SOSOK MEGAWATI SEBAGAI KANDIDAT PRESIDEN 2009 DALAM BINGKAI HARIAN KORAN TEMPO DAN RAKYAT MERDEKA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh :

M. Yowan Zulfikar

NIM : 104051101945

KONSENTRASI JURNALISTIK PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAN DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1432 H/2011 M

1

2

3

4

KATA PENGANTAR

ﺑِِِِﺴْﻢِ اﷲِ اﻟﱠﺮ ﺣْﻤَﻦِ اﻟﱠﺮ ﺣِﯿْﻢِ

Puji syukur senantiasa dipersembahkan ke hadirat Allah SWT. Hanya berkat rahmat, anugerah dan kasih sayang-Nya, penulis mendapat kekuatan sehingga bisa menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beriring salam semoga tetap tercurah kepada insan pilihan yang pernah ada di muka bumi ini, yakni Muhammad SAW., keluarganya, sahabatnya, pengikutnya dan para penggemarnya yang setia hingga hari pembalasan.

Dalam penulisan skripsi ini tidak sedikit kesulitan dan kendala yang dihadapi penulis, baik yang menyangkut pengumpulan bahan maupun pembiayaan, dan sebagainya. Namun, berkat kemauan keras dan kesungguhan hati, disertai dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, maka segala kesulitan dan kendala dapat diatasi dengan baik. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah terlibat dan membantu dalam penyelesaian skripsi ini, terutama sosok Ibunda tersayang Mu’awanah

M.Pd dan Ayah tercinta Mulyono yang (subhana allah) dengan segala keikhlasan, kesabaran dan doa tulusnya menunggu penulis dalam menyelesaikan kuliah. Kemudian dosen pembimbing skripsi, Tantan Hermansyah, M.Si yang telah membimbing penulis dalam menyusun skripsi ini. Selanjutnya penulis sampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Dr. Arief Subhan, M.Ag Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu komunikasi.

2. Drs. Wahidin Saputra, M.Ag Pembantu Dekan Bidang Akademik Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu komunikasi.

3. Drs. H. Mahmud Jalal, MA. Pembantu Dekan Bidang Admimistrasi Umum Fakultas

Ilmu Dakwah dan Ilmu komunikasi.

i

4. Drs. Study Rizal, LK, MA, pembantu dekan bidang kemahasiswaan Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu komunikasi

5. Dra. Rubiyanah, MA Ketua Jurusan Konsentrasi Jurnalistik

6. Ade Rina Farida, M.Si,.Sekretaris Jurusan Konsentrasi Jurnalistik.

7. Redaktur Senior Rakyat Merdeka Bang Supratman dan Redaksi Koran Tempo Bang

Tomi Arianto. Terimakasih atas data dan wawancaranya.

8. Para dosen FIDKOM,

9. Keluarga penulis, adik Khusni dan Lala.

10. Teman seperjuangan angkatan 2004 yang setia bersama, Zulham, Dera, Ade Rahmat,

Wahab.

11. Terakhir khusus untuk yang setia mendampingi dan menentramkan hati penulis

hingga saat ini Amanda. Semoga Allah meridhoi niat baik kita

Penulis yakin, mudah-mudahan amal dan jasa baik mereka tidak hanya akan menjadi manifestasi ukhrawi saja, lebih dari itu juga akan mendapatkan balasannya di dunia. Amin.

ii

Selanjutnya, penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan baik dari segi isi, metodologi, maupun analisanya.

Oleh karena itu, saran dan kritik dari pembaca akan disambut dengan segala kelapangan.

Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini dapat sedikit memberikan manfaat dan menjadi cermin bagi dunia pendidikan Islam khususnya di .

Jakarta, 21 Mei 2011

Penulis

iii

Abstrak

SOSOK MEGAWATI SEBAGAI KANDIDAT PRESIDEN 2009 DALAM BINGKAI HARIAN KORAN TEMPO DAN RAKYAT MERDEKA)

Peristiwa politik selalu menarik perhatian bagi media massa sebagai bahan liputan. Hal ini terjadi karena dua faktor yang saling berkaitan. Pertama dewasa ini politik berada di era mediasi (politics in the age of mediation), yakni media massa, sehingga hampir mustahil kehidupan politik dipisahkan dari media massa. Bahkan aktor politik senantiasa berusaha menarik perhatian wartawan agar aktifitas politiknya memperoleh liputan dari media. Pemilihan presiden 2009 merupakan berita yang menarik bagi media massa. Di satu sisi media membutuhkan suatu berita yang memiliki news value. Di sisi yang lain, tokoh yang akan maju sebagai capres 2009 membutuhkan media untuk semakin dikenal masyarakat. Untuk itu dalam penelitian ini ingin dilihat bagaimanakah media massa, khususnya surat kabar membingkai Megawati, terkait dengan pencalonannya sebagai capres 2009.

Dari pernyataan di atas, maka muncul pertanyaan bagaimana konstruksi Suratkabar Koran Tempo dan Suratkabar Rakyat Merdeka dalam pemberitaan Megawati yang berpartisipasi dalam pemilihan presiden 2009? Apa yang menjadi pertimbangan redaksional Suratkabar Koran Tempo dan Rakyat Merdeka dalam menyampaikan pemberitaan yang berhubungan dengan berita Megawati yang berpartisipasi dalam pemilihan Presiden 2009?

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kecenderungan pemberitaan Koran Tempo dan Rakyat Merdeka dalam mengemas tokoh Megawati terkait dengan pemilihan presiden 2009. Sedangkan untuk batasan waktu penelitian, peneliti menganbil sample pada edisi maret 2009.

Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis framing yang dikembangkan oleh Wiliamson dan Modigliani Unit analisisnya adalah item berita tentang tokoh Megawati yang berupa straight news (ataupun depth reporting) pada harian Koran Tempo dan Rakyat Merdeka. Kemudian data dianalisis dengan menggunakan urutan data dan mengorganisasikannya sesuai dengan model framing yang dikembangkan oleh Wiliamson. Melalui penelitian ini, peneliti memandang perlu untuk mengkaji lebih lanjut karakter pemberitaan harian Koran Tempo dan Rakyat Merdeka mengenai pemberitaan Megawati jika dilihat dari proses pembingkaian masalah ini pada artikel-artikelnya

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI ...... i

KATA PENGANTAR ...... ii

DAFTAR ISI ...... v

DAFTAR TABEL ...... vii

BAB I PENDAHULUAN ...... 1

A. LATAR BELAKANG MASALAH ...... 1

B. PEMBATASAN MASALAH ...... 6

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ...... 6

D. METODOLOGI PENELITIAN ...... 7

E. TINJAUAN KEPUSTAKAAN…………………………………………. 11

F. SISTEMATIKA PENULISAN ...... 11

BAB II TINJAUAN TEORITIS ...... 13

A. KONSTRUKSI REALITAS SOSIAL ...... 13

B. BERITA ...... 18

a. Pengertian Berita ...... 18

b. Nilai Berita ...... 19

C. BERITA SEBAGAI PRODUK KONSTRUKSI ATAS REALITAS

SOSIAL ...... 22

D. WARTAWAN SEBAGAI AGEN KONSTRUKSI SOSIAL ATAS

REALITAS……………………………………………………………….23

E. MEDIA SEBAGAI AGEN KONSTRUKSI SOSIAL ATAS RELITAS..24

v

F. ANALISIS FRAMING MODEL WILIAM A. GAMSON DAN A.

MODIGLIANI……………………………………………………………27

G. KONSEP FRAMING MODEL WILIAM A. GAMSON DAN A.

MODIGLIAN…………………………………………………………….28

a. Efek Framing ...... 34

BAB III GAMBARAN UMUM ...... 37

A. PROFIL MEGAWATI ...... 37

B. GAMBARAN UMUM RAKYAT MERDEKA ...... 40

C. GAMBARAN UMUM KORAN TEMPO……………………………………44

BAB IV HASIL PENELITIAN ...... 49

A. GAMBARAN UMUM PENELITIAN ...... 49

B. HASIL PENELITIAN ANALISIS FRAMING ...... 51

a. Frame Koran Tempo……………………………………………………...51

b. Frame Rakyat Merdeka…………………………………………………...64

BAB V PENUTUP ...... 91

A. KESIMPULAN ...... 91

B. SARAN ...... 92

DAFTAR PUSTAKA ...... 94

LAMPIRAN ...... 95

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 01 Nilai Berita ...... 20

Tabel 02 Konsep Framing Wiliam A. Gamson dan A. Modigliani ...... 29

Tabel.03 Frame Demokrat Anggap Pertemuan JK-Mega Bukan Ancaman ...... 53

Tabel 04 Frame Mega Tuding BLT Rendahkan Harga Diri ...... 57

Tabel 05 Frame Yudhoyono-Megawati Tak Perlu Mediator ...... 61

Tabel 06 Frame Kritikan Mega Ke SBY Membingungkan Rakyat ...... 66

Tabel 07. Frame SBY: Negara Berhak Bantu Rakyat Susah ...... 70

Tabel. 08 Frame Popularitas Megawati Mentok di 20 Persen ...... 74

Tabel. 09 Frame Pertemuan JK dan Bos PDIP Bikin Kesal Adik Mega ……………79

Tabel 10 Frame JK-Mega Segera Bertemu…………………………………………..83

Tabel 11 Frame Mega Bisa Dicap Kekanak-kanakan………………………………..88

vii

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam suatu sistem politik, peranan media massa sebagai sarana komunikasi

politik sudah tidak diragukan lagi. Tanpa media massa, komunikasi dan proses

politik akan tersumbat dan terbatas pada dialog fisik sesaat yang tidak dapat

dipencarkan dan dipancarkan ke publik. Dalam saat yang sama di tempat berbeda, di

saat yang berbeda di tempat yang sama berbagai peristiwa politik dapat disajikan

dalam satu format terstandar yang enak disimak dan layak dibaca dan dapat

dipercaya.

Peristiwa politik selalu menarik perhatian bagi media massa sebagai bahan

liputan. Hal ini terjadi karena dua faktor yang saling berkaitan. Pertama dewasa ini

politik berada di era mediasi (politics in the age of mediation), yakni media massa,

sehingga hampir mustahil kehidupan politik dipisahkan dari media massa. Bahkan

aktor politik senantiasa berusaha menarik perhatian wartawan agar aktifitas

politiknya memperoleh liputan dari media. Kedua, peristiwa politik dalam bentuk

tingkah laku dan pernyataan aktor politiknya lazimnya selalu mempunyai nilai berita

sekalipun peristiwa politik itu bersifat rutin belaka, seumpamanya rapat partai atau

pertemuan tokoh partai dan para pendukungnya.1

Media massa sering menjadi sumber informasi di samping saluran komunikasi

bagi para politisi. Cara-cara media menampilkan peristiwa-politik politik dapat

1 Hamad, Ibnu. Kontruksi Realitas Politik dalam Media Massa h 1

1 2

mempengaruhi persepsi aktor politik dan masyarakat mengenai perkembangan politik Pemilihan presiden 2009 merupakan berita yang menarik bagi media massa.

Di satu sisi media membutuhkan suatu berita yang memiliki news value. Di sisi yang lain, tokoh yang akan maju sebagai capres 2009 membutuhkan media untuk semakin dikenal masyarakat. Untuk itu dalam penelitian ini ingin dilihat bagaimanakah media massa, khususnya surat kabar membingkai salah seorang tokoh, yaitu Megawati, terkait dengan pencalonannya sebagai capres 2009.

Sebagai salah satu kandidat presiden 2009 Megawati masih membawa nama besar Ir. Soekarno. Sementara generasi yang benar-benar memahami Soekarno sudah berkurang. Di lain pihak faktor SBY yang sangat kuat itu sulit dikalahkan oleh siapapun bukan hanya Megawati. Dalam menjaga peluangnya sebagai calon presiden

2009 Megawati juga menjalin komunikasi politik dengan sejumlah partai politik yaitu Partai Golkar dan PPP. Hal ini dilakukan untuk menjaga koalisi, mengingat

Megawati mengajukan diri sebagai Presiden 2009. Dalam perkembanganya partai yang menjalin komunikasi politik dengan Megawati tidak bisa berkoalisi, karena

Partai Golkar mendeklarasikan Jusuf Kalla sebagai calon presiden 2009. Megawati mendapat sorotan utama karena banyak melakukan kritik terhadap pemerintahan.

Selain kritik mereka dalam iklan politiknya juga melakukan hal yang lebih provokatif, hal Ini terlihat dalam beberapa media yang memberitakan beberapa kritikan Megawati salah satu yang yang terjadi antara Partai Demokrat dan PDI

Perjuangan. sementara ini, hanya ada dua kandidat kuat presiden, yakni SBY dari

Partai Demokrat dan Megawati dari PDI Perjuangan. Dengan begitu, persaingan dua partai ini sekaligus juga mencerminkan persaingan dua kandidat kuat presiden RI.

3

Tak heran kalau kedua partai tersebut saling jegal dan saling menjatuhkan dalam

iklan. Hal ini mungkin dilakukan untuk menurunkan citra parpol lawan menjadi

jatuh, dan citra partainya naik, padahal belum tentu hal itu terjadi.

Pembangunan konstruksi realitas pada masing-masing media berbeda,

meskipun realitas faktanya sama. Pengonstruksian fakta tergantung pada kebijakan

redaksional yang dilandasi politik media. Salah satu cara yang dipakai atau

digunakan untuk menangkap cara masing-masing media membangun sebuah realitas

adalah dengan framing.

Analisis framing merupakan versi terbaru dari pendekatan analisis wacana,

khususnya untuk menganalisa teks media. Analisis framing mewakili tradisi yang

mengedepankan pendekatan atau perspektif multidisipliner untuk menganalisa

fenomena atau aktivitas komunikasi.2

Harian Koran Tempo dan Rakyat Merdeka merupakan media cetak dengan

gaya pemberitaan yang berbeda, jika dalam pemberitaanya Koran Tempo

menggunakan bahasa Indonesia yang disempurnakan sedangkan Rakyat merdeka

menggunakan bahasa lisan. Bingkai media adalah pola yang selalu ada dalam bentuk

kognisi, interpretasi, dan presentasi dari seleksi, penekanan, atau pengucilan. Bingkai

media diperlihatkan melalui konsepsi dan skema interpretasi wartawan dalam

menyusun, mengisahkan, menulis, dan menekankan fakta dari suatu peristiwa atau

isu tertentu.3

Rakyat Merdeka mengkonstruksi berita tentang Megawati secara Independent

artinya kalau ada berita yang baik dari megawati Rakyat Merdeka memberitakan

2 Sobur, Alex. Analisis Teks Media, Suatu Pengantar Untuk analisis Wacana Analisis Semiotika dan Analisis Framing, 2004, hal. 161 3 Eriyanto. Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media, 2002. hal. 69

4

yang baiknya. Kalau ada yang perlu dikritik dari Megawati kita mengkritik

Megawati. Dalam pemberitaanya Rakyat Merdeka tidak ada pertimbangan dalam memberitakannya hanya isu-isu yang hangat saja yang akan di bahas, seperti kritik

Megawati dan komunikasi politik yang dilakukan Megawati. Rakyat Merdeka diterbitkan di era reformasi oleh semua bekas dan karyawan Harian Merdeka, yang sarat dengan pengalaman selama puluhan tahun. Sejak didirikan 22 April 1999,

Rakyat Merdeka dengan manajemen yang dikelola oleh para wartawan dan karyawan profesional hasil gemblengan Jawa Pos Group berhasil menembus tiras 172 ribu eksemplar. Terbit 20 halaman setiap hari, Rakyat Merdeka adalah koran yang segmented, membahas tuntas semua berita politik & Bisnis dalam negeri.

Koran Tempo adalah sebuah koran berbahasa Indonesia yang terbit di

Indonesia. Pemiliknya adalah PT. Tempo Inti Media Harian yang didirikan oleh

Goenawan Mohamad pada tahun 1998 sebagai perusahaan penerbitan pers. Ide awal untuk menerbitkan surat kabar tersebut disebabkan banyak berita menarik yang tak bisa ditampung dalam mingguan mereka dan ada perbedaan peringkat penjualan produk yang cukup jauh antara Kompas dengan harian lain seperti Media Indonesia dan Republika

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui media dalam menggambarkan sosok

Megawati sebagai calon Presiden 2009. Sebagai calon presiden Mega menjaga peluangnya untuk mendapatkan suara terbanyak, dengan melakukan komunikasi politik dengan partai lain sekali pun partai itu sudah mempunyai calon presiden sendiri. Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis framing yang dikembangkan oleh William A. Gamson dan Andre

5

Mondigliani. Unit analisisnya adalah item berita tentang tokoh Megawati yang

berupa straight news (ataupun depth reporting) pada harian Koran Tempo dan Rakyat

Merdeka.

Data dianalisis dengan menggunakan urutan data dan mengorganisasikannya

sesuai dengan model framing yang dikembangkan oleh William A. Gamson dan

Andre Mondigliani. Melalui penelitian ini, peneliti memandang perlu untuk mengkaji

lebih lanjut karakter pemberitaan Koran Tempo dan Rakyat Merdeka mengenai

pemberitaan Megawati jika dilihat dari proses pembingkaian masalah ini pada

artikel-artikelnya. Dari latar belakang masalah yang dipaparkan di atas, penulis

tertarik menelitinya dengan judul “SOSOK MEGAWATI SEBAGAI KANDIDAT

PRESIDEN 2009 DALAM BINGKAI HARIAN KORAN TEMPO DAN RAKYAT

MERDEKA”

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Agar penelitian lebih jelas dan terarah, maka penelitian skripsi ini di batasi

berdasarkan pada analisis framing Suratkabar Koran Tempo dan Rakyat Merdeka

dalam pemberitaan Megawati. Sedangkan untuk batasan waktu penelitian, peneliti

menganbil sample pada edisi Maret 2009. Permasalahan dalam penelitian ini yang

menjadi objek penelitian adalah permasalahan yang diangkat oleh kedua Suratkabar

yaitu Harian Koran Tempo dan Rakyat Merdeka dalam pemberitaanya tentang

Megawati yang berpartisipasi dalam pemilihan Presiden 2009.

Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka masalah penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah konstruksi Surat kabar Koran Tempo dan Surat kabar Rakyat

6

Merdeka dalam pemberitaan Megawati yang berpartisipasi dalam pemilihan presiden

2009?

2. Apa yang menjadi pertimbangan redaksional Suratkabar Koran Tempo dan

Rakyat Merdeka dalam menyampaikan pemberitaan yang berhubungan dengan berita

Megawati yang berpartisipasi dalam pemilihan Presiden 2009?

C. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Penelitian

1. Penelitian ini memiliki tujuan yaitu: mengetahui kecenderungan pemberitaan

Suratkabar Koran Tempo dan Rakyat Merdeka dalam mengemas tokoh

Megawati terkait dengan pemilihan presiden 2009.

b. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademis: Penelitian ini diharapkan menjadi bahan kajian yang

memberi kontribusi bagi khasanah kepada ilmu Jurnalistik, terutama dalam

konteks analisis framing, serta menambah wawasan tentang bagaimana berita

disajikan dan disampaikan kepada khalayak. Khususnya pemberitaan tentang

politik, terkait dengan Pemberitaan tokoh Megawati terkait dengan pemilihan

presiden 2009.

2. Manfaat Praktis: Diharapkan hasil Penelitian ini dapat memberikan informasi

terkait pemberitaan-pemberitaan yang berkaitan dengan isu-isu politik

7

D. Metodologi Penelitian

1. Paradigma Penelitian

Dalam studi mengenai bahasa, ada beberapa pandangan dalam analisisnya,

yaitu Pandangan Positivisme, Pandangan Konstruktivisme, dan Pandangan Kritis.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Paradigma Konstruktivisme. menurut

pandangan ini, bahasa tidak hanya dilihat dari segi gramatikal, tetapi juga melihat

apa isi atau makna yang terdapat dalam bahasa itu, sehingga analisis wacana yang

disampaikan menurut pandangan ini adalah suatu analisis yang membongkar

maksud-maksud dan makna-makna tertentu yang disampaikan oleh sang subjek

yang mengemukakan suatu pernyataan.4 Pada penelitian ini berlandaskan pada

paradigma kontrukstivisme. Karena penilitian ini berlandaskan paradigma

konstrukstivisme, maka penelitian ini cenderung bersifat kualitatif. Dalam

operasional penelitian ini tidak lagi membahas masalah realibilitas dan validitas

penelitian serta masalah sample dan populasi.

Proses konstruksi citra melalui media, dilihat dari perspektif kerangka teori

Berger dan Luckman, berlangsung melalui suatu interaksi sosial. Proses dialektis

yang menampilkan tiga bentuk realitas yakni subjective reality, symbolic reality,

objective reality. Ketika seorang tokoh tampil sebagai fakta yang berada di luar diri

publik, dan tampil seperti apa adanya itulah objective reality. Sementara itu, semua

ekspresi simbolik dari apa yang dihayati sebagai “objective reality” termasuk di

dalamnya isi media (media content), dikategorikan sebagai symbolic reality.

4 Jumroni dan Suhaemi, Metode-metode Penelitian Komunikasi, (: UIN Jakarta Press, 2006) h. 83

8

Pada realitas simbolik inilah sebenarnya terletak kekuatan media. Karena

secara nyata, konstruksi definisi tentang realitas yang dimiliki individu-individu

(subjective reality) ini sangat dipengaruhi oleh ekspresi simbolik yang diberikan

media. Realitas simbolik di TV, majalah, koran, radio dan lain-lainnya inilah yang

kemudian mempengaruhi opini warga masyarakat Paradigma konstruksionis sering

disebut sebagai paradigma produksi dan pertukaran makna. Paradigma ini

memandang komunikasi sebagai suatu proses produksi dan pertukaran makna. Dua

hal yang menjadi karakteristik penting dari paradigma ini adalah politik pemaknaan

dan proses seseorang membuat gambaran tentang realitas dan komunikasi sebagai

sebuah kegiatan yang dinamis5.

Pada penelitian ini hanya akan membahas bagaimana media mengkonstruksi

atau membahasakan realitas. Selain itu juga sebagai tambahanya adalah bagaimana

kebijakan redaksional seperti apa yang membuat konstruksi realitas menjadi

demikian6

2. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitaif. Karena dalam penelitian ini akan

membahas tentang apa yang dialami subjek penelitian. Adapun beberapa macam

karakteristik penelitian kualitatif yang dapat menguatkan bahwa skripsi tersebut

termasuk dalam penelitian kualitatif adalah latar alamiah, manusia sebagai alat,

metode kualitatif, analisa data secara induktif , teori dari dasar atau grounded theory,

lebih mementingkan proses daripada hasil, adanya batas yang ditentukan oleh fokus,

5 Eriyanto Eriyanto. Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media, 2002. hal. 40 6 Antonius, M. ed. Metode Penelitian Komunikasi Teori dan Aplikasi. 2004. hal. 184.

9

adanya kriteria khusus untuk keabsahan data, desain yang bersifat sementara, hasil

penelitiaan dirundingkan dan disepakati bersama.7

3. Sumber Data Penelitian

Data-data dalam penelitian ini adalah dokumen, rekaman, arsip, observasi, dan

wawancara terhadap redaksi masing-masing Koran. Selain itu data yang berupa

dokumen berupa buku-buku, jurnal, laporan hasil penelitian, hasil seminar artikel-

artikel dari majalah dan koran, makalah yang berkaitan dengan berita Mgawati,

analisis framing, dan dari internet.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan berbagai cara:

a. Observasi teks (Pengumpulan data pada level teks media).

Sebagai Metode ilmiah, Observasi adalah suatu cara penulisan untuk

memperoleh data dalam bentuk pengamatan dan pencatatan dengan sistematis

fenomena yang diselidiki. Adapun kategorisai dalam penelitian framing dengan

model Gamson dan Modigliani framing sebagai seleksi dari berbagai aspek realitas

yang diterima dan membuat peristiwa itu lebih menonjol dalam suatu teks

komunikasi. Dalam banyak hal seperti menyajikan secara khusus definisi terhadap

masalah, interpretasi sebab akibat, evaluasi moral dan tawaran penyelesaian

sebagaimana masalah itu digambarkan.

b. Triangulasi data

Triangulasi adalah suatu teknik untuk mengecek keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan mengecek atau

7 J. Moleong, Lexi. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung. PT Remaja Rosda Karya, 2006. hal. 6

10

sebagai pembanding terhadap data tersebut. Peneliti menggunakan triangulasi

sebagai teknik untuk mengecek keabsahan data. Dimana dalam pengertiannya

triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang ditemukan dengan

membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian.

c. Wawancara

Wawancara ditujukan untuk mengetahui kebijakan redaksional yang

menentukan konstruksi realitas dari masing-masing surat kabar. Wawancara

dilakukan kepada redaksi senior Rakyat Merdeka dan redaksi pelaksana Koran

Tempo yang mempunyai peranan penting dalam suratkabar tersebut. Untuk

mengetahui konsep awal apa yang hendak dilakukan saat merencanakan membuat

dan mengekpose berita tersebut. Wawancara dilakukan untuk menggali lebih dalam

pemberitaan mengenai dan menjawab pertanyaan penelitian ini.

5. Teknik Analisis Data

Setelah data diperoleh, maka selanjutnya adalah melakukan analisis data,

adapun teknik analisis data yang dilakukan adalah menampilkan temuan peristiwa

yang di konstruksi oleh suratkabar Koran Tempo dan Rakyat Merdeka. Temuan hasil

penelitian akan dijabarkan dengan menggunakan konsep model analisis framing

dengan berpatokan pada kerangka framing yang disusun oleh Gamson dan

Modigliani. Dalam praktiknya, framing dijalankan oleh media dengan menyeleksi isu

tertentu dan mengabaikan isu yang lain, dan menonjolkan aspek dari isu tersebut

dengan menggunakan berbagai strategi wacana, penempatan yang mencolok (di

headline depan atau bagian belakang), pengulangan, pemakaian label tertentu ketika

menggambarkan orang atau peristiwa yang diberitakan, asosiasi terhadap simbol

11

budaya, generalisasi dan simplifikasi. Semua aspek itu dipakai untuk membuat

dimensi tertentu dari konstruksi berita menjadi bermakna dan diingat oleh khalayak.8

Dengan framing kita juga bisa mengetahui bagaimana persfektif atau cara

pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi dan menulis berita. Cara

pandang atau persfektif ini pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil,

bagian mana yang ditonjolkan dan hendak dihilangkan, dan hendak dibawa kemana

berita tersebut.

E. Tinjauan Kepustakaan

Melihat data skripsi pada perpustakaann Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi juga Perpustakaan UIN Jakarta penulis menemukan beberapa Judul

skripsi (karya Ilmiah) yang menggunakan analisis Framing. Diantaranya :

Analisis Framing Terhadap Berita Kasus Perdata Korupsi Mantan Presiden Soeharto

Pada Koran SINDO dan Harian Pelita. Laila Sari 2008 Jurnalistik No 1871. 2.

Analisis Framing Tajuk Rencana Harian Kompas Tentang Nuklir Iran Nauval

Avicenna (2009) No 2147 3. Pro Kontra Undang-Undang pornografi di Media Cetak

: Analisis Framing Terhadap Pemberitaan Media Indonesia dan Republika, Alfan

Bachtiar 2009 No 2079. Dari beberapa judul tadi penulis melihat adanya perbedaan

terhadap skripsi yang penulis tulis. Hal initerlihat dari model analisis yang

digunakan.

F. Sistematika Penulisan

Penulis membagi sistematika penyusunanya ke dalam lima bab. Dan masing-

masing bab dibagi ke dalam beberapa bab, antara lain:

8 Eriyanto Eriyanto. Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media, 2002. hal. 187

12

BAB I pendahuluan, meliputi: latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, sistematika penulisan.

BAB II berisi tentang tinjauan kepustakaan mengenai profil Megawati, pengertian berita, nilai berita di media massa, kategori berita, berita sebagai produk konstruksi sosial atas realitas, wartawan sebagai agen konstruksi sosial atas realitas, dan analisis framing model Gamson dan Modigliani. terhadap konstruksi berita yang meliputi konsep framing.

BAB III membahas Gambaran umum tentang harian Koran Tempo dan Rakyat

Merdeka meliputi: sejarah berdirinya harian Suara Pembaruan dan Rakyat Merdeka, visi misi harian Koran Tempo dan Rakyat Merdeka, struktur organisasi dan perkembangan medianya, serta pemberitaan masing-masing suratkabar tentang tokoh

Megawati.

BAB IV membahas tentang temuan dan Analisis Framing hasil penelitian harian

Koran Tempo dan Rakyat Merdeka dalam berita tokoh Megawati yang berpartisipasi pada pemilihan umum 2009, yamg meliputi: Analisis Framing model Gamson dan

Modigliani dalam pemberitaan harian Koran Tempo dan Rakyat Merdeka seputar berita tokoh Megawati yang berpartisipasi pada pemilihan umum 2009.

BAB V penutup, meliputi: kesimpulan dan saran-saran.

13

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Teori Konstruksi Realitas

Fakta atau peristiwa adalah hasil konstruksi. Tidak ada realitas yang bersifat

objektif, karena realitas itu tercipta lewat konstruksi dan pandangan tertentu. Fakta

berupa kenyataan itu sendiri bukan sesuatu yang terberi, melainkan ada dalam benak

kita. Fakta adalah penilaian kita terhadap peristiwa yang cenderung disesuaikan

dengan konteks tertentu.

Pendefinisian fakta itu dilakukan oleh kita sendiri melalui pengalaman indera

yang menjadi sebuah ide untuk merealisasikannya kembali melalui media. Fakta

tidak bersifat statis, sebab penilaian terhadap sesuatu cenderung relatif. Hal ini

mengubah pandangan kita terhadap teori-teori positivis yang selalu beracuan kepada

ukuran baku dan membakukan penilaian terhadap sesuatu.kemampuan media massa

dalam mewacanakan peristiwa politik sesuai dengan pandangan atau kebijakan

redaksional.

Kemampuan media massa dalam melakukan pencitraan dan konstruksi

tersebut diincar oleh pihak-pihak yang ingin melakukan pencitraan politik, dan

pemberitaan peristiwa politik berkaitan dengan media lainnya hingga membentuk

rantai informasi (media as links in order chains) sehingga menambah kekuatan

peranan media pada penyebaran informasi politik dalam membentuk opini publik.

14

Opini publik yang dalam proses pembentukannya dipengaruhi oleh orang-

orang yang berwenang dan mempunyai tujuan tertentu.9 Pembentukan opini publik

yang dalam media massa tidak pernah lepas dari pewacanaan yang digunakan oleh

suatu media massa. Sistem media massa yang menjalankan operasi jurnalistik

hingga opini yang terbentuk secara tersirat dalam pewacanaan media sangat

dipengaruhi oleh proses pembuatan atau pengkonstruksian realitas.

Proses konstruksi realitas, prinsipnya adalah setiap upaya menceritakan

(konseptualisasi) sebuah peristiwa, keadaan atau benda tak terkecuali mengenai hal-

hal yang berkaitan dengan politik adalah usaha mengkonstruksi realitas.10 Bahasa

merupakan instrument pokok untuk menceritakan realitas. Konstruksi realitas ini

berawal dari persepsi terhadap suatu objek yang kemudian hasil dari pemaknaan

melalui proses persepsi ini diinternalisasikan ke dalam sebuah wacana. Objek kajian

media massa dalam mengkonstruksi realitas terdiri atas konstruksi realitas sosial dan

konstruksi realitas politik. Kedua konstruksi ini memiliki kajian yang berbeda yang

saling mempengaruhi.

Media massa dapat berperan dalam mengkonstruksi suatu peristiwa untuk

membentuk realitas sosial. Pendekatan konstruksi realitas sosial telah menjadi

gagasan penting dan populer dalam ilmu sosial. Menurut Keneth Gargen, konstruksi

sosial memusatkan perhatiannya pada proses dimana para individu menanggapi

kejadian di sekitarnya berdasarkan pengalaman mereka.11 Teori dan pendekatan

konstruksi sosial atas realitas terjadi melalui tiga proses simultan, yaitu objektivasi

9 Betty RFS. Soemirat & eddy Yehudo (ed. 5), Opini Publik, (Universitas Terbuka, 2007), h..3-31. 10 Peter Berger L dan Thomas Luckman, The Social Construction of Reality, A Treaties in The Sociology of Knowledge, (New York : Anchor Books, 1967) h. 34-46; dalam Ibn hamad, Konstruksi realitas Politik dalam Media Massa, (Jakarta : Granit, 2004), h. 12 11 Sasa Djuarsa Sendjaja (Ed. 9), Teori Komunikasi, (jakarta: universitas Terbuka, 2005), h. 83

15

(interaksi sosial), eksternalisasi (Penyesuaian diri), internalisasi (proses identifikasi

diri).12 Ketiga proses tersebut terjadi secara alamiah melalui bahasa antara individu

dengan individu lainnya dalam masyarakat.

Peter Berger memandang masyarakat sebagai produk manusia dan manusia

sebagai produk masyarakat13. Masyarakat sebagai produk manusia maksudnya

adalah struktur sosial yang eksislah yang lebih penting bagi tindakan dan persepsi

manusia. Sedangkan manusia sebagai produk masyarakat maksudnya adalah

manusia digambarkan sebagai entitas yang otonom melakukan pemaknaan dan

membentuk masyarakat. Manusia yang membentuk realitas, menyusun institusi dan

norma yang ada. Teori konstruksi sosial berada diantara keduanya. Proses berpikir

dialektis Berger dikemukakan melalui tiga momen simultan yakni objektivasi,

eksternalisasi, dan internalisasi.

Objektivasi (interaksi sosial) adalah kemampuan manusia memanifestasikan

diri dalam produk kegiatan manusia yang tersedia, baik bagi produsen-produsennya

maupun orang lain. Pada tahap ini sebuah produk sosial berada pada proses

institusionalisasi.14 Salah satu contoh objektivasi yang sangat penting adalah

signifikansi yakni pembuatan tanda oleh manusia yang kemudian tanda-tanda

tersebut dikelompokan dalam sebuah sistem seperti bahasa.15 Bahasa mempunyai

fungsi mendasar untuk menamai atau menjuluki suatu objek atau peristiwa.16

12 Burhan Bungin (ed 2), Teori Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, (Jakarta: Kencana, 2007) h. 202 13 Eriyanto. Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi, dan politik Media. (Yogyakarta: LKiS, 2007), , h 13 14 Burhan Bungin (ed 2), Teori Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, (Jakarta: Kencana, 2007) h. 19 15 Ibid, h. 29-30 16 Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: Rosdakarya, 2005) h. 242

16

Eksternalisasi (penyesuaian diri) adalah penyesuaian diri dengan dunia sosio

cultural sebagai produk manusia. Jika binatang lahir ke dunia sudah ditentukan

sepenuhnya oleh instinktualnya, diarahkan pada suatu lingkungan yang khas

spesiesnya. Pada manusia berbeda, dunia manusia dibentuk oleh aktivitas manusia

sendiri. Oleh karena itu, keberadaan manusia adalah sebagai penyeimbang antara

manusia dengan dirinya sendiri dan manusia dengan lungkungan dan dunianya (di

luar pribadinya). Dalam proses penyeimbang ini, manusia membentuk dirinya

sendiri sehingga manusia bisa merealisasikan dirinya dalam kehidupan.17 Manusia

juga menciptakan bahasa yang merupakan suatu bangunan simbol-simbol yang

teridentifikasi semua aspek kehidupan.

Internalisasi (proses identifikasi diri) adalah proses pemahaman atau

penafsiran yang langsung dari suatu peristiwa objektif sebagai pengungkapan suatu

makna, artinya sebagai suatu manifestasi dari proses-proses subjektif bagi dirinya

pribadi. Internalisasi dalam arti luas merupakan dasar dari pemahaman mengenai

sesama manusia dan pemahaman mengenai dunia sebagai suatu yang maknawi dari

kenyataan sosial. Salah satu wujud internalisasi adalah sosialisasi. Bagaimana suatu

generasi menyampaikan nilai-nilai dan norma-norma sosial (termasuk budaya) yang

ada kepada generasi berikutnya. Generasi berikutnya diajar (lewat berbagai

kesempatan dan cara) untuk hidup sesuai dengan nilai-nilai budaya yang mewarnai

struktur masyarakat. Generasi baru dibentuk oleh makna-makna yang telah

diobjektivikasikan. Generasi baru mengidentifikasikan diri dengan nilai-nilai

tersebut.

17 Burhan Bungin (ed 2), Teori Paradigma dan Diskursus Teknologi komunikasi di Masyarakat, (Jakarta: kencana, 2007), h. 29-30

17

Pemikiran Berger ini berimplikasi pada kenyataan objektif dan subjektif pada

wacana berita. Objektivitas dalam berita hanya merupakan suatu mitos, karena tidak

mungkin memberi laporan tanpa berpendapat dan ketika orang berpendapat maka

akan subjektif. Pihak-pihak yang tidak mengakui adanya objektivitas dalam

pemberitaan ini bisa dikenal dengan subjektifivitas.

Merril beranggapan bahwa objektivitas semua wartawan baik reporter

maupun redaktur bersikap subjektif dalam menjalankan praktek jurnalistik. Setiap

kata kalimat ataupun paragrap dalam laporannya pasti bersifat subjektif. Dalam

membuat suatu laporan wartawan senantiasa terbentur pada keterbatasan

penguasaan bahasa yang dimilikinya dan dipengaruhi latar belakang

pengalamannya, lingkugan, pendidikan dan faktor lain yang mempengaruhi kata-

kata dan struktur bahasa menentukan makna (gambaran) suatu realitas.18

Realitas sosial tergantung pada bagaimana seseorang menafsirkannya.

Pemahaman itulah disebut realitas. Karena itu peristiwa dan realitas yang sama bisa

menghasilkan konstruksi realitas yang berbeda dari orang yang berbeda. Setiap

individu memiliki gambaran yang berbeda-beda mengenai realitas di

sekelilingnya.19 Dalam hal ini media massa turut berperan dalam merekonstruksi

suatu peristiwa atau kejadian tertentu.

Bagi kaum konstruksionis, realitas itu bersifat subjektif. Realitas itu hadir, karena

dihadirkan oleh konsep subjektifitas wartawan.20 Konsep konstruksionis yang

diperkenalkan oleh sosiolog Peter L. Berger. Bersama Thomas Luckman ia banyak

18 Kaelan, Filsafat Bahasa, Masalah dan Perkembangannya, (Yogyakarta: Paradigma, 1998), h. 114-118, dalam Ibnu Hamad, Konstruksi Realitas Politik dan Media Massa : Sebuah Studi Critical Discourse Analisis Terhadap Berita-berita Politik, (Jakarta: Granit, 2004), h.14 19 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: Rosdakarya, 2005), h. 176 20 .Eriyanto Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi, dan politik Media. (Yogyakarta: LKiS, 2007), , h 14

18

menulis karya dan menghasilkan tesis mengenai konstruksi sosial atas realitas. Bagi

Berger, realitas tidak dibentuk secara ilmiah, tidak juga sesuatu yang diturunkan

oleh Tuhan. Tetapi sebaliknya, realitas itu dibentuk dan dikonstruksi. Dengan

pemahaman ini setiap orang bisa mempunyai konstruksi yang berbeda-beda atas

suatu realitas. Setiap orang yang mempunyai pengalaman, referensi, pendidikan

tertentu dan lingkungan pergaulan atau sosial tertentu akan menafsirkan realitas

sosial itu dengan konstruksinya masing-masing. Maka konstruksi sosial bisa bersifat

plural dan dinamis. Relitas itu tercipta lewat konstruksi, sudut pandang tertentu dari

wartawan. Disini tidak ada realitas yang bersifat objektif, karena realitas itu tercipta

lewat konstruksi dan pandangan tertentu. Realitas bisa berbeda-beda, tergantung pada

bagaimana konsepsi ketika realitas itu dipahami oleh wartawan yang mempunyai

pandangan berbeda-beda.21

B. Berita

Berita berasal dari bahsa sansekerta "Vrit" yang dalam bahasa Inggris disebut

"Write" yang arti sebenarnya adalah "Ada" atau "Terjadi".Ada juga yang menyebut

dengan "Vritta" artinya "kejadian" atau "Yang Telah Terjadi"22. Menurut kamus

besar, berita berarti laporan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat. Berita

adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar, menarik dan atau

penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media berkala seperti surat kabar,

radio, televisi, atau media on-line internet

1. Pengertian Berita

21 Eriyanto. Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi, dan politik Media. (Yogyakarta: LKiS, 2007), cet. Ke-VI, h 19 22 Totok Djurorto, manajamen penerbit pers, (Bandung : PT. reamaja Rosdakarya, 2004), h.46

19

Pada dasarnya berita sulit untuk didefinisikan, karena setiap Negara dan

setiap media memiliki persepsi masing-masing terhadap definisi berita, perbedaan ini

terjadi karena terkait dengan ideology yang dianut oleh Negara tersebut. Seperti

pengertian berita pada Negara yang menganut system ideology komunis akan

berbeda sengan pengertian berita yang dipahami oleh Negara yang menganut system

ideology liberal. Pengertian berita juga sangat berkaitan dengan budaya masyarakat

dimana pers tersebut berada. Misalnya, konsep berita pada masa Orde Baru akan

berbeda dengan konsep berita pada Orde Reformasi saat ini. Hikmat dan Purnama

menyederhanakan pengertian berita yaitu: berita adalah informasi aktual tentang

fakta-fakta dan opini yang menarik perhatian orang.23

2. Nilai Berita

Nilai berita (News Value) merupakan acuan yang dapat digunakan oleh para

jurnalis, yakni para reporter dan editor, untuk memutuskan fakta yang pantas

dijadikan berita dan memilih mana yang lebih baik. Dalam berita ada karakterristik

intristrik yang dikenal sebagai nilai berita (news values). Kriteria mengenai nilai

berita merupakan patokan berarti bagi reporter.

Dengan kriteria tersebut, seorang reporter dapat dengan mudah mendeteksi mana

peristiwa yang harus diliput dan dilaporkan, dan mana peristiwa yang tak perlu

diliput dan harus dilupakan. Kriteria nilai berita juga sangat penting bagi para editor

dalam mempertimbangkan dan memutuskan, mana berita terpenting dan terbaik

untuk dimuat, disiarkan, atau ditayangkan melalui medianya kepada masyarakat luas.

23 Hikmat Kusumaningrat dan purnama Kusumaningrat. Jurnalistik, teori dan praktik, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), h.40.

20

Nilai berita adalah produk dari konstruksi wartawan. Setiap hari ada jutaan

peristiwa dan jutaan peristiwa itu semuanya potensial untuk dibentuk menjadi berita.

Kenapa hanya peristiwa tertentu yang diberitakan? Dan kenapa hanya sisi tertentu

saja dari peristiwa ditulis oleh wartawan? Semua proses ini ditentukan oleh apa yang

disebut sebagai nilai berita.24

Tabel – 01

Nilai berita25

Konflik Kebanyakan konflik adalah layak berita. Konflik fisik seperti perang atau perkelahian adalah layak berita karena biasanya ada kerugian dan korban. Kekerasan itu sendiri membagkitkan emosi dari yang menyaksikan dan mungkin ada kepentingan langsung. Perang, pembunuhan kekerasan,biasanya mendapatkan tempat dihalaman muka. Selain konflik fisik ini ratusan isu yang menyangkut kualitas dari kehidupan mendapatkan tempat yang penting dalam pemberitaan.

Kemajuan Dari konflik biasanya menusul kemenangan suatu pihak dan kekalahan bagi pihak lain. Dari kehidupan manusia yang dan Bencana rutin biasanya keberhasilanyang gemilang. Dari riset dan ui cobayang tenang lahir penemuan baru,alat-alat baru-progres. Demikian pula kebakaran dan bencana alam seperti gunung meletus, gempa, banjir bias terjadi tiba-tiba, adalah peristiwa yang memiliki nilai berita.

Konsekuensi Suatu peristiwa yang mengakibatkan atau bias

24 Eriyanto. Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi, dan politik Media. (Yogyakarta: LKiS, 2007), cet. Ke-VI, h.106 25 Luwi Ishara. Catatan-catatan jurnalisme dasar. (Jakarta: kompas, 2007 ), cet. Ke-III, h.53-57

21

mengakibatkan timbulnya rangkaian peristiwa yang mempengaruhi banyak orang adalah jenis nlayak berita. Konsekuensinya ini biasanya diterima sebagian nilai berita, dan menjadi ukuran pentingnya suatu berita.

Kemasyhuran Yaitu yang menyangkut hal-hal yang terkenal atau sangat dikenal oleh pembaca. Seperti nama-nama tokoh-tokoh dan terkenal, pemimpin politik, dan berbagai macam terkemuka konsekuensinya.

Proximity Yaitu kejadian yang dekat dari pembaca, kedekatan ini bias bersifat geografis, maupun emosional. Sedangkan waktu (kedekatan) (timeless) adalah kejadian yang menyangkut baru terjadi atau dan timeless beru ditemukan. Waktu (timeless) dan kledekatan (proximite) (waktu) ini adalah ukuran yang diterapkan pada berita untuk menentukan apakah layak dihimpun atau dimana bias dijual. Salah satu aset utama dari nilai berita adalah kesegaran (freshness) keganjilan Peristiwa-peristiawa tersebut termasuk kejadian yang luar biasa. Seperti kejadian-kejadian yang kebetulan, kejadian yang sangat kontras, cara hidup yang ganjil, kebiasaan dan hobi yang tidak umum, ketakhayulan, termasuk yang menarik perhatian banyak pembaca. Elemen umum dari menarik adalah bahwa peristiwa itu ganjil, tidak biasa.

Human Dalam hal ini maka wartawan akan bertindak lebih dari sekedar mengumpulkan fakta kejadian. Ia akan menjelajahi interest

22

Lebih dalam mengenai unsure-unsur kemanusiaan dengan mengumpulkan bahan-bahan tambahan seperti yang menyangkut emosi, fakta biografis, kejadian-kejadian yang dramatis, deskripsi, motivasi, ambisi, kerinduan, dan kesukaan dan ketidaksukaan umum dari masyarakat. Cerita human interest berisi nilai cerita ( story value ) dan bukan nilai berita.

seks Seks ini umumnya dipertimbangkan oleh para editor sebagai nilai berita. Hal ini terasa benar bila dihubungkan dengan orang-orang terkenal. Misalnya skandal seks seorang anggota dewan rakyat, dan lain-lain. Kawin-cerai bintang film, terlebih bila didalamnya ada unsure konflik, atau mungkin bencana.

Aneka lain Segala hal yang mengandung nilai-nilai yangt bersifat menggugah, aneh, menarik dan lain-lain yang terdapat atau ditemui dalam seluruh aspek kehidupan manusia, lingkungan atau alam.

C. Berita Sebagai Produk Konstruksi Sosial Atas Realitas

Berita adalah hasil dari konstruski sosial di mana selalu melibatkan

pandangan, ideologi, dan nilai-nilai dari wartawan atau media. Bagaimana realitas itu

dijadikan berita sangat tergantung pada bagaimana fakta itu dipahami dan dimaknai.

Semua proses konstruksi (mulai dari memilih fakta, sumber, pemakaian kata,

gambar, sampai penyuntingan) memberi andil bagaimana realitas tersebut hadir di

hadapan khalayak. Dalam pandangan konstruksionis, berita diibaratkan seperti

23

sebuah drama. ia bukan menggambarkan relitas, tetapi potret dari arena pertarungan

antara berbagai pihak yang berkaitan dengan peristiwa.26

Menurut kaum konstruksionis, berita adalah hasil dari produk konstruksi

sosial di mana selalu melibatkan pandangan, ideologi, dan nilai-nilai dari wartawan

media. Bagaimana realitas itu dijadikan berita sangat tergantung pada bagaimana

fakta itu dipahami dan dimaknai. Proses pemaknaan selalu melibatkan nilai-nilai

tertentu sehingga mustahil berita merupakan pencerminan dari realitas. Realitas yang

sama bias jadi menghasilkan berita yang berbeda. Perbedaan antara realitas yang

sesungguhnya dengan berita tidak dianggap salah, tetapi sebagai suatu kewajaran. 27

Berita bersifat subjektif / konstruksi atas realitas. Dikarenakan berita adalah

produk dari konstruksi dan pemaknaan atas realitas, pemaknaan seseorang atas suatu

realitas bisa jadi berbeda dengan orang lain yang tentunya menghasilkan “realitas”

yang berbeda pula. Pandangan kontruksionis mempunyai penilaian yang berbeda

dalam menilai objektifitas jurnalistik. Hasil kerja jurnalistik tidak bias dinilai dengan

menggunakan sebuah standar yang rigid, hal ini karena berita adalah produk dari

kontruksi dan pemaknaan atas realitas. Pemaknaan seseorang atas realitas bias jadi

berbeda dengan orang lain, yang tentunya menghasilkan “realitas” yang berbeda

pula, karenanya, ukuran yang baku dan standar tidak bias dipakai. Kalau ada

perbedaan antara berita dengan realitas yang sebenarnya maka tidak dianggap

sebagai kesalahan, tetapi memang seperti itulah pemaknaan mereka atas realitas.28

26 Eriyanto, Analisis framing, konstrusi, ideologi dan Politik Media, h. 24-25 27 Eriyanto, Analisis framing, kontruksi, ideologi dan politik media, h. 25-26 28 ibid,. h 27

24

D. Wartawan Sebagai Agen kontruksi Sosial Atas realitas

Dalam pandangan positivis, berita dilihat sebagai pencerminan dari realitas.

Seorang jurnalis yang baik adalah jurnalis yang mampu memindahkan realitas itu ke

dalam berita. Wartawan dapat menyajikan berita secara benar kalau ia bertindak

professional. Ia bisa menyingkirkan keberpihakan dan pilihan moral sehingga apa

yang diungkapkan murni fakta, bukan penilaian individu wartawan.

Dalam pandangan konstruksionis, wartawan tidak bisa menyembunyikan

pilihan moral dan keberpihakannya, karena ia merupakan bagian intrinsik dalam

pembentukan berita. Lagi pula, berita bukan hanya produk individu, melainkan juga

bagian dari proses organisasi dan interaksi antara wartannya. Dalam banyak kasus,

topik apa yang diangkat dan siapa yang diwawancarai disediakan oleh kebijakan

redaksional tempat wartawan bekerja, bukan semata-mata bagian dari pilihan

professional individu.

Dalam pandangan konstruksionis, wartawan juga dipandang sebagai aktor/agen

konstruksi. Wartawan bukan hanya melaporkan fakta, melainkan juga turut

mendefinisikan peristiwa. Sebagai aktor sosial, wartawan turut mendefinisikan apa

yang terjadi, dan secara aktif membentuk peristiwa dalam pemahaman mereka.

E. Media Sebagai Agen kontruksi Sosial Atas realitas

Setiap media massa memiliki karakter dan latar belakang tersendiri, baik

dalam isi dan pengemasan beritanya, maupun dalam tampilan serta tujuan dasarnya.

Perbedaan ini di latar belakangi oleh kepentingan yang berbeda dari masing-masing

media massa. Media massa adalah sarana penyampaian pesan yang berhubungan

25

langsung dengan masyarakat luas, misalnya media elektronik (radio, TV, dan film)

ataupun media cetak (Koran, majalah, dsb).29

Tugas media adalah mengumpulkan fakta, menulis berita, menyunting serta

menyiarkan berita kepada khalayak pembaca. Media massa dikatakan unggul jika

media massa tersebut telah mencakup pada bagian dari fungsi berikut30

a) Media berfungsi sebagai issue intensifier. Media memunculkan isu atau

konflik dan mempertajamnya dengan posisinya sebagai intensifier (media

dapat mem-blow up realitas menjadi isu sehingga dimensi isu menjadi

transparan).

b) Media berfungsi sebagai conflict diminished. Adalah media dapat

menenggelamkan atau meniadakan suatu isu atau konflik, terutama bila

terkait dengan kepentingan media yang bersangkutan.

c) Media berfungsi menjadi pengarah conflict resolution. Yaitu media menjadi

mediator dengan menampilkan isu dari berbagai prespektif serta

mengarahkan pihak yang bertikai pada penyelesaian konflik.

d) Media massa berfungsi sebagai pembentuk opini publik. Media merupakan

bagian dari publik oleh karena itu media massa berhak mengetahui kinerja

pelayanan public

Fakta/peristiwa adalah hasil kontruksi. Bagi kaum kontruksionis, realitas itu

bersipat subjektif. Realitas itu hadir, karena dihadirkan oleh konsep subjektif

wartawan. Disini tidak ada realitas yang bersifat objektif, karena realitas itu tercipta

lewat kontruksi dan pandangan tertentu. Realitas bias berbeda-beda, tergantung pada

29 Harimurti Kridalaksana, Leksikon Komunikasi, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1984), h. 80 30 Eni Setiani, Ragam Jurnalistik Baru dalam Pemberitaan, (Jakarta: Andi, 2005), h. 68

26

bagai mana konsepsi ketika realitas itu dipahami oleh para wartawan yang

mempunyai pandangan berbeda.31

Realitas tergantung pada bagaimana fakta tersebut di kontruksikan. Karena

fakta itu diproduksi dan ditampilkan secara simbiosis. Dalam kata-kata yang ekstrim,

realitas atau fakta itu tergantung pada bagaimana ia dilihat. Pikiran dan konsepsi

kitalah yang membentuk dan mengkreasikan fakta. Fakta yang sama bisa

menghasilkan fakta yang berbeda-beda ketika ia dilihat dan dipahami dengan cara

yang berbeda.32

Dalam pandangan kontruksionis, berita yang kita baca pada dasarnya adalah

hasil dari konstruksi kerja jurnalistik, bukan kaidah baku jurnalistik. Semua proses

kontruksi (mulai dari memilih fakta, sumber, pemakaian kata, gambar, sampai

penyuntingan) memberi andil bagaimana realitas tersebut hadir dihadapan khalayak.

Apa yang disajikan media, pada dasarnya adalah akumulasi dari pengaruh yang

beragam. Pamela J. Shoemaker dan Stepen D. Reese mengidentifikasi ada lima

faktor yang mempengaruhi kebijakan redaksi yaitu faktor kepentingan-kepentingan

yang bersifat tumpang tindih pada tingkat perorangan atau kelompok dalam sebuah

organisasi media, entah itu kepentingan agama, kedaerahan serta struktur organisasi

media tersebut.33

Dalam buku Anwar Arifin “Pencitraan dalam Politik” mengungkapkan bahwa

pesan politik disampaikan oleh media massa bukanlah realitas yang sesungguhnya

31 Ibid,. h. 19 32 Ibid,. h. 21 33 Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese, Mediating The Message; Theories Of Influences On Mass Media Content, (New York, Longman Publisher USA, Second Edition 1996, h. 64

27

melainkan realitas media.34 Maksudnya realitas yang dibuat oleh wartawan dan

redaktur yang mengelola peristiwa politik menjadi berita politik, melalui proses

penyaringan dan seleksi (editing dan rapat redaksi) dengan kata lain adalah realitas

buatan atau realitas tangan kedua. Dari faktor internal ini, sosok jurnalis merupakan

pihak yang paling disorot. Sebagai mahluk sosial, seorang wartawan juga

mempunyai sikap, nilai, kepercayaan dan orientasi tertentu dalam politik, agama,

ideologi dan aliran dimana semua komponen itu berpengaruh terhadap hasil kerjanya

(media content), sehingga kerap kali media terlibat dalam sebuah hegemoni politik,

budaya, dan ideologi. Disamping itu latar belakang pendidikan, jenis kelamin,

etnisitas, turut pula mempengaruhi wartawan itu dalam mengkonstruksikan

realitas.35

F. Analisis framing Model William A. Gamson dan Andre Modigliani

W.A. gamson termasuk ahli yang cukup intens dalam mendiskusikan

framing. Bersama dengan A. Modigliani memberikan definisi tentang framing,

yakni merupakan cara bercerita (story line) yang menghadirkan konstruksi makna

atas peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan objek dari suatu wacana. Mereka

mengandaikan wacana media terdiri atas sejumlah package interpratif yang

mengandung konstruksi makna tentang objek wacana. Package merupakan gugusan

organisasi ide-ide yang memberi petunjuk tentang isu yang dibicarakan dan peristiwa

mana yang relevan dengan suatu wacana. William A. gamson dan Andre

Mondigliani adalah ilmuan yang paling konsisten dalam mengembangkan konsep

34 Anwar Arifin, Pencitraan dalam Politik; Strategi Pemenangan PEMILU dalam Perspektif komunikasi Politik, (Jakarta: Pustaka Indonesia, 2006), h. 5 35 Hamad, Ibnu. Kontruksi Realitas Politik dalam Media Massa, Granit, Jakarta, 2004. Hal 28

28

framing- mendifinisikan frame sebagai organisasi gagasan sentral atau alr cerita yang

mengarahkan makna peristiwa-peristiwa yang dihubungkan dengan suatu isu.36

Rumusan atau model Gamson dan Mondigliani didasarkan pada pendekatan

kontruksionis yang melihat representasi media- bereta dan artikel, terdiri atas

package interpretatitive yang mengandung kontruksi makna tertentu. Didalam

package ini terdapat dua struktur, yaitu frame dan condensing symbol. struktur

pertama merupakan puasat organisasi elemen-elemen ide yang membantu

komunikator untuk menunjukan subtansi isu yang tengah dibicarakan. Sedangkan

sturktur yang kedua mengandung dua substruktur, yaitu framing devices dan

reasoning device.37

Frame merupakan inti sebuah unit besar wacana publik yang disebut package.

Framing analisis yang dikembangkan Gamson dan Modigliani memahami wacana

sebagai suatu gugusan perspektif interprestasi (repretative package) saat

mengkontruksi dan memberi makna suatu isu.38

Core frames (gagasan sentral) berisi elemen-elemen inti untuk memberikan

pengertian yang relevan terhadap peristiwa dan mengarahkan makna isu yang

dibangun condensing symbol (symbol yang dimanfaatkan).

G. Konsep framing William A. Gamson dan Andre Mondigliani

Gagasan Gamson mengenai frame media ditulis bersama Andre Modigliani.

Sebuah frame mempunyai struktur internal. Pada titik ini ada sebuah titik organisasi

36 Alex Sobur, Analisis Teks Media, suatu pengantar untuk analisis wacana, analisis semiotic dan analisis framing. (Bandung: Remaja Rosdakarya,2006), h. 177 37 Ibid,. h. 176 38 Ibid,. h. 177

29

atau ide, yang membuat peristiwa menjadi relevan dan menekankan suatu isu.

Sebuah frame umumnya menunjukan dan menggambarkan range posisi, bukan

hanya satu posisi.39

Dalam formulasi yang dibuat oleh Gamson dan Modigliani, frame dipandang

sebagai cara bercerita (story line) atau gugusan ide-ide yang tersusun sedemikian

rupa dan menghadirkan konstruksi makna dari peristiwa yng berkaitan dengan suatu

wacana. Gamson melihat wacana media ( khususnya berita ) terdiri atas sejumlah

kemasan (package) melalui mana konstruksi atas suatu pristiwa dibentuk. Kemasan

itu merupakan skema atau struktur pemahaman yang dipakai seseorang ketika

mengkontruksi pesan-pesan yang dia sampaikan, dan menafsirkan pesan yang dia

terima.40

Tabel- 02

Konsep framing model William A. Gamson dan Andre Mondigliani

Frame Central Organizing idea for making sense of relevan events, suggesting what is at issue Framing Reasoning Devices ( perangkat framing ) ( perangkap penalaran )

Methapors Roots Perumpamaan atau pengandaian Analisis kausal atau sebaba akibat Catchphrases Appeals to principles Frase yang menarik, kontras, Premis dasar atu klaim-klaim moral menonjol dalam suatu wacana. Ini

39 Eriyanto, Analisis framing, Kontruksi, Ideologi dan politik media, h. 223 40 Ibid,. h. 223

30

umumnya berupa jargon atau slogan. Exemplaar Consequences Mengaitkan bingkai dengan Efek atau konsekuensi yang didapat contoh, uraian ( bias teori, dari bingkai perbandingan ) yang menjelaskan bingkai. Depiction Penggambaran atau pelukisan suatu isu yang bersifat konotatif. Depictions ini umunya berupa kosa kata, leksikon atau melabeli sesuatu. Visual images Gambaran, grafik, citra yang mendukung bingkaian secara keseluruhan. Bias berupa foto, kartun, ataupun garafik untuk menekankan dan mendukung pesan yang ingin disampaikan.

Sumber: William A. Gamson and Andre Modigliani. Disadur dari buku Eriyanto.

Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi , dan politik media, h. 225

Struktur framing devices (perangkat pembingkai) yang mencakup metaphors

(metafora), exemplars (contoh terkait), catchphrases (frase yang menarik), depictions

(penggambaran suatu isu yang bersifat konotatif), dan visual images (gambar, grafik, citra yang mendukung bingkai) menekankan aspek bagaimana ‘’melihat’’ suatu isu.

31

Struktur reasoning devices (perangkat penalaran) menekankan aspek pembenaran

terhadap cara ‘’melihat’’ isu, yakni roots (analisis kausal), appeals to principle

(klaim moral), dan consequences (konsekuensi yang didapat dari bingkai). Ada

perangkat bagaimana ide sentral ini diterjemahkan kedalam teks berita. Framing

devices (perangkat framing ). Perangkat ini berhubungan dan berkaitan langsung

dengan ide sentral atau bingkai yang ditekankan dalam teks berita. Perangkat

framing ini ditandai dengan pemakaian kata, kalimat, garifk/gambar, dan metafora

tertentu. Kesemua element dapat ditemukan dan ditandai serta merujuk pada gagasan

atau ide sentral tertentu.41

Kedua, reasoning devices ( perangkat penalaran ). Sebuah gagasan tidak hanya

berisi kata matau kalimat, alasan tertentu, dan sebagainya. Teks berita berisi tentang

gagasan atau kemasan tertentu adari suatu berita berisi tentang gagasan atau kemasan

tertentu dari suatu peristiwa.42

Kemasan itu bukan hanya gagasan kosong, teks tentu saja juga didukung

dengan pemakaian perangkat tertentu agar gagasan yang disajikan itu tampak bukan

hanya wajar, melainkan juga meyakinkan. Agar gagasan atau bingkai tersebut

tampak meyakinkan, teks didukung dengan perangkat framing (framing devices)

ditandai dengan kata, kalimat, gambar, metafora atau ilustrasi tertentu untuk

menekankan gagasan tertentu. Sedangkan agar tujuan gagasan yang tersaji tampak

beralasan, tidak mengada-ada, benar, alamiah, dan memang demikian adanya. Ini

41Ibid,. h. 226 42 Ibid,. h. 227

32

misalnya dilakukan dalam teks berita dengan mengaitkan sebab-akibat, fakta satu

sebagai dasar fakta lain, dan sebagainya.43

Sedangkan condensing symbol memiliki makna konotatif. Makna yang

dihubungkan dengan simbol ini terdiri orientasi-orientasi terhadap simbol itu sendiri

dan bukan terhadap apa pun yang khusus, yang ditunjukkannya.44

Struktur framing devices yang mencakup metaphors, exemplars, catchphrases,

depictions, dan visual images menekankan aspek bagaimana "melihat" isu, yakni

roots (analisis kausal) dan appeals to principle (klaim moral).45

Secara literal, metaphors dipahami sebagai cara memindah makna dengan

merelasikan dua fakta melalui analogi, atau memakai kiasan dengan menggunakan

kata-kata seperti, ibarat, bak, sebagai, umpama, laksana. Henry Guntur Tarigan

dalam buku Alex sobur Analisis Teks Media menilai metafora sebagai sejenis gaya

bahasa perbandingan yang paling singkat, padat, tersusun rapi. Di dalamnya terlihat

dua gagasan: yang satu adalah suatu kenyataan, sesuatu yang dipikirkan, yang

menjadi objek; dan satu lagi merupakan pembanding terhadap kenyataan tadi; dan

kita menggantikan yang belakangan itu menjadi terdahulu tadi: dan yang satu lagi

merupakan pembanding terhadap kenyataan tadi.46

Exemplaars mengemas fakta tertentu secara mendalam agar satu sisi memiliki

bobot makna lebih untuk dijadikan rujukan/pelajaran. Posisinya menjadi pelengkap

bingkai inti dalam kesatuan berita untuk membenarkan perspektif. Cathphrases

istilah, bentukan kata, atau frase khas cerminan fakta yang merujuk pemikiran atau

43 Ibid, h. 228 44 Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 179. 45 Ibid, h. 179 46 Ibid, h. 180

33

semangat tertentu. Dalam teks berita, cathprases mewujud dalam bentuk jargon,

slogan atau semboyan.47

Depictions, penggambaran fakta dengan memakai kata, istilah kalimat

konotatif agar khalayak terarah ke citra tertentu. Asumsinya, pemakaian kata khusus

diniatkan untuk membangkitkan prasangka, menyesatkan pikiran dan tindakan, serta

efektif sebagai bentuk aksi politik. Depictions dapat berbentuk stigmatisasi,

eufimisme, serta akronimisasi.48

Visual Images, pemakaian foto, diagram, grafis, label, kartun dan sejenisnya

untuk mengeksperesikan kesan, misalnya perhatian atau penolakan, dibesarkan-

dikecilkan, ditebalkan atau dimiringkan, serta pemakaian warna. Visual images

bersifat sangat natural, sangat mewakili realitas yang membuat erat muatan ideologi

pesan dengan khalayak.

Roots (analisis kausal), pembenaran isu dengan menghubungkan suatu objek

atau lebih yang dianggap menjadi sebab timbulnya atau terjadinya hal yang lain.

Tujuannya, membenarkan penyimpulan fakta berdasar hubungan sebab-akibat yang

digambarkan atau dibeberkan.49

Gunther Kress dan Theo van Leeuwen menyatakan, penataan visual images

halaman surat kabar bukan sekadar alasan estetika perwajahan, tetapi lebih

merupakan proses mempengaruhi lewat efek dan fungsi pesan agar menancap di

benak khalayak, termasuk aspek ideologi, pengaruh dan subjektivitas yang bersatu

47 Ibid, h. 179 48 Ibid, h. 179-180 49 Ibid,. h. 180

34

padu. Secara ideologis, Van Dijk menandaskan, fungsi visual images adalah untuk

memanipulasi fakta agar bermakna legitimate.50

Appeal to principle, pemikiran, prinsip, klaim moral sebagai argumentasi

pembenar membangun berita, berupa pepatah, cerita rakyat, mitos, doktrin, ajaran

dan sejenisnya. Appeal to principle yang apriori, dogmatis, simplistik, dan

monokausal (nonlogis) Bertujuan membuat khalayak tak berdaya menyanggah ke

sifat, waktu, tempat, cara tertentu, serta membuatnya tertutup/keras dari bentuk

penalaran lain.51 Dan pada akhirnya akan didapat konsekuensi dari teks berita, yang

terangkum dalam consequences.

1. Efek Framing

Analisis framing adalah salah satu metode penelitian yang termasuk baru

dalam dunia ilmu komunikasi. Para ahli menyebutkan bahwa analisis framing ini

merupakan perpanjangan dari analisis wacana yang dielaborasi terus menerus ini,

menghasilkan suatu metode yang up to date untuk memahami fenomena-fenomena

media mutakhir 52

Framing berkaitan dengan bagaimana realitas dibingkai dan disajikan kepada

khalayak. Sebuah realitas bisa jadi dibingkai dan dimaknai secara berbeda oleh

media. Bahkan pemaknaan itu bisa jadi akan sangat berbeda. Realitas begitu

50 Ibid,. h. 180 51 Ibid,. h. 179 52Agus Sudibyo, Politik Media dan Pertarungan Wacana. Yogyakarta: LKiS 2001 hal 23

35

kompleks, penuh dimensi ketika dimuat dalam berita bisa jadi akan menjadi realitas

satu dimensi.53

Framing berhubungan dengan pendefinisian realitas. Bagaimana peristiwa

dipahami, sumber siapa yang diwawancarai. Semua elemen tersebut tidak dimaknai

semata sebagai masalah teknis jurnalistik, tetapi sebuah praktik. Berbagai praktik

tersebut bisa mengakibatkan pendefinisian tertentu atas realitas. Peristiwa yang bisa

menghasilkan berita dan pada akhirnya realitas yang berbeda ketika peristiwa

tersebut dibingkai dengan cara yang berbeda.54

Salah satu efek yang paling mendasar adalah realitas sosial yang kompleks,

penuh dimensi dan tidak beraturan disajikan dalam berita sebagai sesuatu yang

sederhana, beraturan dan memenuhi logika tertentu. Framing menyedikan alat

bagaimana peristiwa dibentuk dan dikemas dalam kategori yang dikenal khalayak.

Karena itu framing menolong khalayak untuk memproses informasi ke dalam

kategori yang dikenal, kata-kata kunci dan citra tertentu. Khalayak bukan disediakan

informasi yang rumit, melainkan informasi yang tinggal ambil, kontekstual, berarti

bagi dirinya dan dikenal dalam benak mereka. Teori framing menunjukkan

bagaimana jurnalis membuat simplikasi, prioritas dan struktur tertentu dari peristiwa.

2. Menonjolkan Aspek Tertentu – Mengaburkan Aspek Lain.55

Framing umumnya ditandai dengan menonjolkan aspek tertentu dari

realitas.dalam penulis sering disebut focus. Berita secara sadar atu tidak diarahkan

53 Eriyanto, Analisis Framing Konstruksi, Ideologi dan Politik Media, h. 139-140 54 Ibid,. h. 139-140 55 Ibid,. h. 141

36

pada aspek tertentu. Akibatnya ada aspek lainnya yang tidak mendapatkan perhatian

memadai.

3. Menampilkan Sisi Tertentu – Melupakan Sisi lain.56

Menampilkan aspek tertentu menyebabkan aspek yang lain yang penting dalam

memahami realitas realitas tidak mendapatkan liputan yang memadai dalam berita.

4. Menampilkan Aktor Tertentu – Menyembunyikan Aktor Lainya.57

Berita seringkali juga memfokuskan pemberitaan pada aktor tertentu. Ini tentu

saja tidak salah, eapi efek yang segera terlihat adalah memfokuskan pada satu pihak

atau aktor tertenu menyebabkan aktor lain yang mungkin relevan dan penting dalam

pemberitaan menjadi tersembunyi.

56 Ibid,. h. 141 57 Ibid,. h. 142

37

BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Profil Megawati

Diah Permata Megawati Setiawati Soekarnoputri (lahir di Yogyakarta pada 23

Januari 1947)58 adalah Presiden Indonesia dari 23 Juli 2001 – 20 Oktober 2004. Ia

merupakan presiden wanita pertama dan presiden kelima di Indonesia. Namanya

cukup dikenal dengan Megawati Soekarnoputri. Pada 20 September 2004, ia kalah

dalam tahap kedua pemilu presiden 2004. Ia menjadi presiden setelah MPR

mengadakan Sidang Istimewa pada tahun 2001. Sidang Istimewa MPR diadakan

dalam menanggapi langkah Presiden Abdurrahman Wahid yang membekukan

lembaga MPR/DPR dan Partai Golkar. Ia dilantik pada 23 Juli 2001. Sebelumnya

dari tahun 1999-2001, ia adalah Wakil Presiden. Megawati adalah presiden pertama

dalam sejarah Indonesia yang turun takhta secara terhormat.

Dilahirkan di Yogyakarta pada 23 Januari 1947, Megawati adalah anak kedua

Presiden Soekarno yang telah memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17

Agustus 1945. Ibunya kelahiran Bengkulu dimana dahulu

diasingkan pada masa penjajahan belanda. Megawati dibesarkan dalam suasana

kemewahan di Istana Merdeka.

Megawati pernah menuntut ilmu di Universitas Padjadjaran di Bandung (tidak

sampai lulus) dalam bidang pertanian, selain juga pernah mengenyam pendidikan di

58 http://id.wikipedia.org/wiki/Megawati_Soekarnoputri.diunduh pada tanggal 16 Maret 2011 pukul 23:00

38

Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (tetapi tidak sampai lulus).59 Karir politik

Mega yang penuh liku seakan sejalan dengan garis kehidupan rumah tangganya yang

pernah mengalami kegagalan. Suami pertamanya, seorang pilot AURI, tewas dalam

kecelakaan pesawat di laut sekitar Biak, Irian Jaya. Waktu itu usia Mega masih awal

dua puluhan dengan dua anak yang masih kecil. Namun, ia menjalin kasih kembali

dengan seorang pria asal Mesir yang tampan, tetapi pernikahannya tak berlangsung

lama. Kebahagiaan dan kedamaian hidup rumah tangganya baru dirasakan setelah ia

menikah dengan Moh. Taufiq Kiemas, rekannya sesama aktivis di GMNI dulu, yang

juga menjadi salah seorang penggerak PDIP.

Jejak politik sang ayah berpengaruh kuat pada Megawati. Karena sejak

mahasiswa, saat kuliah di Fakultas Pertanian Universitas Pajajaran, ia pun aktif di

GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia).

Tahun 1986 ia mulai masuk ke dunia politik, sebagai wakil ketua PDI Cabang

Jakarta Pusat.Karir politiknya terbilang melesat. Mega hanya butuh waktu satu tahun

menjadi anggota DPR RI. Dalam Kongres Luar Biasa PDI yang diselenggarakan di

Surabaya 1993, Megawati terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Umum PDI.

Namun, pemerintah tidak puas dengan terpilihnya Mega sebagai Ketua Umum PDI.

Mega pun didongkel dalam Kongres PDI di Medan pada tahun 1996, yang memilih

Soerjadi sebagai Ketua Umum PDI.Mega tidak menerima pendongkelan dirinya dan

tidak mengakui Kongres Medan. Ia masih merasa sebagai Ketua Umum PDI yang

sah. Kantor dan perlengkapannya pun dikuasai oleh pihak Mega. Pihak Mega tidak

mau surut satu langkah pun. Mereka tetap berusaha mempertahankan kantor DPP

59 http://kepustakaan-presiden.pnri.go.id/biography/idx.asp?presiden=megawati di unduh pada tanggal 16 Maret 2011 pukul 23:15

39

PDI. Namun, Soerjadi yang didukung pemerintah memberi ancaman akan merebut secara paksa kantor DPP PDI yang terletak di Jalan Diponegoro.Ancaman Soerjadi kemudian menjadi kenyataan. Tanggal 27 Juli 1996 kelompok Soerjadi benar-benar merebut kantor DPP PDI dari pendukung Mega. Aksi penyerangan yang menyebabkan puluhan pendukung Mega meninggal itu, berbuntut pada kerusuhan massal di Jakarta yang dikenal dengan nama Peristiwa 27 Juli. Kerusuhan itu pula yang membuat Ketua Umum Partai Rakyat Demokratik (PRD) Budiman Sudjatmiko mendekam di penjara.

Nama : Megawati Soekarnoputri

Tempat Tanggal lahir : Yogyakarta 23 Januari 1947

Agama : Islam

Perjalanan karir

1. Anggota Gerakan Mahasiswa Nasional Indonsia (Bandung), (1965)

2. Anggota DPR-RI, (1993)

3. Anggota Fraksi DPI Komisi IV

4. Ketua DPC PDI Jakarta Pusat, Anggota FPDI DPR-RI, (1987-1997)

5. Ketua Umum PDI versi Munas Kemang (1993 - sekarang) PDI yang

dipimpinnya berganti nama menjadi PDI Perjuangan pada 1999 - sekarang

7. Wakil Presiden RI, (Oktober 1999-23 Juli 2001)

8. Presiden RI ke-5, (23 Juli 2001-2004)

Perjalanan pendidikan

1. SD Perguruan Cikini Jakarta, (1954-1959)

2. SLTP Perguruan Cikini Jakarta, (1960-1962)

40

3. SLTA Perguruan Cikini Jakarta, (1963-1965)

4. Fakultas Pertanian UNPAD Bandung (1965-1967), (tidak selesai)

5. Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (1970-1972), (tidak selesai)60

B. Gambaran Umum Rakyat Merdeka

1. Sejarah serta Perkembangan Rakyat Merdeka

Surat Kabar Harian Rakyat Merdeka merupakan salah satu perusahaaan di

bawah naungan Jawa Pos Group. Surat Kabar Harian Rakyat Merdeka terbit pertama

kali sebanyak 12 halaman, Kamis, 22 April 1999. Sejak tanggal 17 Februari 2003,

surat kabar ini beralokasi di Gedung Graha Pena Lt. 8-9, Jalan Raya Kebayoran

Lama No. 12, Jakarta Selatan 12212. Sebelumnya beralamat di Jalan Raya

Kebayoran Lama No. 17, Jakarta Selatan 12210. Surat kabar ini terbit berdasarkan

SK Menpen RI No. 326/SK/Menpen/SIUP/1998 dengan perubahan pada tanggal 6

April 1999 surat Menpen/Dirjen PPG No. 88/Ditjen PPG/K/1999.61

Seperti apa yang terlihat pada Surat Kabar Harian Rakyat Merdeka, di dalam

penyajiannya memiliki perbedaan tersendiri dengan surat kabar harian lainnya.

Headline Surat Kabar Harian Rakyat Merdeka sering dianggap “sensasional” dengan

penyajian berita-berita yang keras. Sehingga bulan-bulan pertama terbit, Surat Kabar

Harian Harian Rakyat Merdeka sering mendapat kecaman dari orang-orang yang

membacanya. Rakyat Merdeka dianggap sebagai koran provokator. Tampil dengan

penyajian berita yang keras, Surat Kabar Harian Rakyat Merdeka menempatkan

dirinya sebagai koran oposisi. Maksud oposisi di sini adalah surat kabar harian ini

siap mengkritik siapa pun yang berkuasa memerintah negeri ini.

60 http://kepustakaan-presiden.pnri.go.id/biography/idx.asp?presiden=megawati di unduh pada tanggal 16 Maret 2011 pukul 23:30 61 Ibnu Hamad. Kontruksi Realitas Politik dalam Media Massa, Granit, Jakarta, 2004. Hal 139

41

Hal tersebut bagi Surat Kabar Harian Rakyat Merdeka dianggap perlu dilakukan, karena dalam era reformasi sekarang mudah sekali untuk mendapatkan surat izin terbit. Namun ini bukan berarti mudah mampu menembus pasar, mengingat persaingan bisnis penerbitan semakin ketat dengan banyaknya majalah, tabloid, maupun koran umum yang ditawarkan pada masyarakat.

Belum lagi persaingan dengan media elektronik, seperti televisi dan internet.

Karenanya diperlukan suatu pemikiran yang strategis dalam bisnis penerbitan. Untuk itu diperlukan kerja sama yang baik tiap individu mulai dari bagian Redaksi sampai bagian Umum.

Sampai saat ini, Surat Kabar Harian Rakyat Merdeka masih tetap eksis mengumandangkan dirinya sebagai surat kabar harian oposisi. Peredarannya sementara ini lebih terfokus pada wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi

(Jabodetabek), Bandung, dan Bandar Lampung. Kalaupun ada yang beredar di luar wilayah tersebut, sangat masih terbatas, misalnya saja Kalimantan dan Malaysia.

Kini oplah Surat Kabar Harian Rakyat Merdeka mencapai lebih dari 150.000 eksemplar per hari.

Pihak manajemen belum memutuskan membuka perwakilan di daerah-daerah untuk memperluas peredaran jaringan pemasaran. Sebab saat ini untuk wilayah

Jabodetabek pun masih banyak yang harus diperbaiki, termasuk meningkatkan jumlah pembeli Surat Kabar Harian Rakyat Merdeka.

Dalam usianya yang sudah mencapai sebelas tahun ini, Surat Kabar Harian

Rakyat Merdeka terus memperbaiki dirinya. Memasuki awal tahun 2002 slogan Surat

Kabar Harian Rakyat Merdeka berubah dari “Apinya Demokrasi Indonesia” menjadi

42

“Politics News Leader” yang mengandung makna bahwa Surat Kabar Harian Rakyat

Merdeka ingin menjadi Surat Kabar Harian “terdepan” dalam isu-isu politik (koran

leader)62.

Meskipun Surat Kabar Harian Rakyat Merdeka dikelola oleh wajah-wajah

muda, sebagai salah satu anggota Dewan Kebijakan Redaksi, Karim Paputungan

memberikan bekal bagi para redaktur dan wartawannya yaitu jangan sekali-kali

menghilangkan fakta peristiwa dan fakta cerita dalam berita.

Sebagai koran eceran, Rakyat Merdeka mempunya ciri khas judul berita utama

(headline) selalu menarik untuk dibaca (eye catching) dan gaya bahasanya yang

cenderung sedikit “nakal”. Maka tidak mengherankan jika Rakyat Merdeka sering

disebut sebagai koran provokator. “Menurut kami, provokasi itu boleh-boleh saja

dilakukan asalkan itu untuk kepentingan orang banyak (publik) dan bertujuan baik,”

ujar Margiono, CEO Rakyat Merdeka Group.63

Mengingat pemberitaan koran Rakyat Merdeka selalu rawan bersentuhan

dengan hukum, inilah yang akhirnya menjadi latar belakang berdirinya law

ombudsman (sebuah lembaga yang berdiri untuk menjadi penengah dalam sengketa

hukum antara Rakyat Merdeka dengan pihak ketiga). Dalam hal ini, law ombudsman

harus bisa bersikap adil untuk kedua belah pihak, walau Rakyat Merdeka yang

membayarnya.

Selain pemberitaan cenderung fokus ke politik, Rakyat Merdeka juga memiliki

halaman-halaman lain yang juga tidak kalah menarik, seperti Hiburan (Bibir Mer dan

Hot Babes) dan Olahraga (Bomber dan Spirit). Bahkan kini, sejak tanggal 13 April

62 Bank Data Rakyat Merdeka di berikan oleh bapak sofwan pada tanggal 1 Mei 2011 63 Ibid.,

43

2004, Rakyat Merdeka telah hadir menjadi 20 halaman, dengan menambah halaman suplemen khusus seputar Info Bisnis, yang diberi nama ProBis (dulu bernama Bisnis

Harian, berdiri sejak 13 April 2004). Dalam Bisnis Harian diulas informasi seputar

Otomotif, Mal, Properti, Handphone, Komputer, dan Elektronik. Dan sekarang ini, isi pemberitaan koran Rakyat Merdeka juga dapat dilihat secara online di website www.myrmnews.com.

Sejak Rakyat Merdeka berdiri, sampai hari ini, telah melahirkan beberapa anak perusahaan; yaitu: Surat Kabar Harian Tangerang Satelit News, Surat Kabar Harian

Kriminal Lampu Hijau, Surat Kabar Harian Umum Non’stop, Surat Kabar Harian

Kriminal Surabaya Rek Ayo Rek, Surat Kabar Mingguan Info Lowongan Kerja,

Tabloid Haji, Rakayat Merdeka Institute, Manajemen Artis Positif Art, dan Penerbit

RM Book. Dan dalam rangka lebih meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan produktivitas disemua penerbitan, maka pihak manajemen Rakyat Merdeka mengambil satu langkah penting, yaitu membentuk satu lembaga yang namanya

Manajemen Rakyat Merdeka Group (Manajemen Group). Di mana tugas utamanya adalah melakukan pengawasan, pembinaan, serta pengembangan terhadap semua penerbitan, termasuk koran Rakyat Merdeka itu sendiri.

2. Kebijakan Redaksi Rakyat Merdeka

Rakyat Merdeka mengkonstruksi berita tentang Megawati secara Independent artinya kalau ada berita yang baik dari megawati Rakyat Merdeka memberitakan yang baiknya. Kalau ada yang perlu dikritik dari Megawati Rakyat Merdeka mengkritik Megawati

44

Kebijakan Rakyat Merdeka memsng idealis sebagai jurnalis yang professional,

objektif dan sebagainya. Tetapi dalam praktiknya ada pertimbangan yang

mengindikasikan keberpihakan.

VISI RAKYAT MERDEKA

Visi dari Rakyat Merdeka adalah menjadi koran politik oposisi terkuat di

Indonesia. Koran ini sengaja dibuat sebagai alat kontrol sosial terhadap pemerintah.

Hadir sebagai penyambung aspirasi suara rakyat.64

MISI RAKYAT MERDEKA

Misi dari Rakyat Merdeka adalah menjadi koran aspirasi rakyat kecil terkuat

khususnya di wilayah Jabotabek dalam menyampaikan kritik-kritik pada

pemerintah65

3. Gambaran Umum Koran Tempo

Tempo pada awalnya adalah sebuah majalah yang didirikan pada tahun 1971,66

awal Orde Baru. Hampir seluruh pendiri Tempo adalah para aktivis mahasiswa tahun

1965/1966 yang ikut menggulingkan Soekarno dan kemudian menempuh jalan

masing-masing untuk mengisi zaman Orde Baru. Beberapa di antaranya lalu

mendirikan Tempo. Tempo besar pada zaman Soeharto Orde Baru, disokong oleh

perusahaan yang juga dibesarkan pada masa Orde Baru tahun 1971, tetapi Orde Baru

juga mematikannya. Tempo lahir dan mati di masa Orde Baru, beberapa pendiri

Tempo adalah aktivis mahasiswa tahun 1965/1966 yang ikut menggulingkan

64 Ibid. 65 Ibid. 66 http://sejarah.kompasiana.com/2011/01/07/sejarah-majalah-tempo-konflik-dan- pembredelan/ diunduh pada tanggal 2 Mei 2011, pukul 22:00

45

Soekarno. Tempo luput dari pembredalan dua kali pada masa Orde Baru, tahun 1974

dan 1978. Tahun 1982, terjadi insiden Lapangan Banteng, menjelang Pemilu 1982

dan dianggap oleh pemerintah mengganggu keamanan67. Untuk itu Goenawan

Mohamad harus menandatangani kesepakatan dengan Departemen Penerangan untuk

tidak meliput isu-isu yang sensitife, termasuk yang menyangkut keluarga Cendana.

Tempo merupakan bagian dari kelas menengah Orde Baru, untuk itu tempo

merupakan fondasi ekonomi yang menyokong Orde Baru. Periode ketika Tempo

Berjaya ialah pada decade 1980-an, di mana anggaran belanja iklan perusahaan

banyak masuk ke media cetak. Jumlahnya mencapai 50% dari total belanja iklan

tersebu. Inilah yang pada akhirnya membuat gaji para wartawan Tempo mencapai

puncaknya. Setelah perpindahan Tempo dari kawasan Senen ke kawasan Kuningan

pada tahun 1986, setahun kemudian terjadi eksodus puluhan wartawannya. Mereka

keluar dari tempo untuk mendirikan Majalah editor, keluarnya mereka dikarenakan

Tempo telah berubah menjadi institusi bisnis, bukan lagi institusi perjuangan dan

manajemen sering kali membela pemilik modal dan tidak lagi menganggap wartawan

sebagai asset berharga.

Majalah Tempo adalah majalah berita mingguan Indonesia yang umumnya

meliput berita dan politik. Edisi pertama Tempo diterbitkan pada Maret 1971 yang

merupakan majalah pertama dan tidak memiliki afiliasi dengan pemerintah. Majalah

ini pernah dilarang oleh pemerintah pada tahun 1982 dan 21 Juni 1994, Tempo

kembali beredar pada 6 Oktober 1998. Tempo juga menerbitkan majalah dalam

bahasa Inggris sejak 12 September 2000 yang bernama Tempo Magazine dan pada 2

67 Ibid.

46

April 2001 Tempo juga menerbitkan Koran Tempo. Pelarangan terbit Majalah

Tempo pada 1994 bersama dengan Editor dan Detik, tidak pernah jelas penyebabnya.

Tapi banyak orang yakin bahwa Menteri Penerangan saat itu, Harmoko, mencabut

Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP) Tempo karena laporan majalah ini tentang

impor kapal perang dari Jerman, laporan ini dianggap membahayakan stabilitas

Negara. Laporan utama membahas keberatan pihak militer terhadap impor oleh

Menristek BJ Habibie. Sekelompok wartawan juga kecewa pada sikap Persatuan

wartawan Indonesia (PWI) karena menyetujui pembredelan Tempo, Editor dan Detik

yang kemudian mendirikan Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI).

Setelah pembredelan yang dilakukan pemerintah kepada Tempo tahun 1994.

Akhirnya dipenghujung jatuhnya rezim Orde Baru, Majalah Tempo bangkit kembali

pada tanggal 26 Oktober 1998. Tempo juga menerbitkan majalah dalam bahasa

Inggris sejak 12 September 2000 yang bernama Tempo Magazine. Dan tak lama

berselang, pada tanggal 2 April 2001 Koran Tempo terbit dengan sirkulasi sebesar

100.000 setiap hari68. Koran Tempo adalah sebuah koran berbahasa Indonesia yang

terbit di Indonesia. Pemiliknya adalah PT. Tempo Inti Media Harian yang didirikan

oleh Goenawan Mohamad pada tahun 1998 sebagai perusahaan penerbitan pers. Ide

awal untuk menerbitkan surat kabar tersebut disebabkan banyak berita menarik yang

tak bisa ditampung dalam mingguan mereka dan ada perbedaan peringkat penjualan

produk yang cukup jauh antara Kompas dengan harian lain seperti Media Indonesia

dan Republika

68 http://id.wikipedia.org/wiki/Koran_Tempo, diunduh pada 2 Mei 2009 pukul 24:00

47

Dengan bahasa yang lugas dan berciri reportase jurnalistik Tenpo mampu

merebut hati banyak pembaca, dan juga tempo banyak membahas mengenai dunia

politik, hukum, ekonomi dan gaya hidup, berita aktualnya terutama intrik politik,

kadang membuat marah kalangan tertentu di eksekutif, legislatife maupun yudikatif.

Idealisme Koran Tempo sendiri ialah menjadi media massa cetak yang mampu

mendorong masyarakat menjadi kritis dalam menerima informasi. Market reader

Koran Tempo ialah masyarakat kelas menengah keatas yang secara ekonomi

berkecukupan dan memiliki pendidian tinggi. Motto yang dianut Koran Tempo

adalah “to be concise” yaitu memberitakan sebuah peristiwa dengan ringkas padat

dan jelas sesuai dengan 5 W + 1 H. Motto ini juga yang mendasari desain Koran

Tempo yang pendek dan berita tidak bersambung dari suatu halaman lain ke halaman

lainnya. Pertimbangan lain adalah waktu pembaca surat kabar yang relatif pendek.

Saat ini Tempo memiliki labelnya sebagai Koran kompak, sebuah

pergeserankonsep surat kabar harian broadsheet menjadi format tabloid lima kolom

yang lebih mungil dan ringkas. Harus diakui bahwa Tempo adalah sebuah sekolah

sekolah jurnalisme dalam praktik di Indonesia yang alumninya diakui di mana-mana.

Sebuah nama-nama petinggi media di Indonesia saat ini, banyak diantaranya adalah

alumni Tempo. Kalau menyebut majalah berita, sukar menyebut media mana pun

yang tak ada alumni Tempo di dalamnya.

4. Kebijakan Redaksi Koran Tempo

Koran Tempo memberitakan sebuah berita sesuai dengan fakta dilapangan.

Tidak ada mengkonstruksi berita dengan mensetting berita. Koran Tempo menulis

berita sesuai dengan fakta, kaidah normatif yang berlaku dan standarnya kita

48

menggunakan 5W 1H beritanya tidak memberikan asumsi dan tidak memberikan

penuduhan jadi sesuai dengan fakta.

Visi Tempo Inti Media

Menjadi acuan dalam proses meningkatkan kebebasan rakyat untuk berpikir

dan mengutarakan pendapat serta membangun suatu masyarakat yang menghargai

kecerdasan dan perbedaan pendapat.69

Misi Tempo Inti Media

1) Menyumbangkan kepada masyarakat suatu produk multimedia yang

menampung dan menyalurkan secara adil suara yang berbeda-beda.

2) Sebuah produk multimedia yang mandir, bebas dari tekanan kekuasaan

modal dan politik

3) Terus-menerus meningkatkan apresiasi terhadap ide-ide baru, bahasa, dan

tampilan visual yang baik

4) Sebuah karya yang bermutu tinggi dan berpegang apda kode etik

5) Menjadikan tempat kerja yang mencerminkan Indonesia yang bergaam

sesuai kemajuan jaman

6) Sebuah proses kerja yang menghargai kemitraan dari semua sector

7) Menjadi lahan yang subur bagi kegiatan-kegiatan untuk memperkaya

khasanah artistik dan intelektual.

69 Bank Data Koran Tempo

49

BAB IV

KONSTRUKSI BERITA KORAN TEMPO DAN HARIAN RAKYAT

MERDEKA DALAM PEMBERITAAN MEGAWATI SOEKARNO PUTRI

SEBAGAI CALON PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2009

A. Gambaran Umum Penelitian

Hasil penelitian awal pada level analisis isi ini memberikan gambaran

bagaimana kecenderungan harian Koran Tempo dan Rakyat Merdeka dalam

mengkonstruksikan sosok Megawati Soekarno Putri sebagai Kandidat

Presiden Republik Indonesia tahun 2009. Hasil dari analisis isi tersebut

dipertajam dalam penelitian analisis framing. Dari ratusan berita yang

dianalisis dalam analisis isi, peneliti mengambil beberapa berita yang akan

dianalisis menggunakan analisis framing. Analisis framing beberapa berita

tersebut ditambah pengamatan peneliti dalam membaca seluruh berita

tentang Megawati Soekarno Putri periode Maret 2009 akan menggambarkan

bagaimana konstruksi Megawati Soekarno Putri sebagai Kandidat Presiden

Republik Indonesia tahun 2009. Di akhir bab ini, semua hasil penelitian

akan dikompilasikan, termasuk hasil wawancara mendalam peneliti dengan

redaksi media dari masing-masing harian.

1. Konstruksi Berita Megawati Dalam Koran Tempo

Koran Tempo memberitakan berita Megawati sebagai kandidat

presiden sama dengan calon yang lain seperti SBY, Wiranto. Koran Tempo

berusaha sebisa mungkin memberikan berita yang berimbang jadi tidak

50

setiap hari membahas Megawati saja, kecuali jika ada skandal-skandal atau

berita-berita yang mempengaruhi tentang Megawati

2. Kontrusi Berita Megawati dalam Rakyat Merdeka

Kebijakan redaksi Rakyat Merdeka terkait Megawati sebagai calon

presiden 2009 bersifat Independent.Jika ada berita tentang Megawati maka

kami beritakan sesuai fakta dilapangan. Tetapi dalam kebijakanya Rakyat

Merdeka mempunyai sikap untuk memilih suatu berita yang akan diangkat.

B. Hasil Penelitian Analisis Framing

Di bawah ini adalah hasil penelitian analisis framing terhadap beberapa

berita tentang Megawati Soekarno Putri sebagai Kandidat Presiden 2009

yang sudah dipilih oleh peneliti. Berita-berita yang dipilih untuk dianalisis

adalah berita yang memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh peneliti. Untuk

berita non kampanye, kriteria berdasarkan peristiwa menonjol tentang

pasangan calon sehingga kerap menjadi isu media dalam kurun waktu Maret

2009. Peristiwa-peristiwa ini bisa berupa konflik internal partai, konflik

partai pengusung dengan ormas, rumor, kampanye hitam (black campaign),

masalah hukum, kader salah satu partai yang menyeberang ke partai

pengusung pasangan lain dan lain-lain. Dengan kriteria tersebut,

memungkinkan berita antara Rakyat Merdeka dengan Koran Tempo tidak

sama karena terkait dengan kebijakan redaksional masing-masing media.

Sedangkan untuk berita kampanye dipilih berdasarkan nilai peristiwa

yang tinggi. Dalam hal ini peneliti menetapkan 3 kriteria yang kemungkinan

salah satu diantaranya menjadi unsur utama berita kampanye. Kriteria

51

tersebut adalah banyaknya massa yang datang. Kedua, adanya tokoh

nasional, pengurus partai tingkat pusat atau artis yang menjadi jurkam.

Ketiga, kegiatan kampanye yang memiliki nilai keunikan. Atas dasar kriteria

tersebut, peneliti memilih beberapa berita yang diteliti dalam analisis

framing.

1. Koran Tempo

Frame: Pertemuan Mega-Kalla Bakal Berlanjut (13 maret 2009 lampiran hal

97)

Media Package

Judul menunjukkan bahwa pertemuan atau komunikasi politik antara Jusuf

Kalla dengan Megawati Soekarno Putri ditanggapi sebagai sesuatu hal yang

biasa. Komunikasi politik antar tokoh politik dalam alam demokrasi

merupakan hal yang wajar. Tanggapan tersebut diungkapkan oleh Wakil

Sekretaris Jendral Partai Golkar Rully Chairul Azwar. Berikut petikannya:

“Peluang koalisi kecil jika Kalla di posisikan sebagai wakil Presiden. Kalau wakil lagi apa bedanya dengan sekarang.”

Sementara itu pengamat politik dari Center For Strategic and International

studies J, Kristiadi mengatakan pertemuan antara JK-Mega tidak terlalu

serius karena Kalla memang tidak berniat berkoalisidengan Mega.

Komunikasi politik antara Megawati Soekarno Putri dengan Jusuf Kalla

mendapat tanggapan yang beragam dari berbagai kalangan. Politisi Partai

Golkar dan politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan menganggap

pertemuan tersebut sebagai ajang politik yang positif dalam upaya

52

mendinginkan suasana politik. Tanggapan berbeda diberikan oleh pengamat politik. Mereka menganggap bahwa apa yang dilakukan oleh JK dan Mega adalah hal yang biasa dalam politik. Mereka juga tidak menganggap hal itu sebagai sebuah ancaman terhadap peran pemerintahaan SBY di mata rakyat sebagai calon pemilih pada pemilihan presiden tahun 2009.

Core Frame

Tema utama berita ini adalah tanggapan pengamat politisi terhadap pertemuan atau komunikasi politik yang dilakukan oleh Jusuf Kalla dan

Megawati Soekarno Putri. Penekanan berita tentu saja pada tanggapan yang diberikan oleh Pengamat Politik. Dimana pemberitaan ini hanya sebagai isu public tentang kedua partai.

Condensing Symbol

Sikap harian ini sudah terlihat dalam lead yang menekankan pada tanggapan terhadap pertemuan yang dilakukan oleh Jusuf Kalla dan

Megawati Soekarno Putri. Jelas terlihat bahwa komunikasi politik yang dilakukan oleh Megawati menjelang pemilu. Hal ini wajar karena berdasarkan survei atau jajak pendapat berbagai lembaga survei mau pun media menunjukkan bahwa Mega termasuk salah satu kandidat terkuat dalam pemilihan presiden 2009. Terminologi “bakal berlanjut” menunjukkan bahwa apa yang dilakukan oleh kubu Mega ditanggapai biasa saja oleh publik dalam hal ini Partai Golkar.

53

Untuk melihat bagaimana konstruksi yang terbangung dari pemberitaan

Megawati Soekarno Putri ini digunakan perangkat framing (framing device) dan perangkat penalaran (reasoning devices) yang akan memperlihatkan bagaimana framing Koran Tempo dalam memandang Megawati Soekarno

Putri sebagai calon presiden tahun 2009, dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel- 03

Demokrat Anggap Pertemuan JK-Mega Bukan Ancaman

Framing Device Reasoning Device Methapors: Roots: (Judul) Golkar Anggap Pertemuan Peristiwa atau pertemuan antara JK- JK-Mega Bukan Ancaman. Mega boleh jadi dianggap oleh Pertemuan dua tokoh politik berbagai kalangan sebagai ancaman pesaing utama Susilo Bambang utama terhadap peluang Susilo Yudhoyono boleh jadi merupakan Bambang Yudhoyono dalam ancaman utama ketika kedua kompetisi pemilihan presiden 2009. tokoh tersebut berkoalisi. Penilaian tersebut dapat dimaklumi mengingat dua tokoh politik tersebut memimpin dua partai terbesar. Penyatuan dua kekuatan besar tersebut jika terjadi koalisi tentu saja dapat memberikan ancaman kepada kubu SBY. Catcphrases: Appeals to principles: Pertemuan dua tokoh politik yaitu Komunikasi politik Jusuf Kalla Jusuf Kalla dengan Megawati dengan Megawati Soekarno Putri dua Soekarno Putri di sebuah tempat pimpinan partai terbesar dianggap di Jakarta mendapat tanggapan sebagai hal yang biasa saja oleh Partai dari berbagai kalangan termasuk Demokrat. Pertemuan tersebut atau dari pihak SBY yang selama ini pun tindak lanjut dari pertemuan diposisikan sebagai kandidat tersebut bukanlah ancaman yang terkuat Presiden Republik berarti terhadap peluang SBY untuk Indonesia periode 2009-2014. memenangkan pemilihan presiden 2009. Exemplaar Consequences Pertemuan Megawati Soekarno Koalisi antar partai politik dan Putri dengan Jusuf Kalla terjadi kandidat presiden mutlak dilakukan setelah Pemilu Legislatif tahun mengingat hasil pemilu legislatif 2009 berakhir. Pertemuan mengisyarakat tidak ada satu partai tersebut merupakan bentuk politik yang dapat mencalonkan diri komunikasi politik dalam rangka karena tidak memenuhi syarat kecuali

54

menjajaki koalisi di antara dua Parta Demokrat. tokoh politik tersebut yang sama- sama berambisi untuk menjadi calon presiden. Depiction Usaha untuk mempersatukan kekuatan politik dan tokoh politik dalam rangka menantang calon presiden terkuat yaitu . Koalisi juga perlu dibangun karena kekuatan partai politik di parlemen tidak memenuhi syarat untuk mencalonkan diri tanpa berkoalisi. Visual Foto memperlihatkan Megawati Soekarno Putri dan Jusuf Kalla tengah bersalaman.

Hasil pemilu legislatif tahun 2009 menghasilkan kemenangan bagi

Partai Demokrat. Hasil ini memang sudah diperkirakan oleh berbagai kalangan walaupun hasilnya tetap dianggap mengejutkan. Kemenangan

Partai Demokrat seakan mengisyarakatkan kemenangan bagi Susilo

Bambang Yudhoyono pada pemilihan presiden tahun 2009. Kondisi ini memaksa para kandidat presiden seperti Megawati Soekarno Putri, Jusuf

Kalla, Prabowo Subianto dan Wiranto dan tokoh lainnya untuk membangun kekuatan dalam rangka menghadapi pemilihan presiden. Berbagai langkah dilakukan oleh kandidat-kandidat presiden tersebut untuk menjajaki kemungkinan berkoalisi. Hal ini lah yang juga dilakukan oleh Megawati

Soekarno Putri dan Jusuf Kalla. Dua tokoh politik ini secara kebetulan memimpin dua partai besar yaitu Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Partai Golkar.

55

Diakui atau tidak dua partai ini sulit untuk berkoalisi berdasarkan sejarah kedua partai tersebut. Selain faktor sejarah kedua pimpinan partai ini juga menginginkan untuk menjadi calon presiden sehingga kemungkinan untuk berkoalisi menjadi sangat kecil. Akan tetapi dalam politik segala sesuatu diyakini oleh para politisi adalah mungkin. Atas dasar itulah maka komunikasi politik tetap dibangun baik oleh PDIP maupun Partai Golkar.

Komunikasi awal tentu saja dilakukan oleh beberapa pengurus pusat kedua kekuatan politik tersebut. Selanjutnya maka dilakukan komunikasi puncak antara kedua tokoh utama partai bersangkutan.

Penjajakan yang dilakukan oleh Megawati Soekarno Putri dengan Jusuf

Kalla mendapat tanggapan berbagai pihak. Partai Demokrat sebagai partai pemenang pemilu dan memiliki calon presiden terkuat yaitu Susilo

Bambang Yudhoyono juga memberikan tanggapan. Pertemuan atau komunikasi politik antara Jusuf Kalla dengan Megawati Soekarno Putri ditanggapi oleh Partai Demokrat sebagai sesuatu hal yang biasa. Komunikasi politik antar tokoh politik dalam alam demokrasi merupakan hal yang wajar.

Tanggapan tersebut diungkapkan oleh Anas Urbaningrum Ketua DPP Partai

Demokrat Bidang Politik. Berikut petikannya:

“Kamipun tidak pernah mempersoalkan, ya karena komunikasi politik adalah hal yang baik dan biasa saja.”

Berbeda dengan pernyataan yang dikemukakan oleh petinggi partai

Golkar dan PDIP sebagai partai politik yang dipimpin oleh Jusuf Kalla dan juga Megawati Soekarno Putri. Petinggi kedua partai tersebut tampaknya yakin akan kemungkinan terjadinya koalisi dua kekuatan politik tersebut.

56

Penyatuan kekuatan politik tersebut adalah konsekuensi logis dalam menghadapi calon presiden terkuat yaitu Susilo Bambang Yudhoyono.

Di lain pihak Partai Demokrat tampaknya memiliki keyakinan atau optimisme yang tinggi untuk memenangkan pemilihan presiden tahun 2009 mengingat berbagai survei yang dilakukan banyak lembaga mengunggulkan

Susilo Bambang Yudhoyono sebagai calon presiden periode 2009-2014.

Pernyataan yang menyatakan bahwa pertemuan antara Megawati dengan

Jusuf Kalla bukanlah sebuah ancaman yang dapat menggagalkan kemenangan Susilo Bambang Yudhoyono.

Frame: Mega Tuding BLT Rendahkan Harga Diri (edisi 21 Maret 2009 lampiran hal 98)

Media Package

Judul menunjukkan bahwa Megawati Soekarno Putri menyampaikan kritik keras terhadap kebijakan pemerintah. PDIP sebagai partai oposisi dan diketuai oleh Megawati menganggap bahwa kebijakan tersebut tidak tepat dan sangat merendahkan harga diri rakyat. Ia menganggap bahwa dana yang dialokasikan untuk BLT akan lebih bermanfaat jika digunakan untuk membangun fasilitas umum dan infrastruktur jalan sehingga mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Kebijakan pemerintahan SBY yang memberiikan Bantuan Tunai Langsung

(BLT) kepada rakyat miskin mendapat kritik dari Megawati Soekarno Putri.

Kebijakan tersebut dianggapa tidak tepat dan tidak berarti banyak terhadap kehidupan masyarakat miskin. Kebijakan tersebut akan lebih baik jika

57

digunakan untuk pembangunan infrastruktur baik jalan mau pun kesehatan masyarakat yang tentu saja lebih berguna bagi kehidupan masyarakat.

Demikian tanggapan Megawati Soekarno Putri.

Core Frame

Tema utama berita ini adalah kritik Megawati Soekarno Putri terhadap kebijakan pemerintahan SBY dalam memberikan BLT. Mega menganggap kebijakan tersebut tidak tepat dan dianggap merendahkan harga diri rakyat penerimanya. Selain itu kebijakan tersebut dianggap tidak tepat dan lebih cocok jika dipakai untuk membangun infrastruktur.

Condensing Symbol

Penggunaan terminologi “Rendahkan Harga Diri” menunjukkan betapa harian ini menganggap BLT adalah kebijakan bagi-bagi uang kepada rakyat miskin sehingga mereka dikatakan tidak memiliki harga diri. Penyebutan rendahkan harga diri bisa disamakan sebagai rakyat miskin yang pantas dikasihani dengan cara memberikan uang yang sangat kecil.

Untuk melihat bagaimana konstruksi yang terbangun dari pemberitaan

Megawati Soekarno Putri ini digunakan perangkat framing (framing device) dan perangkat penalaran (reasoning devices) yang akan memperlihatkan bagaimana framing Koran Tempo dalam memandang Megawati Soekarno

Putri sebagai calon presiden tahun 2009, dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel- 04

Mega Tuding BLT Rendahkan Harga Diri

Framing Device Reasoning Device

58

Methapors: Roots: (Judul) Mega Tuding BLT Kritik Megawati Soekarno Putri Rendahkan Harga Diri terhadap kebijakan Bantuan Tunai Kebijakan BLT dinilai oleh Langsung (BLT) merupakan bentuk Megawati Soekarno Putri sebagai protes terhadap kebijakan tersebut. kebijakan keliru dan merendahkan Kritik tersebut boleh jadi merupakan harga diri kegerahan kubu Megawati yang menilai kebijakan pemberian BLT sebagai bentuk kampanye politik. Protes keras yang dilemparkan Megawati sebagai bentuk perlawanan politik atas kebijakan yang menguntungkan SBY. Catcphrases: Appeals to principles: Kritik Megawati atas kebijakan Kebijakan pemerintah SBY SBY dalam memberikan BLT memberikan BLT merupakan merupakan tindakan yang tidak kebijakan keliru dan merendahkan menguntungkan rakyat. Ia harga diri rakyat dalam pandangan menganggap bahwa kebijakan Megawati Soekarno Putri. tersebut keliru karena tidak dapat menaikkan derajat hidup masyarakat miskin. Exemplaar Consequences Kebijakan pemerintahan SBY yang Penggunaan terminologi “Rendahkan memberiikan Bantuan Tunai Harga Diri” menunjukkan betapa Langsung (BLT) kepada rakyat harian ini menganggap BLT adalah miskin mendapat kritik dari kebijakan bagi-bagi uang kepada Megawati Soekarno Putri. rakyat miskin sehingga mereka Kebijakan tersebut dianggapa dikatakan tidak memiliki harga diri. tidak tepat dan tidak berarti Penyebutan rendahkan harga diri bisa banyak terhadap kehidupan disamakan sebagai rakyat miskin yang masyarakat miskin. Kebijakan pantas dikasihani dengan cara tersebut akan lebih baik jika memberikan uang yang sangat kecil. digunakan untuk pembangunan infrastruktur baik jalan mau pun kesehatan masyarakat yang tentu saja lebih berguna bagi kehidupan masyarakat. Demikian tanggapan Megawati Soekarno Putri.

Depiction Mega menganggap kebijakan BLT tersebut tidak tepat dan dianggap merendahkan harga diri rakyat penerimanya. Selain itu kebijakan tersebut dianggap tidak tepat dan lebih cocok jika dipakai untuk

59

membangun infrastruktur. Visual Foto memperlihatkan Megawati Soekarno Putri tengah berpidato di sebuah panggung kampanye

Kebijakan pemberian Bantuan Tunai Lansung (BLT) merupakan kebijakan yang diambil guna mengurangi dampak kenaikan harga Bahan

Bakar Minyak (BBM) terutama bagi rakyat miskin. Kebijakan ini dalam pandangan pemerintah adalah bentuk dari pengalihan subsidi pemerintah dari BBM menjadi subsidi langsung yang disebut BLT. Pemberian BLT tersebut mendapat banyak kritik yang dianggap tidak menyelesaikan kemiskinan yang dialami banyak rakyat Indonesia. Sebagian politisi dan pengamat politik bahkan menganggap kebijakan tersbeut bentuk money politik apalagi saat menjelang Pemilu. Salah satu tokoh politik yang memberikan kritik keras adalah Megawati Soekarno Putri. Dalam pandangan Mega pemberian BLT tidak menyentuh akar persoalan besarnya jumlah rakyat miskin. Selain dianggap salah sasaran pemberian BLT tidak mendidik masyarakat.

Tingginya suhu politik menjelang Pemilu kritik terhadap pemberian

BLT semakin tajam. Serangan politik terhadap kebijakan pemerintahan SBY menemukan momentum tepat menjelang Pemilu terutama pada kampanye partai politik. Kebijakan pemerintahan SBY yang memberiikan BLT kepada rakyat miskin mendapat kritik dari Megawati Soekarno Putri. Kebijakan tersebut dianggapa tidak tepat dan tidak berarti banyak terhadap kehidupan masyarakat miskin. Kebijakan tersebut akan lebih baik jika digunakan untuk

60

pembangunan infrastruktur baik jalan mau pun kesehatan masyarakat yang tentu saja lebih berguna bagi kehidupan masyarakat. Demikian tanggapan

Megawati Soekarno Putri.

Penggunaan terminologi “Rendahkan Harga Diri” menunjukkan betapa harian ini menganggap BLT adalah kebijakan bagi-bagi uang kepada rakyat miskin sehingga mereka dikatakan tidak memiliki harga diri. Penyebutan rendahkan harga diri bisa disamakan sebagai rakyat miskin yang pantas dikasihani dengan cara memberikan uang yang sangat kecil.

Frame: Yudhoyono-Megawati Tak Perlu Mediator (19 Maret 2009 lampiran hal 99)

Media Package

Judul menunjukkan bahwa rencana pertemuan antara Susilo Bambang

Yudhoyono dengan Megawati Soekarno Putri tidak memerlukan pihak ketiga sebagai mediator. Rencana pertemuan kedua tokoh politik utama negeri ini banyak diinginkan oleh berbagai kalangan untuk mencairkan hubungan kedua tokoh tersebut. Selama ini publik menilai bahwa kedua tokoh tersebut berada di dua pihak yang saling bersebrangan secara politik bahkan emosional. Akan tetapi rencana pertemuan tersebut tidak memerlukan mediator sebagaimana dikemukakan oleh Andi Mallarangeng.

Berikut petikannya:

“Tidak perlu dimediasi-mediasi kalau kita (Partai Demokrat), kapan saja siap bekerja sama, bertemu dan bersahabat.”

61

Rencana pertemuan antara dua tokoh politik utama negeri ini yaitu Susilo

Bambang Yudhoyono dan Megawati Soekarno Putri dianggap sebagai rencana positif dalam alam demokrasi dewasa ini. Dua tokoh politik yang sama-sama diketahui publik tidak harmonis secara pribadi dan kebijakan politik tersebut dapat mendinginkan suasana politik yang memanas menjelang pemilihan presiden 2009. Akan tetapi Partai Demokrat menganggap jika pertemuan tersebut terjadi maka tidak diperlukan mediator dari pihak mana pun.

Core Frame

Tema utama berita ini adalah rencana pertemuan dua tokoh politik utama dalam percaturan politik Indonesia. Rencana tersebut sangat positif tetapi kedua kubu menganggap tidak memerlukan pihak-pihak tertentu untuk menjadi mediator yang kebetulan hal itu ditawarkan oleh Partai Golkar.

Condensing Symbol

Sikap harian ini sudah terlihat dalam lead yang menekankan pada tanggapan Partai Demokrat terhadap rencana pertemuan antara Susilo

Bambang Yudhoyono dan Megawati Soekarno Putri. Terminologi “tidak perlu mediator” menunjukkan bahwa rencana tersebut tidak perlu melibatkan pihak-pihak di luar Partai Demokrat dan di luar Partai

Demokrasi Indonesia Perjuangan.

Untuk melihat bagaimana konstruksi yang terbangun dari pemberitaan

Megawati Soekarno Putri ini digunakan perangkat framing (framing device)

62

dan perangkat penalaran (reasoning devices) yang akan memperlihatkan bagaimana framing Koran Tempo dalam memandang Megawati Soekarno

Putri sebagai calon presiden tahun 2009, dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel- 05

Yudhoyono-Megawati Tak Perlu Mediator

Framing Device Reasoning Device Methapors: Roots: (Judul) Yudhoyono-Megawati Rencana pertemuan dua tokoh Tak Perlu Mediator politik utama menjelang pemilihan Rencana pertemuan Susilo Bambang presiden 2009 mendapat reaksi Yudhoyono dengan Megawati yang beragam dari berbagai Soekarno Putri digagas berbagai kalangan. Partai Demokrat kalangan untuk mendinginkan menganggap pertemuan tersebut suasana politik menjelang pemilihan dapat dilakukan tetapi tidak presiden 2009 memerlukan mediasi dari pihak- pihak di luar Partai Demokrat dan juga Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Catcphrases: Appeals to principles: Rencana pertemuan dua tokoh Pertemuan kedua tokoh politik politik utama tersebut merupakan utama tidak memerlukan mediasi tindak lanjut dari keinginan dari pihak-pihak di luar Partai berbagai kalangan untuk Demokrat dan Partai Demokrasi mendinginkan suasana politik Indonesia Perjuangan. Pernyataan menjelang pemilihan presiden tahun tersebut boleh jadi dikarenakan 2009. keinginan Partai Golkar untuk menjadi mediator dari pertemuan dua tokoh politik tersebut. Exemplaar Consequences Rencana pertemuan antara Susilo Rencana pertemuan antara Susilo Bambang Yudhoyono dengan Bambang Yudhoyono dan Megawati Megawati Soekarno Putri tidak Soekarno Putri. Terminologi “tidak memerlukan pihak ketiga sebagai perlu mediator” menunjukkan mediator. Rencana pertemuan bahwa rencana tersebut tidak perlu kedua tokoh politik utama negeri ini melibatkan pihak-pihak di luar banyak diinginkan oleh berbagai Partai Demokrat dan di luar Partai kalangan untuk mencairkan Demokrasi Indonesia Perjuangan. hubungan kedua tokoh tersebut. Selama ini publik menilai bahwa kedua tokoh tersebut berada di dua pihak yang saling bersebrangan secara politik bahkan emosional.

63

Depiction Rencana pertemuan antara dua tokoh politik utama negeri ini yaitu Susilo Bambang Yudhoyono dan Megawati Soekarno Putri dianggap sebagai rencana positif dalam alam demokrasi dewasa ini. Dua tokoh politik yang sama-sama diketahui publik tidak harmonis secara pribadi dan kebijakan politik tersebut dapat mendinginkan suasana politik yang memanas menjelang pemilihan presiden 2009. Visual Foto memperlihatkan Megawati Soekarno Putri dan Susilo Bambang Yudhoyono tengah berpidato di tempat yang berbeda

Hubungan Megawati Soekarno Putri dengan Susilo Bambang

Yudhoyono diketahui publik tidak harmonis dalam beberapa tahun terakhir terutama menjelang Pemilu tahun 2004. Ketidakharmonisan tersebut mempengaruhi suhu politik apalagi menjelang pemilu 2009. Atas kondisi tersebut berbagai kalangan berharap kedua tokoh politik utama negeri ini dapat bertemu sekaligus memberikan pendidikan yang politik yang baik bagi bangsa Indonesia. Rencana pertemuan antara dua tokoh politik utama negeri ini yaitu Susilo Bambang Yudhoyono dan Megawati Soekarno Putri dianggap sebagai rencana positif dalam alam demokrasi dewasa ini. Dua tokoh politik yang sama-sama diketahui publik tidak harmonis secara pribadi dan kebijakan politik tersebut dapat mendinginkan suasana politik yang memanas menjelang pemilihan presiden 2009. Akan tetapi Partai

Demokrat menganggap jika pertemuan tersebut terjadi maka tidak diperlukan mediator dari pihak mana pun.

64

Rencana pertemuan kedua tokoh politik utama negeri ini banyak

diinginkan oleh berbagai kalangan untuk mencairkan hubungan kedua

tokoh tersebut. Selama ini publik menilai bahwa kedua tokoh tersebut

berada di dua pihak yang saling bersebrangan secara politik bahkan

emosional. Akan tetapi rencana pertemuan tersebut tidak memerlukan

mediator sebagaimana dikemukakan oleh Andi Mallarangeng. Berikut

petikannya:

“Tidak perlu dimediasi-mediasi kalau kita (Partai Demokrat), kapan saja siap bekerja sama, bertemu dan bersahabat.”

Rencana pertemuan antara dua tokoh politik utama negeri ini yaitu Susilo

Bambang Yudhoyono dan Megawati Soekarno Putri dianggap sebagai

rencana positif dalam alam demokrasi dewasa ini. Harian ini memberikan

penekanan kepada opini pengurus Partai Demokrat terkait usulan beberapa

pihak untuk memediasi pertemuan Megawati Soekarno Putri dengan Susilo

Bambang Yudhoyono. Hubungan kedua tokoh politik tersebut yang memang

tidak harmonis dapat dijembatani oleh pihak ketiga di luar PDIP dan Partai

Demokrat. Akan tetapi pernyataan tersebut ditolak oleh petinggi Partai

Demokrat yang merasa tidak memerlukan mediator jika memang pertemuan

tersebut terjadi.

2. Rakyat Merdeka

Frame: Kritikan Mega Ke SBY Membingungkan Rakyat (edisi 24 Maret 2009

lampiran hal 100)

Media Package

65

Judul menunjukkan bahwa kritikan Megawati kepada SBY dinilai sebagai strategi politik yang blunder. Karena kritik tersebut maka diprediksi menguntungkan kandidat capres lain. Perang terbuka atau bisa jadi salah satu bentuk kampanye yang ingin menjatuhkan kredibilitas SBY dinilai oleh beberapa pengamat politik sebagai tindakan yang tidak cerdas. Pengamat politik dari Universitas Indonesia Ibramsyah dan Arbi Sanit memberikan tanggapan negatif terhadap kritik Megawati terhadap SBY tersebut. Berikut petikannya:

Ibramsyah:

“Masyarakat sekarang sudah cerdas dalam menilai isi kampanye. Baik SBY dan Megawati, keduanya sekedar tebar pesona dan membela diri dari masing-masing. Masyarakat sudah muak, sebagai peimpin dan bekas pemimpin, seyogyanya mereka tidak saling ejek”

Arbi Sanit:

“Ini justru menguntungkan SBY, karena bagaimanapun memberi sedikit tetap akan dianggap lebih baik daripada tidak sama seklai”

Kritik Megawati Soekarno Putri terhadap kebijakan SBY selama memimpin pemerintahan periode 2004-2005. Megawati memberikan kritik terkait banyak hal termasuk di dalamnya gaya kepemimpinan SBY yang dianggap lamban dan tidak tegas, pemberian BLT yang dianggap tidak mendidik rakyat bahkan ditenggarai sebagai bentuk kampanye dan juga terhadap kebijakan SBY yang dianggap maju mundur. Berita ditekankan kepada pendapat pengamat politik dalam hal ini Ibramsyah dan Arbi Sanit dari

Universitas Indonesia. Kedua pengamat politik tersebut menilai bahwa

66

kritik Megawati kepada SBY tidak menguntungkan citra Megawati sendiri di mata calon pemilih. Bahkan keduanya justru menganggap bahwa apa yang dilakukan Megawati dapat menguntungkan capres lain terutama SBY.

Core Frame

Tema utama berita ini adalah kritik pengamat politik terhadap kritik yang dilontarkan Megawati Soekarno Putri atas kebijakan SBY. Kritik tersebut bahkan muncul di judul itu sendiri. Tema kedua adalah bantahan yang diberikan oleh Pengurus Pusat Partai Demokrat. Hal itu ditunjukkan dengan pernyataannya di alinea ketiga. Inti dari berita tersebut adalah kritik terhadap apa yang dilakukan Megawati dari dua pengamat politik

Universitas Indonesia yang dikutip secara langsung dalam alinea 6 dan alinea 13.

Condensing Symbol

Sikap harian ini sudah terlihat dalam lead yang menekankan pada penilaian terhadap kritik Megawati atas kebijakan pemerintahan SBY. Dalam hal ini kritik Megawati diposisikan sebagai sesuatu yang kontra produktif terhadap upaya pencintraan diri sebagai calon presiden yang akan bertarung pada

Pemulu Presiden 2009. Dalam foto caption, penekanan ini ditonjolkan kembali. Tampak dalam foto tersebut gambar Megawati yang tengah berpidato. Harian ini juga memberikan label terhadap kritik Megawati sebagai kritik yang non substansial. Kritik yang dilakukan Megawati dan

67

juga bantahan dari kubu SBY disebut sebagai “perang kata-kata” oleh harian ini.

Untuk melihat bagaimana konstruksi yang terbangung dari pemberitaan

Megawati Soekarno Putri ini digunakan perangkat framing (framing device) dan perangkat penalaran (reasoning devices) yang akan memperlihatkan bagaimana framing Rakyat Merdeka dalam memandang Megawati Soekarno

Putri sebagai calon presiden tahun 2009, dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel- 06

Kritikan Mega Ke SBY Membingungkan Rakyat

Framing Device Reasoning Device Methapors: Roots: (Judul) Kritikan Mega Ke SBY Kritik Megawati Soekarno Putri Membingungkan Rakyat terhadap kebijakan SBY selama Kritikan Megawati kepada SBY memimpin pemerintahan periode dinilai sebagai strategi politik yang 2004-2005. Megawati memberikan blunder. Karena kritik tersebut kritik terkait banyak hal termasuk di maka diprediksi menguntungkan dalamnya gaya kepemimpinan SBY kandidat capres lain. Perang terbuka yang dianggap lamban dan tidak atau bisa jadi salah satu bentuk tegas, pemberian BLT yang kampanye yang ingin menjatuhkan dianggap tidak mendidik rakyat kredibilitas SBY dinilai oleh bahkan ditenggarai sebagai bentuk beberapa pengamat politik sebagai kampanye dan juga terhadap tindakan yang tidak cerdas. kebijakan SBY yang dianggap maju mundur. Catcphrases: Appeals to principles: Kritik pengamat politik terhadap Berita ditekankan kepada pendapat kritik yang dilontarkan Megawati pengamat politik dalam hal ini Soekarno Putri atas kebijakan SBY. Ibramsyah dan Arbi Sanit dari Kritik tersebut bahkan muncul di Universitas Indonesia. Kedua judul itu sendiri pengamat politik tersebut menilai bahwa kritik Megawati kepada SBY tidak menguntungkan citra Megawati sendiri di mata calon pemilih. Bahkan keduanya justru menganggap bahwa apa yang dilakukan Megawati dapat menguntungkan capres lain terutama SBY.

68

Exemplaar Consequences Kritik pengamat politik terhadap Megawati memberikan kritik terkait kritik yang dilontarkan Megawati banyak hal termasuk di dalamnya Soekarno Putri atas kebijakan SBY. gaya kepemimpinan SBY yang Kritik tersebut bahkan muncul di dianggap lamban dan tidak tegas, judul itu sendiri. Tema kedua adalah pemberian BLT yang dianggap tidak bantahan yang diberikan oleh mendidik rakyat bahkan ditenggarai Pengurus Pusat Partai Demokrat. sebagai bentuk kampanye dan juga Hal itu ditunjukkan dengan terhadap kebijakan SBY yang pernyataannya di alinea ketiga. Inti dianggap maju mundur. dari berita tersebut adalah kritik terhadap apa yang dilakukan Megawati dari dua pengamat politik Universitas Indonesia Depiction Penilaian terhadap kritik Megawati atas kebijakan pemerintahan SBY. Dalam hal ini kritik Megawati diposisikan sebagai sesuatu yang kontra produktif terhadap upaya pencintraan diri sebagai calon presiden yang akan bertarung pada Pemulu Presiden 2009 Visual Dalam foto caption, penekanan ini ditonjolkan kembali. Tampak dalam foto tersebut gambar Megawati yang tengah berpidato.

Kritikan Megawati kepada SBY dinilai sebagai strategi politik yang blunder. Karena kritik tersebut maka diprediksi menguntungkan kandidat capres lain. Perang terbuka atau bisa jadi salah satu bentuk kampanye yang ingin menjatuhkan kredibilitas SBY dinilai oleh beberapa pengamat politik sebagai tindakan yang tidak cerdas. Pengamat politik dari Universitas

Indonesia Ibramsyah dan Arbi Sanit memberikan tanggapan negatif terhadap kritik Megawati terhadap SBY tersebut. Berikut petikannya:

69

Ibramsyah:

“Masyarakat sekarang sudah cerdas dalam menilai isi kampanye. Baik SBY dan Megawati, keduanya sekedar tebar pesona dan membela diri dari masing-masing. Masyarakat sudah muak, sebagai peimpin dan bekas pemimpin, seyogyanya mereka tidak saling ejek”

Arbi Sanit:

“Ini justru menguntungkan SBY, karena bagaimanapun memberi sedikit tetap akan dianggap lebih baik daripada tidak sama seklai”

Kritik Megawati Soekarno Putri terhadap kebijakan SBY selama memimpin pemerintahan periode 2004-2005. Megawati memberikan kritik terkait banyak hal termasuk di dalamnya gaya kepemimpinan SBY yang dianggap lamban dan tidak tegas, pemberian BLT yang dianggap tidak mendidik rakyat bahkan ditenggarai sebagai bentuk kampanye dan juga terhadap kebijakan SBY yang dianggap maju mundur. Berita ditekankan kepada pendapat pengamat politik dalam hal ini Ibramsyah dan Arbi Sanit dari Universitas Indonesia. Kedua pengamat politik tersebut menilai bahwa kritik Megawati kepada SBY tidak menguntungkan citra Megawati sendiri di mata calon pemilih. Bahkan keduanya justru menganggap bahwa apa yang dilakukan Megawati dapat menguntungkan capres lain terutama SBY.

Frame: SBY: Negara Berhak Bantu Rakyat Susah (edisi 23 Maret 2009 lampiran hal 101)

Media Package

70

Berita ini berisi pembelaan SBY terhadap kritik yang dilakukan berbagai pihak terutama Megawati Soekarno Putri terkait dengan kebijakannya memberikan Bantuan Tunai Langsung (BLT). SBY memberikan jawaban langsung atas kritik tersebut. Dalam orasinya di Lapangan Bumi Sriwijaya

Palembang SBY mengatakan bahwa kebijakan BLT adalah tidak salah. Ia mengklaim bahwa apa yang dilakukan pemerintahan di bawah kepemimpinannya memiliki program untuk mengentaskan kemiskinan yang dihadapi rakyat Indonesia. SBY bahkan secara gamblang menjelaskan, program pemerintah untuk membantu perekonomian rakyatnya tidak hanya

BLT. Masih ada program pro rakyat lainnya seperti Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM), Bantuan Operasional Sekolah

(BOS) yang disalurkan untuk meringankan beban siswa dan kredit usaha rakyat.

Condensing Symbol

Penyebutan “Negara Berhak Bantu Rakyat Susah” terkait dengan kenyataan bahwa begitu besar kemiskinan yang masih terjadi di Indonesia dan negara memiliki kewajiban untuk membantu rakyatnya. Harian ini juga memberikan label terhadap kritik Megawati sebagai kritik yang non substansial. Kritik yang dilakukan Megawati dan juga bantahan dari kubu

SBY disebut sebagai “perang kata-kata” oleh harian ini.

Untuk melihat bagaimana konstruksi yang terbangung dari pemberitaan

Megawati Soekarno Putri ini digunakan perangkat framing (framing device) dan perangkat penalaran (reasoning devices) yang akan memperlihatkan

71

bagaimana framing Rakyat Merdeka dalam memandang Megawati Soekarno

Putri sebagai calon presiden tahun 2009, dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel- 07

SBY: Negara Berhak Bantu Rakyat Susah

Framing Device Reasoning Device Methapors: Roots: (Judul) SBY: Negara Berhak Bantu Dalam orasinya di Lapangan Bumi Rakyat Susah Sriwijaya Palembang SBY Pembelaan SBY terhadap kritik yang mengatakan bahwa kebijakan BLT dilakukan berbagai pihak terutama adalah tidak salah. Ia mengklam Megawati Soekarno Putri terkait bahwa apa yang dilakukan dengan kebijakannya memberikan pemerintahan di bawah Bantuan Tunai Langsung (BLT). kepemimpinannya memiliki SBY memberikan jawaban langsung program untuk mengentaskan atas kritik tersebut. kemiskinan yang dihadapi rakyat Indonesia. SBY bahkan secara gamblang menjelaskan, program pemerintah untuk membantu perekonomian rakyatnya tidak hanya BLT. Masih ada program pro rakyat lainnya seperti Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM), Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang disalurkan untuk meringankan beban siswa dan kredit usaha rakyat.

Catcphrases: Appeals to principles: Kritik Megawati atas kebijakan SBY Kebijakan SBY dalam memberikan dalam memberikan BLT merupakan BLT merupakan kebijakan tepat tindakan yang tidak menguntungkan untuk membantu rakyat miskin rakyat. Ia menganggap bahwa sebagai kompensasi naiknya harga kebijakan tersebut keliru karena Bahan Bakar Minyak. tidak dapat menaikkan derajat hidup masyarakat miskin. Exemplaar Consequences Pembelaan SBY terhadap kritik yang SBY memberikan jawaban langsung dilakukan berbagai pihak terutama atas kritik tersebut. Dalam orasinya Megawati Soekarno Putri terkait di Lapangan Bumi Sriwijaya dengan kebijakannya memberikan Palembang SBY mengatakan bahwa Bantuan Tunai Langsung (BLT). kebijakan BLT adalah tidak salah. Depiction

72

SBY bahkan secara gamblang menjelaskan, program pemerintah untuk membantu perekonomian rakyatnya tidak hanya BLT. Masih ada program pro rakyat lainnya seperti Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM), Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang disalurkan untuk meringankan beban siswa dan kredit usaha rakyat. Visual Foto memperlihatkan Susilo Bambang Yudhoyono tengah berpidato saat kampanye di Bumi Sriwijaya Palembang

SBY memberikan jawaban langsung atas kritik tersebut. Dalam orasinya di Lapangan Bumi Sriwijaya Palembang SBY mengatakan bahwa kebijakan BLT adalah tidak salah. Ia mengklaim bahwa apa yang dilakukan pemerintahan di bawah kepemimpinannya memiliki program untuk mengentaskan kemiskinan yang dihadapi rakyat Indonesia. SBY bahkan secara gamblang menjelaskan, program pemerintah untuk membantu perekonomian rakyatnya tidak hanya BLT. Masih ada program pro rakyat lainnya seperti Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri

(PNPM), Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang disalurkan untuk meringankan beban siswa dan kredit usaha rakyat.

73

Frame: Popularitas Megawati Mentok di 20 Persen (edisi 29 Maret 2009 lampiran hal 102)

Media Package

Judul menunjukkan bahwa popularitas Megawati Soekarno Putri sebagai calon presiden tidak akan melampaui angka 20 persen. Harian ini memberitakan bahwa tingkat aksebilitas Megawati tidak akan mampu melewati tingkat elektabilitas SBY dalam Pemilihan Presiden 2009.

Penilaian itu berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Lembaga Survei

Nasional (LSN) yang menghasilkan angka 15,3% untuk tingkat elektabilitas

Megawati Soekarno Putri jauh di bawah popularitas SBY yang mencapai

41,4%. Menurut Fachry Ali (pengamat sosial politik LIPI) kondisi tersebut tidaklah mengerankannya. Menurutnya ada dua faktor yang menyebabkan tingkat popularitas Megawati selalu berada di bawah popularitas SBY.

Pertama, jaman sudah berubah dan kedua Megawati sudah diberikan kesempatan untuk berkuasa tetapi hasilnya tidak memenuhi ekspetasi publik. Berikut petikannya:

Fachry Ali:

“Dua itulah yang selalu menempatkan SBY teratas tanpa mengenyampingkan calon-calon lainnya”. Selain itu ia mengatakan, “Jadi, Megawati sebagai garis Soekarno pun tidak bisa mengangkat secara signifikan tingkat kepopuleran dan keterpilihan itu.”

Pengamat politik lain (Maswadi Rauf) menyatakan bahwa langkah Megawati menyerang kebijakan SBY dengan “senjata” BLT merupakan kekeliruan. Dia

74

mengakui konsultan politik di kedua kubu – kubu SBY dan kubu Megawati – beradu kreatif. Berikut petikannya:

Maswadi Rauf:

“Ini justru menguntungkan SBY, karena bagaimanapun memberi sedikit tetap akan dianggap lebih baik daripada tidak sama seklai”

Popularitas Megawati sebagai calon presiden yang akan bertarung pada

Pemilihan Presiden tahun 2009 dinilai tidak akan mampu melampaui popularitas SBY. Penilaian tersebut berdasarkan survei yang dilakukan oleh

Lembaga Survei Nasional (LSN). Pengamat politik yang dimintai pendapat terkait hasil survei tersebut mengaku tidak terkejut mengingat masyarakat

Indonesia dianggap sudah cerdas menilai sebuah kepemimpinan. Megawati dianggap gagal memenuhi harapan masyarakat ketika menjadi presiden dan juga kampanye yang mengandalkan kharisma Bung Karno – ayah kandung

Megawati sekaligus tokoh Proklamtor RI – sudah tidak relevan dewasa ini.

Selain itu SBY dinilai memiliki berbagai kelebihan ketika memimpin negeri ini di samping konsultan politik yang profesional dan cerdik mengemas citra

SBY yang selalu positif di mata masyarakat Indonesia.

Core Frame

Tema utama berita ini adalah tingkat popularitas Megawati Soekarno Putri sebagai kandidat presiden RI 2009-20014. Penilaian tersbut berdasarkan hasil survei Lembaga Survei Nasional yang menyatakan bahwa Megawati hanya akan dipilih oleh 15,3% calon pemilih sementara SBY disukai oleh

75

41,1% calon pemilih. Tema kedua adalah pendapat pengamat politik terhadap hasil survei tersebut. Hal itu ditunjukkan dengan pernyataannya di alinea ketiga. Pendapat dua pengamat politik yang dikutip oleh harian tersebut menunjukkan bahwa hasil survei tersebut tidak mengejutkan.

Megawati dinilai dua pengamat politik tersebut tidak akan mampu mengalahkan SBY selain hanya memiliki dukungan dari pendukung fanatik

PDIP.

Condensing Symbol

Sikap harian ini sudah terlihat dalam lead yang menekankan pada hasil survei Lembaga Survei Nasional terkait dengan popularitas Megawati dalam

Pemilihan Presiden 2009. Dalam hal ini tingkat popularitas Megawati diposisikan sebagai kondisi yang tidak akan mampu menang sebagai calon presiden yang akan bertarung pada Pemilihan Presiden 2009.

Untuk melihat bagaimana konstruksi yang terbangung dari pemberitaan

Megawati Soekarno Putri ini digunakan perangkat framing (framing device) dan perangkat penalaran (reasoning devices) yang akan memperlihatkan bagaimana framing Rakyat Merdeka dalam memandang Megawati Soekarno

Putri sebagai calon presiden tahun 2009, dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel- 08

Popularitas Megawati Mentok di 20 Persen

Framing Device Reasoning Device Methapors: Roots: (Judul) Popularitas Megawati Popularitas Megawati sebagai calon

76

Mentok di 20 Persen presiden yang akan bertarung pada Tingkat aksebilitas Megawati tidak Pemilihan Presiden tahun 2009 akan mampu melewati tingkat dinilai tidak akan mampu elektabilitas SBY dalam Pemilihan melampaui popularitas SBY. Presiden 2009. Penilaian itu Penilaian tersebut berdasarkan berdasarkan hasil survei yang survei yang dilakukan oleh Lembaga dilakukan oleh Lembaga Survei Survei Nasional (LSN). Pengamat Nasional (LSN) yang menghasilkan politik yang dimintai pendapat angka 15,3% untuk tingkat terkait hasil survei tersebut elektabilitas Megawati Soekarno mengaku tidak terkejut mengingat Putri jauh di bawah popularitas SBY masyarakat Indonesia dianggap yang mencapai 41,4%. sudah cerdas menilai sebuah kepemimpinan. Megawati dianggap gagal memenuhi harapan masyarakat ketika menjadi presiden dan juga kampanye yang mengandalkan kharisma Bung Karno – ayah kandung Megawati sekaligus tokoh Proklamtor RI – sudah tidak relevan dewasa ini. Catcphrases: Appeals to principles: Pendapat pengamat politik terhadap Megawati dianggap gagal memenuhi hasil survei tersebut. Hal itu harapan masyarakat ketika menjadi ditunjukkan dengan pernyataannya presiden dan juga kampanye yang di alinea ketiga. Pendapat dua mengandalkan kharisma Bung pengamat politik yang dikutip oleh Karno – ayah kandung Megawati harian tersebut menunjukkan bahwa sekaligus tokoh Proklamtor RI – hasil survei tersebut tidak sudah tidak relevan dewasa ini. mengejutkan. Megawati dinilai dua pengamat politik tersebut tidak akan mampu mengalahkan SBY selain hanya memiliki dukungan dari pendukung fanatik PDIP. Exemplaar Consequences Hasil survei Lembaga Survei Popularitas Megawati sebagai calon Nasional terkait dengan popularitas presiden yang akan bertarung pada Megawati dalam Pemilihan Presiden Pemilihan Presiden tahun 2009 2009. Dalam hal ini tingkat dinilai tidak akan mampu popularitas Megawati diposisikan melampaui popularitas SBY. sebagai kondisi yang tidak akan Penilaian tersebut berdasarkan mampu menang sebagai calon survei yang dilakukan oleh Lembaga presiden yang akan bertarung pada Survei Nasional (LSN). Pemilihan Presiden 2009. Depiction Hasil survei Lembaga Survei Nasional yang menyatakan bahwa Megawati hanya akan dipilih oleh

77

15,3% calon pemilih sementara SBY disukai oleh 41,1% calon pemilih. Visual Foto memperlihatkan Megawati Soekarno Putri tengah berpidato di sebuah acara

Popularitas Megawati sebagai calon presiden yang akan bertarung pada Pemilihan Presiden tahun 2009 dinilai tidak akan mampu melampaui popularitas SBY. Penilaian tersebut berdasarkan survei yang dilakukan oleh

Lembaga Survei Nasional (LSN). Pengamat politik yang dimintai pendapat terkait hasil survei tersebut mengaku tidak terkejut mengingat masyarakat

Indonesia dianggap sudah cerdas menilai sebuah kepemimpinan. Megawati dianggap gagal memenuhi harapan masyarakat ketika menjadi presiden dan juga kampanye yang mengandalkan kharisma Bung Karno – ayah kandung

Megawati sekaligus tokoh Proklamtor RI – sudah tidak relevan dewasa ini.

Selain itu SBY dinilai memiliki berbagai kelebihan ketika memimpin negeri ini di samping konsultan politik yang profesional dan cerdik mengemas citra

SBY yang selalu positif di mata masyarakat Indonesia.

Penilaian itu berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Lembaga

Survei Nasional (LSN) yang menghasilkan angka 15,3% untuk tingkat elektabilitas Megawati Soekarno Putri jauh di bawah popularitas SBY yang mencapai 41,4%. Menurut Fachry Ali (pengamat sosial politik LIPI) kondisi tersebut tidaklah mengerankannya. Menurutnya ada dua faktor yang menyebabkan tingkat popularitas Megawati selalu berada di bawah popularitas SBY. Pertama, jaman sudah berubah dan kedua Megawati sudah

78

diberikan kesempatan untuk berkuasa tetapi hasilnya tidak memenuhi ekspetasi publik. Berikut petikannya:

Fachry Ali:

“Dua itulah yang selalu menempatkan SBY teratas tanpa mengenyampingkan calon-calon lainnya”. Selain itu ia mengatakan, “Jadi, Megawati sebagai garis Soekarno pun tidak bisa mengangkat secara signifikan tingkat kepopuleran dan keterpilihan itu.”

Pengamat politik lain (Maswadi Rauf) menyatakan bahwa langkah

Megawati menyerang kebijakan SBY dengan “senjata” BLT merupakan kekeliruan. Dia mengakui konsultan politik di kedua kubu – kubu SBY dan kubu Megawati – beradu kreatif. Berikut petikannya:

Maswadi Rauf:

“Ini justru menguntungkan SBY, karena bagaimanapun memberi sedikit tetap akan dianggap lebih baik daripada tidak sama seklai”

Popularitas Megawati sebagai calon presiden yang akan bertarung pada Pemilihan Presiden tahun 2009 dinilai tidak akan mampu melampaui popularitas SBY. Penilaian tersebut berdasarkan survei yang dilakukan oleh

Lembaga Survei Nasional (LSN).

Frame: Pertemuan JK dan Bos PDIP Bikin Kesal Adik Mega (edisi 14 Maret

2009 lampiran hal 103)

Media Package

79

Judul berita ini terlihat sangat provokatif terkait komunikasi politik yang dilakukan Jusuf Kalla dengan Megawati Soekarno Putri. Harian ini memberitakan ketidaksenangan Rachmawati Soekarno Putri – anggota

Dewan Pertimbangan Presiden – yang juga adik kandung Megawati

Soekarno Putri atas pertemuan Jusuf Kalla dengan Megawati. Tampak jelas terlihat bagaimana harian ini ingin memperlihatkan perbedaan orientasi politik di antara saudara kandung putri Bung Karno. Rachmawati menganggap pertemuan kedua tokoh politik tersebut dilakukan untuk menggalang kekuatan dalam menghadapi SBY di pemilihan presiden 2009.

Berikut petikannya:

“Pertemuan ini semacam obsesi politik yang menginginkan SBY tidak terpilih lagi. Jadi tidak mengindahkan etika politik”. Selanjutnya ia mengatakan,”Kalau mau jadi wapres lagi, lebih baik JK tetap bersama SBY. Potensi duet ini untuk menang lagi sangat besar”.

Pertemuan atau komunikasi politik yang dibangun Jusuf Kalla dan

Megawati Soekarno Putri dalam menjajaki kemungkinan koalisi dalam pemilihan presiden 2009 ditanggapi dingin bahkan prihatin oleh

Rachmawati Soekarno Putri – anggota Dewan Pertimbangan Presiden yang juga adik kandung Megawati Soekarno Putri. Pertemuan tersebut dalam pandangan Rachmawati tidak beretika secara politik mengingat Jusuf Kalla masih menjabat sebagai Wakil Presiden RI berpasangan dengan SBY. Selain itu Rachmawati menganggap bahwa pertemuan tersebut tidak akan menghasilkan kesepakatan untuk membangun koalisi mengingat banyaknya perbedaan di antara kedua tokoh politik tersebut. Secara ideologis dan

80

historis sulit untuk menyatakan Partai Golkar pimpinan Jusuf Kalla dengan

PDIP pimpinan Megawati Soekarno Putri. Selain itu Jusuf Kalla juga pernah bersebrangan secara politik dengan Megawati ketika memutuskan mundur dari kabinet untuk maju sebagai calon wakil presiden berpasangan dengan

SBY pada Pilpres 2004.

Core Frame

Tema utama berita ini adalah ketidaksenangan Rachmawati Soekarno Putri atas tindakan dua tokoh politik yaitu Jusuf Kalla dan Megawati Soekarno

Putri yang melakukan pertemuan atau komunikasi politik dalam menghadapi pemilihan presiden tahun 2009. Tema ini adalah tema tunggal bagaimana seorang Rachmawati menunjukan orientasi politik yang bersebrangan dengan orientasi politik dengan Megawati yang kebetulan mereka bersaudara. Walaupun secara historis kedua saudara putri Bung

Karno ini selalu bersebrangan orientasi politik akan tetapi berita yang dianggkat harian ini memberikan suatu pemahaman masyarakat atas perpecahan keluarga Bung Karno.

Condensing Symbol

Sikap harian ini jelas menunjukkan keberpihakan kepada kubu SBY terkait tindakan Megawati membangun komunikasi politik dalam rangka penjajakan koalisi dengan Jusuf Kalla. Pengangkatan tokoh Rachmawati sebagai adik Megawati yang berbeda secara politik bukan tanpa maksud.

Jelas sekali ini menunjukkan bahwa telah terjadi perpecahan dalam keluarga Bung Karno terkait pencalonan Megawati sebagai calon presiden.

81

Penggunaan terminologi “kesal” menunjukkan bahwa ketidaksetujuan

Rachmawati terhadap langkah politik Megawati begitu besar.

Untuk melihat bagaimana konstruksi yang terbangung dari pemberitaan

Megawati Soekarno Putri ini digunakan perangkat framing (framing device) dan perangkat penalaran (reasoning devices) yang akan memperlihatkan bagaimana framing Rakyat Merdeka dalam memandang Megawati Soekarno

Putri sebagai calon presiden tahun 2009, dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel- 09

Pertemuan JK dan Bos PDIP Bikin Kesal Adik Mega

Framing Device Reasoning Device Methapors: Roots: (Judul) Pertemuan JK dan Bos PDIP Pertemuan atau komunikasi politik Bikin Kesal Adik Mega yang dibangun Jusuf Kalla dan Ketidaksenangan Rachmawati Megawati Soekarno Putri dalam Soekarno Putri – anggota Dewan menjajaki kemungkinan koalisi Pertimbangan Presiden – yang juga dalam pemilihan presiden 2009 adik kandung Megawati Soekarno ditanggapi dingin bahkan prihatin Putri atas pertemuan Jusuf Kalla oleh Rachmawati Soekarno Putri – dengan Megawati. anggota Dewan Pertimbangan Presiden yang juga adik kandung Megawati Soekarno Putri. Pertemuan tersebut dalam pandangan Rachmawati tidak beretika secara politik mengingat Jusuf Kalla masih menjabat sebagai Wakil Presiden RI berpasangan dengan SBY. Catcphrases: Appeals to principles: Rachmawati menganggap bahwa Pertemuan atau komunikasi politik pertemuan tersebut tidak akan yang dibangun Jusuf Kalla dan menghasilkan kesepakatan untuk Megawati Soekarno Putri dalam membangun koalisi mengingat menjajaki kemungkinan koalisi banyaknya perbedaan di antara dalam pemilihan presiden 2009 kedua tokoh politik tersebut. Secara ditanggapi dingin bahkan prihatin ideologis dan historis sulit untuk oleh Rachmawati Soekarno Putri – menyatakan Partai Golkar pimpinan anggota Dewan Pertimbangan Jusuf Kalla dengan PDIP pimpinan Presiden yang juga adik kandung Megawati Soekarno Putri. Megawati Soekarno Putri.

82

Exemplaar Consequences Ketidaksenangan Rachmawati Pertemuan atau komunikasi politik Soekarno Putri atas tindakan dua yang dibangun Jusuf Kalla dan tokoh politik yaitu Jusuf Kalla dan Megawati Soekarno Putri dalam Megawati Soekarno Putri yang menjajaki kemungkinan koalisi melakukan pertemuan atau dalam pemilihan presiden 2009 komunikasi politik dalam ditanggapi dingin bahkan prihatin menghadapi pemilihan presiden oleh Rachmawati Soekarno Putri – tahun 2009. anggota Dewan Pertimbangan Presiden yang juga adik kandung Megawati Soekarno Putri. Depiction Rachmawati menunjukan orientasi politik yang bersebrangan dengan orientasi politik dengan Megawati yang kebetulan mereka bersaudara. Walaupun secara historis kedua saudara putri Bung Karno ini selalu bersebrangan orientasi politik akan tetapi berita yang dianggkat harian ini memberikan suatu pemahaman masyarakat atas perpecahan keluarga Bung Karno.

Visual Foto memperlihatkan Rachmawati Soekarno Putri tengah diwawancarai media massa

Pertemuan atau komunikasi politik yang dibangun Jusuf Kalla dan

Megawati Soekarno Putri dalam menjajaki kemungkinan koalisi dalam pemilihan presiden 2009 ditanggapi dingin bahkan prihatin oleh

Rachmawati Soekarno Putri – anggota Dewan Pertimbangan Presiden yang juga adik kandung Megawati Soekarno Putri. Pertemuan tersebut dalam pandangan Rachmawati tidak beretika secara politik mengingat Jusuf Kalla masih menjabat sebagai Wakil Presiden RI berpasangan dengan SBY.

83

Rachmawati menganggap pertemuan kedua tokoh politik tersebut dilakukan untuk menggalang kekuatan dalam menghadapi SBY di pemilihan presiden

2009. Berikut petikannya:

“Pertemuan ini semacam obsesi politik yang menginginkan SBY tidak terpilih lagi. Jadi tidak mengindahkan etika politik”. Selanjutnya ia mengatakan,”Kalau mau jadi wapres lagi, lebih baik JK tetap bersama SBY. Potensi duet ini untuk menang lagi sangat besar”.

Pengangkatan tokoh Rachmawati sebagai adik Megawati yang berbeda secara politik bukan tanpa maksud. Jelas sekali ini menunjukkan bahwa telah terjadi perpecahan dalam keluarga Bung Karno terkait pencalonan Megawati sebagai calon presiden. Penggunaan terminologi

“kesal” menunjukkan bahwa ketidaksetujuan Rachmawati terhadap langkah politik Megawati begitu besar.

Frame: JK-Mega Segera Bertemu (edisi 1 Maret 2009 lampiran hal 104)

Media Package

Judul berita ini menunjukkan manuver politik JK-Mega dalam menghadapi pemilihan umum tahun 2009. Pertemuan kedua tokoh politik tersebut terkait dengan penjajakan untuk berkoalisi secara permanen dalam membangun relasi kekuasan. Pertemuan atau komunikasi politik yang dibangun Jusuf Kalla dan Megawati Soekarno Putri dalam juga dilakukan dalam menjajaki kemungkinan koalisi dalam pemilihan presiden 2009 ditanggapi dingin bahkan prihatin oleh Rachmawati Soekarno Putri –

84

anggota Dewan Pertimbangan Presiden yang juga adik kandung Megawati

Soekarno Putri. Pertemuan tersebut digagas oleh masing-masing pengurus pusat partai bersangkutan. Akan tetapi komunikasi politik yang dilakukan baru sebatas upaya awal dalam kemungkinan membangun koalisi karena semua partai politik peserta pemilu termasuk Golkar dan PDIP tengah berkonsentrasi dalam pemenangan pemilu legislatif tersebut. Jadi semua upaya tersebut akan berubah secara signifikan setelah hasil pemilu legislatif diketahui.

Pertemuan atau komunikasi politik yang dibangun Jusuf Kalla dan

Megawati Soekarno Putri dalam juga dilakukan dalam menjajaki kemungkinan koalisi dalam pemilihan presiden 2009 ditanggapi dingin bahkan prihatin oleh Rachmawati Soekarno Putri – anggota Dewan

Pertimbangan Presiden yang juga adik kandung Megawati Soekarno Putri.

Pertemuan tersebut digagas oleh masing-masing pengurus pusat partai bersangkutan. Akan tetapi komunikasi politik yang dilakukan baru sebatas upaya awal dalam kemungkinan membangun koalisi karena semua partai politik peserta pemilu termasuk Golkar dan PDIP tengah berkonsentrasi dalam pemenengan pemilu legislatif tersebut. Jadi semua upaya tersebut akan berubah secara signifikan setelah hasil pemilu legislatif diketahui.

Core Frame

Tema utama berita ini adalah manuver yang dilakukan oleh Jusuf Kalla dan

Megawati Soekarno Putri dalam melakukan penjajakan koalisi di antara dua partai besar yang mereka pimpin yaitu Golkar dan PDIP. Koalisi yang dijajaki bertujuan untuk membangun pemerintahan yang kuat yang

85

ditopang oleh kekuatan politik besar di legislatif. Tampaknya Golkar dan

PDIP sebagai kekuatan politik besar menginginkan terjadinya penyatuan sehingga mampu membentuk pemerintahan yang kuat dan stabil. Akan tetapi kemungkinan terjadinya koalisi sangat prematur untuk dipastikan mengingat semua partai politik peserta pemilu tengah melakukan konsolidasi besar dalam rangka memenangkan pemilu legislatif.

Condensing Symbol

Sikap harian ini menunjukkan bahwa apa yang dilakukan kedua tokoh politik tersebut sebagai tindakan prematur dalam menjajaki kemungkinan koalisi mengingat pemilu legislatif belum diketahui hasilnya. Terminologi

“manuver politik” menunjukkan bahwa apa yang dilakukan kedua tokoh politik tersebut menguatkan penilaian tersebut.

Untuk melihat bagaimana konstruksi yang terbangung dari pemberitaan

Megawati Soekarno Putri ini digunakan perangkat framing (framing device) dan perangkat penalaran (reasoning devices) yang akan memperlihatkan bagaimana framing Rakyat Merdeka dalam memandang Megawati Soekarno

Putri sebagai calon presiden tahun 2009, dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel- 10

JK-Mega Segera Bertemu

Framing Device Reasoning Device Methapors: Roots: (Judul) JK-Mega Segera Bertemu Pertemuan atau komunikasi politik Manuver politik JK-Mega dalam yang dibangun Jusuf Kalla dan menghadapi pemilihan umum tahun Megawati Soekarno Putri dalam 2009. Pertemuan kedua tokoh juga dilakukan dalam menjajaki politik tersebut terkait dengan kemungkinan koalisi dalam penjajakan untuk berkoalisi secara pemilihan presiden 2009 ditanggapi permanen dalam membangun relasi dingin bahkan prihatin oleh

86

kekuasan. Pertemuan atau Rachmawati Soekarno Putri – komunikasi politik yang dibangun anggota Dewan Pertimbangan Jusuf Kalla dan Megawati Soekarno Presiden yang juga adik kandung Putri dalam juga dilakukan dalam Megawati Soekarno Putri. menjajaki kemungkinan koalisi Pertemuan tersebut digagas oleh dalam pemilihan presiden 2009 masing-masing pengurus pusat ditanggapi dingin bahkan prihatin partai bersangkutan. Akan tetapi oleh Rachmawati Soekarno Putri – komunikasi politik yang dilakukan anggota Dewan Pertimbangan baru sebatas upaya awal dalam Presiden yang juga adik kandung kemungkinan membangun koalisi Megawati Soekarno Putri karena semua partai politik peserta pemilu termasuk Golkar dan PDIP tengah berkonsentrasi dalam pemenengan pemilu legislatif tersebut. Catcphrases: Appeals to principles: Koalisi yang dijajaki bertujuan Manuver yang dilakukan oleh Jusuf untuk membangun pemerintahan Kalla dan Megawati Soekarno Putri yang kuat yang ditopang oleh dalam melakukan penjajakan koalisi kekuatan politik besar di legislatif. di antara dua partai besar yang Tampaknya Golkar dan PDIP mereka pimpin yaitu Golkar dan sebagai kekuatan politik besar PDIP. Koalisi yang dijajaki menginginkan terjadinya penyatuan bertujuan untuk membangun sehingga mampu membentuk pemerintahan yang kuat yang pemerintahan yang kuat dan stabil. ditopang oleh kekuatan politik besar Akan tetapi kemungkinan terjadinya di legislatif. koalisi sangat prematur untuk dipastikan mengingat semua partai politik peserta pemilu tengah melakukan konsolidasi besar dalam rangka memenangkan pemilu legislatif. Exemplaar Consequences Manuver yang dilakukan oleh Jusuf Pertemuan atau komunikasi politik Kalla dan Megawati Soekarno Putri yang dibangun Jusuf Kalla dan dalam melakukan penjajakan koalisi Megawati Soekarno Putri dalam di antara dua partai besar yang juga dilakukan dalam menjajaki mereka pimpin yaitu Golkar dan kemungkinan koalisi dalam PDIP. Koalisi yang dijajaki pemilihan presiden 2009 ditanggapi bertujuan untuk membangun dingin bahkan prihatin oleh pemerintahan yang kuat yang Rachmawati Soekarno Putri – ditopang oleh kekuatan politik besar anggota Dewan Pertimbangan di legislatif. Presiden yang juga adik kandung Megawati Soekarno Putri. Depiction Kemungkinan membangun koalisi karena semua partai politik peserta

87

pemilu termasuk Golkar dan PDIP tengah berkonsentrasi dalam pemenangan pemilu legislatif tersebut. Jadi semua upaya tersebut akan berubah secara signifikan setelah hasil pemilu legislatif diketahui. Visual Tidak ada visualisasi gambar pada berita ini mengingat tidak dianggap sebagai berita utama oleh redaksi harian ini

Tampaknya Golkar dan PDIP sebagai kekuatan politik besar menginginkan terjadinya penyatuan sehingga mampu membentuk pemerintahan yang kuat dan stabil. Akan tetapi kemungkinan terjadinya koalisi sangat prematur untuk dipastikan mengingat semua partai politik peserta pemilu tengah melakukan konsolidasi besar dalam rangka memenangkan pemilu legislatif.

Pertemuan tersebut digagas oleh masing-masing pengurus pusat partai bersangkutan. Akan tetapi komunikasi politik yang dilakukan baru sebatas upaya awal dalam kemungkinan membangun koalisi karena semua partai politik peserta pemilu termasuk Golkar dan PDIP tengah berkonsentrasi dalam pemenangan pemilu legislatif tersebut. Jadi semua upaya tersebut akan berubah secara signifikan setelah hasil pemilu legislatif diketahui.

Frame: Mega Bisa Dicap Kekanak-kanakan (edisi 17 Maret 2009 lampiran hal 105)

88

Media Package

Judul berita ini menunjukkan bahwa tawaran Presiden SBY untuk membangun komunikasi dengan Megawati Soekarno Putri. Tawaran dari kubu Presiden SBY mendapat tanggapan dari Taufik Kiemas yang juga suami dari Megawati. Selama ini publik mengetahui hubungan antara

Megawati dengan SBY terlihat beku bahkan putus komunikasi pasca mundurnya SBY dari Kabinet Gotong Royong sebagai Menko Polkam dan maju dalam pemilihan presiden 2004 dan memenangkan pemilihan tersebut. Terkait tawaran SBY tersebut belum mendapatkan tanggapan dari

Megawati secara langsung. Megawati tidak bisa dikonfirmasi kesediaannya untuk bertemu dengan SBY. Effendi Simbolon salah satu kader PDIP memberikan tanggapan atas keinginan kubu SBY untuk melakukan komunikasi politik dengan Megawati. Ia cukup bereaksi keras terhadap tawaran SBY tersebut. Berikut kutipan langsung pernyataan Effendi

Simbolon:

“Jangan asal bicara dong! Kalau mau ketemu ya harus jelas agenda pertemuannya, harus jelas poin yang mau dibicarakan. Ini belum apa-apa sudah bilang kepada masyarakat kalau Ibu Mega enggak pernah mau ketemu, kan kesannya apa gitu. Nanti masyarakat menilai jelek Ibu Mega, seperti Ibu Mega pendendam dan lain-lain”.

Rencana pertemuan kedua tokoh politik yang kerap bersebarangan tersebut juga mendapat tanggapan dari pengamat politik Universitas Indonesia

Iberamsjah. Ia menduga Mega masih sakit hati terhadap SBY, sehingga

89

belum berkeinginan untuk bertemu. Berikut kutipan langsung pernyataan

Iberamsjah:

“Kalau SBY mau ngajak ketemuan, itu kan tergantung yang diajak mau nerima atau enggak”.

Rencana pertemuan kedua tokoh politik yang kerap bersebarangan tersebut juga mendapat tanggapan lain dari pengamat politik Universitas Indonesia

Gafur Sangajdi. Ia menilai secara politis ajakan SBY tersebut sebagai langkah cerdas dan menguntungkan. Berikut kutipan langsung pernyataan

Iberamsjah:

“Sebab, jika Mega tidak mau membuka diri terhadap SBY yang ingin mengajaknya berbaikan, maka masyarakat bisa menilai Mega mempunyai sifat kekanak-kanakan dan tidak pantas untuk menjadi pemimpin”.

Tawaran Presiden SBY yang ingin berkomunikasi politik dengan Megawati mendapat tanggapan beragam baik dari kubu Megawati maupun kubu SBY sendiri. Kubu Megawati tampaknya masih meragukan komitmen komunikasi yang ingin dibangun oleh kubu SBY. Pengamat politik menilai hal ini akan menguntungkan kubu SBY mengingat tawaran untuk berkomunikasi dengan siapa pun yang hendak dibangun SBY akan mendapatkan apresiasi positif dari masyarakat. Sementara keengganan

Megawati untuk bertemu dapat menjadi poin negatif bagi citra dirinya di masyarakat. Masyarakat akan memberikan penilaian bahwa Megawati sebagai seorang pendendam, kekanak-kanakan dan tidak mau memaafkan sesuatu yang ia anggap salah dilakukan oleh SBY.

90

Core Frame

Tema utama berita ini adalah tawaran Presiden SBY yang ingin bertemu untuk membangun komunikasi politik dengan Megawati. Tema kedua adalah tanggapan dari kedua belah pihak yaitu kubu Megawati dan kubu

SBY. Tema ketiga adalah penilaian pengamat politik terhadap rencana pertemuan yang digagas kubu SBY dengan Megawati Soekarno Putri.

Condensing Symbol

Sikap harian ini menunjukkan bahwa penawaran SBY untuk bertemu

Megawati kurang mendapatkan respon positif dari kubu Megawati sendiri.

Pemakaian terminologi “kekanak-kanakan” jelas menunjukkan adanya persepsi negatif atas keengganan Mega berbaikan dengan SBY.

Untuk melihat bagaimana konstruksi yang terbangung dari pemberitaan

Megawati Soekarno Putri ini digunakan perangkat framing (framing device) dan perangkat penalaran (reasoning devices) yang akan memperlihatkan bagaimana framing Rakyat Merdeka dalam memandang Megawati Soekarno

Putri sebagai calon presiden tahun 2009, dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel- 11

Mega Bisa Dicap Kekanak-kanakan

Framing Device Reasoning Device Methapors: Roots: (Judul) Mega Bisa Dicap Kekanak- Tawaran Presiden SBY yang ingin kanakan berkomunikasi politik dengan Tawaran dari kubu Presiden SBY Megawati mendapat tanggapan mendapat tanggapan dari Taufik beragam baik dari kubu Megawati Kiemas yang juga suami dari maupun kubu SBY sendiri. Kubu Megawati. Selama ini publik Megawati tampaknya masih mengetahui hubungan antara meragukan komitmen komunikasi Megawati dengan SBY terlihat beku yang ingin dibangun oleh kubu SBY. bahkan putus komunikasi pasca Pengamat politik menilai hal ini

91

mundurnya SBY dari Kabinet akan menguntungkan kubu SBY Gotong Royong sebagai Menko mengingat tawaran untuk Polkam dan maju dalam pemilihan berkomunikasi dengan siapa pun presiden 2004 dan memenangkan yang hendak dibangun SBY akan pemilihan tersebut. mendapatkan apresiasi positif dari masyarakat. Sementara keengganan Megawati untuk bertemu dapat menjadi poin negatif bagi citra dirinya di masyarakat. Masyarakat akan memberikan penilaian bahwa Megawati sebagai seorang pendendam, kekanak-kanakan dan tidak mau memaafkan sesuatu yang ia anggap salah dilakukan oleh SBY.

Catcphrases: Appeals to principles: Rencana pertemuan kedua tokoh Pengamat politik menilai hal ini politik yang kerap bersebarangan akan menguntungkan kubu SBY tersebut juga mendapat tanggapan mengingat tawaran untuk dari pengamat politik Universitas berkomunikasi dengan siapa pun Indonesia Iberamsjah. Ia menduga yang hendak dibangun SBY akan Mega masih sakit hati terhadap SBY, mendapatkan apresiasi positif dari sehingga belum berkeinginan untuk masyarakat. Sementara keengganan bertemu. Megawati untuk bertemu dapat menjadi poin negatif bagi citra dirinya di masyarakat. Masyarakat akan memberikan penilaian bahwa Megawati sebagai seorang pendendam, kekanak-kanakan dan tidak mau memaafkan sesuatu yang ia anggap salah dilakukan oleh SBY. Exemplaar Consequences Tawaran Presiden SBY yang ingin Selama ini publik mengetahui berkomunikasi politik dengan hubungan antara Megawati dengan Megawati mendapat tanggapan SBY terlihat beku bahkan putus beragam baik dari kubu Megawati komunikasi pasca mundurnya SBY maupun kubu SBY sendiri. Kubu dari Kabinet Gotong Royong sebagai Megawati tampaknya masih Menko Polkam dan maju dalam meragukan komitmen komunikasi pemilihan presiden 2004 dan yang ingin dibangun oleh kubu SBY. memenangkan pemilihan tersebut. Depiction Penawaran SBY untuk bertemu Megawati kurang mendapatkan respon positif dari kubu Megawati sendiri. Visual

92

Foto Megawati Soekarno Putri tengah berorasi dalam sebuah kampanye

Tawaran dari kubu Presiden SBY mendapat tanggapan dari Taufik

Kiemas yang juga suami dari Megawati. Selama ini publik mengetahui hubungan antara Megawati dengan SBY terlihat beku bahkan putus komunikasi pasca mundurnya SBY dari Kabinet Gotong Royong sebagai

Menko Polkam dan maju dalam pemilihan presiden 2004 dan memenangkan pemilihan tersebut. Terkait tawaran SBY tersebut belum mendapatkan tanggapan dari Megawati secara langsung. Megawati tidak bisa dikonfirmasi kesediaannya untuk bertemu dengan SBY. Effendi

Simbolon salah satu kader PDIP memberikan tanggapan atas keinginan kubu SBY untuk melakukan komunikasi politik dengan Megawati. Ia cukup bereaksi keras terhadap tawaran SBY tersebut. Berikut kutipan langsung pernyataan Effendi Simbolon:

“Jangan asal bicara dong! Kalau mau ketemu ya harus jelas agenda pertemuannya, harus jelas poin yang mau dibicarakan. Ini belum apa-apa sudah bilang kepada masyarakat kalau Ibu Mega enggak pernah mau ketemu, kan kesannya apa gitu. Nanti masyarakat menilai jelek Ibu Mega, seperti Ibu Mega pendendam dan lain-lain”.

Rencana pertemuan kedua tokoh politik yang kerap bersebarangan tersebut juga mendapat tanggapan dari pengamat politik Universitas

Indonesia Iberamsjah. Ia menduga Mega masih sakit hati terhadap SBY, sehingga belum berkeinginan untuk bertemu. Berikut kutipan langsung pernyataan Iberamsjah:

93

“Kalau SBY mau ngajak ketemuan, itu kan tergantung yang diajak mau nerima atau enggak”.

Rencana pertemuan kedua tokoh politik yang kerap bersebarangan tersebut juga mendapat tanggapan lain dari pengamat politik Universitas

Indonesia Gafur Sangajdi. Ia menilai secara politis ajakan SBY tersebut sebagai langkah cerdas dan menguntungkan. Berikut kutipan langsung pernyataan Iberamsjah:

“Sebab, jika Mega tidak mau membuka diri terhadap SBY yang ingin mengajaknya berbaikan, maka masyarakat bisa menilai Mega mempunyai sifat kekanak-kanakan dan tidak pantas untuk menjadi pemimpin”.

Tawaran Presiden SBY yang ingin berkomunikasi politik dengan

Megawati mendapat tanggapan beragam baik dari kubu Megawati maupun kubu SBY sendiri. Kubu Megawati tampaknya masih meragukan komitmen komunikasi yang ingin dibangun oleh kubu SBY.

94

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil analisis framing yang dilakukan pada koran Tempo dan

Rakyat Merdeka dapat disimpulkan bahwa secara sadar ataupun tidak media

massa merupakan bisnis kapitalis yang orientasi utamanya adalah

keuntungan. Tetapi keuntungan yang dimaksud di sini bukan hanya

hitungan-hitungan ekonomi saja. Yang lebih pokok adalah mempertahankan

eksistensi media massa tersebut di tengah-tengah dominasi politik, ekonomi,

agama, sosial dan budaya.

Hasil temuan dan analisis data menyimpulkan bahwa dalam

mengkonstruksi tokoh Megawati, Rakyat Merdeka lebih menonjolkan berita

seputar kritik Megawati terhadap pemerintahan SBY sehingga yang didapat

ialah sosok Megawati yang kritis terhadap pemerintah yang ada, Megawati

yang tidak terima dengan kekalahannya pada Pilpres 2004 dan Megawati

yang tidak introspeksi diri sebelum mengkritik. Hal ini lebih dikaitkan

dengan persaingan politik antara SBY dan Megawati pada Pilpres 2009.

Selain itu Rakyat Merdeka dalam pemberitaannya memfungsikan dirinya

sebagai issue intensifier dan pembentuk opini publik. Hal ini terlihat begitu

intensnya media itu memberitakan Megawati.

Kebijakan redaksi Rakyat Merdeka terkait Megawati sebagai calon

presiden 2009 bersifat Independent.artinya mereka bebas untuk

memberitakan fakta tentang Megawati. Tetapi dalam beberapa

95

pemberitaanya Rakyat Merdeka lebih banyak membahas tentang berita yang

cenderung bisa menurunkan citra Mega. Tetapi berdasarkan wawancara

Rakyat Merdeka tidakada keberpihakan terhadap salah satu calon Presiden.

Koran Tempo dalam kebijakan redaksi tentang pemberitaan Megawati

secara berimbang. Jika ada isu-isu yang menjadi perhatian publik barulah

redaksi memberitakan berita tentang megawati. Koran Tempo mencoba

untuk objektif, penulisannya sesuai dengan data yang ada di lapangan.

redaksi melihat prinsip cek dan ricek dalam setiap berita Megawati.

Sedangkan Koran Tempo lebih mengkaitkan isu Megawati dengan

komunikasi politik yang dilakukan dengan beberapa tokoh politik lain hal ini

terlihat sosok Megawati yang sangat berambisi memenangkan pemilu dengan

melakukan beberapa komunikasi politik yang bertujuan membangan koalisi

yang tangguh untuk melawan SBY. Dalam pemberitaannya Koran Tempo

memposisikan diri sebagai pembentuk opini publik. Hal ini lebih diarahkan

untuk memberi ruang gerak pada Megawati untuk berpartisipasi pada Pilpres

2009 sama seperti Pilpres 2004.

B. Saran

Penulis menyampaikan beberapa saran yang berkenaan dengan berita

tentang Megawati sebagai berikut:

1. Berita yang dipaparkan Rakyat Merdeka dilakukan secara kontinyu

dan up to date berkaitan dengan Kritik Megawati terhadap

pemerintahan, hal ini harusnya diimbangi dengan komunikasi politik

96

yang dilakukan Megawati. Agar Masyarakat bisa menilai Megawati

yang hanya mengkritik pemerintah

2. Dalam Koran Tempo pemberitaan Megawati banyak menonjolkan

tentang Komunikasi Politik Megawati dengan tokoh politik lain.

Sebaiknya KoranTempo juga lebih banyak membahas kritik

Megawati terhadap Pemerintah karena peran media juga sebagai

watch dog.

97

DAFTAR PUSTAKA

Antonius, M. ed. Metode Penelitian Komunikasi Teori dan Aplikasi. Yogyakarta. Gitanyali Press,2004.

Arifin, Anwar Pencitraan dalam Politik; Strategi Pemenangan PEMILU dalam Perspektif komunikasi Politik, Jakarta: Pustaka Indonesia, 2006

Betty RFS. Soemirat & Eddy Yehudo. Opini Publik, Universitas Terbuka, 2007.

Bungin, Burhan. Teori Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, Jakarta: Kencana, 2007

Eriyanto. Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media. Yogyakarta: LKiS, 2002.

Hamad, Ibnu. Kontruksi Realitas Politik dalam Media Massa. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta, 2004.

Iswhara, Luwi. Catatan-catatan jurnalisme dasar. Jakarta. kompas, 2007.

J. Moleong, Lexi. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung. PT Remaja Rosda Karya, 2006.

Jumroni dan Suhaemi, Metode-metode Penelitian Komunikasi, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006.

Kridalaksana, Harimurti, Leksikon Komunikasi, Jakarta: Pradnya Paramita, 1984

Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta.Kencana Prenada Media Group 2007.

Kusumaningrat, Hikmat dan Purnama Kusumaningrat. Jurnalistik, teori dan praktik. Bandung. PT Remaja Rosdakarya, 2005.

Mulyana, Dedi, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung: Rosdakarya, 2005

Setiani, Eni, Ragam Jurnalistik Baru dalam Pemberitaan, Jakarta: Andi, 2005

Sendjaja, Sasa Djuarsa (Ed. 9), Teori Komunikasi, Jakarta: universitas Terbuka, 2005.

Shoemaker, Pamela J. dan Stephen D. Reese, Mediating The Message; Theories Of Influences On Mass Media Content, (New York, Longman Publisher USA, Second Edition 1996

98

Sudibyo, Agus. Politik Media dan Pertarungan Wacana. Yogyakarta: LKiS 2001.

Sobur, Alex. Analisis Teks Media, Suatu Pengantar Untuk analisis Wacana Analisis Semiotika dan Analisis Framing, Bandung, Remaja Rosda Karya, 2004.

Totok Djurorto, manajamen penerbit pers, Bandung : PT. reamaja Rosdakarya, 2004

Bank Data Koran Tempo.

Bank Data Rakyat Merdeka. http://id.wikipedia.org/wiki/Megawati_Soekarnoputri. http://kepustakaan-presiden.pnri.go.id/biography/idx.asp?presiden=megawati http://sejarah.kompasiana.com/2011/01/07/sejarah-majalah-tempo-konflik-dan- pembredelan/ http://id.wikipedia.org/wiki/Koran_Tempo

LAMPIRAN