Nomor 4 | Juli 2020 ISSN : 2443 – 0536
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
JURNAL STINDO PROFESIONAL Volume VI | Nomor 4 | Juli 2020 I S S N : 2443 – 0536 PEMBERIAN MAKANAN PADA UPACARA ADAT BATAK TOBA Kajian Antropolinguistik Oleh: Maslan M.R. Sihombing ABSTRAK Tujuan penelitian ini mendeskripsikan domain, taksonomi, komponen makna, pola penamaan dan kearifan lokal pada pemberian makananpada upacara adat BatakToba. Penelitian dilaksanakan di desa Simarmata, Kabupaten Samosir. Data diperoleh melalui observasi dan wawancara kepada informan yang terlibat dalam pelaksanaan adat. Penelitian ini menggunakan pendekatan antropolinguistik dengan metode penelitian etnografi. Makanan yang diberikan pada upacara adat adalah tudu-tudu sipanganon’penanda makanan’dan dengke simudur-udur ‘ikan beriringan’. Hasil penelitian pada domain upacara adat pernikahan, ditemukan sembilan subdomain yaitu 1)mangarisik‘menelisik’, 2)marhori- hori dinding‘mencari tau’, 3)marhusip‘berbisik’ ,4)martumpol‘berjanji’, 5)martonggo raja‘memohon doa’ ,6)marsibuha-buhai‘pembuka’, 7)unjuk‘pesta’, 8)paulak une‘mengembalikan’, 9)maningkir tangga ‘periksa tangga’. Taksonomi atau pengklasifikasian makanan Batak Toba disusun dalam bentuk diagram garis. Komponen makna marsipanganon ‘makan’ danpola penamaan makanan dalam bahasa Batak Toba. Kata kunci: Makanan, antropolinguistik, domain, komponen makna Latar Belakang tertutup yang diberikan kepada 100 orang Upacara inisiasi yang ada pada responden pemuda Batak Toba usia 20 masyarakat Batak Toba digolongkan atas s.d 27 yang tinggal di Medan, diperoleh 3 yaitu 1) upacara adat, 2) upacara agama data, dari 100 responden, ada 42 dan 3) upacara yang berhubungan dengan responden (42%) yang tidak tahu nama lingkungan hidup. Upacara yang makanan yang diberikan pada upacara berhubungan dengan adat, misalnya adat adat Batak Toba. Sampel data ini kelahiran, adat pernikahan dan adat menggambarkan kecenderungan generasi kematian (Siahaan, E.K. dan T. Sitanggang, Batak Toba, sudah tidak mengenal 1993). Bagi masyarakat Batak Toba, masa makanan tradisional, apalagi memahami peralihan sejak seseorang dilahirkan, kearifan lokal yang terkandung di menikah hingga meninggal dunia, dalamnya. Hal tersebut dapat berdampak ditandai dengan tradisi pemberian negatif pada pelestarian nilai-nilai budaya makanan, yang disebut sebagai makanan dan bila dibiarkan, nilai-nilai luhur budaya adat. Tradisi pemberian makanan bangsa akan terancam hilang. memiliki nilai-nilai kearifan lokal yangberperan dalam pembentukan Bahasa sebagai sarana penyampaian doa karakter masyarakatnya. dan harapan yang baik terjadi kepada orang yang menerima makanan.Oleh Hal yang sangat menarik adalah karena itu, bagaimana makna dan nilai berdasarkan angket dengan pertanyaan budaya dalam tradisi pemberian makanan 249 JURNAL STINDO PROFESIONAL Volume VI | Nomor 4 | Juli 2020 I S S N : 2443 – 0536 dan apa makna dari simbol-simbol pernyataan penghormatan kepada tamu makanan hanya dapat dimengerti dengan dan sekaligus penyataan keinginan untuk cara mempelajari budaya dan bahasa. Hal mendapatkan doa berkat yang ini sejalan dengan penjelasan Duranti diungkapkan pada saat pemberian (2000), bahwa melalui pendekatan makanan, Vergouwen (2004). Bagaimana antropolinguistik, bahasa dapat domain, taksonomi, komponen makna, dimengerti sebagai sumber budaya dan pola penamaan dan kearifan lokal padan berbahasa sebagai praktik budaya. pemberian makanan BatakToba Siahaan et al(1993) menjelaskan bahwa, Landasan Teori dalihan na tolu ‘tiga penyangga tungku’, merupakan landasan dalam tradisi Pendekatan Antropolinguistik pemberian makanan pada upacara adat Duranti (2000), menjelaskan bahwa Batak Toba. Dalihan na tolu terdiri dari antropolinguistik menggunakan tiga dongan tubu atau dongan sabutuha pendekatan utama yaitu performansi, ‘kerabat semarga’, hula-hula ‘orangtua indeksikalitas, partisipasi, yang terbukti dan saudara laki-laki dari istri’dan boru efektif dalam mengkaji hubungan struktur ‘saudara perempuan’. Ketiga unsur ini teks, koteks dan konteks (budaya, menjadi pilar utama dalam kehidupan ideologi, sosial, dan situasi) suatu tradisi dan pelaksanaan adat masyarakat Batak lisan yang dilatarbelakangi unsur-unsur Toba. budaya dan aspek kehidupan manusia yang berbeda-beda. Duranti menjelaskan, Penelitian etnografi adalah kegiatan bahwa antropolinguistik adalah ilmu yang pengumpulan data yang dilakukan secara mempelajari bahasa sebagai sumber sistematik, mengenai cara hidup, aktivitas budaya dan yang mempelajari berbahasa sosial dan berbagai benda kebudayaan atau berbicara sebagai praktik budaya. dari suatu masyarakat. Etnografi pada dasarnya lebih memanfaatkan teknik Sibarani (2014), menegaskan bahwa pengumpulan data melalui pengamatan antropologi linguistik merupakan bidang yang mendalam. Melalui cara ini, akan ilmu interdisipliner yang mempelajari terungkap pandangan hidup dari sudut hubungan bahasa dengan seluk-beluk pandang penduduk setempat. Dengan kehidupan manusia termasuk demikian akan ditemukan makna kebudayaannya. Antropolinguistik adalah tindakan budaya suatu komunitas yang 1) Studi bahasa dalam kerangka kerja diekspresikan melalui makanan. antropologi, 2) Studi kebudayaan dalam kerangka kerja linguistik, dan 3) Studi Masyarakat Batak Toba, meyakini bahwa aspek kehidupan manusia dalam setiap makanan yang dikonsumsi memiliki kerangka kerja bersama antropologi dan daya tondi ‘kekuatan bagi jiwa’, sehingga linguistik. Antropolinguistik juga berupaya proses makan harus dilakukan dalam menggali nilai, norma, dan kearifan lokal keadaan damai dan tenang, Siahaan et al atau isi tradisi lisan serta berupaya (1993). Tujuan penyelenggaraan pesta merumuskan model penghidupan dan pemberian makanan pada upacara kembali, pengelolaan, dan proses adat adalah untuk mendapatkan pasu- pewarisan serta pelindungan, pasu ‘berkat’ dari Tuhan Yang Maha Esa. pengembangan, dan pemanfaatan Makanan adat yang disajikan, merupakan (pelestarian) tradisi lisan. 250 JURNAL STINDO PROFESIONAL Volume VI | Nomor 4 | Juli 2020 I S S N : 2443 – 0536 Sibarani (2015) menambahkan bahwa Ginanjaret al (2013), menunjukkan parameter analisis antropolinguistik adanya komponen makna yang terdiri atas keterhubungan membangun medan leksikal sekaligus (interconnections), kebernilaian (cultural yang membangun struktur makna setiap value), keberlanjutan (continuity). leksem sehingga diketahui perbedaan arti Keterhubungan merupakan parameter leksikal tiap-tiap leksem. menentukan “gramatika” teks, konteks, dan koteks secara internal dan eksternal. Murni dan Sri Minda (2012), dalam Kebernilaian memperlihatkan makna atau artikelnya mengkaji realisasi perilaku fungsi, nilai atau norma, dan kearifan normatif dan perilaku santun dalam lokal objek antropolinguistik, yaitu bahasa meminta informasi dan mengungkapkan dan berbahasa. Keberlanjutan ketidaksetujuan. Dengan menggunakan memperlihatkan keadaan objek yang metode penelitian deskriptif kualitatif dan diteliti, termasuk nilai budaya kearifan teknik observasi partisipatori, Murni et al, lokal dan pewarisannya pada generasi menemukan bahwa kesantunan linguistik muda merupakan kajian penting dalam pada rapat dewan dapat diidentifikasi antropolinguistik. dari taksonomi struktur kesantunan linguistik. Penelitian Murni et al, berkontribusi dalam hal penyusunan taksonomi. Fitrisia (2018), dalam karya ilmiahnya menyampaikan bahwa makanan dan bahasa adalah bagian dari kegiatan sosial dalam suatu kelompok keyakinan. Fitrisia menggunakan teori linguistik kuliner yang merupakan studi tentang makanan dalam perspektif bahasa, untuk menemukan kearifan lokal dari budaya makanan tradisional suatu kelompok masyarakat. Raji, Shahrim Ab Karim, Farah Adibah Che Gambar Model Antropolinguistik Ishak, dkk (2017) melakukan penelitian (Sumber: Sibarani 2015) makanan tradisional dengan cara meneliti Penelitian Relevan makanan sebagai warisan dan budaya di Malaysia. Dalam penelitian yang Penelitian Eriksen (2013), menggunakan metode deskriptif mengidentifikasi taksonomi makanan kualitatif. Secara tradisional, makan lokal berdasarkan tiga domain, yaitu malam diletakkan di atas tikar pandan. kedekatan geografis, kedekatan Sepotong kain diletakkan di atas tikar dan relasional, dan kedekatan nilai-nilai. kemudian makanan disajikan. Dengan menjelaskan arti yang berbeda Mempertahankan makanan Melayu dari makanan lokal, dapat memperkaya sangat penting untuk menanamkan kemampuan untuk memahami makanan pengetahuan pada generasi yang akan secara menyeluruh. datang. 251 JURNAL STINDO PROFESIONAL Volume VI | Nomor 4 | Juli 2020 I S S N : 2443 – 0536 Analisis domain, taksonomi, komponen pernikahan dan kematian. Bagian akhir makna adalah bagian dari indeksikalitas. observasi adalah observasi seleksi yaitu Melalui konsep performansi, bahasa menguraikan secara detail hasil observasi dapat dipahami dalam proses kegiatan, yang telah direduksi. tindakan, dan pertunjukan komunikatif, yang membutuhkan kreativitas. Domain Performansi pemberian makanan Sugiyono (2013), menjelaskan bahwa tradisional melibatkan partisipan. Melalui analisis domain dilakukan untuk analisis ini, diharapkan dapat ditemukan memperoleh gambaran yang umum dan kearifan lokal makanan tradisional pada menyeluruh tentang situasi yang diteliti upacara adat Batak Toba. dalam objek penelitian. Pengumpulan Data Lebih lanjut Spradley (2007), menjelaskan Teknik pengumpulan data berpedoman bahwa suatu domain terdiri atas tiga pada model etnografi yang dikemukakan elemen, yaitu cover terms ‘nama suatu Spradley, yaitu menggunakan teknik domain budaya’, included terms ‘nama wawancara dan observasi. Wawancara suatu kategori atau rincian domain’, dilakukan: