Risalah Sidang BPUPKI & PPKI
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
HIMPUNAN R ISA L A H SIDANG-SIDANG DARI: BADAN PENYELIDIK U SAH A PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA (BPUPKI) (Tanggal 29 Mei 1945 — 16 Juli 1945) DAN PANITIA PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA ( P P K I ) (Tanggal 18 dan 19 Agustus 1945) YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYUSUNAN UNDANG-UNDANG DASAR 1945 SEKRETARIAT NEtfARA REPUBLIK INDONESIA HIMPUNAN RISALAH SIDANG-SIDANG DARI: BADAN PENYELIDIK USAHA PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA (BPUPKI) (Tanggal 29 Mei 1945 - 16 Juli 1945) DAN PANITIA PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA ( P P K I ) (Tanggal 18 dan 19 Agustus 1945) YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYUSUNAN UNDANG-UNDANG DASAR 1945 SEKRETARIAT NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAFTAR ISI Halaman 1. Pidato Mr. Muhammad Yamin pada tanggal 29 Mei 1945 3 - 2 3 2. Pidato Prof. Supomo pada tanggal 31 Mei 1945 ............... 25 - 37 3. Pidato Mr. Muhammad Yamin pada tanggal 31 Mei 1945 3 9 - 55 4. Pidato Ir. Sukarno pada tanggal 1 Juni 1945 .................... 57 - 77 5. Risalah Rapat Besar pada tanggal 10 Juli 1945 .................. 79 - 132 6. Risalah Rapat Besar pada tanggal 11 Juli 1945 .................. 134 - 188 7. Risalah Rapat Panitia Perancang Undang-Undang Dasar pada tanggal 11 dan 13 Juli 1945 .............................. 189 - 204 8. Risalah Rapat Besar pada tanggal 14 Juli 1945 .................. 205 - 218 9. Risalah Rapat Besar pada tanggal 15 Juli 1945 .................. 219 - 322 10. Risalah Rapat Besar pada tanggal 16 Juli 1945 .................. 323 - 330 11. Risalah Rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945 ................................................ 331 - 368 12. Risalah Rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 19 Agustus 1945 ................................................ 369 - 403 Dikutip dari ’’NASKAH PERSIAPAN UNDANG-UNDANG DASAR 1945” Oleh : Prof. Mr. Haji Muhammad Yamin Jilid Pertama tahun 1959 PIDATO MR. MUHAMMAD YAMIN PADA TANGGAL 29 MEI 1945 AZAS DAN DASAR NEGARA KEBANGSAAN REPUBLIK INDONESIA. Isinja: Permulaan. Pekerdjaan Panitia Usaha Istimewa — Anggota berpendirian sebagai orang Indonésia — Harapan masjarakat. I. Peri Kebangsaan. Indonésia Merdéka, sekarang — Nationalisme lama dan baru — Dasar negara Seriwidjaja dan Madjapahit — Perubahan zaman — Dasar peradaban Indonésia — Tradisi tatanegara jang putus-Etat national — états patrimoines, états puissances — kesukaran mentjari dasar asli — Tjita-tjita jang hantjur dimédan perdjuangan. Kebangsaan Indonésia mengharuskan dasar sendiri. II. Peri Kemanusiaan. Kemadjuan kemerdekaan — Kemerdekaan akan menghidup kan kedaulatan negara — Anggota keluarga — dunia — Status politik jang sempurna — Menolak dominion status, protec- toraat, mandat, Atlantic charter pasal 3 — Status internasional jang berisi kemanusiaan dan kedaulatan sempurna. III. Peri kc-Tuhanan. Peradaban luhur.— Ber-Tuhan — Dasar negara jang berasal dari peradaban dan agama. IV. Peri Kerakjatan. A. Permusjawaratan: Surat asjsjura ajat 38 — Ke baikan musjawarat — Musjawarat dalam masjarakat dalam semasa chalif jang empat dan sesudah itu — Musjawarat bersatu dengan dasar mupakat menurut adat — Perpaduan adat dengan perintah agama. B. Perwakilan: Dasar adat jang mengharuskan perwa kilan — Perwakilan sebagai ikatan masjarakat diseluruh Indonésia — Perwakilan sebagai dasar abadi bagi tata- negara. 3 <J. Kebidjaksanaan: Rationalisme — Perubahan da lam adat dan masjarakat — Keinginan penjerahan — Ra tionalisme sebagai dynamica rakjat. 1. F ah a m Negara Indonesia: Membuang dasar negara filsafatiah (Plato, Aristoteles, Thomas More) __ 6 Gabungan Dasar dan faham jang ditolak — 9 Gabungan Dasar dan faham jang diterima — Kesimpulan Negara Kesedjahteraan Rakjat Indonésia; dan terbentuknja Républik Indonésia jang berdasar nationalisme — uni tarisme. 2. Pembelaan: Dasar sjuriah menimbulkan perang djihat — Perwakilan setjara adat menimbulkan tenaga keraman — Kebidjaksanaan téknik dan siasat perang __ Balatentera kebangsaan Indonésia. 3. Budi Negara: Dahulu dan sekarang — 1. Setia Negara — 2. Pertjaja akan tenaga rakjat — 3. InKjn Merdéka. V. Kesedjahteraan Rakjat. Keadilan Sosial. Kegembiraan dalam Negara Baru — Perubahan bagi RénnKUlr Rakjat Kesedjahteraan. PERMULAAN. Tuan Ketua jang mulia, Rapat jang terhormat! Angkat bitjara dalam rapat Panitia Penjelidikail Indonesia M deka ini memberi ingatan kepada kita, bahwa kewadiiba . er’ terpikul diatas kepala dan kedua belah bahu Juta ialah kewadjiban jang sangat teristimewa. Kewadjiban untuk iL, ♦ 6Ua.tU lidiki bahan-bahan jang akan mendjadi dasar dan eusuna menje' jang akan terbentuk dalam suasana kemerdekaan ianor t„i u j? g,ara dan ,elah dibel» „leh rakj« Indonesia dengan j f i ? dagmg sedjak beratus-ratus tahun adalah suatu kesempatan beTr jang belum pernah dialami oleh bangsa Indonesia dalam zaman jang lampau, entahlah agaknja pula tidakkan perlu dialami T, sesudah turunan bangsa sekarang. Sekirania la,an» lagi dari pada kita berhasil dan memberi akibat ^ tak kundjung lagi datanglah zaman gemilang bagi r a K l ^ l 8 seluruhnja, jang akan diliputi oleh suatu neaafa ™ i ^donesia makmur dan bersifat adil. Kegembiraan membfri sumbangM r o C l 4 ' I itu adalah pula sepadan dan selaras dengan keinginan rakjat: „Mau merdeka” dan „ingin bernegara berkedaulatan” . Menjumbangkan bahan-bahan untuk panitia dan menjelidiki beberapa keadaanJkeadaan penting adalah dengan keinsjafan untuk Negara Indonesia seluruhnja. Ditanah Selatan, memang pulau Djawa berisi sebagian besar penduduk Indonesia jang dalam beberapa hal perpusat kemari: pulau Djawa memang pusat dan djantung kegiatan kepulauan Indonesia. Tetapi dalam menjelidiki bahan- bahan untuk Negara Indonesia, maka kita haruslah bertindak sebagai orang Indonesia, jaitu dengan memperhatikan masaallah-masaallah, soal-soal dan keadaan istimewa dipulau Borneo, Selebes, Maluku, Sunda Ketjil, Malaja dan Sumatera. Melupakan kemestian adalah mempersempit kedudukan Negara Indonesia, dan memperhatikan berarti mendekatkan kita kepada keadaan jang sebenarnja. Tetapi dengan bekerdja seperti itu pekerdjaan makin bertambah, dan. beberapa soal bertambah muskil. Sebaliknja Negara Indonesia tak dapatlah didudukkan diatas hasil penjelidikan bahan-bahan jang didapat dipulau Djawa sadja, karena keadaan itu boleh djadi menjesatkan pemandangan tlan sedikit-dikit mungkin melanggar pendirian kita. Sedjak dari sekarang hendaklah meliputi seluruh keadaan-keadaan disegala pulau Indonesia dengan pikiran jang sudah meminum air persatuan Indonesia. Kita mendirikan Negara Indonesia atas keinsjafan akan pengetahuan jang luas dan lebar tentang seluruh Indonesia. Besar kejakinan saja, bahwa kita semua- nja djangan memutuskan harapan masjarakat Indonesia ini. I. PERI KEBANGSAAN. Tuan Ketua, sekarang sampailah waktu saja akan menlbitjarakan negara kebangsaan Indonesia. Adapun keinginan „Indonesia Mer deka sekarang”, memang pada waktu ini mendesak mendjadi umum dan sembojan itu dipangku oleh segala lapisan, disini keras, disana mulai meresap. Tetapi djuga djikalau sekiranja pelaksanaan Indo nesia Merdeka itu kini djuga, tidak nanti melainkan saat ini djuga harus dilakukan, maka diantara sembojan dengan berdjalannja Negara Indonesia itu adalah tiga usaha jang tidak boleh tidak harus dilakukan. Pertama ialah pekerdjaan kita anggota panitia mengum pulkan segala bahan-bahan untuk pembentukan negara, dan kedua pengurus Undang-undang Dasar negara jang menjusun bahan pilihan itu dan ketiga mendjalaukan isi hukum dasar negara itu dalam negara jang lalu terbentuk. Ketiga usaha ini harus diperas men djadi satu paduan, djikalau sekiranja keinginan rakjat jan** tersimpan dalam sembojan „Indonesia Merdeka, sekarang” hendak disesuaikan dengan usaha kita. 5 Dengan sendirinja lalu kita panitia bersama-sama rakjat meng hadapi suatu pekerdjaan jang maha hébat dalam pertukaran zaman disamping perdjalanan sedjarah kita. Kita menjumbangkan tenaga dan pikiran untuk menjusun negara baru dengan melaksanakan susunan negeri dalam waktu jang singkat dan dalam waktu sangat bergojang. Negara baru jang akan kita bentuk, adalah suatu negara kebangsaan Indonesia atau suatu nasionale staat atau suatu Etat National jang sewadjar dengan peradaban kita dan menurut susunan dunia sekeluarga diatas dasar kebangsaan dan ke-Tuhanan. Negara Indonesia ini ialah sebahagian mendjadi pelaksanaan keinginan rakjat Indonesia sekarang dan sebahagian lagi sebagai usaha dalam beberapa ratus tahun. Keinginan itu sumbernja dalam nationalisme atau dalam dasar kebangsaan jang mengikat kita seturunan dan sesama kemauan; bukanlah menurut nationalisme lama, melainkan menurut nationalisme baru, jang berisi faham hendak mempersatu kan rakjat dalam ikatan sedjarah jang dilindungi meréka. Inilah lain dan bédanja nationalisme Indonesia djaman sekarang dari pada usaha rakjat Indonesia waktu mendirikan susunan kenegaraan In- donésia waktu terbentuk dalam negara Sjailéndra-Sriwidjaja (600) — 1400) jang beratus-ratus tahun lamanja; disanalali bédanja usaha kita sekarang dari pada rakjat Indonésia waktu mendirikan Negara Indonesia kedua, seperti terbentuk dalam Keradjaan Madjapahit (1293— 1525). Negara Indonesia pertama dibentuk dan didjundjung oléh rakjat keturunan jang memakai dasar kedatuan jang selaras dengan keperljajaan purbakala (kesaktian-magie) dan agama Budha Mahajana. Negara Indonesia kedua disusun atas faham keperabuan, dan bersandar kepada paduan agama Sjiwa dan Budha, mendjadi agama Tanterajana. Negara Indonésia ketiga jang segera akan datang adalah pula negara kebangsaan dan berke-Tuhanan. Tentang dasar negara itu, tak dapatlah dilandjutkan dasar keda tuan atau