<<

JURNAL PANGKAJA Vol.22, No. 2 Juli – Desember 2019 PROGRAM PASCASARJANA ISSN : 1412-7474 (Cetak) INSTITUT HINDU DHARMA ISSN : 2623-2510 (Online) NEGERI http://ejournal.ihdn.ac.id

SARATHI DI ANTARA PROFESI DAN YADNYA DALAM PERSPEKTIF PERSAINGAN PASAR BEBAS

Lilawati Adhikang Akademisi IHDN Denpasar Email: [email protected]

Diterima tanggal 10 Agustus 2019, diseleksi tanggal 20 Agustus 2019, dan disetujui tanggal 29 Agustus 2019

Abstract Of the three basic frameworks of which consist of Tattwa, Susila and Upacara, the elements of the ceremony that look very dominant compared to the other two. Ceremonial facilities usually called banten consist of many components, knick-knacks vary with various types of variations. Nowadays, preparing ceremonial facilities is no longer possible to make itself, the practicality paradigm, fast because it is pursued by a limited time so buying facilities is a fast, appropriate and safe choice. The demand for fast and instant modern society opens opportunities for service providers and ceremonial products. The emergence of the banter artisans or Sarathi who are ready to provide all the ceremonial necessities quickly. This collaboration on the basis of mutual need raises new social capital in the community. Sarathi is a fast-paced social capital that will be contested by the perpetrators to become a new industry. There is demand followed by the provision of placing Sarathi as the seller of the providers of cash facilities. Sarathi enters the market for aid facilities like the market will be competitive. Free competition in the digital era is one of them. Sarathi Banten will be a special profession sought by modern society. This study will answer the role of Sarathi in the Hindu view, the role of Sarathi in being part of traditional free market competitionand the digital era and to provide a view of the role of government and publicity institutions to Sarathi so that they are able to play a role in tattwa but survive in the market. Keywords: Sarathi, Bali, yadnya

Abstrak Dari Tiga kerangka dasar agama Hindu yang terdiri dari Tattwa, Susila dan Upacara, maka unsur upacara yang kelihatan sangat dominan dibandingkan dua yang lain. Sarana upacara biasanya disebut banten terdiri dari banyak komponen, pernak-pernik beragam dengan berbagi macam variasinya. Dewasa ini mempersiapkan sarana upacara sudah tidak memungkinkan lagi untuk dibuat sendiri, paradigma kepraktisan, cepat karena dikejar waktu yang terbatas maka membeli sarana adalah pilihan cepat, tepat dan aman. Permintaan masyarakat modern yang serba cepat dan instan membuka peluang penyedia jasa dan produk sarana upacara atau banten. Bermunculan para tukang banten atau Sarathi yang siap sedia menyediakan semua keperluan upacara secara cepat. Kerjasama atas dasar saling membutuhkan ini menimbulkan modal sosial baru di masyarakat. Sarathi banten menjadi modal sosial yang cepat atau lamat akan diperebutkan oleh para pelaku menjadi suatu industri baru.Ada permintaan diikuti oleh penyediaan menempatkan Sarathi banten pada posisi sebagai penjual penyedia kebutuhan sarana banten. Sarathi masuk ke dalam pasar sarana banten seperti layaknya pasar akan terjadi persaingan. Persaingan bebas di era digital salah satunya. Sarathi banten akan menjadi profesi khusus yang dicari masyarakat modern. Penelitian ini akan menjawab peran Sarathi dalam pandangan Hindu, peran Sarathi dalam sebagai bagian dari persaingan pasar bebas tradisional dan era digital serta memberikan pandangan peran pemerintah dan lembaga keumatan kepada Sarathi sehingga mampu berperan sesuai tattwa tapi dan bertahan di pasar. Kata kunci: Sarathi, Bali, Yadnya

JURNAL PANGKAJA VOL 22, NO 2, JULI - DESEMBER 2019 77

I. PENDAHULUAN agama dan kemampuan memenuhi kebutuhan akan Tiga kerangka dasar dalam agama Hindu sarana upacara iru sendiri. Hal ini lalu member dijabarkan dalam tiga hal berikut yaitu Tattwa, peluang peluang untuk mencari pertolongan kepada Susila dan Upacara. Ketiga hal ini selalu disebut pihak lain misalnya keluarga terdekat, tentangga, sebagai pedoman umat Hindu dalam melaksanakan kerabat, kenalan dan seterusnya. Keadaan ini berbagai kegiatan dalam kehidupan sehari-hari, semakin berkembang, masyarakat berpikir rasional, ketiganya diharapkan selaras, seimbang mencapai menyeimbangkan kebutuhan spiritual dan fisik. keharmonisan. Ajaran agama Hindu sangat kaya Tidak dapat dipungkiri akhirnya dalam situasi ini dengan Tattwa luhur yang dalam ilmu modern hukum ekonomi berjalan sepanjang kehidupan disebut filsafat atau disebut juga Darsana. Susila manusia ada permintaan ada penawaran yang sebagai hal kedua dari kerangka dasar ini secara memunculkan ‘pekerjaan’ baru sebagai tukang umum disebut etika adalah hal-hal yang memuat tata banten atau Sarathi. cara, aturan, sopan santun, tingkah laku dalam Hukum supply and demand ada penawaran sebagai manusia yang hidup sendiri dan karena ada permintaan memunculkan fakta banten berkelompok. Upacara dalam agama Hindu adalah sebagai suatu produk. Layaknya suatu produk ada berbagai ritual keagamaan, sarana upacaranya produsen dan konsumen, adanya persaingan, disebut upakara, upakara ini dalam masyarakat Bali memunculkan kreatifitas dan inovasi produsen untuk disebut dengan Banten. manarik konsumen. Sarathipenyedia upakara adalah Dalam kesehariannya dapat disaksikan produsen mempunyai sasana, etika dan terikat dalam bahwa umat Hindu di Bali tidak ada hari tanpa aturan dan tatacara yang kompleks sementara upacara dari yang sederhana setiap hari seperti permintaan konsumen juga beraneka ragam, praktis, banten saiban, kajeng kliwon, purnama, tilem, hari cepat. Bagi mereka pilihan kepada seorang Sarathi raya sampai dengan upacara yang lebih komplek untuk memenuhi sarana upacara adalah pilihan tepat yang tergolong sebagai Butha Yadnya, Manusa dan aman. Sarathidiyakini memiliki kemampuan Yadnya, Pitra yadnya, Dewa Yadnya dan Brahma yang tepat sebagai penyedia jasa dan produk sarana Yadnya. Yadnya berasal dari sebuah kata dalam upacara. Di lain pihak seorang Sarathi banten bahasa sanskerta, yaitu “yaj”, yang berarti memuja, mempunyai tanggung jawab moral baik kepada menyembah atau berdoa. Yadnya juga bisa berarti dirinya sendiri, konsumen dan yang utama kepada persembahan suci yang tulus ikhlas. Yadnya Ida Sang Hayang Widi. mengandung unsur perbuatan (karma), ketulus Konsekuensi logis dari fenomena ini adalah ikhlasan, kesadaran dan persembahan. Dengan timbulnya persaingan antara pribadi, kelompok atau demikian yadnya yang dilaksanakan di Bali haruslah klan. Masing-masing pihak pasti akan mengklaim selalu didasarkan pada jalan kebenaran (dharma) dan bahwa kelompoknya atau dirinyalah yang paling sastra suci. bagus, paling baik, harga terbaik (murah), kualitas Dalam prakteknya kehidupan keagamaan terbaik, pelayanan cepat dan memuaskan. Dari masyarakat Hindu di Bali dari ketiga kerangka dasar semula sebagai pelayanan scope kecil meluas antar ajaran agama di atas ritual, tatanan upacaranya lenih banjar, desa bahkan kota. Dalam bisnis peluang ini menonjol daripadai Tattwa dan Susila. Masyarakat ditangkap sebagai suatu industri, ditambah lagi dunia Bali sebagai mayoritas pemeluk agama Hindu dalam modern saat ini di era digital, semua informasi didapat keseharian ikut larut dalam perkembangan jaman dalam hitungan detik lalu berbagai pihak akan terhubung dimana telah terjadi pergeseran nilai atau sikap dari dengan satu hentakan jari. Apapun kemasannya, upacara masyarakat agraris bertransisi ke industri packagingnya, chasingnya aroma bisnis yang erat dengan keuntungan dan uang akan terasa. Persaingan dalam pasar khususnya pariwisata. Kesamaan gender bebas, individu dapat melakukan apa saja untuk menyebabkan pergeseran peran dalam kehidupan mendapatkan keuntungan. sosial masyarakat. Saat ini sangat umum dijumpai Ketika para pihak saling membutuhkan, para wanita aktif bekerja di luar rumah penuh waktu pemikiran bahwa anggota masyarakat tidak mungkin artinya hanya tersisa waktu di pagi hari dan sepulang dapat secara individu mengatasi berbagai masalah yang bekerja untuk urusan rumah tangga termasuk dihadapi memunculkan konseppersaingan pasar bebas upacara. Sebuah upacara dimulai dengan adanya dan modal sosial. Adam Smith mengatakan bahwa apabila sarana upacara dengan berbagai komponennya. masing-masing individu pelaku pasar diberikan Keterbatasan waktu membuat sarana karena tuntutan kebebasan untuk bertindak di pasar bebas, tanpa pekerjaan, upacara yang tidak dapat digeser intervensi atau campur tangan Pemerintah maka tanpa waktunya menimbulkan dilemma antara tuntunan disadari

78 JURNAL PANGKAJA VOL 22, NO 2, JULI - DESEMBER 2019 mereka ini akan menyumbangkan dan diarahkan Penelitian dilakukan di kota Denpasar kepada kesejahteraan social oleh tangan yang tidak megaumpulkan data informan dari kelompok pelatihan terlihat (invisible hand). Invisible hand yang atau lembaga kursrs dan pribadi. Lembaga pelatihan dimaksud disini adalah kompetisi pasar. yang dipilih adalah Yayasan Darma Acharya di Jalan Smith juga mengemukakan argumennya bahwa Astasura Denpasar. Lembaga ini telah mengadakan pasar yang kompetitif akan dengan sendirinya pelatihan Sarathi banten secara berkala sejak tahun mengalokasikan sumber daya masing-masing 2000 dan dengan peserta yang umumnya terdiri dari dengan cara yang paling efisien terhadap kaum wanita baik dengan berbagai latar belakang dan industrnya. Ketika pasar menempatkan penawaran berbagai tujuan. Pelatihan dilakukan dua kali setiap terhadap suatu barang kurang dari permintaannya, minggu selama sekitar dua setengan jan setiap maka harga yang mau dibayarkan oleh konsumen pertemuan dalam wakatu empat bulan. Setiap peserta akan lebih tinggi dari sebelumnya. Smith pelatihan akan mendapatkan meteri tentang Yadnya, mengatakan ini sebagai harga alami. Produsen dari Tatwa, Yoga dan Praktek Upakara. Untuk semua hal produk dan komoditiyang menjadi langka tersebut tersebut setiap peserta pelatihan memberikan akan meraih keuntungan lebih dari produsen kontribusi sebesar Rp 850.000 (delapan ratus lima produk dan komoditi lainnya. Hali ini akan puluh ribu rupiah). Di akhir pelatihan peserta akan mendorong produsen lain di pasar tersbut untuk dikukuhkan secara agama atau diwinten sebagai ikut memproduksi komoditi tersebut. Dengan seorang Sarathi di suatu pura tertentu dan memperoleh demikian kelangkaan atas produk dan komoditi sertifikat. Lembaga ini dikelola oleh praktisi agama akanteratasi kemudianharganya turun ke tingkat yang sudah berpengalaman berkecimpung dalam tertentu secara alamiah. Kondisi yang sebaliknya , bidang keagamaan dan cukup dikenal oleh masyarakat bila penawaran produk dan komoditi tersebut luas baik di Denpasar maupun Bali. Informan pribadi melebihi permintaannya, harganya akan turun, dari para Sarathi banten yang melayani umat dalam mendorong produsen-produsen untuk mengurangi bentuk ‘menjual’ banten baik yang sudah siap, sarana produksi akan produk dan komoditi tersebut atau upacara atau ritual rutin seperti canang, pejati, sodan beralih ke produk atau komoditi lainnya. ataupun pesanan seperti banten melaspas, otonan, tiga Diperlukan adanya kebersamaan dan bulanan, metatah, kematian, mebayuh, dan lain kerjasama yang baik dari segenap anggota sebagainya. masyarakat yang berkepentingan untuk mengatasi masalah tersebut. Bertolak dari pola pikir tersebut II. PEMBAHASAN maka Bourdieu mendefinisikan modal sosial Pemahaman Sarathi Banten dan Sasaning sebagai keseluruhan sumberdaya baik yang aktual Tukang Banten maupun potensial yang terkait dengan kepemilikan Ni Made Sri Arwati mengatakan bahwa Tukang jaringan hubungan kelembagaan yang tetap dengan banten disebut juga Sarathi adalah mereka yang didasarkan pada saling kenal dan saling mengakui. mempunyai tugas untuk mewujudkan banten atau Dengan kata lain, dengan menjadi anggota dari sesajen upacara sebagai sarana dalam upacara suatu kelompok orang akan memperoleh dukungan keagamaan Hindu berpedoman pada aturan-aturan dari modal yang dimiliki secara kolektif. yang menyangkut suatu hukum karena banten yang Selanjutnya ia mengatakan bahwa besarnya modal diwujudkan mempunyai makna suci. I Ketut sosial yang dimiliki seorang anggota dari suatu Subagiasta mengatakan bahwa Sarathi adalah seorang kelompok tergantung pada seberapa jauh kuantitas yang memiliki kewajiban serta tanggung jawab untuk maupun kualitas jaringan hubungan yang dapat mempersiapkan sarana persembahan terkait dengan diciptakannya, serta seberapa besar volume modal upacara yang dilaksanakan oleh umat Hindu. Jadi ekonomi, budaya dan sosial yang dimiliki oleh Sarathi merupakan profesi khusus dan suci sesuai setiap orang yang ada dalam jaringan hubungannya dengan ketentuan ajaran agama Hindu.Profesi menurut (Bourdieu, 1986: 249). Dalam hubungannya Kamus Besar Bahasa artinyabidang dengan Sarathi dalam kehidupan sosial keagaam di pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian Bali maka secara perlahan namun pasti akan lahir (ketrampilan, kejuruan, dsb) tertentu. Sarathi yang modal sosial baru yang diperebutkan Sarathi dilakoni oleh wiku istri disebut sebagai Tapeni. banten.

JURNAL PANGKAJA VOL 22, NO 2, JULI - DESEMBER 2019 79

Salah satu sastra Hindu yang mengatur apah ri sedeng ta akaryya babanten, ya ika upakara baik fisik dan moralnyaterdapat di dalam kalanta angajuman rupa warnna mwang Lontar Widhi Sastra Tapeni disebutkan pada teks pawanganing sarwwa dewata dewati, 20a dan 22a. bhatara mwang bhatari. Iki nimittaning TEKS:20a. -/ra bhatari, balik sang widdhi widhana haranya, ikang sarwwa mahapatni juga wenang umadegaken babanten, apanya dadi lingga dadi saksi, tukang, agelar kramanya Sang Tapeni. Yan dadi saya, dadi cihnaning wwang astiti bakthi durung wwang sudiksa, tan wenang, apanya ring widdhi panunggalanya ya ring raga wwang kari rimaketing camah ning sarira juga athana ning astiti, nggwaning pancarepi mala, phalanya krodha sira atungkara, ngwanig umasthawa sira. Bhatara kamuhun, kadenda wwang adrewe, Kasaning widdhi widana, nga, bhatara. Wi, apan tan manut kramanya sarwwa nga, suksma, dana, -/- nga, saka-/ upakaraning babanten ika, kawastu de Terjemahan: bhatara anadi bhuta kala, ika angegani 22a. -/ anta, poma, 3”. Setelah itu mulailah satata, kena gering kapati pati sira, mwang melakukan pekerjaan, dengan pikiran suci sasur temahanya ri wekasan. Mangkana juga, jangan berbicara kasar, berbicara hala tinemunya. Yan ya wus abener sombong, dan kotor, dikutuk engkau oleh kramanya, tekeng jajahitannya anadi dewa, Bhatari, lebih baik berkata-katalah yang baik, apupul dadi widdhi rahayu, karananing berkata-kata sopan, karena ketika engkau widdhi widhana ngaranya ikang babanten. membuat babanten, ketika itu saat-saat Kunang yan tan sang wiku patni agawe membuat rupa dan bentuk badan para dewa babanten, sapuputnya banten ika, wenang dan dewi, Bhatara dan Bhatari. Inilah yang pinrayaseita -/- rumuhan de sang pandhita, dinamakan Widhi-Widhana, berbagai bentuk sira juga sunga tir -/ babanten menjadi lingga, menjadi saksi, Terjemahan: menjadi “saya”, sebagai tanda orang yang 20a. oleh Bhatari, atau oleh Mahapatni juga memuja kepada Tuhan yang menyatu dengan boleh menjadi tukang, sebagai perbuatan badan dan juga pada pemujaan, sebagai Sang Tapeni, Jika belum seseorang wujud kebahagiaan, sebagai wujud memuja disucikan, tidak boleh, karena orang yang Uma engkau. Widhi-Widhana namanya, masih dilekati kekotoran, hasilnya marahlah dewata. Suksma artinya terikat oleh waktu. dewata, didenda orang itu termasuk apa yang Teks 20a menjelaskan bahwa sebelum dimiliki, karena tidak semestinya melakukan melakukan tugas tugas suci Sang Sarathi (Tapeni) upacara babanten itu, dikutuk oleh dewata tukang banten hendaknya selalu dalam sebagai Bhuta Kala, itu harus dipercaya keadaanbersih, bebas dari kotoran sedangkan dalam selalu, kena penyakit yang sampai teks 22a menekannkan pada perilaku suci memulai menemukan kematian engkau, dan tidak akan pekerjaan dengan pikiran suci, bericara halus, tidak pernah berakhir kutukan itu selanjutnya. sombong. Di dalam pengerjaannya sarana upacara Demikian keburukan yang ditemukannya. yaitu umum disebut banten mereka akan terikat pada Jika ia telah benar prilakunya, sarana aturan-aturan susila atau etika agama yang didasari persembahan apapun yang ia kerjakan oleh Tri Kaya Parisudha. menjadi dewa, berkumpul menjadi Tuhan Sasaning tukang banten berasal dari kata yang memberikan berkah kebaikan, oleh sasana,ning,tukang banten. Sasana artinya tata-titi karena itu “Widhi Widhana” namanya atau aturan-aturan dan wet-wet atau hukum, ning “babanten”. Lalu jika tidak Wiku Patni artinya dari. Tukang banten adalah mereka yang bembuat “babanten”, setelah selesai banten mempunyai tugas mewujudkan banaten, sarana itu boleh diruat terlebihdahulu oleh pendeta, upacara tersebut berpedoman pada aturan-aturan beliau memberikan air suci. yang menyangkut hukum moral karena banten yang diwujudkan memiliki arti suci dan sakral. TEKS22a. -/anta, poma, 3”. Wus mangkana angawiti sira akaryya, den ambek suci juga, Pandangan sastra agama Hindu tentang Sarathi haywa sabda gangsal, wak prakasa, mwang Sarathi banten adalah salah satu unsur dalam cemer, tinemah kita de Bhatari, balik sabda Tri Manggalaning Yadnya dalam rajayu juga ucap menak maka ucapanta,

80 JURNAL PANGKAJA VOL 22, NO 2, JULI - DESEMBER 2019

tatanan suatu upacara ritual agama Hindu yang kesibukan rutin tidak menyisakan cukup waktu bagi merupakan unsur terdepan dalam pelaksanaan wanitanya untuk menyiapkan banten upacara. Canang suatu yadnya. Ketiga unsur yang terkandung dalam sebagai banten dalam tingkat paling sederhana yang Tri Manggalaning Yadnya seperti disebutkan di selalu dicari setiap saat mudah dibeli trsedia di pasar. dalam lontar Indik Panca Wali Krama terdiri dari : Satu anggota masyarkat terkecil yaitu keluarga a. Sang Sadhaka yaitu Sang Sulinggih, apabila berniat melaksanakan sautu upacara akan Sang andiksani, Rohaniawan yang sangat mudah memenuhi semua kebutuhan akan memuput atau nganteb upacara. upacaranya. Penyediaan sarana secara tradisional dapat b. Sang Anukani adalah para tukang ditemui di pasar dan disepanjang jalan utama berjejer banten, Tapeni, Sarathi, Mancagra pedagang banten dari yang sederhana canang, sodan, yang bertugas menyiapkan upakara daksina. Meningkat kepada pelayanan banten atau banten sesuai dengan jenis dan biyokawon, prayascita, pemelaspas dan lain tingkatan yadnya yang akan sebagainya. Ada pula Sarathi banten yang menawarkan diselenggarakan. jasanya melalui kecanggihan teknologi, memasarkan c. Sang Yajamana adalah mereka yang pelayanan digital. Masyarakat sebagai konsumen memiliki atau melaksanakan yadnya tinggal ketik ‘tukang banten’ maka muncullah berbagai atau upacara tersebut. penawaran. Sarathi banten juga mengikuti Ketiga unsur ini hendakanya memiliki satu perkembangan jaman. pandangan terhadap pelaksanaan Yadnya yang dilakukan yang dapat diwujudkan apabila Sarathi Banten, Banten dan Pasar bebas (serati Pemuput, Sarathi yang menyiapkan semua sarana sebagai faktor produksi , banten sebagai komoditi). keperluan banten mengikuti dan berpegang pada Sarana atau alat, peranti, perangkat upacara satu pedoman yang disepakati bersama kemudian agama yang dilakukan oleh umat Hindu untuk didukung oleh Sang Yajamanayang melakukan pemujaan kepada Ida Sang Hyang Widhi menyelenggarakan upacara yang akan Wasa, bersyukur, permohonan maaf , peringatan menanggung semua beban keperluan upacara atas tahapan kehidupan dari janin hungga kematian keyakinannya untuk beryadnya yang dilandasi hati dinamakan Banten. Menurut Subagiasta banten dapat yang suci, pengorbanan tulus ikhlas dengan memiliki 9 simbol bagi umat Hindu seperti symbol kesungguhan. ucapan terimakasih, symbol memberikan persembahan kehadapan Sang pencipta sebagai wujud rasa bakti Sarathi banten dan perkembangannya yang tulus karena telah diberikan segala kemakmuran, Dalam kehidupan sosialmasyarakat Hindu kemurahan, kebahagiaan, menumbuhkan hubungan di Bali yang agraris, setiap penyelenggaraan baik antara Tuhan dan ciptaan, antara sesama, symbol upacara agama akan disiapkan bersama-sama menyucikan diri. brgotong royong diantara satu keluarga. Upacara Memang haruslah kita akui bahwa di jaman yang lebih besar dapat melibatkan keluarga besar, sekarang, era globalisasi, tuntutan jaman tidaklah lingkungan banjar bahkan desa dan wilayah yang semua orang yang berkepentingan melakukan yadnya lebih besar. Masing-masing telah memiliki mampu membuat sarana upacara sendiri. Sangat umum perannya dalam mewujudkan banten upacara Sarathi adalah pilihannya, menyerahkan semua tersebut, tanpa dibayar, sukarela, senang hati keperluan upacara mulai dari jenis banten, pengaturan melakukannya. Mereka yang memiliki kemampuan dan pelaksaannya. Pergeseran peran Sarathi dari lebih dalam pembuatan banten ini biasanya akan sukarela membuat karena memang memiliki memimpin kelompok untuk mengerjakannya. kemampuan untuk itu, melayani lingkup keluarga Mereka inilah yang disebut Sarathi. Perlengkapan akhirnya berkembang menjadi penjual banten dan upacara juga akan dipenuhi dengan mudah banyak pelayanan sampai upacara selesai. Ini menjadikan ditemukan di lingkungan sendiri. Kemudian kota banten sebagai produk yang diproduksi oleh seorang menjadi daya tarik, magnet kuat mendorong Sarathi. Banten menjadi komoditi yang masyarakat desa ke kota mencari yang baru yang diperdagangkan, mendapatkan keuntungan. Adanya lain. Walau hidup di kota upacara tetap permintaan (demand) dan pemenuhan permintaan berlangsung setiap harinya, hari upacara tidaklah (supply) ini menciptakan pasar baru, ‘pasar banten’. dapat diganti atau ditukar. Menjadi orang kota Komoditi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kesibukan tersendiri. Tenggelam dalam

JURNAL PANGKAJA VOL 22, NO 2, JULI - DESEMBER 2019 81 adalah barang dagangan utama, benda niaga,:hasil bumi dan kerajinan setempat dapat dimanfaatkan sebagai ekspor; bahan mentah yang dapat digolongkan menurut mutunya sesuai dengan standar perdagangan internasional.

Sarathi bantendi Bali dalam Pandangan Pasar Bebas Tuntutan di jaman era globalisasi saat ini menggiring masyarakat bergerak dinamis Gambar 1 mengikutinya. Ada kebutuhan menibulkan Gambar banten online permintaan kemudian pasar menyediakannya. Pasar adalah dimana pihak-pihak yang membutuhkan Salah satu pokok pikiran atau pandangan Adam bertemu yang pihak yang menyediakan dan terjadi Smith dalam buku An Inquiry into the Nature and kesepakatan pertukaran. Hukum pasar permintaan Causes of the Wealth of Nations biasa disingkat dan pemenuhan (Demand and Supply) menjadikan dengan The Wealth of Nations tentang pasar bebas banten sebagai produk, komoditas yang diperjual mengatakan bahwa perekonomian harus dibiarkan belikan, konsumennya adalah masyarakat yang tidak berjalan secara wajar tanpa campur tangan memiliki kemampuan untuk membuaat banten baik pemerintah karena pada titik tertentu akan ada tangan kemampuan pengetahuannya maupun waktu yang tidak kelihatan atau invisible hand yang akan mengerjakannya membentuk ‘industri banten’. membawa perekonomian tersebut kearah Banten dapat dibuat dalam skala kecil ataupun besar, keseimbangan ekonomi atau dikenal dengan nama bisa terpusat dalam kelompok tertentu atau equilibrium. Jadi walaupun setiap orang mengerjakan individu/pribadi. Bagi penyedia, Sarathi sebagai sesuatu didasrkan pada kepentingan pribadi tapi bisa produsenpun tidak malu-malu lagi memasarkan juga selaras dengan kepentingan masyarakat. produk dan jasanya. Teknologi digital membuat Selanjutnya Smith juga mengatakan bahwa pada semuanya mudah dalam hitungan detik, berbagai dasarnya manusia itu serakah, egois dan selalu informasi pemenuhan banten akan diperoleh. Dalam mementingkan diri sendiri. Sifat manusia seperti ini setiap jenis pasar sudah lumrah sekali jika terjadi tidak akan mendatangkan kerugian dan kerusakan persaingan. Produsen berusaha menarik pembeli, dalam masyarakat sepanjang ada persaingan bebas. pembeli berusaha mencari produk terbaik sesuai Setiap orang/individu mengingkan laba atau kemampuannya. Persaingan tidak dapat dihindarkan keuntungan dalam jangka panjang, tidaka akan dalam bentuk kemasan yang halus sekalipun. pernah menaikkan harga di atas tingkat harga pasar. Misalnya harga, memainkan harga lebih murah Jika seorang penjual berusaha menaikkan harga lebih dibandingkan yang lain, memainkan isi/konten tinggi daripada pesaing-pesaingnya maka bisnisnya produk dalam hal ini komponen banten belum lagi dapat dipastikan tidak akan berjalan lancer bahkan isu ‘soroh’, golongan dan ‘klan’. Soroh tertenut hancur. Hal ini disebabkan konsumen tidak akan mau harus dibuat oleh Sarathi tertentu, etnis tertentu. lagi membeli produknya, konsumen akan beralih Terjadilah persaingan pasar bebas yaitu dimana kepada peasing yang memberikan harga lebih murah. seluruh keputusan ekonomi dan aksi individu yang Produsen ditantang untuk melakukan inovasi terus berhubungan dengan uang, barang dan jasa adalah menerus atas produk dan pelayanannya agar dapat sukarela oleh individu pelaku pasar. Berikut kutipan bertahan, bersaing di pasar bebas. fenomena penjualan banten online di Bali. Seorang Sarathi sebagai pelaku pasar yang memiliki modal kemampuan menyediakan upakara sebagai produknya akan berperan dalam persaingan pasar bebas ini baik secara tradisional maupun digital di dunia maya. Peran Sarathi dalam Hindu yang berpedoman pada lontar Widhi Sastra Tapeni dengan menerapkan etika susila yang diatur tersebut akan

82 JURNAL PANGKAJA VOL 22, NO 2, JULI - DESEMBER 2019 dapat memainkan peran yang baik yang pada yang terampil dan memahami pakem agama, berakhlak akhirnya akan menguntungkan masyarakat pula baik, hasil dari mengikuti kursus atau pelatihan yang sebagai pembeli atau konsumen. diadakan oleh Lembaga keagamaan dan pemerintah. Pengkajian atau pembelajaran konseptual Sebagaimana relasi sosial antar manusia pada terhadap metodologi dan teori ekonomi akan umumnya akan selalau melibatkan modal social. membawa ahli ekonomi memahami suatu aktivitas Modal social baru akan bernilai ekonomis kalau dapat atau fenomena ekonomi, dan kemudian membantu individu-individu pelaku mengakses memodelkannya. Selain itu, etika dalam filsafat sumber-sumber yang mereka butuhkan seperti sumber ekonomi merupakan bahasan yang tidak kalah keuangan, informasi, menemukan bidang pekerjaan penting. Ekonomi merupakan ilmu yang baru, miminimalkan biaya usaha seperti transportasi. melibatkan aktivitas dan karakter dari manusia. Pada kenyataannya jaringan social yang ada belumlah Bahkan kegiatan ekonomi dapat mengubah tatanan cukup dan belum mampu menciptakan hal tersebut. -budaya dari masyarakat, sehingga dalam penerapannya terdapat nilai-nilai dan etika yang Sarathi dalam hukum pasar menurut Hindu perlu dikaji kembali. Hindu tidak melarang seseotang untuk Dalam pasar bebas biasanya pihak yang berbisnis mencari keuntungan dari suatu usaha. memiliki kekuasaan atau kekuatan akan menjadi Mendapatkan keuntungan dari usaha berbisnis pihak yang berkuasa, bertahan dalam persaingan, meruapakan unsur yang paling substansial dari suatu pihak yang memimpin. Sedangkan pihak yang lain kegiatan berbisnis. Namun demikian cara untuk yang tidak memiliki kekuatan, mempunyai mendapatkan untung tersebut seharusnya mengikuti kelemahan dan kekurangan, tidak bisa bersaing norma-norma bisnis yang berlaku serta sesuai dengan akan menjadi pihak yang diatur dan mengikuti nilai-nilai moral agama. Wiana menyebutkanya yang memimpin industri dalam pasar tersebut. sebagai Bisnis tanpa moral menimbulkan dosa . Keadaan ini akan menyebabkan terjadinya Seorang Sarathi yang ‘berdagang’ banten karena ada pembagian kelas dalam struktur perekonomian permintaan dari masyarakat sebagai pembeli di pasar masyarakat. bebas adalah tidak dilarang, profesi menjadi pedagang disebutkan di dalam Bhagawat Gita Bab.18 sloka 44 Sarathi dalam konteks modal sosial (Social sebagai berikut : Capital) Krsi-go-raksya-vanijyam-karma Seseorang dapat disebut seabagi Sarathi svabhava-jam paricaryatmakam karma adalah karena dia memiliki kemampuan untuk sudrasyapi svabhava-jam. membuat banten, mengetahui cara membuat Terjemahan : banten. Hal ini akan membentuk modal sosial baru Mengolah tanah, melindungi sapi di dalam masyarakat dimana ini akan melengkapi danmengelola perdagangan adalah pendekatan otonom yang merupakan karakter sifat alami seorang vaisya. Sedangkan utama ilmu ekonomi dalam melihat manusia. sifat alamiah seorang sudra adalah Modal kapital berfokus kepada relasi yang terjadi melakukan pelayanan dengan tulus antar individu, pada hubungannya. Pierre Bourdieu kepada brahmana, ksatriya dan vaisya. dengan konsep sosialkapital mengatakan bahwa manusia adalah kapital yang diartikan sebagai Jadi berdagang atau berbisnis telah ada dalam sumberdaya atau kualitas yang dimiliki individu peradaban manusia sejak lama. Salah satu fungsi bisnis atau posisi sosial yang memiliki pengaruh atau adalah sebagai media, sebagai sarana melayani nilai sosial. Berbagai bentuk kapital-kapitak masyarakat luas dalam mendapatkan barang dan jasa ekonomi (kekayaan), kapital budaya (pengetahuan) yang dihasilkan oleh bisnis tersebut. Wiana kapital simbolik (derajat,prestise) dan modal sosial mengatakan bahwa pelayanan yang paling utama (hubungan sosial). Dalam hubungan pelayanan adalah memberikan produk atau jasa yang sesuai kepada masyarakat (konsumen) Saratahi pemilik dengan biaya yang dikeluarkan oleh pembeli atau modal sosial. Memainkan modal sosial customer. Kemasan barang dan isinya harus sesuai. meningkatkan kehidupan kedudukan Sarathi di Permintaan banten Prayascita dengan kelengkapan lis masyarakat. Secara perlahan namun pasti akan senjata dan lis padma bukan lis amongan misalnya. bermunculan kapital-modal sosial yang baru yang Demikian pula bila permintaan tingkat Madya maka pada akhirnya diperebutkan Sarathi. Modal sosial baru dapat terbentuk dari mereka para Sarathi baru

JURNAL PANGKAJA VOL 22, NO 2, JULI - DESEMBER 2019 83 adalah sangat dilarang. Perbuatan seperti itu adalah luar Bali dan bahkan bukan orang Hindu. perbuatan dosa yang patut dihukum oleh penguasa. Industri ini bergulir dari hulu seperti Kitab Manawa Dharmasastra IX, 286 dan 287 keperluan bahan baku seperti janur, kelapa, daun mengatakan: pisang sampai perlengkapan penjor dari ental. Komponen ini juga berasal dari luar Bali seperti Jawa, 286.Adusitanam drawyanam dusane Lombok, dan lain-lain. Sarathi yang dapat bhedane tatha,maninamapawedhe ca memanfaatkan peluang ini dengan baik, menjadikan dandah prathama sahasah. profesi ini mulia dengan moral yang baik tidak 287.Samairhi wisamam yastu menutup kemungkinan akan menjadi industri besar caredwai mulyato yang mendunia. Dunia global, orang Bali yang piwa,samapnuyaddhamam purwam beragama Hindu ada di berbagai belahan dunia, naro madhyamamewawa. membentuk komunitas sendiri yang guyub juga, menjalankan kebiasaan, tradisi orang Bali. Bisa saja Terjemahan: suatu saat banten itu dieksport ke luar negeri kemana Bagikan yang memalsu barang- dibutuhkan, ke Negara yang orang Bali mengadakan barang dagangan yang tak dapat upacara. Sarathi banten akan berperan menjadi dipalsu dan yang memecahkan penyubang devisa untuk Bali dan Indonesia, Sarathi permata atau melubanginya dengan akan menjadi ikon dalam industri spiritual di Bali. tak layak didenda dengan denda terendah. III. PENUTUP 287.Tetapi orang yang berbuat tidak Sarathi banten memiliki peran khusus dalam jujur kepada pembeli langganan yang kehidupan beragama masyarakat Bali. Sarathi jujur atau menipu harga-harganya memiliki aturan-aturan dan pedoman baik teknis akan didenda pertama sebesar denda maupun moral dalam menjalankan tugasnya membuat menengah. dan mewujudkan sarana ukaranan berupa banten sebagai persembahan tulus ihkas atau Yajna. Sartahi Walaupun secara alamiah pedagang mencari hendaknya mejaga sikap dan berperilaku moral yang keuntungan sebagai hasil akhirnya seorang Sarathi baik dan membuat banten sesuai dengan referensi dari tetapkan harus berpegang teguh kepada pedoman Lontar Widhi Sastra Tapeni.Sarathi memiliki dilema sastra agama dalam mewujudkan upakara umat. dalam menjalankan perannya, dari konsep ekonomi Sarathi memegang peranan penting sebagai pelaku dia adalah factor produksi, sebagai produsen yang pasar yang menjadi produsen banten. Produsen dan menghasilkan produk berupa banten. Konsumennya produknya sesuai. Mengejar keuntungan semata adalah masyarakat, terjadi pasar bebas, ada dengan berbagai dalih dan alasan dengan memainkan permintaan banten dan Sarathi yang memenuhinya. harga dan volume atau kuantitas barang dari yang Persaingan terjadi di pasar konvensional maupun di seharusnya adalah perbutan tabu. dunia masa di masa era digital saat ini. Sarathi sebagai pelaku di pasar bebas sudah Sarathi dalam konteks industri spiritual di Bali tentu akan terjadi persaingan antar sesama Serathi Dalam pandangan ilmu ekonomi Sarathi demi menarik pembeli. Tidak dapat dipungkiri Sarathi adalah faktor produksi sebagai produsen yang sebagai produsen akan berusaha untuk memasakan menghasilkan banten sebagai produknya. Masyarakat produknya untuk mendapatkan keuntungan, prinsip Bali modern dalam perkembangannya juga mengikuti dasar ekonomi. Sarathi adalah profesi,untuk menjadi jaman. Berbagai kebutuhan sehari-hari sudah dan dapat dikatakan sebagai Sarathi seseorang harus tersedia, pelayanan manja dari produsen, banyak memiliki kemampuan khusus yang dipelajari. Dalam pilihan, serba cepat, serba mudah. Mau mengadakan pelaksanaannya dia terikat dengan Yajna, upacara sebesar apapun dengan mudah dipersiapkan. persembahan tulus ihklas dari konsumennya, Informasi tentang Sarathi banten dapat ditemui termasuk dirinya sendiri karena moral Sarathi dimana saja. Lingkaran antara kebutuhan dan haruslah jujur dan akhlak baik. Tidak melarang permintaan masyarakat sebagai konsumen dan seseorang menjadi pedagang, profesi sebagai Sarathi sebagai produsen yang menyediakannya pedagang disebutkan di dalam Bhagawad Gita Bab membentuk industri ‘perbantenan’. Komponen XVIII sloka 44. Sarathi banten yang berperan penting upakara (eteh-eteh) dalam jumlah besar tersedia dalam setiap acara agama di Bali akan selalu dicari bahkan dikerjakan oleh orang Bali tetapi oleh orang

84 JURNAL PANGKAJA VOL 22, NO 2, JULI - DESEMBER 2019 walaupun kadang dicaci akan membentuk capital social yang baru yang diperebutkan. Lembaga Lembaga keumatan dan Pemerintah dapat keumatan dan Pemerintah dapat berperan lebih berperan lebih banyak dalam memberikan dan banyak dalam memberikan dan mengadakan mengadakan pelatihan Sarathi dengan demikian akan pelatihan Sarathi dengan demikian akan memunculkan kapital sosial yang baru yang dapat memunculkan kapital sosial yang baru yang dapat berdampak untuk kemajuan ekonomi dimana pada berdampak untuk kemajuan ekonomi dimana pada akhirnya mensejahterakan masyarakat. akhirnya mensejahterakan masyarakat. Sarathi baten memiliki peran khusus dalam kehidupan beragama masyarakat Bali. Sarathi memiliki DAFTAR PUSTAKA aturan-aturan dan pedoman baik teknis maupun moral dalam menjalankan tugasnya membuat dan Adam Smith.An Inquiry into the Nature and Causes of mewujudkan sarana ukaranan berupa banten the Wealth of Nations. sebagai persembahan tulus ihkas atau Yajna. Darmayasa. 2016. Bhagawad Gita (Nyanyian Tuhan), Sartahi hendaknya mejaga sikap dan berperilaku Yayasan Dharma Sthapanam. moral yang baik dan membuat banten sesuai Pudja,G. 1995. Manawa Dharmasastra (Manu Dharma dengan referensi dari Lontar Widhi Sastra Tapeni. Sastra). Sarathi memiliki dilema dalam Sudarsana IB Putu. 2000. Uparengga Ajaran Agama menjalankan perannya, dari konsep ekonomi dia Hindu. Yayasan Dharma Acarya. adalah factor produksi, sebagai produsen yang Subagia I Ketut. 2006. Tattwa Hindu bagi Pandita dan menghasilkan produk berupa banten. Pemangku. : Paramita. Konsumennya adalah masyarakat, terjadi pasar Sumber internet https://baliwisdom.com/lontar-widhi- bebas, ada permintaan banten dan Sarathi yang sastra-tapini/diposting oleh Yudiantara Putu memenuhinya pada tanggal 21 September 2017.Lontar Widhi Persaingan terjadi di pasar konvensional Sastra Tapeni.Diunduh pada tanggal19 maupun di dunia masa di masa era digital saat November 2018. ini.Sarathi sebagai pelaku di pasar bebas sudah Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Edisi tentu akan terjadi persaingan antar sesama Serathi Keempat. 2014. Departemen Pendidikan demi menarik pembeli. Tidak dapat dipungkiri Nasional. Sarathi sebagai produsen akan berusaha untuk Suhardana K.M. 2010. Wrhaspati Tattwa sebagai memasakan produknya untuk mendapatkan Filsafat Agama Hindu. Paramita: Surabaya. keuntungan, prinsip dasar ekonomi.Sarathi adalah Sri Arwati, Ni Made. 2008, Sasaning Tukang Banten. profesi,untuk menjadi dan dapat dikatakan sebagai Denpasar. Sarathi seseorang harus memiliki kemampuan Wiana I Ketut. 2006.Berbisnis menurut Agama Hindu. khusus yang dipelajari. Dalam pelaksanaannya dia Paramita Surabaya. terikat dengan Yajna, persembahan tulus ihklas dari konsumennya, termasuk dirinya sendiri karena moral Sarathi haruslah jujur dan akhlak baik. Tidak melarang seseorang menjadi pedagang, profesi sebagai pedagang disebutkan di dalam Bhagawad Gita Bab XVIII sloka 44. Sarathi banten yang berperan penting dalam setiap acara agama di Bali akan selalu dicari walaupun kadang dicaci akan membentuk capital sosial yang baru yang diperebutkan. Sarathi dapat menjadi penyumbang devisa dalam insdustri spiritual dunia dalam pemenuhan kebutuhan orang Hindu di luar negeri.

JURNAL PANGKAJA VOL 22, NO 2, JULI - DESEMBER 2019 85