Lamenting the Fate of Indonesian Migrant Workers Overseas
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Load more
Recommended publications
-
Pemuda Pancasila Dan Rezim Represif Orde Baru
PEMUDA PANCASILA DAN REZIM REPRESIF ORDE BARU SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Abdul Arif 107033201333 PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/2013 M ABSTRAK Abdul Arif Peran Pemuda Pancasila Dalam Perpolitikan di Indonesia (Study Kasus pemuda pancasila pasca reformasi) Pemuda Pancasila menjadi kesatuan pendukung Ikatan kemerdekaan Republik Indonesia, untuk memperjuangkan nilai-nilai Pancasila dan Undang- Undang dasar 1945 dari tangan komunisme. Setelah berhasil melakukan tugasnya kemudian Pemuda Pancasila memberikan aspirasi politiknya terhadap beberapa partai politik, yang pertama Partai Demokrasi Indonesia, namun Pemuda Pancasila menarik dirinya dan memberikan aspirasi penuh kepada partai Golongan Karya. Seiring berjalannya waktu, Pemuda Pancasila di era Orde Baru menjadi sebuah alat kekuatan pemmerintah, dan melakukan kegiatan serta aksinya dengan cara represif maupun ideology, namun lebih sering melakukan kegiatannya dengan cara represif. Diakhir era Orde Baru, Pemuda Pancasila mulai merubah citra kekerasan didalam ormasnya. Memasuki era Reformasi, Pemuda Pancasila mulai menghilangkan citra negative didalam ormasnya, mereka mulai melakukan kegiatan social dan kemasyarakatan di Indonesia, namun, pasca Reformasi ini, Pemuda Pancasila masih saja menunjukkan sifar represif didalam ormasnya dengan cara konflik- konflik antar ormas kepemudaan diberbagai wilayah di Indonesia. Skripsi ini ditulis dengan -
Sudargo Gautama and the Development of Indonesian Public Order: a Study on the Application of Public Order Doctrine in a Pluralistic Legal System
Sudargo Gautama and the Development of Indonesian Public Order: A Study on the Application of Public Order Doctrine in a Pluralistic Legal System Yu Un Oppusunggu A dissertation submitted in partial fulfillment of the requirements for the degree of Doctor of Philosophy University of Washington 2015 Reading Committee: John O. Haley, Chair Michael E. Townsend Beth E. Rivin Program Authorized to Offer Degree School of Law © Copyright 2015 Yu Un Oppusunggu ii University of Washington Abstract Sudargo Gautama and the Development of Indonesian Public Order: A Study on the Application of Public Order Doctrine in a Pluralistic Legal System Yu Un Oppusunggu Chair of the Supervisory Committee: Professor John O. Haley School of Law A sweeping proviso that protects basic or fundamental interests of a legal system is known in various names – ordre public, public policy, public order, government’s interest or Vorbehaltklausel. This study focuses on the concept of Indonesian public order in private international law. It argues that Indonesia has extraordinary layers of pluralism with respect to its people, statehood and law. Indonesian history is filled with the pursuit of nationhood while protecting diversity. The legal system has been the unifying instrument for the nation. However the selected cases on public order show that the legal system still lacks in coherence. Indonesian courts have treated public order argument inconsistently. A prima facie observation may find Indonesian public order unintelligible, and the courts have gained notoriety for it. This study proposes a different perspective. It sees public order in light of Indonesia’s legal pluralism and the stages of legal development. -
Rapat Paripurna DPR RI
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RISALAH RESMI Tahun Sidang : 2014-2015 Masa Persidangan : I Rapat ke- : 8 Jenis Rapat : Rapat Paripurna DPR RI Sifat Rapat : Terbuka Hari, tanggal : Selasa, 4 November 2014 Waktu : Pukul 09.00 WIB s.d. selesai T e m p a t : Ruang Rapat Paripurna Gedung Nusantara II Lt.3 Jl. Jend. Gatot Subroto – Jakarta Acara : Penetapan Pasangan Kerja Komisi-komisi Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Ketua Rapat : Ir. TAUFIK KURNIAWAN, M.M. (Wakil Ketua DPR RI Bidang Ekku/F-PAN) Didampingi: 1. Drs. Setya Novanto (Ketua DPR RI/F-PG) 2. Fadli Zon, S.S., M. Sc. (Wakil Ketua DPR RI Bidang Polkam/F-P.Gerindra) 3. DR. Agus Hermanto (Wakil Ketua DPR RI Bidang Inbang/F-PD) 4. Fahri Hamzah, S.E. (Wakil Ketua DPR RI Bidang Kesra/F-PKS) Sekretaris Rapat : Dr. WINANTUNINGTYASTITI S., M.Si. (Sekretaris Jenderal DPR RI) H a d i r : ANGGOTA DPR RI: 282 dari 560 orang Anggota dengan rincian: FRAKSI PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN 0 dari 109 orang Anggota; FRAKSI PARTAI GOLONGAN KARYA 76 dari 91 orang Anggota; 2 FRAKSI PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA 72 dari 73 orang Anggota; FRAKSI PARTAI DEMOKRAT 57 dari 61 orang Anggota; FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL 41 dari 48 orang Anggota; FRAKSI PARTAI KEBANGKITAN BANGSA 0 dari 47 orang Anggota; FRAKSI PARTAI KEADILAN SEJAHTERA 36 dari 40 orang Anggota; FRAKSI PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN 0 dari 39 orang Anggota; FRAKSI PARTAI NASIONAL DEMOKRAT 0 dari 36 orang Anggota; FRAKSI PARTAI HANURA 0 dari 16 orang Anggota; SEKRETARIAT JENDERAL DPR RI: 1) Achmad Djuned, S.H., M.H (Wakil Sekretaris Jenderal DPR RI) 2) Tatang Sutharsa, S.H (Deputi Bidang Persidangan dan KSAP) 3) K. -
1146/III/IV/2021 April 2021
Buletin Nomor 1146/III/IV/2021 April 2021 Pembangunan Infrastruktur Surakarta Harus Mampu Pulihkan Ekonomi 3 Bandara Taufiq Kiemas 4 Azis Syamsuddin Diharapkan Tingkatkan Dukung Kesejahteraan Pembentukan BULETIN Masyarakat Satgas BLBI BULETIN Parlementaria Pembangunan Infrastruktur Surakarta Harus Mampu Pulihkan Ekonomi DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA im Kunjungan Kerja Reses Komisi V DPR RI menekankan bahwa sejumlah infrastruktur yang Tdibangun di Kota Surakarta, Provinsi Jawa Tengah harus mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja lokal di seluruh daerah. Wakil Ketua Komisi V DPR RI Arwani Thomafi mengatakan, kondisi ekonomi nasional saat ini sangat terdampak akibat pandemi Covid-19, sehingga harus dilakukan refocusing atau penghematan dalam tahun anggaran 2021, serta rincian program kerja setelah penghematan tersebut. “Kita telah meninjau ke sejumlah titik rencana pembangunan yang Tim Kunker Komisi V DPR RI meninjau pembangunan infrastruktur di Kota Surakarta, Jawa Tengah. Foto: Jaka/Nvl akan dibiayai APBN di antaranya jembatan layang (flyover) Purwosari, pengembangan Plaza sangat penting untuk melestarikan dalam kerja dengan para menteri untuk Ngarsopuro, revitalisasi Taman budaya, pengembangan pariwisata dan usulan dari Kota Surakarta. Mudah- Budaya Balekambang sebagai pusat juga sebagai tempat bermain untuk mudahan pemerintah pusat dan daerah kebudayaan Kota Surakarta, rehabilitasi masyarakat. “Untuk rehabilitasi Kawasan ini melaksanakan programnya dengan Kawasan Bendung Tirtonadi dan Bendung Tirtonadi, kita harapkan selain baik,” harap legislator dapil Jateng III ini. bantuan perumahan di Kelurahan sebagai fungsi untuk air baku dan Dalam kesempatan yang sama, Wali Semanggi. Saya kira dari masterplan pengendalian banjir, tapi kita harapkan Kota Solo Gibran Rakabuming Raka dan kesiapan lainnya sudah cukup, juga dipercantik sebagai fungsi wisata. mengatakan, pihaknya ingin secepatnya hanya perlu pengawasan dari seluruh Kemudian juga untuk penataan Kawasan mengakselerasi pemulihan ekonomi di pihak agar berjalan dengan baik. -
Joint Communique
ASEAN Inter-Parliamentary Organization JOINT COMMUNIQUE 24TinH GENERAL ASSEMBLY 7-12 SEPTEMBER 2003 JAKARTA, INDONESIA ASEAN Inter-Parliamentary Organization 24th General Assembly 7-12 September 2003, Jakarta, Indonesia 24GA/2003/JC JOINT COMMUNIQUE INTRODUCTION 1. Pursuant to the decision of the 23rd General Assembly of the ASEAN Inter-Parliamentary Organization (AIPO) held on 8-13 September 2002, in Hanoi, and in accordance with the Statutes of AIPO, the 24th General Assembly was held on 7 - 12 September 2003, in Jakarta wit participatioe hth eighf no t member countries: Cambodia, Indonesia PDRo La , , Malaysia e PhilippinesTh , , Singapore, Thailand d Vietnaman , o speciatw ; l observer countries: Brunei Darussalam, and Myanmar; and seven observer countries: Canada, People's Republic of China, Japan, Republic of Korea, New Zealand, Russian Federation, anEuropeae dth n Parliament. 2. The Women Parliamentarians of AIPO (WAIPO) met on 7 September 2003 prior to the opening ceremony of the 24th General Assembly. 3. H.E. Akbar Tandjung, Speake e Housth f f Representativeo o er e Republith f o s f o c Indonesia in his capacity as President of AIPO, presided over the 24th AIPO General Assembly. 4. The Leaders of AIPO Member Delegations, Special Observers, Observers and the Secretary Genera ASEAf o l Guess Na Honof to r pai dcourtesa Presidene y th cal n o l f o t AIPO. 5. All participants to the 24th AIPO General Assembly were cordially invited to a dinner hosted by H.E. Megawati Soekamoputri, President of the Republic of Indonesia and Hon. Taufiq Kiemas. 6 AIPO delegate d theian s r spouses also attended dinner receptions hoste y Honb d . -
Sosok Megawati Sebagai Kandidat Presiden 2009 Dalam Bingkai Harian Koran Tempo Dan Rakyat Merdeka
SOSOK MEGAWATI SEBAGAI KANDIDAT PRESIDEN 2009 DALAM BINGKAI HARIAN KORAN TEMPO DAN RAKYAT MERDEKA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) Oleh : M. Yowan Zulfikar NIM : 104051101945 KONSENTRASI JURNALISTIK PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAN DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1432 H/2011 M 1 2 3 4 KATA PENGANTAR ﺑِِِِﺴْﻢِ اﷲِ اﻟﱠﺮ ﺣْﻤَﻦِ اﻟﱠﺮ ﺣِﯿْﻢِ Puji syukur senantiasa dipersembahkan ke hadirat Allah SWT. Hanya berkat rahmat, anugerah dan kasih sayang-Nya, penulis mendapat kekuatan sehingga bisa menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beriring salam semoga tetap tercurah kepada insan pilihan yang pernah ada di muka bumi ini, yakni Muhammad SAW., keluarganya, sahabatnya, pengikutnya dan para penggemarnya yang setia hingga hari pembalasan. Dalam penulisan skripsi ini tidak sedikit kesulitan dan kendala yang dihadapi penulis, baik yang menyangkut pengumpulan bahan maupun pembiayaan, dan sebagainya. Namun, berkat kemauan keras dan kesungguhan hati, disertai dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, maka segala kesulitan dan kendala dapat diatasi dengan baik. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah terlibat dan membantu dalam penyelesaian skripsi ini, terutama sosok Ibunda tersayang Mu’awanah M.Pd dan Ayah tercinta Mulyono yang (subhana allah) dengan segala keikhlasan, kesabaran dan doa tulusnya menunggu penulis dalam menyelesaikan kuliah. Kemudian dosen pembimbing skripsi, Tantan Hermansyah, M.Si yang telah membimbing penulis dalam menyusun skripsi ini. Selanjutnya penulis sampaikan rasa terima kasih kepada: 1. Dr. Arief Subhan, M.Ag Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu komunikasi. -
09/07/2005, 23:19 WIB - KOMPAS Cyber Media - Hiburan
Presiden Bangga Jadi Mertua Annisa - 09/07/2005, 23:19 WIB - KOMPAS Cyber Media - Hiburan Free E-Mail | Chat | Ad Info | About Us | Contact Us Hiburan Updated: Sabtu, 09 Juli 2005, 23:19 WIB HIBURAN Rubrik Komunitas Kolom Presiden Bangga Jadi Mertua Annisa Surat Kabar Majalah Jakarta, Sabtu CARI Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Kirim Teman | Print Artikel Sabtu petang terlihat ’sumringah’ saat melaksanakan perhelatan putera pertamanya, Lettu Infantri Agus Harimurti Yudhoyono yang pada Jumat (8/7) resmi menikahi bintang iklan dan presenter televisi, Annisa Larasati Pohan. Ketika memberikan sambutan singkat sebelum resepsi pernikahan yang bertempat di halaman Istana Kepresidenan Bogor itu dimulai, Yudhoyono mengatakan dirinya bangga atas perkawinan yang terjadi antara puteranya dengan Annisa Pohan. "I’m just the proud father of Agus and father-in-law of Annisa," kata Yudhoyono yang menyampaikan sambutan selamat datang dalam dua bahasa, Indonesia dan Inggris. Resepsi pernikahan itu, selain oleh kerabat dan tokoh dalam negeri, juga dihadiri oleh sejumlah tamu asing, termasuk Menteri Luar Negeri Timor Timur, Jose Ramos Horta. Dengan mengenakan beskap hijau tua dan kain warna coklat dan ’blangkon’ warna senada, Yudhoyono selain meminta doa restu dari hadirin bagi Agus dan Annisa, juga meminta maaf kepada para tokoh dan masyarakat karena mau tidak mau harus membatasi jumlah undangan dengan alasan keterbatasan tempat. Sementara itu, sebelumnya dalam jumpa pers menjelang resepsi, Yudhoyono saat menjawab pertanyaan wartawan mengatakan dirinya yakin Annisa mampu menjalani kehidupan sebagai isteri Agus Harimurti, yang memiliki kehidupan keprajuritan yang disebutnya khas. "Annisa adalah pilihan yang tepat dari anak saya, bisa menyesuaikan diri dengan kehidupan keprajuritan yang memerlukan banyak pengorbanan karena sering ditinggal bertugas atau latihan," kata Yudhoyono. -
Downloaded from Brill.Com09/28/2021 03:57:14AM Via Free Access CHAPTER SIX
PART TWO 1800–2005: CHRONOLOGICAL AND REGIONAL SURVEYS K.A. Steenbrink and J.S. Aritonang - 9789047441830 Downloaded from Brill.com09/28/2021 03:57:14AM via free access CHAPTER SIX 1800–2005: A NATIONAL OVERVIEW Th e Colonial era: 1800–1900 State, church, and missionary societies At the beginning of the nineteenth century, the political and religious situation in Indonesia had undergone signifi cant changes compared with the preceding centuries. As of 31 December 1799, the Dutch East India Company (VOC) was declared bankrupt and its assets were taken over by the Dutch State. As the Netherlands had allied itself with France, during the next years all Dutch overseas possessions were lost to the English. But aft er peace had been restored (1815) the territory of what nowadays is Indonesia was restored to the newly established Kingdom of the Netherlands. Th e Dutch left the existing admin- istrative structure in the overseas territories more or less intact, but from now on government policy in the Indies was no longer determined by a body of merchants but by the Dutch Crown and, aft er 1849, increasingly by Parliament. Correspondingly, it was no longer focused on trade alone, but became more and more guided by territorial and, as the century wore on, to some degree by modern ‘humanitarian’ ambitions. During the nineteenth century, many regions of the Netherlands East Indies, as the remaining Dutch colonial pos- sessions in Asia came to be called, were not yet eff ectively controlled by the colonial government. In several regions dominated by Islam, Dutch occupation was opposed in prolonged freedom wars. -
The Misguided Implementation of the ITE Law Volume XV, No. 3
Volume XV, No. 3 - March 2021 ISSN 1979-1976 Monthly Review on Economic, Legal, Security, Political, and Social Affairs Main Report: The Misguided Implementation of the ITE Law The Economics Seeing the Effect of Bank Indonesia Reference Interest . The Regulatory Impact Analysis (RIA) of Sugar Import Restriction Policy Reform in Indonesia . Politics Looking at the Democratic Party Conflict . The Importance of Tearing Down the Established Pattern on the Usage . of the Defamation Article of the ITE Law Reflections from Myanmar on Freedom of Access to Information in Indonesia . Social The Evaluation of the Implementation of the Pre-Work Card Program (Kartu Prakerja) . Encouraging the Effectiveness of ASN Recruitment . Improving Public Services for People with Disabilities during the COVID-19 Pandemic . Countries and the Commitment to Protect Victims of Sexual Violence . ISSN 1979-1976 CONTENTS FOREWORD ................................................................ 1 MAIN REPORT The Misguided Implementation of the ITE Law ................... 3 THE ECONOMICS Seeing the Effect of Bank Indonesia Reference Interest .......... 10 The Regulatory Impact Analysis (RIA) of Sugar Import Restriction Policy Reform in Indonesia .............. 14 POLITICS Looking at the Democratic Party Conflict ............................. 20 The Importance of Tearing Down the Established Pattern on the Usage of the Defamation Article of the ITE Law ........ 24 Reflections from Myanmar on Freedom of Access to Information in Indonesia ................................................. -
Bab I Pendahuluan
BAB I PENDAHULUAN A. JUDUL Kinerja Pansus Bank Century Dalam Perspektif Pers Daerah (Analisis framing terhadap teks tajuk rencana harian Jawa Pos dalam mengkonstruksi Kinerja Panitia Khusus Hak Angket Bank Century) B. LATAR BELAKANG Tanggal 1 Desember 2009, dalam data yang disusun Tempo1, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia mengesahkan Hak Angket Bank Century menjadi hak anggota dewan. Tiga hari berikutnya atau pada tanggal 4 Desember 2009, menjelang masa reses sidang DPR/MPR, Panitia Khusus (Pansus) Bank Century sebagai follow up dari Hak Angket tersebut, dibentuk. Apa pasalnya, hingga untuk menangani kasus Bank Century ini dibutuhkan Hak Angket DPR yang merujuk pada dibentuknya Panitia Khusus untuk menyelidiki? Merunut ke belakang, masih dari data Tempo, pada tanggal 13 November 2008, Gubernur Bank Indonesia, Boediono, membenarkan Bank Century kalah kliring atau tidak bisa membayar dana permintaan dari nasabah sehingga terjadi rush. Pada tanggal 20 November 2008 Bank Indonesia menyampaikan surat kepada Menteri Keuangan tentang Penetapan Status Bank Gagal pada Bank 1 Data kronologis kasus hingga terbentuknya Pansus Hak Angket DPR diolah dan dikutip dari situs http://www.tempointeraktif.com/hg/hukum/2009/11/14/brk,20091114-208353,id.html. Akses: 24 Maret 2010, pk. 09.45 WIB. 1 Century dan menyatakan perlunya penanganan lebih lanjut. Selaku Ketua Komite Stabilitas Sektor Keuangan (KSSK), Sri Mulyani langsung menggelar rapat untuk membahas nasib Bank Century. Dalam rapat tersebut, Bank Indonesia mendata bahwa rasio kecukupan modal (CAR) Bank Century minus hingga 3,52 persen. Selama medio November 2008 hingga Februari 2009, seperti dikutip Tempo, Bank Century yang dipasrahkan kepada Lembaga Penjamin, telah disuntikkan dana sebanyak 3 kali. -
Logos) ISSN : 2620-8091 Print | 2620-3812 Online Journal Homepage
Volume 3 (2) (2020). 164-181 Journal of Local Government Issues (Logos) ISSN : 2620-8091 print | 2620-3812 online Journal Homepage : http://ejournal.umm.ac.id/index.php/LOGOS/index Institutionalization of Political Parties on Post New Order Authoritarianism and It’s Implications for Indonesian Democracy La Ode Muhammad Muliawan1, Imam Sumantri2 1 Department of Political Studies, Faculty of Political and Social Science, Universitas Bangka Belitung, Kampus Terpadu UBB Balunijuk, Gd. Babel 1 Jl. Kampus Peradaban Balunijuk, Merawang, Bangka, Bangka Belitung, Indonesia 33172 2 Boyolali’s Student Association (KMB) Yogyakarta, Jl. Sosio Yustisia No.1, Karang Malang, Sleman, Yogyakarta 55281 Corresponding author: [email protected] ABSTRACT Article Info : The article aims to explain how the institutionalization of political Article history : parties in Indonesia after the collapse of New Order regimes and Received: July 11, 2020 how it affects the democratization in Indonesia. This paper used a Revised: August 24, 2020 literature research method with a qualitative descriptive research Accepted: September 21, 2020 type. The results showed that political parties in Indonesia after the authoritarianism regime, it had not been institutionalized and was even far from it if it was compared to the magnitude level its current Keywords: problem. Political parties are trapped on long term internal conflict democracy; of interest, drained their energy, and continued until now. Moreover, institutionalization; political the depth oligarchies pattern in its management is getting worse by parties the personalized figure, and the dominance of the party’s management from the central, thus the conclusion points out that political party is merely the sub-ordinates of elite’s interest. -
Indonesia Backgrounder: a Guide to the 2004 Elections
INDONESIA BACKGROUNDER: A GUIDE TO THE 2004 ELECTIONS 18 December 2003 Asia Report N°71 Jakarta/Brussels TABLE OF CONTENTS EXECUTIVE SUMMARY AND RECOMMENDATIONS................................................. i I. INTRODUCTION .......................................................................................................... 1 II. ELECTORAL REFORM .............................................................................................. 2 A. THE OLD SYSTEM .................................................................................................................2 B. DIRECT ELECTION OF THE PRESIDENT ...................................................................................2 C. ELECTION OF LEGISLATURES ................................................................................................4 D. MORE OF THE SAME?............................................................................................................5 III. PARTIES .........................................................................................................................6 A. PDI-P ...................................................................................................................................6 B. GOLKAR................................................................................................................................7 C. PKB .....................................................................................................................................9 D. PPP.......................................................................................................................................9