Volume 12 No 2 Maret 2017

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Volume 12 No 2 Maret 2017 Volume 12 No 2 Maret 2017 Pers dan Bangkitnya Kesadaran Nasional Indonesia pada Awal Abad XX Oleh: Miftahul Habib F Universitas Sebelas Maret Email: [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan: (1) untuk mengetahui perkembangan awal pers di Hindia Belanda, (2) mengetahui peran Kapitalisme cetak dalam persebaran kesadaran nasional Indonesia, (3) mengetahui kaitan pers dan bangkitnya kesadaran nasional Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode sejarah yang dijabarkan oleh Kuntowijoyo. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa perkembangan pers selalu terkait dengan kondisi sosial politik zaman yang berkaitan. Pers pada awal abad XX dipengaruhi oleh kebijakan politik etis yang mengidealkan kemajuan bangsa pribumi.Perkembangan pers didukung oleh adanya Kapitalisme cetak. Kapitalisme cetak memungkinkan tersebarnya kesadaran nasional Indonesia.Kesadaran nasional mula-mula terwujud dalam persebaran wacana kemajuan di kalangan pribumi terpelajar serta persebaran penggunaan bahasa melayu pasar sebagai lingua franca di Hindia Belanda. Kaitan antara pers dan bangkitnya kesadaran nasional Indonesia terlihat dalam surat kabar Bintang Hindia dan Medan Prijaji. Bintang Hindia merupakan surat kabar yang banyak memuat wacana kemajuan. Sejumlah gagasan penting dalam surat kabar ini antara lain Kaoem Moeda dan Bangsawan Pikiran. Kedua gagasan tersebut memberikan stimulus bagi kesadaran politik kaum pribumi terpelajar. Sementara itu, Medan Prijaji merupakan surat kabar yang lebih radikal daripada Bintang Hindia. Tulisan dalam Medan Prijaji banyak memuat kritik terhadap pemerintah kolonial dan memberikan bantuan hukum bagi pembaca yang membutuhkan. Kata Kunci: Pers, Kesadaran Nasional, Indonesia Abstract This study aims to: (1) find out the initial development of the press in the Dutch East Indies, (2) find out the role of print capitalism in the distribution of national consciousness Indonesia, (3) find out the related of press and the rise of Indonesian national consciousness. This study was conducted using the historcal method as described by Kuntowijoyo. The result of the study showed that the development of the press is always related to the social and political conditions related to age. The press in the early twentieth century was influenced by the ethical policies which idealize the advanced of indigenous peoples. The development of press is supported by print capitalism. Print capitalism allowed the spread of Indonesian national consciousness. National consciousness first manifested itself in the spread of the discourse of advances among the educated natives as well as the spread of the use of the Malay language as the lingua franca in the East Indies. The relation between the press and the rise of Indonesian national consciousness is seen in Bintang Hindia and Medan Prijaji. Bintang Hindia is a newspaper that contains many advances discourse. A number of important ideas in this newspaper among others Kaoem Moeda and Bangsawan Fikiran. Both of these ideas provide a stimulus for the political consciousness of the educated natives. Meanwhile, Medan Prijaji is a newspaper to be more radical than Bintang Hindia. The article in Medan Prijaji contains many criticisms to the colonial government and provide legal assistance to the reader which needed. Keywords: Press, National Consciousness, Indonesia 21 Volume 12 No 2 Maret 2017 Pendahuluan sekaligus menjadi aktor utama penyebaran Pada awal abad XX rakyat pribumi kesadaran nasional Indonesia. Pergerakan di Hindia Belanda mengalami kondisi yang nasional Indonesia salah satunya amat buruk. Penderitaan rakyat pribumi disebabkan eksploitasi ekonomi Indonesia tidak terlepas dari kegagalan Pemerintah Kolonial terhadap masyarakat ekonomi Liberal yang diterapkan oleh pribumi. Belanda mendapatkan pemerintah kolonial pada tahun 1870- keuntungan yang sangat besar dari 1900. Kemerosotan kesejahteraan tersebut eksploitasi tersebut, sementara masyarakat menarik perhatian banyak pihak baik di pribumi hidup dalam kesengsaraan (Kahin, Hindia Belanda maupun di Kerajaan 2013: 11). Penderitaan yang dialami Belanda. Kemerosotan kesejahteraan masyarakat pribumi ini mendorong rakyat pribumi ini mendorong sejumlah munculnya kesadaran pada diri pribumi tokoh seperti Piet Brooshooft dan van terpelajar untuk memajukan masyarakat Deventer untuk memperjuangkan pribumi.Kesadaran untuk memajukan perbaikan kondisi rakyat pribumi (van masyarakat pribumi ini yang menjadi Niel, 2009: 21-22). Kedua tokoh tersebut cikal-bakal lahirnya kesadaran nasional menyerukan perubahan orientasi kebijakan Indonesia (Suhartono, 2001: 4). Lahirnya terhadap rakyat pribumi di Hindia Belanda. kesadaran nasional nasional Indonesia Desakan dari para tokoh liberal tersebut tersebut ditandai dengan berdirinya memaksa kerajaan Belanda mengubah sejumlah organisasi modern seperti orientasi kebijakan di Hindia Belanda. Sarekat Prijaji, Boedi Oetomo, maupun Perubahan orientasi kebijakan yang Sarekat Islam. Organisasi tersebut berusaha meningkatkan kesejahteraan merupakan embrio awal pergerakan rakyat pribumi tersebut dikenal dengan nasional Indonesia. istilah politik etis. Kajian tentang pergerakan nasional Politik etis mendorong terjadinya Indonesia didominasi oleh organisasi- dinamika sosial-politik di Hindia Belanda organisasi modern dan terkesan pada awal abad XX. Politik etis meminggirkan peranan bidang yang lain. diberlakukan di Hindia Belanda sejak Ratu Padahal peranan gerakan selain di bidang Wilhelmina menyatakan dalam pidatonya organisasi juga memiliki andil dalam bahwa Belanda memiliki hutang moril pergerakan nasional Indonesia (Shiraishi, terhadap rakyat pribumi di Hindia Belanda. 2005: ix). Salah satu bidang yang sedikit Ratu Wilhelmina menyatakan jika Belanda terpinggirkan dalam kajian pergerakan memiliki tanggung jawab moril untuk nasional Indonesia adalah bidang pers. memajukan rakyat pribumi di Hindia Sejumlah tokoh pers seperti Abdul Rivai Belanda (Simbolon, 2006: 192). Politik etis dan R.M. Tirto Adhi Soerjo juga masih memiliki tiga program yaitu irigasi, belum mendapat banyak perhatian dalam edukasi, dan transmigrasi. Program kajian sejarah Indonesia. Padahal peran edukasi kepada masyarakat pribumi ini mereka dalam dunia pers memiliki peranan kemudian memunculkan kaum pribumi yang signifikan dalam mendorong terpelajar. Kaum pribumi terpelajar munculnya kesadaran nasional Indonesia. merupakan kaum pribumi yang telah Berdasarkan latar belakang inilah, penulis mengenyam pendidikan Barat. Kaum merasa tertarik untuk mengkaji lebih jauh pribumi terpelajar inilah yang mampu tentang kaitan antara Pers dan Bangkitnya menyerap berbagai ide-ide baru yang Kesadaran Nasional Indonesia pada awal berasal dari Eropa termasuk Nasionalisme. abad XX. Kaum pribumi terpelajar kemudian mengawali pergerakan nasional Indonesia Metode Penelitian 22 Volume 12 No 2 Maret 2017 Penulisan artikel ini menggunakan perkembangan pers di Hindia Belanda metode penelitian sejarah. Menurut hingga awal abad XX serta kemunculan Kuntowijoyo, ada lima tahapan yang harus awal kesadaran nasional Indonesia. dilakukan peneliti dalam melakukan Verifikasi (Kritik Sumber) penelitian sejarah yaitu pemilihan topik, Verifikasi merupakan tahap ketiga heuristik, verifikasi (kritik sumber), dalam penelitian sejarah. Verifikasi interpretasi, dan penulisan atau seringkali disebut kritik sumber. Tujuanya historiografi (Kuntowijoyo, 2013: 69). ialah untuk menguji apakah sumber- Pemilihan Topik sumber yang kita dapatkan dalam tahap Pemilihan topik merupakan tahap heuristik dapat digunakan dalam penelitian pertama dalam penelitian sejarah. Dalam sejarah atau tidak. Verifikasi sangat tahap ini, peneliti harus menentukan topik penting dilakukan agar peneliti bisa yang akan dikaji. Topik tersebut haruslah mendapatkan sumber sejarah yang topik sejarah untuk membedakannya kredibel. Terhadap dua macam kritik dengan topik-topik yang lain. Berdasarkan sumber yang harus dilakukan, yaitu kritik pertimbangan yang dilakukan penulis, ekstern dan kritik intern. Kritik ekstern topik yang dipilih adalah Pers dan dilakukan untuk melihat apakah sumber Bangkitnya Kesadaran Nasional Indonesia yang kita dapatkan asli atau tidak. Kritik pada Awal Abad XX. ekstern dapat dilakukan dengan cara Heuristik (Pengumpulan Sumber) mengecek kertas, tinta, gaya tulisan, Heuristik merupakan tahap kedua bahasa, kalimat, ungkapan, serta kata- dalam penelitian sejarah. Heuristik adalah katanya (Kuntowijoyo, 2013: 101). suatu tahapan dalam metode sejarah untuk Sementara itu, kritik intern dilakukan menghimpun sumber, data dan informasi setelah proses kritik ekstern. Kritik intern mengenai tema yang akan diteliti, baik itu dilakukan untuk melihat apakah isi yang dalam bentuk tertulis maupun tidak terdapat dalam sumber tesebut dapat tertulis. Sumber sejarah merupakan data- dipercaya atau tidak. Hal tersebut data yang bisa digunakan dalam penelitian dilakukan dengan cara membandingkanya sejarah. Terdapat dua macam sumber dengan sumber sejarah lain yang relevan. sejarah berdasarkan cara narasumber Penulis melakukan kritik intern terhadap mendapatkan informasi yaitu sumber seluruh sumber yang didapatkan. primer dan sumber sekunder Interpretasi (Kuntowijoyo, 2013: 73). Sumber primer Intepretasi merupakan tahap adalah sumber sejarah yang dilaporkan keempat dalam penelitian sejarah. langsung oleh saksi mata dalam peritiwa Intepretasi sering juga disebut penafsiran. sejarah. Sumber primer juga dapat berupa Tujuanya ialah untuk menafsirkan sumber- dokumen atau tulisan setempat dan sumber yang telah telah diverifikasi
Recommended publications
  • Surrealist Painting in Yogyakarta Martinus Dwi Marianto University of Wollongong
    University of Wollongong Research Online University of Wollongong Thesis Collection University of Wollongong Thesis Collections 1995 Surrealist painting in Yogyakarta Martinus Dwi Marianto University of Wollongong Recommended Citation Marianto, Martinus Dwi, Surrealist painting in Yogyakarta, Doctor of Philosophy thesis, Faculty of Creative Arts, University of Wollongong, 1995. http://ro.uow.edu.au/theses/1757 Research Online is the open access institutional repository for the University of Wollongong. For further information contact the UOW Library: [email protected] SURREALIST PAINTING IN YOGYAKARTA A thesis submitted in fulfilment of the requirements for the award of the degree DOCTOR OF PHILOSOPHY from UNIVERSITY OF WOLLONGONG by MARTINUS DWI MARIANTO B.F.A (STSRI 'ASRT, Yogyakarta) M.F.A. (Rhode Island School of Design, USA) FACULTY OF CREATIVE ARTS 1995 CERTIFICATION I certify that this work has not been submitted for a degree to any other university or institution and, to the best of my knowledge and belief, contains no material previously published or written by any other person, except where due reference has been made in the text. Martinus Dwi Marianto July 1995 ABSTRACT Surrealist painting flourished in Yogyakarta around the middle of the 1980s to early 1990s. It became popular amongst art students in Yogyakarta, and formed a significant style of painting which generally is characterised by the use of casual juxtapositions of disparate ideas and subjects resulting in absurd, startling, and sometimes disturbing images. In this thesis, Yogyakartan Surrealism is seen as the expression in painting of various social, cultural, and economic developments taking place rapidly and simultaneously in Yogyakarta's urban landscape.
    [Show full text]
  • L~D3~T~ ~;L1j.L,WJ !J;W PJ.Lfilw~ L!)J;]:J~T~~~J~~ ' L BUKU PANDUAN MUSEUM KEBANGKITAN NASIONAL
    ~~L~d3~t~ ~;l1J.l,WJ !J;W PJ.lfilW~ l!)J;]:J~t~~~J~~ ' l BUKU PANDUAN MUSEUM KEBANGKITAN NASIONAL Team Pennlis : Nor Khozin. S.S. Drs. lsnudi Eko Sukarno. SE. M.Dlllll Sujiman, S.Pd Penyunting Drs. Edy Suwardi, M.Dlllll Kementerian Kehudayaan dan Pariwisata Direktorat Jenderal Sejarah dan Purhakala MuseUID Kehangkitan Nasional 2010 Buku Panduan Museum Kebangkitan Nasional Diterbitkan oleh Museum Kebangkitan Nasional JI. Abdul Rahman Saleh No. 26, Jakarta 10410 Telp.021 34830033; Fax. 021 3847975 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang memperbanyak atau mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah Kata Pengantar Kepala Museum Kebangkitan Nasional Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah Subhana wata'ala karena berkat kuruniaNyalah penyusunan buku panduan Museum Kebangkitan Nasional ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktunya. Buku panduan museum merupakan buku acuan bagi pengunjung museum, yang berisikan tentang informasi sejarah dan fungsi Museum Kebangkitan Nasional beserta koleksi-koleksi yang terdapat didalamnya. Ucapan terima kasih disampaikan kepada tim penyusun buku panduan museum yang dengan gigih berusaha agar isi dan tampilan buku panduan ini berbeda dengan buku yang diterbitkan sebelumnya karena isinya lebih lengkap dan informatif. Buku panduan museum ini, diharapkan bisa memberikan informasi lebih komprehensif tentang sejarah pergerakan kepada masyarakat khususnya pengunjung Museum Kebangkitan Nasional. Diharapkan terbitnya buku panduan ini dapat memberikan manfaat kepada masyarakat khususnya pengunjung. Buku panduan museum ini dirasakan masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan untuk penyempurnaan buku ini. Jakarta, Nopember 2010 Kepala Museum Kebangkitan Nasional Ors.
    [Show full text]
  • Book Reviews - Matthew Amster, Jérôme Rousseau, Kayan Religion; Ritual Life and Religious Reform in Central Borneo
    Book Reviews - Matthew Amster, Jérôme Rousseau, Kayan religion; Ritual life and religious reform in Central Borneo. Leiden: KITLV Press, 1998, 352 pp. [VKI 180.] - Atsushi Ota, Johan Talens, Een feodale samenleving in koloniaal vaarwater; Staatsvorming, koloniale expansie en economische onderontwikkeling in Banten, West-Java, 1600-1750. Hilversum: Verloren, 1999, 253 pp. - Wanda Avé, Johannes Salilah, Traditional medicine among the Ngaju Dayak in Central Kalimantan; The 1935 writings of a former Ngaju Dayak Priest, edited and translated by A.H. Klokke. Phillips, Maine: Borneo Research Council, 1998, xxi + 314 pp. [Borneo Research Council Monograph 3.] - Peter Boomgaard, Sandra Pannell, Old world places, new world problems; Exploring issues of resource management in eastern Indonesia. Canberra: Centre for Resource and Environmental Studies, Australian National University, 1998, xiv + 387 pp., Franz von Benda-Beckmann (eds.) - H.J.M. Claessen, Geoffrey M. White, Chiefs today; Traditional Pacific leadership and the postcolonial state. Stanford, California: Stanford University Press, 1997, xiv + 343 pp., Lamont Lindstrom (eds.) - H.J.M. Claessen, Judith Huntsman, Tokelau; A historical ethnography. Auckland: Auckland University Press, 1996, xii + 355 pp., Antony Hooper (eds.) - Hans Gooszen, Gavin W. Jones, Indonesia assessment; Population and human resources. Canberra: Research School of Pacific and Asian Studies, Australian National University, 1997, 73 pp., Terence Hull (eds.) - Rens Heringa, John Guy, Woven cargoes; Indian textiles in the East. London: Thames and Hudson, 1998, 192 pp., with 241 illustrations (145 in colour). - Rens Heringa, Ruth Barnes, Indian block-printed textiles in Egypt; The Newberry collection in the Ashmolean Museum, Oxford. Oxford: Clarendon Press, 1997. Volume 1 (text): xiv + 138 pp., with 32 b/w illustrations and 43 colour plates; Volume 2 (catalogue): 379 pp., with 1226 b/w illustrations.
    [Show full text]
  • 1 Peranan Stovia Dalam Pergerakan Nasional Di
    View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk brought to you by CORE provided by Diponegoro University Institutional Repository PERANAN STOVIA DALAM PERGERAKAN NASIONAL DI INDONESIA Oleh: Dra. Siti Maziyah, M.Hum. Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Diponegoro ABSTRACT Aim the research was for uncovered Hindia’s youths condition in the begining twentieth centuries about nationality comprehension problems. This article used historical method, who had four stages. There are to collect the historical sources, sources critically, interpretation, and historiography. The emerge consciousness at that nationality was revired by discriminations and differences of noblemans and people, and existence the ethical politics especially education. Limited of education system was open the conception of STOVIA’s youths to moved to struggle people in order to become reasonable life of man. Key words: education, nationalism, STOVIA. I. Pendahuluan Setiap tanggal 20 Mei, bangsa Indonesia selalu memperingati Hari Kebangkitan Nasional. Kalau dirunut ke belakang, tanggal tersebut adalah tanggal berdirinya organisasi Boedi Oetomo (BO) yang digagas oleh pelajar-pelajar School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA)1 di Weltevreden.2 Organisasi yang baru muncul itu, yang sebagian besar anggotanya merupakan pelajar Jawa dari STOVIA,3 merumuskan tujuan organisasinya dengan suatu konsep yang samar-samar tentang “kemajuan bagi Hindia”. Akan tetapi, jangkauannya masih terbatas pada penduduk Pulau Jawa dan Madura dengan alasan berkebudayaan sama.
    [Show full text]
  • KH Ahmad Dahlan
    107 tahun K.H. Ahmad Dahlan [1] [2] K.H. Ahmad Dahlan K.H. Ahmad Dahlan ( 1868 - 1923 ) Museum Kebangkitan Nasional Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan K.H. Ahmad Dahlan ( 1868 - 1923 ) Pengantar : R. Tjahjopurnomo Kepala Museum Kebangkitan Nasional Penulis: Dr. Abdul Mu’thi, M.Ed Prof. Dr. Abdul Munir Mulkhan, Prof. Dr. Djoko Marihandono, Tim Museum Kebangkitan Nasional Editor: Prof. Dr. Djoko Marihandono, Desain dan Tata Letak: Sukasno ISBN 978-602-14482-8-1 Diterbitkan: Museum Kebangkitan Nasional Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan [2] K.H. Ahmad Dahlan KATA SAMBUTAN KEPALA MUSEUM KEBANGKITAN NASIONAL Assalamualaikum Wr. Wb. Dengan mengucap Syukur ke hadirat Allah swt, berkat Rahmat dan Karunia-Nya, buku yang berjudul K.H. Ahmad Dahlan Perintis Modernisasi di Indonesia dapat diterbitkan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan dan selesai tepat pada waktunya. Hal ini merupakan suatu prestasi yang luar biasa mengingat persiapan yang dilakukan tidak begitu lama. Oleh karena itu, terima kasih saya ucapkan atas prestasi, jerih payah, dan usaha yang dilakukan oleh mereka yang menangani persiapan penerbitan ini. Selain itu, terima kasih juga saya ucapkan kepada para kontributor, yakni Prof. Dr. Abdul Munir Mulkhan, Guru Besar Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof. Dr. Djoko Marihandono, Guru Besar Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, dan Dr. Abdul Mu’thi, M.Ed, sekretaris umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2015-2020 yang juga dosen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta yang telah bersusah payah menyiapkan tulisan ini. Dengan terbitnya buku ini, satu tulisan tentang jasa pahlawan sudah diterbitkan lagi oleh Museum Kebangkitan Nasional di samping pahlawan- pahlawan lain yang sudah berhasil ditulis jasanya dan diterbitkan.
    [Show full text]
  • Modul Sejarah Kelas XI KD 3.7 Dan 3.7
    Modul Sejarah Kelas XI KD 3.7 Dan 3.7 RESPON BANGSA INDONESIA TERHADAP IMPERIALISME DAN KOLONIALISME DALAM BIDANG POLITIK, EKONOMI, SOSIAL-BUDAYA, DAN PENDIDIKAN SEJARAH KELAS XI PENYUSUN Zia Ulhaq SMAN 42 JAKARTA @2020, Direktorat SMA, Direktorat Jenderal PAUD, DIKDAS dan DIKMEN i Modul Sejarah Kelas XI KD 3.7 Dan 3.7 DAFTAR ISI PENYUSUN .......................................................................................................................................... i DAFTAR ISI ........................................................................................................................................ ii GLOSARIUM .................................................................................................................................... iii PETA KONSEP ................................................................................................................................. iv PENDAHULUAN ............................................................................................................................... 1 A. Identitas Modul ...................................................................................................... 1 B. Kompetensi Dasar .................................................................................................. 1 C. Deskripsi Singkat Materi ....................................................................................... 1 D. Petunjuk Penggunaan Modul ................................................................................. 2 E. Materi Pembelajaran
    [Show full text]
  • Thesis Submission
    From Primordialism to Peace Journalism: Lessons from Reporting Transitional Violence in Indonesia from the Late New Order to Early Reformasi Author Sharp, Stephen Published 2011 Thesis Type Thesis (PhD Doctorate) School School of Humanities DOI https://doi.org/10.25904/1912/273 Copyright Statement The author owns the copyright in this thesis, unless stated otherwise. Downloaded from http://hdl.handle.net/10072/367313 Griffith Research Online https://research-repository.griffith.edu.au School of Humanities, Faculty of Humanities & Social Sciences, Griffith University PhD Candidate: Steve Sharp B.Ec(Syd) MA(Journ)(UTS) Thesis Title: From Primordialism to Peace Journalism: lessons from reporting transitional violence in Indonesia from the late New Order to early Reformasi September 2010 Submitted in fulfilment of the requirements of the degree of Doctor of Philosophy This work has not previously been submitted for a degree or diploma in any university. To the best of my knowledge and belief, the thesis contains no material previously published or written by another person except where due reference is made in the thesis itself. _______________________ Date: 1 Abstract Since the fall of Communism, ethno-religious violence and ‘ethnic cleansing’ have become mainstay of news media reporting. Self-critical journalists increasingly question their professional role in exacerbating violent disintegration and ask how they can do journalism to assist the peaceful resolution of conflict. Due to its own difficult journey to nationhood, fear of a disintegrating state has been central to Indonesia’s political development and something of a national pathology. This was particularly apparent during the political crisis in the late 1990s when the historical repression and manipulation of ethnic and religious difference returned to haunt the state at its moment of weakness.
    [Show full text]
  • Nasionalisme Kulit Putih: Ernest Douwes Dekker Malaikat Pemberani
    Nasionalisme Kulit Putih: Ernest Douwes Dekker Malaikat Pemberani Samingan e-mail: [email protected] Program Studi Pendidikan Sejarah, FKIP, Universitas Flores ABSTRAK: Permasalahan dalam penelitian ini bagaimana bentuk nasionalisme orang Indo Ernest Douwes Dekker untuk memperjuangkan kesetaraan antara semua lapisan dengan orang Eropa. Lewat perjuangan yang berliku-liku mengalami berbagai pembuangan telah melahirkan rasa nasionalisme sebagai dasar pinjakan untuk Indonesia Merdeka. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana bentuk nasionalisme Ernest Douwes Dekker yang diperjuangkan mencapai kesetaraan antara orang kulit putih Eropa dengan orang pribumi dan orang Indo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode Sejarah (historical method). Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu pertama adalah mengumpulkan sumber (heuristik), ke dua adalah kritik sumber atau verifikasi, langkah ke tiga adalah interpretasi, langkah ke empat rekontruksi historiografi (penulisan) sejarah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Douwes Dekker merupakan seorang keturunan Belanda. Keprihatinannya atas penindasan bangsa kolonial terhadap kaum Pribumi mengetuk hati nuraninya untuk memperjuangkan kaum Indo (Keturunan Belanda) Pribumi dari segala diskriminasi. Langkah nyata yang ditempuh Douwes Dekker guna menyuarakan aspirasinya ditempuh dengan mendirikan partai politik atau dikenal dengan Indische Partij. Tjipto dikenal menentang sistem feodal yang telah mengakar, sementara Soewardi yang merupakan
    [Show full text]
  • Best Essays of 2015
    Logo Master File for Indonesian Scholarship & Research Support Foundation ISRSF Scholars Research Scholarship (R)65 (G)0 (B)170 (C)88 (M)97 (Y)0 (K)0 ISRSF Rockwell W100 H90 Scholars, Research and Scholarship Rockwell Light Best Essays of 2015 ISRSF Best Essays of 2015 Copyright © 2016 by ISRSF (Indonesian Scholarship and Research Support Foundation) All rights reserved. This book or any portion thereof may not be reproduced or used in any manner whatsoever without the express written permission of the publisher except for the use of brief quotations in a book review. Jakarta, February 2016 www.ISRSF.org Cover artwork: Designed by freepik.com and visualryan Table of Contents PREFACE 2 I. WOMEN’S ESSAYS 5 Introduction – by Dr. Dewi Candraningrum 6 Getting the ‘Post-Secular’ Right: Reading the Aceh Singkil Tragedy with Charles Taylor – by Lailatul Fitriyah 9 Deconstructing Stigma in Amurwani Dwi Lestariningsih’s GERWANI: The Story of Women as Political Prisoners in Plantungan Camp (1969-1979) – by Isyfi Afiani 19 The Impact of Women’s Representation in Politics and Society Towards Cultural and Religion Perspectives – by Juniar Laraswanda Umagapi 27 The Case of West Java: Behind The Popularity of Indonesian Coffee, Does This Popularity Show Farmers’ Empowerment? – by Resna Ria Asmara 39 The Influences of Culture and Stigma on Health Condition in Communities – by Mustika Yundari 49 The Reinterpretation of Gender: Inspiring Women in Modern Life – by Lenni Lestari 59 II. HISTORY ESSAYS 67 Introduction – by Dr. Baskara T. Wardaya, S.J. 68 Years
    [Show full text]
  • Nurasiah Tujuan Pembelajaran
    BAHAN AJAR KELAS 5 TEMA 5 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 4 NURASIAH TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Dengan membaca teks bacaan yang dikirim melalui aplikasi WA, siswa dapat menuliskan ringkasan bacaan secara benar. 2. Dengan mencermati gambar peta daerah yang dikirim melalui aplikasi WA, siswa dapat menggambarkan peta dengan warna yang berbeda untuk tampakan-ketampakan alam secara tepat. 3. Dengan menyimak video, siswa dapat membuat kliping yang menunjukkan usaha persatuan dan kesatuan yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat secara benar. 4. Setelah menyimak tayangan video , siswa dapat menentukan nama- nama tempat sesuai dengan arah mata angin secara tepat. MATERI 1. Teks bacaan tentang Indonesia sebagai Negara Maritim dan Agraris. 2. Usaha-usaha masyarakat dan pemerintah dalam menjaga NKRI. 3. Peta geografis Indonesia. 4. Langkah-langkah membuat kliping. BAHAN AJAR BAHASA INDONESIA Bacalah dengan saksama bacaan berikut ini. Indonesia sebagai Negara Maritim dan Agraris Indonesia memiliki kondisi geografis yang unik di antara negara-negara yang ada di kawasan Asia Tenggara. Perhatikan dengan saksama peta Indonesia. Bentuk negara yang terdiri atas pulau-pulau seperti Indonesia, disebut negara kepulauan. Negara kepulauan merupakan salah satu ciri dari negara maritim. Negara maritim adalah negara yang memiliki luas laut lebih besar dibandingkan dengan luas daratan yang terdiri atas pulau-pulau. Oleh karena itu, penduduk yang tinggal di negara maritim banyak memanfaatkan sumber daya kelautan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain sebagai negara kepulauan dan maritim, berdasarkan kondisi geografisnya, Indonesia juga merupakan negara agraris. Negara agraris adalah negara yang sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani yang mengolah lahan pertanian. Sebagai negara agraris, tentu saja negara Indonesia memiliki lahan subur yang sangat cocok untuk pertanian dan perkebunan.
    [Show full text]
  • Islamic Nationhood and Colonial Indonesia
    ISLAMIC NATIONHOOD AND COLONIAL INDONESIA This book argues that Indonesian nationhood rested to a large degree on a pre-existing sense of Islamic ecumenism. This ecumenism was heightened both under colonial rule and through the experience of life in the Hijaz, where Southeast Asians were simultaneously co-believers in Islam and foreigners to Arabia. The author contrasts the latter experience with life in modern Cairo, where Southeast Asians were drawn to the ideas of Islamic reformism and nationalism. Laffan also shows how this Cairene experience had an influence on an Indonesian nationalism defined in religious terms. However, rather than leaving the discussion at this point, this book shows how developments in the Middle East – and particularly the Saudi takeover of Mecca in 1924 – continued to have a profound impact on Indonesia. Michael Laffan obtained his doctorate from the University of Sydney, 2001. He is currently a research fellow with the International Institute for Asian Studies, Leiden University, working within a project examining the develop- ment of religious authority in twentieth-century Indonesia. This book evolved from the author’s doctoral thesis, which won the 2001 Asian Studies Association of Australia President’s award. SOAS/ROUTLEDGECURZON STUDIES ON THE MIDDLE EAST Series Editors Benjamin C. Fortna & Ulrike Freitag History Department & Centre of Near and Middle Eastern Studies SOAS, University of London This series features the latest disciplinary approaches to Middle Eastern Studies. It covers the Social Sciences and the Humanities in both the pre- modern and modern periods of the region. While primarily interested in publishing single-authored studies, the series is also open to edited volumes on innovative topics, as well as textbooks and reference works.
    [Show full text]
  • The Theosophy Dr. K.R.T. Radjiman Wediodiningrat Towards Civic Intelligence
    The Theosophy dr. K.R.T. Radjiman Wediodiningrat Towards Civic Intelligence Rani Melina Deasy 1, Hermanu Joebagio 2, Susanto 3. {[email protected],[email protected],[email protected] } 1,2,3 Sebelas Maret University, Indonesia Abstract Civic Intelligence can be a control tool for the creation of a harmonious national and State life. Indonesia's diversity conditions are a challenge for the realization of a society that has civic intelligence. Therefore, this research aims to learn the life journey of dr. K.R.T Radjiman Wediodiningrat and the importance of his thought that effects the foundation of Indonesia State. This research used the historical research method, consists of 1. Heuristic, 2. Source criticism, 3. Interpretation, 4. Historiography. The research result shows that dr. K.R.T Radjiman Wediodiningrat was a philosopher and cultural practitioner that hold a significantly important role in the establishment of the foundation of Indonesia State. Farther, the theosophy movement became one of the changes that supported and strengthened the national movement spirit for dr. K.R.T Radjiman Wediodiningrat. The strength in the character of and become K.R.T Radjiman Wediodiningrat was able to inspire, how civic intelligence grows, and become the strength in establishing the identity of Indonesia State every time. In summary, the form and the result of dr. K.R.T Radjiman Wediodiningrat's thought was to create an Indonesian society that was humanitarian and had civic intelligence. Keywords: Civic Intelligence, dr. K.R.T. Radjiman Wediodiningrat, Humanity, Theosophy 1. Introduction Civic Intelligence can be defined as the capacity of groups of various sizes to deal with challenges together effectively[1].
    [Show full text]