<<

PERANAN BUDAYA ADAT SASI DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA LAUT BERKELANJUTAN DI WILAYAH PERBATASAN BARAT DAYA: Suatu Kajian Kualitatif Posma Sariguna Johnson Kennedy1), Anton Nomleni2), dan Santi Lina3) 1)Universitas Kristen , Jakarta [email protected] 2)Universitas Matana, Serpong [email protected] 3)Universitas Kristen Maranatha, Bandung [email protected]

Abstrak Perkembangan teknologi yang semakin pesat, khususnya di era 4.0 ini, dengan penyebaran informasi semakin cepat, dikhawatirkan menyebabkan eksploitasi sumber daya laut justru semakin masif. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengingatkan bahwa kearifan lokal tetap harus dipertahankan agar kondisi lingkungan dan sumber daya alam tetap dalam kondisi seimbang, seperti adanya adat sasi di Maluku Barat Daya (MBD). Kajian dilakukan menggunakan metode kualitatif melalui diskusi kelompok terarah, dengan Pemerintah Daerah Kabupaten MBD, mahasiswa, dosen, dan peneliti dari Universitas Pattimura dan Universitas Kristen Indonesia Maluku, serta kelompok masyarakat Ambon dan MBD. Walaupun hampir semua masyarakat MBD menggunakan sumber daya laut, masyarakat tetap berpartisipasi dalam melestarikannya dengan mempertahankan tradisi sasi dan mematuhi berbagai aturan yang telah ditetapkan, sehingga kelangsungan sumber daya laut tetap terjaga antar generasi.

Kata Kunci: Adat Sasi, Maluku Barat Daya, Perikanan, Sumber Daya Laut

Abstract Technological developments are increasing, especially in this era 4.0, with information dissemination getting faster, it is feared that the exploitation of marine resources is increasingly massive. The purpose of this study is to remind local wisdom that it must still ensure, for the environment and natural resources remain in balanced conditions, such as the existence of sasi customary in Southwest Maluku (MBD). The study was conducted using qualitative methods through focus group discussions, with the MBD District Government, students, lecturers, and researchers from Pattimura University and the Indonesian Maluku Christian University, and the people of Ambon and MBD Group. Everyone in MBD uses marine resources, the community still values in preserving it by maintaining the tradition of sasi and regulating various rules that have been set, so the marine resources still maintains between generations.

Keywords: Custom Sasi, Southwest Maluku, Fisheries, Marine Resources

PENDAHULUAN kearifan lokal, yang disebut sasi. Sasi adalah pengelolaan dan perlindungan sumber daya Perkembangan sektor pertanian dan alam di darat dan laut yang dilakukan oleh perikanan di Indonesia dihadapkan pada masyarakat adat Maluku (Ummanah, 2013). berbagai tantangan, salah satunya adalah Partisipasi masyarakat dalam mengelola penangkapan ikan yang berlebihan (over SDL di desa-desa pada Kabupaten Maluku fishing). Oleh karena itu aspek kelestarian Barat Daya (MBD) memiliki peran yang lingkungan terhadap sumber daya kelautan sangat penting, baik sebagai pengguna, dan perikanan perlu diperhatikan. pelindung dan pengelola. Hampir semuanya Masyarakat perlu memelihara dan komunitas berpartisipasi dalam melestarikan menggunakan sumber daya laut (SDL) SDL dengan melakukan tradisi adat sasi secara bijaksana dan berkelanjutan tanpa Sasi adalah pengelolaan dan perlindungan eksploitasi berlebihan. Masyarakat di sumber daya alam di darat dan laut yang Kepulauan Maluku memiliki upaya untuk dilakukan oleh masyarakat adat Maluku. melestarikan sumber daya alam berupa

*doi: 10.33510/slki.2019.103-114 PROSIDING SEMINAR DAN LOKAKARYA KUALITATIF INDONESIA 2019 103

Kennedy, et al. / Peranan Budaya Adat Sasi dalam Pengelolaan Sumber …

Peran masyarakat lainnya dalam menjaga di Barat dan Pulau Tanimbar di timur. MBD SDL adalah dengan tidak menambang pasir memiliki luas 72.427.2 km dengan laut di sekitar pantai, tidak menggunakan benda seluas 63.773,20 km (88%), dan luas tajam, dan menggunakan alat tangkap daratan 8.648,01 km (11%). tradisional dalam mengambil atau Kabupaten MBD merupakan salah satu menangkap komoditas di pesisir atau laut. kabupaten baru hasil pemekaran wilayah Bersama pemerintah desa, masyarakat Kabupaten Maluku Tenggara pada tahun berpartisipasi mengawasi wilayah sekitar 2009 berdasarkan UU No. 31/2008, dengan pantai dan mengusir orang luar yang Ibu Kota Tiakur, Lakor. MBD terletak merusak lingkungan laut dan atau mencuri pada koordinat antara 6-10 Lintang Selatan biota dilindungi oleh masyarakat. (Estradivari dan 125 40 '- 130 30'. MBD berbatasan et.all, 2015) langsung dengan Laut Banda di sebelah Kabupaten MBD sangat strategis jika Utara, Laut dan Selat di bagian dilihat secara geografis, karena letaknya Selatan, Kepulauan Alor di sebelah Barat dekat dengan Timor Leste dan Benua dan Kepulauan Tanimbar di sebelah Timur. . Lokasi yang strategis ini dapat Luas wilayah MBD adalah 72.427,2 km, digunakan sebagai area transit ke dan dari dengan wilayah laut mencakup 63.773,20 km Indonesia. MBD termasuk daerah tertinggal (88%) dan wilayah daratnya sebesar yang terdiri dari pulau-pulau. Untuk sampai 8.648,01 km (11%). Keseluruhan Kabupaten ke sana membutuhkan biaya tidak sedikit MBD terdiri dari tiga gugusan kepulauan, dengan transportasi lengkap, baik darat yaitu Gugus Kepulauan Terselatan, Gugus maupun laut. Secara administratif, Lemola, dan Gugus Kepulauan Babar. MBD Kabupaten MBD dibagi menjadi 8 (delapan) merupakan salah satu kawasan prioritas kecamatan, termasuk di dalamnya konservasi dan pengelolaan perikanan Kabupaten Babar Timur, Kepulauan Babar, berkelanjutan di Indonesia, karena berada di Mdona Hiera, , Moa lakor, Pulau Bentang Laut Sunda Banda. Kawasan ini Terselatan, Wetar, Damer. Kemudian terdiri seluas 151 juta hektar merupakan bagian dari 117 desa utama, 8 anak desa yang dari Segitiga Terumbu Karang yang memiliki masih berkembang, termasuk 21 desa keanekaragaman hayati laut yang tertinggi di swadaya, 62 desa swadaya dan 34 desa dunia. MBD memiliki 48 pulau yang swasembada. (Lejar, 2015) membentang dari barat ke timur. Hampir Kabupaten MBD merupakan salah satu keseluruhan pulau dibatasi oleh daerah- kabupaten baru hasil pemekaran dari daerah pantai yang datar dengan kedalaman Kabupaten Maluku Tenggara pada tahun rendah di muka pantai dan relatif terjal 2009 berdasarkan UU No. 31/2008, dengan dengan kemiringan hampir vertikal (70-90 Ibukota adalah Tiakur, Moa Lakor. MBD derajat) setelah tubir sampai ke kedalaman berbatasan langsung dengan Laut Banda di ratusan meter. (Estradivari, eta.ll, 2015) Utara, Laut Timor dan Wetar di Selatan, Alor

Gambar 1. Wilayah Perbatasan MBD (Estradivari, eta.ll, 2015)

Sektor perikanan di Kabupaten MBD nelayan termasuk sebagai armada kecil masih berskala kecil. Hal ini tercermin dalam dengan daerah tangkapan kecil pula. Jenis teknologi pemanfaatan ikan yang digunakan. armada yang digunakan terdiri dari perahu Armada penangkap yang digunakan oleh tanpa motor, perahu motor tempel

PROSIDING SEMINAR DAN LOKAKARYA KUALITATIF INDONESIA 2019 104

Kennedy, et al. / Peranan Budaya Adat Sasi dalam Pengelolaan Sumber … sederhana dan perahu motor tempel cepat. dan jeruk manis adalah sumber pendapatan Alat tangkap yang digunakan masyarakat selain dari memelihara kambing, domba dan umumnya sama di setiap pulau, yaitu terdiri babi, serta membuat tuak/sopi. Selain dari jaring insang (gill net), pancing berbagai produksi rumahan, hasil laut juga (handline), bubu (traps), panah (arrow), dan berkontribusi, perikanan adalah salah satu tombak (spear). Sebagai kabupaten baru, kegiatan masyarakat terutama bagi warga program pemerintah kabupaten masih fokus yang tinggal di dekat pantai. Namun memberikan bantuan kapal, alat tangkap dan penangkapan ikan sangat terikat pada pelatihan kepada masyarakat. Meski musim. Misalnya, selama musim timur, demikian, Dinas Kelautan dan Perikanan sebuah desa di sisi timur pulau banyak Kabupaten MBD memiliki rencana menangkap ikan karena merupakan musim pengembangan kawasan konservasi di masa panas, kegiatan bercocok tanam akan depan. (Estradivari, eta.ll, 2015) terhenti. (Caesar, 2009) Wisata bahari juga merupakan salah satu Meski terletak dalam satu kabupaten, sektor yang dapat dikembangkan untuk kondisi tanah di tiap pulau relatif berbeda, meningkatkan pendapatan ekonomi. sehingga hasil pertaniannya tidak sama Pengembangan sektor perikanan dan antar desa. Jagung merupakan hasil pariwisata bahari sangat memungkinkan pertanian paling penting, sebab merupakan terutama karena MBD mengembangan makanan pokok bagi sebagian besar kawasan pesisir secara intensif, termasuk penduduk MBD. Luas areal tanam jagung di perbaikan dan pembangunan sarana dan wilayah ini adalah 16.460 ha dengan prasarana serta peningkatan ekonomi. produktivitas 1,0 t/ha. Selain jagung, hasil (Kennedy, 2018) Terdapat beberapa objek pertanian lainnya termasuk umbi-umbian, wisata yang dikelola oleh Dinas Kebudayaan kacang-kacangan, kelapa dan tanaman dan Pariwisata Daerah MBD. Beberapa kebun. (Sirappa et.all, 2013). contoh kawasan wisata yang potensial untuk Pemanfaatan sumber daya laut (SDL) dikembangkan adalah pantai Liuketi di Pulau oleh masyarakat setempat masih subsisten, Moa, pantai Kiasar di Pulau , pantai yaitu hanya untuk memenuhi kebutuhan Metimarang di Pulau Luang, gunung kerbau sehari-hari. Namun, dalam beberapa decade pulau moa, Danau Tihu di Pulau Wetar, Air kini, terutama karena pembeli dari luar Terjun di Regoha di Distrik Mdona Hyera, kabupaten mulai masuk, ada perubahan pola Pantai Sila di pulau Lakor, Pulau Batu Timur pemanfaatan SDL. Beberapa dapat Maupora di Pulau , Gusung berdampak negatif untuk ekosistem. Belurerang di Pulau Damer. Selain itu ada Masyarakat umumnya melakukan lebih dari juga obyek wisata budaya seperti tari Peuk, satu pekerjaan. Meskipun bertani adalah tari Seka, wisata sejarah seperti Benteng mata pencaharian utama masyarakat MBD. Volens Haven, Benteng Deles Haven, dan Jika dilihat dari distribusi geografis, berlayar potensi wisata lainnya yang belum tersentuh dan sebagai karyawan adalah jenis oleh perkembangannya. Potensi wisata yang pekerjaan yang paling tersebar. Seluruh telah dikembangkan adalah pantai Liuketi, masyarakat umumnya adalah nelayan dan pantai Kiasar di Kisar, dan beberapa pantai pembudidaya rumput laut. Kegiatan di Babar, dan di Metimarang. (Letelay, 2016) menangkap ikan umumnya hanya dilakukan Penduduk MBD memiliki mata untuk memenuhi kebutuhan protein harian pencaharian utama bertani, yang sangat mereka. Meski bukan sebagai mata tergantung pada kondisi iklim, dua musim pencaharian utama, perikanan merupakan dalam setahun. Pertanian masih banyak bagian penting dari kehidupan sehari-hari yang dilakukan secara tradisional. Masa dan menjadi sumber protein utama bagi bercocok tanam pada umumnya dilakukan masyarakat. (Estradivari, eta.ll, 2015) pada peralihan musim timur ke barat untuk Pemanfaatan SDL dilakukan dengan tanaman pangan utama jagung dan ubi. teknologi sederhana sehingga produk yang Jagung dan ubi merupakan makanan utama diproduksi relatif sedikit. Kondisi ini Tanaman untuk makanan selain jagung, menyebabkan hanya sebagian kecil dari adalah buncis, kacang tanah atau kacang produk yang dijual. SDL yang telah diambil merah dan singkong (ubi jalar). Tanaman sejauh ini dijual dengan harga yang relatif lain seperti kelapa (untuk produksi kopra) murah dan cenderung tidak berfluktuasi.

PROSIDING SEMINAR DAN LOKAKARYA KUALITATIF INDONESIA 2019 105

Kennedy, et al. / Peranan Budaya Adat Sasi dalam Pengelolaan Sumber …

Fluktuasi harga ikan hanya terjadi ketika pukat cincin (dalam bahasa lokal disebut hasil tangkapan ikan melimpah. Produksi jaring bobo) serta rumpon sebagai alat bantu rumput laut saat ini mengalami tren penangkapan ikannya. Secara umum, penurunan bersamaan dengan harga rumput komoditas perikanan tangkap dan akuakultur laut yang relatif rendah dari pembeli. di MBD memiliki nilai ekonomi dan nilai jual Hardin (1982) menyatakan bahwa kadang tinggi. Masyarakat mengakui bahwa sumber masyarakat menganggap sumber daya alam daya laut mereka masih berlimpah dan adalah milik bersama, sehingga membuat dalam kondisi baik. Walaupun demikian, hal seluruh masyarakat di sekitar ini tidak didukung oleh rantai pemasaran mengeksloitasinya tanpa memperhitungkan dengan wilayah penangkapan ikan yang kelangsungan hidup antar generasi. Masalah masih relatif sempit. ini perlu diselesaikan dengan menggunakan Sebagian besar nelayan menggunakan moralitas dan hati nurani, dikembalikan modal pribadi dalam operasionalnya, kepada kesadaran pribadi atau sehingga tidak memiliki keterikatan dengan komunitasnya. Dalam masyarakat adat di penjualan ikan hasil tangkapan. Sebagian desa-desa MBD hal tersebut tidak terjadi, besar transaksi penjualan ikan yang bahkan mereka dengan kesadaran penuh ditangkap dilakukan transaksi tunai. Di merawat dan menjaga kelangsungan sumber beberapa desa, karena hasil tangkap ikan daya lautnya dengan mengikuti aturan adat relatif sedikit, tidak jarang mereka sasi yang telah ada sejak turun temurun. menerapkan sistem barter, dimana hasil Namun yang dikhawatirkan perkembangan tangkapan ikan ditukar dengan barang teknologi yang semakin pesat, khususnya di kebutuhan dasar. Ikan-ikan yang tidak dijual era 4.0 ini, teknologi semakin canggih dan dijual sebagai ikan segar biasanya penyebaran informasi semakin cepat dikeringkan dan diolah menjadi ikan asin. sehingga membuat eksploitasi sumber daya Ketika ikan asin telah dikumpulkan banyak, laut justru semakin masif. maka akan dijual ke ibukota kabupaten atau Sesuai dengan paparan diatas, tujuan dari kecamatan atau pusat kerumunan lain, studi ini adalah untuk mengingatkan bahwa seperti di pelabuhan kapal dimana banyak kearifan lokal tetap harus dipertahankan agar kapal penumpang bersandar. Beberapa pola kondisi lingkungan dan sumber daya alam rantai pemasaran SDL di MBD dapat dilihat tetap dalam kondisi seimbang, seperti sebagai berikut: adanya adat sasi di Maluku Barat Daya.

TINJAUAN PUSTAKA1 Kabupaten MBD terletak di bagian paling selatan Segitiga Terumbu - wilayah yang disebut sebagai 'jantung' keanekaragaman hayati laut dunia - dan berbatasan langsung dengan Timor Leste dan Australia. Lokasi yang strategis ini membuat MBD memiliki peran penting dalam melindungi ekosistem pesisir, menyediakan sumber daya ikan secara berkelanjutan, menjaga ketahanan pangan untuk lokasi lain di Indonesia dan mendukung ekonomi perbatasan nasional. Gambar 2. Pola rantai pemasaran Sumber Daya Kebanyakan masyarakat MTB hanya Laut di Maluku Barat Daya menggunakan tangkapan hanya untuk (Estradivari et.all, 2015) konsumsi pribadi. Di pulau-pulau yang lebih berkembang dan dekat pusat pemerintahan, Produk SDL kebanyakan dikonsumsi sendiri, seperti Pulau Kisar, Pulau Leti dan Pulau dan hanya sebagian kecil yang dijual. Hasil Moa, alat tangkap lain ditemukan, berupa perikanan tangkap umumnya dijual di desa- desa dan sekitarnya atau di ibukota kecamatan. Tempat untuk penjualan ikan 1 Disarikan dari Estradivari et.all, Marine Conservation juga masih terbatas. Sementara itu, produksi Science, WWF-Indonesia, Jakarta, November 2015. www.wwf.or.id/xpdcmbd.November 2015. hasil budidaya rumput laut tidak memerlukan PROSIDING SEMINAR DAN LOKAKARYA KUALITATIF INDONESIA 2019 106

Kennedy, et al. / Peranan Budaya Adat Sasi dalam Pengelolaan Sumber … pemasaran keluar daerah, karena sudah ada pembentukan KKP di MBD juga sejalan pembeli (pengumpul) dari Sulawesi Selatan. dengan rencana pemerintah provinsi untuk Pemasaran hasil-hasil sumber daya membangun 1 juta hektar KKP di Provinsi perikanan masih dalam rantai perdagangan Maluku, dan mendukung program Maluku yang sederhana, bahkan sebagian besar sebagai Lumbung Ikan Nasional (LIN). nelayan langsung berhubungan dengan Meskipun potensinya besar, produksi konsumen. Lebih banyak nelayan menjual perikanan di Kabupaten MBD jauh dari ideal, ikannya kepada masyarakat untuk konsumsi dan saat ini hanya menyumbang sekitar 1% langsung, sementara sisanya dijual kepada di sektor perikanan Maluku. Oleh karena itu pedagang perantara. masih ada peluang besar untuk Tekanan terhadap sumber daya laut terus meningkatkan produksi perikanan. terjadi dan diperkirakan akan semakin Ancaman terhadap sumber daya laut meningkat seiring dengan pertumbuhan dibagi menjadi dua kategori, yaitu ancaman MBD sebagai kabupaten baru. Selain itu, secara langsung atau tidak langsung. kondisi geografis yang berbatasan langsung Ancaman langsung umumnya berasal dari dengan Timor Leste dan Australia membuat nelayan-nelayan dari luar wilayah, yang MBD menjadi sebuah wilayah strategis yang sering datang dan mencuri sumber daya laut harus dijaga oleh Indonesia, khususnya dengan cara yang merusak. Mereka mengenai kedaulatan nasional dan umumnya menggunakan bom ikan, potasium pengelolaan sumber daya alam. dan menyelam menggunakan kompresor. Ketika banyak terumbu karang di Pencurian sumber daya laut oleh nelayan Indonesia terancam oleh berbagai aktivitas luar ini terjadi di hampir semua wilayah MBD. manusia, MBD masih dapat menjaga Masyarakat secara aktif memantau dan lingkungan pantainya. Kondisi ekosistem mengusir nelayan yang mencuri di daerah pantai masih relatif baik dan merupakan ini, namun umumnya tidak terlalu banyak rumah bagi beragam dan biota laut. membuahkan hasil karena nelayan-nelayan Besarnya potensi perikanan di Provinsi ini datang dengan armada kapal yang lebih Maluku di mana Kabupaten MBD menjadi modern, dengan jumlah besar, dan datang bagian darinya, yang lebih dari 20% dari total pada saat nelayan tidak bisa melaut karena potensi nasional, menjadikan pemerintah cuaca. menjadikan Provinsi Maluku sebagai Ancaman tidak langsung datang dari Lumbung Ikan Nasional (LIN) pada tahun meningkatnya jumlah pembeli yang masuk di 2010 Meskipun kondisinya masih baik, daerah untuk membeli hasil tangkapan ikan. tekanan pada ekosistem terumbu karang Pembeli ini punya modal yang cukup besar terjadi di seluruh Kabupaten di Maluku. dan datang secara teratur. Pembeli ini Degradasi ekosistem pesisir telah terjadi biasanya menentukan harga pasar dan dalam 10 tahun terakhir dan berdampak komoditas yang cocok untuk dijual. pada penurunan jumlah dan ukuran biota, Masyarakat menjadi penerima dengan posisi terutama biota target perikanan. tawar rendah. Misalnya, pembeli mengurangi Perlindungan dan pengelolaan kawasan harga jual rumput laut hampir 50% dari harga penting dan stok ikan, dan telah menjadi awal dalam beberapa tahun terakhir. Dengan tuntutan yang harus dipenuhi sebagai penurunan harga ini, masyarakat tidak dapat jembatan atas kebutuhan ekonomi melakukan apa pun kecuali menerima, masyarakat dan keinginan untuk terus karena tidak ada pasar lain yang tersedia di melestarikan sumber daya yang ada bagi mana orang dapat menjual komoditas hasil generasi selanjutnya. Pemerintah Indonesia tangkapan mereka. Tidak adanya aturan bahkan menetapkan target pembentukan 20 khusus dan rendahnya pengawasan juga juta hektar Kawasan Konservasi Perairan membuka celah bagi pembeli untuk (KKP) sampai dengan tahun 2020. melakukan transaksi. Saat ini, jumlah Pembentukan KKP secara formal di MBD pembeli yang datang ke Kabupaten MBD membuka peluang lebih besar untuk semakin beragam. memelihara dan melestarikan lingkungan Tidak adanya pasar juga membuat orang laut dan mengoptimalkan penggunaan SDL memilih untuk menjual hasil tangkapannya yang berkelanjutan untuk mendukung ke negara lain, seperti halnya di daerah kesejahteraan masyarakat. Inisiasi Wetar yang menjual hasil tangkapannya ke

PROSIDING SEMINAR DAN LOKAKARYA KUALITATIF INDONESIA 2019 107

Kennedy, et al. / Peranan Budaya Adat Sasi dalam Pengelolaan Sumber …

Timor Leste, atau untuk pembeli dari lain sumber daya laut juga harus ditingkatkan. negara dimana kapal asing masuk ke daerah perairan nasional untuk membeli ikan hidup METODE PENELITIAN secara langsung. Ini jelas menyebabkan Kajian studi ini dilakukan dengan metode kerugian ekonomi dan mengurangi devisa kualitatif melalui diskusi kelompok terarah Indonesia. Pemerintah juga perlu (FGD), dengan Pemerintah Daerah meningkatkan fasilitas dan infrastruktur yang Kabupaten Maluku Barat Daya, mahasiswa, mendukung pengembangan perikanan, dosen, dan peneliti dari Universitas termasuk membangun fasilitas penyimpanan Pattimura dan Universitas Kristen Indonesia hasil tangkapan, memperhatikan rantai Maluku serta masyarakat Ambon dan MBD. pemasaran, sehingga membuat lebih mudah Metode ini berfokus terhadap bagaimana bagi nelayan untuk memasarkan hasil mendapatkan informasi secara mendalam tangkapan, serta mengurangi berbagai dan bermakna. Makna yang dimaksudkan kegiatan penangkapan ikan illegal. yaitu nilai dibalik suatu data yang terlihat, Terlepas dari potensi ekologis, sosial, dan sehingga penelitian kualitatif tidak berfokus perikanan yang tinggi di Kabupaten MBD, pada generalisasi tetapi lebih kepada makna tekanan/ancaman terhadap sumber daya (Sugiyono, 2011) laut dapat tinggi jika tidak dikelola dengan baik. Masyarakat saat ini dihadapkan oleh PEMBAHASAN berbagai keterbatasan dalam pemanfaatan sumber daya laut, seperti tidak adanya Sasi Sebagai Budaya Konservasi Sumber fasilitas/infrastruktur penyimpanan dingin Daya Laut di MBD2 ikan hasil tangkapan, keterbatasan teknologi Masyarakat di MBD telah memiliki upaya penangkapan (armada dan alat tangkap), untuk melestarikan sumber daya alam, yang kesulitan untuk mendapatkan bahan bakar, disebut hukum adat sasi sebagai bagian dari dan keterbatasan pemasaran untuk kearifan lokal. Sasi merupakan sistem buka komoditas perikanan, budidaya dan tutup tradisional untuk pemanfaatan sumber perkebunan. daya laut tertentu yang berlaku secara turun Tidak adanya peraturan tentang menurun dan umumnya mengatur jenis yang pengelolaan sumber daya laut dan boleh diambil, waktu buka tutup, lokasi sosialisasi serta informasi secara pemanfaatan, siapa yang boleh menyeluruh, masyarakat umumnya memanfaatkan dan sanksi apabila menerima dan mencoba apa pun yang melanggar aturan. Berbeda dengan praktik diberikan oleh orang luar. Misalnya, bantuan sasi di beberapa lokasi lain di Provinsi budidaya rumput laut terjadi di beberapa Maluku, unsur adat dan tradisi dalam praktik desa tanpa pelatihan yang memadai sasi di MBD mulai berkurang. Sasi di daerah mengakibatkan banyak masyarakat ini lebih berbasis gereja, dimana pendeta mengalami gagal panen. Contoh lainnya dan kepala desa mengatur sasi. Di beberapa adalah pemberian bantuan alat tangkap desa, ada sejumlah komoditas tambahan lain pukat cincin yang sebenarnya sudah dilarang yang juga termasuk di-sasi, seperti kerang penggunaannya oleh Kementerian Kelautan dan lobster. Sasi tidak berlaku untuk dan Perikanan, namun masih menjadi alat komoditas ikan atau hewan laut lainnya yang tangkap andalan di masyarakat. digunakan sebagai sumber protein harian Pengelolaan wilayah dan pengembangan bagi masyarakat. Sanksi bagi pelanggar sektor perikanan dengan prinsip sasi bersifat normatif (teguran dari pemimpin keberlanjutan di Kabupaten MBD sangat tradisional) dan nominal (sanksi dalam penting untuk memastikan bahwa alam bentuk denda yang diatur oleh peraturan dipertahankan dan masyarakat terus adat atau desa). (Estradivari et.all, 2015) mendapatkan manfaat dari sumber daya Prinsip manajemen sasi didukung oleh laut. Pemerintah kabupaten dan provinsi, hukum adat yang telah ada selama beberapa dengan bantuan dari pemerintah pusat dan generasi. Aturan itu ditegakkan karena mitra, perlu bekerja bersama dalam menentukan bentuk dan aturan manajemen, cara yang paling tepat dan efektif untuk 2 Disarikan dari Nadia Putri Rachma Persada, Fachruddin M. Mangunjaya, Imran SL Tobing, 2018. Sasi Sebagai Budaya MBD. Selain itu, pengawasan pemanfaatan Konservasi Sumber Daya Alam di Kepulaun Maluku. PROSIDING SEMINAR DAN LOKAKARYA KUALITATIF INDONESIA 2019 108

Kennedy, et al. / Peranan Budaya Adat Sasi dalam Pengelolaan Sumber … masyarakat menganggap ketersediaan nilai hukum, karena memiliki norma dan sumber daya alam, terutama di pulau-pulau aturan yang berkaitan dengan cara, kecil sangat terbatas, sementara kebutuhan kebiasaan, perilaku dan adat istiadat yang masyarakat akan terus meningkat. Luasnya mengandung unsur etika dan norma. perairan Maluku menjadikan sektor kelautan Sasi memiliki dampak positif untuk dan perikanan sebagai sektor utama yang menjaga ketersediaan sumber daya alam memiliki peran penting sebagai pendorong agar tetap berkelanjutan. Jika adat sasi utama pembangunan ekonomi di wilayah tidak ada, akan mengarah pada eksploitasi Kepulauan Maluku. Melimpahnya sumber besar-besaran yang dapat mengganggu daya laut memang mampu memenuhi ketersediaan sumber daya alam. Sasi kebutuhan masyarakat selama dikelola dan didirikan dengan tujuan agar masyarakat dimanfaatkan dengan tepat. Namun, jika dapat mengelola produk kelautan dan suatu saat ketersediaan sumber daya alam perkebunan secara bijak, dan membagikan berkurang sementara kebutuhan masyarakat hasilnya secara adil sesuai dengan meningkat, maka sumber daya alam akan peraturan yang telah dibuat. Selain itu, habis atau punah. Masyarakat kemudian tujuannya juga untuk menjaga menyadari bahwa sumber daya alam yang keseimbangan antara alam, manusia dan terbatas ini harus dikelola secara bijak demi dunia spiritual, karena mereka yang kebaikan bersama. melanggar aturan sasi akan mendapat Fungsi aturan adat dalam pemanfaatan sanksi spiritual dan sanksi komunitas. Sasi sumber daya perikanan tidak hanya agar didasarkan pada pengetahuan masyarakat masyarakat mematuhi hukum adat, tetapi tentang waktu atau periode, kapan suatu mengajarkan bahwa setiap aktivitas sumber daya dapat dipanen sehingga tidak manusia harus sesuai dengan daya dukung mengganggu siklus hidupnya sehingga lingkungan. Dengan demikian aturan adat masyarakat mendapatkan hasil yang baik sasi memiliki sifat fungsi ekologi, fungsi dan maksimal. Tujuan menggunakan adat sosial-ekonomi dan politik. Setiap lembaga sasi adalah bagaimana orang bijak dalam adat memiliki sistem pemerintahan sendiri mengambil dan mengelola produk laut. yang disiapkan oleh masyarakat. Aturan- Pelaksanaan sasi diawasi dan dikoordinir aturan ini mencakup struktur lembaga adat oleh Lembaga Adat yang memiliki yang memiliki otoritas internal mengatur kewenangan dalam menetapkan suatu sasi, jenis-jenis sumber daya alam yang di- keputusan yang disebut dengan Kerapatan sasi. Fadlun (2006) Dewan Adat. Kepala pemerintahan negeri Definisi sasi berasal dari kata "sanksi" atau raja adalah pimpinan lembaga adat atau yang berarti larangan. Larangan dalam biasa dikenal dengan ketua adat, bertugas penggunaan sumber daya alam di darat dan untuk memimpin desa yang dibantu oleh laut dalam jangka waktu tertentu, yang saniri negeri dalam memberikan keputusan. ditujukan untuk kepentingan ekonomi Saniri negeri adalah lembaga adat di tingkat masyarakat. Sasi juga dapat diartikan negeri atau kampung yang terdiri dari tokoh sebagai larangan untuk mengekstraksi dan adat, tokoh agama dan perwakilan dari merusak sumber daya alam tertentu dalam masing-masing soa (marga atau klan). jangka waktu tertentu untuk keperluan Lembaga ini bersifat legislatif dan bertugas melestarikan sumber daya alam. Sasi mengambil keputusan-keputusan yang memiliki aturan dan prosedur yang harus dilaksanakan oleh raja dan masyarakat. diterapkan, dengan melakukan Selain itu, semua hal-hal penting yang akan peemanfaatan, pemeliharaan, dan dilaksanakan oleh raja terlebih dulu harus pengawasan agar keseimbangan lingkungan meminta persetujuan dari saniri negeri, jika tetap terjaga, dan sumber daya alam yang ditolak maka tidak boleh dijalankan. terkandung di dalamnya dapat dimanfaatkan Lembaga adat saniri negeri berfungsi untuk oleh generasi selanjutnya. Hukum adat ini melakukan pengawasan terhadap mengajarkan bahwa manusia harus menjaga pelaksanaan keputusan-keputusan tersebut. kelangsungan makhluk hidup lain dan tidak Kepala soa adalah pimpinan atau perwakilan menggunakan sumber daya alam secara dari suatu soa. Soa bertugas dalam berlebihan sehingga dapat mengganggu membantu raja menangani berbagai keseimbangan alam. Sasi dapat memiliki permasalahan adat istiadat dan budaya

PROSIDING SEMINAR DAN LOKAKARYA KUALITATIF INDONESIA 2019 109

Kennedy, et al. / Peranan Budaya Adat Sasi dalam Pengelolaan Sumber … di dalam negeri seperti perkawinan, mengambil suatu sumber daya yang sedang pengangkatan anak dan lainnya. Kepala soa disasi, sedangkan tutup sasi adalah ketika berfungsi sebagai membantu raja dalam sumber daya tersebut dilarang untuk melaksanakan tata pemerintahan dan dipanen, dan dilindungi kembali oleh hukum menyelenggarakan musyawarah dalam sasi Sasi akan dibuka sesuai waktu yang masyarakat. Selain itu, kepala soa telah ditentukan dan dimulai dengan upacara berfungsi untuk menampung dan adat yang dihadiri oleh unsur-unsur adat, menyalurkan aspirasi dan pendapat para saniri negeri serta masyarakat desa. masyarakat di dalam soa-nya. Masing- (Etlegar, 2013). masing kepala soa memiliki wilayah Pembukaan sasi laut dilakukan soa yang artinya “wilayah kekuasaannya berdasarkan dua alasan, yaitu pertama terhadap terhadap sumber daya dusun adanya permintaan pasar atau pembeli yang tersebut.” Dalam pelaksanaannya, terdapat ditujukan untuk kebutuhan ekonomi. Kedua, dua istilah penting dalam sasi, yaitu Buka untuk kebutuhan konsumsi masyarakat Sasi dan Tutup Sasi. Raja berwenang dalam sehari-hari dan keperluan sosial masyarakat, menentukan pelaksanaan tutup dan buka seperti pembangunan atau perbaikan masjid sasi. Buka sasi adalah saat masyarakat atau gereja, fasilitas-fasilitas desa dan diperbolehkan untuk memanen atau perayaan hari-hari besar keagamaan.

Gambar 3. Proses Pengambilan Keputusan Buka-Tutup sasi bagi Desa yang Tidak Memiliki Soa (Estradivari et.all, 2015)

Gambar 4. Proses Pengambilan Keputusan Buka-Tutup sasi bagi Desa yang Memiliki Soa (Estradivari et.all, 2015)

PROSIDING SEMINAR DAN LOKAKARYA KUALITATIF INDONESIA 2019 110

Kennedy, et al. / Peranan Budaya Adat Sasi dalam Pengelolaan Sumber …

Secara rata-rata, pembukaan sasi dilakukan Dalam sasi laut, sumber daya merupakan setiap satu sampai tiga tahun sekali, milik bersama (communal property umumnya dilakukan setelah ada pembeli dari resources), sedangkan sasi darat cenderung luar datang dan melakukan penawaran. Di milik pribadi. Dalam sasi laut, seluruh pulau-pulau sebelah barat (dari Wetar hingga aspeknya dikelola bersama•sama sehingga Sermata), pembeli yang datang kebanyakan memiliki ikatan sosial budaya dan nilai adalah orang-orang dari Sulawesi Selatan. norma-nonna yang relatif ketat. Dengan Sementara, di pulau-pulau sekitar Babar, adanya ikatan sosial budaya dan norma- pembeli yang datang adalah pedagang- norma atau hukum yang mengatur disertai pedagang keturunan Tiongkok dari Tepa, dengan sanksi yang telah disepakati Saumlaki, dan Tual. (Estradivari et.all,2015) bersama, maka tidak sembarang orang dan waktu untuk mengambil atau memanen sumber daya alam yang ada di lautan. Hal ini memberikan pengaruh yang cukup besar karena dapat menjaga sumber daya alam dan lingkungan. Selain itu, alat yang diperbolehkan dalam memanen saat sasi dibuka tidak boleh merusak alam yang ada. Gambar 5. Rantai Pemasaran Sumber Daya Laut Aturan-aturan ini ditujukan untuk Hasil Buka Sasi (Estradivari et.all, 2015) menghindari masalah yang ditimbulkan saat panen berlangsung, dan menghindari Implementasi aturan sasi di berbagai daerah adanya gangguan siklus hidup sumber daya memberikan peluang bagi makhluk hidup tersebut. (Latuconsina, 2009) laut untuk berkembang, menjaga kualitas dan kuantitas populasi, sehingga orang Ancaman Keberadaan Adat Sasi dapat menggunakan sumber daya ini untuk jangka waktu yang lama Oleh karena itu Dengan adanya kemajuan teknologi dan keberadaan sasi sangat membantu arus globalisasi, dapat menyebabkan masyarakat dalam mengelola dan semakin mengikis budaya dan identitas memelihara sumber daya alam. Selain itu nasional. Hal ini juga dikhawatirkan dapat ada nilai-nilai budaya yang terkandung di merusak aturan yang telah diterapkan oleh dalamnya, yaitu bagaimana masyarakat adat sasi, terutama terhadap kelangsungan masih terus menganut dan menerapkan sumber daya alam. Ancaman pertama hukum yang telah dipenuhi dari satu adalah menurunnya kesadaran masyarakat generasi ke generasi berikutnya. (Pattinama tentang aturan yang telah ditetapkan. dan Patipelony, 2003) Pengaruh budaya dari luar daerah Sasi merupakan contoh manajemen menyebabkan tingkat pemikiran masyarakat dalam pemanfaatan sumber daya alam tentang tradisi sasi menjadi berkurang. secara berkelanjutan oleh masyarakat Budaya eksternal akibat globalisasi membuat berdasark kearifan lokal yang diturunkan beberapa lapisan masyarakat, seperti dari generasi ke generasi. Hal ini tidak generasi muda tidak lagi menganggap serius hanya akan memberikan keuntungan dalam aturan hukuman adat yang merupakan ritual memenuhi kebutuhan masyarakat, tetapi spiritual atau tradisional Kedua, kurangnya dapat digunakan oleh generasi berikutnya. perhatian pemerintah daerah terhadap Penerapan sasi ini merupakan bukti keamanan di wilayah perbatasan laut, komitmen masyarakat untuk menjaga sehingga menyebabkan pencurian atau sumber daya alam di laut dan di darat penangkapan ilegal oleh nelayan dari luar sehingga tidak terganggu atau hilang karena desa. Dalam mengelola sumber daya pesisir kegiatan eksploitasi yang berlebihan. atau darat, tidak dapat dilepas dari dukungan Dengan aturan ini, jumlah dan waktu dan peran pemerintah daerah. (Subair, pengambilan atau panen sumber daya diatur 2015). untuk dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, Terdapat faktor eksternal dan internal dan juga menjaga ketersediaan sumber daya yang bisa mengubah sistem sasi, terutama secara berkelanjutan. sasi laut. Faktor eksternal adalah perkembangan teknologi yang sangat pesat

PROSIDING SEMINAR DAN LOKAKARYA KUALITATIF INDONESIA 2019 111

Kennedy, et al. / Peranan Budaya Adat Sasi dalam Pengelolaan Sumber … dapat mempengaruhi masyarakat adat untuk yang besar. Pemerintah bahkan menjadikan meninggalkan teknologi penangkapan ikan Provinsi Maluku sebagai Lumbung Ikan tradisional. Faktor internal adalah Nasional dimana MBD termasuk di kurangnya pengetahuan umum tentang dalamnya. Namun degradasi ekosistem siklus biologis kehidupan laut, khususnya pesisir telah terjadi dalam 10 tahun terakhir yang disasi oleh hukum adat. Pergeseran dan berdampak pada penurunan jumlah dan telah terjadi pada saat ini, kini hasil atau ukuran biota, terutama biota target pengelolaan diserahkan kepada pengusaha perikanan. Tekanan terhadap sumber daya atau juru lelang, yang menyebabkan laut terus terjadi dan diperkirakan akan hilangnya hak individu masyarakat adat. semakin meningkat seiring dengan Hal ini dapat memberikan fleksibilitas bagi pertumbuhan MBD sebagai kabupaten baru. pengusaha atau pelelangan untuk Perlindungan dan pengelolaan kawasan mengeksploitasi sumber daya alam tanpa penting dan menjaga stok ikan nasional, memandang keberlanjutannya demi telah menjadi tuntutan yang harus dipenuhi mengejar manfaat ekonomi. Saat ini dalam memenuhi kebutuhan ekonomi implementasi sasi telah dipengaruhi oleh masyarakat dan melestarikan SDL bagi ekonomi pasar, sehingga periode penutupan generasi selanjutnya diperpendek, sedangkan periode terbuka Kearifan lokal sebagai bentuk dari strategi diperpanjang, sehingga eksploitasi sumber konservasi telah lama dilakukan masyarakat daya dimaksimalkan. Sesuai prinsip ekonomi lokal sebagai upaya mempertahankan, "mencapai laba maksimum dengan melindungi dan melestarikan lingkungan dan mengeluarkan modal seminimal mungkin" sumber daya alam (SDA), dan dapat (Latuconsina, 2009). dimanfaatkan secara berkelanjutan dari Keberlanjutan sumber daya perikanan generasi ke generasi. Sasi adalah salah satu tidak akan dapat dipertahankan jika bentuk kearifan lokal yang melindungi masyarakat mengubah orientasi laut wilayah tertentu terhadap kelangsungan sebagai bentuk perlindungan komunal SDA, khususnya di MBD, yang dikelola oleh menjadi pemenuhan kebutuhan yang lembaga tradisional atau keagamaan sifatnya jangka pendek demi manfaat (Gereja). Sasi diterapkan pada sebuah ekonomi yang lebih besar. Perubahan aturan daerah yang memiliki SDL dengan nilai sasi menunjukkan bahwa sistem sasi bersifat ekonomi yang besar umtuk pasar dan dinamis dan fleksibel, sesuai dengan situasi konsumsi publik. dan waktu yang berubah. Hal ini agar Masyarakat di desa-desa MBD memiliki masyarakat adat dapat merubah aturan sasi peran penting dalam SDL, yaitu sebagai sepanjang dapat diterima menyeluruh oleh penerima manfaat, pelindung dan pengelola. seluruh komponen masyarakat, demi Meskipun hampir semua masyarakat memenuhi kebutuhan mereka secara menggunakan SDL dalam berbagai cara, individu maupun kolektif. mereka tetap berpartisipasi dalam Pelaksanaan adat sasi dapat menjadi melestarikan SDL dengan mempertahankan salah satu bentuk manajemen konflik dalam tradisi sasi dan mematuhi berbagai aturan masyarakat akibat pemanfaatan sumber yang telah ditetapkan. Bersama dengan daya alam dan juga ikut melestarikan pemerintah desa, masyarakat berpartisipasi lingkungan hidup. Selain itu juga mengawasi wilayah pesisir di sekitarnya dan pelaksanaan Adat Sasi masyarakat lebih mengusir orang luar yang merusak diberdayakan dari segi penambahan lingkungan laut dan/atau mencuri biota yang ekonomi masyarakat dan juga adanya dilindungi. pengaturan atau regulasi yang dilakukan Namun saat ini, sasi memiliki ancaman lewat lembaga adat desa dalam mengatur kepunahan, terutama menurunnya pola kehidupan masyarakatnya. (Kusapy, kesadaran masyarakat tentang aturan sasi Lay, Kaho, 2005) yang telah ditetapkan, serta kurangnya perhatian dan koordinasi antara pemerintah KESIMPULAN daerah dan lembaga tradisional mengenai kelembagaan sasi. Selain itu ancaman Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD) terhadap SDL adalah kurangnya memiliki potensi sumber daya laut (SDL) pengawasan pemerintah daerah terhadap

PROSIDING SEMINAR DAN LOKAKARYA KUALITATIF INDONESIA 2019 112

Kennedy, et al. / Peranan Budaya Adat Sasi dalam Pengelolaan Sumber … keamanan di wilayah perbatasan laut yang US: Environmental Fund mengakibatkan pencurian ilegal atau Kennedy, P. S. J., Suzanna J. T, Adolf B. H., penangkapan oleh nelayan dari luar desa, & Rutman L. T. (2018). Potensi pariwisata dan berubahnya tujuan pembukaan sasi. Maluku Barat Daya: Sebuah Kajian Di era 4.0 ini, teknologi semakin canggih Pustaka. National Conference of Creative dan penyebaran informasi semakin cepat Industry: Sustainable Tourism Industry for sehingga membuat eksploitasi sumber daya Economic Development, eISSN: 2622- laut justru semakin masif. Untuk itu 7436, Hal 460-474, Universitas Bunda diingatkan bahwa kearifan lokal tetap harus Mulia, Jakarta, 5-6 September 2018. dipertahankan agar kondisi lingkungan dan Retrieved from SDA tetap dalam kondisi seimbang, seperti https://journal.ubm.ac.id/index.php/ncci/art manfaat keberlanjutan SDL yang didapat icle/view/1229 dengan adanya adat sasi di MBD. Kusapy, D. L., Lay, C., & Kaho, Y. R. (2005), Manajemen Konflik dalam Penggunaan UCAPAN TERIMA KASIH Sumber Daya Alam dan Konservasi Lingkungan melalui Implementasi Sasi. Kami berterima kasih kepada Kemenristek Hukum Adat Manusia dan Lingkungan, Dikti, DRPM atas Hibah Penelitian 2(3), Pusat Studi Lingkungan Hidup Simlibtamas dan Lembaga Penelitian dan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM Indonesia, November 2005 UKI). Latuconsina, H. (2009). Eksistensi sasi laut

dalam pengelolaan perikanan DAFTAR PUSTAKA berkelanjutan berbasis komunitas lokal di Caesar. (2009). Maluku Barat Daya. In Maluku. Jumal Manajemen Sumberdaya mauteri.nl. Retrieved from http://mbd- Perairan TRITON, 5(1), 63-71. caesar4u.blogspot.co.id/2009/04/gambara Lejar, A. M. El. (2015). El Lejaro Travel Hunt n-umum-wilayah-maluku-barat-daya.html. Kepulauan Maluku Barat Daya: The lost Ummanah. (2013). Komunitas nelayan Sasi islands of Indonesia. Maluku Barat Daya. laut di Maluku Tenggara, Provinsi Maluku. Retrieved from https://ellejartravelhunt. Jurnal Ilmiah Pariwisata, 18(3). Retrieved wordpress.com/2015/05/22/93/ from http://www.jumalpwisata.stptrisakti. Letelay, M. Y. (2016). Potential tourism in ac.id. Maluku. Retrieved from https://maluku Estradivari, N. W., Damora, A., Handayani, baratdayablog.wordpress.com/2016/06/02 C., Amkieltiela, Wibowo, B., Hargiyatno, I. /potential-tourism-in-maluku-barat-daya/ T., & Huda, H. M. (2015). Menguak Pattinarna, W., Pattipelony, M. (2003). potensi ekologi, sosial, dan perikanan Upacara sasi ikan Lompa di ne2:e:• maluku barat daya: Sebuah temuan awal. Haruku. Kementrian Kebudayaan dan Marine Conservation Science, WWF- Pariwisata. Balai Kajian Nilai Indonesia. Jakarta, November 2015. Tradisional. Retrieved from www.wwf.or.id/xpdcmbd. Persada, N. P. R., Mangunjaya, F. M., Etlegar, D. (2013). Peran lembaga sasi Tobing, I. S. L. (2018). Sasi sebagai tradisional dalam pengelolaan dusun di budaya konservasi sumber daya alam di negara Allang, kecamatan Leihitu Barat, Kepulauan Maluku. Jurnal dan Budaya kabupaten Tengah. Karangan. Ilmu, 41(59), Juli 2018 Departemen Pengelolaan Hutan. Institut Sirappa, M. P., Pesireron, M., & La Per Bogor. Bogor. Dahamarudin, (2013). Potensi hasil Fadlun, A. A. (2006). Yurisdiksi sasi beberapa jagung lokal Kabupaten Maluku sebagai model kontra sumber daya alam Barat Daya dengan pengelolaan tanaman berbasis masyarakat di Maluku Tengah. terpadu. Balai Pengkajian Teknologi Thesis: Program Hukum Pemerintah Pertanian Maluku. Seminar Nasional Daerah Kepulauan. Program Studi Serealia. Hukum. Universitas Sam Ratulangi, Subair. (2015). Pengetahuan Lokal dan Manado, 2006. Pembangunan Pedesaan: Analisis 'Sasi' Hardin, G. J. (1982). The tragedy of the dalam Arus Modemisasi. Makalah. Institut commons in environmental economics. Agama Islam Negeri Ambon.

PROSIDING SEMINAR DAN LOKAKARYA KUALITATIF INDONESIA 2019 113

Kennedy, et al. / Peranan Budaya Adat Sasi dalam Pengelolaan Sumber …

Sugiyono. (2011). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R & D. Alfabeta. https://doi.org/10.1017/CBO97811074153 24.004

PROSIDING SEMINAR DAN LOKAKARYA KUALITATIF INDONESIA 2019 114