Pola Praktik Kehidupan Orang Asli Kukusan..... (Arie Januar) 171 POLA PRAKTIK KEHIDUPAN KOMUNITAS ORANG ASLI KUKUSAN DI DEPOK JAWA BARAT PATTERNS OF LIFE OF KUKUSAN COMMUNITIES IN DEPOK, WEST

Arie Januar BPNB – Papua Jl. Isele Waena Kampung, Waena-Jayapura e-mail: [email protected]

Naskah Diterima: 2 Maret 2016 Naskah Direvisi:4 April 2016 Naskah Disetujui:2 Mei 2016

Abstrak Tulisan ini mendiskusikan tentang pola ‘orang asli’ menghadapi transformasi sosial ekonomi. Transformasi yang terjadi begitu cepat mengakibatkan perubahan struktur pada komponen ‘orang asli’. Oleh karena itu, untuk mengurangi dampak dari kemajuan tersebut, mereka membentuk suatu organisasi sosial dalam komunitasnya, sebagai bentuk upaya mempertahankan diri. Organisasi sosial akar rumput yang terbentuk dalam sebuah ikatan kolektif, yakni kekerabatan, spasial, dan keagamaan, masing-masing melahirkan modal sosial dalam menghadapi pembangunan. Apabila ikatan sosial mereka kuat, ‘orang asli’ cenderung lebih mudah beradaptasi dengan dunia baru di lingkungannya, terutama dalam aspek sosial ekonomi, dan budaya. Tulisan ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan tujuan agar dapat menyelami lebih dalam pola adaptasi ‘orang asli’ di tengah transformasi sosial ekonomi. Pola pikir ini bertumpu pada ikatan kolektivitas mereka dalam organisasi sosial akar rumput, yang mana dengan kegiatan tersebut melahirkan peluang-peluang sosial ekonomi yang menjadi pijakan untuk melestarikan komunitas mereka di Kukusan Depok. Kata kunci: adaptasi, sosial, ekonomi,komunitas, kukusan. Abstract This paper discusses the pattern of 'indigenous people' facing socio-economic transformation. Transformation happens so quickly lead to structural changes in the components 'indigenous people'. So as to reduce the impact of such advances, they form a grass-roots organization in the community, as a form of self-defense. Grassroots organization formed in a collective bond, that kinship, spatial, and religious, each gave birth to social capital in the face of development. Where they are strong grassroots ties, 'indigenous people' tend to be more adaptable to the new world in their environment, especially in the socio-economic aspects, and culture. This paper uses a qualitative approach, with the aim to delve deeper into patterns of adaptation 'indigenous people' in the middle socio-economic transformation. This mindset is based on the bond of their collectivity in grassroots organizations, which will give rise to the activities of socio- economic opportunities, the basis for preserving their community in Kukusan Depok. Keywords: adaptation, social, economic, community, kukusan.

A. PENDAHULUAN yang hanya terkonsentrasi pada pusat kota Maraknya migrasi masyarakat desa menyebabkan permasalahan migrasi pen- ke kota bukan suatu fenomena sosial yang duduk ke kota menjadi persoalan yang baru di . Kondisi seperti ini krusial dan sulit untuk diselesaikan. DKI muncul, dilatarbelakangi oleh adanya merupakan salah satu kota yang kesenjangan yang terjadi antara pemba- menjadi tujuan migrasi. Fenomena ngunan di kota dan di desa. Pembangunan pertumbuhan kota ini, seolah-olah menjadi 172 Patanjala Vol. 8 No. 2 Juni 2016: 171 – 186 ladang mencari secercah rupiah bagi kaum dari Salemba dan Rawamangun ke Depok migran yang ingin bertarung di kota. telah membawa perubahan yang drastis Munculnya komunitas baru yang menetap pada struktur sosial dan ekonomi orang asli dan tinggal di kota menyebabkan ruang Kukusan. Datangnya komunitas kampus lingkup kota menjadi cenderung padat dan yang terdiri atas mahasiswa, dosen, dan tidak mampu lagi untuk menyediakan karyawan membawa perubahan yang tempat tinggal untuk bermukim. cukup drastis dalam lingkup sosial, Pembangunan Kota Depok yang ekonomi, maupun budaya masyarakat. semakin meningkat di tengah kehidupan Perpindahan Universitas Indonesia di masyarakat merupakan dampak langsung Depok telah membuka lahan baru bagi dari pembangunan Kota Jakarta. pemenuhan kebutuhan komunitas tersebut, Pembangunan ini berlangsung secara terus mulai dari tempat tinggal, hingga fasilitas- menerus, sehingga menyebabkan daerah fasilitas yang mendukung mereka, seperti suburban menjadi pemecah kebuntuan dari hiburan. Tata letaknya yang strategis dan permasalahan kehidupan kota. Tingkat berdekatan langsung di belakang kampus pertumbuhan dan perkembangan ekonomi menjadi pendorong minatnya pendatang yang berkembang begitu pesat di kota pun ingin bermukim atau hanya membeli tanah terasa hingga ke daerah pinggiran, dan di Kukusan. memacu pembangunan di wilayah tersebut. Peristiwa ekonomi yang terjaring Seperti wilayah Kukusan yang dahulu melalui kehadiran pemodal besar, dan masih tergolong sepi, kini beralih menjadi profesional melahirkan perubahan nilai pemukiman yang padat. Pergeseran ini dalam kehidupan orang asli, terutama terjadi karena tanah-tanah milik orang asli1 dalam perilaku sehari-hari. Dalam aspek berpindah ke tangan pendatang. Peralihan sosial pergeseran kehidupan orang asli tanah orang asli ini disebabkan oleh terletak pada kehidupan mereka yang berbagai hal, seperti: untuk menyeko- semakin beragam dengan komunitas lain. lahkan anak ke perguruan tinggi, pergi Memahami pola perubahan tersebut, haji, hingga untuk memenuhi kebutuhan kekuatan-kekuatan di kota dan daerah sehari-hari. Kondisi seperti ini tak penyangga yang mengelilinginya mengaki- terelakkan terjadi karena dampak dari batkan timbulnya transformasi sosial di pembangunan kota. Keterkaitan pertum- dalam suatu kampung (Jelinek, 1995: 1- buhan kota yang begitu cepat, berimplikasi 14). Hal ini disebabkan ketergantungan pada pergeseran tradisi di daerah-daerah kota terhadap daerah-daerah penyangga di pinggiran seperti Kukusan. sekelilingnya. Selain faktor di atas, transformasi Menurut studi Suryana (2003), sosial ekonomi di Kukusan terjadi karena proses urbanisasi pada wilayah penggiran adanya relokasi Universitas Indonesia pada kota terjadi karena mengalami perubahan pertengahan tahun 1980-an (Surya, 2007: fungsi penyangga terhadap kota utama, 1-4). Perpindahan Universitas Indonesia kondisi ini disebabkan resposisi kota utama dalam sistem pembagian kerja wilayah (region division of labour system) 1 Orang asli merupakan penduduk yang tinggal (Suryana, 2005: 61-78). Dalam secara turun temurun di Kukusan Depok. Tata merefleksikan sistem pembagian kerja letak wilayah yang berada dalam administrasi wilayah tersebut, Jakarta dijadikan sebagai kota Depok Jawa Barat dan berbatasan wilayah inti (core) yang berfungsi sebagai langsung dengan Jakarta, membuat mereka masuk ke dalam dua wilayah kesukuan antara tempat perekonomian, sedangkan Kukusan Sunda dan Betawi. Sehingga penamaan „orang diposisikan sebagai daerah penyangga asli‟ dalam penelitian ini dipakai secara netral, (peripheralization) Jakarta dalam bidang sebab ada sebagian yang menyebut orang pemukiman, pendidikan, dan resapan air. Sunda namun ada pula yang mengatakan orang Betawi. Pola Praktik Kehidupan Orang Asli Kukusan..... (Arie Januar) 173

Berbicara Kukusan tak lepas dari peralihan-peralihan dalam hal berperilaku, konteks sosial historis masa lalu. pola pikir hingga budaya masyarakat. Sekelumit sejarah tersebut terangkai dalam Melihat paparan di atas, ada beberapa hal sebuah narasi yang menjadi ciri khas yang dijadikan sebagai fokus tulisan ini, pelabelan suatu kampung. Dahulu yaitu: Pertama, proses transformasi sosial Kukusan penduduknya masih bersifat ekonomi komunitas orang asli di Kukusan; sederhana, namun secara bertahap menjadi dan Kedua, pola perilaku orang asli dalam rasional dalam berpikir. Kondisi seperti ini menyikapi perubahan sosial ekonomi. muncul setelah kehadiran organisasi sosial kemasyarakatan seperti keagamaan, C. HASIL DAN BAHASAN spasial dan kekerabatan. Organisasi keaga- 1. Konteks Sosial Historis Kukusan maan Muhammadiyah misalnya, kemun- Sejarah Kukusan mempunyai culan Muhammadiyah di wilayah Kukusan deskripsi yang cukup panjang di setiap mempunyai peranan yang sangat penting fasenya. Untuk menjelaskan secara singkat dalam pencerahan spiritual orang asli, dan terperinci perkembangan Kukusan, sebab pola pikir masyarakat yang dahulu sejenak kita melihat kembali pertumbuhan percaya akan hal-hal gaib, kini sudah Kukusan pada masa lalu. Mengerucut pada mengalami perubahan menjadi lebih sejarah kampung, dahulu Kukusan meru- agamis. Selain organisasi keagamaan, pakan salah satu wilayah kemandoran2. ikatan sosial orang asli juga terbentuk Kemandoran sangat melekat dengan dalam ikatan kekerabatan dan spasial sejarah kampung, karena pada saat itu, (tempat tinggal). Organisasi sosial yang wilayah Kukusan berada pada penguasaan yang terbentuk dalam sebuah kegiatan tuan tanah Tionghoa yang tinggal di „arisan‟ ini, secara langsung maupun tidak Pondok Cina (sekarang menjadi Margo telah mengubah pola perilaku orang asli City). Menurut penuturan masyarakat menjadi lebih terbuka dengan dunia luar. sekitar, dahulu Kukusan merupakan salah Hal ini karena dengan kegiatan sosial satu wilayah kemandoran yang dikuasai tersebut, orang asli saling bertukar tuan tanah yang berasal dari Cina, tuan pengetahuan baik sosial, ekonomi dan tanah ini turun temurun, sampai orang asli budaya. menyebut dengan nama tuan tanah Baer. Jadi apabila lingkungan fisik mereka Wilayah kemandoran saat itu meliputi lima mengalami transformasi sosial ekonomi, tempat, yakni: Pondok Cina (yang meliputi orang asli dapat dengan mudah beradaptasi Srengseng dan Bojong), Kemiri Muka, dengan lingkungannya. Berpijak dengan Kukusan, Beji, dan Tanah Baru. pandangan Murdock, perubahan perilaku Dari pandangan di atas terlihat sosial budaya orang asli, murni pada bahwa pada masa itu orang asli Kukusan beberapa perubahan penting di dalam hanyalah sebagai penduduk menetap yang kondisi suatu masyarakat. Jika situasi harus membayar sewa setiap tahun. Selain masyarakat berubah, pola-pola perilaku membayar sewa orang asli juga dibebani terdahulu mungkin terabaikan dan perilaku berbagai jenis pajak, seperti pajak tanaman baru terbentuk, sehingga membentuk dan pajak sejenis lainnya. Pada masa itu, collective habits di dalam masyarakat orang asli diorganisir oleh seorang mandor. (Nurhayati, 2002: 75-91). Mandor ini bertugas sebagai pengawas Fenomena perubahan yang didorong sekaligus pengatur ritme penduduk guna oleh aspek infrastruktur kota mengakibat- kan daerah pinggiran atau penyangga 2 Kemandoran merupakan sebuah sistem menjadi tempat tujuan utama pendatang pemerintahan lokal pada masa sistem tanah bermukim di Kukusan. Pola transformasi partikulir Pondok Cina yang dipimpin oleh sosial ekonomi yang tersusun melalui seorang mandor sebagai pengatur ritme suplier tahapan-tahapan kehidupan melahirkan pajak penduduk kepada tuan tanah agar tidak terputus (Suryana, 2006: 14-21). 174 Patanjala Vol. 8 No. 2 Juni 2016: 171 – 186 memenuhi kebutuhan tuan tanah. tahun 1990-an tanah yang telah dimiliki Keberadaan penduduk yang menetap di orang asli sah secara hukum Republik tanah sewa merupakan salah satu aset Indonesia. produksi tuan tanah yang harus membe- Setelah masa peralihan itu, orang rikan keuntungan. Oleh karena itu untuk asli mempunyai wewenang khusus untuk mengurus pelaksanaan tersebut, tanah mengurus dan mengelola perkebunan atau partikulir mengorganisasi satuan sosial tanah secara mandiri. Kukusan pun yang tertentu. Satuan sosial ini adalah sistem tadinya status tuan tanah Tionghoa, pemerintahan lokal yang disebut berangsur-angsur beralih menjadi tanah „kemandoran‟ dengan mandor sebagai milik penduduk yang dimanfaatkan untuk kepala kampung (Suryana, 2006: 14-21). memenuhi kebutuhan hidup mereka. Pada Mandor sendiri dipilih bukan berdasarkan masa itu, mata pencaharian orang asli garis keturunan, melainkan melalui Kukusan lebih bergerak pada sektor persaingan antara jawara-jawara kampung. pertanian. Sektor ini bergerak pada Dari gambaran situasi tersebut, perkam- pertanian buah-buahan, seperti kukusan, pungan seperti Kukusan dan orang asli dukuh, rambutan, pepaya, kedondong, yang menetap, hanya sebatas penyedia nangka, sirsak, pisang, salak, durian, serta, tenaga kerja bagi pemenuhan komoditas sawo. dan kepentingan ekonomi politik tuan Kondisi Kukusan pada saat itu, tanah. Hal ini terlihat pada pekerjaan masih sangat sederhana dan tak jarang penduduk yang sebatas itu-itu saja atau penduduk luar Kukusan sering menyebut monoton pada satu bidang, yakni di bidang Kukusan dengan sebutan „kampung‟. Hal pertanian atau perkebunan. ini karena, pada saat itu Kukusan masih Setelah kemerdekaan RI tahun 1945, berupa sawah dan kebun-kebun yang luas. wilayah kemandoran sudah semakin Suasana yang sunyi pedesaan pun menjadi meredup di tanah Kukusan, karena posisi ciri khas Kampung Kukusan saat itu. Pada sosial orang asli sudah semakin kuat. Pada masa lalu, sebelum penggusuran wilayah sekitar tahun 1948, pemerintah mulai Kukusan meliputi 3 wilayah, yakni membentuk sistem pemerintahan desa Bambon, Kukusan, dan Serdang. Sejarah menggantikan kemandoran. Pembentukan penamaan wilayah ini pun cukup unik. pemerintahan desa memberikan manfaat Penamaan Bambon sendiri karena wilayah bagi orang asli terutama pada posisi sosial itu banyak pohon bambu; penamaan ekonomi. Dalam segi sosial, orang asli Kukusan karena di sana dulu banyak terlepas dari beban-beban aturan tuan terdapat pohon Kukusan; sedangkan tanah, yang mana dengan perubahan sistem Serdang dinamakan seperti itu karena di pemerintahan menjadi desa mereka dapat sana terdapat entuk atau mata air yang memimpin wilayahnya sendiri. Begitu pula gelembungnya mirip dengan seredang3 dengan aspek ekonomi, orang asli dapat atau disingkat oleh orang asli serdang. merasakan surplus dari olahan pertanian Dalam sejarah kependudukan, orang mereka. asli Kukusan mengalami dilema pada Pada tahun 1960-an terjadilah identitas kesukuannya. Hal itu karena, peralihan kepemilikan tanah, dari kepemi- lokasi tempat tinggal mereka berada di likan tuan tanah Tionghoa ke orang asli, perbatasan antara Jawa Barat dan Jakarta, sesuai dengan tanah yang dikelola oleh sehingga mengakibatkan perbedaan pan- penduduk. Peralihan tanah ini dilakukan dangan mengenai etnis kesukuan mereka, dengan cara mengajukan permohonan ke apakah masuk etnis Betawi atau Sunda. tuan tanah sesuai tanah yang disewa atau Melihat beberapa pandangan, dilema orang digarap. Kemudian dari pihak tuan tanah membuatkan surat sebagai bukti kepemi- likan sah atas tanah yang disewa. Pada 3 Seredang merupakan istilah lokal masyarakat setempat untuk menyebut air yang mendidih. Pola Praktik Kehidupan Orang Asli Kukusan..... (Arie Januar) 175 asli akan identitas kesukuannya memang Sastra4 (FS), Fakultas Ilmu Sosial Politik merupakan proses alami, karena sejak (FISIP), Fakultas Psikologi (FPSI), dahulu wilayah Kukusan berada di luar Fakultas Hukum (FH), Fakultas Kesehatan pemerintahan Batavia, dan berada pada Masyarakat (FKM), dan Fakultas wilayah Keresidenan Buitenzorg (sekarang Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam menjadi ). Oleh karena itu, untuk (FMIPA) mulai diresmikan oleh peme- mengkategorikan mereka sangat sensitif, rintah. Berdirinya kampus ini diiringi pula karena ada sebagian yang merasa dirinya dengan pembangunan rumah pondokan bukan orang Betawi melainkan orang terbatas atau yang biasa disebut RPT pada Sunda. Namun ada pula sebagian yang tahun 1988. Pembangunan RPT (rumah menyatakan orang Betawi pinggiran, sebab pondokan terbatas) yang dibangun peme- kerangka kebudayaannya yang sama rintah melalui Yayasan Supersemar, dengan kebudayaan Betawi. Kesamaan ini nantinya akan dipergunakan sebagai diadopsi dari cara bicara penduduk yang tempat penampungan mahasiswa. Jumlah berlogat (gaya) Betawi serta kebudayaan unit yang dibangun mencapai 100 unit, dan dan makanan khasnya. Namun demikian kemudian ditambah kembali menjadi 200 mereka lebih sering menyebut diri sebagai unit secara keseluruhan. Setelah berjalan orang Depok dibanding Betawi. Hal ini kurang lebih 3 bulan, proyek ini tidak disebabkan kesamaan struktur latar berjalan secara maksimal. keberadaan wilayah mereka yang berada Perkembangan Kukusan saat itu pada Pemerintahan Kota Depok. sudah semakin berkembang, terutama Pada tahun 1979 dinamika setelah dibangunnya infrastruktur berupa penduduk bertahap mengalami perubahan, jalan raya. Akses masuk ke Kukusan juga karena pemerintah saat itu merencanakan semakin mudah, terutama setelah berope- penggusuran di kawasan Depok untuk rasinya angkutan umum kota (angkot) membangun kampus Universitas Indonesia D.04. Angkot ini beroperasi sekitar tahun (Nursetyo, 1987: 26). Pembangunan 1980-an, awal beroperasi angkutan ini kampus ini menelan tiga wilayah yakni, melayani rute Depok-Kukusan, angkutan Kampung Kukusan, Pondok Cina, dan ini pun sering disebut ‟mobil doyok‟ sebagian wilayah Jakarta dan perkebunan dengan warna kuning.5 Setelah terminal karet milik Pemda. Pada saat itu, rencana Depok diresmikan tahun 1993, angkutan penggusuran ini mengalami perdebatan yang dikenal ’mobil doyok‟ mengalami yang cukup panjang antara orang asli perubahan menjadi KAB (Koperasi dengan pemerintah, namun debat ini Angkutan Bogor), perubahan ini pula yang berakhir dengan kata sepakat, di mana mengubah warna kuning menjadi biru. pemerintah harus memberikan tempat Mobilitas orang asli pun semakin mudah, untuk merelokasi rumah mereka yang baru. yang tadinya dilakukan dengan berjalan Akhir dari perdebatan, pemerintah bersedia kaki dan bersepeda berangsur-angsur menyediakan kavling-kavling untuk hilang karena banyak moda transportasi mereka yang terkena pembebasan lahan, yang muncul. Selain infrastruktur, media yaitu dengan merelakan sebagian perke- komunikasi dan elektronik juga semakin bunan karet (sekarang Beji Timur) untuk tumbuh di Kukusan, sehingga arus tempat tinggal. Pada tahun 1980-an kampus

Universitas Indonesia (UI), yang terdiri 4 Sekarang berubah nama menjadi Fakultas atas 8 fakultas yakni; Fakultas Teknik Ilmu Budaya (FIB). (FT), Fakultas Skonomi (FE), Fakultas 5„Mobil doyok‟ merupakan istilah orang asli untuk menyebut angkutan umum tersebut, asal usul penamaan mobil ini karena angkutan ini mirip dengan mobil doyok yang ada di surat kabar Pos Kota (Bachtiar, 2006: 18-19). 176 Patanjala Vol. 8 No. 2 Juni 2016: 171 – 186 informasi dari luar mudah diterima dengan 2. Organisasi Sosial Akar Rumput cepat. Orang Asli Kukusan Pertumbuhan Kukusan yang cepat a. Ikatan Kekerabatan dan membuat wilayah ini semakin beragam, Kewirausahaan terutama saat berkembangnya perumahan- Dalam kronologis perjalanan perumahan milik pendatang. Perkem- Kampung Kukusan, ikatan kekerabatan bangan pemukiman-pemukiman baru yang merupakan sesuatu yang tak dapat berkembang di Kukusan, disebabkan oleh terpisahkan dalam dinamika sosial orang beberapa hal: Pertama, pengaruh fungsi asli. Secara umum ikatan kekerabatan ini penyangga, yang mana Kukusan dijadikan mereka lakukan berdasarkan persamaan penyangga Jakarta dalam bidang pemu- darah dan perkawinan. Menelusuri orang kiman, resapan air dan lain-lain. Kedua, asli Kukusan hubungan kekerabatan dampak berganda keberadaan kampus UI, antarorang asli dapat dilihat dalam habitat dan terakhir rencana pembangunan tol sosial mereka. Seperti pola interaksi, Jagorawi-. Dari dua indikator tatkala bertemu di jalan, mereka selalu tersebut, pertumbuhan dan perkembangan menegur sapa satu sama lain antarorang wilayah Kukusan mengalami peningkatan asli. Dengan kondisi tersebut terlihat yang signifikan. Hal itu karena kedua bahwa hubungan kekeluargaan orang asli faktor di atas, secara langsung sangat erat, baik antarkerabat maupun menimbulkan kemudahan-kemudahan, se- dengan tetangga. perti akses pendidikan, jalan, dan dekat Kondisi seperti ini memang dengan kota. Peningkatan persentase bukanlah sesuatu yang baru di Kukusan, penduduk yang menetap di daerah tersebut karena kebiasaan ini telah terlahir sejak pun terus bertambah dan memengaruhi dahulu. Jadi tak heran jika suasana tersebut proposisi daerah, seperti pertumbuhan masih bertahan hingga sekarang. penduduk dan luas wilayah yang semakin Menelusuri terjadinya ikatan kekerabatan padat. di Kukusan, dahulu orang asli merupakan Pembangunan kampus UI secara sebuah keluarga yang terlahir dalam satu langsung berdampak positif bagi penduduk rumpun sama, yakni satu kakek dan satu setempat, karena keberadaan UI dapat nenek yang kemudian beranak-pinak menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi secara turun temurun. Asal usul populasi orang asli Kukusan. Dari mata pencaharian mereka di Kukusan tidak dapat penduduk yang dulu bertani dan berkebun digambarkan secara detail dalam sejarah beralih menjadi beragam pekerjaan baru. pendiri kampung. Hal ini karena Perkembangan Kukusan yang semakin keberadaan mereka telah ada sejak zaman maju, secara tak langsung memang kolonial. Berawal dari sebuah keluarga memacu pertumbuhan ekonomi orang asli kecil berangsur menjadi suatu kelompok untuk meningkatkan kesejahteraan. Ini besar dan berkembang menjadi masya- terlihat dari upaya penduduk mencari rakat. Perkembangan penduduk ini dila- peluang bisnis yang ada, seperti membuat kukan melalui berbagai cara, salah satunya koskosan, rumah makan, warung dan adalah pernikahan. Pernikahan menjadi bidang jasa ojek. Selain sebagai salah satu cara perkembangan penduduk penghasilan pokok atau sampingan, karena pada saat itu lingkup orang asli pekerjaan ini mampu memberikan penda- Kukusan masih tergolong sempit, sehingga patan yang cukup lumayan, bahkan dapat masalah jodoh mencarinya tak jauh dari menyekolahkan anak hingga perguruan wilayah Kukusan yang masih kerabat tinggi. dekat. Bercermin pada penelitian Koentjaraningrat (1978), gejala perkawin- an yang terjadi di masyarakat desa telah Pola Praktik Kehidupan Orang Asli Kukusan..... (Arie Januar) 177 diatur sedemikian rupa oleh orang tua keluarga. Hal ini karena rumah mereka ketika mereka masih belia. Jadi untuk terpisah akibat pembangunan kampus, membandingkan apa yang terjadi dahulu di sehingga untuk mengikat keluarga agar Kukusan serta di Ciracas dan Cilangkap tidak punah mereka membentuk perkum- dapat dilihat dari bagaimana orang asli pulan tersebut. Jadi untuk menelaah membangun komunitasnya, yang dilaku- kegiatan sosial ini, arisan merupakan salah kan melalui proses perkawinan. Dengan satu modal sosial orang asli untuk demikian, proses perkawinan telah mem- mempertahankan komunitasnya. Hal ini bentuk komunitas yang sekarang disebut karena dalam kegiatan arisan, tidak hanya „orang asli‟. Berbeda dengan saat ini, bergerak pada ranah sosial, melainkan juga pernikahan orang asli sudah mengalami ke ranah ekonomi. Dengan demikian, perubahan yang sangat mencolok, karena arisan bukan saja sebagai kegiatan sosial telah bercampur dengan luar Kukusan. semata, tetapi juga melahirkan tindakan Menganalogikan proses perkembangan ekonomi yang disituasikan secara sosial. ikatan kekerabatan yang terjadi di Kukusan Situasi ini terlihat dari bagaimana orang ini, penulis mencoba membuat gambaran asli mengumpulkan uang sebagai bentuk sederhana jaringan kekerabatan orang asli menabung setiap bulannya. Kukusan. Dari uraian di atas, jaringan sosial Dari ilustrasi pola jaringan melalui sistem kekerabatan secara kekerabatan orang asli, antarpenduduk langsung telah membentuk modal sosial mempunyai ikatan persaudaraan yang bagi orang asli. Berpijak pada pemikiran sangat erat satu dengan yang lainnya. Fukuyama, modal sosial ini terkait dengan Posisi ini dapat dilihat melalui berbagai nilai-nilai dan kepercayaan yang terdapat sisi, yang mana setiap sisi saling dalam kebudayaan (Lawang, 2004: 217). menghubungkan antara satu keluarga Dengan adanya modal tersebut, diharap- dengan keluarga lain yang dipersilangkan kan dapat mendorong orang asli mena- melalui persamaan darah dan pernikahan, namkan budaya ekonomi dalam kehidupan sehingga membentuk satu kelompok mereka. Bercermin pada penelitian masyarakat besar. Jadi tak heran jika Rakhmania (2005), ikatan kekerabatan dalam satu kelurahan atau kampung, yang begitu erat dapat membentuk apabila dirunutkan dengan pola ini, hampir kemahiran dalam berwirausaha. Rasa semua penduduk masih mempunyai ikatan solidaritas ini terkandung dalam etos kerja kekerabatan atau persaudaraan. Untuk itu, (berdagang) yang diterapkan oleh mereka demi menjaga hubungan tali silaturahmi secara turun temurun. antarkerabat, orang asli Kukusan mempu- Jadi jika melihat kewirausahaan nyai cara tersendiri dalam menjaga yang dilakukan masyarakat keturunan hubungan tersebut, salah satunya adalah Cina dengan orang asli yang berada di dengan membuat arisan keluarga.6 Kukusan, kewirausahaan yang mereka Arisan merupakan wadah atau bentuk tak lepas dari peran keluarga atau forum mempererat tali silaturahmi kerabatnya melalui proses pewarisan kemahiran. Selain adanya pewarisan kemahiran, dengan ikatan kekerabatan 6 Informasi ini didapatkan melalui hasil juga melahirkan peminjaman modal di wawancara dengan dengan warga setempat. kalangan keluarga, sehingga dengan Dari hasil wawancara tersebut, ia menggatakan adanya social capital in the family bahwa arisan keluarga telah dilakukan sejak masa lalu, di mana pesertanya diikuti oleh memperlihatkan adanya keterkaitan antara penduduk asli dalam satu kampung. Sehingga modal sosial dalam ikatan kekerabatan arisan bukanlah merupakan barang baru lagi di dengan sistem ekonomi (Rakhmania, Kukusan, karena pada saat ini telah menjadi 2005). Dengan demikian ikatan kekera- ritual atau kebiasaan penduduk setempat untuk batan yang dibentuk dapat melahirkan mempererat tali silaturahmi. 178 Patanjala Vol. 8 No. 2 Juni 2016: 171 – 186 kemahiran berwirausaha kepada anak, kan sebuah wadah atau forum komunikasi cucu, dan lain-lain sebagai upaya penduduk yang berfungsi sebagai alat memenuhi kebutuhan keluarga. informasi masyarakat atau pemerintah (kelurahan) dalam hal kebijakan atau b. Ikatan Spasial dan Jaringan Sosial program pemerintah yang sedang dijalan- Ekonomi kan (Vidhyandika, 2007: 211-225). Semakin beragamnya kehidupan di Biasanya dalam paguyuban tersebut Kukusan, dengan perkembangan penduduk dibahas berbagai macam isu yang ada, yang semakin meningkat menyebabkan seperti isu lingkungan dan isu kemasya- pola interaksi orang asli semakin luas. Hal rakatan. itu karena hubungan orang asli Kukusan Paguyuban atau yang lebih dikenal juga berkaitan erat dengan ikatan spasial dengan kegiatan „arisan‟ atau „hadiran‟ ini atau tempat tinggal. Hubungan spasial atau telah ada sejak dahulu, biasanya kegiatan tempat tinggal sangat erat karena lokasi ini dilakukan di setiap wilayah, baik itu tempat tinggal orang asli dan pendatang tingkat rukun tetangga (RT), rukun warga terintegrasi pada satu lokasi yang sama. (RW), hingga se-Kelurahan Kukusan. Pada Biasanya dalam lokasi tersebut, corak dan tingkat RT bisanya dilakukan setiap kebiasaan masyarakatnya mempunyai seminggu sekali, RW setiap sebulan sekali, simbol atau ciri yang dijadikan milik dan kelurahan setahun sekali atau bersama. tergantung dengan kepentingan kelurahan. Seperti halnya ikatan kekerabatan, Dari kondisi tersebut, dapat disimpulkan ikatan spasial atau tempat tinggal terbentuk bahwa ketahanan sosial penduduk dapat karena adanya persamaan budaya yang ditelaah dari pola interaksi sosial yang diproduksi melalui simbol-simbol dan dikembangkan. Dengan demikian praktik praktik-praktik budaya yang saling dibagi tersebut dapat menggambarkan kualitas bersama. Dalam konteks spasial atau interaksi antarpenduduk setempat (orang tempat tinggal, orang asli Kukusan berbagi asli dan pendatang) terutama untuk survive praktik budaya tak hanya pada kapasitas (Widodo dkk., 2002: 78-80). Kegiatan lain orang asli saja, melainkan pada komposisi yang masih menjadi ciri hingga kini adalah penduduk pendatang secara menyeluruh. gotong royong. Gotong royong merupakan Penyatuan budaya ini terjadi secara tak indikator penting dalam sebuah transfor- disengaja melalui kehidupan sehari-hari. masi, karena kegiatan ini mengandung Pola interaksi yang sering dilakukan nilai tentang sebuah akumulasi modal dan merupakan cikal bakal pengintegrasian tenaga yang dijadikan kekuatan dalam budaya, antara budaya penduduk setempat setiap perubahan yang dilakukan bersama dengan budaya pendatang. (Abdullah, 2002: 260-269). Contoh kecil untuk menggam- Pekerjaan sosial dari organisasi barkan ikatan spasial, dapat dilihat dari sosial seperti kegiatan arisan merupakan pola hubungan antarorang asli dengan modal sosial orang asli dalam membangun orang asli maupun dengan pendatang kemampuan. Salah satunya adalah tercip- dalam satu wilayah melalui beberapa tanya suatu kerja sama dalam bidang dunia kegiatan kemasyarakatan. Deskripsi ini usaha, di mana terjalinnya relasi antar diperlihatkan karena dalam lingkungan orang asli dan pendatang membentuk tempat tinggal di Kukusan sangat identik mutual simbiosis dalam tubuh mereka. „paguyuban‟7. Paguyuban sendiri merupa- Maksudnya dengan adanya relasi antar mereka terdapat suatu pembelajaran, 7 Paguyuban adalah suatu kelompok sosial terutama tentang berwirausaha, seperti yang anggotanya memiliki ikatan batin yang bersifat alami. Pola ini ditandai dengan adanya hubungan yang bersifat pribadi, sehingga anggotanya (Lihat Narwoko., et al, 2006: 32- menimbulkan ikatan batin yang mendalam bagi 35). Pola Praktik Kehidupan Orang Asli Kukusan..... (Arie Januar) 179 adanya pembagian pengalaman, berupa generasi tua maupun generasi muda, KH ajakan kerja sama atau bahkan M. Usman pun berhasil mengubah wajah pembentukan sketsa pola kewirausahaan di Kampung Kukusan yang semula merupa- kalangan orang asli. Untuk itu dengan kan lahan yang subur bagi perbuatan adanya kegiatan semacam ini diharapkan maksiat, perjudian, dan perbuatan- mampu memberikan nilai-nilai yang perbuatan bid‟ah, khurafat, dan takhayul, strategis dalam pembangunan. Kolektivitas diubah menjadi kampung santri yang penduduk pun terasah bukan lagi didasari disegani oleh kampung-kampung sekitar. oleh kontak-kontak langsung secara fisik Upacara walimah perkawinan yang sebagaimana yang membuat mereka terikat biasanya diwarnai dengan perjudian dan dengan komunitas di lingkungan sekitar tontonan-tontonan, diganti dengan acara (neighbourhood), melainkan juga pengajian-pengajian dan ceramah-ceramah merambah pada makna simbol-simbol keagamaan. Bercermin pada penelitian khusus yang dibagi bersama (Jameson, Suryana (2007: 43), visi sosial 1991: 364). Muhammadiyah terikat pada kewajiban belajar dalam . Kontekstualisasi ini c. Ikatan Keagamaan sebagai Fondasi dibentuk, karena untuk mencapai kesuk- Pembangunan Mental Spiritual sesan, pendidikan mempunyai peranan penting dalam upaya optimistis orang asli Menelaah kebudayaan orang asli melihat masa depan. Dengan lahirnya visi Kukusan, tak lepas dari pengaruh ajaran Muhammadiyah di Kukusan menyebabkan Islam. Begitu kuatnya ajaran Islam pada kesadaran kolektif orang asli pada kehidupan orang asli seakan menjadi ruh pentingnya pendidikan. Bertumpu pada dalam berbagai kegiatan yang dilakukan. kesadaran kolektif tersebut, bergeserlah Keterkaitan ajaran Islam sangat kuat di sistem pendidikan Muhammadiyah yang Kukusan, sebab ke-islaman orang asli telah tadinya bersifat informal berupa pengajian terlahir sejak dalam kandungan hingga dan dakwah, merangkak memunculkan akhir kematian. Berkembangnya ajaran pendidikan formal yang meluas pada Islam dalam lingkup Kukusan diperankan berdirinya Taman Kanak-kanak, Madrasah oleh dua organisasi keagamaan, yakni Ibtidaiyah Muhammadiyah hingga Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama Madrasah Tsanawiyah. Kontribusi (NU). Muhammadiyah semakin terlihat di Keberadaan kedua aliran tersebut Kukusan setelah dibentuknya tempat mempunyai kontribusi yang cukup besar musyawarah daerah cabang Bogor pada dalam perkembangan orang asli dalam tahun 1986. Tempat musyawarah ini menyikapi perubahan yang terjadi di berfungsi sebagai tempat berkumpul Kukusan. Seperti Muhammadiyah, masyarakat dalam memahami ajaran memiliki peran cukup besar bagi orang agama, yang dikemas dalam berbagai asli, karena banyak mengajarkan aspek agama yang dikaitkan pada kehidupan kegiatan, seperti Majlis Ta‟lim, TPA, dan lain-lain. sehari-hari. Tokoh sentral yang Jika ditelusuri melalui perkembang- mempelopori Muhammadiyah berkembang an pemikiran Muhammadiyah. Secara di Kukusan adalah KH. M. Usman. Ia historis pemikiran Muhammadiyah ini merupakan seorang ulama sekaligus orang merupakan restrukturisasi yang mengkon- asli yang banyak memberikan pencerahan- septualisasi berbagai pemikiran yang ada pencerahan kepada orang asli, terutama khususnya pandangan KH. Ahmad Dahlan yang berkaitan dengan ajaran-ajaran Islam, terhadap Al- sehingga orang asli mempunyai arah untuk Qur‟an, manusia dan Islam (Mulkhan, 1990: 57-59). Dalam konsepsi mempelajari kehidupan dunia dan akhirat. KH. Ahmad Dahlan ini logika ditempatkan Dengan perjuangan yang tak kenal lelah sebagai kebutuhan manusia untuk bersama dengan kawan-kawan, baik 180 Patanjala Vol. 8 No. 2 Juni 2016: 171 – 186 memahami ajaran Islam. Pemikiran ini skilled individual atau orang yang merupakan usaha menyelesaikan berbagai memiliki keterampilan untuk mengatasi masalah kehidupan sosial yang sedang risiko dan tantangan perubahan sosial. Jadi berkembang berdasarkan pemahaman dengan pendidikan yang didapat, orang asli Muhammadiyah tentang Islam (Mulkhan, akan mampu menginovasi peluang yang 1990: 59-62). Dengan usaha tersebut, terjadi di Kukusan. Muhammadiyah menyusun metode peng- Dari jumlah keseluruhan orang asli ajaran mengenai pemahaman ajaran Islam Kukusan tak semua beraliran dalam realitas kehidupan sosial dengan Muhammadiyah, karena ada sebagian menempatkan prinsip akal sebagai alat penduduk yang beraliran Nahdatul Ulama. pengembangan. Jadi perkembangan Bila dibandingkan dengan Muhammadiyah Muhammadiyah lahir dari proses interaksi peran dan kontribusi NU di Kukusan tidak pemahaman Islam dengan realita sosial, terlalu menonjol. Namun demikian ajaran yang mana perubahan kehidupan sosial Islam yang dibawa sama dengan yang dapat mendorong perubahan pemikiran. diajarkan Muhammadiyah. Walau terdapat Pada fase ini kategorisasi dikotomis, perbedaan ini hanya sebatas cara tradisionalis, dan modernis ditransfor- beribadahnya, tetapi ajarannya sama, yakni masikan melintasi batasan kelas, aliran, sama-sama menyiarkan ilmu agama Islam. lintas budaya, dan tradisi (Mulkhan, 2005: Melihat uraian penjelasan di muka, 32-37). kontribusi dua aliran keagamaan dalam Salah satu metode yang dilakukan konteks kemajuan sosial yang terjadi di Muhammadiyah di Kukusan dalam Kukusan dapat direfleksikan sebagai mengembangkan umat adalah dengan kapasitas modal mental spiritual (modal membentuk pendidikan bernuansakan budaya). Maksudnya dengan adanya agama yang dikemas secara umum. Dari kepercayaan diri dan sifat swadaya dapat pendidikan inilah diharapkan dapat memudahkan mereka (orang asli) bertahan membentuk manusia yang cerdas dan (survive) dan surplus dalam memaknai berakhlak, sehingga mempunyai jiwa yang pembangunan yang terjadi di Kukusan. kuat dalam menjalani kehidupan di dunia. Jadi, dengan kesadaran kolektif tersebut, Keberadaan Muhammadiyah memang mereka terdorong untuk melakukan secara langsung maupun tidak telah pembangunan secara mandiri. Bercermin mengubah paradigma orang asli, yang pada pemikiran Weber, gejala seperti ini tadinya tak peduli dengan pendidikan kini dalam sebuah proses sosial dapat dijadikan banyak orang asli peduli dengan pembentuk lahirnya rasionalisasi kehi- pendidikannya. Implikasi inilah yang dupan yang memberikan basic pada akhirnya membuat penduduk mudah perkembangan ekonomi (Abdullah, 1978: beradaptasi dengan pihak luar dan mampu 79-93). Di mana agama mempunyai fungsi menerima transformasi sosial ekonomi sebagai motivator dalam sebuah trans- dengan terbuka. formasi konseptual pandangan hidup, yang Pendidikan merupakan investasi mendorong pada perubahan orientasi nilai. sosial orang asli yang dapat mendorong Hal ini seperti ketika orang asli terjerumus efisiensi ekonomi. Dalam kaitannya dalam keagamaan semu (nilai-nilai magic) dengan pembangunan kehidupan orang tanpa dasar, dengan hadirnya organisasi asli, pendidikan tidak semata diarahkan sosial keagamaan pola praktik mereka pada penambahan kuantitas dan kualitas bergeser ke masyarakat yang berorientasi fasilitas pendidikan, tapi lebih difokuskan pada rasionalitas (akal). Oleh karena itu, pada penciptaan kemampuan yang mereka cenderung mudah untuk menerima memungkinkan orang asli berkembang di perubahan sosial ekonomi yang terjadi di masa yang akan datang. Orientasi Kukusan. pendidikan di sini bukanlah gelar, tapi life Pola Praktik Kehidupan Orang Asli Kukusan..... (Arie Januar) 181

3. Pola Adaptasi Sosial Ekonomi Orang Bergesernya posisi orang asli dalam Asli Kukusan konteks tersebut merupakan konsekuensi Semakin berkembangnya wilayah lanjutan dari penghapusan sistem tanah Kukusan, yang ditandai dengan semakin partikulir yang digantikan dengan sistem meningkatnya pertumbuhan fisik yang pemerintahan desa tahun 1948, yang mana terjadi, memunculkan berbagai macam posisi sosial dikuasai oleh orang asli. fenomena atau peristiwa baru di Dalam ranah penguasaan misalnya, kepala masyarakat. Salah satu peristiwa yang saat pemerintahan yang dahulu dipimpin tuan ini sedang marak di Kukusan adalah tanah kini beralih ke tangan orang asli. semakin bertambahnya pendatang yang Begitu pun perekonomian, orang asli dapat tinggal. Hal ini tampak ketika lahan atau merasakan surplus olahan tani mereka perkebunan banyak yang telah dibangun secara menyeluruh sebagai pemenuhan untuk pemukiman, entah untuk rumah kebutuhan keluarga. Oleh karena itu, pribadi, kontrakan, maupun kos. Kondisi dengan kondisi yang ada dapat ini terus meningkat hingga kini, sehingga berkontribusi bagi kemajuan orang asli tak terbayang berapa luas tanah yang telah dalam memanfaatkan peluang-peluang beralih menjadi pemukiman. Seiring yang ada seperti ekonomi. dengan pertumbuhan tersebut, komposisi Munculnya pedagang kecil seperti jumlah penduduk pendatang pun semakin warung merupakan inovasi terbaru bertambah, begitu pula dengan aspek perekonomian lokal yang dilakukan orang ekonomi lokal yang secara langsung asli Kukusan, yang mana dahulu mereka berpengaruh pada berubahnya struktur berdagang hasil pertanian langsung ke sosial orang asli. dan Pondok Cina, kini Bila ditelusuri melalui konteks mereka bergeser menjual berbagai sosial historis Kukusan, peristiwa seperti kebutuhan di rumah (istilah ini dikenal ini merupakan babak baru dalam sirkulasi dengan sebutan warung). Berbagai sosial ekonomi kehidupan orang asli kebutuhan pokok hingga peralatan rumah Kukusan, sebab pada masa lalu kehidupan tangga dijajakan di warung, sehingga penduduk terikat oleh penguasaan tuan orang asli tak perlu lagi menempuh jarak tanah. Berbeda dengan saat ini, peluang pasar yang jauh. Hal ini karena, semua ekonomi orang asli lebih beragam karena kebutuhan penduduk telah tersedia. semua tersedia, asalkan mempunyai Dinamika perkembangan warung di modal8 dan jiwa kewirausahaan9. Kukusan merupakan konsekuensi logis dampak ekonomi lanjutan (multiplier

effect) dari kehadiran UI di wilayah 8 Modal dalam konteks ini adalah modal simbolik, modal sosial, dan modal budaya. Kukusan (Januar, 2007: 76-85). Dengan Modal simbolik adalah penduduk meman- demikian, setelah dioperasikannya faatkan sumberdaya yang ada menjadi sebuah kampus, secara otomatis telah memberikan penghidupan; modal sosial adalah hubungan- dampak berganda bagi orang asli terutama hubungan yang merupakan sumber daya yang dalam memenuhi kebutuhan komunitas berguna dalam penentuan reproduksi yang didatangkan. kedudukan sosial seperti ikatan kekerabatan, Dari kondisi tersebut, tak spasial dan keagamaan. Sedangkan modal terbayangkan betapa suburnya usaha ini di budaya ialah cara bicara, cara pembawaan, Kukusan, sehingga memengaruhi sebagian sopan santun, cara bergaul dll. Ketiga modal ini penduduk untuk berprofesi sebagai yang merupakan pola bagaimana penduduk bisa bertahan dan bahkan mampu pedagang kecil, jika melihat perkembang- meningkatkan surplus ekonomi keluarga an perdagangan kecil seperti warung. (Haryatmoko, 2003: 4-23). 9 Kewirausahaan di sini adalah bagaimana penduduk melihat perubahan di Kukusan 2008: 10-20), Lihat juga (Dewi Magdalena, sebagai peluang mendirikan usaha (Apriati, 2009: 1-7). 182 Patanjala Vol. 8 No. 2 Juni 2016: 171 – 186

Berdasarkan hasil penelitian, sebenarnya informasi terkini mereka bagi dalam perdagangan lokal telah ada sejak dahulu, kerumunan tersebut, baik itu yang bersifat ini dapat dilihat dari profesi mereka isu sosial hingga kesehatan. sebagai petani buah sekaligus pedagang. Selain berfungsi sebagai tempat Oleh karena itu, jika menelusuri lebih berkomunikasi masyarakat, warung juga lanjut mengenai perkembangan perdagang- berfungsi sebagai alat bantu bagi orang asli an lokal pada masa lalu, usaha warung yang membutuhkan pertolongan, terutama merupakan turunan dari konstruksi profesi bagi orang asli yang memiliki penghasilan petani atau pedagang buah. Bukti minim. Kondisi seperti ini dapat dilihat rekonstruksi makna pedagang buah ketika orang asli yang sedang tidak menjadi warung terlihat dari warung- mempunyai uang untuk membeli barang warung yang ada pada masa itu (seperti kebutuhan, ia bisa mengambil terlebih warung Latief, warung Minin, dan warung dahulu dan dibayar kemudian setelah Misar). Sejak berdiri, warung ini terbilang memiliki uang atau lebih dikenal dengan cukup berhasil dan populer pada masanya, istilah sistem utang. karena menjajakan berbagai macam Trust (kepercayaan) antarorang asli kebutuhan rumah tangga (seperti buah- sangat penting. Hal itu karena trust buahan, sayuran, bahan pokok dan lain- menjadi energi kolektif orang asli untuk lain). Keterkaitan keberhasilan ketiga mengatasi problem bersama dan sumber pedagang kecil di Kukusan, menurut motivasi guna mencapai kemajuan sebagian penduduk disebabkan karena ekonomi. Hal ini seperti ungkapan semakin menjamur pembangunan yang Fukuyama, yang mengatakan terbangun terjadi di Kukusan, yang mana semakin sikap saling mempercayai (trust) pada meluasnya pembangunan seperti pemu- ranah penduduk asli memungkinkan kiman hingga kos atau kontrakan, maka masyarakat tersebut saling bersatu dengan semakin banyak pula pelanggan pedagang yang lain dan memberikan kontribusi pada kecil tersebut. paningkatakan kemajuan ekonomi Dari uraian di atas dapat (Fukuyama, 2003: 1-8). Oleh karena itu, disimpulkan bahwa dengan adanya dengan sistem kepercayaan yang diberikan perdagangan kecil (warung) yang ada di memunculkan ikatan kolektivitas antar Kukusan telah memberikan banyak sesama orang asli dalam konteks memper- manfaat bagi orang asli. Hal ini karena, tahankan eksistensi komunitas mereka. ekonomi pasar telah berpenetrasi dalam Sementara itu peluang ekonomi wilayah Kukusan, sehingga sirkulasi orang asli yang lain bergerak pada sektor sistem ekonomi uang tak hanya terjadi rumah sewa atau kos-kosan. Bisnis kos- dalam pasar, melainkan juga telah kosan merupakan usaha yang sudah lama menyebar ke struktur ruang yang lebih ditekuni orang asli, semenjak berdirinya UI luas, seperti warung (Geertz, 1992:30-44). dan RPT. Usaha yang kurang lebih hampir Selain sebagai tempat transaksi sekitar 28 tahun ini pun terbilang cukup antarpedagang dan pembeli, warung juga efektif bagi orang asli, karena selain dapat mempunyai fungsi lain bagi orang asli. memenuhi kebutuhan ekonomi rumah Fungsi ini seperti, warung sering dijadikan tangga mereka, usaha ini juga mampu tempat berbagi informasi, sekaligus memberikan surplus untuk keluarga. Bagi pengikat hubungan jaringan kerabat dan orang asli, apa yang mereka lakukan spasial antarwarga. Maksud berbagi kepada pendatang (mahasiswa, karyawan, informasi di sini adalah warung dijadikan dll.), sama halnya dengan yang mereka forum berkumpulnya para penduduk lakukan pada anak kandung (Yudhanegara, khususnya ibu-ibu untuk bercerita, 2005: 20-40). Meminjam konsep Geertz terutama pada pagi hari ketika mereka mengenai clientelization, proses pemben- membeli kebutuhan pokok, tak jarang tukan hubungan yang khusus antara orang Pola Praktik Kehidupan Orang Asli Kukusan..... (Arie Januar) 183 asli dengan pendatang ini terjadi melalui mempertahankan keberadaan mereka cara intensitas komunikasi yang berlanjut, dalam ranah sosial di Kukusan. Bahasan di mana mereka saling bertemu, modal sosial kekerabatan, spasial, dan berkenalan hingga bertukar informasi. keagamaan memperlihatkan bagaimana Dari uraian tersebut, usaha kos- organisasi sosial ini memberikan semacam kosan tak hanya menuai penghasilan bagi gambaran umum orang asli bereksistensi orang asli, melainkan juga dapat dalam sebuah masa transisi kampung yang mempererat dan memperluas pergaulan semakin kompleks. Ikatan kolektif ini dengan komunitas baru seperti mahasiswa. sangat kental dan telah banyak membe- Selain sebagai arena memperluas rikan sumbangan yang cukup besar dalam pergaulan, kehadiran kos juga memberikan membantu orang asli, seperti cara beradap- penghidupan lain bagi sebagian orang asli. tasi maupun memanfaatkan peluang yang Salah satunya adalah buruh cuci atau ada seperti ekonomi. Dengan demikian tukang cuci. Profesi buruh cuci atau tukang tantangan perkembangan zaman yang terus cuci ini merupakan pekerjaan jasa yang menerus berkembang ditanggapi mereka dilakukan penduduk untuk membantu dengan meningkatkan kualitas kehidupan, mencucikan baju mahasiswa yang seperti pendidikan dan kemampuan mempunyai waktu terbatas. Pekerjaan jasa berwirausaha (Soemantri, 2003: 227-237). lainnya yang dilakukan orang asli adalah ojek. Moda transportasi roda dua ini D. PENUTUP merupakan jenis pekerjaan yang sedang Tatkala sebuah komunitas seperti marak di Kukusan kini, karena sering orang asli Kukusan memasuki fase baru, ia dijumpai hampir di setiap pengkolan jalan akan menemui tantangan sisio-ekonomi (perempatan atau pertigaan jalan). yang berbeda. Konteks ini bukanlah Jika melihat peluang-peluang sesuatu yang tabu terjadi dalam sebuah ekonomi orang asli dalam situasi seperti di kehidupan panduduk. Begitu juga orang atas, terlihat bahwa identitas sebagai asli Kukusan, ketika terjadi sebuah „orang asli‟ memberikan banyak gelombang perubahan dalam komponen keuntungan bagi mereka. Hal ini karena banjirnya pendatang di wilayahnya, mau dengan keidentitasan „orang asli‟, mereka tak mau mereka tertantang untuk dengan mudah memanfaatkan lahan meningkatkan kesejahteraan komunitas- tertentu sebagai upaya mempertahankan nya. Jadi jika mencermati secara hidup dan bahkan mampu meningkatkan mendalam tentang terbentuknya transfor- perekonomian keluarga. Oleh karena itu, masi sosial ekonomi yang terjadi di dengan modal simbolik sebagai orang asli Kukusan ini bisa ditelusuri melalui 2 fase. mereka mempunyai wewenang untuk Fase pertama perubahan orang asli membuat lapangan pekerjaan dalam adalah ketika terjadi peralihan sistem tanah komunitas mereka sendiri. Jadi dengan partikulir ke sistem pemerintahan desa pelegitimasian sebagai „orang asli‟, mereka tahun 1948. Fase kedua, terlihat ketika mampu membangun ruang sosial baru. terjadi penggusuran wilayah Kukusan Dari paparan singkat di atas, karena rencana pembangunan kampus UI kemampuan modal dalam komponen ini tahun 1974 dan setelah berdirinya UI sangatlah penting, seperti modal sosial tahun 1987. Kedua fase tersebut merupa- kekerabatan, spasial, dan keagamaan. Dari kan sebuah gejala perubahan transisi orang ketiga modal orang asli tersebut, asli memasuki era baru dalam sebuah penanaman nilai-nilai yang tertuang dalam kehidupan, di mana gejala tersebut ditandai berbagai kegiatan secara langsung maupun dengan mobilitas yang semakin tinggi, tidak telah meresap dan mengubah perbedaan-perbedaan yang mencolok, konstruksi pandangan mereka, terutama hingga komunikasi yang semakin meng- tentang masa depan dan cara global. 184 Patanjala Vol. 8 No. 2 Juni 2016: 171 – 186

Fase peralihan sistem tanah yang didasarkan pada kebutuhan, seperti partikulir menjadi sistem pemerintahan ikatan kekerabatan, ikatan spasial, dan desa merupakan fase awal orang asli ikatan keagamaan. Proses kekerabatan Kukusan memasuki babak baru dalam identik dengan persamaan keturunan, kehidupan. Hal itu karena perubahan persamaan tempat tinggal (ikatan spasial), tersebut berdampak positif bagi orang asli, dan persamaan agama (ikatan keagamaan). mulai dari ranah ekonomi, sosial hingga Perekrutan anggota bersifat sukarela, di pendidikan. Pada ranah ekonomi misalnya, mana ciri atau identitas ditandai melalui sirkulasi uang secara langsung telah hubungan interpersonal, yang diiringi mengintegrasikan kehidupan penduduk dengan ikatan kekeluargaan yang melekat pada sistem ekonomi yang luas. Dengan (embeded). Dari berbagai jenis kegiatan demikian posisi sosial ekonomi orang asli yang dilakukan oleh orang asli, secara telah berganti menjadi penguasa, pemilik, langsung telah menunjukkan bahwa ruang sekaligus pengelola sumber daya yang ada. sosial organisasi akar rumput telah Jadi dengan kondisi situasi yang berbeda, melampaui semua sektor dalam kehidupan. mereka dapat meningkatkan surplus Mulai dari aspek ekonomi, sosial, budaya, ekonomi keluarga tanpa iming-iming pajak spiritual, dan bahkan pada space yang ataupun membayar sewa kepada tuan lebih luas, seperti menjangkau penyandang tanah, sehingga orang asli bisa lebih masalah sosial di lingkungan. Dengan produktif dalam meningkatkan kehidupan- menguatnya akar rumput pada orang asli nya ke arah yang lebih baik. dapat menimbulkan solidaritas yang Fase kedua merupakan fase yang dinamis. cukup dramatis bagi orang asli. Hal ini Mencermati berbagai peluang yang karena lika-liku kehidupan mereka terjadi, dari sudut pandang sosiologis apa semakin terintegrasi dengan dunia luar. yang dilakukan dapat dilihat sebagai Penanda atau simbol perubahan ini proses orang asli berpikir dan bertindak, ditandai dengan adanya rencana bahkan cara mengembangkan perasaan pembangunan kampus di wilayah dilakukan tanpa batasan, tetapi mengikuti Kukusan, yang mana diiringi pula dengan satu proses tertentu, yakni suatu proses kemunculan pendatang sebagai konse- yang sudah dipahami dan disepakati kuensi pembangunan. Selain pada keha- bersama yang hendak dilestarikan diran pendatang, komponen ini juga eksistensinya. Bercermin pada pemikiran memengaruhi mata pencaharian orang asli. tersebut, masyarakat merupakan komposisi Ini terlihat dari peralihan pola pekerjaan dari jaringan relasi antarorang yang mereka yang dahulu sebagai seorang membuat mereka bersatu (Ritzer, 2008: petani buah bergeser ke pekerjaan lain, 179). Jadi masyarakat terbentuk bukan baik yang bersifat formal maupun karena fisik atau bayangan di dalam informal. Dari kedua konteks tersebut, pikiran manusia, melainkan sejumlah pola berimplikasi pada satu titik yang mengarah perilaku yang disepakati bersama. Oleh pada semakin terkonstruksinya wilayah karena itu, untuk menjaga eksistensinya pada situasi sosial ekonomi orang asli yang mereka membentuk organisasi sosial dihadapkan pada perubahan komponen sebagai pijakan bersama melangkahi struktur yang berbeda. pembangunan. Seperti pola kebermaknaan Sebagai bentuk eksistensi mereka di transformasi bagi orang asli, yang mana tengah pembangunan yang terjadi di orang asli kelas menengah atas berusaha Kukusan, orang asli membentuk organisasi mempertahankan posisinya dengan modal sosial kemasyarakatan sebagai alat atau yang dimiliki. Sebaliknya orang asli yang wadah untuk mempertahankan komunitas. kelas menengah bawah berusaha untuk Proses pembentukan organisasi sosial merebutnya dengan fisik yang minim. orang asli Kukusan terjadi secara alamiah, Berpangkal pada dua entitas tersebut, Pola Praktik Kehidupan Orang Asli Kukusan..... (Arie Januar) 185 kontestasi ini ditentukan pada modal Depok: Departemen Ilmu Administrasi ekonomi yang lebih besar, sehingga untuk Negara FISIP-UI. melihat kehidupan sosial ekonomi orang Rakhmania, Yunita. 2005. asli dapat digambarkan melalui kategori “Ikatan Etnisitas, Jaringan Sosial, dan kelas sosial yang ada (Haryatmoko, 2003: Perkembangan Bisnis: Suatu Tinjauan 4-23). Terhadap Pola Pemeliharaan Modal Sosial di Kalangan Etnis Cina” dalam DAFTAR SUMBER Jurnal Sosiologi Vol. I No.2 Oktober. 1. Skripsi dan Jurnal Soemantri, Gumilar Rusliwa. 2003. “Building the Local Community: A Case Apriati, Inriati. 2008. Study of Cultural Economy and Politic Deteritorialisasi Ruang Sosial: Kewira- in Jakarta’s Wood Land Kampung” usahaan Sosial di Tiga Komunitas dalam Yoshihara Naoki dan Raphaella Maya. Jakarta: Skripsi Jurusan Sosiolog, Dewantari Dwianto (editor), Grass FIS UNJ. Roots and the Neighborhood Bachtiar, Reza. 2006. Association: on Japan’s Chonaikai and Pola Hubungan Pertemanan Supir Indonesia’s RT/RW. Jakarta: Grasindo. Angkot D.04 (Trayek Terminal Depok– Suryana, Asep. 2003. Kukusan). Depok: Skripsi Departement “Transformasi Sosial Ekonomi Antropologi FISIP UI. Masyarakat Kota Depok: Dari Pemba- Haryatmoko. 2003. gian Kerja Internasional Menuju Suburbanisasi Jakarta Jurnal “Menyikap Kepalsuan Budaya ” dalam Komunitas No. 12. Depok: Sosiologi Penguasa” dalam Jurnalisme Seribu FISIP UI. Mata BASIS “Menembus Fakta”, Edisi Khusus Pierre Bourdieu Bulan ______. 2005. November-Desember. “Bagai di Simpang Jalan; Perubahan Januar, Arie. 2007. Strategi Pembangunan dan Transfor- masi Sosial Ekonomi Komunitas “Dari Pasar Tumpah ke Pasar Mingguan: Konstruksi dan Rekonstruksi Baduy-Luar, Selatan” dalam Jurnal Komunitas Vol. I No.2. Jakarta: Sosial Pasar Kaget di Kukusan Depok” dalam Jurnal Scipta Societa Edisi 1 Sosiologi FIS UNJ. Desember, Masyarakat di Simpang ______. 2007. Jalan: Perubahan Sosial, Gaya Hidup Di Tengah Tantangan Zaman: Politik dan Dinamika Ekonomi. Jakarta: Pendidikan Muhammadiyah di Komu- Jurusan Sosiologi FISIP UNJ. nitas Kukusan Depok. Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial UNJ. Magdalena, Dewi. 2009. Kewirausahaan Subsistem (Studi Kasus Vidhyandika, Perkasa dan Madelina. 2003. Empat Informan di Komunitas RW 03 “Inventing Participation: The Dyna- Tomang Jakarta). Jakarta: Skripsi mics of PKK, Arisan, and Kerja Bakti in Jurusan Sosiologi UNJ. the Context or Urban Jakarta” dalam Nurhayati, Cucu. 2002. Yoshihara Naoki dan Raphaella Dewantari Dwianto (editor), Grass “Perubahan Sosio Ekonomi dan Kultural Masyarakat Kota Roots and the Neighborthood (Sebuah Studi tentang Keberadaan Association: on Japan’s Chonaikai and Waralaba dalam Masyarakat Kota Indonesia’s RT/RW. Jakarta: Grasindo. Sukabumi)” dalam Jurnal Sosiologi Yudhanegara, Erlangga. 2005. Edisi No.11. Depok: Labsocio FISIP UI. Pola Relokasi dan Dinamika Usaha Kost-kostan Penduduk Asli Betawi di Nursetyo, Edy. 1987. Kepemimpinan Kepala Desa Kukusan Kelurahan Kukusan Kota Depok. Depok: Skripsi Sosiologi FISIP UI. Wilayah Kota Administrasi Depok.

186 Patanjala Vol. 8 No. 2 Juni 2016: 171 – 186

2. Buku Ritzer, George and Douglas J. Goodman. 2004. Abdullah, Taufik (editor). 1978. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Agama, Etos Kerja dan Perkembangan Kencana. Ekonomi. Jakarta: LP3ES. Suryana, Asep. 2006. Agusyanto, Rudy. 2007. Menjadi Pinggiran Jakarta: Dinamika Jaringan Sosial dalam Organisasi. Sosial Ekonomi Petani Buah di Wilayah Jakarta: Rajawali Press. Pasar Minggu 1921-1966. Jakarta: Pusat Kajian Kemasyarakatan dan Fukuyama, Francis. 2003. Kebudayaan-Lembaga Ilmu Pengeta- “Social Capital and Civil Society”. huan Indonesia (PMB-LIPI) dan International Monetary Fund Working Nederlands Instituut Voor Oorlogs Paper, WP/00/74, 2000. hal. 1-8. In documentatie (NIOD). Elinor Ostrom and T.K. Ahn, Foundation of Social Capital. Sztompka, Piotr. 2007. Massachusetts: Edward Elgar Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Publishing Limited. Prenada. Geerzt, Clifford. 1992. Widodo, Nurdin dan Suradi. 2002. Penjaja dan Raja: Perubahan Sosial Penelitian Profil dan Peran Organisasi dan Modernisasi Ekonomi di Dua Kota Lokal dalam Pembangunan Masyara- Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor kat. Jakarta: Litbang Departemen Sosial Indonesia. Republik Indonesia. Jelinek, Lea. 1995. Yunus, Hadi Sobari. 2008. Seperti Roda Berputar: Perubahan Dinamika Wilayah peri-Urban Determi- Sosial Sebuah Kampung di Jakarta. nasi Masa Depan Kota. : Jakarta: LP3ES. Pustaka Pelajar.

Jameson, Friedric. 1991. Postmodernism or the Cultural Logic of Late Capitalism. London: Verso.

Koentjaraningrat. 1975. Masyarakat Desa di Selatan Jakarta. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia.

Lawang, Robert. 2004. . Kapital Sosial, dalam Perspektif Sosiologik Suatu Pengantar. Depok: FISIP UI Press. Mulkhan, Abdul Munir. 1990. Pemikiran KH. Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah dalam Persfektif Per- ubahan Sosial. Jakarta: Bumi Aksara. ______. 2005. “Profetisme Pembaharuan Gerakan Sosial Budaya dalam Satu Abad Muhammadiyah”, dalam Muham- madiyah Menjemput Perubahan: Tafsir Baru Gerakan Sosial-Ekonomi-Politik. Jakarta: Kompas. Narwoko, J. Dwi, & Bagong Suyanto. 2006. Sosiologi Teks Pengantar dan terapan. Jakarta: Kencana.