A Description of Manulangi Natua -Tua Ceremony By
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Load more
Recommended publications
-
Developments of Affectedness Marking
Language & Linguistics in Melanesia Vol. 31 No. 1, 2013 ISSN: 0023-1959 Journal of the Linguistic Society of Papua New Guinea ISSN: 0023-1959 Vol. 31 No. 1, 2013 0 Language & Linguistics in Melanesia Vol. 31 No. 1, 2013 ISSN: 0023-1959 Towards a Papuan history of languages MARK DONOHUE Department of Linguistics, College of Asia and the Pacific, Australian National University [email protected] 1. Introduction and overview In this paper, I raise one simple point that must be taken into account when considering the history of the ‘Papuan’ languages – namely, the scope of the term ‘Papuan’. I shall argue that ‘Papuan’ is a term that logically should include many languages that have generally been discussed as being ‘Austronesian’. While much detailed work has been carried out on a number of ‘Papuan’ language families, the fact that they are separate families, and are not believed to be related to each other (in the sense of the comparative method) any more than they are to the Austronesian languages which largely surround their region, means that they cannot be considered without reference to those Austronesian languages. I will argue that many of the Austronesian languages which surround the Papuan region (see the appendix) can only be considered to be ‘Austronesian’ in a lexical sense. Since historical linguistics puts little value on simple lexical correspondences in the absence of regular sound correspondences, and regularity of sound correspondence is lacking in the Austronesian languages close to New Guinea, we cannot consider these languages to be ‘fully’ Austronesian. We must therefore consider a Papuan history that is much more widespread than usually conceived. -
Restoran Jilid 2
Prihastuti Ekawatiningsih, dkk. RESTORAN JILID 2 SMK Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional Dilindungi Undang-undang RESTORAN JILID 2 Untuk SMK Penulis : Prihastuti Ekawatiningsih Kokom Komariah Sutriyati Purwanti Perancang Kulit : TIM Ukuran Buku : 17,6 x 25 cm NUG EKAWATININGSIH, Prihastusti. a Restoran Jilid 2 untuk SMK oleh Prihastuti Ekawatiningsih, Kokom Komariah, Sutriyati Purwanti ---- Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, 2008. xxiv, 234 hlm Daftar Pustaka : Lampiran. A Glosarium : Lampiran. B Indeks : Lampiran. C ISBN : 978-979-060-003-4 ISBN : 978-979-060-005-8 Diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2008 KATA SAMBUTAN Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia Nya, Pemerintah, dalam hal ini, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional, telah melaksanakan kegiatan penulisan buku kejuruan sebagai bentuk dari kegiatan pembelian hak cipta buku teks pelajaran kejuruan bagi siswa SMK. Karena buku-buku pelajaran kejuruan sangat sulit di dapatkan di pasaran. Buku teks pelajaran ini telah melalui proses penilaian oleh Badan Standar Nasional Pendidikan sebagai buku teks pelajaran untuk SMK dan telah dinyatakan memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam proses pembelajaran melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 45 Tahun 2008 tanggal 15 Agustus 2008. Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seluruh penulis yang telah berkenan mengalihkan hak cipta karyanya kepada Departemen Pendidikan Nasional untuk digunakan secara luas oleh para pendidik dan peserta didik SMK. -
Effects of Word Length and Substrate Language on the Temporal
'Zaharani Ahmad (b) UNDERLYING AND PHONETIC REPRESENTATION 1,:11'FECTS OF WORD LENGTH AND SUBSTRATE LANGUAGE ON a + a TIIE TEMPORAL ORGANISATION OF WORDS IN INDONESIAN ,,/1 /1 0 R 0 R I I I I I~ Ellen van Zanten & Vincent J. van Heuven C V C V C I I I I I I d g a m I l111 roduction I 1111in, is an important aspect of speech. Languages possess durational rules 5 Conclusion 111 111 ·h are linguistically relevant, as is shown by research on the temporal , 111• :111i sation of many, mainly Western European, languages. As part of our This paper discusses some of the analyses that have been proposed i11 1111 11 •,1·11 1ch on the durational system of the Indonesian language we investigated literature which attempt to account for the rule of schwa epenthesis in M11 l11y 1111' l·lfect of word length (in number of syllables) on stressed vowel duration We have seen that both the linear analysis and the template analysis 1111 1 111 1111 d mi total word duration. Indonesian words of one up to seven syllables offer an adequate explanation to the phenomenon. As an alternative soh11 11 11 , 1111·11· spoken by six speakers with different regional backgrounds, viz. two we propose an analysis based on the theory of syllable and rule d1iv1 11 h1 v11 m:se, two Sundanese and two Toba Batak speakers. The target words were syllabification. This analysis assumes that epenthesis is a repair mech:111 h 111 p11J..1.:11 three times in a carrier sentence in four different conditions. -
Images of God in Toba Batak Storytelling
PB Wacana Vol. 17 No. 2 (2016) Johann AngerlerWacana Vol., Images 17 No. of God 2 (2016): in Toba 303–335 Batak storytelling 303 Images of God in Toba Batak storytelling Johann Angerler Abstract This paper examines the ways in which God the Creator, the High God, is described in Toba Batak folk-tales. The sources for this investigation are stories recorded in pre-colonial (around 1850), colonial and post-colonial times (up to 2014). In different stories the High God can appear under various names, forms and gender, and resides in various places never inhabited by humans. Unlike a Deus otiosus, the Toba Batak High God is not “inactive” after creation, but continues to be involved in the life of mankind through local or supra-local manifestations. Although he rules the realm of death, he is nevertheless regarded as the source of life, fertility, health and prosperity. There are also stories about manifestations of God in which he shares the experience of suffering with human beings. The main Toba Batak community rituals in pre-colonial times were addressed to a manifestation of the High God. Keywords Toba Batak stories; oral tradition; ritual; High God; manifestations of God; history of religion. Introduction I would like to prelude my paper with two quotations. Both are from Toba Batak peasants, simple men not shamans or other Batak intellectuals. In September 1990 I had the opportunity to witness a ritual buffalo sacrifice in a village in Limbong, on the slopes of the holy mountain Pusuk Buhit, situated on the western shore of Lake Toba. -
Pesan Semantis Peribahasa Dialek Okinawa Dan Peribahasa Indonesia
PESAN SEMANTIS PERIBAHASA DIALEK OKINAWA DAN PERIBAHASA INDONESIA 沖縄方言のことわざとインドネシアのことわざにおける意味論の解析 Skripsi Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Strata 1 Linguistik dalam Bidang Bahasa dan Kebudayaan Jepang Ilmu Bahasa dan Kebudayaan Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Oleh : Ratna Kumalasari 13050112130116 PROGRAM STUDI STRATA 1 BAHASA DAN KEBUDAYAAN JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2018 i PESAN SEMANTIS PERIBAHASA DIALEK OKINAWA DAN PERIBAHASA INDONESIA 沖縄方言のことわざとインドネシアのことわざにおける意味論の解析 Skripsi Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Strata 1 Linguistik dalam Bidang Bahasa dan Kebudayaan Jepang Ilmu Bahasa dan Kebudayaan Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Oleh : Ratna Kumalasari 13050112130116 PROGRAM STUDI STRATA 1 BAHASA DAN KEBUDAYAAN JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2018 ii HALAMAN PERNYATAAN Dengan sebenarnya, penulis menyatakan bahwa skripsi ini disusun tanpa mengambil bahan hasil penelitian baik untuk memperoleh suatu gelar sarjana atau diploma yang sudah ada di universitas lain maupun hasil penelitian lainnya. Penulis juga menyatakan bahwa skripsi ini tidak mengambil bahan dari publikasi atau tulisan orang lain kecuali yang sudah disebutkan dalam rujukan dan dalam Daftar Pustaka. Penulis bersedia menerima sanksi jika terbukti melakukan plagiasi/ penjiplakan. Semarang, Desember 2018 Penulis, Ratna Kumalasari iii iv v MOTTO “Take the risk.” “Makutu sookee nankuru naisa.” -Okinawan Proverb vi PERSEMBAHAN Teruntuk -
ADORNMENT a S I a N
VOLUME 18 VOLUME NO. 3 SEPTEMBER 2009 THE JOURNAL OF THE ASIAN ARTS SOCIETY OF AUSTRALIA TAASA Review ADORNMENT CONTENTS Volume 18 No.3 September 2009 3 EDITORIAL: ADORNMENT TAASA REVIEW THE ASIAN ARTS SOCIETY OF AUSTRALIA INC. Josefa Green Abn 64093697537 • Vol. 18 No. 3, September 2009 ISSN 1037.6674 4 MAGIC, MYTH & MICROCOSMS IN SOUTHEAST ASIAN JEWELLERY Registered by Australia Post. Publication No. NBQ 4134 Anne Richter editoriAL • email: [email protected] 7 NOMAD CULTURE, GREEK STYLE: STEPPES JEWELLERY AND ADORNMENT General editor, Josefa Green Heleanor Feltham publications COMMITTEE 10 GIFT OF THE GODS: JEWELLERY TRADITIONS FROM BOROBUDUR, THE BAYON & BALI Josefa Green (convenor) • Tina burge Melanie Eastburn • Sandra Forbes • Ann MacArthur Wendy Parker Jim Masselos • Ann Proctor • Susan Scollay Sabrina Snow • Christina Sumner 13 INDIA’S INSATIABLE PASSION FOR JEWELLERY DESIGN/layout Anne Schofield Ingo Voss, VossDesign PRINTING 15 HALCYON DAYS: KINGFISHER FEATHER JEWELLERY & ORNAMENTS OF CHINA John Fisher Printing Sheena Burnell Published by The Asian Arts Society of Australia Inc. 18 ALL THAT GLITTERS: A LOOK AT STRAITS CHINESE BEADWORK AND EMBROIDERY PO Box 996 Potts Point NSW 2011 www.taasa.org.au Hwei-F’en Cheah Enquiries: [email protected] 20 A HERITAGE PRESERVED: CHINESE REGALIA AT THE GOLDEN DRAGON MUSEUM, BENDIGO TAASA Review is published quarterly and is distributed to members Ben Langan of The Asian Arts Society of Australia Inc. TAASA Review welcomes submissions of articles, notes and reviews on Asian visual and 22 IN THE PUBLIC DOMAIN: A MONGOLIAN ‘QUEEN OF GREAT BLISS’ AT THE NGA performing arts. All articles are refereed. -
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bangsa Indonesia, Terdiri
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Bangsa Indonesia, terdiri dari berbagai suku. Tiap suku memiliki masakan dengan karakter dan keunikannya sendiri. Jika dijumlahkan ratusan masakan yang ada tentunya merupakan sumber kekayaan budaya yang tidak ternilai harganya. (Alamsyah, 2008) Masakan tradisional mempresentasikan daerah asal atau mewakili simbol daerah. Di tiap daerah meski terkadang ada kesamaan selalu memiliki perbedaan. Perbedaan bisa dari cara makan, komposisi bumbu, fungsi masakan atau cara hidang. Masakan tradisional tidak terlepas dari identitas daerah asal. (Alamsyah, 2008) Masakan Khas Suku Batak adalah salah satu aset penting yang memperkaya keanekaragaman kuliner nusantara. Namun masakan Khas Suku Batak cenderung dikategorikan sebagai masakan non-halal, padahal pada kenyataanya masakan Tapanuli memiliki banyak jenis masakan yang halal, seperti Ikan Na Niura, Ikan Arsik, Napinadar. Masakan Khas Suku Batak juga memiliki fleksibilitas terhadap bahan utama. Seperti daging babi yang bisa dialternatifkan menggunakan daging sapi, ayam ataupun kerbau. Masakan Khas Suku Batak yang sering dikenal orang karena menggunakan darah hewan adalah saksang dan manuk na digotai. 1 2 Manuk na di gotai merupakan salah satu masakan Khas Suku Batak yang enggan dinikmati oleh khalayak ramai. Bahkan, orang Suku Batak sendiri ada yang enggan untuk menyantapnya. Mereka memiliki persepsi tersendiri terhadap masakan ini, karena dimasak menggunakan darah ayam, meskipun sebenarnya darah ini telah melalui proses pengolahan masak. Masakan tradisional mengalami beberapa perubahan dan penyesuaian baik dari penampilan, komposisi, memasaknya, cara hidang bahkan cara menyantapnya. (Alamsyah, 2008) Kuliner bisa terdiri atas cara memasak, didalamnya melibatkan variasi dan teknik memasak yang akan menghasilkan, rasa, penampilan dan bentuk yang bisa mengundang selera. (Alamsyah, 2008) Untuk menghilangkan kesan yang lahir dari masakan manuk na di gotai, penulis akan melakukan eskperimen substitusi bahan darah ayam dengan bahan lain yang bisa dikonsumsi oleh orang secara umum. -
Modul Dasar-Dasar Kuliner (Nut 161)
MODUL DASAR-DASAR KULINER (NUT 161) DISUSUN OLEH PUTRI RONITAWATI, SKM., M.Si. UNIVERSITAS ESA UNGGUL 2020 Universitas Esa Unggul http://esaunggul.ac.id 0 / 226 MODUL DASAR-DASAR KULINER (NUT 161) MODUL 1 PENGANTAR KULINER DAN PERKEMBANGANNYA DI MANCANEGARA DISUSUN OLEH PUTRI RONITAWATI, SKM., M.Si. UNIVERSITAS ESA UNGGUL 2020 Universitas Esa Unggul http://esaunggul.ac.id 1 / 226 PENGANTAR A. Kemampuan Akhir Yang Diharapkan Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa mampu : 1. Menguraikan visi dan misi Universitas Esa Unggul 2. Merinci topik-topik perkuliahan Dasar-dasar Kuliner 3. Mengidentifikasi buku referensi serta komponen dan proporsi penilaian mata kuliah Dasar-dasar Kuliner. 4. Menguraikan perkembangan kuliner di berbagai negara B. Uraian dan Contoh 1. Visi dan Misi Universitas Esa Unggul mempunyai visi menjadi perguruan tinggi kelas dunia berbasis intelektualitas, kreatifitas dan kewirausahaan, yang unggul dalam mutu pengelolaan dan hasil pelaksanaan Tridarma Perguruan Tinggi. Untuk mewujudkan visi tersebut, maka Universitas Esa Unggul menetapkan misi-misi sebagai berikut : a. Menyelenggarakan pendidikan tinggi yang bermutu dan relevan b. Menciptakan suasana akademik yang kondusif c. Memberikan pelayanan prima kepada seluruh pemangku kepentingan 2. Topik Perkuliahan Kuliner merupakan perpaduan antara ilmu dan seni,karena dibutuhkan pengetahuan terkait dengan ilmu gizi, ilmu bahan makanan, alat-alat penyelenggaraan makanan, ketrampilan seni memasak(membaca,praktek dan mengembangkan resep). Kuliner dapat didefinisikan -
The Representation Study of Educational Value in Saur Matua Customs at the Death Ceremony As the Identity of Batak Toba Community in Bukittinggi City
Advances in Social Science, Education and Humanities Research, volume 463 Proceedings of the Eighth International Conference on Languages and Arts (ICLA-2019) The Representation Study of Educational Value in Saur Matua Customs at the Death Ceremony as the Identity of Batak Toba Community in Bukittinggi City Dina Astuty1*, Indrayuda2 1Postgraduate Program of Universitas Negeri Padang, Padang, Sumatra Barat 25131, Indonesia 2FBS Universitas Negeri Padang, Padang, Sumatra Barat 25131, Indonesia *Corresponding author. Email: [email protected] ABSTRACT The traditional of saur matua is was a traditional ceremony for the dead has given birth to grandchildren of both boys and girls. Saur means complete/perfect in kinship, has a grandchild. Because the deceased is perfect in kinship so it must be implemented perfectly. This study aims to analyze the educational values contained in the structure of the saur matua traditional procession that identity of the Batak Toba community in the city of Bukittinggi. This study uses a qualitative method. The informants in the this study were Napi najolo parsinabung, Hula-hula, Dongan Tubu, Boru, Ikatan Punguan Marga Batak administrators with Batak Toba community who carry out the Saur Matua traditional ceremony. The result of this study that the saur matua has been done by the Batak Toba community who live in Bukittinggi. Saur matua custom is closely related to cultural teachings and traditional Batak teachings in the form of moral education, religious, and social. This is proven that the Batak Toba community can be guided by a series of Saur Matua traditional ceremonies to lead a wise group life in acting, coustesy, togetherness in group life, have good morals and be considerate towards others. -
Variasi, Keunikan Dan Ragam Makanan Adat Etnis Batak Toba Suatu Kajian Prospek Etnobotani
PENERAPAN IPTEKS Variasi, Keunikan dan Ragam Makanan Adat Etnis Batak Toba Suatu Kajian Prospek Etnobotani (Ashar Hasairin) Abstrak Etnis Batak Toba mempunyai khas makanan adat yang berbeda dari etnis lain. Hasil inventarisasi jenis makanan khas adatnya antara lain: Makanan khas Batak Toba diantaranya jambar, sipitu dai (mangan upa suhut), indahan sipaet-paet, itak gur-gur, nanidugu, naniura, nani arsik, nani lomang, dan ikan mas nati nombur. Bahan utama makanan dari ikan mas, ikan nila, ayam atau daging, sedang rempah khas adalah bawang Batak, andaliman, kincung. Pengolahan makanan secara sederhana dimasak dengan api dan tidak di masak, tetapi digunakan dengan berbagai rempah. Rasa khas makanan dikonsumsi masyarakat Batak secara luas, terbukti sampai saat ini masih digunakan pada acara-acara suka dan duka. Kata Kunci : Makanan Khas, Batak Toba, Etnobotani PENDAHULUAN Di Indonesia, khususnya Sumatera Utara lomang, dan ikan mas nati nombur. Makanan yang terdiri dari berbagai macam suku dan ini bukan hanya dijual di rumah-rumah makan kebudayaan yang berbeda pada setiap daerah. khas daerah saja. Masakan khas daerah Batak Suku-suku tersebut memiliki makanan adat ini juga sudah merambah ke restoran dan tertentu yang tidak sama dengan etnis lain, perhotelan. Pihak hotel tak segan-segan walaupun berada pada satu wilayah Provinsi menampilkan menu yang jarang disediakan yang sama. Makanan adat Batak Toba berbeda oleh rumah-rumah makan khas daerah (Lubis, dengan makanan adat Batak Simalungun, 2007). Batak Karo, dan Batak Pakpak. Masakan khas Batak Toba bahan Makanan adat yang bersifat khas yang utamanya bisa dari ikan mas, ikan nila, ayam, biasanya hanya dimiliki oleh daerah tertentu atau daging. Bumbu-bumbunya asli dari dan biasanya digunakan dalam setiap acara tumbuhan setempat daerah Batak sehingga dia adat pada daerah tersebut. -
Missionary Commemoration in a Colonial World
l I ' Missionary Commemoration in a Colonial World Collective memory and Dutch colonial discourse on the Indonesian archipelago in obituaries of Calvinist missionary workers published between 1930 and 1951 Iris Busschers Thesis Research Master Religion and Culture Rijksuniversiteit Groningen Supervisor: prof. dr. Y.B. Kuiper Second Supervisor: prof. dr. M.P.A. de Baar 6 December 2011 Table of Contents Chapter 1: Introduction 2 Chapter 2: The Dutch Mission in the Indonesian Archipelago in Context 16 Chapter 3: Collective Memory and Identity in Obituaries 32 Chapter 4: Negotiating a Missionary Identity 51 Chapter 5: Marginality, Encompassment and Distinction in a Civilising Mission 70 Chapter 6: (Re )negotiating Converted Colonialism: Grappling with Decolonisation 90 Chapter 7: Conclusions 108 Appendix A: Map of the Mission Sites and Independent Churches 119 Appendix B: Glossary 121 Appendix C: Statistics Concerning Missionary Workers in the Indonesian Archipelago, 1930-1950 122 Appendix D: Statistics Concerning the Studied Obituaries 124 Appendix E: The Obituary of Missionary Albert de Neef 125 Appendix F: Research Proposal 126 Bibliography 130 1 originated at the end of the eighteenth century. Although he points out that the Dutch missionaries felt a "colonial responsibility" towards the Dutch East Indies, he did little to explain this responsibility. For Kraemer, the relationship between colonialism and mission existed predominantly in activities the mission employed when settling the inland of islands other than Java; methods that were subsequently used by the colonial administration. He did not question portrayals of "primitivism" on the islands, defining the Toba Batak people as follows: 'The Toba Batak were a pure heathen, largely unaffected people, "primitive", but forceful, even of a wild nature, fragmented in different clans accompanied by all the wars between villages and insecurity this entailed. -
Christian-Muslim Relationships in Medan
Christian-Muslim Relationships in Medan and Dalihan na tolu – A Social Capital Study of The Batak Cultural Values and Their Effect on Interreligious Encounters Godlif J. Sianipar Christian-Muslim Relationships in Medan and Dalihan na tolu – A Social Capital Study of The Batak Cultural Values and Their Effect on Interreligious Encounters by Godlif J. Sianipar A thesis submitted in fulfillment of the requirements for the award of the degree of Doctor of Philosophy The University of Newcastle Australia November 2011 This thesis contains no material which has been accepted for the award of any other degree or diploma in any university or other tertiary institution and, to the best of my knowledge and belief, contains no material previously published or written by another person, except where due reference has been made in the text. I give consent to this copy of my thesis, when deposited in the University Library, being made available for loan and photocopying subject to the provisions of the Copyright Act 1968. Signed ………………………………………………. Date …………………………………………………. iv Abstract Interreligious disharmony between Christians and Muslims seems prevalent in the world. Indonesia, one of the democratic nations in the globe, offers no exception. In the last two decades, disharmonious encounters have been escalating in the country to a point where people commit violence towards adherents of other religions. Despite this phenomenon, few studies have addressed the issue. The literature suggests that the problems are related to three distinct areas: the history of the country, the method of evangelizing and socio-economic and political issues. The current study was conducted in the framework of the theory of multiculturalism – a contemporary social theory which has been developed by Amitai Etzioni and Bikhu Parekh – not only to address the issue of interreligious disharmony but also to promote interreligious encounters when a society is divided.