Empat Pilar Mpr Ri: Politik Bahasa Dan Delegitimasi

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Empat Pilar Mpr Ri: Politik Bahasa Dan Delegitimasi Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VI, No 2, Juli 2017 EMPAT PILAR MPR RI: POLIT IK BAHASA DAN DELEGITIMASI MAKNA PANCASILA (Suatu Telaah Filsafat Bahasa) Hastangka Armaidy Armawi Kaelan [email protected]. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis terkait problem penggunaan istilah 4 Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara atau 4 Pilar MPR RI yang menimbulkan banyak kritik dan pertentangan di masyarakat. Istilah 4 Pilar yang mengkatgorikan Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai bagian dari pilar menjadi polemik sejak MPR RI menggunakan istilah tersebut sebagai program sosialisasinya. Studi ilmu politik dan sosial jarang meneliti dan menganalisis terkait implikasi dari politik bahasa dalam penggunaan istilah kenegaraan seperti Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Penelitian ini merupakan bagian dari disertasi yang menganalisis secara kritis tentang penggunaan istilah 4 Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara melalui kajian filsafati yang ditinjau dari perspektif Filsafat Bahasa. Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan filsafat analitika bahasa. Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui kajian pustaka, dan analisis teks wacana yang berkembang tentang polemik dan perdebatan 4 Pilar baik secara online maupun offline. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertama, penggunaan istilah 4 Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara dengan mengkategorikan Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai pilar tidak tepat. Kedua, penggunaan istilah 4 Pilar tidak dikenal dalam sejarah dan memori kolektif bangsa Indonesia untuk menyebut Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai bagian pilar. Ketiga, penggunaan istilah 4 Pilar oleh MPR RI merupakan kesalahan kategoris. Keempat, kegiatan sosialisasi 4 Pilar yang dilakukan justru mendelegitimasi makna Pancasila dan upaya pembodohan kepada masyarakat. Kata kunci: Empat Pilar, Filsafat, bahasa, Politik bahasa, deligitimasi, makna, Pancasila. A. Pendahuluan Studi ilmu politik dan sosial menimbulkan perdebatan dan jarang sekali meneliti dan menganalisis kontraversi baik dari aspek yuridis- implikasi dari politik bahasa dalam ketatanegaraan, pendidikan, filsafat, penggunaan istilah kenegaraan seperti sejarah, dan sosial. Sejak Pancasila, UUD 1945, NKRI, Bhinneka diperkenalkannya sosialisasi Empat Tunggal Ika, Proklamasi Kemerdekaan Pilar Kehidupan Berbangsa dan Indonesia, Sumpah Pemuda, dan jargon- Bernegara oleh Majelis jargon politik lainnya yang dibuat oleh Permusyawaratan Rakyat Republik para politisi atau pendiri bangsa. Indonesia (MPR RI) yaitu Pancasila, Misalnya, istilah 4 Pilar Kehidupan UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Berbangsa dan Bernegara yang muncul Indonesia (NKRI), dan Bhinneka sejak tahun 2009an yang terdiri atas Tunggal Ika, pada tahun 2009, Istilah Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Empat Pilar dianggap sebagai suatu Bhinneka Tunggal Ika telah peletak dasar kehidupan berbangsa dan Empat Pilar MPR RI: Politik Bahasa dan Deligitimasi Makna Pancasila (Suatu Telaah Filsafat Bahasa) 1 Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VI, No 2, Juli 2017 bernegara. Konsep sosialisasi empat Argumen yang ditunjukkan oleh pilar kehidupan berbangsa dan Kaelan: pertama, frasa empat pilar bernegara yang dilakukan oleh MPR RI kehidupan berbangsa dan bernegara pada awal diperkenalkan di era tidak memenuhi kaidah gramatikal atau kepemimpinan Taufiq Kiemas sebagai tidak lazim. Kedua, menyamakan ketua MPR RI (2009-2014). kedudukan dan fungsi Pancasila, Istilah tersebut telah menuai Undang-Undang Dasar 1945, Bhinneka kritik dan perdebatan di kalangan Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan masyarakat, akademisi dan para Republik Indonesia menjadi suatu pendidik. Secara khusus penggunaan varian yang sama. Artinya baik istilah Empat Pilar Kehidupan Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Berbangsa dan Bernegara menjadi pro Tunggal Ika, dan NKRI merupakan dan kontra dalam konteks politik, unsur kategori yang sama. Ketiga, ideologi, yuridis, dan kefilsafatan. kekeliruan dalam memahami Ironisnya, tidak banyak ahli politik pengetahuan tentang Pancasila, UUD Indonesia dan ahli hukum tata negara 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI memberikan penjelasan dan catatan dengan mencampuradukkan antara nilai, kritis tentang penggunaan istilah 4 Pilar norma, dan kehidupan praksis terhadap Kehidupan Berbangsa dan Bernegara keempat hal tersebut dalam kehidupan yang terdiri atas Pancasila, UUD 1945, masyarakat telah menimbulkan NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. pertanyaan dan memperlemah rasa Berbagai literatur dan kajian ilmiah persatuan dan kesatuan bangsa jarang atau hampir tidak ada untuk Indonesia. Kemudian, terdapat sebuah melakukan tinjauan tentang problem artikel yang ditulis oleh Sidik, Sidik epistemologis, ontologis, dan aksiologis dalam artikelnya berjudul Menggugat terkait istilah 4 Pilar Kehidupan empat Pilar Kebangsaan, pada media Berbangsa dan Bernegara. Pada tahun, online kompasiana.com juga 2012, salah satu buku yang ditulis oleh menjelaskan bahwa sosialisasi empat Prof. Dr. Kaelan berjudul Problem pilar kebangsaan hanya berhenti sampai Epistemologis Empat Pilar Berbangsa ranah kognitif (pengetahuan) saja, dan Bernegara yang memberikan kritik belum mampu sampai pada ranah dan tinjauannya dalam perspektif afektif (sikap) dan psikomotorik epistemologis dan filsafat bahasa (perilaku) secara menyeluruh. Hal terhadap problem 4 pilar kehidupan tersebut terbukti dari konflik berbau berbangsa dan bernegara (Kaelan, SARA masih terjadi, perlindungan 2012). terhadap warga negara belum Kaelan (2012:16-17) mengawali sepenuhnya berlaku asas equality before kritiknya atas empat pilar kehidupan the law (persamaan di depan hukum). berbangsa dan bernegara dengan Selain itu, pengistilahan empat pilar menunjukkan bahwa istilah empat pilar menimbulkan keambiguan. Beberapa mengalami problem fundamental kelompok masyarakat, akademisi, dan menyangkut sistem epistemologisnya. aktivis memberikan catatan kritis Empat Pilar MPR RI: Politik Bahasa dan Deligitimasi Makna Pancasila (Suatu Telaah Filsafat Bahasa) 2 Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VI, No 2, Juli 2017 terhadap keberadaan Empat Pilar yang melaksanakan program sosialisasi meresahkan dan tidak tepat digunakan empat pilar kehidupan berbangsa dan untuk sosialisasi tentang kebangsaan bernegara, tanpa ada upaya kajian dan yang dilakukan oleh MPR RI. koreksi terhadap penggunaan istilah empat pilar kehidupan berbangsa dan Pada tanggal 3 Oktober 2013, bernegara dalam program Delegasi Gerakan Pemantapan sosialisasinya. Begitu juga, Rachmawati Pancasila (GPP) melakukan kunjungan Soekarnoputri dalam siaran pers ke MPR RI untuk menyampaikan tertanggal 15 April 2013 juga pernah aspirasinya terkait persoalan sosialisasi melakukan somasi terhadap Ketua MPR empat pilar kehidupan berbangsa dan RI Taufiq Kiemas perihal kosa kata bernegara yang telah menimbulkan pro- empat pilar, Rachmawati mengatakan kontra di masyarakat. Ketua delegasi bahwa “penggunaan kosakata empat GPP, Saiful Sulun (2015) mengatakan pilar telah menyesatkan dan bahwa: mengaburkan makna dan pengertian “Mengenai Empat Pilar yang Pancasila, UUD 1945, Bhinneka kontroversial, istilah “Empat Tunggal Ika, dan NKRI”(2013). Boni Pilar” seyogyanya menggunakan Hargens, pengamat politik dari istilah yang baku supaya tidak Universitas Indonesia juga menyatakan menimbulkan pro dan kontra karena mensejajarkan Pancasila tidak sependapat terhadap konsep empat dengan pilar lainnya tidak bisa pilar. Boni berpandangan bahwa konsep diteruskan. Padahal Pancasila empat pilar sangat tidak tepat dan fatal adalah dasar negara. Ibarat karena merendahkan nilai Pancasila. sebuah rumah kebangsaan, Pancasila merupakan dasar negara tidak Pancasila adalah pondasi rumah, setara dengan Kebhinnekaan atau UUD tiang-tiang rumah sebagai UUD, 1945, dan bahkan NKRI bangunan rumah sebagai NKRI, dan penghuni rumah adalah Silalahi, Harry Tjan dalam rakyat Indonesia yang bhinneka artikelnya di Kompas (12/3/2013) tunggal ika. “Istilah Empat Pilar berjudul Sesat Pikir, samakan cukup mengganggu” Pancasila sebagai pilar menjelaskan bahwa penyebaran luasan konsep empat Aspirasi dari kelompok pilar kehidupan berbangsa dan masyarakat yang menyebut sebagai bernegara dapat diapresiasi dengan baik GPP tersebut mendapatkan tanggapan tetapi ketika menyamakan Pancasila dari Ketua MPR RI, Sidarto hanya menjadi salah satu pilar Danusubroto bahwa MPR hanya bisa merupakan pola pikir yang salah dan mengakomodasi aspirasi rakyat dan harus dibuang jauh. Pola pikir yang mendengarkan dan menangkap spirit keliru akan menghasilkan tindakan dan keprihatinan dari masyarakat. Namun, praksis hidup yang keliru pula. Silalahi kenyataannya MPR RI, tidak dapat menegaskan bahwa Pancasila adalah menghentikan atau menghapus dasar dalam kehidupan berbangsa dan istilah “empat pilar” dan tetap bernegara. Darmanto dalam tulisan Empat Pilar MPR RI: Politik Bahasa dan Deligitimasi Makna Pancasila (Suatu Telaah Filsafat Bahasa) 3 Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VI, No 2, Juli 2017 artikelnya pada harian Kedaulatan yang menempatkan Pancasila sebagai Rakyat (19 Juni 2013:12) berjudul salah satu pilar dari empat pilar sama Media dan Empat Pilar Kehidupan saja dengan menyejajarkan Pancasila Berbangsa menjelaskan seandainya dengan tiga pilar lainnya (UUD 1945, secara kebahasaan memang benar Bhinneka Tunggal Ika, dan Negara bahwa pilar dapat berarti “dasar”, tetapi Kesatuan Republik Indonesia,), cara menyejajarkan Pancasila dengan UUD pandang ini jelas mendegradasi 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI Pancasila sebagai dasar Negara atau jelas
Recommended publications
  • Sudargo Gautama and the Development of Indonesian Public Order: a Study on the Application of Public Order Doctrine in a Pluralistic Legal System
    Sudargo Gautama and the Development of Indonesian Public Order: A Study on the Application of Public Order Doctrine in a Pluralistic Legal System Yu Un Oppusunggu A dissertation submitted in partial fulfillment of the requirements for the degree of Doctor of Philosophy University of Washington 2015 Reading Committee: John O. Haley, Chair Michael E. Townsend Beth E. Rivin Program Authorized to Offer Degree School of Law © Copyright 2015 Yu Un Oppusunggu ii University of Washington Abstract Sudargo Gautama and the Development of Indonesian Public Order: A Study on the Application of Public Order Doctrine in a Pluralistic Legal System Yu Un Oppusunggu Chair of the Supervisory Committee: Professor John O. Haley School of Law A sweeping proviso that protects basic or fundamental interests of a legal system is known in various names – ordre public, public policy, public order, government’s interest or Vorbehaltklausel. This study focuses on the concept of Indonesian public order in private international law. It argues that Indonesia has extraordinary layers of pluralism with respect to its people, statehood and law. Indonesian history is filled with the pursuit of nationhood while protecting diversity. The legal system has been the unifying instrument for the nation. However the selected cases on public order show that the legal system still lacks in coherence. Indonesian courts have treated public order argument inconsistently. A prima facie observation may find Indonesian public order unintelligible, and the courts have gained notoriety for it. This study proposes a different perspective. It sees public order in light of Indonesia’s legal pluralism and the stages of legal development.
    [Show full text]
  • 1146/III/IV/2021 Ÿ April 2021
    Buletin Nomor 1146/III/IV/2021 April 2021 Pembangunan Infrastruktur Surakarta Harus Mampu Pulihkan Ekonomi 3 Bandara Taufiq Kiemas 4 Azis Syamsuddin Diharapkan Tingkatkan Dukung Kesejahteraan Pembentukan BULETIN Masyarakat Satgas BLBI BULETIN Parlementaria Pembangunan Infrastruktur Surakarta Harus Mampu Pulihkan Ekonomi DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA im Kunjungan Kerja Reses Komisi V DPR RI menekankan bahwa sejumlah infrastruktur yang Tdibangun di Kota Surakarta, Provinsi Jawa Tengah harus mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja lokal di seluruh daerah. Wakil Ketua Komisi V DPR RI Arwani Thomafi mengatakan, kondisi ekonomi nasional saat ini sangat terdampak akibat pandemi Covid-19, sehingga harus dilakukan refocusing atau penghematan dalam tahun anggaran 2021, serta rincian program kerja setelah penghematan tersebut. “Kita telah meninjau ke sejumlah titik rencana pembangunan yang Tim Kunker Komisi V DPR RI meninjau pembangunan infrastruktur di Kota Surakarta, Jawa Tengah. Foto: Jaka/Nvl akan dibiayai APBN di antaranya jembatan layang (flyover) Purwosari, pengembangan Plaza sangat penting untuk melestarikan dalam kerja dengan para menteri untuk Ngarsopuro, revitalisasi Taman budaya, pengembangan pariwisata dan usulan dari Kota Surakarta. Mudah- Budaya Balekambang sebagai pusat juga sebagai tempat bermain untuk mudahan pemerintah pusat dan daerah kebudayaan Kota Surakarta, rehabilitasi masyarakat. “Untuk rehabilitasi Kawasan ini melaksanakan programnya dengan Kawasan Bendung Tirtonadi dan Bendung Tirtonadi, kita harapkan selain baik,” harap legislator dapil Jateng III ini. bantuan perumahan di Kelurahan sebagai fungsi untuk air baku dan Dalam kesempatan yang sama, Wali Semanggi. Saya kira dari masterplan pengendalian banjir, tapi kita harapkan Kota Solo Gibran Rakabuming Raka dan kesiapan lainnya sudah cukup, juga dipercantik sebagai fungsi wisata. mengatakan, pihaknya ingin secepatnya hanya perlu pengawasan dari seluruh Kemudian juga untuk penataan Kawasan mengakselerasi pemulihan ekonomi di pihak agar berjalan dengan baik.
    [Show full text]
  • Joint Communique
    ASEAN Inter-Parliamentary Organization JOINT COMMUNIQUE 24TinH GENERAL ASSEMBLY 7-12 SEPTEMBER 2003 JAKARTA, INDONESIA ASEAN Inter-Parliamentary Organization 24th General Assembly 7-12 September 2003, Jakarta, Indonesia 24GA/2003/JC JOINT COMMUNIQUE INTRODUCTION 1. Pursuant to the decision of the 23rd General Assembly of the ASEAN Inter-Parliamentary Organization (AIPO) held on 8-13 September 2002, in Hanoi, and in accordance with the Statutes of AIPO, the 24th General Assembly was held on 7 - 12 September 2003, in Jakarta wit participatioe hth eighf no t member countries: Cambodia, Indonesia PDRo La , , Malaysia e PhilippinesTh , , Singapore, Thailand d Vietnaman , o speciatw ; l observer countries: Brunei Darussalam, and Myanmar; and seven observer countries: Canada, People's Republic of China, Japan, Republic of Korea, New Zealand, Russian Federation, anEuropeae dth n Parliament. 2. The Women Parliamentarians of AIPO (WAIPO) met on 7 September 2003 prior to the opening ceremony of the 24th General Assembly. 3. H.E. Akbar Tandjung, Speake e Housth f f Representativeo o er e Republith f o s f o c Indonesia in his capacity as President of AIPO, presided over the 24th AIPO General Assembly. 4. The Leaders of AIPO Member Delegations, Special Observers, Observers and the Secretary Genera ASEAf o l Guess Na Honof to r pai dcourtesa Presidene y th cal n o l f o t AIPO. 5. All participants to the 24th AIPO General Assembly were cordially invited to a dinner hosted by H.E. Megawati Soekamoputri, President of the Republic of Indonesia and Hon. Taufiq Kiemas. 6 AIPO delegate d theian s r spouses also attended dinner receptions hoste y Honb d .
    [Show full text]
  • Sosok Megawati Sebagai Kandidat Presiden 2009 Dalam Bingkai Harian Koran Tempo Dan Rakyat Merdeka
    SOSOK MEGAWATI SEBAGAI KANDIDAT PRESIDEN 2009 DALAM BINGKAI HARIAN KORAN TEMPO DAN RAKYAT MERDEKA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) Oleh : M. Yowan Zulfikar NIM : 104051101945 KONSENTRASI JURNALISTIK PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAN DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1432 H/2011 M 1 2 3 4 KATA PENGANTAR ﺑِِِِﺴْﻢِ اﷲِ اﻟﱠﺮ ﺣْﻤَﻦِ اﻟﱠﺮ ﺣِﯿْﻢِ Puji syukur senantiasa dipersembahkan ke hadirat Allah SWT. Hanya berkat rahmat, anugerah dan kasih sayang-Nya, penulis mendapat kekuatan sehingga bisa menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beriring salam semoga tetap tercurah kepada insan pilihan yang pernah ada di muka bumi ini, yakni Muhammad SAW., keluarganya, sahabatnya, pengikutnya dan para penggemarnya yang setia hingga hari pembalasan. Dalam penulisan skripsi ini tidak sedikit kesulitan dan kendala yang dihadapi penulis, baik yang menyangkut pengumpulan bahan maupun pembiayaan, dan sebagainya. Namun, berkat kemauan keras dan kesungguhan hati, disertai dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, maka segala kesulitan dan kendala dapat diatasi dengan baik. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah terlibat dan membantu dalam penyelesaian skripsi ini, terutama sosok Ibunda tersayang Mu’awanah M.Pd dan Ayah tercinta Mulyono yang (subhana allah) dengan segala keikhlasan, kesabaran dan doa tulusnya menunggu penulis dalam menyelesaikan kuliah. Kemudian dosen pembimbing skripsi, Tantan Hermansyah, M.Si yang telah membimbing penulis dalam menyusun skripsi ini. Selanjutnya penulis sampaikan rasa terima kasih kepada: 1. Dr. Arief Subhan, M.Ag Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu komunikasi.
    [Show full text]
  • 09/07/2005, 23:19 WIB - KOMPAS Cyber Media - Hiburan
    Presiden Bangga Jadi Mertua Annisa - 09/07/2005, 23:19 WIB - KOMPAS Cyber Media - Hiburan Free E-Mail | Chat | Ad Info | About Us | Contact Us Hiburan Updated: Sabtu, 09 Juli 2005, 23:19 WIB HIBURAN Rubrik Komunitas Kolom Presiden Bangga Jadi Mertua Annisa Surat Kabar Majalah Jakarta, Sabtu CARI Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Kirim Teman | Print Artikel Sabtu petang terlihat ’sumringah’ saat melaksanakan perhelatan putera pertamanya, Lettu Infantri Agus Harimurti Yudhoyono yang pada Jumat (8/7) resmi menikahi bintang iklan dan presenter televisi, Annisa Larasati Pohan. Ketika memberikan sambutan singkat sebelum resepsi pernikahan yang bertempat di halaman Istana Kepresidenan Bogor itu dimulai, Yudhoyono mengatakan dirinya bangga atas perkawinan yang terjadi antara puteranya dengan Annisa Pohan. "I’m just the proud father of Agus and father-in-law of Annisa," kata Yudhoyono yang menyampaikan sambutan selamat datang dalam dua bahasa, Indonesia dan Inggris. Resepsi pernikahan itu, selain oleh kerabat dan tokoh dalam negeri, juga dihadiri oleh sejumlah tamu asing, termasuk Menteri Luar Negeri Timor Timur, Jose Ramos Horta. Dengan mengenakan beskap hijau tua dan kain warna coklat dan ’blangkon’ warna senada, Yudhoyono selain meminta doa restu dari hadirin bagi Agus dan Annisa, juga meminta maaf kepada para tokoh dan masyarakat karena mau tidak mau harus membatasi jumlah undangan dengan alasan keterbatasan tempat. Sementara itu, sebelumnya dalam jumpa pers menjelang resepsi, Yudhoyono saat menjawab pertanyaan wartawan mengatakan dirinya yakin Annisa mampu menjalani kehidupan sebagai isteri Agus Harimurti, yang memiliki kehidupan keprajuritan yang disebutnya khas. "Annisa adalah pilihan yang tepat dari anak saya, bisa menyesuaikan diri dengan kehidupan keprajuritan yang memerlukan banyak pengorbanan karena sering ditinggal bertugas atau latihan," kata Yudhoyono.
    [Show full text]
  • Indonesia Backgrounder: a Guide to the 2004 Elections
    INDONESIA BACKGROUNDER: A GUIDE TO THE 2004 ELECTIONS 18 December 2003 Asia Report N°71 Jakarta/Brussels TABLE OF CONTENTS EXECUTIVE SUMMARY AND RECOMMENDATIONS................................................. i I. INTRODUCTION .......................................................................................................... 1 II. ELECTORAL REFORM .............................................................................................. 2 A. THE OLD SYSTEM .................................................................................................................2 B. DIRECT ELECTION OF THE PRESIDENT ...................................................................................2 C. ELECTION OF LEGISLATURES ................................................................................................4 D. MORE OF THE SAME?............................................................................................................5 III. PARTIES .........................................................................................................................6 A. PDI-P ...................................................................................................................................6 B. GOLKAR................................................................................................................................7 C. PKB .....................................................................................................................................9 D. PPP.......................................................................................................................................9
    [Show full text]
  • Indonesia: a Guide to the 2004 Elections (2003)
    INDONESIA BACKGROUNDER: A GUIDE TO THE 2004 ELECTIONS 18 December 2003 Asia Report N°71 Jakarta/Brussels TABLE OF CONTENTS EXECUTIVE SUMMARY AND RECOMMENDATIONS................................................. i I. INTRODUCTION .......................................................................................................... 1 II. ELECTORAL REFORM .............................................................................................. 2 A. THE OLD SYSTEM .................................................................................................................2 B. DIRECT ELECTION OF THE PRESIDENT ...................................................................................2 C. ELECTION OF LEGISLATURES ................................................................................................4 D. MORE OF THE SAME?............................................................................................................5 III. PARTIES ......................................................................................................................... 6 A. PDI-P ...................................................................................................................................6 B. GOLKAR................................................................................................................................7 C. PKB .....................................................................................................................................9 D. PPP.......................................................................................................................................9
    [Show full text]
  • Lamenting the Fate of Indonesian Migrant Workers Overseas
    Volume V, No. 8 - Desember 2010 ISSN 1979-1976 Monthly Review on Economic, Legal, Security, Political, and Social Affairs Main Report: Lamenting the Fate of Indonesian Migrant Workers Overseas The Economics Currency War and Rupiah . The Benefits and Costs of “Hot Money” . Politics BUMN: Between Economic and Politic Entities . Official Overseas Visits of Parliament Members: Costs vs Benefits . Re-arranging Coalition: Golkar Exits, PDI-P Enters, Is it possible? . Social Issues Disaster Management . ISSN 1979-1976 CONTENTS Foreword ................................................................ 1 MAIN Report Lamenting the Fate of Indonesian Migrant Workers Overseas ............................... 2 THE ECONOMICS Currency War and Rupiah ................................................ 6 The Benefits and Costs of “Hot Money” ............................ 8 POLITICS BUMN: Between Economic and Politic Entities .................. 10 Official Overseas Visits of Parliament Members: Costs vs Benefits ............................................................. 13 Re-arranging Coalition: Golkar Exits, PDI-P Enters, Is it possible?............................ 16 SOCIAL ISSUES Disaster Management ...................................................... 19 CompanY PROFILE ..................................................... 22 RESEARCH AND TRAINING PROGRAMS .................... 23 Advertorial INDONESIA 2009 ................................. 25 Contributors : Anies Baswedan (Executive & Research Director), Endang Srihadi (Coordinator), Aly Yusuf, Antonius
    [Show full text]
  • Election Update Issue 2, Oct/Nov 2008
    Election Update Issue 2, Oct/Nov 2008 The Multi-Choice Elections 2009 will be an important year for reformasi in Indonesia, which began in 1998 after the downfall of the dictatorial Suharto regime. On 9 April 2009, elections will be held for the Indonesian Parliament, the DPR (Dewan Perwakilan Rakyat, People’s Representative Assembly), the DPD (Dewan Perwakilan Daerah, Regional Representatives Council) and provincial assemblies. Three months later, the first round of direct elections will be held for the President and Vice-President. No fewer than 38 political parties will participate in the legislative elections. Just ten years ago, Indonesia emerged from what was in effect a one-party system. The bicameral system of Indonesian Parliament became increasingly powerless. governance is only five years old, following the creation of the DPD, first elected in 2004. The MPs were only allowed to rubber-stamp new DPD is composed of four representatives from laws. Serious discussions were seen as a each province, all non-party independents. It hindrance to authoritarian rule. has the right to make proposals and submit opinions on legislative matters and monitor the As is the case under the US presidential implementation of laws, but it does not yet system, members of the government are have the revising function of second chambers appointees of the President. In Indonesia, they in other countries such as the (unelected) are not directly answerable to parliament House of Lords in the UK or the US Senate. though they can be, and frequently are, There is growing unease about what some summoned to give an account of their policies lawyers and politicians regard as the and actions to parliamentary committees.
    [Show full text]
  • Cambridge University Press 978-1-107-12303-8 — the Unforgettable Queens of Islam Shahla Haeri Index More Information
    Cambridge University Press 978-1-107-12303-8 — The Unforgettable Queens of Islam Shahla Haeri Index More Information Index abangan, 187 succession and, 23, 50, 51–52, Abbasi, Safdar, 168 54–57 Abbasid caliphate, 14 ʿUthman and, 58–59, 60–62, 71–72 Abbott, Nabia, 14, 56, 59, 63, 65, as wife and daughter, 57–60 73–74 Aitegin, Malik Ikhtiyar al-Din, 117, Abish Khatun, 7–8 122–123 Abu Ali Hasan ibn Ali Tusi. See Nizam ʿAli (caliph), 54–55, 62, 70 al-Mulk ʿAʾisha opposing, 2, 51, 55, 58, 60, 61–68 Abu Bakr (caliph), 57, 59 in Shiʿism, 54, 169 Abu Bakra, 51, 73–75 Ali, Jam Sadiq, 163–164 Aceh, Sultanate of, 6–7 ʿAli b. Muhammad al-Sulayhi, 82–84, Adam and Eve, Quranic story of, 75 101–102 Adopt a Queen class project, xiv Allen, Brooke, 165, 174, 176, 179 al-Afdal b. Badr al-Jamali, 97, 98–99 Altunia, Ikhtiyar al-Din Afghanistan, 161–162 Razia and, 106–107, 117–118, 121–124, for girls, education struggle in, 5 125, 130, 133–134 Pakistan and, 156–157, 161 Yaqut and, 117–118, 121–124, 133–134 US in, 170 Al-Zulfikar Organization (Pakistan) (AZO), Afsaruddin, Asma, x–xi, 6 160, 161–163 Ahmed, Durre, 151, 175 Amir b. Sulayman al-Zawahi, 92 Ahsan, Aitzaz, 155–159, 160, 168 al-Amir bi-Ahkam Allah, 79–80, 98–101, ʿAʾisha, 58, 60, 63, 67 102, 103 Caliph ʿAli opposed by, 2, 51, 55, 58, 60, Anderson, Benedict, 199 61–68 Anwar, Raja, 160, 161, 167 in Battle of the Camel, 1–2, 19, 23, 50, ʿaql (wisdom), 47 51, 54–57, 58–67, 68, 69–70, 184 Arab military leaders, female, 65 defeat of, 19, 67–68, 71 Arab Spring, ix female political authority and, 51, 54–57, Arwa
    [Show full text]
  • Mereka Bicara Pancasila... (Alm) TAUFIQ KIEMAS
    1 2 | TATAP REDAKSI PANCASILA TIDAK RUMIT alahkah Obama menafsirkan Pancasila dengan cara memaksakan kehendaknya ke Sukarno. Spandang liberalisme kentalnya? Sukarno hanya bersyukur, bahwa Pancasila menurut Salahkah kalau Putin juga berusaha menafsirkan kehendak seluruh anggota Panitia Sembilan itulah Pancasila dengan realitas yang terjadi di negaranya? Atau, yang harus diterima sebagai kehendak bersama untuk salahkah juga kalau SBY menafsirkan Pancasila dengan memutuskan sebuah dasar negara. caranya sendiri? Kalau kemudian dia memimpin negara dengan dasar Atau salahkah Sukarno ketika di sidang Badan Pancasila maka dia akan konsekuen melaksanakan Pancasila Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan sesuai dengan cara pandangnya sendiri, Gotong Royong. Indonesia (BPUPKI) mengatakan Pancasila itu bila Kalau kemudian Soeharto memimpin negara dengan diperas akan menjadi Trisila. Dan Trisila kalau dasar Pancasila maka dia akan menggunakan diperas lagi akan menjadi Ekasila atau Gotong Pancasila sesuai dengan pemahamannya. Royong? Kalau kemudian Abdoel Kahar Moezakkir Sukarno ternyata tidak marah ketika idenya ternyata memimpin negara ini, maka dia diubah dan dirombak oleh Panitia Sembilan. akan menggunakan Pancasila sesuai dengan Sukarno ternyata tidak marah, dia justru penafsirannya sendiri. bernapas lega. Karena perbedaan cara pandang, Jadi jangan pernah marah kalau Pancasila cara pikir, cara bersikap dan cara berbudaya ditafsir berbeda oleh setiap penduduk yang tinggal setiap manusia yang ada di Panitia Sembilan itu di negeri ini. Karena Pancasila bukan pernyataan ternyata bisa terakomodasi dengan tawarannya: tentang realitas. Tapi tempatkan Pancasila sebagai sebuah draf dasar negara, Pancasila, Trisila atau dasar menuju realitas. Itulah yang terpenting. Ekasila (Gotong Royong). Pancasila tidak rumit. Dasar negara ini tidak rumit. Sukarno ternyata juga tidak marah meski ide aslinya Pedoman negara ini tidak rumit.
    [Show full text]
  • Shall We Dance? Defining Sexuality and Controlling the Body in Contemporary Indonesia
    religions Article Shall We Dance? Defining Sexuality and Controlling the Body in Contemporary Indonesia Okky Madasari Department of Malay Studies, National University of Singapore, Singapore 119077, Singapore; [email protected] Abstract: This article examines how Indonesia, the world’s third-largest democracy, came to define sexuality for its general population once intimacy was brought into the public sphere. However, its Islamic version had predominantly been based on interpretations pushed by politically hardline Islamist groups. The influence of this lobby (to be referred to as belonging to the stream of ‘con- servative Islam’) grew steadily after the downfall of the Suharto regime in 1998 and culminated in the passage of an antipornography law ten years later. Focusing on the definitions of sexuality and pornography forwarded by these groups, this article analyses their limitations as well as the power contestations behind the passage of the antipornography legislation. It argues that such narrow interpretations of sexuality have had a marked impact on the nation, in particular the curtailment of Citation: Madasari, Okky. 2021. its popular culture and creative industry. This has resulted in the arbitrary persecution and banning Shall We Dance? Defining Sexuality of cultural products considered to violate Islamic morality and propriety. The condemnation of and Controlling the Body in Contemporary Indonesia. Religions dangdut singer Inul Daratista, and her ‘drill dance’, is one of many examples of such suppression. 12: 264. https://doi.org/10.3390/ rel12040264 Keywords: pornography law; intimacy; sexuality; Islam; popular culture Academic Editors: Maznah Mohamad and Terry Lovat 1. Introduction Received: 8 March 2021 Homosexuality is not illegal in Indonesia, except in Aceh, which has applied strict Accepted: 7 April 2021 sharia laws since 2001.
    [Show full text]