Perbandingan Gaya Bahasa Dalam Novel Atheis Karya Achdiat Karta Mihardja Dan Novel Telegram Karya Putu Wijaya: Tinjauan Stilistika
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
1 PERBANDINGAN GAYA BAHASA DALAM NOVEL ATHEIS KARYA ACHDIAT KARTA MIHARDJA DAN NOVEL TELEGRAM KARYA PUTU WIJAYA: TINJAUAN STILISTIKA TESIS Disusun oleh A. ARYANA P1200215002 PROGRAM STUDI BAHASA INDONESIA PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2018 2 PERBANDINGAN GAYA BAHASA DALAM NOVEL ATHEIS KARYA ACHDIAT KARTA MIHARDJA DAN NOVEL TELEGRAM KARYA PUTU WIJAYA: TINJAUAN STILISTIKA TESIS Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Magister Pada Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin Program Studi Bahasa Indonesia Disusun dan diajukan oleh A. ARYANA P1200215002 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2018 3 PERBANDINGAN GAYA BAHASA DALAM NOVEL ATHEIS KARYA ACHDIAT KARTA MIHARDJA DAN NOVEL TELEGRAM KARYA PUTU WIJAYA: TINJAUAN STILISTIKA THE COMPARISON OF LANGUAGE STYLE IN NOVEL ATHEIS BY ACHDIAT KARTA MIHARDJA AND NOVEL TELEGRAM BY PUTU WIJAYA: A STYLISTIC APPROACH TESIS A. ARYANA P1200215002 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2018 4 5 PERNYATAAN KEASLIAN TESIS Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : A. Aryana Nomor Pokok : P1200215002 Program Studi : Bahasa Indonesia Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa tesis yang saya tulis ini merupakan hasil karya sendiri, bukan pengambil alihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut. Makassar, 4 Januari 2018 Yang menyatakan, A. Aryana 6 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt. yang senantiasa melimpahkan karunia dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Akhirnya tesis ini dapat dirampungkan dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan akademis guna memeroleh gelar Magister Humaniora (M.Hum.) pada Program Studi Bahasa Indonesia, Pascasarjana, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Hasanuddin. Dalam penyusunan tesis ini, penulis mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Sehingga, pada kesempatan ini dengan segala rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada Prof. Dr. Muhammad Darwis, M.S. sebagai pembimbing I dan Dr. Hj. Nurhayati, M.Hum. sebagai pembimbing II yang telah menyumbangkan waktu, pikiran, dan tenaga dalam memberikan arahan, motivasi, dan petunjuk kepada penulis. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada tim penguji Prof. Dr. H. Tadjuddin Maknun, S.U., Dr. Indriati Lewa, M.Hum., dan Dr. Prasuri Kuswarini, M.A. yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis untuk perbaikan tesis ini. Terima kasih juga kepada Dr. Hj. Asriani Abbas, M.Hum., sebagai Ketua Program Studi Bahasa Indonesia, dan segenap dosen pengajar pada Jurusan Program Studi Bahasa Indonesia, Program Pascasarjana, Universitas Hasanuddin, yang telah membekali peneliti berbagai pengetahuan selama masa perkuliahan sampai masa penyusunan tesis. 7 Ucapan terima kasih yang tulus juga penulis sampaikan kepada suami penulis, Syamsul Alam, anak-anak, dan saudara-saudara penulis atas dukungan moril dan materil yang diberikan selama penulis menempuh pendidikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada sahabat seperjuangan Bahasa Indonesia Angkatan 2015 (Andi Yusdianti, Susiati, Rima, Sumiaty, Risman Iye, Taufik, Sutrisno, Nur Sariati, Nur Rahma Al Haqq, Raviqa, Ikos, Karim,) yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, terima kasih karena telah tulus memberikan semangat, motivasi kepada penulis, dan menjadi teman diskusi yang kritis. Semoga segala bantuan, masukan, motivasi, dan pengorbanan yang diberikan kepada penulis mendapat balasan dari Allah Swt., dan semua yang telah diberikan kepada penulis dapat bernilai ibadah di sisi-Nya. Sebagai manusia biasa, penulis pun tak lepas dari salah dan khilaf. Oleh karena itu, saran, tanggapan, dan kritikan yang bersifat membangun untuk perbaikan tesis ini amat penulis harapkan. Harapan dari penulis semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amin. Makassar,Januari 2018 Penulis 8 9 10 11 12 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran I :Tabel Rekapitulasi Penggunaan Gaya Bahasa dalam Novel Atheis dan Novel Telegram Lampiran II : Sinopsis Novel Atheis Karya Achdiat Karta Mihardja Lampiran III : Sinopsis Novel Telegram Karya Putu Wijaya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan salah satu cabang kesenian. Dalam kaitannya dengan masyarakat, sastra adalah cermin kehidupan yang mampu memanfaatkan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Sastra lahir dari perenungan-perenungan penciptanya tentang kehidupan secara mendalam sehingga secara langsung pencerminan tentang kehidupan pada era tersebut terlihat mencolok baik itu dari segi sosial, budaya maupun dari karakteristik gaya bahasa. Sastra tidak hanya dinilai sebagai karya seni yang bersifat imajinatif, tetapi juga dianggap sebagai suatu kreativitas yang bermanfaat sebagai konsumsi intelektual pembaca. Selain itu, sastra juga mengandung unsur keindahan yang menumbuhkan perasaan khusus para penikmatnya. Wujud ciptaan yang dapat membangun perasaan khusus tersebut salah satunya adalah bagaimana penggunaan bahasa dalam karya sastra itu dibungkus. Setiap kali membicarakan karya sastra, kita tak bisa melepaskan diri dari medium karya sastra itu, yaitu bahasa. Karya sastra merupakan produk kebahasaan. Bahasa adalah satu-satunya alat yang digunakan dalam penciptaan karya sastra. Ide-ide yang dimiliki pengarang dituangkan dalam bentuk karya sastra dengan cara berbahasa yang 1 2 berbeda. Oleh pengarang, bahasa menjadi kekuatan dalam proses penciptaan karya. Dalam periode tertentu, gaya setiap genre sastra dari pengarang yang satu dan yang lain selalu berbeda. Ratna (2009: 138) menyatakan bahwa salah satu fungsi periodisasi sastra Indonesia adalah menunjukkan perkembangan gaya itu sendiri. Karya sastra, baik sebagai kualitas individual maupun komunal tidak statis. Karya sastra tidak lahir dari kekosongan, tetapi memiliki akar sosial. Karya sastra tidak berkembang dalam dirinya sendiri. Struktur karya sastra berubah karena dievokasi oleh perkembangan masyarakat. Pengarang secara totalitas memilih gaya terhadap karya sastra yang mereka tulis melalui proses imajinasi dan kreativitas, tetapi pemahaman secara sosial budaya menunjukkan bahwa pengarang dikondisikan oleh perilaku masyarakatnya. Misalnya, tidak ada sastra Balai Pustaka tanpa masyarakat dan para pengarang Minangkabau yang dengan penuh kesadaran bermaksud untuk menampilkan sistem matriarkhat. Penelitian ini akan menganalisis dua novel yang berbeda masa, yaitu novel pada masa Angkatan 1945 yang diwakili oleh novel Atheis karya Achdiat Karta Mihardja (1949) dan novel pada masa Angkatan 1966- 1970an yang diwakili oleh novel Telegram karya Putu Wijaya (1973). Menurut Lukni (2010: 1), secara urutan waktu sastra Indonesia terbagi atas beberapa angkatan, yaitu Angkatan Pujangga Lama, Angkatan Sastra Melayu Lama, Angkatan Balai Pustaka, Angkatan Pujangga Baru, 3 Angkatan 1945, Angkatan 1950-1960-an, Angkatan 1966–1970-an, Angkatan 1980-1990-an, Angkatan Reformasi, Angkatan 2000-an. Goatly (dalam Black, 2011: 195) menyatakan bahwa wacana selalu terjadi di dalam ruang sosial sehingga penafsiran terhadap teks sastra selalu memiliki hubungan dengan genre dan situasi sosial. Perbedaan dalam setiap angkatan berdampak pula pada karakteristik penggunaan gaya bahasa dalam karya sastra (puisi, drama, dan prosa). Pengalaman hidup dan gejolak sosial, politik, dan budaya telah mewarnai karya sastrawan Angkatan 1945. Karya sastra angkatan ini lebih realistik dibanding karya angkatan sebelumnya. Karya-karya sastra pada angkatan ini banyak bercerita tentang perjuangan merebut kemerdekaan seperti halnya puisi-puisi Chairil Anwar. Sastrawan Angkatan 1945 memiliki konsep seni yang diberi judul “Surat Kepercayaan Gelanggang”. Konsep ini menyatakan bahwa para sastrawan Angkatan 1945 ingin bebas berkarya sesuai alam kemerdekaan dan hati nurani. Pada periode ini cerpen Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma dan Novel Atheis dianggap sebagai karya pembaharuan prosa Indonesia. Seperti yang dijelaskan Teeuw (dalam Yudiono, 2007: 116-117) bahwa pembaharuan itu tidak terjadi secara tiba-tiba pada saat proklamasi. Selama masa pendudukan Jepang sudah terjadi tanda-tanda perubahan seperti diperlihatkan Chairil Anwar, Idrus, Usmar Ismail, Achdiat Karta Mihardja tetapi tidak segera muncul ke permukaan karena tertekan oleh kekuasaan Jepang. 4 Angkatan 1945 lahir dalam suasana lingkungan yang sangat prihatin dan serba keras, yaitu lingkungan fasisme Jepang dan dilanjutkan peperangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Menurut Angelina (2008: 1) ciri-ciri Angkatan 1945, yaitu terbuka; pengaruh unsur sastra asing lebih luas; corak isi lebih realis dan naturalis; individualisme sastrawan lebih menonjol, dinamis, dan kritis; penghematan kata dalam karya ekspresif; sinisme dan sarkasme; karangan prosa berkurang, puisi berkembang. Kesusastraan pada Angkatan 1966-1970-an lebih didominasi oleh karya-karya yang beraliran realisme sosial. Tema-tema dalam karya sastra dalam masa ini berlatar revolusi, kehidupan pelacur, sosial, kejiwaan, dan keagamaan. Tema-tema tersebut lebih menekankan pada kritikan terhadap pemerintahan pada masa itu yang gagal dalam menyejahterakan rakyat Indonesia dan gagalnya menciptakan stabilitas keamanan di dalam negeri sehingga banyak daerah yang memberontak. Menurut Teeuw (1980: 68) pengungkapan yang digunakan dalam Angkatan 1966-1970-an adalah bersifat eufimisme yang memunculkan citra positif terhadap penguasa dengan menyembunyikan kenyataan yang menyakitkan, terjadinya bentuk-bentuk