<<

Prosiding BUKU 2 Prosiding Seminar Seminar Nasional

Nasional SINERGI DAN SINKRONISASI PROGRAM MENDUKUNG PENCAPAIAN SWASEMBADA

Banda Aceh, 9 Mei 2017 S I N E R G I DA N P E S N I N C K A R P O A N I A I S N A SWA S I P R S OG E M R B A A M D A M E N D U K U N G

ISBN 978-6026-9541-17-6

Alamat Penerbit: Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Jl. Tentara Pelajar No 10, , 16114 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Telp. 0251 8351277, Fax. 0251 8350928 Kementerian Pertanian Email: bbp2tp.litbang pertanian.go.id 9 7 8 6 0 2 6 9 5 4 1 7 6 2017 PROSIDING SEMINAR NASIONAL SINERGI DAN SINKRONISASI PROGRAM LITKAJI DAN DISEMINASI MENDUKUNG PENCAPAIAN SWASEMBADA PANGAN

Banda Aceh, 9 Mei 2017

BUKU 2

i PROSIDING SEMINAR NASIONAL SINERGI DAN SINKRONISASI PROGRAM LITKAJI DAN DISEMINASI MENDUKUNG PENCAPAIAN SWASEMBADA PANGAN

Banda Aceh, 9 Mei 2017

BUKU 2

BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2017

iii PROSIDING SEMINAR NASIONAL

SINERGI DAN SINKRONISASI PROGRAM LITKAJI DAN DISEMINASI MENDUKUNG PENCAPAIAN SWASEMBADA PANGAN

Banda Aceh, 9 Mei 2017

ISBN: 978-602-6954-17-6

Penanggung Jawab Haris Syahbudin Kepala Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Penyunting : Basri A. Bakar Rachman Jaya Yenni Yusriani Cut Nina Herlina Abdul Azis Rachmat Hendayana

RedaksiPelaksana: Fenty Ferayanti Rini Andriani Cut Maesura Ratnawati Eka Fitria

Diterbitkan Tahun 2017, oleh:

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Jl. Tentara Pelajar No 10 Kampus Penelitian Pertanian, Cimanggu, Bogor, 16114 Telp. 0251 8351277. Fax. 0251 8350928 E-mail: [email protected] Web: www.bbp2tp.litbang.pertanian.go.id

iv KATA PENGANTAR

Penyelenggaraan Seminar Nasional di Banda Aceh merupakan rangkaian kegiatan Pekan Nasional (PENAS) ke XV yang dilaksanakan pada tanggal 6 – 12 Mei 2017. Penyelenggaraan Seminar Nasional ini menetapkan topik: Sinergi dan Sinkronisasi Program Litkaji Dan Diseminasi Mendukung Pencapaian Swasembada Pangan. Seminar dilaksanakan tanggal 9 Mei 2017, diikuti oleh ilmuwan dan praktisi berbagai instansi perwakilan dari seluruh yang antara lain meliputi peneliti dan penyuluh lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, perwakilan Pemerintah Daerah Provinsi Aceh dan Dosen serta Mahasiswa Universitas Syah Kuala Banda Aceh. Materi seminar membahas 110 makalah yang substansinya berhubungan dengan topik yang telah ditentukan dalam kerangka mendukung pencapaian swasembada pangan. Prosiding ini memuat kumpulan makalah yang dipaparkan dalam seminar baik oral maupun poster yang sudah melalui proses evaluasi dan seleksi serta penyuntingan yang dilakukan Tim Penyunting dari BPTP Aceh dengan melibatkan Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Bogor. Kepada seluruh pihak yang telah berpartisipasi dalam penyelenggaraan Seminar Nasional secara langsung maupun tidak langsung mulai perencanaan kegiatan hingga penyelesaian tugas akhir menjadi prosiding, diucapkan terimakasih. Semoga hasil seminar nasional ini memberikan sumbangan berharga bagi pembangunan pertanian utamanya terkait pencapaian swasembada pangan nasional.

Banda Aceh, November 2017 Kepala Balai Besar Pengkajian,

Dr. Ir. Haris Syahbudin, DEA

v vi RUMUSAN SEMINAR NASIONAL

SINERGI DAN SINKRONISASI PROGRAM LITKAJI DAN DISEMINASI MENDUKUNG PENCAPAIAN SWASEMBADA PANGAN Banda Aceh, 9 Mei 2017

Seminar Nasional merupakan rangkaian kegiatan Pekan Nasional (PENAS) ke XV di Banda Aceh pada tanggal 6 – 12 Mei 2017. Topik seminar adalah Sinergi dan Sinkronisasi Program Litkaji Dan Diseminasi Mendukung Pencapaian Swasembada Pangan. Seminar Nasional di Banda Aceh ini dilaksanakan tanggal 9 Mei 2017, diikutioleh ilmuwan dan praktisi berbagai instansi perwakilan dari seluruh Indonesia yang antara lain meliputi peneliti dan penyuluh lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, perwakilan Pemerintah Daerah Provinsi Aceh dan Dosen serta Mahasiswa Universitas Syah Kuala Banda Aceh. Dari hasil seminar nasional ini dapat dirumuskan beberapa hal sebagai berikut: 1. Swasembada pangan merupakan komitmen pemerintah untuk mencapainya, namun keberhasilan pencapaian swasembada pangan tersebut memerlukan partisipasi semua pihak. 2. Kegiatan penelitian, pengkajian dan diseminasi merupakan rangkaian upaya yang diandalkan untuk mendukung keberhasilan swasembada pangan, yang dalam tataran praktis perlu sinerji dan sinkronisasi program. 3. Penelitian pertanian diharapkan menghasilkan inovasi yang dapat memacu pertumbuhan produksi dan produktivitas, sementara itu pengkajian mampu mendorong daya adaptasi teknologi sehingga menghasilkan teknologi adaptif untuk disebarluaskan atau di diseminasikan kepada khalayak. 4. Melalui seminar nasional ini diharapkan mendukung penguatan tema Penas Petani dan Nelayan XV 2017 untuk memantapkan kelembagaan tani nelayan dan petani hutan sebagai mitra kerja pemerintah dalam rangka kemandirian ketahanan dan kedaulatan pangan menuju kesejahteraan petani nelayan Indonesia.

Aceh, 9 Mei 2017

Tim Perumus

vii viii DAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR...... iii RUMUSAN SEMINAR NASIONAL ...... v DAFTAR ISI ...... vii PEMASYARAKATAN TEKNOLOGI FERMENTASI JERAMI SEBAGAI PAKAN UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS TERNAK DI PROPINSI ACEH Nazariah...... 465 KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI PADA SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO DI KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI Yartiwi, Yulie Oktavia dan Ahmad Damiri...... 472 STATUS HARA TANAH DI LAHAN RAWA PASANG SURUT KABUPATEN BANYUASIN Johanes Amirrullah, Rini Andriani, dan Agung Prabowo...... 476 RAKITAN INOVASI TEKNOLOGI BUDIDAYA BAWANG MERAH DI DATARAN TINGGI NAPU SULAWESI TENGAH Abdi Negara...... 486 KARAKTERISTIK INOVASI KOMPONEN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TERPADU KEBUN JERUK SEHAT Suharyanto...... 494 BAKTERI ENDOFIT ISOLAT PALA ACEH MENGINDUKSI RESISTENSI SISTEMIK TANAMAN Tjut Chamzurni, Rina Sriwati, Vina Maulidia, Evi Yusri...... 502 EVALUASIPETANI SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO PADI DI KABUPATEN PASAMANPROVINSI SUMATERA BARAT Ahmad Syufri dan Ellya Rosa ...... 513 ADAPTASI VARIETAS UNGGUL BARU DI LAHAN RAWA LEBAK KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR SUMATERA SELATAN Suparwoto, Susilawati, Yustisia, Abdul Azis...... 518 PENGARUH LIMBAH SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH DI LAHAN KERING KABUPATEN LAMANDAU Muhammad Anang Firmansyah dan Ermin Widjaja ...... 523 PENGARUH PEMBERIAN BIOCHAR SEKAM PADI TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN MENTIMUN Shari Asmairicen dan Basri.A.Bakar ...... 531

ix KAJIAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS BAWANG MERAH MELALUI DOSIS PEMUPUKAN DI LAHAN SUB OPTIMAL INSEPTISOLS KEPULAUAN RIAU Catur Prasetyono dan Eko Srihartanto...... 537 PROFILE TERNAK KERBAU DIKELOMPOK “PANGKER JAYA” DESA SIDAMULYA KECAMATAN WARUREJA KABUPATEN Budi Utomo dan Yenni Yusriani dan Iswanto ...... 546 PENERAPAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN SAGU GUNA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT KAMPUNG YAKONDE SENTANI Niki E. Lewaherilla ...... 553 KETERSEDIAAN SUMBER INFORMASI TEKNOLOGI TANAMAN LADA DAN PEMANFAATAN MEDIA DISEMINASI DI KECAMATAN AIR GEGAS BANGKA BELITUNG Minas Tiurlina ...... 562 EKSPLORASI BAKTERI ENDOFIT PADA TANAMAN PALA DAN POTENSINYA SEBAGAI AGEN ANTAGONIS UNTUK MENENDALIKAN PENYAKIT MATI RANTING Alfizar, Rina Sriwati, Vinny Pratiwi ...... 571 PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN KOPERASI DI TAMAN TEKNOLOGI PERTANIAN KOTA JANTHO MENGGUNAKAN INTERPRETATIVE STRUCTURAL MODELING Rachman Jaya dan Yusriana ...... 581 KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA HAMA DAN MUSUH ALAMI PADA PERTANAMAN PADI SAWAH FASE VEGETATIF DI KABUPATEN ACEH BESAR Jauharlina, Hasnah, dan M. Ikram Taufik ...... 590 PERTANIAN BIOINDUSTRI BERBASIS KEDELAI DAN KAMBING DI KABUPATEN BIREUN PROVINSI ACEH Yenni Yusriani, Chairunas, Saiful Helmi dan Sherly Asmairicen ...... 598 POTENSI PEMANFAATAN KOTORAN TERNAK UNTUK MEMPERBAIKI SIFAT-SIFAT FISIK TANAH Saiful Helmy dan Sharli Asmairicen...... 606 EFEK RADIASI SINAR GAMMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI MUTAN M3 PADI LOKAL ACEH PADA SISTEM BUDIDAYA ORGANIK Efendi ...... 615 DESAIN MUTU PADA BISNIS BENIH PADI SAWAH DI TAMAN TEKNOLOGI PERTANIAN KOTA JANTHO Rachman Jaya, Yusriana, Rini Andriani...... 622 PENGEMBANGAN INTERAKSI SOSIAL DAN KARAKTERISTIK PETANI DALAM MENJALANKAN LKM-A DI PROVINSI ACEH Rini Andriani dan Cut Hilda Rahmi ...... 632

x SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI SAWAH VARIETAS INPARI 30 DI PIDIE PROVINSI ACEH Idawani dan Fenty Ferayanti...... 642 KERAGAAN AGRONOMIS VARIETAS UNGGUL LOKAL CABAI MERAH DENGAN TEKNOLOGI SST DI DATARAN RENDAH DAN DATARAN TINGGI ACEH Fenty Ferayanti dan Idawani...... 649 PERTUMBUHAN DAN HASIL LIMA VARIETAS UNGGUL KEDELAI DI KABUPATEN PIDIE PROVINSI ACEH Chairunas, Idawani, dan Mehran ...... 654 PENGARUH PUPUK NPK DAN BIOCHAR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI SAWAH DI PROVINSI ACEH Chairunas, Eviwirda dan , Firdaus...... 659 PENGARUH DOSIS VERMIKOMPOS DAN JENIS MIKORIZA TERHADAP SIFAT KIMIA TANAH ULTISOL JANTHO ACEH BESAR Cut Nina Herlina...... 667 PEMETAAN TINGKAT ADOPSI SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO BERBASIS GEOGRAFI INFORMASI SISTEM Cut Nina Herlina, Rahman Jaya dan Basri A. Bakar ...... 676 PENGELOLAAN LAHAN SAWAH SUB-OPTIMAL DALAM UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI PROVINSI ACEH Elviwirda dan Chairunas ...... 685 KOMBINASI KOMPOS KULIT KOPI DAN PUPUK ANORGANIK UNTUK PENINGKATAN PRODUKSI KENTANG VARIETAS GRANOLA Lamhot Edy Pakpahan dan Muhammad Ismail ...... 699 KAJIAN PEMUPUKAN ORGANIK PADA USAHATANI KENTANG I Nyoman Adijaya dan Made Rai Yasa ...... 707 DISPLAY VARIETAS UNGGUL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KEDELAI DI KABUPATEN BIMA NUSA TENGGARA BARAT Yurista Sulistyawati, Irma Mardian, Awaludin Hipi ...... 715 MASA SIMPAN FORMULASI PELLET TRICHODERMA DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERTUMBUHAN TRICHODERMA Rina Sriwati, Tjut Chamzurni, Elly Kusumawati,Rahmi Fitriana ...... 721 ADOPSI PETANI TERHADAP VARIETAS UNGGUL BARU PADI SAWAH DI PROVINSI Ari Widya Handayani dan Andi Yulyani Fadwiwati ...... 730 ANALISIS KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERTANIAN TERPADU DI PROVINSI GORONTALO Andi Yulyani Fadwiwati, Hatta Muhammad, dan Laode Sahara...... 742

xi ADAPTASI LIMA VARIETAS UNGGUL BARU PADI GOGO DI DATARAN TINGGI GAYO Eka Fitria dan Husaini Yusuf ...... 753 KERAGAAN AGRONOMIS VARIETAS UNGGUL LOKAL CABAI MERAH DENGAN TEKNOLOGI SST DI DATARAN RENDAH DAN DATARAN TINGGI PROVINSI ACEH Fenty Ferayanti ...... 759 DAYA TANGKAP TRAP BARRIER SYTEMTERHADAP HAMA TIKUS SAWAH RATTUS ARGENTIVENTER PADA GELAR TEKNOLOGI PTT PADI DI SULAWESI TENGAH Abdi Negara, Syamsyiah Gafur dan Asni Ardjanhar ...... 763 EVALUASISISTEM TANAM JAJAR LEGOWO PADI DI KABUPATEN PASAMANPROVINSI SUMATERA BARAT Ahmad Syufri dan Ellya Rosa ...... 768 ADAPTASI VARIETAS UNGGUL BARU DI LAHAN RAWA LEBAK KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR SUMATERA SELATAN Suparwoto, Susilawati, Yustisia, Abdul Azis...... 773 PENGARUH LIMBAH SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH DI LAHAN KERING KABUPATEN LAMANDAU Muhammad Anang Firmansyah dan Ermin Widjaja ...... 778 KAJIAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS BAWANG MERAH MELALUI DOSIS PEMUPUKAN DI LAHAN SUB OPTIMAL INSEPTISOLS KEPULAUAN RIAU Catur Prasetyono dan Eko Srihartanto...... 786 KARAKTER AGRONOMIS DAN PRODUKTIVITAS VUB PADI SAWAH SISTEM TABELA SERTA PREFERENSI PETANI DI NUSA TENGGARA BARAT Awaludin Hipi, M. Yasin, M. Saleh Mohktar ...... 795 PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU PADI SAWAH TOLERAN DATARAN TINGGI DI PROVINSI ACEH Husaini Yusuf dan Eka Fitria ...... 801 PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGGUNAAN VARIETAS PADI DI TAMAN TEKNOLOGI PERTANIAN KABUPATEN ACEH BESAR Cut Hilda Rahmi dan Rini Andriani ...... 808 PENGARUH PEMBERIAN BIOCHAR SEKAM PADI TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN MENTIMUN Shari Asmairicen, Basri.A.Bakar...... 812 TEKNOLOGI OPTIMASI PEMANFAATAN LAHAN RAWA LEBAK TENGAHAN UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI Yanti Rina D, Muhammad Alwi dan Khairil Anwar ...... 818

xii IDENTIFIKASI KELAS KEMAMPUAN KELOMPOK TANI DI LAHAN RAWA LEBAK: KASUS KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA Yanti Rina D dan Herman Subagio...... 827 PROSPEK PENGEMBANGAN TEKNOLOGI JARWO SUPER DI SAWAH PASANG SURUT Susilawati ...... 835 POTENSI TANAMAN PENAUNG LADA SEBAGAI SUMBER PAKAN TERNAK KAMBING DI KABUPATEN TANGGAMUS Reli Hevrizen, Elma Basri, Jekvy Hendra...... 844 DAFTAR HADIR ...... 853

xiii MASA SIMPAN FORMULASI PELLET TRICHODERMA DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERTUMBUHAN TRICHODERMA

Rina Sriwati1, Tjut Chamzurni1, Elly Kusumawati2, dan Rahmi Fitriana2 1Program Studi Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala 2Mahasiswa Prodi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala

ABSTRAK Penggunaan fungisida kimia secara terus-menerus dalam pengendalian penyakit tumbuhan dapat berakibat buruk bagi kesehatan, pencemaran lingkungan dan gangguan keseimbangan ekologis. Alternatif yang dapat diambil dari banyaknya penggunaan fungisida kimia adalah dengan menggunakan biofungisida.Trichoderma harzianum.Aplikasi T. harzianum dalam bentuk substrat jagung, dedak dll kurang praktis karena membutuhkan wadah dan tenaga kerja yang cukup banyak. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Program Studi Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh yang berlangsung sejak bulan Juli hingga Oktober 2016. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial dengan dua faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama yaitu Masa Simpan (1 minggu, 2 minggu, 3 minggu, dan 4 minggu) dan faktor kedua yaitusuhu pengeringan (30oC, 35oC dan 40oC) sehingga diperoleh 36 unit percobaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Masa simpan berpengaruh terhadap diameter koloni T.harzianum, daya hambat terhadap F. oxysporum dan S. rolfsii tetapi tidak memberikan pengaruh terhadap kecepatan tumbuh dan jumlah spora koloni T.harzianum.Suhu Pengeringan berpengaruh terhadap diameter koloni T.harzianum, kecepatan tumbuh koloni T.harzianum, jumlah spora T.harzianum dan daya hambat terhadap F. oxysporum dan S. rolfsii. Masa Simpan dan suhu pengeringan berinteraksi terhadap diameter koloni T.harzianum dan daya hambat terhadap S. rolfsii tetapi tidak memberikan pengaruh terhadap kecepatan tumbuh, jumlah spora daya hambat terhadap F. oxysporum.

PENDAHULUAN Pengendalian patogen yang biasa dilakukan oleh petani cenderung menggunakan fungisida kimia. Penggunaan fungisida kimia secara terus-menerus dapat berakibat buruk bagi kesehatan, pencemaran lingkungan dan gangguan keseimbangan ekologis. Alternatif yang dapat diambil dari banyaknya penggunaan fungisida kimia adalah dengan menggunakan biofungisida. Salah satu jasad renik yang digunakan sebagai agen pengendali hayati dan bipestisida adalah Trichoderma harzianum. Aplikasi Trichoderma spp.dalam bentuk substrat kurang praktis karena membutuhkan wadah dan tenaga kerja yang cukup banyak, serta sering mengalami kendala untuk dibawa dan diaplikasikan di lapangan. Oleh karena itu, perlu dibuat formula pelet Trichoderma spp.yang lebih praktis, efektif, dan efesien (Soekarno, 2014). Beberapa jamur fitopatogen penting yang dapat dikendalikan oleh T.harzianum antara lain Rhizoctonia solani, F. oxysporum , Ganoderma boninense Pat., dan S. rolfsii ( Tindaon, 2008). Berdasarkan hasil penelitian Ibrahim (2013), biofungisida pelet yang mengandung isolat Trichoderma spp.mempunyai penghambatan yang berbeda-beda terhadap pertumbuhan dan perkembangan jamur G. boninense Pat. secara in vitro. Biofungisida pelet T. harzianum memiliki potensi penghambatan yang lebih baik yakni

Seminar Nasional 721 58,84% dibandingkan T. pseudokoningii (52,57%) , T. koningii (35,06%) dan T. viride (26,83%). Berdasarkan uji pendahuluan yang dilakukan dengan meremajakan T. harzianum, T. virens dan T. hamatum, percepatan tummbuh terbaik di media PDA adalah T. harzianum. Hasil penelitian Zikriah, (2016) menyatakan pelet dengan formulasi DDK (Dedak + Daun Katuk ) merupakan formulasi pelet T. harzianum yang mempunyai daya hambat paling tinggi terhadap pertumbuhan koloni Sclerotium spp.maupun Rhizoctonia spp. dibandingkan dengan formulasi yang lain, yaitu masing-masing 75,0% terhadap sclerotium rolfsii., dan 68,9% terhadap Rhizoctoniasolani. Salah satu faktor yang mempengaruhi viabilitas biofungisida pelet Trichoderma adalah lama penyimpanan. Selama proses penyimpanan terjadi kecenderungan penurunan daya hambat dalam bentuk formulasi dari Trichoderma sppterhadap patogen tular tanah (Widyastuti et al., 2002). Masa simpan produk agensia tersebut berkisar dalam minggu, bulan bahkan hitungan tahun tergantung pada jenis produk agensia pengendalian hayati tersebut (Soesanto, 2006). Menurut hasil penelitian Marvihayani, (2012), Lama penyimpanan 4 minggu merupakan penyimpanan terbaik formulasi biofungisida dengan bahan organik alang-alang. Faktor lain yang mempengaruhi viabilitas biofungisida Trichoderma spp adalah suhu pengeringan. Hasil penelitian Tambunan et al., (2014) Pertumbuhan koloni jamur T. Pseudokoningii yang dikeringkan pada suhu 55oC lebih cepat yaitu 3,12 mm/hari dibandingkan pada suhu 35oC dan 75oC yaitu 2,97 mm/hari dan 2,92 mm/hari. Suhu optimum untuk pertumbuhan T. harzianum pada kisaran 15-35oC, dan maksimum pada 30-36oC (Soesanto, 2006), uji pendahuluan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Program Studi Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala dengan pengeringan suhu 40 oC masih dapat terbentuk spora ketika ditumbuhkan pada media PDA. Menurut Soekarno (2014), suhu pengeringan untuk pembuatan pelet T. harzianum adalah 30oCselama 48 jam. Berdasarkan uraian diatas perlu dilakukan penelitian untuk mendapatkan lama penyimpanan dan suhu pengeringan terbaik pelet T. harzianum .

BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Program Studi Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala, Banda Acehpada Juli sampai dengan Oktober 2016. Bahan yang digunakan adalah Pelet berbahan aktif isolat T. harzianum dengan formulasi DDK (dedak + daun katuk), Patogen S. rolfsii dan F. oxysporum koleksi Laboratorium Penyakit Tumbuhan Program Studi Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, PDA ( Potato Dextrose Agar), spirtus, aquades, alkohol 70%, plastik polietilen, aluminium foil, kapas, tissue, kapas, dan plastik wrap. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cawan petri, kertas milimeter, plastik zip, inkubator, jarum ose, cork borer, laminar air flow, vortex, timbangan analitik, pinset, mikropipet, bunsen, alat tulis, dan autoclave. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 3 x 4 dengan 3 kali ulangan, adapun faktor yang diteliti adalah Lama Penyimpanan (W) dan Suhu Pengeringan (T).

722 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Faktor pertama lama penyimpanan terdiri dari 4 taraf : W1 : 1 minggu; W2 : 2 minggu W3 : 3 minggu; W4 : 4 minggu Faktor kedua suhu pengeringan terdiri dari 3 taraf yaitu : o o o T1 : 30 C ; T2 : 35 C; T3 : 40 C Dengan demikian terdapat 12 kombinasi perlakuan dengan 3 kali ulangan sehingga diperoleh 36 unit satuan percobaan, setiap ulangan percobaan terdapat 4 unit cawan petri. Susunan kombinasi perlakuam dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1.Kombinasi Perlakuan Lama Penyimpanan dan Suhu Pengeringan

Perlakuan

Kombinasi Perlakuan Lama Penyimpanan Suhu Pengeringan ( Minggu) ( oC )

W1T1 1 30 W1T2 1 35 W1T3 1 40 W2T1 2 30 W2T2 2 35 W2T3 2 40 W3T1 3 30 W3T2 3 35 W3T3 3 40 W4T1 4 30 W4T2 4 35 W4T3 4 40

Selanjutnya data dianalisis menggunakan analisis of variance (ANOVA), apabila uji F menunjukkan pengaruh yang nyata, maka akan di lanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5 % (BNT0,05) untuk membandingkan rata-rata perlakuan. Isolat jamur T. harzianum diperoleh dari koleksi Laboratorium penyakit Tumbuhan Program Studi Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala. Isolat diremajakan dengan cara menginokulasi hifa jamur yang tumbuh dari biakan induk menggunakan cork borer steril ke dalam cawan petri yang berisi medium PDA, T. harzianumdiinkubasi di inkubator selama 5 hari. Isolat jamur S. rolfsii dan F. oxysporum diperoleh dari koleksi Laboratorium Penyakit Tumbuhan Program Studi Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala. Sklerotia tunggal S. Rolfsii dan potongan F. oxysporum diletakkan dan ditumbuhkan pada media PDA dalam cawan petri sampai hifa penuh, kemudian dilakukan perbanyakan dengan cara mengambil potongan hifa dan ditumbuhkan kembali pada media PDA lalu di inkubasi sampai kolonimemenuhicawan petri. Mula-mula ditimbang bahan-bahan yang akan digunakan yaitu dedak 31,0 gram, daun katuk 10,5 gram, molase 15 gram dan air steril 42 ml, semua bahan tersebut diaduk hingga homogen, lalu dimasukkan ke dalam kantong plastik tahan panas dan disterilkan dengan autoklaf. Setelah dikeluarkan dari autoklaf ditunggu sampai adonan dingin kemudian sebanyak 2 ml suspensi T. harzianum umur 5 hari di tambahkan kedalam bahan yang telah disterilkan, diaduk hingga hingga homogen. Kemudian adonan tersebut dicetak

Seminar Nasional 723 dengan menggunakan cetakan berupa sedotan plastik berdiameter 1 cm panjang 0,5 cm yang telah disterilkan dengan memasukkannya kedalam botol kaca dan di autoklafkan, adonan dalam cetakan pelet tersebut dimasukkan dalam kertas buram yang telah disterilkan, (Soekarno et al, 2014). Selanjutnya diinkubasi dalam oven pada suhu 30oC, 35oC, dan 40oC selama 48 jam. Pelet T. harzianum yang telah kering setelah diinkubasi dalam oven pada suhu 30oC, 35oC, dan 40oC selama 48 jam dikeluarkan dari cetakan pipet kemudian disimpan dalam plastik zip sesuai dengan perlakuan pada suhu ruang. Uji viabilitas T. harzianum dalam pelet Uji viabilitas T. harzianum dengan cara sebutir pelet ditumbuhkan pada media PDA di dalam cawan petri setelah di inkubasi sesuai perlakuan, setiap perlakuan di ulang sebanyak 3 kali. Peubah yang diamati Diameter Koloni Jamur T. harzianum (mm) Pengamatan dilakukan terhadap T. harzianum dalam bentuk pelet yang ditumbuhkan kembali pada media PDA dalam cawan petri untuk tiap unit percobaan pada hari ke 3 setelah penanaman. Satu butir pelet diletakkan ditengah cawan petri dengan menggunakan kertas milimeter . Untuk mempermudah pengukuran diameter koloni dilakukan dengan membuat garis vertikal dan horizontal yang berpotongan tepat pada titik tengah peletakan pelet pada bagian bawah cawan petri ( Ibrahim, 2013 ), Diameter koloni berdasarkan rumus :

d1 + d2 Keterangan : = 2 D = Diameter koloni jamur T. harzianum d1 = Diameter vertikal koloni jamur T. harzianum d2 = Diameter horizontal koloni jamur T. harzianum

Kecepatan pertumbuhan koloni T. harzianum ( mm/hari ) Kecepatan pertumbuhan koloni T. harzianum dalam bentuk pelet dihitung dengan caradiameter akhir koloni jamur T. harzianum pada saat koloni telah memenuh cawan petri dikurang dengan diameter pada hari ke 2 dibagi rentang hari.Kecepatan tumbuh koloni T. harzianum menggunakan rumus (Handiyanto, 2013) :

diameter koloni akhir – diameter koloni awal Keterangan : = V : kecepatan pertumbuhan koloni T. hRaerznianumtangan hari

HASIL DAN PEMBAHASAN Diameter koloni T. harzianum Formulasi pelet T. harzianum ditumbuhkan pada media PDA (Potato Dextrose Agar) untuk diamati diameter koloni T. harzianum. Pengamatan dilakukan dengan mengukur

724 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian koloni jamur T. harzianum yang tumbuh dari formulasi pelet menggunakan kertas milimeter pada hari ke 3 setelah tanam. Hasil pengamatan terhadap diameter koloni T. harzianum(lampiran 1). Berdasarkan hasil analisis ragam (lampiran 2) menunjukkan bahwa masa simpan dan suhu pengeringan serta interaksi antara masa simpan dan suhu pengeringan berpengaruh nyata terhadap diameter koloni T.harzianum. Rata-rata diameter koloni T.harzianum dapat dilihat pada Tabel 2

Tabel 2. Rata-rata Diameter Koloni T. harzianumdengan Formulasi Pelet Akibat Perlakuan Berbagai Interaksi Masa Simpan dan Suhu Pengeringan (mm).

BNT Interaksi Suhu o o o lama simpan 30 C 35 C 40 C 57,50 b 60,83 b 30,50 a 1 minggu A A A 90 b 90 b 39,33 a 2 minggu 10,05 B B A 90 b 90 b 36,67 a 3 minggu B B A 90 b 90 b 61,33 a 4 minggu B B B Keterangan Angka–angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom (huruf kapital) dan baris (huruf kecil) yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%.

Interaksi antara masa simpan dan suhu pengeringan mempengaruhi diameter koloni jamur T.harzianum. Rata-rata diameter koloni T. harzianum terpendek terdapat pada Interaksi lama simpan 1, 2 dan 3 minggu dengan suhu pengeringan 40oC yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya Diameter koloni T. harzianum terpanjang terdapatpada masa simpan 2, 3 dan 4 minggu pada suhu 30oC dan 35 oC.Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu 30 dan 35oC merupakan suhu terbaik untuk perkembangan T. harzianum dan pada suhu 40oC telah terjadi penurunan pertumbuhannya dan masa simpan 2, 3, dan 4 minggu adalah masa simpan terbaik dibandigkan dengan 1 minggu penyimpanan hal ini di karenakan pada masa simpan 1 minggu, Trichoderma sp belum beradaptasi dengan lingkungan dan bahan organik yangterdapat di dalam pelet belum terombak sempurna,hasil penelitian Marviyani (2012) formulasi biofungisida T. pseudokongii penyimpanan 2 dan 4 minggu lebih panjang daripada diameter pada penyimpanan 1 minggu. Hal ini sejalan dengan penelitian ini diameter koloni T. harzianum lebih pendek pada penyimpanan 1 minggu di bandingkan dengan penyimpanan 2, 3, dan 4 minggu.katuk yang terdapat dalam formulasi pelet kandungan selulosa dan pati yang tinggi untuk menunjang hidupnya. Kandungan dalam 100 g dedak padi adalah karbohidrat 52,33 g , Protein 17,5 g , serat 7,85 g dan vitamin 65 mg (Bhosale dan Vijaya lakshmi 2015) dan kandungan dalam 100 g daun katuk adalah karbohidrat 11 g , protein 7,4 g , serat 1,8 g dan vitamin 244 g (Padmavathi dan Rao dalam Bunawan et al., 2015). T. harzianum masih dapat tumbuh dengan baik dengan masa simpan 4 minggu (Tabel 2) Pelczar dan Chan (1986) dalamMuljowati dan purnomowati (2010)menyatakan bahwa keadaan tersebut merupakan fase logaritma atau eksponensial yang menunjukkan massa sel menjadi dua kali lipat dan keadaan pertumbuhan menjadi seimbang. Semakin lama waktu penyimpanan pelet dimungkinkan kemampuan perkecambahan konidia

Seminar Nasional 725 (viabilitas) T. harzianum akan tetap atau mengalami penurunan. Hal tersebut karena pertumbuhan mikroorganisme seperti jamur akan memasuki fase statis (stasioner) kemudian fase penurunan atau kematian. Suhu pengeringan dapat mempengaruhi diameter koloni jamur T. harzianum. Diameter koloni T.harzianum terpendek pada suhu pengeringan 40o C hal ini diduga koloni T. harzianum dalam formulasi pelet tidak dapat tumbuh dengan baik dikarenakan suhu yang tinggi menyebabkan denaturasi protein pada jamur T. harzianum sehingga dapat menurunkan perkecambahan koloni hingga menimbulkan kematian, hal ini sesuai dengan hasil penelitian Gupta dan Sharma (2013) T. harzianum tumbuh baik pada suhu 25-30 o C agak lambat pada suhu 37 o C dan tidak tumbuh sama sekali pada suhu 45 oC sejalan dengan penelitian ini pada suhu 40oC terjadi penurunan yang signifikan rata-rata diameter koloni jamur dibandingkan dengan perlakuan suhu 30 dan 35 oC. Kadar air dan suhu pengeringan merupakan faktor utama untuk pertumbuhan mikroba. Pada suhu 40 o C terjadi penurunan kadar air didalam pelet sehingga keadaannya lebih kering. Desrorier (1988) dalam Rosidin (2012) menyataka semakin tinggi suhu dan semakin lama pengeringan yang digunakan untuk mengeringkan suatu bahan maka air yang menguap dari bahan akan semakin banyak. Kecepatan Tumbuh koloni T. harzianum Kecepatan tumbuh koloni T. harzianum dihitung dengan cara pengurangan antara diameter akhir dengan diameter awal koloni jamur T. harzianum yang ditumbuhkan pada media PDA kemudian dibagi dengan rentangan hari (Handiyanto, 2013). Hasil pengamatan dapat dilihat pada lampiran 3, berdasarkan analisis ragam (lampiran 4) menunujukkan bahwa suhu pengeringan berpengaruh nyata terhadap kecepatan tumbuh koloni T. harzianum yang ditumbuhkan dari formulasi pelet sedangkan masa simpan dan interaksi antara masa simpan dan suhu pengeringan tidak memberikan pengaruh terhadap kecepatan tumbuh koloni T. harzianum yang ditumbuhkan dari formulasi pelet. Rata-rata kecepatan tumbuh dapat dilihat pada Tabel 3

Tabel 3. Rata-rata Kecepatan Tumbuh Koloni T. harzianumdengan Formulasi Pelet Akibat Perlakuan Berbagai Masa Simpan dan Suhu Pengeringan (mm/hari)

Lama simpan Rata-rata Kecepatan tumbuh 1 minggu 25,22 2 minggu 28,83 3 minggu 27,50 4 minggu 29,39 Suhu pengeringan BNT 30o C 30,46 b 35o C 31,63 b 6,74 40o C 21,13 a Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sma tidak berbeda nyata pada taraf 5% (uji BNT)

Masa simpan tidak mempengaruhi kecepatan tumbuh koloni jamur T. harzianum yang ditumbuhkan dari formulasi. Kecepatan tumbuh koloni jamur T. harzianum perlakuan 4 minggu penyimpanan cenderung lebih cepat dibandingkan dengan perlakuan lainnyahal ini dikarenakan nutrisi untuk pertumbuhan T. harzianum tersedia untuk pertumbuhan T.harzianum, bahan yang digunakan dalam formulasi pelet adalah dedak dan daun katuk telah dapat memberikan nutrisi yang cukup karena telah terombak secara sempurna

726 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian sejalan dengan hasil penelitian Marviyani (2012) Kecepatan tumbuh koloni T.pseudokoningii dalam formulasi pelet lebih tinggi pada masa simpan 4 minggu dikarenakan pada penyimpanan 4 minggu telah terjadi perombakan bahan organik dari alang-alang sehingga nutrisi tersedia bagi perkembangan jamur T. Pseudokoningii.Salamiah et.al (2011) menyatakan bahwa viabilitas T. harzianum yang diformulakan dalam bentuk pelet masih baik pada penyimpanan 4 minggu. Menurut wigdado (2011) Trichoderma sp dapat bertahan hidup dengan baik pada media dedak selama 42 hari. Dedak mengandung nutrisi yang dibutuhkan untuk perkembangbiakan Trichoderma sp, Dedak mengandunng protein, karbohidrat, lemak serta serat kasar yang cukup untuk perkembangbiakan Trichodermasp ( Soekarno et.al., 2014 ). Berdasarkan Tabel 3, suhu pengeringan mempengaruhi kecepatan tumbuh koloniT. harzianum. Kecepatan tumbuh koloni T. harzianum menurun pada suhu 40oC, T. harzianum merupakan jamur mesofilik yaitu jamur yang dapat bertahan hidup dengan baik pada suhu sedang dan dapat menurun perkecambahannya bahkan mengalami kematian jika suhu meningkat hal ini disebabkan karena terjadinya kerusakan protein pada jamur tersebut sesuai dengan pernyataan Soesanto (2006), kisaran suhu untuk pertumbuhan T. harzianum adalah 15-35oC. Salamiah et.al (2011) menyatakan bahwa dalam kondisi pertumbuhan yang sangat terbatas seperti pelet, koloni T. harzianum diduga akan bertahan dalam bentuk klamidospora. Klamidospora ini membutuhkan waktu yang lebih lama untuk tumbuh dan berkembang pada medium PDA sehingga kecepatan tumbunya lebih lambat. Suhu terbaik untuk pertumbuhan Trichoderma yaitu 25-30 o C (Singh, 2014).

UCAPAN TERIMA KASIH Penelitian ini dibiayai oleh Menristek DIKTI melalui program Iptek/ Stanas 2016/2017. Terima kasih kepada Yusmaini, selaku laboran Laboratorium Penyakit Tumbuhan yang telah membantu peneitian ini.

DAFTAR PUSTAKA Abadi, A. L. 2003. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Bayu Media Publishing. . Hal: 68-71 Abdalla, M. A., C. Josphat & Matasyoh. 2014. Endophytes as producers of peptides: an overview about the recently discovered peptides from endophytic microbes. J. Nat. Prod. Bioprospect.(4): 257-270. Afdila, R. 2016. Pengaruh Media Tanam terhadap Kemampuan Bakteri Endofit dalam Mengendalikan Serangan Penyakit Mati Ranting pada Bibit Pala (Myristica fragnans). Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala/ Banda aceh Ahemad, M. & Mulugeta, K. 2014. Mechanisms and aplications of plant growth promoting rhizobacteri: current perpective. J. of king soud university science. Ethiopia. (26) 1– 20 Beneduzi, A., A. Ambrosini & L. M. P. Passaglia. 2012. Plant growth-promoting rhizobacteria (PGPR): Their potential as antagonists and biocontrol agents. J. Genetics and Molecular Biology. 35 (4):1044-1051

Seminar Nasional 727 Benowati, S. N. 2015. Aplikasi Kompos Jerami yang Diperkaya Bakteri Endofit untuk Menekan Infeksi Patogen pada Bibit Tanaman Pala. Skripsi Departemen Proteksi Tanaman Institut Pertanian Bogor. Bogor. Dewi, H. A. 2016. Eksplorasi dan Potensi Bakteri Endofit Isolate Pala dalam Meningkatkan Ketahanan Tanaman Pala (Myristica Fragan Houtt) terhadap Serangan Penyakit Mati Ranting. Tesis. Program Pasca sarjana Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh. Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian. 2013. Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan Penyegar. Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Pala Tahun 2014. Gopalakrishnan. S., S. Arumugam., V. Rajendran., K. V. C. L. Rajeev., G. Laxmipathi & K. Lakshmanan. 2015. Plant growth promoting rhizobia: challenges and opportunities. J. 3 Biotech. (5):355–377. Hallmann, J. 2001. Plant interactions with endophytic bacteria. Biotic interactions inplant- pathogen associations. CAB International. Pp 87-119. Harni, R. dan Ibrahim. D. S. M. 2011. Potensi bakteri endofit menginduksi tanaman lada akibat infeksi Meloidogyne incognita. J. Littri.17 (3): 118-119. Harni, R., M. Trisawa & A. Wahyuni. 2011. Observasi dan identifikasi penyakit jamur akar putih pada tanaman pala di Kabupaten Aceh Selatan. Buletin RISTRI 2(3): 383-390. Harni, R., Supramana., M. S. Sinaga., Giyanto & Supriadi. 2012. Mekanisme bakteri endofit mengendalikan nematoda Pratylenchus brachyurus pada tanaman nilam. J. Bul Littro.23(1) 102 – 114 Iqbal, M. 2015. Pengayaan Pupuk Organik Limbah Cangkang Pala dengan Cendawan Endofit Isolat Asal Pala untuk Mengendalikan Penyakit pada Tanaman Pala (Myristica fragnans) Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh Marwan, H. 2014. Pengimbasan ketahanan tanaman pisang terhadap penyakit darah (Ralstona solanacearum phylotipe IV). J. HPT Tropika. 14 (2): 128-135. Melliawati, R., D. N. Widyaningrum., A. C. Djohan & H. Sukiman. 2006. Pengkajian bakteri endofit penghasil senyawa bioaktif untuk proteksi tanaman. J. Biodiversitas. 7 (3): 221-224. Pal, K. K. & B. McSpadden Gardener, 2006. Biological control of plant pathogens. The Plant Health Instructor DOI: 10.1094/PHI-A-2006-1117-02. Parida, I., A. D. Tri & Giyanto. 2015. Potensi Bakteri Endofit sebagai Agens Penginduksi Ketahanan Tanaman Padi akibat Xanthomonas oryzae pv. Oryzea. Prosiding Seminar Nasional Perlindungan Tanaman II. Departemen Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Pratiwi, V. 2015. Potensi Bakteri Endofit pada Tanaman Pala sebagai Agens Antagonis akibat Cendawan Penyebab Penyakit Mati Ranting. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Syiah Kuala Banda Aceh Rosi, E. 2012. Induksi Ketahanan Tanaman Tomat Menggunakan Isolat Bakteri Endofit Indigenus Untuk Pengendalian Penyakit Bercak Bakteri (Xanthomonas axonopodis Ipv.vesicatoria). Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Andalas. .

728 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Rosyidah, A., T. Wardiyati., A. L. Abadi., M. D. Maghfoer., & L. Q. Aini. 2014. Induced resistence of Potato (Solanum tuberesum L.) toward Ralstonia solanacearum disease with combination of seven bio-control microbes. J. of biology Agriculture and Healthcare. 4 :2. Soesanto, L. 2014. Metabolit Sekunder Agensia Pengendali Hayati: Terobosan Baru Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Perkebunan. Article Terobosan baru atasi pengganggu tanaman. Universitas Jenderal Soederman. Purwokerto. Soesanto, L., M. Ending & F. R. Ruth. 2011. Kajian Aplikasi Formula Cair Pseudomonas fluerescens P60 Akibat Penyakit Layu Bakteri serta pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kentang.Conferense Paper. Universitas Jenderal Soederman. Purwokerto. Suniti, N. W. 2015. Potensi bakteri endofit dari batang panili sehat sebagai agen pengendali hayati fusarium oxysporum f. sp. vanillae penyebab busuk batang panili. J. Agrotrop. 5 (1): 64-70. Tuminem., Supramana., M. S. Sinaga., & Giyanto (2015). Potensi bakteri endofit akar ubi jalar (Ipomoea batatas l.)Asal kabupaten sorong papua barat sebagai agensia biokontrol meloidogyne spp. J. HPT Tropika. 5 (2): 122-131.

SEMINAR NASIONALSINERGI DAN SINKRONISASI PROGRAM LITKAJI DAN DISEMINASI MENDUKUNG PENCAPAIAN SWASEMBADA PANGAN Banda Aceh, 9 Mei 2017 No Nama Instansi 1. Andi Ishak BPTP Bengkulu 2. Wawan Eka Putra BPTP Bengkulu 3. Hendri Suyanto BPTP Bengkulu 4. Ruswendi BPTP Bengkulu 5. Jhon Firison BPTP Bengkulu 6. Ahmad Damiri BPTP Bengkulu 7. Anis Fahri BPTP Riau 8. Bina Br. Karo Kebun Percobaan Berastagi (BALITSA) 9. Agustina E. Marpaung Kebun Percobaan Berastagi (BALITSA) 10. Fatiani Manik Kebun Percobaan Berastagi (BALITSA) 11. Harwi Kusnadi BPTP Bengkulu 12. Ida Andriani LPTP Sulawesi Barat 13. Yanter Hutapea BPTP Sumatera Selatan 14. Waluyo BPTP Sumatera Selatan 15. Yustisia BPTP Sumatera Selatan 16. Tumarlan Tamrin BPTP Sumatera Selatan 17. Rustam BPTP Riau 18. Oni Ekalinda BPTP Riau 19. Empersi BPTP Riau 20. Bunaiyah Honorita BPTP Bengkulu 21. Yulie Oktavia BPTP Bengkulu 22. Yartiwi BPTP Bengkulu 23. Mardiana BPTP NTB 24. Yohanes G. Bulu BPTP NTB 25. Sahram BPTP NTB 26. Sylvia K. Utami BPTP NTB 27. Andi Baso Lompengeng Ishak BPTP Sulawesi Tengah 28. Nurmasita Ismail BPTP Sulawesi Tengah 29. Masyitah Muharni BPTP Sulawesi Tengah 30. Arif Cahyono BPTP Sulawesi Tengah 31. Muh. Amin BPTP Sulawesi Tengah 32. Yurista Sulistyawati BPTP NTB 33. Irma Mardian BPTP NTB 34. I Nyoman Adijaya BPTP Bali 35. Benyamin Ruruk BPTP Sulawesi Tengah 36. Syamsuddin BPTP Sulawesi Tengah 37. Syafruddin BPTP Sulawesi Tengah 38. Saidah BPTP Sulawesi Tengah 39. Rahmawati Balit Serealia Maros 40. Syamsuddin LPTP Sulawesi Barat

Seminar Nasional 853 No Nama Instansi 41. Sugeng Widodo BPTP 42. Bambang Sutaryo BPTP Yogyakarta 43. Joko Pramono BPTP Yogyakarta 44. Khadijah El. Ramija BPTP Sumatera Utara 45. Andriko Noto Susanto BPTP Sumatera Utara 46. Ahmad Tohir Harahap BPTP Sumatera Utara 47. Hendri Irwandi BPTP Sumatera Utara 48. Ayi Sudrajat BPTP Sumatera Utara 49. Joko Yulianto BPTP Sumatera Utara 50. Klaus J.A. Damanik BPTP Sumatera Utara 51. Dorkas Parhusip BPTP Sumatera Utara 52. Novia Chairuman BPTP Sumatera Utara 53. Nafisah Balai Besar Penelitian Tanaman padi 54. Aris Hairmansis Balai Besar Penelitian Tanaman padi 55. Celvia Roza Balai Besar Penelitian Tanaman padi 56. Priatna Sasmita BPTP Sumatera Selatan 56. Ahmad Fauzan BPTP 57. Kartono BPTP Banten 58. Yakob Langsa BPTP Sulawesi Tengah 59. Yakob Bunga BPTP Sulawesi Tengah 60. Asnidar BPTP Sulawesi Tengah 61. Muh. Abid BPTP Sulawesi Tengah 62. Mardiana BPTP Sulawesi Tengah 63. Tantawizal BPTP Nusa Tenggara Barat 64. Awaludin Hipi BPTP Nusa Tenggara Barat 65. Yuliana Susanti BPTP Nusa Tenggara Barat 66. Muhammad Nazam BPTP Nusa Tenggara Barat 67. Risna BPTP Sulawesi Tengah 68. Mardiana Dewi BPTP Sulawesi Tengah 69. Mukhtar BPTP Sulawesi Tengah 70. Andi Irmadamayanti BPTP Sulawesi Tengah 72. M. Yasin BPTP Nusa Tenggara Barat 73. Saleh Mokhtar BPTP Nusa Tenggara Barat 74. Husaini Yusuf BPTP Aceh 75. Susilawati BPTP Kalimantan Tengah 76. Eka Yuli Susanti BPTP Banten 77. Faesal Balai Penelitian Tanama Serealia 78. Syuryawati Balai Penelitian Tanama Serealia 79. Bahtiar Balai Penelitian Tanama Serealia 80. Aulia Evi Susanti BPTP Sumatera Selatan 81. Silvestra Wiga Dinas Pertanian Kab, Banyuasin, Sumsel 82. Johannes Amirullah BPTP Sumatera Selatan 83. Agung Prabowo BPTP Sumatera Selatan 84. Budi Raharjo BPTP Sumatera Selatan 85. Syahri BPTP Sumatera Selatan

854 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian No Nama Instansi 86. Renny Utami Somantri BPTP Sumatera Selatan 87. Syamsiah Gafur BPTP Sulawesi Tengah 88. Basrum BPTP Sulawesi Tengah 89. Muh. Afif Juradi BPTP Sulawesi Tengah 90. Pujo Haryono BPTP Sulawesi Tengah 91. Roy Efendi Balai Penelitian Tanama Serealia 92. S. Bambang Priyanto Balai Penelitian Tanama Serealia 93. Herawati Balai Penelitian Tanama Serealia 94. Suwarti Balai Penelitian Tanama Serealia 95. Biolan BPTP Sulawesi Tengah 96. Abdi Negara BPTP Sulawesi Tengah 97. Asni Ardjanhar BPTP Sulawesi Tengah 98. Margaretha. SL. Balai Penelitian Tanama Serealia 99. Muh. Aqil Balai Penelitian Tanama Serealia 100. A.Dalapati BPTP Sulawesi Tengah 101. Sumarni BPTP Sulawesi Tengah 102. Jonni Firdaus BPTP Sulawesi Tengah 103. Khairil Anwar Balittra 104. Mawardi Balittra 105. Nurita Balittra 106. Yanti Rina D. Balittra 107. Muhammad Alwi Balittra 108. Idha Widi Arsanti Puslitbang Hortikultura 109. Suharyanto BPTP Kep. Bangka Belitung 110. Basri A. Bakar BPTP Aceh 111. Abdul Azis BPTP Aceh 112. Tjut Chamzurni Universitas Syiah Kuala 113. Rina Sriwati Universitas Syiah Kuala 114. Vina Maulidia Universitas Syiah Kuala 115. Evi Yusri Universitas Syiah Kuala 116. Iskandar Mirza BPTP Aceh 117. Yenni Yusriani BPTP Aceh 118. Rachman Jaya BPTP Aceh 119. Chairunnas BPTP Aceh 120. Ahmad Syufri BPTP Sumatera Barat 121. M.Amin BPTP Aceh 122. Ahmad Andriani BPTP Aceh 123. Ellya Rosa BPTP Sumatera Barat 124. Cut Hilda Rahmi BPTP Aceh 125. Fenty Ferayanti BPTP Aceh 126. Idawanni BPTP Aceh 127. M.Ismail BPTP Aceh 128. Rini Andriani BPTP Aceh 129. Lamhot Edy P. BPTP Aceh 130. Suparwoto BPTP Sumatera Selatan

Seminar Nasional 855 No Nama Instansi 131. Susilawati BPTP Sumatera Selatan 132. Made Rai Yasa BPTP Bali 133. Muhammad Anang Firmansyah BPTP Kalimantan Tengah 134. Ermin Widjaja BBP2TP Bogor 135. Catur Prasetyono LPTP Kepulauan Riau 136. Eko Srihartanto BPTP Yogyakarta 137. Eka Fitria BPTP Aceh 138. Sharli Asmairicen BPTP Aceh 139. T. Iskandar BPTP Aceh 140. Nani Yunizar BPTP Aceh 141. Nazariah BPTP Aceh 142. Cut Nina Herlina BPTP Aceh 143. Firdaus BPTP Aceh 144. Budi Utomo BPTP Jawa Tengah 145. Iswanto BPTP Jawa Tengah 146. Elviwirda BPTP Aceh 147. Mehran BPTP Aceh 148. Cut Maisyura BPTP Aceh 149. Niki E. Lewaherilla BPTP Papua 150. Minas Tiurlina BPTP Bangka Belitung 151. Alfizar Universitas Syiah Kuala 152. Yusriana Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala 153. Jauharlina Universitas Syiah Kuala 154. Hasnah Universitas Syiah Kuala 155. M. Ikram Taufik Universitas Syiah Kuala 156. Saiful Helmi BPTP Aceh 157. Efendi Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala 158. Ratnawati BPTP Aceh 159. Akram Hamidi BPTP Aceh 160. Masykura BPTP Aceh 161. Elly Kusumawati Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala 162. Rahmi Fitriana Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala 163. Firdaus BPTP 164. Winda Rahayu BPTP Aceh 165. Andi Yulyani Fadwiwati BPTP Gorontalo 166. Ari Widya Handayani BPTP Gorontalo 167. Hatta Muhammad BPTP Gorontalo 168. Laode Sahara BPTP Gorontalo 169. Nilawati Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh 170. Adnan Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh 171. Mawardiana Universitas Jabal Ghafur, Sigli 172. M.Ali Hanafid BP2KP Jantho, A.Besar 173. M.Amin BP2KP Jantho, A.Besar 174. Mustafa BP2KP Jantho, A.Besar 175. Kamaruddin BP2KP Jantho, A.Besar

856 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian No Nama Instansi 176. Khairul Anwar Universitas Iskandar Muda 177. Ilya Puryani Universitas Iskandar Muda 178. Nurhayati BP2KP Jantho, A. Besar 179. Marlina Universita Al-Muslim 180. Hendri Syah FP Unsyiah 181. Mustafa Usman FP Unsyiah

Seminar Nasional 857