PEMANFAATAN MUSEUM DIPONEGORO SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH PADA MATERI BENTUK-BENTUK PERLAWANAN RAKYAT INDONESIA DALAM MENENTANG KOLONIALISME BANGSA BARAT PERIODE SESUDAH TAHUN 1800 UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2010/2011
SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Pada Universitas Negeri Semarang
Oleh Arif Widayanto NIM. 3101407001
JURUSAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2011
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh Dosen Pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia Ujian Skripsi pada :
Hari :
Tanggal :
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Ba‟in, M.Hum Dra. Santi Muji Utami, M.Hum NIP.19630706 199002 1 001 NIP.19650524 199002 2 001
Mengetahui, Ketua Jurusan Sejarah
Arif Purnomo, SS., S.Pd., M.Pd NIP. 19730131 199903 1 002
ii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang.
Hari :
Tanggal :
Penguji Utama
Drs. Ibnu Sodiq, M.Hum NIP. 19631215 198901 1 001
Penguji I Penguji II
Drs. Ba’in, M. Hum Dra. Santi Muji Utami, M.Hum NIP.19630706 199002 1 001 NIP.19650524 199002 2 001
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Sosial
Drs. Subagyo, M. Pd NIP. 19510808 198003 1 003
iii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam Skripsi ini benar-benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain baik sebagian atau seluruhnya.
Pendapat atau temuan yang lain terdapat dalam Skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik.
Semarang, Juni 2011
Arif Widayanto NIP. 3101407001
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Orang sukses adalah orang yang tidak pernah berpikir dirinya kalah,ketika ia terpukul jatuh (gagal) ia bangkit kembali,belajar dari kesalahannya dan bergerak maju menuju inovasi yg lebih baik.
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk :
Ibu dan Bapak tercinta (Sofiah dan Muhammad Teguh, S.Pd), terima kasih atas kasih sayang dan do‟a yang selalu menyertaiku, semoga skripsi ini dapat menjadi salah satu tanda baktiku.
Rainbow tersayang (Reni Handayani) yang selalu memberikan motivasi dan saran untuk selalu bersemangat serta ingat pada Allah SWT.
Kakakku Puji, dan adikku Vita, Diah, Via dan Artha yang selalu mendo‟akanku.
Keluarga Besar Kyai H. Sairozi dan H. Sulichan serta Hj. Rumiyatin yang selalu mendo‟akan dan memberi motivasi untuk menjadi lebih baik.
Teman-teman pendidikan sejarah angkatan 2007 dan Tim JAC yang kompak.
Semua orang yang telah mendidik dan mengajarkanku bagaimana berilmu dan berahlak mulia.
Almamaterku
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung skripsi ini tidak dapat terwujud. Penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Sudijono Satroatmojo, M.Si, Rektor Universitas Negeri Semarang
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu di
kampus tercinta ini
2. Drs. Subagyo, M.Pd, Dekan Fakultas Ilmu Sosial UNNES yang telah
memberikan ijin penelitian
3. Arif Purnomo, S.Pd, S.S, M.Pd Ketua Jurusan Sejarah FIS UNNES yang
telah memberikan ijin penelitian
4. Prof. Dr. Ph Dewanto, M.Pd (Alm.) mantan Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis selama proses
penyusunan skripsi
5. Drs. Ba‟in, M.Hum Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan
dan motivasi kepada penulis selama proses penyusunan skripsi
vi
6. Dra. Santi Muji Utami, M.Hum Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis selama proses
penyusunan skripsi
7. Sri Sudartono, S.Pd, M.Pd Kepala SMP Negeri 3 Magelang yang telah
memberikan ijin penelitian
8. Sri Sundari, S.Pd Guru IPS Sejarah kelas VIII yang banyak memberikan
bantuan kepada penulis selama penelitian
9. Djoko Suryo TNC selaku pengelola Museum Diponegoro Kota Magelang
yang banyak memberikan bantuan kepada penulis selama penelitian di
Museum Diponegoro
10. Para Siswa SMP Negeri 3 Magelang kelas VIII C dan VIII E yang bersedia
menjadi sampel penelitian
11. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah
memberikan bantuan dan motivasi dalam penulisan skripsi ini.
Dengan segala keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis yakin bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca. Amin
Semarang, Juni 2011 Peneliti
Arif Widayanto NIM. 3101407001
vii
SARI
Widayanto, Arif. 2011. “Pemanfaatan Museum Diponegoro Sebagai Sumber Belajar Sejarah Pada Materi Bentuk-bentuk Perlawanan Rakyat Indonesia Dalam Menentang Kolonialisme Bangsa Barat Periode Sesudah Tahun 1800 Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Magelang Tahun Pelajaran 2010/2011”. Skripsi. Jurusan Pendidikan Sejarah. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I : Drs. Ba‟in, M.Hum. Pembimbing II : Dra. Santi Muji Utami, M.Hum. 93 halaman.
Kata Kunci : Pemanfaatan Museum, Sumber Belajar Sejarah, Hasil Belajar
Hasil belajar dapat berjalan dengan baik jika didukung oleh beberapa faktor diantaranya pemahaman materi. Untuk dapat mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran sejarah kelas VIII SMP Negeri 3 Magelang Tahun Pelajaran 2010/2011 maka diperlukan penelitian kebih lanjut. Hasil observasi menunjukan bahwa proses pembelajaran sejarah masih konvensional dan kurang memanfatkan sumber belajar di lingkungan sekitar siswa sehingga hasil belajar masih rendah. Pemanfaatan sumber belajar sejarah dalam penelitian ini adalah dengan memanfaatkan Museum Diponegoro Kota Magelang. Rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah : (1) Bagaimana pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar dalam pembelajaran sejarah siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Magelang tahun pelajaran 2010/2011? (2) Apakah pembelajaran sejarah melalui pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar pada kelas eksperimen VIII E lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar dibandingkan dengan pembelajaran sejarah tanpa pemanfaatan Museum Diponegoro pada kelas kontrol VIII C? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan Museum Diponegoro terhadap peningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Magelang tahun pelajaran 2010/2011. Manfaat dari penelitian ini yaitu dapat memberikan informasi dan masukan tentang pentingnya pemanfaatan Museum untuk meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran sejarah. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain Eksperimen, yaitu ada perbedaan perlakuan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen agar dapat dilihat perbedaannya. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 3 Magelang. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Simple Random Sampling dengan Randomized Control Group Pretes- Postest Design. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VIII C sebagai kelas kontrol dan siswa kelas VIII E adalah kelas Eksperimen. Peningkatan hasil belajar yang lebih baik ditunjukan pada kelas eksperimen, yaitu nilai rata-rata hasil post tes kelas eksperimen sebesar 7,423 sedangkan rata-rata kelas kontrol sebesar 5,76. Dari hasil uji-t didapatkan thitung = 6,49662 > ttabel = 2,00 yang berarti kedua kelas tersebut ada perbedaan signifikan, yaitu hasil belajar kelas eksperimen lebih baik dari pada hasil belajar kelas kontrol. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa melalui pemanfaatkan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar sejarah dengan materi bentuk-bentuk
viii
perlawanan rakyat Indonesia dalam menentang kolonialisme bangsa barat periode sesudah tahun 1800 lebih efektif dibandingkan pembelajaran sejarah tanpa memanfaatkan museum sebagai sumber belajar. Pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar mempermudah guru dalam mengajar dan memberikan pemahaman terhadap materi pelajaran dan menunjukan bukti-bukti nyata melalui lingkungan sekitar sehingga siswa memiliki minat untuk mengikuti pelajaran sejarah. Oleh karena itu, disarankan agar guru memanfaatan sumber belajar sejarah di lingkungan sekitar siswa khususnya museum lebih ditingkatkan sebagai alternatif dalam pembelajaran sejarah yang berdampak pada peningkatan hasil belajar sejarah.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...... i PERSETUJUAN PEMBIMBING ...... ii PENGESAHAN KELULUSAN ...... iii PERNYATAAN ...... iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...... v KATA PENGANTAR ...... vi SARI ...... viii DAFTAR ISI ...... x DAFTAR TABEL ...... xii DAFTAR LAMPIRAN ...... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...... 1 B. Rumusan Masalah ...... 10 C. Tujuan Penelitian ...... 10 D. Manfaat Penelitian ...... 11
BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori ...... 13 1. Pengertian Museum dan Pemanfaatannya ...... 13 2. Sumber Belajar Sejarah ...... 22 3. Pembelajaran Sejarah ...... 30 4. Materi Bentuk-bentuk Perlawanan rakyat Indonesia Dalam Menentang Kolonialisme Bangsa Barat Periode sesudah Tahun 1800 ...... 39 5. Hasil Belajar ...... 42
x
B. Kerangka Berpikir ...... 45 C. Hipotesis ...... 46
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ...... 48 B. Variabel Penelitian ...... 51 C. Lokasi Penelitian ...... 52 D. Populasi dan Sampel Penelitian ...... 53 E. Teknik Pengumpulan Data ...... 54 F. Analisis Data ...... 59
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...... 67 1. Lokasi Penelitian ...... 2. Pemanfaatan Museum Diponegoro ...... 3. Efektifitas Pembelajaran Sejarah Melalui Kunjungan Ke Museum Diponegoro Sebagai Sumber Belajar ...... B. Pembahasan ......
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...... 91 B. Saran ...... 92
DAFTAR PUSTAKA ...... 94 LAMPIRAN ...... 97
xi
DAFTAR TABEL
Tabel
1. Kegiatan Guru dan Siswa ...... 44 2. Desain Openelitian Eksperimen ...... 50 3. Kualifikasi Pendidikan, Status, Jenis Kelamin dan Jumlah Guru ...... 71 4. Jumlah Siswa SMP Negeri 3 Magelang Tahun Pelajaran 2010/2011 ...... 72
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Daftar Nama Siswa Kelas VIII E Kelompok Eksperimen ...... 98 2. Daftar Nama Siswa Kelas VIII C Kelompok Kontrol ...... 99 3. RPP Kelas Eksperimen ...... 100 4. RPP Kelas kontrol ...... 107 5. Kisi-kisi Soal Uji Coba Test ...... 112 6. Soal Uji Coba Test ...... 113 7. Kunci Jawaban Soal Uji Coba Test ...... 121 8. Jumlah Siswa SMP Negeri 3 Magelang Tahun Pelajaran 2010/2011 ...... 122 9. Perhitungan Validitas Butir Soal ...... 126 10. Perhitungan Reliabilitas Instrumen ...... 128 11. Kisi-kisi Soal Pre Test dan Post Test ...... 129 12. SoalPre Test dan Post Test ...... 130 13. Kunci Jawaban Soal Pre Test dan Post Test ...... 136 14. Data Hasil Pre Test antara Kelompok Eksperimen dan Kontrol ...... 137 15. Uji Normalitas Hasil Pre Test Kelompok Eksperimen ...... 138 16. Uji Normalitas Hasil Pre Test Kelompok Kontrol ...... 139 17. Uji Kesamaan Data Nilai Pre Test Antara kelompok Eksperimen dan Kontrol ...... 140 18. Uji Perbedaan Rata-rata Data Hasil Pre Test Antara Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ...... 141 19. Data Nilai Hasil Post Test Antara Kelompok Eksperimen dan Kontrol ...... 142 20. Uji Normalitas Hasil Post Test Kelompok Eksperimen ...... 143 21. Uji Normalitas Hasil Post Test Kelompok Kontrol ...... 144 22. Uji Kesamaaan Data Nilai Pre Test Antara Kelompok Eksperimen dan Kontrol ...... 145
xiii
23. Uji Perbedaan Rata-rata Data Hasil Post test Antara kelompok Eksperimen dan Kontrol ...... 146 24. Surat Ijin Penelitian Kepada Kepala SMP Negeri 3 Magelang ...... 147 25. Surat Ijin Penelitian Kepada Kepala Museum Diponegoro ...... 148 26. Surat Keterangan Penelitian dari SMP Negeri 3 Magelang ...... 149 27. Surat Rekomendasi dari Museum Diponegoro ...... 150 28. Dokumentasi Penelitian ...... 151 29. Dokumentasi Museum Diponegoro dan Koleksi-koleksinya ...... 155 30. CD Koleksi-koleksi Museum Diponegoro ...... 164
xiv 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Museum merupakan suatu bangunan yang menyimpan koleksi hasil
karya dan prestasi masyarakat di masa lampau. Museum dapat juga berbentuk
suatu situs atau lingkungan fisik tertentu. Benda-benda koleksi di museum
merupakan sumber informasi dan bukti konkrit bagi masyarakat mengenai
kehidupan pada masa lampau.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 766) museum berarti
gedung yang digunakan sebagai pameran tetap benda-benda yang patut
mendapat perhatian umum seperti peninggalan sejarah, seni dan ilmu; tempat
menyimpan barang kuno. Menurut ICOM (International Council of
Museums) museum adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari
keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk
umum, yang mengumpulkan, merawat, mengkomunikasikan dan
memamerkan bukti-bukti material manusia dan lingkungannya, untuk tujuan-
tujuan studi, pendidikan dan kesenangan (Sutaarga, 1991: 3).
Dalam sejarah museum dapat dilihat terjadinya perubahan-perubahan
yang bersifat perluasan fungsi museum. Pada mulanya museum hanya
berfungsi sebagai gudang barang, tempat dimana disimpan benda warisan
1
2
budaya yang bernilai luhur dan yang dirasakan patut disimpan. Kemudian fungsinya meluas ke fungsi pemeliharaan, pengawetan, penyajian atau pameran, dan akhirnya fungsi ini diperluas lagi sampai ke fungsi pendidikan secara umum dan untuk kepentingan umum atau masyarakat luas.
Museum sebagai suatu institusi yang menyajikan berbagai hasil karya dan cipta serta karsa manusia pada masa lampau, merupakan tempat yang tepat sebagai sumber pembelajaran sejarah. Keberadaan museum akan menjadi lebih berarti jika dikaitkan dengan pendidikan sejarah, karena museum memberikan fasilitas belajar yang sangat menguntungkan dan merupakan bagian sumber belajar sejarah yang nyata.
Melalui benda-benda koleksi yang dipamerkan di Museum, siswa dapat belajar tentang nilai dan perhatian serta kehidupan generasi pendahulu sebagai bekal di masa kini dan gambaran untuk kehidupan di masa mendatang. Benda-benda koleksi di museum dapat dijadikan sebagai media pembelajaran yang berfungsi sebagai sarana peningkatan pemahaman terhadap peristiwa sejarah bagi siswa.
Di Kota Magelang terdapat beberapa museum yang menyimpan koleksi-koleksi peninggalan sejarah, antara lain 1) Museum Diponegoro yang terletak Karesidenan Magelang, di jalan Pangeran Diponegoro No. 1
Magelang; 2) Museum BPK RI berada satu kompleks dengan Museum
Diponegoro; 3) Museum Sudirman, di Badaan jalan Ade Irma Suryani C.7
Magelang; 4) Museum AJB Bumi Putera 1912, di jalan A. Yani No. 21
3
Magelang; dan 5) Museum Taruna „Abdul Djalil‟, di jalan Gatot Subroto
Magelang. Museum-museum yang terdapat di Kota Magelang tersebut berada dalam perlindungan dan pengawasan Dinas Pariwisata Provinsi Jawa Tengah.
Salah satu museum yang terdapat di Kota Magelang adalah Museum
Diponegoro. Museum Diponegoro terletak di Karesidenan Magelang, bagian barat laut kota Magelang. Museum Diponegoro dahulunya merupakan kamar rumah Residen Kedu di Magelang yang digunakan sebagai tempat perundingan antara Pangeran Diponegoro dengan Belanda yang diwakili oleh
Jenderal De Kock. Tetapi dalam perundingan Pangeran Diponegoro dijebak dan akhirnya di tangkap Belanda pada 25 Maret 1830.
Untuk mengenang perjuangan Pangeran Diponegoro, maka kamar tempat Pangeran Diponegoro dijebak dijadikan Museum Kamar Pengabadian
Pangeran Diponegoro. Museum Diponegoro menyimpan bukti-bukti atau peninggalan sejarah dari Pangeran Diponegoro yang ditangkap secara licik dalam suatu perundingan dengan Belanda, antara lain :
1. Kamar, yaitu kamar di rumah Residen Kedu tempat perundingan
antara Pangeran Diponegoro dengan Belanda, dan merupakan tempat
Pangeran Diponegoro ditangkap.
2. Satu set meja dan kursi perundingan, dahulu dipakai untuk
perundingan antara Pangeran Diponegoro dengan Jenderal De Kock,
sedangkan yang diduduki oleh Pangeran Diponegoro terdapat guratan.
4
Menurut cerita guratan tersebut adalah bekas guratan kuku Pangeran
Diponegoro karena menahan amarahnya terhadap kelicikan Belanda.
3. Jubah, adalah jubah Pangeran Diponegoro yang dipakai pada saat
berunding dengan Belanda. Jubah berukuran tinggi 1.57 m, lebar 1.35
m terbuat dari kain shantung dari negeri Tiongkok.
4. Kitab Tahrib.
5. Gambar lukisan Pangeran Diponegoro, yang merupakan reproduksi
dari lukisan aslinya yang disimpan oleh P. Pudjokusumo di
Yogyakarta. Pelukisnya adalah seorang Belanda yang tidak dikenal
namanya.
6. Bale-bale tempat sembahyang. Bale-bale yang dahulu dipakai untuk
sholat Pangeran Diponegoro pada saat beliau berada di Brangkal
(Gombong). Bale-bale tersebut terakhir disimpan oleh seorang guru
agama Islam di Brangkal yang bernama Kyai Haji Syafii.
7. Teko atau poci, yaitu benda milik pribadi Pangeran Diponegoro yang
dipakai beliau pada saat masih berada di Bantul.
8. 7 (Tujuh) buah cangkir, yaitu cangkir tempat 7 macam minuman
kegemaran Pangeran Diponegoro, antara lain seperti air mentah, air
dlingo bengle, wedang jahe, air putih matang, air dadap serep, teh dan
kopi.
5
9. Lukisan karya Raden Saleh, yaitu lukisan reproduksi merupakan
suasana penangkapan Pangeran Diponegoro di depan Gedung
Karesidenan Kedu di Magelang.
10. Lukisan karya Dr. Daud Yusuf, yaitu lukisan reproduksi Pangeran
Diponegoro dalam suasana perang.
11. Lukisan karya Hendrajasmoko, yaitu lukisan Pangeran Diponegoro
mengendarai kuda Kyai Gentayu melintasi Sungai Progo.
Benda-benda peninggalan sejarah yang terdapat di Museum
Diponegoro merupakan sumber belajar dan informasi konkrit bagi siswa.
Bangunan Museum Diponegoro tidak diubah banyak, bentuknya masih seperti bangunan kuno, sehingga kharisma Pangeran Diponegoro masih sangat terasa. Museum Diponegoro dengan koleksi-koleksi peninggalan sejarah tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar dalam pembelajaran sejarah.
Widja (1989: 61) menjelaskan bahwa sekali peristiwa sejarah itu terjadi maka peristiwa itu akan lenyap, yang tertinggal hanyalah jejak-jejak
(bekas-bekas) dari peristiwa yang kemudian dijadikan sumber dalam menyusun sejarah yang sering disebut peninggalan sejarah. Dalam pengajaran sejarah, untuk membantu murid lebih memahami suatu peristiwa dengan lebih baik dan lebih menarik, tentu saja peninggalan sejarah itu akan membantu guru sejarah dalam tugasnya yang mana hal ini bisa dimengerti
6
karena melalui jejak-jejak itu murid akan mudah memvisualisasikan peristiwanya.
Di dalam Sejarah terkandung beberapa aspek yang perlu kita pelajari, yaitu aspek pengetahuan, aspek sikap, dan aspek keterampilan. Aspek-aspek ini perlu dipelajari dalam proses belajar mengajar di sekolah. Hal ini akan bermanfaat bagi peserta didik dalam upaya memecahkan permasalahan yang dihadapi di dalam masyarakat apada masa yang akan datang. Oleh karena itu belajar sejarah memberikan pengalaman yang berguna bagi kehidupan kita
(Soewarso, (2000: 27).
Pendidikan Sejarah memberikan pengertian kepada masyarakat tentang makna dari peristiwa masa lampau. Sehingga pendidikan sejarah yang dilaksanakan berdasarkan pemahaman dan kearifan maka dapat membantu mewujudkan generasi yang sadar sejarah dan bijaksana dalam menanggapi masa lampau agar dapat menata masa depan secara lebih baik. Oleh karena itu, pendidikan sejarah mempunyai peranan yang sangat penting dalam membentuk kepribadian bangsa, kualitas manusia dan masyarakat Indonesia.
Berdasarkan Permendiknas nomor 22 tahun 2006, pendidikan sejarah bertujuan agar mampu untuk (1) membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan; (2) melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah dan metodologi keilmuan; (3) menumbuhkan apresiasi dan
7
penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah sebagai bukti peradaban bangsa Indonesia di masa lampau; (4) menumbuhkan pemahaman peserta didik terhadap proses tumbuhnya bangsa Indonesia melalui sejarah yang panjang; (5) menumbuhkan kesadaran dalam diri peserta didik sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah air yang dapat di implementasikan dalam berbagai kehidupan baik nasional maupun internasional.
Metode pengajaran merupakan salah satu aspek penting bagi keberhasilan pengajaran sejarah. Problem mendasar dalam pengajaran sejarah di sekolah-sekolah adalah metode pengajaran yang kurang menarik bagi siswa. Model pembelajaran yang bersifat satu arah dimana guru menjadi sumber pengetahuan utama dalam kegiatan pembelajaran menjadi sangat sulit untuk dirubah. Guru cenderung tetap memilih ceramah bervariasi, malas dalam berinovasi mengembangkan strategi pembelajaran sejarah dan kurang variatif dalam menggunakan metode-metode pembelajaran sejarah.
Pembelajaran sejarah agar menarik dan menyenangkan dapat dilaksanakan dengan berbagai cara antara lain mengajak siswa pada peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi di sekitar mereka. Lingkungan di sekitar siswa terdapat berbagai peristiwa sejarah yang dapat membantu guru untuk mengembangkan pemahaman siswa tentang masa lalu. Umumnya siswa akan lebih tertarik terhadap pelajaran sejarah bila berhubungan dengan situasi nyata di sekitarnya, sehingga siswa dapat menggambarkan suatu peristiwa masa lalu seperti dalam pelajaran sejarah. Kondisi nyata di sekitar
8
siswa dapat digunakan guru sebagai cara untuk menggambarkan dan mengantarkan suatu peristiwa sejarah (Isjoni, 2007: 15).
Bukti-bukti atau peninggalan-peninggalan terjadinya suatu peristiwa sejarah, misalnya yang terdapat di museum, monumen ataupun berupa situs sejarah merupakan sumber belajar yang dapat memudahkan siswa memahami materi pembelajaran sejarah yang telah disampaikan oleh guru pada proses belajar mengajar di kelas. Lingkungan di sekitar siswa yang terdapat bukti peristiwa sejarah yang dapat membantu guru untuk mengembangkan pemahaman siswa tentang masa lalu dan membuat siswa mengerti bahwa sesungguhnya sejarah bukan hanya cerita, akan tetapi adalah sebuah peristiwa yang memang benar-benar terjadi pada masanya. Tujuannya adalah agar dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar sejarah yang didasarkan pada situasi dunia nyata, mendorong siswa agar mampu menghubungkan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan pada akhirnya hasil belajar meningkat.
Pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar sejarah merupakan kegiatan pembelajaran berkaitan pada materi bentuk-bentuk perlawanan rakyat Indonesia dalam menentang kolonialisme bangsa barat periode sesudah tahun 1800. Perlawanan Diponegoro pada tahun 1825 sampai
1830, adalah perlawanan terbesar rakyat Jawa menentang kolonialisme bangsa Belanda pada periode sesudah tahun1800, sehingga di sebut Perang
Jawa, merupakan salah satu dari materi perlawanan yang akan disampaikan oleh guru sejarah dalam proses pembelajaran. Kegiatan pembelajaran melalui
9
pemanfaatan Museum Diponegoro ini berkaitan dengan materi pelajaran sejarah yang diajarkan di kelas VIII SMP dalam standar kompetensi
“memahami proses kebangkitan nasional” dengan kompetensi dasar
“menjelaskan proses perkembangan kolonialisme dan imperialisme barat, serta pengaruh yang ditimbulkannya di berbagai daerah”.
Pemanfaatan Museum akan memberi banyak pengalaman terutama untuk membuktikan bahwa yang dibaca dalam buku adalah benar, yaitu melalui observasi di Museum Diponegoro Kota Magelang. Melalui pemanfaatan sumber-sumber belajar berupa museum inilah kemudian akan dibangun siswa yang bukan hanya mampu mengerti lewat buku, akan tetapi juga mengembangkan siswa yang memiliki ide-ide hasil dari pemanfaatan museum. Pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar diharapkan mampu untuk mengatasi permasalahan kejenuhan dalam pembelajaran sejarah.
Melalui pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar, diharapkan proses pembelajaran akan menyenangkan, tidak membosankan dan nantinya akan mempengaruhi tingkat hasil belajar siswa. Kegiatan ini akan menumbuhkan keaktifan siswa dalam mempelajari dan mengamati peninggalan sejarah secara langsung yang berdampak pada pembelajaran sejarah yang lebih berkesan, siswa mudah memahami tentang peristiwa sejarah, dan siswa diperlihatkan bukti-bukti nyata mengenai materi pembelajaran sejarah yang telah di sampaikan guru di kelas.
10
Berdasarkan uraian diatas peneliti mengambil judul “Pemanfaatan
Museum Diponegoro Sebagai Sumber Belajar Sejarah Pada Materi Bentuk-
Bentuk Perlawanan Rakyat Indonesia Dalam Menentang Kolonialisme
Bangsa Barat Periode Sesudah Tahun 1800 Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Magelang Tahun Pelajaran
2010/2011”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan diatas, maka rumusan
masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar
dalam pembelajaran sejarah siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Magelang
tahun pelajaran 2010/2011?
2. Apakah pembelajaran sejarah melalui pemanfaatan Museum Diponegoro
sebagai sumber belajar pada kelas eksperimen VIII E lebih efektif dalam
meningkatkan hasil belajar dibandingkan dengan pembelajaran sejarah
tanpa pemanfaatan Museum Diponegoro pada kelas kontrol VIII C?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, tujuan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
11
1. Mengetahui pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar
dalam pembelajaran sejarah siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Magelang
tahun pelajaran 2010/2011.
2. Mengetahui pembelajaran sejarah melalui pemanfaatan Museum
Diponegoro sebagai sumber belajar pada kelas eksperimen VIII E lebih
efektif dalam meningkatkan hasil belajar dibandingkan dengan
pembelajaran sejarah tanpa pemanfaatan Museum Diponegoro pada kelas
kontrol VIII C.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
a. Untuk menambah pengetahuan peneliti tentang pemanfaatan Museum
Diponegoro sebagai sumber belajar siswa SMP Negeri 3 Magelang.
b. Untuk memberi sumbangan pemikiran bagi dunia pendidikan dan
memberi konstribusi terhadap ilmu pengetahuan khususnya sejarah.
2. Secara Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk :
a. Bagi Guru
1) Sebagai bahan masukan tetang model pembelajaran yang lebih
memberikan keleluasaan bagi siswa dalam beraktivitas dan tidak
bersifat class room oriented.
12
2) Memperoleh pengalaman untuk meningkatkan keterampilan
memilih media pembelajaran yang bermutu dan bermanfaat dalam
proses pembelajaran b. Bagi Siswa
1) Siswa lebih termotivasi untuk belajar sejarah dan mudah penyerapan
materi pelajaran sejarah
2) Siswa lebih mengenal Museum Diponegoro sebagai sumber belajar c. Bagi Dunia Pendidikan
1) Data hasil penelitian diharapkan dapat memberi sumbang dan saran
dalam penerapan metode pemebelajaran yang sesuai dan efektif
dalam memajukan dunia pendidikan.
2) Dapat digunakan sebagai referensi atau bahan kajian dalam
menambah khasanah ilmu pengetahuan di bidang pendidikan. d. Bagi Museum
1) Dapat meningkatkan motivasi pengelola Museum Diponegoro
Magelang untuk berperan aktif dalam dunia pendidikan.
2) Dapat memperkenalkan Museum Diponegoro Magelang sebagai
sebuah sumber belajar sejarah.
13
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Pengertian Museum dan Pemanfaatannya.
Museum berasal dari kata bahasa Yunani museion yaitu bangunan
yang dipersembahkan oleh sembilan dewa kepada Muze putra Zeus
sebagai pelindung dari sembilan dewa pengetahuan dan seni. Dalam
museion terdapat benda-benda persembahan berupa barang-barang seni,
bukti-bukti analisis temuan ilmu pengetahuan, dan benda-benda budaya
lainnya. Museion ini kemudian berkembang menjadi rumah penyimpanan
benda-benda warisan budaya yang selanjutnya berkembang menjadi
museum ( Joharnoto dkk., 2005 : 1).
Menurut ICOM (International Council of Museum) museum adalah
suatu lembaga bersifat tetap, tidak mencari keuntungan dalam melayani
masyarakat, dan dalam perkembangannya terbuka untuk umum, yang
berfungsi mengawetkan, mengomunikasikan, dan memamerkan barang-
barang pembuktian manusia dan lingkungan untuk tujuan pengkajian,
pendidikan, dan kesenangan (Sutaarga, 1991: 3).
Ada beberapa pembagian museum. Menurut koleksinya museum
dibedakan menjadi dua yaitu museum umum adalah museum yang
13
14
koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material manusia dan lingkungannya dengan dua atau lebih cabang seni, cabang ilmu atau cabang teknologi, dan museum khusus adalah museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan material manusia dan lingkungan yang berkaitan dengan satu cabang seni, satu cabang ilmu atau satu cabang teknologi.
Menurut lokasinya museum dibagi menjadi tiga, yaitu museum nasional, museum lokal, dan museum provinsi. Menurut penyelenggaranya, museum dapat dibagi menjadi Museum pemerintah dan Museum Swasta.
Museum Pemerintah, yaitu museum yang diselenggarakan dan dikelola oleh pemerintah. Museum pemerinyah ini dibagi menjadi dua, yaitu museum yang dikelola pemerintah daerah dan yang dikelola pemerintah pusat. Museum Swasta adalah museum yang diselenggarakan dan dikelola oleh swasta (Depdikbud, 2000: 25-27).
Dalam dunia pendidikan, museum memiliki peranan sebagai media pembelajaran. Peranan museum sebagai media pembelajaran disebabkan fungsi museum yang memberikan informasi konkret kepada masyarakat dalam hal ini siswa dan guru. Dalam pembelajaran sejarah, museum merupakan tempat ideal sebagai sumber informasi kesejarahan. Hal ini dikarenakan dalam museum terdapat banyak benda yang dapat dijadikan sebagai media pembelajaran yang berfungsi sebagai sarana peningkatan pemahaman terhadap peristiwa sejarah bagi siswa.
Museum dapat digunakan sebagai alat penunjang pelajaran khususnya sejarah dan sebagai alat peraga budaya masa lampau. Dalam
15
hal ini siswa dapat melihat dan mengamati secara langsung koleksi dan peninggalan-peninggalan yang ada di Museum. Koleksi yang dimiliki museum merupakan sumber belajar konkret bagi peserta didik dan dapat mengurangi kejenuhan dalam belajar sejarah. Soewarso (2000: 17) menyatakan bahwa usahakan agar guru mengajar sejarah tidak hanya didalam kelas terus-menerus sehingga membosankan peserta didiknya, tetapi juga mengajar diluar kelas, seperti diajak ke tempat peristiwa sejarah di daerah sekitarnya, misalnya museum.
Magelang sebagai sebuah Kotamadya yang banyak memiliki peninggalan-peninggalan dan bukti-bukti sejarah antara lain terdapat di beberapa museum. Museum-museum yang terdapat di Kota Magelang dilihat dari koleksinya termasuk museum khusus yaitu museum sejarah, dilihat dari kedudukannya merupakan museum lokal dan apabila dilihat penyelenggaranya adalah museum Pemerintah yang dikelola oleh pemerintah daerah, antara lain adalah 1) Museum Diponegoro yang terletak di Karesidenan Magelang, di jalan Pangeran Diponegoro No. 1
Magelang; 2) Museum BPK RI berada satu kompleks dengan Museum
Diponegoro; 3) Museum Sudirman, di Badaan jalan Ade Irma Suryani C.7
Magelang; 4) Museum AJB Bumi Putera 1912, di jalan A. Yani No. 21
Magelang; dan 5) Museum Taruna „Abdul Djalil‟, di jalan Gatot Subroto
Magelang.
Salah satu museum yang mempunyai nilai sejarah dan arti penting di Kota Magelang adalah Museum Diponegoro. Museum Diponegoro
16
merupakan sebuah bangunan tempat penyimpanan benda-benda bersejarah peninggalan dari Pangeran Diponegoro semasa dia singgah di kota
Magelang saat terjadi perang. Museum Diponegoro Kota Magelang merupakan suatu bangunan kamar rumah residen Kedu di Magelang yang digunakan sebagai tempat perundingan antara Pangeran Diponegoro dengan Belanda yang diwakili oleh Jenderal De Kock dan merupakan tempat tertangkapnya Pangeran Diponegoro pada tanggal 28 Maret 1830, dan menandakan berakhirnya perlawanan rakyat Jawa yang dipimpin oleh
Pangeran Diponegoro.
Koleksi yang ada di Museum dapat digunakan sebagai sumber belajar sejarah bagi siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Magelang. Melalui pengamatan terhadap koleksi di Museum, siswa akan mendapatkan informasi mengenai peristiwa masa lampau dan memudahkan siswa memahami materi pembelajaran sejarah yang telah disampaikan oleh guru pada proses belajar mengajar di kelas. Lingkungan di sekitar siswa yang terdapat bukti peristiwa sejarah seperti Museum Diponegoro ini dapat membantu guru untuk mengembangkan pemahaman siswa tentang masa lalu dan membuat siswa mengerti bahwa sesungguhnya sejarah bukan hanya cerita, akan tetapi adalah sebuah peristiwa yang memang benar- benar terjadi pada masanya.
Kegiatan pembelajaran melalui pemanfaatan museum Diponegoro ini berkaitan dengan materi yang diajarkan di kelas VIII SMP dalam standar kompetensi “memahami proses kebangkitan nasional” dengan
17
kompetensi dasar “menjelaskan proses perkembangan kolonialisme dan imperialisme barat, serta pengaruh yang ditimbulkannya di berbagai daerah”, pada materi bentuk-bentuk perlawanan rakyat Indonesia dalam menentang kolonialisme bangsa barat periode sesudah tahun 1800.
Perlawanan Diponegoro pada tahun 1825 sampai 1830, merupakan salah satu dari materi perlawanan yang akan disampaikan oleh guru dalam proses pembelajaran.
Pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar sejarah dapat dilakukan dengan menerapkan salah satu model pembelajaran yaitu model Contextual Teaching And Learning. Pembelajaran Contextual
Teaching and Learning merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia nyata, sehingga mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran kontekstual, tugas guru adalah sebagai mediator dan memberikan kemudahan kepada siswa dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang memadai. Guru bukan hanya menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hafalan, tetapi mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk belajar (Trianto,
2007: 101).
Seorang guru khususnya guru sejarah perlu menerapkan model- model pembelajaran yang tepat dan memberikan keefektivitasan kepada siswa. Dewanto (2009: 10) dalam makalah Abstrak Pengukuran dan
18
Evaluasi Pembelajaran, menyatakan bahwa pembelajaran kontekstual adalah metode atau pendekatan belajar mengajar yang berorientasi pada pencapaian pengalaman belajar yang bermakna bagi peserta didik melalui penerapan pendekatan tersebut. Pendekatan yang dimaksud adalah siswa akan belajar dengan baik apabila apa yang dipelajari berhubungan dengan apa yang diketahui dan proses belajar akan produktif jika siswa terlibat aktif dalam proses belajar mengajar.
Situasi belajar dalam pembelajaran kontekstual cukup menarik, karena kegiatan pembelajaran sejarah dikaitkan dengan dunia nyata dan lingkungan sekitar siswa, sehingga siswa belajar dengan minat dan motivasi tinggi yang nantinya diharapkan memahami materi dan mempunyai kesadaran sejarah, serta memperoleh hasil belajar yang baik.
Untuk mata pelajaran sejarah, model pembelajaran kontekstual sangat mendukung dengan pemanfaatan situs atau museum sebagai sumber belajar sejarah.
Pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran sejarah dapat dilaksanakan dengan widya wisata dengan obyek yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar yang berhubungan dengan materi pelajaran. Widya wisata (Field Study) ialah suatu perjalanan yang disusun oleh sekolah dan dikerjakan untuk tujuan pendidikan, dimana para peserta didik pergi ke tempat-tempat dimana bahan yang dikehendaki memungkinkan diselidiki dan dipelajari langsung ditempat atau lapangan. Metode widya wisata merupakan suatu penyajian bahan pelajaran dengan membawa peserta
19
didik langsung kepada subyek yang akan dipelajari diluar kelas. Widya
Wisata membuat suasana belajar benar-benar bersifat informatif, rekreatif, dan bahkan tidak dirasakan secara langsung sebagai kegiatan belajar mengajar oleh peserta didik (Soewarso, 2000: 68).
Fungsi hubungan sumber sangat penting. Widya wisata biasanya dibuat mengarah pada tujuan yang menarik pada beberapa tempat seperti museum, badan pemerintahan, tempat-tempat sejarah dan sebagainya.
Metode widya wisata sangat baik untuk menyampaikan pengajaran sejarah yang materinya terdapat dilapangan (Soewarso, 2000: 68-69).
Tujuan penggunaan widya wisata adalah sebagai berikut: a. Merangsang peserta didik untuk mencari dan menemukan sendiri
aspek-aspek tertentu dari obyek sejarah, sesudah guru menjelaskan
secara detail b. Melengkapi pengetahuan yang diperoleh di sekolah c. Melihat, mengamati, menghayati secara langsung dan nyata mengenai
objek sejarah d. Menanamkan nilai moral pada peserta didik.
Prosedur penggunaan metode widya wisata secara umum meliputi tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap penyelesaian.
20
1. Tahap persiapan.
Tahap persiapan ini meliputi :
a) Menetapkan tujuan
b) Menetapkan obyek widya wisata
c) Menetapkan lamanya waktu widya wisata
d) Menetapkan jumlah peserta didik yang ikut widya wisata
e) Memperhtungkan, biaya , transportasi akomodasi keamanan dan
sebagainya
f) Mengadakan hubungan dengan sasaran atau survei
g) Memilih cara-cara utnuk meperoleh data selama widya wisata,
misalnya metode ceramah, interview dan selanjutnya menyusun
laporan widya wisata.
h) Pemantapan rencana (Soewarso, 2000: 70).
2. Tahap pelaksanaan dan langkah – langkah yang dilakukan dalam obyek
wisata :
a) Mengadakan pertemuan dengan pimpinan dimana obyek sejarah itu
berada
21
b) Peserta didik secara teratur nelihat mengamati dan menanyakan
tentang obyek yang sedang diteliti
c) Selesai mengadakan pengamatan obyek, pesrta didik dikumpulkan
dan kalau mungkin diadakan tanya jawab atau diskusi dengan
pimpinan atau petugas obyek setempat (Soewarso, 2000: 70).
3. Tahap penyelesaian, meliputi:
a) Peserta didik meyelesaiakan laporan dan menyerahkan kepada guru
b) Guru memberikan keterangan terhdap obyek widya wisata yang
dihubungkan dengan materi pelajaran (Soewarso, 2000: 70-71).
Apabila Museum Diponegoro telah dipilih sebagai sumber pembelajaran yang dianggap cukup efektif, maka tahapan selanjutnya adalah merencanakan secara teknis. Sebelum merencanakan terlebih dahulu dijawab permasalahan seperti di mana akan dilakukan observasi, kapan pelaksanaan observasi, bagaimana mengatur keberangkatan dan pelaksanaan observasi, berapa anggaran yang dibutuhkan, masalah transportasi dan lain sebagainya.
Perencanaan observasi terhadap museum Diponegoro ini meliputi beberapa tahapan yaitu (1) merumuskan tujuan instruksional secara jelas,
(2) menghubungi pihak museum tentang pelaksanaan kegiatan, (3) mempersiapkan instrumen observasi bagi siswa, (4) membagi siswa menjadi beberapa kelompok, masing-masing dengan permasalahan
22
tersendiri, (5) memberikan pembekalan terhadap siswa sebelum
pelaksanaan observasi.
2. Sumber Belajar Sejarah
Belajar mengajar sebagai suatu proses merupakan suatu sistem
yang tidak lepas dari komponen-komponen lain yang saling berinteraksi di
dalamnya. Salah satu komponen dalam proses belajar mengajar adalah
sumber belajar. Sumber belajar adalah segala daya yang dapat
dimanfaatkan guna memberi kemudahan kepada seseorang dalam belajar.
Dalam pengembangan sumber belajar itu terdiri dari dua macam, yaitu: 1)
sumber belajar yang dirancang atau secara sengaja dibuat atau
dipergunakan untuk membantu belajar mengajar atau learning resources by
design. Misalnya buku, brosur, ensiklopedi, film, video, tape, slide, film
strips, OHP. Semua perangkat keras ini memang sengaja dirancang guna
kepentingan kegiatan pengajaran; 2) sumber belajar yang dimanfaatkan
guna memberi kemudahan kepada seseorang dalam belajar berupa segala
macam sumber belajar yang ada di sekeliling kita. Sumber belajar ini
disebut learning resources by utilization. Misalnya pasar, toko, monumen,
museum, tokoh masyarakat dan sebagainya yang ada di lingkungan sekitar
taman, gedung lembaga negara dan lain-lain (Sudjana dan Ahmad, 1989:
76-77).
23
Kegiatan belajar mengajar yang baik dan ideal adalah apabila dalam kegiatan belajar mengajar tersebut memanfaatkan sumber belajar. Dalam pembelajaran sejarah, sumber belajar memiliki peran yang amat penting.
Sumber belajar memiliki cakupan yang amat luas dalam bentuk benda- benda, orang atau lingkungan.
Dalam pembelajaran di sekolah, untuk memperoleh yang optimal dituntut tidak hanya mengandalkan terhadap apa yang ada di kelas, tetapi harus mampu dan mau menelusuri aneka ragam sumber belajar yang diperlukan. Guru dituntut tidak hanya mendayagunakan sumber-sumber belajar yang ada di sekolah, tetapi dituntut untuk mempelajari berbagai sumber belajar, seperti surat kabar, majalah, monumen, museum dan internet. Hal ini penting, agar apa yang dipelajari sesuai dengan kondisi dan perkembangan masyarakat, sehingga tidak terjadi kesenjangan dalam pola pikir peserta didik. Sumber belajar dapat dirumuskan sebagai segala sesuatu yang dapat memberikan kemudahan belajar, sehingga diperoleh sejumlah informasi, pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang diperlukan (Mulyasa, 2009: 177).
AECT (Association For Educational Communication Technologi) mendefinisikan sumber belajar adalah semua sumber baik yang berupa data, orang, dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh siswa dalam belajar baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajar (Sudjarwo, 1989: 141-
24
142). Sumber belajar yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran berdasarkan AECT dapat dikelompokan sebagai berikut: a. Pesan (message) adalah informasi yang ditransmisikan atau diteruskan
oleh komponen lainndalam bentuk ide, ajaran, fakta, makna, nilai dan
data. b. Orang (people), yaitu manusia yang berperan sebagai pencari,
penyimpan, pengolah dan penyaji pesan. Contoh: guru, dosen, guru
pembimbing, guru pembina, tutor, siswa, pemain, pembidara, instruktur
dan penatar. c. Bahan (material), yaitu sesuatu tertentu yang mengandung pesan atau
ajaran untuk disajikan dengan menggunakan alat atau bahan itu sendiri
tanpa alat penunjang apapun. Bahan ini sering disebut sebagai media
atau software, atau perangkat lunak. Contoh: buku, modul, majalah,
film, film strip dan sebagainya. d. Alat adalah sesuatu perangkat yang digunakan untuk menyampaikan
pesan yang tersimpan dalam bahan dan memainkan sumber-sumber
lain. Misalnya proyektor film, proyektor slide, monitor komputer dan
lain-lain. e. Teknik, yaitu sumber belajar yang merupakan kombinasi antara suatu
teknik dengan sumber lain untuk memudahkan belajar contoh: belajar
secara mandiri, simulasi, ceramah, diskusi, pemecahan masalah, tanya
jawab dan sebagainya.
25
f. Lingkungan, yaitu situasi disekitar proses belajar mengajar terjadi.
Latar ini dibedakan menjadi dua macam yaitu lingkungan berbentuk
fisik dan non fisik, yaitu: 1) Lingkungan Fisik, misalnya gedung,
sekolah, rumah, perpustakaan, laboratorium, ruang rapat, museum,
taman dan sebagainya; 2) Lingkungan non fisik, misalnya tatanan ruang
belajar, sistem ventilasi, tingkat kegaduhan lingkungan belajar, cuaca
dan sebagainya (Sudjarwo, 1989: 141-142).
Jadi yang dimaksud dengan sumber belajar adalah segala sesuatu yang berwujud benda, data, orang atau lingkungan, baik yang secara sengaja dirancang maupun sudah tersedia di sekitar lingkungan kita dengan maksud memberikan kemudahan kepada peserta didik dalam memperoleh sejumlah informasi, pengetahuan, pengalaman dan keterampilan dalam mencapai tujuan belajar.
Sumber belajar dari segi tipe atau asal usulnya dapat dibedakan menjadi 2 kategori :
1) Sumber belajar yang dirancang (Learning resources by design), yaitu
sumber belajar yang memang sengaja dibuat untuk tujuan instruksional.
Sumber belajar jenis ini sering disebut sebagai bahan instruksional.
Contoh dari sumber belajar yang dirancang ini adalah bahan pengajaran
terprogram, modul, transparansi untuk sajian tertentu, slide untuk sajian
tertentu, guru bidang studi, film topik ajaran tertentu, video topik
khusus, komputer instruksional, dan sebagainya. Sumber belajar ini
26
meliputi : a). Media Visual Grafis adalah media pembelajaran yang
berisikan ilmu pengetahuan melalui proyeksi seperti peta bagan, model,
gambar diam (foto, lukisan, gambar) dan sebagainya, b). Media Visual
Cetak adalah media pengajaran berupa buku-buku paket pelajaran
sejarah, ensiklopedi, biografi, buletin, koran dan media cetak lainnya,
c). Media papan yang menyangkut penggunaan papan tulis, papan
panel, papan informasi seperti papan oameran dan sebagainya, d).
Media Audio yang berisi pengajaran sejarah yang menyampaikan
pesanya bersifat auditif atau dapat didengar seperti rekaman audio (tape
recorder), radio dan sebagainya, e). Media Audio Visual adalah yang
mampu menyampaikan informasi pengajaran sejarah dengan suara dari
gambar seperti film proyektor, TV, video kaset dan sebagainya
(Sudjarwo, 1989: 142-143).
2) Sumber belajar yang mudah tersedia di sekiling manusia (Learning
resources by utilization), sehingga tinggal memanfaatkan, yaitu sumber
belajar yang telah ada untuk maksud non instruksional, tetapi dapat
dimanfaatkan sebagai sumber belajar yang kualitasnya setingkat dengan
sumber belajar yang dirancang. Contohnya adalah taman nasional,
museum bahari, museum wayang, museum satria mandala, kebun
binatang, buku biografi Sukarno, biografi Suharto, dan sebagainya,
sumber belajar ini meliputi: a). Monumen didirikan untuk menandai
dan mengenang suatu peristiwa bersejarah pada suatu tempat, b).
Perpustakaan adalah tempat penyimpanan koleksi bahan pustaka yang
27
diproses secara sistematis agar mudah dan cepat untuk melayani
kebutuhan kebutuhan pemakai jasa perpustakaan, c). Sumber manusia
adalah pelaku sejarah atau pejuang maupun sejarawan serta seorang
guru sejarah merupakan bagian dari sumber belajar di sekolah, d). Situs
Sejarah merupakan peninggalan sejarah seperti candi, masjid, kraton,
makam tokoh sejarah merupakan sumber sejarah, e). Museum
merupakan tempat menyimpan benda-benda peninggalan sejarah.
Benda tersebut ada yang asli dan tiruan. Benda-benda sejarah misalnya
miniatur suatu bangunan, fosil manusia, mata uang, dokumen, diorama,
hasil budaya seperti kapak, alat angkutan, alat-alat rumah tangga dan
sebagainya, f). Masyarakat sebagai sumber belajar sejarah tersimpan
pesan-pesan sejarah yang berupa legenda, cerita rakyat, kisah-kisah
kepahlawanan maupun pesan-pesan kebudayaan lainnya (Sudjarwo,
1989: 142-143).
Kegiatan belajar mengajar dengan memanfaatkan sumber belajar sejarah dengan baik akan memudahkan siswa menangkap cerita sejarah secara benar dan bagi guru secara tidak langsung terbantu tugasnya dan akan menciptakan kegiatan belajar mengajar secara efektif. Manfaat penggunaan sumber belajar secara efektif bagi guru akan membiasakan untuk menguasai materi yang tersimpan dalam belajar dengan baik sehingga sebelum kegiatan belajar mengajar guru akan menyiapkan dengan sebaik-baiknya.
28
Adapun prinsip-prinsip mengenai pemanfaatan sumber belajar
menurut Sudjarwo (1989: 159-161) adalah sebagai berikut: a. Mengacu pada tujuan instruksional
Pemilihan dan pemanfaatan sumber belajar apapun harus
berdasarkan tujuan instruksional. Dengan demikian guru tidak boleh
begitu saja menggunakan sumber belajar yang ada tanpa memikirkan
kesesuaian dengan tujuan instruksional. Kalau prinsip itu diabaikan maka
sudah dapat diduga proses belajar mengajar pasti tidak akan mencapai
yang ditargetkan dan peserta didik yang belajar akan menjadi kelinci
percobaan. b. Berorientasi pada peserta didik
Ciri pendidikan ayang efektif adalah pendidikan yag berorientasi
pada peserta didik dan disajikan melalui sumber belajar dan teknik yang
menantang, merangsang dan diselenggarakan dengan penuh kasih
sayang.
c. Proses pemanfaatannya berjenjang
Biasanya dalam mendesain dan membuat sumber belajar sudah
disesuaikan dengan jenjang belajar masing-masing bidang studi dan
subsidi, serta dimulai dari yang mudah dan konkrit ke abstrak dan sulit.
Sumber belajar harus terkombinasi dan menyatu dengan proses belajar
mengajar.
29
d. Makin banyak sumber belajar yang dimanfaatkan makin lengkap dan
makin sesuai dengan masing-masing komponen sistem instruksional,
dan makin menyatu dengan komponen-komponen tersebut, maka hasil
belajar yang diperoleh makin baik.
Obyek berbagai peninggalan sejarah seperti mata uang kuno, alat sejarah, alat rumah tangga, museum, monumen, relief dan sebagainya, merupakan benda hasil kebudayaan masa lampau, akan sangat menarik jika guru menunjukan dalam pelajaran di kelas. Begitu juga dengan model peninggalan sejarah yang tidak dapat dibawa ke dalam kelas sehingga tugas guru adalah membawa siswa ke museum atau tempat-tempat sejarah.
Sumber belajar dalam pembelajaran sejarah yang terpenting adalah: a) peninggalan sejarah seperti jejak tertulis (dokumen), jejak benda dan jejak tulisan. Jejak benda seperti candi, monumen, museum. Jejak lisan seperti pelaku sejarah, tokoh pejuang; b) model seperti model tiruan, diorama, miniatur; c) Bagan seperti silsilah; d) peta seperti atlas, peta dinding, peta lukisan, peta sketsa; e) Media modern seperti overhead proyektor, TV,
Video, dan sebagainya.
Museum dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar dalam pembelajaran sejarah. Dalam penelitian ini sumber belajar yang dimanfaatkan dalam pembelajaran sejarah adalah Museum Diponegoro di
Kota Magelang. Museum Diponegoro terletak Karesidenan Magelang, di jalan Pangeran Diponegoro No. 1 Magelang.
30
3. Pembelajaran Sejarah
a. Pengertian Belajar dan pembelajaran
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur
yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan
jenjang pendidikan. Berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan
pendidikan itu tergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik
ketika disekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri
(Syah, 2003: 63).
Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya
perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari belajar
ditunjukan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan,
pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan,
kebiasaan, serta aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interkasi
dengan lingkungannya (Slameto, 2010: 2). Belajar merupakan suatu
proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.
Perubahan sebagai hasil dari belajar ditunjukan dalam berbagai bentuk
seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku,
keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta aspek-aspek lain yang ada
pada individu yang belajar.
31
Belajar bukan menghafal dan bukan pula mengingat. Belajar adalah proses yang ditandai dengan adannya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya dan aspek lainnya yang ada pada individu (Sudjana, 2009: 28).
Belajar tidak dapat dipisahkan dari perkembangan hidup manusia dan merupakan proses penting bagi perubahan manusia dan mencakup segala yang dipikirkan dan dikerjakan. Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian dan bahkan persepsi manusia. Oleh karena itu dengan menguasai prinsip-prinsip dasar tentang belajar, seseorang mampu memahami aktivitas belajar itu memegang peranan penting dalam proses psikologis (Anni, 2007:2).
Menurut Shephert dan Ragan (dalam Anni, 2007: 4) pengertian belajar adalah berbeda dengan pengertian pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan (growth) merupakan karakteristik individu yang diperoleh dari kehidupan. Pada umumnya, istilah pertumbuhan digunakan untuk menunjukan pertambahan jumlah sesuatu, seperti berat, tinggi dan sejenisnya. Belajar (learning) mengacu pada perubahan perilaku yang terjadi sebagai akibat dari interaksi antara individu dengan lingkungannya. Apa yang dipelajari seseorang
32
dapat diuraikan dan disimpulkan dari pola-pola perubahan perilakunya.
Perkembangan (development) mengacu pada perubahan yang dihasilkan dari kombinasi pengaruh pertumbuhan dan belajar.
Belajar juga dapat diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku dari tidak tahu dan belajar merupakan proses pengembangan pengetahuan. Sebagai upaya perubahan, kegiatan belajar itu sendiri harus dirancang sedemikian rupa sehingga seluruh siswa menjadi aktif, dapat merangsang daya cipta, rasa dan karsa.
Berdasarkan dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian belajar merupakan suatu proses aktifitas yang dilakukan oleh manusia atau individu untuk memperoleh perubahan kearah yang lebih baik dan bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain sebagai hasil dari pengalaman dan latihan individu itu sendiri.
Kegiatan belajar diaplikasikan dalam proses pembelajaran, yaitu proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Isjoni (2007: 11-12) pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran merupakan interaksi terus menerus yang dilakukan individu dengan lingkungan, dimana lingkungan tersebut mengalami perubahan. Dengan
33
adanya interaksi dengan lingkungan, maka fungsi intelektual semakin
berkembang.
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah suatu kegiatan belajar dan mengajar yang
dilakukan guru untuk membelajarkan siswa secara aktif yang
menekankan pada penyediaan sumber belajar. Siswa ikut aktif dalam
pembelajaran, sehingga proses belajar mengajar tidak terkesan
membosankan. Pembelajaran merupakan bagian yang memiliki peran
untuk mewujudkan kualitas baik proses maupun lulusan. Pendidikan
sangat tergantung pada kemampuan guru dalam melaksanakan dan
mengemas suatu proses pembelajaran. Pembelajaran harus diadakan
sebaik mungkin dengan menggunakan model dan metode yang inovatif
agar pembelajaran mendapatkan hasil yang maksimal. b. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
Faktor-faktor yang memberikan kontribusi terhadap proses dan
hasil belajar adalah kondisi internal dan eksternal peserta didik.
Kondisi internal mencakup kondisi fisik, seperti kesehatan organ tubuh;
kondisi psikis, seperti kemampuan intelektual, emosional; dan kondisi
sosial seperti kemampuan bersosialisasi dengan lingkungan. Sama
kompleksnya pada kondisi internal adalah kondisi eksternal yang ada di
lingkungan peserta didik. Faktor eksternal berupa variasi dan tingkat
kesulitan materi belajar (stimulus) yang dipelajari (direspon), tempat
34
belajar, iklim, suasana lingkungan, dan budaya masyarakat akan mempengaruhi kesiapan, proses dan hasil belajar (Rifa‟i dan Catharina
T Anni, 2009: 97).
Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: 1) faktor internal atau faktor dari dalam diri siswa, yaitu kondisi jasmani dan rohani siswa; 2) faktor Eksternal atau faktor dari luar siswa, yaitu kondisi lingkungan di sekitar siswa; 3) faktor pendekatan belajar (approach to learning), yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran (Syah, 2003: 144).
Faktor internal meliputi dua aspek yaitu fisik (bersifat jasmaniah) dan aspek psikologis (bersifat rohaniah). Pada aspek fisik keadaan jasmani pada umumnya sangat mempengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberi pengaruh positif terhadap kegiatan belajar siswa. Kondisi organ-organ siswa, seperti tingkat kesehatan indera pendengar dan penglihat juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan.
Aspek psikologis yang mempengaruhi belajar siswa antara lain adalah sebagai berikut: 1) tingkat kecerdasan atau intelegensi siswa.
Menurut Reber seperti yang dikutip Syah (2003: 147), kecerdasan atau
35
intelegensi diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Intelegensi mempunyai pengaruh yang besar terhadap kemajuan belajar. Semakin tinggi intelegensi seseoarang, maka semakin besar peluang individu tersebut untuk meraih sukses dalam belajar; 2) motivasi siswa, merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasi bisa timbul dari dalam diri siswa sendiri dan dari luar diri siswa; 3) minat siswa, menurut Reber adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu; 4) sikap siswa yaitu gejala internal yang berdimensi efektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara relatif tetap terhadap objek orang, barang, peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif; 5) bakat siswa, yaitu kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Syah, 2003: 146-
151).
Faktor eksternal siswa terdiri dari dua macam yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial (Syah, 2003: 152-
154). Faktor lingkungan sosial sekolah adalah semua orang atau manusia lain yang mempengaruhi terhadap proses belajar. Faktor lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi, dan teman teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Selanjutnya yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah
36
masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan siswa disekitar
tempat tinggal siswa tersebut. Faktor lingkungan non sosial ialah
gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan
letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang
digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat
keberhasilan belajar siswa. c. Pembelajaran Sejarah
Pelajaran sejarah penting artinya bagi kehidupan manusia
terutama peserta didik yaitu sebagai tambahan pengalaman, upaya
untuk menjaga peninggalan masa lampau agar manusia dapat bertindak
lebih bijaksana (Soewarso, 2000: 27). Sebagai suatu mata pelajaran di
sekolah, sejarah merupakan yang tertua dibandingkan dengan disiplin
ilmu sosial yang lainnya. Sebagai suatu disiplin ilmu (science), sejarah
mengandung berbagai pelajaran penting bagi generasi kini dan generasi
selanjutnya (Isjoni, 2007: 21-24).
Menurut Meulen (dalam Isjoni, 2007: 40) pembelajaran sejarah
di sekolah bertujuan untuk membangun kepribadian dan sikap mental
anak anak didik, membangkitkan keinsyafan akan suatu dimensi
fundamental dalam eksistensi umat manusia (kontinuitas gerakan dan
peralihan terus menerus dari yang lalu ke arah masa depan),
mengantarkan manusia ke kejujuran dan kebijaksanaan pada anak didik
, dan menanamkan cinta bangsa dan sikap kemanusiaan. Arti terpenting
37
pelajaran sejarah adalah dapat memecahkan masalah masa kini dengan menggunakan masa lampau.
Pembelajaran sejarah berfungsi untuk menyadarkan siswa akan adanya proses perubahan dan perkembangan masyarakat dalam dimensi waktu dan untuk membangun perspektif serta kesadaran sejarah dalam menemukan, memahami, dan menjelaskan jati diri bangsa di masa lalu, masa kini, dan masa depan.
Melalui pengajaran sejarah siswa mampu mengembangkan kompetensi untuk berpikir secara kronologis dan memiliki pengetahuan tentang masa lampau yang dapat digunakan untuk memahami dan menjelaskan proses perkembangan dan perubahan masyarakat serta keragaman sosial budaya dalam rangka menemukan dan menumbuhkan jati diri bangsa di tengah-tengah kehidupan masyarakat dunia.
Pengajaran sejarah juga bertujuan agar siswa menyadari adanya keragaman pengalaman hidup pada masing-masing masyarakat dan adanya cara pandang yang berbeda terhadap masa lampau untuk memahami masa kini dan membangun pengetahuan serta pemahaman untuk menghadapi masa yang akan datang (Depdiknas (2003) dalam
Isjoni, 2007: 72-73).
Pembelajaran sejarah memiliki nilai praktis dan pragmatis, untuk itu pembelajaran sejarah juga menekankan keterkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa, pemahaman dan kesadaran akan
38
karakteristik cerita sejarah yang tak pernah final, dan perluasan tema sejarah politik dengan tema sejarah sosial, budaya, ekonomi dan teknologi. Dalam pembelajaran sejarah, siswa diajak memahami makna perkembangan suatu masyarakat, baik secara global maupun di lingkungan sekitarnya serta proses penjatidirian (Isjoni, 2007: 42).
Pembelajaran sejarah adalah kegiatan belajar mengajar yang membawa informasi serangkaian perkembangan peristiwa yang mempengaruhi kehidupan manusia yang terjadi di masa lampau ke dalam kelas untuk di informasikan ke siswa. Agar pembelajaran sejarah dapat berhasil, maka harus dapat melibatkan peserta didik untuk aktif dengan mempunyai niat baca yang tinggi terhadap pelajaran sejarah.
Keterlibatan peserta didik secara aktif dan timbulnya minat dalam membaca merupakan kecenderungan baru dalam proses belajar mengajar di sekolah. Apabila kecenderungan ini dapat dilaksanakan dalam proses belajar mengajar sejarah, maka peserta didik akan mampu memahami hakekat belajar sejarah. Sehingga diharapkan akan mampu menanamkan kesadaran sejarah pada diri pesrta didik dan muncul kesadaran untuk belajar sejarah.
Tujuan pembelajaran di sekolah agar peserta didik memperoleh kemampuan berpikir historis dalam pemahaman sejarah. Melalui pembelajaran sejarah peserta didik mampu mengembangkan kompetensi untuk berpikir kronologis dan memiliki pengetahuan tentang masa lampau yang dapat digunakan untuk menjelaskan proses
39
perkembangan dan perubahan masyarakat serta keseragaman sosial
budaya dalam rangka menemukan dan menumbuhkan jati diri bangsa
ditengah-tengah kehidupan masyarakat.
Tujuan proses pembelajaran adalah membantu para para peserta
didik agar memperoleh berbagai pengalaman dan dengan pengalaman
itu tingkah laku peserta didik dapat bertambah. Untuk itulah peran guru
dalam pembelajaran sejarah sangat penting terutama dalam
menggunakan motode pembelajaran yang bervariasi, sehingga peserta
didik dapat tertarik dan termotivasi dengan mata pelajaran sejarah dan
hasil belajar peserta didik dapat dicapai secara maksimal. Selain itu,
dengan mempelajari sejarah akan memperkaya pengetahuan masa
lampau untuk dijadikan pengalaman masa sekarang.
4. Meteri Bentuk-bentuk Perlawanan Rakyat Indonesia Dalam
Menentang Kolonialisme Bangsa Barat Periode Sesudah Tahun 1800
Pengaruh kebijakan kolonial secara politik tampak dari reaksi
masyarakat Indonesia dalam bentuk perang-perang besar. Perang itu
meletus di berbagai wilayah Indonesia. Perlawanan rakyat Indonesia
menentang kolonialisme bangsa barat periode sesudah tahun 1800
merupakan materi pembelajaran sejarah SMP kelas VIII, pada standar
kompetensi memahami proses kebangkitan nasional, kompetensi dasar
menjelaskan proses perkembangan kolonialisme barat serta pengaruh yang
40
ditimbulkannya di berbagai daerah. Perlawanan rakyat Indonesia menentang kolonialisme bangsa Barat periode sesudah tahun 1800 merupakan perlawanan rakyat Indonesia melawan kolonialisme Belanda.
Bentuk perlawanan rakyat Indonesia di berbagai daerah melawan kolonialisme Belanda pada periode sesudah tahun 1800 masih bersifat kedaerahan dan tradisional. Ricklefs (1991: 177-221) menjelaskan bahwa perlawanan-perlawanan besar oleh rakyat Indonesia terhadap Belanda pada periode sesudah tahun 1800 antara lain perlawanan Saparua di
Maluku tahun 1817, Perang Paderi pada tahun 1821 sampai 1837 di daerah
Minangkabau yaitu di pesisir barat Sumatera, Perang Jawa pada tahun
1825 sampai 1830, Perang Aceh pada tahun 1873 sampai 1904, Perang
Banjarmasin pada tahun 1859 sampai 1863, dan Perang Jagaraga di pulau
Bali pada tahun 1846 sampai 1906.
Matroji (2006: 44-51), dalam buku sumber pelajaran sejarah SMP kelas VIII berdasarkan standar isi 2006 menjelaskan mengenai materi perlawanan rakyat Indonesia menentang kolonialisme bangsa Barat periode sesudah tahun 1800, yang tercantum dalam silabus mata pelajaran sejarah pada standar kompetensi “memahami proses kebangkitan nasional” dan kompetensi dasar “menjelaskan proses perkembangan kolonialisme dan imperialisme barat, serta pengaruh yang ditimbulkannya di berbagai daerah”. Pada periode sesudah tahun 1800 adalah perlawanan rakyat Indonesia di berbagai daerah dalam melawan kolonialisme bangsa
Belanda.
41
Pembelajaran sejarah pada siswa kelas VIII SMP pada Materi bentuk-bentuk perlawanan rakyat Indonesia menentang kolonialisme bangsa Barat periode sesudah tahun 1800 salah satu perlawanan yang akan disampaikan adalah Perlawanan Diponegoro (1825-1830). Materi pelajaran akan lebih menarik dan efektif dengan menggunakan metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning, yaitu dengan pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar sejarah. Koleksi dan peninggalan sejarah yang ada di Museum Diponegoro yang terdapat di jalan Pangeran Diponegoro No. 1 di Karesidenan Kota Magelang, merupakan sumber bukti nyata dalam materi perlawanan Pangeran
Diponegoro dan rakyat Jawa dalam menentang kolonialisme Belanda pada tahun 1825 sampai 1830.
Perang Diponegoro (1825-1830) disebut juga Perang Jawa karena perang tersebut melibatkan seluruh Jawa Tengah dan Jawa Timur yang terpusat di Yogyakarta (Ricklefs, 1991: 178). Pada tanggal 28 Maret 1830,
Diponegoro bersedia berunding dengan Belanda di kediaman Residen
Kedu, di Magelang. Setelah perundingan tidak menghasilkan kesepakatan,
Diponegoro disergap dan dikepung oleh pasukan Belanda. Peristiwa penangkapan Pangeran Diponegoro menandai berakhirnya perlawanan terbesar rakyat Jawa yang menewaskan 7000 serdadu berkebangsan Eropa dan 8000 serdadu berkebangsaan Indonesia. Sedikitnya 200.000 orang
Jawa telah tewas dalam perang yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro melawan kolonialisme Belanda. Pangeran Diponegoro kemudian ditahan
42
dan diasingkan ke Manado kemudian Makassar, dan di Kota Makassar
Diponegoro Wafat (Ricklefs, 1991: 180).
5. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh
pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar (Anni, 2007:4). Perolehan
aspek-aspek perubahan tingkah laku tersebut tergantung pada apa yang
dipelajari oleh pembelajar. Apabila pembelajar mempelajari pengetahuan
tentang suatu konsep maka perubahan yang diperoleh berupa penguasaan
konsep tersebut.
Hasil belajar tidak terlepas dari tujuan belajar, tujuan belajar yang
ditetapkan dapat mengurangi masalah belajar, dan belajar akan lebih
relevan jika siswa dapat memanfaatkan waktu sebaik mungkin dalam
mempelajari isi pelajaran serta dapat mengetahui seberapa kemajuan hasil
belajar yang telah dicapai. Hasil belajar diperoleh setelah seseorang
melakukan aktivitas, misalnya aktivitas belajar, atau bisa juga berarti hasil
yang dicapai siswa dalam menguasai materi pelajaran yang telah diberikan
guru di sekolah yang ditujukan dengan perubahan pengetahuan,
keteranpilan dan sikap. Penilaian hasil belajar yang dilakukan guru setelah
pelajaran memberikan keterangan tentang hasil belajar siswa.
Anni (2007: 5) menyatakan hasil belajar siswa ada tiga macam
ranah yang merupakan penggolongan hasil belajar yang perlu diperhatikan
43
dalam setiap proses belajar, yaitu: 1) Ranah kognitif, mencakup hasil belajar yang berhubungan dengan ingatan, pengetahuan, dan kemampuan intelektual; 2) Ranah afektif, mencakup hasil belajar yang berhubungan dengan sikap, nilai-nilai, perasaan dan minat; 3) Ranah psikomotorik, mencakup hasil belajar yang berhubungan dengan keterampilan fisik atau gerak yang ditunjang oleh pengetahuan psikis.
Pengertian hasil belajar berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa merupakan pencapaian tujuan belajar. Hasil belajar diperoleh melalui proses kegiatan belajar dan latihan- latihan yang disadari atau disengaja. Hasil belajar berfungsi positif bagi perkembangan siswa, hasil belajar tersebut juga berguna untuk perkembangan tingkah laku yang lainnya.
Penilaian hasil belajar bertujuan untuk mengetahui sejauh mana proses belajar dan pembelajaran telah berjalan efektif. Untuk mengetahui hasil belajar peserta didik secara menyeluruh, yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik maka perlu disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan (Dewanto, 2009: 7). Penilaian hasil belajar dilakukan setiap kegiatan pembelajaran selesai dilaksanakan. Sebagai contoh, untuk mengetahui hasil belajar peserta didik dapat disajikan pada sebagai berikut:
44
Tabel 1: kegiatan Guru dan Siswa (Sumber : Dewanto, 2009: 9)
No. Guru Siswa
1 Memberikan pre-tes Mengerjakan soal pre-tes
2 Menjelaskan materi tentang Mendengarkan penjelasan
konsep dasar evaluasi dengan menyimak buku ajar
pembelajaran
3 Memberikan kesempatan peserta Menanyalan materi atau hal-hal
didik untuk bertanya yang terkait dengan materi
4 Membagikan lembar tugas untuk Mengerjakan latihan pada
latihan lembar latihan
5 Membagikan soal pos-tes Menjawab pertanyaan pos-tes
Dilihat dari segi guru, penilaian hasil belajar akan memberikan gambaran mengenai keefektifan dari pembelajaran yang telah dilakukannya, apakah model dan pendekatan yang telah digunakan mampu membantu siswa dalam mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan. Tes hasil belajar yang dilakukan kepada siswa akan memberikan suatu informasi sampai dimana penguasaan yang telah dicapai oleh siswa setelah mengalami proses pembelajaran.
45
B. Kerangka Berpikir
Pemanfaatan sumber belajar sejarah merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kegiatan belajar peserta didik. Sumber belajar adalah segala
sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat dimana bahan pengajaran
terdapat untuk belajar seseorang. Sumber belajar yang dimanfaatkan ini
tentunya harus sesuai dengan materi pelajaran yang dipelajari oleh peserta
didik sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Sumber belajar yang dapat
dimanfaatkan peserta didik dalam pembelajaran meliputi: pesan, manusia,
bahan pengajaran, alat dan perlengkapan, teknik dan aktivitas, lingkungan.
Penggunaan museum sebagai sumber belajar, dalam penelitian ini
adalah Museum Diponegoro, merupakan salah satu cara efektif dalam
mewujudkan tujuan pembelajaran sejarah. Hal ini dikarenakan di dalam
museum terdapat berbagai macam media yang memberikan informasi konkret
kepada pelajar tentang peristiwa masa lampau. Museum dapat memberikan
pengalaman yang lebih nyata dalam pembelajaran bagi siswa dari pada proses
pembelajaran yang menggunakan buku teks. Dengan demikian museum
sebagai media pembelajaran sejarah berfungsi untuk mewujudkan visualisasi,
interpretasi dan generalisasi pelajar.
Penggunaan museum dalam pembejaran sejarah maka akan
berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa dan hasil belajar siswa.
Pemanfaatan museum Diponegoro sebagai sumber belajar merupakan
pemanfaatan sumber belajar yang berada di sekitar lingkungan siswa.
46
Pemanfaatan sumber belajar seperti Museum yang sesuai dengan materi
pelajaran akan dapat mempengaruhi hasil belajar siswa dalam proses
pembelajaran. Dari uraian diatas dapat digambarkan kerangka berpikir sebagai
berikut:
Proses Belajar Mengajar
Guru Sejarah Sumber Belajar Siswa Hasil Belajar
Mengajar
Pemanfaatan Museum Diponegoro
Gambar 1. Kerangka Berpikir
C. Hipotesis
Sesuai dengan penejelasan dalam landasan teori dan kerangka berpikir
maka penulis menyimpulkan :
Ha (Hipotesis Alternatif)
Pembelajaran Sejarah dengan kunjungan ke Museum Diponegoro
pada kelompok eksperimen lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar
siswa dibandingkan pembelajaran sejarah tanpa kunjungan ke Museum
Diponegoro pada kelompok kontrol siswa kelas VIII SMP Negeri 3
Magelang tahun pelajaran 2010/2011.
47
Ho (Hipotesis Nol)
Pembelajaran Sejarah dengan kunjungan ke Museum Diponegoro pada kelompok eksperimen tidak lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan pembelajaran Sejarah tanpa kunjungan ke
Museum Diponegoro pada kelompok kontrol siswa kelas VIII SMP negeri
3 Magelang tahun pelajaran 2010/2011.
48
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif jenis eksperimen. Sugiyono (2009:72) menyatakan bahwa
penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari
pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang
terkendalikan. Menurut Margono (2009: 110) penelitian eksperimen
merupakan suatu percobaan yang dirancang secara khusus guna
membangkitkan data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian.
Penelitian eksperimen bertujuan untuk meneliti kemungkinan
hubungan sebab-akibat dengan cara memberikan satu atau lebih kondisi
perlakuan kepada satu atau lebih kelompok eksperimental, dan
membandingkan hasilnya terhadap satu atau lebih kelompok kontrol yang
tidak menerima perlakuan. Menurut Singarimbun (1985: 4) penelitian
eksperimen sangat sesuai untuk pengujian hipotesa tertentu dan dimaksudkan
untuk mengetahui apakah variabel eksperimen efektif atau tidak. Penelitian
eksperimen sesuai untuk digunakan dalam penelitian ini karena untuk
mengetahui pengaruh pemanfaatan museum sebagai sumber belajar terhadap
peningkatan hasil belajar sejarah siswa.
48
49
Penelitian ini membagi kelompok menjadi dua, yakni kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Satu kelompok diberi perlakuan khusus tertentu dan satu kelompok lagi dikendalikan pada suatu keadaan yang pengaruhnya dijadikan sebagai pembanding (Margono, 2009: 110). Kelompok eksperimen merupakan kelompok yang mendapat perlakuan, yakni dengan pemanfaatan Museum Diponegoro dalam pembelajaran sejarah. Kelompok kontrol dalam penelitian ini adalah sebagai kelompok pembanding untuk kelompok eksperimen. Kelompok kontrol menggunakan model pembelajaran tanpa kunjungan ke museum atau konvensional dengan ceramah bervariasi.
Perbandingan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan museum sebagai sumber belajar sejarah terhadap hasil belajar siswa.
Penelitian eksperimen ini menggunakan desain Randomized Control
Group Pretes-Postest Design, yaitu terdapat dua kelompok yang dipilih secara random, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (Sugiyono,
2009: 112).
Tabel 2. Desain Penelitian Eksperimen
Kelompok Pre Tes Treatment Post Tes
Eksperimental T1 X T2
Kontrol T1 _ T2
50
Keterangan :
T1 : Pre Tes kedua Kelompok
T2 : Post Tes Kedua kelompok
X : Treatment atau perlakuan dengan kunjungan ke Museum Diponegoro
sebagai sumber belajar sejarah.
Dalam penelitian ini terdapat 2 kelompok yang akan diteliti, yaitu
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Prosedur penelitian ini
meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mengambil 3 kelas penelitian, yaitu 2 kelas inti sebagai kelas kontrol dan
kelas eksperimen, sedangkan 1 kelas sebagai kelas uji coba instrumen.
2. Menyusun instrumen penelitian yang meliputi Perangkat Pembelajaran,
lembar kerja siswa, lembar observasi, soal Pre-Test dan soal Post-Test.
3. Melakukan uji coba perangkat test, serta menghitung validitas dan
reliabilitas.
4. Memberikan pre-test pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
5. Memberikan perlakuan sebanding, pada kelompok eksperimen
pembelajaran dilakukan dengan kunjungan Museum Diponegoro.
6. Memberikan Post-tes pada kedua kelompok..
51
7. Hitung perbedaan antara hasil Pretest T1 dan Posttest T2 untuk masing-
masing kelompok.
8. Perbandingan perbedaan-perbedaan tersebut, untuk menentukan apakah
penerapan perlakuan X itu berkaitan dengan perubahan yang lebih besar
pada kelompok eksperimental.
9. Kenakan Uji-t untuk menentukan apakah perbedaan dalam hasil tes itu
signifikan.
B. Variabel Penelitian
Variabel merupakan objek peneliti atau yang menjadi titik perhatian
dalam suatu penelitian. Variabel adalah konsep yang mempunyai variasi nilai.
Variabel juga dapat diartikan sebagai pengelompokan yang logis dari dua
atribut atau lebih (Margono, 2005: 133).
Dalam penelitian eksperimen, ada dua variabel yang menjadi perhatian
utama, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel dalam penelitian ini
adalah :
1. Variabel Independent /Pengaruh/Bebas (X) adalah variabel yang
mempengaruhi variabel lain. Variabel pengaruh atau bebas dalam
penelitian ini adalah pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber
belajar sejarah. Materi pembelajaran yang dijadikan sebagai acuan adalah
52
“bentuk-bentuk perlawanan Rakyat Indonesia menentang kolonialisme
bangsa barat periode sesudah tahun 1800”.
2. Variabel Dependent /terpengaruh /Terikat (Y) adalah variabel yang
dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat atau terpengaruh dalam
penelitian ini adalah hasil belajar siswa yang berupa tes mata pelajaran
sejarah kelas VIII SMP Negeri 3 Magelang tahun pelajaran 2010/2011
yang diperoleh setelah proses pembelajaran.
C. Lokasi Penelitian
Pada observasi awal, ditemukan bahwa aktifitas pembelajaran
sejarah masih terpusat pada guru dengan metode konvensional yaitu
ceramah. Pelaksanaan pembelajaran di kelas pada umumnya adalah proses
transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Siswa jarang mengemukakan
pendapat dan melakukan penalaran terhadap bahan pelajaran, dengan
melihat dokumen hasil belajar siswa dapat diketahui bahwa hasil belajar
siswa belum maksimal.
Sesuai dengan judul yang ditulis dalam rancangan ini maka lokasi
penelitian ini adalah di SMP Negeri 3 Magelang yang terletak di jalan Elo
Jetis No. 33 Kota Magelang. Sekolah ini dipilih berdasarkan observasi
awal dengan guru dan siswa. Pemilihan SMP Negeri 3 Magelang karena
letaknya yang relatif dekat dengan Museum Diponegoro di kota Magelang
sebagai sumber belajar.
53
D. Populasi dan Sampel Penelitian
a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan individu dalam wilayah penelitian
yang menjadi subyek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah
semua siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Magelang tahun pelajaran
2010/2011.
b. Sampel
Di dalam penelitian hampir tidak mungkin peneliti menjangkau
seluruh populasi. Hal ini disebabkan kurangnya waktu, mahalnya biaya,
dan mungkin sifat populasi, padahal biasanya suatu penelitian dibatasi oleh
waktu (Dewanto dan Tasis, 1995: 53). Di dalam penelitian kuantitatif perlu
digunakan sampel yang representatif untuk memperoleh efisiensi kerja.
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi.
Teknik pengambilan sampel yang dipakai adalah teknik Simple
Random Sampling yaitu dari suatu populasi yang terbatas atau dari sub-
populasi secara langsung ditugaskan ke dalam kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol secara random. Populasi dari Simple Random Sampling
ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Magelang tahun
pelajaran 2010/2011. Unit-unit atau sub-sub populasi penelitian ini adalah
kelas VIIIA, VIIIB, VIIIC, VIIID, VIIIE, VIIIF, dan VIIIG. Cara demikian
dilakukan apabila populasi dianggap homogen.
54
Untuk menentukan sampel penelitian ini dari unit-unit dilakukan
dengan cara mengundi 2 unit yang akan dijadikan sebagai sampel dari 7
unit yang ada. Undian tersebut dilaksanakan dalam satu tahap dengan dua
kali pengambilan. Kelas yang keluar pertama sebagai kelompok
eksperimen dan kelas yang keluar berikutnya sebagai kelompok kontrol.
Setelah dilakukan pengambilan sampel random sampling, terpilih kelas
VIII-E untuk kelas eksperimen dan kelas VIII-C untuk kelas kontrol.
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dalam penelitian diperlukan alat yang
dapat dipergunakan untuk mengumpulkan data (Dewanto dan Tarsis, 1995:
5). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Tes
Tes ialah seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan
kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban yang
dapat dijadikan dasar penetapan skor angka (Margono, 2009: 170). Tes
berguna untuk memberikan petunjuk kegagalan dan keberhasilan,
meramal dan menentukan kedudukan siswa dalam kelasnya (Dewanto,
1996: 14). Metode tes merupakan metode pengumpulan data yang
bertujuan untuk mengetahui hasil dari perlakuan. Tes sebagai teknik
pengumpulan data penelitian yang diberikan kepada siswa untuk
55
mendapatkan jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam
bentuk tulisan (tes tertulis), atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan).
Secara umum tes memiliki dua fungsi, yaitu sebagai alat pengukur
prestasi peserta didik dan sebagai alat pengukur keberhasilan proses
pengajaran.
Metode tes ini dipilih karena dianggap sebagai metode yang
paling tepat dalam rangka mencari pemecahan terhadap masalah yang
terdapat dalam penelitian yang menjadi dasar penulisan dalam
penelitian ini. Penyusunan tes dilakukan dengan terlebih dahulu
memperhatikan standar kompetensi, kompetensi dasar, materi, dan
indikator.
Dalam penelitian ini tes yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Pre Tes
Pre tes merupakan tes awal yang dilaksanakan terhadap
masing-masing kelompok sampel penelitian yaitu kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol sebelum diberi perlakuan
(treatmen). Tujuan dilaksanakan pre tes adalah untuk mengetahui
kemampuan awal kedua kelompok dan menyamakan kedudukan
masing-masing kelompok sebelum dilakukan eksperimen.
56
b. Post Tes
Post tes merupakan uji akhir eksperimen atau tes akhir, yaitu
tes yang dilaksnakan setelah perlakuan atau treatmen. Tujuan post
tes adalah untuk mendapatkan data tentang perbedaan hasil belajar
siswa yang diberi perlakuan (treatmen) dengan siswa yang tidak
diberi perlakuan khusus (kontrol).
2. Observasi
Sutrisno Hadi (dalam Sugiyono, 2009: 203) mengemukakan
bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu
proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua
diantara yang terpenting dalam suatu observasi adalah proses-proses
pengamatan dan ingatan. Melalui pengamatan dapat diketahui
bagaiman sikap dan perilaku individu, kegiatan yang dilakukan,
kemampuan, bahkan hasil yang diperoleh dari kegiatannya. Teknik
pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian
berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam
dan apabila responden yang diamati tidak terlalu besar.
Metode observasi dalam penelitian ini digunakan untuk
mengambil data nilai afektif dan psikomotorik siswa yang dijadikan
sampel penelitian yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol selama
proses pembelajaran. Pengamatan juga dilakukan terhadap kenerja
guru selama proses pembelajaran. Sebelum melakukan observasi,
57
peneliti terlebih dahulu menetapkan aspek-aspek tingkah laku yang
akan diobservasi dan dibuat pedoman observasi.
3. Teknik Dokumenter
Teknik pengumpulan data melalui studi dokumen merupakan
suatu teknik pengumpulan dengan menghimpun dan menganalisis data
melalui arsip-arsip, dokumen, dan termasuk juga buku-buku pendapat,
teori atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan
masalah penelitian (Margono, 2009: 181). Dalam penelitian ini, teknik
dokumenter berfungsi untuk menghimpun secara selektif bahan-bahan
yang digunakan di dalam kerangka berpikir atau landasan teori,
penyusunan hipotesis secara tajam.
Studi dokumen dalam penelitian ini juga digunakan untuk
mendapatkan daftar nama-nama siswa kelas VIII, keadaan umum
siswa, silabus, dan RPP. Dengan melakukan pemeriksaan dokumen,
maka peneliti akan mendapatkan gambaran awal tentang pelaksanaan
pembelajaran sejarah di sekolah penelitian. Data ini digunakan untuk
menetukan sampel penelitian dan menguji homogenitas populasi yang
akan dijadikan sebagai subyek penelitian.
58
4. Wawancara
Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi informasi dan arus informasi ialah
pewawancara, responden, topik penelitian yang tertuang dalam daftar
pertanyaan dan situasi wawancara ( Singarimbun dan Sofian, 1985:
145).
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data
apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah
respondennya sedikit/kecil. Wawancara dapat dilakukan secara
terstruktur maupun tidak terstruktur. Wawancara terstruktur digunakan
sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data
telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan
diperoleh.
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas
dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah
tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.
Pedoman yang dugunakan dalam wawancara tidak terstruktur berupa
garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan (Sugiyono,
2009: 194-197). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
59
wawancara tidak terstruktur atau wawancara bebas dengan siswa dan
guru mata pelajaran sejarah sebagai informan.
E. Analisis Data
1. Analisis Awal
Analisis tahap awal digunakan untuk membuktikan bahwa
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen berawal dari titik tolak yang
sama. Data yang digunakan dalam melakukan uji kesamaan pada siswa
kelas VIII SMP Negeri 3 Magelang setelah penentuan sampel secara
Simple Random Sampling dilakukan.
a. Uji Homogenitas
Uji ini adalah untuk mengetahui kesamaan atau perbedaan
antara 2 kelompok, yaitu kelas Eksperimen dan kelas Kontrol sama
atau homogen. Uji Homogenitas digunakan rumus :
F = (Sudjana, 1996: 242)
Dengan kriteria pengujiannya: Jika Fhitung < F tabel, dengan
α= 5 %, n1 – 1 dk pembilang, n2- 1 dk penyebut, maka dapat
dikatakan kedua kelompok memiliki kesamaan varians atau kedua
kelompok tersebut homogen.
60
b. Uji Eksperimen
Analisis data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
Uji-t (Student‟s Test). Dalam penelitian eksperimen sering
dibandingkan dua pengamatan perkembangan antara sebelum
dilakukan treatmen dan sesudah dilakukan treatmen. Kegiatan ini
disebut Uji-t untuk menilai perkembangan atau disebut juga uji pas-pas
(uji purwa dan uji purna) atau pre dan post (Dewanto dan Tarsis, 1995:
82).
Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
t = (Dewanto dan Tarsis, 1995: 82)
√ ( )
Keterangan :
: rerata cuplikan :
n : cacah kasus
n1 + n2 − 2 : derajat kebebasan (db)
Jk : jumlah kuadrat : ∑X2 −
Perhitungan analisis hipotesis dilakukan untuk menyimpulkan
apakah ada perbedaan antara kelompok eksperimen dengan kelompok
kontrol baik sebelum dan sesudah dilakukan treatmen.
61
2. Analisis Instrumen
Analisis soal tes uji coba dilakukan untuk mengetahui validitas,
reliabilitas.
a. Uji Validitas
Untuk mengetahui soal mana yang valid atau tidak untuk
digunakan sebagai pre tes dan post tes maka dilakukan uji validitas
butir soal. Rumus yang digunakan untuk mengukur validitas soal,
yaitu :
rtp st sp rpq 2 2 (Guilford, 1987 : 331) s sp 2rtp st sp
Keterangan :
= Validitas butir instrumen penelitian
bagian
= total
q = t-p
St = SD total
Sp = SD bagian
Dari hasil perhitungan tingkat validitas diketahui α = 5%
dengan n = 34 diperoleh rtabel = 0,339. Berdasarkan perhitungan
62
dengan rumus rpq, maka diperoleh soal yang valid adalah nomor : 2, 5,
6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 14, 15, 16, 17, 18,19, 21, 23, 25, 26,27,28, 30,
32, 33, 34, 35, 37, 38, 39, dan 40. Adapun yang tidak valid adalah
nomor : 1, 3, 4, 13, 20, 22, 24, 29, 31, dan 36. Untuk perhitungan uji
validitas selengkapnya terdapat pada lampiran. b. Reliabilitas
Menurut J.P Gualford (dalam Dewanto, 1996: 143) reliabilita
adalah proporsi dari varian yang sesungguhnya. Selanjutnya secara
verbal reliabilita dapat menjadi tiga hal, yaitu; 1) konsistensi, yaitu
keajegan hasil pengukuran internal; 2) stabilitas, yaitu keajegan hasil
pengukuran untuk jangka waktu tertentu; 3) equivalensi, yaitu
keajegan hasil pengukuran dari kelompok butir yang sama, dua bentuk
tes diberikan pada sekelompok tes dalam waktu singkat.
Rumus yang digunakan untuk mengukur reliabilitas adalah
KR21, yaitu:
– = [ ] [1− ] (Dewanto, 1996: 140)
Keterangan :
= reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir soal
M = skor rata-rata
63
T2 = varian
Dari hasil perhitungan tingkat reliabilitaas diketahui pada α =
5% dengan n = 34 diperoleh rtabel = 0,339 dan r11 = 0,866, karena r11 >
rtabel, maka dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut reliabel dan
dapat digunakan sebgai alat pengumpul data karena instrumen tersebut
sudah baik. Untuk perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran.
3. Analisis Hipotesis
a. Uji Normalitas
Sebelum data yang diperoleh di lapangan dianalisis lebih
lanjut, terlebih dahulu harus diuji normalitasnya. Tujuannya adalah
untuk mengetahui apakah data tes kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol berdistribusi normal atau tidak. Hipotesinya adalah
tidak ada perbedaan yang signifikan antara distribusi sampel hasil
observasi dengan distribusi sampel yang diharapkan. Rumus yang
digunakan adalah rumus statistik uji Z, yaitu:
Z = (Dewanto dan Tarsis, 1995:70) √
Keterangan :
X = Rata-rata sampel
64
µo = kriteria ketuntasan minimal
δ = Simpangan baku rata-rata dari distribusi
n = sampel b. Uji Homogenitas
Uji ini adalah untuk mengetahui kesamaan atau perbedaan
antara 2 kelompok, yaitu kelas Eksperimen dan kelas Kontrol sama
atau homogen. Uji Homogenitas digunakan rumus :
F = (Sudjana, 1996: 242)
Dengan kriteria pengujiannya: Jika Fhitung < Ftabel, dengan α= 5
%, n1 – 1 dk pembilang, n2- 1 dk penyebut, maka dapat dikatakan
kedua kelompok memiliki kesamaan varians atau kedua kelompok
tersebut homogen (α= 5 %). c. Analasis Tahap Akhir/Uji Hipotesis
Dalam eksperimen, sering dibandingkan dua pengamatan
perkembangan antara sebelum dan sesudah dilakukan treatment.
Sehingga hal ini dapat disebut uji-t untuk menilai perkembangan
(Dewanto dan Tarsis, 1995: 82).
Analisis tahap akhir dilakukan terhadap data pre tes dan post
tes kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Analisis tahap akhir
bertujuan untuk menguji hipotesis penelitian atau hasil penelitian,
65
yaitu apakah Ha diterima atau Ho diterima. Pengujian hipotesis menggunakan Uji-t dua pihak dengan taraf signifikansi 5%. Hipotesis statistik yang diajukan adalah:
Ho : ≤
Ha :
Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
t = (Dewanto dan Tarsis, 1995: 82)
√ ( )
Keterangan :
= rerata cuplikan :
n : cacah kasus
n1 + n2 − 2 : derajat kebebasan (db)
Jk : jumlah kuadrat : ∑X2 –
Perhitungan Uji-t dilakukan untuk menyimpulkan apakah ada perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol baik sebelum dan sesudah dilakukan treatmen. Dalam menguji hipotesis penelitian, apabila terdapat perbedaan yang signifikan maka perbedaan
66
tersebut cukup besar untuk menolak hipotesis nol. Derajat kebebasan untuk tabel distribusi adalah (n1 + n2 – 2) dengan peluang (1-α), α = taraf signifikan. Dalam penelitian ini diambil taraf signifikan α = 5%.
Dengan kriteria sebagai berikut: Apabila thitung < ttabel maka Ho diterima. Apabila thitung ≥ ttabel maka Ha diterima
67
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Lokasi Penelitian
SMP Negeri 3 Magelang adalah salah satu sekolah Negeri yang
berada di wilayah kota Magelang dan terletak di Jalan Elo Jetis No. 33
Magelang. Secara umum berdasarkan analisis lingkungan strategis yang
mempengaruhi penyelenggaraan pendidikan di SMP Negeri 3 Magelang
terdapat beberapa faktor eksternal yang diuraikan sebagai berikut : secara
geografis letak SMP Negeri 3 Magelang berada di pinggiran Kota
Magelang, tepatnya di jalan Elo Jetis No. 33 Magelang, cukup mudah
dijangkau dengan alat transportasi, seperti angkot, motor , mobil dan
sebagainya. Kondisi lingkungan begitu segar dan cukup teduh karena
banyak pepohonan yang rindang melingkupinya, serta terdapat kebun
tanaman anggrek yang sangat lestari. Lokasi SMP Negeri 3 Magelang
tergolong strategis dalam mendukung terciptanya suasana kondusif untuk
pendidikan dan pembelajaran karena jauh dari keramaian kota. Selain itu
dari beberapa sekolah yang terdapat di kota Magelang, SMP Negeri 3
Magelang memiliki lahan yang paling luas sehingga memungkinkan
sekolah untuk membangun infrastruktur pendukung yang memadai untuk
penyelenggaraan pendidikan. 67
68
Saat ini kondisi pendidikan di SMP Negeri 3 Magelang cukup baik, meskipun belum menjadi sekolah terfavorit di Kota Magelang, namun telah menjadi sekolah yang cukup diperhitungkan. Ini terbukti dari tahun ke tahun jumlah pendaftar selalu melebihi daya tampung sehingga perlu diadakana seleksi untuk dapat menjadi peserta didik di SMP Negeri
3 Magelang. Tenaga pendidiknya secara kualitas maupun kuantitas sudah memadai, secara umum sarana dan prasarana sudah mencukupi, situasi sekolah juga kondusif untuk belajar. Mutu lulusan juga semakin meningkat kualitasnya sejak ditetapkan menjadi Sekolah Menengah
Pertama Standar Nasional (SSN), melalui Surat Keputusan Direktur
Pendidikan Lanjutan Pertama, direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, Nomor : 960/c3/Kp/2005, tanggal 19 Juli 2005.
SMP Negeri 3 Magelang dapat dikatakan telah lengkap, dimana telah tersedia ruang kelas yang representatif untuk pembelajaran, kantor guru yang baru direnoasi, kantor TU, serta ruang multimedia, ruang komputer, laboratorium, perpustakaan, lapangan Olahraga, ruang BK, ruang OSIS, ruang UKS, ruang serbaguna yang baru direnovasi, ruang kesenian yang telah memadai. Beberapa fasilitas non-pendidikan yang terdapat di SMP Negeri 3 Magelang antara lain Mushola, kantin, tempat parkir yang telah tertata dengan baik dan dijaga kebersihannya.
Sebagai salah satu tempat pendidikan untuk mempersiapkan generasi masa depan, SMP Negeri 3 Magelang memiliki visi dan misi
69
yang sangat jelas. Beberapa kali visi dan misi pendidikan yang diterapkan di SMP Negeri 3 Magelang mengalami perubahan. Perubahan tersebut dimaksdukan untuk memenuhi dan menyesuaikan tuntutan perkembangan dan kebutuhan dunia pendidikan. Adapun visi dan misi sekolah yang telah disepakati seluruh unsur civitas SMP Negeri 3 Magelang saat ini adalah sebagai berikut : a. Visi SMP Negeri 3 Magelang
Indikator terwujudnya visi sekolah :
1) Terwujudkan pengembangan kurikulum yang inovatif dan adaptif
2) Terwujudnya proses pembelajaran yang inovatif
3) Terwujudnya lulusan yang cerdas dan kompetitif akademis dan non
akademis
4) Terwujudnya pendidik dan tenaga kependidikan yang profesional
5) Terwujudnya sarana dan prasarana pendidikan yang relevan dan
mutakhir
6) Terwujudnya manajemen sekolah yang tangguh
7) Terwujudnya penggalangan biaya pendidikan yang memadai
8) Terwujudnya sistem penilaian yang otentik
9) Terwujudnya penataan lingkungan sekolah yang sehat nyaman dan
kondusif yang mampu mendukung kegiatan pembelajaran yang
aktif, kreatif, inovatif dan meyenangkan. b. Misi SMP Negeri 3 Magelang
1) Mewujudkan pengembangan kurikulum yang inovatif dan kreatif
70
2) Mewujudkan pelaksanaan kurikulum yang didukung kepemimpinan
yang demokratsi dan profesional
3) Mewujudkan proses pembelajaran inovatif
4) Mewujudkan peningkatan pencapaian NUN
5) Mewujudkan pencapaian standar kompetensi lulusan baik akademik
maupun non akademik
6) Mewujudkan pendidik dan tenaga kependidikan yang profesional
Dalam rangka mewujudkan visi dan misi sekolah, dilakukan berbagai upaya antara lain peningkatan dukungan administrasi dan manajemen sekolah yang handal, melengkapi media pembelajaran sesuai dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan, pembinaan kesiswaan dengan memberikan pelatihan dan pendidikan untuk pengembangan bakat, prestasi dan potensi siswa di bidang penelitian ilmiah, lomba mata pelajaran tertentu, seni dan olahraga, memfasilitasi pengembangan profesi guru dan mengoptimalkan penggunaan sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan belajar mengajar.
Keseluruhan guru yang mengajar di SMP Negeri 3 Magelang berjumlah 48 guru. Hampir semua guru mengajar sesuai dengan bidang keahliannya, dan beberapa guru mengajar mata pelajaran muatan lokal untuk memenuhi beban mengajar bagi guru sertifikasi. Lebih jelasnya mengenai data guru dapat dilihat pada tabel berikut ini :
71
Tabel 3. Kualifikasi Pendidikan, Status, Jenis Kelamin, dan Jumlah
Jumlah dan Status
No. Tingkat Pendidikan Guru Jumlah
L P
1. S3 / S2 1 - 1
2. S1 15 25 40
3. D IV - - -
4. D III / Sarmud 1 3 4
5. D II 1 - 1
6. D I 1 1 2
Jumlah 20 28 48
Guru SMP Negeri 3 Magelang yang mengampu mata pelajaran IPS
Sejarah ada 2 orang guru, yaitu Sri Sundari, S.Pd dan Siti Munjayanah,
S.Pd. Guru mitra dalam penelitian ini adalah Sri Sundari S. Pd selaku guru yang mengampu mata Pelajaran IPS Sejarah di Kelas VIII dan IX.
Pada setiap tahun pelajaran baru , SMP Negeri 3 Magelang selalu diminati oleh calon siswa yang baru lulus SD di wilayah Kota Magelang yang mayoritas bertempat tinggal di Secang, Menowo, Mertoyudan,
Sambung dan sekitarnya. Pada tahun pelajaran 2010/2011 siswa SMP
Negeri 3 Magelang berjumlah 652 siswa. Pada kelas VII terdiri dari 6 kelas, dari kelas VII A sampai dengan kelas VII F yang berjumlah 206
72
siswa. Kelas VIII terdiri dari 7 kelas, dari kelas VIII A sampai dengan
kelas VIII G yang berjumlah 229 siswa. Kelas IX terdiri dari 6 kelas, dari
kelas IX A sampai kelas IX F yang berjumlah 217 siswa. Lebih jelasnya
mengenai data siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4. Jumlah Siswa SMP Negeri 3 Magelang
No. Kelas Keadaan siswa Tahun Pelajaran 2010/2011
Laki-laki Perempuan Jumlah
1 VII 106 100 206
2 VIII 112 117 229
3 IX 113 104 217
Total 331 321 652
2. Pemanfaatan Museum Diponegoro Sebagai Sumber Belajar
Museum memiliki peranan penting di dalam dunia pendidikan,
yaitu sebagai media pembelajaran. Peranan museum sebagai media
pembelajaran disebabkan fungsi museum yang memberikan informasi
konkret kepada masyarakat dalam hal ini siswa dan guru. Dalam
pembelajaran sejarah, museum merupakan tempat ideal sebagai sumber
informasi kesejarahan. Hal ini dikarenakan dalam museum terdapat
banyak benda yang dapat dijadikan sebagai media pembelajaran yang
73
berfungsi sebagai sarana peningkatan pemahaman terhadap peristiwa sejarah bagi siswa. Museum dapat digunakan sebagai alat penunjang pelajaran khususnya sejarah dan sebagai peraga budaya masa lampau.
Koleksi yang ada di museum merupakan sumber belajar yang konkret bagi peserta didik dalam pembelajaran sejarah.
Penggunaan Museum sebagai sumber belajar merupakan salah satu cara efektif dalam mewujudkan tujuan pembelajaran sejarah. Hal ini dikarenakan di dalam museum terdapat berbagai macam media yang memberikan informasi konkret kepada pelajar tentang peristiwa masa lampau. Museum dapat memberikan pengalaman yang lebih nyata dalam pembelajaran sejarah bagi siswa dari pada proses pembelajaran yang menggunakan buku teks. Dengan demikian museum sebagai media pembelajaran sejarah berfungsi untuk mewujudkan visualisasi, interpretasi dan generalisasi pelajar. Melaui pemanfaatan peninggalan-peninggalan sejarah yang terdapat di Museum tersebut maka akan berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar siswa.
Di Kota Magelang terdapat Museum yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar dalam pembelajaran sejarah bagi siswa. Sumber
Belajar sejarah yang berupa Museum Diponegoro di Kota Magelang termasuk dalam Learning resources by utilization atau Sumber belajar yang terdapat di lingkungan sekitar manusia. Museum yang terdapat di
Kota Magelang antara lain adalah 1) Museum Diponegoro yang terletak di
Karesidenan Magelang, di jalan Pangeran Diponegoro No. 1 Magelang; 2)
74
Museum BPK RI berada satu kompleks dengan Museum Diponegoro; 3)
Museum Sudirman, di Badaan jalan Ade Irma Suryani C.7 Magelang; 4)
Museum AJB Bumi Putera 1912, di jalan A. Yani No. 21 Magelang; dan
5) Museum Taruna „Abdul Djalil‟, di jalan Gatot Subroto Magelang.
Proses pemanfaatan Museum sebagai sumber belajar harus terkait dengan materi pembelajaran sejarah sesuai standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Salah satu museum yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar yang terkait dengan materi pembelajaran sejarah dan sesuai standar kompetensi dan kompetensi dasar adalah Museum Diponegoro. Museum
Diponegoro menyimpan koleksi-koleksi peninggalan sejarah yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar dan media pembelajaran yang konkret bagi siswa. Peninggalan-peninggalan sejarah yang terdapat di Museum
Diponegoro adalah peninggalan sejarah Pangeran Diponegoro. Museum
Diponegoro merupakan sebuah bangunan tempat penyimpanan benda- benda bersejarah peninggalan dari Pangeran Diponegoro semasa singgah di kota Magelang saat terjadi perang Jawa.
Koleksi-koleksi yang terdapat di Museum Diponegoro antara lain jubah yang dipakai Pangeran diponegoro saat berunding dengan Belanda di rumah Residen Kedu di Magelang. Jubah yang dipakai saat Pangeran
Diponegoro berunding dan ditangkap oleh Belanda tanggal 25 Maret 1830.
Koleksi-koleksi lain di Museum Diponegoro misalnya adalah satu set meja dan kursi perundingan yang dipakai untuk perundingan antara Pangeran
75
Diponegoro dengan Jenderal De Kock. Kursi yang diduduki oleh Pangeran
Diponegoro adalah yang terdapat bekas guratan kuku Pangeran
Diponegoro karena menahan amarah terhadap kelicikin Belanda dalam perundingan. Ruang Museum Diponegoro itu sendiri merupakan ruang yang digunakan untuk perundingan.
Melalui koleksi-koleksi yang terdapat di Museum Diponegoro, siswa diperlihatkan bukti nyata mengenai bukti-bukti sejarah terjadinya perang Diponegoro yang dikenal juga dengan Perang Jawa dan bukan hanya cerita dan materi yang terdapat di buku pelajaran. Oleh karena itu,
Museum Diponegoro dan koleksi-koleksinya dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar sejarah, dan merupakan sumber belajar yang terdapat di lingkungan sekitar siswa SMP Negeri 3 Magelang.
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, selama ini Museum
Diponegoro belum dimanfaatkan secara maksimal oleh dunia pendidikan, khususnya oleh sekolah-sekolah yang berada disekitarnya. Oleh karena itu peneliti menggunakan metode kunjungan ke museum sebagai sumber belajar sejarah yang dikaitkan dengan materi pembelajaran bentuk-bentuk perlawanan rakyat Indonesia menentang kolonialisme bangsa berat periode sesudah tahun 1800 untuk siswa SMP Negeri 3 Magelang.
Museum Diponegoro Kota Magelang merupakan suatu bangunan kamar rumah residen Kedu di Magelang yang digunakan sebagai tempat perundingan antara Pangeran Diponegoro dengan Belanda yang diwakili
76
oleh Jenderal De Kock dan merupakan tempat tertangkapnya Pangeran
Diponegoro pada tanggal 28 Maret 1830, dan menandakan berakhirnya perlawanan rakyat Jawa yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro.
Perlawanan Diponegoro merupakan salah satu materi perang yang akan disampaikan guru dalam materi pembelajaran sejarah kelas VIII SMP pada materi bentuk-bentuk perlawanan rakyat Indonesia menentang kolonialisme bangsa barat periode sesdudah tahun 1800, standar kompetensi memahami proses kebangkitan nasional, kompetensi dasar menjelaskan proses perkembangan kolonialisme barat serta pengaruh yang ditimbulkannya di berbagai daerah. Khususnya Perlawanan Diponegoro adalah perang terbesar di Jawa dalam menghadapi kolonialisme Bangsa
Belanda, sehingga dalam perang Diponegoro disebut juga Perang Jawa.
Lingkungan di sekitar siswa yang terdapat bukti peristiwa sejarah seperti Museum Diponegoro ini dapat membantu guru untuk mengembangkan pemahaman siswa tentang masa lalu dan membuat siswa mengerti bahwa sesungguhnya sejarah bukan hanya cerita, akan tetapi adalah sebuah peristiwa yang memang benar-benar terjadi pada masanya.
Pembelajaran sejarah dengan pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar merupakan proses pembelajaran dengan mengaitkan materi pembelajaran sejarah yang telah di sampaikan guru di kelas yang bersumber pada buku-buku materi pembelajaran sejarah.
Pada penelitian mengenai pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar ini, peneliti menempuh langkah-langkah sesuai
77
prosedur dalam melakukan penelitian, mulai dari persiapan penelitian sampai dengan pelaksanaan penelitian. Adapun prosedur penelitian yaitu sebagai berikut : a. Persiapan Pelaksanaan
Persiapan pelaksanaan yang dilakukan oleh peneliti sebelum
melaksanakan penelitian adalah menetukan lokasi penelitian, yaitu
SMP Negeri 3 Magelang. Dalam rangka memperoleh data tentang
indikator-indikator yang diteliti, maka dibutuhkan alat pengumpul
data. Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah tes
pilihan ganda, berupa pre test dan post test tentang materi
pembelajaran yang berkaitan dengan Pemanfaatan Museum
Diponegoro Kota Magelang sebagai sumber belajar. Instrumen
penelitian Eksperimen pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai
sumber belajar sejarah sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar
sejarah kelas VIII SMP Negeri 3 Magelang terdiri dari 30 item soal tes
untuk mengukur keberhasilan pembelajaran sejarah pada materi
bentuk-bentuk perlawanan rakyat Indonesia dalam menentang
kolonialisme bangsa barat periode sesudah tahun 1800.
Untuk mengetahui perbandingan hasil belajar siswa kelas VIII
SMP Negeri 3 Magelang dalam penelitian pemanfaatan Museum
Diponegoro sebagai sumber belajar sejarah, maka pada sampel kelas
VIII dibagi dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen yang diwakili
78
oleh siswa kelas VIII E dengan jumlah 31 siswa dan kelompok kontrol
yang diwakili oleh siswa kelas VIII C dengan jumlah 31 siswa. Kelas
Eksperimen yang diwakili oleh siswa kelas VIII E pembelajaran
sejarah diberikan treatment dengan melakukan kunjungan ke Museum
Diponegoro, sedangkan pada kelompok kontrol yang diwakili siswa
kelas VIII C pembelajaran sejarah dilakukan tanpa kunjungan ke
Museum. b. Pelaksanaan Penelitian
Setelah penentuan sampel penelitian dilakukan, langkah
selanjutnya adalah memberikan pre test berupa soal berbentuk pilihan
ganda kepada kedua kelompok, siswa kelas eksperimen VIII E
berjumlah 31 siswa dan siswa kelas kontrol VIII C berjumlah 31 siswa.
Soal tes dimaksudkan untuk mengetahui pengetahuan siswa tentang
materi pembelajaran bentuk-bentuk perlawanan rakyat Indonesia
dalam menentang kolonialisme bangsa barat periode sesudah tahun
1800.
Tahap berikutnya adalah pemberian treatment pada kedua
kelas, yaitu pada kelas eksperimen dengan metode kunjungan ke
Museum Diponegoro dan kelas Kontrol tanpa kunjungan ke Museum
Diponegoro atau dengan metode ceramah bervariasi. Kegiatan
pembelajarannya adalah sebagai berikut:
79
1) Kelas Eksperimen
Kelas eksperimen pada penelitian ini adalah kelas VIII E
dengan jumlah murid sebanyak 31 anak dan semuanya masuk
dalam responden. Kegiatan pemberian treatment dilakukan di
dalam dan diluar kelas dengan RPP terlampir. Kegiatan
pembelajaran di dalam kelas dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan
yang bervariasi, yaitu ceramah, pemaparan materi dengan
menggunakan slide, pemberian tugas, dan diskusi. Kegiatan
pembelajaran di Museum Diponegoro adalah observasi dan
mengerjakan lembar kegiatan siswa dengan berkelompok.
Segi positif dalam pembelajaran di kelas eksperimen ini
adalah mampu mengajak siswa untuk aktif, berpikir kritis dan
mengajak siswa untuk lebih mengenal daerah sendiri yang
berkaitan dengan sumber-sumber belajar yang dapat dimanfaatkan
untuk pembelajaran sejarah. Pada eksperimen pemanfaatan
museum Diponegoro dalam pembelajaran sejarah, siswa tidak
hanya mendapatkan materi yang bersumber dari buku-buku, tetapi
dihadapkan langsung pada objek nyata sebagai sumber belajar
sejarah. Pada akhir kegiatan, guru memberikan post test untuk
mengetahui hasil belajar siswa dan membandingkan dengan
kelompok kontrol yang tidak melakukan kunjungan ke museum.
80
2) Kelas Kontrol
Kelas kontrol dalam penelitian ini adalah kelas VIII C
dengan jumlah siswa sebanyak 31 anak dan semuanya masuk
responden. Kegiatan pemberian treatment dilakukan di dalam kelas
dengan RPP terlampir. Pada kelas Kontrol pembelajaran dilakukan
di dalam kelas dengan metode ceramah bervariasi tanpa melakukan
kunjungan ke Museum Diponegoro. Pada akhir pembelajaran guru
memberikan post test untuk membandingkan hasil belajar sejarah
siswa dengan hasil belajar siswa kelas eksperimen yang
menggunakan metode kunjungan ke museum.
3. Efektifitas Pembelajaran Sejarah Melalui Kunjungan Ke Museum
Diponegoro Sebagai Sumber Belajar
Untuk mengetahui efektifitas pembelajaran sejarah melalui
kunjungan Museum Diponegoro dapat dilihat dari hasil belajar yang
dicapai siswa. Peneliti membagi kedua kelas tersebut menjadi dua
kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Sebagai
kelompok eksperimen yang diwakili kelas VIII E dengan jumlah 31 siswa
dan untuk kelas kontrol diwakili oleh kelas VIII C dengan jumlah 31
siswa. Kelas VIII E sebagai kelompok eksperimen merupakan kelas yang
dalam pembelajaran sejarah melakukan kunjungan ke Museum
Diponegoro sebagai sumber belajar sejarah. Kelas VIII C sebagai
81
kelompok kontrol merupakan kelas yang melakukan pembelajaran sejarah dengan ceramah bervariasi di kelas.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar sejarah melalui kunjungan ke Museum Diponegoro sebagai sumber belajar sejarah lebih baik dari dibandingkan hasil belajar siswa tanpa kunjungan ke Museum Diponegoro. Ini dapat dilihat pada nilai rata-rata post test kelas yang melakukan kunjungan ke Museum Diponegoro lebih besar yaitu 7,423 sedangkan hasil belajar siswa kelas VIII yang tidak melakukan kunjungan ke Museum Diponegoro memperoleh nilai rata-rata sebesar
5,76 yang berarti dalam pembelajaran yang memanfaatkan Museum
Diponegoro sebagai sumber belajar dalam pembelajaran sejarah lebih efektif pada kelas eksperimen.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh fakta bahwa hasil belajar yang dicapai pada kelas eksperimen, hasil uji t post test menunjukkan pembelajaran sejarah dengan metode kunjungan ke museum memberi pengaruh yang lebih baik terhadap hasil belajar IPS Sejarah bila dibandingkan dengan pembelajaran di kelas kontrol yang tidak melakukan kunjungan ke Museum. Hal ini ditunjukan oleh harga thitung = 6,49662 > ttabel = 2, 00 yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Berdasarkan statistik hipotesis penelitian yang berbunyi pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar sejarah efektif dalam meningkatkan hasil belajar sejarah siswa diterima dan dapat diterapkan dalam proses pembelajaran sejarah.
82
Berikut ini adalah analisis hasil belajar siswa dalam pembelajaran sejarah dengan melakukan kunjungan ke Museum Diponegoro : a. Analisis Data Tes Awal (Pre Test)
1) Uji Homogenitas
Hipotesis yang diajukan :
Ho : Kedua kelompok memiliki varian yang sama
Ha : Kedua kelompok memiliki varian yang berbeda
Dengan taraf signifikansi α = 5 %, Ho diterima jika Fhitung <
Ftabel. Berdasarkan perhitungan uji homogenitas data menggunakan uji
F diperoleh hasil Fhitung = 1,0267 sedangkan Ftabel dengan dk=31-1=30
adalah 1,84. Fhitung < Ftabel berarti bahwa varians kedua kelompok sama
atau tidak berbeda, sehingga Ho diterima dan dapat disimpulkan bahwa
data tes kedua kelompok adalah homogen.
2) Uji t
Uji t atau juga disebut t-test digunakan untuk mengetahui
apakah diantara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen memiliki
kemampuan yang berbeda atau tidak. Untuk Uji-t digunakan rumus
statistik sebagai berikut
t = t = (Dewanto dan Tarsis, 1995: 82) ( ) √√ ( )
83
Hipotesis yang diajukan dalam uji-t ini adalah sebagai berikut:
Ho : kedua kelompok memiliki nilai rata rata yang sama
Ha : kedua kelompok memiliki nilai rata-rata yang berbeda
Derajat kebebasan untuk tabel distribusi adalah (n1 + n2 – 2)
dengan peluang (1-α), α = taraf signifikansi. Dalam penelitian ini
diambil taraf signifikansi α = 5%. Bila thitung < ttabel maka Ho diterima.
Berdasarkan perhitungan, dk =31+31-2 = 60 diperoleh thitung = -1,3997
< ttabel = 2,00 sehingga Ho diterima dan dapat disimpulkan bahwa
kedua kelompok memiliki nilai rata-rata yang sama
3) Uji Normalitas Data
Data hasil pre test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
terlebih dahulu diadakan uji prasyarat data sebelum data dianalisis.
Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah data yang terkumpul
memenuhi syarat untuk dianalisis atau tidak. Uji prasyarat analisis
yang digunakan adalah uji Z.
a) Uji Normalitas Pre Test Kelompok Eksperimen
Dalam uji normalitas ini data dimasukan dalam tabulasi,
yang kemudian dikelompokan berdasarkan jawaban responden.
Berdasarkan hasil uji normalitas dengan rumus uji Z kelompok
eksperimen diperoleh hasil Zhitung = -11,007. Hasil tersebut
dikonsultasikan dengan tabel dengan taraf signifikansi 5% dan dk
= 2,7 diperoleh Ztabel sebesar 0,4970. Karena Zhitung < Ztabel atau -
84
11,007 < 0,4970 maka dapat disimpulkan bahwa data pre test
kelompok eksperimen berdistribusi normal.
b) Uji Normalitas Pre Test Kelompok Kontrol
Dalam uji normalitas ini data dimasukan dalam tabulasi,
yang kemudian dikelompokan berdasarkan jawaban responden.
Berdasarkan hasil uji normalitas dengan rumus uji Z kelompok
kontrol diperoleh hasil Zhitung = -9,16. Hasil tersebut
dikonsultasikan dengan tabel dengan taraf signifikansi 5% dan dk
= 2,7 diperoleh Ztabel sebesar 0,4970. Karena Zhitung < Ztabel atau -
9,16 < 0,4970 maka dapat disimpulkan bahwa data pre test
kelompok kontrol berdistribusi normal. b. Analisis Data Tes Akhir (Post Test)
Setelah proses pembelajaran selesai dengan diberikan perlakuan
yang berbeda antara kelompok eksperimen dan kontrol. Kelompok
Eksperimen diberikan pembelajaran dengan kunjungan ke Museum
Diponegoro sebagai sumber belajar sejarah. Hasil analisis data tes akhir
atau post test sebagai berikut :
1) Uji Homogenitas
Hasil perhitungan dalam hal ini digunakan untuk
mengetahui apakah antara kelompok eksperimen dan keompok
kontrol memiliki varians yang sama atau berbeda. Setelah
85
dilakukan analisis varians kemampuan akhir diperoleh Fhitung
sebesar 1,0272 < Ftabel sebesar 1,84 hal ini menunjukan data
kemampuan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol memiliki
varian yang tidak berbeda atau sama, sehingga dapat disimpulkan
bahwa data tes kedua kelompok adalah homogen.
2) Uji Normalitas
Sebelum data kemampuan akhir dilakukan uji-t, maka data
hasil penelitian terlebih dahulu diadakan uji prasyarat data sebelum
data dianalisis. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah data
yang terkumpul memenuhi syarat untuk dianalisis atau tidak. Uji
prasyarat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
normalitas melalui uji Z. Rumus yang digunakan adalah sebagai
berikut :
Z = √ (Dewanto dan Tarsis, 1995:70)
a) Uji Normalitas Kelompok Eksperimen
Berdasarkan uji normalitas dengan menggunakan rumus
uji Z kelas eksperimen diperoleh Zhitung sebesar 2,317. Hasil
tersebut dikonsultasikan dengan tabel dengan taraf signifikansi
5% dan dk = 2,7 diperoleh Ztabel sebesar 0,4970. Zhitung = 2,317
> Ztabel sebesar 0,4970 sehingga dapat disimpulkan bahwa data
penelitian kelompok eksperimen berdistribusi normal.
86
b) Uji Normalitas Kelompok Kontrol
Berdasarkan uji normalitas dengan menggunakan rumus
uji Z kelas kontrol diperoleh Zhitung sebesar -6,902. Hasil
tersebut dikonsultasikan dengan tabel dengan taraf signifikansi
5% dan dk = 2,7 diperoleh Ztabel sebesar 0,4970. Zhitung < Z tabel,
yaitu Zhitung sebesar -6, 902 < Ztabel sebesar 0,4970 sehingga
dapat disimpulkan bahwa data penelitian kelompok kontrol
berdistribusi normal.
3) Uji t
Uji-t atau juga disebut dengan t-tes/uji kemampuan rata-rata
digunakan untuk mengetahui apakah diantara kelompok kontrol
dan kelompok eksperimen memiliki kemampuan yang berbeda atau
tidak. Berdasarkan hasil analisis varians bahwa kedua data hasil
post tes kelompok eksperimen dan kelompok kontrol memiliki
varians yang tidak berbeda, sehingga untuk menguji perbedaan
rata-rata hasil belajar menggunakan uji-t. Untuk Uji-t digunakan
rumus statistik sebagai berikut :
t =
√ ( ) (Dewanto dan Tarsis, 1995: 82)
Derajat kebebasan untuk tabel distribusi adalah (n1 + n2 –
2) dengan peluang (1-α), α = taraf signifikansi. Dalam penelitian
ini diambil taraf signifikansi α = 5%. Berdasarkan hasil
perhitungan uji-t, diperoleh thitung sebesar 6,49662 > ttabel sebesar
87
2,00 maka dapat diperoleh suatu kesimpulan antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol memiliki kemampuan yang
berbeda. Dapat dikatakan bahwa kelompok eksperimen memiliki
kemampuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok
kontrol. Hal ini memberikan kesimpulan bahwa pembelajaran
sejarah dengan pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber
belajar dalam pembelajaran sejarah kelas VIII SMP Negeri 3
Magelang pada materi bentuk-bentuk perlawanan rakyat Indonesia
menentang kolonialisme bangsa Barat pada periode sesudah tahun
1800 memberikan hasil lebih efektif dibandingkan pemebelajaran
sejarah tanpa memanfaatkan Museum Diponegoro sebagai sumber
belajar.
4) Uji Hipotesis
Berdasarkan hasil penelitian pada kelas eksperimen yang
melakukan pembelajaran sejarah dengan kunjungan ke Museum
Diponegoro, hasil uji-t menunjukan bahwa dengan memanfaatkan
Museum sebagai sumber belajar sejarah memberikan pengaruh
yang lebih baik hasil belajar sejarah dibandingkan dengan
pembelajaran tanpa kunjungan ke Museum Diponegoro pada kelas
kontrol.
Hal ini ditunjukan oleh harga thitung = 6,49662 lebih besar
dibandingkan dengan ttabel = 2,00 yang berarti berada didaerah
88
penolakan H0. Ditolaknya Ho sama artinya dengan diterimanya Ha,
maka secara statistik hipotesis alternatif yang berbunyi
pemanfaatan Museum Diponegoro sebagai sumber belajar sejarah
pada materi bentuk-bentuk perlawanan rakyat Indonesia dalam
menentang kolonialisme bangsa barat pada periode sesudah
tahun1800 efektif dalam meningkatkan hasil belajar sejarah siswa
diterima dan dapat diterapkan dalam pembelajaran sejarah.
B. Pembahasan
Berdasarkan kurikulum tahun 2006, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) pengemasan
pendidikan sejarah diatur sebagai mata pelajaran yang tergabung dalam
rumpun IPS terpadu, yaitu Sejarah, Geografi dan Ekonomi, dan untuk jenjang
SMP, 1 jam pelajaran adalah 40 menit. Mata pelajaran sejarah adalah salah
satu mata pelajaran yang materinya membicarakan tentang peristiwa-peristiwa
yang berkaitan dengan kehidupan masa lampau. Selama ini pembelajaran
sejarah cenderung pada pembelajaran yang tematik dan teoritik sehingga
terkesan hanya hafalan belaka dan membosankan. Sehingga banyak siswa
yang mempunyai tanggapan bahwa mata pelajaran sejarah hanya dihafalkan
saja dan hanya mempelajari masa lampau karena isinya berisi cerita-cerita
masa lampau. Proses pembelajaran sejarah terkesan pasif, hanya duduk,
mencatat, dan mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru. Akibatnya
89
berdampak pada transfer informasi pada proses pembelajaran dari guru pada siswa yang menyebabkan prestasi belajar sejarah siswa yang rendah dan apabila tidak ditangani sedini mungkin akan menyebabkan permasalahan baru.
Permasalahan utama yang muncul adalah tidak tahunya generasi muda terhadap sejarah bangsanya yang menyebabkan siswa kehilangan jati diri bangsanya, sehingga mudah dipengaruhi oleh berbagai kepentingan negatif.
Selain itu kekhawatiran lainnya adalah bahwa tidak tumbuhnya sikap nasionalisme dan cinta tanah air.
Pembenahan terhadap rendahnya prestasi belajar siswa dapat dilihat dari beberapa aspek, terutama aspek yang mempengaruhi proses belajar.
Beberapa faktor yang mempengaruhi proses belajar antara lain faktor internal yang terdiri dari faktor fisiologis dan psikologis, serta faktor eksternal yang berupa lingkungan sosial dan lingkungan nonsosial. Faktor internal dari aspek psikologis antara lain kecerdasan, motivasi, minat, sikap dan bakat. Faktor ekstrenal berupa lingkungan sosial terdiri atas lingkungan sosial sekolah, lingkungan sosial masyaratkat, dan lingkungan keluarga. Sementara itu faktor nonsosial terdiri atas lingkungan alamiah, lingkungan instrumental, dan faktor materi pelajaran. Kondisi eksternal yang berupa pemanfaatan sumber belajar diluar kelas atau sekolah diharapkan memberikan pengaruh terhadap proses belajar yang akan berdampak pada prestasi dan hasil belajar siswa.
Pemanfaatan sumber-sumber belajar sejarah diluar kelas atau sekolah apabila dimanfaatkan dengan baik maka proses belajar mengajar akan berlangsung optimal dan menyenangkan.
90
Kegiatan belajar mengajar yang baik dan ideal adalah apabila dalam kegiatan belajar mengajar tersebut memanfaatkan sumber belajar. Dalam pembelajaran sejarah, sumber belajar memiliki peran yang amat penting.
Sumber belajar memiliki cakupan yang amat luas dalam bentuk benda-benda, orang atau lingkungan. Untuk mata pelajaran sejarah, jika disadari sumber- sumber belajar di lingkungan sekitar siswa sangat beragam, seperti objek- objek sejarah, museum, perpustakaan daerah, badan arsip, bangunan bangunan bersejarah, dan lain-lain.
Pemanfaatan sumber-sumber belajar sejarah yang berada disekitar lingkungan sekitar siswa tersebut memberikan manfaat dan makna dalam proses pembelajaran sejarah. Manfaat pembelajaran sejarah akan memberikan makna karena guru senantiasa mengaitkan antara materi pembelajaran yang diajarakan dengan bukti yang nyata dan situasi yang ada di lingkungan siswa, khususnya sumber belajar yang berupa peninggalan sejarah yang terdapat di
Museum Diponegoro Kota Magelang.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa ada pengaruh pemanfaatan benda-benda peninggalan sejarah yang terdapat di Museum
Diponegoro sebagai sumber belajar sejarah terhadap hasil belajar sejarah siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Magelang pada materi bentuk-bentuk perlawana rakyat Indonesia terhadap bangsa Barat periode sesudah tahun 1800. Hipotesis yang diajukan diterima secara signifikan dengan ditunjukan pembuktian hipotesis melalui analisis statistik uji t.
91
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan:
1. Pemanfaatan Museum Diponegoro dalam penelitian ini berkaitan dengan
materi pembelajaran sejarah kelas VIII tentang bentuk-bentuk
perlawanan rakyat Indonesia menentang kolonialisme bangsa barat
periode sesudah tahun 1800. Materi tersebut terdapat dalam standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Pemanfaatan museum lokal sebagai
sumber belajar dalam pembelajaran sejarah memberikan pengaruh yang
lebih efektif pada kelas eksperimen. Pada pre test hasil belajar didapatkan
rata-rata kelas eksperimen adalah 4,761 dan kelas kontrol 5,16. Dari hasil
uji t pre test pada α = 5%, dk = 31+31-2 = 60 didapatkan thitung = -1, 3997
< ttabel = 2,00 yang berarti kedua kelas tersebut dalam keadaan memiliki
kemampuan yang sama. Setelah dilakukan treatment kepada kedua
kelompok kemudian dilakukan post test, didapatkan rata-rata hasil belajar
kelompok eksperimen meningkat sejauh 7,423 dan kelompok kontrol
meningkat sejauh 5,76. Dari hasil uji t didapatkan thitung = 6,49662 > ttabel
= 2,00 yang berarti kedua kelas tersebut ada perbedaan signifikan, yaitu
kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol. Dari hasil post test
terlihat hasi belajar sejarah siswa kelas eksperimen lebih tinggi
91
92
dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah
tanpa kunjungan ke museum.
2. Berdasarkan perhitungan di atas tampak bahwa thitung = 6,49662 > ttabel =
2,00 maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata post test kelompok
eksperimen lebih baik daripada kelompok kontrol. Pengaruh
pemanfaatan koleksi-koleksi benda bersejarah di Museum Diponegoro
terhadap peningkatan hasil belajar sejarah siswa kelas VIII SMP Negeri 3
Magelang diperoleh fakta bahwa dengan keberadaan Museum
Diponegoro tersebut menjadikan dorongan dan motivasi bagi siswa untuk
mendapatkan informasi yang nyata dan pengetahuan yang diambil dari
keberadaan Museum Diponegoro yang merupakan tempat penyimpanan
koleksi-koleksi benda sejarah peninggalan pangeran Diponegoro pada
saat perang melawan Belanda dan merupakan tempat penangkapan
pangeran Diponegoro.
B. Saran
Berdasarkan simpulan dari hasil penelitian dan pembahasan penelitian
diatas, maka dapat disarankan beberapa hal, yaitu:
1. Bagi guru, khususnya guru sejarah hendaknya lebih meningkatkan
kemampuan mengajarnya, serta cermat dalam memilih metode mengajar
sesuai dengan situasi, kondisi dan materi pelajarannya. Dalam hal belajar
mengajar terutama dalam hal penyampaian materi guru tidaklah harus
93
bersifat teksbook orienterd saja, tetapi juga guru harus mampu
memanfaatkan lingkungan sekitar yang tentunya mempunyai nilai lebih
bagi siswa dan dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar sejarah.
2. Pihak sekolah hendaknya lebih bijak dan lebih selektif dalam menentikan
model pembelajaran yang cocok untuk diterapkan bagi sekolahnya agar
dalam penyampaian hasil belajar dapat dicapai secara optimal.
3. Disamping peningkatan hasil belajar dalam aspek kognitif, peningkatan
aspek afektif sangat penting dalam proses pembelajaran sejarah untuk
membentuk mental peserta didik dan lebih menghargai hasil budaya
bangsa Indonesia.
94
DAFTAR PUSTAKA
Anni, Catharina Tri, dkk. 2007. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK
UNNES.
Depdikbud. 2000. Pedoman Pendirian Museum. Jakarta: Depdikbud
Dewanto. 2009. “Abstrak Pengukuran dan Evaluasi Pembelajaran”. Makalah.
Disajikan Untuk Mahasiswa Jurusan Sejarah Angkatan 2008/2009
Universitas Negeri Semarang.
Dewanto. 1996. Pengukuran dan Evaluasi Pendidikan. Semarang: IKIP Semarang
Press.
Dewanto. 2005. Metodologi Penelitian. Semarang: UPT UNNES Press.
Dewanto dan Tarsis Tarmudji. 1995. Metode Statistika. Yogyakarta: Liberty.
Hamalik, Oemar. 1989. Media Pendidikan. Bandung: PT Citra Aditya Bhakti.
Isjoni. 2007. Pembelajaran Sejarah Pada Satuan Pendidikan. Bandung: Alfabeta
...... 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Margono. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Mulyasa, Enco. 2009. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
95
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Rifa‟i, Achmad dan Catharina Tri Anni. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang:
UNNES Press.
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1985. Metode Penelitian Survai. Jakarta:
LP3ES.
Slameto. 2009. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta
Soewarso. 2000. Cara-cara Penyampaian Pendidikan sejarah untuk
Membangkitkan Minat Peserta Didik Mempelajari Sejarah Bangsanya.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Sudjana, Nana. 2009. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algesindo
Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 1989. Teknologi Pengajaran. Bandung: Sinar
Baru.
Sudjarwo. 1989. Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar. Jakarta:
Mediyatama Sarana Perkasa.
Sugandi, Achmad. 2007. Teori Pembelajaran. Semarang: UPT MKK UNNES.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
96
Sutaarga, Amir. 1991. Studi Museologia. Jakarta: Depdikbud
Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktifistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka.
Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi
Aksara.
Widja, I Gde. 1989. Dasar-dasar Pengembangan Strategi serta Metode
pengajaran Sejarah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
97
98 Lampiran 1
DAFTAR NAMA SISWA KELAS VIII E KELOMPOK EKSPERIMEN
No. NAMA L/P 1. ANASTASYA APRILIAN PRIYATNA P 2. AULIA SEKAR RIDZKIRANA P 3. AYU NOVITA SARI P 4. BAGUS AULIA RAHMAN L 5. DARISA DARDA HAMKA P 6. DEVITA RAHMA ARDINA P 7. DHANY KUSWINARKO L 8. DIAN AYU WARDANI P 9. EDWIN RISKI INDARTO L 10. EKI GUSTIA PRATIWI P 11. ERWIN RIYANTO L 12. GLADYSIA RAMADANI P 13. HAIDAR ZAQIK L 14. HAJAR KARIMAH P 15. HERNANDA YUSNIL AKSA L 16. INDAH KURNIASARI P 17. KEMAL KSATRIA AKBAR L 18. MAEMUN ARBI SETIAWAN L 19. MARYONO L 20. MUHAMMAD 'AZA MUSTA‟ANA L 21. MUHAMMAD GILANG PURNOMO L 22. MUHAMMAD ULINUHA L 23. NABILA PRILIA PRASWATI P 24. NOVITA GANIS AYUNINGRUM P 25. NUR LAILIA ULINNUHA P 26. PUTRI WAHYU ANDINI SUGIANTO P 27. RENO AZIZ L 28. RESTU RISTANTI P 29. SONIA ARWINDHI PUTRAWATI P 30. YUDHISTIRA INDRA PRATAMA L 31. YUSRINA LUTHFI HANIFAH P
Lampiran 2 99
DAFTAR NAMA SISWA KELAS VIII C KELOMPOK KONTROL
No. Nama Siswa L/P 1. ADITYA ARI DANISWARA L 2. AENI NURLAILIYAH P 3. ARIFATUL NOOR AINA P 4. BAGAS WIDYA SETYAWAN L 5. CHYNTHIA WULAN GUSTI P 6. DANANG TRI WIBOWO L 7. DANU BUDI PRABOWO L 8. DESTI PUTRI CAHYANI P 9. DHIAZ CHRISTOPHER HAUMAHU L 10. DWI ANTIKA SAFITRI P 11. ELMA RIZKY GIOVANNI P 12. GUSTI SURYO TENGGORO L 13. HANINDYA KIRANA MURTI P 14. IMADUDDIN HAFIZH JUNIARDANA L 15. JULIO TIDAR L 16. LISA ANITASARI P 17. MUCHAMMAD SAFRUDDIN H L 18. MUHAMMAD IMAM HIDAYAT L 19. MUHAMMAD BADRU ZAINAN L 20. NOVINDA INTANI PUTRI P 21. NOVIYANTI P 22. PUTRI OKTAVIANI P 23. RISMAWATI NUR FAIZAH P 24. SHANI ALVIAN L 25. SRI WAHYUNI P 26. TIARA NANDA SAPUTRA L 27. VALDIO MALIK AL AKBAR L 28. VIRGIETHA RIZKI ADISYAH PUTRI P 29. WAHYU SURYADI L 30. YOGA WIDAGDA PRIYAHITA L 31. ROSYID NUR SANTOSO L
100 Lampiran 3
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(Kelas Eksperimen)
Sekolah : SMP Negeri 3 Magelang
Mata Pelajaran : Sejarah
Kelas/Smester : VIII / semester 1
Standar Kompetensi : 1. Memahami Proses Kebangkitan Nasional
Kompetensi Dasar : 1.1 Menjelaskan Proses Perkembangan Kolonialisme dan Imperialisme Barat, serta Pengaruh yang Ditimbulkannya di Berbagai Daerah
Indikator :
1. Mendeskripsikan bentuk-bentuk perlawanan rakyat Indonesia dalam menentang kolonialisme bangsa barat periode sesudah tahun 1800 2. Mengidentifikasi tokoh-tokoh perlawanan rakyat Indonesia dalam menentang kolonialisme bangsa barat periode sesudah tahun 1800 3. Menunjukkan lokasi perlawanan rakyat Indonesia di berbagai daerah
Alokasi Waktu : 8 x 40 menit (4 x pertemuan)
101
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah proses pembelajaran diharapkan siswa dapat:
1. Mendeskripsikan bentuk-bentuk perlawanan rakyat Indonesia dalam menentang kolonialisme bangsa barat periode sesudah tahun 1800 2. Mengidentifikasi tokoh-tokoh perlawanan rakyat Indonesia dalam menentang kolonialisme bangsa barat periode sesudah tahun 1800 3. Menunjukkan lokasi perlawanan rakyat Indonesia di berbagai daerah
B. Materi Pembelajaran
1. Bentuk-bentuk perlawanan rakyat Indonesia dalam menentang kolonialisme bangsa barat periode sesudah tahun 1800 2. Tokoh-tokoh perlawanan rakyat Indonesia dalam menentang kolonialisme bangsa barat periode sesudah tahun 1800 3. Lokasi perlawanan rakyat Indonesia di berbagai daerah.
C. Metode Pembelajaran
1) Ceramah Bervariasi 2) Contekstual teaching and learning 3) Kunjungan Museum Diponegoro
D. Langkah-langkah Pembelajaran Kegiatan Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Pembelajaran Pertemuan 1 Kegiatan Pembuka Guru Memberikan salam, dan Siswa menjawab menyampaikan tujuan salam dan pembelajaran yang akan di memperhatikan capai memberikan motivasi, apersepsi yang setelah itu, guru mulai disampaikan oleh memberikan gamabaran guru dengan tentang berbagai bentuk seksama. perlawanan rakyat Indonesia menentang kolonial isme
102
Bangsa Barat setelah periode 1800. Kegiatan Inti Eksplorasi Pre-test tentang materi Siswa Mengerjakan pembelajaran Bentuk-bentuk Pre-test yang perlawanan Rakyat Indonesia diberikan oleh guru. Menentang Kolonialisme Bangsa barat Periode setelah Siswa mendengarkan tahun 1800. materi yang Elaborasi disampaikan oleh Guru menjelaskan materi guru. perlawanan rakyat Indonesia dalam perlawanan Saparua di Siswa mengajukan Maluku (1817), perang Paderi pertanyaan tentang (1821-1837). materi. Konfirmasi
Guru mempersilakan siswa melakukan tanya jawab. Kegiatan Penutup Guru mengecek daftar siswa yang tidak hadir sekaligus menutup kegiatan pembelajaran dengan ucapan salam.
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Pertemuan 2 Kegiatan Guru Memberikan salam, dan Siswa menjawab Pembuka menyampaikan tujuan salam dan pembelajaran yang akan di mendengarkan capai memberikan motivasi, apersepsi yang setelah itu guru memberikan disampaikan guru. gambaran tentang materi perlawanan selanjutnya yang akan disampaikan dalam pembelajaran. Kegiatan Inti Eksplorasi Guru menjelaskan kompetensi Siswa mendengarkan yang harus dicapai serta penjelasan dari guru. manfaat dari proses pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari. Elaborasi Siswa mendengarkan Guru melanjutkan materi materi pembelajaran
103
pembelajaran perang yang disampaikan Diponegoro, perang Aceh, guru. perang Bali dan perang Banjar. Siswa berkomunikasi Guru memberikan pembekalan, denga anggota membentuk 5-6 kelompok yang kelompoknya dan terdiri dari 5-6 siswa, dan mencatat tugas-tugas pembagian tugas untuk yang diberikan guru pertemuan ke-3 pada kunjungan untuk kunjungan ke museum Diponegoro. museum.
Konfirmasi Siswa bertanya Guru mempersilahkan siswa seputar materi dan bertanya seputar materi dan tugas kelompom tugas kelompok kunjungan ke kunjungan Museum. Museum Diponegoro. Kegiatan Penutup Guru mengecek daftar siswa yang tidak hadir sekaligus menutup kegiatan pembelajaran dengan ucapan salam.
Kegiatan Kegiatan Guru Kegiatan Pembelajaran Siswa Pertemuan 3 Kegiatan Pembuka Apersepsi guru membuka Siswa pembelajaran dengan mendengarkan mengucapkan salam, apersepsi guru, Guru menyampaikan tujuan dan penjelasan pembelajaran dan metode dari guru. pembelajaran kunjungan museum. Guru mengkondisikan siswa untuk masuk ke kendaraan transprtasi menuju ke Museum Diponegoro.
Kegiatan Inti Eksplorasi Guru mengingatkan kembali Siswa pada siswa tugas-tugas kelompok mendengarkan yang harus dikerjakan. penjelasan dari guru tentang tugas kelomok Elaborasi Siswa melakukan tanya jawab Siswa bertanya
104
dengan guru maupun pemandu pada guru dan Museum Diponegoro tentang pemandu sejarah Museum Diponegoro dan museum yang koleksi-koleksinya terkait terkait dengan dengan materi perlawanan materi Diponegoro. perlawanan Diponegoro.
Konfirmasi Siswa Guru dan pemandu memberi mendengarkan penjelasan terhadap sejarah penjelasan dan Museum Diponegoro dan informasi dari koleksi-koleksi musuem tentang guru dan kaitanya denga materi pemandu perlawanan Diponegoro. museum tentang sejarah museum Diponegoro dan koleksinya terkait dengan perlawanan Diponegoro Kegiatan Penutup Guru dan siswa persiapan Siswa persiapan kembali ke Sekolah. kembali ke Guru melakukan refleksi materi sekolah dan yang telah diamati oleh siswa di mempersiapkan Museum Diponegoro. tugas untuk Menarik kesimpulan materi. laporan tertulis Guru Memberi tugas untuk kelompok membuat laporan tertulis tiap tentang apa kelompok tentang apa yang telah yang diamati di diamatinya di Museum Museum Diponegoro. Diponegoro, Guru membuat kesimpulan dari siswa materi yang baru disampaikan mendengarkan dan menyampaikan apa yang kesimpulan dari akan dipelajari pertemuan guru tentang berikutnya yaitu melakukan post materi yang test. baru Guru menutup pelajaran dengan disampaikan. mengucapkan salam.
Kegiatan Kegiatan Guru Kegiatan Pembelajaran Siswa
105
Pertemuan 4 Kegiatan Pembuka Guru memberi salam guru Siswa melakukan presensi dan melihat mendengarkan kesiapan siswa untuk mengikuti apersepsi dari pelajaran, serta dilanjutkan guru. dengan pemberian motivasi. Kegiatan Inti Eksplorasi Guru mempersiapkan siswa Siswa untuk mengumpulkan tugas mempersiapkan laporan kunjungan museum tugas dan Diponegoro dan menunjuk salah persiapan untuk satu kelompok untuk meyampaiakan menyampaikan hasil tugas hasil tugas kelompok di depan kelas. kelopok di depan kelas. Elaborasi Siswa Guru mempersilakan siswa untuk membacakan membacakan hasil laporan di hasil laporan di depan kelas dan tanya jawab depan kelas dan seputar hasil laporan kunjungan tanya jawab Museum. seputar hasil Guru memberikan post-test laporan tentang materi Bentuk-bentuk kunjungan perlawanan Rakyat Indonesia Museum. Siswa Menentang Kolonialisme Bangsa menegerjakan barat Periode setelah tahun 1800. post-test materi Bentuk-bentuk perlawanan Rakyat Indonesia Menentang Kolonialisme Bangsa barat Periode setelah tahun 1800 Konfirmasi Siswa Guru membahas hasil laporan mendengarkan dan membahas soal-soal post- hasil laporan test. dan penjelasan dari guru.
Kegiatan Penutup Guru berterimakasih atas . kerjasamanya. Kemudian menutup pelajaran
106
E. Sumber Belajar 1. Buku sumber Sejarah SMP kelas VIII 2. Buku-buku penunjang yang relevan 3. Museum Diponegoro dan koleksi-koleksinya. 4. Foto-foto koleksi Museum Diponegoro
F. Penilaian 1. Penilaian Tes a. Pre tes b. Pos tes 2. Penilaian laporan tugas kelompok
Magelang, 7 April 2011
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Sejarah Peneliti
Sri Sundari, S.Pd Arif Widayanto NIP. 19610105 198803 2 005 NIM. 3101407001
Lampiran 4
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
107
(Kelas Kontrol)
Sekolah : SMP Negeri 3 Magelang
Mata Pelajaran : Sejarah
Kelas/Smester : VIII / semester 1
Standar Kompetensi : 1. Memahami Proses Kebangkitan Nasional
Kompetensi Dasar : 1.1 Menjelaskan Proses Perkembangan Kolonialisme dan Imperialisme Barat, serta Pengaruh yang Ditimbulkannya di Berbagai Daerah
Indikator :
4. Mendeskripsikan bentuk-bentuk perlawanan rakyat Indonesia dalam menentang kolonialisme bangsa barat periode sesudah tahun 1800 5. Mengidentifikasi tokoh-tokoh perlawanan rakyat Indonesia dalam menentang kolonialisme bangsa barat periode sesudah tahun 1800 6. Menunjukkan lokasi perlawanan rakyat Indonesia di berbagai daerah
Alokasi Waktu : 6 x 40 menit (3 x pertemuan)
A. Tujuan Pembelajaran
108
Setelah proses pembelajaran diharapkan siswa dapat:
4. Mendeskripsikan bentuk-bentuk perlawanan rakyat Indonesia dalam menentang kolonialisme bangsa barat periode sesudah tahun 1800 5. Mengidentifikasi tokoh-tokoh perlawanan rakyat Indonesia dalam menentang kolonialisme bangsa barat periode sesudah tahun 1800 6. Menunjukkan lokasi perlawanan rakyat Indonesia di berbagai daerah.
B. Materi Pembelajaran
4. Bentuk-bentuk perlawanan rakyat Indonesia dalam menentang kolonialisme bangsa barat periode sesudah tahun 1800 5. Tokoh-tokoh perlawanan rakyat Indonesia dalam menentang kolonialisme bangsa barat periode sesudah tahun 1800 6. Lokasi perlawanan rakyat Indonesia di berbagai daerah.
C. Metode Pembelajaran
Ceramah Bervariasi dan tanya jawab.
G. Langkah-langkah Pembelajaran Kegiatan Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Pembelajaran Pertemuan 1 Kegiatan Pembuka Guru Memberikan salam, dan Siswa menjawab menyampaikan tujuan salam dan pembelajaran yang akan di memperhatikan capai memberikan motivasi, apersepsi yang setelah itu, guru mulai disampaikan oleh memberikan gamabaran guru dengan tentang berbagai bentuk seksama. perlawanan rakyat Indonesia menentang kolonial isme Bangsa Barat setelah periode 1800.
Kegiatan Inti Eksplorasi Pre-test tentang materi Siswa Mengerjakan pembelajaran Bentuk-bentuk Pre-test yang perlawanan Rakyat Indonesia diberikan oleh guru.
109
Menentang Kolonialisme Bangsa barat Periode setelah tahun 1800. Elaborasi Siswa mendengarkan Guru menjelaskan materi materi yang perlawanan rakyat Indonesia disampaikan oleh dalam perlawanan Saparua di guru. Maluku (1817), perang Paderi (1821-1837).
Konfirmasi Guru mempersilakan siswa Siswa mengajukan melakukan tanya jawab. pertanyaan tentang materi. Kegiatan Penutup Guru mengecek daftar siswa yang tidak hadir sekaligus menutup kegiatan pembelajaran dengan ucapan salam.
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Pertemuan 2 Kegiatan Guru Memberikan salam, dan Siswa menjawab Pembuka menyampaikan tujuan salam dan pembelajaran yang akan di mendengarkan capai memberikan motivasi, apersepsi yang setelah itu guru memberikan disampaikan guru. gambaran tentang materi perlawanan selanjutnya yang akan disampaikan dalam pembelajaran.
Kegiatan Inti Eksplorasi Guru menjelaskan kompetensi Siswa mendengarkan yang harus dicapai serta penjelasan dari guru. manfaat dari proses pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari. Elaborasi Siswa mendengarkan Guru melanjutkan materi materi pembelajaran pembelajaran perang yang disampaikan Diponegoro (1825-1830), guru. perang Aceh (1873-1904),
110
perang Bali (1846-1906) dan Konfirmasi perang Banjar (1859-1863). Siswa mengemukakan Guru mempersilakan siswa pertanyaan tentang melakukan tanya jawab seputar materi yang belum materi pembelajaran. dipahami.
Kegiatan Penutup Guru mengecek daftar siswa yang tidak hadir sekaligus menutup kegiatan pembelajaran dengan ucapan salam.
Kegiatan Kegiatan Guru Kegiatan Pembelajaran Siswa Pertemuan 3 Kegiatan Pembuka Guru memberi salam guru Siswa melakukan presensi dan melihat mendengarkan kesiapan siswa untuk mengikuti apersepsi dari pelajaran, serta dilanjutkan guru. dengan pemberian motivasi.
Kegiatan Inti Eksplorasi Guru mengulas materi Siswa pembelajaran pada pertemuan mendengarkan yang sebelumnya. penjelasan dari guru.
Elaborasi Siswa Guru memberikan soal post-test mengerjakan tentang materi pembelajaran soal post-test Bentuk-bentuk perlawanan yang diberikan Rakyat Indonesia Menentang guru tentang Kolonialisme Bangsa barat materi Periode setelah tahun 1800. pembelajaran Bentuk-bentuk perlawanan Rakyat Indonesia Menentang Kolonialisme Bangsa barat Periode setelah
111
Konfirmasi tahun 1800. Guru membahas soal post-test dan menyimpulkan materi Siswa pembelajaran. mendengarkan penjelasan dari guru
Kegiatan Penutup Guru berterima kasih atas . kerjasamanya. Kemudian menutup pelajaran
H. Sumber Belajar 5. Buku sumber Sejarah SMP kelas VIII 6. Buku-buku penunjang yang relevan 7. LKS I. Penilaian Penilaian Tes :
c. Pre tes d. Pos tes
Magelang, April 2011
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Sejarah Peneliti
Sri Sundari, S.Pd Arif Widayanto NIP. 19610105 198803 2 005 NIM. 3101407001
Lampiran 5 112
KISI-KISI SOAL UJI COBA TEST
Satuan Pendidikan : SMP Negeri 3 Magelang Mata Pelajaran : Sejarah Kelas/Semester : VIII/1 Materi Pembelajaran : Bentuk-bentuk Perlawanan Rakyat Indonesia dalam Menentang Kolonialisme Bangsa Barat Periode setelah tahun 1800 Tahun Ajaran : 2010/2011 Jumlah Butir : 40 soal
No. Kompetensi Kelas/ Indikator No. Soal Dasar semester 1. Menjelaskan VIII/1 Mendeskripsikan 1, 2, 5, 6, 7, 8, 9, Proses bentuk-bentuk 11,13, 15, 16, 17, 18, Perkembanga perlawanan rakyat 22, 23, 24, 26, 27, n Indonesia dalam 30, 31, 32, 33 dan 34 Kolonialisme menentang dan kolonialisme bangsa Imperialisme barat periode sesudah Barat, serta tahun 1800. Pengaruh yang Mengidentifikasi 4, 12, 14, 20, 21, 25, Ditimbulkann tokoh-tokoh 28, 29, 35, 37, 38 ya di Berbagai perlawanan rakyat dan 39 Daerah Indonesia dalam menentang kolonialisme bangsa barat periode sesudah tahun 1800.
Menunjukan lokasi- 3, 10, 19, 36 dan 40 lokasi perlawanan rakyat Indonesia diberbagai daerah.
Lampiran 6 113
SOAL UJI COBA TEST
Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c, atau d pada jawaban yang menurut anda paling tepat!
1. Perjuangan rakyat Indonesia melawan bangsa Barat periode sesudah tahun 1800 bersifat... a. Nasional dan modern b. Kedaerahan dan tradisional c. Nasional dan tradisional d. Kedaerahan dan modern 2. Faktor yang menyebabkan timbulnya perlawanan Patimura terhadap Belanda adalah didudukinya Benteng oleh Belanda, yaitu... a. Benteng New Victoria c. Benteng Vredeberg b. Benteng Holandia d. Benteng Duurstede 3. Perlawanan rakyat Saparua terhadap Belanda lebih dikenal dengan perlawanan Pattimura. Perlawanan Pattimura terjadi di daerah... a. Manado c. Maluku
b. Kendari d. Makassar
4. Gambar berikut adalah tokoh pejuang wanita yang berasal dari Maluku yang bernama...
a. Christina Martha Tiahahu b. Thomas Matulesi c. Dewi Sartika
114
d. Cut Nyak Dien 5. Sebelum memberontak, Thomas Matulesi atau Pattimura masih menghargai pemerintah kolonial Belanda, terbukti dari... a. Memberi kesempatan pada pemerintah memberlakukan penyerahan wajib dan wajib kerja b. Mendukung tindakan pemerintah merekrut pemuda maluku menjadi tentara belanda c. Turut mengkampanyekan penggunaan uang kertas sebagai pengganti uang logam d. Menyampaikan keluhan terlebih dahulu sebelum mengambil jalan kekerasan 6. Pada 16 Desember 1817, Pattimura dihukum gantung oleh pemerintah kolonial Belanda di depan rakyat Maluku, yaitu di benteng... a. Van der Wijk c. Niew Victoria b. Ford Van de Capellen d. Duurstede 7. Gerakan memurnikan kembali ajaran agama islam yang dilakukan oleh kaum Paderi disebut... a. Gerakan Dakwah c. Gerakan Sosial b. Gerakan Budaya d. Gerakan Wahabiah 8. Terjadinya Perang Paderi pada mulanya didorong oleh penentangan kaum adat terhadap kaum Paderi yang disebabkan oleh... a. Kaum Paderi tidak mau bekerjasama dengan kaum adat b. Usaha kaum Paderi menghilangkan kebiasaan masyarakat yang bertentangan dengan Islam c. Tidak adanya Hak bagi kaum adat untuk menduduki jabatan dalam pemerintahan d. Ketidaksetujuan kaum adat terhadap kerjasama antara kaum Paderi dan Belanda 9. Penggunaan pasukan Sentot Ali Basyah Prawirodirjo untuk menumpas kaum Paderi menunjukan fakta bahwa...
115
a. Berbagai wilayah di Indonesia telah memiliki kesatuan dalam perjuangan b. Perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme Belanda sudah berskala nasional c. Belanda tetap berhasil menjalankan strategi devide et impera d. Perjuangan melawan kolonialisme sudah terorganisasi secara baik
10. Perhatikan peta dibawah ini !
Lokasi Perang Paderi ditunjukan pada nomor...
a. 1 c. 3
b. 2 d. 4
11. Perjanjian damai yang dilakukan Belanda tahun 1825 dengan kaum Paderi betujuan untuk... a. Memusatkan perhatian Belanda dalam menghadapi Perang Diponegoro b. Mengakhiri perang antara Belanda dengan Kaum Paderi c. Menarik simpati masyarakat Minangkabau d. Menghindari banyaknya korban dikedua belah pihak 12. Cut Nyak Dien berjuang melawan penjajah di Aceh disertai juga dengan suaminya yang dikenal dengan nama... a. Teuku Imam Leungbata
116
b. Teuku Umar c. Teuku Cik Ditiro d. Teuku Ibrahim 13. Dalam menghadapi perang Aceh, pemerintah Belanda mengirimkan Dr. Snouck Hurgronje ke Aceh yang bertugas untuk... a. Memimpin serangan kewilayah Aceh b. Menyelidiki struktur dan kehidupan masyarakat Aceh c. Melakukan perundingan dengan para pemimpin perjuangan rakyat Aceh d. Menghentikan peperangan antara Aceh dan Belanda 14. Sorang Jenderal Belanda yang membentuk Korps Marechause untuk mengalahkan perlawanan rakyat Aceh adalah... a. Van der Capellen b. Van Swieten c. Van Heutz d. De Kock 15. Kekuatan Aceh dalam perang melawan Belanda terletak pada hal berikut, kecuali... a. Penghayatan rakyat Aceh terhadap kewajiban perang sebagai kewajiban agama b. Persatuan yang kuat antara rakyat, kaum ulama, dan uleebalang c. Kesadaran rakyat Aceh mendukung tanah airnya secara mati-matian d. Kemampuan militer pasukan Aceh membendung strategi benteng stelsel 16. Perang Aceh berakhir pada tahun 1904 setelah Raja (Sultan) menyerah pada Belanda dengan menandatangani... a. Traktat Sumatera c. Traktat Pendek b. Traktat London d. Traktat Aceh 17. Hikmah kegagalan rakyat Aceh setelah selama 31 tahun berjuang adalah... a. Perlunya meningkatkan semangat tempur dan persenjataan
117
b. Waspada terhadap tawaran pihak asing yang menyebabkan perpecahan
c. berperang adalah tugas semua warga negara
d. berhati-hati terhadap segala unsur dari Belanda
18. Perang Banjar berlangsung pada tahun... a. 1821-1837 b. 1825-1830 c. 1846-1906 d. 1858-1866 19. Perang Banjar merupakan perlawanan rakyat Indonesia di daerah... a. Kalimantan Timur b. Kalimantan Barat c. Kalimantan Selatan d. Kalimantan Tengah
20. Gambar berikut adalah tokoh pemimpin perlawanan rakyat Banjar melawan Belanda adalah...
a. Pangeran Anom b. Pangeran Antasari c. Sultan Tamjidillah d. Kyai Demang Leman 21. Seorang tokoh dari kerajaan Banjar yang yang tidak disukai rakyat karena bersekutu dengan pemerintah kolonial Belanda adalah ... a. Pangeran Anom
118
b. Pangeran Antasari c. Pangeran Tamjidillah d. Pangeran Hidayat 22. Terjadinya perang Banjar melawan pemerintah kolonial Belanda antara lain disebabkan oleh... a. Belanda merebut tambang batu bara b. Belanda membangun pangkalan militer di Banjar c. Perebutan kekuasaan di Kerajaan Banjar d. Belanda turut ikut campur dalam urusan kerajaan Banjar 23. Perang Jagaraga merupakan perang yang dikobarkan oleh kerajaan- kerajaan di Bali untuk melawan kolonialisme Belanda pada tahun... a. 1817 b. 1821-1837 c. 1825-1830 d. 1846-1906
24. Salah satu penyebab Perang Jagaraga antara kerajaan-kerajaan di Bali dengan Belanda adalah adanya hak tawan karang, yaitu... a. Hak raja-raja Bali untuk merampas kapal dan muatannya yang terdampar di pantai Bali. b. Hak raja-raja untuk mengusir kapal-kapal Belanda. c. Hak kerajaan di Bali untuk menangkap ikan di perairan Bali. d. Hak kerajaan di Bali untuk bekerja sama dengan bangsa asing. 25. Berikut ini adalah tokoh perlawanan rakyat Bali, kecuali... a. Raja Buleleng b. I Gusti Ketut Jelantik c. Raja Karangasem d. Prabu Anom 26. Perang dengan semangat bertempur sampai titik darah penghabisan oleh rakyat Bali pada perang Jagaraga melawan Belanda adalah...
119
a. Perang Buleleng b. Perang Paregreg c. Perang Margarana d. Perang Puputan 27. Perang Diponegoro melawan kolonialisme Belanda terjadi pada tahun... a. 1821-1837 b. 1825-1830 c. 1859-1863 d. 1846-1906 28. Pangeran Diponegoro adalah seorang putra Sultan Hamengku Buwono III yang lahir dari R.A Mangkarawati yang berdarah Madura yang berasal dari Pacitan. Nama kecil Pangeran Diponegoro adalah... a. R. M Antawirya b. P. Mangkubumi c. Pangeran Purboyo d. Kyai Maja
29. Tokoh yang membantu perjuangan Pangeran Diponegoro yang akhirnya menyerah dan dikirim Belanda untuk menghadapi perang Paderi di Minangkabau adalah... a. Kyai Mojo b. Pangeran Purboyo c. Pangeran Mangkubumi d. Sentot Alibasyah Prawirodirjo 30. Pilihan Diponegoro berpihak pada rakyat tampak dari tindakan... a. Memusatkan diri pada hal-hal keagamaan b. Memprotes proyek pembangunan jalan di Tegalrejo c. Menjauhkan diri dari kecenderungan hidup mewah Keraton d. Menghimpun kaum ulama untuk melawan penjajah
120
31. Pernyataan berikut yang menjadi penyebab khusus terjadinya perang Diponegoro adalah... a. Penderitaan rakyat di Pulau Jawa akibat penjajahan Belanda b. Penangkapan pangeran Diponegoro oleh pasukan Belanda c. Masuknya kebudayaan Barat yang telah merusak kebudayaan Jawa d. Belanda memasang tonggak-tonggak untuk membuat jalan yang melintasi makam leluhur Pangeran Diponegoro 32. Salah satu penyebab umum terjadinya perang Diponegoro melawan pemerintah kolonial Belanda adalah adanya kebencian kaum bangsawan Mataram terhadap Belanda sebab... a. Belanda semakin mempersempit wilayah Mataram b. Pasukan Belanda telah menyerang kediaman Pangeran Diponegoro c. Belanda melanggar hasil putusan dalam perjanjian Salatiga d. Kebudayaan Eropa yang dibawa Belanda semakin meluas diwilayah Mataram 33. Usaha-usaha Belanda untuk mengalahkan perlawanan Diponegoro antara lain adalah, kecuali... a. Menggunakan siasat berunding b. Memberikan hadiah yang tinggi kepada orang yang menangkap Diponegoro c. Menggunakan siasat Benteng Stelsel d. Menggunakan siasat Konsentrasi Stelsel 34. Untuk mempersempit ruang gerak perlawanan Diponegoro, Belanda menggunakan strategi... a. Perang Gerilya c. Devide et Impera b. Benteng Stelsel d. Konsentrasi Stelsel 35. Setelah perundingan-perundingan mengalami kegagalan dan tidak membawa hasil, pada tanggal 25 Maret 1830 Pangeran Diponegoro bersedia berunding kembali dengan Belanda di rumah pejabat Belanda, yaitu di rumah... a. Jenderal De Kock c. Letjen Roest
121
b. Kolonel Cleerens d. Residen Kedu 36. Perang Diponegoro berakhir dengan ditangkapnya Pangeran Diponegoro pada saat berunding dengan Belanda pada tanggal 25 Maret 1830 di... a. Yogyakarta c. Semarang b. Magelang d. Temanggung 37. Perwakilan Belanda yang berunding dengan Pangeran Diponegoro dan akhirnya menghianati perundingan adalah... a. Jenderal De Kock c. Jenderal Kohler b. Jenderal Van Heutz d. Jenderal Van Swieten 38. Pada saat perundingan dengan Belanda, Pangeran Diponegoro di iringi oleh istrinya yaitu yang bernama... a. Ratu Ageng c. R.A Mangkarawati b. Ratu Ayu d. R.A Ratnaningsih 39. Kuda yang selalu ditunggangi Pangeran Diponegoro pada perlawanan melawan Belanda bernama... a. Kyai Ageng b. Kyai Gentayu c. Kyai Badarrudin d. Kyai Mojo 40. Pangeran Diponegoro wafat pada 8 Januari 1855 di tempat pengasingannya selama 25 Tahun, yaitu di... a. Manado c. Makassar b. Ambon d. Palu
Lampiran 7 122
KUNCI JAWABAN SOAL UJI COBA TEST
1. B 11. A 21. C 31.D
2. D 12. B 22. D 32.A
3. C 13. B 23. D 33.D
4. A 14. C 24. A 34.B
5. D 15. B 25. D 35.D
6. C 16. C 26. D 36.B
7. D 17. D 27. B 37.A
8.B 18. D 28. A 38.D
9. C 19. C 29. D 39.B
10. C 20. B 30. C 40.C
Lampiran 8 123
124
125
Lampiran 9 126
127
Lampiran 10 128
Lampiran 11 129
KISI-KISI SOAL PRE TEST & POST TEST
Satuan Pendidikan : SMP Negeri 3 Magelang Mata Pelajaran : Sejarah Kelas/Semester : VIII/1 Materi Pembelajaran : Bentuk-bentuk Perlawanan Rakyat Indonesia dalam Menentang Kolonialisme Bangsa Barat Periode setelah tahun 1800 Tahun Ajaran : 2010/2011 Alokasi Waktu : 40 menit Jumlah Butir : 30 soal
No. Kompetensi Kelas/ Indikator No. Soal Dasar semester 1. Menjelaskan VIII/1 Mendeskripsikan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 11, Proses bentuk-bentuk 12, 13, 14, 17, 19, Perkembanga perlawanan rakyat 20, 22, 23, 24 dan 25 n Indonesia dalam
Kolonialisme menentang dan kolonialisme bangsa Imperialisme barat periode sesudah Barat, serta tahun 1800. Pengaruh yang Mengidentifikasi 9, 10, 16, 18, 21, 26, Ditimbulkann tokoh-tokoh 27, 28 dan 29 ya di Berbagai perlawanan rakyat Daerah Indonesia dalam menentang kolonialisme bangsa barat periode sesudah tahun 1800.
Menunjukan lokasi- lokasi perlawanan 7, 15, dan 30 rakyat Indonesia diberbagai daerah.
Lampiran 12 130
SOAL PRE TEST DAN POST TEST
Perhatikan soal dibawah ini. Jawablah soal di bawah ini dengan memberikan tanda ‘X’ pada lembar jawab yang sudah disediakan !
1. Faktor yang menyebabkan timbulnya perlawanan Patimura terhadap Belanda adalah didudukinya Benteng oleh Belanda, yaitu... c. Benteng New Victoria c. Benteng Vredeberg d. Benteng Holandia d. Benteng Duurstede 2. Sebelum memberontak, Thomas Matulesi atau Pattimura masih menghargai pemerintah kolonial Belanda, terbukti dari... e. Memberi kesempatan pada pemerintah memberlakukan penyerahan wajib dan wajib kerja f. Mendukung tindakan pemerintah merekrut pemuda maluku menjadi tentara belanda g. Turut mengkampanyekan penggunaan uang kertas sebagai pengganti uang logam h. Menyampaikan keluhan terlebih dahulu sebelum mengambil jalan kekerasan 3. Pada 16 Desember 1817, Pattimura dihukum gantung oleh pemerintah kolonial Belanda di depan rakyat Maluku, yaitu di benteng... c. Van der Wijk c. Niew Victoria d. Ford Van de Capellen d. Duurstede 4. Gerakan memurnikan kembali ajaran agama islam yang dilakukan oleh kaum Paderi disebut... c. Gerakan Dakwah c. Gerakan Sosial d. Gerakan Budaya d. Gerakan Wahabiah 5. Terjadinya Perang Paderi pada mulanya didorong oleh penentangan kaum adat terhadap kaum Paderi yang disebabkan oleh... e. Kaum Paderi tidak mau bekerjasama dengan kaum adat f. Usaha kaum Paderi menghilangkan kebiasaan masyarakat yang bertentangan dengan Islam
131
g. Tidak adanya Hak bagi kaum adat untuk menduduki jabatan dalam pemerintahan h. Ketidaksetujuan kaum adat terhadap kerjasama antara kaum Paderi dan Belanda 6. Penggunaan pasukan Sentot Ali Basyah Prawirodirjo untuk menumpas kaum Paderi menunjukan fakta bahwa... e. Berbagai wilayah di Indonesia telah memiliki kesatuan dalam perjuangan f. Perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme Belanda sudah berskala nasional g. Belanda tetap berhasil menjalankan strategi devide et impera h. Perjuangan melawan kolonialisme sudah terorganisasi secara baik 7. Perhatikan peta dibawah ini !
Lokasi Perang Paderi ditunjukan pada nomor... a. 1 c. 3 b. 2 d. 4 8. Perjanjian damai yang dilakukan Belanda tahun 1825 dengan kaum Paderi betujuan untuk... e. Memusatkan perhatian Belanda dalam menghadapi Perang Diponegoro f. Mengakhiri perang antara Belanda dengan Kaum Paderi g. Menarik simpati masyarakat Minangkabau h. Menghindari banyaknya korban dikedua belah pihak 9. Cut Nyak Dien berjuang melawan penjajah di Aceh disertai juga dengan suaminya yang dikenal dengan nama...
132
e. Teuku Imam Leungbata f. Teuku Umar g. Teuku Cik Ditiro h. Teuku Ibrahim 10. Seorang Jenderal Belanda yang membentuk Korps Marechause untuk mengalahkan perlawanan rakyat Aceh adalah... e. Van der Capellen f. Van Swieten g. Van Heutz h. De Kock 11. Kekuatan Aceh dalam perang melawan Belanda terletak pada hal berikut, kecuali... e. Penghayatan rakyat Aceh terhadap kewajiban perang sebagai kewajiban agama f. Persatuan yang kuat antara rakyat, kaum ulama, dan uleebalang g. Kesadaran rakyat Aceh mendukung tanah airnya secara mati-matian h. Kemampuan militer pasukan Aceh membendung strategi benteng stelsel 12. Perang Aceh berakhir pada tahun 1904 setelah Raja (Sultan) menyerah pada Belanda dengan menandatangani... c. Traktat Sumatera c. Traktat Pendek d. Traktat London d. Traktat Aceh 13. Hikmah kegagalan rakyat Aceh setelah selama 31 tahun berjuang adalah... a. Perlunya meningkatkan semangat tempur dan persenjataan
b. Waspada terhadap tawaran pihak asing yang menyebabkan perpecahan
c. berperang adalah tugas semua warga negara
d. berhati-hati terhadap segala unsur dari Belanda
14. Perang Banjar berlangsung pada tahun... e. 1821-1837
133
f. 1825-1830 g. 1846-1906 h. 1858-1866 15. Perang Banjar merupakan perlawanan rakyat Indonesia di daerah... e. Kalimantan Timur f. Kalimantan Barat g. Kalimantan Selatan h. Kalimantan Tengah 16. Seorang tokoh dari kerajaan Banjar yang yang tidak disukai rakyat karena bersekutu dengan pemerintah kolonial Belanda adalah ... e. Pangeran Anom f. Pangeran Antasari g. Pangeran Tamjidillah h. Pangeran Hidayat 17. Perang Jagaraga merupakan perang yang dikobarkan oleh kerajaan- kerajaan di Bali untuk melawan kolonialisme Belanda pada tahun... e. 1817 f. 1821-1837 g. 1825-1830 h. 1846-1906 18. Berikut ini adalah tokoh perlawanan rakyat Bali, kecuali... e. Raja Buleleng f. I Gusti Ketut Jelantik g. Raja Karangasem h. Prabu Anom 19. Perang dengan semangat bertempur sampai titik darah penghabisan oleh rakyat Bali pada perang Jagaraga melawan Belanda adalah... e. Perang Buleleng f. Perang Paregreg g. Perang Margarana h. Perang Puputan
134
20. Perang Diponegoro melawan kolonialisme Belanda terjadi pada tahun... e. 1821-1837 f. 1825-1830 g. 1859-1863 h. 1846-1906 21. Pangeran Diponegoro adalah seorang putra Sultan Hamengku Buwono III yang lahir dari R.A Mangkarawati yang berdarah Madura yang berasal dari Pacitan. Nama kecil Pangeran Diponegoro adalah... e. R. M Antawirya f. P. Mangkubumi g. Pangeran Purboyo h. Kyai Maja 22. Pilihan Diponegoro berpihak pada rakyat tampak dari tindakan... e. Memusatkan diri pada hal-hal keagamaan f. Memprotes proyek pembangunan jalan di Tegalrejo g. Menjauhkan diri dari kecenderungan hidup mewah Keraton h. Menghimpun kaum ulama untuk melawan penjajah 23. Salah satu penyebab umum terjadinya perang Diponegoro melawan pemerintah kolonial Belanda adalah adanya kebencian kaum bangsawan Mataram terhadap Belanda sebab... e. Belanda semakin mempersempit wilayah Mataram f. Pasukan Belanda telah menyerang kediaman Pangeran Diponegoro g. Belanda melanggar hasil putusan dalam perjanjian Salatiga h. Kebudayaan Eropa yang dibawa Belanda semakin meluas diwilayah Mataram 24. Usaha-usaha Belanda untuk mengalahkan perlawanan Diponegoro antara lain adalah, kecuali... e. Menggunakan siasat berunding f. Memberikan hadiah yang tinggi kepada orang yang menangkap Diponegoro g. Menggunakan siasat Benteng Stelsel
135
h. Menggunakan siasat Konsentrasi Stelsel 25. Untuk mempersempit ruang gerak perlawanan Diponegoro, Belanda menggunakan strategi... c. Perang Gerilya c. Devide et Impera d. Benteng Stelsel d. Konsentrasi Stelsel 26. Setelah perundingan-perundingan mengalami kegagalan dan tidak membawa hasil, pada tanggal 25 Maret 1830 Pangeran Diponegoro bersedia berunding kembali dengan Belanda di rumah pejabat Belanda, yaitu di rumah... c. Jenderal De Kock c. Letjen Roest d. Kolonel Cleerens d. Residen Kedu 27. Perwakilan Belanda yang berunding dengan Pangeran Diponegoro dan akhirnya menghianati perundingan adalah... c. Jenderal De Kock c. Jenderal Kohler d. Jenderal Van Heutz d. Jenderal Van Swieten 28. Pada saat perundingan dengan Belanda, Pangeran Diponegoro di iringi oleh istrinya yaitu yang bernama... c. Ratu Ageng c. R.A Mangkarawati d. Ratu Ayu d. R.A Ratnaningsih 29. Kuda yang selalu ditunggangi Pangeran Diponegoro pada perlawanan melawan Belanda bernama... e. Kyai Ageng f. Kyai Gentayu g. Kyai Badarrudin h. Kyai Mojo 30. Pangeran Diponegoro wafat pada 8 Januari 1855 di tempat pengasingannya selama 25 Tahun, yaitu di... c. Manado c. Makassar d. Ambon d. Palu
136 Lampiran 13
KUNCI JAWABAN SOAL PRES TEST DAN POST TEST
1. D 11. B 21. A
2. D 12. C 22. C
3.C 13. D 23. A
4. D 14. D 24.D
5. B 15. C 25. B
6. C 16. C 26. D
7. C 17. D 27. A
8.A 18. D 28. D
9. B 19. D 29. B
10. C 20. B 30. C
Lampiran 14 137
138 Lampiran 15
Lampiran 16 139
140 Lampiran 17
Lampiran 18 141
142 Lampiran 19
Lampiran 20 143
144 Lampiran 21
145
Lampiran 22
Lampiran 23 146
Lampiran 24 147
Lampiran 25 148
Lampiran 26 149
Lampiran 27 150
Lampiran 28 151
DOKUMENTASI PENELITIAN
Gambar 1. Lokasi Penelitian SMP Negeri 3 Magelang (Sumber: dokumentasi pribadi)
Gambar 2. Pembelajaran Sejarah dengan Ceramah Bervariasi di kelas Kontrol
(Sumber: dokumentasi pribadi)
152
Gambar 3. Proses Pembelajaran Sejarah dengan ceramah bevariasi di kelas kontrol (Sumber: dokumentasi pribadi)
Gambar 4. Ruang Museum Diponegoro (Dahulunya adalah Ruang Kamar Residen Kedu yang Digunakan Sebagai Tempat Perundingan antara Pangeran Diponegoro dengan Belanda yang diwakili oleh Jenderal De Kock) (Sumber: dokumentasi pribadi)
153
Gambar 5. Pembelajaran Sejarah melalui Pemanfaatan Museum Diponegoro
(Sumber: dokumentasi pribadi)
Gambar 6. Siswa – siswi mengamati benda-benda koleksi Museum Diponegoro dan melakukan tanya jawab dengan pengelola Museum Diponegoro
(Sumber: dokumentasi pribadi)
154
Gambar 7. Proses Pembelajaran Sejarah melalui pemanfaatan museum Diponegoro
(Sumber: dokumentasi pribadi)
Gambar 8. Pembelajaran Sejarah melalui pemanfaatan Museum Sebagai Sumber Belajar Sejarah
(Sumber: dokumentasi pribadi)
Lampiran 29 155
DOKUMENTASI MUSEUM DIPONEGORO
DAN KOLEKSI-KOLEKSI MUSEUM DIPONEGORO
Gambar 9. Papan Nama Museum Diponegoro Kota Magelang
(Sumber: dokumentasi pribadi)
Gambar 10. Kompleks Museum Diponegoro
(Sumber: dokumentasi pribadi)
156
Gambar 11. Gedung Museum Diponegoro tampak dari halaman museum
(Sumber: dokumentasi pribadi)
Gambar 12. Museum Diponegoro tampak dari depan pintu ruang museum
(Sumber: dokumentasi pribadi)
157
Gambar 13. Pintu ruang perundingan antara Pangeran Diponegoro dan Jenderal De Kock
(Sumber: dokumentasi pribadi)
Gambar 14. Ruang perundingan tampak dari tangga masuk
(Sumber: dokumentasi pribadi)
158
Gambar 15. Jubah Pangeran Diponegoro yang digunakan pada saat perundingan dengan Jenderal De Kock (Sumber: dokumentasi pribadi)
Gambar 16. 1 set meja dan kursi perundingan antara Pangeran Diponegoro dan Jenderal De Kock
(Sumber: dokumentasi pribadi)
159
Gambar 17. Kursi perundingan yang diduduki oleh Pangeran Diponegoro pada saat perundingan dengan Jenderal De Kock
(Sumber: dokumentasi pribadi)
Gambar 18. Guratan kuku Pangeran Diponegoro karena menahan amarah terhadap kelicikan Belanda (Sumber: dokumentasi pribadi)
160
Gambar 19. Kitab Tahrib
(Sumber: dokumentasi pribadi)
Gambar 20. Teko atau poci dan 7 (Tujuh) buah cangkir, yaitu cangkir tempat 7 macam minuman kegemaran Pangeran Diponegoro, antara lain seperti air mentah, air dlingo bengle, wedang jahe, air putih matang, air dadap serep, teh dan kopi (Sumber: dokumentasi pribadi)
161
Gambar 21. Bale-bale tempat sembahyang. Bale-bale yang dahulu dipakai untuk sholat Pangeran Diponegoro pada saat beliau berada di Brangkal (Gombong). Bale-bale tersebut terakhir disimpan oleh seorang guru agama islam di Brangkal yang bernama Kyai Haji Syafii. (Sumber: dokumentasi pribadi)
Gambar 22. Lukisan pangeran Diponegoro
Gambar ini merupakan reproduksi dari lukisan P. Diponegoro saat beliau berusia 35 tahun. Gambar aslinya disimpan oleh keluarga P. Pudjokusumo di Yogyakarta. Pelukisnya adalah seorang Belanda yang tidak dikenal namanya.
(Sumber: dokumentasi pribadi)
162
Gambar 23. Lukisan Koleksi Museum Diponegoro
(Lukisan Suasana Penangkapan Pangeran Diponegorodi depan gedung Karesidenan Kedu di Magelang)
(Sumber: dokumentasi pribadi)
Gambar 24. Lukisan Pangeran Diponegoro dalam suasana peperangan
(Sumber: dokumentasi pribadi)
163
Gambar 25. Lukisan Pangeran Diponegoro mengendarai kuda Kyai Gentayu melintasi Sungai Progo
(Sumber: dokumentasi pribadi)
Gambar 26. Silsilah Pangeran Diponegoro
(Sumber: dokumentasi pribadi)
Lampiran 30 164
DVD KOLEKSI-KOLEKSI MUSEUM DIPONEGORO