MAKNA SIMBOLIK PROSESI MAKAN BAJAMBA DALAM BARALEK DI DESA BASO KABUPATEN AGAM PROVINSI SUMATERA BARAT

Oleh: Ade Syaputra Email: [email protected] Pembimbing: Nova Yohana, S.Sos, M.I.Kom

Jurusan Ilmu Komunikasi – Konsentrasi Humas Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau Kampus Bina Widya, Jl. H.R. Soebrantas Km 12,5 Simp. Baru, Pekanbaru 28293 Telp/Fax. 0761-63277

ABSTRACT Makan bajamba procession is one of the traditional culture of Minangkabau society. There are symbolic aspect in makan bajamba procession with special meaning that is represented by clothing, tools used in makan bajamba procession, eating courtesy, figure, to messages in the opening and closing communications (alua) in makan bajamba procession. The purpose of this research was detemining the meaning of symbolic situation, the product of social interaction, and the interpretative of symbolic meaning of makan bajamba procession in custom baralek minangkabau in baso village of distric of agam of west sumatera province. This research used qualitative methode by simbolic interaction approach. Informan of this research is perpetrator makan bajamba , custom figures, and society selected by using purposive technique.. Data collection technique used observation, interview and documentation. The result of research showed that symbolik situation meaning of makan bajamba procession in Baso village consists of physical objects that include clothing and tools used and figures with specific meaning in every part while the social objects from makan bajamba procession consisting of eating courtesy perpetrators makan bajamba, as well as the message content in the opening and closing communications in makan bajamba procession which also has a certain meaning. The meaning of the product of social interaction involves meaning makan bajamba from the side of the actors where makan bajamba is interpreted to have cultural values and the value of togetherness, from the side of custom figures memaknai makan bajamba has cultural values, religion, customs and education, from the side of the Minangkabau society meaning makan bajamba procession has cultural values, education, family values. The meaning of the interpretation of makan bajamba procession includes closed action and open action. Closed actions include internal and external motivations of the perpetrator. as well as feelings of pleasure and pride to be part of the makan bajamba procession. The open act of makan bajamba includes the facial expressions of each actor and the attitudes of the actors who are compact and have an emotional closeness among actors

JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 1

PENDAHULUAN masih banyak lagi macam-macam Minangkabau merupakan salah bentuk tradisi yang berbeda dan unik satu etnik dari keberagaman budaya di setiap wilayah lainnya yang nasional Indonesia yang memiliki ada pada masyarakat Minangkabau bahasa, budaya, kawasan dan suku dalam melaksanakan upacara bangsa dengan nama yang sama yaitu perkawinan menurut adat kebudayaan minangkabau. Masyarakat masyarakatnya itu sendiri. Minangkabau atau yang lebih dikenal Beragamnya tradisi dalam Urang Minang merupakan kelompok upacara pernikahan di Minangkabau, masyarakat yang masih kental dengan sehingga nagari di minangkabau Budaya dan Tradisi-tradisi khas menerapkan adat salingka nagari dalam upacara-upacara adatnya, (peraturan adat yang ditetapkan di disamping itu dalam bertutur kata dan daerah itu saja) yang telah disepakati berinteraksi masyarakat oleh masyarakat yang bersangkutan, Minangkabau cenderung tidak begitu juga dengan masyarakat menyatakan maksud dan tujuannya minangkabau yang berada di nagari secara lansung, akan tetapi Baso, yang merupakan salah satu disampaikan melalui ungkapan, nagari yang ada di wilayah perumpamaan dan simbol-simbol dan minangkabau, tepatnya berada di mengandung makna secara inplisit. wilayah Kecamatan Baso, Kabupaten Masyarakat Minangkabau Agam, Provinsi Sumatra Barat. memiliki sistem norma-norma dan Masyarakat Desa Baso itu tentunya nilai-nilai yang terbentuk dalam juga mempunyai beberapa macam berbagai tradisi, salah satunya dapat tradisi dalam melaksanakan berbagai dilihat dari pelaksanaan upacara bentuk upacara menurut adat pernikahan atau yang sering disebut istiadatnya serta memiliki keunikan, masyarakat dengan istilah “Baralek”. kekhasan dan perbedaan tersendiri Mursal Esten dalam bukunya yang dari adat istiadat masyarakat berjudul “Minangkabau: Tradisi dan Minangkabau di nagari lainnya. Di Perubahan” (1993:11) juga Desa Baso ada sebuah tradisi yang menyebutkan bahwa pada upacara dikenal dengan tata cara makan pernikahan terdapat serangkaian beradat atau dengan kata lain “table tradisi yang dilaksanakan masyarakat. manner” ala minang yang sering Pada masyarakat Minangkabau disebut dengan istilah ”makan tradisi dalam upacara Baralek bajamba”. Makan bajamba tersebut dapat dicontohkan pada merupakan makan yang dihidangkan masyarakat desa Kuraitaji, dalam satu piring besar yang di Kecamatan Pariaman Selatan, Kota konsumsi oleh 4-6 orang yang duduk Pariaman, dimana terdapat tradisi melingkar dan dibagi dalam beberapa yang dinamakan “barantam” dalam kelompok (Moussay,1995;488). pelaksanaan upacara pernikahannya, Kabupaten Agam diyakini selain itu pada masyarakat nagari merupakan asal mula tradisi “Makan Pauh Kamba Kecamatan Nan Sabaris Bajamba” , tradisi ini telah ada sejak Kabupaten Padang Pariaman, juga agama islam masuk ke Minangkabau terdapat tradisi yang dinamakan pada abad ke-7 “bajiluang” dalam pelaksanaan (https://id.wikipedia.org/wiki/Makan upacara pernikahannya, dan tentunya _bajamba).

JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 2

Budaya dan Tradisi Makan oleh adat maka tidak berjalan dengan Bajamba berasal dari akar budaya semestinya. Minangkabau yang secara turun Pada dasarnya setiap temurun masih dilaksanakan hingga pelaksanaan tradisi di kalangan saat ini. makan bajamba merupakan masyarakat menunjukkan adanya sebuah budaya makan bersama yang kandungan makna dibalik tradisi itu diadakan dalam lingkup keluarga sediri, dimana makna tersebut sangat dekat, dalam hal ini adanya pertalian berkaitan erat dengan kehidupan darah. Namun demikian, tidak jarang masyarakatnya. Biasanya hal itu dilakukan dalam lingkup yang lebih diberikan melalui simbol-simbol luas, seperti persaudaraan satu suku dalam upacara, lambang atau simbol kendati tidak ada hubungan darah inilah yang sebenarnya mempunyai (suku dalam adat Minangkabau nilai cukup penting bagi kehidupan hampir sama dengan marga dalam manusia. Demikian pula pelaksanaan adat Batak). Kekeluargaan dan tradisi Makan Bajamba pada gotong royong sudah terasa pada masyarakat Minang, pelaksanaan tahap pertama dalam proses tradisi ini tidak hanya sebagai acara mempersiapkan makanan, karena makan bersama saja akan tetapi juga memasak dilakukan bersama-sama. mempunyai makna tertentu baik Kemudian prosesi Makan Bajamba kehidupan pribadi maupun kehidupan ini dilakukan dengan beberapa aturan bersosial dan bermasyarakat. Makna yang sudah ditetapkan oleh para dari pelaksanaan Tradisi inilah yang leluhur atau sesepuh adat di Bumi akan di kemukakan pada penelitian Minang. Masyarakat di nagari Baso ini. Makna adalah arti atau penilaian yang merupakan nagari yang masih yang diberikan pada sesuatu. kental dengan adat dan tradisinya Sedangkan tradisi dalam hal ini sebagian besar masih melaksanakan adalah tingkah laku turun-temurun prosesi makan bajamba ini setiap yang telah menjadi bahagian dari acara-acara pentingnya baik itu dalam kehidupan suatu masyarakat. bentuk alek gadang (pesta besar) Perkembangan ilmu maupun dalam alek ketek (pesta pengetahuan dan teknologi yang kecil). terjadi begitu pesatnya sangat berpengaruh terhadap pandangan Dalam penelitian ini, ada hal- hidup dan sikap hidup orang Minang hal yang menarik dalam prosesi dalam melanjutkan tradisi nenek makan bajamba di Baso kabupaten moyangnya. Sehingga ada Agam. Banyaknya aturan-aturan kecendrungan untuk tidak lagi dalam tradisi ini seperti posisi duduk, melaksanakan tradisi seketat dan etika makan, etika berkomunikasi sedisiplin semula. Masyarakat memulai dan mengakhiri makan. Minang khususnya di Sumatra Barat Jumlah makanan yang dihidangkan mulai cenderung meninggalkan dalam prosesi makan bajamba telah segala sesuatu yang berbau ditentukan oleh adat nagari Baso, tradisional. Sementara mereka lebih kecamatan Baso, apabila dalam suka meniru hal yang bergaya makanan yang dihidangkan tidak moderen yang tidak jarang kabur sesuai dengan susunan yang dibuat pemahamannya. Tentu saja kecendrungan ini lebih banyak timbul

JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 3

karena ketidak tahuan mereka, konotatif adalah makna implisit atau sehingga mereka kurang menghargai kiasan. dan memahami secara tepat dan benar Menurut Ogden dan Richard makna serta nilai luhur yang terdapat dalam Lawrence Kincaid pada pelaksanaan upcara Tradisi menjelaskan : Penguraian proses makan bajamba tersebut. Padahal komunikasi, untuk sebagian makna yang terbentuk dari suatu mengandung unsur psikologi. tradisi tidak akan terlepas dari Sementara ini psikologi sudah masyarakat pendukugnya dan akan mencapai tahap tertentu, dimana menemukan manfaat bagi masyarakat tugas tersebut dimungkinkan pendukungnya yaitu masyarakat pelaksanaannya dengan baik kini Minang itu sendiri. tidak ada lagi alasan untuk dapat Berkaitan dengan masalah berbicara secara samar-samar tersebut penelitian ini ditujukan untuk mengenai makna, begitu pula untuk : 1) Mengetahui situasi simbolik tidak mengetahui cara-cara dengan makan bajamba pada upacara mana kata-kata memperdayai kita. pernikahan adat Minang kabau di Selanjutnya menurut Charles E. Kecamatan Baso Kabupaten Agam, Pierce dalam Lawrence Kincaid Sumatera Barat 2) Mengetahui menjelaskan, “Penuturan mengenai produk interaksi sosial makan makna, umumnya seperti bajamba pada upacara pernikahan melemparkan segenggam tanah liat adat Minang kabau di Kecamatan ke sasaran yang berupa fenomena Baso Kabupaten Agam, Sumatera tanda, sedang (teori) teknik harus Barat 3) Untuk mengetahui melengkapi kita dengan panah intrepetasi tradisi makan bajamba runcing”. pada upacara pernikahan adat Blumer (1969) dalam West dan minanng kabau di Kecamatan Baso Turner (2009: 99) mengatakan bahwa Kabupaten Agam, Sumatera Barat ada tiga asumsi mengenai makna, yaitu sebagai berikut: TINJAUAN PUSTAKA (1) Manusia bertindak terhadap Makna Simbolik manusia lainnya berdasarkan makna Makna dalam Kamus Besar yang diberikan orang lain pada Bahasa Indonesia berarti arti, maksud mereka, pembicara atau penulis. Menurut (2) Makna diciptakan dalam A.M. Moefad,“Pengertian makna interaksi antar manusia dan diambil dari pendapat Brown yang (3) Makna dimodifikasi malalui mendefinisikan sebagai; “ proses interpretatif. kemampuan total untuk mereaksi Ketiga asumsi tersebut terhadap bentuk linguistik.”. Dalam memberi penjelasan kepada kita hal ini dapat dibedakan antara makna bahwa sebuah makna akan ada jika denotatif dan makna konotatif. terjadi sebuah interaksi dan akan Makna denotatif adalah suatu kata diinterpretasikan oleh setiap individu yang mengarah pada sesuatu yang yang memaknai sebuah pesan dengan dimaksud oleh kata itu. Dengan kata terjadinya modifikasi dalam lain, denotatif mengandung makna pemaknaan tersebut. Disini jelas kita yang sebenarnya. Sedangkan makna ketahui bahwa makna adalah sebuah “produk sosial” yang terjadi karena

JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 4

adanya interaksi antar manusia. Pada yang terkandung di dalam lambang umumnya manusia akan bertindak tertentu. Dengan demikian simbol terhadap sesuatu (benda, peristiwa, dan makna merupakan dua unsur dan lain-lain) berdasarkan makna yang berbeda tetapi saling berkaitan yang dimiliki sesuatu tersebut bagi bahkan saling melengkapi. Kesatuan mereka. Makna terhadap sesuatu simbol dan makna akan menghasilkan dapat terus berubah seiring dengan suatu bentuk yang mengandung perubahan waktu dan lingkungan maksud tertentu. yang ada juga akan merubah sistem nilai, kepercayaan dan sikap Makan Bajamba seseorang terhadap sesuatu. Kata Makan bajamba atau juga simbol berasal dari bahasa Yunani disebut makan barapak adalah tradisi yaitu symbolos yang berarti tanda makan yang dilakukan oleh atau ciri yang memberitahukan masyarakat Minangkabau dengan sesuatu kepada seseorang. Manusia cara duduk bersama-sama di dalam dalam hidupnya selalu berkaitan suatu ruangan atau tempat yang telah dengan simbol-simbol yang ditentukan. Tradisi ini umumnya berhubungan dengan kehidupan dilangsungkan di hari-hari besar sehari-hari. Manusia adalah animal agama Islam dan dalam berbagai sybolicum, yang artinya adalah upacara adat, pesta adat, dan pemikiran dan tingkah laku simbolis pertemuan penting lainnya. Tradisi merupakan ciri yang betul-betul khas ini diyakini berasal dari Koto Gadang, manusiawi dan bahwa seluruh kabupaten Agam, Sumatera Barat, kemajuan kebudayaan manusia dan diperkirakan telah ada sejak mendasarkan diri pada kondisi- agama Islam masuk ke Minangkabau kondisi itu. Manusia adalah makhluk sekitar abad ke-7. Oleh karena itu, budaya dan budaya manusia penuh adab-adab yang ada dalam tradisi ini dengan simbol (Endraswara, umumnya didasarkan pada ajaran 2006:171). Islam terutama Hadits. Beberapa adab Ernst Cassirer (dalam Budiono dalam tradisi ini di antaranya adalah Herusatoto, 1987:10) mengatakan seseorang hanya boleh mengambil bahwa manusia berpikir, berperasaan apa yang ada di hadapannya setelah dan bersikap dengan ungkapan- mendahulukan orang yang lebih tua ungkapan yang simbolis. Manusia mengambilnya. tidak pernah melihat, mengenal dan Tata makan bajamba banyak menemukan dan mengenal dunia aturan-aturan yang diatur dalam tata secara langsung tetapi melalui cara yang unik , seperti jenis berbagai simbol. Kenyataan adalah makanan, jumlah makanan yang selalu lebih daripada hanya tumpukan dihidangkan, dan penyajiannya pun fakta-fakta, tetapi kenyataan diatur oleh tata cara yang sesuai mempunyai makna yang bersifat dengan aturan adat di nagari Baso. kejiwaan, dimana baginya di dalam Hidangan didalam pelaksanaan simbol terkandung unsur pembebasan makan bajamba biasanya makanan dan perluasan pemandangan. yang khas dari minangkabau yang Jadi simbol merupakan mempunyai arti penting dalam bentuk lahiriah yang mengandung pelaksanaan suatu tradisi. maksud, sedangkan makna adalah arti

JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 5

METODE PENELITIAN interpretasi inilah yang membedakan Metode yang digunakan dalam antara kaum interaksionalis-simbolik penelitian ini adalah kualitatif dengan dengan behaviorisme. Secara ringkas, pendekatan interaksi simbolik. interaksionisme simbolik didasarkan Metode kualitatif adalah pada premis-premis berikut: pengumpulan data melalui suatu latar 1. Individu merespon suatu situasi ilmiah, dilakukan oleh orang atau simbolik dimana mereka merespons peneliti yang tertarik secara ilmiah. lingkungan termasuk objek fisik dan Lincoln (dalam Moleong, 2010:191) objek sosial berdasarkan makna yang Peneliti meninjau secara langsung dikandung. objek penelitian mencari data dan 2. Makna adalah produk interaksi memecahkan masalah yang sedang sosial yang dinegosiasikan melalui berlangsung atau dihadapi saat ini, penggunaan bahasa. berdasarkan faktor yang nampak 3. Makna yang diinterpretasikan untuk kemudian di analisis sehingga individu dapat berubah dari waktu ke dapat menghasilkan rekomendasi waktu, sesuai dengan perubahan yang dapat menjawab dan mengatasi situasi yang ditemukan dalam permasalahan yang ada. Penelitian interaksi sosial. (Dalam Mulyana. deskriptif bertujuan untuk 2010: 71-72). memaparkan situasi atau peristiwa, Melalui pendekatan interaksi tidak mencari atau menyelaraskan simbolik, peneliti bisa hubungan, tidak menguji hipotesis. menggambarkan makna dari simbol (Rakhmat, 2001: 24).” yang terdapat dalam situasi simbolik prosesi makan bajamba yang tidak Pendekatan interaksi simbolik hanya berupa benda namun juga merupakan salah satu pendekatan perilaku yang memiliki makna yang digunakan untuk memahami khusus. Pendekatan interaksi suatu benda, simbol, komunikasi dan simbolik juga digunakan penulis interaksi sosial. Dalam pandangan untuk memahami perilaku manusia interaksi simbolik, interaksi manusia dari sudut pandang objek. Dengan sesungguhnya dilakukan dengan perspektif interaksi simbolik, definisi menggunakan simbol-simbol, dimana yang diberikan individu kepada makna akan akan dikonstruksikan situasi, objek dan diri mereka sendiri dalam proses interaksi. (Mulyana, yang akan menentukan perilaku 2010: 70). Dalam proses interaksi mereka. (Mulyana, 2010: 70). manusia bukanlah suatu proses dimana adanya stimulus secara otomatis dan langsung menimbulkan tanggapan atau respons. Akan tetapi, HASIL DAN PEMBAHASAN antara stimulus yang diterima dan respons yang terjadi sesudahnya, Makna Situasi Simbolik Prosesi diantarai oleh proses interpretasi. Makan Bajamba Masyarakat Menurut Ritzer (dalam Sihabudin, Minangkabau di Kecamatan Baso 2013: 75) proses interpretasi menjadi Kabupaten Agam Provinsi penengah antara stimulus dan respons Sumatera Barat. menempati posisi kunci dalam teori Objek fisik dalam prosesi interaksi simbolik, dan masalah makan bajamba Minangkabau adalah

JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 6

kostum atau pakaian yang digunakan, jenis makanan kalangan menengah- alat makan serta makanan yang keatas dengan jenis makanan kelas digunakan dalam prosesi makan menangah-kebawah. Hal tersebut bajamba. Pakaian yang digunakan berarti baik itu masyarakat kalangan dalam prosesi makan bajamba adalah menengah-keatas maupun kalangan pakaian sopan sesuai dengan syari’at menengah-kebawah sama-sama Islam. Dari pakaian yang digunakan, memakan makanan yang sama tanpa terlihat budaya Minangkabau identik dibeda-bedakan. dengan ajaran Islam. Tokoh dalam makan bajamba Dalam prosesi makan bajamba dalam acara baralek merupakan pakaian laki-laki menggunakan keluarga antara kedua belah pihak, pakaian koko dan peci hitam yaitu terdiri atas keluarga sipangka sedangkan kaum perempuan (yang mengadakan alek/pesta) dan menggunakan baju kurung dengan keluarga sialek (yang diundang dalam warna cerah memakai jilbab. pesta). Jika yang mengadakan pesta Meskipun pakaian ini tidak diatur adalah pihak perempuan maka pihak secara khusus, namun pelaku makan perempuan disebut sipangka dan bajamba sudah sangat memahami tata yang diundang adalah pihak laki-laki cara pakaiannya dengan baik. Tidak yang dalam Minang disebut dengan diperkenankan memakai pakaian sialek begitupun sebaliknya. biasa pada prosesi ini, tidak terkecuali Beberapa tokoh dalam prosesi makan bagi siapapun. bajamba adalah niniak mamak Alat yang digunakan dalam penghulu kedua mempelai yaitu prosesi makan bajamba yaitu talam orang yang dituakan dalam suatu besar dengan diameter minimal 70 cm suku di Minangkabau atau pemimpin dikelilingi oleh peeserta makan golongan geneologis dan kelompok bajamba merupakan wadah suku yang berdasarkan kelompok kebersamaan yang menyatukan 4-6 matrilineal. Beberapa juaro yang orang dalam satu kelompok. Hal merupakan orang dari satu suku tersebut melambangkan bahwasanya sipangka (yang mengundang) yang Minangkabau memandang semua nantinya akan menghidangkan manusia itu sama terlepas dari status makanan pada saat makan bajamba. social yang dimilikinya. Beberapa anak mudo yaitu orang Samba nan salapan adalah jenis yang dari satu kaum persukuan dari makanan yang digunakan pada saat keluarga kedua belah pihak yang makan bajamba. Samba nan salapan mengerti dan paham tentang adat merupakan makanan turun termurun salingka nagari. Beberapa amai- dari nenek moyang orang bapak dari pihak laki-pihak maupun Minangkabau yang terdiri dari pihak perempuan itu sendiri. rendang, asam padeh dagiang, Beberapa orang induak bako ialah pergedel kentang, gulai ayam, gulai keluarga dari suku orang tua laki-laki ikan, gulai cubadak, rabuang, anyang. yang mengadakan alek pernikahan. ditintau dari segi rasa samba nan Kesemua tokoh tersebut wajib hadir salapan merupakan jenis makanan dalam prosesi makan bajamba karena menyeluruh yang disukai oleh orang-orang tersebut telah turun- masyarakat setempat. Samba nan temurun ditentukan oleh nenek salapan merupakan campuran antara moyang orang Minangkabau sebagai

JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 7

tokoh-tokoh yang menjalakan prosesi tersebut dianggap tidak sopan. makan bajamba sebab tokoh-tokoh Peserta makan bajamba hanya boleh yang melakukan prosesi makan mengambil atau menyuap nasi yang bajamba haruslah orang-orang yang ada didepannya, bagi orang Minang telah mengerti dan paham akan adat hal tersebut mengandung makna Minangkabau sebagai perwakilan bahwa dalam kehidupan antara sipangka dan sialek yang bermasyarakat semua orang sudah didudukkan dalam suatu ruangan memilki haknya masing-masing dan nantinya. tidak diperkenankan bagi suatu orang Objek sosial dalam prosesi untuk mengambil akan hak orang makan bajamba Minangkabau lain. Aturan yang terakhir yaitu pada meliputi perilaku nonverbal berupa saat selesainya makan bajamba adab makan beradat, verbal berupa peserta yang telah dulu selesai tidak alua (pesan petatah-petitih). Salah boleh mencuci tangannya terleih satu objek sosial dalam makan dahulu, peserta tersebut harus bajamba adalah adab makan yang menunggu sampai semuanya selesai telah diatur sedemikian rupa oleh adat baru diperbolehkan mencuci tangan salingka nagari (adat yang berlaku secara bersama-sama, hal tersebut dalam satu nagari). Adab yang diatur berarti dalam masyarakat minang adalah simbol nonverbal yang memandang kita memulai sesuatu memilki makna-makna tertentu yang secara bersama-sama maka harus terhimpun dalam suatu gerakan- diselesaikan secara bersama-sama gerakan yang mengandung nilai etika pula. dan estetika yang telah diajarkan Objek sosial berdasarkan pesan nenek moyang secara turun temurun dalam prosesi makan bajamba, selain yaitu aturan duduk pada saat makan dari segi adab makannya, objek social bajamba dengan cara bersimpuh ( dari prosesi makan bajamba juga duduk seperti duduk antara dua sujut dapat dilihat dari segi komunikasi saat shalat) bagi perempuan dan pembuka dan penutup makan bersila bagi laki-laki. Aturan bajamba yang biasa disebut dengan makannya yaitu mendahulukan bagi “Alua”. Isi pesan tersebut merupakan yang lebih tua menyuap nasi sebagai bentuk penyambutan sipangka (tuan bentuk penghormatan kepada yang rumah) terhadap sialek (orang yang lebih tua. Untuk menyuap nasi diundang) berupa petatah-petitih. kemulut dengan cara nasi dan lauk Biasanya alua dimulai oleh sipangka dibulat-bulatkan terlebih dahulu sebagai tuan rumah untuk membuka kemudian dilemparkan dalam jarak pembicaraan dengan sialek sebagai dekat dengan tujuan tangan jangan tamu. Dalam proses komunikasi sampai masuk ke dalam mulut supaya (alua) pembuka ini biasanya peserta makan bajamba yang lain menghabiskan waktu 30-45 menit, tidak merasa jijik sambil tangan kiri dibuka oleh orang yang dituakan menampung nasi supaya tidak dipihak sipangka (tuan rumah) yaitu berceceran. Pada saat mengunyah niniak mamak suku yang makanan peserta makan bajamba mengucapkan rasa terima kasih atas tidak diperkenankan mengunyah kedatangan pihak undangan. Alua dengan mengeluarkan bunyi dalam dilanjutkan dengan komunikasi istilah Minangnya bacapak karena hal perundingan antara sipangka dengan

JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 8

sialek dengan tata cara komunikasi bajamba memaknai prosesi makan adat Minang, jika orang yang lebih bajamba Minangkabau dengan muda berbicara kepada orang yang berbagai perspektif sesuai dengan apa lebih tua dari segi umur haruslah yang mereka pikirkan dalam benak terlebih dahulu mengucapkan kata mereka. Pelaku makan bajamba maaf seelum berbicara hal tersebut memaknai prosesi makan bajamba bentuk menghormati yang lebih tua sebagai budaya yang harus bahwa seharusnya yang lebih muda dilestarikan dan pertahankan dari tidak boleh asal bicara kepada yang masa ke masa secara turun temurun. lebih tua. Alur perundingannya pun Selain itu, ada juga pelaku lain yang harus mengikuti alur yang benar, memaknai makan bajamba sebagai misalnya jika perundingan dimulai ajang berbagi kegembiraan bagi oleh sialek kepada sipangka maka orang Minang berbagi hak dan sialek harus menunggu keputusan kewajiban antara dua keluarga yang dari sipangka yang kembali disatukan. merundingkan dengan pihaknya Agar lebih baik lagi, terlebih dahulu untuk mengambil pemaknaan prosesi makan bajamba suatu keputusan baru setelah itu dilihat dari perspektif tokoh disampaikan kepada pihak sialek. masyarakat atau tokoh adat Setelah itu, pihak sialek pun harus Minangkabau di Kecamatan Baso kembali merundingkan dengan Kabupaten Agam Provinsi Sumatera pihaknya untuk menyikapi keputusan Barat sebagai seorang yang paham yang telah diterimanya begitu juga akan budaya Minangkabau. Dalam sebaliknya. Hal tersebut berarti dalam hal ini Mak Aguih St. Bareno tradisi dan adat minang untuk memaknai prosesi makan bajamba menyelesaikan suatu permasalahan sebagai budaya dan tradisi diperlukan terlebih dahulu Minangkabau, makan bajamba ini perundingan dalam bentuk merupakan suatu identitas dari musyawarah untuk mengambil suatu masyarakat Minang. Prosesi makan keputusan yang telah disepakati bajamba memilki banyak ajaran secara bersama. sesuai falsafah Minangkabau. Menurut perspektif Mak Icun St. Batuah makan bajamba merupakan ajang pemersatu antara kedua Makna Produk Interaksi Sosial keluarga yang berbeda, dengan tradisi Prosesi Makan Bajamba Tradisi ini keluarga yang memilki banyak Masyarakat Minangkabau di perbedaan status sosial pun dapat Kecamatan Baso Kabupaten Agam dipererat karena siapapun orangnya Provinsi Sumatera Barat dan bagaimana pun latar belakangnya Pemaknaan prosesi makan menjadi satu dalam prosesi makan bajamba Minangkabau secara bajamba tanpa dibeda-bedakan. keseluruhan dilihat dari beberapa Dalam proses terjadinya suatu sudut pandang, yakni sudut pandang tradisi masyarakat memilki peran dari pelaku prosesi makan bajamba, penting, selain sebagai pelaksana sudut pandang tokoh masyarakat dan suatu tradisi masyarakat merupakan sudut pandang masyarakat pengamat akan jalannya suatu tradisi Minangkabau. Pelaku makan oleh sebab itu pemaknaan dari

JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 9

perspektif masyarakat juga perlu menjadi kenal lebih dekat. Faktor dipahami. Masyarakat juga berikutnya adalah untuk melestarikan memandang prosesi makan bajamba kebudayaan dan tradisi Minangkabau. sebagai nilai budaya dan tradisi yang Perasaan yang dikemukakan wajib dilestarikan, terdapat banyak oleh pelaku makan bajamba adalah nilai-nilai dan ajaran-ajaran perasaan senang dan bangga sudah kehidupan didalamnya. menjadi bagian dari masyarakat yang masih berperan dalam melestarikan Makna Interpretasi Prosesi Makan budaya dibalik kuatnya arus budaya Bajamba Dalam Baralek Adat luar yang masuk. Selain itu perasaan Minangkabau Di Kecamatan Baso bangga bisa memilki tradisi dan Kabupaten Agam Provinsi kebudayaan yang mengandung Sumatera Barat banyak nilai-nilai positif. Factor Blumer menyebutkan bahwa eksternalnya berupa dorongan adat interpretasi seharusnya tidak dimana diamana prosesi ini wajib dianggap hanya sebagai penerapan diadakan jika pihak tamu meminta makna-makna, tetapi juga sebagai diadakan makan bajamba. suatu proses pembentukan dimana Untuk tindakan terbuka dari makna yang dipakai dan pelaku makan bajamba meliputi sikap disempurnakan akan menjadi dan ekspresi wajah dari para pelaku. instrumen dalam pengarahan dan Sikap yang mereka perlihatkan dalam pembentukan tindakan (Poloma, prosesi makan bajamba adalah sikap 2003:259). Berdasarkan hal tersebut ceria dan kebersamaan yang baik dapat dikatakan bahwa dalam sebagai sebuah keluarga utuh di luar kebudayaan, interpretasi berkaitan keluarga suku atau kaumnya sendiri. dengan tindakan individu yang Dalam hal ekspresi wajah, para dibentuk berdasarkan pemaknaan pelaku menunjukan kebersamaan dan dalam diri sendiri. kedekatan emosial dengan pelaku lain Makna interpretasi prosesi walaupun memilki latar belakang makan bajamba Minangkabau yang berbeda. berkaitan dengan tindakan individu PENUTUP yang merupakan pelaku makan Simpulan bajamba. Interpretasi dalam prosesi Berdasarkan penelitian yang makan bajamba meliputi tindakan penulis lakukan dengan tertutup dan juga tindakat terbuka dari menggunakan metode wawancara, para pelaku makan bajamba, dimana observasi dan dokumentasi, maka tindakan terbuka meliputi motivasi penelitian ini dapat disimpulkan internal dan eksternal serta perasaan sebagai berikut: dari para pelaku makan bajamba, 1. Makna situasi simbolik dalam sedangkan tindakan terbuka meliputi prosesi makan bajamba ekspresi wajah dari para pemain. Minangkabau di Desa Baso Pada faktor internal, motivasi Kabupaten Agam terdiri dari objek pelaku didorong oleh beberapa faktor fisik dan objek sosial yang diantaranya keinginan para pelaku pemaknaannya berhubungan erat untuk menciptakan sesuatu dengan filosofis dan historis budaya kebersamaan yang baru dimana kalau Minangkabau. Objek fisik dalam biasanya tidak saling mengenal prosesi makan bajamba

JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 10

Minangkabau antara lain adalah pemersatu masyarakat berbagai latar pakaian, alat yang digunakan dan belakang. Prosesi makan bajamba tokoh dalam prosesi makan bajamba. dimaknai oleh masyarakat sebagai Pakaian yang digunakan dalam budaya yang harus dilestarikan, prosesi makan bajamba adalah mengandung unsur yang mendidik, pakaian sopan sesuai dengan syari’at serta nilai kekeluargaan. Islam baju kurung bagi perempuan 3. Makna interpretasi dalam dan baju koko dilengkapi peci bagi prosesi makan bajamba laki-laki yang melambangkan Minangkabau di Desa Baso kepemimpinan dalam Minangkabau. Kabupaten Agam meliputi tindakan Objek Sosial dalam prosesi makan terbuka dan tindakan tertutup. bajamba meliputi adab makan, isi Tindakan tertutup berhubungan pesan alua ( komunikasi pembuka dan dengan motivasi dan perasaan. penutup makan bajamba ). Adab Motivasi internal dan eksternal para makan dalam makan bajamba yaitu pelaku untuk terus menjalankan etika duduk menunjukkan kesopanan prosesi ini yakni mempertahankan bersila bagi laki-laki dan bersimpuh budaya, kesenangan akan bagi perempuan, aturan makan pada kebersamaan, keinginanan untuk makan bajamba yaitu mendahulukan menyatukan keluarga, serta dorongan yang lebih tua sebagi bentuk adat. Selain itu tindakan tertutup juga penghormatan bagi yang lebih tua, Isi meliputi perasaan senang dan bangga pesan dalam alua (komunikasi yang ada dalam diri pelaku. Tindakan penutup dan pembuka makan terbuka pelaku makan bajamba bajamba menunjukkan bahwa meliputi sikap kompak dan masyarakat Minangkabau sopan kebersamaan kelompok, serta berbicara kepada yang lebih tua, ekspresi wajah pelaku terlihat memiliki tata karma dalam berbicara, keceriaan dan kebahgiaan serta masyarakat Minangkabau ekpresi kedekatan emosional antar merundingkan suatu masalah dengan sesama kelompok. cara musyawarah dan diputuskan Saran secara bersama. 1. Makna dari simbol-simbol 2. Makna produk interaksi sosial pada kebudayaan termasuk prosesi dalam kesenian Minangkabau makan bajamba merupakan hal meliputi pemaknaan prosesi makan penting yang harus diwariskan bajamba secara keseluruhan dari kepada generasi penerus. Akan perspektif yang berbeda-beda dari menjadi lebih baik jika makna setiap informan. Prosesi makan simbolik ini dijadikan sebuah bajamba dimaknai oleh pelaku dokumen salah satunya buku agar sebagai budaya yang harus dapat menjadi referensi untuk dilestarikan, ajang berbagi pelestarian budaya Minangkabau. kegembiraan, nilai kebersamaan, nilai 2. Semua kalangan harus bekerja etika kesopanan. Prosesi makan keras dan bekerja sama untuk kembali bajamba dimaknai oleh tokoh adat merevitalisasi nilai-nilai prosesi sebagai budaya, adat-istiadat, makan bajamba dan kembali identitas diri Minangkabau yang menghidupkan prosesi makan harus terus hidup, banyak bajamba seperti dahulu lagi. mengandung unsur yang mendidik, Memudarnya prosesi makan bajamba

JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 11

ini akibat budaya-budaya-budaya Kaplan, David dan Manners, A. asing yang bisa masuk dengan mudah Albert. 2002. Teori-Teori harus segera diatasi sebelum nilai- Budaya. Yogyakarta : Pustaka nilai budaya dalam prosesi makan Pelajar. bajamba Minangkabau semakin Kriyantono, R. 2006. Teknik Praktis mengikis. Kerjasama semua pihak, Riset Komunikasi. Jakarta: baik pemerintah, pelaku makan Kencana Prenada Media Group. bajamba, tokoh adat, dan peran serta ______2008. Teknik Praktis semua kalangan masyarakat sangat Riset Komunikasi: Disertai dibutuhkan untuk membawa kembali Contoh Praktis Riset Media, menghidupkan prosesi ini. Public Relations, Advertising, 3. Semua kalangan harus Komunikasi Organisasi, bekerjasama dengan terus Komunikasi Pemasaran. mengadakan prosesi ini dalam setiap Jakarta: Kencana Prenada acara-acara adatnya sehingga prosesi Media Group. ini bisa terus ada dan tidak hilang Koentjaraningrat. 1981. Sejarah terkikis oleh zaman dan tertutup oleh Teori Antropologi I. UI Press. budaya-budaya asing yang masuk. Jakarta. Kuswarno, Enkus. 2009. Metodelogi DAFTAR PUSTAKA Penelitian Komunikasi Arikunto, Suharsimi. 2007. Fenomenologi: Konsepsi, Manajemen penelitian. Jakarta: Pedoman, Dan Contoh Penerbit Rineka Cipta. Penelitian Fenomena Pengemis Endraswara, Suwardi. 2003. Metode Kota Bandung. Penelitian Kebudayaan. Bandung:Widya Padjadjaran. Yogyakarta: Gadjah Mada Miles dan Huberman. 1992. Analisis University Press. Data Kualitatif. Diterjemahkan ______2006. Metode, oleh: Tjejep Rohandi Rohidi. Teori, Teknik, Penelitian Jakarta: UI Press. Kebudayaan: Ideologi, Moleong, L.J 2006. Metode Epistemologi dan Aplikasi. Penelitiam Kualitatif, Bandung Yogyakarta. Pustaka : PT. Remaja Rosdakarya. Widyatama. Moussay, Gerard 1995. Diictionnaire Esten, Murshal. 1993. Mianangkabau Minangkabau Indonesien. : Tradisi dan Perubahan. Francais Volume I.Matton Padang : Angkasa raya Paris. Asssociation Archiphipel Hasan, Iqbal. 2002. Pokok-pokok Mulyana, Deddy, 2008, Ilmu Materi Metodologi Penelitian Komunikasi : Suatu Pengantar, dan Aplikasinya. Jakarta: Jakarta : PT. Remaja Ghalia Indonesia. Rosdakarya. Herusatoto, Budiono. 1987. ______2010. Metodologi Simbolisme dalam Budaya Penelitian Kualitatif Jawa. Yogyakarta : Hanindita Paradigma Baru Ilmu Johanes, Mardimin. 1994. Komunikasi dan Ilmu Sosial Transformasi Budaya Menuju Lainnya. Bandung: Remaja Masyarakat Indonesia Modern. Rosdakarya. Yogyakarta : Kanisius

JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 12

Navis, A.A. 1984. Alam Terkembang https// Bajamba, Tradisi Makan Jadi Guru: Adat dan Bersama Adat Minangkabau - Kebudayaan Minangkabau. bajamba.html Jakarta: Grafiti Press. Nawawi, Hadari. 1995. Metode (https://id.wikipedia.org/wiki/Makan Penelitian Sosial. Yogyakarta: _bajamba) Gajah Mada University Press. Richard West, Lynn H. Turner. 2009. Teori Komunikasi. Jakarta: Salemba Humanika. Ruslan, Rosady. 2003. Metode Penelitian PR dan Komunikasi. Jakarata : PT. Raja Grafindo Persada. Soekanto,S. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: ALFABETA. Umar, Husein. 2002. Metode Riset Komunikasi Organisasi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Lainnya Hanandini, Dwiyanti. 2010. Fungsi dan Makna Simbolik Upacara “Selapanan Bayi” dalam Struktur sosial Masyarakat Jawa. UNAND: Jurnal Pembangunan dan Perubahan Sosial Budaya Okfernando, Raphel. 2013. Alek pisang manih pada masyarakat nagari panyakalan, kecamatan kubung, kabupaten solok. Padang: Skripsi Jurusan Antropologi Sosial FISIP UNAND https://www.goodnewsfromindonesia .org/2015/12/24/keunikan- tradisi-makan-bajamba-di- minangkabau

JOM FISIP Vol. 5: Edisi I Januari – Juni 2018 Page 13