Ersis Warmansyah Abbas MenulisMenulis

Menghancurkan BelengguBelenggu

Penerbit: WAHANA Jaya Abadi Kompleks Puri Asri Blok D-48 Padasuka Telepon 022-88884477

Sampul Dalam iii Menulis Menghancurkan Belenggu Ersis Warmansyah Abbas Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.

Setting/Layout : Ersis Warmansyah Abbas Desain Sampul : Ersis Warmansyah Abbas Pemeriksa Aksara : Risna Warnidah Cetakan Pertama : Juni 2015

Sanksi Pelanggaran Pasal 72: Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1997 tentang Hak Cipta

1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu bulan dan/atau dengan paling sedikit Rp1.000.000.00 (satu juta rupiah) atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

iv Sampul Dalam Kattta Pengantar

KUNGKUNGAN. Menulis dipastikan menjadi keinginan banyak orang, tetapi tidak sedikit yang kecewa, karena tidak semudah yang dibayangkan. Berbagai hambatan kemudian menjadi belenggu sehingga menulis menjadi susah dan menyusahkan. Padahal, bahwa sesungguhnya, menulis tidak sesusah yang dibayangkan, menulis itu mudah, sangat mudah malahan. Ya, menulis menjadi sesuatu yang mudah dan memudahkan manakala (calon) penulis berhasil mematahkan belenggu-belenggu menulis yang membalut mindset sehingga menjadi mental block. Karena itu, manakala seseorang berkehendak menulis dia harus ”membereskan” dirinya, membebaskan diri dari belenggu-belenggu menulis. Belenggu tersebut berupa mindset yang mengalahkan potensi bawaan yang begitu dahsyat, yaitu potensi menulis.

KATA PENGANTAR v Buku ini bermuatan gagasan yang dirakit dari pengalaman, bahwa menghancurkan belenggu menulis dilakukaan berdasarkan penyadaran diri dengan membangun mindset menulis mudah. Menulis mudah dapat diraih dengan memposisikan diri sebagai pembelajar sepanjang hayat dalam arti, menulis, menulis, dan terus menulis. Menulis sebagai lakukan belajar. Dengan demikian, lakuan tidak menjadikan pihak di luar diri sebagai ”kambing hitam” kegagalan menulis. Tepatnya, membenahi diri sendiri dan me- manage hal-hal di luar diri berkontribusi konstruktif dalam membangun kemampuan dan keterampilan menulis. Manakala kemampuan dan keterampilan menjadi bagian diri, menulis beranjak posisinya sebagai kebutuhan berlandaskan kemauan diri. Selamat membaca. Selamat memindai dan mempraktikkan kiat-kiat menghancurkan belenggu- belunggu menulis menuju menulis mudah. Salam menulis. Banjarbaru, 7 Juni 2015.

vi KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...... v DAFTAR ISI ...... vii

BAGIAN PERTAMA: MENINDAS KEBIASAAN BURUK ...... 1 1.1 Membenahi Berpikir ...... 3 1.2 Menumpahkan Pengetahuan ...... 7 1.3 Menjinakkan Kesombongan ...... 11 1.4 Menindas Kebiasaan Buruk ...... 15 1.5 Menyamankan Diri ...... 19

BAGIAN KEDUA: MENGHANCURKAN BELENGGU DIRI ...... 23 2.1 Akan Menulis, Akan, dan Akan (Lagi) ...... 25 2.2 Bertanya, Bertanya, dan Bertanya (Lagi) .... 29 2.3 Berguru, Berguru, dan Berguru (Lagi) .... 33 2.4 Mengeluh, Mengeluh, dan Mengeluh (Lagi) ...... 37 2.5 Bermimpi, Bermimpi, dan Bermimpi (Lagi) ...... 41 2.6 Berkomentar, Berkomentar, dan Berkomentar (Lagi) ...... 44 2.7 Menyoal, Menyoal, dan Menyoal (Lagi) . 47 2.8 Merajuk, Merajuk, dan Merajuk (Lagi) ... 50 2.9 Ngeyel, Ngeyel, dan Ngeyel (Lagi) ...... 53 2.10 Menulis, Menulis, dan Menulis (Lagi) .. 53

DAFTAR ISI vii BAGIAN KETIGA: MENSIASATI KENDALA-KENDALA ...... 59 3.1 Jebakan Kerangka...... 61 3.2 Deraan Minder ...... 64 3.3 Memerangi Malas ...... 67 3.4 Dihajar Guru ...... 70 3.5 Ketika Ide Dicuri ...... 73 3.6 Tulisan Loe Buruk ...... 76 3.7 Uuh ... Nyebelin Banget ...... 79 3.8 Kecewa Setelah Menulis ...... 82 3.9 Dikecewakan Lomba Menulis ...... 85 3.10 Jangan Putus Asa ...... 88

BAGIAN KEEMPAT: ME-MANAGE MARAH ...... 91 4.1 Marah Merugikan Kehendak ...... 93 4.2 Dicaci, Berdamailah ...... 96 4.3 Gue Ngak Suka...... 99 4.4 Mari Me-Manage Marah ...... 102 4.5 Perantau Dicaci-Maki ...... 105 4.6 Tidak Direspon, Duh Gemes ...... 108 4.7 Duh ... Teganya, Teganya ...... 109 4.8 Dikecewakan Penerbit ...... 114 4.9 Pikiran Sesat ...... 117 4.10 Mari Menyahabati Diri ...... 120

viii DAFTAR ISI BAGIAN KELIMA: MENJINAKKAN KEBIASAAN BURUK ...... 123 5.1 Tidak Berkarakter...... 126 5.2 Mindset Lucu ...... 128 5.3 Sampai Muntah ...... 131 5.4 Mempersoalkan Bukan Halnya ...... 134 5.5 Menyakiti Diri ...... 137 5.6 Berlagak Hebat ...... 140 5.7 Hantu Bakat ...... 144 5.8 Raja Komentar ...... 147 5.9 Raja Alasan Ratu Berkilah ...... 151 5.10 Sudahlah, Menulis Sajalah ...... 155

PENULIS ...... 159

DAFTAR ISI ix x DAFTAR ISI BBBAAAGIAN Pertttama

MenINDAS Kebiasaan Buruk

Menindas Kebiasaan Buruk 1 Tulisan tidak selesai lebih buruk dari sampah. Mari tindas menulis tidak tuntas. Membangun kemampuan menulis tuntas berarti membangun mindset menulis. Tinggalkan kebiasaan buruk tidak menyelesaikan tulisan. Tulisan tidak selesai mencederai ide, gagasan, dan pikiran.

2 Menindas Kebiasaan Buruk 1.1 Menulis Membenahi Berpikir

Tidak diragukan lagi, apa pun motifnya, banyak orang berkehendak menulis dan tidak semua berhasil menjadi penulis. Apa pun itu, menulis menjadi dambaan berjuta- juta orang. Lalu, kenapa ada yang sukses dan banyak yang ‘tergeletak’ sehingga menulis sebatas angan-angan belaka?

PENULIS produktif terkesan menulis begitu mudahnya. Padahal, keterampilan menulis tidak diperoleh begitu saja. Sebab, menulis memerlukan pengetahuan, pengalaman, tekad, latihan, dan seterusnya. Dan, ini paling penting, menulis melakukan. Dalilnya, manakala seseorang tidak menulis dipastikan dia tidak akan menghasilkan tulisan. Pada kenyataannya, jutaan orang berkehendak menulis, tetapi tulisannya tidak menjadi. Berjuta-juta pula yang memiliki pengetahuan dan pengalaman memadai, tetapi tidak menjadi tulisan. Bahkan, ada yang mempelajari teori atau seluk-beluk menulis sampai ke perguruan tinggi, tetapi mandul menulis. Tidak sepadan dengan ilmunya. Apakah menulis demikian susahnya?

Menindas Kebiasaan Buruk 3 Tidak sedikit orang yang tidak mempelajari teori menulis, tetapi tulisannya bagus. Perbincangan dengan Andrea Hirata, masih tergiang di telinga saya. “Ndre”, tanya saya pada suatu perbincangan, “Kamu hebat. Saya kagum membaca pendeskripsian pengangkatan perahu dalam Laskar Pelangi, dan terbahak-bahak membaca taruhan menyambut durian dengan telapak tangan.” Jawaban Andrea lebih seru. Kata Andrea, setelah Laskar Pelangi popu- lar, seseorang bertanya: ”Bagaimana memilih diksi demikian hebat?” Jawabnya: “Saya tidak tahu apa itu diksi, tidak paham apa itu majas.” Setelah menulis novel, Andrea mempelajari apa itu diksi, apa itu majas, dan seterusnya. Bahkan, sekolah menulis ke Iowa University. Jangan-jangan setelah itu Andrea tidak mampu lagi menulis novel sehebat Laskar Pelangi. Kita lihat saja buktinya. Testimoni Andrea, menulis Laskar Pelangi sebagai janji hatinya kepada Bu Muslimah. Tentu, diperlukan waktu bertahun-tahun, bahkan setelah pengembaraannya yang panjang selepas SD Muhammadiyah Belitung barulah terpenuhi janji tersebut. Muatan pesannya, ada kehendak dibalut tekad kuat dari dalam diri.

4 Menindas Kebiasaan Buruk Sebaliknya, manakala seseorang ingin menulis sesuatu dengan kehendak tidak jelas, tujuannya abu-abu, atau tidak mau memenuhi persyaratannya, manalah mungkin mampu menulis sesuatu. Sekadar mimpi doang. Tepatnya, mindset harus dibenahi terlebih dahulu. Kalau menulis dengan tekad setengah- setengah bukan karya tulis yang menjadi, tetapi tulisan setengah jadi. Pada banyak kasus, menjadi tulisan satu atau dua alinea. Maunya menulis novel, mana ada novel sealinea. Maunya menulis buku, kalau baru menulis beberapa halaman. Tulisan yang tidak selesai bukanlah tulisan, novel yang tidak tuntas, bukanlah novel. Buku yang ditulis beberapa halaman bukanlah buku. Tulisan sepenggal lebih buruk dari lamunan. Menulis bukan angan-angan tidak impian. Bahwa, tulisan hebat bisa jadi berasal dari angan- angan atau impian, mungkin saja. Melakukan (menulis) berarti mampu mengenyahkan kendala- kendalanya. Tidak beralasan atau berkilah. Bukan munafik. Maunya menulis novel yang dibiasakan mengomentari novel atau mencaci novel orang tentu tidak berhubungkait dengan menulis novel.

Menindas Kebiasaan Buruk 5 Menulis bukan pekerjaan main-main. Ada persyaratan pendukungnya. Mustahil mereka yang tidak memiliki pengetahuan tentang DNA menulis tentang rangkaian DNA. Mustahil orang yang tidak pernah memikirkan lingkungan hidup hebat menulis tentang lingkungan hidup. Hil yang mustahal. Menulis bukan sekadar melakukan, tetapi melakukan dengan cerdas. Kebiasaan buruk penulis gagal, dimulai ketika ada pantikan ide, lalu menulis. Padahal, dukungan informasi, pengetahuan dan pengalamannya, belum memadai. Kalau demikian, jelas saja, menulis satu dua kalimat, satu dua alinea, lalu mandek. Tidak mengukur bayang-bayang. Lalu, bagaimana memula menulis? Tulis apa yang ada di pikiran, tulis apa yang telah dipikirkan, tulis apa yang telah ditulis di otak. Bukan memikirkan apa yang akan ditulis. Berpikirlah sebelum menulis. Tulisan ”buah” berpikir, bukan hasil memikirkan yang bukan-bukan. Believe it or not. Bagaimana menurut Sampeyan?

6 Menindas Kebiasaan Buruk 1.2 Menulis Menumpahkan Pengetahuan

Menimbun pengetahuan memanfaatkan pancaindra merupakan modal menulis. Tanpa pengetahuan memadai sangat sulit bagi seseorang untuk menulis yang baik. Pengetahuan memadai memudahkan pengoperasian otak dan memformulasikan konsep yang akan “dituangkan” menjadi tulisan.

TAMAN ITB. Mendung siang itu, di taman ITB, semakin menyejukkan. Pengurus GPM Bandung mengundang saya untuk sharing menulis buku. Pengurus telah mengumpulkan 30 (tiga puluh) tulisan. Separohnya pantas menjadi bagian calon buku. Selebihnya? Tidak memenuhi syarat. Ada apa? Ada tulisan yang ditulis sekadar ditulis alias pengetahuan penulis tidak memadai. Saya maklum, ada anak SD atau ibu rumah tangga yang baru pertama menulis. Ringkas kisah, seorang peserta, anak SD - --anggota GPM termuda--- diminta mengamati taman. Perhatikan, berapa jumlah pohon, pohon apa saja, bunga apa saja, dan berapa pengunjung. Ingat, taman ini berada di sebelah masjid Salman ITB dan, lihat mobil lalu lalang di jalan seputar taman. Jangan lupa ”merasakan” betapa nikmatnya di taman ini.

Menindas Kebiasaan Buruk 7 Si Anak SD menggunakan matanya untuk melihat, memanfaatkan otaknya untuk mencerna dan merekam apa yang dipindai pancaindranya. “Sudah?” tanya saya sepuluh menit kemudian. Kami diskusikan yang ”didapatnya.” OK, pukul 22.00 WIB tulisanmu diposting di laman GPM Bandung. Saudara-saudara sekalian. Si Anak SD memposting tulisannya dan sangat bagus untuk ukuran anak SD. Saya bangga. Mudah-mudahan, nanti menjadi penulis lahiran GPM. Menulis apa yang dia kuasai, apa-apa yang dipindai pancaindranya, diolah dan disimpan di otak. Jadilah tulisan menarik. Tugas berikutnya, mengembangkan imajinasi. Tulisan berdasarkan imajanisi tidak kalah seru manakala basik pengetahuan memadai, atau gabungan antara fakta dan imajinasi. Menulis tanpa pengetahuan sesuatu yang mustahil. Kepada teman-teman anggota GPM Bandung diminta agar mencatat tentang jalan Braga, Taman lalu Lintas, Bumi Siliwangi, Cikapundung sampai kawasan Cibaduyut. Ketua GPM Bandung mendistribusikan tugas. Seorang ibu bertanya: “Bapak kok paham tentang Bandung?”

8 Menindas Kebiasaan Buruk “Bu”, kata saya, “kemana pun pergi ke bagian Bandung selalu dicatat di otak. Dan, sebelum ke sini saya mengingat lebih serius setelah berselancar di internet. Untuk mencari tahu letak Taman ITB saya mencari informasinya di internet. Jadi, tidak perlu bertanya.” Ya, menulis paling mudah menuliskan apa yang ada di otak berdasarkan apa yang dipindai pancaindra, seperti juga pengalaman. Pada contoh di atas, anak SD saja berhasil. “Mustahil teman-teman menulis sesuatu tanpa mengetahui sesuatu tersebut. Jadi, pelajari terlebih dahulu apa yang akan ditulis”. Peserta sharing mengangguk-angguk dan semoga mereka melakukan riset kecil-kecilan sebelum menulis. Menulis menuangkan pengetahuan. Pengalaman sharing dengan banyak penulis pemula membawa kepada simpulan, kemandekan menulis terkarena basik pengetahuan tidak memadai. Ada pantikan menulis, langsung ditulis. Baru menulis satu-dua alinea mandek. Terang saja, sebab pengetahuan pendukungnya tidak memadai. Kekerdilan pengetahuan tidak terpindai, dan ketika menulis berikutnya terulang lagi. Jadilah, kebiasaan buruk yang berakibat tulisan tidak pernah tuntas.

Menindas Kebiasaan Buruk 9 Menimbun pengetahuan memanfaatkan pancaindra, bisa jadi lebih mudah dengan membaca, dan lebih afdol gabungan keduanya. Akan mematen manakala dengan mengoperasikan otak secara serius alias menjadikannya konsep. Konsep tersebut disimpan di otak. Dan, manakala ada kehendak menulis, ya ditulis. Memang, kalau sudah fasih menulis, sekelabat melihat atau merasakan sesuatu, ide bisa dikembangkan dan langsung ditulis. Tetapi, tidak bagi pemula. Pemula harus berlatih. Dalam bahasa lebih kasar, kalau isi otak kosong, atau katakanlah informasi yang akan ditulis terbatas, bagaimana mungkin akan dihasilkan tulisan bagus. Dan, kenapa terjadi ejakulasi menulis? Satu diantara penyebabnya, otak yang ”kosong” atau tidak cukup informasi yang akan diolah atau karena tidak memadainya pengetahuan. Jadi, kalau ingin menulis sesuatu, cukupkan informasi tentang sesuatu tersebut, olah di otak, dan tumpahkan. Menulis menumpahkan pengetahuan. Tanpa pengetahuan, ”tong kosong nyaring bunyinya”, tetapi tidak akan menjadi tulisan. Bagaimana menurut Sampeyan?

10 Menindas Kebiasaan Buruk 1.3 Menjinakkan Kesombongan

Suatu kali saya mendapat pasien, gimana gitu. Berkali- kali dia mengutarakan kehendak menulis, berkali-kali berkonsultasi, dan tetap tidak menulis. “Mbak, Sampeyan perbanyak membaca, rajin bepergian, dan amati apa yang dilihat. Untuk pemerolehan kosakata, beli Kamus Besar Bahasa ”. Anjuran saya tidak diindahkannya.

TIDAK dapat tidak, orang ini sombong. Bagaimana tidak. Pengetahuannya cekak, diminta membaca buku anu buku itu, tidak dilakukan. Disuruh membeli KBBI agar penguasaan kosakata memadai, yang diutarakannya alasan. Kalau alasan yang ditegakkan berarti dia menutup diri untuk belajar. Tidak mau belajar. Kalau demikian, pasti mengembangan kemampuan mandek menulis. Basik menulis adalah pengetahuan. Si Mbak, karena tidak mau belajar berarti menganggap dirinya hebat alias sombong. Tidak kontributif bagi pengembangan kemampuan menulis. Ada orang yang tidak sadar sombong diri dan melawan esensi menulis dengan keinginan menulis tetapi menafikannya sebagai proses pembelajaran. “Gua ini sarjana, lho?”.

Menindas Kebiasaan Buruk 11 Waduh, tentu dia tidak paham. Tidak ada signifikansi korelasional antara gelar akademik dengan karya tulisan. Mereka yang pengetahuannya cekak, mereka yang berpengetahuan luas dan sarat pengalaman kalau tidak melakukan (menulis) tidak akan fasih menulis. Dalam melakukan tersebut proses pembelajaran berlangsung. Profesor dan doktor sekalipun kalau tidak menulis tidak akan menghasilkan tulisan. Bayangkan, orang berpengetahuan cekak sombong, tidak mau belajar, bagaimana dia akan berhasil memenuhi kehendak menulisnya? Mustahil. Padahal, dari apa yang kita tulis kita belajar. Oh, tulisanku kurang ini kurang itu, bahannya kurang, logikanya tidak benar. Karena itu, gua harus memperbanyak belajar. Begitu seharusnya. Begitu sikap pembelajar. Esensi menulis belajar. Ketika seseorang geram melihat libido sementara orang untuk korupsi, dia ingin menulis, apakah sekadar untuk menumpahkan kegeraman atau menawarkan ide agar korupsi tidak semakin merajalela. Untuk itu dia membaca referensi, apa itu definisi korupsi, kenapa digemari, bagaimana solusinya, dan bla-bla.

12 Menindas Kebiasaan Buruk Setelah pengetahuannya memadai, otaknya didayagunakan, dan hasil pendayagunaan otak tersebut dituliskan. Tulisan tersebut dibaca dan ditimbang, yang kurang ditambahi, yang lebih dikurangi hingga menjadi tulisan bermanfaat. Proses demikian pembelajaran diri. Atau contoh yang lebih ringan. Seseorang ingin menulis buku, tetapi tidak fasih menggunakan komputer, ya harus belajar menggunakan komputer. Kecuali, kalau dia mau menulis memakai pensil atau pena, namun penerbit sekarang mana mau menerima naskah tulisan tangan. Kalau tidak mau belajar, membelajarkan dirinya, ya penerbit pasti enggan menerima. Sombong dengan kemampuan diri yang apa adanya ujung-ujungnya merugikan diri sendiri. Bukan ciri penulis. Begitulah. Dari hulu sampai ke hilir, kalau berkehendak menulis, apalagi menjadi penulis, harus belajar. Lagi pula, yang namanya pengetahuan seperti juga teknologi terus berkembang. Arus kemajuan tersebut harus dikuasai dengan membelajarkan diri. Dan, di dunia serba kompetitif ini, alasan ini-itu tidak ada manfaatnya.

Menindas Kebiasaan Buruk 13 Jadi, ingin menulis? Belajarlah. Belajarkan diri. Pelajari apa yang dapat dipelajari, tulis apa yang dapat ditulis. Jangan sombong diri. Sombong diri musuh utama menulis. Bagaimana menurut Sampeyan?

14 Menindas Kebiasaan Buruk 1.4 Menindas Kebiasaan Buruk

Sejak mempublis tulisan di dunia maya, menerbitkan buku- buku tentang menulis, sharing menulis di banyak tempat, dan mendirikan GPM, satu hal kebiasaan buruk penulis pemula yang terpindai, menulis tidak tuntas. Tepatnya, menulis sealinea mandek alias tidak dituntaskan. Sungguh kebiasaan buruk.

PERNAH, suatu kali, saya memeriksa files komputer seseorang, duh mak, isinya tulisan sepersepuluh, atau paling bagus, tulisan setengah jadi. Ada tulisan tentang politik, pendidikan, wisata, sepotong- sepotong. Sungguh heran, orang ini mau menulis atau membiasakan menulis sepotong-sepotong? Oh My God. Tempo hari dia menulis sealinea, tulisan tidak tuntas. Besok diulangi, besok lagi diulangi lagi, begitu seterusnya. Sadar atau tidak, dia membangun kebiasaan buruk, menulis tidak tuntas. Kalau otak dilatih menulis tidak tuntas, akan terbentuk kebiasaan menulis tidak tuntas. Coba saja, sekali-kali menulis sampai selesai, otak akan bingung dan protes: “Kenapa nih ”Bos” menulis sampai selesai. Ini keluar pakem yang dibangun selama ini.” Nah, lho.

Menindas Kebiasaan Buruk 15 Untuk menindasnya, menulislah sampai tuntas. Kalau satu tulisan belum selesai jangan beralih menulis yang lain. Apa pun kendalanya atasi. Pokoknya selesai. Kalau satu tulisan belum selesai otak akan mengingatkan: “Bos, selesaikan dulu tulisan ini, baru ke ‘lain hati’. Nah, lho. Suer, saya jarang menulis ‘tergantung’. Kalau kira-kira tidak sanggup menyelesaikan, dihapus. Tidak dipikirkan lagi. Menyerah. Kemudian menulis yang lain sampai selesai. Tulisan selesai tersebutlah yang dapat dikategorikan tulisan. Tulisan tidak selesai lebih buruk dari sampah karena mendenda diri. Tepatnya, penulis yang produktif menulis karena tulisannya selesai. Tulisan-tulisan selesai tersebut yang menggunung dan jelas adanya. Berbeda dengan penulis setengah jadi, menjadi tulisan yang bukan tulisan. Cara melatihnya tidak sulit. Manakala menulis jangan pernah berhenti kalau belum selesai. Kalaupun mengagntung pelajari dan kerahkan kemampuan untuk menyelesaikannya. Proses demikian dinamakan melatih diri, berlatih menulis. Sebaliknya, memfasilitasi menulis tidak tuntas, berarti membangun cara buruk menulis.

16 Menindas Kebiasaan Buruk Apalagi kalau terbentuk mindset menulis tidak tuntas. Bisa-bisa menjadi penyakit dimana apabila menulis tidak tuntas ada rasa puas diri. Bahkan, bangga. Buktinya, demikian banyak tulisan tidak selesai. Diulangi, diulangi, dan diulangi lagi. Logikanya, tidak mungkin seseorang melakukan hal berulang karena tidak senang. Secara psikologis, seseorang mengulangi perilaku karena senang, menyenangi perbuatannya. Karena ini, kalau berkehendak menulis, mari tindas menulis tidak tuntas dengan menyelesaikan tulisan. Membangun kemapuan menulis tidak tuntas, disamping tidak bagus bagi hasilan menulis, juga tidak konstruktif dalam membangun tekad; dalam membangun mindset menulis. Halnya menjadi lain kalau bermaksud mempersiapkan sakit jiwa, menyenangi hal yang tidak disenangi. Memilih mempersiapkan sakit jiwa bisa jadi merupakan hak asasi. Hanya saja, kalau ingin melatih kemampuan menulis, anjuran saya, menulislah sampai selesai. Menulis tuntas. Untuk itu haruslah ditinggalkan kebiasaan buruk tidak menyelesaikan tulisan. Tulisan yang tidak selesai mencederai ide, gagasan, dan pikiran.

Menindas Kebiasaan Buruk 17 Karena itu, mari menulis tuntas. Menulis tuntas berarti tulisan yang menjadi. Tulisan menjadi, bukan saja membangun kepercayaan diri, tetapi akan beranak-pinak karena satu tulisan akan ”menghimbau” tulisan berikutnya. Selamat menulis tuntas. Bagaimana menurut Sampeyan?

18 Menindas Kebiasaan Buruk 1.5 Menulis Menyamankan Diri

Sejak menyebarkan virus menulis melalui Ersis Writing Theory tidak sedikit balikannya. Ada yang mengamini ada pula yang mencaci. Masukan atau kritikan positif dijadikan masukan, masukan negatif dicuekin saja. Saya menyebarkan virus menulis berkesadaran membangun mindset sebagai modal menulis.

MENULIS itu mudah. Dari 20 (dua puluh) lebih buku karya saya yang diterbitkan tentang menulis, sejak buku pertama: Menulis Sangat Mudah (Gama Me- dia, 2006 dan 2007) saya tulis dengan mudah. Kalau susah, mana mungkin menerbitkan buku tentang menulis demikian banyak. Ditambah buku-buku lainnya, apalagi ratusan artikel di media cetak, plus di dunia maya, jangan-jangan tergolong penulis produktif. Tetapi, itu belum seberapa. Ada penulis yang menulis lebih dari 100 (seratus) buku. Lalu apa yang membuat produktif? Pasti sudah, karena menulis. Bukan karena meluluhkan diri belajar teori, tidak pula karena menceburkan diri dalam kubangan diskusi tentang menulis yang baik itu begini-begitu, atau mendongeng tentang menulis yang baik itu begini-begitu. Manakala terus menerus menulis, hasilnya bejibun tulisan.

Menindas Kebiasaan Buruk 19 Seorang teman yang secara akademis pengampu mata kuliah menulis selama puluhan tahun. Bisa jadi, mahasiswanya sudah ribuan. Profesinya mengampu mata kuliah tentang menulis, dari menulis akademik sampai menulis popular. Bukunya tentang menulis? Setahu saya belum ada. Lalu, bagaimana dia memberi kuliah? Entahlah. Bukan bermaksud sombong, banyaknya tulisan saya karena menulis, dan menyelesaikan tulisan. Tulisan tersebut dikumpulkan dan diedit, jadilah buku. Banyak orang yang lebih hebat, lebih potensial, lebih mumpuni, tetapi karena tidak melakukan (menulis) ya tulisannya tidak menjadi. Artinya, tulisan ada karena ditulis dan diselesaikan sehingga menjadi tulisan. Setelah tulisan menjadi, apalagi dimuat me- dia cetak, lebih apalagi kalau menjadi buku, duh senangnya. Sesuatu yang tidak bisa diukur dengan kepemilikan harta atau hal kebendaan lainnya. Sungguh menyenangkan. Nyaman. Menyenangkan diri tidak salah bukan? Penyamanan diri akan menjadi-jadi, manakala mendapat honor dan royalti dari tulisan. Mana pula dikenal banyak orang. Tidak ada yang salah bukan?

20 Menindas Kebiasaan Buruk Hal tersebut tentu berbanding terbalik, misalnya kita berkehendak menulis, tetapi tidak dilakukan. Pikiran tidak nyaman, ada yang membeban. Padahal, kalau dituliskan terasa plong. Sesuatu yang susah dilukiskan. Artinya, kita membenturkan kehendak diri dengan lakuan terbalik. Terang saja membuat pusing. Pertama, manakala berkehendak menulis tetapi pengetahuan pendukung tidak memadai, pastilah membuat pikiran mumet. Kehendak hati memeluk bulan apa daya tangan tak sampai. Kedua, manakala berkehendak menulis, pengetahuan dan pengalaman lebih dari cukup sebagai bahan untuk ditulis, tetapi yang dibiasakan menulis tidak tidak tuntas, ya mana mungkin menghasilkan karya tulisan. Membuat pusing juga tentunya, pikiran tidak nyaman. Ketiga, manakala berkehendak menulis, belajarkan diri bukan saja dalam mencukpi pengetahuan pendukung, tetapi juga dengan keterampilan agar tulisan menjadi. Menulis sebagai karya pribadi bukanlah produk yang bisa dibeli di toko kelontong atau tokoh buku. Menulis penuangan pikiran hasil keterampilan (menulis).

Menindas Kebiasaan Buruk 21 Kiranya, dengan pengantar pada Bab I ini dan kemudian dielaborasi denga contoh jenaka, bisa pula agak nakal, pada bab-bab berikut, Sampeyan mampu memindai, bahwa kebiasaan-kebiasaan buruk dalam menulis perlu ditindas, dienyahkan sehingga aktivitas menulis menyamankan. Menjadikan diri nyaman, baik pada prosesnya maupun setelah tulisan menjadi kiranya samudera kenyamanan. Bagaimana menurut Sampeyan?

22 Menindas Kebiasaan Buruk DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Ersis Warmansyah. (2007). Menulis Sangat Mudah. : Mata Khatulistiwa. Abbas, Ersis Warmansyah. (2007). Menulis Mari Menulis. Yogyakarta: Mata Khatulistiwa. Abbas, Ersis Warmansyah. (2008). Menulis dengan Gembira. Yogyakarta: Gama Media. Abbas, Ersis Warmansyah. (2008). Menulis Berbunga-Bunga. Yogyakarta: Gama Media. Abbas, Ersis Warmansyah. (2008).Virus Menulis Zikir Menulis. Yogyakarta: Gama Media. Abbas, Ersis Warmansyah. (2008). Menulis Mudah: Dari Babu Sampai Pak Dosen. Yogyakarta: Gama Media. Abbas, Ersis Warmansyah. (2009). Menulis Tanpa Berguru. Yogyakarta: Gama Media. Abbas, Ersis Warmansyah. (2009) Menulis Membangun Peradaban. Yogyakarta: Gama Media.

Daftar Pustaka 159 Abbas, Ersis Warmansyah. (2011) ‘Jatuh Cinta’ Menulis. Bandung: Wahana Jaya Abadi. Abbas, Ersis Warmansyah. (2011). Indonesia Menulis. Bandung: Wahana Jaya Abadi. Abbas, Ersis Warmansyah. (2012). Suer, Menulis Itu Mudah. : Elex Media Komputindo, KK Gramedia. Abbas, Ersis Warmansyah. (2012). Percaya Ngak Percaya, Menulis Itu Mudah. Bandung: Wahana Jaya Abadi. Abbas, Ersis Warmansyah. (2012). Mudah Menulis Memudahkan Menerbitkan Buku. Bandung: Wahana Jaya Abadi. Abbas, Ersis Warmansyah. (2012). Menulis Menyenangkan. Bandung: Wahana Jaya Abadi. Abbas, Ersis Warmansyah. (2013). Menulis Mudah Memudahkan Menulis. Bandung: Wahana Jaya Abadi. Abbas, Ersis Warmansyah. (2013). Indonesia Menulis: Perjalanan Spiritual. Bandung: Wahana Jaya Abadi Abbas, Ersis Warmansyah. (2015). Menulis di Otak. Bandung: Wahana Jaya Abadi. Abbas, Ersis Warmansyah. (2015). Menulis Menuliskan Diri. Bandung: Wahana Jaya Abadi.

160 Daftar Pustaka Abbas, Ersis Warmansyah. (2015). Menulis Mengasyikkan. Bandung: Wahana Jaya Abadi. Abbas, Ersis Warmansyah. (2015). Menulis Membangun Midset. Bandung: Wahana Jaya Abadi. Abbas, Ersis Warmansyah. (2015). Menulis Menjinakkan Kegagalan. Bandung: Wahana Jaya Abadi. Abbas, Ersis Warmansyah. (2015). Menulis Enjoy Enjoy Sajalah. Bandung: Wahana Jaya Abadi.

Daftar Pustaka 161 162 Daftar Pustaka PENULIS

Penulis 159 PENULIS

Ersis Warmansyah Abbas (BA, Drs. M.Pd., Dr.) dosen pada FKIP Unlam Banjarmasin. Lahir di Muaralabuh, Solok Selatan, 15 November 1957. Doktor Pedidikan (IPS) UPI Bandung (2013), Magister Pendidikan (Pengembangan Kurikulum) IKIP Bandung (1995), Sarjana Pendidikan (Sejarah) IKIP Yogyakarta (1980), Sarjana Muda Pendidikan Sejarah IKIP Padang (1978). Tamatan PGAN 6 Tahun Padang, PGAN 4 Tahun Muaralabuh dan SDN 1 Muaralabuh. Pernah kuliah di FK Filsafat UGM (1982), dan alumnus Pendidikan (Kursus) Teori, Metodologi dan Aplikasi Antropologi UGM (1993). Tulisannya dimuat beberapa jurnal, dan atau, dipresentasikan pada berbagai seminar, baik di dalam maupun di luar negeri, misalnya pada 5th UPSI-UPI Conference on Education, Selangor Malaysia (2012). Untuk mendukung dan mengembangan keprofesionalannya, Presiden Lembaga Pengkajian Kebudayaan dan Pembangunan Kalimantan (LPKPK), Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Pendidikan Kalimantan

160 Penulis Selatan (LPPPKS), dan Pusat Studi Sejarah dan Nilai Budaya Kalimantan Selatan (PSNBKS), mengikuti berbagai seminar dan workhsop dalam berbagai bidang dan melakukan kerja sama penelitian dengan Asia Foundation, PT Djarum Kudus, Pemkab, Pemko dan Pemprov Kalimantan Selatan serta instansi lainnya. Ratusan tulisannya dimuat berbagai media cetak, antara lain HU Kompas, Sinar Harapan, Suara Pembaharuan, Kedaulatan Rakyat, Berita Nasional, Jayakarta, Pelita, Bandung Pos, Haluan, Radar Banjarmasin, Dinamika Berita, Banjarmasin Pos, Bandjarbaroe Post, Sinar Kalimantan dan media cetak lainnya. Pemimpin Umum Bandjarbaroe Post dan majalah GAGAH mengusung prinsip: Tulis apa yang ada di pikiran bukan memikirkan apa yang akan ditulis. Tulis apa yang hendak ditulis, pasti jadi tulisan. Publikasi harian tulisannya dapat diikuti melalui www. ersisweb.com dan facebook Ersis Warmansyah Abbas. Sebagai penyaluran kehendak menulis dan memotivasi berbagai kalangan untuk menulis, Ersis mendirikan dan mengembangkan Gerakan Persahabatan Menulis (GPM) berbasis dunia maya yang cabang daratnya berkembang di kota-kota Indonesia dengan pelibat di Singapura, Taiwan, Hongkong, Mesir, dan berbagai Negara lainnya. GPM wilayah melakukan kegiatan menulis dan telah menerbitkan puluhan buku dan untuk itulah sering bepergian ke berbagai kota dalam lakon sharing menulis atau pelatihan menulis.

Penulis 161 Ersis Warmansyah Abbas menerbitkan beragam buku dengan berbagai tema: I. TENTANG MENULIS 1. Menulis Sangat Mudah. 2007. Yogyakarta: Mata Khatulistiwa. 2 Menulis Mari Menulis. 2007. Yogyakarta: Mata Khatulistiwa. 3. Menulis dengan Gembira. 2008. Yogyakarta: Gama Media. 4. Menulis Berbunga-Bunga. 2008. Yogyakarta: Gama Media. 5. Virus Menulis Zikir Menulis. 2008: Yogyakarta: Gama Media. 6. Menulis Mudah: Dari Babu Sampai Pak Dosen. 2008: Yogyakarta: Gama Media. 7. Menulis Tanpa Berguru. 2009. Yogyakarta: Gama Media. 8. Menulis Membangun Peradaban. 2009. Yogyakarta: Gama Media. 9. ‘Jatuh Cinta’ Menulis. 2011: Bandung: Wahana Jaya Abadi. 10. Indonesia Menulis. 2011: Bandung: Wahana Jaya Abadi. 11. Suer, Menulis Itu Mudah. 2012: Jakarta: Elex Media Komputindo, KK Gramedia. 12. Percaya Ngak Percaya, Menulis Itu Mudah. 2012. Bandung: Wahana Jaya Abadi. 13. Mudah Menulis Memudahkan Menerbitkan Buku. 2012. Bandung: Wahana Jaya Abadi. 14. Menulis Menyenangkan. 2012. Bandung: Wahana Jaya Abadi. 15. Menulis Mudah Memudahkan Menulis. 2013. Bandung: Wahana Jaya Abadi. 16. Indonesia Menulis: Perjalanan Spiritual. 2013. Bandung: Wahana Jaya Abadi

162 Penulis 17. Menulis di Otak. 2015. Bandung: Wahana Jaya Abadi. 18. Menulis Menuliskan Diri. 2015. Bandung: Wahana Jaya Abadi. 19. Menulis Mengasyikkan. 2015. Bandung: Wahana Jaya Abadi. 20. Menulis Membangun Midset. 2015. Bandung: Wahana Jaya Abadi. 21. Menulis Menjinakkan Kegagalan. 2015. Bandung: Wahana Jaya Abadi. 22. Menulis Menghancurkan Belenggu. 2015. Bandung: Wahana Jaya Abadi. 23. Menulis Enjoy Enjoy Sajalah. 2015. Bandung: Wahana Jaya Abadi.

II. FIKSI 1. Surat Buat Kekasih, antologi Puisi. 2006. Yogyakarta: Gama Media. 2. Garunum, antologi puisi bersama.2006. Yogyakarta: Gama Media. 3. Taman Banjarbaru, antologi puisi bersama. 2006. Yogyakarta: Gama Media. 4. Kolaborasi Nusantara, Antologi Puisi Bersama. 2006. Yogyakarta: Gama Media. 5. Tajuk Bunga, antologi puisi bersama. 2006. Yogyakarta: Gama Media. 6. ASAP (Novel). 2010. Bandung: Wahana Jaya Abadi. 7. Menjaring Cakrawala. 2011. Bandung: Wahana Jaya Abadi. 8. Zikir Rindu. 2011. Bandung: Wahana Jaya Abadi.

Penulis 163 9. Deru Awang-Awang. 2012. Bandung: Wahana Jaya Abadi. 10. Senyawa Kata Kita, antologi puisi bersama. 2012. Bandung: Wahana Jaya Abadi. 11. Astagfirullah, Antologi Cerpen (bersama). Bandung: Wahana Jaya Abadi. 12. Bogor Kasohor, Antologi Puisi (bersama). 2012. Bandung: Wahana Jaya Abadi.

III. MOTIVASIONAL SPIRITUAL 1. Nyaman Memahami ESQ. 2005. Yogyakarta: Gama Media. 2. Sabar, Ikhlas, dan Bersyukur: Melejitkan Potensi Diri. 2013. Bandung: Wahana Jaya Abadi.

IV BUKU AJAR, PEMIKIRAN, DAN PENELITIAN 1. Pemuda dan Kepahlawanan .1988. Bandung: Materpamur. 2. Bab-Bab Antropologi. 1996. Penyunting tulisan Fudiat Suryadikara. Banjarmasin: EWA Book Company. 3. Memahami Sejarah. 1997. Banjarmasin: EWA Book Company. 4. Pembangunan Kalimantan. 1998. Penyunting tulisan Ismet Ahmad. Banjarmasin: EWA Book Company. 5. Perjuangan Rakyat Kabupaten Banjar dalam Revolusi Fisik 1945-1949. 2000. Martapaura: Pemkab Banjar dan LPKPK. 6. Tanah Laut: Sejarah dan Potensi. 2000. Pelaihari: Pemkab Tanah Laut dan LPKPK.

164 Penulis 7. Data Dasar Banjarbaru: Banjarbaru Menuju Metropolitan 2002. Banjarbaru Pemko Banjarbaru dan LPKPK. 8. Banjarbaru. 2002. Banjarbaru: Pemko Banjarbaru dan LPKPK. 9. Menguak Atmosfir Akademik. 2004. Penyunting bersama Sutarto Hadi. Banjarmasin: FKIP Unlam. 10. Menggugat Kepedulian Pendidikan Kalimantan Selatan. 2005. Banjarbaru: LPKPK. 11. Nyaman Memahami ESQ. 2005. Yogyakarta: Gama Media. 12. Sejarah Kotabaru. 2010. Bandung: Rekayasa Sains. 13. PDAM Bandarmasih: Primadona Kota Air. 2010. Bandung: Rekayasa Sains. 14. Mewacanakan Pendidikan IPS. 2013. Penyunting. Bandung: Wahana Jaya Abadi, dan FKIP-Unlam Press. 15. Pendidikan Karakter. 2014. Penyunting. Bandung: Niaga Sarana Mandiri dan FKIP-Unlam Press. 14. Building Nation Character Through Education. 2014. Penyunting. Bandung: Wahana Jaya Abadi dan FKIP-Unlam Press. 17. Pendidikan IPS Berbasis Kearifan Lokal. 2015. Penyunting. Bandung: Wahana Jaya Abadi, dan FKIP-Unlam Press.

V. BIOGRAFI 1. Buku Kenangan Purna Tugas M.P. Lambut. 2003. (Editor Bersama). Banjarmasin: FKIP Unlam. 2. Rudy Resnawan: Untukmu Banjarbaru. 2010. Bandung: Rekayasa Sains.

Penulis 165 3. Guru Sekumpul: Biografi Pendidikan Profetik. 2014. Bandung: Wahana Jaya Abadi. 4. Guru Sekumpul. 2014. Bandung: Wahana Jaya Abadi.

VI TEMA BEBAS 1. Masa Kecil Yang Tak Terlupakan (Bersama). 2011. Malang: Bintang Sejahtera. 2. Cinta Pertama: Kisah-Kisah Cinta Berhikmah. 2012. Bandung: Wahana Jaya Abadi. IV. PROSES TERBIT Beberapa bukunya dalam proses penerbitan.

V. SEMINAR, SHARING, TALKSHOW, DAN PELATIHAN MENULIS Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, KAMMI Kalsel, Radio MQFM Bandung, Tahajud Call Bandung, Masjid Salman ITB Bandung, UIN Malang, Malang Post Malang, Universitas Pakuan Bogor, IAIN Sunan Ampel , Universitas Brawijaya Malang, Institut Keislaman Hasyim As’ari Jombang, Politeknik Negeri Banjarmasin, Pesantren Darul Ilmi Banjarbaru, Pesantren Sidogiri Pasuruan, Pesantren Banyuanyar Pamekasan, SMA/MA, dan berbagai insitusi dan instansi.

166 Penulis