PERANAN HAMENGKU BUWONO IX DALAM MENEGAKKAN KEMERDEKAAN INDONESIA TAHUN 1945-1950 PROPOSAL SKRIPSI Oleh Ony Widiarto NIM 14021
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
PERANAN HAMENGKU BUWONO IX DALAM MENEGAKKAN KEMERDEKAAN INDONESIA TAHUN 1945-1950 PROPOSAL SKRIPSI Oleh Ony Widiarto NIM 140210302018 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JEMBER 2018 i PROPOSAL SKRIPSI PERANAN HAMENGKU BUWONO IX DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEsKAAN INDONESIA TAHUN 1945-1950 Oleh Ony Widiarto NIM 140210302018 Pembimbing Dosem pembimbing Utama : Drs. Sugiyanto, M.Hum. Dosen Pembimbing Anggota : Drs. Marjono, M.Hum. ii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i HALAMAN PEMBIMBING ............................................................................... ii DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ iv BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1 1.2 Penegasan Judul ..................................................................................................... 6 1.3 Ruang Lingkup Penelitian .................................................................................... 7 1.4 Rumusan Masalah .................................................................................................. 8 1.5 Tujuan Penelitian ................................................................................................... 8 1.6 Manfaat Penelitian ................................................................................................. 8 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 10 BAB 3. METODE PENELITIAN ...................................................................... 18 BAB 4. LATAR BELAKANG SULTAN HAMENGKU BUWONO IX MEMPERTAHANKAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945-1950 ..................................................................................................... 4.1 Sultan Hamengku Buwono IX Berjiwa Demokratis ........................................... 4.2 Sultan Hamengku Buwono IX Berjiwa Optimis ................................................. BAB 5. STRATEGI SULTAN HAMENGKU BUWONO IX MEMPERTAHANKAN RI DI IBUKOTA YOGYAKTA TAHUN 1945-1949...................................................................................................... 5.1 Strategi Sultan Hamengku Buwono IX dalam Perpindahan Ibukota RI ke Yogyakarta tahun 1946 ........................................................................................... 5.2 Menghadapi Agresi Militer Belanda 1948-1949 ................................................. 5.3 Perjuangan Diplomasi dalam KMB Tahun 1949 ................................................ 5.3.2 Sultan Hamengku Buwono IX sebagai Pemimpin Delegasi RI ............... 5.3.2 Penjemputan Pemimpin RIS di Jakarta ....................................................... BAB 6. KEMBALINYA BENTUK NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1950........................................................................ 6.1 Peristiwa Westerling ................................................................................................ iii 6.2 Ibukota Republik Indonesia Kembali di Jakarta .................................................. BAB 7. KESIMPULAN........................................................................................... DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 24 iv DAFTAR LAMPIRAN Lampiran A. Matrik Penelitian .......................................................................... 26 v BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tanggal 15 Agustus 1945, Jepang menyerah tanpa syarat pada Sekutu. Kemerdekaan Indonesia yang dijanjikan Jepang terhenti karena Jepang terikat perjanjian dengan pihak Sekutu untuk menjaga status quo. Pada masa ini Indonesia Mengalami masa kekosongan politik atau vacum of power (Tanudirjo dkk, 2012:109). Setelah diketahui Jepang menyerah, para pemuda ingin agar Sukarno dan Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Para pemuda tidak mau lagi mendengar hadiah kemerdekaan yang dijanjikan Jepang. Kemerdekaan harus direbut dan diperjuangkan oleh bangsa Indonesia sendiri. Para pemuda pada tanggal 16 Agustus 1945, akhirnya menculik Sukarno dan Hatta untuk dibawa ke Rengasdengklok. Peristiwa ini menyebabkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus 1945 oleh Sukarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia disambut baik oleh Sultan Hamengku Buwono IX sebagai raja Kasultanan Yogyakarta. Sebelum Republik Indonesia merdeka, sebenarnya Kasultanan Yogyakarta telah menjadi negara yang berdaulat. Kasultanan Yogyakarta telah memiliki organisasi pemerintahan, rakyat, dan wilayah kekuasaan. Keadaan tersebut memenuhi syarat sebagai suatu wilayah yang dapat memutuskan kemerdekaannya sendiri (Baskoro dan Sunaryo, 2011:39). Namun sebaliknya, setelah Sukarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia, keputusan Sultan Hamengku Buwono IX adalah mendukung Republik Indonesia dan menjadikan Kasultanan Yogyakarta berada dalam wilayah Republik Indonesia. Bagi Sultan Hamengku Buwono IX, proklamasi kemerdekaan merupakan peristiwa yang penting. Kemerdekaan Republik Indonesia adalah pembuka jalan untuk melepaskan diri dari penderitaan batin dan jalan bebas yang ditempuh untuk menentukan nasib bangsa dikemudian hari. Begitu mendengar berita proklamasi kemerdekaan, Sultan segera memanggil Sri Paku Alam VIII dan KRT Honggowongso, seorang staf senior di kepatihan. Pada waktu itu Sultan meminta 1 2 pertimbangan kepada Sri Paku Alam VIII untuk menyikapi proklamasi kemerdekaan Indonesia. Keputusan yang diambil, yaitu memberi dukungan kepada kemerdekaan Indonesia yang sudah lama dicita-citakan. Selanjutnya, KRT Honggowongso diperintahkan mempersiapkan sebuah telegram kepada Sukarno dan Hatta (Darban dkk. 1998:32). Tindakan Sultan Hamengku Buwono IX tersebut menggambarkan seorang yang berjiwa demokratis yang merelakan status kerajaan berada di belakang Republik Indonesia. Hal itu dilakukan untuk kepentingan bersama dan kemerdekaan rakyat. Satu hari setelah proklamasi, pada tanggal 18 Agustus 1945, tanpa ragu Sultan Hamengku Buwono IX langsung mengirim telegram yang berisi ucapan selamat atas terbentuknya negara Republik Indonesia. Pada tanggal 20 Agustus 1945 Sultan Hamengku Buwono IX mengirim telegram untuk kedua kalinya kepada Presiden dan Wakil Presiden. Telegram itu menyatakan dengan tegas “sanggup berdiri di belakang pimpinan” para pemimpin Republik Indonesia. Pada tanggal 23 Agustus 1945, akhirnya pemerintah pusat menganjurkan pembentukan Komite Nasional Indonesia Daerah (KNID) Yogyakarta. Melihat respon tersebut Sultan Hamengku Buwono IX pada 5 September 1945 mengeluarkan Amanat sebagai daerah istimewa. Pemerintah pusat langsung memberikan piagam penetapan pada tanggal 6 September 1945 melalui wakilnya, yaitu Menteri Negara Mr. Sartono dan Mr. A.A. Maramis (Atmakusuma, 2011:61-62). Amanat 5 September 1945 dinyatakan dengan resmi bahwa Kasultanan Yogyakarta menjadi daerah istimewa dan bertanggungjawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia. Keadaan di Yogyakarta setelah dikeluarkan Amanat 5 September 1945 dan terbentuknya Komite Nasional Indonesia Daerah Yogyakarta, terjadi gerakan besar-besaran untuk mengambil alih kekuasaan dari tangan Jepang. Perebutan kekuasaan dimulai serentak pada tanggal 26 September 1945. Pada pukul sepuluh semua pegawai pemerintahan dan perusahaan yang masih dikuasai Jepang, melakukan aksi pemogokan. Aksi ini memaksa orang Jepang agar segera menyerahkan semua kantor, peralatan industri, serta peralatan militer kepada Republik Indonesia. Selain itu, aksi ini dibantu oleh Badan Keamanan Rakyat, 3 pemuda, dan seluruh lapisan masyarakat. Setelah instansi dan Pabrik berhasil dikuasai, selanjutnya akan dilaporkan kepada KNID Yogyakarta. Pada tanggal 27 September 1945, KNID Yogyakarta mengumumkan bahwa kekuasaan pemerintah daerah telah berada di tangan Pemerintah Republik Indonesia (Kutoyo, 1996:131). Perebutan kekuasaan secara serentak tersebut, dapat dikatakan sebagai sikap atau reaksi rakyat Yogyakarta untuk menyikapi kemerdekaan Republik Indonesia. Sementara kondisi di Ibukota Jakarta, pasukan Sekutu yang bertugas melucuti senjata pasukan Jepang untuk pertamakalinya mendarat pada tanggal 14 September 1945. Namun, dalam rombongan itu pasukan Sekutu membawa orang Belanda, yaitu pasukan KNIL. Keadaan itu membuat ketidakpercayan dan merugikan rakyat Indonesia (Tanudirjo dkk, 2012:196). Tujuan kedatangan Sekutu yang semula untuk melucuti senjata Jepang ternyata dimanfaatkan KNIL sebagai alibi untuk menyerang orang-orang Indonesia. Para pemimpin negara di Jakarta merasa tidak aman dari ancaman- ancaman Belanda. Pasukan Belanda berusaha untuk menahan para pemimpin Republik dan menghancurkan kekuatan Republik dengan dalih menghapuskan segala sesuatu yang berbau Jepang. Keamanan dan keselamatan semakin tidak terjamin, maka tanggal 3 Januari 1946 pemerintah memindah ibukota Republik Indonesia ke Yogyakarta. Presiden Sukarno yang berangkat menggunakan kereta api akhirnya sampai di Yogyakarta tanggal 4 Januari 1946 (Adams, 2014:284). Kedatangan Sukarno dan rombongan disambut Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII.