PEMIKIRAN SOEKARNO DALAM PERUMUSAN Paisol Burlian Guru Besar Ilmu Hukum Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Raden FatahPalembang Email : [email protected]

Abstrak Dalam proses perumusan Pancasila dilakukan melalui beberapa tahapan persidangan, banyak tokoh yang dimasukkan di dalamnya seperti Muh. Yamin, , dan Soekarno. Namun dari ketiga tokoh tersebut, hanya pemikiran Soekarno yang mendapat apresiasi dari peserta secara aklamasi dan pancasila yang dianggap sebagai keunggulan pemikiran Soekarno menjadi sesuatu yang berbeda dalam tatanan dan terminologi. Padahal sebelum Soekarno berpidato pada tanggal 1 Juni 1945, Muh. Yamin dan Soepomo sebelumnya pernah berpidato dan memiliki kemiripan satu sama lain. Penelitian ini menggunakan jenis fenomenologi kualitatif dengan studi pustaka, dengan menganalisis secara detail pada beberapa literatur yang relevan. Dengan menggunakan teori dekonstruksi milik Jacques Derrida dengan konsep trace, difference, recontruction, dan iterability. Sedangkan sumber data diambil dari sumber data primer dan sekunder. Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Rumusan Pancasila Soekarno terdiri dari lima prinsip sebagai berikut; 1) Pemikiran nasionalisme, Soekarno bermaksud untuk membangkitkan jiwa nasionalisme di kalangan masyarakat agar dapat berdiri tegak. 2) Pemikiran internasionalisme, Soekarno bermaksud mengaitkan erat antara pemikiran internasionalisme dengan nasionalisme. 3) Pemikiran demokrasi, dengan demikian Soekarno yakin bahwa alasan mutlak untuk memperkuat negara Indonesia adalah pemikiran konsultatif dan representatif. Jadi dengan musyawarah kita bisa memperbaiki semuanya, termasuk keselamatan beragama. 4) Pemikiran kesejahteraan, dengan demikian Soekarno bermaksud untuk mengentaskan kemiskinan dari Indonesia, dengan mensinergikan demokrasi negara Indonesia dapat membawa rakyat untuk hidup sejahtera. 5) Pemikiran ketuhanan, Soekarno bermaksud agar ketuhanan bukan berarti memiliki Tuhan. Namun setiap masyarakat Indonesia bisa beribadah kepada tuhannya dan bebas memeluk agama sesuai dengan keyakinan agamanya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemikiran Soekarno berakar dari rasa nasionalisme yang ingin agar bangsa Indonesia hidup berdampingan dalam damai dan sejahtera, serta mengintegrasikan semua unsur. Hasil Analisa; Pancasila merupakan hasil akhir pemikiran yang diperoleh dari sumbangan Muh. Yamin, Soepomo, dan Soekarno. Ketiga tokoh tersebut memiliki kesamaan pandangan tentang ideologi kebangsaan, ketuhanan, hubungan kebangsaan dan demokrasi. Dengan demikian kita tidak dapat menyimpulkan bahwa Pancasila adalah satu-satunya pemikiran Soekarno.

Kata kunci: Pemikiran, Soekarno, Rumusan, Pancasila

Abstract

In the proccess of Pancasila formulation through a few steps of investigation court,many of prominents included in it like Muh. Yamin,Soepomo,and Soekarno. But from the three prominents,only Soekarno'thought obtained appreciation from the audience acclamatically and pancasila was regarded as the prefference of Soekarno's thought became something different in the order and terminology. Yet in the fact before Soekarno made a speech on Juni 1st,1945,Muh. Yamin and Soepomo had formerly made speeches and if they had the similarities with one another. This research used a type of phenomenology qualitative with library research,by analyzing in detail to some relevant literatures. By using deconstruction theory belonging to Jacques Derrida with trace,difference,recontruction,and iterability concepts. While the data sources were taken from primary and secondary ones. And the technics in this research are heuristic,verification,interpretation,and historiography. Soekarno's pancasila formulation achieved five principles as follows; 1) nationalism thought,Soekarno intended to awaken nationalism spirit among the Indonesian people in order to stand for freedoom. 2) Internationalism thought,Soekarno intended to relate tightly between internationalism to nationalism thoughts. Both were mutually qualifying and to preserve plurality among the Indonesian people,as well as to establish nepotism among us. 3) Democracy thought,with this Soekarno was

143 confident that the absolute reason to strengthen Indonesian state was thought consultative and representative. Thus with consultation we could repair everything,including religion salvation. 4) Welfare thought, with this Soekarno intended to eliminate poverty from Indonesia,by synergizing democracy the Indonesian state could bring the people to live in welfare. 5) Divinity thought, Soekarno intended that divinity was not meant by having God. But each of the Indonesian people could worship to their god and free to embrace a religion according to their religious beliefs. Thus we can conclude that the Soekarno's thought was rooted from nationalism wanting the Indonesian people to live side by side in peace and welfare,and to integrate all elements. Analysis result;Pancasila was the final result of investigation court achieved from the contribution by Muh. Yamin,Soepomo,and Soekarno. The three prominents had similar points of views about nationalism ideology,divinity,national relationship and democracy. Thus we cannot conclude that Pancasila was the only thought of Soekarno.

Key words : Thought, Soekarno, formulation, Pancasila.

A. Latar Belakang Masalah kelas sosial tertentu dalam bidang politik Pancasila yang mengatur atau sosial ekonomi.2 pemerintahan negara. Pancasila sebagai Pancasila sebagai dasar filsafat dasar negara digunakan untuk mengatur secara ideologi bangsa dan negara seluruh tatanan kehidupan bangsa dan juga Indonesia, bukan terbentuk secara mendadak negara Indonesia. Serta segala sesuatu yang serta bukan hanya diciptakan oleh seseorang berhubungan dengan pelaksanaan sistem sebagaimana yang terjadi pada ideologi- ketatanegaraan Negara Kesatuan Republik ideologi lain di dunia, namun terbentuknya Indonesia (NKRI) yang wajib berdasarkan Pancasila melalui proses yang cukup Pancasila. Hal ini artinya semua peraturan panjang dalam sejarah bangsa Indonesia.3 yang berlaku di Negara Republik Indonesia Secara kausalitas Pancasila sebelum harus bersumberkan kepada Pancasila.1 disahkan menjadi dasar filsafat negara nilai- Sebagai ideologi negara maka Pancasila nilainya telah ada dan berasal dari bangsa haruslah menjadi sumber tatanan hidup Indonesia sendiri yang berupa nilai-nilai dalam berbangsa. Yang dalam hal ini makna adat istiadat, kebudayaan dan nilai-nilai ideologi sendiri adalah ilmu pengetahuan religius. Kemudian para pendiri negara tentang ide-ide (the science of ideas). Karl Indonesia mengangkat nilai-nilai tersebut Marx mengartikan ideologi sebagai dirumuskan secara musyawarah mufakat pandangan hidup yang dikembangkan berdasarkan moral yang luhur, antara lain berdasarkan kepentingan golongan atau dalam sidang-sidang BPUPKI pertama,

2Ibid, hlm. 61 1 Kaelan, Negara Kebangsaan Pancasila; 3Kaelan, Negara Kebangsaan Pancasila; Kultural, Historis, Filosofis, Yuridis, dan Kultural, Historis, Filosofis, Yuridis, dan Aktualisasi, Aktualisasinya, , 2013, hlm. 70 hlm. 61

144 sidang panitia sembilan yang kemudian Mr. Dr. Supomo, dan Ir. Soekarno. Pada menghasilkan Piagam yang memuat sidang BPUPKI pertama aspirasi mereka Pancasila yang pertama kali, kemudian menjadi cikal bakal lahirnya Pancasila. dibahas lagi dalam sidang BPUPKI kedua. Dalam proses pembentukan seputar ideologi Setelah kemerdekaan Indonesia sebelum negara terjadi perdebatan sengit antar sidang resmi PPKI Pancasila sebagai calon golongan. Yakni Nasionalis, Islam, dan dasar filsafat negara dibahas serta Komunis. Soekarno merupakan salah satu disempurnakan kembali dan akhirnya pada pendiri (founding fathers) yang dalam tanggal 18 Agustus 1945 disahkan oleh kaitannya dengan ini Soekarno dan NU dan PPKI sebagai dasar filsafat negara Republik para pendiri negara sadar betul bahwa Indonesia.4 pendirian Negara Kesatuan Republik Dalam proses perumusan pancasila Indonesia yang direbut melalui berbagai sebagai dasar negara Indonesia dilaksanakan perjuangan, pemberontakan, peperangan melalui hasil kerja keras yang melibatkan griliya, peperangan terbuka dan diplomasi, banyak tokoh. Yakni dengan dibentuknya tidak dimaksudkan untuk mendirikan Badan Penyelidik Usaha Persiapan Khilafah Islamiyah atau Negara Islam, Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang melainkan mereka berjuang hanya untuk dalam hal ini diketuai oleh Dr. K.R.T. satu tujuan, yaitu kemerdekaan Indonesia.6 Radjiman Wediodiningrat. Badan ini terdiri untuk itu Soekarno meminta kaum dari 68 anggota, dengan komposisi; 8 orang nasionalis Islam dan nasionalis sekuler Jepang, 15 orang dari golongan Islam, dan supaya mengajukan formula yang dapat selebihnya dari golongan nasionalis mengimbangi kepentingan mereka masing- ditambah golongan priyayi atau aristorat masing. Diantara tokoh-tokoh Islam banyak Jawa.5 yang menghendaki negara sepenuhnya Tokoh penggagas lahirnya Pancasila bercorak Islam. Sedangkan umat Kristiani adalah Prof. S.H, Prof. dan Hindu serta kaum Nasionalis sekuler

menginginkan bahwa usaha mengislamkan 4 Kaelan, Negara Kebangsaan Pancasila; negara akan mencetuskan keresahan Kultural, Historis,Filosofis, Yuridis, dan Aktualisasinya, yogyakarta: Paradigma, 2013, hlm 61 5Ahmad Syafii Maarif, Islam Dan Masalah Kenegaraan: Studi Tentang Percaturan Dalam 6 Zainal Abidin Amir, Soekarno dan NU Konstituante, cet. II, Jakarta: Penerbit LP3ES, 1985, Titik Temu Nasionalisme, Yogyakarta: LkiS, 2013, hlm. 102 hlm. 120

145 dibagian timur Indonesia dan daerah lain yang telah menyampaikan pidatonya pada non-Muslim lainnya.7 rapat BPUPKI telah mendapatkan respon Soekarno sebagai salah salah satu yang berbeda, diantara tiga tokoh tersebut founding father juga dikenal sebagai pemikiran Soekarnolah yang dianggap hasil penggali Pancasila, tak dapat disangkal pemikiran sintesis yang dianggap paling bahwa Soekarno sumber pertama yang penting. Sehingga lahirlah Pancasila sebagai memperkenalkan Pancasila pada bangsa ini. preferensi dari pemikiran Sokarno yang Pidato Ir. Soekarno 1 Juni 1945 di depan terdiri dari lima prinsip yakni Kebangsaan, sidang Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai itulah Internasionalisme, Demokrasi, yang menjadi rujukan awal yang jadi dasar Kesejahteraan dan Ketuhanan. Maka dari formulasi tata urutan sila-sila (prinsip) dari sini apakah Soekarno dapat dikatakan benar- Pancasila yang dikenal saat ini.8 Memang benar perumus pertama dari sila itu? Karena urutan uraian tentang sila-sila (prinsip) dari tiga hari sebelum Soekarno menyampaikan Pancasila dalam pidato 1 Juni 1945 berbeda pidatonya yang terkenal itu, Muhammad dengan tata urutan sila-sila sebagaimana Yamin telah menyampaikan pada tanggal 29 tercantum dalam dokumen berikutnya, Mei 1945, di depan sidang Badan Penyelidik seperti pada piagam Jakarta yang itu lima asas sebagai dasar bagi Indonesia dirumuskan oleh Panitia Sembilan, di dalam Merdeka sebagai berikut: peri kebangsaan, pembukaan UUD 1945, mau pun dalam peri kemanusiaan, peri keTuhanan, peri pidato-pidato Soekarno sebagai “Key kerakyatan, dan kesejahteraan rakyat.10 person” dalam rumusan Pancasila perlu Tidak terdapat perbedaan memahami logika pemikiran Soekarno yang fundamental antara lima asas Yamin dan sebagian besar dibangun secara empiris lima sila Soekarno tersebut. perbedaan melalui pengalaman sejarah kehidupan hanya dalam istilah yang digunakan untuk bangsa ini.9 “demokrasi” dan dalam susunan atau urutan Dari beberapa tokoh founding fatrher asas-asas tersebut.11 mohammad Roem, seperti M. Yamin, Sopemo dan Sokerno seorang pemimpin terkenal Masyumi memandang “Tema dari kedua pidato itu 7Ibid, hal 121 8 Berhard Dham, Soekarno dan Perjuangan. Terj. Hasan Basari, Jakarta:LP3ES, 1987, hlm xii 10 Endang Saifuddin Anshari, Piagam 9Kaelan, Negara Kebangsaan Pancasila; Jakarta 22 Juni 1945: Sebuah Konsensus Nasional Kultural, Historis,Filosofis, Yuridis, dan Tentang dasar Negara Republik Indonesia (1945- Aktualisasinya, yogyakarta: Paradigma, 2013, 1949), Jakarta: Gema Insani Press, 1997, hlm. 18 hlm.72 11Ibid

146 sama, jumlah prinsip atau dasar sama-sama dalam buku Di Bawah Bendera Revolusi lima, malah sama juga panjangnya pidato, Jilid 1, terlihat jelas upaya Soekarno yaitu dua puluh halaman dalam ‘naskah’ mempertemukan aliran pemikiran yang oleh tersebut.12 banyak kalangan mustahil dapat Pidato Soekarno pada tanggal 1 Juni dipertemukan.15 1945 yang kini dikenal sebagai lahirnya Lalu mengapa Pidato 1 Juni 1945, Pancasila tersebut terdapat titik tolak pada prinsip Ketuhanan diuraikan paling terahir urutan Pancasila. terutama mengenai sila dan prinsip Kebangsaan pada urutan “Ketuhanan” sebagai sila-V dan kemudian pertama. Dengan melihat hal tesebut apakah menjadi sila pertama dalam tata urutan Soekarno mengabaikan dimensi keimanan Pancasila diberbagai dokumen berikutnya. dalam menyampaikan prinsip-prinsip yang Namun untuk memahaminya dengan menjadi sila-sila dari Pancasila. Dari mendalam jelas perlu memahami alur beberapa permasalahan di atas maka penulis pemikiran Soekarno tentang Ketuhanan. 13 tertarik untuk menganalisa lebih dalam lagi Masalah penempatan “prinsip Ketuhanan” mengenai “Pemikiran Soekarno Dalam pada urutan terahir ini kerap menjadi Perumusan Pancasila” yang berdasarkan pertanyaan oleh berbagai pihak, sementara pada sumber-sumber, informasi, maupun prinsip 6 Kebangsaan pada urutan pertama. data-data yang relevan. Oleh karena itu Soekarno dinilai seorang B. Kerangka Teori nasionalis sekuleris. Tetapi, penilaian seperti Untuk menjawab permasalahan di ini kerap terbantahkan jika melihat alur atas, digunakan teori yang dianggap pemikiran Soekarno di berbagai tulisan dan relevan.Adapun teori yang digunakan teori pidatonya, yang sesungguhnya sarat dengan dekontruksi. Dekontruksi adalah sebuah nilai-nilai keimanan (Tauhid).14 metode pembacaan teks. Dengan Pada tulisannya berjudul dekontruksi ditunjukkan bahwa dalam setiap “Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme,” teks selalu hadir anggapan-anggapan yang

dianggap absolut. Padahal, setiap anggapan 12 Muhammad Roem, “Lahirnya Pancasila 1945”, Tiga Peristiwa Bersejarah, Jakarta: Sinar Hudaya, 1972, hlm. 24 13Ibid 14Re-So-Pim (Revolusi-Sosialisme Indonesia-Pimpinan Nasional), Amanat Presiden RI 15Soekarno, Dibawah Bendera Revolusi, pada hari ulang tahun Proklamasi Kemerdekaan Jakarta: Panitia Penerbit Dibawah Bendera Revolusi, Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1961 1946

147 selalu kontekstual, anggapan selalu hadir sebagai konsep dalam menelusuri makna. sebagai kontruksi sosial dalam sejarah.16 Menurut Derrida yang bisa dan ketahui Jacques Derrida menunjukkan bahwa adalah jejak-jejak dari kebenaran itu sendiri, seseorang selalu cenderung untuk dan bukan kebenaran pada dirinya sendiri. melepaskan teks dari konteksnya. Satu term Trace (jejak) bersifat misterius dan tidak tertentu kita lepaskan dari konteks dan hadir terungkap, muncul sebagai kekuatan dan sebagai makna final. Inilah Derrida sebut pembentuk tulisan, menembus dan memberi sebagai logosentrisme,yaitu, kecenderungan energi pada aktivitasnya yang menyeluruh. untuk mengacu kepada suatu metafisika Hal ini berarti bahwa makna akan bergerak, tertentu, suatu kehadiran objek absolut harus dilacak terus menerus. Yang kedua tertentu. Dengan metode dekontruksi, menggunakan istilah “Differance” yakni Derrida ingin membuat kita kritis terhadap adalah kata yang aneh. Kata ini tidak teks.17 terdapat dalam kamus bahasa manapun, kata Tugas dekontruksi adalah itu terdiri dari dua kata yakni untuk mengungkap problematika wacana-wacana membedakan (to differ), dan untuk menunda yang dipusatkan, dipihak lain membongkar kepastian (to defer). Kebenaran dan makna metafisika dengan mengubah batas-batasnya di dalam teks harus terus dibedakan dan secara konseptual. Sedangkan tujuan metode ditangguhkan kepastiannya (menangguhkan dekontruksi adalah menunjukkan kebenaran dalam teks), Ketiga ketidakberhasilan upaya penghadiran “Rekontruksi” yakni membangun atau kebenaran absolut, dan ingin menelanjangi pengembalian kembali sesuatu berdasarkan agenda tersembunyi yang mengandung kejadian semula, dimana dalam rekontruksi banyak kelemahan dan ketimpangan dibalik tersebut terkandung nilai-nilai primer yang teks-teks.18 harus tetap ada dalam aktifitas membangun Melalui dekontruksi Derridayang kembali sesuatu sesuai dengan kondisi pertamamenggunakan istilah “Trace” semula. Dan Yang keempat “Iterabilitas”

yakni kemampuan suatu teks untuk selalu 16 Chistopher Norris, Membongkar Teori dimaknai terus menerus di dalam konteks Dekontruksi Jacques Derrida, (Jakarta: Ar-Ruzz, 2003), hlm. 19 yang berbeda-beda. Teks adalah suau yang 17Ibid 18 Nyoman Ratna Kutha, Teori, Metode, Dan lentur dan lincah, teks adalah tanda yang Teknik Penelitian Sastra Dari Struktualisme Hingga Postruktualisme Perspektif Wacana Naratif, bisa terus diulang dan dibedakan sesuai Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011, hlm. 39

148 dengan horison pembaca dan penafsirannya. ditinjau dari aspek yang melingkupinya, “19 mulai dari etnis, bahasa, budaya, agama Selanjutnya penulis mengikuti dan kelas sosial. Ini artinya, pluralitas konsep Iterabilitas yakni melihat pemikiran atau keberagaman merupakan realitas Soekarno yang pada masa perumusan bagi masyarakat Indonesia. Pancasila dianggap paling penting diantara Dalam perumusan Pancasila, pada pemikir lainnya seperti M. Yamin dan tanggal 1 Juni 1945 Soekarno Soepomo, dengan membuat perbandingan menyampaikan pemikirannya mengenai tiga tokoh tersebut untuk melihat titik lima prinsip dasar yang menjadi point singgung pada tiga tokoh Soekarno, Muh. penting mengenai Pancasila. Point tersebut Yamin dan Soepomo pada pemikirannya ialah sebagai berikut; dalam merumuskan Pancasila, sehingga 1. Prinsip pertama yang menjadi hasil akhir disebut dengan Dekontruksi perhatian Soekarno dengan mengatahui apakah Pancasila adalahNasionalisme (Kebangsaan merupakan hasil mutlak dari pemikiran Indonesia). Soekarnosendiri. 2. Prinsip kedua yang diuraikan C. Prinsip Dasar Pemikiran Soekarno Soekarno adalah Internasionalisme. Dalam Perumusan Pancasila Internasionalisme yang dimaksud Prinsip dasar pemikiran Soekarno bukanlah kosmopolitanisme yang dalam perumusan Pancasila ialah sebuah tidak menginginkan adanya pernyataan atau pedoman untuk berpikir kebangsaan. Internasionalisme sangat atau bertindak dalam menuangkan ide-ide berhubungan dengan prinsip Soekarno dengan benar dan tepat dalam Kebangsaan yang diuraikan Soekarno merumuskan Pancasila guna mencapai pada sila pertama. suatu keputusan yang disepakati bersama 3. Prinsip yang ketiga Soekarno dan sesuai dengan tujuan bersama. menguraikan dasar Mufakat, dasar Selanjutnya masyarakat Indonesia perwakilan, dasar permusyawaratan. adalah masyarakat yang plural. 4. Prinsip yang keempat yaitu Keniscayaan itu diperoleh manakala Kesejahteraan. Dengan prinsip ”tidak

19Chistopher Norris, Membongkar Teori Dekontruksi Jacques Derrida, (Jakarta: Ar-Ruzz, 2003), hlm. 23

149 akan ada kemiskinan di dalam Dalam merumuskan Pancasila, Indonesia Merdeka”.20 Soekarno berusaha menyatukan semua 5. Prinsip kelima yang diuraikan pemikiran dari berbagai tokoh dan Soekarno adalah ke-Tuhanan Yang golongan serta membuang jauh-jauh Maha Esa. Prinsip sila keTuhanan kepentingan perorangan, etnik maupun YME (Ketuhanan Yang kelompok. Soekarno menyadari Berkebudayaan).21 sepenuhnya bahwa kemerdekaan Lima prinsip sebagai dasar Indonesia adalah kemerdekaan untuk negara tersebut kemudian oleh semua golongan. Menyadari akan Soekarno diusulkan agar diberi nama kebhinekaan bangsa Indonesia “Pancasila” atas saran salah seorang tersebut, Soekarno mengemukakan teman beliau yang ahli bahasa. konsep dasar Pancasila yang Berikutnya menurut Soekarno kelima didalamnya terkandung semangat sila tersebut dapat diperas menjadi “semua buat semua”. Pancasila tidak “Tri Sila” yang meliputi: Sosio- hanya digunakan sebagai ideologi nasionalisme yang merupakan sintesis pemersatu dan sebagai perekat dari Kebangsaan (nasionalisme) kehidupan dan kepentingan bangsa, dengan Peri kemanusiaan tetapi juga sebagai dasar dan filsafat (internasionalisme), Sosio-demokrasi serta pandangan hidup bangsa. Sesuai yang merupakan sintesis dari Mufakat dengan Tuntutan Budi Nurani (demokrasi), dengan Kesejahteraan Manusia, Pancasila mengandung nilai- sosial, serta Ketuhanan. Berikutnya nilai ke-Tuhanan, Kemanusiaan Soekarno juga mengusulkan “Tri Sila” (humanisme), Kebangsaan tersebut juga dapat diperas menjadi (persatuan), demokrasi dan keadilan. “Eka Sila” yang intinya adalah Ini merupakan dasar untuk gotong-royong.22 membangun masyarakat baru

Indonesia, yaitu masyarakat sosialis 20 Bambang Rahardjo, Syamsuhadi, Garuda 23 Emas Pancasila Sakti, hlm. 62 Indonesia. 21Bambang Rahardjo, Syamsuhadi, Garuda Emas Pancasila Sakti, Jakarta : Yapeta Pusat, 1995, hlm. 63-64 23 Re-So-Pim (Revolusi – Sosialisme 22Soekarno, Lahirnya Pancasila, Dalam Indonesia – Pimpinan Nasional), amanat Presiden RI Tujuh Bahan Indoktrinasi, (Jakarta: Dewan pada hari ulang tahun Proklamasi Kemerdekaan Pertimbangan Agung, 1991), hlm. 21 Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1961.

150 Selanjutnya uraian tentang sila- (5). Ketuhanan.25 Sedangkan urutan sila (prinsip) dari Pancasila dalam sila-sila Panitia Sembilan yang pidato 1 Juni 1945, berbeda dengan kemudian dikenal dengan Piagam tata urutan sila-sila sebagaimana Jakarta adalah: tercantum dalam dokumen berikutnya, 1. Ketuhanan Yang Maha Esa dengan seperti Piagam Jakarta yang kewajiban menjalankan syariat dirumuskan oleh panitia sembilan, di Islam bagi pemeluknya. dalam Pembukaan UUD 1945, 2. Kemanusiaan yang adil dan maupun dalam pidato-pidato Soekarno beradab di berbagai kesempatan. Namun 3. Persatuan Indonesia semua itu, tidak mengurangi 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh peranSoekarno sebagai “key person” hikmah kebijaksanaan dalam dalam perumusan Pancasila baik permusyawaratan perwakilan sebagai dasar negara maupun sebagai 5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat pandanglan hidup bangsa. Dengan Indonesia demikian, untuk dapat dipahami Selanjutnya, tata urutan pancasila perlu memahami logika sila-sila Pancasila di dalam pemikiran Soekarno yang sebagian pembukaan Undang-Undang dasar besar dibangun secara empiris melalui 1945 adalah sebagai berikut: pengalaman sejarah kehidupan bangsa 1. Ketuhanan Yang Maha Esa ini.24 2. Kemanusiaan yang adil dan beradab Urutan sila-sila Pancasila yang 3. Persatuan Indonesia diucapkan oleh Ir. Soekarno pada 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh tanggal 1 Juni 1945 seperti yang telah hikmah kebijaksaan dalam penulis sebutkan yakni: (1). permusyawaratan perwakilan Kebangsaan Indonesia, (2). 5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Internasionalisme atau Indonesia Perikemanusiaan, (3). Mufakat atau Patut dipahami, formula Demokrasi, (4). Kesejahteraan Sosial, dua tata urutan sila-sila dalam

25 Soekarno, “Lahirnya Pancasila” Dalam Tujuh Bahan Indoktrinasi, (Jakarta: Dewan 24Ibid Pertimbangan Agung, 1961), hlm. 5

151 Pancasila yang terahir disusun dengan menarik untuk dikaji bahwa Soekarno mengacu kepada pidato Soekarno 1 dalam mengusulkan dasar negara tersebut Juni 1945, dan proses formulasi selain secara lisan juga dalam uraiannya penyusunan juga melibatkan bahkan juga membandingkan dasar filsafat dipimpin oleh Soekarno. Bahwa ada negara ‘Pancasila’ dengan ideologi- perbedaan dalam tata urutan antara ideologi besar dunia seperti liberalisme, susunan pertama dengan yang kedua komunisme, chauvinisme, dan ketiga, itu terjadi karena pidato 1 kosmopolitisme, San min Chu dan Juni 1945 adalah pidato tanpa teks, ideologi besar dunia lainnya.27 merupakan curahan hati Soekarno Menurut Kahin yang dikutip oleh yang disampaikan secara spontan, Suwarno, dalam pidato Soekarno 1 Juni sesuai dengan situasi dan kondisi pada 1945 itu sangat penting, sebab sila-sila saat itu. Dalam mengucapkan 1 Juni yang diusulkan itu merupakan suatu 1945, Soekarno tidak mementingkan filsafat sosial-politik yang matang yang sistematika, melainkan ia lebih sebenarnya juga diyakini oleh pemimpin- mengutamakan pengungkapan setiap pemimpin nasionalis yang berpengaruh hari yang sesungguhnya gambaran dan oleh pemimpin-pemimpin Indonesia dari Pancasila itu sendiri.26 yang berpengaruh. Menurut Kahin tidak D. Analisis lima prinsip Pemikiran ada rumusan prinsip dasar negara yang Soekarno Dalam Perumusan Pancasila lebih jelas dari pada perumusan Soekarno Dalam hal perumusan Pancasila, yang dapat dijadikan contoh sebagai Soekarno mengusulkan bahwa Pancasila suatu sintesis dari demokrasi Barat, Islam adalah sebagai dasar filsafat negara dan modern, Marxis, dan gagasan-gagasan pandangan hidup bangsa Indonesia atau demokrasi dan komunalistik pedesaan ‘philosofhische grondslag’ juga yang asli, yang merupakan dasar umum pandangan dunia yang setingkat dengan pemikiran sosial dari sebagian besar elit aliran-aliran besar dunia atau sebagai politik Indonesia setelah penjajahan.28 ‘weltanschauung’ dan di atas dasar itulah kita dirikan negara Indonesia. sangat 27Kaelan, Negara Kebangsaan Pancasila,Kultural, Historis, Filosofis, Yuridis, dan 26Kaelan, Negara Kebangsaan Aktualisasinya, Yogyakarta:Paradigma,hlm.78 Pancasila,Kultural, Historis, Filosofis, Yuridis, dan 28P.J. sowarno, Pancasila Budaya bangsa Aktualisasinya, Yogyakarta:Paradigma,hlm.78 Indonesia, Yogyakarta: Kanisius, 1993, hlm. 96

152 Senada dengan Kahin, Bernhard pemikiran Timur yaitu India dan Cina, Dham juga menilai bahwa sintesis yang dengan menawarkan filsafat humanisme dilakukan Soekarno sebagai suatu Gandhi dan San Min Chui Sun Yat Sen. pemikiran besar, namun dahm Pemikiran dan usulan Soekarno ini menekankanbahwa sintesis yang memang sangat strategis, sehingga tidak dilakukan oleh Soekarno itu berdasar mengherankan mendapat sambutan dan filsafat Jawa yang diolah menjadi suatu dukungan secara aklamis.31 rumusan besar tentang prinsip negara Dengan demikian melalui metode induktif dalam merumuskan Pancasila yaitu persatuan. Dia menekankan bahwa Soekarno telah mengamati sejarah “semua hal adalah satu” yang merupakan perkembangan Indonesia, pengalaman politiknya sebagai tokoh pergerakan suatu local wisdom serta kearifan orang nasional, serta kemajemukan bangsa Jawa.29 Hal ini senada dengan prinsip Indonesia sehingga menghasilkan suatu pemikiran yang memiliki ciri eklektis integralistik yang dikembangkan dan inkorporasi, artinya menurut Notonagoro diusulkan oleh Soepomo, atas dasar suatu sintesis dari berbagai pandanganyang berbeda asumsi inilah maka Dahm menjelaskan namun disatupadukan untuk suatu tujuan mengapa Soekarno mengemukakan tiga yang mulia. Demikian pula dalam hubungannya dengan nasionalisme E. alternatif, Pancasila, Trisila dan Ekasila. Renan yang sangat menonjolkan faktor Dasar filsafat Jawa yang menginginkan kehendak untuk bersatu, dengan mengesampingkan faktor perbedaan ras, persatuan itu menurut Dahm merupakan etnisitas, maupun sosio-ekonomi yang hal dasar pemikiran Soekarno untuk ini sangat disadari benar oleh Soekarno bahwa pemimpin-pemimpin Indonesia mengembangkan gagasan sintesis sebagai founding fathers, adalah lebih nasionalisme, Islamisme dan Marxisme banyak perbedaannya (Notonagoro, 1980:102). yang dahulu populer disebut Nasakom.30 Untuk memantapkan semangat Tidak terbatas pada pemikiran persatuan dalam melawan penjajah, maka tersebut ide kreatif Soekarno yang dikembangkan pemikiran yang diangkat bercorak ‘elektis inkorporasi’ itu nampak dari Otto Bauer, yang menekankan juga dalam upayanya untuk mendapatkan kesamaan perangai, watak serta rasa rumusan humanisme dasar filsafat senasib yang merupakan faktor penting negara. Soekarno mensintetiskan

29Bernard Dham, dan Perjuangan 31Kaelan, Negara Kebangsaan Kemerdekaan, Jakarta: LP3ES, 1987, hlm. 424 Pancasila,Kultural, Historis, Filosofis, Yuridis, dan 30Ibid, hlm. 425 Aktualisasinya, Yogyakarta:Paradigma,hlm. 27

153 dalam kehidupan berbangsa yang 1. Kebangsaan merupakan faktor penting dalam Dalam pidato 1 Juni 1945 sila ketiga (persatuan Indonesia) dari Pancasila ini kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal berada di urutan pertama dan pilihan kata ini disadari oleh Soekarno bahwa rakyat yang dipakai Soekarno adalah kebangsaan. Kata ini diusulkan oleh Soekarno dalam Indonesia pada waktu itu mempunyai sidang BPUPKI dan dimintakan persetujuan nasib yang sama yaitu sebagai bangsa kepada para anggota sidang lain yang hadir. Kata kebangsaan ini harus dimengerti bahwa yang terjajah. Dasar pemikiran yang negara yang akan didirikan itu bukan untuk sintetis inilah yang dikembangkan kepentingan seorang, bukan untuk kepentingan satu golongan (entah golongan Soekarno dengan mengangkat bangsawan, golongan orang kaya, dan nasionalisme San Min Chu Sun Yat Sen, golongan satu agama) (Ign. Gatut, 2007: 75). Pemikiran kebangsaan yang merupakan sila serta konsep teori geopolitik Bauer, Persatuan Indonesia, urutan ketiga dari mengingat konstelasi wilayah geografis Pancasila ini merupakan kekuatan yang dapat membakar dan menimbulkan hasrat negara, susunan elemen rakyat yang untuk kemerdekaan. Dengan nasionalisme multi etnis sehingga sangat memerlukan ini bangsa Indonesia dapat mempertahankan hidupnya, memberi kekuatan sepanjang suatu ikatan dalam kehidupan berbangsa kegelapan penjajahan yang lama, dan selama dan bernegara (P. J. Suwarno, 1993: 98). berkobarnya perjuangankemerdekaan. Dewasa ini kekuatan yang membakar itu Suatu pemikiran heuristik yang masih tetap menyala-nyala di dada bangsa brilian dimana prinsip-prinsip dasar Indonesia dan tetap memberi kekuatan hidup nasionalisme, geopolitik tersebut juga bangsa (Ign. Gatut, 2007: 78). didasarkan pada nilai moralitas Ketuhanan Persatuan Indonesia adalah Yang Maha Esa serta humanisme Gandhi yang sering diucapkannya “My nationalisme suatu cita-cita politik yang tidak is humanity” selain itu sila-sila kerakyatan mudah untuk direalisasikan pada serta kesejahteraan rakyat (keadilan sosial) yang dilandasi oleh nilai Ketuhanan Yang kondisi masyarakat yang majemuk. Maha Esa serta kemanusiaan yang adil dan Tantangan terbesarnya adalah proses beradab adalah merupakan suatu upaya Soekarno untuk mempersatukan pendapat membangun kesadaran berbangsa yang saat itu berkembang (Kaelan, 2003: yang seiring dengan kesadaran 28). Mengenai pemikiran yang berbudaya. Seperti yang kita pahami diajukan Soekarno pada masa perumusan bersama bahwa hakikat bangsa Pancasila, penulis akan mengkaji atau Indonesia terdiri atas bagian-bagian menganalisa pemikiran Soekarno dari yaitu: orang-orang Indonesia, segi tekstual. Untuk lebih jelasnya akan keluarga-keluarga, kelompok- penulis uraikan sebagai berikut: kelompok, golongan-golongan, suku

154 bangsa, adapun wilayah terdiri atas Renan, maupun berdasarkan paham pulau-pulau, kesemuanya itu dalam persatuan watak yang timbul karena kesatuannya membentuk hal-hal yang persamaan nasib (Soekarno, 1946: 24). baru yaitu negara baru dan bangsa Dalam konteks itu, Soekarno Indonesia (Kaelan, 2002: 271), menyadari bahwa persatuan nasional bilamana bagian-bagian tersebut memerlukan “Identitas Nasional”. berdiri sendiri-sendiri maka akan “Kepribadian Nasional” dan bersifat lemah dan tidak memiliki arti “Berkepribadian dalam Kebudayaan”( dalam pengertian negara (Kaelan, Kaelan, 2002: 271). Ia sangat 2002: 271). Prinsip kebangsaan memahami hakikat manusia merupakan pertama yang diajukan ‘monopluralis’ atau majemuk tunggal, oleh Soekarno. yang pada hakikatnya harus senantiasa ada dan terjelma dalam suatu Selain itu, Soekarno juga perbuatan lahir dan batin sebagai terilhami oleh tulisan Dr. Sun Yat Sen yang berjudul “San Min Chi I” atau penjelmaan kehendak yang selaras “The Three Poeple’s”(Panitia Nasional Peringatan Lahrnja Pantja Sila, 1964: 23). dengan akal dan rasa. Hasrat-hasrat Kebangsaan Soekarno semakin perbuatan ini (hasrat kehendak) matang dengan pengaruh dari Mahatma Ghandi yang menyatakan meliputi hal-hal yang berkaitan bahwa “My nationalisme is dengan dirinya sendiri (makhluk humanity”. Kebangsaan yang diyakini Soekarno adalah kebangsaan yang individu), juga dalam kaitannya berkeprimanusiaan, kebangsaan yang sebagai warga masyarakat (makhluk tidak meremehkan bangsa lain, kebangsaan yang bukan sosial), maupun dalam kaitannya chauvinisme.Faham bangsa yang dengan pribadi berdiri sendiri maupun dimaksud adalah tidak dibangun atas dasar ras, suku bangsa kebudayaan makhluk Tuhan yang keseluruhannya ataupun agama tertentu (Soekarno, itu sebagai satu kesatuan (tunggalan) 1946: 24). Nation yang dimaksud juga ‘monopluralis’(Yudi, 2010: 369). Hal tidak hanya mendasarkan kepada ini membuat Indonesia bisa bertahan paham satu kelompok manusia yang sampai saat ini dan bisa semakin kuat bersatu menjadi bangsa karena jika kita mengimplementasikan kehendak untuk bersatu (le desir semangat kebangsaan menurut d’etre ensemble) menurut Ernest Soekarno tersebut.

155 Kemudian menyangkut rasa Rasa kebangsaan itu kebangsaan, Soekarno mengacu digali melalui penderitaan kepada realitas historis bangsa rakyat Indonesia, sebab dari Indonesia yang telah terjajah sekitar penderitaan itu lahir keinginan 300 tahun. Sebagai bangsa yang melepaskan diri dari pernah memiliki kejayaan masa lalu, penjajahan dan kelak akan di zaman Sriwijaya, dan membangun kembali masa Mataram, tentulah tertanam dalam kejayaan seperti sedia kala. dirinya rasa keinginan kembali ke jati Maka rasa kebangsaan itu diri sebagai bangsa yang besar dan adalah juga berarti mengakui merdeka seperti sedia kala. Atau jati diri bangsa Indonesia tegasnya kata Soekarno “Bangsa- sebagai bangsa yang besar. bangsa yang demikian itu tidak boleh Untuk membangun kejayaan di tidak tentu kalbunyaitu hidup dengan masa depan, tidak hanya sekedar keinginan kembali kepada pribadi mengingat kejayaan masa lalu, tetapi sendiri, yaitu yang dinamakn harus dengan perjuangan untuk kebangsaan”( , 2011: 44). merdeka. Namun masa lalu itulah Sebenarnya rasa kebangsaan pembangkit semangat baru untuk yang dimaksud Soekarno itu telah berjuang bersama. Begitulah rakyat lama diungkapkannya, yakni sejak Indinesia, menurut Soekarno “dengan tahun 1930 ketika ia menghadapi mengetahui kebesaran hari dulu itu, pengadilan Kolonial Belanda di lantas hiduplah rasa nasionalnya, Bandung. Di hadapan para hakim yang lantas menyala lagilah api harapan di mengadilinya Soekarno menyatakan dalam hatinya.” Dengan bahwa” “semangat tiap-tiap rakyat nasionalismenya yang menyala-nyala yang disengsarakan oleh suatu itu, maka rakyat Indonesia bisa keadaan, baik rakyat ploretar di mewujudkan kemerdekaannya. negeri-negeri industri, maupun rakyat Dengan nasionalisme yang posiif itu, di tanah-tanah jajahan, adalah maka rakyat Indonesia merasakan semangat ingin merdeka.” (Hamka, kebenaran pandangan yang 2011: 44). mengatakan bahwa nasionalisme yang

156 demikian itu adalah sebenarnya Asi (Dia adalah aku, aku adalah dia) diridhai Allah sendiri. dikalangan masyarakat Indonesia, 2. Internasionalisme yang tidak lain adalah rasa Pemikiran Internasionalisme kemanusiaan itu sendiri. Kemudian ini pada pidato Soekarno 1 Juni 1945 datang pula agama Islam juga menempati urutan kedua dengan mengajarkan pelayanan sosial yang redaksi yang berbeda dengan disebut fardhu kifayah (kewajiban rumusan resmi Pancasila 18 Agustus yang dilakukan untuk kepentingan 1945. Pada waktu itu bunyi sila umum) yang biasanya dilakukan kedua yang yang di usulkan secara kolektif atau gotong royong Soekarno adalah Internasionalisme oleh masyarakat. Ajaran ini lebih atau Perikemanusiaan, yang dalam memperkokoh rasa kemanusiaan Pancasila adalah Kemanusiaan Yang dalam sanubari bangsa Indonesia. Adil dan Beradab. Pada pemikiran sementara itu, datang pula Kristen ini Soekarno memiliki tujuan bukan mengajarkan cinta kasih untuk hanya membangun nasionalisme sesama manusia dikalangan bangsa dalam negeri yang dimerdekakan, Indonesia. bahwa sesama manusia melainkan lebih dari itu yaitu untuk harus saling mencintai seperti membangun kekeluargaan bangsa- mencintai diri sendiri. Dalam Islam bangsa. Yang dalam era sekarang sebenarnya ajaran inipun ada, mungkin lebih tepat dikatakan sebagaimana sabda Nabi Muhammas usahamembangun kerjasama antar SAW, “Tidak beriman seorang dari bangsa-bangsa dan membangun kamu sampai ia mencintai untuk perdamaian dunia (Ign. Gatut, 2007: saudaranya seperti ia mencintai 68-69). untuk dirinya sendiri”(Hamka, 2011: Pemikiran Internasionalisme 43). atau perikemanusiaan digali oleh Oleh karena itu, rasa Soekarno dari budaya bangsa kemanusiaan bukan ciptaan Indonesia sendiri. Sejak beratus Soekarno melainkan suatu persaan bahkan beribu tahun lalu agama yang telah tumbuh ditengah Hindu telah mengajarkan Tat Twam masyarakat bangsa Indonesia, baik

157 sebelum datangnya agama-agama seimbang dalam kehidupan sosial besar monoteisme maupun sesudah (Hamka, 2011: 43). kedatangan mereka. Soekarno Pada pasal kedua ini, mengaku hanya sebagai penggali dari kematangan pemikiran Soekarno perasaan bangsa Indonesia itu. Sebab sangat terlihat dengan tidak terjebak katanya “.....jikalau aku menggali pada pemahaman kebangsaan yang rasa perikemanusiaan di dalam bumi sempit yang ia kemukakan diawal Indonesia itu adalah hal yang tidak yang menurutnya Indonesia juga mengherankan. Sebagaimanajuga bagian dari dunia Internasional, tidak mengeherankan jikalau aku sehingga ia menyampaikan kepada menggali rasa Ketuhanan di dalam peserta sidang BPUPK bahwa bumi Indonesia.” (Hamka, 2011: Indonesia harus mengakui 43). keberadaan bangsa lain dan harus menciptakan persatuan dan Asas perikemanusiaan persaudaraan dunia. universal. Asas ini mengakui dan Menurut Soekarno memperlakukan manusia sesuai Internasionalisme yang dimaksud dengan harkat dan martabatnya sangat berhubungan dengan prinsip sebagai makhluk Tuhan, juga Kebangsaan yang diuraikan sila mengakui persamaan derajat, pertama. Tujuannya dengan persamaan hak dan kewajiban asasi melontarkan prinsip ini adalah bukan manusia tanpa membeda-bedakan sekedar membangun nasionalisme suku, keturunan, agama, ras, warna dalam negeri yang dimerdekakan, kulit, kedudukan sosial, dan lainnya. melainkan lebih dari itu yaitu untuk Dalam pembukaan UUD 1945 membangun kekeluargaan bangsa- merupakan perwujudan dari asas bangsa (Syamsuhadi, 1995: 58-59). perikemanusiaan dalam hukum Dalam era sekarang lebih tepat positif Indonesia dalam kehidupan dikatakan sebagai usaha membangun sehari-hari hal ini terlihat pada kerjasama antar bangsa-bangsa dan lembaga-lembaga yang didirikan membangun perdamaian dunia. untuk menampung segala yang tidak Munurut Soekarno,

158 Internasionalisme tidak akan tumbuh Kerakyatan yang dipimpin oleh subur kalau tidak berakar di dalam hikmat kebijaksanaan dalam buminya nasionalisme dan begitupun permusyawaratan/perwakilan. sebaliknya nasionalisme tidak dapat Dijelaskan oleh Soekarno bahwa hidup subur kalau tidak hidup dalam negara Indonesia bukan satu negara taman sarinya internasionalisme. untuk satu orang, bukan satu negara Pada intinya Soekarno untuk satu golongan, melainkan menegaskan bahwa kita sebagai negara “satu buat semua, semua buat bangsa Indonesia tidak mungkin satu”. Soekarno yakin bahwa syarat untuk hidup sendiri dan terasing dari yang mutlak untuk kuatnya negara bangsa-bangsa lain di dunia. Yang Indonesia ialah permusyawaratan, menurut Soekarno pada hakikatnya perwakilan. umat manusia sekarang ini terdiri Dengan cara mufakat kita dari berbagai bangsa-bangsa, perbaiki segala hal, juga keselamatan terutama pada abad kedua puluh ini agama, yaitu dengan jalan tidak dapat kita bayangkan adanya membicarakan atau suatu bangsa yang dapat hidup permusyawaratan di dalam Badan dengan tiada hubungan dengan Perwakilan Rakyat.Bangsa Indonesia bangsa-bangsa lain. Manusia telah sejak dahulu kala menerapkan merupakan suatu homo socius. cara-cara bermusyawarah dalam Demikian pula bangsa tak dapat membahas persoalan masyarakat. hidup sendiri, bangsa hanyalah dapat Musyawarah sebenarnya merupakan hidup di dalam masyarakatnya cara bernegara dan bermasyarakat bangsa-bangsa (Soekarno, 1946, hlm secara demokrasi dikalangan 51). masyarakat kita di zaman dahulu, 3. Demokrasi walaupun mereka hidup dalam Pemikiran Demokrasi kerajaan atau kesultanan. Praktik Soekrano pada pidato 1 Juni 1945 demokrasi semacam itu dinamai sila mufakat atau demokrasi mendahulukan segala teori yang dalam Pancasila terdapat pada demokrasi Barat, seperti kata urutan ke empat dengan sila Soekarno;

159 “Sebelum ada teori-teori rakyat berlandaskan semangat Montesqieu, Voltaire, Rousseau, kekeluargaan. Masalah sebelum teori Trias Politica, sebelum ada parlemen-parlemen di dunia multikulturalisme bisa dijelaskan Barat, kita sudah menjalankan dengan fakta bahwa setiap demokrasi di dalam bentuk secara kuno. Tetapi demokrasi telah ada. warganegara, bahkan jika dipandang Oleh karena itu rasa demokrasi ini sebagai subjek hukum, bukanlah tidak asing lagi bagi kita.”( Soekarno, 1946: 52). individu-individu abstrak yang

Negara persatuan dari tercabut dari akar-akar sosialnya. kebangsaan multikultur bisa bertahan Pengakuan terhadap hak-hak budaya lebih kokoh jika berdiri atas landasan kelompok etnis, terutama golongan pengelolaan pemerintahan yang minoritas perlu diberikan sebagai sanggup menjamin keseimbangan prakondisi menuju pembentukan antara pemenuhan prinsip kebebasan, individu warga negara yang bisa kesetaraan, dan persaudaraan, yang melampaui identitas etniknya (post berlaku bagi segenap warga dan etnic condition). elemen kebangsaan. Yang dituntut Cita-cita kedaulatan rakyat bukan hanya pemenuhan hak-hak dalam semangat kekeluargaan yang individu (individual rights) dan memberi ruang bagi kelompok masyarakat (collective multikulturalisme ini bergema dalam right), melainkan juga kewajiban sanubari bangsa Indonesia sebagai untuk mengembangkan solidaritas pantulan dari pengalaman pahit sosial (gotong royong) dalam rangka penindasan kolonial dan tradisi kemaslahatan dan kebahagiaan hidup gotong royong dalam masyarakat bangsa secara keseluruhan (Yudi, Indonesia (Yudi, 2010: 383). 2010: 383). Prinsip pemerintahan mayoritas berdasar kesetaraan hak- Pernyataan tersebut hak warga negara dengan merupakan sikap tegas Soekarno menghormati hak-hak minoritas sebagai seorang muslim yang tegas (majority rule, minority rights) menjunjung tingga pluralitas mengandaikan adanya kedaulatan masyarakat Indonesia. karena

160 demokrasi dalam pemikiran Dalam pidato 1 Juni 1945 Indonesia bukan sekedar alat prinsip “Kesejahteraan” yang teknis, melainkan juga mengandung disampaikan Soekarno tersebut jiwa pemikiran dan perasaan, maka teletak pada Pancasila terletak pada perwujudan demokrasi itu urutan kelima, yakni sila “Keadilan hendaknya diletakkan berdasarkan sosial bagi seluruh rakyat keperibadian bangsa Indonesia Indonesia”. secara ringkas prinsip sendiri dan cita-cita nasional untuk kesejahteraan ini diartikan oleh mewujudkan masyarakat yang adil Soekarno sebagai prinsip “tidak ada dan makmur (Yudi, 2010: 476). Ia kemiskinan di dalam juga menyerukan kepada kelompok Indonesia”(Ing. Gatut, 2007: 81). Islam dan Kristen untuk bekerja Sila keadilan sosial, sehebat-hebatnya, agar kursi-kursi Soekarno menggalinya dari budaya badan perwakilan rakyat diduduki bangsa yang telah ada sejak zaman oleh beberapa perwakilan, baik keemasan masa lalu, dibawah perwakilan Islam maupun kerajaan-kerajaan besar Sriwijaya, perwakilan Kristen. Majapahit, Mataram dan sejumlah Maka dalam hal ini rakyat kesultanan, baik di Jawa maupun akan memberikan penilaian sendiri diluar Jawa bahwa kitab-kitab kepada wakil-wakilnya yang benar- zaman kuno mengingatkan kita benar mempresentasikan akan zaman yang makmur itu: kedaulatan rakyat bukan gemah ripah loh jinawi, tata memperalat rakyat untuk mencapai tentrem karta raharja, sebuah tujuannya. Selain itu rakyat juga ungkapan Jawa yang melukiskan dituntut untuk menjadi warga suasana masyarakat Indonesia yang negara yang bijaksana, yang dahulu kala negerinya subur, memahami hak dan kewajibannya, makmur, teratur, tentram dan aman serta bertanggung jawab dalam sejahtera, jauh sebelum penjajah menjalankan partisipasi politiknya. menguasai negeri ini, dan itu pula 4. Kesejahteraan yang akan diwujudkan kembali di

161 masa depan Indonesia merdeka yang memberi hidup, yakni politik- (Hamka, 2011: 46). ekonomi demokrasi yang mampu Suasana kemakmuran di mendatangkan kesejahteraan sosial. atas telah sangat jauh berubah Pernyataan Soekarno setelah bangsa Indonesia hidup tersebut seyogyanya tidak sengsara dalam penjajahan di dipandang dari kecenderungan bawah kekuasaan imperialisme dan utopismenya, melainkan dari segi kolonialisme. Bangsa Indonesia tekadnya yang kuat untuk hidup dalam kemiskinan berharap mengupayakan keadilan dan kembali pada kejayaan seperti kesejahteraan sosial diseberang sediakala dan lepas dari alam jembatan emas kemerdekaan. kesengsaraan dibawah penjajahan, Pencapaian tugas luhur itu tidak maka bersemilah rasa keadilan dipercayakan pada laissez fair yang sosial dikalangan bangsa Indonesia, berbasis individualisme- yaitu hasrat ingin untuk merdeka kapitalisme, karena Indonesia guna mewujudkan kemakmuran mengalami pengalaman buruk dan kesejahteraan yang adil. penindasan politik dan kemiskinan Perasaan seperti inilah yang digali ekonomi yang ditimbulkan oleh Soekarno untuk kemudian kolonialisme. Sementara, dijadikan salah satu sila dari kolonialisme itu sendiri merupakan Pancasila. kandungan sila tersebut perpanjangan dari individualism- tidak lain dari suatu idealisme yang kapitalisme, menurutya bahwa tumbuh di masyarakat. keadilan sosial adalah “proses kita Soekarno menginginkan yang maha hebat kepada agar konsep demokrasi bisa individualisme”(Yudi, 2010: 583). bersinergis-mampu memberikan Hasil refleksi tersebut kesejahteraan terhadap rakyat membuatSoekarno menginginkan Indonesia. ia menawarkan kalau seluruh rakyat Indonesia sejahtera nanti mencari demokrasi tanpa memandang kelas sosial yang hendaknya bukan demokrasi barat, ada di masyarakat. melainkan sistem permusyawaratan

162 Dengan demikian, negara religius kehidupan bangsa Indonesia tidak dikehendaki Indonesia yang agraris. Bahwa sebagai “negara liberal” melainkan bangsa agraris, di manapun mereka sebagai “negara kesejahteraan” berada akan pasti menggantungkan (negara sosial). Dalam pemikiran kehidupannya pada pertanian dan para pendiri bangsa, negara peternakan. Kehidupan agraris kesejahteraan tersebut yang sangat ditentukan oleh kondisi alam dimaksud adalah suatu bentuk di luar jangkauan daya manusia. pemerintahan demokratis yang Maka sebagai manusia yang menegaskan bahwa negara mengakui kelemahannya, bangsa bertanggung jawab terhadap Indonesia sejak dahulu kala kesejahteraan rakyat (setidaknya meyakini adanya Tuhan Yang secara minimal), bahwa pemerintah Maha Kuasa, yang kepadaNya harus mengatur pembagian mereka menggantungkan nasib dan kekayaan negara agar tidak ada berdoa akan kemaslahatan hidup. rakyat yang kelaparan, tidak ada Prinsip ketuhanan dalam rakyat yang menemui ajalnya pidato 1 Juni 1945 terletak pada karena tidakmemperoleh jaminan urutan ke-5. Dimana dalam sosial. Dalam negara kesejahteraan Pancasila pemikiran ketuhanan ini Indonesia, yang dituntut oleh etika terletak pada urutan politiknya bukanlah penghapusam pertama.Namun Soekarno hak milik pribadi, melainkan bahwa bermaksud dengan prinsip kelima hak milik pribadi itu memiliki ini hendaknya menyusunIndonesia fungsi sosial, dan negara merdeka dengan bertakwa kepada bertanggung jawab atas Tuhan Yang Maha Esa (Ing. Gatut, kesejahteraan umum dalam 2007: 65). Soekarno dalam masyarakat (Yudi, 2010: 585). pidatonya ia menyampaikan bahwa: 5. Ketuhanan “Prinsip Ketuhanan! Bukan saja bangsa Indonesia bertuhan, Dalam sila Ketuhanan tetapi masing-masing orang Soekarno mengaitkannya dengan Indonesia hendaknya bertuhan Tuhannya sendiri. Yang Kristen kenyataan geografis dan tradisi menyembah Tuhan menurut

163 petunjuk Isa al Masih, yang Islam Dalam konteks pemikiran bertuhan menurut petunjuk Nabi Soekarno, bahwa substansi Muhammad SAW, orang Buddha menjalankan ibadatnya menurut nasionalisme; seperti cinta tanah kitab-kitab yang ada padanya. air, patriotisme, perikemanusiaan Tetapi marilah kita semuanya ber- Tuhan. Hendaknya negara dan pembebasan merupakan Indonesia ialah negara yang tiap- persoalan mu’amalah yang tiap orangnya dapat menyembah Tuhannya dengan cara yang termasuk dalam kategori ajaran leluasa. Segenap rakyat hendaknya Islam dimensi sosial dan ber-Tuhan secara kebudayaan, yakni dengan tiada “egoisme- kemanusiaan. Hal ini dikarenakan agama”. Dan hendaknya Negara Islam tidak hanya menyediakan Indonesia satu Negara yang bertuhan!” (Panitia Nasional ajaran-ajaran komprehensif dalam Peringatan Lahirnja Pantja Sila, 2010: masalah-masalah yang berkaitan 29-30). dengan hukum agama (fiqh), Prinsip yang diuraikan dogma (tauhid), dan etika (akhlak), Soekarno tentang ke-Tuhanan Yang akan tetapi juga dalam masalah- Berkebudayaan adalah agar bukan masalah yang berkaitan dengan saja bangsa Indonesia ber-Tuhan, hubungan manusia dan masalah- tetapi masing-masing orang masalah keduniawiaan (Muhammad Indonesia ber-Tuhan Tuhannya A.S, 2000: 23). sendiri-sendiri. Negara memberi Islam merupakan suatu kebebasan kepada setiap orang pergaulan hidup yang memberi hak untuk menyembah Tuhannya seimbang serta kewajiban yang dengan cara yang leluasa sesuai sama. Peraturan yang terkandung dengan agama dan keyakinan dalam Islam sangat hiterogen, dari Soekarno telah berpikir ke depan masalah ke-Tuhanan sampai pada bahwa negara harus memberi persoalan tatanan rumah tangga kebebasan kepada setiap warganya hingga mengurus hubungan dengan untuk memeluk agama dan mereka yang berlainan agama dan keyakinannya, sebagaimana berlainan negeri serta mendorong tuntutan hak-hak asasi manusia semangat untuk mencapai derajat (Syamsuhadi, 1995: 63-64). kemanusiaan. Dalam hal ini

164 sebagaimana adalah masyarakat yang majemuk dikutip Dwi Purwoko dalam atau plural. Pada urutan kedua “Negara Islam”, mengatakan tentang Internasionalisme Soekarno bahwa tidak perlu seorang muslim ini sangat berkaitan dengan prinsip menghilangkan rasa kebangsaan Kebangsaan. Yangbermaksud dan kebudayaan. Karena Ajaran menjaga pluralitas negara Islam juga mengakui bahwa Indonesia. dan menjaga hubungan manusia dijadikandalam bergolong- bangsa dalam negri dengan bangsa- golongan, bangsa-bangsa dan bangsa luar negri hingga bangsa bersuku bangsa. Hal tersebut Indonesia mampu tumbuh dengan merupakan fitrah (Dwi, 2001: 78). subur. Cinta tanah air adalah fitrah Kemudian Pada urutan manusia, cinta tanah air merupakan ketiga adalah demokrasi yang cinta kepada seluruh rakyat yang merupakan pemikiran tegas tinggal di atas air itu (Nur, 2001: Soekarno sebagai seorang muslim, 128). Implikasi dari cinta itu, maka dengan meletakkan demokrasi di setiap orang berkewajiban menjaga atas kepribadian bangsa Indonesia dan memelihara semua yang ada di untuk mengatasi masalah atas tanah airnya. keberagaman yang nantinya Perumusan Pancasila sendiri mampu menciptakan masyarakat yang beliau usulkan mampu yang adil dan makmur. Selanjutnya diterima sebagai ideologi negara mengenai pemikiran kesejahteraan walaupun terdapat pembenahan hal ini mengingat Indonesia dalam pengurutan dan peristilahan. mengalami penindasan dan Dengan melihat akar pemikiran kemiskinan ekonomi yang Soekarno adalah nasionalisme, ditimbulkan oleh kolonialisme maka soekarno meletakkan maka dengan prinsip ini Soekarno nasionalisme (Kebangsaan berharap bangsaIndonesia dapat Indonesia) dalam urutan pertama hidup sejahtera tanpa memandang dengan maksud untuk menyatukan adanya kelas sosial. kondisi masyarakat Indonesia

165 Yang terahir adalah prinsip E. Kesimpulan Ketuhanan, Soekarno bermaksud Pemikiran Soekarno dalam meletakkan prinsip Ketuhanan pada perumusan Pancasila berdasarkan teori urutan terahir ialah sebagai dekontruksi maka dapat disimpulkan bahwa pengokoh atau penguat dari prinsip- Pancasila bukanlah sekerdar preferensi prinsip sebelumnya. Pada prinsip Soekarno semata, namun terdapat Ketuhanan ini penulis melihat sumbangan pemikiran tokoh lainnya yakni bahwa Soekarno berharap Soepomo dan Yamin. Hal ini dilihat dari masyarakat Indonesia semuanya adanya kesamaan dalam pidato tiga tokoh bertuhan dan negara Indonesia tersebut. serta rentang waktu pidato memberi kebebasan pada rakyatnya Soekarno paling akhir menunjukkan bahwa untuk bertuhan sesuai dengan pidato Soekarno merupakan cakupan atau agama yang diyakini tanpa ada pelengkap dari pidato sebelumnya. unsur paksaan. Pemikiran soekarno tentang asas Ketuhanan Setelah dilakukan yang terletak diakhir bukan berarti Soekarno rekontruksi, diketahui bahwa saat mengabaikan dimensi keimanannya namun proses perumusan Pancasila tahun melihat kondisi bangsa Indonesia pasca 1945 terdapat beberapa tokoh yang merdeka dari jajahan Jepang kembali menonjol dalammenyampaikan mendapat ancaman jajahan dari bangsa pidato-pidtaonya. Yakni pidato Mu. Belanda maka Soekarno berupaya Yamin tanggal 29 Mei 1945, membangun semangat bangsa Indonesia Soepomo tanggal 31 Mei 1945 dan dengan meletakkan asas nasionalisme pada pidato Soekarno tanggal 1 Juni urutan pertama, prinsip Ketuhanan 1945. Terlihat pidato Soekanolah diletakkan pada urutan terahir justru sebagai yang tampak paling akhir, namun pengunci dan penguat asas-asas sebelumnya pidato Soekarno juga yang di untuk dijalankan berdasarkan Ketuhanan. sambut secara aklamis pada sidang- sidang perumusan dasar negara tersebut. jika dilihat terdapat titi singgung atau keterkaitan pidato antar tokoh tersebut.

166 Hikam, Muhammad A.S, Islam, Demokratisasi, dan Pemberdayaan Daftar Pustaka Civil Society, 2000, Jakarta: Erlangga

Amir, Zainal Abidin dkk, Soekarno, dan NU Hatta, Mohammad, Dalam Panitia Lima, Titik Temu Nasionalisme, 2013, 1984 Uraian Pancasila, Jakarta: Mutiara Yogyakarta: LkiS Abdullah, Amin, Studi Agama: Normativitas Hatta, Mohammad dkk,1977, Uraian atau Historisitas, 1999, Pancasila, Jakarta: Mutiara Yogyakarta: Pustaka Pelajar Hamka Haq, Pancasila 1 Juni dan Syariat Alfian, Pemikiran dan Perubahan Politik Islam, 2011, Jakarta: RMBOOKS Indonesia : Kumpulan Karangan, 1978, Jakarta : P.T Gramedia Kaelan, Negara Kebangsaan Pancasila; Ahmad, Nur, (ed), Pluralitas Agama, Kultural, Historis,Filosofis, Kerukunan dalam Keberagamaan, Yuridis, dan Aktualisasinya, 2013, 2001, Jakarta:Buku Kompas yogyakarta: PARADIGMA

Dham,Bernhard,Soekarno dan Perjuangan. , Filsafat Bahasa, Semiotika dan Terj. Hasan Basari, Jakarta:LP3ES. 1987 Hermeneuika, Yogyakarta: Paradigma

Daman, Rozikin, 1995, Pancasila Dasar Kusuma, RM, A.B, Lahirnya Undang- Falsafah Negara, Jakarta: PT. Raja Undang Dasar 1945, 2009, Jakarta: Grafindo Persada Badan Penerbit Fakultas Hukum UI

Yamin, Mohammad, 1995, Pembahasan Kasenda, Peter, Soekarno Muda; Biografi UUD Indonesia, Jakarta: Prapanca Pemikiran 1926-1933, cet. 2, 2014, Depok: Komunitas Bambu D. Legge,John, Soekarno: Sebuah Biografi Latif,Yudi, Negara Paripurna, 2011, Politik, 2001, Jakarta: Sinar Harapan Jakarta: Gramedia Dham,Berhan,Soekarno dan Perjuangan Kemerdekaan, 1987, Jakarta: , Negara Parpurna Historitas, Penerbit LP3S Rasionalitas, dan Aktualitas Elibrahim, Soekarno-Hatta Sang Pancasila Proklamator, 2011, Jakarta: CV Arya Duta

Gatut Saksono,Ign,Pancasila Soekarno, Maarif, Ahmad Syafii, Islam Dan Masalah 2007, Yogyakarta: CV. URNA Kenegaraan: Studi Tentang CIPTA MEDIA JAYA Percaturan Dalam Konstituante, cet. II,1985, Jakarta: Penerbit LP3ES

167 tanggal 17 Agustus 1961 Risalah Notonagoro, Pancasila Yuridis Kenegaraan, Sidang Badan Penyelidik Usaha- Usaha Persiapan Kemerdekaan Yogyakarta: Fakultas Filsafa Indonesia (BPUPKI)-Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia ------, Beberapa Hal Mengenai (PPKI) 28 Mei 1945-22 Agustus 1945, 1995, Jakarta: Sekretariat Falsafah Pancasila, Cet. 9, 1980 Jakarta: Negara Republik Indonesia, 1972, Tiga Peristiwa Bersejarah, Jakarta: Pantjuran Tujuh Sinar Hudaya. ------,“Lahirnya Pancasila 1945”, Tiga Peristiwa Bersejarah, Jakarta: Norris, Chistopher, 2003, Membongkar Sinar Hudaya Teori Dekontruksi Jacques Derrida, Jakarta: Ar-Ruzz Soekarno, 1964, Di Bawah Bendera Revolusi Jilid 1, Djakarta: Panitia Negara Republik Indonesia (1945-1949), Penerbit Dibawah Bendera Jakarta: Gema Insani Press Revolusi ------, Kewajiban Wanita Dalam Notonagoro, Pancasila Secara Ilmiah Perdjoeangan Republik Indonesia, 1963, Jakarta: Panitia Penerbit Karangan Presiden Populer, 1975, Jakarta: Pantjuran Tujuh Soekarno

Panitia Nasional Peringatan Lahirnja Pantja , Filsafat Pancasila Menurut Bung Sila, Tjamkan Pnatja Sila, Pantja Karno, Yogyakarta: Penerbit Media Sila Dasar Falsafah Negara,1964, Presindo Djakarta: Panitia Nasional Lahirnja , Pancasila sebagai Dasar Negara, Pantja Sila II, Jakarta: Kementrian Penerangan, tt Rahardjo, Dawam, Bung Karno sebagai , Pancasila dan Perdamaian Dunia Pemikir Islam, Opini, 19 November ; Sebuah Kumpulan Pidato, 1988, 2010, Sumber Paramadina.com Jakarta: Inti Idayus Press-Yayasan Pendidikan Soekarno ------, Bambang, Syamsuhadi, Garuda , 1951, Indonesia Menggugat: Emas Pancasila Sakti, 1995, Jakarta : Pidato Pembelaan Bung Karno di Yapeta Pusat Muka Hakim Kolonial, Jakarta: S. K Seno , M. Dawam , Esei-esei Ekonomi Saifuddin Anshari, Endang, Piagam Jakarta Politik, 1985, Jakarta: LP3ES 22 Juni 1945; Sebuah Konsensus Nasional Tentang Dasar Negara Republik Indonesia (1945-1949), Re-So-Pim (Revolusi – Sosialisme 1997, Jakarta: Gema Insani Press Indonesia – Pimpinan Nasional), amanat Presiden RI pada hari Soemhadiwidjojo, Rhien, Bung Karno Sang ulang tahun Proklamasi Singa Podium “Revolusimu Belum Kemerdekaan Republik Indonesia

168 Selesai” 2013, Yogyakarta: Second Suhelmi,Ahmad,Soekarno Versus Natsir, Hope 1999, Jakarta: Darul Falah Soemoha diwidjojo,Rhien, Bung Karno Sang Singa Podium;Revolusimu The History and the role of Departement of Belum Selesai, 2013, Yogyakarta: Religious Affairs of the Republik of Secondihope Indonesia, , 1975, Jakarta: Bureau of Public Relation, Departement of Sjamsuddin, Nazaruddin,Soekarno; Religious Affairs Pemikiran Politik dan Kenyataan Praktek, 1993, Jakarta: Rajawali Yamin, Muhammad (ed.), Naskah Pers Persiapan Undang-Undang Dasar 1945, Saifuddin Anshari, Endang , 1997, Piagam Jilid I Jakarta 22 Juni 1945; Sebuah Konsensus Nasional Tentang Dasar ,Pembahasan UUD Saksono,Gatut, Pancasila Soekarno, 2007, Yogyakarta: CV. URNA CIPTA Indonesia, 1959, Jakarta: MEDIA JAYA Prapanca Sowarno, P.J, Pancasila Budaya bangsa

Indonesia, 1993, Yogyakarta: Kanisius

169