Implementasi Nilai-Nilai Perjuangan Kaum Perempuan Dalam Surat Kabar Poetri Hindia 1908-1911
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
ISSN: 2477-2771 Jurnal Candrasangkala E-ISSN: 2477-8214 Vol 3 No.1 Tahun 2017 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PERJUANGAN KAUM PEREMPUAN DALAM SURAT KABAR POETRI HINDIA 1908-1911 Ayu Septiani, M.Hum.1 Dosen Program Studi Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran Jl. Raya Bandung-Sumedang KM. 21 Jatinangor-Sumedang, Jawa Barat, 45363 Email: [email protected] Abstract: This paper discusses Implementation of the values of women's struggle in Poetri Hindia Newspaper 1908-1911. The elements discussed in this paper include women’s lives in the end of the 19th century until beginning of the 20th century, the publication of the Poetri Hindia newspaper, and the values of women’s struggle in that newspaper. Poetri Hindia newspaper as the first newspaper for women with Melayu languange and contains ideas struggle for the improvement of women must have significance in the study of women’s history in Indonesia. At that time, few newspapers wrote about indigenous women, even rare indigenous women whose ideas were published in the newspaper. To discuss these elements used historical methods. Keywords: Situs Astana Gede Kawali, a source of learning Abstrak: Tulisan ini membahas implementasi nilai-nilai perjuangan kaum perempuan dalam Surat Kabar Poetri Hindia tahun 1908-1911. Adapun unsur yang dibicarakan dalam tulisan ini meliputi kehidupan perempuan akhir abad ke-19 sampai awal abad ke-20, terbitnya Surat Kabar Poetri Hindia, dan nilai-nilai perjuangan kaum perempuan dalam surat kabar tersebut. Surat Kabar Poetri Hindia sebagai surat kabar pertama khusus perempuan yang berbahasa Melayu dan banyak memuat ide-ide perjuangan bagi kemajuan kaum perempuan tentunya memiliki arti penting dalam kajian sejarah perempuan di Indonesia. Pada masa itu, masih sedikit surat kabar yang menuliskan tentang perempuan pribumi, bahkan masih jarang perempuan pribumi yang idenya dipublikasikan dalam sebuah artikel di surat kabar. Untuk membahas permasalahan tersebut, dalam tulisan ini digunakan metode sejarah. Kata Kunci: Nilai-nilai perjuangan, Perempuan, Surat Kabar Poetri Hindia 1 Staf Pengajar di Program Studi Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor-Sumedang, Jawa Barat, 45363 [email protected] 43 ISSN: 2477-2771 Jurnal Candrasangkala E-ISSN: 2477-8214 Vol 3 No.1 Tahun 2017 PENDAHULUAN kemudian, atas prakarsa Tirto Adhi Soerjo, diterbitkanlah surat kabar khusus perempuan. Kehidupan perempuan bangsawan Dikatakan khusus perempuan karena mulai dari pribumi pada akhir abad ke-19 dibatasi oleh adat redaktur, penulis, dan target pembacanya adalah istiadat2 yang mengekang keinginan mereka perempuan. Surat kabar tersebut kemudian untuk secara bebas mengekspresikan diri. Adat dinamai Poetri Hindia yang terbit pertama kali istiadat membatasi kegiatan mereka hanya pada pada Juli 1908. Surat Kabar Poetri Hindia ini urusan rumah tangga. Mereka bertugas melayani menjadi wadah bagi perempuan untuk kebutuhan kaum pria yang menjadi suaminya. menuangkan ide-ide mereka. Tulisan ini ingin Kemudian, ketika ditinggal wafat oleh suami melihat nilai-nilai perjuangan kaum perempuan atau disia-siakan para suami, mereka tidak dapat yang diimplementasikan melalui sebuah media berbuat banyak. Dengan kata lain, pada masa cetak yaitu Surat Kabar Poetri Hindia. Berkaitan itu, kaum perempuan bangsawan pribumi sangat dengan hal tersebut, maka tulisan ini diberi judul tergantung kepada kaum pria. Mereka tidak Implementasi Nilai-Nilai Perjuangan Kaum berdaya ketika mengetahui suaminya Perempuan dalam Surat Kabar Poetri Hindia berselingkuh dengan perempuan lain, bahkan 1908-1911. tidak bisa menuntut hak ketika diceraikan oleh suaminya. Begitu pula dengan para gadis, METODE PENELITIAN mereka tidak diizinkan untuk bersekolah dan harus membatasi diri dalam bergaul dengan laki- Tulisan ini menggunakan metode sejarah laki. Aturan-aturan tidak tertulis seperti norma yang terdiri dari empat tahapan kerja yaitu kesopanan dan kesusilaan membatasi ruang heuristik, kritik, interpretasim dan historiografi gerak perempuan untuk menghasilkan sesuatu (Lubis, 2008). Tahapan metode sejarah yang yang dapat menunjukkan siapa dirinya. pertama adalah heuristik. Heuristik merupakan Oleh karena itu, munculah ide-ide metode pencarian dan pengumpulan sumber, kemajuan di kalangan perempuan bangsawan baik primer maupun sekunder, berupa sumber pribumi untuk menuntut persamaan hak agar tertulis seperti koran, majalah, foto, artikel, dapat bersekolah, bebas dalam bergaul, bekerja arsip, buku, dan karya tulis ilmiah; sumber selain pekerjaan rumah tangga seperti perawat, benda berupa candi, situs, banguan cagar guru, dan sebagainya. Ide tersebut diawali budaya; sumber lisan berupa wawancara yang dengan munculnya kesadaran menulis. Menulis berkaitan dengan permasalahan penelitian yang tentang diri mereka sendiri karena mereka selalu dikaji (Lubis, 2008). Data yang diperoleh diceritakan sebagai the other (yang dilainkan) kemudian dikumpulkan untuk diuji melalui oleh laki-laki (Cixous dalam Jurnal Perempuan, tahapan metode sejarah yang kedua, yaitu kritik. 2007: 125). Kesadaran menulis ini menunjukan Untuk melakukan kritik, terdapat dua cara yaitu bahwa mereka sudah memiliki kesadaran kritik ekstern dan intern. Kritik ekstern berpikir untuk mengubah nasib mereka, dari digunakan untuk menilai apakah data yang yang terpenjara oleh adat istiadat menjadi diperoleh asli atau turunan (otentisitas), manusia bebas yang dapat mengekspresikan diri sedangkan kritik intern digunakan untuk menilai dengan potensi yang dimiliki. apakah data yang diperoleh dapat dipercaya atau Pada awalnya, para perempuan pribumi tidak (kredibilitas) (Lubis, 2008). Data yang menulis dalam catatan harian mereka sendiri. telah lolos dari tahapan kritik kemudian diproses Hal tersebut disebabkan belum tersedianya melalui tahapan yang ketiga yaitu interpretasi. wadah untuk menaungi ide-ide mereka. Baru Tahapan ini diperlukan untuk membuat data yang tampaknya terlepas satu dengan lainnya 2 Adat istiadat adalah pola dan tingkah laku suatu menjadi satu hubungan yang saling berkaitan, kesatuan sosial mengenai pranata-pranata sehingga terlihat jelas kausalitasnya. Dari kebudayaan. Pola ini disebarkan melalui proses tahapan ini dihasilkan fakta. Fakta yang sosialisasi secara turun temurun. Pelanggaran dihasilkan dan masih saling terlepas satu sama terhadap pola ini menimbulkan adanya sanksi sosial lain itu kemudian disintesiskan. Setelah itu (Ensiklopedi Nasional Indonesia, 1988: 62) 44 ISSN: 2477-2771 Jurnal Candrasangkala E-ISSN: 2477-8214 Vol 3 No.1 Tahun 2017 dilakukan tahapan yang keempat, yaitu tidak segan saling membunuh untuk historiografi atau penulisan sejarah (Lubis, memperebutkan sesuatu yang terkait dengan 2008). kepentingan hidupnya, sedangkan perempuan Selain metode sejarah, dalam tulisan ini dikonsepsikan bekerja dalam bidang yang terkait juga diungkapkan mengenai konsep dengan rumah tangga (wilayah domestik) yang implementasi nilai perjuangan dalam hal ini tidak banyak mengandung risiko atau bahaya. perjuangan yang dilakukan oleh kaum Di dalam keluarga bangsawan di Jawa perempuan melalui media cetak surat kabar. atau yang “berdarah biru”, perempuan memiliki Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, empat peran, yaitu pertama, sebagai hamba implementasi adalah pelaksanaan atau Tuhan. Perempuan di Jawa3 pada umumnya penerapan. Sementara itu, pengertian nilai menganut agama Islam, Katolik, Protestan, adalah sifat-sifat atau hal-hal yang penting atau Hindu, atau Budha. Adapun agama yang dianut berguna bagi kemanusiaan. Adapun pengertian oleh sebagian besar masyarakat kalangan perjuangan yaitu usaha yang penuh dengan bangsawan adalah agama Islam yang bercampur kesukaran dan bahaya. Dengan demikian, dengan unsur-unsur ajaran Hindu-Budha, implementasi nilai perjuangan berarti animisme, dan dinamisme. Ajaran yang sinkretik pelaksanaan upaya-upaya yang berguna bagi ini dalam masyarakat suku Jawa disebut agama kemanusiaan. Dalam hal ini upaya-upaya yang Jawi atau Kejawen (Koentjaraningrat, 1984: dimaksud adalah upaya bagi kemajuan 311). Realisasi dari rasa syukur kepada Tuhan perempuan pribumi. Implementasinya dilakukan diwujudkan dalam sembah atau bekti. Baik laki- melalui media surat kabar Poetri Hindia. 3 Istilah Jawa memang mempunyai konotasi HASIL DAN PEMBAHASAN pengertian yang relatif, tergantung pada bagian mana A. Kehidupan Perempuan pada Akhir orang memandangnya. Denys Lombard (2000: 29- Abad ke-19 sampai Awal Abad ke-20 39) sendiri mendapatkan istilah “Jawa” dalam Tuhan menciptakan laki-laki dan pengertian pembedaan barat dan timur yang sifatnya perempuan dalam posisi yang sama sebagai etnolinguistik. Dalam hal ini, Pasundan yang makhluk paling mulia dibandingkan dengan merupakan salah satu sebutan wilayah di Pulau Jawa makhluk lainnya. Namun, dalam masyarakat di mempunyai karakteristik tersendiri. Tomé Pires berbagai tempat terdapat perbedaan pandangan bahkan sudah mengenali tanda-tandanya yang sama sekali berbeda dengan Jawa dan di sana digunakan tentang status perempuan, sehingga muncul bahasa yang sangat berbeda yaitu bahasa Sunda. konstruksi yang berbeda-beda mengenai Menurut Lombard, mengenai hal ini, orang Sunda kedudukan perempuan. Hal ini tidak terlepas sangat bangga dengan identitas mereka dan tidak dari faktor-faktor yang mempengaruhi pernah ingin dianggap sebagai orang Jawa. timbulnya pandangan tersebut, seperti stereotipe Sebaliknya, Lombard mengangkat contoh bahwa (pelabelan) yang dikaitkan dengan sifat ataupun pada saat ini, orang yang tinggal di Jakarta atau fisik