<<

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

BAB III ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

3.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang 3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya Berdasarkan Peraturan Presiden No 2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019, pembangunan bidang cipta karya diarahkan untuk mewujudkan peningkatan akses penduduk terhadap lingkungan permukiman yang berkualitas. Isu strategis yang mendasari terwujudnya kawasan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan adalah rendahnya layanan air minum aman, rendahnya layanan sanitasi layak, meluasnya kawasan kumuh, dan penanggulangan kemiskinan. Hal tersebut dituangkan pada program universal akses 100-0-100, yaitu menuju tercapainya pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0 %, tercapainya 100 % pelayanan air minum bagi seluruh penduduk , serta meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah domestik, sampah, dan drainase lingkungan) menjadi 100 % pada tingkat kebutuhan dasar. Ketiga hal tersebut menjadi dasar dari penyusunan Rencana Strategis Direktorat jenderal Cipta Karya tahun 2015-2019, dimana pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya menggunakan 3 (tiga) pendekatan, yaitu membangun sistem, fasilitasi Pemerintah Daerah serta pemberdayaan masyarakat. Melalui 3 (tiga) pendekatan tersebut, diharapkan target Gerakan Nasional 100-0-100 dapat tercapai. Kinerja Ditjen Cipta karya terlihat dari cakupan pelayanan infrastruktur Cipta Karya yang terus meningkat. Hal ini tercermin dari meningkatnya cakupan pelayanan air minum layak dari 47,7 % pada tahun 2009 menjadi 68,36 % pada tahun 2014. Cakupan pelayanan infrastruktur sanitasi yang layak juga mengalami peningkatan dari 51 % pada tahun 2009 menjadi 61,04 % pada tahun 2014. Dengan kecenderungan yang ada, diperkirakan target Millenium Development Goals pada tahun 2015 dapat tercapai, yakni 68,87 % untuk air minum dan 62,41 % untuk sanitasi layak. Di samping itu, luas permukiman kumuh juga mengalami penurunan yang signifikan dari 57.800 Ha pada tahun 2009 menjadi 38.431 Ha pada tahun 2014. Kondisi ini menunjukan bahwa kegiatan pembangunan yang dilakukan Ditjen Cipta Karya telah menunjukan kemajuan dalam hal kualitas lingkungan permukiman di tanah air menuju kondisi permukiman yang layak huni dan berkelanjutan. Dapat dilihat pada Gambar 3.1 yang menunjukkan diagram program Direktorat Jenderal Cipta Karya tahun 2015-2019 yang menunjukkan kawasan permukiman dan infrastruktur perkotaan/pedesaan.

III-1 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

Gambar 3. 1 Diagram Program Direktorat Jenderal Cipta Karya Tahun 2015-2019 (Sumber : Renstra Dirjen Cipta Karya, 2015-2019)

Sesuai RPJMN 2015-2019, Ditjen Cipta Karya memberikan fasilitasi pembangunan prasarana dan sarana dasar permukiman seperti air minum, sanitasi, jalan lingkungan dan peningkatan kualitas permukiman. Pelaksanaan pembangunan prasarana dan sarana dasar permukiman tersebut juga dilaksanakan dengan model pemberdayaan yang melibatkan masyarakat sejak perencanaan hingga operasional dan pemeliharaan infrastruktur. Khusus untuk penanganan kumuh akan diprioritaskan pada kawasan-kawasan permukiman kumuh di kawasan strategis kabupaten/kota dan kabupaten/kota KSN yang akan ditangani secara terpadu sehingga dapat menjadi kawasan pemukiman yang layak huni dan berkelanjutan. Sedangkan untuk air minum dan sanitasi akan dilaksanakan dengan pendekatan entitas yang diprioritaskan pada kawasan regional dan daerah-daerah rawan air/sanitasi. Dalam bidang penataan bangunan, program perlu difokuskan pada upaya pengaturan untuk menjamin keandalan bangunan gedung serta peningkatan kualitas kawasan di kota pusaka dan kota hijau. Sesuai arahan RPJMN, Ditjen Cipta Karya juga dituntut untuk mengembangkan infrastruktur perdesaan. Pencapaian sasaran tersebut terjabarkan ke dalam pengembangan jaringan infrastruktur penunjang kegiatan produksi di kawasan perdesaan dan kota-kota kecil terdekat dalam upaya menciptakan keterkaitan fisik, sosial, dan ekonomi yang saling komplementer dan saling menguntungkan.

III-2 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

3.1.2 Arahan Penataan Ruang 3.1.2.1 Arahan Menurut Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah nasional menurut RTRWN antara lain yaitu : 1. Kebijakan pengembangan struktur ruang meliputi : a. Peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah yang merata dan berhierarki, dengan strategi : . Menjaga keterkaitan antar kawasan perkotaan, antara kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan serta antara kawasan perkotaan dan wilayah disekitarnya; . Mengembangkan pusat pertumbuhan baru dikawasan yang belum terlayani oleh pusat pertumbuhan; . Mengendalikan perkembangan kota-kota pantai; dan . Mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih kompetitif dan lebih efektif dalam pengembangan wilayah di sekitarnya. b. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, dan sumberdaya air yang terpadu dan merata di seluruh wilayah nasional, dengan strategi : . Meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan pelayanan transportasi darat, laut, dan udara; . Mendorong pengembangan prasarana telekomunikasi terutama di kawasan terisolasi; . Meningkatkan jaringan energi untuk memanfaatkan energi terbarukan dan tak terbarukan secara optimal serta mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan tenaga listrik; . Meningkatkan kualitas jaringan prasarana serta mewujudkan keterpaduan sistem jaringan sumberdaya air; dan . Meningkatkan jaringan transmisi dan distribusi minyak dan gas bumi serta mewujudkan sistem jaringan pipa minyak dan gas bumi nasional yang optimal. c. Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan strategis nasional meliputi : . Pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem; . Melestarikan keanekaragaman hayati; . Mempertahankan dan meningkatkan fungsi perlindungan kawasan; . Melestarikan keunikan bentang alam; dan . Melestarikan warisan budaya nasional dengan strategi :  Menetapkan kawasan strategis nasional berfungsi lindung;  Mencegah pemanfaatan ruang dikawasan strategis nasional yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan;  Membatasi pemanfaatan ruang di sekitar kawasan strategis nasional yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan;  Membatasi pengembangan prasarana dan sarana didalam dan di sekitar kawasan strategis nasional yang dapat memicu perkembangan kegiatan budidaya;  Mengembangkan kegiatan budidaya tidak terbangun disekitar kawasan strategis nasional yang berfungsi sebagai zona penyangga

III-3 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

yang memisahkan kawasan lindung dengan kawasan budidaya terbangun dan merehabilitasi fungsi lindung kawasan yang menurun akibat dampak pemanfaatan ruang yang berkembang di dalam dan di sekitar kawasan strategis nasional. Rencana Tata Ruang Wilayah merupakan landasan hukum dan acuan spasial bagi pemanfaatan ruang dan pengendaliannya. Menurut PP nomor 26 tahun 2008 tentang RTRWN, rencana struktur ruang wilayah nasional terdiri atas : 1. Sistem Perkotaan Nasional Sistem perkotaan nasional merupakan salah satu aspek yang terdapat dalam struktur ruang. Sistem perkotaan nasional dibagi menjadi tiga bagian, yakni PKN (Pusat Kegiatan Nasional), PKW (Pusat Kegiatan Wilayah), dan PKL (Pusat Kegiatan Lokal). Selain sistem perkotaan nasional dikembangkan PKSN untuk mendorong perkembangan kawasan perbatasan negara. a. Kriteria dari PKN (Pusat Kegiatan Nasional) adalah sebagai berikut: . Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor- impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional; . Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi; dan/atau . Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi. b. Kriteria dari PKW (Pusat Kegiatan Wilayah) adalah sebagai berikut : . Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor- impor yang mendukung PKN; . Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten; dan/atau . Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten. c. Kriteria dari PKL (Pusat Kegiatan Lokal) adalah sebagai berikut : . Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan; dan/atau . Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala kabupaten atau beberapa kecamatan. d. Kriteria dari PKSN (Pusat Kegiatan Strategis Nasional) antara lain yaitu : . Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan negara tetangga; . Pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang menghubungkan dengan negara tetangga; . Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan wilayah sekitarnya; dan/atau . Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya. Berdasarkan PP 26 tahun 2008 Kota Depok merupakan bagian dari salah satu Pusat Kegiatan Nasional yaitu PKN Kawasan Perkotaan Jabodetabek dengan fungsi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi.

III-4 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

2. Sistem Jaringan Transportasi Nasional Transportasi merupakan salah satu aspek yang mendukung suatu pembangunan. Keterpaduan sistem jaringan transportasi menjadi salah satu tujuan secara nasional. Maka dari itu dalam rencana struktur ruang wilayah nasional sistem jaringan transportasi terdiri atas : 1) Sistem jaringan transportasi darat Sistem jaringan transportasi darat terdiri atas jaringan jalan nasional, jaringan jalur kereta api, dan jaringan transportasi sungai, danau, dan penyeberangan. 2) Sistem jaringan transportasi laut Sistem jaringan transportasi laut terdiri atas tatanan kepelabuhanan dan alur pelayaran. 3) Sistem jaringan transportasi udara. Sistem jaringan transportasi udara terdiri atas tatanan kebandarudaraan dan ruang udara untuk penerbangan 3. Sistem Jaringan Telekomunikasi Nasional Sistem jaringan telekomunikasi nasional terdiri atas: 1) Jaringan terestrial Jaringan terestrial dikembangkan secara berkesinambungan untuk menyediakan pelayanan telekomunikasi di seluruh wilayah nasional. 2) Jaringan satelit. Jaringan satelit dikembangkan untuk melengkapi sistem jaringan telekomunikasi nasional melalui satelit komunikasi dan stasiun bumi. 4. Sistem Jaringan Sumber Daya Air Sistem jaringan sumber daya air merupakan sistem sumber daya air pada setiap wilayah sungai dan cekungan air tanah.Wilayah sungai dan cekungan air tanah lintas negara ditetapkan dengan kriteria melayani kawasan perbatasan negara atau melintasi batas negara.

A. Kawasan Strategis Nasional dan Rencana Struktur Ruang Kawasan JABODETABEKPUNJUR Sesuai ketentuan Kawasan Strategis Nasional yang diditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 26 Tahun 2008 tersebut, Kota Depok merupakan bagian dari Kawasan Strategis Nasional (KSN) dari sudut kepentingan ekonomi yaitu Kawasan Perkotaan Jabodetabek Punjur termasuk Kepulauan Seribu, yang terdiri dari Kota , Kota , Kabupaten Bogor, Kota Depok, Kota , Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang Selatan, Kota , Kabupaten Bekasi, dan Kabupaten Cianjur. Dengan arahan rehabilitasi/revitalisasi kawasan KSN dengan sudut kepentingan ekonomi (I/A/1). Penataan ruang Kawasan Jabodetabekpunjur adalah untuk mewujudkan : a. keterpaduan penyelenggaraan penataan ruang antardaerah sebagai satu kesatuan wilayah perencanaan dengan memperhatikan keseimbangan kesejahteraan dan ketahanan; b. daya dukung lingkungan yang berkelanjutan dalam pengelolaan kawasan, untuk menjamin tetap berlangsungnya konservasi air dan tanah, menjamin tersedianya air tanah dan air permukaan, serta menanggulangi banjir; dan c. perekonomian wilayah yang produktif, efektif, dan efisien berdasarkan karakteristik wilayah bagi terciptanya kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan dan pembangunan yang berkelanjutan. Kebijakan penataan ruang Kawasan Jabodetabekpunjur adalah mewujudkan keterpaduan penyelenggaraan penataan ruang kawasan dalam rangka keseimbangan antara pengembangan

III-5 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019 ekonomi dan pelestarian lingkungan hidup, dengan strategi : a. mendorong terselenggaranya pengembangan kawasan yang berdasar atas keterpaduan antardaerah sebagai satu kesatuan wilayah perencanaan; dan b. mendorong terselenggaranya pembangunan kawasan yang dapat menjamin tetap berlangsungnya konservasi air dan tanah, menjamin tersedianya air tanah dan air permukaan, serta menanggulangi banjir dengan mempertimbangkan daya dukung lingkungan yang berkelanjutan dalam pengelolaan kawasan; mendorong pengembangan perekonomian wilayah yang produktif, efektif, dan efisien berdasarkan karakteristik wilayah bagi terciptanya kesejahteraan masyarakat dan pembangunan yang berkelanjutan. KSN Jabodetabek Punjur selanjutnya diatur dalam Perpres No. 54 tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur. Kawasan Jabodetabek Punjur meliputi seluruh wilayah DKI Jakarta, seluruh wilayah Kab.Bekasi, seluruh wilayah Kota Bekasi, seluruh wilayah Kota Depok, seluruh wilayah Kab.Bogor,seluruh wilayah Kota Bogor, sebagian wilayah Kab.Cianjur yang meliputi Kec. Cugenang, Kec. Pacet, Kec. Sukaresmi, dan Kec.Cipanas, seluruh wilayah Kab.Tangerang, dan seluruh wilayah Kota TangerangRencana struktur ruang merupakan rencana pengembangan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan social dan ekonomi masyarakat yang secara hierarki memiliki hubungan fungsional. Rencana struktur ruang Kawasan Jabodetabek Punjur terdiri atas : 1. Sistem pusat permukiman Sistem pusat permukiman merupakan hierarki pusat permukiman sesuai dengan RTRWN 2. Sistem jaringan prasarana Sistem jaringan prasarana meliputi sistem transportasi darat, transportasi laut, transportasi udara, sistem penyediaan air baku, sistem pengelolaan air limbah, sistem pengelolaan air limbah bahan berbahaya dan beracun, system drainase dan pengendalian banjir, system pengelolaan persampahan, sistem jaringan tenaga listrik, dan sistem jaringan telekomunikasi, dan direncanakan secara terpadu antar daerah dengan melibatkan partisipasi masyarakat, serta memperhatikan fungsi dan arah pengembangan pusat-pusat permukiman.

Arahan Pengembangan Sistem Pusat Permukiman Sistem pusat permukiman diarahkan pada terbentuknya fungsi dan hierarki pusat permukiman sesuai RTRWN. Pengembangan sIstem pusat permukiman meliputi upaya mendorong pengembangan Pusat Kegiatan Nasional Kawasan Perkotaan Jakarta, dengan DKI Jakarta sebagai kota inti, dan Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi dan kota lainnya sebagai kota satelit.

Arahan Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Arahan pengembangan sistem jaringan prasarana antara lain terdiri dari : 1. Sistem Penyediaan Air Baku Penyediaan air baku dilakukan dengan memanfaatkan sumber-sumber yang ada dan pengembangan prasarananya, serta memperhatikan keseimbangan antara ketersediaan dan kebutuhan air untuk kegiatan rumah tangga, pertanian, industrik, perkotaan, pemeliharaan sungai, serta keseimbangan lingkungan secara terpadu.

2. Sistem Pengelolaan Air Limbah Arahan RTRW Kawasan Jabodetabekpunjur untuk sistem pengelolaan air limbah yaitu :

III-6 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

a. Penataan sistem pengelolaan air limbah harus memperhatikan kualitas sanitasi lingkungan dan meminimalkan pencemaran air tanah dan air permukaan. b. Strategi pengelolaan air limbah diarahkan untuk mengurangi, memanfaatkan kembali, dan menyediakan prasarana dan sarana pengelolaan air limbah bagi kegiatan permukiman dan industrik dengan memperhatikan baku mutu limbah cair. c. Memisahkan sistem pengelolaan air limbah rumah tangga dengan sistem pengelolaan air limbah industri. d. Sistem pengelolaan air limbah dilaksanakan secara terpusat terutama pada kawasan perumahan padat, pusat bisnis, dan sentra industri. 3. Sistem Drainase dan Pengendalian Banjir Arahan RTRW Kawasan Jabodetabekpunjur untuk drainase dan pengendalian banjir antara lain : a. Sistem drainase dan pengendalian banjir diarahkan untuk mengurangi bahaya banjir dan genangan air bagi kawasan permukiman, industri, perdagangan, perkantoran, dan persawahan serta jalan. b. Strategi dilaksanakan melalui pengelolaan sungai terpadu dengan sistem drainase wilayah, pengendalian debit air sungai dan peningkatan kapasitas sungai, peningkatan fungsi situ dan waduk sebagai daerah penampungan air dengan sistem polder, pengendalian pemanfaatan ruang di kawasan lindung dan budidaya secara ketat, dan pengendalian pembangunan di sempadan sungai. c. Arahan drainase dan pengendalian banjir dilakukan melalui upaya : . Rehabilitasi hutan dan lahan serta penghijauan kawasan tangkapan air . Penataan kawasan sempadan sungai dan anak-anak sungainya . Normalisasi sungai dan anak-anak sungainya . Pengembangan waduk pengendali banjir dan pelestarian situ serta daerah retensi air . Pembangunan prasarana pengendali banjir . Pembangunan prasarana drainase 4. Sistem Pengelolaan Persampahan yaitu : a. Sistem pengelolaan persampahan dikembangkan secara terpadu di kawasan Jabodetabekpunjur melalui kerjasama antar daerah dengan melibatkan partisipasi masyarakat; b. Strategi pengelolaan persampahan diselenggarakan dengan pemanfaatan kembali, daur ulang, dan pengolahan sampah dengan memperhatikan criteria teknis sesuai peraturan perundangan; c. Arahan pengelolaan persampahan terpadu pada kawasan Jabodetabekpunjur memperhatikan penentuan lokasi TPA dan pengolahan sampah terutama insinerator yang tidak mencemari lingkungan; dan d. Penentuan lokasi TPA harus memperhatikan daya tamping dan volume sampah domestik dan non domestik dari Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, Depok, dan Cianjur serta berada pada jarak aman yang tidak mencemari lingkungan di sekitarnya.

III-7 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

3.1.2.2 Arahan RTRW Provinsi Jawa Barat dan RTRW Kabupaten/Kota A. Kebijakan dan strategi penataan ruang Provinsi Jawa Barat 1. Kebijakan dan Strategis Perencanaan Tata Ruang Kebijakan dan strategi perencanaan tata ruang, terdiri dari : a. Penyusunan dan peninjauan kembali rencana tata ruang yang dilakukan dengan pendekatan partisipatif dengan strategi meningkatkan peran kelembagaan dan peranserta masyarakat dalam perencanaan tata ruang. b. Peninjauan kembali RTRWP dapat dilakukan 5 (lima) tahun sekali. Dengan strategi :  Menjadikan RTRWP Jawa Barat sebagai acuan bagi perencanaan sektoral dan wilayah  Menyusun kesepakatan RTRWP dengan RTRW Provinsi yang berbatasan. c. Tindaklanjut RTRWP ke dalam rencana yang lebih terperinci dengan strategi menyusun rencana tata ruang Kawasan Strategis Provinsi. d. Penyelarasan RTRW Kabupaten/Kota dengan subtansi RTRWP dengan strategi menyelaraskan RTRW Kabupaten/Kota dengan RTRWP. 2. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah Kebijakan dan strategi pengembangan wilayah terdiri dari : a. Pembagian 6 (enam) Wilayah Pengembangan (WP) dengan strategi :  menetapkan konsep pemerataan pengembangan wilayah; dan  menetapkan tema, fokus dan rencana pengembangan di setiap WP. b. Pengembangan Wilayah melalui keterkaitan fungsional antar WP. c. Kawasan yang terletak di bagian utara provinsi, mencakup WP Bodebekpunjur dan sebagian WP Purwasuka, WP KK Cekungan , dan WP Ciayumajakuning, menjadi kawasan yang dikendalikan perkembangannya. Strategi mengendalikan pengembangan wilayah :  memenuhi kebutuhan pelayanan perkotaan yang berdaya saing dan ramah lingkungan;  membatasi kegiatan perkotaan yang membutuhkan lahan luas dan potensial menyebabkan alih fungsi kawasan lindung dan lahan sawah;  menerapkan kebijakan yang ketat untuk kegiatan perkotaan yang menarik arus migrasi masuk tinggi;  mengembangkan sistem transportasi massal;  meningkatkan koordinasi dan kerjasama antarprovinsi dalam mewujudkan kesetaraan peran dan fungsi di KSN; dan  mengembangkan mekanisme pembagian peran (role sharing) terutama dengan provinsi yang berbatasan dalam pengelolaan kawasan lindung berbasis DAS danpemanfaatan sumberdaya alam. d. Kawasan yang terletak di bagian timur provinsi, mencakup sebagian WP Ciayumajakuning, WP KK Cekungan Bandung dan WP Priangan Timur-Pangandaran, ditetapkan sebagai kawasan yang didorong perkembangannya.Strategi mendorong pengembangan wilayah, meliputi :  memprioritaskan investasi untuk mengembangkan kawasan sesuai dengan arahan RTRWP; III-8 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

 mendorong kegiatan ekonomi berbasis pertanian, kelautan dan perikanan, pariwisata, industri dan perdagangan/jasa;  memprioritaskan pengembangan infrastruktur wilayah;  menjamin ketersediaan dan kualitas sarana dan prasarana permukiman yang memadai, terutama di wilayah perbatasan; dan  meningkatkan koordinasi dan kerjasama antarprovinsi dalam mewujudkan kesetaraan peran dan fungsi di wilayah perbatasan. e. Kawasan yang terletak di bagian selatan provinsi, meliputi sebagian WP KK Cekungan Bandung, WP dan sekitarnya serta WP Priangan Timur-Pangandaran, ditetapkan menjadi kawasan yang dibatasi perkembangannya. Strategi membatasi pengembangan wilayah, meliputi :  mempertahankan dan menjaga kelestarian kawasan lindung yang telah ditetapkan;  meningkatkan produktivitas lahan dan aktivitas budidaya secara optimal dengan tetap memperhatikan fungsi lindung yang telah ditetapkan;  meningkatkan akses menuju dan keluar kawasan;  meningkatkan sarana dan prasarana permukiman terutama di wilayah perbatasan;  meningkatkan koordinasi dan kerjasama antar provinsi dalam mewujudkan kesetaraan peran dan fungsi di KSN; dan  mengembangkan mekanisme pembagian peran (role sharing) terutama dengan provinsi yang berbatasan dalam pengelolaan kawasan lindung berbasis DAS. f. Kawasan yang terletak di bagian barat provinsi, meliputi sebagian WP Bodebekpunjur, WP KK Cekungan Bandung dan WP Sukabumi dan sekitarnya, ditetapkan menjadi kawasan yang ditingkatkan perkembangannya. Strategi meningkatkan pengembangan wilayah, meliputi :  mendorong kegiatan ekonomi berbasis pertanian, kelautan dan perikanan, pariwisata, industri, dan perdagangan/jasa;  memprioritaskan pengembangan infrastruktur wilayah;  mengembangkan sistem transportasi massal;  menjamin ketersediaan dan kualitas sarana dan prasarana permukiman yang memadai, terutama di wilayah perbatasan; dan  meningkatkan koordinasi dalam mewujudkan kesetaraan peran dan fungsi di wilayah perbatasan. Kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang, terdiri dari : 1) Pemantapan peran perkotaan di Jawa Barat sesuai fungsi yang telah ditetapkan, yaitu Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Nasional–sistem Provinsi (PKNp), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), Pusat Kegiatan Wilayah–sistem Provinsi (PKWp), dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Dengan strategi :  Meningkatkan peran PKN sebagai pusat koleksi dan distribusi skala internasional, nasional atau beberapa provinsi.  Mengembangkan kegiatan ekonomi di bagian timur dengan orientasi pergerakan ke arah .

III-9 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

 Meningkatkan peran kawasan perkotaan di Jawa Barat bagian Selatan menjadi PKNp yang mempunyai fungsi tertentu dengan skala pelayanan internasional, nasional atau beberapa provinsi.  Meningkatkan peran PKW sebagai penghubung pergerakan dari PKL ke PKN terdekat melalui pengembangan prasarana dan permukiman yang dapat memfasilitasi kegiatan ekonomi di wilayah sekitarnya.  Meningkatkan peran kawasan perkotaan di Jawa Barat bagian Timur dan Selatan menjadi PKWp yang mempunyai fungsi tertentu dengan skala pelayanan provinsi atau beberapa Kabupaten/Kota.  Meningkatkan peran PKL perkotaan sebagai kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala Kabupaten/Kota atau beberapa kecamatan.  Meningkatkan peran PKL perdesaan sebagai pusat koleksi dan distribusi lokal yang menghubungkan desa sentra produksi dengan PKL perkotaan. 2) Pengembangan sistem kota-desa yang sesuai dengan daya dukung dan daya tampung serta fungsi kegiatan dominannya, dengan strategi :  Mengendalikan mobilitas dan migrasi masuk terutama ke wilayah pusat pertumbuhan.  Mengendalikan pertumbuhan permukiman skala besar dan mendorong pengembangan permukiman vertikal di kawasan padat penduduk, antara lain di kawasan perkotaan Bodebek dan kawasan perkotaan Bandung Raya.  Mengendalikan pertumbuhan kawasan permukiman skala besar dan mendorong permukiman vertikal di Kawasan Pantura untuk mengurangi kecenderungan alih fungsi lahan sawah.  Mengendalikan perkembangan kegiatan industri manufaktur dan kawasan permukiman skala besar di koridor Bodebek-Cikampek-Bandung. 3) Pengendalian perkembangan kawasan perkotaan di wilayah utara serta wilayah yang berada di antara wilayah utara dan selatan untuk menjaga lingkungan yang berkelanjutan dengan strategi:  Menetapan WP Bodebekpunjur, WP Purwasuka, WP Ciayumajakuning, dan WP KK Cekungan Bandung.  Meningkatkan fungsi WP sebagai klaster pengembangan ekonomi wilayah belakangnya (hinterland).  Memantapkan fungsi PKW, PKWp, dan PKL untuk mendukung klaster perekonomian di WP, melalui penyediaan prasarana dengan kuantitas dan kualitas sesuai standar pelayanan minimal. 4) Pengendalian dan pengembangan sistem kota di wilayah selatan sesuai daya dukungnya. Dengan strategi :  Menetapkan WP Sukabumi dan sekitarnya serta WP Priangan Timur-Pangandaran;  Meningkatkan fungsi WP sebagai klaster pengembangan ekonomi; dan  Memantapkan fungsi PKW, PKWp, dan PKL untuk mendukung klaster perekonomian di WP, melalui penyediaan prasarana dengan kuantitas dan kualitas sesuai standar pelayanan minimal.

III-10 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

5) Penataan dan pengembangan sistem prasarana wilayah yang dapat menjadi pengarah, pembentuk, pengikat, pengendali dan pendorong pengembangan wilayah untukterwujudnya sistem kota di Jawa Barat, dengan strategi :  Mengembangkan dan peningkatan ketersediaan dan kualitas prasarana wilayah untuk mendukung pergerakan di sepanjang koridor kawasan perkotaan Bandung Raya - Cirebon, dan kawasan perkotaan Pangandaran ke arah Cirebon.  Mengembangkan sistem angkutan umum massal di kawasan Perkotaan Bodebek, kawasan Perkotaan Bandung Raya, dan Cirebon untuk mengurangi masalah transportasi perkotaan.  Realisasi rencana pengembangan pelabuhan laut Internasional Cirebon dan Bandara Internasional Kertajati di Kabupaten Majalengka, untuk memantapkan peran kawasan perkotaan Cirebon dan mengurangi intensitas kegiatan di Kawasan Perkotaan Bodebek dan Kawasan Perkotaan Bandung Raya.  Meningkatkan ketersediaan dan kualitas pelayanan prasarana serta fasilitas pendukung kegiatan perkotaan dan perdesaan pada WP.  Mengembangkan sistem energi dan kelistrikan yang dapat memantapkan fungsi PKW, PKWp, PKL perkotaan, dan PKL perdesaan.  Meningkatkan ketersediaan dan kualitas prasarana sumber daya air berbasis DAS untuk menunjang kegiatan perkotaan dan pertanian.  Mengembangkan sistem Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah (TPPAS) regional sesuai dengan proyeksi pertumbuhan penduduk, perkembangan kegiatan perkotaan dan ekonomi.  Mengembangkan sistem telekomunikasi yang merata terutama untuk menunjang kegiatan ekonomi yang dikembangkan di PKL perkotaan, PKL perdesaan, PKW, dan PKWp.  Meningkatkan pelayanan ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan budaya terutama di PKL perkotaan dan PKL perdesaan, untuk meningkatkan kualitas hidup penduduk serta mengurangi mobilitas dan migrasi ke pusat kegiatan di PKN dan PKW. 6) Pendorong terlaksananya peran WP dan KSP dalam mewujudkan pemerataan pertumbuhan wilayah dan sebaran penduduk, dengan strategi :  Menentukan fungsi setiap WP agar terjadi sinergitas pembangunan.  Menentukan arah pengembangan wilayah sesuai potensi dan kendala di setiap WP.  Optimalisasi fungsi PKW dan PKL dalam setiap WP.  Meningkatkan ketersediaan dan kualitas prasarana untuk mendukung mobilitas dan pemenuhan kebutuhan dasar di dalam WP. Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang, meliputi : 1) Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan lindung, meliputi : a. Pencapaian luas kawasan lindung sebesar 45% dengan strategi :  meningkatkan fungsi kawasan lindung di dalam dan di luar kawasan hutan;  memulihkan secara bertahap kawasan lindung yang telah berubah fungsi;  Alih fungsi secara bertahap kawasan hutan cadangan dan hutan produksi terbatas menjadi hutan lindung; dan  Membatasipengembangan prasarana wilayah di sekitar kawasan lindung untuk menghindari tumbuhnya kegiatan perkotaan yang mendorong alih fungsi kawasan lindung.

III-11 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

 menetapkan luas kawasan hutan minimal 30% dari luas Daerah Aliran Sungai (DAS).

b. Menjaga dan meningkatkan kualitas kawasan lindung dengan strategi :  Optimalisasi pendayagunaan kawasan lindung hutan dan non hutan melalui jasa lingkungan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat;  Pengendalian pemanfaatan sumberdaya alam dan sumberdaya buatan pada kawasan lindung;  Pencegahan kerusakan lingkungan akibat kegiatan budidaya;  Rehabilitasi lahan kritis di kawasan lindung; dan  Penyusunan arahan insentif dan disinsentif serta pengenaan sanksi dalam hal alih fungsi dan/atau penerbitan izin pembangunan dan/atau kegiatan di dalam kawasan lindung. 2) Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budidaya meliputi : a. Mempertahankan lahan sawah berkelanjutan serta peningkatan produktivitas pertanianguna menjaga ketahanan pangan Jawa Barat dan nasional, dengan strategi :  Pengukuhan kawasan pertanian berlahan basah dan beririgasi teknis sebagai kawasan lahan sawah berkelanjutan yang tidak dapat dialihfungsikan untuk kegiatan budidaya lainnya;  Revitalisasi dan rehabilitasi jaringan irigasi teknis yang tidak berfungsi optimal untuk menjaga keberlangsungan pasokan air bagi lahan sawah;  Pemeliharaan jaringan irigasi teknis dan setengah teknis melalui kerjasama antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dan masyarakat;  Peningkatan produktivitas lahan sawah tadah hujan;  Peningkatan produktivitas pertanian tanaman pangan dengan sistem pola tanam yang mendukung pelestarian unsur hara dan kesuburan tanah, serta disesuaikan dengan perubahan iklim global;  Stabilisasi pasokan dan harga sarana produksi pertanian serta harga jual gabah untuk mempertahankan pertanian tanaman pangan; dan  Penyusunan dan penetapan pedoman pengendalian alih fungsi lahan sawah berkelanjutan. b. Mendorong pengelolaan wilayah pesisir, laut dan pulau kecil dengan pendekatan keterpaduan ekosistem, sumberdaya, dan kegiatan pembangunan berkelanjutan, dengan strategi :  Penyiapan pranata pengelolaan pesisir, laut dan pulau kecil.  Penetapan batas zonasi laut.  Rehabilitasi kawasan pelestarian ekologi pesisir dan pulau kecil serta kawasan perlindungan bencana pesisir.  Pengembangan perikanan budidayadan pemanfaatan hutan bakau secara lestari dan terpadu.  Pengembangan perikanan tangkap.  Pengendalian eksploitasi barang muatan kapal tenggelam.  Pengendalian pencemaran di kawasan pesisir dan laut.

III-12 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

 Pengendalian penguasaan tanah timbul oleh masyarakat dan/atau kelompok masyarakat. c. Optimalisasi potensi lahan budidaya dan sumberdaya alam guna mendorong pertumbuhan sosial ekonomi di wilayah yang belum berkembang karena keterbatasan daya dukung dan daya tampung lingkungan, dengan strategi :  Peningkatan aksesibilitas dan mobilitas serta pengembangan ekonomi di kawasan budidaya wilayah tertinggal;  Peningkatan akses kawasan budidaya ke jaringan arteri primer dan kolektor primer;  Peningkatan sarana dan prasarana pendukung di pusat kegiatan lokal perkotaan dan perdesaan; dan  Peningkatan produktivitas dan komoditas unggulan serta pengembangan keterkaitan hulu dan hilir. d. Mengutamakan pembangunan hunian vertikal pada kawasan permukiman perkotaan guna optimalisasi dan efisiensi ruang budidaya yang semakin terbatas, terutama pada kawasan yang perlu dikendalikan perkembangannya dengan strategi :  Penyediaan lingkungan siap bangun untuk pembangunan hunian vertikal di perkotaan dengan peran swasta dan masyarakat.  Pembangunan rumah susun bersubsidi bagi golongan masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah di kawasan perkotaan.  Revitalisasi kawasan permukiman kumuh perkotaan menjadi kawasan hunian vertikal.  Pemanfaatan hunian vertikal bagi golongan menengah ke atas di perkotaan.  Sosialisasiperubahan persepsi dan budaya masyarakat untuk dapat beradaptasi dengan pola hidup pada hunian vertikal. e. Mengamankan kepentingan pertahanan dan keamanan Negara dengan strategi :  Menetapkan Kawasan Strategis Nasional dengan fungsi khusus Pertahanan dan Keamanan.  Mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar Kawasan Strategis Nasional untuk menjaga fungsi Pertahanan dan Keamanan.  Mengembangkan Kawasan Lindung dan/atau Kawasan budidaya tidak terbangun disekitar Kawasan Strategis Nasional sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan strategis nasional dengan kawasan budidaya terbangun.  Turut serta memelihara dan menjaga aset-aset pertahanan dan keamanan/TNI Kebijakan pengendalian pemanfaatan ruang, terdiri dari : 1) Pengendalian pemanfaatan ruang melalui pengawasan dan penertiban yang didasarkan kepada arahan peraturan zonasi sistem provinsi, arahan perizinan, arahan pemberian insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi; 2) Pemberian izin pemanfaatan ruang sebagai salah satu alat pengendalian pemanfaatan ruang; 3) Pemberian izin pemanfaatan ruang yang merupakan kewenangan Kabupaten/Kota berpedoman pada RTRWP; dan 4) Pemberian izin pemanfaatan ruang oleh Kabupaten/Kota yang berdampak besar dan/atau menyangkut kepentingan nasional dan/atau provinsi, dikoordinasikan dengan Gubernur. Strategi pengendalian pemanfaatan ruang dilaksanakan melalui penyelenggaraan koordinasi penataan ruang yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

III-13 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

Rencana struktur ruang wilayah Provinsi Jawa Barat, meliputi : 1. Rencana Pengembangan Sistem Perkotaan Sistem perkotaan di Provinsi Jawa Barat terdiri atas : a. penetapan Kawasan Perkotaan Bodebek, Kawasan Perkotaan Bandung Raya, dan Cirebon sebagai PKN, dengan peran menjadi pusat koleksi dan distribusi skala internasional, nasional atau beberapa provinsi; b. penetapan Pangandaran dan Palabuhanratu sebagai PKNp, yang mempunyai fungsi tertentu dengan skala pelayanan internasional, nasional atau beberapa provinsi; c. penetapan Kota Sukabumi, Palabuhanratu, Cikampek-Cikopo, Indramayu, Kadipaten, dan Pangandaran sebagai PKW, dengan peran menjadi pusat koleksi dan distribusi skala nasional; d. penetapan Kota Banjar dan Rancabuaya sebagai PKWp, yang mempunyai fungsi tertentu dengan skala pelayanan provinsi atau beberapa kabupaten/kota; e. penetapan kawasan , Cibinong, Cimanggis, Cibadak, Cianjur, Sindangbarang, , Karawang, Soreang, Padalarang, Sumedang, Pamanukan, Subang, Jalan Cagak, Jatibarang, Sumber, Majalengka, Kuningan, Garut, Pameungpeuk, Singaparna, Ciamis dan Banjarsari sebagai PKL Perkotaan, dengan wilayah pelayanan kabupaten/kota dan beberapa kecamatan; dan f. penetapan Jampang Kulon, Sagaranten, Jampang Tengah, Sukanagara, Wanayasa, Plered, Rengasdengklok, Cilamaya, Ciwidey, Banjaran, Majalaya, Ciparay, Cicalengka, Rancaekek, Cilengkrang, Cililin, Ngamprah, Cisarua, Lembang, Tanjungsari, Wado, Tomo, Conggeang, Ciasem, Pagaden, Kalijati, Pusakanagara, Karangampel, Kandanghaur, Patrol, Gantar, Arjawinangun, Palimanan, Lemahabang, Ciledug, Kertajati, Jatiwangi, Rajagaluh, Cikijing, Talaga, Cilimus, Ciawigebang, Luragung, Kadugede, Cikajang, Bungbulang, Karangnunggal, Kawali, Cijeungjing, Cikoneng, Rancah, Panjalu, Pamarican dan Cijulang sebagai PKL Perdesaan, dengan wilayah pelayanan kabupaten/kota dan beberapa kecamatan. 2. Rencana Pengembangan Infrastruktur Wilayah Tujuan pengembangan infrastruktur wilayah adalah untuk menyediakan infrastruktur wilayah yang mampu mendukung aktivitas ekonomi, sosial dan budaya melalui : a. penyediaan infrastruktur jalan dan perhubungan yang handal dan terintegrasi untuk mendukung tumbuhnya pusat pertumbuhan; b. penyediaan infrastruktur sumberdaya air dan irigasi yang handal berbasis DAS untuk mendukung upaya konservasi dan pendayagunaan sumberdaya air serta pengendalian daya rusak air; c. peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas infrastruktur energi dan kelistrikan; d. peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas infrastruktur telekomunikasi; dan e. peningkatan penyediaan infrastruktur permukiman.

Rencana pengembangan infrastruktur wilayah di Provinsi Jawa Barat, meliputi : a. pengembangan infrastruktur jalan dan perhubungan; b. pengembangan infrastruktur sumberdaya air dan irigasi berbasis DAS; c. pengembangan infrastruktur energi dan kelistrikan; d. pengembangan infrastruktur telekomunikasi; dan III-14 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

e. pengembangan infrastruktur permukiman, yang terdiri atas: . pengembangan hunian vertikal di perkotaan; . pengembangan kawasan siap bangun atau lingkungan siap bangun di perkotaan; . peningkatan pelayanan sistem air minum; . pengelolaan air limbah dan drainase; . pengelolaan persampahan; . peningkatan kualitas lingkungan permukiman kumuh; . pembangunan kawasan dan sarana olahraga; . pembangunan pusat kebudayaan; . pembangunan rumah sakit; . pembangunan pasar induk regional; . pengembangan/pembangunan home industry; . peningkatan prasarana dasar permukiman perdesaan; . peningkatan dan pembangunan pusatkegiatan belajar; dan . pembangunan pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) pembantu. Rencana pola ruang kawasan lindung provinsi, meliputi : a. menetapkan kawasan lindung provinsi sebesar 45% dari luas seluruh wilayah daerah yang meliputi kawasan lindung berupa kawasan hutan dan kawasan lindung di luar kawasan hutan, yang ditargetkan untuk dicapai pada tahun 2018; b. mempertahankan kawasan hutan minimal 30% dari luas Daerah Aliran Sungai (DAS); c. mempertahankan kawasan resapan air atau kawasan yang berfungsi hidrorologis untuk menjamin ketersediaan sumber daya air; dan d. mengendalikan pemanfaatan ruang kawasan lindung yang berada di luar kawasan hutan sehingga tetap berfungsi lindung.

Kawasan lindung, terdiri dari : A. Kawasan yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, meliputi kawasan hutan lindung dan kawasan resapan air. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, terdiri atas: 1. Kawasan hutan yang berfungsi lindung yang terletak di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) terletak di Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Purwakarta, Kawasan Bandung Utara, Kawasan Bandung Selatan, Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Indramayu, dan Kabupaten Kuningan; dan 2. Kawasan resapan air, tersebar di Kabupaten/Kota. B. Kawasan Perlindungan Setempat Kawasan perlindungan setempat, meliputi : 1. sempadan pantai; 2. sempadan sungai; 3. kawasan sekitar waduk dan danau/situ; 4. kawasan sekitar mata air; dan 5. RTH di Kawasan Perkotaan. Kawasan perlindungan setempat, terdiri atas :

III-15 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

1. Sempadan pantai, terletak di Kabupaten Bekasi, Kabupaten Subang, Kabupaten Karawang, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Cirebon, Kota Cirebon, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, dan Kabupaten Ciamis; 2. Sempadan sungai, terletak di seluruh DAS; 3. Kawasan sekitar waduk dan danau/situ yang meliputi : a. Waduk Ir. H. Juanda-Jatiluhur, terletak di Kabupaten Purwakarta; b. Waduk Cirata, terletak di Kabupaten Purwakarta-Cianjur- Bandung Barat; c. Waduk Cileunca, Waduk Cipanunjang, dan Situ Sipatahunan, terletak di Kabupaten Bandung; d. Waduk Saguling, Situ Ciburuy, dan Situ Lembang, terletak di Kabupaten Bandung Barat; e. Situ Gede, Waduk Pongkor, Situ Kemang, Waduk Lido dan Waduk Cikaret, terletak di Kabupaten Bogor; f. Waduk Darma, Waduk Wulukut dan Waduk Dadap Berendung, terletak di Kabupaten Kuningan; g. Waduk Sedong dan Situ Patok, terletak di Kabupaten Cirebon; h. Waduk Cipancuh dan Situ Bolang, terletak di Kabupaten Indramayu; i. Waduk Sindang Pano, Waduk Sangyang, Situ Anggrarahan dan Situ Rancabeureum, terletak di Kabupaten Majalengka; j. Waduk Jatigede, terletak di Kabupaten Sumedang; k. Waduk Cibeureum, terletak di Kabupaten Bekasi; l. Situ Kamojang, terletak di Kabupaten Karawang; m. Situ Bagendit, terletak di Kabupaten Garut; n. Situ Gede, terletak di Kota Tasikmalaya; dan o. Situ Bojongsari, terletak di Kota Depok. 4. Kawasan sekitar mata air, tersebar di Kabupaten/Kota; danRTH di Kawasan Perkotaan, tersebar di Kabupaten/Kota. Kawasan pelestarian alam, meliputi : 3) Kawasan taman nasional yang meliputi : a. Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, terletak di Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bogor; b. Taman Nasional Gunung Halimun-Salak, terletak di Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor; dan c. Taman Nasional Gunung Ciremai, terletak di Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Majalengka. 4) Taman hutan raya yang meliputi : . Taman Hutan Raya Ir. H Juanda, terletak di Kota Bandung, Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat; . Taman Hutan Raya Pancoran Mas, terletak di Kota Depok; 2) Taman wisata alam.

Kawasan Budidaya Provinsi, terdiri atas : Kawasan pertanian pangan, ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut : 1. memiliki kesesuaian lahan untuk dikembangkan sebagai kawasan pertanian;

III-16 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

2. terutama berlokasi di lahan beririgasi teknis; dan 3. memiliki kesesuaian lahan untuk pengembangan kawasan hortikultura dan memperhatikan aspek penetapan kawasan hortikultura sesuai ketentuan peraturan perundangan. Pengembangan kawasan pertanian pangan diarahkan untuk : 1. mempertahankan kawasan pertanian pangan irigasi teknis; 2. mendukung ketahanan pangan provinsi dan nasional; 3. meningkatkan produktivitas melalui pola intensifikasi, diversifikasi, dan pola tanam yang sesuai dengan kondisi tanah dan perubahan iklim; 4. ditunjang dengan pengembangan infrastruktur sumberdaya air yang mampu menjamin ketersediaan air; 5. meningkatkan kesejahteraan petani dandan pemanfaatan lahan yang lestari. Kawasan pertanian pangan irigasi teknis, tersebar di Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bandung, Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Karawang, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Subang, Kabupaten Purwakarta, Kota Bogor, Kota Bekasi, Kota Depok, Kota Bandung, Kota , Kota Cirebon, Kota Tasikmalaya, dan Kota Banjar. Pengembangan kawasan permukiman perkotaan, ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut : 1. pengembangan permukiman perkotaan di kawasan rawan bencana alam dan bencana alam geologi, dilaksanakan dengan persyaratan teknis; 2. berada di luar kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan rawan bencana gunung api; 3. memiliki akses menuju pusat kegiatan masyarakat di luar kawasan; 4. memiliki kelengkapan prasarana, sarana, dan utilitas pendukung; dan 5. sesuai kriteria teknis kawasan peruntukan permukiman yang ditetapkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pengembangan kawasan permukiman perkotaan diarahkan untuk : 1. mengembangkan kawasan permukiman vertikal pada kawasan perkotaan dengan intensitas pemanfaatan ruang menengah hingga tinggi; 2. kawasan perkotaan yang memiliki karakteristik intensitas pemanfaatan ruang menengah hingga tinggi, mencakup kawasan perkotaan yang menjadi kota inti PKN; 3. mengendalikan kawasan permukiman horizontal pada kawasan perkotaan dengan intensitas pemanfaatan ruang menengah, termasuk kota mandiri dan kota satelit; dan 4. kawasan perkotaan yang memiliki karakteristik intensitas pemanfaatan ruang menengah, mencakup kawasan perkotaan selain yang berfungsi sebagai kota inti PKN. Pengembangan kawasan permukiman perdesaan, diarahkan pada pengembangan ruang permukiman horisontal dengan mempertimbangkan kegiatan dalam kawasan perdesaan, mencakup kegiatan pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan, pengelolaan sumberdaya alam, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. Ruang Terbuka Hijau (RTH), Komponen RTH yang termasuk dalam kawasan budidaya, terdiri atas : 1. RTH privat, meliputi : a. pekarangan rumah tinggal; b. halaman perkantoran, pertokoan, dan tempat usaha;

III-17 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

c. taman dan taman di atap bangunan (roof garden); dan d. lapangan olahraga. 2. RTH publik, meliputi : a. RTH taman dan hutan kota, meliputi : 1) taman RT, taman RW, taman kelurahan dan taman kecamatan; 2) taman kota; 3) hutan kota; dan 4) sabuk hijau (green belt). b. RTH jalur hijau jalan, meliputi : 1) pulau jalan dan median jalan; 2) jalur pejalan kaki; dan 3) ruang di bawah jalan layang. c. RTH fungsi tertentu, meliputi : 1) RTH sempadan rel kereta api; 2) jalur hijau jaringan listrik tegangan tinggi; 3) RTH sempadan sungai; 4) RTH sempadan pantai; 5) RTH pengamanan sumber air baku/mata air; 6) lapangan olahraga; dan 7) Taman Pemakaman. Pengembangan RTH, meliputi : 1. pengembangan luasan RTH paling sedikit 30% dari luasan kawasan perkotaan, meliputi RTH privat seluas 10% dan RTH publik seluas 20%; dan 2. penegasan dan perlindungan kawasan yang termasuk ke dalam RTH.

B. Wilayah Pengembangan BODEBEKPUNJUR Sektor unggulan yang dapat dikembangkan di WP Bodebekpunjur, meliputi pariwisata, industri manufaktur, perikanan, perdagangan, jasa, pertambangan, agribisnis dan agrowisata. Fokus pengembangan WP Bodebekpunjur, meliputi : 1. Kota Bogor, Kota Depok dan Kota Bekasi, diarahkan sebagai kota terdepan yang berbatasan dengan ibukota negara yang merupakan bagian dari pengembangan KSN Jabodetabekpunjur untuk mendorong pengembangan PKN kawasan perkotaan Jabodetabek, menjadi simpul pelayanan dan jasa perkotaan, serta mengembangkan sektor perdagangan, jasa dan industri padat tenaga kerja; 2. Kabupaten Bogor dan Bekasi, diarahkan menjadi kawasan penyangga dalam sistem PKN kawasan perkotaan Jabodetabek, serta untuk mengembangkan sektor industri ramah lingkungan dan hemat penggunaan air tanah, serta kegiatan pertambangan mineral logam dan non logam untuk mendukung pembangunan di Bodebekpunjur; dan 3. Kawasan Puncak di Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur, diarahkan pada kegiatan rehabilitasi dan revitalisasi kawasan lindung di KSN Jabodetabekpunjur.

Rencana pengembangan infrastruktur wilayah di WP Bodebekpunjur, terdiri atas : 1. Pengembangan infrastruktur jalan, meliputi :

III-18 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

a. Pembangunan jalan tol Bogor Ring Road, Depok-Antasari, Jagorawi-, Cimanggis- Cibitung, Cikarang-Tanjungpriok, Bekasi-Cawang-Kampung Melayu dan Serpong-Cinere; b. Pembangunan jalan lingkar Leuwiliang di Kabupaten Bogor; dan c. Peningkatan kapasitas dan kondisi ruas jalan strategis. 2. Pengembangan infrastruktur perhubungan, meliputi : a. Pengembangan Pelabuhan Lautdi Kabupaten Bekasi; b. Pembangunan dan penyelenggaraan terminal tipe A di Kota Bogor, Kabupaten Bekasi dan Kota Depok; c. Peningkatan/ Pembangunan rel ganda KA Perkotaan Manggarai-Cikarang (lintas Manggarai- Jatinegara-Bekasi); d. Peningkatan rel ganda KA Perkotaan Parung Panjang-Tenjo; e. Pengembangan KA Perkotaan Jabodetabek; f. Peningkatan jalur KA Antar Kota Bogor-Sukabumi; g. Pembangunan shortcut jalur KA Perkotaan Parung Panjang-Citayam; h. Optimalisasi fungsi Pangkalan Udara Atang Sanjaya di Kabupaten Bogor; i. Pengembangan angkutan massal perkotaan; dan j. Peningkatan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan. 3. Pengembangan infrastruktur sumberdaya air, meliputi : a. Pembangunan Waduk Ciawi, Narogong, Genteng, Sodong, Tanjung, Parung Badak, Cijuray, dan Cidurian di Kabupaten Bogor dan Waduk Limo di Kota Depok; b. Revitalisasi dan optimalisasi fungsi waduk dan danau/situ; c. Pengembangan infrastruktur pengendali banjir; dan d. Peningkatan kondisi jaringan irigasi. 4. Pengembangan infrastruktur energi, meliputi : a. Pengembangan lapangan panas bumi eksisting di lapangan panas bumi Awi Bengkok dan Gunung Salak di Kabupaten Bogor; b. Pengembangan prospek panas bumi di lapangan panas bumi Ciseeng dan Gunung Pancar di Kabupaten Bogor, serta lapangan panas bumi Gunung Gede-Pangrango di Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur; c. Pengembangan pemanfaatan sampah sebagai energi di TPA di Kabupaten Bogor, Kabupaten Bekasi, Kota Bekasi, Kota Bogor dan Kota Depok; d. Pengembangan pipanisasi gas regional dan gas kota di Kota Bogor, Kota Depok, Kabupaten Bekasi dan Kota Bekasi; e. Pengembangan pemanfaatan energi terbarukan berupa energi air skala kecil, energi surya, energi angin dan bio-energi; f. Pengembangan pemanfaatan gas alam di Kabupaten Bekasi (SPPBE, LNG Terminal, PLTG, dan LPG plant); dan g. Pengembangan desa mandiri energi. 5. Pengembangan infrastruktur permukiman, terdiri atas : a. Pengembangan permukiman perkotaan meliputi : 1) Pengembangan hunian vertikal di Kawasan Perkotaan Bodebek; 2) Pengembangan kawasan siap bangun atau lingkungan siap bangun;

III-19 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

3) Peningkatan ketersediaan air bersih perkotaan dan pengembangan Instalasi Pengolahan Air (IPA)/Water Treatment Plant (WTP) di Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Bogor; 4) Pengembangan pengolahan air limbah yang memperhatikan baku mutu limbah cair dan merupakan sistem yang terpisah dari pengelolaan air limbah industri secara terpusat, terutama pada kawasan perumahan padat, pusat bisnis dan sentra industri; 5) Penataan jaringan drainase perkotaan; 6) Pembangunan Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah Regional Nambo dengan cakupan pelayanan untuk wilayah Kabupaten Bogor, Kota Bogor dan Kota Depok; 7) Peningkatan kualitas lingkungan permukiman kumuh di Kota Depok dan Kota Bekasi; 8) Pembangunan kawasan olahraga terpadu di PKN, PKW dan pembangunan sarana olahraga di PKL; 9) Pembangunan Rumah Sakit Tipe A di PKN, Rumah Sakit Tipe B di PKW dan Rumah Sakit Tipe C di PKL; 10) Pembangunan pusat kebudayaan di PKN dan PKW; 11) Pengendalian permukiman di kawasan Puncak untuk mendukung fungsi konservasi kawasan; dan 12) Pembangunan Pasar Induk Regional di Kabupaten Bogor. b. Pengembangan permukiman perdesaan, meliputi : 1) Peningkatan infrastruktur dasar permukiman di desa tertinggal, desa terpencil, permukiman kumuh nelayan, desa di kawasan perbatasan dengan Provinsi dan DKI, serta kawasan rawan bencana; 2) Penataan kawasan permukiman perdesaan dengan prinsip konservasi dan pengelolaan bencana; 3) Pembangunan sarana olahraga dan pusat kegiatan belajar; dan 4) Pembangunan Puskesmas. 6. Optimalisasi Kawasan Industri, meliputi : a. Kawasan Industri MM2100, terletak di Cibitung Kabupaten Bekasi; b. Kawasan Industri EJIP (NEGAI), terletak di Cikarang, Cibarusah Kabupaten Bekasi; c. Kawasan Industri Internasional Bekasi, terletak di Desa Sukaresmi, Kabupaten Bekasi; d. Kawasan Industri Jababeka terletak di Cikarang, Kabupaten Bekasi; e. Kawasan Industri , terletak di Cikarang, Kabupaten Bekasi; f. Kawasan Industri Patria Manunggal Jaya, terletak di Cikarang, Kabupaten Bekasi; g. Kawasan Industri Gobel, terletak di Cibitung, Kabupaten Bekasi; h. Pusat Kawasan Industri dan Pergudangan Bertaraf Internasional Marunda, terletak di Kabupaten Bekasi; i. Kawasan Industri Sentul, terletak di Kabupaten Bogor; dan j. Pusat Kawasan Industri Cibinong, terletak di --Klapanunggal-Gunungputri, Kabupaten Bogor.

 Arahan Menurut RTRW Kota Depok Sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Depok No 1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Depok Tahun 2012-2032. Tujuan penataan ruang wilayah kota Depok adalah mewujudkan kota pendidikan, perdagangan dan jasa yang nyaman, religius dan berkelanjutan. Dalam mewujudkan tujuan penataan ruang, perlu ditetapkan kebijakan penataan ruang. Kebijakan III-20 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019 dan strategi penataan ruang wilayah Kota Depok dalam rangka mewujudkan tujuan penataan ruang adalah sebagai berikut : 1. Kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang, meliputi : a. pengembangan pusat-pusat pelayanan yang berhirarki yang memperkuat kegiatan pendidikan, perdagangan dan jasa berskala regional, dengan strategi: . menetapkan hirarki sistem pusat pelayanan secara berjenjang; . mengatur hirarki dan distribusí wilayah pelayanan kegiatan perdagangan dan jasa skala lokal hingga skala regional; . mengoptimalkan pengembangan kawasan pendidikan tinggi yang sudah ada dan berskala nasional hingga internacional dan menjadi pusat riset dan inovasi teknologi; dan . mengembangkan kawasan pendidikan terpadu yang terintegrasi dengan kawasan Sentra Niaga dan Budaya (SNADA). b. pengembangan sistem jaringan prasarana perkotaan yang terdistribusi secara hirarkis, dengan strategi : . mengembangkan dan menyeimbangkan aksesibilitas menuju pusat-pusat pelayanan di seluruh wilayah kota; . menata dan mengembangkan sistem transportasi perkotaan berbasis terminal, angkutan jalan, kendaraan, parkir, dan jaringan jalan untuk pejalan kaki; . memfasilitasi upaya peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan kereta api; . memfasilitasi upaya peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan listrik dan gas; . mengembangkan jaringan telekomunikasi yang mendukung pengembangan cyber city; . mengelola dan mengembangkan jaringan sumber daya air; . menata dan meningkatkan kualitas dan kapasitas jaringan drainase; . mengembangkan sistem jaringan air minum; . mengembangkan jaringan dan pelayanan pengolahan limbah secara terpadu; . meningkatkan sistem pengelolaan sampahmelalui pemanfaatan pelayanan regional maupun lokal; . menyediakan jalur evakuasi bencana yang mudah diakses oleh masyarakat; dan . mengembangkan sarana dan prasarana pendukung untuk mengurangi terjadinya kebakaran. c. pengembangan infrastruktur yang mendukung pengembangan kegiatan pendidikan, perdagangan dan jasa, dengan strategi : . meningkatkan aksesibilitas dari dan menuju kawasan pendidikan, perdagangan dan jasa dengan mengoptimalkan sistema angkutan umum massal; dan . mengembangkan jaringan infrastruktur terpadu di kawasan pendidikan, riset dan inovasi teknologi, serta perdagangan jasa. 2. Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang, meliputi : a. kebijakan pengembangan kawasan lindung, meliputi : 1) peningkatan pengelolaan kawasan yang berfungsi lindung, dengan strategi : . mempertahankan kawasan yang berfungsi lindung yang belum berubah fungsi; . mengembalikan fungsi kawasan yang berfungsi lindung yang telah berubah fungsi; dan . meningkatkan nilai konservasi pada kawasan yang berfungsi lindung.

III-21 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

2) peningkatan dan penyediaan ruang terbuka hijau yang proporsional di seluruh wilayah kota, dengan strategi : . mempertahankan fungsi dan menata ruang terbuka hijau yang telah ada; . mengembalikan ruang terbuka hijau yang telah beralih fungsi; . meningkatkan ketersediaan ruang terbuka hijau melalui pengadaan tanah untuk kepentingan umum; dan . mengembangkan kerjasama antara pemerintah daerah dengan swasta dan masyarakat dalam penyediaan dan pengelolaan ruang terbuka hijau. 3) peningkatan kerjasama dan pembagian peran dengan provinsi atau Kabupaten/Kota lain yang berbatasan untuk pengelolaan lindung berbasis Daerah Aliran Sungai, dengan strategi : . menyusun kerjasama dengan perguruan tinggi; dan . menyusun kerjasama dengan wilayah perbatasan. b. kebijakan pengembangan kawasan budi daya meliputi : 1) pengembangan kawasan pendidikan, perdagangan dan jasa dalam mendukung kesetaraan fungsi di PKN Jabodetabekpunjur, dengan strategi : . mengoptimalkan pengembangan dan penataan kawasan pendidikan tinggi berskala nasional maupun internasional yang sudah ada sebagai pusat kegiatan riset dan inovasi teknologi; . mengembangkan kegiatan perdagangan dan jasa berskala regional; . mengarahkan pengembangan pusat perdagangan dan jasa baru ke wilayah Kota Depok bagian selatan, barat dan timur; . menata perkembangan pusat perdagangan dan jasa di wilayah pusat Kota Depok; . mengembangkan kawasan pendidikan terpadu yang terintegrasi dengan kawasan SNADA di wilayah selatan Kota Depok; . mewajibkan penyediaan parkir dan prasarana yang memadai bagi pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa; . merevitalisasi kawasan pasar yang tidak tertata dan/atau menurun kualitas pelayanannya; dan . mengarahkan sistem pusat perdagangan dan jasa yang terintegrasi, melalui pendekatan superblok atau penggunaan campuran di kawasan yang telah didominasi oleh kegiatan perdagangan/komersial. 2) pengelolaan pertumbuhan kawasan budi daya untuk membentuk ruang kota yang kompak dan efisien dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan, dengan strategi : . mempertahankankawasan terbangun berkepadatan rendah di sebagian wilayah kota; . mengendalikan perkembangan kawasan pusat kota; . mengoptimalkan perkembangan subpusat kota; . mengelola perkembangan kegiatan industri; . mengendalikan jenis pemanfaatan ruang yang dapat dikembangkan sesuai daya dukung dan daya tampung; . memfasilitasi pertumbuhan kawasan perumahan secara vertikal; . mengarahkan pemanfaatan ruang bawah tanah untuk kegiatan budi daya secara

III-22 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

terkendali; . membatasi pemanfaatan air tanah untuk kegiatan budidaya; dan . mewujudkan dan mengembangkan cyber city. 3) penyediaan fasilitas keagamaan dalam setiap kegiatan pemanfaatan ruang. 4) peningkatan fungsi kawasan pertahanan dan keamanan negara. 3. Kebijakan dan strategi penetapan kawasan strategis, meliputi pengembangan kawasan strategis kota melalui kebijakan penetapan kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi, kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya dan kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup, dengan strategi : a. menata kawasan agar tercapai penggunaan infrastruktur kawasan secara efisien; b. menata kawasan agar menjadi identitas khas jatidiri kota; dan c. menata kawasan agar terjaga fungsi ekologis lingkungan kota.

1) Rencana Struktur Ruang Wilayah Kota Depok Rencana struktur ruang wilayah Kota Depok, meliputi : a. Pengembangan sistem pusat pelayanan kegiatan kota; b. Sistem jaringan prasarana utama wilayah kota; dan c. Sistem jaringan prasarana lainnya. 1. Sistem Pusat Pelayanan Kota, meliputi : a. pusat pelayanan kota (PPK), meliputi semua kelurahan di Kecamatan Beji; Kelurahan Depok, DepokJaya, Pancoran Mas di Kecamatan Pancoran Mas; Kelurahan Mekarjaya, Tirtajaya di Kecamatan b. subpusat pelayanan kota (SPK), terdiri dari : 1) SPK Cinere, yang meliputi seluruh kelurahan di Kecamatan Cinere; seluruh Kelurahan di Kecamatan Limo; dan Kelurahan RangkapanJaya, RangkapanJaya Baru, dan Mampang di Kecamatan Pancoran Mas; 2) SPK Sawangan, yang meliputi seluruh kelurahan di Kecamatan Bojongsari dan seluruh Kelurahan di Kecamatan Sawangan; 3) SPK Cipayung, yang meliputi seluruh kelurahan di Kecamatan Cipayung; 4) SPK Tapos, yang meliputi seluruh kelurahan di Kecamatan Cilodong; Kelurahan Sukmajaya di Kecamatan Sukmajaya; dan Kelurahan Sukamaju Baru, Jatijajar, Cilangkap, Cimpaeun, Tapos, Leuwinanggung di Kecamatan Tapos; 5) SPK Cimanggis, meliputi seluruh kelurahan di Kecamatan Cimanggis; Kelurahan Cisalak, Baktijaya, Abadijayadi Kecamatan Sukmajaya, dan Kelurahan Sukatani di Kecamatan Tapos; dan 6) pusat lingkungan (PL), meliputi seluruh kelurahan di wilayah Kota Depok. 2. Sistem Jaringan Prasarana Utama Wilayah Sistem jaringan prasarana utama wilayah Kota Depok meliputi : a. Sistem jaringan transportasi darat, yang meliputi : . Jaringan jalan; . Jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan; dan . Jaringan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan. b. Sistem jaringan transportasi perkeretaapian, yang meliputi :

III-23 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

. Stasiun Universitas Indonesia di Kelurahan Pondok Cina . Stasiun Pondok Cina di Kelurahan Pondok Cina; . Stasiun Depok Baru di Kelurahan Depok; . Stasiun Citayam di Kelurahan Bojong Pondok Terong; dan . Depo KRL di Kelurahan Ratu Jaya. 3. Sistem Jaringan Prasarana Lainnya Sistem jaringan prasarana lainnya meliputi : a. sistem Jaringan energi/kelistrikan; b. sistem jaringan telekomunikasi; c. sistem jaringan prasarana sumber daya air, meliputi : 1) sistem jaringan sumber daya air lintas provinsi; 2) wilayah sungai di wilayah kota; 3) cekungan air tanah (CAT); 4) sistem jaringan irigasi; 5) sistem jaringan air baku untuk air minum, meliputi : . pembangunan jaringan air minum perpipaan perkotaan melalui sumber air baku dari Sungai Angke, Sungai Pesanggrahan, Sungai , dan Sungai Cikeas; . pengembangan jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan di kawasan budi daya dari sumber air tanah dan air permukaan; . pengembangan tampungan air di kawasan budi daya harus terpadu sebagai upaya untuk menambah cadangan air baku daerah; dan . pengelolaan sumur dalam di Kelurahan Kedaung, Kelurahan Sawangan, Kelurahan Pengasinan, Kelurahan Kalimulya, Kelurahan Jatijajar, Kelurahan Cisalak Pasar, dan Kelurahan Mekarsari. 6) sistem pengendalian banjir. d. infrastruktur perkotaan, meliputi : 1) sistem penyediaan air minum (SPAM) kota, meliputi jaringan air minum perpipaan dan bukan jaringan air minum perpipaan; 2) sistem pengelolaan air limbah kota; 3) sistem persampahan kota; 4) sistem drainase kota; 5) penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan jalan pejalan kaki; 6) jalur evakuasi bencana; dan 7) sistem proteksi kebakaran.

III-24 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

Gambar 3. 2 Peta Struktur Ruang Kota Depok (Sumber : RTRW Kota Depok, 2012-2032)

III-25 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

1) Pengembangan jaringan air minum perpipaan meliputi : a. Peningkatan cakupan pelayanan air minum di seluruh wilayah Kota Depok berdasarkan wilayah pelayanan; b. penambahan kapasitas pengambilan air sesuai dengan arahan penyediaan, pengembangan, konservasi dan penataan kawasan sumber air baku daerah dengan arahan kawasan lindung; c. pengembangan instalasi pengolahan air (IPA); d. pemeliharaan secara rutin, peningkatan, dan/atau pembangunan reservoir; e. pengembangan jaringan perpipaan transmisi; f. pengembangan jaringan perpipaan distribusi primer dan sekunder; g. pemeliharaan sumber-sumber air baku dari pencemaran; dan h. pengelolaan jaringan air minum melalui alternatif kerjasama antardaerah dan kerjasama pemerintah dan swasta. 2) Sistem pengelolaan air limbah meliputi : a. sistem pembuangan air limbah setempat, yang pengembangannya meliputi : . peningkatan kualitas septic tank; . peningkatan kualitas pengumpulan/pengangkutan lumpur tinja; . peningkatan Instalasi Pengolahan Lumpur tinja (IPLT) di Kelurahan Kalimulya; dan . pengembangan IPLT baru. b. sistem pembuangan air limbah terpusat yang pengembangannya meliputi : . pengembangan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) untuk kegiatan rumah sakit, industri, rumah tangga, perhotelan, perdagangan, dan kegiatan lain yang menghasilkan limbah; . pengembangan IPAL skala kawasan secara komunal; dan . pengembangan pengolahan air limbah dilakukan dengan memperhatikan baku mutu limbah cair dan merupakan sistem yang terpisah dari pengelolaan air limbah industri secara terpusat terutama pada kawasan perumahan padat, pusat bisnis dan sentra industri. 3) Pengembangan sistem persampahan kota mencakup : a. Pengembangan aspek fisik yang meliputi : . Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah (TPPAS) Regional Nambo; . Tempat pemrosesan akhir (TPA); . Tempat pengolahan sampah terpadu (TPST); . Tempat penampungan sementara (TPS); . Stasiun peralihan antara (SPA); dan . Angkutan persampahan kota. b. Pengembangan aspek non fisik yang meliputi : . pengembangan pengelolaan sampah perkotaan secara terpadu melalui pendekatan 4R (Reuse, Reduce, Recycle, Replace) dengan peningkatan peran masyarakat; . peningkatan fasilitasi pengembangan manfaat hasil pengolahan sampah; . pemisahan sampah dengan limbah berbahaya dan beracun;

III-26 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

. peningkatan pelayanan pengelolaan sampah melalui sistem pengumpulan sampah sesuai rute pelayanan angkutan sampah; . pengelolaan sampah melalui alternatif kerjasama antardaerah dan kerjasama pemerintah dan swasta; dan . pengembangan dan peningkatan peran kelembagaan yang mengelola sistem persampahan. 4) Sistem drainase kota meliputi : a. Jaringan drainase primer yaitu sungai Ciliwung, sungai Angke, sungai Pesanggrahan, sungai Cipinang, sungai Sunter, dan sungai Krukut. b. Jaringan drainase sekunder yaitu sungai Prumpung, Jantung, Ciliwing-Katulampa, Gede, Tanah Baru, Sugutamu, Cikumpa, Grogol, Mekarsari, Cipinangag,dan sungai Cisalak. c. Jaringan drainase tersier yaitu Sungai Laya, Beji, Pladen, Pondok Jaya, Pondok Terong, Bungur, Cinangka, Karet, Suwuk, Cempedak, Sukamaju, Cimanggis, Enggram, Caringin, Bojongsari, Rawa Kalong, dan sungai Cikaret. 5) Sistem Proteksi Kebakaran meliputi : d. pemetaan kawasan resiko kebakaran; e. penerapan jarak antar bangunan; f. penyediaan sarana dan prasarana pemadam kebakaran; dan g. pemberdayaan peran masyarakat pada kawasan rawan kebakaran.

2) Rencana Pola Ruang Arahan rencana pola ruang wilayah Kota Depok dibagi dalam rencana kawasan lindung, dan rencana kawasan budidaya dengan luas rencana masing-masing kawasan sebagaimana Tabel 3.1 Sedangkan arah lokasi kawasan lindung dan pengembangan kawasan budidaya dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3. 1 Luas Rencana Pola Ruang Kota Depok No. Pola Ruang Luas (Ha) Kawasan Lindung 2.934,71 1 Situ / Danau 137,64 2 Sungai 53,46 3 Kawasan Resapan Air 549,48 4 Sempadan Situ / Danau 179,73 5 Sempadan Sungai 484,77 6 Sempadan infrastruktur (sempadan rel kereta, 443,07 sempadan jalur pipa gas dan jalur hijau jaringan listrik tegangan tinggi) 7 Kawasan lindung lainnya 7,60 8 Ruang Terbuka Hijau 1.078,96 Kawasan Budidaya 17.094,29 9 Perumahan Kepadatan Tinggi 591,40 10 Perumahan Kepadatan Sedang 7.691,68 11 Perumahan Kepadatan Rendah 6.533,81 12 Kawasan Perdagangan dan Jasa 964,18 13 Kawasan Perkantoran 10,89 14 Kawasan Peruntukan Industri 327,70 15 Kawasan Pertanian 529,58 16 Kawasan Penunjang Pertanian 4,39 17 Kawasan Pertahanan dan Keamanan 199,61

III-27 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

No. Pola Ruang Luas (Ha) 18 Fasilitas Pendidikan 116,05 19 Fasilitas Kesehatan 5,78 20 Fasilitas Olahraga dan Rekreasi 32,80 21 Fasilitas Transportasi 29,30 22 Infrastruktur Kota 57,12 Total Luas 20.029,00 Sumber : RTRW Kota Depok, 2012-2032

Tabel 3. 2 Rencana Pengembangan RTH Kota Depok Eksisting Prosentase Rencana Prosentase No. Jenis Fasilitas RTH (Ha) (%) (Ha) (%) A. RTH PUBLIK 1 RTH taman 294,38 1,47 1.280,85 6,39 2 RTH hutan kota 104,60 0,52 458,47 2,29 3 Kawasan lindung lainnya 7,60 0,04 7,60 0,04 4 Jalur hijau jalan 56,39 0,28 68,49 0,34 5 Sempadan rel kereta 47,24 0,24 47,24 0,24 6 Sempadan situ 179,73 0,90 179,73 0,90 7 Sempadan sungai 484,77 2,42 484,77 2,42 8 Sempadan jalur pipa gas 57,00 0,28 57,00 0,28 Jalur hijau jaringan listrik 9 338,83 1,69 338,83 1,69 tegangan tinggi Lahan pertanian pangan 10 0,00 0,00 217,17 1,08 berkelanjutan 11 RTH taman pemakaman 175,48 0,88 429,02 2,14 RTH lapangan olahraga milik 12 38,62 0,19 247,43 1,24 pemerintah RTH halaman perkantoran milik 13 230,89 1,15 243,09 1,21 pemerintah LUAS RTH PUBLIK 2.015,53 10,06 4.059,69 20,27 B. RTH PRIVAT 14 Pekarangan rumah tinggal 1.132,89 5,66 2.511,98 12,54 RTH kawasan perdagangan dan 15 45,36 0,23 111,56 0,56 jas 16 RTH kawasan perkantoran 0,74 0,00 12,03 0,06 17 RTH kawasan industri 76,74 0,38 76,74 0,38 LUAS RTH PRIVAT 1.255,73 6,27 2.712,30 13,54 LUAS TOTAL RTH 3.271,26 16,33 6.771,99 33,81 LUAS KOTA DEPOK 20.029,00 Sumber : RTRW Kota Depok, 2012-2032

III-28 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

Gambar 3. 3 Peta Rencana Pola Ruang Wilayah Kota Depok 2012 - 2032 (Sumber : RTRW Kota Depok, 2012-2032)

III-29 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

Tabel 3. 3 Arahan Kawasan Lindung di Kota Depok No. Klasifikasi Kawasan Lindung Rincian Lokasi 1 Kawasan yang memberikan perlindungan Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap Kawasan resapan air direncanakan seluas 549,48 Ha meliputi kawasan bawahannya kawasan bawahannya adalah kawasan resapan air. sebagian wilayah di Kel. Baktijaya, Bedahan, Beji, Bojong Pondok Kawasan resapan air adalah daerah yang mempunyai Terong, Bojongsari Baru, Cilangkap, Cimpaeun, Cinangka, Cinere, kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan Cipayung, Cipayung Jaya, Cisalak Pasar, Curug, Depok Jaya, Duren sehingga merupakan tempat pengisian air bumi Seribu, Gandul, Grogol, Harjamukti, Jatijajar, Kalimulya, Kedaung, (akuifer) yang berguna sebagai sumber air. Krukut, Kukusan, Leuwinanggung, Limo, Mampang, Meruyung, Pancoran Mas, Pasir Putih, Cilodong, Jatijajar, Kalibaru, Pengasinan, Pondok Cina, Pondok Petir, Rangkapan Jaya, Rangkapan Jaya Baru, Ratujaya, Sawangan, Sawangan Baru, Serua, Sukamaju Baru, Sukatani, Sukmajaya, Tanah Baru, Tapos, dan Tirtajaya. 2 Kawasan Perlindungan Setempat Sempadan sungai Sungai Angke, Cipinang-Sunter, Ciliwung, Pesanggrahan, CIkeas- Cileungsi, dan anak-anak sungai yang ada di kota Depok Sempadan Situ Semua situ yang tersebar di Kota Depok 3 Ruang Terbuka Hijau (RTH) RTH adalah area memanjang/jalur dan/atau a. RTH taman lingkungan tersebardi seluruh pusat lingkungan mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat b. RTH taman kota di Kec. Sukmajaya, Kec. Pancoran Mas, Kec. terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh Limo, Kec. Bojongsari, Kec. Cipayung, Kec. Tapos, Kec. secara alamiah maupun yang sengaja ditanam, Cimanggis meliputi : c. RTH Hutan Kota di Kec. Beji, Kec. Pancoran Mas, Kec. Cipayung, . RTH Publik Kec. Sukmajaya, Kec. Cilodong, Kec. Limo, Kec. Cinere, Kec. . RTH Privat Cimanggis, Kec. Tapos, Kec. Sawangan, Kec. Bojongsari d. RTH Jalur hijau jalan tersebar di seluruh wilayah kota RTH publik meliputi : e. RTH sempadan rel kereta di Kel. Bojong Pondok Terong, Kel. a. RTH taman lingkungan yang tersebardi seluruh Depok, Kel. Kemiri Muka, Kel. Pancoran Mas, Kel. Pondok Cina, pusat lingkungan Kel. Pondok Jaya, Kel. Pondok Jaya, Kel. Ratu Jaya b. RTH taman kota yang terdapat di Kec. Sukmajaya, f. RTH sempadan situ di Kel. Baktijaya, Beji, Beji Timur, Bojong Kec. Pancoran Mas, Kec. Limo, Kec. Bojongsari, Pondok Terong, Bojongsari, Bojongsari Baru, Cilangkap, Kec. Cipayung, Kec. Tapos, Kec. Cimanggis Cilodong, Cimpaeun, Cinere, Cisalak, Cisalak Pasar, Curug, c. RTH hutan kota Depok, Depok Jaya, Duren Mekar, Duren Seribu, Harjamukti, d. RTH jalur hijau jalan Jatijajar, Kalibaru, Kedaung, Krukut, Kukusan, Mekarsari, e. RTH sempadan rel kereta Pengasinan, Pondok Cina, Rangkapan Jaya, Sawangan, f. RTH sempadan situ Sukamaju, Tapos, dan Tugu g. RTH sempadan sungai g. RTH sempadan sungai tersebar di seluruh kelurahan di Kota h. RTH sempadan jalur pipa gas Depok kecuali Kel. Beji Timur, Bojongsari, Bojongsari Baru, i. RTH jalur hijau jaringan listrik tegangan tinggi Pengasinan, dan Kel. Curug Cimanggis j. RTH lahan pertanian pangan berkelanjutan di Kec. h. RTH sempadan jalur pipa gas di Kel. Baktijaya, Beji TImur, Tapos, Cisalak, Curug Cimanggis, Harjamukti, Kemiri Muka, Krukut, k. RTH taman pemakaman Kukusan, Limo, Mekarjaya, Pondok Cina, Sukatani, dan Tanah III-30 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

No. Klasifikasi Kawasan Lindung Rincian Lokasi l. RTH lapangan olah raga milik pemerintah Baru m. RTH halaman perkantoran milik pemerintah i. RTH jalur hijau jaringan listrik tegangan tinggi di Kel. Bedahan, Bojongsari Baru, CIlangkap, Cilodong, Cinangka, Cinere, Kawasan Ruang Terbuka Hijau Kota yang dapat Cipayung, Curug, Depok, Gandul, Grogol, Jatijajar, Kedaung, dikembangkan di Kota Depok meliputi : Krukut, Limo, Mampang, Meruyung, Pancoran Mas, Pangkalan a. RTH Pekarangan Jati, Pangkalan Jati Baru, Pasir Putih, Pengasinan, Pondok Petir, b. RTH Taman dan Hutan Kota Rangkapan Jaya, Rangkapan Jaya Baru, Ratu Jaya, Serua, c. RTH Jalur Hijau Jalan Sawangan, Sukamaju, Sukmajaya, Tapos, Tirtajaya j. RTH lahan pertanian berkelanjutan di Kec. Tapos k. RTH taman pemakaman tersebar di wilayah Depok l. RTH lapangan olah raga milik pemerintah di Kel. Depok Jaya, Pangkalan Jati, Limo, Duren Seribu, Rangkapan Jaya, Cinangka, Sawangan, Kukusan, Beji, Sukatani, Baktijaya, dan Tirtajaya m. RTH halaman perkantiran milik pemerintah di Kel. Pasir Gunung Selatan, Mekarsari, Cisalak, Gandul, Krukut, Rangkapan Jaya, Jatijajar, Beji Depok, Kalimulya 4 Kawasan Cagar Budaya Kawasan Cagar Budaya Kawasan Depok Lama di Kel. Depok 5 Kawasan Rawan Bencana Rawan Bencana Banjir Jl Dewi Sartika (Kel Depok Kec. Pancoran Mas), Jl Margonda Raya (depan SPBU Kec. Beji), saluran air Kompleks Taman Duta (Kec. Cimanggis), Perum Bukit Cengkeh (Kec. Cimanggis), Kompleks Sukatani (Kec. Cimanggis), Bumi Sawangan Indah (Kec. Sawasangan), Desa Grogol (Kec Limo), Cakra Buana (Kec. Pancoran Mas), Pasar Tugu (Kec. Cimanggis), Situ Rawa Besar dan Situ Pladen Rawan Bencana Longsor Kawasan sempadan sungai Ciliwung, Pesanggrahan, dan situ Pedongkelan Rawan Bencana Kebakaran Di sekitar permukiman padat penduduk dan bangunan di Kel. Depok, Kel. Depok Jaya, Kel. Sukmajaya, Kel. Tugu 6. Kawasan lindung lainnya Taman Hutan Raya Taman Hutan Raya di Kelurahan Pancoran Mas dengan luas kurang lebih 7,6 Ha

Sumber : RTRW Kota Depok, 2012-2032

III-31 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

Tabel 3. 4 Arahan Kawasan Budidaya di Kota Depok No. Klasifikasi Kawasan Budidaya Rincian Lokasi 1 Kawasan Perumahan Kawasan perumahan kepadatan tinggi dengan luas kurang Kelurahan Beji, Beji Timur, Depok, Depok Jaya, Kemiri Muka, lebih 591,4 Ha atau 38,4 % luas wilayah kota Depok Kukusan, Pancoran Mas, Ratu Jaya Kawasan perumahan kepadatan sedang dengan luas kurang Kelurahan Abadi Jaya, Baktijaya, Beji, Bojong Pondok Terong, lebih 7.691,68 Ha atau 2,95 % luas wilayah kota Depok Cilangkap, Cilodong, Cimpaeun, Cinere, Cipayung, Cisalak, Cisalak Pasar, Curug Cimanggis, Depok, Gandul, Grogol, Harjamukti, Jatijajar, Kalibaru, Kemiri Muka, Krukut, Kukusan, Limo, Mampang, Mekarjaya, Mekarsari, Meruyung, Pancoran Mas, Pangkalan Jati, Pangkalan Jati Baru, Pasir Gunung Selatan, Pondok CIna, Rangkapan Jaya, Rangkapan Jaya Baru, Ratu Jaya, Sukamaju, Sukamaju Baru, Sukatani, Sukmajaya, Tanah Baru, Tapos, Tirtajaya, Tugu Kawasan perumahan kepadatan rendah dengan luas kurang Kelurahan Abadi Jaya, Baktijaya, Bedahan, Beji, Bojong Pondok lebih 6.533,81 Ha atau 32,62 % luas wilayah kota Depok Terong, Bojongsari, Bojongsari Baru, Cilangkap, Cilodong, Cimpaeun, Cinangka, Cipayung, Cipayung Jaya, Cisalak, Cisalak Pasar, Curug Bojongsari, Depok, Depok Jaya, Duren Mekar, Duren Seribu, Grogol, Harjamukti, Jatijajar, Jatimulya, Kalibaru, Kalimulya, Kedaung, Kemiri Muka, Kukusan, Leuwinanggung, Mampang, Mekarjaya, Mekarsari, Meruyung, Pancoran Mas, Pangkalan Jati Baru, Pasir Putih, Pasir Gunung Selatan, Pengasinan, Pondok Cina, Pondok Jaya, Pondok Petir, Rangkapan Jaya, Rangkapan Jaya Baru, Ratu Jaya, Sawangan, Sawangan Baru, Serua, Sukamaju Baru, Sukatani, Sukmajaya, Tapos, Tirtajaya, Tugu 2 Kawasan Perdagangan dan Jasa Pusat pertokoan dan/atau pasar lingkungan Pengembangan diarahkan pada: a. SPK Cipayung pada ruas jalan Cipayung, Jl Keadilan, Jl Citayam b. SPK Tapos pada ruas Jalan Cibinong – Cimpaeun, Jalan Raya Tapos, Jalan Leuwinanggung, Jalan Belong, Jalan Kopasus Sukatani, Jalan Kebayunan dan Jalan Raden Saleh c. SPK Cimanggis pada ruas Jalan Tole Iskandar, Jalan Kebahagiaan, Jalan Kejayaan, Jalan Kemakmuran, Jalan Proklamasi, Jalan Sinar Matahari, Jalan Gas Alam, Jalan Akses UI, Jalan Raya Ciherang, Jalan RTM Kelapa Dua, Jalan Cisalak Pasar, Jalan Mekarsari, Jalan Radar Auri, Jalan Raya Bogor, Jalan Putri Tunggal, Jalan Alternatif (Trans Yogi), Jalan Raya Sukatani,Jalan Pondok Duta, Jalan Keadilan Raya, Jalan Nusantara dan Jalan Prof. Lefran Pane d. SPK Cinere pada ruas Limo Raya, Pangkalan Jati, Jalan Raya III-32 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

No. Klasifikasi Kawasan Budidaya Rincian Lokasi Gandul, dan Jalan Bukit Cinere e. SPK Sawangan pada ruas Jalan Raya Pengasinan, Jalan Raya Pasir Putih, Jalan Cinangka Raya, Jalan Raya Parung-Ciputat, Jalan Raya Muhtar, Jalan Raya Curug, dan Jalan Raya Serua

Penataan dilakukan di PPK Margonda dan SPK Cinere, yaitu : a. PPK Margonda pada ruas jalan Margonda b. SPK Cinere pada ruas Jalan Cinere Raya, Jalan Merawan, dan Jalan Raya Sawangan

Pengembangan pasar lingkungan di SPK Sawangan, SPK Tapos dan SPK Cipayung Toko modern Pengembangan minimarket di seluruh SPK Pengembangan supermarket dan departemen store pada SPK Cipayung, pada sistem jaringan jalan arteri dan jalan kolektor Pengembangan hipermarket pada PPK, SPK Tapos, SPK Cinere, SPK Cimanggis, SPK Cipayung dan SPK Sawangan pada sistem jaringan jalan arteri atau jalan kolektor Pengembangan perkulakan pada akses sistem jaringan jalan arteri atau kolektor primer atau arteri sekunder Pusat perbelanjaan dan niaga Pengembangan pusat perbelanjaan dan niaga di SPK Sawangan pada ruas Jalan Sawangan Raya dan Jalan Cinangka Raya, SPK Cipayung pada ruas Jalan Citayam dan Jalan Keadilan, SPK Tapos pada ruas Jalan Parung Serab, Jalan Tole Iskandar, dan Jalan Raya Bogor, SPK Cimanggis pada ruas Jalan Raya Bogor dan Jalan Trans Yogi

Pembangunan pasar induk di SPK Tapos, dan pusat grosir di PPK Margonda 3 Kawasan perkantoran a. Kawasan perkantoran pemerintah a. Sebagai pusat pemerintahan di pusat pelayanan kota yaitu di Kelurahan Depok, Kelurahan Kalimulya, Kelurahan Mekarjaya, dan Kelurahan Tirtajaya b. Lembaga permasyarakatan (LAPAS) di Kel. Cilodong a. Kawasan kantor swasta di ruas -ruas jalan utama b. Kawasan perkantoran swasta 4 Kawasan Peruntukan Industri a. Industri kecil / mikro a. Industri kecil tersebar b. Industri menengah b. Industri pengolahan dan pengawetan lain-lainnya buah-buahan dan sayur-sayuran di Kelurahan Kalimulya III-33 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

No. Klasifikasi Kawasan Budidaya Rincian Lokasi c. Industri besar c. Industri barang logam di Kelurahan Cisalak, Kelurahan Jatimulya, dan Kelurahan Mekarsari d. Industri farmasi dan produk obat kimia di Kelurahan Sukatani e. Industri sabun dan deterjen di Kelurahan Tugu f. Industri suku cadang dan aksesori kendaraan roda empat atau lebih di Kelurahan Sukamaju g. Industri barang plastik di Kelurahan Abadijaya dan Kelurahan Tugu h. Industri tekstil bukan pakaian jadi di Kelurahan Curug i. Industri minuman di Kelurahan Duren Seribu j. Industri alat permainan dan mainan anak-anak di Kelurahan Cimpaeun k. Industri peralatan listrik di Kelurahan Sukamaju l. Industri tekstil bukan pakaian jadi di Kelurahan Tugu m. Industri alat potong perkakas dan peralatan umum di Kelurahan Abadijaya 5 Kawasan Pariwisata a. pariwisata budaya; Kawasan pariwisata budaya meliputi Kawasan Heritage Depok Lama b. pariwisata alam; dan terletak di Kelurahan Pancoran Mas dan Kawasan Seni dan Budaya c. pariwisata buatan Kukusan di Kelurahan Kukusan.

Kawasan pariwisata alam meliputi Taman Hutan Raya di Kelurahan Pancoran Mas, Hutan Kota Universitas Indonesia di Kelurahan Pondok Cina, Situ Pengasinan di Kelurahan Pengasinan, Situ Rawa Besar di Kelurahan Depok, Situ Asih Pulo di Kelurahan Rangkapan Jaya, Situ Citayam di Kelurahan Citayam, dan Situ Cilodong di Kelurahan Cilodong.

Kawasan pariwisata buatan meliputi Kawasan Studio Alam TVRI di Jalan Raden Saleh Kec Sukmajaya; Margo City di Jalan Margonda Raya Kec Beji; Depok Town Square di Jalan Margonda Raya Kec Beji, ITC Depok di Jalan Margonda Raya Kec Pancoran Mas; Masjid Kubah Emas di Kec Limo; Taman Wiladatika Kec Cimanggis dan Wisata Agro Belimbing dan Taman Hias di Kawasan Bedahan, kel Bedahan, kel Pengasinan, kel Bojongsari, kel Serua, kel Duren Mekar, kel Duren Seribu, kel Pasir Putih, kel Cipayung, kel Rangkapan Jaya, kel Cipayung Jaya, kel Mampang; Golf di Kec Sawangan; Depok Fantasi di Kota Kembang kelTirtajaya, Kec Sukmajaya.

III-34 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

No. Klasifikasi Kawasan Budidaya Rincian Lokasi 6. Kawasan Ruang Terbuka Non Hijau a. Plasa Pengembangan kawasan olahraga terpadu diarahkan di Kecamatan b. Lahan parkir Tapos c. Lapangan olah raga d. Tempat bermain dan rekreasi 7. Kawasan Ruang Evakuasi Bencana Kawasan ruang evakuasi bencana longsor a. lapangan Kantor Walikota di Kelurahan Depok Kawasan ruang evakuasi bencana kebakaran b. GOR di Kelurahan Ratu Jaya c. Gedung Balairung Universitas Indonesia di Kelurahan Pondok Cina d. Stadion Merpati di Kelurahan Depok Jaya e. lapangan sepakbola di Kelurahan Limo f. lapangan BRIMOB di Kelurahan Pasir Gunung Selatan Sumber : RTRW Kota Depok, 2012-2032

III-35 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

3) Kawasan Strategis Kota Kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi di wilayah Kota Depok meliputi : 1. Kawasan Margonda meliputi sebagian Kelurahan Depok Jaya, Kelurahan Kemiri Muka, Kelurahan Pondok Cina, dan Kelurahan Depok merupakan pusat perdagangan dan jasa skala pelayanan kota dan regional; 2. Kawasan Bedahan yang meliputi meliputi Kelurahan Bedahan, Kelurahan Pengasinan, Kelurahan Bojongsari, Kelurahan Serua, Kelurahan Duren Mekar, Kelurahan Duren Seribu, dan Kelurahan Pasir Putih merupakan sentra agroindustri untuk pengembangan agrobisnis berupa buah-buahan, tanaman hias dan ikan hias; 3. Kawasan Meruyung terdapat di Kelurahan Meruyung merupakan kawasan wisata meliputi wisata religi Kubah Mas dan wisata alam Kampung 99 dilengkapi pusat penjualan produk lokal Kota Depok; dan 4. Kawasan SNADA terdapat di Kelurahan Cipayung Jaya dan Kelurahan Bojong Pondok Terong merupakan pengembangan kawasan perdagangan, pelestarian budaya, dan kawasan pendidikan terpadu. Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya meliputi : 1. Kawasan Depok Lama terdapat di Kelurahan Depok merupakan kawasan cagar budaya yang memiliki nilai historis; dan 2. Kawasan Civic Center meliputi Kelurahan Tapos, Kelurahan Cilangkap, Kelurahan Cimpaeun, dan Kelurahan Jatijajar merupakan pusat kegiatan sosial budaya baru. Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup meliputi : 1. Kawasan Tahura terdapat di Kelurahan Pancoran Mas merupakan kawasan hutan konservasi; dan 2. Kawasan Situ Bojongsari terdapat di Kelurahan Sawangan. Pengembangan kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi, meliputi: 1. pengembangan Kawasan Margonda; 2. pengembangan Kawasan Bedahan; 3. pengembangan Kawasan Meruyung; dan 4. pengembangan Kawasan SNADA. Pengembangan kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya, meliputi: 1. pengembangan Kawasan Depok Lama; dan 2. pengembangan Kawasan Civic Center.

Pengembangan kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup, meliputi : 1. pengembangan Kawasan Tahura; dan 2. pengembangan Kawasan Situ Bojongsari.

III-36 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

Gambar 3. 4 Peta Kawasan Strategis Kota Depok 2012 - 2032 (Sumber : RTRW Kota Depok, 2012-2032)

3.1.3 Arahan Wilayah Pengembangan Strategis Keterpaduan pembangunan bidang Cipta Karya diarahkan untuk mendukung pengembangan wilayah pada Wilayah Pengembangan Strategis (WPS). WPS merupakan wilayah-wilayah yang dipandang memerlukan prioritas pembangunan yang didukung keterpaduan penyelenggaraan infrastruktur dan meningkatkan peran serta seluruh stakeholder. Dalam RENSTRA Kementrian PU-PR 2015-2019 telah ditetapkan 35 WPS yang merepresentasikan keseimbangan pembangunan antar wilayah dan merefleksikan amanat NAWACITA yaitu pembangunan wilayah dimulai dari pinggiran dan perwujudan konektivitas dan keberpihakan terhadap maritim. Untuk mewujudkan pencapaian sasaran strategis PU PR dilakukan perencanaan, pemrograman, dan pembangunan (WPS). Pengembangan berbasis WPS merupakan suatu pendekatan pembangunan yang memadukan antara pengembangan wilayah dengan “market driven”, yang mempertimbangkan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan untuk mendukung penyelenggaraan Pembangunan Infrastruktur Berkelanjutan. Untuk itu diperlukan keterpaduan perencanaan dan kesinkronan program (fungsi, lokasi, waktu, besaran, dan dana) antara infrastruktur dengan pengembangan berbagai kawasan strategis dalam WPS baik perkotaan, industri, maritim/pelabuhan, pariwisata, dan

III-37 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

hinterland pedesaan. Hal ini dimaksudkan agar wilayah tersebut dapat berkembang menjadi wilayah yang kawasan pertumbuhannya saling terhubungkan, sebagai strategi untuk meningkatkan/menciptakan spesialisasi, komplementaritas (saling isi), sinergi, dan skala ekonomi wilayah serta membentuk kawasan perkotaan polisentris sebagai aglomerasi antar kawasan pertumbuhan kota yang bertetangga dengan hinterland pedesaannya. Dengan demikian kita dapat menyiapkan wilayah dan kawasan yang kedepannya memiliki daya saing tinggi. Konsepsi wilayah pengembangan strategis (WPS) adalah sebagai berikut :  Menterpadukan pembangunan melalui pendekatan wilayah guna mengurangi disparitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah sehingga dapat mendukung kawasan perkotaan, kawasan industri, kawasan maritim, dan kawasan lainnya;  Digunakan untuk melihat sejauh mana suatu wilayah dianggap telah terpadu. Dalam pendekatan WPS terdapat kelompok wilayah pengembangan strategis yang digunakan untuk mendeskripsikan definisi pengembangan beberapa kelompok wilayah di Indonesia; dan  Dengan mengetahui suatu kawasan termasuk dalam kelompok WPS pada tahap tertentu maka dapat dilakukan penggalian potensi dan penciptaan value creation dan skenario pengembangan untuk mengembangkan kawasan tersebut dengan layanan infrastruktur terpadu. Daftar 35 WPS dapat dilihat pada Tabel 3.5.

III-38 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

Tabel 3. 5 Daftar 35 WPS Kelompok WPS WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu (1) Merak-Bakauheni-Bandar -- Tanjung Api-Api; (2) Metro -Tebing Tinggi--; (3) Jakarta-Bandung-Cirebon-; (4) --Bangkalan; (5) -Solo-Semarang; (6) Semarang-Surabaya; (7) --Maloy; (8) -Bitung-Amurang; (9) -Pare Pare-Mamuju WPS Pertumbuhan Terpadu Kemaritiman (10) Ternate-Sofifi-Morotai; (11) Ambon-Seram WPS Pusat Pertumbuhan Terpadu Kemaritiman (12) -Bintan-Karimun; (13) -Palembang-Bangka Belitung (Pangkal Pinang) WPS Konektivitas Keseibangan Pertumbuhan Terpadu (14) Jakarta-Bogor-Ciawi-Sukabumi; (15) Surabaya-Pasuruan-Banyuwangi WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang (16) Sibolga-Padang-; (17) Yogyakarta-Prigi-Blitar-Malang; (18) -Batulicin-Palangkaraya; (19) Ketapang---Sambas; (20) Gorontalo-Bolaang Mongondow; (21) -Banggal; (22) Sorong-Manokwari; (23) Manokwari-Bintuni

WPS Konektivitas dan Pusat Pertumbuhan Wisata (24) -Padang Bay WPS Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang dan (25) Sabang--Langsa Hinterland WPS Pusat Pertumbuhan Baru, Hinterland, dan (26) -Merauke Perbatasan WPS Pusat Pertumbuhan Wisata dan Hinterland (27) Pulau Lombok WPS Pertumbuhan Baru dan Perbatasan (28) -Atambua WPS Pertumbuhan Baru (29) Tanjung Lesung-Sukabumi-Pangandaran-Cilacap; (30) Mamuju-Mammasa-Toraja- WPS Pertumbuhan Terpadu Baru dan Wisata (31) Labuan Bajo-Ende WPS Pertumbuhan Wisata dan Hinterland (32) Pulau Sumbawa WPS Perbatasan (33) Temajuk-Sebatik WPS Aksesabilitas Baru (34) Nabire-Enarotali-(Ilaga-Timika)-Wamena WPS Pulau Pulau Kecil Terluar (35) Pulau Pulau Kecil Terluar (tersebar) (Sumber : Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW), 2014)

III-39 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

Gambar 3. 5 Sebaran Wilayah Strategis di Indonesia (Sumber : Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW), 2014 )

Gambar 3. 6 WPS di Pulau Jawa- (Sumber : Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW), 2014)

III-40 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

Posisi Kota Depok termasuk pada wilayah yang dilewati oleh WPS 7, yaitu WPS konektivitas pusat perkembangan keseimbangan pertumbuhan terpadu yang terdiri dari wilayah WPJakarta-Bogor- Ciawi-Sukabumi, seperti terlihat pada Gambar 3.7 batas wilayah WPS 7.

Gambar 3. 7 Batas Wilayah WPS 7 (Sumber : Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW), 2014)

Gambar 3. 8 Isu Strategis WPS Pulau Jawa (Sumber : Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW), 2014)

III-41 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

Arahan bagi Kota Depok yang menjadi bagian yang dilewati oleh WPS 7 ini adalah berupa dukungan kebijakan dan indikasi program dan kegiatan Kota Depok yang harus selaras dan mengacu pada kebijakan dan program-program di WPS 7, yaitu yang berhubungan dengan 4 sektor terkait, yaitu : 1. Sektor Jalan, yaitu berupa target 1.000 Km konstruksi jalan bebas hambatan, 47.017 Km pemeliharaan jalan nasional, 2.650 Km Pembangunan jalan nasional, 500 Km dukungan jalan daerah, dan 28.059 m pembangunan jembatan; 2. Sektor Perumahan, yaitu berupa fasilitasi PSU untuk pembangunan Rumah Umum Tapak Layak Huni sebanyak 676.950 unit, pembangunan rumah khusus sebanyak 50.000 unit, pembangunan rumah susun sebanyak 550.000 unit, dan bantuan stimulant pembangunan rumah swadaya sebanyak 250.000 unit dan peningkatan kualitas 1.5 juta rumah; 3. Sektor Sumber Daya Air, yaitu berupa pembangunan 65 waduk, 1 juta Ha irigasi baru, 67,52 m3/detik air baku (intake, jaringan, embung), 3 juta Ha rehabilitasi irigasi, pengendalian banjir berupa normalisasi sungai, kanal banjir, bangunan pengendali banjir dan sebagainya sebesar 3.000 km, serta pengamanan abrasi pantai sebesar 500 km; dan 4. Sektor Cipta Karya, dengan indikator Akses air minum layak (100%), kawasan permukiman kumuh perkotaan (0 Ha), dan akses sanitasi layak (100%).

Gambar 3. 9 4 (empat) Sektor sasaran Output 35 WPS (Sumber : Renstra PUPR, 2015-2019 )

3.1.4 Arahan Rencana Pembangunan Daerah 3.1.4.1 Arahan RPJMD Provinsi Jawa Barat Visi, Misi, Tujuan, sasaran, dan Strategi RPJMD Jawa Barat Bidang Keciptakaryaan RPJMD Provinsi Jawa Barat 2013-2018 merupakan tahap ketiga dari RencanaPembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) 2005-2025 yaitu tahap memantapkan pembangunan secara

III-42 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

menyeluruh dalam rangka penyiapan kemandirian masyarakat Jawa Barat. Dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan, tantangan danpeluang serta isu-isu strategis yang terjadi di Jawa Barat, maka Visi Tahun 2013-2018 yaitu : "Jawa Barat Maju dan Sejahtera Untuk Semua", dengan misi Pertama, Membangun Masyarakat yang Berkualitas dan Berdaya Saing. Hal ini bertujuan untuk menciptakan sosok Jawa Barat 2018 yaitu dengan masyarakat Jawa Barat yang agamis,berakhlak mulia, sehat, cerdas, bermoral, berbudaya IPTEK, memiliki spirit juara dan siap berkompetisi. Misi Kedua, Membangun Perekonomian yang Kokoh dan Berkeadilan. Hal ini bertujuan untuk menciptakan sosok Jawa Barat 2018 yaitu dengan Perekonomian Jawa Barat yang semakin maju dan berdaya saing, bersinergi antar skala usaha dengan berbasis ekonomi pertanian dan non pertanian yang mampu menarik investasi dalam dan luar negeri, menyerap banyak tenaga kerja serta memberikan pemerataan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat. Misi Ketiga, Meningkatkan Kinerja Pemerintahan, Profesionalisme Aparatur, dan Perluasan Partisipasi Publik. Hal ini bertujuan untuk menciptakan sosok Jawa Barat 2018 dengan Pemerintahan Jawa Barat yang bermutu dan akuntabel, handal, dan terpercaya dalam pelayanan yang ditopang oleh aparatur profesional, sistem yang modern berbasis IPTEK menuju tata kelola pemerintahan yang baik (Good Governance) dan pemerintahan yang bersih (Clean Government) serta menerapkan model manajemen pemerintahan hibrida yang mengkombinasikan manajemen berbasis kabupaten/kota dengan manajemen lintas kabupaten/kota. Misi Keempat, Mewujudkan Jawa Barat yang Nyaman dan Pembangunan Infrastruktur Strategis yang Berkelanjutan. Hal ini bertujuan untuk menciptakan sosok Jawa Barat 2018 yaitu dengan Pembangunan Jawa Barat yang selaras dengan kondisi daya dukung dan daya tampung lingkungan, memiliki infrastruktur dasar yang memadai serta didukung oleh tersedianya infrastruktur yang mampu meningkatkan konektivitas antar wilayah dan pertumbuhan ekonomi. Misi Kelima, Meningkatkan Kehidupan Sosial, Seni dan Budaya, Peran Pemuda dan Olah Raga serta Pengembangan Pariwisata dalam Bingkai Kearifan Lokal. Hal ini bertujuan untuk menciptakan sosok Jawa Barat 2018 dengan Kehidupan sosial kemasyarakatan yang kokoh dan berbudaya yang bercirikan tingginya pemanfaatan modal sosial dalam pembangunan, meningkatnya ketahanan keluarga, menurunnya jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS), tingginya peran pemuda dalam pembangunan, meningkatnya prestasi olah raga tingkat nasional dan internasional, terpeliharanya seni dan warisan budaya dan industri pariwisata yang berdaya saing dalam bingkai kearifan lokal. Berdasarkan uraian tersebut di atas, bidang kecipta karyaan masuk dalam Misi yang ke 4, yaitu : Mewujudkan Jawa Barat yang Nyaman dan Pembangunan Infrastruktur Strategis yang Berkelanjutan, dengan Tujuan, yaitu : Meningkatkan kelestarian lingkungan hidup dan keberlanjutan pembangunan, dan meningkatkan ketersediaan infrastruktur untuk peningkatan produktivitas ekonomi, dan pelayanan dasar; dan Sasaran, yaitu : Meningkatnya daya dukung dan daya tampung lingkungan serta kualitas penanganan bencana, meningkatnya kualitas pemenuhan infrastruktur dasar masyarakat, dan meningkatnya percepatan pembangunan infrastruktur strategis. Strategi dari misi keempat tersebut adalah sebagai berikut : 1. Bidang Lingkungan Hidup dengan strategi pertama, menurunkan beban pencemaran lingkungan dan risiko bencana dengan arah kebijakan (a) peningkatan pengendalian pencemaran air, udara dan tanah serta penerapan teknologi bersih untuk industri; (b) peningkatan upaya mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim. Strategi kedua, meningkatkan kualitas dan fungsi kawasan lindung dengan arah kebijakan peningkatan kualitas pengelolaan kawasan lindung hutan dan

III-43 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

non hutan. Strategi ketiga, meningkatkan upaya rehabilitasi dan konservasi lingkungan hidup dengan arah kebijakan : (a) peningkatan upaya rehabilitasi hutan dan lahan serta konservasi sumber daya alam dan keanekaragaman hayati, dan (b)peningkatan upaya rehabilitasi dan konservasi kawasan pesisir dan laut; 2. Bidang Pekerjaan Umum dengan strategi pertama, meningkatkan kondisi infrastruktur jalan guna mendukung pelayanan pergerakan orang dan barang, dengan arah kebijakan pembangunan, peningkatan dan rehabilitasi jaringan jalan dan jembatan untuk menunjang aktivitas perekonomian masyarakat. Strategi kedua, meningkatkan kondisi infrastruktur sumber daya air dan irigasi untuk konservasi, pendayagunaan sumber daya air, serta pengendalian daya rusak air dengan arah kebijakan : (a) peningkatan konservasi sumber daya air; (b) peningkatan pendayagunaan sumber daya air, (c) peningkatan pengendalian daya rusak air, (d) pembangunan infrastruktur sumber daya air dan irigasi. Strategi ketiga, meningkatkan kondisi sarana dan prasarana dasar permukiman dengan arah kebijakan (a) peningkatan ketersediaan sarana dan prasarana air minum; (b) peningkatan cakupan pelayanan air limbah domestik; (c) peningkatan cakupan layanan persampahan; (d) peningkatan ketersediaan drainase perkotaan, dan (e) pengembangan lingkungan permukiman sehat. Strategi keempat, meningkatkan pelayanan jasa konstruksi dan kinerja pengelolaan bangunan gedung/rumah negara dengan arah kebijakan : (a) peningkatan kualitas penyelenggaraan jasa konstruksi,dan (b) peningkatan pengelolaan bangunan gedung/rumah Negara; 3. Bidang Penataan Ruang melalui strategi, meningkatkan proses perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang untuk mewujudkan tata ruang wilayah yang efisien, berkelanjutan dan berdaya saing dengan arah kebijakan: (a) perwujudan harmonisasi dalam pemanfaatan, penataan dan pengendalian ruang pada seluruh Kawasan Strategis Provinsi (KSP); (b) peningkatan kinerja perencanaan ruang; (c) peningkatan kinerja pemanfaatan ruang; dan (d) peningkatan kinerja pengendalian pemanfaatan ruang; 4. Bidang Perumahan melalui strategi, meningkatkan ketersediaan dan kualitas perumahan dengan arah kebijakan peningkatan aksesibilitas masyarakat terhadap hunian; dan

Indikasi Program dan Indikator Kinerja Program terkait Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya Indikasi program terkait bidang Cipta Karya terdapat pada Misi ke-4 RPJMD Provinsi Jawa Barat tahun 2013-2018, yaitu Mewujudkan Jawa Barat yang Nyaman dan Pembangunan Infrastruktur Strategis yang Berkelanjutan, dengan indikasi program sebagai berikut : 1. Program Penataan Ruang; 2. Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman; dan 3. Program Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman. Indikator Kinerja masing-masing program terpapar pada Tabel 3.6.

III-44 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

Tabel 3. 6 Matriks Indikator Kinerja Program 2014-2018 Kondisi Tahun Indikator Kinerja N Baseline Program Sasaran Program Kinerja Satuan Awal 2014 2015 2016 2017 2018 o (LKPJ Program RPJMD 2012) (2013) 1 Program Meningkatnya Tingkat Persen N/A 10 11,8 13,7 15,5 17,7 20 Penataan Ruang jumlah dan luas penyediaan area Kawasan RTH RTH Publik perkotaan minimal perkotaan 20% untuk RTH (min 20%) Publik

2 Program Meningkatnya Cakupan Persen 51,76 54-58 58-63 63-70 70-73 73-74 74-76 pembinaan dan ketersediaan sarana layanan air Pengembangan dan prasarana air minum Infrastruktur minum di Permukiman perkotaan dan pedesaan terutama di wilayah rawan air minum dan wilayah tertinggal melalui pengembangan sistem instalasi pengolahan air minum di tingkat perkotaan, kwsan pedesaan (ibukota kecamatan/IKK dan kwsan khusus/wisata) dan lingkungan masyarakat berpenghasilan rendah

3 Program Meningkatnya Cakupan persen 64 63-63,5 63,5- 64-65 65-67 67-68 68-69 pembinaan dan cakupan pelayanan Pelayanan Air 64 Pengembangan air limbah domestik Limbah Infrastruktur di PKN dan PKW Domestik Permukiman melalui perluasan ketersediaan sarana dan prasarana pengolahan air limbah serta penyediaan instalasi pengolahan/penam pungan air limbah komunal dan IPAL

4 Program Meningkatnya Cakupan persen 63,53 63-64 64-65 65-67 67-69 69-70 70-71 pembinaan dan cakupan layanan layanan Pengembangan persampahan , persampahan Infrastruktur pengurangan perkotaan Permukiman timbulan sampah pada sumbernya dan meningkatnya kapasitas

III-45 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

Kondisi Tahun Indikator Kinerja N Baseline Program Sasaran Program Kinerja Satuan Awal 2014 2015 2016 2017 2018 o (LKPJ Program RPJMD 2012) (2013) kelembagaan pengelolaan dan pemanfaatan sampah

Meningkatnya Persentase Persen N/A 3,9-3,81 3,81- 3,79- 3,77- 3,75- 3,73- Program infrastruktur dasar kawasan 3,79 3,77 3,75 3,73 3,71 pembinaan dan permukiman kumuh 5 Pengembangan khususnya di desa Infrastruktur rawan sanitasi Permukiman

Revitalisasi dan Tingkat Persen N/A 100 (60 97- 95- 90- 88- 85- optimalisasi sistem kinerja Ha) 95% 90% 88% 85% 80% drainase perkotaan drainase Program serta pembangunan permukiman pembinaan dan drainase skala (menurunkan 6 Pengembangan metropolitan jumlah Infrastruktur kawasan Permukiman dengan genangan >30 cm selama 2 jam Sumber : Rencana Strategis (Renstra) Dinas Permukiman dan Perumahan Provinsi Jawa Barat, 2014

3.1.4.2 Arahan RPJMD Kota Depok Tahun 2016-2021 Visi, Misi, Tujuan, sasaran, dan Strategi Pembangunan Kota Depok Tahun 2016-2021 Bidang Cipta Karya Dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan, tantangan dan peluang yang ada di Kota Depok serta mempertimbangkan budaya yang hidup dalam masyarakat, maka visi Pemerintah Kota Depok tahun 2016–2020 yang hendak dicapai dalam tahapan ketiga Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Depok adalah : “Terwujudnya Kota Depok yang Unggul, Nyaman dan Religius” Dan sebagai penjabaran visi Pemerintah Kota Depok diatas disusunlah misi pembangunan Kota Depok 2016–2021 dalam rangka mewujudkan visi dengan rincian sebagai berikut : 1. Meningkatkan kualitas pelayanan publik yang profesional dan transparan; 2. Mengembangkan sumber daya manusia yang kreatif dan berdaya saing; 3. Mengembangkan ekonomi yang mandiri, kokoh dan berkeadilan; 4. Membangun infrastruktur dan ruang publik yang merata, berwawasan lingkungan dan ramah keluarga; 5. Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam melaksanakan nilai-nilai agama dan menjaga kerukunan antar umat beragama serta meningkatkan kesadaran hidup berbangsa dan bernegara.

III-46 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

Berdasarkan uraian tersebut, misi yang terkait bidang keciptakaryaan adalah misi ke 4, yaitu “Membangun infrastruktur dan ruang publik yang merata, berwawasan lingkungan dan ramah keluarga”, dengan tujuan dan sasaran sebagai berikut : Tujuan misi keempat adalah: 1. Mengintegrasikan infrastruktur transportasi publik intra dan ekstra wilayah; 2. Mewujudkan ruang kota yang nyaman dan atraktif; 3. Menanggulangi banjir dan menjaga ketahanan air kota; 4. Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana permukiman; 5. Meningkatkan pengelolaan lingkungan secara terpadu dengan melibatkan masyarakat; Tujuan : 1. Mengintegrasikan infrastruktur transportasi publik intra dan ekstra wilayah. Sasaran dari tujuan ini adalah : 1. Meningkatnya kualitas dan kuantitas jalan, baik jalan arteri maupun kolektor; 2. Terciptanya sistem transportasi yang terintegrasi dengan wilayah Jabodetabek dan sistem angkutan kota yang aman, nyaman dan terjangkau; Tujuan : 2. Mewujudkan ruang kota yang nyaman dan atraktif Sasaran dari Tujuan ini adalah : 1. Meningkatnya ketersediaan ruang terbuka hijau; 2. Terwujudnya Perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian tata ruang kota yang konsisten. Tujuan : 3. Menanggulangi banjir dan menjaga ketahanan air kota Sasaran dari Tujuan ini adalah : 1. Meningkatnya pengendalian banjir; 2. Meningkatnya keberlanjutan dan ketersediaan air untuk memenuhi kebutuhan masyarkat; Tujuan : 4. Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana permukiman

Sasaran dari Tujuan ini adalah : 1. Tertatanya permukiman dan kawasan permukiman kumuh perkotaan; 2. Meningkatnya penyediaan perumahan vertikal bagi Masyarakat berpenghasilan rendah yang terintegrasi dengan infrastruktur sosial, ekonomi dan keberagamaan; Tujuan : 5. Meningkatkan pengelolaan lingkungan secara terpadu dengan melibatkan masyarakat Sasaran dari Tujuan ini adalah : 1. Terwujudnya Depok sebagai kota bersih (zero waste city); 2. Terwujudnya pengelolaan limbah secara terpadu dan ramah lingkungan; dan 3. Meningkatnya kualitas lingkungan hidup.

Dalam Bidang Infrastruktur, Kondisi yang diinginkan adalah meningkatnya ketersediaan infrastruktur dasar dalam level yang makin memadai dan tersebar untuk menunjang produktivitas masyarakat. Dalam bidang perhubungan, diharapkan berkembangnya jaringan infrastruktur jalan dengan mulainya pembangunan Depok Outer Ring Road (DORR) meliputi 1) jalan tembus dari terminal Jatijajar-Tapos Raya 2) Jl. Tembus Ir.H.Juanda-Jl Limo Raya 3) Jl. Tembus Jl. Raya Bogor-Jl. Raya Parung; 4) Jl. Tembus Jl. Krukut Raya – Jl. Cinangka Raya-Jl. Pondok Petir Raya, underpass Jl Raya Citayam; Fly Over Jl. Dewi Sartika menuju Jalan Raya Sawangan, terusan Jalan Kota Kembang menghubungkan simpang Jalan Kartini dengan Jalan Sawangan; pembangunan terminal terpadu; berkembangnya sistem transportasi massal (Mass Rapid Transport) yang terintegrasi dengan Jakarta,

III-47 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

percepatan pembangunan dengan meningkatkan kemampuan kelembagaan pengelola dan peluang kerjasama antara pemerintah dan swasta. Pembangunan bidang sumberdaya air dan permukiman, ditujukan untuk mengoptimalkan upaya pengendalian banjir dan kekeringan, optimalnya ketersediaan jaringan irigasi, meningkatnya ketersediaan air bersih dan sanitasi, serta pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan sarpras pendukung bagi seluruh masyarakat sehingga terwujud Kota Tanpa Pemukiman Kumuh. Arah kebijakan pembangunan bidang penataan ruang ditujukan untuk memantapkan kelembagaan dan kapasitas penataan ruang, berkembangnya kegiatan ekonomi dan pembangunan permukiman sesuai dengan rencana tata ruang, mantapnya sistem pengendalian serta koordinasi dalam pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, serta pengawasan penataan ruang; proporsi kawasan lindung dan RTH sesuai RTRW, serta berkembangnya penggunaan data dan informasi spasial yang mutakhir serta operasional dalam kerangka pengembangan infrastruktur data spasial. Pembangunan bidang lingkungan hidup diarahkan untuk menjaga daya dukung lingkungan dan kemampuan pemulihan untuk mendukung kualitas kehidupan sosial dan ekonomi secara serasi, seimbang dan lestari; mengendalikan proses penataan ruang yang mampu mewadahi jumlah penduduk, persebaran dan aktivitasnya serta pertumbuhan kota secara seimbang sesuai daya tampungnya; mengendalikan ketersediaan sumber air baku yang berkualitas, lahan subur, dan kualitas udara dari berbagai potensi pencemaran; meningkatnya peran dan kemitraan masyarakat dalam pengelolaan lingkungan, berkembangnya pendidikan lingkungan untuk semua; sistem informasi lingkungan hidup yang yang handal, serta sarana prasarana dan infrastruktur lingkungan yang lengkap dan memadai; menjaga konsistensi upaya penegakan hukum dalam pengendalian kualitas lingkungan, konservasi dan pemulihan kualitas lingkungan hidup, sistem mitigasi dan penanggulangan bencana yang handal. Meningkatkan pengelolaan persampahan berbasis komunitas melalui pola 3 R (re use-reduce- recycle); Kerjasama Pengelolaan sampah di Tempat Pembuangan Akhir; Pengelolaan sampah dengan konversi energi. Misi yang terkait bidang keciptakaryaan adalah misi ke 4, yaitu “Membangun infrastruktur dan ruang publik yang merata, berwawasan lingkungan dan ramah keluarga” yang kemudian dijabarkan dalam sasaran, strategi, dan arah kebijakan seperti dalam Tabel 3.7. Program unggulan Kota Depok di bidang keciptakaryaan adalah dicanangkannya Depok Kota Bersih atau Zero Waste City. Pada tahun 2021, ditargetkan Kota Depok dapat mengelola sampah terpilah dengan cakupan layanan 50% dari total area Kota Depok. Untuk mencapai target tersebut, disusunlah program sebagai berikut : 1. Pembangunan Infrastruktur Persampahan Kota, melalui : a. Pemanfaatan UPS yang sudah ada. b. Peningkatan efisiensi pengelolaan UPS . c. Pembangunan Recycle Center. d. Mengintegrasikan pembangunan UPS/Recycle Center dengan konsep green building, green wall/roof dan taman. e. Kemitraan dengan TPATerpadu Nambo. f. Revitalisasi TPA Cipayung. g. Mengusahakan dukungan pembiayaan non APBD untuk pembangunan infrastruktur persampahan. h. Pendirian fasilitas drop off sampah non organik.

III-48 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

i. Membangun 6 (enam) bank sampah induk. 2. Edukasi dan Kemitraan dengan Masyarakat & Sektor Bisnis, melalui : a. Edukasi pengurangan dan pemilahan sampah ke semua elemen masyarakat (komunitas, sekolah/universitas, bisnis, industri, pemerintahan, dan lainnya). b. Penyusunan material kit & communication strategy untuk edukasi pengelolaan sampah berkelanjutan (sustainable waste management). c. Peningkatan peran Asosiasi Bank Sampah. d. Dukungan dana dan pembinaan untuk Bank Sampah. e. Membangun kerjasama dengan institusi pendidikan, CSO (Civil Society Organization), sektor bisnis dan media untuk mengedukasi masalah pemilahan sampah. f. Pengembangan jejaring sukarelawan untuk edukasi zero waste. g. Mendorong pendirian bank sampah. h. Peningkatan sekolah yang mendapatkan Adiwiyata; mendorong sekolah unggulan dalam penanganan sampah untuk mendapatkan Eco-ASEAN. i. Program Kerja Bakti di masyarakat. j. Membangun kemitraan dengan pemulung dan pengepul, standarisasi pengelolaan sampah di tempat pengepulan. 3. Manajemen Pengelolaan Sampah Modern melalui : a. Penyusunan peraturan pendukung untuk pengelolaan zero waste city. b. Penyusunan panduan teknis sistem penanganan sampah kota berkelanjutan yang terintergrasi. c. Pengembangan sistem manajemen sampah kota berbasis Teknologi Informasi. d. Integrasi pengelolaan sampah antar pelaku sektor persampahan (UPS, Recycle Center, Bank Sampah, Pemulung, Pengepul swasta, Industri Recycle). 4. Pusat Riset dan Training a. Pendirian pusat riset & training zero waste city. b. Pengembangan sistem pengolahan sampah B3 dan sampah elektronik (e-waste) melalui : Sistem pengolahan, Metode reverse logistik (pengambilan), Pilot project dan Scaling up. c. Revitalisasi TPA Cipayung melalui : Studi alternatif teknologi tepat guna (WTE dan produk lainnya) dan Kerjasama dengan pihak swasta, donor, universitas.

III-49 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

Tabel 3. 7 Strategi dan Arah Kebijakan Misi 4 Misi IV : Membangun Infrastruktur dan Ruang Publik yang Merata, Berwawasan Lingkungan, dan Ramah Keluarga

SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN

Tujuan 1 : Mengintegrasikan infrastruktur transportasi publik intra dan ekstra wilayah 1 Meningkatnya kualitas dan kuantitas Meningkatkan kualitas, kapasitas dan panjang jalan Pembangunan jalan dan jembatan untuk jalan, baik jalan arteri maupun meningkatkan akses masyarakat terutama jalur Depok kolektor; Outer Ring Road, dan jalan yang mendukung pengembangan kawasan ekonomi dan wisata;

Peningkatan kapasitas dan kualitas jalan dan jembatan terutama yang mendukung akses masyarakat terhadap transportasi publik;

Pembangunan simpang tidak sebidang untuk kelancaran dan keselamatan pengguna jalan

2 Terciptanya sistem transportasi yang Mengembangkan sistem angkutan massal yang didukung oleh angkutan umum Pembangunan simpul -simpul transportasi; terintegrasi dengan wilayah yang handal Pengembangan koridor angkutan umum massal di jabodetabek dan sistem angkutan wilayah kota Depok; kota yang aman, nyaman dan terjangkau; Pengembangan keterpaduan layanan antar dan intra moda yang berbasis Transit Oriented Development (TOD);

Penerapan teknologi informasi untuk mendukung efisiensi manajemen transportasi perkotaan;

Pengawasan dan pengendalian ketaatan berlalu lintas

Menyediakan sarana dan prasarana pendukung transportasi yang aman dan Penyediaan sarana prasarana lalulintas, nyaman penyeberangan jalan, jalur khusus pejalan kaki dan sepeda, dan penerangan jalan

III-50 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN

Tujuan 2 : Mewujudkan ruang kota yang nyaman dan atraktif 1 Meningkatnya ketersediaan ruang Penyediaan lahan RTH melalui pengendalian pemanfaatan ruang , pengadaan Perencanaan, pengendalian dan pemanfaatan ruang terbuka hijau lahan dan kerjasama dengan pihak ketiga;

Peningkatan kerjasama daerah

Menyediakan ruang publik yang nyaman dan atraktif sebagai sarana interaksi Penyediaan Ruang Publik warga Pembangunan taman terpadu dan tematik yang ramah anak dan lansia

Pemeliharaan RTH publik yang berkelanjutan

Pengembangan pemakaman sebagai ruang terbuka hijau

Menjaga kawasan hutan lindung dan sempadan Melaksanakan konservasi keanekaragaman hayati dan sumber daya alam

2 Terwujudnya perencanaan, Meningkatkan proses perencanaan dan pengendalian pemanfaatan ruang Penyusunan instrumen perencanaan, pengawasan dan pemanfaatan dan pengendalian tata untuk mewujudkan tata ruang kota yang efisien, berkelanjutan, dan konsisten pengendalian pemanfaatan ruang yang mengacu pada ruang kota yang konsisten Rencana Tata Ruang Kota

Pelibatan akademisi dan pemangku kepentingan dalam perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian ruang

Mewujudkan fungsi KSK Civic Center Pengembangan KSK Civic Center sebagai pusat kegiatan sosial budaya baru Mewujudkan fungsi KSK SNADA (Sentra Niaga dan Budaya) Pengembangan infrastruktur kawasan SNADA sebagai kawasan perdagangan, pelestarian budaya dan kawasan pendidikan terpadu

III-51 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN

Tujuan 3 : Menanggulangi Banjir dan Menjaga ketahanan air kota 1 Meningkatnya pengendalian banjir Mengembangkan dan meningkatkan kapasitas, kualitas dan keberfungsian Pengembangan sistem drainase mikro dan makro yang drainase, jaringan pengendali banjir, dan sarpras pengendali banjir lainnya terpadu;

Penanganan banjir melalui pemanfaatan jaringan pengendali banjir alami dan pengendalian run-off

Peningkatan koordinasi dan pengembangan kerjasama daerah dalam pengendalian banjir

2 Meningkatnya keberlanjutan dan Meningkatkan cakupan wilayah, kuantitas, kualitas, kontinuitas, dan Peningkatan layanan melalui pembangunan ketersediaan air untuk memenuhi keterjangkauan pelayanan air bersih. infrastruktur air bersih. kebutuhan masyarakat Penghematan penggunaan air melalui pengolahan air bekas pakai dan pemakaian air daur ulang;

Pengamanan kualitas air baku air minum baik air permukaan maupun air tanah dari pencemaran

Meningkatkan kualitas layanan jaringan irigasi

Tujuan 4 : Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana permukiman

1 Tertatanya permukiman dan kawasan Menyediakan infrastruktur permukiman yang berkualitas dan berkelanjutan Peningkatan kualitas melalui pemeliharaan, perbaikan permukiman kumuh perkotaan. dalam upaya mewujudkan permukiman yang layak huni dan penyediaan infrastruktur permukiman;

Penanganan dan Pencegahan tumbuhnya permukiman

III-52 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN

kumuh baru melalui pengendalian dan penegakan aturan 2 Meningkatnya ketersediaan Meningkatkan jumlah rumah layak huni untuk MBR Pengembangan kapasitas dan optimalisasi rumah perumahan bagi Masyarakat susun yang ada Berpenghasilan rendah yang terintegrasi dengan infrastruktur sosial, ekonomi dan keberagamaan Peningkatan kualitas rumah tidak layak huni

Tujuan 5 : Meningkatkan pengelolaan lingkungan secara terpadu dengan melibatkan masyarakat

1 Terwujudnya Depok sebagai kota Mendorong pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah Peningkatan peran serta masyarakat dalam bebas sampah (zero waste city) rumah tangga yang ramah lingkungan dan menghasilkan nilai tambah ekonomi pengurangan dan pengelolaan sampah; melalui pemberdayaan masyarakat dan pemanfaatan teknologi yang ramah lingkungan

Peningkatan cakupan layanan melalui revitalisasi dan optimalisasi TPA Cipayung, keikutsertaan dalam TPPAS Nambo, dan Pengelolaan sampah yang berbasis teknologi ramah lingkungan

Pengembangan kerjasama dalam pengembangan dan operasional sarana prasarana persampahan;

2 Terwujudnya pengelolaan limbah Memperluas akses terhadap sarana dan prasarana air limbah permukiman Pengembangan dan peningkatan infratsruktur domestik secara terpadu dan ramah melalui pembangunan infrastruktur dan peningkatan peran serta masyarakat pengolahan air limbah skala komunal, kawasan dan lingkungan dan swasta kota

Peningkatan kualitas infrastruktur air limbah rumah tangga dan mendorong upaya pengelolaan grey water yang terpisah dari saluran air hujan

III-53 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN

Mendorong kerjasama pemerintah swasta dan kontribusi CSR dalam pengembangan sarpras dan pengelolaan air limbah

3 Meningkatnya kualitas lingkungan Mengendalikan pencemaran lingkungan melalui penerapan berbagai instrumen Mendorong peningkatan kualitas lingkungan hidup hidup pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan melalui pembinaan dan penerapan berbagai instrumen pengendalian.

Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup Pembinaan pengelolaan lingkungan hidup di sekolah dan komunitas

Sumber : RPJMD Kota Depok, 2016-2021

III-54 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

Indikasi Program dan Indikator Kinerja Program terkait Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya Indikasi program terkait bidang Cipta Karya terdapat pada Misi ke-4 RPJMD Kota Depok tahun 2016-2021, yaitu Membangun Infrastruktur dan Ruang Publik yang Merata, Berwawasan Lingkungan, dan Ramah Keluarga, dengan indikasi program sebagai berikut : 1. Program Perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian ruang; 2. Program Pembangunan, peningkatan, rehabilitasi, dan pemeliharaan drainase/ gorong- gorong; 3. Program Konservasi Sumber Daya Air; 4. Program Peningkatan pengelolaan dan layanan air bersih; 5. Program Pengelolaan air limbah; 6. Program Peningkatan kualitas infrastruktur lingkungan permukiman; 7. Program Penataan permukiman kumuh; 8. Program Pengembangan dan Pemeliharaan perumahan bersusun; 9. Program Pelayanan pengolahan sampah 10. Program Pelayanan kebersihan kota; 11. Program Peningkatan manajemen Pengelolaan TPA; 12. Program Pelayanan pengelolaan air limbah; dan 13. Program Peningkatan kualitas sanitasi lingkungan.

Indikator Kinerja masing-masing program terdapat pada Tabel 3.8 tentang arah kebijakan Umum dan program pembangunan misi 4.

III-55 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

Tabel 3. 8 Arah Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Misi IV Misi IV :Membangun Infrastruktur dan Ruang Publik yang Merata, Berwawasan Lingkungan dan Ramah Keluarga

CAPAIAN KINERJA SASARAN CAPAIAN KINERJA PROGRAM

ARAH INDIKATOR KONDISI INDIKATOR KONDISI KONDISI SASARAN STRATEGI KONDISI PROGRAM KEBIJAKAN SASARAN AWAL PROGRAM AWAL 2016 2017 2018 2019 2020 2021 AKHIR AKHIR (2021) (2015) (2015) (2021)

Misi IV : Membangun Infrastruktur dan Ruang Publik yang Merata, Berwawasan Lingkungan, dan Ramah Keluarga

Tujuan 2 : Mewujudkan ruang kota yang nyaman dan atraktif

1 Meningkatnya Meningkatka Penyediaan Persentase 10.06% 13.00% Perencanaa Penambahan 2015 ha 2025 2035 2045 2055 2065 2075 2075 Ha ketersediaan n luas ruang lahan RTH luas ruang n, Luas RTH Ha Ha Ha Ha Ha Ha ruang terbuka terbuka hijau melalui terbuka hijau pengendalia lingkungan hijau pengendalian publik n dan perumahan pemanfaatan pemanfaata ruang , n ruang pengadaan lahan dan kerjasama dengan pihak ketiga;

2 Terwujudnya Meningkatka Penyusunan Ketaatan 5% 65% Perencanaa Jumlah 1 RTRW 1 Dok 1 Dok 1 Dok 1 1 Dok 1 6 dok perencanaan, n proses instrumen terhadap n, dokumen RTBL RTBL RTBL Dok RTBL Dok pemanfaatan perencanaan perencanaan, RTRW pemanfaata penataan RTBL RTBL dan dan pengawasan n dan ruang pengendalian pengendalian dan pengendalia tata ruang pemanfaatan pengendalian n ruang; kota yang ruang untuk pemanfaatan konsisten mewujudkan ruang yang tata ruang mengacu kota yang pada Rencana efisien, Tata Ruang berkelanjutan Kota , dan konsisten

Tujuan 3 : Menanggulangi Banjir dan Menjaga ketahanan air kota

III-56 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

CAPAIAN KINERJA SASARAN CAPAIAN KINERJA PROGRAM

ARAH INDIKATOR KONDISI INDIKATOR KONDISI KONDISI SASARAN STRATEGI KONDISI PROGRAM KEBIJAKAN SASARAN AWAL PROGRAM AWAL 2016 2017 2018 2019 2020 2021 AKHIR AKHIR (2021) (2015) (2015) (2021)

1 Meningkatnya Mengembang Luas 133,76 ha 66.88 ha Pembangun Panjang 128,49 146.76 156.98 167.72 179. 190.98 203. pengendalian kan dan Pengembang genangan an,peningka drainase km 03 62 203.62 banjir meningkatka an sistem (lebih dari 30 tan, terbangun dan n kapasitas, drainase cm, selama 2 rehabilitasi, tertata baik; kualitas dan mikro dan jam) dan keberfungsia makro yang pemeliharaa n drainase, terpadu; n drainase/ jaringan gorong- pengendali gorong banjir, dan sarpras pengendali Penanganan Konservasi Jumlah situ 2 situ 4 situ 6 situ 8 situ 10 12 situ 14 14 situ aliran banjir melalui Sumber yang situ situ permukaan pemanfaatan Daya Air direvitalisasi/ jaringan ditata pengendali Tinggi 15 m 15,005 15,01 15,015 15,0 15,025 15,0 15.03 m banjir alami permukaan air m m m 2 m m 3 m dan tanah pengendalian run-off

2 Meningkatnya Meningkatka Peningkatan Persentase 73.58% 87.00% Peningkatan Cakupan 12.7% 13.0% 16.0% 22.0% 28.0 35.0% 37.0 37% keberlanjutan n cakupan layanan penduduk pengelolaan layanan air % % dan wilayah, melalui yang dan layanan bersih ketersediaan kuantitas, pembanguna mendapatkan air bersih; perpipaan, air untuk kualitas, n akses air memenuhi kontinuitas, infrastruktur minum yang kebutuhan dan air bersih. aman; masyarakat keterjangkau an pelayanan air bersih.

III-57 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

CAPAIAN KINERJA SASARAN CAPAIAN KINERJA PROGRAM

ARAH INDIKATOR KONDISI INDIKATOR KONDISI KONDISI SASARAN STRATEGI KONDISI PROGRAM KEBIJAKAN SASARAN AWAL PROGRAM AWAL 2016 2017 2018 2019 2020 2021 AKHIR AKHIR (2021) (2015) (2015) (2021)

Penghematan persentase 19.90% 51.20% cakupan 0.63% 0.63% 0.63% 0.72% 0.88 1.00% 1.25 1,25% penggunaan tersedianya layanan air % % air melalui air baku bersih non pengolahan untuk perpipaan air bekas kebutuhan pakai dan pokok sehari- pemakaian hari air daur kapasitas 703 lt/d 1103 1403 1503 2173 2233 2233 2233 ulang; produksi IPA lt/d lt/d lt/d lt/d lt/d lt/d lt/d

Pengamanan Pengelolaan Kualitas BOD > BOD > BOD > BOD < BOD BOD < BOD BOD < kualitas air air limbah effluen IPLT 100 mg/l; 100 100 100 < 100 < 100 baku air TSS > 100 mg/l; mg/l; mg/l; 100 mg/l; 100 mg/l; TSS minum baik mg/l TSS > TSS > TSS < mg/l; TSS < mg/l; < 100 air 100 100 100 TSS < 100 TSS < mg/l permukaan mg/l mg/l mg/l 100 mg/l 100 maupun air mg/l mg/l tanah dari pencemaran % IPAL yang memenuhi 71,40% 93.1 94.6 88.20% 90.50% 92% 93.90% 94.60% baku mutu air % % limbah

Tujuan 4 : Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana permukiman 1 Tertatanya Menyediakan Peningkatan Rasio 97,28% 97,92% Peningkatan persentase 85.87% 92.50% 94.00% 95.50% 97.0 98.50% 100 100.00% permukiman infrastruktur kualitas permukiman kualitas Panjang jalan 0% % dan kawasan permukiman melalui layak huni infrastruktur lingkungan permukiman yang pemeliharaan lingkungan dalam kondisi kumuh berkualitas , perbaikan permukiman baik perkotaan. dan dan berkelanjutan penyediaan dalam upaya infrastruktur mewujudkan permukiman; permukiman yang layak huni

III-58 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

CAPAIAN KINERJA SASARAN CAPAIAN KINERJA PROGRAM

ARAH INDIKATOR KONDISI INDIKATOR KONDISI KONDISI SASARAN STRATEGI KONDISI PROGRAM KEBIJAKAN SASARAN AWAL PROGRAM AWAL 2016 2017 2018 2019 2020 2021 AKHIR AKHIR (2021) (2015) (2015) (2021)

persentase 4.80% 8.19% 10.19% 12.19% 14.1 16.19% 18.1 18.19% Panjang 9% 9% drainase lingkungan yang terbangun/ direhabilitasi

Penanganan Penataan Persentase 2.72% 2.72% 2.52% 2.32% 2.12 2.10% 2.08 2.08% dan permukiman berkurangnya % % Pencegahan kumuh luas tumbuhnya permukiman permukiman kumuh kumuh baru perkotaan melalui pengendalian dan penegakan aturan

2 Meningkatnya Meningkatka Pengembang persentase 98.16% 100.00% Pengemban Jumlah Rumah 3 tower 3 3 3 4 4 4 4 Tower ketersediaan n jumlah an kapasitas rumah layak gan dan susun yang tower tower tower Tow Tower Tow perumahan rumah layak dan huni Pemeliharaa terbangun dan er er bagi huni untuk optimalisasi n terpelihara Masyarakat MBR rumah susun perumahan Berpenghasila yang ada bersusun n rendah yang terintegrasi dengan Tingkat hunian 18,75% 25% 33% 42 % 52% 69% 85 % 85 % infrastruktur rumah susun (54 Unit (72 (96 (115 (152 (200 (244 (244 Unit sosial, dari 288 Unit) Unit) Unit) Unit Unit) Unit ) ekonomi dan Unit (3 ) ) keberagamaan Tower) Tujuan 5 : Meningkatkan pengelolaan lingkungan secara terpadu dengan melibatkan masyarakat

III-59 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

CAPAIAN KINERJA SASARAN CAPAIAN KINERJA PROGRAM

ARAH INDIKATOR KONDISI INDIKATOR KONDISI KONDISI SASARAN STRATEGI KONDISI PROGRAM KEBIJAKAN SASARAN AWAL PROGRAM AWAL 2016 2017 2018 2019 2020 2021 AKHIR AKHIR (2021) (2015) (2015) (2021)

1 Terwujudnya Mendorong Peningkatan persentase 9.7% 20.00% Pelayanan Persentase 9% 13% 14% 16% 17% 19% 20% 20.00% Depok sebagai pengelolaan peran serta pengurangan pengolahan pengurangan kota bersih sampah masyarakat sampah di sampah sampah (zero waste rumah tangga dalam sumber; melalui 3R city) dan sampah pengurangan sejenis dan sampah pengelolaan rumah tangga sampah; yang ramah lingkungan dan menghasilkan nilai tambah ekonomi melalui pemberdayaa n masyarakat dan pemanfaatan teknologi yang ramah lingkungan Peningkatan persentase 63.70% 80.0% Pelayanan Persentase 50% 50% 52% 54% 56% 58% 60% 60% cakupan sampah kebersihan pengangkutan layanan tertangani kota sampah melalui Cakupan 100.1 100.1 106.1 112.47 119. 126.37 133. 133.95 revitalisasi wilayah km2 km2 km2 km2 22 km2 95 km2 dan pelayanan km2 km2 optimalisasi Peningkatan Persentase 20% 40% 60% 60% 70% 80% 80% 80% TPA manajemen pengoperasian Cipayung, Pengelolaan TPA keikutsertaan TPA; dalam TPPAS Nambo, dan Pengelolaan sampah yang berbasis teknologi ramah lingkungan III-60 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

CAPAIAN KINERJA SASARAN CAPAIAN KINERJA PROGRAM

ARAH INDIKATOR KONDISI INDIKATOR KONDISI KONDISI SASARAN STRATEGI KONDISI PROGRAM KEBIJAKAN SASARAN AWAL PROGRAM AWAL 2016 2017 2018 2019 2020 2021 AKHIR AKHIR (2021) (2015) (2015) (2021)

2 Terwujudnya Memperluas Volume 30 375 Pelayanan Jumlah IPAL 14 ipal 24 28 32 36 40 44 44 ipal pengelolaan akses Pengembang lumpur tinja pengelolaan Komunal/ limbah terhadap an dan yang diolah di air limbah kawasan domestik sarana dan peningkatan IPLT terbangun secara terpadu prasarana air infratsruktur (m3/hari); dan ramah limbah pengolahan lingkungan permukiman air limbah melalui skala persentase 73.49% 74.82 Jumlah KK 3.130 KK 3,130 3,130 23,788 28,1 33,240 39,2 39.223 pembanguna komunal, penduduk yang terlayani 70 23 KK n kawasan dan terlayani di IPLT infrastruktur kota sistem air dan limbah yang peningkatan memadai peran serta masyarakat Peningkatan Peningkatan Jumlah KK 11,093 10,828 5828 KK dan swasta kualitas kualitas yang belum 9,828 8,828 7,82 6,828 5,82 infrastruktur sanitasi berakses 8 8 air limbah lingkungan septiktank rumah tangga dan mendorong upaya pengelolaan grey water yang terpisah dari saluran air hujan Sumber : RPJMD Kota Depok, 2016-2021

III-61 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

3.1.4.3 Renstra SKPD Terkait A. Renstra Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Depok Terkait Bidang Cipta Karya Visi, Misi, Sasaran, Tujuan, Strategi, Kebijakan, Indikasi Program dan Kegiatan Terkait Bidang Cipta Karya Visi Dinas kebersihan dan Pertamanan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya di 5 (lima) tahun ke depan adalah “Menuju Kota Depok yang Bersihdan Hijau”, dengan misi untuk mewujudkannya antara lain : 1. Meningkatkan Sistem Pengelolaan Sampah Kebersihan Kota; 2. MeningkatkanPembangunan Taman Kota; dan 3. Meningkatkan Kualitas Sumberdaya Untuk Mendukung Manajemen Pelayanan. Program dan kegiatan Dinas Kebersihan dan Pertamanan yang terkait bidang cipta karya adalah antara lain : 1. Program Pelayanan Pengelolaan Air Limbah, dengan kegiatan :  Pengelolaan IPLT;  Pemeliharaan IPLT;  Pembangunan IPLT; dan  Pengadaan Sarana dan Prasarana IPLT. 2. Program Pelayanan Pengolahan Sampah, dengan kegiatan :  Pengelolaan sampah skala kawasan;  Sosialisasi dan pelatihan pengelolaan sampah;  Pemeliharaan dan peningkatan UPS;  Pengadaan mesin pengolah sampah;  Lomba kebersihan;  Pembangunan hanggar UPS;  Pembangunan Gedung UPS Non Organik;  Pengadaan lahan UPS; dan  Pengadaan mesin pengolah sampah non organik. 3. Program Pelayanan Kebersihan Kota, dengan kegiatan :  Pelayanan Kebersihan;  Pengelolaan Retribusi pelayanan sampah;  Pengadaan Sarana dan Prasarana Pelayanan Kebersihan;  Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Kebersihan;  Pengadaan Peralatan Kebersihan; dan  Pengadaan Pakaian Kerja Lapangan. 4. Program Peningkatan Manajemen Pengelolaan TPA, dengan kegiatan :  Pengelolaan TPA;  Penataan Infrastruktur TPA;  Pengembangan komunitas sekitar TPA;  Pengadaan Mesin Landfil lMining;

III-62 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

 Pembangunan SPA; dan  Pengelolaan SPA. Sasaran, tujuan, strategi, kebijakan dan program dalam 5 (lima) tahun untuk Dinas Kebersihan dan Pertamanan terkait bidang cipta karya dijabarkan pada Tabel 3.9.

III-63 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

Tabel 3. 9 Sasaran, Tujuan, Strategi, dan Indikasi Program 2016-2020 Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Depok CAPAIAN KINERJA SASARAN CAPAIAN KINERJA PROGRAM

ARAH INDIKATOR KONDISI INDIKATOR KONDISI KONDISI SASARAN STRATEGI KONDISI PROGRAM KEBIJAKAN SASARAN AWAL PROGRAM AWAL 2016 2017 2018 2019 2020 2021 AKHIR AKHIR (2021) (2015) (2015) (2021)

Tujuan 3 : Menanggulangi Banjir dan Menjaga ketahanan air kota

2 Meningkatnya Meningkatka Pengamanan persentase 73.58% 87.00% Pengelolaan Kualitas BOD > BOD > BOD > BOD < BOD BOD < BOD BOD < keberlanjutan n cakupan kualitas air penduduk air limbah effluen IPLT 100 mg/l; 100 100 100 < 100 < 100 dan wilayah, baku air yang TSS > 100 mg/l; mg/l; mg/l; 100 mg/l; 100 mg/l; TSS ketersediaan kuantitas, minum baik mendapatkan mg/l TSS > TSS > TSS < mg/l; TSS < mg/l; < 100 air untuk kualitas, air akses air 100 100 100 TSS < 100 TSS < mg/l memenuhi kontinuitas, permukaan minum yang mg/l mg/l mg/l 100 mg/l 100 kebutuhan dan maupun air aman; mg/l mg/l masyarakat keterjangkau tanah dari an pelayanan pencemaran air bersih. Tujuan 5 : Meningkatkan pengelolaan lingkungan secara terpadu dengan melibatkan masyarakat 1 Terwujudnya Mendorong Peningkatan persentase 9.7% 20.00% Pelayanan Persentase 9% 13% 14% 16% 17% 19% 20% 20.00% Depok sebagai pengelolaan peran serta pengurangan pengolahan pengurangan kota bersih sampah masyarakat sampah di sampah sampah (zero waste rumah tangga dalam sumber; melalui 3R city) dan sampah pengurangan sejenis dan sampah pengelolaan rumah tangga sampah; yang ramah lingkungan dan menghasilkan nilai tambah ekonomi melalui pemberdayaa n masyarakat dan pemanfaatan teknologi

III-64 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

CAPAIAN KINERJA SASARAN CAPAIAN KINERJA PROGRAM

ARAH INDIKATOR KONDISI INDIKATOR KONDISI KONDISI SASARAN STRATEGI KONDISI PROGRAM KEBIJAKAN SASARAN AWAL PROGRAM AWAL 2016 2017 2018 2019 2020 2021 AKHIR AKHIR (2021) (2015) (2015) (2021)

yang ramah Peningkatan persentase 63.70% 80.0% Pelayanan Persentase 50% 50% 52% 54% 56% 58% 60% 60% lingkungan cakupan sampah kebersihan pengangkuta layanan tertangani kota n sampah melalui revitalisasi dan optimalisasi Cakupan 100.1 100.1 106.1 112.47 126.37 133.95 TPA wilayah km2 km2 km2 km2 119. km2 133. km2 Cipayung, pelayanan 22 95 keikutsertaan km2 km2 dalam TPPAS Peningkatan Persentase 20% 40% 60% 60% 70% 80% 80% 80% Nambo, dan manajemen pengoperasia Pengelolaan Pengelolaan n TPA sampah yang TPA; berbasis teknologi ramah lingkungan 2 Terwujudnya Memperluas Volume 30 375 Pelayanan Jumlah IPAL 14 ipal 24 28 32 36 40 44 44 ipal pengelolaan akses Pengembang lumpur tinja pengelolaan Komunal/ limbah terhadap an dan yang diolah di air limbah kawasan domestik sarana dan peningkatan IPLT terbangun secara terpadu prasarana air infratsruktur (m3/hari); dan ramah limbah pengolahan lingkungan permukiman air limbah persentase 73.49% 74.82 Jumlah KK 3.130 KK 3,130 3,130 23,788 28,1 33,240 39,2 39.223 melalui skala penduduk yang 70 23 KK pembanguna komunal, terlayani terlayani di n kawasan dan sistem air IPLT infrastruktur kota limbah yang dan memadai peningkatan peran serta masyarakat dan swasta

Sumber : Rencana Strategis (Renstra) Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Depok, 2014

III-65 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

B. Renstra Dinas Tata Ruang dan Permukiman Kota Depok Bidang Cipta Karya 1) Visi, Misi, Sasaran, Tujuan, Strategi, Kebijakan, Indikasi Program dan Kegiatan Terkait Bidang Cipta Karya Identifikasi masalah berdasarkan Tugas Pokok dan fungsi Dinas Tata Ruang dan Permukiman (Distarkim) terkait bidang Cipta Karya adalah : 1. Masih kurangnya dukungan infrastruktur permukiman sehingga melahirkan tumbuhnya kawasan permukiman kumuh; dan 2. Masih terbatasnya akses masyarakat terhadap air bersih perpipaan dan kelembagaan yang mengelola. Kedua poin tersebut dituangkan dalam isi strategis yang menjadi dasar penentuan Visi Dinas Tata Ruang dan Permukiman, yaitu “Terwujudnya tertib tata ruang, serta perumahan dan permukiman yang tertata, layak dan terjangkau”, dengan Misi untuk mencapainya, sebagai berikut : 1. Mewujudkan ruang kota yang aman, nyaman, dan berkelanjutan; 2. Meningkatkan ketersediaan rumah layak huni dan terjangkau bagi masyarakat; 3. Membangun gedung pemerintah untuk mendukung pelayanan prima pemerintah kota tidak hanya membangun tapi yang mengelola gedung pemerintah, pembinaan kemasyarakat, jasa konstruksi; dan 4. Mengembangkan tata kelola organisasi yang produktif, responsive, dan akun tabel. Terkait bidang Cipta Karya yaitu pada misi ke 2, yaitu meningkatkan ketersediaan rumah layak huni dijabarkan dalam tujuan meningkatkan akses masyarakat terhadap kebutuhan perumahan yang layak, tertata dan sehat dengan 2 (dua) sasaran, yaitu : 1. Tersedianya rumah layak huni dan terjangkau dalam lingkungan yang sehat, aman dan didukung oleh ketersediaan air bersih dan prasarana, sarana dan utilitas lainnya; dan 2. Meningkatnya sanitasi lingkungan. Sasaran tersebut kemudian dijelaskan dalam strategi dan arah kebijakan yang mendukung tercapainya sasaran tersebut, dan dapat dijabarkan pada Tabel 3.10.

III-66 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

Tabel 3. 10 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Distarkim 2016-2021

No Tujuan Sasaran Strategi dan Arah Kebijakan

1 Misi 1 : Mewujudkan ruang kota yang aman, nyaman dan berkelanjutan Mewujudkan struktur ruang Tersusunnya rencana tataruang Mewujudkan penataan ruang kota yang aman, dan pola ruang sesuai sebagai acuan matra spasial nyaman dan produktif melalui optimalisasi rencana tataruang pembangunan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian tataruang kota Terkendalinya pemanfaatan ruang

2 Misi 2 : Meningkatkan ketersediaan rumah layak huni dan terjangkau bagi masyarakat Meningkatkan akses Tersedianya rumah layak huni Melayani kebutuhan masyarakat akan masyarakat terhadap dan terjangkau dalam perumahan dan permukiman yang layak kebutuhan perumahan yanag lingkungan yang sehat, aman melalui pengembangan dan perbaikan rumah layak, tertata dan sehat dan didukung oleh ketersediaan rakyat, peningkatan kualitas lingkungan air bersih dan prasarana, sarana permukiman dan peningkatan akses layanan dan utilitas lainnya air bersih

Meningkatnya sanitasi lingkungan 3 Misi 3 : Membangun gedung pemerintah untuk mendukung pelayanan prima pemerintah kota Meningkatkan produktivitas Tersedianya gedung Mendorong peningkatan kualitas pelayanan kinerja aparatur dalam pemerintah dan prasarana dan kinerja aparatur melalui penyediaan pelayanan pelayanan publik yang memadai prasarana gedung kantor dan pelayanan publik yang memadai 4 Misi 4 : Mewujudkan tatakelola organisasi yang produktif, responsive dan akuntabel Mengotimalkan pelaksanaan Terlaksananya program dan Mewujudkan kinerja organisasi yang optimal tugas pokok dan fungsi pelayanan secara optimal dan dan akuntabel melalui ketersediaan sarana akuntabel prasana, perencanaan yang berkualitas, dukungan kebijakan, dan pelaporan kinerja yang tepat waktu dan akuntabel

Sumber : Renstra Distarkim, 2016-2021

Sedangkan indikasi Program dan Kegiatan terdapat pada Tabel 3.11 matrix Renstra Distarkim berikut ini.

III-67 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

Tabel 3. 11 Indikasi Program dan Kegiatan

KONDISI 2016 2017 2018 2019 2020 2021 PROGRAM / INDIKATOR KINERJA NO KEGIATAN PROGRAM AWAL RPJMD TARGET Rp TARGET Rp TARGET Rp TARGET Rp TARGET Rp TARGET Rp

UPT RUSUNAWA

Pengembangan dan

Pemeliharaan 492,092,54 541,301,80 596,785,23 2 Gedung 750,000,00 2 Gedung 2 Gedung 2 Gedung 568,366,893 2 Gedung 2 Gedung 2,198,546,483 perumahan 9 3 8 Tingkat hunian 0 bersusun rumah susun

Pengelolaan 492,092,54 541,301,80 596,785,23 1 2 Gedung 2 Gedung 750,000,00 2 Gedung 2 Gedung 2 Gedung 568,366,893 2 Gedung 2 Gedung 2,198,546,483 Rusunawa 9 3 8 0

BIDANG WASDAL

526,771,35 974,343,24 823,423,27 1,023,060,408 747,924,100 3 6 0 Peningkatan Persentase

ketentraman dan Pelanggaran 1,261,280, ketertiban Perda 440 masyarakat. Jumlah dokumen 229.072 pendataan 1 Bangunan 1 Dokumen Bangunan ber (Pendataan 3 Dokumen 4 Dokumen 4 Dokumen 2 Dokumen 1. Pendataan Ber IMB IMB dan tidak 315,290,00 Reklame (3 175,000,00 (4 (4 229,500,00 (Data BTS, Bangunan 75,000,000 225,000,000 154,762,986 ber IMB 0 berikut Titik Kecamatan) 0 Kecamatan) Kecamatan) 0 Reklame) data bangunan 203.858 Koordinat) ber IMB dan Bangunan yg tidak ber IMB tidak ber IMB Prosentase Bangunan melanggar yang 2. Pengawasan dan diberi surat 14.222 Surat Pengendalian 166,456,20 60 Kali 70 Kali 102,209,94 80 Kali 70 Kali 101,124,97 70 Kali peringatan Peringatan 87,608,526 112,988,795 90,506,849 Bangunan 0 7 1 Terlaksananya Bangunan yang Lebih Tertib Jumlah surat 3. Pengawasan dan teguran 800 Surat 800 Surat 80 Surat 80 Surat 80 Surat Pengendalian pengawasan 1 Kegiatan 286,720,00 143,360,00 194,133,33 209,066,66 Peringatan Peringatan Peringatan 298,666,667 Peringatan Peringatan 213,248,000 Reklame dan 800 surat 0 0 3 7 peringatan

III-68 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

KONDISI 2016 2017 2018 2019 2020 2021 PROGRAM / INDIKATOR KINERJA NO KEGIATAN PROGRAM AWAL RPJMD TARGET Rp TARGET Rp TARGET Rp TARGET Rp TARGET Rp TARGET Rp Terlaksananya 48 Kali 65 Kali 100 Kali 70 Kali 70 Kali Reklame yang Pengawasan Pengawasan Pengawasan Pengawasan Pengawasan Lebih Tertib Jumlah Gedung dan Non

Gedung yang

4. Penertiban tidak berijin 4 Kali 6 Kali 7 Kali 5 Kali 5 Kali 1 Kegiatan 331,204,24 220,802,82 331,204,24 283,731,63 Bangunan Jumlah Penertiban Penertiban Penertiban 386,404,947 Penertiban Penertiban 289,406,265 0 7 0 2 Bangunan Non

Gedung Yang Dibongkar Jumlah dokumen kajian

pendataan pembebasan 5. Kajian Pendataan Dokumen Pembebasan Lahan Kajian Margonda 2 Dokumen 161,610,00 2 Dokumen 171,795,72 100% 100% Pendataan - - - (Perencanaan dan 0 5 Pembebasan Persiapan) Lahan Margonda (Perencanaan dan Persiapan)

Program Pembentukan dan Jumlah Perda 400,000,00 0 125,000,000 pengembangan dan Perwal - 0 produk hukum Jumlah Pengawasan

dan Pengenndalian

Jumlah Raperda 1 Dokumen 400,000,00 2 Reklame Draft Perda 0 1. Penyusunan Perda

Reklame Kota Depok Tersusunya Perda Reklame Kota Depok Jumlah Dokumen dan 2. Penyusunan 1 perwal 1 Dokumen Perda 1 perwal Perwal Reklame Reklame 50,000,000 Draft Perwal 125,000,000 Bangunan dan IMB

III-69 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

KONDISI 2016 2017 2018 2019 2020 2021 PROGRAM / INDIKATOR KINERJA NO KEGIATAN PROGRAM AWAL RPJMD TARGET Rp TARGET Rp TARGET Rp TARGET Rp TARGET Rp TARGET Rp Tersusunya Perda Perda

Bangunan dan IMB 1 Perda Jumlah (Bangunan) 2 Dokumen dan Perwal ( Perda sanksi dan Bangunan dan tata cara 3. Penyusunan Perda 1 Dokumen IMB Pengajuan 400,000,00 Bangunan dan IMB Draft Perda IMB) 0 Tersusunya Perda Perda

Bangunan dan IMB

Peningkatan

Pemanfaatan 3 Jenis Jenis Data - 300,000,00 3 Jenis data 1,000,000, 3 Jenis data 500,000,00 3 Jenis data 3 Jenis data 500,000,00 3 Jenis data Informasi data 500,000,000 500,000,000 0 000 0 0 Geospasial

Pemetaan Pemetaan Pemetaan 1. Sistem Informasi Reklame Reklame Reklame Manajemen dan Jumlah Sistem Berdasarkan 500,000,00 Berdasarkan 250,000,00 Berdasarkan 250,000,00 2 Jenis data Penataan Sebaran - - 250,000,000.0 250,000,000.0 Titik 0.0 Titik 0.0 Titik 0.0 Reklame Kota Depok Koordinat Koordinat Koordinat

2. Integrasi Sistem Informasi Sistem Sistem Sistem Jumlah Sistem Manajemen dan Terbentuk 500,000,00 Terbentuk 250,000,00 Terbentuk 250,000,00 3 Jenis data Terintegrasi - - 250,000,000.0 250,000,000.0 Penataan Sebaran Antar OPD 0.0 Antar OPD 0.0 Antar OPD 0.0 Reklame Kota Depok

BIDANG PEMANFAATAN RUANG

Perencanaan Penambahan Pengendalian dan 2015 ha 10 Ha 175,000,00 10 Ha 640,000,00 10 Ha 1,150,000,0 10 Ha 800,000,000.0 10 Ha 1,150,000,0 10 Ha Luas RTH (ha) 800,000,000 Pemanfaatan Ruang 0 0.00 00 0 00

III-70 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

KONDISI 2016 2017 2018 2019 2020 2021 PROGRAM / INDIKATOR KINERJA NO KEGIATAN PROGRAM AWAL RPJMD TARGET Rp TARGET Rp TARGET Rp TARGET Rp TARGET Rp TARGET Rp

Teridentifik Teridentifik Teridentifik Teridentifika Teridentifika Penambahan asinya asinya asinya sinya taman sinya taman Luas RTH (m2) taman taman taman seluas + 10 seluas + 10 asumsi seluas + 10 seluas + 10 seluas + 10 1. Evaluasi Status Ha milik Ha milik targetRTH Ha milik Ha milik Ha milik RTH Taman Pemerintah Pemerintah 1 dalam 5 Tahun 150,000,00 150,000,00 Pemerintah Pemerintah 150,000,00 Pemerintah dikawasan 75,000,000 Kota yang Kota yang 150,000,000 150,000,000 pertama 0.00 0 Kota yang Kota yang 0 Kota yang Perumahan Teratur ada dalam ada dalam (Hingga 2020) ada dalam ada dalam ada dalam kawasan kawasan kurang lebih kawasan kawasan kawasan perumahan perumahan 100ha/tahun perumahan perumahan perumahan teratur teratur teratur teratur teratur

Jumlah

Dokumen 1 Dokumen 1 Dokumen 1 Dokumen 1 Dokumen 1 Dokumen 2 2. Penyusunan RTBL 300,000,00 400,000,00 400,000,00 Pemanfaatan - RTBL RTBL RTBL 400,000,000 RTBL RTBL 400,000,000 0.00 0 0 Ruang Prosentase Kesesuaian Pengghunaan 1 Lahan dengan Dokumen 3. Evaluasi Rencana Tata 1 Dokumen 1 Dokumen 1 Dokumen / 100,000,00 70,000,000 350,000,00 350,000,00 - Pemanfaatan Ruang Ruang (10 Kec) (11 Kec) - (11 Kec) - Kecamata 0 .00 0 0 berdasarkan n neraca penggunaan lahan Tingkat

4. Konsultasi Publik Partisipasi 1 Perwa 50,000,000 1 Perwa 1 Perwa 1 Perwa 1 Perwa Penataan Ruang Pemangku - RTBL 50,000,000 50,000,000 50,000,000 50,000,000 .00 Kepentingan

5. Evaluasi Produk Jumlah Produk 1 Perda 70,000,000 1 Perwa 200,000,00 1 Perwa 1 Perwa 200,000,00 1 Perwa Hukum Hukum - 200,000,000 200,000,000 .00 0 0

Peningkatan

Pemanfaatan Jumlah 1 Sistem 1 Sistem 100,000,00 1 Sistem 300,000,00 1 Sistem 1 Sistem 250,000,00 1 Sistem Informasi Data/sistem - SIGPERU 300,000,000 300,000,000 0.00 0 0 Geospasial

1. Updating data Jumlah Updating 1 Sistem ( 100,000,00 300,000,00 1 Sistem 1 Sistem 250,000,00 1 Sistem spasial kota depok Data/sistem SIGPERU WEBGIS ) 300,000,000 300,000,000 0.00 0 0

III-71 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

KONDISI 2016 2017 2018 2019 2020 2021 PROGRAM / INDIKATOR KINERJA NO KEGIATAN PROGRAM AWAL RPJMD TARGET Rp TARGET Rp TARGET Rp TARGET Rp TARGET Rp TARGET Rp

Perencanaan,

Pemanfaatan dan Jumlah 1 Dokumen 500,000,00 750,000,00 500,000,00 Pengendalian Ruang Dokumen RTBL 500,000,000 750,000,000 0.00 0 0 KSK Civic Center

1. Penyusunan 1 Dok. RTBL 1 Dokumen 1 Dokumen 1 DED UKM Dokumen Rencana Jumlah 1 DED Islamic Kawasan RTBL 500,000,00 750,000,00 DED Taman Center/Spor 500,000,00 Kawasan Strategi Dokumen - Center 500,000,000 Komersil 750,000,000 (PERWA) 0.00 0 Kota t Center 0 Civic Center Civic Center

Perencanaan,

Pemanfaatan dan Jumlah 600,000,00 500,000,00 500,000,00 Pengendalian Ruang Dokumen 750,000,000 - 0.00 0 0 KSK SNADA

1 Dok. Kajian Pembuatan 1. Penyusunan Kepemilikan 1 DED Planning 1 Dokumen Dokumen Rencana Jumlah dan Skema Sentra Gallery RTBL 600,000,00 500,000,00 500,000,00 Kawasan Strategi Dokumen Pembebasan Niaga dan 750,000,000 SNADA - (PERWA) 0.00 0 0 SNADA Lahan Budaya (Sosialisasi SNADA SNADA)

BIDANG PERTABA

1 pembangunan, jumlah fasilitas 36 unit 31 unit 7 unit 41,118,678 9 unit 42,441,545, 4 unit 40,305,123,15 7 unit 45,598,046, 16 unit 87,026,313,79 rehabilitasi dan pemerintahan 6,770,000, ,054 858 2 120 0 pemeliharaan 000 sarana prasarana dan gedung pemerintahan Pembangunan Terbangunnya 10% 52% 100% 5,257,250, Gudang Arsip Gudang Arsip - 000

Pembangunan Terbangunnya 10% 100% Gedung Balakop Gedung - Balakop Pembangunan Terbangunnya 10% 0 100% 12,500,000, Gedung PGRI Gedung PGRI - 000

Pembangunan Terbangunnya 38% 58% 100% 2,700,206, Gedung Satpol PP Gedung Satpol - 070 PP Pembangunan Terbangunnya 0% 10% 100% 7,832,293,2 Gedung Kantor KPU Gedung Kantor 195,000,00 67 KPU 0

III-72 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

KONDISI 2016 2017 2018 2019 2020 2021 PROGRAM / INDIKATOR KINERJA NO KEGIATAN PROGRAM AWAL RPJMD TARGET Rp TARGET Rp TARGET Rp TARGET Rp TARGET Rp TARGET Rp Pembangunan Terbangunnya 10% 328,000,00 100% 15,000,000,00 Gedung Kesenian Gedung 0 0 Kesenian Pembangunan Terbangunnya 10% 189,600,00 100% 5,616,685,222 rumah dinas rumah dinas 0 Walikota Walikota Pembangunan Terbangunnya 10% 280,000,00 100% 9,500,000,000 Gedung Pramuka Gedung 0 Pramuka Pembangunan Terbangunnya 10% 228,000,000 100% 9,662,608,1 Gedung Gedung 90 Kesbanglinmas Kesbanglinmas Pembangunan Terbangunnya 2 unit 3 unit 17,585,000 5 unit 21,311,652, - 0 5 unit 25,975,000, 11 unit 57,145,000,00 Gedung Kantor Gedung Kantor ,000 591 000 0 Kelurahan Kelurahan Rehabilitasi Gedung Terehabnya 30 unit 30 unit Kantor Kelurahan Gedung Kantor 6,500,000, Kelurahan 000 Pembangunan Terbangunnya 3 unit 1 unit 9,960,437, - 0 1 unit 9,960,437,930 1 unit 9,960,437,9 3 unit 29,881,313,79 Gedung Kantor Gedung Kantor 930 30 0 Kecamatan Kecamatan Pembangunan Tersedianya 1 unit 10% 100% 5,615,784, Gedung Parkir sarana dan 75,000,000 054 Balaikota prasarana pendukung Gedung Parkir Balaikota Pembangunan Alun- Terbangunnya 10% 100% Alun Kota Depok Alun-Alun Kota 0 Depok Pembangunan Pusat Terbangunnya 10% 50% 100% Kreasi Rakyat dan Pusat Kreasi 0 Panggung Budaya Rakyat dan dan Kreatif Panggung Budaya dan Kreatif Pembangunan Balai Terbangunnya 10% 100% Kreatif dan Griya Balai Kreatif 0 Pamer dan Griya Pamer Pembangunan RSUD Terbangunnya 10% 37% 74% 100% Wilayah Timur Tipe RSUD Wilayah C Timur Tipe C Pembinaan Tingkat kualitas 70% 70% 70% 50,000,000 72% 60,000,000 74% 70,000,000 76% 80,000,000 78% 90,000,000 penyedia jasa penyedia jasa -

III-73 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

KONDISI 2016 2017 2018 2019 2020 2021 PROGRAM / INDIKATOR KINERJA NO KEGIATAN PROGRAM AWAL RPJMD TARGET Rp TARGET Rp TARGET Rp TARGET Rp TARGET Rp TARGET Rp Sosialisasi dan Jumlah 20 penyedia 20 20 penyedia 50,000,000 25 penyedia 60,000,000 30 penyedia 70,000,000 35 penyedia 80,000,000 40 penyedia 90,000,000 Verifikasi Penyedia penyedia jasa jasa penyedia - jasa jasa jasa jasa jasa Jasa Konstruksi yang terbina jasa 2 Peningkatan jumlah 27 dokumen 24 19 dokumen 950,000,00 21 dokumen 1,050,000,0 23 1,150,000,000 25 1,250,000,0 27 1,350,000,000 kualitas data dokumen dokumen 1,450,000, 0 00 dokumen dokumen 00 dokumen perencanaan 000 Perencanaan jumlah 16 dokumen 15 13 dokumen 650,000,00 14 dokumen 700,000,00 15 dokumen 750,000,000 16 dokumen 800,000,00 17 dokumen 850,000,000 Pembangunan/Peme dokumen dokumen 900,000,00 0 0 0 liharaan Gedung 0 Pemerintah

Kajian Dokumen jumlah 11 dokumen 9 6 dokumen 300,000,00 7 dokumen 350,000,00 8 dokumen 400,000,000 9 dokumen 450,000,00 10 dokumen 500,000,000 Lingkungan dokumen dokumen 550,000,00 0 0 0 0 4 Pembangunan Prosentase 0 0 10% 600,000,00 0 50% 10,000,000,00 100% 35,975,000, sarana dan Sarana - 0 0 000 prasarana civic Prasarana Civic center Center terbangun Pembangunan Terbangunnya 0 0 10% 600,000,00 0 50% 10,000,000,00 100% 10,000,000, sarana dan sarana dan 0 0 0 000 prasarana civic prasarana civic center center 5 Peningkatan Prosentase 13% 14% 3.88% 7,750,000, 6.75% 13,500,000, 9.04% 18,087,000,00 9.25% 18,500,000, 9.25% 18,500,000,00 pengelolaan dan Cakupan - 000 000 0 000 0 layanan air bersih; layanan air bersih perpipaan Pengembangan Cakupan 1500 SR 15500SR 15500SR 7,750,000, 27000 SR 13,500,000, 36174 SR 18,087,000,00 37000 SR 18,500,000, 37000 SR 18,500,000,00 Jaringan Distribusi layanan air - 000 000 0 000 0 Air Bersih bersih perpipaan Prosentase 0.63% 0.63% 0.63% 954,659,54 0.72% 1,050,125,4 0.88% 1,102,631,773 1.00% 1,157,763,3 1.25% 1,215,651,530 Cakupan - 4 98 62 layanan air bersih non perpipaan Pembangunan cakupan 2500 SR 2500 SR 500 SR 954,659,54 500 SR 1,050,125,4 500 SR 1,102,631,773 500 SR 1,157,763,3 500 SR 1,215,651,530 Infrastruktur Air layanan air - 4 98 62 Bersih bersih non perpipaan Kapasitas 723 723 1323 26,460,000 1423 28,460,000, 2093 20,930,000,00 0 0 0 0 produksi IPA liter/detik liter/detik - Liter/detik ,000 Liter/detik 000 Liter/detik 0

III-74 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

KONDISI 2016 2017 2018 2019 2020 2021 PROGRAM / INDIKATOR KINERJA NO KEGIATAN PROGRAM AWAL RPJMD TARGET Rp TARGET Rp TARGET Rp TARGET Rp TARGET Rp TARGET Rp Pembangunan dan kapasitas 723 400 1323 26,460,000 1423 28,460,000, 2093 20,930,000,00 0 0 0 0 Uprating IPA produksi IPA liter/detik liter/detik - Liter/detik ,000 Liter/detik 000 Liter/detik 0

6 Peningkatan Prosentase 62.38% 0.74% 0.74% 10,900,000 0.74% 10,900,000, 0.74% 10,900,000,00 0.74% 10,900,000, 0.83% 12,167,536,16 kualitas Panjang jalan 10,000,000 ,000 000 0 000 6 infrastruktur lingkungan ,000 lingkungan dalam kondisi permukiman baik Prosentase 89.53% 0.74% 0.74% 0.74% 0.74% 0.74% 0.83% Panjang drainase lingkungan yang terbangun/ direhabilitasi Pembangunan Prosentase panjang jalan 6650 6650 meter 10,000,000 6650 meter 10,000,000, 6650 meter 10,000,000,00 6650 meter 10,000,000, 7300 meter 11,267,536,16 Infrastruktur Panjang jalan lingkungan meter 10,000,000 ,000 000 0 000 6 Permukiman lingkungan 339741.6 ,000 dalam kondisi meter, baik, panjang Prosentase drainase Panjang 94239.90 drainase meter lingkungan yang terbangun/ direhabilitasi Pembangunan IPAL Cakupan 320 SR 30 SR 30 SR 500,000,00 30 SR 500,000,00 30 SR 500,000,000 30 SR 500,000,00 30 SR 500,000,000 Komunal Lingkungan Layanan IPAL - 0 0 0 Permukiman Komunal Replikasi PNPM MP Jumlah Badan - 31 BKM 31 BKM 200,000,00 63 BKM 200,000,00 63 BKM 200,000,000 63 BKM 200,000,00 63 BKM 200,000,000 Keswadayaan - 0 0 0 Masyarakat yang difasilitasi Monitoring dan Jumlah Rumah 28373 1000 unit 1000 unit 200,000,00 1000 unit 200,000,00 1000 unit 200,000,000 1000 unit 200,000,00 1000 unit 200,000,000 Evaluasi Rumah Tidak Layak (berdasarkan RTLH - RTLH 0 RTLH 0 RTLH RTLH 0 RTLH Tidak Layak Huni Huni baseline kaw kumuh P2KKP 2015) Penataan Persentase 6,682,616, 7,350,878,4 7,718,422,414 2,315,526,7 2,431,303,060 permukiman kumuh berkurangnya 2,500,000, 808 89 24 luas 000 permukiman kumuh perkotaan

III-75 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

KONDISI 2016 2017 2018 2019 2020 2021 PROGRAM / INDIKATOR KINERJA NO KEGIATAN PROGRAM AWAL RPJMD TARGET Rp TARGET Rp TARGET Rp TARGET Rp TARGET Rp TARGET Rp Pembangunan Persentase 2,72 % (SK 0,2% 0,5 % 6,182,616, 0,5 % 6,850,878,4 0,5 % 7,218,422,414 0,027% 1,815,526,7 0,027% 1,931,303,060 Infrastruktur berkurangnya WALIKOTA 2,500,000, 808 89 24 Kawasan Kumuh luas 2015) 000 permukiman kumuh perkotaan Pembangunan IPAL Cakupan 186 SR 186 SR 30 SR 500,000,00 30 SR 500,000,00 30 SR 500,000,000 30 SR 500,000,00 30 SR 500,000,000 Komunal Layanan IPAL - 0 0 0 Infrastruktur Komunal Kawasan Kumuh Pembentukan dan Jumlah perda/ 0 dokumen 0 0 0 1 dokumen 200,000,00 0 0 0 0 0 0 pengembangan perwal - 0 produk hukum Kajian Peraturan 0 dokumen 0 0 0 0 1 dokumen 200,000,00 0 0 0 0 0 0 Walikota Penataan dokumen 0 Permukiman Kumuh Perkotaan

22,906,280 98,270,158 109,728,19 114,704,604,6 120,496,54 128,202,275,1 ,440 ,764 4,895 40 4,715 30 Sumber : Renstra Distarkim, 2016-2021

III-76 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

3.2 Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya 3.2.1 Rencana Kawasan Permukiman (RKP) 3.2.1.1 Visi dan Misi Pengembangan Kawasan Permukiman A. Visi dan Misi RPJPD Kota Depok Visi : “Depok Kota Niaga dan Jasa yang Religius dan Berwawasan Lingkungan” Misi : 1. Mengelola perekonomian daerah secara fokus, efisien, dan efektif, dengan mengutamakan perhatian kepada sektor-sektor yang memberikan nilai tambah dan pertumbuhan tertinggi. 2. Memanfaatkan dan mengelola secara optimal seluruh potensi letak geografis sesuai dengan daya dukung lingkungan. 3. Membangun sumber daya manusia yang berdaya saing di lingkungan nasional dan internasional melalui peningkatan kualitas pendidikan yang dilandasi oleh nilai-nilai keagamaan, hukum, dan sosial budaya. 4. Menyediakan sarana dan prasarana kota dalam jumlah dan kualitas yang memadai dan diselaraskan dengan Rencana Tata Ruang. 5. Menata sistem pemerintahan yang profesional, baik, bersih, transparan, demmokratis, dan bertanggung jawab.

B. Visi dan Misi RPJMD Kota Depok Visi : “Kota Depok yang Unggul, Nyaman dan Religius” Misi : 1. Meningkatkan kualitas pelayanan public yang professional dan transparan. 2. Mengembangkan sumber daya manusia yang religious, kreatif dan berdaya saing. 3. Mengembangkan ekonomi yang mandiri, kokoh dan berkeadilan. 4. Membangun infrastruktur dan ruang publik yang merata, berwawasan lingkungan dan ramah keluarga. 5. Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam melaksanakan nilai-nilai agama dan menjaga kerukunan antar umat beragama serta meningkatkan kesadaran hidup berbangsa dan bernegara.

C. Visi dan Misi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan Kota Depok Visi : “Terwujudnya Permukiman Kota Depok yang Nyaman, Mandiri dan Berwawasan Lingkungan” Misi : 1. Mewujudkan terpenuhinya kebutuhan kawasan permukiman yang nyaman dan layak untuk berbagai segmen masyarakat; 2. Mendorong dan mengarahkan kawasan permukiman secara terkendali dan sesuai dengan pengembangan kota;

III-77 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

3. Mewujudkan pelayanan infrastruktur perkotaan dan permukiman yang memadai, berkualitas dan berkelanjutan; 4. Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan pembiayaan untuk pengembangan permukiman dan infrastruktur.

3.2.1.2 Rencana Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman Kota Depok A. Strategi Pengembangan Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman kota Depok diarahkan untuk mengantisipasi dan menyediakan kekurangan rumah hingga tahun 2030 untuk semua golongan masyarakat, mengembangkan perumahan intensitas tinggi sesuai dengan tata ruang, mendorong pembangunan rumah vertical untuk mengatasi keterbatasan lahan, meningkatan kondisi rumah yang tidak layak huni, menangani permukiman padat dan kumuh dengan memperhatikan keamanan dan kenyamanan, dan meningkatkan penanganan permukiman illegal. Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman sedikit banyak akan menyebabkan perubahan terhadap lingkungan dan sosial budaya masyarakat, baik positif maupun negatif. Untuk itu telah disusun strategi pengelolaan dampak yang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3. 12 Strategi Pengembangan dan Strategi Pengelolaan Dampak Permukiman Di Kota Depok STRATEGI No. STRATEGI PENGEMBANGAN PROGRAM STRATEGIS DAMPAK NEGATIF PENGELOLAAN 1. Mengantisipasi dan menyiapkan Menyediakan rumah Terbatasnya Ruang  Pembangunan kekurangan rumah hingga tahun dengan kelengkapan Terbuka Hijau (RTH), kawasan 2030 untuk semua golongan infrastruktur karena berkurangnya permukiman harus masyarakat pendukungnya lahan untuk menyediakan RTH pembangunan rumah  Pengaturan yang Menyelenggarakan ketat untuk perumahan bagi perizinan masyarakat pembangunan berpenghasilan rendah perumahan 2. Mengembangkan perumahan Pengembangan dan Masyarakat belum Membiasakan intensitas tinggi sesuai tata ruang pembangunan terbiasa menempati masyarakat untuk perumahan secara rumah susun menempati rumah vertikal susun 3. Meningkatkan kondisi rumah yang Perbaikan/pemugran tidak layak huni rumah yang tidak layak huni 4. Melakukan penanganan terhadap Penataan/peremajaan  Adanya  Studi LARAP (Land permukiman padat maupun permukiman padat penggusuran Acquisition and kumuh, dengan memperhatikan maupun kumuh perumahan bila Resettlement Plan) kenyamanan dan keamanan dilakukan  Studi UKL- peremajaan UPL/AMDAL permukiman  Pendampingan  Keresahan sosial masyarakat  Kehilangan relasi  Sosialisasi sosial & ekonomi  Melibatkan

III-78 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

masyarakat dalam proses perencanaan 5. Meningkatkan penanganan Mengurangi Terjadi penggusuran  Sosialisasi permukiman ilegal permukiman ilegal di rumah  Pendampingan kawasan strategis kota masyarakat Pengendalian pengembangan permukiman di kawasan ilegal Sumber : SPPIP Kota Depok, 2010

B. Arahan Lokasi Pengembangan Perumahan dan Permukiman Arahan lokasi pengembangan perumahan dan permukiman di Kota Depok dibagi menjadi 3, yaitu negatif list area, kawasan yang boleh dibangun, dan kawasan yang boleh dibangun dengan syarat. Pembagian arahan lokasi tersebut didasarkan pada hasil analisis daya dukung lahan untuk perumahan dan permukiman. 1. Negatif list area adalah kawasan yang tidak boleh dibangun. Negatif list area mencakup kawasan lindung, kawasan sempadan, kawasan rawan bencana, konservasi RTH, serta kawasan konservasi pertanian lahan basah. Negatif list area lebih pada dasarnya ditetapkan untuk pembangunan rumah baru. Rumah-rumah eksisting yang ada dalam negatif list area dibatasi perkembangannya, kecuali rumah-rumah tidak ilegal pada kawasan sempadan yang harus direlokasi. Negatif list area Kota Depok dapat dilihat pada tabel 3.13.

Tabel 3.13. Negatif List Area Kota Depok

Kawasan Kawasan Kawasan Kawasan Pertanian Lahan Kecamatan Resapan Sempadan Sempadan Hutan Kota Genangan Basah Air/Cekungan Sungai Danau/Setu Sawangan Kel. Sawangan, Situ Pengasinan, - Kel. Kel. Kedaung, dan Sawangan Situ Pasir Putih Pengasinan Cinangka, Baru Sawangan Baru, Pasir Putih Bojongsari Kel. Pondok Situ Bojongsari - Kel. Curug, Kel. Serua, Pondok Petir, Serua, Sungai Pondok Petir, Petir, Bojonsari Curug, Ciliwung, Bojongsari Baru, Curug, Sungai Bojongsari Baru, Baru Duren Mekar, Bojongsari Pesanggrahan Duren Seribu Sungai Pancoran Kel. Mampang, Grogol, Situ Pulo Asih, Kel. Pancoran Kel. Depok Ke. Mampang, Mas Depok Jaya, Cikeas, Rawa Besar , Mas Pancoran Mas Pancoran Mas Krukut, Pitara Angke, dan Cipayung Kel. Cipayung, Sunter Situ Citayam - Kel. Ratujaya, Kel. Cipayung Jaya, Cipayung Jaya, Bojong Cipayung, Pondok Jaya Pondok Ratujaya Terong, Pondok Jaya Sukmajaya Kel Baktijaya, Situ - Kel. Tirtajaya, -

III-79 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

Kawasan Kawasan Kawasan Kawasan Pertanian Lahan Kecamatan Resapan Sempadan Sempadan Hutan Kota Genangan Basah Air/Cekungan Sungai Danau/Setu

Sukmajaya, Pengarengan Sukmajaya, Abadijaya Mekarjaya Cilodong Kel. Kalimulya, Situ Cilodong, - Kel. Kel. Jatimulya Jatimulya, Bahar, Kalimulya, Kalibaru, Sidomukti Kalibaru Cilodong

Cimanggis Kel. Tugu, Pasri Situ Kel. Ke.l. Tugu - Gunung Selatan, Pedongkelan, Harjamukti Mekarsari, Gede, Tipar, Cisalak Pasar, Gadog, Rawa Curug, Kalong, Harjamukti Jemblung Baru Tapos Kel. Cilangkap, Situ Jatijajar, Kel. Jatijajar Kel. Jatijajar, Kel. Cilangkap, Ciampeun, Cilangkap Cilangkap, Ciampeun, Tapos Sukamaju Sukamaju Baru, Baru Tapos, Leuwinanggung

Beji - Stiu Pladen, Situ Hutan Kota UI - - Pondok Cina

Limo Kel. Grogol, Situ Krukut - - Kel. Grogol, Limo, Krukut, Limo, Krukut Meruyung Cinere Kel. Cinere, - - - - Gandul, Pangkalanjati Baru, Pangkalanjati Sumber : Rencana Induk Perumahan dan Permukiman Kota Depok, 2010

2. Kawasan yang boleh dibangun dengan ataupun tanpa syarat Kawasan ini dibedakan menjadi kawasaan yang boleh dibangun dan kawasan yang boleh dibangun bersyarat, didasarkan pada limitasi kawasan yang ada. Sebagai contoh, terdapat beberapa kawasan yang boleh dibangun dengan intensitas tinggi, dan ada yang harus dibangun dengan intensitas rendah. Kawasan yang boleh dibangun di Kota Depok dapat dilihat pada tabel 3.14.

Tabel 3.14. Kawasan yang Boleh Dibangun

Boleh dibangun Tanpa Boleh Dibangun Dengan Kecamatan Keterangan Syarat Syarat Syarat Sawangan Kel Pengasinan, Pasir Kel. Sawangan, dan • Dibangun dengan kepadatan rendah- Putih di luar negatif list Sawangan Baru di luar sedang area negatif list area • Kaveling besar-sedang

III-80 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

Boleh dibangun Tanpa Boleh Dibangun Dengan Kecamatan Keterangan Syarat Syarat Syarat Bojongsari Kel. Pondok Petir, Serua, - - Duren Seribu, Duren Mekar, Bojong Sari di luar negatif list area

Pancoran Kel. Rangkapan Jaya, - - Mas Rangkapan Jaya Baru, Mampang, Pancoran Mas di luar negatif list area Cipayung Kel. Cipayung Jaya, Ratu - - Jaya, Cipayung, Bojong Pondok Terong, Pondok Jaya

Sukmajaya Kel Cisalak di luar negatif Kel. Baktijaya, Mekarjaya, • Dibangun dengan kepadatan tinggi list area Sukmajaya, Abadijaya di • Kaveling kecil luar negatif list area • Pada Kel. Tirtajaya dapat dibangun perumahan vertikal Cilodong - Kel. Sukamaju, Cilodong, • Dibangun dengan kepadatan rendah- Kalimulya, Jatimulya di luar sedang negatif list area • Kaveling besar-sedang • Pembangunan perumahan vertikal di Kel. Kalimulya Cimanggis Kel. Curug, Harjamukti di Kel. Pasir Gunung Selatan, • Dibangun dengan kepadatan tinggi luar negatif list area Tugu di luar negatif list hingga sangat tinggi area • Kaveling kecil Tapos Kel. Sukatani, Tapos, Kel. Leuwinanggung di luar • Dibangun dengan kepadatan rendah- Sukatani, Sukamaju Baru, negatif list area sedang Jatijajar, Cilangkap, • Kaveling besar-sedang Cimpaeun • Rumah Susun

Beji Kel. Beji, Beji Timur, Kel. Kukusan di luar negatif • Dibangun dengan kepadatan tinggi Kemiri Muka di luar list area hingga sangat tinggi negatif list area • Kaveling kecil Limo Kel. Limo, Grogol, Kel. Krukut di luar negatif • Dibangun dengan kepadatan tinggi Meruyung di luar negatif list area hingga sangat tinggi list area • Kaveling kecil dan rumah tidak bersusun Cinere Kel. Cinere, Pangkalan Jati • Dibangun dengan kepadatan tinggi Baru, Pangkalan Jati, hingga sangat tinggi Gandul di luar negatif list • Kaveling kecil dan rumah tidak area bersusun Sumber : RIPP Kota Depok, 2010

3.2.1.3 Penetapan Kawasan Permukiman Prioritas A. Perumusan Kriteria dan Indikator Kawasan Prioritas Perumusan kriteria dan indikator kawasan prioritas pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan di Kota Depok disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik serta

III-81 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

permasalahan permukiman dan infrastruktur pendukungnya. Namun demikian, sebagai dasar awal untuk perumusan kriteria dan indikator digunakan acuan dari buku Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) terutama dalam penentuan karakteristik untuk perumusan kriteria dan indikator. Karakterisitik yang dijadikan dasar perumusan kriteria dan indikator kawasan prioritas adalah : 1. Urgensi penanganan; 2. Kontribusi dalam penanganan permasalahan kota; 3. Kontribusi dalam stimulasi pembangunan dan pengembangan kota; 4. Sesuai kebijakan pembangunan dan pengembangan kota; 5. Dominasi permasalahan terkait bidang pengembangan kota; dan 6. Dominasi penanganan melalui bidang keciptakaryaan. Selanjutnya dari karakteristik dasar ini dijabarkan dalam perumusan kriteria dan indikator serta perumusan penilaian kawasan prioritas pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan di Kota Depok seperti yang disajikan pada Tabel 3.15.

Tabel 3.15. Perumusan Kriteria, Indikator, dan Penilaian Kawasan Prioritas SPPIP Kota Depok

No Kriteria Indikator Nilai (n) Bobot (b) Skor (n x b)

Kumuh (bobot 18 %) Sangat tinggi ( > 500 jiwa/Ha) 5 a. Tingkat kepadatan penduduk Tinggi (300 - 500 jiwa/Ha) 3 (jiwa/Ha) (bobot 15 %) Sedang ( < 300 jiwa) 1 Sangat tinggi ( > 65 %) 5 b. Jumlah penduduk miskin Tinggi (65 - 50 %) 3 (bobot 10 %) Sedang ( < 50 %) 1 Sangat tinggi ( > 70 %) 5 c. Usaha ekonomi penduduk Tinggi (70 - 50 %) 3 sektor informal (bobot 10 %) Sedang ( < 50 %) 1 Sangat tinggi ( > 70 %) 5 1 d. Kepadatan rumah/bangunan Tinggi (70 - 50 %) 3 (bobot 20 %) Sedang ( < 50 %) 1 Sangat tinggi ( > 70 %) 5 e. Kondisi rumah tidak layak Tinggi (70 - 50 %) 3 huni (bobot 15 %) Sedang ( < 50 %) 1

f. Kondisi tata Sangat tinggi ( > 70 %) 5 letak/ketidakteraturan rumah/ Tinggi (70 - 50 %) 3 bangunan (bobot 15 %) Sedang ( < 50 %) 1 Sangat tinggi ( > 70 %) 5 g. Kerawanan kesehatan dan Tinggi (70 - 50 %) 3 lingkungan (bobot 8 %) Sedang ( < 50 %) 1

III-82 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

No Kriteria Indikator Nilai (n) Bobot (b) Skor (n x b) Sangat tinggi ( > 70 %) 5 h. Kerawanan sosial (bobot 7 %) Tinggi (70 - 50 %) 3 Sedang ( < 50 %) 1 Banjir/genangan > 2 jam 5 Rawan benacana 2 Banjir/genangan 1 - 2 jam 3 (banjir/genangan) (bobot 20 %) Banjir/genangan < 1 jam 1 Efektifitas penanganan rumah > 200 5 unit

Efektifitas penanganan rumah 50 - 3 Efektifitas manfaat (bobot 7 %) 3 200 unit

Efektifitas penanganan rumah < 50 1 unit Sesuai rencana peruntukan lahan 5 permukiman

Kurang sesuai rencana peruntukan 4 Kesesuaian RTRW (bobot 10 %) 3 lahan permukiman

Tidak sesuai rencana peruntukan 1 lahan permukiman Dampak terhadap penanganan 5 kawasan tinggi

Integrasi penanganan kawasan Dampak terhadap penanganan 5 3 (bobot 6 %) kawasan sedang

Dampak terhadap penanganan 1 kawasan rendah Ketersediaan infrastruktur

(bobot 19 %) Kondisi jalan buruk 5 a. Jalan (bobot 15 %) Kondisi jalan sedang 3

Kondisi jalan baik 1 Kondisi drainase buruk 5 b. Drainase (bobot 30 %) Kondisi drainase sedang 3 6 Kondisi drainase baik 1 Pelayanan air bersih < 50 % 5 c. Air bersih (bobot 25 %) Pelayanan air bersih 50 - 70 % 3

Pelayanan air bersih > 70 % 1 Kondisi sanitasi/air limbah buruk 5 d. Sanitasi/air limbah (bobot 10 Kondisi sanitasi/air limbah sedang 3 %) Kondisi sanitasi/air limbah baik 1

III-83 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

No Kriteria Indikator Nilai (n) Bobot (b) Skor (n x b) Sampah sudah dikelola 5 e. Sampah (bobot 20 %) Sampah belum dikelola 1 Kemungkinan implementasi

(bobot 8 %) a. Kesiapan masyarakat (bobot Siap menerima program 5 25 %) Belum siap menerima program 1 Dapat diimplementasikan dalam 5 waktu < 3 tahun

7 b. Waktunya manageable Dapat diimplementasikan dalam 3 - 3 (bobot 25 %) 5 tahun

Dapat diimplementasikan dalam > 5 1 tahun Tanah negara/badan usaha 5 c. Status pemilikan lahan (bobot Milik masyarakat (bukan penghuni) 3 50 %) Milik masyarakat (penghuni) 1 Keberlanjutan program (bobot 5 Pernah mendapat program 5 8 %) Belum pernah mendapat program 1 Lokasi strategis 5 Strategis dalam permukiman 9 Kurang strategis 3 struktur kota (bobot 7 %) Tidak strategis 1 JUMLAH SKOR Sumber : Hasil Rumusan dalam SPPIP Kota Depok, 2010

B. Identifikasi Kawasan Prioritas Berdasarkan dengan hasil pengamatan lapangan dengan Pokjanis serta studi kawasan kumuh di Kota Depok, maka ditetapkan indikasi kawasan yang akan menjadi kawasan prioritas. Indikasi kawasan prioritas ini telah memenuhi karakteristik kawasan yang akan dipilih, diantaranya adalah urgenitas kawasan yang perlu mendapat penanganan yang mendesak. Indikasi kawasan prioritas yang ditetapkan adalah : 1. Kawasan Kampung Lio Kelurahan Depok, Kecamatan Pancoran Mas 2. Kawasan Kampung Cipayung Kelurahan Abadijaya, Kecamatan Sukmajaya 3. Kawasan sekitar pasar Kemirimuka Kelurahan Kemirimuka, Kecamatan Beji 4. Kawasan sekitar pasar Cisalak Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis 5. Kawasan di Kelurahan Gandul, Kecamatan Cinere 6. Kawasan di Kelurahan Sukamajubaru Kecamatan Tapos

III-84 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

C. Kawasan Prioritas Terpilih Berdasarkan rumusan kriteria dan indikator serta penilaian kawasan prioritas yang telah diuraikan, terpilih kawasan prioritas seperti dijelaskan pada Tabel 3.16.

Tabel 3.16. Hasil Penilaian dan Rangking Kawasan Prioritas

No Kawasan Nilai Rangking Kawasan Kampung Cipayung Kel. Abadi 1 3,2812 1 Jaya 2 Kawasan Kampung Lio Kelurahan Depok 3,0772 2 3 Kawasan Kelurahan Sukamaju Baru 2,9322 3 4 Kawasan Kelurahan Gandul 2,8212 4 Kawasan sekitar pasar Kelurahan 5 2,5012 5 Kemirimuka Kawasan sekitar pasar Kelurahan Cisalak 6 2,2932 6 Pasar Sumber : Hasil Penilaian dalam SPPIP Kota Depok, 2010

Dari hasil penilaian dan rangking kawasan prioritas tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kawasan yang menjadi prioritas adalah : 1. Kawasan Kampung Cipayung Kelurahan Abadi Jaya Kecamatan Sukmajaya 2. Kawasan Kampung Lio Kelurahan Depok, Kecamatan Pancoran Mas 3. Kawasan Kelurahan Sukamaju Baru, Kecamatan Tapos

D. Profil Kawasan Prioritas Terpilih Kawasan prioritas dipilih menjadi 3 kawasan yaitu : 1. Kawasan Kampung Cipayung Kelurahan Abadi Jaya; 2. Kawasan Kampung Lio Kelurahan Depok; dan 3. Kawasan Kelurahan Sukamaju Baru. Dari ketiga kawasan prioritas di atas Kelurahan Sukamaju Baru yang memiliki jumlah penduduk terbanyak yaitu 13.950 jiwa sedangkan Kelurahan Depok yang memiliki jumlah penduduk terendah yaitu 5.100 jiwa. Kepadatan tertinggi terdapat di Kelurahan Abadi Jaya yaitu 150,65 jiwa/Ha dan terendah di Kelurahan Depok yaitu 132,06 jiwa/Ha. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.17 berikut ini.

Tabel 3.17. Jumlah dan Kepadatan Rumah serta Penduduk Kelurahan Abadijaya, Kelurahan Depok, dan Kelurahan Sukamaju Baru Kota Depok Tahun 2009 Jumlah Luas Kepadatan No. Kelurahan Rumah Penduduk Administrasi Rumah Penduduk (unit) (jiwa) (Ha) (unit/Ha) (jiwa/Ha) 1 Abadijaya 2.250 11.250 74,67 30,13 150,65 2 Depok 1.020 5.100 38,62 26,41 132,06 3 Sukamaju Baru 2.790 13.950 102,92 27,11 135,54 Sumber : SPPIP Kota Depok, 2010 Keterangan : Jumlah penduduk = Jumlah Rumah x 5 (lima orang per rumah)

III-85 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

1. Kawasan Kampung Cipayung Kelurahan Abadi Jaya Jumlah penduduk Kelurahan Abadi Jaya pada tahun 2009 sebanyak 11.250 jiwa dengan luas administrasi 74,67 Ha sehingga didapatkan tingkat kepadatan penduduk sebesar 150,65 jiwa/Ha. Untuk penggunaan lahan di Kelurahan Abadi Jaya dapat dilihat bahwa perumahan formal yang memiliki persentase terbanyak yaitu 40,48 % sedangkan empang/rawa merupakan penggunaan lahan terendah yaitu sekitar 0,62%. untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.18.

Tabel 3.18. Penggunaan Lahan/Landuse Kelurahan Abadi Jaya Tahun 2009 No Penggunaan Lahan/Landuse Luas (Ha) % 1 Empang/rawa 1,59 0,62 2 Fasilitas umum 4,56 1,79 3 Industri 3,81 1,49 4 Perdagangan dan jasa 7,32 2,87 5 Perumahan formal 103,28 40,48 6 Perumahan Swadaya 74,67 29,27 7 Tanah kosong 59,94 23,49 Luas Total 255,16 100,00 Sumber : Hasil Peta Citra Satelit Kota Depok, 2009 dalam SPPIP Kota Depok, 2010

2. Kawasan Kampung Lio Kelurahan Depok Kelurahan Depok memiliki luas lahan sebesar 38,62 Ha dimana jumlah rumah pada tahun 2009 sebanyak 1.020 unit sehingga didapatkan kepadatan rumah sebanyak 26,41 unit/Ha. Penggunaan lahan di Kelurahan Depok didominasi oleh tanah kosong sebesar 43,46 % (148,17 Ha), perumahan formal 24,99 % (85,19 Ha), kemudian perumahan swadaya 11,33 % (38,62 Ha). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.19 berikut ini.

Tabel 3.19. Penggunaan Lahan/Landuse Kelurahan Depok Tahun 2009 No Penggunaan Lahan/Landuse Luas (Ha) % 1 Fasilitas umum 10,59 3,11 2 Perdagangan dan jasa 12,17 3,57 Perkantoran dan jasa 3 33,54 9,84 pelayanan 4 Perumahan formal 85,19 24,99 5 Perumahan swadaya 38,62 11,33 6 Empang/setu 12,63 3,70 7 Tanah kosong 148,17 43,46 8 Terminal 0,00 0,00 Luas Total 340,91 100,00 Sumber : Hasil Peta Citra Satelit Kota Depok, 2009 dalam SPPIP Kota Depok, 2010

3. Kawasan Kelurahan Sukamaju Baru Kelurahan Sukamaju Baru memiliki luas lahan sebesar 102,92 Ha dimana jumlah rumah pada tahun 2009 sebanyak 2.790 unit sehingga didapatkan kepadatan rumah sebanyak 27,11 unit/Ha.

III-86 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

Penggunaan lahan di Kelurahan Sukamaju Baru didominasi oleh tanah kosong seluas 187,1 Ha (44,01%), perumahan swadaya 102,92 Ha (24,21 %), serta perumahan formal 86,41 Ha (20,33 %). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.20.

Tabel 3.20. Penggunaan Lahan/Landuse Kelurahan Sukamaju Baru Tahun 2009 No Penggunaan Lahan/Landuse Luas (Ha) % 1 Empang/rawa 1,83 0,43 2 Fasilitas umum 3,37 0,79 3 Industri 23,8 5,6 4 Lahan irigasi setelah teknis 1,26 0,3 5 Lahan irigasi teknis 12,15 2,86 6 Perdagangan dan jasa 6,3 1,48 7 Perumahan formal 86,41 20,33 8 Perumahan Swadaya 102,92 24,21 9 Tanah kosong 187,1 44,01 Luas Total 425,14 100,00 Sumber : Hasil Peta Citra Satelit Kota Depok, 2009 dalam SPPIP Kota Depok, 2010

3.2.2 Rencana Induk Penyediaan Air Minum (RISPAM) 3.2.2.1 Rencana Sistem Pelayanan A. Sistem Non Perpipaan Pengembangan daerah pelayanan sistem penyediaan air minum non perpipaan di Depok diarahkan ke wilayah-wilayah yang belum terjangkau layanan SPAM perpipaan, terutama bagi masyarakat miskin dan di wilayah yang rawan air / kondisi air tanah dangkalnya kurang baik. Sumber air yang digunakan akan dipilih yang paling efisien dan sesuai dengan topografi wilayah layanan. Sumber yang memungkinkan adalah air tanah dalam (deep weel), maupun mata air mengingkat banyaknya mata air yang dapat ditemui di Depok.

B. Sistem Perpipaan Dilihat dari kondisi permasalahan sistem pelayanan air minum saat ini pada Kota Depok, kekurangan yang ada adalah terbatasnya sistim produksi air minum akibat kurangnya sumber air baku dan masih terbatasnya jaringan pipa distribusi. Di samping itu permasalahan lain adalah masih belum optimalnya sistim pelayanan air minum saat ini. Kondisi tersebut dapat terlihat dari angka kebocoran yang masih tinggi, diperkirakan kondisi ini timbul akibat belum optimalnya sistim air baku, kondisi pipa transmisi dan distribusi, dan meter air yang kurang baik. Rekomendasi yang diusulkan untuk meningkatkan sistim pelayanan pada Kota Depok adalah dengan melakukan optimalisasi sistim, dari mulai sumber air baku sampai dengan sistim pelayanan, penambahan kapasitas sistim pelayanan air minum, yaitu dengan menambah kapasitas sistim air baku, menambah sistim produksi air, menambah jaringan pipa distribusi dan menambah jumlah Sambungan Rumah (SR)/ Hidran Umum (HU).

III-87 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

Untuk mencapai jumlah sambungan rumah yang ditargetkan, perlu dilakukan pendekatan ke pengembang-pengembang baik untuk perumahan lama maupun perumahan baru dan kerjasama dengan pola pembangunan jaringan distribusi oleh PDAM Kota Depok dan jaringan retikulasi oleh pihak pengembang. Rencana sistem pelayanan tidak terlepas dari analisis dan pengembangan tingkat pelayanan, dimana yang dimaksud dengan tingkat pelayanan adalah prosentase jumlah penduduk yang terlayani terhadap total jumlah penduduk pada daerah cakupan layanan. Besarnya tingkat pelayanan tersebut diambil berdasarkan jumlah data yang saat ini dikelola oleh UPT Air Bersih Kota Depok. Pada tahun 2012, jumlah total pelanggan air bersih adalah 2.282 untuk wilayah Sawangan dan 3.245 untuk wilayah Cimanggis. Tingkat pelayanan sistem penyediaan air minum kota Depok saat ini mencapai 13.26 % pada tahun 2012 terjadi penurunan dibanding pada tahun 2010 yaitu 17.14%, penurunan tingkat pelayanan ini terjadi dikarenakan tingkat kenaikan jumlah penduduk lebih cepat dibanding dengan tingkat kenaikan pelayanan penyediaan air minum. Bila diperhatikan berdasarkan jaringan yang terpasang di masing masing cabang pelayanan yang ada pada masing masing kecamatan di wilayah Depok, Kecamatan Sukmajaya mencapai tingkat pelayanan tertinggi diatas 60% dan mendapat layanan jaringan distribusi air minum, dan Kecamatan Sawangan mendapat tingkat pelayanan dibawah 8%. Rencana pengembangan tingkat pelayanan sistem penyediaan air minum di wilayah Depok akan dilaksanakan secara keseluruhan dengan memperhatikan keseimbangan peningkatan jumlah dan kepadatan penduduk di tiap wilayah kecamatan, rencana induk tata ruang Kota Depok, peningkatan pembangunan kawasan, potensi sumber air yang tersedia dan kondisi cakupan layanan jaringan distribusi air minum yang ada dengan memprioritaskan pada daerah-daerah yang belum terlayani. Untuk itu akan dilakukan pengoptimalan jaringan pipa distribusi air minum pada daerah-daerah yang telah mendapat pelayanan air minum diatas 60%. Perencanaan tingkat pelayanan akan dilakukan secara bertahap per 5 tahun hingga mencapai target di atas, dengan target per tahun terlihat pada Tabel 3.21.

Tabel 3.21. Rencana Tingkat Pelayanan PDAM Tirta Asasta Kota Depok Tahun Tingkat Pelayanan

2012 (eksiting) 13,26%

2016 17%

2021 20%

2026 23%

2031 26% Sumber : Business Plan PDAM, 2014

III-88 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

Rencana Pengembangan Pelayanan PDAM Tirta Asasta Kota Depok terlihat pada perbandingan Gambar 3.10, Gambar 3.11, dan Gambar 3.12.

Gambar 3. 10 Jaringan Perpipaan Air Bersih Eksisting (PDAM Kab. Bogor dan PDAM Depok) (Sumber : Business Plan PDAM, 2014)

III-89 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

Gambar 3. 11 Rencana Pelayanan Air Bersih Kota Depok Tahap I (Sumber : Business Plan PDAM, 2014)

III-90 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

Gambar 3. 12 Rencana Pelayanan Air Bersih Kota Depok Tahap II (Sumber : Business Plan PDAM, 2014)

3.2.2.2 Rencana Pengembangan SPAM Untuk Sistem Penyediaan Air Minum Perpipaan, skenario yang dijalankan untuk memenuhi kebutuhan layanan air minum adalah meningkatkan pemanfaatan kapasitas produksi tidak terpakai (idle capacity), meningkatkan kapasitas sistem pelayanan eksisting dan mengoptimalkan pemanfaatan jaringan perpipaan yang telah ada, dan membangun sistem pelayanan baru di wilayah yang belum terlayani. Sistem baru yang diusulkan adalah : 1. SPAM Sawangan dengan kapasitas 200 liter/detik. Air baku berasal dari Kali Angke yang memiliki debit 442 liter/detik. Untuk menjaga kontinuitas pasokan air di musim kemarau, akan dibangun waduk retensi (impounding reservoir) untuk menampung air baku. SPAM Sawangan direncanakan untuk melayani sebagian wilayah kecamatan Sawangan dan Bojongsari. 2. SPAM Cimanggis dengan kapasitas 200 liter/detik. Air baku berasal dari Sungai Ciliwung, SPAM Cimanggis direncanakan untuk melayani sebagian wilayah kecamatan Cimanggis dan kecamatan Beji. 3. SPAM Cinere dengan kapasitas 150 liter/detik. Air baku berasal dari sungai Pesanggrahan dengan debit 789 liter/detik. Mengingat debit andalan rerata sungai Pesanggrahan tidak dapat memenuhi

III-91 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

kebutuhan air di musim kemarau, maka akan dibangun waduk retensi. SPAM Cinere direncanakan untuk melayani kecamatan Cinere dan kecamatan Limo. Sistem yang akan ditingkatkan kapasitasnya adalah : 1. SPAM Legong, ditingkatkan kapasitasnya sebesar 200 liter/detik. Direncanakan untuk melayani wilayah kecamatan Sukmajaya dan kec. CIlodong. 2. SPAM Citayam, ditingkatkan kapasitasnya sebesar 250 liter/detik. Direncanakan untuk melayani wilayah kecamatan Pancoran Mas, Cipayung, dan sebagian kec. Beji. Mengoptimalkan jaringan perpipaan yang ada dengan meningkatkan tekanan air melalui pemasangan booster pump : 1. Di kec. Tapos, untuk meningkatkan tekanan air IPA Legong untuk melayani kec. Tapos. 2. Di kel. Rangkapan Jaya, untuk meningkatkan tekanan air IPA Citayam untuk melayani sebagian kec. Pancoran Mas. Memanfaatkan kapasitas produksi yang belum terpakai melalui perluasan jaringan distribusi, dan pemasangan sambungan rumah (SR) untuk melayani kec. Pancoran Mas, kec. Sukmajaya, dan kec. Beji. Program prioritas pengembangan 5 (lima) tahun ke depan adalah : 1. Optimalisasi jaringan distribusi yang ada dengan pemasangan booster pump 2. Pemanfaatan kapasitas produksi tidak terpakai, melalui perluasan jaringan distribusi dan pemasangan SR 3. Pengembangan SPAM di Ibukota Kecamatan melalui pembangunan bendung, pembangunan IPA dan jaringan distribusi baru 4. Peningkatan kapasitas IPA Kegiatan yang diusulkan berupa penyusunan studi kelayakan dan DED, pengadaan lahan, pembangunan bendung, pembangunan konstruksi bangunan produksi dan jaringan, serta sosialisasi dan operasional dan pemeliharaan, sedangkan untuk pengembangan layanan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Non Perpipaan (Bukan Jaringan Perpipaan, BJP). Skenario penurunan persentase penggunaan SPAM non perpipaan yang kualitasnya lebih rendah menjadi lebih baik kualitasnya adalah sebagai berikut :  Sistem non-perpipaan tidak terlindungi secara nasional adalah 45% pada tahun 2004 menurun menjadi menjadi 33% pada tahun 2009 dan 20% pada tahun 2015. Atau peningkatan cakupan sistem non perpipaan terlindungi sebesar 25% selama 11 tahun atau peningkatan 2,27% /per tahun.  Untuk Kota Depok sistem non perpipaan tak terlindungi dari data Susenas tahun 2008 adalah 1,44% yaitu dari sumur gali tak terlindungi. Dan untuk sumur gali terlindungi tercatat 1,87%.  Target utama adalah menurunkan sampai nol% pemakai sumur gali tak terlindungi menjadi terlindungi atau terlayani sistem SPAM BJP komunal terbatas pada tahun 2015. Kondisi di Depok sudah diatas target nasional sehingga target ini adalah untuk mempercepat penduduk memperoleh akses aman terhadap air minum. Target ini cukup menggambarkan perkiraan penduduk miskin yang tinggal di kawasan kumuh atau kantong kemiskinan lainnya.

III-92 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

 Sedangkan pemakai sumur gali terlindungi akan diprogramkan untuk menggunakan SPAM BJP komunal pada tahap ke dua tahun 2016-2020.

Berdasarkan pada akses air minum dari SUSENAS BPS tahun 2008 diperoleh gambaran akses air yang dimiliki penduduk terutama yang menggunakan pompa baik pompa tangan maupun pompa listrik. Target sesuai dengan kebijakan dan strategi nasional pengembangan SPAM agar pada tahun 2015 SPAM perpipaan perkotaan mencapai 49% penduduk sangat sulit diwujudkan di Kota Depok. Kondisi ini terjadi karena air tanah sangat mudah di dapat dan bila aturan pembatasan melalui PERDA Pengambilan Air Tanah tidak bisa secara bertahap diperketat agar penggunaan air tanah berkurang dan beralih menggunakan air permukaan. Ijin air tanah untuk air mineral yang terus marak perlu ditinjau ulang, segera dibatasi agar bencana akibat ketidak seimbangan pengisian dan pengambilan air tanah bisa dihindari. Skenario yang diperkirakan mampu dilaksanakan Kota Depok untuk peningkatan akses air minum aman diusulkan sebagai berikut : 1. Akses pengguna air sumur tak terlindungi yang 1,44% pada tahun 2015 sudah nol dan dimungkinkan berubah menjadi terakses air sumur terlindungi atau SPAM perpipaan komunal (SPAM BJP), sehingga pada tahun 2015 Kota Depok sudah terakses air minum aman (pemakai sumur tak terlindungi sudah tidak ada). 2. Untuk pengguna air sumur terlindungi yang 1,87% pada tahun 2015 ditargetkan memperoleh pelayanan air minum perpipaan. Ditambah dengan pengguna air sumur pompa (pompa tangan (SPT) maupun Listrik) sekitar 10% sehingga target SPAM perpipaan untuk tahun 2015 menjadi 22,69%. Diusulkan ada target pengguna sumur pompa tangan dan berpindah ke perpipaan (ledeng) sebesar 10% selama tiga tahun. 3. Target air minum dalam kemasan penggunaannya direm pada 20% penduduk saja. 4. Kemudian skenario untuk tahap berikutnya 2020 adalah air sumur tak terlindungi sudah nol dan beralih ke SPAM perpipaan (ledeng). Target peningkatan pemakai air ledeng meningkat 12,5% selama lima tahun dari pemakai sumur pompa dan air sumur terlindungi. 5. SPAM BJP yang diprogramkan adalah mengurangi pemakai sumur tak terlindungi menjadi nol pada tahun 2015. 6. Pemakai sumur terlindungi sudah tidak ada pada tahun 2020 beralih menjadi pemakai sumur pompa listrik yang telah ditambah filter untuk pengaman dari nitrat. Pemakai komunal minimal pengguna existing yaitu 1.190 KK dan yang diprogramkan sampai pada tahun 2015. 7. Target minimal untuk SPAM BJP sampai tahun 2015 adalah 1,44% penduduk atau 6.384 KK atau dilakukan dengan skenario pengembangan sebagai berikut : Untuk SPAM BJP individual ditargetkan 1.884 KK dapat dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan dengan perbaikan sarana Sanitasi (sumur pompa tangan/listrik ditambah dengan filter) : a) Untuk sistem BJP komunal (perpipaan terbatas) diperhitungkan sebagai berikut, bila 1 paket 150 KK maka ada 30 lokasi atau 4.500 KK yang bisa diprogramkan selama 3 tahun atau per tahun 10 lokasi. Jadi bila dengan existing maka sistem BJP Komunal nantinya mencapai 5.690 pada tahun 2015 dan ini berarti kontribusi Sistem A.T dengan Pompa tangan dan Listrik yang sehat sebesar

III-93 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

0,26% dari penduduk pada tahun 2015, pada tahun 2020 kontribusinya 0,2%, tahun 2025 0,16% dan pada tahun 2030 hanya 0,12%. b) Sistem BJP Komunal ini bisa juga berkontribusi menaikkan cakupan pelayanan sistem perpipaan bila nantinya pola perhitungan sistem perpipaan dan non perpipaan telah disempurnakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Biro Pusat Statistik c) Pembangunan sistem BJP komunal baik dengan SIPAS (sumber air permukaan termasuk mata air, setu dan sungai) maupun Sumur Bor Dalam Terbatas(pengambilan air tanah seimbang dengan recharge yang masuk (yang akan ditentukan dengan pumping test sumur produksi)) terus bisa dilaksanakan sebagai pelengkap PDAM dan UPT Air Bersih untuk wilayah yang sulit dijangkau sistem perpipaan yang ada. Dengan target ini pemakaian air tanah Kota Depok mencapai 1.886 L/detik pada tahun 2030 sehingga masih aman untuk kondisi air tanah Kota Depok. Target pemakaian air permukaan yang mencapai 6.000 L/detik masih memungkinkan dipasok dari sungai yang ada di Kota Depok.

3.2.2.3 Rencana Penurunan Kebocoran Air Minum Kebocoran atau kehilangan air didefinisikan sebagai air yang tidak memberikan pendapatan bagi PDAM. Besarannya dinyatakan dalam presentase antara air yang hilang dengan air yang didistribusikan, dihitung dengan formula sebagai berikut : KA = (Ad – At)/Ad

Keterangan : KA = Kehilangan Air Ad = Air Terdistribusi At = Air Terjual (memberikan revenue)

Sesuai dengan definisi bahwa kehilangan air adalah air yang tidak memberikan pendapatan bagi PDAM. Maka pada dasarnya terdapat kebocoran air yang sebenarnya tidak hilang secara fisik. Air tersebut tetap dimanfaatkan oleh masyarakat tetapi tidak memberikan pendapatan bagi PDAM. Oleh karena itu, sifat kehilangan air dalam suatu SPAM dapat dibedakan dalam dua kategori, yaitu kehilangan air secara fisik berupa air yang benar-benar hilang tidak termanfaatkan, serta kehilangan air secara non fisik berupa kehilangan pendapatan PDAM akibat adanya pemakaian air yang tidak tertagih. Kehilangan jenis kedua ini biasa juga disebut kehilangan air komersial. Ilustrasi kehilangan air dalam suatu SPAM disajikan pada Gambar 3.13.

III-94 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

Air Bersih yang diproduksi Kehilahan Air secara Air Bersih yang dikonsumsi Kehilahan Air secara Fisik Komersial

Air Bersih yg Melalui Meteran

Air Bersih yg tercatat dalam Meteran Sambungan Air Bersih Pendapatan dari air secara tidak sah / gelap Bersih Pemakaian Air Bersih oleh Publik yang tidak melalui meteran Pemakaian Air Bersih yang tidak tercatat dalam meteran Kebocoran Air Bersih yang tidak tertagih atau tidak terbayar

Tercatat dalam Meteran, Tertagih dan terbayar

Gambar 3. 13 Diagram Kehilangan Air dalam Sistem Penyediaan Air Minum (Sumber : Business Plan PDAM, 2014)

C. Penurunan Kebocoran Teknis Untuk dapat mengontrol dan melakukan tindakan untuk mengurangi kehilangan air secara fisik maka diperlukan hal-hal sebagai berikut :  Peta jaringan perpipaan yang secara akurat memuat informasi: letal, dimensi, jenis, tahun pemasangan, dan aksesoris yang terpasang;  Meteran induk dan meteran di zona distribusi yang berfungsi baik;  Pemilihan jenis material pipa yang cocok;  Sistem pengelolaan aset jaringan yang dilakukan dengan baik, meliputi pemasangan, pemeliharaan, memperbarui, dan penggantian (rehabilitasi);  Zona-zona distribusi/pelayanan air yang dilengkapi dengan aksesoris untuk melakukan kontrol kehilangan air serta pelaksanaan perbaikan;  Pengelolaan tekanan air dan pengendalian level tekanan air pada jaringan pipa;  SDM yang memiliki kemampuan berkaitan perbaikan dan pemasangan jaringan perpipaan;  Pendeteksian kebocoran air secara lebih efektif; dan  Meningkatkan kecepatan dalam merespon laporan untuk perbaikan kebocoran pipa.

D. Penurunan Kebocoran Non Teknis Dalam upaya mengurangi kehilangan air secara non fisik maka harus dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

III-95 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

 Inventarisasi pelanggan meliputi: lokasi, tipe/kelas, dimensi meteran dan pemakaian airnya;  Pembacaan meteran pelanggan secara cermat dan teratur;  Menurunkan kesalahan pada meteran air (meter error) dengan cara pengujian, perekatan yang baik, dan penggantiannya. Selain itu dilakukan juga pendataan data teknis meteran pelanggan: jenis/tipe, tahun pembuatan, tahun pemasangan, informasi perbaikan/kalibrasi yang pernah dilakukan;  Menurunkan kesalahan oleh manusia (human error) dengan cara pelatihan, standarisasi, pelaporan, dan auditing;  Menurunkan kesalahan oleh computer (computer error) dengan cara auditing, checking, analisa rutin, dan upgrade; dan  Menurunkan pencurian air dengan cara pendidikan, tindakan hukum, tindakan prabayar, pembatasan tekanan, dan pengendalian aliran.

3.2.3 Strategi Sanitasi Kota (SSK) 3.2.3.1 Kerangka Kerja Pembangunan Sanitasi Bagi sanitasi Kota, target besar yang harus dicapai di 2019 adalah target Universal Akses, yaitu 100% akses air minum dan Sanitasi. Target tersebut diupayakan untuk dicapai melalui percepatan pembangunan sanitasi sesuai dengan amanat RPJPN, RPJMN, dan NAWACITA. Dalam RPJPN tahun 2005-2025 disebutkan bahwa “Pembangunan dan penyediaan air minum dan sanitasi diarahkan untuk mewujudkan terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat”, sedangkan RPJMN 2015-2019 mengamanatkan pencapaian universal akses di tahun 2019, dan di dalam NAWACITA terdapat pada tujuan: Meningkatkan kualitas hidup manusiaIndonesia dan Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional. Universal Akses bagi sanitasi adalah cakupan akses 100% untuk air minum dan sanitasi dalam rangka pengamanan air minum, dan dijabarkan dalam Tabel 3.22.

Tabel 3.22. Universal Akses tahun 2019 Target Universal Access Air Minum Sanitasi  85 % on-site system Air limbah  15 % off-site system 60 liter/orang/hari (Permen  85 % SPM : Akses layak 20 % fasilitas reduksi PU No. 14/2010 sampah Persampahan perkotaan  80 % penanganan sampah PHBS dan layanan sanitasi dasar untuk kawasan dengan 15 % kebutuhan dasar : 15 liter/orang/hari tingkat kerawanan sanitasi rendah dan kawasan akses cukup berkepadatan rendah Sumber : Renstra DJCK, 2015

Target universal access tersebut didistribusikan ke provinsi dan kab/kota sesuai dengan potensi, kekuatan dan karakteristik daerah seperti kependudukan, keaktifan pokja, dan potensi fiscal yang tercantum pada Tabel 3.23.

III-96 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

Tabel 3.23. Target Universal Akses Provinsi/Kabupaten se-Indonesia Baseline 2014 (Proyeksi dari Tren Target 2019 (adjusted final) 2010-2013) Akses Tren Akses Berapa Tren Akses Business Layak Layak per kali Layak per No Provinsi Tidak as Usual per Akses Akses Tahun (%) Akses Akses tren Tahun (%) Ada 2019 TOTAL Tahun Layak Dasar 2010-2013 Layak Dasar BAU? 2010-2013 Akses (%) 2015- 2019 1 Aceh 56,2% 8,8% 35% 2,8% 70,1% 83% 17,0% 100,0% 1,9 2,77% 5,4% Sumatera 2 63,5% 13,0% 23,40% 1,6% 71,5% 81% 19,0% 100,0% 2,2 1,60% 3,5% Utara Sumatera 3 46,8% 2,5% 50,80% 0,6% 49,9% 57% 43,0% 100,0% 3,3 0,62% 2,0% Barat 4 66,5% 13,4% 20,10% 3,1% 81,8% 95% 5,0% 100,0% 1,9 3,06% 5,7% 5 Jambi 60,7% 7,6% 31,70% 2,2% 71,6% 84% 16,0% 100,0% 2,1 2,18% 4,7% Sumatera 6 54,1% 13,5% 32,40% 2,4% 66,2% 81% 19,0% 100,0% 2,2 2,43% 5,4% Selatan 7 Bengkulu 29,3% 7,8% 62,90% 0,8% 33,3% 39% 61,0% 100,0% 2,4 0,81% 1,9% 8 Lampung 46,5% 20,5% 32,90% 0,7% 49,9% 56% 44,0% 100,0% 2,8 0,67% 1,9% Kep. 9 Bangka 82,2% 1,0% 16,70% 4,3% 99,0% 93% 7,0% 100,0% 0,5 4,29% 2,2% Belitung 10 Kep. Riau 71,0% 4,7% 24,30% 0,6% 74,2% 81% 19,0% 100,0% 3,1 0,64% 2,0% 11 DKI Jakarta 87,2% 4,1% 8,70% 0,7% 90,6% 100% 0,0% 100,0% 3,8 0,67% 2,6% 12 Jawa Barat 61,7% 3,9% 34,40% 1,5% 69,4% 90% 10,0% 100,0% 3,7 1,54% 5,7% Jawa 13 65,1% 7,6% 27,20% 1,8% 74,3% 91% 9,0% 100,0% 2,8 1,84% 5,2% Tengah 14 DIY 85,0% 6,9% 8,10% 0,8% 88,9% 92% 8,0% 100,0% 1,8 0,78% 1,4% 15 Jawa Timur 62,9% 13,8% 23,40% 2,5% 75,2% 91% 9,0% 100,0% 2,3 2,47% 5,6% 16 Banten 68,4% 2,4% 29,20% 1,2% 74,3% 89% 11,0% 100,0% 3,5 1,16% 4,1% 17 Bali 85,1% 0,0% 14,90% 1,5% 92,6% 95% 5,0% 100,0% 1,3 1,50% 2,0% Nusa 18 Tenggara 54,7% 4,5% 40,80% 1,8% 63,8% 75% 25,0% 100,0% 2,2 1,82% 4,1% Barat Nusa 19 Tenggara 29,7% 33,0% 37,30% 0,9% 34,0% 40% 60,0% 100,0% 2,4 0,86% 2,1% Timur Kalimantan 20 54,4% 6,2% 39,50% 2,3% 65,6% 76% 24,0% 100,0% 1,9 2,26% 4,3% Barat Kalimantan 21 47,0% 5,5% 47,50% 3,0% 61,9% 76% 24,0% 100,0% 2 2,97% 5,8% Tengah Kalimantan 22 60,4% 3,0% 36,60% 2,9% 74,7% 87% 13,0% 100,0% 1,9 2,87% 5,3% Selatan Kalimantan 23 78,5% 6,0% 15,60% 2,5% 91,0% 93% 7,0% 100,0% 1,2 2,52% 2,9% Timur Sulawesi 24 74,7% 2,7% 22,50% 2,4% 86,9% 95% 5,0% 100,0% 1,7 2,43% 4,1% Utara Sulawesi 25 56,2% 4,2% 39,60% 2,0% 66,1% 77% 23,0% 100,0% 2,1 1,99% 4,2% Tengah Sulawesi 26 72,2% 7,4% 20,40% 2,7% 85,6% 93% 7,0% 100,0% 1,5 2,69% 4,2% Selatan Sulawesi 27 62,0% 9,6% 28,40% 2,8% 76,0% 86% 14,0% 100,0% 1,7 2,79% 4,8% Tenggara

III-97 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

Baseline 2014 (Proyeksi dari Tren Target 2019 (adjusted final) 2010-2013) Akses Tren Akses Berapa Tren Akses Business Layak Layak per kali Layak per No Provinsi Tidak as Usual per Akses Akses Tahun (%) Akses Akses tren Tahun (%) Ada 2019 TOTAL Tahun Layak Dasar 2010-2013 Layak Dasar BAU? 2010-2013 Akses (%) 2015- 2019 28 Gorontalo 55,0% 1,1% 43,80% 2,3% 66,8% 75% 25,0% 100,0% 1,7 2,34% 4,0% Sulawesi 29 48,1% 5,5% 46,40% 1,7% 56,7% 64% 36,0% 100,0% 1,9 1,71% 3,2% Barat 30 Maluku 67,1% 2,1% 30,80% 4,7% 90,6% 91% 9,0% 100,0% 1 4,70% 4,8% Maluku 31 59,2% 0,4% 40,40% 1,5% 66,7% 75% 25,0% 100,0% 2,1 1,49% 3,2% Utara Papua 32 49,4% 11,1% 39,50% 0,3% 51,1% 55% 45,0% 100,0% 3,3 0,34% 1,1% Barat 33 Papua 29,2% 25,1% 45,70% 1,3% 35,7% 43% 57,0% 100,0% 2,1 1,31% 2,8% Sumber : SSK Kota Depok, 2014

Berdasarkan tabel tersebut, Provinsi Jawa Barat memiliki target untuk akses layak 90% dan akses dasar 10%, yang berarti di sektor air minum, akses 60 liter/orang/hari terpenuhi bagi 90% penduduk, dan 15 liter/orang/hari mencapai 10% dari penduduk Jawabarat. Di sektor sanitasi, penanganan limbah domestik dengan sistem limbah terpusat (off-site) ditargetkan dapat dimanfaatkan oleh 90% penduduk sebagai pemenuhan akses layak, dan Penanganan sampah dengan pengangkutan dan fasilitas reduksi sampah mampu melayani 90% penduduk Jawa Barat. Masalah sanitasi di Kota Depok tergambar pada hasil olahan data-data primer, seperti hasil studi EHRA, yang kemudian diolah dalam instrument penentuan area resiko sanitasi yang kemudian menjadi titik acu penanganan masalah sanitasi di Kota Depok. Hasil studi EHRA dikombinasikan dengan data skunder dan persepsi SKPD secara keseluruhan menghasilkan area beresiko yang digunakan untuk menentukan SSK. Berikut disajikan peta dan tabel wilayah resiko menurut hasil pengolahan data pada Instrumen Profil Sanitasi. Area-area beresiko sanitasi Kota Depok dapat dilihat pada Tabel 3.24.

Tabel 3.24. Area Beresiko Sanitasi Skor Risiko Sanitasi No Kecamatan Kelurahan Air Limbah Persampahan Drainase Kelurahan Beji; 2,0 1,0 1,0 1 Kecamatan Beji Kelurahan Beji Timur; 1,0 1,0 1,0

Kelurahan Kemiri Muka; 2,0 1,0 1,0 Kelurahan Pondok Cina; 1,0 1,0 1,0

Kelurahan Kukusan; 1,0 1,0 1,0 Kelurahan Tanah Baru. 1,0 1,0 1,0 2 Kecamatan Pancoran Mas Kel. Pancoran Mas; 4,0 3,0 3,0 Kelurahan Depok; 3,0 3,0 2,0

Kel. Depok Jaya; 1,0 1,0 1,0 Kel. Rangkapan Jaya; 2,0 2,0 1,0

Kel. Rangkapan Jaya Baru 2,0 2,0 4,0

III-98 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

Skor Risiko Sanitasi No Kecamatan Kelurahan Air Limbah Persampahan Drainase Kelurahan Mampang 2,0 2,0 2,0 Kelurahan Cipayung; 2,0 2,0 1,0 3 Kecamatan Cipayung Kel. Cipayung Jaya; 2,0 2,0 2,0 Kelurahan Ratu Jaya; 2,0 2,0 1,0

Kel. Bojong Pdk Terong; 3,0 4,0 1,0 Kel. Pondok Jaya. 2,0 4,0 3,0 Kelurahan Sukmajaya; 2,0 2,0 3,0 4 Kecamatan Sukmajaya Kelurahan Mekarjaya; 2,0 1,0 4,0

Kelurahan Baktijaya; 1,0 1,0 4,0 Kelurahan Abadijaya; 1,0 2,0 4,0

Kelurahan Tirtajaya; 1,0 2,0 1,0 Kelurahan Cisalak. 1,0 1,0 1,0 Kelurahan Sukamaju; 1,0 4,0 3,0 5 Kecamatan Cilodong Kelurahan Cilodong; 1,0 1,0 1,0 Kelurahan Kalibaru; 1,0 3,0 2,0

Kelurahan Kalimulya; 1,0 1,0 1,0 Kelurahan Jatimulya; 1,0 1,0 1,0 Kelurahan Limo; 1,0 1,0 1,0 6 Kecamatan Limo Kelurahan Meruyung; 1,0 1,0 1,0

Kelurahan Grogol; 1,0 3,0 2,0

Kelurahan Krukut 1,0 1,0 1,0 Kelurahan Cinere; 1,0 3,0 2,0 7 Kecamatan Cinere Kelurahan Gandul; 1,0 1,0 1,0 Kelurahan Pangkalan Jati; 1,0 3,0 2,0

Kelurahan Pk. Jati Baru. 1,0 1,0 1,0 Kelurahan Cisalak Pasar; 1,0 1,0 1,0 8 Kecamatan Cimanggis Kelurahan Mekarsari; 1,0 1,0 1,0 Kelurahan Tugu; 2,0 4,0 1,0 Kel.Pasir Gunung Selatan 1,0 1,0 2,0

Kelurahan Harjamukti; 1,0 1,0 1,0 Kelurahan Curug. 1,0 1,0 1,0

9 Kecamatan Tapos Kelurahan Tapos; 1,0 2,0 1,0 Kel.Leuwinanggung; 1,0 2,0 1,0

Kelurahan Sukatani; 2,0 4,0 2,0

Kel. Sukamaju Baru; 1,0 3,0 2,0 Kelurahan Jatijajar; 1,0 2,0 1,0

Kelurahan Cilangkap; 1,0 4,0 1,0

III-99 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

Skor Risiko Sanitasi No Kecamatan Kelurahan Air Limbah Persampahan Drainase Kelurahan Cimpaeun. 3,0 4,0 1,0 Kelurahan Sawangan; 1,0 2,0 1,0 10 Kecamatan Sawangan Kelurahan Kedaung; 1,0 2,0 1,0

Kelurahan Cinangka; 2,0 3,0 1,0 Kel. Sawangan Baru; 2,0 3,0 1,0

Kelurahan Bedahan; 2,0 3,0 2,0 Kelurahan Pengasinan; 2,0 3,0 1,0 Kelurahan Pasir Putih. 2,0 3,0 1,0 Kelurahan Bojongsari; 2,0 2,0 1,0 11 Kecamatan Bojongsari Kel. Bojongsari Baru; 1,0 1,0 1,0

Kelurahan Serua; 1,0 1,0 1,0 Kelurahan Pondok Petir; 1,0 2,0 1,0

Kelurahan Curug; 1,0 2,0 2,0

Kelurahan Duren Mekar; 1,0 2,0 1,0 Kelurahan Duren Seribu. 1,0 2,0 1,0 Sumber : EHRA Kota Depok, 2014

Keterangan : 1.0 Area beresiko rendah 2.0 Area beresiko Sedang 3.0 Area beresiko tinggi 4.0 Area beresiko sangat tinggi

Berdasarkan Instrumen Profil Sanitasi yang tercantum pada Tabel 3.14, area beresiko air limbah domestik di Kota Depok terdiri dari 4 kategori yaitu : a. Area beresiko sangat tinggi sebanyak 1 (satu) kelurahan yaitu Pancoran Mas; b. Area beresiko Tinggi sebanyak 3 (tiga) kelurahan yaitu Kelurahan Depok, Kelurahan Bojong Pondok Terong, Kelurahan Cimpaeun c. Area beresiko sedang sebanyak 19 kelurahan d. Area beresiko rendah sebanyak 40 kelurahan. Penanganan limbah domestik di Kota Depok sejauh ini masih menggunakan sistem pengelolaan air limbah setempat (on-site). Di mana setiap rumah diarahkan untuk memiliki prasarana dasar air limbah sendiri yang terdiri dari jamban, tangki septik, dan resapan. Meskipun demikian, perilaku buang air besar di saluran/sungai/kolam masih ditemukan di sebagian wilayah kota, tidak hanya di daerah yang jauh dari pusat kota/di daerah perbatasan tapi bahkan di dekat pusat kota. Sistem on-site skala komunal yang dibangun berupa IPAL komunal baru mulai dilaksanakan pada tahun 2013 dari dana APBN (DAK

III-100 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

Sanitasi 2013), usaha ini untuk dapat menangani jumlah 11.700 KK dari total 281.241 KK yang belum memiliki tangki septik (data tahun 2013). Untuk sektor persampahan, area beresiko sangat tinggi terletak pada 7 (tujuh) kelurahan, yaitu Kelurahan Bojong pondok terong, Kelurahan Pondok Jaya, kelurahan Sukamaju, Kelurahan Tugu, kelurahan Sukatani, kelurahan Cilangkap, dan kelurahan Cimpaeun, sedangkan area beresiko tinggi terletak pada 12 (dua belas) kelurahan seperti dapat dilihat pada Gambar 3.14

Gambar 3. 14 Peta Area Beresiko dan Permasalahan Mendesak Persampahan (Sumber : SSK Kota Depok, 2014 )

Pengelolaan sampah Kota Depok dilaksanakan melalui 2 (dua) kegiatan, yaitu pengurangan sampah dan penanganan sampah. Kegiatan penanganan sampah dilakukan dengan metode pilah, kumpul, angkut, olah dan pemrosesan akhir di TPA. Penanganan sampah mutlak dilakukan dengan ramah lingkungan sejak diundangkannya Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 ini, dengan tahapan, sebagai berikut : Langkah pertama yang dilakukan dalam penanganan sampah adalah pemilahan sampah sesuai dengan kategorinya. Hal ini diupayakan melalui penempatan bak sampah terpilah yaitu organik, anorganik dan B-3 rumah tangga, Langkah kedua adalah pengumpulan sampah dari setiap rumah tangga yang sudah terpilah-pilah tersebut untuk selanjutnya diangkut, Langkah ketiga adalah pengangkutan secara terpilah pun mutlak diperlukan berdasarkan undang-undang ini, Langkah keempat adalah pengolahan sampah baik pada sumber maupun di TPA. Pengolahan secara sederhana dapat dilakukan dengan pengkomposan sampah organik sejak dari sumber/rumah tangga. Pengkomposan secara besar di Kota Depok dilakukan di unit-unit pengolah sampah (UPS) skala kawasan yang tersebar di 32 lokasi dan 2 unit yang ada di TPA dengan penyediaan mesin-mesin pengolah yang memadai. Pengolahan sampah anorganik sampai saat ini masih dilakukan secara mandiri oleh masyarakat melalui bank-bank sampah, pemulung dan pelapak, dan Langkah terakhir adalah pemrosesan akhir sampah di

III-101 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

TPA. Meskipun pemrosesan di TPA harus dilakukan secara ramah lingkungan, hal ini sulit dilaksanakan di TPA Cipayung Depok karena kondisinya yang sudah overload. Untuk sektor drainase lingkungan, permasalahan dipetakan dari data titik banjir hasil kajian BMSDA pada tahun 2012, yaitu terdiri dari 54 (lima puluh empat) titik genangan yang sebarannya di seluruh Kota Depok sebagai berikut: 3 (tiga) lokasi di Kecamatan Limo, 5 (lima) lokasi di Kecamatan Cinere, 1 (satu) lokasi di Kecamatan Cilodong, 1 (satu) lokasi di kecamatan Sawangan, 1 (satu) lokasi di Kecamatan Cipayung, 10 (sepuluh) lokasi di Kecamatan Pancoran Mas, 1 (satu) lokasi di kecamatan Beji, 13 (tiga belas) lokasi di Kecamatan Sukmajaya, 8 (delapan) lokasi di Kecamatan Cimanggis, dan 4 (empat) lokasi di Kecamatan Tapos. Penanganan masing-masing lokasi genangan disesuaikan dengan penyebab genangan, umumnya ditangani dengan pembangunan drainase, turap drainase, biopori, dan penataan sempadan kali yang diharapkan mampu mengurangi dan atau menghilangkan genangan. Sebaran lokasi genangan di Kota Depok berdasarkan data kajian titik banjir tahun 2012 disajikan pada Gambar 3.15 berikut ini.

4 4 4 4 9 5 1 3 4 0 0 4 6 2 2 5 4 3 8 3 7 7

2 5 2 1 0 3 1 2 8 2 2 3 5 6 27 1 0 3 4 1 5 1 2 9 1 8 1 4 4 9 2 6 3 3 2 0 5 1 6 5 1 4 2 5 2

1 7

Gambar 3. 15 Lokasi Genangan Kota Depok (data tahun 2012) (Sumber : SSK Kota Depok, 2014)

Dari permasalahan-permasalahan di ketiga sektor sanitasi tersebut, sejauh ini Kota Depok telah melaksanakan berbagai program dan kegiatan untuk menanganinya yang terlihat pada Kinerja pembangunan sanitasi di Kota Depok untuk periode 2010-2014, sehingga diharapkan dapat menjadi

III-102 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

bahan evaluasi sebagai dasar pelaksanaan rencana pembangunan sanitasi di 5 (lima) tahun ke depan, seperti yang direkap dan disajikan pada Tabel 3.25.

Tabel 3.25. Kinerja Sanitasi Berdasarkan RPJMD Sampai dengan Tahun 2014

Kondisi Realisasi Rekap Indikator Target Program awal Realisasi s/d Program RPJMD (2010) 2011 2012 2013 2014 2014

1 2 3 4 5 6 7 9 10 DRAINASE

Program : Panjang 86.6 18.76 16.78 29.3 40.04 191.48 191.5 Pembangunan, drainse/irigasi peningkatan, terbangun (Km) rehabilitasi dan pemeliharaan Titik/lokasi 3 3 2 2 2 2 2 drainase dan banjir yang irigasi ditangani (buah/tahun) PERSAMPAHAN

Program : IKM 73.25 73.86 75.22 74.81 80.5 80.5 73.86 Peningkatan persampahan Pengelolaan Persampahan Jumlah UPS 20 19 21 23 27 27 60 efektif (unit) Partisipasi 220 330 550 2440 850 4170 1890 masyarakat dlm Pemilahan Persampahan (RT) Cakupan 38% 38% 45% 48% 49,05% 49,05% 71% layanan persampahan (%) Persentase 38% 38% 45% 48% 49,05% 49,05% 71% penanganan sampah (%) Program : Terwujudnya 25% 26.67% 27.80% 30.40% 40.58% 40.58% 50% Peningkatan TPA sbg TPST Pengelolaan TPA (%) AIR LIMBAH Program 1 : Rumahtangga 89.55% 97.79% 87.81% 89% 94.05% 94.05% 97% Peningkatan yg memiliki Kesehatan jamban sehat Lingkungan (%) Persentase 89.00% 86,74% 88,89% 88.00% 88.00% 95% rumah tangga bersanitasi (%) Program 3 : Cakupan 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% Peningkatan layanan air Pengelolaan Air limbah (%) Limbah Sumber : RPJMD Kota Depok, 2016-2021

III-103 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

3.2.3.2 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Sanitasi Kota Depok Untuk mencapai 100% akses sanitasi, dibutuhkan sinergi yang kuat antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah, dimana untuk mewujudkannya, Pemerintah Pusat melalui Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat merumuskan kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi sebagai berikut : 1. Peningkatan akses sanitasi layak, melalui : • Pengembangan sistem air limbah sistem terpusat (off-site) dan setempat (on-site); • Pengembangan sistem pengelolaan persampahan; dan • Pengembangan sistem drainase lingkungan. 2. Peningkatan kesadaran Pemerintah daerah akan pemenuhan kebutuhan sanitasi masyarakat, dengan strategi : • Advokasi, kampanye, dan edukasi pembangunan sanitasu ke seluruh level pemerintahan; dan • Sosialisasi pembangunan sanitasi ke SKPD teknis terkait sanitasi. 3. Pengembangan dan penerapan peraturan perundang-undangan, melalui strategi : • Penyusunan perundang-undangan bidang sanitasi; • Penyebarluasan/sosialisasi peraturan perundang-undangan; dan • Fasilitasi penyusunan peraturan perundang-undangan kepada Pemerintah daerah. 4. Peningkatan kemampuan pendanaan pembangunan dengan menggunakan strategi: • Pengembangan alternative pembiaayaan di luar APBN (CSR, Kemitraan, dan masyarakat); dan • Mendorong terlaksananya komitmen Pemerintah Daerah dalam pembangunan sanitasi (lokakarya MPS). 5. Peningkatan kapasitas kelembagaan dan SDM, melalui : • Pelaksanaan bantek kelembagaan; • Pelaksanaan bantek penyusunan MP dan DED; • Diseminasi teknis bidang sanitasi kepada Pemerintah Daerah; • Penguatan kapasitas Satuan kerja (satker); dan  Peningkatan kapasitas penyedia barang dan jasa.

Kota Depok memiliki tujuan dan sasaran pembangunan sanitasi sebagaimana tabel 3.26 di bawah ini.

Tabel 3.26. Tujuan Umum dan Sasaran Pembangunan Sanitasi di Kota Depok Pengelolaan Air Limbah Tujuan : Meningkatkan kapasitas dan kualitas infrastruktur penanganan air limbah Sasaran : 1. Tercapainya bebas buang air besar sembarangan secara terbuka 2. Meningkatnya rumah tangga yang memanfaatkan IPLT 3. Penggunaan septic tank yang layak dan memenuhi standar teknis oleh seluruh rumah tangga 4. Adanya pengelolaan grey water pada perumahan baru dan pusat

III-104 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

perdagangan/jasa sebagai bagian dari upaya konservasi air dan pengurangan pencemaran badan air 5. Tersedianya pengolahan limbah medis cair yang terpisah 6. Adanya pengolahan limbah cair industry sebelum dibuang ke badan air 7. Meningkatnya jumlah instalasi pengolah air limbah komunal/terpusat Pengelolaan Persampahan Tujuan : Meningkatkan Kapasitas dan kualitas infrastruktur penanganan sampah Sasaran : 1. Berjalannya pemilahan, pengurangan dan pemanfaatan sampah di tingkat rumah tangga dan komunitas 2. Beroperasinya UPS secara mandiri oleh masyarakat 3. Diterapkannya teknologi pengolahan sampah di TPA untuk memperpanjang umur TPA 4. Meningkatnya volume dan cakupan wilayah yang dilayani pengangkutan sampah 5. Terpisahnya pengelolaan limbah B3 rumah tangga dan industri serta limbah medis padat dari sampah domestik Pengelolaan Drainase Tujuan : Meningkatkan kualitas infrastruktur drainase

Sasaran : 1. Berkurangnya lokasi genangan di permukiman dan kawasan prioritas 2. Tertata dan terintegrasinya drainase permukiman dengan drainase kota dan jaringan pengendali banjir 3. Diterapkannya konsep green water untuk mengurangi limpasan air hujan Sumber : SSK Kota Depok, 2011

Kebijakan pembangunan sanitasi Kota Depok mencakup upaya peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana, peningkatan peran serta masyarakat dan swasta, perbaikan tata kelola dan pembiayaan. Kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi Kota Depok selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.27. Kebijakan dan Strategi Sanitasi Kota Depok Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Air Limbah Kebijakan Strategi 1. Peningkatan akses terhadap sarana 1. Meningkatkan pelayanan sistem on-site dengan dan prasarana air limbah permukiman mengoptimalkan dan mengembangkan kinerja IPLT 2. Secara bertahap meningkatkan sistem on-site menjadi sistem off-site skala komunal/ kluster 3. Mendorong upaya pengelolaan grey water yang terpisah dari saluran air hujan 2. Peningkatan peran serta masyarakat 1. Meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat dalam pengembangan sarpras dan melalui metode pemicuan pengelolaan air limbah permukiman 2. Menyebarluaskan informasi melalui pemanfaatan berbagai alternatif media komunikasi 3. Peningkatan sinergitas dan 1. Memperbaiki, memperkuat, dan mengembangkan profesionalitas manajemen kelembagaan pengelola sanitasi pengelolaan air limbah permukiman 2. Mendorong peran serta swasta dan masyarakat dalam pengelolaan air limbah

III-105 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

3. Meningkatkan kerjasama dengan pemerintah pusat, provinsi, dan antar daerah dalam pembiayaan dan pengelolaan 4. Mengembangkan peraturan dan memperkuat penegakan hukum atas peraturan yang mendukung penyelenggaraan pengelolaan air limbah Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Sampah Kebijakan Strategi 1. Pengurangan volume sampah yang 1. Mengurangi volume timbulan sampah semaksimal mungkin harus dibuang di TPA dari sumbernya 2. Mengoptimalkan dan meningkatkan pengolahan sampah pada skala kawasan 3. Mengembangkan pengolahan sampah skala kota di TPA 2. Peningkatan peran serta masyarakat 1. Mendorong pengelolaan sampah di tingkat rumah tangga dalam pengelolaan sampah dan komunitas 2. Mendorong terjalinnya kerjasama masyarakat dengan dunia usaha 3. Meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang pengelolaan sampah melalui berbagai alternatif media komunikasi 3. Peningkatan cakupan pelayanan 1. Mengoptimalkan pengelolaan TPA persampahan 2. Meningkatkan kapasitas dan mengoptimalkan pemanfaatan sarana pengangkutan sampah 3. Meningkatkan cakupan wilayah pelayanan secara terencana 4. Mempersiapkan opsi pemanfaatan TPA regional Peningkatan tata kelola persampahan 1. Memperkuat kelembagaan dan kapasitas institusi pengelola dan kapasitas pembiayaan persampahan 2. Mendorong dibentuknya lembaga pengelola persampahan di tingkat komunitas 3. Meningkatkan kinerja pengelola persampahan tingkat kota dan tingkat komunitas 4. Mendorong pemisahan fungsi operator dan regulator 5. Meningkatkan kerjasama dengan pemerintah pusat, provinsi, daerah lain, dan swasta dalam pembiayaan dan pengelolaan sampah 6. Mengembangkan peraturan dan memperkuat penegakan hukum peraturan pengelolaan persampahan Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Drainase Kebijakan Strategi 1. Peningkatan tata kelola drainase 1. Memperkuat kapasitas SDM dan kelembagaan institusi yang bersinergi pengelola drainase 2. Meningkatkan kinerja SDM dan institusi pengelola drainase 3. Meningkatkan koordinasi antar instansi dan para pemangku kepentingan 4. Mengembangkan produk hukum dan aturan serta memperkuat pengendalian 2. Peningkatan kinerja jaringan 1. Mengembangkan perencanaan dan membangun sistem drainase permukiman dan kota drainase makro dan mikro yang terpadu 2. Mengoptimalkan pemanfaatan jaringan pengendali banjir alami dan penerapan eco-drainase 3. Menangani banjir dan genangan melalui pendekatan keterpaduan lintas sektor 3. Peningkatan partisipasi masyarakat 1. Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pembangunan dalam pengelolaan drainase dan pemeliharaan drainase 2. Mendorong diterapkannya sistem drainase permukiman

III-106 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

yang terintegrasi dan berwawasan lingkungan 3. Menyepakati pembagian kewenangan dan tanggung jawab pemerintah dan masyarakat Sumber : SSK Kota Depok, 2011

3.2.4 Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Pembangunan daerah yang dilaksanakan pada saat ini maupun masa yang akan datang merupakan kesinambungan dari rangkaian pelaksanaan pembangunan yang telah dilaksanakan sebelumnya. Perkembangan sektor-sektor pembangunan yang telah dilaksanakan tersebut membawa dampak berupa terjadinya perubahan bentuk pemanfaatan ruang wilayah, baik yang direncanakan maupun yang belum direncanakan sebelumnya. Pemanfaatan ruang yang telah terbentuk di satu pihak akan mempengaruhi bentang fisi k dan kondisi ekologis wilayah dan di lain pihak akan menjadi landasan bagi upaya pembangunan daerah selanjutnya. Pembangunan yang tidak terkendali tanpa mengindahkan perencanaan tata ruang akan mengakibatkan permasalahan komplek pada masa yang akan datang. Pengendalian ruang sesuai Peraturan Daerah Kota Depok No. 12 tahun 2001 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok tahun 2001-2010 perlu adanya pemanfaatan ruang dan pengendalian ruang dengan memberikan arahan secara lebih khusus dan spesifik agar kondisi ketidakteraturan menjadi tertib dan produktif. Oleh sebab itu, untuk menanggulangi dan mengantisipasi pesatnya laju perkembangan pembangunan pada kawasan tersebut diperlukan adanya suatu pedoman perencanaan penataan bangunan dan lingkungan yang lebih operasional berupa Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL). Adapun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) yang sudah ada Peraturan Walikota yaitu :  Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Jl. Ir. H. Juanda kawasan koridor Jalan Ir. H. Djuanda diusulkan sebagai kawasan pengembangan perdagangan, jasa, dan perumahan. Untuk penataannya, ada 4 (empat) konsep yang diusulkan, yaitu : Konsep Penataan 1. Gentrifikasi, yaitu upaya peningkatan vitalitas suatu kawasan kota melalui upaya peningkatan kualitas lingkungannya, namun tanpa menimbulkan perubahan yang berarti dari struktur fisik kawasan tersebut. Gentrifikasi ini dilakukan pada kawasan eksisting yang sudah te rbangun, misalnya pada kampung - kampung kota dengan ruko-ruko yang tidak tertata, yang terletak sekitar simpang Jalan Margonda Raya dengan Jalan Ir. H. Djuanda. 2. Konservasi, yaitu upaya untuk memelihara suatu tempat sedemikian rupa sehingga makna dapat dipertahankan. Makna ini berarti fungsi, estetika, nilai kesejarahan, dll. Dalam hal ini kawasan yang perlu dikonservasi adalah kawasan sempadan Sungai Ciliwung dan Situ Pangarengan. Selain melestarikan lingkungan sebagai sempadan, juga dapat berfungsi sebagai keindahan dan paru- paru kota. 3. Adaptive Re-Use, yaitu upaya untuk menambah atau mengubah suatu fungsi kawasan atau bangunan, tanpa mengubah fungsi yang ada sebelumnya. Fungsi baru mungkin akan menjadi dominan, tetapi fungsi lama tetap akan ada dan fungsi baru akan mengadap-tasi fungsi

III-107 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

sebelumnya. Penataan jenis ini dilakukan pada kawasan eksisting yang saat ini menjadi perumahan disekitar jalan Ir. H. Djuanda, yang akan berubah fungsi menjadi koridor komersial perdagang-an dan jasa seperti misalnya ruko, rukan (rumah kantor), dsb. 4. Development, atau pembangunan baru, dilaksanakan pada kawasan eksisting yang masih merupakan lahan kosong. Fungsi yang baru tentunya harus mengacu kepada konsep utama RTBL dengan mempertimbang-kan panduan yang ada didalamnya.

Penataan Kawasan Secara umum penataan kawasan terdiri dari tata guna lahan, intensitas pemanfaatan ruang, sistem sirkulasi dan penghubung, ruang terbuka dan tata hijau, serta sistem utilitas (jaringan prasarana dasar lingkungan). 1. Tata Guna Lahan Peruntukan lahan pada kawasan rencana diarahkan untuk kegiatan perdagangan dan jasa serta permukiman yang meliputi : . Pusat perdagangan dan komersial, serta fasilitas pendukungnya pada bagian barat kawasan sekitar simpang Margonda, sebagai blok yang memberikan akomodasi bagi pengunjung dari arah barat. Pada area–area tertentu dalam kawasan ada yang sudah merupakan kawasan campuran komersial dengan hunian. . Pusat perdagangan dan jasa, retail, permukiman beserta fasilitas pendukungnya diarahkan pada bagian timur sekitar simpang Cisalak. . Pusat campuran perdagangan seperti kafe, restauran, hotel dsb. Pada tengah kawasan yang merupakan lahan kosong dengan potensi sebagai superblok. Arahan peruntukan lahan tersebut diatur dengan pendekatan yang menyeluruh terhadap seluruh blok sehingga sebagian fungsi pada blok kawasan merupakan peruntukan terpadu dan campuran dengan tetap memperhatikan kebutuhan dan intensitas lahan.

2. Intensitas Pemanfaatan Ruang Berdasarkan kajian dan pertimbangan-pertimbangan, maka arahan besaran-besaran rencanna pemanfaatan ruang di kawasan ini adalah sebagai berikut : . KDB = (45 – 60)% dan KLB = 1,6 – 2,4 . Tinggi bangunan = 1-5 lt., superblok = 1-10 lt. . GSB (garis sempadan bangunan) = 6 – 30 m . GSS (garis sempadan sungai) = ≥ 15 m . GSSt (garis sempadan situ) = 50-100m . GSP (garis sempadan pipa gas)= ≥ 10 m

3. Sistem Sirkulasi dan Parkir . Pergerakan Kendaraan Jalan Ir. H. Djuanda merupakan jalan kolektor primer, artinya secara fungsi adalah pergerakan jarak jauh dan cepat. Akan tetapi karena berada di kawasan pusat kota dan pemanfaatan lahan di sekitarnya diarahkan untuk kegiatan komersial, artinya ada juga sirkulasi kendaraan jarak

III-108 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

pendek dan lambat. Oleh karena itu diusulkan adanya jalan jalur lambat, khususnya pada segmen-segmen komersial. Konsekuensinya GSB pada segmen ini harus besar, + 30 m. . Sistem Parkir Tidak diperkenankan parkir di sepanjang Jalan Ir. Djuanda (offroad parking system). Tempat parkir bisa berwujud tempat parkir pada halaman, parkir yang menyatu pada bangunan di sekitar pusat perbelanjaan atau pada bangunan publik lainnya, serta bangunan parkir yang berdiri sendiri.

3.2.5 Matriks Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Kota Depok Matriks rencana strategis infratruktur bidang Cipta Karya Kota Depok dapat dilihat pada Tabel 3.23.

Tabel 3.28. Matriks Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Kota Depok Produk Status No Arahan Pembangunan Indikasi Program/ Kegiatan Lokasi Rencana (Ada/Tdk)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Pengelolaan lingkungan a. Kawasan Kampung perumahan yang bersih dan sehat Cipayung Kelurahan serta bebas dari pencemaran Abadi Jaya Kecamatan Pengaturan dan pembinaan Sukmajaya Menyiapkan lingkungan perumahan dan permukiman yang b. Kawasan Kampung Lio perumahan yang bersih, handal selaras dan serasi dengan Kelurahan Depok, sehat, aman dan nyaman lingkungan Kecamatan Pancoran Mas c. Kawasan Kelurahan Sukamaju Baru, Kecamatan Tapos Melakukan penanganan Renovasi/pemugaran rumah yang Tersebar di 63 kelurahan terhadap permukiman yang tidak layak huni di Kota Depok padat maupun kumuh dengan memperhatikan kenyamanan dan  1. SPPIP keamanan Melakukan penanganan Pembangunan / Peningkatan Jalan a. Kawasan Kampung jalan lingkungan yang rusak Lingkungan yang Rusak Cipayung Kelurahan Melakukan penanganan Pemeliharaan Jalan Lingkungan Abadi Jaya Kecamatan pemeliharaan jalan Sukmajaya lingkungan b. Kawasan Kampung Lio Menata kembali integrasi sistem Kelurahan Depok, drainase kota, kawasan dan irigasi Kecamatan Pancoran Mengendalian banjir / genangan di Mas Mengurangi kawasan permukiman c. Kawasan Kelurahan bajiir/genangan di kawasan Menghentikan perijinan kawasan Sukamaju Baru, permukiman resapan air Kecamatan Tapos Meningkatan pemeliharaan saluran drainase sistem kota dan kawasan Menyiapkan waduk dan Mengalokasikan ruang (sepadan Mengaktifkan Setu-Setu saluran) dan mencadangkan

III-109 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

Produk Status No Arahan Pembangunan Indikasi Program/ Kegiatan Lokasi Rencana (Ada/Tdk)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

sejumlah ruangan untuk penghijauan kota disisi Sepadan Saluran Meningkatkan cakupan Menyediakan Air Minum sesuai pelayanan air standar kesehatan bersih/minum Meningkatkan penyuluhan Menyelenggarakan penyuluhan air penggunaan air yang sesuai minum sesuai standard kesehatan standar kesehatan kepada yang lebih intensif masyarakat Mengembangkan Sanitasi Peningkatan penggunaan tangki berbasis masyarakat Septick Tank komunal untuk pemukiman Penerapan teknologi tepat guna Meningkatkan pengelolaan dalam pengelolaan sampah melalui persampahan melalui program 3R program 3R Penyediaan informasi pengelolaan sampah 3R Meningkatkan peran Peningkatan peran aktif swasta swasta dalam pengelolaan dalam pengelolaan sampah persampahan Sistem non perpipaan : Sistem non perpipaan: akan menggunakan sumber a) Pembangunan prasarana air diarahkan ke wilayah- air yang paling efisien dan minum komunal (deep well) wilayah yang belum sesuai dengan topografi terjangkau layanan SPAM

wilayah layanan, yaitu air perpipaan, terutama bagi tanah dalam (deep well) masyarakat miskin dan di maupun mata air yang wilayah yang rawan dapat ditemui di Kota air/kondisi air tanah Depok. dangkalnya kurang baik.

Sistem perpipaan : Sistem perpipaan : a) melakukan optimalisasi b) Pembangunan IPA Cinere Pembangunan IPA dan sistem, dari mulai c) Peningkatan Kapasitas IPA pembangunan jaringan sumber air baku sampai Citayam d) Peningkatan Kapasitas IPA memprioritaskan pada  dengan sistem 2. RISPAM Legong daerah-daerah yang pelayanan, belum terlayani. penambahan kapasitas e) Peningkatan Kapasitas IPA sistem pelayanan air Sawangan Peningkatan kapasitas IPA

minum dengan f) Pembangunan jaringan eksisting yang ada di Kec. menambah kapasitas transmisi dan distribusi utama Pancoran Mas dan Kec. sistem air baku, g) Pembangunan jaringan Bojongsari menambah sistim retikulasi produksi air, menambah jaringan pipa distribusi dan menambah jumlah Sambungan Rumah (SR)/ Hidran Umum. b) melakukan pendekatan ke pengembang-

III-110 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

Produk Status No Arahan Pembangunan Indikasi Program/ Kegiatan Lokasi Rencana (Ada/Tdk)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

pengembang baik untuk perumahan lama maupun perumahan baru dan kerjasama dengan pola pembangunan jaringan distribusi oleh PDAM Kota Depok dan jaringan retikulasi oleh pihak pengembang. c) meningkatkan pemanfaatan kapasitas produksi tidak terpakai (idle capacity), meningkatkan kapasitas sistem pelayanan eksisting dan mengoptimalkan pemanfaatan jaringan perpipaan yang telah ada, dan membangun sistem pelayanan baru di wilayah yang belum terlayani. Limbah domestik a. Limbah domestik : 1. Limbah domestik : 1. Meningkatkan pelayanan 1. Pembangunan septiktank area beresiko sangat sistem on-site dengan individual / komunal tinggi terletak pada mengoptimalkan dan 2. Pembangunan IPAL komunal Kel. Pancoran Mas mengembangkan kinerja 3. Pembangunan / rehabilitasi sedangkan untuk area IPLT IPLT beresiko tinggi 2. Secara bertahap 4. Pembangunan IPAL kluster terletak pada Kel. meningkatkan sistem on- Depok, Kel. Bojong site menjadi sistem off- Pdk Terong, dan Kel. site skala komunal/ Cimpaeun. kluster 3. Mendorong upaya 3. SSK  pengelolaan grey water yang terpisah dari saluran air hujan

Persampahan : b. Persampahan : 2. Persampahan : 1. Mengurangi volume 1. Pembangunan unit pengolah area beresiko sangat timbulan sampah sampah (TPST 3R) tinggi terletak pada 7 semaksimal mungkin dari 2. Pembangunan SPA (tujuh) kelurahan, sumbernya 3. Pengembangan teknologi yaitu Kelurahan 2. Mengoptimalkan dan pengolahan/pemusnahan Bojong Pondok meningkatkan sampah di TPA Terong, Kelurahan pengolahan sampah 4. Penyediaan kendaraan angkut Pondok Jaya,

III-111 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

Produk Status No Arahan Pembangunan Indikasi Program/ Kegiatan Lokasi Rencana (Ada/Tdk)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

pada skala kawasan persampahan Kelurahan Sukamaju, 3. Mengembangkan 5. Penyediaan alat berat Kelurahan Tugu, pengolahan sampah Kelurahan Sukatani, skala kota di TPA Kelurahan Cilangkap, 5. Mengoptimalkan dan Kelurahan pengelolaan TPA Cimpaeun, sedangkan 6. Meningkatkan kapasitas area beresiko tinggi dan mengoptimalkan terletak pada 12 (dua pemanfaatan sarana belas) kelurahan pengangkutan sampah 7. Meningkatkan cakupan wilayah pelayanan secara terencana 4. Mempersiapkan opsi pemanfaatan TPA regional

Drainase : c. Drainase : 3. Drainase : 1. Mengembangkan 1. Penyusunan masterplan dan 54 (lima puluh empat) perencanaan dan dokumen perencanaan titik genangan yang membangun sistem 2. Pengembangan jaringan sebarannya di seluruh drainase makro dan drainase Kota Depok sebagai mikro yang terpadu 3. Pembangunan sumur resapan berikut : 3 (tiga) lokasi 2. Mengoptimalkan 4. Pembangunan sumur imbuhan di Kecamatan Limo, 5 pemanfaatan jaringan (lima) lokasi di pengendali banjir alami Kecamatan Cinere, 1 dan penerapan eco- (satu) lokasi di drainase Kecamatan Cilodong, 3. Menangani banjir dan 1 (satu) lokasi di genangan melalui kecamatan Sawangan, pendekatan 1 (satu) lokasi di keterpaduan lintas Kecamatan Cipayung, sektor 10 (sepuluh) lokasi di Kecamatan Pancoran Mas, 1 (satu) lokasi di kecamatan Beji, 13 (tiga belas) lokasi di Kecamatan Sukmajaya, 8 (delapan) lokasi di Kecamatan Cimanggis, dan 4 (empat) lokasi di Kecamatan Tapos.

Jl. Ir. H. Juanda yang 1. Perencanaan fasad bangunan kawasan koridor Jalan Ir. diusulkan sebagai kawasan 2. Pembangunan RTH H. Djuanda 4. RTBL  pengembangan perdagangan, jasa, dan perumahan

III-112 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

III-113 Bab III Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya