Makna Simbolik Prosesi Makan Bajamba Dalam Baralek Adat Minangkabau Di Desa Baso Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
MAKNA SIMBOLIK PROSESI MAKAN BAJAMBA DALAM BARALEK ADAT MINANGKABAU DI DESA BASO KABUPATEN AGAM PROVINSI SUMATERA BARAT Oleh: Ade Syaputra Email: [email protected] Pembimbing: Nova Yohana, S.Sos, M.I.Kom Jurusan Ilmu Komunikasi – Konsentrasi Humas Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau Kampus Bina Widya, Jl. H.R. Soebrantas Km 12,5 Simp. Baru, Pekanbaru 28293 Telp/Fax. 0761-63277 ABSTRACT Makan bajamba procession is one of the traditional culture of Minangkabau society. There are symbolic aspect in makan bajamba procession with special meaning that is represented by clothing, tools used in makan bajamba procession, eating courtesy, figure, to messages in the opening and closing communications (alua) in makan bajamba procession. The purpose of this research was detemining the meaning of symbolic situation, the product of social interaction, and the interpretative of symbolic meaning of makan bajamba procession in custom baralek minangkabau in baso village of distric of agam of west sumatera province. This research used qualitative methode by simbolic interaction approach. Informan of this research is perpetrator makan bajamba , custom figures, and society selected by using purposive technique.. Data collection technique used observation, interview and documentation. The result of research showed that symbolik situation meaning of makan bajamba procession in Baso village consists of physical objects that include clothing and tools used and figures with specific meaning in every part while the social objects from makan bajamba procession consisting of eating courtesy perpetrators makan bajamba, as well as the message content in the opening and closing communications in makan bajamba procession which also has a certain meaning. The meaning of the product of social interaction involves meaning makan bajamba from the side of the actors where makan bajamba is interpreted to have cultural values and the value of togetherness, from the side of custom figures memaknai makan bajamba has cultural values, religion, customs and education, from the side of the Minangkabau society meaning makan bajamba procession has cultural values, education, family values. The meaning of the interpretation of makan bajamba procession includes closed action and open action. Closed actions include internal and external motivations of the perpetrator. as well as feelings of pleasure and pride to be part of the makan bajamba procession. The open act of makan bajamba includes the facial expressions of each actor and the attitudes of the actors who are compact and have an emotional closeness among actors JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 1 PENDAHULUAN masih banyak lagi macam-macam Minangkabau merupakan salah bentuk tradisi yang berbeda dan unik satu etnik dari keberagaman budaya di setiap wilayah nagari lainnya yang nasional Indonesia yang memiliki ada pada masyarakat Minangkabau bahasa, budaya, kawasan dan suku dalam melaksanakan upacara bangsa dengan nama yang sama yaitu perkawinan menurut adat kebudayaan minangkabau. Masyarakat masyarakatnya itu sendiri. Minangkabau atau yang lebih dikenal Beragamnya tradisi dalam Urang Minang merupakan kelompok upacara pernikahan di Minangkabau, masyarakat yang masih kental dengan sehingga nagari di minangkabau Budaya dan Tradisi-tradisi khas menerapkan adat salingka nagari dalam upacara-upacara adatnya, (peraturan adat yang ditetapkan di disamping itu dalam bertutur kata dan daerah itu saja) yang telah disepakati berinteraksi masyarakat oleh masyarakat yang bersangkutan, Minangkabau cenderung tidak begitu juga dengan masyarakat menyatakan maksud dan tujuannya minangkabau yang berada di nagari secara lansung, akan tetapi Baso, yang merupakan salah satu disampaikan melalui ungkapan, nagari yang ada di wilayah perumpamaan dan simbol-simbol dan minangkabau, tepatnya berada di mengandung makna secara inplisit. wilayah Kecamatan Baso, Kabupaten Masyarakat Minangkabau Agam, Provinsi Sumatra Barat. memiliki sistem norma-norma dan Masyarakat Desa Baso itu tentunya nilai-nilai yang terbentuk dalam juga mempunyai beberapa macam berbagai tradisi, salah satunya dapat tradisi dalam melaksanakan berbagai dilihat dari pelaksanaan upacara bentuk upacara menurut adat pernikahan atau yang sering disebut istiadatnya serta memiliki keunikan, masyarakat dengan istilah “Baralek”. kekhasan dan perbedaan tersendiri Mursal Esten dalam bukunya yang dari adat istiadat masyarakat berjudul “Minangkabau: Tradisi dan Minangkabau di nagari lainnya. Di Perubahan” (1993:11) juga Desa Baso ada sebuah tradisi yang menyebutkan bahwa pada upacara dikenal dengan tata cara makan pernikahan terdapat serangkaian beradat atau dengan kata lain “table tradisi yang dilaksanakan masyarakat. manner” ala minang yang sering Pada masyarakat Minangkabau disebut dengan istilah ”makan tradisi dalam upacara Baralek bajamba”. Makan bajamba tersebut dapat dicontohkan pada merupakan makan yang dihidangkan masyarakat desa Kuraitaji, dalam satu piring besar yang di Kecamatan Pariaman Selatan, Kota konsumsi oleh 4-6 orang yang duduk Pariaman, dimana terdapat tradisi melingkar dan dibagi dalam beberapa yang dinamakan “barantam” dalam kelompok (Moussay,1995;488). pelaksanaan upacara pernikahannya, Kabupaten Agam diyakini selain itu pada masyarakat nagari merupakan asal mula tradisi “Makan Pauh Kamba Kecamatan Nan Sabaris Bajamba” , tradisi ini telah ada sejak Kabupaten Padang Pariaman, juga agama islam masuk ke Minangkabau terdapat tradisi yang dinamakan pada abad ke-7 “bajiluang” dalam pelaksanaan (https://id.wikipedia.org/wiki/Makan upacara pernikahannya, dan tentunya _bajamba). JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 2 Budaya dan Tradisi Makan oleh adat maka tidak berjalan dengan Bajamba berasal dari akar budaya semestinya. Minangkabau yang secara turun Pada dasarnya setiap temurun masih dilaksanakan hingga pelaksanaan tradisi di kalangan saat ini. makan bajamba merupakan masyarakat menunjukkan adanya sebuah budaya makan bersama yang kandungan makna dibalik tradisi itu diadakan dalam lingkup keluarga sediri, dimana makna tersebut sangat dekat, dalam hal ini adanya pertalian berkaitan erat dengan kehidupan darah. Namun demikian, tidak jarang masyarakatnya. Biasanya hal itu dilakukan dalam lingkup yang lebih diberikan melalui simbol-simbol luas, seperti persaudaraan satu suku dalam upacara, lambang atau simbol kendati tidak ada hubungan darah inilah yang sebenarnya mempunyai (suku dalam adat Minangkabau nilai cukup penting bagi kehidupan hampir sama dengan marga dalam manusia. Demikian pula pelaksanaan adat Batak). Kekeluargaan dan tradisi Makan Bajamba pada gotong royong sudah terasa pada masyarakat Minang, pelaksanaan tahap pertama dalam proses tradisi ini tidak hanya sebagai acara mempersiapkan makanan, karena makan bersama saja akan tetapi juga memasak dilakukan bersama-sama. mempunyai makna tertentu baik Kemudian prosesi Makan Bajamba kehidupan pribadi maupun kehidupan ini dilakukan dengan beberapa aturan bersosial dan bermasyarakat. Makna yang sudah ditetapkan oleh para dari pelaksanaan Tradisi inilah yang leluhur atau sesepuh adat di Bumi akan di kemukakan pada penelitian Minang. Masyarakat di nagari Baso ini. Makna adalah arti atau penilaian yang merupakan nagari yang masih yang diberikan pada sesuatu. kental dengan adat dan tradisinya Sedangkan tradisi dalam hal ini sebagian besar masih melaksanakan adalah tingkah laku turun-temurun prosesi makan bajamba ini setiap yang telah menjadi bahagian dari acara-acara pentingnya baik itu dalam kehidupan suatu masyarakat. bentuk alek gadang (pesta besar) Perkembangan ilmu maupun dalam alek ketek (pesta pengetahuan dan teknologi yang kecil). terjadi begitu pesatnya sangat berpengaruh terhadap pandangan Dalam penelitian ini, ada hal- hidup dan sikap hidup orang Minang hal yang menarik dalam prosesi dalam melanjutkan tradisi nenek makan bajamba di Baso kabupaten moyangnya. Sehingga ada Agam. Banyaknya aturan-aturan kecendrungan untuk tidak lagi dalam tradisi ini seperti posisi duduk, melaksanakan tradisi seketat dan etika makan, etika berkomunikasi sedisiplin semula. Masyarakat memulai dan mengakhiri makan. Minang khususnya di Sumatra Barat Jumlah makanan yang dihidangkan mulai cenderung meninggalkan dalam prosesi makan bajamba telah segala sesuatu yang berbau ditentukan oleh adat nagari Baso, tradisional. Sementara mereka lebih kecamatan Baso, apabila dalam suka meniru hal yang bergaya makanan yang dihidangkan tidak moderen yang tidak jarang kabur sesuai dengan susunan yang dibuat pemahamannya. Tentu saja kecendrungan ini lebih banyak timbul JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 3 karena ketidak tahuan mereka, konotatif adalah makna implisit atau sehingga mereka kurang menghargai kiasan. dan memahami secara tepat dan benar Menurut Ogden dan Richard makna serta nilai luhur yang terdapat dalam Lawrence Kincaid pada pelaksanaan upcara Tradisi menjelaskan : Penguraian proses makan bajamba tersebut. Padahal komunikasi, untuk sebagian makna yang terbentuk dari suatu mengandung unsur psikologi. tradisi tidak akan terlepas dari Sementara ini psikologi sudah masyarakat pendukugnya dan akan mencapai tahap tertentu, dimana menemukan manfaat bagi masyarakat tugas tersebut dimungkinkan pendukungnya yaitu masyarakat pelaksanaannya dengan baik kini Minang itu sendiri. tidak ada lagi alasan untuk dapat Berkaitan dengan masalah berbicara secara samar-samar tersebut penelitian ini ditujukan untuk mengenai makna, begitu pula untuk : 1) Mengetahui situasi simbolik tidak mengetahui cara-cara