PERANAN HAMENGKU BUWONO IX DALAM MENEGAKKAN KEMERDEKAAN INDONESIA TAHUN 1945-1950 PROPOSAL SKRIPSI Oleh Ony Widiarto NIM 14021

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

PERANAN HAMENGKU BUWONO IX DALAM MENEGAKKAN KEMERDEKAAN INDONESIA TAHUN 1945-1950 PROPOSAL SKRIPSI Oleh Ony Widiarto NIM 14021 PERANAN HAMENGKU BUWONO IX DALAM MENEGAKKAN KEMERDEKAAN INDONESIA TAHUN 1945-1950 PROPOSAL SKRIPSI Oleh Ony Widiarto NIM 140210302018 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JEMBER 2018 i PROPOSAL SKRIPSI PERANAN HAMENGKU BUWONO IX DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEsKAAN INDONESIA TAHUN 1945-1950 Oleh Ony Widiarto NIM 140210302018 Pembimbing Dosem pembimbing Utama : Drs. Sugiyanto, M.Hum. Dosen Pembimbing Anggota : Drs. Marjono, M.Hum. ii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i HALAMAN PEMBIMBING ............................................................................... ii DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ iv BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1 1.2 Penegasan Judul ..................................................................................................... 6 1.3 Ruang Lingkup Penelitian .................................................................................... 7 1.4 Rumusan Masalah .................................................................................................. 8 1.5 Tujuan Penelitian ................................................................................................... 8 1.6 Manfaat Penelitian ................................................................................................. 8 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 10 BAB 3. METODE PENELITIAN ...................................................................... 18 BAB 4. LATAR BELAKANG SULTAN HAMENGKU BUWONO IX MEMPERTAHANKAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945-1950 ..................................................................................................... 4.1 Sultan Hamengku Buwono IX Berjiwa Demokratis ........................................... 4.2 Sultan Hamengku Buwono IX Berjiwa Optimis ................................................. BAB 5. STRATEGI SULTAN HAMENGKU BUWONO IX MEMPERTAHANKAN RI DI IBUKOTA YOGYAKTA TAHUN 1945-1949...................................................................................................... 5.1 Strategi Sultan Hamengku Buwono IX dalam Perpindahan Ibukota RI ke Yogyakarta tahun 1946 ........................................................................................... 5.2 Menghadapi Agresi Militer Belanda 1948-1949 ................................................. 5.3 Perjuangan Diplomasi dalam KMB Tahun 1949 ................................................ 5.3.2 Sultan Hamengku Buwono IX sebagai Pemimpin Delegasi RI ............... 5.3.2 Penjemputan Pemimpin RIS di Jakarta ....................................................... BAB 6. KEMBALINYA BENTUK NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1950........................................................................ 6.1 Peristiwa Westerling ................................................................................................ iii 6.2 Ibukota Republik Indonesia Kembali di Jakarta .................................................. BAB 7. KESIMPULAN........................................................................................... DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 24 iv DAFTAR LAMPIRAN Lampiran A. Matrik Penelitian .......................................................................... 26 v BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tanggal 15 Agustus 1945, Jepang menyerah tanpa syarat pada Sekutu. Kemerdekaan Indonesia yang dijanjikan Jepang terhenti karena Jepang terikat perjanjian dengan pihak Sekutu untuk menjaga status quo. Pada masa ini Indonesia Mengalami masa kekosongan politik atau vacum of power (Tanudirjo dkk, 2012:109). Setelah diketahui Jepang menyerah, para pemuda ingin agar Sukarno dan Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Para pemuda tidak mau lagi mendengar hadiah kemerdekaan yang dijanjikan Jepang. Kemerdekaan harus direbut dan diperjuangkan oleh bangsa Indonesia sendiri. Para pemuda pada tanggal 16 Agustus 1945, akhirnya menculik Sukarno dan Hatta untuk dibawa ke Rengasdengklok. Peristiwa ini menyebabkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus 1945 oleh Sukarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia disambut baik oleh Sultan Hamengku Buwono IX sebagai raja Kasultanan Yogyakarta. Sebelum Republik Indonesia merdeka, sebenarnya Kasultanan Yogyakarta telah menjadi negara yang berdaulat. Kasultanan Yogyakarta telah memiliki organisasi pemerintahan, rakyat, dan wilayah kekuasaan. Keadaan tersebut memenuhi syarat sebagai suatu wilayah yang dapat memutuskan kemerdekaannya sendiri (Baskoro dan Sunaryo, 2011:39). Namun sebaliknya, setelah Sukarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia, keputusan Sultan Hamengku Buwono IX adalah mendukung Republik Indonesia dan menjadikan Kasultanan Yogyakarta berada dalam wilayah Republik Indonesia. Bagi Sultan Hamengku Buwono IX, proklamasi kemerdekaan merupakan peristiwa yang penting. Kemerdekaan Republik Indonesia adalah pembuka jalan untuk melepaskan diri dari penderitaan batin dan jalan bebas yang ditempuh untuk menentukan nasib bangsa dikemudian hari. Begitu mendengar berita proklamasi kemerdekaan, Sultan segera memanggil Sri Paku Alam VIII dan KRT Honggowongso, seorang staf senior di kepatihan. Pada waktu itu Sultan meminta 1 2 pertimbangan kepada Sri Paku Alam VIII untuk menyikapi proklamasi kemerdekaan Indonesia. Keputusan yang diambil, yaitu memberi dukungan kepada kemerdekaan Indonesia yang sudah lama dicita-citakan. Selanjutnya, KRT Honggowongso diperintahkan mempersiapkan sebuah telegram kepada Sukarno dan Hatta (Darban dkk. 1998:32). Tindakan Sultan Hamengku Buwono IX tersebut menggambarkan seorang yang berjiwa demokratis yang merelakan status kerajaan berada di belakang Republik Indonesia. Hal itu dilakukan untuk kepentingan bersama dan kemerdekaan rakyat. Satu hari setelah proklamasi, pada tanggal 18 Agustus 1945, tanpa ragu Sultan Hamengku Buwono IX langsung mengirim telegram yang berisi ucapan selamat atas terbentuknya negara Republik Indonesia. Pada tanggal 20 Agustus 1945 Sultan Hamengku Buwono IX mengirim telegram untuk kedua kalinya kepada Presiden dan Wakil Presiden. Telegram itu menyatakan dengan tegas “sanggup berdiri di belakang pimpinan” para pemimpin Republik Indonesia. Pada tanggal 23 Agustus 1945, akhirnya pemerintah pusat menganjurkan pembentukan Komite Nasional Indonesia Daerah (KNID) Yogyakarta. Melihat respon tersebut Sultan Hamengku Buwono IX pada 5 September 1945 mengeluarkan Amanat sebagai daerah istimewa. Pemerintah pusat langsung memberikan piagam penetapan pada tanggal 6 September 1945 melalui wakilnya, yaitu Menteri Negara Mr. Sartono dan Mr. A.A. Maramis (Atmakusuma, 2011:61-62). Amanat 5 September 1945 dinyatakan dengan resmi bahwa Kasultanan Yogyakarta menjadi daerah istimewa dan bertanggungjawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia. Keadaan di Yogyakarta setelah dikeluarkan Amanat 5 September 1945 dan terbentuknya Komite Nasional Indonesia Daerah Yogyakarta, terjadi gerakan besar-besaran untuk mengambil alih kekuasaan dari tangan Jepang. Perebutan kekuasaan dimulai serentak pada tanggal 26 September 1945. Pada pukul sepuluh semua pegawai pemerintahan dan perusahaan yang masih dikuasai Jepang, melakukan aksi pemogokan. Aksi ini memaksa orang Jepang agar segera menyerahkan semua kantor, peralatan industri, serta peralatan militer kepada Republik Indonesia. Selain itu, aksi ini dibantu oleh Badan Keamanan Rakyat, 3 pemuda, dan seluruh lapisan masyarakat. Setelah instansi dan Pabrik berhasil dikuasai, selanjutnya akan dilaporkan kepada KNID Yogyakarta. Pada tanggal 27 September 1945, KNID Yogyakarta mengumumkan bahwa kekuasaan pemerintah daerah telah berada di tangan Pemerintah Republik Indonesia (Kutoyo, 1996:131). Perebutan kekuasaan secara serentak tersebut, dapat dikatakan sebagai sikap atau reaksi rakyat Yogyakarta untuk menyikapi kemerdekaan Republik Indonesia. Sementara kondisi di Ibukota Jakarta, pasukan Sekutu yang bertugas melucuti senjata pasukan Jepang untuk pertamakalinya mendarat pada tanggal 14 September 1945. Namun, dalam rombongan itu pasukan Sekutu membawa orang Belanda, yaitu pasukan KNIL. Keadaan itu membuat ketidakpercayan dan merugikan rakyat Indonesia (Tanudirjo dkk, 2012:196). Tujuan kedatangan Sekutu yang semula untuk melucuti senjata Jepang ternyata dimanfaatkan KNIL sebagai alibi untuk menyerang orang-orang Indonesia. Para pemimpin negara di Jakarta merasa tidak aman dari ancaman- ancaman Belanda. Pasukan Belanda berusaha untuk menahan para pemimpin Republik dan menghancurkan kekuatan Republik dengan dalih menghapuskan segala sesuatu yang berbau Jepang. Keamanan dan keselamatan semakin tidak terjamin, maka tanggal 3 Januari 1946 pemerintah memindah ibukota Republik Indonesia ke Yogyakarta. Presiden Sukarno yang berangkat menggunakan kereta api akhirnya sampai di Yogyakarta tanggal 4 Januari 1946 (Adams, 2014:284). Kedatangan Sukarno dan rombongan disambut Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII.
Recommended publications
  • Surrealist Painting in Yogyakarta Martinus Dwi Marianto University of Wollongong
    University of Wollongong Research Online University of Wollongong Thesis Collection University of Wollongong Thesis Collections 1995 Surrealist painting in Yogyakarta Martinus Dwi Marianto University of Wollongong Recommended Citation Marianto, Martinus Dwi, Surrealist painting in Yogyakarta, Doctor of Philosophy thesis, Faculty of Creative Arts, University of Wollongong, 1995. http://ro.uow.edu.au/theses/1757 Research Online is the open access institutional repository for the University of Wollongong. For further information contact the UOW Library: [email protected] SURREALIST PAINTING IN YOGYAKARTA A thesis submitted in fulfilment of the requirements for the award of the degree DOCTOR OF PHILOSOPHY from UNIVERSITY OF WOLLONGONG by MARTINUS DWI MARIANTO B.F.A (STSRI 'ASRT, Yogyakarta) M.F.A. (Rhode Island School of Design, USA) FACULTY OF CREATIVE ARTS 1995 CERTIFICATION I certify that this work has not been submitted for a degree to any other university or institution and, to the best of my knowledge and belief, contains no material previously published or written by any other person, except where due reference has been made in the text. Martinus Dwi Marianto July 1995 ABSTRACT Surrealist painting flourished in Yogyakarta around the middle of the 1980s to early 1990s. It became popular amongst art students in Yogyakarta, and formed a significant style of painting which generally is characterised by the use of casual juxtapositions of disparate ideas and subjects resulting in absurd, startling, and sometimes disturbing images. In this thesis, Yogyakartan Surrealism is seen as the expression in painting of various social, cultural, and economic developments taking place rapidly and simultaneously in Yogyakarta's urban landscape.
    [Show full text]
  • Fragility, Aid, and State-Building
    Fragility, Aid, and State-building Fragile states pose major development and security challenges. Considerable international resources are therefore devoted to state-building and institutional strengthening in fragile states, with generally mixed results. This volume explores how unpacking the concept of fragility and studying its dimensions and forms can help to build policy-relevant under- standings of how states become more resilient and the role of aid therein. It highlights the particular challenges for donors in dealing with ‘chronically’ (as opposed to ‘temporarily’) fragile states and those with weak legitimacy, as well as how unpacking fragility can provide traction on how to take ‘local context’ into account. Three chapters present new analysis from innovative initiatives to study fragility and fragile state transitions in cross- national perspective. Four chapters offer new focused analysis of selected countries, drawing on comparative methods and spotlighting the role of aid versus historical, institu- tional and other factors. It has become a truism that one-size-fits-all policies do not work in development, whether in fragile or non-fragile states. This should not be confused with a broader rejection of ‘off-the-rack’ policy models that can then be further adjusted in particular situations. Systematic thinking about varieties of fragility helps us to develop this range, drawing lessons – appropriately – from past experience. This book was originally published as a special issue of Third World Quarterly, and is available online as an Open Access monograph. Rachel M. Gisselquist is a political scientist and currently a Research Fellow with UNU-WIDER. She works on the politics of the developing world, with particular attention to ethnic politics and group-based inequality, state fragility, governance and democratiza- tion in sub-Saharan Africa.
    [Show full text]
  • Peran Sri Susuhunan Pakubuwono Xii Dalam Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia (1945-1949)
    PERAN SRI SUSUHUNAN PAKUBUWONO XII DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA (1945-1949) RINGKASAN SKRIPSI Oleh: M Arief Sasono 10406244038 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2017 2 PERAN SRI SUSUHUNAN PAKUBUWONO XII DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA (1945-1949) Oleh: M Arief Sasono dan Dr .Aman, M.Pd ABSTRAK Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 bukan akhir dari perjuangan Indonesia. Rakyat Indonesia masih berjuang dalam mempertahankan kemerdekaan. Tujuan dari penulisan Skripsi ini untuk: (1) mengetahui perjuangan masyarakat dan kondisi Surakarta pasca Kemerdekaan. (2) mengetahui latar belakang Sri Susuhunan Pakubuwono XII (3). Mengetahui peran Sri Susuhunan Pakubuwono XII dalam mempertahankan Kemerdekaan Metode yang digunakan dalam skripsi ini menggunakan metodelogi yang ditulis oleh Kuntowijoyo. Metode Tersebut meliputi pemilihan topik, pengumpulan sumber, verifikasi, interpretasi dan Historiografi atau penulisan sejarah. Semua metode tersebut sudah dilakukan oleh penulis dalam menyusun skripsi ini. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu (1) Perjuangan di Surakarta melibatkan KNI, pemuda, tokoh, bangsawan dan Sri Susuhunan Pakubuwono XII Dan pada akhirnya warga berhasil mengambil alih kekuasaan serta melucuti senjata tentara penjajah. (2) Pakubuwono XII lahir di Surakarta pada Selasa Legi tanggal 14 April 1925, dan diangkat menjadi raja di Keraton Surakarta pada usia yang sangat muda yaitu usia 20 tahun. Beliau juga dikenal dengan raja 3 jaman dengan lama memimpin 48 tahun. Atas pengabdiannya bagi Indonesia, maka Pakubuwana XII diberikan piagam penghargaan dan medali perjuangan angkatan ’45 yang ditetapkan oleh Dewan Harian Nasional Angkatan-45 di Jakarta. Piagam merupakan bukti kesetiaannya kepada Negara Kesatuan RI dan atas nasionalisme yang dalam di masa perjuangan kemerdekaan. (3) Peran PakuBuwono XII antara lain mengorbankan kekayaan keraton yang dimiliki seperti emas dan persenjataan yang sangat banyak, bahkan menyebabkan Keraton sendiri defisit.
    [Show full text]
  • Asia Society Presents Music and Dance of Yogyakarta
    Asia Society Presents Music and Dance of Yogyakarta Sunday, November 11, 2018 7:00 P.M. Asia Society 725 Park Avenue at 70th Street New York City This program is approximately ninety minutes with no intermission In conjunction with a visit from Hamengkubuwono X, the Sultan of Yogyakarta in Indonesia, Asia Society hosts a performance by the court dancers and musicians of Yogyakarta. The Palace of Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat is the cultural heart of the city. From generation to generation, the Sultans of Yogyakarta are the traditional governors of the city and responsible for passing on art and culture heritage. The entire royal family is involved in preserving these art forms, and the troupe must perform with a member of the royal family present. The dances from Yogyakarta will be accompanied by gamelan music native to Java. Program Golek Menak Umarmaya Umarmadi Dance Masked Dance Fragment (Wayang Wong) “Klana Sewandana Gandrung” Bedhaya Sang Amurwabhumi About the forms: Golek Menak The golek menak is a contemporary example of the seminal influence exerted by the puppet theater on other Javanese performing arts. This dance was inspired by the stick–puppet theater (wayang golek), popular in the rural area of Yogyakarta. Using the three dimensional rod-puppets, it portrays episodes from a series of stories known as menak. Unlike the high-art wayang kulit (shadow puppets), it is a village entertainment, and it did not flourish at the court. As a dance drama, golek menak focuses on imitating this rod-puppet theater with amazing faithfulness. Human dancers realistically imitate the smallest details of puppet movement, right down to the stylized breathing of the puppets.
    [Show full text]
  • National Heroes in Indonesian History Text Book
    Paramita:Paramita: Historical Historical Studies Studies Journal, Journal, 29(2) 29(2) 2019: 2019 119 -129 ISSN: 0854-0039, E-ISSN: 2407-5825 DOI: http://dx.doi.org/10.15294/paramita.v29i2.16217 NATIONAL HEROES IN INDONESIAN HISTORY TEXT BOOK Suwito Eko Pramono, Tsabit Azinar Ahmad, Putri Agus Wijayati Department of History, Faculty of Social Sciences, Universitas Negeri Semarang ABSTRACT ABSTRAK History education has an essential role in Pendidikan sejarah memiliki peran penting building the character of society. One of the dalam membangun karakter masyarakat. Sa- advantages of learning history in terms of val- lah satu keuntungan dari belajar sejarah dalam ue inculcation is the existence of a hero who is hal penanaman nilai adalah keberadaan pahla- made a role model. Historical figures become wan yang dijadikan panutan. Tokoh sejarah best practices in the internalization of values. menjadi praktik terbaik dalam internalisasi However, the study of heroism and efforts to nilai. Namun, studi tentang kepahlawanan instill it in history learning has not been done dan upaya menanamkannya dalam pembelaja- much. Therefore, researchers are interested in ran sejarah belum banyak dilakukan. Oleh reviewing the values of bravery and internali- karena itu, peneliti tertarik untuk meninjau zation in education. Through textbook studies nilai-nilai keberanian dan internalisasi dalam and curriculum analysis, researchers can col- pendidikan. Melalui studi buku teks dan ana- lect data about national heroes in the context lisis kurikulum, peneliti dapat mengumpulkan of learning. The results showed that not all data tentang pahlawan nasional dalam national heroes were included in textbooks. konteks pembelajaran. Hasil penelitian Besides, not all the heroes mentioned in the menunjukkan bahwa tidak semua pahlawan book are specifically reviewed.
    [Show full text]
  • I KEBIJAKAN EKONOMI SULTAN HAMENGKUBUWANA I DI
    KEBIJAKAN EKONOMI SULTAN HAMENGKUBUWANA I DI KASULTANAN NGAYOGYAKARTA HADININGRAT TAHUN 1755-1792 M SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Adab Dan Ilmu Budaya Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum) Oleh: Karunia Anas Hidayat NIM.: 12120049 JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2018 i Motto: “Bila Kau Tak Tahan Lelahnya Menuntut Ilmu, Maka Kamu Akan Menanggung Perihnya Kebodohan” (Imam Syafi’i) Tuhan mengajarkan kita untuk terus belajar dan berusaha guna menggapai kesuksesan, dengan sabar dan tawakal. Kegagalan merupakan sebuah pembelajaran yang sangat keras untuk tetap berusaha hingga sukses dan tak mengulangi lagi arti sebuah kegagalan. (penulis) v PERSEMBAHAN Untuk: Bapak/ Ibu tercinta serta keluarga besarku Terimakasih atas dukungan dan doanya yang tak kunjung putus, selalu mendoakan saya hanya dengan ridha ayah dan ibu, serta ridha Allah swt., semuanya bisa terasa lebih ringan dan mudah dalam penyelesaian skripsi ini. Untuk Almamater Tercinta Jurusan Sejarah Dan Kebudyaan Islam Fakultas Adab Dan Ilmu Budaya Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta vi KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah swt. Tuhan semesta alam yang telah memberikan nikmat yang sempurna, rahmat, hidayah, dan kekuatan kepada penyusun sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir penyusunan skripsi untuk memperoleh gelar sarjana strata satu di bidang Sejarah Kebudayaan Islam Fakultas Adab Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Shalawat dan Salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw., keluarga, serta sahabat yang telah membawa perubahan bagi peradaban dunia dengan hadirnya agama Islam sebagai agama dan peradaban bagi seluruh manusia hingga akhir zaman. Atas jasa dan jerih payahnya kita bisa menikmati iman dan merasakan indahnya Islam dan senantiasa kita tunggu syafaatnya di hari kiamat.
    [Show full text]
  • The West Papua Dilemma Leslie B
    University of Wollongong Research Online University of Wollongong Thesis Collection University of Wollongong Thesis Collections 2010 The West Papua dilemma Leslie B. Rollings University of Wollongong Recommended Citation Rollings, Leslie B., The West Papua dilemma, Master of Arts thesis, University of Wollongong. School of History and Politics, University of Wollongong, 2010. http://ro.uow.edu.au/theses/3276 Research Online is the open access institutional repository for the University of Wollongong. For further information contact Manager Repository Services: [email protected]. School of History and Politics University of Wollongong THE WEST PAPUA DILEMMA Leslie B. Rollings This Thesis is presented for Degree of Master of Arts - Research University of Wollongong December 2010 For Adam who provided the inspiration. TABLE OF CONTENTS DECLARATION................................................................................................................................ i ACKNOWLEDGEMENTS ............................................................................................................. ii ABSTRACT ...................................................................................................................................... iii Figure 1. Map of West Papua......................................................................................................v SUMMARY OF ACRONYMS ....................................................................................................... vi INTRODUCTION ..............................................................................................................................1
    [Show full text]
  • 73 Suksesi Kepemimpinan Kraton Ngayogyakarta Dalam Dualitas Struktur
    Wahyuni Choiriyati, Suksesi Kepemimpinan Kraton Ngayogyakarta Dalam Dualitas Struktur 73 Suksesi Kepemimpinan Kraton Ngayogyakarta dalam Dualitas Struktur Wahyuni Choiriyati Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Gunadarma Jalan Margonda Raya No. 100 Depok 16424, Jawa Barat, Indonesia. Email: [email protected] Abstract King declaration was delivered by Sultan Hamengkubuwono X exposing his princess for next in order to be crowned in Yogyakarta’s palace.This raised contentious among Sultan Hamengkubuwono and his brothers. This was wrapped in cultural communication practicess in high level of context that was not easy to understand especially for society in general. This writing is to focus signifying king declaration in society in line to deep structure and culture. By phenomenology approach with critical paradigm, data gathered by in depth interviews and observation. Results of research found that king decralation was perceived as high context communication practices. This tended to economic political nuances. Nowdays, King has not dedicated to serve the society yet, but he tended to want to be respected. Power structure was maintained to secure the power legitimation including reveneu of land taxes and royal familiy businesses in palace. Each of them played the significant roles to secure and maintain in inner cirlce of power in the palace. Keywords: succession of leadership, structure, power, culture and communication Abstrak Sabdaraja yang disampaikan oleh Sultan Hamengkubuwono X mengungkapkan bahwa putri sulungnya akan diangkat menjadi penerus tahta kraton Yogyakarta. Hal ini menimbulkan ketegangan antara sultan Hamengkubuwono X dengan adik-adiknya. Semua ini dikemas dalam praktik komunikasi budaya konteks tinggi yang tidak mudah diterjemahkan masyarakat awam. Fokus tulisan ini adalah menggambarkan pemakanaan masyarakat Yogyakarta terkait sabdaraja dan segala hal yang berkaitan dengan struktur kekuasaan dan budaya yang melingkupinya.
    [Show full text]
  • THE ROLE of SULTAN HAMENGKU BUWONO IX in UPHOLDING INDONESIAN INDEPENDENCE in 1945-1950 Ony Widiarto1, Sugiyanto2, Marjono3 123H
    THE ROLE OF SULTAN HAMENGKU BUWONO IX IN UPHOLDING INDONESIAN INDEPENDENCE IN 1945-1950 Ony Widiarto1, Sugiyanto2, Marjono3 123History Education Program, The University of Jember. Email: [email protected] Abstract The background of this research is after the Indonesian nation became independent until the change of form of the Indonesian state which was originally since KMB (Konferensi Meja Bundar) is a federal state back into the form of unitary state (1945-1950). Indonesia's chaotic condition in the social, political and economic fields prompted Sultan Hamengku Buwono IX to apply the rescue action of the Republic of Indonesia. This study aims to (1) examine the background of Hamengku Buwono IX in maintaining the independence of the Republic of Indonesia; (2) to examine in depth the actions or strategies of Hamengku Buwono IX in maintaining the independence of the Republic of Indonesia in 1945-1950. This study uses historical research methods with heuristic steps, criticism, interpretation, and historiography. Sultan Hamengku Buwono IX retained the independence of the Republic of Indonesia, preventing the Dutch crime in Jakarta, which moved the capital in Yogyakarta. When the capital of Yogyakarta in the attack of Sultan Hamengku Buwono IX, became a savior and dared to arrange a counterattack. Sultan Hamengkubuwono IX accelerated the process of recognition of Indonesian independence. However, a new problem arose in the form of Westerling insurrection and Sultan Hamid II. Sultan Hamengkubuwono IX managed to prevent and make people not believe in the federalists. This is what makes the return of the state form into a unitary state. Keywords: Sultan, Defend, Independence, Republic Indonesia.
    [Show full text]
  • Implementasi Pemikiran Hamengku Buwono Ix Dalam Ekonomi Kerakyatan
    IMPLEMENTASI PEMIKIRAN HAMENGKU BUWONO IX DALAM EKONOMI KERAKYATAN STUDIUM GENERALE FAKULTAS EKONOMI UWM YOGYAKARTA, KAMIS 24 SEPTEMBER 2020 SEKILASTENTANG HAMENGKU BUWONO IX Gusti Raden Mas Dorodjatun atau Sri Sultan Hamengkubuwana IX (bahasa Jawa: Sri Sultan Hamengkubuwono IX) lahir di Ngayogyakarta Hadiningrat, pada tanggal 12 April 1912. Wafat di Washington DC, Amerika Serikat, 2 Oktober 1988 pada umur 76 tahun. Putera salah seorang Sultan yang pernah memimpin di Kasultanan Yogyakarta (1940-1988) dan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta yang pertama setelah kemerdekaan Indonesia, menjabat sebagai Wakil Presiden Indonesia yang kedua antara tahun1973-1978. Dikenal sebagai Bapak Pramuka Indonesia, dan pernah menjabat sebagai Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka. Riwayat Pekerjaan: Kepala dan Gubernur Militer Daerah Istimewa Yogyakarta Menteri Negara pada Kabinet Sjahrir III Menteri Negara pada Kabinet Amir Sjarifuddin I dan II Menteri Negara pada Kabinet Hatta I Menteri Pertahanan/Koordinator Keamanan Dalam Negeri pada Kabinet Hatta II Menteri Pertahanan pada masa RIS Wakil Perdana Menteri pada Kabinet Natsir Menteri/Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Ketua Delegasi Indonesia dalam pertemuan PBB tentang Perjalanan dan Pariwisata Menteri Koordinator Pembangunan Wakil Perdana Menteri Bidang Ekonomi Wakil Presiden Indonesia Riwayat Pendidikan: Rijkuniversiteit Leiden, Jurusan Indologie (Ilmu tentang Indonesia), kemudian ekonomi 2 PERAN INTERNASIONAL Pada akhir kepemimpinan Presiden Sukarno, kondisi perekonomian Indonesia mengalami kemerosotan seperti inflasi yang melambung tinggi, terkurasnya cadangan devisa, defisit anggaran belanja pemerintah dan pembayaran hutang luar negeri yang sudah jatuh tempo untuk segera dibayarkan. Awal Orde Baru berusaha untuk melakukan penyelamatan ekonomi agar segala permasalahan ekonomi akibat warisan dari pemerintahan sebelumnya bisa teratasi dan berjalan stabil. Para teknokrat pemerintahan baru tersebut adalah Suharto, Sultan Hamengku Buwono IX, dan Adam Malik.
    [Show full text]
  • 18 the Two Fulltext.Pdf
    Verhandelingen van het Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde Edited by Rosemarijn Hoefte (nrw, Leid.en) Henk Schulte Nordholt (xnr,u, Leiden) Editorial Board Michael Laffan (Princeto n Uniters ity) Adrian Vickers (Syd"ey IJnivers ity) Anna Tsing (University of CaLfornia Santa Crttz) VOLUME 295 The titles published in this series are listed at brtlLcom/vki Cars, Conduits, and Kampongs The Modernization of the Indonesian City, rgzo-rg6o Edited by Freek Colombijn Joost Cot6 NE c ra $ a i c, a 2 ffiri /r81 BRILL LETDEN I rosroN BRILL This is an open access title distributed under the terms of the Creative Commons Attribution-Noncommercial 3.o Unported (CC-By-NC 3.o) License, which permits any OPEN non-commercial use, distribution, and reproduction in any medium, piovided the original author(s) and source are credited. () KITTV The realization of this publication was made possible by the support of xrrrv (Royal Netherlands Institute ofSoutheast Asian and Caribbean Studies). Cover illustration: front page issue o (1938) of the Vereniging Groot Batavia. Library of Congress Cataloging-in-Publication Data cars, conduits, and kampongs : the modernization of the Indonesian city, 19zo-rg60 / edited by Freek Colombijn,Joost Cot6. pag€s cm - (Verhandelingen van het Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde; 295) Includes index. origin ofthis book goes back ."The to the conference on'The decolonization ofthe Indonesian city in (Asian and African) comparative perspectivel held in Leiden, from z6 to zg April zoo6,, - preface. ISBN 978-9o-o4-28o69-4 (hardback : alk paper) - ISBN 978-go-o4-z8o7z-4 (e-book) r.
    [Show full text]
  • Menyiapkan Sultan Perempuan: Legitimasi Langit Dan Efektivitas Rezim Sultan Hamengkubuwono X1
    DDC: 321.5 MENYIAPKAN SULTAN PEREMPUAN: LEGITIMASI LANGIT DAN EFEKTIVITAS REZIM SULTAN HAMENGKUBUWONO X1 Bayu Dardias Departemen Politik dan Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Email: [email protected] Diterima: 17-3-2016 Direvisi: 29-3-2016 Disetujui: 4-4-2016 ABSTRACT Sultan Hamengkubuwono (HB) X of Yogyakarta has chosen his eldest daughter as his successor in a traditionally patrilineal Sultanate. This paper discusses the controversy surrounding Sultan HB X’s decision by measuring the impact of his proclamations and orders for the Sultanate’s long-term regime effectiveness. I argue that Sultan HB X’s proclamations and orders based, which were based on mysticism and a sense of divinity, have been ineffectual for maintaining regime effectiveness inside and outside of the Sultanate. Within the Sultanate, the Sultan’s siblings have argued that his decisions contradict the Sultanate’s centuries-long tradition of rules (paugeran). Outside the palace walls, broader society has been divided over Sultan HB X’s choice. One group supports Sultan HB X’s decision, while the other group is determined to hold on firmly to their patriarchal cultural and historical traditions. While Sultan HB X’s proclamations and orders have been ineffectual in maintaining the Sultanate and its influence, his decisions have even brought about an enormous challenge to the survival prospects of the Sultanate itself. Keywords: political legitimation, regime, Sultan Hamengkubuwono, Yogyakarta Sultanate ABSTRAK Pada 2015, Sultan Hamengkubuwono (HB) X mengeluarkan empat kali Sabda dan Dawuh Raja yang berkaitan dengan suksesi kepemimpinan di Kasultanan Yogyakarta. Tanpa memiliki putra laki-laki, Sultan HB X menunjuk putri sulungnya sebagai penerus takhta yang menganut patrilineal.
    [Show full text]