STUD La ISLAMIKA INDONESIAN JOURNAL for ISLAMIC STUDIES• Volume I, Number 3, 1994
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
STUD lA ISLAMIKA INDONESIAN JOURNAL FOR ISLAMIC STUDIES• Volume I, Number 3, 1994 HISTORY, POLITICAL IMAGES AND CULTURAL ENCOUNTER The Dutch in the Indonesian Archipelago Taufik Abdullah BETWEEN MOSQUE AND MARKET The Muslim Community in Quiapo, Metro Manila Kuntowijoyo HAMKA (1908-1981) AND THE INTEGRATION OF THE ISLAMIC UMMAHOF INDONESIA Karel Steenbrink ISSN 0215-0492 STUD lA ISLAMIKA Indonesian Journal for Islamic Studies Volume I, No.3, 1994 EDITORIAL BoARD, Harun Nasution Mastuhu M. Quraish Shihab A. Aziz Dablan M. Satria Effendi Nabilah Lubis M. Yunan Yusuf Komaruddin Hidayat Dien Syamsuddin Muslim Nasution Wahib Mu ' thi EDITOR IN CHIEF, Azyumardi Azra EDITORS, Saiful Muzani Hendro Prasetyo joban H. Meuleman NurulFajri BadriYatim AsSISTANTS TO THE EDITOR, ArifSubhan Muchlis Ainurrafik ENGLISH UNGUAGE ADVISOR judith M. Dent ARABIC UNGUAGE ADVISOR Salabuddin An Nadwi COVER DESIGNER, S. Pringka STUDIA ISLAMIKA (ISSN 0215-0492) is a journal published quarterly by the Institut Agama Islam Negeri (lAIN, The State Institute for Islamic Studies) Syarif Hidayatullah, Jakarta, (SIT DEPPEN No. 129/SK/ DITJEN/PPG/STT/1976) and sponsored by the Department of Religious Affairs of the Republic of Indonesia. It specializes in Indonesian Islamic studies, and is intended to communicate original researches and current issues on the subject. This journal warmly welcomes contributions from scholars of related disciplines. All articles published do not necessarily represent the views of the journal, or other institutions to which it is affiliated. They are solely the views of the authors. - ------Current Issue---- - --- - The Devaluation of Aliran Politics Views from the Third Congress ofthe PPP Abstraksi: Banyak pendapatyangmengatakan baJrcJ}a muktamar Partai Persatuan Pembang~man (PPP) yang baru lalu punya arti strategis tersendiri karena hasilnya akan menentukan pemilu 1997 dan kemudian Sidang UmumMPR 1998. Pada Sidang Urrmm inilah memmtt banyak kalangan akan berlangsung suksesi nasional, cennasuk di dalamnya pergantian pemimpin negara, presiden Republik Indonesia. Maka banyak kelompok berkepentingan dengan mJiktamar PPP yang ketiga ini: siapa yang memimpin kendali partai ini ia akan ikut berperan pada saat suksesi yang penting tersebut. Bagaimana kelompok-kelompok kepentingan mempereb:ttkan kepe· mimpinan PPP tidak bisa dilepaskan da1·i konteks makro tersebut. lY.:tmun demikian banyak pengamatya.ng mendefin~~ikan PPP sehagai wujud dari politik Islam atau politik santri, salah sattt dari politik aliran yang dikenal selama ini. Sebagai suatu politik a/iran santri atau Islam PPP dipandang sebagai kelompok politik yang didasarkan atas nilai-nilai Islam yang diamttnya. ]ika benar ku!tur santri atau Islam sebagai jaktor pembentuk (konstitutif} partai ini, mengapa konfhk internal t~·us-menerus berlang· mng? Bukankah mereka berada dalam satu sistem nilai yang sam a? Pengam1t kerangka politik a/iran melibat bal:rcJJa di d~lam PPP setidahrya terwakili dua sisum nilaz Islam yang berbeda: modem is dan konservatif. Yang pe1·tama diwakili terutama oleh .Muslimin Tndoncsia (i\11) dan yang kedu.a oleh Nahdlatul Ulama {NU). Konjlik intem yang berlangsung dalam tubuh PPP sekarang in.i merupakan refleksi d.ari belum tuntasnya fusi a,ntara dua sistem nilai santri ini. Tapi apakah betul konflik di dalam PPP itu sebagai rejleksi da1·i ~tudut lsi<mih, Vol. 1, No. J, 199~ 178 Curren; /;me an tara keduanya ridak bisa berkompromi a tau berkoalisi? Lebih jtmh dari itu apakah masih tepat memahami PPP sehagai wujud dari salah satu altran politik yang selama ini dikenal, yakni politik a/iran santri ata u Islam? Dari pengamatan terbtttas tltas mu.ktarnar PPPyan[/, lalu Jeperti dimuat di media massa dan juga dtwi diskusi-diskusi dengan para politisi PPP rerlihat adanya devaluasi politik aliran santri pada partai ini, yakni menurunnya semangat kesan.trian sel•agai sistem nilai yang kbas parta.i ini, yang membedak({nnya secara htltttral dari Golongan Karya (Golkar) ataupun Partai Demokrasi indonesia (PDf). Tidak terlihat mun,ulnya ide-ide yang khttS .1antri yang dileonfrnnta.(ikan deng,m ide-ide yang khas dari Golkar at.1.upun PDf. Malah sebalikn)'a semt-ta kelompok k(pentingan atau faksifa.ksi yanx terbcntuk men_ielang muktarnar berfomba-lomba me.ndapar pengakuan dan dttkungan dari pemerintah, yang -kalau mmggunakan kerangka politik a/iran- jtfsteru lawan. politikrzya; yang muncul ke pennukaan adalah perlumbaan antar foksi, bttkan seked.n· an tar ~msur, untuk mendapatka11 duhmgan pemerintah. Faksi Rem hang d.an Faksi ]ombtmg, ked11tmya dari unsur NU, sam."l-sama be-I'Stl ing untuk mendapatlum pengesahan da ri ,tn·esiden, walaupun keduanya gag.-zl bertemu presiden ..Men urut satu penafiiran, pihak suprastruktur lebih mcnghmdaki foksi Metareum (Buya Ismail Hasan Meta1·eum). Dukungan s~tprastmktt tr atas Metareum terlihat jelas ketika ABR!Iewat peneranf!.an ABRI mengunggulkanMetareum untuk terns m.enduduki kepemimpinan PPP. Malea yang berlangsung a.d,dah kol.tborasi antara sr-tprastrttktttr dan satu faksi di dalam PPP. fni yang paling rrn-nentuk.m kemenangtm Metarcum, dan jelas tak bisa difahami der:gan kerangka politik a/iran. Tidak terlihatlwnj1ik-knnflik intern yang disebabkan oleh perbcdaan nilai-nil.ai antara mercka, misalny~ antara tmsur MI dan NU. Warn.-:t ttnSJW memattr, masih terlihat, t.'tpi t.idak banyak mencerminkan nilai nilai yang mereka anttt, melai11kan lebih sebagai artikulasi kepencingan mereka masing-masing unzuk merebut kepemimpinan PPP. Maka bedangsr.mg koalisi-koa!Z:si lintas unsur antar.'t faksifaksi atau kelompok· kelumpok kepentingan, clan kadang-kadang linta~an itu tak rerbayangkan, misalnya ketika fa ksi ]alii (it1.ato riAbdul ]alii) bersedia berkoalisi derzgan Naro yang dikenal sebagai tokoh PPP yang justeru pernah menggusur banyak politisi NU dari PPP. Koalisi linters tmsur juga ditempuh .faksi Metareum clcngan jtf-ksi NU lain yang tentu saja diptmd.mg le/Ji/; akomudatif. Namun lvfetm·eum jugtt tidak ragtt-ragu m enin?,galkan rekannya di MI yang dikertal sebagai Kelompok DeLapan ketika me-reka dipandang tidak mendttkung .kepmtinganny.1 untuk tetttp dudu.k sebagai ketua umum PPP. Pada perpolitikan yang sangat praktis sepetti muktamclr PPP tersebut a/iran dan unsur tidak begitu terlihat; yang rerlihat nyata adalah bagaimana mercbut kursi kepemimpinan PPP. Berpolitik untuk memperjuangkan nilai-nilai seperti yang di.tnut dalam a/iran mereb mengalami kemerosotan. Devalusi politik aliran berlanp,!tmg;yanp, nyata adalah /Jerpolitik untuk kekuasaan, dan nilai-nilai itupun ditundukkan pad.z keleuasaan tersebut. Tid.zk mengherankan kemudian di anta~·a .faksi yang kalah menyatakan keluar dari PPP dan ingin bergabung dengan PDf, pa1·tai yang berada pada a/iran yang fain. Devaluasi aliran politik pad,~ PPP ini berlangsung secara intensif cerutama karena kebijalean pemerintah yang mensyarat.kan seti<1.p par~i politik hams berideologi Pancasila sehingga secara ideulogis partaipartai politik yang ada sama. Di samping itu juga kebijakan pemerintah yang meletakk,tn p.trtai-p,t.rtai po!itik be1·ada di bawah "pemhinaan" pemerintah, .karena itu kontrul alas pa1tai-p,-zrtai politik lebih dimungkinkan. Pada tin?,kat masyarakat yang lebih btas, devaluasi politik aliran berlangsung lewat pembangunan ya11g dige'rakk.1n negara, terutama lew at pendidikan. Perbeddan-perbedaan aliran terkikis se,·ara perlahan namun pasti. Islam hadir tidak lagi dalam politik aliran tapi Lebih pad.1 sistem nilai sosi.zl dan budaya yang dapat menjangkau sasaran yang lebih htas, menemb~ts sekat-sekat semacam partai politik. Generasi baru Islam tumbuh dengan relatif bebas dari konflik alh-an ini. Afereka menjadi generasiyang lebih kosmopo!it dan rasiunal, dan karma il1t pilihan-pilihan politik mereka juga lebih rasional. Prates kelompok y,mg menamakan dirinya FK GMNU atas keterlibat ..m kyai di PPP mencerminkan generasi itti, dan diperkirakan san gat luas dan akan terus meluas seirama dengan pembangunan. Generasi ini tid.-zk bisa lagi dimobilisasi oleh pemimpin pemimpin pulitik yang men?,andalkan hubungan emosional, seperti dicoba ditunjukkan oleb kyai kelompok Rembang. Massa kyai ,ztau 'ulama kini sedang bcrubah. Hubungan emvsional meJ"eka dengan kyai sudah mcnumn. Maka klaim kyai bahwtt mereka be1·basis ma.ssa tidak lagi menarik suprastrukUtr politik untuk menanggapinya. Kyai sebagai pemimpin politik -mampu memobilisasi massa untuk tujuan kekuasaan tertentu- sedang dalam krisis. Putenz·puteYi umat !slam sekarang sudah dapal masuk PPP, PDI ataupun Golkar tanpa merasa ada hambatan herarti secara kultural. 180 Current Issue (Politik Aliran) ~.loll ~~I J"~ PPP d~~~ ~ ;•;1) --:1~ .ill:ill _,o.:i~I4JO d_,&.i .:..;---- .U ll , ppp o~ )1 ~\ y _r o~ <..>.i.JI .)Jll e:fL:i Jy ~I_; \]I ...:_.. ;~S::; ~WI ..:_..t_,L,.:.,;:;')II ~ L..Lz. I_;J~ ..,__..t ._j.7"" ..__;~ y o'J ~~ J ,~l_r....-1 ~i , \ 0. O.A ~ ~ ~\ <..>_;~\ ~ GWI .......U,.\ o.i.o. ~ . \ 0. 0. V L ~~\.All y _,s::J.-1 ..:_..l1.LJ.j ~~ J-L!. l_p.; ..:..,...~>,; ._j_,..., ,~L:-JI ~1)1 .f. ...~.A; ~ -~...~_:,.. ~.J Jl JU...I ~_;~\ ~.J if 4.UI JLA::.il <\.;.A 'l5'_,All t.>_,:.-ll ~ y .)- -.:JL:.\1 .)Jll ~ ~U.I JWI ~ ~L:.l Jj\_,kjl if y;S' ~ ~I I.Ll.J uu..il:.ll ~ !lM oi ~ ')I ~~\.All 4.1.-..rlJ y .)-1 ._.\J _; J~ if y 4-.:.. ,WI .-.lw ~ a...,.4)1 ~ JLA::.il ~ Jr ~.L\J)I ~ Jl J_,_...,_,ll tPY. · ~\ ..:_..\!..ill if _r;S' ~? l.ili Y _;.-.J-1 u...:. o..G-)I ~~ Y r- ~ ~1)1 if pi ..;lki ·l5'_,All i ~~ 1.Lo. -.; 1_,..11 Aliran ~.ill ._.l:-JI if o_;y cf'J ,santri <..>_r.;L..JI y .)-1 <..>i l5'')L,~I WI y_r Jl,j <..>_r.;L..JI y_)-l)'} y')L,~\ ~l:-JI yl_r-'11 ~ts'J .J'J\ ~ C:- b~ . 4! ._j_?j ~I y')L, ~I ~~ 4J~~ ~ y')L.l ..:_..Is-\..<:- ~ 0~ )1 ..:_..u~ I ~ ..:_.,..J._j. I~ L.Jj , y _;.-;l I U.. J> J..;;.s ~ l5"' \...-. 'J I ~I _y. i ')L, ~I J i ~l5'')L,~\ ilk.:.]\~ J J~ ¥. l_r-)i ~~~'11 0::! ~\..U\ o~l .:..;---- ~.i.,. ~ y) .b-~ ._j_,..., Aliran y.ill ......