<<

Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 5 No. 1 Mei 2014: 41-54______ISSN 2087-4871

MUSIM DAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN CAKALANG DI LAUT BANDA DAN SEKITARNYA PROVINSI

MONSOON AND SKIPJACK FISHING GROUND IN THE AND ITS SURROUNDING MOLUCCAS PROVINCE

Welem Waileruny1,2, Eko Sri Wiyono2, Sugeng Hari Wisudo2, Ari Purbayanto2, Tri Wiji Nurani2 1Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Pattimura 2Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakulltas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor Korespondensi : [email protected]

ABSTRACT

Sea surface temperature (SST) and a-chlorophyll (CHL) were important and they were often used to predict potential fishing ground by using remote sensing. The objectives of the present study were analysis and mapped fishing ground of skipjack in the Banda Sea and its surrounding Moluccas Province according to monsoon. SST and CHL data were taken from satellite citra data analysis, observed by sensor Aqua MODIS level 3 with spatial resolution 4 km and temporal resolution month and monsoon. Citra data were analyzed by using SEADAS 5.2. software. The analysis showed that sea surface temperature (SST) and a-chlorophyll concentration in the Banda Sea and its surrounding fluctuated from month by month. This condition affected seasonal fluctuation of SST and CHL. The average of highest temperature was in West monsoon and first transitional monsoon whereas the lowest was in East monsoon. Otherwise, a-chlorophyll concentration was highest in East monsoon and lowest was in first transitional monsoon. There was a correlation between temperature increasing and a-chlorophyll concentration decreasing. Sea surface temperature has also a negative correlation to CPUE and influenced fishing ground forming. Fishing ground in Banda Sea with highest CPUE during all monsoon was located on Western part of Seram Island: Buano, and Islands or situated on 126.70-1280 E and 2.60-3.40 S. The position surrounding Banda Sea lied on 127º-130.3º E and 3.2º-4º S.

Keywords: fishing ground, monsoon, sea surface temperature,skipjack

ABSTRAK

Suhu permukaan laut (SPL) dan klorofil-a (CHL) merupakan parameter oseanografi yang penting dan sering digunakan untuk memprediksi daerah penangkapan potensial menggunakan remote sensing. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis dan memetakan daerah penangkapan ikan cakalang di Laut Banda dan sekitanya Provinsi Maluku berdasarkan perubahan musim. Data SPL dan CHL diambil dari analisis data citra satelit, hasil observasi sensor Aqua MODIS level 3 dengan resolusi spasial 4 km dan resolusi temporal bulan dan musiman. Data citra dianalisis dengan program SEADAS 5.2. Hasil analisis menunjukkan suhu permukaan laut (SPL) dan konsentrasi klorofil-a di Laut Banda dan sekitarnya mengalami fluktuasi dari bulan ke bulan. Kondisi ini mempengaruhi fluktuasi SPL dan CHL musiman. Rata-rata suhu tertinggi berada pada musim barat dan pancaroba pertama sedangkan suhu terendah di musim timur. Berbeda dengan konsentrasi klorofil-a, tertinggi pada musim timur dan terendah pada musim pancaroba pertama. Ada korelasi antara peningkatan suhu dan penurunan konsentrasi klorofil-a. Suhu permukaan laut juga memiliki korelasi negatif dengan CPUE dan mempengaruhi pembentukan daerah penangkapan ikan. Daerah penangkapan cakalang di Laut Banda dengan CPUE tertinggi pada semua musim ada di sebelah barat Pulau Seram sekitar Pulau Buano, Kelang dan Manipa atau pada posisi 126,7º-128º BT dan 2.6º-3.4º LS, di sekitar Laut Banda pada posisi 127º-130,3º BT dan 3.2º-4º LS.

Kata kunci: cakalang, daerah penangkapan, musim, suhu permukaan laut

Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan, IPB______E-mail: [email protected] PENDAHULUAN dari nelayan lain. Sulit bagi mereka untuk mendapatkan daerah penangkapan Ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) potensial secara pasti, memungkinkan memiliki distribusi yang luas di wilayah tingkat keberhasilan operasi penangkapan tropis dan subtropis (Arai et al. 2004 & cukup rendah yang berdampak pada Grande et al. 2010). Spesies ini hadir di pendapatan yang diterima (Nurdin et al. seluruh lautan tropis, memiliki ukuran 2012). Kegiatan penangkapan ikan yang populasi yang besar, pertumbuhan relatif masih menggunakan cara-cara tradisional, cepat, dan potensi reproduksi yang tinggi. yaitu penangkapan ikan yang sifatnya Akibatnya secara umum kemampuan berburu dan mengejar ikan mempunyai menahan tekananan penangkapan relatif tingkat resiko yang tinggi. Sehingga tinggi dan relatif sulit untuk over fishing kegiatan penangkapan ikan harus dikelola serta dianggap sangat mobile (Anderson sedemikian rupa agar risiko kegagalan et al. 2012). Garbin dan Castello (2014) kegiatan penangkapan ikan bisa dikurangi vide Andrade (2003) menjelaskan bahwa (Wiyono 2013). Dengan mengetahui migrasi cakalang mengikuti perubahan pengaruh SPL terhadap keberadaan ikan suhu peraiaran. Selama akhir musim gugur cakalang, maka nelayan dapat memprediksi cakalang bermigrasi ke utara mencari daerah penangkapan sehingga akan perairan hangat. Selama akhir musim menghemat waktu, biaya dan tenaga dalam semi dan musim panas, air dingin balik ke operasi penangkapan (Simbolon 2010). selatan, dan kelompok cakalang kembali Laut Banda dan sekitarnya merupakan ke lintang yang lebih tinggi menyusul daerah penangkapan ikan cakalang di perairan hangat. Ikan cakalang mulai Provinsi Maluku, dengan alat tangkap utama migrasi ke selatan pada akhir musim panas adalah pole and line. Salah satu masalah dan awal musim gugur (Mugo et al. 2011). yang dihadapi nelayan adalah kesulitan Distribusi spasial aktivitas penangkapan menemukan daerah penangkapan yang cakalang menunjukkan pola musiman yang tepat. Saat menuju daerah penangkapan, berhubungan dengan kondisi lingkungan nelayan biasanya berdasarkan pengalaman dimana suhu merupakan variabel utama sebelumnya atau berdasarkan prinsip yang dapat digunakan untuk memprediksi coba-coba, akibatnya operasi penangkapan habitat cakalang (Mugo et al. 2010). sering mengalami kegagalan. Perubahan Hal ini mengakibatkan daerah daerah penangkapan secara nyata terjadi penangkapan selalu berubah sesuai dengan saat terjadi perubahan musim. Perubahan faktor lingkungan karena ikan akan memilih musim secara langsung mempengaruhi habitat yang lebih cocok untuk makan, aspek oceanografi perairan khususnya tempat tinggal, reproduksi dan migrasi. suhu permukaan dan konsentrasi klorofil-a, Usaha memprediksi daerah penangkapan sangat berpengaruh terhadap kehadiran ikan ikan dapat dilakukan melalui pendekatan cakalang di suatu wilayah yang berdampak oseanografi (Palacioset al. 2006 & Simbolon pada perubahan daerah penanglain itu 2009). Dua parameter oseanografi yang di wilayah tersebut. Bagaimana kondisi penting dan sering digunakan untuk daerah penangkapan ikan cakalang terutama meramal daerah penangkapan ikan suhu dan klorofil-a, serta pengaruhnya menggunakan data satelit adalah suhu terhadap pembentukan daerah penangkapan permukaan laut (SPL) dan konsentrasi berdasarkan perubahan musim yang terjadi klorofil-a (Lanz et al. 2009; Zainuddin & merupakan informasi penting yang perlu Jamal 2009; Mustapha et al. 2010; Solanki diketahui. Akibat perubahan musim yang et al. 2005; Zainuddin 2011). Siregar dan terjadi, maka pertanyaan mendasar adalah Waas (2006) menjelaskan bahwa parameter pada musim apa dan dimana produksi hasil oseanografi penting yang dapat digunakan tangakapn meningkat dan sebaliknya. untuk mengidentifikasi darah penangkapan Uraian di atas menunjukkan bahwa tuna ukuran kecil (cakalang dan yellowfin analisis dan pemetaan daerah penangkapan tuna) adalah temperatur, klorofil-a, front ikan penting dilakukan untuk mengetahui dan arus. Kombinasi parameter-parameter kapan (musim mana) populasi ikan ini meningkatkan akurasi identifikasi meningkat di Laut Banda yang ditunjukkan daerah penangkapan dengan tingginya catch per unit effort Selama ini banyak terjadi pemborosan (CPUE), dan kapan (musim mana) populasi biaya waktu dan tenaga karena penentuan ikan cakalang berkurang di Laut Banda daerah penangkapan oleh nelayan dan sekitarnya yang ditunjukan dengan berdasarkan pengalaman atau informasi rendahnya CPUE. Diharapkan hasil ini

42 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 5 No. 1 Mei 2014: 41-54 ISSN 2087-4871 dapat memberikan gambaran tentang Salahutu terkumpul dari 34 bulan operasi kondisi daerah penangkapan ikan cakalang penangkapan periode tahun 2000-2008. di Laut Banda dan sekitarnya Provinsi Data yang digunakan untuk pemetaan Maluku berdasarkan perubahan musim daerah penangkapan adalah produksi yang terjadi. Tujuan penelitian ini adalah harian kapal-kapal pole and line sesuai menganalisis dan menentukan hubungan posisinya per trip yang tertera pada log book, beberapa faktor oseanografi (suhu dan selanjutnya dihitung CPUE pada setiap klorofil-a) dengan CPUE. Menentukan musim daerah penangkapan yang diklasifikasikan penangkapan yang baik serta memetakan berdasarkan perubaha musim yang terjadi. daerah penangkapan ikan cakalang di Laut CPUE di setiap wilayah dirata-ratakan banda dan sekitarnya sesuai perubahan tiap bulan dan dikelompokkan ke dalam musim yang terjadi. empat musim yaitu musim pancaroba II (September-November), musim barat METODE PENELITIAN (Desember-Februari), musim pancaroba I (Maret-Mei) dan musim timur (Juni- Penelitian ini dilakukan di Perairan Agustus). Data yang didapat terdiri dari Laut Banda dan sekitarnya Provinsi Maluku, 11 bulan mewakili musim pancaroba II, pada posisi 125º-131,5º BT dan 2º-5ºLS. 6 bulan mewakili musim barat, 9 bulan Karakteristik daerah penangkapan diketahui mewakili musim pancaroba I dan 8 bulan dari analisis suhu permukaan laut/sea mewakili musim timur. Selain data surface temperature (SPL) dan konsentrasi perusahan, dilakukan pengambilan data klorofil-a/sea surface chlorophyll-a juga dari nelayan lokal dengan kapal yang concentration (CHL). Data ke dua variabel sama dari Kecamatan dan . ini diambil dari hasil analisis data citra Data CPUE setiap musim kemudian dibuat satelit. Data SPL dan CHL merupakan hasil peta dengan memplotkan titik-titik kordinat observasi dari sensor Aqua MODIS. Data- semua daerah penangkapan menurut nilai data ini diperoleh dari webserver ocean color CPUE. Pembuatan peta menggunakan (http://oceancolor.gsfc.nasa.gov/) level 3 Program ARGIS 9. Trip pada analisis ini dengan resolusi spasial 4 km dan resolusi berhubungan dengan waktu kunjungan temporal bulan dan musiman. Data citra kapal pada tempat tertentu, bukan satuan Aqua MODIS kemudian dianalisis dengan hari atau minggu operasi. Dengan demikian program SEADAS 5.2 untuk mendapatkan saat kapal datang ke daerah penangkapan data numerik dan peta sebaran SPL dan dan melakukan penangkapan pada satu CHL di lokasi penelitian. Hasil analisis tempat, kemudian berpindah ke tempat data numerik yang dihasilkan diambil lain maka trip yang dihitung adalah waktu hasil hitungan minimum, maksimum, datang dan pergi di tempat itu bukan lama rata-rata, mode dan standar deviasi. hari operasi sebagaimana pengertian trip Hasil perhitungan ditampilkan pada sebenarnya. Analisis rekresi digunakan tabel, selanjutnya dalam pembahasan untuk mengetahui hubungan CHL dan suhu dihubungkan dengan peta citra satelit serta hubungan keduanya dengan CPUE. yang dihasilkan untuk mendiskripsikan karakteristik daerah penangkapan secara HASIL DAN PEMBAHASAN bulanan dan musiman. Analisis regresi dengan mengambil SPL sebagai variabel Suhu permukaan laut (SPL) bebas dan CHL sebagai variabel terikat dilakukan untuk mengetahui hubungan Analisis citra dengan program SEADAS kedua parameter tersebut.Asumsi yang 5.2 menghasilkan profil suhu permukaan digunakan adalah tinggi randahnya SPL Laut Banda dan sekitarnya dari bulan mempengaruhi konsentrasi CHL di lokasi Oktober 2011-September 2012 pada posisi penelitian. 125º-131ºBT dan 2º-5ºLS disajikan pada Tabel 1. Posisi ini diambil sesuai sebaran Peta daerah penangkapan ini daerah penangkapan cakalang oleh kapal- dibuat dari log book salah satu perusahan kapal pole and line yang berpangkalan penangkapan cakalang dengan alat di Kabupaten Maluku Tengah dan kota tangkap pole and line yang berpangkalan Ambon. Hasil analisis menunjukkan suhu di Desa Kecamatan Salahutu dan permukaan laut (SPL) tertinggi terjadi pada bulan Desember yaitu 32.90ºC dan terendah beberapa kapal dari Kecamatan Saparua pada bulan Agustus yaitu 26.00ºC. dan Kecamatan Amahai Kabupatan Perubahan SPL bulanan turut Maluku Tengah. Data dari perusahan yang mempengaruhi dinamika SPL musiman. berpangkalan di Desa Tulehu Kecamatan Profil suhu permukaan Laut Banda dan sekitarnya secara musiman pada lokasi

Musim dan Daerah Penangkapan Ikan Cakalang...... (WAILERUNNY et al.) 43 penelitian disajikan pada Tabel 2 dan Walaupun demikian fenomenanya berbeda Gambar 1. Data pada Tabel 2 menunjukkan dengan musim sebelumnya (barat), terlihat pada musim pancaroba II suhu permukaan SPL Laut Banda lebih rendah dari SPL Laut berkisar antara 28.06 ºC-32.83 ºC, rata- Seram terbalik dengan yang terjadi pada rata 29.95 ºC dan mode 29.64 ºC. Gambar musim barat. Perbedaan suhu maksimum 1.a menunjukkan bahwa pada musim dan minimum pada musim ini sebesar 3.89 pancaroba II terjadi percampuran yang ºC. tidak merata. Laut Banda didominasi suhu Perubahan yang sangat nyata terjadi yang sedang, hanya di pesisir sebelah pada musim timur. Suhu permukaan laut selatan Pulau Seram dan sebelah barat pada musim timur berkisar 26.08 ºC-30.41 Pulau Nusalaut yang agak tinggi. Hal yang ºC, rata-rata 27.64 ºC dengan SD 0.79 ºC dan berbeda terjadi di Pesisir Pantai utara Pulau mode 27.07 ºC. Hasil analisis ini menunjukkan Seram dan Laut Seram, pada wilayah ini bahwa terjadi penurunan suhu minimum SPL lebih didominasi suhu yang lebih tinggi. sebesar 2.58 ºC dan penurunan suhu Kondisi ini dimungkinkan karena suhu maksimum sebesar 2.14 ºC dari Pancaroba dingin yang mendominasi Laut Banda pada I. Rata-rata suhu permukaan mengalami musim sebelumnya (musim timur) masih penurunan sebesar 2.59 ºC dari musim mempengaruhi SPL musim Peraihan II. sebelumnya. Gambar 1.d menunjukkan Perbedaan suhu maksimum dan minimum bahwa pada semua wilayah memiliki suhu pada musim pancaroba II sebesar 4.76 ºC. yang rendah. Walaupun demikian SPL Laut SPL pada musim barat berkisar 27.90 ºC- Banda lebih rendah dari SPL Laut Seram. 32.98 ºC, rata-rata 30.41 ºC dan mode 30.35 ºC. Data pada Tabel 2 menunjukkan bahwa Hasil analisis ini menunjukkan bahwa terjadi suhu terendah terjadi pada musim timur. penurunan suhu minimum sebesar 0.17 ºC Perbedaan suhu maksimum dan minimum dan kenaikan suhu maksimum sebesar 0.15 pada musim timur sebesar 4.32 ºC. ºC dari musim pancaroba II. Rata-rata suhu Rendahnya SPL pada musim timur permukaan mengalami kenaikan sebesar diakibatkan proses upwelling yang terjadi 0.46 ºC dari musim sebelumnya. Lokasi pada saat itu. Hal mana disampaikan oleh penelitian semua wilayah memiliki suhu yang Nontji (2007) bahwa upwelling di Laut tinggi (Gambar 18b). Kondisi ini terjadi baik Banda terjadi pada bulan Mei sampai kira- pada Laut Banda maupun di Laut Seram, kira September. Akibat dari upwelling ini namun SPL Laut Banda terlihat lebih tinggi ditemukan suhu permukaan rata-rata 3 ºC dari SPL Laut Seram. Perbedaan suhu lebih rendah daripada musim barat. Sediadi maksimum dan minimum pada musim ini (2004) dalam penelitiannya mendapatkan sebesar 5.08 ºC. upwelling di Laut Banda masih berlangsung Suhu permukaan laut pada musim sampai bulan Agustus. Menurut Boyce pancaroba I berkisar 28.66 ºC-32.55 ºC, (2004) bahwa sebaran suhu untuk distribusi rata-rata 30.23 ºC dan mode 30.23 ºC. Hasil cakalang adalah 16,63-29,47 range 12,84. analisis ini menunjukkan bahwa terjadi Hasil analisis ini menunjukkan bahwa rata- kenaikan suhu minimum sebesar 0.76 ºC rata suhu permukaan laut pada musim dan penurunan suhu maksimum sebesar barat dan pancaroba pertama sedikit di atas 0.43 ºC dari musim barat. Rata-rata suhu kisaran distribusi cakalang sebagaimana permukaan mengalami penurunan sebesar didapatkan oleh Boyle (2004). 0.18 ºC dari musim sebelumnya. Gambar 1c menunjukkan dominasi suhu yang tinggi masih terjadi pada semua wilayah.

Tabel 1. Kisaran SPL Laut Banda dan sekitarnya bulan Oktober 2011-September 2012 Suhu Permukaan (ºC) Bulan Min Max Mean STD Median Mode Oktober 27.28 32.87 29.49 0.47 29.49 29.07 November 29.04 32.71 30.89 0.39 30.87 30.78 Desember 27.33 32.99 30.76 0.62 30.71 30.78 Januari 27.71 32.98 30.67 0.57 30.67 30.92 Pebruari 26.42 32.92 30.33 0.56 30.32 30.35 Maret 27.17 32.98 30.61 0.55 30.61 30.64 April 29.07 32.55 30.56 0.44 30.51 30.35 Mei 28.09 32.91 30.55 0.54 30.53 30.64 Juni 26.04 31.68 28.62 0.66 28.50 28.36 Juli 26.01 30.47 27.72 0.83 27.98 27.21 Agustus 26.00 30.75 27.19 0.83 26.92 26.64 September 26.17 31.29 28.24 0.89 28.01 27.49

44 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 5 No. 1 Mei 2014: 41-54 ISSN 2087-4871

Tabel 2. Profil suhu permukaan secara musiman di Laut Banda dan sekitarnya Suhu Permukaan (ºC) Musim Min Max Mean STD Median Mode Pancaroba II 28.07 32.83 29.96 0.42 29.95 29.64 Barat 27.90 32.98 30.41 0.34 30.40 30.35 Pancaroba I 28.66 32.55 30.23 0.35 30.29 30.23 Timur 26.08 30.41 27.64 0.79 27.45 27.07

(a) (b) (c) (d) Gambar 1. Citra SPL Musim Pancaroba II 2011 (a), Barat 2011-2012 (b), Pancaroba I 2012 (c), dan Musim Timur 2012 (d)

Klorofil-a sebesar 0.44 mg/m3. Konsentrasi klorofil-a pada musim pancaroba II umumnya sedang, Profil kandungan klorofil-a di Laut terjadi percampuran yang tidak merata. Banda dan sekitarnya dari bulan Oktober Pada beberapa titik terdapat konsentrasi 2011-September 2012 pada posisi 125º yang randah sedangkan di titik-titik lain -131º BT dan 2º-5ºLS disajikan pada Tabel konsentrasinya agak tinggi. Di Laut Banda 3. Hasil analisis menunjukkan konsentrasi terjadi percampuran yang tidak merata, klorofil-a tertinggi adalah 0,50 mg/m3 sedangkan di Laut Seram hampir semua yang terjadi pada bulan Juli dan Agustus wilayah didominasi konsentrasi sedang. dan terendah 0,01 mg/m3 yang terjadi Konsentrasi yang rendah ini berlanjut ke pada bulan Mei. Konsentrasi klorofil-a musim barat, berkisar 0.04 mg/m3-0.47 mengalami fluktuasi dari satu bulan ke mg/m3 dengan rata-rata 0.13 mg/m3 dan bulan lainnya. Bulan Oktober-April tahun mode 0.10 mg/m3, semua nilai ini lebih berikutnya konsentrasi rata-rata klorofil-a rendah dari musim sebelumnya (Tabel 5). di Laut Banda dan sekitarnya mengalami Laut Banda didominasi oleh konsentarsi penurunan secara bertahap, selanjutnya yang rendah, tidak ada satu titikpun yang meningkat pada bulan Mei-Agustus dan mempunyai konsentrasi kolorofil-a yang menurun lagi pada bulan September. Hal tinggi. Kondisi ini terjadi baik di wilayah ini sedikit berbeda dengan perubahan pesisir maupun lepas pantai Laut Banda. Di suhu yang mengalami fluktuasi. Beberapa pesisir Laut Seram sampai laut lepas terjadi penelitian sebelumnya dengan melakukan percampuran yang rendah dan sedang, pengukuran secara langsung dari sampel konsentrasi yang sedang terdapat hampir air sebagaimana dilaporkan oleh Sediadi & di sepanjang pesisir Seram Timur sampai Edward (2000) tidak berbeda jauh dengan Seram Utara dan Pulau (Gambar 2). penelitian ini (Tabel 4). Lokasi-lokasi Konsentrasi klorofil-a mengalami penelitian tersebut merupakan bagian peningkatan kecil pada musim pancaroba penelitian ini. I, berkisar 0.07–0.49mg/m3 dengan rata- Perubahan konsentrasi klorofil-a rata 0.15 mg/m3 dan mode 0.11 mg/m3. setiap bulan turut mempengaruhi Walaupun demikian sebaran konsentrasi perubahan secara musiman. Kondisi ini yang rendah masih mendominasi wilayah nyata dari hasil analisis seperti disajikan ini, terutama di Laut Banda. Pada musim pada Tabel 5. Hasil analisis menujukkan ini peningkatan lebih tinggi terjadi di laut bahwa konsentrasi klorofil-a pada musim Seram dan sekitarnya, sedangkan di Laut pancaroba II berkisar 0.07 mg/m3-0.45 mg/ Banda perubahannya sangat kecil (Gambar m3 dengan rata-rata 0.20 mg/m3, dan mode 2). Perubahan yang menyolok terjadi pada 0.22 mg/m3. Range konsentrasi maksimum musim timur, sebaran klorofil-a pada musim dan minimum klorofil-a pada musim ini ini berkisar 0.11–0.99 mg/m3 dengan rata-

Musim dan Daerah Penangkapan Ikan Cakalang...... (WAILERUNNY et al.) 45 rata 0.39 mg/m3 dan mode 0.29 mg/m3. kehadiran ikan cakalang di wilayah Konsentrasi klorofil-a tinggi hampir pada penelitian. Produksi ikan cakalang tertinggi semua wilayah dari pesisir sampai laut lepas, yaitu 52.7 ton pada September dengan hanya di beberapa titik yang konsentrasi suhu 28.2 °C dan klorofil 0.23 mg/m3 klorofil-a sedang. Konsentrasi maksimum diikuti bulan Agustus 35.80 ton dengan sepanjang tahun terjadi pada musim ini. suhu 27.2 °C dan klorofil 0.36 3mg/m . Perubahan konsentrasi klorofil-a Produksi terendah pada Mei yaitu 7.10 dari musim ke musim atau dari bulan ke ton dengan suhu 30.6 °C dan klorofil 0.13 bulan lainnya berbanding terbalik dengan mg/m3. Dinamika tersebut mengakibatkan peningkatan suhu, artinya pada bulan/ perbedaan produksi musiman (Gambar 3). musim dengan SPL yang tinggi maka Produksi tertinggi pada musim pancaroba II konsentrasi CHL rendah. Hasil analisis dan terendah pada musim pancaroba I. menunjukkan bahwa berubahan suhu Analisis regresi menunjukkan ada perairan turut mempengaruhi perubahan hubungan antara CPUE dengan perubahan konsentari klorofil-a. Hubungan antara SPL. Fungsi hubungan tersebut adalah perubahan suhu (X) dan konsentrasi CPUE = 239370-8091 suhu, dengan nilai klorofil-a (Y) yang didapat pada penelitian r2 = 66.20%, dengan nilai signifikan F yang ini ditunjukkan dengan fungsi Y = 1.9175– ditunjukkan oleh P = 0.00 (Tabel 7). Hasil 0.0587X Hasil analisis menujukkan analisis menunjukkan bahwa perubahan bahwa perubahan suhu perairan sangat suhu permukaan laut mempengaruhi dipengaruhi oleh musim, pada musim kehadiran ikan cakalang di lokasi penelitian. timur suhunya rendah dengan konsentrasi Slope yang negatif menunjukkan bahwa klorofil-a yang tinggi, sedangkan suhu suhu permukaan laut yang terlalu tinggi akan tertinggi pada musim barat dengan menurunkan CPUE. Hal ini dimungkinkan konsentrasi klorofil-a yang rendah. Slope karena SPL sangat berpengaruh pada pada fungsi ini negatif menunjukkan distribusi dan migrasi ikancakalang hubungan terbalik antara kenaikan suhu (Zainuddin & Jamal, 2009). Analisis ini tidak dan peningkatan konsentrasi klorofil-a. ditemukan hubungan konsentrasi klorofil-a Semakin tinggi suhu permukaan laut dengan CPUE. Hal ini dimungkinkan karena mengakibatkan menurunnya konsentrasi dalam analisis sebelumnya sudah diketahui klorofil-a. Rendahnya suhu dan tingginya bahwa konsentrasi klorofil-a memiliki konsentrasi klorofil-a pada musim timur hubungan negatif dengan konsentrasi diakibatkan karena pada musim ini terjadi klorifil-a, sehingga yang menjadi pemicu upwelling di Laut Banda sebagaimana telah tama kehadiran ikan cakalang adalah suhu diuraikan pada bagian sebelumnya. permuaan laut dan konsentrasi klorofil-a Perubahan konsentrasi klorofil-a dan menjadi ikatan. SPL sepanjang tahun turut mempengaruhi Tabel 3. Konsentrasi Klorofil-a di Laut Banda dan sekitarnya pada periode Oktober 2011-September 2012 Konsentrasi klorofil-a (mg/m3) Bulan Min Max Mean STD Median Mode Oktober 0.11 0.49 0.22 0.05 0.21 0.21 November 0.06 0.49 0.16 0.06 0.15 0.14 Desember 0.03 0.49 0.14 0.06 0.12 0.11 Januari 0.04 0.49 0.13 0.05 0.11 0.20 Pebruari 0.04 0.46 0.12 0.03 0.12 0.12 Maret 0.02 0.49 0.12 0.04 0.12 0.12 April 0.03 0.49 0.11 0.04 0.09 0.10 Mei 0.02 0.49 0.13 0.06 0.12 0.10 Juni 0.09 0.49 0.27 0.09 0.25 0.21 Juli 0.11 0.50 0.29 0.08 0.29 0.24 Agustus 0.15 0.50 0.36 0.08 0.36 0.35 September 0.09 0.49 0.23 0.07 0.21 0.19

46 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 5 No. 1 Mei 2014: 41-54 ISSN 2087-4871

Tabel 4. Konsentrasi klrorofil-a hasil penelitian sebelumnya Rata-rata konsentrasi Waktu Lokasi Peneliti klorofil mg/m3 September Laut Banda 0.26 Nontji 1974 1974 Sediadi dan Juli 1993 Perairan Lease 0.94 Edwrd (2000) Perairan Haruku dan Wouthuyzen et Juli 1993 1.23 Saparua al. (1993) November- Desember Laut Banda 0.02 Edward 1998 1993

Tabel 2. Profil suhu permukaan secara musiman di Laut Banda dan sekitarnya Konsentrasi klorofil-a mg/m3 Musim Min Max Mean STD Median Mode Pancaroba II 0.07 0.49 0.20 0.05 0.19 0.22 Barat 0.04 0.47 0.13 0.04 0.12 0.11 Pancaroba I 0.07 0.49 0.15 0.06 0.13 0.11 Timur 0.11 0.99 0.39 0.15 0.35 0.29

(a) (b) (c) (d)

Gambar 2. Citra CHL Musim Pancaroba II 2011 (a), Barat 2011-2012 (b), Pancaroba I 2012 (c), dan Musim Timur 2012 (d)

Tabel 6. ANOVA hubungan perubahan suhu dengan konsentrasi klorofil-a df SS MS F Significance F Regression 1 0.071754 0.071754 87.50702 2.91985E-06 Residual 10 0.0082 0.00082 Total 11 0.079954

Peta daerah penangkapan ikan cakalang Buano, Kelang dan Manipa atau pada posisi di Laut Banda dan sekitarnya 126.7º-128º BT dan 2.6º-3.4º LS. Di sekitar Laut Banda pada posisi 127º-130.3º BT dan Daerah penangkapan kapal-kapal 3.2º-4º LS. Sebaran daerah penangkapan pole and line di Laut Banda dan sekitarnya berubah dari satu musim ke musim lainnya. berada pada posisi 125000’-131º BT dan Pada musim pancaroba II (September– 2º20’-4º30’ LS. Secara geografi berada di November) pada radius 10–30 mil di sekitar selat Manipa, sebelah selatan pulau Ambon Pulau Buano, Pulau Kelang dan Pulau dan pulau-pulau Lease, sebelah selatan dan Manipa, rata-rata CPUE tinggi 201–250 utara pulau Seram. Hasil analisis diketahui individu/atau 1–1.25 ton/trip bahkan lebih daerah penangkapan dengan CPUE tertinggi dari 300 individu atau lebih dari 1.50 ton/ pada semua musim ada di sekitar Pulau trip (Gambar 4). Pada waktu-waktu tertentu

Musim dan Daerah Penangkapan Ikan Cakalang...... (WAILERUNNY et al.) 47 di lokasi ini nelayan melaut 2 hari dan lagi merupakan waktu tangkap yang baik harus kembali karena kapal dengan daya saat musim panas. Hal ini mengakibatkan tampung 10 ton sudah penuh. Data pada hasil yang didapatkan juga tidak sebanyak perusahan ini menunjukkan bahwa pada yang menemukan sejak pagi hari (sekitar Musim ini hasil tangkapan rendah pada jam 06:00-09:00 WIT). Pada musim ini wilayah sebelah selatan pulau Ambon dan produksi tertinggi didapatkan pada daerah barat Pulau Lease dengan CPUE minimum penangkapan yang jauh dari wilayah pesisir. 25 individu atau 225 kg/trip. Hasil ini jika dihubungkan dengan analisis Menurut nelayan di Kecamatan SPL dan CHL diketahui bahwa tangkapan Saparua dan Kecamatan Amahai, musim tertinggi berada pada kisaran suhu 28-29 ini (Pancaroba II) adalah puncak tertinggi ºC dengan konsentrasi CHL 0.16-0.30 mg/ yang mereka dapatkan sepanjang tahun. m3. Posisi tangkapnya dari perbatasan Seram Saat musim barat (Desember-Februari) timur sampai selatan Pulau Seram atau rata-rata CPUE menurun di semua daerah sebelah timur Pulau Lease pada posisi penangkapan, kecuali beberapa titik di 127º-130ºBT dan 2.6º-4ºLS. Rata-rata hasil Laut Banda. Sebaran daerah penangkapan tangkapan yang dicapai sekitar 1.50 ton/ dengan rata-rata CPUE tinggi mirip trip, sama dengan di dapatkan perusahan musim Pancaroba II dengan nilai tertinggi yang berlokasi di Kecamatan Salahutu pada posisi 127.50-128º BT dan 3.7º-4º bahkan lebih banyak lagi. Menurut nelayan, LS (Gambar 5). Pada musim ini waktu penangkapan cakalang di wilayah ini kunjungan lebih sedikit karena tingginya kebanyakan dilakukan pada batang-batang gelombang akibat bertiupnya angin utara kayu yang hanyut. Menurut nelayan, yang bergantian dengan angin barat. Pada sebelum masuknya kapal-kapal purse seine musim ini nelayan takut melaut sama untuk menangkap ikan cakalang, hasil dengan musim timur, karena kecepatan tangkapan mereka sangat tinggi di musim anginnya sangat tinggi dan gelombangnya ini. Kadang mereka bisa mendapat hasil besar dengan jarak gelombang yang tangkapan lebih dari 3 ton/trip pada batang pendek yang sangat membahayakan. kayu/benda hanyut lainnya, yang ditangkap Data klimatologi dari stasiun meteorologi lebih dari satu kapal. Pattimura, dan Namlea dari Menurut nelayan, di pertengahan atau tahun 2003-2011 diketahui kecepatan angin akhir bulan September sampai awal Oktober maksimum pada bulan Desember-Februari mereka menuju perbatasan Seram Timur tahun berikutnya mencapai maksimum 35 dan Seram Selatan, di sana mereka akan knot dengan rata-rata tingkat maksimum mendapatkan batang kayu yang hanyut 20 knot. Bagi nelayan, angin dan gelombang sejak musim timur. Secara periodik (setiap musim barat sangat membahayakan, pada hari) batang kayu itu hanyut dari arah musim ini mereka tidak bisa berspekulasi timur ke barat, pada posisi di atas. Hasil atau mencoba-coba karena resikonya sangat wawancara diketahui perpindahan batang tinggi terutama untuk kapal-kapal ukuran kayu dari satu hari ke hari berikutnya 20 GT ke bawah. sekitar 10-20 mil laut dari posisi terakhir Umumnya penangkapan dilakukan ditinggalkan, tergantung kecepatan arus. di rumpon atau mengikuti gerombolan Waktu-waktu tertentu, kurang dari 3 hari ikan lumba-lumba, pada musim ini sangat mereka sudah kembali ke pangkalan dengan jarang mendapat batang kayu/benda hasil 6-10 ton. Saat ini sudah sangat jarang tertentu yang hanyut. Daerah penangkapan produksi sebanyak itu mereka dapatkan. di sebelah selatan pulau Seram sampai Walaupun demikian tidak semua kapal barat Pulau Lease dengan posisi yang acak, dapat menemukan benda hanyut yang tidak menetu setiap harinya. Saat menuju mereka tinggalkan pada hari sebelumnya daerah penangkapan nelayan lebih banyak dengan mudah. Hanya kapal dengan berspekulasi, sehingga tidak jarang produksi nahkoda yang sangat berpengalaman yang yang didapat sangat sedikit bahkan tidak mampu menduga arah dan kecepatan arus, mendapat ikan sama sekali. Saat penelitian bisa menemukan benda-benda hanyut ini dilakukan, ada perusahaan tertentu yang mereka tinggalkan hari sebelumnya di Pulau Ambon dan Saparua mengambil tepat di pagi hari saat opersi penangkapan keputusan berhenti beroperasi pada musim dilakukan. Bagi kapal-kapal yang ini. nahkodanya belum banyak pengalaman, Hasil wawancara dengan perusahan sering juga mereka dapatkan tetapi sudah atau pemilik kapal didapati bahwa mereka agak siang (di atas jam 10:00), yang bukan mengambil keputuan menghentikan operasi

48 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 5 No. 1 Mei 2014: 41-54 ISSN 2087-4871 pada musim-musim tertentu (musim barat maksimum 19.33 knot. Hasil analisis SPL dan pancaroba I) karena sudah sangat sulit dan CHL menunjukkan bahwa pada musim mendapat ikan cakalang saat ini. Saat belum pancaroba I SPL maksimum lebih rendah ada kapal pukat cincin yang menangkap ikan dari musim barat yaktu 32.55 ºC dengan cakalang, mereka masih tetap mendapatkan rata-rata 30.23 ºC. Produktivitas primer ikan walaupun sedikit sehingga semua musim ini juga lebih tinggi dari musim biaya operasi boleh tertangani. Saat ini, barat, dengan konsentrasi CHL rata-rata jika mereka melaut pada musim barat lebih 0.15 mg/m3 dan mode 0.11 mg/m3. Kondisi banyak ruginya dari pada untung, sehingga lingkungan yang kurang mendukung turut mereka terpaksa melabuhkan kapal sesaat. mempengaruhi hasil tangkapan musim Bagi perusahan yang memiliki beberapa ini. Walaupun demikian, pada musim ini kapal, ada yang menggunakan sistem bergilir jumlah trip yang gagal tidak sebanyak pada dengan mengoperasikan sebagian atau musim barat karena kondisi perairan lebih kapal tertentu untuk menjaga nelayannya memungkinkan untuk kapal-kapal berada tetap bertahan. Hasil analisis SPL dan CHL lebih lama di daerah penangkapan. menunjukkan bahwa pada musim barat Musim timur (Juni-Agustus) CPUE SPL sangat tinggi mencapai 32.98 ºC dengan rata-rata jauh lebih rendah dari musim- rata-rata 30.43 ºC. Produktivitas primer musim lainnya. Lebih banyak daerah musim ini sangat rendah, ditandai dengan penangkapan dengan rata-rata CPUE di konsentrasi CHL rata-rata 0.13 mg/m3 dan bawah 50 individu/trip. Hanya beberapa mode 0.11 mg/m3. Kondisi lingkungan yang titik di Laut Banda yang rata-rata CPUE tidak mendukung turut mempengaruhi sangat tinggi pada posisi 127.2º BT dan hasil tangkapan musim ini. Bagi nelayan 3.8º LS, 128.8º BT dan 3.9º LS serta 130º musim ini adalah waktu kritis, karena hasil BT dan 3.7º LS (Gambar 7). Rendahnya tangkapannya sangat rendah dibanding hasil tangkapan ini diakibatkan karena musim lainnya. angin dengan kecepatan tinggi dan Musim pancaroba I (Maret-Mei) rata- kondisi laut yang bergelombang yang tidak rata CPUE tidak setinggi pada musim yang memungkinkan operasi penangkapan dapat lainnya. Di semua daerah penangkapan berlangsung dengan baik. Data klimatologi rata-rata CPUE di bawah 251 individu atau dari stasiun meteorologi Pattimura, Banda 1.23 ton/trip. Beberapa wilayah dengan Neira dan Namlea dari tahun 2003-2011 CPUE tinggi antara 201-250 individu/trip di diketahui kecepatan angin maksimum Laut Banda diantaranya di sebelah selatan pada bulan Juni-Agustus (musim timur) Pulau Ambon dan Pulau Lease, sebelah mencapai maksimum 34 knot dengan rata- selatan Pulau Seram. Selain itu beberapa rata tingkat maksimum 20 knot. Hasil titik di antara Pulau Seram dan Buru, analisis SPL dan CHL menunjukkan suhu serta di sebelah barat Pulau Seram, sekitar terendah sepanjang tahun terjadi pada Pulau Kelang, Manipa dan Buano (Gambar musim timur dengan rata-rata SPL 27.64 6), Hanya satu titik dengan CPUE antara ºC. Produktivitas primer tertinggi berada 251-250 individu per trip yaitu di sibelah pada musim ini yaitu 0.99 mg/m3 dengan barat Pulau Seram, sekitar pulau Manipa rata-rata 0.39 mg/m3. Hasil penelitian yang dan Buano tidak ada daerah penangkapan dilakukan oleh Semedi & Hardianto (2013) dengan CPUE > 300 individu atau 1.50 ton/ mendapati beberapa jenis ikan pelagis trip. Bagi nelayan di Kecamatan Saparua termasuk cakalang penyebarannya tinggi dan Amahai penangkapan dilakukan pada daerah penangkapan dengan kisaran di sebelah selatan Pulau Seram sampai suhu permukaan 26-30 ºC dan konsentrasi sebelah barat Pulau Lease dengan daerah klorofil-a 0.30-2.80 mg/m3. penangkapan berubah-ubah mengikuti Walaupun produktivitas perairan pada gerombolan lumba-lumba dan rumpon. musim ini sangat tinggi sepanjang musim, Penangkapan lebih dipusatkan pada pesisir dengan kecepatan angin maksimum tidak pantai selatan Pulau Seram dengan CPUE setinggi musim barat dan pancaroba I, tetapi tertinggi dapat mencapai 1 ton/trip, namun frekuensi angin yang bertiup pada musim ada juga trip-trip tertentu yang gagal. ini sangat tinggi. Hasil wawancara dengan Data klimatologi dari stasiun nelayan disertai data log book perusahan meteorologi Pattimura, Banda Neira dan tempat pengambilan data diketahui pada Namlea dari tahun 2003-2011 diketahui musim ini waktu melaut sangat singkat baik kecepatan angin maksimum pada bulan per hari maupun per trip. Menurut nelayan, Maret-Mei (musim pancaroba I) mencapai walaupun kecepatan anginnya tidak setinggi maksimum 44 knot dengan rata-rata tingkat kecepatan angin musim barat, tetapi saat

Musim dan Daerah Penangkapan Ikan Cakalang...... (WAILERUNNY et al.) 49 musim timur anginnya sangat bertahan kemudian angin berbelok ke utara setelah lama yang memungkinkan gelombang melintasi equator (Kurniawan et al. 2011) laut sangat tinggi sepanjang musim. Hasil analisis di atas menunjukkan Musim ini ikannya cukup banyak, namun terjadi perubahan daerah penangkapan keterbatasan waktu melaut memungkinkan ikan cakalang menurut perubahan musim. operasi penangkapan tidak dapat berjalan Hanya beberapa daerah penangkapan saja dengan baik. Saat ombak besar, proses yang memiliki CPUE tinggi sepanjang tahun pemancingan tidak dapat dilaksanakan. terutama di sebelah barat dan selatan Pulau Hasil penelitian Kurniawan et al. (2011) Seram. Sebelah barat Pulau Seram terutama mendapati tinggi gelombang di Laut Banda di sekitar Pulau Buano, Kelang dan Manipa pada bulan Juni-Agustus 1.50-3 m. Data tiga pula kecil yang berada diantara Pulau pada Badan Meteorologi dan Geofisika Seram dan Pulau Buru. Sebaran daerah 2011, menunjukkan bahwa pada musim penangkapan ikan cakalang cukup banyak timur tinggi gelombang dapat mencapai 4-5 di daerah pesisir dekat dengan pulau-pulau m. Selama bulan-bulan ini angin Monsun di sekitarnya dimungkinkan karena salah bertiup dari Tenggara melintasi satu sifat ikan cakalang adalah bermigrasi Laut Arafuru, Laut Banda, Laut Jawa dan di sekitar pulau (Simbolon 2011). Samudera menuju ke barat, Tabel 6. ANOVA hubungan perubahan suhu dengan konsentrasi klorofil-a df SS MS F P Regression 2 4.68915E+17 2.34458E+17 70.57 0.000 Residual 69 2.29240E+17 3.32232E+15 Total 71 6.98155E+17

Gambar 3. Sebaran SPL dan klorofil-a terhadap produksi ikan cakalang berdasarkan musim

50 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 5 No. 1 Mei 2014: 41-54 ISSN 2087-4871

Gambar 4. Peta daerah penangkapan ikan cakalang pada musim pancaroba II di Laut Banda dan sekitarnya

Gambar 5. Peta daerah penangkapan ikan cakalang pada musim barat di Laut Banda dan sekitarnya

Gambar 6. Peta daerah penangkapan ikan cakalang pada musim pancaroba I di Laut Banda dan sekitarnya

Musim dan Daerah Penangkapan Ikan Cakalang...... (WAILERUNNY et al.) 51 Gambar 7. Peta daerah penangkapan ikan cakalang musim timur di Laut Banda dan sekitarnya

KESIMPULAN atau pada posisi 126.70-1280 BT dan 2.60- 3.40 LS. Di sekitar Laut Banda pada posisi Suhu permukaan laut (SPL) dan 1270-130.30 BT dan 3.20-40 LS. konsentrasi klorofil-a di Laut Banda dan sekitarnya mengalami fluktuasi dari bulan DAFTAR PUSTAKA ke bulan. Kondisi ini mempengaruhi fluktuasi SPL dan CHL musiman. Rata-rata Anderson C, Huntington T, Macfadyen G, suhu tertinggi berada pada musim barat Powers J, Scott I, Stocker M. 2012. dan pancaroba pertama sedangkan suhu Pole and Line Skipjack Fishery in terendah di musim timur. Berbeda dengan the Maldives. Public Comment Draft konsentrasi klorofil-a, tertinggi pada musim Report. timur dan terendah pada musim pancaroba Arai T, Kotake A, Kayama S, Ogura M, pertama. Ada korelasi antara peningkatan Watanabe Y. 2004. Movements and suhu dan penurunan konsentrasi klorofil-a. stock discrimination of skipjack tuna, Suhu permukaan laut juga memiliki korelasi Katuwonus pelamis, in the western negatif dengan CPUE dan mempengaruhi Pacific by otolith Sr: Ca ratios. pembentukan daerah penangkapan ikan. National Research Institute of Far Seas Musim penangkapan dengan CPUE tertinggi Fisheries. July 2004. Shimizu, Japan. yang terjadi di Laut Banda dan sekitarnya Boyce D, 2004. Effects of water temperature adalah musim pancaroba dua, dan terendah on the global distribution of tuna and musim pancaroba pertama. Secara umum billfish. Brill RW. 1994. A review of daerah penangkapan cakalang di Laut temperature and oxygen tolerance Banda dengan CPUE tertinggi pada semua studies of tunas pertinent to fisheries musim ada di sebelah barat Pulau Seram oceanography, movement models sekitar Pulau Buano, Kelang dan Manipa and stock assessments. Fisheries Oceanography. (3):204-216.

52 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 5 No. 1 Mei 2014: 41-54 ISSN 2087-4871

Grande M, Murua H, Zudaire I, Korta M. kelimpahan dan distribusi fitoplankton 2010. Spawning activity and batch di Perairan Laut Banda dan sekitarnya. fecundity of skipjack (Katsuwonus Makara Sains. (8):2. pelamis), in the Western Indian Ocean. Saijo JC, Defeo O, Salas S. 1998. Fisheries IOTC-2010. AZTI Tecnalia, Portualde Bioeconomics. Theory, Modelling and z/g, 2010 Pasaia, Basque Country, Management. FAO Fisheries Technical Spain Semedi B, Hadiyanto L. 2013. Forecasting the Kurniawan M, Habibie MN, Suratno. 2011. fishing ground of small pelagic fishes Variasi bulanan gelombang laut di in Makassar Strait using moderate Indonesia (monthly ocean waves over resolution Image Spectroradiometer Indonesia). Jurnal Meteorologi dan Satellite Images. J. Appl. Environ. Biol. Geofisika.(12):221-232. Sci. 3(2):29-34 Lanz E, Martinez MN, Martinez JL, Dworak Simbolon D. 2010. Eksplorasi daerah JA. 2009. Small pelagic fish catches penangkapan ikan cakalang melalui in the Gulf of California associated analisis suhu permukaan laut dan with sea surface temperature and hasil tangkapan di Perairan Teluk chlorophyll. CalCOFI Rep. 50. Palabuhanratu. Jurnal Mangrove dan Mugo R, Saitoh S, Nihira A, Kuroyama Pesisir X (1). Februari 2010:42-49. T. 2010. Habitat characteristics of Simbolon D. 2011. Bioekologi dan Dinamika skipjack tuna (Katsuwonus pelamis) Daerah Penangkapan Ikan. Bogor : IPB in the Western North Pacific: a remote Press. sensing perspective. Fisheries Siregar V, Waas HJD. 2006. Identification Mugo R, Saitoh SI, Nihira A, Kuroyama TR. of oceanographic parameters for 2011. Application of Multi-Sensor determiniting pelagic tuna fishing Satellite and Fishery Data, Statistical ground in the North waters Models and Marine-GIS to Detect using Multi-Sensor satellite data. Habitat Preferences of Skipjack Tuna. Biotropia. (13): 37-48 In Morales J, Venetia Stuart V, Platt Stequert B, Ramcharrun B. Sexual cycle of T, Sathyendranath S. Handbook Skipjack Tuna (Katsuwonus pelamis) of Satellite Remote Sensing Image from Western Indian Ocean. Centre Interpretation: Marine Applications ORSTOM de Brest, BP 270, 29280 Living Resources Conservation and Plouzané, France. Fisheries Research Management (2011), EU PRESPO and Centre, Albion, Petite Rivière, Mauritius IOCCG, Dartmouth, Canada. Solanki HU, Mankodi PC, Nayak SR, Mustapha AM, Chan YL, Lihan T. 2010. Somvanshi VS. 2005. Evaluation of Mapping of potential fishing grounds remote sensing based potential fishing of Rastrelliger kanagurta (Cuvier, zones (PFZs) forecast methodology. 1871) using satellite images. Map Asia Continental Shelf Research. (25):2163- 2010 & ISG 2010. 26-28 July 2010 2173. Kuala Lumpur : Malaysia. Wiyono ES. 2013. Kendala dan strategi Nontji A, 2007. Laut Nusantara. Jakarta: operasi penangkapan ikan alat Djambatan tangkap bubu di Muara Angke. Jurnal Nurdin S, Lihan T, Mustapha AM. 2012 Ilmu Perikanan Tropis. (18):14-20. Mapping of potential fishing grounds Zainuddin M, Jamal M. 2009. Satellite of Rastrelliger kanagurta (Cuvier remote sensing and geographic 1816) in the Archipelagic waters of information system of potential Spermonde Indonesia using satellite fishing zones and migration pattern images. Malaysia: Faculty of Science of Skipjack Tuna in Bone Bay, South and Technology Universiti Kebangsaan Sulawesi. International Proceeding of Malaysia. World Ocean Conference. Manado. 15- Palacios DM, Bograd SJ, Foley DG, 20 May 2009. Scwing FB. 2006. Oceanographic Zainuddin M. 2009. Estimating total characteristics of biological hot spots allowable catch and mapping potential in the North Pacific: a remote sensing pelagic fishing ground in Selayar perspective. Deep-Sea Research. waters using AQUA/MODIS satellite II53:250-269. imagery. Journal of Torani. 19(1):36- Sediadi A. 2004. Efek upwelling terhadap 42. Zainuddin M. 2011. Skipjack Tuna in relation to sea surface temperature and

Musim dan Daerah Penangkapan Ikan Cakalang...... (WAILERUNNY et al.) 53 chlorophyll-a concentration of bone bay using remotely sensed satellite data. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. (1):82-90.

54 Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 5 No. 1 Mei 2014: 41-54