SOSOK MEGAWATI SEBAGAI KANDIDAT PRESIDEN 2009 DALAM BINGKAI HARIAN KORAN TEMPO DAN RAKYAT MERDEKA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh :
M. Yowan Zulfikar
NIM : 104051101945
KONSENTRASI JURNALISTIK PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAN DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1432 H/2011 M
1
2
3
4
KATA PENGANTAR
ﺑِِِِﺴْﻢِ اﷲِ اﻟﱠﺮ ﺣْﻤَﻦِ اﻟﱠﺮ ﺣِﯿْﻢِ
Puji syukur senantiasa dipersembahkan ke hadirat Allah SWT. Hanya berkat rahmat, anugerah dan kasih sayang-Nya, penulis mendapat kekuatan sehingga bisa menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beriring salam semoga tetap tercurah kepada insan pilihan yang pernah ada di muka bumi ini, yakni Muhammad SAW., keluarganya, sahabatnya, pengikutnya dan para penggemarnya yang setia hingga hari pembalasan.
Dalam penulisan skripsi ini tidak sedikit kesulitan dan kendala yang dihadapi penulis, baik yang menyangkut pengumpulan bahan maupun pembiayaan, dan sebagainya. Namun, berkat kemauan keras dan kesungguhan hati, disertai dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, maka segala kesulitan dan kendala dapat diatasi dengan baik. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah terlibat dan membantu dalam penyelesaian skripsi ini, terutama sosok Ibunda tersayang Mu’awanah
M.Pd dan Ayah tercinta Mulyono yang (subhana allah) dengan segala keikhlasan, kesabaran dan doa tulusnya menunggu penulis dalam menyelesaikan kuliah. Kemudian dosen pembimbing skripsi, Tantan Hermansyah, M.Si yang telah membimbing penulis dalam menyusun skripsi ini. Selanjutnya penulis sampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Dr. Arief Subhan, M.Ag Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu komunikasi.
2. Drs. Wahidin Saputra, M.Ag Pembantu Dekan Bidang Akademik Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu komunikasi.
3. Drs. H. Mahmud Jalal, MA. Pembantu Dekan Bidang Admimistrasi Umum Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu komunikasi.
i
4. Drs. Study Rizal, LK, MA, pembantu dekan bidang kemahasiswaan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu komunikasi
5. Dra. Rubiyanah, MA Ketua Jurusan Konsentrasi Jurnalistik
6. Ade Rina Farida, M.Si,.Sekretaris Jurusan Konsentrasi Jurnalistik.
7. Redaktur Senior Rakyat Merdeka Bang Supratman dan Redaksi Koran Tempo Bang
Tomi Arianto. Terimakasih atas data dan wawancaranya.
8. Para dosen FIDKOM,
9. Keluarga penulis, adik Khusni dan Lala.
10. Teman seperjuangan angkatan 2004 yang setia bersama, Zulham, Dera, Ade Rahmat,
Wahab.
11. Terakhir khusus untuk yang setia mendampingi dan menentramkan hati penulis
hingga saat ini Amanda. Semoga Allah meridhoi niat baik kita
Penulis yakin, mudah-mudahan amal dan jasa baik mereka tidak hanya akan menjadi manifestasi ukhrawi saja, lebih dari itu juga akan mendapatkan balasannya di dunia. Amin.
ii
Selanjutnya, penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan baik dari segi isi, metodologi, maupun analisanya.
Oleh karena itu, saran dan kritik dari pembaca akan disambut dengan segala kelapangan.
Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini dapat sedikit memberikan manfaat dan menjadi cermin bagi dunia pendidikan Islam khususnya di Indonesia.
Jakarta, 21 Mei 2011
Penulis
iii
Abstrak
SOSOK MEGAWATI SEBAGAI KANDIDAT PRESIDEN 2009 DALAM BINGKAI HARIAN KORAN TEMPO DAN RAKYAT MERDEKA)
Peristiwa politik selalu menarik perhatian bagi media massa sebagai bahan liputan. Hal ini terjadi karena dua faktor yang saling berkaitan. Pertama dewasa ini politik berada di era mediasi (politics in the age of mediation), yakni media massa, sehingga hampir mustahil kehidupan politik dipisahkan dari media massa. Bahkan aktor politik senantiasa berusaha menarik perhatian wartawan agar aktifitas politiknya memperoleh liputan dari media. Pemilihan presiden 2009 merupakan berita yang menarik bagi media massa. Di satu sisi media membutuhkan suatu berita yang memiliki news value. Di sisi yang lain, tokoh yang akan maju sebagai capres 2009 membutuhkan media untuk semakin dikenal masyarakat. Untuk itu dalam penelitian ini ingin dilihat bagaimanakah media massa, khususnya surat kabar membingkai Megawati, terkait dengan pencalonannya sebagai capres 2009.
Dari pernyataan di atas, maka muncul pertanyaan bagaimana konstruksi Suratkabar Koran Tempo dan Suratkabar Rakyat Merdeka dalam pemberitaan Megawati yang berpartisipasi dalam pemilihan presiden 2009? Apa yang menjadi pertimbangan redaksional Suratkabar Koran Tempo dan Rakyat Merdeka dalam menyampaikan pemberitaan yang berhubungan dengan berita Megawati yang berpartisipasi dalam pemilihan Presiden 2009?
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kecenderungan pemberitaan Koran Tempo dan Rakyat Merdeka dalam mengemas tokoh Megawati terkait dengan pemilihan presiden 2009. Sedangkan untuk batasan waktu penelitian, peneliti menganbil sample pada edisi maret 2009.
Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis framing yang dikembangkan oleh Wiliamson dan Modigliani Unit analisisnya adalah item berita tentang tokoh Megawati yang berupa straight news (ataupun depth reporting) pada harian Koran Tempo dan Rakyat Merdeka. Kemudian data dianalisis dengan menggunakan urutan data dan mengorganisasikannya sesuai dengan model framing yang dikembangkan oleh Wiliamson. Melalui penelitian ini, peneliti memandang perlu untuk mengkaji lebih lanjut karakter pemberitaan harian Koran Tempo dan Rakyat Merdeka mengenai pemberitaan Megawati jika dilihat dari proses pembingkaian masalah ini pada artikel-artikelnya
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI ...... i
KATA PENGANTAR ...... ii
DAFTAR ISI ...... v
DAFTAR TABEL ...... vii
BAB I PENDAHULUAN ...... 1
A. LATAR BELAKANG MASALAH ...... 1
B. PEMBATASAN MASALAH ...... 6
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ...... 6
D. METODOLOGI PENELITIAN ...... 7
E. TINJAUAN KEPUSTAKAAN…………………………………………. 11
F. SISTEMATIKA PENULISAN ...... 11
BAB II TINJAUAN TEORITIS ...... 13
A. KONSTRUKSI REALITAS SOSIAL ...... 13
B. BERITA ...... 18
a. Pengertian Berita ...... 18
b. Nilai Berita ...... 19
C. BERITA SEBAGAI PRODUK KONSTRUKSI ATAS REALITAS
SOSIAL ...... 22
D. WARTAWAN SEBAGAI AGEN KONSTRUKSI SOSIAL ATAS
REALITAS……………………………………………………………….23
E. MEDIA SEBAGAI AGEN KONSTRUKSI SOSIAL ATAS RELITAS..24
v
F. ANALISIS FRAMING MODEL WILIAM A. GAMSON DAN A.
MODIGLIANI……………………………………………………………27
G. KONSEP FRAMING MODEL WILIAM A. GAMSON DAN A.
MODIGLIAN…………………………………………………………….28
a. Efek Framing ...... 34
BAB III GAMBARAN UMUM ...... 37
A. PROFIL MEGAWATI ...... 37
B. GAMBARAN UMUM RAKYAT MERDEKA ...... 40
C. GAMBARAN UMUM KORAN TEMPO……………………………………44
BAB IV HASIL PENELITIAN ...... 49
A. GAMBARAN UMUM PENELITIAN ...... 49
B. HASIL PENELITIAN ANALISIS FRAMING ...... 51
a. Frame Koran Tempo……………………………………………………...51
b. Frame Rakyat Merdeka…………………………………………………...64
BAB V PENUTUP ...... 91
A. KESIMPULAN ...... 91
B. SARAN ...... 92
DAFTAR PUSTAKA ...... 94
LAMPIRAN ...... 95
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 01 Nilai Berita ...... 20
Tabel 02 Konsep Framing Wiliam A. Gamson dan A. Modigliani ...... 29
Tabel.03 Frame Demokrat Anggap Pertemuan JK-Mega Bukan Ancaman ...... 53
Tabel 04 Frame Mega Tuding BLT Rendahkan Harga Diri ...... 57
Tabel 05 Frame Yudhoyono-Megawati Tak Perlu Mediator ...... 61
Tabel 06 Frame Kritikan Mega Ke SBY Membingungkan Rakyat ...... 66
Tabel 07. Frame SBY: Negara Berhak Bantu Rakyat Susah ...... 70
Tabel. 08 Frame Popularitas Megawati Mentok di 20 Persen ...... 74
Tabel. 09 Frame Pertemuan JK dan Bos PDIP Bikin Kesal Adik Mega ……………79
Tabel 10 Frame JK-Mega Segera Bertemu…………………………………………..83
Tabel 11 Frame Mega Bisa Dicap Kekanak-kanakan………………………………..88
vii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam suatu sistem politik, peranan media massa sebagai sarana komunikasi
politik sudah tidak diragukan lagi. Tanpa media massa, komunikasi dan proses
politik akan tersumbat dan terbatas pada dialog fisik sesaat yang tidak dapat
dipencarkan dan dipancarkan ke publik. Dalam saat yang sama di tempat berbeda, di
saat yang berbeda di tempat yang sama berbagai peristiwa politik dapat disajikan
dalam satu format terstandar yang enak disimak dan layak dibaca dan dapat
dipercaya.
Peristiwa politik selalu menarik perhatian bagi media massa sebagai bahan
liputan. Hal ini terjadi karena dua faktor yang saling berkaitan. Pertama dewasa ini
politik berada di era mediasi (politics in the age of mediation), yakni media massa,
sehingga hampir mustahil kehidupan politik dipisahkan dari media massa. Bahkan
aktor politik senantiasa berusaha menarik perhatian wartawan agar aktifitas
politiknya memperoleh liputan dari media. Kedua, peristiwa politik dalam bentuk
tingkah laku dan pernyataan aktor politiknya lazimnya selalu mempunyai nilai berita
sekalipun peristiwa politik itu bersifat rutin belaka, seumpamanya rapat partai atau
pertemuan tokoh partai dan para pendukungnya.1
Media massa sering menjadi sumber informasi di samping saluran komunikasi
bagi para politisi. Cara-cara media menampilkan peristiwa-politik politik dapat
1 Hamad, Ibnu. Kontruksi Realitas Politik dalam Media Massa h 1
1 2
mempengaruhi persepsi aktor politik dan masyarakat mengenai perkembangan politik Pemilihan presiden 2009 merupakan berita yang menarik bagi media massa.
Di satu sisi media membutuhkan suatu berita yang memiliki news value. Di sisi yang lain, tokoh yang akan maju sebagai capres 2009 membutuhkan media untuk semakin dikenal masyarakat. Untuk itu dalam penelitian ini ingin dilihat bagaimanakah media massa, khususnya surat kabar membingkai salah seorang tokoh, yaitu Megawati, terkait dengan pencalonannya sebagai capres 2009.
Sebagai salah satu kandidat presiden 2009 Megawati masih membawa nama besar Ir. Soekarno. Sementara generasi yang benar-benar memahami Soekarno sudah berkurang. Di lain pihak faktor SBY yang sangat kuat itu sulit dikalahkan oleh siapapun bukan hanya Megawati. Dalam menjaga peluangnya sebagai calon presiden
2009 Megawati juga menjalin komunikasi politik dengan sejumlah partai politik yaitu Partai Golkar dan PPP. Hal ini dilakukan untuk menjaga koalisi, mengingat
Megawati mengajukan diri sebagai Presiden 2009. Dalam perkembanganya partai yang menjalin komunikasi politik dengan Megawati tidak bisa berkoalisi, karena
Partai Golkar mendeklarasikan Jusuf Kalla sebagai calon presiden 2009. Megawati mendapat sorotan utama karena banyak melakukan kritik terhadap pemerintahan.
Selain kritik mereka dalam iklan politiknya juga melakukan hal yang lebih provokatif, hal Ini terlihat dalam beberapa media yang memberitakan beberapa kritikan Megawati salah satu yang yang terjadi antara Partai Demokrat dan PDI
Perjuangan. sementara ini, hanya ada dua kandidat kuat presiden, yakni SBY dari
Partai Demokrat dan Megawati dari PDI Perjuangan. Dengan begitu, persaingan dua partai ini sekaligus juga mencerminkan persaingan dua kandidat kuat presiden RI.
3
Tak heran kalau kedua partai tersebut saling jegal dan saling menjatuhkan dalam
iklan. Hal ini mungkin dilakukan untuk menurunkan citra parpol lawan menjadi
jatuh, dan citra partainya naik, padahal belum tentu hal itu terjadi.
Pembangunan konstruksi realitas pada masing-masing media berbeda,
meskipun realitas faktanya sama. Pengonstruksian fakta tergantung pada kebijakan
redaksional yang dilandasi politik media. Salah satu cara yang dipakai atau
digunakan untuk menangkap cara masing-masing media membangun sebuah realitas
adalah dengan framing.
Analisis framing merupakan versi terbaru dari pendekatan analisis wacana,
khususnya untuk menganalisa teks media. Analisis framing mewakili tradisi yang
mengedepankan pendekatan atau perspektif multidisipliner untuk menganalisa
fenomena atau aktivitas komunikasi.2
Harian Koran Tempo dan Rakyat Merdeka merupakan media cetak dengan
gaya pemberitaan yang berbeda, jika dalam pemberitaanya Koran Tempo
menggunakan bahasa Indonesia yang disempurnakan sedangkan Rakyat merdeka
menggunakan bahasa lisan. Bingkai media adalah pola yang selalu ada dalam bentuk
kognisi, interpretasi, dan presentasi dari seleksi, penekanan, atau pengucilan. Bingkai
media diperlihatkan melalui konsepsi dan skema interpretasi wartawan dalam
menyusun, mengisahkan, menulis, dan menekankan fakta dari suatu peristiwa atau
isu tertentu.3
Rakyat Merdeka mengkonstruksi berita tentang Megawati secara Independent
artinya kalau ada berita yang baik dari megawati Rakyat Merdeka memberitakan
2 Sobur, Alex. Analisis Teks Media, Suatu Pengantar Untuk analisis Wacana Analisis Semiotika dan Analisis Framing, 2004, hal. 161 3 Eriyanto. Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media, 2002. hal. 69
4
yang baiknya. Kalau ada yang perlu dikritik dari Megawati kita mengkritik
Megawati. Dalam pemberitaanya Rakyat Merdeka tidak ada pertimbangan dalam memberitakannya hanya isu-isu yang hangat saja yang akan di bahas, seperti kritik
Megawati dan komunikasi politik yang dilakukan Megawati. Rakyat Merdeka diterbitkan di era reformasi oleh semua bekas dan karyawan Harian Merdeka, yang sarat dengan pengalaman selama puluhan tahun. Sejak didirikan 22 April 1999,
Rakyat Merdeka dengan manajemen yang dikelola oleh para wartawan dan karyawan profesional hasil gemblengan Jawa Pos Group berhasil menembus tiras 172 ribu eksemplar. Terbit 20 halaman setiap hari, Rakyat Merdeka adalah koran yang segmented, membahas tuntas semua berita politik & Bisnis dalam negeri.
Koran Tempo adalah sebuah koran berbahasa Indonesia yang terbit di
Indonesia. Pemiliknya adalah PT. Tempo Inti Media Harian yang didirikan oleh
Goenawan Mohamad pada tahun 1998 sebagai perusahaan penerbitan pers. Ide awal untuk menerbitkan surat kabar tersebut disebabkan banyak berita menarik yang tak bisa ditampung dalam mingguan mereka dan ada perbedaan peringkat penjualan produk yang cukup jauh antara Kompas dengan harian lain seperti Media Indonesia dan Republika
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui media dalam menggambarkan sosok
Megawati sebagai calon Presiden 2009. Sebagai calon presiden Mega menjaga peluangnya untuk mendapatkan suara terbanyak, dengan melakukan komunikasi politik dengan partai lain sekali pun partai itu sudah mempunyai calon presiden sendiri. Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis framing yang dikembangkan oleh William A. Gamson dan Andre
5
Mondigliani. Unit analisisnya adalah item berita tentang tokoh Megawati yang
berupa straight news (ataupun depth reporting) pada harian Koran Tempo dan Rakyat
Merdeka.
Data dianalisis dengan menggunakan urutan data dan mengorganisasikannya
sesuai dengan model framing yang dikembangkan oleh William A. Gamson dan
Andre Mondigliani. Melalui penelitian ini, peneliti memandang perlu untuk mengkaji
lebih lanjut karakter pemberitaan Koran Tempo dan Rakyat Merdeka mengenai
pemberitaan Megawati jika dilihat dari proses pembingkaian masalah ini pada
artikel-artikelnya. Dari latar belakang masalah yang dipaparkan di atas, penulis
tertarik menelitinya dengan judul “SOSOK MEGAWATI SEBAGAI KANDIDAT
PRESIDEN 2009 DALAM BINGKAI HARIAN KORAN TEMPO DAN RAKYAT
MERDEKA”
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Agar penelitian lebih jelas dan terarah, maka penelitian skripsi ini di batasi
berdasarkan pada analisis framing Suratkabar Koran Tempo dan Rakyat Merdeka
dalam pemberitaan Megawati. Sedangkan untuk batasan waktu penelitian, peneliti
menganbil sample pada edisi Maret 2009. Permasalahan dalam penelitian ini yang
menjadi objek penelitian adalah permasalahan yang diangkat oleh kedua Suratkabar
yaitu Harian Koran Tempo dan Rakyat Merdeka dalam pemberitaanya tentang
Megawati yang berpartisipasi dalam pemilihan Presiden 2009.
Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka masalah penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah konstruksi Surat kabar Koran Tempo dan Surat kabar Rakyat
6
Merdeka dalam pemberitaan Megawati yang berpartisipasi dalam pemilihan presiden
2009?
2. Apa yang menjadi pertimbangan redaksional Suratkabar Koran Tempo dan
Rakyat Merdeka dalam menyampaikan pemberitaan yang berhubungan dengan berita
Megawati yang berpartisipasi dalam pemilihan Presiden 2009?
C. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Penelitian
1. Penelitian ini memiliki tujuan yaitu: mengetahui kecenderungan pemberitaan
Suratkabar Koran Tempo dan Rakyat Merdeka dalam mengemas tokoh
Megawati terkait dengan pemilihan presiden 2009.
b. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis: Penelitian ini diharapkan menjadi bahan kajian yang
memberi kontribusi bagi khasanah kepada ilmu Jurnalistik, terutama dalam
konteks analisis framing, serta menambah wawasan tentang bagaimana berita
disajikan dan disampaikan kepada khalayak. Khususnya pemberitaan tentang
politik, terkait dengan Pemberitaan tokoh Megawati terkait dengan pemilihan
presiden 2009.
2. Manfaat Praktis: Diharapkan hasil Penelitian ini dapat memberikan informasi
terkait pemberitaan-pemberitaan yang berkaitan dengan isu-isu politik
7
D. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Dalam studi mengenai bahasa, ada beberapa pandangan dalam analisisnya,
yaitu Pandangan Positivisme, Pandangan Konstruktivisme, dan Pandangan Kritis.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Paradigma Konstruktivisme. menurut
pandangan ini, bahasa tidak hanya dilihat dari segi gramatikal, tetapi juga melihat
apa isi atau makna yang terdapat dalam bahasa itu, sehingga analisis wacana yang
disampaikan menurut pandangan ini adalah suatu analisis yang membongkar
maksud-maksud dan makna-makna tertentu yang disampaikan oleh sang subjek
yang mengemukakan suatu pernyataan.4 Pada penelitian ini berlandaskan pada
paradigma kontrukstivisme. Karena penilitian ini berlandaskan paradigma
konstrukstivisme, maka penelitian ini cenderung bersifat kualitatif. Dalam
operasional penelitian ini tidak lagi membahas masalah realibilitas dan validitas
penelitian serta masalah sample dan populasi.
Proses konstruksi citra melalui media, dilihat dari perspektif kerangka teori
Berger dan Luckman, berlangsung melalui suatu interaksi sosial. Proses dialektis
yang menampilkan tiga bentuk realitas yakni subjective reality, symbolic reality,
objective reality. Ketika seorang tokoh tampil sebagai fakta yang berada di luar diri
publik, dan tampil seperti apa adanya itulah objective reality. Sementara itu, semua
ekspresi simbolik dari apa yang dihayati sebagai “objective reality” termasuk di
dalamnya isi media (media content), dikategorikan sebagai symbolic reality.
4 Jumroni dan Suhaemi, Metode-metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006) h. 83
8
Pada realitas simbolik inilah sebenarnya terletak kekuatan media. Karena
secara nyata, konstruksi definisi tentang realitas yang dimiliki individu-individu
(subjective reality) ini sangat dipengaruhi oleh ekspresi simbolik yang diberikan
media. Realitas simbolik di TV, majalah, koran, radio dan lain-lainnya inilah yang
kemudian mempengaruhi opini warga masyarakat Paradigma konstruksionis sering
disebut sebagai paradigma produksi dan pertukaran makna. Paradigma ini
memandang komunikasi sebagai suatu proses produksi dan pertukaran makna. Dua
hal yang menjadi karakteristik penting dari paradigma ini adalah politik pemaknaan
dan proses seseorang membuat gambaran tentang realitas dan komunikasi sebagai
sebuah kegiatan yang dinamis5.
Pada penelitian ini hanya akan membahas bagaimana media mengkonstruksi
atau membahasakan realitas. Selain itu juga sebagai tambahanya adalah bagaimana
kebijakan redaksional seperti apa yang membuat konstruksi realitas menjadi
demikian6
2. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitaif. Karena dalam penelitian ini akan
membahas tentang apa yang dialami subjek penelitian. Adapun beberapa macam
karakteristik penelitian kualitatif yang dapat menguatkan bahwa skripsi tersebut
termasuk dalam penelitian kualitatif adalah latar alamiah, manusia sebagai alat,
metode kualitatif, analisa data secara induktif , teori dari dasar atau grounded theory,
lebih mementingkan proses daripada hasil, adanya batas yang ditentukan oleh fokus,
5 Eriyanto Eriyanto. Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media, 2002. hal. 40 6 Antonius, M. ed. Metode Penelitian Komunikasi Teori dan Aplikasi. 2004. hal. 184.
9
adanya kriteria khusus untuk keabsahan data, desain yang bersifat sementara, hasil
penelitiaan dirundingkan dan disepakati bersama.7
3. Sumber Data Penelitian
Data-data dalam penelitian ini adalah dokumen, rekaman, arsip, observasi, dan
wawancara terhadap redaksi masing-masing Koran. Selain itu data yang berupa
dokumen berupa buku-buku, jurnal, laporan hasil penelitian, hasil seminar artikel-
artikel dari majalah dan koran, makalah yang berkaitan dengan berita Mgawati,
analisis framing, dan dari internet.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan berbagai cara:
a. Observasi teks (Pengumpulan data pada level teks media).
Sebagai Metode ilmiah, Observasi adalah suatu cara penulisan untuk
memperoleh data dalam bentuk pengamatan dan pencatatan dengan sistematis
fenomena yang diselidiki. Adapun kategorisai dalam penelitian framing dengan
model Gamson dan Modigliani framing sebagai seleksi dari berbagai aspek realitas
yang diterima dan membuat peristiwa itu lebih menonjol dalam suatu teks
komunikasi. Dalam banyak hal seperti menyajikan secara khusus definisi terhadap
masalah, interpretasi sebab akibat, evaluasi moral dan tawaran penyelesaian
sebagaimana masalah itu digambarkan.
b. Triangulasi data
Triangulasi adalah suatu teknik untuk mengecek keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan mengecek atau
7 J. Moleong, Lexi. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung. PT Remaja Rosda Karya, 2006. hal. 6
10
sebagai pembanding terhadap data tersebut. Peneliti menggunakan triangulasi
sebagai teknik untuk mengecek keabsahan data. Dimana dalam pengertiannya
triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang ditemukan dengan
membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian.
c. Wawancara
Wawancara ditujukan untuk mengetahui kebijakan redaksional yang
menentukan konstruksi realitas dari masing-masing surat kabar. Wawancara
dilakukan kepada redaksi senior Rakyat Merdeka dan redaksi pelaksana Koran
Tempo yang mempunyai peranan penting dalam suratkabar tersebut. Untuk
mengetahui konsep awal apa yang hendak dilakukan saat merencanakan membuat
dan mengekpose berita tersebut. Wawancara dilakukan untuk menggali lebih dalam
pemberitaan mengenai dan menjawab pertanyaan penelitian ini.
5. Teknik Analisis Data
Setelah data diperoleh, maka selanjutnya adalah melakukan analisis data,
adapun teknik analisis data yang dilakukan adalah menampilkan temuan peristiwa
yang di konstruksi oleh suratkabar Koran Tempo dan Rakyat Merdeka. Temuan hasil
penelitian akan dijabarkan dengan menggunakan konsep model analisis framing
dengan berpatokan pada kerangka framing yang disusun oleh Gamson dan
Modigliani. Dalam praktiknya, framing dijalankan oleh media dengan menyeleksi isu
tertentu dan mengabaikan isu yang lain, dan menonjolkan aspek dari isu tersebut
dengan menggunakan berbagai strategi wacana, penempatan yang mencolok (di
headline depan atau bagian belakang), pengulangan, pemakaian label tertentu ketika
menggambarkan orang atau peristiwa yang diberitakan, asosiasi terhadap simbol
11
budaya, generalisasi dan simplifikasi. Semua aspek itu dipakai untuk membuat
dimensi tertentu dari konstruksi berita menjadi bermakna dan diingat oleh khalayak.8
Dengan framing kita juga bisa mengetahui bagaimana persfektif atau cara
pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi dan menulis berita. Cara
pandang atau persfektif ini pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil,
bagian mana yang ditonjolkan dan hendak dihilangkan, dan hendak dibawa kemana
berita tersebut.
E. Tinjauan Kepustakaan
Melihat data skripsi pada perpustakaann Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi juga Perpustakaan UIN Jakarta penulis menemukan beberapa Judul
skripsi (karya Ilmiah) yang menggunakan analisis Framing. Diantaranya :
Analisis Framing Terhadap Berita Kasus Perdata Korupsi Mantan Presiden Soeharto
Pada Koran SINDO dan Harian Pelita. Laila Sari 2008 Jurnalistik No 1871. 2.
Analisis Framing Tajuk Rencana Harian Kompas Tentang Nuklir Iran Nauval
Avicenna (2009) No 2147 3. Pro Kontra Undang-Undang pornografi di Media Cetak
: Analisis Framing Terhadap Pemberitaan Media Indonesia dan Republika, Alfan
Bachtiar 2009 No 2079. Dari beberapa judul tadi penulis melihat adanya perbedaan
terhadap skripsi yang penulis tulis. Hal initerlihat dari model analisis yang
digunakan.
F. Sistematika Penulisan
Penulis membagi sistematika penyusunanya ke dalam lima bab. Dan masing-
masing bab dibagi ke dalam beberapa bab, antara lain:
8 Eriyanto Eriyanto. Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media, 2002. hal. 187
12
BAB I pendahuluan, meliputi: latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, sistematika penulisan.
BAB II berisi tentang tinjauan kepustakaan mengenai profil Megawati, pengertian berita, nilai berita di media massa, kategori berita, berita sebagai produk konstruksi sosial atas realitas, wartawan sebagai agen konstruksi sosial atas realitas, dan analisis framing model Gamson dan Modigliani. terhadap konstruksi berita yang meliputi konsep framing.
BAB III membahas Gambaran umum tentang harian Koran Tempo dan Rakyat
Merdeka meliputi: sejarah berdirinya harian Suara Pembaruan dan Rakyat Merdeka, visi misi harian Koran Tempo dan Rakyat Merdeka, struktur organisasi dan perkembangan medianya, serta pemberitaan masing-masing suratkabar tentang tokoh
Megawati.
BAB IV membahas tentang temuan dan Analisis Framing hasil penelitian harian
Koran Tempo dan Rakyat Merdeka dalam berita tokoh Megawati yang berpartisipasi pada pemilihan umum 2009, yamg meliputi: Analisis Framing model Gamson dan
Modigliani dalam pemberitaan harian Koran Tempo dan Rakyat Merdeka seputar berita tokoh Megawati yang berpartisipasi pada pemilihan umum 2009.
BAB V penutup, meliputi: kesimpulan dan saran-saran.
13
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Teori Konstruksi Realitas
Fakta atau peristiwa adalah hasil konstruksi. Tidak ada realitas yang bersifat
objektif, karena realitas itu tercipta lewat konstruksi dan pandangan tertentu. Fakta
berupa kenyataan itu sendiri bukan sesuatu yang terberi, melainkan ada dalam benak
kita. Fakta adalah penilaian kita terhadap peristiwa yang cenderung disesuaikan
dengan konteks tertentu.
Pendefinisian fakta itu dilakukan oleh kita sendiri melalui pengalaman indera
yang menjadi sebuah ide untuk merealisasikannya kembali melalui media. Fakta
tidak bersifat statis, sebab penilaian terhadap sesuatu cenderung relatif. Hal ini
mengubah pandangan kita terhadap teori-teori positivis yang selalu beracuan kepada
ukuran baku dan membakukan penilaian terhadap sesuatu.kemampuan media massa
dalam mewacanakan peristiwa politik sesuai dengan pandangan atau kebijakan
redaksional.
Kemampuan media massa dalam melakukan pencitraan dan konstruksi
tersebut diincar oleh pihak-pihak yang ingin melakukan pencitraan politik, dan
pemberitaan peristiwa politik berkaitan dengan media lainnya hingga membentuk
rantai informasi (media as links in order chains) sehingga menambah kekuatan
peranan media pada penyebaran informasi politik dalam membentuk opini publik.
14
Opini publik yang dalam proses pembentukannya dipengaruhi oleh orang-
orang yang berwenang dan mempunyai tujuan tertentu.9 Pembentukan opini publik
yang dalam media massa tidak pernah lepas dari pewacanaan yang digunakan oleh
suatu media massa. Sistem media massa yang menjalankan operasi jurnalistik
hingga opini yang terbentuk secara tersirat dalam pewacanaan media sangat
dipengaruhi oleh proses pembuatan atau pengkonstruksian realitas.
Proses konstruksi realitas, prinsipnya adalah setiap upaya menceritakan
(konseptualisasi) sebuah peristiwa, keadaan atau benda tak terkecuali mengenai hal-
hal yang berkaitan dengan politik adalah usaha mengkonstruksi realitas.10 Bahasa
merupakan instrument pokok untuk menceritakan realitas. Konstruksi realitas ini
berawal dari persepsi terhadap suatu objek yang kemudian hasil dari pemaknaan
melalui proses persepsi ini diinternalisasikan ke dalam sebuah wacana. Objek kajian
media massa dalam mengkonstruksi realitas terdiri atas konstruksi realitas sosial dan
konstruksi realitas politik. Kedua konstruksi ini memiliki kajian yang berbeda yang
saling mempengaruhi.
Media massa dapat berperan dalam mengkonstruksi suatu peristiwa untuk
membentuk realitas sosial. Pendekatan konstruksi realitas sosial telah menjadi
gagasan penting dan populer dalam ilmu sosial. Menurut Keneth Gargen, konstruksi
sosial memusatkan perhatiannya pada proses dimana para individu menanggapi
kejadian di sekitarnya berdasarkan pengalaman mereka.11 Teori dan pendekatan
konstruksi sosial atas realitas terjadi melalui tiga proses simultan, yaitu objektivasi
9 Betty RFS. Soemirat & eddy Yehudo (ed. 5), Opini Publik, (Universitas Terbuka, 2007), h..3-31. 10 Peter Berger L dan Thomas Luckman, The Social Construction of Reality, A Treaties in The Sociology of Knowledge, (New York : Anchor Books, 1967) h. 34-46; dalam Ibn hamad, Konstruksi realitas Politik dalam Media Massa, (Jakarta : Granit, 2004), h. 12 11 Sasa Djuarsa Sendjaja (Ed. 9), Teori Komunikasi, (jakarta: universitas Terbuka, 2005), h. 83
15
(interaksi sosial), eksternalisasi (Penyesuaian diri), internalisasi (proses identifikasi
diri).12 Ketiga proses tersebut terjadi secara alamiah melalui bahasa antara individu
dengan individu lainnya dalam masyarakat.
Peter Berger memandang masyarakat sebagai produk manusia dan manusia
sebagai produk masyarakat13. Masyarakat sebagai produk manusia maksudnya
adalah struktur sosial yang eksislah yang lebih penting bagi tindakan dan persepsi
manusia. Sedangkan manusia sebagai produk masyarakat maksudnya adalah
manusia digambarkan sebagai entitas yang otonom melakukan pemaknaan dan
membentuk masyarakat. Manusia yang membentuk realitas, menyusun institusi dan
norma yang ada. Teori konstruksi sosial berada diantara keduanya. Proses berpikir
dialektis Berger dikemukakan melalui tiga momen simultan yakni objektivasi,
eksternalisasi, dan internalisasi.
Objektivasi (interaksi sosial) adalah kemampuan manusia memanifestasikan
diri dalam produk kegiatan manusia yang tersedia, baik bagi produsen-produsennya
maupun orang lain. Pada tahap ini sebuah produk sosial berada pada proses
institusionalisasi.14 Salah satu contoh objektivasi yang sangat penting adalah
signifikansi yakni pembuatan tanda oleh manusia yang kemudian tanda-tanda
tersebut dikelompokan dalam sebuah sistem seperti bahasa.15 Bahasa mempunyai
fungsi mendasar untuk menamai atau menjuluki suatu objek atau peristiwa.16
12 Burhan Bungin (ed 2), Teori Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, (Jakarta: Kencana, 2007) h. 202 13 Eriyanto. Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi, dan politik Media. (Yogyakarta: LKiS, 2007), , h 13 14 Burhan Bungin (ed 2), Teori Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, (Jakarta: Kencana, 2007) h. 19 15 Ibid, h. 29-30 16 Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: Rosdakarya, 2005) h. 242
16
Eksternalisasi (penyesuaian diri) adalah penyesuaian diri dengan dunia sosio
cultural sebagai produk manusia. Jika binatang lahir ke dunia sudah ditentukan
sepenuhnya oleh instinktualnya, diarahkan pada suatu lingkungan yang khas
spesiesnya. Pada manusia berbeda, dunia manusia dibentuk oleh aktivitas manusia
sendiri. Oleh karena itu, keberadaan manusia adalah sebagai penyeimbang antara
manusia dengan dirinya sendiri dan manusia dengan lungkungan dan dunianya (di
luar pribadinya). Dalam proses penyeimbang ini, manusia membentuk dirinya
sendiri sehingga manusia bisa merealisasikan dirinya dalam kehidupan.17 Manusia
juga menciptakan bahasa yang merupakan suatu bangunan simbol-simbol yang
teridentifikasi semua aspek kehidupan.
Internalisasi (proses identifikasi diri) adalah proses pemahaman atau
penafsiran yang langsung dari suatu peristiwa objektif sebagai pengungkapan suatu
makna, artinya sebagai suatu manifestasi dari proses-proses subjektif bagi dirinya
pribadi. Internalisasi dalam arti luas merupakan dasar dari pemahaman mengenai
sesama manusia dan pemahaman mengenai dunia sebagai suatu yang maknawi dari
kenyataan sosial. Salah satu wujud internalisasi adalah sosialisasi. Bagaimana suatu
generasi menyampaikan nilai-nilai dan norma-norma sosial (termasuk budaya) yang
ada kepada generasi berikutnya. Generasi berikutnya diajar (lewat berbagai
kesempatan dan cara) untuk hidup sesuai dengan nilai-nilai budaya yang mewarnai
struktur masyarakat. Generasi baru dibentuk oleh makna-makna yang telah
diobjektivikasikan. Generasi baru mengidentifikasikan diri dengan nilai-nilai
tersebut.
17 Burhan Bungin (ed 2), Teori Paradigma dan Diskursus Teknologi komunikasi di Masyarakat, (Jakarta: kencana, 2007), h. 29-30
17
Pemikiran Berger ini berimplikasi pada kenyataan objektif dan subjektif pada
wacana berita. Objektivitas dalam berita hanya merupakan suatu mitos, karena tidak
mungkin memberi laporan tanpa berpendapat dan ketika orang berpendapat maka
akan subjektif. Pihak-pihak yang tidak mengakui adanya objektivitas dalam
pemberitaan ini bisa dikenal dengan subjektifivitas.
Merril beranggapan bahwa objektivitas semua wartawan baik reporter
maupun redaktur bersikap subjektif dalam menjalankan praktek jurnalistik. Setiap
kata kalimat ataupun paragrap dalam laporannya pasti bersifat subjektif. Dalam
membuat suatu laporan wartawan senantiasa terbentur pada keterbatasan
penguasaan bahasa yang dimilikinya dan dipengaruhi latar belakang
pengalamannya, lingkugan, pendidikan dan faktor lain yang mempengaruhi kata-
kata dan struktur bahasa menentukan makna (gambaran) suatu realitas.18
Realitas sosial tergantung pada bagaimana seseorang menafsirkannya.
Pemahaman itulah disebut realitas. Karena itu peristiwa dan realitas yang sama bisa
menghasilkan konstruksi realitas yang berbeda dari orang yang berbeda. Setiap
individu memiliki gambaran yang berbeda-beda mengenai realitas di
sekelilingnya.19 Dalam hal ini media massa turut berperan dalam merekonstruksi
suatu peristiwa atau kejadian tertentu.
Bagi kaum konstruksionis, realitas itu bersifat subjektif. Realitas itu hadir, karena
dihadirkan oleh konsep subjektifitas wartawan.20 Konsep konstruksionis yang
diperkenalkan oleh sosiolog Peter L. Berger. Bersama Thomas Luckman ia banyak
18 Kaelan, Filsafat Bahasa, Masalah dan Perkembangannya, (Yogyakarta: Paradigma, 1998), h. 114-118, dalam Ibnu Hamad, Konstruksi Realitas Politik dan Media Massa : Sebuah Studi Critical Discourse Analisis Terhadap Berita-berita Politik, (Jakarta: Granit, 2004), h.14 19 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: Rosdakarya, 2005), h. 176 20 .Eriyanto Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi, dan politik Media. (Yogyakarta: LKiS, 2007), , h 14
18
menulis karya dan menghasilkan tesis mengenai konstruksi sosial atas realitas. Bagi
Berger, realitas tidak dibentuk secara ilmiah, tidak juga sesuatu yang diturunkan
oleh Tuhan. Tetapi sebaliknya, realitas itu dibentuk dan dikonstruksi. Dengan
pemahaman ini setiap orang bisa mempunyai konstruksi yang berbeda-beda atas
suatu realitas. Setiap orang yang mempunyai pengalaman, referensi, pendidikan
tertentu dan lingkungan pergaulan atau sosial tertentu akan menafsirkan realitas
sosial itu dengan konstruksinya masing-masing. Maka konstruksi sosial bisa bersifat
plural dan dinamis. Relitas itu tercipta lewat konstruksi, sudut pandang tertentu dari
wartawan. Disini tidak ada realitas yang bersifat objektif, karena realitas itu tercipta
lewat konstruksi dan pandangan tertentu. Realitas bisa berbeda-beda, tergantung pada
bagaimana konsepsi ketika realitas itu dipahami oleh wartawan yang mempunyai
pandangan berbeda-beda.21
B. Berita
Berita berasal dari bahsa sansekerta "Vrit" yang dalam bahasa Inggris disebut
"Write" yang arti sebenarnya adalah "Ada" atau "Terjadi".Ada juga yang menyebut
dengan "Vritta" artinya "kejadian" atau "Yang Telah Terjadi"22. Menurut kamus
besar, berita berarti laporan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat. Berita
adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar, menarik dan atau
penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media berkala seperti surat kabar,
radio, televisi, atau media on-line internet
1. Pengertian Berita
21 Eriyanto. Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi, dan politik Media. (Yogyakarta: LKiS, 2007), cet. Ke-VI, h 19 22 Totok Djurorto, manajamen penerbit pers, (Bandung : PT. reamaja Rosdakarya, 2004), h.46
19
Pada dasarnya berita sulit untuk didefinisikan, karena setiap Negara dan
setiap media memiliki persepsi masing-masing terhadap definisi berita, perbedaan ini
terjadi karena terkait dengan ideology yang dianut oleh Negara tersebut. Seperti
pengertian berita pada Negara yang menganut system ideology komunis akan
berbeda sengan pengertian berita yang dipahami oleh Negara yang menganut system
ideology liberal. Pengertian berita juga sangat berkaitan dengan budaya masyarakat
dimana pers tersebut berada. Misalnya, konsep berita pada masa Orde Baru akan
berbeda dengan konsep berita pada Orde Reformasi saat ini. Hikmat dan Purnama
menyederhanakan pengertian berita yaitu: berita adalah informasi aktual tentang
fakta-fakta dan opini yang menarik perhatian orang.23
2. Nilai Berita
Nilai berita (News Value) merupakan acuan yang dapat digunakan oleh para
jurnalis, yakni para reporter dan editor, untuk memutuskan fakta yang pantas
dijadikan berita dan memilih mana yang lebih baik. Dalam berita ada karakterristik
intristrik yang dikenal sebagai nilai berita (news values). Kriteria mengenai nilai
berita merupakan patokan berarti bagi reporter.
Dengan kriteria tersebut, seorang reporter dapat dengan mudah mendeteksi mana
peristiwa yang harus diliput dan dilaporkan, dan mana peristiwa yang tak perlu
diliput dan harus dilupakan. Kriteria nilai berita juga sangat penting bagi para editor
dalam mempertimbangkan dan memutuskan, mana berita terpenting dan terbaik
untuk dimuat, disiarkan, atau ditayangkan melalui medianya kepada masyarakat luas.
23 Hikmat Kusumaningrat dan purnama Kusumaningrat. Jurnalistik, teori dan praktik, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), h.40.
20
Nilai berita adalah produk dari konstruksi wartawan. Setiap hari ada jutaan
peristiwa dan jutaan peristiwa itu semuanya potensial untuk dibentuk menjadi berita.
Kenapa hanya peristiwa tertentu yang diberitakan? Dan kenapa hanya sisi tertentu
saja dari peristiwa ditulis oleh wartawan? Semua proses ini ditentukan oleh apa yang
disebut sebagai nilai berita.24
Tabel – 01
Nilai berita25
Konflik Kebanyakan konflik adalah layak berita. Konflik fisik seperti perang atau perkelahian adalah layak berita karena biasanya ada kerugian dan korban. Kekerasan itu sendiri membagkitkan emosi dari yang menyaksikan dan mungkin ada kepentingan langsung. Perang, pembunuhan kekerasan,biasanya mendapatkan tempat dihalaman muka. Selain konflik fisik ini ratusan isu yang menyangkut kualitas dari kehidupan mendapatkan tempat yang penting dalam pemberitaan.
Kemajuan Dari konflik biasanya menusul kemenangan suatu pihak dan kekalahan bagi pihak lain. Dari kehidupan manusia yang dan Bencana rutin biasanya keberhasilanyang gemilang. Dari riset dan ui cobayang tenang lahir penemuan baru,alat-alat baru-progres. Demikian pula kebakaran dan bencana alam seperti gunung meletus, gempa, banjir bias terjadi tiba-tiba, adalah peristiwa yang memiliki nilai berita.
Konsekuensi Suatu peristiwa yang mengakibatkan atau bias
24 Eriyanto. Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi, dan politik Media. (Yogyakarta: LKiS, 2007), cet. Ke-VI, h.106 25 Luwi Ishara. Catatan-catatan jurnalisme dasar. (Jakarta: kompas, 2007 ), cet. Ke-III, h.53-57
21
mengakibatkan timbulnya rangkaian peristiwa yang mempengaruhi banyak orang adalah jenis nlayak berita. Konsekuensinya ini biasanya diterima sebagian nilai berita, dan menjadi ukuran pentingnya suatu berita.
Kemasyhuran Yaitu yang menyangkut hal-hal yang terkenal atau sangat dikenal oleh pembaca. Seperti nama-nama tokoh-tokoh dan terkenal, pemimpin politik, dan berbagai macam terkemuka konsekuensinya.
Proximity Yaitu kejadian yang dekat dari pembaca, kedekatan ini bias bersifat geografis, maupun emosional. Sedangkan waktu (kedekatan) (timeless) adalah kejadian yang menyangkut baru terjadi atau dan timeless beru ditemukan. Waktu (timeless) dan kledekatan (proximite) (waktu) ini adalah ukuran yang diterapkan pada berita untuk menentukan apakah layak dihimpun atau dimana bias dijual. Salah satu aset utama dari nilai berita adalah kesegaran (freshness) keganjilan Peristiwa-peristiawa tersebut termasuk kejadian yang luar biasa. Seperti kejadian-kejadian yang kebetulan, kejadian yang sangat kontras, cara hidup yang ganjil, kebiasaan dan hobi yang tidak umum, ketakhayulan, termasuk yang menarik perhatian banyak pembaca. Elemen umum dari menarik adalah bahwa peristiwa itu ganjil, tidak biasa.
Human Dalam hal ini maka wartawan akan bertindak lebih dari sekedar mengumpulkan fakta kejadian. Ia akan menjelajahi interest
22
Lebih dalam mengenai unsure-unsur kemanusiaan dengan mengumpulkan bahan-bahan tambahan seperti yang menyangkut emosi, fakta biografis, kejadian-kejadian yang dramatis, deskripsi, motivasi, ambisi, kerinduan, dan kesukaan dan ketidaksukaan umum dari masyarakat. Cerita human interest berisi nilai cerita ( story value ) dan bukan nilai berita.
seks Seks ini umumnya dipertimbangkan oleh para editor sebagai nilai berita. Hal ini terasa benar bila dihubungkan dengan orang-orang terkenal. Misalnya skandal seks seorang anggota dewan rakyat, dan lain-lain. Kawin-cerai bintang film, terlebih bila didalamnya ada unsure konflik, atau mungkin bencana.
Aneka lain Segala hal yang mengandung nilai-nilai yangt bersifat menggugah, aneh, menarik dan lain-lain yang terdapat atau ditemui dalam seluruh aspek kehidupan manusia, lingkungan atau alam.
C. Berita Sebagai Produk Konstruksi Sosial Atas Realitas
Berita adalah hasil dari konstruski sosial di mana selalu melibatkan
pandangan, ideologi, dan nilai-nilai dari wartawan atau media. Bagaimana realitas itu
dijadikan berita sangat tergantung pada bagaimana fakta itu dipahami dan dimaknai.
Semua proses konstruksi (mulai dari memilih fakta, sumber, pemakaian kata,
gambar, sampai penyuntingan) memberi andil bagaimana realitas tersebut hadir di
hadapan khalayak. Dalam pandangan konstruksionis, berita diibaratkan seperti
23
sebuah drama. ia bukan menggambarkan relitas, tetapi potret dari arena pertarungan
antara berbagai pihak yang berkaitan dengan peristiwa.26
Menurut kaum konstruksionis, berita adalah hasil dari produk konstruksi
sosial di mana selalu melibatkan pandangan, ideologi, dan nilai-nilai dari wartawan
media. Bagaimana realitas itu dijadikan berita sangat tergantung pada bagaimana
fakta itu dipahami dan dimaknai. Proses pemaknaan selalu melibatkan nilai-nilai
tertentu sehingga mustahil berita merupakan pencerminan dari realitas. Realitas yang
sama bias jadi menghasilkan berita yang berbeda. Perbedaan antara realitas yang
sesungguhnya dengan berita tidak dianggap salah, tetapi sebagai suatu kewajaran. 27
Berita bersifat subjektif / konstruksi atas realitas. Dikarenakan berita adalah
produk dari konstruksi dan pemaknaan atas realitas, pemaknaan seseorang atas suatu
realitas bisa jadi berbeda dengan orang lain yang tentunya menghasilkan “realitas”
yang berbeda pula. Pandangan kontruksionis mempunyai penilaian yang berbeda
dalam menilai objektifitas jurnalistik. Hasil kerja jurnalistik tidak bias dinilai dengan
menggunakan sebuah standar yang rigid, hal ini karena berita adalah produk dari
kontruksi dan pemaknaan atas realitas. Pemaknaan seseorang atas realitas bias jadi
berbeda dengan orang lain, yang tentunya menghasilkan “realitas” yang berbeda
pula, karenanya, ukuran yang baku dan standar tidak bias dipakai. Kalau ada
perbedaan antara berita dengan realitas yang sebenarnya maka tidak dianggap
sebagai kesalahan, tetapi memang seperti itulah pemaknaan mereka atas realitas.28
26 Eriyanto, Analisis framing, konstrusi, ideologi dan Politik Media, h. 24-25 27 Eriyanto, Analisis framing, kontruksi, ideologi dan politik media, h. 25-26 28 ibid,. h 27
24
D. Wartawan Sebagai Agen kontruksi Sosial Atas realitas
Dalam pandangan positivis, berita dilihat sebagai pencerminan dari realitas.
Seorang jurnalis yang baik adalah jurnalis yang mampu memindahkan realitas itu ke
dalam berita. Wartawan dapat menyajikan berita secara benar kalau ia bertindak
professional. Ia bisa menyingkirkan keberpihakan dan pilihan moral sehingga apa
yang diungkapkan murni fakta, bukan penilaian individu wartawan.
Dalam pandangan konstruksionis, wartawan tidak bisa menyembunyikan
pilihan moral dan keberpihakannya, karena ia merupakan bagian intrinsik dalam
pembentukan berita. Lagi pula, berita bukan hanya produk individu, melainkan juga
bagian dari proses organisasi dan interaksi antara wartannya. Dalam banyak kasus,
topik apa yang diangkat dan siapa yang diwawancarai disediakan oleh kebijakan
redaksional tempat wartawan bekerja, bukan semata-mata bagian dari pilihan
professional individu.
Dalam pandangan konstruksionis, wartawan juga dipandang sebagai aktor/agen
konstruksi. Wartawan bukan hanya melaporkan fakta, melainkan juga turut
mendefinisikan peristiwa. Sebagai aktor sosial, wartawan turut mendefinisikan apa
yang terjadi, dan secara aktif membentuk peristiwa dalam pemahaman mereka.
E. Media Sebagai Agen kontruksi Sosial Atas realitas
Setiap media massa memiliki karakter dan latar belakang tersendiri, baik
dalam isi dan pengemasan beritanya, maupun dalam tampilan serta tujuan dasarnya.
Perbedaan ini di latar belakangi oleh kepentingan yang berbeda dari masing-masing
media massa. Media massa adalah sarana penyampaian pesan yang berhubungan
25
langsung dengan masyarakat luas, misalnya media elektronik (radio, TV, dan film)
ataupun media cetak (Koran, majalah, dsb).29
Tugas media adalah mengumpulkan fakta, menulis berita, menyunting serta
menyiarkan berita kepada khalayak pembaca. Media massa dikatakan unggul jika
media massa tersebut telah mencakup pada bagian dari fungsi berikut30
a) Media berfungsi sebagai issue intensifier. Media memunculkan isu atau
konflik dan mempertajamnya dengan posisinya sebagai intensifier (media
dapat mem-blow up realitas menjadi isu sehingga dimensi isu menjadi
transparan).
b) Media berfungsi sebagai conflict diminished. Adalah media dapat
menenggelamkan atau meniadakan suatu isu atau konflik, terutama bila
terkait dengan kepentingan media yang bersangkutan.
c) Media berfungsi menjadi pengarah conflict resolution. Yaitu media menjadi
mediator dengan menampilkan isu dari berbagai prespektif serta
mengarahkan pihak yang bertikai pada penyelesaian konflik.
d) Media massa berfungsi sebagai pembentuk opini publik. Media merupakan
bagian dari publik oleh karena itu media massa berhak mengetahui kinerja
pelayanan public
Fakta/peristiwa adalah hasil kontruksi. Bagi kaum kontruksionis, realitas itu
bersipat subjektif. Realitas itu hadir, karena dihadirkan oleh konsep subjektif
wartawan. Disini tidak ada realitas yang bersifat objektif, karena realitas itu tercipta
lewat kontruksi dan pandangan tertentu. Realitas bias berbeda-beda, tergantung pada
29 Harimurti Kridalaksana, Leksikon Komunikasi, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1984), h. 80 30 Eni Setiani, Ragam Jurnalistik Baru dalam Pemberitaan, (Jakarta: Andi, 2005), h. 68
26
bagai mana konsepsi ketika realitas itu dipahami oleh para wartawan yang
mempunyai pandangan berbeda.31
Realitas tergantung pada bagaimana fakta tersebut di kontruksikan. Karena
fakta itu diproduksi dan ditampilkan secara simbiosis. Dalam kata-kata yang ekstrim,
realitas atau fakta itu tergantung pada bagaimana ia dilihat. Pikiran dan konsepsi
kitalah yang membentuk dan mengkreasikan fakta. Fakta yang sama bisa
menghasilkan fakta yang berbeda-beda ketika ia dilihat dan dipahami dengan cara
yang berbeda.32
Dalam pandangan kontruksionis, berita yang kita baca pada dasarnya adalah
hasil dari konstruksi kerja jurnalistik, bukan kaidah baku jurnalistik. Semua proses
kontruksi (mulai dari memilih fakta, sumber, pemakaian kata, gambar, sampai
penyuntingan) memberi andil bagaimana realitas tersebut hadir dihadapan khalayak.
Apa yang disajikan media, pada dasarnya adalah akumulasi dari pengaruh yang
beragam. Pamela J. Shoemaker dan Stepen D. Reese mengidentifikasi ada lima
faktor yang mempengaruhi kebijakan redaksi yaitu faktor kepentingan-kepentingan
yang bersifat tumpang tindih pada tingkat perorangan atau kelompok dalam sebuah
organisasi media, entah itu kepentingan agama, kedaerahan serta struktur organisasi
media tersebut.33
Dalam buku Anwar Arifin “Pencitraan dalam Politik” mengungkapkan bahwa
pesan politik disampaikan oleh media massa bukanlah realitas yang sesungguhnya
31 Ibid,. h. 19 32 Ibid,. h. 21 33 Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese, Mediating The Message; Theories Of Influences On Mass Media Content, (New York, Longman Publisher USA, Second Edition 1996, h. 64
27
melainkan realitas media.34 Maksudnya realitas yang dibuat oleh wartawan dan
redaktur yang mengelola peristiwa politik menjadi berita politik, melalui proses
penyaringan dan seleksi (editing dan rapat redaksi) dengan kata lain adalah realitas
buatan atau realitas tangan kedua. Dari faktor internal ini, sosok jurnalis merupakan
pihak yang paling disorot. Sebagai mahluk sosial, seorang wartawan juga
mempunyai sikap, nilai, kepercayaan dan orientasi tertentu dalam politik, agama,
ideologi dan aliran dimana semua komponen itu berpengaruh terhadap hasil kerjanya
(media content), sehingga kerap kali media terlibat dalam sebuah hegemoni politik,
budaya, dan ideologi. Disamping itu latar belakang pendidikan, jenis kelamin,
etnisitas, turut pula mempengaruhi wartawan itu dalam mengkonstruksikan
realitas.35
F. Analisis framing Model William A. Gamson dan Andre Modigliani
W.A. gamson termasuk ahli yang cukup intens dalam mendiskusikan
framing. Bersama dengan A. Modigliani memberikan definisi tentang framing,
yakni merupakan cara bercerita (story line) yang menghadirkan konstruksi makna
atas peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan objek dari suatu wacana. Mereka
mengandaikan wacana media terdiri atas sejumlah package interpratif yang
mengandung konstruksi makna tentang objek wacana. Package merupakan gugusan
organisasi ide-ide yang memberi petunjuk tentang isu yang dibicarakan dan peristiwa
mana yang relevan dengan suatu wacana. William A. gamson dan Andre
Mondigliani adalah ilmuan yang paling konsisten dalam mengembangkan konsep
34 Anwar Arifin, Pencitraan dalam Politik; Strategi Pemenangan PEMILU dalam Perspektif komunikasi Politik, (Jakarta: Pustaka Indonesia, 2006), h. 5 35 Hamad, Ibnu. Kontruksi Realitas Politik dalam Media Massa, Granit, Jakarta, 2004. Hal 28
28
framing- mendifinisikan frame sebagai organisasi gagasan sentral atau alr cerita yang
mengarahkan makna peristiwa-peristiwa yang dihubungkan dengan suatu isu.36
Rumusan atau model Gamson dan Mondigliani didasarkan pada pendekatan
kontruksionis yang melihat representasi media- bereta dan artikel, terdiri atas
package interpretatitive yang mengandung kontruksi makna tertentu. Didalam
package ini terdapat dua struktur, yaitu frame dan condensing symbol. struktur
pertama merupakan puasat organisasi elemen-elemen ide yang membantu
komunikator untuk menunjukan subtansi isu yang tengah dibicarakan. Sedangkan
sturktur yang kedua mengandung dua substruktur, yaitu framing devices dan
reasoning device.37
Frame merupakan inti sebuah unit besar wacana publik yang disebut package.
Framing analisis yang dikembangkan Gamson dan Modigliani memahami wacana
sebagai suatu gugusan perspektif interprestasi (repretative package) saat
mengkontruksi dan memberi makna suatu isu.38
Core frames (gagasan sentral) berisi elemen-elemen inti untuk memberikan
pengertian yang relevan terhadap peristiwa dan mengarahkan makna isu yang
dibangun condensing symbol (symbol yang dimanfaatkan).
G. Konsep framing William A. Gamson dan Andre Mondigliani
Gagasan Gamson mengenai frame media ditulis bersama Andre Modigliani.
Sebuah frame mempunyai struktur internal. Pada titik ini ada sebuah titik organisasi
36 Alex Sobur, Analisis Teks Media, suatu pengantar untuk analisis wacana, analisis semiotic dan analisis framing. (Bandung: Remaja Rosdakarya,2006), h. 177 37 Ibid,. h. 176 38 Ibid,. h. 177
29
atau ide, yang membuat peristiwa menjadi relevan dan menekankan suatu isu.
Sebuah frame umumnya menunjukan dan menggambarkan range posisi, bukan
hanya satu posisi.39
Dalam formulasi yang dibuat oleh Gamson dan Modigliani, frame dipandang
sebagai cara bercerita (story line) atau gugusan ide-ide yang tersusun sedemikian
rupa dan menghadirkan konstruksi makna dari peristiwa yng berkaitan dengan suatu
wacana. Gamson melihat wacana media ( khususnya berita ) terdiri atas sejumlah
kemasan (package) melalui mana konstruksi atas suatu pristiwa dibentuk. Kemasan
itu merupakan skema atau struktur pemahaman yang dipakai seseorang ketika
mengkontruksi pesan-pesan yang dia sampaikan, dan menafsirkan pesan yang dia
terima.40
Tabel- 02
Konsep framing model William A. Gamson dan Andre Mondigliani
Frame Central Organizing idea for making sense of relevan events, suggesting what is at issue Framing Reasoning Devices ( perangkat framing ) ( perangkap penalaran )
Methapors Roots Perumpamaan atau pengandaian Analisis kausal atau sebaba akibat Catchphrases Appeals to principles Frase yang menarik, kontras, Premis dasar atu klaim-klaim moral menonjol dalam suatu wacana. Ini
39 Eriyanto, Analisis framing, Kontruksi, Ideologi dan politik media, h. 223 40 Ibid,. h. 223
30
umumnya berupa jargon atau slogan. Exemplaar Consequences Mengaitkan bingkai dengan Efek atau konsekuensi yang didapat contoh, uraian ( bias teori, dari bingkai perbandingan ) yang menjelaskan bingkai. Depiction Penggambaran atau pelukisan suatu isu yang bersifat konotatif. Depictions ini umunya berupa kosa kata, leksikon atau melabeli sesuatu. Visual images Gambaran, grafik, citra yang mendukung bingkaian secara keseluruhan. Bias berupa foto, kartun, ataupun garafik untuk menekankan dan mendukung pesan yang ingin disampaikan.
Sumber: William A. Gamson and Andre Modigliani. Disadur dari buku Eriyanto.
Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi , dan politik media, h. 225
Struktur framing devices (perangkat pembingkai) yang mencakup metaphors
(metafora), exemplars (contoh terkait), catchphrases (frase yang menarik), depictions
(penggambaran suatu isu yang bersifat konotatif), dan visual images (gambar, grafik, citra yang mendukung bingkai) menekankan aspek bagaimana ‘’melihat’’ suatu isu.
31
Struktur reasoning devices (perangkat penalaran) menekankan aspek pembenaran
terhadap cara ‘’melihat’’ isu, yakni roots (analisis kausal), appeals to principle
(klaim moral), dan consequences (konsekuensi yang didapat dari bingkai). Ada
perangkat bagaimana ide sentral ini diterjemahkan kedalam teks berita. Framing
devices (perangkat framing ). Perangkat ini berhubungan dan berkaitan langsung
dengan ide sentral atau bingkai yang ditekankan dalam teks berita. Perangkat
framing ini ditandai dengan pemakaian kata, kalimat, garifk/gambar, dan metafora
tertentu. Kesemua element dapat ditemukan dan ditandai serta merujuk pada gagasan
atau ide sentral tertentu.41
Kedua, reasoning devices ( perangkat penalaran ). Sebuah gagasan tidak hanya
berisi kata matau kalimat, alasan tertentu, dan sebagainya. Teks berita berisi tentang
gagasan atau kemasan tertentu adari suatu berita berisi tentang gagasan atau kemasan
tertentu dari suatu peristiwa.42
Kemasan itu bukan hanya gagasan kosong, teks tentu saja juga didukung
dengan pemakaian perangkat tertentu agar gagasan yang disajikan itu tampak bukan
hanya wajar, melainkan juga meyakinkan. Agar gagasan atau bingkai tersebut
tampak meyakinkan, teks didukung dengan perangkat framing (framing devices)
ditandai dengan kata, kalimat, gambar, metafora atau ilustrasi tertentu untuk
menekankan gagasan tertentu. Sedangkan agar tujuan gagasan yang tersaji tampak
beralasan, tidak mengada-ada, benar, alamiah, dan memang demikian adanya. Ini
41Ibid,. h. 226 42 Ibid,. h. 227
32
misalnya dilakukan dalam teks berita dengan mengaitkan sebab-akibat, fakta satu
sebagai dasar fakta lain, dan sebagainya.43
Sedangkan condensing symbol memiliki makna konotatif. Makna yang
dihubungkan dengan simbol ini terdiri orientasi-orientasi terhadap simbol itu sendiri
dan bukan terhadap apa pun yang khusus, yang ditunjukkannya.44
Struktur framing devices yang mencakup metaphors, exemplars, catchphrases,
depictions, dan visual images menekankan aspek bagaimana "melihat" isu, yakni
roots (analisis kausal) dan appeals to principle (klaim moral).45
Secara literal, metaphors dipahami sebagai cara memindah makna dengan
merelasikan dua fakta melalui analogi, atau memakai kiasan dengan menggunakan
kata-kata seperti, ibarat, bak, sebagai, umpama, laksana. Henry Guntur Tarigan
dalam buku Alex sobur Analisis Teks Media menilai metafora sebagai sejenis gaya
bahasa perbandingan yang paling singkat, padat, tersusun rapi. Di dalamnya terlihat
dua gagasan: yang satu adalah suatu kenyataan, sesuatu yang dipikirkan, yang
menjadi objek; dan satu lagi merupakan pembanding terhadap kenyataan tadi; dan
kita menggantikan yang belakangan itu menjadi terdahulu tadi: dan yang satu lagi
merupakan pembanding terhadap kenyataan tadi.46
Exemplaars mengemas fakta tertentu secara mendalam agar satu sisi memiliki
bobot makna lebih untuk dijadikan rujukan/pelajaran. Posisinya menjadi pelengkap
bingkai inti dalam kesatuan berita untuk membenarkan perspektif. Cathphrases
istilah, bentukan kata, atau frase khas cerminan fakta yang merujuk pemikiran atau
43 Ibid, h. 228 44 Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 179. 45 Ibid, h. 179 46 Ibid, h. 180
33
semangat tertentu. Dalam teks berita, cathprases mewujud dalam bentuk jargon,
slogan atau semboyan.47
Depictions, penggambaran fakta dengan memakai kata, istilah kalimat
konotatif agar khalayak terarah ke citra tertentu. Asumsinya, pemakaian kata khusus
diniatkan untuk membangkitkan prasangka, menyesatkan pikiran dan tindakan, serta
efektif sebagai bentuk aksi politik. Depictions dapat berbentuk stigmatisasi,
eufimisme, serta akronimisasi.48
Visual Images, pemakaian foto, diagram, grafis, label, kartun dan sejenisnya
untuk mengeksperesikan kesan, misalnya perhatian atau penolakan, dibesarkan-
dikecilkan, ditebalkan atau dimiringkan, serta pemakaian warna. Visual images
bersifat sangat natural, sangat mewakili realitas yang membuat erat muatan ideologi
pesan dengan khalayak.
Roots (analisis kausal), pembenaran isu dengan menghubungkan suatu objek
atau lebih yang dianggap menjadi sebab timbulnya atau terjadinya hal yang lain.
Tujuannya, membenarkan penyimpulan fakta berdasar hubungan sebab-akibat yang
digambarkan atau dibeberkan.49
Gunther Kress dan Theo van Leeuwen menyatakan, penataan visual images
halaman surat kabar bukan sekadar alasan estetika perwajahan, tetapi lebih
merupakan proses mempengaruhi lewat efek dan fungsi pesan agar menancap di
benak khalayak, termasuk aspek ideologi, pengaruh dan subjektivitas yang bersatu
47 Ibid, h. 179 48 Ibid, h. 179-180 49 Ibid,. h. 180
34
padu. Secara ideologis, Van Dijk menandaskan, fungsi visual images adalah untuk
memanipulasi fakta agar bermakna legitimate.50
Appeal to principle, pemikiran, prinsip, klaim moral sebagai argumentasi
pembenar membangun berita, berupa pepatah, cerita rakyat, mitos, doktrin, ajaran
dan sejenisnya. Appeal to principle yang apriori, dogmatis, simplistik, dan
monokausal (nonlogis) Bertujuan membuat khalayak tak berdaya menyanggah ke
sifat, waktu, tempat, cara tertentu, serta membuatnya tertutup/keras dari bentuk
penalaran lain.51 Dan pada akhirnya akan didapat konsekuensi dari teks berita, yang
terangkum dalam consequences.
1. Efek Framing
Analisis framing adalah salah satu metode penelitian yang termasuk baru
dalam dunia ilmu komunikasi. Para ahli menyebutkan bahwa analisis framing ini
merupakan perpanjangan dari analisis wacana yang dielaborasi terus menerus ini,
menghasilkan suatu metode yang up to date untuk memahami fenomena-fenomena
media mutakhir 52
Framing berkaitan dengan bagaimana realitas dibingkai dan disajikan kepada
khalayak. Sebuah realitas bisa jadi dibingkai dan dimaknai secara berbeda oleh
media. Bahkan pemaknaan itu bisa jadi akan sangat berbeda. Realitas begitu
50 Ibid,. h. 180 51 Ibid,. h. 179 52Agus Sudibyo, Politik Media dan Pertarungan Wacana. Yogyakarta: LKiS 2001 hal 23
35
kompleks, penuh dimensi ketika dimuat dalam berita bisa jadi akan menjadi realitas
satu dimensi.53
Framing berhubungan dengan pendefinisian realitas. Bagaimana peristiwa
dipahami, sumber siapa yang diwawancarai. Semua elemen tersebut tidak dimaknai
semata sebagai masalah teknis jurnalistik, tetapi sebuah praktik. Berbagai praktik
tersebut bisa mengakibatkan pendefinisian tertentu atas realitas. Peristiwa yang bisa
menghasilkan berita dan pada akhirnya realitas yang berbeda ketika peristiwa
tersebut dibingkai dengan cara yang berbeda.54
Salah satu efek yang paling mendasar adalah realitas sosial yang kompleks,
penuh dimensi dan tidak beraturan disajikan dalam berita sebagai sesuatu yang
sederhana, beraturan dan memenuhi logika tertentu. Framing menyedikan alat
bagaimana peristiwa dibentuk dan dikemas dalam kategori yang dikenal khalayak.
Karena itu framing menolong khalayak untuk memproses informasi ke dalam
kategori yang dikenal, kata-kata kunci dan citra tertentu. Khalayak bukan disediakan
informasi yang rumit, melainkan informasi yang tinggal ambil, kontekstual, berarti
bagi dirinya dan dikenal dalam benak mereka. Teori framing menunjukkan
bagaimana jurnalis membuat simplikasi, prioritas dan struktur tertentu dari peristiwa.
2. Menonjolkan Aspek Tertentu – Mengaburkan Aspek Lain.55
Framing umumnya ditandai dengan menonjolkan aspek tertentu dari
realitas.dalam penulis sering disebut focus. Berita secara sadar atu tidak diarahkan
53 Eriyanto, Analisis Framing Konstruksi, Ideologi dan Politik Media, h. 139-140 54 Ibid,. h. 139-140 55 Ibid,. h. 141
36
pada aspek tertentu. Akibatnya ada aspek lainnya yang tidak mendapatkan perhatian
memadai.
3. Menampilkan Sisi Tertentu – Melupakan Sisi lain.56
Menampilkan aspek tertentu menyebabkan aspek yang lain yang penting dalam
memahami realitas realitas tidak mendapatkan liputan yang memadai dalam berita.
4. Menampilkan Aktor Tertentu – Menyembunyikan Aktor Lainya.57
Berita seringkali juga memfokuskan pemberitaan pada aktor tertentu. Ini tentu
saja tidak salah, eapi efek yang segera terlihat adalah memfokuskan pada satu pihak
atau aktor tertenu menyebabkan aktor lain yang mungkin relevan dan penting dalam
pemberitaan menjadi tersembunyi.
56 Ibid,. h. 141 57 Ibid,. h. 142
37
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Profil Megawati
Diah Permata Megawati Setiawati Soekarnoputri (lahir di Yogyakarta pada 23
Januari 1947)58 adalah Presiden Indonesia dari 23 Juli 2001 – 20 Oktober 2004. Ia
merupakan presiden wanita pertama dan presiden kelima di Indonesia. Namanya
cukup dikenal dengan Megawati Soekarnoputri. Pada 20 September 2004, ia kalah
dalam tahap kedua pemilu presiden 2004. Ia menjadi presiden setelah MPR
mengadakan Sidang Istimewa pada tahun 2001. Sidang Istimewa MPR diadakan
dalam menanggapi langkah Presiden Abdurrahman Wahid yang membekukan
lembaga MPR/DPR dan Partai Golkar. Ia dilantik pada 23 Juli 2001. Sebelumnya
dari tahun 1999-2001, ia adalah Wakil Presiden. Megawati adalah presiden pertama
dalam sejarah Indonesia yang turun takhta secara terhormat.
Dilahirkan di Yogyakarta pada 23 Januari 1947, Megawati adalah anak kedua
Presiden Soekarno yang telah memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17
Agustus 1945. Ibunya Fatmawati kelahiran Bengkulu dimana Sukarno dahulu
diasingkan pada masa penjajahan belanda. Megawati dibesarkan dalam suasana
kemewahan di Istana Merdeka.
Megawati pernah menuntut ilmu di Universitas Padjadjaran di Bandung (tidak
sampai lulus) dalam bidang pertanian, selain juga pernah mengenyam pendidikan di
58 http://id.wikipedia.org/wiki/Megawati_Soekarnoputri.diunduh pada tanggal 16 Maret 2011 pukul 23:00
38
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (tetapi tidak sampai lulus).59 Karir politik
Mega yang penuh liku seakan sejalan dengan garis kehidupan rumah tangganya yang
pernah mengalami kegagalan. Suami pertamanya, seorang pilot AURI, tewas dalam
kecelakaan pesawat di laut sekitar Biak, Irian Jaya. Waktu itu usia Mega masih awal
dua puluhan dengan dua anak yang masih kecil. Namun, ia menjalin kasih kembali
dengan seorang pria asal Mesir yang tampan, tetapi pernikahannya tak berlangsung
lama. Kebahagiaan dan kedamaian hidup rumah tangganya baru dirasakan setelah ia
menikah dengan Moh. Taufiq Kiemas, rekannya sesama aktivis di GMNI dulu, yang
juga menjadi salah seorang penggerak PDIP.
Jejak politik sang ayah berpengaruh kuat pada Megawati. Karena sejak
mahasiswa, saat kuliah di Fakultas Pertanian Universitas Pajajaran, ia pun aktif di
GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia).
Tahun 1986 ia mulai masuk ke dunia politik, sebagai wakil ketua PDI Cabang
Jakarta Pusat.Karir politiknya terbilang melesat. Mega hanya butuh waktu satu tahun
menjadi anggota DPR RI. Dalam Kongres Luar Biasa PDI yang diselenggarakan di
Surabaya 1993, Megawati terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Umum PDI.
Namun, pemerintah tidak puas dengan terpilihnya Mega sebagai Ketua Umum PDI.
Mega pun didongkel dalam Kongres PDI di Medan pada tahun 1996, yang memilih
Soerjadi sebagai Ketua Umum PDI.Mega tidak menerima pendongkelan dirinya dan
tidak mengakui Kongres Medan. Ia masih merasa sebagai Ketua Umum PDI yang
sah. Kantor dan perlengkapannya pun dikuasai oleh pihak Mega. Pihak Mega tidak
mau surut satu langkah pun. Mereka tetap berusaha mempertahankan kantor DPP
59 http://kepustakaan-presiden.pnri.go.id/biography/idx.asp?presiden=megawati di unduh pada tanggal 16 Maret 2011 pukul 23:15
39
PDI. Namun, Soerjadi yang didukung pemerintah memberi ancaman akan merebut secara paksa kantor DPP PDI yang terletak di Jalan Diponegoro.Ancaman Soerjadi kemudian menjadi kenyataan. Tanggal 27 Juli 1996 kelompok Soerjadi benar-benar merebut kantor DPP PDI dari pendukung Mega. Aksi penyerangan yang menyebabkan puluhan pendukung Mega meninggal itu, berbuntut pada kerusuhan massal di Jakarta yang dikenal dengan nama Peristiwa 27 Juli. Kerusuhan itu pula yang membuat Ketua Umum Partai Rakyat Demokratik (PRD) Budiman Sudjatmiko mendekam di penjara.
Nama : Megawati Soekarnoputri
Tempat Tanggal lahir : Yogyakarta 23 Januari 1947
Agama : Islam
Perjalanan karir
1. Anggota Gerakan Mahasiswa Nasional Indonsia (Bandung), (1965)
2. Anggota DPR-RI, (1993)
3. Anggota Fraksi DPI Komisi IV
4. Ketua DPC PDI Jakarta Pusat, Anggota FPDI DPR-RI, (1987-1997)
5. Ketua Umum PDI versi Munas Kemang (1993 - sekarang) PDI yang
dipimpinnya berganti nama menjadi PDI Perjuangan pada 1999 - sekarang
7. Wakil Presiden RI, (Oktober 1999-23 Juli 2001)
8. Presiden RI ke-5, (23 Juli 2001-2004)
Perjalanan pendidikan
1. SD Perguruan Cikini Jakarta, (1954-1959)
2. SLTP Perguruan Cikini Jakarta, (1960-1962)
40
3. SLTA Perguruan Cikini Jakarta, (1963-1965)
4. Fakultas Pertanian UNPAD Bandung (1965-1967), (tidak selesai)
5. Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (1970-1972), (tidak selesai)60
B. Gambaran Umum Rakyat Merdeka
1. Sejarah serta Perkembangan Rakyat Merdeka
Surat Kabar Harian Rakyat Merdeka merupakan salah satu perusahaaan di
bawah naungan Jawa Pos Group. Surat Kabar Harian Rakyat Merdeka terbit pertama
kali sebanyak 12 halaman, Kamis, 22 April 1999. Sejak tanggal 17 Februari 2003,
surat kabar ini beralokasi di Gedung Graha Pena Lt. 8-9, Jalan Raya Kebayoran
Lama No. 12, Jakarta Selatan 12212. Sebelumnya beralamat di Jalan Raya
Kebayoran Lama No. 17, Jakarta Selatan 12210. Surat kabar ini terbit berdasarkan
SK Menpen RI No. 326/SK/Menpen/SIUP/1998 dengan perubahan pada tanggal 6
April 1999 surat Menpen/Dirjen PPG No. 88/Ditjen PPG/K/1999.61
Seperti apa yang terlihat pada Surat Kabar Harian Rakyat Merdeka, di dalam
penyajiannya memiliki perbedaan tersendiri dengan surat kabar harian lainnya.
Headline Surat Kabar Harian Rakyat Merdeka sering dianggap “sensasional” dengan
penyajian berita-berita yang keras. Sehingga bulan-bulan pertama terbit, Surat Kabar
Harian Harian Rakyat Merdeka sering mendapat kecaman dari orang-orang yang
membacanya. Rakyat Merdeka dianggap sebagai koran provokator. Tampil dengan
penyajian berita yang keras, Surat Kabar Harian Rakyat Merdeka menempatkan
dirinya sebagai koran oposisi. Maksud oposisi di sini adalah surat kabar harian ini
siap mengkritik siapa pun yang berkuasa memerintah negeri ini.
60 http://kepustakaan-presiden.pnri.go.id/biography/idx.asp?presiden=megawati di unduh pada tanggal 16 Maret 2011 pukul 23:30 61 Ibnu Hamad. Kontruksi Realitas Politik dalam Media Massa, Granit, Jakarta, 2004. Hal 139
41
Hal tersebut bagi Surat Kabar Harian Rakyat Merdeka dianggap perlu dilakukan, karena dalam era reformasi sekarang mudah sekali untuk mendapatkan surat izin terbit. Namun ini bukan berarti mudah mampu menembus pasar, mengingat persaingan bisnis penerbitan semakin ketat dengan banyaknya majalah, tabloid, maupun koran umum yang ditawarkan pada masyarakat.
Belum lagi persaingan dengan media elektronik, seperti televisi dan internet.
Karenanya diperlukan suatu pemikiran yang strategis dalam bisnis penerbitan. Untuk itu diperlukan kerja sama yang baik tiap individu mulai dari bagian Redaksi sampai bagian Umum.
Sampai saat ini, Surat Kabar Harian Rakyat Merdeka masih tetap eksis mengumandangkan dirinya sebagai surat kabar harian oposisi. Peredarannya sementara ini lebih terfokus pada wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi
(Jabodetabek), Bandung, dan Bandar Lampung. Kalaupun ada yang beredar di luar wilayah tersebut, sangat masih terbatas, misalnya saja Kalimantan dan Malaysia.
Kini oplah Surat Kabar Harian Rakyat Merdeka mencapai lebih dari 150.000 eksemplar per hari.
Pihak manajemen belum memutuskan membuka perwakilan di daerah-daerah untuk memperluas peredaran jaringan pemasaran. Sebab saat ini untuk wilayah
Jabodetabek pun masih banyak yang harus diperbaiki, termasuk meningkatkan jumlah pembeli Surat Kabar Harian Rakyat Merdeka.
Dalam usianya yang sudah mencapai sebelas tahun ini, Surat Kabar Harian
Rakyat Merdeka terus memperbaiki dirinya. Memasuki awal tahun 2002 slogan Surat
Kabar Harian Rakyat Merdeka berubah dari “Apinya Demokrasi Indonesia” menjadi
42
“Politics News Leader” yang mengandung makna bahwa Surat Kabar Harian Rakyat
Merdeka ingin menjadi Surat Kabar Harian “terdepan” dalam isu-isu politik (koran
leader)62.
Meskipun Surat Kabar Harian Rakyat Merdeka dikelola oleh wajah-wajah
muda, sebagai salah satu anggota Dewan Kebijakan Redaksi, Karim Paputungan
memberikan bekal bagi para redaktur dan wartawannya yaitu jangan sekali-kali
menghilangkan fakta peristiwa dan fakta cerita dalam berita.
Sebagai koran eceran, Rakyat Merdeka mempunya ciri khas judul berita utama
(headline) selalu menarik untuk dibaca (eye catching) dan gaya bahasanya yang
cenderung sedikit “nakal”. Maka tidak mengherankan jika Rakyat Merdeka sering
disebut sebagai koran provokator. “Menurut kami, provokasi itu boleh-boleh saja
dilakukan asalkan itu untuk kepentingan orang banyak (publik) dan bertujuan baik,”
ujar Margiono, CEO Rakyat Merdeka Group.63
Mengingat pemberitaan koran Rakyat Merdeka selalu rawan bersentuhan
dengan hukum, inilah yang akhirnya menjadi latar belakang berdirinya law
ombudsman (sebuah lembaga yang berdiri untuk menjadi penengah dalam sengketa
hukum antara Rakyat Merdeka dengan pihak ketiga). Dalam hal ini, law ombudsman
harus bisa bersikap adil untuk kedua belah pihak, walau Rakyat Merdeka yang
membayarnya.
Selain pemberitaan cenderung fokus ke politik, Rakyat Merdeka juga memiliki
halaman-halaman lain yang juga tidak kalah menarik, seperti Hiburan (Bibir Mer dan
Hot Babes) dan Olahraga (Bomber dan Spirit). Bahkan kini, sejak tanggal 13 April
62 Bank Data Rakyat Merdeka di berikan oleh bapak sofwan pada tanggal 1 Mei 2011 63 Ibid.,
43
2004, Rakyat Merdeka telah hadir menjadi 20 halaman, dengan menambah halaman suplemen khusus seputar Info Bisnis, yang diberi nama ProBis (dulu bernama Bisnis
Harian, berdiri sejak 13 April 2004). Dalam Bisnis Harian diulas informasi seputar
Otomotif, Mal, Properti, Handphone, Komputer, dan Elektronik. Dan sekarang ini, isi pemberitaan koran Rakyat Merdeka juga dapat dilihat secara online di website www.myrmnews.com.
Sejak Rakyat Merdeka berdiri, sampai hari ini, telah melahirkan beberapa anak perusahaan; yaitu: Surat Kabar Harian Tangerang Satelit News, Surat Kabar Harian
Kriminal Lampu Hijau, Surat Kabar Harian Umum Non’stop, Surat Kabar Harian
Kriminal Surabaya Rek Ayo Rek, Surat Kabar Mingguan Info Lowongan Kerja,
Tabloid Haji, Rakayat Merdeka Institute, Manajemen Artis Positif Art, dan Penerbit
RM Book. Dan dalam rangka lebih meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan produktivitas disemua penerbitan, maka pihak manajemen Rakyat Merdeka mengambil satu langkah penting, yaitu membentuk satu lembaga yang namanya
Manajemen Rakyat Merdeka Group (Manajemen Group). Di mana tugas utamanya adalah melakukan pengawasan, pembinaan, serta pengembangan terhadap semua penerbitan, termasuk koran Rakyat Merdeka itu sendiri.
2. Kebijakan Redaksi Rakyat Merdeka
Rakyat Merdeka mengkonstruksi berita tentang Megawati secara Independent artinya kalau ada berita yang baik dari megawati Rakyat Merdeka memberitakan yang baiknya. Kalau ada yang perlu dikritik dari Megawati Rakyat Merdeka mengkritik Megawati
44
Kebijakan Rakyat Merdeka memsng idealis sebagai jurnalis yang professional,
objektif dan sebagainya. Tetapi dalam praktiknya ada pertimbangan yang
mengindikasikan keberpihakan.
VISI RAKYAT MERDEKA
Visi dari Rakyat Merdeka adalah menjadi koran politik oposisi terkuat di
Indonesia. Koran ini sengaja dibuat sebagai alat kontrol sosial terhadap pemerintah.
Hadir sebagai penyambung aspirasi suara rakyat.64
MISI RAKYAT MERDEKA
Misi dari Rakyat Merdeka adalah menjadi koran aspirasi rakyat kecil terkuat
khususnya di wilayah Jabotabek dalam menyampaikan kritik-kritik pada
pemerintah65
3. Gambaran Umum Koran Tempo
Tempo pada awalnya adalah sebuah majalah yang didirikan pada tahun 1971,66
awal Orde Baru. Hampir seluruh pendiri Tempo adalah para aktivis mahasiswa tahun
1965/1966 yang ikut menggulingkan Soekarno dan kemudian menempuh jalan
masing-masing untuk mengisi zaman Orde Baru. Beberapa di antaranya lalu
mendirikan Tempo. Tempo besar pada zaman Soeharto Orde Baru, disokong oleh
perusahaan yang juga dibesarkan pada masa Orde Baru tahun 1971, tetapi Orde Baru
juga mematikannya. Tempo lahir dan mati di masa Orde Baru, beberapa pendiri
Tempo adalah aktivis mahasiswa tahun 1965/1966 yang ikut menggulingkan
64 Ibid. 65 Ibid. 66 http://sejarah.kompasiana.com/2011/01/07/sejarah-majalah-tempo-konflik-dan- pembredelan/ diunduh pada tanggal 2 Mei 2011, pukul 22:00
45
Soekarno. Tempo luput dari pembredalan dua kali pada masa Orde Baru, tahun 1974
dan 1978. Tahun 1982, terjadi insiden Lapangan Banteng, menjelang Pemilu 1982
dan dianggap oleh pemerintah mengganggu keamanan67. Untuk itu Goenawan
Mohamad harus menandatangani kesepakatan dengan Departemen Penerangan untuk
tidak meliput isu-isu yang sensitife, termasuk yang menyangkut keluarga Cendana.
Tempo merupakan bagian dari kelas menengah Orde Baru, untuk itu tempo
merupakan fondasi ekonomi yang menyokong Orde Baru. Periode ketika Tempo
Berjaya ialah pada decade 1980-an, di mana anggaran belanja iklan perusahaan
banyak masuk ke media cetak. Jumlahnya mencapai 50% dari total belanja iklan
tersebu. Inilah yang pada akhirnya membuat gaji para wartawan Tempo mencapai
puncaknya. Setelah perpindahan Tempo dari kawasan Senen ke kawasan Kuningan
pada tahun 1986, setahun kemudian terjadi eksodus puluhan wartawannya. Mereka
keluar dari tempo untuk mendirikan Majalah editor, keluarnya mereka dikarenakan
Tempo telah berubah menjadi institusi bisnis, bukan lagi institusi perjuangan dan
manajemen sering kali membela pemilik modal dan tidak lagi menganggap wartawan
sebagai asset berharga.
Majalah Tempo adalah majalah berita mingguan Indonesia yang umumnya
meliput berita dan politik. Edisi pertama Tempo diterbitkan pada Maret 1971 yang
merupakan majalah pertama dan tidak memiliki afiliasi dengan pemerintah. Majalah
ini pernah dilarang oleh pemerintah pada tahun 1982 dan 21 Juni 1994, Tempo
kembali beredar pada 6 Oktober 1998. Tempo juga menerbitkan majalah dalam
bahasa Inggris sejak 12 September 2000 yang bernama Tempo Magazine dan pada 2
67 Ibid.
46
April 2001 Tempo juga menerbitkan Koran Tempo. Pelarangan terbit Majalah
Tempo pada 1994 bersama dengan Editor dan Detik, tidak pernah jelas penyebabnya.
Tapi banyak orang yakin bahwa Menteri Penerangan saat itu, Harmoko, mencabut
Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP) Tempo karena laporan majalah ini tentang
impor kapal perang dari Jerman, laporan ini dianggap membahayakan stabilitas
Negara. Laporan utama membahas keberatan pihak militer terhadap impor oleh
Menristek BJ Habibie. Sekelompok wartawan juga kecewa pada sikap Persatuan
wartawan Indonesia (PWI) karena menyetujui pembredelan Tempo, Editor dan Detik
yang kemudian mendirikan Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI).
Setelah pembredelan yang dilakukan pemerintah kepada Tempo tahun 1994.
Akhirnya dipenghujung jatuhnya rezim Orde Baru, Majalah Tempo bangkit kembali
pada tanggal 26 Oktober 1998. Tempo juga menerbitkan majalah dalam bahasa
Inggris sejak 12 September 2000 yang bernama Tempo Magazine. Dan tak lama
berselang, pada tanggal 2 April 2001 Koran Tempo terbit dengan sirkulasi sebesar
100.000 setiap hari68. Koran Tempo adalah sebuah koran berbahasa Indonesia yang
terbit di Indonesia. Pemiliknya adalah PT. Tempo Inti Media Harian yang didirikan
oleh Goenawan Mohamad pada tahun 1998 sebagai perusahaan penerbitan pers. Ide
awal untuk menerbitkan surat kabar tersebut disebabkan banyak berita menarik yang
tak bisa ditampung dalam mingguan mereka dan ada perbedaan peringkat penjualan
produk yang cukup jauh antara Kompas dengan harian lain seperti Media Indonesia
dan Republika
68 http://id.wikipedia.org/wiki/Koran_Tempo, diunduh pada 2 Mei 2009 pukul 24:00
47
Dengan bahasa yang lugas dan berciri reportase jurnalistik Tenpo mampu
merebut hati banyak pembaca, dan juga tempo banyak membahas mengenai dunia
politik, hukum, ekonomi dan gaya hidup, berita aktualnya terutama intrik politik,
kadang membuat marah kalangan tertentu di eksekutif, legislatife maupun yudikatif.
Idealisme Koran Tempo sendiri ialah menjadi media massa cetak yang mampu
mendorong masyarakat menjadi kritis dalam menerima informasi. Market reader
Koran Tempo ialah masyarakat kelas menengah keatas yang secara ekonomi
berkecukupan dan memiliki pendidian tinggi. Motto yang dianut Koran Tempo
adalah “to be concise” yaitu memberitakan sebuah peristiwa dengan ringkas padat
dan jelas sesuai dengan 5 W + 1 H. Motto ini juga yang mendasari desain Koran
Tempo yang pendek dan berita tidak bersambung dari suatu halaman lain ke halaman
lainnya. Pertimbangan lain adalah waktu pembaca surat kabar yang relatif pendek.
Saat ini Tempo memiliki labelnya sebagai Koran kompak, sebuah
pergeserankonsep surat kabar harian broadsheet menjadi format tabloid lima kolom
yang lebih mungil dan ringkas. Harus diakui bahwa Tempo adalah sebuah sekolah
sekolah jurnalisme dalam praktik di Indonesia yang alumninya diakui di mana-mana.
Sebuah nama-nama petinggi media di Indonesia saat ini, banyak diantaranya adalah
alumni Tempo. Kalau menyebut majalah berita, sukar menyebut media mana pun
yang tak ada alumni Tempo di dalamnya.
4. Kebijakan Redaksi Koran Tempo
Koran Tempo memberitakan sebuah berita sesuai dengan fakta dilapangan.
Tidak ada mengkonstruksi berita dengan mensetting berita. Koran Tempo menulis
berita sesuai dengan fakta, kaidah normatif yang berlaku dan standarnya kita
48
menggunakan 5W 1H beritanya tidak memberikan asumsi dan tidak memberikan
penuduhan jadi sesuai dengan fakta.
Visi Tempo Inti Media
Menjadi acuan dalam proses meningkatkan kebebasan rakyat untuk berpikir
dan mengutarakan pendapat serta membangun suatu masyarakat yang menghargai
kecerdasan dan perbedaan pendapat.69
Misi Tempo Inti Media
1) Menyumbangkan kepada masyarakat suatu produk multimedia yang
menampung dan menyalurkan secara adil suara yang berbeda-beda.
2) Sebuah produk multimedia yang mandir, bebas dari tekanan kekuasaan
modal dan politik
3) Terus-menerus meningkatkan apresiasi terhadap ide-ide baru, bahasa, dan
tampilan visual yang baik
4) Sebuah karya yang bermutu tinggi dan berpegang apda kode etik
5) Menjadikan tempat kerja yang mencerminkan Indonesia yang bergaam
sesuai kemajuan jaman
6) Sebuah proses kerja yang menghargai kemitraan dari semua sector
7) Menjadi lahan yang subur bagi kegiatan-kegiatan untuk memperkaya
khasanah artistik dan intelektual.
69 Bank Data Koran Tempo
49
BAB IV
KONSTRUKSI BERITA KORAN TEMPO DAN HARIAN RAKYAT
MERDEKA DALAM PEMBERITAAN MEGAWATI SOEKARNO PUTRI
SEBAGAI CALON PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2009
A. Gambaran Umum Penelitian
Hasil penelitian awal pada level analisis isi ini memberikan gambaran
bagaimana kecenderungan harian Koran Tempo dan Rakyat Merdeka dalam
mengkonstruksikan sosok Megawati Soekarno Putri sebagai Kandidat
Presiden Republik Indonesia tahun 2009. Hasil dari analisis isi tersebut
dipertajam dalam penelitian analisis framing. Dari ratusan berita yang
dianalisis dalam analisis isi, peneliti mengambil beberapa berita yang akan
dianalisis menggunakan analisis framing. Analisis framing beberapa berita
tersebut ditambah pengamatan peneliti dalam membaca seluruh berita
tentang Megawati Soekarno Putri periode Maret 2009 akan menggambarkan
bagaimana konstruksi Megawati Soekarno Putri sebagai Kandidat Presiden
Republik Indonesia tahun 2009. Di akhir bab ini, semua hasil penelitian
akan dikompilasikan, termasuk hasil wawancara mendalam peneliti dengan
redaksi media dari masing-masing harian.
1. Konstruksi Berita Megawati Dalam Koran Tempo
Koran Tempo memberitakan berita Megawati sebagai kandidat
presiden sama dengan calon yang lain seperti SBY, Wiranto. Koran Tempo
berusaha sebisa mungkin memberikan berita yang berimbang jadi tidak
50
setiap hari membahas Megawati saja, kecuali jika ada skandal-skandal atau
berita-berita yang mempengaruhi tentang Megawati
2. Kontrusi Berita Megawati dalam Rakyat Merdeka
Kebijakan redaksi Rakyat Merdeka terkait Megawati sebagai calon
presiden 2009 bersifat Independent.Jika ada berita tentang Megawati maka
kami beritakan sesuai fakta dilapangan. Tetapi dalam kebijakanya Rakyat
Merdeka mempunyai sikap untuk memilih suatu berita yang akan diangkat.
B. Hasil Penelitian Analisis Framing
Di bawah ini adalah hasil penelitian analisis framing terhadap beberapa
berita tentang Megawati Soekarno Putri sebagai Kandidat Presiden 2009
yang sudah dipilih oleh peneliti. Berita-berita yang dipilih untuk dianalisis
adalah berita yang memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh peneliti. Untuk
berita non kampanye, kriteria berdasarkan peristiwa menonjol tentang
pasangan calon sehingga kerap menjadi isu media dalam kurun waktu Maret
2009. Peristiwa-peristiwa ini bisa berupa konflik internal partai, konflik
partai pengusung dengan ormas, rumor, kampanye hitam (black campaign),
masalah hukum, kader salah satu partai yang menyeberang ke partai
pengusung pasangan lain dan lain-lain. Dengan kriteria tersebut,
memungkinkan berita antara Rakyat Merdeka dengan Koran Tempo tidak
sama karena terkait dengan kebijakan redaksional masing-masing media.
Sedangkan untuk berita kampanye dipilih berdasarkan nilai peristiwa
yang tinggi. Dalam hal ini peneliti menetapkan 3 kriteria yang kemungkinan
salah satu diantaranya menjadi unsur utama berita kampanye. Kriteria
51
tersebut adalah banyaknya massa yang datang. Kedua, adanya tokoh
nasional, pengurus partai tingkat pusat atau artis yang menjadi jurkam.
Ketiga, kegiatan kampanye yang memiliki nilai keunikan. Atas dasar kriteria
tersebut, peneliti memilih beberapa berita yang diteliti dalam analisis
framing.
1. Koran Tempo
Frame: Pertemuan Mega-Kalla Bakal Berlanjut (13 maret 2009 lampiran hal
97)
Media Package
Judul menunjukkan bahwa pertemuan atau komunikasi politik antara Jusuf
Kalla dengan Megawati Soekarno Putri ditanggapi sebagai sesuatu hal yang
biasa. Komunikasi politik antar tokoh politik dalam alam demokrasi
merupakan hal yang wajar. Tanggapan tersebut diungkapkan oleh Wakil
Sekretaris Jendral Partai Golkar Rully Chairul Azwar. Berikut petikannya:
“Peluang koalisi kecil jika Kalla di posisikan sebagai wakil Presiden. Kalau wakil lagi apa bedanya dengan sekarang.”
Sementara itu pengamat politik dari Center For Strategic and International
studies J, Kristiadi mengatakan pertemuan antara JK-Mega tidak terlalu
serius karena Kalla memang tidak berniat berkoalisidengan Mega.
Komunikasi politik antara Megawati Soekarno Putri dengan Jusuf Kalla
mendapat tanggapan yang beragam dari berbagai kalangan. Politisi Partai
Golkar dan politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan menganggap
pertemuan tersebut sebagai ajang politik yang positif dalam upaya
52
mendinginkan suasana politik. Tanggapan berbeda diberikan oleh pengamat politik. Mereka menganggap bahwa apa yang dilakukan oleh JK dan Mega adalah hal yang biasa dalam politik. Mereka juga tidak menganggap hal itu sebagai sebuah ancaman terhadap peran pemerintahaan SBY di mata rakyat sebagai calon pemilih pada pemilihan presiden tahun 2009.
Core Frame
Tema utama berita ini adalah tanggapan pengamat politisi terhadap pertemuan atau komunikasi politik yang dilakukan oleh Jusuf Kalla dan
Megawati Soekarno Putri. Penekanan berita tentu saja pada tanggapan yang diberikan oleh Pengamat Politik. Dimana pemberitaan ini hanya sebagai isu public tentang kedua partai.
Condensing Symbol
Sikap harian ini sudah terlihat dalam lead yang menekankan pada tanggapan terhadap pertemuan yang dilakukan oleh Jusuf Kalla dan
Megawati Soekarno Putri. Jelas terlihat bahwa komunikasi politik yang dilakukan oleh Megawati menjelang pemilu. Hal ini wajar karena berdasarkan survei atau jajak pendapat berbagai lembaga survei mau pun media menunjukkan bahwa Mega termasuk salah satu kandidat terkuat dalam pemilihan presiden 2009. Terminologi “bakal berlanjut” menunjukkan bahwa apa yang dilakukan oleh kubu Mega ditanggapai biasa saja oleh publik dalam hal ini Partai Golkar.
53
Untuk melihat bagaimana konstruksi yang terbangung dari pemberitaan
Megawati Soekarno Putri ini digunakan perangkat framing (framing device) dan perangkat penalaran (reasoning devices) yang akan memperlihatkan bagaimana framing Koran Tempo dalam memandang Megawati Soekarno
Putri sebagai calon presiden tahun 2009, dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel- 03
Demokrat Anggap Pertemuan JK-Mega Bukan Ancaman
Framing Device Reasoning Device Methapors: Roots: (Judul) Golkar Anggap Pertemuan Peristiwa atau pertemuan antara JK- JK-Mega Bukan Ancaman. Mega boleh jadi dianggap oleh Pertemuan dua tokoh politik berbagai kalangan sebagai ancaman pesaing utama Susilo Bambang utama terhadap peluang Susilo Yudhoyono boleh jadi merupakan Bambang Yudhoyono dalam ancaman utama ketika kedua kompetisi pemilihan presiden 2009. tokoh tersebut berkoalisi. Penilaian tersebut dapat dimaklumi mengingat dua tokoh politik tersebut memimpin dua partai terbesar. Penyatuan dua kekuatan besar tersebut jika terjadi koalisi tentu saja dapat memberikan ancaman kepada kubu SBY. Catcphrases: Appeals to principles: Pertemuan dua tokoh politik yaitu Komunikasi politik Jusuf Kalla Jusuf Kalla dengan Megawati dengan Megawati Soekarno Putri dua Soekarno Putri di sebuah tempat pimpinan partai terbesar dianggap di Jakarta mendapat tanggapan sebagai hal yang biasa saja oleh Partai dari berbagai kalangan termasuk Demokrat. Pertemuan tersebut atau dari pihak SBY yang selama ini pun tindak lanjut dari pertemuan diposisikan sebagai kandidat tersebut bukanlah ancaman yang terkuat Presiden Republik berarti terhadap peluang SBY untuk Indonesia periode 2009-2014. memenangkan pemilihan presiden 2009. Exemplaar Consequences Pertemuan Megawati Soekarno Koalisi antar partai politik dan Putri dengan Jusuf Kalla terjadi kandidat presiden mutlak dilakukan setelah Pemilu Legislatif tahun mengingat hasil pemilu legislatif 2009 berakhir. Pertemuan mengisyarakat tidak ada satu partai tersebut merupakan bentuk politik yang dapat mencalonkan diri komunikasi politik dalam rangka karena tidak memenuhi syarat kecuali
54
menjajaki koalisi di antara dua Parta Demokrat. tokoh politik tersebut yang sama- sama berambisi untuk menjadi calon presiden. Depiction Usaha untuk mempersatukan kekuatan politik dan tokoh politik dalam rangka menantang calon presiden terkuat yaitu Susilo Bambang Yudhoyono. Koalisi juga perlu dibangun karena kekuatan partai politik di parlemen tidak memenuhi syarat untuk mencalonkan diri tanpa berkoalisi. Visual Foto memperlihatkan Megawati Soekarno Putri dan Jusuf Kalla tengah bersalaman.
Hasil pemilu legislatif tahun 2009 menghasilkan kemenangan bagi
Partai Demokrat. Hasil ini memang sudah diperkirakan oleh berbagai kalangan walaupun hasilnya tetap dianggap mengejutkan. Kemenangan
Partai Demokrat seakan mengisyarakatkan kemenangan bagi Susilo
Bambang Yudhoyono pada pemilihan presiden tahun 2009. Kondisi ini memaksa para kandidat presiden seperti Megawati Soekarno Putri, Jusuf
Kalla, Prabowo Subianto dan Wiranto dan tokoh lainnya untuk membangun kekuatan dalam rangka menghadapi pemilihan presiden. Berbagai langkah dilakukan oleh kandidat-kandidat presiden tersebut untuk menjajaki kemungkinan berkoalisi. Hal ini lah yang juga dilakukan oleh Megawati
Soekarno Putri dan Jusuf Kalla. Dua tokoh politik ini secara kebetulan memimpin dua partai besar yaitu Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Partai Golkar.
55
Diakui atau tidak dua partai ini sulit untuk berkoalisi berdasarkan sejarah kedua partai tersebut. Selain faktor sejarah kedua pimpinan partai ini juga menginginkan untuk menjadi calon presiden sehingga kemungkinan untuk berkoalisi menjadi sangat kecil. Akan tetapi dalam politik segala sesuatu diyakini oleh para politisi adalah mungkin. Atas dasar itulah maka komunikasi politik tetap dibangun baik oleh PDIP maupun Partai Golkar.
Komunikasi awal tentu saja dilakukan oleh beberapa pengurus pusat kedua kekuatan politik tersebut. Selanjutnya maka dilakukan komunikasi puncak antara kedua tokoh utama partai bersangkutan.
Penjajakan yang dilakukan oleh Megawati Soekarno Putri dengan Jusuf
Kalla mendapat tanggapan berbagai pihak. Partai Demokrat sebagai partai pemenang pemilu dan memiliki calon presiden terkuat yaitu Susilo
Bambang Yudhoyono juga memberikan tanggapan. Pertemuan atau komunikasi politik antara Jusuf Kalla dengan Megawati Soekarno Putri ditanggapi oleh Partai Demokrat sebagai sesuatu hal yang biasa. Komunikasi politik antar tokoh politik dalam alam demokrasi merupakan hal yang wajar.
Tanggapan tersebut diungkapkan oleh Anas Urbaningrum Ketua DPP Partai
Demokrat Bidang Politik. Berikut petikannya:
“Kamipun tidak pernah mempersoalkan, ya karena komunikasi politik adalah hal yang baik dan biasa saja.”
Berbeda dengan pernyataan yang dikemukakan oleh petinggi partai
Golkar dan PDIP sebagai partai politik yang dipimpin oleh Jusuf Kalla dan juga Megawati Soekarno Putri. Petinggi kedua partai tersebut tampaknya yakin akan kemungkinan terjadinya koalisi dua kekuatan politik tersebut.
56
Penyatuan kekuatan politik tersebut adalah konsekuensi logis dalam menghadapi calon presiden terkuat yaitu Susilo Bambang Yudhoyono.
Di lain pihak Partai Demokrat tampaknya memiliki keyakinan atau optimisme yang tinggi untuk memenangkan pemilihan presiden tahun 2009 mengingat berbagai survei yang dilakukan banyak lembaga mengunggulkan
Susilo Bambang Yudhoyono sebagai calon presiden periode 2009-2014.
Pernyataan yang menyatakan bahwa pertemuan antara Megawati dengan
Jusuf Kalla bukanlah sebuah ancaman yang dapat menggagalkan kemenangan Susilo Bambang Yudhoyono.
Frame: Mega Tuding BLT Rendahkan Harga Diri (edisi 21 Maret 2009 lampiran hal 98)
Media Package
Judul menunjukkan bahwa Megawati Soekarno Putri menyampaikan kritik keras terhadap kebijakan pemerintah. PDIP sebagai partai oposisi dan diketuai oleh Megawati menganggap bahwa kebijakan tersebut tidak tepat dan sangat merendahkan harga diri rakyat. Ia menganggap bahwa dana yang dialokasikan untuk BLT akan lebih bermanfaat jika digunakan untuk membangun fasilitas umum dan infrastruktur jalan sehingga mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Kebijakan pemerintahan SBY yang memberiikan Bantuan Tunai Langsung
(BLT) kepada rakyat miskin mendapat kritik dari Megawati Soekarno Putri.
Kebijakan tersebut dianggapa tidak tepat dan tidak berarti banyak terhadap kehidupan masyarakat miskin. Kebijakan tersebut akan lebih baik jika
57
digunakan untuk pembangunan infrastruktur baik jalan mau pun kesehatan masyarakat yang tentu saja lebih berguna bagi kehidupan masyarakat.
Demikian tanggapan Megawati Soekarno Putri.
Core Frame
Tema utama berita ini adalah kritik Megawati Soekarno Putri terhadap kebijakan pemerintahan SBY dalam memberikan BLT. Mega menganggap kebijakan tersebut tidak tepat dan dianggap merendahkan harga diri rakyat penerimanya. Selain itu kebijakan tersebut dianggap tidak tepat dan lebih cocok jika dipakai untuk membangun infrastruktur.
Condensing Symbol
Penggunaan terminologi “Rendahkan Harga Diri” menunjukkan betapa harian ini menganggap BLT adalah kebijakan bagi-bagi uang kepada rakyat miskin sehingga mereka dikatakan tidak memiliki harga diri. Penyebutan rendahkan harga diri bisa disamakan sebagai rakyat miskin yang pantas dikasihani dengan cara memberikan uang yang sangat kecil.
Untuk melihat bagaimana konstruksi yang terbangun dari pemberitaan
Megawati Soekarno Putri ini digunakan perangkat framing (framing device) dan perangkat penalaran (reasoning devices) yang akan memperlihatkan bagaimana framing Koran Tempo dalam memandang Megawati Soekarno
Putri sebagai calon presiden tahun 2009, dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel- 04
Mega Tuding BLT Rendahkan Harga Diri
Framing Device Reasoning Device
58
Methapors: Roots: (Judul) Mega Tuding BLT Kritik Megawati Soekarno Putri Rendahkan Harga Diri terhadap kebijakan Bantuan Tunai Kebijakan BLT dinilai oleh Langsung (BLT) merupakan bentuk Megawati Soekarno Putri sebagai protes terhadap kebijakan tersebut. kebijakan keliru dan merendahkan Kritik tersebut boleh jadi merupakan harga diri kegerahan kubu Megawati yang menilai kebijakan pemberian BLT sebagai bentuk kampanye politik. Protes keras yang dilemparkan Megawati sebagai bentuk perlawanan politik atas kebijakan yang menguntungkan SBY. Catcphrases: Appeals to principles: Kritik Megawati atas kebijakan Kebijakan pemerintah SBY SBY dalam memberikan BLT memberikan BLT merupakan merupakan tindakan yang tidak kebijakan keliru dan merendahkan menguntungkan rakyat. Ia harga diri rakyat dalam pandangan menganggap bahwa kebijakan Megawati Soekarno Putri. tersebut keliru karena tidak dapat menaikkan derajat hidup masyarakat miskin. Exemplaar Consequences Kebijakan pemerintahan SBY yang Penggunaan terminologi “Rendahkan memberiikan Bantuan Tunai Harga Diri” menunjukkan betapa Langsung (BLT) kepada rakyat harian ini menganggap BLT adalah miskin mendapat kritik dari kebijakan bagi-bagi uang kepada Megawati Soekarno Putri. rakyat miskin sehingga mereka Kebijakan tersebut dianggapa dikatakan tidak memiliki harga diri. tidak tepat dan tidak berarti Penyebutan rendahkan harga diri bisa banyak terhadap kehidupan disamakan sebagai rakyat miskin yang masyarakat miskin. Kebijakan pantas dikasihani dengan cara tersebut akan lebih baik jika memberikan uang yang sangat kecil. digunakan untuk pembangunan infrastruktur baik jalan mau pun kesehatan masyarakat yang tentu saja lebih berguna bagi kehidupan masyarakat. Demikian tanggapan Megawati Soekarno Putri.
Depiction Mega menganggap kebijakan BLT tersebut tidak tepat dan dianggap merendahkan harga diri rakyat penerimanya. Selain itu kebijakan tersebut dianggap tidak tepat dan lebih cocok jika dipakai untuk
59
membangun infrastruktur. Visual Foto memperlihatkan Megawati Soekarno Putri tengah berpidato di sebuah panggung kampanye
Kebijakan pemberian Bantuan Tunai Lansung (BLT) merupakan kebijakan yang diambil guna mengurangi dampak kenaikan harga Bahan
Bakar Minyak (BBM) terutama bagi rakyat miskin. Kebijakan ini dalam pandangan pemerintah adalah bentuk dari pengalihan subsidi pemerintah dari BBM menjadi subsidi langsung yang disebut BLT. Pemberian BLT tersebut mendapat banyak kritik yang dianggap tidak menyelesaikan kemiskinan yang dialami banyak rakyat Indonesia. Sebagian politisi dan pengamat politik bahkan menganggap kebijakan tersbeut bentuk money politik apalagi saat menjelang Pemilu. Salah satu tokoh politik yang memberikan kritik keras adalah Megawati Soekarno Putri. Dalam pandangan Mega pemberian BLT tidak menyentuh akar persoalan besarnya jumlah rakyat miskin. Selain dianggap salah sasaran pemberian BLT tidak mendidik masyarakat.
Tingginya suhu politik menjelang Pemilu kritik terhadap pemberian
BLT semakin tajam. Serangan politik terhadap kebijakan pemerintahan SBY menemukan momentum tepat menjelang Pemilu terutama pada kampanye partai politik. Kebijakan pemerintahan SBY yang memberiikan BLT kepada rakyat miskin mendapat kritik dari Megawati Soekarno Putri. Kebijakan tersebut dianggapa tidak tepat dan tidak berarti banyak terhadap kehidupan masyarakat miskin. Kebijakan tersebut akan lebih baik jika digunakan untuk
60
pembangunan infrastruktur baik jalan mau pun kesehatan masyarakat yang tentu saja lebih berguna bagi kehidupan masyarakat. Demikian tanggapan
Megawati Soekarno Putri.
Penggunaan terminologi “Rendahkan Harga Diri” menunjukkan betapa harian ini menganggap BLT adalah kebijakan bagi-bagi uang kepada rakyat miskin sehingga mereka dikatakan tidak memiliki harga diri. Penyebutan rendahkan harga diri bisa disamakan sebagai rakyat miskin yang pantas dikasihani dengan cara memberikan uang yang sangat kecil.
Frame: Yudhoyono-Megawati Tak Perlu Mediator (19 Maret 2009 lampiran hal 99)
Media Package
Judul menunjukkan bahwa rencana pertemuan antara Susilo Bambang
Yudhoyono dengan Megawati Soekarno Putri tidak memerlukan pihak ketiga sebagai mediator. Rencana pertemuan kedua tokoh politik utama negeri ini banyak diinginkan oleh berbagai kalangan untuk mencairkan hubungan kedua tokoh tersebut. Selama ini publik menilai bahwa kedua tokoh tersebut berada di dua pihak yang saling bersebrangan secara politik bahkan emosional. Akan tetapi rencana pertemuan tersebut tidak memerlukan mediator sebagaimana dikemukakan oleh Andi Mallarangeng.
Berikut petikannya:
“Tidak perlu dimediasi-mediasi kalau kita (Partai Demokrat), kapan saja siap bekerja sama, bertemu dan bersahabat.”
61
Rencana pertemuan antara dua tokoh politik utama negeri ini yaitu Susilo
Bambang Yudhoyono dan Megawati Soekarno Putri dianggap sebagai rencana positif dalam alam demokrasi dewasa ini. Dua tokoh politik yang sama-sama diketahui publik tidak harmonis secara pribadi dan kebijakan politik tersebut dapat mendinginkan suasana politik yang memanas menjelang pemilihan presiden 2009. Akan tetapi Partai Demokrat menganggap jika pertemuan tersebut terjadi maka tidak diperlukan mediator dari pihak mana pun.
Core Frame
Tema utama berita ini adalah rencana pertemuan dua tokoh politik utama dalam percaturan politik Indonesia. Rencana tersebut sangat positif tetapi kedua kubu menganggap tidak memerlukan pihak-pihak tertentu untuk menjadi mediator yang kebetulan hal itu ditawarkan oleh Partai Golkar.
Condensing Symbol
Sikap harian ini sudah terlihat dalam lead yang menekankan pada tanggapan Partai Demokrat terhadap rencana pertemuan antara Susilo
Bambang Yudhoyono dan Megawati Soekarno Putri. Terminologi “tidak perlu mediator” menunjukkan bahwa rencana tersebut tidak perlu melibatkan pihak-pihak di luar Partai Demokrat dan di luar Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan.
Untuk melihat bagaimana konstruksi yang terbangun dari pemberitaan
Megawati Soekarno Putri ini digunakan perangkat framing (framing device)
62
dan perangkat penalaran (reasoning devices) yang akan memperlihatkan bagaimana framing Koran Tempo dalam memandang Megawati Soekarno
Putri sebagai calon presiden tahun 2009, dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel- 05
Yudhoyono-Megawati Tak Perlu Mediator
Framing Device Reasoning Device Methapors: Roots: (Judul) Yudhoyono-Megawati Rencana pertemuan dua tokoh Tak Perlu Mediator politik utama menjelang pemilihan Rencana pertemuan Susilo Bambang presiden 2009 mendapat reaksi Yudhoyono dengan Megawati yang beragam dari berbagai Soekarno Putri digagas berbagai kalangan. Partai Demokrat kalangan untuk mendinginkan menganggap pertemuan tersebut suasana politik menjelang pemilihan dapat dilakukan tetapi tidak presiden 2009 memerlukan mediasi dari pihak- pihak di luar Partai Demokrat dan juga Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Catcphrases: Appeals to principles: Rencana pertemuan dua tokoh Pertemuan kedua tokoh politik politik utama tersebut merupakan utama tidak memerlukan mediasi tindak lanjut dari keinginan dari pihak-pihak di luar Partai berbagai kalangan untuk Demokrat dan Partai Demokrasi mendinginkan suasana politik Indonesia Perjuangan. Pernyataan menjelang pemilihan presiden tahun tersebut boleh jadi dikarenakan 2009. keinginan Partai Golkar untuk menjadi mediator dari pertemuan dua tokoh politik tersebut. Exemplaar Consequences Rencana pertemuan antara Susilo Rencana pertemuan antara Susilo Bambang Yudhoyono dengan Bambang Yudhoyono dan Megawati Megawati Soekarno Putri tidak Soekarno Putri. Terminologi “tidak memerlukan pihak ketiga sebagai perlu mediator” menunjukkan mediator. Rencana pertemuan bahwa rencana tersebut tidak perlu kedua tokoh politik utama negeri ini melibatkan pihak-pihak di luar banyak diinginkan oleh berbagai Partai Demokrat dan di luar Partai kalangan untuk mencairkan Demokrasi Indonesia Perjuangan. hubungan kedua tokoh tersebut. Selama ini publik menilai bahwa kedua tokoh tersebut berada di dua pihak yang saling bersebrangan secara politik bahkan emosional.
63
Depiction Rencana pertemuan antara dua tokoh politik utama negeri ini yaitu Susilo Bambang Yudhoyono dan Megawati Soekarno Putri dianggap sebagai rencana positif dalam alam demokrasi dewasa ini. Dua tokoh politik yang sama-sama diketahui publik tidak harmonis secara pribadi dan kebijakan politik tersebut dapat mendinginkan suasana politik yang memanas menjelang pemilihan presiden 2009. Visual Foto memperlihatkan Megawati Soekarno Putri dan Susilo Bambang Yudhoyono tengah berpidato di tempat yang berbeda
Hubungan Megawati Soekarno Putri dengan Susilo Bambang
Yudhoyono diketahui publik tidak harmonis dalam beberapa tahun terakhir terutama menjelang Pemilu tahun 2004. Ketidakharmonisan tersebut mempengaruhi suhu politik apalagi menjelang pemilu 2009. Atas kondisi tersebut berbagai kalangan berharap kedua tokoh politik utama negeri ini dapat bertemu sekaligus memberikan pendidikan yang politik yang baik bagi bangsa Indonesia. Rencana pertemuan antara dua tokoh politik utama negeri ini yaitu Susilo Bambang Yudhoyono dan Megawati Soekarno Putri dianggap sebagai rencana positif dalam alam demokrasi dewasa ini. Dua tokoh politik yang sama-sama diketahui publik tidak harmonis secara pribadi dan kebijakan politik tersebut dapat mendinginkan suasana politik yang memanas menjelang pemilihan presiden 2009. Akan tetapi Partai
Demokrat menganggap jika pertemuan tersebut terjadi maka tidak diperlukan mediator dari pihak mana pun.
64
Rencana pertemuan kedua tokoh politik utama negeri ini banyak
diinginkan oleh berbagai kalangan untuk mencairkan hubungan kedua
tokoh tersebut. Selama ini publik menilai bahwa kedua tokoh tersebut
berada di dua pihak yang saling bersebrangan secara politik bahkan
emosional. Akan tetapi rencana pertemuan tersebut tidak memerlukan
mediator sebagaimana dikemukakan oleh Andi Mallarangeng. Berikut
petikannya:
“Tidak perlu dimediasi-mediasi kalau kita (Partai Demokrat), kapan saja siap bekerja sama, bertemu dan bersahabat.”
Rencana pertemuan antara dua tokoh politik utama negeri ini yaitu Susilo
Bambang Yudhoyono dan Megawati Soekarno Putri dianggap sebagai
rencana positif dalam alam demokrasi dewasa ini. Harian ini memberikan
penekanan kepada opini pengurus Partai Demokrat terkait usulan beberapa
pihak untuk memediasi pertemuan Megawati Soekarno Putri dengan Susilo
Bambang Yudhoyono. Hubungan kedua tokoh politik tersebut yang memang
tidak harmonis dapat dijembatani oleh pihak ketiga di luar PDIP dan Partai
Demokrat. Akan tetapi pernyataan tersebut ditolak oleh petinggi Partai
Demokrat yang merasa tidak memerlukan mediator jika memang pertemuan
tersebut terjadi.
2. Rakyat Merdeka
Frame: Kritikan Mega Ke SBY Membingungkan Rakyat (edisi 24 Maret 2009
lampiran hal 100)
Media Package
65
Judul menunjukkan bahwa kritikan Megawati kepada SBY dinilai sebagai strategi politik yang blunder. Karena kritik tersebut maka diprediksi menguntungkan kandidat capres lain. Perang terbuka atau bisa jadi salah satu bentuk kampanye yang ingin menjatuhkan kredibilitas SBY dinilai oleh beberapa pengamat politik sebagai tindakan yang tidak cerdas. Pengamat politik dari Universitas Indonesia Ibramsyah dan Arbi Sanit memberikan tanggapan negatif terhadap kritik Megawati terhadap SBY tersebut. Berikut petikannya:
Ibramsyah:
“Masyarakat sekarang sudah cerdas dalam menilai isi kampanye. Baik SBY dan Megawati, keduanya sekedar tebar pesona dan membela diri dari masing-masing. Masyarakat sudah muak, sebagai peimpin dan bekas pemimpin, seyogyanya mereka tidak saling ejek”
Arbi Sanit:
“Ini justru menguntungkan SBY, karena bagaimanapun memberi sedikit tetap akan dianggap lebih baik daripada tidak sama seklai”
Kritik Megawati Soekarno Putri terhadap kebijakan SBY selama memimpin pemerintahan periode 2004-2005. Megawati memberikan kritik terkait banyak hal termasuk di dalamnya gaya kepemimpinan SBY yang dianggap lamban dan tidak tegas, pemberian BLT yang dianggap tidak mendidik rakyat bahkan ditenggarai sebagai bentuk kampanye dan juga terhadap kebijakan SBY yang dianggap maju mundur. Berita ditekankan kepada pendapat pengamat politik dalam hal ini Ibramsyah dan Arbi Sanit dari
Universitas Indonesia. Kedua pengamat politik tersebut menilai bahwa
66
kritik Megawati kepada SBY tidak menguntungkan citra Megawati sendiri di mata calon pemilih. Bahkan keduanya justru menganggap bahwa apa yang dilakukan Megawati dapat menguntungkan capres lain terutama SBY.
Core Frame
Tema utama berita ini adalah kritik pengamat politik terhadap kritik yang dilontarkan Megawati Soekarno Putri atas kebijakan SBY. Kritik tersebut bahkan muncul di judul itu sendiri. Tema kedua adalah bantahan yang diberikan oleh Pengurus Pusat Partai Demokrat. Hal itu ditunjukkan dengan pernyataannya di alinea ketiga. Inti dari berita tersebut adalah kritik terhadap apa yang dilakukan Megawati dari dua pengamat politik
Universitas Indonesia yang dikutip secara langsung dalam alinea 6 dan alinea 13.
Condensing Symbol
Sikap harian ini sudah terlihat dalam lead yang menekankan pada penilaian terhadap kritik Megawati atas kebijakan pemerintahan SBY. Dalam hal ini kritik Megawati diposisikan sebagai sesuatu yang kontra produktif terhadap upaya pencintraan diri sebagai calon presiden yang akan bertarung pada
Pemulu Presiden 2009. Dalam foto caption, penekanan ini ditonjolkan kembali. Tampak dalam foto tersebut gambar Megawati yang tengah berpidato. Harian ini juga memberikan label terhadap kritik Megawati sebagai kritik yang non substansial. Kritik yang dilakukan Megawati dan
67
juga bantahan dari kubu SBY disebut sebagai “perang kata-kata” oleh harian ini.
Untuk melihat bagaimana konstruksi yang terbangung dari pemberitaan
Megawati Soekarno Putri ini digunakan perangkat framing (framing device) dan perangkat penalaran (reasoning devices) yang akan memperlihatkan bagaimana framing Rakyat Merdeka dalam memandang Megawati Soekarno
Putri sebagai calon presiden tahun 2009, dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel- 06
Kritikan Mega Ke SBY Membingungkan Rakyat
Framing Device Reasoning Device Methapors: Roots: (Judul) Kritikan Mega Ke SBY Kritik Megawati Soekarno Putri Membingungkan Rakyat terhadap kebijakan SBY selama Kritikan Megawati kepada SBY memimpin pemerintahan periode dinilai sebagai strategi politik yang 2004-2005. Megawati memberikan blunder. Karena kritik tersebut kritik terkait banyak hal termasuk di maka diprediksi menguntungkan dalamnya gaya kepemimpinan SBY kandidat capres lain. Perang terbuka yang dianggap lamban dan tidak atau bisa jadi salah satu bentuk tegas, pemberian BLT yang kampanye yang ingin menjatuhkan dianggap tidak mendidik rakyat kredibilitas SBY dinilai oleh bahkan ditenggarai sebagai bentuk beberapa pengamat politik sebagai kampanye dan juga terhadap tindakan yang tidak cerdas. kebijakan SBY yang dianggap maju mundur. Catcphrases: Appeals to principles: Kritik pengamat politik terhadap Berita ditekankan kepada pendapat kritik yang dilontarkan Megawati pengamat politik dalam hal ini Soekarno Putri atas kebijakan SBY. Ibramsyah dan Arbi Sanit dari Kritik tersebut bahkan muncul di Universitas Indonesia. Kedua judul itu sendiri pengamat politik tersebut menilai bahwa kritik Megawati kepada SBY tidak menguntungkan citra Megawati sendiri di mata calon pemilih. Bahkan keduanya justru menganggap bahwa apa yang dilakukan Megawati dapat menguntungkan capres lain terutama SBY.
68
Exemplaar Consequences Kritik pengamat politik terhadap Megawati memberikan kritik terkait kritik yang dilontarkan Megawati banyak hal termasuk di dalamnya Soekarno Putri atas kebijakan SBY. gaya kepemimpinan SBY yang Kritik tersebut bahkan muncul di dianggap lamban dan tidak tegas, judul itu sendiri. Tema kedua adalah pemberian BLT yang dianggap tidak bantahan yang diberikan oleh mendidik rakyat bahkan ditenggarai Pengurus Pusat Partai Demokrat. sebagai bentuk kampanye dan juga Hal itu ditunjukkan dengan terhadap kebijakan SBY yang pernyataannya di alinea ketiga. Inti dianggap maju mundur. dari berita tersebut adalah kritik terhadap apa yang dilakukan Megawati dari dua pengamat politik Universitas Indonesia Depiction Penilaian terhadap kritik Megawati atas kebijakan pemerintahan SBY. Dalam hal ini kritik Megawati diposisikan sebagai sesuatu yang kontra produktif terhadap upaya pencintraan diri sebagai calon presiden yang akan bertarung pada Pemulu Presiden 2009 Visual Dalam foto caption, penekanan ini ditonjolkan kembali. Tampak dalam foto tersebut gambar Megawati yang tengah berpidato.
Kritikan Megawati kepada SBY dinilai sebagai strategi politik yang blunder. Karena kritik tersebut maka diprediksi menguntungkan kandidat capres lain. Perang terbuka atau bisa jadi salah satu bentuk kampanye yang ingin menjatuhkan kredibilitas SBY dinilai oleh beberapa pengamat politik sebagai tindakan yang tidak cerdas. Pengamat politik dari Universitas
Indonesia Ibramsyah dan Arbi Sanit memberikan tanggapan negatif terhadap kritik Megawati terhadap SBY tersebut. Berikut petikannya:
69
Ibramsyah:
“Masyarakat sekarang sudah cerdas dalam menilai isi kampanye. Baik SBY dan Megawati, keduanya sekedar tebar pesona dan membela diri dari masing-masing. Masyarakat sudah muak, sebagai peimpin dan bekas pemimpin, seyogyanya mereka tidak saling ejek”
Arbi Sanit:
“Ini justru menguntungkan SBY, karena bagaimanapun memberi sedikit tetap akan dianggap lebih baik daripada tidak sama seklai”
Kritik Megawati Soekarno Putri terhadap kebijakan SBY selama memimpin pemerintahan periode 2004-2005. Megawati memberikan kritik terkait banyak hal termasuk di dalamnya gaya kepemimpinan SBY yang dianggap lamban dan tidak tegas, pemberian BLT yang dianggap tidak mendidik rakyat bahkan ditenggarai sebagai bentuk kampanye dan juga terhadap kebijakan SBY yang dianggap maju mundur. Berita ditekankan kepada pendapat pengamat politik dalam hal ini Ibramsyah dan Arbi Sanit dari Universitas Indonesia. Kedua pengamat politik tersebut menilai bahwa kritik Megawati kepada SBY tidak menguntungkan citra Megawati sendiri di mata calon pemilih. Bahkan keduanya justru menganggap bahwa apa yang dilakukan Megawati dapat menguntungkan capres lain terutama SBY.
Frame: SBY: Negara Berhak Bantu Rakyat Susah (edisi 23 Maret 2009 lampiran hal 101)
Media Package
70
Berita ini berisi pembelaan SBY terhadap kritik yang dilakukan berbagai pihak terutama Megawati Soekarno Putri terkait dengan kebijakannya memberikan Bantuan Tunai Langsung (BLT). SBY memberikan jawaban langsung atas kritik tersebut. Dalam orasinya di Lapangan Bumi Sriwijaya
Palembang SBY mengatakan bahwa kebijakan BLT adalah tidak salah. Ia mengklaim bahwa apa yang dilakukan pemerintahan di bawah kepemimpinannya memiliki program untuk mengentaskan kemiskinan yang dihadapi rakyat Indonesia. SBY bahkan secara gamblang menjelaskan, program pemerintah untuk membantu perekonomian rakyatnya tidak hanya
BLT. Masih ada program pro rakyat lainnya seperti Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM), Bantuan Operasional Sekolah
(BOS) yang disalurkan untuk meringankan beban siswa dan kredit usaha rakyat.
Condensing Symbol
Penyebutan “Negara Berhak Bantu Rakyat Susah” terkait dengan kenyataan bahwa begitu besar kemiskinan yang masih terjadi di Indonesia dan negara memiliki kewajiban untuk membantu rakyatnya. Harian ini juga memberikan label terhadap kritik Megawati sebagai kritik yang non substansial. Kritik yang dilakukan Megawati dan juga bantahan dari kubu
SBY disebut sebagai “perang kata-kata” oleh harian ini.
Untuk melihat bagaimana konstruksi yang terbangung dari pemberitaan
Megawati Soekarno Putri ini digunakan perangkat framing (framing device) dan perangkat penalaran (reasoning devices) yang akan memperlihatkan
71
bagaimana framing Rakyat Merdeka dalam memandang Megawati Soekarno
Putri sebagai calon presiden tahun 2009, dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel- 07
SBY: Negara Berhak Bantu Rakyat Susah
Framing Device Reasoning Device Methapors: Roots: (Judul) SBY: Negara Berhak Bantu Dalam orasinya di Lapangan Bumi Rakyat Susah Sriwijaya Palembang SBY Pembelaan SBY terhadap kritik yang mengatakan bahwa kebijakan BLT dilakukan berbagai pihak terutama adalah tidak salah. Ia mengklam Megawati Soekarno Putri terkait bahwa apa yang dilakukan dengan kebijakannya memberikan pemerintahan di bawah Bantuan Tunai Langsung (BLT). kepemimpinannya memiliki SBY memberikan jawaban langsung program untuk mengentaskan atas kritik tersebut. kemiskinan yang dihadapi rakyat Indonesia. SBY bahkan secara gamblang menjelaskan, program pemerintah untuk membantu perekonomian rakyatnya tidak hanya BLT. Masih ada program pro rakyat lainnya seperti Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM), Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang disalurkan untuk meringankan beban siswa dan kredit usaha rakyat.
Catcphrases: Appeals to principles: Kritik Megawati atas kebijakan SBY Kebijakan SBY dalam memberikan dalam memberikan BLT merupakan BLT merupakan kebijakan tepat tindakan yang tidak menguntungkan untuk membantu rakyat miskin rakyat. Ia menganggap bahwa sebagai kompensasi naiknya harga kebijakan tersebut keliru karena Bahan Bakar Minyak. tidak dapat menaikkan derajat hidup masyarakat miskin. Exemplaar Consequences Pembelaan SBY terhadap kritik yang SBY memberikan jawaban langsung dilakukan berbagai pihak terutama atas kritik tersebut. Dalam orasinya Megawati Soekarno Putri terkait di Lapangan Bumi Sriwijaya dengan kebijakannya memberikan Palembang SBY mengatakan bahwa Bantuan Tunai Langsung (BLT). kebijakan BLT adalah tidak salah. Depiction
72
SBY bahkan secara gamblang menjelaskan, program pemerintah untuk membantu perekonomian rakyatnya tidak hanya BLT. Masih ada program pro rakyat lainnya seperti Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM), Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang disalurkan untuk meringankan beban siswa dan kredit usaha rakyat. Visual Foto memperlihatkan Susilo Bambang Yudhoyono tengah berpidato saat kampanye di Bumi Sriwijaya Palembang
SBY memberikan jawaban langsung atas kritik tersebut. Dalam orasinya di Lapangan Bumi Sriwijaya Palembang SBY mengatakan bahwa kebijakan BLT adalah tidak salah. Ia mengklaim bahwa apa yang dilakukan pemerintahan di bawah kepemimpinannya memiliki program untuk mengentaskan kemiskinan yang dihadapi rakyat Indonesia. SBY bahkan secara gamblang menjelaskan, program pemerintah untuk membantu perekonomian rakyatnya tidak hanya BLT. Masih ada program pro rakyat lainnya seperti Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
(PNPM), Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang disalurkan untuk meringankan beban siswa dan kredit usaha rakyat.
73
Frame: Popularitas Megawati Mentok di 20 Persen (edisi 29 Maret 2009 lampiran hal 102)
Media Package
Judul menunjukkan bahwa popularitas Megawati Soekarno Putri sebagai calon presiden tidak akan melampaui angka 20 persen. Harian ini memberitakan bahwa tingkat aksebilitas Megawati tidak akan mampu melewati tingkat elektabilitas SBY dalam Pemilihan Presiden 2009.
Penilaian itu berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Lembaga Survei
Nasional (LSN) yang menghasilkan angka 15,3% untuk tingkat elektabilitas
Megawati Soekarno Putri jauh di bawah popularitas SBY yang mencapai
41,4%. Menurut Fachry Ali (pengamat sosial politik LIPI) kondisi tersebut tidaklah mengerankannya. Menurutnya ada dua faktor yang menyebabkan tingkat popularitas Megawati selalu berada di bawah popularitas SBY.
Pertama, jaman sudah berubah dan kedua Megawati sudah diberikan kesempatan untuk berkuasa tetapi hasilnya tidak memenuhi ekspetasi publik. Berikut petikannya:
Fachry Ali:
“Dua itulah yang selalu menempatkan SBY teratas tanpa mengenyampingkan calon-calon lainnya”. Selain itu ia mengatakan, “Jadi, Megawati sebagai garis Soekarno pun tidak bisa mengangkat secara signifikan tingkat kepopuleran dan keterpilihan itu.”
Pengamat politik lain (Maswadi Rauf) menyatakan bahwa langkah Megawati menyerang kebijakan SBY dengan “senjata” BLT merupakan kekeliruan. Dia
74
mengakui konsultan politik di kedua kubu – kubu SBY dan kubu Megawati – beradu kreatif. Berikut petikannya:
Maswadi Rauf:
“Ini justru menguntungkan SBY, karena bagaimanapun memberi sedikit tetap akan dianggap lebih baik daripada tidak sama seklai”
Popularitas Megawati sebagai calon presiden yang akan bertarung pada
Pemilihan Presiden tahun 2009 dinilai tidak akan mampu melampaui popularitas SBY. Penilaian tersebut berdasarkan survei yang dilakukan oleh
Lembaga Survei Nasional (LSN). Pengamat politik yang dimintai pendapat terkait hasil survei tersebut mengaku tidak terkejut mengingat masyarakat
Indonesia dianggap sudah cerdas menilai sebuah kepemimpinan. Megawati dianggap gagal memenuhi harapan masyarakat ketika menjadi presiden dan juga kampanye yang mengandalkan kharisma Bung Karno – ayah kandung
Megawati sekaligus tokoh Proklamtor RI – sudah tidak relevan dewasa ini.
Selain itu SBY dinilai memiliki berbagai kelebihan ketika memimpin negeri ini di samping konsultan politik yang profesional dan cerdik mengemas citra
SBY yang selalu positif di mata masyarakat Indonesia.
Core Frame
Tema utama berita ini adalah tingkat popularitas Megawati Soekarno Putri sebagai kandidat presiden RI 2009-20014. Penilaian tersbut berdasarkan hasil survei Lembaga Survei Nasional yang menyatakan bahwa Megawati hanya akan dipilih oleh 15,3% calon pemilih sementara SBY disukai oleh
75
41,1% calon pemilih. Tema kedua adalah pendapat pengamat politik terhadap hasil survei tersebut. Hal itu ditunjukkan dengan pernyataannya di alinea ketiga. Pendapat dua pengamat politik yang dikutip oleh harian tersebut menunjukkan bahwa hasil survei tersebut tidak mengejutkan.
Megawati dinilai dua pengamat politik tersebut tidak akan mampu mengalahkan SBY selain hanya memiliki dukungan dari pendukung fanatik
PDIP.
Condensing Symbol
Sikap harian ini sudah terlihat dalam lead yang menekankan pada hasil survei Lembaga Survei Nasional terkait dengan popularitas Megawati dalam
Pemilihan Presiden 2009. Dalam hal ini tingkat popularitas Megawati diposisikan sebagai kondisi yang tidak akan mampu menang sebagai calon presiden yang akan bertarung pada Pemilihan Presiden 2009.
Untuk melihat bagaimana konstruksi yang terbangung dari pemberitaan
Megawati Soekarno Putri ini digunakan perangkat framing (framing device) dan perangkat penalaran (reasoning devices) yang akan memperlihatkan bagaimana framing Rakyat Merdeka dalam memandang Megawati Soekarno
Putri sebagai calon presiden tahun 2009, dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel- 08
Popularitas Megawati Mentok di 20 Persen
Framing Device Reasoning Device Methapors: Roots: (Judul) Popularitas Megawati Popularitas Megawati sebagai calon
76
Mentok di 20 Persen presiden yang akan bertarung pada Tingkat aksebilitas Megawati tidak Pemilihan Presiden tahun 2009 akan mampu melewati tingkat dinilai tidak akan mampu elektabilitas SBY dalam Pemilihan melampaui popularitas SBY. Presiden 2009. Penilaian itu Penilaian tersebut berdasarkan berdasarkan hasil survei yang survei yang dilakukan oleh Lembaga dilakukan oleh Lembaga Survei Survei Nasional (LSN). Pengamat Nasional (LSN) yang menghasilkan politik yang dimintai pendapat angka 15,3% untuk tingkat terkait hasil survei tersebut elektabilitas Megawati Soekarno mengaku tidak terkejut mengingat Putri jauh di bawah popularitas SBY masyarakat Indonesia dianggap yang mencapai 41,4%. sudah cerdas menilai sebuah kepemimpinan. Megawati dianggap gagal memenuhi harapan masyarakat ketika menjadi presiden dan juga kampanye yang mengandalkan kharisma Bung Karno – ayah kandung Megawati sekaligus tokoh Proklamtor RI – sudah tidak relevan dewasa ini. Catcphrases: Appeals to principles: Pendapat pengamat politik terhadap Megawati dianggap gagal memenuhi hasil survei tersebut. Hal itu harapan masyarakat ketika menjadi ditunjukkan dengan pernyataannya presiden dan juga kampanye yang di alinea ketiga. Pendapat dua mengandalkan kharisma Bung pengamat politik yang dikutip oleh Karno – ayah kandung Megawati harian tersebut menunjukkan bahwa sekaligus tokoh Proklamtor RI – hasil survei tersebut tidak sudah tidak relevan dewasa ini. mengejutkan. Megawati dinilai dua pengamat politik tersebut tidak akan mampu mengalahkan SBY selain hanya memiliki dukungan dari pendukung fanatik PDIP. Exemplaar Consequences Hasil survei Lembaga Survei Popularitas Megawati sebagai calon Nasional terkait dengan popularitas presiden yang akan bertarung pada Megawati dalam Pemilihan Presiden Pemilihan Presiden tahun 2009 2009. Dalam hal ini tingkat dinilai tidak akan mampu popularitas Megawati diposisikan melampaui popularitas SBY. sebagai kondisi yang tidak akan Penilaian tersebut berdasarkan mampu menang sebagai calon survei yang dilakukan oleh Lembaga presiden yang akan bertarung pada Survei Nasional (LSN). Pemilihan Presiden 2009. Depiction Hasil survei Lembaga Survei Nasional yang menyatakan bahwa Megawati hanya akan dipilih oleh
77
15,3% calon pemilih sementara SBY disukai oleh 41,1% calon pemilih. Visual Foto memperlihatkan Megawati Soekarno Putri tengah berpidato di sebuah acara
Popularitas Megawati sebagai calon presiden yang akan bertarung pada Pemilihan Presiden tahun 2009 dinilai tidak akan mampu melampaui popularitas SBY. Penilaian tersebut berdasarkan survei yang dilakukan oleh
Lembaga Survei Nasional (LSN). Pengamat politik yang dimintai pendapat terkait hasil survei tersebut mengaku tidak terkejut mengingat masyarakat
Indonesia dianggap sudah cerdas menilai sebuah kepemimpinan. Megawati dianggap gagal memenuhi harapan masyarakat ketika menjadi presiden dan juga kampanye yang mengandalkan kharisma Bung Karno – ayah kandung
Megawati sekaligus tokoh Proklamtor RI – sudah tidak relevan dewasa ini.
Selain itu SBY dinilai memiliki berbagai kelebihan ketika memimpin negeri ini di samping konsultan politik yang profesional dan cerdik mengemas citra
SBY yang selalu positif di mata masyarakat Indonesia.
Penilaian itu berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Lembaga
Survei Nasional (LSN) yang menghasilkan angka 15,3% untuk tingkat elektabilitas Megawati Soekarno Putri jauh di bawah popularitas SBY yang mencapai 41,4%. Menurut Fachry Ali (pengamat sosial politik LIPI) kondisi tersebut tidaklah mengerankannya. Menurutnya ada dua faktor yang menyebabkan tingkat popularitas Megawati selalu berada di bawah popularitas SBY. Pertama, jaman sudah berubah dan kedua Megawati sudah
78
diberikan kesempatan untuk berkuasa tetapi hasilnya tidak memenuhi ekspetasi publik. Berikut petikannya:
Fachry Ali:
“Dua itulah yang selalu menempatkan SBY teratas tanpa mengenyampingkan calon-calon lainnya”. Selain itu ia mengatakan, “Jadi, Megawati sebagai garis Soekarno pun tidak bisa mengangkat secara signifikan tingkat kepopuleran dan keterpilihan itu.”
Pengamat politik lain (Maswadi Rauf) menyatakan bahwa langkah
Megawati menyerang kebijakan SBY dengan “senjata” BLT merupakan kekeliruan. Dia mengakui konsultan politik di kedua kubu – kubu SBY dan kubu Megawati – beradu kreatif. Berikut petikannya:
Maswadi Rauf:
“Ini justru menguntungkan SBY, karena bagaimanapun memberi sedikit tetap akan dianggap lebih baik daripada tidak sama seklai”
Popularitas Megawati sebagai calon presiden yang akan bertarung pada Pemilihan Presiden tahun 2009 dinilai tidak akan mampu melampaui popularitas SBY. Penilaian tersebut berdasarkan survei yang dilakukan oleh
Lembaga Survei Nasional (LSN).
Frame: Pertemuan JK dan Bos PDIP Bikin Kesal Adik Mega (edisi 14 Maret
2009 lampiran hal 103)
Media Package
79
Judul berita ini terlihat sangat provokatif terkait komunikasi politik yang dilakukan Jusuf Kalla dengan Megawati Soekarno Putri. Harian ini memberitakan ketidaksenangan Rachmawati Soekarno Putri – anggota
Dewan Pertimbangan Presiden – yang juga adik kandung Megawati
Soekarno Putri atas pertemuan Jusuf Kalla dengan Megawati. Tampak jelas terlihat bagaimana harian ini ingin memperlihatkan perbedaan orientasi politik di antara saudara kandung putri Bung Karno. Rachmawati menganggap pertemuan kedua tokoh politik tersebut dilakukan untuk menggalang kekuatan dalam menghadapi SBY di pemilihan presiden 2009.
Berikut petikannya:
“Pertemuan ini semacam obsesi politik yang menginginkan SBY tidak terpilih lagi. Jadi tidak mengindahkan etika politik”. Selanjutnya ia mengatakan,”Kalau mau jadi wapres lagi, lebih baik JK tetap bersama SBY. Potensi duet ini untuk menang lagi sangat besar”.
Pertemuan atau komunikasi politik yang dibangun Jusuf Kalla dan
Megawati Soekarno Putri dalam menjajaki kemungkinan koalisi dalam pemilihan presiden 2009 ditanggapi dingin bahkan prihatin oleh
Rachmawati Soekarno Putri – anggota Dewan Pertimbangan Presiden yang juga adik kandung Megawati Soekarno Putri. Pertemuan tersebut dalam pandangan Rachmawati tidak beretika secara politik mengingat Jusuf Kalla masih menjabat sebagai Wakil Presiden RI berpasangan dengan SBY. Selain itu Rachmawati menganggap bahwa pertemuan tersebut tidak akan menghasilkan kesepakatan untuk membangun koalisi mengingat banyaknya perbedaan di antara kedua tokoh politik tersebut. Secara ideologis dan
80
historis sulit untuk menyatakan Partai Golkar pimpinan Jusuf Kalla dengan
PDIP pimpinan Megawati Soekarno Putri. Selain itu Jusuf Kalla juga pernah bersebrangan secara politik dengan Megawati ketika memutuskan mundur dari kabinet untuk maju sebagai calon wakil presiden berpasangan dengan
SBY pada Pilpres 2004.
Core Frame
Tema utama berita ini adalah ketidaksenangan Rachmawati Soekarno Putri atas tindakan dua tokoh politik yaitu Jusuf Kalla dan Megawati Soekarno
Putri yang melakukan pertemuan atau komunikasi politik dalam menghadapi pemilihan presiden tahun 2009. Tema ini adalah tema tunggal bagaimana seorang Rachmawati menunjukan orientasi politik yang bersebrangan dengan orientasi politik dengan Megawati yang kebetulan mereka bersaudara. Walaupun secara historis kedua saudara putri Bung
Karno ini selalu bersebrangan orientasi politik akan tetapi berita yang dianggkat harian ini memberikan suatu pemahaman masyarakat atas perpecahan keluarga Bung Karno.
Condensing Symbol
Sikap harian ini jelas menunjukkan keberpihakan kepada kubu SBY terkait tindakan Megawati membangun komunikasi politik dalam rangka penjajakan koalisi dengan Jusuf Kalla. Pengangkatan tokoh Rachmawati sebagai adik Megawati yang berbeda secara politik bukan tanpa maksud.
Jelas sekali ini menunjukkan bahwa telah terjadi perpecahan dalam keluarga Bung Karno terkait pencalonan Megawati sebagai calon presiden.
81
Penggunaan terminologi “kesal” menunjukkan bahwa ketidaksetujuan
Rachmawati terhadap langkah politik Megawati begitu besar.
Untuk melihat bagaimana konstruksi yang terbangung dari pemberitaan
Megawati Soekarno Putri ini digunakan perangkat framing (framing device) dan perangkat penalaran (reasoning devices) yang akan memperlihatkan bagaimana framing Rakyat Merdeka dalam memandang Megawati Soekarno
Putri sebagai calon presiden tahun 2009, dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel- 09
Pertemuan JK dan Bos PDIP Bikin Kesal Adik Mega
Framing Device Reasoning Device Methapors: Roots: (Judul) Pertemuan JK dan Bos PDIP Pertemuan atau komunikasi politik Bikin Kesal Adik Mega yang dibangun Jusuf Kalla dan Ketidaksenangan Rachmawati Megawati Soekarno Putri dalam Soekarno Putri – anggota Dewan menjajaki kemungkinan koalisi Pertimbangan Presiden – yang juga dalam pemilihan presiden 2009 adik kandung Megawati Soekarno ditanggapi dingin bahkan prihatin Putri atas pertemuan Jusuf Kalla oleh Rachmawati Soekarno Putri – dengan Megawati. anggota Dewan Pertimbangan Presiden yang juga adik kandung Megawati Soekarno Putri. Pertemuan tersebut dalam pandangan Rachmawati tidak beretika secara politik mengingat Jusuf Kalla masih menjabat sebagai Wakil Presiden RI berpasangan dengan SBY. Catcphrases: Appeals to principles: Rachmawati menganggap bahwa Pertemuan atau komunikasi politik pertemuan tersebut tidak akan yang dibangun Jusuf Kalla dan menghasilkan kesepakatan untuk Megawati Soekarno Putri dalam membangun koalisi mengingat menjajaki kemungkinan koalisi banyaknya perbedaan di antara dalam pemilihan presiden 2009 kedua tokoh politik tersebut. Secara ditanggapi dingin bahkan prihatin ideologis dan historis sulit untuk oleh Rachmawati Soekarno Putri – menyatakan Partai Golkar pimpinan anggota Dewan Pertimbangan Jusuf Kalla dengan PDIP pimpinan Presiden yang juga adik kandung Megawati Soekarno Putri. Megawati Soekarno Putri.
82
Exemplaar Consequences Ketidaksenangan Rachmawati Pertemuan atau komunikasi politik Soekarno Putri atas tindakan dua yang dibangun Jusuf Kalla dan tokoh politik yaitu Jusuf Kalla dan Megawati Soekarno Putri dalam Megawati Soekarno Putri yang menjajaki kemungkinan koalisi melakukan pertemuan atau dalam pemilihan presiden 2009 komunikasi politik dalam ditanggapi dingin bahkan prihatin menghadapi pemilihan presiden oleh Rachmawati Soekarno Putri – tahun 2009. anggota Dewan Pertimbangan Presiden yang juga adik kandung Megawati Soekarno Putri. Depiction Rachmawati menunjukan orientasi politik yang bersebrangan dengan orientasi politik dengan Megawati yang kebetulan mereka bersaudara. Walaupun secara historis kedua saudara putri Bung Karno ini selalu bersebrangan orientasi politik akan tetapi berita yang dianggkat harian ini memberikan suatu pemahaman masyarakat atas perpecahan keluarga Bung Karno.
Visual Foto memperlihatkan Rachmawati Soekarno Putri tengah diwawancarai media massa
Pertemuan atau komunikasi politik yang dibangun Jusuf Kalla dan
Megawati Soekarno Putri dalam menjajaki kemungkinan koalisi dalam pemilihan presiden 2009 ditanggapi dingin bahkan prihatin oleh
Rachmawati Soekarno Putri – anggota Dewan Pertimbangan Presiden yang juga adik kandung Megawati Soekarno Putri. Pertemuan tersebut dalam pandangan Rachmawati tidak beretika secara politik mengingat Jusuf Kalla masih menjabat sebagai Wakil Presiden RI berpasangan dengan SBY.
83
Rachmawati menganggap pertemuan kedua tokoh politik tersebut dilakukan untuk menggalang kekuatan dalam menghadapi SBY di pemilihan presiden
2009. Berikut petikannya:
“Pertemuan ini semacam obsesi politik yang menginginkan SBY tidak terpilih lagi. Jadi tidak mengindahkan etika politik”. Selanjutnya ia mengatakan,”Kalau mau jadi wapres lagi, lebih baik JK tetap bersama SBY. Potensi duet ini untuk menang lagi sangat besar”.
Pengangkatan tokoh Rachmawati sebagai adik Megawati yang berbeda secara politik bukan tanpa maksud. Jelas sekali ini menunjukkan bahwa telah terjadi perpecahan dalam keluarga Bung Karno terkait pencalonan Megawati sebagai calon presiden. Penggunaan terminologi
“kesal” menunjukkan bahwa ketidaksetujuan Rachmawati terhadap langkah politik Megawati begitu besar.
Frame: JK-Mega Segera Bertemu (edisi 1 Maret 2009 lampiran hal 104)
Media Package
Judul berita ini menunjukkan manuver politik JK-Mega dalam menghadapi pemilihan umum tahun 2009. Pertemuan kedua tokoh politik tersebut terkait dengan penjajakan untuk berkoalisi secara permanen dalam membangun relasi kekuasan. Pertemuan atau komunikasi politik yang dibangun Jusuf Kalla dan Megawati Soekarno Putri dalam juga dilakukan dalam menjajaki kemungkinan koalisi dalam pemilihan presiden 2009 ditanggapi dingin bahkan prihatin oleh Rachmawati Soekarno Putri –
84
anggota Dewan Pertimbangan Presiden yang juga adik kandung Megawati
Soekarno Putri. Pertemuan tersebut digagas oleh masing-masing pengurus pusat partai bersangkutan. Akan tetapi komunikasi politik yang dilakukan baru sebatas upaya awal dalam kemungkinan membangun koalisi karena semua partai politik peserta pemilu termasuk Golkar dan PDIP tengah berkonsentrasi dalam pemenangan pemilu legislatif tersebut. Jadi semua upaya tersebut akan berubah secara signifikan setelah hasil pemilu legislatif diketahui.
Pertemuan atau komunikasi politik yang dibangun Jusuf Kalla dan
Megawati Soekarno Putri dalam juga dilakukan dalam menjajaki kemungkinan koalisi dalam pemilihan presiden 2009 ditanggapi dingin bahkan prihatin oleh Rachmawati Soekarno Putri – anggota Dewan
Pertimbangan Presiden yang juga adik kandung Megawati Soekarno Putri.
Pertemuan tersebut digagas oleh masing-masing pengurus pusat partai bersangkutan. Akan tetapi komunikasi politik yang dilakukan baru sebatas upaya awal dalam kemungkinan membangun koalisi karena semua partai politik peserta pemilu termasuk Golkar dan PDIP tengah berkonsentrasi dalam pemenengan pemilu legislatif tersebut. Jadi semua upaya tersebut akan berubah secara signifikan setelah hasil pemilu legislatif diketahui.
Core Frame
Tema utama berita ini adalah manuver yang dilakukan oleh Jusuf Kalla dan
Megawati Soekarno Putri dalam melakukan penjajakan koalisi di antara dua partai besar yang mereka pimpin yaitu Golkar dan PDIP. Koalisi yang dijajaki bertujuan untuk membangun pemerintahan yang kuat yang
85
ditopang oleh kekuatan politik besar di legislatif. Tampaknya Golkar dan
PDIP sebagai kekuatan politik besar menginginkan terjadinya penyatuan sehingga mampu membentuk pemerintahan yang kuat dan stabil. Akan tetapi kemungkinan terjadinya koalisi sangat prematur untuk dipastikan mengingat semua partai politik peserta pemilu tengah melakukan konsolidasi besar dalam rangka memenangkan pemilu legislatif.
Condensing Symbol
Sikap harian ini menunjukkan bahwa apa yang dilakukan kedua tokoh politik tersebut sebagai tindakan prematur dalam menjajaki kemungkinan koalisi mengingat pemilu legislatif belum diketahui hasilnya. Terminologi
“manuver politik” menunjukkan bahwa apa yang dilakukan kedua tokoh politik tersebut menguatkan penilaian tersebut.
Untuk melihat bagaimana konstruksi yang terbangung dari pemberitaan
Megawati Soekarno Putri ini digunakan perangkat framing (framing device) dan perangkat penalaran (reasoning devices) yang akan memperlihatkan bagaimana framing Rakyat Merdeka dalam memandang Megawati Soekarno
Putri sebagai calon presiden tahun 2009, dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel- 10
JK-Mega Segera Bertemu
Framing Device Reasoning Device Methapors: Roots: (Judul) JK-Mega Segera Bertemu Pertemuan atau komunikasi politik Manuver politik JK-Mega dalam yang dibangun Jusuf Kalla dan menghadapi pemilihan umum tahun Megawati Soekarno Putri dalam 2009. Pertemuan kedua tokoh juga dilakukan dalam menjajaki politik tersebut terkait dengan kemungkinan koalisi dalam penjajakan untuk berkoalisi secara pemilihan presiden 2009 ditanggapi permanen dalam membangun relasi dingin bahkan prihatin oleh
86
kekuasan. Pertemuan atau Rachmawati Soekarno Putri – komunikasi politik yang dibangun anggota Dewan Pertimbangan Jusuf Kalla dan Megawati Soekarno Presiden yang juga adik kandung Putri dalam juga dilakukan dalam Megawati Soekarno Putri. menjajaki kemungkinan koalisi Pertemuan tersebut digagas oleh dalam pemilihan presiden 2009 masing-masing pengurus pusat ditanggapi dingin bahkan prihatin partai bersangkutan. Akan tetapi oleh Rachmawati Soekarno Putri – komunikasi politik yang dilakukan anggota Dewan Pertimbangan baru sebatas upaya awal dalam Presiden yang juga adik kandung kemungkinan membangun koalisi Megawati Soekarno Putri karena semua partai politik peserta pemilu termasuk Golkar dan PDIP tengah berkonsentrasi dalam pemenengan pemilu legislatif tersebut. Catcphrases: Appeals to principles: Koalisi yang dijajaki bertujuan Manuver yang dilakukan oleh Jusuf untuk membangun pemerintahan Kalla dan Megawati Soekarno Putri yang kuat yang ditopang oleh dalam melakukan penjajakan koalisi kekuatan politik besar di legislatif. di antara dua partai besar yang Tampaknya Golkar dan PDIP mereka pimpin yaitu Golkar dan sebagai kekuatan politik besar PDIP. Koalisi yang dijajaki menginginkan terjadinya penyatuan bertujuan untuk membangun sehingga mampu membentuk pemerintahan yang kuat yang pemerintahan yang kuat dan stabil. ditopang oleh kekuatan politik besar Akan tetapi kemungkinan terjadinya di legislatif. koalisi sangat prematur untuk dipastikan mengingat semua partai politik peserta pemilu tengah melakukan konsolidasi besar dalam rangka memenangkan pemilu legislatif. Exemplaar Consequences Manuver yang dilakukan oleh Jusuf Pertemuan atau komunikasi politik Kalla dan Megawati Soekarno Putri yang dibangun Jusuf Kalla dan dalam melakukan penjajakan koalisi Megawati Soekarno Putri dalam di antara dua partai besar yang juga dilakukan dalam menjajaki mereka pimpin yaitu Golkar dan kemungkinan koalisi dalam PDIP. Koalisi yang dijajaki pemilihan presiden 2009 ditanggapi bertujuan untuk membangun dingin bahkan prihatin oleh pemerintahan yang kuat yang Rachmawati Soekarno Putri – ditopang oleh kekuatan politik besar anggota Dewan Pertimbangan di legislatif. Presiden yang juga adik kandung Megawati Soekarno Putri. Depiction Kemungkinan membangun koalisi karena semua partai politik peserta
87
pemilu termasuk Golkar dan PDIP tengah berkonsentrasi dalam pemenangan pemilu legislatif tersebut. Jadi semua upaya tersebut akan berubah secara signifikan setelah hasil pemilu legislatif diketahui. Visual Tidak ada visualisasi gambar pada berita ini mengingat tidak dianggap sebagai berita utama oleh redaksi harian ini
Tampaknya Golkar dan PDIP sebagai kekuatan politik besar menginginkan terjadinya penyatuan sehingga mampu membentuk pemerintahan yang kuat dan stabil. Akan tetapi kemungkinan terjadinya koalisi sangat prematur untuk dipastikan mengingat semua partai politik peserta pemilu tengah melakukan konsolidasi besar dalam rangka memenangkan pemilu legislatif.
Pertemuan tersebut digagas oleh masing-masing pengurus pusat partai bersangkutan. Akan tetapi komunikasi politik yang dilakukan baru sebatas upaya awal dalam kemungkinan membangun koalisi karena semua partai politik peserta pemilu termasuk Golkar dan PDIP tengah berkonsentrasi dalam pemenangan pemilu legislatif tersebut. Jadi semua upaya tersebut akan berubah secara signifikan setelah hasil pemilu legislatif diketahui.
Frame: Mega Bisa Dicap Kekanak-kanakan (edisi 17 Maret 2009 lampiran hal 105)
88
Media Package
Judul berita ini menunjukkan bahwa tawaran Presiden SBY untuk membangun komunikasi dengan Megawati Soekarno Putri. Tawaran dari kubu Presiden SBY mendapat tanggapan dari Taufik Kiemas yang juga suami dari Megawati. Selama ini publik mengetahui hubungan antara
Megawati dengan SBY terlihat beku bahkan putus komunikasi pasca mundurnya SBY dari Kabinet Gotong Royong sebagai Menko Polkam dan maju dalam pemilihan presiden 2004 dan memenangkan pemilihan tersebut. Terkait tawaran SBY tersebut belum mendapatkan tanggapan dari
Megawati secara langsung. Megawati tidak bisa dikonfirmasi kesediaannya untuk bertemu dengan SBY. Effendi Simbolon salah satu kader PDIP memberikan tanggapan atas keinginan kubu SBY untuk melakukan komunikasi politik dengan Megawati. Ia cukup bereaksi keras terhadap tawaran SBY tersebut. Berikut kutipan langsung pernyataan Effendi
Simbolon:
“Jangan asal bicara dong! Kalau mau ketemu ya harus jelas agenda pertemuannya, harus jelas poin yang mau dibicarakan. Ini belum apa-apa sudah bilang kepada masyarakat kalau Ibu Mega enggak pernah mau ketemu, kan kesannya apa gitu. Nanti masyarakat menilai jelek Ibu Mega, seperti Ibu Mega pendendam dan lain-lain”.
Rencana pertemuan kedua tokoh politik yang kerap bersebarangan tersebut juga mendapat tanggapan dari pengamat politik Universitas Indonesia
Iberamsjah. Ia menduga Mega masih sakit hati terhadap SBY, sehingga
89
belum berkeinginan untuk bertemu. Berikut kutipan langsung pernyataan
Iberamsjah:
“Kalau SBY mau ngajak ketemuan, itu kan tergantung yang diajak mau nerima atau enggak”.
Rencana pertemuan kedua tokoh politik yang kerap bersebarangan tersebut juga mendapat tanggapan lain dari pengamat politik Universitas Indonesia
Gafur Sangajdi. Ia menilai secara politis ajakan SBY tersebut sebagai langkah cerdas dan menguntungkan. Berikut kutipan langsung pernyataan
Iberamsjah:
“Sebab, jika Mega tidak mau membuka diri terhadap SBY yang ingin mengajaknya berbaikan, maka masyarakat bisa menilai Mega mempunyai sifat kekanak-kanakan dan tidak pantas untuk menjadi pemimpin”.
Tawaran Presiden SBY yang ingin berkomunikasi politik dengan Megawati mendapat tanggapan beragam baik dari kubu Megawati maupun kubu SBY sendiri. Kubu Megawati tampaknya masih meragukan komitmen komunikasi yang ingin dibangun oleh kubu SBY. Pengamat politik menilai hal ini akan menguntungkan kubu SBY mengingat tawaran untuk berkomunikasi dengan siapa pun yang hendak dibangun SBY akan mendapatkan apresiasi positif dari masyarakat. Sementara keengganan
Megawati untuk bertemu dapat menjadi poin negatif bagi citra dirinya di masyarakat. Masyarakat akan memberikan penilaian bahwa Megawati sebagai seorang pendendam, kekanak-kanakan dan tidak mau memaafkan sesuatu yang ia anggap salah dilakukan oleh SBY.
90
Core Frame
Tema utama berita ini adalah tawaran Presiden SBY yang ingin bertemu untuk membangun komunikasi politik dengan Megawati. Tema kedua adalah tanggapan dari kedua belah pihak yaitu kubu Megawati dan kubu
SBY. Tema ketiga adalah penilaian pengamat politik terhadap rencana pertemuan yang digagas kubu SBY dengan Megawati Soekarno Putri.
Condensing Symbol
Sikap harian ini menunjukkan bahwa penawaran SBY untuk bertemu
Megawati kurang mendapatkan respon positif dari kubu Megawati sendiri.
Pemakaian terminologi “kekanak-kanakan” jelas menunjukkan adanya persepsi negatif atas keengganan Mega berbaikan dengan SBY.
Untuk melihat bagaimana konstruksi yang terbangung dari pemberitaan
Megawati Soekarno Putri ini digunakan perangkat framing (framing device) dan perangkat penalaran (reasoning devices) yang akan memperlihatkan bagaimana framing Rakyat Merdeka dalam memandang Megawati Soekarno
Putri sebagai calon presiden tahun 2009, dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel- 11
Mega Bisa Dicap Kekanak-kanakan
Framing Device Reasoning Device Methapors: Roots: (Judul) Mega Bisa Dicap Kekanak- Tawaran Presiden SBY yang ingin kanakan berkomunikasi politik dengan Tawaran dari kubu Presiden SBY Megawati mendapat tanggapan mendapat tanggapan dari Taufik beragam baik dari kubu Megawati Kiemas yang juga suami dari maupun kubu SBY sendiri. Kubu Megawati. Selama ini publik Megawati tampaknya masih mengetahui hubungan antara meragukan komitmen komunikasi Megawati dengan SBY terlihat beku yang ingin dibangun oleh kubu SBY. bahkan putus komunikasi pasca Pengamat politik menilai hal ini
91
mundurnya SBY dari Kabinet akan menguntungkan kubu SBY Gotong Royong sebagai Menko mengingat tawaran untuk Polkam dan maju dalam pemilihan berkomunikasi dengan siapa pun presiden 2004 dan memenangkan yang hendak dibangun SBY akan pemilihan tersebut. mendapatkan apresiasi positif dari masyarakat. Sementara keengganan Megawati untuk bertemu dapat menjadi poin negatif bagi citra dirinya di masyarakat. Masyarakat akan memberikan penilaian bahwa Megawati sebagai seorang pendendam, kekanak-kanakan dan tidak mau memaafkan sesuatu yang ia anggap salah dilakukan oleh SBY.
Catcphrases: Appeals to principles: Rencana pertemuan kedua tokoh Pengamat politik menilai hal ini politik yang kerap bersebarangan akan menguntungkan kubu SBY tersebut juga mendapat tanggapan mengingat tawaran untuk dari pengamat politik Universitas berkomunikasi dengan siapa pun Indonesia Iberamsjah. Ia menduga yang hendak dibangun SBY akan Mega masih sakit hati terhadap SBY, mendapatkan apresiasi positif dari sehingga belum berkeinginan untuk masyarakat. Sementara keengganan bertemu. Megawati untuk bertemu dapat menjadi poin negatif bagi citra dirinya di masyarakat. Masyarakat akan memberikan penilaian bahwa Megawati sebagai seorang pendendam, kekanak-kanakan dan tidak mau memaafkan sesuatu yang ia anggap salah dilakukan oleh SBY. Exemplaar Consequences Tawaran Presiden SBY yang ingin Selama ini publik mengetahui berkomunikasi politik dengan hubungan antara Megawati dengan Megawati mendapat tanggapan SBY terlihat beku bahkan putus beragam baik dari kubu Megawati komunikasi pasca mundurnya SBY maupun kubu SBY sendiri. Kubu dari Kabinet Gotong Royong sebagai Megawati tampaknya masih Menko Polkam dan maju dalam meragukan komitmen komunikasi pemilihan presiden 2004 dan yang ingin dibangun oleh kubu SBY. memenangkan pemilihan tersebut. Depiction Penawaran SBY untuk bertemu Megawati kurang mendapatkan respon positif dari kubu Megawati sendiri. Visual
92
Foto Megawati Soekarno Putri tengah berorasi dalam sebuah kampanye
Tawaran dari kubu Presiden SBY mendapat tanggapan dari Taufik
Kiemas yang juga suami dari Megawati. Selama ini publik mengetahui hubungan antara Megawati dengan SBY terlihat beku bahkan putus komunikasi pasca mundurnya SBY dari Kabinet Gotong Royong sebagai
Menko Polkam dan maju dalam pemilihan presiden 2004 dan memenangkan pemilihan tersebut. Terkait tawaran SBY tersebut belum mendapatkan tanggapan dari Megawati secara langsung. Megawati tidak bisa dikonfirmasi kesediaannya untuk bertemu dengan SBY. Effendi
Simbolon salah satu kader PDIP memberikan tanggapan atas keinginan kubu SBY untuk melakukan komunikasi politik dengan Megawati. Ia cukup bereaksi keras terhadap tawaran SBY tersebut. Berikut kutipan langsung pernyataan Effendi Simbolon:
“Jangan asal bicara dong! Kalau mau ketemu ya harus jelas agenda pertemuannya, harus jelas poin yang mau dibicarakan. Ini belum apa-apa sudah bilang kepada masyarakat kalau Ibu Mega enggak pernah mau ketemu, kan kesannya apa gitu. Nanti masyarakat menilai jelek Ibu Mega, seperti Ibu Mega pendendam dan lain-lain”.
Rencana pertemuan kedua tokoh politik yang kerap bersebarangan tersebut juga mendapat tanggapan dari pengamat politik Universitas
Indonesia Iberamsjah. Ia menduga Mega masih sakit hati terhadap SBY, sehingga belum berkeinginan untuk bertemu. Berikut kutipan langsung pernyataan Iberamsjah:
93
“Kalau SBY mau ngajak ketemuan, itu kan tergantung yang diajak mau nerima atau enggak”.
Rencana pertemuan kedua tokoh politik yang kerap bersebarangan tersebut juga mendapat tanggapan lain dari pengamat politik Universitas
Indonesia Gafur Sangajdi. Ia menilai secara politis ajakan SBY tersebut sebagai langkah cerdas dan menguntungkan. Berikut kutipan langsung pernyataan Iberamsjah:
“Sebab, jika Mega tidak mau membuka diri terhadap SBY yang ingin mengajaknya berbaikan, maka masyarakat bisa menilai Mega mempunyai sifat kekanak-kanakan dan tidak pantas untuk menjadi pemimpin”.
Tawaran Presiden SBY yang ingin berkomunikasi politik dengan
Megawati mendapat tanggapan beragam baik dari kubu Megawati maupun kubu SBY sendiri. Kubu Megawati tampaknya masih meragukan komitmen komunikasi yang ingin dibangun oleh kubu SBY.
94
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil analisis framing yang dilakukan pada koran Tempo dan
Rakyat Merdeka dapat disimpulkan bahwa secara sadar ataupun tidak media
massa merupakan bisnis kapitalis yang orientasi utamanya adalah
keuntungan. Tetapi keuntungan yang dimaksud di sini bukan hanya
hitungan-hitungan ekonomi saja. Yang lebih pokok adalah mempertahankan
eksistensi media massa tersebut di tengah-tengah dominasi politik, ekonomi,
agama, sosial dan budaya.
Hasil temuan dan analisis data menyimpulkan bahwa dalam
mengkonstruksi tokoh Megawati, Rakyat Merdeka lebih menonjolkan berita
seputar kritik Megawati terhadap pemerintahan SBY sehingga yang didapat
ialah sosok Megawati yang kritis terhadap pemerintah yang ada, Megawati
yang tidak terima dengan kekalahannya pada Pilpres 2004 dan Megawati
yang tidak introspeksi diri sebelum mengkritik. Hal ini lebih dikaitkan
dengan persaingan politik antara SBY dan Megawati pada Pilpres 2009.
Selain itu Rakyat Merdeka dalam pemberitaannya memfungsikan dirinya
sebagai issue intensifier dan pembentuk opini publik. Hal ini terlihat begitu
intensnya media itu memberitakan Megawati.
Kebijakan redaksi Rakyat Merdeka terkait Megawati sebagai calon
presiden 2009 bersifat Independent.artinya mereka bebas untuk
memberitakan fakta tentang Megawati. Tetapi dalam beberapa
95
pemberitaanya Rakyat Merdeka lebih banyak membahas tentang berita yang
cenderung bisa menurunkan citra Mega. Tetapi berdasarkan wawancara
Rakyat Merdeka tidakada keberpihakan terhadap salah satu calon Presiden.
Koran Tempo dalam kebijakan redaksi tentang pemberitaan Megawati
secara berimbang. Jika ada isu-isu yang menjadi perhatian publik barulah
redaksi memberitakan berita tentang megawati. Koran Tempo mencoba
untuk objektif, penulisannya sesuai dengan data yang ada di lapangan.
redaksi melihat prinsip cek dan ricek dalam setiap berita Megawati.
Sedangkan Koran Tempo lebih mengkaitkan isu Megawati dengan
komunikasi politik yang dilakukan dengan beberapa tokoh politik lain hal ini
terlihat sosok Megawati yang sangat berambisi memenangkan pemilu dengan
melakukan beberapa komunikasi politik yang bertujuan membangan koalisi
yang tangguh untuk melawan SBY. Dalam pemberitaannya Koran Tempo
memposisikan diri sebagai pembentuk opini publik. Hal ini lebih diarahkan
untuk memberi ruang gerak pada Megawati untuk berpartisipasi pada Pilpres
2009 sama seperti Pilpres 2004.
B. Saran
Penulis menyampaikan beberapa saran yang berkenaan dengan berita
tentang Megawati sebagai berikut:
1. Berita yang dipaparkan Rakyat Merdeka dilakukan secara kontinyu
dan up to date berkaitan dengan Kritik Megawati terhadap
pemerintahan, hal ini harusnya diimbangi dengan komunikasi politik
96
yang dilakukan Megawati. Agar Masyarakat bisa menilai Megawati
yang hanya mengkritik pemerintah
2. Dalam Koran Tempo pemberitaan Megawati banyak menonjolkan
tentang Komunikasi Politik Megawati dengan tokoh politik lain.
Sebaiknya KoranTempo juga lebih banyak membahas kritik
Megawati terhadap Pemerintah karena peran media juga sebagai
watch dog.
97
DAFTAR PUSTAKA
Antonius, M. ed. Metode Penelitian Komunikasi Teori dan Aplikasi. Yogyakarta. Gitanyali Press,2004.
Arifin, Anwar Pencitraan dalam Politik; Strategi Pemenangan PEMILU dalam Perspektif komunikasi Politik, Jakarta: Pustaka Indonesia, 2006
Betty RFS. Soemirat & Eddy Yehudo. Opini Publik, Universitas Terbuka, 2007.
Bungin, Burhan. Teori Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, Jakarta: Kencana, 2007
Eriyanto. Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media. Yogyakarta: LKiS, 2002.
Hamad, Ibnu. Kontruksi Realitas Politik dalam Media Massa. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta, 2004.
Iswhara, Luwi. Catatan-catatan jurnalisme dasar. Jakarta. kompas, 2007.
J. Moleong, Lexi. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung. PT Remaja Rosda Karya, 2006.
Jumroni dan Suhaemi, Metode-metode Penelitian Komunikasi, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006.
Kridalaksana, Harimurti, Leksikon Komunikasi, Jakarta: Pradnya Paramita, 1984
Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta.Kencana Prenada Media Group 2007.
Kusumaningrat, Hikmat dan Purnama Kusumaningrat. Jurnalistik, teori dan praktik. Bandung. PT Remaja Rosdakarya, 2005.
Mulyana, Dedi, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung: Rosdakarya, 2005
Setiani, Eni, Ragam Jurnalistik Baru dalam Pemberitaan, Jakarta: Andi, 2005
Sendjaja, Sasa Djuarsa (Ed. 9), Teori Komunikasi, Jakarta: universitas Terbuka, 2005.
Shoemaker, Pamela J. dan Stephen D. Reese, Mediating The Message; Theories Of Influences On Mass Media Content, (New York, Longman Publisher USA, Second Edition 1996
98
Sudibyo, Agus. Politik Media dan Pertarungan Wacana. Yogyakarta: LKiS 2001.
Sobur, Alex. Analisis Teks Media, Suatu Pengantar Untuk analisis Wacana Analisis Semiotika dan Analisis Framing, Bandung, Remaja Rosda Karya, 2004.
Totok Djurorto, manajamen penerbit pers, Bandung : PT. reamaja Rosdakarya, 2004
Bank Data Koran Tempo.
Bank Data Rakyat Merdeka. http://id.wikipedia.org/wiki/Megawati_Soekarnoputri. http://kepustakaan-presiden.pnri.go.id/biography/idx.asp?presiden=megawati http://sejarah.kompasiana.com/2011/01/07/sejarah-majalah-tempo-konflik-dan- pembredelan/ http://id.wikipedia.org/wiki/Koran_Tempo
LAMPIRAN