Quick viewing(Text Mode)

Struktur Dan Hubungan Makna Antarunsur Dalam Nama-Nama Olahan Berbahan Dasar Ayam

Struktur Dan Hubungan Makna Antarunsur Dalam Nama-Nama Olahan Berbahan Dasar Ayam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

STRUKTUR DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARUNSUR DALAM NAMA-NAMA OLAHAN BERBAHAN DASAR AYAM

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Sastra

Program Studi Sastra Indonesia

Oleh

Maratul Khusna

NIM: 174114030

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA 2021

i

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri, dan jika

kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu untuk dirimu sendiri

(QS. Al Isra‘:7).

Karya sederhana ini saya persembahkan untuk,

Bapak (Sarjono), Mama (Sri Lestari), Program Studi Sastra Indonesia USD, serta

segenap pembaca.

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK Khusna, Maratul. 2021. “Struktur dan Hubungan Makna Antarunsur dalam Nama-nama Olahan Berbahan Dasar Ayam”. Skripsi Strata Satu (S- 1). Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.

Skripsi ini membahas struktur dan hubungan makna antarunsur dalam nama-nama olahan berbahan dasar ayam. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan struktur dan hubungan makna antarunsur dalam nama-nama oalahan berbahan dasar ayam. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teori frasa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pengumpulan data, metode analisis data, dan metode penyajian hasil analisis data. Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah metode simak dengan teknik catat. Metode analisis data pada penelitian ini menggunakan metode agih dengan teknik bagi unsur langsung, teknik lesap, dan teknik sisip. Hasil analisis data pada penelitian ini disajikan dengan menggunakan metode formal. Hasil penelitian ini berupa struktur dan makna gramatikal yang ditimbulkan oleh nama-nama olahan berbahan dasar ayam. Struktur nama-nama olahan berbahan dasar ayam ayam terdiri dari tujuh kategori, yaitu (i) D-M (N+N), (ii) D- M (N+FN), (iii) D-M (N+V), (iv) D-M (N+Adj), (v) D-M (FN+N), (vi) D-M (FN+Adj), dan (vii) D-M (FN+FN). Makna gramatikal yang ditimbulkan oleh nama-nama olahan berbahan dasar ayam terdiri atas lima jenis, yaitu (i) makna ‗bahan‘, (ii) makna ‗yang di-‗, (iii) makna ‗campuran‘, (iv) makna ‗asal tempat‘, dan (v) makna ‗rasa‘.

Kata kunci: struktur frasa, hubungan makna antarunsur frasa, frasa nominal, nama-nama olahan berbahan dasar ayam.

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACK Khusna, Maratul. 2021. “Structure and Relations Between The Meaning In The Names Of Chicken Based Processes”. A First Level of Thesis (S- 1). Indonesian Literature Study Program, Faculty of Literature, Sanata Dharma University.

This thesis talk about the structure and relations between the meaning in the structure and relations between the meaning in the names of chicken based processes. The goals of this research is to describe the structure and relations between the meaning in the names of chicken based processes. This research conduct use the phrases theory. The methods used in this research are data collection methods, data analysis methods, and data analysis methods. The data collection method in this research is the observation method with note taking technique. The data analysis in this research is distributional method with segmenting immediate consitutents technique, delete technique, and interruption technique. The result of data analysis in this research are presented using formal method. The results of this research are in the form of gramatical structures and meanings generated by the the names of chicken based processes. The structure of the names of chicken based processes consist of seven categories, namely (i) D-M (N+N), (ii) D-M (N+PN), (iii) D-M (N+V), (iv) D-M (N+Adj), (v) D-M (PN+N), (vi) D-M (PN+Adj), and (vii) D-M (PN+PN). Gramatical meanings generated by the names of chicken based processes consist of five types, they are (i) meaning of ‗ingredient‘, (ii) meaning of ‗yang di-‘, (iii) the meaning of ‗mixed‘, (iv) the meaning of ‗where it‘s come from‘, and (v) the meaning of ‗taste‘.

Keywords: phrases structural, the relationship between the meaning of phrases, nominal phrases, names of chicken based processes.

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...... i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ...... ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ...... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...... v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .... vi

KATA PENGANTAR ...... vii

ABSTRAK ...... xi

ABSTRACK ...... x

DAFTAR ISI ...... xi

BAB I PENDAHULUAN ...... 1

1.1 Latar Belakang...... 1

1.2 Rumusan Masalah ...... 4

1.3 Tujuan Penelitian ...... 4

1.4 Manfaat Hasil Penelitian ...... 4

1.4.1 Manfaat Teoretis ...... 5

1.4.2 Manfaat Praktis ...... 5

1.5 Tinjauan Pustaka...... 5

1.6 Landasan Teori ...... 8

1.6.1 Pengertian Frasa ...... 8

1.6.2 Frasa Nominal ...... 11

1.6.3 Frasa Nominal Bertingkat ...... 11

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1.6.4 Frasa Nominal Subordinatif (FNS) ...... 12

1.6.4.1 FNS Berstruktur N + N ...... 13

1.6.4.2 FNS Berstruktur N + V ...... 20

1.6.4.3 FNS Berstruktur N + A ...... 21

1.6.4.4 FNS Berstruktur Adv + N ...... 23

1.6.4.5 FNS Berstruktur N + Adv ...... 24

1.6.4.6 FNS Berstruktur Num + N ...... 24

1.6.4.7 FNS Berstruktur N + Num ...... 25

1.6.4.8 FNS Berstruktur N + Dem ...... 25

1.7 Metode Penelitian ...... 25

1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ...... 26

1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data ...... 26

1.7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Data ...... 28

1.8 Sistematika Penyajian ...... 28

BAB II STRUKTUR NAMA-NAMA OLAHAN BERBAHAN

DASAR AYAM ...... 29

2.1 Pengantar ...... 29

2.2 Nama-nama Olahan Berbahan Dasar Ayam dengan Struktur

D-M (N+N) ...... 29

2.3 Nama-nama Olahan Berbahan Dasar Ayam dengan Struktur

D-M (N+FN) ...... 32

2.4 Nama-nama Olahan Berbahan Dasar Ayam dengan Struktur

D-M (N+V) ...... 34

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2.5 Nama-nama Olahan Berbahan Dasar Ayam dengan Struktur

D-M (N+Fadj) ...... 36

2.6 Nama-nama Olahan Berbahan Dasar Ayam dengan Struktur

D-M (FN+N) ...... 37

2.7 Nama-nama Olahan Berbahan Dasar Ayam dengan Struktur

D-M (FN+Adj) ...... 40

2.8 Nama-nama Olahan Berbahan Dasar Ayam dengan Struktur

D-M (FN+FN)...... 41

BAB III HUBUNGAN MAKNA ANTARUNSUR DALAM NAMA-NAMA

OLAHAN BERBAHAN DASAR AYAM ...... 44

3.1 Pengantar ...... 44

3.2 Makna ‗Bahan‘ ...... 44

3.3 Makna ‗yang di-‗ ...... 46

3.4 Makna ‗Campuran‘ ...... 48

3.5 Makna ‗Asal Tempat‘ ...... 52

3.6 Makna ‗Rasa‘ ...... 54

BAB IV PENUTUP ...... 56

4.1 Kesimpulan ...... 56

4.2 Saran ...... 57

DAFTAR PUSTAKA ...... 58

LAMPIRAN ...... 60

Lampiran 1. Sumber Data ...... 60

Lampiran 2.Struktur Nama-nama Olahan Berbahan Dasar Ayam ...... 62

xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 3. Hubungan Makna Antarunsur dalam Nama-nama Olahan

Berbahan Dasar Ayam ...... 63

xiv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Objek pada penelitian ini adalah struktur dan hubungan makna antarunsur dalam nama-nama olahan berbahan dasar ayam. Pemberian nama pada olahan berbahan dasar ayam dilakukan sesuai kehendak masing-masing orang yang membuatnya. Hal ini mengakibatkan nama olahan berbahan dasar ayam menjadi beragam.

Daging ayam menjadi jenis produk hewani yang banyak digemari oleh masyarakat. Hal ini disebabkan daging ayam dapat diolah menjadi berbagai macam olahan. Dilansir dari laman Merdeka.com daging ayam memiliki enam manfaat bagi tubuh, yaitu (i) menjadi sumber protein yang tinggi, (ii) sebagai anti depresan, (iii) membantu melawan penyakit, (iv) mengatur kadar kolestrol, (v) sumber mineral bagi ibu hamil, dan (vi) merangsang aktivitas metabolik bagi tubuh. Pada penelitian ini, nama olahan berbahan dasar ayam yang diteliti merupakan nama-nama olahan yang sudah lazim digunakan oleh masyarakat di

Indonesia, misalnya, ayam matah, ayam sambal pecak, dan .

Chaer (2009:39) menjelaskan frasa terbentuk dari dua kata atau lebih, dan mengisi salah satu fungsi sintaksis. Berdasarkan pengertian tersebut, nama-nama olahan berbahan dasar ayam termasuk dalam kategori frasa karena terbentuk dari dua kata atau lebih, misalnya:

(1) ayam goreng (2) ayam sambal matah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2

Dilihat dari fungsi dan jenisnya, frasa dibedakan menjadi empat jenis, yaitu frasa benda (nominal), frasa kerja (verbal), frasa sifat (adjektiva), frasa depan, dan frasa keterangan (Chaer, 2011:303). Secara keseluruhan, nama-nama olahan berbahan dasar ayam termasuk dalam jenis frasa nominal. Frasa nominal adalah frasa yang digunakan untuk menjadi subjek atau objek di dalam kalimat (Chaer,

2011:303). Perhatikan contoh berikut:

(1a) Aku membeli ayam goreng. (2a) Ayam sambal matah itu akan aku makan.

Hal pertama yang dibahas dalam penelitian ini adalah struktur frasa nominal pada nama-nama olahan berbahan dasar ayam. Berdasarkan kedudukan kedua unsurnya, frasa nominal dibagi menjadi tiga macam, yaitu frasa nominal setara, frasa nominal bertingkat, dan frasa nominal terpadu (Chaer, 2011:303). Nama- nama olahan berbahan dasar ayam termasuk dalam frasa nominal bertingkat, yaitu frasa nominal yang memiliki dua buah unsur. Unsur pertama berupa nomina yang menjadi inti frasa dan unsur kedua dapat berupa nomina, verba, adjektiva, atau adverbia yang berperan sebagai penjelas (Chaer, 2011:304). Inti frasa merupakan unsur yang diterangkan (D), sedangkan penjelas merupakan unsur yang menerangkan (M), misalnya:

(3) ayam sambal jamur D M

Kata ayam (N) pada frasa ayam sambal jamur adalah unsur inti atau unsur yang diterangkan, frasa nominal (FN) sambal jamur adalah unsur penjelas atau unsur yang menerangkan, sehingga strukturnya adalah D-M (N + FN). Dapat digambarkan dalam bagan berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3

ayam sambal jamur

D M

Hal kedua yang dibahas pada penelitian ini adalah hubungan makna antarunsur dalam nama-nama olahan berbahan dasar ayam. Hubungan antarunsur pada frasa nominal memiliki berbagai macam makna gramatikal. Makna-makna tersebut diketahui berdasarkan unsur-unsur pembentuknya. Menurut strukturnya, frasa nominal dibedakan menjadi dua, yaitu frasa nominal koordinatif (FNK) dan frasa nominal subordinatif (FNS) (Chaer, 2009:121). Secara khusus, penelitian ini membahas frasa nominal subordinatif (FNS). Frasa subordinatif adalah frasa yang dapat dibentuk dari nomina + nomina (N + N), nomina + verba (N + V), nomina + adjektiva (N + A), adverbia + nomina (Adv + N), nomina + adverbia (N + Adv), nomina + numeralia (N + Num), numeralia + nomina (Num + N), dan nomina + demonstrativa (N + Dem), (Chaer, 2009:122). Perhatikan contoh berikut.

(1a) ayam goreng N V

Frasa ayam goreng memiliki struktur N + V. Hubungan unsur frasa tersebut menimbulkan makna gramatikal ‗yang di..‘. Makna ‗yang di‘ dapat disusun bila unsur pertama frasa memiliki komponen makna (+ benda) dan unsur kedua memiliki komponen makna (+ tindakan) (Chaer, 2009: 129). Secara potensial, di antara kedua unsurnya dapat disisipkan kata yang di... seperti pada contoh berikut:

(1b) ayam yang digoreng

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4

Pada contoh (1b) dapat dilihat bahwa setelah disertakan kata yang di- makna yang dihasilkan adalah makna cara.

Penelitian ini penulis lakukan berdasarkan dua alasan. Pertama, penelitian mengenai nama-nama olahan berbahan dasar ayam belum pernah ada sebelumnya.

Kedua, nama-nama olahan berbahan dasar ayam yang beragam menarik untuk diteliti dengan teori frasa sehingga dapat mengetahui struktur dan hubungan makna yang ditimbulkan dari setiap unsurnya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini sebagai berikut:

1.2.1 Bagaimana struktur dalam nama-nama olahan berbahan dasar ayam?

1.2.2 Bagaimana hubungan dalam makna antarunsur nama-nama olahan berbahan

dasar ayam?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut:

1.3.1 Mendeskripsikan struktur dalam nama-nama olahan berbahan dasar ayam.

1.3.2 Mendeskripsikan hubungan makna antarunsur dalam nama-nama olahan

berbahan dasar ayam.

1.4 Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini berupa deskripsi struktur dan hubungan makna antarunsur dalam nama-nama olahan berbahan dasar ayam. Dengan demikian, manfaat teoretis dan manfaat praktis penelitian ini adalah seba\gai berikut.

1.4.1 Manfaat Teoretis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5

Secara teoretis, penelitian ini dapat dijadikan contoh penerapan teori sintaksis, khususnya pada bidang frasa, yaitu struktur dan makna hubungan antarunsur pada nominal.

1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini dapat mendokumentasikan nama-nama olahan berbahan dasar ayam. Bagi pembaca, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan mengenai nama-nama olahan berbahan dasar ayam.

1.5 Tinjauan Pustaka

Penelitian dengan objek formal teori frasa pernah dilakukan oleh

Arumpuspa (2016), Ismail (2016), Kelen (2017), dan Dharmayanti (2018), sedangkan penelitian dengan objek material nama-nama olahan berbahan dasar ayam belum pernah dilakukan.

Arumpuspa (2016) dalam skripsinya meneliti penggunaan frasa dalam tagline majalah terbitan Amerika Serikat. Tujuan penelitian tersebut adalah untuk mengidentifikasi jenis frasa dalam tagline majalah terbitan Amerika Serikat dan untuk mengetahui makna frasa yang terdapat dalam tagline tersebut. Analisis data dilakukan dengan metode deskriptif. Hasil penelitian tersebut meliputi jenis frasa yang terdapat pada tagline majalah terbitan Amerika Serikat, yaitu 28 frasa nomina dari 35, 4 frasa verba dari 35, 2 frasa preposisi dari 35, dan 1 frasa adverbia dari 35. Makna yang terkandung dalam frasa pada tagline majalah terbitan Amerika Serikat, yaitu 27 makna konseptual dari 35 dan 8 makna konotatif dari 35.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6

Ismail (2016) dalam skripsinya meneliti penggunaan frasa nominal pada rubrik cerpen koran Kompas bulan Juni-Agustus 2014. Tujuan penelitian tersebut adalah untuk mendeskripsikan kontruksi frasa nominal yang terdapat dalam rubrik cerpen koran Kompas edisi Juni-Agustus 2014, mendeskripsikan pola frasa nominal dalam rubrik cerpen koran Kompas edisi Juni-Agustus 2014, mendeskripsikan fungsi frasa nominal dalam rubrik cerpen koran Kompas edisi

Juni-Agustus 2014, dan mengetahui hubungan antarunsur pembentuk frasa nominal dalam rubrik cerpen koran Kompas edisi Juni-Agustus 2014. Analisis data dilakukan dengan metode agih dengan teknik pilah unsur tertentu dan teknik balik. Hasil penelitian berupa (i) kontruksi frasa nominal terdiri atas 3 macam, yaitu endosentrik koordinatif, endosentrik atributif, dan endosentrik apositif, (ii) terdapat tujuh belas pola frasa nominal, yaitu N + N, N + N1… + Nn, FN/N + yang + FV/V, FN/N + FAdj/Adj, FN/N +, yang + FAdj/Adj, FNum/Num + FN/N,

N + V, FN/N + Pr, FN/N + Dem, Atr + N, N, (N1 + N2), N + Adj + N, N + Konj

+ N, FN/N + FNum/Num, FN/N + yang + N, FN + Konj + FN, dan Neg + N, (iii) terdapat lima macam fungsi frasa nominal, yaitu sebagai subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan, dan (iv) terdapat delapan hubungan makna pembentuk frasa nominal, yaitu penjumlahan, pemilihan, kesamaan, penerang, pembatas, penentu/penunjuk, jumlah, dan sebutan.

Kelen (2017) dalam skripsinya meneliti struktur dan kategori frasa endosentris atributif dalam artikel opini Kompas edisi 1-4 Maret 2017. Tujuan penelitian tersebut adalah untuk mendeskripsikan struktur dan kategori frasa endosentris atributif yang terdiri dari empat kata. Metode analisis data dilakukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7

dengan teknik analisis data model Miles dan Huberman. Hasil penelitian berupa lima struktur dan satu kategori. (i) struktur frasa 2 unsur pusat didahului 2 atribut,

(ii) struktur frasa 2 unsur pusat diikuti 2 atribut, (iii) struktur frasa 1 unsur pusat diikuti 3 atribut, (iv) struktur frasa 3 unsur pusat diikuti 1 atribut, (v) struktur frasa

3 unsur pusat didahului 1 atribut, dan (vi) kategori frasa nominal.

Dharmayanti (2018) dalam skripsinya meneliti struktur dan hubungan makna antarunsur frasa nominal dalam rubrik edukasi Kompas.com. Tujuan penelitian tersebut adalah mendeskripsikan struktur dan hubungan makna antarunsur frasa dalam rubrik edukasi Kompas.com. Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan teknik analisis isi. Hasil penelitian menemukan 187 frasa yang menggunakan struktur dan hubungan makna antarunsur frasa nominal. Terdiri dari 83 frasa nominal struktur NI – Nn dengan hubungan makna pembatas 14, 3 frasa nominal struktur NI – Nn dengan hubungan makna penerang, 3 frasa nominal struktur NI – (+….Nn) [dari, dengan, demi, untuk, tentang]+N2 dengan hubungan makna penerang, 1 frasa nominal struktur N+yang+[V/FV]+-nya+Dem dengan hubungan makna penentu atau penunjuk, 20 frasa nominal struktur N+A dengan hubungan makna penerang, 3 frasa nominal struktur N+A dengan hubungan makna pembatas, 1 frasa nominal struktur N+yang+A1+A2 dengan hubungan makna pembatas, 31 frasa nominal struktur [Bil/FBil]+N dengan hubungan makna jumlah, 19 frasa nominal struktur

N+Dem dengan hubungan makna penentu atau penunjuk, 2 frasa nominal struktur

N+Pro dengan hubungan makna pembatas, 17 frasa nominal struktur

Part+[N,A,ter-V] dengan hubungan makna penerang, 3 frasa nominal struktur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8

Part+[N,A,ter-V] dengan hubungan makna antarunsur pembatas, dan 1 frasa nominal struktur Part+[N,A,ter-V] dengan hubungan makna sebutan.

Penelitian-penelitian di atas selanjutnya penulis jadikan dasar dan tolak ukur dalam menganalisis struktur dan hubungan makna antarunsur dalam nama-nama olahan berbahan dasar ayam.

1.6 Landasan Teori

Pada bagian ini dipaparkan pengertian frasa, frasa nominal, frasa nominal bertingkat, dan frasa nominal subordinatif.

1.6.1 Pengertian Frasa

Frasa adalah satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi dalam S, P, O, Pel, atau Ket (Ramlan, 2005: 139).

Keraf (1984:138) menjelaskan bahwa frasa merupakan sebuah konstruksi yang terdiri dari dua kata atau lebih. Dua kata tersebut dapat bertindak sebagai inti atau hanya satu yang bertindak sebagai inti. Menurut Tarigan (1983:50), frasa adalah satuan linguistik yang secara potensial terdiri atas gabungan dua kata atau lebih dan tidak memiliki ciri-ciri sebagai klausa. Chaer (2009: 39) menerangkan bahwa frasa dibentuk dari dua kata atau lebih dan mengisi salah satu fungsi sintaksis.

Berdasarkan pengertian frasa dari para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa frasa merupakan satuan gramatikal yang tersusun dari dua kata atau lebih dan dapat mengisi salah satu fungsi sintaksis. Perhatikan pada contoh berikut:

(4) Kakak saya suka minum teh hangat di angkringan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9

Seluruh fungsi klausa di atas diisi oleh frasa. Fungsi S diisi oleh frasa kakak saya, fungsi P diisi oleh frasa suka minum, fungsi O diisi oleh frasa teh hangat, dan fungsi Ket diisi oleh frasa di angkringan.

Frasa terdiri dari dua kata atau lebih dan dapat dibuktikan, misalnya frasa kakak saya dapat menjadi kakak saya yang pertama. Begitu juga dengan frasa teh hangat dapat menjadi segelas teh hangat, sedangkan frasa di angkringan bisa menjadi di angkringan kali code atau di angkringan slamet (Chaer,2009:39).

Dilihat berdasarkan kedua unsur yang membentuknya, frasa dibedakan menjadi tiga, yaitu frasa setara, frasa bertingkat, dan frasa terpadu (Chaer,

2011:302). Frasa setara adalah frasa yang kedua unsurnya memiliki kedudukan yang sama derajatnya. Unsur di dalamnya tidak tergantung satu sama lain, misalnya:

(5) Ternyata ayah ibu sudah pergi.

Pada kalimat di atas, frasa ayah ibu dapat diganti oleh kata ayah atau ibu saja.

Frasa bertingkat adalah frasa yang kedua unsurnya memiliki kedudukan yang tidak sama (Chaer, 2011:302). Unsur pertama kedudukannya sangat penting sehingga tidak dapat ditanggalkan, sedangkan unsur kedua hanya bertindak sebagai unsur penjelas, misalnya:

(6) Mereka sudah membangun rumah.

Kata membangun merupakan unsur penting dalam frasa sudah membangun, sehingga kedudukannya tidak bisa ditanggalkan. Berbeda dengan kata sudah merupakan unsur penjelas, sehingga kedudukannya dapat ditanggalkan, misalnya:

(6a) Mereka membangun koperasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

Frasa terpadu adalah frasa yang kedua unsurnya tidak dapat ditanggalkan

(Chaer,2011:302). Apabila salah satu unsurnya ditanggalkan, kedudukan frasa tersebut tidak diterima oleh kalimat, misalnya:

(7) Aku baru pulang dari Jepang.

Kata dari atau kata Jepang pada frasa tersebut tidak dapat ditanggalkan karena bila ditanggalkan kalimat yang dihasilkan tidak akan diterima, misalnya:

(7a) Aku baru pulang dari. (7b) Aku baru pulang Jepang.

Dilihat dari segi fungsi dan jenisnya, frasa dibedakan menjadi empat, yaitu frasa benda (nominal), frasa kerja (verbal), frasa sifat (adjektival), frasa depan, dan frasa keterangan (Chaer, 2011:303). Frasa nominal adalah frasa yang memiliki kedudukan yang sama dengan kata nominal. Frasa nominal lazim digunakan sebagai subjek atau objek dalam kalimat, misalnya:

(8) Aku mendengarkan pidato presiden di televisi. (8a) Pidato presiden akan disiarkan di televisi.

Chaer (2011:317) menyatakan bahwa frasa verbal adalah frasa yang memiliki kedudukan yang sama dengan kata verbal. Frasa verbal lazimnya digunakan sebagai predikat di dalam kalimat, misalnya:

(9) Aku tidak mendengar suaramu.

Menurut Chaer (2011:319) frasa adjektival adalah frasa yang memiliki kedudukan yang sama dengan kata adjektival. Frasa adjektival biasa digunakan sebagai predikat dalam kalimat, misalnya:

(10) Dia sangat baik. (11) Ayahku kuat sekali.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

Chaer (2011: 323) menjelaskan frasa preposisi dan frasa keterangan adalah frasa yang biasanya menduduki fungsi keterangan dalam kalimat, misalnya:

(12) Ibu pergi ke pasar. (13) Mereka bekerja dengan hati-hati.

1.6.2 Frasa Nominal

Chaer (2009: 121) menjelaskan frasa nominal adalah frasa yang bisa mengisi fungsi subjek atau objek dalam sebuah klausa, misalnya:

(14) Aku mendengarkan pidato presiden di televisi. (14a) Pidato presiden akan disiarkan di televisi.

Berdasarkan kedudukan kedua unsurnya, frasa nominal dibedakan menjadi tiga, yaitu frasa nominal setara, frasa nominal bertingkat, dan frasa nominal terpadu, sedangkan berdasarkan strukturnya, frasa nominal dibagi menjadi dua, yaitu frasa nominal koordinatif dan frasa nominal subordinatif (Chaer, 2011: 3).

1.6.3 Frasa Nominal Bertingkat

Frasa nominal bertingkat adalah frasa nominal yang dibentuk dari dua buah unsur. Unsur pertama adalah sebuah kata/frasa yang bertindak sebagai inti frasa dan unsur kedua dapat berupa kata/frasa verbal, kata/frasa adjektiva, atau kata/frasa keterangan yang bertindak sebagai unsur penjelas (Chaer, 2011: 304).

Inti frasa adalah unsur yang diterangkan (D), sedangkan unsur penjelas adalah unsur yang menerangkan (M), misalnya:

(15) koran pagi D M

Pada frasa koran pagi, kata koran menjadi unsur yang diterangkan (D) dan kata pagi menjadi unsur yang menerangkan (M). Dilihat berdasarkan urutan unsur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

D dan M-nya, frasa nominal bertingkat dibagi menjadi dua, yaitu frasa nominal berstruktur D-M dan frasa nominal berstruktur M-D (Chaer, 2011: 305).

Frasa nominal berstruktur D-M adalah frasa nominal yang memiliki unsur D di muka dan unsur M di belakang unsur D. Unsur D selalu berupa kata benda sedangkan unsur M dapat berupa kata benda, kata kerja, atau kata lain (Chaer,

2011: 305). Perhatikan contoh berikut:

(16) sepeda saya (17) tas adik (18) anak tetangga

Frasa nominal berstruktur M-D adalah frasa nominal yang unsur M-nya berada di muka kata yang menjadi unsur D. Unsur D berupa kata benda, sedangkan unsur M bisa berupa kata bilangan, kata ingkar, atau kata pembatas

(Chaer, 2011: 311). Perhatikan contoh berikut:

(19) dua buah mangga (20) bukan guru (21) hanya air putih

1.6.4 Frasa Nominal Subordinatif (FNS)

Frasa nominal subordinatif adalah frasa yang kedua unsurnya tidak sederajat

(Chaer, 2009:120). Frasa subornatif nomina + nomina (N + N), nomina + verba

(N + V), nomina + adjektiva (N + A), adverbia + nomina (Adj + N), nomina + adverbia (N + Adv), nomina + numeralia (N + Num), numeralia + nomina (Num

+ N), dan nomina + demonstrativa (N + Dem) (Chaer, 2009:122). Hubungan pada unsur-unsur pembentuk frasa nominal subordinatif menimbulkan berbagai makna gramatikal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

1.6.4.1 FNS Berstruktur N + N

FNS berstruktur N + N memiliki makna gramatikal milik, bagian, asal bahan, asal tempat, campuran, hasil, jenis, jender, seperti, model, menggunakan atau memakai, peruntukan, ada di, wadah, letak dilengkapi, sasaran, pelaku, dan alat (Chaer, 2009: 122—133). a) Makna Gramatikal ‗Milik‘

Makna gramatikal ‗milik‘ pada struktur FNS N + N dapat disusun apabila N yang pertama memiliki komponen makna (+ benda termilik) dan N yang kedua memiliki komponen makna (+ insan) atau (+ lembaga) (Chaer, 2009: 123).

Perhatikan contoh berikut:

(22) rumah paman (23) mobil ibu (24) sekolah kita

Secara potensial, di antara kedua unsur frasa di atas dapat disisipi oleh kata

―milik‖. b) Makna Gramatikal ‗Bagian‘

Makna gramatikal ‗bagian‘ pada FNS N + N dapat disusun apabila N yang pertama memiliki komponen makna (+ bagian dari sesuatu) dan N yang kedua memiliki komponen makna (+ satu keseluruhan) (Chaer, 2009: 123). Perhatikan contoh berikut:

(25) awal tahun (26) tengah semester (27) akhir bulan

Secara potensial, di antara kedua unsur frasa di atas dapat disisipi oleh kata ―dari‖. c) Makna Gramatikal ‗Asal Bahan‘

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

Makna gramatikal ‗asal bahan‘ pada FNS berstruktur N + N dapat disusun apabila N yang pertama memiliki komponen makna (+ benda buatan) dan N yang kedua memiliki komponen makna (+ benda bahan) (Chaer, 2009: 123). Perhatikan contoh berikut:

(28) emas (29) ayam (30) jaket kulit

Secara potensial, di antara kedua unsur frasa di atas dapat disisipi oleh kata

―dari‖. d) Makna Gramatikal ‗Asal Tempat‘

Makna gramatikal ‗asal tempat‘ pada FNS berstruktur N + N dapat disusun apabila N pertama memiliki komponen makna (+ barang jadian) dan N kedua memiliki komponen makna (+ tempat) atau (+ nama tempat) (Chaer, 2009:124).

Perhatikan contoh berikut:

(31) jeruk bali (32) garut (33) gado-gado jakarta e) Makna Gramatikal ‗Campuran‘

Makna gramatikal ‗campuran‘ atau ‗dicampur dengan‘ pada FNS berstruktur N + N dapat disusun apabila N yang pertama memiliki komponen makna (+ barang) atau (+ nama barang) dan N kedua juga memiliki komponen makna (+ benda) atau (+ benda campuran) (Chaer, 2009: 124). Perhatikan contoh berikut:

(34) roti keju (35) sate (36) susu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

f) Makna Gramatikal ‗Hasil‘

Makna gramatikal ‗hasil‘ pada FNS berstruktur N+N dapat disusun apabila

N pertama memiliki komponen makna (+ barang buatan) dan N kedua memiliki komponen makna (+ pelaku) atau (+ pembuat) (Chaer, 2009:124). Perhatikan contoh berikut:

(37) lukisan Afandi (38) motor Cina (39) sate Pak Kumis

Secara potensial, di antara kedua unsur frasa di atas dapat disisipi oleh kata

―buatan‖ atau ―bikinan‖. g) Makna Gramatikal ‗Jenis‘

Makna gramatikal ‗jenis‘ pada FNS berstruktur N + N dapat disusun apabila

N pertama memiliki komponen makna (+ benda generik) dan komponen kedua memiliki komponen makna (+ benda spesifik) (Chaer, 2009:125). Perhatikan contoh berikut:

(40) mobil sedan (41) rokok kretek (42) bunga anggrek

Secara potensial, di antara kedua unsur frasa di atas dapat disisipi oleh kata

―jenis‖. h) Makna Gramatikal ‗Jender‘

Makna gramatikal ‗gender‘ pada FNS berstruktur N + N dapat disusun apabila N pertama memiliki komponen makna (+ makhluk) dan N kedua memiliki komponen makna (+ jender) atau (+ jenis kelamin) (Chaer, 2009;125).

Perhatikan contoh berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

(43) ayam jago (44) anak laki-laki (45) sapi jantan

Secara potensial, di antara kedua unsur frasa di atas dapat disisipi kata

―berkelamin‖. i) Makna Gramatikal ‗Seperti‘

Makna gramatikal ‗seperti‘ pada FNS berstruktur N + N dapat disusun apabila N pertama memiliki komponen makna (+ benda) dan N kedua memiliki komponen makna (+ ciri khas benda) (Chaer, 2009:125). Perhatikan contoh berikut:

(46) akar rambut (47) jamur kuping (48) kopi bubuk

Secara potensial, di antara kedua unsur frasa di atas dapat disisipi kata ―seperti‖. j) Makna Gramatikal ‗Model‘

Makna gramatikal ‗model‘ pada FNS berstruktur N + N dapat disusun apabila N pertama memiliki komponen makna (+ benda buatan) dan N kedua memiliki komponen makna (+ bentuk khas) (Chaer, 2009:126). Perhatikan contoh berikut:

(49) topi koboi (50) rumah eropa (51) peci haji

Secara potensial, di antara kedua unsur frasa di atas dapat disisipi oleh kata

―model‖. k) Makna Gramatikal ‗Menggunakan atau Memakai‘

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

Makna gramatikal ‗menggunakan atau memakai‘ pada FNS berstrukrur N +

N dapat disusun apabila N pertama memiliki komponen makna ( + benda alat) dan

N kedua memiliki komponen makna (+ bahan yang digunakan) (Chaer,

2009:126). Perhatikan contoh berikut:

(52) kapal layar (53) rem angin (54) mesin bensin

Secara potensial, di antara kedua unsur frasa di atas dapat disisipi oleh kata

―menggunakan‖ atau ―memakai‖. l) Makna Gramatikal ‗Peruntukan‘

Makna gramatikal pada FNS berstruktur N + N dapat disusun apabila N pertama memiliki komponen makna ( + benda bahan) dan N kedua memiliki komponen makna ( + benda pengguna) (Chaer, 2009:126). Perhatikan contoh berikut:

(55) pensil alis (56) kapur tembok (57) obat mata

Secara potensial, di antara kedua unsur frasa di atas dapat disisipi oleh kata

―untuk‖. m) Makna Gramatikal ‗Ada di‘

Makna gramatikal ‗ada di‘ pada FNS berstruktur N + N dapat disusun apabila N pertama memiliki komponen makna ( + benda) dan ( + kegiatan), sedangkan N kedua memiliki komponen makna ( + ruang) atau ( + tempat)

(Chaer, 2009:126). Perhatikan contoh berikut:

(58) kapal laut (59) angkatan darat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

(60) ski air

Secara potensial, di antara kedua unsur frasa di atas dapat disisipi kata ―ada di‖ atau ―di‖. n) Makna Gramatikal ‗Wadah‘

Makna gramatikal ‗wadah‘ atau ‗tempat‘ pada FNS berstruktur N + N dapat disusun apabila N pertama memiliki komponen makna ( + wadah) dan N kedua memiliki komponen makna ( + benda berwadah) (Chaer, 2009:127). Perhatikan contoh berikut:

(61) botol kecap (62) tabung gas (63) gudang kertas

Secara potensial, di antara kedua unsur frasa di atas dapat disisipi kata ―wadah atau tempat‘. o) Makna Gramatikal ‗Letak‘

Makna gramatikal ‗letak‘ atau ‗posisi‘ pada FNS berstruktur N + N dapat disusun apabila N pertama memiliki komponen makna ( + benda) dan N kedua memiliki komponen makna ( + posisi) (Chaer, 2009:127). Perhatikan contoh berikut:

(64) kamar tengah (65) pintu belakang (66) ruang dalam

Secara potensial, di antara kedua unsur frasa di atas dapat disisipi oleh kata ―yang di‖. p) Makna Gramatikal ‗Dilengkapi‘

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

Makna gramatikal ‗dilengkapi‘ atau ‗mempunyai‘ pada FNS berstruktur N +

N dapat disusun apabila N pertama memiliki komponen makna ( + benda alat) dan

N kedua memiliki komponen makna ( + benda pelengkap) (Chaer, 2009:127).

Perhatikan contoh berikut:

(67) kursi roda (68) sepeda motor (69) perahu layar

Secara potensial, di antara kedua unsur frasa di atas dapat disisipi kata

―dilengkapi‘ atau ―mempunyai‖. q) Makna Gramatikan ‗Sasaran‘

Makna gramatikal ‗sasaran‘ pada FNS berstruktur N + N dapat disusun apabila N pertama memiliki komponen makna ( + proses) atau ( + kegiatan) dan N kedua memiliki komponen makna ( + benda umum) atau ( + buatan) (Chaer,

2009:128). Perhatikan contoh berikut:

(70) pelebaran jalan (71) pelestarian alam (72) perluasan kota r) Makna Gramatikal ‗Pelaku‘

Makna gramatikal ‗pelaku‘ pada FNS berstruktur N + N dapat disusun apabila N pertama memiliki komponen makna ( + hasil) dan N kedua memiliki komponen makna ( + insan) atau ( + yang diinsankan) (Chaer, 2009:128).

Perhatikan contoh berikut:

(73) bantuan presiden (74) pemberian kakek (75) omelan ayah s) Makna Gramatikal ‗Alat‘

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

Makna gramatikal ‗alat‘ pada FNS berstruktur N + N dapat disusun apabila

N pertama memiliki komponen makna ( + kegiatan) dan N kedua memiliki komponen makna ( + alat) (Chaer, 2009:128). Perhatikan contoh berikut:

(76) balap mobil (77) perang mulut (78) lempar cakram

1.6.4.2 FNS Berstruktur N + V

FNS berstruktur N + V memiliki makna gramatikal tempat, kegunaan, yang di.., dan yang biasa melakukan (Chaaer, 2009:129). a) Makna Gramatikal ‗Tempat‘

Makna gramatikal ‗tempat‘ pada FNS berstruktur N + V dapat disusun apabila N pertama memiliki komponen ( + ruang) dan N kedua memiliki komponen makna ( + tindakan) (Chaer, 2009:129). Perhatikan contoh berikut:

(79) kamar periksa (80) bangsal senam (81) halaman parkir

Secara potensial, di antara kedua unsur frasa di atas dapat disisipi kata ―tempat‖. b) Makna Gramatikal ‗Kegunaan‘

Makna gramatikal ‗kegunaan‘ atau ‗peruntukan‘ pada FNS berstruktur N +

V dapat disusun apabila N pertama memiliki komponen makna ( + benda berguna) dan N kedua memiliki komponen makna ( + tindakan) (Chaer, 2009:

129). Perhatikan contoh berikut:

(82) mobil derek (83) pisau cukur (84) kapal tunda

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

Secara potensial, di antara kedua unsur frasa di atas dapat disisipi oleh kata

―untuk‖. c) Makna Gramatikal ‗Yang di..‘

Makna gramatikal ‗yang di..;pada FNS berstruktur N + V dapat disusun apabila N pertama memiliki komponen makna ( + benda) dan N kedua mempunyai komponen makna ( + tindakan) (Chaer, 2009: 129). Perhatikan contoh berikut:

(85) ikan (86) sambal goreng (87)

Secara potensial, di antara kedua unsur frasa di atas dapat disisipi kata ―yang di..‖. d) Makna Gramatikal ‗Yang Biasa Melakukan‘

Makna gramatikal ‗yang biasa melakukan‘ pada FNS berstruktur N + V dapat disusun apabila N pertama memiliki komponen makna ( + benda insan) dan

N kedua memiliki komponen makna ( + tindakan) atau ( + perbuatan) (Chaer,

2009: 130). Perhatikan contoh berikut:

(88) tukang pukul (89) juru bayar (90) tukang copet

Secara potensial, di antara kedua unsur frasa di atas dapat disisipi oleh kata ―yang biasa melakukan‖.

1.6.4.3 FNS Berstruktur N + A

FNS berstruktur N + A memiliki makna gramatikal keadaan, derajat, rasa atau bau, dan bentuk (Chaer, 2009: 130).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

a) Makna Gramatikal ‗Keadaan‘

Makna gramatikal ‗keadaan‘ pada FNS berstruktur N + A dapat disusun apabila N pertama memiliki komponen makan ( + benda) dan N kedua memiliki komponen makna ( + keadaan) (Chaer, 2009:130). Perhatikan contoh berikut:

(91) mobil rusak (92) gubuk reyot (93) radio antik

Secara potensial, di antara kedua unsur frasa di atas dapat disisipi kata ―yang‖. b) Makna Gramatikal ‗Derajat‘

Makna gramatikal ‗derajat‘ pada FNS berstruktur N + A dapat disusun apabila N pertama memiliki komponen makna (+ kegiatan) dan N kedua memiliki komponen makna ( + tahap) (Chaer, 2009: 131). Perhatikan contoh berikut:

(94) sekolah dasar (95) pendidikan lanjut (96) juara pertama c) Makna Gramatikal ‗Rasa atau Bau‘

Makna gramatikal ‗rasa atau bau‘ pada FNS berstruktur N + A dapat disusun apabila N pertama memiliki komponen makna ( + benda) dan N kedua memiliki komponen makna ( + rasa) atau ( + bau) (Chaer, 2009: 131). Perhatikan contoh berikut:

(97) kacang asin (98) pedas (99) kecap manis d) Makna Gramatikal ‗Bentuk‘

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

Makna gramatikal ‗bentuk‘ pada FNS berstruktur N + A dapat disusun apabila N pertama memiliki komponen makna ( + benda) dan N kedua memiliki komponen makna ( + bentuk) (Chaer, 2009:131). Perhatikan contoh berikut:

(100) besi siku (101) rumah mungil (102) kotak persegi

Secara potensial, di antara kedua unsur frasa di atas dapat disisipi kata

―berbentuk‖.

1.6.4.4 FNS Berstruktur Adv + N

FNS berstruktur Adv + N memiliki makna gramatikal yang bergantung pada jenis adverbianya. Makna gramatikal yang dihasilkan yaitu, ingkar, kuantitas, dan batas ( Chaer, 2009: 131—132). a) Makna Gramatikal ‗Ingkar‘

Makna gramatikal ‗ingkar‘ pada FNS berstruktur Adv + N dapat disusun apabila unsur adverbianya memiliki komponen makna (+ ingkar) (Chaer,

2009:132). Perhatikan contoh berikut:

(103) bukan bulan (104) tiada uang (105) tanpa modal b) Makna Gramatikal ‗Kuantitas‘

Menurut Chaer (2009:132) makna gramatikal ‗kuantitas‘ pada FNS berstruktur Adv + N dapat disusun apabila unsur adverbianya memiliki komponen makna ( + jumlah), misalnya:

(106) banyak uang (107) kurang gula (108) beberapa orang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

c) Makna Gramatikal ‗Batas‘

Makna gramatikal ‗batas‘ pada FNS berstruktur Adv + N dapat disusun apabila unsur adverbinya memiliki komponenn makna ( + batas ) (Chaer,

2009:132). Perhatikan contoh berikut:

(109) hanya air (110) cuma nama (111) hanya nasi

1.6.4.5 FNS Berstruktur N + Adv

Chaer (2009:132) menerangkan FNS yang berstruktur N + Adv sejauh ini hanya memiliki makna gramatikal ‗pembatasan‘, pada jenis ini hanya ada satu jenis adverbial, yaitu ‗saja‘, misalnya:

(112) uang saja (113) air saja (114) dia saja

1.6.4.6 FNS Berstruktur Num + N

FNS berstruktur Num + N memiliki makna gramatikal banyaknya dan himpunan (Chaer, 2009:133). a) Makna Gramatikal ‗Banyaknya‘

Makna gramatikal ‗banyaknya‘ pada FNS berstruktur N + Num dapat disusun apabila unsur pertamanya berkategori numeralia dan unsur keduanya berkategori N yang berkomponen makna ( + terhitung) (Chaer, 2009:133).

Perhatikan contoh berikut:

(115) sepuluh rumah (116) lima ekor buaya (117) dua butir telur b) Makna Gramatikal ‗Himpunan‘

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

Makna gramatikal ‗himpunan‘ pada FNS berstruktur Num + N dapat disusun apabila unsur numeralnya memiliki komponen makna ( + himpunan) dan

N-nya memiliki komponen makna ( + terhitung) (Chaer, 2009:133-134).

Perhatikan contoh berikut:

(118) kedua gadis (itu) (119) kelima rumah (ini) (120) keempat pencuri (itu)

1.6.4.7 FNS Berstruktur N + Num

Chaer (2009:134) berpendapat bahwa FNS berstruktur N + Num memiliki makna gramatikal ‗tingkat‘. Makna ‗tingkat‘ dapat disusun apabila N-nya memiliki komponen makna ( + terhitung) dan numeralianya memiliki komponen makna ( + tingkat), misalnya:

(121) juara kedua (122) kursi ketiga (123) anak kelima

1.6.4.8 FNS Berstruktur N + Dem

FNS berstruktur N + Demonstrativa memiliki makna gramatikal ‗penentu‘.

Makna ‗penentu‘ dapat disusun apabila N-nya memiliki komponen makna ( + benda umum) dan unsur keduanya berkategori pronominal demonstrativa ( ini, itu) (Chaer, 2009:134). Perhatikan contoh berikut:

(124) anak itu (125) topi ini (126) mereka itu

1.7 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu pengumpulan data, analisis data, dan penyajian hasil analisis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan data

Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif. Penelitian dilakukan dengan menggunakan kajian sintaksis, yaitu teori frasa. Objek penelitian ini adalah struktur frasa nominal dan hubungan makna antarunsur frasa. Data yang diteliti berupa nama-nama olahan berbahan dasar ayam. Sumber data penelitian dibatasi, yaitu nama-nama olahan berbahan dasar ayam yang sudah dikenal oleh masyarakat Indonesia.

Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah metode simak dengan teknik catat. Metode simak adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa, sedangkan teknik catat adalah teknik pengumpulan data dengan mencatat hasil penyimakan (Kesuma, 2007:43-45).

Pengumpulan data dilakukan dengan menyimak resep-resep olahan berbahan dasar ayam dari aplikasi Cookpad dan menyimak daftar menu rumah makan pada akun Instagram @daftarmenujogja kemudian mencatat penggunaan bahasa pada resep-resep dan menu-menu tersebut.

1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data

Data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis menggunakan metode agih dengan teknik bagi unsur langsung, teknik lesap, dan teknik ubah ujud yang parafrasal. Metode agih adalah metode analisis yang alat penentunya berada di dalam dan merupakan bagian dari bahasa yang diteliti (Sudaryanto, 1993:15).

Teknik bagi unsur langsung digunakan untuk membagi unsur-unsur yang terkandung dalam nama-nama olahan berbahan dasar ayam, unsur-unsur yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

telah diperoleh selanjutnya dianalisis dengan teknik lesap untuk menentukan kadar keintian pada unsur-unsur tersebut, misalnya:

(127)

Frasa ayam bakar terdiri atas dua unsur, yaitu kata ayam (N) dan kata bakar

(V). Kata ayam bertindak sebagai unsur D sedangkan kata bakar bertindak sebagai unsur M. Hal ini dibuktikan dengan melesapkan salah satu unsurnya, misalnya:

(127a) Mara makan ayam bakar (127b) Mara makan ayam.

Berdasarkan contoh di atas, terbukti bahwa kata ayam adalah unsur D karena kedudukannya tidak dapat ditanggalkan, sehingga strukturnya adalah D-M

(N + V). Dapat digambarkan dalam bagan berikut

ayam bakar

D M

Selanjutnya, teknik ubah ujud yang parafrasal digunakan untuk mengetahui hubungan makna antarunsur pada nama-nama olahan berbahan dasar ayam dengan mengubah bentuk satuan kebahasaan, yaitu dilakukan dengan menyertakan satuan kebahasan di antara unsur-unsurnya, misalnya:

(128c) ayam yang dibakar

Setelah disertai kata yang di-, makna gramatikal yang dihasilkan adalah makna

‗yang di-‘ mengacu pada cara.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

1.7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Data

Tahap selanjutnya adalah penyajian hasil analisis data. Hasil analisis data pada penelitian ini disajikan dengan menggunakan metode formal dan informal.

Penyajian hasil analisis data secara formal adalah penyajian hasil data dengan kaidah. Kaidah dapat berupa rumus, bagan/diagram, tabel, ataupun gambar

(Kesuma, 2007:73). Penyajian hasil data secara informal adalah penyajian hasil analisis data dengan menggunakan kata-kata biasa, (Sudaryanto, 1993:144). Pada penelitian ini, hasil analisis data disajikan dengan menggunakan bagan dan narasi.

1.8 Sistematika Penyajian

Penelitian ini terdiri atas empat bab. Bab I berisi pendahuluan yang menguraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Bab II berisi pembahasan mengenai struktur frasa nomina pada nama- nama olahan berbahan dasar ayam. Bab III berisi pembahasan mengenai hubungan makna antar unsur frasa pada nama-nama olahan berbahan dasar ayam.

Bab IV berisi penutup yang menguraikan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

BAB II

STRUKTUR NAMA-NAMA OLAHAN BERBAHAN DASAR AYAM

2.1 Pengantar

Pada bab ini dibahas struktur nama-nama olahan berbahan dasar ayam.

Struktur dalam nama-nama olahan berbahan dasar ayam terdiri atas (i) D-M (N +

N), (ii) D-M (N + FN), (iii) D-M (N + V), (iv) D-M (N + Fadj), (v) D-M (FN +

N), (vi) D-M (FN + Adj), dan (vii) D-M (FN+ FN).

2.2 Nama-Nama Olahan Berbahan Dasar Ayam dengan Struktur D-M (N

+ N)

Nama-nama olahan berbahan dasar ayam dapat digolongkan memiliki struktur D-M (N + N) apabila memiliki unsur diterangkan (D) berupa kata nominal (N) dan memiliki unsur menerangkan (M) berupa kata nominal (N).

Berikut ini contoh nama-nama olahan berbahan dasar ayam yang memiliki struktur D-M (N + N):

(128) sate ayam (129) (130) ayam (131) rica ayam (132) gulai ayam (133) ayam (134) ayam (135) siomai ayam (136) ayam (137) ayam (138) ayam begana

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

Frasa sate ayam (128), soto ayam (129), (130), rica ayam (131), gulai ayam (132), tongseng ayam (133), semur ayam (134), siomai ayam (135), ayam woku (136), ayam betutu (137), dan ayam begana (138), masing masing terdiri atas dua unsur, yaitu unsur sate dan unsur ayam, unsur soto dan unsur ayam, unsur opor dan unsur ayam, unsur rica dan unsur ayam, unsur gulai dan unsur ayam, unsur tongseng dan unsur ayam, unsur semur dan unsur ayam, unsur siomai dan unsur ayam, unsur ayam dan unsur woku, unsur ayam dan unsur betutu, serta unsur ayam dan unsur begana. Kata sate, soto, opor, rica, gulai, tongseng, semur, ayam, dan , bertindak sebagai unsur diterangkan (D) yang termasuk dalam kategori kata nominal (N), sedangkan kata ayam, woku, betutu, dan begana bertindak sebagai unsur menerangkan (M) yang termasuk dalam kategori kata nominal (N). Keintian unsur pada frasa-frasa di atas dapat dibuktikan dengan melesapkan salah satu unsurnya, misalnya:

(128a) Mara membeli sate ayam. (128b) Mara membeli sate. (129a) Angga makan soto ayam. (129b) Angga makan soto. (130a) Ibu memasak opor ayam. (130b) Ibu memasak opor. (131a) Aku makan rica ayam. (131b) Aku makan rica. (132a) Arum membeli gulai ayam. (132b) Arum membeli gulai. (133a) Esa makan tongseng ayam. (133b) Esa makan tongseng. (134a) Aan membeli semur ayam. (134b) Aan membeli semur. (135a) Uus makan siomai ayam. (135b) Uus makan siomai. (136a) Ina memasak ayam woku. (136b) Ina memasak ayam. (137a) Ani makan ayam betutu. (137b) Ani makan ayam.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

(138a) Ria memasak ayam begana. (138b) Ria memasak ayam.

Berdasarkan contoh di atas terbukti bahwa kata sate, soto, opor, rica, gulai, tongseng, semur, ayam, dan siomai merupakan unsur yang diterangkan (D), sedangkan kata ayam, woku, betutu, dan begana merupakan unsur yang menerangkan (M), sehingga strukturnya adalah D-M (N + N). Dapat digambarkan dalam bagan berikut:

sate ayam soto ayam opor ayam

D M D M D M

rica ayam gulai ayam tongseng ayam

D M D M D M

semur ayam ayam woku ayam betutu

D M D M D M

siomai ayam ayam begana

D M D M

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

2.3 Nama-Nama Olahan Berbahan Dasar Ayam dengan Struktur D-M (N

+ FN)

Nama-nama olahan berbahan dasar ayam dapat digolongkan memiliki struktur D-M (N + FN) apabila memiliki unsur diterangkan (D) berupa kata nominal (N) dan memiliki unsur menerangkan (M) berupa frasa nominal (FN).

Berikut ini contoh nama-nama olahan berbahan dasar ayam yang memiliki struktur D-M (N +FN):

(139) ayam sambal kemangi (140) ayam sambal hejo (141) ayam sambal pecak (142) ayam sambal daun jeruk (143) ayam rujak (144) ayam saus lemon (145) ayam kelapa (146) ayam bumbu bali (147) ayam saus thailand (148) ayam saus tiram (149) ayam lada hitam

Frasa ayam sambal kemangi (139), ayam sambal hejo (140), ayam sambal pecak (141), ayam sambal daun jeruk (142), (143), dan ayam saus lemon (144) , ayam serundeng kelapa (145), ayam bumbu bali (146), ayam saus thailand (147), ayam saus tiram (148), ayam lada hitam (149), masing- masing terdiri atas dua unsur, yaitu unsur ayam dan unsur sambal kemangi, unsur ayam dan unsur sambal hejo, unsur ayam dan unsur sambal daun jeruk, unsur ayam dan bumbu rujak, unsur ayam dan saus lemon, unsur ayam dan unsur serundeng kelapa, unsur ayam dan unsur bumbu bali, unsur ayam dan unsur saus thailand, unsur ayam dan unsur saus tiram, serta unsur ayam dan unsur lada hitam. Kata ayam bertindak sebagai unsur diterangkan (D) yang termasuk dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

katergori kata nominal (N), sedangkan frasa sambal kemangi, sambal hejo, sambal daun jeruk, bumbu rujak, saus lemon, serundeng kelapa, bumbu bali, saus thailand, saus tiram, dan lada hitam bertindak sebagai unsur menerangkan (M) yang termasuk dalam kategori frasa nominal (FN). Keintian unsur pada frasa-frasa di atas dapat dibuktikan dengan melesapkan salah satu unsurnya, misalnya:

(139a) Aku makan ayam sambal kemangi. (139b) Aku makan ayam. (140a) Fendy membeli ayam sambal hejo. (140b) Fendy membeli ayam. (141a) Pram makan ayam sambal pecak. (141b) Pram makan ayam. (142a) Tyas memasak ayam sambal daun jeruk. (142b) Tyas memasak ayam. (143a) Bapak menjual ayam bumbu rujak. (143b) Bapak menjual ayam. (144a) Sofiy memesan ayam saus lemon. (144b) Sofiy memesan ayam. (145a) Fikri makan ayam serundeng kelapa. (145b) Fikri makan ayam. (146a) Siti menjual ayam bumbu bali. (146b) Siti menjual ayam. (147a) Ida memasak ayam saus thailand. (147b) Ida memasak ayam. (148a) Tina makan ayam saus tiram. (148b) Tina makan ayam. (149a) Tasya memesan ayam lada hitam. (149b) Tasya memesan ayam.

Berdasarkan contoh di atas, terbukti bahwa kata ayam merupakan unsur yang diterangkan (D), sedangkan frasa sambal kemangi, sambal hejo, sambal daun jeruk, bumbu rujak, saus lemon, serundeng kelapa, bumbu bali, saus thailand, saus tiram, dan lada hitam merupakan unsur yang menerangkan (M), sehingga strukturnya adalah D-M (N + FN). Dapat digambarkan dalam bagan berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

ayam sambal kemangi ayam sambal hejo ayam sambal daun jeruk

D M D M D M

ayam bumbu rujak ayam saus lemon ayam serundeng kelapa

D M D M D M

ayam bumbu bali ayam saus thailand ayam saus tiram

D M D M D M

ayam lada hitam

D M

2.4 Nama-Nama Olahan Berbahan Dasar Ayam dengan Struktur D-M (N

+ V)

Nama-nama olahan berbahan dasar ayam dapat digolongkan memiliki struktur D-M (N + V) apabila memiliki unsur yang diterangkan (D) berupa kata nominal (N) dan memiliki unsur yang menerangkan (M) berupa kata verbal (V).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

Berikut ini contoh nama-nama olahan berbahan dasar ayam yang memiliki struktur D-M (N + V):

(150) ayam panggang (151) (152) ayam bacem (153) ayam siram

Frasa ayam panggang (150), ayam geprek (151), ayam bacem (152), dan ayam siram (153) masing-masing memiliki dua unsur, yaitu unsur ayam dan unsur panggang, unsur ayam dan unsur geprek, unsur ayam dan unsur bacem, serta unsur ayam dan unsur siram. Kata ayam bertindak sebagai unsur diterangkan (D) yang termasuk dalam kategori kata nominal (N), sedangkan kata panggang, geprek, bacem, dan siram bertindak sebagai unsur menerangkan (M) yang termasuk dalam kategori kata verbal (V). Kadar keiintian unsur pada frasa-frasa di atas dapat dibuktikan dengan melesapkan salah satu unsurnya, misalnya:

(150a) Siti membeli ayam panggang. (150b) Siti membeli ayam. (151a) Seli menjual ayam geprek. (151b) Seli menjual ayam. (152a) Mara makan ayam bacem. (152b) Mara makan ayam. (153a) Angga makan ayam siram. (153b) Angga makan ayam.

Berdasarkan contoh di atas, terbukti bahwa kata ayam merupakan unsur diterangkan (D) sedangkan kata panggang, geprek, bacem, dan siram merupakan unsur menerangkan (M) sehingga strukturnya adalah D-M (N + V). Dapat digambarkan dalam diagram berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

ayam panggang ayam geprek ayam bacem

D M D M D M

ayam siram

D M

2.5 Nama-Nama Olahan Berbahan Dasar Ayam dengan Struktur D-M (N

+ FAdj)

Nama-nama olahan berbahan dasar ayam dapat digolongkan memiliki struktur D-M (N + Adj) apabila memiliki unsur yang diterangkan (D) berupa kata nominal dan memiliki unsur yang menerangkan (M) berupa kata adjektiva (Adj).

Berikut ini contoh nama-nama olahan berbahan dasar ayam yang memiliki struktur D-M (N + Adj):

(154) ayam pedas manis (155) ayam asam manis (156) ayam pedas gurih

Frasa ayam pedas manis (154), ayam asam manis (155), dan ayam pedas gurih (156) masing-masing memiliki dua unsur, yaitu unsur ayam dan unsur pedas manis, unsur ayam dan unsur asam manis, serta unsur ayam dan unsur pedas gurih. Kata ayam bertindak sebagai unsur diterangkan (D) yang termasuk dalam kategori kata nominal (N), sedangkan kata pedas manis, asam manis, dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

pedas gurih bertindak sebagai unsur menerangkan (M) yang termasuk dalam kategori kata adjektiva (Adv). Kadar keintian unsur pada frasa-frasa tersebut dapat dibuktikan dengan melesapkan salah satu unsurnya, misalnya:

(154a) Mara makan ayam pedas manis. (154b) Mara makan ayam. (155a) Angga membeli ayam asam manis. (155b) Angga membeli ayam. (156a) Izzy memasak ayam pedas gurih. (156b) Izzy memasak ayam.

Berdasarkan contoh di atas terbukti bahwa kata ayam merupakan unsur yang diterangkan (D), sedangkan kata pedas manis, asam manis, dan pedas gurih merupakan unsur yang menerangkan(M) sehingga strukturnya adalah D-M (N +

Adv). Dapat digambarkan dalam diagram berikut:

ayam pedas manis ayam asam manis ayam pedas gurih

D M D M D M

2.6 Nama-Nama Olahan Berbahan Dasar Ayam dengan Struktur D-M (FN

+ N)

Nama-nama olahan berbahan dasar ayam dapat digolongkan memiliki strukrtur D-M (FN + N) apabila memiliki unsur yang diterangkan (D) berupa frasa nominal (FN) dan memiliki unsur yang menerangkan berupa kata nominal (N).

Berikut ini contoh nama-nama olahan berbahan dasar ayam yang memiliki struktur D-M (FN + N):

(157) ayam goreng mentega (158) ayam goreng tepung (159) ayam goreng lengkuas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

(160) ayam goreng kremes (161) ayam bakar madu (162) (163) ayam panggang klaten (164) ayam bakar manado (165) ayam goreng sulawesi (166) ayam goreng betawi

Frasa ayam goreng mentega (157), ayam goreng tepung (158), ayam goreng lengkuas (159), ayam goreng kremes (160), ayam bakar madu (161), ayam goreng kalasan (162), ayam panggang klaten (163), ayam bakar manado (164), ayam goreng sulawesi, (165), dan ayam goreng betawi (166), masing-masing terdiri atas dua unsur, yaitu unsur ayam goreng dan unsur mentega, unsur ayam goreng dan unsur tepung, unsur ayam goreng dan unsur lengkuas, unsur ayam goreng dan unsur kremes, unsur ayam bakar dan unsur madu, unsur ayam goreng dan unsur kalasan, unsur ayam panggang dan klaten, unsur ayam bakar dan unsur manado, unsur ayam goreng dan unsur sulawesi, serta unsur ayam goreng dan unsur betawi. Frasa ayam goreng, ayam bakar, dan ayam panggang bertindak sebagai unsur diterangkan (D) yang termasuk dalam kategori frasa nominal (FN), sedangkan kata mentega, tepung, lengkuas, kremes, madu, kalasan, klaten, manado, sulawesi, dan betawi bertindak sebagai unsur menerangkan (D) yang termasuk dalam kategori kata nominal (N). Keintian unsur pada frasa-frasa di atas dapat dibuktikan dengan melesapkan salah satu unsurnya, misalnya:

(157a) Aku membeli ayam goreng mentega. (157b) Aku membeli ayam goreng. (158a) Ibu membuat ayam goreng tepung. (158b) Ibu membuat ayam goreng. (159a) Adik makan ayam goreng lengkuas. (159b) Adik makan ayam goreng. (160a) Radit memesan ayam goreng kremes. (160b) Radit memesan ayam goreng.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

(161a) Wiwin menyantap ayam bakar madu. (161b) Wiwin menyantap ayam bakar. (162a) Mara makan ayam goreng kalasan. (162b) Mara makan ayam goreng. (163a) Aku membuat ayam panggang klaten. (163b) Aku membuat ayam panggang. (164a) Angga makan ayam bakar manado. (164b) Angga makan ayam bakar. (165a) Lili makan ayam goreng sulawesi. (165b) Lili makan ayam goreng. (166a) Arum makan ayam goreng betawi. (166b) Arum makan ayam goreng.

Berdasarkan contoh di atas, terbukti bahwa frasa ayam goreng, ayam bakar, dan ayam panggang merupakan unsur yang diterangkan (D), sedangkan kata mentega, tepung, lengkuas, kremes, madu, kalasan, klaten, manado, sulawesi, dan betawi merupakan unsur yang menerangkan (M) sehingga strukturnya adalah D-

M (FN + N). Dapat digambarkan dalam diagram berikut:

ayam goreng mentega ayam goreng tepung ayam goreng lengkuas

D M D M D M

ayam goreng kremes ayam bakar madu ayam goreng kalasan

D M D M D M

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

ayam panggang klaten ayam bakar manado ayam goreng sulawesi

D M D M D M

ayam goreng betawi

D M

2.7 Nama-Nama Olahan Berbahan Dasar Ayam dengan Struktur D-M (FN

+ Adj)

Nama-nama olahan berbahan dasar ayam dapat digolongkan memiliki struktur D-M (FN + Adj) apabila memiliki unsur diterangkan berupa frasa nominal (FN) dan memiliki unsur merangkan (M) berupa kata adjektiva (Adj).

Berikut ini contoh nama-nama olahan berbahan dasar ayam yang memiliki struktur D-M (FN + Adj):

(167) ayam panggang pedas (168) ayam bakar pedas (169) ayam bakar manis

Frasa ayam panggang pedas (167), ayam bakar pedas (168), dan ayam bakar manis (169), masing-masing terdiri atas dua unsur, yaitu unsur ayam panggang dan unsur pedas, unsur ayam bakar dan unsur pedas, serta unsur ayam bakar dan unsur manis. Frasa ayam panggang dan ayam bakar bertindak sebagai unsur diterangkan (D) yang termasuk dalam kategori frasa nominal (FN), sedangkan kata pedas dan manis bertindak sebagai unsur menerangkan (M) yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

termasuk dalam kategori kata adjektiva (Adj). Keintian unsur pada frasa-frasa di atas dapat dibuktikan dengan melesapkan salah satu unsurnya, misalnya:

(167a) Mara makan ayam panggang pedas. (167b) Mara makan ayam panggang. (168a) Mara membuat ayam bakar pedas. (168b) Mara membuat ayam bakar. (169a) Mara memesan ayam bakar manis. (169b) Mara memesan ayam bakar.

Berdasarkan contoh di atas, terbukti bahwa frasa ayam panggang dan ayam bakar merupakan diterangkan (D), sedangkan sedangkan kata pedas dan manis merupakan unsur menerangkan (M), sehingga strukturnya adala D-M (FN + Adv).

Dapat digambarkan dalam bagan berikut:

ayam panggang pedas ayam bakar pedas ayam bakar manis

D M D M D M

2.8 Nama-Nama Olahan Berbahan Dasar Ayam dengan Struktur D-M (FN

+ FN)

Nama-nama olahan berbahan dasar ayam dapat digolongkan memiliki struktur D-M (FN + FN) apabila memiliki unsur diterangkan (D) berupa frasa nominal (FN) dan memiliki unsur menerangkan (M) berupa frasa nominal (FN).

Berikut ini contoh nama-nama olahan berbahan dasar ayam yang memiliki struktur D-M (FN + FN):

(170) bola ayam saus tiram (171) ayam geprek sambal terasi (172) ayam goreng bumbu kuning

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

(173) ayam goreng bawang putih (174) saus inggris

Frasa bola ayam saus tiram (170), sambal korek (171), ayam goreng bumbu kuning (172), ayam goreng bawang putih (173), dan ayam kecap saus inggris 174), masing-masing memiliki dua unsur, yaitu unsur bola ayam dan unsur saus tiram, unsur ayam geprek dan unsur sambal terasi, unsur ayam goreng dan unsur bumbu kuning, unsur ayam goreng dan unsur bawang putih, serta unsur ayam kecap dan unsur saus inggris. Frasa bola ayam, ayam penyet, ayam goreng, dan ayam kecap bertindak sebagai unsur diterangkan (D) yang termasuk dalam kategori frasa nominal (FN), sedangkan frasa saus tiram, sambal korek, bumbu kuning, bawang putih, dan saus inggris bertindak sebagai unsur menerangkan (M) yang termasuk dalam kategori frasa nominal (FN). Keintian unsur pada frasa-frasa di atas dapat dibuktikan dengan melesapkan salah satu unsurnya, misalnya:

(170a) Indah membeli bola ayam saus tiram. (170b) Indah membeli bola ayam. (171a) Nana memasak ayam geprek sambal terasi. (171b) Nana memasak ayam geprek. (172a) Ria makan ayam goreng bumbu kuning. (172b) Ria makan ayam goreng. (173a) Arsen menjual ayam goreng bawang putih. (173b) Arsen menjual ayam goreng. (174a) Hafiz memesan ayam kecap saus inggris. (174b) Hafiz memesan ayam kecap.

Berdasarkan contoh di atas, terbukti bahwa frasa bola ayam, ayam geprek, ayam goreng, dan ayam kecap merupakan unsur yang diterangkan (D), sedangkan frasa saus tiram, sambal terasi, bumbu kuning, bawang putih, dan saus inggris merupakan unsur yang menerangkan (M), sehingga strukturnya adalah D-M (FN

+ FN). Dapat digambarkan dalam bagan berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

bola ayam saus tiram ayam geprek sambal terasi

D M D M

ayam goreng bumbu kuning ayam goreng bawang putih

D M D

ayam kecap saus inggris

D M

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

BAB III

HUBUNGAN MAKNA ANTARUNSUR PADA NAMA-NAMA

OLAHAN BERBAHAN DASAR AYAM

3.1 Pengantar

Pada bab II telah dikemukakan struktur dalam nama-nama olahan berbahan dasar ayam. Selanjutnya, pada bab ini diuraikan makna yang ditimbulkan akibat pertemuan unsur dalam nama-nama olahan berbahan dasar ayam. Makna yang ditimbulkan akibat pertemuan unsur pada nama-nama olahan berbahan dasar ayam meliputi (i) makna ‗bahan‘, (ii) makna ‗yang di-‗, (iii) makna ‗campuran‘,

(iv) makna ‗asal tempat‘, dan (v) makna ‗rasa‘.

3.2 Makna „Bahan‟

Nama-nama olahan berbahan dasar ayam dapat dikategorikan memiliki makna gramatikal ‗bahan‘ apabila unsur pertamanya memiliki komponen makna

( + benda buatan) dan unsur keduanya memiliki komponen makna ( + benda bahan). Berikut ini contoh nama-nama olahan makanan berbahan dasar ayam yang memiliki makna gramatikal ‗bahan‘:

(175) sempol ayam (176) sate ayam (177) siomai ayam (178) ayam

Pada frasa sempol ayam, sate ayam, siomai ayam, dan bakso ayam, unsur sempol, sate, siomai, dan bakso merupakan komponen benda buatan, sedangkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

unsur ayam merupakan komponen benda bahan. Maka, makna yang ditimbulkan akibat pertemuan keduanya adalah makna ‗bahan‘.

Kata sempol pada data (175) merupakan jajanan khas Kota Malang yang terbuat dari campuran daging giling, baik ayam ataupun ikan dan tepung tapioka

(Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, 2018). Kata sate pada data (176) merupakan irisan daging kecil-kecil yang ditusuk lalu dibakar dan diberi bumbu kecap atau bumbu kacang (Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, 2018).

Kata siomai pada data (177) merupakan olahan khas Tionghoa yang terbuat dari ikan, ayam, atau udang yang telah dihaluskan bersama dengan tepung sagu dan telur, dilapisi dengan kulit pangsit, direkatkan, dibentuk, lalu dikukus (Badan

Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, 2018). Kata bakso pada data (178) adalah olahan yang terbuat dari daging, udang, atau ikan yang dicincang dan dilumatkan bersama dengan tepung kanji dan telur, lalu dibentuk bulat (Badan Pengembangan

Bahasa dan Perbukuan, 2018).

Makna gramatikal ‗bahan‘ pada nama-nama olahan di atas dibuktikan melalui parafrasa dengan menyertakan kata dari di antara kedua unsurnya, misalnya:

(175a) sempol dari ayam (176a) sate dari ayam (177a) siomai dari ayam (178a) bakso dari ayam

Berdasarkan contoh di atas, terbukti bahwa hubungan makna antarunsur pada sempol ayam, sate ayam, siomai ayam, dan bakso ayam menimbulkan makna gramatikal ‗bahan‘.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

3.3 Makna „yang di-‟

Nama-nama olahan berbahan dasar ayam dapat dikategorikan memiliki makna gramatikal ‗yang di-‘ apabila unsur pertamanya memiliki komponen makna ( + benda) dan unsur keduanya memiliki komponen makna ( + tindakan).

Berikut ini contoh nama-nama olahan berbahan dasar ayam yang memiliki makna gramatikal ‗yang di-‘:

(179) ayam bakar (180) ayam geprek (181) ayam panggang (182) ayam siram (183) ayam bacem

Pada frasa ayam bakar (179), ayam geprek (180), ayam panggang (181), ayam siram (182), dan ayam bacem (183), unsur ayam merupakan komponen makna benda. Sedangkan unsur bakar, geprek, panggang, siram, dan bacem merupakan komponen makna tindakan. Maka, makna yang ditimbulkan adalah makna ‗yang di-‘.

Makna gramatikal ‗yang di-‘ pada nama-nama olahan berbahan dasar ayam tersebut dapat dibuktikan melalui parafrasa dengan menyertakan yang di- di antara kedua unsurnya, misalnya:

(179a) ayam yang dibakar (180a) ayam yang digeprek (181a) ayam yang dipanggang (182a) ayam yang disiram (183a) ayam yang dibacem

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

Berdasarkan contoh di atas, terbukti bahwa hubungan makna antarunsur dalam ayam bakar, ayam geprek, ayam panggang, ayam siram, dan ayam bacem, menimbulkan makna gramatikal ‗yang di-‗.

Selain nama-nama di atas, terdapat pula nama-nama olahan lain yang memiliki makna gramatikal ‗yang di-‘ meski makna komponen keduanya bukan merupakan tindakan. Berikut contohnya:

(184) opor ayam (185) gulai ayam (186) semur ayam

Pada frasa opor ayam, gulai ayam, dan semur ayam, unsur opor, kari, gulai, dan semur merupakan komponen makna cara pengolahan, sedangkan unsur ayam merupakan komponen makna benda. Dilansir dari laman pergikuliner.com opor (184) dan gulai (185) merupakan olahan berkuah santan. Pada olahan opor, bumbu yang lebih dominan digunakan adalah kemiri, sehingga warna yang dihasilkan sedikit pucat. Opor biasanya terdiri dari ayam, telur, tahu, dan tempe.

Opor sering dijumpai pada saat hari raya dan disantap dengan lontong atau . Gulai diolah menggunakan rempah-rempah yang sangat banyak, seperti ketumbar, kunyit, cabai, lada, pala, kayu manis, dan jinten, sehingga rasa dan warna yang dihasilkan lebih kuat dibandingkan dengan opor. Dalam KBBI V

Luring (2018) kata semur (186) mengacu pada olahan daging sapi, ayam, hati atau jengkol yang berkuah dan diberi bumbu lada, kecap, serta rempah-rempah lainnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

Makna gramatikal ‗yang di-‘ pada nama-nama olahan berbahan dasar ayam dapat dibuktikan dengan memparafrasakan nama-nama olahan ayam, misalnya sebagai berikut.

(184a) ayam yang diopor (185a) ayam yang digulai (186a) ayam yang disemur

Berdasarkan contoh di atas, terbukti bahwa hubungan makna antarunsur dalam opor ayam, gulai ayam, dan semur ayam menimbulkan makna gramatikal ‗yang di-‘.

3.4 Makna „Campuran‟

Nama-nama olahan berbahan dasar ayam dapat dikategorikan memiliki makna gramatikal ‗campuran‘ apabila unsur pertamanya memiliki komponen makna ( + barang) atau ( + nama barang) dan unsur keduanya memiliki komponen makna ( + benda) atau ( + benda campuran). Berikut ini contoh nama-nama olahan berbahan dasar ayam yang memiliki makna gramatikal ‗campuran‘:

(187) ayam sambal daun jeruk (188) ayam sambal jamur (189) ayam sambal kentang (190) ayam sambal kemangi (191) ayam sambal hejo (192) ayam sambal (193) ayam panggang kremes (194) ayam serundeng kelapa (195) ayam geprek sambal matah (196) ayam geprek petai (197) ayam geprek telur asin (198) soto ayam (199) sup ayam (200) ayam cah tauge (201) ayam cah brokoli (202) ayam sambal pecak (203) ayam saus tiram

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

Pada frasa ayam sambal daun jeruk (187), ayam sambal jamur (188), ayam sambal kentang (189), ayam sambal kemangi (190), ayam sambal hejo (191), ayam sambal pecel (192), ayam panggang kremes (193), ayam serundeng kelapa

(194), ayam geprek sambal matah (195), ayam geprek petai (196), dan ayam geprek telur asin (197), soto ayam (198), sup ayam (199), ayam cah tauge (200), ayam cah brokoli (201), ayam sambal pecak (202), dan ayam saus tiram (203) unsur ayam, ayam panggang, dan ayam geprek memiliki komponen makna nama barang, sedangkan unsur sambal daun jeruk, sambal jamur, sambal kentang, sambal kemangi, sambal hejo, sambal pecel, kremes, serundeng kelapa, sambal matah, petai, telur asin, ayam, cah tauge, cah brokoli, sambal pecak, dan saus tiram memiliki komponen makna benda campuran.

Dilansir dari situs Yummy.co.id sambal daun jeruk (187) adalah sambal yang terbuat dari tomat, cabai merah besar, cabai rawit, gula, garam, dan daun jeruk. Situs LangsungEnak.com menjelaskan bahwa sambal jamur (188) adalah sambal yang terbuat dari jamur, cabai rawit, cabai merah besar, bawang putih, garam, gula, terasi, dan minyak goreng. Dilansir dari laman DapurKobe.co.id sambal kentang (189) adalah sambal yang terbuat dari kentang, cabai, tomat, bawang merah, bawang putih, gula, garam, dan saus tiram. Menurut situs cookpad.com sambal kemangi (190) adalah sambal yang terbuat dari cabai, bawang merah, bawang putih, garam, gula, dan kemangi. Situs web sambelhejosambeldadak.com menjelaskan bahwa sambal hejo (191) adalah sambal yang bahan utamanya terdiri dari cabai hijau dan tomat hijau yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

dicampur dengan kencur segar. Menurut situs Nibble.id sambal pecel (192) adalah sambal yang terbuat dari kacang tanah yang sudah dihaluskan, gula merah, cabai, asam jawa, bawang putih, garam, daun jeruk, dan air. Dikutip dari surabaya.tribunnews.com kremes (193) merupakan remah renyah yang terbuat dari tepung dengan citarasa yang gurih. Biasanya digunakan sebagai pelengkap olahan ayam. Serundeng (194) adalah olahan yang terbuat dari kelapa yang diparut, dibumbui, dan disangrai hingga kering dan berwarna cokelat (Badan

Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, 2018). Situs Nibble.id menjelaskan bahwa sambal matah (195) adalah sambal yang disajikan tanpa proses uleg ataupun tumis. Bahan-bahannya terdiri dari cabai, bawang merah, terasi, serai, garam, jeruk limau, terasi, dan minyak goreng. Petai (196) adalah biji-bijian bewarna hijau yang biasanya dijadikan sebagai lalapan dan memiliki bau yang khas (Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, 2018). Telur asin (197) adalah telur ayam atau itik yang diasinkan (Badan Pengembangan Bahasa dan

Perbukuan, 2018). Dalam KBBI V Luring (2018) frasa ayam panggang (193) mengacu pada masakan dari ayam yang diolah dengan cara dipanggang. Ayam geprek (197) adalah ayam goreng tepung yang ditumbuk secara bersamaan dengan cabai (Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, 2018). Dalam KBBI

V Luring (2018) kata soto (198) mengacu pada olahan yang kuahnya dimasak terpisah, terdiri dari daging, sayuran, dan . Sup (199) adalah masakan berkuah dari kaldu yang dibumbui dengan lada, pala, dan sebagainya

(Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, 2018). Kata cah pada data (200 dan 201) adalah hidangan yang terbuat dari sayur, seperti sawi, jamur, udang, hati

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

ayam, dan sebagainya yang sedikit berkuah (Badan Pengembangan Bahasa dan

Perbukuan, 2018). Dilansir dari laman Kompas.com sambal pecak (202) adalah sambal yang terbuat dari cabai, bawang putih, kemiri, dan santan. Biasanya sambal pecak disajikan dengan ikan atau ayam. Dalam KBBI V Luring (2018) frasa saus tiram (203) mengacu pada saus yang terbuat dari fermentasi tiram, memiliki rasa asin dan gurih, umumnya digunakan dalam masakan khas Tionghoa dan aneka tumisan.

Makna gramatikal ‗campuran‘ pada nama-nama olahan berbahan dasar ayam di atas dapat dibuktikan melalui parafrasa dengan menyertakan kata yang dicampur di antara kedua unsurnya, misalnya:

(187a) ayam yang dicampur sambal daun jeruk (188a) ayam yang dicampur sambal jamur (189a) ayam yang dicampur sambal kentang (190a) ayam yang dicampur sambal kemangi (191a) ayam yang dicampur sambal hejo (192a) ayam yang dicampur sambal pecel (193a) ayam panggang yang dicampur kremes (194a) ayam yang dicampur serundeng kelapa (195a) ayam geprek yang dicampur sambal matah (196a) ayam geprek yang dicampur petai (197a) ayam geprek yang dicampur telur asin (198a) soto yang dicampur ayam (199a) sup yang dicampur ayam (200a) ayam yang dicampur cah tauge (201a) ayam yang dicampur cah brokoli (202a) ayam yang dicampur sambal pecak (203a) ayam yang dicampur saus tiram

Berdasarkan contoh di atas, terbukti bahwa hubungan antarunsur pada frasa ayam sambal daun jeruk, ayam sambal jamur, ayam sambal kentang, ayam sambal kemangi, ayam sambal hejo, ayam sambal pecel, ayam panggang kremes, ayam serundeng kelapa, ayam geprek sambal matah, ayam geprek petai, ayam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

geprek telur asin, soto ayam, sup ayam, ayam cah tauge, ayam cah brokoli, ayam sambal pecak, dan ayam saus tiram menimbulkan makna gramatikal ‗campuran‘.

3.5 Makna „Asal Tempat‟

Nama-nama olahan berbahan dasar ayam dapat dikategorikan memiliki makna gramatikal ‗asal tempat‘ apabila unsur pertamanya memiliki komponen makna ( + barang jadian) dan unsur keduanya memiliki komponen makna ( + tempat) atau ( + nama tempat). Berikut ini contoh nama-nama olahan berbahan dasar ayam yang memiliki makna gramatikal ‗asal tempat‘:

(204) ayam bakar padang (205) ayam goreng padang (206) ayam goreng kalasan (207) ayam bakar kalasan (208) ayam bakar taliwang (209) ayam bakar borneo (210) ayam panggang klaten (211) ayam bakar manado (212) ayam goreng sulawesi (213) ayam goreng betawi (214) ayam panggang magetan (215) ayam panggang jombang

Pada frasa ayam bakar padang (204), ayam goreng padang (205), ayam goreng kalasan (206), ayam bakar kalasan (207), ayam bakar taliwang (208), ayam bakar borneo (209), ayam panggang klaten (210), ayam bakar manado

(211), ayam goreng sulawesi (212), ayam goreng betawi (213), ayam panggang magetan (214) dan ayam panggang jombang (215), unsur ayam bakar, ayam goreng, dan ayam panggang memiliki komponen makna ( + barang jadian) sedangkan kata padang, kalasan, taliwang, borneo, klaten, sulawesi, betawi, jombang, dan magetan memiliki komponen makna ( + nama tempat).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

Frasa ayam bakar (204, 207, 208, 209, dan 211) merupakan hidangan ayam yang diolah dengan cara dibakar. Frasa ayam goreng (205, 206, 212, dan 213) merupakan hidangan ayam yang diolah dengan cara digoreng. Frasa ayam panggang (210, 214, dan 215) adalah hidangan ayam yang diolah dengan cara dipanggang . Dalam KBBI V Luring (2018) kata padang (204 dan 205) mengacu pada kota madya yang merupakan ibu kota Provinsi Sumatra Barat. Kalasan (206 dan 207) merupakan salah satu daerah yang berada di Kabupaten Sleman,

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Taliwang (208) merupakan salah satu daerah yang terletak di Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat. Dalam

KBBI V Luring (2018) kata borneo (209) mengacu pada istilah lain untuk Pulau

Kalimantan. Klaten (210) adalah salah satu kabupaten yang berada di Provinsi

Jawa Tengah (Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, 2018). Manado

(211) merupakan ibu kota Provinsi Sulawesi Utara yang terletak di Teluk Manado

(Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, 2018). Dalam KBBI V Luring

(2018) kata sulawesi (212) mengacu pada nama pulau di Wilayah Indonesia yang terletak berbatasan dengan Pulau Kalimantan di sebelah barat dan Kepulauan

Maluku di sebelah timur. Dalam KBBI V Luring (2018) kata betawi (213) mengacu pada suku bangsa yang menempati daerah Jakarta, sebagian daerah di

Jawa Barat, serta Banten. Magetan (214) adalah salah satu kabupaten yang ada di

Provinsi Jawa Timur (Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, 2018).

Jombang (215) merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang terkenal dengan sebutan Kota Beriman (Badan Pengembangan Bahasa dan

Perbukuan, 2018).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

Makna gramatikal ‗asal tempat‘ pada nama-nama olahan berbahan dasar ayam tersebut dapat dibuktikan melalui parafrasa dengan menyertakan kata yang berasal dari di antara kedua unsurnya, misalnya:

(204a) ayam bakar yang berasal dari padang. (205a) ayam goreng yang berasal dari padang. (206a) ayam goreng yang berasal dari kalasan (207a) ayam bakar yang berasal dari kalasan (208a) ayam bakar yang berasal dari taliwang (209a) ayam bakar yang berasal dari borneo (210a) ayam panggang yang berasal dari klaten (211a) ayam bakar yang berasal dari manado (212a) ayam goreng yang berasal dari sulawesi (213a) ayam goreng yang berasal dari betawi (214a) ayam panggang yang berasal dari magetan (215a) ayam panggang yang berasal dari jombang

Berdasarkan contoh di atas, terbukti bahwa hubungan antarunsur pada frasa ayam bakar padang, ayam goreng padang, ayam goreng kalasan, ayam bakar kalasan, ayam bakar taliwang, ayam bakar borneo, ayam panggang klaten, ayam bakar manado, ayam goreng sulawesi, ayam goreng betawi, ayam panggang magetan, dan ayam panggang jombang menimbulkan makna gramatikal ‗asal tempat‘.

3.6 „Makna Rasa‟

Nama-nama olahan berbahan dasar ayam dapat dikategorikan memiliki makna gramatikal ‗rasa‘ apabila unsur pertamanya memiliki komponen makna ( + benda) dan unsur keduanya memiliki komponen makna ( + rasa). Berikut ini contoh nama-nama olahan berbahan dasar ayam yang memiliki makna gramatikal

‗rasa‘:

(216) ayam pedas manis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

(217) ayam asam manis (218) ayam pedas gurih (219) ayam (220) ayam panggang pedas (221) ayam bakar pedas (222) ayam bakar manis

Pada frasa ayam pedas manis (216), ayam asam manis (217), ayam pedas gurih (218), ayam asam pedas (219) ayam panggang pedas (220), ayam bakar pedas (221), dan ayam bakar manis (222), unsur ayam, ayam panggang, dan ayam bakar memiliki komponen makna ( + benda), sedangkan unsur pedas manis, asam manis, pedas gurih, pedas, dan manis memiliki komponen makna ( + rasa).

Makna gramatikal ‗rasa‘ pada nama-nama olahan berbahan dasar ayam di atas dapat dibuktikan melalui parafrasa dengan menyertakan kata yang berasa di antara kedua unsurnya, misalnya:

(216a) ayam yang berasa pedas manis (217a) ayam yang berasa asam manis (218a) ayam yang berasa asam pedas gurih (219a) ayam yang berasa asam pedas (220a) ayam panggang yang berasa manis (221a) ayam bakar yang berasa pedas (222a) ayam bakar yang berasa manis

Berdasarkan contoh di atas, terbukti bahwa hubungan antarunsur pada frasa ayam pedas manis, ayam asam manis, ayam pedas gurih, ayam asam pedas, ayam panggang manis, ayam bakar pedas, dan ayam bakar manis menimbulkan makna gramatikal ‗rasa‘.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Setelah dilakukan pembahasan mengenai struktur dalam nama-nama olahan berbahan dasar ayam pada Bab II dan hubungan makna antarunsur dalam nama- nama olahan berbahan dasar ayam pada Bab III, dapat ditarik beberapa kesimpulan. Pertama, nama-nama olahan berbahan dasar ayam termasuk dalam kategori frasa nomina karena unsur diterangkannya (D) selalu berupa nomina.

Baik berbentuk kata maupun frasa. Misalnya, ayam goreng, ayam sambal matah, dan bola ayam saus tiram. Kata ayam dan frasa bola ayam termasuk dalam kategori nomina, yang bertindak sebagai unsur diterangkan (N), sedangkan kata goreng, frasa sambal matah, dan frasa saus tiram bertindak sebagai unsur menerangkan (M).

Kedua, berdasarkan strukturnya nama-nama olahan berbahan dasar ayam dibedakan menjadi tujuh kategori, yaitu (i) D-M (N+N), (ii) D-M (N+FN), (iii) D-

M (N+V), (iv) D-M (N+Adj), (v) D-M (FN+N), (vi) D-M (FN+Adj), dan (vii) D-

M (FN+FN). Ketiga, berdasarkan pertemuan kedua unsurnya makna gramatikal yang ditimbulkan oleh nama-nama olahan berbahan dasar ayam dapat dikategorikan menjadi lima jenis, yaitu (i) makna ‗bahan‘, (ii) makna ‗yang di-‗,

(iii) makna ‗campuran‘, (iv) makna ‗asal tempat‘, dan (v) makna ‗rasa‘.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

4.2 Saran

Topik mengenai struktur dan hubungan makna antarunsur masih dapat diperluas. Seperti pada nama-nama benda, nama-nama tempat wisata, atau nama- nama makanan dengan bahan dasar yang lain. Data yang beragam dan mudah ditemukan tentu dapat menunjukkan variasi topik struktur dan hubungan makna antarunsur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

DAFTAR PUSTAKA

―6 Manfaat Daging Ayam Bagi Tubuh, Sumber Protein Tinggi Hingga Mampu LawanPenyakit,‖ Stable URL: https://www.merdeka.com/jateng/6- manfaat-daging-ayam-bagi-tubuh-sumber-protein-tinggi-hingga-mampu- lawan-penyakit-kln.html. Diakses: 31/05/2020, 21.00. ―20 Jenis Sambal dari Seluruh Penjuru Nusantara,‖ Stable URL: https://www.nibble.id/20-jenis-sambal-dari-seluruh-penjuru-nusantara/. Diakses: 17/01/2021, 16.00. ―Resep Sambal Kentang,‖ Stable URL: http://www.dapurkobe.co.id/sambal- kentang. Diakses: 18/01/2021, 19.00. ―Resep Sambal Pecak, Cocok Untuk Lauk Ikan dan Ayam,‖ Stable URL: https://www.kompas.com/food/read/2020/07/23/210800975/resep-sambal- pecak-cocok-untuk-lauk-ikan-dan-ayam-. Diakses: 20/01/2021, 19.30.

―Sambal Daun Jeruk,‖ Stable URL: https://www.yummy.co.id/blog/resep/sambal- daun-jeruk. Diakses: 18/01/2021,19.05.

―Sambel Hejo,‖ Stable URL: http://sambelhejosambeldadak.com/?p=81. Diakses: 18/01/2021, 19.30.

―Sambal Jamur Ala SS ( Spesial Sambal) by Meri Anggraini,‖ Stable URL: https://www.langsungenak.com/sambal-jamur-ala-ss-spesial-sambal-by- meri-anggraini/. Diakses: 19/01/2021, 00.05.

―Sambel Kemangi,‖ Stable URL: https://cookpad.com/id/resep/3148800-sambel- kemangi. Diakses: 21/01/2021, 00.30.

―Tahukah Kamu Perbedaan Opor, Kari, dan Gulai?,‖ Stable URL: https://www.google.com/amp/s/surabaya.tribunnews.com/amp/2011/10/23 /usaha-ayam-kremes-gurih. Diakses: 20/01/2021, 21.00.

―Usaha Ayam Kremes Gurih,‖ Stable URL: https://www.google.com/amp/s/surabaya.tribunnews.com/amp/2011/10/23 /usaha-ayam-kremes-gurih. Diakses: 20/01/2021, 20.30.

Arumpuspa, Gina Meilati. 2016. ―Penggunaan Frasa pada Tagline Majalah Terbitan Amerika Serikat Kajian Sintaksis dan Semantis‖. Skripsi. : Program Studi Bahasa Inggris, Fakultas Bahasa, Universitas Widyatama.

Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2018 (tahun terakhir dimutakhirkan).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

Kamus Besar Bahasa Indonesia Luring. Diunduh dari https://play.google.com/store/apps/details?id=yuku.kbbi5&hl=in.

Chaer, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia: Pendekatan Proses. Jakarta:Rineka Cipta. ------. 2011. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Dharmayanti, Made Santya Wira. 2018. ―Struktur dan Hubungan Makna Antarunsur Frasa Nominal dalam Rubrik Edukasi Kompas.com‖. Skripsi. Jakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Seni, Fakultas Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta. Ismail, Maulana Muhammad. 2016. ―Penggunaan Frasa Nominal pada Rubrik Cerpen Koran Kompas Bulan Juni-Agustus 2014‖. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta. Kelen, Margaretha Yoselfa Osewisok. 2017. ―Struktur dan Kategori Frasa Endosentris Atributif dalam Artikel Opini Surat Kabar Kompas Edisi 1-4 Maret 2017‖. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma. Keraf, Gorys. 1984. Tata Bahasa Indonesia. Ende-Flores: Nusa Indah.

Kesuma, Tri Mastoyo Jati. 2007. Pengantar (Metode) Penellitian Bahasa. Yogyakarta:Penerbit Carasvatibooks. Ramlan, M. 2005. Ilmu Bahasa Indonesia SINTAKSIS. Yogyakarta: C.V.

Karyono.

Sudaryanto, 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan Secara Linguistis. Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Tarigan, Hendry Guntur. 1983. Prinsip-Prinsip Pengajaran Sintaksis. Yogyakarta: Karyono.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Sumber data: Cookpad dan postingan akun Instagram @daftarmenujogja 1. sate ayam 2. soto ayam 3. opor ayam 4. rica ayam 5. gulai ayam 6. tongseng ayam 7. semur ayam 8. ayam woku 9. ayam betutu 10. siomai ayam 11. ayam begana 12. sempol ayam 13. bakso ayam 14. sosis ayam 15. ayam pandan 16. ayam bumbu 17. ayam 18. ayam singgang 19. kari ayam 20. sup ayam 21. ayam sambal matah 22. ayam sambal kemangi 23. ayam sambal hejo 24. ayam sambal pecak 25. ayam sambal daun jeruk 26. ayam bumbu rujak 27. ayam saus lemon 28. ayam serundeng kelapa 29. ayam bumbu bali 30. ayam saus thailand 31. ayam saus tiram 32. ayam lada hitam 33. ayam sambal pecel 34. ayam cah tauge 35. ayam cah brokoli 36. ayam sambal jamur 37. ayam sambal kentang 38. ayam cah jamur 39. ayam panggang klaten 40. ayam panggang kecap 41. ayam panggang kremes 42. ayam bakar borneo

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

43. bola ayam saus tiram 44. ayam goreng bawang putih 45. ayam goreng bumbu kuning 46. ayam kecap saus inggris 47. ayam goreng tepung 48. ayam goreng mentega 49. ayam goreng kremes 50. ayam goreng lengkuas 51. ayam bakar padang 52. ayam bakar madu 53. ayam goreng kalasan 54. ayam bakar taliwang 55. ayam pedas manis 56. ayam asam manis 57. ayam pedas gurih 58. ayam asam pedas 59. ayam bakar kecap 60. ayam goreng 61. ayam bakar 62. ayam geprek 63. ayam panggang 64. ayam bacem 65. ayam siram 66. ayam bakar manis 67. ayam panggang pedas 68. ayam bakar manado 69. ayam bakar sulawesi 70. ayam goreng sulawesi 71. ayam goreng betawi 72. ayam geprek telur asin 73. ayam panggang magetan 74. ayam panggang jombang 75. ayam geprek petai 76. ayam geprek sambal matah 77. ayam geprek sambal terasi 78. ayam geprek kecombrang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

Lampiran 2. Struktur Nama-nama Olahan Berbahan Dasar Ayam:

Nama-nama Olahan Berbahan Dasar Ayam dengan Struktur D-M (N+N) sempol ayam bakso ayam sosis ayam ayam pandan ayam bumbu ayam balado ayam singgang kari ayam sop ayam

Nama-nama Olahan Berbahan Dasar Ayam dengan Stuktur D-M (N+FN) ayam sambal cah tauge ayam cah brokoli ayam sambal kentang ayam cah jamur

Nama-nama Olahan Berbahan Dasar Ayam dengan Struktur D-M (N+FAdj) ayam asam pedas

Nama-nama Olahan Berbahan Dasar Ayam dengan Struktur D-M (FN+N) ayam bakar borneo ayam bakar kecap ayam geprek petai ayam geprek kecombrang ayam panggang kecap ayam panggang kremes ayam bakar padang ayam bakar taliwang ayam bakar sulawesi ayam panggang magetan ayam panggang jombang ayam geprek petai

Nama-nama Olahan Berbahan Dasar Ayam dengan Struktur D-M (FN+FN) ayam geprek telur asin ayam geprek sambal matah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

Lampiran 2. Hubungan Makna Antarunsur dalam Nama-nama Olahan Berbahan Dasar Ayam

Makna „Campuran‟ ayam cah jamur ayam goreng kremes ayam saus lemon ayam saus thailand ayam saus tiram ayam bumbu rujak ayam bumbu bali ayam geprek sambal terasi