BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data 2.1.1 Studi Pustaka
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data 2.1.1 Studi Pustaka Penulis mengumpulkan data membeli buku dan majalah yang berhubungan tentang sejarah dan kisah kedirgantaraan 2.1.2 Website Penulis juga mengambil data dari website yang berhubungan tentang sejarah dan kisah kedirgantaraan contohnya www.indoflyer.net dan dari beberapa blog 2.1.2.1 Hasil survei Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kuisioner adalah alat riset/survey yang terdiri atas serangkaian pertanyaan tertulis, bertujuan mendapatkan tanggapan dari kelompok orang terpilih melalui wawancara pribadi dan daftar pertanyaan. Sedangkan angket merupakan daftar pertanyaan tertulis mengenai masalah tertentu dengan ruang untuk jawaban bagi setiap pertanyaan. Kuisioner dan angket merupakan salah satu metode pengumpulan data melalui pendekatan kuantitatif. Kuisioner ini disebarkan secara online (Online-Survey) kepada 100 orang responden secara acak sesuai dengan target market primer Dari survei yang dilakukan penulis dapat membuat suatu diagram grafik mengenai pengetahuan subjek terhadap sejarah dan tokoh tokohdirgantaraIndonesia 15 2.1.3 Wawancara Penulis juga melakukan wawancara dengan pakar dan redaksi majalah angkasa selaku orang yang paham betul dan memiliki data tentang dunia dirgantara wawancara juga dilakukan dengan Managing editor pt.elex media komputindo untuk mendapatkan data insight mengenai jenis buku dan karakteristik usia dan gayanya.Penulis juga melakukan sedikit wawancara dengan anak veteran pilot pada masa perjuangan. 2.1.3.1 Hasil Wawancara Dari wawancara yang dilakukan dengan redaktur majalah angkasa,bapak Benny Rachmadi,penulis mendapatkan data perbandingan Kegiatan yang berhubungan dengan kedirgantaraan dari waktu ke waktu Dari data yang didapat terjadi penurunan signifikan dalam hal kegiatan kedirgantaraan mulai dari atraksi udara,pameran pesawat militer,sampai joy flight yang diadakan decade 1952-1958 adalah dekade emas dalam hal dirgantara di Indonesia karena rutinnya kegiatan yang berhubungan dirgantara ini diadakan,pada tahun 1996 sempat terjadi gebrakan dengan diadakannya Indonesia air show yang cukup megah dan berhasil menarik minat banyak masyarakat untuk datang,tetapi sayangnya kegiatan serupa tidak lagi diselenggarakan di tahun tahun berikutnya. Hal ini pulalah yang mendorong masyarakat untuk menjadi kurang peka serta mengenal dunia dirgantara di Indonesia Dari wawancara yang dilakukan dengan Managing editor dari pt.elex media bapak Paulus Eko Nugroho penulis mendapatkan gambaran bahwa buku sejarah untuk usia dewasa 25-30 tahun ke atas memiliki karakteristik buku memiliki tebal 200-250 halaman dan didominasi oleh teks,ilustrasi yang digunakan umumnya ilustrasi yang sangat realis dan dilengkapi dengan foto foto yang dapat menjelaskan kejadian, sedangkan untuk usia remaja antara 13-16 tahun untuk tema sejarah lebih dianjurkan untuk lebih mengenalkan pembaca pada subjek yang akan diangkat sebelum masuk kedalam sejarah dibalik subjek tersebut,untuk masalah ilustrasi usia tersebut lebih menyukai gaya dengan warna warna yang solid dan dengan gaya gambar ber outline yang komikal.Untuk penerbitan buku sejarah tentang pesawat Indonesia pada umumnya masih dinikmati oleh kalangan tertentu karena tipikal pada buku sejarah pesawat ini adalah text book yang didominasi oleh teks dan minim gambar maka buku jenis ini kurang diminati oleh anak muda. 16 2.1.3.2 Hasil Pengamatan Dari hasil pengamatan penulis di Toko buku dan hasil diskusi dengan anggota forum indoflyer.net,penulis akhirnya dapat menyimpulkan Faktor faktor yang membuat sejarah dirgantara Indonesia kurang dikenal masyarakat adalah: -Kurangnya Literatur yang membahas hal tersebut -Literatur yang ada,kurang menarik dari segi desain -Buku buku yang ada masih bersifat text book sehingga hanya dibaca oleh orang yang benar benar menyukai dan mengerti dunia dirgantara (bukan orang awam) 2.1.4 Studi Visual Penulis juga melakukan pengamatan ke museum satria mandalam dan museum dirgantara mandala jogja untuk melihat beberapa pesawat yang memiliki sejarah historis dan mengamati data data pada pesawat tersebut. 2.1.5 Data Umum Data ini bersumber dari media cetak maupun elektronik 2.1.5.1 Definisi Pilot Pilot adalah sebutan untuk orang yang mengemudikan pesawat terbang. Sebagai sebuah profesi yang menuntut keahlian/skill dalam mengemudikan sebuah pesawat, seorang pilot harus menempuh ujian resmi yang diadakan oleh sekolah penerbangan. Jika dinyatakan lulus dalam ujian, seorang pilot akan mendapat sertifikasi terbang, yaitu suatu surat pengakuan kemampuan sang pilot untuk menerbangkan pesawat dengan tipe/ukuran tertentu. Keahlian seorang pilot dalam menerbangkan pesawat komersial merupakan dasar utama yang menentukan kualitas seorang pilot. Faktor-faktor pendukung keahlian seorang pilot selain surat sertifikasi adalah jumlah jam terbang yang telah dimiliki. Keselamatan pesawat dalam suatu penerbangan adalah tanggung jawab seorang pilot, sedang keselamatan dan kenyamanan penumpang selama penerbangan adalah tanggungjawab awak kabin. 2.1.5.2 Definisi Pesawat tempur Pesawat tempur adalah pesawat militer yang dirancang untuk menyerang pesawat lain di udara. Berbeda dengan pesawat pengebom, yang dirancang untuk menyerang target di permukaan. Pesawat tempur relatif lebih kecil, cepat, dan lincah. Pesawat tempur awalnya dikembangkan pada Perang Dunia I untuk menghadapi pesawat pengebom dan balon udara yang mulai lazim digunakan untuk melakukan serangan darat dan pengintaian. Pesawat tempur pertama awalnya berupa pesawat sayap ganda kayu yang diberi senapan mesin ringan. Pada Perang Dunia II, pesawat tempur lebih banyak dibuat dari logam, bersayap tunggal, dan menggunakan senapan mesin yang tertanam pada sayap. Setelah Perang Dunia II, mesin 17 turbojet mulai menggantikan mesin piston, dan peluru kendali mulai digunakan untuk menggantikan senapan mesin sebagai senjata utama. Klasifikasi pesawat tempur dibuat berdasarkan generasi. Penggunaan generasi ini awalnya digunakan petinggi pertahanan di Rusia, yang menyebut F-22 Raptor Amerika Serikat sebagai pesawat tempur "generasi kelima". Pesawat tempur adalah pesawat yang digunakan untuk perang di udara. Umumnya pesawat tempur berbentuk ramping, dapat bergerak lincah, membawa canon (senapan mesin) serta rudal danbom, berkecepatan tinggi, dilengkapi dengan perlengkapan avionik yang lebih banyak daripada pesawat sipil/penumpang seperti radar yang mampu mendeteksi lawan dalam jarak jauh serta mengunci sasaran lawan. Terlebih lagi dilengkapi dengan peralatan pengecoh dan pengacau radar, sampai berkemampuan "siluman" (stealth). 2.1.5.3 Sejarah Pesawat tempur di Indonesia Hari itu 27 Oktober 1945, sehari menjelang peringatan 17 tahun Sumpah Pemuda, di Pangkalan Maguwo, Yogyakarta terlihat ada kesibukan. Nampak para teknisi sedang berada di sekitar sebuah pesawat Cureng yang bertanda bulat Merah Putih, mempersiapkan segala sesuatunya untuk sebuah penerbangan yang direncanakan. Mereka menginginkan sebuah pesawat Merah Putih terbang hari itu, untuk membangkitkan Sumpah Pemuda. Komodor Udara Agustinus Adisutjipto, yang lebih dikenal dengan sebutan Pak Adi, adalah satu-satunya penerbang Indonesia yang berada di Pangkalan Maguwo. Hari itu, Pak Adi akan terbang bersama Cureng Merah Putih pesawat tempur hasil rampasan dari sisa sisa pesawat jepang. Upaya itu membawa hasil. Pak Adi membawa terbang Pesawat Cureng Merah Putih tersebut berputar- putar di Angkasa Pangkalan Maguwo disaksikan dengan rasa kagum oleh seluruh anggota pangkalan yang berada dibawah. Itulah awal mula sebuah pesawat Indonesia bertanda Merah Putih terbang di angkasa Indonesia yang merdeka. 2.1.5.4 Tokoh-Tokoh Penerbang Tempur Indonesia 1.Agustinus Adisucipto Agustinus Adisutjipto, (lahir di Salatiga, Jawa Tengah, 3 Juli 1916 dan meninggal di Bantul, Yogyakarta, 29 Juli 1947 pada umur 31 tahun) adalah seorang pahlawan nasional dan seorang komodor udara Indonesia. Adisutjipto dilahirkan 3 Juli 1916 di Salatiga, mengenyam pendidikan GHS (Geneeskundige Hoge School) (Sekolah Tinggi Kedokteran) dan lulusan Sekolah Penerbang Militaire Luchtvaart di Kalijati. Pada tanggal 15 November 1945, Adisutjipto mendirikan Sekolah Penerbang di Yogyakarta, tepatnya di Lapangan Udara Maguwo, yang kemudian diganti 18 namanya menjadi Bandara Adisutjipto, untuk mengenang jasa beliau sebagai pahlawan nasional. Pada saat Agresi Militer Belanda I, Adisujipto dan Abdulrahman Saleh diperintahkan terbang ke India. Penerobosan blokade udara Belanda menuju India dan Pakistan berhasil dilakukan. Namun dalam perjalanan pulang membawa bantuan obat-obatan dari Malaya, pesawat Dakota VT- CLA ditumpanginya jatuh ditembak oleh dua pesawat P-40 Kittyhawk Belanda di Dusun Ngoto pada tanggal 29 Juli 1947. Beliau dimakamkan di pekaman umum Kuncen I dan II, dan kemudian pada tanggal 14 Juli 2000 dipindahkan ke Monumen Perjuangan di Desa Ngoto, Bantul, Yogyakarta. 2. Petrus Getrudus Otto Noordraven Noordraven adalah seorang putra keturunan Belanda yang lahir di Cimahi, Bandung pada tanggal 15 Desember 1921, ayahnya seorang tentara Belanda dan Ibunya adalah seorang Bidan keturunan Ambon yang bernama Humbertina Frausina. Dalam sejarahnya Noordraven pernah mengecam pendidikan di MULO dan pada tahun 1942 Noordraven diterima sebagai siswa penerbang sukarela, dimana awalnya dia akan dijadikan Tail Gunner. Pada tanggal 1 Maret 1942 Noordraven bersama 800 siswa penerbang lainnya diberangkatkan ke Australia dengan menggunakan kapal laut dari Cilacap untuk memulai training terbang di kota Adelaide. Almarhum pernah menerbangkan pesawat B-25 Mitchel guna mendukung operasi