PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
PERANAN GABUNGAN POLITIK INDONESIA DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN INDONESIA TAHUN 1939-1941
MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Sejarah
Oleh:
Natalia Kartika Dewi Rudiyanto
NIM : 071314031
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
PERANAN GABUNGAN POLITIK INDONESIA DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN INDONESIA TAHUN 1939-1941
MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Sejarah
Oleh:
Natalia Kartika Dewi Rudiyanto
NIM : 071314031
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013
i PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
MAKALAH PERANAN GABUNGAN POLITIK INDONESIA DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN INDONESIA TAHUN 1939-1941
Oleh: Natalia Kartika Dewi Rudiyanto NIM : 071314031
Telah Disetujui Oleh:
Pembimbing
Dr. Anton Haryono, M. Hum. Tanggal 18 Juli 2013
ii
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
MAKALAH
PERANAN GABUNGAN POLITIK INDONESIA DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN INDONESIATAHUN 1939-1941
Dipersiapkan dan ditulis oleh : Natalia Kartika Dewi Rudiyanto NIM : 071314031
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Pada tanggal 13 November 2013 Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji
Nama Lengkap Tanda Tangan
Ketua : Indra Darmawan, S.E.,M.Si......
Sekertaris : Dra. Theresia Sumini, M.Pd......
Anggota : Dr. Anton Haryono, M.Hum......
Anggota : Drs. B. Musidi, M.Pd......
Yogyakarta, 13 November 2013 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Dekan,
Rohandi, Ph.D.
iii PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
PERSEMBAHAN
Tugas Akhir Makalah ini saya persembahkan kepada: 1. Kedua orang tua saya, April Rudiyanto dan Yudi Wardani yang telah memberikan dukungan dan doa kepada saya selama mengerjakan tugas akhir ini. 2. Tante saya, Ibu Yudi Warnani yang telah memberikan dukungan dan doa kepada saya selama mengerjakan tugas akhir ini. 3. Adik-adik saya Yulia Permatasari Rudiyanto, Antariksa Doni Rudiyanto, Purbaningtyas Sitaresmi Rudiyanto, Widyo Adi Baskoro, dan Ella Widya Nugrahaeni yang telah memberikan dukungan dan doa. 4. Teman-teman saya di Program Pendidikan Sejarah Angkatan 2007 yang telah banyak memberikan masukan, bantuan, dukungan, serta doa kepada saya.
iv
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
MOTTO
“Cara kamu menilai diri kamu adalah cara orang lain menilai kamu”
(Paul Arden)
“Mulailah berpikir dan bertindak layaknya seorang pemenang”
(Paul Arden)
“Kepercayaan dan ketekunan menghasilkan proses peningkatan pengetahuan, tanggung jawab, inisiatif, dan kreativitas”
(Daniel Tumiwa)
v
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa makalah yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan atau daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 13 November 2013
Penulis,
Natalia Kartika Dewi Rudiyanto
vi
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Natalia Kartika Dewi Rudiyanto Nomor Mahasiswa : 071314031 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: “Peranan Gabungan Politik Indonesia Dalam Perjuangan Kemerdekaan
Indonesia Tahun 1939-1941” beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta, 13 November 2013
Yang menyatakan
Natalia Kartika Dewi Rudiyanto
vii
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
ABSTRAK PERANAN GABUNGAN POLITIK INDONESIA DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN INDONESIA TAHUN 1939-1941
Natalia Kartika Dewi Rudiyanto Universitas Sanata Dharma 2013
Penulisan tugas akhir ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis 1) Faktor apa yang melatarbelakangi dibentuknya Gabungan Politik Indonesia pada tahun 1939, 2) Peranan Gabungan Politik Indonesia dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia pada tahun 1939-1941, 3) Kontribusi Gabungan Politik Indonesia dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia pada tahun 1939-1941. Penulisan tugas akhir ini disusun dengan berdasarkan metode penelitian sejarah yang mencakup lima tahapan yaitu, perumusan judul, pengumpulan sumber, verifikasi (kritik sumber), interpretasi, dan historiografi dengan pendekatan sosial- politik yang ditulis secara deskriptif analitis. Hasil dari penulisan tugas akhir ini adalah: 1) Faktor yang melatarbelakangi dibentuknya Gabungan Politik Indonesia pada tanggal 21 Mei 1939 adalah ditolaknya Petisi Soetardjo oleh pemerintah Belanda. 2) Peranan Gabungan Politik Indonesia dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia adalah, menggagas program aksi “Indonesia Berparlemen” pada tanggal 4 Juli 1939, meyelenggarakan Kongres Rakyat Indonesia pada tanggal 23-25 Desember 1939, dan mengeluarkan resolusi perubahan ketatanegaraan (Nood Staatsrecht). 3) Kontribusi Gabungan Politik Indonesia dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia adalah disusunnya rancangan bentuk dan susunan negara Indonesia pada tanggal 31 Januari 1941, dan menyelenggarakan kembali Kongres Rakyat Indonesia tanggal 13 hingga 14 April 1941 di Yogyakarta yang menghasilkan pembentukan Majelis Rakyat Indonesia.
viii PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
ABSTRACT THE ROLE OF GABUNGAN POLITIK INDONESIAN IN INDONESIA’S STRUGGLE FOR INDEPENDENCE IN 1939-1941
Natalia Kartika Dewi Rudiyanto Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2013
This final assignment is aimed to describe and analyze: 1) The factor that helped establish Gabungan Politik Indonesia in 1939, 2) The role of Gabungan Politik Indonesia in Indonesia’s struggle for independence in 1939-1941, 3) The contribution of Gabungan Politik Indonesia in Indonesia’s struggle for independence in 1939-1941. The method of the study includes observation which comprise of five phases: Topic Selection, Heuristic, Verification, Interpretation, and Historiography. Using socio-political approach, the result is presented in analytical descriptive writing. The results of this final assignment are, 1) The factor that established Gabungan Politik Indonesia in 21 May 1939 was the rejection of Soetardjo’s Petition by the Dutch government. 2) The role of Gabungan Politik Indonesia in Indonesia’s struggle for independence was to form established parliament using action program “Indonesian Parliament” since 4 July 1939 by Indonesian People Congress in 23-25 December 1939 , and consider state structure changed that was state structure’s law for critical situation. 3) The contribution of Gabungan Politik Indonesia in Indonesia’s struggle for independence in 1939-1941 was to arrange Indonesian form and polity of Indonesian state in 31 January 1941, and holding the Indonesian People Congress in 13 until 14 April 1941 in Yogyakarta, which resulted in the formation of the Indonesian People Council.
ix PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan segala rakmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Makalah yang berjudul “Peranan Gabungan Politik Indonesia Dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1939-1941”. Penulisan Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) di Universitas Sanata Dharma, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, Program Studi Pendidikan Sejarah. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir Makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu maka penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma. 2. Bapak Indra Darmawan SE., M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial. 3. Ibu Dra. Th. Sumini, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah. 4. Bapak Dr. Anton Haryono, M.Hum., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan waktu, dukungannya dalam membimbing penulisan Tugas Akhir Makalah ini. 5. Seluruh Dosen dan karyawan sekretariat program studi Pendidikan Sejarah atas saran dan bantuannya selama penyusunan Tugas Akhir Makalah ini. 6. Kedua orang tua saya yang telah mendukung saya baik dalam bentuk moril dan materil selama penyusunan Tugas Akhir Makalah ini. 7. Semua pihak yang telah membantu saya dalam penyusunan makalah ini yang tidak dapat saya sebut satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan Tugas Akhir Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi sempurnanya makalah ini.
x PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Demikian Tugas Akhir Makalah ini disusun, semoga dapat memberikan manfaat bagi yang membacanya. Dan penulis mohon maaf apabila ada kesalahan dalam kata-kata yang kurang berkenan.
Yogyakarta, 15 Juli 2013
Natalia Kartika Dewi Rudiyanto
xi PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...... i HALAMAN PERSETUJUAN ...... ii HALAMAN PENGESAHAN ...... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ...... iv HALAMAN MOTTO ...... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...... vi LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ...... vii ABSTRAK ...... viii ABSTRACT ...... ix KATA PENGANTAR ...... x DAFTAR ISI ...... xii DAFTAR LAMPIRAN ...... xiv BAB I PENDAHULUAN ...... 1 A. Latar Belakang ...... 1 B. Rumusan Masalah ...... 7 C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ...... 7 1. Tujuan Penulisan ...... 7 2. Manfaat Penulisan ...... 8 D. Sistematika Penulisan ...... 9
BAB II LAHIRNYA GABUNGAN POLITIK INDONESIA TAHUN 1939 ...... 11 A. Petisi Soetardjo ...... 13 B. Lahirnya Gabungan Politik Indonesia ...... 21
xii PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
BAB III PERANAN GABUNGAN POLITIK INDONESIA DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN INDONESIA TAHUN 1939-1941 ...... 26 A. Menggagas Manifesto Pembentukan Parlemen ...... 27 B. Menyelenggarakan Kongres Rakyat Indonesia ...... 30 C. Mengeluarkan Resolusi Perubahan Ketatanegaraan ...... 39
BAB IV KONTRIBUSI GABUNGAN POLITIK INDONESIA DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN INDONESIA TAHUN 1939-1941 ...... 44 A. Terbentuknya Rancangan Susunan Parlemen Bentukan GAPI ...... 44 B. Terbentuknya Majelis Rakyat Indonesia ...... 49
BAB V KESIMPULAN ...... 59 DAFTAR PUSTAKA ...... 63 LAMPIRAN ...... 65
xiii PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
SILABUS ...... 66 RPP ...... 70
xiv PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendudukan wilayah Indonesia oleh pemerintah Belanda sejak masa
VOC hingga masa Politik Kolonial Liberal menyebabkan keterbelakangan
bangsa Indonesia yang lahir atas penindasan yang dilakukan oleh pemerintah
kolonial Belanda. Inilah yang menyebabkan mulai tumbuh dan
berkembangnya kesadaran untuk mengangkat harkat dan martabat Indonesia
dari keterpurukan yang muncul akibat dari kolonialisme yang berkepanjangan
di bumi pertiwi. Memasuki abad ke 20, Indonesia masuk dalam periode
Kebangkitan Nasional, yang mana pada periode ini mulai muncul dan
tumbuhnya kesadaran di benak bangsa Indonesia, terutama dari kaum
cendekiawan dan terpelajar Indonesia, baik yang menuntut ilmu di Indonesia,
maupun yang berada di luar negeri, terutama di negeri Belanda.
Pertumbuhan dan kesadaran yang menjiwai proses itu menurut bentuk
manifestasinya telah melalui langkah-langkah yang wajar, yaitu mulai dengan
lahirnya ide-ide seperti emansipasi dan liberalisme dari status serba
terbelakang, baik yang berakar dari tradisi maupun yang tercipta oleh situasi
kolonial1. Dengan adanya diskriminasi di dalam masyarakat, maka rakyat
menjadi sadar akan ketidaksamaan hak-hak yang dimilikinya dan akan
1 Sartono Kartodirdjo, Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan Nasional, Jakarta, 1990, hlm.120.
1 PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 2
keadaannya yang terjajah itu2. Dari dasar itulah maka akhirnya muncul
keinginan atau cita-cita yang luhur demi terangkatnya taraf hidup dan
meningkatnya kesadaran akan pendidikan bagi bangsa Indonesia, yang selama
hampir tiga setengah abad ditindas oleh pemerintahan kolonial Hindia
Belanda.
Pergerakan nasional di Indonesia erat hubungannya dengan
keberhasilan negara-negara Asia lainnya, yaitu seperti kemenangan Jepang
atas Rusia pada tahun 1905, Gerakan Turki Muda, Revolusi Cina, juga dengan
pergerakan-pergerakan nasional lainnya di negara-negara tetangga, yakni di
India dan Filipina yang pada saat itu juga sedang mengalami gejolak
kebangkitan nasional. Inilah yang mempengaruhi perjuangan kaum nasionalis
di Indonesia. Pengaruh lainnya yang menyebabkan berkembangnya gerakan-
gerakan tersebut adalah adanya ekspansi pendidikan modern yang pada saat
itu tumbuh dengan pesatnya, sehingga memunculkan para cendekiawan
pribumi Indonesia
Memasuki tahun 1920 pergerakan nasional Indonesia telah mengalami
perkembangan, terutama dalam kesadaran bidang politik. Awalnya beberapa
organisasi belum menjadikan politik sebagai fokus utamanya, tetapi menjelang
Perang Dunia I pada awal dekade abad 20, organisasi-organisasi pergerakan
mulai mengubah haluannya ke arah politik, termasuk pula Budi Oetomo dan
Sarekat Islam, yang awalnya berfokus pada pendidikan dan ekonomi. Indie
Werbaar (Aksi Hindia Bertahan) yang digagas oleh pemerintah kolonial
2 Ibid., hlm. 59.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 3
Belanda mendapatkan tanggapan positif dari kaum pergerakan, yang
kemudian dilanjutkan dengan dibentuknya Dewan Rakyat (Volksraad) pada
tanggal 16 Desember 1916 dan baru diresmikan pada tanggal 18 Mei 1918.
Dewan Rakyat ini merupakan badan penasehat yang bertugas memberikan
nasehat dan masukan kepada Gubernur Jendral, dengan harapan nantinya
mampu menyalurkan aspirasi politik rakyat Indonesia kepada pemerintah
kolonial Belanda.
Organisasi-organisasi pergerakan nasional yang awalnya bersikap lunak
dan kooperatif terhadap pemerintah kolonial tersebut pada tahun 1920an mulai
bersikap radikal terhadap pemerintah, terutama terhadap kebijakan-kebijakan
pemerintah yang dinilai tidak adil. Kecenderungan perubahan sikap ini
disebabkan oleh masuknya pengaruh paham sosialis dan komunis dengan
gagasan yang diusung, yakni Marxisme-Revolusioner yang berhasil
menggeser sikap perjuangan nasional ke arah antikolonialisme dan
antikapitalisme dengan ekstrem-revolusionernya. Baik SI maupun BO tidak
dapat terhindar dari proses radikalisasi, setengahnya karena politik kolonial
yang reaksioner, setengahnya karena terpengaruh agitasi pemimpin-pemimpin
sosialis-komunis tersebut di atas3.
Salah satu bentuk sikap yang dianggap radikal oleh pemerintah kolonial
Belanda adalah ketika menjelang dibentuknya Dewan Rakyat (Volksraad),
Budi Oetomo membuat program sebagai bentuk tuntutan mereka, yaitu:
1. Segera dibentuknya sistem pemerintahan parlementer.
3 Ibid., hlm. 122.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 4
2. Segera dibuatnya undang-undang yang menjamin persamaan bagi semua
warga masyarakat.
3. Dibukanya kesempatan terbuka bagi perkembangan semua golongan
masyarakat.
Program politik yang disampaikan oleh Budi Oetomo ini menyebabkan
organisasi ini tergabung dalam Radicale Concentratie (Konsentrasi Radikal),
yaitu badan yang mempersatukan aliran-aliran kiri yang ada di dalam
Volksraad. Bersama-sama dengan SI, ISDV, dan Insulinde, Radicale
Concentratie yang terbentuk pada tanggal 16 November 1918 menuntut
dibentuknya pemerintahan parlementer. Radicale Concentratie dapat
dikatakan sebagai badan konsentrasi nasional pertama pada awal pergerakan
nasional Indonesia.
Dalam perkembangan antara tahun 1920-an hingga awal tahun 1930-an
mulai banyak bermunculan gerakan-gerakan baik dari kaum nasionalis
maupun kaum komunis. Pada periode ini pula mulai banyak bermunculan
partai-partai, seperti Indische Vereeniging (Perkumpulan Hindia) yang
dibentuk pada tahun 1908 yang kemudian berubah nama menjadi
Perhimpunan Indonesia (PI), PNI (Partai Nasional Indonesia), PKI (Partai
Komunis Indonesia). Pada dekade ini bisa dikatakan bahwa pergerakan dari
kaum nasionalis lebih bersikap radikal dan berani menentang segala kebijakan
yang dikeluarkan oleh pemerintah kolonial Belanda. Salah satu organisasi
yang berani menentang adalah Partai Nasional Indonesia yang dipimpin oleh
Ir. Soekarno. Partai ini dibentuk untuk memperjuangkan kemerdekaan
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 5
Indonesia dengan kekuatan sendiri, oleh karenanya maka diperlukanlah
persatuan bangsa.
PNI menjalankan aksinya dengan gencar, seperti menyelenggarakan
kongres-kongres PNI pada tanggal 27-30 Mei 1928 dan pada tanggal 18-20
Mei 1928. Rupanya aksi-aksi yang digencarkan oleh PNI ini mendapatkan
simpati dari seluruh lapisan masyarakat, dan PNI juga mengalami kemajuan-
kemajuan dalam menjalankan usahanya untuk memperjuangkan kemerdekaan
Indonesia. Sepak terjang PNI ini membuat resah kaum reaksioner Belanda,
sehingga pada tahun 1929 dibentuklah Vaderlandsche Club yang tujuan
utamanya adalah mendesak pemerintah kolonial Belanda untuk segera
menindak tegas PNI, karena kegiatan yang dilakukan oleh partai politik
tersebut dinilai sudah membahayakan. Desakan-desakan yang dikeluarkan
oleh badan tersebut mendapatkan respon dari pemerintah kolonial Belanda,
Gubernur Jendral De Jonge, yang menjalankan pemerintahnya dengan tangan
besi, tidak segan-segan menangkap kaum nasionalis dan membuangnya ke
luar pulau Jawa, seperti yang dilakukannya kepada Ir. Soekarno ke Ende,
Flores. Begitu juga dengan menangkap serta membuang para petinggi PNI
yang lain, meskipun mereka sudah memecahkan diri dari PNI dan membuat
organisasi-organisasi sendiri, seperti Partindo dan PNI-Baru (Partai
Pendidikan Indonesia).
Akibat sikap keras pemerintah kolonial Belanda dalam menindak para
kaum nasionalis Indonesia dengan cara menangkap dan membuang ke luar
pulau Jawa, maka gerakan kaum nasionalis Indonesia yang awalnya bersifat
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 6
radikal dan non kooperatif terhadap pemerintah mulai merubah haluannya
menjadi lebih lunak dan kooperatif, salah satunya adalah dibentuknya Fraksi
Nasional oleh M.H. Thamrin yang juga merupakan anggota dari Volksraad,
Parindra (Partai Indonesia Raya). Salah satu tujuan dari pembentukan
organisasi tersebut adalah, memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dengan
cara kooperatif, yaitu dengan bekerjasama dengan pihak pemerintah kolonial
Belanda. Salah satunya adalah terobosan yang dilakukan oleh Soetardjo
Kartohadikoesoemo dengan menggagas petisi Soetardjo, meskipun pada
akhirnya petisi tersebut ditolak oleh pemerintah.
Gagal akibat ditolaknya petisi Soetardjo rupanya tidak membuat kaum
nasionalis putus asa, salah satu bentuk usaha mereka adalah dengan
membentuk Gabungan Politik Indonesia sebagai badan konsentrasi nasional.
Sebelum dibentuknya GAPI sebagai wadah untuk menyatukan organisasi-
organisasi politik di Indonesia, sudah ada pula usaha untuk menyatukan
organisasi-organisasi politik tersebut dalam satu wadah, yaitu pada tahun 1926
telah dibentuk Indonesische Eenheids Comite (Komite Persatuan Indonesia),
akan tetapi komite tersebut tidak berhasil atau gagal. Kemudian pada tahun
1927, tepatnya pada tanggal 27 Desember 1927. Partai Nasional Indonesia
(PNI) membentuk Pemufakatan Perhimpunan Partai Politik Kebangsaan
Indonesia (PPPKI), dan organisasi hasil bentukan partai ini bisa dikatakan
berhasil dan berjalan cukup lama, hingga lahirnya Gabungan Politik Indonesia
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 7
(GAPI) pada tanggal 21 Mei 19394. Adapun salah satu tujuan GAPI adalah
untuk melanjutkan gagasan dari Petisi Soetardjo yang ditolak oleh pemerintah
kolonial Belanda.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada makalah yang
berjudul “Peranan Gabungan Politik Indonesia dalam Perjuangan
Kemerdekaan Indonesia Tahun 1939-1941”, adalah:
1. Faktor apa yang melatarbelakangi dibentuknya Gabungan Politik
Indonesia (GAPI) pada tahun 1939?
2. Bagaimana peranan Gabungan Politik Indonesia (GAPI) dalam perjuangan
kemerdekaan Indonesia pada tahun 1939-1941?
3. Apa kontribusi Gabungan Politik Indonesia (GAPI) dalam perjuangan
kemerdekaan Indonesia pada tahun 1939-1941?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
1. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah yang berjudul Peranan
Gabungan Politik Indonesia Dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia
tahun 1939-1941 ini adalah sebagai berikut:
4 A. Kardiyat Wiharyanto, Sejarah Indonesia Baru I: Pergerakan Nasional, Yogyakarta, 2007, hlm. 71.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 8
a. Untuk mendeskripsikan dan menganalisa faktor-faktor penting yang
melatarbelakangi dibentuknya Gabungan Politik Indonesia pada tahun
1939.
b. Untuk mendeskripsikan dan menganalisa peranan Gabungan Politik
Indonesia dalam dunia perpolitikan di Indonesia pada tahun 1939
hingga tahun 1941.
c. Untuk mendeskripsikan dan menganalisa kontribusi Gabungan Politik
Indonesia dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia pada tahun 1939
hingga tahun 1941.
2. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah berjudul Peranan
Gabungan Politik Indonesia dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia
pada tahun 1939-1941, adalah sebagai berikut:
a. Bagi Universitas Sanata Dharma
Dari penulisan ini dharapkan dapat menambah koleksi bahan bacaan
yang dapat memperkaya khasanah dunia pustaka khususnya pada
karya tulis yang nantinya dapat dimanfaatkan sebagai bahan referensi
bagi mahasiswa. Terutama mengenai penulisan tentang peranan
Gabungan Politik Indonesia (GAPI) dalam perjuangan kemerdekaan
Indonesia pada tahun 1939 hingga tahun 1941.
b. Bagi Ilmu Pengetahuan
Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan,
pengetahuan, serta informasi mengenai Sejarah Indonesia, terutama
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 9
sejarah mengenai organisasi perpolitikan Indonesia sebelum masa
kemerdekaan Indonesia, yaitu mengenai peranan Gabungan Politik
Indonesia (GAPI) dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia pada
tahun 1939 hingga 1941.
c. Bagi Penulis
Penulisan tugas akhir makalah ini akan menambah pengetahuan serta
pengalaman baru bagi penulis, serta menjadi sarana untuk menerapkan
teori-teori yang telah penulis dapatkan selama duduk di bangku kuliah
untuk dipraktikkan di dunia nyata, sehingga dapat dijadikan sebagai
bekal berharga penulis untuk menjadi calon guru sejarah yang
kompeten dan profesional.
D. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan makalah yang berjudul “Peranan
Gabungan Politik Indonesia Dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia Tahun
1939-1941”, adalah sebagai berikut:
BAB I Bab ini berisi bagian pendahuluan yang memuat latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, serta
sistematika penulisan.
BAB II Bab ini berisi uraian mengenai faktor-faktor penting yang
melatarbelakangi lahirnya Gabungan Politik Indonesia pada tahun
1939.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 10
BAB III Bab ini berisi uraian mengenai peranan Gabungan Politik
Indonesia dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia dalam rentang
waktu 1939 hingga tahun 1941.
BAB IV Bab ini berisi uraian mengenai kontribusi Gabungan Politik
Indonesia dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, pada tahun
1939 hingga tahun 1941.
BAB V Bab ini berisi kesimpulan dari permasalahan-permasalahan yang
telah dibahas pada Bab II, III, dan IV.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 11
BAB II
LAHIRNYA GABUNGAN POLITIK INDONESIA TAHUN 1939
Pasca ditangkap dan dibuangnya para pemimpin gerakan-gerakan nasionalis yang dianggap oleh pemerintah kolonial Belanda radikal, seperti Ir. Soekarno ke luar Jawa, para pendukung gerakan nasionalis mulai mendirikan partai-partai lainnya, seperti Mr. Sartono, mendirikan Partai Indonesia (Partindo), Moh. Hatta dan Sutan Sjahrir mendirikan Pendidikan Nasional Indonesia (PNI-Baru). Tujuan dari didirikannya kedua partai tersebut adalah memperjuangkan kemerdekaan politik Indonesia dengan menggunakan taktik non kooperasi. Dalam sistemnya,
PNI lebih mengutamakan kepada pendidikan politik dan sosial, sedangkan
Partindo sendiri lebih mengutamakan kepada aksi massa, karena menurut partai ini aksi massa dianggap sebagai senjata paling cocok untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Dalam perkembangannya, kedua organiasasi ini tidak berhasil dalam usahanya memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Ini dikarenakan sikap pemerintah kolonial Belanda yang sangat keras mengawasi gerak-gerik kaum nasionalis Indonesia, terutama pada saat dipimpin oleh
Gubernur Jendral De Jonge yang dengan segera menindak gerakan-gerakan tersebut dengan menangkap dan membuang pemimpin-pemimpin nasionalis, seperti Partindo dan PNI-Baru ke luar Jawa, seperti ke Digul ataupun ke Ende,
Flores.
11
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 12
Akibat dari sikap pemerintah kolonial Belanda yang sangat keras dalam menindak kaum nasionalis yang berusaha dalam memperjuangkan kemerdekaan
Indonesia, maka munculah ide untuk membentuk Fraksi Nasional dalam tubuh
Volksraad. Gagasan ini diangkat oleh M.H. Thamrin yang merupakan seorang anggota Dewan Rakyat yang juga ketua perkumpulan kaum Betawi. Fraksi
Nasional ini dibentuk pada tanggal 27 Januari 1930 di Jakarta dengan anggota berjumlah 10 orang yang terdiri dari perwakilan daerah-daerah di seluruh
Indonesia, seperti Jawa, Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan. Fraksi ini mengangkat M.H. Thamrin sebagai ketuanya. Dalam tindakannya Fraksi Nasional lebih memusatkan usahanya di dalam lingkungan Volksraad5. Tujuan dari dibentuknya Fraksi Nasional ini adalah menjamin adanya kemerdekaan dalam waktu yang singkat, melalui usaha merubah ketatanegaraan, penghapusan perbedaan politik, ekonomi, dan intelektual, dan menjalankan usaha tanpa harus melanggar hukum.
Pembentukan Fraksi Nasional ini muncul akibat dari politik tangan besi yang dijalankan oleh Gubernur Jendral De Jonge yang sukses melumpuhkan gerakan-gerakan nasional yang dijalankan oleh kaum nasionalis Indonesia yang bersikap radikal. Oleh karenanya akibat ditangkapnya kaum non kooperator oleh pihak Belanda, maka munculah kaum nasionalis Indonesia yang kooperator dengan pemerintah kolonial Belanda, seperti halnya anggota-anggota Fraksi
Nasional ini. Di luar Fraksi Nasional sendiri bermunculan pula partai-partai dan organisasi-organisasi bentukan kaum nasionalis yang awalnya memang sudah
5 Marwati Djoened Poesponegoro, Sejarah Nasional Indonesia V, 1984, Jakarta, hlm. 218.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 13
bersikap kooperatif maupun yang berubah haluan dari yang non kooperatif menjadi kooperatif. Partai dan organisasi tersebut seperti, Parindra, PBI, Budi
Oetomo, PSII, dan Gerindo. Perubahan haluan dalam usaha memperjuangkan kemerdekaan Indonesia ini karena sudah tertutupnya pintu non kooperatif akibat dari sikap pemerintah kolonial Belanda dalam membungkam aksi-aksi kaum nasionalis Indonesia yang bersikap radikal. Oleh karenanya salah satu usaha yang dilakukan oleh kaum nasionalis Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan
Indonesia, adalah seperti yang dilakukan oleh Soetardjo Kartohadikusumo dengan gagasannya yaitu Petisi Soetardjo.
A. Petisi Soetardjo
Soetardjo Kartohadikusumo merupakan wakil dari Perhimpunan
Pegawai Bestuur6 Bumiputera (PPBB), yang merupakan sebuah perhimpunan
pangreh praja bumi putera. Soetardjo bersama I.J. Kasimo, Dr. Sam
Ratulangie, Datuk Tumenggung, Kwo Kat Tiong, dan Alatas, menandatangani
usulan mengenai hubungan kerjasama antara Indonesia dengan Belanda di
masa depan kepada pemerintah Hindia Belanda melalui Volksraad. Usul yang
disampaikan oleh Soetardjo Kartodirdjo pada tanggal 15 Juli 1936 ini dikenal
dengan nama Petisi Soetardjo. Adapun tujuan dari dicetuskannya petisi ini
adalah, usulan agar diselenggarakan suatu konferensi oleh Kerajaan Belanda
yang mana konferensi tersebut membahas mengenai hubungan kerjasama
yang baik antara pihak Indonesia dengan pihak Belanda juga dalam status
politik pemerintah kolonial Belanda, yaitu status otonomi dalam usaha untuk
6 Bestuur, artinya adalah pamong praja.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 14
menentukan nasib atas kedudukan Indonesia sebagai negara yang merdeka
dalam jangka waktu 10 tahun mendatang yang didasarkan dalam batasan
artikel 1 dari UUD Negeri Belanda Tahun 1922. Ini didasarkan atas
pengalaman di tahun-tahun sebelumnya yang banyak menimbulkan
kekecewaan, kegelisahan, dan sikap acuh tak acuh, yang kesemuannya itu
tidak mendorong sikap semangat rakyat untuk turut serta membangun negeri7.
Oleh karena itu didasarkan atas pengalaman di masa lalu dan dengan
keinginan untuk memupuk semangat yang mulai redup tersebut agar hidup
kembali, maka disusunlah suatu rencana yang matang untuk memperbaiki
hubungan antara Kerajaan Belanda dengan Indonesia dalam bidang ekonomi,
sosial, kultural, dan politik yang disesuaikan atas kebutuhan masing-masing
pihak. Adapun isi dari petisi Soetardjo tersebut adalah, memohon kepada
Volksraad agar mendesak pemerintah tertinggi Kerajaan Belanda dan Staten
Generaal untuk segera mengadakan konferensi yang nantinya dihadiri oleh
wakil-wakil Kerajaan dan wakil-wakil dari Indonesia dalam usaha untuk
merencanakan persiapan kemerdekaan Indonesia dalam jangka waktu 10
tahun atau dalam waktu yang ditentukan. Perubahan-perubahan yang
disampaikan dalam petisi ini antara lain adalah:
1. Pulau Jawa dijadikan satu propinsi, dan daerah-daerah lain luar pulau Jawa
dijadikan sebagai kelompok-kelompok daerah (groeps gemeenschappen)
yang otonom.
2. Sifat dualisme pemerintah daerah harus dihapus.
7 Sartono Kartodirdjo, op. cit, hlm. 182.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 15
3. Gubernur Jendral yang diangkat oleh Raja mempunyai hak kekebalan
(onschendbaar).
4. Direktur tiap departemen bertanggungjawab atas instansinya.
5. Volksraad dibentuk menjadi parlemen sesungguhnya. Dan ketua, wakil
ketua, dan anggota mempunyai hak suara.
6. Pada Raad van Indie, anggota dan wakil presidennya diangkat oleh Raja.
7. Dibentuknya Dewan Kerajaan (Rijksraad), sebagai badan tertinggi yang
menghubungkan antara Kerajaan Belanda dan Indonesia.
8. Penduduk Indonesia merupakan orang yang dilahirkan di Indonesia,
sedangkan untuk orang asing yang dilahirkan di Indonesia diharuskan
mengikuti seleksi.8
Dari isi yang disampaikan petisi tersebut sudah terlihat bahwa rumusan
dari isi petisi ini bersifat moderat, berjiwa kooperatif, dan juga mempunyai
sikap hati-hati, karena tidak keluar dari kerangka konstitusional yang berlaku
dan melalui cara yang legal pula. Sehingga petisi Soetardjo ini dinilai tidak
bersifat revolusioner, dan apabila diprediksi hasilnya tidak kongkret atau
nyata, akan tetapi konferensi tersebut mempunyai manfaat untuk
mempertahankan pendirian dari masing-masing pihak.
Petisi tersebut mendapat tanggapan beragam dari berbagai pihak, baik
yang positif (setuju dengan isi petisi), ataupun yang negatif (menolak isi
petisi). Perbedaan tanggapan ini menunjukkan keanekaragaman corak partai
dan sudut pandang politik. Adapun pihak-pihak yang tidak menyetujui isi
8 Marwati Djoened Poesponegoro, op. cit, hlm. 226-227.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 16
petisi tersebut dari pihak Indonesia adalah Suroso, Goesti M. Noor, Wiwoho,
Soekardjo Wirjopranoto. Alasan-alasan penolakan terhadap petisi tersebut,
seperti yang disampaikan oleh Goesti M. Noor, bukan karena isi petisi,
melainkan karena cara penyampaian pengajuan petisi, yaitu dengan cara
menengadahkan kedua tangan atau dengan cara meminta atau memohon
kepada pihak Kerajaan Belanda. Selain dari Goesti M. Noor, pihak lain yang
juga menolak petisi ini adalah dari Fraksi Nasional yang bersikap skeptis atau
meragukan hasil yang akan didapat dari pengajuan petisi Soetardjo tersebut,
Selain itu, menurut pandangan dari Fraksi Nasional, petisi itu juga dapat
melemahkan usaha-usaha lain yang juga memperjuangkan otonomi Indonesia
dari Kerajaan Belanda. Pendapat tersebut disampaikan berdasarkan atas hal-
hal sebagai berikut:
1. Usul yang tercantum dalam petisi tidak menggambarkan cita-cita yang
diimpikan oleh bangsa Indonesia, yaitu impian untuk Indonesia merdeka.
2. Pengajuan petisi untuk memperoleh perubahan kedudukan negara dinilai
sangat rendah, karena menginginkan perubahan dengan cara meminta-
minta.
Dari pihak Belanda hampir semua tidak menyetujui petisi ini, kecuali
dari pihak IEV (Indo-Europees Verbond), yang berpendapat bahwa ide Dewan
Kerajaan sesuai dengan ide Negeri Belanda Raya yang mencakup bagian
daerah-daerahnya9. Sementara itu pihak Belanda yang menolak petisi tersebut,
seperti VC (Vederlandse Club), mempunyai pandangan bahwa isi dari petisi
9 Sartono Kartodirdjo, op. cit, hlm. 183.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 17
tersebut masih terlalu prematur atau terlalu awal, serta dinilai tidak sesuai
dengan situasi, karena menurut VC, kondisi di bidang ekonomi dan sosial
Indonesia tidak stabil, sehingga belum cukup berkembang untuk dapat berdiri
sendiri. Disamping VC, pihak lain yang menolak ide dari Petisi Soetardjo ini
adalah dari partai-partai Kristen, seperti IKP (Indische Katholieke Partij) dan
CSP (Christelijke Staatkundige Partij). Kedua partai yang seharusnya bersikap
tidak terlalu konservatif terhadap nasionalisme ini berpendapat bahwa petisi
Soetardjo ini diajukan di waktu yang tidak tepat, karena menurut IKP dan
CSP, ada masalah-masalah yang lebih besar yang masih harus dihadapi,
ditambah lagi dengan persoalan akan kesatuan yang ada dalam lingkungan
Pax Neederlandica masih bisa dipertahankan dikarenakan perkembangan
politiknya masih belum stabil.
Untuk menindaklanjuti petisi tersebut, Volksraad pada tanggal 29
September 1936 mengadakan pemungutan suara, yang nantinya hasil
pemungutan suara akan diajukan kepada Pemerintah Tertinggi dan Staten
Generaal10 di negeri Belanda. Pemungutan suara tersebut menghasilkan 26
setuju dan 20 tidak setuju. Lalu hasil dari pemungutan suara di Dewan Rakyat
diteruskan ke Negeri Belanda. Dari hasil pemungutan suara yang didapat
hampir dapat disimpulkan bahwa petisi yang diajukan pada tanggal 15 Juli
1936 sangat tipis kemungkinannya untuk diterima oleh Pemerintah Tertinggi
dan Staten Generaal. Hasil tersebut disimpulkan karena didasarkan atas
faktor-faktor yang mempengaruhi seperti berikut:
10 Staten Generaal artinya Parlemen Belanda.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 18
1. Berdasarkan tingkat perkembangan politik di Indonesia petisi sangat
prematur dalam hubungan itu.
2. Dipersoalkan bagaimana kedudukan minoritas di dalam struktur politik
baru.
3. Siapakah yang akan memegang kekuasaan nanti.
4. Tuntutan otonomi dipandang sebagai hal yang tidak wajar alamiah, karena
pertumbuhan ekonomi, sosial, dan politik belum memadai11.
Sebagai bentuk usaha supaya Petisi Soetardjo disetujui oleh Pemerintah
Kerajaan Belanda, maka pada tanggal 5 Oktober 1937 dibentuklah Centraal
Comite Petitie Soetardjo (Panitia Pusat Petisi Soetardjo). Tujuan dari
dibentuknya komite ini adalah untuk mengumpulkan dukungan dari
organisasi-organisasi politik demi disetujuinya Petisi Soetardjo ini dengan
cara segera membentuk sub-sub komite di daerah-daerah untuk
memperjuangkan petisi tersebut. Adapun susunan dari anggota Panitia Pusat
Petisi Soetardjo ini adalah:
a. Soetardjo Kartohadikusumo
b. Hendromartono
c. Atik Suardi
d. Otto Iskandar Dinata
e. Agus Salim
f. I.J. Kasimo
g. Sinsu
11 Sartono Kartodirdjo, op. cit, hlm. 183.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 19
h. Datuk Tumenggung
i. Sartono
j. Alatas
k. Kwo Kwat Tiong
Pada tanggal 21 November 1937 komite ini mengadakan konferensi di
Batavia yang dihadiri oleh wakil-wakil dari berbagai perkumpulan politik.
Para wakil perkumpulan politik yang hadir antara lain, Moh. Husni Thamrin,
Gani, Amir Syariffudin, Juanda, Bajasut (PAI:Perkumpulan Arab Indonesia),
dan Tumbulaka (dari PM:Persatuan Minahasa)12. Kemudian pada tanggal 28
November 1937 atau seminggu setelah konferensi yang pertama berlangsung
diadakan sebuah rapat besar yang dilaksanakan di Gang Kenari, Jakarta.
Dalam kesempatan tersebut M. Soetardjo Kartohadikusumo menerangkan
bahwa dia sebagai ambtenar BB yang mengajukan petisi tersebut memandang
BB sebagai suatu jembatan di antara pemerintah dan rakyat13. Dari rapat
tersebut hampir semua partai-partai politik memberikan dukungannya untuk
Petisi Soetardjo, kecuali dua partai politik, yaitu PSII dan PNI Baru yang
secara terang-terangan menolak petisi tersebut. Alasan kedua partai tersebut
menolak petisi Soetardjo adalah bahwa petisi seperti itu membunuh semangat
perjuangan bangsa14. Sementara itu Gerindo dan Parindra bersikap setengah-
setengah, dengan kata lain kedua partai politik tersebut tidak setuju dengan
tujuan dari petisi ini, akan tetapi setuju dengan diselenggarakannya Imperiale
12 Sri Sutjianingsih, Oto Iskandar Dinata, Jakarta, 1983, hlm. 36. 13 Idem. 14 Sartono Kartodirdjo, op. cit, hlm. 184.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 20
Conferentie (Konferensi Kerajaan), yang dihadiri oleh wakil-wakil dari
Belanda dan Indonesia untuk merundingkan kedudukan Indonesia di masa
depan.
Petisi Soetardjo merupakan sebuah petisi yang diajukan oleh pihak
kaum kooperator, sehingga seharusnya pemerintah Kerajaan Belanda dapat
menggunakannya sebagai patokan untuk menjajaki dan memperhatikan
keinginan bangsa Indonesia untuk mengurus negaranya sendiri di masa depan.
Meskipun lingkup dari pemerintahan Indonesia masih masuk dalam
lingkungan Kerajaan Belanda, akan tetapi hal itu tetap tidak membuat pihak
Belanda mengabulkan petisi tersebut. Penolakan petisi diputuskan pada
tanggal 16 November 1938 satu tahun setelah diajukan atas nama Ratu
Belanda. Adapun yang menjadi dasar penolakan petisi adalah bahwa bangsa
Indonesia belum matang untuk memikul tanggung jawab sendiri15. Petisi
Soetardjo ditolak oleh sebagian besar anggota Parlemen Belanda, sedang yang
menyokong hanyalah Van Galderen dari golongan Sosialis dan Rustam
Effendi dari golongan Komunis.
Akibat dari penolakan petisi tersebut adalah munculnya kekecewaan di
kalangan kaum nasionalis dan semakin berkurangnya kepercayaan mereka
terhadap Pemerintahan Belanda. Akan tetapi kekecewaan tersebut tidak
berlangsung lama, karena perjuangan untuk memperoleh kemerdekaan
Indonesia harus dilanjutkan dan tidak boleh terhenti hanya karena ditolaknya
Petisi Soetardjo oleh pemerintah Belanda. Perjuangan kaum nasionalis
15 Sri Sutjianingsih. op. cit, hlm 37.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 21
Indonesia semakin giat dan gencar terutama menggunakan jalur yang legal
dan dengan melakukan hubungan kerjasama dengan Pemerintah Belanda. Hal
ini didasarkan atas situasi internasional yang sedang genting dan tidak
kondusif akibat dari kekuasaan Nazi di Eropa yang mengancam negara-negara
lain terutama di wilayah Eropa, tidak terkecuali Belanda. Atas dasar hal
tersebut maka para kaum nasionalis semakin memperkuat persatuan dengan
menggalang kekuatan barisan. Langkah pertama yang dilakukan adalah
membubarkan Panitia Pusat Petisi Soetardjo pada tanggal 11 Mei 1939,
kemudian setelah itu dibentuklah lagi sebuah badan politik baru Fraksi
Nasional oleh salah satu anggotanya, yaitu M.H. Thamrin. Pembentukan
badan politik baru itu merupakan jawaban spontan kaum nasionalis Indonesia
terhadap penolakan Petisi Soetardjo16. Dengan dibentuknya badan politik ini
pula diharapkan kaum nasionalis Indonesia menjadi semakin semangat untuk
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan semakin bersikap lebih tegas
terhadap pemerintahan Belanda.
B. Lahirnya Gabungan Politik Indonesia
Gagalnya Petisi Soetardjo akibat dari penolakan Pemerintah Belanda,
menyebabkan para nasionalis semakin cepat dalam bertindak demi
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Salah satu cara untuk semakin
memperkokoh kesatuan antar kaum nasionalis dengan organisasi politik yang
mereka usung adalah dengan membentuk suatu badan sebagai wadah atau
tempat yang menaungi berbagai macam organisasi atau partai politik tersebut,
16 Slamet Muljana, Kesadaran Nasional: Dari Kolonialisme Sampai Kemerdekaan 2, 1986, Jakarta, hlm. 63.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 22
untuk saling menghargai serta kerjasama untuk membela kepentingan rakyat17.
Dalam usaha menggalang persatuan politik demi terciptanya pembentukan
badan konsentrasi nasional itu, maka pada tanggal 19 Maret 1939 dalam rapat
besar pengurus Parindra, M.H. Thamrin selaku ketua Departemen Politik
Parindra mengungkapkan gagasannya mengenai ide pembentukan badan
konsentrasi nasional dan gagasan itu disetujui oleh semua anggota Parindra.
Dengan disetujuinya gagasan tersebut maka Thamrin menghubungi pimpinan-
pimpinan dari organisasi-organisasi nasional lainnya untuk membicarakan
gagasannya tersebut. Organisasi lain di luar Parindra menyambut baik dan
menyetujui ide Thamrin tersebut, seperti yang diungkapkan oleh Otto Iskandar
Dinata, selaku ketua Paguyuban Pasundan, yang menilai bahwa dengan
pembentukan badan konsentrasi nasional tersebut hubungan baik antara partai
politik yang ada dalam badan itu akan terjaga tetap dengan sebaik-baiknya. Ia
juga berharap bahwa badan ini akan mampu mendesak Belanda untuk
mengubah sikapnya terhadap tanah jajahannya, yaitu Indonesia. Organisasi
politik lainnya yang juga menyambut baik gagasan ini adalah Partai Islam
Indonesia (PSII), yaitu Sukiman, akan tetapi ada pula yang menolak gagasan
tersebut, yaitu Abikoesno, sedangkan Gerindo masih bersikap menunggu.
Pasca dicetuskannya ide pembentukan badan konsentrasi nasional ini,
pada tanggal 21 Mei 1939 atas dasar inisiatif dari Parindra, diadakanlah rapat
resmi Panitia Persiapan Pembentukan Badan Konsentrasi untuk membahas
mengenai tindak lanjut dari gagasan pembentukan badan konsentrasi nasional
17 Sartono Kartodirdjo, op. cit, hlm. 186.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 23
tersebut. Rapat yang diselenggarakan di Gedung Permufakatan yang beralamat
di Gang Kenari no. 15 Jakarta ini dihadiri oleh M.H. Thamrin, Soekarjo
Wiryopranoto (Parindra), Atik Soeardi, S. Soeradiredja, Ukar Bratakoesoema,
Otto Iskandar Dinata (Paguyuban Pasundan), Senduk, Sam Ratulangi
(Persatuan Minahasa), R. Abikoesno Tjokrosujoso, Sjahbuddin Latif, Moh.
Sjafei (PSII), A.K. Gani, Amir Sjarifuddin, Sanusi Pane, Wilopo (Gerindo),
K.H. Mas Mansur, Wiwoho (PII).
Dalam rapat tersebut, M. H. Thamrin menyampaikan bahwa, situasi
internasional yang semakin kacau dan tidak menentu mendorong untuk segera
membentuk badan konsentrasi nasional, yang bertujuan untuk membentuk
suatu badan persatuan yang akan memperjuangkan kepentingan rakyat
Indonesia, selain itu anggota yang terdiri dari berbagai organisasi politik
dalam badan ini dapat menjalankan program tiap-tiap organisasi masing-
masing. Dari rapat tersebut lahirlah badan konsentrasi nasional yang bernama
Gabungan Politik Indonesia (GAPI). Adapun tujuan dari dibentuknya GAPI
ini adalah:
a. Menganjurkan kepada semua partai politik nasional Indonesia untuk
mengadakan kerjasama
b. Menyelenggarakan kongres Indonesia18.
Gabungan Politik Indonesia ini berdasarkan atas asas:
a. Hak mengatur nasib sendiri
18 Slamet Muljana, op. cit, hlm. 65.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 24
b. Persatuan bangsa Indonesia atas dasar demokrasi dalam politik, ekonomi,
dan sosial
c. Kesatuan dalam aksi19.
Dalam menentukan calon anggota yang akan masuk dalam GAPI, yang
diterima hanya dari partai nasional saja, dan keputusan ini diambil atas jumlah
pengumpulan suara terbanyak. Dalam penyusunan program yang akan
dijalankan harus disetujui dulu oleh semua anggota. Dalam susunan
organisasinya pimpinan harian GAPI dipegang oleh satu sekretariat, yang
mana terdiri atas, sekretaris umum, bendahara, dan sekretaris pembantu.
Awalnya yang memegang jabatan tersebut adalah M.H. Thamrin (Parindra),
R. Abikoesno Tjokrosujono (PSII), dan Amir Sjarifudin (Gerindo). Sedangkan
yang menjadi anggota GAPI adalah, Parindra, Gerindo, Paguyuban Pasundan,
PSII, PII, kemudian PPPKI menyusul menjadi anggota.
Dibentuknya GAPI mendapatkan sambutan yang sangat baik dari rakyat
Indonesia, terutama dari kaum nasionalis. Akan tetapi ada pula pihak yang
tidak senang dan meragukan pembentukan GAPI ini, salah satunya adalah H.
Agus Salim, pimpinan Pergerakan Penyedar, yang menilai bahwa partai-partai
politik yang menjadi anggota GAPI tersebut hanya mampu melakukan
perjuangan dalam perebutan kursi di dewan rakyat saja, sehingga kecil
kemungkinan partai-partai tersebut memperjuangkan kehidupan rakyat. Oleh
karena itu Pergerakan Penyedar menolak bergabung dalam badan konsentrasi
nasional ini, dan lebih memilih bekerjasama langsung dengan rakyat.
19Idem.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 25
Lahirnya Gabungan Politik Indonesia (GAPI) juga hampir bersamaan
dengan pembentukan badan konsentrasi nasional lainnya, seperti badan yang
diprakarsai oleh Moh. Yamin, Abdul Rasjid, Tadjuddin Noor, dan
Soangkupon, yang mereka beri nama Golongan Nasional Indonesia (GNI)
atau di lingkungan Dewan Rakyat disebut dengan Indonesische
Nationalistische Groep. Latar belakang dibentuknya GNI ini adalah adanya
perpecahan yang ada dalam tubuh Fraksi Nasional di Volksraad, sehingga
membuat Moh. Yamin menyarankan kepada Fraksi Nasional untuk menyusun
suatu program, yang nantinya program tersebut disebarluaskan di seluruh
Indonesia. Adapun alasan di balik gagasan tersebut adalah karena mulai
munculnya pemikiran-pemikiran yang menganggap bahwa Fraksi Nasional
hanya mementingkan kepentingan Jawa saja dibandingkan dengan
kepentingan daerah lainnya di luar pulau Jawa. Akan tetapi gagasan yang
disampaikan oleh Moh. Yamin ini tidak mendapatkan persetujuan dari M.H.
Thamrin, sehingga pada akhirnya dibentuklah GNI pada tanggal 10 Juli
193920.
20 Sartono Kartodirdjo, op. cit, hlm. 187.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 26
BAB III
PERANAN GABUNGAN POLITIK INDONESIA DALAM PERJUANGAN
KEMERDEKAAN INDONESIA PADA TAHUN 1939-1941
Lahirnya Gabungan Politik Indonesia pada tanggal 21 Mei 1939 telah memberikan angin segar kepada kaum nasionalis Indonesia untuk semakin gencar dalam memperjuangkan status Indonesia menjadi negara yang berdiri sendiri.
Terutama saat GAPI meningkatkan perjuangannya dengan meluncurkan program
“Indonesia Berparlemen”, yang mana program aksi politik ini ditetapkan pada saat rapat umum GAPI pada tanggal 4 Juli 1939. Dengan diluncurkannya program tersebut, bisa ditebak apabila program aksi “Indonesia Berparlemen” langsung diterima oleh rakyat Indonesia dan mendapatkan sambutan yang baik, terutama oleh kalangan nasionalis. Mereka sangat mendukung dengan langkah yang dilakukan oleh GAPI, yang dinilai cukup berani dan tegas dibandingkan dengan langkah yang dilakukan sebelumnya, yaitu diluncurkannya Petisi Soetardjo. Bagi
GAPI sendiri dengan dipopulerkannya program aksi “Indonesia Berparlemen” diharapkan mampu meningkatkan dan mengobarkan semangat seluruh rakyat
Indonesia, karena menurut GAPI dalam usahanya untuk merealisasikan program ini dibutuhkan dukungan dan dorongan sepenuhnya dari seluruh rakyat Indonesia.
Salah satu cara mengambil hati rakyat tersebut adalah dengan meyakinkan bahwa Volksraad yang ada sama sekali tidak dapat memenuhi hasrat rakyat dan harus diganti dengan parlemen yang wajar dan memiliki wewenang yang
26
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 27
sempurna21. Oleh karena itu rakyat Indonesia harus menuntut pembentukan parlemen yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh rakyat Indonesia, yaitu bahwa parlemen ini anggota-anggotanya terdiri dari wakil rakyat yang jumlahnya harus sesuai dengan perbandingan jumlah rakyat yang diwakili, karena menurut
GAPI hanya melalui parlemen ini, suara-suara serta harapan rakyat Indonesia dapat diperjuangkan.
A. Menggagas Manifesto Pembentukan Parlemen
Pecahnya Perang Dunia II pada bulan September 1939, membuat kaum
nasionalis Indonesia semakin gencar dengan tuntutannya. Mereka mulai
mendesak pemerintah Hindia Belanda untuk segera mengabulkan apa yang
mereka inginkan, yaitu pembentukan parlemen. Hal ini harus segera dilakukan
karena melihat adanya kesempatan yang muncul dari posisi Belanda yang
mulai terdesak. Pada waktu itu pihak Nazi mulai mengancam kedudukan
Belanda di Eropa, dan hal inilah yang dijadikan pijakan oleh para nasionalis
untuk meminta kepada pemerintah Belanda memberikan izin kepada
Indonesia untuk membentuk parlemen, sehingga Indonesia dapat mulai berdiri
sendiri dan mengadakan persiapan pertahanan untuk menanggulangi bahaya
yang mungkin mengancam22. Harapannya dengan dikabulkannya tuntutan
tersebut maka hubungan antara Belanda dan Indonesia akan semakin erat.
Melihat kesempatan tersebut maka GAPI pada tanggal 19 September
1939 mengeluarkan manifesto23 mengenai pembentukan parlemen. Adapun
21 Slamet Muljana, op. cit, hlm. 67. 22 Ibid., hlm. 67-68. 23 Manifesto adalah sikap sebuah kelompok yang diumumkan kepada publik dan sering bersifat politis.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 28
maksud dari dikeluarkannya manifesto tersebut didasarkan kondisi saat itu
yang penuh bahaya, dan dalam posisi genting ini maka diperlukanlah
hubungan yang baik antara Belanda dan Indonesia. Selain itu Belanda juga
diharapkan mendengarkan aspirasi rakyat Indonesia yang menginginkan
pemerintahan sendiri dengan jalan dibentuknya parlemen sebagai wadah untuk
menyalurkan aspirasi mereka. Apabila Belanda menyetujui serta mengabulkan
langkah tersebut, maka GAPI akan mengerahkan rakyat untuk memberi
bantuan kepada Belanda24, dan dalam menjalankan manifesto tersebut,
anggota-anggota GAPI tidak diperbolehkan untuk bertindak sendiri-sendiri,
akan tetapi hanya boleh menjalankan dalam ikatan GAPI saja.
Manifesto tersebut bisa dikatakan memiliki dua sisi yang berbeda. Di
satu sisi manifesto tersebut menunjukkan sifat loyal kaum nasionalis Indonesia
terhadap pemerintah Belanda yang sedang menghadapi kendala akibat dari
pecahnya Perang Dunia II. Di sisi lain adalah adanya unsur pemaksaan kepada
pemerintah Belanda yang dalam kondisi sulit untuk segera mengabulkan
keinginan rakyat Indonesia. Dengan dikeluarkannya manifesto tersebut
muncul berbagai macam tanggapan dari berbagai pihak, seperti dari golongan
progresif Belanda (Kritiek en Opbouw) yang menyerukan kepada pemerintah
Belanda agar loyalitas yang tertera dalam pernyataan GAPI ditanggapi secara
positif dengan memenuhi keinginannya25, tetapi ada pula pihak lain yang
justru menanggapi negatif dengan mengatakan bahwa GAPI memanfaatkan
kesempatan ketika Belanda sedang mengalami kesulitan dengan melakukan
24 Sartono Kartodirdjo, op. cit, hlm 188. 25 Idem.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 29
chantage (pemerasan) dengan memaksa pemerintah untuk segera
mengabulkan tuntutannya tersebut.
Pada tanggal 1 Oktober 1939 GAPI mengadakan rapat umum di
Jakarta, dan dalam rapat tersebut banyak pihak menyambut baik manifesto
yang diajukan GAPI. Pihak-pihak tersebut banyak yang mengirimkan surat
pernyataan mendukung penuh aksi “Indonesia Berparlemen”. Selain berbagai
macam perkumpulan Indonesia, rupanya ada pula perkumpulan dari penduduk
Indonesia asing, yaitu Persatuan Arab Indonesia (PAI) yang mendukung aksi
ini. Ini membuktikan bahwa, selain rakyat Indonesia asli yang sangat
menginginkan Indonesia untuk segera membentuk parlemen, rupanya ada pula
orang Indonesia keturunan yang juga mendambakan hal tersebut sebagai
bentuk rasa cinta mereka terhadap tanah air ini. Ditambah lagi pada tanggal 23
Oktober 1939 di Sala diselenggarakan Konferensi PVPN (Persatuan
Vakbonden Pegawai Negeri) yang bertujuan mendukung aksi “Indonesia
Berparlemen”.
Setelah melihat berbagai macam tanggapan positif dari berbagai pihak
mengenai aksi “Indonesia Berparlemen”, maka disusunlah rencana untuk
segera menyebarluaskan manifesto tersebut ke segala pelosok Indonesia dan
oleh karena itu pada tanggal 23 November 1939 GAPI menyelenggarakan
rapat kembali membahas mengenai usaha untuk menyebarluaskan aksi
tersebut dengan membentuk organisasi yang lebih rapi, yakni pembentukan
Komite Parlemen Indonesia di daerah-daerah, yang nantinya aksi ini akan
dipergiat oleh anggota partai yang tergabung dalam GAPI. Langkah GAPI
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 30
tersebut didukung oleh hampir semua organisasi dan partai politik pergerakan,
kecuali Pendidikan Nasional Indonesia, yang menilai bahwa apa yang
dilakukan oleh GAPI tersebut sama saja dengan mengemis atau meminta-
minta kepada pihak Belanda.
Dengan dibentuknya Komite Parlemen Indonesia di daerah-daerah di
Indonesia, baik di Jawa maupun di luar Jawa maka terbentuklah panitia-
panitia lokal di bawah naungan GAPI. Tujuan dari dibentuknya panitia-panitia
lokal adalah untuk mempersiapkan Konggres Rakyat Indonesia yang akan
berlangsung pada tanggal 23 hingga 25 Desember 1945. Pada tanggal 17
Desember diadakan rapat panitia sebagai bentuk persiapan terakhir untuk
menyambut diselenggarakannya konferensi tersebut.
B. Menyelenggarakan Kongres Rakyat Indonesia
Pada tanggal 23-25 Desember 1939 diselenggarakanlah Kongres
Rakyat Indonesia di Gedung Permufakatan, Gang Kenari, Jakarta, dihadiri
oleh 99 utusan dari organisasi-organisasi nasional, termasuk organisasi-
organisasi non politik (organisasi-organisasi sosial, perkumpulan sekerja).
Tujuan dari diselenggarakannya Kongres ini adalah menjaga keselamatan dan
kesejahteraan rakyat Indonesia. Langkah awal yang dilakukan adalah harus
segera dibentuknya parlemen, sebagai salah satu realisasi dalam aksi
“Indonesia Berparlemen”. Dalam kongres ini pula dihasilkan beberapa
keputusan penting, seperti berikut:
a. Penyusunan program kerja Kongres Rakyat Indonesia yang ditugaskan
kepada perwakilan GAPI, Persatuan Vakbonden Pegawai Negeri,
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 31
Persatuan Jurnalis Indonesia, dan Istri Indonesia. Dalam penyusunannya
GAPI akan bertindak sebagai badan pelaksana.
b. Yang menjadi anggota Kongres Rakyat Indonesia itu ialah perkumpulan-
perkumpulan dan partai-partai, yang cukup pentingnya, sedang sebagai
badan pekerja dari Kongres Rakyat Indonesia itu, ditunjuk GAPI federasi
dari partai-partai politik26.
c. Aksi “Indonesia Berparlemen” tetap diteruskan, dan Kongres Rakyat
Indonesia menetapkan GAPI sebagai pelaksananya.
d. Ditetapkannya bendera Indonesia “Merah Putih”, sebagai bendera
persatuan, bahasa Indonesia sebagai bahasa kesatuan, dan lagu Indonesia
Raya sebagai lagu kebangsaan.
Saat Kongres tersebut berlangsung disinggung pula mengenai sikap apa
yang harus dilakukan apabila pemerintah Belanda menolak gagasan mengenai
pembentukan parlemen tersebut. Pernyataan ini disampaikan oleh PPPI
(Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia). Perhimpunan ini juga menyarankan
apabila memang pada akhirnya manifesto ini ditolak, ada baiknya para
anggota dewan yang berjuang di bawah bendera kongres memilih mundur,
sebagai bentuk protes dari penolakan tersebut. Akan tetapi saran yang
disampaikan oleh PPPI yang dinilai tegas ini justru ditolak oleh GAPI. GAPI
malah memberi label bahwa PPPI merupakan perkumpulan kaum ekstremis,
sehingga akhirnya PPPI memilih mundur dari kongres. Usul PPPI ini pada
hakikatnya dilontarkan untuk menjajaki, sampai mana para pemimpin nasional
26 A.K. Pringgodigdo, Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia, 1991, Jakarta, hlm. 164.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 32
yang tergabung dalam GAPI khususnya dan dalam kongres umumnya sanggup
memikul konsekuensi dari aksi “Indonesia Berparlemen”27. Bentuk penolakan
yang dilakukan oleh GAPI terhadap usulan PPPI ini justru memperlihatkan
bahwa GAPI masih memiliki rasa takut kepada pemerintah Belanda. Namun
apabila saran yang disampaikan oleh PPPI itu dijalankan, GAPI bisa
terperangkap ke dalam situasi yang gawat, karena ada kemungkinan pihak
pemerintah akan melakukan pengawasan ketat melalui peningkatan militer
untuk menindak organisasi-organisasi nasional, yang dapat berakibat buruk
bagi semua.
Pasca diselenggarakannya Kongres Rakyat Indonesia yang berlangsung
pada bulan Desember 1939 tersebut, oleh GAPI dibentuklah badan-badan
yaitu Komite Parlemen Indonesia di seluruh wilayah, yang tujuannya adalah
untuk memudahkan usaha meningkatkan program dari aksi “Indonesia
Berparlemen” di daerah-daerah. Panitia-panitia di daerah dianjurkan
mengadakan kursus-kursus dan rapat-rapat bersifat tertutup dan umum28.
Untuk menguatkan aksi tersebut, GAPI berusaha meyakinkan rakyat akan
kewajibannya untuk bersama-sama mewujudkan cita-cita bangsa29.
Ketika GAPI sedang memperjuangkan realisasi atas aksi “Indonesia
Berparlemen”, tiba-tiba muncul kabar mengenai telah dikirimkannya surat
permohonan pembentukan parlemen kepada Staten Generaal pada tanggal 16
Oktober 1939. Adapun yang bertindak demikian bukanlah GAPI melainkan
27 Slamet Muljana, op. cit, hlm 70. 28 Marwati Djoened Poesponegoro, op. cit, hlm. 233. 29 Idem.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 33
Golongan Nasional Indonesia yang dipimpin oleh Moh. Yamin dan disokong
oleh Parpindo, partainya. Hal yang dilakukan secara sepihak oleh GNI ini
memberikan gambaran tentang kesan bahwa, Moh. Yamin yang tidak diajak
dalam pembentukan GAPI, sebagai bentuk kekecewaannya, segera
membentuk GNI sebagai tandingannya. Ini dapat dilihat ketika GAPI
mengeluarkan manifesto mengenai aksi “Indonesia Berparlemen”, dengan
cepat GNI segera membuat permohonan kepada pemerintah Belanda. Hal
inilah yang menyebabkan terjadinya ketegangan antara kubu GAPI dengan
kubu GNI yang jelas sekali sangat ditunggu oleh pemerintah Belanda.
Pemerintah Belanda atas insiden tersebut justru memanfaatkannya sebagai alat
untuk menunda aksi “Indonesia Berparlemen”, serta melumpuhkan organisasi-
organisasi nasionalis tersebut.
Selain memanfaatkan ketegangan hubungan antara GAPI dan GNI,
pihak Belanda mulai melakukan tindakan-tindakan yang dinilai mengganggu
dominasi pemerintahan mereka, sehingga mulailah diberlakukan pengawasan
terhadap gerakan-gerakan kaum nasionalis, seperti yang dilakukan oleh
Procureur Generaal, H. Marcella yang telah memberikan instruksi rahasia
kepada polisi PID untuk mengawasi gerak-gerik Gerindo mulai tanggal 1
Februari 193930, atau beberapa bulan sebelum dibentuknya GAPI dan
dicetuskannya aksi “Indonesia Berparlemen”, begitu pula dengan partai-partai
lain seperti PSII dan Parindra, yang juga diawasi oleh polisi PID. Adapun
bentuk-bentuk dari pengawasan ini adalah dengan peringatan keras serta
30 Slamet Muljana, op. cit, hlm. 72.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 34
tindakan-tindakan yang dilakukan oleh polisi terhadap kegiatan yang
dilakukan oleh partai-partai tersebut, seperti rapat-rapat yang diselenggarakan
oleh partai politik, misalnya yang dilaksanakan Parindra di Medan pada bulan
Desember 1939 dengan sepihak dibubarkan oleh polisi. Rapat-rapat yang
dilaksanakan di Bengkulu dan Cirebon pada bulan Januari-Februari juga
mengalami kesulitan masalah berkenaan dengan perizinan oleh pihak polisi.
Sikap reaktif yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda
terhadap GAPI, mendapat tanggapan beragam, tak terkecuali oleh G.F. Pijper,
seorang Penasehat Urusan Dalam Negeri pemerintah kolonial Belanda. Pijper
mengemukakan bahwa pihak Belanda tidaklah perlu bertindak terlalu keras
terhadap program yang sedang digalakkan oleh GAPI, terutama terhadap
program aksi “Indonesia Berparlemen”, karena menurutnya berhasil atau
tidaknya program tersebut tergantung dari keputusan yang dilakukan oleh
pemerintah Belanda, apakah mereka menyetujui program tersebut, ataukah
mereka justru menolaknya, sehingga dapat dikatakan bahwa program yang
tengah diperjuangkan oleh GAPI tersebut gagal.
Pada awal Februari datanglah jawaban dari Menteri Welter, selaku
menteri jajahan mengenai masalah aksi “Indonesia Berparlemen”31. Menurut
pendapat Welter, diakui bahwa adalah hal yang wajar dan sah apabila menurut
perkembangan masyarakat, baik dalam bidang materiel maupun spiritual, akan
muncul kecakapan dan kegairahan dalam masyarakat itu untuk memegang
31 Sartono Kartodirdjo, op. cit, hlm. 190.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 35
peranan dalam kerangka kelembagaan politik yang pada saat itu ada32.
Ditambahkan pula bahwa aksi “Indonesia Berparlemen” tidaklah perlu, karena
selama Belanda masih memegang penuh tanggung jawab kebijakan politik dan
ketatanegaraan di Indonesia, maka selama itu pula tidak diperbolehkannya
pembentukan parlemen di Indonesia. Dengan ditolaknya program aksi
“Indonesia Berparlemen” oleh pemerintah Belanda, jelas menimbulkan
kekecewaan yang dirasakan oleh rakyat Indonesia di mana-mana. Ditambah
lagi dengan alasan yang mendasari penolakan terhadap program aksi tersebut
yang menyatakan bahwa bangsa Indonesia belumlah sanggup dalam mengatur
dirinya dan wilayahnya sendiri. Penolakan yang dikeluarkan pemerintah
Belanda ini dilakukan pada tanggal 10 Februari 1940.
Penolakan aksi “Indonesia Berparlemen” oleh pemerintah Belanda
justru semakin membuat GAPI menjadi tak gentar, dan badan konsentrasi
nasional ini semakin gencar dalam menjalankan aksinya. Ini dibuktikan oleh
GAPI pada tanggal 23 Februari 1940 dengan meneruskan program aksi
“Indonesia Berparlemen” dengan segera mendirikan Panitia Parlemen
Indonesia. Pembentukan badan kepanitiaan ini mendapatkan dukungan dari
Paguyuban Pasundan, Parindra, PSII, dan anggota GAPI lainnya. Segera
dibentuknya badan kepanitiaan ini didasarkan atas posisi Belanda yang
semakin gawat.
Gagasan yang diusung oleh GAPI tersebut, tetap dibahas dalam Tweede
Kamer ketika membahas mengenai anggaran belanja Hindia Belanda yang
32 Idem.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 36
dilakukan pada tanggal 26 Februari hingga tanggal 6 Maret 1940. Dalam
pembahasan tersebut, sayangnya tuntutan yang diusung oleh GAPI ini hanya
mendapat dukungan dari Social Demokratische Arbeiders Partij (SDAP) dan
Stokvis, sedangkan partai lainnya menolak, begitu juga dengan pers Belanda
yang pada umumnya juga menolak tuntutan yang diusung oleh GAPI. Alasan
yang melatarbelakangi penolakan mereka adalah sama dengan yang
dikemukan oleh pemerintah Belanda. Namun partai-partai dan pers Belanda
yang menolak tersebut juga menambahkan perlunya pemerintah Belanda
segera melakukan perubahan sistem pemerintahan Belanda di Indonesia,
mengingat situasi internasional terutama di wilayah Eropa yang semakin
genting dan gawat. Adapun mosi yang diajukan oleh kedua partai pendukung
GAPI, yaitu SDAP dan Stokvis adalah permohonan kepada pemerintah
Belanda untuk meninjau kembali keputusan sebelumnya untuk memberikan
Indonesia kewenangan politik, akan tetapi pada akhirnya mosi tersebut tetap
ditolak oleh Menteri Jajahan Welter. Selain itu dalam pengambilan suara,
mosi yang diusung oleh kedua partai ini mengalami kekalahan dalam
pengumpulan suara, sehingga dapat dikatakan bahwa gagasan “Indonesia
Berparlemen” ditolak oleh pemerintah tertinggi Belanda.
Ditolaknya gagasan aksi “Indonesia Berparlemen” yang dilakukan oleh
pemerintah Belanda pada tanggal 10 Februari 1940 dan kekalahan dalam
pemungutan suara dalam Twedee Kamer, membuat GAPI pada tanggal 5
Maret 1940 melancarkan manifesto yang menyatakan bahwa aksi “Indonesia
Berparlemen” merupakan soal yang serius, dan gagasan ini mempertaruhkan
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 37
kehormatan segenap bangsa Indonesia, oleh karenanya maka aksi ini perlu
ditingkatkan dan bagaimanapun parlemen harus diteruskan sampai berhasil.
Manifesto ini didukung sepenuhnya oleh Parindra dan Paguyuban Pasundan.
Setelah dibentuknya Panitia Parlemen Indonesia pada tanggal 23 Februari
1940, aksi “Indonesia Berparlemen” segera dilanjutkan sebagai bentuk
keseriusan bahwa bangsa Indonesia ingin merdeka dan mandiri dalam
mengatur negaranya sendiri tanpa ada campur tangan dari pemerintah
Belanda. Meskipun aksi ini mendapatkan penolakan dari pemerintah Belanda,
yang secara tidak langsung memperlihatkan kesan bahwa sebenarnya
pemerintah Belanda memang tidak ada keinginan sama sekali untuk
memberikan kepercayaan dan wewenang politik kepada Indonesia untuk
menjadi negara yang merdeka dan dapat mengatur pemerintahannya sendiri,
karena Belanda sendiri memang ingin menguasai mutlak Indonesia agar tetap
menjadi tanah jajahannya. Penolakan yang dilakukan oleh Belanda ini juga
menyebabkan perubahan sikap dari pihak kooperatif yang awalnya bersikap
baik dan cenderung lunak kepada Belanda justru berubah sikap menjadi mulai
tidak mempercayai pemerintah Belanda.
Pada tanggal 10 Mei 1940, ketika wilayah Belanda diduduki oleh
tentara Nazi Jerman, para pemimpin Belanda melarikan diri ke London
Inggris. Mengetahui situasi demikian, rakyat Indonesia gembira, tetapi juga
bersimpati kepada bangsa Belanda, sehingga ada kesediaan kerjasama antara
Indonesia dan Belanda dalam usaha penanggulangan masalah perang yang
perlu ditingkatkan. Melihat kondisi Belanda yang demikian, justru Indonesia
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 38
harus berperan aktif dalam membantu Belanda, agar Indonesia mendapatkan
kepercayaan yang lebih besar dari Belanda, sehingga bangsa Indonesia dapat
memperjuangkan tuntutannya untuk merdeka dan segera dibentuknya
parlemen.
Meskipun wilayah Belanda diduduki oleh tentara Nazi Jerman,
pengawasan pemerintah Belanda terhadap partai-partai dan organisasi-
organisasi politik Indonesia tidak mengendor. Semakin berkobarnya semangat
bangsa Indonesia untuk menuntut kemerdekaan, semakin ketat pula
pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah Belanda terhadap segala
kegiatan yang dilakukan oleh partai-partai maupun organisasi-organisasi
politik. Gubernur Jendral Tjarda van Starkenborg-Stachouwer pada tanggal 15
Juni 1940 mengumumkan, bahwa Indonesia memasuki situasi berperang
sehingga mengharuskan dilarangnya partai-partai politik untuk berkumpul dan
bersidang, dan apabila harus mengadakan sidang mereka harus mendapatkan
izin dari pemerintah setempat. Gubernur Jendral juga menegaskan bahwa
segala macam rencana mengenai perubahan ketatanegaraan seperti yang
diperjuangkan oleh kaum nasionalis Indonesia harus ditunda dahulu hingga
perang usai. Pernyataan tersebut jelas membuat rakyat Indonesia termasuk
pula kaum nasionalis kecewa. Apalagi rakyat Indonesia sudah banyak
membantu pihak Belanda, seperti dengan menyerahkan sebagian derma sosial
yang dilakukan oleh pemuda-pemuda Suryawirawan dari Parindra Jawa Timur
setiap tanggal 20 Mei untuk membantu dana perang Belanda.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 39
Penolakan pemerintah Belanda terhadap tuntutan tersebut membuat
rakyat Indonesia termasuk kaum nasionalis menjadi bosan dengan sikap
Belanda, karena sudah bisa ditebak apapun gagasan yang mereka usung demi
masa depan Indonesia yang merdeka hasilnya akan sama saja, pemerintah
Belanda akan selalu menolaknya. Sikap Belanda tersebut juga semakin
membuat jurang pemisah yang amat dalam antara pemerintah Belanda dengan
rakyat Indonesia. Kepercayaan rakyat Indonesia terhadap pemerintahan
Belanda makin menipis, sehingga muncul pandangan baru bahwa tak ada
gunanya memohon dan menaruh harapan besar terhadap pemerintah kolonial,
karena sampai kapanpun Belanda tak akan pernah mau menerima dan
mengabulkan tuntutan rakyat Indonesia.
Sikap konservatif Belanda terhadap aspirasi-aspirasi nasional bangsa
Indonesia semakin menumbuhkan kesadaran akan solidaritas nasional dalam
diri rakyat Indonesia. Hal ini jugalah yang membuat fokus utama dari kaum
nasionalis dalam menjalankan usahanya untuk memperjuangkan Indonesia
menjadi negara yang merdeka yang awalnya ditujukan kepada pemerintah
Belanda, kini lebih difokuskan kepada rakyat Indonesia, yang tentu sangat
mendukung gagasan mulia itu, karena rakyat Indonesia sangat menginginkan
Indonesia menjadi negara yang merdeka dan berdaulat penuh.
C. Mengeluarkan Resolusi Perubahan Ketatanegaraan
Sikap penolakan pemerintah Belanda dalam menanggapi program aksi
“Indonesia Berparlemen” yang diajukan oleh GAPI, memperlihatkan
ketidakseriusan pihak pemerintah Belanda terhadap usaha-usaha yang
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 40
dilakukan oleh GAPI dan kaum nasionalis Indonesia. Hal inilah yang dilihat
oleh Gabungan Politik Indonesia sehingga pada bulan Agustus, akhirnya
GAPI mengeluarkan sebuah resolusi yang bertujuan untuk mengadakan
perubahan ketatanegaraan dengan didasarkan atas hukum tatanegara dalam
masa genting (Nood Staatsrecht). Adapun isi dari resolusi ini adalah:
1. Mendesak pemerintah, supaya membentuk parlemen dengan jalan
mengubah Dewan Rakyat (Volksraad) yang ada sekarang, dengan
melakukan pemilihan anggota-anggotanya berdasarkan atas suatu aturan
dan pemilihan tersebut dipilih langsung oleh rakyat, sehingga semua
golongan dalam negeri ini memiliki perwakilan yang sepantasnya.
2. Juga supaya mengubah kedudukan kepala-kepala departemen, sehingga
mereka itu menjadi menteri-menteri yang bertanggungjawab pada
parlemen itu33.
Dan kepada rakyat serta organisasi-organisasi politik, sosial, dan ekonomi
yang tidak tergabung dalam GAPI supaya membantu dan menyokong usaha
GAPI dalam menjalankan usahanya tersebut. Resolusi yang dibuat oleh GAPI
ini kemudian dikirimkan kepada Gubernur Jendral, Volksraad, Ratu
Wihelmina, dan Kabinet Belanda yang berada di London.
Keseriusan GAPI dalam menjalankan aksi demi tercapainya tuntutan
yang diusung akhirnya mendapatkan respon dari Volksraad, yang
mendapatkan usulan dari beberapa anggotanya yang merupakan bangsa
Indonesia. Adapun tanggapan Volksraad adalah menyatakan bahwa
33 A.K. Pringgodigdo, op. cit, hlm. 164.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 41
pemerintah berjanji untuk membentuk sebuah komisi yang mempunyai tugas
untuk mengumpulkan bahan-bahan atau hal-hal apa sajakah yang menjadi
keinginan dari bangsa Indonesia. Oleh karena itu pada tanggal 14 September
1940 dibentuklah Commissie Tot Bestudeering van Staatsrechtelijke
Hervormingen (Komisi untuk menyelidiki dan mempelajari perubahan-
perubahan ketatanegaraan)34. Pada akhirnya komisi ini lebih dikenal dengan
nama Komisi Visman, karena komisi ini diketuai oleh Dr. F.H. Visman35.
Tujuan lain dari pembentukan komisi ini adalah untuk memperlihatkan kepada
bangsa Indonesia, terutama kepada kaum nasionalis apabila sebenarnya
pemerintah Belanda itu memperhatikan gagasan-gagasan yang diusung oleh
kaum nasionalis.
Awal pembentukan komisi ini justru tidak mendapatkan sambutan yang
baik dari anggota-anggota Volksraad, ini juga dilakukan oleh GAPI yang
dengan sangat jelas menyatakan ketidaksetujuannya dengan adanya
pembentukan komisi tersebut. Hal ini dikarenakan bahwa, dengan membentuk
komisi Visman tersebut maka sudah cukuplah memperlihatkan bentuk
perhatian pemerintah Belanda terhadap aksi-aksi kaum nasionalis yang
menuntut untuk dibentuknya parlemen di Indonesia, selain itu dibentuknya
komisi tersebut justru memperlihatkan seolah-olah pemerintah tidak
mengetahui apa yang diinginkan dan dicita-citakan oleh bangsa Indonesia,
padahal sebenarnya pemerintah Belanda sudah mengetahui apa yang
dikehendaki oleh rakyat Indonesia, karena sudah jelas dipaparkan dalam petisi
34 Marwati Djoened Poesponegoro, op. cit, hlm. 239. 35 Idem.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 42
Soetardjo dan program aksi “Indonesia Berparlemen”, yang semuanya ditolak
oleh pemerintah Belanda. Ditambahkan lagi menurut pendapat GAPI dan juga
oleh kaum pergerakan lainnya, bahwa seperti dengan pengalaman sebelumnya
seperti pada tahun 1918, dibentuknya komisi tersebut tidak berpengaruh apa-
apa terhadap perbaikan nasib rakyat Indonesia.
Meskipun mendapatkan tanggapan yang dingin dari GAPI dan para
kaum nasionalis, pemerintah Belanda melalui komisi Visman berniat untuk
membahas mengenai keinginan bangsa Indonesia dalam menuntut adanya
perubahan ketatanegaraan, oleh karena itu maka komisi Visman berniat untuk
mengadakan pertemuan dengan GAPI. Undangan dari komisi Visman
tersebut disambut baik oleh GAPI, dan rencana pertemuan antara GAPI dan
komisi Visman ini diselenggarakan pada bulan Januari 1941.
Sebelum diadakan pertemuan dengan komisi Visman, GAPI
menyelenggarakan konferensi pada tanggal 10 Desember 1940, dan konferensi
tersebut menghasilkan keputusan, yaitu akan menjelaskan lebih jauh mengenai
alasan mengapa GAPI sangat gencar dalam usaha pembentukan parlemen
Indonesia yang diusung dalam program aksi “Indonesia Berparlemen”, serta
tujuan lainnya supaya hal ini dapat disiarkan ke seluruh Indonesia untuk
semakin memudahkan dalam memprogandakan program tersebut melalui
Panitia Indonesia Berparlemen yang sudah didirikan di seluruh Indonesia.
Pembuatan mengenai rancangan penjelasan (Nedere Preciseering) dilakukan
oleh sekretariat GAPI, yaitu Abikoesno (penulis umum), A.K. Gani (penulis
2), dan Soekardjo Wirjopranoto (bendahara), serta dibantu oleh Sam
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 43
Ratulangi, Mr. Sartono, dan M.H. Thamrin. Adapun pembuatan rancangan ini
dibuat untuk dikemukakan dalam pertemuan yang dilakukan oleh Komisi
Visman dan GAPI pada tanggal 31 Januari 194136.
36 Slamet Muljana, op. cit, hlm. 79.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 44
BAB IV
KONTRIBUSI GABUNGAN POLITIK INDONESIA DALAM
PERJUANGAN KEMERDEKAAN INDONESIA PADA TAHUN 1939-1941
Pertemuan yang dilakukan antara komisi Visman dan Gabungan Politik
Indonesia yang dilangsungkan pada tanggal 31 Januari 1941, memberikan kesempatan emas kepada GAPI untuk menjelaskan mengenai gagasan yang diusung mengenai pembentukan parlemen di Indonesia, yaitu program aksi
“Indonesia Berparlemen”, yang sedang sangat gencar disebarluaskan kepada rakyat Indonesia di depan komisi Visman. Dalam pertemuan yang dilakukan antara GAPI dan komisi Visman ini adalah diberinya kuasa kepada GAPI agar dapat menyelenggarakan kembali Kongres Rakyat Indonesia ke II.
Selama penyelenggaraan pertemuan antara GAPI dan komisi Visman berlangsung, dijelaskan pula mengenai rancangan bentuk dan susunan parlemen yang dicita-citakan oleh GAPI, yang meliputi bentuk dan susunan parlemen, cara perekrutan anggota parlemen, serta tugas para aparatur negara apabila pembentukan parlemen yang telah dirancang benar-benar dikabulkan realisasinya oleh pemerintah Belanda.
A. Terbentuknya Rancangan Susunan Parlemen Bentukan GAPI
Parlemen adalah suatu badan tertinggi dalam sebuah negara yang
bertugas untuk membuat undang-undang. Parlemen juga berperan dalam
menetapkan segala macam peraturan-peraturan yang sesuai dengan
44
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 45
kepentingan negara. Adapun bentuk parlemen yang dirancang oleh GAPI
sendiri terdiri atas dua kamar, yaitu Kamar Pertama dan Kamar Kedua. Orang
diperbolehkan menjadi anggota parlemen ialah warga negara Indonesia (Staat-
Burger, laki-laki, dan wanita). Dalam pemilihan anggota parlemen, GAPI juga
mempunyai kriteria sendiri dalam perekrutan anggota parlemen untuk tiap
kamar, yaitu:
1. Anggota parlemen kamar pertama terdiri atas perwakilan dari segala
golongan dan kelompok masyarakat yang dipilih dengan aturan tertentu.
2. Anggota parlemen kamar kedua diisi oleh orang-orang yang dipilih
langsung oleh rakyat, dan nantinya para kandidat yang berhasil masuk
dalam parlemen kamar kedua ini didasarkan atas perbandingan jumlah
suara yang telah dikumpulkan dari tiap daerah-daerah.37
Untuk jumlah anggota pada tiap kamar parlemen diisi kurang lebih 100 hingga
200 orang anggota.
Dalam rancangan pembentukan parlemen yang disusun oleh GAPI,
rakyat Indonesia mempunyai hak pilih, karena hak pilih itu adalah hak tiap
warga negara. Salah satu bentuk dari penggunaan hak pilih tersebut, ialah
dalam pemilihan anggota parlemen kamar kedua.
Adanya parlemen ini menunjukkan bahwa Indonesia sudah menjadi
sebuah Negara, oleh karena itu nantinya Indonesia harus dipimpin oleh
seorang Pemimpin Negara. Dalam kerjanya seorang Pemimpin Negara
mempunyai hak veto yang tidak dapat diganggu gugat oleh pihak lain.
37 A. K. Pringgodigdo, op. cit, hlm. 147.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 46
Pemimpin Negara mempunyai kekuasaan dalam menjalankan undang-undang.
Selain itu nantinya dalam menjalankan tugasnya Pemimpin Negara dibantu
oleh para menteri yang telah diangkatnya. Menteri-menteri tersebut
bertanggung jawab pada tugas-tugas mereka sesuai dengan bidang kerja yang
telah ditentukan oleh Pemimpin Negara. Menteri apabila kinerjanya dinilai
tidak memuaskan dapat diberhentikan oleh Pemimpin Negara setelah
bermusyawarah dengan Parlemen.
Pemimpin Negara selain dibantu oleh menteri-menteri juga dibantu oleh
Badan Nasehat (Majelis Negara), yang anggota badan ini diangkat dan
diberhentikan oleh Pemimpin Negara. Nantinya apabila Indonesia sudah
menjadi negara yang berdaulat akan tetap bekerjasama dengan Belanda yang
saman-sama tergabung dalam Serikat Negara-Negara (Statenbond).
Pada tanggal 14 Februari 1941 di gedung Raad van Indie, Jakarta, di
depan para anggota Komisi Visman, GAPI mengajukan usul demi tercapainya
dan terealisasinya pembentukan parlemen yang GAPI gagas melalui program
aksi “Indonesia Berparlemen” ini. GAPI melakukan upaya-upaya realisasi
gagasannya tersebut, yaitu dengan meminta pemerintah Belanda untuk segera
mengadakan perubahan-perubahan politik dalam rangka pembangunan
ketatanegaraan di Indonesia. GAPI juga menyarankan langkah-langkah apa
saja yang harus dilakukan oleh Pemerintah Belanda dalam rancangan
konstruksi ketatanegaraan Indonesia, yaitu:
1. Mengangkat seorang pribumi Indonesia sebagai wakil dari Gubernur
Jendral.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 47
2. Mengangkat seorang pribumi Indonesia menjadi wakil Direktur tiap-tiap
departemen milik pemerintah.
3. Mengangkat lebih banyak orang Indonesia untuk menjadi anggota dalam
Dewan Hindia (Raad van Indie).
4. Membentuk badan baru selain Dewan Rakyat, yaitu Kamar Rakyat.
5. Mengadakan pemilihan anggota-anggota yang nantinya menduduki Kamar
Rakyat, adapun yang memilih para anggota tersebut adalah rakyat
langsung di daerah-daerah.
6. Memberikan hak memilih kepada semua rakyat, baik wanita maupun laki-
laki. Juga menunjuk wanita atau laki-laki untuk membantu atau para
pemilih yang buta huruf38.
Adapun maksud dari dibentuknya Kamar Rakyat ini adalah untuk
bersama dengan Dewan Rakyat bekerja sama, karena sama-sama merupakan
bagian dari Badan Perwakilan Rakyat. Badan ini dengan pemerintah Belanda
sama-sama merupakan Self-Government (Pemerintahan sendiri) Indonesia,
yang bertugas mengatur semua urusan yang menyangkut urusan Negara,
seperti anggaran belanja dan urusan-urusan lainnya. Pemerintah Kerajaan
Belanda dan Self-Government Indonesia nantinya bersama-sama menetapkan:
1. Bentuk konstitusi Indonesia, bukan saja hanya mengawasi pembangunan
ketatanegaraan, tetapi juga bidang lainnya, seperti bidang sosial-ekonomi
dalam masyarakat yang semuanya itu didasarkan atas demokrasi
Parlementer.
38 Ibid., hlm. 148.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 48
2. Hubungan hukum antara Belanda dengan Indonesia, tetapi juga dengan
negara-negara lainnya.
3. Membuat peraturan mengenai masalah pertahanan Negara39.
Perubahan ketatanegaraan tersebut dilaksanakan dalam jangka waktu
lima tahun, selain itu juga diusulkan menggunakan Staatsnoodrect (Hukum
Ketatanegaraan Darurat). Usul yang dikemukakan oleh GAPI ini kemudian
dikenal dengan “Memorandum GAPI”. Memorandum tersebut diserahkan
kepada Komisi Visman oleh Abikoesno. Diterangkan pula bahwa GAPI
menerima pernyataan-pernyataan dukungan dan persetujuan dari 21.047 orang
dan 246 perkumpulan mengenai program aksi “Indonesia Berparlemen”
tersebut. Hal inilah yang juga membuktikan bahwa dalam menggagas aksinya
tersebut GAPI berasal dari hasil pemikiran yang didasarkan atas keinginan dan
harapan bangsa Indonesia yang menghendaki Indonesia menjadi negara yang
merdeka dan berdaulat. Tanggapan akan pertemuan tersebut datang dari kaum
pergerakan yang menganggap pertemuan tersebut tidak menghasilkan hal-hal
yang baru dan justru mereka menganggap bahwa usaha yang dilakukan oleh
GAPI sudah tidak radikal seperti awal pembentukannya.
Sesuai dengan dugaan dari para kaum pergerakan pada bulan April
1941, Menteri Jajahan Welter dan van Kleffens berkunjung ke Indonesia
untuk melihat keadaan di sini. Dengan datangnya Menteri Jajahan tersebut
harapan yang telah diusung oleh GAPI akhirnya ditumpukan kepadanya, akan
39 Ibid., hlm. 149.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 49
tetapi Welter tidak memberikan solusi ke depannya ke arah perubahan
ketatanegaraan Indonesia.
B. Terbentuknya Majelis Rakyat Indonesia
Harapan akan pembentukan parlemen di Indonesia semakin sirna
setelah Ratu Belanda menyampaikan pidato kenegaraan. Dalam rangka
pengembangan gagasan mengenai perubahan ketatanegaraan, pidato radio
Ratu Wilhelmina pada tanggal 10 Mei 1941 merupakan peristiwa yang
menarik40. Hal ini dikarenakan dalam pidatonya tersebut, Ratu menegaskan
bahwa beliau membuka kesempatan yang seluas-luasnya mengenai harapan-
harapan serta gagasan-gagasan mengenai usaha untuk mencari penyesuaian
terhadap perubahan situasi sekarang. Ratu juga menambahkan oleh karenanya
maka dibutuhkanlah harapan, keinginan, serta gagasan yang nantinya akan
digunakan sebagai bahan pertimbangan. Pada prinsipnya Ratu bersedia
mempertimbangkan penyesuaian struktur daerah seberang serta kedudukannya
dalam kerajaan41. Pidato tersebut kemudian dilanjutkan oleh Gubernur Jendral
yang menyatakan bahwa seusai perang akan diadakan Konferensi Kerajaan
yang nantinya akan dihadari oleh berbagai unsur dari wilayah Kerajaan.
Pidato Ratu Wilhelmina di London tersebut justru ditanggapai dengan
rasa kecewa dan apatis dari rakyat Indonesia, juga oleh kaum nasionalis.
Segala aksi dan usaha untuk melaksanakan rancangan kerjasama dengan
pemerintah Belanda menjadi sia-sia dengan keluarnya Soetardjo
Kartohadikoesoemo dari Volksraad.
40 Sartono Kartodirdjo, op. cit, hlm. 194. 41 Idem.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 50
Perang Dunia II menyebabkan situasi dunia menjadi semakin tak
menentu, begitu dengan posisi Belanda di Indonesia menjadi semakin sulit.
Kesulitan inilah yang menyebabkan pemerintah Belanda harus bersiap-siap
dengan segala kemungkinan yang ada. Dengan mendesaknya front perang ke
arah selatan antara lain pendudukan Indonesia oleh Jepang42, maka pemerintah
kolonial Belanda mulai mengerahkan tenaga untuk mempertahankan
Indonesia. Adapun cara yang harus ditempuh oleh pemerintah adalah dengan
membentuk tentara milisi bumiputera, hal ini dikarenakan kekuatan KNIL dan
Marine milik kerajaan tidak memadai sehingga harus dibentuk segera bantuan
militer.
Pembentukan tentara milisi bumiputera sebenarnya pernah dibahas
sejak tahun 1915 pada saat Perang Dunia I oleh kaum pergerakan nasional,
yaitu oleh Budi Utomo dan Sarekat Islam. Rencana milisi bumiputera pada
waktu itu disebut dengan aksi “Indie Weerbar”, akan tetapi gagasan tersebut
pada akhirnya tidak jadi direalisasikan. Setelah Perang Dunia II meletus
pemerintah Belanda sudah sangat terdesak untuk membentuk milisi
bumiputera guna membantu pemerintah kolonial Belanda dalam menghadapi
serangan Jepang. Adapun yang melatarbelakangi gagasan dari pihak
pemerintah Belanda ini adalah untuk membantu memperkuat angkatan perang
yang sudah ada tanpa harus menyediakan anggaran yang sangat besar. Oleh
karena itu munculah gagasan mengenai peraturan wajib bela (Inheemse
Militie) yang dikenakan kepada rakyat Indonesia. Mobilisasi tentara
42 Ibid., hlm. 195.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 51
bumiputera inipun hanya bersifat sementara saja, karena apabila perang telah
usai milisi bumiputera akan dibubarkan. Pihak pemerintah kolonial juga hanya
membutuhkan tenaga sekitar lima sampai enam ribu saja.
Rencana pembentukan milisi bumiputera ini akan dikemukakan oleh
pemerintah dalam sidang Volksraad yang diselenggarakan pada bulan Juni dan
Juli tahun 1941. Rupanya gagasan dari pemerintah kolonial Belanda mengenai
pembentukan milisi bumiputera mendapat tanggapan keberatan dari pihak
kaum nasionalis Indonesia yang kecewa dengan ditolaknya aksi pembentukan
parlemen oleh pemerintah kolonial Belanda. Oleh karena itu pihak kaum
nasionalis menyatakan bahwa mereka menolak gagasan mengenai milisi
bumiputera, seperti yang dilakukan oleh Parindra, salah satu anggota GAPI
yang dalam kongresnya pada tanggal 29 hingga 30 Juni 1941 memutuskan
keberatan atas gagasan pemerintah kolonial Belanda mengenai pembentukan
milisi bumiputera. Adapun alasan yang mendasari sikap keberatan ini adalah,
bahwa gagasan pembentukan milisi bumiputera yang dilakukan oleh
pemerintah kolonial Belanda dinilai sangat terlambat, karena baru muncul saat
situasi sudah genting43. Selain itu peraturan dalam sistem perekrutan anggota
milisi bumiputera berbeda sekali dengan sistem perekrutan dalam wajib milisi
di Belanda, serta ada kemungkinan apabila nantinya para pemuda yang sudah
menjadi anggota milisi justru ditugaskan di luar negeri, padahal Indonesia
sangat membutuhkan tenaga mereka. Juga dalam mengeluarkan gagasan
tersebut, pemerintah kolonial tidak pula menindaklanjuti tuntutan rakyat
43 Slamet Muljana, op. cit, hlm 85.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 52
Indonesia untuk segera dibentuknya parlemen. Sikap keberatan Parindra ini
disampaikan oleh Soekardjo Wirjopranoto dalam sidang Volksraad, selain itu
beliau juga mengancam akan berhenti dari Dewan Rakyat apabila gagasan
mengenai pembentukan milisi bumiputera dikabulkan oleh Dewan Rakyat.
Dalam sidang Volksraad yang membahas mengenai pembentukan milisi
bumiputera, beberapa anggota seperti Parindra, Partai Islam Indonesia,
Paguyuban Pasundan, dan Gerindo menolak rancangan yang digagas oleh
pemerintah tersebut. Hal tersebut disebabkan Volksraad tidak mempunyai hak
untuk menyetujui gagasan tersebut, karena yang dapat memutuskan gagasan
tentang pembentukan milisi bumiputera adalah parlemen, dan sampai
kapanpun gagasan tersebut tak akan disetujui atau diputuskan selama tidak
adanya parlemen. Bentuk penolakan yang dilakukan oleh kaum nasionalis
Indonesia ini dapat dianggap sebagai bentuk protes terhadap sikap pemerintah
kolonial Belanda yang sebelumnya selalu menolak gagasan pembentukan
parlemen di Indonesia.
Pada tanggal 4 Juli 1941 diadakan rapat Volksraad yang membahas
mengenai rencana ordonansi44 milisi bumiputera. Dalam rapat tersebut
Parindra tidak ikut serta sebagai bentuk protes mereka terhadap sikap
Volksraad, dan rupanya apa yang telah diperkirakan oleh Parindra terjadi juga,
karena pada tanggal 11 Juli 1941, rencana ordonansi milisi bumiputera
disetujui oleh Volksraad, keputusan ini didapat berdasarkan hasil pemungutan
suara yang dilakukan oleh anggota-anggota Volksraad.
44 Ordonansi, penyampai laporan/perintah (militer).
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 53
Keputusan Volksraad dengan mengabulkan gagasan pemerintah
kolonial Belanda mendapat tanggapan dingin dari rakyat Indonesia. Selain itu
sebagai bentuk protes dan rasa kecewa akan keputusan Dewan Rakyat
tersebut, semua organisasi nasional yang sejak awal memang menentang
pemerintah dan yang besikap kooperatif terhadap pemerintah mulai menjauhi
pemerintah kolonial Belanda, juga dengan Volksraad. Seperti yang dilakukan
oleh Fraksi Nasional dan GNI yang membentuk Fraksi Nasional Indonesia
(Frani), yang bertujuan untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Aksi
lainnya seperti yang dilakukan oleh PPBB dan beberapa organisasi lain
membentuk Indonesische Midden Groep (Golongan Tengah Indonesia) pada
tanggal 15 Juli 1941. Tujuan untuk mengadakan otonomi Indonesia dengan
sistem ketatanegaraan demokrasi45. Bentuk sikap menentang lainnya terhadap
pemerintah kolonial Belanda, adalah dengan tetap melancarkan program
GAPI, yaitu aksi “Indonesia Berparlemen”. Langkah yang harus dilaksanakan
adalah dengan membentuk parlemen partikelir sebagai tandingan dari pseudo-
parlemen buatan pemerintah, yaitu Volksraad.
Pembentukan parlemen partikelir yang digagas oleh GAPI dan kaum
nasionalis lainnya terjadi pada tanggal 13 hingga 14 September 1941 di
Yogyakarta pada saat digelarnya Kongres Rakyat Indonesia. Kongres tersebut
menghasilkan pembentukan Majelis Rakyat Indonesia yang berasaskan
demokrasi sebagai bentuk dari parlemen partikelir yang digagas oleh GAPI.
Selain badan konsentrasi nasional ini, organisasi lain yang terlibat di dalamnya
45 Sartono Kartodirdjo, op. cit, hlm. 189.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 54
adalah MIAI (Majlisul Islamil A’la Indonesia), PVPN (Persatuan Vakbonden
Pegawai Negeri). Tujuan dari dibentuknya Majelis Rakyat Indonesia adalah
sebagai badan perwakilan rakyat Indonesia yang berlandaskan demokrasi yang
memperjuangkan kesejahteraan rakyat. Tugas dari Majelis Rakyat Indonesia
adalah mengadakan dan mengurus kongres-kongres, menyelenggarakan rapat-
rapat umum, mempropagandakan program aksi “Indonesia berparlemen”, dan
mendengarkan aspirasi rakyat serta mengambil keputusan penting yang
berdasarkan atas aspirasi rakyat tersebut.
Kepengurusan Majelis Rakyat Indonesia dipimpin oleh Dewan
Pemimpin yang terdiri atas organisasi pendirinya, yaitu GAPI, MIAI, dan
PVPN. Sementara yang menjadi anggota dari majelis ini adalah semua
organisasi di Indonesia yang telah mendapatkan persetujuan dari rapat
anggota. Dibentuknya Majelis Rakyat Indonesia ini mendapatkan sambutan
baik dari berbagai pihak, seperti kaum nasionalis Indonesia dan termasuk pula
dari pihak pers yang menganggap bahwa pembentukan dari majelis ini
merupakan pelopor dari parlemen Indonesia.
Pembentukan Majelis Rakyat Indonesia membuat pemerintah kolonial
Belanda terganggu, karena desakan mengenai pembentukan parlemen tidak
hanya melalui Volksraad saja, tetapi juga melalui MRI. Hal itulah yang
membuat pemerintah kolonial Belanda memilih untuk bersikap diam. Sikap
diam pemerintah itu justru membuat kaum nasionalis menjadi semakin
jengkel, seperti yang ditunjukkan oleh Soekardjo Wirjopranoto pada tanggal
12 Agustus 1941. Soekardjo menyatakan bahwa segenap pikiran dan
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 55
tenaganya perlu dicurahkan untuk program aksi “Indonesia Berparlemen”,
karena menurutnya, semua warga Indonesia wajib mengikuti program aksi
tersebut. Sikap Soekardjo ini mengundang amarah dari pihak pemerintah
Belanda, dan yang menjadi sasaran kemarahan adalah Fraksi Nasional
Indonesia di Dewan Rakyat. Adapun alasan yang disampaikan oleh pihak
pemerintah Belanda pada saaat sidang Volksraad adalah, dibentuknya Fraksi
Nasional Indonesia bukan semakin mempererat tali persatuan dan kesatuan,
tetapi justru memecah belah karena tuntutan-tuntutan yang diusung oleh kaum
nasionalis tersebut.
Situasi dunia yang semakin genting menyebabkan para kaum nasionalis
harus bergerak cepat dalam menjalankan aksinya. Oleh karena itu pada
tanggal 16 November 1941, Dewan Pemimpin MRI dengan anggotanya yang
berjumlah 15 orang mengadakan rapat, dan rapat tersebut menghasilkan
keputusan agar Dewan Pemimpin segera melaksanakan pemilihan 3 orang
yang nantinya akan menduduki jabatan dalam Pengurus Harian Dewan
Pemimpin. Pemilihan ini dilakukan hingga menjelang Kongres Majelis Rakyat
Indonesia yang diselenggarakan pada bulan Mei 1942. Tujuan dari
diselenggarakannya Kongres Majelis Rakyat Indonesia adalah untuk semakin
memperkuat dan mematangkan program aksi “Indonesia Berparlemen”.
Dalam pemilihan tersebut akhirnya terpilihlah Mr. Sartono sebagai ketua,
Soekardjo Wirjopranoto sebagai penulis, dan Atik Suardi sebagai bendahara.
Ketika kaum nasionalis sedang berusaha keras melaksanakan strategi
agar segera dibentuknya parlemen, pemerintah kolonial Belanda justru tidak
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 56
memfokuskan diri pada aksi tersebut, hal ini dikarenakan fokus utama
pemerintah kolonial Belanda saat itu adalah situasi dunia internasional saat
Perang Dunia II berlangsung. Belanda khawatir terhadap strategi yang akan
dilakukan oleh Jepang, menyusul akan kegagalan perundingan antara
Indonesia dengan Jepang. Melihat situasi yang sudah sedemikian genting,
kemungkinan besar bisa saja Jepang menyerang Belanda dan Inggris secara
tiba-tiba, sehingga mereka bisa dengan mudah menguasai wilayah jajahan
milik Belanda dan Inggris. Oleh karena itu salah satu persiapan yang
dilakukan untuk menangkal serangan Jepang adalah seperti yang dilakukan
oleh Inggris dengan mempersiapkan kapal perang Prince of Wales dan
Reapulse di pesisir Singapura.
Pada tanggal 7 Desember 1941 angkatan udara perang Jepang telah
berhasil menyerang pangkalan militer milik Amerika Serikat di Pearl Harbour,
Hawai. Penyerangan sepihak yang dilakukan oleh Jepang tersebut
menyebabkan kekuatan militer Amerika Serikat yang awalnya sudah
terkonsentrasikan dalam menghadapi Perang Dunia II tiba-tiba
diluluhlantahkan oleh Angkatan Udara Jepang dalam sekejap. Dua hari pasca
penyerangan yang dilakukan oleh Jepang di pangkalan milter Amerika Serikat
di Pearl Harbour, hal yang paling dikhawatirkan oleh Belanda akhirnya
terjadi. Melalui radio Tokyo, Jepang mengklaim sudah berhasil menduduki
kota Bharu di pantai Timur Malaya. Pada tanggal 11 Desember 1941, Jepang
berhasil pula menenggelamkan kapal perang milik Inggris, yaitu Prince of
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 57
Wales dan Reapulse yang dilakukan oleh Kamikaze Jepang (Barisan Berani
Mati), yang berhasil masuk melalui cerobong kapal.
Hal-hal yang telah dilakukan oleh Jepang tersebut menyebabkan
pemerintah kolonial Belanda menjadi semakin gusar. Belum lagi dengan
strategi-strategi cerdik Jepang yang telah berhasil menarik hati rakyat
Indonesia, seperti dengan menyatakan bahwa mereka adalah saudara tua
Indonesia yang datang dari timur jauh untuk membebaskan Indonesia dari
penderitaan karena lama dijajah oleh Belanda, belum lagi Jepang selalu
memutar lagu Indonesia Raya di Radio Tokyo, hal inilah yang menjadikan
Jepang mendapatkan banyak simpati dari rakyat Indonesia.
Berbeda dengan Jepang yang memperoleh simpati dari rakyat
Indonesia, Belanda justru mendapat sikap antipati dari rakyat Indonesia. Sikap
demikian didasarkan atas pengalaman-pengalaman mengenai perilaku dan
sikap pemerintah kolonial yang cenderung menindas rakyat Indonesia, belum
lagi dengan sikap dingin pemerintah terhadap perjuangan yang dilakukan oleh
rakyat Indonesia juga oleh kaum nasionalis. Meskipun dalam perjuangannya
mendapatkan tentangan dari pemerintah Belanda, pada akhirnya tanggal 13
Desember 1941, GAPI dan MRI mengeluarkan manifesto mengenai kesetiaan
kedua badan tersebut kepada pemerintah kolonial Belanda. Sikap demikian
berbeda dengan sikap kedua badan tersebut setelah seringnya mendapat
penolakan dari pihak pemerintah kolonial Belanda mengenai program aksi
“Indonesia Berparlemen”.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 58
Di saat situasi semakin genting pada tanggal 25 Desember 1941
Abikoesno selaku salah satu petinggi GAPI dan MRI mengundurkan diri dari
kedua badan politik tersebut. Adapun alasan yang melatarbelakangi dari
keluarnya dia adalah mengenai sikap dari Mr. Sartono dan Soekardjo yang
sudah bertindak tidak sesuai dengan aturan-aturan GAPI dan MRI yang dibuat
sebelumnya46. Akibatnya dalam situasi yang tidak kondusif justru terjadi
perpecahan di GAPI dan MRI yang seharusnya dapat memanfaatkan
momentum saat pihak pemerintah kolonial Belanda dalam kondisi terjepit,
akibat ancaman akan ekspansi Jepang ke Indonesia.
46 A. K. Pringgodigdo, op. cit, hlm. 151.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 59
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan atas pembahasan yang telah dijelaskan pada Bab II, Bab III, dan Bab IV, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Gabungan Politik Indonesia lahir pada tanggal 21 Mei 1939, merupakan
sebuah badan konsentrasi nasional yang dibentuk atas dasar inisiatif Parindra.
Badan ini dibentuk sebagai sikap dari ditolaknya Petisi Soetardjo oleh
pemerintah Belanda. Dibentuknya GAPI dipengaruhi pula oleh situasi dunia
internasional yang semakin kacau dan tidak menentu sehingga dibutuhkan
segera sebuah badan konsentrasi nasional untuk memperjuangkan kepentingan
rakyat Indonesia akibat dari sikap pemerintah Belanda yang tidak memikirkan
nasib rakyat Indonesia. GAPI dibentuk pada saat rapat resmi Panitia Persiapan
Pembentukan Badan Konsentrasi Nasional. Dibentuknya GAPI ini bertujuan
untuk:
a. Menganjurkan kepada semua partai politik nasional Indonesia untuk
bekerjasama.
b. Segera diselenggarakannya kongres Indonesia.
Adapun asas yang menjadi dasar dibentuknya GAPI adalah:
a. Hak untuk mengatur nasib sendiri.
b. Adanya persatuan bangsa Indonesia atas dasar demokrasi dalam bidang
politik, sosial, dan ekonomi.
59
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 60
c. Adanya kesatuan dalam aksi.
2. Dalam perkembangannya, peranan GAPI dalam memperjuangkan
kemerdekaan Indonesia adalah dengan menggagas program aksi “Indonesia
Berparlemen”. Gagasan ini disampaikan pada tanggal 4 Juli 1939 pada saat
rapat umum GAPI. Digagaskannya program aksi ini adalah untuk mendesak
pemerintah kolonial Belanda agar segera membentuk parlemen di Indonesia.
Hal ini dikarenakan adanya harapan supaya pemerintah kolonial Belanda
mendengarkan aspirasi rakyat Indonesia yang sangat menginginkan untuk
segera dibentuknya pemerintahan sendiri dengan jalan dibentuknya parlemen
sebagai wadah untuk menyalurkan asprasi rakyat Indonesia. Dikeluarkannya
manifesto tersebut mendapat sambutan yang luar biasa baik dari rakyat
Indonesia yang memang sudah sangat menginginkannya. Peranan lainnya
yang dilakukan oleh GAPI adalah mengadakan Kongres Rakyat Indonesia
yang berlangsung selama tiga hari, yaitu dari tanggal 23 Desember hingga
tanggal 25 Desember 1939. Kongres ini mempunyai agenda khusus dalam
usaha GAPI untuk merealisasikan program aksi “Indonesia Berparlemen”.
Adapun keputusan-keputusan yang dihasilkan dalam kongres ini adalah:
a. Dalam penyusunan program kerja diberikan kepada GAPI, Persatuan
Vakbonden Pegawai Negeri, dan Persatuan Jurnalis Indonesia.
b. Program aksi “Indonesia Berparlemen” akan tetap dilaksanakan, dan GAPI
menjadi pelaksananya.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 61
c. Ditetapkannya bendera “Merah Putih” sebagai bendera persatuan, bahasa
Indonesia sebagai bahasa kesatuan, dan lagu Indonesia Raya sebagai lagu
kebangsaan.
Tanggapan dari pemerintah kolonial Belanda mengenai program aksi
“Indonesia Berparlemen” adalah menolaknya, karena mereka beranggapan
bahwa hal tersebut tidaklah perlu. Akibatnya sikap yang dikeluarkan oleh
pemerintah Belanda ini menimbulkan kekecewaaan dari rakyat Indonesia.
Akan tetapi, meskipun mendapatkan penolakan dari pihak pemerintah
Belanda, tidak membuat GAPI gentar dan justru membuat pihaknya
mengeluarkan sebuah resolusi penting yang didasarkan atas hukum tata negara
dalam masa genting (Nood Staatsrecht), yang isinya meliputi:
a. Mendesak pemerintah untuk membentuk parlemen segera dengan
mengubah Dewan Rakyat (Volksraad) segera.
b. Mendesak pemerintah kolonial Belanda untuk segera mengubah
kedudukan kepala-kepala departemen agar menjadi menteri-menteri yang
berkompeten dan bertanggung jawab di parlemen.
3. Kontribusi GAPI dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia adalah dengan
disusunnya rancangan bentuk dan susunan parlemen negara Indonesia.
Penjelasan mengenai rancangan bentuk dan susunan buatan GAPI ini
dikeluarkan pada tanggal 31 Januari 1941 pada saat diadakannya pertemuan
dengan Komisi Visman. Adapun bentuk parlemen menurut rancangan GAPI
terdiri atas dua kamar, yaitu Kamar Pertama yang anggotanya terdiri atas
perwakilan kelompok atau golongan yang dipilih melalui aturan tertentu.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 62
Pada Kamar Kedua, anggotanya berdasarkan atas hasil pemilihan yang
dilakukan oleh rakyat secara langsung. Untuk anggota parlemen GAPI
menghendaki antara 100 hingga 200 orang. Selain merancang bentuk dan
susunan parlemen, GAPI pada tanggal 13 hingga 14 April 1941 di
Yogyakarta, atas prakarsa GAPI diselenggarakanlah Kongres Rakyat
Indonesia. Dalam kongres ini menghasilkan pembentukan Majelis Rakyat
Indonesia yang bertujuan sebagai badan perwakilan rakyat Indonesia yang
berlandaskan demokrasi. Majelis ini diharapkan mampu memperjuangkan
kesejahteraan rakyat Indonesia. Adapun yang terlibat dalam pembentukan
majelis ini adalah, GAPI, MIAI (Majlisul Islamil A’la Indonesia), dan PVPN
(Persatuan Vakbonden Pegawai Negeri).
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 63
DAFTAR PUSTAKA
Kardiyat Wiharyanto, A. 2007. Sejarah Indonesia Baru I: Pergerakan Nasional. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto. 1984. Sejarah Nasional Indonesia V. Jakarta: Balai Pustaka.
Moedjanto, G. 1988. Indonesia Abad ke-20 Dari Kebangkitan Nasional sampai Linggarjati. Yogyakarta : Kanisius.
Niel, Robert van. 1958. Munculnya Elit Modern Indonesia. Jakarta : PT Dunia Pustaka Jaya.
Partanto, Pius dan M. Dahlan Al Barry. 1994. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Arkola.
Pringgodigdo. 1991. Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia. Jakarta: Dian Rakyat.
Rickles, M.C. 1981. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sartono Kartodirdjo. 1990. Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan Nasional Dari Kolonialisme sampai Nasionalisme. Jakarta: PT. Gramedia.
Setiadi Kartohadikusumo. 1990. Soetardjo: “Petisi Sutardjo” dan Perjuangannya. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Sitorus, L.M. Sejarah Pergerakan Kebangsaan Indonesia. Jakarta : Kebangsaan Pustaka Rakyat.
63
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 64
Slamet Muljana. 1986. Kesadaran Nasional Dari Kolonialisme Sampai Kemerdekaan. Jakarta: Inti Idayu Press.
Sri Sutjianingsih. 1983. Oto Iskandar Dinata. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 65
LAMPIRAN
65 PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Lampiran I
SILABUS Nama Sekolah : SMA GAMA Yogyakarta Program : Ilmu Pengetahuan Sosial Mata Pelajaran : Sejarah Kelas/ Semester : XI/ II Tahun Ajaran : 2012/ 2013 Standar Kompetensi : Menganalisis perkembangan bangsa Indonesia sejak masuknya pengaruh Barat sampai masuknya Jepang. Kompetensi Dasar Materi Pengalaman Indikator Penilaian Alokasi Sumber/ Alat/ Pembelajaran Belajar Teknik Bentuk Contoh Waktu Bahan Ajar Instrumen Instrumen 2.2 Menganalisis Peranan Gabungan Dengan 1. Kognitif 1. Test 1. Uraian 1. Jelaskan hal- 2x45 Sumber: hubungan antara Politik Indonesia mengkaji buku, a. Produk Tertulis hal yang menit Marwati Djoened perkembangan Dalam Perjuangan diskusi, serta Mendeskripsikan melatarbelaka Poesponegoro dan paham-paham Kemerdekaan presentasi, dan peranan ngi Nugroho baru dan Indonesia Tahun tanya jawab Gabungan Politik dibentuknya Notosusanto. transformasi sosial 1939-1941. maka Indonesia dalam Gabungan 1984. Sejarah dengan kesadaran a. Faktor-faktor yang diharapkan perjuangan Politik Nasional dan pergerakan melatarbelakangi siswa dapat : kemerdekaan Indonesia Indonesia V. kebangsaan dibentuknya a. Menganalisis Indonesia pada 2. Non test 2. Portofolio tahun 1939! Jakarta: Balai Gabungan Politik faktor-faktor tahun 1939-1941. Pustaka.
66
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Indonesia tahun yang b. Proses 2. Jelaskan Moedjanto. 1988. 1939. melatarbelaka Mengidentifikasi Kontribusi Indonesia Abad b. Peranan Gabungan ngi faktor-faktor apa Gabungan ke-20 Dari Politik Indonesia dibentuknya saja yang Politik Kebangkitan dalam perjuangan Gabungan melatarbelakangi Indonesia Nasional sampai kemerdekaan Politik dibentuknya 3. Lembar 3. Penugasan dalam Linggarjati. Indonesia pada Indonesia Gabungan Politik Observasi perjuangan Yogyakarta : tahun 1939-1941. pada tahun Indonesia tahun kemerdekaan Kanisius. c. Kontribusi 1939. 1939. Indonesia Pringgodigdo. Gabungan Politik b. Menganalisis Mengidentifikasi pada tahun 1991. Sejarah Indonesia dalam peranan peranan 1939-1941! Pergerakan perjuangan Gabungan Gabungan Politik 3. Jelaskan Rakyat Indonesia. kemerdekaan Politik Indonesia dalam hambatan- Jakarta: Dian Indonesia pada Indonesia perjuangan hambatan Rakyat. tahun 1939-1941. dalam kemerdekaan yang dialami Sartono perjuangan Indonesia tahun 4. Kuesioner Gabungan Kartodirdjo. 1990. kemerdekaan 1939-1941. Politik Pengantar Sejarah Indonesia Mengidentifikasi Indonesia Indonesia Baru: pada tahun kontribusi dalam usaha Sejarah 1939-1941. Gabungan Politik memperjuang Pergerakan c. Menganalisis Indonesia dalam kan Nasional Dari kontribusi perjuangan Kemerdekaan Kolonialisme Gabungan kemerdekaan 5. Nilai Indonesia sampai 67
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Politik Indonesia tahun pada tahun Nasionalisme. Gabungan 1939-1941. 1939-1941! Jakarta: PT. Indonesia 4. Susunlah Gramedia dalam 2. Afektif hasil diskusi Setiadi perjuangan a. Karakter kelompok Kartohadikusumo. kemerdekaan Memiliki rasa dalam bentuk 1990. Soetardjo: Indonesia nasionalisme dan laporan “Petisi Sutardjo” pada tahun patriotisme dalam tertulis! dan 1939-1941. mempertahankan Perjuangannya. kemerdekaan Jakarta: Pustaka negara Indonesia. Sinar Harapan b. Ketrampilan Slamet Muljana. sosial 1986. Kesadaran Menghargai Nasional Dari perjuangan para Kolonialisme pahlawan telah Sampai memperjuangkan Kemerdekaan. kemerdekaan Jakarta: Inti Idayu Indonesia dari Press. tangan penjajah. Meningkatkan sikap toleransi Alat: dan kerjasama OHP, LCD, White
68
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
yang ada dalam board, modul, diri siswa. gambar-gambar, kertas soal.
3.Psikomotorik Bahan Ajar: Dengan Power point, menunjukkan transparansi,spidol, gambar-gambar, kertas. siswa dapat menyebutkan tokoh-tokoh yang berperan dalam GAPI.
Yogyakarta, 23 Juli 2013 Guru Mata Pelajaran
Natalia Kartika Dewi Rudiyanto
69
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Lampiran II
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama Sekolah : SMA GAMA YOGYAKARTA Mata Pelajaran : Sejarah Kelas/ Semester : XI/ II Program : Ilmu Pengetahuan Sosial Materi Pokok : Peranan Gabungan Politik Indonesia Dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1939-1941 Waktu : 2 x 45 menit
I. Standar Kompetensi Menganalisis perkembangan bangsa Indonesia sejak masuknya pengaruh Barat sampai dengan pendudukan Jepang.
II. Kompetensi Dasar Menganalisis hubungan antara perkembangan paham-paham baru dan tranformasi sosial dengan kesadaran dan pergerakan kebangsaan.
III. Indikator 1. Kognitif a. Produk Menjelaskan peranan Gabungan Politik Indonesia dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia pada tahun 1939-1941 b. Proses a) Mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang melatarbelakangi dibentuknya Gabungan Politik Indonesia tahun 1939. b) Mengidentifikasi peranan Gabungan Politik Indonesia dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia tahun 1939-1941.
70 PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
c) Mengidentifikasi kontribusi Gabungan Politik Indonesia dalam perjuangan kemerdkaan Indonesia tahun 1939-1941.
2. Afektif a. Karakter Memiliki rasa nasionalisme dan patriotisme dalam mepertahankan kemerdekaan negara Indonesia. b. Ketrampilan Sosial Menghargai perjuangan para pahlawan telah memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari tangan penjajah. Meningkatkan sikap toleransi dan kerjasama yang ada dalam diri siswa.
3. Psikomotorik Siswa menunjukkan gambar-gambar dan menyebutkan tokoh-tokoh yang berperan di GAPI.
IV. Tujuan Pembelajaran 1. Kognitif a. Produk Siswa dapat menjelaskan peranan Gabungan Politik Indonesia Dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1939-1941. b. Proses Siswa dapat menganalisis faktor-faktor apa saja yang melatarbelakangi dibentuknya Gabungan Politik Indonesia tahun 1939. Siswa dapat menganalisis peranan Gabungan Politik Indonesia dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia tahun 1939-1941. Siswa dapat menganalisis kontribusi Gabungan Politik Indonesia dalam perjuangan kemerdkaan Indonesia tahun 1939-1941.
71 PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
2. Afektif a. Karakter Siswa memiliki rasa nasionalisme dan patriotisme dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. b. Ketrampilan Sosial Siswa dapat menghargai perjuangan para pahlawan telah memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari tangan penjajah. Siswa dapat meningkatkan sikap toleransi dan kerjasama yang ada dalam dirinya sendiri.
V. Materi Pembelajaran (Terlampir) 1. Faktor-faktor yang melatarbelakangi dibentuknya Gabungan Politik Indonesia pada tahun 1939. 2. Peranan Gabungan Politik Indonesia dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia tahun 1939-1941. 3. Kontribusi Gabungan Politik Indonesia dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia tahun 1939-1941.
VI. Model dan Metode Pembelajaran 1. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) 2. Metode Diskusi, presentasi, tanya jawab.
72 PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
VII. Kegiatan Pembelajaran 1. Kegiatan Tatap Muka No. Kegiatan Waktu (Menit) 1. Pendahuluan 15’ 1. Apersepsi Guru masuk ke kelas, kemudian melihat kondisi kelas terlebih dahulu. Kemudian mengucapkan salam, berdoa, dan dilanjutkan dengan absensi murid. Guru melakukan sesi tanya jawab dengan menyampaikan beberapa pertanyaan kepada siswa mengenai materi yang disampaikan di pertemuan sebelumnya. 2. Motivasi Sebelum masuk ke dalam materi inti, guru memberikan pre test kepada siswa untuk membangkitkan pengetahuan siswa mengenai materi yang akan disampaikan guru. Contoh pre test: a. Organisasi-organisasi apa sajakah yang muncul pada masa pemerintahan Hindia Belanda di Indonesia? b. Apa yang mendasari dibentuknya organisasi- organisasi tersebut? c. Bagaimana sikap pemerintah Hindia Belanda terhadap pembentukan organisasi-organisasi bentukan rakyat Indonesia?
73 PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
3. Orientasi Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, cakupan materi, dan penjelasan uraian kegiatan pembelajaran selama berlangsung dengan menggunakan silabus. 2. Kegiatan Inti 60’ 1. Eksplorasi Guru menjelaskan materi yang dibahas dengan memberikan gambaran secara umum mengenai Peranan Gabungan Politik Indonesia dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1939- 1941. Siswa memperhatikan penjelasan yang disampaikan oleh guru. Guru kemudian membagi siswa menjadi 5 kelompok yang terdiri dari 4-5 orang siswa. Guru memberikan bahan materi yang telah dipersiapkan untuk didiskusikan dan dipahami oleh semua siswa yang telah tergabung dalam tiap kelompok bentukan guru. Guru memberi memberikan pertanyaan/ kuis kepada seluruh siswa sesuai dengan materi yang telah didiskusikan. 2. Elaborasi Siswa bergabung dalam kelompok yang telah ditentukan oleh guru, kemudian mendiskusikan dan memahami bahan materi yang telah diberikan oleh guru. Siswa menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh guru dengan mempresentasikan jawaban ke
74 PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
depan kelas tanpa dibantu oleh siswa lainnya. 3. Konfirmasi Guru mengklarifikasi jawaban-jawaban dari para siswa yang dinilai kurang tepat dan memberi penguatan dari jawaban siswa yang sudah tepat. 3. Penutup 15’ Guru memberikan siswa kesempatan untuk mencatat kesimpulan dari hasil diskusi yang telah dilakukan bersama kelompok. Guru dan siswa melakukan refleksi dan menarik nilai-nilai apa saja yang diperoleh setelah mempelajari materi yang telah didiskusikan bersama kelompok. Sebagai bentuk tidak lanjut dari materi pembelajaran, Guru memberikan siswa tugas, baik tugas terstruktur maupun tugas mandiri dan rencana pembelajaran berikutnya.
2. Tugas Terstruktur Siswa yang telah bergabung dalam kelompok kecil mendiskusikan tentang: a. Jelaskan hal-hal apa saja yang melatarbelakangi dibentuknya Gabungan Politik Indonesia pada tahun 1939! b. Jelaskan peranan dan kontribusi Gabungan Politik Indonesia dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia tahun 1939-1941! c. Jelaskan hambatan-hambatan yang dialami Gabungan Politik Indonesia dalam usaha memperjuangkan Kemerdekaan Indonesia pada tahun 1939- 1941! d. Susunlah hasil diskusi kelompok dalam bentuk laporan tertulis! 3. Tugas Mandiri Tidak Terstruktur Siswa mencari artikel mengenai Gabungan Politik Indonesia dari sumber- sumber seperti internet, buku di perpustakaan dan dibuat laporan tertulis.
75 PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
VIII. Sumber / Alat / Bahan Belajar 1. Sumber Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto. 1984. Sejarah Nasional Indonesia V. Jakarta: Balai Pustaka. Moedjanto. 1988. Indonesia Abad ke-20 Dari Kebangkitan Nasional sampai Linggarjati. Yogyakarta : Kanisius. Pringgodigdo. 1991. Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia. Jakarta: Dian Rakyat. Sartono Kartodirdjo. 1990. Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan Nasional Dari Kolonialisme sampai Nasionalisme. Jakarta: PT. Gramedia. Setiadi Kartohadikusumo. 1990. Soetardjo: “Petisi Sutardjo” dan Perjuangannya. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Slamet Muljana. 1986. Kesadaran Nasional Dari Kolonialisme Sampai Kemerdekaan. Jakarta: Inti Idayu Press. 2. Alat OHP, LCD, White board, modul, gambar-gambar, kertas soal. 3. Bahan Belajar Power point, transparansi, spidol, kertas.
IX. Penilaian 1. Aspek Kognitif (Terlampir) 2. Aspek Afektif (Terlampir) 3. Aspek Psikomotorik (Terlampir) 4. Nilai Akhir = NA = 70% Kognitif + 20% Afektif + 10% Psikomotorik 5. Tindak lanjut Siswa dinyatakan berhasil apabila memperoleh tingkat pencapaian KKM 75. Siswa mengikuti program remidi apabila memperoleh tingkat pencapaian kurang dari 75.
76 PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Siswa mengikuti program pengayaan apabila memperoleh tingkat pencapaian lebih dari 75.
Yogyakarta, 23 Juli 2013 Guru Mata Pelajaran
Natalia Kartika Dewi Rudiyanto
77 PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN MATERI PEMBELAJARAN
PERANAN GABUNGAN POLITIK INDONESIA DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN INDONESIA TAHUN 1939-1941
A. Lahirnya Gabungan Politik Indonesia Gabungan Politik Indonesia lahir pada tanggal 21 Mei 1939, merupakan sebuah badan konsentrasi nasional yang dibentuk atas dasar inisiatif Parindra. Badan ini dibentuk sebagai sikap dari ditolaknya Petisi Soetardjo oleh pemerintah Belanda. Adapun isi dari dicetuskannya Petisi Soetardjo ini adalah, memohon kepada Volksraad agar mendesak pemerintah tertinggi Kerajaan Belanda untuk segera mengadakan konferensi yang membahas mengenai persiapan kemerdekaan Indonesia dalam jangka 10 tahun atau sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Gagalnya Petisi Soetardjo tidak membuat semangat kaum nasionalis Indonesia menjadi goyah, justru semangat mereka menjadi semakin berkobar dalam usaha untuk mewujudkan kemerdekaan Indonesia, salah satu usaha mereka adalah dengan membentuk suatu badan konsentrasi nasional yang mereka beri nama Gabungan Politik Indonesia. Dibentuknya GAPI ini dipengaruhi juga oleh situasi dunia internasional yang semakin kacau dan tidak menentu sehingga dibutuhkan segera sebuah badan konsentrasi nasional yang memperjuangkan kepentingan rakyat Indonesia akibat dari sikap pemerintah Belanda yang tidak memikirkan nasib rakyat Indonesia. GAPI dibentuk pada saat berlangsungnya rapat resmi Panitia Persiapan Pembentukan Badan Konsentrasi Nasional. Dibentuknya GAPI ini bertujuan untuk: a. Menganjurkan kepada semua partai politik nasional Indonesia untuk bekerjasama. b. Segera diselenggarakannya kongres Indonesia. Asas yang menjadi dasar dibentuknya GAPI adalah: a. Hak untuk mengatur nasib sendiri.
78 PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
b. Adanya persatuan bangsa Indonesia atas dasar demokrasi dalam bidang politik, sosial, dan ekonomi. c. Adanya kesatuan dalam aksi.
B. Peranan Gabungan Politik Indonesia Dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia Pada Tahun 1939-1941 Peranan GAPI dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia adalah dengan menggagas program aksi “Indonesia Berparlemen” pada tanggal 4 Juli 1939 pada saat berlangsungnya rapat umum GAPI. Program aksi ini digagas untuk mendesak pemerintah kolonial Belanda agar segera membentuk parlemen di Indonesia. Ini diharapkan agar pemerintah kolonial Belanda mau mendengarkan aspirasi rakyat Indonesia yang sangat menginginkan segera dibentuknya pemerintahan sendiri dengan dibentuknya parlemen sebagai wadah untuk menyalurkan asprasi rakyat Indonesia. Gagasan GAPI ini mendapatkan sambutan yang luar biasa baik dari rakyat Indonesia yang memang sudah sangat menginginkan segera dibentuknya pemerintahan sendiri di Indonesia. Peranan lain GAPI dalam usaha memperjuangkan kemerdekaan Indonesia adalah mengadakan Kongres Rakyat Indonesia yang berlangsung dari tanggal 23 Desember hingga tanggal 25 Desember 1939. Kongres ini diselenggarakan oleh GAPI dalam usahanya untuk merealisasikan program aksi “Indonesia Berparlemen”. Keputusan-keputusan yang dihasilkan dalam kongres ini adalah: a. Penyusunan program kerja diberikan kepada GAPI, Persatuan Vakbonden Pegawai Negeri, dan Persatuan Jurnalis Indonesia. b. Program aksi “Indonesia Berparlemen” akan tetap dilaksanakan, dan GAPI menjadi pelaksananya. c. Ditetapkannya bendera “Merah Putih” sebagai bendera persatuan, bahasa Indonesia sebagai bahasa kesatuan, dan lagu Indonesia Raya sebagai lagu kebangsaan.
79 PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Dalam menjalankan program aksi “Indonesia Berparlemen” ini, GAPI mendapatkan penolakan dari pemerintah Belanda, akibatnya timbul kekecewaaan dari rakyat Indonesia dengan sikap pemerintah yang demikian. Mendapatkan penolakan tersebut, tidak membuat GAPI gentar dan patah semangat. GAPI justru membuat mengeluarkan sebuah resolusi yang didasarkan atas hukum tata negara (Nood Staatsrecht), yaitu: a. Mendesak pemerintah untuk membentuk parlemen segera dengan mengubah Dewan Rakyat (Volksraad) segera, dengan melakukan pemilihan anggota-anggotanya yang aturan dalam pemilihan tersebut adalah dengan dipilih langsung oleh rakyat. b. Mendesak pemerintah kolonial Belanda untuk segera mengubah kedudukan para kepala-kepala departemen, menjadi menteri-menteri yang bertanggungjawab.
C. Kontribusi Gabungan Politik Indonesia Dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia Pada Tahun 1939-1941 Kontribusi GAPI dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia pada tahun 1939-1941 adalah disusunnya rancangan bentuk dan susunan parlemen negara Indonesia. Rancangan bentuk dan susunan parlemen buatan GAPI ini dijelaskan pada tanggal 31 Januari 1941 saat melakukan pertemuan dengan Komisi Visman. Bentuk parlemen menurut rancangan GAPI ini terdiri atas dua kamar yang terdiri dari: a. Kamar Pertama yang anggotanya terdiri atas perwakilan kelompok atau golongan yang dipilih melalui aturan tertentu. b. Kamar Kedua, anggotanya berdasarkan atas hasil pemilihan yang dilakukan oleh rakyat secara langsung. Jumlah anggota parlemen dikehendaki antara 100 hingga 200 orang. Disamping merancang bentuk dan susunan parlemen, Kontribusi GAPI lainnya dalam usaha memperjuangkan kemerdekaan Indonesia adalah, pada tanggal 13 hingga 14 April 1941 di Yogyakarta, diselenggarakanlah Kongres Rakyat Indonesia. Dalam kongres ini GAPI, MIAI (Majlisul Islamil A’la
80 PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Indonesia), dan PVPN (Persatuan Vakbonden Pegawai Negeri) membentuk Majelis Rakyat Indonesia (MRI) sebagai badan perwakilan rakyat Indonesia yang berlandaskan atas demokrasi. Majelis ini juga diharapkan nantinya mampu memperjuangkan kesejahteraan rakyat Indonesia.
81 PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN PENILAIAN
1. Aspek Kognitif a. Produk Teknik : Tes tertulis Bentuk : Uraian Soal : Bagaimana kondisi perpolitikan Indonesia setelah dibentuknya Gabungan Politik Indonesia tahun 1939-1941? Kriteria penilaian akhir (NA)
No Skor Nilai
1 86 – 100 Baik Sekali 2 71 – 85 Baik
3 56 – 70 Cukup
4 < 55 Kurang
b. Proses Soal Diskusi : 1. Jelaskan apa yang melatarbelakangi dibentuknya Gabungan Politik Indonesia pada tahun 1939? 2. Bagaimana peranan dan kontribusi Gabungan Politik Indonesia dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia pada tahun 1939-1941? 3. Jelaskan hambatan-hambatan yang menghalangi Gabungan Politik Indonesia dalam usaha perjuangan kemerdekaan Indonesia!
82 PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Kriteria Penilaian Proses:
Menghargai Mengambil Mengajukan Mempresentasikan Menjawab Jumlah No Nama teman giliran pertanyaan hasil pertanyaan 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Kriteria penilaian menggunakan skala sikap 1-5, dengan kriteria : Skor 1 : Pasif, tidak kooperatif dan tidak menghargai teman. Skor 2 : Pasif, tidak kooperatif, tetapi dapat menghargai teman. Skor 3 : Pasif, kooperatif dan dapat menghargai teman. Skor 4 : Aktif, kooperatif dan dapat menghargai teman. Skor 5 : Aktif, sangat kooperatif dan dapat menghargai teman.
SkorTotal N x 100 25 Nilai proses Nilai produk NA 2
2. Aspek Afektif Teknik : Non tes Bentuk : Instrumen Observasi Skala Sikap Instrumen Observasi Kinerja untuk Penilaian Sikap No Nama Aspek yang Jumlah Rata- dinilai Siswa Nilai rata Semangat Tanggung Tenggang Bekerjasama Jawab Rasa 1 2 3
83 PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Keterangan : Kriteria Penilaian : Aspek Semangat Kerja Nilai 3 : Baik Mau bekerjasama dengan semua teman. Nilai 2 : Sedang Dalam bekerjasama kurang begitu baik. Nilai 1 : Kurang Tidak mau bekerjasama dengan teman. Aspek Tanggung Jawab Nilai 3 : Baik Rasa tanggung jawab tinggi. Nilai 2 : Sedang Kurang ada rasa tanggung jawab. Nilai 1 : Kurang Kurang ada tanggung jawab / seenaknya sendiri. Aspek Tenggang Rasa Nilai 3 : Baik Menghargai guru dan teman lain. Nilai 2 : Sedang Kurang menghargai guru dan teman lain. Nilai 1 : Kurang Sikapnya cuek atau tidak dapat menghargai guru dan teman lain.
N = Skor Total X 100 9
NA=70% Kognitif + 20% Afektif + 10% Psikomotorik
84 PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
3. Aspek Psikomotorik Teknik : Non test Bentuk : Instrumen Observasi Kerja Rambu-rambu skoring No. Kriteria Skor 1 Skor 2 Skor 3 Penilaian 1. Pemahaman Langkah yang Langkah yang Langkah yang Seberapa disampaikan disampaikan disampaikan urut baik tingkat urut, tetapi urut, sudah dan lengkap, pemahaman belum menjelaskan serta dapat peserta didik memahami materi tanpa menjelaskan terhadap materi dan masih melihat buku, tanpa melihat hakikat dan menjelaskan tetapi masih buku maupun ruang lingkup dengan bantuan membutuhkan bertanya pada masalah yang teman dan bantuan teman teman. disajikan? membuka buku. untuk menjelaskan. 2. Argumentasi Tidak Mempertahankan Mempertahankan Seberapa mempertahankan pendapat, tetapi pendapat baik alasan pendapat dan menolak kritik kelompok dan yang tidak memiliki dari kelompok mau diberikan pendirian tetap. lain. mendengarkan peserta didik kritik dari terkait kelompok lain. dengan permasalahan yang dibicarakan? 3. Responsif Tidak serius dan Jawaban yang Jawaban yang Seberapa hanya menjawab diberikan diberikan dapat besar secara singkat membingungkan menjawab kesesuaian serta tidak jelas. dan belum pertanyaan, jawaban yang menjawab meskipun belum diberikan pertanyaan yang tentu benar. peserta didik diberikan. terkait dengan permasalahan yang dibicarakan?
85