KERJA SAMA ANGKASA PURA DAN TENTARA NASIONAL INDONESIA ANGKATAN UDARA (TNI AU) DALAM PENGELOLAAN BANDAR UDARA (Penelitian di Bandar Udara Adisutjipto )

TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Magister pada Program Studi Ilmu Pemerintahan Konsentrasi Pemerintahan Daerah

Disusun Oleh:

TUBAGUS FADILLAH, S. Kom 17610003

PROGRAM MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD” YOGYAKARTA 2019

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : TUBAGUS FADILLAH, S. Kom NIM : 17610003

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul KERJA SAMA ANGKASA PURA DAN TENTARA NASIONAL INDONESIA ANGKATAN UDARA (TNI AU) DALAM PENGELOLAAN BANDAR UDARA (Penelitian di Bandar Udara Adisutjipto Yogyakarta) adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis tersebut telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.

Yogyakarta, 13 Maret 2019

Yang membuat pernyataan

Tubagus Fadillah

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis telah dapat menyusun tesis ini. Tesis ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Magister pada Program Studi Ilmu Pemerintahan Konsentrasi Pemerintah Daerah di Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa (STPMD) “APMD” Yogyakarta. Terselesaikannya penyusunan tesis ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberikan dukungan doa, bimbingan maupun saran-saran yang berguna dalam penyusunan tesis. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Dr. Supardal, selaku Direktur Program Magister Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa (STPMD) “AMPD” Yogyakarta. 2. Bapak Dr. R. Widodo Triputro, selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan arahan dan bimbingan dengan penuh kesabaran sampai selesainya tesis ini. 3. Bapak dan Ibu Dosen Program Magister Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa (STPMD) “AMPD” Yogyakarta, yang telah membekali banyak ilmu pengetahuan. 4. Saudara Jefri Babu Hahang yang telah membantu dalam proses penyusunan dan penyelesaian tesis ini. 5. Rekan-rekan mahasiswa Program Magister Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa (STPMD) “AMPD” Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa dalam usaha penyusunan tesis ini tidak luput dari kekurangan, kesulitan, hambatan maupun rintangan, sehingga tesis ini masih jauh dari kata sempurna.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan dan melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada Bapak dan Ibu Dosen dan semua pihak atas segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis.

iv

Akhir kata penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak serta menambah wacana pemikiran bagi semua pihak yang berminat pada penelitian dibidang ini.

Yogyakarta, 13 Maret 2019 Penulis

Tubagus Fadillah

v

MOTTO

Ilmu pengetahuan itu bukanlah yang di hafal, melainkan yang memberi manfaat. Imam Syafi’i

Kesuksesan tidak akan bertahan jika dicapai dengan jalan pintas. Atagetanyo.

vi

PERSEMBAHAN

Dengan sukacita tesis ini ku persembahkan kepada:

1. Istri dan Anak tercinta yang memberikan dukungan doa setiap saat maupun dukungan waktu, tenaga, dan materi. 2. Almamater ku tercinta Program Magister Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa (STPMD) “AMPD” Yogyakarta, serta keluarga dan sahabat- sahabat ku. Terima kasih atas segalanya.

vii

DAFTAR ISI

halaman JUDUL ...... …. i

PENGESAHAN ...... …. ii

PERNYATAAN ...... …. iii

KATA PENGANTAR ………………………………………………...... …. iv

MOTTO...... …. vi

PERSEMBAHAN ...... …. vii

DAFTAR ISI ...... …. viii

DAFTAR TABEL ...... …. xi

DAFTAR GAMBAR ...... … xii

DAFTAR LAMPIRAN ...... … xiii

INTISARI ...... … xiv

ABSTRACT ...... … xv

BAB I PENDAHULUAN ...... … 1

A. Latar Belakang Masalah ...... … 1

B. Fokus Penelitian ...... … 13

C. Rumusan Masalah ...... … 13

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...... 14

1. Tujuan Penelitian ...... … 14

2. Manfaat Penelitian ...... … 14

E. Kerangka Konseptual ...... … 15

viii

1. Kerja Sama ...... … 15

2. Pengelolaan ...... … 17

3. Bandar Udara ...... … 19

4. Pengelolaan Bandar Udara ...... … 23

5. Perbedaan dan Persamaan Bandar Udara dan Pangkalan

Udara ...... … 27

F. Metode Penelitian ...... … 34

1. Jenis Penelitian ...... … 34

2. Obyek Penelitian...... … 34

3. Lokasi Penelitian ...... … 34

4. Teknik Pemilihan Subjek Penelitian ...... … 34

5. Teknik Pengumpulan Data ...... … 36

6. Teknik Analisis Data ...... … 37

BAB II PROFIL BANDAR UDARA ADISUTJIPTO ...... … 38

A. Sejarah Bandar Udara Adisutjipto ...... … 38

B. Gambar Lokasi Bandar Udara yang Menunjukkan Fasilitas Utama

Bandar Udara ...... … 42

C. Gambar Batas-Batas Daerah Lingkungan Kerja ...... … 46

D. Gambar Jarak antara Bandar Udara ke Kota Terdekat atau

Daerah yang Berpenduduk Padat ...... … 48

E. Data Atau Informasi Yang Dilaporkan Kepada Pelayanan Informasi

Aeronautika (Aeronautical Information Service/AIS) ...... … 52

ix

F. Struktur Organisasi Bandar Udara Adisutjipto ...... … 62

G. Visi dan Misi Bandar Udara Adisutjipto ...... … 63

BAB III ANALISIS DATA ...... … 68

A. Kerja Sama Angkasa Pura Dan Tentara Nasional Indonesia

Angkatan Udara (TNI AU) dalam Pengelolaan Bandar Udara .… 68

BAB IV PENUTUP ...... … 108

A. Kesimpulan ...... … 108

B. Saran ...... … 110

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………..….. 111

LAMPIRAN-LAMPIRAN

x

DAFTAR TABEL

Tabel I.1 Informen Penelitian……………………………………………….. 35

Tabel II.1 Runway ………………………………………………………….. 48

Tabel II.2 Apron & Taxiway……………………………………..………..……… 48

Tabel II.3 Fasilitas Terminal A dan B……………………………………….. 50

Tabel II.4 Sertifikat Tanah dan Batas-Batas Tanah Lokasi Bandar Udara…………………..…………………………………….…… 51 Tabel II.5 Data Apron & Taxiway Bandar Udara Adisutjipto Yogyakarta … 55

Tabel II.6 Petunjuk Permukaan dan Sistem Kontrol serta pemberian

Rambu …….………………………………………………………. 56

Tabel II.7 Lokasi dan Designation Standar Taxi Route ………….…….……. 56

Tabel II.8 Parking Stand Pesawat Udara dan Koordinat …………...….……. 58

Tabel II.9 In Approach and Take-off Areas ………………………….….…... 58

Tabel II.10 In the Circling Area at the Aerodrome …………………….…… 59

Tabel II.11 Arah Landasan Pacu …………………………………..…..…… 60 Tabel II.12 Approach dan Runway Lighting ………………....….…… 61

xi

DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK

Gambar II.1 Runway, Taxiway dan Apron …………..…………...... 42

Gambar II.2 Terminal, Parkir Kendaraan dan Bangunan Lainnya…………… 43

Gambar II.3 Radar dan Navigasi Aids …….…………………………..……… 44

Gambar II.4 Grid Map Bandar Udara Adisutjipto Yogyakarta ……………… 45

Gambar II.5 Penempatan Pesawat (parking stand) …………………………… 45

Gambar II.6 Lokasi Bandar Udara yang Menunjukkan Batas-Batas Daerah Lingkungan Kerja Bandar Udara ………………………. 46 Gambar II.7 Lokasi Bandar Udara yang Memperlihatkan Jarak Bandar Udara ke Kota Terdekat ………………………………………………… 48 Gambar II.8 Struktur Organisasi PT Angkasa Pura I (Persero) ……………….. 63

Gambar III.1 Terminal A dan B Bandar Udara Adisutjipto ……………………. 77

Gambar III.2 Kepadatan Penumpang ………………………………………..... 77

xii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Ijin Penelitian 2. Pertanyaan Penelitian

xiii

INTISARI

Pengelolaan bandar udara merupakan salah satu unsur yang menarik dan perlu diperhatikan. Bandar udara sebagai penghubung antara dunia internasional dengan dalam negeri merupakan hal yang wajib dikelola secara professional, namun pada kenyataannya pengelolaan bandar udra masih terjadi kekurangan sumber daya manusia dan fasilitas. Dari latar belakang masalah maka fokus penelitiannya kerja sama Angkasa Pura dan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara dalam pengelolaan Bandar Udara, dan perumusan masalahnya adalah “Bagaimana kerja sama Angkasa Pura dan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara dalam pengelolaan Bandar Udara?”. Dan tujuannya untuk mendeskripsikan kerja sama Angkasa Pura dan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara dalam pengelolaan Bandar Udara. Data yang diperoleh dalam penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan wawancara dengan metode penelitian adalah deskriptif kualitatif guna menjelaskan fokus, permasalahan, dan tujuan. Setelah melakukan observasi, wawancara, dokumentasi selanjutnya mendiskripsikan hasil penelitian dengan menggunakan teknik analisis data yaitu reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi. Sehingga diperoleh dari hasil pengamatan dan dokumentasi bahwa dalam penggunaan Bandar udara yang merupakan terminal harus mampu menjalankan fungsinya dengan baik sehingga dalam proses pengelolaannya tidak terjadi Miss Comminication antara kedua pihak yang bekerja sama. Komponen-komponen Bandar udara terdiri atas pengelolaan Bandar udara, pengelolaan perusahaan angkutan udara, dan pemenuhan kebutuhan jasa angkutan udara. Dapat disimpulkan bahwa Kerja Sama Angkasa Pura dan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara dalam pengelolaan Bandar Udara Adisutjipto yang merupakan salah satu infrastruktur transportasi yang wajib ada di setiap Negara, sudah berjalan dengan baik dalam hal: a) Penggunaan Bersama Bandara Udara; b) Pengamanan Area Bandar Udara; c) Kewajiban pihak kedua untuk membayar kontribusi tetap dan bagi hasil ke Negara. Namun dalam pengelolaan Bandar Udara Adisutjipto, Angkasa Pura yang lebih dominan untuk mengelolanya. Kata-kata kunci: Kerja Sama, Pengelolaan, Bandar Udara

xiv

ABSTRACT Airport management is one of the interesting elements and needs attention. Airports as a liaison between the international world and the country are things that must be managed professionally, but in reality the management of the airport is still a shortage of human resources and facilities. From the background of the problem, the focus of his research was the collaboration of Angkasa Pura and the Indonesian National Army Air Force in managing the airport, and the formulation of the problem was "How is the cooperation between Angkasa Pura and the in managing the airport?". And the aim is to describe the cooperation of Angkasa Pura and the Indonesian National Army Air Force in managing the Airport. The data obtained in this study was conducted by conducting interviews with the research method is descriptive qualitative to explain the focus, problems, and objectives. After making observations, interviews, the documentation then describes the results of the study using data analysis techniques, namely data reduction, data presentation, drawing conclusions and verification. So that it is obtained from the results of observations and documentation that in the use of airports which are terminals must be able to carry out their functions properly so that there is no Miss Comminication between the two parties working together in the management process. Airport components consist of airport management, management of air transport companies, and fulfillment of the needs of air transportation services. It can be concluded that the Angkasa Pura Cooperation and the Indonesian Air Force in the management of the Adisutjipto Airport, which is one of the transportation infrastructures that must exist in each country, has been running well in terms of: a) Joint Use of Airports; b) Security of the Airport Area; c) The obligation of the second party to pay a fixed contribution and profit sharing to the State. But in managing Adisutjipto Airport, Angkasa Pura is more dominant to manage it. Key words: Cooperation, Management, Airport

xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bandar Udara atau bandara adalah kawasan di daratan dan/atau perairan dengan

batas-batas tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan

lepas landas, naik turun penumpang, bongkar muat barang, dan tempat perpindahan

intra dan antarmoda transportasi, yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan

keamanan penerbangan, serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang lainnya.

Menurut Badan Pusat Statistik RI, jumlah bandara di Negara Kesatuan Republik

Indonesia (NKRI) hingga akhir tahun 2016 mencapai 264 buah, dan 27 diantaranya

merupakan bandara internasional yang tersebar di berbagai pulau.

Dewasa ini, tingkat mobilitas masyarakat semakin meningkat, banyak dari

mereka yang menginginkan bepergian dari sautu tempat ketempat yang lain dengan

mudah, murah, nyaman, aman dan tentunya cepat, ini melahirkan satu moda

transportasi yang mampu menjawab keinginan dari masyarakat, yaitu moda

tranportasi udara, dengan memanfaatkan ruang udara sebagai jalan perlintasan, moda

transportasi ini cukup relatif dan lebih cepat dibandingkan dengan moda transportasi

lainnya. Ditambah bahwa Indonesia adalah negara kepulauan maka moda transportasi

udara sangat dipilih masyarakat Indonesia untuk mengantarkan mereka ke berbagai

pulau di Indonesia (Arista Atmadjati, 2014:1).

Tentu perkembangan moda transportasi udara harus didukung oleh

insfrastruktur pendukungnya seperti halnya bandara, mengingat bahwa bandara

memiliki peran utama yang penting sebagai tempat pendaratan maupun lepas landas

1 bagi pesawat udara, selain itu bandara juga memiliki peranan sebagai tempat peralihan moda transportasi dari darat ke udara. Saat ini Bandar udara di Indonesia sangat banyak, hampir di setiap provinsi sudah didukung dengan adanya fasilitas bandara, ini tentu memudahkan masyarakat dalam bepergian. Selain itu pembangunan perekonomian daerah juga dapat meningkat.

Namun tidak semua bandara yang terbesar di wilayah NKRI di kelola oleh satu pengelola, namun terdapat beberapa pengelola yang mengelola sesuai kebutuhan dan kapasitas, seperti hal pada saat ini bahwa bandara dikelola Angkasa Pura dengan bandara yang dikelola oleh TNI AU atau yang sering disebut dengan LANUD, kedua bandara itu memiliki perbedaan dalam bebrapa hal, contoh kecilnya saja dalam hal peruntukannya, yang satu diperuntukkan untuk penerbangan sipil, sedangkan satunya lagi diperuntukkan untuk penerbangan militer (Arista, 2014:1-2).

Pada prinsipnya bandar udara umum diselenggarakan oleh pemerintah, yang pelaksanaannya dapat dilimpahkan kepada BUMN yang didirikan khusus untuk itu.

Berdasarkan ketentuan tersebut, pemerintah mengambil kebijakan bandar udara yang telah mampu membiayai diri sendiri dilepaskan dari pemerintah dan diserahkan PT

Angkasa Pura I dan II masing-masing mengelola kawasan Timur dan Kawasan Barat, sedangkan bandar udara yang belum mampu membiayai diri sendiri diselenggarakan oleh Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.

Di samping bandar udara umum yang diselenggarakanoleh BUMN atau pemerintah pusat dan bandar udara khusus, masih terdapat bandar udara perintis yang biasanya diselenggarakan oleh pemerintah daerah. Sebenarnya dalam Undang-

Undang tidak ada istilah “bandar udara perintis” yang ada adalah “angkutan udara

2 perintis”. Pengoperasian bandar udara perintis tetap harus memenuhi persyaratan keselamatan dan keamanan penerbangan sipil yang berlaku.

Kegiatan pengusahaan Bandar Udara tersebut dapat berupa pelayanan jasa kebandarudaraan meliputi: pelayanan jasa pesawat udara, penumpang, barang dan pos yang kegunaannya untuk penyediaan atau pengembangan terhadap fasilitas pada kegiatan pelayanan pendaratan, lepas landas, manuver, parkir, dan penyimpanan pesawat udara, fasilitas terminal untuk pelayanan angkutan penumpang, kargo, dan pos, fasilitas elektronika, listrik, air, dan instalasi limbah buangan dan lahan untuk bangunan, lapangan, dan industri serta gedung atau bangunan yang berhubungan dengan kelancaran angkutan udara (Martono, 2011:179).

Transportasi dapat diartikan sebagai kegiatan pemindahan barang dan manusia dari tempat asal (origin) ke tempat tujuan (destination). Dalam kegiatan transportasi diperlukan empat komponen yakni: 1. Tersedianya muatan yang diangkut; 2.

Terdapatnya kendaraan sebagai sarana angkutannya; 3. Adanya jalan yang dilaluinya

(route); dan 4. Terminal (Nasution 2003:45).

Fungsi dan peranan transportasi sangat penting dan strategis dalam kehidupan manusia yaitu sebagai pendorong, penggerak dan penunjang kegiatan pembangunan dalam segala sektor, baik sektor perhubungan, perdagangan, sosial dan ekonomi, maupun lingkungan.

Pengoperasian bandar udara tidak hanya difokuskan pada pergerakan penumpang dan barang, sistem kontrol kualitas lingkungan harus diberikan prioritas tinggi, seperti pengelolaan limbah, manajemen pengelolaan buangan dan kegiatan yang ramah lingkungan. Dampak pembangunan bandar udara dan fasilitas umum

3 terhadap lingkungan hanya mendapat sedikit perhatian. Keberatan mengenai isu lingkungan sangat jarang, dan baru pada akhir-akhir ini masyarakat mulai peduli dampak pengoperasian bandar udara terhadap lingkungan. Barangkali ini disebabkan oleh makin memburuknya masalah-masalah lingkungan dan peningkatan kegiatan penerbangan.

Pengelolaan bandara merupakan salah satu unsur yang menarik dan perlu diperhatikan. Bandara sebagai penghubung antara dunia internasional dengan dalam negeri merupakan hal yang wajib dikelola secara professional. Bandara/bandar udara mencakup suatu kumpulan aneka kegiatan yang luas dengan berbagai kebutuhan yang berbeda dan sering bertentangan. Bandara merupakan terminal tentunya.

Jasa transportasi udara mampu menghasilkan jasa yang lancar, aman, nyaman, handal, dan berkemampuan tinggi serta diselenggarakan secara terpadu, tertib, efektif, dan efisien. Serta mempunyai peranannya sebagai penunjang dalam menggerakkan dinamika pembangunan, memperlancar mobilitas manusia, barang, dan jasa serta mendukung peningkatan hubungan secara nasional dan internasional.

Pembangunan dan pengembangan bandar udara di Indonesia diatur dalam UU

No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan, PP No. 70 Tahun 2001 tentang

Kebandarudaraan, PP No. 40 Tahun 2012 tentang Pembangunan dan Pelestarian

Lingkungan Hidup, dan yang terbaru Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub)

No. KM 69 Tahun 2013 Tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional. Permenhub ini diantaranya memuat rencana bandar udara saat ini dan bandar udara yang telah ditetapkan sebagai lokasi bandar udara untuk 25 tahun kedepan sesuai peran, fungsi, hierarki dan klasifikasi bandar udara; rencana lokasi bandar udara baru yang belum

4 memiliki penetapan lokasi akan tetapi telah ditetapkan titik-titik lokasinya.

Permenhub ini juga memuat kebijakan nasional terhadap penetapan bandar udara diluar poin diatas yang diprakarsai oleh pemerintah daerah, BUMN/BUMD, dan badan usaha swasta.

Ironisnya, PP No. 40 Tahun 2012 menyebutkan penggunaan APBN tidak boleh diperuntukkan bagi BUMN. PP No. 40 tahun 2012 medorong agar BUMN operator kreatif mencari investor dalam pengembangan bandara sehingga penyelenggaraan tidak hanya mengandalkan APBN dan APBD. Sebagai contoh Bandara Buol yang ingin landasannya diperpanjang dapat bekerjasama dengan swasta karena terdapat perusahaan pertambangan. Pembangunan dan pengembangan bandar udara yang didanai APBN diprioritaskan untuk bandara yang berada dalam wilayah terisolasi dan perbatasan NKRI, daerah rawan bencana, dan yang belum diusahakan dan diselenggarakan Unit Penyelenggara Bandar Udara Pemerintah. Selain itu, penyelenggaraan tata kelola bandar udara juga mempengaruhi tingkat kepadatan mobilitas dari suatu daerah, termasuk dari suatu kota menuju suatu bandara.

Pada prinsipnya bandar udara diselenggarakan oleh pemerintah, yang pelaksanaannya dapat dilmpahkan kepada BUMN yang didirikan khusus untuk itu.

Berdasarkan ketentuan tersebut, pemerintah mengambil kebijakan bandar udara yang telah mampu membiayai diri sendiri dilepaskan dari pemerintah dan diserahkan PT

Angkasa Putra I dan II masing-masing mengelola Kawasan Timur dan Kawasan

Barat, sendangkan bandar udara yang belum mampu membiayai diri sendiri diselengarakan oleh Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jendral Perhubungan Udara.

5

Disamping bandar udara umum yang diselenggarakan oleh BUMN atau permerintah pusat dan bandar udara khusus, masih terdapat bandar udara perintis yang biasanya diselenggarakan oleh pemerintah daerah. Sebenarnya dalam Undang- undang tidak ada istilah “bandar udara perintis”yang ada adalah“angkutan udara perintis. Pengoperasian bandar udara perintis tetap harus memenuhi persyaratan keselamatan dan keamanan penerbangan sipil yang berlaku.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan

Pasal 138 ayat (2) bahwa badan usaha Bandar Udara, unit penyelenggara Bandar

Udara, dan usah pergudangan, atau badan usaha angkutan udara niaga yang melakukan kegiatan pengangkutkan barang khusus dan/atau barang berbahaya wajib menyediakan tempat penyimpanan atau penumpukan serta bertanggung jawab terhadap penyusunan sistem dan prosedor penanganan barang khusus dan/atau berbahaya selama barang tersebut belum dimuat kedalam pesawat udara. Apabila melanggar ketentuan pengangkutan barang berbahaya tersebut maka akan dikenakan sanksi administratif berupa peringatan dan/atau pencabutan izin. Kegiatan usaha penunjangan angkutan udara diatur dalam Bab XI Pasal 232 sampai dengan pasal

239. Menurut pasal 232 untuk menunjang kegiatan pengusahaan Bandar Udara dapat dilaksanakan kegiatan usaha penunjang Bandar Udara.

Perkembangan pengetahuan dan teknologi menjadikan masyarakat semakin kritis dalam menyikapi persoalan kehidupan. Salah satunya adalah semakin tingginya tuntutan untuk mendapatkan jasa yang berkualitas. Bidang transportasi merupakan salah satu bagian yang memiliki karakteristik utama memberikan pelayanan kepada

6 konsumen. Dalam bidang jasa ini pelayanan merupakan salah satu hal yang sangat sensitif sehingga pihak perusahaan harus mengupayakan pemberian pelayanan yang sebaik-baiknya kepada pelanggan.

Sehingga beberapa tahun ke depan Bandara Adisutjipto diperkirakan sudah tidak mampu lagi memenuhi kapasitas penumpang yang akan terus meningkat.

Seringkali penerbangan sipil di Bandara Adisutjipto harus berputar di udara karena bersamaan dengan jam latihan terbang Akademi TNI Angkatan Udara. Hal ini sangat membuat kerugian penumpang, baik dari segi waktu maupun mental karena merasa takut kelamaan berputar-putar di udara. Panjang landasan Bandara Adisutjipto hanya

2.200 meter, sehingga menyulitkan pendaratan pesawat berbadan besar. Apabila dengan penambahan landasan pun akan terhalang jalan raya serta sudah padatnya pemukiman sekitar bandara. Dengan keadaan bandara seperti itu, maka diperlukan kerjasama secara sinergi oleh pihak pengelola dalam pengoperasian bandara. Hal tersebut dilakukan untuk meminimalkan terjadinya kerugian-kerugian yang tidak diinginkan, khususnya terhadap kepuasan pengguna penerbangan sipil dan masih tetap memperhatikan keamanan pengoperasian bandara.

Kapasitas bandar udara eksisting rata-rata sampai dengan saat ini belum mampu mengimbangi pertumbuhan penumpang (lack of capacity), Sehingga kepadatan di bandar udara, baik dikarenakan pertumbuhan penumpang maupun pesawat sulit terelakan. Sehingga dari akibat minimnya kapasitas bandar udara dalam menampung pertumbuhan penumpang yang sangat pesat, satu hal yang sering menjadi keluhan pengguna jasa transportasi udara yaitu delay/keterlambatan.

7

Dalam pengelolaan bandar udara Adisutjipto Yogyakarta, Angkasa Pura dan

TNI AU secara konsisten sudah seharusnya memenuhi dan mematuhi hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perusahaan dan TNI AU seharusnya mengutamakan kejujuran dan terbuka dalam membina hubungan kerja dan komunikasi dapat memiliki kewenangan yang terkait dengan bidang usaha dan operasi perusahaan untuk mengatasi permasalahan-permaslahan terkait pengelolaan

Bandar udara.

Dalam menjalankan usahanya, perusahaan maupun TNI AU mengutamakan praktik-praktik usaha yang jujur dan fair dengan menganggap persaingan usaha yang sehat dan adil sebagai pemacu untuk meningkatkan keunggulan dengan mengembangkan daya inovasi dan kreativitas. Perusahaan dan TNI AU harus memastikan bahwa komunikasi dan pemberian informasi yang dilakukan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, kebijakan

Perusahaan, dan praktik bisnis yang sehat dan etis.

Tetapi kenyataan yang terjadi, Bandar Udara Adisutjipto terus meningkat setiap tahunnya. Selama 5 tahun terakhir, setidaknya terjadi lonjakan lebih dari 2 juta penumpang. Di tahun 2013, jumlah penumpang sekitar 5,7 juta dan di tahun 2017 tercatat ada 7,8 juta penumpang di bandara Adisutjipto yang terletak di Sleman,

Yogyakarta ini. Bandara Adisutjipto yang berdiri di tanah milik TNI Angkatan Udara ini hanya memiliki kapasitas 1,8 juta penumpang per tahun. Jadi, setiap harinya kepadatan penumpang di bandara ini tak terelakkan. Mulai dari antrian check in hingga boarding, termasuk juga antri landing hingga bagasi. Bandara Adisutjipto bersama pihak Angkasa Pura I Bandara Adi Sutjipto pada Kamis dan Jumat (25-26

8

Januari), Liputan.com pun merasakan kepadatan itu dan masih menemukan beberapa jadwal penerbangan yang delay. Menurut pihak AP I yang sering kali terjadi adalah antrian pesawat untuk landing karena memang Adi Sutjipto hanya memiliki

1 runway dengan panjang 2.200 meter dan terbatasnya parking stands pesawat.

Bandara Sutjipto saat ini memiliki 11 parking stands, namun yang aktif digunakan hanya 10 (https://www.liputan6.com/news/read/3240680/).

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian dengan judul “KERJA SAMA ANGKASA PURA DAN TENTARA

NASIONAL INDONESIA ANGKATAN UDARA (TNI AU) DALAM

PENGELOLAAN BANDAR UDARA (Penelitian di Bandar Udara Adisutjipto

Yogyakarta)”.

Penilitian ini sudah dilakukan oleh beberapa peneliti dengan judul atau tema yang berkaitan dengan manajemen pengelolaan Bandar udara, salah satunya hasil penelitian:

 Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Berlian Tyasotyaning Arum pada tahun

2014 dengan judul Kerjasama PT. Angkasa Pura 1 Dengan TNI AU Adisutjipto

Terhadap Pengoperasian Pangkalan Udara Adisutjipto Untuk Kepentingan

Penerbangan Militer Dan Sipil. Dipublikasikan sebagai Skripsi di Ilmu

Administrasi Negara, UGM. Bandara tersebut milik TNI AU yang selain

digunakan untuk penerbangan militer, juga digunakan untuk penerbangan sipil.

Penggunaan bersama Bandara Adisutjipto oleh PT. Angkasa Pura I (Persero)

cabang Bandara Adisutjipto dan TNI Angkatan Udara Adisutjipto sesuai dengan

perjanjian kerjasama antara kedua belah pihak dan memperhatikan perundang-

9

undangan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap tentang pelaksanaan

perjanjian kerjasama antara PT. Angkasa Pura I cabang Adisutjipto dan TNI AU

Adisutjipto dalam pengoperasian pangkalan udara serta mengetahui keberhasilan

perjanjian kerjasama antara kedua belah pihak dalam pengoperasian bandara.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif.

Berdasarkan hasil penelitian, pelaksanaan kinerja kerjasama penggunaan bersama

Bandara Adisutjipto oleh PT. Angkasa Pura I (Persero) cabang Bandara

Adisutjipto dengan TNI AU Adisutjipto menunjukkan kinerja yang baik.

Terpenuhinya indikator keberhasilan kinerja kerjasama pengelolaan bersama

Bandara Adisutjipto tersebut menunjukkan kerjasama sudah dilakukan secara

efektif. Pada pelaksanaan perjanjian antara kedua belah pihak memiliki beberapa

kelemahan yang dapat merugikan pihak PT. Angkasa Pura I (Persero) cabang

Bandara Adisutjipto. Kelemahan tersebut adalah masih ada kekosongan dalam

perjanjian kerjasama tersebut, masih ada bagian yang belum diatur dalam

perjanjian kerjasama tersebut padahal memiliki dampak yang besar dalam

kerjasama. Selain itu, pihak PT. Angkasa Pura tidak memiliki Pergerakan yang

luas, semua masih tergantung dengan persetujuan dari pihak TNI AU Adisutjipto.

 Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Bambang Yunianto pada tahun 2017

dengan judul Kerja Sama Pangkalan Udara TNI Angkatan Laut Juanda dan Bandar

Udara Internasional Juanda dalam Mendukung Sistem Pertahanan Semesta.

Dipublikasikan sebagai Skripsi, Universitas Pertahanan. Menyimpulkan bahwa

Pangkalan Udara TNI Angkatan Laut Juanda sejak awal dibangun sebagai

pangkalan induk penerbangan Angkatan Laut, dalam perkembangannya

10

dimanfaatkan bersama oleh PT Angkasa Pura I digunakan sebagai Bandara

Internasional yang melayani penerbangan pesawat komersial rute domestik

maupun internasional. Pada Kondisi damai, keberadaan Bandara Internasional

Juanda berlaku enclave sipil (dalam kantong sipil) dan pengelolaannya berlaku

regulasi sipil. Sedangkan dalam kondisi darurat militer atau perang, akan berubah

menjadi enclave militer (dalam kantong militer), sehingga kewenangan

pengelolaan Bandara tersebut berlaku regulasi dan hukum militer beserta

kepentingan militer lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisa kerja

sama antara Pangkalan Udara TNI Angkatan Laut dan Bandar Udara Internasional

Juanda sebagai komponen pertahanan dalam mendukung sistem pertahanan

semesta. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif melalui analisis

dokumen perjanjian Kerja Sama, wawancara mendalam dan studi literatur. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa penggunaan Pangkalan Udara TNI AL Juanda

sebagai Bandara sipil sering menimbulkan permasalahan yang berkaitan dengan

aspek penggunaan aset, keamanan dan keselamatan penerbangan, tata ruang dan

pemberdayaan potensi kebandarudaraan sebagai bagian pertahanan semesta. Guna

mengefektif dan mengefisienkan kerja sama penggunaan pangkalan tersebut perlu

dilaksanakan kerja sama yang lebih konkrit, sehingga tidak menimbulkan

permasalahan baru. Saran yang diberikan diarahkan pada upaya memperbaiki

sistem yang mendukung kerja sama, melalui dukungan pemerintah dan koordinasi

dengan pihak terkait, sebagai upaya mendukung sistem pertahanan semesta.

 Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Jorry S. Koloay pada tahun 2018 dengan

judul Kerjasama Sipil-Militer dalam Pengelolaan Sistem Keamanan Di Bandara

11

Internasional Eltari Kupang. Dipublikasikan sebagai Skripsi, Universitas

Pertahanan. Hasil penelitiannya bahwa Diera globalisasi dan modernisasi saat ini

yang membutuhkan kecepatan pergerakan roda perekonomian masyarakat, maka

jasa angkutan udara menjadi perioritas utama dalam pergerakan manusia dan

barang. Wilayah provinsi NTT memiliki 14 bandar udara yang terdiri dari 13

Bandara UPBU (Unit Penyelenggara Bandar Udara) di bawah Kemhub serta 1

Bandara Internasional El Tari dibawah pengelolaan PT Angkasa Pura I. Khusus

untuk Bandara El Tari merupakan Bandara yang sangat strategis dan menjadi pintu

gerbang utama penerbangan di wilayah NTT serta menghubungkan ke 13 Bandara

di wilayah kepulauan serta akan melayani rute Internasional Kupang-Dili–Darwin.

Dihadapkan dengan potensi ancaman dan gangguan keamanan, maka penguatan

sistem keamanan bandara yang melibatkan sipil dan militer sangat diperlukan.

Saat ini masih terdapat permasalahan yang meliputi; belum adanya sinkronisasi

dan penyusunan aturan pelaksana sebagai payung hukum, belum adanya kesatuan

komando, kendali dan koordinasi dari setiap instansi yang terlibat, belum

optimalnya pemenuhan sarana prasarana pendukung dan ketersediaan tenaga

manusia yang memiliki standart kemampuan dan ketrampilan. Untuk itu

diperlukan langkah strategis yang melibatkan pengambil keputusan di tingkat

pusat maupun daerah dalam rangka pengelolaan sistem keamanan dibandara.

Dengan hasil penelitian yang diperoleh beberapa peneliti tersebut menunjukan bahwa adanya perbedaan-perbedaan dalam manajemen pengelolaan bandar udara diberbagai daerah dan memiliki permaslahan-permasalahan yang harus diperhatikan

12

lebih jauh agar dapat ditangani secara cepat. Sehingga pengelolaan Bandar udara

dapat memperoleh hasil yang baik sesuai tujuan atau asas pengelolaan.

B. Fokus Penelitian

Yang menjadi fokus dalam penelitian ini, yaitu:

1. Kerja Sama Angkasa Pura dan TNI AU dalam pengelolaan Bandar Udara

Adisutjipto, yakni: a) Penggunaan Bersama; b) Pengamanan Area; 3) kewajiban

pihak kedua untuk membayar kontribusi tetap dan bagi hasil ke Negara.

2. Faktor pendukung dan penghambat dalam Kerja Sama pengelolaan Bandar Udara

Adisutjipto.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka yang menjadi rumusan masalah

dalam penelitian ini, yakni:

1. Bagaimana Kerja Sama Angkasa Pura dan TNI AU dalam pengelolaan Bandar

Udara Adisutjipto?

2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam kerja sama pengelolaan

Bandar Udara Adisutjipto?

13

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan dalam penelitian ini, maka yang menjadi

tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

a. Untuk mendiskripsikan Kerja Sama Angkasa Pura dan TNI AU dalam

pengelolaan Bandar Udara Adisutjipto.

b. Untuk mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat dalam kerja sama

pengelolaan Bandar Udara Adisutjipto.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat teoritis

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian bagi peneliti lain

mengenai kerja sama Angkasa Pura dan TNI AU dalam pengelolaan Bandar

Udara.

b. Manfaat praktis

1) Bagi Peneliti, penelitian ini sebagai sarana aktualisasi diri untuk

mengaplikasikan teori yang telah diperoleh yaitu tentang Perencanaan

Pembangunan Daerah dan Desa.

2) Bagi Instansi terkait, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai

bahan referensi dan evaluasi bagi pengelola Bandar udara untuk

memperbaiki hal yang dirasa kurang dalam kebijakan Pembangunan Daerah.

3) Bagi pihak Akademisi, dapat dijadikan tambahan pengetahuan serta bahan

rujukan penelitian yang akan datang yang mengangkat tema penelitian di

bidang yang sama.

14

E. Kerangka Konseptual

1. Kerja Sama

Kerja sama dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan secara individu

maupun kelompok bahkan masyarakat bangsa dan negara. Sehingga dalam

hubungan kerja sama selalu ada upaya untuk saling mendorong, membantu, saling

memenuhi kebutuhan demi kepentingan bersama untuk tujuan yang baik atau

tertentu. Dalam hal ini bahwa dua lembaga yaitu: TNI AU dan Angkasa Pura yang

memiliki kepentingan bersama untuk mewujudkan pelayanan yang efisien dalam

rangka pengelolaan Bandar udara.

Secara historis mekanisme kerja sama sendiri memiliki istilah cooperation

yang artinya upaya yang dilakukan untuk mendapatkan atau sumber efisiensi dan

kualitas pelayanan. Adapun istilah Intergovernmental cooperation, diartikan

sebagai bentuk pengaturan kerja sama yang dilakukan antar pemerintahan dalam

bidang-bidang yang disepakati untuk mencapai nilai efisiensi dan kualitas

pelayanan yang lebih baik (Yodo, 2013:9).

Yang mana kerja sama merupakan kepedulian satu orang atau satu pihak

dengan orang atau pihak lain yang tercermin dalam suatu kegiatan yang

menguntungkan semua pihak dengan prinsip saling percaya, menghargai dengan

adanya norma yang mengatur, makna kerja sama dalam hal ini adalah kerja sama

dalam konteks organisasi, yaitu kerja antar anggota organisasi untuk mencapai

tujuan organisasi (seluruh anggota) (www.edt.library.ums.ac.id).

15

Adapun dalam melakukan kerja sama di dalam suatu perusahaan atau organisasi sudah ada beberapa ketentuan atau prinsip dalam kerja sama yang baik

(Yodo, 2013:26-36), mengatakan bahwa prinsip terdiri dari: a. Prinsip efisiensi, bertujuan untuk menekan biaya guna memperoleh suatu hasil

tertentu atau menggunakan biaya yang sama tetapi dapat mencapai hasil yang

maksimal. b. Prinsip efektivitas, merupakan upaya pemanfaatan sumber daya para pihak

secara optimal dan bertanggungjawab untuk kesejahteraan masyarakat. c. Prinsip sinergi, prinsip ini menuntut kerja sama yang dilakukan bersenergi

antara kegitan yang dilakukan mendapatkan manfaat yang lebih besar

dibanding dengan kegiatan yang dilakukan secara parsial dari masing-masing

pihak. d. Prinsip saling menguntungkan, dalam pelaksanaan kerja sama harus mampu

memberikan keuntungan bagi masing-masing pihak dan mampu memberikan

manfaat bagi masyarakat. e. Prinsip kesepakatan bersama, prinsip ini lebih tertuju pada proses terjadinya

kerja sama yang mengarahkan para pihak bahwa untuk adanya perjanjian

kerjasama daerah berdasarkan pada suatu MOU (Memorandum Of

Understanding) dari pihak yang terlibat dalam kerja sama. f. Prinsip itikad baik, dimaksudkan agar para pihak yang terlibat dalam kerja

sama untuk secara sungguh-sungguh melaksanakan kerja sama. g. Prinsip mengutamakan kepentingan nasional dan keutuhan wilayah NKRI,

dimaksudkan agar seluruh pelaksanaan kerja sama harus dapat memberikan

16

dampak positif terhadap upaya mewujudkan kemakmuran, kesejahteraan

masyarakat, dan memperkokoh NKRI.

h. Prinsip persamaan kedudukan, dimaksudkan sebagai persamaan dalam

kesederajatan dan kedudukan hukum bagi para pihak yang melakukan kerja

sama.

i. Prinsip transparansi, menuntut proses keterbukaan dalam kerja sama untuk

memberikan berbagai data dan informasi yang dibutuhkan dalam rangka kerja

sama tersebut, tanpa di tutup-tutupi.

j. Prinsip keadilan, yang dimaksud dalam prinsip ini berupaya adanya

persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan para pihak dalam melaksanakan

kerja sama.

Dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan

kerja sama adalah suatu kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh beberapa orang

baik kelompok, organisasi, badan usaha, lembaga ataupun pemerintah dengan

aturan main yang sudah disepakati bersama untuk mencapai tujuan bersama sesuai

dengan tujuan yang sudah ditentukan bersama.

2. Pengelolaan

Dalam penegelolaan Bandar udara tentunya harus didasarkan pada usaha yang

efektif dan efisien. Efektif dan efisien adalah duan konsepsi utama untuk

mengukur kinerja pengelolaan/manajemen.

a. Efektif adalah kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan

yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Selain itu juga dapat

17

disamakan dengan memilih pekerjaan yang harus dilakukan cara/metode yang

tepat untuk mencapai tujuan (Martono. 2011:7).

Efektifitas adalah pengelolaan Bandar udara meliputi hal-hal sebagai

berikut: (a) kapasitas mencukupi; artinya prasarana dan sarana cukup tersedia

untuk memenuhi kebutuhan pengguna jasa. (b) cepat dan lancar. Artinya

pengelenggaraan layanan angkutan dalam waktu singkat, dengan indikasi

kecepatan arus per satuan waktu. b. Efisien adalah kemampuan menyelesaikan pekerjaan dengan benar,

memperoleh keluaran (hasil, produktivitas, kinerja) yang lebih tinggi daripada

masukan (tenaga kerja, bahan, uang, mesin, dan waktu) yang digunakan

meminimumkan biaya penggunaan sumber daya untuk mencapai keluaran

yang telah ditentukan, atau memaksimumkan keluaran dengan jumlah

masukan terbatas (Martono, 2011:17).

Efisien ini dalam pengelolaan Bandar udara meliputi hal-hal sebagai

berikut: (a) biaya terjangkau: artinya penyediaan layanan angkutan susuai

dengan tingkat layanan beli masyarakat pada umunya dengan tetap

memperhatikan kelangsungan hidup usaha layanan jasa angkutan. (b) beban

publik rendah: artinya pengorbanan yang harus ditanggung oleh masyarakat

sebagai konsekuaensi dari pengoperasian sistem perangkutan harus minimum,

misalnya: tingkat pencemaran lingkugan. (c) memiliki kemanfaatan yang

tinggi: artinya tingkat penggunan prasarana dan sarana optimum, misalnya,

tingkat muatan penumpang dan/atau barang maksimum.

18

Selain itu juga ada faktor uang mempengaruhi juga untuk mengukur

kinerja pengelolaan/manajemen agar berkualitas baik yaitu keandalan Bandar

udara tersebut.

c. Andal adalah pelayanan yang dapat dipercaya, tangguh melakukan pelayanan

yang sesuai dengan penawaran atau “janji” nya dan harapan/tuntutan

konsumen. Dalam pengelolaan Bandar udara andal meliputi hal-hal sebagai

berikut: (a) tertib: artinya penyelenggaraan angkutan yang sesuai dengan

peraturan perundang-undangan dan norma yang berlakuk dimasyarakat. (b)

tepat dan teratur: artinya dapat diandalkan, tangguh sesuai dengan jadwal dan

ada kepastian. (c) aman dan nyaman: artinya selamat, terhindar dari

kecelakaan, bebas dari gangguan eksternal maupun internal, terwujudnya

ketenangan dan kenikmatan dalam perjalanan.

3. Bandar Udara

a. Asal Mula Bandar Udara

Pada masa awal penerbangan, Bandar udara hanya sebuah tanah lapang berumput

dan dapat didarati pesawat dari arah mana saja tergantung arah. Dimana Bandar

udara mulai dibangun secara permanen seiring meningkatnya penggunaan dan

mulai terlihat seperti sekarang. Setelah perang Bandar udara mulai ditambahkan

fasilitas untuk melayani penumpang. Sekarang, Bandar udara bukan hanya tempat

untuk naik dan turun pesawat. Dalam perkembangannya, berbagai fasilitas

ditambahkan seperti toko-toko restaurant, pusat kebugaran dan butik-butik merek

ternama apa lagi di Bandar udara-bandar udara baru.

19 b. Pengertian bandar udara

Bandar udara adalah kawasan di daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas landas, naik turun penumpang, bongkar muat barang, dan tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi, yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan pernerbangan, serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang.

Menurut Annex 14 dari (International Civil Aviaction Organiazation) Bandar udara adalah area tertentu di daratan atau perairan (termasuk bangunan, instalasi dan peralatan) yang diperuntukkan baik secara keseluruhan atau sebagian untuk kedatangan, keberangkatan dan pergerakan pesawat. Sedangkan definisi Bandar udara adalah lapangan udara, termasuk segala bangunan dan peralatan yang merupakan kelengkapan minimal untuk menjamin tersedianya fisilitas bagus angkutan udara untuk masyarakat (https://bandaraonline.com/).

Bandar udara kebanyakan digunakan untuk tujuan komersil namun ada beberapa Bandar udara yang berfungsi sebagai landasan pesawat militer.

Pedoman-pedoman perencaraan Bandar udara secara detail ada pada peraturan- peratuaran yang dikeluarkan FAA dan ICAO, di Indonesia sendiri aturan-aturan tersebut tercakup dalam Peraturan pemerintah RI Tahun 70 Tahun 2001 tentang

Kebandaraan dan Ketentuan Menteri Perhubungan No. KM 14 Tahun 2002 tentang Tatanan Kebandaraan Nasional. Bandar udara sisi darat dan sisi udara, sedangkan kegiatan pelayanan memerlukan sebanyak mungkin pintu terbuka dari sisi darat ke sisi udara agar pelayanan berjalan lancar. Kegiatan-kegiatan itu saling

20 tergantung satu sama lain sehigga suatu kegiatan tunggal dapat membatasi kapasitas dan keseluruhan kegiatan (https://bandaraonline.com/). c. Peran Bandar Udara

Menurut Setiani (2015:27) Bandar udara memiliki peran penting sebagai:

1) Simpul dalam jaringan transportasi udara yang digambarkan sebagai titik

lokasi Bandar udara yang menjadi pertemuan beberapa jaringan dan rute

penerbangan sesuai heirarki Bandar udara.

2) Pintu gerbang kegiatan perekonomian dalam upaya pemerataan

pembangunan, pertumbuhan dan stabilitas ekonomi serta keselarasan

pembangunan nasional dan pembangunan daerah yang digambarkan

sebagai lokasi dan wilayah disekitar Bandar udara yang menjadi pintu

masuk dan keluar kegitan perekonomian.

3) Tempat kegiatan alih moda transportasi, dalam bentuk interkoneksi antar

moda pada simpul transportasi guna memenuhi tuntutan peningkatan

kualitas pelayanan yang terpadu dan berkesinambungan yang digambarkan

sebagai tempat perpindahan moda transportasi udara ke moda transportasi

lain atau sebaliknya.

4) Pendorong dan penunjang kegiatan industri, perdagangan dan/atau

pariwisata dalam menggerakan dinamika pembangunan nasional, serta

keterpaduan dengan sektor pembangunan lainnya, digambarkan sebagai

lokasi bandar udara yang memudahkan transportasi udara pada wilayah

disekitarnya.

21

5) Pembuuka isolasi daerah, digambarkan dengan lokasi Bandar udara yang

dapat membuka daerah terisolir karena kondisi geografis dan/atau sulitnya

moda transportasi lainnya.

6) Pengembangan daerah perbatasan, digambarkan dengan lokasi Bandar

udara yang memperhatikan tingkat prioritas pengembangan daerah

perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia di kepulauan dan/atau di

daratan.

7) Penganan bencana digambarkan dengan lokasi Bandar udara yang

memperhatikan kemudian transportasi udara untuk penangan bencana alam

pada wilayah sekitarnya.

8) Prasarana memperkokoh Wawasan Nusantara dan kedaulatan negara,

digambarkan dengan titik-titik lokasi Bandar udara yang dihubungkan

dengan jaringan dengan rute penerbangan yang mempersatukan wilayah

dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sehingga tujuan dari Bandar udara yang memiliki berbagai peran dapat memberikan tentang aktivitas Load Control dalam menjalankan fungsinya sehingga diperoleh pelayanan yang aman dan benar sesuai ketentuan yang berlaku dan terjalin koordinasi yang baik dan efektif dengan pihak-pihak yang terkait (Arista, 2012:11).

22

d. Pembangunan Bandar udara

Bandar udara sebagai bangunan gedung dengan fungsi khusus,

pembangunannya wajib memperhatikan ketentuan keselamatan dan keamanan

penerbangan, mutu pelayanan jasa kebandaraan, kelestarian lingkungan serta

keterpaduan intermodal dan multimoda. Izin mendirikan bangunan Bandar

udara ditetapkan oleh pemerintah daerah. Izin diterbitkan setelah memenuhi

persyaratan: (1) bukti kepemilikan dan/atau penguasaan lahan, (2) rekomendasi

yang diberikan oleh instansi terkait terhadap utulitas dan aksesbilitas dalam

penyelenggaraan, (3) bukti penetapan Bandar udara, (4) rencana teknik terinci

fasilitas pokok Bandar udara, (5) kelestarian lingkunngan (Setiani, 2015:28).

4. Pengelolaan Bandar Udara

Pengelolaan Bandar udara di Indonesia selain ditangani Departemen

Perhubungan, Pemerintah juga menyerahkan sebagian bandara untuk di kelola PT

Angkasa Pura (Persero). PT. Angkasa Pura (Persero) adalah sebuah Badan Usaha

Milik Negara di bawah Departemen Perhubungan yang bergerak di bidang

pengelolaan dan perusahaan bandar udara di Indonesia. Bandara pada zaman

sekarang tidak saja sebagai tempat berangkat dan mendaratnya pesawat, naik

turunnya penumpang, barang (kargo) dan pos, namun bandara telah menjadi suatu

kawasan yang begitu penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan

pembangunan wilayah disekitar, karena itu penataan ruang dan kawasan menjadi

sangat penting bagi daerah-daerah disekitar bandar udara (Setiani, 2015:29).

Pengelolaan Bandar udara merupakan salah satu unsur yang menarik dan

perlu diperhatikan. Bandara sebagai penghubung antara dunia internasional

23 dengan dalam negeri merupakan hal yang wajib dikelola secara professional.

Bandara/bandar udara mencakup suatu kumpulan aneka kegiatan yang luas dengan berbagai kebutuhan yang berbeda dan sering bertentangan. Bandar udara merupakan terminal tentunya. Definisi terminal adalah suatu simpul dalam sistem jaringan perangkutan. Menurut Setiani (2015:30) Bandar udara dapat kita samakan dengan terminal, yang mempunyai fungsi pokok sebagai tempat: a. Sebagai pengendali dan mengatur lalu lintas angkutan udara dalam hal ini

adalah pesawat. b. Sebagai tempat pergantian moda bagi penumpang. c. Sebagai tempat naik atau turun penumpang dan bongkar muat barang/muatan. d. Sebagai tempat operasi berbagai jasa seperti: perdagangan, fasilitas umum,

fasilitas sosial, fasilitas transit, promosi, dan lain-lain. e. Sebagai elemen tata ruang wilayah, yakni titik tumbuh dalam perkembangan

wilayah.

Dalam melakukan pengelolaan bandara yang baik tentunya harus didasarkan pada usaha yang efektif dan efisien. Efektif dan Efisien adalah dua konsepsi utama untuk mengukur kinerja pengelolaan/manajemen. Definisi efektif adalah kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Selain itu juga dapat disamakan dengan memilih pekerjaan yang harus dilakukan atau cara/metoda yang tepat untuk mencapai tujuan.

24

Efektif dalam pengelolaan Bandar udara dalam diterjemahkan dalam usaha berikut ini: a. Kapasitas Mencukupi. Dalam artian prasarana dan sarana cukup tersedia

untuk memenuhi kebutuhan pengguna jasa. b. Terpadu. Dalam artian antarmoda dan intramoda dalam jaringan pelayanan

saling berkaitan dan terpadu. c. Cepat dan Lancar. Dalam artian penyelenggaraan layanan angkutan dalam

waktu singkat, dengan indikasi kecepatan arus per satuan waktu. d. Definisi efisien adalah kemampuan menyelesaikan pekerjaan dengan benar,

memperoleh keluaran (hasil, produktivitas, kinerja) yang lebih tinggi daripada

masukan (tenaga kerja, bahan, uang, mesin, dan waktu) yang digunakan

meminimumkan biaya penggunaan sumber daya untuk mencapai keluaran

yang telah ditentukan, atau memaksimumkan keluaran dengan jumlah

masukan terbatas. Efisien ini dalam pengelolaan bandara dalam diterjemahkan

dalam usaha berikut ini:

1) Biaya terjangkau. Dalam artian penyediaan layanan angkutan sesuai

dengan tingkat daya beli masyarakat pada umumnya dengan tetap

memperhatikan kelangsungan hidup usaha layanan jasa angkutan.

2) Beban publik rendah. Artinya pengorbanan yang harus ditanggung oleh

masyarakat sebagai konsekuensi dari pengoperasian sistem perangkutan

harus minimum, misalnya: tingkat pencemaran lingkungan.

25

3) Memiliki kemanfaatan yang tinggi. Dalam artian tingkat penggunaan

prasarana dan sarana optimum, misalnya: tingkat muatan penumpang

dan/atau barang maksimum.

Selain itu juga ada faktor lain yang mempengaruhi juga untuk mengukur kinerja pengelolaan/manajemen agar berkualitas baik yaitu ke-andalan bandara tersebut.

Definisi andal adalah pelayanan yang dapat dipercaya, tangguh melakukan pelayanan sesuai dengan penawaran atau “janji” nya dan harapan/tuntutan konsumen. Andal ini dalam pengelolaan bandara dalam diterjemahkan dalam usaha berikut ini: a. Tertib. Dalam artian penyelenggaraan angkutan yang sesuai dengan peraturan

perundang-undangan dan norma yang berlaku di masyarakat. b. Tepat dan Teratur. Berarti dapat diandalkan, tangguh, sesuai dengan jadwal

dan ada kepastian. c. Aman dan Nyaman. Dalam artian selamat terhindar dari kecelakaan, bebas dari

gangguan baik eksternal maupun internal, terwujud ketenangan dan

kenikmatan dalam perjalanan.

Bandara sebagai suatu simpul dari suatu sistem transportasi udara dewasa ini memiliki peran yang sangat penting sebagai salah satu pintu gerbang negara dari negara lain. Selain itu juga bandara merupakan salah satu infrastruktur transportasi yang wajib ada dalam setiap negara ini sangat berperan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi karena setiap waktu terjadi pergerakan lalu-lintas pesawat

26

yang datang dan pergi ke atau dari sebuah bandar udara baik dari dalam maupun

luar negeri, yang meliputi data pesawat, data penumpang, data barang angkutan

berupa cargo, pos dan bagasi penumpang yang tentunya hal ini berarti terjadi

aktivitas ekonomi.

Pengelolaan dan pemeliharaan infrastruktur bandara tentunya hal yang

mutlak dan wajib dilakukan oleh operator bandara agar terjadi kelancaran dalam

kegiatan yang berlangsung dibandara tersebut. Hal yang perlu dicermati adalah

cara pengelolaan bandara tersebut harus sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen

dalam pengelolaan dan pemeliharaan yaitu efektifitas, efisien, dan andal. Dimana

dengan menerapkan hal tersebut, maka bandara tersebut agar sesuai kualitasnya

dengan standar internasional (Setiani, 2015:25).

5. Perbedaan dan Persamaan Bandar Udara dan Pangkalan Udara

Menurut UU Penerbangan yang baru yaitu UU Nomor 1 Tahun 2009,

definisi dari Bandar udara dan pangkalan udara adalah sebagai berikut:

a. Bandar udara (Bandara) adalah kawasan daratan atau peraian dengan batas

tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepat

landas, naik turun penumpang, bongkar maut barang, dan tempat perpindahan

intra dan antara moda transportasi, yang dilengkapi dengan fasilitas

keselamatan dan keamanan penerbangan, serta fasilitas pokok dan fasilitas

penunjang lainnya.

b. Pangkalan udara (Lanud) adalah kawasan di daratan dan/atau di perairan

dengan batas-batas tertentu dalam wilayah Republik Indonesia yang digunakan

kegiatan untuk lepas landas dan pendaratan pesawat udara guna keperluan

27 pertahanan negara oleh Tentara Nasional Indonesia Sebagai contoh: Lanud

Adisutjipto Yogyakarta dan Lanud Adisumarmo Surakarta, keduanya merupakan pangkalan udara untuk penerbangan militer TNI AU dan di dalamnya juga dipergunakan untuk melayani penerbangan sipil sehingga juga disebut Bandara Adisutjipto dan Bandara Adisumarmo yang dioperasikan oleh

PT Angkasa Pura I (Persero). Lanud Semarang merupakan pangkalan militer untuk penerbangan TNI AD, dan di dalamnya juga dipergunakan .untuk melayani penerbangan sipil yang dioperasikan oleh PT

Angkasa Pura I (Persero). Demikian pula Lanud Juanda Surabaya sejatinya merupakan pangkalan militer TNI AL. Fasilitas terbangun di sebelah utara runway merupakan fasilitas atau bangunan untuk penerbangan sipil yang dioperasikan oleh PT Angkasa Pura I (Persero).

Bandara-bandara yang berada di kawasan pangkalan udara tersebut sering disebut sebagai civil enclave airport (kurang lebih berarti bandar udara sipil dalam kawasan militer). Sebaliknya kegiatan penerbangan militer yang menumpang pada bandar udara sipil disebut military enclave airport.

Contohnya adalah Bandara Sepinggan Balikpapan dan Bandara Juwata

Tarakan. Di kedua bandara tersebut terdapat fasilitas militer untuk kepentingan penerbangan militer. Beberapa bandar udara di Indonesia juga dibuat dan dioperasikan secara murni sebagai bandar udara untuk melayani penerbangan sipil. Contohnya adalah: Bandara Soekarno-Hatta , Bandara Sultan

Hasanuddin Makassar (terminal baru dan airside area yang baru), dan beberapa bandar udara lainnya.

28

Untuk penerbangan dinas kepolisian termasuk penerbangan sipil. sesuai dengan UU Penerbangan, selain kepentingan pertahanan negara pada dasarnya mengacu dan tunduk pada otoritas penerbangan sipil. Selain itu, dalam UU

Kepolisian yang baru pun sebenarnya didefinisikan dengan jelas bahwa kepolisian merupakan institusi sipil dan status personil kepolisian adalah termasuk sebagai pegawai negeri sipil. Istilah Lapangan Terbang (sering disingkat sebagai lapter) memang tidak dikenal dalam UU Penerbangan di Indonesia. Lapangan terbang nampaknya merupakan terjemahan dari kata airfield. Dalam beberapa referensi terkait, istilah lapangan terbang ini merujuk pada suatu wilayah daratan dan perairan yang digunakan sebagai tempat mendarat dan lepas landas pesawat udara, termasuk naik turun penumpang dan bongkar-muat barang. Tetapi fasilitas yang terdapat di lapangan terbang pada umumnya hanya fasilitas-fasilitas pokok untuk menunjang penerbangan dan tidak selengkap seperti di sebuah Bandar udara. Pada beberapa bandar udara khusus yang dioperasikan oleh perusahaan- perusahaan tambang atau kehutanan, sering dipergunakan istilah lapangan terbang tersebut.

Istilah “pelabuhan udara” rupanya dalam era sejarah terdahulu pernah menjadi istilah standar dari “Bandar udara”. Pada era terdahulu memang ada Direktorat

Pelabuhan Udara dan unit organisasi Pelabuhan Udara. Pelabuhan udara nampaknya merupakan terjemahan dari kata asing airport, sebagaimana

Pelabuhan adalah terjemahan dari kata asing port yang merujuk pada Pelabuhan

Laut.

29 a. Perbedaan antara Bandara Komersil dengan Pangkalan Udara Bandara

Komersil

1) Dibangun untuk menunjang kegiatan moda transportasi udara.

2) Keuntungan menjadi tujuan bersama.

3) Memiliki fasilitas pelayanan penumpang dan cargo.

4) Semua orang dapat masuk ke dalam wilayah bandara (syarat dan

ketentuan berlaku).

5) Kegiatan operasionalnya dibiayai oleh dirinya sendiri melalui

penganggaran internal.

6) Berada di bawah pengawasan Kementerian Perhubungan. b. Pangkalan Udara

1) Dibangun untuk menunjang pertahanan negara.

2) Keamanan wilayah NKRI menjadi tujuan bersama.

3) Tidak memiliki fasilitas pelayanan penumpang dan cargo.

4) Hanya orang yang berkepentingan yang dapat memasuki wilayahnya.

5) Kegiatan operasionalnya mendapat bantuan dari negara.

6) Berada di bawah pengawasan Kementerian Pertahanan. c. Persamaan antara Bandara Komersil dengan Pangkalan Udara

1) Bandara Komersil

a) Memiliki Fasilitas pelayanan Pesawat udara.

b) Memiliki fungsi dan infrastruktur sama sebagai pendaratan,

penempatan dan penyimpanan pesawat udara.

c) Memiliki organisasi pegawai bandara.

30

d) Memiliki petugas pelaksana kegiatan operasional bandara (ATC,

Marshalling, Ground, dll).

2) Pangkalan Udara

a) Memiliki Fasilitas pelayanan Pesawat udara.

b) Memiliki fungsi dan infrastruktur sama sebagai pendaratan,

penempatan dan penyimpanan pesawat udara.

c) Memiliki organisasi pegawai bandara.

d) Memiliki petugas pelaksana kegiatan operasional bandara (ATC,

Marshalling, Ground, dan lain lain).

Penggunaan Bersama Bandar Udara dan Pangkalan Udara Dalam keadaaan tertentu, pangkalan udara dapat digunakan bersama sebagai bandar udara. Penggunaan bersama suatu bandar udara atau pangkalan udara dilakukan dengan memperhatikan: (1) Kebutuhan pelayanan jasa transportasi udara (2) Keselamatan, keamanan dan kelancaran penerbangan (3) Keamanan dan pertahanan Negara (4) Peraturan perundang-undangan. Dalam keadaan damai, pangkalan udara yang digunakan bersama sebagai bandar udara berlaku ketentuan penerbangan sipil. Pengawasan dan pengendalian penggunaan kawasan keselamatan operasi penerbangan pada pangkalan udara yang digunakan bersama, dilaksanakan oleh otoritas bandar udara setelah mendapat izin dari instansi terkait. Bandar udara dan pangkalan udara yang digunakan secara bersama ditetapkan dengan keputusan Presiden.

Jakarta, Kompas.com –PT. Angkasa Pura II (Persero) menandatangani kesepakatan bersama tentang penggunaan bersama bandar udara dan

31 pangkalan udara dengan TNI Angkatan Udara, Senin (31/1/2011) di Bali.

Penandatanganan tersebut mengacu pada keputusan bersama tiga menteri, yaitu Menteri Pertahanan Keamanan/Panglima ABRI, Menteri Perhubungan, dan Menteri Keuangan, pada 21 Agustus 1975 tentang Dasardasar

Penggunaan Bersama Pangkalan/Pelabuhan Udara. "Kesepakatan ini sedianya menjadi pedoman para pihak dalam kerja sama ke depan. Salah satu tujuannya adalah mencegah timbulnya permasalahan dalam kegiatan operasional pangkalan udara ataupun bandar udara, baik untuk kegiatan penerbangan sipil maupun penerbangan militer. Utamanya adalah untuk meningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat sebagai pengguna jasa," kata Direktur Utama

PT Angkasa Pura II Tri S. Sunoko. Tri menjelaskan, kesepakatan bersama yang telah dibuat dengan melibatkan pula Direktorat Jenderal Perhubungan

Udara dan PT Angkasa Pura I ini akan ditindaklanjuti dengan membuat kesepakatan bersama secara personal di masing-masing bandar udara atau pangkalan udara yang digunakan bersama antara Mabes TNI AU dan

Direktorat Jenderal Perhubungan Udara (Dirjen Hubud) mengenai batas lahan/tanah, operasionalisasi, dan kompensasi dalam bentuk fasilitas pangkalan udara. Dirjen Hubud Herry Bakti mengatakan, kesepakatan ini sedianya akan membawa keuntungan pula bagi maskapai untuk meningkatkan efisiensi operasional dan pengembangan bisnis bagi maskapai ataupun operator pengelola bandara. "Selain 60 bandara yang sudah dikerjasamakan, dalam waktu dekat ini kita rencanakan untuk membuka lagi enklave operasional penerbangan sipil baru di Morotai dan Saumlaki, menggunakan

32 pangkalan udara militer di sana. Tujuannya untuk memicu peningkatan kegiatan ekonomi kelautan masyarakat setempat," katanya. Dari total 60 bandara yang telah dikerjasamakan, 11 bandara di antaranya berstatus enklave sipil atau operasional penerbangan sipil yang dilakukan di landasan udara milik TNI AU. Sementara 49 bandara sisanya berstatus enklave militer, atau kegiatan penerbangan militer yang memanfaatkan fasilitas bandar udara. Dari total jumlah tersebut, Angkasa Pura II mengelola satu bandara berstatus enklave sipil, yaitu Bandara Husein Sastranegara Bandung dan sembilan bandara berstatus enklave militer yang meliputi Sultan (Aceh),

Halim Perdanakusuma (Jakarta), Bandara Raja Haji Fisabililah (Tanjung

Pinang), Sultan Syarif Kasim II (Pekanbaru), Sultan Thaha (Jambi), Depati

Amir (Pangkal Pinang), dan Soepadio (Pontianak).

Berikut adalah bentuk-bentuk kerjasama antara Angkasa Pura dan TNI

AU sesuai dengan MUO, meliputi:

1. Perjanjian kerja sama tentang kewajiban pihak kedua untuk membayar

kontribusi tetap dan bagi hasil ke Negara.

2. Perjanjian Kerja sama pengelolaan dan bantuan personel Pengamanan

Area Bandar Udara Adisutjipto Yogyakarta antara Angkasa Pura I dengan

TNI AU.

3. Perjanjian antara TNI AU dengan Angkasa Pura I tentang Penggunaan

bersama Pangkalan Udara TNI AU Adisutjipto.

33

F. Metode Penelitian

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, pendekatan yang digunakan

dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan ini tidak

menggunakan angka-angka dalam menganalisis permasalahan yang dikemukakan,

melainkan hasil observasi, wawancara, dokumentasi, catatan-catatan tertulis yang

bertujuan menjelaskan atau menggambarkan realitas yang terjadi terhadap

fenomena secara lebih mendalam. Menurut (Sugiyono, 2010:145) digunakan

penelitian kualitatif karena permasalahan belum jelas, kompleks dan peneliti

membutuhkan data secara lengkap, mendalam, kredibel dan bermakna. Metode

kualitatif dipergunakan untuk mengungkap dan memaknai sesuatu dibalik

fenomena yang sedikitpun belum diketahui. Penelitian ini mengungkapkan

fenomena sosial secara jelas dan cermat, maka metode yang digunakaan adalah

deskriptif.

2. Obyek Penelitian

Obyek penelitian dalam tesis ini adalah Kerja Sama Angakasa Pura, TNI AU

dalam Pengelolaan Bandar Udara Adisutjipto Yogyakarta.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bandar Udara Adisutjipto Yogyakarta.

4. Teknik Pemilihan Informen

Subjek penelitian adalah individu atau organ yang dijadikan sumber

informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data penelitian (Idrus, 2009:91).

Pemilihan subjek penelitian dalam penelitian ini adalah orang-orang yang

34 diharapkan memiliki pengetahuan, pengalaman dan kompetensi terhadap masalah-masalah yang akan diteliti.

Teknik pemilihan informen atau subjek penelitian adalah teknik purposive.

Adapun yang dijadikan subjek penelitian atau informen dalam penelitian ini adalah:

1) Angkasa Pura:

 General Manajer Angkasa Pura

 Manajer Ops.

 Manajer Scurity

2) TNI AU:

 Komandan Lanud

 Kadis Ops.

 Dansat POM AU

Tabel I.1 Informan Penelitian Usia Jenis No Nama Pendidikan Pekerjaan (Tahun) Kelamin Agus 1 Pandu 53 Thn S2 General Manager AP L Purnama Abdul Manager 2 50 Thn S1 L Rokhim Operasional AP Manager Security 3 Suprapto 55 Thn S1 L AP Bob Komandan Lanud 4 Panggabea 54 Thn S2 L n AU Andi Kadis Operasional 5 47 Thn S2 L Widjanarko AU Muhamad 6 42 Thn S2 Dansat POM L Rudy Sumber: Data Informan diolah 2019.

35

Dari unsur Angkasa Pura, informan terdiri atas: General Manager (Agus

Pandu Purnama), Manager Operasional (Abdul Rokmin) dan Manager Security

(Suprapto). Dari unsur TNI AU, informan terdiri atas: Komandan Lanud (Bob

Panggabean), Kadis Operasional (Andi Widjanarko), Dansat POM (Mahamad

Rudy).

Dilihat dari tingkat pendidikan informan penelitian, terdiri atas: Sarjana

(S-1) sebanyak 2 orang, Pascasarjana (S-2) sebanyak 4 orang. Adapun dilihat

dari usia informan penelitian, yang berusia 41-50 tahun sebanyak 2 orang,

berusia 51-60 sebanyak 4 orang.

5. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan beberapa metode pengumpulan data sebagai berikut:

a. Observasi cara pengamatan data dan pengamatan langsung di lokasi penelitian

untuk mengecek kembali data yang telah dikemukakan oleh responden.

Dengan teknik ini secara otomatis dapat mengamati secara langsung

dilapangan.

b. Wawancara merupakan salah satu cara untuk mendapatkan dara secara akurat

dengan melakukan wawancara secara mendalam kepada setiap informen.

c. Dokumentasi dalam mengumpulkan data sangat diperlukan dokumen-

dokumen yang yang mendukungnya. Studi dokumentasi adalah cara

pengumpulan data dengan mempelajari berbagai laporan (dokumen), atau

bahan-bahan tertulis berupa instruksi, peraturan yang terkait dengan penelitian

dan fokus penelitian.

36

6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian kualitatif ini, dilakukan pada saat

pengumpulan data berlangsung, dan setelah pengumpulan data dalam periode

tertentu. Menurut Miles and Huberman (dalam Sugiyono, 2010:91) aktivitas

dalam analisis data yaitu data reduction, data display dan conclusion

drawing/verification.

Data reduction (reduksi data) adalah yang diperoleh di lapangan dengan

jumlah yang banyak, rumit dan kompleks perlu dipilih hal-hal yang pokok dan

dicatat secara teliti serta rinci kemudian memfokuskan pada hal-hal yang penting

untuk dicari tema dan polanya. Data display (penyajian data) adalah penyajian

data yang telah dipilih sebelumnya secara terorganisir dan tersusun dalam pola

hubungan sehingga akan semakin muda dipahami, dengan bentuk teks naratif atau

bentuk tabel, grafik, dan sejenisnya. Conclusion drawing/verification adalah

penarikan kesimpulan dan verifikasi dari proses sebelumnya. Kesimpulan dalam

penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.

Metode ini hanya memaparkan situasi atau peristiwa dan tidak mencari atau

menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi.

37

BAB II PROFIL BANDAR UDARA ADISUTJIPTO

A. Sejara Bandar Udara Adisutjipto

Adisucipto atau nama lengkapnya adalah Mas Agustinus Adisucipto,

Marsda TNI (1916-1947). Beliau lahir di Salatiga, tanggal 4 Juli 1916.

Menamatkan pendidikan MULO, AMS bagian B di Semarang dan Sekolah Tinggi

Kedokteran di Jakarta. Namun di Kedokteran beliau tidak sampai tamat.

Kemudian beliau mendaftarkan ke Sekolah Penerbangan di Kalijati sampai

berhasil memperoleh Brevet Penerbang Tingkat Atas.

Pada pendudukan Jepang, Adisucipto bekerja di perusahaan bus di Salatiga.

Setelah bangsa Indonesia Merdeka beliau turut membina AURI yang kemudian

diangkat sebagai Kepala Staf AURI.

Pada tanggal 27 Oktober 1945, beliau berhasil menerbangkan pesawat bekas

yang telah diperbaiki oleh tekhnisi-tekhnisi Indonesia. Penerbangan itu

merrupakan penerbangan pertama kali yang dilakukan oleh putra Indonesia.Atas

anjurannya pula, maka didirikan Sekolah Penerbang di Maguwo Yogyakarta pada

tanggal 1 Desember 1945. Karena jasa-jasanya, beliau disebut juga sebagai Bapak

Penerbang Indonesia.

Adisucipto pada masa berkarir di penerbangan, beliau pernah ditugasi ke

India dan Filipina untuk mencari tenaga pelatih dan menyewa sebuah pesawat

terbang Dakota. Bersama rekannya Abdulrahman Saleh pada bulan Juli 1947

berangkat ke India lagi untuk menunaikan tugas. Kemudian pada tanggal 29 Juli

1947 kembali ke Tanah Air dengan membawa obat-obatan sumbangan Palang

Merah Internasional untuk Palang Merah Indonesia.

38

Akan tetapi ketika mau mendarat di lapangan terbang Maguwo Yogyakarta, pesawat yang ditumpangi Adisucipto ditembak jatuh oleh pesawat pemburu

Belanda. Beliau gugur dalam tugas dan jenasahnya dimakamkan di Yogyakarta.

Untuk mengenang jasa-jasa serta pengorbanan, nama beliau diabadikan pada lapangan Terbang di Yogyakarta, yakni Lapangan Udara Adisuciptosebagai ganti Lapangan Terbang Maguwo.

Bandara Adisutjipto adalah bandar udara yang terletak di Sleman, Daerah

Istimewa Yogyakarta. Bandar udara Adisutjipto awalnya di bangun sebagai pangkalan udara TNI Angkatan Udara, Memiliki luas hampir 80 ribu meter persegi. Dengan panjang landasan 2.250 meter, dapat didarati pesawat sejenis

Boeing 737 dengan full capacity. Bandar udara ini dulu dinamakan Maguwo, sesuai dengan nama desa tempatnya berada Maguwoharjo. Pangkalan udara

Maguwo dibangun sejak tahun 1940 lalu dipergunakan oleh Militaire Luchtvaart pada tahun 1942.

Pada tahun 1942 kota Yogyakarta diduduki oleh Tentara Jepang dan pangkalan udara Maguwo di ambil alih Tentara Jepang dari Pemerintah Hindia

Belanda. Bulan November 1945 lapangan terbang beserta fasilitasnya dapat di kuasai oleh Badan Keamanan Rakyat (BKR) Yogyakarta Timur yang di pimpin oleh Bapak Umar Slamet. Pada Tahun 1945 Pangkalan Udara Maguwo di ambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia dan dijadikan Pangkalan Angkatan

Udara untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Lapangan terbang ini digunakan untuk operasional pesawat-pesawat AURI, serta untuk latihan terbang bagi Kadet sekolah penerbang di Maguwo yang di pimpin oleh

Agustinus Adisutjipto.

39

Pada tanggal 29 Juli1947 pesawat Dakota VT-CLA yang dikemudikan oleh

Marsekal Muda Anumerta ditembak jatuh oleh pesawat

Belanda. tahun 1950 lapangan terbang Maguwo beserta fasilitas pendukungnya seperti pembekalan diserahkan kepada AURI. Dengan adanya pertumbuhan dan perubahan pemerintahan pangkalan udara Maguwo mengalami perubahan nama yang di sesuaikan dengan dinamika fungsi dan peranan TNI AU. Berdasarkan keputusan kepala staff Angkatan Udara No.76 Tahun 1952 Tanggal 17 Agustus

1952 nama pangkalan udara Maguwo diubah menjadi pangkalan udara

Adisutjipto.

Semenjak tahun 1959 Bandara Adisutjipto dijadikan untuk Akademi

Angkatan Udara (AAU) Republik Indonesia .Tahun 1964 Direktorat Jenderal

Perhubungan Udaradengan keputusannya dan atas persetujuan Angkatan Udara

Indonesia , Pelabuhan Udara AdiSutjipto Yogyakarta menjadi pelabuhan udara

Gabungan Sipil dan Militer. Pada tahun 1972 dilakukan perluasan Terminal Sipil yang pertama. Selanjutnya pada tahun 1977 dilakukan perluasan terminal lagi karena volume penerbangan makin meningkat. Pada tanggal 1 April 1992, sesuai dengan PP Nomor 48 Tahun 1992, Bandar Udara Adisutjipto secara resmi masuk ke dalam pengelolaan Perum Angkasa Pura I. Tanggal 2 Januari 1993 statusnya dirubah menjadi PT (PERSERO) Angkasa Pura I Cabang Bandar Udara

Adisutjipto sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 1993

(https://gudeg.net/direktori/169/bandar-udara-internasional-adisucipto.html).

 Dasar: PP 33 Tahun 1962 tanggal 15 November 1962 tentang Pendirian PN

Angkasa Pura Kemayoran

 Tujuan Pendirian PN Angkasa Pura Kmo:

40

• Efisiensi Pengelolaan

• Peningkatan Kualitas Pelayanan

 Pengoperasian Perusahaan & Pengambilalihan Pengelolaan Bandara

Kemayoran dari Pemerintah tanggal 20 Februari 1964. (Ditetapkan sebagai

HUT Angkasa Pura I)

 Tahun 1992 pula Bandara Adisutjipto dikelola secara komersial tergabung

didalam pengelolaan Angkasa Pura I

o PERIODE 1942 – 1945 Pada tahun 1942 kota Jogyakarta diduduki oleh tentara Jepang s/d bulan Agustus

1945.

o PERIODE 1945 – 1949 Tahun 1945 Pangkalan Udara Maguwo dijadikan Pangkalan Angkatan Udara RI.

Tahun 1948 Pangkalan Udara Maguwo diduduki Angkatan Perang pemerintah

Hindia Belanda.

Tahun 1949 direbut kembali oleh Angkatan Bersenjata Republik Indonesia.

o PERIODE 1959 – 1992 Pangkalan udara Adisutjipto dijadikan pusat pelatihan penerbang Akademi

Angkatan Udara (AAU) Republik Indonesia.

Pada tahun 1964 sesuai Surat Perjanjian Bersama antara Direktorat Jenderal

Perhubungan Udara dengan Angkatan Udara Republik Indonesia, Pangkalan

Udara Adisutjipto Jogjakarta menjadi Pangkalan Udara gabungan antara Sipil dan

Militer.

41

o PERIODE 1992 – SEKARANG Pada tanggal 1 April 1992, sesuai dengan PP Nomor 48 Tahun 1992, Bandar

Udara Adisutjipto secara resmi masuk ke dalam pengelolaan Perum Angkasa Pura

I. Tanggal 2 Januari 1993 statusnya dirubah menjadi PT (PERSERO) Angkasa

Pura I Cabang Bandar Udara Adisutjipto sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 5

Tahun 1993 (https://gudeg.net/direktori/169/).

B. Gambar Lokasi Bandar Udara yang Menunjukkan Fasilitas Utama Bandar Udara 1. Runway, Taxiway dan Apron

WINDSHOCK TAXIWAY N2 TAXIWAY N3 TAXIWAY N4 TAXIWAY TAXIWAY NP TAXIWAY

RUNW TAXIWAY SIPIL : APRON APRON N2 : North 2; N3 : North 3; AY

B A N4 : North 4;

NP : North Parallel

Gambar II.1 Runway, Taxiway dan Apron Sumber: https://adisutjipto-airport.co.id/id

42

Runway atau landasan pacu merupakan area yang digunakan pesawat

terbang untuk melakukan lepas landas dan pedaratan, dan taxiway merupakan

area yang menghubungkan antara runway dan apron, berfungsi sebagai jalur

pesawat berpindah dari runway ke apron aatau sebaliknya, sedangkan apron

merupakan area yang digunakan pesawat untuk parkir, mengisi bahan bakar,

kegiatan pemeliharaan pesawat, serta memuat dan menurunkan penumpang

maupun barang. Bangunan tersebut dibangun berdampingan dengan bangunan

terminal untuk memudahkan kegiatan tersebut atau efisiensi.

Penunjuk arah angin berada pada jarak 950 meter dari threshold runway

09 dan 170 meter dari runway centreline.

2. Terminal, Parkir Kendaraan dan Bangunan Lainnya

MOBIL PARKIR TOWER TERMINAL APRON TNI APRON TERMINAL

PKP - PK

B A - AU

Gambar II.2 Terminal, Parkir Kendaraan dan Bangunan Lainnya Sumber: https://adisutjipto-airport.co.id/id

43

Terminal merupakan tempat penumpang untuk melakukan pengurusan

perjalanan udara seperti pembelian tiket, pemeriksaan, hingga penunggu

jadwal keberangkatan.

3. Radar dan Navigasi Aids

ILS NDB RADAR BLD Gambar II.3 Radar dan Navigasi Aids Sumber: https://adisutjipto-airport.co.id/id

ILS atau Instrument Landing System merupakan sistem pemandu

pendaratan pesawat udara. Sistem ini membantu pesawat udara untuk

mendarat tepat pada centre line (garis tengah) runway dan dengan sudut

pendaratan yang tepat. NDB atau Non Directional Radio Beacon merupakan

salah satu fasilitas untuk mngetahui posisi suatu bandara dengan memancar

sinyal gelombang radio ke segala arah. RADAR BLD merupakan alat untuk

mendeteksi fenomena cuaca yang disebut Microburst.

44

4. Grid Map Bandar Udara

Gambar II.4 Grid Map Bandar Udara Adisutjipto Yogyakarta Sumber: https://adisutjipto-airport.co.id/id

Grad Map merupakan peta yang menggambarkan Bandar udara dan

daerah sekitarnya sampai radius 5 miles (kurang lebih 8 Km) dari titip

referensi Bandar udara untuk penanggulangan keadaan darurat.

5. Penempatan Pesawat (parkingstand)

Sistem yang digunakan: Nose In, mengarah ke Terminal Penumpang

TERMINAL PENUMPANG A TERMINAL PENUMPANG B

Gambar II.5 Penempatan Pesawat (parking stand) Sumber: https://adisutjipto-airport.co.id/id

45

N2 & N3 merupakan jumlah kedatangan dan keberangkatan pesawat

udara yang dihitung berdasarkan permeberian bobot yang berbeda untuk pagi,

petang dan malam. Sedangkan S4 merupakan Air Trapict control untuk

keamanan dan keselamatan Bandar udara.

C. Gambar Batas-Batas Daerah Lingkungan Kerja

Gambar II.6 Lokasi Bandar Udara yang Menunjukkan Batas-Batas Daerah Lingkungan Kerja Bandar Udara Sumber: https://adisutjipto-airport.co.id/id

Batas-batas Daerah Lingkungan Kerja:

1. Pagar harmonika dipasang di:

a. Area NDB tinggi 1,8 M dan panjang 125 M.

b. Batas tanah PT AP I Yogya dengan PT KAI dan perkampungan sebelah

selatan dan timur laut dengan tinggi 1,8 M dan panjang 1916,4 M.

46

2. Pagar BRC dipasang di:

a. Pagar pembatas airside dengan landside dengan tinggi 2,4 Mdan panjang

33,9 M.

b. Pagar pengaman gedung kargo tinggi 1,2 M dan panjang 49 M

c. Area gunung ijo tinggi 1,9 M dan panjang 131 M

d. Area Boko tinggi 1,2 M dan panjang 109 M

e. Pagar pembatas dengan PT KAI tinggi 1,2 dan panjang 200 M

f. Pagar gedung radar tinggi 2,4 M panjang 2,9 M

g. Pagar pengaman bak sampah tinggi 2,4 dan panjang 56 M

h. Pagar pembatas Karantina dengan PKPPK tinggi 1,9 dan panjang 18 M

3. Pagar wiremesh dipasang di :

a. Sebelah timur runway27 tinggi 2,4 M dan panjang 1.090 M

b. Sebelah selatan bandar udara tinggi 2,4 M dan panjang 2.145 M

c. Pagar breakable dipasang di sebelah timur Runway 27 tinggi 1,25 M dan

lebar pintu 6 M.

47

D. Gambar Jarak antara Bandar Udara ke Kota Terdekat atau Daerah yang

Berpenduduk Padat

BANDAR UDARA ADISUTJIPTO

Gambar II.7 Lokasi Bandar Udara yang Memperlihatkan Jarak Bandar Udara ke Kota Terdekat Sumber: https://adisutjipto-airport.co.id/id Jarak Bandar Udara Adisutjipto ke Ibukota Propinsi Daerah

IstimewaYogyakarta adalah 9 km dengan bearing S 78,070 W.

1. Data Fasilitas dan Peralatan Bandar Udara di Dalam Daerah

Lingkungan Kerja Bandar Udara

a. Fasilitas Sisi Udara

Tabel II.1 Runway No Azimuth Dimensi Luas Permukaan PCN Capacity 1. 09-27 2200 X 45 99.000 M2 Beton 57 F/C/X/T Total : 17/ Jam M Asphalt • Regular: 14/Jam • Irregular, charter, Extra: 3/Jam Sumber: https://adisutjipto-airport.co.id/id

Tabel II.2 Apron & Taxiway NO Uraian Dimensi Permukaan Strength 1 Civil ApronA 86 m x 315 m West Part Concrete (PS 1 s/d 8) Centre Part Asphalt PCN 40 F/B/X/T Concrete East part Concrete 2 Civil Apron B 125 x 76 m Rigid PCN 58 R/B/X/T

48

(PS 9 s/d 11) 3 Taxiway N2 153 m x 27 m Asphalt PCN 58 F/B/X/T Taxiway N3 105m x 30m Asphalt PCN 41 F/B/X/T Taxiway N4 120 m x 23 m Asphalt PCN 59 F/C/X/T Taxiway NP 380mx23m Asphalt PCN 59 F/C/X/T Taxiway Apron 84 m x 23m Rigid - (PS 1 – PS 9) Sumber: https://adisutjipto-airport.co.id/id

Airfield Lighting System terdiri dari :

1) Approach lights (PALS CAT 1 RWY09)

2) Approach lights (MALS RWY27)

3) Apron edge light

4) Taxiway edge light

5) Taxiway guidance sign

6) Runway lights

7) Runway end light

8) Runway edge light

9) PAPI

10) Threshold light

11) Squenced Flashing Light (SQFL)

12) Rotating beacon

13) Obstruction light b. Fasilitas Landside

1) Jumlah Toll Gate : 9

Gate In : 4 (3 parkir utara, 1 terminal B)

Gate Out : 5 (2 parkir utara, 2 parkir timur, 1 terminal B)

2) Luas Area Parkir : 15.137 M2

Roda 4 : 13.887,60 m2 (Kapasitas 1.300 mobil)

49

Roda 2 : 1.249,40 m2 (Kapasitas 300 motor)

3) Panjang Curb Side

Domestik : 136 M

Internasional : 100 M

Jumlah Trolley : 370 unit c. Fasilitas Terminal

Tabel II.3 Fasilitas Terminal A dan B TERMINAL A TERMINAL B Luasan 7.446,44 m2 5.936 m2 (Kapasitas 1 jt pax/ thn) • Domestik : 4.686,60 m2 (Kapasitas 600 ribu pax/ thn) • Internasional : 1.015,50 m2 (Kapasitas 118.000 pax/ thn Jumlah SCP SCP 1 : 1 SCP 1 : 1 SCP 2 : 1 SCP 2 : 1 Concordia : 1 Baggage Area : 1 Jumlah X-ray SCP 1 : 3 unit SCP 1 : 3 unit SCP 2 : 3 unit SCP 2 : 3 unit Concordia : 1 unit Baggage Area : 1 unit Jumlah Check 30 unit 10 unit in Conveyor Belt 2 unit 1 unit FIDS 27 unit 26 unit Sumber: https://adisutjipto-airport.co.id/id d. Terminal Kargo

1) Luas Terminal Kargo Total : 760,50 m2

Domestik : 451,50 m2

Internasional : 309 m2

2) Luas Kantor EMPU Total : 887,3 m2

Domestik : 887,3 m2

50

3) Jumlah Kantor EMPU : 8

Domestik : 8

Internasional : 0

2. Data Fasilitas dan Peralatan Bandar Udara di Luar Daerah Lingkungan

Kerja Bandar Udara

Tidak terdapat fasilitas dan peralatan Bandar udara di luar daerah

lingkungan kerja Bandar udara.

3. Sertifikat Tanah dan Batas-Batas Tanah Lokasi Bandar Udara

Tabel II.4 Sertifikat Tanah dan Batas-Batas Tanah Lokasi Bandar Udara NO NOMOR AKTE NAMA DESA LUAS SATUAN SURAT HPL No. 1 1 AH 189297 13.04.01.02.00001 BALECATUR 12,205 M2 Balecatur HPL No. 2 2 AJ 82028 13.04.08.02.00002 TEGALTIRTO 10,463 M2 Tegaltirto HPL No. 2 3 AH 189296 13.04.01.02.00002 AMBARKETAWANG 495 M2 Ambarketawang HPL No. 1 4 AH 189326 13.04.08.02.00001 TEGALTIRTO 88,690 M2 Tegaltirto HGB No. 823 5 AF 470567 13.04.07.01.00823 CATURTUNGGAL 624 M2 Catur Tunggal HPL No. 9 Catur 6 AO 978992 13.04.07.01.00009 CATURTUNGGAL 4,945 M2 Tunggal HPL No. 8 7 AO 978991 13.04.07.02.00008 MAGUWOHARJO 3,750 M2 Maguwoharjo HPL No. 6 8 AJ 82539 13.04.08.02.5.00006 TEGALTIRTO 96,351 M2 Tegaltirto HPL No. 3 9 AJ 82029 13.04.10.01.5.00003 PURWOMARTANI 20,044 M2 Puwomartani HPL No. 1 10 AH 189325 13.04.01.02.00001 MAGUWOHARJO 34,020 M2 Maguwoharjo HPL No. 4 11 AJ 82030 13.04.10.01.5.00004 PURWOMARTANI 5,980 M2 Puwomartani HP No. 103 12 BG 710800 13.04.10.01.4.00103 PURWOMARTANI 5,557 M2 Puwomartani HPL No. 1 13 AJ 82027 13.04.08.02.00001 TEGALTIRTO 16,327 M2 Tegaltirto HPL No. 5 14 AJ 82540 13.04.08.02.5.00005 TEGALTIRTO 92,185 M2 Tegaltirto HP No. 16 15 BJ 751494 13.04.09.04.4.00015 SAMBIREJO 561 M2 sambirejo HP No. 15 16 BJ 751493 13.04.09.04.4.00016 SAMBIREJO 976 M2 sambirejo Sumber: https://adisutjipto-airport.co.id/id Keterangan :

51

2.2 : Luasan Area Bandar Udara (335,597 M2) 2.3 : Luasan Luar Area Bandar Udara (44,876 M2) :Luasan Area yang diserahkan ke Perum LPPNPI Yogyakarta (12,7 M2)

E. Data atau Informasi yang Dilaporkan kepada Pelayanan Informasi

Aeronautika (Aeronautical Information Service/AIS)

1. Indikator Lokasi Bandar Udara dan Nama

WAHH-Bandar Udara Internasional Adisutjipto Yogyakarta di Daerah

Istimewa Yogyakarta

2. Data Geografis dan Data Administrasi Bandar Udara

a. Koordinat Referensi Bandar Udara : 070 47’ 12’’ S ; 1100 25’ 55’’ E (Aerodrome Referrence Point)

b. ArahdanJarakKe Kota : 4,68 NM / 9 km East FM Town S 78,070W c. MagnetikVar/ Tahun Perubahan : 1°20’ E (2005)

d. Elevasi/ referensi temperatur : 350 feet (MSL)/ 33,8°Celcius

e. Elevasi masing-masing threshold : RWY 09 : 070 47’ 18.79” S 1100 25’ 19.25” E 374 feet RWY 27 : 070 47’ 16.02” S 1100 26’ 31.05” E 379 feet

52 f. Elevasitertinggi Touch Down Zone : RWY 09 : 374 feet pada precision approach runway RWY 27 : 379 feet g. Rincian Rotating Beacon Merk Type : ADB Lokasi : PS 10 Koordinat : Sebelah Utara Gedung CCR Frekuensi : 070 47’ 12’’ S ; 1100 25’ 55’’ E Warna : 12 RPM : Hijau dan putih h. Penyelenggara Bandar Udara : PT. Angkasa Pura I (Persero)

i. Elevasitertinggi Touch : RWY 09 : 374 feet Down Zone pada RWY 27 : 379 feet precision approach runway j. Rincian Rotating Beacon : ADB 1) Merk : PS 10 2) Type : Sebelah Utara Gedung CCR 3) Lokasi : 070 47’ 12’’ S ; 1100 25’ 55’’ E 4) Koordinat : 12 RPM 5) Frekuensi : Hijau dan putih 6) Warna : PT. Angkasa Pura I (Persero) k. Penyelenggara Bandar Udara l. Alamat : Jln.Solo Km. 9, Yogyakarta55282 m. Nomor Telepon : 0274 – 489466 / 484261 n. Telefax : 0274 – 488155 o. Telex : NIL p. Email : - q. Tipe lalu lintas : VFR dan IFR penerbangan yang diijinkan : - r. Keterangan

53

3. Jam Operasi

a. Pelayanan Pesawat Udara : 22.00 – 17.00 UTC/ 05.00 – 24.00 WIB

b. Administrasi Bandar : Senin – Kamis : 01.00 s/d 09.30 UTC Udara Jumat : 01.00 s/d 08.30 UTC

c. Bea Cukai dan Imigrasi : 22.00 – 17.00 UTC

d. Kesehatan dan Sanitasi : 22.00 – 17.00 UTC

e. Handling : 22.00–17.00 UTC

f. Keamanan Bandar Udara : 22.00 – 17.00 UTC

g. Keterangan : -

4. Pelayanan dan Fasilitas Teknis Penanganan Pesawat Udara (Handling Service and Facilities)

a. Fasilitas Penanganan : Tersedia Kargo : Avtur b. Bahan Bakar/ Oli/ Type : 1 Fuel truck @12000 L c. Fasilitas pengisian Bahan 1 Fuel truck @ 13000 Bakar/ Kapasitas 4 Fuel Truck @ 16000L Ground Tank 640 KL

: Tidak tersedia d. Ruang hanggar untuk perbaikan pesawat udara

e. Fasilitas perbaikan untuk : NIL pesawat udara

f. Keterangan : -

5. Fasilitas Penumpang Pesawat Udara (Passenger Facilities) a. Hotel : Tersedia b. Restoran : Tersedia c. Transportasi : Tersedia d. Fasilitas kesehatan : Tersedia e. Bank dan Kantor Pos : Tersedia f. Kantor Pariwisata : Tersedia g. Pelayanan bagasi : Tersedia

54

h. Keterangan : Tersedia

6. Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran (Rescue and Fire Fighting)

a. Kategori bandar udara : 7 (Tujuh) untuk PKP-PK b. Fasilitas PKP-PK :  3 Foam Tender  1 Rapid Intervention Vehicle  1 Comando Car  2 Ambulances  1 Utility car  2 Nurse Tender  Jumlahpersonilberlisensi 45 orang c. Ketersediaan peralatan : NIL (Follow Cluster Juanda pemindahan Surabaya)Contact Person 0312986417 pesawatudara yang rusak (ext. 417)

d. Keterangan : -

7. Avaibility Clearing a. Type of clearing equipment : Sweeper Car b. Clearance : Harian c. Keterangan : -

8. Apron, Taxiway dan Check Location Data

Tabel II.5 Data Apron & Taxiway Bandar Udara Adisutjipto Yogyakarta NO Uraian Dimensi Permukaan Strength 1 Civil Apron A 86 m x 315 m West Part PCN 40 F/B/X/T (PS 1 s/d 8) Concrete Centre Part Asphalt Concrete East part Concrete Civil Apron B 125 m x 76 m Rigid PCN 58 R/B/X/T 2 (PS 9 s/d 11) 3 Taxiway N2 153 m x 27 m Asphalt PCN 58 F/B/X/T Taxiway N3 105m x 30m Asphalt PCN 41 F/B/X/T Taxiway N4 120 m x 23 m Asphalt PCN 59 F/C/X/T Taxiway NP 380mx23m Asphalt PCN 59 F/C/X/T Taxiway Apron 84 m x 23m Rigid (PS 1 – PS 9) ACL Location dan Elevation: NIL https://adisutjipto-airport.co.id/id

55

9. Petunjuk Pergerakan Permukaan dan Sistem Kontrol dan Pemberian

Rambu Tabel II.6 Petunjuk Permukaan dan Sistem Kontrol serta pemberian Rambu

No. Uraian Keterangan 1. Penggunaan tanda identifikasi pesawat udara, • ID Sign of aircraft : taxiway guidelines, visual docking/ parking Tersedia guidance system untukparkirpesawatudara • TWY Guide lines : Tersedia • Visual docking: NIL • Parking guidance : Tersedia 2. Sistem Aircraft Stand • Taxi line : Tersedia • Lead in line : Tersedia • Centreline : Tersedia • Marshaller stop line : Tersedia 3. Marka dan Lampu Runway dan Taxiway • Marka Runway : Tersedia • Lampu Runway : Tersedia • Marka Taxiway : Tersedia • Lampu Taxiway : Tersedia 3. Stop bars TIDAK TERSEDIA No. Uraian Keterangan 4. Keterangan - Sumber: https://adisutjipto-airport.co.id/id

10. Lokasi dan Destination of Standard Taxi Route

Seluruh tipe pesawat udara yang beroperasi dapat melakukan taxi in

dan taxi out menuju Runway 09 dan Runway 27 melalui taxi way N2, N3

maupun N4. Pesawat dapat taxi route dengan heading west maupun

heading east sesuai dengan kondisi (subject ATC clearance).

Tabel II.7 Lokasi dan Designation Standar Taxi Route Taxiing Routes – Departure Runway 27 Apron Pat Taxi Routes h

56

NP – N4–Rwy 27 N4 NP turn right N4 enter back trackRwy 27 A N3 – Rwy 27 N3 N3 turn left enter back track Rwy27 N2 - Rwy 27 B N2 N2 turn left enter back track Rwy27

Taxiing Routes – Departure Runway 09 Apron Pat Taxi Routes h NP – N4– Rwy09 N4 NP turn right N4 enter back track rwy 09 A N3 – Rwy09 N3 N3 turn right enter back track Rwy 09 N2 - Rwy 09 B N2 N2 turn right enter back track Rwy 09

Taxiing Routes – Arrival Runway 27 Apron Path Taxi Routes Rwy 27-N4-NP Termina N4 Rwy 27 turn left N4 turn left NP entering apron l Rwy 27 – N3 A N3 Rwy 27 turn right N3 entering apron Termina Rwy 27-N2 l N2 Rwy 27 turn right N2 entering apron B Taxiing Routes – Arrival Runway 09 Apron Pat Taxi Routes h Rwy 09 - N4 – NP N4 Terminal Rwy 09 turn left N4 turn left NP entering apron A Rwy 09 – N3 N3 Rwy 09 turn left N3 entering apron Terminal Rwy 09 - N2 N2 B Rwy 09 turn left N2 entering apron

Sumber: https://adisutjipto-airport.co.id/id

57

11. Parking Stand Pesawat Udara dan Koordinat

Tabel II.8 Parking Stand Pesawat Udara dan Koordinat

Nomor Coordinate Lokasi Apron Parking Kapasitas Stand Latitude Longitude B-737/900/800 1 070 47’ 10.06” S 1100 26’ 19.59” E A320 B-737/900/800 2 070 47’ 10.12” S 1100 26’ 18.24” E A320 B-737/900/800 3 070 47’ 10.17” S 1100 26’ 16.90” E A320 4 070 47’ 10.19” S 1100 26’ 15.74’’ E B-737/series Apron A B-737/900/800 5 070 47’ 10.24” S 1100 26’ 14.52’’ E A320 6 070 47’ 10.27” S 1100 26’ 13.32’’ E B-737/series B-737/900/800 7 070 47’ 10.31” S 1100 26’ 12.13’’ E A320 B-737/900/800 8 070 47’ 10.35” S 1100 26’ 10.82’’ E A320 B-737/900/800 9 070 47’ 10.50” S 1100 26’ 05.94’’ E A320 B-737/900/800 Apron B 10 070 47’ 10.54” S 1100 26’ 04.61’’ E A320 B-737/900/800 11 070 47’ 10.60” S 1100 26’ 03.27’’ E A320 Sumber: https://adisutjipto-airport.co.id/id

12. Aerodrome Obstacle

Aerodrome Obstacle merupakan Cart-ICAO Type A dari Manual

Pengoperasian Bandar Udara.

Tabel II.9 In Approach and Take-off Areas No RWY/Are Obstacle Coordin Elevation Marking Remark . a Affected type ate /LGT 1. NIL Anthena NIL 32 m LGT 294 m right side of RWY 27

2. NIL JANTI NIL 50ft NIL Final RWY fly over 09 approximat

e 1.290 m from threshold

58

3. NIL Water NIL 18.04 m NIL 550 M NE reservoir of THR

RWY 09

Water NIL reservoir NIL 18.04 m NIL Dist 675 m 4. West of THR RWY 09

Sumber: https://adisutjipto-airport.co.id/id Tabel II.10 In the Circling Area at the Aerodrome No. RWY/Area Obstacle Coordinate Elevation Marking/LGT Remark Affected type 1. NIL Jetblast S NIL NIL NIL fence 07047’11.8” E 110026’02.2” Sumber: https://adisutjipto-airport.co.id/id

13. Ketersediaan Informasi Meteorologi

1. Assosiated MET Office : AD meteorological and Geophysical Station Yogyakarta 2. Hours of Service : H-24 3. Office Responsible for TAF : Yogyakarta 22.00-17.00 & O/R preparation period of validity 4. Trend Forecast & Interval of : O/R QAM every 30 minutes issuance 5. Flight Documentation – : Satellite image , Upper wind Chart Language Used 5000 feet – 31000 feet, weather prognosis-English, AWOS (Automatic Weather Observer System), Radar Cuaca 6. ATS Provided with Information : ADC, APP & Ground Control 7. Additional Information : (0274) 489229 ext 207

14. Karakteristik Fisik Runway

Arah landasan pacu yang sebenarnya, nomor arah landasan pacu,

panjang, lebar, kemiringan memanjang (slope), lokasi displaced, threshold

bila ada, jenis permukaan landasan pacu, jenis landas pacu, dan

59

keberadaan suatu obstacle free zone untuk keperluan precision approach

runway.

Tabel II.11 Arah Landasan Pacu 1 2 3 4 5 6 Elevasi Threshold Kekua dan tan Ketinggian (PCN) True & Elevasi Runway Dimensi dan MAG Koordinat Threshold dari Designator Runway Permu BRG Touchdown kaan Zone untuk Runw Precision ay Approach Runway 57 0 0 09 087° 2200 m x 07 47’18.60”S110 25’ 18.08” E 374 feet F/C/X/ 45 m 0 0 27 267° T 07 47’15.65”S110 26’30.80” E 379 feet 7 8 9 10 11 12 13 Dimen Slope si Dimensi Dimensi Runway - Runw RESA OFZ Keterangan Stopway Clearway Nomor ay Strip 2.285 150 X NIL m X 90 m x 90 m NIL 150 1% down 150 m - to west 2.285 NIL NIL m X NIL NIL 150 m Sumber: https://adisutjipto-airport.co.id/id 15. Declared Distance

RWY TORA TODA ASDA LDA

09 2.200 M 2.350 M 2.200 M 2.200 M 27 2.200 M 2.200 M 2.200 M 2.200 M

60

16. Approach dan Runway Lighting

Tabel II.12 Approach dan Runway Lighting 1 2 3 4 5 Appproach THR Light VASIS TDZ RWY Light colour (MEHT) LIGHT Designator type/Lenght WBAR PAPI LEN Single / 600 09 m Green PAPI NIL PALS CAT 1 Single / 420 27 m Green PAPI NIL MALS

6 7 8 9 10 RWY Centre Stopway line RWY RWY Edge Light LGT Light EndLight Keterangan colour LEN (M) length colour colour spacing color NIL White/Yellow&White Red NIL NIL NIL White/Yellow&White Red NIL NIL Other Lighting, Secondary Power Supplay

ABN/IBN Location, Characteristic Di sebelah Utara Gedung CCR , and Hours Operation 22.00-17.00 UTC LDI location and light anemometer Landing Tee Light available location and light TWY edge and centre line Light TWY edge light Available Secondary power supply/ swicth over 800 KVA(2 unit) time 1000 KVA (1 unit) 2000 KVA (1 unit) Switch over 15 detik UPS Backup for Airport Lighting 140 KVA (Switch over 0 detik ) Sumber: https://adisutjipto-airport.co.id/id

61

17. Helicopter landing Area

Coordinates TLOF of THR FATO NIL TLOF and/or FATO elevation (M/FT) NIL TLOF and FATO area dimensions, NIL surface, strength, marking True baring and MAG brg of FATO NIL Declared distance available NIL APP and FATO lighting NIL Sumber: https://adisutjipto-airport.co.id/id

18. Jarak Intersection Take Off dari Setiap Runway, Jika Tersedia

Runway Taxiway N-2 Taxiway N-3 Taxiway N -4 09 - - - 27 - - - Tidak tersedia, setiap pesawat yang akan take off harus dari ujung runway.

19. Koordinat Intersection Taxiway

Belum pernah dilakukan secara detail untuk pengukuran tiap-tiap inter

section taxi way.

F. Struktur Organisasi Bandar Udara Adisutjipto Bentuk Struktur Organisasi Bandar Udara Adisutjipto GENERAL MANAGEMENT

AIRPORT DUTY MANAGER

M. KOM DAN M. OPERASI USAHA M. TEKNIK M. KEU DAN APM

–ASMAN PELV. –ASMAN –ASMAN ELKA DAN –ASMAN PERS BAND KOMERSIAL LISTRIK DAN UMUM

–ASMAN –ASMAN USAHA –ASMAN AKUNT. APC/APP PEMASARAN –ASMAN TEK. UMUM DAN ANGKATAN

–ASMAN KOMBRANG TI KA –ASMAN TEK. PERLATAN

–ASMAN KESKAN

62

 General Manager Yang Pernah Menjabat Di Bandara Adisutjipto Yigyakarta 1. Wiranto Tjitrodarjono (KA BANDARA 1964-1975) 2. Soemarwanto (KA BANDARA 1975-1985) 3. I. Soenarto (1985-1988) 4. H. Soelaeman Supratno (1988-1999 April) 5. H. Sutardjo Wirto Prawiro (Kepala Cabang, MEI 1999-AGUSTUS 2001) 6. Data hilang

Gambar II.8 Struktur Organisasi PT Angkasa Pura I (Persero) Sumber: https://ap1.co.id/id/about/struktur-organisasi

G. Visi dan Misi Bandar Udara Adisutjipto

Visi, Misi, Komitmen, & Budaya

1. V i s i

“Menjadi salah satu dari sepuluh perusahaan pengelola bandar udara terbaik di

Asia”.

2. M i s i

a. Meningkatkan nilai pemangku kepentingan.

63

b. Menjadi mitra pemerintah dan pendorong pertumbuhan ekonomi.

c. Mengusahakan jasa kebandarudaraan melalui pelayanan prima yang memenuhi

standar keamanan, keselamatan, dan kenyamanan.

d. Meningkatkan daya saing perusahaan melalui kreativitas dan inovasi.

e. Memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan hidup.

3. Komitmen Perusahaan

Dalam rangka mendukung terlaksananya good corporate govenrnance (GCG),

segenap Insan PT Angkasa Pura I (Persero) berkomitmen untuk mewujudkan prinsip-

prinsip GCG sebagai berikut :

• Transparansi (transparency) : yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses

pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi

materiil dan relevan mengenai Perusahaan;

• Akuntabel (accountability): yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan

pertanggungjawaban organ sehingga pengelolaan Perusahaan terlaksana secara

efektif;

• Pertanggungjawaban (responsibility) : yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan

Perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-

prinsip korporasi yang sehat;

• Kemandirian (independency) : yaitu suatu keadaan di mana Perusahaan dikelola

secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh / tekanan dari pihak

manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku dan

prinsip-prinsip korporasi yang sehat;

• Kewajaran (fairness): yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak

stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

64

4. Budaya Kerja Perusahaan

Budaya kerja Perusahaan adalah : cara berpikir, bersikap dan berperilaku insan

PT Angkasa Pura I (Persero) yang mendasarkan pada nilai-nilai integritas,

profesionalisme, berorientasi pada kepuasan pelanggan serta tampil dengan

keteladanan. Setiap Insan PT Angkasa Pura I (Persero) senantiasa mempunyai

tanggung jawab melakukan perbaikan guna meningkatkan pelayanan kepada

pelanggan dengan tetap memperhatikan keseimbangan kepentingan stakeholders

lainnya guna mencapai visi, misi dan tujuan Perusahaan.

 Nilai Budaya Perusahaan PT Angkasa Pura I (Persero):

a. Sinergi

Definisi Nilai:

Cara insan PT Angkasa Pura I (Persero) menghargai keragaman dan keunikan

setiap elemen untuk memberi nilai tambah bagi perusahaan, pembangunan

ekonomi dan lingkungan dimana kami berada.

Panduan Perilaku:

• Intensif dalam menjalin koordinasi antar individu, unit kerja dan pemangku

kepentingan lainnya untuk menciptakan nilai tambah bagi perusahaan dan

lingkungan.

• Saling menghargai dalam memberikan saran, kritik dan pendapat yang

membangun.

• Saling memberi semangat dengan antusias untuk menghasilkan kinerja

unggul.

b. Adaptif

Definisi Nilai:

• Daya, semangat dan hasrat insan PT Angkasa Pura I (Persero) yang pantang

menyerah, proaktif merespon perubahan dan kaya akan inovasi.

65

Panduan Perilaku:

• Aktif meningkatkan kompetensi (ketrampilan dan pengetahuan) melalui

pembelajaran dan berbagi pengetahuan baik secara kolektif maupun

individual.

• Proaktif dalam menghadapi perubahan internal maupun eksternal.

• Pantang menyerah dengan mengembangkan cara‐cara baru yang inovatif

untuk penyelesaian tugas dengan sempurna. c. Terpercaya

Definisi Nilai:

• Karakter insan PT Angkasa Pura I (Persero) yang senantiasa selaras antara

kata dengan perbuatan, jujur dalam menjalankan tugas serta kewajiban , dan

dapat diandalkan.

Panduan Perilaku:

• Jujur dalam memegang nilainilai kebenaran yang hakiki

• Selaras antara kata dan perbuatan.

• Disiplin dalam penyelesaian pekerjaan.

• Bertanggung jawab terhadap hasil yang dicapai tanpa menyalahkan pihak

lain. d. Unggul

Definisi Nilai:

• Komitmen insan PT Angkasa Pura I (Persero) memberikan layanan prima

dengan profesional dan bertanggung jawab untuk memuaskan pelanggan

secara berkelanjutan.

Panduan Perilaku:

• Bersikap dan bertindak yang terbaik untuk melayani kebutuhan pelanggan

internal dan eksternal.

66

• Cepat dan tepat dalam memberikan solusi terhadap kebutuhan pelanggan

sesuai dengan standar layanan yang ditetapkan.

• Ahli dan mampu dalam menyelesaikan tugas serta memberikan solusi yang

berkualitas melebihi harapan pelanggan (baik pelanggan internal maupun

eksternal).

67