadi kesatuan bahan yang Secara umum, nilai kerukunan digunakan. Seperti layaknya manusia, dalam tradisi ini terdapat pada tradisi dengan dipisah bukan berarti mereka makan bersama yang dilaksanakan. Makan pecah belah dan jika disatukan mereka bersama dalam satu piring dan saling tetaplah berbeda namun masih bisa saling berbaur dengan tetangga, teman serta manghargai dan mnghormati perbedaan keluarga itu melambangkan bahwa mereka serta tidak berselisih diantara mereka. saling akur antara satu dengan yang Selanjutnya bubur merah dan bubur putih lainnya. Bukan hanya itu saja, dengan yang memiliki nilai kekeluargaan. Bubur mengundang tetangga dan kerabat dekat merah melambangkan roh ibu dan bubur itu sudah menunjukkan bahwa diantara putih melambangkan roh bapak. Mereka mereka tidak terjadinya perselisihan atau lah yang nantinya akan merawat kita dan dengan kata lain sebagai tetangga mereka membesarkan kita hingga dewasa. Maka rukun dan akur. kita sebagai seorang anak harus patuh dan Sedangkan untuk nilai tidak boleh melawan orang tua. Mereka kekeluargaannya, tradisi ini menunjukkan telah banyak berkorban untuk kita, bahwa kasih sayang orang tua itu tidak sehingga kita harus selalu menghayati pernah hilang. Mereka selalu sayang 38

Jurnal Professional FIS UNIVED Vol. 5 No. 1 Juni 2018 kepada anaknya. Mereka selalu ingat (melambangkan darah ibu), bubur dengan hari-hari yang dianggap bersejarah putih (melambangkan sel sperma dan penting bagi seorang anak. Selain itu ayah), daun pakis (sebagai obat nilai kekeluargaannya adalah mereka tradisional), daun dadap (sebagai obat selalu bersama-sama dan bergotong- tradisional ketika anak sakit), telur royong dalam segala hal. Mereka saling (sebagai pusat dalam ngepong membantu dalam suka maupun duka. emong), dan urap (melambangkan Seperti halnya dalam tradisi among-among kesederhanaan zaman dahulu).. ini, mereka memasak dan mempersiapkan 2. Dengan adanya tradisi among-among secara bersama-sama. baik itu keluarga di desa Magelang, menunjukkan ataupun tetangga mereka saling bahwa masyarakatnya rukun dan akur membantu. Budaya gotong royong ini dengan tetangga serta sanak saudara, sampai saat ini masih terus dilaksanakan ini terlihat dari mereka yang baik itu dalam pelaksanaan sebuah tradisi, mengundang tetangga serta sanak resepsi pernikahan maupun dalam hal duka saudara untuk mengepong among- sekalipun. among, yang di undang pun juga Dengan masih tetap menganut menghormati dan menghargai filosofi Jawa “mangan ora mangan seng undangan tersebut dengan menghadiri penting kumpul” yang artinya makan tidak pelaksanaan tradisi tersebut. Dalam makan yang penting kumpul itu sudah proses masak-masak untuk menandakan bahwa masyarakat Jawa lebih pelaksanaan tradisi ini pun mereka mengutamakan kerukunan dan juga saling tolong-menolong dengan kekeluargaan dengan berkumpul bersama. alasan agar rasa kekeluargaan mereka Walaupun tidak makan-makan mereka semakin erat. Mereka juga sadar tetap berkumpul agar selalu terjaganya bahwa manusia adalah makhluk sosial kerukunan sehingga rasa kekeluargaan yang saling membutuhkan bantuan. mereka tetap terjalin. Mereka tidak Maka dari itu mereka saling tolong mengutamakan kepentingan individu menolong dalam segala hal. Walaupun dalam hal ini dilambangkan oleh tidak diminta tolong mereka rela “mangan” yang menunjukkan suatu menolong dengan ikhlas. kebutuhan mendasar suatu makhluk hidup. Sedangkan kerukunan dan kekeluargaan Saran adalah kebutuhan sosial masyarakat. Adapun saran yang dapat di Dengan demikian kebutuhan individu jika kemukakan dalam penelitian ini adalah perlu ditinggalkan demi kebutuhan sosial sebagai berikut ; tetap terjalin 1. Bagi masyarakat, agar dapat dijadikan wawasan dan ilmu bahwa tradisi PENUTUP adalah suatu warisan nenek moyang Kesimpulan yang perlu dilestarikan agar generasi Adapun hasil yang dapat penulis penerus kita masih bisa melaksanakan simpulkan dalam penulisan ini yaitu: dan melihatnya. Kemudian untuk 1. Dalam tradisi among-among, orang tua maupun sesepuh agar peralatan yang digunakan ada 10 jenis mengajarkan dan memberikan yang memiliki makna, yaitu arang pemahaman mengenai tradisi among- (melambangkan tungku di dapur), among ini kepada anak-anak agar uang (semua kebutuhan manusia di ketika mereka beranjak dewasa sudah beli dengan uang), beras (menandakan mengerti dan paham dengan makna makanan yang dimasak), daun pisang serta proses dalam tradisi ini. (sebagai alas makan), bubur merah 39

Jurnal Professional FIS UNIVED Vol. 5 No. 1 Juni 2018

2. Bagi penelitian yang akan datang, Kriyantono, Rachmat. 2008. Public hasil penelitian ini diharapkan dapat Relation Writing. Jakarta: dijadikan sebagai dasar Kencana Prenada pengembangan penelitian dimasa yang Latif, M. Syahbudin. 2000. Persaingan akan datang dengan menggunakan Calon Kepala Desa Di Jawa. pemikiran semiotik yang serupa, : Media Presindo ataupun menggunakan pemikiran Lubis, Ridwan. 2005. Cetak Biru Peran semiotik yang lain. Selain itu, Agama. Jakarta: Puslitbang penelitian yang serupa juga bisa Maryaeni. 2012. Metode Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan Kebudayaan. Jakarta: PT Bumi metode yang berbeda, misalnya Aksar dengan menggunakan metode Moloeng, Lexy J. 2002. Metodologi kuantitatif yang akan mengungkapkan Penelitian Kualitatif. Bandung: temuan-temuan yang lebih Remaja Rosdakarya komprehensif dan dapat digeneralisasi.

DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian:Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta Endraswara, Suwardi. 2003. Falsafah Hidup Jawa. Tanggerang: Cakrawala Gunasasmita, R. 2009. Kitab Primbon Jawa Serbaguna. Yogyakarta: Narasi Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta

40