LAPORAN TAHUNAN 2012 BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SUMATERA BARAT

Penanggung Jawab : Dr. Ir. Hardiyanto, MSc Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat

Tim Penyusun : Ir. Ismon L., MSi. Ir. Aguswarman Dr. Ir. Abdul Aziz Syarif, MS Ir. Syahrial Abdullah, MS Ir. Azwir K., MSi. Ir. Artuti AM, MS Yunasri, SP Widia Siska, SP Via Yulianti, SP

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian 2013

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan atas terselesaikannya laporan tahunan ini. Laporan Tahunan ini merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas, fungsi, dan mandat Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat (BPTP Sumbar) selama tahun 2012. Laporan Tahunan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagai acuan atau dasar pertimbangan dan referensi, baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi kinerja sebagai upaya peningkatan kinerja ke depan.

Laporan Tahunan BPTP Sumbar tahun 2012 berisi tentang capaian hasil kegiatan dalam mendukung empat target sukses Pembangunan Pertanian beserta diskripsi sumberdaya pendukung yang tersedia. Selama pelaksanaan kegiatan BPTP Sumbar tahun 2012, tentunya telah banyak hal- hal yang dicapai dalam pelaksanaannya, dan tidak luput dari berbagai permasalahan yang perlu mendapatkan perhatian untuk mengupayakan solusi yang terbaik.

Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Tahunan ini diucapkan terimakasih. Harapan kami, laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan, khususnya dalam perbaikan kinerja BPTP Sumbar ke depan.

Sukarami, Januari 2013 Kepala Balai,

Dr. Ir. Hardiyanto, MSc NIP. 196005031986 0310012

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...... i DAFTAR ISI ...... ii DAFTAR TABEL ...... iv DAFTAR GAMBAR ...... vii I. PENDAHULUAN ...... 1 1.1. Tugas Pokok dan Fungsi ...... 1 1.2. Tujuan dan Sasaran ...... 3 1.3. Visi dan Misi ...... 4 1.4. Strategi ...... 4 1.5. Program dan Kebijakan ...... 5 II. CAPAIAN HASIL KEGIATAN ...... 7 2.1. Inhouse ...... 7 2.2. Kompetitif ...... 19 2.3. PIPKPP Ristek dan Sinas ...... 27 2.4. Pendampingan SL-PTT di Sumatera Barat ...... 33 2.5. Pendampingan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari 48 2.6. Penerapan Inovasi Teknologi Usahatani Kakao untuk Meningkatkan Produktivitas Dan Mutu Hasil Menunjang Program Gerakan Nasional Kakao ...... 62 2.7. Model Pengembangan Pertanian Pedesaan Melalui Inovasi (M-P3MI) ...... 63 2.8. Pendampingan Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikurtura Melalui Perbanyakan Bibit Unggul Kentang 65 2.9. Pendayagunaan Kebun Percobaan dan Labor Diseminasi 66 2.10. Diseminasi ...... 72

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 ii

2.11 Pemberdayaan Petani Melalui Teknologi dan Informasi (FEATI) ...... 92 2.12. Perkembangan Pelaksanaan Program PUAP di Sumatera Barat ...... 99 III. SUMBERDAYA PENELITIAN ...... 104 3.1. Program dan Anggaran ...... 104 3.2. Sumberdaya Manusia ...... 110 3.3. Sarana dan Prasarana ...... 113 3.4. Kerjasama...... 118 IV. PENUTUP ...... 119

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 iii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Analisis nilai tambah pengolahan rasbi, 2012 ...... 8 Tabel 2. Hasil padi salibu pada beberapa daerah di Sumatera Barat, 2012 ...... 9 Tabel 3. Kandungan mikroba (jamur dan bakteri) pada beberapa MOL di Sumatera Barat, 2012...... 11 Tabel 4. Hasil analisis kandungan hara pupuk kandang pada beberapa lokasi padi sawah organik di Sumatera Barat. 2012...... 11 Tabel 5. Hasil analisis kandungan hara pupuk cair organik pada beberapa lokasi padi sawah organik di Sumatera Barat. 2012. 12 Tabel 6. Pengaruh pupuk kandang dan pupuk cair terhadap komponen hasil gabah kering panen (GKP t/ha) pada padi sawah. Kabupaten Agam, 2012...... 12 Tabel 7. Hasil penimbangan ternak (kg/ekor) selama bulan April sampai Agustus 2012...... 14 Tabel 8. Kehilangan Gabah pada Waktu Panen ...... 16 Tabel 9. Persentase Susut Hasil, Kapasitas Pemanenan dan cara perontokan padi Kabupaten Solok dan Agam, 2012 ...... 17 Tabel 10. Kombinasi Paket pemupukan dan enam varietas bawang merah terhadap tinggi tanaman, tingkat Serangan Alternaria porii, Serangan Spidoptera sp., dan Berat Umbi Kering Bersih pada pengamatan ke IV di lahan petani di Alahan Panjang Kabupaten Solok dan di Nagari Gadua Kabupaten Padang Pariaman, 2012 ...... 18 Tabel 11. Rata-rata tinggi tanaman dan jumlah anakan umur 30 HST pada berbagai status P-tanah ...... 20 Tabel 12. Nama-nama varietas padi sawah yang ditemukan di lokasi kajian ...... 24 Tabel 13. Kesamaan dan ketidaksamaan antara PTS, SRI, dan PTT padi sawah, 2012 ...... 26 Tabel 14. Rancang bangun pemanfaatan pekarangan berdasarkan strata luas pekarangan ...... 52 Tabel 15. Perbandingan Nilai manfaat (penghematan) penerapan

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 iv

model Rumah Pangan Lestari di Perumahan Arafah Permai, Padang Reno, Kelurahan Koto Panjang, Kota Padang Panjang,2012 ...... 59 Tabel 16. Koleksi tanaman visitor plot KP Sukarami, 2012...... 69 Tabel 17. Materi dan narasumber dalam Workshop ...... 73 Tabel 18. Materi dan Narasumber Pada Kegiatan Aplikasi Percepatan Teknologi Pertanian (Aptek). 2012 ...... 76 Tabel 19. Data Produksi Benih (kg) Perbanyakan Benih Sumber Padi di BPTP Sumatera Barat, 2012 ...... 83 Tabel 20. Paket teknologi yang dapat disosialisasikan ke pengguna, 2012 ...... 85 Tabel 21. Data koordinasi ke Gubernur Sumatera Barat,Instansi terkait Program Kementan di beberapa Kabupaten di Sumatera Barat. Tahun 2012 ...... 87 Tabel 22. Materi workshop dan hasil rumusan, 2012 ...... 97 Tabel 23. Judul kegiatan dan lokasi kegiatan Replikasi Demfarm teknologi mendukung kegiatan FMA di tiga Kabupaten FEATI di Sumatera Barat TA. 2012 ...... 98 Tabel 24. Distribusi jumlah Gapoktan, jumlah petani anggota dan perkembangan aset LKM-A tahun 2008-2012 keadaan September 2012 di Sumatera Barat ...... 102 Tabel 25. Judul dan penanggung jawab kegiatan likaji dan diseminasi BPTP Sumatera Barat tahun 2012 ...... 104 Tabel 26. Alokasi anggaran BPTP Sumatera Barat tahun 2012 ...... 109 Tabel 27. Keragaan SDM Lingkup BPTP Sumatera Barat Tahun 2012 110 Tabel 28. Keragaan Pegawai Fungsional Peneliti Lingkup BPTP,2012 111 Tabel 29. Keragaan Pegawai Fungsional Penyuluh Lingkup BPTP, 2012 ...... 111 Tabel 30. Peningkatan Kompetensi Pegawai Tahun2012 ...... 112 Tabel 31. Rekapitulasi Kenaikan Pangkat Tahun 2012 ...... 112 Tabel 32. Rekapitulasi calon petugas belajar S2, S3 T.A. 2011 – 2014 Program SMARTD BPTP Sumatera Barat ...... 113 Tabel 33. Rekapitulasi Barang Inventaris Tidak Bergerak BPTP Tahun 2012 ...... 114 Tabel 34. Rekapitulasi inventaris alat angkutan ...... 114 Tabel 35. Realisasi Anggaran DIPA Satker BPTPSumatera Barat TA

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 v

2012 ...... 115 Tabel 36. Perbandingan Belanja Pegawai TA 2012 dan TA 2011 ...... 116 Tabel 37. Perbandingan Belanja Barang TA 2012 dan TA 2011...... 116 Tabel 38. Perbandingan Realisasi Belanja Modal TA 2012 dan 2011. 117 Tabel 39. Rincian Estimasi Pendapatan dan realisasi PNBP TA 2012 117 Tabel 40. Anggaran BPTP Sumatera Barat pada TA 2012 ...... 118

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Rasbi hasil modifikasi beras aruk yang sudah dikemas ... 8 Gambar 2. Proses pemotongan dan pertumbuhan vegetatif tanaman padi Salibu ...... 10 Gambar 3. Saat pertumbuhan generatif padi salibu (kiri) dan tanaman saat akan panen (kanan) ...... 10 Gambar 4. Pertumbuhan vegetatif (kiri) dan generatif (kanan) padi sawah organik di Baso, Kabupaten Agam ...... 13 Gambar 5. Ternak sapi yang digunakan dan penimbangan ternak ...... 13 Gambar 6. Keragaan gabah dan beras dua galur harapan padi sawah preferensi konsumen Sumatera Barat...... 15 Gambar 7. Panen dgn Padi Mower (kiri) dan Perontokan dengan Threser Lipat ...... 16 Gambar 8. Penampilan tanaman bawang merah di Alahan Panjang Kabupaten Solok ...... 19 Gambar 9. Penampilan tanaman bawang merah di lapangan Nagari Gadua Kabupaten Padang Pariaman ...... 19 Gambar 10. Keragaan tanaman pada status P-rendah dengan lima tingkat pemberian pupuk P ...... 21 Gambar 11. Materi ternak, induk sapi Simmental umur 3- 4 tahun ...... 22 Gambar 12. Survai lapangan di Kecamatan V Koto Kampung dalam, Kabupaten Padang Pariaman ...... 24 Gambar 13. Pelaksanaan pengkajian di kelompok tani ...... 31 Gambar 14. Pelaksanaan pengkajian dengan metode FGD (kiri) dan pengamatan keragaan pertumbuhan dan produksi lateks tanaman karet petani yang berasal dari bibit okulasi dan cabutan (kanan) ...... 33 Gambar 15. Temu Lapang di Poktan. Sawah Balai Saiyo Nagari Kinari menggunakan VUB Inpari 12 (kiri) dan keragaaan padi sawah VUB Inpari 12 dan Inpari 21 Batipuh, di Nagari Guguak Sarai, Kecamatan Sungai Lasi, Kabupaten Solok (kanan) ...... 34 Gambar 16. Penampilan varietas Inpari-12 (Kiri) dan Inpari-21 Batipuh (Kanan) pada lokasi display VUB padi sawah di lahan petani Kolompok Tani Tunas Harapan

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 vii

Kecamatan Situjuah, Kabupaten Limapuluh Kota ...... 37 Gambar 17. Pertumbuhan tanaman padi sawah di Kecamatan Rambatan (kiri) dan di Kecamatan Pariangan ...... 38 Gambar 18. Keragaan VUB Inpari 12 & VUB Inpari 21 Batipuah di Padang Pariaman ...... 40 Gambar 19. Kegiatan Temu Lapang dan Panen Perdana Displai VUB padi sawah di Pakandangan, Kecamatan VI Lingkung, Kabupaten. Padang Pariaman ...... 40 Gambar 20. Penampilan Inpari 12 (kiri) danInpari 21 Batipuh pada stadia vegetatif, pada gelar teknologi VUB di Rambahan Rao Selatan ...... 42 Gambar 21. Tanam Perdana oleh KSPP BPTP Sumatera Barat (kiri), Tanam Perdana Anggota Keltan (kanan) ...... 43 Gambar 22. Kegiatan pelaksanaan temu lapang panen displai VUB dalam kegiatan pendampingan SL-PTT padi sawah di Kabupaten Agam ...... 44 Gambar 23. Tampilan VUB hibrida Bima 2, Bima 3, Bima 4, dan Bima 5 ...... 46 Gambar 24. Keragaan VUB jagung Hibrida varietas Bima 2, Bima 3, Bima 4 & Bima 5 ...... 47 Gambar 25. Keragaan hasil tanaman jagung saat panen dan Temu Lapang ...... 48 Gambar 26. Keragaan KBD KWT Anggrek Baru 1 dan tanaman Nagari Gantung Ciri Kabupaten Solok ...... 49 Gambar 27. Keragaan bibit dalam KBD, tanaman dalam rak vertikultur dan aneka tanaman sayuran dalam polibag di lahan pekarangan ...... 49 Gambar 28. Kondisi Kebun Bibit Kelurahan (KBK) Tarantang Kota Padang ...... 52 Gambar 29. Kondisi pekarangan masyarakat setelah kegiatan M-KRPL 53 Gambar 30. Kunjungan Bapak Walikota Kota Pariaman ke Kebun Bibit Desa Cubadak Aie Kecamatan Pariaman Utara dan kepada Ketua kelompok pelaksana M-KRPL ...... 53 Gambar 31. Keragaan tanaman pada salah satu pekarangan peserta M-KRPL di Jorong Ranah Lintas Tebing Tinggi, Kecamatan Pulau Punjung, Kabupaten Dharmasraya, 2012 ...... 54 Gambar 32. Hasil keragaan tanaman di pekarangan peserta M-KRPL Desa Talawi Kota Sawahlunto, 2012 ...... 54

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 viii

Gambar 33. Budidaya tanaman sayuran pada pekarangan luas dan sedang dapat dilakukan dengan cara sistim bedengan dan rak vertikultur...... 55 Gambar 34. Pertumbuhan Ubi jalar ungu di Kenagarian Duku dan hasil pengolahan umbinya oleh KWT Sejahtera ...... 56 Gambar 35. Integrasi sayuran dan ikan (kiri), dan Sayuran dan ternak ayam buras ...... 57 Gambar 36. Berbagai media tanam yang diintroduksikan ...... 58 Gambar 37. Kebun bibit MKRPL Padang Panjang dan beberapa Aktivitas dalam tahapan penerapan Rumah Pangan lestari ...... 60 Gambar 38. Kebun bibit MKRPL Kota Solok dan beberapa hasil aktivitas...... 61 Gambar 39. Keragaan tanaman secara vertikultur, dan di lahan bedengan ...... 61 Gambar 40. Kondisi pekarangan sebelum dan setelah implementasi M-KRPL di Kelurahan Parit Antang ...... 62 Gambar 41. Temu lapang kegiatan Gernas Kakao di Nagari Balimbiang, Kecamatan Rambatan, Kabupaten Tanah Datar ...... 63 Gambar 42. Praktek memupuk dan membuat rorak di lokasi tanaman kakao di Kabupaten Padang Pariaman ...... 65 Gambar 43. Pengaruh pemberian urine terhadap tanaman sayuran di Jorong Mahakarya, Nagari Koto Baru, Kecamatan Luhak Nan Duo, Kabupaten Pasaman Barat ...... 65 Gambar 44. Pengamatan tanaman oleh petugas BPSB pada saat tanaman berumur 40 (a) dan 50 hst (b). Rumah Kasa BPTP-Sumatera Barat, MT. 2012 ...... 66 Gambar 45. Beberapa koleksi tanaman hias Labor Diseminasi Padang 67 Gambar 46. Bibit kelapa sawit umur 3 bulan dipembibitan awal (kiri) dan kelapa sawit umur 2 bulan setelah dipindahkan ke polybag besar (kanan) ...... 68 Gambar 47. Beberapa koleksi tanaman buah-buahan dan tanaman hias KP Sukarami ...... 71 Gambar 48. Penampilan stadia generatif varietas Inpari 12 (kiri) dan Inpari 21 Batipuah (kanan) di KP Bandar Buat ...... 72 Gambar 49. Peninjauan dan wawancara pemanfaatan bantuan dan proses pembuatan pupuk organik di Kelompok Tani Kecamatan Baso dan Kecamatan Lintau ...... 85

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 ix

Gambar 50. Kepala BPTP Sumatera Barat, Dr. Hardiyanto, menyerahkan bingkisan kepada Gubernur Sumatera Barat, Prof.Dr. Irwan Prayitno berupa publikasi dan produk olahan hasil penelitian BPTP Sumatera Barat (kiri), Gubernur foto bersama dengan Kepala BPTP Sumatera Barat dan rombongan (kanan)...... 90 Gambar 51. Demonstrasi teknologi di Kelompok Ternak Tunas Muda Nagari Tanjung Alam, Kecamatan Tanjung Baru, Kabupaten Tanah Datar ...... 92 Gambar 52. Pendampingan pembuatan instrumen biogas di UP-FMA Harapan Kita ...... 93 Gambar 53. Lima perwakilan UP-FMA yang berhasil menumbuhkan embrio agribisnis hasil pembelajaran dan penerapan inovasi teknologi di kabupaten pelaksana kegiatan FEATI 94 Gambar 54. Kepala BBP2TP menyerahkan buku 300 inovasi teknologi Badan Litbang Pertanian kepada Gubernur Sumatera Barat Dan Bupati Kabupaten Solok Selatan pada acara Advokasi Keberlanjutan Frogram Feati tingkat Sumatera Barat, di UP-FMA Maju Berasama Kabupaten Solok Selatan, 24 Oktober 2012 ...... 96 Gambar 55. Kepala BPTP Sumatera Barat, Dr.Prama Yufdi M.Sc, memberikan arahan pada Workshop Replikasi Penangkaran Benih padi Sawah di kabupaten Pesisir Selatan (kiri) dan sebagian peserta workshop (kanan) ... 97 Gambar 56. Produk olahan ubijalar ungu yang diproduksi oleh Kelompok Tani Senada, UP FMA Batu Payuang ...... 99 Gambar 57. Penyerahan dana PUAP secara simbolis oleh Menteri Pertanian ke gapoktan didampingi oleh Gubernur dan Kepala Badan SDM awal tahun 2009 di Kota Padang (kiri), dan Peninjauan LKM-A Panampuang Prima di Agam awal tahun 2010 oleh Gubermur Sumatera Barat . 103

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 x

I. PENDAHULUAN

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian Pertanian Republik di daerah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Badan Litbang Pertanian) di Jakarta dibawah koordinasi Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP) di Bogor. Sesuai dengan posisi dan wilayah kerjanya, BPTP merupakan ujung tombak dari Badan Litbang Pertanian. Keberadaan institusi ini mempunyai arti sangat penting bagi pembangunan pertanian di wilayah suatu propinsi, bahkan juga di tingkat nasional sehingga selalu dituntut proaktif, responsif, dan antisipatif dalam memajukan pembangunan pertanian khususnya pembangunan agribisnis untuk menunjang peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani umumnya. I.1 Tugas Pokok dan Fungsi Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 16/Permentan/OT.140 /3/2006 tanggal 1 Maret 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Pasal 3 (tiga), disebutkan bahwa Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) menyelenggarakan enam fungsi, yakni : 1) Pelaksanaan inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi; 2) Pelaksanaan pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi; 3) Pelaksanaan pengembangan teknologi dan diseminasi hasil pengkajian, serta perakitan materi penyuluhan pertanian; 4) Pelaksanaan administrasi kerjasama, diseminasi, promosi, dan dokumentasi, serta penyebarluasan dan pendayagunaan hasil-hasil penelitian dan pengkajian spesifik lokasi; 5) Pemberian pelayanan terhadap kegiatan pengkajian, perakitan, dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi; dan 6) Pelaksanaan urusan Tata Usaha dan Rumah Tangga Balai. Berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi (TUPOKSI) tersebut, BPTP Sumatera Barat bertugas menyediakan teknologi pertanian yang sesuai dengan kebutuhan dalam mendukung pembangunan pertanian daerah.

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 1

Teknologi pertanian tepat guna yang dihasilkan bersifat spesifik lokasi, dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang beragam dan dinamis, serta dapat memanfaatkan sumberdaya pertanian secara efektif dan efisien dengan daya saing yang tinggi. Tupoksi ini menuntut, BPTP dituntut harus mampu menjadi institusi yang dapat secara proaktif memberikan masukan dan saran dalam membantu dan mengarahkan pembangunan pertanian di daerah. Selain itu, juga harus dapat segera merespon, mengantisipasi, dan mencarikan solusi terbaik dari permasalahan-permasalahan yang ditemukan dalam pembangunan sektor pertanian di suatu wilayah dalam propinsi. BPTP Sumatera Barat mengimplementasikan mandat tersebut dengan melakukan kegiatan penelitian, pengkajian, merakit hasil penelitian dan pengkajian (litkaji), serta mendiseminasikan hasil litkaji kepada pengguna (pengambil kebijakan, penyuluh pertanian, petani, dan stakeholder lainnya). Kondisi ini sangat strategis dalam upaya untuk mensinergiskan secara dinamis pembangunan wilayah serta mempercepat proses alih teknologi inovasi pertanian di Propinsi Sumatera Barat yang mencakup wilayah 19 kabupaten/ kota. Dalam pelaksanaan anggaran berbasis kinerja, kegiatan penelitian, pengkajian, dan diseminasi yang dilakukan BPTP Sumatera Barat dituntut harus dapat memberikan hasil nyata yang dapat dinikmati oleh pengguna (pengambil kebijakan, penyuluh pertanian, petani, dan stakeholder lainnya) dan bermanfaat bagi masyarakat, serta dapat segera dikembangkan oleh institusi terkait baik institusi pemerintah maupun swasta. Oleh karena itu, sebelum kegiatan tersebut dilaksanakan maka harus mampu dijelaskan dengan baik mengenai input (masukan), output (keluaran), outcomes (hasil), benefit (manfaat), dan impact (dampak) dari kegiatan tersebut. Capaian kinerja BPTP dalam bentuk akuntabilitas, wajib dilaporkan setiap tahun sebagai wadah pertangungjawaban penggunaan anggaran pembangunan Negara. Disamping itu, semua hasil yang diperoleh juga harus disosialisasikan sampai ke pengguna dan pengambil kebijakan di daerah. Sehubungan dengan itu, laporan tahunan ini diharapkan mampu

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 2 mengemukakan bentuk tanggung jawab yang telah dilakukan serta sekaligus menyebarkan informasi dan kondisi institusi serta hasil yang diperoleh dalam tahun berjalan. I.2. Tujuan dan Sasaran Tujuan dan sasaran BPTP sebagai ujung tombak Badan Litbang Pertanian secara umum adalah menyediakan dan mendiseminasikan inovasi pertanian spesifik lokasi ke pengguna dan member masukan kepada pengambil kebijakan di daerah. Artinya tujuan dan sasaran tersebut adalah menjalankan tugas pokok dan fungsinya. Berdasarkan tugas pokok dan fungsi tersebut secara bertahap dan berjangka disusun sebuah Rencana Stratejik yang akan menjadi panduan dalam menetapkan visi dan misi institusi dalam jangka waktu tertentu. Dalam kurun waktu 2010-2014, telah ditetapkan tiga tujuan utama yang diharapkan dapat mencapai lima sasaran sebagai wujud kinerja BPTP Sumatera Barat ke depan sebagai berikut.

Tujuan Utama ; (1) Meningkatkan ketersediaan teknologi pertanian unggulan spesifik lokasi; (2) Meningkatkan penyebarluasan teknologi pertanian unggulan spesifik lokasi; dan (3) Meningkatkan kapasitas dan kompetensi pengkajian serta pengembangan inovasi pertanian unggulan spesifik lokasi.

Sasaran utama ; (1) Tersedianya teknologi pertanian unggulan spesifik lokasi; (2) Meningkatnya penyebarluasan (diseminasi) teknologi pertanian; (3) Meningkatnya kerjasama nasional dan internasional (di bidang pengkajian, diseminasi dan pendayagunaan inovasi pertanian); (4) Meningkatnya sinergi operasional pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian; dan (5) Meningkatnya manajemen pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian.

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 3

I.3. Visi dan Misi Tujuan dan sasaran diatas, merupakan acuan untuk mencanangkan Visi dan Misi yang harus diwujudkan. Maka, untuk mencapai sasaran tersebut ditetapkan visi dan misi yang mampu mengarahkan program dan kegiatan. Lebih lanjut visi dan misi tersebut dijabarkan melalui beberapa strategi dan kebijakan. Berikut dikemukakan Visi dan Misi yang diemban saat ini dengan uraian sampai menjadi berbagai program dan kegiatan. a. Visi “Pada tahun 2014 menjadi lembaga pengkajian dan diseminasi inovasi teknologi pertanian tepat guna yang berstandar nasional dalam menjembatani para pelaku agribisnis dan pemerintah daerah dengan lembaga-lembaga penelitian guna terwujudnya sistem pertanian industrial daerah ”. Dalam Rencana Strategis BPTP Sumatera Barat periode tahun 2010- 2014, visi tersebut akan diwujudkan melalui pengerjaan misi-misi berikut ; b. Misi (1) Mengindentifikasi, menformulasikan, dan mendiseminasikan inovasi pertanian spesifik daerah berdasarkan kebutuhan pengguna; (2) Melaksanakan pengkajian dan pengembangan teknologi pertanian spesifik lokasi sesuai dengan kebutuhan pengguna; dan (3) Mengembangkan jejaring kerjasama pengkajian dan pendayagunaan hasil pengkajian serta pengembangan inovasi teknologi pertanian dengan lembaga-lembaga penelitian. Misi ini kemudian dijabarkan menjadi beberapa strategi untuk mengarahkan kebijakan dan program yang akan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan. I.4. Strategi (1) Meningkatkan pemanfaatan sumberdaya BPTP Sumatera Barat dan dukungan pemerintahan daerah secara optimal.

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 4

(2) Menajamkan skala prioritas serta memperkuat keterkaitan dan keselarasan program penelitian, pengkajian, diseminasi dan pengembangan. (3) Meningkatkan relevansi, kualitas, nilai tambah ilmiah dan nilai tambah ekonomi inovasi teknologi dan inovasi pertanian lainnya. (4) Meningkatkan akselerasi diseminasi serta mekanisme umpan balik inovasi pertanian. (5) Memfokuskan alokasi sumberdaya BPTP Sumatera Barat kepada kegiatan unggulan dan komoditas spesifik lokasi.

Namun demikian, strategi lainnya bukan berarti tidak penting, tetapi sangat tergantung terhadap perkembangan lingkungan strategis dalam periode tahun-tahun ke depan. Strategi lainnya dapat menjadi sangat relevan untuk dipilih dan dijabarkan menjadi program dan kegiatan operasional bila lingkungan strategis daerah memerlukannya. Strategi diatas, lebih lanjut dijawantahkan kedalam bentuk kebijakan dan program berikut. I.5. Kebijakan dan Program Kelima strategi diatas dijabarkan kedalam bentuk kebijakan-kebijakan berikut, yang selanjutnya mengarahkan dalam penyusunan dan penetapan program kerja institusi. (1) Meningkatkan fokus kegiatan dan capaian hasil pengkajian dan pengembangan berorientasi pasar/preferensi konsumen berdasarkan pada potensi sumberdaya wilayah; (2) Meningkatkan kuantitas/kualitas iinformasi, media, dan lembaga diseminasi teknologi pertanian; (3) Meningkatkan kapabilitas manajemen pengkajian dan diseminasi untuk memperluas jejaring kerjasama; (4) Meningkatkan koordinasi dan sinkronisasi kegiatan pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian; dan (5) Meningkatkan efektivitas manajemen institusi.

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 5

Sedangkan program yang ditetapkan terdiri dari satu program utama, yaitu: Penciptaan Teknologi dan Varietas Unggul Berdaya Saing, dengan sub program Pengkajian dan Percepatan Diseminasi Inovasi Teknologi Pertanian. Pada rencana strategis tahun 2010-2014, sub program ini terdiri dari 13 kegiatan utama, yaitu: (1) Pengkajian teknologi unggulan spesifik lokasi (2) Penyediaan dan penyebarluasan inovasi pertanian (3) Pendampingan model spektrum diseminasi multi channel dan program strategis pembangunan pertanian nasional/daerah (4) Advokasi teknis dan kebijakan operasional pembangunan pertanian wilayah, regional dan nasional (5) Pengembangan kerjasama nasional dan internasional dalam pengkajian dan pendayagunaan inovasi pertanian (6) Koordinasi dan sinkronisasi operasional pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian (7) Penguatan manajemen perencanaan dan evaluasi kegiatan serta adminstrasi institusi (8) Peningkatan kualitas manajemen institusi (9) Pengembangan kompetensi SDM (10) Peningkatan pengelolaan Laboratorium (11) Peningkatan pengelolaan kebun percobaan (12) Peningkatan penangkaran usaha pengelolaan benih sumber; dan (13) Peningkatan pengelolaan website dan database

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 6

II. CAPAIAN HASIL KEGIATAN

2.1. HASIL PENGKAJIAN (INHOUSE)

2.1.1. KAJIAN TEKNOLOGI PRODUKSI RASBI (BERAS DARI UBI) PREFERENSI SELERA KONSUMEN SUMATERA BARAT DAN PENGEMBANGAN MODEL KELEMBAGAAN PRODUKSI BERBASIS CLUSTER-INTI

Upaya mengurangi ketergantungan terhadap beras sebagai makanan pokok dengan diversifikasi sumber pangan merupakan salah satu program utama Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Ubi kayu merupakan salah satu sumber pangan yang sangat potensial dimanfatkan sebagai bahan substitusi beras. Pemanfaatan ubi kayu secara langsung sebagai pangan pokok sering terkendala dalam hal penyajian dan citra. Untuk itu, telah dilakukan usaha untuk menemukan teknologi pengolahan ubi kayu dengan produk mirip beras yang disebut Rasbi (beras dari ubi) sehingga akan lebih mudah diterima konsumen. Teknologi produksi rasbi dihasilkan setelah melalui tiga tahapan modifikasi teknologi beras aruk. Modifikasi pada tahap I dan II masih belum menghasilkan rasbi yang disukai panelis, karena itu dilakukan modifikasi lanjutan (modifikasi tahap III). Modifikasi tahap III menghasilkan rasbi yang sesuai dengan preferensi konsumen Sumatera Barat. Komponen teknologi kunci produksi rasbi yang didapatkan adalah fermentasi ubikayu selama 10 hari tanpa penambahan tepung beras (Ubikayu 100%). Uji organoleptik menunjukkan bahwa untuk faktor warna rasbi yang dihasilkan mendapat skor 5 (sangat disukai), sedangkan untuk aroma skor 4,32 (disukai), rasa dengan skor 4,25 (disukai) dan tekstur 4,04 (disukai). Karakteristik rasbi hasil teknologi produksi ini adalah: rendemen 51%, kadar air 7,4 %, kadar abu 0,2595%, kadar pati 73,88%, kadar serat 1,93%, konsistensi gel 9,7 mm, suhu gelatinisasi tergolong sedang dengan uji alkali nilai 4, pengembangan volume 2,26 ml, ratio pengembangan volume 1,7. Dari segi ekonomi usaha produksi rasbi cukup menguntungkan, dengan R/C 1,48 (tabel 1). Dengan mengolah 500 kg ubikayu menjadi rasbi dapat meningkatkan nilai tambah sebesar 61% dengan nilai input (harga per kg ubikayu sebesar Rp. 2.281,-. Jika rasbi dijual dengan harga Rp.6.500/kg dapat diperoleh keuntungan sebesar Rp. 549.425/500 kg ubikayu, nilai output per kg sebesar Rp. 3.380,-. Bila dibandingkan dengan harga beras yang mencapai Rp.10.000,-/kg, harga rasbi jauh lebih murah, sehingga peluang rasbi untuk mensubsitusi penggunaan beras sangat besar.

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 7

Tabel 1. Analisis nilai tambah pengolahan rasbi, 2012

Komponen biaya Jumlah Satuan Harga satuan Jumlah (Rp) dan penerimaan (Rp)

A. Biaya Variabel

1. Bahan baku: Ubikayu 500 Kg 1,800 900,000 Starter Bimo-CF 500 G 40 20,000 2. Tenaga kerja 6 Org 35,000 210,000 3. Listrik 15 Kwh 705 10,575

Total input 1,140,575 Nilai input (Rp/kg) 2,281 Total output 260 Kg 6,500 1,690,000 Harga pokok 1 Rp 4,562 (Rp/kg) Nilai Output (Rp/kg) 3,380

Keuntungan 549,425 Nilai tambah 1,099 (Rp/kg) Nilai tambah (%) 61 R/C 1.48

Gambar 1. Rasbi hasil modifikasi beras aruk yang sudah dikemas

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 8

2.1.2. PENINGKATAN INDEKS PANEN (IP) PADI SAWAH MELALUI PENGELOLAAN RATUN

Upaya peningkatan produksi padi mengarah pada pengembangan teknologi peningkatan produktivitas lahan dan meningkatkan indeks panen dari 2 menjadi 3 bahkan 4 kali panen dalam 1 tahun. Peningkatan IP (indeks panen) dapat dicapai dengan beberapa cara, salah satunya adalah dengan budidaya ratun atau memelihara anakan padi yang tumbuh setelah panen, di Sumatera Barat dikenal dengan padi salibu. Disamping dapat meningkatkan indeks panen, budidaya padi salibu sebenarnya mempunyai beberapa keuntungan lain seperti dapat menghemat pemakaian air, biaya penyiapan lahan dan tanam, serta biaya pemeliharaan. Namun, selama ini budidaya ratun atau padi salibu tidak berkembang karena hasil yang diperoleh sangat rendah. Pada tahun 2012 BPTP Sumatera Barat telah melakukan serangkaian pengkajian untuk meningkatkan produktivitas budidaya padi salibu melalui beberapa komponen teknologi budidaya, yakni penggunaan varietas yang sesuai, tinggi dan waktu pemotongan batang setelah panen tanaman utama, pengairan, dan pemupukan. Hasil pengkajian menunjukan bahwa, tinggi pemotongan 3-5 cm dari permukaan tanah 10 hari setelah panen hasil terbaik yakni 7,6-7,7 t/ha dengan jumlah anakan produktif 20 batang/rumpun dan jumlah gabah 128 - 134 butir/malai. Pemupukan dengan 150 Urea+150 Phonska kg/ha memberikan jumlah anakan 22 batang/rumpun, jumlah gabah 137 butir/malai dan hasil 8,3 ton/ha. Pada dataran tinggi Agam, dengan mengunakan varietas Kurik Kusuik berumur panjang dengan perlakuan pemotongan 3-5 cm memberikan hasil 6,2 t/ha, sedangkan pemotongan setinggi 18 -20 cm hanaya memberikan hasi 2,3 ton/ha. Aplikasi herbisida pada awal pemotongan dapat meningkatkan hasil 32 %, (sekitar 1,8 ton/ha). Faktor kunci keberhasilan budidaya salibu ini adalah pemotongan batang setelah panen setinggi 3-5 cm dari permukaan tanah, karena dapat merangsang pembentukan anakan baru yang lebih kuat dan produktif dari dasar rumpun tanaman.

Tabel 2. Hasil padi salibu pada beberapa daerah di Sumatera Barat, 2012 No Daerah Varietas Hasil (t/ha) Peningkatan 1 Kecamatan Matur Lumuik 7,2 15 % 2 Kecamatan Lima Anak Daro 6,4 10 % Kaum 3 Kecamatan Lima Batang Piaman 7,2 15 % Kaum 4 Kecamatan Cisokan 7,9 15 % Pariangan 5 Kecamatan Madang Pulau 5,3 0 % Halaban *) *) Hasil padi tanam pindah hanya 4,5 s/d 5 t/ha.

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 9

Gambar 2. Proses pemotongan dan pertumbuhan vegetatif tanaman padi salibu

Gambar 3. Saat pertumbuhan generatif padi salibu (kiri) dan tanaman saat akan panen (kanan)

2.1.3 KAJIAN PENGELOLAAN HARA SPESIFIK LOKASI (PHSL) PADI SAWAH ORGANIK MELALUI PENGGUNAAN MIKRO ORGANISME LOKAL (MOL) DAN PUPUK ORGANIK

Saat ini, di Sumatera Barat sudah dikembangkan beberapa kawasan pertanian padi organik, salah satunya berlokasi di Nagari Simarasok Kecamatan Baso Kabupaten Agam. Petani padi organik disini sudah menggunakan sumberdaya lokal dalam pertanian mereka, yaitu memanfaatkan Mikro Organisme Lokal (MOL) sebagai dekomposer dalam pembuatan kompos jerami atau pun kompos pupuk kandang. Dan mereka juga sudah menggunakan Nutrisi dari sumberdaya lokal sebagai pupuk pada pertanian organik mereka. Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah belum didapatnya dosis dan waktu pemberian MOL serta takaran pupuk organik yang sesuai pada tanaman. Berkaitan dengan hal itu, maka dilakukan pengkajian pengelolaan hara spesifik lokasi melalui penggunaan MOL dan pupuk organik yang bertujuan untuk mengetahui status teknologi padi sawah organik yang menggunakan MOL dan pupuk organik di tingkat petani. Kegiatan pengkajian status teknologi padi organik dilaksanakan di beberapa kawasan pertanian organik padi sawah di Sumatera Barat. Kajian lapang dilaksanakan pada Kelompok Tani Organik Lurah Sepakat Nagari Simarasok Kecamatan Baso Kabupaten Agam.

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 10

Berdasarkan hasil survey, terdapat lima jenis MOL yang dominan digunakan petani padi organik di Sumatera Barat, yakni MOL rumen sapi, buah-buahan, rebung, keong, dan mikroba II. Identifikasi terhadap MOL ini menunjukkan bahwa mikro organisme yang dominan ditemukan terdiri dari: jamur (Trichoderma, Fusarium, dan Sacharomyses) dan bakteri (Lactobacillus dan Streptococcus) (Tabel 3)

Tabel 3. Kandungan mikroba (jamur dan bakteri) pada beberapa MOL di Sumatera Barat, 2012. Jenis Mikroba yang terkandung No Jenis MOL Jamur Bakteri 1 Rumen sapi Trichoderma Lactobaccillus Fusarium 2 Buah-buahan Sacharomyses Lactobaccillus 3 Rebung Fusarium Lactobaccillus Trichoderma Streptococcus 4 Keong Fusarium Lactobaccillus Trichoderma 5 Mikroba II Trichoderma Lactobaccillus Fusarium

Analisis terhadap hara pupuk kandang yang digunakan petani padi organik menunjukkan bahwa kandungan hara makronya relatif rendah (Tabel 4).

Tabel 4. Hasil analisis kandungan hara pupuk kandang pada beberapa lokasi padi sawah organik di Sumatera Barat. 2012. Kandungan unsur hara makro (%) No. Kelompok Tani N P K C C/N 1 Lurah Sepakat (Baso - Agam) 1,90 0,80 3,62 10,04 5,28 Serumpun (Lintau – 2 1,46 0,31 2,28 11,53 7,89 Tanahdatar) Banga Tanjung (Kayu Tanam - 3 0,84 0,16 0,26 4,64 5,52 Padang Pariaman Salodara (Kayu Tanam - 4 1,01 0,28 2,40 39,47 39,07 Padang Pariaman Budi Saiyo (Kayu Tanam - 5 1,40 0,65 1,48 10,64 7,60 Padang Pariaman)

Berdasarkan hasil analisis terhadap pupuk cair yang digunakan petani padi organik ternyata pupuk cair yang digunakan tersebut juga memiliki kandungan hara makro yang rendah (Tabel 5)

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 11

Tabel 5. Hasil analisis kandungan hara pupuk cair organik pada beberapa lokasi padi sawah organik di Sumatera Barat. 2012. Kandungan unsur hara (%) No. Kelompok Tani N P K 1 Lurah Sepakat Baso Agam 0,08 0,01 0,42 2 Serumpun Lintau Tanahdatar 0,51 0,02 0,50 Banga Tanjung Kayu Tanam Padang 3 0,05 0,02 0,32 Pariaman 4 Salodara Kayu Tanam Padang Pariaman 0,02 0,02 0,41

Uji lapang penggunaan pupuk organik yang digunakan petani menunjukkan tidak terdapat pengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi padi (tabel 6). Hal ini disebabkan rendahnya kandungan hara pupuk organik tersebut sesuai dengan hasil analisis kandungan haranya. Karena itu, diperlukan penelitian untuk mendapatkan formulasi dan dosis penggunaan pupuk organik yang tepat untuk mendapatkan hasil padi organik yang optimal. Tabel 6. Pengaruh pupuk kandang dan pupuk cair terhadap komponen hasil gabah kering panen (GKP t/ha) pada padi sawah. Kabupaten Agam, 2012. Perlakuan Perlakuan Faktor B Rata- Faktor A B1 B2 B3 B4 B5 rata A1 4,37 a 5,08 a 4,56 a 5,33 a 4,88 a 4,84 A A2 5,24 a 5,16 a 4,70 a 5,21 a 4,63 a 4,99 A A3 4,99 a 4,97 a 5,01 a 4,90 a 5,39 a 5,05 A A4 4,90 a 5,50 a 5,18 a 4,74 a 5,23 a 5,11 A Rata-rata 4,88 A 5,18 A 4,86 A 5,04 A 5,03 A KK (%) 11,98 Angka-angka pengamatan pada setiap baris dan kolom diikuti huruf kecil yang sama atau disetiap baris/kolom diikuti huruf besar yang sama, berbeda tidak nyata pada taraf 5% UBD.

Keterangan: A1 = 2 t pukan/ha A2 = 4 t pukan/ha A3 = 6 t pukan/ha A4 = 8 t pukan/ha B1 = Nutrisi Keong (N) 1 sdm + Nutrisi Tulang (P) 1 sdm + Nutrisi Serbuk Kelapa (K) 1 sdm + 1 l air B2 = Nutrisi Keong (N) 2 sdm + Nutrisi Tulang (P) 2 sdm + Nutrisi Serbuk Kelapa (K) 2 sdm + 1 l air B3 = Nutrisi Keong (N) 3 sdm + Nutrisi Tulang (P) 3 sdm + Nutrisi Serbuk Kelapa (K) 3 sdm + 1 l air B4 = Nutrisi Keong (N) 4 sdm + Nutrisi Tulang (P) 4 sdm + Nutrisi Serbuk Kelapa (K) 4 sdm + 1 l air

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 12

Gambar 4. Pertumbuhan vegetatif (kiri) dan generatif (kanan) padi sawah organik di Baso, Kabupaten Agam

2.1.4. OPTIMALISASI PRODUKTIVITAS SAPI POTONG MELALUI INTEGRASI TANAMAN - TERNAK MENUNJANG PRODUKSI DAGING NASIONAL

Secara umum, masalah utama pengembangan peternakan adalah kurangnya ketersediaan hijauan pakan ternak. Karena itu, perlu dicari alternatif sumber pakan utama lain disamping hijauan. Pada T.A. 2012 telah dilakukan pengkajian pemanfaatan limbah perkebunan kelapa sawit (daun dan pelepah) dan hasil sampingan pengolahan minyak sawit (bungkil dan solid) sebagai sumber pakan dasar dan suplemen untuk ternak sapi. Hasil pengkajian pada sapi simental berumur 1,5 – 2 tahun menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata pertumbuhan ternak yang diberi hijauan sawit yang disilase dengan pertumbuhan ternak yang diberi hijauan rumput atau jerami padi sebagai pakan dasar (tabel 7). Dengan demikian, haijauan sawit yang disilase dapat digunakan sebagai substitusi (pengganti) hijauan (rumput) atau jerami. Implementasi system integrasi sapi – sawit berupa pemanfaatan kotoran ternak sapi yang diberi hijauan sawit sebagai pupuk tanaman sawit juga menunjukkan hasil baik. Tambahan pupuk organik kotoran sapi yang dibenamkan di sekeliling pohon sawit (tajuk) memberi hasil sawit lebih tinggi dibanding penggunaan pupuk kimia saja.

Gambar 5. Ternak sapi yang digunakan dan penimbangan ternak

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 13

Tabel 7 Hasil penimbangan ternak (kg/ekor) selama bulan April sampai Agustus 2012. Perlakuan No. April Mei Juni Juli Agustus Ternak I. Pakan Jerami 1 346 354 378 393 410 Fermentasi, 2 345 357 366 386 414 BIS, Dedak 3 296 298 322 327 350 4 262 275 296 317 348 5 240 236 263 268 301 6 343 328 365 372 412

II. Pakan Silase 7 358 367 393 412 435 Pelepah daun 8 268 270 299 311 347 sawit, BIS, 9 260 265 275 285 303 Dedak 10 277 306 299 309 345 11 293 329 352 384 417 12 326 332 350 360 387

2.1.5. IDENTIFIKASI VARIETAS LOKAL DAN UJI UJI ADAPTASI GALUR HARAPAN PADI SAWAH PREFERENSI KONSUMEN SUMATERA BARAT

Keterbatasan keragaman varietas unggul yang sesuai dengan preferensi konsumen di Sumatera Barat menyebabkan penggunaan varietas lokal masih merupakan pilihan terutama pada agroekistem dataran tinggi. Sempitnya keragaman varietas yang sesuai dengan preferensi konsumen Sumatera Barat menyebabkan penerapan pengelolaan tanaman terpadu belum optimal, sehingga sering ditemui serangan organisme pengganggu tanaman. Pada tahun 2012 telah dilakukan dua kegiatan untuk meningkatkan keragaman varietas padi yang sesuai untuk agroekosistem dan preferensi konsumen Smatera Barat, yakni (1) Eksplorasi, koleksi dan karakterisasi varietasl lokal dari empat kabupaten (Solok, Agam, Tanah Datar, dan 50 Kota) dan (2) Uji adaptasi galur harapan padi sawah dataran rendah. Eksplorasi dan koleksi varietas lokal didapatkan 52 varietas dari berbagai ketinggian tempat, mayoritasnya didapat dari sawah dataran tinggi (>700 m dpl). Evaluasi agronomis dengan metode observasi tanpa ulangan menunjukkan hampir semua varietas yang dikoleksi tergolong varietas lokal dengan keragaman yang tinggi pada karakter hasil dan sifat agronomis lainnya. Daya hasil bervariasi dari 3,87 - 8,87 t/ha, umur tanaman 119 – 186 Hari Setelah Semai (HSS), tinggi tanaman 123 – 227 cm, anakan produktif 10,3 – 27,7 batang/rumpun, jumlah gabah total per malai 92,4 – 280,2, persentase gabah bernas 42,0 – 85,0%, dan berat 1000 butir 22, 4 – 29,9 g. Analisis kekerabatan dengan metode hirarki dan rataan jarak antar

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 14 kelompok menunjukkan bahwa dengan ketidak miripan 10% ditemukan 7 kelompok varietas dengan jumlah dan anggota dalam kelompok yang berbeda. Pada pengujian adaptasi galur harapan padi sawah dataran rendah didapatkan lima galur harapan dengan daya hasil dan penampilan lebih baik dari vareitas Batang Piaman, yaitu BP 10620F-BB4-12-BB4 (6,98 t/ha), BP 10620F-BB4-17-BB8 (6,69 t/ha), BP 10620F-BB4-19-BB8 (6,65 t/ha), BP 10620F-BB4-2-BB8 (6,80), dan BP 10620F-BB4-20-BB8 (6,87), umur berbunga lebih genjah 5,11 – 14,22 hari, bentuk tanaman termasuk kelompok ideal dan lebih pendek dibandingkan varietas Batang Piaman. Galur BP 10620F-BB4-12-BB4 tahan terhadap Ras 033, agak tahan Ras 133 dan 073 serta rentan Ras 173 dan tujuh galur lainnya agak tahan Ras 033 serta rentan terhadap Ras lainnya.

Gambar 6. Keragaan gabah dan beras dua galur harapan padi sawah preferensi konsumen Sumatera Barat.

2.1.6. IDENTIFIKASI SISTEM PANEN DALAM USAHA MENEKAN KEHILANGAN HASIL PADI

Salah satu upaya untuk mempertahankan produksi padi adalah penanganan pascapanen. Dalam menangani pascapanen, kendala umum yang dihadapi petani adalah ketidak mampuan petani menerapkan inovasi teknologi baru dan mengubah kebiasaan yang sudah berkembang di masyarakat. Hasil observasi menunjukkan bahwa petani mengalami kesulitan dalam penanganan pascapanen padi, terutama pada saat pemanenan dan perontokan. Keterlambatan dan ketidak tepatan dalam perontokkan padi dapat menurunkan mutu dan meningkatkan kehilangan hasil panen (Tabel 8).

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 15

Tabel 8. Kehilangan Gabah pada Waktu Panen

Umur Panen Kehilangan Hasil (%) 1 minggu sebelum masak 0,77 % pada saat masak tepat 3,35 % 1 minggu setelah masak 5,36% 2 minggu sesudah masak 8,65% 3 minggu sesudah masak 40,70% 4 minggu sesudah masak 60,45% Sumber : Hadiutomo (2006)

Hasil kajian identifikasi sistem panen untuk menekan kehilangan hasil menunjukkan bahwa: Susut hasil saat panen padi dengan mempergunakan sabit di Kabupaten Solok berkisar 1,18 % - 1,22 % dan 1,54 % - 1,62 % di Kabupaten Agam. Dan susut saat panen dengan menggunakan padi mower di Kabupaten Solok 0,66 % - 0,71 % serta Kabupaten Agam berkisar antara 0,76 % - 0,78 %. Sedangkan kapasitas pemanenan dengan mempergunakan sabit adalah sebesar 0,0130 ha/jam – 0,0160 ha/jam untuk Kabupaten Solok dan Kabupaten Agam sebesar 0,0132 ha/jam – 0,0137 ha/jam. Sedangkan kapasitas pemanenan dengan padi mower di Kabupaten Solok 0, 0349 ha/jam – 0,0367 ha/jam dan di Kabupaten Agam 0,0351 ha/jam – 0,0367 ha/jam. Susut perontokan gebot/banting berkisar antara 2,00 % - 2,62 % di Kabupaten Solok dan 2,76 % - 2,86 % di KabupatenAgam. Susut perontokan di Kabupaten Agam lebih besar dibandingkan dengan Kabupaten Solok. Kapasitas perontokan gabah dengan Gebot/banting adalah 86,12 kg/jam - 92,46 kg/jam di Kabupaten Solok dan 77,60 kg/jam – 95,36 kg/jam untuk Kabupaten Agam. Dan kapasitas perontokan dengan thresher lipat berkisar antara 202,55 kg/jam - 204,54 kg/jam di Kabupaten Solok dan 184,80 kg/jam - 199,40 kg/jam di Kabupaten Agam (Tabel 9).

Gambar 7. Panen dgn Padi Mower (kiri) dan Perontokan dengan Threser Lipat

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 16

Tabel 9. Persentase Susut Hasil, Kapasitas Pemanenan dan cara perontokan padi Kabupaten Solok dan Agam, 2012

Panen dan Pasca Kabupaten Solok Kabupaten Agam Panen Kapasitas (ha/org/jam) 0,0130 – 0,0160 0,0132 – 0,0137 Panen dengan sabit Susut Hasil (%) 1,18 – 1,22 1,54 1,62 Panen dengan Mower Kapasitas (ha/org/jam) 0,0349 – 0,0367 0,0351 – 0,0367 Susut Hasil (%) 0,66 - 0,71 0,76 - 0,78 Perontokan Banting Kapasitas (ha/org/jam) 86,12 - 92,46 77,60 – 95,36 Susut Hasil (%) 2,00 - 2,62 2,76 % - 2,86 Kapasitas (ha/org/jam) Perontokan Threser 202,55 - 204,54 184,80 - 199,40 Lipat Susut Hasil (%) 0,41 - 0,46 0,36 - 0,42

2.1.7. UJI ADAPTASI BEBERAPA GALUR/VARIETAS BAWANG MERAH DI DATARAN RENDAH DAN DATARAN TINGGI

Di Sumatera Barat sebagian besar bawang merah di tanam pada dataran tinggi Kabupaten Solok. Untuk meningktakan produksi bawang merah di Sumatera Barat, Dinas Pertanian melakukan program pengembangan daerah produksi ke dataran rendah yakni di Kabupaten Padang Pariaman dan Pesisir Selatan. Varietas unggul dan paket teknologi budidya adalah faktor utama untuk keberhasilan usahatani bawang merah. Pada tahun 2012 BPTP Sumatera Barat melakukan pengkajian berupa uji 6 varietas dan 3 paket pemupukan pada dua lokasi yakni Alahan Panjang (dataran tinggi) dan Gadua – Pd Pariaman (dataran rendah).

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 17

Tabel 10. Kombinasi Paket pemupukan dan enam varietas bawang merah terhadap tinggi tanaman, tingkat Serangan Alternaria porii, Serangan Spidoptera sp., dan Berat Umbi Kering Bersih pada pengamatan ke IV di lahan petani di Alahan Panjang Kabupaten Solok dan di Nagari Gadua Kabupaten Padang Pariaman, 2012

Kombinasi Tinggi Tanaman Serangan Serangan Berat Umbi Paket (cm) Alternaria porii Spidoptera Kering Bersih Pemupukan (%) sp. (%) (kg/ha) Dengan Varietas Alahan Gadua Alahan Gadua Alahan Alahan Gadua Panjang Panjang Panjang Panjang P1V1 19,2 29,41 42,22 21,48 93,33 3667 e 10340 P2V1 20,4 37,11 34,81 12,59 93,33 2583 f 17670 P3V1 18,87 39,33 39,26 12,59 73,33 3133 ef 17030 P1V2 23,66 35,11 39,26 18,52 80 5542 c 12770 P2V2 30,89 38,91 25.93 14,07 86,67 5683 c 13120 P3V2 23,44 37,21 37,78 14,08 80 4333 cd 16070 P1V3 19,83 34,44 39,26 14,07 60 908 g 11710 P2V3 20,55 37,2 39,26 12,59 73,33 892 g 9000 P3V3 22,19 37,43 24,81 14,08 66,67 1417 f 11340 P1V4 29,98 44,03 43,7 21,48 80 10167 13740 b P2V4 28,93 41,76 28,89 22,96 53,33 10708 12000 a P3V4 32,16 45,81 40,74 17,78 66,67 9083 b 14660 P1V5 22,53 37,08 40,74 14,08 73,33 230 h 11770 P2V5 22,73 37,52 34,82 17,04 66,67 50 h 13920 P3V5 22,87 39,68 37,78 18,52 86,67 95 h 14050 P1V6 21,38 34,61 30,37 17,04 46,67 1792 f 11570 P2V6 23,15 34,17 22,96 12,59 66,67 3058 ef 8800 P3V6 24,43 36,58 18,52 12,59 53,33 4600 cd 10760

Keterangan: Varietas: V1 = Varietas Katumi V2 = Varietas Maja V3 = Varietas Bima Brebes V4 = Varietas Sembrani V5 = Varietas Kuning V6 = Lokal A. Panjang

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 18

Pemupukan: P1 = Paket pemupukan 600 kg/ha Phonska 16-16-16 + 500 kg/ha ZA + 5 ton/ha kotoran ayam P2 = Paket pemupukan 400 kg/ha Phonska 16-16-16 + 500 kg/ha ZA + 10 ton/ha kotoran ayam P3 = Paket pemupukan 200 kg/ha Phonska 16-16-16 + 500 kg/ha ZA + 15 ton/ha kotoran ayam

Gambar 8. Penampilan tanaman bawang merah di Alahan Panjang Kabupaten Solok

Gambar 9 : Penampilan tanaman bawang merah di lapangan Nagari Gadua Kabupaten Padang Pariaman

2.2. RISET KOMPETITIF

2.2.1. PENENTUAN DOSIS OPTIMUM PEMUPUKAN PADI SAWAH PADA BERBAGAI STATUS PHOSPOR (P) TANAH SAWAH DI SUMATERA BARAT

Luas lahan sawah di Sumatera Barat mencapai 225.165 ha, dengan kandungan kandungan P-tanah yang beragam, yaitu: rendah 37.389 ha (16,6%), sedang 95.983 ha (42,6%), dan tinggi seluas 91.793 ha (40.8 %). Luasan ini dihitung berdasakan peta status P-tanah skala 1:250.000. Sesuai dengan rekomendasi Balittanah (2005), anjuran pemupukan P pada ketiga tingkat status hara P (rendah, sedang, dan tinggi) tersebut berturut-turut 100, 75, dan 50 kg TSP/ha. Namun demikian untuk meningkatkan efisiensi pemupukan diperlukan adanya uji kalibrasi pupuk P di lapangan dengan perhitungan yang lebih akurat sesuai dengan ketersediaan hara dan kebutuhan tanaman dengan Fungsi Mitcherlich-Bray. Berdasarkan hal diatas Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 19 dilakukan penelitian dengan tujuan menentukan dosis optimum pemupukan P dan efisiensi pemupukan padi sawah pada berbagai status P-tanah sawah serta menyusun rekomendasi pemupukan P yang lebih efisien sesuai dengan daya dukung tanah.

Tabel 11. Rata-rata tinggi tanaman dan jumlah anakan umur 30 HST padaberbagai status P-tanah.

Jumlah anakan 30 HST Tinggi tanaman 30 HST (cm) Takaran P (bt/rumpun) (kg Status hara P-tanah Status hara P-tanah P2O5/ha) (ekstrak HCl 25 %) (ekstrak HCl 25 %) Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi 0 41.55 c 55.03 c 61.98 a 8.25 c 12.95 a 12.50 a 18 44.25 bc 56.65 b 61.80 a 11.55 b 12.58 a 11.85 a 36 46.20 b 58.90 ab 62.85 a 12.70 ab 13.70 a 12.30 a 72 47.50 ab 60.55 a 61.30 a 14.10 ab 12.80 a 12.30 a 144 49.60 a 60.95 a 61.65 a 14.95 a 13.15 a 11.05 a CV (%) 16.04 18.07 15.63 12.10 20.5 16.78 Angka pada kolom yang sama diikuti oleh huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% DMRT

Hasil kajian menunjukan, pada tanah sawah dengan status P-rendah, semakin tinggi takaran pupuk P, maka tanaman tumbuh semakin tinggi dengan laju pertumbuhan 0,05 cm/18 kg P2O5 pada umur 30 HST dan semakin meningkat pada umur 45 HST dengan laju pertumbuhan sebesar 0.08 cm/ 18 kg P2O5. Pada status P-sedang dan P-tinggi tidak terlihat korelasi yang nyata antara takaran pupuk P dengan tinggi tanaman. Pada status P-tinggi tanpa dipupuk dengan pupuk P pertumbuhan tanaman terlihat normal, bahkan bobot kering tanaman lebih tinggi dibanding bobot tanaman dengan perlakuan pemberian pupuk P yang tinggi pada status P- rendah dan P-sedang. Pada status P sedang dan P tinggi kadar hara P dalam jaringan tanaman tergolong cukup meskipun tanpa pemberian pupuk P dan peningkatan takaran pupuk P meningkatkan serapan hara P. Sedangkan pada status P-redah pemberian 18 kg P2O5/ha tanaman masih menunjukkan defisiensi hara P dan peningkatan takaran meningkatkan serapan P. Kadar P dalam jaringan tanaman yang lebih tinggi didapat pada status P-tingg (Tabel 11). Dari segi kecukupan hara pada Musim tanam pertama (MT1), takaran optimum pupuk P untuk tanah sawah dengan status P-rendah diperoleh pada takaran 93,33 kg P2O5/ha, untuk P-sedang 72,14 kg P2O5/ha, dan P- tinggi 0 kg P2O5/ha. Dari segi usahatani MT1, ratio R/C tertinggi untuk lahan sawah P-rendah dengan takaran 36 kg P2O5/ha, P-sedang dengan takaran 18 kg P2O5/ha, P-tinggi dengan takaran 0 kg P2O5/ha. Untuk memanfaatkan residu pupuk P pada musim tanam ke dua (MT2), lahan sawah dengan status P-tinggi, maksimal takaran pupuk P pada MT1

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 20 sebanyak 73,13 kg P2O5/ha. Ditinjau dari segi cadangan hara, agar tidak terjadi pengurasan hara P dalam tanah setelah panen, maka takaran minimal pupuk P yang harus diberikan sbb: P-rendah 22 kg P2O5/ha, P- sedang 102 kg P2O5/ha, dan P-tinggi, minimal 129 kg P2O5/ha.Pengurangan penggunaan pupuk P dapat merubah status P tanah dari tinggi menjadi sedang, atau dari sedang menjadi rendah.

Gambar 10. Keragaan tanaman pada status P-rendah dengan lima tingkat pemberian pupuk P.

2.2.2. PENGKAJIAN TEKNOLOGI SURGE FEEDING PADA INDUK SAPI POTONG BERBASIS PAKAN LOKAL MENDUKUNG PROGRAM KREDIT USAHA PEMBIBITAN SAPI (KUPS) DI SUMATERA BARAT

Salah satu komoditas ternak yang mendapat perhatian dan prioritas pengembangan yang serius dari pemerintah adalah sapi potong, merupakan salah satu program strategis Kementerian Pertanian untuk pengembangan sapi potong semuanya bemuara pada kebijakan untuk mendukung Program Swasembada Daging Sapi/Kerbau 2014 (PSDS/K 2014) yang di implementasikan melalui peluncuran beberapa program bantuan/kredit bagi praktisi usaha peternakan. Pemerintah Provinsi Sumatera Barat mensukseskan program ini dengan melaksanakan beberapa program, diantarannya adalah program bantuan KUPS, yang mengupayakan perluasan kepemilikan induk sapi kepada para peternak.

Kegiatan pengkajian ini bertujuan untuk memanfaatkan bahan- bahan lokal berupa limbah jerami padi untuk pakan basal alternatif, by-product kelapa sawit, dan limbah kulit kakao untuk pakan suplemen ternak alternatif mencukupi kebutuhan sapi sapi betina yang belum pernah melahirkan tidak birahi dan belum bunting. Keluaran yang diharapkan adalah satu paket teknologi pakan ternak sapi potong dengan pakan supplemen berbahan lokal by-product kelapa sawit atau limbah kulit kakao. Pengkajian dilaksanakan dalam bentuk peragaan teknologi memperkenalkan teknologi pakan yang mudah dan praktis dalam hal pemanfaatan jerami padi fermentasi (JPF) dan bungkil inti sawit (BIS) dan suplementasi kulit kakao fermentasi (KKF) untuk pakan induk sapi.

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 21

Kajian dilaksanakan pada ternak milik kelompok Fadhilla, Nagari Taram, Kecamatan Harau Kabupaten Lima Puluh Kota. Materi dari kegiatan ini terdiri dari 17 ekor sapi betina yang belum pernah melahirkan tidak birahi dan belum bunting yang dibagi dalam tiga kelompok perlakuan. Perlakuan A, Pemberian pakan terhadap 5 ekor induk sapi yang biasa dilakukan petani (10 Kg jerami padi fermentasi (JPF) + 1 kg dedak padi dan 0.5 kg bungkil inti sawit (BIS) + 0,01 kg mineral ; Perlakuan B, Pemberian pakan untuk 6 ekor induk menggunakan 10 kg JPF + 2 kg bungkil inti sawit (BIS) + 0,01 kg mineral; sedangkan perlakuan C: adalah untuk 6 ekor induk yang mendapat pakan 10 kg JPF dan 4 kg kulit kakao fermentasi (KKF) + mineral. Hasil kajian menunjukkan bahwa kedua perlakuan B dan C yaitu, pemberian 10 kg JPF + 2 kg BIS dan pemberian 10 kg JPF + 4kg KKF memberikan respons positif dalam mempercepat terjadinya berahi dan dapat dikawinkan lebih awal, hal ini akibat perbaikan kondisi induk dalam mempersiapkan aktivitas reproduksi.

Gambar 11. Materi ternak, induk sapi Simmental umur 3- 4 tahun

2.2.3. KAJIAN KEKUATAN DAYA SAING PADI VARITAS LOKAL TERHADAP PADI VARITAS UNGGUL NASIONAL DARI ASPEK SOSIAL DAN EKONOMI DI SUMATERA BARAT

Kajian kekuatan daya saing varietas lokal terhadap varietas unggul nasional dalam upaya memacu penyebaran varietas unggul nasional, merupakan salah satu cara untuk melihat seberapa besar faktor-faktor sosial ekonomi mempengaruhi bertahannya pertanaman varietas lokal dalam masyarakat tani Sumatera Barat. Tujuan dari pengkajian adalah untuk mengkaji aspek sosial dan ekonomi kemampuan atau kekuatan daya saing varietas lokal dibanding varietas unggul nasional, serta mengidentifikasi kendala serta strategi pengembangan varietas unggul nasional di Sumatera Barat. Metode menghimpun informasi menggunakan survai terstruktur dan Focus Group Discussion (FGD). Disamping itu juga pengambilan data sekunder dari instansi terkait. Informasi yang diperoleh dianalisis dengan statistik deskriptif. Hasil pengkajian menyatakan bahwa: 1. Pertanaman padi varitas lokal masih dominan di Sumatera Barat, baik dari hasil pengkajian maupun dari data Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) masih banyak ditemukan pertanaman padi lokal Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 22

di lapangan, walaupun sudah banyak dikenalkan varitas-varitas baru, terutama sekali melalui pelaksanaan program SL-PTT di beberapa Kabupaten dan Kota di Sumatera Barat; 2. Daerah yang paling banyak mempunyai varitas lokal dan paling luas sebarannya adalah Kabupaten Aga, yang merupakann daerah sentra produksi padi di Sumatera Barat; 3. Karakteristik petani memperlihatkan bahwa petani mempunyai pendidikan dan pengalaman yang cukup, juga dari asset merupakan petani golongan menengah, tetapi belum sepenuhnya terbuka dalam menerima inovasi varitas unggul baru nasional karena masih cenderung menggunakan varitas lokal; 4. Pergiliran varitas sudah memakai pola Varitas Lokal-Unggul, tetapi kenyataan lapang menyatakan bahwa varitas unggul yang dipakai umumnya pembagian dari Dinas Pertanian, atau dari hasil panen sendiri atau tetangga yang bagus pertumbuhan dan hasilnya. Untuk keperluan konsumsi petani tetap memakai varitas lokal; 5. Petani sudah banyak mengenal inovasi teknologi padi sawah, terutama sekali melalui program SL-PTT, tetapi tidak semua teknologi yang dikuasai petani dilaksanakan pada usahatani mereka, alasannya antara lain ketersediaan air tidak mencukupi, banyak hama keong mas, dan kurang tenaga kerja; 6. Alasan petani masih bertahan menggunakan varitas lokal terutama sekali karena ‘selera/rasa’, disamping alasan pasar, ketahanan terhadap hama penyakit, dan kemudahan dalam mendapatkan benih. Sementara itu keluarga dan pemilik sawah tidak mempunyai keputusan dalam menentukan varitas yang akan ditanam; 7. Kecenderungan petani mempertahankan menanam varitas dengan selera atau rasa enak ini juga ditunjang oleh adanya nilai plus pada masyarakat yang mengkonsumsi beras dengan rasa paling enak, dimana ini mencirikan status sosial orang tersebut. Demikian juga, rumah makan atau perhelatan-perhelatan yang menjadi buah bibir masyarakat juga adalah yang menggunakan beras dari padi lokal nomor satu (paling enak) di Sumatera barat, disamping masakan lauk pauknya yang khas; 8. Pengadaan benih oleh PT Sang Hyang Sri, PT Pertani dan penangkar benih selama lima tahun terakhir memperlihatkan bahwa makin lama makin banyak jenis penyediaan varitas unggul baru, sejalan dengan makin banyaknya dikenalkan varitas baru pada program SLPTT di semua Kabupaten/Kota Sumatera Barat; 9. Permintaan benih yang paling banyak kepada PT Sang Hyang Sri dan PT Pertani selama 5 tahun terakhir adalah varitas IR 42, sedangkan pada penangkar benih lainnya adalah varitas Batang Piaman; 10. Penangkar benih cukup banyak di Sumatera Barat, ada yang dikelola oleh swasta, pemerintah, kelompok tani, koperasi maupun petani perorangan.

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 23

Gambar 12. Survai lapangan di Kecamatan V Koto Kampung Dalam, Kabupaten Padang Pariaman

Tabel 12. Nama-nama varietas padi sawah yang ditemukan di lokasi kajian.

Nama varietas dan lokasi No Jenis Pessel Pd. Pariaman Agam Sutera Bayang V Koto VII Koto Tanjung Raya Kamang 1 Lokal Mundam Mundam Banang Kusuik Randah Putiah Padi Putiah 2 Banang Pulau Bakwan Pilihan Mundam Randah Kuniang Putiah Capek 3 Cintaku Sokan Kuniang Pandan Wangi Baroto Talua lauak 100 hari 4 Puluik Emas 42 C Sokan Kuriak Sokan Merah Bdg. Sarumpun 1000 gantang 5 Kapunduang PW Sokan Putiah Bdg.Kuniang Saribu Gantang Padi Randah 6 Pelatiyam BPK Ulan Saratuih Hari Randah Solok Kuriak Kusuik 7 Bernas Super Silih Baganti Sibiru Sokan Kuriak GH 8 Anak Daro Rahmat Banang Pulau Mundam Pulau Cisokan Ameh 9 Kapunduang Baroto Sokan Putiah Arai Pinang 10 Anak Daro Sianda Gadang Suliak Aia 42 C 11 Saribu Gantang Sari Manih Mundam 12 Bdg. Kuniang Kuriak Kusuik Batang Anai 13 Banang Taratai Anak Daro Batang Sumaniak 14 Banang Siniru Banang Pulau 15 Anak Daro Minang Sarumpun 16 Kuriak Kusuik Suntiang Ameh 17 Ceredek Anak Daro 18 Junjuang 19 Cianjur 1 VUB IR-42 IR-66 Batang Piaman IR-66 Batang Piaman Cisokan 2 IR-66 Cisokan Cisokan Cisokan Logawa Adil 3 Cisokan Inpari-12 Semeru IR-42 Cisokan 4 Batang Piaman Batang Piaman IR-42 Batang Piaman IR-42 5 Situ Bagendit Batang Lembang Tukad Unda Caredek Semeru 6 PB-5 IR-42 Inpari-12 Semeru Batang Sumani 7 PB-8 Digul Logawa PB-5 Tukad Unda 8 Batang Lembang Silugonggo 9 Silugonggo 10 Inpari 12 11 Tukad Unda

2.2.4. KAJIAN KOMPREHENSIF PENGEMBANGAN DAN ADOPSI METODE “PADI TANAM SABATANG (PTS)” DALAM RANGKA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS PADI SAWAH DI PROVINSI SUMATERA BARAT

Pengenalan dan pengembangan metode Padi Tanam Sabatang (PTS) untuk meningkatkan produktivitas padi sawah di Provinsi Sumatera Barat telah dimulai sejak tahun 2006. Setelah berjalan selama lebih kurang 6 (enam) tahun, data yang lengkap mengenai kemajuan pengembangan dan adopsi metode tersebut oleh petani belum banyak terungkap. Melalui penelitian ini diharapkan diperoleh data dan informasi yang jelas dan aktual mengenai

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 24 berbagai hal yang terkait dengan upaya pengembangan dan permasalahan serta adopsi dan persepsi petani mengenai kinerja dan prospek ke depan pengembangan metode PTS, khususnya di daerah-daerah sentra produksi padi sawah di Sumatera Barat. Secara terperinci, tujuan dari pelaksanaan pengkajian ini antara lain untuk: (a) Mengumpulkan informasi mengenai program pengembangan metode PTS yang diterapkan di Provinsi Sumatera Barat; (b) Mengetahui persamaan dan perbedaan antara metode dan program PTS dengan Pengelolaan tanaman Terpadu (PTT) dan SRI padi sawah; (c) Mengumpulkan data dan informasi mengenai perkembangan dan adopsi metode PTS pada berbagai kabupaten dan kota di Provinsi Sumatera Barat; (d) Mengungkap pengalaman penyuluh pertanian dalam pengembangan metode PTS di wilayah kerjanya; dan (e) Mengetahui persepsi penyuluh pertanian dan petani mengenai metode PTS padi sawah di Sumatera Barat. Dari hasil kajian dapat disimpulkan bahwa : (1) Pemerintah Provinsi Sumatera Barat melalui Dinas Pertanian Tanaman Pangan bersama dengan pemerintah kabupaten dan kota telah berupaya keras mengembangkan metode PTS dalam rangka meningkatkan produktivitas padi sawah di daerah ini sejak tahun 2006, tetapi keberhasilan masih jauh dibanding capaian yang diharapkan; (2) Metode PTS yang dikembangkan di Provinsi Sumatera Barat komponen-komponen teknologinya mirip dengan “The System of Rice Intensification (SRI)” dan metode PTS berbeda dengan pendekatan PTT yang menjadi program utama Kementerian Pertanian dalam upaya meningkatkan produksi beras nasional (tabel 12); (3) Tingkat pemahaman penyuluh pendamping SL-PTS tentang komponen-komponen teknologi dalam PTS sangat bervariasi; (4) Komponen-komponen teknologi dalam PTS yang dipahami oleh cukup banyak petani adalah: pembuatan kompos jerami, teknik seleksi benih, teknik persemaian, pemilihan varietas, teknik penyiapan lahan, penebaran kompos, dan teknik penanaman (kecuali posisi akar), tetapi hanya dua komponen teknologi saja yang menarik bagi petani untuk diterapkan pada lahan usahatani mereka, yaitu komponen teknologi pemilihan varietas berdasarkan kebiasaan dan kesukaan petani dan teknik penyiapan lahan dengan meratakan permukaan tanah dan membuat saluran keliling dan di tengah petakan sawah.

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 25

Tabel 13. Kesamaan dan ketidaksamaan antara PTS, SRI, dan PTT padi sawah, 2012

No. Perlakuan PTS SRI PTT

1. Varietas Varietas yang sesuai kebiasaan Varietas lokal atau unggul Varietas unggul baru, varietas petani baru unggul tipe baru, dan varietas hibrida 2. Seleksi benih Pemilahan benih bernas dengan Pemilahan benih bernas Pemilahan benih bernas dengan air telur dan air garam dengan telur dan air garam garam atau ZA 3% 3. Persemaian Persemaian memakai baki atau Persemaian kering atau Persemaian basah diaplikasi wadah memakai wadah kompos, sekam dan pupuk 4. Pemupukan Hanya memakai pupuk organik, Pupuk organik 10 t/ha, pupuk Sesuai Kepmen Pertanian No.1, terutama kompos jerami padi N anorganik berdasarkan 2006. Pupuk anorganik dan pupuk BWD organik, BWD dan PHSL 5. Penanaman :  Umur bibit 8 – 12 hari < 15 hari < 20 hari  Jumlah bibit 1 batang/rumpun 1-2 batang/rumpun 1 – 3 batang/rumpun  Jarak tanam 30 x 30 cm atau lebih lebar 25 x 25 cm atau lebih lebar VUB/VUTB: 20 x 20 cm VUH: 25 x 25 cm Legowo 2:1, tanam benih langsung sesuai lokasi 6. Pertumbuhan gulma Sangat cepat Cepat Biasa 7. Pengelolaan gulma Penyiangan umur 10 dan 20 hari Penyiangan mekanis/ landak Menggunakan landak dan bila perlu 4 kali menggunakan herbisida kimia dan penyiangan 8. Pengairan Sawah hanya diairi pada umur 9- Sawah macak-macak sampai Pengairan berselang (intermittent 10 hari, 19-20 hari, dan setelah umur 10 hari, diairi 2,5 cm irrigation), sesuai kondisi lokasi masa berbunga sampai inisiasi malai dan 5 cm lapang setelah inisiasi malai 9. Hama penyakit Prinsip PHT: tabung parasit Prinsip PHT Monitoring hama penya-kit, prinsip untuk penggerek batang, tabung Pestisida hayati dan nabati PHT. Bila perlu dapat digunakan bambu untuk tikus, dan perang- pestisida kimia, hayati dan nabati kap untuk walang sangit 10. Metode pendekatan Pemahaman Ekologi Tanah (PET) Pemahaman Ekologi Tanah PRA (Participatory Rural Appraisal) (PET) 11. Kelembagaan Pemberdayaan petani dan Pemberdayaan kelompok Sistem integrasi padi-ternak (SIPT), kelompok Kelompok Usaha Agribisnis Terpadu (KUAT), Kredit Usaha Mandiri (KUM) 12. Pendekatan Individu, kelompok, demplot Kelompok Studi Perta-nian Kelompok tani, hamparan, demfarm diseminasi (KSP), individu, demplot

2.2.5. KAJIAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI SAWAH MELALUI PENGELOLAAN HARA DAN PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT) PADA LAHAN BERPOTENSI HASIL RENDAH (<4,5 T/HA)

Peningkatan produktivitas padi dengan penerapan budi daya tanaman sesuai dengan konsep pengelolaan tanaman terpadu (PTT) padi sawah, antara lain penggunaan varietas unggul baru (VUB) bermutu, penggunaan bibit umur muda, pengaturan sistem tanam, pengelolaan lahan dan air yang tepat, pemupukan lengkap yang rasional, pengendalian organisme pengganggu tanamam (OPT) sesuai dengan konsep pengendalian hama/penyakit terpadu (PHT). Hasil kajian menunjukanrata-rata tingkat produktivitas padi sawah untuk masing-masing kabupaten/kota di Sumatera Barat sangat beragam antar kecamatan. Keragaman rata-rata tingkat produktivitas padi sawah per kecamatan tersebut dipetakan dalam bentuk warna sebagai berikut; sangat rendah (merah: < 4,5 t/ha); rendah (kuning: 4,5 – 5,0 t/ha); sedang (hijau: 5,0 – 5,5 t/ha) dan tinggi (biru: > 5,5 t/ha). Beberapa kecamatan masih memperlihatkan keragaan lahan dengan tingkat potensi hasil rendah, dan bahkan sangat rendah. Bila produksi padi sawah pada lokasi seperti itu dapat ditingkatkan melalui pengelolaan hara dan pengendalian OPT terpadu, maka tingkat produksi padi di Sumatera Barat dapat ditingkatkan lebih tinggi lagi.

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 26

Pengelolaan hara dan pengendalian OPT merupakan komponen teknologi dasar yang sangat dianjurkan untuk diterapkan dalam PTT padi sawah. Diharapkan melalui penerapan pengelolaan hara dan pengendalian OPT yang optimal pada lahan dengan potensi hasil rendah akan mampu meningkatkan produksi padi sawah. Pengelolaan hara dilaksanakan melalui kegiatan pengelolaan pemupukan, baik pemberian pupuk anorganik maupun pupuk organik yang diaplikasikan berdasarkan pada status hara tanah dan kebutuhan tanaman (Kebutuhan pupuk P dan K tanaman ditentukan dengan menggunakan PUTS (Perangkat Uji Tanah Sawah), sedangkan kebutuhan N tanaman ditetapkan dengan mengukur tingkat kehijauan daun padi dengan menggunakan BWD (Bagan Warna Daun), dan pemberian bahan organik dalam bentuk pupuk kandang atau kompos. Pengendalian OPT dilaksanakan dengan pendekatan “imunisasi” mengupayakan agar tanaman selalu dalam keadaan sehat, dengan perlakuan perlindungan tanaman sedini mungkin, memacu pertumbuhan akar agar lebih optimal, memperbanyak anakan, dan meningkatkan kekebalan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit. Berdasarkan hasil pengkajian tentang pengelolaan hara dan pengendalian OPT telah didapatkan teknologinya pada lahan berpotensi rendah di Kasang, Kecamatan Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman dan di Bungus, Kecamatan Bungus Teluk Kabung, Kota Padang. Pemberian bahan organik pupuk kandang sangat bermanfaat untuk peningkatan pertumbuhan dan hasil padi sawah. Aplikasi pupuk an organik dengan takaran tinggi, sebaiknya diikuti dengan aplikasi bahan/pupuk organik, baik dalam bentuk pupuk kandang, maupun kompos jerami. Pengendalian OPT pada lahan berpotensi hasil rendah, agar dilakukan pemantauan secara dini, dan antisipasi pengendalian agar dilakukan sejak awal.

2.3. PIPKPP RISTEK DAN SINAS

2.3.1. KAJIAN PERCEPATAN ADOPSI INOVASI TEKNOLOGI BUDIDAYA DAN PASCA PANEN KAKAO MELALUI DISEMINASI MULTI CHANNEL MENDUKUNG GERNAS KAKAO DI PROVINSI SUMATERA BARAT

Mendukung program Gerakan Nasional (Gernas) Kakao, Pemerintah Provinsi Sumatera Barat mengembangkan kakao secara besar besaran, sehingga pada akhir tahun 2010 luas areal tanaman kakao mencapai 108.098 ha. Namun peningkatan luas tanam belum diikuti dengan penerapan teknologi budidaya dan pasca panen yang tepat sehingga produktivitas dan mutu biji kakao yang dihasilkan masih rendah. Di lain pihak, sudah banyak inovasi teknologi budidaya dan pasca panen kakao yang telah dihasilkan akan tetapi masih sedikit yang diterapkan oleh petani (± 50 %). Untuk itu, perlu terobosan untuk mempercepat dan memperluas diseminasi inovasi teknologi budidaya dan pasca panen kakao melalui

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 27 berbagai media dan saluran komunikasi yang dikenal dengan Diseminasi Multi Channel (DMC). Tujuan pengkajian adalah: (1) Meningkatkan 25% adopsi inovasi teknologi budidaya dan pasca panen kakao di Sumatera Barat; (2) Meningkatkan produktivitas tanaman kakao di Sumatera Barat; (3) Meningkatkan mutu biji kakao yang dihasilkan petani sesuai dengan Standar Mutu Nasional (SNI). Kegiatan pengkajian dilaksanakan pada tanggal 16 Januari s/d 15 November tahun 2012, di dua kabupaten di Sumatera Barat yaitu Kabupaten Padang Pariaman, dan Limapuluh Kota. Kegiatan terdiri dari 3 kegiatan utama sebagai berikut: (1) Survai awal (base line survey) untuk mengetahui tingkat adopsi inovasi dan kebutuhan inovasi teknologi dengan jumlah sampel 30 orang untuk masing-masing lokasi. Survai dilakukan dengan metode Focus Group Discussion (FGD) dan wawancara terstruktur secara perorangan; (2) Diseminasi inovasi teknologi dengan model DMC. Kegiatan ini diawali dengan sosialisasi dan advokasi kepada para pemangku kepentingan sehingga mereka dapat menjadi penyalur inovasi teknologi kepada petani. Pelaksanaan peragaan (demplot) teknologi budidaya dan pasca panen kakao yang dilaksanakan pada lahan seluas 1 ha dengan satu orang petani kooperator untuk masing-masing lokasi. Setelah dan sebelum pelaksanaan demplot dilakukan uji mutu kakao yang dihasilkan petani. (3) Survei akhir untuk mengetahui percepatan adopsi inovasi teknologi dengan jumlah sampel 30 orang petani per masing-masing lokasi. Data yang dikumpulkan antara lain: (1) Persentase petani yang mengadopsi inovasi teknologi budidaya dan pasca panen kakao pada awal dan akhir pengkajian; (2) Inovasi teknologi budidaya dan pasca panen kakao yang dibutuhkan petani; (3) Pertumbuhan tanaman dan serangan OPT; dan (4) Produktivitas dan mutu biji kakao yang dihasilkan pada awal dan akhir pengkajian Data yang dikumpulkan dianalisis secara deskriptif, tabulasi, dan ekonomi. Dari pengkajian tersebut dapat disimpulkan: (1) Model DMC dapat meningkatkan adopsi inovasi teknologi budidaya dan pasca panen kakao dari 19,44 persen menjadi 45,56 persen di Nagari Parit Malintang Kabupaten Padang Pariaman dan dari 30,00 % menjadi 73,89% di Nagari Simpang Sugiran Kabupaten Limapuluh Kota; (2) Peningkatan adopsi inovasi teknologi budidaya dan pasca panen kakao mengakibatkan terjadinya peningkatan produktivitas kakao dari 450,71 kg/ha/ tahun menjadi 720,50 kg/ha/tahun di Nagari Parit Malintang Kabupaten Padang Pariaman dan dari 570,30 kg/ha/tahun menjadi 1.239,71 kg/ha/tahun di Nagari Simpang Sugiran Kabupaten Limapuluh Kota; (3)Terjadi peningkatan mutu biji kakao yang dihasilkan petani pada ke dua lokasi sehingga sesuai dengan standar mutu SNI; (4) Keuntungan yang diterima petani kakao di Kabupaten Limapuluh Kota (Rp. 21.220.000/ha/tahun) lebih tinggi dibandingkan dengan keuntungan diterima petani di Kabupaten Padang Pariaman (Rp. 15.385.000/ha/tahun). Hal ini karena adopsi teknologi budidaya dan pasca panen kakao yang diterapkan petani di kabupaten Limapuluh kota Lebih tinggi dari yang ditetakan di Kabupaten Padang Pariaman.

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 28

Untuk percepatan peningkatan produksi kakao di Provinsi Sumatera Barat perlu dilakukan percepatan adopsi inovasi teknologi melalui model DMC dengan metode Sekolah Lapang (SL) dan demplot pada setiap kecamatan daerah pengembangan kakao.

2.3.2. KAJIAN PERCEPATAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PAKAN SAPI POTONG MELALUI PEMANFAATAN HASIL IKUTAN TANAMAN SAWIT MENDUKUNG PROGRAM GERAKAN PENSEJAHTERAAN PETANI (GPP) DI SUMATERA BARAT

Sumatera Barat memilki potensi sumber daya yang cukup besar untuk memanfaatkan hasil ikutan tanaman sawit sebagai pakan sapi. Hasil kajian ini memperlihatkan bahwa pengembangan teknologi pemanfaatan hasil ikutan tanaman sawit sebagai pakan ternak sapi potong cukup menjanjikan untuk dikembangkan di wilayah sentra produksi sawit. Dari kajian ini diharapkan percepatan pengembangan teknologi pemanfaatan pakan sapi potong berbahan baku hasil ikutan kelapa sawit, dapat direkomendasikan kepada para stakeholder dan end-users. Disamping itu kajian ini dapat mendorong berkembangnya teknologi penyediaan pakan bermutu dalam rangka meningkatkan produksi sapi potong dan pendapatan masyarakat petani sesuai dengan harapan program Gerakan Pensejahteraan Petani (GPP) di Sumatera Barat. Di sisi lain, efisiensi produksi tanaman sawit pun dapat ditingkatkan melalui pemanfaatan pupuk organik yang dihasilkan ternak. a. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan

Pengkajian ini dilaksanakan di tiga tempat, yaitu Kelompok Tani Saiyo Sakato, Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman Barat; Kelompok Tani Sinar Maju Jaya, Kecamatan Kiningan Parit Kampar, Kabupaten Sijunjung; dan Kelompok Tani Gelora Kabupaten Dharmasraya. Pelaksanaan kajian ini melalui dua tahap kegiatan yang meliputi (i) Pelaksanaan survai (Kegiatan 1), dan (ii) Kajian pemanfaatan hasil ikutan tanaman sawit pada sapi potong (Kegiatan 2). Hasil Kegiatan 1, memperlihatkan bahwa usaha peternakan sapi potong oleh peternak setempat masih memakai cara tradisional dan belum memanfaatkan hasil ikutan tanaman sawit. cara berternak yang tradisional mengharuskan peternak mencarikan pakan hijauan berupa rumput yang banyak menghabiskan waktu, tenaga serta biaya. Hasil Kegiatan 2, memperlihatkan bahwa (i) sapi yang diberikan perlakuan pakan dari hasil ikutan tanaman sawit berupa Solid dan Bungkil Inti Sawit (BIS) mengalami peningkatan berat badan yang cukup signifikan, (ii) ternak sapi menyenangi produk Solid dan memberikan efek yang cukup baik bagi pertumbuhan, dan (iii) Pemberian hasil ikutan tanaman sawit, khususnya silase pelepah sawit pada sapi PO, dapat menghemat waktu dan tenaga petani dalam mengumpulkan hijauan rumput dan menghasilkan pertumbuhan ternak yang cepat sehingga fungsi reproduksi berjalan normal.

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 29 b. Metode Pencapaian Target Kinerja

Produk target yang ingin dicapai dari pelaksanaan kegiatan ini adalah: Adaptasi teknologi maju agar lebih berpeluang untuk diadopsi peternak.Hal ini dilakukan dengan cara menghasilkan teknologi maju untuk pemanfaatan pakan sapi potong berbasis hasil ikutan tanaman sawit, melalui : 1. Rekomendasi pengembangan teknologi pakan sapi potong berbasis hasil ikutan tanaman sawit sebagai upaya meningkatkan produksi sapi potong di Sumatera Barat. 2. Sosialisasi formulasi ransum berbasis tanaman sawit untuk sapi potong sesuai dengan kondisi setempat. 3. Publikasi sebanyak minimal dua tulisan ilmiah yang diterbitkan di jurnal/prosiding nasional atau daerah. c. Potensi Pengembangan ke Depan

Berdasarkan hasil survai dan kegiatan kajian di tiga kabupaten tersebut maka terdapat potensi pengembangan sapi potong dengan memanfaatkan hasil ikutan tanaman sawit. Hal ini bervariasi antar kabupaten tempat dilaksanakan kajian tersebut.

1. Kabupaten Pasaman Barat: Potensi untuk mengembangkan sapi induk lokal dengan memanfaatkan produk Solid yang dapat diperoleh dari Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dengan harga yang relatif murah. 2. Kabupaten Sijunjung: Potensi untuk mengembangkan sapi penggemukan (simental dan sejenis) dan sapi perbibitan (sapi bali) dengan memanfaatkan silase isi pelepah daun sawit. Pemanfaatan Solid masih terbentur pada izin pabrik (PKS). Oleh karena itu, diperlukan intervensi Pemerintah Daerah agar PKS dapat memberi kelonggaran bagi petani yang berada di sekitar pabrik untuk pemanfaatan secara terbatas dari produk Solid yang dihasilkannya. 3. Kabupaten Dharmasraya: Potensi untuk mengembangkan pembibitan sapi jenis PO dan usaha penggemukan dengan memanfaatkan silase daun sawit sangat besar, karena pihak perbankan besedia untuk memberikan modal untuk usaha penggemukan sapi di lokasi kajian tersebut. Pemanfaatan Solid belum dapat diaplikasi karena masalah yang sama dengan di Kabupaten Sijunjung.

d. Sinergi Koordinasi Kelembagaan – Program

Sinergi koordinasi kelembagaan - program ke depan perlu dilaksanakan dengan melibatkan instansi pemerintah, masyarakat petani, pihak pemberi modal (perbankan), perusahaan perkebunan dan instansi penghasil teknologi (Ristek-Litbang). Dalam hal ini masing-masing pihak terkait berperan sesuai dengan tupoksinya agar sinergisme berjalan sesuai

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 30 harapan, yaitu: Pemerintah berperan dalam fungsi koordinatif, masyarakat sebagai pengguna hasil ikutan tanaman perkebunan sekaligus sebagai penyuplai pupuk organik bagi perusahaan perkebunan, perbankan memberi kemudahan dalam penyediaan modal yang prospektif, perusahaan perkebunan memudahkan hasil ikutan tanaman sawit dimanfaatkan petani, dan terakhir teknologi tepat guna dibantu oleh penghasil teknologi. e. Kerangka Pemanfaatan Hasil Litbagyasa

Hasil dari pengkajian ini diharapkan nantinya diadopsi oleh kelompok tani di daerah berbasis sawit. Sosialisasinya diharapkan melalui kegiatan temu lapang di masing-masing lokasi pengkajian dengan mengundang kelompok tani lain agar pemanfaatan hasil pengkajian ini dapat berkembang di kelompok lain. Apalagi setelah Temu Lapang dilaksanakan, maka kehadiran Bupati Dharmasraya mengharapkan agar dapat diterapkan hasil kajian dalam skala usaha yang lebih luas di daerah.

Gambar 13. Pelaksanaan pengkajian di kelompok tani

2.3.3. KAJIAN PENGARUH PENGGUNAAN BIBIT KARET CABUTAN (Seedling) DAN KLONAL (Okulasi) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI LATEKS PADA PERKEBUNAN RAKYAT DI SUMATERA BARAT

Tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) salah satu komoditi perkebunan mempunyai peranan sangat penting sebagai sumber devisa negara, menyerap 1,7 juta tenaga kerja, sumber pendapatan lebih dari 10 juta petani dan penyumbang total produk domestik bruto (PDB) mencapai 6 triliun rupiah setiap tahunnya. Luas areal perkebunan karet di Indonesia mencapai 3,456 juta hektar dengan produktivitas masih rendah lebih kurang 900 kg/ha. Sementara rata-rata hasil karet rakyat di Malaysia, Thailand, India dan Vietnam sudah mencapai kisaran 1,3-1,6 t/ha. Tingginya produktivitas karet rakyat dibeberapa negara produsen tersebut akibat tingginya persentase penggunaan bibit klonal (okulasi) oleh pekebun karet rakyat mencapai 90-100%, sementara pekebun karet rakyat di Indonesia baru 40 % menggunakan bibit klonal dan sisanya menggunakan bibit cabutan atau asal biji (seedling). Berdasarkan permasalahan dilakukan penelitian tentang pengaruh penggunaan bibit cabutan dan okulasi terhadap pertumbuhan dan produksi lateks karet pada perkebunan rakyat, bertujuan untuk: (1) mendapatkan Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 31 data konkrit tentang perbedaan pertumbuhan dan produksi lateks karet rakyat dari bibit cabutan dengan bibit klonal, (2) mendapatkan data dan informasi permasalahan pengadaan bibit karet bermutu di tingkat perkebunan rakyat, (3) mendapatkan data keragaan teknologi budidaya yang diterapkan petani pada perkebunan karet rakyat, dan (4) menghasilkan rekomendasi kebijakaan operasional untuk Pemerintah Daerah (Pemda). Lokasi kegiatan merupakan perkebunan karet rakyat di Provinsi Sumatera Barat pada 4 (empat) kabupaten sentra produksi karet yaitu Kabupaten Dharmasraya, Sijunjung, Limapuluh Kota dan Pasaman. Fokus kegiatan penelitian mempelajari pengaruh penggunaan bibit karet cabutan dibanding dengan bibit klonal terhadap pertumbuhan dan produksi lateks pada perkebunan rakyat di Provinsi Sumatera Barat. Kegiatan pengkajian terdiri dari 4 tahap: (1) koordinasi dan pengumpulan data sekunder ke beberapa instansi terkait dan Dinas Perkebunan Kabupaten penghasil utama karet dan penangkar bibit karet; (2) Focus Group Discussion (FGD) untuk menghimpun berbagai informasi tentang masalah pengadaan dan penggunaan bibit karet bermutu (okulasi) dan teknik budidaya dilakukan petani pekebun karet. FGD dilaksanakan di setiap Kecamatan terpilih dengan mengikut sertakan beberapa orang key informan termasuk Camat, PPL, Penangkar bibit karet, Ketua Kelompok Tani Karet, pedagang pengumpul karet, dan pemuka masyarakat di setiap desa; (3) Survai terstruktur dilakukan pada 16 desa menggunakan kuesioner dengan memilih 20-30 orang petani pekebun karet memiliki tanaman telah berproduksi (TM) berasal dari kedua jenis bibit. Setelah wawancara dilakukan pengamatan pertumbuhan dan produksi tanaman karet petani bersangkutan memilih 10 batang tanaman berasal dari kedua jenis sumber bibit. Selanjutnya data terkumpul dikompilasi, tabulasi, interpretasi dan dianalisis, dan (4) penyampaian hasil kegiatan berupa konsep kebijakan kepada Pemda Provinsi dan Kabupaten. Metode pencapaian target kinerja penelitian ada dua cara; (1) menggunakan Quick Simple Assessment (QSA) berbentuk koordinasi, pengumpulan data sekunder dan FGD dan (2) survai formal terhadap petani perkebunan karet dan pengamatan pertumbuhan serta produksi tanaman karet petani berasal dari kedua jenis bibit tersebut. Penentuan lokasi di kabupaten dilakukan secara bertingkat (Multi stage) sehingga terpilih 4 kabupaten memiliki kebun karet rakyat terluas, termasuk dalam penentuan 2 kecamatan per kabupaten dan 2 desa setiap kecamatan. Dari hasil kajian diperoleh informasi, rata-rata produktivitas karet rakyat di Sumatera Barat masih rendah (300-800 kg/ha/th) akibat persentase penggunaan bibit cabutan lebih tinggi (70 %), dan umumnya pertanaman karet sudah berumur lebih 25 tahun dan cara budidaya yang tradisional tanpa dilakukan pemupukan, pengendalian OPT dan sanitasi kebun. Hasil pengamatan perbedaan pertumbuhan dan produksi antara tanaman karet petani yang berasal dari cabutan dan okulasi dengan cara pemeliharaan sama, tanaman asal bibit okulasi pertumbuhan relatif seragam termasuk ukuran lingkaran batang lebih kecil dan tinggi cabang lebih rendah. Kemudian produksi lateks sangat berbeda dimana tanaman asal bibit okulasi produksi 551-941 kg/ha/th sementara tanaman asal bibit cabutan produksinya hanya 289-397 kg/ha/th. Namun demikian peluang

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 32 pengembangan karet rakyat di Sumatera Barat masih sangat besar dengan dukungan ketersediaan lahan cukup luas 2,4-5,0 ha per KK dengan lahan milik sendiri dan didukung dengan usia rata-rata petani karet masih produktif 40-60 thn dan tingkat pendidikan cukup baik Pengembangan ke depan dari hasil kajian ini dinilai sangat prospektif jika Pemda Provinsi Sumatera Barat maupun Kabupaten serius menindak lanjuti hasil pengkajian ini. Dalam rangka mempercepat pengenalan dan pengadaan bibit bermutu karet bagi petani dibangun penangkar secara lokalita di kecamatan atau desa, kemudian setiap penangkar difaslitasi dengan kebun entres klon karet unggul. Diharapkan dengan tersedianya bibit bermutu dengan harga terjangkau secara perlahan semua lahan petani akan tertanami dengan bibit karet bermutu (okulasi). Dampak positif terhadap kemudahan bagi petani mendapatkan bibit bermutu lebih mempercepat penggunaan bibit karet bermutu sehingga dalam kurun waktu 5-7 tahun sudah terlihat peningkatan produktivitas kebun karet rakyat secara nyata dan meningkatkan pendapatan serta kesejahteraan petani karet secara umum.

Gambar 14. Pelaksanaan pengkajian dengan metode FGD (kiri) dan pengamatan keragaan pertumbuhan dan produksi lateks tanaman karet petani yang berasal dari bibit okulasi dan cabutan (kanan)

2.4. PENDAMPINGAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL-PTT) DI SUMATERA BARAT

2.4.4. PENDAMPINGAN KEGIATAN SL-PTT PADI SAWAH DI KABUPATEN SOLOK

Kabupaten Solok termasuk surplus produksi beras dan menjadi salah satu dari sebelas kabupaten pelaksana SL-PTT padi sawah di Sumatera Barat. Dari 89.650 ha target SL-PTT di Sumatera Barat tahun 2012, seluas 9.500 ha (10,59%) diantaranya ditempatkan di Kabupaten Solok. Pendampingan SL-PTT Padi Sawah untuk kabupaten Solok dilakukan dalam bentuk peningkatan kapasitas sumberdaya manusia (SDM) melalui pelatihan bagi petugas dan petani, publikasi, display Varietas Unggul Baru (VUB), dan temu lapang. Pendampingan SL-PTT di Sumatera Barat bertujuan untuk mempercepat diseminasi inovasi teknologi padi sawah, sehingga mampu meningkatkan produksi minimal 10%, baik melalui peningkatan produktivitas

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 33 dan/atau peningkatan Indeks Pertanaman (IP). Sampai akhir tahun 2012, kegiatan yang telah terlaksana adalah pelatihan petugas pendamping lapang terdiri dari koordinator penyuluh, penyuluh, kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT), dan ketua kelompok tani pelaksana SL-PTT pada beberapa lokasi. Pelatihan dilakukan untuk tiga angkatan. Materi utama pelatihan adalah inovasi teknologi dalam pelaksanaan SL-PTT padi sawah, deskripsi VUB yang akan dikembangkan, dan pemupukan spesifik lokasi. Benih padi varietas Inpari-12 telah terdistribusi sebanyak 70 kg kepada empat kelompok tani untuk pelaksanaan Sekolah Lapang Padi Tanam Sebatang (SL-PTS) dengan dana APBD Provinsi Sumatera Barat di Kecamatan Kubung. Empat lokasi displai VUB pada empat kecamatan (Bukit Sundi, Sungai Lasi, Kubung, dan Gunung Talang) sudah dilaksanakan, yaitu menggunakan VUB Inpari-12 dan Inpari-21 Batipuh, masing-masing sebanyak 10 – 20 kg/lokasi. Dua jenis VUB (Inpari 12 dan Inpari 21) sudah didistribusikan kepada sebanyak delapan kelompok tani termasuk peserta kegiatan SL-PTS dibawah koordinasi Dinas Pertanian Provinsi sebayak 130 kg (50 kg Inpari 12 dan 80 kg Inpari 21 Batipuh). Untuk kegiatan display VUB pada empat lokasi juga digunakan sebanyak 40 kg benih Inpari 12 dan 60 kg Inpari 21 Batipuh. Perolehan hasil fisik display VUB Inpari 21 pada beberapa lokasi berkisar 5,0-7,0 t/ha, sedangkan hasil Inpari 12 pada baberapa lokasi berkisar 4,0-5,12 t/ha Gabah Kering Panen (GKP). Selain itu, dengan adanya kegiatan SL-PTT Model Dana Kontingensi untuk Kabupaten Solok seluas 44 unit (1.100 ha) pada empat kecamatan yang dikelola oleh Dinas Pertanian Perikanan dan Peternakan Kabupaten Solok, Liason officer (LO) Kabupaten Solok beserta tim juga berkontribusi dalam pendampingan. Kontribusi tersebut antara lain dalam bentuk identifikasi calon petani/calon lokasi (CP/CL), distribusi publikasi, dan narasumber pada pertemuan petani dalam kegiatan labor lapang.

Gambar 15. Temu Lapang di Poktan. Sawah Balai Saiyo Nagari Kinari menggunakan VUB Inpari 12 (kiri) dan keragaaan padi sawah VUB Inpari 12 dan Inpari 21 Batipuh, di Nagari Guguak Sarai, Kecamatan Sungai Lasi, Kabupaten Solok (kanan)

2.4.5. PENDAMPINGAN SL-PTT PADI SAWAH DI KABUPATEN SOLOK SELATAN

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 34

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi sawah merupakan suatu pendekatan inovatif dan dinamis dalam upaya meningkatkan produksi dan pendapatan petani melalui perakitan komponen teknologi secara partisipatif bersama petani. Untuk mempercepat pengembangan Program PTT secara nasional. Kementerian Pertanian meluncurkan program Sekolah Lapang (SL) PTT untuk mempercepat alih teknologi melalui pelatihan dari peneliti atau narasumber lainnya. Upaya mendukung program SL-PTT padi sawah tersebut, maka dilakukan pendampingan, diantaranya melalui demplot display VUB padi sawah, identifikasi biofisik lokasi pendampingan, pelatihan Penyuluh Pertanian Lapang (PPL)/Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (POPT), pendistribusian media cetak dan temu lapang. Kabupaten Solok Selatan merupakan salah satu kabupaten pelaksana kegiatan SL-PTT yang didampingi di Sumatera Barat. Pendampingan bertujuan untuk: mempercepat diseminasi inovasi teknologi padi sawah melalui identifikasi biofisk dan sosial ekonomi lokasi kajian melalui PRA, demplot uji adaptasi VUB padi sawah, kegiatan pelatihan untuk PPL dan POPT serta narasumber untuk PL2 dan PL3 serta SL untuk anggota kelompok tani, pendistribusian media cetak dan temu lapang dalam mendukung program SL-PTT padi sawah sehingga dapat meningkatkan produksi. Pengkajian dilakukan berdampingan dengan lokasi SL-PTT di Kabupaten Solok Selatan dari bulan Januari s/d Desember 2012. Kegiatan koordinasi dan sosilaisasi telah dilakukan dengan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Hortikultura dan Peternakan serta dengan Kantor Penyuluhan Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Solok Selatan, yaitu dengan menyampaikan rencana pelaksanaan kegiatan pendampingan SL-PTT padi sawah di Kabupaten Solok Selatan tahun 2012. Selama tahun 2012 telah dilakukan kegiatanantara lain: (1) Koordinasi dengan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Kantor Penyuluhan Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Solok Selatan tentang pelaksanaan kegiatan pendampingan SL-PTT di Kabupaten Solok Selatan; (2) Lokasi demplot displai VUB padi sawah telah disepakati dengan kelompok pelaksanaan yang dilakukan pada awal September 2012 dengan menggunakan VUB Inpari 21-Batipuah dan Ceredek Merah di Kecamatan KPGD (Koto Parik Gadang Diateh) dan Sangir. Sedangkan di Kecamatan Sungai Pagu ditanam dengan VUB Kuriek Kusuik dan Caredek Merah; (3) Pelatihan inovasi teknologi untuk peningkatan produksi padi sawah serta kalender tanam untuk PPL dan POPT telah dilakukan di BPP Kecamatan KPGD (4) Media cetak inovasi teknologi PTT padi sawah dan buku saku Hama Penyakit padi sawah dan pengendaliannya telah didistribusikan kepada Dinas Pertanian Tanaman Pangan Hortikultura Peternakan dan Perikanan serta Kantor Penyuluhan Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Solok Selatan, PPL dan POPT seluruh Kecamatan yang ada di Solok Selatan

2.4.6. PENDAMPINGAN SL-PTT PADI SAWAH DI KABUPATEN LIMAPULUH KOTA DAN KOTA PAYAKUMBUH

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 35

PTT padi sawah merupakan suatu pendekatan inovatif dalam budidaya tanaman padi sawah. Melalui program PTT padi sawah diharapkan kebutuhan beras nasional dapat dipenuhi, pendapatan petani dapat ditingkatkan, dan usaha pertanian padi sawah dapat menjadi usahatani berkelanjutan. Dalam bebagai pengujian diketahui penerapan pendekan PTT mampu menngkatkan produksi padi antara 15-35%, dibandingkan dengan praktek budidaya petani selama ini. Kegiatan ini bertujuan mempercepat diseminasi inovasi teknologi padi sawah melalui demplot varietas unggul baru (VUB) padi sawah, pelatihan dan temu lapang teknologi padi sawah dalam mendukung program SL-PTT padi sawah, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan petani dan produksi padi sawah di Kabupaten Limapuluh Kota dan Kota Payakumbuh. Kegiatan pendampingan SL-PTT di Kabupaten Lima Puluh Kota dan Kota payakumbuh yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: (a) Koordinasi dengan Dinas Pertanian Kabupaten Limapuluh Kota dan Kota Payakumbuh (baik dalam bentuk kebijakan dan teknis), (b) Melakukan sosialisasi dan koordinasi pelaksanaan pendampingan kegiatan SL-PTT padi sawah dengan institusi terkait yang dilaksanakan di Kabupaten Limapuluh Kota dan Kota Payakumbuh, (c) Membantu mekanisme distribusi benih dari Balai Besar Penelitian Padi/BPTP Sumatera Barat untuk displai VUB ke lokasi pelaksanaan SL-PTT. Dalam tahun 2012, di Kota Payakumbuh dan Kabupaten Limapuluh Kota, telah dilaksanakan display VUB padi sawah, yaitu dengan menanam VUB padi sawah pada empat lokasi pada dua Kecamatan yaitu di Kecamatan Situjuh dan Kecamatan Guguak, masing-masingnya dengan luas berkisar 0,5 ha sampai 1 ha. Di Kota Payakumbuh display VUB dilakukan di Kecamatan Payakumbuh Barat pada Kelompok Tani Padang Tangah Sepakat dengan petani pelaksana saudara Afrizal Edi. Hasil panen yang diperoleh tertinggi pada varietas Inpari-12 yaitu 9,6 t/ ha dan Inpari-21 Batipuh, yaitu 9,4 t/ha gabah kering panen. Pelatihan tenaga penyuluh pertanian telah dilaksanakan pada tanggal 11 April 2012 di BPP Kecamatan Guguak Kabupaten Limapuluh Kota. Media cetak dalam bentuk leaflet telah didistribusikan kepada penyuluh pertanian lapangan, dengan judul antara lain: (a) Penyakit Utama Padi Sawah dan Pengendaliannya, (b) Hama Utama Padi Sawah dan Pengendaliannya dan (c) Varietas Unggul Baru (VUB) Padi Sawah Preferensi Masyarakat Sumatera Barat. Keluaran yang dicapai adalah varietas unggul baru padi sawah Inpari-12, Inpari-21 Batipuh dan Silugonggo telah dikenal dan tersebar di Kabupaten Limapuluh Kota, dan varietas Inpari 12 dan Inpari 21 Batipuh di Kota Payakumbuh. Hasil yang dicapai adalah pertumbuhan VUB padi sawah tersebut terlihat bagus dan akhir tahun 2012, varietas Inpari-12 di Kabupaten Limapuluh Kota sudah mengeluarkan malai. Manfaat yang dicapai adalah display VUB telah memberi keragaman genetik padi sawah di Kabupaten Limapuluh Kota dan Kota Payakumbuh, ini diharapkan dapat menekan perkembangan hama dan penyakit, sehingga kegagalan hasil padi dapat diatasi. Disamping itu, varietas unggul baru yang diikuti dengan teknologi budidaya yang baik telah memberikan peningkatan Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 36 hasil padi sawah. Pelatihan dilaksanakan di BPP Kecamatan Situjuah, Kabupaten Limapuluh Kota dan di Kecamatan Payakumbuh Barat, Kota Payakumbuh. Pada Pelatihan di BPP Kecamatan Situjuah telah dilakukan pendistribusian leaflet meningkatkan pengetahuan penyuluh pertanian terhadap budidaya padi sawah secara baik. Dampak yang dicapai adalah Penyebaran varietas unggul baru melalui display akan meningkatkan jumlah varietas padi sawah di Kabupaten Limapuluh Kota dan Kota Payakumbuh. Keadaan ini memberikan alternatif pilihan varietas padi sawah yang sesuai menurut petani dengan keadaan yang spesifik lokasi, harga dan rasa yang disukai. Peningkatan hasil panen padi varietas unggul baru telah memberikan peningkatan pendapatan petani padi sawah di kabupaten Limapuluh Kota.

Gambar 16. Penampilan varietas Inpari-12 (Kiri) dan Inpari-21 Batipuh (Kanan) pada lokasi display VUB padi sawah di lahan petani Kolompok Tani Tunas Harapan Kecamatan Situjuah, Kabupaten Limapuluh Kota

2.4.7. PENDAMPINGAN SL-PTT PADI SAWAH DI KABUPATEN TANAH DATAR

Salah satu pendekatan untuk meningkatkan produksi padi sawah dilakukan melalui introduksi varietas unggul baru produktivitas tinggi yang dibudidayakan dengan pendekatan PTT. Penyebarluasan PTT dilakukan melalui Sekolah Lapang (SL). SL-PTT merupakan pendekatan paling efektif untuk saat ini dalam mendukung program percepatan peningkatan produksi tanaman pangan, terutama padi sawah. Oleh karena itu, SL-PTT telah diadopsi oleh Direktorat Jenderal Tanaman Pangan sebagai salah satu program strategis Kementerian Pertanian untuk peningkatan produktivitas dan produksi tanaman pangan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) memiliki peran sangat strategis dalam mendukung SL-PTT. Dalam hal ini, BPTP tidak saja merupakan sumber inovasi teknologi bagi petani, akan tetapi sekaligus sebagai narasumber dan pendamping teknologi di lapangan. Melalui program ini, Indonesia telah mencapai swasembada beras kedua pada tahun 2008. Keberlanjutan swasembada beras ini perlu terus diupayakan, antara lain dengan lebih meningkatkan pelaksanaan program SL-PTT. Oleh karena itu, program SL-PTT perlu terus dilaksanakan dan dikembangkan di berbagai daerah, termasuk di Kabupaten Tanah Datar, Propinsi Sumatera Barat. Kegiatan pendampingan bertujuan untuk mempercepat diseminasi inovasi teknologi padi sawah melalui display

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 37 varietas unggul baru (VUB) padi sawah dan demonstration plot (demplot) PTT dengan teknologi padi sawah lengkap dalam mendukung program SL- PTT padi sawah sehingga dapat meningkatkan produktivitas padi sawah. Ruang lingkup kegiatan ini terdiri dari: (a) Koordinasi dan sosialisasi SLPTT padi sawah; (b) Demonstration plot (demplot) PTT padi sawah; dan (c) Pelatihan. Dari hasil kegiatan pendampingan SLPTT padi di Kabupaten Tanah Datar dapat disimpulkan dan disarankan antara lain: (1) Demplot PTT padi sawah terlaksana pada 5 (lima) lokasi, yaitu: di Kecamatan Rambatan, Batipuah, Pariangan, Sungai Tarab, dan Tanjuang Ameh; (2) Produktivitas hasil VUB Inpari-21 Batipuah berkisar 5,76-7,01 t/ha, Tukad Unda (5,62- 6,68 t/ha), Logawa (5,96-7,17 t/ha), dan Inpari-12 (4,92-7,74 t/ha); (3) VUB Inpari-21 Batipuah sesuai untuk dikembangkan di Kabupaten Tanah Datar karena rata-rata hasil lebih tinggi dibanding VUB lainnya dan rasa nasinya yang enak berdasarkan preferensi kosumen/masyarakat Sumatera Barat; (4) Benih VUB Inpari-21 Batipuah yang disebarkan setelah kegiatan ini berjumlah 3,3 ton, masing-masing sebanyak 2,3 ton untuk Kabupaten Solok dan 1,0 ton dalam bentuk stock benih di gudang; (5) Pendampingan SL-PTT padi sawah dilaksanakan pada 11 kecamatan di Kabupaten Tanah Datar dengan melibatkan 79 keltan; dan (6) Pemerintah Kabupaten Tanah Datar disarankan untuk mengembangkan VUB Inpari-21 Batipuah.

Gambar 17. Pertumbuhan tanaman padi sawah di Kecamatan Rambatan (kiri) dan , di Kecamatan Pariangan, .

2.4.8. PENDAMPINGAN SL-PTT PADI SAWAH DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN DAN KOTA PARIAMAN Pemerintah berupaya mempercepat peningkatan produksi padi, untuk memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Kegiatan ini diimplementasikan melalui program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN). Strategi yang diterapkan dalam P2BN adalah melalui penerapan inovasi teknologi. Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Kementerian Pertanian telah menghasilkan inovasi teknologi yang mampu meningkatkan produksi padi, seperti penyediaan varietas unggul dan komponen teknologi produksi lainnya. Badan Litbang Pertanian juga telah berhasil mengembangkan PTT padi sawah. PTT padi sawah merupakan suatu pendekatan inovatif untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi usaha tani padi melalui perbaikan pendekatan dalam perakitan paket teknologi produksi padi yang sinergis antar komponen-komponen teknologi, Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 38 dilakukan secara partisipatif oleh petani, serta bersifat spesifik lokasi. Sehubungan dengan program P2BN tersebut Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) sebagai perpanjangan tangan Badan Litbang Pertanian melakukan perakitan komponen teknologi melalui pendekatan PTT spesifik lokasi, serta melakukan pendampingan dalam penerapan teknologi di tingkat usahatani dalam bentuk sekolah lapang pengelolaan tanaman terpadu (SL-PTT) padi sawah. Untuk mempercepat pelaksanaan dan pengembangan SL-PTT padi sawah tersebut, perlu dilakukan percepatan diseminasi inovasi teknologi. Pendampingan pelaksanaan kegiatan SL-PTT Padi Sawah di Kabupaten Padang Pariaman dan Kota Pariaman bertujuan untuk; (a) melaksanakan koordinasi dan sosialisasi dengan institusi terkait (Dinas Pertanian, Badan penyuluhan pertanian dan ketahanan pangan), dan UPTD di kecamatan terpilih, (b) mempercepat diseminasi inovasi teknologi padi sawah melalui kegiatan displai VUB (varietas unggul baru) yang meningkatkan produksi padi sawah minimal 10%. (c) menjadi nara sumber inovasi teknologi padi sawah untuk penyuluh, dan nara sumber SL-PTT padi sawah yang dilaksanakan oleh kelompok tani,dan (d) melaksanakan temu lapang pada salah satu lokasi terpilih, serta mendistribusikan media cetak inovasi teknologi padi sawah. Takaran pemupukan untuk displai VUB padi sawah ditetapkan dengan PUTS (perangkat uji tanah sawah). Pelaksanaan PRA untuk rekomendasi teknologi PTT padi sawah pada SL-PTT Model kontingensi, telah dilakukan untuk 15 kecamatan di kabupaten Padang Pariaman, dan 4 kecamatan di Kota Pariaman. Displai 2 (dua) VUB padi sawah (VUB Inpari 12 dan Inpari 21 Batipuh) telah dilaksanakan di 5 kecamatan: VUB Inpari 12 memberikan hasil rata-rata 6,54 t/ha (6,12- 7,20 t/ha). Sedangkan VUB Inpari 21 Batipuh mampu memberikan hasil hasil rata-rata sebesar 7,19 t/ha (6,55 -8,54 t/ha). Hasil tertinggi VUB Inpari 12 (7,20 t/ha GKP) dan Inpari 21 Batipuh (8,54 t/ha GKP) didapatkan di lahan sawah kelompok tani Tunas Sakato Pakandangan kecamatan Enam Lingkung. Berdasarkan hasil uji adaptasi 2 VUB tersebut dapat direkomendasikan sebagai alternatif untuk budidaya padi sawah di Kabupaten Padang Pariaman dan Kota Pariaman, karena dapat meningkatkan hasil serbesar 0,5 – 1,0 t/ha. Kegiatan pelatihan telah dilaksanakan ditingkat Provinsi Sumatera Barat dengan topik/materi “Dukungan Teknis BPTP (Teknologi PTT Padi Sawah)” untuk mendukung program P2BN. Sedangkan di tingkat kabupaten/kota kegiatan pelatihan dilaksanakan di lokasi pelaksanaan display VUB padi sawah, dengan topik/materi “Komponen/paket teknologi PTT padi sawah”. Telah didistribusikan media cetak dalam bentuk 6 (enam) leaflet dan 1 (satu) buku kepada; koordinator penyuluh, penyuluh lapang (PPL/THL) BPK kecamatan pelaksanaan displai VUB, pengurus kelompok dan petani kooperator pelaksana displai VUB tersebut, dan kepada perwakilan kelompok tani peserta SL-PTT Model padi sawah dana kontingensi.

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 39

Temu lapang dilaksanakan pada lokasi display VUB yaitu di lahan kelompok tani Tunas Sakato, Korong Pasa, Nagari Pakandangan Kecamatan Enam Lingkung, Kabupaten Padang Pariaman, pada tanggal 14 Agustus 2012, dengan tema “Temu Lapang dan Panen Perdana VUB Inpari 12 dan VUB Inpari 21 Batipuh”. Kegiatan ini dihadiri oleh peneliti dan penyuluh BPTP Sumatera Barat dan pengambil kebijakan di Kabupaten Padang Pariaman (Bappeda, Dispernakhut, dan BP3K&KP, penyuluh dari UPTD/BPK Kecamatan Enam Lingkung, sekretaris camat, wali nagari, kepala Korong, perwakilan kelompok tani di Kecamatan Enam Lingkung, serta pengurus dan anggota Kelompok Tani “Tunas Sakato”.

Gambar 18. Keragaan VUB Inpari 12 & VUB Inpari 21 Batipuah di Padang Pariaman

Gambar 19. Kegiatan Temu Lapang dan Panen Perdana Displai VUB padi sawah di Pakandangan, Kecamatan VI Lingkung, Kabupaten. Padang Pariaman.

2.4.9. PENDAMPINGAN SL_PTT PADI SAWAH KABUPATEN PASAMAN

Pelaksanaan pendampingan SL_PTT padi sawah di Kabupaten Pasaman telah dilakukan dalam bentuk 5 kegiatan utama yaitu; (a) identifikasi biofisik (PRA) pendampingan SL_PTT padi sawah; (b) Demplot gelar teknologi/uji adaptasi varietas unggul (VUB) padi sawah; (c) Pelatihan/nara sumber; (d) Pendistribusian media cetak dan (e) Temu lapang inovasi teknologi padi sawah. Pelaksanaan kegiatan diawali dengan melakukan koordinasi dengan Pemda kabupaten Pasaman seperti Dinas pertanian Kabupaten Pasaman dan Badan Pelaksana Penyuluhan dan

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 40

Ketahanan Pangan Kabupaten kabupaten Pasaman. Khusus untuk SLPTT Model, sebelum pelaksanan pendampingan, dilakukan pengumpulan data biofisik melalui Participatory Rural Appraisal (PRA) atau Kajian kebutuhan dan peluang (KKP). Dari hasil PRA di Air Manggis Kecamatan Lubuk Sikaping diketahui, keragaan Penerapan Teknologi Padi sawah; Varietas yang dominan digunakan oleh masyarakat di daerah ini adalah IR 42. Secara umum petani menggunakan benih yang berasal dari hasil panen sendiri atau ditukar dengan tetangga (benih tidak Bersertifikat) dengan siklus pergantian benih dan varietas yang tidak menentu. Hasil + 3ton/ha, jerami sebagian dibakar dan sebagian ditumpuk dipematang. Keragaan teknologi budidaya padi di Rao Selatan adalah; Indek pertanaman adalah 1-1,5. Biasanya panen yang baik adalah pada pertanaman musim hujan karena pada daerah Rao selatan ini saluran irigasi belum berfungsi dengan baik sehingga pada pertanaman musim kemarau atau akhir musim hujan tanaman sering mengalami kekeringan sehingga hasil relatif rendah (yaitu 3- 4 t/ha). Varietas yang dominan digunakan oleh masyarakat di daerah ini adalah IR 66, IR 64, Ciherang.

Khusus untuk lokasi SL_PTT model dana Kontingensi telah dilakukan PRA/kajian kebutuhan dan peluang (KKP) teknologi budidaya padi di Unit pelaksanan tugas Balai Penyuluhan (BP) Bonjol, UPT BP penyuluhan Rao, UPT BP. Penyuluhan Ladang Panjang, UPT BP Penyuluhan Petok, dan UPT BP Tapus. Gelar teknologi/uji adaptasi varietas unggul baru (VUB) padi sawah; Telah dilakukan kegiatan gelar teknologi/uji adaptasi VUB padi sawah pada 2 lokasi yaitu di Rambahan Tanjung Betung, Kecamatan Rao Selatan dan di Kuamang, Nagari Panti dengan menguji 2 varietas (Inpari 12 dan Inpari 21 Batipuh). Gelar teknologi VUB di Rambahan tanjung Betung didapat kan hasil 5,86 t/ha gabah kering panen (GKP) untuk VUB Inpari 12 dan 6,40 t/ha untuk VUB Inpari 21 Batipuh. Gelar Teknologi VUB di Kuamang nagari Panti didapatkan hasil Inpari 12 sebesar 5,50 t/ha dan Inpari 21 Batipuh dengan hasil 5,60 t/ha.

Hasil analisis ekonomi terhadap varietas Inpari 12 dan Inpari 21 Batipuh di Rao Selatan memperlihatkan bahwa VUB Inpari 21 Batipuh lebih memberikan harapan di bandingkan dengan VUB Inpari 12 yang dapat memberikan keuntungan Rp 3.136.650 untuk 0,25 ha dibandingkan dengan VUB Inpari 12 hanya memberikan keuntungan Rp. 2.681.050 untuk luas 0,25 ha.

Untuk mempercepat penyebaran varietas unggul baru selain melalui gelar teknologi/uji adaptasi VUB juga dilakukan pendistribusian benih kepada 21 kelompok tani. Pelatihan, untuk meningkatkan keterampilan petani dibidang budidaya tanaman padi, telah dilakukan pelatihan pada 10 kelompok tani yaitu kelompok tani Air dadok, Canggang sejahtera, Karya tani, Berkah, kelompok tani Sukajadi dan kelompok tani lainnya. Pendistribusian media cetak, untuk meningkatkan pengetahuian petani/penyuluh dan memudahkan pengambilan keputusan dilapang, telah Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 41 didistribusikan pada kelompok tani, penyuluh dan petugas lainnya lefleat. BWD dan buku saku kepada penyuluh dan keltan tani peserta SL_PTT.

Temu lapang Inovasi teknologi budidaya padi sawah, telah dilakukan 2 kali temu lapang yaitu pada kegiatan SLPTT Model di Lubuk Sikaping dengan kegaiatan tanam perdana di Poktan Taruko Sejati Nagari Air Manggis Kecamatan Lubuk Sikaping pada tanggal 9 Mei 2012. Temu lapang dihadiri oleh kepala dinas Pertanian, Kabid. Tanaman Pangan dan Hortikultura, Sekretaris B2KP Kabupaten Pasaman Kasi. Padi Dinas Pertanian Propinsi Sumatera Barat, peneliti dan penyuluh dari BPTP Sumatera Barat, Camat Lubuk Sikaping, Wali Nagari Air Manggis, penyuluh pertanian lapangan dan anggota kelompok tani dengan peserta sebanyak 75 orang. Gelar teknologi/display VUB padi sawah Inpari 12 dan Inpari 21 Batipuh yang telah dilakukan temu lapang panen padi Inpari 12 tanggal 2 Agustus 2012 pada Kelompok Tani Bangun Basamo Lamo di Jorong Rambahan, Nagari Tanjung Betung Kabupaten Pasaman Temu lapang dinilai sukses baik oleh para undangan mau pun petani peserta. Acara Temu Lapang yang dihadiri sekitar 40 orang berjalan dengan lancar dan dalam penghitungan hasil ubinan legowo 4 : 1 diperoleh hasil sebesar 5.9 t /ha GKP untuk VUB Inpari 12.

Gambar 20. Penampilan Inpari 12 (kiri) danInpari 21 Batipuh pada stadia vegetatif, pada gelar teknologi VUB di Rambahan Rao Selatan.

2.4.10. PENDAMPINGAN SL_PTT PADI SAWAH DI KABUPATEN SIJUNJUNG

Produksi padi perlu ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk yang terus bertambah. Kebutuhan beras nasional dewasa ini telah menyentuh angka lebih dari 30 juta ton per tahun. Untuk meningkatkan produksi ini pemerintah telah mencanangkan gerakan peningkatan produksi beras nasional (P2BN), yang bertujuan untuk meningkatkan produksi padi hingga mampu memenuhi kebutuhan pangan utama masyarakat. Program P2BN menargetkan peningkatan produksi padi sebesar 2 juta ton pada tahun 2007 dan sebesar 5% per tahun pada tahun 2008-2009 dan tahun tahun berikutnya. Untuk itu perlu upaya peningkatan produksi melalui peningkatan produktivitas dengan penerapan teknologi budidaya tanaman sesuai dengan konsep PTT padi sawah, antara lain melalui; (a) penggunaan Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 42 varietas unggul (VUB) bermutu, penggunaan bibit berumur muda (<21 hari setelah semai), pengaturan sistem tanam, pengelolaan lahan dan air yang tepat, pemupukan spesifik lokasi yang rasional, (b) pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) sesuai dengan konsep pengendalian hama/penyakit terpadu (PHT), dan (c) perluasan areal panen melalui peningkatan indeks pertanaman (IP). Kegiatan pendampingan SL-PTT Model padi sawah di Kabupaten Sijunjung dilaksanakan pada 2 Kecamatan dengan kegiatan, yaitu (1) pendampingan untuk peningkatan produktivitas dan IP dan (2) display VUB pada lokasi BPP Model terpilih dengan VUB varietas Inpari 12 dan Inpari 21 Batipuh. Pendampingan untuk peningkatan produktivitas dilaksanakan di Kecamatan Tanjung Gadang, dan peningkatan IP dilaksanakan di Kecamatan Sumpur Kudus.

Gambar 21. Tanam Perdana oleh KSPP BPTP Sumatera Barat (kiri), Tanam Perdana Anggota Keltan (kanan)

2.4.11. PENDAMPINGAN SLPTT PADI SAWAH DI KABUPATEN AGAM DAN KOTA PADANG

Kegiatan Pendampingan SLPTT padi sawah di Kabupaten Agam dan Kota Padang. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi sawah merupakan suatu pendekatan inovatif dan dinamis dalam upaya meningkatkan produksi dan pendapatan petani melalui perakitan komponen teknologi secara partisipatif bersama petani. Untuk mempercepat pengembangan Program PTT secara nasional. Kementerian Pertanian meluncurkan program Sekolah Lapang (SL) PTT. SL-PTT mempercepat alih teknologi melalui pelatihan dari peneliti atau narasumber lainnya. Untuk mendukung program SL-PTT padi sawah tersebut, maka dilakukan pendampingan melalui demplot display varietas unggul baru (VUB) padi sawah, identifikasi biofisik lokasi pendampingan, pelatihan PPL/POPT, pendistribusian media cetak dan temu lapang. Pengkajian bertujuan untuk: mempercepat diseminasi inovasi teknologi padi sawah melalui identifikasi biofisik dan sosial ekonomi lokasi kajian melalui PRA/KKP, demplot uji adaptasi varietas unggul baru (VUB) padi sawah, kegiatan pelatihan untuk PPL dan POPT serta narasumber untuk PL2 dan PL3 serta SL untuk anggota kelompok tani, pendistribusian media cetak dan temu lapang dalam mendukung program SL-PTT padi sawah sehingga dapat meningkatkan produksi.

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 43

Kegiatan pendampingan dilakukan pada kegiatan SL-PTT padi sawah di Kabupaten Agam. Kegiatan pendampingan yang dilaksanakan antara lain: (1) Telah dilakukan kegiatan koordinasi dan sosialisasi dengan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Hortikultura dan Peternakan serta Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Agam dan Kota Padang dengan menyampaikan rencana pelaksanaan kegiatan pendampingan SL-PTT padi sawah di Kabupaten Agam; (2) Telah dilakukan pelaksanaan identifikasi biofisik lokasi pendampingan SL-PTT dengan metode PRA/KKP pada beberapa kecamatan pelaksana SL-PTT padi sawah di Kabupaten Agam dan Kota Padang; (3) Hasil panen display VUB padi sawah menunjukkan VUB Inpari 21-Batipuah dan Inpari 12 hasilnya lebih tinggi dibandingkan dengan varietas pembanding untuk Kecamatan Tanjung Raya dan Varietas lokal Kuriek Kusuik hasilnya lebih tinggi dibandingkan pada yang sama pada loasi LL, SL-PTT dan Non SL-PTT di Kecamatan Kamang Magek; (4) Pelatihan inovasi teknologi untuk peningkatan produksi padi sawah serta kalender tanam untuk PPL dan POPT telah dilakukan, dan (5) Media cetak inovasi teknologi PTT padi sawah dan buku saku Hama Penyakit padi sawah dan pengendaliannya serta BWD telah didistribusikan kepada Dinas Pertanian Tanaman Pangan Hortikultura dan Peternakan dan Badan Penyuluhan Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Agam, PPL/THL dan POPT Kabupaten Agam dan Kota Padang.

Gambar 22. Kegiatan pelaksanaan temu lapang panen displai VUB dalam kegiatan pendampingan SL-PTT padi sawah di Kabupaten Agam.

2.4.12. PENDAMPINGAN SL_PTT JAGUNG DI KABUPATEN TANAH DATAR

Salah satu faktor yang menyebabkan besarnya senjang hasil jagung di tingkat penelitian dengan hasil petani adalah lambannya proses diseminasi dan adopsi teknologi. Salah satu cara untuk membantu memecahkan masalah di atas, Badan Litbang Pertanian melakukan pendekatan melalui PTT, yang mana program ini mampu meningkatkan produktivitas dan efisiensi input produksi. Dalam upaya pengembangan PTT secara Nasional, Kementerian Pertanian memasyarakatkan program SL-PTT. Pada tahun anggaran 2012, BPTP Sumatera Barat juga melaksanakan SL-PTT jagung pada 3 Kabupaten di Sumatera Barat. Pendampingan program SL-PTT jagung di Kabupaten Tanah Datar bertujuan agar teknologi yang telah dihasilkan Badan Litbang Pertanian dapat diterapkan secara optimal dalam kegiatan SL-PTT jagung, sehingga pelaksanaan SL-PTT jagung di Kabupaten Tanah Datar lebih berkualitas dalam mendukung pencapaian Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 44 tujuan dan sasaran peningkatan produksi jagung secara nasional. Melalui pendampingan juga diharapkan varietas unggul baru (VUB) jagung dapat diketahui adaptasinya di Kabupaten Tanah Datar. VUB yang ternyata beradaptasi baik pada lokasi-lokasi tertentu dapat dipertimbangkan penyebarannya sebagai alternatif pilihan varietas yang biasa ditanam oleh petani di masa datang.

Kegiatan ini merupakan program diseminasi hasil teknologi yang dikemas dalam bentuk kegiatan “demonstrasi plot dan pelatihan”, yang dilaksanakan di Kabupaten Tanah Datar pada bulan Januari sampai Desember 2012. Lokasi demplot SL-PTT jagung dilaksanakan pada satu lokasi di Kabupaten Tanah Datar, seluas 1,5 ha. Lokasi yang terpilih adalah Kelompok Tani Banda Kilangan Nagari Kumango Kecamatan Sungai Tarab. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah “demonstrasi plot dan pelatihan” yaitu suatu bentuk media penyajian kegiatan teknologi secara nyata di lapangan sehingga para pengguna teknologi dapat melihat dan mengamati secara langsung keragaan inovasi teknologi di lapangan yang pada akhirnya mereka dapat menerapkannya di daerah masing-masing. Materi demontrasi plot dan pelatihan adalah komoditas jagung. Kegiatan yang dilaksanakan meliputi: (1) Koordinasi dan Sosialisasi; dan (2) Teknologi Demonstrasi Plot dan Pelatihan. Komponen teknologi yang diterapkan petani sebagai penciri model PTT jagung adalah: (1) VUB hibrida Bima 2, Bima 3, Bima 4, Bima 5; (2) Asal benih dari BPTP Sumatera Barat; (3) Daya kecambah >95%; (4) Perlakuan benih; 2 g Saromil/kg benih; (5) Pengolahan tanah sempurna; (6) Jarak tanam70 x 40 cm (2 biji per lubang); (7) Pupuk Urea berdasarkan BWD (350 kg/ha, diberikan 3 kali, umur 10, 30, dan 45 HST); (8) Pupuk SP-36 100 kg/ha (berdasarkan PUTK, diberikan umur 10 HST); (9) Pupuk KCl 50 kg/ha (berdasarkan PUTK, diberikan umur 10 HST); (10) Pupuk kandang kotoran sapi 1,5 t/ha diberikan saat tanam sebagai penutup benih; (11) Penyiangan manual umur 30 dan 60 HST; (12) Pengendalian OPT; dan (13) Panen dilakukan setelah jagung masak fisiologis, dan prosesing hasil menggunakan alat pemukul.

Dari hasil pendampingan SL-PTT jagung di Kabupaten Tanah Datar dapat disimpulkan dan disarankan antara lain: (1) Keragaan hasil demplot terlihat bahwa VUB Bima-5 memberikan hasil pipilan kering tertinggi (6,158 t/ha), diikuti Bima-4 (5,883 t/ha), Bima-3 (5,096 t/ha), dan Bima-2 (4,762 t/ha); (2) Pemerintah Kabupaten Tanah Datar, menyambut sangat baik adanya kegiatan demonstrasi plot jagung ini; dan (3) Umpan balik yang didapatkan dari kegiatan ini antara lain: BPTP Sumatera Barat diharapkan dapat menjadi pusat sumber informasi pertanian di Sumatera Barat, melalui kegiatan pelatihan kepada penyuluh pertanian atau penyuluh swadaya maupun kepada petani. Selain itu, demonstrasi plot dan uji coba teknologi pertanian sesuai kebutuhan petani hendaknya perlu ditingkatkan pada wilayah lain.

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 45

Gambar 23 Tampilan VUB hibrida Bima 2, Bima 3, Bima 4, dan Bima 5

2.4.13. PENDAMPINGAN SL-PTT JAGUNG DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN

Jagung merupakan komoditas palawija utama, yang dibutuhkan sebagai bahan pangan, pakan ternak, bahan baku industri, dan sebagai sumber karbohidrat kedua setelah padi. Kebutuhan jagung selalu meningkat sejalan dengan meningkatnya usaha ternak unggas, untu memenuhi kebutuhan jagung tersebut perlu dilakukan peningkatan produksi. Di Sumatera Barat peningkatan produksi dapat dilakukan melalui peningkatan produktivitas dan perluasan areal tanam, terutama pada daerah sentra produksi jagung seperti; kabupaten Pasaman, Padang Pariaman, Limapuluh Kota, Pasaman Barat, Pesisir Selatan, dan kabupaten Tanah Datar. Berdasarkan hasil penerapan SL-PTT jagung pada tahun 2011, maka dalam upaya peningkatan produktivitas jagung, pada tahun 2012 dilanjutkan dengan menggunakan jagung hibrida. Pendampingan SL-PTT jagung dilaksanakan dalam bentuk kegiatan diseminasi inovasi teknologi produksi jagung yang bertujuan untuk; (a) melaksanakan kordinasi dan sosialisasi pelaksanaan kegiatan SL-PTT jagung di kabupaten Padang Pariaman, (b) mempercepat diseminasi/alih teknologi jagung melalui kegiatan displai varietas unggul baru (VUB) jagung yang mampu meningkatkan hasil minimal 15%, untuk mendukung program SL-PTT jagung, (c) menjadi nara sumber untuk inovasi teknologi jagung untuk PPL (penyuluh/petugas), dan nara sumber pada kegiatan SL-PTT jagung yang dilaksanakan oleh kelompok tani, (d) melaksanakan kegiatan temu lapang untuk mendukung kegiatan SL-PTT jagung, dan (e) distribusi media cetak yang berkaitan dengan inovasi teknologi jagung. Dari hasil kegiatan pendampingan SL-PTT jagung di Kabupaten Padang Pariaman dapat diambil kesimpulan sebagai berikut; Kegiatan pendampingan SL-PTT jagung dimulai dengan melakukan koordinasi dan sosialisasi program dengan pihak terkait. seperti pengambil kebijakan, petugas dan petani. Mereka sangat mendukung pelaksanaan SL-PTT jagung

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 46 dan penerapan display VUB jagung, karena melalui kegiatan ini diperkenalkan benih jagung hibrida hasil Litbang Kementerian Pertanian kepada kelompok tani dalam bentuk displai VUB jagung hibrida; yaitu varietas Bima 2, Bima 3, Bima 4, dan Bima 5. Lebih lanjut, VUB tersebut dapat dijadikan alternatif pilihan varietas dalam budidaya jagung. Pelatihan inovasi teknologi budidaya jagung kepada penyuluh/petugas pertanian di lapangan, dapat menambah pengetahuan mereka tentang teknologi budidaya jagung spesifik lokasi, yang dapat meningkatkan produktivitas jagung. Dari 4 (empat) VUB yang diuji (Bima 2, Bima 3, Bima 4, dan Bima 5), ternyata VUB. Bima 3 dan Bima 5 memberikan hasil yang tinggi dibanding dengan 2 VUB lainnya, masing-masing 8,70 t/ha dan 8,55 t/ha. Peningkatan hasil yang nyata lebih baik dari potensi hasil varietas hibrida sebelumnya, diharapkan penerapan SL-PTT jagung akan berdampak positif dalam pengembangan usahatani jagung di Padang Pariaman, khususnya di nagari Aia Tajun, kecamatan Lubuk Alung. Kegiatan temu lapang dan panen dihadiri oleh bapak Bupati kabupaten Padang Pariaman dan kepala SKPD terkait (Distannakhut, BP3K&KP, Bappeda, Dinas Catatan Sipil, Badan pemberdayaan Masyarakat (BPM) dan Dinas Perindustrian Kabupaten Padang Pariaman), Dinas Pertanian provinasi Sumatera Barat, peneliti, penyuluh, Camat kecamatan Lubuk Alung, aparat kecamatan, nagari, kelompok tani/petani kooperator, dan perwakilan kelompok tani di sekitar lokasi display VUB. Hasil dari temu lapang tersebut diperoleh informasi bahwa ke empat VUB yang diuji disukai oleh petani. Namun demikian, VUB Bima 3 dan Bima 5 memberikan hasil yang tinggi. Media yang didistribusikan adalah materi pelatihan teknologi PTT jagung (komponen teknologi dasar dan teknologi pilihan), dan diskripsi empat VUB jagung yang didisplaikan, serta Buku Petunjuk Lapang Hama, Penyakit dan Hara pada tanaman jagung.

Gambar 24. Keragaan VUB jagung Hibrida varietas Bima 2, Bima 3, Bima 4 & Bima 5.

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 47

Gambar 25. Keragaan hasil tanaman jagung saat panen dan Temu Lapang.

2.5. PENDAMPINGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M- KRPL)

2.5.4. PENDAMPINGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KABUPATEN SOLOK Implementasi M-KRPL di Kabupaten Solok dilakukan oleh kelompok wanita tani (KWT) Anggrek Baru I Kenagarian Gantung Ciri, Kecamatan Kubung dengan jumlah peserta awal 21 KK. Walaupun termasuk kawasan perdesaan, spesifikasi luas pekarangan peserta tergolong sempit (3-50 m2), Sesuai strata luas pekarangan, maka model budidaya yang diintroduksikan adalah vertikultur model rak, pot/polybag dan bedengan untuk tanaman sayuran, toga dan tanaman pangan, serta kolam terpal untuk pemeliharaan ikan lele. Tahapan Implementasi, dilakukan dalam bentuk koordinasi, sosialisasi, pembangunan kebun bibit desa (KBD), identifikasi karakterisasi, perancangan pemanfaatan pekarangan, pelatihan peserta dan studi banding dalam periode Maret s/d Desember 2012. Dalam upaya meningkatkan kemampuan peserta dalam pemanfaatan lahan pekarangan, telah dilakukan pelatihan dan pendampingan tentang penyediaan media tanam, pembibitan, teknologi tentang budidaya tanaman sayuran, pembuatan pestisida nabati, dan pengolahan sampah rumahtangga untuk pupuk kompos. Sementara itu, lokasi kunjungan studi banding yang diikuti semua peserta adalah KWT Lansek Manih Talawi Mudik, KWT Padang Ganting Tanah Datar, dan KWT Permata Ibu Bukittinggi yang diharapkan mampu meningkatkan motivasi peserta baik dalam aspek teknis maupun kelembagaan, khususnya soliditas kelompok. Secara kuantitatif anggota KWT telah mampu menghemat pengeluaran untuk konsumsi sayuran senilai Rp 200.000 s/d Rp 250.000/bulan, disamping itu, rumahtangga peserta bertambah menjadi 32 KK. Implementasi M-KRPL di KWT Anggrek Baru 1 sebagai model percontohan yang difasilitasi bersama oleh BPTP dan Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Solok, diharapkan dapat dilanjutkan secara swadana dan bahkan dapat dikembangkan pada lokasi sekitarnya dalam kawasan yang sama. Oleh sebab itu soliditas anggota KWT, pemahaman bahwa kegiatan Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 48

RPL menjadi salah satu pemberdayaan dalam meningkatkan ketahanan pangan, dan perbaikan kesejahteraan rumahtangga dilingkungan mereka. Selain itu, dukungan berbagai pihak secara berjenjang termasuk tokoh masyarakat sebagai motivator dan penggerak juga diharapkan berpartisipasi aktif memberi contoh di luar KWT.

Gambar 26. Keragaan KBD KWT Anggrek Baru 1 dan tanaman Nagari Gantung Ciri Kabupaten Solok

Gambar 27. Keragaan bibit dalam KBD, tanaman dalam rak vertikultur dan aneka tanaman sayuran dalam polibag di lahan pekarangan.

2.5.5. PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M- KRPL) DI KOTA PADANG Berdasarkan strata, luas pekarangan masyarakat peserta kegiatan M- KRPL Tarantang terdiri dari pekarangaan sangat sempit (± 36 m2) berjumlah 21 KK (44,68 %), pekarangan sempit (± 72 m2) berjumlah 17 KK (36,17%), pekarangan sedang (± 90 m2) berjumlah 3 KK (6,38 %), dan pekarangan luas (± 120 m2) berjumlah 6 KK (12,76%). Sesuai strata luas pekarangan maka model penanaman yang diintroduksikan adalah vertikultur model rak, pot/polybag dan bedengan untuk tanaman sayuran. Bedengan dan polybag untuk tanaman obat-obatan dan rempah-rempah, serta tanam langsung untuk tanaman buah-buahan. Rak vertikultur terbuat dari kayu balok dan talang air untuk tempat menanam sayuran. Di Kelurahan Tarantang, panen sayuran telah dilakukan secara rutin dan telah mampu menekan pengeluaran rumah tangga untuk bahan pangan yaitu senilai Rp 17.000,- sampai Rp 265.000,- per bulan dengan rata-rata Rp 63.685,- dan dari Kebun Bibit Kelurahan (KBK), pengelola Kebun Bibit

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 49

Tarantang telah memperoleh tambahan pendapatan sebesar Rp 2.300.000,-. Untuk memenuhi kebutuhan bibit peserta, telah dibangun Kebun Bibit Kelurahan (KBK). Kebun bibit telah menjadi objek studi banding dan dikunjungi oleh Tim Penggerak PKK Kota Padang, Pengurus dan Pembina PKK Kota Payakumbuh, PPL Koto Tangah, petani Batipuh Panjang, masyarakat Kuranji, Tim Penggerak PKK Batu Gadang, peneliti Kalteng, petani Payobasung Kota Payakumbuh dan lain-lain. Pengembangan atau replikasi M-KRPL oleh Kantor Ketahanan Pangan (KKP) Kota Padang ke Kelurahan Batipuh Panjang Kecamatan Koto Tangah melalui program P2KP melibatkan 5 KWT atau 95 KK, dimana BPTP Sumatera Barat berperan sebagai pendamping teknologi dan memberikan bantuan berupa contoh rak vertikultur, bibit buah-buahan dan bibit sayuran yang tidak tercakup dalam bantuan KKP. Sebanyak 32 KK (33,68 %) peserta KRPL Batipuh Panjang memiliki pekarangan sangat sempit (luas ± 36 m2), 32 KK (33,68 %) memiliki pekarangan sempit (± 72 m2), 13 KK (13,69 %) memiliki pekarangan sedang (± 90 m2), dan 18 KK (18,95 %) memiliki pekarangan luas (± 120 m2). Di Kelurahan Batipuh Panjang walaupun kondisi pekarangan relatif lebih luas, namun karena lokasi adalah daerah banjir maka budidaya tanaman lebih banyak dilakukan dengan rak dan polybag. Besar penghematan pengeluaran relatif lebih rendah yaitu antara Rp 15.000,- sampai Rp 170.800,- per bulan dengan rata-rata Rp 63.401,79. Selain pada dua lokasi tersebut, M-KRPL juga telah disosialisasikan kepada Tim penggerak PKK Kota Padang, Pengurus Wilayah Persaudaraan Muslimah (Salimah) se Sumatera Barat, Tim penggerak PKK Kelurahan Batu Gadang, dan Kader UPPKS Kota Padang, serta anggota P2WKSS Kelurahan Jati. Untuk meningkatkan kemampuan peserta dalam pemanfaatan pekarangan telah pula dilakukan pelatihan teknologi budidaya sayuran dan buah-buahan di lahan pekarangan, pelatihan pengendalian OPT dan pelatihan pengolahan ubi jalar ungu.

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 50

Gambar 28. Kondisi Kebun Bibit Kelurahan (KBK) Tarantang Kota Padang

Tabel 14. Rancang bangun pemanfaatan pekarangan berdasarkan strata luas pekarangan

No. Strata Model Jenis Tanaman Pemanfaatan 1. Sangat  Vertikultur (model  Sayuran: Kangkung, Bayam, Caisin, sempit rak) Seledri, Slada, Bawang daun  Pot/ polibag  Sayuran: Cabe merah, Cabe rawit, Terung, Tomat, Bawang merah, dll  Rempah dan Obat : Jahe, Kunyit, Sereh, Ruku-ruku, Lengkuas, Sirih merah, dll 2. Sempit  Vertikultur (model  Sayuran : Kangkung, Bayam, Caisin, rak) Seledri, Bawang daun, Slada  Pot/ polibag  Sayuran: Cabe merah, Cabe rawit, Terung, Tomat, Kacang panjang,  Bedengan mini Mentimun, Bayam, Kangkung  Toga dan rempah : Jahe, Kunyit, Sereh, Ruku-ruku, Lengkuas, Sirih  Tanam langsung merah, dll  Tanaman pangan: talas, ubi kayu, ubi jalar  Buah-buahan: jambu biji merah, sirsak , katuri, jeruk purut. 3. Sedang  Vertikultur (model  Sayuran : Kangkung, Bayam, Caisin, rak) Seledri, Bawang daun, Slada  Pot/ polibag /  Sayuran : Caisin, Bayam, Kangkung, tanam langsung Seledri, Selada  Tan. rempah dan obat: Jahe, Kunyit, Sereh, Ruku-ruku, Lengkuas, Sirih merah, dll  Buah: Jambu biji merah, Sirsak, kasturi, jeruk purut.  Bedengan mini  Sayuran, umbi, kacang-kacangan, toga  Kandang  Ayam/Itik  Kolam  Ikan 4. Luas Pot/polybag Sayuran: Bayam, Kangkung, Caisin, Seledri, Selada Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 51

 Bedengan  Sayuran: Cabai, Terung, Tomat, Kacang panjang, Mentimun,  Tan. Rempah dan obat: Jahe, Kunyit, Sereh, Ruku-ruku, Lengkuas, Sirih merah, dll  Tanaman pangan: Ubi jalar, Talas, Ubi kayu  Tanam langsung  Buah-buahan : Pepaya, Jambu biji merah, Sirsak, Jeruk kasturi, Jeruk purut  Kandang  Ternak ayam/Itik/Sapi  Kolam  Ikan 2.5.6. PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA PARIAMAN

Kegiatan pengembangan Model Kawasan Rumah Pangan (M-KRPL) di Desa Cubadak Aie Kecamatan Pariaman Utara Kota Pariaman dilaksanakan bekerjasama dengan Dinas Pertanian Kota Pariaman, yaitu melalui program Gerakan Pensejahteraan Petani dan Desa Mandiri Pangan. Luas lahan pekarangan di Desa Cubadak Aie Kota Pariamam, sebagian besar (65 %) tergolong pekarangan sedang (luas 120-400 m2) 13 KK, tergolong pekarangan sempit (luas <120 m2) 6 KK, dan pekarangan luas (luas > 4002) sebanyak 1 KK (5 %). Tanaman sayuran yang diintroduksikan; adalah tanaman kangkung darat, bayam cabut, caisin, selada, seledri, terung, cabe rawit, cabe, tomat, kacang panjang, buncis dan bawang merah. Sedangkan tanaman pangan yang diintroduksikan adalah jagung manis. Untuk tanaman buah-buahan dikembangkan Mangga, sawo, papaya, Alpukat dan Asam sundai. Selain itu juga diintroduksikan tanaman rempah dan obat-obatan seperti jahe kuning, jahe merah dan sirih merah. Implementasi pengembangan M-KRPL yang telah dilakukan sampai saat ini adalah: (1) Disain pemanfaatan lahan pekarangan; (2) Pembangunan Kebun Bibit Desa (KBD) (3) pembuatan rak vertikultur (4) Penanaman (5) Pemeliharaan Tanaman (6) Pelatihan Tekhnis, (7) Bimbingan Tekhnis dan (8) Produksi Tanaman Sayuran di pekarangan.Model penanaman yang diintroduksikan adalah model vertikultur, model rak, pot/polybag dan bedengan untuk sayuran, bedengan dan polybag untuk tanaman obat-obatan dan rempah-rempahan. Untuk lahan pekarangan yang luas sistim penanaman lebih banyak menggunakan bedengan . Dari hasil kegiatan terlihat bahwa M-KRPL dapat dijadikan salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan pangan dan peningkatan ekonomi keluarga berkisar antara Rp 83.500,- sampai Rp. 209.000,- per bulanSebagai model pemanfaatan pekarangan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) Desa Cubadak Aie Kota Pariaman sudah banyak diadopsi dan diimplementasikan oleh masyarakat sekitar Desa Cubadak Aie. Hal ini terlihat dari pertambahan jumlah peserta yang bergabung dengan

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 52 kegiatan M-KRPL ini, yaitu dari 15 KK diawal kegiatan, kemudian

berkembang menjadi 20 KK.

Gambar 29. Kondisi pekarangan masyarakat setelah kegiatan M-KRPL

Gambar 30. Kunjungan Bapak Walikota Kota Pariaman ke Kebun Bibit Desa Cubadak Aie Kecamatan Pariaman Utara dan kepada Ketua kelompok pelaksana M-KRPL.

2.5.7. PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KABUPATEN DHARMASRAYA

Pada umumnya luas lahan pekarangan yang dimiliki oleh masing- masing peserta M-KRPL di Kabupaten Dharmasraya tergolong sedang (Strata 3). Dalam Tahun 2012, tanaman yang telah diintroduksikan pada kegiatan M-KRPL ini adalah tanaman sayuran antara lain; kangkung, bayam, caisin, selada, seledri, tomat, cabe, kacang panjang, terung, mentimun, oyong, pare, dan bawang merah. Untuk tanaman buah-buahan telah dikembangkan sirsak ratu, pepaya dan belimbing. Selain itu juga telah dikembangkan tanaman rempah dan obat-obatan seperti jahe, kunyit, dan lain-lain, serta tanaman umbi-umbian seperti ubi jalar ungu. Implementasi pengembangan M-KRPL yang telah dilaksanakan adalah: (1) Pembangunan Kebun Bibit Desa (KBD). (2) Penanaman Tanaman Sayuran. (3) Penanaman tanaman buah-buahan. (4) Penanaman dapur dan Tanaman Obat. Dapat juga diinformasikan bahwa masing- masing peserta M-KRPL telah termotivasi untuk menerapkan kegiatan M- KRPL secara terus menerus, dari kondisi ini diharapkan dapat menjamin keberlanjutan dan tercapainya manfaat serta dampak M-KRPL di Kabupaten Dharmasraya.

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 53

Gambar 31. Keragaan tanaman pada salah satu pekarangan peserta M-KRPL di Jorong Ranah Lintas Tebing Tinggi, Kecamatan Pulau Punjung, Kabupaten Dharmasraya, 2012

2.5.8. PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI KOTA SAWAHLUNTO Kegiatan dilakukan di Desa Talawi Mudik Kecamatan Talawi Kota Sawahlunto bekerjasama dengan Program P2KP dan Program Sapu Bersih Kemiskinan Dinas Pertanian Kota Sawahlunto. Di Desa Talawi Mudik Kota sawahlunto, implementasi pengembangan M-KRPL di lapangan yang telah dilakukan sampai saat ini adalah: (1) Mendisain pengaturan pemanfaatan lahan pekarangan; (2) Pembangunan Kebun Bibit Desa (KBD); (3) Pengembangan replikasi Rumah Pangan Lestari dan persiapan pelaksanaan kawasan rumah pangan lestari di Desa Talawi Mudik Kecamatan Talawi Kota Sawahlunto. Pendekatan yang digunakan adalah partisipatif dengan melibatkan kelompok sasaran, tokoh masyarakat dan perangkat desa.

Gambar 32. Hasil keragaan tanaman di pekarangan peserta M-KRPL Desa Talawi Kota Sawahlunto, 2012

2.5.9. PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN

Kegiatan pengembangan M-KRPL di Kabupaten Padang Pariaman dilaksanakan pada suatu kawasan, yaitu di Korong Sungai Laban Kecamatan Nan Sabaris Kabupaten Padang Pariaman. Kegiatan bekerjasama dengan Badan Penyuluhan Pertanian Perikanan Kehutanan dan Ketahanan Pangan kabupaten Padang Pariaman, dan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Barat.

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 54

Pelaksana M-KRPL di Sungai Laban dengan luas pekarangan yang tergolong sempit (<120 m2), sebanyak 5 KK (25,0 %) dan dengan luas pekarangan tergolong sedang (120-400 m2) sebanyak 15 KK (75,0 %). Tanaman yang diintroduksikan adalah tanaman sayuran, antara lain; kangkung darat, bayam cabut, caisin, seledri, slada, tomat, mentimun, cabe rawit, cabe merah, kacang panjang, kacang buncis, terung dan bawang merah. Bibit tanaman sayur ini berasal dari Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang. Untuk tanaman buah-buahan dikembangkan sirsak lokal, dan pepaya dari Balitbu Tropika Solok. Selain itu juga diintroduksikan tanaman rempah dan obat-obatan antara lain; jahe merah, sirih merah dan Jeruk sundai. Implementasi pengembangan M-KRPL yang telah dilakukan sampai saat ini adalah: (1) Disain pemanfaatan lahan pekarangan; (2) Pembangunan Kebun Bibit Desa (KBD); dan (3) Pembuatan rak-rak vertikultur. Model penanaman yang diintroduksikan antara lain adalah model rak vertikultur, pot/polybag dan bedengan untuk tanaman sayuran, yang disesuaikan dengan strata luas pekarangan ( sempit, sedang, luas ). Untuk tanaman obat-obatan dan rempah-rempah juga digunakan bedengan dan polybag, sedangkan pekarangan yang luas lebih banyak menggunakan bedengan ditambah dengan pemeliharaan ikan dan ternak. M-KRPL dapat dijadikan sebagai upaya peningkatan ekonomi keluarga yaitu dengan rata-rata pendapatan berkisar Rp. 75.000 sampai Rp. 100.000 per bulan, disamping itu juga dapat menghemat pengeluaran rumah tangga, yaitu sekitar Rp. 60.000 sampai Rp. 150.000,- per bulan. Sebagai suatu model dalam rangka pemanfaatan pekarangan, M-KRPL telah banyak diadopsi dan diterapkan oleh masyarakat sekitar Korong Sungai laban, dan menjadi lokasi studi banding bagi kelompok wanita tani dalam membangun kebun bibit dan pemanfaatan pekarangan. Hal ini terlihat dari terjadinya pertambahan jumlah peserta yang bergabung pada kegiatan ini yakni dari 20 orang anggota menjadi 27 orang anggota.

Gambar 33. Budidaya tanaman sayuran pada pekarangan luas dan sedang dapat dilakukan dengan cara sistim bedengan dan rak vertikultur

2.5.10. MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI KABUPATEN PESISIR SELATAN

Kegiatan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) di Kabupaten Pesisir Selatan mendapat dukungan yang baik dari instansi

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 55 terkait mulai dari tingkat kabupaten, kecamatan, nagari dan warga masyarakat. Mitra pelaksana kegiatan M-KRPL tersebut adalah Kelompok Wanita Tani (KWT) Sejahtera di Kampung Simauang-Cumateh, Kenagarian Duku, Kecamatan Koto XI Tarusan. Dari 25 anggota kelompok, 15 orang telah dibina secara penuh dan 10 orang secara tidak penuh. Kegiatan M-KRPL yang telah dilaksanakan di lapangan meliputi: (1) Membangun Kebun Bibit Desa (KBD), (2) Melaksanakan pelatihan/sebagai nara sumber, (3) Melakukan pembibitan tanaman, (4) Penanaman pekarangan, dan (5). Penanaman kebun kelompok.Secara umum terlihat bahwa luas lahan pekarangan anggota KWT Sejahtera tergolong sempit. Oleh sebab itu, sistem tanaman pekarangan yang diterapkan adalah sistem vertikultur. Komoditas sayur yang dianjurkan umumnya sayuran dataran rendah. Hasil panenan anggota KWT telah membantu kebutuhan mereka sehari-hari bahkan sebagiannya dijual kepada pedagang setempat.

Gambar 34. Pertumbuhan Ubi jalar ungu di Kenagarian Duku dan hasil pengolahan umbinya oleh KWT Sejahtera

2.5.11. PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI KABUPATEN TANAH DATAR

Kegiatan M-KRPL Kabupaten Tanah Datar dilaksanakan oleh kelompok wanita tani (KWT) “Sederhana” dengan jumlah anggota peserta pada akhir tahun 2012 sudah berkembang dari 15 orang menjadi 18 orang. Partisipasi anggota cukup tinggi untuk melaksanakan kegiatan M-KRPL. Sumberdaya (alam dan manusia) nagari Padang Ganting cukup potensial untuk mendukung pengembangan M-KRPL, terutama di subsektor tanaman pangan, hortikultura, dan perikanan. Hal ini disebabkan ketersedian air relatif cukup. Perkembangan M-KRPL nagari Padang Ganting, telah mendapat perhatian oleh beberapa pihak terkait seperti adanya kunjungan studi banding, dan penjualan bibit sayuran. Pelaksanaan budidaya sayuran oleh peserta pelaksana M-KRPL di Nagari Padang Ganting dapat memberikan penghematan pengeluaran rumah tangga berkisar antara Rp. 11.000 sampai Rp. 114.000 per bulan. Angka ini belum termasuk kontribusi dari tanaman buah-buahan (belum berbuah), kemudian juga hasil tanaman toga belum diperhitungkan dan integrasi sayuran dengan ayam buras

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 56

.

Gambar 35. Integrasi sayuran dan ikan (kiri), dan Sayuran dan ternak ayam buras

2.5.12. PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M- KRPL) DI KOTA PAYAKUMBUH

Kegiatan pengembangan M-KRPL di Kelurahan Payobasuang Kecamatan Payakumbuh Timur Kota Payakumbuh dilaksanakan oleh KWT Kota Saiyo bekerjasama dengan Kantor Ketahanan Pangan Kota Payakumbuh dan Balai Penyuluhan Kecamatan (BPK) Payakumbuh Timur. Kelurahan Payobasuang juga merupakan lokasi dilaksanakannya Program PUAP dengan LKM-A nya, P2KP, GPP dan telah memiliki Sub Terminal Agribisnis (STA). Implementasi pengembangan M-KRPL yang telah dilakukan sampai saat ini adalah: (1) Disain pemanfaatan lahan pekarangan; (2) Pembangunan Kebun Bibit Desa (KBD); (3) pembuatan rak vertikultur (4) Penanaman (5) Pendampingan dan (6) Pelatihan Tekhnis . Peserta M-KRPL sudah dapat mengurangi pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, yaitu antara Rp.100.000,- sampai dengan Rp.200.000,- per bulan. Selain penghematan pengeluaran beberapa rumah tangga bahkan sudah mampu menambah pendapatan dari hasil penjualan komoditi sayuran yang dikembangkan serta telur itik, bahkan ada yang telah mendapat tambahan pendapatan sebesar Rp 300.000 per bulan. Peningkatan jumlah anggota peserta M-KRPL sampai akhir Desember 2012 adalah sebanyak 40 orang, yaitu sekitar 167%. Komoditi yang paling banyak diusahakan adalah komoditi sayuran, antara lain terung, seledri dan cabe merah, hal ini disebabkan komoditi tersebut mudah untuk dipasarkan. Untuk jenis tanaman buah-buahan belum memberikan hasil kecuali tanaman pepaya.

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 57

Gambar 36. Berbagai media tanam yang diintroduksikan

2.5.13. PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M_KRPL) DI PADANG PANJANG

Konsep Model “Kawasan Rumah Pangan Lestari” (KRPL), merupakan program terobosan Kementerian Pertanian guna mewujudkan ketahanan pangan nasional melalui pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga, menghemat pengeluaran, dan peningkatan pendapatan. Dampak lanjutannya adalah terciptanya kesejahteraan keluarga yang diupayakan oleh segenap lapisan masyarakat. Pelaksanaan kegiatan di lapang dilakukan secara bertahap, mulai dari sosialisasi pada tingkat institusi terkait sampai pada calon peserta dengan pendekatan partisipatif. Sosialisasi yang dilakukan sejalan dengan pemilihan dan penetapan lokasi kegiatan yang tepat dan representatif. Lahan pekarangan yang sempit tidak menjadi penghambat bila motivasi sudah terbangun. Dengan menggunakan rak vertikultur dan penataan pemanfaatan lahan yang efisien dapat memberikan hasil yang lumayan bagi para pelaksana. Dibandingkan dengan pengelolaan pekarangan tanpa tanaman kebutuhan harian rumah tangga, model Rumah pangan lestari jauh lebih menguntungkan. Penghematan yang terjadi berkisar antara Rp 120.000 – Rp 580.000 dengan rataan Rp 301.000 setiap bulannya Tabel. Angka ini cukup besar bagi keluarga kecil dengan pendapatan yang tergolong kelas menengah kebawah.

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 58

“Motivasi” dan keyakinan untuk pemenuhan kebutuhan, merupakan kata kunci kesuksesan pelaksanaan kegiatan di lapang. Untuk itu harus dilakukan pendekatan partisipatif yang sesuai dengan kehidupan sosial dan kemasyarakatan. Informan kunci dan peserta kreatif dan progresif serta simpati harus dicari dan didekati lebih dulu, begitu juga dengan pemuka setempat. Baik pemuka resmi (jajaran kemasyarakatan dalam pemerintahan seperti Ketua RT, Lurah), maupun pemuka masyarakat, termasuk orang yang disegani dan orang yang disenangi. Mereka bisa diajak dan diharapkan sebagai pemicu gerakan di lapang dan sekaligus sebagai motivator dan teladan/panutan bagi peserta lain dan masyarakat sekitarnya. Pembangunan dan pengembangan model ini nampaknya tidak bisa bila dilakukan hanya dengan sosialisasi dan memberikan saran serta menyerahkan bantuan saja. Para peserta harus diajak dan dilatih sejalan dengan pelaksanaan kegiatan di lapangan. Pengumpulan peserta dan pelaksanaan acara resmi dalam ruangan bukan merupakan cara yang baik.

Tabel 15. Perbandingan Nilai manfaat (penghematan) penerapan model Rumah Pangan Lestari di Perumahan Arafah Permai, Padang Reno, Kelurahan Koto Panjang, Kota Padang Panjang,2012

No Item Kebutuhan Kebutuhan rataan Hasil Panen RPL, Rataan Rumah Tangga (Rp/KK/bulan) rataan (Rp/bln)* penghematan/ bulan 1 Cabai 30.000 15.000 15.000 2 Cabai rawit 8.000 5.000 3.000 3 Tomat 9.000 4.500 4.500 4 Terung 6.000 7.500 7.500 5 Mentimun 4.000 7.000 7.000 6 Gambas 2.000 6.000 6.000 7 Pare 2.000 6.000 6.000 8 Labu siam 3.000 9.000 9.000 9 Bawang 10.000 3.000 7.000 10 Bawang prei 6.000 16.000 16.000 11 Seledri 3.000 20.000 20.000 12 Kunyit 2.000 5.000 5.000 13 Bayam 15.000 40.000 40.000 14 Kangkung 12.000 16.000 16.000 15 Cai sim 6.000 8.000 8.000 16 Slada 6.000 9.000 9.000 17 Pak coy 3.000 4.000 4.000 18 Sawi 3.000 6.000 6.000 19 Strawberry 2.000 4.000 4.000 20 Lele 45.000 60.000 60.000 21 Lainnya 60.000 50.000 10.000 Jumlah 301.000 263.000 237.000

Sumber : olahan database akhir kegiatan

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 59

Gambar 37. Kebun bibit MKRPL Padang Panjang dan beberapa aktivitas dalam tahapan penerapan Rumah Pangan lestari.

2.5.14. PENGEMBAGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI KOTA SOLOK

Sektor pertanian merupakan sumber pendapatan bagi sebagian besar (>54,0%) penduduk Sumatera Barat. Sementara sumbangannya terhadap PDRB relatif rendah, tahun 2008 sekitar 24,5% (Bappeda, 2009). Dari data di atas terlihat bahwa pendapatan petani relatif rendah dibanding sektor lainnya, karena 24,5 % PDRB tersebut terdistribusi kepada 639.700 KK tani. Dari 639.700 KK tani tersebut 136.630 KK diantaranya merupakan rumah tangga tani miskin (43,70 % dari seluruh KK miskin yang ada di Provinsi Sumatera Barat. Data BPS juga menunjukkan bahwa Nilai Tukar Petani (NTP) hanya mencapai 74,21 %, yang menunjukkan bahwa tidak stabilnya kehidupan petani akibat tingginya perbedaan indeks harga yang dibayarkan petani dan indeks harga yang diterima petani. Presiden RI menyatakan bahwa ketahanan dan kemandirian pangan nasional harus dimulai dari rumah tangga. Salah satu upaya untuk mewujudkan ketahanan dan kemandirian pangan keluarga tersebut adalah melalui pemanfaatan lahan pekarangan. Potensi lahan pekarangan cukup besar, di Indonesia mencapai 10,3 juta ha dari keseluruhan luas lahan pertanian (BBP2TP, 2011). Di Sumatera Barat luas lahan pekarangan mencapai 85,141 ha yang tersebar di 12 kabupaten dan 9 (Sembilan) kota (Bappeda dan BPS Sumatera Barat, 2010). Potensi yang cukup besar ini merupakan salah satu sumber potensial penyedia bahan pangan yang bernilai giizi dan memiliki nilai ekonomi tinggi.

Berbagai inovasi yang telah diterapkan antara lain penggunaan lahan per-karangan rumah untuk tanaman hortikultura seperti terung, cabe dan tomat, dengan berbagai macam model rak penyediaan air dengan embung,

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 60 pemanfaatan perkarang an untuk tanaman pangan alternatif serta dapur hidup, kolam ikan sistim terpal.

Gambar 38. Kebun bibit MKRPL Kota Solok dan beberapa hasil aktivitas

2.5.15. PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI KABUPATEN SIJUNJUNG

Di Dusun Tuo, Nagari Muaro Bodi, luas pekarangan peserta kegiatan M-KRPL sebagian besar (8 KK) termasuk pekarangan dengan ukuran sedang (120-400 m2), kemudian diikuti (6KK) dengan pekarangan tergolong sempit (<120 m2) dan pekarangan sangat sempit atau tanpa pekarangan (1 KK). Tanaman yang diintroduksikan adalah tanaman kangkung darat, bayam cabut, caisin, terung, cabai dan bawang merah. Untuk tanaman buah- buahan dikembangkan sirsak ratu, pepaya dan jambu air dari Balitbu Tropika Solok. Untuk mendukung pelaksanaan KRPL di Muaro Bodi telah dibangun sebuah rumah bibit yang berukuran 3 x 6 m. Dalam implementasi KRPL di Muaro Bodi, peserta telah dapat memetik hasilnya yang berkisar dari Rp.22.500,- s/d Rp.133.500,- Kendala yang dihadapi oleh peserta adalah kesulitan mendapatkan tanah bagian atas (top soil) untuk media tanam dan mendapatkan air penyiram pada musim kemarau.

Gambar 39. Keragaan tanaman secara vertikultur, dan di lahan bedengan

2.5.16. PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M- KRPL) DI KOTA BUKITTINGI Kegiatan pengembangan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M- KRPL) di Kota Bukittinggi dilaksanakan di Kelurahan Parit Antang Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh. Tujuan pengkajian adalah mengimplementasikan Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 61 model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) pada setiap kawasan terpilih di Kota Bukittinggi Sumatera Barat. Kegiatan berlangsung dari bulan Januari sampai Desember 2012. Kegiatan lapangan dilakukan bersamaan dengan Kantor Ketahanan Pangan Kota Bukittinggi. Hasil pendampingan sampai bulan Desember 2012 antara lain: (1) Kegiatan pengembangan M-KRPL di Kota Bukittinggi dilaksanakan di kawasan Kelurahan Parit Antang Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh dilakukan bekerjasama dengan Kantor Ketahanan Pangan; (2) Telah dilakukan koordinasi dan sosialisasi pada tingkat Kota dan Kelurahan serta pada masyarakat pelaksana kegiatan M-KRPL; (3) Hasil PRA menunjukkan bahwa dari 23 orang calon anggota pelaksana M-KRPL Kelurahan Parit Antang Kota Bukittinggi berumur antara 29 sampai dengan 68 tahun dengan tingkat pendidikan bervariasi dari tamatan SD s/d Perguruan Tinggi dan dengan jumlah tanggungan keluarga bervariasi antara 1 s/d 6 orang; (4) Tanaman sayuran yang ditanam antara lain: bayam cabut, kangkung darat, caisin, selada, tomat, mentimun, bawang merah, bawang daun, seledri, terung dan cabei serta kemumu, untuk tanaman buah-buahan antara lain: sirsak, pepaya dan jambu biji merah, dan untuk tanaman rempah serta obat-obatan seperti: jeruk purut, jeruk sundai, kunyit dan jahe; (5) Di Kelurahan Parit Antang Kota Bukittinggi, luas pekarangan dan rumah peserta kegiatan berkisar antara 100-410 m2, dimana sebagian besar (52,17 %) berada pada strata sempit (<120 m2); (6) Implementasi pengembangan M- KRPL yang telah dilakukan sampai saat ini adalah: a) Mendisain pengaturan pemanfaatan lahan pekarangan; b) Pembuatan Kebun Bibit Kelurahan (KBK); dan (c) Menyiapkan rak vertikultur dan polibag, (7) Model penanaman yang akan diintroduksikan adalah vertikultur model rak dan talang air serta pot/polybag untuk sayuran, bedengan dan polybag untuk tanaman sayuran, tanaman pangan, buah-buahan, dan rempah-rempahan, dan (8) Telah dilakukan panen sayuran dan tanaman pangan serta tanaman rempah secara rutin dan telah mampu menekan pengeluaran rumah tangga untuk bahan pangan dari Rp. 17.000,- sampai Rp. 453.900,- per bulan.

Sebelum Sesudah

Gambar 40. Kondisi pekarangan sebelum dan setelah implementasi M-KRPL di Kelurahan Parit Antang. 2.6. PENERAPAN INOVASI TEKNOLOGI USAHATANI KAKAO UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DAN MUTU HASIL MENUNJANG PROGRAM GERAKAN NASIONAL KAKAO

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 62

Sumatera Barat merupakan salah satu propinsi pengembangan komoditas kakao di Kawasan Indonesia Barat seperti yang telah dicanangkan oleh Wakil Presiden RI pada tahun 2006. Semenjak itu perkembangan kakao di Sumatera Barat sangat pesat, pada tahun 2006 luas tanaman kakao di Sumatera Barat hanya 21.139 ha setelah 6 tahun kemudian tahun 2011 luas tanaman kakao di Sumatera Barat mencapai 110.000 ha lebih. Pada umumnya tanaman kakao di Sumatera Barat dikelola oleh perkebunan rakyat dengan rata-rata produktivitasnya masih rendah berkisar 500-700 kg/ha. Sejalan dengan program Gerakan Nasional Pengembangan kakao maka pada tahun 2012 BPTP Sumatera Barat telah melakukan kegiatan diseminasi inovasi teknologi budidaya dan pasca panen kako di Nagari Balimbing Kabupaten Tanah Datar. Kegiatan ini merupakan lanjutan dari kegiatan tahun 2011. Selama kegiatan telah dilakukan beberapa strategi penerapan inovasi teknologi budidaya, panen dan pasca panen kakao dan telah menghasilkan antara lain: (1) kurang lebih 80% petani telah memahami tentang teknologi usahatani kakao namun penerapan dari teknologi tersebut masih beragam, (2) telah diadopsi dan diterapkan oleh 40-75 % petani teknologi budidaya dan 25-70% petani telah menerapkan teknologi panen dan pasca panen, (3) terjadi peningkatan produktivitas tanaman kakao pada masing-masing demplot 134 – 228 % dari 500-700 kg/ha/th menjadi 996-2784 kg/ha/th sementara peningkatan hasil kako diluar demplot 20 - 50%, dan (4) analisis usahatani kakao yang dilakukan pada setiap demplot menunjukkan rata-rata memberikan keuntungan cukup besar dengan B/C ratio 2.81

Gambar 41. Temu lapang kegiatan Gernas Kakao di Nagari Balimbiang, Kecamatan Rambatan, Kabupaten Tanah Datar

2.7. MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PEDESAAN MELALUI INOVASI (M-P3MI)

Semenjak tahun 2011 Badan Litbang Pertanian mulai melaksanakan kegiatan Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (m- P3MI) dengan sistem diseminasi multi channel (SDMC). Penerapan M-P3MI dilakukan dalam rangka mendukung program Kementerian Pertanian menuju terwujudnya pertanian unggulan berkelanjutan yang berbasis sumberdaya lokal untuk meningkatkan kemandirian pangan, nilai tambah, daya saing, komoditas ekspor, dan kesejahteraan petani. Diseminasi multi

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 63 channel melibatkan semua stakeholders sebagai landasan penerapan M- P3MI di lapangan. Tujuan utama m-P3MI adalah untuk mempercepat arus, memperluas spektrum atau jangkauan sasaran penggunaan teknologi berbasis kebutuhan pengguna, dan meningkatkan kadar adopsi teknologi inovatif Badan Litbang Pertanian serta untuk memperoleh umpan balik untuk penyempurnaan model pengembangan. Pada tahun 2012 BPTP Sumatera Barat melakukan kegiata MP3MI di dua lokasi di Nagari Koto Baru, Kecamatan Luhak Nan Duo, Kabupaten Pasaman Barat dan di Nagari Sungai Sariak, Kecamatan VII Koto Kabupaten Padang Pariaman. Di Nagari Koto Baru kegiatan M-P3MI dilaksanakan berbasis komoditas jagung, sawit, dan sapi terintegrasi dan di Nagari Sungai Sariak berbasis kakao. Di Pasaman Barat kelompok Tani Sejahtera 2 sebagai unit percontohan telah mampu melakukan inovasi teknologi: (1) pengolahan limbah tanaman jagung dan kelapa sawit untuk pakan sapi, (2) pengolahan kotoran sapi untuk kompos, dan (3) pengolahan urine sapi untuk pupuk cair. Implementasi teknologi pemanfaatan kompos dan urine dapat meningkatkan produktifitas tanaman kelapa sawit, jagung, dan tanaman sayuran rata-rata sekitar 15-25% serta meningkatkan efisiensi pemakaian pupuk an-organik sebesar 20-40%. Peningkatan pendapatan melalui implementasi teknologi rata-rata sebesar 20-25%. Inovasi kelembagaan melalui penguatan kelompok tani dan pembentukan Pusat Pembelajaran Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S) mempercepat terjadinya arus dan perluasan spektrum diseminasi teknologi pada tingkat petani melalui pelatihan, praktek lapang, diskusi, dan temu lapang teknologi Pelaksanaan kegiatan M-P3MI di Kabupaten Padang Pariaman sangat didukung oleh Pemda setempat, buktinya hampir semua SKPD terkait memberi konstribusi terhadap pelaksanaan MP3MI. Sistem diseminasi dalam proses implementasi model dilakukan dalam bentuk pelatihan dan sekolah lapang, peragaan teknologi dalam bentuk kebun contoh, pemberdayaan masyarakat lokal dalam bentuk arisan pemeliharaan kebun contoh, dan pendampingan yang dilakukan penyuluh. Beberapa cara desiminasi ini merupakan bagian dari penerapan sistem diseminasi multichannel yang berhasil mengimplementasikan 11 paket teknologi pada tingkat petani. Teknologi yang diperagakan pada petani mencakup teknologi budidaya kakao, pengolahan biji kakao, dan teknlogi pengolahan limbah kotoran sapi ternyata telah dipahami sekitar 92% petani peserta pelatihan. Namun tingkat penerapan teknologi ini baru mencapai 55%. Penerapan teknologi pada kebun percontohan mampu meningkatkan produktifitas tanaman kakao sebesar 88% dibandingkan produktiitas tanaman sebelumnya. Inovasi kelembagaan yang diimplementasikan pada kelompok tani sebagai unit percontohan dapat mempercepat proses pengembangan model pada skala yang lebih luas di tingkat nagari dan kecamatan.

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 64

Gambar 42. Praktek memupuk dan membuat rorak di lokasi tanaman kakao di Kabupaten Padang Pariaman

Gambar 43. Pengaruh pemberian urine terhadap tanaman sayuran di Jorong Mahakarya, Nagari Koto Baru, Kecamatan Luhak Nan Duo, Kabupaten Pasaman Barat.

2.8. PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGRIBISNIS HORTIKURTURA MELALUI PERBANYAKAN BIBIT UNGGUL KENTANG

Kentang (Solanum tuberosum L) merupakan salah satu komoditas sayuran penting di Sumatera Barat. Namun demikian, sampai saat ini ketersediaan bibit kentang bermutu sampai ke tingkat petani masih menjadi masalah. Disamping sulit mendapatkan bibit bermutu juga harganya relatif mahal. Akhirnya banyak petani menggunakan bibit tidak bermutu sehingga hasil rata-rata yang diperoleh petani rendah, yaitu 6-8 ton/hektar, padahal jika petani dapat menggunakan bibit kentang bermutu produksi bisa ditingkatkan menjadi 17-19 ton/hektar. Berdasarkan permasalahan di atas pada tahun 2012 BPTP Sumatera Barat melakukan perbanyakan bibit unggul kentang dengan tujuan untuk mendapatkan bibit G1 dan G2 yang bermutu. Kegiatan dilakukan di rumah kasa BPTP Sumatera Barat di Sukarami dan kegiatan lapang dilakukan di Nagari Batagak Kabupaten Agam dan di Alahan Panjang Kabupaten Solok. Dari hasil perbanyakan benih sumber Go yang berasal dari Balitsa yang dilakukan di rumah kasa Sukarami diperoleh umbi bibit G1 masing- masing sebanyak 4022 knol umbi bibit varietas Granola, 2531 knol varietas Margahayu dan 3148 knol umbi bibit varietas Cipanas. Sedangkan dari hasil perbanyakan di lapangan pada dua lokasi diperoleh umbi bibit G2 masing- masing sebanyak 117,10 kg umbi bibit varietas Granola, 299,18 kg varietas Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 65

Cipanas, 231,85 kg varietas Merbabu, 172,83 kg varietas Margahayu, 128,28 kg varietas Pink-06, 68,85 kg varietas GM-08, dan 18,04 kg umbi bibit varietas Cingkariang.

Gambar 44. Pengamatan tanaman oleh petugas BPSB pada saat tanaman berumur 40 (a) dan 50 hst (b). Rumah Kasa BPTP-Sumatera Barat, MT. 2012

2.9. PENDAYAGUNAAN KP DAN LABDIS

2.9.1 PENGELOLAAN LABOR DISEMINASI (LABDIS) PADANG

Kegiatan Pengelolaan Labor Diseminasi (Labdis) Padang bertujuan untuk memanfaatkan lahan di sekeliling kantorLabdis Padang, yang dilaksanakan pada bulan Januari sampai Desember 2012. Kegiatan yang dilakukan terdiri dari: (1) Memelihara dan memperbanyak 10 jenis tanaman hias, yaitu : Anggrek, Anthurium, Philodendron, Aglaonema, Sansevieria, Pucuk merah, Bromelia, Adenium, Jamaika, dan Raphis excelsa; (2) Memelihara 24 jenis plasma nutfah tanaman buah-buahan yang sudah ditanam pada tahun 2009-2011; (3) Pengadaan dan pemeliharaan 40 batang bibit buah naga ; (4) Penyediaan 500 batang bawah untuk perbanyakan tanaman buah-buahan unggul ; (5) Menerbitkan media informasi inovasi teknologi tanaman hias dan buah-buahan dalam bentuk leaflet sebanyak 2 judul yang terdiri dari 1 judul tentang tanaman hias dan 1 judul tentang tanaman buah-buahan dengan oplag masing-masing 100 exp serta 2 buah banner yang terdiri dari 1 buah banner tentang tanaman hias dan 1 buah tentang tanaman buah-buahan. Dari 10 jenis tanaman hias yang dipelihara, beberapa jenis tanaman telah diperbanyak, seperti Sansevieria, Bromelia, dan Anthurium sehingga jumlah tanaman telah berkembang dari 539 pot pada awal tahun 2012 menjadi 836 pot pada akhir tahun 2012. Sedangkan dari 24 jenis tanaman buah-buahan unggul yang dipelihara, pada awalnya berjumlah 138 batang telah bertambah menjadi 143 batang dan beberapa tanaman telah berbuah seperti : lengkeng, mangga, sawo, jeruk kasturi, sunkis, belimbing, pisang, jambu biji merah, rambutan, sukun, jeruk crifta, pepaya dan jeruk nipis. Namun beberapa tanaman masih belum menunjukkan perkembangan yang optimal karena sebagian besar lahan masih sering tergenang air. Untuk memperbanyak koleksi tanaman di lapangan, telah ditanam 10 rumpun (40

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 66 batang) tanaman buah naga. Disamping itu, untuk penyediaan bibit telah diperbanyak 500 batang bibit buah-buahan yang terdiri dari : 200 batang bibit sirsak, 100 batang bibit jeruk kasturi, 100 batang bibit jeruk purut dan 100 batang bibi jeruk nipis. Dalam hal menyediakan informasi tentang inovasi teknologi, juga telah dicetak 2 (dua) judul leaflet dengan oplag masing-masing 100 exp dan (dua) buah banner. Disamping itu, juga telah dilaksanakan promosi hasil pengelolaan Labdis dan sekaligus untuk diseminasi inovasi teknologi juga telah diikuti pameran tanaman hias dan buah-buahan yang dilaksanakan DPD PAI Sumatera Barat pada tanggal 5 s/d 11 November 2012 di halaman Kantor Gubernur Sumatera Barat. Dengan adanya kegiatan ini maka kebersihan, dan keindahan pekarangan labor Diseminasi Padang menjadi lebih baik. Disamping itu juga memberikan manfaat sebagai tempat mempertahankan kekayaan plasma nutfah tanaman hias dan buah-buahan yang selanjutnya dapat pula sebagai etalase Badan Litbang Pertanian dalam mengkomunikasikan hasil penelitian/pengkajian.

Gambar 45. Beberapa koleksi tanaman hias Labor Diseminasi Padang 2.9.4. PENGELOLAAN KEBUN PERCOBAAN (KP) SITIUNG

Pada tahun 2012 KP Sitiung, BPTP Sumatera Barat telah dilaksanakan pembibitan 2.000 batang tanaman kelapa sawit dan 20.000 batang tanaman karet untuk batang bawah, 1 hektar jagung Bima 3 dan satu unit kebun induk duku. Bibit sawit berasal dari Pusat Pembibitan Kelapa Sawit (PPKS) Medan dengan varietas hibryda DxP Damphy. Pembibitan awal (Prenursery) dimulai bulan Juli 2012 dan dipindahkan ke polybag besar bulan Oktober 2012. Pada akhir Desember 2012. bibit sawit dipersemaian utama berumur telah 3 bulan dengan jumlah daun/batang rata-rata 6,67 lembar. Dari 2000 kecambah yang ditanam, didapat 1940 batang bibit yang tumbuh normal. Kegiatan pembibitan batang bawah karet dilaksanakan mulai April 2012, Biji karet berasal Pusat Penelitan Karet Sungai Putih Medan, dari 25.000 biji karet yang telah dipindahkan kelapangan diharapkan minimal

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 67 didapat 20.000 bibit batang bawah terseleksi, serta memenuhi syarat untuk dijadikan bibit okulasi. Akhir Desember 2012 pertumbuhan bibit karet cukup baik, rata-rata tingggi tanaman 159 cm dan lingkaran batang 5,4 cm. Dengan adanya pembibitan kelapa sawit, batang bawah tanaman karet, penanaman jagung Hibrida Bima 3, dan penanaman tanaman duku unggulan Kabupaten Dharmasraya di KP Sitiung, ini menjadi sumber bibit bagi petani disekitarnya dan disamping itu, juga sebagai penghasil Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) bagi BPTP Sumatera Barat.

Gambar 46. Bibit kelapa sawit umur 3 bulan dipembibitan awal (kiri) dan kelapa sawit umur 2 bulan setelah dipindahkan ke polybag besar (kanan)

2.9.3. PENGELOLAAN KEBUN PERCOBAAN (KP) SUKARAMI KP Sukarami BPTP Sumatera Barat berbasis tanaman buah, tanaman hias, tanaman sayuran dan visitor plot pemeliharaan sapi, menuju terwujudnya kawasan agrowisata, merupakan lanjutan kegiatan tahun sebelumnya. Kegiatan ini beranjak dari arahan Kepala Badan Litbang Pertanian untuk memanfaatkan seluruh lahan di Kebun Percobaan dan pekarangan yang ada dilingkup Badan Litbang Pertanian, baik untuk pengkajian, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), maupun untuk kesejahteraan pegawai. Pada tahun 2012 telah dilaksakan kegiatan di Kebun Percobaan Sukarami Yaitu : a. Visitor Plot Berbasis Tanaman Buah dan Sayuran Di KP Sukarami, sesuai tahapannya, tahun pertama 2009, sudah dibuat tataruang dan penentuan titik koordinatnya guna pembuatan peta digital. Tahun 2012 dilakukan perubahan terhadap tata ruang yang dibuat pada tahun 2009, karena sebagian tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik. Tanaman jeruk yang ditanam sebanyak 325 batang, tahun 2012 masih tumbuh normal sebanyak 300 batang, tanaman sirsak 190 batang. Sementara tanaman Alpokat jenis Mega Peninggahan kurang sesuai, mati sebanyak 49 batang, sehingga tersisa sebanyak 219 batang yang terdiri dari beberapa jenis antara lain; Portei, Mega Paninggahan, Mega Merapi dan Mega Gagawan. Sementara itu tanaman sawo jenis Sumpu sebanyak 100 batang, pepaya merah delima, salak pondoh 250 batang cocok dengan lingkungan, masih tumbuh 200 batang. Tanaman Strawberry yang ditanam

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 68 sebanyak 1500 batang (california) telah dipindahkan kedalam pot sebanyak 1000 pot (Tabel 15). Sampai pertengahan tahun 2012 tanaman jeruk, sawo dan Strawberry sudah mulai berbuah. Tanaman sirsak, alpokat, salak masih dalam taraf pertumbuhan dan belum berproduksi. Selain tanaman buah tersebut diatas, juga dipelihara beberapa tanaman lain yang sudah ditanam sebelumnya, seperti , Lengkeng, Alpokat, Jeruk kasturi, dan pisang. Di samping tanaman buah-buahan, lahan juga ditanami tanaman sayuran seperti: Buncis, Tomat, Kentang, Wartel dan Cabe Merah. Pertumbuhan tanaman cukup baik dan menghasilkan secara berurutan 2009 , 584, 39, 35, dan 98 kg. b. Perbanyakan Bibit dan Pemeliharaan Tanaman Hias Pada bulan Mai 2012 telah dilakukan penanaman 24 varietas Krisan dengan jumlah 10.000 batang, sampai akhir september telah dilakukan perbanyakan tanaman melalui stek sebanyak 5.000 batang, sehingga akhir tahun 2012 jumlah tanaman krisan sudah mencapai 15.000 batang. Disamping penanaman tanaman krisan, juga dipelihara beberapa jenis tanaman bunga, seperti: anthurium, philodendron, aglaonema, Cut Nyak Din, Sakuntala, Gladiol, sensiviera, alocasia, bromelia, adenium, zamia variegata, dan raphis excelsa, kegiatan pemeliharaan meliputi: pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit, serta pengendalian gulma tanaman c. Visitor Plot Pemeliharaan Sapi Kegiatan visitor plot pemeliharaan sapi meliputi : 1) Pemeliharaan kebun rumput seluas 1 ha dan kebun koleksi sebanyak 6 varietas; 2) Penanaman tanaman leguminase jenis turi dan lantorogum 500 pohon/batang untuk pakan hijauan, dan penanaman hijauan pakan ternak (HMT) yang tahan terhadap naungan (Stenotaprum Facundatun); 3) pemberian pakan tambahan, pembuatan silase, penimbangan, pengaturan perkawinan dengan iseminasi buatan dan pembuatan kompos, Selama tahun 2012, kegiatan tersebut telah menghaslkan 2 ekor anak sapi. Tabel 16. Koleksi tanaman visitor plot KP Sukarami, 2012.

Populasi (btg) Jenis Varietas Keterangan 2009 2010 2011 2012

1. Jeruk Madu 29 29 20 20 Berputik

Siam 120 120 1 100 98 Berputik

Keprok 115 106 100 100 Berputik

Kripta 55 42 40 40 Berbuah

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 69

Sangkis 6 6 6 6 Berbuah

2, Sirsak Lokal 200 200 190 190 Pertumbuhan

Ratu 100 100 90 90 Pertumbuhan

3, Alpokat Portei 28 27 20 20 Pertumbuhan Mega Paninggahan 133 82 80 80 Pertumbuhan

Mega Merapi 80 65 40 40 Persiapan tanam

Mega Gagawan 60 45 90 90 Persiapan tanam

4. Sawo Sumpu 100 100 90 90 Berbuah/Putik

5. Pepaya Hibrid 50 20 150 150 Persiapan tanam

6. Salak Pondoh 250 250 200 200 Pertumbuhan

7. Strawberry California 3000 1500 1000 Berbuah

8. Pisang Emas Pasaman - - 80 80 Belum berbuah

9.Cengkeh Zamzibar - - 500 450 Tahapan pemeliharaan

10. Kopi Arabika - - 1000 1500 Sudah ditanam

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 70

Gambar 47. Beberapa koleksi tanaman buah-buahan dan tanaman hias KP Sukarami,

2.9.4. PENGELOLAAN LABORATORIUM BUKITTINGGI Lahan perkarangan Laboratorium Bukittinggi sangat terbatas, walaupun demikian masih dapat dimanfaatkan untuk penanaman tanaman hias dan sayuran. Selama tahun 2012, pemeliharaan dan memperbanyak 5 jenis tanaman hias yaitu Anthorium, Philodendrum, Sensiviera, Bromelia, Adhenium. Disamping tanaman hias juga dilakukan penanaman dan pemeliharaan 7 jenis Sayuran yaitu : terong, cabe, selada, seledri, bawang daun, bayam, dan kangkung.

2.9.5. PENGELOLAAN KEBUN PERCOBAAN BANDAR BUAT

Pada tahun 2012, di KP Bandar Buat telah dilakukan demontrasi hasil penelitian unggulan. Varietas Inpari 12 dan Inpari 21 Batipuah adalah dua varietas unggul yang baru dilepas masing-masing tahun 2009 dan 2011 sesuai dengan preferensi konsumen Sumatera Barat dirancang dalam bentuk visitior plot. Kegiatan menggunakan sistem legawo 6 : 1. Takaran pupuk 280 kg, 100 kg dan 75 kg per ha masing-masing dalam bentuk Urea, SP36 dan KCl. Peubah yang diamati meliputi vigor tanaman, tinggi tanaman, umur berbunga dan masak, anakan produktif, jumlah gabah dan prosentase gabah bernas per malai, bobot 1000 butir, hama/penyakit, dan hasil. Koleksi plasmanutfah buah-buahan berupa pemeliharaan Durian, Sirsak dan adpokad. Hasil pengkajian menunjukkan pertumbuhan tanaman secara visual untuk kedua varietas cukup bagus. Penampilan hasil varietas Inpari 21 Batipuah dan Inpari 12 l berturut-turut adalah 4,27 t/ha dan 4,13 t/ha, masak panen Inpari 12 lebih genjah 10 hari dibandingkan varietas Inpari 21 Batipuah, dan tinggi tanaman varietas Inpari 12 lebih pendek 18 cm

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 71 dibadingkan varietas Inpari 21 Batipuah. Hasil penelitian sebelumnya varietas Inpari 21 Batipuah dan Inpari 12 mampu mencapai 8,2 t/ha dan 8,0 t/ha. Kedua varietas tersebut hasil penelitian di BB Tanaman Padi memberikan respon tahan terhadap penyakit blas daun pada ras 033, agak tahan ras 133 dan ras 073 serta agak rentan. Mutu fisik beras yang meliputi rendemen beras kepala, beras pecah kulit, beras patah dan beras ternyata varietas Inpari 21 Batipuah secara keseluruhan lebih baik dibandingkan varietas Cisokan dan Batang Piaman. Disamping tanaman padi, di KP Bandar Buat juga dilakukan pemelihatan pada tanaman durian dan sirsak yang sudan ditanam sebelumnya serta juga dilakukan pemeliharaan bibit alpukat. Pertumbuhan ke tiga jenis tanaman tersebut cukup baik.

Gambar 48. Penampilan stadia generatif varietas Inpari 12 (kiri) dan Inpari 21 Batipuah (kanan) di Kebun Percobaan Bandar Buat

2.10. DISEMINASI

2.10.1. WORKSHOP PENELITI, PENYULUH DAN PETANI DI AUDITORIUM GUBERNURAN PROVINSI SUMATERA BARAT

Workshop untuk meningkatkan keterkaitan antara Peneliti, Penyuluh dan Petani yang bertemakan Pengembangan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M_KRPL) Di Sumatera Barat telah dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 30 Nopember bertempat di Aula Gubernuran Propinsi Sumatera Barat. Kegiatan ini diikuti kurang lebih 176 orang peserta yang terdiri dari Kepala SKPD terkait tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota, Perguruan Tinggi, DPRD, Tim Penggerak PKK Provinsi dan Kabupaten Kota , Widyaswara, Peneliti, Penyuluh, Anggota PPNSI Cabang Sumatera Barat, dan Petani Pelaksana Kegiatan M-KRPL Kabupaten/Kota.

Tujuan workshop ini selain untuk saling tukar pengalaman/informasi tentang teknologi usahatani baik yang dikembangkan oleh peneliti, penyuluh maupaun oleh petani, untuk menghimpun umpan balik tentang penerapan teknologi yang telah direkomendasikan oleh BPTP Sumatera Barat serta kebutuhan petani akan teknologi- juga dimaksudkan sebasgai wahana meningkatkan pemahaman, kepedulian serta menggalang kerjasama dengan Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 72 pihak-pihak terkait dalam meningkatkan sinergi menangani masalah pangan dengan berbagai model diantaranya M-KRPL.

Tabel 17. Materi dan narasumber dalam Workshop

No Materi Nara Sumber Dr.Haryono ( Kepala Badan 1 Konsep dan Implementasi M-KRPL Litbang Pertanian) Dukungan legislatif terhadap program M-KRPL dalam rangka Hermanto, SE, Msi (anggota 2 Peningkatan Ketahanan Pangan Komisi IV DPR RI) Nasional. Implementasi M-KRPL di Sumatera 3 Kepala BPTP Sumatera Barat. Barat Percepatan Penganekaragaman Kepala Badan Ketahanan 4 Konsumsi Pangan Pangan Sumatera Barat

Konsep dan Implementasi GPP Kepala Dinas Pertanian 5 Sumatera Barat Kepala Badan Perspektif Pengembangan Nagari PRIMA Pemberdayaan Perempuan 6 dalam Perspektif Pemberdayaan dan Keluarga Berencana Perempuan di Sumatera Barat Sumatera Barat

7 Diskusi Umum

Dari kegiatan workshop tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. BPTP Sumatera Barat memerlukan informasi dari penyuluh, pengguna (petani) stakeholder mengenai Program atau kinerja teknologi yang telah di Implementasikan, sehingga BPTP dapat memahami permasalahan yang ada baik penyuluh maupun petani umumnya dan petani pelaksana kegiatan M-KRPL khususunya dilapangan.

2. BPTP Sumatera Barat dalam pelaksanaan kegiatan M-KRPL akan bersinergi dengan Program Gerakan Pensejahteraan Petani (GPP) yang telah ditetapkan lokasinya, Program Percepatan Penganekaragaman Kosumsi Pangan (P2KP), Program Satu Petani Satu Sapi (SPSS) dan Program lainnya. Untuk percepatan penerapan KRPL secara luas dimasyarakat, sosialisasi yang intensif dan dukungan sinergi kegiatan dari SKPD terkait dalam jajaran pemerintah Provinsi Sumatera Barat diperlukan

3. Kegiatan GPP di Provinsi Sumatera Barat kedepan mengentaskan kemiskinan,pengangguran,serta meningkatkan jam kerja petani dari 3,5 jam/hari menjadi 8 jam/hari. Hal tersebut dicapai melalui Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 73

pengembangan komoditas utama sesuai dengan potensi yang tersedia di setiap Nagari dan kelurahan seperti: pangan, hortikultura, pertkebunan, peternakan, dan perkebunan.

4. Mensinergikan kegiatan M_KRPL dengan program P2KP yaitu mengoptimalkan pemanfaatan pekarangan untuk penyediaan sumber pangan yang akan diolah menjadi menu beragam, bergizi, seimbang dan aman (B2SA) sehari-hari. Sebagai kelompok sasaran adalah Kelompok Wanita (minimal 30 RT/kelompok) dalam satu kawasan/desa.

5. Badan Pemberdayaaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BP2 dan KB) Sumatera Barat pada tahun 2012 akan menyesuaikan program pemberdayaan perekonomian perempuan dengan program BPTP Sumatera Barat dalam bentuk M-KRPL.

6. TIM Penggerak PKK Provinsi Sumatera Barat mengharapkan BPTP Sumatera Barat Pada tahun depan (tahun 2013) dapat mengikut sertakan anggota PKK sebagai pelaksana kegiatan M-KRPL.

7. BPTP Sumatera Barat akan berupaya menindak lanjuti harapan dari Tim Penggerak PKK Propinsi Sumatera Barat.

2.10.2. PENERBITAN MEDIA INFORMASI TERCETAK, TEREKAM DAN TERPROYEKSI ( BERITA LITKAJI, LEAFLET , BUKLET DAN CD TEKNOLOGI) Pengembangan aktivitas komunikasi dan diseminasi, serta promosi aktivitas dan hasil-hasil penelitian/pengkajian pertanian lembaga penelitian perlu dilakukan dengan memanfaatkan berbagai media komunikasi yang relevan. Salah satunya melalui media informasi tertulis, seperti buku, majalah Ilmiah populer, leaflet berupa Liptan dan Poster, melalui media elektronik seperti siaran TV dan rekaman VCD. Pada kegiatan media cetak dan audiovisual tahun 2012 telah dilaksanakan: 1. Identifikasi kebutuhan informasi teknologi pertanian bagi pengguna. 2. Koordinasi dilakukan didalam lingkup BPTP Sumatera Barat dengan para peneliti, penyuluh dan staf pendukung dibawah arahan Kepala BPTP Sumatera Barat. 3. Pembuatan vcd dengan judul :  Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (sebanyak 300 keping)  Integrasi Ternak Sapi dengan Tanaman Kelapa Sawit (sebanyak 200 keping)  Teknologi Pembibitan Tanaman Karet Unggul (sebanyak 100 keping)  Teknologi Pemanfaatan Lahan Pekarangan (sebanyak 90 keping)  Teknologi Pengolahan Cabai Merah (sebanyak 90 keping) 4. Penerbitan 1 nomor Berita Litkaji sebanyak 1.000 eksemplar

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 74

5. Penerbitan 1 buku/bulletin dengan judul 25 Teknologi Inovatif Spesifik Lokasi Sumatera Barat sebanyak 500 buku. 6. Cetak foto untuk BERITA FOTO di dinding Labdis 7. Penerbitan Leaflet 1 nomor dengan judul ”Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) Tarantang Kota Padang sebanyak 500 eksemplar.

Penyajian karya peneliti dan penyuluh pada tahun 2012 itu diharapkan memberikan dampak sebagai berikut: (1) Meningkatnya apresiasi dan kesiapan peneliti/penyuluh BPTP Sumatera Barat dalam mengkomunikasikan hasil-hasil dan kegiatan-kegiatan penelitian/ pengkajian kepada kalangan yang lebih luas melalui media massa; (2) Tersebarnya informasi mengenai aktivitas BPTP Sumatera Barat, serta hasil- hasil karya peneliti dan penyuluhnya untuk dapat dimanfaatkan oleh pengguna; (3) Secara bertahap dapat meningkatkan apresiasi berbagai kalangan terhadap eksistensi lembaga penelitian dan pengkajian pertanian, khususnya BPTP Sumatera Barat, terutama di Sumatera Barat; dan (4) Dengan semakin dikenalnya berbagai inovasi teknologi hasil penelitian oleh masyarakat diharapkan akan dapat meningkatkan adopsinya oleh pengguna, terutama petani.

2.10.3. EKPOSE HASIL LITKAJI MELALUI PAMERAN

Selama tahun 2012, BPTP Sumatera Barat telah melakukan 7 kali Ekspose hasil Litkaji Melalui kegiatan Pameran di berbagai tempat di Sumatera Barat dan juga di luar Provinsi Sumatera Barat. Ketujuh kegiatan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Pameran dalam rangka tanam perdana SLPTT padi sawah di Kecamatan Batang Kapas Kabupaten Pesisir Selatan, tanggal 2-3 April 2012. Pameran ini dihadiri oleh Gubernur Sumatera Barat, saat itu, Gubernur Sumatera Barat menerima seperangkat hasil-hasil penelitian dan pengkajian yang dilakukan BPTP Sumatera Barat 2. Pameran dalam rangka pisah sambut Kepala BPTP Sumatera Barat 20 April 2012. Pameran ini dikunjungi oleh Kepala Pusat Penelitian Hortikultura, asisten II Pemprov. Sumatera Barat, Bupati Solok, Walikota Solok, Walikota Sawahlunto. 3. Pameran dalam rangka replikasi teknologi Agribisnis Ternak Sapi di Kabupaten Solok Selatan, tanggal 22 Mei 2012. Pameran ini ditinjau oleh Kepala Badan Litbang Pertanian, yang diwakili oleh Kepala BBP2TP dan Gubernur Sumatera Barat, Kepada SKPD Lingkup Pertanian Provinsi, Bupati Solok Selatan dan Kepala SKPD Kabupaten Solok Selatan. 4. Pameran dalam rangka Flori dan Flora Nasional (PF2N) di Medan, tanggal 19 sd 24 Juni di Medan. Ditinjau oleh Menteri Pertanian, Gubernur Sumut, Kepala SKPD dan Bupati walikota se Provinsi Sumut.

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 75

5. Pameran Hasil Litkaji dalam rangka Jambore Temu Tugas Penyuluh di Lampung, tanggal 26 Juni sd 1 Juli 2012. Pada pameran ini, BPTP bergabung dengan pameran Badan Koordinasi Penyuluh Pertanian Provinsi. Pameran ini ditinjau oleh Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan, Gubernur dan Kepala SKPD I dan Bupati serta Kepala SKPD II se Provinsi Lampung. 6. Pameran dalam rangka Pentas Nasional Flori dan flora di Subang Jawa Barat, tanggal 3 – 7 Juli 2012. Ditinjau oleh Menteri Pertanian, gubernur Jawa Barat dan Kepala SKPD I serta Bupati walikota dan Kepala SKPD se provinsi Jawa Barat. 7. Pameran pada Pekan Pertanian Lahan Kering di Nusa Tenggara Timur (NTT), tgl 2 – 6 Nopember 2012. Pameran ini ditinjau oleh Kepala Badan Litbang Pertanian, Gubernur NTT dan Kepala SKPD I, serta Bupati, Walikota serta Kepala SKPD II se Provinsi NTT.

2.10.4. APLIKASI PERCEPATAN ALIH TEKNOLOGI

Selama tahun 2012, pada kegiatan Aplikasi Percepatan Alih Teknologi telah disampaikan materi sebanyak 82 materi dalam 66 pertemuan di berbagai tempat di Sumatera Barat. Dari materi yang disampaikan yang dominan dibutuhkan oleh Stakeholder adalah Inonasi Teknologi bidang Peternakan, dan sedikit inovasi teknologi komoditas perkebunan. Mengingat semakin meningkatnya kebutuhan pengguna tentang berbagai inovasi teknologi, maka diperlukan peningkatan kapasitas peneliti dan penyuluh dalam hal penguasaan materi inovasi teknologi sesuai dengan bidang keahliannya.

Tabel 18. Materi dan Narasumber Pada Kegiatan Aplikasi Percepatan Teknologi Pertanian (Aptek). 2012.

No Hari / Tanggal Tempat Narasumber Materi

1. Selasa 31 Januari Dinas Pertanian Ir. Rifda Roswita Narasumber pada pelatihan 2012 Peternakan dan pada lembaga keswadayaan Kehutanan Sumatera masyarakat (LKM) Sikabu Barat Mandiri Kabupaten Padang Pariaman 2. Rabu 1 Februari Kantor Wali Nagari Ir.Ermidias Narasumber pada pelatihan 2012 Sumani Kecamatan X pakan ternak itik Koto Singkarak 3. Senin / 27 Nagari Paninggahan Ir. Irmansyah Rusli, Narsumber pada pertemuan Februari 2012 Kecamatan Junjung MS kelompok tani Grapu Mandiri Sirih, Kabupaten Solok Wentrisno, SP kenagarian Paninggahan Kecamatan Junjung Sirih 4. Kamis / 2 Lahan BPP Kecamatan Wentrisno, SP Ekspose teknologi Februari 2012 Bukit Sundi penggunaan pupuk organik pada padi sawah 12 Pebruari 2012 Hotel Aliga Padang Teknologi Penyilangan Tanaman Sayuran Varietas Lokal 5. Kamis / 16 Lahan Pelaksanaan Kaji Ir. Syafril Hal Pengendalian Hama Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 76

Februari 2012 Tindak di Cumateh Koto Penyakit Tanaman Pisang. Xl Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan 6. Senin-Rabu / 27- Hotel Hayam Wuruk, Jl. Prof. Abdullah M. B. Acara Rakor Pembibitan 29 Februari 2012 Hayam Wuruk Padang dengan materi: Peran BPTP dalam mendukung PSDSK 7. Selasa 28 Balai Perlindungan Ir. Irmansyah Rusli, Narasumber pada Februari 2012 Tanaman Pangan dan MS pertemuan Model Gerakan Hortikultura Padang Pengendalian OPT Skala Luas pada tanaman cabai

8. Rabu / 7 Maret Lokasi Praktek Ir. sadar Narasumber pada 2012 Pembibitan Karet Jorong Pembibitan Karet Pinang Sinawa Kabupaten Solok Selatan 9. Minggu-Selasa / Jl.MH.Thamrin No.71 Ir. Irmansyah R., MS Teknologi Penyilangan 11-13 Maret Padang Tanaman Sayuran Varietas 2012 Lokal 10. Rabu / 14 Maret Ruang Rapat Dinas Ir.Syafril Penyusunan buku SOP 2012 Pertanian Tanaman Komoditi Bawang daun dan Pangan Bd.Buat Padang Seledri 11. Kamis 16 Maret UPTD Balai Diklat Ir. Syahrial Abdullah, Diklat Teknis Agribisnis Padi 2012 Petanian Tanaman MS bagi Penyuluh Pertanian : Pangan dan Hortikultura 1.Teknologi Budidaya Padi Padang (Pengertian Agroekosistem) 2.Deskripsi Varietas Unggul Padi 12. Senin-Rabu /19- Hotel Grand Malindo Jl. Prof.Abdullah MB Rapat Koordinasi 21 Maret 2012 Panorama Bukittinggi Penanggulangan Gangguan Reproduksi se Sumatera Barat : Teknologi Pengolahan Pakan Alternatif Guna Meningkatkan Performans Reproduksi Ternak Sapi/Kerbau 13. Rabu 21 Maret Kelompok tani Padi Ir. Aswardi Pelatihan Penghitungan 2012 Ameh Nagari Latang Lossis pada Kegiatan Kecamatan Lubuk Penanganan Pasca Panen Tarok, Kabupaten dan Pengolahan Hasil Sijunjung Pertanian 14. Jumat 23 Maret UPTD Balai Diklat Dr.Ir.Nusyirwan Diklat Teknis Agribisnis Padi 2012 Pertanian Tanaman H.MSc bagi Penyuluh Pertanian : Pangan dan Ir. Harnel. MS 1.Deskripsi Varietas Unggul Hortikultura, Sumatera Padi Barat 2.Penerapan Mekanisasi Dalam Penanganan Panen dan Pascapanen 15. Rabu 28 Maret UPTB-BPK Ir. Harnel, MS Temu Teknis Denfarm Pola 2012 KecamatanSijunjung, SL-Agribisnis Kabupaten Sijunjung 16. Kamis 29 Maret Kantor Wali Nagari Ir. Ermidias Narasumber pada 2012 Sumani X Koto pelaksanaan temu lapang Singkarak, Kabupaten penggunaan pakan Solok alternative untuk ternak itik 4-5 April 2012 Bunda Hotel, Padang Budidaya Teknologi Bududaya kacang Tanah dan Umbi

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 77

17. Rabu 11 April BP3K Model Situjuah Ir. Irmansyah R., MS Metoda Denfarm Pola SL- 2012 Limo Nagari Kabupaten Agribisnis Padi Sawah Limapuluh Kota BP3KModel 18. Rabu-Selasa / UPTD Balai Diklat Ir. Edy Mawardi, MP Diklat Agribisnis Jagung Bagi 18-24 April 2012 Pertanian Tanaman Aparatur (Penyuluh Pangan dan Hortikultura Pertanian) Sumatera Barat 19. Senin 23 April Balai Penyuluhan Prof. Abdullah MB Narasumber pelatihan 2012 kecamatan Lembang Supriyadi, AM d budidaya ternak kambing Jaya, Kabupaten Solok dan pengolahan limbah 20. 11 April 2012 BP3K Model Situjuh Ir. Irmansyah R., MS Metoda Demfarm Pola SL- Limo Nagari, Kabupaten Agribisnis Padi Sawah BP3K Lima Puluh Kota Model 21. Rabu 11 April Badan Penyuluhan Ir. Ismon L., MSi Rembug Tani: Uji Tanah 2012 Pertanian Perikanan Sawah Kehutanan dan Ketahanan Pangan, Kabupaten Sijunjung 22. Senin 30 April Hotel Nikita Bukittinggi. Kegiatan TOT Pemandu 2012 Lapang SL-GHP Bagi Petugas lapangan di Kawasan Sentra Pengembangan Sayuran Prop. Sumatera Barat 23. 15 Mei 2012 Hotel Aliga, Padang Dr. Ir. Hardiyanto, Pelestarian Plasma Nutfah MSc Sebagai Salah satu Upaya Penyelamatan Keanekaragaman Hayati daerah 24. Mei 2012 Dinas Pertanian Prof. Abdullah MB Cara Pembuatan Pupuk Kabupaten Pasaman Organik 25. 23 Mei 2012 Aula Diperta Sumatera Hasil-hasil Penelitian Barat, Padang Tentang Teknologi Pascapanen Sayuran 26. Rabu 16 Mei AULA UPTD BDP Bandar Ir. Ismon L., MSi Mengoperasikan Perangkat 2012 Buat Padang Uji Tanah Sawah (PUTS) di Balai Penyuluhan 27. Selasa 22 Mei Gedung Panca Sila Ir. Atman Roja Topik Budi Daya Ubi Kayu 2012 Muaro Sijunjung secara bisnis 28. 29-30 Mei 2012 Hotel Singkarak Sumpur, Dr. Ir. Wirdahayati, Pemanfaatan Limbah Kecamatan Batipuh MSc Tanaman Kakao Untuk Selatan. Kabupaten Pembuatan pupuk Organik Tanah Datar dan Pakan Ternak “Teknik Pembuatan Pupuk Organik Dari Limbah kakao” 29. Rabu 6 Juni 2012 Instalasi BDP Bandar Ir. Aswardi Upaya Perbaikan Mutu Beras Buat Bukittinggi Melalui Penenrapan Standard an Penekanan Kehilangan Pasca Panen 30. Rabu 6 Juni 2012 Rumah Pakem Dr.Ir.Wirdahayati, Program Penanggulangan Yogourt, Nagari MSc Kemiskinan Terpadu Pematang panjang, (PAKET) Kecamatan Sijunjung Kabupaten Sijunjung 31. 14 Juni 2012 Keltan Sinar Tani Muaro Dr. Ir. Nusyirwan H. Pengembangan VUB Padi Paneh, Kecamatan Bukit MSc Sawah “Panen Perdana Sundi, Kabupaten Solok Penangkaran Padi” 32. 14 Juni 2012 Dinas Pertanian dan Ir. K. Iswari, MSi Pengolahan Hasil Umbi- Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 78

Kehutanan Sawahlunto umbian 33. 14 Juni 2012 Rumah Dadiah Pakem Dr. Ir. Wirdahayati Pemanfaatan Pakan Lokal Yogurt, Nagari RB., MSc Untuk Meningkatkan Pematang Panjang, Produksi Susu Kerbau Kecamatan Sijunjung, Kabupaten Sijunjung 34. 15 Juni 2012 BDPTPH Bandar Buat- Prof. Abdullah MB 1.Integrasi Ternak Tanaman Bukittinggi Dr.Ir.Wirdahayati Hortikultura dan Ternak RB.,MSc 2. Manfaat Sistem Integrasi Tan.Hortikultura dan Ternak) 3. (Strategi dan Implikasi Kebijakan Integrasi) 4.Pemanfaatan Limbah Tanaman Hortikultura Sebagai Sumber Pakan 35. 16 Juni 2012 BDPTPH Bandar Buat- Dr.Ir.Abdullah 1. Pemanfaatan Limbah Bukittinggi MB.,MSc Tanaman Hortikultura Dr.Ir.Wirdahayati Sebagai Sumber Pakan. RB.,MSc 2. Analisis Usahatani Integrasi Tanaman Hortikultura dan Ternak. 36. 18 Juni 2012 BDPTPH Bandar Buat- Dr.Ir.Abdullah 1.Pemanfaatan Limbah Bukittinggi MB.,MSc Ternak (Pupuk Kompos) Dr.Ir.Wirdahayati 2.Pemanfaatan Limbah RB.,MSc Ternak (Ppk Cair/Mol) 37. 20-21 Juni 2012 Royal Denai Hotel Ir. Edy Mawardi, MS Refreshing Pemandu Bukittinggi Ir. Syahrial A., MS Petugas Lapangan (SL-PTT) Padi dan Jagung “Dukungan Teknis BPTP Sumatera Barat Dalam Pelaks. SL-PTT Padi dan Jagung 38. 21 Juni 2012 BDPTPH Sumatera Barat, Prof. Abdullah M 1.Pentingnya Integrasi Bandar Buat Padang Bamualim, MSc Pengembangan Tanaman dan Ternak 2.Manfaat Sistem Integrasi Tanaman Pangan dan Ternak 3.Strategi dan Implikasi Kebijakan Integrasi Tanaman Pangan dan Ternak 4.Analisis Usahatani Integrasi Tanaman Pangan dan Ternak 39. Jumat 15 Juni UPTD Balai Diklat Prof. Abdullah M Diklat Integrasi Tanaman 2012 Pertanian Tanaman Bamualim, MSc Holtikultura dan Ternak bagi Pangan dan Hortikultura, Penyuluh / Petugas Padang Pertanian 40. Senin 9 Juli 2012 Dinas Perkebunan dan MTHP Penanganan Pascapanen Kehutanan Kabupaten Tanaman Pangan Tanah Datar 41. 9 Juli 2012 MAN 1 Model Ir. Syahrul Zen Teknologi Pembuatan Benih Bancah. Bukittinggi Sumber (BS) Varietas- varietas Unggul Lokal 41. 10 Juli 2012 BBI Sungai Janiah> Tdk Ada NS Inovasi dan Pemanfaatan Distankannak kab Solok Teknologi Pertanian Tepat Guna

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 79

43. 12 Juli 2012 Frans Madani Lakitan MTHP Teknologi Perbaikan Mutu Pessel. Jagung Melalui Penerapan Teknologi Pascapanen 44. 14 Agustus 2012 Keltan Tunas sakato Dr. Ir. Nusyirwan H., Temu Lapang Panen Nagari MSc Perdana VUB Inpari-12 dan Pakandangan,Kecamatan Inpari-21 Enam Lingkung, Kabupaten Padang Pariaman.

45. 29 Agustus 2012 Keltan SISKAPI kakao dan Dr. Ir. Wirdahayati 1.Dampak Lingkungan dan Sapi Kabupaten Lampung RB., MSc Prospek Ekonomi Terhadap Selatan Ke BPTP Ir. Yanti Mala, MSi SISKAPI Kakao dan Sapi. Sumatera Barat. 2.Pengolahan Pupuk 46. 30 Agustus 2012 Uly Hotel, Solok Ir. Harnel, MS Standar Operasional Prosedur (SOP) Pengoperasional Alat dan Mesin Pengolahan 47. 4-5 September Hotel Singkarak Sumpur, Dr. Ir. Wirdahayati Pemanfaatan Limbah 2012 Kecamatan Batipuh RB., MSc Tanaman kakao Untuk Selatan. Kabupaten Tanah Pakan Ternak dan Datar. pembuatan Pupuk Organik

48. 13-14 Sept 2012 Keltan Indah sakato. Nasril Integrasi tanaman dan (Angkt. I) Nagari Kasang, ternak 17-18 Sept 1012 Kecamatan Batang Anai, (Angkt. II) Kabupaten Padang pariaman 49. 13 September Aula BPTP Sumatera Barat Via Yulianti, SP Pelaksanaan CPCL, RUK dan 2012 Penyusunan Kalender Tanam 50. 13 September BPP Kecamatan Lubuk Ir. Ismon Lenin., MSi Konservasi Lahan 2012 Sikarah. Kota Solok 51. 27 September Gapoktan Gambir Prima Ir. Sadar Studi Banding Tanaman 2012 Nagari Mangilang, Karet Kecamatan Pangkalan Koto baru, Kabupaten Lima Puluh Kota. KP. Sitiung 52. 27 september Singkarak Sumpur Hotel. MTHP Standar Operasional 2012 Distanbunhut Kabupaten Prosedur (SOP) Tanah Datar Pengoperasional Alat dan Mesin Pengolahan 53. 11 Oktober 2012 Convention Hall Alahan Ir. Harnel, MS Standar Operasional Panjang. Dinas Pertanian Prosedur (SOP) Pengoperasional Alat dan Mesin Pengolahan 54. 11 oktober 2012 Rumah Balai-balai Adat, Ir. Buharman B., MS Sosialisasi dan Tindaklanjut Nagari Koto gadang, Koto OPT Tanaman Padi Anau, Kecamatan Lembang Jaya, Kabupaten Solok 55. 15 Oktober 2012 Convention Hall Alahan Ir. Buharman B. MS 1.Peningkatan Manajemen Panjang. Dinas Pertanian Usaha (Kelembagaan Perikanan dan Kehutanan Usaha, Perencanaan Usaha, Kabupaten Solok dan Pembukuan Usaha) 2. Kewirausahaan dan

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 80

Kemitraan Usaha

56. 16 Oktober 2012 Keltan Hidup Bersama 1.Teknologi Pemanfaatan Nagari Muaro Takung, Pelepah Sawit Sebagai Kecamatan Kamang Baru, Pakan Ternak. Kabupaten Sijunjung. 2. Teknologi Pemanfaatan Disnakkan Kabupaten Kulit Coklat Sebagai Pakan Sijunjung Ternak. 3. Teknologi Pemanfaatan Jerami Padi Sebagai Pakan Ternak. 4.Pengomposan Kotoran Sapi dan Pembuatan Pupuk Organik dari Urin Sapi

57. 18 Oktober 2012 Uly Hotel Solok. MTHP 1.Perhitungan/Analisis Distankanhut Kota Solok Kelayakan Ekonomi (Finansial Penggunaan Alat/Mesin Pengolahan) 2.Perencanaan Usaha Jasa Alat/Mesin Pengolahan 58. 22 Oktober 2012 Hotel Taufina. MTHP 1.Perhitungan/Analisis Distankannak Kabupaten Kelayakan Ekonomi Solok (Finansial Penggunaan Alat/Mesin Pengolahan) 2.Perencanaan Usaha Jasa Alat/Mesin Pengolahan 59. 30 Oktober 2012 Dymens Hotel Bukittinggi. MTHP Peranan Mekanisasi Distan Prop. Sumatera Pertanian Dalam Menekan Barat Kehilangan Hasil dan Kenaikan Kualitas Gabah 60. 30 Oktober 2012 Nagari tarung-tarung Nasril Pemanfaatan Limbah Kulit Kecamatan IX Koto Kakao Untuk Pakan ternak Sungai Lasi Kabupaten Kambing, dan Kotoran Solok. Untuk pembuatan Pupuk Bappeda Kabupaten Solok Kompos dan Pupuk cair 61. 6 Nopember Dinas Pertanian Teknis Penganganan 2012 Kabupaten Pasaman, Pascapanen Yang baik Lubuk Sikaping (Good Handling Practice) dan Penerapan Teknologi Serta Sistem Manajemen mutu Pascapanen Sebagai Upaya Pengendalian /Menurunkan Susut Hasil dan Mutu Padi/Beras 62. 14 Nopember Kantor UPTD BPP Via Yulianti, SP Kalender Tanam 2012 Kecamatan Baringin Kota Sawahlunto 63. 1 Nopember UP-FMA Nagari Guguk Menghitung Kebutuhan 2012 Kecamatan 2 x 11 Kayu Pupuk Organik Padi dan Tanam, Ps. Karambia , Sayuran Nagari Guguk Kecamatan 2 x 11 Kayu Tanam, Kabupaten Padang Pariaman 64. 22 Nopember Hotel Pesona Alam Sangir, Standar Operasional 2012 Timbulun, Solsel. Prosedur (SOP)

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 81

Distanakkan Kabupaten Pengoperasional Alat dan Solsel Mesin Pengolahan 65. 22 Nopember Hotel Hayam Wuruk. Prof. Abdullah MB Tehnik Penyusunan Ransum 2012 Padang Ternak Ruminansia 66. 22 Nopember Hotel Hayam Wuruk. Supriyadi, A.Md Tehnik Penyusunan Ransum 2012 Padang Ternak Unggas

2.10.5. PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI Sumatera Barat masih mempunyai keterbatasan dalam hal penyediaan benih sumber komoditi padi, jagung, kedelai, dan kentang, baik dari segi varietas maupun waktu dan jumlah yang berdampak kepada rendahnya penggunaan benih varietas unggul bermutu (berlabel). Menurut Dipertahorti Sumatera Barat (2007), penggunaan benih padi berlabel baru 20% dari kebutuhan total. Oleh karena itu BPTP Sumatera Barat sebagai UPT Badan Litbang Pertanian di Sumatera Barat berkewajiban membantu ketersediaan benih sumber benih padi, jagung, kedelai dan kentang yang sesuai untuk Sumatera Barat. Tujuan dari kegiatan ini adalah menghasilkan benih unggul padi, mendiseminasikan benih unggul padi, hasil kajian Badan Litbang Pertanian, pembinaan kelompok penangkar benih padi sedangkan tujuan jangka panjang: membangun sistem perbenihan padi yang memenuhi enam tepat, meningkatkan ketersediaan dan penggunaan benih/bibit unggul bermutu di Sumatera Barat. Kegiatan perbanyakan benih sumber padi dilakukan pada lahan sawah di tanah petani Kota Padang, Kota Solok, Kabupaten Solok, Kabupaten Pasaman, dan Kabupaten Dharmasraya. Dalam tahun 2012, telah dihasilkan gabah kering panen (GKP) sebanyak 30.870 kg dengan rincian sebagai berikut: BS 78 kg, kelas calon BD 10.393 kg, kelas calon BP 7.427 kg, dan kelas calon BR 12.972 kg. Disamping itu, khusus padi varietas Inpari 21 Batipuh juga telah dihasilkan kelas BS 58 kg, kelas BD 8.495 kg, kelas BP 6.854 kg, dan kelas BR 9.246 kg (Tabel 17). Berdasarkan hasil penjualan benih dengan target PNBP ada beberapa varietas yang cenderung disukai oleh petani, diantaranya Inpari12, IR66, Tukad Unda, Cisokan, IR42, Logawa, Inpari 21 Batipuh, IR74, Batang Piaman, Anak Daro, Caredek Merah, Junjuang, dan Saganggam Panuah. Selanjutnya juga telah didiseminasikan benih unggul padi hasil kajian Badan Litbang pertanian kepada beberapa kelompok tani di Sumatera Barat. Kegiatan ini telah dilakukan pembinaan kelompok penangkar pada 5 kelompok tani/ Gapoktan, yaitu Kelompok Tani Sinar Tani, Muara Panas, Kabupaten Solok, Kelompok Tani Pitando Terpadu, Batusangkar, Kabupaten Tanah Datar, Gapoktan Ir Liko Sukra Koto Gaek, Guguk, Kabupaten Solok, Kelompok Sapek, Sungai Latung, Kota Padang, dan Kelompok Candi Sakato, Kabupaten Dhamasraya.

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 82

Tabel 19. Data Produksi Benih (kg) Perbanyakan Benih Sumber Padi di BPTP Sumatera Barat, 2012

Produksi Benih (kg) Luas Tgl No Varietas (ha) Panen BS BD BP BR NK 1 Inpari12 0,3 16-03-2012 1200 2 Inpari21 0,1 16-03-2012 171 3 IR42 0,24 15-06-2012 540 4 Inpari12 0,8 16-04-2012 750 5 Tukad Unda 0,1 16-04-2012 554 6 Inpara3 0,1 16-04-2012 600 7 Cisokan 0,1 16-04-2012 730 8 IR66 0,1 16-04-2012 413 9 Caredek Merah 0,7 6-08-2012 263 10 Saganggam Panuah 0,25 20-07-2012 200 11 Inpari21 0,75 19-06-2012 265 12 Anak Daro 1 06-08-2012 1346 13 Junjuang 0,75 20-06-2012 50 14 Inpari12 0,7 28-05-2012 600 15 Saganggam Panuah 0,6 10-08-2012 857 16 Inpari12 1,5 26-07-2012 2670 17 Inpari12 1 29-08-2012 305 18 Inpari12 1 5-08-2012 710 19 Inpari21 1 5-08-2012 58 467 20 Inpari21 1 3-10-2012 3620 21 Inpari13 1 30-10-2012 330 22 Inpari21 1 30-10-2012 634 23 Anak Daro 1 26-11-2012 4300 24 Inpara3 1 28-11-2012 636 25 Inpari21 0,5 21-01-2013 1470 26 Inpari21 1 27-01-2013 1400 Total 58 8495 6854 9246 486

2.10.6. KAJIAN PERTANIAN ORGANIK DI SUMATERA BARAT Dewasa ini volume perdagangan produk pangan organik dunia meningkat tajam. Pada tahun 1998, total penjualan produk pangan organik di seluruh dunia mencapai US$ 13 milyar. Nilai ini meningkat menjadi US$

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 83

26 milyar pada tahun 2001. Dengan demikian terjadi peningkatan dua kali lipat hanya dalam waktu tiga tahun. Melihat laju pertumbuhan perdagangan produk organik di banyak tempat yang mencapai 20 – 30% per tahun, pada tahun 2010 total bisnis produk organik dunia telah mencapai nilai US$ 100 milyar. Dan diyakini bahwa, angka-angka tersebut diperkirakan akan meningkat lebih tajam pada tahun-tahun berikutnya, sejalan dengan semakin meningkatnya kesadaran manusia akan pentingnya kelestarian lingkungan dan kesehatan. Membijaki hal tersebut dan mengingat kesehatan dan kecerdasan masyarakat, Pemerintah Daerah Sumatera Barat sejak tahun 2008, mulai menggiatkan pengembangan usaha pertanian organik. Berbagai program dan kegiatan telah didanai agar bisa menghasilkan produk pertanian yang sehat serta berperan dalam melestarikan lingkungan. Tetapi perkembangannya sampai saat ini belum begitu jelas dan tidak banyak informasi yang diperoleh. Oleh karena itu perlu dilakuan kajian untuk menghasilkan rekomendasi kebijakan sebagai bahan untuk rencana pengembangan. Kajian dilakukan dengan pendekatan RRA (Rapid Rural Appraisal) pada lima daerah utama yang tergolong sebagai sumber produksi padi sawah di Sumatera Barat. Untuk pengembangan usaha pertanian organik, sudah banyak program dan kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah Propinsi Sumatera Barat. Tetapi penerapan teknologi dan pencapaian produksi serta kuantitas pelaksana usahatani secara organik belum banyak peningkatan. Walaupun secara ekonomi usaha ini cukup menguntungkan dan juga mampu melestarikan lingkungan tetapi ada beberapa masalah yang cukup menonjol untuk dipecahkan. Masalah komitmen dan keyakinan serta status pemilikan lahan merupakan dua hal utama yang mempengaruhi. Tidak kalah pentingnya adalah masalah perubahan perilaku dalam usahatani, terutama dalam merubah budaya kerja “instant” yang selama ini dilakukan, menjadi pekerjaan yang banyak dan penuh perhatian serta menyita waktu secara rutin. Kerjasama antar petani dan pakar usahatani padi organik sudah terbangun dan sudah membudaya dalam sebuah jaringan. Tetapi lembaga tersebut masih mempunyai beberapa keterbatasan sehingga belum mampu mengangkat dan mengembangkan usahatani padi organik secara luas dan konsisten. Konsistensi usaha ditingkat petani pemula sangat lemah, karena terjadinya penurunan hasil yang dianggap cukup merugikan. Untuk pengembangan kedepan bisa dikemukakan beberapa solusi kebijakan sebagai masukan bagi Pemerintah Propinsi, yaitu : (1) Duduk bersama antara pengambil kebijakan, institusi pendukung, pelaku dan penyalur padi organik. (2). Perubahan beberapa kebijakan yang telah diterapkan, terutama menyangkut legalitas dan konsistensi usahatani padi organik. (3). Promosi dan himbauan yang intensif akan manfaat dan keberadaan padi organik. (4). Fasilitasi dan pembinaan kerjasama antara petani pelaku, petani pakar, dan penyalur. (5) Meningkatkan peran serta institusi terkait dalam mendukung teknologi, budidaya, kelembagaan serta fasilitasi pemasaran dan kerjasama dan (6). Penyusunan program dimulai dari hilir, pasar merupakan fakkor penarik yang utama bagi pertumbuhan usaha tani padi organik. Khusus Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 84 untuk BPTP Sumatera Barat sebagai sumber teknologi diharapkan punya perhatian khusus untuk mengkaji dan menghasilkan pupuk organik dengan kandungan hara yang tinggi dan seimbang serta formula pembuatan ramuan nabati yang efektif.

Gambar 49. Peninjauan dan wawancara pemanfaatan bantuan dan proses pembuatan pupuk organik di Kelompok Tani Kecamatan Baso dan Kecamatan Lintau

2.10.7. KOORDINASI KEGIATAN DI PROVINSI DAN DI KABUPATEN/ KOTA

Kegiatan ini dilaksanakan di Propinsi dan Kabupaten/Kota di Sumatera Barat, mulai dari perencanaan pada bulan Januari sampai Desember 2012. Kegiatan ini bertujuan untuk mensosialisasikan inovasi teknologi pengkajian Badan litbangtan/BPTP Sumatera Barat ke Pemerintah Daerah di Sumatera Barat, untuk mensukseskan Program Utama Kementan di Sumatera Barat. Selama tahun 2012, telah dilakukan koordinasi dengan Gubernur Sumatera Barat, Dinas Pertanian kabupaten Dharmasraya, Padang Pariaman dan Tanah Datar, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Dharmasraya. Pada saat koordinasi disampaikan program penelitian dan diseminasi yang telah dan yang akan dilakukan BPTP Sumatera Barat, inovasi teknologi SL- PTT, benih varietas unggul selera Sumatera Barat, Alsintan dan Ratoon, produk olahan serta Kalender Tanam(Tabel 19).

Tabel 20. Paket teknologi yang dapat disosialisasikan ke pengguna, 2012

No Inovasi Teknologi Lokasi/agroekosistem/ sasaran 1 Pemanfaatan residu P pada lahan sawah Sawah berkadar P tinggi, tlh menerapkan intensifikasi >15 tahun 2 Pengelolaan sawah bukaan baru Sawah baru dibuka, jenis tanah PMK 3 Budidaya padi sawah dataran tinggi Lahan sawah di ketinggian 700- 1.050 mdpl 4 Tabela padi sawah Sawah irigasi 5 Teknologi budidaya padi gogo Lahann kering dataran rendah 6 Tanpa olah tanah padi sawah Sawah irigasi 7 Pembuatan kompos jerami padi sebagai Lahan sawah dan lahan kering pupuk alternatif ,menggunakan Trichoderma harzianum 8 Pengendalian hama tikus dengan tabung Lahan sawah bambu

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 85

9 Usaha tani parlabek Lahan sawah irigasi 10 Varietas Batang Lembang Padi sawah pada ketinggian 0-700 m dpl 11 Varietas Batang Piaman Padi sawah pada ketinggian 0-850 m dpl 12 Produksi benih bermutu tingkat petani Kelompok tani/calon penangkar benih 13 Sistem tanam bershaf pada padi sawah Sawah irigasi dan tadah hujan 14 Budidaya kedelai di lahan kering masam Lahan kering masam 15 Budidaya kacang tanah di lahan kering Lahan kering masam masam 16 Pengendalian penyakit layu bakteri kacang Lahan kering tanah 17 Tampurin pada jagung Gambut dalam (>2m) 18 Tanpa olah tanah (TOT) pada jagung Lahan kering 19 Pengendalian wereng jagung Lahan kering dan sawah tadah hujan 20 Pengendalian hama lalat korok daun Lahan dataran tinggi 21 Budidaya tanaman cabe merah pakai mulsa Lahan sawah plastik hitam perak 22 Tumpang sari terung dengan kacang Lahan sawah tadah hujan dan panjang tegalan 23 Tumpang sari terung dengan mentimun Lahan sawah tadah hujan dan tegalan 24 Pengendalian hayati ulat daun bawang Lahan dataran tinggi dan rendah dengan SE NPV (Spodoptera exiqua Nuclear Polyhidrosis Virus) 25 Teknologi mulsa plastik pada kentang Petani kentang lahan kering dataran tinggi 26 Pisang ambon buai basebo Lahan kering /sentra produksi kentang 27 Spesifikasi markisa manis (Passiflora Dataran tinggi (>1.100mdpl) ligularis)unggul bunga ungu super dan beriklim basah bunga putih 28 Pembibitan markisa manis Dataran tinggi (>1.100mdpl) beriklim basah 29 Peningkatan produktivitas kayumanis Lahan kering dataran tinggi >600 mdpl 30 Pembibitan pinang sirih Lahan kering 31 Pengendalian jamur akar putih (JAP) dengan Petani karet Trichoderma koningii (TK) pada tanaman karet 32 Teknologi pembibitan tanaman gambir Petani penangkar benih gambir 33 Pemupukan tanaman gambir Lahan kering 34 Pembibitan kemiri (Aleurites moluccana Petani penangkar Wild) dengan sistem pembakaran 35 Pembibitan cengkeh (Syzigium aromaticum) Petani/penangkar benih bermutu 36 Budidaya itik di lahan kering Lahan kering 37 Pemanfaatan daun gamal untuk pakan sapi Semua daerah berpotensi sumber potong p[akan gamal 38 Limbah sanjai sebagai substansi Peternak di sentra keripik sanjai konsentrat sapi 39 Formula pakan tambahan penggemukan sapi Peternak penggemukan sapi (PP-SKRM 1) potong 40 Formulasi pakan ayam buras Peternak ayam buras secaraintensif

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 86

41 Pembuatan tepung komposit terigu, ubikayu Industri kecil/industri rumah dan jagung untuk pembuatan mie tangga 42 Pembuatan juice markisa manis Lahan kering dataran tinggi dan industri rumah tangga 43 Pembuatan sirup markisa manis Lahan kering dataran tinggi dan industri rumah tangga 44 Penguningan (de greening jeruk) Petani/pedagang pengumpul jeruk 45 Alat penyiang jagung Petani jagung pada lahan kering dan sawah tadah hujan 46 Alat pengupas kacang tanah tipe pedal Keltan/Pengusaha alsintan 47 Pola tanam lahan sawah tadah hujan Petani padi/palawija di lahan tadah hujan 48 Produksi benih bengkuang bermutu Petani/penangkar benih 49 Integrasi usahatani tanaman panagan dan Peternak sapi lokal Pesisir di lahan sapi (IN PAPI) lokal Pesisir sawah tadah hujan 50 Teknologi Lado-21 Lahan sawah bukaan baru

Hasil koordinasi dan sosialisasi yang telah dilakukan Ke Dinas Pertanian Dharmasraya, Dinas Pertanian Kabupaten Padang Pariaman, dan Kabupaten Tanah Datar dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 21. Data koordinasi ke Gubernur Sumatera Barat,Instansi terkait Program Kementan di beberapa Kabupaten di Sumatera Barat. Tahun 2012.

No Dinas/Kab- Materi Hasil Koordinasi Kota 1. Distan Peningkatan BPTP Sumatera Barat melalui D. Raya Produksi Padi, Kegiatan SLPTT yang dilaksanakan Penggunaan Benih oleh LO dan Tim di kabupaten Var Unggul Bermutu D.Raya melakukan pendampingan teknologi inovasi produksi Padi, melalui kegiatan UPBS menyediakan benih sumber (kls BD dan BP)varietas unggul bermutu sesuai selera masyarakat Sumatera Barat. Pemda D. Raya menyediakan benih untuk masyarakat melalui BLBU. Petani dapat mengacu teknologi ke lokasi Demplot BPTP Sumatera Barat di dekat areal Labor Lapang. 2. Distan Padang Inovasi tek SLPTT BPTP Sumatera Barat melalui Pariaman Padi Sawah dan Kegiatan SLPTT yang dilaksanakan KATAM oleh LO dan Tim di kabupaten Padang Pariaman melakukan pendampingan teknologi inovasi produksi Padi, melalui kegiatan UPBS menyediakan benih sumber (kls BD dan BP)varietas unggul bermutu sesuai selera masyarakat Sumatera Barat. Penggunaan KATAM dalam

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 87

pengelolaan usaha tani padi sawah membantu petani dalam menghindari resiko kekeringan dan cekaman lingkungan lainnya. 3. Distan Tanah Koordinasi Membantu pengelolaan usaha tani Datar penggunaan Alsin di padi sawah, BPTP Sumatera Barat Kab tanah Datar menyediakan teknologi Alsin dan di Pemda Tanah Datar telah tersedia Traktor roda 2 708 unit, roda 4 2 unit, hand sprayer 7.971 unit, knapsack power sprayer 10 unit, emposan 273 unit, pembersih gulma mawar 361 unit, power weeder 10 unit, thresher padi 226 unit, dryer/pengering gabah 4 unit, pembersih gabah/cleaner 886 unit, penggilingan padi 19 unit, RMU 19 unit, pemipil jagung 397 unit, penggiling jagung 16 unit, pemarut ubi kayu 635 unit, penepung 5 unit, pembuat chips 9unit, dan pembuat pellet 3 unit. Untuk meningkatkan skill petani, Peneliti BPTP Sumatera Barat telah diundang menjadi narasumber pada pelatihan penggunaan Alsin di Kab Tanah Datar. 4. Distan Tanah Koordinasi Telah dilakukan koordinasi dan Datar pemanfaatan diperoleh beberapa kesepakatan inovasi teknologi tentang pengembangan teknologi Ratoon (Salibu) budidaya padi system salibu padi sawah di (Ratoon) di Kabupaten Tanah Datar. Tanah Datar Kemudian dilakukan kunjungan lapang dibeberapa lokasi yang layak untuk pengembangan budidaya padi salibu terutama berkaitan dengan kondisi lahan dan ketersediaan air irigasi, dengan dampingan teknologi oleh peneliti BPTP Sumatera Barat. Pada saat yang sama juga dilakukan panen perdana padi hasil budidaya Ratoon dengan hasil ubinan 6-7 ton/ha 5. Audiensi Ka Penyampaian Gubernur Sumatera Barat Prof. Dr. BPTP program dan Irwan Prayitno, Psi, MSc, sangat Sumatera kegiatan pengkajian tertarik dengan semua program Barat yang telah dan hasil-hasil kegiatan BPTP mendukung bersama akan dilaksanakan pembangunan pertanian di Sumatera peneliti, oleh BPTP Sumatera Barat. Berkaitan dengan Program penyuluh ke Barat, dalam SLPTT, gubernur memberikan Gubernur mendukung apresiasi kepada BPTP Sumatera Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 88

Sumatera pembangunan dan Barat yang telah berperan dalam hal Barat pemberdayaan pendampingan pelaksanaan di masyarakat di lapangan berupa SLPTT Model dan Sumatera Barat, display Varietas Unggul Baru (VUB) seperti M-KRPL di setiap lokasi SLPTT di Sumatera (Model Kawasan Barat. Gubernur memberikan Rumah Pangan perhatian khusus dalam hal program Lestari), SLPTT, Peningkatan Produksi Beras Nasional MP3MI, narasumber (P2BN) melalui dukungan dana inovasi teknologi, contigensi sebesar Rp. 64.350.000,- dihasilkannya /kelompok tani berupa handtractor varietas unggul dan bantuan saprodi. Bantuan dana baru rasa pera contigensi tersebut diberikan kepada ,terakhir 2012 880 Keltan di 14 kabupaten/kota di dilepas Inpari 21 Sumatera Barat. Dana Contigensi di Batipuah). Indonesia pertama kali dikucurkan untuk Provinsi Sumatera Barat, atas inisiatif langsung dari Gubernur Sumatera Barat melalui Kementerian Pertanian Indonesia. Gubernur juga berharap Inpari 21 Batipuah cepat berkembang dan BPTP sebagai penghasil benih sumbernya, serta diaharapkan juga BPTP cepat mengembangkan teknologi Rasbi sehingga dapat mengurangi penggunaan beras. 6.. Dinas Teknologi Kegiatan integrasi ternak dengan Peternakan pemanfaatan tanaman khususnya kelapa sawit dan Perikanan pelepah daun sawit, dengan sapi telah dimulai pada Kab cangkang kakao tahun 2011 dengan masuknya kajian Dharmasraya untuk pakan sapi dari BPTP Sumatera Barat dalam pemanfaatan limbah kelapa sawit yang dapat digunakan untuk pakan sapi dan kotoran sapi menjadi pupuk tanaman. Kegiatan ini menjadi program Dinas Peternakan dan perikananan dalam pembinaan peternak di Dharmasraya dimana tahun 2011 dberikan 35 ekor sapi kepada 2 kelompok dan saat ini sapi telah menjadi 67 ekor. Integrasi sapi dengan kelapa sawit menjanjikan keuntungan ganda, dimana limbah kelapa sawit (pelepah, solid, bungkil) menjadi pakan sapid an telah menampakkan hasil dengan kenaikan berat sapi yang nyata dan kotoran sapi digunakan untuk subsitusi pupuk tanaman (mengurangi ponggunaan pupuk anorganik yang semakin sulit

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 89

didapat. Pada tahun 2012 ini masalah permodalan dalam beternak dapat diatasi dengan adanya kredit lunak dari Bank Nagari dan BRI untuk usaha ternak di Dharmasraya, dengan mengajukan proposal ke Bank tersebut dan Bank akan menilai kelayakan usaha, sehingga diharapakan uasaha ternak tersebut berjalan dengan baik (modal dari Bank, teknologi dari BPTP Sumatera Barat).

Gambar 50. Kepala BPTP Sumatera Barat, Dr. Hardiyanto, menyerahkan bingkisan kepada Gubernur Sumatera Barat, Prof.Dr. Irwan Prayitno berupa publikasi dan produk olahan hasil penelitian BPTP Sumatera Barat (kiri), Gubernur foto bersama dengan Kepala BPTP Sumatera Barat dan rombongan (kanan).

2.10.8. PENDAMPINGAN PSDS/K MELALUI INOVASI TEKNOLOGI PAKAN SAPI POTONG BERBIAYA MURAH DI SUMATERA BARAT

Salah satu komoditas ternak yang mendapat perhatian dan prioritas pengembangan yang serius dari pemerintah adalah sapi potong. Pengembangan komoditas ini merupakan salah satu program prioritas Kementerian Pertanian yang dituangkan dalam bentuk Program Swasembada Daging Sapi/Kerbau 2014 (PSDFS/K 2014). Tujuan utama dari PSDSK adalah mengupayakan kecukupan daging untuk konsumsi masyarakat Indonesia tanpa ketergantungan impor dari luar negeri. Dewasa ini, 30% kebutuhan daging berasal dari impor daging yang menguras devisa negara. Misi utama Pemerintah untuk menwujudkan PSDS/K 2014 adalah mengupayakan peningkatan produksi ternak dengan meluncurkan beberapa program bantuan/kredit bagi praktisi usaha peternakan. Pemerintah Daerah Sumatera Barat mensukseskan program ini dengan melaksanakan beberapa program, antara lain program Gerakan Pensejahteraan Petani (GPP), Program Satu Petani Satu Sapi (SPSS), Integrasi Sawit vs sapi, bantuan KUPS, Bantuan Penyelamatan sapi Betina Produktif (PBP) dan program lainnya yang difokuskan untuk memacu peningkatan produktivitas ternak

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 90 sapi potong minimal sampai tahun 2014. BPTP Sumatera Barat sebagai institusi pengkajian dari Badan Litbang Kementerian pertanian mempunyai peran strategis sebagai penyedia dan mendiseminasikan dan teknologi peternakan tepat guna dan mendampingi pelaksanaan PSDS/K bagi praktisi peternakan dan kelompok-kelompok peternak terutama peternak rakyat yang merupakan kelompok terbesar yang mengusahakan peternakan di pedesaan. Secara umum, masalah utama pengembangan peternakan adalah keterbatasan produksi hijauan pakan ternak. Hasil/sisa tanaman pangan dan limbah tanaman perkebunan serta hasil ikutan (by-product) agro industri sawit dan tanaman kakao meskipun produksinya melimpah belum banyak dimanfaatkan. Pada hal limbah-limbah tersebut sangat potensial sebagai pakan ternak mengingat kandungan nutrisinya masih dapat dimanfaatkan sebagai pakan basal ataupun suplemen bagi ternak. Kegiatan pengkajian ini bertujuan untuk mendemonstrasikan pengaruh penggunaan pakan supplemen berbahan lokal berupa limbah jerami padi untuk pakan basal dan by-product kelapa sawit, dan limbah kulit kakao untuk pakan suplemen ternak sapi betina induk. Keluaran yang diharapkan adalah satu paket teknologi pakan ternak sapi potong dengan pakan supplemen berbahan lokal by-product kelapa sawit atau limbah kulit kakao. Pengkajian memperkenalkan dua formulasi pakan. Formula I adalah tentang pemanfaatan 10 kg jerami padi fermentasi (JPF) dan 2 kg bungkil inti sawit (BIS), sedangkan Formula II adalah pengenalan pakan basal 10 kg JPF dengan suplementasi 4 kg kulit kakao fermentasi (KKF) untuk pakan ternak induk sapi yang milik kelompok Tani Tunas Muda, Nagari Tanjung Alam, Kabupaten Tanah Datar. Materi pada kegiatan ini terdiri dari 20 ekor sapi betina yang belum pernah melahirkan, tidak birahi dan belum bunting yang dibagi dalam tiga kelompok perlakuan. Perlakuan A, Pemberian pakan untuk 7 ekor induk menggunakan 10 kg JF + 2 kg bungkil sawit + 0,01 kg mineral Perlakuan B, ; Pemberian pakan terhadap 7 ekor induk yang masing-masing mendapat pakan 10 kg JF dan 4 kg KKF + mineral; sedangkan perlakuan C: Pemberian pakan terhadap 6 ekor induk sapi yang biasa dilakukan petani (10 kg jerami segar) + 1 kg dedak padi + 0,01 kg mineral. Hasil pengamatan menunjukkan respons positif dari pemberian 10 kgf JF + 2 BIS dan pemberian 10 kg JF + 4 kg KKF dalam mempercepat terjadinya berahi dan dapat dikawinkan lebih awal, akibat perbaikan kondisi induk sehingga lebih cepat dalam mempersiapkan aktivitas reproduksi.

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 91

Gambar 51. Demonstrasi teknologi di Kelompok Ternak Tunas Muda Nagari Tanjung Alam, Kecamatan Tanjung Baru, Kabupaten Tanah Datar 2.11. PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI (FEATI)

Program Pemberdayaan Petani melalui Teknologi dan Informasi Pertanian (P3TIP) atau Farmer Empowerment Through Agricultural Technology and Information (FEATI) diluncurkan Kementerian Pertanian sejak tahun 2007, merupakan kegiatan yang pendanaannya bersumber dari Bank Dunia, dan dirancang untuk dilaksanakan selama lima tahun. FEATI bertujuan untuk meningkatkan produktivitas, pendapatan dan kesejahteraan petani. Kegiatan ini dilakukan melalui pemberdayaan keluarga tani, organisasi petani dalam mengakses informasi, teknologi, modal dan sarana produksi untuk mengembangkan usaha agribisnis serta mengembangkan kemitraan dengan sektor swasta. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) sebagai unit pelaksana teknis Badan Litbang Pertanian yang berada di daerah, bertanggung jawab terhadap pelaksanaaan kegiatan pada komponen C yaitu yang terfokus pada perbaikan pengkajian dan diseminasi teknologi pertanian melalui penguatan kemitraan antara peneliti-penyuluh-organisasi petani-agribisnis. Pelaksanaan komponen C di BPTP Sumatera Barat tahun 2012 terdiri dari tiga kegiatan yaitu : (1) Hubungan yang efektif antara BPTP dan petani, (2) Hubungan yang efektif antara peneliti, penyuluh dan petani, dan (3) Demonstrasi mendukung replika di FMA.

1. Hubungan yang efektif antara BPTP dan petani Dalam rangka meningkatkan hubungan antara BPTP dengan petani, dilakukan kegiatan pendampingan dan replikasi penerapan inovasi teknologi. Pendampingan dan replikasi dilakukan pada usaha agribisnis ternak sapi, penakaran benih padi sawah, dan pembibitan karet unggul. Pendampingan dalam rangka replikasi dan pengembangan inovasi teknologi agribisnis ternak sapi dilakukan di UP-FMA Harapan Kitan dan UP- FMA Agromakmur. Kegiatan pendampingan meliputi teknologi pengkayaan hara kompos, pembuatan Bio Urine, dan Pengolahan Biogas. Sisitem diseminasi ini telah berkembang dari metode Mother and Baby Trial ke arah diseminasi yang lebih luas yaitu Spektrum Diseminasi Multi Chanel (SDMC). Keberhasilan penerapan inovasi teknologi pada FMA Mother telah Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 92 menimbulkan minat dari perusahaan Kelapa Sawit PT. Tindar Kerinci Agung (PT. TKA) dan perusahaan kebun teh PT. Mitra Kerinci untuk mengembangkan Integrasi Ternak dengan tanaman perkebunan. PT. TKA disamping mengadopsi teknologi pengolahan limbah dan pakan dari hasil pembelajaran di UP FMA Maju Bersama juga melalukan studi banding Integrasi Sapi dengan Sawit di KP. Situng. Inovasi teknologi ini akan dikembangkan oleh PT.TKA dengan kelompok tani sekitar kebun sawit. Pada saat Advokasi Keberlanjutan FEATI yang di pusatkan di UP-FMA Maju Bersama, secara simbolis manajemen PT. TKA menyerahkan 500 ekor sapi ke kelompok tani sekitar kebun Sawit PT. TKA di kabupaten Solok Selatan. Hal yang sama juga dilakukan oleh perusahaan kebun teh PT. Mitra Kerinci yang akan mengembangkan integrasi ternak dengan perkebunan teh dengan rencana pengembangan sebanyak 2.000 ekor sapi, bekerjasama dengan kelompok tani dari UP-FMA Agromakmur. Anggota FMA Agromakmur merupakan gabungan enam kelompok tani yang seluruh anggotanya merupakan pekerja harian di perusahaan kebun teh PT. Mitra Kerinci. Alur pengembangan dan replikasi teknologi hasil pembelajaran agribisnis ternak di kabupaten Solok Selatan.

Gambar 52. Pendampingan pembuatan instrumen biogas di UP-FMA Harapan Kita.

Selama kurun waktu 5 tahun (2007-2012) telah banyak inovasi teknologi yang diterapkan dan dikembangkan melalui pembelajaran di UP- FMA yang telah pula mampu menumbuhkan embrio-embrio agribisnis di Pedesaan. Agar inovasi teknologi ini tetap berkembang secara berkelanjutan dan embrio ekonomi yang telah mulai tumbuh ini tetap tumbuh dan berkembang menjadi skala usaha yang mampu menjadi sumber pendapatan di tingkat petani, diperlukan upaya yang sungguh-sungguh yang diawali dengan kegiatan Advokasi untuk keberlajutan program FEATI oleh Pemerintah Daerah. Kegiatan Advokasi dan Workshop keberlanjuutan Program FEATI telah dilaksanakan selama dua hari (22-23 Oktober 2012). Pada hari pertama dilakukan workshop tingkat propinsi, yang dihadiri oleh Bakorluh Provinsi Sumatera Barat, Bapelul 5 kabupaten pelaksana FEATI (Kabupaten Solok, Padang Pariaman, Solok Selatan, Lima Puluh Kota, dan Pesisir Selatan). Workshop juga dihadiri oleh dinas intansi terkait, Bappeda,dan perwakilan FMA terbaik masing-masing kabupaten. Masing-

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 93 masing perwakilan UP-FMA memaparkan cerita sukses mereka dalam mengambangkan inovasi teknologi dan menumbuhkan embrio agribisnis sesuai dengan potensi yang ada di masing-masing lokasi FMA. Rumusan hasil workshop tingkat provinsi adalah : (a). Adanya kemitraan instansi dan lembaga terkait untuk menyukseskan keberlanjutan kegiatan FEATI yang dikelola oleh petani dan kelompok tani dalam kegiatan penyuluhan di masa depan. Dipahami bahwa diperlukan suatu bentuk jejaring kerjasama antar petani peserta pelatihan dan pelaksana FMA dalam rangka penumbuhan Lembaga Pendidikan Masyarakat di pedesaan atau yang sejenisnya (P4S, LPR, PKBM) dimana lembaga tersebut perlu di SK kan oleh Bupati. (b) Perlu ada komitmen Pemerintah Daerah pelaksana FEATI, sebagai bentuk political will daerah dalam rangka keberlanjutan program FEATI dalam bentuk berlanjutnya kelembagaan pola pemberdayaan petani yang kondusif di daerah. Termasuk dalam perencaan dan pelaksanaan tindak lanjut di masing-masing daerah.

Gambar 53. Lima perwakilan UP-FMA yang berhasil menumbuhkan embrio agribisnis hasil pembelajaran dan penerapan inovasi teknologi di kabupaten pelaksana kegiatan FEATI

Untuk lebih meyakinkan Pemerintah Daerah, kegiatan workshop dilanjutkan dengan kegiatan Advokasi Keberlanjutan Program FEATI yang pelaksanaannya langsung diadakan di lapangan, dan dipusatkan di lokasi FMA yang telah berhasil menerapkan dan mengembangkan teknologi agribisnis ternak sapi di Kabupaten Solok Selatan. Kegiatan ini langsung dihadiri oleh Gubernur Sumatera Barat Prof. Dr. Irwan Prayitno, MSc dan Kepala Badan Litbang Pertanian yang diwakili oleh kepala BBP2TP Dr. Ir. Kasdi Subagiyono, MSc serta Bupati dan DPRD Kabupaten Solok Selatan. Kegiatan ini dihadiri lebih kurang 450 orang peserta diikuti pula oleh kepala SKPD terkait baik provinsi maupun Kabupaten, serta seluruh anggota kelompok tani peternak sapi kabupaten Sumatera Barat. Kegiatan FEATI yang telah dilaksanakan selama lima tahun (2007-2012) telah memberi dampak yang cukup besar terhadap penerapan inovasi teknologi dan peningkatan kesejahteraan petani. Kegiatan ini diapresiasi oleh pengambil kebijakan baik tingkat provinsi maupun tingkat kabupaten. Berkembangnya agribisnis ternak sapi juga telah mendorong pihak swasta untuk lebih

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 94 meningkatkan skala usaha dan bermitra dengan petani. Ada dua perusahaan perkebunan yang telah langsung menyediakan dana CSR nya untuk pengembangan sektor peternakan di kabupaten Solok Selatan, yaitu Perusahaan Perkebunan Sawit PT. Tindar Kerinci Agung dan Perusahaan Perkebunan Teh PT. Mitra Kerinci. Bentuk dukungan yang diberikan adalah meberikan bantuan sapi bagi kelompok tani sekitar untuk dapat dikembangkan dan di integrasikan dengan tanaman sawit dan teh. Jumlah ternak yang disediakan untuk dikembangkan di tingkat kelompok tani 2000 ekor dari PT. Mita Kerinci, dan 500 ekor sapi dari PT. Tindar Kerinci Agung. Tanggapan dari pengambil kebijakan dan pihak swasta, mengisyaratkan adanya dukungan penuh bagi keberlanjutan Program FEATI oleh Pemda pada masa yang akan datang dalam upaya meningkatkan kesejah teraan petani.

Beberapa poin pernyataan Gubernur Sumatera Barat Prof. Dr. Irwan Prayitno, PSi, MSc adalah sebagai berikut : a. Dukungan Inovasi Teknologi muthlak untuk membangun sektor pertanian, untuk itu mamfaatkan Iptek dalam melaksanakan program pertanian di Sumatera Barat b. Program ini akan direplikasi untuk seluruh kabupaten sesuai dengan sumberdaya yang ada khususnya dikaitkan dengan program “Gerakan Pensejahteraan Petani (GPP) Provinsi Sumatera Barat c. Diharapkan peran serta pihak swasta dalam meningkatkan kesejahteraan petani

Beberapa poin pernyataan Bupati Kabupaten Solok Selatan (Drs. Abdurahman, SH, MH), dalam upaya keberlanjutan program FEATI di kabupaten Solok selatan sebagai berikut : a. Sejalan dengan program GPP Kabupaten Solok Selatan akan melanjutkan prorgam Feati dalam berbgai program pemberdayaan masyarakat b. Dukungan Badan Litbang (BPTP Sumatera Barat) dalam penyediaan inovasi teknologi sangat diharapkan c. Pihak swasta yang ada di kabupaten Solok Selatan sangat diharapkan mendukung keberlanjutan program pemberdayaan masyarakat melalui program CSR

Beberapa poin pernyataan Direksi PT. Tindar Kerinci Agung (TKA) dalam upaya keberlanjutan program FEATI di kabupaten Solok selatan sebagai berikut : a. Penerapan inovasi teknologi telah menginspirasi PT. TKA untuk berpartisipasi dalam meningkatkan kesejahteraan petani dan secara bertahap akan menggulirkan bantuan ke kelompok tani dalam mendukung pengembangan kawasan peternakan di kabupaten Solok Selatan b. Pada tahap pertama akan diserahkan 500 ekor sapi kepada kelompok tani sekitar areal perkebunan Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 95

Beberapa poin pernyataan Direksi PT. Mitra Kerinci a. Keberhasilan kelompok dalam meningkatkan pertumbuhan berat badan dan pengolahan kompos telah membuka minat pimpinan perusahaan dalam pengembangan usaha peternakan untuk meningkatkan kesejahteraan para pekerja kebun teh yang tergabung dalam UP-FMA Agromakmur.

b. Pada tahun 2013 akan diberikan bantuan sebanyak 2000 ekor sapi secara bertahap untuk 6 keltan yang tergabung dalam FMA Agromakmur. Pada tahap pertama akan diserahkan sebanyak 700 ekor sapi.

Gambar 54. Kepala BBP2TP menyerahkan buku 300 inovasi teknologi Badanlitbang Pertanian kepada Gubernur Sumatera Barat Dan Bupati Kabupaten Solok Selatan pada acara Advokasi Keberlanjutan Frogram Feati tingkat Sumatera Barat, di UP-FMA Maju Berasama Kabupaten Solok Selatan, 24 Oktober 2012.

2. Hubungan yang lebih efektif antara peneliti, penyuluh, dan petani

Peningkatkan hubungan peneliti, penyuluh, dan petani dalam penerapan dan pengembangan inovasi teknologi dilakukan melalui Workshop Percepatan Replikasi Teknologi Mendukung Agribisnis di Tingkat UP-FMA. Workshop dilaksanakan di lima lokasi, yaitu Kabupaten Pesisir Selatan dengan judul Penangkaran benih padi sawah, Kabupaten Solok dengan judul Agribisnis Tanaman Karet, Kabupaten Limapuluh Kota dengan judul Pengolahan Ubi-ubian, Kabupaten Padang Pariaman dengan judul Pengolahan Minyak Tanak dan Kabupaten Solok Selatan dengan judul Agribisnis Ternak Sapi. Materi Workshop dan rumusan yang dihasilkan disajikan dalam Tabel 21.

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 96

Tabel 22. Materi workshop dan hasil rumusan, 2012

Materi Lokasi Kabupaten Rumusan Workshop Workshop

Pesisir Teknologi UP-FMA Disepakati peningkatan skala usaha Selatan Penakaran Lagan dari 50 Ha menjadi 125 ha dengan Benih Padi Gadang VUB Impari 12, Anank Daro, Batang Sawah Mudiak Piaman dan IR 66, dengan total produksi benih 250 ton.

Solok Teknologi UP-FMA Peningkatan skala usaha dari 1500 Pembibitan Panyangkal batang bibit ukulasi (PB 260 dan IRR Karet Unggul an 112) menjadi 20.000 batang dan direplikasi ke UP-FMA Gaung, Up-FMA Pasilihan, dan UP-FMA Indudur.

Limapuluh Teknologi UP-FMA Akan peningkatan skala usaha dan Kota Pengolahan Batu jenis produk olahan dari ubi ungu dan Hasil Ubi-ubian Payung terjalinnya kemitraan dengan UP-FMA Tujuh Koto Talago.

Padang Perbaikan UP-FMA Akan dilakukan pembuatan SOP untuk Pariaman teknologi Koto Baru dapat menembus pasar yang lebih pengolahan luas minyak kelapa

Solok Pengembangan UP-FMA Disepakati pengembangan usaha Selatan skala usaha Maju agribisnis ternak sapi ke UP-FMA pengolahan Bersama Hasrapan Kita, UP-FMA Agromakmur, kompos, dan Kelompok tani diluar UP-FMA biourine, dan biogas

Gambar 55. Kepala BPTP Sumatera Barat, Dr.Prama Yufdi M.Sc, memberikan arahan pada Workshop Replikasi Penangkaran Benih padi Sawah di kabupaten Pesisir Selatan (kiri) dan sebagian peserta workshop (kanan) 3. Demonstrasi dan Uji Coba mendukung Kegiatan Replikasi Teknologi di Up-FMA

Dalam pembangunan pertanian sekarang ini diharapkan petani kita menjadi petani yang mendiri dan tangguh, tidak lagi objek semata tetapi

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 97 juga menjadi subjek dari pembangunan itu sendiri. Hal ini akan dapat tercapai dengan system pembelajaran petani yang berasal dari petani, oleh petani dan untuk petani. Kegiatan seperti ini akan mempercepat terjadi adopsi teknologi yang inovatif yang telah dihasilkan terutama oleh Badan Litbang Pertanian. Salah satu metoda pengembangan kapasitas pelaku pembangunan pertanian itu adalah melalui kegiatan penyuluhan yang dikelola oleh pelaku itu sendiri yang disebut dengan Farmers Managed Extension Activities (FMA) Demonstrasi teknologi dalam skala usaha tani yang dilakukan bersama dengan kelompok tani anggota FMA tersebut, saat ini merupakan suatu system diseminasi yang terbaik, karena petani dapat melihat lansung, melakukan dan mendapatkan informasi yang diperlukannya. Dengan kegiatan ini diharapkan teknologi terbaik yang di demonstrasikan diserap dan diterapkan dengan baik untuk masa selanjutnya. Untuk maksud tersebut BPTP Sumatera Barat pada tahun 2012 telah melaksanakan Demfarm/ujicuba coba beberapa teknologi yang dibutuhkan petani yang dilaksanakan di UP FMA Mother dan diikuti oleh UP FMA lainnya yang sejenis. Guna lebih mempercepat adopsi teknologi, maka perlu dilakukan replikasi dengan memasukan perlakuan atau inovasi teknologi dalam rangka scalling up.

Tabel 23. Judul kegiatan dan lokasi kegiatan Replikasi Demfarm teknologi mendukung kegiatan FMA di tiga Kabupaten FEATI di Sumatera Barat TA. 2012

No Kegiatan Lokasi 1 Replikasi demfarm Teknologi Produk olahan a) Replikasi demfarm Produk FMA Batu Payuang, olahan ubikayu dan ubijalar Kecamatan Lareh Sago Halaban, Kabupaten Lima Puluh Kota b) Replilkasi demfarm pembuatan minyak kelapa FMA Koto Baru, Kecamatan tradisional secara enzimatis Padang Sago dan FMA Kuranji Hilir, Kecamatan Sungai Limau, Kabupaten Padang Pariaman 2 Replikasi Demfarm Teknologi penangkar benih padi sawah Kabupaten Pesisir Selatan

Kegiatan replikasi demfarm pembuatan minyak kelapa tradisional dilaksanakan dengan tiga perlakuan umur simpan kelapa yaitu: kelapa yang baru dipetik, satu minggu setelah dipetik dan dua minggu setelah dipetik, serta penyaringan empat kali dengan kertas saring yang diapisi kapas.

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 98

Pelaksanaan Demfarm ini dengan mengambil nara sumber dari UP FMA Mother yaitu UP FMA Koto Baru yang tahun 2012 merupakan juara satu FMA berprestasi tingkat Sumatera Barat. Kegiatan replikasi demfarm produk olahan ubikayu dan ubijalar yang didemonstrasikan adalah pembuatan es krim dan mie basah ubijalar ungu serta stik ubikayu dari tepung mocaf. Replikasi Demfarm produk olahan ubi menghasilkan produk es krim ubijalar ungu , mie basah ubijalar ungu dan stik ubikayu dari tepung mocaf, mendapat perhatian serius dari peserta, karena teknologi yang disampaikan adalah yang telah mereka tentukan sendiri. Petani anggota UP FMA Batu Payuang sangat antusias mengembangkan produk olahan ubi-ubian terutama ubijalar ungu. Dari satu teknologi produk olahan ubi ungu yang didemfarmkan tahun 2011 petani di Batu Payuang telah mengembangkan lebih dari lima produk olahan, dan untuk pemasarannya telah terbentuk pula Kelompok Usaha dengan nama Senda Jaya, dimana produk olahan ubiungu merupakan produk utama di UP FMA Batu Payuang ini. Dengan mengembangan produk olahan ubi ungu ini UP FMA Batu Payuang telah terpilih sebagai juara satu UP FMA berperestasi di Provinsi Sumatera Barat yang penilaiannya dilakukan oleh Tim FEATI Pusat, sehingga mendapat undangan dari Bapak Presiden Republik Indonesia ke Istana pada tanggal 17 Agustus 2012 yang lalu.

Gambar 56. Produk olahan ubijalar ungu yang diproduksi olehKelompok Tani Senada, UP FMA Batu Payuang

2.12. PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM PUAP DI SUMATERA BARAT

Program Pengembangan usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) dimulai tahun 2008 dan terus berlanjut sam;ai tahun 2012. Program ini bertujuan untuk pembedayaan kelembagaan tani (gapoktan) dan penataan usaha produktif menuju usaha yang efisien, kompetetif dan menguntungkan sehingga mampu meningkatkan pendapatan, mengurangi pengangguran dan kemiskinan. Fasilitasi pemerintah melalui PUAP untuk pemberdayaan kelambagaan tani sebanyak 997 unit gapoktan telah tumbuh dan dibina dari aspek kelembagaan dan kapasitas iptek pengurus serta dibantu dana penguatan modal Rp. 100 juta per gapoktan. Dana tersebut dipinjamkan kepada petani untuk modal pengembangan usaha diantaranya usahatani tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan dan usaha off-farm Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 99

(usaha pengolahan hasil dan dagang skala kecil). Dana PUAP tersebut melalui kebijakan daerah harus dikelola oleh Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) yang dibentuk secara musyawarah oleh Gapoktan. Sebagai LKM milik petani secara struktural LKM-A berada di bawah naungan lembaga gapoktan (gabungan kelompok tani) dan secara fungsional LKM-A khusus melayani pembiayaan kepada para pelaku usaha (petani). Dengan adanya LKM-A, gapoktan akan semakin kuat dalam artian pemberdayaan kelembagaan tani dan usaha produktif akan tercapai. Bila LKM-A sudah kuat dengan kapasitas SDM pengelola yang memadai, mempunyai legalitas hukum dan layak bermitra dengan perbankan atau BUMN dibidang jasa keuangan sesuai kebutuhan, hal ini akan mendorong perkembangan ekonomi di wilayah nagari. Pada akhirnya LKM-A menjadi barometer pertumbuhan ekonomi berbasis usaha pertanian di pedesaan. Dukungan perangkat daerah Dukungan pemerintah provinsi dan kabupaten/kota cukup besar terhadap kemajuan Gapoktan dan LKM-A. Berbagai fasilitasi terutama dalam peningkatan kapsitas SDM tenaga pengelola LKM-A (manejer, bidang pembiayaan, bidang adminstrasi/pembukuan, bidang penggalangan dana dan kasir) dalam bentuk pelatihan atau bimbingan teknis baik oleh Dinas/instansi terkait yang tergabung dalam Tim Pembina PUAP Provinsi Sumatera Barat, maupun olehTim Teknis kabupaten/kota. Dalam peningkatan kapasitas SDM tersebut, Bank Indonesia dan Bank Nagari ikut berperan agar supaya LKM-A ini layak sebagai lembaga yang bergerak memberikan jasa keuangan. Sebanyak 68 unit LKM-A telah difasilitasi masing-masing 1 unit komputer dilengkapi dengan software dan skaligus pelatihan aplikasi oleh pemerintah provinsi melalui Dinas Pertanian Tanaman Pangan. Secara bertahap fasilitasi perangkat komputer bagi LKM-A sesuai dengan skala prioritas, akan terus diupayakan. Dalam rangka percepatan kemandirian LKM-A, Tim Pembina juga telah memfasilitasi kemitraan antara Gapoktan/LKM-A dengan Perbankan dan BUMN yang ada di Sumatera Barat, dalam bentuk job-fare bertempat di ruang pertemuan Sekretariat PUAP provinsi (BPTP Suamtera Barat). Bank yang dihadirkan terutama Bank Nagari yang menawarkan skim kredit KUR dan BUMN diantaranya PT. Semen Padang, PT. Telkom yang menawarkan Program Kemitraan CSR serta PT. Asuransi Jiwasraya. Pertemuan tersebut telah membuka mata para pengurus dan pengelola LKM-A untuk lebih lanjut membangun kemitraan untuk penguatan permodalan dan penjaminan/asuransi pinjaman. Keseriusan pemerintah daerah terhadap LKM-A juga terlihat dengan adanya bantuan honor/insentif bagi tenaga Penyelia Mitra tani (PMT) agar supaya para PMT berkerja secara profesional sesuai Tupoksinya. PMT juga telah dilatih sebagai Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB) dan bersertifikat oleh Bank Indonesia. Gubernur Sumatera Barat telah membentuk Tim Pengembangan Kelembangan Gapoktan dan LKM-A dengan Surat Keputusan No. 500-713-2012 tanggal 10 Oktober 2012, dengan tujuan mengevaluasi dan fasilitasi Gapoktan dan LKM-A menuju lembaga

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 100 yang layak guna mendorong pertumbuhan ekonomi di pedesaan dan percepatan pensejahteraan petani.secara umum. Tim terdiri dari Bank Indonesia, Bank Nagari, PT. Semen Padang, Bappeda, Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Dinas Koperasi dan UMKM serta BPTP Sumatera Barat/Sekretriat PUAP Provinsi. BPTP Sumatera Barat secara khusus sesuai tupoksinya meningkatkan kapasitas iptek pengurus gapoktan, manejer LKM-A dan penyuluh pendamping agar mampu mengarahkan petani anggota untuk menerapkan teknologi adaptif dalam pengelolaan usaha produktif mereka menuju efisiensi usaha dan menguntungkan. Upaya peningkatan kapasitas SDM tersebut dilaukan melalalui diseminasi teknologi dengan berbagai media diantaranya distribusi media cetak juknis teknologi dan pelatihan teknologi. Dinamika LKM-A LKM-A secara bertahap berkembang menuju lembaga keuangan mikro yang professional, melalui pendampingan yang intensif oleh Penyelia Mitra Tani (PMT) dan penyuluh pendamping di setiap nagari/kelurahan/desa. Sasaran akhirnya adalah LKM-A menjadi lembaga keuangan yang mampu bermitra dengan perbankan atau MUMN/S agar kinerjanya lebih optimal mendorong pembangunan ekonomi di wilayah kerjanya dalam arti luas. Berbagai upaya telah dilakukan untuk pemberdayaan LKM-A menuju tercapainya sasaran akhir di atas. Namun, keberhasilan LKM-A juga tergatung pada keberhasilan petani dalam mengembangkan usaha produktif mereka dan begitu juga sebaliknya. Diharapkan pembiayaan bagi pelaku usaha mampu mengembangkan usahanya dan menguntungkan, sehingga tidak terjadi kredit macet. Oleh karena itu LKM-A dibangun atas prinsip saling membutuhkan dan partisipasi masyarakat dalam membangun LKM-A merupakan kunci sukses keberhasilan. Sejak tahun 2008-2012 dimana program PUAP dimasyarakatkan, LKM-A sudah tumbuh dan berkembang sebanyak 875 unit. Pertumbuhan asset LKM-A secara total selama 5 tahun sebesar 22,5% dan jumlah petani anggota lebih 120.000 orang (Tabel 1). Dalam perjalan LKM-A, telah menunjukkan titik terang kemajuan menuju keswadayaan. Perkembangan LKM-A bervariasi di setiap lokasi dan sebagian besar LKM-A sudah berjalan dengan baik. Sebagian kecil LKM-A sudah mulai bermitra dengan Bank Nagari dalam menyalurkan Skim kredit program pertanian seperti KUR dan KKPE, seperti LKM-A Sarumpun di Kabupaten Limapuluh Kota, Pagaruyung Indah, Diamers dan Ihklas di Kabupaten Tanah Datar, dan juga sebagian LKM-A sudah memanfaatkan program kerjasama CSR dari BUMN terutama PT. Semen Padang, diantaranya LKM-A Jaya Saiyo, Batu Gadang di Kota Padang, dan Maju Lancar di Kabupaten Pasaman Barat dan lainnya. LKM-A yang tumbuh tahun 2008, sudah menunjukkan keberhasilan dimana 95,6% LKM-A sudah mempunyai aset lebih Rp. 100,0 juta, diantaranya 18.6% LKM- A tersebut sudah mempunyai aset lebih dari Rp. 150 juta dan bahkan mencapai lebih Rp. 1,0 milyar. LKM-A yang tumbuh tahun 2009 lebih dari 81,7% LKM-A sudah mempunyai aset lebih dari Rp. 100 jt, diantaranya 11,9% sudah mempunyai aset lebih dari Rp. 150 juta. Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 101

Sebanyak 204 unit LKM-A yang tumbuh tahun 2008 dengan total modal awal Rp. 20,4 milyar, pada akhir September 2012 meningkat menjadi Rp. 24,9 milyar. LKM-A tahun 2009 sebanyak 328 unit dengan total dana awal Rp. 32,8 milyar dan pada kondisi September 2012 berkembang menjadi Rp. 34,7 milyar. Begitu juga halnya dengan LKM-A yang tumbuh tahun 2010 dan 2011. Hal ini menunjukkan bahwa Program PUAP sudah berhasil memberdayakan Lembaga Keuangan Mikro yang ditumbuhkan oleh Gapoktan, dan LKM-A tersebut mulai dipercaya masyarakat dan perbankan. Sebagian Gapoktan/LKM-A PUAP sudah mempunyai legalitas hukum dalam bentuk badan hukum koperasi”KSU” atau Akte Notaris.

Tabel 24. Distribusi jumlah Gapoktan, jumlah petani anggota dan perkembangan aset LKM-A tahun 2008-2012 keadaan September 2012 di Sumatera Barat

Jumlah Jumlah Jumlah asset Pertumbu Jumlah Jumlah No. Kabupaten/Kota gapokt modal awal Desember han asset petani LKM-A an (Rp.000) 2012 (Rp000) (%)

1. Dharmasraya 66 8132 6.600.000 51 9.994.591 51,4 2. Pesisir Selatan 111 10545 11.100.000 79 11.403.100 2,7 3. Sijunjung 68 6757 6.800.000 54 8.066.101 18,6 4. Agam 88 6220 8.800.000 79 12.347.486 40,3 5. Pasaman 41 5163 4.100.000 39 4.567.078 11,4 6. Pasaman Barat 64 7822 6.400.000 60 10.206.759 59,5 7. Lima Puluh Kota 98 18681 9.800.000 93 12.215.876 24,6 8. Solok Selatan 38 3878 3,800,000 36 4.714.733 23,4 9. Solok 74 11760 7.400.000 68 8.250.000 11,5 10. Padang Pariaman 78 8607 7.800.000 76 8.601.374 10,3 11. Tanah Datar 73 14940 7.300.000 68 9.955.289 36,4 12. Ko. Padang 48 6363 4.800.000 48 5.417.080 12,8 13. Ko. Pariaman 65 4953 6,500,000 55 6.935.319 6,7 14. Ko. Payakumbuh 33 2415 3.300.000 29 4.001.556 21,2 15. Padangpanjang 15 1842 1.500.000 9 1.588.000 5,7 16. Ko. Solok 9 825 900.000 2 918.000 2,0 17. Ko. Sawahlunto 14 1200 1.400.000 4 1.427.000 1,9 18. Ko. Bukittinggi 14 1005 1.400.000 14 1.523.749 8,8 Jumlah 997 121.108 99.700.000 864 122.133.091 22,5

Alokasi pembiayaan menurut kelompok usaha bersifat dinamis dari waktu ke waktu, tergantung kecerdasan petani dalam memilih usaha produktif untuk mendapatkan nilai tambah. Dukungan berbagai pihak untuk penguatan lembaga keuangan mikro ini ke depan sangat diharapkan. Pendampingan oleh personal/lembaga independen disamping tenaga fungsional sesuai tupoksinya perlu menjadi perhatian serius oleh pemerintah provinsi Sumatera Barat dan pemerintah kabupaten/kota. LKM-

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 102

A adalah lembaga keuangan mikro miilik petani yang digerakkan oleh berbagai pemangku kepentingan untuk mengatasi masa lah pembiayaan bagi petani. LKM-A ”Committed to farmers”.

Gambar 57. Penyerahan dana PUAP secara simbolis oleh Menteri Pertanian ke gapoktan didampingi oleh Gubernur dan Kepala Badan SDM awal tahun 2009 di Kota Padang (kiri), dan Peninjauan LKM-A Panampuang Prima di Agam awal tahun 2010 oleh Gubermur Sumatera Barat.

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 103

III. SUMBERDAYA PENELITIAN 3.1. PROGRAM DAN ANGGARAN Perencanaan dan program kerja BPTP Sumatera Barat ditangani oleh satu lembaga internal non eselon yang dikoordinir oleh seorang peneliti senior. Bagian ini mempunyai tugas sebagai penyusun rencana dan program litkaji (penelitian dan pengkajian) serta rencana penganggaran keuangan BPTP. Didalam bagian ini juga ada seksi monitoring dan evaluasi (monev) yang bertugas memonitor dan mengevaluasi jalannya penelitian dan pengkajian. Struktur Perencanaan, Program dan Monev BPTP Sumatera Barat dalam SK Balai tahun 2012 disebut dengan nama Koordinasi Program dan Evaluasi (KPE) yang struktur organisasinya sebagai berikut :

Koordinator Program dan Evaluasi : Ir. Azwir K, MSi Koord. Sub Sie. Program : Ir. Azwir K, MSi Staf Program : Rum Herayitno Sumilah, SP Jefrey M. Muis, SPt Koord. Sub Sie. Monev : Ir. Atman, MKom Staf Monev : Via Yulianti, SP

Selama tahun 2012, tugas pokok dan fungsi tim perencanaan dan program dapat dijalankan dengan baik, antara lain:

1. Melaksanakan, mengurus dan mengkoordinasikan penyusunan rencana dan pendistribusian kegiatan dan tenaga SDM yang terlibat kegiatan bersama Kepala Balai dan tim Program Balai yang terdiri atas pimpinan unit kerja serta tim SDM.

2. Merekapitulasi, mendokumentasikan dokumen (Proposal, RPTP/RDHP, ROPP/RODHP dan juknis) kegiatan TA 2012 yang terdiri atas;

Tabel 25. Judul dan penanggung jawab kegiatan likaji dan diseminasi BPTP Sumatera Barat tahun 2012

PENANGGUNG KEGIATAN/SUB KEGIATAN JAWAB

TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI KEGIATAN IN HOUSE Identifikasi varietas lokal dan uji adaptasi galur Ir. Syahrul Zen harapan padi sawah preferensi konsumen Sumatera Barat (1 tek varietas) Identifikai sistem panen dalam usaha menekan Ir. Harnel, MSi kehilangan hasil padi di Sumatera Barat (1 tek sistem panen)

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 104

Kajian pemupukan hara spesifik lokasi (PHSL) padi Dr. Ir. M. Prama sawah organik melalui penggunaan mikroorganisme Yufdy, MSc lokal (MOL) dan pupuk organik (1 tek pemupukan hara spesifik) Optimalisasi produktivitas sapi potong melalui Prof. Dr. Abdullah integrasi tanaman - ternak menunjang produksi M. Bamualim, MSc daging nasional (1 tek sistem integrasi) Kajian teknologi pengolahan RASBI (beras-ubi) Ir. Kasma Iswari, berprotein tinggi melalui pengkayaan dengan tepung MSi keambah kedelai dan pengembangan model kelembagaan produksi RASBI di Sumatera Barat (1 tek pembuatan RASBI) Uji adaptasi beberapa galur/varietas bawang merah Ir. Irmansyah di dataran rendah dan dataran tinggi (1 tek varietas Rusli, MSi b.merah) Peningkatan IP Padi Dataran Tinggi Melalui Ir. Erdiman Pengelolaan Ratoon (1.Tek. Budidaya Ratoon) PENGKAJIAN KOMPETITIF Pengkajian teknologi surge feeding pada induk sapi Dr. Ir. potong berbasis pakan lokal mendukung program 1 Wirdahayati, MSc petani 1 sapi (1 tek pakan untuk induk sapi potong) Peningkatan produksi padi sawah dua kali lipat per Dr. Ir. M. Prama hektar per tahun melalui peningkatan IP padi 400 di Yufdy, MSc kota Pariaman (1 tek peningkatan produktivitas lahan) Penentuan dosis optimum pemupukan padi sawah Ir. Ismon L. , MSi pada berbagai status P tanah saawah di Sumatera Barat dengan fungsi mitcherlich bray (1 tek pemupukan P) Kajian Kekuatan Daya Saing Varietas Lokal Terhadap Dr. Ir. Nurnayetti, Varietas Unggul Nasional dan Aspek Sosial Ekonomi MS di Sumatera Barat Kajian Akselerasi Adopsi Inovasi dan Pengembangan Ir. Nasrul Hosen, LKM-A Pada Kegiatan Usaha Berama Berbasis MS Kegiatan Komoditas di Gapoktan Pelaksana PUAP Tahun 2008 dan 2009 di Sumatera Barat Kajian Komperhensif Pengembangan dan Adopsi Dr. Ir. Zul Irfan, Metode Padi Tanam Sebatang (PTS) dalam Rangka MSi Meningkatkan Produktivitas Padi Sawah Di Sumatera Barat REKOMENDASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN Analisis Kebijakan Pengembangan Padi Organik dan Dr. Ir. M. Prama MOL (1 rekomendasi untuk padi organik dan 1 Yufdy, MSc rekomendasi untuk MOL)

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 105

Pengelolaan Instalasi Pengkajian di 6 Lokasi

Pengelolaan KP Rambatan Ir. Hamdi Pengelolaan KP Bandar Buat Ir. Syahrul Zen Ir. Rifda Roswita, Pengelolaan Labor Diseminasi Padang MS Pengelolaan Laboratorium Diseminasi Bukittinggi Irzal Pengelolaan Laboratorium Diseminasi Bukittinggi Dr. Efdial Afdi, MS Pengelolaan KP. Sukarami Azwar, SP Pengelolaan KP. Sitiung Ir. Sadar TEKNOLOGI YANG TERDISEMINASI KE PENGGUNA PERCEPATAN DISEMINASI MELALUI MEDIA Ir. Ismon L, MSi INFORMASI TERCETAK DAN TEREKAM, PAMERAN, APLIKASI PERCEPATAN PENYEBARAN TEKNOLOGI, KOORDINASI DISEMINASI DI PROPINSI DAN KABUPATEN DAN WORKSHOP Aplikasi Percepatan Penyebaran Inovasi Teknologi (3 Wentrisno, SP tek.tan. Pangan, 2 tek.tan.horti, 2 ek. Pakan ternak, 2 tek.tan. Perk) Koordinasi Kegiatan di Propinsi dan di Ir. Artuti AM, MS Kabupaten/Kota Workshop Peneliti, Penyuluh dan Petani Erma, SP Media Informasi Tercetak, Terekam dan Terproyeksi Ir. Elya Rosa, MS Expose Hasil Litkaji Melalui Pameran Aryawaita, SP PENGEMBANGAN FMA DAN KELOMPOK TANI Dr. Ir. M. Prama MELALUI INFORMASI INOVASI TEKNOLOGI Yufdy, MSc Hubungan Yang Lebih Efektif Antara BPTP dengan Ir. Ismon L, MSi Kelompok Tani Demplot teknologi agribisnis ternak sapi dan Ir. Ismon L, MSi integrasinya dengan tanaman di Kabupaten 50 Kota dan Solok Selatan, serta pembuatan materi informasi mendukung replikasi FMA Advokasi FEATI ke Pemda Dr. Ir. M. Prama Yufdy, MSc Kajian kebutuhan teknologi dan peluang Replikasi Ir. Moehar Daniel, hasil pembelajaran FMA MS Demplot replikasi teknologi pembibitan karet di Ir. Azwir K, MSi Kabupaten Solok Penyediaan materi dan narasumber mendukung Wentrisno, SP replikasi FMA Hubungan yang lebih efektif antara Penyuluh, Ahmad Syufri, Peneliti dan Petani SPi, MS Workshop strategi percepatan replikasi (Temu Ahmad Syufri, lapang) SPi, MS

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 106

Workshop penyusunan materi informasi hasil Dr. Ir. Zul Irfan, pembelajaran FMA MS Pameran inovasi teknologi mendukung replikasi Zulrasdi, SP pembelajaran FMA Workshop sustainable strategy FEATI Yunasri, SP Demonstrasi/Uji Coba (2 tek.tan. Pangan, 2 tek.pasca Drs. Edial Afdi, panen MS Demplot replikasi teknologi penangkaran benih padi Ir. Yanti Mala, MSi sawah di Kabupaten Pesisir Selatan Demplot replikasi teknologi pengolahan minyak Drs. Edial Afdi, kelapa dan ubi-ubian di Kabupaten 50 Kota dan MS Padang Pariaman Peningkatan Kapasitas Peneliti/Penyuluh Dr. Ir. M. Prama Yufdy, MSc

Pendampingan SL_PTT Padi Mendukung P2BN di 11 Kabupaten/ Kota Pendampingan SL_PTT Padi di Kabupaten Agam dan Dr. Ir. Nusyirwan Kota Bukitinggi Hasan, MSc Pendampingan SL_PTT Padi di Kabupaten Padang Ir. Syahrial Pariaman dan Pariaman Abdullah, MSi Pendampingan SL_PTT Padi di Kabupaten Pasaman Ir. Edy Mawardi, Barat MP Pendampingan SL_PTT Padi di Kabupaten Lima Puluh Ir. Irmansyah Kota dan Kota Payakumbuh Rusli, MSI Pendampingan SL_PTT Padi di Kabupaten Sijunjung Ir. Harnel, MSi dan Kota Sawahlunto Pendampingan SL_PTT Padi di Kabupaten Pasaman Ir. Ardimar Pendampingan SL_PTT Padi di Kabupaten Solok dan Ir. Buharman B. Kota Solok MSi Pendampingan SL_PTT Padi di Kabupaten Tanah Ir. Atman Roja, Datar Mkom Pendampingan SL_PTT Padi di Kabupaten Solok Ir. Aryunis,MSi Selatan Pendampingan SL_PTT Padi di Kabupaten Pesisir Ir. Nirwansyah Selatan Pendampingan SL_PTT Padi di Kabupaten Ir. Rafli Munir, MS Dharmasraya Pendampingan SL_PTT Jagung di 3 Kabupaten Ir. Syahrial Abdullah, MSi Pendampingan SL_PTT Jagung di Kabupaten Tanah Ir. Atman Roja, Datar Mkom Pendampingan SL_PTT Jagung di Kabupaten Lima Ir. Rafli Munir, MS Puluh Kota Pendampingan SL_PTT Jagung di Kabuaten Padang Ir. Syahrial

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 107

Pariaman Abdullah, MSi PENERAPAN INVOASI TEKNOLOGI USAHATANI KAKAO UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DAN MUTU DALAM MENUNJANG PROGRAM GERNAS KAKAO Penerapan Inovasi Teknologi Usahatani Kakao untuk Ir. Azwir K, MSi meningkatkan produktivitas dan Mutu dalam menunjang Gernas Kakao Pendampingan Program Swasembada Daging Sapi/ Dr. Ir. Kerbau Melalui Teknologi Pakan Berbiaya Murah Wirdahayati, MSc Pendampingan Program Swasembada Daging Sapi/ Dr. Ir. Kerbau Melalui Teknologi Pakan Berbiaya Murah Wirdahayati, MSc Model Pembangunan Pertanian Pedesaan Ir. Edy Mawardi, Melalui Inovasi (MP3MI) di 2 Kabupaten MP Model Pengembangan Pertanian Pedesaan Melalui Dr. Ishak Manti, Inovasi di Kabupaten Padang Pariaman MS Model Pengembangan Pertanian Pedesaan Melalui Ir. Edy Mawardi, Inovasi di Kabupaten Pasaman Barat MP Model Kawasan Rumah Pangan Lestari di 13 Dr. M. Prama Kabupaten/ Kota Yufdy Model Kawasan Rumah Pangan Lestari di Kota Ir. Rifda Roswita, Padang MS Model Kawasan Rumah Pangan Lestari di Kota Ir. Hayani, MSc Sawahlunto Model Kawasan Rumah Pangan Lestari di Kota Ir. Harmaini Payakumbuh Model Kawasan Rumah Pangan Lestari di Kota Ir. Ermidas Pariaman Model Kawasan Rumah Pangan Lestari di Kota Ir. Nieldalina Padang Panjang Model Kawasan Rumah Pangan Lestari di Kota Solok Ir. Nusyirwan, MSi Model Kawasan Rumah Pangan Lestari di Kabupaten Ir. Syafril Tanah Datar Model Kawasan Rumah Pangan Lestari di Kabupaten Dr. Nusyirwan Agam/ Kota Bukittinggi Hasan, MSc Model Kawasan Rumah Pangan Lestari di Kabupaten Ir. Asmak Padang Pariaman Model Kawasan Rumah Pangan Lestari di Kabupaten Drs. Edial Afdi, Sijunjung MSi Model Kawasan Rumah Pangan Lestari di Kabupaten Ir. Buharman B, Solok MSi Model Kawasan Rumah Pangan Lestari di Kabupaten Ir. Misran Dharmasraya Model Kawasan Rumah Pangan Lestari di Kabupaten Ir. Winardi Khatib, Pesisir Selatan MSi

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 108

PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN Ir. Yulimasni HORTIKULTURA MELALUI PERBANYAKAN BIBIT KENTANG UNGGUL Perbanyakan Benih Sumber Azwar, SP

PIPKPP Kajian Percepatan Pengembangan Teknologi Pakan Prof. Dr. Abdullah sapi Potong Melelui Pemanfaatan Hasil Ikutan M. Bamualim, Tanaman Sawit Mendukung Program Gerakan MSC Pensejahteraan Petani (GPP) di Sumatera Barat Kajian Pengaruh Penggunaan Bibit Karet Sapuan Ir. Azwir K, MSI (seedling) Terhadap Petumbuhan dan Produksi Lateks Pada Perkebunan Rakyat di Sumatera Barat Kajian Percepatan Adopsi Inovasi Teknologi Budidaya Dr. Ir. Nusyirwan dan Pascapanen Kakao Melalui Multichannel Hasan, MSc Diseminasi di Sumatera Barat

3. Anggaran BPTP Sumatera Barat tahun 2012 telah disusun dan dikoordinasikan dengan instansi vertikal yaitu Balai Besar Pengkajian Teknologi Pertanian (BBP2TP), Badan Litbang Pertanian dan Kementerian Pertanian. Anggaran BPTP Sumatera Barat Tahun 2013 sebesar Rp. 22.947.662.000. yang terdiri atas;

Tabel 26. Alokasi anggaran BPTP Sumatera Barat tahun 2012 a. Belanja Layanan Perkantoran : Rp 15.612.110.000 - Belanja Pegawai - Operasional perkantoran

b. Belanja Non Operasional :Rp 6.888.802.000 - Laporan Pengelolaan Satker - Laporan Kerjasama, pengkajian, pengembangan dan pemanfaatan hasil litbang - Teknologi Spesifik Lokasi - Rekomendasi Kebijakan Pembangunan Pertanian - Pengelolaan instalasi pengkajian - Peningkatan Mutu Manajemen Satker - Teknologi yang terdiseminasi ke pengguna - Laporan Pelaksanaan Kegiatan pendampingan inovasi pertanian dan program strategis nasional - Produksi Benih c. Belanja Modal : Rp 446.750.000

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 109

4. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan litkaji Monitoring dan Evaluasi dilaksanakan dalam 3 Tahapan yaitu: a) Monev Exante; b) Monev On Going; c) Monev Integrasi;

3.2. SUMBERDAYA MANUSIA Peningkatan kompetensi sumberdaya manusia menjadi yang sangat penting dalam mengoptimalkan Pelayanan Prima di BPTP Sumatera Barat, sehingga transfer knowledge, pelatihan dan pembinaan menjadi prioritas utama dalam rangka memperbaiki pelayanan BPTP Sumatera Barat. Perencanaan dan Pengembangan Pegawai merupakan pondasi dalam mencapai tujuan organisasi. Oleh karena itu, kredibilitas BPTP Sumatera Barat sangat ditentukan oleh kemampuannya dalam mengatasi berbagai perubahan dan permasalahan sehingga mampu menyediakan pelayanan publik yang dapat memuaskan para stakeholder.

3.2.1 Peningkatan Kemampuan SDM Lingkup BPTP Sumatera Barat a. Kondisi dan Keragaman SDM

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Barat saat ini mengelola 208 pegawai yang tersebar di 4 Kebun Percobaan dan 2 Labor. Menurut jenjang pendidikan masih didominasi oleh tingkat SLTA sebesar 48,08% pegawai S1 sebesar 25,48%, S2 sebesar 13,94%, SLTP/SD sebesar3,77%, D3 sebesar 5,86% dan S3 sebesar 13,94% (Tabel 26)

Tabel 27. Keragaan SDM Lingkup BPTP Sumatera Barat Tahun 2012

No Pendidikan Jumlah(orang) Persentase (%) 1 S3 7 3,36 2 S2 29 13,94 3 S1 53 25,48 4 D3 7 3,36 5 SLTA 100 44,08 6 SLTP/SD 12 5,77

Jabatan fungsional di BPTP didominasi oleh jabatan fungsional peneliti dan jabatan fungsional penyuluh pertanian. Pada tahun 2012 jumlah jabatan fungsional peneliti mencapai angka 57 termasuk peneliti non klas (Tabel 27). Jumlah jabatan peneliti Madya mendominasi jabatan fungsional penelit. Kebijakan Badan Litbang Pertanian dan Balai Besar Pengkajian saat ini secara bertahap mulai mengarahkan dan memfasilitasi calon peneliti untuk segera menjadi pejabat fungsional peneliti melalui pembinaan, pendidikan dan pelatihan dasar fungsional yang wajib diikuti oleh para calon pejabat fungsional peneliti.

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 110

Tabel 28. Keragaan Pegawai Fungsional Peneliti Lingkup BPTP,2012

No Jenjang Jabatan Fungsioanal Tahun 2011 2012 1 Peneliti Utama 14 10 2 Peneliti Madya 12 14 3 Peneliti Muda 5 4 4 PenelitiPertama 3 5 5 Peneliti Non Klas 18 24 Jumlah 51 57

Jumlah jabatan fungsional penyuluh menempati urutan kedua setelah jabatan fungsional peneliti. Pada tahun 2012 jumlah fungsional penyuluh mencapai angka 12 (Tabel 28). Jumlah penyuluh muda mengalami penurunan karena pensiun tahun 2012.

Tabel 29. Keragaan Pegawai Fungsional Penyuluh Lingkup BPTP, 2012

No Jenjang Jabatan Tahun Fungsioanal 2011 2012 1 Penyuluh Pertanian Utama 0 0 2 Penyuluh Pertanian Madya 3 3 3 Penyuluh Pertanian Muda 8 7 4 Penyuluh Pertanian Pertama 1 2 5 Penyuluh Terampil Penyelia 0 0 6 Penyuluh Terampil Pelaksana 0 0 7 Penyuluh Pertanian Non Klas 0 0 Jumlah 12 12

Pada Table diatas dapat dilihat bahwa jumlah penyuluh pertanian pada tahun 2011 dan tahun2012, didominasi oleh penyuluh pertanian Muda. Menganalisa kondisi diatas, dapat dipastikan bahwa peningkatan kuantitas dan kualitas jabatan fungsional terutama jabatan fungsional peneliti, penyuluh dan jabatan fungsional lainnya masih diperlukan dalam memperkuat tugas dan fungsi BPTP. b. Pembinaan dan Pengembangan SDM

Pada tahun 2012 Pelatihan jangka panjang diimplementasikan dengan memberikan kesempatan kepada para seluruh pegawai Badan Litbang Pertanian untuk menyampaikan usulan training jangka panjang. Pada tahap selanjutnya diupayakan membuat skala prioritas untuk menyampaikan usulan kepada Komosi Pembinaan Tenaga Tenaga Badan Litbang Pertanian untuk diseleksi kembali. Pelatihan jangka panjang diperuntukan bagi para pegawai yang akan melanjutkan pendidikan S1, S2, dan S3. Sedangkan pelatihan jangka pendek diimplementasikan dalam bentuk pendidikan dan pelatihan diluar maupun dalam negeri seperti seminar internasional, Workshop Internasional, Diklat jabatan fungsional, , Diklat struktural, Workshop, Apresiasi dan Seminar di dalam negeri. Berdasarkan data saat ini

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 111

SDM di BPTP Sumatera Barat mulai agak kritis karena terbanyak kondisi pada usia 46-55 tahun (74,5%), sehingga diperlukan adanya rekruitment CPNS untuk bidang penelitian, fungsional dan Administrasi.

Tabel 30. Peningkatan Kompetensi Pegawai Tahun2012

No Jenis Peningkatan Kompetensi Jumlah Pegawai 1 Petugas Belajar Dalam Negeri - Program S3 2 - Program S2 0 - Program S1 1 2 Petugas Belajar L N - Program S3 0 - Program S2 0 3 Training Jangka Pendek Luar Negeri 0 4 Seminar, Apresiasi, Sosialisasi, Workshop, 1 Pelatihan B. Inggris, Pelatihan Dalam Negeri 5 Diklat Fungsional Peneliti 1 6 Diklat Dasar peneliti 1 7 Diklatpim - Tingkat III 0 - Tingkat IV 0 8 Diklat Prajabatan - Gol. III 0 - Gol. II 0 c. Pelayanan Administrasi Jabatan Fungsional

Peran pengelola administrasi kepegawaian sangat penting dalam meningkatkan pelayanan administrasi baik dalam hal proses admiistrasi kenaikan jabatan fungsional, pemeriksaan berkas kelengkapan, monitoring usulan dan sebagainya. Sampai dengan bulan Desember 2012 telah diusulkan kenaikan pangkat peneliti 3 orang, usulan maintanance 2 orang, usulan putus fungsional 3 orang, usulan KPPI 2 orang. d. Pelayanan Mutasi Kenaikan Pangkat

Tabel 31. Rekapitulasi Kenaikan Pangkat Tahun 2012

No. Kenaikan Pangkat Per April dan PILIHAN REGULER Oktober 1 Golongan IV 2 Golongan III 8 0 8 3 Golongan II 11 0 11 4 Golongan I 2 0 2 Jumlah 21 0 21

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 112

e. Ujian Dinas dan Kenaikan Pangkat Penyesuaian Ijazah

Pada tahun 2012 Ujian Dinas tidak ada, yang ada Ujian KPPI dilaksanakan di Medan, diikuti oleh 2 orang untuk golongan 2, dan lulus 100%.

3.2.2 Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Manusia

Tabel 32. Rekapitulasi calon petugas belajar S2, S3 T.A. 2011 – 2014 Program SMARTD BPTP Sumatera Barat

KONDISI PROGRAM PENGUSULAN SMARTD No JUMLAH THN THN THN THN PEGAWAI 2011 2012 2013 2014 SAAT INI S3 S2 S1 S3 S2 S3 S2 S3 S2 S3 S2 JML 1 7 29 53 - - - 1 - - - - 1

3.3. SARANA DAN PRASARANA Dalam rangka mendukung tupoksi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat perlu didukung oleh sarana dan prasarana serta sumber dana yang memadai. Pengadaan infentaris sarana dan prasaran BPTP diperoleh dari hibah dan pembelian melalui anggaran bantuan luar negeri dan APBN. Dalam pengelolaan dan pemanfaatannya, BPTP bertanggungjawab untuk mengelola inventaris kekayaan barang milik Negara (BMN) tersebut. Barang-barang inventaris milik Negara meliputi barang yang bergerak dan barang yang tidak bergerak. Barang inventaris peralatan kantor yang ada di BPTP bersumber dari anggaran Proyek dan anggaran bagpro serta anggaran BPTP baik tahun 2012 maupun tahun tahun sebelum 2012.

3.3.1. Barang Tidak Bergerak

Barang tidak bergerak berupa tanah dan bangunan gedung kantor berada di Sukarami (Jalan Raya Padang Solok Km 40) Kabupaten Solok, KP bandar Buat, KP Rambatan, KP Sitiung,dan Labor Diseminasi Padang (Tabel 32).

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 113

Tabel 33. Rekapitulasi Barang Inventaris Tidak Bergerak BPTP Tahun 2012

No. Jenis Jumlah (m2) 1 Luas Tanah 23.886.070.000 2 Luas Bangunan Kantor (Sukarami, Bd 4.662 Buat, Lab Padang, Rambatan, Sitiung) 3 Gudang (Sukarami, Bd Buat, Lab 1.840 Padang, Rambatan, Sitiung) 4 Lantai Jemur (Sukarami, Bd Buat, Lab 1.460 Padang, Rambatan, Sitiung) 5 Mess (Sukarami, Bandar Buat, Rambatan 2.340 dan Sitiung) 6 Rumah kasa/kaca 444

3.3.2. Barang bergerak

Inventaris barang bergerak dibedakan menjadi barang inventaris alat angkutan dan barang inventaris peralatan kantor. Sampai tahun 2012 BPTP mempunyai kendaraan roda-4 sebanyak 16 Unit, roda 6 sejumlah 3 unit dan kendaraan roda-2 sebanyak 28 unit. Rekapitulasi inventaris alat angkutan per 31 Desember 2012 disajikan pada table 33.

Tabel.34. Rekapitulasi inventaris alat angkutan

No. Jenis Jenis Kendaraan Jumlah Keterangan (Bh) 1 Kendaraan roda 6 Truk 1 Rusak 1 Bus 1 Rusak 1 Fuso 2 2 Kendaraan roda-4 Kijang Innova 1 Baik Kijang Kapsul 4 Baik Kijang Rover 3 Baik 1,Rusak Hilux 1 Ringan 2 Chevrolet luv 4 Baik Hiace 1 Rusak Sedang 4 Mitsubishi 1 Rusak Sedang 1 Daihatsu Hijet 1 Rusak Sedang 1 Rusak Sedang 1 3 Kendaraan roda-2 Honda GL Pro 5 Baik Honda Megapro 1 Rusak Suzuki 100 3 Baik Suzuki 125 4 Baik Honda Supra X 1 Baik Honda Win 2 Baik Honda GL Max 1 Rusak Ringan Honda Supra Fit 8 Baik

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 114

3.3.3. Anggaran dan Realisasi

Dalam melaksanakan tupoksinya BPTP sebagai unit pelaksana teknis dibidang pengkajian Teknologi Pertanian di Wilayah Sumatera Barat, pada tahun 2012 tersedia dana Rp22.947.662.000. Berikut disajikan data Realisasi anggaran selama tahun 2012 (Tabel 34)

Tabel 35. Realisasi Anggaran DIPA Satker BPTPSumatera Barat TA 2012

Kode Uraian Jenis Anggaran Realisasi (%) Jenis Belanja Belanja BLJ.

5 Belanja Pegawai 13.773.110.000 12.670.250.695 91,99 1 Belanja Barang 8.727.802.000 8.547.613.560 97,94 5 Belanja Modal 446.750.000 435.113.500 97,40 2 5 3

Jumlah 22.947.662.000 21.652.977.755 94,36

Realisasi belanja pegawai TA 2012 dan TA 2011 adalah masing-masing sebesar Rp.12.670.250.695,- dan Rp.12.420.920.137,-. Kenaikan realisasi belanja pegawai antara lain disebabkan adanya kenaikan belanja gaji pokok, tunjangan suami/istri, tunjangan struktural, tunjangan PPh dan belanja uang makan. Rincian belanja pegawai disajikan dalam tabel berikut ini:

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 115

Tabel 36. Perbandingan Belanja Pegawai TA 2012 dan TA 2011

Uraian TA 2012 (Rp) TA 2011 (Rp) Naik/(Turun) % Belanja Gaji Pokok PNS 8.460.368.560 8.381.048.580 79.319.980 0,95 Belanja Pembulatan Gaji PNS 138.237 259.164 (120.927) (46,66) Belanja Tunj. Suami/Istri PNS 562.507.384 552.088.814 10.418.570 1,89 Belanja Tunj. Anak PNS 162.163.840 168.304.614 (6.140.774) (3,65) Belanja Tunj. Struktural PNS 12.060.000 7.560.000 4.500.000 59,52 Belanja Tunj. Fungsional PNS 523.340.000 575.765.000 (52.425.000) (9,11) Belanja Tunj. PPh PNS 489.878.211 256.639.150 233.239.061 90,88 Belanja Tunj. Beras PNS 458.303.150 519.360.140 (61.056.990) (11,76) Belanja Uang Makan PNS 1.096.165.000 1.022.600.000 73.565.000 7,19 Belanja Tunj. Umum PNS 413.135.000 470.105.000 (56.970.000) (12,12) Belanja Uang Honor Tetap 12.000.000 10.200.000 1.800.000 17,65 Belanja uang Lembur 126.665.000 58.939.000 67.726.000 114,91 Belanja Peg.i (Tunj. Khusus Keg.) 403.860.000 449.955.000 (46.095.000) (10,24) Realisasi Belanja Bruto 12.720.584.382 12.472.824.462 247.759.920 1,99 Pengembalian Belanja 50.333.687 51.904.325 (1.570.638) (3,03) Realisasi Belanja Neto 12.670.250.695 12.420.920.137 249.330.558 2,01

Realisasi Belanja Barang TA 2012 dan TA 2011 adalah masing-masing sebesar Rp.8.547.613.560,- dan Rp.5.034.629.929,-. Kenaikan realisasi Belanja Barang sebesar 69,78 persen antara lain disebabkan kenaikan belanja barang operasional, non operasional, jasa, pemeliharaan dan perjalanan dinas. Rincian Belanja Barang disajikan dalam tabel 36.

Tabel 37. Perbandingan Belanja Barang TA 2012 dan TA 2011

Uraian TA 2012 (Rp) TA 2011 (Rp) Naik/(Turun) % Belanja Barang Operasional 815.764.330 242.157.538 573.606.792 236,87 Belanja Barang Non Operasional 3.379.789.366 2.033.536.511 1.346.252.855 66,20 Belanja Jasa 241.721.137 172.771.579 68.949.558 39,91 Belanja Pemeliharaan 823.844.906 424.297.175 399.547.731 94,17 Belanja Perjalanan Dinas 3.286.493.821 2.161.867.126 1.124.626.695 52,02 Realisasi Belanja Bruto 8.547.613.560 5.034.629.929 3.512.983.631 69,78 Pengembalian Belanja - - - - Realisasi Belanja Neto 8.547.613.560 5.034.629.929 3.512.983.631 69,78

Realisasi Belanja Modal TA 2012 dan TA 2011 adalah masing-masing sebesar Rp.435.113.500,- dan Rp.404.444.000,-. Kenaikan realisasi Belanja Modal sebesar 7.58 persendisebabkan belanja modal gedung dan bangunan berupa renovasi gedung utama kantor. Rincian Belanja Modal disajikan dalam Tabel 37.

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 116

Tabel 38. Perbandingan Realisasi Belanja Modal TA 2012 dan 2011

Naik/(Turun) Uraian TA 2012 (Rp) TA 2011 (Rp) (Rp) % Belanja Modal Tanah - - - - Belanja Modal Peralatan dan Mesin 95.034.500 265.966.000 (170.931.500) (64,27) Belanja Modal Gedung dan Bangunan 340.079.000 138.478.000 201.601.000 145,58 Belanja Modal Fisik Lainnya - - - - Realisasi Belanja Bruto 435.113.500 404.444.000 30.669.500 7,58 Pengembalian Belanja - - - - Realisasi Belanja Neto 435.113.500 404.444.000 30.669.500 7,58 Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah pada Tahun Anggaran 2012 adalah sebesar Rp.189.182.439,-atau mencapai 120,50persen dari estimasi pendapatan yang ditetapkan sebesar Rp.157.000.000,-.Keseluruhan Pendapatan Negara dan Hibah BPTP Sumatera Barat adalah merupakan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari pendapatan fungsional dan umum. Pendapatan fungsional berasal dari pendapatan penjualan hasil pertanian, pendapatan penjualan hasil peternakan, pendapatan jasa lainnya (jasa pengujian pupuk). Pendapatan umum berupa sewa tanah gedung dan bangunan, pendapatan denda keterlambatan penyelesaian pekerjaan pemerintah, dan pendapatan lain-lain.

3.3.4. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

Target PNBP BPTP TA 2012 terdiri dari penerimaan fungsional dan penerimaan umum (Tabel 38)

Tabel 39. Rincian Estimasi Pendapatan dan realisasi PNBP TA 2012 Estimasi No Uraian Realisasi % Pendapatan 1 Pend. Penjualan Hasil Pertanian, kehutanan dan Perkebunan Rp 142.000.000 Rp 105.493.750 74,29 2 Pend. Penjualan Hasil Peternakan dan Perikanan Rp 15.000.000 Rp 100.000 0,67 Pend. Denda Keterlambatan Penyelesaian Pekerjaan 3 Rp - Rp 915.000 - Pemerintah 4 Pend. Sewa Tanah, Gedung dan Bangunan Rp - Rp 37.253.965 - 5 Pendapatan Sewa Peralatan dan Mesin Rp - Rp 6.275.000 - 6 Pend. Jasa Lainnya Rp - Rp 17.839.000 - 7 Pendapatan Lain-lain Rp - Rp 21.305.724 - Jumlah Rp 157.000.000 Rp 189.182.439 120,50

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 117

Tabel 40. Anggaran BPTP Sumatera Barat pada TA 2012 terdiri dari :

No. Sumber Anggaran Realisasi Sisa % anggaran 1. Rupiah Murni 22.051.629.000 20.872.226.026 1.179.402.947 94.65 2. Pinjaman Luar 624.800.000 587.360.084 37.439.916 94.01 Negeri 3. Rupiah Murni 156.200.000 150.809.032 5.390.968 96.55 Pendamping 4. PNBP 115.033.000 92.916.300 22.116.700 80.77 Jumlah 22.947.662.000 21.703.311.442 1.244.350.558 94.58

3.4. KERJASAMA Program ini mempunyai 3 kegiatan yang didanai dari Kementerian Ristek tahun 2012, yaitu: (1) Kajian percepatan pengembangan teknologi pakan sapi potong melalui pemanfaatan hasil nikutan tanaman sawit mendukung program gerakan pensejahteraan petani (GPP) di Sumatera Barat; (2) Kajian pengaruh bibit karet spuan (seedling) terhadap pertumbuhan dan produksi lateks pada perkebunan rakyat di Sumatera Barat; (3) Kajian percepaqtan adopsi inovasi teknologi budidaya dan pascapanen kakao melalui multichanel diseminasi di Sumatera Barat. Selain kerja sama dengan Kementerian Ristek, BPTP Sumatera Barat juga melakukan kerja sama dengan Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Barat, yaitu melalui program pendampingan Nagari Model Berbasis Kakao dan swasta yaitu kerjasama pengembangan industri benih jagung hibrida Bima-3 dengan perusahaan PT. Agro Prima Mandiri Padang. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat juga melayani kunjungan Mahasiswa dari perguruan tinggi untuk magang dan study banding banding sebagai bentuk kerjasama dengan perguruan tinggi.

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 118

IV. PENUTUP

Kegiatan penelitian, pengkajian dan diseminasi yang dilaksanakan pada tahun 2012 mendapat dukungan pendanaan dari APBN dan bantuan luar negeri melalui program Farmers Empowerment Throught Agricultural Technology and Information (FEATI). Kegiatan BPTP Sumatera Barat pada tahun 2012 ini mengacu kepada 14 program dalam Rencana Stratejik 2010- 2014 serta berpedoman dan mengacu pada rencana stratejik BBP2TP. Program tersebut terdiri dari satu program utama, yaitu: Penciptaan Teknologi dan Varietas Unggul Berdaya Saing, dengan sub program Pengkajian dan Percepatan Diseminasi Inovasi Teknologi Pertanian dengan 14 kegiatan utama, yaitu: (1) Pengkajian teknologi unggulan spesifik lokasi; (2) Penyediaan dan penyebarluasan teknologi pertanian; (3) Pendampingan model spektrum diseminasi multi channel dan program strategis pembangunan pertanian nasional/daerah; (4) Advokasi teknis dan kebijakan operasional pembangunan pertanian wilayah, regional, dan nasional; (5) Pengembangan kerjasama nasional dan internasional dalam pengkajian dan pendayagunaan inovasi pertanian; (6) Koordinasi dan sinkronisasi operasional pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian; (7) Penyediaan petunjuk pelaksanaan (juklak)/petunjuk teknis (juknis) pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian; (8) Penguatan manajemen perencanaan dan evaluasi kegiatan serta adminstrasi institusi; (9) Peningkatan kualitas manajemen institusi; (10) Pengembangan kompetensi SDM; (11) Peningkatan pengelolaan Laboratorium; (12) Peningkatan pengelolaan kebun percobaan; (13) Peningkatan penangkaran usaha pengelolaan benih sumber; dan (14) Peningkatan pengelolaan website dan database. Persentase pencapaian rencana tingkat capaian (target) masukan (input) Sumber Daya Manusia (SDM) yang terlibat dalam kegiatan penelitian, pengkajian, diseminasi, dan kegiatan lain adalah sebesar 100%, sedangkan realisasi keluaran (output) dan hasil (outcomes) melebihi dari target yang ditetapkan, berturut-turut mencapai 107,34% untuk keluaran

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 119 dan 108,50% untuk hasil. Meskipun tidak mencapai realisasi 100%, persentase pencapaian rencana tingkat capaian (target) realisasi keuangan termasuk relatif tinggi, yaitu mencapai 94,36%. Tingginya capaian realisasi ini antara lain disebabkan bersinerginya peneliti, penyuluh, litkayasa, dan staf administrasi/keuangan secara baik dan profesional sebagai penanggung jawab kegiatan maupun sebagai anggota tim ataupun sebagai pelaksana administrasi/keuangan. Kegiatan monitoring dan evaluasi (monev) yang dilakukan oleh tim monev BPTP Sumatera Barat secara berkala berupa monev ex-ante, on-going, dan ex-post juga merupakan salah satu kunci tingginya capaian realisasi tersebut. Faktor lain yang juga mempengaruhi adalah terintegrasinya beberapa kegiatan seperti SLPTT (padi, jagung, dan kedelai), PUAP, Gernas Kakao, PSDS/K, MKRPL, Pengembangan Kawasan Hortikultura, dan FEATI. Dukungan yang cukup besar dari dinas/instansi terkait baik di pusat maupun di daerah juga merupakan salah satu faktor penyebab keberhasilan capaian ini. Selain itu, besarnya perhatian dan dukungan dari Kepala BPTP Sumatera Barat dan unit kerja di lingkup BPTP Sumatera Barat kepada tim pelaksana kegiatan penelitian, pengkajian, dan diseminasi mulai dari perencanaan kegiatan sampai pelaporan hasil kegiatan juga merupakan faktor penting penyebab tingginya capaian ini. Kondisi yang kondusif ini perlu dipertahankan dan ditingkatkan di masa mendatang melalui konsistensi dalam menjalankan segala ketentuan, komitmen, dan kebijakan yang telah disepakati bersama.

Laporan Tahunan BPTP Sumatera Barat 2012 120