Kebangkitan Nasional

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Kebangkitan Nasional DAFTAR ISI KEBANGKITAN NASIONAL Fauzan Anyasfika : Khoerun Nisa Fadillah : MENGINSPIRASI JEJAK ARSIP, “SENJATA” PERANG 5 ARSIP DAN KELANCARAN ASIMETRIS LANGKAH KEARSIPAN DI 9 PEMILU 12 INDONESIA Bagi bangsa Indonesia, perjuangan bangsa Pemilu sebagai manifestasi Pengelolaan arsip wilayah perbatasan yang tidak melulu melalui kedahsyatan senjata kebangkitan demokrasi nasional baik, akan berdampak pada pelindungan saja, namun perjuangan dalam bentuk pergerakan moral untuk mewujudkan sejatinya menjadi sarana pelaksanaan dan penyelamatan kedaulatan teritorial persatuan bangsa merupakan titik balik kedaulatan rakyat. Melalui pemilu, NKRI. Di bagian inilah, arsip bukan perlawanan melawan penjajah. Pergerakan rakyat dapat menentukan siapa yang hanya untuk kearsipan, melainkan untuk kecil diibaratkan sebagai kehidupan yang akan memimpin bangsa dan negara kehidupan bermasyarakat, berbangsa, tumbuh menjadi pohon kesadaran yang menyebarkan benih-benih baru dan telah ini dan melalui pemilu, rakyat dapat dan bernegara. mengilhami rasa kebersamaan maupun mencalonkan diri untuk duduk dalam rasa memiliki di antara para pribumi dan jabatan legislatif maupun eksekutif. priyayi terhadap bangsa Indonesia. Dwi Nurmaningsih : DARI REDAKSI 4 28 GUIDE ARSIP, MENDEKATKAN ARSIP DENGAN PENGGUNA Ina Mirawati : 15 PEMBERANTASAN BUTA Satimin : HURUF: SEBUAH CATATAN 31 MENUJU SUKSESNYA AKUNTABILITAS DALAM KEBANGKITAN NASIONAL PEMUSNAHAN ARSIP Dharwis W.U. Yacob : 18 TIRTO ADHI SOERJO: TOKOH Adhie Gesit Pambudi : KEBANGKITAN NASIONAL DAN 34 PELOPOR POLITIK ARSIP ARCHIVAL MANAGEMENT PLAN: TITIK BALIK KEBANGKITAN PENGELOLAAN Profil: ARSIP STATIS DI ANRI KETERANGAN COVER 23 Presiden Soekarno sedang membantu mengajarkan SEPAK TERJANG TASDIK masyarakat yang buta huruf di Yogya, 1946. Yuanita Utami : KINANTO: REFORMASI 38 ANRI, Foto IPPHOS No. 261 BIROKRASI DIMULAI DARI TERBIT FAJAR DI UFUK TIMUR INTERNAL JEPARA Dhani Sugiharto : 25 LIPUTAN 41 RESTORASI DIGITAL FILM KONFERENSI ASIA AFRIKA DARI REDAKSI Pembina: Kepala Arsip Nasional RI, omentum Kebangkitan Nasional pada tanggal 20 Mei Sekretaris Utama Arsip Nasional RI, Deputi Bidang Konservasi Arsip, 1908 menandai munculnya kesadaran kolektif di antara Deputi Bidang Pembinaan Kearsipan, M komponen bangsa yang mewakili berbagai kelompok Deputi Bidang Informasi & dengan berbagai latar belakang, baik etnis maupun profesi, Pengembangan Sistem Kearsipan terbentuk dalam pergerakan secara nasional untuk mewujudkan Penanggung Jawab: Dra. Multi Siswati, MM kemerdekaan. Pergerakan ini menandakan suatu bentuk Pemimpin Redaksi: perjuangan yang lebih progresif dengan munculnya diplomasi Dra. Listianingtyas M. sebagai salah satu bentuk perjuangan di samping model Wakil Pemimpin Redaksi: konfrontasi yang telah lebih dahulu ada. Eli Ruliawati, S.Sos Dewan Redaksi: Kini, semangat dan nilai-nilai kebangkitan nasional Drs. Azmi, M.Si., Drs. Hilman Rosmana, M. Ihwan, S.Sos., M.Si., direvitalisasikan dalam upaya mengatasi berbagai persoalan Drs. Bambang Parjono Widodo, M.Si, bangsa dan menjawab tantangan pada berbagai aspek kehidupan. Drs. Langgeng Sulistyo B, Perkembangan peradaban yang begitu pesat menuntut kesiapan Redaktur Pelaksana: untuk melakukan penyelarasan. Gurandhyka, S. IP, Neneng Ridayanti, S.S., Majalah ARSIP untuk edisi kali ini mengangkat Kebangkitan Bambang Barlian, S.AP, Susanti, S.Sos., M.Hum., Nasional sebagai tema utama, berisi berbagai artikel, wawancara Eva Julianty, S.Kom., Adhie Gesit Pambudi, S.Sos., MA. dengan para narasumber tentang keterkaitan kebangkitan Sekretariat: nasional dengan masalah kekinian, dan reportase serta hasil Sri Wahyuni, Ifta Wydyaningsih, A.Md, liputan lainnya. Raistiwar Pratama, S.S Reporter: Perlu kami informasikan, dikarenakan efisiensi anggaran, Ika Kartika, S.Ikom., Annawaty Betawinda M, maka pada tahun ini Majalah ARSIP hanya akan terbit dua S.Sos., Tiara Kharisma, S.Ikom., Erieka Nurlidya, S.Sos., kali. Kami sangat mengharapkan masukan, kritik dan saran Fotografer: dari pembaca guna memperbaiki kualitas majalah ini. Sebagai Hendri Erick Zulkarnaen, S.Kom, Supriyono, penutup, kami mengucapkan terima kasih dan selamat menikmati Firmansyah, A.Md, sajian majalah edisi ini. Editor: Neneng Ridayanti, S.S., Eva Julianty, S.Kom, Bambang Barlian, S.AP Redaksi Tiara Kharisma, S.I.Kom. Perwajahan/Tata Letak: Isanto, A.Md Distributor: Abdul Hamid, Farida Aryani, S.Sos Achmad Sadari Majalah ARSIP menerima artikel dan berita tentang kegiatan kearsipan dan cerita-cerita menarik yang merupakan pengalaman pribadi atau orang lain. Jumlah halaman paling banyak tiga halaman atau tidak lebih dari 500 kata. Redaksi berhak menyunting tulisan tersebut, tanpa mengurangi maksud isinya. Artikel sebaiknya dikirim dalam bentuk hard dan soft copy ke alamat Redaksi: Subbag. Publikasi dan Dokumentasi, Bagian Humas, Arsip Nasional RI, Jalan Ampera Raya No. 7 Cilandak, Jakarta 12560, Telp.: 021-780 5851 Ext. 404, 261, 111, Fax.: 021-781 0280, website: www.anri.go.id, email: [email protected] Majalah ARSIP Edisi 63 2014 4 LAPORAN UTAMA KEBANGKITAN NASIONAL MENGINSPIRASI JEJAK LANGKAH KEARSIPAN DI INDONESIA Delapan tokoh Boedi Oetomo, di halaman Gedung School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA) Sekolah Kedokteran untuk Bumiputera, 1908. Duduk dari kiri ke kanan: Goenawan Mangoenkoesoemo, Latumeten, Moh. Arsjad, Angka Prodjosoedirdjo. Berdiri dari kiri ke kanan: Moh. Saleh, Soesilo, Soetomo, Gumbrek agi bangsa Indonesia, Salah satu pergerakan yang yang patuh dan setia, menjadi alat perjuangan bangsa tidak kemudian menjadi inspirasi bagi dan kaki tangan penjajah, yang dapat B melulu melalui kedahsyatan perkumpulan lain adalah keprihatinan bekerja hanya untuk kepentingan senjata saja, namun perjuangan sekelompok priyayi yang bersekolah di majikan semata-mata. Berawal dari dalam bentuk pergerakan moral Sekolah Dokter Jawa terhadap dunia keprihatinan ini maka mereka sepakat untuk mewujudkan persatuan bangsa pendidikan yang diselenggarakan membentuk perkumpulan BOEDI merupakan titik balik perlawanan pemerintah Hindia Belanda. Di OETOMO di gedung STOVIA (School melawan penjajah. Pergerakan kecil mana sekolah tidak mendidik anak- Tot Opleiding Van Inlandsche Artsen)- diibaratkan sebagai kehidupan yang anak pribumi Indonesia supaya tempat Sekolah Dokter Jawa yang tumbuh menjadi pohon kesadaran yang menjadi orang yang berderajat telah ditingkatkan menjadi Sekolah menyebarkan benih-benih baru dan tinggi, tidak untuk memelihara cita- Tinggi Kedokteran. telah mengilhami rasa kebersamaan cita kemanusiaan, untuk menjadi Berdirinya BOEDI OETOMO maupun rasa memiliki diantara para manusia dan bangsa yang sejajar 20 Mei 1908 yang kemudian oleh pribumi dan priyayi terhadap bangsa dengan manusia dan bangsa di dunia pemerintah, kita peringati sebagai Indonesia, lainnya. Sebaliknya, pendidikan hanya hari Kebangkitan Nasional disebut- mendidik pribumi sebagai pelayan Majalah ARSIP Edisi 63 2014 5 LAPORAN UTAMA sebut sebagai ‘embrio’ dari sebuah supaya mereka sadar tentang rasa organisasi modern yang menjiwai nasionalismenya, tuturnya. kebangkitan seluruh komponen bang- Terkait dengan khazanah arsip sa untuk meneguhkan cita-cita bangsa tentang peristiwa kebangkitan Indonesia. Menurut sejarawan Bonnie nasional antara tahun 1890 s.d. 1945, Triyana, meskipun masih ada diskusi diakui oleh Kepala ANRI masih sedikit panjang lebar mengenai apakah namun dalam mail reporten sudah ada. benar BOEDI OETOMO merupakan Sejauh ini yang ada adalah arsip-arsip organisasi modern pertama yang tentang peringatan hari kebangkitan mengawali tumbuhnya nasionalisme, nasional bukan kepada saat se- namun harus diingat juga bahwa zaman dengan peristiwa kebangkitan melihat sejarah bukan hanya siapa nasional itu sendiri. Sampai sekarang yang lebih dulu, melainkan siapa ANRI masih terus menelusuri arsip- yang mendatangkan kegunaan bagi arsip yang terkait langsung dengan pembebasan nasional Indonesia, Bonnie Triyana peristiwa ataupun pergerakan yang dengan demikian organisasi-organisasi mengilhami kebangkitan nasional, lain seperti Indische Partij, Sarekat baik itu penelusuran kepada ahli Islam, dan bahkan Partai Komunis Kebangkitan waris para pendiri tokoh pergerakan Indonesia pun bisa dihitung sebagai nasional maupun saksi perorangan organisasi yang menyumbangkan nasional harus yang dekat dengan peristiwa tersebut. kekuatan bagi bangkitnya rasa dipahami dalam Sementara mengenai akses arsip nasionalisme Indonesia. terhadap perisitiwa kebangkitan Bonnie Triyana yang aktif menulis konteks zamannya nasional, prinsipnya semua terbuka sejarah pergerakan Indonesia di surat sehingga makna untuk publik kabar ini selanjutnya menambahkan, Bonnie Triyana yang juga tentunya banyak arsip yang menarik yang tersirat dari pemimpin redaksi majalah Historia dan dijadikan bukti apabila dikaitkan ‘kebangkitan menambahkan, Kebangkitan nasional dengan kebangkitan nasional, namun harus dipahami dalam konteks secara pribadi saya lebih menyukai nasional’ harus zamannya sehingga makna yang catatan personal dari para aktivis memberi makna tersirat dari ‘kebangkitan nasional’ gerakan nasionalisme Indonesia, harus memberi makna bagi kehidupan bisa berupa surat atau artikel yang bagi kehidupan di di zamannya, bahwa kebangkitan mereka tulis di media massa, karena zamannya nasional di zaman sekarang harus sesungguhnya mencerminkan dipahami sebagai momentum bagaimana pandangan para tokoh untuk melakukan berbagai macam terhadap persoalan yang dihadapi perspektif sejarah, kehadiran BOEDI perubahan untuk perbaikan kehidupan bangsa pada masa lalu. OETOMO bukan sekedar terbentuknya rakyat. Indonesia
Recommended publications
  • Book Reviews - Matthew Amster, Jérôme Rousseau, Kayan Religion; Ritual Life and Religious Reform in Central Borneo
    Book Reviews - Matthew Amster, Jérôme Rousseau, Kayan religion; Ritual life and religious reform in Central Borneo. Leiden: KITLV Press, 1998, 352 pp. [VKI 180.] - Atsushi Ota, Johan Talens, Een feodale samenleving in koloniaal vaarwater; Staatsvorming, koloniale expansie en economische onderontwikkeling in Banten, West-Java, 1600-1750. Hilversum: Verloren, 1999, 253 pp. - Wanda Avé, Johannes Salilah, Traditional medicine among the Ngaju Dayak in Central Kalimantan; The 1935 writings of a former Ngaju Dayak Priest, edited and translated by A.H. Klokke. Phillips, Maine: Borneo Research Council, 1998, xxi + 314 pp. [Borneo Research Council Monograph 3.] - Peter Boomgaard, Sandra Pannell, Old world places, new world problems; Exploring issues of resource management in eastern Indonesia. Canberra: Centre for Resource and Environmental Studies, Australian National University, 1998, xiv + 387 pp., Franz von Benda-Beckmann (eds.) - H.J.M. Claessen, Geoffrey M. White, Chiefs today; Traditional Pacific leadership and the postcolonial state. Stanford, California: Stanford University Press, 1997, xiv + 343 pp., Lamont Lindstrom (eds.) - H.J.M. Claessen, Judith Huntsman, Tokelau; A historical ethnography. Auckland: Auckland University Press, 1996, xii + 355 pp., Antony Hooper (eds.) - Hans Gooszen, Gavin W. Jones, Indonesia assessment; Population and human resources. Canberra: Research School of Pacific and Asian Studies, Australian National University, 1997, 73 pp., Terence Hull (eds.) - Rens Heringa, John Guy, Woven cargoes; Indian textiles in the East. London: Thames and Hudson, 1998, 192 pp., with 241 illustrations (145 in colour). - Rens Heringa, Ruth Barnes, Indian block-printed textiles in Egypt; The Newberry collection in the Ashmolean Museum, Oxford. Oxford: Clarendon Press, 1997. Volume 1 (text): xiv + 138 pp., with 32 b/w illustrations and 43 colour plates; Volume 2 (catalogue): 379 pp., with 1226 b/w illustrations.
    [Show full text]
  • Modul Sejarah Kelas XI KD 3.7 Dan 3.7
    Modul Sejarah Kelas XI KD 3.7 Dan 3.7 RESPON BANGSA INDONESIA TERHADAP IMPERIALISME DAN KOLONIALISME DALAM BIDANG POLITIK, EKONOMI, SOSIAL-BUDAYA, DAN PENDIDIKAN SEJARAH KELAS XI PENYUSUN Zia Ulhaq SMAN 42 JAKARTA @2020, Direktorat SMA, Direktorat Jenderal PAUD, DIKDAS dan DIKMEN i Modul Sejarah Kelas XI KD 3.7 Dan 3.7 DAFTAR ISI PENYUSUN .......................................................................................................................................... i DAFTAR ISI ........................................................................................................................................ ii GLOSARIUM .................................................................................................................................... iii PETA KONSEP ................................................................................................................................. iv PENDAHULUAN ............................................................................................................................... 1 A. Identitas Modul ...................................................................................................... 1 B. Kompetensi Dasar .................................................................................................. 1 C. Deskripsi Singkat Materi ....................................................................................... 1 D. Petunjuk Penggunaan Modul ................................................................................. 2 E. Materi Pembelajaran
    [Show full text]
  • Thesis Submission
    From Primordialism to Peace Journalism: Lessons from Reporting Transitional Violence in Indonesia from the Late New Order to Early Reformasi Author Sharp, Stephen Published 2011 Thesis Type Thesis (PhD Doctorate) School School of Humanities DOI https://doi.org/10.25904/1912/273 Copyright Statement The author owns the copyright in this thesis, unless stated otherwise. Downloaded from http://hdl.handle.net/10072/367313 Griffith Research Online https://research-repository.griffith.edu.au School of Humanities, Faculty of Humanities & Social Sciences, Griffith University PhD Candidate: Steve Sharp B.Ec(Syd) MA(Journ)(UTS) Thesis Title: From Primordialism to Peace Journalism: lessons from reporting transitional violence in Indonesia from the late New Order to early Reformasi September 2010 Submitted in fulfilment of the requirements of the degree of Doctor of Philosophy This work has not previously been submitted for a degree or diploma in any university. To the best of my knowledge and belief, the thesis contains no material previously published or written by another person except where due reference is made in the thesis itself. _______________________ Date: 1 Abstract Since the fall of Communism, ethno-religious violence and ‘ethnic cleansing’ have become mainstay of news media reporting. Self-critical journalists increasingly question their professional role in exacerbating violent disintegration and ask how they can do journalism to assist the peaceful resolution of conflict. Due to its own difficult journey to nationhood, fear of a disintegrating state has been central to Indonesia’s political development and something of a national pathology. This was particularly apparent during the political crisis in the late 1990s when the historical repression and manipulation of ethnic and religious difference returned to haunt the state at its moment of weakness.
    [Show full text]
  • Nasionalisme Kulit Putih: Ernest Douwes Dekker Malaikat Pemberani
    Nasionalisme Kulit Putih: Ernest Douwes Dekker Malaikat Pemberani Samingan e-mail: [email protected] Program Studi Pendidikan Sejarah, FKIP, Universitas Flores ABSTRAK: Permasalahan dalam penelitian ini bagaimana bentuk nasionalisme orang Indo Ernest Douwes Dekker untuk memperjuangkan kesetaraan antara semua lapisan dengan orang Eropa. Lewat perjuangan yang berliku-liku mengalami berbagai pembuangan telah melahirkan rasa nasionalisme sebagai dasar pinjakan untuk Indonesia Merdeka. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana bentuk nasionalisme Ernest Douwes Dekker yang diperjuangkan mencapai kesetaraan antara orang kulit putih Eropa dengan orang pribumi dan orang Indo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode Sejarah (historical method). Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu pertama adalah mengumpulkan sumber (heuristik), ke dua adalah kritik sumber atau verifikasi, langkah ke tiga adalah interpretasi, langkah ke empat rekontruksi historiografi (penulisan) sejarah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Douwes Dekker merupakan seorang keturunan Belanda. Keprihatinannya atas penindasan bangsa kolonial terhadap kaum Pribumi mengetuk hati nuraninya untuk memperjuangkan kaum Indo (Keturunan Belanda) Pribumi dari segala diskriminasi. Langkah nyata yang ditempuh Douwes Dekker guna menyuarakan aspirasinya ditempuh dengan mendirikan partai politik atau dikenal dengan Indische Partij. Tjipto dikenal menentang sistem feodal yang telah mengakar, sementara Soewardi yang merupakan
    [Show full text]
  • Best Essays of 2015
    Logo Master File for Indonesian Scholarship & Research Support Foundation ISRSF Scholars Research Scholarship (R)65 (G)0 (B)170 (C)88 (M)97 (Y)0 (K)0 ISRSF Rockwell W100 H90 Scholars, Research and Scholarship Rockwell Light Best Essays of 2015 ISRSF Best Essays of 2015 Copyright © 2016 by ISRSF (Indonesian Scholarship and Research Support Foundation) All rights reserved. This book or any portion thereof may not be reproduced or used in any manner whatsoever without the express written permission of the publisher except for the use of brief quotations in a book review. Jakarta, February 2016 www.ISRSF.org Cover artwork: Designed by freepik.com and visualryan Table of Contents PREFACE 2 I. WOMEN’S ESSAYS 5 Introduction – by Dr. Dewi Candraningrum 6 Getting the ‘Post-Secular’ Right: Reading the Aceh Singkil Tragedy with Charles Taylor – by Lailatul Fitriyah 9 Deconstructing Stigma in Amurwani Dwi Lestariningsih’s GERWANI: The Story of Women as Political Prisoners in Plantungan Camp (1969-1979) – by Isyfi Afiani 19 The Impact of Women’s Representation in Politics and Society Towards Cultural and Religion Perspectives – by Juniar Laraswanda Umagapi 27 The Case of West Java: Behind The Popularity of Indonesian Coffee, Does This Popularity Show Farmers’ Empowerment? – by Resna Ria Asmara 39 The Influences of Culture and Stigma on Health Condition in Communities – by Mustika Yundari 49 The Reinterpretation of Gender: Inspiring Women in Modern Life – by Lenni Lestari 59 II. HISTORY ESSAYS 67 Introduction – by Dr. Baskara T. Wardaya, S.J. 68 Years
    [Show full text]
  • Semangat Sirnagalih 20 Tahun Aliansi Jurnalis Independen
    N E D N E P E D N I S I L A N R J U S I A L I A N SEMANGAT SIRNAGALIH 20 Tahun Aliansi Jurnalis Independen SEMANGAT SIRNAGALIH 20 Tahun Aliansi Jurnalis Independen Aliansi Jurnalis Independen (AJI), 2014 SEMANGat SIRNAGALIH 20 Tahun Aliansi Jurnalis Independen PENANGGUNGJAWAB: Eko Maryadi, Ketua Umum AJI Suwarjono, Sekjen AJI KOORDINatOR TIM: Abdul Manan PENULIS: Abdul Manan Arfi Bambani Wenri Wanhar Agustinus Eko Rahardjo Wenseslaus Manggut PEWAWANCARA: Y. Hesthi Murthi Wenri Wanhar Arfi Bambani Abdul Manan Aryo Wisanggeni Pito Agustin Alwan Ridha Ramdani Suwarjono KONTRIBUTOR BAHAN: Pengurus AJI kota seluruh Indonesia RISET DAN DOKUMENtasi: Y. Hesthi Murthi Satrio Putra Yuganto FOTO SAMPUL: Idon Haryana PENERBIT: Aliansi Jurnalis Independen Jl. Kembang Raya No. 6, Kwitang, Senen, Jakarta Pusat 10420 Telepon/Fax: (6221) 3151214 (6221) 3151261 Email: [email protected] Buku ini didedikasikan untuk para deklarator Aliansi Jurnalis Independen (AJI). DEKLARASI SIRNAGALIH ahwa sesungguhnya kemerdekaan berpendapat, memperoleh informasi dan kemerdekaan berserikat B adalah hak asasi setiap warga negara. Bahwa sejarah pers Indonesia berangkat dari pers perjuangan yang menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan, serta melawan kesewenang-wenangan. Dalam melaksanakan misi perjuangannya, pers Indonesia menempatkan kepentingan dan keutuhan bangsa di atas segala kepentingan pribadi maupun golongan. Indonesia adalah negara hukum, karena itu pers Indonesia melandaskan perjuangannya pada prinsip-prinsip hukum yang adil, dan bukan pada kekuasaan. Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut maka kami menyatakan: • Menolak segala bentuk campur tangan, intimidasi, sensor, dan pembredelan pers yang mengingkari kebebasan berpendapat dan hak warga negara memperoleh informasi. • Menolak segala upaya mengaburkan semangat pers Indonesia sebagai pers perjuangan.
    [Show full text]
  • Strategi Redaksi Tirto.Id Dalam Penyajian Berita Di Media Online
    STRATEGI REDAKSI TIRTO.ID DALAM PENYAJIAN BERITA DI MEDIA ONLINE SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.Ikom) Dalam Bidang Ilmu Komunikasi Oleh: WIJI AGUSTIN SASMITA NIM. B06215034 UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI 2019 ii iii iv v ABSTRAK Wiji Agustin Sasmita, B06215034, 2019. Strategi Redaksi Tirto.id dalam Penyajian Berita di Media Online. Skripsi Program studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya. Kata Kunci :Strategi Redaksi, Tirto.id, penyajian berita Adanya perkembangan teknologi dan informatika mendukung penyebaran informasi lebih cepat dan praktis. Industri media dituntut untuk lebih berinovasi dan canggih, serta tetap memiliki nilai kualitas yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan informasi pembaca, sehingga kompetisi media tersebut menyebabkan adanya disrupsi informasi. khususnya bagi para awak media online dalam menghasilkan beragam unsur-unsur jurnalistik. Acapkali lembaga berita online terjerembap menyampaikan informasi yang belum final terverifikasi kepada masyarakat luas sehingga terkadang menimbulkan mis-persepsi dan mis-interpretasi fakta. Oleh karena itu, strategi redaksi dianggap penting dalam penyajian berita di media online. Fokus penelitian yang dikaji dalam penelitian ini yaitu, bagaimana strategi redaksi Tirto.id dalam penyajian berita di media online. Mengungkap persoalan di atas, peneliti menggunakan
    [Show full text]
  • Strategi Politik Hos Cokroaminoto Dalam Surat Kabar Djawi Hisworo (1918)
    Journal of Islamic History Vol. 1, No. 1, Juni 2021: h. 78-100. DOI: xxxxxx/jih.v1i1.{} https://journal.nurscienceinstitute.id/index.php/jih Politisasi Isu Agama di Media Massa: Strategi Politik Hos Cokroaminoto dalam Surat Kabar Djawi Hisworo (1918) Ahmad Fajar, IAIN Salatiga [email protected] Submited: Revision Required: Published: 13 April 2021 19 Mei 2021 15 Juni 2021 ABSTRACT Hos Cokroaminoto is a politician as well as the leader of Sarekat Islam movement at the beginning of the 20th century. He was an active figure in the early world of the movement in the Hindia Belanda. In its political activity in 1918, he politicized the polemic of blasphemy in the newspapers of Djawi Hisworo to strengthen his political standing and attack his enemies. Through this politicization, Cokrominoto managed to attract many followers and mobilize the masses consisting of muslim. In this study, the author uses historical research methods wich include soirce criticism, interpretation, and historical writing.This writing is written with analitycal descriptive type. Research resource, among others: (1) Cokroaminoto politicized by attracting modernist Muslims to revive the branches of Sarekat Islam wich at the time were neglecte. (2) He also succeeded in estabilishing the Tentara Kandjeng Nabi Muhammad for the media movement. (3) He also managed to raise funds from Muslim merchants so many. Cokroaminoto then expelled enemies in the Communist-leaning Sarekat Islam which at the time became an obstacle for him to carry out his political activities. 78 Journal of Islamic History Vol. 1, No. 1, Juni 2021: h. 78-101. DOI: xxxxxx/jih.v1i1.{} Keywords: cokroaminoto, djawi hisworo, politization ABSTRAK HOS Cokroaminoto merupakan seorang politikus sekaligus pemimpin pergerakan Sarekat Islam pada awal abad ke 20.
    [Show full text]
  • Pemberitaan Perempuan Dalam Koran Kedaulatan Rakyat Tahun 1945-1950
    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PEMBERITAAN PEREMPUAN DALAM KORAN KEDAULATAN RAKYAT TAHUN 1945-1950 SKRIPSI Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sejarah pada Program Studi Sejarah Disusun oleh: Yunita Maria Ndoi NIM: 124314003 PROGRAM STUDI SEJARAH JURUSAN SEJARAH FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2018 i PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI MOTTO “Berbahagialah dia yang makan dari keringatnya sendiri bersuka karena usahanya sendiri dan maju karena pengalamannya sendiri” -Pramoedya Ananta Toer- iv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PERSEMBAHAN Skripsi yang berjudul “Pemberitaan Perempuan dalam Koran Kedaulatan Rakyat Tahun 1945-1950”, ini saya persembahkan untuk kedua orang tua saya Mama Yosephina Gae dan Bapak Agustinus Tua, kakak-kakak saya Anis, Aris, Ivan, dan kedua adik saya Ayub dan deri yang senantiasa mendukung dan mendoakan saya. Karya ini juga dipersembahkan untuk almamater Program Studi Sejarah, FAkultas Sastra, Universitas Sanata Dharma. v PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRAK Yunita Maria Ndoi, PemberitaanPerempuandalam Koran Kedaulatan Rakyat Tahun 1945-1950. Skripsi. Yogyakarta: Program StudiSejarah, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma, 2018. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab dua pertanyaan. Pertama adalah bagaimana keadaan sosial perempuan Yogyakarta dalam pemberitaan media lokal masa Revolusi Kemerdekaan 1945-1950? Kedua, bagaimana pandangan koran kedaulatan rakyat terhadap pemberitaan perempuan pada masa revolusi kemerdekaan tahun 1945-1950. Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka pada koran Kedaulatan Rakyat sebagai sumber primer. Analisis dilakukan dengan pengumpulan sumber- sumber primer dan melakukan pembandingan dan interpretasi pada sumber yang berhasil dikumpulkan. Penelitian ini melihat sudut pandang perempuan dan politik.
    [Show full text]
  • The Intersectionality of Arts and Film in Perfini Films and Resobowo's
    Basuki Resobowo as a Jack of All Trades: The Intersectionality of Arts and Film in Perfini Films and Resobowo’s Legacy in Indonesian Cinema Umi Lestari Southeast of Now: Directions in Contemporary and Modern Art in Asia, Volume 4, Number 2, October 2020, pp. 313-345 (Article) Published by NUS Press Pte Ltd DOI: https://doi.org/10.1353/sen.2020.0014 For additional information about this article https://muse.jhu.edu/article/770704 [ Access provided at 25 Sep 2021 00:27 GMT with no institutional affiliation ] This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License. Basuki Resobowo as a Jack of All Trades: The Intersectionality of Arts and Film in Perfini Films and Resobowo’s Legacy in Indonesian Cinema UMI LESTARI Abstract Basuki Resobowo (1916–99) is known primarily as a painter, activist and head of Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra, Institute for People’s Culture). He was affil- iated with left-wing politics during Sukarno’s Old Order (1945–65) and first entered the film industry in the 1940s when he played the role of Basuki in Jo An Djan’s film Kedok Ketawa (1940). During the Japanese Occupation (1942–45), Resobowo was part of Keimin Bunka Shidoso (Culture Centre). Literature on Resobowo’s artistic practice has mostly referred to his background in painting. However, in the 1950s, he joined Perusahaan Film Negara Indonesia (Perfini) as an art director and scriptwriter, making seven films, includingDarah dan Doa (Blood and Prayer) in 1950, which is regarded as the firstfilm nasional (national film). This article, while devoting some space to Resobowo’s overall career, chiefly endeavours to revisit the early Perfini films and examine the influence of Reso- bowo’s ideas about art and theatre on cinematographic mise-en-scene.
    [Show full text]
  • Downloaded From
    Translation in the Malay World. Different Communities, Different Agendas Jedamski, D.A.; Hung E., Wakabayashi J. Citation Jedamski, D. A. (2005). Translation in the Malay World. Different Communities, Different Agendas. In W. J. Hung E. (Ed.), Asian Translation Traditions (pp. 211-245). Manchester, UK, Northampton MA: St.Jerome Publishing. Retrieved from https://hdl.handle.net/1887/15104 Version: Not Applicable (or Unknown) License: Leiden University Non-exclusive license Downloaded from: https://hdl.handle.net/1887/15104 Note: To cite this publication please use the final published version (if applicable). Translation in the Malay World Different Communities, Different Agendas1 DORIS JEDAMSKI Leiden, The Netherlands It is said that translations do not have much value because they are merely duplicates. Be that as it may, they do occupy a significant place in literature.2 (Tzu You 1939:21) Abstract: For many centuries in the Malay world active and questioning use has been made of Arabic, Chinese, Indian and European source texts of all kinds. They were translated into Malay as well as into regional languages. This article outlines indigenous translation activities and colonial translation policy during the 19th and 20th centuries as they affected Malay literature. With the growing interference of the European colonial power in the educational sector and text production, the situation and tactics of the translators – among them Eurasians, Chinese, Sino-Malay, Arabs, Malay and Javanese – could not but change. Influenced also by their differing ethnic backgrounds, these translators developed diverse strategies, revealing divergent and sometimes contradictory notions of translation, translation history, and ‘ownership of the word’. This paper depicts the momentum that these concepts and strategies created in the Malay world.
    [Show full text]
  • Volume 12 No 2 Maret 2017
    Volume 12 No 2 Maret 2017 Pers dan Bangkitnya Kesadaran Nasional Indonesia pada Awal Abad XX Oleh: Miftahul Habib F Universitas Sebelas Maret Email: [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan: (1) untuk mengetahui perkembangan awal pers di Hindia Belanda, (2) mengetahui peran Kapitalisme cetak dalam persebaran kesadaran nasional Indonesia, (3) mengetahui kaitan pers dan bangkitnya kesadaran nasional Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode sejarah yang dijabarkan oleh Kuntowijoyo. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa perkembangan pers selalu terkait dengan kondisi sosial politik zaman yang berkaitan. Pers pada awal abad XX dipengaruhi oleh kebijakan politik etis yang mengidealkan kemajuan bangsa pribumi.Perkembangan pers didukung oleh adanya Kapitalisme cetak. Kapitalisme cetak memungkinkan tersebarnya kesadaran nasional Indonesia.Kesadaran nasional mula-mula terwujud dalam persebaran wacana kemajuan di kalangan pribumi terpelajar serta persebaran penggunaan bahasa melayu pasar sebagai lingua franca di Hindia Belanda. Kaitan antara pers dan bangkitnya kesadaran nasional Indonesia terlihat dalam surat kabar Bintang Hindia dan Medan Prijaji. Bintang Hindia merupakan surat kabar yang banyak memuat wacana kemajuan. Sejumlah gagasan penting dalam surat kabar ini antara lain Kaoem Moeda dan Bangsawan Pikiran. Kedua gagasan tersebut memberikan stimulus bagi kesadaran politik kaum pribumi terpelajar. Sementara itu, Medan Prijaji merupakan surat kabar yang lebih radikal daripada Bintang Hindia. Tulisan dalam Medan Prijaji banyak memuat kritik terhadap pemerintah kolonial dan memberikan bantuan hukum bagi pembaca yang membutuhkan. Kata Kunci: Pers, Kesadaran Nasional, Indonesia Abstract This study aims to: (1) find out the initial development of the press in the Dutch East Indies, (2) find out the role of print capitalism in the distribution of national consciousness Indonesia, (3) find out the related of press and the rise of Indonesian national consciousness.
    [Show full text]