Perubahan Pola Pendidikan Islam Di Sumatera Barat (Minangkabau) Dari Surau Ke Lembaga Pondok Pesantren Semenjak Awal Abad 20

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Perubahan Pola Pendidikan Islam Di Sumatera Barat (Minangkabau) Dari Surau Ke Lembaga Pondok Pesantren Semenjak Awal Abad 20 Perubahan Pola Pendidikan Islam Di Sumatera Barat (Minangkabau) Dari Surau Ke Lembaga Pondok Pesantren Semenjak Awal Abad 20 Kharles1 & Ranti Nazmi2 1,2)Staf Dosen Prodi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumatera Barat [email protected], [email protected] ABSTRAK Tulisan ini bertujuan untuk mengungkapkan proses perubahan pola pendidikan Islam; Dari Lembaga Surau ke Lembaga Pondok Pesantren di Sumatera Barat. Penekanan penelitian ini merupakan tinjauan peristiwa sejarah terhadap aspek perubahan dalam pendidikan Islam di Sumatera Barat, oleh sebab itu metode yang digunakan adalah metode sejarah. Adapun metode sejarah memiliki empat tahapan penelitian, pertama heuristic yaitu pengumpulan data-data sebagai sumber peristiwa yang diteliti. Sumbernya terdiri dari dua jenis sumber yaitu, primer dan sekunder. Sumber primer diperoleh dari sumber tangan pertama kalau itu ada, tetapi paling tidak dapat menggunakan sumber sekunder atau sumber tangan kedua yang dasarnya tetap dari sumber tangan pertama. Artinya penelitian ini lebih banyak mengunakan penelitian perpustakaan guna memperoleh data yang menjadi sumber peristiwa. Selanjutnya melakukan kritik sumber dalam rangka seleksi dari kebenaran sumber, mennganalisisnya dan berikutnya merangkainya menjadi tulisan tentang berlangsungnya peristiwa (historiografi). Perkembangan Pola pendidikan Islam di Sumatera Barat mengarah pada bentuk lembaga Pondok Pesantren sudah terlihat kecendrungannya semenjak awal abad 20. Kondisi ini sudah menjadi fenomena baru di lingkungan pendidikan Islam di Sumatera Barat, terbukti dengan pertumbuhan pondok pesantren yang saat ini berjumlah 233 pondok di seluruh Propinsi Sumatera Barat. Gejala ini cukup menarik untuk disimak, terkait dengan latarbelakang Sumatera Barat yang memiliki kultur Minangkabau selama ini tidak mengenal sistem pendidikan dengan pola yang diterapkan dilingkungan Pondok Pesantren. Surau merupakan lembaga pendidikan Islam yang erat kaitannya dengan kultur masyarakat Sumatera Barat. Kalau pun ada perubahan, karena pengaruh modernisasi pendidikan pada masa Kolonial di awal abad 20, itu hanya sekedar merubah sistem halaqah pada sistem klasikal. Baru sekitar tahun 1970-an kecendrungan untuk mengadopsi model pendidikan yang dikembangkan oleh lembaga Pondok Pesantren mulai bermunculan. Adanya perubahan terhadap pola pendidikan Islam di Sumatera Barat disebabkan oleh tidak berfungsingnya lembaga surau sebagai tempat pendidikan Islam, semenjak pengaruh modernisasi melanda daerah ini. Kata kunci: Pendidikan Islam, Surau dan Pondok Pesantren Pendidikan Berkualiti ke arah Pembentukan Nilai dan 2350 Peningkatan Ekonomi untuk Kesejahteraan Masyarakat LATAR BELAKANG Sebelum modernisasi pendidikan diperkenalkan oleh Pemerintahan Kolonial Belanda di Indonesia, Surau adalah sebagai institusi pendidikan Islam yang sangat penting di Sumatera Barat (Minangkabau). Dari suraulah cikal bakal keutuhan dan keutamaan masyarakat Minang (Sumatera Barat) beradat dan beragama secara bersamaan dijalankan. Ukuran keberhasilannya dilihat dari kemampuan si anak menguasai pengetahuan seperti pandai mengaji, berakhlak dan berbudi pekerti luhur, serta menguasai tatakrama adat, seperti petatah petitih, dan seni bela diri (pencak silat). Peranan penting surau ini terlihat sangat dominan sebelum terjadinya pembaharuan gelombang pertama Islam di Sumatera Barat (Minangkabau), terutama semenjak akhir abad 18, karena dari sinilah lahirnya putra putri terbaik dari Sumatera Barat (Minangkabau) pada awal abad 19 nantinya.Mereka dididik dari surau menjadi ulama besar seperti, Tuanku ImamBonjol yang memperoleh pendidikan agama pertama kali di Pasir Lawas Palupuah dan Suliki.1Selain Imam Bonjol masih banyak anak-anak yang berhasil menjadi ulama besar berkat lembaga surau ini, diantaranya Syeikh Bayang, Prof Dr. H. Mahmud Yunus, Syeikh Muhammad Jamil Jaho dan lain-lain yang namanya terlalu banyak untuk disebutkan satu persatu pada tulisan ini. Lembaga pendidikan surau sebagai sebuah sistem pendidikan Islam yang mengutamakan pendidikan Alquran, akidah, ahklak, fikih, adat dan fisik (kemampuan bela diri), tetap bertahan sampai berlangsungnya perang paderi. Setelah berakhirnya perang paderi, surau sebagai lembagai pendidikan Islam mulai mengalami masa-masa surut. Situasi itu seiring dengan terjadinya perubahan yang cukup besar terhadap seluruh aspek kehidupan dalam masyarakat Sumatera Barat (Minangkabau), termasuk dibidang pendidikan. 2 Perubahan itu terutama dipengaruhi oleh kebijakan pemerintahan Kolonial Belanda yang memberikan kesempatan kepada masyarakat pribumi untuk memperoleh pendidikan. Itu terbukti dengan didirikannya sebuah sekolah yang mendapat dukungan pemerintah pada tahun 1824 di Sumatera Barat, tepatnya di Padang.3Sekolah ini memang tidak bertahan lama, karena setelah 4 tahun sekolah ini kemudian ditutup. Hal itu disebabkan adanya rasa curiga dari masyarakat terhadap misi kritenisasi terhadap anak-anak mereka yang bersekolah disana. Baru tahun 1848 dengan dukungan Raja Belanda dengan kebijakan Nomor 95, memberikan wewenang kepada Gubernur Jendral untuk menyedia biaya pendidikan bagi golongan bumi putra. Realisasi dari kebijakan itu pemerintah 1Yulizar Yunus, Beberapa Ulama di Sumatera Barat, (Padang: Pemerintahan Propinsi Sumatera Barat. 2008), hal. 3. 2Tsuyoshi Kato, Adat Minangkabau dan Merantau ; Dalam Perspektif Sejarah. (Jakarta: Balai Pustaka. 2005), hal. 96. 3Gusti Asnan, et.,al, Adabiah: Perintis Pendidikan Modern di Sumatera Barat. (Yogyakarta: Ombak. 2013), hal. 35. 2351 ASEAN Comparative Education Research Network Conference 2015 7-8 Oktober 2015, MALAYSIA menyediakan dana untuk operasional sekolah sebesar f.25.000 setahun khusus untuk daerah Pulau Jawa. 4 Sementara di Sumatera Barat tidak diberlakukan kebijakan yang sama, oleh sebab itu pendirian sekolah-sekolah umum banyak diprakarsai oleh nagari-nagari. 5 Jadi walaupun tidak didukung oleh dana pemerintah, sekolah-sekolah bercorak sekuler tumbuh subur di daerah dataran tinggi Sumatera Barat seperti, di Bukittinggi, Batusangkar, Payakumbuh dan Solok. Daerah-daerah tersebut menjadi pusat pemerintahan dan perdagangan di dataran tinggi Sumatera Barat. Sekolah-sekolah sekuler yang di dirikan oleh nagari-nagari mengalami kemajuan yang cukup besar, itu tergambar dari laporan Gubernur Van Swieten yang menyebutkan bahwa kebutuhan birokrasi untuk tenaga administrasi sejak tahu 1847 telah dapat di isi oleh orang Sumatera Barat (Minangkabau) yang pandai membaca dan menulis. Meskipun pengelolaan pendidikan dari tahun 1840-1860 pemerintah mempercayakan pengelolaannya pada nagari-nagari yang diinisiasi oleh Tuanku Laras dan penghulu nagari.6 Apalagi semenjak tahun 1870, pemerintahan Kolonial Belanda melakukan perubahan-perubahan terhadap sekolah-sekolah sekuler dengan memasukan sistem administrasi modern. Oleh sebab itu dilakukan perbaikan kualitas sekolah oleh pemerintahan Kolonial Belanda dalam rangka meningkatkan mutu lulusan yang dibutuhkan untuk kepentingan tenaga pegawai pemerintahan Kolonial Belanda itu sendiri. Atas pertimbangan itulah akhirnya pemerintahan Kolonial Belanda memperbanyak sekolah dan meningkatkan jumlah penerimaan murid.7 Semenjak itu terjadi peningkatan jumlah sekolah yang cukup besar di Hindia Belanda, tercatat dari 186 unit pada tahun 1864, menjadi 512 unit pada tahun 1882.8 Perkembangan pendidikan sekuler yang dikelola oleh pemerntahan Kolonial Belanda dan nagari tumbuh dengan cepat. Realita seperti itu mendorong kebutuhan akan tenaga guru juga semakin besar, sehingga pemerintahan Kolonial Belanda di Sumatera Barat memutuskan untuk mendirikan sekolah guru yang dikenal sebagai sekolah normal di Bukittinggi (Fort de Kock).9 Sekolah normal ini oleh pemerintahan Kolonial Belanda disebut sebagai Kweekschool, di Bukittingi lebih dikenal dengan istilah “Sekolah Raja”. Semenjak sekolah sekuler ini diperkenalkan oleh pemerintahan Kolonial Belanda dalam rangka memperoleh tenaga administrasi untuk kepentingan pemerintahan, maka variasi peluang kerja juga semakin berkembang dan ini 4Elizabeth E Graves, Asal Usul Elite Minangkabau Modern Respons Terhadap Kolonial Belanda abad XIX/XX, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 2007), hal. 176. 5 Gusti Asnan, et,.al. Adab……..……, hal. 37 6Sumarsono Mestoko, et, al., Pendidikan di Indonesia dari Jaman ke Jaman, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan-Balai Pustaka. 1986), hal 111. 7Gusti Asnan, et, al., Adabiah ……….., hal 41. 8Imron, Modernisasi Pendidikan Islam: Pesantren dan Surau, (Makalah. 2010), hal. 13. 9Elizabeth E Graves, Asal Usul Elite Minangkabau Modern ……, hal 41. Pendidikan Berkualiti ke arah Pembentukan Nilai dan 2352 Peningkatan Ekonomi untuk Kesejahteraan Masyarakat semakin membuka mata orang Sumatera Barat atas harapan baru akan dunia kerja. Buktinya tamatan Kweekschool (Sekolah Raja) tidak hanya menjadi guru, tetapi mereka juga dipekerjakan sebagai pegawai sipil dan tenaga jaksa di Landraad (Badan Peradilan), pengawas gudang, dan sebagainya. Inilah yang mendorong orang Sumatera Barat (Minang), terutama generasi muda untuk mengikuti trend sekolah sekuler tersebut. Sehingga surau yang selama ini sebagai lembaga pendidikan Islam yang mengajarkan anak tentang Alquran, Akidah, Akhlak, Fiqh, adat dan bela diri (pencak silat), mulai merubah pola mengajarnya yang selama ini dengan sistem halaqah pada sistem klasikal yang diperkenalkan oleh pemerintahan Kolonial Belanda. Perubahan itu diikuti pula dengan perubahan kurikulum dan kelembagaan, dari surau menjadi “Madrasyah”. Perubahan yang dilakukan kaum intelektual muda mengancam keberadaan surau sebagai
Recommended publications
  • Peran Hajjah Rangkayo Rasuna Said Dalam Memperjuangkan Hak-Hak Perempuan Indonesia (1926-1965)
    PERAN HAJJAH RANGKAYO RASUNA SAID DALAM MEMPERJUANGKAN HAK-HAK PEREMPUAN INDONESIA (1926-1965) E-JURNAL Oleh: Esti Nurjanah 13406241069 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2017 PERAN HAJJAH RANGKAYO RASUNA SAID DALAM MEMPERJUANGKAN HAK-HAK PEREMPUAN INDONESIA (1926-1965) Oleh: Penulis 1 : Esti Nurjanah Penulis 2 : Dr. Dyah Kumalasari, M.Pd. ABSTRAK Hajjah Rangkayo Rasuna Said merupakan tokoh Sumatera Barat sekaligus pahlawan nasional Indonesia yang berperan memperjuangkan hak-hak perempuan Indonesia tahun 1926-1965. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui: (1) latar belakang kehidupan Hajjah Rangkayo Rasuna Said, (2) perjuangan Hajjah Rangkayo Rasuna Said pada masa kolonial tahun 1926-1945, (3) perjuangan Hajjah Rangkayo Rasuna Said pasca kemerdekaan Indonesia tahun 1946-1965. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah Kuntowijoyo yang terdiri dari lima tahap. Pertama pemilihan topik. Kedua pengumpulan data (heuristik) yang terdiri dari sumber primer dan sekunder. Ketiga kritik sumber (verifikasi). Keempat penafsiran (interpretasi). Kelima penulisan sejarah (historiografi). Hasil penelitian ini adalah: (1) Hajjah Rangkayo Rasuna Said memiliki latar belakang keluarga yang berasal dari kalangan ulama dan pengusaha terpandang. Faktor lingkungan yang syarat dengan adat Minang dan agama Islam, mempengaruhi kepribadiannya sehingga tumbuh menjadi perempuan berkemauan keras, tegas, dan taat pada syariat Islam, (2) perjuangan Hajjah Rangkayo Rasuna Said dimulai dengan bergabung dalam Sarekat Rakyat tahun 1926. Pada masa pendudukan Belanda hingga Jepang, dirinya aktif mengikuti berbagai organisasi. Beliau dikenal sebagai orator ulung, pendidik yang tegas serta penulis majalah, (3) perjuangan Hajjah Rangkayo Rasuna Said pasca kemerdekaan Indonesia lebih banyak di bidang politik. Beliau terus mengembangkan karirnya dalam Parlemen mulai tingkat lokal hingga nasional di Jakarta.
    [Show full text]
  • Eksistensi Tradisi Kajian Kitab Kuning Dalam Lingkup Perubahan Sosial (Studi Kasus Di Pesantren Darun Nahdhah, Darel Hikmah, Dan Babussalam)
    EKSISTENSI TRADISI KAJIAN KITAB KUNING DALAM LINGKUP PERUBAHAN SOSIAL (STUDI KASUS DI PESANTREN DARUN NAHDHAH, DAREL HIKMAH, DAN BABUSSALAM) Amrizal Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau e-mail: [email protected] Abstrak Penelitian ini ingin menemukan jawaban tentang bagaimana keberadaan buku kuning buku di pesantren Darun Nahdhah, Darel Hikmah, dan Babussalam dalam ruang lingkup perubahan sosial. Secara umum, ketiga pesantren tersebut telah merespon positif perubahan sosial, untuk melakukan perubahan dan penyesuaian terhadap sistem pendidikan, termasuk untuk menjaga tradisi studi buku kuning tersebut. Dengan kata lain, identitas pesantren dengan buku kuning masih menempel di sekolah masing-masing. Namun, keberadaannya berbeda. Diantaranya, ada yang membuat studi tentang buku kuning sebagai co curriculer, bersama dengan kurikulum lainnya, maka ada juga yang membuatnya hanya melakukan aktivitas ekstra atau ekstra kurikuler tambahan. Kata kunci: Pesantren, Kitab kuning, Perubahan Sosial. Abstract This study wants to find answers about how the existence of stsudy of the yellow book (kitab kuning) at pesantren Darun Nahdhah, Darel Hikmah, and Babussalam within the scope of social change. In general, the three pesantren have responded positively to social change, to make changes and adjustments to the education system, including in order to maintain the tradition of the study of the yellow book. In other words, the identity of pesantren with yellow book still attached at their respective schools. However, its existence is different. Among them, there were made studies of yellow book as co curriculer, together with other curriculum, then there is also making it only limited additional or extra curricular activities. Keywords: Islmic Boarding School, Ancient Islamic Manuscript, Social Change.
    [Show full text]
  • KITAB KUNING DAN MADRASAH: STUDI PADA PONDOK PESANTREN HIKMATUSYSYARIEF NW SALUT SELAT LOMBOK BARAT Abd
    KITAB KUNING DAN MADRASAH: STUDI PADA PONDOK PESANTREN HIKMATUSYSYARIEF NW SALUT SELAT LOMBOK BARAT Abd. Muin M Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan | Balitbang dan Diklat Kemenag RI Jl. MH Thamrin No. 6 Jakarta Pusat | Email: [email protected] Abstract This study attempts to uncover the education background of Islamic boarding school’s educator, the students’ motivation levels in studying yellow book and education system of Islamic boarding school. Through the qualitative method, the researcher conducted interviews with key informants, observed the education facilities and activities of the students, as well as studied the Islamic boarding school documents, which then lead to the collection of the data and information related to this research issues. The research result shows: (1) With “very adequate” Islamic boarding school education background, the educators of Hikmatusy syarief Islamic boarding school have successfully maintained and preserved the Islamic boarding school system, especially in studying yellow book with madrasah education system. (2) Most of the students have a strong motivation to study yellow book. (3) Values and elements of the education system of this Islamic boarding school is a single unit that integrated, complete each other and strengthen the implementation of the yellow book learning and madrasah education. Keywords: Yellow book, Madrasah, Continuity, Changes Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan latar belakang pendidikan pengasuh pesantren, ting­ kat motivasi santri mengaji kitab kuning
    [Show full text]
  • A Preliminary Study on DAYAH SALAFI DEVELOPMENT
    Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) Dr. Huwaida, S.Ag., M.Ag. A Preliminary Study on DAYAH SALAFI DEVELOPMENT PUBLISHER Dr. Huwaida, S.Ag., M.Ag. A Preliminary Study On Dayah Salafi Development /by: Dr. Huwaida, S.Ag., M.Ag. Jakarta: CV Teratai Publisher, 2014 xiv; 108 hlm.; 0,5 cm ISBN: 978-602-97959-5-0 1. Education I. Title 3 4 A Preliminary Study On Dayah Salafi Development 0 Author : Dr. Huwaida, S.Ag., M.Ag. Editor : Muhammad Siddiq, MH Edition : I, December 2014 ISBN : 978-602-97959-5-0 Publisher : CV Teratai (Teratai Publisher) [Head Office] Jl. Teratai No.8, Lampulo, Banda Aceh, Provinsi Aceh, Kode Pos 23127. [Branch Office] Permata Depok Regency, Blok Jade No. E 5/ 17, Ratu Jaya, Kota Depok, Provinsi Jawa Barat. [Email] [email protected] © Copyright is protected by The Act Number 19 of 2002 On the Copyright. To distribute and to multiply are strongly forbidden, without any prior permission from the publisher. PREFACE This study started with the government letter that emphasized prescribed regulations for the standardizing of Acehnese dayah salafi curriculum. Aceh is located on the western tip of Sumatera island, forming the far western border of the Republic of Indonesia. Aceh is known as the first place that converted to Islam in the archipelago, and there are many dayah, which are spread all over Aceh. From the literature, it is found that the dayah, which is an indigenous Islamic educational institution in Aceh, has connection with the geographical and historical sources of Islamic teaching and may be seen as a link in a continuous chain of learning.
    [Show full text]
  • Islam Dan Negara Pemikiran Abu Bakar Ba'asyir Tentang
    ISLAM DAN NEGARA PEMIKIRAN ABU BAKAR BA’ASYIR TENTANG NEGARA ISLAM Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh : Praga Adidhatama NIM: 104033201141 PROGRAM STUDI PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H./2009 M. PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul ISLAM DAN NEGARA; PEMIKIRAN ABU BAKAR BA’ASYIR TENTANG NEGARA ISLAM telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 11 Desember 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos.) pada Program Studi Pemikiran Politik Islam. Jakarta, 11 Desember 2009 Sidang Munaqasyah Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota, Dr. Hendro Prasetyo, MA. Joharatul Jamilah, M.Si. NIP: 19640719 199003 1 001 NIP: 19680816 199703 2 002 Anggota, Dr. Sirodjudin Ali, MA. A. Bakir Ihsan, M.Si. NIP: 19540605 200112 1 001 NIP: 19720412 200312 1 214 Pembimbing, M. Zaki Mubarak, M.Si. NIP: 19730927 200501 1 008 LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (satu) di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
    [Show full text]
  • Religious Specificities in the Early Sultanate of Banten
    Religious Specificities in the Early Sultanate of Banten (Western Java, Indonesia) Gabriel Facal Abstract: This article examines the religious specificities of Banten during the early Islamizing of the region. The main characteristics of this process reside in a link between commerce and Muslim networks, a strong cosmopolitism, a variety of the Islam practices, the large number of brotherhoods’ followers and the popularity of esoteric practices. These specificities implicate that the Islamizing of the region was very progressive within period of time and the processes of conversion also generated inter-influence with local religious practices and cosmologies. As a consequence, the widespread assertion that Banten is a bastion of religious orthodoxy and the image the region suffers today as hosting bases of rigorist movements may be nuanced by the variety of the forms that Islam took through history. The dominant media- centered perspective also eludes the fact that cohabitation between religion and ritual initiation still composes the authority structure. This article aims to contribute to the knowledge of this phenomenon. Keywords: Islam, Banten, sultanate, initiation, commerce, cosmopolitism, brotherhoods. 1 Banten is well-known by historians to have been, during the Dutch colonial period at the XIXth century, a region where the observance of religious duties, like charity (zakat) and the pilgrimage to Mecca (hajj), was stronger than elsewhere in Java1. In the Indonesian popular vision, it is also considered to have been a stronghold against the Dutch occupation, and the Bantenese have the reputation to be rougher than their neighbors, that is the Sundanese. This image is mainly linked to the extended practice of local martial arts (penca) and invulnerability (debus) which are widespread and still transmitted in a number of Islamic boarding schools (pesantren).
    [Show full text]
  • Bab Ii Profil Buya Hamka
    17 BAB II PROFIL BUYA HAMKA A. Latar Belakang Kehidupan dan Pendidikan Buya Hamka Haji Abdul Malik Karim Amrullah merupakan nama asli dari Buya Hamka yang biasa kita kenal, beliau lahir di desa Tanah Sirih kenagarian Sungai Batang ditepi Danau maninjau, pada tanggal 14 Muharam 1326 Hijriah bertepatan pada tanggal 17 februari 19081. Beliau dibesarkan dalam keluarga yang alim dan taat menjunjung tinggi agama.Ayahnya bernama Syekh Abdul Karim Amrullah. Beliau mengawali pendidikannya dengan membaca Al-Qur’an bertempat dirumahnya sendiri ketika beliau pindah dari maninjau ke Padang Panjang pada tahun 19142.Dan setahun kemudian ketika umur 7 tahun beliau dimasukkan oleh ayahnya ke sekolah desa. Pada tahun 1916 beliau menimba ilmu di sekolah Pasar Usang Padang Panjang. Pagi hari beliau pergi ke sekolah dan sore harinya ia berada di surau bersama teman sebayanya. Inilah kebiasaan beliau sehari-hari pada masa kecilnya. Dua tahun kemudian ketika beliau berusia 10 tahun ayahnya mendirikan sebuah pesantren di Padang Panjang dengan nama Sumatera Thawalib. Dengan harapan kelak Hamka menjadi Ulama seperti dirinya, kemudian Hamka kembali menimba ilmu dipesatren ini. Kehausan Hamka dalam menunutut ilmu memang terlihat sangat besar sekali. Ketidak puasannya dengan metode yang ia dapat dari ayahnya menyebabkan 1Hamka (Haji Abdul Karim Amrullah), Kenang-kenangan Hidup, Bulan Bintang, Jakarta, 1979, h 9.s 2Hamka, ibid, h 28 18 beliau berusaha meninggalkan tanah sumatera menuju tanah jawa, beliau mengawali pengembaraannya dari kota Yogyakarta. Dari sinilah kelihatan bahwa kota ini mempunyai makna yang berarti dalam pertumbuhan sebagai pejuang dan pemikir dikemudian hari. Beliau sendiri mengakui bahwa kota inilah ia menemukan islam sebagai sesuatu yang hidup dan menmberikan sebuah pendirian dan perjuangan yang dinamis.3 B.
    [Show full text]
  • Rahmah El Yunusiyyah Kartini Padang Panjang (1900-1969)
    Nafilah Abdullah RAHMAH EL YUNUSIYYAH KARTINI PADANG PANJANG (1900-1969) Nafilah Abdullah Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta [email protected] ABSTRAK Rahmah El- Yunusiyyah adalah Kartini Padang Panjang, seorang Pahlawan tanpa tanda jasa. Tokoh Rahmah El- Yunusiyyah adalah seorang wanita tokoh pembaharuan dari Padang Panjang yang sempat hidup pada tiga zaman yaitu zaman penjajahan kolonial Belanda, zaman penjajahan Jepang, dan zaman Kemerdekaan, namun sampai saat ini pemerintah Indonesia belum memberikan penghargaan sebagai pahlawan Nasional. Mengapa penelitian ini dilakukan? Secara historis, Tokoh Rahmah El-Yunusiyyah pada zaman Belanda telah mendirikan Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang (1923). Memberikan dukungan pada Kongres Sumpah Pemuda (1928). Memimpin gerakan menentang dua buah peraturan Belanda, yaitu Ordonantie Kawin Bercatat dan Ordonantie Sekolah Liar pada tahun 1932. Pada pendudukan Jepang, mempersiapkan murid- murid Diniyah Puteri mengikuti pelatihan P3K dan Palang Merah sebagai ganti tenaga sukarela dalam pertempuran (1943). Memberikan dukungan penuh dalam pembentukan pasukan Gyugun, yang menurutnya sangat strategis sebagai alat mencapai kemerdekaan Indonesia (1944). Menjadi pengurus ADI (Anggota Daerah Ibu) tingkat Sumatera Tengah yang bertujuan menentang pemerintahan Jepang yang menggunakan gadis remaja untuk dijadikan wanita penghibur, dan menuntut ditutupnya rumah bordil. Menjadi ketua Ha Ha No Kai dari Gyugun Ko En Kai. menjadi anggota Ha Ha No Kai, anggota Peninjau Sumatera Cuo Sang In. Anggota Mahkamah Islam Tinggi Vol. 10, No. 2, Juli-Desember 2016/ISSN: 1978-4457 (p), 2548-477X (o) 51 Rahmah El Yunusiyyah Kartini Padang Panjang (1900-1969) (MIT)Bukit Tinggi. Masa Kemerdekaan bersama beberapa Perwira Gyugun dan Tokoh masyarakat Padang Panjang membentuk tentara Keamanan Rakyat (TKR). Menjadikan Diniyyah Puteri sebagai dapur umum bagi para pejuang seperti Laskar Sabilillah, Sabil Muslimat, dan Hizbullah.
    [Show full text]
  • Transformation of Pesantren in Maintaining Good Character
    View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk brought to you by CORE provided by INZAH Online Journal Humanistika, Volume 6, Nomor 1, Januari 2020 35 TRANSFORMATION OF PESANTREN IN MAINTAINING GOOD CHARACTER Muhammad Hifdil Islam* & Abd. Aziz** Abstract: Education is the main pillar of nation building. The success of a nation’s education is closely related to the progress achieved. Because it is a necessity, so the government and society should prioritize the overall development of the field of education. Especially education that shapes the national character of the nation. Pesantren as one of the indigenous Indonesian National Education sub-systems, has special advantages and characteristics in applying character education for their students (santri). The writing method this article is writer takes some of schoolars argument that related with the topic of this articel.“this article try to highlight the pesantren as the root of history of islamic education in Indonesia, the transformation of pesantren education system and the role of pesantren in Indonesia in maintaining the good character of student. And the result of this article show that pesantren has many types of system and it has a big role in maintaining the good character of student. Keywords: Transformation, Pesantren and Good Character * Dosen Institut Ilmu Keislaman Zainul Hasan Genggong ** Dosen Institut Ilmu Keislaman Zainul Hasan Genggong 36 Muhammad Hifdil Islam & Abd. Aziz, Transformation of Pesantren... (35-48) PRELIMINARY Islamic boarding school is an institution that is widely praised by people. This is because the pesantren has a characteristic compared to other educational institutions, especially Muslim societies in general, as well as the existence of Madrasah (Schools that is based on islamic education) in Indonesia1.
    [Show full text]
  • Quran Manuscript from Kerinci
    Advances in Social Science, Education and Humanities Research (ASSEHR), volume 137 International Conference on Qur'an and Hadith Studies (ICQHS 2017) QURAN MANUSCRIPT FROM KERINCI: THE PROOF THAT THERE IS A CONNECTION BETWEEN HARAMAIN (MEKKAH AND MADINAH AT THAT TIME) AND KERINCI BACK IN THE EIGHTEENTH TO NINETEENTH CENTURY Zarfina Yenti Sulthan Thaha Saifuddin State Islamic Univercity Jambi [email protected] Abstract Qur'an manuscript dated back in 18 to 19th century often written and copied by hand and part of an important cultural heritage in Indonesia and often found in various cities in Indonesia, including Kerinci. There had been lots of attention lately on the old Qur'an manuscript from Indonesia, but most of them are concentrated in big cities in Indonesia, not Kerinci. This old manuscript found in Kerinci belong to Syekh Ahmad Khatib, a very well-known Islamic scholar, who was educated in Makkah and Madinah in the late 19th to early 20th century. According to the watermark found in the paper used in this old manuscript, the manuscript was dated back in the 18th century and written on an old Europen paper. It finds that this old Quran manuscript is written beautifully using nasakh calligraphy that was often used at that time but with no illuminations. Even without illumination, this Qur'an manuscript is written beautifully and was written differently then other Quran manuscript found in the archipelago, making it a very rare finding among other manuscript found in Jambi. It was brought back by Syekh Muhammad Khatib from Mekkah after he had finished his study back in the early 20th century.
    [Show full text]
  • Western Java, Indonesia)
    Religious Specificities in the Early Sultanate of Banten (Western Java, Indonesia) Gabriel Facal Université de Provence, Marseille. Abstrak Artikel ini membahas kekhasan agama di Banten pada masa awal Islamisasi di wilayah tersebut. Karakteristik utama dari proses Islamisasi Banten terletak pada hubungan antara perdagangan dengan jaringan Muslim, kosmopolitanisme yang kuat, keragaman praktek keislaman, besarnya pengikut persaudaraan dan maraknya praktik esotoris. Kekhasan ini menunjukkan bahwa proses Islamisasi Banten sangat cepat dari sisi waktu dan perpindahan agama/konversi yang terjadi merupakan hasil dari proses saling mempengaruhi antara Islam, agama lokal, dan kosmologi. Akibatnya, muncul anggapan bahwa Banten merupakan benteng ortodoksi agama. Kesan yang muncul saat ini adalah bahwa Banten sebagai basis gerakan rigoris/radikal dipengaruhi oleh bentuk-bentuk keislaman yang tumbuh dalam sejarah. Dominasi pandangan media juga menampik kenyataan bahwa persandingan antara agama dan ritual masih membentuk struktur kekuasaan. Artikel ini bertujuan untuk berkontribusi dalam diskusi akademik terkait fenomena tersebut. Abstract The author examines the religious specifics of Banten during the early Islamizing of the region. The main characteristics of the process resided in a link between commerce and Muslim networks, a strong cosmopolitism, a variety of the Islam practices, the large number of brotherhood followers and the popularity of esoteric practices. These specificities indicated that the Islamizing of the region was very progressive within 16th century and the processes of conversion also generated inter-influence with local religious practices and cosmologies. As a consequence, the widespread assertion that Banten is a bastion of religious orthodoxy and the image the region suffers today as hosting bases of rigorist movements may be nuanced by the variety of the forms that Islam 91 Religious Specificities in the Early Sultanate of Banten (Western Java, Indonesia) took throughout history.
    [Show full text]
  • FENOMENA PERGESERAN KONFLIK PEMIKIRAN ISLAM DARI TRADISIONALIS Vs MODERNIS KE FUNDAMENTALIS Vs LIBERALIS
    20 FENOMENA PERGESERAN KONFLIK PEMIKIRAN ISLAM DARI TRADISIONALIS vs MODERNIS KE FUNDAMENTALIS vs LIBERALIS Khoirul Huda* Abstract: A new mode of religious conflict has emerged in Indonesia following the fall of the old regime in the country. The conflict in point is that between the fundamentalists and the liberals, one that means that the nuance of the conflict is no longer organizational any more than it is ideological. We now rarely hear about the conflicts between the traditionalists and the modernists, just as we now rarely are capable of differentiating their basic tenets. The difference between the two has now become to a large extent vague. In the meantime, conflicts are now taking place between the fundamentalists and the liberals on almost regular basis. Hence, we hear the conflict for example between the FUUI and Ulil Abshar Abdalla who received death threat from the afro-mentioned organization. And also the so-called Monas Tragedy, which for some reflects the real tension between the two currents of thought. This paper is designed to analyze this conflictual phenomenon and the implication that may emerge thereof by using the Post- structural theory, which is the continuation of the structuralist theory of Levi-Strauss. What we mean by the Post-structural theory is that which is developed by Michel Foucault (d. 1984) where he speaks of the archeology of knowledge and the genealogy of power. In Foucault’s theory, the former is to do with the organization of documents, their classification, their distribution and management in an orderly manner so as to enable us to differentiate between which are relevant and which are not.
    [Show full text]