Pengelolaan Zakat Sebagai Bentuk Penegakan Ham Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
PENGELOLAAN ZAKAT SEBAGAI BENTUK PENEGAKAN HAM DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT Zaki ‘Ulya Fakultas Hukum, Universitas Samudra, NAD Jl. Meurandeh Langsa, 24416 E-mail: [email protected] Abstract: Management of Zakat as a Form Human Right Enforcement in Improving People’s Welfare. Poverty, income inequality, poor health and education services as well as high unemployment rate are some indicators showing that there are many violations of people’s rights. Implementation of zakat management set out in the legislation is one of the government’s efforts in tackling economic inequalities in society so that the basic rights of the people in economics can be fulfilled. Obstacles encountered in the management of zakat in general are in the mechanism of distribution of zakat since the charity is based on some legislation that put zakat as regional income resulting in a very bureaucratic withdrawal prcess of funds from the charity accountant area. As the result, it hampers the distribution of zakat hence economic rights of the people cannot be optimally fulfilled. Keywords: zakat, human rights, social welfare Abstrak: Pengelolaan Zakat Sebagai Bentuk Penegakan HAM dalam Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat. Fenomena kemiskinan, distribusi pendapatan nasional yang kurang merata, buruk nya layanan kesehatan dan pendidikan, serta masih tingginya angka pengangguran, dapatlah dipakai sebagai indikator masih banyaknya pelanggaran terhadap hak asasi rakyat. Pelaksanaan pengelolaan zakat yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan merupakan upaya pemerintah dalam menanggulangi kesenjangan ekonomi dalam masyarakat, sehingga hak dasar manusia di bidang ekonomi menjadi tercukupi. Kendala yang dihadapi dalam pengelolaan zakat pada umumnya ada pada mekanisme pendistribusian zakat. Di mana zakat berdasarkan beberapa peraturan perundangan menempatkan sebagai PAD sehingga dalam penarikan dana zakat dari akuntan daerah sangat birokratis. Akibatnya pendistribusian zakat pun menjadi terhambat, dan hak ekonomi rakyat belum dapat terpenuhi secara optimal. Kata Kunci: zakat, HAM, kesejahteraan rakyat Pendahuluan hal itu terjadi maka manusia kehilangan Hak asasi manusia dalam pengertian umum martabat yang sebenarnya menjadi inti nilai 1 adalah hak-hak dasar yang dimiliki setiap kemanusiaan. pribadi manusia sebagai anugerah tuhan yang Walau demikian, bukan berarti bahwa dibawa sejak lahir. Ini berarti bahwa sebagai perwujudan hak asasi manusia dapat di- anugerah dari tuhan kepada makhluknya, hak laksanakan secara mutlak karena dapat asasi tidak dapat dipisahkan dari eksistensi pribadi manusia itu sendiri. Hak asasi tidak dapat dicabut oleh suatu kekuasaan 1 Johanes Usfunan, Hak Asasi Manusia Bidang Ekonomi, Sosial dan Budaya, (Denpasar: Biro Hukum dan HAM Setda atau oleh sebab-sebab lainnya, karena jika Provinsi Bali, 2002), h. 2. 637 638| AL-‘ADALAH Vol. XII, No. 3, Juni 2015 melanggar hak asasi orang lain. Memper- HAM di bidang Ekososbud, umumnya pe- juangkan hak sendiri sampai-sampai meng- langgaran itu terjadi di daerah-daerah di abaikan hak orang lain, ini merupakan mana aktivitas pembangunan banyak di laku- tindakan yang tidak manusiawi. Hak asasi kan. Kurangnya perhatian ataupun ke mauan manusia adalah hak dasar yang dimiliki oleh untuk melaksanakan tugas peme rintahan setiap pribadi manusia secara kodrati sebagai yang memenuhi syarat-syarat tata kelola ke- anugerah dari tuhan, mencankup hak hidup, pemerintahan yang baik (good governance), yang hak kemerdekaan/kebebasan dan hak memiliki umumnya bersebab dari lebih di penting kannya sesuatu.2 keberhasilan pembangunan ekonomi yang Melanggar HAM seseorang bertentangan terkadang menampak jelas demi citra politis dengan hukum yang berlaku di Indonesia. daripada lebih diutamakannya penghormatan Hak asasi manusia memiliki wadah organisasi pada hak-hak rakyat yang lebih bermakna yang mengurus permasalahan seputar hak kemanusiaan, telah berakibat terjadinya banyak asasi manusia yaitu Komnas HAM. Kasus pelanggara hak, baik yang terjadi by commission pelanggaran HAM di Indonesia memang (dilakukan atas`perintah) maupun yang by masih banyak yang belum terselesaikan/ omission (sebagai akibat pembiaran).4 tuntas sehingga diharapkan perkembangan Fenomena kemiskinan, distribusi pen- dunia HAM di Indonesia dapat terwujud dapatan nasional yang kurang merata yang ke arah yang lebih baik. hanya menyebabkan kesenjangan-kesenjangan Adapun pengaturan HAM di Indonesia yang memprihatinkan, atau fakta masih diatur dalam UUD 1945, khususnya dalam buruknya layanan kesehatan dan pendidikan, Pasal 28 A sampai dengan Pasal 28 J UUD serta masih tingginya angka pengangguran, 1945, yang kemudian dilanjutkan dalam dapatlah dipakai sebagai indikator betapa peraturan perundang-undangan seperti UU masih banyaknya pelanggaran terhadap hak No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi asasi rakyat, khususnya yang terbilang ke Manusia dan UU No. 21 Tahun 2001 dalam kategori hak-hak ekososbud, kalaupun tentang Pengadilan HAM.3 tidak terjadi by commission tetaplah dapat disimak bahwa semua itu terjadi by omission. Dewasa ini, di banyak negeri yang sedang berkembang dan tengah melaksanakan Berdasarkan sudut tata kelola peme rintahan program-program pembangunan nasional telah yang mestinya bisa dilaksanakan dengan baik terjadi banyak pelanggaran terhadap hak-hak (good governance) dapatlah dikatakan bahwa asasi manusia warga Negara. Pelanggaran di sini tidak hanya telah terjadi tata kelola tidak hanya terjadi dalam persoalan hak-hak pemerintahan yang buruk, akan tetapi juga sipil dan politik (Hak Sipol) tetapi tidak telah terjadi pengingkaran hak warga untuk kurang-kurangnya juga dalam persoalan memperoleh layanan pemerintah yang baik, hak-hak ekonomi, sosial dan budaya (Hak yang apabila berterusan dalam suatu rentang Ekososbud). Pelanggaran bisa terjadi karena waktu yang panjang layanan masyarakat “memang diperintahkan” (by commission) dan yang terus menerus kurang bagus itu akan juga bisa terjadi karena “memang dibiarkan” segera saja terkualifikasi sebagai pembiaran (by omission) oleh para pejabat pemegang dan dengan demikian juga harus dilaporkan kekuasaan di pusat ataupun di daerah yang sebagai pelanggaran hak asasi manusia. bertanggungjawab. Sebagaimana disebutkan juga dalam Dalam persoalan pelanggaran terhadap alinia keempat pembukaan UUD 1945, yaitu “Kemudian daripada itu untuk mem- bentuk suatu pemerintah negara Indonesia 2 Johanes Usfunan, Hak Asasi Manusia Bidang Ekonomi, Sosial dan Budaya, h. 3. 3 Johanes Usfunan, Hak Asasi Manusia Bidang Ekonomi, 4 Yudana Sumanang, Hak-hak Asasi Manusia, (Jakarta: PT Sosial dan Budaya, h. 3. Gunung Agung, 1970), h. 12. Zaki ‘Ulya: Pengelolaan Zakat sebagai Bentuk Penegakan HAM |639 yang melindungi segenap bangsa Indonesia Pasal 1 Angka 1 dan 2 UU No. 38 dan seluruh tumpah darah Indonesia dan Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat “untuk memajukan kesejahteraan umum ...”, menyebutkan bahwa: serta didukung dengan bunyi sila kelima 1. Pengelolaan zakat adalah kegiatan pancasila yaitu keadilan sosial bagi seluruh perencanaan, pelaksanaan dan pe ng- rakyat Indonesia. Bermakna bahwa salah awasan terhadap pengumpulan dan pen- satu cita-cita negara Indonesia adalah upaya distribusian serta pendayagunaan zakat. mengentaskan kemiskinan dan menyelaraskan 2. Zakat adalah harta yang wajib disisihkan nilai keadilan sosial dari sudut pandang oleh seorang muslim atau badan yang ekonomi bagi rakyatnya. dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan Salah satu upaya negara, dalam hal ini ketentuan agama untuk diberikan kepada pemerintah, menyelenggarakan pemerataan yang berhak menerimanya. dalam bidang ekonomi rakyat adalah pe- Sebagai instrumen hukum pelaksana ke- ngelolaan zakat. Dasar alasan pemberlakuan tentuan pengelolaan zakat di Aceh, maka UU No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Pemerintah Aceh mengesahkan aturan hukum Zakat adalah negara menjamin kemerdekaan daerah yaitu Qanun Provinsi Nanggroe Aceh bagi seluruh warga negaranya untuk men- Darussalam No. 7 Tahun 2004 tentang jalankan agama sesuai dengan agama dan Pengelolaan Zakat.6 Qanun tersebut me- kepercayaan yang dianut. Karena zakat me- nyata kan bahwa Pengelolaan zakat adalah rupakan salah satu dari rukun Islam yang serangkaian kegiatan perencanaan, peng- wajib dijalankan oleh pemeluk Islam dan organisasian, pelaksanaan dan pengawasan dapat dijadikan sebagai lokomotif me- terhadap pengumpulan, pendistribusian dan ningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka pendayagunaan zakat oleh Badan Baitul pemerintah perlu memberikan pembinaan, 7 5 Mal. Adapun tujuan dari pengelolaan zakat pelayanan, dan perlindungan atasnya. yaitu: Dalam rangka melaksanakan pengelolaan 1. Mengangkat harkat dan martabat fakir zakat sesuai dengan amanat UU No. 38 miskin dan membantunya keluar dari Tahun 1999, pemerintah pada tahun 2001 kesulitan dan penderitaan. membentuk Badan Amil Zakat Nasional 2. Membantu pemecahan masalah yang (BAZNAS) dengan Keputusan Presiden dihadapi oleh para mustahik No.8 Tahun 2001 tentang Badan Amil Zakat Nasional. Di setiap daerah juga ditetapkan 3. Menjembatani antara yang kaya dan pembentukan Badan Amil Zakat Provinsi, yang miskin dalam suatu masyarakat. Badan Amil Zakat Kabupaten/Kota hingga 4. Meningkatkan syiar Islam Badan Amil Zakat Kecamatan. Pemerintah 5. Mengangkat harkat dan martabat bangsa juga mengukuhkan keberadaan Lembaga Amil dan negara. Zakat (LAZ) yang didirikan oleh masyarakat. 6. Mewujudkan kesejahteraan dan keadilan Dalam UU No. 38 Tahun 1999 dijelaskan sosial dalam masyarakat.8 prinsip pengelolaan zakat secara profesional dan bertanggung