Jurnal Pustaka Budaya. Vol. 6, No. 1. Januari 2019 Copyright ©2019, pISSN: 2355-1186 | eISSN: 2442-7799 Available Online at: https://journal.unilak.ac.id/index.php/pb

SASTRA LISAN DALAM PERKEMBANGAN TEKNOLOGI MEDIA; STUDI TERHADAP TRADISI SALAWAT DULANG DI

Eka Meigalia*), Yerri Satria Putra **) Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas, Padang, Indonesia Email: [email protected] *) ; [email protected] **)

Naskah diterima: 17 Sepetember; direvisi: 24 September; disetujui: 1 Oktober

Abstrak Tulisan ini menjelaskan kondisi sastra lisan ketika berhadapan dengan perkembangan teknologi media. Selain itu, juga dijelaskan pemanfaatan perkembangan teknologi serta media di era digital ini oleh para pelaku sastra lisan dalam proses kreatif mereka untuk keberlanjutan tradisi tersebut. Untuk itu, tradisi Salawat Dulang yang berkembang di Minangkabau dijadikan sebagai sumber data primer penelitian. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Sedangkan teknik pengambilan data dilakukan dengan pengamatan, wawancara, serta kajian kepustakaan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, Salawat Dulang merupakan salah satu sastra lisan yang mampu bertahan karena kemampuannya untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Teks yang dituturkan selalu diperbaharui mengikuti selera masyarakat yang diperoleh penutur melelui media seperti televisi, radio, atau pun media sosial. Media sosial pun dijadikan oleh penuturnya sebagai sarana promosi dan publikasi kegiatan mereka dalam berkesenian.

Kata Kunci: kreatifitas, media, pewarisan, salawat dulang, sastra lisan, teknologi

Abstract This paper explains the conditions of oral literature when dealing with the development of media technology. In addition, it explains the use of technologies and media developments in this digital era by oral literary actors in their creative processes for the continuity of tradition. For this reason, the tradition of salawat dulang which developed in Minangkabau was used as the primary data source for the study. The method in this research will be a qualitative. Meanwhile the technique of data collection is done by observation, interviews, and literature review. Based on the research conducted, salawat dulang is one of the oral literature that is able to survive because of its ability to adapt to technological developments. The text that is spoken is always updated according to the tastes of the people that are obtained by speakers through media such as television, radio or social media. Social media was used by speakers as a means of promotion and publication of their activities in the arts.

Keywords: creativity, media, inheritance, oral literature, salawat dulang, technology

1

Eka Meigalia, Yerri Satria Putra

1. Pendahuluan Basijobang yang sekarang hanya tinggal 2 Manusia saat ini dikatakan tengah orang penutur aktifnya dan belum ada memasuki era di mana teknologi dan pewarisnya, serta Tupai Janjang yang penutur perangkat elektronik tidak bisa dilepaskan satu-satunya baru saja meninggal tahun lalu dari berbagai aspek kehidupan. Berbagai tanpa ada yang mewarisi keahliannya. kegiatan yang dilakukan sehari-hari tidak lagi dilakukan secara manual, namun telah ada Tentu banyak hal yang mempengaruhi perangkat-perangkat elektronik yang perubahan atau hilangnya tradisi tersebut membantu meringankan pekerjaan, seperti dari masyarakat. Terutama dengan semakin mencuci, memasak, membersihkan rumah, berkembangnya teknologi dan media saat ini. dan sebagainya. Begitu juga dengan berbagai Beberapa bahkan menduga bahwa tradisi keperluan dan kebutuhan hidup yang bisa seperti sastra lisan ini akan sulit bertahan. diperoleh hanya dengan satu perangkat Meskipun berbagai upaya telah dilakukan elektronik, yaitu ponsel cerdas (smartphone), oleh berbagai pihak dalam rangka seperti kebutuhan akan informasi, hiburan, merevitalisasi tradisi-tradisi yang masih ada, belanja, makan, serta bepergian. namun beberapa telah terlanjur hilang. Tapi ada juga beberapa tradisi yang ternyata Menghadapi kemajuan teknologi memiliki kemampuan untuk bertahan dan tersebut, manusia dituntut untuk mampu tetap disukai oleh khalayaknya. Salah satunya secara efektif dan kritis menggunakan serta terjadi pada sastra lisan Salawat Dulang. beradaptasi dengan berbagai kebaharuan Hingga saat ini, Salawat Dulang masih mudah yang muncul. Kemajuan teknologi dan ditemui, dipertunjukkan terutama sekali informasi saat ini telah membawa perubahan dalam rangka perayaan hari besar agama yang positif bagi kehidupan manusia. Namun Islam. Begitu juga dengan penampilnya yang di saat yang sama, dampak negatif juga disebut dengan “tukang salawat”. Grup-grup muncul sehingga menjadi tantangan baru di salawat baru masih terus bermunculan, berbagai bidang kehidupan manusia, yaitu bahkan yang beranggotakan anak-anak muda. politik, ekonomi, sosial budaya, dan sebagainya (Eshet-Alkalai, 2004). Menarik sekali membahas bagaimana kemampuan tradisi Salawat Dulang ini terus Dibidang budaya, perubahan dan bertahan di tengah perkembangan teknologi tantangan sangat terasa terjadi pada tradisi media saat ini. Bertahan dan berupaya untuk masyarakat yang telah muncul jauh sebelum tetap digemari oleh khalayaknya serta perkembangan teknologi dan media itu bersaing dengan berbagai alternatif hiburan terjadi. Terutama sekali di bidang sastra lisan dan medianya. Tetap memiliki fans setia tidak yang menurut Teeuw (1994) lahir dari masa saja dari kalangan tua, namun juga muda. ketika masyarakat belum mengenal aksara, Tidak terbatas laki-laki atau pun perempuan. pada masyarakat yang bercorak pedesaan. Oleh karena itu, tulisan ini akan memaparkan Ketika masyarakat telah memiliki banyak bentuk pemanfaatan teknologi serta media di alternatif hiburan yang dapat diperoleh di era digital ini oleh para pelaku tradisi Salawat mana saja dan kapan saja, maka salah satu Dulang dalam pewarisan serta proses kreatif fungsi dari sastra lisan, yaitu sebagai sarana mereka demi mempertahankan keberadaan hiburan, mulai berkurang bahkan menghilang. Salawat Dulang bagi khalayaknya. Akibatnya, satu persatu dari sastra lisan itu hilang dari masyarakat. Salawat Dulang merupakan tradisi yang cukup sering dibicarakan dalam berbagai Minangkabau sebagai salah satu etnis tulisan ilmiah. Berkaitan dengan yang memiliki ragam sastra lisan pun tidak eksistensinya, Mardiani (2018) menjelaskan luput mengalami perubahan tersebut. Tahun keberadaan tradisi Salawat Dulang di Padang 1999, Amir dan kawan-kawan telah Sibusuk, Kecamatan Kupitan, Kabupaten memetakan sastra lisan yang ada di Sijunjung. Tradisi ini bertahan di tengah Minangkabau dan menemukan setidaknya ada masyarakat karena masih memiliki fungsi bagi 30 jenis sastra lisan yang berkembang di masyarakat. Salawat Dulang pun masih wilayah budaya Minangkabau. Namun ditampilkan dalam berbagai upacara sebagiannya telah hilang atau punah dari masyarakat setempat. tengah masyarakat pendukungnya (Amir, Adriyetti., 2006). Belum lagi di tahun-tahun Sementara itu, Meigalia (2018) juga terakhir ini, tentu telah semakin bertambah membahas model pewarisan tradisi Salawat yang hilang atau pun terancam punah seperti Dulang dalam artikel yang diseminarkan di 2

Eka Meigalia, Yerri Satria Putra

Seminar Antarbangsa Khazanah Melayu 3. Hasil dan Pembahasan Serumpun dalam Era Baharu. Ada pun 3.1 Sastra Lisan Menghadapi tahapan pewarisan tradisi Salawat Dulang Perkembangan Teknologi Media yang dilalui oleh penampilnya terdiri atas tiga Ong (1982) membagi budaya lisan ke tahap, yaitu ketertarikan, mulai belajar, dan dalam dua tahapan. Pertama tahapan yang mendampingi guru dalam setiap pertunjukan. disebut dengan kelisanan primer, yaitu masa ketika masyarakat belum mengenal aksara Kedua tulisan tersebut sedikit dan yang berkembang hanyalah budaya lisan. banyaknya menyinggung mengenai Kemudian kedua disebut dengan kelisanan keberadaan tradisi Salawat Dulang yang terus sekunder, yaitu tahapan ketika budaya lisan bertahan di Minangkabau. Namun, terkait telah memasuki masa modern yang tidak saja dengan teknologi media dan bagaimana bersentuhan dengan aksara, tapi juga media kemampuan tradisi tersebut dalam elektronik seperti televisi, radio, dan telepon. menghadapi perkembangannya justru belum Memasuki masa kelisanan sekunder, dibicarakan. Hal itulah yang menjadi fokus kebudayaan lisan mendapat tantangan penelitian dalam tulisan ini. tersendiri dengan bermunculannya media- media elektronik tersebut. Pilihannya, tetap 2. Metode bertahan dan menyesuaikan diri, atau hilang Penelitian untuk tulisan ini dilakukan karena tidak mampu bertahan serta dengan metode kualitatif. Sedangkan menyesuaikan diri. pengumpulan data dilakukan dalam beberapa tahapan, yaitu pengumpulan data, analisis, Sehubungan dengan hal itu, menurut dan perumusan hasil analisis. Tahapan Pudentia (2007), sastra lisan akan mengalami pengumpulan data dilakukan dengan berbagai perubahan, diantaranya yaitu a) beberapa teknik. Pertama adalah pengamatan. terancam punah atau telah punah karena Pengamatan dilakukan di lapangan, dengan fungsinya sudah berkurang atau berubah mengikuti beberapa pertunjukan Salawat dalam kehidupan masyarakatnya; b) Dulang. Pertunjukan tersebut memberikan mengalami perubahan yang sangat lambat; informasi yang cukup besar terkait dengan dan atau c) berubah cepat sehingga tidak popularitasnya dalam masyarakat. Khususnya dikenali lagi bentuk awalnya. Dengan begitu, dengan mengamati penonton dan aktifitasnya sastra lisan dapat dikatakan sebagai produk ketika pertunjukan Salawat Dulang budaya yang dinamis, selalu mengalami berlangsung. perubahan dari waktu ke waktu. Berhadapan dengan perkembangan teknologi dan media, Pengamatan juga dilakukan melalui masyarakat mulai bergantung dengan media social yang berkembang saat ini, yaitu berbagai peralatan elektronik yang youtube, facebook, dan instagram. Khususnya memudahkan berbagai aktifitasnya. Berbagai akun tukang salawat dan aktifitas mereka di hiburan baru pun bermunculan dengan media social terkait Salawat Dulang. media-media yang tidak membatasi manusia dengan ruang dan waktu. Salah satu Pengumpulan data juga dilakukan akibatnya, sastra lisan pun mulai kehilangan dengan teknik wawancara. Tukang salawat khalayak fanatiknya sebagaimana yang serta penonton dan pecandu pertunjukan dikemukakan Suryadi (2016) dalam Salawat dulang adalah narasumber- penelitiannya terhadap . Menurutnya, narasumber yang dipilih. Wawancara pun dahulu sastra lisan seperti indang begitu dilakukan secara terbuka dan dapat diarahkan semarak karena adanya dukungan maesenas sesuai dengan kondisi di lapangan ketika (para pendukung dan pelindung seni) yang wawancara berlangsung. Selain itu, mau tergila-gila dengan kesenian. Namun saat pengumpulan data juga dilengkapi dengan ini orang-orang seperti itu telah semakin penelusuran kepustakaan yang berhubungan langka. Tentunya hal tersebut juga akan dengan tradisi Salawat Dulang serta berpengaruh terhadap kebelangsungan sastra perkembangannya. lisan di tengah masyarakat.

Tahapan penelitian selanjutnya adalah Meskipun begitu, kemajuan teknologi analisis terhadap data yang telah diperoleh. media ternyata tidak pula sepenuhnya Terakhir penyajian hasil analisis dalam berdampak negatif berupa hilang atau bentuk deskriptif. punahnya sastra lisan dari masyarakat. Beberapa genre sastra lisan dapat mengikuti perkembangan tesebut dengan masuk ke 3

Eka Meigalia, Yerri Satria Putra

industri rekaman sehingga bentuk masing antara 40 menit hingga 1 jam. pertunjukan atau tuturannya telah direkam Pertunjukan yang biasanya dilaksanakan pada dan dipasarkan. Berawal dalam bentuk malam hari setelah salat Isya, akan berakhir piringan hitam gramofon, sastra lisan beberapa saat menjelang waktu Subuh. kemudian terus diterima dalam industri Gambar 1 rekaman hingga ke kaset dan VCD. Untuk Grup Salawat Dulang sastra lisan Minangkabau, Suryadi (2014) mencatat bahwa genre sastra lisan pertama yang masuk ke industri rekaman adalah Dendang yang direkam dalam bentuk piringan hitam gramofon pada tahun 1939. Kemudian rekaman sastra lisan dalam bentuk kaset muncul tahun 1971 yang merekam Rabab Pasisia. Hingga akhir tahun 90-an, rekaman berbentuk kaset masih terus diproduksi yang kemudian diiringi dengan rekaman berbentuk VCD mulai awal tahun Sumber: dokumentasi pribadi 2000. Namun perlu digarisbawahi bahwa di Minangkabau, tidak semua genre sastra lisan Tempat pertunjukan hanya masuk ke industri rekaman. Tetap saja diperbolehkan di dua tempat, yaitu tempat kepopuleran diutamakan yang berdampak peribadatan umat Islam (mesjid atau musala) pada untung atau ruginya sebuah rumah dan rumah. Tukang salawat pun saat tampil produksi. harus diberikan tempat duduk khusus yang disebut ‘pale-pale’. Ditinggikan dari penonton Khusus yang populer, hingga saat ini dan diberi kasur. Masing-masing grup pun rekamannya masih terus diproduksi. Bahkan akan mendapat pale-pale sendiri sehingga dengan adanya media sosial seperti youtube, saat menonton pertunjukan Salawat Dulang, facebook, instagram, dan lainnya, rekaman- selalu terdapat dua buah pale-pale. rekaman tersebut semakin disebarluaskan pemasarannya. Selain ditampilkan dalam rangka perayaan hari besar Agama Islam, Salawat Dalam hal ini, kemajuan di bidang Dulang juga dipertunjukkan dalam acara teknologi dan informasi telah turut andil perkawinan meskipun sangat jarang untuk mempopulerkan dan membuat sastra ditemukan. Salawat Dulang juga akan lisan dapat dinikmati tidak terbatas ruang dan dipertunjukkan dalam rangka alek waktu lagi. Masyarakat dapat menikmatinya yang tujuannya menghimpun dana untuk di ruang privat seperti di rumah melalui pembangunan nagari. Sehingga tidak jarang televisi, atau smartphone. Untuk kondisi dalam pertunjukan Salawat Dulang juga tersebut, sastra lisan menjadi pertunjukan terdapat lelang makanan atau lagu. yang dapat terlepas dari penonton. Menurut sumber lisan, tradisi Salawat 3.1 Salawat Dulang dan Keberlanjutannya Dulang ini muncul pertama kali di kalangan Salawat Dulang merupakan kelompok Tarekat Syatariyah di Pariaman pendendangan kisah, salawat, serta kajian- pada masa Syeh Burhanuddin kajian tarekat (khususnya syatariyah) dengan mengembangkan ajaran Islam di sana. Namun iringan irama tabuhan pada dulang. Dulang versi lain menyebutkan tradisi ini muncul merupakan sejenis piringan logam besar pertama kali di daerah Malalo, Kabupaten berdiameter kurang lebih 30 cm yang terbuat Tanah Datar yang juga di kalangan kelompok dari kuningan. Biasanya digunakan untuk alas Terekat Syatariyah. Meski semula tradisi ini makan dalam kegiatan makan bajamba hanya dikembangkan dan ditampilkan di (bersama). kalangan kelompok Syatariyah saja, lama kelamaan ditampilkan di muka masyarakat Dalam pendendangannya, tukang tutur luas. Tukang salawat pun tidak pula dituntut yang disebut ‘tukang salawat’ berjumlah dua harus berasal dari kalangan Syatariyah atau orang dalam satu grup. Dan dalam satu harus mempelajari ajaran Tarekat tersebut pertunjukan, terdapat dua grup yang akan sebagaimana disampaikan oleh Firdaus pada saling mengajukan pertanyaan, menjawab, wawancara tanggal 4 November di Kampung serta saling sindir. Setiap grup akan tampil Pisang, Padang. Namun begitu, teks yang secara bergantian dengan durasi masing- dituturkan tetap ada bagian yang membahas 4

Eka Meigalia, Yerri Satria Putra

ajaran-ajaran tarekat seperti hakikat nyawa Bintang Cilik. Hal ini tentunya berbanding dan tubuh. terbalik dengan genre sastra lisan lainnya yang sulit sekali bertahan, bahkan tidak Dalam perkembangan teknologi media, memiliki pewarisnya lagi dari kalangan muda. Salawat Dulang pun telah ikut masuk ke dapur Apalagi untuk menjadi sebuah pertunjukan rekaman. Menurut catatan Suryadi (2010) yang digemari oleh penonton. rekaman pertama kali Salawat Dulang berbentuk kaset dari Grup Piriang Talayang Secara umum, Salawat Dulang dapat dan Sahara yang membahas Kisah Nabi dikatakan sebagai salah satu sastra lisan di Ibrahim dan Pengorbanannya. Berikutnya, Minangkabau yang mampu beradaptasi beberapa grup Salawat lainnya pun turut dengan perkembangan zaman. Mampu masuk industri rekaman, yaitu DC 8, Kilek beradaptasi dengan berbagai alternatif Barapi, dan Arjuna Minang. Kemudian, hiburan yang ada agar tetap disukai oleh rekaman dalam bentuk VCD pun mulai masyarakat. Kemampuan untuk diproduksi di awal tahun 2000 dari Grup menyesuaikan diri dari Salawat Dulang ini Arjuna Minang dan DC 8. Di awal tahun 2000 dapat dilihat dari beberapa aspek. tersebut, rekaman VCD masih diproduksi berdampingan dengan kaset.Hingga saat ini, Pertama dari teks yang Salawat Dulang masih menjadi salah satu dituturkan.Secara garis besar, teks yang sastra lisan yang diproduksi serta dipasarkan dituturkan dalam Salawat Dulang dapat dibagi rekaman-rekamannya dalam bentuk VCD. atas katubah, lagu batang, yamolai, lagu Sesuai dengan penelitian yang dilakukan cancang, panutuik. Bagian-bagian tersebut Suryadi (2014), jika produser melihat bahwa berbeda dari segi isi dan melodi rekaman tersebut digemari serta laku di membawakannya. Khusus bagian lagu batang pasaran, maka baik kaset atau pun VCD akan dan lagu cancang (isi) merupakan bagian yang terus diproduksi. Artinya, Salawat Dulang harus dihafalkan oleh tukang salawat. Untuk adalah salah satu sastra lisan yang digemari itu, mereka mendapatkannya melalui guru. oleh masyarakat dalam bentuk rekaman kaset atau pun VCD. Sementara, bagian lain dari teks Salawat Dulang tidak perlu dihafalkan. Namun Disisi lain, dalam penelitian yang mereka gubah sesuai kreatifitas mereka saat dilakukan tahun 2008 untuk mengamati pertunjukan berlangsung. Khususnya bagian perkembangan dan pewarisan tradisi Salawat hiburan, tukang salawat harus mampu Dulang ini, penulis menemukan fakta bahwa membawakan lagu-lagu yang tengah popular tradisi ini masih digemari baik oleh tua di tengah masyarakat dengan gubahan- maupun kalangan muda. Pewarisannya pun gubahan pada teksnya agar menjadi lucu. masih terjadi dari senior kepada generasi Kelenturan dari teks Salawat Dulang ini pula yang lebih muda seperti yang terjadi pada yang membuatnya mampu bertahan dan tetap grup Kilek Barapi. Grup Sinar Barapi ketika diterima sebagai hiburan selain sebagai media anggotanya yang telah memasuki usia senja pendidikan oleh masyarakat. pada akhirnya tidak aktif lagi tampil untuk memenuhi undangan. Namun ternyata anak- Untuk memiliki kemahiran serta anak mereka memiliki minat dan mau menjadi kreatifitas yang baik dalam membawakan tukang salawat juga sehingga kemudian lagu-lagu populer, tukang salawat mengakui muncullah grup baru yang diberi nama Sinar bahwa mereka harus mengikuti lagu-lagu Barapi yang beranggotakan Jon E.Rizal dan yang tengah digandrungi oleh masyarakat. Ilham yang usianya masih terbilang muda Menurut Jon E. Rizal (wawancara tanggal 28 ketika memulai bersalawat. Jon E. Rizal saja Agustus 2018 di Padang), dulu radio dan mengaku mulai bersalawat ketika masih kelas televisi merupakan sumber kreatifitasnya 6 SD, yaitu sekitar tahun 1982 dan kemudian untuk membawakan lagu-lagu dalam masih aktif hingga sekarang. bersalawat. Kemudian ketika perkembangan teknologi semakin maju, khususnya dengan Tahun 2017 yang lalu, penulis juga bermunculannya media sosial seperti youtube, kembali mengamati pertujukan Salawat facebook, instagram dan lainnya, ia pun Dulang dan kembali mendapati fakta bahwa memanfaatkannya menjadi pengikut yang telah muncul pula grup-grup salawat baru bisa terbilang aktif. yang beranggotakan anak muda. Bahkan, terakhir terdapat satu grup salawat yang Kreatifitas tersebut memang terdiri dari anak-anak, yang bernama Grup menyesuaikan diri dengan kemajuan zaman 5

Eka Meigalia, Yerri Satria Putra

dan juga selera masyarakat. Seperti lagu Kutipan teks yang dilisankan Grup “Taktuntuang” dari Upiak Isil yang saat ini Sinar Barapi di atas terlihat berbeda dengan tengah populer dibawakan oleh Grup Salawat yang dibawakan oleh Langkisau meskipun Langkisau dengan gubahan teks sebagai sama-sama membawakan gubahan lagu berikut. “Taktuntuang”. Kreatifitas tukang salawat disini diakui oleh Jon E.Rizal sebagai anggota Aku belum mandi tak tuntuang tak Grup Sinar Barapi terbentuk dengan tuntuang banyaknya melihat, mengamati, serta Tapi cantik juga tak tuntuang tak mengikuti media sosial. tuntuang Apalagi sudah mandi tak tuntuang tak Selain mengikuti media sosial, Firdaus tuntuang dari Grup Arjuna Minang (wawancara pada 8 Pasti baun cik jawi tak tuntuang tak Oktober 2017 di Gaduik) bercerita bahwa tuntuang (Pasti bau tai sapi) kratifitas grup-grup salawat dalam Ada gadis cantik yang lewat membawakan lagu-lagu yang populer juga Aku aniang je nyeh (diam saja) bisa direkam menggunakan hape. Rekaman Aku kode setek (sedikit) tuturan dari grup lawan yang mereka Hai suit..suit… biasanya dianggap menarik dan baru untuk kemudian mereka pelajari dan gubah lagi. Lagu yang dibawakan oleh Grup Oleh karenanya akan muncul lagu yang sama Langkisau tersebut ternyata mampu dengan versi yang berbeda antar grup salawat menghibur penonton, bahkan anak-anak yang seperti contoh lagu “Taktuntuang” di atas. turut tertawa karena mengenal lagu tersebut. Kemudian digubah sedikit agar menjadi lucu, Kedua, dari kepopuleran grup salawat. maka semakin menariklah pertunjukan Grup salawat hingga saat ini memang masih tersebut. cukup banyak.Namun yang cukup aktif dan sering diundang ke berbagai tempat tidak Berbeda lagi dengan lagu yang sama banyak. Menurut Firdaus juga, grup yang dibawakan oleh Grup Sinar Barapi berikut. populer dan sering ditemui dalam berbagai pertunjukan jumlahnya saat ini kurang lebih Aku belum mandi tak tuntuang tak 10 grup. Untuk grup Arjuna Minang sendiri tuntuang dalam sebulan bisa tampil minimal 4 kali. Jika Tapi masih gagah juga tak tuntuang sedang banyak kegiatan, mereka bisa tampil Apolagi kalau mandi tak tuntuang tak hingga 15 kali dalam satu bulan ke berbagai tuntuang tempat. Pasti bantun katumba (bau ketumbar) Kalau amak gaek (ibu tua) yang lewat Sementara itu, Grup Sinar Barapi dalam Aden maengeh saje(saya lengah saja) sebulan dapat bersalawat paling sedikit 5 kali. Kalau apak gaek (bapat tua)nan (yang) Grup ini lebih menarik lagi karena lewat anggotanya, yaitu Jon E. Rizal menggunakan Aden anok-anok saje(saya diam-diam media sosial instagram, facebook, serta saja) youtube untuk mempromosikan kegiatannya Tapi kalau anak gadih nan (anak gadis bersalawat. Selain sebagai tukang salawat, Jon yang) lewat E. Rizal juga dikenal sebagai penyanyi dan Aden mintak (saya minta) nomor hape pencipta lagu Minang dengan nama panggung Kalau jando nan (janda yang) lewat Jon Cakra. Ia memiliki akun instagram A pasti den kijok saje(saya kedip saja) jhon_cakra dan jhoncakra. Di kedua akun Jo diagiah kode(dan diberi kode) tersebut, Jon E. Rizal tidak saja Walau main sampai malam tak tuntuang mempromosikan album dan lagu-lagu tak tuntuang barunya, tapi juga kegiatan-kegiatannya Iyo lai baurang (ada orang) tak tuntuang bersalawat. tak tuntuang Asal baco (baca) salawaik dulang tak Selain instagram, Jon E.Rizal juga tuntuang tak tuntuang memiliki akun dan channel di youtube dengan Dulang alah jadi gandang (dulang sudah nama John Cakra RR. Seperti juga di jadi gendang) instagram, di youtube ini Jon E. Rizal juga Itu bana lah dek nyo dulang mengunggah berbagai video lagu, serta pertunjukan salawat yang dilakukannya. Juga pertunjukan salawat dari Grup Bintang Cilik 6

Eka Meigalia, Yerri Satria Putra

yang memang tengah dibinanya. Jon E. Rizal Mereka akan membawakan lagu tersebut (wawancara tanggal 28 Agustus 2018 di dengan versi gubahan mereka masing-masing. Padang) mengatakan bahwa melalui media Selain itu, kepopuleran grup juga sosial tersebut, kepopulerannya bisa menjadi mereka tingkatkan dengan menggunakan lebih luas lagi. Ia dikenal tidak saja oleh media sosial. Melalui media sosial, kegiatan kalangan pencinta Salawat Dulang di bersalawat mereka unggah untuk diketahui Sumatera Barat, tapi bisa ditontong oleh siapa dan dikenal oleh masyarakat yang lebih luas saja di belahan dunia mana pun. Dan itu lagi. Dengan begitu, tradisi ini dapat dikatakan menurutnya terbukti dengan masih cukup masih terus berlanjut seiring berkembangan tingginya permintaan untuk tampil bagi zaman. Dan rasanya Salawat Dulang bukanlah grupnya. salah satu tradisi dari masa lalu yang kondisinya dikhawatirkan akan hilang untuk Untuk teks yang dituturkan serta beberapa waktu mendatang. mempopulerkan grup, kemajuan teknologi serta informasi terlihat sangat berpengaruh Daftar Pustaka terhadap keberlanjutan tradisi Salawat Amir, Adriyetti., D. (2006). Pemetaan Sastra Dulang ini. Di sisi lain, Salawat Dulang pun Lisan Minangkabau. Padang: Andalas merupakan tradisi yang sangat lentur. Ada University Press. bagian dari teks yang dapat digubah dan dikreasikan oleh tukang tutur menyesuaikan Eshet-Alkalai, Y. (2004). Digital Literacy : A dengan selera khalayaknya. Dan ketika teks Conceptual Framework for Survival Skills tersebut digubah dengan berbagai lagu yang in the Digital Era. Journal of Educational tengah populer, tradisi itu tetap diterima Multimedia and Hypermedia, 13(1), 93– sebagai Salawat Dulang. Bukan menjadi 106. Salawat Dulang dangdut atau Salawat Dulang pop sebagaimana pada saluang dan rabab. Mardiani, Indah., D. (2018). Eksistensi Salawek Saat ini muncul istilah saluang dangdut dan Dulang Pada Masyarakat Padang Sibusuk rabab dangdut karena membawakan lagu-lagu Kecamatan Kupitan Kabupaten Sijunjung. dangdut. E-Jurnal SenDraTasik, 7(I), 65–70.

4. Simpulan Meigalia, E. dan Y. S. P. (2018). Model Perkambangan teknologi serta media Pewarisan Sastra Lisan Salawat Dulang. In saat ini sangat berpengaruh pada I. Zahid (Ed.), Khazanah Melayu Serumpun dalam Era Baharu (pp. 282– keberlanjutan sastra lisan. Di Minangkabau, 290). Kuala Lumpur: PKKM. sastra lisan sebagiannya sudah hilang, dan sebagian lagi hampir hilang karena tidak ada Ong, W. J. (1982). Orality & Literacy, The pewarisnya dari generasi muda. Juga Technological of The Word. New York: dikarenakan sastra lisan tersebut tidak Routledge. mampu bersaing dengan bentuk hiburan lain yang tengah populer. Atau karena fungsinya Pudentia. (2007). Hakikat Kelisanan dalam sudah tidak ada lagi bagi masyarakat Tradisi Lisan Melayu, Mak Yong. Jakarta: pendukungnya. Asosiasi Tradisi Lisan.

Berbagai permasalahan tersebut tidak Suryadi. (2010). The Impact of the West terjadi pada Salawat Dulang. Salawat Dulang Sumatran Regional Recording Industry on hingga saat ini masih sangat aktif Minangkabau Oral Literature. Wacana, dipertunjukkan. Masih banyak grup salawat 12(1), 1–30. yang ada, dan juga masih bermunculan yang baru, bahkan dari kalangan anak-anak. Suryadi. (2014). The Recording Industry and Keberlanjutan tradisi ini dan kemampuannya Regional Culture in Indonesia; The Case untuk bertahan salah satunya melalui of Minangkabau. Universiteit Leiden. adaptasi dengan kemajuan teknologi dan media yang ada. Dari segi teks yang Suryadi. (2016). Indang Pariaman; Masa Depan dituturkan, tukang salawat selalu “Togue Fu” Terakhir di Minangkabau. membawakan lagu-lagu yang tengah populer Padang Ekspres. di tengah masyarakat. Tukang salawat pun memanfaatkan media seperti radio, televisi, Teeuw, A. (1994). Indonesia, Antara Kelisanan serta smartphone dengan berbagai fiturnya dan Keberaksaraan. Jakarta: Pustaka Jaya. untuk memperluas pengetahuan mereka. 7

Eka Meigalia, Yerri Satria Putra

Amir, Adriyetti., D. (2006). Pemetaan Sastra Lisan Minangkabau. Padang: Andalas University Press.

Eshet-Alkalai, Y. (2004). Digital Literacy : A Conceptual Framework for Survival Skills in the Digital Era. Journal of Educational Multimedia and Hypermedia, 13(1), 93– 106.

Mardiani, Indah., D. (2018). Eksistensi Salawek Dulang Pada Masyarakat Padang Sibusuk Kecamatan Kupitan Kabupaten Sijunjung. E-Jurnal SenDraTasik, 7(I), 65–70.

Meigalia, E. dan Y. S. P. (2018). Model Pewarisan Sastra Lisan Salawat Dulang. In I. Zahid (Ed.), Khazanah Melayu Serumpun dalam Era Baharu (pp. 282– 290). Kuala Lumpur: PKKM.

Ong, W. J. (1982). Orality & Literacy, The Technological of The Word. New York: Routledge.

Pudentia. (2007). Hakikat Kelisanan dalam Tradisi Lisan Melayu, Mak Yong. Jakarta: Asosiasi Tradisi Lisan.

Suryadi. (2010). The Impact of the West Sumatran Regional Recording Industry on Minangkabau Oral Literature. Wacana, 12(1), 1–30.

Suryadi. (2014). The Recording Industry and Regional Culture in Indonesia; The Case of Minangkabau. Universiteit Leiden.

Suryadi. (2016). Indang Pariaman; Masa Depan “Togue Fu” Terakhir di Minangkabau. Padang Ekspres.

Teeuw, A. (1994). Indonesia, Antara Kelisanan dan Keberaksaraan. Jakarta: Pustaka Jaya.

Narasumber 1. Nama : Firdaus Usia : 56 th Pekerjaan : Tukang Salawat dari Grup Arjuna Minang

2. Nama : Jon E.Rizal Usia : 39 th Pekerjaan : Tukang Salawat dari Grup Sinar Barapi

8