Implementasi Nilai-Nilai Perjuangan Kaum Perempuan Dalam Surat Kabar Poetri Hindia 1908-1911

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Implementasi Nilai-Nilai Perjuangan Kaum Perempuan Dalam Surat Kabar Poetri Hindia 1908-1911 ISSN: 2477-2771 Jurnal Candrasangkala E-ISSN: 2477-8214 Vol 3 No.1 Tahun 2017 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PERJUANGAN KAUM PEREMPUAN DALAM SURAT KABAR POETRI HINDIA 1908-1911 Ayu Septiani, M.Hum.1 Dosen Program Studi Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran Jl. Raya Bandung-Sumedang KM. 21 Jatinangor-Sumedang, Jawa Barat, 45363 Email: [email protected] Abstract: This paper discusses Implementation of the values of women's struggle in Poetri Hindia Newspaper 1908-1911. The elements discussed in this paper include women’s lives in the end of the 19th century until beginning of the 20th century, the publication of the Poetri Hindia newspaper, and the values of women’s struggle in that newspaper. Poetri Hindia newspaper as the first newspaper for women with Melayu languange and contains ideas struggle for the improvement of women must have significance in the study of women’s history in Indonesia. At that time, few newspapers wrote about indigenous women, even rare indigenous women whose ideas were published in the newspaper. To discuss these elements used historical methods. Keywords: Situs Astana Gede Kawali, a source of learning Abstrak: Tulisan ini membahas implementasi nilai-nilai perjuangan kaum perempuan dalam Surat Kabar Poetri Hindia tahun 1908-1911. Adapun unsur yang dibicarakan dalam tulisan ini meliputi kehidupan perempuan akhir abad ke-19 sampai awal abad ke-20, terbitnya Surat Kabar Poetri Hindia, dan nilai-nilai perjuangan kaum perempuan dalam surat kabar tersebut. Surat Kabar Poetri Hindia sebagai surat kabar pertama khusus perempuan yang berbahasa Melayu dan banyak memuat ide-ide perjuangan bagi kemajuan kaum perempuan tentunya memiliki arti penting dalam kajian sejarah perempuan di Indonesia. Pada masa itu, masih sedikit surat kabar yang menuliskan tentang perempuan pribumi, bahkan masih jarang perempuan pribumi yang idenya dipublikasikan dalam sebuah artikel di surat kabar. Untuk membahas permasalahan tersebut, dalam tulisan ini digunakan metode sejarah. Kata Kunci: Nilai-nilai perjuangan, Perempuan, Surat Kabar Poetri Hindia 1 Staf Pengajar di Program Studi Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor-Sumedang, Jawa Barat, 45363 [email protected] 43 ISSN: 2477-2771 Jurnal Candrasangkala E-ISSN: 2477-8214 Vol 3 No.1 Tahun 2017 PENDAHULUAN kemudian, atas prakarsa Tirto Adhi Soerjo, diterbitkanlah surat kabar khusus perempuan. Kehidupan perempuan bangsawan Dikatakan khusus perempuan karena mulai dari pribumi pada akhir abad ke-19 dibatasi oleh adat redaktur, penulis, dan target pembacanya adalah istiadat2 yang mengekang keinginan mereka perempuan. Surat kabar tersebut kemudian untuk secara bebas mengekspresikan diri. Adat dinamai Poetri Hindia yang terbit pertama kali istiadat membatasi kegiatan mereka hanya pada pada Juli 1908. Surat Kabar Poetri Hindia ini urusan rumah tangga. Mereka bertugas melayani menjadi wadah bagi perempuan untuk kebutuhan kaum pria yang menjadi suaminya. menuangkan ide-ide mereka. Tulisan ini ingin Kemudian, ketika ditinggal wafat oleh suami melihat nilai-nilai perjuangan kaum perempuan atau disia-siakan para suami, mereka tidak dapat yang diimplementasikan melalui sebuah media berbuat banyak. Dengan kata lain, pada masa cetak yaitu Surat Kabar Poetri Hindia. Berkaitan itu, kaum perempuan bangsawan pribumi sangat dengan hal tersebut, maka tulisan ini diberi judul tergantung kepada kaum pria. Mereka tidak Implementasi Nilai-Nilai Perjuangan Kaum berdaya ketika mengetahui suaminya Perempuan dalam Surat Kabar Poetri Hindia berselingkuh dengan perempuan lain, bahkan 1908-1911. tidak bisa menuntut hak ketika diceraikan oleh suaminya. Begitu pula dengan para gadis, METODE PENELITIAN mereka tidak diizinkan untuk bersekolah dan harus membatasi diri dalam bergaul dengan laki- Tulisan ini menggunakan metode sejarah laki. Aturan-aturan tidak tertulis seperti norma yang terdiri dari empat tahapan kerja yaitu kesopanan dan kesusilaan membatasi ruang heuristik, kritik, interpretasim dan historiografi gerak perempuan untuk menghasilkan sesuatu (Lubis, 2008). Tahapan metode sejarah yang yang dapat menunjukkan siapa dirinya. pertama adalah heuristik. Heuristik merupakan Oleh karena itu, munculah ide-ide metode pencarian dan pengumpulan sumber, kemajuan di kalangan perempuan bangsawan baik primer maupun sekunder, berupa sumber pribumi untuk menuntut persamaan hak agar tertulis seperti koran, majalah, foto, artikel, dapat bersekolah, bebas dalam bergaul, bekerja arsip, buku, dan karya tulis ilmiah; sumber selain pekerjaan rumah tangga seperti perawat, benda berupa candi, situs, banguan cagar guru, dan sebagainya. Ide tersebut diawali budaya; sumber lisan berupa wawancara yang dengan munculnya kesadaran menulis. Menulis berkaitan dengan permasalahan penelitian yang tentang diri mereka sendiri karena mereka selalu dikaji (Lubis, 2008). Data yang diperoleh diceritakan sebagai the other (yang dilainkan) kemudian dikumpulkan untuk diuji melalui oleh laki-laki (Cixous dalam Jurnal Perempuan, tahapan metode sejarah yang kedua, yaitu kritik. 2007: 125). Kesadaran menulis ini menunjukan Untuk melakukan kritik, terdapat dua cara yaitu bahwa mereka sudah memiliki kesadaran kritik ekstern dan intern. Kritik ekstern berpikir untuk mengubah nasib mereka, dari digunakan untuk menilai apakah data yang yang terpenjara oleh adat istiadat menjadi diperoleh asli atau turunan (otentisitas), manusia bebas yang dapat mengekspresikan diri sedangkan kritik intern digunakan untuk menilai dengan potensi yang dimiliki. apakah data yang diperoleh dapat dipercaya atau Pada awalnya, para perempuan pribumi tidak (kredibilitas) (Lubis, 2008). Data yang menulis dalam catatan harian mereka sendiri. telah lolos dari tahapan kritik kemudian diproses Hal tersebut disebabkan belum tersedianya melalui tahapan yang ketiga yaitu interpretasi. wadah untuk menaungi ide-ide mereka. Baru Tahapan ini diperlukan untuk membuat data yang tampaknya terlepas satu dengan lainnya 2 Adat istiadat adalah pola dan tingkah laku suatu menjadi satu hubungan yang saling berkaitan, kesatuan sosial mengenai pranata-pranata sehingga terlihat jelas kausalitasnya. Dari kebudayaan. Pola ini disebarkan melalui proses tahapan ini dihasilkan fakta. Fakta yang sosialisasi secara turun temurun. Pelanggaran dihasilkan dan masih saling terlepas satu sama terhadap pola ini menimbulkan adanya sanksi sosial lain itu kemudian disintesiskan. Setelah itu (Ensiklopedi Nasional Indonesia, 1988: 62) 44 ISSN: 2477-2771 Jurnal Candrasangkala E-ISSN: 2477-8214 Vol 3 No.1 Tahun 2017 dilakukan tahapan yang keempat, yaitu tidak segan saling membunuh untuk historiografi atau penulisan sejarah (Lubis, memperebutkan sesuatu yang terkait dengan 2008). kepentingan hidupnya, sedangkan perempuan Selain metode sejarah, dalam tulisan ini dikonsepsikan bekerja dalam bidang yang terkait juga diungkapkan mengenai konsep dengan rumah tangga (wilayah domestik) yang implementasi nilai perjuangan dalam hal ini tidak banyak mengandung risiko atau bahaya. perjuangan yang dilakukan oleh kaum Di dalam keluarga bangsawan di Jawa perempuan melalui media cetak surat kabar. atau yang “berdarah biru”, perempuan memiliki Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, empat peran, yaitu pertama, sebagai hamba implementasi adalah pelaksanaan atau Tuhan. Perempuan di Jawa3 pada umumnya penerapan. Sementara itu, pengertian nilai menganut agama Islam, Katolik, Protestan, adalah sifat-sifat atau hal-hal yang penting atau Hindu, atau Budha. Adapun agama yang dianut berguna bagi kemanusiaan. Adapun pengertian oleh sebagian besar masyarakat kalangan perjuangan yaitu usaha yang penuh dengan bangsawan adalah agama Islam yang bercampur kesukaran dan bahaya. Dengan demikian, dengan unsur-unsur ajaran Hindu-Budha, implementasi nilai perjuangan berarti animisme, dan dinamisme. Ajaran yang sinkretik pelaksanaan upaya-upaya yang berguna bagi ini dalam masyarakat suku Jawa disebut agama kemanusiaan. Dalam hal ini upaya-upaya yang Jawi atau Kejawen (Koentjaraningrat, 1984: dimaksud adalah upaya bagi kemajuan 311). Realisasi dari rasa syukur kepada Tuhan perempuan pribumi. Implementasinya dilakukan diwujudkan dalam sembah atau bekti. Baik laki- melalui media surat kabar Poetri Hindia. 3 Istilah Jawa memang mempunyai konotasi HASIL DAN PEMBAHASAN pengertian yang relatif, tergantung pada bagian mana A. Kehidupan Perempuan pada Akhir orang memandangnya. Denys Lombard (2000: 29- Abad ke-19 sampai Awal Abad ke-20 39) sendiri mendapatkan istilah “Jawa” dalam Tuhan menciptakan laki-laki dan pengertian pembedaan barat dan timur yang sifatnya perempuan dalam posisi yang sama sebagai etnolinguistik. Dalam hal ini, Pasundan yang makhluk paling mulia dibandingkan dengan merupakan salah satu sebutan wilayah di Pulau Jawa makhluk lainnya. Namun, dalam masyarakat di mempunyai karakteristik tersendiri. Tomé Pires berbagai tempat terdapat perbedaan pandangan bahkan sudah mengenali tanda-tandanya yang sama sekali berbeda dengan Jawa dan di sana digunakan tentang status perempuan, sehingga muncul bahasa yang sangat berbeda yaitu bahasa Sunda. konstruksi yang berbeda-beda mengenai Menurut Lombard, mengenai hal ini, orang Sunda kedudukan perempuan. Hal ini tidak terlepas sangat bangga dengan identitas mereka dan tidak dari faktor-faktor yang mempengaruhi pernah ingin dianggap sebagai orang Jawa. timbulnya pandangan tersebut, seperti stereotipe Sebaliknya, Lombard mengangkat contoh bahwa (pelabelan) yang dikaitkan dengan sifat ataupun pada saat ini, orang yang tinggal di Jakarta atau fisik
Recommended publications
  • Book Reviews - Matthew Amster, Jérôme Rousseau, Kayan Religion; Ritual Life and Religious Reform in Central Borneo
    Book Reviews - Matthew Amster, Jérôme Rousseau, Kayan religion; Ritual life and religious reform in Central Borneo. Leiden: KITLV Press, 1998, 352 pp. [VKI 180.] - Atsushi Ota, Johan Talens, Een feodale samenleving in koloniaal vaarwater; Staatsvorming, koloniale expansie en economische onderontwikkeling in Banten, West-Java, 1600-1750. Hilversum: Verloren, 1999, 253 pp. - Wanda Avé, Johannes Salilah, Traditional medicine among the Ngaju Dayak in Central Kalimantan; The 1935 writings of a former Ngaju Dayak Priest, edited and translated by A.H. Klokke. Phillips, Maine: Borneo Research Council, 1998, xxi + 314 pp. [Borneo Research Council Monograph 3.] - Peter Boomgaard, Sandra Pannell, Old world places, new world problems; Exploring issues of resource management in eastern Indonesia. Canberra: Centre for Resource and Environmental Studies, Australian National University, 1998, xiv + 387 pp., Franz von Benda-Beckmann (eds.) - H.J.M. Claessen, Geoffrey M. White, Chiefs today; Traditional Pacific leadership and the postcolonial state. Stanford, California: Stanford University Press, 1997, xiv + 343 pp., Lamont Lindstrom (eds.) - H.J.M. Claessen, Judith Huntsman, Tokelau; A historical ethnography. Auckland: Auckland University Press, 1996, xii + 355 pp., Antony Hooper (eds.) - Hans Gooszen, Gavin W. Jones, Indonesia assessment; Population and human resources. Canberra: Research School of Pacific and Asian Studies, Australian National University, 1997, 73 pp., Terence Hull (eds.) - Rens Heringa, John Guy, Woven cargoes; Indian textiles in the East. London: Thames and Hudson, 1998, 192 pp., with 241 illustrations (145 in colour). - Rens Heringa, Ruth Barnes, Indian block-printed textiles in Egypt; The Newberry collection in the Ashmolean Museum, Oxford. Oxford: Clarendon Press, 1997. Volume 1 (text): xiv + 138 pp., with 32 b/w illustrations and 43 colour plates; Volume 2 (catalogue): 379 pp., with 1226 b/w illustrations.
    [Show full text]
  • Modul Sejarah Kelas XI KD 3.7 Dan 3.7
    Modul Sejarah Kelas XI KD 3.7 Dan 3.7 RESPON BANGSA INDONESIA TERHADAP IMPERIALISME DAN KOLONIALISME DALAM BIDANG POLITIK, EKONOMI, SOSIAL-BUDAYA, DAN PENDIDIKAN SEJARAH KELAS XI PENYUSUN Zia Ulhaq SMAN 42 JAKARTA @2020, Direktorat SMA, Direktorat Jenderal PAUD, DIKDAS dan DIKMEN i Modul Sejarah Kelas XI KD 3.7 Dan 3.7 DAFTAR ISI PENYUSUN .......................................................................................................................................... i DAFTAR ISI ........................................................................................................................................ ii GLOSARIUM .................................................................................................................................... iii PETA KONSEP ................................................................................................................................. iv PENDAHULUAN ............................................................................................................................... 1 A. Identitas Modul ...................................................................................................... 1 B. Kompetensi Dasar .................................................................................................. 1 C. Deskripsi Singkat Materi ....................................................................................... 1 D. Petunjuk Penggunaan Modul ................................................................................. 2 E. Materi Pembelajaran
    [Show full text]
  • Thesis Submission
    From Primordialism to Peace Journalism: Lessons from Reporting Transitional Violence in Indonesia from the Late New Order to Early Reformasi Author Sharp, Stephen Published 2011 Thesis Type Thesis (PhD Doctorate) School School of Humanities DOI https://doi.org/10.25904/1912/273 Copyright Statement The author owns the copyright in this thesis, unless stated otherwise. Downloaded from http://hdl.handle.net/10072/367313 Griffith Research Online https://research-repository.griffith.edu.au School of Humanities, Faculty of Humanities & Social Sciences, Griffith University PhD Candidate: Steve Sharp B.Ec(Syd) MA(Journ)(UTS) Thesis Title: From Primordialism to Peace Journalism: lessons from reporting transitional violence in Indonesia from the late New Order to early Reformasi September 2010 Submitted in fulfilment of the requirements of the degree of Doctor of Philosophy This work has not previously been submitted for a degree or diploma in any university. To the best of my knowledge and belief, the thesis contains no material previously published or written by another person except where due reference is made in the thesis itself. _______________________ Date: 1 Abstract Since the fall of Communism, ethno-religious violence and ‘ethnic cleansing’ have become mainstay of news media reporting. Self-critical journalists increasingly question their professional role in exacerbating violent disintegration and ask how they can do journalism to assist the peaceful resolution of conflict. Due to its own difficult journey to nationhood, fear of a disintegrating state has been central to Indonesia’s political development and something of a national pathology. This was particularly apparent during the political crisis in the late 1990s when the historical repression and manipulation of ethnic and religious difference returned to haunt the state at its moment of weakness.
    [Show full text]
  • Nasionalisme Kulit Putih: Ernest Douwes Dekker Malaikat Pemberani
    Nasionalisme Kulit Putih: Ernest Douwes Dekker Malaikat Pemberani Samingan e-mail: [email protected] Program Studi Pendidikan Sejarah, FKIP, Universitas Flores ABSTRAK: Permasalahan dalam penelitian ini bagaimana bentuk nasionalisme orang Indo Ernest Douwes Dekker untuk memperjuangkan kesetaraan antara semua lapisan dengan orang Eropa. Lewat perjuangan yang berliku-liku mengalami berbagai pembuangan telah melahirkan rasa nasionalisme sebagai dasar pinjakan untuk Indonesia Merdeka. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana bentuk nasionalisme Ernest Douwes Dekker yang diperjuangkan mencapai kesetaraan antara orang kulit putih Eropa dengan orang pribumi dan orang Indo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode Sejarah (historical method). Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu pertama adalah mengumpulkan sumber (heuristik), ke dua adalah kritik sumber atau verifikasi, langkah ke tiga adalah interpretasi, langkah ke empat rekontruksi historiografi (penulisan) sejarah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Douwes Dekker merupakan seorang keturunan Belanda. Keprihatinannya atas penindasan bangsa kolonial terhadap kaum Pribumi mengetuk hati nuraninya untuk memperjuangkan kaum Indo (Keturunan Belanda) Pribumi dari segala diskriminasi. Langkah nyata yang ditempuh Douwes Dekker guna menyuarakan aspirasinya ditempuh dengan mendirikan partai politik atau dikenal dengan Indische Partij. Tjipto dikenal menentang sistem feodal yang telah mengakar, sementara Soewardi yang merupakan
    [Show full text]
  • Best Essays of 2015
    Logo Master File for Indonesian Scholarship & Research Support Foundation ISRSF Scholars Research Scholarship (R)65 (G)0 (B)170 (C)88 (M)97 (Y)0 (K)0 ISRSF Rockwell W100 H90 Scholars, Research and Scholarship Rockwell Light Best Essays of 2015 ISRSF Best Essays of 2015 Copyright © 2016 by ISRSF (Indonesian Scholarship and Research Support Foundation) All rights reserved. This book or any portion thereof may not be reproduced or used in any manner whatsoever without the express written permission of the publisher except for the use of brief quotations in a book review. Jakarta, February 2016 www.ISRSF.org Cover artwork: Designed by freepik.com and visualryan Table of Contents PREFACE 2 I. WOMEN’S ESSAYS 5 Introduction – by Dr. Dewi Candraningrum 6 Getting the ‘Post-Secular’ Right: Reading the Aceh Singkil Tragedy with Charles Taylor – by Lailatul Fitriyah 9 Deconstructing Stigma in Amurwani Dwi Lestariningsih’s GERWANI: The Story of Women as Political Prisoners in Plantungan Camp (1969-1979) – by Isyfi Afiani 19 The Impact of Women’s Representation in Politics and Society Towards Cultural and Religion Perspectives – by Juniar Laraswanda Umagapi 27 The Case of West Java: Behind The Popularity of Indonesian Coffee, Does This Popularity Show Farmers’ Empowerment? – by Resna Ria Asmara 39 The Influences of Culture and Stigma on Health Condition in Communities – by Mustika Yundari 49 The Reinterpretation of Gender: Inspiring Women in Modern Life – by Lenni Lestari 59 II. HISTORY ESSAYS 67 Introduction – by Dr. Baskara T. Wardaya, S.J. 68 Years
    [Show full text]
  • Semangat Sirnagalih 20 Tahun Aliansi Jurnalis Independen
    N E D N E P E D N I S I L A N R J U S I A L I A N SEMANGAT SIRNAGALIH 20 Tahun Aliansi Jurnalis Independen SEMANGAT SIRNAGALIH 20 Tahun Aliansi Jurnalis Independen Aliansi Jurnalis Independen (AJI), 2014 SEMANGat SIRNAGALIH 20 Tahun Aliansi Jurnalis Independen PENANGGUNGJAWAB: Eko Maryadi, Ketua Umum AJI Suwarjono, Sekjen AJI KOORDINatOR TIM: Abdul Manan PENULIS: Abdul Manan Arfi Bambani Wenri Wanhar Agustinus Eko Rahardjo Wenseslaus Manggut PEWAWANCARA: Y. Hesthi Murthi Wenri Wanhar Arfi Bambani Abdul Manan Aryo Wisanggeni Pito Agustin Alwan Ridha Ramdani Suwarjono KONTRIBUTOR BAHAN: Pengurus AJI kota seluruh Indonesia RISET DAN DOKUMENtasi: Y. Hesthi Murthi Satrio Putra Yuganto FOTO SAMPUL: Idon Haryana PENERBIT: Aliansi Jurnalis Independen Jl. Kembang Raya No. 6, Kwitang, Senen, Jakarta Pusat 10420 Telepon/Fax: (6221) 3151214 (6221) 3151261 Email: [email protected] Buku ini didedikasikan untuk para deklarator Aliansi Jurnalis Independen (AJI). DEKLARASI SIRNAGALIH ahwa sesungguhnya kemerdekaan berpendapat, memperoleh informasi dan kemerdekaan berserikat B adalah hak asasi setiap warga negara. Bahwa sejarah pers Indonesia berangkat dari pers perjuangan yang menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan, serta melawan kesewenang-wenangan. Dalam melaksanakan misi perjuangannya, pers Indonesia menempatkan kepentingan dan keutuhan bangsa di atas segala kepentingan pribadi maupun golongan. Indonesia adalah negara hukum, karena itu pers Indonesia melandaskan perjuangannya pada prinsip-prinsip hukum yang adil, dan bukan pada kekuasaan. Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut maka kami menyatakan: • Menolak segala bentuk campur tangan, intimidasi, sensor, dan pembredelan pers yang mengingkari kebebasan berpendapat dan hak warga negara memperoleh informasi. • Menolak segala upaya mengaburkan semangat pers Indonesia sebagai pers perjuangan.
    [Show full text]
  • Strategi Redaksi Tirto.Id Dalam Penyajian Berita Di Media Online
    STRATEGI REDAKSI TIRTO.ID DALAM PENYAJIAN BERITA DI MEDIA ONLINE SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.Ikom) Dalam Bidang Ilmu Komunikasi Oleh: WIJI AGUSTIN SASMITA NIM. B06215034 UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI 2019 ii iii iv v ABSTRAK Wiji Agustin Sasmita, B06215034, 2019. Strategi Redaksi Tirto.id dalam Penyajian Berita di Media Online. Skripsi Program studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya. Kata Kunci :Strategi Redaksi, Tirto.id, penyajian berita Adanya perkembangan teknologi dan informatika mendukung penyebaran informasi lebih cepat dan praktis. Industri media dituntut untuk lebih berinovasi dan canggih, serta tetap memiliki nilai kualitas yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan informasi pembaca, sehingga kompetisi media tersebut menyebabkan adanya disrupsi informasi. khususnya bagi para awak media online dalam menghasilkan beragam unsur-unsur jurnalistik. Acapkali lembaga berita online terjerembap menyampaikan informasi yang belum final terverifikasi kepada masyarakat luas sehingga terkadang menimbulkan mis-persepsi dan mis-interpretasi fakta. Oleh karena itu, strategi redaksi dianggap penting dalam penyajian berita di media online. Fokus penelitian yang dikaji dalam penelitian ini yaitu, bagaimana strategi redaksi Tirto.id dalam penyajian berita di media online. Mengungkap persoalan di atas, peneliti menggunakan
    [Show full text]
  • Strategi Politik Hos Cokroaminoto Dalam Surat Kabar Djawi Hisworo (1918)
    Journal of Islamic History Vol. 1, No. 1, Juni 2021: h. 78-100. DOI: xxxxxx/jih.v1i1.{} https://journal.nurscienceinstitute.id/index.php/jih Politisasi Isu Agama di Media Massa: Strategi Politik Hos Cokroaminoto dalam Surat Kabar Djawi Hisworo (1918) Ahmad Fajar, IAIN Salatiga [email protected] Submited: Revision Required: Published: 13 April 2021 19 Mei 2021 15 Juni 2021 ABSTRACT Hos Cokroaminoto is a politician as well as the leader of Sarekat Islam movement at the beginning of the 20th century. He was an active figure in the early world of the movement in the Hindia Belanda. In its political activity in 1918, he politicized the polemic of blasphemy in the newspapers of Djawi Hisworo to strengthen his political standing and attack his enemies. Through this politicization, Cokrominoto managed to attract many followers and mobilize the masses consisting of muslim. In this study, the author uses historical research methods wich include soirce criticism, interpretation, and historical writing.This writing is written with analitycal descriptive type. Research resource, among others: (1) Cokroaminoto politicized by attracting modernist Muslims to revive the branches of Sarekat Islam wich at the time were neglecte. (2) He also succeeded in estabilishing the Tentara Kandjeng Nabi Muhammad for the media movement. (3) He also managed to raise funds from Muslim merchants so many. Cokroaminoto then expelled enemies in the Communist-leaning Sarekat Islam which at the time became an obstacle for him to carry out his political activities. 78 Journal of Islamic History Vol. 1, No. 1, Juni 2021: h. 78-101. DOI: xxxxxx/jih.v1i1.{} Keywords: cokroaminoto, djawi hisworo, politization ABSTRAK HOS Cokroaminoto merupakan seorang politikus sekaligus pemimpin pergerakan Sarekat Islam pada awal abad ke 20.
    [Show full text]
  • Pemberitaan Perempuan Dalam Koran Kedaulatan Rakyat Tahun 1945-1950
    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PEMBERITAAN PEREMPUAN DALAM KORAN KEDAULATAN RAKYAT TAHUN 1945-1950 SKRIPSI Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sejarah pada Program Studi Sejarah Disusun oleh: Yunita Maria Ndoi NIM: 124314003 PROGRAM STUDI SEJARAH JURUSAN SEJARAH FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2018 i PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI MOTTO “Berbahagialah dia yang makan dari keringatnya sendiri bersuka karena usahanya sendiri dan maju karena pengalamannya sendiri” -Pramoedya Ananta Toer- iv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PERSEMBAHAN Skripsi yang berjudul “Pemberitaan Perempuan dalam Koran Kedaulatan Rakyat Tahun 1945-1950”, ini saya persembahkan untuk kedua orang tua saya Mama Yosephina Gae dan Bapak Agustinus Tua, kakak-kakak saya Anis, Aris, Ivan, dan kedua adik saya Ayub dan deri yang senantiasa mendukung dan mendoakan saya. Karya ini juga dipersembahkan untuk almamater Program Studi Sejarah, FAkultas Sastra, Universitas Sanata Dharma. v PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRAK Yunita Maria Ndoi, PemberitaanPerempuandalam Koran Kedaulatan Rakyat Tahun 1945-1950. Skripsi. Yogyakarta: Program StudiSejarah, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma, 2018. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab dua pertanyaan. Pertama adalah bagaimana keadaan sosial perempuan Yogyakarta dalam pemberitaan media lokal masa Revolusi Kemerdekaan 1945-1950? Kedua, bagaimana pandangan koran kedaulatan rakyat terhadap pemberitaan perempuan pada masa revolusi kemerdekaan tahun 1945-1950. Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka pada koran Kedaulatan Rakyat sebagai sumber primer. Analisis dilakukan dengan pengumpulan sumber- sumber primer dan melakukan pembandingan dan interpretasi pada sumber yang berhasil dikumpulkan. Penelitian ini melihat sudut pandang perempuan dan politik.
    [Show full text]
  • The Intersectionality of Arts and Film in Perfini Films and Resobowo's
    Basuki Resobowo as a Jack of All Trades: The Intersectionality of Arts and Film in Perfini Films and Resobowo’s Legacy in Indonesian Cinema Umi Lestari Southeast of Now: Directions in Contemporary and Modern Art in Asia, Volume 4, Number 2, October 2020, pp. 313-345 (Article) Published by NUS Press Pte Ltd DOI: https://doi.org/10.1353/sen.2020.0014 For additional information about this article https://muse.jhu.edu/article/770704 [ Access provided at 25 Sep 2021 00:27 GMT with no institutional affiliation ] This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License. Basuki Resobowo as a Jack of All Trades: The Intersectionality of Arts and Film in Perfini Films and Resobowo’s Legacy in Indonesian Cinema UMI LESTARI Abstract Basuki Resobowo (1916–99) is known primarily as a painter, activist and head of Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra, Institute for People’s Culture). He was affil- iated with left-wing politics during Sukarno’s Old Order (1945–65) and first entered the film industry in the 1940s when he played the role of Basuki in Jo An Djan’s film Kedok Ketawa (1940). During the Japanese Occupation (1942–45), Resobowo was part of Keimin Bunka Shidoso (Culture Centre). Literature on Resobowo’s artistic practice has mostly referred to his background in painting. However, in the 1950s, he joined Perusahaan Film Negara Indonesia (Perfini) as an art director and scriptwriter, making seven films, includingDarah dan Doa (Blood and Prayer) in 1950, which is regarded as the firstfilm nasional (national film). This article, while devoting some space to Resobowo’s overall career, chiefly endeavours to revisit the early Perfini films and examine the influence of Reso- bowo’s ideas about art and theatre on cinematographic mise-en-scene.
    [Show full text]
  • Downloaded From
    Translation in the Malay World. Different Communities, Different Agendas Jedamski, D.A.; Hung E., Wakabayashi J. Citation Jedamski, D. A. (2005). Translation in the Malay World. Different Communities, Different Agendas. In W. J. Hung E. (Ed.), Asian Translation Traditions (pp. 211-245). Manchester, UK, Northampton MA: St.Jerome Publishing. Retrieved from https://hdl.handle.net/1887/15104 Version: Not Applicable (or Unknown) License: Leiden University Non-exclusive license Downloaded from: https://hdl.handle.net/1887/15104 Note: To cite this publication please use the final published version (if applicable). Translation in the Malay World Different Communities, Different Agendas1 DORIS JEDAMSKI Leiden, The Netherlands It is said that translations do not have much value because they are merely duplicates. Be that as it may, they do occupy a significant place in literature.2 (Tzu You 1939:21) Abstract: For many centuries in the Malay world active and questioning use has been made of Arabic, Chinese, Indian and European source texts of all kinds. They were translated into Malay as well as into regional languages. This article outlines indigenous translation activities and colonial translation policy during the 19th and 20th centuries as they affected Malay literature. With the growing interference of the European colonial power in the educational sector and text production, the situation and tactics of the translators – among them Eurasians, Chinese, Sino-Malay, Arabs, Malay and Javanese – could not but change. Influenced also by their differing ethnic backgrounds, these translators developed diverse strategies, revealing divergent and sometimes contradictory notions of translation, translation history, and ‘ownership of the word’. This paper depicts the momentum that these concepts and strategies created in the Malay world.
    [Show full text]
  • Volume 12 No 2 Maret 2017
    Volume 12 No 2 Maret 2017 Pers dan Bangkitnya Kesadaran Nasional Indonesia pada Awal Abad XX Oleh: Miftahul Habib F Universitas Sebelas Maret Email: [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan: (1) untuk mengetahui perkembangan awal pers di Hindia Belanda, (2) mengetahui peran Kapitalisme cetak dalam persebaran kesadaran nasional Indonesia, (3) mengetahui kaitan pers dan bangkitnya kesadaran nasional Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode sejarah yang dijabarkan oleh Kuntowijoyo. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa perkembangan pers selalu terkait dengan kondisi sosial politik zaman yang berkaitan. Pers pada awal abad XX dipengaruhi oleh kebijakan politik etis yang mengidealkan kemajuan bangsa pribumi.Perkembangan pers didukung oleh adanya Kapitalisme cetak. Kapitalisme cetak memungkinkan tersebarnya kesadaran nasional Indonesia.Kesadaran nasional mula-mula terwujud dalam persebaran wacana kemajuan di kalangan pribumi terpelajar serta persebaran penggunaan bahasa melayu pasar sebagai lingua franca di Hindia Belanda. Kaitan antara pers dan bangkitnya kesadaran nasional Indonesia terlihat dalam surat kabar Bintang Hindia dan Medan Prijaji. Bintang Hindia merupakan surat kabar yang banyak memuat wacana kemajuan. Sejumlah gagasan penting dalam surat kabar ini antara lain Kaoem Moeda dan Bangsawan Pikiran. Kedua gagasan tersebut memberikan stimulus bagi kesadaran politik kaum pribumi terpelajar. Sementara itu, Medan Prijaji merupakan surat kabar yang lebih radikal daripada Bintang Hindia. Tulisan dalam Medan Prijaji banyak memuat kritik terhadap pemerintah kolonial dan memberikan bantuan hukum bagi pembaca yang membutuhkan. Kata Kunci: Pers, Kesadaran Nasional, Indonesia Abstract This study aims to: (1) find out the initial development of the press in the Dutch East Indies, (2) find out the role of print capitalism in the distribution of national consciousness Indonesia, (3) find out the related of press and the rise of Indonesian national consciousness.
    [Show full text]