Mereka Bicara Pancasila... (Alm) TAUFIQ KIEMAS
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
1 2 | TATAP REDAKSI PANCASILA TIDAK RUMIT alahkah Obama menafsirkan Pancasila dengan cara memaksakan kehendaknya ke Sukarno. Spandang liberalisme kentalnya? Sukarno hanya bersyukur, bahwa Pancasila menurut Salahkah kalau Putin juga berusaha menafsirkan kehendak seluruh anggota Panitia Sembilan itulah Pancasila dengan realitas yang terjadi di negaranya? Atau, yang harus diterima sebagai kehendak bersama untuk salahkah juga kalau SBY menafsirkan Pancasila dengan memutuskan sebuah dasar negara. caranya sendiri? Kalau kemudian dia memimpin negara dengan dasar Atau salahkah Sukarno ketika di sidang Badan Pancasila maka dia akan konsekuen melaksanakan Pancasila Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan sesuai dengan cara pandangnya sendiri, Gotong Royong. Indonesia (BPUPKI) mengatakan Pancasila itu bila Kalau kemudian Soeharto memimpin negara dengan diperas akan menjadi Trisila. Dan Trisila kalau dasar Pancasila maka dia akan menggunakan diperas lagi akan menjadi Ekasila atau Gotong Pancasila sesuai dengan pemahamannya. Royong? Kalau kemudian Abdoel Kahar Moezakkir Sukarno ternyata tidak marah ketika idenya ternyata memimpin negara ini, maka dia diubah dan dirombak oleh Panitia Sembilan. akan menggunakan Pancasila sesuai dengan Sukarno ternyata tidak marah, dia justru penafsirannya sendiri. bernapas lega. Karena perbedaan cara pandang, Jadi jangan pernah marah kalau Pancasila cara pikir, cara bersikap dan cara berbudaya ditafsir berbeda oleh setiap penduduk yang tinggal setiap manusia yang ada di Panitia Sembilan itu di negeri ini. Karena Pancasila bukan pernyataan ternyata bisa terakomodasi dengan tawarannya: tentang realitas. Tapi tempatkan Pancasila sebagai sebuah draf dasar negara, Pancasila, Trisila atau dasar menuju realitas. Itulah yang terpenting. Ekasila (Gotong Royong). Pancasila tidak rumit. Dasar negara ini tidak rumit. Sukarno ternyata juga tidak marah meski ide aslinya Pedoman negara ini tidak rumit. Falsafah negara ini tidak soal Pancasila, Trisila dan Ekasila itu ternyata yang rumit. Ideologi negara ini tidak rumit. Landasan negara diterima adalah Pancasila. Bukan Trisila atau Ekasila. ini juga tidak rumit. Sukarno ternyata juga tidak marah ketika Panitia Cukupkan dasar menuju realitas itu dengan lima kata Sembilan akhirnya memutus draf Pancasila-nya Sukarno ini: Berketuhanan, Berkemanusiaan, Berkebersamaan, menjadi Jakarta Charter atau Piagam Jakarta. Berkebijaksanaan dan Berkeadilan. Sukarno sangat paham bahwa dia tidak bisa Jadi, kalau Obama sampai tukang becak mampu memaksakan kehendaknya (Pancasila, Trisila dan menggunakan lima kata itu sebagai pedoman menjawab Ekasila) ke setiap orang yang ada di Panitia Sembilan. realitas kesehariannya maka dia adalah seorang Karena setiap anggota Panitia Sembilan itu juga tidak bisa Pancasilais sejati. Tidak rumit bukan? CHAIRMAN Yudi Latif KORESPONDEN Fitra Ismu (Meksiko), Aceng ALAMAT REDAKSI PEMIMPIN UMUM M Danial Nafis Mukarram (Pontianak), Albertus Vincentius PT Caprof Media Negeri PEMIMPIN REDAKSI Heriyono (Kupang), Damai Oktafianus Mendrofa Cawang Kencana Building (Medan), Edi (Mataram), Muhammad Dasuki 1st Floor Suite 101 REDAKTUR PELAKSANA Faizal Rizki (Semarang), Muchammad Nasrul Hamzah Jl. Mayjen Sutoyo Kav. 22 Cawang REDAKTUR SENIOR Dhia Prekasha Yoedha, Satrio (Malang), Yudhi Ari (Surabaya), Bobby DKI Jakarta 13630 Indonesia Arismunandar Andalan (Denpasar), Busri Toha (Sumenep), No Telp : (021) 8005520 SIDANG REDAKSI M Danial Nafis, Heriyono, Faizal Rizki, Fajar Sodiq (Solo), Imam Muhlas (Bojonegoro), Fax : (021) 80886466 Dhia Prekasha Yoedha, Febrianto, Epung Saepudin Sigit Pamungkas (Semarang), M. Hasbi Arienta Email : [email protected] (Bogor) [email protected] REDAKTUR FOTO Tino Oktaviano FOTOGRAFER Amir Hamzah, Oke Dwi Atmaja SEKRETARIS PERUSAHAAN Eva Rina Thamrin Redaksi menerima kiriman surat DIREKTUR KOMERSIAL Sontry Napitupulu pembaca, artikel dan foto yang dilampiri DESAIN GRAFIS Widhi MD, Andhika Putra fotokopi kartu identitas dan nomor ASISTEN REDAKTUR Tri Wibowo, Ismet Eka Kusuma, PROJECT MANAGER Oddy Karamoy telepon anda melalui email majalah@ Nurlail, Ari Purwanto LEGAL CORPORATION Eko Hendro Prasetyo aktual.co. Redaksi berhak mengedit setiap artikel yang masuk. REPORTER Adi Adrian, Andromeda, Arbie SIRKULASI Samsul Arifin, Nurman Abdul Marwan, Arnold Sirait, Khozin Mubarok, Nebby KABAG. IT Firman Subhi Mahbubirrahman, Novrizal Sikumbang, Nuniek, Onic Metheany, Purnomo, Rafkha, Vicky Anggriawan, STAF ADMIN Aulia Kumala Putri Wahyu Romadhony, Zaenal Arifin 3 DAFTAR ISI EDISI 6 | 13 JUNI 2013 - 13 JULI 2013 LAPORAN KHUSUS 58 MENGENANG TAUFIQ KIEMAS 34 KADER TANGGUH PAPUA “DIJAJAH” MARHAENIS KAPITALIS TAUFIQ KIEMAS MENINGGAL DI SIN- GAPORE GENERAL HOSPITAL, OUT- RAM SINGAPURA, 8 JUNI 2013 DA- LAM USIA 70 TAHUN. DI BIDANG EKONOMI, AS SUDAH MULAI MENGAGENDAKAN DESAKAN KEPADA NEGARA- NEGARA YANG ADA DI ASIA PACIFIC UNTUK BERGABUNG DALAM TRANS-PACIFIC PARTNERSHIP (TPP). LAPORAN UTAMA 14 PANCASILA DITEKUK NEOLIB TIDAK SEMUA KALANGAN SUKA DENGAN PANCASILA, HUKUM 44 SEHINGGA MEREKA SENGAJA ENGGAN MENGAJARKAN ULAH LUCAS PANCASILA. DIBISNIS TAMBANG KASUS BERMULA SAAT PRIA BERNAMA LEE YANTO YANG MENGAKU PONAKAN LUCAS INGIN BERMITRA DENGAN INGRID UNTUK MENGEMBANGKAN TAMBANG MANGAN DI NTT. 4 TATAP REDAKSI 3 POLITIK 38 DAFTAR ISI 4 KAKI HARI 6 CARA GOLKAR SINGKIRKAN PRIYO KILAS NASIONAL 8 LENSA AKTUAL 10 GALERI FOTO 53 BUDAYA 66 INFORIAL 68 OTOMOTIF 70 KILAS DAERAH 72 OASE 74 NASIONAL 50 POLITIK 40 ADA FEE DI PEMBAHASAN PNBP POLRI? KERTAS PALSU UNTUK JONNY ALLEN HUKUM 41 ENERGI 54 ADU ‘LENCANA’ KETIKA DUA MENTERI BEDA DI CAWANG KENCANA SOAL EKSPOR GAS 5 KAKI HARI AKTUAL Edisi 6 | 13 Juni 2013 - 13 Juli 2013 MEMBUMIKAN ETIKA PANCASILA DALAM PENYELENGGARAAN NEGARA sosial, keretakan jalinan sosial, manusia (Suseno, 2001: 8). Di perluasan tindak kekerasan, sini ada tiga kata kunci yang perlu kejahatan dan premanisme, gurita dipahami terlebih dahulu: etika, narkoba, kerusuhan di wilayah moral, politis. Etika mempersoalkan tambang dan perkebunan, kecelakaan tanggung jawab dan kewajiban transportasi dan kerawanan sarana manusia. Moral menunjuk pada publik. kebaikan manusia sebagai manusia. Pada titik genting krisis Dimensi politis adalah dimensi Yudi Latif, multidimensi ini, para penyelenggara masyarakat sebagai keseluruhan— Chairman AKTUAL Network negara justru seperti kehilangan sebuah keputusan bersifat rasa krisis dan rasa tanggung jawab. politis apabila diambil dengan erkembangan demokrasi Kepemimpinan eksekutif, legislatif, memperhatikan masyarakat secara Indonesia ibarat berlari di dan yudikatif lebih mempedulikan keseluruhan. atas landasan yang goyah. ‘apa yang dapat diambil dari negara’, Etika politik dapat membantu Perubahan demi perubahan bukan ‘apa yang dapat diberikan pada usaha aparatur negara untuk Pterus terjadi di atas kerapuhan basis negara’. membumikan falsafah dan ideologi moral kenegaraan. Politik sebagai Kepemimpinan negara hidup negara yang luhur ke dalam realitas teknik mengalami pencanggihan, dalam penjara narsisme yang politik yang nyata. Etika politik tapi politik sebagai etik mengalami tercerabut dari suasana kebatinan memberikan landasan normatif kemunduran. rakyatnya. Perhatian elit politik lebih bagaimana sebuah negara dikelola Praktik politik cenderung tertuju pada upaya memanipulasi demi kebaikan hidup bersama mengalami pengerdilan menjadi pencitraan, bukan mengelola seluruh masyarakat. sekadar perjuangan kuasa demi kenyataan; lebih mengutamakan Dalam menjalankan kehidupan kuasa; bukan politik sebagai kenyamanan diri ketimbang politik dan kenegaraan berbasis perjuangan mewujudkan kebajikan kewajiban memajukan kesejahteraan etika, para pekerja politik dan bersama. Politik dan etika terpisah dan keadilan sosial. penyelenggara negara perlu seperti terpisahnya air dengan Akutnya krisis yang kita hadapi memahami landasan-landasan minyak. Akibatnya, kebajikan dasar mengisyaratkan bahwa untuk normatif yang bersifat umum dan kehidupan bangsa seperti ketakwaan, memulihkannya kita memerlukan khusus. perikemanusiaan, persatuan, lebih dari sekadar politics as usual. Landasan umum dalam permusyawaratan dan keadilan Kita memerlukan visi politik baru. pengelolaan politik-kenegaraan mengalami kelumpuhan. Peribahasa mengatakan, “where meliputi; Pertama, setiap pekerja Misi besar reformasi untuk there is no vision, the people perish.” politik dan penyelenggara negara menghadirkan pemerintahan yang Visi ini harus mempertimbangkan perlu memahami hakikat politik bersih, bebas dari korupsi, kolusi dan kenyataan bahwa krisis nasional ini sebagai seni mengelola kebaikan nepotisme masih jauh dari harapan. berakar jauh pada penyakit spirit dan kemaslahatan hidup bersama Proses konsolidasi demokrasi dan moralitas yang melanda jiwa lewat jalan-jalan deliberative terhambat oleh proses ‘demokratisasi’ bangsa. Suatu usaha national healing (permusyawaratan) yang damai; (perluasan dan pendalaman) korupsi. perlu dilakukan dengan membawa bukan seni memperjuangkan Praktik korupsi melanda seluruh nilai-nilai spiritual dan etis ke dalam kepentingan pribadi lewat jalan-jalan lembaga dan instansi kenegaraan, wacana publik. Dengan kata lain, kita kekerasan dan pemaksaan. serta merembes ke segala lapisan dari memerlukan penguatan etika politik Kedua, pekerja politik dan pusat hingga daerah. dan pertanggungjawaban moral penyelenggara negara harus memiliki Seiring dengan laju korupsi, dalam kehidupan berbangsa dan ‘Modal Moral’ (Moral Capital). wajah negeri seperti tercermin dari bernegara. Moral di sini adalah kekuatan warta media menampakkan buruk dan kualitas komitmen