<<

View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk brought to you by CORE

provided by Journal Arbitrer (Universitas Andalas)

Jurnal Arbitrer

BAHASA ANCAMAN DALAM TEKS KABA BERBASIS PENDEKATAN LINGUISTIK FORENSIK

Oleh Wahyudi Rahmat, STKIP PGRI Padang E-mail: [email protected]

Sawirman, Fajri Usman Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas

Abstract

This thesis is focused on the analysis threat language in Kaba Sabai Nan Aluih text. The aims of this thesis are to explain the form, meaning and motive of threaten language by employing several theory, including Searle (1969) and Wijana (1996), Aminuddin (2008) to figure out the meaning, while the motive form used the theory stated by Maslow (1943). The research is conducted by using observational method along with the techniques. In analyzing the data use distributional and identity method. Identity method that employs including reference and pragmatic identity method while in distributional method employs marker identification techniques. The result of analysis is presented in informal method. These method and techniques are identical with proposed by Sudaryanto (1993) and Mastoyo (2007). The result of the analysis shows that there are four types of language threat form; (1) direct speech act, (2) indirect speech act, (3) literal speech act, and (4) non literal speech act. The meaning of threaten language in KSNA are (1) think in every act, because if it is not doing so would cause harm to themselves; (2) pride and arrogance will lead to the destruction of those who have the attitude; (3) every person should have a sense of caring so that the people closest to us are not wrong in its attitude and decisions; (4) a form of error should be fixed even if the truth is painful; (5) is a self- esteem is everything, (6) to save themselves with a threats speech can be used if someone was in danger of being defeated; (7) not all forms of threat is a detrimental thing; (8) awaken the nearest fault has been done is a form of responsibility; (9) threatening to a motivation not an adverse thing; (10) awaken people closest guilt is a form of right action; (11) fixed price for an appropriate fee for the self-esteem that has been tarnished, and (12) very uncontrolled emotion can cause harm.

81

Vol. 2, April 2015

The motive of threat language in KSNA are (1) dissatisfaction, (2) test of the intelligence, (3) pain, (4) displeasure of the attitude of a person, (5) self-esteem, (6) revenge, (7) self defended mechanism by using threat, (8) motivation, (9) mocking in order to direct people to do something, (10) sarcasme to boost spirit, (11) revenged, (12) motif of self defended, (13) grief.

Keywords: KSNA , threats form, threats meaning, threats motive

I. PENDAHULUAN yakni dengan lisan dan tulisan, Bahasa tidak hanya Kaba banyak mengandung nilai- ditemukan dalam percakapan nilai kehidupan, pendidikan dan sehari-hari (lisan), namun juga pengajaran baik untuk kaum muda ditemukan dalam beberapa bentuk maupun kaum tua. Kaba juga berisi kesusastraan (tulisan) yang tentang , pergaulan, nasehat- berkembang di Minangkabau. Salah nasehat, tanggung jawab, kewajiban satu bentuk kesusastraan sosial, adat dalam berumah tangga Minangkabau tersebut adalah kaba. serta persoalan kehidupan sosial Kaba adalah sebuah bentuk karya masyarakat Minangkabau secara sastra yang berkembang di tengah- umum, yang bertugas untuk tengah masyarakat Minangkabau. mendidik pendengar atau pembaca Kaba awalnya berupa bentuk bagaimana hidup bermasyarakat tuturan atau lisan. Pernyataan ini dan berbudaya. diperkuat oleh Rahmat (2012:1) Kaba Sabai Nan Aluih merupakan yang menyatakan bahwa kata kaba salah satu kaba yang ada di sama dengan kabar, sehingga boleh Minangkabau, selanjutnya disingkat juga berarti berita, tetapi sebagai dengan KSNA. KSNA yang ditulis istilah ia merujuk pada suatu jenis oleh M. Rasyid Manggis Dt. Rajo sastra tradisional lisan Penghulu ini adalah kaba yang Minangkabau. Hal ini dikarenakan diangkat dari kejadian sebenarnya pada saat awal berkembangnya di daerah Padang Tarok (Agam) kesusastraan, masyarakat dan daerah Situjuah (50 Koto). Minangkabau tidak mengenal KSNA ini menjadi menarik karena tulisan. Setelah masyarakat di dalam kaba ini berisi nilai-nilai Minangkabau mengenal tulisan, kehidupan sosial budaya maka dituangkanlah kaba tersebut Minangkabau, seperti nilai dalam bentuk buku agar salah satu pendidikan atau pengajaran untuk bentuk tradisi ini tidak hilang begitu kaum muda dan kaum tua, nilai- saja ditelan zaman. Oleh sebab itu nilai religi untuk semua kalangan kaba bertahan dengan dua bentuk masyarakat, eksistensi perempuan

82

Jurnal Arbitrer di Minangkabau, peran anak dalam investigasi dari pesan teks tersebut keluarga dan lain lain. Nilai-nilai (2008:94). tersebut dapat terlihat dari cerita dan bentuk-bentuk tuturan yang II. METODE PENELITIAN digunakan dalam KSNA. Di dalam Penelitian adalah suatu kegiatan KSNA tidak hanya nilai yang yang mempunyai banyak ragam positif saja ditemukan, namun juga yang telah ditentukan oleh peneliti ada terdapat nilai-nilai negatifnya. untuk dipelajari dan dicari Nilai-nilai negatif dalam KSNA informasinya untuk ditarik tersebut yaitu bentuk-bentuk kesimpulannya. Menurut kriminalitas yang bermotif Endraswara (2006:2) penelitian kekerasan dan hal ini belum adalah langkah-langkah yang terpikirkan sebelumnyabagi para menjelaskan fonomena budaya pembaca dan penikmatnya. Sebuah yang menggunakan kelengkapan karya sastra dapat mempengaruhi dan langkah-langkah strategis atau realita karena karya sastra itu usaha yang sistematis. Pendekatan mempunyai daya untuk yang digunakan dalam penelitian ini mempengaruhi pembaca dan adalah pendekatan kualitatif penikmatnya. Begitupun deskriptif. Menurut Sugiyono sebaliknya, realita juga dapat (2005:1) penelitian yang mempengaruhi sebuah bentuk karya menggunakan pendekatan kualitatif sastra yang dihasilkan oleh deskriptif adalah penelitian yang pengarangnya. Sebuah karya sastra, digunakan untuk meneliti pada tidak hanya mengandung nilai-nilai kondisi obyek yang alamiah kehidupan yang positif saja, namun (sebagai lawannya adalah juga menghadirkan nilai-nilai eksperimen) dimana peneliti adalah negatif secara tidak langsung. Nilai- sebagai instrument kunci, teknik nilai negatif tersebut bisa berupa pengumpulan data dilakukan secara kejahatan verbal seperti yang hadir triangulasi (gabungan) analisis data dalam KSNA ini yaitu banyaknya bersifat induktif dan hasil penelitian tuturan bernada ancaman dari para lebih menekankan makna daripada tokohnya. Dari sudut pandang generalisasi. Menurut Mahsun inilah linguistik forensik bisa (2005:233) penelitian kualitatif digunakan untuk menganalisis teks deskriptif adalah penelitian yang karya sastra. Hal ini dipertegas oleh menghasilkan data deskriptif berupa Olsson yang menyatakan bahwa kata-kata bertujuan untuk untuk melihat sebuah kasus memahami fenomena sosial linguistik forensik, dapat dipakai termasuk fenomena kebahasaan. klasifikasi teks untuk mengetahui Metode yang akan digunakan dalam bentuk linguistik sebagai bukti pengumpulan penelitian ini adalah

83

Vol. 2, April 2015 metode simak dengan beberapa ‘berpikirlah tuan dahulu, jangan tekniknya. Metode dan teknik ini menyesal kemudian’ menggunakan metode membaca b. lorong kapado diri denai, secara cermat, memahami setiap isi indak si buyuang ka manangih, dengan teknik membaca secara indak si upiak ka mangeak !” keseluruhan, menyimak setiap ‘bagi diri saya, apakah tuan tidak bacaan dengan mencatat ujaran- takut mati.’ (KSNA:43) ujuran yang berhubungan dengan penelitian ini. Metode dan teknik Jika dilihat dari konteks tuturannya, dalam pengumpulan data ini identik maka tuturan tersebut terjadi antara dengan pernyataan yang telah Rajo Nan Panjang dengan Rajo disarankan oleh Sudaryanto (1993) Babandiang di Padang Pahunan. dan Mastoyo (2007). Data yang Pada cerita sebelumnya diceritakan telah didapat selanjutnya dianalisis. bahwa Rajo Nan Panjang dan Rajo Tahap analisis data merupakan Babandiang berunding mengenai upaya peneliti menangani atau lamaran yang disampaikan oleh terjun langsung dalam masalah Rajo Nan Panjang. yang terdapat di dalam data. Berdasarkan teori yang Dalam menganalisis data ini penulis dikemukakan oleh Searle (1969) menggunakan metode padan dan dan Wijana (1996), tuturan lokusi metode agih. Metode padan adalah dari data 1 adalah sebuah tuturan metode yang bertujuan untuk ancaman (komisif) yang menentukan identitas objek membentuk tindak tutur langsung penelitian, sedangkan metode agih dikarenakan modus penggunaan menurut Sudaryanto adalah metode kalimat perintah dalam data 1 analisis yang alat penentunya ada di memang digunakan untuk dalam dan merupakan bagian dari memerintahkan lawan tutur bahasa yang diteliti berpikir. Hal ini ditandai dalam data (Mastoyo,2007:47,54). Metode 1.a dengan penggunaan partikel – padan yang digunakan yaitu lah yang mengikuti frase bapikia. referensial dan pragmatis Tuturan 1.a Bapikialah Tuan sedangkan dalam metode agih sakutiko, jan manyasa kamudian teknik yang digunakan adalah mempunyai bentuk tuturan teknik bagi unsur langsung, teknik ancaman berupa perintah. Partikel – lesap, teknik ganti dan teknik baca lah dalam kalimat bapikialah jika markah. dilesapkan maka akan terjadi perubahan makna. Jika partikel –lah III. PEMBAHASAN dihilangkan maka tuturan tersebut 1. a. bapikialah Tuan sakutiko, jan berubah menjadi kalimat berita. manyasa kamudian, Ilokusi dari tuturan ini berisi

84

Jurnal Arbitrer peringatan akan bahayanya jika Jika dilihat dari konteksnya, data 2 Rajo Babandiang melawan Rajo adalah tuturan yang terjadi antara Nan Panjang dalam pertarungan. Rajo Nan Panjang dengan Rajo Efek atau perlokusi dari tuturan Babandiang. Pada cerita ini Rajo Nan Panjang kepada Rajo diceritakan bahwa ketika hasil Babandiang dalam data 1 ini adalah keputusan lamaran telah ditolak, Rajo Babandiang merespon Rajo Nan Panjang telah menyatakan ancaman Rajo Nan Panjang itu siap untuk berkelahi dengan Rajo dengan melawan. Jika dilihat dari Babandiang. makna ideasionalnya, maka makna Data 2 adalah tuturan komisif atau nilai tuturan dari isi teks di atas ancaman berbentuk tuturan adalah berpikirlah sebelum langsung dikarenakan modus bertindak. penggunaan kalimat perintah dalam Motif dari tuturan ancaman data 1 data 2 memang digunakan untuk adalah motif atau kebutuhan memerintahkan lawan tutur untuk aktualisasi diri karena penutur tidak beradu kepandaian yakni yang puas akan kebutuhan yang dia terdapat dalam tuturan mari dicubo harapkan sedangkan dia agak sajamang dan mari diuji ameh mempunyai potensi. Motif seperti mutu. Jika leksikal mari dilesapkan, ini dapat mengganggu kenyamanan maka makna tuturan data 2 ini seseorang atau motif ini bisa berubah menjadi kalimat berita. mengakibatkan seseorang itu Berdasarkan teori yang melanggar norma-norma sosial dikemukakan oleh Searle, tuturan dalam masyarakat. lokusi dari kutipan KSNA adalah tuturan ancaman berbentuk 2. “Indak habih jo kato-kato, kito gertakan. Ilokusi dari tuturan ini sudahi jo kapandaian, mari berisi ajakan beradu serta dicubo agak sajamang, kito kepandaian dalam bela diri agar bapasiah-pasiah langkah, jelas siapa yang lebih hebat serta mari diuji ameh mutu, nak mahir dalam bersilat. Perlokusi dari tantu merah kuniangnyo! tuturan yang disampaikan oleh Rajo Nan Panjang kepada Rajo ‘tidak cukup dengan kata-kata Babandiang ini adalah Rajo saja, kita sudahi dengan Babandiang menyetujui untuk kemampuan kita sebentar, kita beradu kepandaian (basilek) dan bersungguh-sungguh dalam terjadi pertarungan diantara mereka melangkah, mari kita uji berdua. Jika dilihat dari makna kemampuan, agar tau siapa yang ideasionalnya, maka makna atau hebat!’(KSNA:43) nilai tuturan dari teks di atas bisa dikatakan sebagai bentuk

85

Vol. 2, April 2015 kesombongan atau keangkuhan Tuturan ancaman ini ditandai seseorang dapat membuat dengan akhiran –kan yang melakat kehancuran bagi orang yang pada caraikan yang bermodus menggunakannya. Motif data 2 perintah untuk melakukan sesuatu. seperti ini merupakan motif atau Akhiran –kan yang melekat pada kebutuhan pengakuan yakni melihat caraikan ini jika dilesapkan akan kemampuan siapa yang lebih baik merubah makna menjadi kalimat dalam hal ini adalah menguji-nguji berita. kepandaian lawan dengan cara Ilokusi dari tuturan ini berisi menantangnya dalam perkelahian. ancaman agar Mangkutak Alam Motif seperti ini adalah sebuah menghabisi Rajo Nan Panjang motif yang berbentuk menggertak dengan cara memisahkan kepala lawan agar lawan tersebut menjadi dari badannya. Efek atau perlokusi takut atau malah melawan. Hal ini dari tuturan yang telah disampaikan bisa juga berarti sebagai bentuk oleh Sabai Nan Aluih kepada penyelamatan diri agar seorang Mangkutak Alam ini adalah yang mengancam mendapatkan Mangkutak Alam menjadi semakin kesempatan yang besar untuk ketakutan. melumpuhkan petuturnya hanya dengan menggunakan bahasa Jika dilihat dari makna ancamannya. ideasionalnya, maka makna atau nilai tuturan dari teks di atas adalah 3. karajo ringan di ang kini, hendaknya setiap insan memiliki caraikan kapalo dari sikap peduli agar orang terdekat badannyo !!” tidak salah dalam melangkah. ‘kerja ringan bagimu, pisahkan Motif dari tuturan ancaman ini kepala dari badannya!!’ adalah motif motif sakit hati dengan (KSNA:71) bentuk ancaman yang sadis. Motif seperti perintah pemisahan kepala Konteks dari cerita ini menjelaskan dari jasad pada KSNA ini adalah bahwasanya Rajo Nan Panjang sebuah bentuk kebencian yang luar telah berhasil ditembak mati oleh biasa. Sabai Nan Aluih di Padang Pahunan. Jika dilihat berdasarkan 4. Jantan nan geneng tangah teori yang dikemukakan oleh Searle padang, adat hiduik baleh (1969) dan Wijana (1996), tuturan mambaleh, tahanlah tembak lokusi dari data 3 adalah tuturan anak gadih!! ancaman berbentuk tindak tutur ‘Laki yang manja di tempat ini, langsung dari Sabai Nan Aluih adat hidup balas membalas, kepada adiknya Mangkutak Alam.

86

Jurnal Arbitrer

tahanlah tembakan anak gadis nilai tuturan dari teks di atas adalah ini !!’ (KSNA:65) emosi yang berlebihan dapat menyebabkan sebuah bentuk Konteks tuturan dalam data 4 kerugian seperti kematian beberapa adalah tuturan yang masih tokoh dalam KSNA ini. Motif dari berlangsung antara Rajo Nan tuturan ancaman ini adalah motif Panjang dengan Sabai Nan Aluih. sakit hati karena sebelumnya Rajo Pada cerita sebelumnya keduanya Nan Panjang telah menembak Sabai bersiap untuk melakukan Nan Aluih terlebih dahulu atau pertarungan kembali. curang. Tuturan lokusi dari kutipan ini adalah tuturan ancaman berjenis 5. a. ambo datang ka munggu langsung karena secara harfiah nangko, modus dari tuturan ancaman ini ‘saya datang ke tempat ini’ jelas tergambar untuk mengancam b. satapak bapantang suruik, lawan tuturnya dengan kalimat langkah saimbang jo nyawo” perintah. Ilokusi dari tuturan ini ‘takkan mundur walaupun berisi ancaman sindiran. Tahanlah selangkah, mundur sama tembak anak gadih!! adalah bentuk dengan mati’. (KSNA:43) ancamannya, sedangkan Jantan nan geneng tangah padang adalah Konteks dalam data 5 terjadi antara bentuk sindiran yang dituturkan Rajo Babandiang dengan Rajo Nan oleh Sabai Nan Aluih kepada Rajo Panjang. Pada cerita ini disebutkan Nan Panjang. Sindiran seperti ini bahwa hasil dari lamaran Rajo Nan menurut Oktavianus (2012:135) Panjang tersebut ditolak oleh Rajo adalah sindiran berupa sarkasme Babandiang. Setelah itu, Rajo Nan dan sinisme. Sindiran ini berupa Panjang menyatakan siap untuk sarkasme dan sinisme dikarenakan bertarung dengan Rajo Babandiang sindiran ini mengandung sindiran karena keputusan Rajo Babandiang kasar yang muncul dalam keadaan tersebut. Secara umum, tuturan ini emosi. Efek dari tuturan yang adalah tuturan tidak langsung, disampaikan oleh Sabai Nan Aluih namun pada tuturan data 5.a adalah kepada Rajo Nan Panjang adalah tuturan ancaman berjenis tuturan kematian bagi Rajo Nan Panjang. langsung karena tuturan ini Kematian ini terjadi ketika Rajo menyatakan atau memberitakan Nan Panjang bersiap-siap untuk bahwa Rajo Babandiang hanya melawan Sabai, namun tiba-tiba ia hadir saja yang ditandai dengan ditembak oleh Sabai Nan Aluih. ambo datang ka munggu nangko, Jika dilihat dari makna namun juga secara tidak langsung ideasionalnya, maka makna atau mengancam atau memerintah Rajo

87

Vol. 2, April 2015

Nan Panjang yang ditandai dalam hendak menuntut malu bapak, data 5.b dengan satapak bapantang coba tuan uji kemampuan saya’ suruik, langkah saimbang jo nyawo. b. namun si Sabai na surang iko, Jika digunakan teknik ganti pada satapak bapantang suruik, tuturan satapak bapantang suruik, denai lalai sampai ka pucuak, langkah saimbang jo nyawo dengan baru tahapuih arang di denai indak takuik mati, tidak akan kaniang!! merubah makna yakni tetap menjadi ‘setapak tidak akan mundur, sebuah tuturan ancaman. Respon saya berantas sampai habis, atau perlokusi dari tuturan yang baru terhapus malu di pada diri disampaikan oleh Rajo Babandiang saya!!’ (KSNA:62) ini adalah Rajo Nan Panjang emosi dan mengajak Rajo Babandiang Konteks dari data 6 terjadi antara untuk berkelahi. Sabai Nan Aluih dengan Rajo Nan Jika dilihat dari makna Panjang. Sabai Nan Aluih dalam ideasionalnya, maka makna atau cerita ini sebelumnya bertutur nilai tuturan dari teks di atas adalah dengan cara menyindir kepada Rajo harga diri di atas segala-galanya. Nan Panjang. Sindiran ini membuat Motif dari tuturan ancaman ini Rajo Nan Panjang marah. Secara adalah motif harga diri seseorang umum, data 6 adalah tuturan tidak (Rajo Babandiang) karena ia telah langsung karena sebagian besarnya jauh-jauh datang ke tempat yang adalah tuturan ancaman. Data 6.a telah dijanjikan sebelumnya dan ia dan 6.b menjadi berbeda karena telah siap dengan resiko yang akan terjadi pembagian unsur dalam dihadapi. Dapat diartikan pula tuturan tersebut. Data 6.a berbentuk bahwa harga diri di dalam tuturan tuturan langsung dikarenakan ini menggambarkan sejauh mana adanya penggunaan awalan ma- individu tersebut menilai dirinya dalam manuntuik. Jika awalan ma- sebagai orang yang memiliki ini dilesapkan maka ia tidak akan kemampuan, keberartian, berharga, berubah makna dan tetap menjadi dan kompeten. kalimat ancaman langsung. Data 6.b adalah tuturan 6. a. denai datang ka munggu tidak langsung Sabai Nan Aluih kepada Rajo Nan Panjang ini nangko, mancari Rajo Nan semata-mata tidak hanya Panjang, nak manuntuik malu menyampaikan atau memberitakan bapak, uji di tuan ameh mudo, bahwasanya Sabai datang ke tempat ‘…saya datang ke tempat ini, ini, namun ada maksud lain dari mencari Rajo Nan Panjang kedatangannya yakni sebuah ancaman. Jika digunakan teknik

88

Jurnal Arbitrer ganti pada tuturan satapak benak, geleng kepala seperti bapantang suruik, denai lalai geleng cupak hanyut..’ sampai ka pucuak, baru tahapuih b. anak indak tau mambaleh guno, arang di kaniang dengan denai awak jantuang hati bapak, tabu indak takuik mati sampai malu saruweh untuak Mangkutak, bapak denai hilang juga tidak akan buku-bukunyo untuak si Sabai merubah makna yaitu tetap menjadi ‘anak yang tidak tahu membalas sebuah ancaman. Ilokusi dari guna, kamu jantung hati bapak, tuturan ini berisi ancaman harga diri tebu satu ruas untuk Mangkutak, Sabai Nan Aluih sebagai seorang sisa-sisanya untuk si Sabai’ anak yang bapaknya telah dibunuh (KSNA:70) oleh Rajo Nan Panjang dan kawan- kawan. Bentuk ancaman nak Jika dilihat dari konteksnya, tuturan manuntuik malu bapak secara data 7 adalah tuturan yang terjadi idealis dianggap sebuah harga diri antara Sabai Nan Aluih dengan yang paling tinggi seperti dalam Mangkutak Alam. Pada cerita ini kutipan baru tahapuih arang di diceritakan bahwa ketika kaniang. Perlokusi dari tuturan Mangkutak telah sampai di Padang yang disampaikan oleh Sabai Nan Pahunan dan bertemu dengan Sabai Aluih kepada Rajo Nan Panjang Nan Aluih yakni di tempat pada data 6 ini adalah Rajo Nan bapaknya Rajo Babandiang tewas Panjang menjadi emosi dan naik dibunuh Rajo Nan Panjang. Pada pitam. Jika dilihat dari makna waktu itu Mangkutak bertutur ideasionalnya, maka makna atau bahwa percuma melawan Rajo Nan nilai tuturan dari teks di atas adalah Panjang karena dia adalah orang harga diri adalah sebuah harga mati. berani dan berilmu. Berdasarkan Motif dari tuturan ancaman ini teori yang dikemukakan oleh Searle adalah motif balas dendam dari (1969) dan Wijana (1996), maka sebuah kegiatan yang telah tuturan lokusi dari 7 adalah tuturan menyebabkan seseorang merasa ancaman berbentuk tuturan literal, dirugikan. yang mana maksud tuturan Sabai ini secara harfiah tergambar dari 7. a. “akibat manjo sajak kaciak, makna semantik elemen penyusun lakek deta mambalah banak, tuturan baik itu 7.a dan 7.b. Jika geleang bak geleang cupak dikenakan teknik ganti pada tuturan hanyuik... tersebut dengan akibat manjo sajak kaciak dek bapak, sampai kini indak ‘akibat manja sejak kecil, pandai mambaleh budi, maka memasang deta membelah bentuk tuturan tersebut tetap berbentuk tindak tutur literal yaitu

89

Vol. 2, April 2015 tetap menyatakan ketidaksenangan Lompong Batuah telah menunggu Sabai Nan Aluih kepada adiknya kedatangan Rajo Babandiang di Mangkutak Alam. Ilokusi tuturan Padang Pahunan. Pertemuan ini, berisi ancaman sindiran yang tersebut adalah untuk menyebabkan ketidaknyamanan membicarakan keputusan lamaran Mangkutak Alam atas tuturan Sabai yang telah disampaikan oleh Rajo Nan Aluih. Perlokusi dari tuturan Nan Panjang kepada keluarga Rajo yang disampaikan oleh Sabai Nan Babandiang yang telah terjadi Aluih ini adalah munculnya rasa sebelumnya. Jika dilihat dari bersalah Mangkutak Alam. tuturan Rajo Nan Kongkong ini, Jika dilihat dari makna maka tuturan lokusinya adalah ideasionalnya, maka makna atau tuturan ancaman literal yang mana nilai tuturan dari teks di atas adalah maksud tuturan ini secara harfiah kesalahan yang telah diperbuat oleh tergambar sama dengan makna seseorang itu harus disampaikan semantik elemen penyusun tuturan. walaupun itu menyakitkan. Motif Jika dikenakan teknik ganti pada dari tuturan ini adalah motif ketidak tuturan tersebut dengan lai indak senangan atas sikap dan sifat takuik mati, maka bentuk tuturan seseorang sebagai bentuk keharusan tersebut tetap berbentuk tindak tutur untuk menyadarkan seseorang yang literal yakni tetap menyatakan memiliki kedekatan rasa terhadap peringatan jika tetap melawan. petuturnya. Ancaman ini merupakan sebuah tuturan yang berisi (ilokusi) 8. “Tuanku Rajo Babandiang, elok peringatan akan bahayanya jika Rajo Babandiang melawan Rajo langkah diganjua suruik, Nan Kongkong. Efek atau perlokusi antah indak ibo nyawo dari tuturan yang disampaikan oleh malayang ‘Tuanku Rajo Babandiang!!! Rajo Nan Kongkong kepada Rajo sebaiknya engkau mundur, atau Babandiang pada data 8 adalah kamu tidak kasihan dengan tidak adanya respon dari Rajo nyawamu’ (KSNA:39) Babandiang. Jika dilihat dari makna ideasionalnya, maka makna atau Data di atas merupakan konteks nilai tuturan dari teks di atas adalah percakapan yang berlangsung suatu bentuk penyelamatan diri antara Rajo Nan Kongkong dengan yang benar jika kita dalam keadaan Rajo Babandiang di Padang tersudut, namun penyelamatan diri Pahunan. Sebelum terjadinya seperti ini bisa mempunyai makna percakapan ini, dalam kaba yang tidak sesuai dengan nilai-nilai diceritakan bahwa Rajo Nan kemanusiaan karena penyelamatan Kongkong, Rajo Nan Panjang dan diri seperti ini merupakan suatu

90

Jurnal Arbitrer bentuk tindakan yang merusak ganti pada tuturan tersebut dengan suatu bentuk kenyamanan mano Palimo Padang Tarok, jan seseorang. Motif dari tuturan takuik lo mati maka bentuk tuturan ancaman ini adalah motif tersebut tetap berbentuk tindak tutur penyelamatan diri. Penyelamatan literal yaitu tetap menyatakan diri ini digunakan agar orang yang sindiran agar Padang Tarok terus mengancam mendapatkan semangat untuk bertarung. kesempatan yang besar untuk Ilokusinya berisi agar Palimo melumpuhkan petuturnya hanya Padang Tarok menjadi berani atau dengan bahasa ancamannya. Dalam bisa jadi membuat lawannya linguistik forensik, motif seperti ini (Palimo Banda Dalam) menjadi merupakan bentuk kriminalitas takut dan gentar. Efek atau yang menganggu kenyamanan perlokusi dari tuturan yang seseorang atau telah melanggar disampaikan oleh Rajo Babandiang norma-norma sosial dalam dalam KSNA ini adalah Palimo masyarakat. Banda Dalam dan Palimo Padang Tarok kembali bertarung dan Rajo 9. “Mano Palimo Padang Tarok, Nan Panjang kembali mengajak jan takuik tanah tasirah, Rajo Babandiang bersilat, tetapi sagantang indak ka sasukek !! ketika pertarungan itu berlangsung Rajo Nan Kongkong menembak ‘Wahai Palimo Padang Tarok, mati Rajo Babandiang. jangan takut tanah akan Jika dilihat dari makna menjadi merah, satu gantang ideasionalnya, maka makna atau tidak akan menjadi sasukek’ nilai tuturan dari teks di atas adalah (KSNA:44) tidak selamanya bentuk ancaman itu merugikan, namun ada juga Konteks tuturan ini menjelaskan ancaman itu berupa sebuah motifasi tentang sengitnya pertarungan kepada diri agar tidak takut dengan antara Rajo Nan Panjang dengan musuh yang dihadapi. Motif dari Rajo Babandiang. Jika dilihat tuturan ancaman ini adalah motif berdasarkan teori yang penyemangat atau motivasi agar dikemukakan oleh Searle (1969) tidak takut dengan lawan yang dan Wijana (1996), tuturan lokusi sedang dihadapi. dari data 9 adalah tuturan ancaman berjenis tindak tutur literal karena 10. Jikok indak nan baitu, jan secara harfiah maksud ancaman banamo laki-laki, luluih jelas tergambar dari makna pakaian kasadonyo, lakekkan semantik elemen penyusun kodek panjangkan rambuik…. ujarannya. Jika dikenakan teknik

91

Vol. 2, April 2015

‘Jika tidak seperti itu, merupakan sindiran emosi janganlah menjadi laki-laki, seseorang yang telah bukak baju semuanya, pakai mempertanyakan harkat dan kodek panjangkan rambut martabat seseorang laki-laki. ….’(KSNA:71) Sindiran semacam ini merupakan sebuah ancaman yang nantinya Konteks cerita ini terjadi antara dapat mengakibatkan efek jera atau Sabai Nan Aluih dengan setidaknya merubah pola tingkah Mangkutak Alam. Cerita laku lawan tutur. Menurut sebelumnya diceritakan bahwa Oktavianus (2012:132) sindiran setelah Sabai Nan Aluih membunuh seperti ini merupakan sindiran Rajo Nan Panjang, kemudian berupa semipersonifikasi. datanglah menyusul adiknya Semipersonifikasi ini biasanya Mangkutak Alam. Pada pertemuan digunakan seseorang dalam ini, Sabai Nan Aluih marah-marah keadaan emosi dan biasanya terjadi kepada Mangkutak Alam karena dalam suatu keluarga (Oktavianus, mengapa Mangkutak Alam tidak 2012:132). Jika dilihat dari tuturan ikut bersama bapaknya. Mangkutak yang disampaikan oleh Sabai Nan Alam terlalu sibuk bermain alang- Aluih ini, efek yang ditimbulkan alang. Tuturan lokusi dari data 10 adalah Mangkutak Alam merasa adalah tuturan ancaman berjenis bersalah dan ia masih dalam tuturan literal. Tuturan ini literal keadaan ketakutan. karena terdapat kesesuaian maksud Jika dilihat dari makna antara tuturan ancaman ini sama ideasionalnya, maka makna atau dengan kata-kata yang nilai tuturan dari teks di atas adalah menyusunnya yakni kata-kata menyadarkan orang terdekat memerintah untuk berganti jenis merupakan sebuah tanggung jawab kelamin menjadi perempuan. Jika yang besar dan tindakan yang dikenakan teknik ganti pada tuturan benar. Jika dilihat dari motif dari tersebut dengan barubah sajolah lai tuturan ancaman ini, maka motif jadi padusi, maka bentuk tuturan atau kebutuhannya adalah motif tersebut tetap berbentuk tindak tutur menyindir agar adanya perubahan literal yaitu tetap menyatakan sifat dan sikap pada orang terdekat ketidaksenangan Sabai Nan Aluih yang disindir. Akan tetapi motif terhadap adiknya Mangkutak Alam. seperti ini merupakan motif sindiran Ilokusi dari tuturan ini berisi berupa aksi dari seseorang terhadap ancaman sindiran Sabai Nan Aluih orang lain dimana orang tersebut tentang harkat dan martabat terlalu penakut dan lemah. Mangkutak Alam sebagai seorang laki-laki. Sindiran seperti ini

92

Jurnal Arbitrer

11. Mano Palimo Banda Dalam, nonliteral. Jika dilihat berdasarkan alah tapapeh lompong batuah, teori yang dikemukakan oleh Searle jan pabiaan buruan lapeh (1969) dan Wijana (1996), tuturan lokusi data 11 adalah tuturan ‘Wahai Palimo Banda Dalam, ancaman berjenis tindak tutur literal Lompong Batuah sudah terkena karena terdapat kesesuaian maksud serangan, jangan dibiarkan ancaman ini dengan kata-kata yang buruan lepas’ (KSNA:44) menyusun tuturan tersebut yaitu merupakan sebuah motivasi agar Konteks tuturan ini menjelaskan lawan tutur menjadi berani dan tentang panasnya situasi tidak takut. Jika dikenakan teknik pertarungan antara kelompok Rajo ganti pada tuturan tersebut dengan Nan Panjang dengan kelompok Mano Palimo Banda Dalam, alah Rajo Babandiang. Ancaman data 11 tapapeh lompong batuah, bunuah dituturkan oleh Rajo Nan sajo lah lai maka bentuk tuturan Kongkong kepada Palimo Banda tersebut tetap berbentuk tindak tutur Dalam. Ancaman ini terjadi ketika literal yaitu tetap menyatakan Lompong Batuah basilek dengan sindiran ancaman. Rajo Babandiang, Rajo Nan Ilokusinya berisi agar Palimo Banda panjang terkena serangan Rajo Dalam menjadi berani atau bisa jadi Babandiang. membuat lawannya (Palimo Padang Bentuk sindiran sekaligus ancaman Tarok) menjadi takut dan gentar Rajo Nan Panjang dalam data 11 walaupun sebenarnya motivasi ini ditandai dengan ancaman jan bisa mengakibatkan kerugian bagi pabiaan bururan lapeh „jangan orang yang dimotifasi. Efek yang dibiarkan buruan lepas!‟, ditimbulkan dari tuturan yang sedangkan sindirannya adalah alah disampaikan ini adalah Rajo tapapeh lompong batuah „telah Babandiang juga memotivasi dapat olehnya Lompong Batuah‟. Palimo Padang tarok untuk tidak Tapapeh pada tuturan di atas takut melawan lawannya. adalam lambang kias. Tapapeh Jika dilihat dari makna adalah bentuk pekerjaan yang ideasionalnya, maka makna atau biasanya diberikan kepada binatang nilai tuturan dari teks di atas adalah tangkapan seperti ikan, belut dan tidak selamanya bentuk ancaman itu lain-lain. Kiasan seperti ini menurut merugikan, namun ada juga Oktavianus (2012:131), adalah ancaman itu berupa sebuah motifasi kiasan berupa metafora, karena kepada diri agar tidak takut dengan ungkapan kias seperti ini musuh yang dihadapi. Motif dari mengalami pemindahan fitur tuturan ancaman ini adalah motif semantis dari makna literal ke penyemangat atau motivasi agar

93

Vol. 2, April 2015 tidak takut dengan lawan yang disiko malu dituntuik maka bentuk sedang dihadapi. Sindiran motivasi tuturan tersebut tetap berbentuk ini sangat berpengaruh dalam tindak tutur literal yaitu tetap memberikan semangat kepada menyatakan ketidaksenangan Sabai seseorang untuk bisa menjalani Nan Aluih kepada adiknya kehidupannya dan bisa meraih Mangkutak Alam. Ilokusi dari sukses. tuturan ini berisi ancaman sindiran Sabai Nan Aluih tentang harkat dan 12. kok iyo waang laki-laki, di siko martabat Mangkutak Alam sebagai malu dituntuik, seorang laki-laki. Pada konteks sindiran kok iyo waang laki-laki, di ‘kalau memang benar kamu siko malu dituntuik, menyatakan laki-laki, di sini malu dituntut’ bahwa jika memang berjenis (KSNA:68) kelamin laki-laki, maka disuruh untuk menuntut malu orang tuanya. Konteks cerita ini terjadi antara Sindiran ini merupakan sindiran Sabai Nan Aluih dengan berupa semipersonifikasi. Mangkutak Alam. Cerita Semipersonifikasi ini biasanya sebelumnya menceritakan bahwa digunakan seseorang dalam setelah Sabai Nan Aluih membunuh keadaan emosi dan biasanya terjadi Rajo Nan Panjang, kemudian dalam suatu keluarga (Oktavianus, datanglah menyusul adiknya 2012:132). Jika dilihat dari tuturan Mangkutak Alam. Pada pertemuan yang disampaikan oleh Sabai Nan ini, Sabai Nan Aluih marah-marah Aluih ini, efek yang ditimbulkan kepada Mangkutak Alam karena adalah Mangkutak Alam takut dan mengapa Mangkutak Alam tidak menangis. Jika dilihat dari makna ikut bersama bapaknya. Mangkutak ideasionalnya, maka makna atau Alam terlalu sibuk bermain alang- nilai tuturan dari teks di atas adalah alang. menyadarkan orang terdekat Semua data 12 memiliki tuturan merupakan sebuah tanggung jawab literal karena secara harfiah maksud yang besar dan tindakan yang dari tuturan ancaman ini jelas benar. tergambar sama dengan kata-kata Jika dilihat motif dari tuturan yang menyusunnya yakni maksud ancaman ini, maka motifnya adalah dari tuturan ini memang motif mendesak seseorang itu mengancam lawan tuturnya dengan melakukan sesuatu yaitu berupa kata-kata sindiran yang digunakan motif menuntut malu dengan oleh penutur. Jika dikenakan teknik menyindir (Mangkutak Alam) agar ganti pada tuturan tersebut dengan adanya perubahan sifat dan sikap. jikok iyo lai indak waang padusi,

94

Jurnal Arbitrer

13. Hai Upiak nan bijak muluik, dengan miang. Sindiran atau kiasan lah tasingguang karuntuang bijak muluik adalah kiasan berupa miang, gadih nan geneng di metafora, sedangkan sindiran atau tangah padang, iko nan elok kiasan miang adalah kiasan berupa di hati kau, tahan lah tembak depersonifikasi. Dikatakan sebagai basitumpu! metafora karena bijak muluik dikiaskan karena prilaku seseorang ‘Hei Upiak yang nyinyir, telah yang mulutnya terlalu pedas atau tersinggung hati orang lain oleh sakit untuk didengar, sedangkan perkataanmu, gadis kecil di depersonifikasi karena dalam daerah ini, ini yang baik keadaan emosi, seseorang (Rajo untukmu, tahanlah tembakan Nan Kongkong) mengias dengan ini!’ (KSNA:64-65) tumbuhan miang. Pada konteks tuturan ini, miang dianggap sebagai Konteks dari tuturan ini terjadi bentuk tingkah laku atau sikap antara Sabai Nan Aluih dengan manusia yang apabila seseorang itu Rajo Nan Panjang. Dalam cerita ini, telah tersinggung, maka balasan Sabai Nan Aluih mulai menyindir dari orang tersebut akan dirasakan Rajo Nan Panjang dengan kieh. oleh orang yang telah Sindiran-sindiran ini membuat Rajo menyinggungnya. Hal ini sejalan Nan Panjang marah. Berdasarkan dengan pendapat Oktavianus teori yang dikemukakan oleh Searle (2012:131-133) bahwa metafora (1969) dan Wijana (1996), tuturan mengalami pemindahan fitur lokusi data 13 adalah tuturan semantis dari makna literal ke ancaman berjenis tidak literal makna nonliteral dan karena bentuk tuturannya bukan depersonifikasi yaitu memindahkan untuk memuji Sabai Nan Aluih. sifat-sifat benda tertentu ke dalam Jika dikenakan teknik ganti pada perilaku manusia. Ilokusi dari tuturan tersebut dengan lah sakik ati tuturan ini berisi ancaman dan den, den bunuah kau !, maka bentuk sindiran Rajo Nan Panjang kepada tuturan tersebut tetap berbentuk Sabai Nan Aluih yang telah tindak tutur literal yaitu tetap menyindirnya terlebih dahulu menyatakan ketidaksenangan Sabai secara berlebihan. Efek atau Nan Aluih kepada adiknya perlokusi dari tuturan yang Mangkutak Alam. disampaikan oleh Rajo Nan Panjang Sindiran ini bertolak belakang kepada Sabai Nan Aluih adalah maknanya dengan apa yang terjadinya pertarungan antara Rajo disampaikannya, yakni menyindir Nan Panjang dengan Sabai Nan Sabai Nan Aluih dengan bijak Aluih. muluik dan mengiaskan dirinya

95

Vol. 2, April 2015

Jika dilihat dari makna dapat digunakan jika sesorang itu ideasionalnya, adalah harga diri dalam keadaan tersudut; (8) tidak sebagai sebuah harga mati. Motif semua bentuk ancaman itu dari tuturan ancaman ini adalah merupakan sebuah hal yang motif keamanan atau motif merugikan; (9) menyadarkan orang pertahanan diri. Bagaimanapun terdekat akan kesalahan merupakan bentuk tindakan yang diambil oleh sebuah bentuk tangguang jawab; seseorang yang dirugikan akan (10) mengancam untuk sebuah menjadi sebuah hal yang benar di motivasi bukan merupakan hal yang mata orang yang telah merasa merugikan; (11) menyadarkan dirugikan, tetapi tidak di dalam orang terdekat akan kesalahannya dunia hukum yang berlaku. Balas adalah sebuah bentuk tindakan yang dendam akan menjadi sebuah benar; (12) harga mati bagi sebuah kejahatan kriminal, jika balas bayaran yang pantas bagi harga diri; dendam tersebut menyebabkan dan (13) emosi yang tidak seseorang itu merasa dirugikan. terkontrol sangat bisa menyebabkan kerugian. IV. KESIMPULAN Motif bahasa ancaman dalam teks KSNA ini berdasarkan bentuk- Bentuk bahasa ancaman dalam teks bentuk bahasa ancaman yang KSNA yang ditemukan ada empat, didapat, yaitu (1) ketidakpuasan, (2) yakni tindak tutur langsung (direct menguji-nguji kepandaian, (3) sakit speech act), tindak tutur tidak hati, (4) ketidaksenangan atas sikap langsung (indirect speech seseorang (5) harga diri, (6) balas act),tindak tutur literal (literal dendam, (7) menyalamatkan diri speech act) dan tindak tutur tidak dengan sebuah ancaman, (8) literal (nonliteral speech act). motivasi, (9) menyindir agar orang Makna bahasa ancaman yang sadar dan segara bertindak, (10) ditemukan adalah (1) selalu berpikir sindiran agar muncul semangat, dalam setiap bertindak; (2) (11) menuntut malu, (12) motif kesombongan dan keangkuhan akan pertahanan diri, dan (13) motif sakit menyebabkan kehancuran; (3) hati. memiliki rasa peduli agar orang- orang terdekat tidak salah dalam mengambil sikap atau keputusan; (4) kesalahan harus tetap disampaikan walaupun menyakitkan; (5) harga diri adalah segala-galanya, (7) menyelamatkan diri dengan sebuah tuturan ancaman

96

Jurnal Arbitrer

REFERENSI Endraswara, Suwardi. 2006. Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta: Pustaka Widyatama Halliday, M.A.K. & Hasan, R. 1992. Bahasa, Konteks, dan Teks : Aspek- Aspek Bahasa dalam Pandangan Semiotik Sosial. Terjemahan oleh Barori Tou. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan, Strategi, Metode, dan Tekniknya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Maslow. Abraham. H. 1943. “A Theory of Human Motivation”. Jurnal: Psychological Review Vol 50 No 4 July. Diakses dalam https://docs.google.com/file/d/0B- 5JeCa2Z7hNjZlNDNhOTEtMWNYi00YmFhLWI3YjUtMDEyMDJ kZDExNWRm/edit?pli=1 pada tanggal 25/6/2014 pukul 17.59 WIB McMenamin, G. 2002. Forensic Linguistics - Advances in Forensic Stylistics. Florida: CRC Press Mulyana. 2005. Kajian Wacana (Teori, Metode, dan Aplikasi Prinsip- Prinsip Analisis Wacana) Yogyakarta: Tiara Wacana. Oktavianus. 2006. Analisis Wacana: Lintas Bahasa. Padang: Andalas University Press Oktavianus. 2013. Bertutur Berkias dalam Bahasa Minangkabau. FIB Unand: Minangkabau Press. Oktavinus & Revita. 2013. Kesantunan dalam Bahasa Minangkabau. FIB Unand: Minangkabau Press. Olsson, Jhon. 2008. Forensic Linguistics: Second Edition. London: Continuum International Publishing Group Rahmat, Wahyudi. 2012 . “Sosial Budaya Cina Dalam Kaba Siti Kalasun Tinjauan Sosiologi Sastra”. Skripsi. Padang: Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas Searle, John R. 1969. Speech Acts: An Essay in the Philosophy of Language. Cambridge: Cambridge University Press Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta Wijana. I Dewa Putu. 1996. Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi

97