AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 3, No. 2, Juli 2015

PEREMPUAN TAHUN 1938-1940 DALAM ROMAN KARYA

Khomaria Nurhidah 11040284010 Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Email: [email protected]

Corry Liana, M.Pd

Jurusan Pendidikan SejarahFakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Surabaya

Abstrak

Penelitian ini mengungkapkan keadaan perempuan pada tahun 1938-1940 di lewat pandangan roman Belenggu karya Armijn Pane. Roman Belenggu banyak menggambarkan kehidupan perempuan tahun 1938- 1940, yang mana ada yang benar-benar merepresentasikan kehidupan perempuan tahun 1938-1940 namun, ada juga yang hanya imajinasi penulis semata. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui dan mendeskripsikan keadaan perempuan tahun 1938-1940 yang sebenarnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian sejarah. Sumber penelitian di bagi menjadi dua yaitu sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer lain koran dan majalah sezaman, sedangkan sumber sekunder didapat dari buku-buku pendukung judul penelitian. Sumber yang sudah terkumpul ditelaah otentisitas dan kredibilitas sumber. Setelah dilakukan kritik sumber, maka selanjutnya dilakukan interpretasi atau penafsiran terhadap sumber-sumber yang diperoleh kemudian dianalis. Berdasarkan analisis sumber yang dilakukan dihasilkan sebuah kesimpulan, bahwa roman Belenggu karya Armijn Pane merupakan representasi kehidupan perempuan tahun 1938-1940. Namun tidak semua kehidupan perempuan dalam roman Belenggu merupakan representasi kehiudpan perempuan tahun 1938-1940, ada beberapa kehidupan perempuan dalam roman Belenggu merupakan imajinasi pengarang.

Kata Kunci: Kedudukan Perempuan, Roman, Belenggu

Abstract

This research revealed the state of women in 1938 and 1940 in Indonesia, seen from Armijn Pane's Belenggu. Belenggu novel describing the life of women's in 1938 and 1940, which is really represent female life in 1938 and 1940, however there are also some that were only imagination writer. The purpose of this research is to know and described the state of women's in 1938 and 1940. A method of this research uses the method of historical research. Source of research is divided into two primary sources and secondary sources. Primary sources such as newspapers and magazines contemporaries while, secondary sources gleaned from books a supporter of the title of research. a source of which has been collected, reviewed by authenticity and its credibility. After conducting of criticism a source, the next is the interpretation or by interpretation to analyze sources. Based on analysis conducted produced a conclusion, that Armijn Pane’s Belenggu a representation of a woman’s in 1938 dan 1940. But, not all female life in Belenggu novel a representation of a woman’s in 1938 dan 1940, there are several female life in Belenggu is imagination author.

Key terms : Women’s Position, Novel, Belenggu

223

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 3, No. 2, Juli 2015

PENDAHULUAN ditanggung oleh Balai Pustaka4. Selain menerjemahkan Defenisi perempuan belum benar-benar dan mencetak karya sastra yang dihasilkan oleh menemui kesepakatan, definisi perempuan secara sastrawan-sastrawan Hindia-Belanda pada waktu itu, etimologis berasal dari kata empu yang berarti dihargai, juga harus secara aktif mulai melatih para dipertuan atau dihormati1. Pada masa Hindia Belanda calon sastrawan-sastrawan pribumi untuk tetap perempuan dibagi menjadi beberapa kategori yaitu, berkarya5. perempuan pesolek, perempuan rumah tangga, Pada tahun 1933 terbentuklah majalah yang perempuan dekoratif, dan perempuan karier2. digagas oleh keempat tokoh Indonesia yaitu Sultan Kategori perempuan dalam mempunyai citra Takdir Alisjahbana, Armijn Pane, dan yang berbeda-beda bagi kaum pribumi maupun koloni. . Majalah ini diberi nama “Poedjangga Citra perempuan pada abad 20 dapat dilihat dari iklan- Baroe”6. Selain berfungsi untuk memuat karya-karya iklan ataupun surat kabar terbitan pemerintah dan surat sastra yang dihasilkan oleh masyarakat, majalah kabar swasta. Namun, dibalik pemberitaan yang ada di Poejangga Baroe juga memuat brosur atau catatan- media massa, banyak keganjilan yang sengaja ditutupi. catatan kecil sehingga tidak hanya menjadi sampah. Keganjilan tersebut menimbulkan dua penilaian tentang Majalah Poejangga Baroe juga merupakan bentuk pencitraan pada abad ke 20 yaitu pencitraan realita dan perlawanan sastrawan terhadap sensor yang dilakukan pencitraan buatan. oleh Balai Pustaka. Sensor yang dilakukan oleh Balai Kedudukan perempuan pada tahun 1938-1940 Pustaka meliputi karya-karya yang memuat rasa dapat dilihat dari koran, majalah, buku, dan karya sastra nasionalisme dan kesadaran kebangsaan. Dengan terbitan tahun 1938-1940. Perempuan tahun 1938-1940 berkembangnya majalah maka merupakan perempuan transisi antara perempuan yang banyak tercipta karya-karya sastra pengubah pemikiran sudah terpengaruh budaya Barat dan perempuan yang bangsa yang mengarah pada pemikiran Barat yang lebih masih menganut nilai-nilai ketimuran. luas, bebas dan tegas. Gambaran perempuan di media massa dimulai Terbentuknya majalah ini banyak mendapat dengan pendirian Commisie Voor de Inlandsche School apresiasi dari sastrawan, apresiasi ditunjukan dengan en Volkslectuur atau yang lebih dikenal dengan Komisi semakin banyaknya sastrawan yang menulis karya Bacaan Rakyat pada 14 September 1908 yang bergerak sastra terutama roman. Roman merupakan karya sastra di bidang percetakan, hikayat, syair lama, saduran3 dan yang memiliki cerita panjang mengenai kahidupan di buku-buku terjemahan adalah terbitkan komisi tersebut. sekitar pengarang ataupun tidak, yang mana dalam Komisi Bacaan Rakyat selain bergerak dalam usaha perkembangannya roman banyak digemari oleh percetakan, juga bertugas untuk menyebarkan berbagai pencinta sastra. Ruttkowski & Reichmann karya sastra kepada masyarakat. Namun, dalam mengemukakan bahwa: Der Roman hat sich seitden 16. perkembangannya Komisi Bacaan Rakyat hanya dapat Jahrhundert zur beliebigsten epischen Großform in der menyentuh beberapa golongan masyarakat, sehingga Prosaentwickelt. Roman berisi paparan cerita panjang, tidak semua kalangan masyarakat dapat membaca yang terdiri dari bab-bab yang saling berkaitan, isi cerita karya-karya terbitan Komisi Bacaan Rakyat. roman biasanya menceritakan dari awal tokoh lahir Balai Pustaka merupakan perubahan nama dari sampai mati7. Komisi Bacaan Rakyat. Perubahan nama ini terjadi pada Penerbitan majalah Poedjangga Baroe yang tahun 22 September 1917 yaitu setelah dilantiknya digagas oleh 4 pemuda Indonesia merupakan sebuah Dewan Rakyat Indonesia, dengan berubahnya nama angin segar bagi Armijn Pane. Roman Belenggu yang tersebut maka bertambah pula tugas yang harus sebelumnya ditolak penerbit Balai Pustaka akhirnya diterbitkan berkala oleh majalah Poedjangga Baroe, yaitu pada bulan April, Mei dan Juni 1940. Pada awal terbit roman Belenggu banyak menghasilkan pro dan 1 Sri Margana & M. Nursam (edt), 2010, Kota-kota di Jawa: Identitas, Gaya Hidup dan Permasalahan Sosial, : Ombak, hlm. 261. 4 Korrie Layun Rampan, 2000, Leksikon Susastra 2 Sri Margana & M. Nursam (edt), op. cit., hlm. 91-96. Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 3 Kata Saduran berasal dari kata dasar ”Sadur” dan Hlm. 84. imbuhan pembentuk kata benda ”an”. Dalam bahasa Inggris, saduran 5 Aning Retnaningsih, 1983, Roman Dalam Masa berasal dari kata ”sadur”= coating of metal. Menurut Kamus Besar Pertumbuhan Kesusastraan Indonesia Modern, Jakarta: Erlangga, Bahasa Indonesia(KBBI), Edisi Cetakan Kesembilan Tahun 1997, hlm. 36. halaman 859, ”Saduran berasal dari kata ’sadur’ yang berarti 6 M. C. Ricklefs, 2008, Sejarah Indonesia Modern 1200- menyepuh(logam emas, perak, dsb); ’saduran’ adalah: hasil 2008, Jakarta: Serambi, menyepuh, hasil menggubah; gubahan bebas dari cerita lain tanpa hlm. 396. merusak garis besar cerita; ikhtisar; ringkasan; laporan dsb (Naijan & 7 Andri Wicaksono, 2014, Pengkajian Prosa Fiksi, Erwan Juhara, hlm. 3). : Garudhawaca, hlm. 88. AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 3, No. 2, Juli 2015

kontra atas penerbitan roman tersebut8. Kalangan yang Mei, Juni), 1940 merupakan terbitan pertama roman pro dan kontra ini tidak hanya berada pada kalangan Belenggu. Majalah dan koran keluaran sezaman yang menengah atas, namun banyak pula kalangan menengah membahas tentang sastra dan perempuan. bawah yang mengomentari terbitan karya ini9. Selain sumber primer, sumber sekunder juga Berdasarkan dari penjelasan diatas maka menjadi acuan pencarian. Sumber sekunder bisa berupa rumusan masalah dari penelitian ini yaitu tentang buku, majalah ataupun artikel-artikel yang berkaitana kehidupan perempuan tahun 1938-1940 secara dengan sastra dan perempuan. Pembahasan seputar kontekstual yang dilihat dari roman Belenggu karya sastra dapat dilihat dari buku Ikhtisar Sejarah Sastra Armijn Pane. Tujuannya yaitu untuk mengetahui Indonesia karya Ajib Rosidi yang diterbitkan oleh realitas kehidupan perempuan tahun 1938-1940 secara Penerbit Binacipta tahun 1998. Roman dalam kontekstual berdasarkan roman Belenggu karya Armijn Masa Pertumbuhan Kesusatraan Indonesia Modern Pane dan untuk mengetahui gambaran perempuan 1938- karya Aning Retnaningsih yang diterbitkan oleh 1940 berdasarkan imajinasi Armijn Pane. Penerbit Erlangga Jakarta tahun 1983. Buku Pintar Penulis tertarik dengan penelitian Perempuan Sastra Indonesia karya Pamusuk Eneste yang diterbitkan 1938-1940 dalam Roman Belenggu karya Armijn Pane oleh PT. Kompas Media Nusantara Jakarta tahun 2001. dikarenakan tidak banyak yang menulis sajarah sastra, Teori Kesusastraan karya Rene Wellek & Austin kebanyakan setiap orang hanya membaca tanpa tahu Warren yang diterbitkan Gramedia Utama Jakarta tahun asal-usul ataupun keadaan saat karya tersebut ditulis. 1995. Sastra Indonesia Modern: Kritik Postkolonial Penelitian ini juga berbeda dengan penelitian yang diterjemahkan oleh KITLV-Jakarta diterbitkan sebelumnya, penelitian ini memfokuskan pada deskripsi oleh Yayasan Obor Indonesia Jakarta tahun 2008. perempuan 1938-1940, yang mana ini tidak terdapat 2. Kritik Sumber dalam penelitian sebelumnya. Penelitian ini berjudul Pada tahap kritik sumber, penulis menelaah Perempuan Tahun 1938-1940 Dalam Roman Belenggu otentisitas dan kredibilitas sumber. Kritik sumber yang Karya Armijn Pane. dipakai dalam penelitian ini menggunakan kritik intern, yaitu nilai keakuratan sumber sejarah itu sendiri. Penulis METODE dalam hal ini akan menilai dan menyeleksi sumber- Penelitian ini, penulis berpedoman pada sumber sejarah yang diperoleh sebagai usaha metode penelitian sejarah yang terdiri dari 4 tahapan, mendapatkan sumber yang benar dalam arti yang benar- yaitu : benar mengandung informasi yang relevan dan 1. Penelususran Sumber (Heuristik) kronologis dengan cerita sejarah yang akan ditulis. Pada Pada tahap awal ini, penulis mengumpulkan tahap ini penulis memilih fakta mengenai perempuan sumber-sumber yang terkait dengan Perempuan tahun tahun 1938-1940 yang terkait dan merupakan cerminan 1938-1940 dalam Roman Belenggu karya Armijn Pane perempuan dalam roman Belenggu, baik dari tulisan dan beberapa sumber tertulis dalam majalah sejaman yang dibuat ataupun melalui majalah dan koran. misalnya Poedjangga Baroe, Istri Indonesia, Doenia Sumber primer yang didapat dari majalah dan Kita dsb, yang memberikan informasi seputar obyek koran terbitan sezaman, setelah dilakukan kritik sumber yang akan dikaji. Buku-buku penunjang didapatkan dari antara lain, majalah Istri Indonesia, Keoetamaan Isteri, Perpustakaan Nasional, Perpustakaan daerah Jawa Doenia Kita, Poesara, dan Penjoeloeh, kelima majalah Timur dan Perpustakaan Universitas Negeri Surabaya. ini merupakan sumber primer yang terbit antara tahun Adapun sumber yang di dapat dalam penulisan sejarah 1938-1940. Koran terbitan sezaman yang dipakai meliputi sumber primer, sekunder dan pendukung. setelah melakukan kritik sumber yaitu koran Tjaja Sumber primer menjadi acuan utama dalam Timoer dan Tjahaja Timoer yang terbit antara tahun penelitian ini yang ditelusuri di Perpustakaan Nasional 1939-1940. memuat tentang Majalah Poedjangga Baroe, Tahun 4. Interprestasi Sumber XVI, Agustus 1952, halaman 108-112 tentang angkatan Setelah dilakukan kritik terhadap sumber- sastra yang ditulis oleh Pramoedya Ananta Toer, sumber yang telah diperoleh maka selanjutnya Majalah Poedjangga Baroe, No. 10, 11 dan 12 (April, dilakukan interpretasi atau penafsiran terhadap sumber- sumber tersebut dimana sumber-sumber yang berhasil 8 Usman Effendi, 1955, Sasterawan-sasterawan Indonesia, diperoleh digabungkan satu sama lain, dianalisa satu Jakarta: Gunung Agung, sama lain sehingga fakta sejarah mengenai Perempuan hlm. 54. 9 Aning Retnaningsih, op. cit., hlm. 102. tahun 1938-1940 bisa direkonstruksi menjadi sebuah 225

Kajian Sejarah Semiotik. Nomor () Volume 2 Tahun 2015 tulisan sejarah. Penafsiran ini menggunakan pemicu adanya perceraian dikalangan intelektual, perbandingan yang dilakukan antara sumber primer baik jika seorang istri memiliki pendidikan yang dari majalah atau koran dengan teks roman Belenggu, sederajat atau lebih tinggi dari suaminya maka sehingga didapat gambaran sebenarnya tentang seorang istri akan lebih berani dan mandiri untuk perempuan tahun 1938-1940/ menuntun nasibnya sendiri. 3. Penulisan Sejarah (Hitoriografi) Kenyataan dalam masyarakat, perceraian Pada tahap akhir penelitian, setelah berhasil yang terjadi diantara suami istri lebih banyak merekonstruksi sejarah sesuai dengan tema maka diakibatkan oleh rendahnya kedudukan dilakukan penulisan skripsi sebagai hasil penelitian perempuan. Kedudukan perempuan yang lebih sejarah tentang Perempuan 1938-1940 dalam Roman rendah dan kekuasaan laki-laki yang lebih besar Belenggu karya Armijn Pane yang di jelaskan secara mengakibatkan laki-laki berbuat semaunya dalam sistematis dan kronoligis sebagai mana dalam kehidupan rumah tangga. Pada tahun 1938 di sistematika penulisan sejarah. Bandung dibentuk badan atau lembaga yang dinamakan Badan Perlindoengan Perempoean Indonesia dalam Perkawinan (BPPIP). Badan ini HASIL DAN PEMBAHASAN bertujuan untuk melindungi dan memperjuangkan Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh nasib perempuan yang kalah akan kekuasaan laki- gambaran perempuan 1938-1940 berdasarkan roman laki. Selama berdirinya, badan ini telah banyak Belenggu karya Armijn Pane yang terdiri atas: realitas membantu perempuan-perempuan pribumi yang perempuan tahun 1938-1940 secara kontekstual tertindas, namun disayangkan badan ini tidak berdasarkan roman Belenggu karya Armijn Pane dan mampu bekerja secara maksimal menangani kasus- realitas perempuan 1938-1940 berdasarkan imajinasi kasus yang menimpa kaum perempuan, penulis dalam roman Belenggu karya Armijn Pane. dikarenakan masalah yang tersubordinasi pada Pembahasan pertama mengenai realitas perempuan10. perempuan tahun 1938-1940 secara kontekstual Masalah kedua dalam roman yaitu tentang berdasarkan roman Belenggu karya Armijn Pane. Hasil adanya poligami, poligami ini dilakukan Tono penelitian ini meliputi tiga bidang yang mencakup dengan Rohayah tanpa sepengatahuan Tini. realitas perempuan dalam masyarakat tahun 1938-1940 Realitasnya pada tahun 1939 memang banyak berdasarkan roman Belenggu karya Armijn Pane. ditemukan kasus poligami. Poligami merupakan Pertama, sosial dan ekonomi, kedua, pendidikan dan tamparan hebat bagi kaum perempuan, poligami yang ketiga, politik. ketiga bidang inilah yang akan adalah bukti nyata kalau kedudukan perempuan merepresentasikan kehidupan perempuan tahun 1938- memang lebih rendah dari laki-laki. Banyak alasan 1940 berdasarkan kehidupan perempuan dalam roman kenapa kaum laki-laki melakukan poligami, Belenggu. pertama dikarenakan kelebihan penduduk 1. Sosial dan Ekonomi perempuan, kedua karena kasihan dan yang Memasuki abad ke 20 masalah utama terakhir karena di perbolehkan oleh agama Islam. perempuan yaitu perceraian, poligami, dan Majalah Istri Indonesia pada November pelacuran, dari tiga masalah perempuan tersebut 1939 memuat sebuah artikel yang menceritakan poligamilah yang menjadi masalah utama kaum poligami yang dilakuakan oleh suami salah satu perempuan. Poligami merupakan bentuk anggota Istri Indonesia. Dalam artikel tersbut ketidakadilan terhadap kaum perempuan. Dalam terlihat bahwa memang kedudukan perempuan kondisi seperti ini pendidikan menjadi hal yang memang rendah, dapat dilihat saat sang istri esensial. Pendidikan dapat memberikan kecakapan meminta cerai kepada suaminya namun sang suami pada perempuan sehingga tidak hanya tergantung tidak mau memberi talak, akhirnya sang istri pada laki-laki. Melalui pendidikanlah perempuan meminta tolong kepada penghulu, namun sayang dapat mandiri dan mengangkat derajatnya sendiri. penghulu juga tidak bisa menolongnya, karena Masalah perceraian dalam roman telah suaminya tidak mau menceraikannya. Pada ditunjukan dengan jelas bagaimana Tini dan Tono akhirnya sang istri datang ke Badan Perlindoengan mengakhiri rumah tangganya. Percerain yang Perempoean Indonesia dalam Perkawinan (BPPIP) terjadi pada golongan intelektual seperti Tono dan Tini, tidak lepas dari keegoisan masing-masing 10 Marwati Djoened Poesponegoro, 2008, Sejarah Nasional Indonesia V: Zaman Kebangkitan Nasional Dan Masa Republik pasangan. Pendidikan merupakan salah satu Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, hlm. 409. 226

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 3, No. 2, Juli 2015

dan melalui badan inilah penyelesaian perkara berbaik hati dan menikah dengan perempuan suami istri tersebut dapat diselesaikan11. Indonesia, baru anak berdarah campuran dan Masalah terakhir perempuan dalam roman perempuan Indonesia itu menjadi orang Belanda. Belenggu yaitu adanya suatu pelacuran yang Kalau sang ayah tidak mau menikah namun mau dilakukan oleh bangsa Indonesia. Dalam roman mengakui anak yang lahir dari perempuan dijelaskan bahwa Rohayah merupakan perempuan Indonesia, maka anak tersebut menjadi anak-anak pekerja seks komersial, sebelum menjadi diakui dan akan menjadi anak yang sah. perempuan pekerja seks komersial, Rohayah juga Sedangkan jika sang ayah tidak mau mengakui dan sempat menjadi nyai seorang Belanda. Realitasnya tidak mau menikah maka sampai kapanpun anak memang banyak perempuan-perempuan pribumi berdarah campuran itu tidak akan diakui dan tidak yang berkerja sebagai nyai, memasak dan akan pernah mendapat haknya sebagai seorang mengurus rumah tangga orang Belanda yang anak keturunan Belanda. belum menikah, sekaligus sebagai pelayan seksual. Menjelang berakhirnya abad ke 20 Praktik ini akibat dari pembatasan perempuan persoalan gender muncul sebagai pokok masalah Belanda yang ingin datang ke Indonesia. yang penting dan menarik untuk di kaji gender Dalam hal ini kedudukan perempuan juga sendiri adalah istilah yang digunakan untuk sangat direndahkan, pertama perempuan dimata menggambarkan perbedaan antara laki-laki dan orang Belanda hanya sebatas teman tidur dan perempuan secara sosial. Gender merupakan suatu sebagai pelampiasan nafsu saja, kedua di mata konsep yang dihasilkan oleh pemikiran manusia pribumi perempuan tersebut dianggap tidak suci, sehingga gender bersifat dinamis dapat berbeda tercemar oleh hubungannya dengan orang kulit tergantung bagaimana adat istiadat, budaya, putih yang kafir, pemakan babi dan peminum agama, dan lain sebagainya. jenever12. Menurut Umar, gender yaitu suatu konsep Akibat dengan adanya praktik yang yang digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan dilakukan sewaktu masa VOC ini, pada awal abad laki-laki dan perempuan dilihat dari segi sosial ke 20 praktik ini semakin meluas hingga ke pulau budaya. Namun, pada akhir-akhir ini terjadi . Adanya praktik pergundikan antara pemutar balikkan pemahaman, yaitu gender yang perempuan pribumi dengan tuan Belanda, banyak pada dasarnya merupakan konstruksi sosial, justru lahir anak-anak diluar perkawinan. Hukum yang dianggap kodrat yang berarti ketentuan biologis. melindungi anak yang lahir diluar pernikahan tidak Masyarakat menciptakan perilaku pembagian ada, dalam pasal 287 dari Burgerlijk Wetboek gender untuk menentukan apa yang mereka anggap (B.W.) bagi orang Belanda menyatakan. sebagai suatu keharusan membedakan laki-laki dan “djikalau orang lelaki ta’ mengakoe perempuan. Berawal dari sinilah diskriminasi seorang anak jang dilahirkan gender khususnya bagi kaum perempuan dimulai14. diloear perkawinan, sebagai Bentuk ketidakadilan gender yang anaknja, anak ini ta’ berhak apa- merupakan proses marginalisasi perempuan adalah apa, djadi ta’ boleh datang dimoeka suatu proses untuk melemahkan dan membatasi hakim oentoek menerangkan gerak perempuan akibat adanya perbedaan gender. siapakah ajahnja anak itoe13”. Marginalisasi yang terjadi pada perempuan Jadi, jika ada seorang Belanda dan bersumber pada agama, budaya, kebiasaan dan lain perempuan Indonesia hidup bersama dan dalam sebagaianya. Marginalisasi kaum perempuan tidak perhubungan itu mendapatkan anak, maka anak hanya terjadi pada rana pembagian kerja antara yang lahir dari perhubungan tersebut tidak perempuan dan laki-laki saja, namun marginalisasi mendapatkan hak apapun kecuali sang ayah mau juga terjadi pada tingkat rumah tangga, masyarakat bahkan sampai ke tingkat negara.

11 Nj. S. P. “,dan Demikianlah Nasibnja Perempoean Kita” Setelah perempuan mengenal pendidikan, Istri Indonesia, November 1939, hlm.7. marginalisasi terhadap perempuan mulai 12 Frances Gouda, 2007, Dutch Cultures Overseas: Praktik Kolonial di Hindia Belanda, 1900-1942, Jakarta: PT. Serambi Ilmu berkurang. Pendidikan merupakan salah satu jalan Semesta, hlm. 197. 13 “Sedikit Tentang Kaoem Iboe Indonesia jang mengikoet Bangsa Asing dan Anak-anaknja” Istri Indonesia, April 1939, hlm. 3- 14 J. Dwi Narwoko, 2004, Sosiologi: Teks Pengantar dan 4. Terapan, Jakarta: Kencana, hlm. 320. 227

Kajian Sejarah Semiotik. Nomor () Volume 2 Tahun 2015

untuk menyejajarkan perempuan dan laki-laki, seorang laki-laki juga merupakan suatu usaha dengan pendidikan perempuan diharap bisa untuk mempertahankan budaya yaitu dengan merubah hidupnya, mengangkat derajatnya mengedepankan nilai-nilai penahanan diri dan sehingga bisa menyejajarkan kedudukannya kehalusan budi17. Nilai-nilai penahanan ini dengan laki-laki. Perempuan yang berpendidikan berguna untuk membatasi pengaruh perempuan akan lebih mudah menyuarakan segala kegelisahan Barat yang dirasa berani dan cabul, agar tidak yang ada dihatinya, bebas dan lebih fleksibel. masuk pada perempuan Indonesia. Gambaran perempuan yang modern pada Masuknya kebudayaan Barat dalam roman roman Belenggu dapat dilihat dari percakapan Belenggu dapat dilihat dari julukan yang diterima nyonya Rusdio dan Tini, yang mana dalam Tini sebagai Ratu Pesta. Selain itu Tini merupakan percakapan Tini mengeklaim bahwa perempuan perempuan yang dinamis, pesolek dan pelagak. juga mempunyai hak yang sama dengan laki-laki, Cara berpakaian Tini juga sudah terpengaruh perempuan juga berhak menyenangkan pikirannya budaya Barat, dilihat dari sunting bunga di dan bisa membimbing nasibnya sendiri. Gambaran belakang telinganya, kutangnya longgar, pipinya perempuan yang menurut Tini sangat bertolak dan bibirnya berwarna raouge, merupakan belakang dengan apa yang dilakukan nyonya gambaran perempuan yang sudah mengikuti cara Rusdio, bagi nyonya Rusdio perempuan berpakaian dan berdandan layaknya orang Barat. seharusnya tunduk pada suami dan kemanapun Gambaran perempuan pesolek yaitu harus bersama suami. perempuan tersebut sangat menonjolkan perawatan Dari percakapan antar Tini dan Nyonya tubuh demi menjaga kecantikannya. Definisi Rusdio diatas dapat dijelaskan bahwa seorang cantik pada saat itu dilihat dari sudut pandang perempuan juga mempunyai hak yang sama orang Eropa yang diletakkan pada bentuk fisiknya. dengan laki-laki. persamaan hak ini dilihat dari Cantik secara fisik didefinisikan sebagai gender, yang mana gender hanya memahami perempuan yang memiliki kulit putih, mulus, persamaan dari budaya serta kehidupan sosialnya. tinggi semampai, berambut panjang dan berhidung Perbedaan antara perempuan dan laki-laki mancung, sedangkan berdasarkan sifatnya yaitu umumnya dibedakan melalui jenis kelamin, namun perempuan yang memiliki sifat keibuan, lemah perbedaan ini akhirnya merambah pada perbedaan lembut dan berbagai sifat feminim lainnya18. gender yang banyak merugikan pihak perempuan. Definisi cantik menurut orang Eropa pada Perbedaan gender membatasi gerak perempuan, akhirnya mempengaruhi perempuan muda pribumi karena semua gerak banyak dikuasai oleh pihak pada tahun 1938-1940an, dengan makin laki-laki. banyaknya perempuan modern yang ingin terlihat Bukti percakapan diatas dapat dilihat dari cantik seperti yang digambarkan oleh orang Eropa artikel yang ditulis oleh Ni Soerip dalam majalah maka banyak bermunculan produk-produk Poesara terbitan Juli 1940 yang berjudul Arti kosmetik, misalnya saja bedak, shampo, dan Wanita Taman Siswa di dalam Taman Siswa15. cream-cream pencerah wajah. Selain produk untuk “Dalam pangkalnja hidoep merawat badan, banyak juga produk untuk perempoean dan laki-laki, hak menghias badan, misalnya saja gaun pesta, dan harga mereka itoe sama, pakaian batik, kacamata dan lain-lain. Produk- sedangkan perbedaan antara produk diatas kebanyakan ditujukan untuk mereka hanja semata-mata perempuan modern Indonesia yang sudah mengenai perbedaan hidoep terpengaruh oleh gaya perempuan Barat19. lahir dan batin jang choesoes Peningkatan peranan perempuan dalam boeat masing-masing16” bidang ekonomi sejak dahulu memang telah Pada saat itu gambaran perempuan baik menjadi perhatian orang-orang tertentu yang yaitu yang pemalu, halus dan tergantung pada beranggapan bahwa perempuan diperlakukan tidak lelaki, dan sebaliknya mengecam perempuan yang adil oleh masyarakat dan keluarga, dibandingkan seksual, teremansipasi dan terpolitisi. Perempuan dilarang keluar malam, keluar rumah tanpa 17 Keith Foulcher & Tony Day (edt), 2008, Sastra Indonesia Modern: Kritik Postkolonial, Jakarta: Yayasan Obor 15 Ni Soerip “Arti Wanita Taman Siswa di dalam Taman Indonesia, hlm. 178-180. Siswa” Poesara, Juni 1940, hlm. 114-116. 18 Ibid., hlm. 91-92. 16 Ibid,. 19 Tjaja Timoer, 1 Juli 1940, hal. 4. 228

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 3, No. 2, Juli 2015

dengan laki-laki. ketidakadilan yang diterima oleh yang mana rohayah berprofesi sebagai penyanyi perempuan dapat dilihat dari pembagian kerja, keroncong yang cukup terkenal. yang mengharuskan perempuan hanya bekeja Selain bekerja pada instansi tertentu, didalam rumah, yaitu mengurus pekerjaan rumah, perempuan pada tahun 1938-1940an juga bisa suami, serta anak-anaknya. berwirausaha. Keterampilan sewaktu bersekolah Sejak kedatangan Belanda di Indonesia dan mengikuti organisasi-organisasi perempuan banyak perempuan-perempuan pribumi yang yang memberikan kursus pada perempuan bisa dimanfaatkan oleh pemerintah Belanda untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-harinya. menjadi buruh diperkebunan-perkebunan milik Keterampilan yang didapatkan perempuan saat pemerintah. Upah yang diterima oleh buruh sekolah dan mengikuti kursus-kursus dari perempuan memang jauh lebih kecil dari buru laki- organisasi misalnya saja memasak, berdandan, laki, ini disebabkan oleh kedudukannya sebagai menjahit, dan lain sebagainya. Keterampilan yang pekerja memang hanya sebagai pekerja rendahan. diberikan ini bertujuan agar perempuan dapat Perempuan pribumi umumnya belum mendapat mandiri dan dapat menambah nafkah bagi pendidikan sehingga tidak bisa mendapatkan keluarganya. pekerjaan layaknya laki-laki. Selain alasan 2. Pendidikan tersebut, rendahnya pekerjaan yang didapatkan Sebelum kedatangan bangsa Barat di oleh perempuan diakibatkan pemerintah Belanda Indonesia, perempuan Indoensia sudah terbelenggu masuk ke dalam sistem ekonomi penduduk oleh hukum adat yang membatasi pergerakan serta pedesaan dengan cara menggunakan kerangka peran perempuan Indonesia dalam masyarakat, kerja ekonomi rumah tangga Jawa dalam kaum perempuan umumya hanya tinggal dirumah, pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin20. tunduk dan patuh terhadap perintah laki-laki. Pada Pada 17 September 1901 Ratu Wilhelmina abad ke 20 banyak terjadi perubahan-perubahan selaku ratu negeri Belanda menegaskan akan dalam masyarakat Indonesia, diawali dengan mengadakan politik balas budi yang dinamakan keinginan yang ingin memajukan dengan Trias Van Deventer. Salah satu isi dari perempuan pribumi, dengan mengadakan kelas- Trias Van Deventer yaitu memperluas bidang kelas kecil untuk anak-anak perempuan, keinginan pendidikan dan pengajaran di Indonesia, akibat Kartini ini tertuang dalam surat-suratnya yang diperluasnya pendidikan maka banyak pula ditujukan pada sahabatnya di negeri Belanda. perempuan yang mulai mengenyam pendidikan Selain mengenai pendidikan, Kartini juga seperti halnya laki-laki. Pendidikan merupakan menanyakan tentang hukum perkawinan dan modal awal bagi perempuan agar dapat bersaing poligami yang banyak terjadi di Indonesia. dengan laki-laki, namun dalam batas pekerjaan Pendidikan di Indonesia mulai berkembang tertentu. sejak diadakannya politik etis, walaupun tidak Pada tahun 1938-1940 pekerjaan bagi kaum merata hanya terbatas pada anak-anak pegawai perempuan mulai beraneka ragam, tidak hanya negeri dan para bangsawan. Permulaan pendidikan berhenti pada pekerjaan domestik saja, namun memang didominasi oleh kaum laki-laki saja, pekerjaan perempuan sudah menyetuh sektor namun seiring dengan berjalannya waktu kaum publik, misalnya saja guru, penyanyi, bintang iklan perempuan juga turut serta mendapat pendidikan dan lain sebagainya. Pekerjaan perempuan yang layaknya laki-laki, namun hanya sedikit kaum menyentuh sektor publik biasanya banyak perempuan yang mendapat pendidikan model didominasi oleh perempuan-perempuan yang Barat. Pendidikan yang diselenggarakan oleh berpendidikan serta bebas sebagai individu dalam pemerintah Belanda hanya semata-mata untuk menjalankan profesinya ditengah-tengah memenuhi tenaga kerja untuk memperkuat masyarakat. Dalam roman Belenggu profesi kedudukan penjajah, yang mana dalam hal ini perempuan pada tahun 1938-1940 yang benar- kaum perempuan tidak turut serta memegang benar diperlihatkan adalah profesi dari Rohayah, jabatan yang diperlukan oleh pemerintah Belanda, maka dari itu tidak banyak orang tua pribumi yang tertarik untuk menyekolahkan anaknya lebih-lebih karena biaya sekolahnya pun mahal. 20 Kartini Sjarir “Wanita: Beberapa Catatan Antropologis” Prisma, 10 April 1985, hlm. 11. 229

Kajian Sejarah Semiotik. Nomor () Volume 2 Tahun 2015

Sekolah perempuan pertama yang didirikan mengenalkan musik Barat sebagai kemajuan di Indonesia yaitu Sekolah Kartini, sekolah Kartini pembelajaran musiknya23. Selain itu, dalam cerita didirikan pada tahun 1904. Sekolah khusus pendek yang dimuat dalam majalah Keoetamaan perempuan ini mulai berkembang memasuki tahun Istri November 1940 dengan judul Binatang 1912, yang mana banyak sekolah Kartini yang Kawa-kawa sebagai Muzikant ditulis oleh Lim didirikan diberbagai daerah, misalnya di Seng Long24. Semarang, Surabaya, Madiun dan sebagainya21. Pada tahun 1938-1940an masih banyak juga Sejak didirikannya sekolah perempuan pertama sekolah-sekolah khusus perempuan yang didirikan, oleh Kartini, banyak perempuan-perempuan misalnya saja pada tanggal 1 Agustus 1940 di pribumi yang sadar akan pentingnya pendidikan daerah Tasikmalaya dan Medan telah didirikan sehingga sekolah perempuan pun banyak sekolah khusus perempuan. Di Medan sekolah ini berkembang dimana-mana. diberi nama Inheemse Huishoud Shool dengan Pada tahun 1939 angin segar mulai dirasakan pendirinya Nyonya G. Adlin Almntsir, Nyonya oleh perempuan, yang mana dahulu perempuan Moenar, dan Nona Sabariah. Di Tasikmalaya hanya sebagai pengikut saja, sekarang sudah boleh Sekoalah khusus perempuan ini diberi nama berdiri sendiri. banyak perempuan-perempuan Huishoudschool voor Meisjes, sekolah ini yang sudah bersekolah tinggi dan mendapatkan didirikan oleh istri Dokter Soekardjo. Kedua title dibelakang namanya. Banyak jabatan yang sekolah ini sama-sama mengutamakan murid dahulu hanya dipegang oleh kaum lelaki, kini perempuan dari bangsa Bumiputra. banyak dipegang juga oleh perempuan22. Pendidikan bagi kaum perempuan dalam Pendidikan yang diterima oleh kaum roman juga terlihat jika kita memperhatikan tokoh perempuan bukan hanya sebatas pada pengetahuan Tini. Tini merupakan murid H.B.S, sudah umum saja, namun juga dibekali keahlian, diketahui untuk masuk sekolah yang didirikan oleh misalnya saja menjahit, memasak dan menyulam. pemerintah Belanda maka uang yang diperlukan Untuk ilmu seni biasanya didominas oleh seni haruslah banyak, minimal orang tua murid harus tradisional saja, namun untuk kelas-kelas dewasa bangsawan jika ingin menyekolahkan putra sudah diperkenalkan dengan kesenian Eropa. putrinya ke H.B.S. Pergaulan Tini yang diceritakan Dalam roman Belenggu dapat dilihat saat Tini dalam roman juga mengarahkan ke pergaulan bermain piano dihadapan para undangan bazaar. bangsa-bangsa Barat, pergaulan yang bebas, Roman Belenggu telah menunjukan bahwa pergaulan yang menuntut kesetaraan antara perempuan tahun 1938-1940 juga sudah mahir perempuan dan laki-laki. memainkan alat musik Barat. 3. Politik Perempuan tahun 1938-1940 juga bisa Kedatangan Belanda ke Indonesia awalnya memainkan musik Barat, tidak hanya musik hanya untuk berdagang dan mencari rempah- tradisional seperti gamelan saja. Kemajuan yang rempah, seiring dengan berjalannya waktu dari ditunjukan perempuan pada masa itu merupakan berdagang dan mencari rempah-rempah itu tumbuh suatu jalan membuka kebebasan perempuan. Tidak ke arah ingin mengeksploitasi sumber daya alam banyak perempuan Indonesia pada saat itu yang dan manusia Indonesia. Eksplitasi yang berlebihan berani untuk menggali bakat musiknya, sehingga yang dilakukan oleh pemerintah Belanda pada hanya musik tradisonal saja yang dikusainya. akhirnya menui protes dari kalangan politikus, Keterbatasan alat musik bukan satu-satunya untuk membalas perlakukan tersebut maka penghalang perempuan pada masa itu untuk pemerintah Belanda melakukan politik balas budi. berkembang, namun cemooh dari orang-orang Politik balas budi yang dilakukan oleh disekitar karena sudah meniru kebudayaan Barat pemerintahan Belanda pada akhirnya berdampak merupakan halangan yang patut diperhitungkan. pada kehidupan perempuan yang mana perempuan Bukti perempuan tahun 1938-1940an sudah dilarang berkerja atau berorganisasi di luar rumah. mengenal musik Barat dapat dilihat dari pengajaran perguruan Taman Siswa yang mulai

23 K.H. Dewantara “Pembahagian Peladjaran Kebangsaan 21 Redaksi Jogja Bangkit, 2010, 100 Great Perempuan, Boeat Masing-masing Tingkat Pengadjaran” Poesara, Juni 1940, hlm. Yogyakarta: Galang Press, hlm. 82. 122-124. 22 Mimosa Candida “Pendidikan Anak Perempuan” 24 Lim Seng Long “Binatang Kawa-kawa sebagai Penjoeloeh, Desember 1939, hlm. 186. Muzikant” Keoetamaan Istri, Oktober 1939, hlm. 6-7. 230

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 3, No. 2, Juli 2015

Kekangan yang diterima oleh perempuan dijelaskan tujuan adanya perkumpulan bagi kaum akhirnya menimbulkan suatu pemberontakan, perempuan bukan hanya untuk memberi kursus- pemberontakan ini dicapai dengan jalan kursus tertentu pada perempuan, namun tujuan mendirikan suatu organisasi perempuan pertama diadakannya perkumpulan perempuan yaitu untuk pada tahun 1912 yang di beri nama organisasi menggalang persatuan dan kesatuan sehingga bisa Puteri Mardika, tujuan didirikannya organisasi ini memperbaiki keadaan masyarakat26. yaitu untuk memerangi ketimpangan sosial antara Pencapaian terbaik yang dilakukan oleh perempuan dan laki-laki, perwujudan dari tujuan organisasi Istri Indonesia yaitu menghantarkan ini yaitu dengan mendukung adanya pendidikan anggotanya Nyonya Mr. Maria Ulfah Santoso bagi kaum perempuan, mendorong perempuan menjadi kandidat didalam Volksraad. Cita-cita agar bisa tampil disektor publik dan mengangkat akan adanya wakil perempuan di Volksraad sudah derajat perempuan agar setara dengan laki-laki25. diidam-idamkan sejak dahulu, dukungan adanya Kesadaran pentingnya peranan kaum kaum perempuan di Volksraad diyakini akan perempuan demi kemajuan masyarakat akhirnya membawa dampak baik bagi kaum perempuan disambut baik oleh masyarakat. Sambutan baik ini lainnya, misalnya saja jika ada pembahasan dapat dilihat semakin banyaknya organisasi yang menganai perempuan lebih baik dan bagus di gawangi oleh kaum perempuan. Memang tidak dibicarakan oleh kaum perempuan sendiri, sebab dapat dipungkiri, kemajuan yang diraih oleh suatu bagaimanapun dalam pengetahuan laki-laki bangsa tidak lepas dari pengaruh kaum perempuan, tentang perempuan tentu tidak akan dapat melebihi jika kaum perempuan disuatu bangsa masih dari pengetahuan kaum perempuan sendiri27. terbelakang dan tidak mau memperbaiki nasibnya Selain gambaran perempuan dalam roman maka kemajuan suatu bangsa yang diagung- Belenggu yang telah di tulis diatas, ada juga agungkan tidak akan tercapai. gambaran perempuan dalam roman Belenggu yang Dalam perkembangannya banyak organisasi- menjelaskan ketika Tini menjadi perwakilan organisasi perempuan yang merupakan bentukan organisasinya untuk mengikuti Kongres atau anak cabang dari organisasi-organisasi yang Perempuan Seumumnya di Solo. lebih besar misalnya saja Serekat Islam dan Kutipan pengutusan Tini untuk ke Solo Muhamaddiyah, organisasi ini memperjelas bahwa menunjukan adanya suatu usaha dari kaum perempuan dan laki-laki dapat bekerja sama untuk perempuan untuk bisa lebih memajuakan dan memajukan kesejahteraan bersama. Pada tahun menyejahterakan kehidupannya. Perkumpulan 1925 organisasi perempuan di bawah naungan besar yang ada di Solo itu menunjukkan adanya Sarekat Islam dibentuk yang diberi nama berbagai organisasi yang ingin bersatu untuk organisasi Sarekat Perempuan Islam Indonesia, memajukan perempuan. Organisasi bentukan sedangkan organisasi perempuan cabang perempuan merupakan usaha untuk menentang Muhamaddiyah dikenal dengan nama Aisyah. pemerintah kolonial di karenakan terbatasnya Gambaran perempuan roman Belenggu yang peran perempuan di sektor publik, ini sudah akrab dengan organisasi dapat dilihat dari mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan mental tokoh Tini, nyonya Rusdio, nyonya Sumardjo dan perempuan. puteri Aminah, yang dalam hal ini perempuan- Organisasi-organisasi yang berdiri disekitar perempuan atas nama organisasinya telah berhasil masyarakat diharapakan bisa membuka pikiran menggalang dana bagi anak yatim piatu. perempuan untuk lebih bisa berpikir rasional untuk Realitasnya tercatat banyak organisasi-organisasi memajukan kehidupannya, sehingga seorang perempuan yang masih aktif guna memajukan perempuan tidak hanya berkutat dengan kegiatan kaum perempuan. Salah satunya yaitu organisasi yang berhubungan denga kepentingan keluarga Istri Indonesia, pada bulan Januari 1939 halaman 4 dan rumah tangga saja28. Awal berdirinya suatu terdapat atikel dari Siti Danilah yang berjudul perkumpulan atau organisasi wanita juga bersifat Goenanja Perkoempoelan, dalam artikel tersebut

26 “Pidato saudara Siti Danilah pada Rapat Istri Indonesia di Tjikampek dan di Djakarta” Istri Indonesia, Januari 1939, hlm. 4. 25 Saskia Eleanora Wieringa, 2010, Penghancuran 27 “Kaoem Poeteri Kita ke Volksraad” eoetamaan Isteri, Gerakan Perempaun: Politik Seksual di Indonesia Pasca Kejatuhan Februari 1939, hlm. 11. PKI, Yogyakarta: Galangpress, hlm. 119. 28 Sri Margana & M. Nursam (edt), Op.cit., hlm. 103. 231

Kajian Sejarah Semiotik. Nomor () Volume 2 Tahun 2015

ke daerahan, namun dari tujuannya hampir pemerintah Belenda jika ada orang yang berani semuanya sama yaitu ingin meningkatkan membeberkan suatu peristiwa dengan gamblang, yaitu kedudukan wanita malalui keterampilan dan dengan menuliskannya sebagai karya yang fiktif. pendidikan. Gambaran perempuan tahun 1938-1940 dalam Bukti diadakannya suatu kongres ataupun roman Belenggu karya Amijn Pane tidak semuanya rapat terbuka bagi para perempuan dapat dilihat merepresentasikan kehidupan perempuan pada tahun dalam majalah Doenia Kita Januari 1940 pada 1938-1940. Namun, ada beberapa gambaran perempuan halaman 10. Rapat umum yang diselenggarakan dalam roman Belenggu yang merupakan imajinasi oleh perempuan ini berjudul “Rapat Oemoem Hari Armijn Pane sebagai seorang sastrawan. Gamabaran Ibu”, rapat ini diselenggarakan di gedoeng Club perempuan menurut Armijn pane dalam romannya Indonesia Kramat Jakarta. Rapat yang Belenggu ini dimaksudkan agar perempuan pada tahun diselenggarakan untuk umum ini kira-kira dihadiri 1938-1940 dapat merubah hidupnya ke arah yang lebih oleh 200 orang. Rapat yang diselenggarakan ini baik, walaupun pada kenyataannya di tahun 1938-1940 bertujuan untuk menyusun rencana peringatan Hari seorang perempuan yang terlalu bebas akan banyak Iboe, dan mengumpulkan sumbangan untuk memperoleh sindiran dari orang-orang disekitarnya. diberikan pada 1000 ibu miskin di Indonesia29. Gambaran perempuan dalam roman Belenggu Peringatan Isra’ dan Mi’radj Nabi yang merupakan buah dari pikiran Armijn Pane Muhammad saw yang diadakan oleh kaum putri misalnya saja seorang perempuan yang mengendarai islam Medan Bersatoe juga merupakan bukti mobil sendirian dan perempuan pribumi yang hobi bahwa perempuan pada tahun 1938-1940an sudah berdansa. Gaya perempuan Barat memang banyak berorganisasi dan dapat menyelenggarkan suatu diikuti oleh perempuan Indonesia tidak hanya terbatas acara bukan hanya untuk kaumnya tetapi untuk pada produk-produk kecantikan dan pendidikannya saja, umum. Peringatan Isra’ dan Mi’radj Nabi namun juga mempengaruhi gaya hidup. Namun, gaya Muhammad ini banyak mengadakan suatu hidup perempuan Barat yang terkesan mewah mulai kegiatan, misalnya saja tabligh akbar. Selain itu ditunjukan, dan diikuti oleh perempuan Indonesia juga ada pembicara dari pengurus yang diambil dengan melihat Roman Belenggu yaitu saat Tini dari 13 perhimpunan dan perguruan yang mengendari mobil sendiri tanpa ditemani oleh seorang bergabung dalam komite peringatan Isra’ dan supir atau suami, untuk menemui Rohayah. Mi’radj30. Seorang perempuan pribumi mengendari mobil Pembahasan kedua yaitu tentang realitas tanpa di dampingi oleh supir ataupun suaminya adalah perempuan 1938-1940 berdasarkan imajinasi penulis hal yang mustahil. Pemikiran Armijn Pane sudah terlalu dalam roman Belenggu karya Armijn Pane. Pembahasan maju jika menggambarkan perempuan modern ini akan mengukapkan beberapa realitas perempuan Indonesia yang sudah terpengaruh oleh budaya Barat dalam roman yang hanya merupakan imajinasi mengendarai mobil sendiri. Sumber-sumber yang terkait pengarang tanpa perna ditemukan realitasnya dalam dengan seorang perempuan pribumi mengendarai mobil kehidupan perempuan secara kontekstual. sendirian juga tidak bisa ditemukan, baik di koran Armijn Pane merupakan seorang sastrawan ataupun majalah keluaran tahun 1938-1940. aliran naturalisme, sehingga keadaan dilingkungannya Bukti menunjukan bahwa benar perempuan pada mulai awal cerita ditulis sampai akhir merupakan pribumi dari golongan bangsawan ataupun priyayi yang kenyataan yang ditulis sebagai suatu karya sastra. menggunakan mobil tetapi itupun harus didampingi oleh Banyak alasan yang melatarbelakangi seorang merubah supir atau suaminya. Bukti ini dapat dilihat dari iklan kenyataan menjadi suatu karya yang fiktif, salah satu koran Tjaja Timoer tahun 1940 yang berupa gambar. alasannya yaitu adanya suatu pelarangan dari pemeritah Gambar ini menunjukan perempuan dari golongan Belenda untuk membeberkan suatu perkara yang bangsawan mengendari sebuah mobil namun disamping nantinya akan merenggangkan hubungan pemeritahn kanan dan kirinya tetap di dampingi oleh seorang laki- Belenda dengan masyarakat pribumi. Jalan satu-satunya laki31. untuk menghindari sanksi yang akan diberikan oleh Bukti kedua yaitu dalam koran Tjahaja Timoer 1939, yang memberitakan suatu kecelakaan mobil yang dialami oleh perempuan bangsa Indonesia dan Belanda. 29 “Rapat Oemoem Hari Iboe” Doenia Kita, Januari 1940, hlm. 10. Mobil tersebut dkendari oleh seorang supir dari bangsa 30 “Meperingati Isra’ dan Mi’radj Nabi Muhammad saw: Kaoem Poeteri Islam Medan Bersatoe”, Keoetamaan Isteri, Oktober 1939, hlm. 12. 31Tjaja Timoer, 29 November 1940, hlm 3. 232

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 3, No. 2, Juli 2015

Belanda, kecelakaan mobil ini menyebabkan supir dan Belenggu merupakan representasi kehiudpan perempuan penumpangnya luka-luka walaupun hanya luka kecil tahun 1938-1940, ada juga beberapa kehidupan saja32. perempuan dalam roman Belenggu yang hanya Gambaran Armijn Pane lainnya yang imajinasi pengarang tanpa adanya bukti yang merupakan suatu imajinasi yaitu julukan Tini sebagai mendukung pernyataan pengarang mengenai kehidupan Pop. Julukan ini diberikan pada Tini karena Tini sangat perempuan dalam roman Belenggu. mahir dalam berdansa ketika masih sekolah. Pesta dansa yang umumnya diadakan oleh golongan orang Eropa Saran dengan tata cara Eropa merupakan suatu budaya yang Berdasarkan simpulan di atas, maka terdapat asing bagi bangsa Indonesia. Penerimaan budaya asing beberapa saran sebagai berikut : (1) Penelitian ini akan oleh bangsa Indonesia seharusnya melalui suatu proses dijadikan rujukan bagi penelitian sejarah semoitik yang panjang karena harus disesuaikan dengan khususnya sejarah sastra. (2) Kajian ini juga dapat kebudayaan bangsa Indonesia sendiri. dijadikan rujukan bagi penelitian yang menyoroti Kemahiran Tini dalam berdansa dianggap suatu perjuangan perempuan dalam memperoleh kesetaraan imajinasi pengarang didukung oleh bukti-bukti dalam dengan kaum laki-laki dalam berbagai bidang. koran dan majalah yang tidak memuat berita diadakannya pesta dansa oleh penduduk pribumi. Pemberitaan di koran dan majalah masih banyak didominasi oleh pertunjukan keroncong dan musik- musik tradisional lainnya. Bukti ini dapat dilihat pada DAFTAR PUSTAKA koran Tjahaja Timoer 1939 yang menyoroti M.A. Siti Koran Anisah sebagai seorang pemusik gamelan dan penyanyi keroncong yang terkemukan pada tahun 1939an33. Tjaja Timoer. 1 Juli 1940. Toko Panay, hlm. 4. Gambaran perempuan dalam roman Belenggu Tjaja Timoer. 1 Juli 1940. Ideal, hlm. 4. karya Armijn Pane yang merupakan imanjinasi Tjaja Timoer. 29 November 1940. Morris-1940, hlm 3. pengarang diatas dirasa cukup meyakinkan dengan adanya bukti-bukti yang mendukung. Jadi, tidak semua Tjahaja Timoer. 27 Desember 1939. M. A. Siti Amsah Poenja Penghidoepan dan Pengalaman Selama gambaran perempuan dalam roman Belenggu Menjadi Zangeres, hlm. 1. merupakan representasi kehidupan perempuan pada tahun 1938-1940, walaupun Armijn Pane merupakan Tjahaja Timoer. 3 Juli 1939. Ketjilakaan Auto, hlm. 2. sastrawan beraliran naturalisme. Klarifikasi dengan Majalah sumber-sumber yang mendukung adalah cara melihat April 1939. Sedikit Tentang Kaoem Iboe Indonesia jang kebenaran sejarah masa lampau melalui sebuah karya mengikoet Bangsa Asing dan Anak-anaknja. Istri sastra. Indonesia. No. 4 Th.III.

PENUTUP Februari 1939. Kaoem Poeteri Kita ke Volksraad. Simpulan Keoetamaan Isteri. No. 2 Th. III. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan Januari 1939. Pidato saudara Siti Danilah pada Rapat dapat disimpulkan kehidupan perempuan dalam roman Istri Indonesia di Tjikampek dan di Djakarta. Istri Belenggu hampir mendekati representasi kehidupan Indonesia. No. 1 Th. III. perempuan tahun 1938-1940. Pembagian tiga bidang, Januari 1940. Rapat Oemoem Hari Iboe. Doenia Kita. yaitu bidang sosial dan ekonomi, pendidika, dan politik Kartini Sjarir. 10 April 1985. Wanita: Beberapa mempermudah peneliti untuk menjelaskan kenyataan Catatan Antropologis. Prisma. perempuan tahun 1938-1940 berdasarkan perempuan K.H. Dewantara. Juni 1940. Pembahagian Peladjaran dalam roman Belenggu. Kebangsaan Boeat Masing-masing Tingkat Roman Belenggu dikatakan mendekati Pengadjaran. Poesara. representasi perempuan tahun 1938-1940 dikarenakan Lim Seng Long. Oktober 1939. Binatang Kawa-kawa tidak semua kehidupan perempuan dalam roman sebagai Muzikan. Keoetamaan Istri. No. 10 Th. III. Mimosa Candida. Desember 1939. Pendidikan Anak 32 Tjahaja Timoer, 3 Juli 1939, hlm 2. Perempuan. Penjoeloeh. 33 Tjahaja Timoer, 27 Desember 1939, hlm 1. 233

Kajian Sejarah Semiotik. Nomor () Volume 2 Tahun 2015

Ni Soerip. Juni 1940. Arti Wanita Taman Siswa di Foulcher, Keith & Day, Tony (edt). 2008. Sastra dalam Taman Siswa. Poesara. Indonesia Modern: Kritik Postkolonial. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Nj. S. P. November 1939. dan Demikianlah Nasibnja Perempoean Kita. Istri Indonesia. No. 11 Th. III Hasanuddin, dkk. 2009. Kesastraan. Jakarta: Departeman Pendidikan Nasional November 1939. Perempuan dalam Volksraad. Istri Indonesia. No. 11 Th. III. Irianto, Sulistyowati(edt). 2006. Perempuan dan Hukum: Menuju Hukum yang Berperspektif Oktober 1939. Meperingati Isra’ dan Mi’radj Nabi Kesetaraan dan Keadilan. Jakarta: Yayasan Obor Muhammad saw: Kaoem Poeteri Islam Medan Indonesia Bersatoe. Keoetamaan Isteri. No. 10 Th. III. Jones, Pip. 2010. Pengantar Teori-teori Sosial: Dari Jurnal Teori Fungsionalisme Hingga Post-modernisme. Aulia, Keyza Bella. 2014. Analisis Unsur Naturalisme Jakarta : Pustaka Obor Indonesia Pada Novel L’Inondation karya Émile Zola Melalui KS. Yudiono. 2009. Pengkajian Kritik Sastra Indonesia. Pendekatan Strukturalisme Genetik. Universitas Jakarta: Grasindo Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Margana, Sri & Nursam, M. (edt). 2010. Kota-kota di Jawa: Identitas, Gaya Hidup dan Permasalahan Damono, Sapardi Djoko. 2011. Makalah: Kesusastraan Sosial. Jakarta: Ombak Indonesia Sebelum Kemerdekaan. Utan Kayu Salihara: International Literary Biennale Munti, Ratna Batara. 2005. Demokrasi Keintiman: Seksualitas di Era Global. Yogyakarta : LkiS Muslimin. 2011. Modernisasi Dalam Novel Belenggu Karya Armijn Pane: Sebuah Kajian Sosiologi Murniati, A. Nunuk P. 2008. Getar Gender: Buku I. Sastra. Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya | ISSN Yogyakarta : Indonesia Tera 2088-6020 | Vol. 1, No. 1. Muslikhati, Siti. 2004. Feminisme dan Pemberdayaan Purwanti, Yuni. 2009. Novel Saman dan Larung karya Perempuan Dalam Timbangan Islam. Jakarta : Ayu Utami dalam Perspektif Gender. : Gema Insani Universitas Sebelas Maret Narwoko, J. Dwi. 2004. Sosiologi: Teks Pengantar dan Wahyuni, Fitri dkk. Kajian Feminis Terhadap Novel Terapan. Jakarta : Kencana Kembang Turi Karya Budi Sardjono. Jurnal Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Pendidikan dan Pembelajaran FKIP Universitas Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Tanjungpura Pontianak | Vol. 3, No. 2 Pane, Armijn. 1950. Mentjari Sendi Baru Tata Bahasa Buku Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Alisjahbana, S. Takdir. 1984. Perjuangan Tanggung ______. 2012. Belenggu. Jakarta: Dian Rakyat Jawab dalam Kesusastraan. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya Poesponegoro, Marwati Djoened. 2008. Sejarah Nasional Indonesia V: Zaman Kebangkitan Nasional Aminah, Mia Siti. 2010. Muslimah Career,.Yogyakarta: Dan Masa Republik Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Grhatama Pustaka. Aminuddin. 1987. Pengantar Apresiasi Sastra. Malang: Rampan, Korrie Layun. 2000. Leksikon Susastra YA 3 Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Dirgantara, Yuana Agus. 2011. Pelangi Bahasa Sastra Ritzer, George & Goodman, Douglas J. 2008. Teori dan Budaya Indonesia. Yogyakarta: Garudhawaca Sosiologi Modern. Jakarta: Pranada Media Group Djajanegara, Soenarjati. 2003. Kritik Sastra Feminis: Ratnaningsih, Aning. 1983. Roman dalam Masa Sebuah Pengantar. Jakarta: Gramedia Pustaka Pertumbuhan Kesusastraan Indonesia Modern. Utama Jakarta: Penerbit Erlangga Effendi, Usman. 1955. Sasterawan-sasterawan Ricklefs, MC. 2008. Sejarah Indonesia Modern 1200- Indonesia. Jakarta : Gunung Agung 2008. Jakarta: Serambi Eneste, Pamusuk (edt). 2001. Buku Pintar Sastra Rosidi, Ajib. 1998. Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia. Indonesia. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara Bandung: Penerbit Binacipta Faruk, DR. Belenggu Pasca-Kolonial: Hegemoni & ______. 2010. Mengenang Hidup Orang Lain: Resistensi Dalam Sastra Indonesia. Yogyakarta: Sebuah Obituari. Jakarta: Gramedia Pustaka Pelajar

234

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 3, No. 2, Juli 2015

Rokhmansyah, Alfian. 2014. Studi dan Pengkajian Sastra; Perkenalan Awal terhadap Ilmu Sastra. Jakarta: Graha Ilmu Shihab, Quraish. 2007. Membumikan Al-Quran: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat. Bandung: PT Mizan Pustaka Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Grasindo Stanton, Robert. 2007. Teori Fiksi Robert Stanton. Diterjemahkan oleh Sugihastuti dan Rossi Abi Al Irsyad. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Sudjiman, Panuti. 1988. Memahami cerita rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya Susanto, Budi. 2003. Politik dan Postkolonialitas di Indonesia. Yogyakarta: Kanisius Tong, Rosemarie Putnam. 1998. Feminist Thought : Pengantar paling Komprehensif kepada Aliran Utama Pemikiran Feminis. Yogyakarta : Jalasutra Wellek, Rene & Warren, Austin. 1995. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia Utama Wibowo, Wahyu. 1995. Konglomerasi sastra. Jakarta :Parompers Wicaksono, Andri. 2014. Pengkajian Prosa Fiksi. Yogyakarta: Garudhawaca Wieringa, Saskia Eleanora. 2010. Penghancuran Gerakan Perempaun: Politik Seksual di Indonesia Pasca Kejatuhan PKI. Yogyakarta: Galangpress. Website Sofia Retnowati Noor, Peran Perempuan dalam Keluarga Islami, diakses dari http://sofia- psy.staff.ugm.ac.id/files/peran_perempuan_dalam_k eluarga_islami.doc pada tanggal 12 April 2015. Endis Firdaus, Kemitrasejajaran Peran Gender Dalam Wacana Legalitas Indonesia, diakses dari http://jurnal.upi.edu/file/01_Kemitrasejajaran_Peran _Gender_dalam_Wacana_Legalitas_Indonesia- Endis_Firdaus1.pdf, pada tanggal 13 April 2015.

235