KERJASAMA INDONESIA DAN BRAZIL DALAM

PENGADAAN PESAWAT SUPER TUCANO PERIODE

2010-2014

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mmeperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

oleh Jody Marcello 1113113000061

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

PERNYATAAI\ BEBAS PLAGIARISME

Skripsi yang berjudul:

KERJASAMA INDONESIA DAN BRAZIL DALAM PENGADAAN PESAWAT SUPER TUCANO PERIODE 2OIO-2014

1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata I di Universitas Islarn Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari tertukti bahwa karya ini bukan hasil ka.rya asli atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di universitas Islam Negeri (ubi) Syarif Hidayatullah lakarta.

20 Januai20lT !I-

PERSETUJUAI{ PEMBIMBING SKRIPSI

Dengan ini, Pembimbing Slaipsi menyatakan batrwa mahasiswa:

Nama : Jody Marcello NIM : 1113113000061 Program Studi : Hubungan Internasional

Telah me,nyelesaikan penulisan slripsi dcngan judul:

KERIASAT{A INDONESIA DAN BR,AZIL DALAM PENGADAAN PESAWAT

Dan telah mernelruhi syarat untuk diuji.

Jakarta, 20 Januari 2017

Mengetahui, Menyetujui,

Rahmi Fitrimnti. M.Si NrP. 197709142A1rc12AM PENGBSAHAN PAI\ITIA UJIAN SKRIPSI

SKRIPSI

KERJASAMA INDONESIA DAN BRAZIL DALAM PENGADAAN PESAWAT

SUPER TUCANO PERIODE 2OLO-2014 Oleh Jody Marcello 1113113000061 Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 17 Januari 2018. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Hubungan Internasional.

Sekertaris,

Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal l7 Januari 2018 Studi Hubungan Internasional, Jakarta,

Il

ABSTRAK

Skripsi ini bertujuan untuk menganalisis tentang kerjasama yang dilakukan oleh Indonesia dan Brazil dalam pengadaan pesawat jenis Super Tucano periode 2010- 2014. Masalah penelitian dalam skripsi ini yaitu ketika Indonesia membeli sebuah pesawat tempur Super Tucano dari Brazil, namun peringkat militer Brazil masih dibawah Indonesia. Hal ini menarik karena Indonesia membutuhkan alutsista dari negara yang kemampuan militernya diatas Indonesia, namun Indonesia memilih Brazil sebagai partner kerjasama militernya. Metode Penelitian dalam skripsi adalah metode kualitatif. Hal ini dilakukan melalui studi wawancara dengan pihak yang terlibat dalam kerjasama tersebut dan studi pustaka dari berbagai sumber data primer dan sekunder. Dengan menggunakan satu teori dan satu konsep, yaitu teori pilihan rasional atau rational choice theory dari Von Neuman dan Oskar Morgenstern, serta Konsep Kerjasama dari K.J Holsti. Melalui bantuan teori dan konsep tersebut, ditemukan dua alasan utama faktor yang melatarbelakangi Indonesia memilih Brazil sebagai partner kerjasamanya. Alasan pertama yaitu karena Brazil dinilai sebagai satu-satunya negara yang mampu membuat pesawat Anti-Insurgency yang terbaik. Dan alasan yang kedua yaitu karena TNI Angkatan Udara membutuhkan regenerasi dari pesawat Anti- Insurgency terdahulu yaitu OV-10 Bronco. Kesimpulan utama dari penelitian skripsi ini adalah kerjasama militer yang terjalin antara Indonesia dan Brazil, tidak berdasarkan latar belakang peringkat militer masing-masing negara saja. Namun karena faktor kebutuhan dan memperhitungkan nilai kegunaan yang menjadi faktor utama terjalinnya kerjasama antara kedua negara tersebut dalam mendatangkan pesawat Super Tucano.

Kata kunci : Brazil, Indonesia, rational choice theory, Super Tucano, TNI Angkatan Udara

iv

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrrahim, segala puji dan syukur selalu penulis ucapkan kepada Allah swt atas segala rakhmat dan nikmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam tak lupa dihaturkan kepada Nabi

Muhammad saw.

Dalam pengerjaan skripsi ini, penulis telah melibatkan beberapa pihak yang sangat membantu dalam banyak hal. Oleh sebab itu, disini penulis sampaikan rasa terima kasih sedalam-dalamnya kepada :

1. Keluarga penulis, papa Margono Admojo dan mama Susilawati Saleh, kakak

Astari Meutia serta kakak ipar Johan Zulkarnain yang selalu memberikan

semangat, doa, dukungan, cinta, nasehat kepada penulis, hingga skripsi ini

dapat terselesaikan,

2. Bapak Ahmad Al Fajri, M.A, selaku Ketua Program Studi Hubungan

Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah menyetujui permohonan penyusunan skripsi,

3. Ibu Rahmi Fitriyanti, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah

membimbing dalam penyusunan skripsi ini dari awal seminar proposal hingga

selesai,

4. Dosen-dosen Hubungan Internasional UIN Jakarta. Terima kasih atas segala

ilmu yang telah diberikan selama masa perkuliahan,

v

5. Seluruh sahabat penulis, Anugrah, Kevin, Reyza, Adam, Alfa, Rasis, David,

Yogi, Arief, Dipto, Arega, Anya, Ridwan, Zacky, Grady, Gamal, Bekar,

Adnan, Deba, Aristo selaku teman sejak SD, SMP, SMA dan KKN.

6. Teman – teman HI-B, Icipers, Gesrek, dan bimbingan, Luthfan, Auzan, Alif,

Ghalib, Zhafir, Ade, Faris, Omi, Fitrah, Yusi, Aghita, Ardiansyah, Firdaus,

Faizal, Sakiinah, Fenin, Cahyo, dan Revy Auliya yang telah menemani

penulis selama empat tahun selama masa perkuliahan.

7. Kawan – kawan HI-2013 dan senior penulis, Rickmandaru, Agung, Faris,

Felicio, ka Rida, Rian, Fikri Mahir, Raihan, Firman. Terima kasih atas

dukungannya.

8. Sahabat-sahabat lainnya dan teman-teman HI UIN Jakarta angkatan 2013

yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. Terima kasih telah memberikan

energi positif kepada penulis selama masa perkuliahan.

Penulis berharap segala dukungan dan bantuan ini mendapatkan balasan dari

Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan untuk perbaikan di masa mendatang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi setiap pembacanya dan bagi perkembangan studi Hubungan Internasional

Jakarta, 4 Januari 2018

Jody Marcello

vi

DAFTAR ISI

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME……………………………………… i

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI…………………………………… ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI…………………………………… iii

ABSTRAK………………………………………………………………………... iv

KATA PENGANTAR……………………………………………………………. v

DAFTAR ISI……………………………………………………………………… vii

DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………... ix

DAFTAR SINGKATAN…………………………………………………………. . x

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………1

A. Pernyataan Masalah……...………………………………………….… 1 B. Pertanyaan Penelitian………………………………………………… 7 C. Tujuan Penelitian……...……………………………………….……… 7 D. Tinjauan Pustaka………..………………………………………..…… 8 E. Kerangka Teoritis…...………………………………………….………. 14 a. Teori Pilihan Rasional (Rational Choice Theory)………………….. 14 b. Konsep Kerjasama………………………………………………….. 16 F. Metode Penelitian….……………………………………………….… 19 G. Sistematika Penulisan…….………………………………………….… 21

BAB II KEKUATAN ANGKATAN UDARA REPUBLIK INDONESIA DAN BRAZIL………………………………………………………………… 24

A. Sejarah Hubungan Bilateral Indonesia dan Brazil…………………….….. 24 B. Sejarah dan Kekuatan Angkatan Udara Republik Indonesia……….…… 29

vii

C. Perkembangan Industri Militer Brazil………………..………………...… 36

BAB III SPESIFIKASI PESAWAT DAN PENCAPAIAN MILITER PESAWAT SUPER TUCANO………………………………………………………. 43

A. Spesifikasi Pesawat dan Peran Super Tucano dalam Operasi Militer……. 43 B. Negara-negara Pengguna Pesawat Super Tucano………………………… 48 C. Permasalahan dan insiden Pesawat Super Tucano di Indonesia…………… 58

BAB IV KERJASAMA PEMERINTAH INDONESIA DALAM PENGADAAN PESAWAT SUPER TUCANO………………………………………... 63

A. Brazil Mampu Menciptakan Pesawat Tempur Berkemampuan Anti Insurgency (Geriliya)………………………………………………..…… 63 B. Membutuhkan Pesawat Tempur Anti Insurgency Pengganti OV-10 Bronco ……………………………………………………………………………. 75

BAB V PENUTUP………………………………………………………….…….. 78

A. Kesimpulan………………………………………………………………… 78 B. Saran………………………………………………………………..………..81

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………… 82 LAMPIRAN……………………………………………………………………….. 91

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar I.A.1 Kekuatan Militer Negara-Negara diDunia Tahun 2017...... 27

Gambar II.C.1 Perusahaan Pembuat Pesawat Embraer……………………...... 40

Gambar III.A.1 Pesawat Super Tucano…………………………………………… 45

Gambar III.B.2 Pesawat Super Tucano TNI-AU…………………………………. 52

Gambar III.C.3 Negara-Negara Pengguna Pesawat Super Tucano……………….. 57

Gambar III.D.4 Jatuhnya Pesawat Super Tucano di Indonesia…………………… 61

ix

DAFTAR SINGKATAN

AK Avtomat Kalashnikova APEC Asia-Pacific Economic AS Amerika Serikat ASEAN Association of South East Asia Nations AU Angkatan Udara AURI Angkatan Udara Republik Indonesia EMB Embraer FARC Fueraz Armadas Revolucionarias de Colombia FEALAC Forum for East-Latin America Coorperation ITPC Indonesian Trade Promotion Center LANUD Lapangan Udara MIG Mikoyan-Gurevich NATO North Atlantic Treaty Organization NKRI Negara Kesatuan Republik Indonesia PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa PKI Partai Komunis Indonesia TKR Tentara Keamanan Rakyat TNI Tentara Nasional Indonesia TOT Transfer of Technology TU Tupolev

x

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Pada 2010, Indonesia dan Brazil mencapai kesepakatan dalam pengadaan pesawat tempur jenis turboprop dari Brazil yang bernama Super Tucano. Pesawat ini dipesan sebanyak 16 unit oleh TNI Angkatan Udara untuk memperkuat alutsista udaranya. Pesawat ini tergolong pesawat tempur jenis menengah. Karena jika dibandingkan dengan pesawat tempur lainnya seperti F-16 dan Sukhoi SU-30 yang dapat membawa total jumlah senjata lebih banyak, total jelajah yang jauh, dan kecepatan yang tinggi sehingga sulit untuk ditembak oleh senjata anti pesawat udara.

Sementara, pesawat Super Tucano ini tidak seperti pesawat jet yang dapat terbang dengan kecepatan tinggi, dan daya tempuh yang tidak jauh. Pesawat ini hanya didesain untuk terbang rendah dalam misi pengintaian, patroli, dan melakukan serangan anti geriliya.1

Kontrak pembelian pesawat tersebut senilai USD 285 juta, dimana pesawat tersebut akan ditempatkan di Lanud Abdurahman Saleh, Malang. Menurut Kepala

Badan Sarana Pertahanan, Laksamana Muda TNI Leonardi, yang menyatakan bahwa skema pembelian pesawat tersebut dilakukan dengan Government (G) to Factory (F).

1 Ita lismawati F. Malau, “Mengenal si Ringan Super Tucano, VIVAnews, diunggah pada 2 September 2012”, diakses pada 10 November 2016, tersedia di: http://www.viva.co.id/berita/nasional/348154-mengenal-si-ringan-super-tucano?.

1

Dan proses pembelian dilakukan oleh pemerintah langsung kepada pabrik pembuat dari pesawat Super Tucano tersebut yaitu Embraer.2

Pesawat Super Tucano buatan Embraer ini di desain untuk misi pengintaian, close air support dan mengatasi pemberontak. Pesawat ini memiliki dua versi, yaitu tipe A-29 ALX (single seat) dan AT-29B (double seat). Dari segi kemampuan, pesawat ini juga sebanding dengan pesawat jenis F-5E Tiger dengan tingkat survivability yang tinggi.3

Pesawat jenis Super Tucano ini memiliki daya angkut senjata yang jumlahnya terbatas, dan Super Tucano juga tidak memiliki warning receiver sehingga tidak dapat mendeteksi rudal anti pesawat yang dipandu radar, dan dapat mengurangi efektivitas pemakaian flare jika dipasang terhadap misil. Gaya gravitasi dari pesawat ini tergolong baik, sehingga memiliki kemampuan ideal untuk melakukan pertempuran dog fight.4

Pesawat Super Tucano mulai dikenal dunia internasional sejak operasi

Phoenix angkatan udara Kolombia pada 2008, di mana pesawat Super Tucano dari negara tersebut berhasil menewaskan pemimpin pemberontak (Fueraz Armadas

Revolucionarias de Colombia) FARC, Raul Reyes, dalam suatu serangan Operasi di

2 Syamsul Anwar Khoemaeni, “Ini Skema Kontrak Pembelian Pesawat Super Tucano TNI AU”, Okezone, diunggah pada 15 Februari 2016, diakses pada 19 Januari 2018, tersedia di laman : http://www.google.co.id/amp/s/news.okezone.com/amp/2016/02/15/337/1311964/ini-skema-kontrak- pembelian-pesawat-super-tucano-tni-au. 3 “Spesifikasi dan Kemampuan Pesawat Super Tucano” TNI ANGKATAN UDARA, diakses pada tanggal 1 Januari 2017, tersedia di laman : https://tni-au.mil.id/konten/kai-kt-1/ 4 TNI ANGKATAN UDARA, Spesifikasi dan Kemampuan Pesawat Super Tucano

2

lintas perbatasan ke Venezuela. Pesawat ini memang digunakan di sejumlah negara

Amerika Latin seperti Republik Dominika, Kolombia, Ekuador, dan . Selain

Indonesia, Brazil juga mengekspor pesawat ini ke , Burkina Faso, dan

Mauritania5.

Sementara itu, yang menarik untuk dibahas adalah soal kekuatan militer kedua negara, Indonesia masih menduduki peringkat militer diatas Brazil, yaitu Indonesia menduduki peringkat 14 dunia, dan Brazil menduduki peringkat 17 di dunia.6 Berada pada peringkat di atas Brazil dunia akan membuat militer Indonesia terus meningkatkan alutsista dan membuat beberapa pembaruan. Modernisasi dan peningkatan kekuatan milier ini dilakukan agar Indonesia bisa ikut serta dalam operasi gabungan dengan beberapa negara lain. Pentingnya peningkatan kapasitas angkatan udara RI dianggap penting karena sebagian wilayah udara RI masih merupakan wilayah negara Singapura. Hal ini terjadi karena kurangnya teknologi yang dimiliki oleh Indonesia, sehingga modernisasi alutsista terutama di bidang

Angkatan Udara menjadi sangat dibutuhkan7.

5 Nani Afrida, “Air Force Awaits Four Last Tucano Jet Fighters”, The Jakarta Post, diunggah pada 19 Februari 2016, diakses pada 14 Juni 2016, tersedia di: http://www.thejakartapost.com/news/2016/02/19/air-force-awaits-four-last-tucano-jet-fighters.html. 6 Adriani Zulivan, “Kekuatan Militer Indonesia Terbaik di Asia Tenggara, 15 Besar di Dunia”, Good News From Indonesia, diunggah pada 18 Juli 2017, diakses pada 14 Agustus 2017, tersedia di laman : https://www.goodnewsfromindonesia.id/2017/07/18/kekuatan-militer-indonesia- adalah-yang-terbaik-di-asia-tenggara-15-besar-di-dunia. 7 “Militer Indonesia Terkuat No. 12 di Dunia”, Jurnal Asia, diunggah pada 5 Oktober 2015, diakses pada 14 Juni 2016, tersedia di laman : http://www.jurnalasia.com/2015/10/05/militer- indonesia-terkuat-no-12-di-dunia/.

3

Gambar I.A.1 Kekuatan Militer Negara-negara diDunia Tahun 20178

Top 25 Military Powers

Rank Country Power Index Rating 1 United States of America 0.0857 2 Russia 0.0929 3 China 0.0945 4 India 0.1593 5 0.1914 6 United Kingdom 0.2131 7 Japan 0.2137 8 Turkey 0.2491 9 Germany 0.2609 10 Egypt 0.2676 11 Italy 0.2694 12 South Korea 0.2741 13 Pakistan 0.3287 14 Indonesia 0.3347 15 0.3476 16 Vietnam 0.3587 17 Brazil 0.3654 18 Taiwan 0.3765 19 Poland 0.3831 20 Thailand 0.3892 21 Iran 0.3933 22 Australia 0.4072 23 North Korea 0.4218 24 Saudi Arabia 0.4302 25 Algeria 0.4366

Dari data yang dihimpun di atas dari situs militer global fire power dapat dilihat bahwa peringkat militer Indonesia berada pada urutan ke 14 di dunia,

8 “2017 Military Strength Rangking”, Global Fire Power, diakses pada 12 Desember 2017, tersedia di laman: https://www.globalfirepower.com/countries-listing.asp. Data dikelola oleh penulis.

4

sedangkan Brazil menduduki peringkat 17, sedikit di bawah Indonesia. Fakta tersebut menjadi menarik signifikansi dari penelitian ini adalah Indonesia membeli alutsista pesawat tempur dari negara yang peringkat militernya dibawah Indonesia. Karena, sebagai negara berkembang, tentu Indonesia memiliki peluang untuk melakukan kerjasama dibidang militer ini dengan negara yang memiliki kemampuan militer di atas Indonesia, seperti, China, Rusia, Perancis, Rusia, dan Amerika Serikat.

Hingga tahun 2015, TNI AU masih mengoperasikan 12 unit F-16 Fighting

Falcon Block 15 A/B OCU. Indonesia akan menambah jumlahnya menjadi 24 buah dengan varian C/D 52ID. Selain produk Barat, Indonesia juga memiliki pesawat buatan Rusia, antara lain, lima unit Sukhoi Su-27 SK/SKM dan 11 Su-30 MK/MK2.

Selain itu, masih ada 16 unit jet tempur KAI T-50 Golden Eagle dan 12 unit EMB

314 Super Tucano. Dari sudut kekuatan personel, TNI AU memiliki 37.850 personel yang masih aktif berdinas. Hingga saat ini, Indonesia juga memiliki 510 pesawat, 110 di antaranya adalah pesawat tempur9.

Menarik untuk disimak ketika proses kedatangan pesawat Super Tucano masih berlangsung, hubungan bilateral Indonesia-Brazil memburuk karena pemerintah Indonesia mengeksekusi warga negara Brazil akibat kasus pengedaran narkotika. Sejak eksekusi dilakukan, Brazil memprotes keras tindakan Indonesia dengan memulangkan duta besar Indonesia untuk Brazil pada 2015, serta pemutusan

9 Yulistyo Pratomo, “Seberapa kuat TNI AU dibanding Malaysia & Australia?”, Merdeka, diunggah pada 9 April 2015, diakses pada 10 Juni 2016, tersedia di laman: https://www.merdeka.com/peristiwa/seberapa-kuat-tni-au-dibanding-angkatan-udara-malaysia- australia/jumlah-personel.html.

5

hubungan diplomatik yang dilakukan secara sepihak oleh pemerintahan negara tersebut10.

Sejak memanasnya hubungan antara Indonesia dan Brazil, masing-masing negara mengambil langkah sendiri. Hubungan politik Indonesia dan Brazil kini sudah berangsur membaik. Pada tanggal 1 Oktober 2015, Menteri Luar Negeri Brazil,

Mauro Luiz Vieira, mengatakan bahwa Duta Besar Indonesia untuk Brazil, Toto

Riyanto, akan diikutsertakan dalam acara penyerahan surat kepercayaan atau credentials kepada Presiden Brasil, Dilma Rouseff.

Indonesia merupakan mitra strategis bagi brazil sejak 2008, dan merupakan mitra dagang kedua terbesar di ASEAN dengan total perdagangan sebesar US$ 4,05 miliar pada 2014 yang meliputi, tekstil dan hasil alam seperti minyak kelapa sawit.

Selain itu jumlah wisatawan Brazil ke Indonesia mencapai 16.310 orang pada tahun

2013, kedua negara juga memiliki kerjasama disejumlah organisasi internasional, seperti PBB, G-20, dan (Forum for East-Latin America Coorperation) FEALAC11.

Dengan demikian, tentu menjadi sebuah signifikansi yang menarik untuk dibahas, jika melihat dari kerjasama yang dijalin antara Indonesia dan Brazil,

Indonesia saat ini masih menduduki peringkat militer no 14 dunia, dan Brazil

10 Tanti Yulianingsih, “Kecam Keras Eksekusi Mati, Brasil Ancam Putus Kerja Sama Ekonomi”, Liputan6, diunggah pada 29 April 2015, diakses pada 10 Mei 2016, tersedia di laman: http://global.liputan6.com/read/2222527/kecam-keras-eksekusi-mati-brasil-ancam-putus-kerja-sama- ekonomi. 11 Arkhelaus Wisnu, “Hubungan Indonesia dengan Brasil Kembali Membaik”, Tempo.co, diunggah pada 1 Oktober 2015, diakses pada 9 Juni 2016, tersedia di laman: https://nasional.tempo.co/read/705436/hubungan-indonesia-dengan-brasil-kembali-membaik.

6

menduduki peringkat 17 dunia. Hal yang menarik untuk dikaji adalah apa faktor yang menjadikan Brazil sebagai mitra kerjasama militer Indonesia, mengingat Indonesia dapat melakukan pembelian pesawat tempur dengan negara-negara yang memiliki kapabilitas yang lebih baik ketimbang Brazil.

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan dari latar belakang yang telah dijabarkan, maka pertanyaan penelitian yang tepat adalah: “Mengapa Indonesia menjalin kerjasama dengan Brazil dalam pengadaan pesawat jenis Super Tucano Periode 2010-2014?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian untuk memperdalam mengenai Kerjasama Indonesia dan

Brazil dalam pengadaan Pesawat Super Tucano Periode 2010-2014 adalah:

1. Mengetahui faktor yang melatarbelakangi terjalinnya kerjasama militer antara

Indonesia dan Bazil terhadap pesawat Super Tucano.

2. Mengetahui keuntungan dari kerjasama militer dengan Brazil bagi Indonesia.

Selain itu, terdapat pula manfaat penelitian mengenai kerjasama dalam pengadaan Pesawat Super Tucano, yaitu:

7

1. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan dalam penelitian yang berkaitan

dengan topik pembahasan mengenai kerjasama Indonesia dan Brazil dibidang

militer.

2. Penelitian ini dapat menambah khazanah keilmuan dalam bidang Hubungan

Internasional.

D. Tinjauan Pustaka

Kerjasama Indonesia dan Brazil dalam pengadaan pesawat tempur jenis Super

Tucano telah ditandatangani sejak tahun 2010. Hal ini menarik untuk dikaji, karena yang pertama peringkat kekuatan militer Brazil di bawah Indonesia. Kedua, jika dibandingkan dengan pesawat sejenis yang dibuat oleh China, pesawat dari China lebih efisien dengan harga yang sama. Kritik juga dilayangkan oleh TNI Angkatan

Udara yang menyatakan bahwa pembelian delapan unit Super Tucano tak mencukupi untuk melakukan alih teknologi secara optimal. Dalam Tinjauan Pustaka kali ini akan menjabarkan beberapa karya yang membahas mengenai kerjasama Indonesia dan

Brazil, serta hal-hal yang terkait dengan kerjasama yang telah jabarkan sebelumnya.

Pertama, „‟Kerjasama Indonesia dan Rusia dalam Pengadaan Alutsista dan Kaitannya dengan Stabilitas Pertahanan dan Keamanan Indonesia”. Studi ini ditulis oleh Denny Kusdinar Pratama, mahasiswa FISIP Universitas Pasundan.

Dalam kerjasama ini, Indonesia bertujuan untuk membeli berbagai macam

8

persenjataan dari Rusia untuk memenuhi kebutuhan Angkatan Bersenjata Indonesia yang nantinya akan digunakan untuk menjaga wilayah perbatasan Indonesia dari pelanggaran-pelanggaran perbatasan dan gangguan keamanan dalam negeri dari kelompok separatis yang sering terjadi saat ini. Menurut Denny, karena letak geografis negara Indonesia berdekatan dengan banyak negara, maka diperlukan alutsista yang kuat dan canggih sehingga keamanan maritim wilayah NKRI terjamin dengan aman.

Hasil penelitian Denny Kusdinar megemukakan bahwa produksi industri militer Rusia yang sangat amat terkenal dan menjadi senjata yang sangat legendaris hingga sekarang ini adalah produksi senapan serbu AK-47. Senjata legendaris AK-47 didesain oleh Mikhail Kalashnikov, AK-47 sendiri adalah singkatan dari Avtomat

Kalashnikova 1947, diproduksi oleh pembuat senjata Rusia IZhMASh. Denny lebih memfokuskan penelitiannya di bidang senjata pertahanan prajurit dan kekuatan alutsista udara. Hal ini menjadi penting karena kekuatan senjata yang dimilki prajurit juga membantu kesiapan Indonesia dalam mempertahankan kedaulatannya.

Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode kualitatif.

Dimana pendapat yang digunakan merupakan sumber yang bersifat multiinterpretatif.

Dari segi metode, juga menggunakan metode kualitatif dalam penelitiannya, namun berbeda fokus kajiannya. Sedangkan penelitian yang sedang diteliti adalah faktor yang melatarbelakangi Indonesia menjalin kerja sama dengan Brazil, terutama dalam

9

pengadaan pesawat Super Tucano. Dan penelitian yang sedang dilakukan saat ini tidak ada kaitannya dengan tema yang dibahas oleh saudara Denny Kusdinar.

Penelitian Denny juga memaparkan kekuatan militer Rusia dalam pertahanan udara. Pesawat tempur Sukhoi buatan Rusia tentu tidak asing lagi di telinga orang

Indonesia, hal ini dikarenakan oleh kebijakan pemerintah Indonesia yang membeli beberapa unit pesawat tempur Sukhoi buatan Rusia untuk memenuhi kebutuhan angkatan bersenjatanya, terutama Angkatan Udara. Sebenarnya tidak hanya pesawat

Sukhoi saja yang dimiliki oleh industri militer Rusia, masih ada MiG, Ilyushin,

Tupolev, dan lain-lain. Tetapi, pesawat Sukhoi dan MiG lah yang paling diunggulkan pada saat ini oleh industri militer Rusia. Kelebihan dari pesawat tempur buatan Rusia antara lain memiliki jarak tempuh yang jauh tanpa mengisi bahan bakar tambahan dan memiliki manuver yang tidak bisa dilakukan oleh pesawat lainnya.

Penelitian dengan tema pertahanan udara yang dijabarkan oleh Denny telah menganalisa faktor-faktor apa yang melatarbelakangi Indoensia dalam menjalin kerjasama militer dengan Rusia dan secara peringkat dunia dikemukakan bahwa

Rusia menduduki peringkat kedua di dunia. Sedangkan Brazil menduduki peringkat ke-22 yang menempatkannya di bawah peringkat Indonesia. Jadi, penelitian oleh

Denny ini porsinya pas karena bekerjasama dengan negara yang lebih kuat secara militer.

Kedua, adalah judul skripsi “Latar Belakang Kerjasama Indonesia dan

Korea Selatan dalam Peningkatan Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista). Studi

10

Kasus Pembelian Pesawat T-50” ditulis oleh Aditya Permana, dari Universitas

Veteran Yogyakarta.

Penelitian ini membahas soal kekuatan alutsista udara Indonesia dan Korea

Selatan dan kegunaan dari pesawat tempur T-50 itu sendiri. Skripsi ini juga membahas Latar Belakang Kerjasama Indonesia dan Korea Selatan dalam

Peningkatan Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista). Studi Kasus Pembelian Pesawat

T-50. Metode penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini berkaitan dengan sifat data sekunder berupa buku-buku artikel, jurnal yang terkait dengan kerja sama Indonesia dengan Korea Selatan dalam peningkatan alat utama sistem senjata.

Aditya Permana memfokuskan pasca embargo senjata oleh Amerika Serikat kepada Indonesia pada tahun 1990-an yang menyebabkan melemahnya kekuatan militer Indonesia kala itu. Untuk mengantisipasi hal seperti itu terjadi lagi, khususnya embargo militer oleh negara produsen militer, Indonesia menjalin kerjasama dengan negara lain yang mau untuk mengalihkan teknologinya ataupun kerjasama dalam joint produksi bersama.

Alih teknologi akan membuat negara yang membeli dari negara produsen akan ikut belajar dan bahkan memungkinkan untuk membuatnya sendiri tanpa harus membeli dari negara lain. Dengan demikian, negara berkembang yang ingin mengembangkan teknologi militernya dapat melakukannya dengan mandiri tanpa ketergantungan dengan negara lain.

11

Dalam penjabaran ini sudah jelas bahwa keinginan kerjasama Indonesia didorong karena dampak dari embargo militer oleh AS, dan hubungan dengan Korea

Selatan juga telah berjalan dengan baik sejak tahun 1966. Meskipun skripsi Aditya

Permana membahas soal kerjasama Pesawat tempur, namun berbeda dengan yang dijabarkan, perbedaan itu cukup jelas dilihat dari negara yang terlibat.

Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi oleh Aditya Permana adalah metode kualitatif. Karena sumber yang dimuat berdasarkan pendapat multiinterpretatif. Meskipun kerjasama yang diteliti oleh Aditya Permana, membahas soal kerjasama milliter di bidang pesawat tempur. Namun, perbedaannya, Aditya

Permana memfokuskan penelitiannya tentang pengadaan pesawat T-50 buatan Korea

Selatan.

Sedangkan pembahasan yang diteliti saat ini adalah tentang pengadaan pesawat jenis Super Tucano dari Brazil. Meskipun kerjasama yang dibahas dalam tema yang sama, yaitu pengadaan pesawat tempur, namun dilakukan oleh negara yang berbeda dan jenis pesawat yang berbeda. Perbedaan itu terletak pada jenis pesawat dan negara yang terlibat. Pesawat T-50 Golden Eagle merupakan pesawat tempur jenis pesawat jet, sedangkan Super Tucano adalah pesawat jenis Turboprop.

Terakhir adalah “Hubungan Kerjasama Militer Indonesia dan Cina dalam

Hal Pengadaan Alutsista” dari Universitas Muhamadiyah Yogyakarta Program

Studi Hubungan Internasional. Tujuan penulisan ini adalah Untuk mengetahui sebab- sebab atau alasan mengapa Indonesia melakukan kerjasama dalam bidang militer

12

dengan Cina. Dengan eratnya hubungan diplomatik Indonesia dan Cina, membuat kerjasama di antara kedua negara terjalin cukup erat. Secara khusus, nota kesepakatan militer Indonesia dan Cina meliputi pembinaan sumber daya manusia dan pengembangan ilmu pengetahuan dan industri di bidang militer.

Dalam penelitiannya, lebih memfokuskan hubungan bilateral kedua negara dan kerjasama alutsista yang dijalin oleh Indonesia dan Cina. Serta mempertimbangkan dampak dari kerjasama alutsista tersebut terhadap hubungan

Indonesia dan Amerika Serikat. Karena, selama ini Amerika Serikat mendominasi pengadaan senjata di negara-negara kawasan ASEAN, khususnya Indonesia.

Cakupan militer yang terdapat dalam penelitian tersebut adalah sumber daya manusia dan alih teknologi, tidak dijabarkan mengenai pesawat tempur, serta kerjasama militer Indonesia dan latarbelakang Indonesia memilih Cina sebagai mitra dalam kerjasama tersebut. Kerjasama yang dijabarkan dalam penelitian tersebut tidak membahas mengenai Angkatan Udara.

Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode kualitatif. Karena dijelaskan beberapa sumber dalam penulisannya berasal dari pendapat dalam penulisan jurnal tersebut. Di mana pendapat yang digunakan merupakan sumber bersifat multiinterpretatif. Penelitian yang dilakukan lebih memfokuskan kerjasama militer dalam bentuk umum, tidak spesifik seperti yang penelitian ini yang lebih menjabarkan tentang pesawat Super Tucano.

13

E. Kerangka Teoretis

1. Teori Pilihan Rasional (Rational Choice Theory)

Dalam Ilmu Hubungan Internasional, kebijakan merupakan salah satu fokus yang penting dalam pengambilan keputusan-keputusan yang berkaitan dengan kepentingan-kepentingan sebuah negara, termasuk kebijakan luar negerinya. Untuk menjelaskan alasan tersebut, rasionalitas dianggap sebagai hal yang penting untuk dijadikan tolak ukur terhadap keputusan sebuah negara dalam mengambil kebijakan.12 Dari kebijakan tersebut, maka terciptalah sebuah konsep rasionalitas yang kemudian dikembangkan dalam Rational Decision Making Model atau dapat disebut juga dengan Rational Choice Theory.13

Seperti yang dikemukakan oleh Von Neumann dan Oskar Morgenstern,

Rational Choice Theory merupakan konsep analisa dalam pengambilan kebijakan dengan memaksimalkan nilai terhadap pilihan yang mungkin saja bisa mengandung reksiko.14 Neumann dan Morgenstern menjelaskan, bahwa dalam pilihan rasional bergantung dari bagaimana para pengambil kebijakan dapat memaksimalkan nilai utilitas (utility function) pada pilihan yang ditentukan tersebut. Utility function atau nilai utilitas merupakan perhitungan atas kemampuan suatu barang dalam

12 Joe Oppenheimer, A Rational Choice Theory Guide to Politics and Social Justice, (London: Cambridge University Press, 2012), 10. 13 Joe Oppenheimer, A Rational Choice Theory Guide to Politics and Social Justice, 10 14 Rose Mcdermott, Risk Taking in International Politics: Prospect Theory in American Foreign Policy, (United States of America: University of Michigan Press, 2001), 17

14

memberikan manfaat dan nilai kegunaannya terhadap penggunanya, termasuk terhadap pilihan kebijakan yang diutamakan.15

Pandangan berbeda disampaikan oleh Joe Oppenheimer terhadap Neumann yang lebih menekankan pilihan rasional dari kalkulasi nilai utilitas. Menurut pendapat

Joe Oppenheimer, self interest preferences merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap pilihan rasional.16 Menurutnya, pilihan dibuat oleh aktor yang memiliki kepentingan sesuai dengan preferensi mereka. Oppenheimer memandang self interest prefences tidak hanya sebatas kepentingan seorang aktor, namun juga dapat menjadi kepentingan secara kolektif, dan bergantung pada lingkungan eksternal yang memperngaruhinya.17

Penelitian ini menggunakan rational choice theory yang dirumuskan oleh Von

Neumann dan Oskar Morgenstern yang menyatakan bahwa rasionalitas dianggap sebagai hal yang penting untuk dijadikan tolak ukur terhadap keputusan sebuah negara dalam mengambil kebijakan.18

Teori pilihan rasional ini dinilai tepat untuk menganalisa alasan pemerintah

Indonesia menjalin kerjasama dengan Brazil dalam pengadaan pesawat Super

Tucano. Karena dalam penelitian ini, pilihan yang dilakukan oleh pemerintah dan

15 Darren Prokop, “Vonn Neumann-Mogernstern Untility Function”, Function, Encyclopedia Britannica, Artikel [online] tersedia di laman http://www.britannica.com/topic/von-Neumann- Morgenstern-untility-function diakses pada 5 Januari 2018 16 Joe Oppenheimer, A Rational Choice Theory Guide to Politics and Social Justice, (London Cambridge University Press, 2012), 10. 17 Joe Oppenheimer, A Rational Choice Theory Guide to Politics and Social Justice, 10 18 Joe Oppenheimer, A Rational Choice Theory Guide to Politics and Social Justice, 10

15

TNI-AU merupakan pilihan yang rasional dan disesuaikan dengan kebutuhan, tanpa memandang latar belakang peringkat militer negara tersebut. Dan hal ini akan memudahkan bagi para pembaca dalam mengsingkronisasikan antara jawaban penelitian dengan teori tersebut.

2. Konsep Kerjasama

Kerjasama merupakan suatu upaya untuk mendapatkan keuntungan yang lebih baik dan lebih banyak. Seperti yang di kutip dari Holsti, kerjasama merupakan suatu proses di mana pemerintahan suatu negara saling melakukan pendekatan dengan membawa penanggulanagan masalah, melakukan negosiasi serta mendiskusikan suatu masalah, menyimpulkan bukti-bukti teknis untuk membernarkan suatu usul atau yang lainnya, dan mengakhiri perundingan dengan suatu perjanjian atau saling pengertian yang memuaskan semua pihak.

Holsti menambahkan bahwa kerjasama dapat didefiniskan sebagai :19

1. Pandangan bahwa dua atau lebih kepentingan, nilai, atau tujuan saling

bertemu dan dapat menghasilkan sesuatu, dipromosikan, atau dipenuhi oleh

semua pihak sekaligus.

2. Pandangan atau harapan dari satu negara bahwa kebijakan yang diputuskan

oleh negara lainnya akan membantu negara itu untuk mencapai kepentingan

dan nilai-nilainya.

19 KJ Holsti, Politik Internasional: Suatu Kerangka Analisa, terj. Juwono Sudarsono, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1987), 652-653.

16

3. Persetujuan atas masalah tertentu antara dua negara atau lebih dalam

rangka memanfaatkan persamaan kepentingan atau bantuan kepentingan.

4. Aturan resmi atau tidak resmi mengenai transaksi di masa depan yang

dilakukan untuk melaksanakan persejutuan.

5. Transaksi antarnegara untuk memenuhi persetujuan mereka.

Dalam dunia internasional, banyak upaya dari negara-negara untuk melakukan kerjasama demi mendapatkan keuntungan yang lebih signifikan dan saling menguntungkan bagi kedua belah pihak. Hal ini dikarenakan pada dasarnya setiap negara akan membutuhkan negara lainnya dalam rangka untuk mencapai kepentingan nasional bagi negara-negara tersebut. Seperti yang dikemukakan oleh Rourke yang menyatakan bahwa setiap individu akan cenderung melakukan kerjasama agar mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin.20

Perkembangan zaman yang semakin maju terutama di bidang teknologi mendorong negara-negara di dunia berkembang pesat. Setiap negara di dunia akan meremajakan atau memodernisasikan berbagai teknologi yang dimilikinya, khususnya teknologi militernya. Hal ini mengingat tidak adanya lembaga atau otoritas tertinggi yang melebihi negara di dalam tatanan sistem internasional yang dapat mengatur tindakan negara, sehingga setiap negara yang telah merdeka dapat memutuskan tindakannya sendiri. Oleh karena itu, setiap negara akan terus

20 Rourke T, International Politics on The World Stage, (University of Connecticut: McGraw- Hill/Dushkin, 2005), 18.

17

mengembangkan kekuatan militernya serta memodernisasi alutsista guna melindungi kedaulatan serta keamanan negaranya.

Dalam dunia internasional, kerjasama yang tercipta antarnegara dikarenakan oleh beberapa faktor, seperti, adanya kepentingan suatu negara untuk meminimalkan biaya untuk mengimplementasikan suatu kebijakan, sehingga kebijakan tersebut dapat terlaksana dengan lebih efisien bagi kesejahteraan ekonomi rakyatnya. Selain itu faktor yang mempengaruhinya adalah apabila ada musuh atau ancaman yang membuat suatu negara melakukan kerjasama dengan negara lainnya.21

Indonesia sebagai negara yang merdeka dan berdaulat tentu akan meningkatkan kapasitas dan kapabilitas kekuatan militernya, terutama Angkatan

Udara Indonesia. Saat ini, banyak negara-negara di dunia yang telah meningkatkan kekuatan militernya demi menjaga kedaulatan negara mereka masing-masing.

Peningkatan tersebut disertai dengan modernisasi alutsista dengan berbagai teknologi yang lebih mutakhir. Oleh karena itu, Indonesia merasa perlu melakukan kerjasama militer dengan negara-negara yang memiliki kemampuan tersebut demi memenuhi kepentingan nasionalnya.

Salah satu negara yang dijadikan Indonesia sebagai rekan kerjasama militernya adalah Brazil. Kemampuan brazil mengembangkan pesawat tempur dilihat

Indonesia sebagai suatu keuntungan. Pada 2008, pesawat Super Tucano mulai dikenal dunia internasional sejak operasi Phoenix Angkatan Udara Kolombia pada 2008, di

21 KJ Holsti, Politik Internasional: Suatu Kerangka Analisa, 362.

18

mana pesawat Super Tucano negara tersebut berhasil menewaskan pemimpin pemberontak FARC, Raul Reyes, dalam suatu serangan Operasi di lintas perbatasan ke Venezuela22.

Dengan penjabaran tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa konsep kerjasama dari K.J Holsti dalam penelitian ini dinilai tepat, karena unsur-unsur kerjasama antara Indonesia dan Brazil telah terjalin beserta pendapat-pendapatnya.

Keunggulan pesawat tersebut seperti yang telah dijelaskan, dapat menambah keyakinan pemerintah dan TNI-AU untuk menjalin kerjasama tersebut, yang mengedepankan nilai kegunaan dan manfaat dari pesawat Super Tucano tersebut.

F. Metode Penelitian

Jenis metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.

Penjelasan penelitian ini dengan menjelaskan dasar dan landasan sebagai alat untuk melakukan penelitian. Sebagian besar jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder, di mana sumber-sumber dari internet dan tinjauan pustaka adalah data-data yang diperoleh oleh peneliti.

Menurut Strauss dan Corbin, penelitian kualitatif merupakan jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat diperoleh dengan mengunakan prosedur-prosedur statistik.23 Sedangkan menurut Boghdan dan Biklen,

22 Nani Afrida, Air Force Awaits Four Last Tucano Jet Fighters. 23 Pupu Saeful Rahmat, Metode Penelitian, hal. 2, diakses pada 1 juni 2016, terdapat di laman: http://yusuf.staff.ub.ac.id/files/2012/11/Jurnal-Penelitian-Kualitatif.pdf.

19

penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur yang menghasilkan data deskriptif, seperti data tertulis, lisan dan perilaku orang yang diamati.24

Selanjutnya, menggunakan teknik pengumpulan data, di mana penelitian ini akan menganalisa berbagai literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti yaitu, Jurnal, artikel, dan dokumen dari berbagai media elektronik, termasuk dari website resmi, seperti website Kementerian Luar Negeri, dan website resmi milik

TNI Angkatan Udara. Selain itu, juga akan melakukan wawancara kepada pihak- pihak yang bersangkutan dari pihak militer dan instansi terkait dengan terjalinnya kerjasama tersebut. Narasumber dalam penelitian ini yaitu Sekertaris Jenderal

Kementerian Pertahanan Republik Indonesia periode 2010 - 2013, Marsekal Madya

(Purn) Eris Heriyanto, S.iP, M.A.

Metode penelitian yang terakhir adalah prosedur penelitian, prosedur pelaksanaan penelitian ini dibagi ke dalam beberapa tahap, yaitu, Tahap Persiapan

Menentukan Masalah yang diteliti adalah persiapan utama dalam pengajuan penelitian. Kemudian, merumuskan pertanyaan yang akan diteliti. Selain itu, melakukan Tinjauan Pustaka terkait penelitian yang akan dilakukan. Selanjutnya, menyusun Proposal Penelitian. Terakir, mengajukan Proposal Penelitian kepada

Dewan Pembimbing Skripsi untuk medapatkan pengesahan dan perbaikan.

Tahap pertama, yaitu tahap Pengambilan Data Kualitatif. Penggambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan membaca berbagai jurnal, artikel, dan reserach

24 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), 9.

20

terkait masalah yang diteliti. Selain itu, penelitian ini melakukan wawancara terhadap pihak-pihak yang bersangkutan terhadap judul atau pertanyaan yang sedang diteliti.

Dan tahap kedua, yaitu tahap penyelesaian, penelitian ini diselesaikan dengan menampilkan hasil analisis dan penelitian, kemudian membahas masalah penelitian berdasaran teori dan konsep yang digunakan. Terakhir, menarik kesimpulan dan membuat saran dari hasil penelitian.

G. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Pembahasan dalam Bab I berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka pemikiran, daftar pustaka serta metode penelitian. Dijelaskan dalam Bab I, yaitu latar belakang tentang bagaimana awal kerjasama ini dijalin, bagaimana spesifikasi pesawat tempur Super Tucano, dan peringkat militer kedua negara tersebut.

BAB II KEKUATAN ANGKATAN UDARA INDONESIA DAN BRAZIL

Dalam pembahasan ini akan dijelaskan bagaimana sejarah dan kekuatan militer, khususnya Angkatan Udara Republik Indonesia dan Brazil. Selain sejarah dan kekuatan Angkatan Udara kedua negara tersebut, akan dijelaskan permasalahan yang dihadapi kedua negara tersebut, dan kerjasama yang pernah dijalin antara kedua negara tersebut, baik militer atau nonmiliter.

21

BAB III SPESIFIKASI PESAWAT DAN PENCAPAIAN OPERASI MILITER

PESAWAT SUPER TUCANO

Pada pembahasan di Bab III, akan dijelaskan tentang spesifikasi dan keunggulan pesawat Super Tucano. Dan akan dijelaskan negara-negara apa saja yang menggunakan pesawat tersebut yang disertai dengan perbandingan keunggulan pesawat tersebut dari negara yang memilikinya.

Pada Bab III ini juga akan dijelaskan pencapaian dari kegunaan pesawat tersebut. Termasuk keberhasilan dalam operasi-operasi militer, patroli, dan keunggulan-keunggulan lainnya. Sehingga, dapat menjawab secara umum, alasan pemerintah menjalin kerjasama atas pengadaan pesawat tersebut.

BAB IV KERJASAMA PEMERINTAH INDONESIA DALAM PENGADAAN

PESAWAT SUPER TUCANO DARI BRAZIL

Pada pembahasan dalam Bab IV ini, akan menjelaskan tentang faktor-faktor yang dijalin oleh pemerintah Indonesia dengan pemerintah Brazil dalam mendatangkan pesawat tersebut. Selanjutnya akan dijelaskan tentang alasan pemerintah Republik Indonesia dalam mendatangkan pesawat tersebut mulai dari alasan umum ke alasan khusus.

Dalam pembahasan di Bab IV akan dijabarkan hasil dari wawancara sumber terkait untuk menjawab berbagai pertanyaan penelitian demi melengkapi karya ilmiah ini, dimana pertanyaan tersebut menjadi alasan signifikansi atas karya ilmiah ini

22

tentang permasalahan-permasalahan kerjasama ini dan termasuk untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah dijabarkan peneliti.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian, berupa jawaban atas pertanyaan peneliti dan saran

23

BAB II

KEKUATAN ANGKATAN UDARA REPUBLIK INDONESIA DAN

BRAZIL

Dalam pembahasan ini akan dijelaskan bagaimana sejarah dan kekuatan militer khusunya Angkatan Udara Republik Indonesia dan Brazil. Selain sejarah dan kekuatan Angkatan Udara kedua negara tersebut, akan dijelaskan sejarah hubungan bilateral Indonesia dengan Brazil, dan kerjasama militer yang pernah dijalin antara kedua negara tersebut.

Kemudian pada bab ini juga akan dibahas seputar masalah-masalah yang dialami oleh Angkatan Udara Republik Indonesia dan Brazil. Masalah tersebut terkait dengan perawatan dan faktor politik dalam negeri.

A. Sejarah Hubungan Bilateral Indonesia dan Brazil

Hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Brazil dimulai pada 1953.

Dalam aspek politik, kedua negara secara umum berlangsung dengan baik. Kesamaan kebijakan luar negeri kedua negara tersebut mengutamakan mekanisme multilateral dalam menangani berbagai permasalahan internasional demi memperkuat hubungan

24

dan koordinasi serta saling mendukung antara kedua negara dalam forum kerjasama bilateral, regional, dan multilateral.25

Selama hubungan bilateral ini berlangsung, Brazil memandang Indonesia sebagai negara yang memiliki peranan penting bagi stabilitas di kawasan Asia

Tenggara dan kawasan Asia Pasifik. Sejalan dengan politik luar negeri masing- masing negara yang tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain, pemerintah

Brazil mendukung integritas wilayah NKRI dan langkah-langkah reformasi yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam menegakkan Hak Asasi Manusia (HAM) dan demokrasi.26

Hubungan bilateral antara Indonesia dan Brazil semakin ingin dikuatkan dengan menjalin kerjasama di berbagai sektor, mulai dari politik, perdagangan, militer, dan lain-lain. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan saling mengunjungi antara kepala negara, pejabat, anggota parlemen, pelaku ekonomi, dan antarmasyarakat dari kedua negara tersebut.

Dalam beberapa waktu lalu, kunjungan Presiden Brazil, Liuz Inacio Lula da

Silva ke Indonesia pada 12 Juli 2008 merupakan kunjungan kedua Presiden Brazil sejak yang pertama dilakukan oleh Presiden Brazil, Fernando Henrique Cardoso pada

Januari 2001. Kunjungan ini memiliki arti penting bagi peningkatan hubungan bilateral kedua negara. Lalu pada November 2008, Presiden RI Susilo Bambang

25 KBRI Brazil, Brazil, diakses pada 27 Agustus 2017, tersedia di laman: https://www.kemlu.go.id/brasilia/id/Pages/Brazil.aspx. 26 KBRI Brazil, Brazil.

25

Yudhoyono melalukan kunjungan ke Brazil dalam rangkaian pertemuan puncak negara anggota Asia-Pastific Economic (APEC) di Lima, Peru.27

Dalam sebuah hubungan bilateral suatu negara, Kegiatan saling mengunjungi antara Kepala Negara memiliki makna yang penting bagi peningkatan hubungan kedua negara. kunjungan tersebut akan memberikan dampak positif bagi peningkatan dan memperkuat kerjasama Indonesia dan Brazil dalam forum bilateral maupun multilateral yang pada akhirnya akan mendorong serta meningkatkan kerjasama kedua negara yang saling menguntungkan di berbagai bidang, khususnya ekonomi, perdagangan, investasi, pariwisata, ilmu pengetahuan, militer, dan teknologi.28

Hubungan ekonomi antara Indonesia dan Brazil telah berjalan cukup baik.

Meskipun neraca perdagangan kedua negara masih relatif kecil bila dibandingkan dengan potensi yang dimiliki oleh kedua negara, namun pada tahun-tahun berikutnya cukup mengalami peningkatan karena Brazil merupakan mitra dagang Indonesia di kawasan Amerika Selatan. Ekspor utama Indonesia ke Brazil antara lain, karet alam, benang tekstil polyester, kakau, minyak kelapa sawit, gula tebu, tembakau, suku cadang kendaraan bermotor, lem kayu dan kulit.29

Indonesia melakukan langkah yang strategis dalam kegiatan promosi dagangnya di Brazil, yaitu dengan mendirikan Indonesian Trade Promotion Center

ITPC di Sao Paulo. Pendirian ITPC di Sao Paulo tersebut berdasarkan Surat

27 KBRI Brazil, Brazil. 28 KBRI Brazil, Brazil. 29 KBRI Brazil, Brazil.

26

Keputusan Menteri Luar Negeri RI No. 168/PO/X/97/01 pada 1997 dan mendapat otorisasi atau ijin untuk beroperasi dari pemerintah Brazil berdasarkan keputusan dari

Kementerian Luar Negeri Brazil pada 17 Desember 2003.30

Pada 2012, Indonesia dan Brazil mencapai kesepatakan dalam pengadaan pesawat militer angkut ringan jenis Turboprop Super Tucano dari perusahaan pesawat terbang komersial, Embraer. Pesawat turboprop adalah pesawat yang menggunakan mesin bertenaga propeller atau baling-baling, yang memiliki kecepatan dibawah pesawat bermesin jet, namun memiliki keunggulan dalam melakukan patroli dan intai. Pada tahun 2012 tersebut, setidaknya dikirimkan empat buah pesawat Super

Tucano dari total delapan pesanan TNI AU untuk menggantikan armada OV-10

Broncos.31

Super Tucano EMB-314 mengandalkan mesin tunggal Embraer, untuk melakukan tempur taktis “close air support” bagi bantuan pasukan infanteri maupun kavaleri. Pesawat ini memiliki kemampuan menjejak posisi musuh dengan cepat serta memiliki kemampuan penghancuran. Pesawat ini memiliki dua senapan mesin di sayap serta lima di sayap dan fuselage untuk mengangkut rudal, roket, atau bom seberat 1,5 ton.32

30 KBRI Brazil, Brazil. 31 “Brasil Kirim Empat Pesawat Super Tucano Pesanan Indonesia”, BBCnews, diunggah pada 7 Agustus 2012, diakses pada 27 Agustus 2017, tersedia di laman: http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2012/08/120807_supertucano.shtml. 32 BBCnews, Brasil Kirim Empat Pesawat Super Tucano Pesanan Indonesia.

27

Hubungan Indonesia dan Brazil sempat memanas sejak dieksekusinya warga negara Brazil karena kasus pengedaran narkoba. Pemerintah Brazil terkejut karena dieksekusinya warga negara mereka, dan permohonan Presiden Brazil Dilma Rossef tidak ditanggapi oleh pemerintah Indonesia. Kementerian luar negeri Brazil menyatakan untuk mengevaluasi hubungan kedua negara.33

Pada saat yang bersamaan, dengan eksekusi mati warga negara Brazil,

Indonesia dan Brazil sedang dalam melakukan kerjasama dalam pengadaan pesawat

Super Tucano tersebut sejak 2012. Pemerintah Indonesia sedang mengkaji pengadaan

Skuadron 16 pesawat Embraer EMB-314 Super Tucano karena Brazil menolak mengizinkan duta besar Indonesia di Brazil. Akibat dari eksekusi ini, hubungan bilateral kedua negara sempat memanas, namun berangsur-angsur pulih pada tahun selanjutnya.34

Hubungan kedua negara yang telah mengalami pasang surut saat ini telah kembali pulih sejak diikutsertakannya Duta Besar Indonesia untuk Brazil, Toto

Riyanto, dalam acara penyerahan surat kepercayaan atau credentials kepada Presiden

Brazil Dilma Rousseff.35 Dengan demikian, hal ini kembali memperkuat, hubungan kedua negara sehingga dapat dipastikan kerjasama yang telah dijalin antara Indonesia

33 “Eksekusi di Indonesia Picu Kemarahan Australia, Brazil”, VOAIndonesia, diunggah pada 29 April 2015, diakses pada 27 Agustus 2017, tersedia di laman: https://www.voaindonesia.com/a/eksekusi-di-indonesia-picu-kemarahan-australia- brazil/2741152.html. 34 VOAIndonesia. Eksekusi di Indonesia picu kemarahan Australia, Brazil. 35 Arkhelaus Wisnu. Hubungan Indonesia dengan Brasil kembali membaik.

28

dan Brazil tetap akan berjalan dengan baik, termasuk kerjasama dalam aspek pertahanan antar kedua negara tersebut.

B. Sejarah dan Kekuatan Angkatan Udara Republik Indonesia

Sejarah lahirnya TNI Angkatan Udara bermula ketika pembentukan Badan

Keamanan Rakyat (BKR) pada tanggal 23 Agustus 1945. Untuk memperkuat

Angkatan Udara yang saat itu sangat minim pesawat terbang khususnya pesawat tempur, dan kala itu pemerintah Indonesia yang baru dibentuk juga kekurangan fasilitas-fasilitas pendukung lainnya. Seiring dengan perkembangannya berubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) pada 5 Oktober 1945 dengan nama TKR jawatan penerbangan di bawah Komodor Udara Soejadi Soeryadarma.36

Setelah tahun 1945, tepatnya pada 1946, Tentara Keamanan Indonesia ditingkatkan lagi menjadi Tentara Rakyat Indonesia (TRI). Sebagai kelanjutan dari perkembangan tunas Angkatan Udara, maka pada 9 April 1946, TRI jawatan penerbangan dihapuskan dan diganti dengan Angkatan Udara Republik Indonesia, kini diperingati sebagai hari lahirnya TNI AU yang diresmikan bersamaan dengan berdirinya Tentara Nasional Indonesia (TNI).37

36 TNI Angkatan Udara, Sejarah TNI Angkatan Udara, diunggah pada 20 Februari 2015, diakses pada 16 April 2017, tersedia di laman: https://tni-au.mil.id/sejarah-tni-angkatan-udara/ 37 TNI Angkatan Udara. Sejarah TNI Angkatan Udara.

29

Salah satu sejarah monumental yang selalu diperingati jajaran TNI AU setiap tahun, yaitu Hari Bhakti TNI AU. Peringatan Hari Bhakti TNI AU dilatarbelakangi oleh dua peristiwa yang terjadi dalam satu hari pada 29 Juli 1947, peristiwa yang pertama, yaitu tiga kadet penerbang TNI AU masing-masing, yaitu Kadet Mulyono,

Kadet Suharnoko Harbani, dan Kadet Sutarjo Sigit dengan menggunakan dua pesawat Cureng dan satu Guntei berhasil melakukan pengeboman terhadap kubu- kubu pertahanan Belanda di tiga tempat, masing-masing serangan dilancarkan di kota

Salatiga, Semarang dan Ambarawa.38

Peristiwa kedua terjadi saat jatuhnya pesawat Dakota VT-CLA yang mengakibatkan gugurnya tiga perintis TNI-AU, yaitu, Adisutjipto, Abdurahman

Saleh dan Adisumarmo. Pesawat tersebut jatuh di daerah Ngoto, wilayah selatan

Yogyakarta. Pesawat Dakota VT-CLA bukan pesawat militer, melainkan pesawat sipil yang disewa oleh pemerintah Republik Indonesia untuk membawa bantuan obat- obatan Palang Merah Malaya. Pesawat tersebut sengaja ditembak jatuh oleh dua pesawat militer Belanda.39

Penembakan tersebut dilakukan dengan pesawat jenis Kittyhawk. Belanda kala itu dibuat geram oleh tindakan para kadet TNI AU yang melakukan serangan bom kepada mereka di tiga kota yaitu Semarang, Salatiga, dan Ambarawa. Saat ini, untuk mengenang jasa-jasa dan pengorbanan ketiga perintis TNI AU tersebut, sejak

38 “Sejarah TNI Angkatan Udara”, Kompas Gramedia, diakses pada tanggal 18 April 2017, tersedia di laman: http://www.kgvaluecard.com/news/read/sejarah-tni-angkatan-udara 39 Kompas Gramedia. Sejarah TNI Angkatan Udara.

30

Juli 2000, di lokasi jatuhnya pesawat Dakota VT-CLA (Ngoto) telah dibangun sebuah monumen sebagai simbol perjuangan TNI Angkatan Udara. Di lokasi tersebut juga dibangun tugu dan relief tentang dua peristiwa yang melatar belakangi peristiwa tersebut. Selanjutnya, dilokasi ini juga terdapat makam dari Adisutjipto dan

Abdurachman Saleh beserta istri-istri mereka.40

Pada masa pemerintahan Presiden Soekarno sekitar tahun 1960-an, Indonesia kala itu memiliki pesawat jenis TU-16 yang saat itu membuat Indonesia menjadi negara keempat di dunia yang mengoprasikan jet pengebom tersebut setelah Amerika

Serikat, Inggris, dan Uni Soviet. Tu-16 juga ikut berperan dalam menaklukkan pasukan Belanda ketika terjadi peristiwa konfrontasi pemerintah Republik Indonesia terhadap pasukan Belanda di Irian Barat.41

Pada periode 1950 hingga 1960-an, pemerintah Indonesia kala itu menghadapi berbagai pemberontakan, seperti, DI/TII, Andi Aziz, RMS, serta PRRI/Permesta.

Selama masa peritiwa tersebut, AURI pada saat itu berperan aktif dalam melakukan aksi penumpasan pemberontak. Kiprah AURI yang sangat penting terjadi pada penumpasan PRRI/Permesta dikarenakan pemberontak PRRI memiliki kekuatan

Angkatan Udara yang diberi nama Angkatan Udara Revolusioner (AUREV). Peran

AURI dalam menumpas pemberontakan yang sangat penting yaitu ketika aksi PRRI

40 Kompas Gramedia. Sejarah TNI Angkatan Udara. 41 Prima Gumilang & Anggi Kusumadewi, Menengok Masa Kelam Angkatan Udara Republik Indonesia, CNNIndonesia, diunggah pada 20 April 2016, diakses pada 17 April 2017, tersedia di laman: https://www.cnnindonesia.com/nasional/20160418043718-20-124573/menengok-masa-kelam- angkatan-udara-republik-indonesia/.

31

di Sumatera dan Sulawesi merupakan pemberontakan paling berbahaya karena mereka mendapat bantuan dari Amerika Serikat dan Inggris.4243

Keadaan politik dalam negeri Indonesia tidak selamanya stabil. Hal ini dibuktikan dengan terjadinya peristiwa G-30S yang terjadi pada 1965. Peristiwa yang menyudutkan AURI pada saat itu berdampak besar, hal ini bermula ketika Omar Dani

Panglima Angkatan Udara saat itu bertemu dengan Presiden Soekarno pada 1

Oktober 1965 pasca penembakan Jenderal Angkatan Darat di Halim. Ketika itu,

Ajudan Presiden, Maulwi Saelan, menyelamatkan Presiden ke Halim yang dilakukannya berdasarkan Standard Operating Procedure (SOP). Di sinilah dugaan keterlibatan AURI dalam peristiwa G-30S PKI bermula.44

Tersudutnya AURI dalam Gerakan 30 September diperkuat dengan lokasi

Desa Lubang Buaya yang letaknya tidak jauh dari Halim. Dengan adanya peristiwa tersebut, ketika pergantian ke rezim Orde Baru, Angkatan Udara Republik Indonesia seperti didiskriminasikan oleh Angkatan Darat. Karenanya pada masa Orde Baru kekuatan AURI seperti dilucuti karena pesawat-pesawat canggihnya ditarik dan diganti dengan pesawat yang kemampuan tempurnya tidak sebaik pesawat sebelumnya.

42 Audrey Kahin & George Mc. Turnan Kahin, Subversi Politik Luar Negeri, terj. RZ. Leirissa, (Jakarta: Pustaka Grafiti, 2000) 222. 43 R.Z. Leirissa, PRRI/PERMESTA: Strategi Membangun Indonesia Tanpa Komunis, (Jakarta: Pustaka Grafiti, 1991) 217. 44 Maulwi Saelan, Dari Revolusi ’45 sampai kudeta ’66: Kesaksian Wakil Komanadan Tjakrabirawa, (Jakarta: Yayasan Hak Bangsa, 2001), 311.

32

Selanjutnya, mengutip dari Asvi Warman Adam yang merupakan Sejarawan

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, ia mengatakan “Sebelum 1965, Angkatan

Udara Republik Indonesia sangat kuat dan amat sangat disegani oleh negara-negara dikawasan Asia Tenggara. Lalu pada masa Soeharto, Angkatan Udara seperti di anak tirikan dan Angkatan Darat lebih diutamakan.”45

Dengan demikian, AURI sebenarnya pada saat sebelum terjadinya peristiwa

G-30 memiliki kemampuan yang sangat mumpuni dan dapat disandingkan dengan negara-negara super power pada saat itu. Pada saat itu, Angkatan Udara Republik

Indonesia (AURI) sangat disegani, dan hal itu didukung oleh kemampuan tempur para penerbangnya, dan kecanggihan alutsistanya pada saat itu.

Kepala Staf Angkatan Udara pada masa itu, Suryadi Suryadarma, jauh sebelum Peristiwa 1965 selalu mengingatkan agar Angkatan Bersenjata menjaga jarak dengan urusan politik. Suryadarma menyadari bahaya politik bagi militer sudah sejak Indonesia belum merdeka ketika masih bersekolah di Akademi Militer Kerajaan

Belanda. Oleh sebab itu, Suryadarma menolak Dwifungsi Angkatan Bersenjata untuk mencegah makar dari pemerintahan. Dwifungsi antara lain melingkupi perwakilan militer di parlemen dan penempatan tokoh militer pada posisi penting.46

Memasuki Era Reformasi pada 1998, TNI Angkatan Udara terus berbenah diri, salah satu fokusnya memperkuat kualitas tempur mereka dengan membeli

45 CNNIndonesia. Menengok Masa Kelam Angkatan Udara Republik Indonesia. 46 Adityawarman Suryadarma, Bapak Angkatan Udara, Suryadi Suryadarma, (Jakarta: Kompas, 2017).

33

alutsista baru dari sejumlah negara. Saat ini, TNI Angkatan Udara memiliki tujuh skuadron tempur, empat skuadron pesawat angkut dan tiga skuadron helikopter.

Untuk sistem radar, TNI Angkatan Udara telah memiliki 22 radar di seluruh

Indonesia, namun jumlah ini belum memenuhi standar minimum essential force yang dibutuhkan.47

Sejarah mencatat bahwa pada awal masa pemerintahan Orde Baru, Indonesia telah menjalin kerjasama dengan Uni Soviet (kini Rusia). Kerjasama tersebut dibangun dalam rangka pembebasan Irian Barat, yang terjalin senilai US$500 juta.48

Banyak peralatan canggih pada masa itu yang dikirim kepada Angkatan Bersenjata

Republik Indonesia, sehingga memberi dampak besar terhadap armada militer

Indonesia saat itu.

Doktrin militer yang dianut oleh TNI hingga saat ini masih sama seperti masa pemerintahan Orde Baru, dimana pola gabungan TNI terfokus hanya pada satu titik tempat yang diserang, dan memusatkan kekuatan militer dari pusat. Kekurangan dari doktrin ini yaitu TNI tidak terbiasa untuk mencegah serangan musuh sebelum masuk wilayah NKRI. Salah satu kelemahan dari doktrin militer pemerintah Orde Baru yaitu selalu mengandalkan kekuatan pusat, sehingga sulit untuk memaksimalkan wilayah- wilayah lainnya.49

47 Merdeka. Seberapa Kuat TNI AU dibanding Angkatan Udara Malaysia dan Australia. 48 Tomi Lebang, 60 Tahun Pasang Surut Hubungan Indonesia-Rusia, (Jakarta: Kompas Gramedia, 2010) 102. 49 “Review Doktrin Militer 2015”, JakartaGreater, diunggah pada 9 Juni 2015, diakses pada 20 Januari 2018, tersedia di laman : https://jakartagreater.com/review-doktrin-militer-2015/

34

Namun saat ini, khususnya TNI-AU, tidak memfokuskan kekuatan hanya pada pemerintah pusat, kini markas-markas TNI-AU telah tersebar seperti di

Makassar dan Malang, sudah tidak memfokuskan kekuatan hanya di Halim. hal ini tentu berbeda dengan doktrin masa pemerintahan Orde Baru tersebut, sehingga saat ini penempatan pesawat Super Tucano di Malang dapat mempermudah pengamanan wilayah NKRI.

Hingga saat ini, Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) terus meningkatkan kapabilitasnya dengan mendapatkan pasokan berupa pesawat TU-

16KS yang berjumlah 30 buah, kemudian 50 buah TU-16, 80 buah jet tempur MiG-

19 dan MiG-17.50 Pada masa itu perkembangan AURI cukup signifikan pasca kemunduran Angkatan Udara pasca terjadinya peristiwa G30S PKI yang pada masa itu menyudutkan Angkatan Udara.

Pada sekitar tahun 2000-an, Indonesia mendapat masalah embargo dari

Amerika Serikat. Karena embargo tersebut, belanja alusista Indonesia khususnya untuk kategori pesawat tempur menjadi tersendat. Hal itu berakhir ketika pada 2003 saat Indonesia menandatangi kontrak senilai 192 juta dollar AS dengan pemerintahan

Rusia untuk memasok pesawat tempur multiperan Sukhoi melalui Rosoboronesport.

Kehadiran pesawat tempur dari Rusia membuat Indonesia memiliki kapabilitas

50 A. Fahrurodji, Rusia Baru, Menuju Demokrasi, Pengantar Sejarah dan Latar Belakang Budayanya, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005) 235.

35

tempur yang seimbang dengan negara-negara tetangganya, termasuk dengan

Tiongkok dan Australia.51

Pada 2017, Indonesia hendak memperkuat pertahanan udara Indonesia dengan datangnya 10 pesawat tempur. Tidak hanya itu, TNI Angkatan Udara juga berencana menambah kekuatan tempur udara lainnya seperti penangkal serangan udara.

Sebelumnya, Indonesia disebut berencana membeli 10 jet tempur Sukhoi-35 buatan

Rusia. Rencana ini akan menambah jenis pesawat tempur dari Rusia yang ada di

Indonesia karena saat ini TNI Angkatan Udara telah memiliki 11 pesawat Sukhoi-30 dan lima Sukhoi-27.52

Dengan demikian, kekuatan Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) pada masa Presiden Soekarno lebih diunggulkan apabila dibandingkan pada masa

Orde Baru. Kekuatan dan perkembangan AURI pada masa Presiden Soekarno terus mengalami kemajuan, baik dari segi kemampuan penerbang, maupun kecanggihan pesawat tempur pada saat itu. Kemajuan yang didapat pada saat itu tidak terlepas dari bantuan Uni Soviet. Gejolak politik pada 1965, terutama pasca terjadinya G-30S, kapabilitas AURI pada saat itu menurun drastis, hal itu dikarenakan dugaan keterlibatan AURI atas Gerakan tersebut.

51 Anggi Kusumadewi & Resty Armenia, Kisah Embargo AS dan Sukhoi Rusia di Balik Jet Tempur RI, CNNIndonesia, diunggah pada 2 Maret 2016, diakses pada 26 April 2017, tersedia di laman: https://www.cnnindonesia.com/nasional/20160301150059-20-114600/kisah-embargo-as-dan- sukhoi-rusia-di-balik-jet-tempur-ri/. 52 M Syukur, 10 jet tempur baru akan perkuat pertahanan udara RI 2017, Liputan6, diunggah pada 1 Desember 2016, diakses pada 26 April 2017, tersedia di laman: http://news.liputan6.com/read/2667099/10-jet-tempur-baru-akan-perkuat-pertahanan-udara-ri-2017

36

Setelah terjadinya peristiwa tersebut, AURI pada saat itu seperti di anak tirikan oleh penguasa, hal ini dibuktikan dengan dilucutinya kekuatan AURI dan mengganti armada dari buatan Soviet, ke Amerika Serikat, seperti pengadaan pesawat

F-5 Tiger dan OV-10 Bronco yang merupakan produk alutsista dari Amerika Serikat.

Kemudian pasca era Reformasi hingga saat ini, kekuatan TNI-AU berangsur-angsur membaik dengan ditandatanginya pembelian pesawat dari Rusia, yaitu Sukhoi 27/30, dan T50i Golden Eagle dari Korea Selatan, serta beberapa pesawat lainnya seperti

Super Tucano dari Brazil.

C. Perkembangan Industri Militer Brazil

Perkembangan industri militer Brazil pada sub-Bab kali ini menarik untuk disimak, karena sebagai negara produsen dari alutsista, khususnya dalam memproduksi pesawat Super Tucano. Dalam sejarah dan perkembangan industri pertahanan Brazil, negara tersebut pernah mengalami kemajuan dan kemunduran yang disebabkan oleh faktor-faktor tertentu.

Pada dekade 1960 – 1970-an, industri militer dunia telah menghidupkan berbagai isu keamanan internasional. Persaingan ekonomi dan pembuatan senjata global yang semakin kompetitif serta situasi politik yang bergejolak dari berbagai industrialisasi telah menggagalkan pertumbuhan ini. Dalam kasus ini, yang menarik untuk disimak adalah runtuhnya sektor pertahanan Brazil pada awal 1990 telah

37

menggambarkan bahwa hambatan terbesar terhadap industrialisasi militer Dunia

Ketiga bukanlah masalah finansial atau teknologi, namun bersifat institusional.53

Perubahan pasar domestik dan politik secara signifikan menggangu pondasi kelembagaan pertumbuhan industri militer Brazil, terlepas dari keunggulan teknologi, industri, dan politik sektor pertahanan. Ketika sektor pertahanan Brazil jatuh pada awal 1990, korban perubahan terberat dirasakan oleh pasar global dan politik dalam negeri. Keruntuhan Pertahanan Brazil mengungkapkan kendala struktural dan menjadi peringatan dalam pertumbuhan sektor pertahanan di tengah perkembangan industri militer yang berkelanjutan.54

Sejarah pertumbuhan industri militer Brazil tumbuh secara dramatis pada tahun 1970-an. Hanya dalam waktu satu dekade, Brazil mampu menjadi eksportir senjata yang diperhitungkan dan pemimpin Dunia Ketiga dalam penelitian dan pengembangan industri militer. Pada akhir 1970, Brazil berhasil menjadi negara industri yang diperhitungkan, seperti, di bidang medis, kendaraan lapis baja, dan galangan kapal memasok militer Brazil serta pasar internasional dengan berbagai sistem berteknologi menengah. Lalu, pada akhir 1980-an, produksi pertahanan Brazil

53 Ken Conca, “Between Global Markets and Domestic Politics: Brazil Military-Industrial Collapse”, Review of International Studies, Vol 24, no 4, (October, 1998) 412, diakses pada 5 Juli 2017, tersedia di laman: https://www.jstor.org/stable/20097547?Search=yes&resultItemClick=true&searchText=Between&sear chText=Global&searchText=Markets&searchText=and&searchText=Domestic&searchText=Politics: &searchText=Brazil&searchText=Military- Industrial&searchText=Collapse&searchUri=%2Faction%2FdoBasicSearch%3FQuery%3DBetween% 2BGlobal%2BMarkets%2Band%2BDomestic%2BPolitics%253A%2BBrazil%2BMilitary- Industrial%2BCollapse%26amp%3Bacc%3Doff%26amp%3Bgroup%3Dnone%26amp%3Bfc%3Doff %26amp%3Bwc%3Don 54 Ken Conca. Between Global Markets and Domestic Politics.

38

melibatkan sekitar 100 hingga 150 perusahaan dan mempekerjakan sekitar 50.000 pegawai.55

Setelah melalui masa yang baik pada periode 1970-an, pada awal 1980, rencana yang ambisius dibuat untuk menjadikan Brazil sebagai produsen Dunia

Ketiga dalam persenjataan dari beberapa sistem maju, termasuk tank tempur berat, sebuah pesawat tempur standar NATO, kapal selam nuklir, dan sebuah kendaraan peluncur satelit dengan menggabungkan teknologi rudal balistik. Bersama dengan kontraktor pertahanan multinasional, industri pertahanan Brazil menjadi jaringan domestik pemasok teknologi tinggi pada perusahaan-perusahaan tersebut.56

Gemilangnya industri pertahanan Brazil pada dekade 1970 hingga 1980 tidak berkelanjutan, karena pada awal 1990 kemunduran industri pertahanan Brazil mulai terjadi. Ekspor senjata utama mulai mengalami penurunan dari jumlah yang ditargetkan, dan tiga kontraktor utama Brazil telah bangkrut. Keterlambatan, kesulitan teknis, dan biaya yang membengkak menjadi permasalahan utama dalam melemahnya produksi, yang kemudian membuat industri pesawat terbang menjadi bangkrut. Hal ini juga berimbas terhadap peluncur satelit, program tank yang terhenti

55 Ken Conca, Manufacturing Insecurity: The Rise and Fall of Brazil’s Military-Industrial Complex (Boulder, CO, and London: Lynne Rienner Publishers, 1997) 154. 56 Foreign Broadcast Information Service (hereafter FBIS), „Army Minister Views Programs, S&T Activities‟, Latin America Daily Report (hereafter LADR), 22 Feb 1995.

39

di prototipe, dan kendaraan lapis baja yang lenyap dalam keruntuhan industri pertahanan.57

Ketika industri pertahanan Brazil mengalami kemunduran, hal ini dianggap membingungkan. Karena, pada saat yang sama, Brazil telah dalam situasi yang mengesankan. Kemajuan infrastruktur teknologi, basis industri yang terdiversifikasi, tenaga kerja murah, dan perusahaan multinasional yang kuat untuk pertahanan, merupakan sebuah komitmen militer terhadap perluasan sektor, dan kebijakan negara yang menekankan pendekatan pragmatis.58

Kondisi industri pertahanan Brazil dapat dikatakan lebih baik pada tahun

1980-an jika dibandingkan dengan periode 1990-an, dengan demikian, keruntuhan yang dialami oleh industri pertahanan Brazil merupakan murni masalah teknis dan pengaruh dari ekonomi dalam negerinya, termasuk faktor-faktor politik dalam negerinya yang mengakibatkan ketidakstabilan terhadap kemajuan industri pertahanan dalam negerinya.

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan kemunduran sektor pertahanan

Brazil, termasuk dampak dari penurunan pasar. Pada beberapa program penting, termasuk program nuklir, ruang angkasa dan pembuatan kapal perang, tidak pernah didukung oleh kegiatan ekspor. Brazil tidak mengalami perkembangan ketika dalam

57 Foreign Broadcast Information Service (hereafter FBIS), „Army Minister Views Programs, S&T Activities‟, Latin America Daily Report (hereafter LADR), 22 Feb 1995. 58 Edward J. Lawrance, The International Arms Trade (New York: Lexington Books, 1992) 179.

40

periode produksi internasionalnya. Jika bukan karena pasar global, mungkin kemundurannya disebabkan oleh faktor politik dalam negeri yang menjadi penyebabnya. Pengendalian sektoral adalah sebuah tujuan militer yang eksplisit, yaitu elit sipil yang melakukan perlawanan terhadap pemerintahan yang otoriter yang menyebabkan perubahan politik dalam negeri sehingga merusak pertumbuhan industri militer.59

Gambar II.C.1 Perusahaan Pembuat Pesawat Embraer60

Pada saat, ini kondisi industri pembuatan pesawat Brazil terus mengalami kemajuan yang signifikan. Pasca mengalami krisis pada industri pertahanannya pada

59 Ken Conca, “Technology, the Military, and Democracy in Brazil,” Journal of Interamerican Studies and World Affaris, Vol 34, No 1, (Spring, 1992) 141, diakses pada 5 Juli 2017, tersedia di laman: https://www.jstor.org/stable/166152?Search=yes&resultItemClick=true&searchText=Technology,&se archText=the&searchText=Military,&searchText=and&searchText=Democracy&searchText=in&sear chText=Brazil&searchUri=%2Faction%2FdoBasicSearch%3FQuery%3DTechnology%252C%2Bthe %2BMilitary%252C%2Band%2BDemocracy%2Bin%2BBrazil 60 “Brazil‟s Embraer opens aircraft technical services subsidiary in China”, Merco Press, diunggah pada 7 Juli 2010, diakses pada 12 Desember 2017, tersedia di laman : http://en.mercopress.com/2010/07/07/brazil-s-embraer-opens-aircraft-technical-services-subsidiary-in- china.

41

dekade 1990-an, Brazil mampu menciptakan kestabilan ekonomi yang baik. Hal ini dapat menjadi penopang pertumbuhan ekonomi bagi negari samba tersebut.

Perkembangan ini yang kemudian menjadi daya tarik bagi pemerintah Indonesia untuk menjalin kerjasama dengan Brazil untuk pengadaan pesawat Super Tucano tersebut.61

Produk industri pesawat ternama asal Brazil, yaitu Embraer, merupakan pemasok pesawat jenis Super Tucano. Produk dari perusahaan tersebut kini telah digunakan oleh TNI Angkatan Udara yang memesan total 16 buah pesawat. Namun kekurangan yang didapat oleh Indonesia adalah tidak adanya proses ToT (Transfer of

Technology) membuat Indonesia sulit mengoperasikan pesawat ini dengan maksimal, sehingga apabila terjadi kerusakan, komponen-komponen yang rusak harus di kirim ke Brazil.62

Dengan demikian, kesimpulan yang dapat dicermati dalam sejarah singkat mengenai perkembangan industri pertahanan dalam negeri Brazil adalah pertumbuhan industri pertahanan merupakan cara yang terbaik bagi sebuah negara apabila ingin menciptakan keamanan secara teritori bagi negaranya itu sendiri. Dapat diperhatikan yang terjadi dengan Brazil berdasarkan data yang diperoleh dari

61 “Industri pesawat dan pertanian Brasil patut diadopsi” [basis data online], tersedia di laman : http://www.sainsindonesia.co.id/index.php/rubrik/mondial/476-industri-pesawat-dan-pertanian-brasil- patut-diadopsi (diakses pada tanggal 31 Agustus 2017) 62 “Industri pesawat dan pertanian Brasil patut diadopsi”, Sains Indonesia, diunggah pada 1 Maret 2013, diakses pada 31 Agustus 2017, tersedia di laman : http://www.sainsindonesia.co.id/index.php/rubrik/mondial/476-industri-pesawat-dan-pertanian-brasil- patut-diadopsi.

42

beberapa jurnal dan buku, dijelaskan bahwa pada awal tahun 1970 hingga akhir 1980- an, industri pertahanan Brazil mengalami kemajuan yang sangat besar.

Perdagangan dan pengembangan alutsista seperti tank, pesawat tempur, kapal selam, hingga roket luar angkasa. Namun, pertumbuhan industri militer pada periode tersebut tidak diimbangi dengan menjaga kestabilitasan politik dalam negerinya.

Terbukti karena ada permasalahan politik dalam negerinya, industri pertahanan Brazil mengalami kemerosotan pada dekade 1990-an. Elit politik dan pemerintahan yang otoriter membuat legitimasi Brazil sebagai suatu negara menjadi buruk yang menyebabkan berkurangnya pasar bagi keberlangsungan produksi industri dalam negeri Brazil.

43

BAB III

SPESIFIKASI DAN PENCAPAIAN OPERASI MILITER

PESAWAT SUPER TUCANO

Pada pembahasan di Bab III akan menjelaskan tentang spesifikasi dan keunggulan pesawat Super Tucano. Dan akan dijelaskan negara-negara apa saja yang menggunakan pesawat tersebut yang disertai dengan perbandingan keunggulan pesawat tersebut dari negara yang memilikinya.

Pada Bab III ini juga akan dijelaskan pencapaian dari kegunaan pesawat tersebut. Termasuk keberhasilan dalam operasi-operasi militer, patroli dan keunggulan-keunggulan lainnya. Sehingga dapat menjawab secara umum alasan pemerintah menjalin kerjasama atas pengadaan pesawat tersebut.

A. Spesifikasi Pesawat dan Peran Super Tucano dalam Operasi Militer

Pesawat jenis Super Tucano Embraer EMB 314 atau biasa disebut dengan nama ALX atau A-39 adalah jenis pesawat serang bermesin Turboprop yang dirancang untuk menghadapi serangan-serangan geriliya, pengintaian udara dengan kemampuan terbang di ketinggian rendah, serta dapat beroperasi dalam kondisi suhu dan kelembaban tinggi. Super Tucano memiliki kemampuan bermanuver dengan

44

baik, dan mampu menggabungkan sistem persenjataan generasi keempat dengan amunisi mutakhir.63

Pada pertengahan 1980-an, Embraer telah mengembangkan versi terbaru jenis

Tucano EMB-312G1. Prototipe dari pesawat itu terbang perdana pada Juli 1986, namun proyek ini dibatalkan karena Angkatan Udara Brazil tidak tertarik pada pesawat tersebut. Selama masa pengembangan pesawat tersebut, kemajuan pesawat jet tempur di Peru dan Venezuela membuat Embraer terus mengikuti studi untuk mengembangkan produknya.64

Pengembangan yang telah dilakukan oleh Embraer dalam periode 1980 hingga 1990-an membuat Kementerian Aeronautika Brazil memberikan kontrak senilai $50 juta pada Agustus 1995 untuk pengembangan pesawat tempur ALX. Dua

EMB-312Hs diperbarui untuk digunakan sebagai prototype ALX. Penerbangan perdana ALX dilakukan pada 2 Juni 1999. Pasca penerbangan perdana ALX, dapat dirasakan bahwa perubahan dari tipe yang sebelumnya sangat signifikan, sehingga pesawat jenis ALX diberi sebutan baru dengan nama EMB-314 Super Tucano.65

63 Reuters Staff, “Factbox: The A-29 Super Tucano aircraft at a glance,” Reuters, diunggah pada 6 Mei 2016, diakses pada 6 September 2017, tersedia di laman : https://www.reuters.com/article/us-usa-nigeria-arms-factbox/factbox-the-a-29-super-tucano-aircraft- at-a-glance-idUSKCN0XX09U. 64 Vector, “Embraer 40 anos : Defendendo a Amazonia,” Contato Radar, diakses pada 6 September 2017, tersedia di laman : http://www.contatoradar.com.br/paginas-da-historia/706- embraer-40-anos-defendendo-a-amazonia 65 Guy Norris, “Tougher Tucano,” Flight Global, diuggah pada 26 Maret 2002, diakses pada 6 September 2017, tersedia di laman : https://www.flightglobal.com/news/articles/tougher-tucano- 145189/

45

Pesawat Super Tucano menggunakan mesin 1.200 kW (1.600 shp) Pratt &

Whitney Canada yang lebih kuat. Usia pesawat ini diperkirakan jauh lebih lama

12.000 hingga 18.000 jam terbang. Memiliki kemampuan lepas landas di landasan yang pendek karena menggunakan teknologi yang menjadikan beban pesawat lebih ringan. Pesawat ini juga memiliki perlindungan armor kevlar di dua bagian sayap dan senapan mesin dengan 200 peluru.66

Gambar III.A.1 Pesawat Super Tucano67

Brazil selaku negara produsen pesawat Super Tucano telah menggunakan pesawat ini pada Agustus 2001. Angkatan Udara Brazil memberikan kontrak dengan

Embraer untuk total 76 buah pesawat Super Tucano, ditambah opsi untuk 23 pesawat.

Diperkirakan nilai kontrak ini senilai US $ 214,1 juta. Total 66 buah pesawat pesanan

66 “Super Tucano the origin of an outstanding aircraft,” Embraer Defense & Security, diakses pada 6 September 2017, tersedia di laman : http://www.embraerds.com/super_tucano.html. 67 Ramadhian Fadillah, “4 Pesawat Tempur Super Tucano Kembali perkuat TNI AU,” diunggah pada 27 September 2014, diakses pada 12 September 2017, tersedia di laman : https://www.merdeka.com/peristiwa/4-pesawat-tempur-super-tucano-kembali-perkuat-tni-au.html.

46

ini memiliki dua tempat duduk yang diberi nama A-29B, dan 33 yang tersisa adalah satu tempat duduk (single seat) A-29.68

Peran Pesawat Super Tucano dalam operasi pencegatan, dan operasi-operasi militer lainnya dilaksanakan ketika pesawat pengedar narkoba dicegat di wilayah Alta

Floresta d‟Oeste, melakukan berbagai prosedur mulai dari memperingatkan dan bermanuver, akhirnya pesawat tersebut ditembak dengan senapan mesin 12,7.

Sebanyak 176 kg bahan dasar kokain murni ditemukan dalam pesawat Cessna tersebut yang dapat menghasilkan hampir satu ton kokain. Pilot penegmudi pesawat tersebut berusaha melarikan diri meskipun pada akhirnya tertangkap.69

Keterlibatan pesawat Super Tucano dalam operasi-operasi militer mulai dari mengatasi pemberontakan, patroli, perang udara, serta penyergapan pernah dilakukannya. Di sini akan dijabarkan tentang beberapa operasi militer yang pernah dilaksanakan oleh Super Tucano. Di antaranya dalam operasi Phoenix di Colombia, di mana pada tahun 2008 Angkatan Udara Colombia menggunakan pesawat Super

Tucano yang dipersenjatai dengan bom yang dipandu oleh Griffin di wilayah udara

Ekuador. Pada operasi tersebut, Angkatan Udara Colombia berhasil menghancurkan

68 “Embraer Delivers 50th Super Tucano to Brazilian air force,” diakses pada 6 September 2017, tersedia di laman : http://www.aero-news.net/index.cfm?do=main.textpost&id=2585844a-978d- 4a14-8e06-1b22d6c5c226 69 ”Tucano shoots down drug dealer plane,” Indian Defence, diunggah pada 17 September 2013, diakses pada 6 September 2017, tersedia di laman : http://indiandefence.com/threads/tucano- shoots-down-drug-dealer-plane.32640/

47

sel gerilya dan membunuh Pemimpin Komando Fueraz Armadas Revolucionarias de

Colombia (FARC), Raul Reyes.70

Operasi militer juga dilakukan oleh Angkatan Udara Brazil. Pada 5 Agustus

2011, dimulainya Operasi Agata selama 30 hari yang kegiatannya dilakukan di perbatasan antara Brazil dengan Kolombia. Operasi tersebut melibatkan 35 pesawat, dan lebih dari 3000 personil militer Angkatan Udara Brazil dan Angkatan Laut melakukan pengawasan melawan perdagangan narkoba, penebangan liar, dan perdagangan hewan liar.71

Dalam operasi tersebut, militer Brazil ditugaskan untuk operasi malam hari.

Dalam operasinya, para tentara menemukan lapangan terbang di tengah hutan terpencil yang digunakan oleh penyelundup narkoba untuk melakukan aktivitasnya diperbatasan. Operasi tersebut melibatkan pesawat jenis E-99 dan Super Tucano. Di mana pesawat-pesawat tersebut dapat melakukan serangan dengan tingkat akurasi yang sangat tinggi dengan memanfaatkan sistem pengelihatan malam dan sistem komputer untuk menentukan target sasaran yang tepat.72

Pada Maret 2012, dalam operasi menangani pemberontakan FARC di

Kolombia, lima pesawat Super Tucano membombardir gerilyawan FARC di wilayah

70 John Otis, “How the Wolrd Longest-Running Civil War Ended,” TIME, diunggah pada 23 Juni 2016, diakses pada 6 September 2017, tersedia di laman : http://time.com/4380917/colombia- ceasefire-farc-rebels/ 71 “Strategic implications of Brazil Military Operations,” Stratfor, diunggah pada 10 Agustus 2012, diakses pada 6 September 2017, tersedia di laman : https://worldview.stratfor.com/article/strategic-implications-brazils-military-operations 72 Stratfor. Strategic Implications of Brazil Military Operations.

48

perbatasan dengan Venezuela, di mana serangan tersebut berhasil menewaskan 33 pemberontak.73 Pada lima hari kemudian dalam operasi Armagedon, total Sembilan pesawat Super Tucano Apiay Air Base menyerang markas depan FARC di Vista

Hermosa dengan menggunakan informasi dari inteljen, dalam serangan tersebut,

Super Tucano meluncurkan 40 bom dan 500 tembakan dalam waktu tiga menit.

Dalam serangan tersebut, sebanyak 36 pemberontak tewas serta berhasil menghancurkan markas mereka.74

Selanjutnya mengenai ancaman-ancaman yang pernah terjadi di Indonesia khususnya di Aceh dan Papua tentang gerakan separatisme, TNI-AU terus melakukan upaya pencegahan. Karena dengan telah terjadinya aksi-aksi separatism di Indonesia,

TNI harus dilibatkan dalam penyelesaian masalah tersebut, karena gerakan separatisme tersebut selalu dilakukan dengan cara gerilya.75 Sehingga diharapkan dengan kedatangan pesawat Super Tucano yang merupakan pesawat Anti-Insurgency, maka perannya dalam menghadapi ancaman separatism yang masih kerap terjadi di

Papua, Maluku dan Aceh dapat dilaksanakan dengan maskimal.

Dengan demikian, pesawat Super Tucano memiliki kapabilitas sebagai pesawat tempur yang baik. Pesawat multifungsi ini memiliki banyak keunggulan

73 “Colombian military: 39 rebels killed,” CNSnews, diunggah pada 21 Maret 2012, diakses pada 7 September 2017, tersedia di laman : https://www.cnsnews.com/news/article/colombian- military-39-rebels-killed. 74 Redacción El Tiempo, “10 toneladas de bombas se usaron para el Segundo gran golpe a las Farc,” diunggah pada 26 Maret 2012, diakses pada 7 September 2017, tersedia di laman : http://www.eltiempo.com/archivo/documento/CMS-11437461 75 “Tindakan Militer Untuk Tumpas Separatisme”, Puspen TNI, Diunggah pada 26 Februari 2003, diakses pada 20 Januari 2018, tersedia di laman : http://tni.mil.id/view-351-font- colorbluetindakan-militer-untuk-tumpas-separatismefront.html

49

diantaranya dalam patroli perbatasan, pengepungan, pencegat dan peperangan kelas menengah. Keberhasilan-keberhasilan tersebut yang menjadikan pertimbangan umum pemerintah Indonesia dalam pengadaan pesawat Super Tucano dari Brazil.

B. Negara-Negara Pengguna Pesawat Super Tucano

Pada pembahasan di Sub-bab ke III ini, akan dijabarkan negara-negara pengguna pesawat Super Tucano. Terdapat sekitar 16 negara pengguna pesawat tersebut. Di mana sebagian besar negara-negara tersebut merupakan negara kawasan

Amerika, Timur Tengah, Afrika, dan Asia. Indonesia masih menjadi pengguna pesawat Super Tucano pertama di ASEAN.76 Berikut adalah negara-negara yang telah menggunakan pesawat Super Tucano di dunia.

1. Negara Kawasan Timur Tengah

Negara kawasan Timur Tengah seperti Lebanon dan Afganistan. Dimulai dari

Afganistan yang memesan sekitar 20 unit pesawat Super Tucano yang pertama ditandatangani pada September 2014. Pesawat yang didatangkan dari Pangkalan

Udara Jacksonville langsung menuju Bandara Udara Internasional Hamid Karzai di

76 “Indonesia pemilik pertama Super Tucano di ASEAN,” Tempo.co, diunggah pada 2 September 2012, diakses pada 10 September 2017, tersedia di laman : https://m.tempo.co/read/news/2012/09/02/078427032/indonesia-pemilik-pertama-super-tucano-di- asean

50

Kabul pada 15 Januari 2016. Pesawat ini akan terus berdatangan hingga 2018 dengan total pesanan 20 unit.77

Negara Kawasan Timur Tengah pengguna pesawat Super Tucano selanjutnya yaitu Lebanon. Lebanon merupakan negara yang baru memesan pesawat Super

Tucano dengan rencana pembelian sebanyak enam unit pesawat yang baru akan mulai dikirim pada tahun 2018. Pesawat ini rencananya akan dikirim dari Pangkalan Udara

Moody, Georgia.78 Dengan demikian hanya ada dua negara kawasan Timur Tengah yang menjadi pengguna dari pesawat Super Tucano, yaitu Lebanon dan Afganistan.

2. Negara Kawasan Afrika

Negara kawasan Afrika yang menggunakan pesawat jenis Super Tucano adalah Burkina Faso, Ghana, Mauritania, Angola, Mali, dan Senegal. Dimulai dari

Burkina Faso yang memiliki tiga unit pesawat Super Tucano yang dikirim sejak

September 2011 yang bermarkas di pangkalan udara Ouagadougou.79

Lalu selanjutnya pada 2015 Angkatan Udara Ghana memesan lima unit pesawat Super Tucano dengan nilai 88 juta dollar. Dana tersebut termasuk dengan

77 Khaama Press, “Afghan air force receive 4 more light attack aircraft from US,” KHAAMA, diunggah pada 22 Juli 2016, diakses pada 10 September 2017, tersedia di laman : http://www.khaama.com/afghan-air-force-receive-4-more-light-attack-aircraft-from-us-01533 78 “Embraer completing final aircraft in Super Tucano order for Lebanon,” Jane’s 360, diunggah pada 2 Juni 2017, diakses pada 12 September 2017, tersedia di laman : http://www.janes.com/article/71074/embraer-completing-final-aircraft-in-super-tucano-order-for- lebanon 79 Fernando Valduga, “Tres Super Tucanos fotografados durante voo de translado para Burkina Faso,” CAVOK, diunggah pada 7 September 2011, diakses pada 12 September 2017, tersedia di laman: http://www.cavok.com.br/blog/exclusivo-tres-super-tucanos-fotografados-durante-voo-de- translado-para-burkina-faso/

51

pelatihan para penerbang dan kebutuhan lainnya. Ghana menggunakan pesawat tersebut untuk misi menjaga keamanan negara.80

Negara selanjutnya, adalah Mauritania yang menggunakan empat unit pesawat

Super Tucano pada 2012. Pemerintah Mauritania menegosiasikan pesawat tersebut sejak 2011 dan didatangkan dua unit pada 2012. Pertemuan ini berlangsung di Chile tepatnya pada acara FIDAE defence air show.81

Berikutnya yaitu Senegal yang memiliki tiga unit pesanan pesawat Super

Tucano yang dipesan sejak 2012. Senegal dan Embraer menyetujui untuk melakukan kerjasama tersebut disertai dengan pelatihan pilot, mekanik, dan sistem dasar untuk mengualifikasi personil.82

Mali merupakan negara di kawasan Afrika yang memiliki pesawat Super

Tucano sebanyak enam unit. Kerjasama yang dilakukan ini dilakukan oleh Menteri

Pertahanan Mali dan Menteri Pertahanan Brazil ketika melakukan kunjungan ke perusahaan pesawat asal Brazil, Embraer.83 Terakhir, Angola yang memesan enam

80 Morgan Winsor, “Ghana Air Force negotiations 29 Super Tucano with Brazil Embraer Defense,” International Business Times, diunggah pada 12 November 2015, diakses pada 12 September 2017, tersedia di laman : http://www.ibtimes.com/ghanas-air-force-expand-super-tucano- 29-planes-acquisition-amid-negotiations-brazils-2221931 81 Reuters Staff, “Embraer sells $180 mln in Super Tucanos in Africa,” Reuters, diunggah pada 28 Maret 2012, diakses pada 12 September 2017, tersedia di laman : https://af.reuters.com/article/angolaNews/idAFL2E8ES21420120328 82 Reuters Staff, “Brazil‟s Embraer sells six planes to help Guantemala‟s drug war,” Reuters, diunggah pada 9 September 2013, diakses pada 12 September 2017, tersedia di laman: https://www.reuters.com/article/latam-defense-embraer-supertucano/brazils-embraer-sells-six-planes- to-help-guatemalas-drug-war-idUSL2N0CW00Y20130409 83 Craig Hoyle, “PARIS: Mali to boost defences with Super Tucano,” Flight Global, diunggah pada 15 Juni 2015, diakses pada 12 September 2017, tersedia di laman : https://www.flightglobal.com/news/articles/paris-mali-to-boost-defences-with-super-tucano-413607/

52

unit pesawat pada 2012, dan mulai didatangkan pada 2013.84 Dengan demikian terdapat tujuh negara di kawasan Afrika yang menjadi pengguna pesawat Super

Tucano.

3. Negara Kawasan Asia

Negara kawasan Asia sampai saat ini yang menjadi pengguna Pesawat Super

Tucano adalah Indonesia. Indonesia memesan 16 unit pesawat Super Tucano yang mulai didatangkan sejak Agustus 2012 hingga 2016. Salah satu dari 16 pesawat tersebut jatuh di Malang. Hingga kini, investigasi belum menunjukkan titik terang tentang sebab jatuhnya pesawat tersebut, apakah karena teknis ataupun kesalahan pilot (human error).85

84 “Embraer Delivers the first three A-29 Super Tucano to the national Air Force of Angola,” Deagel, diunggah pada 31 Januari 2013, diakses pada 12 September 2017, tersedia di laman : http://www.deagel.com/news/Embraer-Delivers-the-First-Three-A-29-Super-Tucano-to-the-National- Air-Force-of-Angola_n000011185.aspx 85 Christie Stefanie, “Menhan: Pesawat Super Tucano yang Jatuh Masih Baru,” CNN Indonesia, diunggah pada 10 Februari 2016, diakses pada 12 September 2017, tersedia di laman: https://www.cnnindonesia.com/nasional/20160210151656-20-110110/menhan-pesawat-super-tucano- yang-jatuh-masih-baru/

53

Gambar III.B.2 Pesawat Super Tucano TNI-AU86

4. Negara Kawasan Amerika Latin

Pengguna dari pesawat Super Tucano yang terbesar yaitu negara-negara kawasan Amerika. Terdapat tujuh negara kawasan Amerika yang menggunakannya, seperti, Brazil, Republik Dominika, Honduras, Equador, Kolombia, Chile, dan

Amerika Serikat. Dimulai dari Brazil yang merupakan negara produsen pesawat tersebut yang memiliki total 99 pesawat. Dari 99 pesawat tersebut, terdapat empat pesawat hilang karena rusak dan kecelakaan. Pesawat-pesawat tersebut bermarkas di lima Skuadron Udara. Pertama di Skuadron Scorpion, Skuadron Griffon, Skuadron

Arrow, Skuadron Joker, dan terakhir Skuadron Smoke.87

86 “EMB-314 Super Tucano: Tempur Taktis Penjaga Perbatasan NKRI,” IndoMiliter, diunggah pada 8 Juli 2012, diakses pada 12 Desember 2017, tersedia di laman: http://www.indomiliter.com/emb-314-super-tucano-tempur-taktis-penjaga-perbatasan-nkri/ 87 “Embraer Performs First Flight of the A-1M and Delivers the last A-29 Tucano and F-5M Aircraft to the FAB" XairForces, diunggah pada 18 June 2012, diakses pada 12 September 2017,

54

Negara kawasan Amerika selanjutnya yaitu Chile. Chile mendatangkan pesawat tersebut pada 2008 sebanyak 12 unit pesawat dengan nilai kontrak 120 juta dollar AS. Chile berhasil mencapai kesepakatan dengan Embraer, termasuk dengan pelatihan para penerbang Angkatan Udara Chile. Armada pesawat Super Tucano tersebut direncanakan oleh Angaktan Udara Chile sebagai pesawat patroli perbatasan dan dapat digunakan sebagai pesawat intai jika diperlukan.88

Negara kawasan Amerika latin selanjutnya yang mendatangkan Super Tucano yaitu Colombia. Angkatan Udara Colombia telah menggunakan pesawat Super

Tucano dengan total 25 unit pesawat dengan nilai kontrak 234 juta dollar, pembelian tersebut langsung dilakukan oleh Angkatan Udara Colombia dengan Embraer pada

2006. Pada tahun yang sama, tepatnya pada 16 Desember 2006 , Embraer mengirimkan tiga unit pertama kepada Colombia di Pangkalan Udara Catam,

Bogota.89

Colombia merupakan salah satu negara pengguna pesawat Super Tucano yang pernah melakukan operasi militer dengan pesawat ini. Operasi militer yang paling dikenal yaitu dalam memberantas pemberontakan FARC di kota Jambalo. Ketika itu, salah satu pesawat Super Tucano mereka jatuh karena ditembak oleh pemberontak tersedia dilaman: http://xairforces.net/newsd_country.asp?newsid=1528&id=84&newst=1#.WkTcjdR97VQ 88 Craig Hoyle, ”Chile signs 12 Super Tucano trainers,” Flight Global, diunggah pada 20 Agustus 2008, diakses pada 12 September 2017, tersedia di laman: https://www.flightglobal.com/news/articles/chile-signs-for-12-super-tucano-trainers-314908/ 89 Stephen Trimble, “Embraer to bolster Colombian industry skills with Tucano upgrade,” Flight Global, diunggah pada 9 Agustus 2011, diakses pada 13 September 2017, tersedia di laman : https://www.flightglobal.com/news/articles/embraer-to-bolster-colombian-industry-skills-with-tucano- upgrade-360502/

55

FARC. Pemberontak mengklaim telah menembak pesawat tersebut dengan senapan mesin 50 kaliber, namun pihak militer menepis pernyataan pemberontak tersebut dengan menyelidiki bangkai pesawat tersebut.90

Pada Agustus 2001, Republik Dominika menjalin kesepakatan dengan

Embraer dengan mendatangkan 10 unit pesawat Super Tucano, termasuk pelatihan penerbang untuk menghadapi segala kemungkinan mulai dari ancaman keamanan, patroli perbatasan dan operasi militer dengan nilai kontrak 93 juta dollar AS.91

Pada 2011 dengan menggunakan pesawat Super Tucano, Angkatan Udara

Colombia membantu Haiti dalam pemberantasan narkoba dengan mengirimkan pesawat tersebut ke Haiti dalam operasi pemberantasan Narkoba.92

Pengguna pesawat Super Tucano selanjutnya adalah Honduras yang ditandatangani langsung oleh Pimpinan Angkatan Udara Honduras pada 3 September

2011. Pemerintah Honduras memesan empat unit pesawat Super Tucano. Namun, karena permasalahan ekonomi, pembelian pesawat tersebut sempat tertunda. Namun ketika situasi ekonomi mulai membaik pada 2014, pemerintah melanjutkan untuk

90 “FARC claims shoot Colombian army planes,” Colombia Reports, diakses pada 13 September 2017, tersedia di laman: https://colombiareports.com/new-farc-message-claims- responsibility-for-downed-army-plane 91 “EMB-314 Super Tucano / ALX Trainer and Light Attack Aircraft,” Air Force Technology, diakses pada 13 September 2017, tersedia di laman : http://www.airforce- technology.com/projects/super_tucano/ 92 “Dominican Republic will support Haiti with Super Tucano Fighters,” DIALOGO, diunggah pada 18 Mei 2012, diakses pada 13 September 2017, tersedia di laman : https://dialogo- americas.com/en/articles/dominican-republic-will-support-haiti-super-tucano-fighters

56

mendatangkan pesawat tersebut meski dari kesepakatan yang dicapai hanya mendatangkan tiga unit pesawat.93

Negara selanjutnya adalah Ekuador yang telah menjalin kerjasama dengan

Brazil dalam pengadaan pesawat Super Tucano dengan total pesanan 18 unit pesawat.94 Pesawat-pesawat tersebut akan bermarkas di Pangkalan Udara Manta.

Kerjasama antara Ekuador dan Embraer tersebut didepakati pada 23 Maret 2009 dengan nilai kontrak sebesar 270 juta dollar.95

Pada Mei 2010, setelah menerima enam unit pesawat Super Tucano, pemerintah Ekuador sempat ingin menambah pesanan pesawat tersebut menjadi 24 unit. Namun rencana tersebut dibatalkan karena pemerintah Ekuador mengalihkan pendanaan dari Super Tucano untuk membeli pesawat tempur dari Afrika Selatan jenis Atlas Cheetah. Pengalihan anggaran dari Super Tucano ke atlas Chetah merupakan bagian dari kepentingan pertahanan dalam negeri.96

Negara kawasan Amerika yang terakhir adalah Amerika Serikat yang merupakan negara dengan kekuatan militer terbesar di dunia, yang juga menjadi

93 “Honduras seeks technical agreement with Embraer for Fleet modernization,” diakses pada 13 September 2017, tersedia di laman : http://www.defense-aerospace.com/articles- view/release/3/154899/honduras,-embraer-discuss-aircraft-upgrades.html 94 Defense Industry Daily Staff, “18 Super Tucanos to Ecuador,” Defense Industry Daily, diunggah pada 24 Maret 2009, diakses pada 13 September 2017, tersedia di laman : http://www.defenseindustrydaily.com/24-Super-Tucanos-to-Ecuador-05346/ 95 Stephen Trimble, “Ecuador finalises big Super Tucano order,” Flight Global, diunggah pada 24 Maret 2009, diakses pada 13 September 2009, tersedia di laman : https://www.flightglobal.com/news/articles/ecuador-finalises-big-super-tucano-order-324228/ 96 “Ecuador looks to trim Super Tucano purchase,” Flight Global, diunggah pada 3 Juni 2010, diakses pada 13 September 2017, tersedia di laman : https://www.flightglobal.com/news/articles/ecuador-looks-to-trim-super-tucano-purchase-342724/

57

pengguna dari Pesawat Super Tucano yang digunakan oleh kontraktor militer

Amerika Serikat (private military contractor).97 Pada 2008, Angkatan Laut Amerika

Serikat memulai uji terhadap pesawat Super Tucano di bawah komando U.S Special

Operations Comman. Embraer dan Angkatan Udara Amerika Serikat (USAF) telah sepakat untuk bekerja sama membangun Super Tucano di Jacksonvile, Florida.98

Amerika Serikat memesan pesawat Super Tucano sebanyak 20 unit. Seluruh armada pesawat tersebut nantinya selain digunakan oleh USAF, untuk menggantikan pesawat legendaries A-10 Thunderbolt II yang telah habis masa tugasnya.99 Amerika

Serikat juga akan membantu Afghanistan dalam menghidupkan kembali Angkatan

Udara di negara tersebut, termasuk dengan pelatihan pilot Afganistan di AS, dan

USAF telah memberikan empat unit pesawat Super Tucano kepada Angkatan Udara

Afganistan pada 2015.100

97 “Report: Blackwater Worldwide Purchases Brazilian-Made Fighter Plane,” FOXNews, diunggah pada 2 Juni 2008, diakses pada 13 September 2017, tersedia di laman : http://www.foxnews.com/story/2008/06/02/report-blackwater-worldwide-purchases-brazilian-made- fighter-plane.html 98 Stephen Trimble, “Sierra Nevada leads Super Tucano bid for USAH deal,” Flight Global, diunggah pada 2 Februari 2011, diakses pada 15 September 2017, tersedia di laman : https://www.flightglobal.com/news/articles/sierra-nevada-leads-super-tucano-bid-for-usaf-deal- 352676/ 99 ”Super Tucano pesawat jadul yang diminati USAF,” Kompas, diakses pada 15 September 2017, tersedia di laman: http://print.kompas.com/baca/iptek/2016/02/11/Super-Tucano-Pesawat-Jadul- yang-Diminati-USAF 100 Dan Lamothe, ”These planes cpuld someday replace the A-10 if the Pentagon spends the cash,” WashingtonPost, diunggah pada 9 Maret 2015, diakses pada 15 September 2017, tersedia di laman : https://www.washingtonpost.com/news/checkpoint/wp/2015/03/09/these-planes-could- someday-replace-the-a-10-if-the-pentagon-spends-the-cash/?utm_term=.97a571e82bb6

58

Gambar III.C.3 Negara-Negara Pengguna Pesawat Super Tucano

Jumlah Pesawat Super Tucano Setiap Negara 99

25 20 16 18 20 12 10 6 3 5 4 3 6 6 3

Dari diagram di atas yang merupakan olahan data pribadi, dapat disimpulkan bahwa dari total 16 negara di dunia yang menggunakan pesawat Super Tucano, diketahui bahwa Brazil sebagai negara dengan pengguna terbanyak, yaitu dengan total 99 unit. Sementara itu, pengguna selanjutnya diikuti oleh Colombia, Afganistan,

Amerika Serikat, Ekuador, Indonesia, Chile, Republik Dominika, Lebanon, Mali,

Angola, Mauritania, Burkina Faso, Senegal, dan yang terakhir Honduras. Sebagai negara produsen pesawat Super Tucano, Brazil menunjukkan bahwa negara mereka mendukung produk dalam negerinya dengan kepemilikan terbanyak atas Super

Tucano tersebut.

59

Dengan demikian, kesimpulan pada Sub-bab kali ini yaitu, dengan adanya 16 negara yang menggunakan pesawat Super Tucano, maka pilihan pemerintah

Indonesia dan TNI-AU dalam memilih pesawat tersebut merupakan pilihan yang tepat. Dengan adanya negara-negara pengguna pesawat tersebut, dapat disimpulkan bahwa peran dan fungsi dari pesawat Super Tucano dapat diperhitungkan sesuai dengan kebutuhannya. Dengan adanya pencapaian operasi-operasi militer Super

Tucano, diharapkan, apabila wilayah kedaulatan NKRI mengalami gangguan dan ancaman, maka pesawat tersebut dapat melakukan tugas-tugasnya dalam menjaga wilayah kedualatan Republik Indonesia.

C. Permasalahan dan Insiden Pesawat Super Tucano di Indonesia

Indonesia memiliki total 16 unit pesawat Super Tucano yang dioperasikan sepenuhnya oleh TNI Angkatan Udara yang bermarkas di Lanud Abdurachman

Saleh, Malang. Dari total 16 pesawat tersebut, satu pesawat mengalami kecelakaan dan jatuh di Kota Malang pada 10 Februari 2017, yang mengakibatkan tiga orang tewas termasuk dua orang pilot dan satu warga sipil, dengan demikian total pesawat menjadi 15 unit pasca jatuhnya pesawat tersebut.101

Kejadian tersebut membuat TNI Angkatan Udara dan pemerintah perlu mengkaji ulang tentang kalayakan pesawat-pesawat tersebut. Hal ini dibuktikan

101 Arif Hulwan, “Menhan : Tiga Tewas dalam Jatuhnya Super Tucano di Malang,” MetroTVnews, diunggah pada 10 Februari 2016, diakses pada 9 Oktober 2017, tersedia di laman : http://news.metrotvnews.com/read/2016/02/10/482036/menhan-tiga-meninggal-dalam-kecelakaan- super-tucano-di-malang

60

dengan larangan terbang yang dilakukan oleh TNI Angkatan Udara dan Kementerian

Pertahanan RI. Total pesawat Super Tucano yang dilarang terbang sebanyak 11 unit, termasuk pesawat-pesawat Super Tucano yang baru datang.102

Sejak peristiwa jatuhnya pesawat Super Tucano di kota Malang, TNI

Angkatan Udara terus melakukan penyelidikan dengan memeriksa seluruh komponen-komponen pesawat yang sudah hancur tersebut untuk mengetahui secara pasti penyebab dari jatuhnya pesawat tersebut. Menurut TNI Angkatan Udara, pesawat-pesawat Super Tucano menjalani perawatan sesuai prosedur, termasuk persediaan komponen suku cadang yang didatangkan dari perusahaan pembuatnya.103

Pasca jatuhnya pesawat Super Tucano di Malang, Kementerian pertahanan

Republik Indonesia akan melibatkan ahli pesawat tersebut untuk membantu TNI-AU dalam penyebab jatuhnya pesawat tersebut. Setelah kejadian tersebut, pemerintah masih memiliki kontrak dengan perusahaan Embraer dalam mendatangkan pesawat tersebut sebanyak empat unit pesawat. Karena sebelum peristiwa itu terjadi, kerjasama telah disepakati oleh kedua negara, sehingga total keseluruhan jumlah pesawat Super Tucano menjadi 16 unit.104

102 Miski, “11 pesawat tempur Super Tucano dilarang terbang,” MetroTVnews, diunggah pada 10 Februari 2016, diakses pada 9 Oktober 2017, tersedia di laman: http://m.metrotvnews.com/read/2016/02/10/482356 103 Tempo.co, ”Tim Identifikasi TNI AU Telisik Jatuhnya Super Tucano,” TEMPO.co, diunggah pada 11 Februari 2016, diakses pada 9 Oktober 2017, tersedia di laman : https://nasional.tempo.co/read/743936/tim-identifikasi-tni-au-telisik-jatuhnya-super-tucano 104 Taufik Rachman, ”Menhan Akan Libatkan Ahli Selidiki Jatuhnya Super Tucano,” Republika, diunggah pada 19 Februari 2016, diakses pada 9 Oktober 2017, tersedia di laman :

61

Pesawat Super Tucano yang diproyeksikan menjadi andalan di langit

Indonesia hingga saat didatangkan masih kerap menimbulkan polemik karena pesawat tersebut minim alih teknologi atau minim Transfer of Technology (ToT).

Pada saat awal didatangkan, pesawat tersebut masih sangat minim alih teknologi, karena masih belum dilengkapi dengan persenjataan. Sejak awal pihak Embraer selaku produsen pesawat tersebut hanya memberikan alih teknologi tentang perawatan dan informasi suku cadang pesawat.105

Mengutip pernyataan dari KSAU pada saat itu, Marsekal TNI Imam Sufaat yang mengatakan bahwa “Transfer of Technology secara maksimal dapat diberikan pihak Brazil apabila pembelian pesawat tersebut mencapai 32 unit agar ada beberapa pesawat yang dibuat di Indonesia”. TNI AU berharap agar pesawat Super Tucano dapat diproduksi di Indonesia, dengan harapan produsen pertahanan dalam negeri dapat mengembangkan industri militernya secara mandiri.106

http://www.republika.co.id/berita/koran/podium/16/02/24/nasional/umum/11/06/30/nasional/umum/11 /06/30/nasional/politik/16/02/19/o2snii219-menhan-akan-libatkan-ahli-selidiki-jatuhnya-super-tucano 105 “pesawat tempur : Super Tucano minim alih teknologi,” TNI Angkatan Udara, diunggah pada 18 September 2012, diakses pada 10 November 2017, tersedia di laman : https://tni- au.mil.id/pustaka/pesawat-tempur-super-tucano-minim-alih-teknologi 106 TNI Angkatan Udara. Pesawat tempur : Super Tucano minim alih teknologi.

62

Gambar III.D.4 Jatuhnya Pesawat Super Tucano di Indonesia107

Keinginan pihak TNI AU dalam alih teknologi direspon oleh pihak produsen yaitu Embraer, yang menyatakan bahwa Indonesia dapat melakukan alih teknologi pesawat Super Tucano. Namun proses ToT tersebut hanya dapat dilakukan lima hingga tujuh tahun berikutnya, dan harus memiliki dua skuadron udara sebagai pangkalan Super Tucano tersebut. Selain dari TNI AU, pihak DPR juga menyayangkan soal minimnya proses alih teknologi tersebut, karena pada saat dilakukannya proses pembelian dari luar negeri wajib untuk melakukan proses alih teknologi agar Indonesia dapat memproduksi sendiri pesawat tersebut.108

Dengan demikian, Pesawat Super Tucano Brazil mampu membuat negara- negara didunia tertarik untuk memilikinya, tidak terkecuali di Indonesia. Mayoritas

107 “Pilot Super Tucano sempat terlontar kini kritis,” Poskota News, diunggah pada 10 Februari 2016, diakses pada 12 Desember 2017, tersedia di laman : http://poskotanews.com/2016/02/10/pilot-super-tucano-sempat-terlontar-kini-kondisi-kritis/ 108 TNI Angkatan Udara. Pesawat Tempur : Super Tucano masih Minim Teknologi.

63

pengguna dari pesawat tersebut merupakan negara-negara Kawasan Amerika.

Namun, seiring dengan perkembangan terhadap pesawat intai dan patroli semakin memungkinkan bahwa negara-negara lain yang belum memilikinya tertarik untuk memiliki pesawat tersebut.

Namun, sejak terjadinya peristiwa jatuhnya pesawat Super Tucano di Malang milik TNI Angkatan Udara, pemerintah dan TNI-AU wajib untuk melakukan inspeksi dan uji kelayakan atas pesawat tersebut. Hal ini merupakan langkah yang tepat untuk meminimalisir kejadian yang dapat terjadi di kemudian hari dengan permasalahan yang sama. Faktor kelalaian penerbang ataupun kerusakan sistem pesawat masih menjadi pekerjaan rumah bagi TNI-AU dalam mengoperasikan pesawat tersebut.

64

BAB IV

KERJASAMA PEMERINTAH INDONESIA DALAM

PENGADAAN PESAWAT SUPER TUCANO DARI BRAZIL

Pada pembahasan dalam Bab IV ini, akan menjelaskan tentang faktor-faktor yang dijalin oleh pemerintah Indonesia dengan pemerintah Brazil dalam mendatangkan pesawat tersebut. Selanjutnya akan dijelaskan tentang alasan pemerintah Republik Indonesia dalam mendatangkan pesawat tersebut mulai dari alasan umum ke alasan khusus.

Dalam pembahasan di Bab IV akan dijabarkan hasil dari wawancara sumber terkait untuk menjawab berbagai pertanyaan penelitian demi melengkapi karya ilmiah ini, dimana pertanyaan tersebut menjadi alasan signifikansi atas karya ilmiah ini tentang permasalahan-permasalahan kerjasama ini dan termasuk untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah dijabarkan.

A. Brazil Mampu Membuat Pesawat Tempur Berkemampuan Anti Insurgency (Gerilya) Pesawat Super Tucano merupakan pesawat bermesin turboprop yang di desain untuk melakukan pertempuran kelas menengah hingga pengintaian batas wilayah suatu negara. Kedatangan pesawat ini pertama kali pada 2012 yang saat itu diterima langsung oleh Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, Panglima TNI

65

Laksamana Agus Suhartono, dan Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal Imam

Sufaat. Penyerahan pertama pesawat ini sebanyak empat unit dari total pesanan sebanyak 16 unit pesawat.109

Kerjasama dalam pengadaan pesawat Super Tucano tersebut dimulai pada

2010 hingga 2014. Dalam kerjasama tersebut akan dijabarkan tentang Konsep kerjasama yang dikutip dari Holsti, yaitu kerjasama merupakan suatu proses dimana pemerintahan suatu negara saling melakukan pendekatan dengan membawa penanggulangan masalah, menyimpulkan bukti-bukti teknis untuk membenarkan suatu usul dan mengakhiri perundingan dengan suatu perjanjian atau saling pengertian yang memuaskan semua pihak.110

Pandangan K.J Holsti tentang konsep kerjasama dalam penelitian ini yaitu pertama adalah pandangan bahwa dua atau lebih kepentingan memiliki nilai dan tujuan untuk saling bertemu dan menghasilkan sesuatu untuk dipromosikan atau dipenuhi oleh semua pihak sekaligus.111 Pandangan Holsti ini dinilai tepat apabila dikaitkan dengan penelitian ini, karena Brazil selaku negara produsen pesawat Super

Tucano tentu mendapat keuntungan dari Indonesia karena produk alutsista dalam negerinya dibeli oleh Indonesia serta sekaligus menjadi cara untuk mempromosikan

109 “Super Tucano Jadi Kekuatan TNI AU,” TNI Angkatan Udara, diunggah pada 12 September 2012, diakses pada 11 November 2017, tersedia di aman : https://tni-au.mil.id/berita/super- tucano-jadi-kekuatan-tni-au 110 KJ Holsti, Politik Internasional: Suatu Kerangka Analisa, terj. Juwono Sudarsono, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1987), 652-653. 111 KJ Holsti. Politik Internasional: Suatu Kerangka Analisa. 652-653

66

pesawat tempur tersebut kepada negara-negara lain didunia, mengingat Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki pesawat Super Tucano.

Pandangan K.J Holsti yang kedua, yaitu pandangan atau harapan dari satu negara bahwa kebijakan yang diputuskan oleh negara lainnya akan membantu negara itu mencapai kepentingan dan nilai-nilainya.112 Dalam pandangan tersebut, dapat diimplementasikan bahwa Indonesia dan Brazil tentu memiliki kepentingan nasionalnya masing-masing, dimana Indonesia membutuhkan sebuah perangkat alutsista untuk memenuhi kebutuhan dalam negerinya dan Brazil selaku negara produsen memberikan solusi dengan pesawat Super Tucano kepada Indonesia yang tentunya memiliki nilai ekonomi tambahan bagi Brazil karena penjualan alutsista tersebut menguntungkan bagi industri pertahanan negaranya.

Negara dengan status sebagai negara berkembang seperti Indonesia, tentu diharuskan untuk menjalin kerjasama untuk menciptakan suatu kemajuan, baik dalam hubungan bilateral maupun multilateral. Dalam kerjasama alutsista dengan Brazil ini, dapat dilihat bahwa Indonesia cenderung mengimplementasikan kebijakan dalam negerinya untuk menciptakan kerjasama yang membutuhkan namun tidak sia-sia.

Penentuan kerjasama juga dilakukan dengan perhitungan dan meminimalisir kerugiannya. Seperti yang dijelaskan oleh Holsti, di mana kebijakan suatu negara merupakan upaya suatu negara untuk meminimalkan biaya untuk

112 KJ Holsti. Politik Internasional: Suatu Kerangka Analisa. 652-653

67

mengimplementasikan suatu kebijakan, sehingga kebijakan tersebut lebih efisien demi kesejahteraan rakyatnya.113

Dalam pandangannya, Holsti menyatakan bahwa suatu negara akan membutuhkan negara lain apabila terjadi suatu ancaman terhadap negara mereka, sehingga melakukan kerjasama dalam sebuah negara dianggap hal yang terbaik untuk meminimalisir terjadinya ancaman.114 Hal tersebut terlihat dengan kerjasama militer yang dilakukan oleh Indonesia dan Brazil sehingga penjabaran yang dijelaskan oleh

Holsti tentang negara akan membutuhkan negara lain untuk meminimalisir terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.

Selanjutnya, mengenai teori dan konsep yang dijabarkan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua. Pertama Rational Choice Theory, kedua, Konsep Kerjasama, yang akan disingkronisasikan dengan jawaban penelitian di BAB-IV ini. Rational

Choice Theory merupakan teori yang dikemukakan oleh Von Neumann dan Oskar

Morgenstern yang menjelaskan bahwa pilihan rasional bergantung dari bagaimana para pengambil kebijakan dapat memaksimalkan nilai utilitas pada pilihan yang ditentukan. Nilai utilitas itu sendiri adalah perhitungan atau kalkulasi terhadap pilihan kebijakan yang diutamakan.115

113 KJ Holsti. Politik Internasional: Suatu Kerangka Analisa. 362. 114 KJ Holsti. Politik Internasional: Suatu Kerangka Analisa. 362. 115 Darren Prokop, “Vonn Neumann-Mogernstern Untility Function”, Function, Encyclopedia Britannica, Artikel [online] tersedia di laman http://www.britannica.com/topic/von-Neumann- Morgenstern-untility-function diakses pada 5 Januari 2018

68

Rational Choice Theory menurut Von Neumann dan Oskar Morgenstern lebih mengedepankan nilai terhadap pilihan yang mungkin saja bisa mengandung reksiko.116 Apabila dihubungkan dengan pemaparan dalam penelitian ini, tentu konsep ini tepat jika diimplementasikan dengan pilihan Indonesia yang memilih

Brazil sebagai negara yang peringkat militernya di bawah Indonesia. Namun, pihak

Indonesia lebih mengutamakan nilai kegunaan dari pesawat tersebut, tentu hal tersebut merupakan suatu bentuk pemahaman yang rasional dari pemerintah

Indonesia yang lebih mengutamakan nilai utilitas dan kalkulasi.

Sikap pemerintah Indonesia yang rasional tentu diperkuat lagi dengan pernyataan dari Sekertaris Jenderal Kementerian Pertahanan Republik Indonesia periode 2010-2013, Marsekal Madya (Purn) Eris Heriyanto, yang menyatakan bahwa kebutuhan akan pesawat tempur yang memiliki kemampuan-kemampuan anti insurgency untuk saat ini yang paling tepat adalah Super Tucano. Dan TNI Angkatan

Udara tidak melihat peringkat militer negaranya, namun lebih melihat pada kemampuan dari pesawat itu sendiri yang member banyak manfaat.117 Pernyataan tersebut tentu mendukung Teori Pilihan Rasional yang digunakan dalam penelitian ini, utility function atau nilai Utilitas dalam penelitian ini dianggap tepat, karena negara lebih melihat pada kebutuhan dan nilai kegunaan, bukan karena latar belakang militer dari negara produsen pesawat tersebut.

116 Rose Mcdermott, Risk Taking in International Politics: Prospect Theory in American Foreign Policy, (United States of America: University of Michigan Press, 2001), 17 117 Wawancara dengan Marsekal Madya (Purn) Eris Heriyanto, pada 7 Januari 2018

69

Meskipun Brazil pernah mengalami kemerosotan dalam produksi alutsista dalam negerinya, tentu diharuskan memperbaiki berbagai aspek dalam negerinya termasuk industri pertahanannya. Industri pesawat dalam negerinya, yaitu Embraer, terus mengembangkan produknya agar memiliki kemampuan yang sesuai dengan kebutuhan alutsista udara saat ini dengan biaya operasional yang minim. Kemampuan pesawat asal Brazil tersebut adalah untuk melakukan serangan antigeriliya (counter insurgency), pengendali udara, dukungan udara (close air support), penyergapan, dan pertahanan udara. Meskipun memiliki kecepatan rendah, namun hal itu mempermudah kinerja Super Tucano untuk dapat melakukan identifikasi keberadaan musuh di medan peperangan. Di balik kemampuan peperangan yang dimiliki oleh

Super Tucano, pesawat tersebut juga dapat melakukan kemampuan menjadi pesawat latih dan pengawasan wilayah udara.118

Operasi-operasi militer yang terjadi dalam sebuah negara tentu tidak terlepas dari Angkatan Udara, karena Angkatan Udara merupakan suatu perangkat alutsista yang memiliki fleksibilitas yang tinggi dalam hal kecepatan sampai ke tujuan, hingga kemampuan dalam melakukan pertempuran udara. Ketika terjadi berbagai macam operasi di Indonesia, termasuk Operasi Seroja dan Operasi tumpas, tentu TNI

Angkatan Udara akan semakin mengoptimalkan peran dan fungsinya, termasuk dalam hal mempertimbangkan kemampuan dari pesawat tempurnya itu sendiri.

118 “Super Tucano Jadi Kekuatan TNI AU,” TNI Angkatan Udara, diunggah pada 18 September 2012, diakses pada 11 November 2017, tersedia di laman : https://tni-au.mil.id/berita/super- tucano-jadi-kekuatan-tni-au

70

Karena kebutuhan tersebut, maka Indonesia tentu memerlukan negara lain untuk memenuhi kebutuhan militer dalam negerinya, dan tentu dalam hal ini Brazil merupakan pilihan yang tepat.

Mengutip kembali pemikiran dari K.J Holsti yang menyatakan bahwa kerjasama dilakukan berdasarkan beberapa faktor yang meliputi kepentingan dalam negerinya yang meminimalkan biaya yang agar lebih efisien,119 Hal inilah yang kemudian menarik untuk disimak mengenai faktor-faktor kerjasama tersebut. Dalam hal ini, faktor ekonomi menjadi salah satu hal yang penting dalam kedua negara karena Indonesia membutuhkan alutsista udara yang memiliki biaya operasional yang terjangkau, dalam hal ini pesawat Super Tucano termasuk dalam kategori tersebut.

Lalu, Brazil sebagai negara produsen pembuat pesawat tersebut juga mendapatkan keuntungan ekonomi dengan penjualannya tersebut, sehingga pemikiran dari Holsti tentang kepentingan yang bernilai efisien telah tercapai dalam kerjasama tersebut.

Negara-negara berkembang khususnya Indonesia, membutuhkan pesawat

Super Tucano untuk memenuhi kebutuhan dalam negerinya. Meskipun pesawat ini termasuk dalam golongan turboprop, yaitu pesawat bermesin propeller, tetapi dengan biaya operasi yang lebih murah dibandingkan dengan pengoperasian pesawat tempur jet, maka bagi negara berkembang khususnya Indonesia, pesawat baling-baling tersebut menjadi alutsista yang dibutuhkan.120 Perhitungan yang dilakukan oleh pemerintah dalam memilih Super Tucano tepat jika mengutip dari teori Rational

119 KJ Holsti. Politik Internasional: Suatu Kerangka Analisis. 362. 120 TNI Angkatan Udara. Super Tucano TNI AU.

71

Choice yang menjelaskan bahwa pengambil kebijakan memaksimalkan nilai terhadap pilihan yang mungkin saja dapat mengandung reksiko.121

Indonesia yang merupakan negara berkembang, tentu tidak bisa melakukan operasi militer anti-gerilya seperti yang dilakukan oleh Amerika Serikat di Irak maupun Afganistan. Hal ini dikarenakan biaya operasional pesawat-pesawat jet tempur yang lebih mahal ketimbang pesawat jenis Turboprop seperti Ov-10 Bronco dan Super Tucano. Serangan anti-geriliya membutuhkan alutsista yang baik, di mana spesifikasi Super Tucano dianggap cocok dalam operasi tersebut, dan pengoperasian pesawat tersebut menguntungkan bagi negara-negara berkembang khususnya

Indonesia.122

Dari penjabaran tersebut, dapat dikategorikan sebagai alasan umum pemerintah menjalin kerjasama dengan Brazil, karena pesawat tersebut memiliki kemampuan operasi tempur yang baik dan penekanan biaya operasional pesawat dinilai cocok dengan kondisi Angkatan Udara Republik Indonesia saat ini. Begitu pula dengan pernyataan Holsti yang telah dijabarkan sebelumnya tentang mengimplementasikan kebijakan dengan meminimalkan biaya agar lebih efisien.

Pembelian pesawat ini menjadi polemik ketika tidak adanya transfer of technology dari perusahaan pembuat, yaitu Embraer terhadap TNI Angkatan Udara.

Namun, hasil wawancara dengan Marsekal Madya (Purn) Eris Heriyanto menjelaskan

121 Rose Mcdermott, Risk Taking in International Politics: Prospect Theory in American Foreign Policy, (United States of America: University of Michigan Press, 2001), 17 122 TNI Angkatan Udara. Super Tucano TNI AU.

72

bahwa pembelian pesawat tersebut jauh sebelum Undang-Undang No. 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan, yang pada saat itu belum ada proses ToT transfer of technology (ToT) dalam pembelian pesawat Super Tucano tersebut, dan karena hal tersebut saat ini pemerintah dan TNI-AU tidak bisa menuntut adanya ToT transfer of technology (ToT).123

Kebutuhan terhadap alutsista udara bagi negara-negara berkembang menjadi kesempatan bagi Brazil dalam pengembangan alutsista produknya. Hal ini dibuktikan dengan pengiriman pesawat Super Tucano ke 15 negara dengan total penjualan sebanyak 650 unit. Brazil selaku produsen pesawat tersebut terus berusaha menyempurnakan pesawat tersebut, yaitu dengan memodernisasikan sistem avionik, sistem persenjataan, dan sistem komunikasi data. Perkembangan industri militer

Brazil terus mengalami kemajuan hingga pemasaran pesawat dilakukan hingga ke

Timur Tengah.124

Kegunaan pesawat Super Tucano khususnya di Indonesia memiliki kegunaan penting, mengingat kondisi wilayah negara Indonesia yang maritim sehingga membutuhkan pengawasan udara yang baik serta biaya operasional yang ringan dibandingkan dengan pesawat jenis jet seperti F-16 dan Sukhoi SU 27/30. Kebutuhan pesawat intai perbatasan cocok dilakukan oleh pesawat Turboprop di wilayah

Indonesia dengan kemampuan terbang rendah dalam jangka waktu yang lama untuk

123 Wawancara dengan Marsekal Madya (Purn) Eris Heriyanto, pada 7 Januari 2018 124 TNI Angkatan Udara. Super Tucano TNI AU.

73

anti-geriliya, serta perawatan yang murah dan mampu mendarat di landasan pacu yang sederhana.125

Indonesia sebagai negara maritim yang luas serta sebagai negara yang berbatasan langsung dengan Malaysia, Timor Leste, dan Papua Nugini, serta berdekatan dengan Singapura, tentu memiliki kencenderungan akan terjadinya pelanggaran batas wilayah. Hal ini dibuktikan dengan sering terjadinya insiden pesawat asing melintas, pelanggaran perbatasan darat dan laut yang minim pengawasan, dikarenakan minimnya kekuatan udara Indonesia. Hal tersebut terjadi karena kurangnya jumlah pesawat tempur yang layak beroperasi dan keterbatasan radar.126

Banyak hal yang menjadi pertimbangan pemerintah Indonesia dalam mendatangkan pesawat Super Tucano, dengan mempertimbangkan berbagai kebutuhan dan kepentingan dalam negerinya. Minimnya radar milik TNI AU dan kekurangan pesawat intai merupakan pokok dasar persoalan yang kemudian menciptakan sebuah kerjasama militer dengan Brazil. Inovasi dari produksi pesawat tempur dari Brazil membuat pemerintah Indonesia tertarik untuk membeli pesawat

Super Tucano. Banyaknya persoalan dalam negeri terutama kebutuhan atas pesawat intai di perbatasan menjadikan kerjasama tersebut terlaksana.

125 TNI Angkatan Udara. Super Tucano TNI AU. 126 Depi Gunawan, “TNI AU kekurangan Pesawat untuk Jaga Perbatasan,” Media Indonesia, diunggah pada 26 Agustus 2016, diakses oada 1 Desember 2017, tersedia di laman : http://mediaindonesia.com/news/read/63657/tni-au-kekurangan-pesawat-tempur-untuk-jaga- perbatasan/2016-08-26

74

Dengan mempertimbangkan kebutuhan dalam negeri, pemerintah Indonesia menjalin kerjasama dalam pengadaan pesawat Super Tucano tersebut yang memiliki kemampuan tempur kelas menengah hingga mampu terbang berkecepatan rendah untuk memaksimalkan operasi intai udara. TNI AU selaku pihak yang menjalankan pesawat tersebut sempat memprotes pengadaan pesawat tersebut karena minim alih teknologi.127 Meskipun belum terlaksananya transfer of technology, pemerintah dan

TNI-AU tetap memaksimalkan pesawat Super Tucano dalam pengoperasiannya.

Dengan demikian, ketika mendatangkan Super Tucano pada 2012, KASAU pada saat itu Marsekal TNI Imam Sufa‟at menyatakan bahwa dalam mendatangkan pesawat Super Tucano sudah termasuk dalam perencanaan berdasarkan analisa dan pengkajian secara logis, sehingga penggunaan dari pesawat tersebut bisa disesuaikan dengan persepsi ancaman untuk memaksimalkan kemampuan pertahanan udara yang sudah menjadi tugas TNI-AU untuk mengamankan wilayah NKRI.128

Dengan demikian, dalam mendatangkan pesawat Super Tucano, TNI

Angkatan Udara telah memiliki Rensra (Rencana Strategis) yang telah diperhitungkan jauh sebelum memutuskan untuk membeli pesawat Super Tucano tersebut. Rencana tersebut disampaikan oleh Marsekal Madya (Purn) Eris Heriyanto, yang menyatakan bahwa rencana pengadaan dan pengkajian terhadap pesawat Super Tucano telah dilakukan TNI-AU sejak 2005, dan sejak saat itu pesawat Super Tucano dianggap

127 TNI Angkatan Udara. Pesawat Tempur : Super Tucano masih Minim Teknologi. 128 TNI Angkatan Udara, “Tahun 2012 Alutsista baru memperkuat TNI AU,” TNI Angkatan Udara, diakses pada 27 November 2017, tersedia di laman : https://tni-au.mil.id/berita/tahun/-2012- alutsista-baru-memperkuat-tni-au

75

tepat dan cocok bagi TNI-AU untuk melakukan tugas-tugas dalam negeri, sekaligus sebagai pengganti dari pesawat OV-10 Bronco yang telah memasuki usia tidak layak digunakan129.

Dengan demikian, kesimpulan pada Sub-bab kali ini adalah keputusan pemerintah Republik Indonesia dalam mendatangkan pesawat Super Tucano dari

Brazil, telah dipersiapkan dan diperhitungkan secara maksimal. Dan hal tersebut juga didukung oleh TNI-AU yang sudah mengkaji dan dimasukan kedalam Rencana

Strategis (Rensra) sejak 2005 berdasarkan hasil wawancara dengan Marsekal Madya

(Purn) Eris Heriyanto. Menurutnya, meskipun peringkat militer Brazil masih dibawah

Indonesia yaitu Brazil peringkat ke 17 dan Indonesia peringkat 14, hal tersebut tidak mengurungkan niat TNI-AU dalam mendatangkan pesawat tersebut. Karena TNI-AU memang membutuhkan pesawat tersebut.

Oleh karena itu, Teori Pilihan Rasional dan Konsep Kerjasama menjadi pilihan yang tepat dalam jawaban analisa pada penelitian ini, hal tersebut dibuktikan dengan terjalinnya kerjasama antara Indonesia dan Brazil, karena kedua negara saling diuntungkan dari kerjasama tersebut. Kedua, pilihan TNI-AU dalam menentukan pesawat yang akan dibeli, lebih mengutamakan nilai utilitas, dan memaksimalkan pilihan tersebut, sehingga Teori Pilihan Rasional menjadi pilihan yang tepat dalam mengkaji jawaban penelitian tersebut.

129 Wawancara dengan Marsekal Madya (Purn) Eris Heriyanto, pada 7 Januari 2018

76

B. Membutuhkan Pesawat Tempur anti Insurgency Pengganti OV-10 Bronco

Bagian kedua dari analisis dalam penelitian ini akan membahas tentang alasan lain pemerintah Indonesia dalam mendatangkan pesawat Super Tucano. Seperti yang sudah dijabarkan pada sub-bab sebelumnya, faktor yang melatarbelakangi pemerintah

Indonesia dan TNI-AU dalam mendatangkan pesawat tersebut adalah karena saat ini

Indonesia membutuhkan pesawat dengan spesifikasi anti insurgency, yang didukung oleh biaya operasional yang terjangkau dengan menggunakan konsep dari K.J Holsti dan Teori Rational Choice.

Pesawat tempur milik Angkatan Udara Republik Indonesia tergolong banyak jenisnya, namun pesawat yang memiliki kemampuan anti serangan gerilya atau anti insurgency adalah OV-10 Bonco dan Super Tucano. Pesawat anti-insurgency adalah pesawat yang mampu melakukan serangan gerilya, mampu menumpas pemberontak, memiliki kemampuan patroli, dan pertempuran kelas menengah, serta kecepatan pesawat yang tidak cepat sangat membantu dalam keberhasilan melakukan tugas- tugas tersebut.130

Peremajaan alutsista udara menjadi fokus TNI-AU saat ini karena banyak diantara pesawat-pesawat tempur yang uzianya sudah uzur. Peremajaan pesawat di

Skuadron udara menjadi fokus pilihan TNI-AU karena beberapa komponen suku cadang sudah tidak diproduksi lagi di negara pembuatnya. Karena pesawat-pesawat yang diproduksi sudah tidak beroperasi, sehingga mendatangkan pesawat baru

130 Wawancara dengan Marsekal Madya (Purn) Eris Heriyanto, pada 7 Januari 2018

77

menjadi fokus TNI AU saat ini. Oleh karenanya dengan biaya dari pemerintah melalui Kementerian Pertahanan, TNI-AU siap untuk melakukan pembelian senjata dan pesawat yang dilengkapi dengan bom, roket, dan peluru.131

Peremajaan alutsista tersebut merupakan rencana strategis TNI Angkatan

Udara dalam menjalankan tugas-tugasnya menjaga wilayah udara Republik

Indonesia, maka keputusan dalam menjalin kerjasama dengan Brazil merupakan langkah yang tepat karena sesuai dengan kebutuhan TNI-AU saat ini. Hal ini tepat apabila dipandang dalam pandangan Holsti yang menyatakan bahwa persetujuan atas masalah tertentu antara dua negara atau lebih dalam rangka memanfaatkan persamaan kepentingan atau bantuan dalam mencapai kepentingan tersebut.132

Pesawat anti-insurgency generasi sebelumnya, yaitu Pesawat OV-10 Bronco yang telah mengabdi bagi TNI sejak tahun 1970-an telah berakhir masa tugasnya, sehingga saat ini menjadi tugas pesawat Super Tucano dalam melanjutkan tugas- tugas pesawat OV-10 Bronco yang telah banyak berjasa dalam operasi-operasi militer dalam negeri, termasuk ketika Operasi Seroja (1976-1979) di Timor Timur, Operasi

Tumpas (1977-1978) di Irian Jaya, dan Operasi Halilintar (1978) di Riau.133

131. “TNI AU siap datangkan Delapan Sukhoi dan Tucano”, [basis data online], tersedia di laman : https://tni-au.mil.id/pustaka/tni-au-siap-datangkan-delapan-pesawat-sukhoi-dan-tucano (diakses pada 27 November 2017) 132 KJ Holsti, Politik Internasional :Suatu Kerangka Analisa, terj. Juwono Sudarsono, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1987), 652-653 133 “Super Tucano TNI AU,” TNI Angkatan Udara, diunggah pada 6 Juli 2012, diakses pada 12 November 2017, tersedia di laman : https://tni-au.mil.id/pustaka/super-tucano-tni-au

78

Kebutuhan TNI Angkatan Udara dalam menjalankan tugas-tugasnya merupakan hal yang harus didukung dengan baik oleh pemerintah, dalam hal ini,

Kementerian Pertahanan sebagai jembatan antara pemerintah dan TNI-AU dalam upaya mencapai rencara strategis mereka. Pentingnya kemampuan alutsista menjadi hal yang sangat mutlak bagi sebuah negara, termasuk pesawat tempur. Kerjasama yang dijalin oleh pemerintah Indonesia dan Brazil merupakan salah satu bentuk dukungan pemerintah terhadap TNI-AU dalam mencapai aspek-aspek yang dibutuhkan.

Pembelian pesawat Super Tucano dari Brazil merupakan langkah yang tepat, meskipun pada saat awal pembelian ada beberapa pihak yang mengkritik hal tersebut karena tidak adanya ToT transfer of technology (ToT), pembelian suku cadang yang sulit, dan ditambah kejadian di kota Malang yang menyebabkan TNI-AU harus kehilangan satu pesawat Super Tucano-nya serta retaknya hubungan diplomatik

Indonesia dan Brazil sejak dieksekusinya warga negara Brazil karena kasus narkoba

Namun, pembelian pesawat Super Tucano tersebut, tidak adanya data yang valid mengenai biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah, termasuk biaya perawatan, suku cadang, dan tambahan-tambahan lainnya. Berdasarkan wawancara dengan

Marsdya (Purn) Eris Heriyanto yang merupakan mantan Sekertaris Jenderal

Kementerian Pertahanan, menjelaskan bahwa biaya dalam pembelian pesawat tersebut belum termasuk alat untuk pemasangan senjata, dan komponen-komponen pesawat lainnya, sehingga harga yang beredar sekitar 2,7 Triliun Rupiah, dapat

79

dinyatakan belum harga pasti. Karena dalam pembelian alutsista, harga yang tertera tidak bisa dipastikan harga tersebut valid.134

Kekurangan menurut analisa penulis, tidak adanya informasi mengenai harga pasti dalam pembelian alutsista, tentu merupakan bentuk kekurangan dalam skripsi ini, karena dalam penggunaan belanja negara yang merupakan uang rakyat, tentu pemerintah harus terbuka dalam setiap penggunaan dana APBN, khususnya dalam belanja alutsista. Karena alutsista merupakan komponen wajib yang harus dimiliki oleh setiap negara, maka keterbukaan menjadi hal yang penting demi meminimalisir adanya tindak kejahatan korupsi yang kerap terjadi dalam setiap proses pembelian atau pengadaan.

Dengan demikian, kesimpulan pada Sub-bab kali ini yaitu TNI-AU menganggap bahwa Super Tucano merupakan pesawat yang tepat dan dibutuhkan karena fungsi dan kemampuannya cocok untuk dioperasikan di Indonesia, serta sebagai pengganti pesawat generasi sebelumnya yaitu OV-10 Bronco yang sudah tidak digunakan oleh TNI-AU. Dalam sejarahnya, pesawat OV-10 Bronco yang merupakan pesawat Anti-Insurgency telah banyak berjasa dan ketika pesawat tersebut telah habis masa baktinya, maka dipilihlah Super Tucano sebagai re-generasi dari pesawat OV-10 Bronco.

134 Wawancara dengan Marsekal Madya (Purn) Eris Heriyanto. Pada 7 Januari 2018

80

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada 2010 Indonesia mencapai kesepakatan dengan Brazil dalam pengadaan pesawat tempur ringan jenis Super Tucano dari Brazil. Pesanan pemerintah Indonesia kepada Brazil yaitu sebanyak 16 unit pesawat. Pesawat pertama dikirimkan kepada pihak TNI AU pada 2012 sebanyak empat unit. Ketika pemerintah menjalin kerjasama dalam mendatangkan pesawat tersebut, sempat muncul polemik yang dikarenakan tidak adanya proses alih teknologi dalam pesawat tersebut. Permasalahan tidak cukup sampai disitu, kecepatan yang minim, kemampuan membawa senjata yang kurang maksimal serta sulitnya mendapatkan suku cadang dalam perawatan tersebut semakin memperburuk pengoperasian TNI AU pada pesawat tersebut.

Peringkat militer Indonesia yang masih lebih baik jika dibandingkan dengan

Brazil membuat kerjasama ini menarik untuk disimak. Dieksekusi matinya warga negara Brazil oleh pemerintah Indonesia pada awal masa kepemimpinan Presiden

Joko Widodo membuat Presiden Brazil Dilma Roesoff memulangkan Duta Besar

Indonesia untuk Brazil, Toto Riyanto kembali ke tanah air, menjadikan hubungan bilateral Indonesia dan Brazil memburuk, namun hal tersebut tidak berlangsung lama, karena pada 2015, hubungan Indonesia dan Brazil kembali membaik dengan diterimanya kembali Duta Besar Indonesia untuk Brazil.

81

Dalam sejarahnya, kekuatan Angkatan Udara Republik Indonesia pernah mengalami pasang surut. Ketika pada masa pemerintahan Soekarno, kekuatan militer

Indonesia menjadi kekuatan yang disegani oleh negara-negara di dunia, hingga kemunduran Angkatan Udara pasca peristiwa G-30S yang menyudutkan AURI pada saat itu. Embargo militer yang dilakukan oleh Amerika Serikat dan Inggris membuat

Angkatan Udara Indonesia tidak mengalami kemajuan pada masa itu. Hal tersebut berakhir ketika Indonesia menjalin kerjasama dengan Rusia dalam mendatangkan pesawat Sukhoi pada awal periode 2000.

Upaya pemerintah Indonesia dalam meningkatkan kekuatan militernya terus dilakukan, termasuk mendatangkan pesawat Super Tucano tersebut. Dengan pengalaman dan sejarahnya ketika operasi militer yang pernah dilakukan seperti di

Colombia dalam penumpasan pemberontak, hingga menghalau pesawat lain, serta kemampuan intai patroli yang membuat pesawat Super Tucano dianggap layak oleh pemerintah Indonesia sebagai pesawat patroli untuk pengamanan kedaulatan negara maritim seperti Indonesia. Namun, insiden terjadi pada 10 Februari 2016 ketika pesawat Super Tucano jatuh di Malang yang mengakibatkan tewasnya penerbang pesawat tersebut dan mekaniknya. Hal ini membuat TNI AU mengevaluasi pesawat tersebut dengan meng-grounded seluruh armada pesawat tersebut sampai hasil investigasi selesai dilakukan.

Menarik untuk disimak mengenai faktor yang melatarbelakangi terjalinnya kerjasama antarkedua negara tersebut. Hal yang membuat penelitian ini menjadi

82

signifikan yaitu ketika kekuatan militer Indonesia berada pada peringkat 14 dunia, sedikit diatas kekuatan militer Brazil yang menduduki peringkat 17 dunia, dan memunculkan pertanyaan mengapa Indonesia menjalin kerjasama dengan Brazil dalam pengadaan pesawat Super Tucano. Terdapat beberapa faktor yang melatarbelakangi terjalinnya kerjasama tersebut. Pertama, yaitu adanya kebutuhan akan pesawat berkemampuan operasi militer seperti peperangan kelas menengah, pengintaian batas wilayah udara, serta penghematan biaya operasional dan regenerasi alutsista khususnya pesawat tempur milik Angkatan Udara Republik Indonesia.

Kerjasama tersebut dijalin oleh pemerintah Indonesia karena saat ini

Indonesia kerap mengalami pelanggaran batas wilayah yang dilakukan oleh negara- negara tetangga. Kemampuan operasi militer dan intai pesawat tersebut dibutuhkan dalam mengimplementasikan kebutuhan TNI AU saat ini. Hal tersebut sesuai dengan konsep Kerjasama menurut K.J Holsti yang menyatakan bahwa kerjasama dilakukan untuk mencapai kesepakatan dalam mendapatkan keuntungan yang saling menguntungkan.

Pilihan pemerintah Indonesia dan TNI-AU dalam mendatangkan pesawat tersebut juga didukung oleh Teori Pilihan Rasional atau Rational Choice Theory, di mana pemerintah Indonesia tidak melihat peringkat dan kapabilitas militer negara

Brazil sebagai tolak ukur, melainkan lebih pada upaya memaksimalkan nilai kegunaan dari pesawat tersebut. Karena, menurut Von Neumann dan Oskar

Morgenstern, Teori Pilihan Rasional bergantung pada pengambil kebijakan dalam

83

memaksimalkan nilai utilitas dan kalkulasi terhadap kebijakan yang diambilnya, sehingga menjadi perioritas dan menciptakan keuntungan bagi Indonesia maupun

Brazil

B. Saran

Salah satu kekurangan dalam penelitian ini adalah kurangnya mendapatkan data, seperti, Jurnal Khusus TNI AU dan buku mengenai Angkatan Udara Brazil.

Apabila penelitian ini banyak dilengkapi dengan jurnal, Hasil penelitian ini akan menjadi semakin baik karena akan lebih meyakinkan bagi para pembacanya.

Meskipun demikian, penelitian dengan sumber data online diharapkan menjadi awal yang baik bagi para pembacanya karena meskipun data yang dihimpun dalam bentuk data online, semua situs yang dilampirkan merupakan situs dengan pertanggung jawaban yang baik, seperti situs berita online, situs perusahaan pesawat, situs resmi

TNI AU, dan situs resmi Kementerian Luar Negeri.

Melakukan wawancara dengan pihak yang terlibat dalam kerajasama militer tersebut juga telah dilakukan dalam penelitian ini. Oleh karena itu, diharapkan bagi pemerintah agar terus berupaya meningkatkan keamanan khususnya di wilayah perbatasan untuk meminimalisir terjadinya konflik. Oleh karena itu, diharapkan bahwa penelitian tentang kerjasama militer yang dilakukan Indonesia, diperbanyak data jurnal resmi dan buku yang membahas tentang kerjasama militer agar referensi penelitan selanjutnya dapat lebih maksimal.

84

DAFTAR PUSTAKA

Buku Affianty, Debbie. Analisa Politik Luar Negeri. Ciputat: UIN Press. Burchill, Scott dan Andrew Linklater. Teori-teori Hubungan Internasional. New York: ST Martin‟s Press, 1996. Conca, Ken. Manufacturing Insecurity: The Rise and Fall of Brazil’s Military Industrial Complex. Boulder, CO, and London: Lynne Rienner Publishers, 1997. Fahrurodji, A. Rusia Baru, Menuju Demokrasi, Pengantar Sejarah dan Latar Belakang Budayanya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005. Holsti, Kj. Politik Internasional: Suatu Kerangka Analisa (terj. Juwono Sudarsono). Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1987. Kahin, Audrey dan George Mc. Turnan Kahin. Subversi Politik Luar Negeri (terj. RZ. Leirissa). Jakarta: Pustaka Grafitti, 2002. Lawrance, Edward J. The International Arms Trade. New York: Lexington Books, 1992. Lebang, Tomi. 60 Tahun Pasang Surut Hubungan Indonesia-Rusia. Jakarta: Kompas Gramedia, 2010. Leirissa, R.Z. PRRI/PERMESTA: Strategi Membangun Indonesia Tanpa Komunis. Jakarta: Pustaka Grafitti, 1991. Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002. Oppenheimer, Joe, A Rational Choice Theory Giude to Politics and Social Justice, (London: Cambridge University Press, 2012), 10 Perwita, Anak Agung dan Yayan Mochamad Yani. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006. McDermott, Rose, Risk Taking in International Politics: Prospect Theory in American Foreign Policy, (United States of America: University of Michigan Press, 2001), 17 Saelan, Maulwi. Dari Revolusi ’45 sampai kudeta ’66: Kesaksian Wakil Komandan Tjakabirawa. Jakarta: Yayasan Hak Bangsa, 2001.

85

Suryadarma, Adityawarman. Bapak Angkatan Udara, Suryadi Suryadarma. Jakarta: Kompas, 2017. T, Rourke. International Politics on The World Stage. University of Connecticut: McGraw-Hill/Dushkin, 2005.

Jurnal Conca, Ken. “Between Global Markets and Domestic Politics: Brazil Military- Industrial Collapse”. Review of International Studies. Vol 24. No 1 (October 1998). Diakses pada 5 Juli 2017, tersedia di laman: https://www.jstor.org/stable/20097547?Search=yes&resultItemClick=true&se archText=Between&searchText=Global&searchText=Markets&searchText=and &searchText=Domestic&searchText=Politics:&searchText=Brazil&searchText= Military- Industrial&searchText=Collapse&searchUri=%2Faction%2FdoBasicSearch%3FQ uery%3DBetween%2BGlobal%2BMarkets%2Band%2BDomestic%2BPolitics%25 3A%2BBrazil%2BMilitary- Industrial%2BCollapse%26amp%3Bacc%3Doff%26amp%3Bgroup%3Dnone%26 amp%3Bfc%3Doff%26amp%3Bwc%3Don Conca, Ken. “Technology, the Military, and Democracy in Brazil”. Journal of Interamerican Studies and World Affairs. Vol 34. No 1 (Spring 1992). Diakses pada 5 Juli 2017, tersedia di laman: https://www.jstor.org/stable/166152?Search=yes&resultItemClick=true&searc hText=Technology,&searchText=the&searchText=Military,&searchText=and&s earchText=Democracy&searchText=in&searchText=Brazil&searchUri=%2Factio n%2FdoBasicSearch%3FQuery%3DTechnology%252C%2Bthe%2BMilitary%252 C%2Band%2BDemocracy%2Bin%2BBrazil Rahmat, Pupu Saeful. Metode Penelitian. Diakses pada 1 juni 2016. Terdapat di laman: http://yusuf.staff.ub.ac.id/files/2012/11/Jurnal-Penelitian- Kualitatif.pdf.

Artikel dan Berita Afrida, Nani. Air Force Awaits Four Last Tucano Jet Fighters. The Jakarta Post. Diakses pada 14 Juni 2016. Tersedia di: http://www.thejakartapost.com/news/2016/02/19/air-force-awaits-four-last- tucano-jet-fighters.html.

86

El Tiempo, Redacción. 10 toneladas de bombas se usaron para el Segundo gran golpe a las Farc. Diunggah pada 26 Maret 2012. Diakses pada 7 September 2017. Tersedia di laman: http://www.eltiempo.com/archivo/documento/CMS- 11437461 Fadillah, Ramadhian. 4 Pesawat Tempur Super Tucano Kembali perkuat TNI AU. Diunggah pada 27 September 2014. Diakses pada 12 September 2017. Tersedia di laman: https://www.merdeka.com/peristiwa/4-pesawat-tempur-super-tucano- kembali-perkuat-tni-au.html. Gumilang, Prima dan Anggi Kusumadewi. Menengok Masa Kelam Angkatan Udara Republik Indonesia. CNNIndonesia. Diunggah pada 20 April 2016. Diakses pada 17 April 2017. Tersedia di laman: https://www.cnnindonesia.com/nasional/20160418043718-20- 124573/menengok-masa-kelam-angkatan-udara-republik-indonesia/. Gunawan, Depi. TNI AU kekurangan Pesawat untuk Jaga Perbatasan. Media Indonesia. Diunggah pada 26 Agustus 2016. Diakses pada 1 Desember 2017. Tersedia di laman: http://mediaindonesia.com/news/read/63657/tni-au- kekurangan-pesawat-tempur-untuk-jaga-perbatasan/2016-08-26 Hoyle, Craig. Chile signs 12 Super Tucano trainers. Flight Global. Diunggah pada 20 Agustus 2008. Diakses pada 12 September 2017. Tersedia di laman: https://www.flightglobal.com/news/articles/chile-signs-for-12-super-tucano- trainers-314908/ Hoyle, Craig. PARIS: Mali to boost defences with Super Tucano. Flight Global. Diunggah pada 15 Juni 2015. Diakses pada 12 September 2017. Tersedia di laman: https://www.flightglobal.com/news/articles/paris-mali-to-boost- defences-with-super-tucano-413607/ Hulwan, Arif. Menhan: Tiga Tewas dalam Jatuhnya Super Tucano di Malang. MetroTVnews. Diunggah pada 10 Februari 2016. Diakses pada 9 Oktober 2017. Tersedia di laman: http://news.metrotvnews.com/read/2016/02/10/482036/menhan-tiga- meninggal-dalam-kecelakaan-super-tucano-di-malang Kusumadewi, Anggi dan Resty Armenia. Kisah Embargo AS dan Sukhoi Rusia di Balik Jet Tempur RI. CNNIndonesia. Diunggah pada 2 Maret 2016. Diakses pada 26 April 2017. Tersedia di laman: https://www.cnnindonesia.com/nasional/20160301150059-20-114600/kisah- embargo-as-dan-sukhoi-rusia-di-balik-jet-tempur-ri/ Lamothe, Dan. These planes cpuld someday replace the A-10 if the Pentagon spends the cash. WashingtonPost. Diunggah pada 9 Maret 2015. Diakses pada 15 September 2017. Tersedia di laman:

87

https://www.washingtonpost.com/news/checkpoint/wp/2015/03/09/these- planes-could-someday-replace-the-a-10-if-the-pentagon-spends-the- cash/?utm_term=.97a571e82bb6 Malau, Ita Lismawati F. Mengenal si Ringan Super Tucano. VIVAnews. Diakses pada 10 November 2016. Tersedia di: http://www.viva.co.id/berita/nasional/348154-mengenal-si-ringan-super- tucano?. Miski. 11 pesawat tempur Super Tucano dilarang terbang. MetroTVnews. Diunggah pada 10 Februari 2016. Diakses pada 9 Oktober 2017. Tersedia di laman: http://m.metrotvnews.com/read/2016/02/10/482356 Norris, Guy. Tougher Tucano. Flight Global. Diuggah pada 26 Maret 2002. Diakses pada 6 September 2017. Tersedia di laman : https://www.flightglobal.com/news/articles/tougher-tucano-145189/ Otis, John. How the Wolrd Longest-Running Civil War Ended. TIME. Diunggah pada 23 Juni 2016. Diakses pada 6 September 2017. Tersedia di laman: http://time.com/4380917/colombia-ceasefire-farc-rebels/ Pratomo, Yulistyo. Seberapa kuat TNI AU dibanding Malaysia & Australia?. Merdeka. Diunggah pada 9 April 2015. Diakses pada 10 Juni 2016. Tersedia di laman: https://www.merdeka.com/peristiwa/seberapa-kuat-tni-au-dibanding- angkatan-udara-malaysia-australia/jumlah-personel.html. Press, Khaama. Afghan air force receive 4 more light attack aircraft from US. KHAAMA. Diunggah pada 22 Juli 2016. Diakses pada 10 September 2017. Tersedia di laman: http://www.khaama.com/afghan-air-force-receive-4-more- light-attack-aircraft-from-us-01533 Rachman, Taufik. Menhan Akan Libatkan Ahli Selidiki Jatuhnya Super Tucano. Republika. Diunggah pada 19 Februari 2016. Diakses pada 9 Oktober 2017. Tersedia di laman: http://www.republika.co.id/berita/koran/podium/16/02/24/nasional/umum/11/06 /30/nasional/umum/11/06/30/nasional/politik/16/02/19/o2snii219-menhan- akan-libatkan-ahli-selidiki-jatuhnya-super-tucano Staff, Defense Industry Daily. 18 Super Tucanos to Ecuador. Defense Industry Daily. Diunggah pada 24 Maret 2009. Diakses pada 13 September 2017. Tersedia di laman: http://www.defenseindustrydaily.com/24-Super-Tucanos-to-Ecuador- 05346/ Staff, Reuters. Brazil’s Embraer sells six planes to help Guantemala’s drug war. Reuters. Diunggah pada 9 September 2013. Diakses pada 12 September 2017. Tersedia di laman: https://www.reuters.com/article/latam-defense-embraer-

88

supertucano/brazils-embraer-sells-six-planes-to-help-guatemalas-drug-war- idUSL2N0CW00Y20130409 Staff, Reuters. Embraer sells $180 mln in Super Tucanos in Africa. Reuters. Diunggah pada 28 Maret 2012. Diakses pada 12 September 2017. Tersedia di laman: https://af.reuters.com/article/angolaNews/idAFL2E8ES21420120328 Staff, Reuters. Factbox: The A-29 Super Tucano aircraft at a glance. Reuters. Diunggah pada 6 Mei 2016. Diakses pada 6 September 2017. Tersedia di laman : https://www.reuters.com/article/us-usa-nigeria-arms-factbox/factbox-the-a-29- super-tucano-aircraft-at-a-glance-idUSKCN0XX09U Stefanie, Christie. Menhan: Pesawat Super Tucano yang Jatuh Masih Baru. CNN Indonesia. Diunggah pada 10 Februari 2016. Diakses pada 12 September 2017. Tersedia di laman: https://www.cnnindonesia.com/nasional/20160210151656- 20-110110/menhan-pesawat-super-tucano-yang-jatuh-masih-baru/ Syukur, M. 10 jet tempur baru akan perkuat pertahanan udara RI 2017. Liputan6. Diunggah pada 1 Desember 2016. Diakses pada 26 April 2017. Tersedia di laman: http://news.liputan6.com/read/2667099/10-jet-tempur-baru-akan- perkuat-pertahanan-udara-ri-2017 Tempo.co. Tim Identifikasi TNI AU Telisik Jatuhnya Super Tucano. TEMPO.co. Diunggah pada 11 Februari 2016. Diakses pada 9 Oktober 2017. Tersedia di laman: https://nasional.tempo.co/read/743936/tim-identifikasi-tni-au-telisik- jatuhnya-super-tucano Trimble, Stephen. Ecuador finalises big Super Tucano order. Flight Global. Diunggah pada 24 Maret 2009. Diakses pada 13 September 2009. Tersedia di laman: https://www.flightglobal.com/news/articles/ecuador-finalises-big-super- tucano-order-324228/ Trimble, Stephen. Embraer to bolster Colombian industry skills with Tucano upgrade. Flight Global. Diunggah pada 9 Agustus 2011. Diakses pada 13 September 2017. Tersedia di laman: https://www.flightglobal.com/news/articles/embraer-to-bolster-colombian- industry-skills-with-tucano-upgrade-360502/ Trimble, Stephen. Sierra Nevada leads Super Tucano bid for USAH deal. Flight Global. Diunggah pada 2 Februari 2011. Diakses pada 15 September 2017. Tersedia di laman: https://www.flightglobal.com/news/articles/sierra-nevada- leads-super-tucano-bid-for-usaf-deal-352676/ Valduga, Fernando. Tres Super Tucanos fotografados durante voo de translado para Burkina Faso. CAVOK. Diunggah pada 7 September 2011. Diakses pada 12

89

September 2017. Tersedia di laman: http://www.cavok.com.br/blog/exclusivo- tres-super-tucanos-fotografados-durante-voo-de-translado-para-burkina-faso/ Vector. Embraer 40 anos : Defendendo a Amazonia. Contato Radar. Diakses pada 6 September 2017. Tersedia di laman: http://www.contatoradar.com.br/paginas- da-historia/706-embraer-40-anos-defendendo-a-amazonia Winsor, Morgan. Ghana Air Force negotiations 29 Super Tucano with Brazil Embraer Defense. International Business Times. Diunggah pada 12 November 2015. Diakses pada 12 September 2017. Tersedia di laman: http://www.ibtimes.com/ghanas-air-force-expand-super-tucano-29-planes- acquisition-amid-negotiations-brazils-2221931 Wisnu, Arkhelaus. Hubungan Indonesia dengan Brasil Kembali Membaik. Tempo.co. Diunggah pada 1 Oktober 2015. Diakses pada 9 Juni 2016. Tersedia di laman: https://nasional.tempo.co/read/705436/hubungan-indonesia-dengan-brasil- kembali-membaik Yulianingsih, Tanti. Kecam Keras Eksekusi Mati, Brasil Ancam Putus Kerja Sama Ekonomi. Liputan6. Diunggah pada 29 April 2015. Diakses pada 10 Mei 2016. Tersedia di laman: http://global.liputan6.com/read/2222527/kecam-keras- eksekusi-mati-brasil-ancam-putus-kerja-sama-ekonomi. Zulivan, Adriani. Kekuatan Militer Indonesia Terbaik di Asia Tenggara, 15 Besar di Dunia. Good News From Indonesia. Diakses pada 14 Agustus 2017. Tersedia di: https://www.goodnewsfromindonesia.id/2017/07/18/kekuatan-militer- indonesia-adalah-yang-terbaik-di-asia-tenggara-15-besar-di-dunia. ____. Tucano shoots down drug dealer plane. Indian Defence. Diunggah pada 17 September 2013. Diakses pada 6 September 2017. Tersedia di laman: http://indiandefence.com/threads/tucano-shoots-down-drug-dealer-plane.32640/ ____. Super Tucano pesawat jadul yang diminati USAF. Kompas. Diakses pada 15 September 2017. Tersedia di laman: http://print.kompas.com/baca/iptek/2016/02/11/Super-Tucano-Pesawat-Jadul- yang-Diminati-USAF ____. Strategic implications of Brazil Military Operations. Stratfor. Diunggah pada 10 Agustus 2012. Diakses pada 6 September 2017. Tersedia di laman: https://worldview.stratfor.com/article/strategic-implications-brazils-military- operations ____. Sejarah TNI Angkatan Udara. Kompas Gramedia. Diakses pada tanggal 18 April 2017. Tersedia di laman: http://www.kgvaluecard.com/news/read/sejarah-tni-angkatan-udara

90

____. Report: Blackwater Worldwide Purchases Brazilian-Made Fighter Plane. FOXNews. Diunggah pada 2 Juni 2008. Diakses pada 13 September 2017. Tersedia di laman: http://www.foxnews.com/story/2008/06/02/report- blackwater-worldwide-purchases-brazilian-made-fighter-plane.html ____. Pilot Super Tucano sempat terlontar kini kritis. Poskota News. Diunggah pada 10 Februari 2016. Diakses pada 12 Desember 2017. Tersedia di laman: http://poskotanews.com/2016/02/10/pilot-super-tucano-sempat-terlontar-kini- kondisi-kritis/ ____. pesawat tempur : Super Tucano minim alih teknologi. TNI Angkatan Udara. Diunggah pada 18 September 2012. Diakses pada 10 November 2017. Tersedia di laman: https://tni-au.mil.id/pustaka/pesawat-tempur-super-tucano-minim- alih-teknologi ____. Militer Indonesia Terkuat No. 12 di Dunia. Jurnal Asia. Diunggah pada 5 Oktober 2015. Diakses pada 14 Juni 2016. Tersedia di laman: http://www.jurnalasia.com/2015/10/05/militer-indonesia-terkuat-no-12-di- dunia/. ____. Industri pesawat dan pertanian Brasil patut diadopsi. Sains Indonesia. Tersedia di laman: http://www.sainsindonesia.co.id/index.php/rubrik/mondial/476-industri- pesawat-dan-pertanian-brasil-patut-diadopsi ____. Indonesia pemilik pertama Super Tucano di ASEAN. Tempo.co. Diunggah pada 2 September 2012. Diakses pada 10 September 2017. Tersedia di laman: https://m.tempo.co/read/news/2012/09/02/078427032/indonesia-pemilik- pertama-super-tucano-di-asean ____. Honduras seeks technical agreement with Embraer for Fleet modernization. Diakses pada 13 September 2017. Tersedia di laman: http://www.defense- aerospace.com/articles-view/release/3/154899/honduras,-embraer-discuss- aircraft-upgrades.html ____. FARC claims shoot Colombian army planes. Colombia Reports. Diakses pada 13 September 2017. Tersedia di laman: https://colombiareports.com/new-farc- message-claims-responsibility-for-downed-army-plane ____. Embraer Performs First Flight of the A-1M and Delivers the last A-29 Tucano and F-5M Aircraft to the FAB. XairForces. Diunggah pada 18 June 2012. Diakses pada 12 September 2017. Tersedia di laman: http://xairforces.net/newsd_country.asp?newsid=1528&id=84&newst=1#.WkT cjdR97VQ ____. Embraer Delivers the first three A-29 Super Tucano to the national Air Force of Angola. Deagel. Diunggah pada 31 Januari 2013. Diakses pada 12 September

91

2017. Tersedia di laman: http://www.deagel.com/news/Embraer-Delivers-the- First-Three-A-29-Super-Tucano-to-the-National-Air-Force-of- Angola_n000011185.aspx ____. Embraer Delivers 50th Super Tucano to Brazilian air force. Diakses pada 6 September 2017. Tersedia di laman: http://www.aero- news.net/index.cfm?do=main.textpost&id=2585844a-978d-4a14-8e06- 1b22d6c5c226 ____. Embraer completing final aircraft in Super Tucano order for Lebanon. Jane‟s 360. Diunggah pada 2 Juni 2017. Diakses pada 12 September 2017. Tersedia di laman: http://www.janes.com/article/71074/embraer-completing-final-aircraft- in-super-tucano-order-for-lebanon ____. EMB-314 Super Tucano: Tempur Taktis Penjaga Perbatasan NKRI. IndoMiliter. Diunggah pada 8 Juli 2012. Diakses pada 12 Desember 2017. Tersedia di laman: http://www.indomiliter.com/emb-314-super-tucano-tempur- taktis-penjaga-perbatasan-nkri/ ____. EMB-314 Super Tucano / ALX Trainer and Light Attack Aircraft. Air Force Technology. Diakses pada 13 September 2017. Tersedia di laman: http://www.airforce-technology.com/projects/super_tucano/ ____. Eksekusi di Indonesia Picu Kemarahan Australia, Brazil. VOAIndonesia. Diunggah pada 29 April 2015. Diakses pada 27 Agustus 2017. Tersedia di laman: https://www.voaindonesia.com/a/eksekusi-di-indonesia-picu- kemarahan-australia-brazil/2741152.html. ____. Ecuador looks to trim Super Tucano purchase. Flight Global. Diunggah pada 3 Juni 2010. Diakses pada 13 September 2017. Tersedia di laman: https://www.flightglobal.com/news/articles/ecuador-looks-to-trim-super- tucano-purchase-342724/ ____. Dominican Republic will support Haiti with Super Tucano Fighters. DIALOGO. Diunggah pada 18 Mei 2012. Diakses pada 13 September 2017. Tersedia di laman : https://dialogo-americas.com/en/articles/dominican- republic-will-support-haiti-super-tucano-fighters ____. Colombian military: 39 rebels killed. CNSnews. Diunggah pada 21 Maret 2012. Diakses pada 7 September 2017. Tersedia di laman : https://www.cnsnews.com/news/article/colombian-military-39-rebels-killed. ____. Brazil’s Embraer opens aircraft technical services subsidiary in China. Merco Press. Diunggah pada 7 Juli 2010. Diakses pada 12 Desember 2017. Tersedia di laman : http://en.mercopress.com/2010/07/07/brazil-s-embraer-opens-aircraft- technical-services-subsidiary-in-china.

92

____. Brasil Kirim Empat Pesawat Super Tucano Pesanan Indonesia. BBCnews. Diunggah pada 7 Agustus 2012. Diakses pada 27 Agustus 2017. Tersedia di laman: http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2012/08/120807_supertuca no.shtml. ____. 2017 Military Strength Rangking. Global Fire Power. Diakses pada 12 Desember 2017. Tersedia di laman: https://www.globalfirepower.com/countries-listing.asp. Data dikelola oleh penulis.

Website

____. Army Minister Views Programs, S&T Activities. Latin America Daily Report. (hereafter LADR), 22 Feb 1995. ____. Brazil. KBRI Brazil. Diakses pada 27 Agustus 2017. Tersedia di laman: https://www.kemlu.go.id/brasilia/id/Pages/Brazil.aspx. ____. Militer Indonesia Terkuat No. 12 di Dunia. Jurnal Asia. Diakses pada 14 Juni 2016. Tersedia di laman: http://www.jurnalasia.com/2015/10/05/militer- indonesia-terkuat-no-12-di-dunia/. ____. Sejarah TNI Angkatan Udara. TNI Angkatan Udara. Diunggah pada 20 Februari 2015. Diakses pada 16 April 2017. Tersedia di laman: https://tni- au.mil.id/sejarah-tni-angkatan-udara/ ____. Super Tucano Jadi Kekuatan TNI AU. TNI Angkatan Udara. Diunggah pada 12 September 2012. Diakses pada 11 November 2017. Tersedia di aman : https://tni-au.mil.id/berita/super-tucano-jadi-kekuatan-tni-au ____. Super Tucano Jadi Kekuatan TNI AU. TNI Angkatan Udara. Diunggah pada 18 September 2012. Diakses pada 11 November 2017. Tersedia di laman : https://tni-au.mil.id/berita/super-tucano-jadi-kekuatan-tni-au ____. Super Tucano the origin of an outstanding aircraft. Embraer Defense & Security. Diakses pada 6 September 2017. Tersedia di laman : http://www.embraerds.com/super_tucano.html. ____. Super Tucano TNI AU. TNI Angkatan Udara. Diunggah pada 6 Juli 2012. Diakses pada 12 November 2017. Tersedia di laman: https://tni- au.mil.id/pustaka/super-tucano-tni-au

93

Lampiran : Wawancara dengan Marsekal Madya (Purn) Eris Heriyanto, S.IP, M.A

TRANSKRIP HASIL WAWANCARA SKRIPSI

Narasumber : Marsekal Madya (Purn) Eris Heriyanto, S.IP, M.A

Kapasitas : Sekertaris Jenderal Kementerian Pertahanan Republik Indonesia

Periode 2010 – 2013.

Keterangan : Wawancara dilakukan melalui sambungan telepon dengan

narasumber.

Waktu : 7 Januari 2018, pada pukul 10.00 WIB.

Jody Marcello :

Dari beberapa sumber yang telah saya dapatkan, peringkat militer Indonesia masih diatas Brazil, dan mengapa Indonesia memilih Brazil sebagai partner dalam kerjasama tersebut?

Eris Heriyanto : oke mungkin bisa saya jawab kalau itu, yang pertama, Super Tucano itu adalah pesawat yang digunakan untuk anti supversi atau operasi-operasi dalam negeri, karena ini Ov-10, di masa lalu sangat berjasa untuk menyelasikan konflik-konflik dalam negeri, sehingga TNI Angkatan Udara menganggap bahwa kemampuan Ov-10 ini , bisa cari pesawat yang bisa melakukan tugas-tugas seperti Ov-10. Anti insurgency, nah setelah dicari pesawat-pesawat setingkat itu, maka Super Tucano yang bisa menjawab, karena pesawatnya diharapkan bisa membawa load yang besar,

94

tidak cepat, akurasinya juga tinggi, operasi-operasi dalam negeri kan maunya yang pin point dan sebagainya, maka dilipihlah Super Tucano, kita tidak melihat negaranya, tapi lebih ke kemampuan pesawatnya.

Jody Marcello :

Pesawat Super Tucano sebetulnya di proyeksikan sebagai pesawat, patroli dan peperangan kelas menengah, apakah ini betul pak?

Eris Heriyanto : istilah kita adalah anti insurgency.

Jody Marcello : sejak awal-awal dibeli terdapat beberapa kalangan yang menyatakan bahwa pesawat tersebut itu sebetulnya, minim alih teknologi. Menurut bapak ini betulkan minim alih teknologi atau saat ini sudah ada kesepakatan lain yang mengatakan bahwa ini sebenernya sudah bisa ToT atau seperti apa?

Eris Heriyanto : pembelian pesawat ini jauh sebelum undang-undang no. 16 tahun 2012 tentang industri pertahanan, sehingga saat itu masih belum dipersyaratkan adanya ToT, atau

Observe, sehingga saat itu kita beli menggunakan cara-cara lama, jadi kita tidak bisa menuntut karena mereka juga sudah tau undang-undangnya kita, saat itu kita juga tidak menuntu adanya transfer technology, seperti itu.

95

Jody Marcello : selanjutnya saya mengutip dari berbagai media online termasuk detik, itu pembelian pesawat tersebut seharga 2,7 triliun rupiah, berarti per unitnya 82 miliar, betul tidak pak dengan harga tersebut?

Eris Heriyanto : iya, sebetulnya saya tidak tahu persis angkanya, tetapi setiap pembelian pesawat tidak bisa dihitung seperti itu, karena pesawat itu pasti ada dukungan lainnya, jadi tidak bisa nilai total terus dibagi jumlah pesawat, karena ada dukungan-dukungan yang saya sendiri pribadi tidak tahu secara detail dukungan itu sendiri dalam bentuk apa saja. Sebagai contoh misalkan yang pernah saya tahu karena saya juga dulu dari bawah, yang melakukan tugas-tugas dibawah, itu misalkan saja dalam pemasangan- pemasangan bom itu tidak mungkin pakai tangan, harus pakai peralatan-peralatan.

Lalu peralatan-peralatan itu juga dibeli sehingga tidak bisa disebut bahwa nilai segini dibagi jumlah pesawat itu nilai harga pesawat, tidak. Banyak dukungan-dukungan yang lainnya yang saya sendiri khusus untuk Super Tucano saya tidak mendalami.

Jody Marcello : jika diizinkan, rencana pembelian pesawat Super Tucano pertama kali diusulkan oleh pemerintah dan atau TNI-AU itu tahun berapa ya pak?

Eris Heriyanto : itu sudah sejak lama sekali ya, mungkin seingat saya ya tahun 2005 itu TNI Angkatan

Udara sudah menyebut itu.

96

Jody Marcello : berarti dari pihak TNI Angkatan Udaranya sudah bersedia membeli pesawat tersebut ya pak?

Eris Heriyanto : ya ini semuanya kita pembelian saat itu kita dasarnya adalah kebutuhan angkatan udara, jadi memang yang memutuskan adalah angkatan, sedangkan kementerian pertahanan hanya memproses saja.

Jody Marcello :

Yang terakhir, pesawat Super Tucano ini diproyeksikan untuk menggantikan pesawat

OV-Bronco ya pak yang sudah memasuki masa pension?

Eris heriyanto : yang tadi saya cerita tadi, bahwa pesawat super Tucano menggantikan OV-10, tugas- tugasnya anti insurgency, anti insurgency ini diharapkan dengan kecepatannya tidak cepat, bawa amunisinya juga lebih banyak, akurasinya juga sangat accurate, dan ini semuanya bisa dipenuhi oleh Super Tucano.

Jody Marcello : baik pak terima kasih atas waktu dan informasinya, mohon maaf mengganggu assalamualaikum

Eris Heriyanto : iya iya sama sekali tidak mengganggu, waalaikum salam selamat pagi.

97