ROMANTISISME DI INDONESIA DAN BELANDA PADA AWAL ABAD KE-20 Abstrak
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
ROMANTISISME DI INDONESIA DAN BELANDA PADA AWAL ABAD KE-20 Almas Aprilia Damayanti E-mail: [email protected] Abstrak Keberadaan Romantisisme di Indonesia menjadi sangat istimewa semenjak masuknya aliran romantisisme pada awal abad 20, sedangkan romantisisme di Belanda sendiri sudah ada sejak abad 18 yang terus berkembang hingga awal abad 20. Angkatan Pujangga Baru di Indonesia banyak mendapat pengaruh dari bacaan dan karya sastra dari Belanda sehingga karya-karya literatur mereka terpengaruh angkatan 80. Sebagaimana diketahui, karya sastra romatisisme telah berlangsung jauh lebih dulu di Belanda, tepatnya pada akhir abad 17 hingga awal 18, jika dibandingkan di Indonesia yang baru masuk pada abad 19. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap sejarah pengaruh bacaan karya sastra dari Belanda bagi angkatan pujangga baru di Indonesia. Kata kunci: Angkatan Pujangga Baru; Angkatan 80; Romantisisme 1. Pendahuluan Romantisisme adalah sebuah gerakan seni, sastra dan intelektual yang berasal dari Eropa Barat abad ke18-, tepatnya pada masa Revolusi Industri. Istilah romantik dan romantisisme berasal dari kata romans, yakni bahasa (dialek) rakyat Prancis pada abad Pertengahan (1800‒1851). Istilah tersebut kemudian berkembang dan dimaknai sebagai cerita khayalan yang aneh 59 60 ALMAS APRILIA DAMAYANTI dan menarik, cerita yang penuh petualangan, serta cerita-cerita yang mengandung unsur percintaan (Ratna, 2005, hlm. 48). Romantisisme merupakan aliran dalam sastra yang menekankan pada ungkapan perasaan sebagai dasar perwujudannya. Aliran ini lahir dan berkembang pada abad ke-18 di Eropa sebagai gerakan untuk menentang klasikisme, yaitu aliran yang mengutamakan keteraturan dalam berpikir, bersikap, dan bersifat konvensional. Istilah romantik boleh dikatakan tidak dapat dilepaskan begitu saja dari kebudayaan Eropa. Kalaupun kita ingin memahami dan mencari ciri-ciri romantisisme dalam tradisi sastra Indonesia, mau tidak mau kita harus berurusan dengan perkembangan tradisi kesusastraan Eropa yang memperkenalkan istilah romantisisme tersebut. Istilah romantik berhubungan dengan penggunaan kata roman di Abad Pertengahan, yaitu suatu cerita dalam bahasa rakyat Roman. Roman Abad Pertengahan, terutama yang berupa cerita kesatria, kebanyakan ditulis dalam bentuk sajak. Setelah beberapa waktu, ciri-ciri yang menandai cerita ini bergeser menjadi kejadian- kejadian tegang dan sering tidak masuk akal, serta perasaan luhur tentang kehormatan dan cerita kebangsawanan yang langsung dihubungkan dengan pengertian roman dan romantik (Luxemburg et.al, 1989, hlm. 162). Periode romantik dalam sejarah perkembangan sastra Eropa sering dikaitkan dengan munculnya Revolusi Prancis, terutama pada abad ke-18. Ketika itu, idiom-idiom yang berkaitan dengan kebebasan, kesamaan, dan persaudaraan muncul di berbagai sendi kehidupan (Samekto, 1975, hlm. 65). Idiom-idiom tersebut pada akhirnya menimbulkan keyakinan bahwa pada dasarnya, manusia adalah baik. Dengan demikian, perasaan ingin mencapai kebahagiaan secara sempurna menjadi hakikat kehidupan pada ROMANTISISME DI INDONESIA DAN BELANDA PADA AWAL ABAD KE-20 61 masa romantik. Kemunculan romantitisme memang tidak dapat dilepaskan dari Revolusi Prancis. Tokoh yang memberikan napas dalam romantisisme di Prancis adalah J. J. Rousseau. Ia dianggap sebagai bapak romantisisme lewat karya autobiografinya, Confessions. Di dalam bukunya, ia memaparkan bahwa diri (self ) merupakan sesuatu yang otonom dalam menentukan pilihannya. Dengan kata lain, Rousseau mengenalkan konsep individualisme dan subjektivisme dalam pemikiran filsafat (Heath dan Boreham, 1999, hlm. 23). Menurut Saini dalam Damono (2005: 51), romantisisme adalah gerakan kesenian yang mengunggulkan perasaan (emotion, passion), imajinasi, dan intuisi. Para seniman romantik cenderung mengunggulkan sifat individualistis daripada konformistis. Karya seniman romantik menekankan hal yang bersifat spiritualitas atau fantastik. Minatnya pada alam yang masih liar dan belum diolah sangat besar. Tokoh-tokoh eskapisme romantis lebih menyukai tempat-tempat yang alami, natural, bunga-bunga, sinar mentari, atau bulan purnama. Sifat otentik kaum romantik adalah pandangan filosofis yang menolak hal-hal palsu atau artifisial, seperti ketentuan sosial, hukum material, dan penaklukan individu oleh hal-hal yang nonemotif. Romantik menjauhi kejenuhan atau kebiasaan, dan melihat sesuatu secara berbeda. Romantika menyeret orang sampai batas-batas yang tidak terduga. Lebih dari seabad sejak romantisisme pertama kali dicetuskan di Barat, tetapi pengaruhnya masih dapat dirasakan dalam dunia kesenian sampai sekarang. Pada faktanya, bentuk seni modern pun banyak yang masih bersifat romantik. Walaupun sudah muncul banyak konsep lain, seperti realisme, simbolisme, surealisme, dan lain-lain, adanya kebutuhan untuk mengekspresikan diri secara 62 ALMAS APRILIA DAMAYANTI subjektif, terlepas dari hukum sains dan logika, yang sering kali menjadi vital dalam penciptaan karya seni, merupakan warisan dari romantisisme. Romantisisme juga memegang peran penting dalam perkembangan seni rupa modern Indonesia, sebagai penggayaan seni lukis asing pertama yang masuk ke Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap sejarah pengaruh bacaan dan karya sastra dari Belanda terhadap angkatan Pujangga Baru di Indonesia. Ada dua tujuan dalam penelitian ini, yaitu secara teoretis, bertujuan mengungkap sejarah pengaruh bacaan asing bagi angkatan Pujangga Baru di Indonesia dan pengaruh dari bacaan di Belanda yang menempatkan perasaan manusia sebagai unsur paling dominan, serta sebuah cinta yang merupakan bagian dari perasaan yang paling menarik. Kemudian, secara akademis, dapat memberi sumbangan perkembangan ilmu sastra, khususnya dalam bidang sejarah sastra. Secara praktis, penelitian ini bertujuan memberikan pengetahuan kepada masyarakat bahwa romantisisme di Indonesia terpengaruh oleh aliran romantisisme di Belanda. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik. Langkahnya dimulai dari menelaah data yang berhubungan dengan teks, lalu mendeskripsikan secara koheren, kemudian mengutipnya. Terakhir, dilakukan tahap analisis dan menyimpulkan. Hasil yang dicapai dalam penelitian ini adalah bahwa terdapat pengaruh yang besar bagi karya-karya masa romantisisme di Indonesia oleh karya- karya literatur di Belanda. Ini semua terlihat dari unsur emosi (perasaan) yang dipakai pada karya literatur, baik di Indonesia maupun di Belanda, untuk mendorong orang lebih menghayati perasaan melalui penghayatan indera, serta lebih mempercayai intuisi daripada pikiran dan kebebasan berimajinasi. Namun, ada yang berbeda, yakni apabila karya bergenre romantisisme ROMANTISISME DI INDONESIA DAN BELANDA PADA AWAL ABAD KE-20 63 di Indonesia dinilai dengan pengungkapan yang romantis dan mendayu-dayu, di Belanda karya-karyanya sama sekali tidak terkait dengan persoalan cinta, asmara, atau ketertarikan antara lelaki dan perempuan sebagaimana yang selama ini dipahami, tetapi pada masa itu dianggap romantik jika pengarang atau penyair mampu memberikan titik tekan pada persoalan rasa dan perasaan yang amat terbuka dalam mengungkapkan perasaan mereka, hak-hak manusia, dan kebebasan individu (McMichael, 1997, hlm. 613). 2. Pembahasan 2.1 Ciri-Ciri Romantisisme Prinsip romantisisme adalah kembali pada alam, contohnya emphasis terhadap nilai-nilai kebajikan umat manusia, keadilan bagi seluruh umat, serta menggunakan perasaan daripada logika dan intelekual. Ada beberapa ciri-ciri yang sangat menonjol dalam aliran romantisme ini, di antaranya kembali ke alam, melankolis, keprimitifan, sentimental, dan individual (Noyes, 1956). Seni romantik berfokus pada emosi, perasaan, dan berbagai macam suasana hati, seperti spiritualitas, imajinasi, misteri, dan semangat perjuangan. Seniman romantik mengekspresikan emosi personal melalui karyanya, yang kontras dengan pengekangan dan nilai-nilai universal yang ada pada seni neoklasik. Subject matter bervariasi, contohnya lanskap, religi, revolusi, dan keindahan yang damai. Salah satu tema dalam puisi romantisisme adalah mengemukakan keindahan alam. Tema keindahan alam dalam karya romantisisme juga didengungkan melalui pernyataan Bapak Romantik Belanda, Williem Kloos, yang menyerukan untuk kembali ke alam dalam 64 ALMAS APRILIA DAMAYANTI karyanya yang berjudul “Zee”, atau dalam bahasa Indonesia bermakna “Laut” berikut. Zee karya Williem Kloos De Zee, de Zee klotst voort in eindelooze deining, De Zee, waarin mijn Ziel zich-zelf weerspiegelt ziet; De Zee is als mijn Ziel in wezen en verschijning, Zij is een levend Schoon en kent zich-zelve niet. Zij wischt zich-zelven af in eeuwige verreining, En wendt zich altijd òm en keert weer waar zij vliedt, Zij drukt zich-zelven uit in duizenderlei lijning En zingt een eeuwig-blij en eeuwig- klagend lied. O, Zee was Ik als Gij in àl uw onbewustheid, Dan zou ik eerst gehéél en gróót gelukkig zijn; Dan had ik eerst geen lust naar menschlijke belustheid Op menschelijke vreugd en menschelijke pijn; Dan wás mijn Ziel een Zee, en hare zelfgerustheid, Zou wijl Zij grooter is dan Gij, nóg grooter zijn. Keindahan alam yang didengung-dengungkan oleh Kloos ini juga ditemukan dalam puisi-puisi yang dimuat dalam majalah Pujangga Baru. Keindahan alam yang diceritakan dalam puisi- puisi tersebut biasanyan menggambarkan keindahan alam di pedesaan, keindahan gunung, sawah, suasana menjelang pagi, ROMANTISISME DI INDONESIA DAN BELANDA PADA AWAL ABAD KE-20 65 bahkan nyanyian dedaunan, dan batang-batang pimping yang ditiup angin. Semua fenomena alam tersebut menjadi inspirasi dalam penciptaan