PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

PERANAN GABUNGAN POLITIK DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN INDONESIA TAHUN 1939-1941

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh:

Natalia Kartika Dewi Rudiyanto

NIM : 071314031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2013

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

PERANAN GABUNGAN POLITIK INDONESIA DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN INDONESIA TAHUN 1939-1941

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh:

Natalia Kartika Dewi Rudiyanto

NIM : 071314031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2013

i PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

MAKALAH PERANAN GABUNGAN POLITIK INDONESIA DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN INDONESIA TAHUN 1939-1941

Oleh: Natalia Kartika Dewi Rudiyanto NIM : 071314031

Telah Disetujui Oleh:

Pembimbing

Dr. Anton Haryono, M. Hum. Tanggal 18 Juli 2013

ii

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

MAKALAH

PERANAN GABUNGAN POLITIK INDONESIA DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN INDONESIATAHUN 1939-1941

Dipersiapkan dan ditulis oleh : Natalia Kartika Dewi Rudiyanto NIM : 071314031

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Pada tanggal 13 November 2013 Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua : Indra Darmawan, S.E.,M.Si......

Sekertaris : Dra. Theresia Sumini, M.Pd......

Anggota : Dr. Anton Haryono, M.Hum......

Anggota : Drs. B. Musidi, M.Pd......

Yogyakarta, 13 November 2013 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Dekan,

Rohandi, Ph.D.

iii PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

PERSEMBAHAN

Tugas Akhir Makalah ini saya persembahkan kepada: 1. Kedua orang tua saya, April Rudiyanto dan Yudi Wardani yang telah memberikan dukungan dan doa kepada saya selama mengerjakan tugas akhir ini. 2. Tante saya, Ibu Yudi Warnani yang telah memberikan dukungan dan doa kepada saya selama mengerjakan tugas akhir ini. 3. Adik-adik saya Yulia Permatasari Rudiyanto, Antariksa Doni Rudiyanto, Purbaningtyas Sitaresmi Rudiyanto, Widyo Adi Baskoro, dan Ella Widya Nugrahaeni yang telah memberikan dukungan dan doa. 4. Teman-teman saya di Program Pendidikan Sejarah Angkatan 2007 yang telah banyak memberikan masukan, bantuan, dukungan, serta doa kepada saya.

iv

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

MOTTO

“Cara kamu menilai diri kamu adalah cara orang lain menilai kamu”

(Paul Arden)

“Mulailah berpikir dan bertindak layaknya seorang pemenang”

(Paul Arden)

“Kepercayaan dan ketekunan menghasilkan proses peningkatan pengetahuan, tanggung jawab, inisiatif, dan kreativitas”

(Daniel Tumiwa)

v

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa makalah yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan atau daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 13 November 2013

Penulis,

Natalia Kartika Dewi Rudiyanto

vi

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Natalia Kartika Dewi Rudiyanto Nomor Mahasiswa : 071314031 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: “Peranan Gabungan Politik Indonesia Dalam Perjuangan Kemerdekaan

Indonesia Tahun 1939-1941” beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta, 13 November 2013

Yang menyatakan

Natalia Kartika Dewi Rudiyanto

vii

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

ABSTRAK PERANAN GABUNGAN POLITIK INDONESIA DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN INDONESIA TAHUN 1939-1941

Natalia Kartika Dewi Rudiyanto Universitas Sanata Dharma 2013

Penulisan tugas akhir ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis 1) Faktor apa yang melatarbelakangi dibentuknya Gabungan Politik Indonesia pada tahun 1939, 2) Peranan Gabungan Politik Indonesia dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia pada tahun 1939-1941, 3) Kontribusi Gabungan Politik Indonesia dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia pada tahun 1939-1941. Penulisan tugas akhir ini disusun dengan berdasarkan metode penelitian sejarah yang mencakup lima tahapan yaitu, perumusan judul, pengumpulan sumber, verifikasi (kritik sumber), interpretasi, dan historiografi dengan pendekatan sosial- politik yang ditulis secara deskriptif analitis. Hasil dari penulisan tugas akhir ini adalah: 1) Faktor yang melatarbelakangi dibentuknya Gabungan Politik Indonesia pada tanggal 21 Mei 1939 adalah ditolaknya Petisi Soetardjo oleh pemerintah Belanda. 2) Peranan Gabungan Politik Indonesia dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia adalah, menggagas program aksi “Indonesia Berparlemen” pada tanggal 4 Juli 1939, meyelenggarakan Kongres Rakyat Indonesia pada tanggal 23-25 Desember 1939, dan mengeluarkan resolusi perubahan ketatanegaraan (Nood Staatsrecht). 3) Kontribusi Gabungan Politik Indonesia dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia adalah disusunnya rancangan bentuk dan susunan negara Indonesia pada tanggal 31 Januari 1941, dan menyelenggarakan kembali Kongres Rakyat Indonesia tanggal 13 hingga 14 April 1941 di Yogyakarta yang menghasilkan pembentukan Majelis Rakyat Indonesia.

viii PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

ABSTRACT THE ROLE OF GABUNGAN POLITIK INDONESIAN IN INDONESIA’S STRUGGLE FOR INDEPENDENCE IN 1939-1941

Natalia Kartika Dewi Rudiyanto Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2013

This final assignment is aimed to describe and analyze: 1) The factor that helped establish Gabungan Politik Indonesia in 1939, 2) The role of Gabungan Politik Indonesia in Indonesia’s struggle for independence in 1939-1941, 3) The contribution of Gabungan Politik Indonesia in Indonesia’s struggle for independence in 1939-1941. The method of the study includes observation which comprise of five phases: Topic Selection, Heuristic, Verification, Interpretation, and Historiography. Using socio-political approach, the result is presented in analytical descriptive writing. The results of this final assignment are, 1) The factor that established Gabungan Politik Indonesia in 21 May 1939 was the rejection of Soetardjo’s Petition by the Dutch government. 2) The role of Gabungan Politik Indonesia in Indonesia’s struggle for independence was to form established parliament using action program “Indonesian Parliament” since 4 July 1939 by Indonesian People Congress in 23-25 December 1939 , and consider state structure changed that was state structure’s law for critical situation. 3) The contribution of Gabungan Politik Indonesia in Indonesia’s struggle for independence in 1939-1941 was to arrange Indonesian form and polity of Indonesian state in 31 January 1941, and holding the Indonesian People Congress in 13 until 14 April 1941 in Yogyakarta, which resulted in the formation of the Indonesian People Council.

ix PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan segala rakmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Makalah yang berjudul “Peranan Gabungan Politik Indonesia Dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1939-1941”. Penulisan Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) di Universitas Sanata Dharma, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, Program Studi Pendidikan Sejarah. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir Makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu maka penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma. 2. Bapak Indra Darmawan SE., M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial. 3. Ibu Dra. Th. Sumini, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah. 4. Bapak Dr. Anton Haryono, M.Hum., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan waktu, dukungannya dalam membimbing penulisan Tugas Akhir Makalah ini. 5. Seluruh Dosen dan karyawan sekretariat program studi Pendidikan Sejarah atas saran dan bantuannya selama penyusunan Tugas Akhir Makalah ini. 6. Kedua orang tua saya yang telah mendukung saya baik dalam bentuk moril dan materil selama penyusunan Tugas Akhir Makalah ini. 7. Semua pihak yang telah membantu saya dalam penyusunan makalah ini yang tidak dapat saya sebut satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan Tugas Akhir Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi sempurnanya makalah ini.

x PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

Demikian Tugas Akhir Makalah ini disusun, semoga dapat memberikan manfaat bagi yang membacanya. Dan penulis mohon maaf apabila ada kesalahan dalam kata-kata yang kurang berkenan.

Yogyakarta, 15 Juli 2013

Natalia Kartika Dewi Rudiyanto

xi PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...... i HALAMAN PERSETUJUAN ...... ii HALAMAN PENGESAHAN ...... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ...... iv HALAMAN MOTTO ...... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...... vi LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ...... vii ABSTRAK ...... viii ABSTRACT ...... ix KATA PENGANTAR ...... x DAFTAR ISI ...... xii DAFTAR LAMPIRAN ...... xiv BAB I PENDAHULUAN ...... 1 A. Latar Belakang ...... 1 B. Rumusan Masalah ...... 7 C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ...... 7 1. Tujuan Penulisan ...... 7 2. Manfaat Penulisan ...... 8 D. Sistematika Penulisan ...... 9

BAB II LAHIRNYA GABUNGAN POLITIK INDONESIA TAHUN 1939 ...... 11 A. Petisi Soetardjo ...... 13 B. Lahirnya Gabungan Politik Indonesia ...... 21

xii PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

BAB III PERANAN GABUNGAN POLITIK INDONESIA DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN INDONESIA TAHUN 1939-1941 ...... 26 A. Menggagas Manifesto Pembentukan Parlemen ...... 27 B. Menyelenggarakan Kongres Rakyat Indonesia ...... 30 C. Mengeluarkan Resolusi Perubahan Ketatanegaraan ...... 39

BAB IV KONTRIBUSI GABUNGAN POLITIK INDONESIA DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN INDONESIA TAHUN 1939-1941 ...... 44 A. Terbentuknya Rancangan Susunan Parlemen Bentukan GAPI ...... 44 B. Terbentuknya Majelis Rakyat Indonesia ...... 49

BAB V KESIMPULAN ...... 59 DAFTAR PUSTAKA ...... 63 LAMPIRAN ...... 65

xiii PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

SILABUS ...... 66 RPP ...... 70

xiv PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendudukan wilayah Indonesia oleh pemerintah Belanda sejak masa

VOC hingga masa Politik Kolonial Liberal menyebabkan keterbelakangan

bangsa Indonesia yang lahir atas penindasan yang dilakukan oleh pemerintah

kolonial Belanda. Inilah yang menyebabkan mulai tumbuh dan

berkembangnya kesadaran untuk mengangkat harkat dan martabat Indonesia

dari keterpurukan yang muncul akibat dari kolonialisme yang berkepanjangan

di bumi pertiwi. Memasuki abad ke 20, Indonesia masuk dalam periode

Kebangkitan Nasional, yang mana pada periode ini mulai muncul dan

tumbuhnya kesadaran di benak bangsa Indonesia, terutama dari kaum

cendekiawan dan terpelajar Indonesia, baik yang menuntut ilmu di Indonesia,

maupun yang berada di luar negeri, terutama di negeri Belanda.

Pertumbuhan dan kesadaran yang menjiwai proses itu menurut bentuk

manifestasinya telah melalui langkah-langkah yang wajar, yaitu mulai dengan

lahirnya ide-ide seperti emansipasi dan liberalisme dari status serba

terbelakang, baik yang berakar dari tradisi maupun yang tercipta oleh situasi

kolonial1. Dengan adanya diskriminasi di dalam masyarakat, maka rakyat

menjadi sadar akan ketidaksamaan hak-hak yang dimilikinya dan akan

1 Kartodirdjo, Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan Nasional, , 1990, hlm.120.

1 PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 2

keadaannya yang terjajah itu2. Dari dasar itulah maka akhirnya muncul

keinginan atau cita-cita yang luhur demi terangkatnya taraf hidup dan

meningkatnya kesadaran akan pendidikan bagi bangsa Indonesia, yang selama

hampir tiga setengah abad ditindas oleh pemerintahan kolonial Hindia

Belanda.

Pergerakan nasional di Indonesia erat hubungannya dengan

keberhasilan negara-negara Asia lainnya, yaitu seperti kemenangan Jepang

atas Rusia pada tahun 1905, Gerakan Turki Muda, Revolusi Cina, juga dengan

pergerakan-pergerakan nasional lainnya di negara-negara tetangga, yakni di

India dan Filipina yang pada saat itu juga sedang mengalami gejolak

kebangkitan nasional. Inilah yang mempengaruhi perjuangan kaum nasionalis

di Indonesia. Pengaruh lainnya yang menyebabkan berkembangnya gerakan-

gerakan tersebut adalah adanya ekspansi pendidikan modern yang pada saat

itu tumbuh dengan pesatnya, sehingga memunculkan para cendekiawan

pribumi Indonesia

Memasuki tahun 1920 pergerakan nasional Indonesia telah mengalami

perkembangan, terutama dalam kesadaran bidang politik. Awalnya beberapa

organisasi belum menjadikan politik sebagai fokus utamanya, tetapi menjelang

Perang Dunia I pada awal dekade abad 20, organisasi-organisasi pergerakan

mulai mengubah haluannya ke arah politik, termasuk pula Budi Oetomo dan

Sarekat Islam, yang awalnya berfokus pada pendidikan dan ekonomi. Indie

Werbaar (Aksi Hindia Bertahan) yang digagas oleh pemerintah kolonial

2 Ibid., hlm. 59.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 3

Belanda mendapatkan tanggapan positif dari kaum pergerakan, yang

kemudian dilanjutkan dengan dibentuknya Dewan Rakyat (Volksraad) pada

tanggal 16 Desember 1916 dan baru diresmikan pada tanggal 18 Mei 1918.

Dewan Rakyat ini merupakan badan penasehat yang bertugas memberikan

nasehat dan masukan kepada Gubernur Jendral, dengan harapan nantinya

mampu menyalurkan aspirasi politik rakyat Indonesia kepada pemerintah

kolonial Belanda.

Organisasi-organisasi pergerakan nasional yang awalnya bersikap lunak

dan kooperatif terhadap pemerintah kolonial tersebut pada tahun 1920an mulai

bersikap radikal terhadap pemerintah, terutama terhadap kebijakan-kebijakan

pemerintah yang dinilai tidak adil. Kecenderungan perubahan sikap ini

disebabkan oleh masuknya pengaruh paham sosialis dan komunis dengan

gagasan yang diusung, yakni Marxisme-Revolusioner yang berhasil

menggeser sikap perjuangan nasional ke arah antikolonialisme dan

antikapitalisme dengan ekstrem-revolusionernya. Baik SI maupun BO tidak

dapat terhindar dari proses radikalisasi, setengahnya karena politik kolonial

yang reaksioner, setengahnya karena terpengaruh agitasi pemimpin-pemimpin

sosialis-komunis tersebut di atas3.

Salah satu bentuk sikap yang dianggap radikal oleh pemerintah kolonial

Belanda adalah ketika menjelang dibentuknya Dewan Rakyat (Volksraad),

Budi Oetomo membuat program sebagai bentuk tuntutan mereka, yaitu:

1. Segera dibentuknya sistem pemerintahan parlementer.

3 Ibid., hlm. 122.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 4

2. Segera dibuatnya undang-undang yang menjamin persamaan bagi semua

warga masyarakat.

3. Dibukanya kesempatan terbuka bagi perkembangan semua golongan

masyarakat.

Program politik yang disampaikan oleh Budi Oetomo ini menyebabkan

organisasi ini tergabung dalam Radicale Concentratie (Konsentrasi Radikal),

yaitu badan yang mempersatukan aliran-aliran kiri yang ada di dalam

Volksraad. Bersama-sama dengan SI, ISDV, dan Insulinde, Radicale

Concentratie yang terbentuk pada tanggal 16 November 1918 menuntut

dibentuknya pemerintahan parlementer. Radicale Concentratie dapat

dikatakan sebagai badan konsentrasi nasional pertama pada awal pergerakan

nasional Indonesia.

Dalam perkembangan antara tahun 1920-an hingga awal tahun 1930-an

mulai banyak bermunculan gerakan-gerakan baik dari kaum nasionalis

maupun kaum komunis. Pada periode ini pula mulai banyak bermunculan

partai-partai, seperti Indische Vereeniging (Perkumpulan Hindia) yang

dibentuk pada tahun 1908 yang kemudian berubah nama menjadi

Perhimpunan Indonesia (PI), PNI (Partai Nasional Indonesia), PKI (Partai

Komunis Indonesia). Pada dekade ini bisa dikatakan bahwa pergerakan dari

kaum nasionalis lebih bersikap radikal dan berani menentang segala kebijakan

yang dikeluarkan oleh pemerintah kolonial Belanda. Salah satu organisasi

yang berani menentang adalah Partai Nasional Indonesia yang dipimpin oleh

Ir. Soekarno. Partai ini dibentuk untuk memperjuangkan kemerdekaan

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 5

Indonesia dengan kekuatan sendiri, oleh karenanya maka diperlukanlah

persatuan bangsa.

PNI menjalankan aksinya dengan gencar, seperti menyelenggarakan

kongres-kongres PNI pada tanggal 27-30 Mei 1928 dan pada tanggal 18-20

Mei 1928. Rupanya aksi-aksi yang digencarkan oleh PNI ini mendapatkan

simpati dari seluruh lapisan masyarakat, dan PNI juga mengalami kemajuan-

kemajuan dalam menjalankan usahanya untuk memperjuangkan kemerdekaan

Indonesia. Sepak terjang PNI ini membuat resah kaum reaksioner Belanda,

sehingga pada tahun 1929 dibentuklah Vaderlandsche Club yang tujuan

utamanya adalah mendesak pemerintah kolonial Belanda untuk segera

menindak tegas PNI, karena kegiatan yang dilakukan oleh partai politik

tersebut dinilai sudah membahayakan. Desakan-desakan yang dikeluarkan

oleh badan tersebut mendapatkan respon dari pemerintah kolonial Belanda,

Gubernur Jendral De Jonge, yang menjalankan pemerintahnya dengan tangan

besi, tidak segan-segan menangkap kaum nasionalis dan membuangnya ke

luar pulau Jawa, seperti yang dilakukannya kepada Ir. Soekarno ke Ende,

Flores. Begitu juga dengan menangkap serta membuang para petinggi PNI

yang lain, meskipun mereka sudah memecahkan diri dari PNI dan membuat

organisasi-organisasi sendiri, seperti Partindo dan PNI-Baru (Partai

Pendidikan Indonesia).

Akibat sikap keras pemerintah kolonial Belanda dalam menindak para

kaum nasionalis Indonesia dengan cara menangkap dan membuang ke luar

pulau Jawa, maka gerakan kaum nasionalis Indonesia yang awalnya bersifat

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 6

radikal dan non kooperatif terhadap pemerintah mulai merubah haluannya

menjadi lebih lunak dan kooperatif, salah satunya adalah dibentuknya Fraksi

Nasional oleh M.H. Thamrin yang juga merupakan anggota dari Volksraad,

Parindra (Partai Indonesia Raya). Salah satu tujuan dari pembentukan

organisasi tersebut adalah, memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dengan

cara kooperatif, yaitu dengan bekerjasama dengan pihak pemerintah kolonial

Belanda. Salah satunya adalah terobosan yang dilakukan oleh Soetardjo

Kartohadikoesoemo dengan menggagas petisi Soetardjo, meskipun pada

akhirnya petisi tersebut ditolak oleh pemerintah.

Gagal akibat ditolaknya petisi Soetardjo rupanya tidak membuat kaum

nasionalis putus asa, salah satu bentuk usaha mereka adalah dengan

membentuk Gabungan Politik Indonesia sebagai badan konsentrasi nasional.

Sebelum dibentuknya GAPI sebagai wadah untuk menyatukan organisasi-

organisasi politik di Indonesia, sudah ada pula usaha untuk menyatukan

organisasi-organisasi politik tersebut dalam satu wadah, yaitu pada tahun 1926

telah dibentuk Indonesische Eenheids Comite (Komite Persatuan Indonesia),

akan tetapi komite tersebut tidak berhasil atau gagal. Kemudian pada tahun

1927, tepatnya pada tanggal 27 Desember 1927. Partai Nasional Indonesia

(PNI) membentuk Pemufakatan Perhimpunan Partai Politik Kebangsaan

Indonesia (PPPKI), dan organisasi hasil bentukan partai ini bisa dikatakan

berhasil dan berjalan cukup lama, hingga lahirnya Gabungan Politik Indonesia

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 7

(GAPI) pada tanggal 21 Mei 19394. Adapun salah satu tujuan GAPI adalah

untuk melanjutkan gagasan dari Petisi Soetardjo yang ditolak oleh pemerintah

kolonial Belanda.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada makalah yang

berjudul “Peranan Gabungan Politik Indonesia dalam Perjuangan

Kemerdekaan Indonesia Tahun 1939-1941”, adalah:

1. Faktor apa yang melatarbelakangi dibentuknya Gabungan Politik

Indonesia (GAPI) pada tahun 1939?

2. Bagaimana peranan Gabungan Politik Indonesia (GAPI) dalam perjuangan

kemerdekaan Indonesia pada tahun 1939-1941?

3. Apa kontribusi Gabungan Politik Indonesia (GAPI) dalam perjuangan

kemerdekaan Indonesia pada tahun 1939-1941?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah yang berjudul Peranan

Gabungan Politik Indonesia Dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia

tahun 1939-1941 ini adalah sebagai berikut:

4 A. Kardiyat Wiharyanto, Sejarah Indonesia Baru I: Pergerakan Nasional, Yogyakarta, 2007, hlm. 71.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 8

a. Untuk mendeskripsikan dan menganalisa faktor-faktor penting yang

melatarbelakangi dibentuknya Gabungan Politik Indonesia pada tahun

1939.

b. Untuk mendeskripsikan dan menganalisa peranan Gabungan Politik

Indonesia dalam dunia perpolitikan di Indonesia pada tahun 1939

hingga tahun 1941.

c. Untuk mendeskripsikan dan menganalisa kontribusi Gabungan Politik

Indonesia dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia pada tahun 1939

hingga tahun 1941.

2. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan makalah berjudul Peranan

Gabungan Politik Indonesia dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia

pada tahun 1939-1941, adalah sebagai berikut:

a. Bagi Universitas Sanata Dharma

Dari penulisan ini dharapkan dapat menambah koleksi bahan bacaan

yang dapat memperkaya khasanah dunia pustaka khususnya pada

karya tulis yang nantinya dapat dimanfaatkan sebagai bahan referensi

bagi mahasiswa. Terutama mengenai penulisan tentang peranan

Gabungan Politik Indonesia (GAPI) dalam perjuangan kemerdekaan

Indonesia pada tahun 1939 hingga tahun 1941.

b. Bagi Ilmu Pengetahuan

Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan,

pengetahuan, serta informasi mengenai Sejarah Indonesia, terutama

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 9

sejarah mengenai organisasi perpolitikan Indonesia sebelum masa

kemerdekaan Indonesia, yaitu mengenai peranan Gabungan Politik

Indonesia (GAPI) dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia pada

tahun 1939 hingga 1941.

c. Bagi Penulis

Penulisan tugas akhir makalah ini akan menambah pengetahuan serta

pengalaman baru bagi penulis, serta menjadi sarana untuk menerapkan

teori-teori yang telah penulis dapatkan selama duduk di bangku kuliah

untuk dipraktikkan di dunia nyata, sehingga dapat dijadikan sebagai

bekal berharga penulis untuk menjadi calon guru sejarah yang

kompeten dan profesional.

D. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan makalah yang berjudul “Peranan

Gabungan Politik Indonesia Dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia Tahun

1939-1941”, adalah sebagai berikut:

BAB I Bab ini berisi bagian pendahuluan yang memuat latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, serta

sistematika penulisan.

BAB II Bab ini berisi uraian mengenai faktor-faktor penting yang

melatarbelakangi lahirnya Gabungan Politik Indonesia pada tahun

1939.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 10

BAB III Bab ini berisi uraian mengenai peranan Gabungan Politik

Indonesia dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia dalam rentang

waktu 1939 hingga tahun 1941.

BAB IV Bab ini berisi uraian mengenai kontribusi Gabungan Politik

Indonesia dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, pada tahun

1939 hingga tahun 1941.

BAB V Bab ini berisi kesimpulan dari permasalahan-permasalahan yang

telah dibahas pada Bab II, III, dan IV.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 11

BAB II

LAHIRNYA GABUNGAN POLITIK INDONESIA TAHUN 1939

Pasca ditangkap dan dibuangnya para pemimpin gerakan-gerakan nasionalis yang dianggap oleh pemerintah kolonial Belanda radikal, seperti Ir. Soekarno ke luar Jawa, para pendukung gerakan nasionalis mulai mendirikan partai-partai lainnya, seperti Mr. Sartono, mendirikan Partai Indonesia (Partindo), Moh. Hatta dan Sutan Sjahrir mendirikan Pendidikan Nasional Indonesia (PNI-Baru). Tujuan dari didirikannya kedua partai tersebut adalah memperjuangkan kemerdekaan politik Indonesia dengan menggunakan taktik non kooperasi. Dalam sistemnya,

PNI lebih mengutamakan kepada pendidikan politik dan sosial, sedangkan

Partindo sendiri lebih mengutamakan kepada aksi massa, karena menurut partai ini aksi massa dianggap sebagai senjata paling cocok untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Dalam perkembangannya, kedua organiasasi ini tidak berhasil dalam usahanya memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Ini dikarenakan sikap pemerintah kolonial Belanda yang sangat keras mengawasi gerak-gerik kaum nasionalis Indonesia, terutama pada saat dipimpin oleh

Gubernur Jendral De Jonge yang dengan segera menindak gerakan-gerakan tersebut dengan menangkap dan membuang pemimpin-pemimpin nasionalis, seperti Partindo dan PNI-Baru ke luar Jawa, seperti ke Digul ataupun ke Ende,

Flores.

11

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 12

Akibat dari sikap pemerintah kolonial Belanda yang sangat keras dalam menindak kaum nasionalis yang berusaha dalam memperjuangkan kemerdekaan

Indonesia, maka munculah ide untuk membentuk Fraksi Nasional dalam tubuh

Volksraad. Gagasan ini diangkat oleh M.H. Thamrin yang merupakan seorang anggota Dewan Rakyat yang juga ketua perkumpulan kaum Betawi. Fraksi

Nasional ini dibentuk pada tanggal 27 Januari 1930 di Jakarta dengan anggota berjumlah 10 orang yang terdiri dari perwakilan daerah-daerah di seluruh

Indonesia, seperti Jawa, Sumatra, , dan Kalimantan. Fraksi ini mengangkat M.H. Thamrin sebagai ketuanya. Dalam tindakannya Fraksi Nasional lebih memusatkan usahanya di dalam lingkungan Volksraad5. Tujuan dari dibentuknya Fraksi Nasional ini adalah menjamin adanya kemerdekaan dalam waktu yang singkat, melalui usaha merubah ketatanegaraan, penghapusan perbedaan politik, ekonomi, dan intelektual, dan menjalankan usaha tanpa harus melanggar hukum.

Pembentukan Fraksi Nasional ini muncul akibat dari politik tangan besi yang dijalankan oleh Gubernur Jendral De Jonge yang sukses melumpuhkan gerakan-gerakan nasional yang dijalankan oleh kaum nasionalis Indonesia yang bersikap radikal. Oleh karenanya akibat ditangkapnya kaum non kooperator oleh pihak Belanda, maka munculah kaum nasionalis Indonesia yang kooperator dengan pemerintah kolonial Belanda, seperti halnya anggota-anggota Fraksi

Nasional ini. Di luar Fraksi Nasional sendiri bermunculan pula partai-partai dan organisasi-organisasi bentukan kaum nasionalis yang awalnya memang sudah

5 Marwati Djoened Poesponegoro, Sejarah Nasional Indonesia V, 1984, Jakarta, hlm. 218.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 13

bersikap kooperatif maupun yang berubah haluan dari yang non kooperatif menjadi kooperatif. Partai dan organisasi tersebut seperti, Parindra, PBI, Budi

Oetomo, PSII, dan Gerindo. Perubahan haluan dalam usaha memperjuangkan kemerdekaan Indonesia ini karena sudah tertutupnya pintu non kooperatif akibat dari sikap pemerintah kolonial Belanda dalam membungkam aksi-aksi kaum nasionalis Indonesia yang bersikap radikal. Oleh karenanya salah satu usaha yang dilakukan oleh kaum nasionalis Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan

Indonesia, adalah seperti yang dilakukan oleh Soetardjo Kartohadikusumo dengan gagasannya yaitu Petisi Soetardjo.

A. Petisi Soetardjo

Soetardjo Kartohadikusumo merupakan wakil dari Perhimpunan

Pegawai Bestuur6 Bumiputera (PPBB), yang merupakan sebuah perhimpunan

pangreh praja bumi putera. Soetardjo bersama I.J. Kasimo, Dr. Sam

Ratulangie, Datuk Tumenggung, Kwo Kat Tiong, dan Alatas, menandatangani

usulan mengenai hubungan kerjasama antara Indonesia dengan Belanda di

masa depan kepada pemerintah Hindia Belanda melalui Volksraad. Usul yang

disampaikan oleh Soetardjo Kartodirdjo pada tanggal 15 Juli 1936 ini dikenal

dengan nama Petisi Soetardjo. Adapun tujuan dari dicetuskannya petisi ini

adalah, usulan agar diselenggarakan suatu konferensi oleh Kerajaan Belanda

yang mana konferensi tersebut membahas mengenai hubungan kerjasama

yang baik antara pihak Indonesia dengan pihak Belanda juga dalam status

politik pemerintah kolonial Belanda, yaitu status otonomi dalam usaha untuk

6 Bestuur, artinya adalah pamong praja.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 14

menentukan nasib atas kedudukan Indonesia sebagai negara yang merdeka

dalam jangka waktu 10 tahun mendatang yang didasarkan dalam batasan

artikel 1 dari UUD Negeri Belanda Tahun 1922. Ini didasarkan atas

pengalaman di tahun-tahun sebelumnya yang banyak menimbulkan

kekecewaan, kegelisahan, dan sikap acuh tak acuh, yang kesemuannya itu

tidak mendorong sikap semangat rakyat untuk turut serta membangun negeri7.

Oleh karena itu didasarkan atas pengalaman di masa lalu dan dengan

keinginan untuk memupuk semangat yang mulai redup tersebut agar hidup

kembali, maka disusunlah suatu rencana yang matang untuk memperbaiki

hubungan antara Kerajaan Belanda dengan Indonesia dalam bidang ekonomi,

sosial, kultural, dan politik yang disesuaikan atas kebutuhan masing-masing

pihak. Adapun isi dari petisi Soetardjo tersebut adalah, memohon kepada

Volksraad agar mendesak pemerintah tertinggi Kerajaan Belanda dan Staten

Generaal untuk segera mengadakan konferensi yang nantinya dihadiri oleh

wakil-wakil Kerajaan dan wakil-wakil dari Indonesia dalam usaha untuk

merencanakan persiapan kemerdekaan Indonesia dalam jangka waktu 10

tahun atau dalam waktu yang ditentukan. Perubahan-perubahan yang

disampaikan dalam petisi ini antara lain adalah:

1. Pulau Jawa dijadikan satu propinsi, dan daerah-daerah lain luar pulau Jawa

dijadikan sebagai kelompok-kelompok daerah (groeps gemeenschappen)

yang otonom.

2. Sifat dualisme pemerintah daerah harus dihapus.

7 Sartono Kartodirdjo, op. cit, hlm. 182.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 15

3. Gubernur Jendral yang diangkat oleh Raja mempunyai hak kekebalan

(onschendbaar).

4. Direktur tiap departemen bertanggungjawab atas instansinya.

5. Volksraad dibentuk menjadi parlemen sesungguhnya. Dan ketua, wakil

ketua, dan anggota mempunyai hak suara.

6. Pada Raad van Indie, anggota dan wakil presidennya diangkat oleh Raja.

7. Dibentuknya Dewan Kerajaan (Rijksraad), sebagai badan tertinggi yang

menghubungkan antara Kerajaan Belanda dan Indonesia.

8. Penduduk Indonesia merupakan orang yang dilahirkan di Indonesia,

sedangkan untuk orang asing yang dilahirkan di Indonesia diharuskan

mengikuti seleksi.8

Dari isi yang disampaikan petisi tersebut sudah terlihat bahwa rumusan

dari isi petisi ini bersifat moderat, berjiwa kooperatif, dan juga mempunyai

sikap hati-hati, karena tidak keluar dari kerangka konstitusional yang berlaku

dan melalui cara yang legal pula. Sehingga petisi Soetardjo ini dinilai tidak

bersifat revolusioner, dan apabila diprediksi hasilnya tidak kongkret atau

nyata, akan tetapi konferensi tersebut mempunyai manfaat untuk

mempertahankan pendirian dari masing-masing pihak.

Petisi tersebut mendapat tanggapan beragam dari berbagai pihak, baik

yang positif (setuju dengan isi petisi), ataupun yang negatif (menolak isi

petisi). Perbedaan tanggapan ini menunjukkan keanekaragaman corak partai

dan sudut pandang politik. Adapun pihak-pihak yang tidak menyetujui isi

8 Marwati Djoened Poesponegoro, op. cit, hlm. 226-227.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 16

petisi tersebut dari pihak Indonesia adalah Suroso, Goesti M. Noor, Wiwoho,

Soekardjo Wirjopranoto. Alasan-alasan penolakan terhadap petisi tersebut,

seperti yang disampaikan oleh Goesti M. Noor, bukan karena isi petisi,

melainkan karena cara penyampaian pengajuan petisi, yaitu dengan cara

menengadahkan kedua tangan atau dengan cara meminta atau memohon

kepada pihak Kerajaan Belanda. Selain dari Goesti M. Noor, pihak lain yang

juga menolak petisi ini adalah dari Fraksi Nasional yang bersikap skeptis atau

meragukan hasil yang akan didapat dari pengajuan petisi Soetardjo tersebut,

Selain itu, menurut pandangan dari Fraksi Nasional, petisi itu juga dapat

melemahkan usaha-usaha lain yang juga memperjuangkan otonomi Indonesia

dari Kerajaan Belanda. Pendapat tersebut disampaikan berdasarkan atas hal-

hal sebagai berikut:

1. Usul yang tercantum dalam petisi tidak menggambarkan cita-cita yang

diimpikan oleh bangsa Indonesia, yaitu impian untuk Indonesia merdeka.

2. Pengajuan petisi untuk memperoleh perubahan kedudukan negara dinilai

sangat rendah, karena menginginkan perubahan dengan cara meminta-

minta.

Dari pihak Belanda hampir semua tidak menyetujui petisi ini, kecuali

dari pihak IEV (Indo-Europees Verbond), yang berpendapat bahwa ide Dewan

Kerajaan sesuai dengan ide Negeri Belanda Raya yang mencakup bagian

daerah-daerahnya9. Sementara itu pihak Belanda yang menolak petisi tersebut,

seperti VC (Vederlandse Club), mempunyai pandangan bahwa isi dari petisi

9 Sartono Kartodirdjo, op. cit, hlm. 183.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 17

tersebut masih terlalu prematur atau terlalu awal, serta dinilai tidak sesuai

dengan situasi, karena menurut VC, kondisi di bidang ekonomi dan sosial

Indonesia tidak stabil, sehingga belum cukup berkembang untuk dapat berdiri

sendiri. Disamping VC, pihak lain yang menolak ide dari Petisi Soetardjo ini

adalah dari partai-partai Kristen, seperti IKP (Indische Katholieke Partij) dan

CSP (Christelijke Staatkundige Partij). Kedua partai yang seharusnya bersikap

tidak terlalu konservatif terhadap nasionalisme ini berpendapat bahwa petisi

Soetardjo ini diajukan di waktu yang tidak tepat, karena menurut IKP dan

CSP, ada masalah-masalah yang lebih besar yang masih harus dihadapi,

ditambah lagi dengan persoalan akan kesatuan yang ada dalam lingkungan

Pax Neederlandica masih bisa dipertahankan dikarenakan perkembangan

politiknya masih belum stabil.

Untuk menindaklanjuti petisi tersebut, Volksraad pada tanggal 29

September 1936 mengadakan pemungutan suara, yang nantinya hasil

pemungutan suara akan diajukan kepada Pemerintah Tertinggi dan Staten

Generaal10 di negeri Belanda. Pemungutan suara tersebut menghasilkan 26

setuju dan 20 tidak setuju. Lalu hasil dari pemungutan suara di Dewan Rakyat

diteruskan ke Negeri Belanda. Dari hasil pemungutan suara yang didapat

hampir dapat disimpulkan bahwa petisi yang diajukan pada tanggal 15 Juli

1936 sangat tipis kemungkinannya untuk diterima oleh Pemerintah Tertinggi

dan Staten Generaal. Hasil tersebut disimpulkan karena didasarkan atas

faktor-faktor yang mempengaruhi seperti berikut:

10 Staten Generaal artinya Parlemen Belanda.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 18

1. Berdasarkan tingkat perkembangan politik di Indonesia petisi sangat

prematur dalam hubungan itu.

2. Dipersoalkan bagaimana kedudukan minoritas di dalam struktur politik

baru.

3. Siapakah yang akan memegang kekuasaan nanti.

4. Tuntutan otonomi dipandang sebagai hal yang tidak wajar alamiah, karena

pertumbuhan ekonomi, sosial, dan politik belum memadai11.

Sebagai bentuk usaha supaya Petisi Soetardjo disetujui oleh Pemerintah

Kerajaan Belanda, maka pada tanggal 5 Oktober 1937 dibentuklah Centraal

Comite Petitie Soetardjo (Panitia Pusat Petisi Soetardjo). Tujuan dari

dibentuknya komite ini adalah untuk mengumpulkan dukungan dari

organisasi-organisasi politik demi disetujuinya Petisi Soetardjo ini dengan

cara segera membentuk sub-sub komite di daerah-daerah untuk

memperjuangkan petisi tersebut. Adapun susunan dari anggota Panitia Pusat

Petisi Soetardjo ini adalah:

a. Soetardjo Kartohadikusumo

b. Hendromartono

c. Atik Suardi

d. Otto Iskandar Dinata

e. Agus Salim

f. I.J. Kasimo

g. Sinsu

11 Sartono Kartodirdjo, op. cit, hlm. 183.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 19

h. Datuk Tumenggung

i. Sartono

j. Alatas

k. Kwo Kwat Tiong

Pada tanggal 21 November 1937 komite ini mengadakan konferensi di

Batavia yang dihadiri oleh wakil-wakil dari berbagai perkumpulan politik.

Para wakil perkumpulan politik yang hadir antara lain, Moh. Husni Thamrin,

Gani, Amir Syariffudin, Juanda, Bajasut (PAI:Perkumpulan Arab Indonesia),

dan Tumbulaka (dari PM:Persatuan Minahasa)12. Kemudian pada tanggal 28

November 1937 atau seminggu setelah konferensi yang pertama berlangsung

diadakan sebuah rapat besar yang dilaksanakan di Gang Kenari, Jakarta.

Dalam kesempatan tersebut M. Soetardjo Kartohadikusumo menerangkan

bahwa dia sebagai ambtenar BB yang mengajukan petisi tersebut memandang

BB sebagai suatu jembatan di antara pemerintah dan rakyat13. Dari rapat

tersebut hampir semua partai-partai politik memberikan dukungannya untuk

Petisi Soetardjo, kecuali dua partai politik, yaitu PSII dan PNI Baru yang

secara terang-terangan menolak petisi tersebut. Alasan kedua partai tersebut

menolak petisi Soetardjo adalah bahwa petisi seperti itu membunuh semangat

perjuangan bangsa14. Sementara itu Gerindo dan Parindra bersikap setengah-

setengah, dengan kata lain kedua partai politik tersebut tidak setuju dengan

tujuan dari petisi ini, akan tetapi setuju dengan diselenggarakannya Imperiale

12 Sri Sutjianingsih, Oto Iskandar Dinata, Jakarta, 1983, hlm. 36. 13 Idem. 14 Sartono Kartodirdjo, op. cit, hlm. 184.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 20

Conferentie (Konferensi Kerajaan), yang dihadiri oleh wakil-wakil dari

Belanda dan Indonesia untuk merundingkan kedudukan Indonesia di masa

depan.

Petisi Soetardjo merupakan sebuah petisi yang diajukan oleh pihak

kaum kooperator, sehingga seharusnya pemerintah Kerajaan Belanda dapat

menggunakannya sebagai patokan untuk menjajaki dan memperhatikan

keinginan bangsa Indonesia untuk mengurus negaranya sendiri di masa depan.

Meskipun lingkup dari pemerintahan Indonesia masih masuk dalam

lingkungan Kerajaan Belanda, akan tetapi hal itu tetap tidak membuat pihak

Belanda mengabulkan petisi tersebut. Penolakan petisi diputuskan pada

tanggal 16 November 1938 satu tahun setelah diajukan atas nama Ratu

Belanda. Adapun yang menjadi dasar penolakan petisi adalah bahwa bangsa

Indonesia belum matang untuk memikul tanggung jawab sendiri15. Petisi

Soetardjo ditolak oleh sebagian besar anggota Parlemen Belanda, sedang yang

menyokong hanyalah Van Galderen dari golongan Sosialis dan Rustam

Effendi dari golongan Komunis.

Akibat dari penolakan petisi tersebut adalah munculnya kekecewaan di

kalangan kaum nasionalis dan semakin berkurangnya kepercayaan mereka

terhadap Pemerintahan Belanda. Akan tetapi kekecewaan tersebut tidak

berlangsung lama, karena perjuangan untuk memperoleh kemerdekaan

Indonesia harus dilanjutkan dan tidak boleh terhenti hanya karena ditolaknya

Petisi Soetardjo oleh pemerintah Belanda. Perjuangan kaum nasionalis

15 Sri Sutjianingsih. op. cit, hlm 37.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 21

Indonesia semakin giat dan gencar terutama menggunakan jalur yang legal

dan dengan melakukan hubungan kerjasama dengan Pemerintah Belanda. Hal

ini didasarkan atas situasi internasional yang sedang genting dan tidak

kondusif akibat dari kekuasaan Nazi di Eropa yang mengancam negara-negara

lain terutama di wilayah Eropa, tidak terkecuali Belanda. Atas dasar hal

tersebut maka para kaum nasionalis semakin memperkuat persatuan dengan

menggalang kekuatan barisan. Langkah pertama yang dilakukan adalah

membubarkan Panitia Pusat Petisi Soetardjo pada tanggal 11 Mei 1939,

kemudian setelah itu dibentuklah lagi sebuah badan politik baru Fraksi

Nasional oleh salah satu anggotanya, yaitu M.H. Thamrin. Pembentukan

badan politik baru itu merupakan jawaban spontan kaum nasionalis Indonesia

terhadap penolakan Petisi Soetardjo16. Dengan dibentuknya badan politik ini

pula diharapkan kaum nasionalis Indonesia menjadi semakin semangat untuk

memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan semakin bersikap lebih tegas

terhadap pemerintahan Belanda.

B. Lahirnya Gabungan Politik Indonesia

Gagalnya Petisi Soetardjo akibat dari penolakan Pemerintah Belanda,

menyebabkan para nasionalis semakin cepat dalam bertindak demi

memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Salah satu cara untuk semakin

memperkokoh kesatuan antar kaum nasionalis dengan organisasi politik yang

mereka usung adalah dengan membentuk suatu badan sebagai wadah atau

tempat yang menaungi berbagai macam organisasi atau partai politik tersebut,

16 Slamet Muljana, Kesadaran Nasional: Dari Kolonialisme Sampai Kemerdekaan 2, 1986, Jakarta, hlm. 63.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 22

untuk saling menghargai serta kerjasama untuk membela kepentingan rakyat17.

Dalam usaha menggalang persatuan politik demi terciptanya pembentukan

badan konsentrasi nasional itu, maka pada tanggal 19 Maret 1939 dalam rapat

besar pengurus Parindra, M.H. Thamrin selaku ketua Departemen Politik

Parindra mengungkapkan gagasannya mengenai ide pembentukan badan

konsentrasi nasional dan gagasan itu disetujui oleh semua anggota Parindra.

Dengan disetujuinya gagasan tersebut maka Thamrin menghubungi pimpinan-

pimpinan dari organisasi-organisasi nasional lainnya untuk membicarakan

gagasannya tersebut. Organisasi lain di luar Parindra menyambut baik dan

menyetujui ide Thamrin tersebut, seperti yang diungkapkan oleh Otto Iskandar

Dinata, selaku ketua Paguyuban Pasundan, yang menilai bahwa dengan

pembentukan badan konsentrasi nasional tersebut hubungan baik antara partai

politik yang ada dalam badan itu akan terjaga tetap dengan sebaik-baiknya. Ia

juga berharap bahwa badan ini akan mampu mendesak Belanda untuk

mengubah sikapnya terhadap tanah jajahannya, yaitu Indonesia. Organisasi

politik lainnya yang juga menyambut baik gagasan ini adalah Partai Islam

Indonesia (PSII), yaitu Sukiman, akan tetapi ada pula yang menolak gagasan

tersebut, yaitu Abikoesno, sedangkan Gerindo masih bersikap menunggu.

Pasca dicetuskannya ide pembentukan badan konsentrasi nasional ini,

pada tanggal 21 Mei 1939 atas dasar inisiatif dari Parindra, diadakanlah rapat

resmi Panitia Persiapan Pembentukan Badan Konsentrasi untuk membahas

mengenai tindak lanjut dari gagasan pembentukan badan konsentrasi nasional

17 Sartono Kartodirdjo, op. cit, hlm. 186.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 23

tersebut. Rapat yang diselenggarakan di Gedung Permufakatan yang beralamat

di Gang Kenari no. 15 Jakarta ini dihadiri oleh M.H. Thamrin, Soekarjo

Wiryopranoto (Parindra), Atik Soeardi, S. Soeradiredja, Ukar Bratakoesoema,

Otto Iskandar Dinata (Paguyuban Pasundan), Senduk,

(Persatuan Minahasa), R. Abikoesno Tjokrosujoso, Sjahbuddin Latif, Moh.

Sjafei (PSII), A.K. Gani, Amir Sjarifuddin, Sanusi Pane, Wilopo (Gerindo),

K.H. Mas Mansur, Wiwoho (PII).

Dalam rapat tersebut, M. H. Thamrin menyampaikan bahwa, situasi

internasional yang semakin kacau dan tidak menentu mendorong untuk segera

membentuk badan konsentrasi nasional, yang bertujuan untuk membentuk

suatu badan persatuan yang akan memperjuangkan kepentingan rakyat

Indonesia, selain itu anggota yang terdiri dari berbagai organisasi politik

dalam badan ini dapat menjalankan program tiap-tiap organisasi masing-

masing. Dari rapat tersebut lahirlah badan konsentrasi nasional yang bernama

Gabungan Politik Indonesia (GAPI). Adapun tujuan dari dibentuknya GAPI

ini adalah:

a. Menganjurkan kepada semua partai politik nasional Indonesia untuk

mengadakan kerjasama

b. Menyelenggarakan kongres Indonesia18.

Gabungan Politik Indonesia ini berdasarkan atas asas:

a. Hak mengatur nasib sendiri

18 Slamet Muljana, op. cit, hlm. 65.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 24

b. Persatuan bangsa Indonesia atas dasar demokrasi dalam politik, ekonomi,

dan sosial

c. Kesatuan dalam aksi19.

Dalam menentukan calon anggota yang akan masuk dalam GAPI, yang

diterima hanya dari partai nasional saja, dan keputusan ini diambil atas jumlah

pengumpulan suara terbanyak. Dalam penyusunan program yang akan

dijalankan harus disetujui dulu oleh semua anggota. Dalam susunan

organisasinya pimpinan harian GAPI dipegang oleh satu sekretariat, yang

mana terdiri atas, sekretaris umum, bendahara, dan sekretaris pembantu.

Awalnya yang memegang jabatan tersebut adalah M.H. Thamrin (Parindra),

R. Abikoesno Tjokrosujono (PSII), dan Amir Sjarifudin (Gerindo). Sedangkan

yang menjadi anggota GAPI adalah, Parindra, Gerindo, Paguyuban Pasundan,

PSII, PII, kemudian PPPKI menyusul menjadi anggota.

Dibentuknya GAPI mendapatkan sambutan yang sangat baik dari rakyat

Indonesia, terutama dari kaum nasionalis. Akan tetapi ada pula pihak yang

tidak senang dan meragukan pembentukan GAPI ini, salah satunya adalah H.

Agus Salim, pimpinan Pergerakan Penyedar, yang menilai bahwa partai-partai

politik yang menjadi anggota GAPI tersebut hanya mampu melakukan

perjuangan dalam perebutan kursi di dewan rakyat saja, sehingga kecil

kemungkinan partai-partai tersebut memperjuangkan kehidupan rakyat. Oleh

karena itu Pergerakan Penyedar menolak bergabung dalam badan konsentrasi

nasional ini, dan lebih memilih bekerjasama langsung dengan rakyat.

19Idem.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 25

Lahirnya Gabungan Politik Indonesia (GAPI) juga hampir bersamaan

dengan pembentukan badan konsentrasi nasional lainnya, seperti badan yang

diprakarsai oleh Moh. Yamin, Abdul Rasjid, Tadjuddin Noor, dan

Soangkupon, yang mereka beri nama Golongan Nasional Indonesia (GNI)

atau di lingkungan Dewan Rakyat disebut dengan Indonesische

Nationalistische Groep. Latar belakang dibentuknya GNI ini adalah adanya

perpecahan yang ada dalam tubuh Fraksi Nasional di Volksraad, sehingga

membuat Moh. Yamin menyarankan kepada Fraksi Nasional untuk menyusun

suatu program, yang nantinya program tersebut disebarluaskan di seluruh

Indonesia. Adapun alasan di balik gagasan tersebut adalah karena mulai

munculnya pemikiran-pemikiran yang menganggap bahwa Fraksi Nasional

hanya mementingkan kepentingan Jawa saja dibandingkan dengan

kepentingan daerah lainnya di luar pulau Jawa. Akan tetapi gagasan yang

disampaikan oleh Moh. Yamin ini tidak mendapatkan persetujuan dari M.H.

Thamrin, sehingga pada akhirnya dibentuklah GNI pada tanggal 10 Juli

193920.

20 Sartono Kartodirdjo, op. cit, hlm. 187.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 26

BAB III

PERANAN GABUNGAN POLITIK INDONESIA DALAM PERJUANGAN

KEMERDEKAAN INDONESIA PADA TAHUN 1939-1941

Lahirnya Gabungan Politik Indonesia pada tanggal 21 Mei 1939 telah memberikan angin segar kepada kaum nasionalis Indonesia untuk semakin gencar dalam memperjuangkan status Indonesia menjadi negara yang berdiri sendiri.

Terutama saat GAPI meningkatkan perjuangannya dengan meluncurkan program

“Indonesia Berparlemen”, yang mana program aksi politik ini ditetapkan pada saat rapat umum GAPI pada tanggal 4 Juli 1939. Dengan diluncurkannya program tersebut, bisa ditebak apabila program aksi “Indonesia Berparlemen” langsung diterima oleh rakyat Indonesia dan mendapatkan sambutan yang baik, terutama oleh kalangan nasionalis. Mereka sangat mendukung dengan langkah yang dilakukan oleh GAPI, yang dinilai cukup berani dan tegas dibandingkan dengan langkah yang dilakukan sebelumnya, yaitu diluncurkannya Petisi Soetardjo. Bagi

GAPI sendiri dengan dipopulerkannya program aksi “Indonesia Berparlemen” diharapkan mampu meningkatkan dan mengobarkan semangat seluruh rakyat

Indonesia, karena menurut GAPI dalam usahanya untuk merealisasikan program ini dibutuhkan dukungan dan dorongan sepenuhnya dari seluruh rakyat Indonesia.

Salah satu cara mengambil hati rakyat tersebut adalah dengan meyakinkan bahwa Volksraad yang ada sama sekali tidak dapat memenuhi hasrat rakyat dan harus diganti dengan parlemen yang wajar dan memiliki wewenang yang

26

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 27

sempurna21. Oleh karena itu rakyat Indonesia harus menuntut pembentukan parlemen yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh rakyat Indonesia, yaitu bahwa parlemen ini anggota-anggotanya terdiri dari wakil rakyat yang jumlahnya harus sesuai dengan perbandingan jumlah rakyat yang diwakili, karena menurut

GAPI hanya melalui parlemen ini, suara-suara serta harapan rakyat Indonesia dapat diperjuangkan.

A. Menggagas Manifesto Pembentukan Parlemen

Pecahnya Perang Dunia II pada bulan September 1939, membuat kaum

nasionalis Indonesia semakin gencar dengan tuntutannya. Mereka mulai

mendesak pemerintah Hindia Belanda untuk segera mengabulkan apa yang

mereka inginkan, yaitu pembentukan parlemen. Hal ini harus segera dilakukan

karena melihat adanya kesempatan yang muncul dari posisi Belanda yang

mulai terdesak. Pada waktu itu pihak Nazi mulai mengancam kedudukan

Belanda di Eropa, dan hal inilah yang dijadikan pijakan oleh para nasionalis

untuk meminta kepada pemerintah Belanda memberikan izin kepada

Indonesia untuk membentuk parlemen, sehingga Indonesia dapat mulai berdiri

sendiri dan mengadakan persiapan pertahanan untuk menanggulangi bahaya

yang mungkin mengancam22. Harapannya dengan dikabulkannya tuntutan

tersebut maka hubungan antara Belanda dan Indonesia akan semakin erat.

Melihat kesempatan tersebut maka GAPI pada tanggal 19 September

1939 mengeluarkan manifesto23 mengenai pembentukan parlemen. Adapun

21 Slamet Muljana, op. cit, hlm. 67. 22 Ibid., hlm. 67-68. 23 Manifesto adalah sikap sebuah kelompok yang diumumkan kepada publik dan sering bersifat politis.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 28

maksud dari dikeluarkannya manifesto tersebut didasarkan kondisi saat itu

yang penuh bahaya, dan dalam posisi genting ini maka diperlukanlah

hubungan yang baik antara Belanda dan Indonesia. Selain itu Belanda juga

diharapkan mendengarkan aspirasi rakyat Indonesia yang menginginkan

pemerintahan sendiri dengan jalan dibentuknya parlemen sebagai wadah untuk

menyalurkan aspirasi mereka. Apabila Belanda menyetujui serta mengabulkan

langkah tersebut, maka GAPI akan mengerahkan rakyat untuk memberi

bantuan kepada Belanda24, dan dalam menjalankan manifesto tersebut,

anggota-anggota GAPI tidak diperbolehkan untuk bertindak sendiri-sendiri,

akan tetapi hanya boleh menjalankan dalam ikatan GAPI saja.

Manifesto tersebut bisa dikatakan memiliki dua sisi yang berbeda. Di

satu sisi manifesto tersebut menunjukkan sifat loyal kaum nasionalis Indonesia

terhadap pemerintah Belanda yang sedang menghadapi kendala akibat dari

pecahnya Perang Dunia II. Di sisi lain adalah adanya unsur pemaksaan kepada

pemerintah Belanda yang dalam kondisi sulit untuk segera mengabulkan

keinginan rakyat Indonesia. Dengan dikeluarkannya manifesto tersebut

muncul berbagai macam tanggapan dari berbagai pihak, seperti dari golongan

progresif Belanda (Kritiek en Opbouw) yang menyerukan kepada pemerintah

Belanda agar loyalitas yang tertera dalam pernyataan GAPI ditanggapi secara

positif dengan memenuhi keinginannya25, tetapi ada pula pihak lain yang

justru menanggapi negatif dengan mengatakan bahwa GAPI memanfaatkan

kesempatan ketika Belanda sedang mengalami kesulitan dengan melakukan

24 Sartono Kartodirdjo, op. cit, hlm 188. 25 Idem.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 29

chantage (pemerasan) dengan memaksa pemerintah untuk segera

mengabulkan tuntutannya tersebut.

Pada tanggal 1 Oktober 1939 GAPI mengadakan rapat umum di

Jakarta, dan dalam rapat tersebut banyak pihak menyambut baik manifesto

yang diajukan GAPI. Pihak-pihak tersebut banyak yang mengirimkan surat

pernyataan mendukung penuh aksi “Indonesia Berparlemen”. Selain berbagai

macam perkumpulan Indonesia, rupanya ada pula perkumpulan dari penduduk

Indonesia asing, yaitu Persatuan Arab Indonesia (PAI) yang mendukung aksi

ini. Ini membuktikan bahwa, selain rakyat Indonesia asli yang sangat

menginginkan Indonesia untuk segera membentuk parlemen, rupanya ada pula

orang Indonesia keturunan yang juga mendambakan hal tersebut sebagai

bentuk rasa cinta mereka terhadap tanah air ini. Ditambah lagi pada tanggal 23

Oktober 1939 di Sala diselenggarakan Konferensi PVPN (Persatuan

Vakbonden Pegawai Negeri) yang bertujuan mendukung aksi “Indonesia

Berparlemen”.

Setelah melihat berbagai macam tanggapan positif dari berbagai pihak

mengenai aksi “Indonesia Berparlemen”, maka disusunlah rencana untuk

segera menyebarluaskan manifesto tersebut ke segala pelosok Indonesia dan

oleh karena itu pada tanggal 23 November 1939 GAPI menyelenggarakan

rapat kembali membahas mengenai usaha untuk menyebarluaskan aksi

tersebut dengan membentuk organisasi yang lebih rapi, yakni pembentukan

Komite Parlemen Indonesia di daerah-daerah, yang nantinya aksi ini akan

dipergiat oleh anggota partai yang tergabung dalam GAPI. Langkah GAPI

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 30

tersebut didukung oleh hampir semua organisasi dan partai politik pergerakan,

kecuali Pendidikan Nasional Indonesia, yang menilai bahwa apa yang

dilakukan oleh GAPI tersebut sama saja dengan mengemis atau meminta-

minta kepada pihak Belanda.

Dengan dibentuknya Komite Parlemen Indonesia di daerah-daerah di

Indonesia, baik di Jawa maupun di luar Jawa maka terbentuklah panitia-

panitia lokal di bawah naungan GAPI. Tujuan dari dibentuknya panitia-panitia

lokal adalah untuk mempersiapkan Konggres Rakyat Indonesia yang akan

berlangsung pada tanggal 23 hingga 25 Desember 1945. Pada tanggal 17

Desember diadakan rapat panitia sebagai bentuk persiapan terakhir untuk

menyambut diselenggarakannya konferensi tersebut.

B. Menyelenggarakan Kongres Rakyat Indonesia

Pada tanggal 23-25 Desember 1939 diselenggarakanlah Kongres

Rakyat Indonesia di Gedung Permufakatan, Gang Kenari, Jakarta, dihadiri

oleh 99 utusan dari organisasi-organisasi nasional, termasuk organisasi-

organisasi non politik (organisasi-organisasi sosial, perkumpulan sekerja).

Tujuan dari diselenggarakannya Kongres ini adalah menjaga keselamatan dan

kesejahteraan rakyat Indonesia. Langkah awal yang dilakukan adalah harus

segera dibentuknya parlemen, sebagai salah satu realisasi dalam aksi

“Indonesia Berparlemen”. Dalam kongres ini pula dihasilkan beberapa

keputusan penting, seperti berikut:

a. Penyusunan program kerja Kongres Rakyat Indonesia yang ditugaskan

kepada perwakilan GAPI, Persatuan Vakbonden Pegawai Negeri,

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 31

Persatuan Jurnalis Indonesia, dan Istri Indonesia. Dalam penyusunannya

GAPI akan bertindak sebagai badan pelaksana.

b. Yang menjadi anggota Kongres Rakyat Indonesia itu ialah perkumpulan-

perkumpulan dan partai-partai, yang cukup pentingnya, sedang sebagai

badan pekerja dari Kongres Rakyat Indonesia itu, ditunjuk GAPI federasi

dari partai-partai politik26.

c. Aksi “Indonesia Berparlemen” tetap diteruskan, dan Kongres Rakyat

Indonesia menetapkan GAPI sebagai pelaksananya.

d. Ditetapkannya bendera Indonesia “Merah Putih”, sebagai bendera

persatuan, bahasa Indonesia sebagai bahasa kesatuan, dan lagu Indonesia

Raya sebagai lagu kebangsaan.

Saat Kongres tersebut berlangsung disinggung pula mengenai sikap apa

yang harus dilakukan apabila pemerintah Belanda menolak gagasan mengenai

pembentukan parlemen tersebut. Pernyataan ini disampaikan oleh PPPI

(Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia). Perhimpunan ini juga menyarankan

apabila memang pada akhirnya manifesto ini ditolak, ada baiknya para

anggota dewan yang berjuang di bawah bendera kongres memilih mundur,

sebagai bentuk protes dari penolakan tersebut. Akan tetapi saran yang

disampaikan oleh PPPI yang dinilai tegas ini justru ditolak oleh GAPI. GAPI

malah memberi label bahwa PPPI merupakan perkumpulan kaum ekstremis,

sehingga akhirnya PPPI memilih mundur dari kongres. Usul PPPI ini pada

hakikatnya dilontarkan untuk menjajaki, sampai mana para pemimpin nasional

26 A.K. Pringgodigdo, Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia, 1991, Jakarta, hlm. 164.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 32

yang tergabung dalam GAPI khususnya dan dalam kongres umumnya sanggup

memikul konsekuensi dari aksi “Indonesia Berparlemen”27. Bentuk penolakan

yang dilakukan oleh GAPI terhadap usulan PPPI ini justru memperlihatkan

bahwa GAPI masih memiliki rasa takut kepada pemerintah Belanda. Namun

apabila saran yang disampaikan oleh PPPI itu dijalankan, GAPI bisa

terperangkap ke dalam situasi yang gawat, karena ada kemungkinan pihak

pemerintah akan melakukan pengawasan ketat melalui peningkatan militer

untuk menindak organisasi-organisasi nasional, yang dapat berakibat buruk

bagi semua.

Pasca diselenggarakannya Kongres Rakyat Indonesia yang berlangsung

pada bulan Desember 1939 tersebut, oleh GAPI dibentuklah badan-badan

yaitu Komite Parlemen Indonesia di seluruh wilayah, yang tujuannya adalah

untuk memudahkan usaha meningkatkan program dari aksi “Indonesia

Berparlemen” di daerah-daerah. Panitia-panitia di daerah dianjurkan

mengadakan kursus-kursus dan rapat-rapat bersifat tertutup dan umum28.

Untuk menguatkan aksi tersebut, GAPI berusaha meyakinkan rakyat akan

kewajibannya untuk bersama-sama mewujudkan cita-cita bangsa29.

Ketika GAPI sedang memperjuangkan realisasi atas aksi “Indonesia

Berparlemen”, tiba-tiba muncul kabar mengenai telah dikirimkannya surat

permohonan pembentukan parlemen kepada Staten Generaal pada tanggal 16

Oktober 1939. Adapun yang bertindak demikian bukanlah GAPI melainkan

27 Slamet Muljana, op. cit, hlm 70. 28 Marwati Djoened Poesponegoro, op. cit, hlm. 233. 29 Idem.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 33

Golongan Nasional Indonesia yang dipimpin oleh Moh. Yamin dan disokong

oleh Parpindo, partainya. Hal yang dilakukan secara sepihak oleh GNI ini

memberikan gambaran tentang kesan bahwa, Moh. Yamin yang tidak diajak

dalam pembentukan GAPI, sebagai bentuk kekecewaannya, segera

membentuk GNI sebagai tandingannya. Ini dapat dilihat ketika GAPI

mengeluarkan manifesto mengenai aksi “Indonesia Berparlemen”, dengan

cepat GNI segera membuat permohonan kepada pemerintah Belanda. Hal

inilah yang menyebabkan terjadinya ketegangan antara kubu GAPI dengan

kubu GNI yang jelas sekali sangat ditunggu oleh pemerintah Belanda.

Pemerintah Belanda atas insiden tersebut justru memanfaatkannya sebagai alat

untuk menunda aksi “Indonesia Berparlemen”, serta melumpuhkan organisasi-

organisasi nasionalis tersebut.

Selain memanfaatkan ketegangan hubungan antara GAPI dan GNI,

pihak Belanda mulai melakukan tindakan-tindakan yang dinilai mengganggu

dominasi pemerintahan mereka, sehingga mulailah diberlakukan pengawasan

terhadap gerakan-gerakan kaum nasionalis, seperti yang dilakukan oleh

Procureur Generaal, H. Marcella yang telah memberikan instruksi rahasia

kepada polisi PID untuk mengawasi gerak-gerik Gerindo mulai tanggal 1

Februari 193930, atau beberapa bulan sebelum dibentuknya GAPI dan

dicetuskannya aksi “Indonesia Berparlemen”, begitu pula dengan partai-partai

lain seperti PSII dan Parindra, yang juga diawasi oleh polisi PID. Adapun

bentuk-bentuk dari pengawasan ini adalah dengan peringatan keras serta

30 Slamet Muljana, op. cit, hlm. 72.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 34

tindakan-tindakan yang dilakukan oleh polisi terhadap kegiatan yang

dilakukan oleh partai-partai tersebut, seperti rapat-rapat yang diselenggarakan

oleh partai politik, misalnya yang dilaksanakan Parindra di Medan pada bulan

Desember 1939 dengan sepihak dibubarkan oleh polisi. Rapat-rapat yang

dilaksanakan di Bengkulu dan Cirebon pada bulan Januari-Februari juga

mengalami kesulitan masalah berkenaan dengan perizinan oleh pihak polisi.

Sikap reaktif yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda

terhadap GAPI, mendapat tanggapan beragam, tak terkecuali oleh G.F. Pijper,

seorang Penasehat Urusan Dalam Negeri pemerintah kolonial Belanda. Pijper

mengemukakan bahwa pihak Belanda tidaklah perlu bertindak terlalu keras

terhadap program yang sedang digalakkan oleh GAPI, terutama terhadap

program aksi “Indonesia Berparlemen”, karena menurutnya berhasil atau

tidaknya program tersebut tergantung dari keputusan yang dilakukan oleh

pemerintah Belanda, apakah mereka menyetujui program tersebut, ataukah

mereka justru menolaknya, sehingga dapat dikatakan bahwa program yang

tengah diperjuangkan oleh GAPI tersebut gagal.

Pada awal Februari datanglah jawaban dari Menteri Welter, selaku

menteri jajahan mengenai masalah aksi “Indonesia Berparlemen”31. Menurut

pendapat Welter, diakui bahwa adalah hal yang wajar dan sah apabila menurut

perkembangan masyarakat, baik dalam bidang materiel maupun spiritual, akan

muncul kecakapan dan kegairahan dalam masyarakat itu untuk memegang

31 Sartono Kartodirdjo, op. cit, hlm. 190.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 35

peranan dalam kerangka kelembagaan politik yang pada saat itu ada32.

Ditambahkan pula bahwa aksi “Indonesia Berparlemen” tidaklah perlu, karena

selama Belanda masih memegang penuh tanggung jawab kebijakan politik dan

ketatanegaraan di Indonesia, maka selama itu pula tidak diperbolehkannya

pembentukan parlemen di Indonesia. Dengan ditolaknya program aksi

“Indonesia Berparlemen” oleh pemerintah Belanda, jelas menimbulkan

kekecewaan yang dirasakan oleh rakyat Indonesia di mana-mana. Ditambah

lagi dengan alasan yang mendasari penolakan terhadap program aksi tersebut

yang menyatakan bahwa bangsa Indonesia belumlah sanggup dalam mengatur

dirinya dan wilayahnya sendiri. Penolakan yang dikeluarkan pemerintah

Belanda ini dilakukan pada tanggal 10 Februari 1940.

Penolakan aksi “Indonesia Berparlemen” oleh pemerintah Belanda

justru semakin membuat GAPI menjadi tak gentar, dan badan konsentrasi

nasional ini semakin gencar dalam menjalankan aksinya. Ini dibuktikan oleh

GAPI pada tanggal 23 Februari 1940 dengan meneruskan program aksi

“Indonesia Berparlemen” dengan segera mendirikan Panitia Parlemen

Indonesia. Pembentukan badan kepanitiaan ini mendapatkan dukungan dari

Paguyuban Pasundan, Parindra, PSII, dan anggota GAPI lainnya. Segera

dibentuknya badan kepanitiaan ini didasarkan atas posisi Belanda yang

semakin gawat.

Gagasan yang diusung oleh GAPI tersebut, tetap dibahas dalam Tweede

Kamer ketika membahas mengenai anggaran belanja Hindia Belanda yang

32 Idem.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 36

dilakukan pada tanggal 26 Februari hingga tanggal 6 Maret 1940. Dalam

pembahasan tersebut, sayangnya tuntutan yang diusung oleh GAPI ini hanya

mendapat dukungan dari Social Demokratische Arbeiders Partij (SDAP) dan

Stokvis, sedangkan partai lainnya menolak, begitu juga dengan pers Belanda

yang pada umumnya juga menolak tuntutan yang diusung oleh GAPI. Alasan

yang melatarbelakangi penolakan mereka adalah sama dengan yang

dikemukan oleh pemerintah Belanda. Namun partai-partai dan pers Belanda

yang menolak tersebut juga menambahkan perlunya pemerintah Belanda

segera melakukan perubahan sistem pemerintahan Belanda di Indonesia,

mengingat situasi internasional terutama di wilayah Eropa yang semakin

genting dan gawat. Adapun mosi yang diajukan oleh kedua partai pendukung

GAPI, yaitu SDAP dan Stokvis adalah permohonan kepada pemerintah

Belanda untuk meninjau kembali keputusan sebelumnya untuk memberikan

Indonesia kewenangan politik, akan tetapi pada akhirnya mosi tersebut tetap

ditolak oleh Menteri Jajahan Welter. Selain itu dalam pengambilan suara,

mosi yang diusung oleh kedua partai ini mengalami kekalahan dalam

pengumpulan suara, sehingga dapat dikatakan bahwa gagasan “Indonesia

Berparlemen” ditolak oleh pemerintah tertinggi Belanda.

Ditolaknya gagasan aksi “Indonesia Berparlemen” yang dilakukan oleh

pemerintah Belanda pada tanggal 10 Februari 1940 dan kekalahan dalam

pemungutan suara dalam Twedee Kamer, membuat GAPI pada tanggal 5

Maret 1940 melancarkan manifesto yang menyatakan bahwa aksi “Indonesia

Berparlemen” merupakan soal yang serius, dan gagasan ini mempertaruhkan

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 37

kehormatan segenap bangsa Indonesia, oleh karenanya maka aksi ini perlu

ditingkatkan dan bagaimanapun parlemen harus diteruskan sampai berhasil.

Manifesto ini didukung sepenuhnya oleh Parindra dan Paguyuban Pasundan.

Setelah dibentuknya Panitia Parlemen Indonesia pada tanggal 23 Februari

1940, aksi “Indonesia Berparlemen” segera dilanjutkan sebagai bentuk

keseriusan bahwa bangsa Indonesia ingin merdeka dan mandiri dalam

mengatur negaranya sendiri tanpa ada campur tangan dari pemerintah

Belanda. Meskipun aksi ini mendapatkan penolakan dari pemerintah Belanda,

yang secara tidak langsung memperlihatkan kesan bahwa sebenarnya

pemerintah Belanda memang tidak ada keinginan sama sekali untuk

memberikan kepercayaan dan wewenang politik kepada Indonesia untuk

menjadi negara yang merdeka dan dapat mengatur pemerintahannya sendiri,

karena Belanda sendiri memang ingin menguasai mutlak Indonesia agar tetap

menjadi tanah jajahannya. Penolakan yang dilakukan oleh Belanda ini juga

menyebabkan perubahan sikap dari pihak kooperatif yang awalnya bersikap

baik dan cenderung lunak kepada Belanda justru berubah sikap menjadi mulai

tidak mempercayai pemerintah Belanda.

Pada tanggal 10 Mei 1940, ketika wilayah Belanda diduduki oleh

tentara Nazi Jerman, para pemimpin Belanda melarikan diri ke London

Inggris. Mengetahui situasi demikian, rakyat Indonesia gembira, tetapi juga

bersimpati kepada bangsa Belanda, sehingga ada kesediaan kerjasama antara

Indonesia dan Belanda dalam usaha penanggulangan masalah perang yang

perlu ditingkatkan. Melihat kondisi Belanda yang demikian, justru Indonesia

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 38

harus berperan aktif dalam membantu Belanda, agar Indonesia mendapatkan

kepercayaan yang lebih besar dari Belanda, sehingga bangsa Indonesia dapat

memperjuangkan tuntutannya untuk merdeka dan segera dibentuknya

parlemen.

Meskipun wilayah Belanda diduduki oleh tentara Nazi Jerman,

pengawasan pemerintah Belanda terhadap partai-partai dan organisasi-

organisasi politik Indonesia tidak mengendor. Semakin berkobarnya semangat

bangsa Indonesia untuk menuntut kemerdekaan, semakin ketat pula

pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah Belanda terhadap segala

kegiatan yang dilakukan oleh partai-partai maupun organisasi-organisasi

politik. Gubernur Jendral Tjarda van Starkenborg-Stachouwer pada tanggal 15

Juni 1940 mengumumkan, bahwa Indonesia memasuki situasi berperang

sehingga mengharuskan dilarangnya partai-partai politik untuk berkumpul dan

bersidang, dan apabila harus mengadakan sidang mereka harus mendapatkan

izin dari pemerintah setempat. Gubernur Jendral juga menegaskan bahwa

segala macam rencana mengenai perubahan ketatanegaraan seperti yang

diperjuangkan oleh kaum nasionalis Indonesia harus ditunda dahulu hingga

perang usai. Pernyataan tersebut jelas membuat rakyat Indonesia termasuk

pula kaum nasionalis kecewa. Apalagi rakyat Indonesia sudah banyak

membantu pihak Belanda, seperti dengan menyerahkan sebagian derma sosial

yang dilakukan oleh pemuda-pemuda Suryawirawan dari Parindra Jawa Timur

setiap tanggal 20 Mei untuk membantu dana perang Belanda.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 39

Penolakan pemerintah Belanda terhadap tuntutan tersebut membuat

rakyat Indonesia termasuk kaum nasionalis menjadi bosan dengan sikap

Belanda, karena sudah bisa ditebak apapun gagasan yang mereka usung demi

masa depan Indonesia yang merdeka hasilnya akan sama saja, pemerintah

Belanda akan selalu menolaknya. Sikap Belanda tersebut juga semakin

membuat jurang pemisah yang amat dalam antara pemerintah Belanda dengan

rakyat Indonesia. Kepercayaan rakyat Indonesia terhadap pemerintahan

Belanda makin menipis, sehingga muncul pandangan baru bahwa tak ada

gunanya memohon dan menaruh harapan besar terhadap pemerintah kolonial,

karena sampai kapanpun Belanda tak akan pernah mau menerima dan

mengabulkan tuntutan rakyat Indonesia.

Sikap konservatif Belanda terhadap aspirasi-aspirasi nasional bangsa

Indonesia semakin menumbuhkan kesadaran akan solidaritas nasional dalam

diri rakyat Indonesia. Hal ini jugalah yang membuat fokus utama dari kaum

nasionalis dalam menjalankan usahanya untuk memperjuangkan Indonesia

menjadi negara yang merdeka yang awalnya ditujukan kepada pemerintah

Belanda, kini lebih difokuskan kepada rakyat Indonesia, yang tentu sangat

mendukung gagasan mulia itu, karena rakyat Indonesia sangat menginginkan

Indonesia menjadi negara yang merdeka dan berdaulat penuh.

C. Mengeluarkan Resolusi Perubahan Ketatanegaraan

Sikap penolakan pemerintah Belanda dalam menanggapi program aksi

“Indonesia Berparlemen” yang diajukan oleh GAPI, memperlihatkan

ketidakseriusan pihak pemerintah Belanda terhadap usaha-usaha yang

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 40

dilakukan oleh GAPI dan kaum nasionalis Indonesia. Hal inilah yang dilihat

oleh Gabungan Politik Indonesia sehingga pada bulan Agustus, akhirnya

GAPI mengeluarkan sebuah resolusi yang bertujuan untuk mengadakan

perubahan ketatanegaraan dengan didasarkan atas hukum tatanegara dalam

masa genting (Nood Staatsrecht). Adapun isi dari resolusi ini adalah:

1. Mendesak pemerintah, supaya membentuk parlemen dengan jalan

mengubah Dewan Rakyat (Volksraad) yang ada sekarang, dengan

melakukan pemilihan anggota-anggotanya berdasarkan atas suatu aturan

dan pemilihan tersebut dipilih langsung oleh rakyat, sehingga semua

golongan dalam negeri ini memiliki perwakilan yang sepantasnya.

2. Juga supaya mengubah kedudukan kepala-kepala departemen, sehingga

mereka itu menjadi menteri-menteri yang bertanggungjawab pada

parlemen itu33.

Dan kepada rakyat serta organisasi-organisasi politik, sosial, dan ekonomi

yang tidak tergabung dalam GAPI supaya membantu dan menyokong usaha

GAPI dalam menjalankan usahanya tersebut. Resolusi yang dibuat oleh GAPI

ini kemudian dikirimkan kepada Gubernur Jendral, Volksraad, Ratu

Wihelmina, dan Kabinet Belanda yang berada di London.

Keseriusan GAPI dalam menjalankan aksi demi tercapainya tuntutan

yang diusung akhirnya mendapatkan respon dari Volksraad, yang

mendapatkan usulan dari beberapa anggotanya yang merupakan bangsa

Indonesia. Adapun tanggapan Volksraad adalah menyatakan bahwa

33 A.K. Pringgodigdo, op. cit, hlm. 164.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 41

pemerintah berjanji untuk membentuk sebuah komisi yang mempunyai tugas

untuk mengumpulkan bahan-bahan atau hal-hal apa sajakah yang menjadi

keinginan dari bangsa Indonesia. Oleh karena itu pada tanggal 14 September

1940 dibentuklah Commissie Tot Bestudeering van Staatsrechtelijke

Hervormingen (Komisi untuk menyelidiki dan mempelajari perubahan-

perubahan ketatanegaraan)34. Pada akhirnya komisi ini lebih dikenal dengan

nama Komisi Visman, karena komisi ini diketuai oleh Dr. F.H. Visman35.

Tujuan lain dari pembentukan komisi ini adalah untuk memperlihatkan kepada

bangsa Indonesia, terutama kepada kaum nasionalis apabila sebenarnya

pemerintah Belanda itu memperhatikan gagasan-gagasan yang diusung oleh

kaum nasionalis.

Awal pembentukan komisi ini justru tidak mendapatkan sambutan yang

baik dari anggota-anggota Volksraad, ini juga dilakukan oleh GAPI yang

dengan sangat jelas menyatakan ketidaksetujuannya dengan adanya

pembentukan komisi tersebut. Hal ini dikarenakan bahwa, dengan membentuk

komisi Visman tersebut maka sudah cukuplah memperlihatkan bentuk

perhatian pemerintah Belanda terhadap aksi-aksi kaum nasionalis yang

menuntut untuk dibentuknya parlemen di Indonesia, selain itu dibentuknya

komisi tersebut justru memperlihatkan seolah-olah pemerintah tidak

mengetahui apa yang diinginkan dan dicita-citakan oleh bangsa Indonesia,

padahal sebenarnya pemerintah Belanda sudah mengetahui apa yang

dikehendaki oleh rakyat Indonesia, karena sudah jelas dipaparkan dalam petisi

34 Marwati Djoened Poesponegoro, op. cit, hlm. 239. 35 Idem.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 42

Soetardjo dan program aksi “Indonesia Berparlemen”, yang semuanya ditolak

oleh pemerintah Belanda. Ditambahkan lagi menurut pendapat GAPI dan juga

oleh kaum pergerakan lainnya, bahwa seperti dengan pengalaman sebelumnya

seperti pada tahun 1918, dibentuknya komisi tersebut tidak berpengaruh apa-

apa terhadap perbaikan nasib rakyat Indonesia.

Meskipun mendapatkan tanggapan yang dingin dari GAPI dan para

kaum nasionalis, pemerintah Belanda melalui komisi Visman berniat untuk

membahas mengenai keinginan bangsa Indonesia dalam menuntut adanya

perubahan ketatanegaraan, oleh karena itu maka komisi Visman berniat untuk

mengadakan pertemuan dengan GAPI. Undangan dari komisi Visman

tersebut disambut baik oleh GAPI, dan rencana pertemuan antara GAPI dan

komisi Visman ini diselenggarakan pada bulan Januari 1941.

Sebelum diadakan pertemuan dengan komisi Visman, GAPI

menyelenggarakan konferensi pada tanggal 10 Desember 1940, dan konferensi

tersebut menghasilkan keputusan, yaitu akan menjelaskan lebih jauh mengenai

alasan mengapa GAPI sangat gencar dalam usaha pembentukan parlemen

Indonesia yang diusung dalam program aksi “Indonesia Berparlemen”, serta

tujuan lainnya supaya hal ini dapat disiarkan ke seluruh Indonesia untuk

semakin memudahkan dalam memprogandakan program tersebut melalui

Panitia Indonesia Berparlemen yang sudah didirikan di seluruh Indonesia.

Pembuatan mengenai rancangan penjelasan (Nedere Preciseering) dilakukan

oleh sekretariat GAPI, yaitu Abikoesno (penulis umum), A.K. Gani (penulis

2), dan Soekardjo Wirjopranoto (bendahara), serta dibantu oleh Sam

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 43

Ratulangi, Mr. Sartono, dan M.H. Thamrin. Adapun pembuatan rancangan ini

dibuat untuk dikemukakan dalam pertemuan yang dilakukan oleh Komisi

Visman dan GAPI pada tanggal 31 Januari 194136.

36 Slamet Muljana, op. cit, hlm. 79.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 44

BAB IV

KONTRIBUSI GABUNGAN POLITIK INDONESIA DALAM

PERJUANGAN KEMERDEKAAN INDONESIA PADA TAHUN 1939-1941

Pertemuan yang dilakukan antara komisi Visman dan Gabungan Politik

Indonesia yang dilangsungkan pada tanggal 31 Januari 1941, memberikan kesempatan emas kepada GAPI untuk menjelaskan mengenai gagasan yang diusung mengenai pembentukan parlemen di Indonesia, yaitu program aksi

“Indonesia Berparlemen”, yang sedang sangat gencar disebarluaskan kepada rakyat Indonesia di depan komisi Visman. Dalam pertemuan yang dilakukan antara GAPI dan komisi Visman ini adalah diberinya kuasa kepada GAPI agar dapat menyelenggarakan kembali Kongres Rakyat Indonesia ke II.

Selama penyelenggaraan pertemuan antara GAPI dan komisi Visman berlangsung, dijelaskan pula mengenai rancangan bentuk dan susunan parlemen yang dicita-citakan oleh GAPI, yang meliputi bentuk dan susunan parlemen, cara perekrutan anggota parlemen, serta tugas para aparatur negara apabila pembentukan parlemen yang telah dirancang benar-benar dikabulkan realisasinya oleh pemerintah Belanda.

A. Terbentuknya Rancangan Susunan Parlemen Bentukan GAPI

Parlemen adalah suatu badan tertinggi dalam sebuah negara yang

bertugas untuk membuat undang-undang. Parlemen juga berperan dalam

menetapkan segala macam peraturan-peraturan yang sesuai dengan

44

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 45

kepentingan negara. Adapun bentuk parlemen yang dirancang oleh GAPI

sendiri terdiri atas dua kamar, yaitu Kamar Pertama dan Kamar Kedua. Orang

diperbolehkan menjadi anggota parlemen ialah warga negara Indonesia (Staat-

Burger, laki-laki, dan wanita). Dalam pemilihan anggota parlemen, GAPI juga

mempunyai kriteria sendiri dalam perekrutan anggota parlemen untuk tiap

kamar, yaitu:

1. Anggota parlemen kamar pertama terdiri atas perwakilan dari segala

golongan dan kelompok masyarakat yang dipilih dengan aturan tertentu.

2. Anggota parlemen kamar kedua diisi oleh orang-orang yang dipilih

langsung oleh rakyat, dan nantinya para kandidat yang berhasil masuk

dalam parlemen kamar kedua ini didasarkan atas perbandingan jumlah

suara yang telah dikumpulkan dari tiap daerah-daerah.37

Untuk jumlah anggota pada tiap kamar parlemen diisi kurang lebih 100 hingga

200 orang anggota.

Dalam rancangan pembentukan parlemen yang disusun oleh GAPI,

rakyat Indonesia mempunyai hak pilih, karena hak pilih itu adalah hak tiap

warga negara. Salah satu bentuk dari penggunaan hak pilih tersebut, ialah

dalam pemilihan anggota parlemen kamar kedua.

Adanya parlemen ini menunjukkan bahwa Indonesia sudah menjadi

sebuah Negara, oleh karena itu nantinya Indonesia harus dipimpin oleh

seorang Pemimpin Negara. Dalam kerjanya seorang Pemimpin Negara

mempunyai hak veto yang tidak dapat diganggu gugat oleh pihak lain.

37 A. K. Pringgodigdo, op. cit, hlm. 147.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 46

Pemimpin Negara mempunyai kekuasaan dalam menjalankan undang-undang.

Selain itu nantinya dalam menjalankan tugasnya Pemimpin Negara dibantu

oleh para menteri yang telah diangkatnya. Menteri-menteri tersebut

bertanggung jawab pada tugas-tugas mereka sesuai dengan bidang kerja yang

telah ditentukan oleh Pemimpin Negara. Menteri apabila kinerjanya dinilai

tidak memuaskan dapat diberhentikan oleh Pemimpin Negara setelah

bermusyawarah dengan Parlemen.

Pemimpin Negara selain dibantu oleh menteri-menteri juga dibantu oleh

Badan Nasehat (Majelis Negara), yang anggota badan ini diangkat dan

diberhentikan oleh Pemimpin Negara. Nantinya apabila Indonesia sudah

menjadi negara yang berdaulat akan tetap bekerjasama dengan Belanda yang

saman-sama tergabung dalam Serikat Negara-Negara (Statenbond).

Pada tanggal 14 Februari 1941 di gedung Raad van Indie, Jakarta, di

depan para anggota Komisi Visman, GAPI mengajukan usul demi tercapainya

dan terealisasinya pembentukan parlemen yang GAPI gagas melalui program

aksi “Indonesia Berparlemen” ini. GAPI melakukan upaya-upaya realisasi

gagasannya tersebut, yaitu dengan meminta pemerintah Belanda untuk segera

mengadakan perubahan-perubahan politik dalam rangka pembangunan

ketatanegaraan di Indonesia. GAPI juga menyarankan langkah-langkah apa

saja yang harus dilakukan oleh Pemerintah Belanda dalam rancangan

konstruksi ketatanegaraan Indonesia, yaitu:

1. Mengangkat seorang pribumi Indonesia sebagai wakil dari Gubernur

Jendral.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 47

2. Mengangkat seorang pribumi Indonesia menjadi wakil Direktur tiap-tiap

departemen milik pemerintah.

3. Mengangkat lebih banyak orang Indonesia untuk menjadi anggota dalam

Dewan Hindia (Raad van Indie).

4. Membentuk badan baru selain Dewan Rakyat, yaitu Kamar Rakyat.

5. Mengadakan pemilihan anggota-anggota yang nantinya menduduki Kamar

Rakyat, adapun yang memilih para anggota tersebut adalah rakyat

langsung di daerah-daerah.

6. Memberikan hak memilih kepada semua rakyat, baik wanita maupun laki-

laki. Juga menunjuk wanita atau laki-laki untuk membantu atau para

pemilih yang buta huruf38.

Adapun maksud dari dibentuknya Kamar Rakyat ini adalah untuk

bersama dengan Dewan Rakyat bekerja sama, karena sama-sama merupakan

bagian dari Badan Perwakilan Rakyat. Badan ini dengan pemerintah Belanda

sama-sama merupakan Self-Government (Pemerintahan sendiri) Indonesia,

yang bertugas mengatur semua urusan yang menyangkut urusan Negara,

seperti anggaran belanja dan urusan-urusan lainnya. Pemerintah Kerajaan

Belanda dan Self-Government Indonesia nantinya bersama-sama menetapkan:

1. Bentuk konstitusi Indonesia, bukan saja hanya mengawasi pembangunan

ketatanegaraan, tetapi juga bidang lainnya, seperti bidang sosial-ekonomi

dalam masyarakat yang semuanya itu didasarkan atas demokrasi

Parlementer.

38 Ibid., hlm. 148.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 48

2. Hubungan hukum antara Belanda dengan Indonesia, tetapi juga dengan

negara-negara lainnya.

3. Membuat peraturan mengenai masalah pertahanan Negara39.

Perubahan ketatanegaraan tersebut dilaksanakan dalam jangka waktu

lima tahun, selain itu juga diusulkan menggunakan Staatsnoodrect (Hukum

Ketatanegaraan Darurat). Usul yang dikemukakan oleh GAPI ini kemudian

dikenal dengan “Memorandum GAPI”. Memorandum tersebut diserahkan

kepada Komisi Visman oleh Abikoesno. Diterangkan pula bahwa GAPI

menerima pernyataan-pernyataan dukungan dan persetujuan dari 21.047 orang

dan 246 perkumpulan mengenai program aksi “Indonesia Berparlemen”

tersebut. Hal inilah yang juga membuktikan bahwa dalam menggagas aksinya

tersebut GAPI berasal dari hasil pemikiran yang didasarkan atas keinginan dan

harapan bangsa Indonesia yang menghendaki Indonesia menjadi negara yang

merdeka dan berdaulat. Tanggapan akan pertemuan tersebut datang dari kaum

pergerakan yang menganggap pertemuan tersebut tidak menghasilkan hal-hal

yang baru dan justru mereka menganggap bahwa usaha yang dilakukan oleh

GAPI sudah tidak radikal seperti awal pembentukannya.

Sesuai dengan dugaan dari para kaum pergerakan pada bulan April

1941, Menteri Jajahan Welter dan van Kleffens berkunjung ke Indonesia

untuk melihat keadaan di sini. Dengan datangnya Menteri Jajahan tersebut

harapan yang telah diusung oleh GAPI akhirnya ditumpukan kepadanya, akan

39 Ibid., hlm. 149.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 49

tetapi Welter tidak memberikan solusi ke depannya ke arah perubahan

ketatanegaraan Indonesia.

B. Terbentuknya Majelis Rakyat Indonesia

Harapan akan pembentukan parlemen di Indonesia semakin sirna

setelah Ratu Belanda menyampaikan pidato kenegaraan. Dalam rangka

pengembangan gagasan mengenai perubahan ketatanegaraan, pidato radio

Ratu Wilhelmina pada tanggal 10 Mei 1941 merupakan peristiwa yang

menarik40. Hal ini dikarenakan dalam pidatonya tersebut, Ratu menegaskan

bahwa beliau membuka kesempatan yang seluas-luasnya mengenai harapan-

harapan serta gagasan-gagasan mengenai usaha untuk mencari penyesuaian

terhadap perubahan situasi sekarang. Ratu juga menambahkan oleh karenanya

maka dibutuhkanlah harapan, keinginan, serta gagasan yang nantinya akan

digunakan sebagai bahan pertimbangan. Pada prinsipnya Ratu bersedia

mempertimbangkan penyesuaian struktur daerah seberang serta kedudukannya

dalam kerajaan41. Pidato tersebut kemudian dilanjutkan oleh Gubernur Jendral

yang menyatakan bahwa seusai perang akan diadakan Konferensi Kerajaan

yang nantinya akan dihadari oleh berbagai unsur dari wilayah Kerajaan.

Pidato Ratu Wilhelmina di London tersebut justru ditanggapai dengan

rasa kecewa dan apatis dari rakyat Indonesia, juga oleh kaum nasionalis.

Segala aksi dan usaha untuk melaksanakan rancangan kerjasama dengan

pemerintah Belanda menjadi sia-sia dengan keluarnya Soetardjo

Kartohadikoesoemo dari Volksraad.

40 Sartono Kartodirdjo, op. cit, hlm. 194. 41 Idem.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 50

Perang Dunia II menyebabkan situasi dunia menjadi semakin tak

menentu, begitu dengan posisi Belanda di Indonesia menjadi semakin sulit.

Kesulitan inilah yang menyebabkan pemerintah Belanda harus bersiap-siap

dengan segala kemungkinan yang ada. Dengan mendesaknya front perang ke

arah selatan antara lain pendudukan Indonesia oleh Jepang42, maka pemerintah

kolonial Belanda mulai mengerahkan tenaga untuk mempertahankan

Indonesia. Adapun cara yang harus ditempuh oleh pemerintah adalah dengan

membentuk tentara milisi bumiputera, hal ini dikarenakan kekuatan KNIL dan

Marine milik kerajaan tidak memadai sehingga harus dibentuk segera bantuan

militer.

Pembentukan tentara milisi bumiputera sebenarnya pernah dibahas

sejak tahun 1915 pada saat Perang Dunia I oleh kaum pergerakan nasional,

yaitu oleh Budi Utomo dan Sarekat Islam. Rencana milisi bumiputera pada

waktu itu disebut dengan aksi “Indie Weerbar”, akan tetapi gagasan tersebut

pada akhirnya tidak jadi direalisasikan. Setelah Perang Dunia II meletus

pemerintah Belanda sudah sangat terdesak untuk membentuk milisi

bumiputera guna membantu pemerintah kolonial Belanda dalam menghadapi

serangan Jepang. Adapun yang melatarbelakangi gagasan dari pihak

pemerintah Belanda ini adalah untuk membantu memperkuat angkatan perang

yang sudah ada tanpa harus menyediakan anggaran yang sangat besar. Oleh

karena itu munculah gagasan mengenai peraturan wajib bela (Inheemse

Militie) yang dikenakan kepada rakyat Indonesia. Mobilisasi tentara

42 Ibid., hlm. 195.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 51

bumiputera inipun hanya bersifat sementara saja, karena apabila perang telah

usai milisi bumiputera akan dibubarkan. Pihak pemerintah kolonial juga hanya

membutuhkan tenaga sekitar lima sampai enam ribu saja.

Rencana pembentukan milisi bumiputera ini akan dikemukakan oleh

pemerintah dalam sidang Volksraad yang diselenggarakan pada bulan Juni dan

Juli tahun 1941. Rupanya gagasan dari pemerintah kolonial Belanda mengenai

pembentukan milisi bumiputera mendapat tanggapan keberatan dari pihak

kaum nasionalis Indonesia yang kecewa dengan ditolaknya aksi pembentukan

parlemen oleh pemerintah kolonial Belanda. Oleh karena itu pihak kaum

nasionalis menyatakan bahwa mereka menolak gagasan mengenai milisi

bumiputera, seperti yang dilakukan oleh Parindra, salah satu anggota GAPI

yang dalam kongresnya pada tanggal 29 hingga 30 Juni 1941 memutuskan

keberatan atas gagasan pemerintah kolonial Belanda mengenai pembentukan

milisi bumiputera. Adapun alasan yang mendasari sikap keberatan ini adalah,

bahwa gagasan pembentukan milisi bumiputera yang dilakukan oleh

pemerintah kolonial Belanda dinilai sangat terlambat, karena baru muncul saat

situasi sudah genting43. Selain itu peraturan dalam sistem perekrutan anggota

milisi bumiputera berbeda sekali dengan sistem perekrutan dalam wajib milisi

di Belanda, serta ada kemungkinan apabila nantinya para pemuda yang sudah

menjadi anggota milisi justru ditugaskan di luar negeri, padahal Indonesia

sangat membutuhkan tenaga mereka. Juga dalam mengeluarkan gagasan

tersebut, pemerintah kolonial tidak pula menindaklanjuti tuntutan rakyat

43 Slamet Muljana, op. cit, hlm 85.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 52

Indonesia untuk segera dibentuknya parlemen. Sikap keberatan Parindra ini

disampaikan oleh Soekardjo Wirjopranoto dalam sidang Volksraad, selain itu

beliau juga mengancam akan berhenti dari Dewan Rakyat apabila gagasan

mengenai pembentukan milisi bumiputera dikabulkan oleh Dewan Rakyat.

Dalam sidang Volksraad yang membahas mengenai pembentukan milisi

bumiputera, beberapa anggota seperti Parindra, Partai Islam Indonesia,

Paguyuban Pasundan, dan Gerindo menolak rancangan yang digagas oleh

pemerintah tersebut. Hal tersebut disebabkan Volksraad tidak mempunyai hak

untuk menyetujui gagasan tersebut, karena yang dapat memutuskan gagasan

tentang pembentukan milisi bumiputera adalah parlemen, dan sampai

kapanpun gagasan tersebut tak akan disetujui atau diputuskan selama tidak

adanya parlemen. Bentuk penolakan yang dilakukan oleh kaum nasionalis

Indonesia ini dapat dianggap sebagai bentuk protes terhadap sikap pemerintah

kolonial Belanda yang sebelumnya selalu menolak gagasan pembentukan

parlemen di Indonesia.

Pada tanggal 4 Juli 1941 diadakan rapat Volksraad yang membahas

mengenai rencana ordonansi44 milisi bumiputera. Dalam rapat tersebut

Parindra tidak ikut serta sebagai bentuk protes mereka terhadap sikap

Volksraad, dan rupanya apa yang telah diperkirakan oleh Parindra terjadi juga,

karena pada tanggal 11 Juli 1941, rencana ordonansi milisi bumiputera

disetujui oleh Volksraad, keputusan ini didapat berdasarkan hasil pemungutan

suara yang dilakukan oleh anggota-anggota Volksraad.

44 Ordonansi, penyampai laporan/perintah (militer).

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 53

Keputusan Volksraad dengan mengabulkan gagasan pemerintah

kolonial Belanda mendapat tanggapan dingin dari rakyat Indonesia. Selain itu

sebagai bentuk protes dan rasa kecewa akan keputusan Dewan Rakyat

tersebut, semua organisasi nasional yang sejak awal memang menentang

pemerintah dan yang besikap kooperatif terhadap pemerintah mulai menjauhi

pemerintah kolonial Belanda, juga dengan Volksraad. Seperti yang dilakukan

oleh Fraksi Nasional dan GNI yang membentuk Fraksi Nasional Indonesia

(Frani), yang bertujuan untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Aksi

lainnya seperti yang dilakukan oleh PPBB dan beberapa organisasi lain

membentuk Indonesische Midden Groep (Golongan Tengah Indonesia) pada

tanggal 15 Juli 1941. Tujuan untuk mengadakan otonomi Indonesia dengan

sistem ketatanegaraan demokrasi45. Bentuk sikap menentang lainnya terhadap

pemerintah kolonial Belanda, adalah dengan tetap melancarkan program

GAPI, yaitu aksi “Indonesia Berparlemen”. Langkah yang harus dilaksanakan

adalah dengan membentuk parlemen partikelir sebagai tandingan dari pseudo-

parlemen buatan pemerintah, yaitu Volksraad.

Pembentukan parlemen partikelir yang digagas oleh GAPI dan kaum

nasionalis lainnya terjadi pada tanggal 13 hingga 14 September 1941 di

Yogyakarta pada saat digelarnya Kongres Rakyat Indonesia. Kongres tersebut

menghasilkan pembentukan Majelis Rakyat Indonesia yang berasaskan

demokrasi sebagai bentuk dari parlemen partikelir yang digagas oleh GAPI.

Selain badan konsentrasi nasional ini, organisasi lain yang terlibat di dalamnya

45 Sartono Kartodirdjo, op. cit, hlm. 189.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 54

adalah MIAI (Majlisul Islamil A’la Indonesia), PVPN (Persatuan Vakbonden

Pegawai Negeri). Tujuan dari dibentuknya Majelis Rakyat Indonesia adalah

sebagai badan perwakilan rakyat Indonesia yang berlandaskan demokrasi yang

memperjuangkan kesejahteraan rakyat. Tugas dari Majelis Rakyat Indonesia

adalah mengadakan dan mengurus kongres-kongres, menyelenggarakan rapat-

rapat umum, mempropagandakan program aksi “Indonesia berparlemen”, dan

mendengarkan aspirasi rakyat serta mengambil keputusan penting yang

berdasarkan atas aspirasi rakyat tersebut.

Kepengurusan Majelis Rakyat Indonesia dipimpin oleh Dewan

Pemimpin yang terdiri atas organisasi pendirinya, yaitu GAPI, MIAI, dan

PVPN. Sementara yang menjadi anggota dari majelis ini adalah semua

organisasi di Indonesia yang telah mendapatkan persetujuan dari rapat

anggota. Dibentuknya Majelis Rakyat Indonesia ini mendapatkan sambutan

baik dari berbagai pihak, seperti kaum nasionalis Indonesia dan termasuk pula

dari pihak pers yang menganggap bahwa pembentukan dari majelis ini

merupakan pelopor dari parlemen Indonesia.

Pembentukan Majelis Rakyat Indonesia membuat pemerintah kolonial

Belanda terganggu, karena desakan mengenai pembentukan parlemen tidak

hanya melalui Volksraad saja, tetapi juga melalui MRI. Hal itulah yang

membuat pemerintah kolonial Belanda memilih untuk bersikap diam. Sikap

diam pemerintah itu justru membuat kaum nasionalis menjadi semakin

jengkel, seperti yang ditunjukkan oleh Soekardjo Wirjopranoto pada tanggal

12 Agustus 1941. Soekardjo menyatakan bahwa segenap pikiran dan

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 55

tenaganya perlu dicurahkan untuk program aksi “Indonesia Berparlemen”,

karena menurutnya, semua warga Indonesia wajib mengikuti program aksi

tersebut. Sikap Soekardjo ini mengundang amarah dari pihak pemerintah

Belanda, dan yang menjadi sasaran kemarahan adalah Fraksi Nasional

Indonesia di Dewan Rakyat. Adapun alasan yang disampaikan oleh pihak

pemerintah Belanda pada saaat sidang Volksraad adalah, dibentuknya Fraksi

Nasional Indonesia bukan semakin mempererat tali persatuan dan kesatuan,

tetapi justru memecah belah karena tuntutan-tuntutan yang diusung oleh kaum

nasionalis tersebut.

Situasi dunia yang semakin genting menyebabkan para kaum nasionalis

harus bergerak cepat dalam menjalankan aksinya. Oleh karena itu pada

tanggal 16 November 1941, Dewan Pemimpin MRI dengan anggotanya yang

berjumlah 15 orang mengadakan rapat, dan rapat tersebut menghasilkan

keputusan agar Dewan Pemimpin segera melaksanakan pemilihan 3 orang

yang nantinya akan menduduki jabatan dalam Pengurus Harian Dewan

Pemimpin. Pemilihan ini dilakukan hingga menjelang Kongres Majelis Rakyat

Indonesia yang diselenggarakan pada bulan Mei 1942. Tujuan dari

diselenggarakannya Kongres Majelis Rakyat Indonesia adalah untuk semakin

memperkuat dan mematangkan program aksi “Indonesia Berparlemen”.

Dalam pemilihan tersebut akhirnya terpilihlah Mr. Sartono sebagai ketua,

Soekardjo Wirjopranoto sebagai penulis, dan Atik Suardi sebagai bendahara.

Ketika kaum nasionalis sedang berusaha keras melaksanakan strategi

agar segera dibentuknya parlemen, pemerintah kolonial Belanda justru tidak

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 56

memfokuskan diri pada aksi tersebut, hal ini dikarenakan fokus utama

pemerintah kolonial Belanda saat itu adalah situasi dunia internasional saat

Perang Dunia II berlangsung. Belanda khawatir terhadap strategi yang akan

dilakukan oleh Jepang, menyusul akan kegagalan perundingan antara

Indonesia dengan Jepang. Melihat situasi yang sudah sedemikian genting,

kemungkinan besar bisa saja Jepang menyerang Belanda dan Inggris secara

tiba-tiba, sehingga mereka bisa dengan mudah menguasai wilayah jajahan

milik Belanda dan Inggris. Oleh karena itu salah satu persiapan yang

dilakukan untuk menangkal serangan Jepang adalah seperti yang dilakukan

oleh Inggris dengan mempersiapkan kapal perang Prince of Wales dan

Reapulse di pesisir Singapura.

Pada tanggal 7 Desember 1941 angkatan udara perang Jepang telah

berhasil menyerang pangkalan militer milik Amerika Serikat di Pearl Harbour,

Hawai. Penyerangan sepihak yang dilakukan oleh Jepang tersebut

menyebabkan kekuatan militer Amerika Serikat yang awalnya sudah

terkonsentrasikan dalam menghadapi Perang Dunia II tiba-tiba

diluluhlantahkan oleh Angkatan Udara Jepang dalam sekejap. Dua hari pasca

penyerangan yang dilakukan oleh Jepang di pangkalan milter Amerika Serikat

di Pearl Harbour, hal yang paling dikhawatirkan oleh Belanda akhirnya

terjadi. Melalui radio Tokyo, Jepang mengklaim sudah berhasil menduduki

kota Bharu di pantai Timur Malaya. Pada tanggal 11 Desember 1941, Jepang

berhasil pula menenggelamkan kapal perang milik Inggris, yaitu Prince of

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 57

Wales dan Reapulse yang dilakukan oleh Kamikaze Jepang (Barisan Berani

Mati), yang berhasil masuk melalui cerobong kapal.

Hal-hal yang telah dilakukan oleh Jepang tersebut menyebabkan

pemerintah kolonial Belanda menjadi semakin gusar. Belum lagi dengan

strategi-strategi cerdik Jepang yang telah berhasil menarik hati rakyat

Indonesia, seperti dengan menyatakan bahwa mereka adalah saudara tua

Indonesia yang datang dari timur jauh untuk membebaskan Indonesia dari

penderitaan karena lama dijajah oleh Belanda, belum lagi Jepang selalu

memutar lagu Indonesia Raya di Radio Tokyo, hal inilah yang menjadikan

Jepang mendapatkan banyak simpati dari rakyat Indonesia.

Berbeda dengan Jepang yang memperoleh simpati dari rakyat

Indonesia, Belanda justru mendapat sikap antipati dari rakyat Indonesia. Sikap

demikian didasarkan atas pengalaman-pengalaman mengenai perilaku dan

sikap pemerintah kolonial yang cenderung menindas rakyat Indonesia, belum

lagi dengan sikap dingin pemerintah terhadap perjuangan yang dilakukan oleh

rakyat Indonesia juga oleh kaum nasionalis. Meskipun dalam perjuangannya

mendapatkan tentangan dari pemerintah Belanda, pada akhirnya tanggal 13

Desember 1941, GAPI dan MRI mengeluarkan manifesto mengenai kesetiaan

kedua badan tersebut kepada pemerintah kolonial Belanda. Sikap demikian

berbeda dengan sikap kedua badan tersebut setelah seringnya mendapat

penolakan dari pihak pemerintah kolonial Belanda mengenai program aksi

“Indonesia Berparlemen”.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 58

Di saat situasi semakin genting pada tanggal 25 Desember 1941

Abikoesno selaku salah satu petinggi GAPI dan MRI mengundurkan diri dari

kedua badan politik tersebut. Adapun alasan yang melatarbelakangi dari

keluarnya dia adalah mengenai sikap dari Mr. Sartono dan Soekardjo yang

sudah bertindak tidak sesuai dengan aturan-aturan GAPI dan MRI yang dibuat

sebelumnya46. Akibatnya dalam situasi yang tidak kondusif justru terjadi

perpecahan di GAPI dan MRI yang seharusnya dapat memanfaatkan

momentum saat pihak pemerintah kolonial Belanda dalam kondisi terjepit,

akibat ancaman akan ekspansi Jepang ke Indonesia.

46 A. K. Pringgodigdo, op. cit, hlm. 151.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 59

BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan atas pembahasan yang telah dijelaskan pada Bab II, Bab III, dan Bab IV, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Gabungan Politik Indonesia lahir pada tanggal 21 Mei 1939, merupakan

sebuah badan konsentrasi nasional yang dibentuk atas dasar inisiatif Parindra.

Badan ini dibentuk sebagai sikap dari ditolaknya Petisi Soetardjo oleh

pemerintah Belanda. Dibentuknya GAPI dipengaruhi pula oleh situasi dunia

internasional yang semakin kacau dan tidak menentu sehingga dibutuhkan

segera sebuah badan konsentrasi nasional untuk memperjuangkan kepentingan

rakyat Indonesia akibat dari sikap pemerintah Belanda yang tidak memikirkan

nasib rakyat Indonesia. GAPI dibentuk pada saat rapat resmi Panitia Persiapan

Pembentukan Badan Konsentrasi Nasional. Dibentuknya GAPI ini bertujuan

untuk:

a. Menganjurkan kepada semua partai politik nasional Indonesia untuk

bekerjasama.

b. Segera diselenggarakannya kongres Indonesia.

Adapun asas yang menjadi dasar dibentuknya GAPI adalah:

a. Hak untuk mengatur nasib sendiri.

b. Adanya persatuan bangsa Indonesia atas dasar demokrasi dalam bidang

politik, sosial, dan ekonomi.

59

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 60

c. Adanya kesatuan dalam aksi.

2. Dalam perkembangannya, peranan GAPI dalam memperjuangkan

kemerdekaan Indonesia adalah dengan menggagas program aksi “Indonesia

Berparlemen”. Gagasan ini disampaikan pada tanggal 4 Juli 1939 pada saat

rapat umum GAPI. Digagaskannya program aksi ini adalah untuk mendesak

pemerintah kolonial Belanda agar segera membentuk parlemen di Indonesia.

Hal ini dikarenakan adanya harapan supaya pemerintah kolonial Belanda

mendengarkan aspirasi rakyat Indonesia yang sangat menginginkan untuk

segera dibentuknya pemerintahan sendiri dengan jalan dibentuknya parlemen

sebagai wadah untuk menyalurkan asprasi rakyat Indonesia. Dikeluarkannya

manifesto tersebut mendapat sambutan yang luar biasa baik dari rakyat

Indonesia yang memang sudah sangat menginginkannya. Peranan lainnya

yang dilakukan oleh GAPI adalah mengadakan Kongres Rakyat Indonesia

yang berlangsung selama tiga hari, yaitu dari tanggal 23 Desember hingga

tanggal 25 Desember 1939. Kongres ini mempunyai agenda khusus dalam

usaha GAPI untuk merealisasikan program aksi “Indonesia Berparlemen”.

Adapun keputusan-keputusan yang dihasilkan dalam kongres ini adalah:

a. Dalam penyusunan program kerja diberikan kepada GAPI, Persatuan

Vakbonden Pegawai Negeri, dan Persatuan Jurnalis Indonesia.

b. Program aksi “Indonesia Berparlemen” akan tetap dilaksanakan, dan GAPI

menjadi pelaksananya.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 61

c. Ditetapkannya bendera “Merah Putih” sebagai bendera persatuan, bahasa

Indonesia sebagai bahasa kesatuan, dan lagu Indonesia Raya sebagai lagu

kebangsaan.

Tanggapan dari pemerintah kolonial Belanda mengenai program aksi

“Indonesia Berparlemen” adalah menolaknya, karena mereka beranggapan

bahwa hal tersebut tidaklah perlu. Akibatnya sikap yang dikeluarkan oleh

pemerintah Belanda ini menimbulkan kekecewaaan dari rakyat Indonesia.

Akan tetapi, meskipun mendapatkan penolakan dari pihak pemerintah

Belanda, tidak membuat GAPI gentar dan justru membuat pihaknya

mengeluarkan sebuah resolusi penting yang didasarkan atas hukum tata negara

dalam masa genting (Nood Staatsrecht), yang isinya meliputi:

a. Mendesak pemerintah untuk membentuk parlemen segera dengan

mengubah Dewan Rakyat (Volksraad) segera.

b. Mendesak pemerintah kolonial Belanda untuk segera mengubah

kedudukan kepala-kepala departemen agar menjadi menteri-menteri yang

berkompeten dan bertanggung jawab di parlemen.

3. Kontribusi GAPI dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia adalah dengan

disusunnya rancangan bentuk dan susunan parlemen negara Indonesia.

Penjelasan mengenai rancangan bentuk dan susunan buatan GAPI ini

dikeluarkan pada tanggal 31 Januari 1941 pada saat diadakannya pertemuan

dengan Komisi Visman. Adapun bentuk parlemen menurut rancangan GAPI

terdiri atas dua kamar, yaitu Kamar Pertama yang anggotanya terdiri atas

perwakilan kelompok atau golongan yang dipilih melalui aturan tertentu.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 62

Pada Kamar Kedua, anggotanya berdasarkan atas hasil pemilihan yang

dilakukan oleh rakyat secara langsung. Untuk anggota parlemen GAPI

menghendaki antara 100 hingga 200 orang. Selain merancang bentuk dan

susunan parlemen, GAPI pada tanggal 13 hingga 14 April 1941 di

Yogyakarta, atas prakarsa GAPI diselenggarakanlah Kongres Rakyat

Indonesia. Dalam kongres ini menghasilkan pembentukan Majelis Rakyat

Indonesia yang bertujuan sebagai badan perwakilan rakyat Indonesia yang

berlandaskan demokrasi. Majelis ini diharapkan mampu memperjuangkan

kesejahteraan rakyat Indonesia. Adapun yang terlibat dalam pembentukan

majelis ini adalah, GAPI, MIAI (Majlisul Islamil A’la Indonesia), dan PVPN

(Persatuan Vakbonden Pegawai Negeri).

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 63

DAFTAR PUSTAKA

Kardiyat Wiharyanto, A. 2007. Sejarah Indonesia Baru I: Pergerakan Nasional. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto. 1984. Sejarah Nasional Indonesia V. Jakarta: Balai Pustaka.

Moedjanto, G. 1988. Indonesia Abad ke-20 Dari Kebangkitan Nasional sampai Linggarjati. Yogyakarta : Kanisius.

Niel, Robert van. 1958. Munculnya Elit Modern Indonesia. Jakarta : PT Dunia Pustaka Jaya.

Partanto, Pius dan M. Dahlan Al Barry. 1994. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Arkola.

Pringgodigdo. 1991. Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia. Jakarta: Dian Rakyat.

Rickles, M.C. 1981. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sartono Kartodirdjo. 1990. Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan Nasional Dari Kolonialisme sampai Nasionalisme. Jakarta: PT. Gramedia.

Setiadi Kartohadikusumo. 1990. Soetardjo: “Petisi Sutardjo” dan Perjuangannya. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Sitorus, L.M. Sejarah Pergerakan Kebangsaan Indonesia. Jakarta : Kebangsaan Pustaka Rakyat.

63

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 64

Slamet Muljana. 1986. Kesadaran Nasional Dari Kolonialisme Sampai Kemerdekaan. Jakarta: Inti Idayu Press.

Sri Sutjianingsih. 1983. Oto Iskandar Dinata. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 65

LAMPIRAN

65 PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

Lampiran I

SILABUS Nama Sekolah : SMA GAMA Yogyakarta Program : Ilmu Pengetahuan Sosial Mata Pelajaran : Sejarah Kelas/ Semester : XI/ II Tahun Ajaran : 2012/ 2013 Standar Kompetensi : Menganalisis perkembangan bangsa Indonesia sejak masuknya pengaruh Barat sampai masuknya Jepang. Kompetensi Dasar Materi Pengalaman Indikator Penilaian Alokasi Sumber/ Alat/ Pembelajaran Belajar Teknik Bentuk Contoh Waktu Bahan Ajar Instrumen Instrumen 2.2 Menganalisis Peranan Gabungan Dengan 1. Kognitif 1. Test 1. Uraian 1. Jelaskan hal- 2x45 Sumber: hubungan antara Politik Indonesia mengkaji buku, a. Produk Tertulis hal yang menit  Marwati Djoened perkembangan Dalam Perjuangan diskusi, serta Mendeskripsikan melatarbelaka Poesponegoro dan paham-paham Kemerdekaan presentasi, dan peranan ngi Nugroho baru dan Indonesia Tahun tanya jawab Gabungan Politik dibentuknya Notosusanto. transformasi sosial 1939-1941. maka Indonesia dalam Gabungan 1984. Sejarah dengan kesadaran a. Faktor-faktor yang diharapkan perjuangan Politik Nasional dan pergerakan melatarbelakangi siswa dapat : kemerdekaan Indonesia Indonesia V. kebangsaan dibentuknya a. Menganalisis Indonesia pada 2. Non test 2. Portofolio tahun 1939! Jakarta: Balai Gabungan Politik faktor-faktor tahun 1939-1941. Pustaka.

66

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

Indonesia tahun yang b. Proses 2. Jelaskan  Moedjanto. 1988. 1939. melatarbelaka  Mengidentifikasi Kontribusi Indonesia Abad b. Peranan Gabungan ngi faktor-faktor apa Gabungan ke-20 Dari Politik Indonesia dibentuknya saja yang Politik Kebangkitan dalam perjuangan Gabungan melatarbelakangi Indonesia Nasional sampai kemerdekaan Politik dibentuknya 3. Lembar 3. Penugasan dalam Linggarjati. Indonesia pada Indonesia Gabungan Politik Observasi perjuangan Yogyakarta : tahun 1939-1941. pada tahun Indonesia tahun kemerdekaan Kanisius. c. Kontribusi 1939. 1939. Indonesia  Pringgodigdo. Gabungan Politik b. Menganalisis  Mengidentifikasi pada tahun 1991. Sejarah Indonesia dalam peranan peranan 1939-1941! Pergerakan perjuangan Gabungan Gabungan Politik 3. Jelaskan Rakyat Indonesia. kemerdekaan Politik Indonesia dalam hambatan- Jakarta: Dian Indonesia pada Indonesia perjuangan hambatan Rakyat. tahun 1939-1941. dalam kemerdekaan yang dialami  Sartono perjuangan Indonesia tahun 4. Kuesioner Gabungan Kartodirdjo. 1990. kemerdekaan 1939-1941. Politik Pengantar Sejarah Indonesia  Mengidentifikasi Indonesia Indonesia Baru: pada tahun kontribusi dalam usaha Sejarah 1939-1941. Gabungan Politik memperjuang Pergerakan c. Menganalisis Indonesia dalam kan Nasional Dari kontribusi perjuangan Kemerdekaan Kolonialisme Gabungan kemerdekaan 5. Nilai Indonesia sampai 67

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

Politik Indonesia tahun pada tahun Nasionalisme. Gabungan 1939-1941. 1939-1941! Jakarta: PT. Indonesia 4. Susunlah Gramedia dalam 2. Afektif hasil diskusi  Setiadi perjuangan a. Karakter kelompok Kartohadikusumo. kemerdekaan Memiliki rasa dalam bentuk 1990. Soetardjo: Indonesia nasionalisme dan laporan “Petisi Sutardjo” pada tahun patriotisme dalam tertulis! dan 1939-1941. mempertahankan Perjuangannya. kemerdekaan Jakarta: Pustaka negara Indonesia. Sinar Harapan b. Ketrampilan  Slamet Muljana. sosial 1986. Kesadaran  Menghargai Nasional Dari perjuangan para Kolonialisme pahlawan telah Sampai memperjuangkan Kemerdekaan. kemerdekaan Jakarta: Inti Idayu Indonesia dari Press. tangan penjajah.  Meningkatkan sikap toleransi Alat: dan kerjasama OHP, LCD, White

68

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

yang ada dalam board, modul, diri siswa. gambar-gambar, kertas soal.

3.Psikomotorik Bahan Ajar:  Dengan Power point, menunjukkan transparansi,spidol, gambar-gambar, kertas. siswa dapat menyebutkan tokoh-tokoh yang berperan dalam GAPI.

Yogyakarta, 23 Juli 2013 Guru Mata Pelajaran

Natalia Kartika Dewi Rudiyanto

69

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

Lampiran II

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Nama Sekolah : SMA GAMA YOGYAKARTA Mata Pelajaran : Sejarah Kelas/ Semester : XI/ II Program : Ilmu Pengetahuan Sosial Materi Pokok : Peranan Gabungan Politik Indonesia Dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1939-1941 Waktu : 2 x 45 menit

I. Standar Kompetensi Menganalisis perkembangan bangsa Indonesia sejak masuknya pengaruh Barat sampai dengan pendudukan Jepang.

II. Kompetensi Dasar Menganalisis hubungan antara perkembangan paham-paham baru dan tranformasi sosial dengan kesadaran dan pergerakan kebangsaan.

III. Indikator 1. Kognitif a. Produk Menjelaskan peranan Gabungan Politik Indonesia dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia pada tahun 1939-1941 b. Proses a) Mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang melatarbelakangi dibentuknya Gabungan Politik Indonesia tahun 1939. b) Mengidentifikasi peranan Gabungan Politik Indonesia dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia tahun 1939-1941.

70 PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

c) Mengidentifikasi kontribusi Gabungan Politik Indonesia dalam perjuangan kemerdkaan Indonesia tahun 1939-1941.

2. Afektif a. Karakter  Memiliki rasa nasionalisme dan patriotisme dalam mepertahankan kemerdekaan negara Indonesia. b. Ketrampilan Sosial  Menghargai perjuangan para pahlawan telah memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari tangan penjajah.  Meningkatkan sikap toleransi dan kerjasama yang ada dalam diri siswa.

3. Psikomotorik  Siswa menunjukkan gambar-gambar dan menyebutkan tokoh-tokoh yang berperan di GAPI.

IV. Tujuan Pembelajaran 1. Kognitif a. Produk  Siswa dapat menjelaskan peranan Gabungan Politik Indonesia Dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1939-1941. b. Proses  Siswa dapat menganalisis faktor-faktor apa saja yang melatarbelakangi dibentuknya Gabungan Politik Indonesia tahun 1939.  Siswa dapat menganalisis peranan Gabungan Politik Indonesia dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia tahun 1939-1941.  Siswa dapat menganalisis kontribusi Gabungan Politik Indonesia dalam perjuangan kemerdkaan Indonesia tahun 1939-1941.

71 PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

2. Afektif a. Karakter  Siswa memiliki rasa nasionalisme dan patriotisme dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. b. Ketrampilan Sosial  Siswa dapat menghargai perjuangan para pahlawan telah memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari tangan penjajah.  Siswa dapat meningkatkan sikap toleransi dan kerjasama yang ada dalam dirinya sendiri.

V. Materi Pembelajaran (Terlampir) 1. Faktor-faktor yang melatarbelakangi dibentuknya Gabungan Politik Indonesia pada tahun 1939. 2. Peranan Gabungan Politik Indonesia dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia tahun 1939-1941. 3. Kontribusi Gabungan Politik Indonesia dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia tahun 1939-1941.

VI. Model dan Metode Pembelajaran 1. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) 2. Metode Diskusi, presentasi, tanya jawab.

72 PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

VII. Kegiatan Pembelajaran 1. Kegiatan Tatap Muka No. Kegiatan Waktu (Menit) 1. Pendahuluan 15’ 1. Apersepsi  Guru masuk ke kelas, kemudian melihat kondisi kelas terlebih dahulu. Kemudian mengucapkan salam, berdoa, dan dilanjutkan dengan absensi murid.  Guru melakukan sesi tanya jawab dengan menyampaikan beberapa pertanyaan kepada siswa mengenai materi yang disampaikan di pertemuan sebelumnya. 2. Motivasi  Sebelum masuk ke dalam materi inti, guru memberikan pre test kepada siswa untuk membangkitkan pengetahuan siswa mengenai materi yang akan disampaikan guru.  Contoh pre test: a. Organisasi-organisasi apa sajakah yang muncul pada masa pemerintahan Hindia Belanda di Indonesia? b. Apa yang mendasari dibentuknya organisasi- organisasi tersebut? c. Bagaimana sikap pemerintah Hindia Belanda terhadap pembentukan organisasi-organisasi bentukan rakyat Indonesia?

73 PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

3. Orientasi  Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, cakupan materi, dan penjelasan uraian kegiatan pembelajaran selama berlangsung dengan menggunakan silabus. 2. Kegiatan Inti 60’ 1. Eksplorasi  Guru menjelaskan materi yang dibahas dengan memberikan gambaran secara umum mengenai Peranan Gabungan Politik Indonesia dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia Tahun 1939- 1941.  Siswa memperhatikan penjelasan yang disampaikan oleh guru.  Guru kemudian membagi siswa menjadi 5 kelompok yang terdiri dari 4-5 orang siswa.  Guru memberikan bahan materi yang telah dipersiapkan untuk didiskusikan dan dipahami oleh semua siswa yang telah tergabung dalam tiap kelompok bentukan guru.  Guru memberi memberikan pertanyaan/ kuis kepada seluruh siswa sesuai dengan materi yang telah didiskusikan. 2. Elaborasi  Siswa bergabung dalam kelompok yang telah ditentukan oleh guru, kemudian mendiskusikan dan memahami bahan materi yang telah diberikan oleh guru.  Siswa menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh guru dengan mempresentasikan jawaban ke

74 PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

depan kelas tanpa dibantu oleh siswa lainnya. 3. Konfirmasi Guru mengklarifikasi jawaban-jawaban dari para siswa yang dinilai kurang tepat dan memberi penguatan dari jawaban siswa yang sudah tepat. 3. Penutup 15’  Guru memberikan siswa kesempatan untuk mencatat kesimpulan dari hasil diskusi yang telah dilakukan bersama kelompok.  Guru dan siswa melakukan refleksi dan menarik nilai-nilai apa saja yang diperoleh setelah mempelajari materi yang telah didiskusikan bersama kelompok.  Sebagai bentuk tidak lanjut dari materi pembelajaran, Guru memberikan siswa tugas, baik tugas terstruktur maupun tugas mandiri dan rencana pembelajaran berikutnya.

2. Tugas Terstruktur Siswa yang telah bergabung dalam kelompok kecil mendiskusikan tentang: a. Jelaskan hal-hal apa saja yang melatarbelakangi dibentuknya Gabungan Politik Indonesia pada tahun 1939! b. Jelaskan peranan dan kontribusi Gabungan Politik Indonesia dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia tahun 1939-1941! c. Jelaskan hambatan-hambatan yang dialami Gabungan Politik Indonesia dalam usaha memperjuangkan Kemerdekaan Indonesia pada tahun 1939- 1941! d. Susunlah hasil diskusi kelompok dalam bentuk laporan tertulis! 3. Tugas Mandiri Tidak Terstruktur Siswa mencari artikel mengenai Gabungan Politik Indonesia dari sumber- sumber seperti internet, buku di perpustakaan dan dibuat laporan tertulis.

75 PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

VIII. Sumber / Alat / Bahan Belajar 1. Sumber Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto. 1984. Sejarah Nasional Indonesia V. Jakarta: Balai Pustaka. Moedjanto. 1988. Indonesia Abad ke-20 Dari Kebangkitan Nasional sampai Linggarjati. Yogyakarta : Kanisius. Pringgodigdo. 1991. Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia. Jakarta: Dian Rakyat. Sartono Kartodirdjo. 1990. Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan Nasional Dari Kolonialisme sampai Nasionalisme. Jakarta: PT. Gramedia. Setiadi Kartohadikusumo. 1990. Soetardjo: “Petisi Sutardjo” dan Perjuangannya. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Slamet Muljana. 1986. Kesadaran Nasional Dari Kolonialisme Sampai Kemerdekaan. Jakarta: Inti Idayu Press. 2. Alat OHP, LCD, White board, modul, gambar-gambar, kertas soal. 3. Bahan Belajar Power point, transparansi, spidol, kertas.

IX. Penilaian 1. Aspek Kognitif (Terlampir) 2. Aspek Afektif (Terlampir) 3. Aspek Psikomotorik (Terlampir) 4. Nilai Akhir = NA = 70% Kognitif + 20% Afektif + 10% Psikomotorik 5. Tindak lanjut  Siswa dinyatakan berhasil apabila memperoleh tingkat pencapaian KKM 75.  Siswa mengikuti program remidi apabila memperoleh tingkat pencapaian kurang dari 75.

76 PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

 Siswa mengikuti program pengayaan apabila memperoleh tingkat pencapaian lebih dari 75.

Yogyakarta, 23 Juli 2013 Guru Mata Pelajaran

Natalia Kartika Dewi Rudiyanto

77 PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

LAMPIRAN MATERI PEMBELAJARAN

PERANAN GABUNGAN POLITIK INDONESIA DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN INDONESIA TAHUN 1939-1941

A. Lahirnya Gabungan Politik Indonesia Gabungan Politik Indonesia lahir pada tanggal 21 Mei 1939, merupakan sebuah badan konsentrasi nasional yang dibentuk atas dasar inisiatif Parindra. Badan ini dibentuk sebagai sikap dari ditolaknya Petisi Soetardjo oleh pemerintah Belanda. Adapun isi dari dicetuskannya Petisi Soetardjo ini adalah, memohon kepada Volksraad agar mendesak pemerintah tertinggi Kerajaan Belanda untuk segera mengadakan konferensi yang membahas mengenai persiapan kemerdekaan Indonesia dalam jangka 10 tahun atau sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Gagalnya Petisi Soetardjo tidak membuat semangat kaum nasionalis Indonesia menjadi goyah, justru semangat mereka menjadi semakin berkobar dalam usaha untuk mewujudkan kemerdekaan Indonesia, salah satu usaha mereka adalah dengan membentuk suatu badan konsentrasi nasional yang mereka beri nama Gabungan Politik Indonesia. Dibentuknya GAPI ini dipengaruhi juga oleh situasi dunia internasional yang semakin kacau dan tidak menentu sehingga dibutuhkan segera sebuah badan konsentrasi nasional yang memperjuangkan kepentingan rakyat Indonesia akibat dari sikap pemerintah Belanda yang tidak memikirkan nasib rakyat Indonesia. GAPI dibentuk pada saat berlangsungnya rapat resmi Panitia Persiapan Pembentukan Badan Konsentrasi Nasional. Dibentuknya GAPI ini bertujuan untuk: a. Menganjurkan kepada semua partai politik nasional Indonesia untuk bekerjasama. b. Segera diselenggarakannya kongres Indonesia. Asas yang menjadi dasar dibentuknya GAPI adalah: a. Hak untuk mengatur nasib sendiri.

78 PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

b. Adanya persatuan bangsa Indonesia atas dasar demokrasi dalam bidang politik, sosial, dan ekonomi. c. Adanya kesatuan dalam aksi.

B. Peranan Gabungan Politik Indonesia Dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia Pada Tahun 1939-1941 Peranan GAPI dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia adalah dengan menggagas program aksi “Indonesia Berparlemen” pada tanggal 4 Juli 1939 pada saat berlangsungnya rapat umum GAPI. Program aksi ini digagas untuk mendesak pemerintah kolonial Belanda agar segera membentuk parlemen di Indonesia. Ini diharapkan agar pemerintah kolonial Belanda mau mendengarkan aspirasi rakyat Indonesia yang sangat menginginkan segera dibentuknya pemerintahan sendiri dengan dibentuknya parlemen sebagai wadah untuk menyalurkan asprasi rakyat Indonesia. Gagasan GAPI ini mendapatkan sambutan yang luar biasa baik dari rakyat Indonesia yang memang sudah sangat menginginkan segera dibentuknya pemerintahan sendiri di Indonesia. Peranan lain GAPI dalam usaha memperjuangkan kemerdekaan Indonesia adalah mengadakan Kongres Rakyat Indonesia yang berlangsung dari tanggal 23 Desember hingga tanggal 25 Desember 1939. Kongres ini diselenggarakan oleh GAPI dalam usahanya untuk merealisasikan program aksi “Indonesia Berparlemen”. Keputusan-keputusan yang dihasilkan dalam kongres ini adalah: a. Penyusunan program kerja diberikan kepada GAPI, Persatuan Vakbonden Pegawai Negeri, dan Persatuan Jurnalis Indonesia. b. Program aksi “Indonesia Berparlemen” akan tetap dilaksanakan, dan GAPI menjadi pelaksananya. c. Ditetapkannya bendera “Merah Putih” sebagai bendera persatuan, bahasa Indonesia sebagai bahasa kesatuan, dan lagu Indonesia Raya sebagai lagu kebangsaan.

79 PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

Dalam menjalankan program aksi “Indonesia Berparlemen” ini, GAPI mendapatkan penolakan dari pemerintah Belanda, akibatnya timbul kekecewaaan dari rakyat Indonesia dengan sikap pemerintah yang demikian. Mendapatkan penolakan tersebut, tidak membuat GAPI gentar dan patah semangat. GAPI justru membuat mengeluarkan sebuah resolusi yang didasarkan atas hukum tata negara (Nood Staatsrecht), yaitu: a. Mendesak pemerintah untuk membentuk parlemen segera dengan mengubah Dewan Rakyat (Volksraad) segera, dengan melakukan pemilihan anggota-anggotanya yang aturan dalam pemilihan tersebut adalah dengan dipilih langsung oleh rakyat. b. Mendesak pemerintah kolonial Belanda untuk segera mengubah kedudukan para kepala-kepala departemen, menjadi menteri-menteri yang bertanggungjawab.

C. Kontribusi Gabungan Politik Indonesia Dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia Pada Tahun 1939-1941 Kontribusi GAPI dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia pada tahun 1939-1941 adalah disusunnya rancangan bentuk dan susunan parlemen negara Indonesia. Rancangan bentuk dan susunan parlemen buatan GAPI ini dijelaskan pada tanggal 31 Januari 1941 saat melakukan pertemuan dengan Komisi Visman. Bentuk parlemen menurut rancangan GAPI ini terdiri atas dua kamar yang terdiri dari: a. Kamar Pertama yang anggotanya terdiri atas perwakilan kelompok atau golongan yang dipilih melalui aturan tertentu. b. Kamar Kedua, anggotanya berdasarkan atas hasil pemilihan yang dilakukan oleh rakyat secara langsung. Jumlah anggota parlemen dikehendaki antara 100 hingga 200 orang. Disamping merancang bentuk dan susunan parlemen, Kontribusi GAPI lainnya dalam usaha memperjuangkan kemerdekaan Indonesia adalah, pada tanggal 13 hingga 14 April 1941 di Yogyakarta, diselenggarakanlah Kongres Rakyat Indonesia. Dalam kongres ini GAPI, MIAI (Majlisul Islamil A’la

80 PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

Indonesia), dan PVPN (Persatuan Vakbonden Pegawai Negeri) membentuk Majelis Rakyat Indonesia (MRI) sebagai badan perwakilan rakyat Indonesia yang berlandaskan atas demokrasi. Majelis ini juga diharapkan nantinya mampu memperjuangkan kesejahteraan rakyat Indonesia.

81 PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

LAMPIRAN PENILAIAN

1. Aspek Kognitif a. Produk  Teknik : Tes tertulis  Bentuk : Uraian  Soal : Bagaimana kondisi perpolitikan Indonesia setelah dibentuknya Gabungan Politik Indonesia tahun 1939-1941?  Kriteria penilaian akhir (NA)

No Skor Nilai

1 86 – 100 Baik Sekali 2 71 – 85 Baik

3 56 – 70 Cukup

4 < 55 Kurang

b. Proses  Soal Diskusi : 1. Jelaskan apa yang melatarbelakangi dibentuknya Gabungan Politik Indonesia pada tahun 1939? 2. Bagaimana peranan dan kontribusi Gabungan Politik Indonesia dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia pada tahun 1939-1941? 3. Jelaskan hambatan-hambatan yang menghalangi Gabungan Politik Indonesia dalam usaha perjuangan kemerdekaan Indonesia!

82 PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

 Kriteria Penilaian Proses:

Menghargai Mengambil Mengajukan Mempresentasikan Menjawab Jumlah No Nama teman giliran pertanyaan hasil pertanyaan 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

 Kriteria penilaian menggunakan skala sikap 1-5, dengan kriteria : Skor 1 : Pasif, tidak kooperatif dan tidak menghargai teman. Skor 2 : Pasif, tidak kooperatif, tetapi dapat menghargai teman. Skor 3 : Pasif, kooperatif dan dapat menghargai teman. Skor 4 : Aktif, kooperatif dan dapat menghargai teman. Skor 5 : Aktif, sangat kooperatif dan dapat menghargai teman.

SkorTotal N  x 100 25 Nilai proses  Nilai produk NA  2

2. Aspek Afektif  Teknik : Non tes  Bentuk : Instrumen Observasi Skala Sikap  Instrumen Observasi Kinerja untuk Penilaian Sikap No Nama Aspek yang Jumlah Rata- dinilai Siswa Nilai rata Semangat Tanggung Tenggang Bekerjasama Jawab Rasa 1 2 3

83 PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

Keterangan : Kriteria Penilaian : Aspek Semangat Kerja Nilai 3 : Baik Mau bekerjasama dengan semua teman. Nilai 2 : Sedang Dalam bekerjasama kurang begitu baik. Nilai 1 : Kurang Tidak mau bekerjasama dengan teman. Aspek Tanggung Jawab Nilai 3 : Baik Rasa tanggung jawab tinggi. Nilai 2 : Sedang Kurang ada rasa tanggung jawab. Nilai 1 : Kurang Kurang ada tanggung jawab / seenaknya sendiri. Aspek Tenggang Rasa Nilai 3 : Baik Menghargai guru dan teman lain. Nilai 2 : Sedang Kurang menghargai guru dan teman lain. Nilai 1 : Kurang Sikapnya cuek atau tidak dapat menghargai guru dan teman lain.

N = Skor Total X 100 9

NA=70% Kognitif + 20% Afektif + 10% Psikomotorik

84 PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

3. Aspek Psikomotorik  Teknik : Non test  Bentuk : Instrumen Observasi Kerja  Rambu-rambu skoring No. Kriteria Skor 1 Skor 2 Skor 3 Penilaian 1. Pemahaman Langkah yang Langkah yang Langkah yang Seberapa disampaikan disampaikan disampaikan urut baik tingkat urut, tetapi urut, sudah dan lengkap, pemahaman belum menjelaskan serta dapat peserta didik memahami materi tanpa menjelaskan terhadap materi dan masih melihat buku, tanpa melihat hakikat dan menjelaskan tetapi masih buku maupun ruang lingkup dengan bantuan membutuhkan bertanya pada masalah yang teman dan bantuan teman teman. disajikan? membuka buku. untuk menjelaskan. 2. Argumentasi Tidak Mempertahankan Mempertahankan Seberapa mempertahankan pendapat, tetapi pendapat baik alasan pendapat dan menolak kritik kelompok dan yang tidak memiliki dari kelompok mau diberikan pendirian tetap. lain. mendengarkan peserta didik kritik dari terkait kelompok lain. dengan permasalahan yang dibicarakan? 3. Responsif Tidak serius dan Jawaban yang Jawaban yang Seberapa hanya menjawab diberikan diberikan dapat besar secara singkat membingungkan menjawab kesesuaian serta tidak jelas. dan belum pertanyaan, jawaban yang menjawab meskipun belum diberikan pertanyaan yang tentu benar. peserta didik diberikan. terkait dengan permasalahan yang dibicarakan?

85