Quick viewing(Text Mode)

5. Irfan Hal 33-38

5. Irfan Hal 33-38

IJGC 3 (3) (2014)

Indonesian Journal of Guidance and Counseling:

Theory and Application

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jbk

KEEFEKTIFAN LAYANAN PENGUASAAN KONTEN DENGAN TEKNIK MODELLING TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP

Irfan Prabowo *, Ninik Setyowani, Kusnarto Kurniawan

Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan , Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak ______Sejarah Artikel: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui keefektifan layanan penguasaan konten dengan teknik Diterima Juni 2014 modelling terhadap kemandirian belajar siswa . Populasi dalam penelitian ini siswa kelas VIII Disetujui Agustus 2014 SMP N 4 Petarukan berjumlah 314 siswa dan sampel yang berjumlah 39 siswa yang diambil Dipublikasikan menggunakan purposive sampling . Metode pengumpulan data dengan menggunkan skala psikologi September 2014 dan observasi. Validitas instrumen dengan rumus product moment dan reabilitas instrument dengan ______rumus Alpha. Teknik analisis data yang digunakan yakni analisis deskriptif persentase dan Uji-T ( t- Keywords: test ). Hasil penelitian menunjukan kemandirian belajar siswa sebelum pemberian treatment pada independence learning; kategori rendah. Setelah pemberian treatment , kemandirian belajar siswa pada kategori tinggi. Hasil content mastery services; uji t-test menunjukan t hitung (20,661) dan t tabel 5% (2,042) sehingga t hitung > t tabel .Simpulan dari modelling technique. penelitian ini adalah layanan penguasaan konten dengan teknik modelling efektif untuk ______meningkatkan kemandirian belajar siswa.

Abstract ______The purpose of this study is to find out effectiveness of content mastery services with modelling technique on student’s learning independence. The population in this study is all of VIII grade students of SMP N 4 Petarukan which consist of 314 students and the sample of 39 students was selected using purposive sampling technique. Data collection methods were using were psychological scale and observation. The instrument validity using product moment and instrument reliability using Alpha test. Percentage descriptive analysis and t Test were use as the data analysis technique. Research result showed that independence learning before the treatment was in low category. After the treatment, the independence learning was in high category. The t-test result showed that

tvalue (20,661) and t table of 5% (2,042) so that t value > t table . The conclusion of this research is content mastery services with modelling technique effective to develope student’s learning independence.

© 2014 Universitas Negeri Semarang

* Al amat korespondensi: ISSN 2252-6374 Gedung A2 Lantai 2 FIP Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 E-mail: [email protected]

32

Irfan Prabowo,dkk/Indonesian Journal of Guidance and Counseling 3 (3) (2014)

PENDAHULUAN penguatan dan pengalaman. Perubahan di sini adalah perubahan yang sifatnya positif ke arah Belajar merupakan suatu usaha untuk yang lebih baik. Faktor penentu keberhasilan mencari ilmu pengetahuan dengan cara dalam belajar adalah siswa sebagai pelaku dalam mempelajari lewat buku-buku, menerima kegiatan belajar. Tanpa kesadaran, kemauan, pelajaran di kelas maupun di perpustakaan dan keterlibatan siswa, maka proses belajar tidak sehingga ada perubahan perilaku yang tadinya akan berhasil. Dengan demikian dalam belajar, tidak tahu menjadi tahu hal itu disebabkan oleh siswa dituntut memiliki sikap mandiri, artinya adanya pengalaman. Sesuai dengan konsep siswa perlu memiliki inisiatif sendiri dalam tersebut. Syah (2007) mengemukakan bahwa belajar, mampu mengatasi masalah belajar tanpa “Belajar dapat didefinisikan sebagai tahapan bantuan orang lain, bertanggung jawab dalam perubahan seluruh tingkah laku individu yang belajar serta rasa percaya diri. Kemandirian akan relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan membuat seorang siswa mampu belajar sendiri interaksi dengan lingkungan yang melibatkan tanpa disuruh oleh pihak luar dalam kondisi ujian proses kognitif”. atau tidak ujian. Hal ini senada dengan apa yang Sejalan dengan konsep tersebut Walgito disampaikan dan Asrori (2004), Desmita (2004) menjelaskan bahwa “Belajar merupakan (2012) menjelaskan kemandrian belajar ditandai perubahan perilaku yang aktual, yaitu yang dengan siswa dapat menentukan nasib sendiri, nampak, tetapi juga dapat bersifat potensial, yang kreatif dan inisiatif, tidak mudah terpengaruh tidak nampak pada saat itu, tetapi akan nampak orang lain, dan berani mengambil keputusan dilain kesempatan”. Dalam konsep belajar dilandasi oleh pemahaman akan segala seorang siswa mengetahui apa yang dipelajari. konsekuensi dan tindakannya. Artinya siswa mempunyai gambaran dan Desmita (2012) mengungkapkan “Peserta rencana yang akan dipelajari, sehingga dalam didik yang kurang mandiri dalam belajar, yag belajarnya akan membuahkan hasil yang baik. dapat menimbulkan gangguan mental setelah Dari berbagai pendapat mengenai belajar memasuki pendidikan lanjutan”. Hal ini sesuai maka belajar dapat didefinisikan sebagai dengan keadaan yang terjadi dikelas VIII SMP N perubahan tingkah laku yang relatif menetap 4 Petarukan yang dapat dilihat dalam tabel akibat dari kegiatan meniru, latihan, ganjaran, berikut:

Tabel 1 Hasil Analisis DCM Tingkat Permasalahan kelas VIII SMP N 4 Petarukan

Aspek DCM KELAS (%) A B C D E F G H Sering takut/ cemas 41 29,2 38,2 24 16,7 21,6 19,5 37,5 menghadapi ulangan Belajar kalau ada ulangan 33,3 20,8 29,4 4 20,5 8,1 33,5 20 Belajar hanya waktu malam 41 38,4 40 36 41 18,9 37,5 36 hari Merasa malas belajar 41 16,7 14,7 4 10,3 32,4 41 4 Sering kuatir mendapat giliran mengerjakan soal di 38,5 20,5 29,4 16 20,5 2,7 36 16 papan tulis Sering menyalin PR teman. 30 4,2 23,5 16 10,3 5,4 13,5 16 Rata-rata (%) 37 22 29 17 20 15 30 22

Berdasarkan dari data tersebut, dapat masalah tertinggi dalam Daftar Cek Masalah dilihat kelas VIII A mendapatkan derajat artinya kelas tersebut memilki paling banyak

33

Irfan Prabowo,dkk/Indonesian Journal of Guidance and Counseling 3 (3) (2014) permasalahan, jika hal tersebut dibiarkan saja pengamatan sekaligus, melibatkan proses maka dapat menimbulkan dampak negatif bagi kognitif”. Dalam teknik modelling terdapat tiga siswa seperti siswa tidak mempunyai tujuan bentuk yaitu live model atau penokohan secara dalam belajar, siswa tidak memliki tanggung langsung, symbolic model model berupa film, video jawab belajar, siswa tidak memiliki motivasi atau media lain, dan multiple model mengamati dalam belajar dan siswa akan ketergantungan model dalam suatu kelompok. Tujuan modelling dengan orang lain. Hal tersebut pastinya akan antara lain membentuk perilaku baru, mempengaruhi nilai yang didapat siswa dalam mengurangi respon-respon yang tidak sesuai dan ujian akhir, yang apabila nilai tersebut tidak membantu konseli untuk memperoleh tingkah memenuhi kriteria kelulusan maka siswa tidak laku yang lebih adaptif serta menghapus hasil naik kelas. belajar yang tidak adaptif, hasil belajar yang tidak Permasalahan tersebut dapat diatasi adaptif adalah perilaku tidak kemandirian siswa. dengan meningkatkan kemandirian belajarnya, Jadi layanan penguasaan konten dengan apabila siswa dapat belajar dengan mandiri siswa teknik modelling dalam penelitian ini adalah akan dapat menentukan nasib sendiri, kreatif dan upaya membantu peserta didik menguasi konten, inisiatif, mampu menahan diri atau tidak mudah kompetensi dan kebiasaan yang diperlukan terpengaruh orang lain, mampu mengatasi peserta didiik agar dapat mencapai kemandirian masalah bertanggung jawab, dan mempunyai dalam belajar yang dapat dilakukan dengan cara rasa percaya diri yang tinggi. satu cara yang mngobservasi dan meniru suatu model. dapat ditempuh untuk meingkatkan kemandirian sedangkan untuk sumber modelnya dapat berupa dalam belajar yaitu dengan layanan penguasaan live model atau tokoh yang di kagumi model , konten. symbolic model model berupa film, video atau Prayitno (2004) menjelaskan “Layanan media lain, dan multiple model mengamati model penguasaan konten adalah layanan bantuan dalam suatu kelompok. Tujuan penelitian ini kepada individu (sendiri-sendiri ataupun dalam adalah mengetahui (1) Mengetahui kemandirian kelompok) untuk menguasai kemampuan atau belajar siswa sebelum diberikan layanan kompetensi tertentu melalui kegiatan belajar”. penguasaan kontren dengan teknik modelling , (2) Selajan dengan itu Fenti (2011) mengemukakan Mengetahui kemandirian belajar siswa setelah bahwa “Layanan penguasaan konten adalah diberikan layanan penguasaan kontren dengan layanan yang membantu peserta didik menguasia teknik modelling serta (3) Perbedaan kemandirian konten tertentu terutama kompetensi dan/ atau belajar sebelum dan setelah diberikan layanan kebiasaan yang berguna dalam kehidupan penguasaan kontren dengan teknik modelling. disekolah, keluarga, dan masyarakat”. Dengan memberikan konten-konten atau kompetensi METODE PENELITIAN tertentu dapat berupa diskusi kelompok, latihan terbatas, survei lapangan, studi kepustakaan, Jenis dalam penelitian ini adalah percobaan, atau latihan tindakan yang sesuai penelitian eksperimen. Desain yang digunakan dengan kebutuhan siswa diharapkan bisa adalah one group pretest-posttest design. Ada membantu meningkatkan kemandirian belajar variabel dalam penelitian ini, yaitu layanan siswa. penguasaan konten dengan teknik modelling Dalam proses layanan penguasaan konten sebagai variabel bebas (variabel X) dan ini berfokus pada proses belajar, tentu saja kemandirian belajar siswa sebagai variabel terikat diperlukan teknik untuk menunjang dalam proses (variabel Y). Hubungan antar variabel adalah belajar, salah satunya adalah teknik modelling . variabel X mempengaruhi variabel Y, diharapkan Komalasari (2011) menjelaskan bahwa pemberian layanan penguasaan konten dengan “Modelling merupakan belajar melalui observasi teknik modelling efektif untuk meningkatkan dengan menambahkan atau mengurangi tingkah kemandirian belajar siswa. Populasi dalam laku yang teramati, menggeneralisir berbagai penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri

34

Irfan Prabowo,dkk/Indonesian Journal of Guidance and Counseling 3 (3) (2014)

4 Petarukan yang berjumlah 314 siswa. Teknik menggunakan validitas konstruk dengan rumus sampling yang digunakan adalah purposive Pearson product moment dan untuk menguji sampling. Sampel penelitian adalah siswa yang reliabilitas menggunakan rumus Alpha . Teknik memiliki kemandrian belajar yang rendah yaitu analisis data menggunakan deskriptif persentase siswa kelas VIII A yang berjumlah 39 siswa. dan uji beda t-test karena data yang disajikan Metode pengumpulan data menggunakan berupa data interval dan berdistribusi normal. skala psikologi dan observasi. Skala psikologi yang dibagikan kepada siswa kelas VIII A yaitu HASIL DAN PEMBAHASAN skala kemandirian belajar siswa. Observasi digunakan untuk mengamati tingkah laku siswa Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh pada saat pelaksanaan layanan penguasaan gambaran kemandirian belajar siswa kelas VIII A konten dengan teknik modelling. Skala psikologi SMP Negeri 4 Petarukan sebelum dan setelah yang digunakan dalam penelitian ini telah diberikan layanan penguasaan konten dengan diujicobakan sebelum digunakan dalam teknik modelling . Hasilnya dapat dilihat pada penelitian. Untuk menguji validitas instrumen tabel 2.

Tabel 2 Perbedaan Hasil Presentase Skor Sebelum dan Setelah Diberikan Layanan Penguasaan Konten dengan teknik modelling Berdasarkan Indikator kemandirian Belajar Siswa

Pre-test Post-test Skor Ke- Indikator % kategori % kategori naikan (%) Mempunyai inisiatif sendiri dalam 51% Rendah 76% Tinggi 25% belajar Mampu mengatasi masalah belajar 50% Rendah 71% Tinggi 21% tanpa bantuan orang lain Bertanggung jawab dalam belajar 52% Sedang 74% Tinggi 22% Percaya diri dalam belajar 54% Rendah 73% Tinggi 19% Rata-rata 52% Rendah 73% Tinggi 22%

Berdasarkan pada tabel 2, diperoleh hasil konten dengan teknik modelling sebanyak 8 kali. pretest dan posttest kempat indikator kemandrian Hasil pretest menunjukkan rata-rata kebiasaan belajar siswa. Terjadi peningkatan pada setiap belajar siswa kelas VIII B termasuk dalam indikator kemandirian belajar siswa setelah kategori rendah (62,0%) dan hasil posttest diberikan perlakuan berupa layanan penguasaan meningkat 22% menjadi kategori tinggi (73%).

Tabel 3 Hasil Analisis Uji Beda ( t-test ) Kebiasaan Belajar Md Dk N t t Kriteria Siswa hitung tabel

Post test – Pre test 19,5 38 39 20,661 2,042 Signifikan

Berdasarkan hasil uji beda t-test diketahui teknik modelling dapat meningkatkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kemandirian belajar siswa. kemandirian belajar siswa sebelum dan setelah Berdasarkan hasil analisis pretest mendapatkan perlakuan. Dengan kata lain menunjukan bahwa kemandirian belajar siswa hipotesis yang diajukan di terima. Terbukti kelas VIII A SMP N 4 Petarukan sebelum bahwa layanan penguasaan konten dengan diberikan perlakuan berupa layanan penguasaan konten dengan teknik modelling diperoleh hasil

35

Irfan Prabowo,dkk/Indonesian Journal of Guidance and Counseling 3 (3) (2014) bahwa rata-rata kemandirian belajar siswa kemandirian belajar siswa, indikator yang termasuk dalam kategori rendah . Hal tersebut termasuk dalam skor kenaikan tertinggi yaitu menunjukkan bahwa aspek-aspek kemandirian mempunyai inisiatif dalam belajar. Hal ini sesuai belajar yang meliputi: mempunyai inisiatif dengan penjelasan Tahar (2006) bahwa “Dalam sendiri dalam belajar dalam kategori rendah ; kemandirian belajar inisiatif merupakan mampu mengatasi masalah belajar tanpa indikator yang sangat mendasar”. Artinya bantuan orang lain dalam kategori rendah ; inisiatif dalam belajar sangat mempengarhi bertanggung jawab dalam belajar dalam kategori kemandirian belajar siswa dengan kata lain siswa sedang ; dan percaya diri dalam belajar siswa memiliki inisiatif yang tinggi dalam belajarnya dalam kategori rendah . dapat membentuk kemandirian belajar siswa. Setelah diberi perlakuan layanan Sebaliknya siswa yang memiliki inisiatif rendah penguasaan konten dengan teknik modelling , dalam belajar siswa cenderung mengalami terjadi peningkatan kemandirian belajar siswa kesulitan untuk belajar secara mandiri. seperti yang diharapkan. Dari hasil perhitungan Sedangkan indikator kemandirian belajar post tes tersebut, maka dapat diperoleh hasil dengan kenaikan terendah yaitu percaya diri bahwa rata-rata kemandirian belajar siswa kelas dalam belajar. Hal ini terlihat selama observasi VIII A SMP N 4 Petarukan setelah diberi layanan proses pemberian layanan, dimana belum semua penguasaan konten dengan teknik modelling siswa yang memiliki rasa percaya diri. Hanya mengalami peningkatan yaitu dalam kategori sebagian siswa yang yang aktif bertanya dan tinggi. Secara keseluruhan persentase tingkat mengemukakan pendapatnya dikelas terkait kemandirian belajar siswa mengalami dengan materi yang disampaikan. peningkatan sebesar 22%. Hal ini membuktikan Peneliti juga melakukan uji hipotesis bahwa setelah pemberian layanan penguasaan dengan menggunakan uji t-test . Hasil analisis uji konten dengan teknik modelling efektik untuk coba diperoleh t hitung = 20,661 dan t tabel = 2,042. meningkatkan kemandirian belajar siswa. Hal ini Jadi, nilai t hitung > ttabel. Berdasarkan hasil uji beda sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh tersebut, terdapat perbedaan yang signifikan Lestari (2011) terdapat perubahan yang positif antara kemandirian belajar siswa sebelum dan yaitu berupa peningkatan yang signifikan pada setelah mendapatkan perlakuan berupa layanan kedisiplinan siswa dalam menaati tata tertib penguasaan konten dengan teknik modelling atau setelah diberi layanan penguasaan konten dengan dengan kata lain hipotesis yang diajukan di menggunakan teknik modelling . terima. Dengan demikian, terbukti bahwa Selama proses pengamatan yang layanan penguasaan konten dengan teknik dilakukan ketika siswa mengikuti layanan modelling efektif untuk meningkatkan penguasaan konten dengan teknik modelling kemandirian belajar siswa kelas VIII SMP Negeri bahwa siswa sudah berlatih mengerjakan tugas 4 Petarukan tahun ajaran 2013/2014. yang diberikan, siswa sudah mempersiapkan perlengkapan belajar sebelum diulai pelajaran SIMPULAN tanpa diperintah, siswa sudah mencatat hal-hal penting pada saat pelajaran, siswa bertanya Berdasarkan hasil penelitian dan rumusan kepada guru ketika ada materi yang kurang masalah dapat diambil simpulan, yaitu: (1) paham, siswa tidak menunda-nunda dalam Tingkat kemandirian belajar siswa sebelum diberi mengerjakan tugas, siswa serius dalam menerima layanan penguasaan konten dengan teknik pelajaran dikelas, siswa berani mengeluarkan modelling menunjukkan kategori rendah. (2) pendapat dikelas dan siswa tidak gerogi pada saat Kemandirian belajar siswa setelah diberikan maju dikelas. layanan penguasaan dengan teknik modelling Selain itu, jika dilihat dari hasil analisis konten meningkat dalam kategori tinggi. (3) perindikator, semua indikator mengalami Terdapat perbedaan yang signifikan kemandirian peningkatan. Dari keempat indikator belajar siswa sebelum dan setelah diberikan

36

Irfan Prabowo,dkk/Indonesian Journal of Guidance and Counseling 3 (3) (2014) layanan penguasaan konten dengan teknik Moh. Ali & Moh. Asrori. 2005. Psikologi Remaja modelling . Sehingga dikatakan bahwa pemberian Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi layanan penguasaan konten dengan teknik Aksara Muhibinsyah. 2007. Psikologi Pendidikan dengan modeling efektif untuk meningkatkan Pendekatan Baru . Bandung: Remaja kemandirian belajar siswa . Rosdakarya. Prayitno. 2004. Layanan Bimbingan dan Konseling. DAFTAR PUSTAKA Padang: Universitas Negeri Padang Walgito, Bimo. 2004. Pengantar Psikologi Umum. Desmita. 2012. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: Andi Offset Bandung: Remaja Rosadakarya Tahar & Enceng. 2006. Hubungan Kemandirian Belajar Hikmawati. Fenti. 2010. Bimbingan Konseling. Jakarta: Dan Hasil Belajar Pada Pendidikan Jarak Jauh. PT. RajaGrafindo Persada. Jurnal Pendidikan Terbuka Dan Jarak Jauh. 7 [2]: 91-101

37