Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

BAB II PROFIL KOTA DEPOK

2.1 Wilayah Administrasi Kota Depok secara geografis terletak pada koordinat 6o 19’ 00” – 6o 28’ 00” Lintang Selatan dan 106o 43’ 00” – 106o 55’ 30” Bujur Timur. Wilayah kota depok dari Utara ke Selatan merupakan daerah dataran rendah perbukitan bergelombang lemah dengan elevasi antara 50 – 140 meter di atas permukaan laut dan kemiringan lerengnya kurang dari 15 persen. Kota Depok yang merupakan salah satu wilayah termuda di Jawa Barat, mempunyai luas wilayah sekitar 200,29 Ha. Wilayah administrasi Kota Depok dapat dilihat di Tabel 2.1.

Tabel 2. 1 Wilayah Administrasi Kota Depok Luas Wilayah Jumlah No Kecamatan Km2 % Kelurahan 1 Sawangan 29,50 14,73 7 2 Bojongsari 19,79 9,88 7 3 Pancoran Mas 18,21 9,09 6 4 Cipayung 11,63 5,80 5 5 18,04 9,01 6 6 Cilodong 16,09 8,03 5 7 Cimanggis 21,22 10,59 6 8 Tapos 32,33 16,14 7 9 Beji 14,30 7,14 6 10 Limo 12,32 6,15 4 11 10,47 5,23 4 Jumlah 200,29 100 63 Sumber : Kota Depok Dalam Angka, 2015

Wilayah Kota Depok berbatasan dengan satu Kabupaten, dua Kota dan dua Propinsi. Secara lengkap wilayah ini mempunyai batas-batas sebagai berikut :  Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kota Selatan dan Wilayah Daerah Khusus Ibukota .  Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pondok Gede Kota dan Kecamatan Gunung Putri Kabupaten  Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Kabupaten Bogor.  Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Parung dan Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor. Letak Kota Depok sangat strategis, diapit oleh Kota Jakarta dan Kota Bogor. Hal ini menyebabkan Kota Depok semakin tumbuh dengan pesat seiring dengan meningkatnya perkembangan jaringan transportasi yang tersinkronisasi secara regional dengan kota-kota lainnya. Kota Depok selain merupakan Pusat Pemerintah yang berbatasan langsung dengan Wilayah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta, juga merupakan wilayah peyangga Ibu Kota Negara yang diarahkan untuk II -1 Bab II Profil Kota Depok

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

kota pemukiman, kota pendidikan, pusat pelayanan perdagangan dan jasa, kota pariwisata, dan sebagai kota resapan air. Kota Depok mempunyai keunggulan komparatif apabila dilihat dari letaknya yang sangat strategis baik dilihat dari segi politik, ekonomi, sosial, budaya, dan pertahanan dan keamanan.

2.2 Potensi Kota Depok Berdasarkan struktur ekonomi, potensi unggulan daerah Kota Depok adalah sektor tersier yang meliputi sub sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan sub sektor jasa. Berdasarkan data tahun 2010 dari BPS Kota Depok, sektor ini memberikan kontribusi pada perekonomian daerah sebesar 53,14% meningkat dibandingkan tahun sebelumnya (52,77%). Fenomena dominannya sektor tersier dalam perekonomian Kota Depok menunjukkan pergeseran struktur ekonomi Kota Depok yang semakin mengarah pada kota perdagangan dan jasa. Juga dari BPS diketahui sub sektor pada sektor tersier yang memberikan kontribusi terbesar adalah perdagangan, hotel dan restoran. Kontribusi sub sektor ini mencapai 36,29%, diikuti berturut-turut oleh jasa (7,31%), pengangkutan dan komunikasi (6,28%), dan Bank dan Lembaga Keuangan lainnya (3,26%). Terakhir, sektor tersier tumbuh dengan laju yang cukup tinggi, yaitu 7,67% dengan laju pertumbuhan tertinggi pada subsector perdagangan, hotel dan restoran yang mampu tumbuh dengan LPE sebesar 8,38%. Sub sektor lainnya bertumbuh di atas 6%.

2.3 Demografi dan Urbanisasi Jumlah penduduk Kota Depok menurut sensus pada tahun 2014 mencapai 2.033.508 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 1.025.784 jiwa dan perempuan 1.007.724 jiwa. Rasio jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan di Kota Depok adalah 101,79. Kecamatan Cimanggis paling banyak penduduknya dibanding kecamatan lain di Kota Depok yaitu 283.025 jiwa sedangkan kecamatan dengan penduduk terkecil adalah Kecamatan Limo yaitu 102.872 jiwa. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2. 2 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kota Depok Tahun 2014

Penduduk (Jiwa) Jumlah Kepadatan Kecamatan Luas Penduduk Penduduk (km2) Laki-laki Perempuan (Jiwa) (Jiwa/ Km²) 010 Sawangan 25,90 73.660 70.868 144.528 5.580 011 Bojongsari 17,79 59.305 57.345 116.650 6.557 020 Pancoran Mas 18,21 124.019 122.209 246.228 13.522 021 Cipayung 11,63 76.107 73.505 149.612 12.864 030 Sukmajaya 18,04 134.956 136.779 271.735 15.063 031 Cilodong 16,09 73.943 72.277 146.220 9.088 040 Cimanggis 21,22 143.260 139.765 283.025 13.338 041 Tapos 32,33 127.226 125.671 252.897 7.822 050 Beji 14,30 98.361 95.683 194.044 13.570 060 Limo 12,32 52.129 50.743 102.872 8.350 061 Cinere 10,47 62.818 62.879 125.697 12.005 Kota Depok 198,30 1.025.784 1.007.724 2.033.508 10.255 Sumber : Kota Depok Dalam Angka, 2015

Pada tahun 2014, kepadatan penduduk Kota Depok mencapai 10.255 jiwa/km2. Kecamatan Sukmajaya merupakan kecamatan terpadat di Kota Depok dengan tingkat kepadatan 15.063

II -2 Bab II Profil Kota Depok

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

jiwa/km2, walaupun jumlah penduduk terbesar berada di Kecamatan Cimanggis. Kecamatan terpadat kedua adalah Beji dengan tingkat kepadatan 13.570 jiwa/km2, sedangkan kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah adalah kecamatan Sawangan yaitu sebesar 5.580 jiwa/km2.

Gambar 2. 1 Peta Administrasi Kota Depok (Sumber : RTRW Kota Depok, 2012-2032)

Tabel 2. 3 Laju Pertumbuhan Penduduk per Kecamatan Kota Depok 3 Tahun Terakhir Jumlah Penduduk (Jiwa) Laju No Kecamatan Pertumbuhan 2010 2011 2012 2013 2014 Penduduk (%) 1 Sawangan 123.356 128.905 134.943 139.474 144.528 4,18 2 Bojongsari 99.768 104.040 108.913 112.603 116.650 4,12 3 Pancoran Mas 210.204 219.601 229.887 237.557 246.228 4,16 4 Cipayung 127.707 133.439 139.689 144.380 149.612 4,18 5 Sukmajaya 232.895 242.335 253.687 262.145 271.735 4,02 6 Cilodong 123.713 130.410 136.519 141.107 146.220 4,48 7 Cimanggis 242.214 252.424 264.248 273.042 283.025 4,07 8 Tapos 216.581 225.547 236.113 243.986 252.897 4,05 9 Beji 164.682 173.064 181.171 187.228 194.044 4,37 10 Limo 87.615 91.749 96.047 99.320 102.872 4,27 11 Cinere 107.830 112.099 117.350 121.318 125.697 4,01 Sumber : Hasil Analisa, 2015

2.4 Isu Strategis Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan 2.4.1 Isu Strategis Sosial Letak Kota Depok sangat strategis apabila dilihat dari segi politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan dan keamanan karena berbatasan langsung dengan ibukota Jakarta sebagai pusat pemerintahan dan ekonomi. Kota Depok berperan sebagai daerah penyangga Ibukota Jakarta sehingga segala sesuatu yang terjadi di Jakarta akan berdampak secara langsung maupun tidak langsung terhadap Kota Depok. Sesuai dengan Instruksi Presiden nomor 13 tahun 1976 tentang

II -3 Bab II Profil Kota Depok

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

pengembangan Wilayah Jabodetabek, Depok yang merupakan bagian dari Kabupaten Bogor di masa lalu diarahkan untuk menjadi daerah pemukiman, namun dalam perkembangannya Kota Depok tidak hanya menjadi tempat pemukiman yang nyaman tapi juga berkembang menjadi kota perdagangan, jasa dan pendidikan.

Tenaga Kerja Penduduk usia kerja didefinisikan sebagai penduduk yang berumur 15 tahun ke atas. Penduduk usia kerja terdiri dari “angkatan kerja” dan bukan angkatan kerja. Penduduk yang tergolong “angkatan kerja” adalah mereka yang aktif dalam kegiatan ekonomi. Kesempatan kerja memberikan gambaran besarnya tingkat penyerapan pasar kerja, sehingga angkatan kerja yang tidak terserap dikategorikan sebagai penganggur. Berdasarkan hasil survei Angkatan Kerja Nasional 2010 diperoleh gambaran bahwa pada tahun 2010, penduduk Kota Depok yang bekerja 714.891 jiwa sedangkan yang menganggur sekitar 65.072 jiwa. Penduduk Kota Depok yang tergolong angkatan kerja sebanyak 779.963 jiwa sedangkan penduduk bukan angkatan kerja sebanyak 441.891 jiwa. Penduduk yang bekerja masih didominasi laki-laki dari pada perempuan (laki-laki 61,87 % dan perempuan 38,13 %). Dari penduduk yang bekerja sebagian besar bekerja di sektor 4 (jasa kemasyarakatan). Status pekerjaan didominasi sebagai buruh/karyawan/pegawai sebanyak 62,99 % sedangkan yang berusaha sendiri 19,42 %. Jumlah dan presentase penduduk usia 15 tahun ke atas menurut jenis kegiatan utama dan tingkat pengangguran terbuka tahun 2011 – 2012 dapat dilihat pada Tabel 2.4.

Tabel 2. 4 Jumlah dan Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke atas Menurut Jenis Kegiatan Utama dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Tahun 2011 – 2012 2012 2013 2014 Jenis Kegiatan Utama Jumlah % Jumlah % Jumlah % Angkatan Kerja : Bekerja 728.675 89,40 826.191 92,3 877.684 91,56 Mencari Pekerjaan 86.387 10,60 68.669 7,7 80.903 8,44 Bukan Angkatan Kerja : Sekolah 104.436 21,99 125.260 24 139.380 25,13 Mengurus R. Tangga 310.053 65,28 359.951 68 366.062 65,99 Lainnya 60.501 12,74 46.197 9 49.297 8,89 Jumlah 1.290.052 100,00 1.426.268 100,00 1.513.326 100,00 TPT Sumber : BPS Kota Depok Dalam Angka, 2012 - 2015

Berdasarkan Tabel 2.4 terlihat bahwa jenis kegiatan utama yang paling banyak dilakukan oleh penduduk Kota Depok adalah bekerja. Persentase penduduk yang bekerja pada tahun 2013 tercatat sebesar 92,3 % dari angkatan kerja (826.191 jiwa) dan pada tahun 2014 sebesar 91,56 % (877.684 jiwa). Penilaian kualitas sumber daya manusia dapat dilihat dari tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Rendahnya rata-rata tingkat pendidikan penduduk dapat dijadikan indikator rendahnya kualitas sumberdaya manusia yang ada.

II -4 Bab II Profil Kota Depok

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

Tabel 2. 5 Jumlah dan Persentase Penduduk Pencari Kerja Menurut Ijasah Tertinggi yang Dimiliki Tahun 2010 – 2011 2011 2012 Ijazah Tertinggi yang Dimiliki Jumlah % Jumlah % Tidak Tamat SD 11,18 7,12 Tamat SD 19,23 16,00 Tamat SLTP sederajat 20,58 18,48 Tamat SLTA sederajat 22,60 27,20 Diploma III 4,31 5,42 Sarjana/S1 7,00 11,22 Pasca Sarjana/S2 1,14 2,27 Jumlah Sumber : Inkesra Kota Depok, 2012 dan 2013

Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu hal terpenting di Kota Depok. Universitas merupakan salah satu universitas terbaik di indonesia yang terletak di wilayah Depok sehingga sedikit banyak mempengaruhi perkembangan Kota Depok. Taman kanak-kanak di kota Depok pada tahun Ajaran 2011/2012 sebanyak 357, SD sebanyak 393, dan SMP berjumlah 162. Di tingkat SLTA terdapat 55 SMA dan 97 SMK. Dari hasil survey Susenas 2010, penduduk Kota Depok yang berumur 10 tahun ke atas yang memiliki ijazah tertinggi SLTA yaitu berjumlah 23,79 %. Memiliki Ijazah tertinggi SLTA merupakan persentase terbesar dibanding jenjang pendidikan lainnya. Penduduk Kota Depok yang berumur 10 tahun ke atas yang bisa membaca dan menulis huruf latin 55,03 %, huruf lainnya 0,18 %, huruf latin, dan huruf lainnya 42,95 %, dan yang buta huruf 1,84 %.

2.4.2 Isu Strategis Ekonomi Keunggulan suatu sektor ekonomi dapat dilihat dari segi pertumbuhan. Kontribusi sektor yang bersangkutan dalam perekonomian secara agregat dan daya serapnya terhadap tenaga kerja. Sektor ekonomi yang memiliki pertumbuhan dan kontribusi terhadap PDRB serta penyerapan tenaga kerja yang tinggi merupakan sektor yang paling unggul di antara sektor ekonomi yang ada. Sektor ini akan menjadi penggerak utama perekonomian pada suatu wilayah. Berdasarkan distribusi persentase nilai PDRB Kota Depok dari tahun 2008 – 2012 harga berlaku terlihat bahwa struktur perekonomian Kota Depok didominasi oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran dengan distribusi sebesar 37,38 % pada tahun 2012. PDRB Kota Depok menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan dapat dilihat pada Tabel 2.6.

Tabel 2.6 Distribusi Persentase PDRB Berdasarkan Harga Konstan di Kota Depok Tahun 2009-2013 Sektor 2009 2010 2011 2012 2013 Pertanian 2,84 2,87 2,76 2,56 2,41 Pertambangan dan Penggalian 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Industri Pengolahan 40,77 40,00 38,94 39,15 38,99 Listrik, Gas dan Air Bersih 2,99 2,98 2,90 3,10 3,37 Bangunan 6,21 6,38 6,84 7,07 7,40 Perdagangan, Hotel dan 30,57 31,15 31,73 31,75 31,76 Restoran Angkutan & Komunikasi 5,16 5,18 5,26 5,09 4,90 II -5 Bab II Profil Kota Depok

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

Sektor 2009 2010 2011 2012 2013 Keuangan, Persewaan dan Jasa 3,85 3,86 4,05 4,00 4,02 Pelayanan Jasa – jasa 7,61 7,59 7,52 7,27 7,16 PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Pertanian Kota Depok pada awalnya merupakan daerah pertanian sebelum mengalami modernisasi seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan beralihnya fungsi lahan dari pertanian ke pemukiman, industri, fasilitas umum, dan fasilitas sosial. Lahan pertanian dari tahun ke tahun semakin menyempit karena hasil produksi pertanian bernilai lebih kecil dibanding dengan pemanfaatan pada sektor lain. Sampai saat ini sektor pertanian mencakup pertanian dalam arti luas mencakup sub sektor pertanian tanaman pangan dan hortikultura, sub sektor peternakan, dan sub sektor perikanan.

Industri dan Perdagangan Sebagai wilayah yang dekat dengan ibukota Jakarta, Depok memiliki ketersediaan fasilitas perdagangan dan industri yang relatif lebih lengkap. Keberadaan industri terutama industri manufaktur yang berpusat di Kecamatan Cimanggis sudah lebih dulu hadir di kota Depok jauh sebelum Depok menjadi suatu pemerintahan sendiri. Demikian juga dengan listrik yang sudah sejak lama tersedia hampir di seluruh Kota Depok. 1) Industri Berdasarkan jumlah tenaga kerja, industri pengolahan digolongkan menjadi industri besar (tenaga kerja diatas 99 orang), sedang (tenaga kerja antara 20 – 99 orang), dan kecil (tenaga kerja 5 – 19 orang). Jumlah industri besar dan sedang di Kota Depok adalah 87 perusahaan. Industri yang paling banyak di kota Depok adalah industri barang dari plastik sebanyak 26 perusahaan.

2) Perdagangan Sektor perdagangan merupakan sektor yang banyak diminati oleh semua kalangan masyarakat dalam kegiatan ekonomi baik itu secara formal maupun informal. Jumlah pasar di kota Depok ada 6 buah, dengan total kios los dan kaki 5 masing-masing sebanyak 2.587 kios dan 1.848 los. Perdagangan luar negeri digambarkan oleh adanya kegiatan ekspor dan impor. Volume ekspor kota Depok pada tahun 2012 paling banyak ke negara Jepang sebesar 58.769.878,6 yang nilainya mencapai 135.573.177,16 US$ kemudian ke negara Italia Serikat dengan volume ekspor sebesar 67.776.643 dengan nilai sebesar 131.736.216,55 US$.

Perhubungan, Komunikasi, dan Hotel Perhubungan darat merupakan prasarana pengangkutan yang penting untuk memperlancar kegiatan perekonomian. Dengan semakin meningkatnya usaha pembangunan, maka akan menuntut peningkatan pembangunan jalan untuk memudahkan mobilitas penduduk dan memperlancar lalu lintas barang dari satu daerah ke daerah lain. Jumlah angkutan, ijin trayek, jumlah penumpang yang ada di Kota Depok merupakan investasi yang menunjang pembangunan di Kota Depok dan merupakan salah satu aset di dalam pembangunan infrastruktur yang ada di Kota Depok.

II -6 Bab II Profil Kota Depok

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

Lalu lintas Angkutan Penumpang Kereta Api merupakan alat transportasi yang banyak diminati terutama untuk mobilitas ke Jakarta dan Bogor. Di Kota Depok terdapat 5 stasiun kereta api, yaitu Stasiun Kereta Api Pondok Cina, UI, Depok Baru, Depok Lama, dan Citayam. Panjang jalan di Kota Depok tahun 2014 adalah 530,15 km. Jika dirinci menurut status pemerintah yang berwenang maka panjang jalan negara 36,25 km2, jalan propinsi 17,75 km2, dan jalan kota 476,15 km2. Pada tahun 2014 jumlah Hotel berbintang di Depok ada 3 dengan rincian bintang tiga 2, dan bintang dua 1 dengan jumlah kamar 54 sedangkan hotel dengan kelas melati di Kota Depok ada 7 buah.

Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Salah satu variabel penting dalam pembangunan daerah adalah pertumbuhan ekonomi yang lazim diukur dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Secara umum PDRB Kota Depok terus mengalami kenaikan dari Rp 16,4 Triliun pada tahun 2010 menjadi Rp 38,5 Triliyun pada tahun 2013 (atas dasar harga berlaku). Adapun sektor primer (pertanian) hanya memberikan kontribusi sebesar 2,21%, menurun dibanding tahun sebelumnya (2,84%). Semakin menurunnya peran sektor ini lebih disebabkan pada semakin menyempitnya lahan pertanian, peternakan, dan juga perikanan yang ada sehingga mendorong menurunnya produktifitas sektor ini dan beralihnya pekerjaan masyarakat ke sektor lain, khususnya perdagangan dan jasa. Namun demikian, secara kualitatif beberapa produk pertanian Kota Depok memiliki keunggulan komparatif yaitu belimbing yang telah dijadikan ikon kota, tanaman hias, ikan hias, ikan konsumsi, dan benih ikan konsumsi. Sektor sekunder, khususnya dari sektor industri pengolahan masih cukup besar peranannya terhadap PDRB Kota Depok kendati proporsinya mengalami penurunan. Berdasarkan buku PDRB Kota Depok tahun 2011, kontribusinya mencapai 44,65 %, mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya yaitu sebesar 45,02 %. Masih tingginya peran sektor pengolahan ini perlu mendapat perhatian terutama dikaitkan dengan daya serap terhadap tenaga kerja.

Laju Inflasi Daerah Menurut data BI, kendati inflasi Kota Depok cukup rendah pada tahun 2009 terutama pada Februari 2009 yang mencapai angka di bawah 1 %, namun pada 2010 meningkat sejalan dengan peningkatan nilai inflasi nasional. Bahkan pada November 2010, nilai inflasi Depok menempati peringkat tertinggi di Provinsi Jawa Barat dengan nilai 7,16 %. Pembentuk inflasi Kota Depok relatif berbeda dengan kota lainnya di Provinsi Jawa Barat yakni biaya transportasi, biaya tempat tinggal, dan harga makanan menjadi penyumbang utama. Karakteristik inflasi ini relatif sama dengan Jakarta karena Depok merupakan salah satu penyangga Jakarta.

2.4.3 Isu Strategis Lingkungan Gambaran Topografi Secara umum topografi wilayah Kota Depok di bagian utara merupakan dataran rendah dengan elevasi antara 50 – 80 mdpl meliputi Kecamatan Beji, Kecamatan Bojongsari, Kecamatan Cimanggis, Kecamatan Cinere, Kecamatan Limo, Kecamatan Pancoran Mas, Kecamatan Sawangan, dan Kecamatan Sukmajaya sedangkan di bagian tengah memiliki ketinggian (80 – 110) mdpl berada di Kecamatan Tapos, Kecamatan Beji, Kecamatan Bojongsari, Kecamatan Cinere, Kecamatan Cipayung,

II -7 Bab II Profil Kota Depok

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

Kecamatan Limo, Kecamatan Pancoran Mas, Kecamatan Sawangan, dan Kecamatan Sukmajaya dan di bagian selatan merupakan perbukitan bergelombang lemah dengan elevasi > 110 mdpl meliputi Kecamatan Bojongsari, Kecamatan Cilodong, Kecamatan Cipayung, Kecamatan Pancoran Mas, Kecamatan Sawangan, Kecamatan Sukmajaya, dan Kecamatan Tapos.

II -8 Bab II Profil Kota Depok

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

Gambar 2. 2 Peta Topografi Kota Depok (Sumber : RTRW Kota Depok, 2012-2032)

II -9 Bab II Profil Kota Depok

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

Gambaran Geohidrologi A. Air Permukaan Air Permukaan adalah semua air yang terdapat dan berasal dari sumber – sumber air yang berada di permukaan tanah. Macam-macam air permukaan antara lain yaitu : 1) Air Sungai Sumber daya air yang ada terdiri dari dua sumber yaitu sungai dan situ. Secara umum sungai- sungai di Kota Depok termasuk ke dalam dua satuan wilayah sungai besar yaitu sungai dan Cisadane. Kota Depok memanfaatkan potensi kedua sungai ini sebagai sumber air baku bagi Perusahaan Daerah Air Minum. Sistem jaringan sumber daya air lintas provinsi yang melintas di Kota Depok meliputi WS Ciliwung sebagai bagian dari WS Cidanau – Ciujung – Cidurian – Cisadane – Ciliwung – Citarum sedangkan wilayah sungai di wilayah kota berupa daerah aliran sungai (DAS), meliputi DAS Ciliwung, DAS Angke, DAS Krukut, DAS Sunter, dan DAS Bekasi. Beberapa sungai yang mengalir melalui kota Depok adalah sebagai berikut :  Sungai Angke Sungai ini merupakan batas wilayah antara kota Depok dan Kabupaten Tangerang yang mengalir ke arah utara. Sungai Angke ini mempunyai perbedaan debit yang besar antara musim hujan dan musim kemarau.  Sungai Ciliwung Sungai Ciliwung digunakan sebagai sumber mata air baku bagi kota Depok dan Jakarta. Pada perbatasan dengan DKI Jakarta dan Jawa Barat pada musim kemarau mempunyai debit sebesar (9,06 - 13,40) m3/detik.  Sungai Pesanggrahan Sungai ini merupakan sumber daya air terpenting untuk Sawangan dan kondisi air berwarna coklat bercampur lumpur dan kotoran. Sungai ini mempunyai fluktuasi yang tinggi antara musim hujan dan musim kemarau, bahkan pada musim hujan sering menimbulkan banjir setempat.

2) Saluran Irigasi Berdasarkan KEPMEN PU No. Kota Depok terdapat 5 (lima) jaringan irigasi lintas kabupaten/kota dan 2 (dua) jaringan irigasi di wilayah kota. Jaringan irigasi tersebut adalah sebagai berikut : a. Jaringan irigasi lintas kabupaten/kota meliputi :  DI Cisadane Empang dengan luas kurang lebih 256 Ha;  DI Parakanjati dengan luas kurang lebih 70 Ha;  DI Ciliwung/Katulampa dengan luas kurang lebih 72 Ha;  DI Karanji dengan luas kurang lebih 98 Ha; dan  DI Angke V dengan luas kurang lebih 252 Ha. b. Jaringan irigasi utuh kabupaten/kota yaitu DI Angke dengan luas kurang lebih 1.242 Ha c. Jaringan irigasi di wilayah kota meliputi :  DI Enggram dengan luas kurang lebih 51 Ha; dan  DI Situ Ciriung dengan luas kurang lebih 13 Ha

II -10 Bab II Profil Kota Depok

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

3) Danau/Situ Salah satu sumber air permukaan yang ada di Kota Depok adalah danau atau situ. Situ-situ ini berfungsi sebagai irigasi lokal, perikanan, sanitasi, pengendali banjir, air minum, industry, dan rekreasi. Berdasarkan data Dinas Tata Ruang dan Permukiman Kota Depok di dalam Penyusunan Naskah Akademis RTRW Kota Depok Tahun 2011-2031 saat ini Kota Depok memiliki 25 Situ yang tersebar di 11 Kecamatan.

B. Air Tanah Air tanah di Kota Depok terbagi menjadi 3 yaitu : 1) Air tanah dangkal Masyarakat Kota Depok banyak menggunakan sumur gali sebagai sumber kebutuhan air minum. Pada umumnya kondisi sumur gali baik tetapi air tawar di sebagian tempat kondisinya keruh dan berbau dengan kedalaman rata-rata 10 m.

2) Air tanah dalam Di Kota Depok banyak ditemukan sumber air tanah dalam. Saat ini air tanah merupakan sumber penyediaan air yang utama untuk Kota Depok. Formasi genteng dan endapan vulkanik mempunyai potensi (3 – 4) lt/det/km2, alluvium potensi (5 – 7) lt/det/km2. Sejalan dengan pengembangan Kota Jakarta dan kota-kota sekitarnya termasuk Kota Depok, pengambilan air tanah meningkat sehingga di beberapa tempat terjadi pemanfaatan air tanah yang berlebihan.

3) Informasi berdasarkan sumur bor Dari survei air tanah Botabek didapatkan tiga sistem akuifer yang sangat umum, yaitu : Akuifer dangkal : 0-20 m, preatik semi terikat pada tempat lebih dalam, 20-70 m, semi terikat hingga semi tak tertekan 70 m, semi terikat atau tertekan, artesis di lokasi dekat pantai. Akuifer menengah :

Gambaran Geologi Berdasarkan peta geologi regional oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi tahun 1992, Lembar Jakarta dan Kepulauan Seribu 1 : 100.00, stratigrafi wilayah Depok sekitarnya dari tua ke muda disusun oleh batuan perselingan, batupasir dan batu lempung sebagai berikut :  Formasi Bojongmanik (Tmb), batuannya terdiri dari perselingan konglomerat, batupasir, batu lanau, batu lempung;  Formasi Serpong (Tpss) : breksi, lahar, tuf breksi, tuf batu apung;  Satuan Batuan Gunung Api Muda (Qv) : tuf halus berlapis, tuf pasiran berselingan dengan konglomeratan;  Satuan Batuan Kipas Alluvium: endapan lempung, pasir, kerikil, kerakal; dan  Satuan Endapan Alluvial (Qa).

Struktur geologi di daerah ini merupakan lapisan horizontal atau sayap lipatan dengan kemiringan lapisan yang hampir datar serta sesar mendatar yang diperkirakan berarah utara – selatan. Menurut Laporan Penelitian Sumber Daya Air Permukaan di Kota Depok, kondisi geologi II -11 Bab II Profil Kota Depok

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

Kota Depok termasuk dalam sistem geologi cekungan Botabek yang dibentuk oleh endapan kuarter yang berupa rombakan gunung api muda dan endapan sungai. Singkapan batuan tersier yang membatasi cekungan Bogor – Tangerang – Bekasi terdapat pada bagian barat –barat daya dimana dijumpai pada Formasi Serpong, Genteng dan Bojongmanik.

II -12 Bab II Profil Kota Depok

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

Gambar 2. 3 Peta Jenis Tanah Kota Depok (Sumber : SLHD Kota Depok, 2010)

II -13 Bab II Profil Kota Depok

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

Gambar 2. 4 Peta Kawasan Bencana Kota Depok (Sumber : SLHD Kota Depok, 2010)

II -14 Bab II Profil Kota Depok

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Depok Tahun 2015-2019

Gambaran Klimatologi Kota Depok mempunyai potensi sebagai sebuah wilayah penyangga yang menjadi kawasan lalu lintas Jakarta – Depok – Bogor - Tangerang - Bekasi, satu sisi potensi ini mendukung untuk dijadikan sebagai tempat bermukim, berusaha, dan sebagai daerah pemerintahan. Secara biogeografis karena kestrategisan Kota Depok yang merupakan bagian dari berbagai daerah aliran sungai yang berpusat di pegunungan di Kabupaten Bogor dan Cianjur, menjadikan curah hujan di Kota Depok cukup tinggi sehingga Depok kaya akan potensi flora dan fauna. Wilayah Depok termasuk dalam daerah beriklim tropis dengan perbedaan curah hujan yang cukup kecil dan dipengaruhi oleh iklim musim. Secara umum kemarau antara bulan April – September dan musim hujan antara Oktober – Maret. Iklim Depok yang tropis mendukung untuk pemanfaatan lahan pertanian ditambah lagi dengan kadar curah hujan yang berlanjut sepanjang tahun. Permasalahan mendasar walaupun di satu sisi didukung oleh iklim tropis yang baik, alokasi tata guna lahan yang harus mempertimbangkan sektor lain terutama lahan hijau dan permukiman. Perlu dipertimbangkan juga banyaknya penetrasi penggunaan lahan hijau untuk perdagangan dan permukiman pada lahan pertanian dan lahan terbuka hijau.  Temperatur : (24,3 – 33)oC  Kelembaban rata- rata : 82 %  Penguapan rata – rata : 3,9 mm/th  Kecepatan angin rata- rata : 3,3 knot  Penyinaran matahari rata – rata : 49,8 %  Jumlah curah hujan : 2.684 mm/th  Jumlah hari hujan : 222 hari/th

II -15 Bab II Profil Kota Depok