KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya makalah ini dapat terselesaikan dengan baik, serta ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini.

Dalam makalah yang berjudul “Mengenal Sejarah ” dibuat agar sejarah- sejarah di tidak terlupakan.

Dalam pembuatan makalah ini, tentunya saya mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi dan saran, untuk itu rasa terimakasih saya sampaikan kepada : Dr. Agustinus Wisnu Dewantara, SS,M.Hum selaku dosen mata kuliah filsafat pancasila, kawan-kawan LMND yang telah banyak memberikan masukan makalah ini. Demikian makalah ini saya buat semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca, terimakasih.

Mengenal Sejarah Pancasila Page 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dasar negara sangat penting bagi suatu bangsa. Tanpa dasar negara, negara akan goyah, tidak mempunyai tujuan yang jelas dan tidak tahu apa yang ingin dicapai setelah negara tersebut didirikan. Sebaliknya dengan adanya dasar negara, suatu bangsa tidak akan terombang ambing dalam menghadapi berbagai permasalahan yang dapat datang darimana saja.

Kita sebagai bangsa Indonesia mengetahui bahwa dasar negara Indonesia adalah Pancasila. Pancasila adalah lima dasar, pancasila sebagai dasar negara memiliki sejarah yang tak lepas dari kemerdekaan Indonesia. Kita sebagai bangsa Indonesia harus mengenal sejarah pancasila.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang pembahsan makalah ini. Saya akhirnya berinisiatif membahas beberapa persoalan dalam “Mengenal Sejarah Pancasila” ini.

1.Bagaimana kolonialisme Belanda masuk ke Indonesia?

2.Berapa tahun kolonialisme Belanda menjajah Indonesia?

3.Kenapa Bung Karno di buang ke Ende?

4.Kapan terbentuknya BPUPKI?

5.Kenapa sampai terjadi terbentuknya BPUPKI?

6.Siapa yang mendesain lambang Garuda Pancasila?

7.Siapa yang menciptakan lagu Garuda Pancasila?

8.Mengapa sejarah pancasila harus dimanipulasi?

9.Mengapa pancasila diselewengkan?

10.Kenapa pancasila sebagai “meja statis” dan “leitstar dinamis”?

Mengenal Sejarah Pancasila Page 2 C. Tujuan Penulisan Makalah

Dengan pemilihan judul makalah “Mengenal Sejarah Pancasila” dan penyusunan makalah ini diharapkan para pembaca dan penulis sendiri mampu memahami sejarah pancasila. Sekaligus, makalah ini dibuat untuk memenuhi Ujian Akhir Semester mata kuliah filsafat pancasila.

Mengenal Sejarah Pancasila Page 3 MENGENAL SEJARAH PANCASILA

A. Kolonialisme Belanda

Sejarah Pancasila tidak bisa dipisahkan dari kisah perjuangan bangsa Indonesia mengusir kolonialisme dan mendirikan Negara merdeka bernama Republik Indonesia.

Sejarah resmi yang diajarkan di SD menyebut Indonesia dijajah 350 tahun atau tiga setengah Abad lamanya. Tetapi angka ini masih kontroversi. Sebab, Belanda dengan nama VOC baru muncul pada 1602 (343 tahun). Sementara ada yang mengatakan, VOC itu hanya kongsi dagang, belum mewakili Belanda. VOC bubar tahun 1799. Artinya, Belanda secara resmi mengambil-alih Indonesia pada 1800-an. Tetapi, terlepas dari kontroversi itu, Belanda menjajah Indonesia cukup lama. Salah satu penyebabnya adalah keberhasilan Belanda menjalankan politik pecah-belah atau devide et impera.

Sejak kemunculan VOC di Indonesia, hingga berganti nama menjadi Hindia-Belanda, perlawanan bangsa Indonesia tidak pernah terhenti sama sekali. Aceh baru takluk pada 1904, sedangkan Bali dikuasai Belanda tahun 1906. Memang, perlawanan sejak kedatangan VOC hingga 1906 itu mengalami kekalahan. Ada beberapa penyebab: pertama, perlawanan itu dilakukan terpecah-pecah, sendiri-sendiri, di masing-masing daerah; dan kedua, semangat perlawanan itu masih didorong sentimen yang bersifat primordial, seperti semangat mempertahankan daerah, tradisi dan agama.

Baru setelah memasuki abad ke-20 muncul semangat perlawanan baru, yaitu kebangsaan Indonesia atau nasionalisme Indonesia. Alat perlawanannya pun sudah sangat modern, yaitu organisasi. Dimulai dari gagasan-gagasan , Tirto Adhisuryo (pendiri Sarekat Priayi tahun 1906 dan Sarekat Dagang Islamiyah/SDI tahun 1909), hingga pendirian Boedi Oetomo.

Sejak saat itu mulai muncul kesadaran baru tentang bangsa (Nation), bahwa manusia yang mendiami kepulauan Nusantara punya kesamaan nasib, kesamaan kehendak untuk bersatu, dan punya kesamaan cita-cita (menjadi bangsa Merdeka yang adil dan makmur). Para penjajah Eropa menyebut daerah jajahannya di Asia tenggara dengan sebutan Hindia timur. Masing-masing wilayah di Hindia Timur ini disesuaikan dengan nama penjajahnya. Hindia-Belanda untuk wilayah yang dikuasai oleh Belanda. Ada juga Hindia-Spanyol (Indias Orientales Españolas), dan Hindia-British (jajahan Inggris).

Mengenal Sejarah Pancasila Page 4 Pergerakan nasional di masa awal pun masih memakai nama Hindia. Misalnya Indische Partij, yang didirikan oleh tiga serangkai , Tjipto Mangkukusumo dan Suwardi Suryaningrat (), menggunakan nama “Hindia”. Nama Indonesia, yang berasal dari istilah etnologi, baru dipakai tahun 1913 oleh Ki Hajar Dewantara untuk menamai kantor berita Bumiputera di negeri Belanda: Indonesische Persbureau. Kemudian, pada 1922, pelajar Indonesia di negeri Belanda sepakat mengadopsi nama Indonesia. Mereka mengubah nama organisasinya dari Indische Vereeniging menjadi Indonesische Vereeniging. Kemudian, di tahun 1924, koran organisasi ini, Hindia Poetra, berganti nama menjadi Indonesia Merdeka. Setahun kemudian, giliran nama Indonesische Vereeniging resmi diubah menjadi Perhimpunan Indonesia (PI). Di tanah air, organisasi pertama yang memakai nama Indonesia adalah Partai Komunis Indonesia pada tahun 1924— sebelumnya bernama Perserikatan Komunis Hindia.

B. Soekarno dan Pembuangan ke Ende

Pada 4 Juli 1927, Soekarno bersama mahasiswa lain yang tergabung dalam Studie Club mendirikan Perserikatan Nasional Indonesia (PNI). Setahun kemudian berganti nama menjadi Partai Nasional Indonesia (PNI). Soekarno dan PNI berjasa besar dalam mempopulerkan nama Indonesia. Sejak awal PNI mengambil program politik cukup radikal: memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Strategi perjuangannya pun radikal, yakni non- kooperasi alias menolak bekerjasama dengan Belanda. PNI juga menggunakan massa actie (massa aksi) sebagai senjata perjuangannya.

Jauh sebelum mendirikan PNI, Soekarno sudah gandrung bicara persatuan. Tidak ada kemerdekaan tanpa persatuan nasional, kata dia. Tahun 1926, dia menulis risalah berjudul “Nasionalisme, Islamisme dan Marxisme”, yang menganjurkan persatuan di kalangan pergerakan untuk mengusir Belanda. Desember 1929, karena politiknya yang radikal, ditangkap Belanda. Dia kemudian dijebloskan ke penjara Bantjeuj di Bandung, Jawa Barat. Di dalam ruang penjara yang sempit, gelap, pesing dan pengap itu Soekarno menulis pledoi yang terkenal, Indonesia Menggugat.

Soekarno keluar penjara tahun 1931 dan langsung kembali ke dunia pergerakan. Tak lama kemudian, tepatnya 1933, dia menulis artikel yang keras, Mencapai Indonesia Merdeka, yang mengantarkannya pada penjara dan pembuangan. Tahun 1933, Sukarno kembali

Mengenal Sejarah Pancasila Page 5 ditangkap, tetapi kali ini mengalami pembuangan. Dia dibuang ke Ende, Flores, Nusatenggara timur. Istrinya, Inggit Garnasih, mertuanya (Ibu Amsi), dan anak angkatnya bernama Ratna Djuami, ikut Soekarno ke pembuangan di Ende.

Di Ende, sifat pergerakan Soekarno tidak hilang. Selain mengorganisir kelompok sandiwara bernama “Kalimutu”. Selama 4 tahun pembuangan di Ende, selama empat tahun (14 Januari 1934 hingga 18 Oktober 1938), dia membuat 12 naskah sandiwara. Di ende pula, di bawah naungan sebuah pohong sukun, Soekarno menemukan ilham tentang lima dasar Indonesia merdeka kelak, atau Pancasila. Soekarno menyebutnya 5 butir mutiara. “Di pulau Bunga yang sepi tidak berkawan aku telah menghabiskan waktu berjam-jam lamanya merenungkan di bawah pohon kayu. Ketika itu datang ilham yang diturunkan oleh Tuhan mengenai lima dasar falsafah hidup yang sekarang dikenal dengan Pancasila. Aku tidak mengatakan, bahwa aku menciptakan Pancasila. Apa yang kukerjakan hanyalah menggali tradisi kami jauh sampai ke dasarnya dan keluarlah aku dengan lima butir mutiara yang indah,” kata Sukarno dalam buku otobiografinya, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia.

Namun, karena sakit Malaria, tahun 1938, Soekarno dipindahkan ke Bengkulu. Di Bengkulu, kekuasaan Belanda dikalahkan oleh Jepang. Pada tahun 1942, demi kepentingan Jepang, Soekarno dikembalikan ke .

C. Sidang BPUPKI

Di awal 1945, tanda-tanda melemahnya kekuasaan fasisme Jepang mulai terlihat. Untuk itu, pemerintah pendudukan Jepang mulai menjanjikan Kemerdekaan kepada Indonesia. Tanggal tangga 29 April 1945, dibentuklah badan bernama Dokuritsu Junbi Cosakai alias Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Badan yang beranggotakan 59 orang ini didominasi oleh tokoh-tokoh pergerakan, termasuk Sukarno dan Hatta. Tugas BPUPKI adalah merancang pembentukan negara Indonesia.

BPUPKI memulai sidang pertamanya tanggal 29 Mei 1945. Sidang pertama ini berlangsung hingga tanggal 1 Juni 1945. Dalam sidang pertama ini, berbagai tokoh berpidato tentang negara Indonesia, seperti Mohammad Yamin, , dan Hatta. Namun, dari semua tokoh yang berpidato, tak satupun yang menyinggung dan menjawab pertanyaan

Mengenal Sejarah Pancasila Page 6 Ketua BPUPKI, dr. Radjiman Wediodiningrat: "Jika Indonesia merdeka, di atas dasar apa negara ini akan kita dirikan?"

Baru pada saat giliran Soekarno, yang berpidato pada tanggal 1 Juni 1945, pertanyaan itu terjawab. Soekarno berpidato tentang arti penting Philosofische grondslag (filosofi dasar) dan Weltanschauung (pandangan hidup) bagi sebuah negara yang merdeka. Sukarno juga menguraikan lima nilai dasar filosofis tersebut, yakni kebangsaan, kemanusiaan, demokrasi atau mufakat, keadilan sosial dan percaya pada Tuhan Yang Maha Esa. Sukarno kemudian menamai lima nilai filosofi dasar itu dengan nama Pantja-Sila atau Pancasila.

Pidato Soekarno mendapat tepuk-tangan bergemuruh dari peserta sidang. Usulannya disetujui. Untuk mematangkan rumusan Sukarno itu, dibentuklah Panitia Sembilan yang diketuai oleh Soekarno sendiri. Panitia Sembilan inilah yang mengubah sedikit urutan rumusan Soekarno: Ketuhanan pindah ke sila pertama, dan ditambahi kata-kata “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Rumusan ini disebut Piagam Djakarta. Karena itu, Soekarno boleh dikatakan sebagai penemu dari Pancasila. Tetapi dia sendiri menolak istilah “penemu” itu. Menurutnya, lima nilai dasar itu sudah ada dan hidup di bumi Indonesia jauh sebelum kolonialisme datang. Hanya sempat terkubur oleh kolonialisme. Soekarno hanya menggalinya kembali. Maka ada istilah: Sukarno penggali Pancasila.

Pancasila ditetapkan sebagai Dasar Negara pada tanggal 18 Agustus 1945, dengan mengubah bunyi sila pertama Piagam Djakarta, menjadi: Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Tahun 1947, Departemen Penerangan Republik Indonesia (RI) mempublikasikan pidato Bung Karno tanggal 1 Juni 1945 dengan nama Lahirnya Pancasila. Kata pengantar buku tersebut ditulis oleh Ketua BPUPKI, Radjiman Wedyodiningrat, menyebut bahwa pidato Bung Karno tanggal 1 Juni 1945 sebagai hari Lahirnya Pancasila. Sedangkan peringatan 1 Juni sebagai Hari Lahirnya Pancasila baru dimulai secara resmi di tahun 1964.

Mengenal Sejarah Pancasila Page 7 D. Lambang Garuda Pancasila

Desain Garuda dengan lima perisainya mulai muncul tahun 1950. Tahun 1950, pemerintahan RIS menyelenggarakan sayembara desain lambang negara. Ada dua desain yang menang: karya Sultan Hamid II dan karya Mohammad Yamin. Tetapi karya Yamin gugur, karena menggunakan sinar-sinar matahari yang identik dengan fasisme Jepang. Alhasil, pemenangnya adalah desain karya Sultan Hamid II, putra sulung Sultan Pontianak ke-6.

Desain Sultan Hamid II menyerupai Garuda tunggangan suci Dewa Wisnu, yang banyak ditemukan dalam arca dan relief candi-candi Nusantara. Dalam desain awal itu, Garuda duduk di atas takhta bunga dengan dada terlindungi perisai. Kemudian, setelah dialog dengan Soekarno dan Hatta, desain Sultan Hamid II itu disempurnakan. Sang Garuda tidak lagi duduk bertakhta di atas bunga teratai, tetapi Garuda dengan sayap membentang dan dua tangan memegang perisai Pancasila. Ditambah juga dengan pita putih yang dijepit oleh kaki Garuda dengan tulisan “Bhineka Tunggal Ika”. Tetapi kepala Garuda masih gundul dan belum berjambul. Desain ini kemudian diperkenalkan Soekarno kepada khalayak ramai di Hotel Des Indes, Jakarta, pada 15 Februari 1950. Desain Sultan Hamid II ini kemudian disempurnakan oleh pelukis Istana, Dullah. Dengan penambahan jambul dan posisi cakar kaki mencengkeram pita dari depan.

E. Lagu “Garuda Pancasila”

Lirik lagu Garuda Pancasila, seperti yang kita nyanyikan sekarang, digubah oleh seorang komponis muda anggota Lembaga Kesenian Rakyat (LEKRA) bernama Sudharnoto. Komponis kelahiran Kendal, Jawa Tengah, itu menggubah lagu Garuda Pancasila pada tahun 1956. Namun, karena peristiwa G 30 S/1965, Sudharnoto ditangkap dan dipenjara oleh rezim Orde Baru. Keluar dari penjara, penggubah lagu Garuda Pancasila ini berjuang hidup dengan menjadi penyalur es petojo, sopir taksi, dan pemain orkes.

F. Manipulasi Sejarah Pancasila

Pada masa Orde Baru berlangsung intensif apa yang disebut “De-Sukarnoisasi”, yaitu upaya menghapus peranan dan pemikiran Sukarno dalam perjuangan bangsanya dalam ingatan

Mengenal Sejarah Pancasila Page 8 rakyat Indonesia. Salah satu bentuk dari proyek de-Sukarnoisasi itu adalah manipulasi sejarah Pancasila. Orde baru melalui ideolognya, Nugroho Notosusanto, mulai menyusun sejarah manipulatif yang menghilangkan peran Soekarno sebagai penggali Pancasila.

Dalam uraian Nugroho, Soekarno bukanlah penemu Pancasila, orang pertama yang mempidatokan lima dasar itu adalah Mohammad Yamin. Soekarno hanya memberi nama “Pancasila”. Nugroho juga menyebut rumusan Pancasila yang otentik adalah yang termaktub dalam Pembukaan UUD 1945 yang disahkan tanggal 18 Agustus 1945. Klaim Nugroho itu menuai banyak bantahan. Pada Januari 1975, dibentuk Panitia Lima yang terdiri dari , Ahmad Soebardjo, A.A. Maramis, A.K. Pringgodidgo, dan Soenario— semua bekas anggota BPUPKI. Panitia Lima menegaskan bahwa Sukarnolah yang pertamakali berpidato tentang lima dasar yang kelak dinamai Pancasila. Mereka membantah klaim Yamin dan menuduhkan “pinter nyulap”.

Yamin sendiri diketahui menyembunyikan dokumen arsip Sidang BPUPKI dari Pringgodigdo (Pringgodigdo Archief), yang memuat arsip pidato tokoh-tokoh yang berpidato dalam sidang BPUPKI dari tanggal 29 Mei hingga 1 Juni 1945. Dokumen itu baru ditemukan kembali oleh seorang sejarawan UI, AB Kusuma, pada tahun 1990. Dokumen itu membantah klaim Yamin dan Nugroho Notosutanto. Selain memanipulasi sejarah penemu Pancasila, Orde Baru juga melarang peringatan Hari Lahirnya Pancasila pada tanggal 1 Juni sejak tahun 1970. Sebagai gantinya, Orde Baru menjadikan tanggal 1 Oktober, yang identik dengan keberhasilan Soeharto menumpas G.30 S/PKI, sebagai hari Kesaktian Pancasila. Hari lahirnya Pancasila baru dirayakan kembali tahun 2010 dan dinyatakan hari Libur Nasional oleh Presiden Joko Widodo sejak 2017.

G. Penyelewengan Pancasila

Di masa Orde Baru, kendati Pancasila masih diakui sebagai Dasar Negara, tetapi prakteknya banyak menyimpang. Mulai dari penggunaan Pancasila sekedar sebagai alat “menjaga stabilitas” hingga penjaga kekuasaan Orde Baru. Di zaman itu, siapapun yang mengeritik kebijakan pemerintah dicap “anti-Pancasila”.

Di zaman Orba, Pancasila dijadikan doktrin kaku yang disakralkan. Diajarkan secara dotriner melalui Penataran P4 bagi semua aparatus negara dan pelajar/mahasiswa (dari SD hingga perguruan tinggi). Akibatnya, Pancasila kehilangan keunggulannya sebagai

Mengenal Sejarah Pancasila Page 9 pengetahuan dan nilai filosofis yang hidup dan membumi. Di sisi lain, banyak kebijakan orde baru yang menghianati nilai-nilai Pancasila, mulai dari praktik Kolusi, Korupsi dan Nepotisme, pembungkaman demokrasi, pelanggaran HAM, pembangunan yang timpang, dan pengelolaan ekonomi yang hanya memakmurkan keluarga Soeharto dan kroninya. Setelah Orde Baru tumbang, lahir pemerintahan reformis yang tetap berjarak dengan Pancasila. Kendati Pancasila tetap diakui sebagai Dasar Negara, tetapi perilaku dan kebijakan penyelenggara negara tetap memunggungi nilai-nilai Pancasila.

H. Pancasila sebagai “Meja Statis” dan “Leitstar Dinamis”

Bung Karno, sang penggali Pancasila, pernah bicara tentang Pancasila sebagai “Meja Statis” dan “Leitstar Dinamis”. Pancasila sebagai “meja statis”berarti Pancasila sebagai dasar negara atau fondasi bernegara yang statis, kokoh, tidak berubah sampai kapan pun. Di sini, nilai-nilai Pancasila menjadi fondasi atau titik temu berbagai keragaman manusia Indonesia dari suku, agama, ras, adat-istiadat, dan corak berpikir. Sebagai meja statis, Pancasila menjadi dasar negara yang mempersatukan Bangsa Indonesia. Tetapi Pancasila juga sebagai leitstar atau bintang pimpinan yang memberi arah bagi perjuangan bangsa Indonesia dalam menggapai cita-cita nasionalnya. Ibarat kita sedang menumpang kapal di tengah laut, agar sampai di pelabuhan yang bernama masyarakat adil dan makmur, maka Pancasila menjadi bintang penuntun arahnya. Dan sebagai leitstar, Pancasila harus dinamis, harus selalu senapas dengan perkembangan zaman.

Kenapa harus dinamis? Pertama, Pancasila itu harus bisa melakukan appeal, atau ajakan/seruan, agar rakyat terus mengikuti panggilannya. “Pancasila harus bisa menggerakkan rakyat untuk berjuang menggapai cita-cita,” kata Bung Karno. Tentu saja, agar Pancasila bisa menjadi appeal, dia tidak bisa menjadi doktrin yang kaku dan disakralkan seperti dipraktekkan di zaman Orde Baru. Sebaliknya, Pancasila harus tampil sebagai perangkat gagasan atau pengetahuan yang senapas dengan perkembangan zaman.

Kedua, Pancasila harus bisa menjawab persoalan kebangsaan setiap zaman. Di sini Pancasila diharapkan tidak menjadi seperangkat gagasan yang menggantung di langit retorika, tetapi bisa dipraktekkan sekaligus menjawab berbagai persoalan kebangsaan. Karena itu, sebagai leitstar yang dinamis, Pancasila tidak perlu dipertentangkan dengan setiap upaya untuk menggali dan memperkaya Pancasila dengan gagasan-gagasan yang memajukan dan lebih praksis.

Mengenal Sejarah Pancasila Page 10 Daftar Pustaka

Perdana, RY. 2018. Mengenal Sejarah Pancasila. Madiun

Dewantara, A. (2017). Kerasulan Awam di Bidang Politik (Sosial Kemasyarakatan) dan Relevansinya bagi Multikulturalisme Indonesia.

Dewantara, A. W. (2015). PANCASILA SEBAGAI PONDASI PENDIDIKAN AGAMA DI INDONESIA. CIVIS, 5(1/Januari).

Mengenal Sejarah Pancasila Page 11