TEMA PUISI MODERN PERIODE AWAL The Modern Indonesian Poetry Theme of Early Period

Amir Mahmud

Peneliti Sastra Balai Bahasa Surabaya, Jalan Siwalanpanji, Buduran, Sidoarjo Telp./Faks. 031—8051752, Pos-el: [email protected]

(Makalah diterima tanggal 4 Januari 2011–Disetujui tanggal 12 April 2011)

Abstrak: Dunia puisi Indonesia modern terus mengalami perkembangan yang cukup baik sejak tahun 1800-an melalui terbitan majalah-majalah, seperti Bianglala (1870), Tjahaja Siang (1896), atau Pandji Poestaka (1923). Media seperti itu memunculkan nama-nama besar penyair Indonesia, seperti Or. Mandank, Sanusi Pane, dan . Perkembangan itu telah me- munculkan berbagai pemikiran generasi muda untuk meneliti dan menginventarisasikannya. Sampai saat ini banyak yang melakukan penelitian terhadap puisi Indonesia modern dari segi struktur, estetika, atau makna. Secara tidak langsung penelitian itu akan bersentuhan dengan masalah budaya dan penyairnya. Tidaklah lengkap kalau berbicara masalah perpuisian di Indonesia tanpa melibatkan penyair, sosial, dan budayanya. Namun, tulisan ini tidak melibatkan penyair, sosial, dan budayanya secara khusus, kajian ini hanya terfokus pada aspek tema, seperti tema cita-cita merdeka, keagamaan, kesatuan, nasihat, alam lingkungan, atau kritik sosial.

Kata-Kata Kunci: puisi, tema, penyair, media massa, pribumi, dan Hindia Belanda

Abstract: The world of modern Indonesian poetry has continued to have a fairly good development since the year of 1800s via magazine publications such as Bianglala (1870), Tjahja Siang (1986), or Pandji Poestaka (1923). Such medias had brought out great Indonesian poets like Or. Mandank, Sanusi Pane, and Amir Hamzah. The development has raised various ideas of the young generation to study and inventory them. Until now, there have been many studies on modern Indonesian poetry from the aspect of structure, aesthetic, and meaning. Indirectly, the studies would be involved with cultural issues and the poets. It is incomplete to discuss the Indonesian poetry issues without involving the poets and their social and culture in particular. Nevertheless, this study does not involve the poets and their social and culture in particular. Instead, this study focuses on the aspect of theme, such as the theme of desire for independence, religion, unity, advice, environment, or social critic.

Key Words: poetry, theme, poet, mass media, native, and Netherlands East Indies

PENGANTAR (1908—1913), Soeling Hindia (1910), Perkembangan puisi Indonesia modern Persekoetoean (1910), Penghiboer periode awal atau sebelum kemerdekaan (1914), Jong Sumatra (1919—1921), Sri RI tidak terlepas dari terbitan media Poestaka (1922), Al-Itqan (1922), Pandji massa. Media ini telah menjadi bacaan Poestaka (1923), Bintang Islam (1924), utama bagi masyarakat pribumi dan In- Berani (1925), Asjraq (1925), Zaman do-Belanda. Dalam Suyatno et al Baroe (1926), Warna Warta (1927), Ka- (2000:202) disebutkan media massa kala madjoean (1927), Panorama (1927), itu, lain: Bianglala (1870), Bin- Daroel Oeloem (1928), Tjaja Timoer tang Djohar (1873), Sahabat Baik (1928), Soeloeh Ra’jat (1928), Sri Poes- (1891), Bintang Hindia (1903—1927), taka (1929), Bintang Pagi (1929), Persa- Putri Hindia (1909), Soeloeh Peladjar toean (1929), Rasa (1929), Pandji

41 Poestaka (1930—1942), dan Poedjang- disuarakan dalam bentuk lirik dan nara- ga Baroe (1933—1939). tif. Terbitan tersebut tidak hanya mela- Perkembangan sastra pada masa itu hirkan penulis-penulis terkenal, tetapi ju- dipacu oleh pemikiran-pemikiran inte- ga memunculkan pembaruan gagasan lektual melalui dunia penerbitan media dan bentuk dalam puisi Indonesia. Pem- cetak. Karena itu, cukup berhasil sikap baruan gagasan terlihat pada tema uta- balas budi Belanda terhadap bangsa In- ma, yakni tema perjuangan. Karena itu, donesia masa itu karena telah membuka munculnya terbitan media massa tidak cakrawala pemikiran intelektual anak ne- hanya menguntungkan dunia sastra se- geri ini. Otomatis peta kekuatan pikiran mata, tetapi juga mendorong lahirnya anak-anak bangsa telah diketahui oleh masalah kebangsaan dan cita-cita bang- pemerintah Belanda sehingga terjadilah sa. Tidaklah sedikit jasa media massa seleksi karya yang akan diterbitkan me- terhadap cita-cita terwujudnya negara lalui . Pada umumnya, pe- kesatuan RI. nulis-penulis puisi masa itu adalah inte- Terbitnya majalah Pandji Poestaka lektual muda yang cukup terkenal sam- tahun 1923 menambah dorongan besar pai sekarang, seperti A. Hasjmy, J.E. bagi pengembangan budaya Indonesia Tatengkeng, Amir Hamzah, M. Jamin, dan peningkatan kreativitas bangsa In- Roestam Effendi, H.B. Jassin, dan donesia karena majalah itu telah memuat Sanoesi Pane. tulisan-tulisan kebudayaan secara umum dan juga memuat rubrik sastra, khu- TEORI susnya puisi. Tidak sedikit putra Indone- Puisi memiliki elemen-elemen yang ber- sia yang puisi-puisinya dimuat dalam bentuk struktur, baik struktur dalam majalah itu, seperti Or. Mandank, Sanusi maupun struktur luar. Struktur dalam ter- Pane, Amir Hamzah, dan . jelma menjadi bentuk struktur semantik, Majalah itu telah mendorong semangat penataan kata yang berirama atau tak bangsa Indonesia untuk menulis sastra, berirama, dan ada keterkaitan maknawi khususnya puisi. antarkata (Zaidan, 1991:133). Struktur Majalah Pujangga Baru tersebut ju- luar berkaitan dengan penciptaan dan so- ga membangkitkan semarak pemikiran sial kehidupan masyarakat. Kata-kata untuk memunculkan budaya dan kaum yang disusun dalam sebuah puisi kemu- intelektual di Indonesia pada masa itu, dian membentuk unit bunyi dan makna yang kemudian melahirkan polemik ke- yang merupakan penentu estetis. Peng- budayaan untuk mempersoalkan iden- olahan kata untuk mencapai efek estetis titas kebudayaan Indonesia yang sedang disebut struktur. Struktur ini mencakupi dalam masa pencarian dan pembentukan isi dan bentuk, sejauh mempunyai fungsi identitas diri sebagai bangsa Indonesia. estetis. Dengan demikian, karya sastra Pada saat itu pula muncul majalah-ma- dapat dilihat sebagai suatu sistem tanda jalah yang didirikan oleh lembaga-lem- yang utuh, struktur tanda memiliki fung- baga keagamaan dengan menampilkan si dan tujuan estetis tertentu (Wellek dan tulisan-tulisan mengenai kebudayaan dan Austin Warren, 1989:158—159). karya sastra yang bercorak keagamaan Karya sastra merupakan struktur (Suyatno, 2000:1). Damono dan Melani yang otonom, yang dapat dipahami seba- Budianta (2009:2) menyatakan bahwa gai suatu kesatuan yang bulat dengan un- puisi yang ditulis pada periode awal ba- sur-unsur pembangunannya yang saling nyak bercorak keagamaan, di samping berjalinan (Pradopo et al, 1985:6). Untuk berbagai tema sosial dan personal yang memahami maknanya, karya sastra harus dikaji berdasarkan strukturnya, lepas dari

42 latar belakang sejarah, lepas dari niatan dan pelapor hasil penelitian (Moeliong, penulis, dan lepas pula dari efeknya pada 1998:121). Hasil penelitian ini berupa pembaca. Jadi, dalam kajian struktur, sebuah deskripsi yang disertai dengan yang penting adalah pembacaan secara kutipan-kutipan data yang berasal dari mikroskopi dari karya sebagai ciptaan puisi, yang telah diinterpretasi sesuai bahasa (Teeuw, 1984:134). dengan teknik kajian sastra. Perihal struktur, lebih lanjut Teeuw Teknik yang digunakan adalah tek- (1984:141) menyatakan bahwa penger- nik kajian pustaka. Maksudnya, setiap tian struktur mengandung tiga gagasan analisis data yang berupa kata, frase, utama. Pertama, gagasan keseluruhan atau wacana dalam puisi, peneliti di- (wholeness), maksudnya adalah bagian- pandu dengan teori kajian sastra. Dengan bagian atau anasirnya menyesuaikan diri teori itu diharapkan ada perpautan antara dengan seperangkat kaidah intrinsik dunia imajinasi dan dunia ilmiah karena yang menentukan, baik keseluruhan sastra dapat dikaji secara ilmiah melalui struktur maupun bagian-bagiannya, se- pendekatan sastra. perti aspek tematisnya saja. Kedua, ga- Sumber data penilitian ini adalah ti- gasan transformasi, maksudnya adalah ga buah buku antologi puisi periode struktur itu menyanggupi prosedur trans- awal, yakni: (1) buku J.S. Badudu berju- formasi yang terus-menerus memung- dul Perkembangan Puisi Indonesia Ta- kinkan pembentukan bahan-bahan baru. hun 20-an hingga Tahun 40-an terbitan Ketiga, gagasan mandiri, maksudnya Pusat Pembinaan dan Pengembangan adalah tidak memerlukan hal-hal dari Bahasa tahun 1984, (2) buku antologi luar dirinya untuk mempertahankan pro- puisi, yang dikumpulkan oleh Suyono sedur transformasinya. Tulisan ini ber- Suyatno et al berjudul Antologi Puisi In- pijak pada gagasan yang pertama dengan donesia Periode Awal terbitan Pusat Ba- fokus pada tema atau pokok pikiran yang hasa tahun 2000, dan (3) buku Sapardi dijadikan dasar mengarang. Fowler Djoko Damono dan Melani Budianta (1987:248) mengatakan bahwa tema berjudul Meneer Perlentee: Antologi Pu- adalah dasar pemikiran (rationale) dari isi Periode Awal terbitan Pusat Bahasa citra dan simbol, bukan kuantitasnya. tahun 2009. Tema mengisyaratkan kelinearan atau perluasan sebuah karya yang tidak dibe- HASIL DAN PEMBAHASAN rikan oleh istilah-istilah pokok persoalan Tema Perjuangan untuk Merdeka yang lain. Perjuangan untuk meraih cita-cita ke- merdekaan adalah tema paling menonjol METODE pada puisi periode awal. Hal itu terjadi Metode yang digunakan dalam melaku- karena kesempatan untuk menyuarakan kan analisis adalah metode struktur, khu- cita-cita merdeka terasa telah terbuka le- susnya kajian tema. Kajian struktur me- bar. Kumandang kemerdekaan, khusus- ngutamakan unsur dalam teks sastra, se- nya melalui puisi tentang kemerdekaan perti tema, tokoh, atau alur cerita. Dalam Indonesia, kala itu muncul karena kon- melakukan penelitian ini, peneliti tidak disi bangsa terlihat layu bagaikan bunga, hanya bertugas semata mendeskripsikan redup, panas, dan gelap seakan-akan tia- unsur tema saja, tetapi juga memberikan da sinar sepanjang masa. Di tengah ma- interpretasi kata, frase, atau wacana. Pe- lapetaka ada optimisme dan kepastian nelitian ini berjenis kualitatif sehingga akan datangnya kemerdekaan sebagai- peneliti sendiri secara langsung berlaku mana datangnya mentari pagi. Lukisan sebagai perencana, pelaksana, pengum- itu telah disampaikan Ipih melalui puisi- pul data, penganalisis data, penafsir data, nya yang berjudul “Nasib Tanah Airku”

43 dalam No. 10, Th. I, Ra’jat Indonesia No. 42 Th. II, 17 Okto- April 1934 berikut. ber 1928.

.... Nyata pun terang kini kaum Sana, Nasibmu malang amat celaka, Sudah kehabisan daya dan guna, Hidup dirundung malapetaka, Tak segan-segan menyebar fitnah, Tidak mengenal rasa Bahagia. Pergerakan kita diharapkan musna.

Memandang pagi menyedapkan mata, Dengan mesum dilahirkan harapan, Keraguan hati hilang semata, Pada pemerintah ada dimajukan, Memikirkan nasib Tanah Airku. Agar Sutomo lekas dienyahkan.

Seperti mentari di kala pagi, Puisi “Harapan Kromo” karya Ar. Kemerdekaan tentu datang lagi Kamaloeddin Saropie dalam Soeloeh Menerangi Tanah tempat lahirku. Ra’jat Indonesia No. 43 Th. II, 24 Okto- ber 1928 tidak terlepas dari masalah ha- Ipih merasa memiliki kewajiban un- rapan kemerdekaan negaranya. Ia meng- tuk menyuarakan hatinya melalui dunia imbau agar putra-putri Indonesia segera kata-kata. Hal seperti itu juga disampai- berjuang merebut kemerdekaan ini. Ia kan penyair lain, seperti penyair Semar juga mengingatkan agar masyarakat dalam puisinya yang berjudul “Kuatkan- waspada terhadap kapitalis yang sema- lah Barisan”. Semar merasa geram de- kin hebat kekuatannya untuk menghan- ngan kondisi negaranya yang selalu diin- curkan negara ini. Untuk mencapai ke- jak-injak oleh penjajah, yang tidak adil merdekaaan itu, bangsa Indonesia harus terhadap penduduk pribumi. Negara ti- membesarkan rasa nasionalismenya, tan- dak tentu aturannya. Rakyat diperdaya pa rasa itu akan nihil hasilnya di kemu- dengan berbagai cara agar tidak protes, dian hari. Rakyat banyak tanpa ada ke- rakyat dipecah belah agar tidak ada kesa- kuatan bersama, tak mungkin akan me- tuan, dan rakyat berpandangan kabur ter- ngusir kapitalis. Kalau rakyat masih la- hadap lingkungannya. Semua ini adalah par dan selalu miskin, tak mungkin cita- rekayasa agar tidak tumbuh rasa na- cita kemerdekaan akan terealisasi karena sionalis di antara pribumi. Dengan cara perjuangan tidak hanya semangat, tetapi itu, Belanda berhasil menguasai negara harus ada sarana pendukungnya, teruta- ini karena keberanian rakyat telah redup. ma biaya dan persatuan. Usaha penjajah untuk mengacaukan penduduk terus dilakukannya. Hal itu Tema Persatuan membuat garang penduduk, terutama Harapan bersatu bagi bangsa Indonesia kaum intelektual, yang dalam keadaan dikumandangkan oleh Aminainimarwan ini diwakili para penyair. Penyebaran fit- berjudul “Inginku”. Penyair ini telah me- nah terus dilakukan Belanda. Belanda nyadari bahwa Indonesia terdiri atas ke- berusaha membuang Sutomo dari negara pulauan dan suku sehingga jangan sam- ini dengan cara memfitnah orang terde- pai terjadi perselisihan karena masalah katnya. Sistem pecah belah yang dilaku- adudomba oleh pihak asing. Kita harus kan Belanda ternyata mendapat sambut- menyadari bahwa kemerdekaan akan di- an baik dari kalangan yang pro, namun peroleh melalui jalan persatuan dan per- yang anti-Belanda terus melancarkan ge- juangan. Tanpa ada persatuan dan perju- rakan agar segera terwujud kemerdekaan angan dari berbagai suku yang ada, sulit- negara ini. Hal itu dapat diketahui dari lah mewujudkan cita-cita kemerdekaan. puisi berikut, buah karya Semar dengan Sumatra dan Kalimantan sangat jauh di- judul “Kuatkan Barisan” dalam Soeloeh pandang mata, namun jangan sampai

44 jauh di hati. Kita harus duduk setara dan dengan sukses. Puisi ini tidak terlepas maju bersama sehingga tercipta ikatan dari puisi iklan politik terhadap generasi yang kuat. Ikatan yang kuat itu akan muda, khususnya agar mereka bersatu menciptakan persatuan sehingga akan melalui wadah kongres nanti. Agak ke- memudahkan untuk mencapai alam ke- ras imbauan S.s. itu jika dilihat dari situ- mewahan dan kebahagiaan yang penuh asi zaman yang tidak kondusif kala itu. berkah, misanya, Tali temali hendak Namun, melalui iklan itu ternyata kong- kuikat/Ke alam mewah penuh berkat. res terlaksana walaupun kata-kata itu Imbauan itu dikumandangkan oleh mungkin hanya sekadar kumandang penyair setelah sembilan tahun Sumpah awal bagi generasi muda. Misalnya, pe- Pemuda, tentu ada suatu indikasi terha- nggalan pusi berjudul “Rapat Kebang- dap bangsa, yang saat itu baru ingin saan” yang dimuat dalam Soeloeh Ra’jat mencapai kebersamaan. Karena itu, pe- Indonesia No. 36, Th. II, 5 September muda-pemudi Indonesia kala itu mem- 1928 berikut. bentuk sebuah wadah melalui Sumpah Pemuda. Tidaklah sia-sia mereka me- .... ngumandangkan Sumpah Pemuda itu ka- Sadar dan insaflah kini bangsaku, rena melalui wadah itu tercipta kebang- Kekuatan dirinya mulai diaku, kitan kesatuan, yang saat itu muncul Terang di penglihatan, pikiran tak keraguan bahwa bangsa Indonesia ini ti- beku, Persatuan Indonesia di kalbu terpaku. dak mungkin akan bersatu. Hal itu dapat diketahui ketika rasa galau penyair kare- Putra Sunda, Jawa, Madura, na tidak mungkin tercapainya kesatuan Borneo, Selebes serta Sumatra, bangsa. Masalah kesatuan itu menjadi Ambon Bali, Timor, Papua, bagian pemikiran para penyair. Perha- Bersatu mencari kemerdekaan tikan puisi berjudul “Inginku” dalam Indonesia Panji Islam, IV/27, 15 Juni 1937 berikut. Puisi akhir tahun 1800-an dan sebe- Sungguhpun jauh dari mata, lum tahun 1920-an tidak ada yang me- Kalimantan menjarak Sumatra, nyuarakan kemerdekaan dan imbauan Sesayup-sayup mata memandang, untuk bersatu guna mencapai kemerde- Tapi, inginku, saudara, kaan. Sejak terjadi Kongres Pemuda ta- Diperdekat, ‘nak setara, hun 1928, terkenal pula puisi bertema persatuan. Atas dasar itu puisi bertema Sungguhpun nun di seberang, Saudara bergurau riang, kesatuan muncul setelah tahun 1920-an. Membuat bukti atas persada, Tema puisi sebelum tahun 20-an hanya Inginku saudara, berupa semangat untuk meraih cita-cita Memanggilku sama. kemerdekaan, tanpa dicarikan solusi me- .... lalui wadah apa untuk mencapai kemer- dekaan itu. Pemikiran generasi penyair Dua bulan sebelum Sumpah Pemu- setelah tahun 1920-an, ternyata mampu da tanggal 28 Oktober 1928, sudah ada mengikuti arus politik bangsa, dengan imbauan dari para penyair melalui kata- menyuarakan keberaniannya. kata agar bangsa ini bersatu. Imbauan mereka itu ternyata terus kait-mengait, Tema Nasihat terus berkumandang tanpa henti. Puisi Tema nasihat yang bernafaskan religius karya S.s. berjudul “Rapat Kebangsaan” juga menjadi bagian penting dalam puisi disampaikan untuk mengimbau agar sebelum kemerdekaan. Penyair ingin Kongres pada bulan Oktober terlaksana menunjukkan identitas bahwa moralitas

45 manusia itu sangatlah penting untuk me- 1 nentukan arah kehidupan ke depan. Ke- Orang boleh sebar biji, hidupan tanpa moralitas tinggi akan ke- Tapi, kalu trada hujan, hilangan keseimbangan hidupnya. Kare- Biji itu trada jadi, na itu, agama dijadikan landasan moral Hanya matilah kekringan. manusia untuk membentuk sikap dan 2 moral yang diwujudkan melalui nasihat- Guru boleh mengabarken, nasihat dan siraman rohani. Perkataan Tuhan Allah, Puisi berisi nasihat itu dapat diketa- Kalu berkat ditahanken, hui melalui karya B. Tan Emas berjudul Trada balik orang salah. “Syair Nasihat” dimuat dalam Suluh Pe- lajar No. 11, Th II, 15 Juli 1908 berikut. 3 Hati orang ada tegar, .... Tra ia mau merasa, Maklumlah tuan, muda pokta Kata Allah trada dengar, Nasihat guru, mana yang dikata Tra mau membuwang dosa. Atau pengajaran, sudahlah nyata .... Memberi kebaikan, usul berita Nasihat tidak hanya disampaikan Nasihat dan pengajaran baik turutkan guru kepada muridnya. Ada pula nasihat Rajinkah diri, jangan dilalaikan yang diberikan penyair kepada anak pe- Usahakan badan jangan dilalaikan rempuan secara umum. Puisi nasihat ke- Supaya pengajaran, boleh termakan pada anak perempuan ini disampaikan oleh pengarang yang tidak menyebutkan Puisi di atas berisi masalah ajaran namanya (anonim) dengan judul “Syair kehidupan seseorang kepada orang lain Anak Perempuan” dalam Poetri Hindia karena orang lain memiliki andil yang No. 5. Th. III, 15 Maret 1910 sebagai be- besar terhadap kemajuan dan pengeta- rikut. huan seseorang. Orang lain itu adalah terutama guru. Guru memiliki andil be- .... sar kepada kecerdasan dan kemampuan Ini syair buat satu pelajaran, manusia. Ajaran yang disampaikan guru Buat anak perempuan punya aturan, sudah merupakan bagian dari pesan mo- Supaya bisa mendapat satu pikiran, ral kepada murid-muridnya. Si aku per- Supaya menjadi suatu pengajaran. caya tiada guru yang menjerumuskan anak didiknya karena guru sejak dulu, No. 1 jangan pergi ke mana-mana, dijadikan anutan orang lain, yang me- No. 2 rajin kita mesti berbenah, miliki sumber ilmu dan juga sumber bu- No. 3 jangan pergi sini saja, No. 4 Boleh jadi kita dapat bencana. di. Tidak sedikit guru yang sudah dapat mengubah seorang jahat dan murka men- Lebih kita belajar masak-masakan, jadi lebih baik moralnya. Kredibilitas Apa yang patut mak bapak makan, guru telah dipertaruhkan jika guru me- Jangan hangus kalau goreng ikan, lakukan tindakan amoral. Si aku sebagai Perabot rumah tangga jangan guru mampu menjaga diri dari perbuatan berantakan. tercela. Dia tahan godaan duniawi, mi- salnya puisi berjudul “Toehan Allah Jika dicermati, ajaran yang disam- Tobatken Orang Berdosa”, anonim, di- paikan pengarang kepada perempuan muat dalam Bianglala, Nomor 29, 5 berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, Agustus 1870 berikut. terutama berkaitan dengan pekerjaan. Perempuan hendaknya menjaga diri dari

46 tangan laki-laki yang bukan muhrimnya. Nasihat berlaku rajin bagi manusia Perempuan harus pandai memasak dan dalam menjalankan tugasnya juga di- menguasai keterampilan seperti menja- sampaikan oleh penyair. Berlaku rajin hit, menyediakan santapan keluarga pada merupakan perbuatan mudah, tetapi ti- jam makan, badan harus selalu bersih dak semua manusia mampu melaku- dan wangi, bangun paling pagi daripada kannya. Kesuksesan kehidupan manusia laki-laki, dan mengatur perabot rumah sebenarnya diawali dengan tindakan ra- tangga. Gambaran ini mengisaratkan ke- jin itu. Perhatikan kutipan puisi berjudul pada kita bahwa tatanan kehidupan wa- “Sjair Radjin dan Segan” karya Gouw nita, ternyata berbeda dengan laki-laki. Peng Liang, Mr. Cornels, dalam Sah- Perbedaan peran itu telah menjadi mitos, habat, Nomor 4, 1891. yakni wanita harus bisa masak dan mela- deni penghuni rumahnya dengan baik Maliq alam di antero banuwa, dan tepat. Rajin terutama dari semuwa, Ternyata nasihat seperti itu dari ma- Bagai manusia muda dan tuwa, sa ke masa terus ada walaupun kadarnya Rajin itu-itu termanafaatlah juwa. agak berbeda. Misalnya, puisi berjudul Akan sakaliyan kita manusiya, “Kawin” karya A. Hasjmy, yang mem- Baik hina atau muliya, beri nasihat kepada para pemuda dan pe- Jikalau rajin sederhanalah iya, mudi yang hendak kawin muda. Anak Beroleh rezeki hingga berbahagiya. muda banyak yang kawin muda karena menuruti hawa nafsunya saja. Tidaklah Rajin itu upama pahalawan, heran kalau perkawinan muda-mudi itu Medlarat dan sukar dapat ditawan, diindikasikan oleh penyair hanya karena Jika digunakan oleh hartawan, nafsu, bukan karena ingin membangun Niscaya miliqnya apung perkawan. rumah tangga yang sakinah ke depan. Maski belajar ilmu pengatahuwan, KAWIN Jangan segan marhabatmu tuwan, “Kepada pemuda pemudi” Karana nan rajin tiyada berlawan, Terpandai dari lainnya kawan Banyak anak muda sekarang .... Tujuan hidup kawin semata Biar sengsara akan dihadang Tema Alam Lingkungan Asal puas nafsu asmara … Tema alam lingkungan atau lebih khusus ungkapan rindu pada kampung halaman Juga pemudi di abad ini juga menjadi bagian penting yang di- Masih kecil, belum remaja ungkapkan dalam kajian ini karena rindu Nafsu kalbu ‘dak bersuami kampung halaman merupakan ungkapan Ingin memimpin rumah tangga. rasa, yang berkaitan dengan masa la- lunya ketika masih hidup bersama orang Saudara-saudara pemuda-pemudi! tua. Tidak sekadar ungkapan masa lalu, Tunggu sebentar, jangan terburu … Usah diturut nafsu birahi … tetapi menyiratkan juga ungkapan tradisi Jangan diikut faham keliru … atau kehidupan budaya dalam sebuah Bukan beta anti kawin kampung. Kita membaca puisi terasa in- Bukan aku tidak setuju; dah jika keindahan alamnya diungkapan Beta suka kepada kawin, secara puitis. Gambaran keindahan alam - Tapi tunggu sampai waktu lingkungan itu telah terlihat pada puisi …!(Pedoman Masyarakat, No. 27 Th. berjudul “Tanah Air” karya M. Jamin. II, 18 Agustus 1936) Gambaran keindahan alam lingkungan

47 Sumatra Barat telah terlihat nyata walau- pun hanya melalui alam imajinasi. Ke sana sini pandangku lepas, Lembah ngarai jurang berjurang, .... Tebing landai liku berpintas, Pada batasan, bukit Barisan Gunung tercagak biru merintang. Memandang ke pantai, teluk permai; Tampaklah air, air segala Aku naik ke atas gunung Itulah laut, Samudera Hindia Di sana aku memandang-mandang, Tampaklah ombak, gelombang Di sana aku bertambah menung, pelbagai Di sana ngeri menyantak tulang, Memecah ke pasir, lalu berderai Di manakah tempat tiada murung? Ia memekik, berandai-andai Di manakah tempat tiada malang …? “Wahai Andalas, Pulau Sumatera (Panji Islam, IV/15, 25 Mei 1937) Harumkan nama, Selatan Utara”(Jong Sumatra No. 4 Th. III 1920) Penyair ini telah mengungkapkan secara jujur terhadap kebesaran Tuhan. Lingkungan alam Sumatra telah Alam yang indah dapat dijadikan si pe- tampak di depan mata ketika membaca nyair untuk melepaskan lelah, baik fisik puisi di atas. Alam Sumatra digambar- maupun rohani. Rasa hati tiada sendu kan sebagai surga dunia, seakan-akan ti- dan tiada kesedihan setelah menikmati ada duanya alam seperti Sumatra. Kem- keindahan alam. Ungkapan rasa keindah- balinya penyair ke alam lingkungannya an alam lingkungan yang berkaitan merupakan bukti bahwa sebuah keindah- dengan lautan, pantai, dan aktivitas nela- an alam merupakan permadani nurani yan telah terungkap dalam puisi berjudul manusia, yang secara tidak langsung ju- “Di Pantai, Waktu Petang” karya J.E. ga mengagumi dan kemudian memper- Tatengkeng berikut. cayai keagungan Tuhan. Melalui penga- guman itulah, manusia akan bertambah DI PANTAI, WAKTU PETANG imannya, di samping akan kuat keper- cayaan kepada keberadaan Tuhan. Mercak-mercik ombak kecil memecah, Ungkapan keindahan alam ling- Gerlap-gerlip sri syamsu mengerling, Tenang-menyenang terang cuaca. kungan juga diungkapkan Zeiny dalam Biru kemerahan pegunungan keliling. puisinya berjudul “Aku Naik ke Atas Gunung”. Kesucian alam lingkungan ini Berkawan-kawan perahu nelayan, telah mencerminkan kesucian tangan- Tinggalkan teluk masuk harungan, tangan manusianya yang masih meng- Merawan-rawan lagunya nelayan, hargai alam lingkungannya secara baik. Bayangkan cinta kenang-kenangan. Gambaran itu tentu dapat dibandingkan dengan kondisi alam sekitar saat ini. Syamsu menghintai di balik gunung, Alam lingkungaan saat ini telah dikotori Bulan naik tersenyum simpul, oleh manusia dengan cara penebangan Hati pengarang renung termenung, hutan. Puisi berikut mencerminkan keju- Memuji Rasa—sajak terkumpul. juran dan perhatian manusia terhadap Makin ‘alam lengang dan sunyi, alam lingkungannya saat itu. Makin merindu Sukma sunyi …(Dalam Rindu Dendam, 1934). AKU NAIK KE ATAS GUNUNG Penyair Aoh Kartahadimadja juga Aku naik ke atas gunung tidak ketinggalam dalam mengungkap- Di sana aku memandang-mandang, Di sana pandangan tak terkurung, kan alam sekitarnya. Ia lahir di wilayah Di sana pandangan tak terhalang. Jawa Barat, tentu dia akrab dengan

48 Gunung Gede sehingga pengungkapan alam sekitanya cukup informatif dengan Bajunya becak, koyak-koyak; keadaan gunung tersebut. Gunung Gede Hidup mendesah, mereka tercampak dianggapnya tidak hanya gede fisiknya, Kian kemari mencari rezki, tetapi juga gede “sosialnya” karena Buat pembeli sesuap nasi. mampu memberikan keindahannya kepa- Jangan tertawa saudara semua, da manusia, yang melihatnya. Ia juga ti- M’lihat pakaiannya demikian rupa, dak angkuh seperti bentuknya, yang hi- Dari desa datang mereka, tam pekat, tetapi ia telah memberi ke- Dibawa ditunda alun sengsara. sejukan hati, mau memberikan senyum, sehingga layak dijadikan contoh bagi ke- Banyak pengemis merupakan lam- hidupan. Orang besar dan kuat hen- bang kemiskinan sebuah negeri. Kemis- daknya melindungi yang kecil, sehingga kinan itu ada sejak zaman perjuangan orang kecil terasa nyaman dan senang. dulu hingga sekarang. Puisi di atas me- Judul puisi karya Aoh yang berkaitan nyiratkan gambaran seperti itu, tetapi dengan Gunung Gede adalah berjudul berbeda dalam tatanan pemerintahan “Gunung Gede” dalam Pandji Poestaka, dengan saat itu. Pemerintahan pada saat No. 11, Th. XX, 20 Juni 1942 berikut. itu dipegang oleh kolonial sehingga pri- bumi tidak diberi kesempatan untuk .... menjadi pemikir politik dan ekonomi da- Dari puncakmu tinggi di cakrawala, lam negerinya sendiri. Sampai ke kakimu jauh menjulur, Selain pengemis, puisi di atas me- Hanya bahagia didapat rakyatku pula, nyiratkan adanya pengamen jalanan de- Berkat tanahmu nan kaya makmur. ngan musik tradisional angklung. Mere- O, Gede ka keliling menjual suara guna memper- Sungguh engkau sangat bahagia, oleh sepeser uang untuk memenuhi ke- Bahagiamu tidak engkau kecap sendiri, butuhan hidupannya. Sebenarnya yang Namun dipancarkan pada yang lain terjadi adalah bukan masalah pengemis mewah berseri. dan pengamen dalam dunia kepenyairan ini, melainkan sorotan kritis terhadap ke- Tema Kritik Sosial bijakan pemerintahan saat itu yang selalu Tema kritik sosial akibat terjadinya ke- mengesampingkan kepentingan pendu- timpangan ekonomi dan sosial politik duk pribumi. Pemeritah tidak peduli de- dari sistem pemerintahan kolonial juga ngan nasib pribumi sehingga kebodohan menjadi sorotan penyair. Tema itu ter- dan kemiskinan terus terjadi. nyata tidak sekadar ungkapan belaka, te- Puisi berjudul “Lari Karena Kelapa- tapi secara realitas pada masa itu me- ran” karya M.R. Dajoh yang diambil dari mang terjadi ketimpangan sosial yang di- kumpulan puisinya A.S.I.B., tidak berbe- akibatkan oleh sebuah sistem pemerin- da jauh dengan puisi di atas. Puisi beri- tahan. Sebenarnya secara tidak langsung, kut menyiratkan kritik sosial akibat situ- penyair bereaksi untuk protes atas masa- asi negara yang kurang memperhatikan lah di lingkungannya itu. Bagaimana kehidupan rakyatnya. penderitaan masyarakat akibat kemiskin- an pada masa itu telah menjadi perhatian Seperti binatang bersusah-payah, penyair. Diusir-usir di mana-mana, Puisi yang berkaitan dengan tema di Mereka berjalan berkembara, atas ialah puisi berjudul “Angklung” kar- Amat banyak, seperti semut, ya M. Taslim Ali dalam Pujangga Baru, Mencari makanan pengisi perut, VIII/1—2, Juli—Agustus 1940 berikut. Kelaparan, bersungt-sungut.

49 Sedih-pedih, badan penat, kesadarannya muncul, bahwa bangsa In- Perut hampa, skit sangat, donesia ternyata tidak memiliki kesatuan Mereka berjalan amat lambat, yang kuat untuk mewujudkan keme- Bernaung sedikit di bawah pohon. nangannya. Untuk itu, puisi bertema ke- Kesakitan ditahan-tahan, satuan muncul setelah tahun 20-an, te- Maut menikam perlahan-lahan. patnya menjelang dan sesudah Kongres Mengharap-harap mendapat makanan, Pemuda tahun 1928. Keberanian penyair Memikir-mikir pertolongan, menampilkan tema kesatuan dan kritik menanggung banyak k’sengsaraan sosial seiring dengan keberanian bangsa tempat lahir ditinggalkan, Indonesia mengikrarkan Sumpah Pemu- setelah disambar kemiskinan, da tahun 1928 tersebut. Tema puisi tahun seluruh neg’ri kepalaran. 1800-an pada umumnya berkisar pada .... keagamaan. Dengan kekuatan doa dan pertolongan Tuhan, bangsa Indonesia Permasalahan penderitaan itu di- kelak akan meraih kemerdekaannya. sengaja agar rakyat tidak lagi memikir- kan masalah politik pemerintahan, tetapi rakyat dikondisikan sibuk dengan pende- DAFTAR PUSTAKA ritaan dan kemiskinannya. Baris seluruh neg’ri kelaparan/di mana-mana kelapar- Damono, Sapardi Djoko dan Meladi an/ merupakan tanda bahwa di negeri ini Budianta. 2009. Meneer Perlentee: telah terjadi krisis ekonomi yang tersis- Antologi Puisi Periode Awal. tem sehingga rakyat mudah dibentuk. : Pusat Bahasa. Kisah si aku yang mengembara mulai Fowler, Rager (Ed.). 1987. A Dictinary dari Cilacap, Cirebon, Surabaya, sampai of Modern Critical Terms. London: Bangil terlihat suasana sama, yakni ke- Routladge & Hegan Paul. miskinan dan kebodohan. Banyak orang Badudu, J.S. 1984. Perkembangan Puisi kaya, tetapi mereka antek penjajah se- Indonesia Tahun 1920-an hingga hingga tidak mungkin rumahnya berse- Tahun 1940-an. Jakarta: Pusat Pem- dia untuk tempat singgah. Gambaran binaan dan Pengembangan Bahasa. yang disampaikan si aku adalah berkait- Moleong, Lexy J. 1998. Metode Peneli- an dengan keadaan negara bahwa mulai tian Kualitatif. Bandung dari Anyer—Panarukan kondisinya sa- Pradopo, Rachmat Djoko. 1985. Bahasa ma, bangsa ini miskin dan bodoh. Puisi Penyair Utama Sastra In- donesia Modern. Jakarta: Pusat Ba- SIMPULAN hasa. Secara tematis, puisi periode awal atau Suyatno, Suyono et al. 2000. Antologi sebelum kemerdekaan RI menyajikan te- Puisi Indonesia Periode Awal. Ja- ma yang beragam. Keberagaman tema karta: Pusat Bahasa. itu bukan kebetulan, melainkan karena Teuuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra: penyair berupaya memperoleh pengaku- Pengantar Teori Sastra. Jakarta: an hak sebagai warga pribumi, yang ma- Pustaka Jaya. sih terasa terkekang oleh situasi politik Wellek, Rene dan Austin Warren. 1988. pemerintahan kolonial. Melalui penyaji- Teori Sastra. Terjemahan Melani an tema lingkungan, kritik sosial, dan Budianta. Jakarta: Gramedia. kemerdekaan, penyair ingin menunjuk- Zaidan, Abdul Rozak et al. 1991. Kamus kan bahwa bangsa ini mampu, kaya, dan Istilah Sastra. Jakarta: Pusat kuat untuk meraih kebebasan dan keme- Bahasa. nangan. Mereka telah merasa ketika

50