FACTUM: JURNAL SEJARAH DAN PENDIDIKAN SEJARAH, VOL. 7 NO. 1, 2018 ISSN: 2302-9889, E.ISSN: 2615-515X

SEKOLAH PENERBANG MAGUWO: Pembentukan dan Peranannya pada masa Revolusi Fisik (1945-1950)

Ikmal Maulana, Erlina Wiyanarti Universitas Pendidikan Indonesia

ABSTRACT ABSTRAK TBackground of the research is examine the topic Latar belakang penulis mengkaji topik tersebut on how the military’s education system in the early dikarenakan penelitan mengenai bagaimana sistem days of independence is relatively less researched pendidikan di militer pada masa awal kemerdekaan compared to research on figures, strategies or battles relatif kurang jika dibandingkan penelitian during the independence revolution. The main mengenai tokoh, strategi ataupun pertempuran- issue raised in this undergraduate thesis is “how pertempuran pada masa revolusi fisik. Masalah was the process of formation and the role of the utama yang diangkat dalam skripsi ini adalah Maguwo’s Aviation School in 1945-1950?”. In the “Bagaimana proses pembentukan serta peranan process to answer that main issue, the author used Sekolah Penerbang Maguwo pada tahun 1945- the historical method to perform four steps namely 1950?”. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, heuristics, critics of sources, interpretation and penulis menggunakan metode historis yang terdiri historiography. To facilitate the analysis, the author atas empat langkah yaitu pengumpulan sumber, used the interdisciplinary approach through studies kritik sumber, interpretasi dan historiografi. Untuk in the field of education and sociology by using the mempermudah analisis, penulis menggunakan vocational education’s concept and the role’s concept. pendekatan interdisipliner melalui kajian di bidang Based on the results of the research it can be found ilmu pendidikan dan sosiologi yakni dengan that first, the formation’s background of the Maguwo’s menggunakan konsep pendidikan kejuruan dan Aviation School was the absence of aviation konsep peranan. Berdasarkan hasil penelitian, education’s institutions that could fulfill the needs of ditemukan bahwa pertama, latar belakang the aviators in order to defended the independence dibentuknya Sekolah Penerbang Maguwo ialah from the Dutch’s threat. Second, the absence of the ketiadaan lembaga pendidikan penerbang yang aviation educational institutions, Adisutjipto took dapat memenuhi kebutuhan penerbang dalam the initiative to setted up an aviation school in rangka mempertahankan kemerdekaan dari Maguwo and became the instructor at the school. ancaman Belanda. Kedua, karena ketiadaan Third, the curriculum undertaken at the Maguwo’s lembaga pendidikan tersebut, maka Adisutjipto Aviation School is “Cakap Terbang” means that the berinisiatif untuk membentuk sekolah penerbang training undertaken at this school is directed the di Maguwo dan menjadi instruktur di sekolah cadets to have the skill in flying the plane quickly. tersebut. Ketiga, kurikulum yang dilaksanakan di Fourth, although the facilities and infrastructure sekolah penerbang Maguwo ialah “Cakap Terbang” which supported the implementation of education artinya bahwa pelatihan-pelatihan yang dijalani was limited, but because of the unyielding’s spirit, di tempat ini diarahkan supaya para kadet dapat the cadets were able to demonstrate the successful secepat mungkin memiliki keterampilan dalam implementation of the education, one of them menerbangkan pesawat. Keempat, meskipun sarana was the success of the cadets in executed operations dan prasarana penunjang pelaksanaan pendidikan against the Dutch’s position in Semarang, Salatiga terbatas, tetapi berkat semangat pantang menyerah, and Ambarawa. But, the aviation history is a para kadet mampu menunjukan keberhasilan history of sacrifice because there were also cadets pelaksanaan pendidikan salah satunya ialah and school instructors who died while executed keberhasilan para kadet dalam melaksanakan operasi the air operations as experienced by Adisutjipto, penyerangan terhadap kedudukan Belanda di kota Abdulrachman Saleh and Adi Sumarmo who died Semarang, Salatiga dan Ambarawa. Akan tetapi in the Dacota VT-CLA. sejarah penerbangan ialah sejarah pengorbanan Key Words: karena terdapat pula kadet dan instruktur sekolah Maguwo’s Aviation School, AURI’s yang kehilangan nyawanya saat melaksanakan Pilot, Adisutjipto Battle operasi udara seperti yang dialami oleh Adisutjipto, Abdulrachman Saleh dan Adi Sumarmo yang gugur dalam peristiwa Dacota VT-CLA. Kata Kunci : Sekolah Penerbang Maguwo, Penerbang AURI, Adisutjipto

Author correspondence Email: [email protected] Available online at http: // http://ejournal.upi.edu/index.php/factum

89 IKMAL MAULANA SEKOLAH PENERBANG MAGUWO.....

PENDAHULUAN pendidikan dapat tercapai. Dalam periode Pendidikan menurut Undang- pengembangan pendidikan di Indonesia, Undang nomor 20 tahun 2003 tentang setiap masa mempunyai karakteristik dan Sistem Pendidikan Nasional, diartikan tantangan yang berbeda-beda. Termasuk sebagai usaha sadar dan terencana pengembangan pendidikan pada masa untuk mewujudkan suasana belajar awal berdirinya Republik Indonesia, pada dan proses pembelajaran agar peserta masa ini tujuan pendidikan diarahkan didik secara aktif mengembangkan untuk membentuk warga negara sejati yang potensi dirinya untuk memiliki kekuatan menyumbangkan tenaga dan pikirannya spiritual keagamaan, pengendalian diri, untuk Negara (Rasyidin, dkk, 2013, hlm. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, 164). Tujuan tersebut di latar belakangi serta keterampilan yang diperlukan oleh kondisi yang dihadapi oleh bangsa dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Indonesia dalam upaya mempertahankan Dalam upaya meningkatkan kualitas kemerdekaannya. suatu bangsa, pendidikan memiliki peran Penulisan menganai topik sejarah penting dan strategis. Peningkatkan Indonesia pada masa mempertahankan kualitas tersebut meliputi aspek intelektual kemerdekaan dan sejarah militer memang (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan telah banyak diteliti. Tetapi penelitian (psikomotor). Pendidikan bagi suatu tersebut berkisar pada topik seputar negara merupakan sesuatu hal yang pertempuran-pertempuran, tokoh yang penting, sebab maju tidaknya suatu negara terlibat dalam pertempuran, keadaan dapat dilihat dari aspek pendidikannya. militer dari masa ke masa, serta hubungan Penjelasan ini sesuai dengan apa yang sipil dan militer. Namun penelitian dikatakan oleh Ihsan (2001, hlm. 1), ia mengenai pendidikan kemiliteran pada menyatakan bahwa masa revolusi belumlah banyak dikaji. Hal Pendidikan bagi bangsa yang sedang ini seperti yang diungkapkan Sjamsuddin membangun seperti Indonesia saat ini (dalam Supriadi, 2012) sebagai berikut. merupakan kebutuhan mutlak yang Ibarat Cinderella, pengajaran sejarah harus dikembangkan sejalan dengan pendidikan dan penelitian serta penulisan tuntutan pembangunan secara tahap demi sejarah pendidikan di Indonesia masih tahap. Pendidikan yang dikelola dengan belumlah banyak mendapat perhatian tertib, teratur, efektif dan efisien akan serius, tidak seperti sejarah politik mampu mempercepat jalannya proses atau sejarah sosial yang pada beberapa pembudayaan bangsa sesuai dengan dasawarsa terakhir ini mendapat perhatian tujuan pendidikan nasional. besar di kalangan sejarawan Indonesia… Dari penjelasan tersebut dapat (hlm. 26). disimpulkan bahwa pendidikan merupakan Berdasarkan hal tersebutlah penulis alat yang dilakukan oleh suatu Negara bermaksud untuk mengkaji topik dengan untuk melakasanakan pembangunan judul Sekolah Penerbang Maguwo: nasional, dalam pelaksanaan pendidikan Pembentukan dan Peranannya pada tersebut harus dilakukan secara efektif, masa Revolusi Fisik (1945-1950). Dengan efisein dan tertata dengan baik agar tujuan rumusan masalahnya adalah Bagaimana

90 FACTUM: JURNAL SEJARAH DAN PENDIDIKAN SEJARAH, VOL. 7 NO. 1, 2018 ISSN: 2302-9889, E.ISSN: 2615-515X pembentukan dan peranan Sekolah diantaranya yaitu Perpustakaan Penerbang Maguwo pada masa revolusi Universitas Pendidikan Indonesia, fisik tahun 1945-1950. Kemudian rumusan Perpustakaan Lanud Suryadarma, Subang, masalah tersebut, dijabarkan kembali Perpustakaan Universitas Indonesia, dalam pertanyaan penelitian sebagai Perpustakaan Nasional, Arsip Nasional berikut: (1) Bagaimana latar belakang Republik Indonesia, Perpustakaan Lanud dibentuknya Sekolah Penerbang Maguwo?; Adisutjipto dan Museum Pusat TNI- (2) Bagaimana peranan Agustinus AU Dirgantara Mandala. Sementara Adisutjipto dalam perintisan Sekolah untuk sumber lisan, penulis melakukan Penerbang Maguwo?; (3) Bagaimana wawancara terhadap R. Hidayat Djuhana pengelolaan pembelajaran dan sarana Sastranega yang merupakan keponakan prasarana di Sekolah Penerbang Maguwo?; dari Husein Sastranegara. (4) Bagimana kontribusi Sekolah 2. Kritik Sumber Penerbang Maguwo terhadap perjuangan Sumber sejarah yang sudah terkumpul Indonesia dalam mempertahankan melalui tahap heuristik kemudian kemerdekaannya tahun 1945-1950?. dilakukan proses verifikasi melalui tahapan kritik sumber. Hal ini sesuai METODE PENELITIAN dengan pendapat Langlois dan Seignobos Langkah-langkah penelitian yang (dalam Sjamsuddin, 2007, hlm. 130) digunakan penulis, sesuai dengan apa yang mengemukakan langkah kedua yang dikemukakan oleh Ismaun (2005 :48-50), disebut ‘’kegiatan-kegiatan analitis’’ menurutnya langkah-langkah penelitian (operations analytiques; analytical sejarah adalah Heuristik, Kritik Sumber, operations; kritik) yang harus ditampilkan Interpretasi, dan Historiografi. oleh para sejarawan terhadap dokumen- 1. Heuristik dokumen setelah mereka mengumpulkan Heuristik merupakan upaya mencari dari arsip-arsip. Lebih lanjut Helius dan mengumpulkan sumber-sumber Sjamsuddin (2007, hlm. 132) menjelaskan yang berkaitan dengan permasalahan bahwa kritik sumber berfungsi untuk yang dikaji, baik berupa sumber benda, menghasilkan sebuah karya sejarah yang sumber lisan, maupun sumber tertulis. berasal dari proses ilmiah yang dapat Abdurahman mengemukakan bahwa dipertanggungjawabkan, bukan hasil dari heuristik adalah suatu keterampilan dalam suatu fantasi, manipulasi atau fabrikasi menemukan, menangani, dan memerinci sejarawan. Kritik ini menyangkut verifikasi bibliografi, atau mengklarifikasi dan sumber yaitu pengujian mengenai merawat catatan-catatan (2007, hlm. kebenaran atau ketepatan (akurasi) 64). Pada tahap ini, melakukannya dalam dari sumber itu. Kritik yang penulis dua klasifikasi sumber, yaitu mencari lakukan ialah dengan membandingkan sumber tertulis serta sumber lisan. antara isi satu sumber dengan sumber Dalam mencari sumber tertulis penulis lainnya, sedangkan untuk sumber mengunjungi beberapa perpustakaan dan lisan kritik yang penulis lakukan ialah lembaga yang tersebar di provinsi Jawa dengan mempertimbangkan siapa yang Barat, DKI dan D.I , diwawancarai, berapa usianya, bagaimana

91 IKMAL MAULANA SEKOLAH PENERBANG MAGUWO..... kondisi kesehatannya serta apakah kaitan Bajuri, Sunarto, Haryono dan Tugiyo narasumber dengan topik penelitian (Soewito, Suyono, dan Suhartono, 2008. penulis. Hlm. 4). Lulusan sekolah penerbang 3. Interpretasi tersebut pada perkembangan berikutnya akan perintis bagi pengembangan Setelah melakukan tahapan kritik sekolah kedirgantaaraan di Indonesia. sumber, tahapan dalam penelitian Berdasarkan hal tersebut maka penulis selanjutnya adalah interpretasi. Tahapan memandang bahwa sebenarnya para ini berkaitan dengan kemampuan penulis pemuda pribumi yang ikut bergabung untuk menganalisis informasi yang berhasil dengan dinas penerbang Hindia Belanda, didapatkan untuk kemudian disintesiskan baik melalui Vliegschool, Warnemeschool, agar menghasilkan suatu interpretasi yang Marine Luchvaart Dienst, ataupun Vriwilig menyeluruh (Kuntowijoyo, 2005, hlm. Vlieger Corps tidak hanya bermanfaat bagi 73). Sumber-sumber yang telah diperoleh Belanda saja dalam rangka pemenuhan dihubungkan antara fakta satu dengan kebutuhan penerbang mereka. Tetapi fakta lain untuk mengetahui sejarah yang setelah Indonesia memproklamirkan berkaitan dengan topik kajian penelitian kemerdekaannya dan ditubuhkan tenaga ini hingga selanjutnya dapat direkontruksi dalam membangun angkatan udaranya, menjadi sebuah tulisan sejarah. maka orang-orang yang pernah mendapat 4. Historiografi didikan penerbangan dari Belanda Tahapan terakhir yang dilakukan tersebut hadir dan menyumbangkan peneliti dalam metode penelitian sejarah ilmu yang mereka dapat guna merintis adalah melaporkan hasil penelitian atau kekuatan Angkatan Udara Republik historiografi. Seperti yang diungkapkan Indonesia. Hal lain yang penting untuk oleh Sjamsuddin (2007, hlm. 156) bahwa dicatat ialah berkaitan dengan sarana historiografi ini merupakan langkah akhir dan prasarana penunjang kebutuhan dari keseluruhan prosedur penulisan penerbang, lapangan-lapangan udara yang karya ilmiah sejarah yang merupakan digunakan dalam merintis kekuatan AURI, kegiatan intelektual dan cara utama seperti lapangan udara Kalijati, Cililitan, dalam memahami sejarah. Penulisan Maospati, Bugis, termasuk lapangan udara skripsi ini menggunakan sistem penulisan Maguwo yang menjadi tempat pelaksanaan yang mengacu pada pedoman penulisan pendidikan penerbang pada masa revolusi karya tulis ilmiah Universitas Pendidikan fisik, adalah lapangan udara peninggalan Indonesia. masa Hindia Belanda. Oleh karena itulah penulis berpendapat bahwa sejarah awal HASIL DAN PEMBAHASAN pembentukan sekolah penerbang di Sejarah awal pembentukan sekolah Indonesia tidaklah dapat dilepaskan dari penerbangan di Indonesia tidaklah awal perintisan penerbangannya yakni dapat dilepaskan dari pendirian sekolah pengembangan kedirgantaraan pada masa Penerbang di Kalijati. Di tempat tersebut Hindia Belanda. dididik 10 calon penerbang pribumi Di masa pendudukan Jepang, yaitu Sambujo Hurip, Adisucipto, Husein pengembangan sekolah penerbang Sastranegara, Sulistyo, Murkijo, Suyono, sempat mengalami kemandekan. Hal

92 FACTUM: JURNAL SEJARAH DAN PENDIDIKAN SEJARAH, VOL. 7 NO. 1, 2018 ISSN: 2302-9889, E.ISSN: 2615-515X ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Sekolah Militer (Academi) di Kamidjan (2005, hlm. 26) “Selama jaman Djokjakarta pendudukan Jepang, kemajuan bangsa A. Bagian Oedara B. Bagian Darat Indonesia dalam dunia penerbangan Sjarat oentoek A: sangat sedikit. Praktis tidak ada yang 1. Tammat Mulo atau sekolah jang dididik menjadi penerbang atau anak buah dianggap sama pesawat lainnya”. Selain tidak ada yang dididik menjadi penerbang, Bintoro (2014, 2. Tammat S.M.T, atau murid hlm. 145) menyatakan bahwa pada masa S.M.T, atau sekolah jang dianggap pendudukan Jepang semua penerbang setingkat dengan itoe. Indonesia dikembalikan ke masyarakat Oentoek B: sipil. Hal ini sesuai dengan keterangan R. Tammat Sekolah Menengah atau Hidayat Sastranegara yang menyatakan moerid Sekolah Menengah atau bahwa “Di jaman Jepang, dia (Husein sekolah jang setingkat dengan itoe Sastranegara) di-grounded, jadi sudah itu Oedjian oentoek A: berhenti…” Tidak diteruskannya sekolah Bahasa Inggris, Ilmoe Kimia, Ilmoe penerbang pada masa pendudukan Pasti dan Pengetahoean Oemoem Jepang menyebabkan setelah Jepang menyerah terhadap Sekutu dan Indonesia Oentoek B: memproklamirkan kemerdekaanya, Ilmoe Pasti, Pengetahoean Oemoem tidak ada lagi sekolah penerbang dan moengkin Sedjarah sebagai kelanjuan dari Vliegschool, Hari dan tempat oedjian: akan ditetapkan Warnemeschool, Marine Luchvaart School, Hari pendaftaran: Hari Selasa tanggal 6 serta Vriwilig Vlieger Corps. Padahal Nopember 1945, pada masa awal kemerdekaan, bangsa Peringatan: Karena waktoe pendaftaran Indonesia membutuhkan pemuda-pemuda hanja tinggal sore nanti pada hal banjak yang dapat menerbangkan pesawat hasil pemoeda-pemoeda jang ingin masoek, rampasan dari tangan Jepang. Ketiadaan dari itoe Kantor Pengadjaran menjediakan lembaga pendidikan yang dapat mencetak 3 tempat oentoek pendaftaran: penerbang inilah yang melatarbelakangi dibukanya Sekolah Penerbang Maguwo A. Dikantor Residen Semarang bhg. oleh . Pengadjaran tanggal 6 Nopember 1945 sampai djam 2. Setelah sekolah didirikan, maka langkah pertama yang dilakukan oleh Adisutjipto B. Diroemah Toean Ibnoetadji, Pendrikan- ialah melaksanakan perekrutan calon lor 12, moelai djam 6 sampai 10 malam. penerbang. Untuk itu, diumumkanlah C. Disekolah Perekonomian, Karangampel pembukaan calon penerbang melalui 169 oleh ,,Gasense”, moelai djam 6 sore radio dan surat kabar. Salah satunya sampai djam 10 malam. ialah pengumuman pembukaan sekolah Soerat pendaftaran itoe akan dibawa ke penerbang yang terdapat dalam surat Djokja pada esok harinja (Rebo 7 November kabar Warta Indonesia pada tanggal 6 1945) dengan kereta api pertama. November 1945 berikut ini.

93 IKMAL MAULANA SEKOLAH PENERBANG MAGUWO.....

Jang perloe didaftarkan: Maguwo jika dikelompokan sesuai dengan 1. Nama. dasar pengetahuan penerbangan yang telah dimiliki ialah sebagai berikut: 2. Oemoer. 1. Kadet yang pernah mendapat 3. Riwajat sekolah. pendidikan penerbang pada masa 4. Alamat. Hindia Belanda yakni kelompok: Kepala Bahagian Pengadjaran a. Yang pernah mengikuti pendidikan SOEMARDJITO penerbang dari pendidikan Sebagai tanggapan terhadap pengumuman Aspirant Officer Kortverband tersebut, banyak pemuda-pemuda yang Leerling-vlieger, dimana masing- datang ke Yogyakarta untuk mendaftarkan masing telah memperoleh Klein diri untuk menjadi calon penerbang. Selama Militaire Brevet saja, dan karena proses seleksi mereka kemudian tinggal di situasi waktu itu yang tidak Hotel Tugu Yogyakarta, yang pada waktu itu memungkinkan, mereka belum digunakan juga sebagai Markas Besar Oemoem mendapatkan Groot Militaire (MBO) Tentara Keamanan Rakyat Djawatan Brevet. Adapun yang termasuk Penerbangan. Hal tersebut menunjukan golongan ini ialah Kadet Husein bahwa karena kondisi yang darurat dan serba Sastranegara, Kadet Sulistyo, Kadet terbatas, maka mes calon penerbang pun Suyono, Kadet Sunarto, Kadet harus ditempatkan satu atap dengan kantor Haryono dan Kadet Tugiyo. TKR Jawatan Penerbangan. Tetapi meskipun b. Yang pernah mengikuti pendidikan berada dalam keadaan yang serba terbatas, penerbang dari pendidikan semangat calon kadet untuk mengikuti seleksi Aspirant Officer Kortverband tetap tinggi. Leerling-vlieger, tetapi mereka Setelah melalui seleksi administratif sama sekali belum memeperoleh dan pemeriksaan kesehatan oleh dr. brevet, baik Klein Militaire Brevet Esnawan dan dr. S. Hardjoloekito, maka maupun Groot Militaire Brevet. pemuda-pemuda yang memenuhi syarat Adapun yang termasuk golongan dapat diterima sebagai calon penerbang. ini ialah Kadet Mantiri dan Kadet Penerimaan ini dilaksanakan dalam dua . gelombang yakni: c. Yang pernah mengikuti pendidikan 1. Gelombang pertama pada awal bulan penerbang dari Vrijwilligers Vlieger Nopember 1945 bagi pemuda yang Corps (VVC), yang termasuk pernah belajar terbang. golongan ini ialah Kadet Prof. Dr. 2. Gelombang kedua pada pertengahan Abdulrachman Saleh dan Kadet bulan Nopember 1945 bagi pemuda- Imam Suwongso Wirjosaputro. pemuda yang belum pernah belajar 2. Kadet yang belum pernah mengikuti terbang (Cholil, Sumardono dan pendidikan penerbang sama sekali. Purnomo, t.t, hlm. 14). Mereka yang termasuk pendatang Adapun pemuda-pemuda yang berhasil baru tersebut ialah Kadet A. Patah, lulus seleksi untuk menjadi Kadet Angkatan Kadet Abimanyu, Kadet Aryono, I (1945-1947) di Sekolah Penerbang Kadet Aziz Resang, Kadet Bambang

94 FACTUM: JURNAL SEJARAH DAN PENDIDIKAN SEJARAH, VOL. 7 NO. 1, 2018 ISSN: 2302-9889, E.ISSN: 2615-515X

Saptoadji, Kadet Gunadi, Kadet Dirgantara Mandala, 2003, hlm. 211). Gusti Endeng, Kadet Juliarso, Kadet Dalam melaksanakan proses Jusran, Kadet Makmur Suhodo, pendidikan tersebut, para kadet dilatih Kadet Mulyono, Kadet Sudaryono, langsung langsung Agustinus Adisutjipto. Kadet Sugoro Sastrodimedjo, Kadet Ditunjuknya Adisutjipto sebagai instruktur, Suharnoko Harbani, Kadet Sunharto, menurut (Subdisjarah Diswatpersau, Kadet Suprapto, Kadet Sutardjo Sigit, 2004, hlm. 34) ialah karena hanya Kadet Wasito dan Kadet Wim Prayitno Adisutjipto-lah yang memenuhi kualifikasi (dalam Biro Budaya dan Sejarah untuk melatih calon penerbang. Pada Pushumas MBAU, 1968, hlm. 11-12; masa Hindia Belanda terdapat dua orang Cholil, Sumardono dan Purnomo, t.t, pribumi yang berhasil memperoleh Groot hlm. 19). Militaire Brevet yakni Sambudjo Hurip Setelah diterima menjadi calon dan Adisutjipto, namun pada tahun 1942, penerbang, maka langkah berikutnya para Sambudjo Hurip gugur saat menjalankan kadet harus melalui proses pendidikan misi di selat Malaka. Dengan gugurnya dan pelatihan. Sebagai mata pelajaran Sambudjo Hurip, praktis hanya tinggal A. pokok dari sekolah penerbangan Maguwo Adisutjipto lah yang memenuhi kualifikasi. adalah “Cakap Terbang” (Kamidjan, Cholil, Sumardono dan Purnomo (t.t, hlm. 2005, hlm.31), maksudnya adalah bahwa 17) menambahkan bahwa dalam waktu pelatihan-pelatihan yang dijalani di tempat yang sangat singkat beberapa siswa telah ini diarahkan supaya para kadet dapat menunjukan kemampuan untuk terbang secepat mungkin memiliki keterampilan solo, karena keberhasilannya itu maka dalam menerbangkan pesawat. Sehingga Imam Suwongso Wirjosaputro, Iswahyudi, keterampilan penerbangan yang akan Husein Sastranegara dan Abdurrahman mereka miliki dapat segera digunakan Saleh diangkat sebagai instruktur. dalam upaya mempertahankan Salah satu faktor yang mempengaruhi kemerdekaan. Meskipun mengutamakan pelaksanaan pendidikan di skolah kecepatan menguasai keterampilan penerbang adalah sarana dan prasarana. Di terbang, tetapi bukan berarti di sekolah masa Hindia Belanda sebelum pemerintah sekolah ini menanggalkan pengetahuan- membuka sekolah penerbangan terlebih pengetahuan yang bersifat teoritis. Maka dahulu didatangkan berbagai jenis pesawat sebelum latihan terbang, para kadet terbang serta dilakukan pembangunan mendapakan pelajaran-pelajaran yang lapangan-lapangan udara untuk bersifat teori (Ground school) seperti menunjang keberhasilan pengembangan lalu lintas udara, navigasi, aerodinamika, dunia kedirgantaraan. Namun berbeda keamanan terbang, mesin, ilmu teknik dengan sekolah penerbang Maguwo, penerbangan, Aerodome control dan sekolah ini didirikan ditengah situasi dan meteorologi. Selain itu para kadet juga kondisi yang serba darurat. Sesuai dengan mendapatkan pendidikan-pendidikan situasi dan kondisinya waktu itu, maka tambahan sebagai syarat calon perwira peralatan-peralatan yang digunakan masih penerbang militer seperti pelajaran baris- sederhana dan mementingkan hal-hal yang berbaris, politik milier dan persenjataan bersifat praktis (Tim Penulis Perpustakaan (Tim Penulis Perpustakaan Museum Museum Dirgantara Mandala, 2003, hlm.

95 IKMAL MAULANA SEKOLAH PENERBANG MAGUWO.....

212). Kondisi darurat ini dapat dilihat 1. Pada tanggal 15 April 1946, Husein darai beberapa aspek yaitu sebagai berikut: Sastranegara, Tugiyo, Santoso pertama, pembelajaran yang bersifat teori dan Wim Prayitno melakukuan tidak diselenggarakan di ruang kelas, penerbangan formasi dan lintas udara melainkan di bawah pohon waru yang antar daerah Yogyakarta, Semarang, terdapat di sekitar landasan udara; kedua, Cilacap, Solo, Madiun dan terakhir , aspek tempat tinggal kadet, untuk tampat sampai ke Magelang. tinggal para kadet diasramakan di Hotel 2. Pada tanggal 23 April 1946 dilakukan Tugu Yogyakarta, yang pada waktu itu penerbangan formasi dari pangkalan digunakan juga sebagai Markas Besar udara Maguwo menuju Kemayoran Oemoem (MBO) Tentara Keamanan dengan menggunakan tiga buah Rakyat Djawatan Penerbangan; Ketiga, pesawat Cukiu yang dikemudikan oleh aspek pakaian, pakaian atau seragam yang Komodor Muda Udara A. Adisutjipto, digunakan para kadet dibuat dari kain Opsir III Iswahyudi dan Opsir Udara blaco yang dicelup air rebusan kulit pohon II Imam Wirjosaputro. Penerbangan mahoni, sehingga warnanya menjadi ini disamping penerbangan latihan, kuning kecoklatan, serta sebagian lain bertugas juga membawa Jenderal merupakan pakaian peninggalan Jepang Mayor Sudibyo dan Komodor (Soewito, Suyono, dan Suhartono , 2008, Udara Suryadarma ke Jakarta Hlm. 43) dan keempat, ialah aspek pesawat untuk melaksanakan perundingan. terbang, pesawat yang dgunakan untuk Jarak Maguwo-Kemayoran dapat latihan ialah pesawat-pesawat peninggalan ditempuh kurang dari 105 menit. Hal Jepang yang kondisinya kurang layak. ini merupakan prestasi, mengingat Bahkan salah seorang diantara penerbang keadaan pesawat yang sudah usang dan Inggris, saat berkunjung ke Maguwo baru pertama kalinya melaksanakan mengatakan “you are flying a coffin”, anda penerbangan yang cukup jauh dari menerbangkan peti mati (Soewito, Suyono, Maguwo. dan Suhartono , 2008, Hlm. 45). 3. Pada tanggal 24 April 1946, dari Meskipun sarana dan prasarana Kemayoran bertolak tiga buah pesawat penunjang pembelajaran sangat sederhana terbang yaitu dengan menggunakan dan serba darurat serta harus melewati pesawat berbagai rintangan yang dapat mengancam a. Cukiu T.K.-06 melanjutkan nyawa mereka saat melaksanakan penerbangan dari Kemayoran latihan penerbangan, tetapi berkat berkat menuju Pangkalan Udara Gorda kemauan, semangat pantang menyerah di Banten dengan crew pesawat serta keberanian yang sangat luar biasa, O.U. III Iswahyudi, O.U. I Rasjidi para kadet tetap melaksanakan pendidikan dan Komodor Udara Suryadarma. penerbangan sehingga dalam waktu relatif Dari Gorda kemudian penerbangan singkat hasil-hasil sekolah penerbang ini dilanjutkan menuju Telukbetung sudah mulai terlihat. Kamidjan (2005, hlm dan Branti di Sumatera Selatan 31-35) mencatatkan beberapa penerbangan- melintasi Selat Sunda. Inilah penerbangan yang dilakukan oleh para kadet pertama kalinya penerbang- yakni sebagai berikut. penerbang kita melintasi samudera.

96 FACTUM: JURNAL SEJARAH DAN PENDIDIKAN SEJARAH, VOL. 7 NO. 1, 2018 ISSN: 2302-9889, E.ISSN: 2615-515X

b. Cukiu T.K.-05 yang dikemudikan Suparman. Sebuah pesawat udara oleh Komodor Muda Udara A. lainnya dengan penerbang O.U. Adisutjipto dengan membawa II Suyono dan Komodor Muda penumpang Jenderal Mayor menuju Sudibyo melalui PAU Kalijati. ke arah timur mencapai Pulau c. Cukiu T.K.-04 mengalami Madura tetapi berhubung belum nasib buruk, landing-gear-nya adanya lapangan terbang, maka rusak sehingga terpaksa harus pesawat mendarat darurat di ditinggalkan di Kemayoran. Air ladang pembuatan garam. Selama crew pesawat tersebut O.U. II dalam penerbangan tersebut O.U. Imam Wirjosaputro dan Kasman III Iswahyudi dan O.U. II Imam Kasman Somowerdojo ditangkap Wirjosaputro bertindak sebagai oleh Belanda tetapi kemudian instruktur Cureng sedang Komodor dilepaskan, mereka kembali ke Muda Udara A. Adisutjipto sebagai Yogyakarta dengan menggunakan instruktur pesawat Cukiu. Terbang kereta api. uji coba ke segala arah berhasil baik dan pada tanggal 26 Mei 1946 4. Pada tanggal 1 Mei 1946 dari Pangkalan pesawat-pesawat tersebut kembali Udara Maguwo tinggal landas beberapa ke Pangkalan Udara Maguwo pesawat untuk melakukan terbang dengan selamat. formasi dengan misi menyebarkan pamflet-pamflet di sekitar Yogyakarta, 7. Pada tanggal 10 Juli 1946 dari Maguwo Solo dan sekitarnya berangkat lima buah pesawat Cureng untuk mengadakan latihan terbang 5. Pada tanggal 12 Mei 1946 dari formasi ke Pangkalan Udara Cibereum, Pangkalan Udara Maguwo, H. Sujono Tasikmalaya. Para penerbang yang menerbangkan pesawat terbang menerbangkan kelima pesawat Cureng menuju ke arah timur untuk tersebut adalah Komodor Muda Udara dropping seorang anggota Angkatan A. Adisutjipto dan O.U. II Husein Darat dengan menggunakan payung Sastranegara; Komodor Udara Prof. udara. Dr. Abdulrachman Saleh dan Tulus 6. Pada tanggal 21 Mei 1946 dilakukan Martoatmodjo; O.U. II H. Suyono penerbangan-penerbangan ke arah dan O.U. III Kasman; O.U. II Imam Jawa Barat dan Jawa Timur yaitu Wirjosaputro dan O.U. II Sunaryo; a. Dua buah pesawat terbang menuju serta O.U III Iswahyudi dan O.U III Serang yang dikemudikan O.U Makmur Suhodo. II Husein Sastranegara disertai 8. Pada tanggal 23 Juli 1946 dari seorang penumpang H. Semaun Maguwo berangkat dari Maguwo dan sebuah pesawat lainnya yang sebuah pesawat Cureng T-106 dengan dikemudikan O.U. II Santoso penerbang O.U II Husein Sastranegara dengan penumpang Suharto. dan Kadet Udara Wim Prayitno b. Sebuah pesawat udara menuju ke menuju ke Pangkalan Udara Gorda, Malang yang dikemudikan oleh Banten melalui Tasikmalaya. Dari O.U. II Sunaryo dengan penumpang

97 IKMAL MAULANA SEKOLAH PENERBANG MAGUWO.....

Gorda, dengan membawa penumpang 10. Pada tanggal 26 September 1946 Komandan Pangkalan Udara Gorda, saat sedang melaksanakan test flight penerbangan dilanjutkan menuju dalam rangka akan menjalankan misi ke Pangkalan Udara Karang Endah menerbangkan Perdana Menteri Sutan (Sumatera). Sjahrir ke Malang, pesawat Cukiu 9. Pada tanggal 27 Agustus 1945 yang dikemudikan oleh O.U. II Husein dilakukan terbang formasi 6 buah pesawat Sastranegara mengalami kecelakaan, type Nishikoren, Cukiu dan Cureng dengan pesawat yang dikemudikannya rute P. A. U Cibeurem- P.A.U Gorda. Di jatuh dan terbakar di kampung Gorda, sebuah pesawat cureng terpaksa Gowongan Lor, Yogyakarta. Kadet ditinggalkan karena mengalami kerusakan Udara Wim Prayino yang kemudian mesin. Keesokan harinya, penerbangan ditugaskan untuk menggantikan O.U. I dilanjutkan menuju ke P.A.U Branti. Pada Anumerta Husein Sastranegara dalam tanggal 2 September 1946, kelima pesawat menjalankan misi menerbangkan tersebut kembali ke Maguwo melalui Gorda. dapat melaksanakan Di tempat tersebut, sebuah pesawat Cukiu tugas tersebut dengan baik. diinggalkan kembali karena mengalami 11. Pada tanggal 3 Oktober 1946 saat kerusakan mesin. Dalam perjalan kembali sedang melaksanakan latihan terbang ke Maguwo, dari empat buah pesawat yang rutin, Kadet Udara Wim Prayitno dan diberangkatkan tiga diantaranya terpaksa Kadet Udara Sunharto mengalami melakukan pendaratan darurat, yakni kecelakan, pesawatnya jatuh dan sebuah pesawat dengan air crew Komodor keduanya gugur. Muda Udara Adisutjipto dan Mayor Udara Tarsono Rudjito mengalami kecelakaan di SIMPULAN Cipatujuh, Tasikmalaya karena kerusakan Berdasarkan pelaksanaan penelitian, mesin. Ketika akan melakukan pendaratan hasil yang didapatkan diantaranya adalah darurat, pesawat mengalami kecelakaan. Pertama, Latar belakang didirikannya Kecelakaan ini mengakibatkan Mayor sekolah penerbang Maguwo ialah Udara Tarsono Rudjito mengalami luka ketidaan lembaga pendidikan penerbang berat, sehingga beberapa hari kemudian yang dapat mencetak calon penerbang beliau meningga sedang Komodor Muda yang dibutuhkan untuk menerbangkan Adisutjipto mengalami luka-luka ringan; pesawat-pesawat peninggalan Jepang, Dua buah pesawat lainnya melakukan juga padahal kebutuhan akan hal tersebut pendaratan darurat di Garut, air crew yang sangatlah penting, mengingat datang ada di pesawat-pesawat tersebut adalah kembalinya Belanda untuk menanccapkan O.U. III Iswahyudi, O.U. II Sunaryo, O.U. penjajahannya di Indonesia. Kedua, II Santoso, Kadet Udara Wim Prayitno dan melihat kondisi tersebut, maka Agustinus Komodor Udara S. Suryadarma. Sedangkan Adisutjipto berinisitif untuk membuka satu pesawat lainnya, yang dikemudikan Sekolah Penerbang Maguwo. Peranan oleh O.U. II Imam Wirjosaputro dapat Adisutjipto tidak hanya sebagai pendiri, kembali dengan selamat ke P.A.U Maguwo.

98 FACTUM: JURNAL SEJARAH DAN PENDIDIKAN SEJARAH, VOL. 7 NO. 1, 2018 ISSN: 2302-9889, E.ISSN: 2615-515X tetapi juga instruktur di sekolah tersebut. Kedudukan Belanda di Semarang, Ketiga, kurikulum yang dilaksanakan di Salatiga dan Ambarawa. Jakarta: sekolah penerbang Maguwo ialah “Cakap Departemen Pertahanan Keamanan. Terbang” artinya bahwa pelatihan- Departemen Pendidikan Nasional (2003). pelatihan yang dijalani di tempat ini Undang-Undang No.20 Tahun 2003 diarahkan supaya para kadet dapat tentang Sistem Pendidikan Nasional. secepat mungkin memiliki keterampilan Jakarta: Depdiknas dalam menerbangkan pesawat. Keempat, Ihsan, F. (2001). Dasar-Dasar meskipun sarana dan prasarana penunjang Kependidikan Komponen MKDK. pelaksanaan pendidikan terbatas, tetapi Jakarta: Rineka Cipta. berkat semangat pantang menyerah, para Ismaun. (2005). Pengantar Belajar Sejarah kadet mampu menunjukan keberhasilan sebagai Ilmu dan Wahana Pendidikan. pelaksanaan pendidikan salah satunya Bandung: Historia Utama Press. ialah keberhasilan para kadet dalam Kamidjan, F. [Penyunting]. (2005). Kawah melaksanakan operasi penyerangan Candradimuka Ksatria Dirgantara: terhadap kedudukan Belanda di kota Sejarah Akademi Angkatan Udara. Semarang, Salatiga dan Ambarawa. Edisi Revisi. Yogyakarta: Akademi Akan tetapi sejarah penerbangan ialah Angkatan Udara. sejarah pengorbanan karena terdapat Sjamsuddin, H. (2007). Metodologi pula kadet dan instruktur sekolah yang Sejarah. Yogyakarta: Ombak. kehilangan nyawanya saat melaksanakan Rasyidin, W, dkk. (2013). Landasan operasi udara seperti yang dialami oleh Pendidikan. Bandung: Sub Koordinator Adisutjipto, Abdulrachman Saleh dan Adi MKDP Landasan Pendidikan Jurusan Sumarmo yang gugur dalam peristiwa Pedagogik FIP UPI. Dacota VT-CLA. Soewito, I. H. N., Suyono, N. N., dan Suhartono, S. (2008). Awal DAFTAR PUSTAKA Kedirgantaraan Indonesia; Perjuangan Abdurrahman, D. (2007). Metodologi Auri 1945-1950. Jakarta: Yayasan Obor Penelitian Sejarah. Yogyakarta: Ar- Indonesia. ruzz Media. Subdisjarah Diswatpersau. (2004). Sejarah Bintoro, Y. (2014). Fly to Fight: Biografi TNI Angkatan Udara Jilid I. Jakarta: Komodor Muda Agustinus Adisutjipto. Subdisjarah Diswatpersau. Jakarta: Rayyana Komunikasindo. Supriadi, D. (Penyunting). (2002). Sejarah Biro Budaya dan Sejarah Pushumas MBAU. Pendidikan Teknik dan Kejuruan di (1968). Sejarah Pangkalan Udara Indonesia: Membangun Manusia Utama Adisutjipto: Buku Penelitian Produktif. Jakarta: Departemen Sejarah. Jakarta: Biro Budaya dan Pendidikan Nasional, Direktorat Sejarah Pushumas MBAU. Jenderal Pendidikan Dasar dan Cholil, M., Sumardono dan Purnomo, Menengah, Direktorat Pendidikan D. (t.t). Operasi Udara terhadap Menengah Kejuruan.

99 IKMAL MAULANA SEKOLAH PENERBANG MAGUWO.....

Tim Penulis Perpustakaan Museum TN. (6 November 1945). Sekolah Militer Dirgantara Mandala. (2003). (Academi) di Djokjakarta. Warta Pendidikan Perwira Akademi AURI Indonesia, hlm.1. 1945-1960. Yogyakarta: Museum Pusat TNI-AU Dirgantara Mandala.

100