Anis Fauzi dan Cecep Nikmatullah, Pelaksanaan Pendidikan Madrasah Diniyah di Kota Serang

PELAKSANAAN PENDIDIKAN MADRASAH DINIYAH DI KOTA SERANG

IMPLEMENTATION OF ISLAMIC EDUCATION IN SERANG CITY

Anis Fauzi IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Jl. Jend. No. 30 Kota Serang, 42118 e-mail: [email protected].

Cecep Nikmatullah SMP Negeri 1 Kota Serang Jl. K.H. Abdul Fatah Hasan Blok D No. 8 Kota Serang, 42116 e-mail: [email protected]

Naskah diterima tanggal: 4/1/2016, direvisi akhir tanggal: 20/7/2016, disetujui tanggal: 29/8/2016 Abstract: The purpose of this research were 1) To assess the policy of islamic education according to Local Regulation of Serang City Number 1 Year 2010 and Mayor of Serang City Regulation Number 17 Year 2013; 2) To assess the requirements to continue education to general junior secondary education/Islamic junior secondary education (SMP/MTs) in the realization of Regulation of Serang City number 1 year 2010; and 3) To determine supporting and inhibiting factors for the implementation of Islamic basic education in Serang City. This study used qualitative research method. Data were collected from the observation, interview, and documentation. From the analysis it is found that 1) The policy of compulsory of Islamic basic education is reserved for every muslim citizen who will continue to general junior secondary education /islamic junior secondary school; 2) Every muslim students aged 6 to 12 years who will continue their education to the next level has to possess certificate of Islamic education completion; 3) Support for the implementation of the regulation is gained from various group of people. However, the less socialized regulation inhibits people to be well informed about the legal certainty for the regulation. Thus, the implementation of the Islamic education regulation requires reconsideration for the formulation of strategic objectives and the improvement of the education quality to adjust to the more complex of culture shift.

Keywords: education regulation Implementation, Islamic education compulsory, education policy, local education regulation

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk 1) mengkaji kebijakan madrasah diniyah menurut Perda Kota Serang 1/2010 dan Perwal Kota Serang 17/2013; 2) mengkaji syarat melanjutkan ke SMP/MTs dalam merealisasikan Perda Kota Serang 1/2010; serta 3) mengetahui faktor pendukung dan penghambat implementasi pendidikan madrasah diniyah di Kota Serang. Studi ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Data penelitian dikumpulkan dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi. Objek penelitiannya adalah Perda Kota Serang 1/2010 dan Perwal Kota Serang 17/2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) kebijakan wajib belajar pendidikan diniyah diperuntukkan bagi setiap warga Kota Serang Muslim yang akan menempuh jenjang pendidikan SMP/MTs; 2) Setiap siswa muslim yang telah berusia 6 sampai 12 tahun, dan akan melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP/MTs, harus dibuktikan dengan kepemilikan Surat Tanda Tamat Belajar Madrasah/Diniyah dalam bentuk syahadah atau sertifikat diniyah; 3) faktor pendukung implementasi Perda Diniyah di Kota Serang yaitu adanya dukungan masyarakat, ilmuwan,

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 2, Agustus 2016 157 Anis Fauzi dan Cecep Nikmatullah, Pelaksanaan Pendidikan Madrasah Diniyah di Kota Serang

akademisi, dan tokoh masyarakat Kota Serang. Faktor penghambatnya yaitu Perda Diniyah belum disosialisasikan secara maksimal, sehingga masyarakat Kota Serang belum mendapat kepastian hukum dengan telah diterbitkannya perda tersebut. Simpulan kajian ini yaitu pelaksanaan Perda Diniyah membutuhkan peninjauan kembali mengenai rumusan tujuan strategis dan pembenahan mutu pendidikan untuk penyesuaian tuntutan sejalan dengan perkembangan budaya bangsa yang semakin kompleks.

Kata Kunci: pelaksanaan peraturan pendidikan, wajib belajar pendidikan diniyah, kebijakan pendidikan, peraturan pendidikan daerah

PENDAHULUAN ini madrasah diniyah kurang mendapatkan Gagasan awal dalam proses modernisasi perhatian khusus dari pemerintah, baik pendidikan Islam sebagaimana diungkapkan pemenuhan anggaran maupun bantuan Husni Rahim dalam Fathoni (2005), setidaknya ketenagaan, namun peran madrasah diniyah ditandai oleh dua kecenderungan organisasi- merupakan hal yang sangat penting dalam organisasi Islam dalam mewujudkan dua tujuan. sistem pendidikan yang harus dipikirkan bersama. Pertama, mengadopsi sistem pendidikan dan An-Nahidl (2007) menegaskan bahwa lembaga pendidikan modern (Belanda) secara sistem pendidikan madrasah menekankan pada menyeluruh. Usaha ini melahirkan sekolah- pendalaman ajaran agama (tafaqquh fid-din) sekolah umum model Belanda, tetapi diberi karena menjadi kebutuhan masyarakat dan muatan tambahan berupa pengajaran Islam. mewakili kepentingan jati diri sebuah lembaga Kedua, munculnya madrasah-madrasah modern, pendidikan Islam. Bahkan, mandate basic dalam yang secara terbatas mengadopsi substansi dan bidang ilmu-ilmu agama itu harus lebih dikukuhkan metodologi pendidikan modern Belanda, namun dan diupayakan sejajar dengan sekolah dari tetap menggunakan madrasah dan lembaga berbagai aspek kependidikannya. Namun, pada tradisional pendidikan Islam sebagai basis bagian lainnya, An-Nahidl menyadari pula bahwa utamanya. madrasah tetap membutuhkan penguatan dalam Sebelum lahirnya Undang-Undang Nomor 20, beberapa aspek, terutama dalam rangka Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional memenuhi kewajiban mengupayakan pencapaian (UU 20/2003), madrasah diniyah dikenal sebagai substansi mata pelajaran agama yang tidak madrasah (Daulay, 2007). Menurut Daulay, saat hanya diberikan sebagai pengetahuan ilmu itu, madrasah berperan dalam melengkapi dan agama. menambah pendidikan agama bagi anak-anak Pasal 17, 30, 36. 37, dan 55 dalam UU 20/ yang sekolah di sekolah-sekolah umum pada 2003 menyinggung tentang pendidikan Islam. pagi hari hingga siang hari. Pada sore harinya Di dalam aturan tersebut setidaknya ada tiga mereka mengikuti pendidikan agama di madrasah hal yang terkait dengan pendidikan Islam diniyah. Pertumbuhan dan perkembangan (Daulay, 2007). Pertama, kelembagaan formal, madrasah diniyah dilatarbelakangi oleh nonformal, dan informal; didudukkannya lembaga keresahan sebagian orang tua siswa karena madrasah sebagai salah satu lembaga pendidikan merasakan pendidikan agama di sekolah umum formal yang diakui keberadaannya sebagai kurang memadai dalam mengantarkan anaknya sekolah yang berciri khas agama Islam. Kedua, untuk dapat melaksanakan ajaran Islam sesuai pendidikan Islam sebagai mata pelajaran, dengan yang diharapkan. dengan dikukuhkannya mata pelajaran agama Dari kebutuhan masyarakat akan jenis sebagai salah satu mata pelajaran yang wajib lembaga pendidikan seperti inilah, madrasah diberikan kepada peserta didik di semua jalur, diniyah tetap bertahan. Walaupun hingga saat jenis, dan jenjang pendidikan. Ketiga, pendidikan

158 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 2, Agustus 2016 Anis Fauzi dan Cecep Nikmatullah, Pelaksanaan Pendidikan Madrasah Diniyah di Kota Serang

Islam sebagai nilai, terdapat seperangkat nilai- madrasah diniyah. Dengan lahirnya perda nilai Islami dalam sistem pendidikan nasional. tersebut secara politis masyarakat Kota Serang Madrasah diniyah merupakan salah satu mendapat kemenangan. lembaga pendidikan keagamaan pada jalur luar Kota Serang sebagai ‘poros’ Ibu Kota sekolah yang secara komprehensif mampu Provinsi Banten menjadi terbuka dengan memberikan pendidikan agama Islam kepada disahkannya Perda Kota Serang 1/2010. Kota anak didik (yang tidak terpenuhi pada jalur Serang seharusnya menjadi “nafas, semangat sekolah) dan diberikan melalui sistem klasikal. dan ruh” yang dapat memberikan perhatian lebih Madrasah diniyah umumnya diselenggarakan pada madrasah. Kabupaten atau Kota sebagai oleh masyarakat sebagai perwujudan pendidikan daerah otonom dapat mengatur dan mengelola dari, oleh, dan untuk masyarakat. Jauh sebelum kewenangannya untuk mengedepankan ke- merdeka, perguruan-perguruan khasan daerahnya masing-masing. Kota Serang keagamaan sudah lebih dulu berkembang. Selain atau kota lainnya di Provinsi Banten memiliki menjadi akar budaya bangsa, agama secara akar budaya yang sama sebagai masyarakat sadar merupakan bagian tak terpisahkan dalam yang agamis. Oleh karena itu, untuk mem- dinamika pendidikan. Pendidikan keagamaan pun pertahankan nilai-nilai agama agar tetap berkembang sebagai bagian dari mata pelajaran terjaga, pembinaan melalui lembaga pendidikan pendidikan agama yang dinilai menghadapi agama (madrasah diniyah) adalah suatu berbagai keterbatasan. Sebagian masyarakat keniscayaan sebab madrasah diniyah lebih mengatasinya dengan tambahan pendidikan memfokuskan pembelajaran berbasis pendidikan agama di rumah-rumah ibadah atau di keagamaan. perkumpulan-perkumpulan yang kemudian Penulisan ini dibatasi pada tiga per- berkembang menjadi satuan pendidikan masalahan. Pertama, kebijakan tentang Perda keagamaan formal dan nonformal. Kota Serang 1/2010 dan Perwal Kota Serang Maftuh (2015) menegaskan bahwa sikap 17/2013; Kedua, kebijakan sertifikasi atau ijazah keberagamaan masyarakat Banten yang fiqh- (syahadah) pendidikan diniyah sebagai salah oriented pada gilirannya ikut membentuk sikap satu persyaratan untuk dapat diterima atau mereka terhadap keberadaan Kolonial Belanda. melanjutkan ke jenjang SMP/MTs atau Mereka menjadi sangat resisten terhadap sederajat; Ketiga, pendidikan diniyah dimaksud apapun yang datang dari pemerintah kolonial. adalah Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah Ketika Kolonial Belanda mendirikan sekolah- (MDTA). sekolah, penduduk Banten merasa enggan untuk Setelah mencermati latar belakang masalah memasukkan anak-anaknya di sana. Mereka dan mengikuti perkembangan mengenai Perda berpandangan bahwa menyekolahkan anaknya Kota Serang 1/2010 dan Perwal Kota Serang ke sekolah yang didirikan oleh kaum kafir itu 17/2013, dimunculkan beberapa pertanyaan haram, atau setidaknya tidak dianjurkan dalam sebagai berikut 1) Bagaimana kebijakan Islam. pendidikan Islam di madrasah diniyah menurut Lahirnya Peraturan Daerah Kota Serang Perda Kota Serang 1/2010 dan Perwal Kota Nomor 1, Tahun 2010 tentang Wajib Belajar Serang 17/2013; 2) Bagaimana kebijakan Pendidikan Diniyah (Perda Kota Serang 1/2010) sertifikasi atau ijazah implementasi Perda Kota dan Peraturan Wali Kota Serang Nomor 17 Tahun Serang 1/2010 tersebut sebagai prasyarat 2013 tentang Penyelenggaraan Wajib Belajar masuk SMP/MTs di Kota Serang; dan 3) Apa Pendidikan Diniyah di Kota Serang (Perwal Kota faktor pendukung dan penghambat dalam Serang 17/2013) merupakan salah satu bentuk implementasi pendidikan Islam terhadap Perda perhatian pemerintah terhadap eksistensi Kota Serang1/2010.

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 2, Agustus 2016 159 Anis Fauzi dan Cecep Nikmatullah, Pelaksanaan Pendidikan Madrasah Diniyah di Kota Serang

Merujuk pada latar belakang masalah dan MDA merupakan jenjang pendidikan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan ini setingkat SD/MI yang diperuntukkan bagi siswa dipilih hanya tiga, yaitu untuk mengkaji kebijakan sekolah dasar (berlangsung selama 4 tahun). 1) Pendidikan Islam di madrasah diniyah menurut MDA pada umumnya merupakan pendidikan Perda Kota Serang 1/2010 dan Perwal Kota berbasis masyarakat yang bertujuan untuk Serang 17/2013; 2) sertifikasi atau ijazah memberikan kemampuan dasar kepada anak didik sebagai prasyarat masuk SMP/MTs di Kota yang berusia dini untuk mengembangkan Serang dalam merealisasikan Perda Kota Serang kehidupannya sebagai muslim yang beriman, 1/2010 tersebut; 3) faktor pendukung dan bertaqwa, dan beramal shaleh serta berakhlak penghambat dalam implementasi pendidikan mulia dan menjadi warga negara yang Islam terhadap Perda Kota Serang 1/2010. berkepribadian, sehat secara jasmani dan rohani dalam menata kehidupan masa depan. Jumlah KAJIAN LITERATUR jam belajar per minggu 18 jam pelajaran. Materi Tumbuh dan berkembangnya madrasah diniyah yang diajarkan meliputi Fiqih, Tauhid, Hadits, di Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan Tarikh, Nahwu, Sharaf, Bahasa Arab, Al-Qur’an, berkembangnya ide-ide pembaruan pemikiran di Tajwid, dan Akhlak. kalangan umat Islam. Pada permulaan abad ke- MDW diperuntukkan bagi siswa setingkat 20, timbul beberapa perubahan paradigma SMP. Pada umumnya MDW merupakan satuan pemikiran di kalangan umat Islam Indonesia. pendidikan keagamaan jalur luar sekolah yang Madrasah diniyah merupakan bagian menyelenggarkan pendidikan agama Islam terpadu dari sistem pendidikan nasional yang tingkat menengah pertama sebagai pengem- diselenggarakan pada jalur pendidikan luar bangan materi pendidikan yang diperoleh pada sekolah untuk memenuhi hasrat dan keinginan MDA dengan masa belajar 3 tahun, dan jumlah masyarakat tentang pendidikan agama. Dalam jam belajar 18 jam pelajaran per minggu. Materi hal ini, madrasah diniyah termasuk pada yang diajarkan meliputi Fiqih, Tauhid, Hadits, kelompok pendidikan keagamaan jalur luar Tarikh, Nahwu, Sharaf, Bahasa Arab, Al-Qur’an, sekolah yang dilembagakan. Tujuan diadakannya Tajwid, dan Akhlak. madrasah diniyah untuk mempersiapkan peserta MDU diperuntukkan bagi siswa setingkat didik agar mampu menguasai pengetahuan Sekolah Menengah Atas (SMA), yakni satuan agama Islam, yang dibina oleh Menteri Agama. pendidikan keagamaan jalur luar sekolah yang Kementerian Agama melalui Direktorat Jenderal menyelenggarakan pendidikan agama Islam Pembinaan Kelembagaan Agama Islam tingkat menengah atas sebagai pengembangan menetapkan Kurikulum Madrasah Diniyah dalam yang diperoleh pada MDW dengan masa belajar rangka membantu masyarakat mencapai tujuan selama 3 tahun, dan jumlah jam belajar 18 jam pendidikan yang terarah, sistematis dan pelajaran per minggu. Materi yang diajarkan terstruktur. Dengan demikian, masyarakat tetap meliputi Fiqih, Tauhid, Hadits, Tarikh, Nahwu, memiliki keleluasaan untuk mengembangkan isi Sharaf, Bahasa Arab, Al-Qur’an, Tajwid, dan pendidikan, pendekatan, dan muatan kurikulum Akhlak. sesuai dengan kebutuhan lingkungan madrasah. Dalam rangka mengembangkan ciri Madrasah diniyah memiliki tiga jenjang madrasah sebagai satuan pendidikan yang (Peraturan Pemerintah Nomor 55 tahun 2007 bernafaskan Islam, maka tujuan madrasah tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan diniyah dilengkapi dengan memberikan bekal Keagamaan) (PP 55/2007), yakni Madrasah kemampuan dasar dan keterampilan pada bidang Diniyah Awaliyah, (MDA) Madrasah Diniyah agama Islam untuk mengembangkan kehidu- Wustha (MDW), dan Madrasah Diniyah ‘Ulya pannya sebagai pribadi muslim, anggota (MDU). masyarakat, dan warga negara.

160 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 2, Agustus 2016 Anis Fauzi dan Cecep Nikmatullah, Pelaksanaan Pendidikan Madrasah Diniyah di Kota Serang

Kurikulum Madrasah Diniyah pada dasarnya lembaga keagamaan seperti madrasah diniyah bersifat fleksibel dan akomodatif. Pengem- diakui sebagai tempat pembinaan mental spiritual bangannya dapat dilakukan oleh Kementerian bangsa Indonesia. Agama Pusat, Kantor Kementerian Agama Secara konstitusional dalam Undang- Provinsi, dan Kantor Kementerian Agama Undang 1945 pasal 29 ayat 2 dinyatakan bahwa Kabupaten/Kota atau oleh yayasan pengelola negara menjamin kebebasan rakyat dalam kegiatan pendidikan. Prinsip pokok untuk melaksanakan ajaran agama, termasuk mengembangkan kurikulum tersebut tidak kebebasan belajar di madrasah diniyah. Pada menyalahi aturan perundang-undangan yang pasal 31 ayat 3 menyebutkan bahwa peme- berlaku tentang pendidikan secara umum, rintah mengusahakan satu sistem pendidikan peraturan pemerintah, keputusan Menteri nasional, yang meningkatkan keimanan dan Agama dan kebijakan lainnya yang berkaitan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka dengan penyelenggaraan madrasah diniyah. mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satunya Undang-Undang Pendidikan dan Peraturan adalah penyelenggaraan madrasah diniyah. Pemerintah tentang Madrasah Diniyah meru- Ketentuan madrasah diniyah secara pakan bagian terpadu dari pendidikan nasional operasional diatur dalam Keputusan Menteri untuk memenuhi hasrat masyarakat tentang Agama Nomor 1, Tahun 2001 tentang Kedu- pendidikan agama. UU 20/2003 yang di- dukan, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi tindaklanjuti dengan disahkannya PP No. 55/ dan Tata Kerja Departemen Agama (Kemenag 2007 menjadi babak baru bagi dunia pendidikan 1/2001). Lahirnya Direktorat Pendidikan agama dan pendidikan keagamaan di Indonesia. Keagamaan dan pondok yang khusus Dengan demikian negara telah menyadari melayani pondok pesantren dan madrasah keanekaragaman model dan bentuk pendidikan diniyah, maka keberadaan madrasah diniyah yang ada di bumi nusantara ini. sebagai bagian dari pendidikan nasional diperkuat Beberapa karakteristik pendidikan diniyah oleh UU 20/2003. di bumi nusantara telah lahir, diantaranya Implementasi pengembangan kemampuan Pertama, Pendidikan Diniyah Takmiliyah yang dasar pada pendidikan agama Islam meliputi Al- berada di tengah masyarakat, di luar pengaruh Qur’an Hadits, Ibadah Fiqh, Aqidah Akhlak, pondok pesantren. Sebagai wadah kreasi dan Sejarah Kebudayaan Islam, dan Bahasa Arab. swadaya masyarakat, lembaga tersebut di- Dengan demikian fungsi madrasah diniyah adalah peruntukkan bagi anak-anak yang menginginkan 1) Memenuhi kebutuhan masyarakat akan pengetahuan agama di luar jalur sekolah formal. pendidikan agama Islam, 2) Membina hubungan Kedua, pendidikan diniyah dalam lingkup kerja sama antara orang tua dengan masyarakat pesantren tertentu. Ketiga, pendidikan ke- dengan membantu membangun dasar yang kuat agamaan sebagai pelengkap pendidikan formal bagi pembangunan kepribadian manusia di pagi hari. Keempat, pendidikan diniyah di luar Indonesia seutuhnya dan mencetak warga pondok pesantren, namun diselenggarakan Indonesia yang bertakwa terhadap Tuhan Yang secara formal di pagi hari, layaknya sekolah Maha Esa dan menghargai orang lain, 3) formal. Memberikan bimbingan dalam pelaksanaan Secara yuridis, penyelenggaraan madrasah pengamalan agama Islam, 4) Melaksanakan tata diniyah diatur dalam Tata Perundangan Republik usaha dan program pendidikan serta perpus- Indonesia. Pada sila pertama Pancasila takaan (Departemen Agama RI, 2003). menyebutkan tentang “Ketuhanan Yang Maha Dengan demikian, madrasah diniyah selain Esa”. Hal ini bermakna, agama selain sebagai berfungsi sebagai tempat mendidik dan pembimbing, sekaligus dapat dijadikan memperdalam ilmu agama Islam juga berfungsi keseimbangan hidup bangsa. Dengan demikian, sebagai sarana untuk membina akhlak al-karimah

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 2, Agustus 2016 161 Anis Fauzi dan Cecep Nikmatullah, Pelaksanaan Pendidikan Madrasah Diniyah di Kota Serang

(akhlak mulia) bagi anak yang merasakan serta berkeinginan untuk menyebarluaskan; 6) pendidikan agama Islam di sekolah umum masih menghargai setiap pekerjaan dan usaha yang kurang. halal; serta 7) menghargai waktu, hemat dan Madrasah diniyah merupakan salah satu produktif. lembaga pendidikan Islam. Maksud dan tujuan Madrasah diniyah juga merupakan bagian madrasah diniyah tak terlepas dari tujuan dari jalur pendidikan yang telah ditetapkan pendidikan Islam. Begitu pula tujuan pendidikan sebagai pendidikan formal. Sebagaimana madrasah diniyah tak terlepas dari tujuan terdapat dalam PP. No. 55/2007 pasal 15, bahwa pendidikan nasional mengingat pendidikan Islam madrasah diniyah atau pendidikan diniyah formal merupakan subsistem pendidikan nasional. menyelenggarakan pendidikan ilmu-ilmu Tujuan pendidikan madrasah diniyah (Depar- bersumber dari ajaran agama Islam pada jenjang temen Agama, 2003) ada dua, yaitu tujuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, umum dan tujuan khusus. Tujuan umumnya pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. adalah a) Memiliki sikap sebagai muslim dan Dalam pasal 16 ayat (1) dan (2) dijelaskan berakhlak mulia, b) Memiliki sikap sebagai warga bahwa pendidikan diniyah dasar menye- negara Indonesia yang baik, c) Memiliki lenggarakan pendidikan dasar sederajat MI/SD kepribadian, percaya pada diri sendiri, sehat yang terdiri atas enam tingkat dan pendidikan jasmani dan rohani, dan d) Memiliki pengalaman, diniyah menengah pertama sederajat MTs/SMP pengetahuan, keterampilan beribadah, dan sikap yang terdiri atas tiga tingkat, sedangkan untuk terpuji yang berguna bagi pengembangan pendidikan diniyah tingkat menengah atas kepribadiannya. menyelenggarakan pendidikan diniyah menengah Tujuan khususnya ada tiga. Pertama, dalam atas sederajat MA/SMA yang terdiri atas tiga bidang pengetahuan, memiliki pengetahuan tingkat. dasar tentang agama Islam dan Bahasa Arab Mengenai kurikulum madrasah diniyah, dalam sebagai alat untuk memahami ajaran agama PP 55/ 2007 Pasal 18 ayat (1) dan (2) dijelaskan Islam. Kedua, dalam bidang pengamalan, dapat bahwa madrasah diniyah dasar atau pendidikan mengamalkan ajaran agama Islam, belajar diniyah dasar formal wajib memasukkan muatan dengan cara yang baik, bekerja sama dengan pendidikan kewarganegaraan (PKn), Bahasa orang lain dan mengambil bagian secara aktif Indonesia (BI), matematika, dan ilmu penge- dalam kegiatan–kegiatan masyarakat, menggu- tahuan alam (IPA) dalam rangka pelaksanaan nakan Bahasa Arab dengan baik dan dapat program wajib belajar. Kurikulum pendidikan membaca kitab berbahasa Arab, serta meme- diniyah untuk tingkat menengah formal wajib cahkan masalah berdasarkan pengalaman dan memasukkan muatan PKn, BI, matematika, IPA, prinsip-prinsip ilmu pengetahuan yang dikuasai serta seni dan budaya (SB). berdasarkan ajaran agama Islam. Sebagaimana lembaga pendidikan formal Ketiga, madrasah diniyah dalam bidang nilai pada umumnya, dalam madrasah diniyah di akhir dan sikap adalah agar siswa 1) berminat dan pendidikan juga dilakukan sebuah ujian yang bersikap positif terhadap ilmu pengetahuan; 2) bersifat nasional. Ujian nasional pendidikan disiplin dan mematuhi peraturan yang berlaku; diniyah dasar dan menengah diselenggarakan 3) menghargai kebudayaan nasional dan untuk menentukan standar pencapaian kebudayaan lainnya yang tidak bertentangan kompetensi peserta didik atas ilmu-ilmu yang dengan agama Islam; 4) memiliki sikap bersumber dari ajaran Islam. Mengenai demokratis, tenggang rasa, dan mencintai ketentuan lebih lanjut tentang ujian nasional sesama manusia dan lingkungan hidup; 5) cinta pendidikan diniyah dan standar kompetensinya terhadap agama Islam dan keinginan untuk ditetapkan dengan Peraturan Kementerian melakukan ibadah sholat dan ibadah lainnya, Agama Nomor 13 Tahun 2014 (Permenag 13/

162 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 2, Agustus 2016 Anis Fauzi dan Cecep Nikmatullah, Pelaksanaan Pendidikan Madrasah Diniyah di Kota Serang

2014) dengan berpedoman pada Standar kolahkan putera-puterinya (secara singkat, Nasional Pendidikan. instan) ke madrasah diniyah hanya untuk Pendidikan diniyah formal merupakan legalitas dalam memenuhi persyaratan masuk pendidikan diniyah yang ditambah pelajaran ke jenjang SMP/MTs. umum khususnya matematika, IPA, IPS, Bahasa Diana (2012) mengkaji tentang Manajemen Indonesia untuk tingkat dasar umum (DU). Pendidikan Berbasis Budaya Lokal Lampung, Kelebihan madrasah diniyah dibandingkan menyimpulkan bahwa manajemen pendidikan dengan jenis madrasah lain adalah pelajaran yang berbasis pada budaya lokal dengan agamanya lebih mendalam seperti pendidikan sendirinya merupakan manifestasi dari di pesantren. Pendidikan diniyah sebetulnya pendidikan yang demokratis dan berbasis untuk mengakomodasi pesantren yang masyarakat. Pendidikan dapat dirancang, mengajarkan pendidikan keagamaan tetapi tidak diarahkan, dikontrol, dan dievaluasi berdasarkan mempunyai ijazah umum, padahal orang sangat spirit-spirit luhur lokalitas masyarakat Lampung. membutuhkan ijazah dan pelajaran umum Selain itu, kajian ini perlu dilakukan secara tersebut. Oleh karena itu, pemerintah Republik seksama agar mengetahui berbagai pendapat Indonesia mengeluarkan PP 55/2007. instansi pemerintah Kota Serang dan masya- Halim (2008) mengulas kebijakan pendidikan rakat terhadap kebijakan wajib belajar Islam pada madrasah swasta di Sulawesi Selatan pendidikan diniyah di Kota Serang. Dengan dengan judul “Aktualisasi Implementasi Kebijakan demikian, dapat dirumuskan berbagai kebijakan Pendidikan Pada Madrasah Swasta di Sulawesi secara tepat dalam rangka meningkatkan Selatan”. Penelitian Halim tersebut mempertegas kualitas pendidikan keagamaan di madrasah perhatian pemerintah yang semakin besar diniyah yang sejalan dengan tuntutan UU/2003 terhadap pendidikan madrasah dengan di- dan sesuai dengan tuntutan masyarakat di Kota berlakukannya Undang-Undang tentang Serang sebagai Kota Serang Madani. Pemerintah Daerah yang lebih populer dengan Dengan demikian, terdapat tiga hal penting sebutan otonomi daerah. Undang-Undang berkenaan dengan kebijakan madrasah dalam tersebut menjadi tonggak baru munculnya ruang menyongsong perubahan. Pertama, kebijakan lebih luas bagi daerah untuk menata potensi itu harus memberi ruang (porsi) tumbuh yang yang dimiiki, termasuk pembinaan madrasah wajar bagi aspirasi utama umat Islam, yakni sebagai bagian dari pendidikan nasional. menjadikan madrasah sebagai wahana untuk Kesamaan penelitian Halim dengan kajian ini membina ruh atau praktik hidup Islami. Kedua, hanya pada kebijakan pemerintah daerah. kebijakan itu memperjelas dan memperkukuh Namun, yang membedakan pada fokus tulisan keberadaan madrasah sebagai ajang membina yang akan dibahas dalam kajian ini adalah warga negara yang cerdas, berpengetahuan, mengenai implementasi pendidikan madrasah berkepribadian, serta produktif sederajat diniyah. dengan sistem sekolah. Ketiga, kebijakan Kajian ini akan menelusuri banyaknya jumlah madrasah harus mampu merespon tuntutan siswa dan lembaga madrasah diniyah di Kota masa depan. Serang. Hal ini dapat dimungkinkan setelah Berkenaan dengan hal tersebut, dalam diberlakukan sertifikat atau ijazah/syahadah kajian ini lebih lanjut akan membahas tentang sebagai prasyarat bagi peserta didik untuk kebijakan pendidikan yang dapat dikelompokkan melanjutkan ke jenjang SMP/MTs, madrasah menjadi dua, yakni kebijakan pendidikan sebagai diniyah di Kota Serang semakin menjamur. Hal bagian dari kebijakan publik, dan kebijakan tersebut cukup beralasan, dengan diber- pendidikan sebagai kebijakan publik (Tilaar & lakukannya Perda Kota Serang 1/2010 tersebut, Nugroho, 2009) dengan ilustrasi pada Bagan 1. orangtua secara tidak langsung akan menye-

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 2, Agustus 2016 163 Anis Fauzi dan Cecep Nikmatullah, Pelaksanaan Pendidikan Madrasah Diniyah di Kota Serang

Hidayatullah (2010) menyebutkan bahwa Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan lahirnya peraturan daerah tentang MDA Hidayatullah mengenai Kebijakan Perda di beberapa Kabupaten/Kota di Provinsi Banten Kabupaten Serang tentang Perda Madrasah dan yang sedang mewacanakan lahirnya perda Diniyah, ada hal yang sangat menarik untuk tersebut menjadi bukti bahwa telah munculnya dicermati, bahwa lahirnya Perda Kota Serang kesadaran dari masyarakat melalui Dewan 1/2010 tersebut tidak banyak memberikan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan peme- implikasi yang luar biasa (Hidayatullah, 2010). rintah daerah untuk benar-benar memperhatikan Hal ini disebabkan oleh suatu kenyataan bahwa pendidikan agama yang dikelola oleh MDA. Hal persoalan pendidikan agama (MDA) di Banten ini juga harus menjadi instrumen yang adalah sudah mengakar sejak lama. Kelahiran memberikan semangat bagi para guru dan Perda tersebut selain sebagai kebijakan politik pengelola madrasah diniyah untuk dapat yang diinisiasi oleh anggota legislatif juga meningkatkan pelayanan dan mutu pendidikan merupakan langkah preventif, karena sudah di madrasah tersebut. Walaupun benar adanya, banyak anak usia sekolah yang masih belum produk-produk perda tersebut jangan sampai bisa membaca tulis al-quran. Sementara itu, bertentangan dengan paraturan perundangan kajian ini meliputi wilayah Kota Serang. Dengan yang diatasnya (Hidayatullah, 2010). demikian, kajian ini akan memperdalam

Kebijakan Pendidikan sebagai Kebijakan Publik

Bagan 1 Kebijakan Pendidikan sebagai Kebijakan Publik

164 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 2, Agustus 2016 Anis Fauzi dan Cecep Nikmatullah, Pelaksanaan Pendidikan Madrasah Diniyah di Kota Serang penelitian lapangan mengenai kesiapan METODE madrasah diniyah terhadap kebijakan perda Penelitian ini dilaksanakan selama bulan April tersebut. dan Mei 2014. Wawancara dengan Pegawai Kaitannya dengan kebijakan pendidikan Kantor Kementerian Agama Kota Serang Islam pada madrasah diniyah di Kota Serang dilaksanakan pada tanggal 24 April 2014. sebagaimana tertera dalam Perwal Kota Serang Wawancara dengan Asisten Sekreatias Daerah 17/2003 secara implementatif belum terlaksana (Asda I) Kota Serang dilaksanakan pada tanggal dengan baik. Padahal perwal tersebut menjadi 1 Mei 2014. Wawancara dengan Wakasek bagian yang sangat krusial untuk segera Kurikulum dan Guru PAI SMP Negeri 13 Kota direalisasikan. Jika permasalahan tersebut Serang pada tanggal 3 Mei 2014. Wawancara diabaikan, tentu pendidikan Islam akan dengan Wakasek Kurikulum dan Guru PAI SMP diasumsikan hanya sebatas mengkaji ilmu agama Negeri 10 Kota Serang pada tanggal 2 Mei 2014. yang bermanfaat bagi diri manusia itu sendiri, Faktor yang melatarbelakangi kajian ini terutama dalam berhubungan dengan Tuhan- adalah mencari persoalan kebijakan pada Nya (hablun minallah). Pendidikan agama seperti Peraturan Daerah Kota Serang terkait Madrasah ini akan sulit merespon dinamika sosial serta Diniyah dan Implementasinya. Dengan demikian, kebutuhan di masa depan. Output yang objek penelitian pada studi ini adalah Perda Kota dihasilkan dari pendidikan seperti ini kurang Serang 1/2010 dan Perwal Kota Serang 17/ mampu berperan di tengah masyarakat yang 2013. Dalam hal ini yang perlu diamati adalah dinamis. Pada akhirnya pendidikan seperti ini implementasi tentang perda dan perwal masih sulit diharapkan dapat mengantarkan tersebut. bangsa kita untuk memiliki budi pekerti atau Pendekatan yang digunakan dalam studi ini akhlak yang baik dan mampu berperan serta adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan ini dalam setiap pembangunan. mengarah pada keadaan dan individu secara Perbedaan pandangan pada kajian ini holistik. Dengan perkataan lain, pendekatan dengan beberapa pandangan di atas adalah kualitatif menghasilkan data yang berupa berkenaan dengan implikasi dari adanya ungkapan atau catatan orang itu sendiri atau desentralisasi manajemen pendidikan. Kewe- tingkah laku orang yang terobservasi. Penelitian nangan yang lebih besar diberikan kepada ini mencari esensi dari kebijakan yang dikeluarkan pemerintahan kabupaten dan kota untuk oleh Pemerintahan Kota Serang melalui dokumen mengelola pendidikan sesuai dengan potensi dan tertulis dan juga mengkaji sikap dan perilaku kebutuhan daerahnya. Dengan demikian, elit Pemerintah Kota Serang dalam meren- madrasah diniyah harus segera direaktualisasi- canakan, menggerakkan, dan melakukan kan sebagai bagian dari pendidikan Islam, sebab evaluasi terhadap kebijakan yang diambil. pendidikan Islam harus mampu merespon semua Kaitannya dengan Kebijakan Perda Kota permasalahan aktual yang muncul di masya- Serang 1/2010 dan Perwal Kota Serang 17/2013 rakat. Meski dapat dikatakan bahwa perma- secara eksplisit berpengaruh besar bagi salahan yang muncul memang sangat kompleks, eksistensi Madrasah Diniyah di Kota Serang. Di di mana meliputi hampir segala aspek kehidupan sisi lain, masih banyak sekolah pada jenjang manusia, baik ekonomi, sosial, budaya, politik, menengah pertama (SMP) yang belum pertahanan keamanan, perkembangan IPTEK merealisasikan peraturan daerah tersebut. Salah dan lain sebagainya. satu contoh, pada pemberlakuan ijazah atau syahadah atau sertifikat sebagai prasyarat masuk SMP. Padahal, prasyarat tersebut telah diatur secara jelas dalam Perda Kota Serang 1/ 2010 dan Perwal Kota Serang 17/2013.

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 2, Agustus 2016 165 Anis Fauzi dan Cecep Nikmatullah, Pelaksanaan Pendidikan Madrasah Diniyah di Kota Serang

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dan bermakna, yang selanjutnya disajikan. adalah kebijakan pendidikan Islam di madrasah Dalam proses reduksi data, memfokuskan pada diniyah dalam Perda Kota Serang 1/2010. Kajian data yang mengarah untuk pemecahan masalah, ini tidak hanya berkenaan dengan kebijakan, penemuan, dan pemaknaan untuk menjawab namun studi kritis atau telaah pelaksanaan pertanyaan penelitian. Kemudian menyeder- madrasah diniyah di Kota Serang. Penelitian hanakan dan menyusun secara sistematis sejarah madrasah diniyah pun diterapkan dalam dengan memfokuskan hal-hal yang dianggap menunjang penelitian ini. Maksudnya ialah untuk penting tentang hasil dan temuan. Selanjutnya, belajar dari kesalahan dan keberhasilan yang disajikan dalam bentuk penyajian data dan terjadi di dalam sejarah, karena sejarah adalah penulisan laporan serta menarik simpulan. semacam pengalaman. Biasanya selalu ada Analisis data dalam penelitian ini dilakukan keterkaitan dalam menelusuri secara mendalam dengan tiga tahap (Moleong, 2004). Pertama, sejarah masa lalu hingga masa sekarang. analisis data pralapangan, tahap ini merupakan Data primer penelitian ini berbentuk tulisan penentuan fokus, menjaga latar penelitian yang dan telah disimpan dalam bentuk dokumen atau mencakup observasi lapangan dan permohonan arsip. Selanjutnya, untuk mengetahui proses izin penelitian. Kedua, tahap pekerjaan perencanaan dan pelaksanaan, diperlukan data lapangan, tahap ini meliputi kegiatan pengum- yang bersumber dari informan langsung yang pulan data berkaitan dengan kebijakan terlibat. Dalam hal ini adalah pelaksana pendidikan di Kota Serang, upaya pemerintah kebijakan, yakni Asisten Daerah (Asda) I Kota Kota Serang terhadap implementasi Perda Kota Serang dan Kementerian Agama Kota Serang, Serang 1/2010, faktor pendukung dan terkait dengan Perda Kota Serang 1/2010. penghambat Perda Kota Serang 1/2010. Semua Sebagai implementasi dari peraturan daerah data itu dikumpulkan, kemudian dilakukan tersebut perlu juga mengadakan observasi di wawancara mendalam dengan pemangku Madrasah Diniyah dan SMP sebagai bagian dari kebijakan, yakni Asda I Pemerintah Kota Serang bahan pendukung. Penelitian ini juga menggu- dan Kementerian Agama Kota Serang. Hal ini nakan data sekunder yang bersumber dari buku, dilakukan berdasarkan data yang telah diperoleh majalah, koran, dan makalah yang relevan di lapangan serta melakukan observasi informan dengan permasalahan yang ada. dalam efektivitas perda diniyah tersebut. Adapun instrumen data dan teknik Ketiga, tahap analisis data, tahap analisis data pengumpulan data yang digunakan adalah dalam penelitian ini digunakan dengan cara dokumentasi yang diperoleh dari Bagian Hukum deskriptif (nonstatistik), yaitu penelitian yang dan Organisasi Sekretariat Daerah Kota Serang dilakukan dengan menggambarkan data yang maupun berasal dari instansi Kementerian Agama diperoleh baik melalui dokumen maupun hasil Kota Serang terkait bidang pendidikan Islam wawancara mendalam dengan Asda I Madrasah Diniyah, wawancara dengan meng- Pemerintah Kota Serang, Kemenag Kota Serang, gunakan wawancara terbuka, agar memberi Kepala SMP/MTs atau Wakil Kepala Sekolah kesempatan sebanyak-banyaknya kepada Bidang Kurikulum atau Humas, dan Kepala MDTA. informan dalam menanggapi masalah atau Dari hasil wawancara tersebut kemudian memberikan data terkait dengan masalah yang dipisahkan dalam sebuah kategori dan dilakukan diteliti. penafsiran data yang sesuai dengan konteks Dari pengumpulan data kemudian dibuat pemasalahan yang diteliti untuk memperoleh reduksi data untuk memilah data yang relevan simpulan.

166 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 2, Agustus 2016 Anis Fauzi dan Cecep Nikmatullah, Pelaksanaan Pendidikan Madrasah Diniyah di Kota Serang

HASIL DAN PEMBAHASAN melakukan perubahan secara signifikan, Kebijakan Madrasah Diniyah menurut sehingga dipercaya oleh masyarakat untuk Perda Kota Serang 1/2010 dan Perwal menitipkan putera-puterinya. Amanah dan Kota Serang 17/2013 kepercayaan dari masyarakat tersebut dapat Madrasah diniyah merupakan lembaga pendidikan dijadikan suatu kekuatan bagi madrasah untuk yang memberikan pendidikan dan pengajaran mengembangkan diri sebagai madrasah diniyah secara klasikal dalam pengetahuan agama Islam yang betul-betul mendidik kader santri yang kepada pelajar. Pendidikan dan pengajaran memiliki moral yang tinggi, intelektual dalam madrasah diniyah bertujuan memberikan menguasai kaidah kitab kuning secara tambahan pengetahuan agama kepada pelajar mendalam, dan memiliki wawasan intelektual yang merasa kurang menerima pelajaran agama yang modern yang mampu bersaing dalam di sekolah umum. Pendidikan madrasah diniyah menghadapi tantangan globalisasi. lahir, tumbuh dan berkembang bersama Dacholfany (2015) menegaskan bahwa masyarakat, oleh masyarakat dan dilatar- globalisasi ini dapat menjadi peluang dan bisa belakangi dari tuntutan dan kebutuhan juga menjelma sebagai tantangan bagi masyarakat. Oleh karena itu, madrasah harus pendidikan Islam. Jika pendidikan Islam senantiasa bertanggung jawab terhadap segala mengambil posisi anti global maka akan stagnan pelaksanaan pendidikan keagamaan dan mampu (tidak bergerak) dan pendidikan Islam akan mewujudkan keinginan masyarakat. mengalami penghambatan intelektual. Untuk memberikan kepercayaan yang kuat Sebaliknya, bila pendidikan Islam terseret oleh bagi masyarakat maka madrasah diniyah harus arus global, tanpa daya identitas keislaman mampu mengembangkan seluruh potensinya sebagai sebuah proses pendidikan akan dilindas. untuk segera menyesuaikan diri dengan Oleh sebab itu, pendidikan Islam harus kebutuhan hidup masyarakat modern dan memposisikan diri dengan menakar arus melayani masyarakat dengan sebaik-baiknya. globalisasi, dalam arti yang sesuai dengan Meskipun kenyataannya madrasah diniyah pedoman dan ajaran nilai-nilai Islam agar bisa berkembang tanpa adanya perhatian khusus dari direformasi, diadopsi dan dikembangkan. pemerintah, akan tetapi asas dan komitmen Dikeluarkannya Perda Kota Serang 1/2010, madrasah diniyah sangat kuat untuk mem- diharapkan dapat membawa perubahan pada pertahankan eksistensinya sebagai pendidikan sisi manajerial dan proses pendidikan Islam. keagamaan. Perda tersebut secara eksplisit mengatur Lubis (2010) menjelaskan bahwa indikator bagaimana seharusnya mengantisipasi semakin keberhasilan pembangunan keagamaan di punahnya tradisi keagamaan di Banten, Indonesia terletak pada peningkataan pema- khususnya di Kota Serang. haman, penghayatan, pelayanan dan penga- Islamic Studies berkembang menjadi studi malan agama, serta peningkatan kerukunan kawasan dan memunculkan beberapa cende- hidup umat beragama. Peningkatan pemahaman kiawan yang hanya meneliti tentang kawasan itu termasuk di dalamnya kegiataan pada tertentu berkaitan dengan sejarah bangsa atau lembaga pendidikan, penyuluhan dan pene- negara di kawasan Timur. Beberapa tokoh yang rangan agama. Semua kelompok agama hampir “ahli Timur” sesungguhnya telah dirintis, telah memiliki lembaga pendidikan tinggi agama misalnya C. Snouk Hurgronje, yang ahli tentang yang didirikan oleh pemerintah. Islam di Indonesia (Hindia-Belanda). Kemudian Begitulah realita yang terjadi pada madrasah muncul peneliti-peneliti Barat terhadap budaya diniyah di Kota Serang yang tumbuh dan dan agama di Indonesia, misalnya William Hefner, berkembang pesat berdasarkan kekuatan dan yang meneliti tentang Agama Suku Tengger di kemampuan kepala madrasah diniyah untuk darah Tengger Jawa Timur; Clifford Geert yang

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 2, Agustus 2016 167 Anis Fauzi dan Cecep Nikmatullah, Pelaksanaan Pendidikan Madrasah Diniyah di Kota Serang menghasilkan karya fenomenal “The Religion of 2010 ini. Ke depan dengan revisi Perda ini, Java” (Agama Jawa) yang berhasil memetakan semoga dapat memperbaiki beberapa keku- relasi antara tiga kelompok sosial di Jawa yakni rangan yang ada. kelompok “Abangan”, “Santri”, dan “Priyayi” dan Tingkat partisipasi masyarakat dalam menjadi bahan referensi utama dalam penelitian pendidikan diniyah merupakan fakta serta tentang Indonesia di masa selanjutnya. Bahkan, menjadi modal dan alasan kuat untuk pengem- sebagian mereka terkenal sebagai ahli tentang bangan pendidikan diniyah sebagai basis peran Indonesia dengan sebutan pakar “Indonesianis” pendidikan masyarakat dalam bentuk materiil (Abidin, 2015). atau imateriil. Partisipasi ini juga merupakan Berdasarkan hasil wawancara dengan peran sosial yang harus dipelihara untuk Asisten Daerah I Kota Serang, 1 Mei 2014, ada menjadikan pendidikan diniyah sebagai dua hal yang dapat diungkapkan. Pertama, konsolidasi dalam pembinaan umat sesuai data dalam perencanaan dan perumusan lahirnya dari Kementerian Agama. Kegiatan pendidikan Perda Kota Serang 1/2010, tentu masyarakat diniyah ini telah berjalan berbasis masyarakat sepenuhnya dilibatkan. Perda Kota Serang 1/ sampai tingkat RT melalui majlis ta’lim, lembaga 2010 melibatkan hajat orang banyak, termasuk pendidikan Al-Qur’an, dan diniyah takmiliyah. di dalamnya pihak eksekutif dan legislatif. Kegiatan wajib belajar pendidikan diniyah secara Sebelum ditetapkan, terlebih dahulu dilakukan nonformal diselenggarakan oleh pesantren, public hearing untuk mendapatkan beberapa pengelola mesjid, kelompok majelis ta’lim, masukan, baik dari ilmuwan, akademisi, maupun kelompok kajian Islam (Bahtsul Masail/Kajian dari tokoh masyarakat. Bahkan, masyarakat Kitab), lembaga pendidikan Al-Quran TPA/TKA/ umum pun bisa memberikan masukan melalui TQA, diniyah takmiliyah, dan kegiatan lain yang pemerintah, baik melalui bagian hukum maupun sejenis. melalui Bappeda untuk perbaikan perda yang Samsudin (2012) menyimpulkan bahwa akan dikeluarkan oleh pemerintah. Hal tersebut secara normatif Pendidikan Islam berorientasi menjadi faktor pendukung bagi pemerintah Kota pada landasan filosofis, sosiologis, kultural, Serang, selain tuntutan UU 20/2003. Lebih psikologis, dan ilmiah. Arah baru Pendidikan Islam lanjut, pemerintah membuktikannya dengan harus mengacu pada perubahan TQM termasuk mengeluarkan Perwal Kota Serang 17/2013 dalam bidang kurikulum, rekrutmen guru dan sebagai regulasi kebijakan di Kota Serang, selang siswa, modernisasi sarana/prasarana serta tiga tahun setelah Perda1/2010 lahir. mengubah sistem pembelajaran dari tradisional Kedua, Perda Kota Serang 1/2010 yang menjadi modern. Arah transformasi kepe- ditetapkan, seiring dengan perkembangannya mimpinan dalam Pendidikan Islam harus kemudian lahir Perwal Kota Serang 17/2013. Hal mengedepankan kepemimpinan demokratis. Pola ini tentu mendapat restu dan dukungan Pendidikan Islam yang baru terdapat penguatan pemerintah terhadap eksistensi Wajib Belajar pembelajaran yang berbasis kepada student Diniyah di Kota Serang dalam berbagai aspek centre, yang kemasan kurikulumnya mengacu dukungan, program, dan anggarannya. Sebab kepada kebutuhan anak ke depan. pada pelaksanaannya Perda Kota Serang 1/2010 Pada pelaksanaannya, Perda Kota Serang mendapat sambutan baik dari masyarakat, 1/2010 ini melibatkan seluruh stakeholder, baik sehingga mendorong peningkatan pengem- dalam proses perencanaan, pelaksanaan, bangan dan pengelolaan pendidikan diniyah. maupun pengawasan program pembangunan Meski Perda tersebut lahir pada tahun 2010, yang dilaksanakan oleh masing-masing instansi seiring berjalannya waktu tentu banyak hal yang termasuk keterlibatan dan partisipasi masya- perlu diperbaiki justru setelah kita belajar secara rakat secara penuh. Meskipun demikian, ada langsung dari penetapan Perda Kota Serang 1/ beberapa catatan untuk peningkatan di masa

168 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 2, Agustus 2016 Anis Fauzi dan Cecep Nikmatullah, Pelaksanaan Pendidikan Madrasah Diniyah di Kota Serang depan. Pertama, Perda Kota Serang 1/2010 dan diketahui bahwa pada tingkat SMP dan SMA Perwal Kota Serang 17/2013 yang telah yang sederajat dengan tingkat Wustha dan Ulya ditetapkan hendaknya disosialisasikan terlebih hampir tidak ada siswa SMP dan SMA yang dahulu. Dengan demikian, masyarakat Kota memasuki madrasah diniyah. Serang, termasuk lembaga terkait dengan Sejalan dengan ide-ide pendidikan di pendidikan diniyah tersebut mendapat kepastian Indonesia maka madrasah pun ikut mengadakan hukum dengan telah diterbitkannya Perda Kota pembaharuan dari dalam. Beberapa organisasi Serang 1/2010. Kedua, pada pelaksanaannya, sosial yang menyelenggarakan pendidikan terutama dalam pemberdayaan masyarakat, madrasah mulai menyusun kurikulum yang di belum dilakukan sosialisasi secara maksimal. dalamnya sudah terdapat mata pelajaran umum, Masih banyak masyarakat yang belum namun masih ada sebagian madrasah yang tersentuh, termasuk belum adanya sosialisasi tetap mempertahankan statusnya sebagai kepada pengelola SMP/MTs dan Madrasah sekolah agama murni yang semata-mata Diniyah tentang kebijakan pendidikan ini di Kota memberikan pendidikan dan pengajaran agama Serang. Islam. Sekolah ini sering disebut sebagai Gejala konvergensi santri-abangan pada madrasah diniyah. akhir-akhir ini telah banyak berpengaruh Ahmad (2014) menyimpulkan bahwa terhadap pola pikir dan perilaku masing-masing. ekspresi keagamaan dan identitas dipahami Orang yang dulunya santri sudah mulai banyak sebagai sebuah entitas yang sangat terkait satu terlibat dalam kegiatan-kegiatan dunia yang sama lain. Domain agama dipahami sebagai dulunya banyak ditangani oleh kaum abangan. entitas yang sangat penting, karena memiliki Orang yang dulunya abangan sudah mulai fungsi pembentuk identitas. Identitas diri banyak terlibat dikotomi. Artinya, kini sudah manusia tidak hanya dilihat dari aspek fisik, mulai terbangun penyatuan antara dimensi melainkan juga bernilai abstrak, sebagai sebuah material dan spiritual, ritual dan rasional di gagasan yang melekat pada diri, kepribadian, kalangan santri dan abangan (Mughits, 2004). dan keyakinan. Ekspresi adanya antusiasme Pada bagian berikutnya, Mughits menje- ritual terbentuk atas dua faktor, yaitu faktor laskan bahwa gejala ini akan berdampak positif internal terutama aspek psikologis seseorang bagi “projek” civil society ke depan. Dampak dan faktor eksternal terutama interaksi personal positif itu ada dua. Pertama, semakin terkikisnya dengan kelompok. batas-batas sosio-kultural santri dan abangan Nama dan bentuk madrasah diniyah saat akan menghilangkan eksklusivitas masing-masing ini seperti pengajian anak-anak, pesantren, kelompok, sehingga memungkinkan dialog sekolah kitab dan lain-lain. Lembaga pendidikan antarbudaya, terbangunnya inklusivitas keagamaan pada jalur luar sekolah yang kelompok, dan kerja sama yang harmoni dalam diharapkan mampu secara terus-menerus membangun masyarakat global. Kedua, banyak memberikan pendidikan agama Islam kepada masalah-masalah sosial yang selama ini tidak anak didik yang tidak terpenuhi pada jalur terpecahkan karena hanya tersentuh oleh sekolah yang diberikan melalui sistem klasikal kelompok tertentu. Dengan pembauran dan kerja serta menerapkan jenjang pendidikan, yaitu kooperatif dua kelompok antara santri dan MDA, MDW dan MDU. abangan, maka berbagai problematika sosial Berdasarkan Perda Kota Serang 1/2010 umat dewasa ini semakin banyak menemukan tersebut, madrasah diniyah merupakan bagian pemecahannya. terpadu dari pendidikan nasional untuk memenuhi Sebagian besar madrasah diniyah hanya permintaan masyarakat tentang pendidikan mengelola tingkat awaliyah yang sederajat agama. Madrasah diniyah termasuk ke dalam dengan SD. Berdasarkan hasil studi lapangan, pendidikan yang dilembagakan dan bertujuan

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 2, Agustus 2016 169 Anis Fauzi dan Cecep Nikmatullah, Pelaksanaan Pendidikan Madrasah Diniyah di Kota Serang untuk mempersiapkan peserta didik dalam Meskipun kebijakan pendidikan Islam selama ini penguasaan terhadap pengetahuan agama dianggap masih urusan pemerintah di bawah Islam. Perda Kota Serang 1/2010 yang tanggung jawab Kementerian Agama. Kemen- ditindaklanjuti dengan disahkannya Perwal Kota terian Agama secara fungsional tetap memiliki Serang 17/2013 menjadi babak baru bagi dunia tanggung jawab terhadap keberadaan, pendidikan agama dan keagamaan di Kota pembinaan dan pengembangan pendidikan Serang. Oleh karena itu, pemerintah Kota Islam. Namun, sebagai instansi vertikal Serang telah menyadari keanekaragaman model nampaknya mengalami hambatan secara dan bentuk pendidikan yang ada di Banten. struktural dalam memberikan bantuan dan Keberadaan peraturan tersebut menjadi pengawasan terhadap pendidikan Islam, “angin segar” bagi madrasah diniyah yang khususnya madrasah diniyah di daerah Kota sedang mengalami krisis identitas karena selama Serang. Oleh karena itu, pendidikan Islam yang ini, penyelenggaraan pendidikan diniyah tidak dilaksanakan melalui pendidikan jalur nonformal banyak diketahui bagaimana pola pengelo- seperti madrasah diniyah ini banyak mengalami laannya. Namun, karakteristiknya yang khas hambatan, sehingga tidak berkembang sesuai menjadikan pendidikan ini layak untuk dengan harapan masyarakat. dimunculkan dan dipertahankan eksistensinya. Otonomi daerah dan otonomi pendidikan yang Kebijakan Sertifikasi atau Ijazah sebagai telah berjalan seharusnya menjadi ruh semangat prasyarat masuk SMP/MTs di Kota Serang sebagai bentuk perhatian lebih bagi eksistensi Sesuai Perda Kota Serang 1/2010 tentang wajib madrasah. Sebagai daerah otonom, Kabupaten belajar pada madrasah diniyah tersebut atau Kota semestinya mampu mengatur dan diselenggarakan selama empat tahun. Wajib mengelola kewenangannya dengan mengede- diikuti oleh setiap warga belajar yang telah pankan kekhasan daerahnya masing-masing. berusia 6 sampai 12 tahun. Sebagai syarat Terlebih di Serang (baik Kabupaten atau Kota) melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi, atau kabupaten dan kota lainnya di Provinsi peserta didik harus membuktikan dengan Surat Banten memiliki akar budaya yang sama sebagai Tanda Tamat Belajar Madrasah Diniyah, dalam masyarakat yang agamis. hal ini syahadah atau sertifikat diniyah. Lahirnya Faiqoh (2012) menyimpulkan bahwa tokoh peraturan daerah dapat dikatakan dalam rangka perubahan dari setiap perubahan satuan menata hubungan pemerintah dan masyarakat, pendidikan pada pesantren adalah dari internal meningkatkan kinerja pemerintah, terciptanya pesantren khususnya pendiri, pengasuh, kepercayaan publik yang lebih kuat, dan mampu direktur, majelis keluarga pada periode meningkatkan pelayanan publik dan kese- kepemimpinannya. Di sisi lain kreator perubahan jahteraan masyarakat. merupakan tokoh sentral yang memiliki kapasitas Subijanto (2010) menyimpulkan bahwa sebagai ulama intelektual atau intelektual ulama, pelaksanaan otonomi daerah dan perimbangan yang patut dijadikan sumber belajar sepanjang keuangan pusat-daerah yang telah diimple- hayat, sangat progresif, mukhlis, dan tulus mentasikan sejak tahun 2001 merupakan tanpa pamrih. momentum yang sangat tepat untuk mere- Agar tetap terjaga untuk mempertahankan formasi penyelenggaraan pendidikan dari aspek nilai-nilai agama maka pembinaan melalui birokrasi, pendanaan, dan manajemen pendi- pendidikan agama menjadi keniscayaan. Sebab dikan. Desentralisasi pendidikan yang efektif sistem pembelajaran madrasah diniyah lebih tidak hanya melibatkan proses pemberian terfokus pada pendidikan keagamaan. Dengan kewenangan dan pendanaan yang lebih besar demikian, dapat dipahami bahwa pendidikan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, madrasah diniyah semata sebagai suplemen. melainkan juga harus menyentuh pembagian

170 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 2, Agustus 2016 Anis Fauzi dan Cecep Nikmatullah, Pelaksanaan Pendidikan Madrasah Diniyah di Kota Serang kewenangan yang lebih besar pada sekolah- diniyah dicantumkan oleh beberapa sekolah sekolah dalam menentukan kebijakan-kebijakan setingkat SMP/MTs di Kabupaten Serang. organisasi dan proses belajar mengajar, Pendidikan pada madrasah diniyah khusus- manajemen guru, struktur dan perencanaan di nya sebagai lembaga pendidikan keagamaan tingkat sekolah dan sumber-sumber pendanaan yang memberikan dasar-dasar keagamaan bagi sekolah. Dalam hal ini kewenangan sekolah siswa yang beragama Islam sudah dirasakan adalah untuk memberlakukan wajib belajar besar manfaatnya. Pendidikan pada lembaga pendidikan diniyah di tingkat SMP dan MTs. tersebut tidak dikesankan sebagai pendidikan Seluruh siswa lulusan SD yang beragama yang hanya semata-mata suplemen dari sekolah Islam wajib menyertakan ijazah, tanda lulus dasar (umum). Walaupun pendidikan agama MDA, sebagai salah satu syarat untuk mendaftar nonformal merupakan penguat dari kekurangan ke sekolah menengah pertama dan sederajat. materi keagamaan yang diajarkan di sekolah Aturan itu didasarkan pada Perda Kota Serang (umum), tetapi tidak lantas menjadi formalitas 1/2010 tentang Ketentuan Penyelenggaraan dengan tidak diupayakan peningkatan kualitas Wajib Belajar Madrasah Diniyah Awaliyah. pembelajarannya. Karena kedua-duanya diakui Sebagai daerah pemekaran, Kota Serang sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional. memang masih mengadopsi sejumlah aturan, Humaedi (2013) menyatakan bahwa termasuk aturan pendidikan dari daerah induk, keunikan dinamika sosial budaya kota Kabupaten Serang. sebenarnya terpusat pada ruang yang dianggap Perda Kota Serang 1/2010 mewajibkan sebagai power of centrum. Ruang seperti ini setiap anak usia sekolah, dari 7 tahun hingga kerap diyakini masyarakat sebagai media 15 tahun yang beragama Islam untuk mengikuti penyeimbang simbol kota yang dibangun dari pendidikan nonformal MDA, selama masa kekuatan makrokosmos dan mikrokosmos, juga pendidikan empat tahun. Siswa akan men- antara kekuatan pamongpraja dan pangrehraja dapatkan pelajaran Al-Quran dan Hadits, Aqidah dengan masyarakat yang seringkali berebut Akhlak, Fiqih, Sejarah Kebudayaan Islam, Bahasa dalam usahanya untuk mengelola ruang kota. Arab, Praktik Ibadah, dan kurikulum lokal sesuai Perubahan atas keberadaan dan fungsi ruang dengan kebutuhan masing-masing madrasah. kota akan berdampak langsung terhadap sistem Sebagai tanda lulus, siswa memperoleh ijazah budaya yang ada pada masyarakat. yang disebut syahadah. Syahadah itulah yang dijadikan sebagai salah satu syarat siswa untuk Faktor Pendukung dan Penghambat Perda masuk SMP/MTs, dan lembaga pendidikan lain Kota Serang 1/2010 yang sederajat. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dan Lahirnya Perda Kota Serang 1/2010 juga hasil wawancara, faktor pendukung lahirnya dimaksud menjadi representasi dari kebijakan Perda Kota Serang 1/2010 ada dua. Pertama, sebelumnya yang dikeluarkan oleh Bupati Serang faktor sosial mayarakat Kota Serang yang melalui Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2006 agamis. Seluruh pranata sosial kemasyarakatan (Perda 1/2006) tentang Ketentuan Penyeleng- mencerminkan kehidupan keberagamaan, garaan Wajib Belajar Madrasah Diniyah Awaliyah diantaranya muncul peran ulama atau lembaga di Kabupaten Serang (Lembaran Daerah keagamaan yang diselenggarakan oleh masya- Kabupaten Serang Tahun 2006, Nomor 722). rakat. Kedua, faktor politik di Kota Serang, Selanjutnya, selang dua tahun mulai dilak- munculnya Perda Kota Serang 1/2010 sanakan di Tahun Pelajaran 2008/2009. Sebelum merupakan produk politik melalui lembaga DPRD Kota Serang sebagai kota otonom atau menjadi yang memberikan dukungan kesepakatan Ibukota Provinsi Banten, Perda Diniyah telah terhadap pembangunan masyarakat melalui berjalan, dan syahadah atau ijazah madrasah kebijakan pemerintah dalam bentuk Perda Kota

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 2, Agustus 2016 171 Anis Fauzi dan Cecep Nikmatullah, Pelaksanaan Pendidikan Madrasah Diniyah di Kota Serang

Serang 1/2010 tersebut. Kebijakan ini Globalisasi dapat menjadi peluang dan bisa merupakan partisipasi seluruh stakeholder juga menjelma sebagai tantangan bagi masyarakat dalam berbagai peran dan pendidikan Islam (Dacholfany, 2015). Lebih kontribusinya pada seluruh jenjang kehidupan lanjut beliau menyatakan bahwa jika pendidikan masyarakat di Kota Serang. Islam mengambil sikap anti global maka akan Adapun faktor penghambat lahirnya Perda stagnan (tidak bergerak) dan pendidikan Islam Kota Serang 1/2010 yaitu. Pertama, Perda akan mengalami penghambatan intelektual. Diniyah belum disosialisasikan sejak awal terlebih Sebaliknya, bila pendidikan Islam terseret oleh dahulu, sehingga masyarakat korta Serang, arus global, tanpa daya identitas ke-Islam-an termasuk lembaga terkait belum mendapat sebagai sebuah proses pendidikan akan dilindas. kepastian hukum dengan telah diterbitkannya Oleh karena itu, pendidikan Islam harus perda tersebut. Kedua, pada pelaksanaannya, memposisikan diri dengan menakar arus terutama dalam pemberdayaan masyarakat, globalisasi, dalam arti yang sesuai dengan belum dilakukan sosialisasi secara maksimal, pedoman dan ajaran nilai-nilai Islam agar bisa terbukti dengan masih banyaknya masyarakat direformasi, diadopsi, dan dikembangkan. Senada yang belum tersentuh progam sosialisasi, dengan pendapat dan arahan Dacholfany termasuk dewan guru SMP dan MTs serta tersebut, lembaga pendidikan madrasah diniyah madrasah diniyah tentang kebijakan Perda sebagai salah satu bentuk lembaga pendidikan Diniyah ini. Islam harus memposisikan diri sebagai lembaga pendidikan penyeimbang antara pengembangan Pembahasan ilmu pengetahuan agama dan pengembangan Sejak awal, pesantren merupakan lembaga ilmu pengetahuan umum maupun antara pendidikan Islam yang berada di luar sistem pembinaan wawasan nasional dan pengem- pendidikan nasional, sehingga tidak terjadi bangan wawasan global dalam rangka meng- supervisi dan dukungan dari pihak pemerintah hadapi era globalisasi, termasuk menghadapi era (Ghufron, 2014). Sebagai lembaga independen, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang kini masing-masing pesantren memiliki kewenangan sudah dimulai. untuk memilih dan menerapkan ideologi yang Menyikapi lahirnya PP 55/2007, beberapa hendak ditransformasikannya kepada para santri. daerah kabupaten/kota mengeluarkan peraturan Nasib lembaga pendidikan madrasah diniyah daerah (Perda). Daerah-daerah yang telah tidak jauh berbeda dengan nasib pesantren mengeluarkan Perda adalah Kabupaten sebagaimana dinyatakan oleh Ghufron tersebut. Indramayu melalui Perda Nomor 2, Tahun 2003, Keberadaan lembaga pendidikan madrasah Kabupaten Pandeglang melalui Perda Nomor 27, diniyah belum mendapat tempat yang memadai Tahun 2007, Kabupaten Pesisir Selatan melalui dalam konteks pendidikan nasional. Kebera- Perda Nomor 8, Tahun 2004, dan Kabupaten daannya antara ada dan tiada. Dikatakan ada, Serang melalui Perda Nomor 1, Tahun 2006, serta karena kegiatannya jelas dilaksanakan dalam Kota Serang melalui Perda Nomor 1,Tahun 2010. kehidupan sehari-hari. Namun, kelembagaannya Konsekuensi dari Perda ini adalah setiap siswa masih kurang jelas, karena pihak pemerintah muslim wajib memiliki ijazah Madrasah Diniyah belum serius mengelola lembaga pendidikan Takmiliyah Awaliyah (MDTA) apabila akan madrasah diniyah. Selama ini lembaga melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP/MTs. pendidikan madrasah diniyah masih dikelola oleh Memang, perda diniyah tersebut sebagai- masyarakat secara swadaya dengan sentuhan mana merujuk dan telah diundangkan UU 20/ bantuan dana sosial dari pemerintah daerah 2003, PP 19/2005 (diubah menjadi PP Nomor setempat. 32, Tahun 2013) tentang Standar Nasional Pendidikan dan PP 55/2007, akan tetapi belum

172 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 2, Agustus 2016 Anis Fauzi dan Cecep Nikmatullah, Pelaksanaan Pendidikan Madrasah Diniyah di Kota Serang ada regulasi yang mengatur penyelenggaraan diniyah. Sarana prasarana pembelajaran masih madrasah diniyah secara khusus. Setelah PP terbatas dengan kualitas sangat sederhana. 55/2007, tiga tahun kemudian terbitlah Pembiayaan pendidikannya masih swadaya Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 16, masyarakat dari golongan ekonomi menengah Tahun 2010 tentang Pengelolaan Pendidikan ke bawah. Sistem pengelolaannya masih belum Agama di Sekolah, tetapi belum ada PMA yang profesional, yang penting dapat berjalan dengan mengatur Pendidikan Keagamaan. Pada Februari misi utamanya dakwah Islamiyah. Kompetensi 2012 pernah terbit PMA Nomor 3, Tahun 2012 lulusan masih bersifat lokal dengan tujuan utama tentang Pendidikan Keagamaan Islam, namun bisa memenuhi persyaratan untuk melanjutkan empat bulan kemudian PMA tersebut dicabut studi ke jenjang sekolah lanjutan tingkat dengan terbitnya PMA Nomor 9, Tahun 2012. pertama. Dengan demikian, para pengelola madrasah Keragaman orientasi pendidikan di pesan- diniyah sangat menanti adanya regulasi tentang tren penting untuk dipetakan terkait dengan Pendidikan Keagamaan tersebut. Hal ini penting potensinya dalam memberikan pelayanan sebab secara logika yudisial yang bersifat pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan imperatif UU 20/2013 akan lebih berjalan efektif masyarakat dan perkembangan Iptek. Jika apabila diterjemahkan melalui rambu-rambu lain potensi ini sukses dilaksanakan, maka negeri ini sebagai produk hukum pendukung yang sampai akan menghasilkan sumber daya manusia yang ke tangan praktisi pendidikan, antara lain berupa handal dan kompetitif. Sebaliknya, jika Keputusan Bersama atau Peraturan Kementerian pesantren-pesantren itu gagal atau tidak Agama. mampu memberikan pendidikan yang sesuai Pemerintah pusat dan daerah perlu dengan tuntutan perubahan masyarakat dan melakukan pembinaan secara terus-menerus perkembangan Iptek maka alumni pesantren terhadap sekolah-sekolah di provinsi dengan kemungkinan tidak siap menghadapi realitas sistem pendidikan yang belum maju, terutama kehidupan yang semakin kompetitif, dan akan pada aspek kurikulum, kompetensi guru, memarginalkan secara sosial, politik, ekonomi manajerial kepala sekolah, pengawas, sarana maupun kultural. Akibatnya, mobilitas sosial dan prasarana, pembiayaan, evaluasi, pengelolaan intelektual umat akan mandeg (Basri, 2014). dan kompetensi lulusan (Parwanto, 2014). Lebih Karakter utama pendidikan diniyah yang lanjut ditegaskan pula bahwa dukungan berkembang di Kota Serang ada dua. Pertama, pemerintah daerah provinsi/kota/kabupaten Pendidikan Diniyah Takmiliyah yang berada di dalam pembiayaan pendidikan sangat mem- tengah masyarakat, di luar pengaruh pondok pengaruhi keberhasilan peserta didik dalam pesantren. Sebagai wadah kreasi dan swadaya mencapai prestasi optimal. Dalam praktiknya, masyarakat, lembaga pendidikan tersebut lembaga pendidikan madrasah diniyah sangat diperuntukkan bagi anak-anak yang meng- memerlukan partisipasi aktif pemerintah dalam inginkan pengetahuan agama di luar jalur sekolah pembenahan aspek kurikulum, kompetensi guru, formal. Mengingat dinamika masyarakat Kota manajerial kepala sekolah, pengawas, sarana Serang yang sudah mulai “meninggalkan” prasarana, pembiayaan, evaluasi, pengelolaan lembaga pendidikan pesantren, tetapi masih dan kompetensi lulusan. Sebagaimana diketahui, meyakini kebenaran dan keberkahan ajaran kurikulum madrasah diniyah belum berlaku secara pendidikan pesantren. Sebagian besar warga nasional. Kompetensi guru madrasah diniyah Kota Serang merupakan kelompok penduduk usia masih terbatas dengan kualifikasi akademik yang muda dengan jumlah anggota keluarga yang bervariasi. Manajerial kepala sekolah masih tergolong kecil (sekitar lima orang) terdiri atas tradisional dan konvensional dengan menem- ayah, ibu, dengan dua atau tiga anaknya. patkan ketua yayasan sebagai kepala madrasah

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 2, Agustus 2016 173 Anis Fauzi dan Cecep Nikmatullah, Pelaksanaan Pendidikan Madrasah Diniyah di Kota Serang

Kedua, pendidikan keagamaan sebagai (MDTA) maka dapat menempuh program pelengkap pendidikan formal di pagi hari. Tipologi penyetaraan bagi siswa yang telah ditetapkan lembaga pendidikan pada umumnya berlokasi di sebagai calon peserta didik yang akan sekitar kompleks perumahan yang terdiri atas melanjutkan ke jenjang atau tingkat SMP, yaitu keluarga kecil produktif, usia muda terdidik, dan 1) bagi peserta didik yang beragama non-muslim, kedua orang tuanya bekerja, sehingga hampir maka ijazah/syahadah Pendidikan Diniyah tidak tidak punya waktu untuk memberikan pendidikan berlaku sebagai prasyarat calon peserta didik agama secara langsung oleh diri orang tuanya tingkat SMP; 2) bagi peserta didik yang telah di rumah. Selain itu, kedua orang tua juga lulus dari sekolah dasar Islam (SDI), dinyatakan memiliki “kepercayaan” kepada pengelola telah lulus pendidikan diniyah dengan me- lembaga pendidikan madrasah diniyah untuk lampirkan ijazah/syahadah di sekolah tersebut; memberikan pengasuhan sambil mendidik putera 3) bagi peserta didik yang akan melanjutkan ke puterinya dengan pendidikan agama selama jenjang SMP, namun tidak memiliki Ijazah/ kedua orang tuanya bekerja sehari penuh. Syahadah Diniyah, maka ijazah/syahadah Pada pelaksanaannya, program Pendidikan Diniyah dapat diperoleh melalui Program Diniyah pada SMP dilaksanakan pada jenjang Penyetaraan Wajib Belajar Pendidikan Diniyah MDTA (Madrasah Diniyah Takmiliyah Awwaliyah). di SMP tersebut. Program penyetaraan dapat Penyelenggaraan program wajib belajar diperoleh melalui pendidikan selama empat pendidikan diniyah pada SMP disebut program triwulan, yaitu Triwulan I, II, III, dan IV, dan penyetaraan Pendidikan Diniyah, bertujuan bersedia mengikuti prosedur yang berlaku pada memberikan bekal kemampuan dasar agama program yang diikuti; dan 4) bagi peserta didik Islam kepada peserta didik untuk bekal hidupnya yang telah mengikuti Program Penyetaraan sebagai warga negara yang beriman, bertaqwa, Pendidikan Diniyah sebagaimana disebutkan berakhlak mulia dan mandiri. dalam kriteria di atas maka peserta didik berhak Achmaduddin (2008), menyimpulkan bahwa memperoleh syahadah/ijazah Pendidikan kegiatan pendidikan dan pelatihan(diklat) guru Madrasah Diniyah, sebagai tanda bukti untuk Pendidikan Agama memiliki kebermanfaatan bagi mengikuti jenjang pendidikan SMP di Kota peningkatan kemampuan guru Pendidikan Agama Serang. alumni diklat dibandingkan dengan guru Pelaksanaan program Wajib Belajar Pendidikan Agama yang tidak didiklat, terutama Pendidikan Diniyah di lingkungan SMP, dari segi: 1) penguasaan materi dan wawasan; dipertanggungjawabkan kepada Kepala Dinas 2) keterampilan pembelajaran, baik dari segi Pendidikan Kota Serang, dalam hal ini Kepala penggunaan alat bantu belajar, metode dan Bidang Pendidikan Dasar/Pendidikan Nonformal evaluasi pembelajaran; dan 3) perilaku guru dan mendapat pembinaan teknis dari Kepala Pendidikan Agama di sekolah. Kantor Kementerian Agama Kota Serang, dalam Peserta didik yang telah lulus pada pen- hal ini Kepala Seksi Pendidikan Agama dan didikan diniyah berhak memperoleh sertifikat Keagamaan Islam (PAKIS). pendidikan berupa ijazah/syahadah Diniyah. Pendidikan keagamaan berbentuk Madrasah Ijazah/Syahadah Diniyah sebagai syarat bagi Diniyah dan Pondok Pesantren telah disebut peserta didik yang akan melanjutkan tingkat dalam UU 20/2003 pada Pasal 30 yang SMP, dan dianggap telah lulus dalam proses menyatakan bahwa Madrasah dan Pondok pendidikan baca tulis Al-Qur’an dan penge- Pesantren diberikan ruang yang sangat luas tahuan keagamaan. dalam praktek penyelenggaraan pendidikan Bagi peserta didik yang melanjutkan ke nasional baik pada jalur formal, nonformal atau tingkat SMP dan belum memiliki Ijazah/Syahadah informal oleh pemerintah dan/atau kelompok pada Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah masyarakat. Prospek tersebut sudah seharusnya

174 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 2, Agustus 2016 Anis Fauzi dan Cecep Nikmatullah, Pelaksanaan Pendidikan Madrasah Diniyah di Kota Serang dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh umat Pendidikan Diniyah Takmiliyah di Kota Serang Islam, khususnya pengelola pendidikan Madrasah keberadaannya telah diperkuat dengan Diniyah dan Pondok Pesantren untuk berkiprah dikeluarkannya Perda Kota Serang 1/2010 dan secara nyata dalam membangun sistem Perwal Kota Serang 17/2013 tentang Penye- pendidikan nasional dengan dipayungi berbagai lenggaraan Wajib Belajar Pendidikan Diniyah di kebijakan pemerintah. Kota Serang yang ditandatangani pada tanggal Pesantren salaf sebagai salah satu tradisi 18 Juni 2013. Hal ini berarti setiap anak usia pengembangan pendidikan, karena beberapa sekolah baik SD, SMP, maupun SMA wajib bentuk kreativitas dan kemampuannya menjadi mengikuti pendidikan agama Islam di Madrasah salah satu model pendidikan keagamaan, perlu Diniyah dan ini akan menjadi syarat wajib bagi didukung dan difasilitasi untuk semakin anak yang akan masuk SD, SMP dan SMA sempurnanya salah satu model pendidikan dengan menunjukkan syahadah/ijazah/sertifikat keagamaan yang memproduksi identitas dalam Pendidikan Diniyah. level tertentu. Karena itu, usaha regulasi atau Untuk mewujudkan pengelolaan adminis- standarisasi hendaknya dilakukan satu arah dari trasi, manajemen, dan proses pembelajaran versi negara kepada lembaga tersebut. Namun yang profesional, maka sebagai acuan akan lebih baik kalau disesuaikan atau mengikuti pelaksanaan Program Wajib Belajar Diniyah gaya yang berkembang dan digagas oleh Takmilyah Awaliyah, Peraturan Daerah dan pesantren yang bersangkutan (Murtadho, Peraturan Walikota perlu dijabarkan secara lebih 2012). teknis dalam bentuk Petunjuk Pelaksanaan untuk Di Kota Serang, madrasah diniyah berperan dapat dijadikan pedoman bagi semua pihak untuk melengkapi dan menambah pendidikan terkait. Dengan adanya petunjuk pelaksanaan agama bagi anak-anak terutama yang ini diharapkan penyelenggaraan Program Wajib bersekolah di sekolah-sekolah umum pada pagi Belajar Diniyah Takmiliyah Awaliyah yang dalam hingga siang hari, kemudian pada sore harinya konteks pendidikan di Kota Serang menjadi mereka mengikuti pendidikan agama di Madrasah bagian integral dari Program Wajib Belajar Diniyah. Tumbuh kembangnya madrasah diniyah Pendidikan Dasar dapat berjalan dengan sebaik- tersebut dilatarbelakangi oleh keresahan baiknya (sebagaimana tertuang dalam Juknis sebagian orang tua siswa, yang merasakan Pelaksanaan Perda Kota Serang 1/2010 yang pendidikan agama di sekolah umum kurang dibuat oleh Kementerian Agama dan Pemerintah memadai untuk mengantarkan anaknya dalam Kota Serang). melaksanakan ajaran Islam sesuai dengan Kasus “penyerbuan” sekolah Sang Timur di harapan masyarakat. Karangtengah, Ciledug Tangerang oleh Front Berangkat dari kebutuhan masyarakat inilah Pemuda Islam Tangerang pada Oktober 2004 muncul gagasan untuk mewajibkan Pendidikan lalu, membuktikan bahwa kelompok-kelompok Madrasah Diniyah bagi setiap lulusan SD di Kota agama belum mempunyai cara pandang positif Serang yang ditetapkan dengan Perda. Hal ini satu atas lainnya. Kasus Sang Timur hanya satu dipandang sangat penting agar kedudukan dari sekian banyak kasus serupa di berbagai madrasah diniyah yang selama ini kurang tempat. Hal ini menunjukkan bahwa kebebasan mendapatkan perhatian khususnya dari berkeyakinan yang mendapat jaminan konstitusi pemerintah, baik pemenuhan anggaran maupun masih menjadi problem serius dalam kehidupan bantuan ketenagaan, mendapatkan legitimasi beragama di Indonesia. Oleh karena itu, yang cukup kuat sehingga eksistensi madrasah komunitas agama perlu mendapat kritik yang diniyah diharapkan mampu menjawab tuntutan tajam akibat ketidakdewasaannya dalam melihat kebutuhan masyarakat Kota Serang yang keragaman. mayoritas beragama Islam.

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 2, Agustus 2016 175 Anis Fauzi dan Cecep Nikmatullah, Pelaksanaan Pendidikan Madrasah Diniyah di Kota Serang

Di pihak lain, negara juga tidak boleh itu, format yang terbaik penanaman nilai-nilai memaksakan kepentingannya dengan agama adalah dengan mengintegrasikan sewenang-wenang. Tugas negara, terutama pendidikan agama ke dalam seluruh mata pemerintah dan aparaturnya ke depan adalah pelajaran. Namun, format seperti ini belum menjamin dan melindungi hak warga negara semuanya dapat diterima oleh lembaga-lembaga yang telah dijamin oleh Undang-Undang. Oleh pembina, seperti Kementerian Agama dan karena itu, kedewasaan umat beragama di satu Kemendikbud. sisi, dan pemerintah yang tidak intervensionis di sisi lain, menjadi kata kunci untuk menye- SIMPULAN DAN SARAN lesaikan berbagai masalah yang terkait dengan Simpulan kepentingan agama (Rumadi, 2005). Berdasarkan beberapa uraian di atas dapat Disadari bahwa saat ini dan di masa yang disimpulkan tiga hal. Pertama, Kebijakan wajib akan datang peranan pendidikan agama sangat belajar pendidikan diniyah diperuntukkan bagi penting dan keberhasilannya menjadi tuntutan setiap warga negara untuk menempuh jenjang setiap orang tua dan seluruh lapisan pendidikan SMP/MTs atas tanggung jawab masyarakat. Kondisi masyarakat khususnya pemerintah daerah. Orientasi politik baik di generasi muda yang dilanda krisis moral dan Pemerintah Kota dan DPRD Kota Serang akhlaq yang terjadi akhir-akhir ini tidak dapat menjadikan pendidikan diniyah sebagai sarana dianggap ringan maka harus selalu diupayakan utama untuk pemberdayaan dan pembentukan solusinya. Salah satu upaya terbaik adalah kepribadian unggul masyarakat Kota Serang, baik melalui peningkatan kualitas dan kuantitas secara struktural maupun secara fungsional. pendidikan agama. Kedua, setiap warga belajar yang telah Basri (2009) menyimpulkan bahwa salah berusia 6 sampai 12 tahun, dan akan satu penyelenggaraan pendidikan yang berbeda melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP/MTs, adalah menyelenggarakan pendidikan agama harus dibuktikan dengan kepemilikan Surat alternatif dalam bentuk model pendidikan diniyah Tanda Tamat Belajar Madrasah Diniyah dalam yang terfokus pada pemuatan mata pelajaran bentuk syahadah atau sertifikat diniyah. agama. Hal ini merupakan alasan masyarakat Mengenai Peraturan Walikota Serang tentang Kota Medan memasukan anak-anaknya ke SD program wajib belajar pendidikan diniyah, Al-Azhar. sebagian besar anak-anak usia sekolah dasar Sehubungan jumlah jam pelajaran pendi- telah memiliki bekal kemampuan dasar agama dikan agama di sekolah umum kurang memadai Islam dalam bentuk ketaatan melaksanakan maka diperlukan kebijakan alternatif yang ibadah sholat wajib selama lima kali dalam sehari mendukung peningkatan pemahaman dan serta ibadah puasa di bulan suci Ramadhan. pengamalan nilai-nilai keagamaan melalui Ketiga, faktor pendukung dalam imple- penyelenggaraan Program Wajib Belajar mentasi pendidikan Islam terhadap Perda Kota Pendidikan Diniyah di Kota Serang. Dengan Serang 1/2010, yaitu dukungan masyarakat, di adanya pedoman pendirian dan pengelolaan mana sebelum ditetapkan, pemerintah Kota Program Wajib Belajar Pendidikan Diniyah di Kota Serang terlebih dahulu melakukan public hearing Serang dapat dilaksanakan secara optimal dan dengan berbagai elemen masyarakat baik dari mencapai sasaran. ilmuwan, akademisi, maupun dari tokoh Khozin (2012) menyimpulkan bahwa masyarakat serta tuntutan UU 55/2007. Adapun pendidikan agama berorientasi membentuk faktor penghambat lahirnya Perda Kota Serang perilaku agamis yang tidak bisa hanya diberikan 1/2010 ada dua. Pertama, Perda Diniyah belum melalui mata pelajaran agama. Nilai-nilai agama disosialisasikan sejak awal terlebih dahulu, menyebar di seluruh mata pelajaran. Oleh karena sehingga masyarakat kota Serang belum

176 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 2, Agustus 2016 Anis Fauzi dan Cecep Nikmatullah, Pelaksanaan Pendidikan Madrasah Diniyah di Kota Serang mendapat kepastian hukum dengan telah tersentuh, termasuk belum adanya sosialisasi diterbitkannya perda tersebut. Kedua, belum kepada Kepala SMP/MTs dan Kepala Madrasah dilakukan sosialisasi secara maksimal, terbukti Diniyah tentang Perda tersebut. Ketiga, dengan masih banyaknya masyarakat yang Kebijakan pendidikan Islam, selama ini masih belum tersentuh progam sosialisasi. menjadi urusan pemerintah di bawah tanggung jawab Kementerian Agama. Kementerian Agama Saran secara fungsional tetap harus bertanggung Sehubungan dengan beberapa simpulan di atas, jawab terhadap keberadaan, pembinaan dan diajukan tiga saran. Pertama, Perda Kota pengembangan pendidikan Islam. Selain itu, Serang 1/2010 dan Perwal Kota Serang yang perlu segera dilakukaan sosialisasi Program Wajib telah ditetapkan hendaknya terlebih dahulu Belajar Madrasah Diniyah sejak tahun ajaran disosialisasikan, sehingga masyarakat Kota baru, yakni tahuh ajaran 2016/2017 dengan Serang, termasuk lembaga terkait dengan sasaran utama siswa baru, dewan guru, staf keberadaan madrasah diniyah dan SMP/MTs tata usaha, dan orang tua murid. Agar anak- mendapat kepastian hukum dengan telah anak usia sekolah dasar memiliki bekal ilmu diterbitkannya Perda tersebut. Kedua, pada keagamaan yang memadai, mereka harus pelaksanaannya perlu sosialisasi secara maksimal mengikuti program pendidikan madrasah diniyah. sebab masih banyak masyarakat yang belum

PUSTAKA ACUAN Abidin, Z. 2015. Islamic Studies dalam Konteks Global dan Perkembangannya di Indonesia, Jurnal Akademika, 20(1), 69-84. Achmaduddin. 2008. Analisis Diklat Kualifikasi Guru Pendidikan Agama SD dan SMP,Jurnal Edukasi, 6(1) 129-150. Ahmad, H.Z.R. 2014. Ekspresi Keagamaan dan Narasi Identitas: Studi Program Pesantren Tahfidz Intensif Daarul Qur’an Cipondoh Tangerang. Jurnal Harmoni, 13(2) 51-69. An-Nahidl, N.A. 2007. Respon Masyarakat terhadap Posisi Madrasah dalam Sistem Pendidikan Nasional, Jurnal Edukasi, 5(3) 16-38. Basri, H.H. 2014. Keragaman Orientasi Pendidikan di Pesantren, Jurnal Dialog, 37(2) 218-. Dacholfany, M.I. 2015. Reformasi Pendidikan Islam Dalam Menghadapi Era Globalisasi.Jurnal Akademika, 20(1) 173-194. Daulay, H.P. 2007. Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan nasional, : Kencana. Diana, N. 2012. Manajemen Pendidikan Berbasis Budaya Lokal Lampung, Jurnal Analisis, XII(1) 183-206. Departemen Agama RI. 2003. Pedoman Administrasi Madrasah Diniyah, Jakarta: Direktorat Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren, Dirjen Kelembagaan Agama Islam. Fathoni, M.Kh. 2005.Pendidikan Islam dan Pendidikan Nasional: Paradigma Baru, Jakarta: Departemen Agama RI. Faiqoh. 2012.Orientasi Pendidikan Pesantren Sidogiri, Jurnal Edukasi, 10(3) 345-346. Ghufron, Pesantren: Akar Tradisi dan Modernisasi. Jurnal Al-Qalam, 31(1) 137-161. Halim, A.R. 2008. Aktualisasi Implementasi Kebijakan Pendidikan Madrasah Swasta di Sulawesi Selatan, Jurnal lentera Pendidikan, 11(1) 86-97.

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 2, Agustus 2016 177 Anis Fauzi dan Cecep Nikmatullah, Pelaksanaan Pendidikan Madrasah Diniyah di Kota Serang

Hidayatullah.http://mutiarakampung.blogspot.com/2010/10/geliat-madrasah-diniyah-di- banten.html. diakses pada 21 Januari 2013 . Humaedi, A.M,. 2013. Budaya Konsumsi Kaum Santri di Tengah Ruang Kota, Jurnal Al-Qalam, 30(1) 23-46 Keputusan Menteri Agama Nomor 1 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen Agama. Khozin. 2012. Pendidikan Agama Alternatif: Studi Kasus Sekolah Alam Nurul Islam Yogyakarta, Jurnal Edukasi, 10(2) 131-142. Maftuh. 2015. Islam Pada Masa Kesultanan Banten: Perspektif Sosio-Historis, Jurnal Al-Qalam, 32(1) 83-115. Moleong, L.J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mughits, A. 2004. Berakhirnya Mitos Dikotomi Santri-Abangan, Jurnal Millah, III(2) 285-286. Murtadho. 2012.Pesantren Salaf dan Perubahan Sosial: Studi Kasus Pesantren Al-Anwar Sarang Rembang, Jurnal Edukasi, 10(1) 1-13. Parwanto. 2014. Citra Pendidikan Indonesia. Jurnal Penelitian Kebijakan Pendidikan, 7(1)75–95. Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 1 Tahun 2006 tentang Ketentuan Penyelenggaraan Wajib Belajar Madrasah Diniyah Awaliyah. Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 1 Tahun 2010 tentang Wajib Belajar Pendidikan Diniyah Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan. Peraturan Walikota Serang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Wajib Belajar Pendidikan Diniyah di Kota Serang. Rumadi. 2006. Membangun Demokrasi Dari Bawah: Isu-Isu Demokrasi Dalam Pendidikan Agama Islam, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah. Samsudin. 2012. Format Baru Transformasi Pendidikan Islam, Jurnal Islamica, 7(1)182. Subijanto. 2010. Prinsip-prinsip dan Efektivitas Desentralisasi Pendidikan dalam Rangka Meningkatkan Mutu dan Relevansi Pendidikan, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 16(5) 532-549. Tilaar, H.A.R, & Nugroho,R. 2009. Kebijakan Pendidikan: Pengantar untuk Memahami Kebijakan Pendidikan dan Kebijakan Pendidikan sebagai Kebijakan Publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

178 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor 2, Agustus 2016