Volume 12 No 2 Maret 2017
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Volume 12 No 2 Maret 2017 Pers dan Bangkitnya Kesadaran Nasional Indonesia pada Awal Abad XX Oleh: Miftahul Habib F Universitas Sebelas Maret Email: [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan: (1) untuk mengetahui perkembangan awal pers di Hindia Belanda, (2) mengetahui peran Kapitalisme cetak dalam persebaran kesadaran nasional Indonesia, (3) mengetahui kaitan pers dan bangkitnya kesadaran nasional Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode sejarah yang dijabarkan oleh Kuntowijoyo. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa perkembangan pers selalu terkait dengan kondisi sosial politik zaman yang berkaitan. Pers pada awal abad XX dipengaruhi oleh kebijakan politik etis yang mengidealkan kemajuan bangsa pribumi.Perkembangan pers didukung oleh adanya Kapitalisme cetak. Kapitalisme cetak memungkinkan tersebarnya kesadaran nasional Indonesia.Kesadaran nasional mula-mula terwujud dalam persebaran wacana kemajuan di kalangan pribumi terpelajar serta persebaran penggunaan bahasa melayu pasar sebagai lingua franca di Hindia Belanda. Kaitan antara pers dan bangkitnya kesadaran nasional Indonesia terlihat dalam surat kabar Bintang Hindia dan Medan Prijaji. Bintang Hindia merupakan surat kabar yang banyak memuat wacana kemajuan. Sejumlah gagasan penting dalam surat kabar ini antara lain Kaoem Moeda dan Bangsawan Pikiran. Kedua gagasan tersebut memberikan stimulus bagi kesadaran politik kaum pribumi terpelajar. Sementara itu, Medan Prijaji merupakan surat kabar yang lebih radikal daripada Bintang Hindia. Tulisan dalam Medan Prijaji banyak memuat kritik terhadap pemerintah kolonial dan memberikan bantuan hukum bagi pembaca yang membutuhkan. Kata Kunci: Pers, Kesadaran Nasional, Indonesia Abstract This study aims to: (1) find out the initial development of the press in the Dutch East Indies, (2) find out the role of print capitalism in the distribution of national consciousness Indonesia, (3) find out the related of press and the rise of Indonesian national consciousness. This study was conducted using the historcal method as described by Kuntowijoyo. The result of the study showed that the development of the press is always related to the social and political conditions related to age. The press in the early twentieth century was influenced by the ethical policies which idealize the advanced of indigenous peoples. The development of press is supported by print capitalism. Print capitalism allowed the spread of Indonesian national consciousness. National consciousness first manifested itself in the spread of the discourse of advances among the educated natives as well as the spread of the use of the Malay language as the lingua franca in the East Indies. The relation between the press and the rise of Indonesian national consciousness is seen in Bintang Hindia and Medan Prijaji. Bintang Hindia is a newspaper that contains many advances discourse. A number of important ideas in this newspaper among others Kaoem Moeda and Bangsawan Fikiran. Both of these ideas provide a stimulus for the political consciousness of the educated natives. Meanwhile, Medan Prijaji is a newspaper to be more radical than Bintang Hindia. The article in Medan Prijaji contains many criticisms to the colonial government and provide legal assistance to the reader which needed. Keywords: Press, National Consciousness, Indonesia 21 Volume 12 No 2 Maret 2017 Pendahuluan sekaligus menjadi aktor utama penyebaran Pada awal abad XX rakyat pribumi kesadaran nasional Indonesia. Pergerakan di Hindia Belanda mengalami kondisi yang nasional Indonesia salah satunya amat buruk. Penderitaan rakyat pribumi disebabkan eksploitasi ekonomi Indonesia tidak terlepas dari kegagalan Pemerintah Kolonial terhadap masyarakat ekonomi Liberal yang diterapkan oleh pribumi. Belanda mendapatkan pemerintah kolonial pada tahun 1870- keuntungan yang sangat besar dari 1900. Kemerosotan kesejahteraan tersebut eksploitasi tersebut, sementara masyarakat menarik perhatian banyak pihak baik di pribumi hidup dalam kesengsaraan (Kahin, Hindia Belanda maupun di Kerajaan 2013: 11). Penderitaan yang dialami Belanda. Kemerosotan kesejahteraan masyarakat pribumi ini mendorong rakyat pribumi ini mendorong sejumlah munculnya kesadaran pada diri pribumi tokoh seperti Piet Brooshooft dan van terpelajar untuk memajukan masyarakat Deventer untuk memperjuangkan pribumi.Kesadaran untuk memajukan perbaikan kondisi rakyat pribumi (van masyarakat pribumi ini yang menjadi Niel, 2009: 21-22). Kedua tokoh tersebut cikal-bakal lahirnya kesadaran nasional menyerukan perubahan orientasi kebijakan Indonesia (Suhartono, 2001: 4). Lahirnya terhadap rakyat pribumi di Hindia Belanda. kesadaran nasional nasional Indonesia Desakan dari para tokoh liberal tersebut tersebut ditandai dengan berdirinya memaksa kerajaan Belanda mengubah sejumlah organisasi modern seperti orientasi kebijakan di Hindia Belanda. Sarekat Prijaji, Boedi Oetomo, maupun Perubahan orientasi kebijakan yang Sarekat Islam. Organisasi tersebut berusaha meningkatkan kesejahteraan merupakan embrio awal pergerakan rakyat pribumi tersebut dikenal dengan nasional Indonesia. istilah politik etis. Kajian tentang pergerakan nasional Politik etis mendorong terjadinya Indonesia didominasi oleh organisasi- dinamika sosial-politik di Hindia Belanda organisasi modern dan terkesan pada awal abad XX. Politik etis meminggirkan peranan bidang yang lain. diberlakukan di Hindia Belanda sejak Ratu Padahal peranan gerakan selain di bidang Wilhelmina menyatakan dalam pidatonya organisasi juga memiliki andil dalam bahwa Belanda memiliki hutang moril pergerakan nasional Indonesia (Shiraishi, terhadap rakyat pribumi di Hindia Belanda. 2005: ix). Salah satu bidang yang sedikit Ratu Wilhelmina menyatakan jika Belanda terpinggirkan dalam kajian pergerakan memiliki tanggung jawab moril untuk nasional Indonesia adalah bidang pers. memajukan rakyat pribumi di Hindia Sejumlah tokoh pers seperti Abdul Rivai Belanda (Simbolon, 2006: 192). Politik etis dan R.M. Tirto Adhi Soerjo juga masih memiliki tiga program yaitu irigasi, belum mendapat banyak perhatian dalam edukasi, dan transmigrasi. Program kajian sejarah Indonesia. Padahal peran edukasi kepada masyarakat pribumi ini mereka dalam dunia pers memiliki peranan kemudian memunculkan kaum pribumi yang signifikan dalam mendorong terpelajar. Kaum pribumi terpelajar munculnya kesadaran nasional Indonesia. merupakan kaum pribumi yang telah Berdasarkan latar belakang inilah, penulis mengenyam pendidikan Barat. Kaum merasa tertarik untuk mengkaji lebih jauh pribumi terpelajar inilah yang mampu tentang kaitan antara Pers dan Bangkitnya menyerap berbagai ide-ide baru yang Kesadaran Nasional Indonesia pada awal berasal dari Eropa termasuk Nasionalisme. abad XX. Kaum pribumi terpelajar kemudian mengawali pergerakan nasional Indonesia Metode Penelitian 22 Volume 12 No 2 Maret 2017 Penulisan artikel ini menggunakan perkembangan pers di Hindia Belanda metode penelitian sejarah. Menurut hingga awal abad XX serta kemunculan Kuntowijoyo, ada lima tahapan yang harus awal kesadaran nasional Indonesia. dilakukan peneliti dalam melakukan Verifikasi (Kritik Sumber) penelitian sejarah yaitu pemilihan topik, Verifikasi merupakan tahap ketiga heuristik, verifikasi (kritik sumber), dalam penelitian sejarah. Verifikasi interpretasi, dan penulisan atau seringkali disebut kritik sumber. Tujuanya historiografi (Kuntowijoyo, 2013: 69). ialah untuk menguji apakah sumber- Pemilihan Topik sumber yang kita dapatkan dalam tahap Pemilihan topik merupakan tahap heuristik dapat digunakan dalam penelitian pertama dalam penelitian sejarah. Dalam sejarah atau tidak. Verifikasi sangat tahap ini, peneliti harus menentukan topik penting dilakukan agar peneliti bisa yang akan dikaji. Topik tersebut haruslah mendapatkan sumber sejarah yang topik sejarah untuk membedakannya kredibel. Terhadap dua macam kritik dengan topik-topik yang lain. Berdasarkan sumber yang harus dilakukan, yaitu kritik pertimbangan yang dilakukan penulis, ekstern dan kritik intern. Kritik ekstern topik yang dipilih adalah Pers dan dilakukan untuk melihat apakah sumber Bangkitnya Kesadaran Nasional Indonesia yang kita dapatkan asli atau tidak. Kritik pada Awal Abad XX. ekstern dapat dilakukan dengan cara Heuristik (Pengumpulan Sumber) mengecek kertas, tinta, gaya tulisan, Heuristik merupakan tahap kedua bahasa, kalimat, ungkapan, serta kata- dalam penelitian sejarah. Heuristik adalah katanya (Kuntowijoyo, 2013: 101). suatu tahapan dalam metode sejarah untuk Sementara itu, kritik intern dilakukan menghimpun sumber, data dan informasi setelah proses kritik ekstern. Kritik intern mengenai tema yang akan diteliti, baik itu dilakukan untuk melihat apakah isi yang dalam bentuk tertulis maupun tidak terdapat dalam sumber tesebut dapat tertulis. Sumber sejarah merupakan data- dipercaya atau tidak. Hal tersebut data yang bisa digunakan dalam penelitian dilakukan dengan cara membandingkanya sejarah. Terdapat dua macam sumber dengan sumber sejarah lain yang relevan. sejarah berdasarkan cara narasumber Penulis melakukan kritik intern terhadap mendapatkan informasi yaitu sumber seluruh sumber yang didapatkan. primer dan sumber sekunder Interpretasi (Kuntowijoyo, 2013: 73). Sumber primer Intepretasi merupakan tahap adalah sumber sejarah yang dilaporkan keempat dalam penelitian sejarah. langsung oleh saksi mata dalam peritiwa Intepretasi sering juga disebut penafsiran. sejarah. Sumber primer juga dapat berupa Tujuanya ialah untuk menafsirkan sumber- dokumen atau tulisan setempat dan sumber yang telah telah diverifikasi