JURNAL STINDO PROFESIONAL Volume VI | Nomor 4 | Juli 2020 I S S N : 2443 – 0536 PEMBERIAN MAKANAN PADA UPACARA ADAT TOBA Kajian Antropolinguistik

Oleh: Maslan M.R. Sihombing

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini mendeskripsikan domain, taksonomi, komponen makna, pola penamaan dan kearifan lokal pada pemberian makananpada upacara adat BatakToba. Penelitian dilaksanakan di desa Simarmata, Kabupaten Samosir. Data diperoleh melalui observasi dan wawancara kepada informan yang terlibat dalam pelaksanaan adat. Penelitian ini menggunakan pendekatan antropolinguistik dengan metode penelitian etnografi. Makanan yang diberikan pada upacara adat adalah tudu-tudu sipanganon’penanda makanan’dan dengke simudur-udur ‘ikan beriringan’. Hasil penelitian pada domain upacara adat pernikahan, ditemukan sembilan subdomain yaitu 1)mangarisik‘menelisik’, 2)marhori- hori dinding‘mencari tau’, 3)marhusip‘berbisik’ ,4)martumpol‘berjanji’, 5)martonggo raja‘memohon doa’ ,6)marsibuha-buhai‘pembuka’, 7)unjuk‘pesta’, 8)paulak une‘mengembalikan’, 9)maningkir tangga ‘periksa tangga’. Taksonomi atau pengklasifikasian makanan Batak Toba disusun dalam bentuk diagram garis. Komponen makna marsipanganon ‘makan’ danpola penamaan makanan dalam bahasa Batak Toba.

Kata kunci: Makanan, antropolinguistik, domain, komponen makna

Latar Belakang tertutup yang diberikan kepada 100 orang Upacara inisiasi yang ada pada responden pemuda Batak Toba usia 20 masyarakat Batak Toba digolongkan atas s.d 27 yang tinggal di , diperoleh 3 yaitu 1) upacara adat, 2) upacara agama data, dari 100 responden, ada 42 dan 3) upacara yang berhubungan dengan responden (42%) yang tidak tahu nama lingkungan hidup. Upacara yang makanan yang diberikan pada upacara berhubungan dengan adat, misalnya adat adat Batak Toba. Sampel data ini kelahiran, adat pernikahan dan adat menggambarkan kecenderungan generasi kematian (Siahaan, E.K. dan T. Sitanggang, Batak Toba, sudah tidak mengenal 1993). Bagi masyarakat Batak Toba, masa makanan tradisional, apalagi memahami peralihan sejak seseorang dilahirkan, kearifan lokal yang terkandung di menikah hingga meninggal dunia, dalamnya. Hal tersebut dapat berdampak ditandai dengan tradisi pemberian negatif pada pelestarian nilai-nilai budaya makanan, yang disebut sebagai makanan dan bila dibiarkan, nilai-nilai luhur budaya adat. Tradisi pemberian makanan bangsa akan terancam hilang. memiliki nilai-nilai kearifan lokal yangberperan dalam pembentukan Bahasa sebagai sarana penyampaian doa karakter masyarakatnya. dan harapan yang baik terjadi kepada orang yang menerima makanan.Oleh Hal yang sangat menarik adalah karena itu, bagaimana makna dan nilai berdasarkan angket dengan pertanyaan budaya dalam tradisi pemberian makanan

249

JURNAL STINDO PROFESIONAL Volume VI | Nomor 4 | Juli 2020 I S S N : 2443 – 0536 dan apa makna dari simbol-simbol pernyataan penghormatan kepada tamu makanan hanya dapat dimengerti dengan dan sekaligus penyataan keinginan untuk cara mempelajari budaya dan bahasa. Hal mendapatkan doa berkat yang ini sejalan dengan penjelasan Duranti diungkapkan pada saat pemberian (2000), bahwa melalui pendekatan makanan, Vergouwen (2004). Bagaimana antropolinguistik, bahasa dapat domain, taksonomi, komponen makna, dimengerti sebagai sumber budaya dan pola penamaan dan kearifan lokal padan berbahasa sebagai praktik budaya. pemberian makanan BatakToba

Siahaan et al(1993) menjelaskan bahwa, Landasan Teori dalihan na tolu ‘tiga penyangga tungku’, merupakan landasan dalam tradisi Pendekatan Antropolinguistik pemberian makanan pada upacara adat Duranti (2000), menjelaskan bahwa Batak Toba. Dalihan na tolu terdiri dari antropolinguistik menggunakan tiga dongan tubu atau dongan sabutuha pendekatan utama yaitu performansi, ‘kerabat semarga’, hula-hula ‘orangtua indeksikalitas, partisipasi, yang terbukti dan saudara laki-laki dari istri’dan boru efektif dalam mengkaji hubungan struktur ‘saudara perempuan’. Ketiga unsur ini teks, koteks dan konteks (budaya, menjadi pilar utama dalam kehidupan ideologi, sosial, dan situasi) suatu tradisi dan pelaksanaan adat masyarakat Batak lisan yang dilatarbelakangi unsur-unsur Toba. budaya dan aspek kehidupan manusia yang berbeda-beda. Duranti menjelaskan, Penelitian etnografi adalah kegiatan bahwa antropolinguistik adalah ilmu yang pengumpulan data yang dilakukan secara mempelajari bahasa sebagai sumber sistematik, mengenai cara hidup, aktivitas budaya dan yang mempelajari berbahasa sosial dan berbagai benda kebudayaan atau berbicara sebagai praktik budaya. dari suatu masyarakat. Etnografi pada dasarnya lebih memanfaatkan teknik Sibarani (2014), menegaskan bahwa pengumpulan data melalui pengamatan antropologi linguistik merupakan bidang yang mendalam. Melalui cara ini, akan ilmu interdisipliner yang mempelajari terungkap pandangan hidup dari sudut hubungan bahasa dengan seluk-beluk pandang penduduk setempat. Dengan kehidupan manusia termasuk demikian akan ditemukan makna kebudayaannya. Antropolinguistik adalah tindakan budaya suatu komunitas yang 1) Studi bahasa dalam kerangka kerja diekspresikan melalui makanan. antropologi, 2) Studi kebudayaan dalam kerangka kerja linguistik, dan 3) Studi Masyarakat Batak Toba, meyakini bahwa aspek kehidupan manusia dalam setiap makanan yang dikonsumsi memiliki kerangka kerja bersama antropologi dan daya tondi ‘kekuatan bagi jiwa’, sehingga linguistik. Antropolinguistik juga berupaya proses makan harus dilakukan dalam menggali nilai, norma, dan kearifan lokal keadaan damai dan tenang, Siahaan et al atau isi tradisi lisan serta berupaya (1993). Tujuan penyelenggaraan pesta merumuskan model penghidupan dan pemberian makanan pada upacara kembali, pengelolaan, dan proses adat adalah untuk mendapatkan pasu- pewarisan serta pelindungan, pasu ‘berkat’ dari Tuhan Yang Maha Esa. pengembangan, dan pemanfaatan Makanan adat yang disajikan, merupakan (pelestarian) tradisi lisan.

250

JURNAL STINDO PROFESIONAL Volume VI | Nomor 4 | Juli 2020 I S S N : 2443 – 0536 Sibarani (2015) menambahkan bahwa Ginanjaret al (2013), menunjukkan parameter analisis antropolinguistik adanya komponen makna yang terdiri atas keterhubungan membangun medan leksikal sekaligus (interconnections), kebernilaian (cultural yang membangun struktur makna setiap value), keberlanjutan (continuity). leksem sehingga diketahui perbedaan arti Keterhubungan merupakan parameter leksikal tiap-tiap leksem. menentukan “gramatika” teks, konteks, dan koteks secara internal dan eksternal. Murni dan Sri Minda (2012), dalam Kebernilaian memperlihatkan makna atau artikelnya mengkaji realisasi perilaku fungsi, nilai atau norma, dan kearifan normatif dan perilaku santun dalam lokal objek antropolinguistik, yaitu bahasa meminta informasi dan mengungkapkan dan berbahasa. Keberlanjutan ketidaksetujuan. Dengan menggunakan memperlihatkan keadaan objek yang metode penelitian deskriptif kualitatif dan diteliti, termasuk nilai budaya kearifan teknik observasi partisipatori, Murni et al, lokal dan pewarisannya pada generasi menemukan bahwa kesantunan linguistik muda merupakan kajian penting dalam pada rapat dewan dapat diidentifikasi antropolinguistik. dari taksonomi struktur kesantunan linguistik. Penelitian Murni et al, berkontribusi dalam hal penyusunan taksonomi.

Fitrisia (2018), dalam karya ilmiahnya menyampaikan bahwa makanan dan bahasa adalah bagian dari kegiatan sosial dalam suatu kelompok keyakinan. Fitrisia menggunakan teori linguistik kuliner yang merupakan studi tentang makanan dalam perspektif bahasa, untuk menemukan kearifan lokal dari budaya makanan tradisional suatu kelompok masyarakat.

Raji, Shahrim Ab Karim, Farah Adibah Che Gambar Model Antropolinguistik Ishak, dkk (2017) melakukan penelitian (Sumber: Sibarani 2015) makanan tradisional dengan cara meneliti Penelitian Relevan makanan sebagai warisan dan budaya di Malaysia. Dalam penelitian yang Penelitian Eriksen (2013), menggunakan metode deskriptif mengidentifikasi taksonomi makanan kualitatif. Secara tradisional, makan lokal berdasarkan tiga domain, yaitu malam diletakkan di atas tikar pandan. kedekatan geografis, kedekatan Sepotong kain diletakkan di atas tikar dan relasional, dan kedekatan nilai-nilai. kemudian makanan disajikan. Dengan menjelaskan arti yang berbeda Mempertahankan makanan Melayu dari makanan lokal, dapat memperkaya sangat penting untuk menanamkan kemampuan untuk memahami makanan pengetahuan pada generasi yang akan secara menyeluruh. datang.

251

JURNAL STINDO PROFESIONAL Volume VI | Nomor 4 | Juli 2020 I S S N : 2443 – 0536 Analisis domain, taksonomi, komponen pernikahan dan kematian. Bagian akhir makna adalah bagian dari indeksikalitas. observasi adalah observasi seleksi yaitu Melalui konsep performansi, bahasa menguraikan secara detail hasil observasi dapat dipahami dalam proses kegiatan, yang telah direduksi. tindakan, dan pertunjukan komunikatif, yang membutuhkan kreativitas. Domain Performansi pemberian makanan Sugiyono (2013), menjelaskan bahwa tradisional melibatkan partisipan. Melalui analisis domain dilakukan untuk analisis ini, diharapkan dapat ditemukan memperoleh gambaran yang umum dan kearifan lokal makanan tradisional pada menyeluruh tentang situasi yang diteliti upacara adat Batak Toba. dalam objek penelitian.

Pengumpulan Data Lebih lanjut Spradley (2007), menjelaskan Teknik pengumpulan data berpedoman bahwa suatu domain terdiri atas tiga pada model etnografi yang dikemukakan elemen, yaitu cover terms ‘nama suatu Spradley, yaitu menggunakan teknik domain budaya’, included terms ‘nama wawancara dan observasi. Wawancara suatu kategori atau rincian domain’, dilakukan: 1) Menetapkan informan 2) semantic relationship ‘hubungan Mewawancarai informan, 3) Membuat semantik antar kategori’. Spradley (2007) catatan etnografi, 4) Mengajukan menyusun tabel hubungan semantik pertanyaan deskriptif, 5) Mengajukan universal yang menjadi acuan penulis pertanyaan struktural. 6) Mengajukan untuk menemukan domain dalam suatu pertanyaan kontras budaya, seperti terlihat pada tabel berikut ini. Data akurat juga diperoleh dengan teknik observasi. Pada penelitian etnografi ada Tabel Hubungan Semantik Universal tiga tahapan observasi, yaitu observasi No Hubungan Hubungan Semantik Antar deskriptif, observasi terfokus, observasi Kategori

terseleksi (Spradley, 2007). Penjelasan 1. Pencakupan X adalah sejenis dari Y tugas tahapan observasi terlihat pada bagan 2. Tempat X adalah suatu tempat di Y berikut ini: X adalah satu bagian dari Y 3. Sebab akibat X adalah akibat dari Y, X adalah satu penyebab dari Observasi ObservasiTerfokus ObservasiSeleksi Y Deskriptif Menentukan fokus: Mengurai 4. Alasan X adalah alasan untuk Memasuki memilih diantara fokus:menjadi melakukan Y situasi sosial: di yang telah komponen yang 5. Tempat Aksi X adalah suatu tempat tempat, aktor, dideskripsikan lebih rinci untuk melakukan Y aktivitas 6. Fungsi X digunakan untuk Y 7. Cara X adalah suatu cara untuk Pada tahap observasi deskriptif, penulis melakukan Y mengamati dan ikut terlibat dalam 8. Urutan X adalah salah satu langkah upacara kelahiran, pernikahan dan dalam Y kematian. Selanjutnya pada observasi 9. Atribut X adalah salah satu atribut (karakteristik) dari Y terfokus, penulis memilih data yang Sumber: Spradley (2007) diperoleh sesuai dengan kebutuhan

penelitian, yaitu performansi pemberian makanan pada upacara adat kelahiran,

252

JURNAL STINDO PROFESIONAL Volume VI | Nomor 4 | Juli 2020 I S S N : 2443 – 0536 Komponen Makna bukanlah keserupaan dalam domain, Analisis komponen makna bertujuan tetapi justru yang memiliki perbedaan mencari ciri spesifik pada setiap struktur atau yang kontras. internal dengan cara mengontraskan antar elemen. Menurut Chaer (2009), Ginanjar, Subroto, Sumarlam komponen makna adalah setiap kata atau (2013),menjelaskan bahwanotasi unsur leksikal yang terdiri dari satu atau semantis (+) menandai kehadiran beberapa unsur yang bersama-sama komponen; (-) menandai ketidakhadiran membentuk makna kata atau makna komponen. Misalnya kata menjinjing dan unsur leksikal tersebut. Oleh karena itu, menggendong dapat dibedakan untuk mengidentifikasi komponen makna berdasarkan ciri makna atau komponen dalam sebuah medan leksikal, diperlukan makna. Persamaan dan perbedaan ciri-ciri analisis komponen. semantik menjinjing dan menggendong dapat dilihat pada tabel 2.3 Dapat Analisis komponen digunakan untuk diketahui bahwa menjinjing meggunakan menata dan menghubungkan data tangan, sedangkan menggendong berdasarkan domain, kategori bentuk, dilakukan dengan menggunakan bahu, kategori fungsi, atau kategori lainnya. tangan dan pinggang. Dengan Spradley (2007), menjelaskan bahwa menggunakan komponen makna penutur analisis komponen merupakan suatu dapat memilih penggunaan kata atau pencarian sistematik berbagai atribut diksi yang tepat dalam berkomunikasi. (komponen makna) yang berhubungan Tabel Komponen Verba Membawa dengan simbol-simbol budaya. Analisis dalam Bahasa komponen yaitu analisis yang mencari ciri Komponen Menjinjing Menggendong spesifik pada setiap struktur internal Makna dengan cara mengkontraskan antara Bahu - + elemen. Analisis dilakukan sebagai Tangan + + observasi dan wawancara terseleksi Pinggang - + dengan mengajukan pertanyaan kontras. Kepala - - Keterangan: Kempson (1995), mengemukakan bahwa tanda + berarti mempunyai komponen leksem-leksem dalam analisis komponen makna dianggap tidak mempunyai makna tanda - berarti tidak mempunyai keutuhan, tetapi merupakan kumpulan komponen makna komponen-komponen arti. Kempson memberi contoh dengan leksem spinster Setelah ditemukan kesamaan ciri atau ‘perawan tua’ yang dianalisis sebagai kesamaan pola dari analisis taksonomi, kumpulan semantik yang dibentuk oleh selanjutnya dilakukan pengamatan yang fitur-fitur atau komponen makna female, lebih dalam untuk mengungkapkan never married, adult, human. Arti leksikal gambaran atau pola-pola tertentu dalam sebuah leksem dapat diurai melalui ciri- data. ciri/ komponen-komponen arti yang membangunnya. Sejalan dengan apa yang Kearifan Lokal dikemukakan Sugiyono (2012), bahwa Kearifan lokal adalah kemampuan pada analisis komponen, yang dicari kebudayaan setempat dalam menghadapi untuk diorganisasikan dalam domain pengaruh kebudayaan asing pada waktu

253

JURNAL STINDO PROFESIONAL Volume VI | Nomor 4 | Juli 2020 I S S N : 2443 – 0536 kedua kebuadayaan bertemu (Rosidi, 2011). Menurut Sibarani (2015),kearifan Lebih lanjut Sibarani (2015), menjelaskan lokal adalah kebijaksaaan atau bahwa dalam kajian kearifan lokal pengetahuan asli suatu masyarakat yang sebaiknya dipertimbangkan teori lapisan, berasal dari nilai luhur tradsi budaya yang sering dianalogikan dengan teori untuk mengatur tatanan kehidupan ‘bawang merah”. Lapisan luar (outer masyarakat. Jenis-jenis kearifan lokal layer) adalah suatu tradisi budaya atau diantaranya adalah kesejahteraan, kerja tradisi lisan memperlihatkan makna dan keras, disiplin, pendidikan, kesehatan, fungsi tradisi yang dapat diamati, gotong royong, pengelolaan gender, ditonton, didengar atau dinikmati secara pelestarian dan kreativitas budaya, peduli empiris, tetapi lapisan tengah (middle lingkungan, kedamaian, layer) suatu tradisi budaya atau tradisi kesopansantunan, kejujuran, lisan akan memperlihatkan nilai dan kesetiakawanan sosial, kerukunan dan norma tradisi tersebut, sedangkan lapisan penyelesaian konflik, komitmen, pikiran inti (the core layer) akan memperlihatkan positif, dan rasa syukur. Leluhur kita kearifan lokal yang menjadi keyakinan, memanfaatkan kearifan lokal untuk kepercayaan, dan asumsi dasar yang mengatur berbagai tatanan kehidupan dapat menyelesaikan persoalan hidup secara arif, meskipun mereka tidak yang dihadapi manusia dalam memiliki pendidikan formal. Hal ini komunitasnya. Dengan pembedaan ketiga membuktikan bahwa kearifan lokal lapisan tersebut, dapat diketahui makna- mampu mengatur tatanan kehidupan fungsi, nilai-norma, dan kearifan lokal masyarakatnya. seperti terlihat pada diagram berikut ini.

KEARIFAN LOKAL

Kedamaian Kesejahteraan

1. Kesopansantunan 1. Kerja Keras 2. Kejujuran 2. Disiplin 3. Kesetiakaanan sosial 3. Pendidikan 4. Kerukunan dan 4. Kesehatan Penyelesaian Konflik 5. Gotong Royong 5. Komitmen 6. Pengelolaan Gender 6. Pikiran Positif 7. Pelestarian dan 7. Rasa Syukur Kreativitas Budaya 8. Peduli Linkungan

GambarJenis Kearifan Lokal. (Sumber: Sibarani 2014)

254

JURNAL STINDO PROFESIONAL Volume VI | Nomor 4 | Juli 2020 I S S N : 2443 – 0536 Sibarani (2004) mengklasifikasi jenis kearifan lokal menjadi dua bagian yaitu kearifan lokal yang bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan dan kearifan lokal yang bermanfaat untuk menciptakan kedamaian, seperti terlihat pada bagan berikut ini.

Gambar Lapisan Pemaknaan

(Sumber: Sibarani 2015)

Hasil Penelitian Domain Makanan pada Kelahiran Pada pelaksanaan ritus kelahiran, Pada domain kelahiran terdapat lima pernikahan dan kematian berpedoman subdomain yaitu 1) mambosuri, 2) pada falsafah Batak Toba, dalihan na maranggap, 3) mamboanaek ni unte, 4) tolu‘tiga batu penyangga tungku’ yaitu 1) martutu aek ‘pemberian nama dengan Somba marhula-hula‘hormat kepada membawa anak ke air pancuran’ atau pihak keluarga istri’, 2) Manat mardongan tardidi ‘babtis’ yaitu pemberian nama, 5) tubu ‘Hati-hati dengan teman semarga’, mebat ‘membawa anak ke rumah opung dan3)Elek marboru ‘sayang kepada bao ‘orangtua istri’. Dari enam subdomain saudara perempuan’, dan tiga unsur kelahiran, domain ke-4 yaitu martutu aek utama ini harus hadir pada setiap sudah tidak pernah lagi dilaksanakan. penyelenggaraan upacara adat. Berikut Tradisi martutu aek digantikan dengan adalah data berdasarkan rumusan baptis air yang dilaksanakan pendeta di masalah dalam penelitian ini, yaitu data gereja. Setelah acara babtis di gereja domain, performansi dan kearifan lokal selesai, dilanjutkan dengan upacara adat pada pemberian makanan pada upacara yang dilaksanakan di rumah orangtua laki- adat Batak Toba. laki. Jenis makanan yang diberikan pada domain kelahiran dapat dilihat pada tabel dibawah

255

JURNAL STINDO PROFESIONAL Volume VI | Nomor 4 | Juli 2020 I S S N : 2443 – 0536 Tabel Makanan pada Domain Kelahiran Makanan Domain Tradisional Adat Juhut Tudu-tudu sipanganon Dengke simudur-udur, dengke na porngis, Dengke na niarsik dengke na ganjang, dengke na mokmok, dengke sahat. Ikan na nitombur* Jambar Kelahiran Dengke na niura * - bangun-bangun - Manuk na nipadar * - Bagot ni horbo* - namargota - - Sagu-sagu - Tuak tangkasan -

Makanan utama yang harus ada pada bulan ke tujuh. Istilah lain dari mambosuri domain kelahiran adalah makanan adalah mamboan ulos mula gabeatau tradisional juhut, dengke na niarsik, ulos tondi. Selanjutnya orangtua dari saksang dan bangun-bangun, sedangkan pihak suami memberikan tudu-tudu dengkena nitombur, dengke na niura, sipangananon kepada hula-hula ‘pihak manuk na nipadar, bagot ni horbo, keluarga istri’. lampet, sagu-sagu dan bersifat opsional. Artinya disajikan ataupun tidak, Pada saat usia kandungan memasuki tergantung pada permintaan ibu hamil bulan ke tujuh, pamoruon ‘orangtua dan kesepakatan dan kemampuan suami’ memberitahukan kabar baik ini keluarga. Pada upacara adat, terjadi kepada hula-hula ‘orangtua istri’. perubahan penyebutan nama makanan, Kehamilan merupakan kabar baik yang seperti juhut menjadi na margoar atau ditunggu-tunggu oleh kedua belah pihak. tudu-tudu sipanganon dan na niarsik Selanjutnya pihak hula-hula dan menjadi dengke simudur-udur, dengke na pamoruon bersepakat kapan dilaksanakan porngis, dengke na ganjang, dengke na adat mambosuri. Makanan yang diberikan mokmok, dengke sahat. ada tiga kelompok, yaitu 1) makanan yang diberikan kepada ibu yang mengandung, Ada lima subdomain pada domain 2) makanan yang diberikan hula-hula kelahiran yaitu: kepada pamoruon ‘orangtua suami’ dan 1. Subdomain Mambosuri 3) makanan yang diberikan oleh Mambosuri ‘membuat kenyang’ pamoruon kepada hula-hula. sering juga disebut dengan mangirdak adalah ritus pemberian makanan oleh orangtua dari pihak istri kepada calon ibu yang usia kandungannya sudah memasuki

256

JURNAL STINDO PROFESIONAL Volume VI | Nomor 4 | Juli 2020 I S S N : 2443 – 0536 Tabel Makanan pada SubdomainMambosuri ‘Membuat Kenyang’ Diberikan Hula-Hula DiberikanPamoruon (Pihak Keluarga Istri) (Pihak Keluarga Suami) Dengke simudur-udur Tudu-tudu sipanganon/ Na margoar Dengke naniura * Ringgit ‘uang’ Manuk na nipadar * Lampet Ikan na nitombur * Tuak tangkasan Sagu-sagu * - * = dibuat, bila ada permintaan khusus dari yang ibu yang mengandung.

Pihak pamoruon ‘keluarga suami’ terlebih Kaum ibu yang maranggap biasanya dahulu memberikan tudu-tudu kembali ke rumahnya sekitar pukul 22.00, sipanganon dan juga ringgit ‘uang’ sedangkan kaum bapak tetap maranggap kepada hula-hula ‘pihak keluarga istri’. sampai pagi hari. Kegiatan yang dilakukan Selanjutnya hula-hula memberikan kaum Bapak adalah bercerita atau dengke simudur-udur. Makanan adat bermain joker. Makanan yang disuguhkan pada subdomain mambosuri adalah untuk melawan rasa kantuk adalah dengke simudur-udur dan tudu-tudu lampet dan tuak yang bermanfaat untuk sipanganon. Sedangkan dengke na niura, menghangatkan tubuh. Tradisi manuk na nipadar, ikan na nitombur, maranggap masih berlangsung di desa lampet dan tuak tangkasa adalah Simarmata, namun di Medan sudah kelompok makanan tradisional. jarang ditemukan.

Subdomain Maranggap ‘menjaga atau Tabel Makanan Tradisional pada menjagai’ SubdomainMaranggap‘menjaga’ Maranggap berasal dari kata anggap Makanan Makanan Tutup Anggap ‘menjaga atau menjagai’. Istilah lain dari Maranggap maranggap adalah mandungoi Tuak ‘membangunkan’ atau melek-melekan Tuak Tambul ‘daging ‘tidak tidur’ dilaksanakan pada malam pendamping minum tuak’ pertama kelahiran sampai dengan hari ke Lampet jagal rambingan tujuh. Maranggap dilakukan karena masyarakat Batak Toba meyakini, bahwa Pada subdomain maranggap tidak ada bila rumah orang yang baru melahirkan makanan adat, makanan yang disajikan dalam kondisi sepi, makhluk astral akan hanya makanan tradisional tambul, jagal, datang mengganggu ibu ataupun bayi lampet dan tuak. yang baru dilahirkan. Saat ini pelaksanaan maranggap tidak lagi atas dasar Subdomain Mamboan Aek ni Unte kemungkinan gangguan makhluk astral, ‘Membawa air asam jeruk’ tetapi pada kondisi fisik si ibu yang masih Tradisi mamboan aek ni unte biasanya lemah, yang berkemungkinan tertidur dan dilaksanakan dua minggu setelah lupa memberikan ASI kepada bayinya. kelahiran. Hasil wawancara dengan Itulah sebabnya, tuan rumah sangat informan Opung Hardi dan Opung Nova di mengharapkan para tetangga, kaum desa Simarmata, diketahui bahwa kerabat datang untuk ikut menjagai ibu upacara mamboan aek ni unte‘membawa dan bayi yang baru dilahirkan. air asam’ disebut juga dengan

257

JURNAL STINDO PROFESIONAL Volume VI | Nomor 4 | Juli 2020 I S S N : 2443 – 0536 mangharoani ‘menyambut kedatangan’. baik berdampak pada kesehatan bayi Hal yang mirip dengan maresek-esek yang dilahirkan. ‘syukuran kelahiran’. Perbedaannya adalah mamboan aek ni unte, Menyambut kehadiran hula-hula, tuan mangharoani melibatkan pihak dalihan rumah manghara [ma’kara] mengundang na tolu, sedangkan, maresek-esek tidak saudara dekat dan juga dongan sahuta perlu melibatkan unsur dalihan na tolu, ‘teman sekampung’. Kepada undangan, sehingga tidak membutuhkan tudu-tudu disuguhkan bangun-bangun, saksang sipanganon dan dengke. Karena pada ‘daging cincang’, ikan mas, sop dan prinsipnya maresek-esek adalah acara jambar ‘pembagian daging’ sesuai dengan keluarga berupa ucapan syukur atas statusnya dalam adat Batak Toba. kelahiran anak, dengan cara mengundang Kedatangan pihak hula-hula dipercaya tetangga untuk makan bersama. Jenis akan membawa pasu-pasu ‘berkat’. Hula- makanan yang disediakan pada maresek- hula memberikan dengke ‘ikan’yang esek sangat tergantung dengan dimasak dengan cara niarsik, jenis kemampuan dan keikhlasan keluarga makanan ini disebut dengan dengke na yang mengundang. niarsik ‘ikan yang dimasak sampai airnya kering’. Dengke yang diberikan Pada ritus mamboan aek ni unte, hula- dengan jumlah tiga ekor melambangkan hula datang membawa dengke ‘ikan mas’ sukacita bahwa telah bertambah satu dan bangun-bangun na nidugu ‘sayur orang anggota dalam keluarga tersebut. bangun-bangun yang dipulas’. Bangun- Sebagai balasan kepada hulu-hula, bangun atau na nidugu dalam bahasa pamoruon ‘keluarga suami’ memberikan Latin disebut dengan coleus amboinicus tudu-tudu sipanganon. Saat ini, lour adalah jenis sayuran yang diyakini khususnya di daerah Medan, ritus dapat memperlancar air susu ibu dan mamboan aek ni sudah diganti dengan mempercepat proses penyembuhan luka upacara tardidi ‘babtis air’. Tujuan ritus akibat persalinan. Karena rasanya yang mamboan aek ni unte adalah untuk pahit dan getir, sayur bangun-bangun berdoa menaikkan syukur atas kelahiran nidugu ‘dipulas’ sampai semua getahnya anak yang sehat dan juga ibu yang sehat. keluar. Selanjutnya bangun-bangun siap Sedangkan tujuan babtis air adalah dimasak dengan santan, asam dan daging pernyataan anak tersebut sah menjadi ayam kampung, sehingga rasanya warga gereja. Pada domain mamboan aek menjadi gurih. Makanan tradisional ni unte, makanan adat yang diberikan lainnya yang diberikan kepada ibu yang hula-hula adalah dengke simudur-udur baru melahirkan adalah haruting ‘ikan sedangkan pamoruon memberikan tudu- gabus’ dan sibahut ‘lele’ na nipolgang tudu sipanganon. Makanan pada ritus ‘dipanggang’. Tujuan pemberian makanan mamboan aek ni unte terdapat pada tabel bergizi tinggi ini adalah kondisi fisik dibawah ini ibu cepat pulih, karena kualitas ASI yang

258

JURNAL STINDO PROFESIONAL Volume VI | Nomor 4 | Juli 2020 I S S N : 2443 – 0536 Tabel Makanan SubdomainMamboan aek ni unte ‘air asam’ Diberikan Hula-Hula Diberikan Paranak No Tradisional Adat Tradisional Adat 1 Bangun-bangun Dengke Juhut Tudu-tudu nanidugu simudur-udur Saksang na margota sipanganon 2 - - Lampet Jambar 3 - - Tuak tangkasan -

Subdomain Martutu Aek atau sahuta‘tetangga’. Tujuannya adalah Tardidi‘dipermandikan’ memberitahukan nama si anak dan Upacara martutu aek ‘membawa sekaligus sebutan kepada orangtuanya bayi ke air pancuran atau sungai’ yang ataupun ompung-nya. Bila anak yang lahir bertujuan untuk pemberian nama pada adalah anak pertama dan sekaligus cucu bayi yang baru lahir dan mendoakan bayi pertama, diberikan nama ‘Hotman’, maka dan ibunya agar sehat dan diberkati nama orangtuanya menjadi Apa opung mula jadi na bolon ‘Tuhan Yang Hotman‘bapak’, Nai Hotman‘ibu’ dan Maha Esa’ menurut keyakinan suku Batak Opung Hotman ‘nenek/ kakek’. Kelahiran Toba sebelum memeluk agama. Saat ini, sekaligus menaikkan status sosial pemberian nama disebut tardidi ‘baptis’ orangtua si anak di tengah kumpulan yaitu ritus pemberian nama, yang masyarakat Batak Toba. Oleh karena itu, dilaksanakan di gereja. bagi masyarakat Batak sangatpenting Ungkapan rasa syukur atas memberitahukan nama tersebut kepada pembabtisan anak, keluarga mengundang keluarga besar. unsur dalihan na tolu, dongan

Tabel Makanan SubdomainMartutu aek atau Tardidi‘dipermandiankan’ Diberikan Hula-Hula Diberikan Paranak Tradisional Adat Tradisional Adat - Dengke Juhut Tudu-tudu simudur-udur Saksang na margota sipanganon - - Lampet Jambar - - Tuak tangkasan - - - Hare ‘bubur’ -

Pada upacara adat martutu aek atau SubdomainMebat tardidi, makanan adat yang diberikan Mebat ’datang’ sering juga disebut pihak pamoruon kepada hula-hula adalah dengan paebaton yang bermakna, anak tudu-tudu sipanganon. Setelah akan dibawa ayah dan ibunya menjumpai pemberian tudu-tudu sipanganon, pihak ompung bao ‘nenek/kakek –orangtua hula-hula memberikan dengke simudur- istri’. Tradisi mebat biasanya udur atau disebut juga dengan dengke na dilaksananakan oleh keluarga yang tinggal porngis, dengke sahat, dengke tio. di perantuan, khususnya pada kelahiran pahompu panggoari ‘cucu pertama’. Tujuan paebaton adalah untuk

259

JURNAL STINDO PROFESIONAL Volume VI | Nomor 4 | Juli 2020 I S S N : 2443 – 0536 memperkenalkan si anak kepada opung 2. Ditemukan pola penamaan makanan bao dan keluarga besar dari pihak istri. tradisional Batak Toba adalah na ni + verba. Na ni mengandung arti ‘yang Kelahiran anak pertama atau anak sulung, di’, seperti na niarsik ‘yang diarsik’, na akan mendapatkan perlakuan khusus. Hal nidugu ‘yang dipulas’, na nipadar ini disebabkan anak sulung merupakan ‘yang dipanggang’, na nirobus ‘yang mataniari na binsar ‘matahari pagi’ bagi direbus’, na nilompa ‘yang dimasak keluarga besar. Tradisi membawa anak ke sampai tanak’. Dari penamaan rumah opung bao untuk makanan dapat diketahui proses memperkenalkan anak yang baru lahir pembuatan makanan. Hal ini kepada keluarga besar disebut dengan mengandung makna bahwa makanan mebat atau paebaton ‘memperkenalkan’. yang diberikan kepada hula-hula dan Bagi orang Batak Toba, kelahiran cucu, pamoruon harus dipersiapkan dengan menaikkan status sosial menjadi ompung sangat baik, karena kesalahan ‘kakek-nenek’. meracik dan meletakan makanan akan berdampak, sanksi Makanan yang diberikan untuk sosial dengan sebutan’tidak tahu menghormati opung bao’ adalah tudu- adat’, sanksi sosial ini dipandang tudu sipanganon. Hula-hula memberikan sebagai sanksi yang lebih berat dari dengke simudur-udur dan ulos parompa sanksi hukuman fisik. Penamaan ‘kain gendongan’ kepada pahompu ’cucu’ makanan tradisional berubah setelah yang datang mangebatiompung-nya. makanan tersebut diberikan sebagai Ompung bao mengundang dalihan na makanan adat. Perubahan terjadi tolu dan tetangga menyambut kehadiran pada penulisan maupun maknanya. anak dan cucunya. Contoh makanan yang berubah nama tersebut adalah 1) juhut saksang KESIMPULAN dan SARAN berubah menjadi tudu-tudu 1. Domain kelahiran memiliki lima sipanganon atau namargoar. 2) na subdomain diantaranya 1) mambosuri, niarsik berubah menjadi simudur- 2) maranggap, 3) mamboan aek ni udur, sahat, sitio-tio, porngis, upa- unte, 4) martutu aek, dan 5) mebat. upa. Domain pernikahan terdiri dari 3. Ditemukan performansi pemberian sembilan subdomain 1) mangarisik, 2) makanan melibatkan partisipan marhori-hori dinding, 3) marhusip, 4) pamoruon ‘pihak keluarga suami’ dan martumpol atau marhata sinamot, 5) hula-hula ‘pihak keluarga istri’, tulang martonggo raja, 6) marsibuha-buhai, ‘saudara laki-laki ibu’ dan bere 7) pesta unjuk, 8) paulak une, dan9) ‘keponakan’. Makanan tudu-tudu maningkir tangga. Domain kematian, sipanganon diberikan pamoruon terdiri dari delapan subdomain yaitu kepada hula-hula. Makanan yang 1) saur matuamauli bulung, 2) saur diberikan hula-hula kepada pamoruon matua, 3) sari matua, 4) mate adalah dengke simudur-udur. mangkar, dengan subdomain matipul Makanan yang diberikan tulang ulu, matompas tataring, 5) mate poso, kepada bere adalah dengke simudur- 6) mate dakdanak, 7) mate di bortian, udur. Sebutan lain untuk tudu-tudu dan 8) mate maningkot. sipanganon adalah na margoar. Dengke simudur-udur dalam

260

JURNAL STINDO PROFESIONAL Volume VI | Nomor 4 | Juli 2020 I S S N : 2443 – 0536 pemberian makanan juga mendapat DAFTAR PUSTAKA sebutan lain diantaranya adalah dengke sahat, dengke upa-upa, Alexander, W. E. Tinambunan, “Makna dengke na porngis, dengke sitio-tio, Simbolik Mangan Indahan Sipaet-Paet dengke na mokmok, dengke na (Makan Nasi Pahit) Dalam Acara ganjang, dengke saur. Mangapuli (Penghiburan) Adat Batak 4. Ditemukan kearifan lokal Toba Sebagai Bentuk Kearifan Lokal Di menciptakan kedamaian dan Pekanbaru”,Jom FISIP Vol. 1 No. 2 – peningkatkan kesejahteraan pada Oktober 2014 pemberian makanan tradisional Batak Toba. Kearifan lokal menciptakan Agmasari, Silvita, 2013. 100 Makanan kedamaian diantaranya: 1) Tradisional Indonesia Maknyus. Jakarta: Kesopansantunan, 2) Kesetiakawanan Kompas. sosial, 3) Rasa syukur, 4) Kerukunan dan penyelesaian konflik. Kearifan Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik lokal peningkatan kesejahteraan Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. diantaranya: 1) Kesehatan, 2) Gotong royong. Masyarakat Batak Toba Chomsky, Noam. 2006. Language and meyakini bahwa makanan memiliki Mind. New York: Cambridge University memiliki daya tondi ‘kekuatan bagi Press. jiwa’, sehingga proses makan harus Cruse, D.A. 1986. Lexical Semantics. dipersiapkan dengan baik, dan Cambridge: Cambridge University Press. dilaksanakan dalam keadaan damai dan tenang. Hal ini jelas sekali terlihat Duranti, Alessandro. 2000. Linguistic pada setiap pemberian makanan Antropology. United Kingdom: Cambridge dilengkapi dengan umpasa ‘sejenis University Press. pantun’ yang berisikan nilai-nilai dalam hidup, harapan, syukur, dan Eriksen, Safania Norman. 2013, “Defining permohonan kepada Yang Maha Local Food: Constructing A New Kuasa. Setelah umpasa selesai Taxonomy–Three Domains Of Proximity”. diucapkan, segera disambut semua Online Journal homepage: undangan dengan kata “ima tutu” http://www.tandfonline.com,Acta yang memiliki makna ‘ya benar, Agriculturae Scandinavica, Section B- semogalah terkabul apa yang Soil&Plant Science, 63: 47-55. diharapkan’. Fitrisia, Dohra, Robert Sibarani, Mulyadi, Mara Untung Ritonga. 2018, “Traditional Food in the Perspective of Culinary Linguistic”. International Journal of Multidisciplinary Research and Development,Online 5:24-27

Foley, William A.1997. Anthropological Linguistics: An Introduction. Oxford: Blackwell.

261

JURNAL STINDO PROFESIONAL Volume VI | Nomor 4 | Juli 2020 I S S N : 2443 – 0536 Gennep, Arnold Van. 1992. The Rites Of Murni, Sri Minda. 2012.“Piranti Bahasa Passage. United States of America: The dan Kesantunan.” Masyarakat Linguistik Unversity Of Chicago. Indonesia Vol 2: 183-200.

Ginanjar, Bakdal, D. Edi Subroto, Nuraida dan Dewanti Hariyadi (ed). 2001. Sumarlam. 2013. “Dimensi Dan Pangan Tradisional: Basis bagi Industri Komponen Makna Medan Leksikal Verba Pangan Fungsional dan Suplemen. Pusat Bahasa Indonesiayang Berciri (+Tindakan Kajian Makanan Tradisional. Bogor: +Kepala +Manusia).” TransLing Journal: Institut Pertanian Bogor. Translation and Linguistics Vol 1, No 1: 65-75. Nurhayati, Endang, Mulyana, Veny IE, Evi M, 2013.Inventarisasi Makanan Hidayah, Zulyani. 2015. Ensiklopedi Suku Tradisional JawaSerta Alternatif Bangsa di Indonesia, Jakarta: Pustaka Pengembangannya [Laporan Akhir Obor Indonesia. Penelitian Guru Besar]. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Hymes, Dell , 1975. Breakthrough Into Performance. Stanford: Guaraldi. Paeni, Mukhlis (editor), 2009. Sejarah Kebudayaan Indonesia ‘Bahasa, Sastra, Kempson, Ruth M. 1995. Teori Semantik. dan Aksara. Jakarta: Rajawali Pers. Terjemahan oleh Abdul Wahab. Malang: Airlangga University Press. Peirce, S.Charles, 2005. Semiotica. Brasil: Perpectiva Koentjaraningrat. 2005. Pengantar Antropologi Pokok-Pokok Etnografi II. Raji, Mohd Nazri Abdul, Shahrim Ab Jakarta: PT. Rineka Cipta. Karim, Farah Adibah Che Ishak, dkk. 2017. Past and present practices of the Malay Leech, Geoffrey. 1997. Semantics. Food Heritage and Culture in Malaysia. Penerjemah Paina P dan Soemitro Journal of Ethenic Foods 4: 221-231. Surabaya: UNS Press. Rahyono, F.X. 2009. Kearifan Budaya Lauder, Multamia RMT, Kushartanti dan dalam Kata. Jakarta: Wedatama Widya Untung Y, 2007. Pesona Bahasa: Langkah Sastra. Awal Memahami Linguistik, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Siahaan, E.K. dan T. Sitanggang, dkk.1993. MakananWujud, Variasi dan Fungsinya Manurung, Rolan, 2015. Tradisi Napuran Serta Cara Penyajiannya Daerah Sumatera Sirih pada Masyarakat Batak Toba di Utara, Jakarta: Direktorat Jenderal Samosir: Kajian Antropolinguistik Kebudayaan. [Tesis]. Medan: Universitas Sumatera Utara, Program Pascasarjana. Sangadji, Etta Mamang. Sopiah, 2010. Metodologi Penelitian pendekatan praktis Milles, M.B. and Huberman, M.A. 2014. dalam penelitian. Yogyakarta: Andi Offset. Qualitative Data Analysis. London: Sage Publication. Sedyawati, Edi. 1996 “Kedudukan Tradisi Lisan Dalam Ilmu-Ilmu Sosial dan Ilmu- Ilmu Budaya, Warta ATL, edisi II/Maret.

262

JURNAL STINDO PROFESIONAL Volume VI | Nomor 4 | Juli 2020 I S S N : 2443 – 0536 Sibarani, Robert. 2013. Prosiding The 5th Simanjutak Bungaran Antonius. 2006. International Conference on Indonesian Struktur Sosial dan Sistem Politik Batak Studies: Ethnicity and Globalization. Toba hingga 1945, Jakarta: Yayasan “Pendekatan Antropolinguistik dalam Pustaka Obor Indonesia. Menggali Kearifan Lokal Sebagai Indentitas Bangsa.” Yogyakarta, 13-14 Spradley, James P. 2007. Metode Juni 2013. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Etnografi. Penerjemah: Misbah Zulfa Pengetahuan Budaya Universitas Elizabeth Yogyakarta: Tiara Wacana, Edisi Indonesia. hlm 277-278. II.

Sibarani, Robert. 2014. Antropolinguistik: Spradley, James P. 2008. The Antropologi Linguistik, Linguistik Ethnographic Interview. United States of Antropologi. Medan: Poda. America: Holt, Rinehart and Winston. Michigan University Sibarani, Robert. 2014. Kearifan Lokal. Jakarta: Asosiasi Tradisi Lisan. Stajcic, Nevana. 2013. Artikel “Understanding Culture: Food as a Means Sibarani, Robert.2015 “Pendekatan of Communication.” PL ISSN0239- Antropolinguistik Terhadap Kajian Tradisi 8818HEMISPHERES No. 28. Lisan.” Retorika: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 1, No.1 April 2015, Universitas Sumatera Subroto, Edi. 2011. Pengantar Utara. Studi Semantik dan Pragmatik. Surakarta: Cakrawala Media. Sibarani, Robert.2015. Pembentukan KarakterLangkah-Langkah Berbasis Sugiyono. 2013. Memahami Penelitian Kearifan Lokal. Jakarta: Asosiasi Tradisi Kualitatif. Bandung: Alfabeta Lisan. Tierney Kenji. R dan Emiko Ohnuki- Sibarani Robert, Hamzon. S and M.A. Tierney. 2012. Anthropology of Food. Pawiro. 2018. “Concerning Toba Batak’s [Oxford Handbooks Online]. Local Wisdoms and Cultural http://www.oxfordhandbooks.com/view/ Values for Regional Character 10.1093/oxford hb/978 01. [18 Mar 2018] Building.”Indian Journal of Science and Technology, Vol 11(20):43. Verbeke, Wim. 2011. “Consumers Expectations Towards Traditional Foods.” Sibarani Robert . 2018. “The Role of Local FOCUS-BALKANS 2nd OPEN SEMINAR; Wisdom in Developing Friendly City.” Brussels, 23 September 2011. Ghent Conf. Series: Earth and University, Belgium Department of Environmental Science , 3-4. Agricultural Economics. Hlm 1.

Sibarani Robert. 2018. “Batak Toba Vergouwen J.C. 2004. Masyarakat dan Society’s Local Wisdom of Mutual Hukum Batak Toba, Yogyakarta: LkiS Cooperation in Toba Lake Area: A Pelangi Aksara. linguistic Anthropology Study.”International Journal ofHuman Wijaya, Hengki. 2018. “Analisis Data Rights in Healthcare. Vol 11 (1): 47. Kualitatif Model Spradley (Etnografi)”. Artikel: Maret: Reserchgate.

263

JURNAL STINDO PROFESIONAL Volume VI | Nomor 4 | Juli 2020 I S S N : 2443 – 0536 Yusuf, A. Muri. 2017. Metode Penelitian. Jakarta: Kencana http://repository.usu.ac.id/handle/12345 6789/65922, diakses Rabu 2 Mei 2018, pkl 13.15 WIB http://www.deptan.go.id, diakses Jumat 15 Juni 2018, pkl 23.15 WIB http://www.sumutprov.go.id, diakses Minggu 1 Juli 2018, pkl 20.00 WIB https://www.researchgate.net/publicatio n/323557072, diakses Senin 3 Desember 2018, pkl 17.05 WIB https://www.food.detik.com, diakses Senin 25 Februari 2019, pkl 15.45 WIB

264