DAN MADRASAH: STUDI PADA PONDOK HIKMATUSYSYARIEF NW SALUT SELAT LOMBOK BARAT Abd. Muin M Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan | Balitbang dan Diklat Kemenag RI Jl. MH Thamrin No. 6 Pusat | Email: [email protected]

Abstract This study attempts to uncover the education background of Islamic boarding school’s educator, the students’ motivation levels in studying yellow book and education system of Islamic boarding school. Through the qualitative method, the researcher conducted interviews with key informants, observed the education facilities and activities of the students, as well as studied the Islamic boarding school documents, which then lead to the collection of the data and information related to this research issues. The research result shows: (1) With “very adequate” Islamic boarding school education background, the educators of Hikmatusy syarief Islamic boarding school have successfully maintained and preserved the Islamic boarding school system, especially in studying yellow book with madrasah education system. (2) Most of the students have a strong motivation to study yellow book. (3) Values and elements of the education system of this Islamic boarding school is a single unit that integrated, complete each other and strengthen the implementation of the yellow book learning and madrasah education. Keywords: Yellow book, Madrasah, Continuity, Changes

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan latar belakang pendidikan pengasuh pesantren, ting­ kat motivasi mengaji kitab kuning dan sistem pendidikan pesantren. Melalui metode kualitatif peneliti melakukan wawancara dengan informan kunci, mengobservasi sarana pendidikan dan aktivitas santri, serta mempelajari dokumen-dokumen pesantren, akhirnya dikumpulkan data dan informasi yang berkaitan masalah penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan: (1) Dengan berlatar belakang pendidikan pesantren yang “sangat memadai”, Pengasuh Pesantren Hikmatusysyarief sukses mempertahankan dan melesatarikan sistem pesant­ ren, khususnya pengajian kitab kuning dengan sistem pendidikan madrasah. (2) Sebagian besar santri memiliki motivasi yang kuat mengaji kitab kuning. (3 Nilai-nilai dan unsur-unsur sistem pendidikan pesantren ini mer­ upakan satu kesatuan yang terpadu, saling melengkapi dan memperkuat pelaksanaan pengajian kitab kuning dan pendidikan madrasah. Kata Kunci: Kitab Kuning, Madrasah, Kelangsungan, Perubahan

PENDAHULUAN formal.1 Ini berarti, sebagian besar pesantren meyelenggarakan pendidikan formal. Menurut Pesantren di Provinsi Nusa Tenggara Steenbrink pesantren yang diatur lebih modern, Barat tahun 2012 berjumlah 588, di antaranya 577 (98,13%) pesantren menyelenggarakan pendidikan formal (madrasah/sekolah) dan 11 1 Sumber: Data Pondok Pesantren Kanwil Kemen­ (1,87%) tidak menyelenggarakan pendidikan terian Agama Provinsi NTB, tahun 2012. Naskah diterima 30 Februari 2014. Revisi pertama, 10 Maret 2014. Revisi kedua, 20 Maret 2014 dan revisi terahir 5 April 2014.

EDUKASI Volume 12, Nomor 1, Januari-April 2014 99

EDUKASI v12_n1_2014 (A4) isi set3.indd 99 2014-07-21 1:00:23 PM Abd. Muin M

di samping ada sistem pendidikan tradisional, madrasah (pendidikan formal), di sinilah letak juga terdapat madrasah dalam pesantren yang urgensi dan siginifikansi penelitian ini. 2 dipungut iuran. Selain itu, menurut Saridjo Survei Pengajaran Kitab Kuning oleh setelah kemerdekaan banyak pesantren yang Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan menyesuaikan diri dengan tuntutan keadaan tahun 2011, diketahui dari 289 kitab kuning yang antara lain menyelenggarakan pendidikan disurvei, frekuensi pengajaran kitab kuning formal terutama madrasah, di samping tetap dalam beragam bidang keilmuan tergolong 3 meneruskan sistem wetonan dan sorogan. “rendah” (12,3%) dilihat dari frekuensi Kepala Kanwil Kementerian Agama pengajaran kitab-kitab pilihan dan 10,3% Provinsi Nusa Tenggara Barat mengemukakan, pilihan santri.5 Diduga faktor penyebabnya, bahwa pesantren yang menyelenggarakan antara lain: pengasuh (pimpinan)­ pesantren pendidikan formal (madrasah atau sekolah) tidak berlatar belakang pendidikan pesantren; tetap melaksanakan pengajian kitab- siswa madrasah sebagai santri pesantren tidak kitab kuning untuk mempartahankan dan memiliki motivasi kuat belajar (mengaji) kitab memperkuat tradisi dan karakter pesantren kuning, dan sistem pendidikan pesantren sebagai lembaga pendidikan tafaqquh fi al-din. tidak mendukung pelaksanaan pengajian Namun, pengajian kitab-kitab kuning antara kitab kuning. Untuk itu, posisi penelitian ini satu pesantren dengan pesantren lainnya merupakan lanjutan survei tahun 2011 untuk cukup bervariasi. Hal ini sangat ditentukan memperjelas secara emperis berbagai dugaan oleh latar belakang pendidikan pendiri dan tersebut. 4 pengasuh pesantren tersebut. Dengan demikian, fokus masalah dalam Pesantren Hikmatusysyarief, selain tulisan ini, adalah bagaimana: (1) latar aktif menyelenggarakan pengajian kitab belakang pendidikan pengasuh pesantren, (2) kuning sebagai pengajaran utama yang tingkat motivasi santri terhadap pengajian wajib diikuti seluruh santri. Juga menyeleng­ kitab kuning dan (3) sistem pendidikan garakan madrasah (pendidikan formal) pesantren. Untuk itu, penelitian ini bertujuan yang mengajarkan mata pelajaran umum. untuk mengungkapkan: (1) latar belakang Kehadiran madrasah di pesantren ini tidak pendidikan pengasuh pesantren, (2) tingkat dimaksudkan menggusur pengajian kitab motivasi santri mengaji kitab kuning dan (3) kuning. Sebaliknya, pengajian kitab kuning sistem pendidikan pesantren. tidak menganaktirikan pelajaran umum pada Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat madrasah. Tapi baik pengajian kitab kuning bagi Direktorat Jenderal Pendidikan Islam maupun pelajaran umum diharapkan saling Kementerian Agama sebagai masukan dalm mendukung, melengkapi dan memperkuat, menyusun dan menetapkan kebijakan sehingga kehadiran madrasah di pesantren pembinaan pesantren, khususnya pesantren semakin mempertegas langkah pengasuh yang aktif menyelenggarakan pengajian kitab pesantren dalam memenuhI kebutuhan kuning dan pendidikan formal. masyarakat. Namun, bagaimana Pesantren Hikmatusysyarief, apakah sistem pendidikan pesantren dapat berjalan seirama dengan

2 Karel A. Steenbrink. 1994. Pesantren Madrasah Sekolah Pendidik an Islam Dalam Kurun Waktu Modern. Jakarta: LP3ES, h. 127. 3 Marwan Saridjo et. el. 1982. Sejarah Pondok Pesantren 5 Husen Hasan Basri, dkk. 2011. Survei Pengajaran di . Jakarta: Dharma Bhakti. h. 59. Kitab Kuning di Pondok Pesantren. Jakarta: Puslitbang 4 Wawancara dilakukan pada tanggal 31 Oktober Pendidikan Agama dan Keagamaan Badan Litbang dan 2012. Diklat Kemenag, h. 112.

100 EDUKASI Volume 12, Nomor 1, Januari-April 2014

EDUKASI v12_n1_2014 (A4) isi set3.indd 100 2014-07-21 1:00:24 PM Kitab Kuning Dan Madrasah:

Kerangka Konseptual mendalam ilmu-ilmu agama Islam dengan menggunakan bahasa Arab, Melayu atau Jawa Kitab Kuning atau bahasa-bahasa lokal lainnya di wilayah Indonesia. Sedangkan kitab-kitab kuning yang Pengertian kitab kuning cukup beragam, diajarkan di pesantren ini, meliputi: nahwu- di antaranya menurut Pengasuh Pesantren shorf, fiqh, usul fiqh, hadits, , tauhid dan Hikmatusysyarief TGH. Zahid Syarief, kitab faraid. kuning merupakan kitab-kitab keagamaan berbahasa Arab yang tidak berbaris (gundul) dan ditulis oleh ulama/ kyai besar yang menguasai Sistem Pendidikan Madrasah secara mendalam ilmu-ilmu agama Islam dan Peraturan Menteri Agama Nomor 90 Tahun menjadi panutan (tauladan) masyarakat dalam 2013 tentang Penyelenggaraan Pendidikan 6 berbagai aspek kehidupannya. Menurut Azra, Madrasah, Pasal 1 ayat (2) menyebutkan kitab kuning pada umumnya dipahami sebagai madrasah adalah satuan pendidikan kitab-kitab keagamaan berbahasa Arab, formal dalam binaan Menteri Agama yang menggunakan aksara Arab, yang dihasilkan menyelenggarakan pendidikan umum dan oleh para ‘ulama dan pemikir Muslim lainnya kejuruan dengan kekhasan agama Islam di masa lampau-khususnya yang berasal dari yang mencakup Raudhatul Atfal, Madrasah Timur Tengah. Dalam pengertian yang luas, Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah kitab kuning sebagai kitab-kitab keagamaan Aliyah dan Madrasah Aliyah Kejuruan. berbahasa Arab, Melayu atau Jawa atau Madrasah sebagai satuan pendidikan bahasa-bahasa lokal lain di Indonesia dengan formal, penyelenggaraannya harus menggunakan aksara Arab, yang selain ditulis berdasarkan kebijakan pemerintah. Menurut oleh ‘ulama di Timur Tengah, juga ditulis Rahim guru di madrasah wajib memenuhi oleh’ulama Indonesia sendiri.7 kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat Kitab-kitab klasik (kitab kuning) yang pendidik dan memiliki kemampuan untuk diajarkan di pesantren, Dhofier menggolongkan mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Juga, ke dalam 8 kelompok jenis pengetahuan: kurikulum madrasah harus terstandarkan. 1. nahwu dan shorof; 2. fiqh; 3. usul fiqh; 4. Karena itu, madrasah dituntut melakukan hadits; 5. tafsir; 6. tauhid; 7. tasawuf dan etika, berbagai perubahan penting dan strategis dan 8. cabang-cabang lain seperti tarikh dan dalam bidang manajemen.9 balaghah. Kitab-kitab ini digolongkan tiga Dengan demikian, pendidikan madrasah tingkatan: 1. Kitab dasar; 2. Kitab menengah dalam penelitian ini adalah MTs dan MA di dan 3. kitab tingkat tinggi.8 lingkungan pesantren. Selain itu, MTs dan Berdasarkan uraian di atas, disimpulkan MA ini dalam binaan Menteri Agama yang bahwa yang dimaksud kitab kuning dalam mengajarkan mata pelajaran umum dan guru- penelitian ini adalah kitab-kitab keagamaan gurunya memenuhi kualifikasi akademik, berbahasa Arab yang tidak berbaris dan ditulis kompetensi dan standirisasi pendidikan baik oleh ulama besar Timur Tengah maupun lainnya. ulama Indonesia yang menguasai secara

Metodologi Penelitian 6Wawancara pada tanggal 2 November 2012 7Azyumardi Azra. 2002. Pendidikan Islam: Tradisi dan Sesungguhnya sejak dulu pesantren Modernisasi Menuju Milenium Baru. Jakarta: Logos Wacana telah menyelenggarakan pendidikan formal Ilmu dan Pemikiran, h. 111. 8Zamakhsyari Dhofier. 2011. Tradisi Pesantren: Studi Pandangan Hidup Kyai dan Visinya Mengenai Masa Depan 9 Husni Rahim. 2001. Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: LP3ES, h. 87. Indonesia. Jakarta: Logos. h. 21

EDUKASI Volume 12, Nomor 1, Januari-April 2014 101

EDUKASI v12_n1_2014 (A4) isi set3.indd 101 2014-07-21 1:00:24 PM Abd. Muin M

(madrasah/sekolah) yang mengajarkan mata yang diteliti; (3) bersifat fleksibel sehingga pelajaran umum di lingkungan pesantren. memungkinkan peneliti untuk mempelajari Menurut Azra, Pesantren Mambaul Ulum berbagai bidang baru yang menarik.11 Surakarta 1906 merupakan perintis dari Sementara itu sumber dan teknik penerimaan mata pelajaran umum dalam pengumpulan data sebagaimana menurut pendidikan pesantren. Kemudian 1916 Lofland dan Lofland sumber data primer dalam Pesantren Tebuireng mendirikan “Madrasah penelitian kualitatif adalah kata-kata dan Salafiyah” yang tidak hanya mengadopsi tindakan, lainnya adalah data sekunder, seperti sistem pendidikan modern, tapi juga dokumen dan lainnya.12 Data primer diperoleh memasukkan pelajaran umum. Selanjutnya dari informan kunci yang ditetapkan melalui 1927 Pesantren Rejoso mendirikan madrasah, metode snowball. Untuk itu, peneliti secara juga memperkenalkan mata pelajaran non- acak menghubungi sejumlah informan yang 10 keagamaan dalam kurikulumnya. dipandang mampu memberi informasi atau Begitupun pesantren di Provinsi Nusa data yang akurat tentang masalah penelitian Tenggara Barat sejak dulu telah menyeleng­ ini. Selanjutnya dari informan tersebut, garakan pendidikan formal (madrasah/ peneliti meminta merekomendasikan kepada sekolah). Namun, umumnya pesantren informan lainnya, begitulah seterusnya sampai tersebut tidak seluruh santrinya mukim di peneliti tidak menemukan informasi atau data pesantren, misalnya; Pesantren Nurul Hakim yang baru lagi. Kata-kata dan tindakan dari Lombok Barat, Pesantren Darul Muhajirin sumber data primer, peneliti memperolehnya Lombok Tengah, Pesantren Al Majidiyah NW melalui berbagai teknik pengumpulan Kesik Lombok Timur. Sedangkan Pesantren data: (a) Wawancara mendalam, dilakukan Hikmatusysyarief NW Salut seluruh santrinya dengan informan kunci, yaitu para pelaku mukim di pesantren. yang memiliki peran penting dan strategi Oleh karena itu, penelitian ini dilak­ di pesantren ini. (b) Observasi partisipan, sanakan di Pesantren Hikmatusysyarief NW dilakukan terhadap berbagai kegiatan santri, Salut Selat Lombok Barat dengan alasan, seperti; pengajian kitab kuning di pemondokan, antara lain: (1) seluruh santrinya wajib di masjid dan di ruang kelas madrasah yang mukim, (2) tetap mempertahankan dan dilaksanakan pada pagi hari, sore hari dan memelihara berbagai tradisi kepesantrenan, malam hari. Juga observasi dilakukan dalam khususnya tradisi pengajian kitab kuning proses pembelajaran di madrasah, kehidupan dengan metode bandongan atau wetonan dan santri di pemondokan, shalat berjama’ah dan halaqah yang wajib diikuti seluruh santri, aktivitas lainnya. Observasi ini dilakukan (3) menyelenggarakan pendidikan formal dengan tujuan untuk mengetahui secara (madrasah) di lingkungan pesantren. (4) diduga langsung, utuh dan obyektif fenomena yang telah berhasil memadukan penyelenggaraan diteliti dengan menggunakan pendekatan sistem pendidikan pesantren (pengajian kitab emik, sehingga peneliti dapat memahami kuning) dengan pendidikan formal (madrasah). dan memaknai simbol-simbol tersebut. (c) Kuesioner, untuk mengetahui tingkat motivasi Penelitian ini menggunakan metode santri terhadap pengajian kitab kuning, kualitatif dengan alasan, antara lain: (1) maka peneliti menyusun 5 item kuesioner memungkinkan peneliti untuk melihat perilaku yang terkait dengan indikator motivasi dan dalam situasi yang sebenarnya tanpa adanya rekayasa; (2) dapat meningkatkan kedalaman 11 pemahaman peneliti terhadap fenomena Morissan. 2012. Metode Penelitian Survei. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, h. 22. 12John Lofland & Lyn H Lofland. 1984.Analyzing Social Settings: A. Guide to Qualitative Observation and Analysis. 10 . Op. Cit., h. 100. Belmont, Cal.: Wads worth Publishing Company, h. 47.

102 EDUKASI Volume 12, Nomor 1, Januari-April 2014

EDUKASI v12_n1_2014 (A4) isi set3.indd 102 2014-07-21 1:00:24 PM Kitab Kuning Dan Madrasah:

membagikannya secara random kepada 45 Madrasah Mu’allimin 4 tahun. Keberhasilan santri kelas 12 MA, dengan alasan santri ini beliau, 1973 TGH. Zainuddin memberangkatkan sudah 6 tahun belajar di pesantren/madrasah Syarief ke Mekkah untuk lebih memperdalam ini. (d) Dokumen, sumber data sekunder ilmu agama melalui berbagai kajian kitab-kitab peneliti memperolehnya melalui dokumen Islam klasik. yang berkaitan masalah penelitian, antara lain; Almamater yang dituju Syarief adalah laporan perkembangan pesantren ini. perguruan tempat belajar TGH. Zainuddin, Analisis data dilakukan dengan “analisis yaitu Madrasah Ash-Shaulatiyah, akhirnya deskriptif kualitatif dan verifikatif kualitatif”. 1977 (selama 4 tahun) secara formal Syarief Untuk itu, peneliti melakukan kategorisasi menyelesaikan pendidikannya setelah diuji dan klasifikasi data yang telah diperoleh kemampuannya oleh beberapa Syekh melalui dari lapangan. Sedangkan untuk menguji dialog dan mengaji dari syekh yang satu ke validitas data, peneliti memverifikasi dan syekh lain selama 4,5 tahun, sehingga selama membandingkan data dari berbagai sumber, 8,5 tahun Syarief memperdalam ilmu-ilmu baik sumber lisan dan tindakan melalui agama di Mekkah. Pertengahan 1981, Syarief wawancara, tulisan (dokumen) maupun data kembali ke kampung halamannya dan sampai yang diperoleh melalui obersevasi. Informasi sekarang tidak pernah berhenti mengamalkan atau data tentang masalah penelitian yang ilmunya. telah diperoleh, kemudian diperlajari secara Uraian di atas, menunjukkan bahwaTGH. cermat, dianalisis, dibahas dan ditelaah dengan M Zahid Syarief memiliki latar belakang mendalam, setelah itu dilakukan editing, pendidikan pesantren yang “sangat memadai” deskripsi dan verifikasi. dengan keahlian “nahwu-sharf”, sehingga dalam kapasitasnya sebagai pengasuh dan pucuk pimpinan pesantren ini mampu HASIL DAN PEMBAHASAN merespon secara cepat dan tepat setiap Latar Belakang Pendidikan Pengasuh gagasan, terutama jika gagasan tersebut Pesantren relevan dengan kebutuhan masyarakat. Karena itu, pengasuh pesantren ini menyikapi berbagai TGH. Muhammad Zahid Syarief sebagai inovasi yang dianggap tidak hanya mendukung perintis, pendiri dan pengasuh Pesantren kelangsungan dan perubahan (continuity and Hikmatusysyarief NW Salut, merupakan salah change) sistem pendidikan pesantren, tapi satu komponen penting dan strategi dalam juga bermanfaat bagi santri dengan tetap sistem pendidikan pesantren ini, terutama berpegang teguh kepada prinsip kaidah fiqh berkaitan dengan lembaga pendidikan tempat “al muhafadzatu ‘ala al qadimi al shalih wa al ahdu belajar, berapa lama dan kepada kyai siapa bi al jadid al aslah”. Untuk itu, dalam melakukan belajar serta bidang keahliannya, khususnya adaptasi dan inovasi, pengasuh pesantren terkait dengan kitab kuning. tetap memelihara dan mempertahankan Syarief mengawali pendidikannya di tradisi pesantren sebagai lembaga pendidikan sekolah agama di Pancor Lombok Timur di keagamaan yang lebih mengutamakan tafaqquh bawah pengasuhan Maulana Syekh TGH. fi al-din melalui pengajian kitab kuning. Ini Muhammad Zainuddin Abd. Madjid selama berarti, bahwa sesungguhnya tuan guru telah 7 tahun. Kemudian Syarief melanjutkan berperan aktif dalam mengantisipasi dan pendidikannya ke Perguruan Hamzan Wadi mengadaptasi agenda perubahan sosial yang (setingkat Ma’had Ali) selama 4 tahun. Meskipun relevan dengan kebutuhan nyata masyarakat. sudah lulus, beliau tidak diperkenankan oleh TGH. Zainuddin meninggalkan perguruan ini. Akhirnya, Syarief diamanati mengasuh

EDUKASI Volume 12, Nomor 1, Januari-April 2014 103

EDUKASI v12_n1_2014 (A4) isi set3.indd 103 2014-07-21 1:00:24 PM Abd. Muin M

Santri Grafik: 01 Tingkat Kehadiran Santri dalam Pengajian Motivasi Santri Kitab Kuning Menurut Morgan motivasi merupakan tenaga pendorong atau penarik yang dapat melahirkan tingkah laku untuk mencapai suatu tujuan.13 Dalam hal ini, motivasi diartikan sebagai tenaga pembangkit untuk mendorong, menyemangati dan menarik santri agar lebih bersungguh-sungguh menghadiri, memperhatikan, meluangkan waktu dan Meskipun demikian, berdasarkan menyelesaikan tugas-tugas dalam mengikuti observasi dapat diketahui bahwa tingkat pengajian kitab kuning di pesantren ini, baik kehadiran santri dalam menghadiri pengajian kitab kuning yang dilaksanakan pembelajaran di madrasah lebih baik, yaitu ba’da shubuh di masjid, sore hari di ruang seluruh santri hadir tepat waktunya. Jika belajar madrasah maupun malam hari di dibanding dengan kehadiran santri dalam pemondokan. pengajian kitab kuning masih terdapat Berkaitan dengan itu, menurut Worrel dan sebagian kecil santri yang kadang-kadang Stilwill dalam Muhaimin, indikator motivasi: tidak hadir, juga masih ada beberapa santri (1) bersungguh-sungguh, menunjukkan minat, yang kehadirannya terlambat.15 mempunyai perhatian dan rasa ingin tahu yang kuat untuk ikut serta dalam kegiatan belajar; (2) berusaha keras dan memberikan b. Perhatian santri pada waktu pengajian waktu yang cukup untuk melakukan kegiatan kitab kuning tersebut; (3) terus bekerja sampai tugas-tugas Ketika santri sedang mengikuti tersebut terselesaikan.14 pengajian kitab kuning, perhatian santri terhadap penjelasan tuan guru atau ustadz merupakan faktor yang penting a. Tingkat kehadiran santri dalam pengajian dan strategi untuk dapat menyerap kitab kuning secara maksimal materi pengajian Kesungguhan santri dalam menghadiri tersebut. Dalam hal ini, terdapat sebagian pengajian kitab kuning dapat diketahui besar santri menyatakan mereka selalu dari tingkat kehadiran santri. Ternyata memperhatikan penjelasan tuan guru sebagian besar santri menyatakan selalu atau ustadz, hanya sebagian kecil yang hadir pada setiap pelaksanaan pengajian kadang-kadang memperhatikannya. Ini kitab kuning. Ini menunjukkan, sebagian berarti, bahwa hampir dapat dipastikan besar santri memiliki motivasi yang kuat sebagian besar santri dapat menyimak dan untuk belajar kitab kuning. menyerap dengan baik materi pengajian.

15 Hasil observasi terhadap kehadiran santri 13 Morgan. et al. 1986. Instructional to Psychology. New mengikuti pengajian kitab kuning dan mengikuti York: McGraw-Hill Book Co., h. 73. pembelajaran di madrasah (pendidikan formal) yang 14 Muhaimin. Op. Cit., h. 138. dilakukan tanggal 1 – 5 November 2012.

104 EDUKASI Volume 12, Nomor 1, Januari-April 2014

EDUKASI v12_n1_2014 (A4) isi set3.indd 104 2014-07-21 1:00:24 PM Kitab Kuning Dan Madrasah:

Grafik: 02 Grafik: 03 Perhatian Santri Pada Waktu Pengajian Meluangkan Waktu Untuk Mengaji Kitab Kuning Kitab Kuning

c. Meluangkan waktu untuk mengaji kitab d. Menyelesaikan tugas yang berkaitan kuning dengan pengajian kitab kuning Mengingat jadwal pembelajaran Santri di pesantren ini memiliki santri sangat padat, sebab selain belajar tugas yang relatif banyak, sehingga waktu di madrasah, juga di pesantren. Karena selama dua puluh empat jam seakan-akan itu, santri dituntut kemampuannya untuk tidak cukup untuk menyelesaikan tugas- mengatur waktunya sesuai jadwal yang tugasnya, baik tugas-tugas yang berkaitan telah ditetapkan. Sehingga santri dapat dengan pembelajaran di madrasah menghadiri setiap jadwal pembelajaran, maupun pengajian kitab kuning. Namun, khususnya mengaji kitab kuning, baik setiap santri dituntut harus menyelesaikan belajar secara mandiri, berkelompok tugas-tugasnya. Jika tidak, santri tersebut (tutor sebaya) maupun mengaji dengan dipastikan mendapat hukuman. Dalam hal tuan guru atau ustadz. Hal ini merupakan ini, ketika ustadz Humaidy menjelaskan hal yang sangat berharga untuk lebih tentang “hukuman” beliau mengutip memahami dan menguasai kitab kuning. pendapat Athiyyah Al Abrasyi dalam Kitab Sebab, jika seorang santri sering tidak At Tarbiyyah Al Islamiyyah, mengemukakan meluangkan waktunya untuk mengikuti bahwa hukuman kepada santri di pengajian kitab kuning, jelas merupakan pesantren ini sebenarnya lebih bersifat hambatan bagi santri tersebut untuk mendidik. Artinya, hukuman dilakukan lebih meningkatkan pehamaman dan untuk mendidik santri dan sama sekali penguasaannya terhadap kitab kuning tidak ada rasa dendam atau sakit hati tersebut. kepada santri yang dihukum. Tapi, semata- mata bertujuan untuk membimbing, Berkaitan dengan hal itu, ternyata menasehati dan membina agar santri sebagian besar santri selalu meluangkan selalu berada pada jalan yang sesuai nilai- waktunya untuk belajar kitab kuning. nilai ajaran Islam. Selain itu, hukuman Ini menunjukkan, bahwa sebagian besar tersebut sebagai upaya untuk memotivasi santri memiliki potensi dan peluang santri agar kelak menjadi orang yang yang sangat besar untuk berhasil dalam percaya diri, dinamis, inovatif, kreatif dan pengajian kitab kuning. produktif. Karena itu, hukuman tersebut bukan hukuman fisik dan psikis yang menyababkan santri ketakutan dan dapat mempengaruhi tingkat kecerdasan dan kreativitasnya.16

16 Wawancara pada tanggal 2 November 2012.

EDUKASI Volume 12, Nomor 1, Januari-April 2014 105

EDUKASI v12_n1_2014 (A4) isi set3.indd 105 2014-07-21 1:00:25 PM Abd. Muin M

Meskipun demikian, ternyata seba­ Dorongan keinginan ini merupakan gian besar santri menyatakan selalu motivasi yang lahir dari dalam diri sendiri menyelesaikan tugas-tugasnya, misalnya; santri (intrinsik). Hal ini merupakan menghafal Kitab Qawaidul Lughatul kesadaran yang sangat positif, mengingat Arabiyyah, Kitab Ta’limul Muta’allim, pada saat ini keinginan anak-anak Kitab Matnul Jurumiyyah dan kitab-kitab muda cenderung kurang bermotivasi lainnya tepat pada waktunya. Ini berarti, mempelajari (mengaji) kitab kuning. sebagian besar santri di pesantren ini Selain itu, terdapat pula motivasi santri memiliki semangat untuk bekerja keras untuk mengaji kitab kuning yang lahir dalam menyelsaikan tugas-tugasnya. disebabkan oleh motivasi dari luar Indikasi ini menunjukkan bahwa sebagian (ekstrinsik), misalnya; santri bersungguh- besar santri di pesantren ini memiliki sungguh mengaji kitab kuning karena motivasi yang tinggi untuk mengaji kitab disuruh oleh ustadz dan/atau ikuta-ikutan kuning. temannya. Namun, hal ini hanya sebagian kecil santri yang menyatakan demikian. Grafik: 04 Uraian di atas, menggambarkan Menyelesaikan Tugas dari Pengajian Kitab Kuning bahwa terdapat sebagian besar santri di pesantren ini memiliki motivasi yang besar untuk mempelajari (mengaji) kitab kuning. Hal ini merupakan hal yang sangat positif sebagai upaya untuk lebih menumbuh-kembangkan fungsi-fungsi tradisional pesantren, yaitu: pertama, transmisi dan transfer ilmu-ilmu Islam; kedua, pemeliharaan tradisi Islam, dan e. Alasan santri mengaji kitab kuning ketiga reproduksi ulama.17 Juga hal ini merupakan peluang besar bagi pengasuh Adanya sebagian besar santri (tuan guru) untuk lebih meningkatkan memiliki motivasi untuk mengaji kitab efektifitas pengajian. kuning sebagaimana uraian di atas. Pada dasarnya didorong dan disemangati oleh Meskipun demikian, berdasarkan keinginan yang kuat untuk mengatahui isi hasil observasi dapat diketahui bahwa dan kandungan kitab kuning tersebut. Hal motivasi santri untuk mempelajari mata ini merupakan alasan yang dikemukakan pelajaran umum di madrasah masih lebih sebagian besar santri sehingga mereka kuat, jika dibanding dengan motivasi belajar kitab kuning. santri untuk mengaji kitab kuning.18 Hal ini diketahui adanya semua siswa hadir tepat Grafik: 05 waktu di madrasah dan semua tugas-tugas Alasan Santri Mengaji Kitab Kuning diselesaikan. Sedangkan pada pengajian kitab masih terdapat beberapa santri yang terlambat dan juga tidak menyelesaikan tugas-tugasnya. Kondisi ini merupakan tantangan bagi pengasuh (tuan guru) untuk selalu berupaya secara maksimal, agar seluruh santri memiliki motivasi

17 Azymardi Azra. Op. Cit., h. 104 18 Hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 1 – 5 November 2012.

106 EDUKASI Volume 12, Nomor 1, Januari-April 2014

EDUKASI v12_n1_2014 (A4) isi set3.indd 106 2014-07-21 1:00:25 PM Kitab Kuning Dan Madrasah:

yang lebih besar untuk mengaji kitab animo masyarakat memasukkan anaknya kuning, sebagaimana halnya motivasi menuntut ilmu pengetahuan di pesantren. santri mempelajari mata pelajaran umum, Hal ini didukung oleh motivasi santri yang sehingga pesantren sebagai lembaga tinggi untuk belajar (mengaji) kitab kuning. pendidikan keagamaan Islam, selain Ini berarti, jika seandainya sarana-prasarana dapat memperkuat tafaqquh fi al-din, juga dan fasilitas pendidikan pada pesantren memperkuat sains dan teknologi. di NTB berkualitas sebagaimana halnya di sekolah umum, maka dapat diduga bahwa Jumlah Santri pilihan “utama dan pertama” orangtua untuk Pesantren Hikmatusysyarief NW sejak menyekolahkan anaknya adalah “pondok beridiri tahun 1990 sampai sekarang jumlah pesantren”, bukan sekolah umum. santrinya stabil (konstan), yaitu sekitar 500- an orang. Pada tahun 2012, jumlah santri 503 Sistem Pendidikan Pesantren orang, terdiri dari laki-laki 225 (44,73%) dan Hikmatusysyarief NW perempuan 278 (55,27%) orang. Ini befarti, santri perempuan lebih banyak dari santri Pengajian Kitab Kuning laki-laki. Santri-santri tersebut tidak hanya Pada dasarnya, pengajian kitab kuning berasal dari provinsi ini, tapi juga berasal dari merupakan proses pembelajaran yang provinsi lainnya. menggunakan litaratur utama bersumber Kestabilan jumlah santri tersebut, dari kitab kuning. Menurut Nata proses menggambarkan bahwa pengasuh dan asatidz pembelajaran secara sederhana dapat diarti­ ­ Pesantren Hikmatusysyarief telah berhasil kan sebagai kegiatan interaksi dan saling memberikan pelayanan pendidikan sesuai mempengaruhi antara pendidik dan peserta kebutuhan masyarakat, baik pendidikan didik, dengan fungsi utama pendidik mem­ pesantren maupun pendidikan formal berikan materi pelajaran, sedangkan peserta (madrasah), sehingga saling mendukung dan didik menerima pelajaran.19 Ini berarti, melengkapi. Karena itu, santri di pesantren ini, pengajian kitab kuning adalah suatu interaksi selain dapat menyerap ilmu umum, juga ilmu antara tuanguru atau ustadz dengan santri agama Islam melalui pengajian kitab kuning. dalam proses belajar mengajar dengan meng­ Faktor ini dapat menumbuhkan kepercayaan gunakan kitab kuning sebagai sumber utama masyarakat untuk menentukan pesantren ini pembelajaran. sebagai pilihan utama tempat belajar anaknya. Peraturan Pemerintah RI Nomor 55/2007 Oleh karena itu, kepercayaan masyarakat tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan terhadap pesantren ini memegang peran­ Keagamaan Pasal 22 ayat (1) pengajian kitab an sebagai magnit yang kuat untuk mem­ diselenggarakan dalam rangka mendalami bangkitkan semangat dan minat masyarakat ajaran dan/atau menjadi ahli ilmu agama memasukkan anaknya belajar, sehingga jum­ Islam. Ini menunjukkan, pengajian kitab lah santrinya setiap tahun stabil (konstan). kuning di pesantren diselenggarakan untuk Bahkan, jika seandainya ruang belajar di mengkaji secara mendalam isi dan kandungan madrasah dan daya tampung pemondokan al Qur’an dan as-Sunnah dengan pemahaman lebih besar, dapat dipastikan setiap tahun transformasi kitab kuning sebagai bekal ahli dapat mengalami perkembangan jumlah santri ilmu agama. yang lebih besar lagi. Pesantren Hikmatusysyarief, meskipun Uraian di atas, menunjukkan bahwa betapa me­nyelenggarakan pendidikan formal. Tapi, besar harapan masyarakat terhadap pendidikan di pesantren. Ini dibuktikan dengan tingginya 19Abuddin Nata. 2012. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, h. 139.

EDUKASI Volume 12, Nomor 1, Januari-April 2014 107

EDUKASI v12_n1_2014 (A4) isi set3.indd 107 2014-07-21 1:00:25 PM Abd. Muin M

tetap menjaga, mempertahankan dan me­ Diskusi berlangsung selama 45 menit, me­­lihara tradisi pengajian kitab kuning setelah diskusi selesai setiap kelompok melalui pendidikan kepesantrenan. Menurut berkumpul kembali, dan ustadz Humaidy Bruinessen, alasan pokok munculnya pe­ kembali duduk di depan untuk memimpin santren adalah untuk mentransmisikan Islam dan mengarahkan jalanya diskusi, masing- tradisional sebagaimana yang terdapat dalam masing ketua kelompok membacakan hasil kitab-kitab klasik yang ditulis berabad-abad diskusinya. Setelah itu dari anggota kelompok yang lalu. Kitab-kitab ini dikenal di Indonesia lainnya mengajukan pertanyaan, kemudian sebagai kitab kuning.20 Sejalan dengan pendapat ketua dan anggota kelompok men jawabanya ini Dhofier mengemukakan, bahwa pengajaran dan seterusnya sampai semua ketua kelompok kitab Islam klasik adalah sebagai elemen menyampaikan hasil diskusinya. Pada bagian dasar tradisi pesantren.21 Ini berarti, sistem akhir diskusi tersebut, ustadz Humaidy pendidikan pesantren dengan kitab kuning menjelaskan dan menyimpulkan tentang cara merupakan tradisi yang telah berakar dengan membacanya sesuai nahwu sharf, maknanya, kuat sejak adanya pesantren. maksudnya dan uraiannya sesuai qawaid. 22 Adapun metode pengajaran kitab kuning Penerapan metode “bandongan dan halaqah” ini di Pesantren Hikamatusysyarief umumnya adalah merupakan “cangkokan” dari metode dilaksanakan dengan “bandongan atau wetonan pengajaran madrasah Ash-Shaulatiyah Mekkah dan halaqah”. Sedangkan metode“sorogan” yang dikombinasikan dengan Pesantren diterapkan terhadap beberapa santri saja, Pancor Lombok Timur, di mana TGH. Zahid yaitu santri yang benar-benar memiliki niat Syarief bertahun-tahun menimbah ilmu di yang kuat memperdalam ilmu-ilmu agama lembaga pendidikan ini. melalui pengajian kitab kuning. Begitupun, pengajian kitab kuning di Dalam metode “halaqah” santri duduk pesantren ini, santri senior (santri MA) diberi bersama untuk berdiskusi tentang materi kepercayaan dan tanggung jawab untuk pelajaran, setiap kelompok terdiri dari 5–6 membimbing santri yunior (santri MTs), santri dan dipimpin oleh salah seorang selain bertujuan untuk lebih memantapkan santri. Sebelum diskusi dimulai, semua santri penguasaannya terhadap kitab-kitab yang dalam pondok tersebut berkumpul (duduk) telah dipelajari, juga santri yunior merasa bersila di teras pondok, sedangkan ustadz lebih akrab dengan seniornya, sebab beda pembina duduk di depan memberi penjelasan, usia tidak terlalu jauh, sehingga dalam diskusi pembimbingan dan pengarahan tentang apa seakan-akan tanpa ada jarak, namun mereka saja yang akan didiskusikan dan berapa lama tetap ta’dzim kepada seniornya. diskusi tersebut. Ketika itu, sesuai jadwal Di samping itu, pengajian kitab kuning pembelajaran di pondokan, santri mempelajari dilakukan evaluasi yang bertujuan untuk Kitab Al Kawakibud Durraen dan mendiskusikan mengetahui sejauhmana tingkat kemampuan Bab “Ismun Maushul”. Ustadz Humaidy (pemahaman dan penguasaan) santri terhadap yang membimbing santri menganjurkan materi kajian kitab kuning yang telah dipelajari, untuk mendiskusikan tentang: bagaimana terutama berkaitan dengan kemampuan: cara membacanya sesuai Nahwu-Sharf, apa (1) membaca kitab kuning (nahwu-sharf), maknanya, apa maksudnya dan bagaimana (2) memahami maknanya, (3) menjelaskan uraiannya sesuai ilmu Qawaid. maksudnya, (4) menguraikan dari aspek ilmu

20 Martin van Bruinessen. 2012. Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat. Yogyakarta: Gading Publishing, h. 22 Hasil Observasi Partisipan yang dilakukan di 85. pemondokan binaan ustadz Humaidy pada tanggal 31 21 Zamakhsyari Dhofier. Op. Cit., h. 79. Oktober 2012 dan 2 November 2012.

108 EDUKASI Volume 12, Nomor 1, Januari-April 2014

EDUKASI v12_n1_2014 (A4) isi set3.indd 108 2014-07-21 1:00:25 PM Kitab Kuning Dan Madrasah:

qowaidnya dan (5) kemampuan mengamalkan Tabel 1: Kurikulum Kitab Pesantren kandungan kitab kuning yang telah dikaji.23 PELAJARAN NAMA KITAB Kurikulum Tauhid Sullamulddiyanah, Kitabussa’adah, Pendidikan formal (madrasah) di Husnulhamidiyah, Kifayatul Awam pesantren ini sepenuhnya menggunakan Hadits Arbain an-Nawawi, Bulughul Maram, kurikulum Kementerian Agama. Untuk itu, Riyadl ash-Shalihin dari aspek kurikulum madrasah, pengasuh Tafsir Tafsir Jalalain

pesantren ini sama sekali tidak disibukkan Ta’limul Muta’allim, Akhlaqulil Banin, Akhlagulil dalam perdebatan tentang berapa persen porsi Banat mata pelajaran umum dan agama di madrasah. Figh/ Matnul Goyah, Fath al-Qorib, Mabadiu al- Hal ini, pengasuh pesantren memaknainya Ushul Figh Awwaliyah, waraqat “kurikulum terintegrasi”, yaitu ilmu-ilmu Faraid Mikrajussibyan ila samai ilmu bayan umum melalui mata pelajaran di madrasah Matan-Syarah Jurumiyyah, Alkawakibuddurriyah, dan ilmu-ilmu agama melalui pengajian Syarah Dahlan, Al Awamil, al Kailani, Nahwu-Sharf Matan al Bina’, Almaksud, Al Amsilatul Jadidah, kitab kuning di pesantren. Meskipun sistem Amsilah at Tashrifiyah, Tsamaratul Janiah, Qawaidul Lughatul Arabiyyah dan al-Mutammimah pendidikan pesantren dengan madrasah berbeda, tapi sesungguhnya tidak dapat dipisahkan karena merupakan satu kesatuan Kitab-kitab di atas merupakan kitab yang saling melengkapi, memperkuat dan standar, ini menggambarkan mutu pengajaran dibutuhkan masyarakat. kitab kuning di pesantren ini. Olah karena Pengasuh pesantren ini mengembangkan unggulan Pesantren Hikamatusysyarief kurikulum Kementerian Agama menjadi ini adalah “Nahwu-Sharf”. Karena itu, Muatan Lokal, yaitu Nahwu-Sharf 8 jam pelajaran pelajaran nahwu-sharf sebagai ilmu alat lebih perminggu dengan tujuan untuk memperkuat menekankan pada gramatika dan sintaksis. materi pelajaran nahwu-sharf sebagai ilmu Selain itu, kitab-kitab nahwu-sharf sangat alat untuk memperkuat posisi pengajian kitab umum digunakan dalam pendalaman bahasa kuning. Meskipun, sesungguhnya kurikulum di Arab dan jenjangnya sangat jelas menunjuk pesantren ini adalah pengasuh “TGH. M Zahid pada pemahaman dan penguasaan yang Syarief ”, yaitu segala ucapan, sikap, tindakan bertahap, sehingga semakin tinggi semakin dan perilaku tuan guru adalah merupakan kompleks, misalnya; dari mulai al Jurumiyah ke “hidden kurikulum”. Ini menunjukkan bahwa al-Amriti dan seterusnya. Selain itu, kitab-kitab tuan guru dan pesantren merupakan satu klasik (kitab kuning) tersebut yang diajarkan keasatuan yang tidak terpisahkan, terutama di pesantren ini, sesuai dengan apa yang telah dalam pembinaan dan pembentukan karakter dikemukakan oleh Dhofier sebagaimana uraian santri. Artinya, tuan guru menempati posisi di atas. dan peran strategis dalam mempertahankan Dengan demikian, secara formal di dan memelihara tradisi keilmuan pesantren. madrasah siswa menerima materi pelajaran Sedangkan, kurikulum kepesantrenan secara sesuai dengan Kurikulum Kementerian Agama tertulis (dokumen) pesantren ini menggunakan­ yang memuat lebih besar mata pelajaran kurikulum yang disusun oleh Pesantren umum. Tapi, secara nonformal di lingkungan Hikmatusysyarief yang isi dan muatannya pesantren para santri (siswa madrasah) berbasis “Tafaqquh fi al-din” melalui kajian memperoleh pelajaran keagamaan yang telah “Kitab kuning”, sebagai berikut: disusun berdasarkan tradisi keilmuan dan ideologi keagamaan pesantren ini.

23 Wawancara dengan ustadz Humaidy dan ustadz Zulkifli pada tanggal 1 November 2012.

EDUKASI Volume 12, Nomor 1, Januari-April 2014 109

EDUKASI v12_n1_2014 (A4) isi set3.indd 109 2014-07-21 1:00:25 PM Abd. Muin M

Tabel 2: Kurikulum Kitab Pesantren

JADWAL & TEMPAT KEGIATAN SANTRI Semua Santri Wajib Mukim di Pondok Pesantren (503 santri)1 Pendidikan Pesantren Pendidikan Formal (MTs dan MA) (Pengajian Kitab Kuning) (Pelajaran Umum)  di Ruang Madrasah (MTs & MA)  di Ruang Kelas Madrasah  di Masjid (MTs & MA)  di Pomondokan  di Pomondokan

 di Ruang Madrasah (MTs & MA)  di Ruang Kelas Madrasah • Santri MA Jam 14.00 - 16.00 (MTs & MA) • Santri MTs: • Santri MTs & MA o Jam 14.00 - 16.00 Jam 07.00 – 12.30 o Jam 19.30 - 21.30  di Masjid:  di Pomondokan: Kajian Tafsir Jalalain • Santri MTs & MA Santri MA ba’da shalat Shubuh o Jam 16.00 – Maghrib sampai jam 06.30 o Jam 21.30 -23.00

 di Pomondokan:  di Pomondokan: • Santri MA: • Santri MTs: o Ba’da Maghrib – jam 21.30 o Ba’da Maghrib – Isya’ o Jam 04.00 –Shubuh o Jam 04.00 – Shubuh • Santri MTs: o Ba’da Shubuh – jam 06.30

Berdasarkan jadwal pembelajaran di kitab kuning yang diperkuat dengan sains dan atas, diketahui bahwa alokasi waktu untuk teknologi. Karena itu, santri di pesantren ini pembelajaran kepesantrenan (pengajian kitab harus memperkuat “Nahwu-Sharf”, sebab ilmu kuning) lebih banyak, jika dibanding dengan nahwu menjelaskan bagaimana “baris akhir”, pendidikan madrasah. Ini berarti, aktivitas sedangkan ilmu sharf menjelaskan “baris santri di pesantren ini “mengaji kitab kuning awal dan tengah”. Untuk itu “nahwu-sharf” sambil belajar di madrasah” bukan “belajar di bagaikan “bapak dan ibu”. Jika bapaknya saja madrasah sambil mengaji kitab kuning”. Ini atau ibunya saja, mustahil akan berkembang menunjukkan, pendidikan pesantren berjalan biak. Jadi santri harus menguasai “nahwu- seirama dengan madrasah (pendidikan formal), sharf” inilah kuncinya untuk belajar dan sehingga saling mendukung dan memperkuat mengusai kitab kuning di pesantren ini. menuju terwujudnya santri berkualitas baik Banyak pesantren mengajarkan santrinya tafaqquh fi al-din maupun sains dan teknologi. “bahasa arab”, bahkan bahasa Inggris, tapi Karena itu, di pesantren ini tidak terkondisikan tidak memperkuat “nahwu-sharf” maka santri pertentangan antara ilmu-ilmu agama dengan tersebut lancar berbahasa Arab dan berbahasa ilmu umum. Inggris. Namun, santri tersebut tidak mampu Begitupun, TGH. Zahid Syarief Pengasuh mengkaji dan menelaah kitab kuning dengan Pesantren Hikmatusysyarief, mengemukan baik dan benar.24 bahwa pesantren ini pada dasarnya bertujuan untuk melahirkan santri yang mampu memahami dan menguasai ajaran-ajaran Islam (tafaqquh fi al-din) melalui dasar-dasar 24Wawancara pada tanggal 2 November 2012.

110 EDUKASI Volume 12, Nomor 1, Januari-April 2014

EDUKASI v12_n1_2014 (A4) isi set3.indd 110 2014-07-21 1:00:26 PM Kitab Kuning Dan Madrasah:

Ustadz di pesantren ini adalah lulusan Pesantren Berdasarkan dokumen25 yang diperkuat Nahdlatain NW Pancor. Kebijakan pengasuh dengan hasil wawancara dengan ustadz pesantren yang demikian ini ditetapkan untuk Makmun dan ustadz Zulkifli,26 diketahui bahwa memelihara, kelangsungan dan perubahan jumlah ustadz di pesantren ini 34 orang. (preservation, continuity and change) tujuan Menurut jenis kelamin, sebagian besar laki-laki, Pesantren Hikmatusysyarief yang diilhami 25 (73,53%) orang dan perempuan 9 ( 26,47%) oleh sistem pendidikan Pesantren Nahdlatain orang. Jika dilihat dari tingkat pendidikan, NW Pancor sebagai pesantren tertua di NTB sebagian besar 31 (91,18%) sarjana (S 1), bahkan yang tidak diragukan kualitasnya, terutama terdapat 2 (5,88%) S 2, dan hanya sebagian penguasaan kitab kuning. kecil 3 (8,82%) orang belum sarjana. Tiga orang Di samping itu, ustadz yang bertugas pada (ustadz) ini sedang dalam proses penyelesaian pendidikan formal (MTs dan MA) yang mengajar tingkat pendidikan sarjana (S 1). Sedangkan mata pelajaran umum, juga perekrutannya jumlah ustadz menurut pengalaman mengajar dilakukan dengan ketat. Karena itu, guru- (masa kerja), juga sebagian besar 31 (91,18%) guru mata pelajaran umum yang diangkat ustadz telah memiliki pengalaman mengajar oleh Yayasan Pesantren Hikmatusysyarief NW lebih 5 tahun dan hanya sebagian kecil 3 sebagian besar telah memenuhi kualifikasi (8,82%) ustadz baru memiliki pengalaman akedemik, kompetensi dan sertifikat pendidik. mengajar kurang dari 5 tahun. Profil asatidz di atas, menunjukkan bahwa Pemondokan umumnya telah memenuhi kualifikasi aka­ Pada dasarnya penyelenggaraan pen­ demik yang didukung pengalaman mengajar didikan formal (madrasah) di pesantren ini memadai. Ini berarti, umumnya asatidz mengikuti sistem pendidikan pesantren, yaitu memiliki kompetensi untuk lebih mening­ pengasuh dan para ustadz, khususnya ustadz katkan kualitas pendidikan di pesantren ini. yang mengajarkan kitab kuning harus mukim Dari 34 ustadz, di antaranya 13 (38,26%) di lingkungan pesantren bersama santri. orang mengajar di madrasah (pendidikan Karena itu, fungsi dan peran pemondokan formal) dan pendidikan kepesantrenan di pesantren ini tidak hanya sebagai tempat (mengaji kitab kuning) dan 13 ustadz tersebut istirahat santri. Tapi, juga sebagai tempat sebagian besar, 12 (92,31%) lulusan Pesantren belajar dan pembinaan santri, setiap Nahdlatain NW Pancor, di antaranya 4 (30,77%) pemondokan dibina oleh 2 – 3 ustadz, sehingga ustadz lulusan pesantren ini yang melanjutkan pembinaan santri dapat berjalan secara efektif. ke Pesantren Nahdlatain NW Pancor dan Namun, kondisi pemondokan “kurang layak” 2 (15,38%) ustadz lulusan Madrasah Ash- karena selain daya tampungnya melebihi batas Shaulatiyah Mekkah. maksimal, juga lampu penerangan kurang terang, vintilasi udara sangat minim dan Dengan demikian, umumnya ustadz yang cenderung kurang bersih. mengajar (mengasuh) pengajian kitab kuning Pola pembinaan yang dilakukan ustadz di pesantren ini, jika diamati secara cermat setiap 25 Dokumen Pondok Pesantren Hikmatusysyarief NW Salut Selat Narmada Lobar, tahun 2012. aktivitas dan simbol-simbol di pesantren ini, 26 Ustadz H. Makmun Ibrahim, SH, M.Si adalah Kepala dapat diketahui bahwa pola pembinaan yang MA, sedangkan ustadz Zulkifli , S. Pd. I adalah alumni dilakukan berdasakan “kekeluargaan dan pondok pesantren ini, setelah lulus di MTs melanjutkan ke MA, kemudian melanjutkan studinya ke Fakultas kekarabatan”. Karena itu, para ustadz secara Tarbiyah Jurusan Bahasa Arab UIN Alauddin Makassar. ikhlas mampu berperan sebagai orangtua Setelah meraih gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) beliau kembali bertugas sebagai pengajar Nahwu-Sharf di santri yang kedua. Sebaliknya, para santripun pesantren ini sampai sekarang. Wawancara dilakukan, 2 Oktober 2012.

EDUKASI Volume 12, Nomor 1, Januari-April 2014 111

EDUKASI v12_n1_2014 (A4) isi set3.indd 111 2014-07-21 1:00:26 PM Abd. Muin M

secara ikhlas dan penuh “ta’dzim” menganggap (tafaqquh fi al-din), khususnya pengajian ustadz sebagai orangtuanya.27 kitab kuning. Sebab hanyalah pengasuh pesantren yang berlatar belakang Masjid pendidikan pesantren dengan keahlian Peran masjid di pesantren ini merupakan kajian kitab kuning yang sukses salah satu pusat pendidikan, yaitu selain memadukan sistem pendidikan pesantren dengan pendidikan madrasah. sebagai tempat pengajian kitab kuning. Juga sebagai tempat shalat berjama’ah lima waktu 1. Sesungguhnya motivasi santri/siswa yang wajib diikuti oleh semua santri, tempat madrasah terhadap pengajian kitab latihan khutbah, pidato, diskusi para santri kuning dapat ditumbuh-kembangkan dan kegiatan pendidikan keagamaan lainnya. melalui pembinaan secara efektif oleh Menurut Dhofier, masjid merupakan elemen asatidz sebagaimana halnya di pesantren yang tidak dapat dipisahkan dengan pesantren ini. Motivasi ini merupakan faktor yang dan dianggap sebagai tempat yang paling tepat sangat penting dan strategi untuk meraih untuk mendidik para santri, terutama dalam kesuksesan, baik kesuksesan pengasuh, praktek sembahyang lima waktu, khutbah asatidz maupun santri. Sebab hanyalah dan sembahyang Jum’at dan pengajaran kitab santri yang memiliki motivasi kuat Islam klasik.28 mengaji kitab kuning yang sukses mengaji di pesantren yang menyelenggarakan Oleh karena itu, peran masjid sangat madrasah (pendidikan formal). penting dan strategi dalam meningkatkan efektivitas pengajian dan sekaligus dapat 2. Sistem pendidikan Pesantren Hikmatusy­ meningkatkan kualitas pendidikan, terutama syarief NW adalah mempertahankan, untuk memperkuat tradisi-tradisi pesantren. memperkuat dan menyebarkan nilai-nilai ajaran Islam (tafaqquh fi al-din) melalui Namun, masjid di pesantren ini “kurang unsur-unsur pendidikan pesantren memadai”, hanya berlantai plur semen yang yang terdiri dari: (1) pelaku (tuan guru/ sebagian rusak dan kurang terawat. Sedangkan pengasuh, ustadz dan santri), (2) sarana- masjid yang baru masih dalam proses prasarana pendidikan, seperti: rumah pembangunan yang tak kunjung selesai. tuan guru, pemondokan santri dan ustadz, masjid, ruang belajar madrasah, PENUTUP dan sarana pendidikan lainnya, (3) fasilitas pendidikan, seperti; kurikulum, Kesimpulan kitab-kitab, perpustakaan, tata tertib dan sejenisnya. Nilai-nilai dan unsur- 1. Pengasuh Pesantren Hikmatusysyarief unsur sistem pendidikan pesantren ini memiliki latar belakang pendidikan merupakan satu kesatuan yang terpadu pesantren dengan keahlian bidang (terintegrasi), saling melengkapi dan saling kitab kuning (nahwu-sharf) yang “sangat memperkuat pelaksanaan pengajian kitab memadai”. Hal ini, sangat penting dan kuning dan madarash (pendidikan formal) strategi untuk tetap mempertahankan di pesantren ini. dan melesatarikan tradisi kepesantrenan

Rekomendasi 27 Hasil Observasi terhadap pembinaan ustadz terhadap santri, baik ketika santri berada di ruang kelas, Diharapkan kepada Ditjen Pendidikan di masjid maupun di pondokan dan obeservasi terhadap Islam Direktorat Pendidikan Diniyah dan kehidupan santri selama 24 jam. Observasi ini dilakukan Pondok Pesantren Kementerian Agama, pada tanggal 27 September 2012 sampai 3 Oktober 2012 dan tanggal 31 Oktober 2012 sampai 2 November 2012. selain lebih meningkatkan pembinaannya, 28 Zamakhsyari Dhofier. Op. Cit., h. 49. juga pembinaan yang dilakukan harus cepat

112 EDUKASI Volume 12, Nomor 1, Januari-April 2014

EDUKASI v12_n1_2014 (A4) isi set3.indd 112 2014-07-21 1:00:26 PM Kitab Kuning Dan Madrasah:

dan tepat sasaran. Dalam hal ini, Pesantren Hamidi (2004): Metode Penelitian Kualitatif. Hikmatusysyarief NW Salut Lombok Barat, Malang, Universitas . khususnya berkaitan: Lofland, John & Lyn H Lofland (1984):Analyzing 1. Membangun dan/atau merehab pomon­ Social Settings: A. Guide to Qualitative dokan santri dan masjid, sehingga layak Observation and Analysis. Belmont, Cal., sebagai salah satu pusat pendidikan di Wads worth Publishing Company. lingkungan pesantren. Mastuhu (1994): Dinamika Sistem Pendidikan 2. Pembinaan terhadap aspek kebersihan Pesantren, Suatu Kajian Tentang Unsur dan dan kesehatan pemondokan, sehingga Nilai Sistem Pendidikan Pesantren. Jakarta, pesantren tidak hanya menjaga dan Indonesian Netherlands Cooperation in memelihara kesucian pemondokan, Islamic Studies (INIS). tapi juga sangat penting menjaga dan Muhaimin. et. al. (2002): Paradigma Pendidikan memelihara aspek kebersihannya. Islam. Bandung, Remaja Rosdakarya. 3. Santri berprestasi yang memperoleh Morissan (2012): Metode Penelitian Survei. beasiswa dari Ditjen Pendidikan Islam untuk Jakarta, Kencana Prenada Media Group. melanjutkan studinya ke perguruan tinggi, Nata, Abuddin (2012): Ilmu Pendidikan Islam. khususnya Fakultas Kedokteran setelah Jakarta, Kencana Prenada Media Group. lulus segera dikembalikan ke pondok Moleong, Lexy J (2004): Metodologi Penelitian pesantren untuk melakukan pembinaan, terutama dalam hal meningkatkan Kualitatif. Bandung, Remaja Rosdakarya. wawasan, sikap dan perilaku “hidup bersih Pondok Pesantren Hikmatusysyarief NW (2012): dan sehat” di lingkungan pesantren. Dokumen Pondok Pesantren Hikmatusysyarief NW, tahun 2012. Salut-Selat Narmada Lombok Barat. SUMBER BACAAN Prasodjo, Sudjoko (1974): Hasil penelitian Azra, Azyumardi (2002): Pendidikan Islam: Sudjoko Prasodjo dan Kafrawi Ridwan Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium (1974) yang menghasilkan antara lain Baru. Jakarta, Logos Wacana Ilmu, “Diversifikasi Model-Model Pondok Pesantren”. Basri, Husen Hasan, dkk (2011): Hasil Survei Qomar, Mujamil (2005): Pesantren dari Pengajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren. Transformasi Metodologi Menuju Jakarta, Puslitbang Pendidikan Agama Demokratisasi Institusi. Jakarta, Erlangga. dan Keagamaan Badan Litbng dan Diklat Kementerian Agama. Bungin, Burhan (2007): Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta, RajaGrafindo Persada. Burgess, R. G (1984): In the Field: An Introduction to Field Research. London, George Allen & Unwin. Bruinessen, Martin van (2012): Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat (Edisi Revisi). Yogyakarta, Gading Publishing. Dhofier, Zamakhsyari (2011): Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai dan Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia (Edisi Revisi). Jakarta, LP3ES.

EDUKASI Volume 12, Nomor 1, Januari-April 2014 113

EDUKASI v12_n1_2014 (A4) isi set3.indd 113 2014-07-21 1:00:26 PM