Studi Pemulihan Citra Pondok Pesantren Islam Al-Mukmin Ngruki Sukoharjo Surakarta)

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Studi Pemulihan Citra Pondok Pesantren Islam Al-Mukmin Ngruki Sukoharjo Surakarta) RESPONS PONDOK PESANTREN TERHADAP PROBLEM PENCITRAAN DI MEDIA (Studi Pemulihan Citra Pondok Pesantren Islam al-Mukmin Ngruki Sukoharjo Surakarta) Oleh: Fauzi Muharom M.Ag. NIM : 06.31.501 DISERTASI Diajukan kepada Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga untuk Memenuhi Syarat guna Memperoleh Gelar Doktor dalam Ilmu Agama Islam PASCASARJANA UIN SUNAN KALIJAGAYOGYAKARTA 2015 i DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................... i HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ........................................... ii NOTA DINAS .......................................................................................... iii ABSTRAK …............................................................................................ viii PEDOMAN TRANSLITERASI .............................................................. x KATA PENGANTAR .............................................................................. xiv DAFTAR ISI ............................................................................................ xvi DAFTAR TABEL...................................................................................... xviii BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1 B. Rumusan Masalah dan Batasan Penelitian ......................... 8 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ....................................... 9 D. Kajian Pustaka …………………..………………………. 10 E. Kerangka Teori …………………………………………. 15 F. Metode Penelitian ………………………….……………. 23 G. Sistematika Pembahasan .................................................... 30 BAB II PONDOK PESANTREN NGRUKI DAN RADIKALISME ………………………………….……….. 34 A. Potret Radikalisme di Surakarta ……............................... 34 B. Potensi Radikalisme di Pondok Pesantren Ngruki…………………………………………………… 42 C. Potensi Deradikalisasi di Pondok Pesantren Ngruki …….…………………………………………….. 64 BAB III PROBLEM PENCITRAAN PONDOK PESANTREN NGRUKI DALAM BINGKAI MEDIA .............................. 78 A. Macam-macam Pencitraan Negatif Pondok Pesantren Ngruki ……....................................................................... 78 1. Pondok Pesantren Ngruki sebagai Sarang Teroris........ 80 2. Pondok Pesantren Ngruki yang Makar ........................ 149 3. Pondok Pesantren Ngruki yang Radikal ...................... 175 B. Dinamika Problem Pencitraan Pondok Pesantren Ngruki ............................................................................... 188 xvi BAB IV STRATEGI PEMULIHAN CITRA PONDOK PESANTREN NGRUKI ……………………..…………… 196 A. Penyangkalan Sederhana …………………...................... 196 B. Menggeser Kesalahan ....................................................... 212 C. Memperkuat Simpati ........................................................ 219 D. Mengurangi Tuduhan dengan Aksi Persuasif ................... 221 E. Langkah Perbandingan ………..................………………… 228 F. Penyerangan Balik ............................................................ 230 G. Tindakan Perbaikan .......................................................... 236 BAB V PERAN HUMAS PONDOK PESANTREN NGRUKI DALAM MEMBANGUN CITRA POSITIF LEMBAGA ………............................................................... 240 A. Menjalin Hubungan dengan Media Massa dan Pers .......... 242 B. Menjalin Hubungan dengan Pemerintah Daerah dan Pusat ................................................................................... 257 C. Menjalin Hubungan dengan BP3 dan Alumni ................... 262 D. Menjalin Hubungan dengan Masyarakat Sekitar Pondok Pesantren Ngruki .................................................. 264 BAB VI PENUTUP …………………………………………………. 268 A. Kesimpulan …………………………………………….. 269 B. Saran-saran ……………………………………………… 272 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………..……. 274 LAMPIRAN- LAMPIRAN xvii DAFTAR TABEL Tabel 1: Struktur Kurikulum Program Sarjana (S1) Pendidikan Bahasa Arab STIM …………………………………………….………………....... 72 Tabel 2 : Hasil analisis teks Solopos, edisi Selasa, 1 Oktober 2002 …….…….. 81 Tabel 3 : Hasil analisis teks Solopos, edisi Rabu, 02 Oktober 2002 …………... 85 Tabel 4 : Hasil analisis teks Solopos, edisi Kamis, 03 Oktober 2002 …………. 88 Tabel 5 : Hasil analisis teks Solopos, edisi Sabtu, 16 November 2002 ..……… 92 Tabel 6 : Hasil analisis teks Tempo, 08 Desember 2002 …….……………....... 95 Tabel 7 : Hasil analisis teks Solopos, edisi Jumat, 03 Januari 2003 …………… 101 Tabel 8 : Hasil analisis teks Solopos, edisi Senin, 11 Agustus 2003 ………….. 106 Tabel 9 : Hasil analisis teks Solopos, edisi Kamis, 18 September 2003 …….... 109 Tabel 10 : Hasil analisis teks Solopos, edisi Rabu, 29 Oktober 2003 …….…..... 113 Tabel 11 : Hasil analisis teks Solopos, edisi Minggu, 07 Desember 2003 ……... 116 Tabel 12 : Hasil analisis teks Solopos, edisi Senin, 15 Desember 2003 ………… 119 Tabel 13 : Hasil analisis teks Solopos, edisi Jumat, 27 Agustus 2004 …...……... 122 Tabel 14 : Hasil analisis teks Solopos, edisi Senin, 13 September 2004 …..…..... 124 Tabel 15 : Hasil analisis teks Solopos, edisi Selasa, 25 Oktober 2005 …………. 127 Tabel 16 : Hasil analisis teks Solopos, edisi Rabu, 18 Januari 2006 …………..... 129 Tabel 17 : Hasil analisis teks Solopos, edisi Sabtu, 21 Januari 2006 …………… 131 Tabel 18 : Hasil analisis teks Solopos, edisi Minggu, 22 Januari 2006 ………… 134 Tabel 19 : Hasil analisis teks Solopos, edisi Rabu, 20 Juni 2007 ……………..... 137 Tabel 20 : Hasil analisis teks Solopos, edisi Kamis, 23 Juli 2009 ……………..... 139 Tabel 21 : Hasil analisis teks Solopos, edisi Sabtu, 08 Agustus 2009 ………….. 142 Tabel 22 : Hasil analisis teks Solopos, edisi Senin, 30 Agustus 2010 …….…..... 144 Tabel 23 : Hasil analisis teks Solopos, edisi Rabu, 05 September 2012 ………… 148 Tabel 24 : Hasil analisis teks Solopos, edisi Sabtu, 04 Januari 2003 …………… 153 Tabel 25 : Hasil analisis teks Solopos, edisi Kamis, 09 Januari 2003 ………….. 156 xviii Tabel 26 : Hasil analisis teks Solopos, edisi Jumat, 29 Agustus 2003 ………….. 160 Tabel 27 : Hasil analisis teks Tempo, 16 maret 1985 ……………….......……..... 164 Tabel 28 : Hasil analisis teks Tempo, 03 Juni 1989 ………………....……..…..... 167 Tabel 29 : Hasil analisis teks Tempo, 08 Desember 2002 ………………………. 172 Tabel 30 : Hasil analisis teks Solopos, edisi Rabu, 03 September 2003 ………… 177 Tabel 31 : Hasil analisis teks Tempo, 08 Desember 2002 ………………………. 180 Tabel 32 : Hasil analisis teks Solopos, edisi Sabtu, 30 November 2013 ……...… 183 Tabel 33 : Hasil analisis teks Solopos, edisi Kamis, 7 Agustus 2014 …………… 186 xix BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan pendidikan di Indonesia merupakan tanggung jawab seluruh komponen bangsa. Dalam operasionalnya, masyarakat ikut memberikan kontribusi dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa ini, baik dari segi materiil dan moril serta telah ikut pula dalam penyelenggaraan pendidikan. Salah satu jalur pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat dan keberadaannya masih ada di zaman sekarang ini adalah pondok pesantren. Keberadaan pondok pesantren di tengah-tengah masyarakat sudah tidak asing lagi, bahkan di sebagian daerah sudah menjadi bagian integral yang tidak bisa dipisahkan.1 Pondok pesantren telah memberikan kontribusi riil dalam mencetak kader-kader intelektual yang diapresiasikan potensi keilmuannya di dalam masyarakat.2 Pondok pesantren juga telah banyak memberikan andil dan mewarnai perjuangan bangsa Indonesia dalam melawan imperalisme dan merebut kemerdekaan. Pasca kemerdekaan atau post- Indonesia merdeka sampai sekarangpun pondok pesantren turut menjadi pelaku sejarah Indonesia kontemporer.3 1Suismanto, Menelusuri Jejak Pesantren (Yogyakarta: Alief Press, 2004), hlm 7. 2Imam Tolkhah dan Barizi, Membuka Jendela Pendidikan Mengurai Akat Tradisi (Jakarta: PT. Raja Grafindo Presada, 2004), hlm. 49. 3Saifudin Zuhri, Kaleidoskop Politik Indonesia, Jilid II (Jakarta: Gunung Agung, 1981), hlm. 103. Lihat juga dalam Marwan Saridjo, et.al., Sejarah Pondok Pesantren di Indonesia (Jakarta: Dharma Bhakti, 1982), hlm. 7. 1 2 Eksistensi pondok pesantren sering juga dikaitkan dengan islamisasi Indonesia. Kehadirannya merupakan instrumen bagi masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia. Di sinilah nampak bahwa pondok pesantren merupakan sebuah tradisi dan menjadi warisan umat Islam Indonesia. Keberadaannya yang menjadi ciri khas ke-islaman Indonesia ini perlu dilestarikan sebagai kekuatan dan kekayaan budaya Indonesia.4 Akhir-akhir ini, sorotan terhadap keberadaan pondok pesantren terkesan menyimpang dari asasi tradisi pesantren yang akrab dengan pengembangan tradisi keilmuan dan pengembangan masyarakat.5 Seiring dengan dinamika politik nasional dan dinamika politik internasional, sebagian pondok pesantren yang berada Indonesia dituding dan dituduh sebagai institusi pendidikan yang berperan sebagai lembaga pendidikan yang menyebarkan ajaran Islam ekstrim sekaligus berkonstribusi terhadap tumbuhnya faham 4Nurcholish Madjid menilai pesantren sebagai lembaga yang indigenous, asli, tertua dan tumbuh dari budaya tradisional masyarakat kita. Lihat Nurcholish Madjid, Bilik-bilik Pesantren: Sebuah Potret Perjalanan (Jakarta: Paramadina, 1997), hlm. 17; Baca juga A. Malik Fadjar, Madrasah dan Tantangan Modernitas (Bandung: Mizan, 1999), hlm. 20. Fungsi keberadaan pesantren adalah sebagai lembaga pendidikan, lembaga sosial dan lembaga penyiaran agama. Fungsi inilah yang menjadi letak kelebihan dari pondok pesantren yakni sebagai tempat pertama dan utama dalam menanamkan aqidah agama dan akhlak yang kokoh bagi anak didik. Sehingga pondok pesantren sampai sekarang ini masih
Recommended publications
  • Eksistensi Tradisi Kajian Kitab Kuning Dalam Lingkup Perubahan Sosial (Studi Kasus Di Pesantren Darun Nahdhah, Darel Hikmah, Dan Babussalam)
    EKSISTENSI TRADISI KAJIAN KITAB KUNING DALAM LINGKUP PERUBAHAN SOSIAL (STUDI KASUS DI PESANTREN DARUN NAHDHAH, DAREL HIKMAH, DAN BABUSSALAM) Amrizal Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau e-mail: [email protected] Abstrak Penelitian ini ingin menemukan jawaban tentang bagaimana keberadaan buku kuning buku di pesantren Darun Nahdhah, Darel Hikmah, dan Babussalam dalam ruang lingkup perubahan sosial. Secara umum, ketiga pesantren tersebut telah merespon positif perubahan sosial, untuk melakukan perubahan dan penyesuaian terhadap sistem pendidikan, termasuk untuk menjaga tradisi studi buku kuning tersebut. Dengan kata lain, identitas pesantren dengan buku kuning masih menempel di sekolah masing-masing. Namun, keberadaannya berbeda. Diantaranya, ada yang membuat studi tentang buku kuning sebagai co curriculer, bersama dengan kurikulum lainnya, maka ada juga yang membuatnya hanya melakukan aktivitas ekstra atau ekstra kurikuler tambahan. Kata kunci: Pesantren, Kitab kuning, Perubahan Sosial. Abstract This study wants to find answers about how the existence of stsudy of the yellow book (kitab kuning) at pesantren Darun Nahdhah, Darel Hikmah, and Babussalam within the scope of social change. In general, the three pesantren have responded positively to social change, to make changes and adjustments to the education system, including in order to maintain the tradition of the study of the yellow book. In other words, the identity of pesantren with yellow book still attached at their respective schools. However, its existence is different. Among them, there were made studies of yellow book as co curriculer, together with other curriculum, then there is also making it only limited additional or extra curricular activities. Keywords: Islmic Boarding School, Ancient Islamic Manuscript, Social Change.
    [Show full text]
  • KITAB KUNING DAN MADRASAH: STUDI PADA PONDOK PESANTREN HIKMATUSYSYARIEF NW SALUT SELAT LOMBOK BARAT Abd
    KITAB KUNING DAN MADRASAH: STUDI PADA PONDOK PESANTREN HIKMATUSYSYARIEF NW SALUT SELAT LOMBOK BARAT Abd. Muin M Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan | Balitbang dan Diklat Kemenag RI Jl. MH Thamrin No. 6 Jakarta Pusat | Email: [email protected] Abstract This study attempts to uncover the education background of Islamic boarding school’s educator, the students’ motivation levels in studying yellow book and education system of Islamic boarding school. Through the qualitative method, the researcher conducted interviews with key informants, observed the education facilities and activities of the students, as well as studied the Islamic boarding school documents, which then lead to the collection of the data and information related to this research issues. The research result shows: (1) With “very adequate” Islamic boarding school education background, the educators of Hikmatusy syarief Islamic boarding school have successfully maintained and preserved the Islamic boarding school system, especially in studying yellow book with madrasah education system. (2) Most of the students have a strong motivation to study yellow book. (3) Values and elements of the education system of this Islamic boarding school is a single unit that integrated, complete each other and strengthen the implementation of the yellow book learning and madrasah education. Keywords: Yellow book, Madrasah, Continuity, Changes Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan latar belakang pendidikan pengasuh pesantren, ting­ kat motivasi santri mengaji kitab kuning
    [Show full text]
  • A Preliminary Study on DAYAH SALAFI DEVELOPMENT
    Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) Dr. Huwaida, S.Ag., M.Ag. A Preliminary Study on DAYAH SALAFI DEVELOPMENT PUBLISHER Dr. Huwaida, S.Ag., M.Ag. A Preliminary Study On Dayah Salafi Development /by: Dr. Huwaida, S.Ag., M.Ag. Jakarta: CV Teratai Publisher, 2014 xiv; 108 hlm.; 0,5 cm ISBN: 978-602-97959-5-0 1. Education I. Title 3 4 A Preliminary Study On Dayah Salafi Development 0 Author : Dr. Huwaida, S.Ag., M.Ag. Editor : Muhammad Siddiq, MH Edition : I, December 2014 ISBN : 978-602-97959-5-0 Publisher : CV Teratai (Teratai Publisher) [Head Office] Jl. Teratai No.8, Lampulo, Banda Aceh, Provinsi Aceh, Kode Pos 23127. [Branch Office] Permata Depok Regency, Blok Jade No. E 5/ 17, Ratu Jaya, Kota Depok, Provinsi Jawa Barat. [Email] [email protected] © Copyright is protected by The Act Number 19 of 2002 On the Copyright. To distribute and to multiply are strongly forbidden, without any prior permission from the publisher. PREFACE This study started with the government letter that emphasized prescribed regulations for the standardizing of Acehnese dayah salafi curriculum. Aceh is located on the western tip of Sumatera island, forming the far western border of the Republic of Indonesia. Aceh is known as the first place that converted to Islam in the archipelago, and there are many dayah, which are spread all over Aceh. From the literature, it is found that the dayah, which is an indigenous Islamic educational institution in Aceh, has connection with the geographical and historical sources of Islamic teaching and may be seen as a link in a continuous chain of learning.
    [Show full text]
  • Islam Dan Negara Pemikiran Abu Bakar Ba'asyir Tentang
    ISLAM DAN NEGARA PEMIKIRAN ABU BAKAR BA’ASYIR TENTANG NEGARA ISLAM Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh : Praga Adidhatama NIM: 104033201141 PROGRAM STUDI PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H./2009 M. PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul ISLAM DAN NEGARA; PEMIKIRAN ABU BAKAR BA’ASYIR TENTANG NEGARA ISLAM telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 11 Desember 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos.) pada Program Studi Pemikiran Politik Islam. Jakarta, 11 Desember 2009 Sidang Munaqasyah Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota, Dr. Hendro Prasetyo, MA. Joharatul Jamilah, M.Si. NIP: 19640719 199003 1 001 NIP: 19680816 199703 2 002 Anggota, Dr. Sirodjudin Ali, MA. A. Bakir Ihsan, M.Si. NIP: 19540605 200112 1 001 NIP: 19720412 200312 1 214 Pembimbing, M. Zaki Mubarak, M.Si. NIP: 19730927 200501 1 008 LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (satu) di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
    [Show full text]
  • Religious Specificities in the Early Sultanate of Banten
    Religious Specificities in the Early Sultanate of Banten (Western Java, Indonesia) Gabriel Facal Abstract: This article examines the religious specificities of Banten during the early Islamizing of the region. The main characteristics of this process reside in a link between commerce and Muslim networks, a strong cosmopolitism, a variety of the Islam practices, the large number of brotherhoods’ followers and the popularity of esoteric practices. These specificities implicate that the Islamizing of the region was very progressive within period of time and the processes of conversion also generated inter-influence with local religious practices and cosmologies. As a consequence, the widespread assertion that Banten is a bastion of religious orthodoxy and the image the region suffers today as hosting bases of rigorist movements may be nuanced by the variety of the forms that Islam took through history. The dominant media- centered perspective also eludes the fact that cohabitation between religion and ritual initiation still composes the authority structure. This article aims to contribute to the knowledge of this phenomenon. Keywords: Islam, Banten, sultanate, initiation, commerce, cosmopolitism, brotherhoods. 1 Banten is well-known by historians to have been, during the Dutch colonial period at the XIXth century, a region where the observance of religious duties, like charity (zakat) and the pilgrimage to Mecca (hajj), was stronger than elsewhere in Java1. In the Indonesian popular vision, it is also considered to have been a stronghold against the Dutch occupation, and the Bantenese have the reputation to be rougher than their neighbors, that is the Sundanese. This image is mainly linked to the extended practice of local martial arts (penca) and invulnerability (debus) which are widespread and still transmitted in a number of Islamic boarding schools (pesantren).
    [Show full text]
  • Transformation of Pesantren in Maintaining Good Character
    View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk brought to you by CORE provided by INZAH Online Journal Humanistika, Volume 6, Nomor 1, Januari 2020 35 TRANSFORMATION OF PESANTREN IN MAINTAINING GOOD CHARACTER Muhammad Hifdil Islam* & Abd. Aziz** Abstract: Education is the main pillar of nation building. The success of a nation’s education is closely related to the progress achieved. Because it is a necessity, so the government and society should prioritize the overall development of the field of education. Especially education that shapes the national character of the nation. Pesantren as one of the indigenous Indonesian National Education sub-systems, has special advantages and characteristics in applying character education for their students (santri). The writing method this article is writer takes some of schoolars argument that related with the topic of this articel.“this article try to highlight the pesantren as the root of history of islamic education in Indonesia, the transformation of pesantren education system and the role of pesantren in Indonesia in maintaining the good character of student. And the result of this article show that pesantren has many types of system and it has a big role in maintaining the good character of student. Keywords: Transformation, Pesantren and Good Character * Dosen Institut Ilmu Keislaman Zainul Hasan Genggong ** Dosen Institut Ilmu Keislaman Zainul Hasan Genggong 36 Muhammad Hifdil Islam & Abd. Aziz, Transformation of Pesantren... (35-48) PRELIMINARY Islamic boarding school is an institution that is widely praised by people. This is because the pesantren has a characteristic compared to other educational institutions, especially Muslim societies in general, as well as the existence of Madrasah (Schools that is based on islamic education) in Indonesia1.
    [Show full text]
  • Western Java, Indonesia)
    Religious Specificities in the Early Sultanate of Banten (Western Java, Indonesia) Gabriel Facal Université de Provence, Marseille. Abstrak Artikel ini membahas kekhasan agama di Banten pada masa awal Islamisasi di wilayah tersebut. Karakteristik utama dari proses Islamisasi Banten terletak pada hubungan antara perdagangan dengan jaringan Muslim, kosmopolitanisme yang kuat, keragaman praktek keislaman, besarnya pengikut persaudaraan dan maraknya praktik esotoris. Kekhasan ini menunjukkan bahwa proses Islamisasi Banten sangat cepat dari sisi waktu dan perpindahan agama/konversi yang terjadi merupakan hasil dari proses saling mempengaruhi antara Islam, agama lokal, dan kosmologi. Akibatnya, muncul anggapan bahwa Banten merupakan benteng ortodoksi agama. Kesan yang muncul saat ini adalah bahwa Banten sebagai basis gerakan rigoris/radikal dipengaruhi oleh bentuk-bentuk keislaman yang tumbuh dalam sejarah. Dominasi pandangan media juga menampik kenyataan bahwa persandingan antara agama dan ritual masih membentuk struktur kekuasaan. Artikel ini bertujuan untuk berkontribusi dalam diskusi akademik terkait fenomena tersebut. Abstract The author examines the religious specifics of Banten during the early Islamizing of the region. The main characteristics of the process resided in a link between commerce and Muslim networks, a strong cosmopolitism, a variety of the Islam practices, the large number of brotherhood followers and the popularity of esoteric practices. These specificities indicated that the Islamizing of the region was very progressive within 16th century and the processes of conversion also generated inter-influence with local religious practices and cosmologies. As a consequence, the widespread assertion that Banten is a bastion of religious orthodoxy and the image the region suffers today as hosting bases of rigorist movements may be nuanced by the variety of the forms that Islam 91 Religious Specificities in the Early Sultanate of Banten (Western Java, Indonesia) took throughout history.
    [Show full text]
  • The Syiah Turmoil in a Sharia Soil: an Anthropological Study of Hidden Syiah Minority Entity in Contemporary Aceh
    International Journal of Recent Technology and Engineering (IJRTE) ISSN: 2277-3878, Volume-7, Issue-6S5, April 2019 The Syiah Turmoil in a Sharia Soil: An Anthropological Study of Hidden Syiah Minority Entity in Contemporary Aceh Al Chaidar Abdurrahman Puteh, Abidin Nurdin, T. Nazaruddin , Alfian Lukman Abstract: Syiah had ever been a major Islamic Researches on the history of Syiah in Indonesia - and denomination in Aceh for centuries. This research is not only especially in Aceh -has been done by Hilmy Bakar about how much classical Sharia rules can be a reference to Almascaty (2013) and Fakhriati (2014) and Rabbani (2013) resolve political problems of majority and minority division, but also Dhuhri (2016). Previously, a similar study also also to examine the power of sharia in protecting and concerns the history that comes first in reference to the marginalizing Syiah. Based mainly on classical Snouck Hurgronje ethnography, this study elaborate the the former history of Syiah and its spaces investigated by Thabathaba'i sharia as a living law in old Aceh and comparing it with recent and Husayn (1989), Azmi (1989), Abdul Hadi (2002), and legal pluralism of Aceh nowadays. With a spectacular growing T. Iskandar (2011). Almascaty's study looked more at of traditional Dayah (conservative Sunnism) in present politics, Persian civilization and its influence on customs in Aceh and the transnational Salafi Wahabism intrusion into Aceh, the [1]. Similarly, Wan Hussein Azmi concluded that in the position of Syiah is at the most tip of the edge in society. 10th century AD migration of the most Persians to the Achenese Syiah are now facing hardest situation in this Syafii- archipelago Leran, Gresik, Siak (Inderapura, Riau), and to dominated land and hardened with the rage of Wahabism.
    [Show full text]
  • ( Surau, Meunasah, Pesantren Dan Madrasah ) Oleh
    SEJARAH LEMBAGA-LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM NUSANTARA ( Surau, Meunasah, Pesantren dan Madrasah ) Oleh : Abdul Mukhlis Dosen Tetap STAI Pancawahana Bangil Kabupaten Pasuruan ABSTRAK Lembaga-lembaga pendidikan islam ada seiring dengan penyebaran Islam itu sendiri, lembaga semisal Pondok Pesantren di Jawa, Surau di Sumatera ( Minangkabau ), Meunasah di Aceh dan Madrasah Islam modern yang menyebar di seluruh nusantara merupakan suatu fenomena- fenomena yang meniscayakan adanya dinamika lembaga-lembaga pendidikan Islam yang pada suatu kurun waktu tertentu menjadi suatu lembaga pendidikan yang menjadi menjadi primadona di masanya, akankah lembaga-lembaga Islam semisal Pondok Pesantren dan Madrasah menjadi lembaga pendidikan Islam yang tetap bereksistensi ataukah ada model lembaga pendidikan lain yang lebih mengakomodasi peradaban dan kebudayaan dunia Islam. Kata Kunci : Pesantren, Surau, Meunasah dan Madrasah A. PENDAHULUAN tersebut tidak akan terserabut dari akar Perkembangan pendidikan Islam di kulturnya secara radikal. Indonesia antara lain ditandai oleh munculnya berbagai lembaga pendidikan secara bertahap, B. SEJARAH DAN DINAMIKA mulai dari yang amat sederhana, sampai LEMBAGA-LEMBAGA dengan tahap-tahap yang sudah terhitung PENDIDIKAN DI NUSANTARA modern dan lengkap. Lembaga pendidikan 1. Surau Islam telah memainkan fungsi dan perannya Pembahasan tentang surau sebagai sesuai dengan tuntntan masyarakat dan lembaga Pendidikan Islam di Minang-kabau, zamannya. Perkembangan lembaga-lembaga hanya dipaparkan sekitar awal pertumbuhan pendidikan tersebut telah menarik perhatian surau sampai dengan meredupnya pamor para ahli baik dari dalam maupun luar negeri surau. Kondisi ini dilatarbelakangi dengan untuk melakukan studi ilmiah secara lahirnya gerakan pembaruan di Minangkabau konfrehensif. Kini sudah banyak hasil karya yang ditandai dengan berdirinya madrasah penelitian para ahli yang menginformasikan sebagai pendidikan alternatif. tentang pertumbuhan dan perkembangan Istilah surau di Minangkabau sudah lembaga-lembaga pendidikan Islam tersebut.
    [Show full text]
  • Bab I Pendahuluan
    BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan kerangka berpikir. A. Latar Belakang Masalah Pesantren merupakan lembaga yang bisa dikatakan merupakan wujud proses perkembangan sistem pendidikan nasional. Pesantren sendiri memiliki karakteristik yang unik dan sedikit berbeda dengan sekolah-sekolah formal pada umumnya, seperti pelajaran agama yang lebih banyak dan lebih ditekankan, disamping itu para siswa dan siswinya lebih dikenal dengan sebutan santri, para santri harus tinggal di lingkungan pesantren. (http://www.depag.go.id) Kini perkembangan pesantren dengan sistem pendidikannya mampu menyejajarkan diri dengan pendidikan pada umumnya. Bahkan di pesantren dibuka sekolah umum (selain madrasah) sebagaimana layaknya pendidikan umum lainnya. Kedua model pendidikan (sekolah dan madrasah) sama-sama berkembang di pesantren. Kenyataan ini menjadi aset yang luar biasa baik bagi perkembangan pendidikan pesantren maupun pendidikan nasional pada masa yang akan datang. Dari sana diharapkan tumbuh kaum intelektual yang berwawasan luas dengan landasan spiritual yang kuat. (http://www.depag.go.id) Sebagai sebuah lembaga pendidikan, pondok pesantren dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas, baik secara intelektual maupun perilaku. Pola pendidikannya, yang mengharuskan para santrinya tinggal dalam asrama, selain bertujuan agar para santri lebih fokus dalam mempelajari ilmu-ilmu agama, juga bertujuan mengajarkan kemandirian. Namun pola kehidupan seperti ini memiliki pengaruh Jauh dari orang tua dan saudara-saudara kandung mengharuskan para santri siap menjalani kehidupan secara mandiri. Jika mereka mendapatkan masalah, mereka hanya memiliki ustadz atau pembantu kiai, serta teman-teman sebaya untuk meminta bantuan. Bahkan teman-teman sebaya inilah yang memiliki peranan lebih besar dalam kehidupan seorang santri. Ini dikarenakan interaksi mereka lebih banyak dilakukan dengan teman sebaya tersebut, sejak bangun tidur hingga tidur kembali.
    [Show full text]
  • KITAB KUNING: Sebagai Kurikulum Di Pesantren Oleh: Sururin
    KITAB KUNING: Sebagai Kurikulum di Pesantren Oleh: Sururin Pengantar Kitab kuning menjadi istilah yang identik dengan pesantren. Oleh karena kitab kuning menjadi rujukan utama dan menjadi salah satu elemen bagi pesantren. Dengan bahasa ekstremnya, suatu lembaga tidak dapat dikatakan sebagai pesantren apabila di dalamnya tidak mengkaji kitab kuning. Hal ini menunjukkan betapa erat hubungan antara pesantren dan kitab kuning. Dalam pesantren kitab kuning memang paling dominan. Ia tidak saja sebagai khasanah keilmuan, tetapi juga sebagai si stem nilai yang dipegangi dan mewarnai seluruh aspek kehidupan. Kitab kuning mewujud dalam paham keagamaan, tata cara, peribadatan, pergaulan, etik dan cara pandang kehidupan warga pesantren dan masyarakat pengikutnya. Dalam kenyataan ini kitab kuning merupakan tradisi yang hidup sebagai ‘kultur santri’ yang cukup subur dalam masyarakat Indonesia. Dan sebagai tradisi itu pula kitab kuning hidup dalam sejarahnya yang abadi, melampaui keberadaannya sebagai khasanah keilmuan. Dalam pembahasan berikut coba menjawab permasalahan-permasalahan: apakah pengertian kitab kuning?, kapankah ia ada dan bagaimanakah perjalanan sejarahnya sehingga menjadi satu tradisi pesantren?, apakah kitab-kitab yang dikaji dalam pesantren?, mengapa ia menjadi referensi atau rujukan utama dalam dunia pesantren—yang menurut para pengkritiknya mengalahkan al-Qur’an dan al-Sunnah?, dan mengapa pesantren mempertahankan—bahkan melestarikan kitab kuning, dan sebagai pertanyaan terakhir: apa saja yang perlu dibenahi dari kitab kuning?. A. Mengenal Kitab Kuning Istilah kitab kuning pada beberapa puluh tahun terakhir ini belum dikenal, sebab dunia pesantren pada saat itu menutup diri dari dunia luar, terutama dari arus kebudayaan asing (baca: Barat), sebagai satu sikap oposisi diam (silent opposition) terhadap penjajah Belanda. Oleh karena itu, dunia pesantren tidak mengenal adanya buku-buku di luar kitab kuning.1 Andai kata 1 Ali Yafie, Kitab Kuning: Produk Peradaban, dalam jurnal Pasatren, No.
    [Show full text]
  • Indonesian Migrants in Taiwan
    Indonesian Migrants in Taiwan Religion and Life-styles Petra Melchert Arbeitspapiere zur Ethnologie Working Papers in Social Anthropology Institute of Ethnology Number 4 - 2017 Petra Melchert Indonesian Migrants in Taiwan. Religion and Life-style Masterarbeit am Institut für Ethnologie der Westfälischen Wilhelms-Universität Münster 2015 Betreuung durch Prof. Dr. Josephus Platenkamp ii Table of Contents List of Figures ................................................................................................................ iv List of Abbreviations ....................................................................................................... v 1. Introduction .......................................................................................................... 1 2. The Religious Communities of Java .................................................................... 4 The Abangan and the Priyayi ......................................................................................................................... 5 The Slametan ................................................................................................................................................. 6 Islam and the santri ....................................................................................................................................... 7 Differences between East and West Java .................................................................................................... 12 3. Indonesian Migrant Workers in Taiwan ...........................................................
    [Show full text]