Analisis Struktur Dan Nilai Budaya Naskah Sunda
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA NASKAH SUNDA Ruhaliah* ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan struktur dan nilai budaya naskah Sunda. Metode yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari metode pengumpulan naskah, metode edisi teks, dan metode analisis sastra. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah naskah-naskah Sunda, sedangkan sampel-nya dipilih lima naskah yang mewakili, yaitu naskah Wawacan Sulanjana (WS), naskah Hatam Qur’an Pangantenan (HQP), Wawacan Nabi Yusuf (WNY), naskah Wawacan Muslimin Muslimat (WMM), dan Wawacan Raden Kuda Gambar Sari (WRKGS). Naskah yang didapat terlebih dahulu dialihaksarakan ke dalam huruf Latin dengan menggunakan edisi standar. Penulisan transliterasi disesuaikan dengan ejaan bahasa Sunda yang disusun oleh Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah FPBS IKIP Bandung, sedangkan bahasa Sunda yang terdapat dalam naskah tidak diubah, dengan alasan apabila teks naskah akan diteliti dari sudut linguistik historis komparatif, akan memudahkan peneliti berikutnya. Hasil edisi teks dianalisis dari segi isi, yakni segi sastra dan nilai budaya. Pendahuluan Sebagian naskah Sunda tersimpan di Naskah lama merupakan aset budaya yang beberapa lembaga, baik di dalam maupun di sangat besar manfaatnya, karena menyimpan luar negeri. Namun masih banyak naskah yang berbagai informasi dalam bentuk tertulis. tersebar di masyarakat, baik yang masih Seperti yang dikemukakan oleh Ekadjati digunakan dalam kehidupan sehari-hari, (1988), bahwa naskah-naskah lama dapat maupun sebagai barang pusaka, atau koleksi memberi sumbangan besar bagi studi tentang semata. Lembaga yang menyimpan naskah suatu bangsa atau suatu kelompok sosial budaya sebagai koleksinya di antaranya Perpustakaan yang melahirkan naskah-naskah itu, karena Nasional, Museum Sribaduga, Museum Geusan pada dasarnya naskah-naskah itu merupakan Ulun Sumedang, Museum Kasepuhan Cirebon, dokumen yang mengandung pikiran, perasaan, Museum Cigugur Kuningan, Universiteit dan pengetahuan dari bangsa atau kelompok Bibliotheek Leiden, dan Australian National sosial budaya tersebut (Ekadjati, 1988:1). University. Naskah merupakan peninggalan Pada kehidupan masa lampau, naskah budaya yang berwujud tulisan. Di dalam naskah tidak terlepas dari kehidupan masyarakat tergambar mengenai alam pikiran, adat-istiadat, Sunda, baik sebagai bagian dari tradisi ritual kepercayaan, dan sistem nilai masyarakat pada maupun sebagai pedoman kehidupan sehari- masa lampau. Oleh karena itu, penelitian hari. Namun sejalan dengan perkembangan mengenai naskah merupakan suatu hal yang jaman, fungsi naskah saat ini sudah berubah. tidak bisa diabaikan, di samping penelitian Sebagian naskah hanya tersimpan begitu saja, mengenai benda sejarahnya. atau disimpan dengan teramat rapi sebagai Naskah Sunda berisi berbagai barang pusaka. Hanya sedikit naskah yang informasi mengenai masyarakat Sunda pada masih dipergunakan. Keadaan ini sangat masa naskah itu ditulis. Berdasarkan isinya, mengkhawatirkan, karena isi naskah menjadi naskah Sunda diklasifikasikan ke dalam tidak banyak diketahui. Oleh karena itu, kelompok agama, etika, hukum/adat-istiadat, penelitian mengenai naskah saat ini mutlak mitologi/legenda, pendidikan, pengetahuan, diperlukan agar naskah tetap mempunyai nilai primbon, sastra, sastra sejarah, sejarah, seni pada masyarakatnya. (Ekadjati, 1988:4). Jurnal Sonagar Vol. 2 Th. 2004 1 Naskah dituangkan di dalam bahan yang - sebagai pegangan kaum bangsawan untuk tidak berusia lama, misalnya buku. Umur rata- naskah-naskah yang berisi silsilah, sejarah rata suatu buku, apabila tidak dipelihara dengan leluhur, dan sejarah daerah mereka cara khusus, misalnya disimpan di tempat yang - sebagai alat pendidikan untuk naskah-naskah terlindung dari cuaca dan serangga, tidak lebih yang berisi pelajaran agama, etika, dari satu abad. - sebagai media menikmati seni budaya seperti Pada saat ini, peninggalan berupa naskah naskah-naskah berisi cipta sastra sudah tidak begitu dikenal di masyarakat pada - dapat menambah pengetahuan untuk naskah- umumnya. Hanya kalangan tertentu yang naskah berisi berbagai informasi ilmu menyimpan dan meneliti naskah. Karena itu, pengetahuan diperlukan suatu upaya agar masyarakat - keperluan praktis kehidupan sehari-hari untuk mengenal isi naskah sehingga dapat mengenal naskah-naskah berisi primbon dan sistem budaya masyarakat Sunda pada masa lalu. Di perhitungan waktu samping itu, bahasa dan aksara yang digunakan Menurut Ekadjati (1989:9) fungsi naskah pada naskah umumnya sudah banyak yang tidak dibedakan atas dua macam, yaitu (1) fungsi begitu dipakai oleh masyarakat sekarang. Jadi naskah berdasarkan bendanya, dan (2) fungsi diperlukan upaya agar masyarakat dapat naskah berdasarkan isinya. Menurut isinya, membacanya. Salah satu caranya adalah dengan naskah berfungsi sebagai (1) alat legitimasi men-transliterasikan teks naskah yang ditulis pemegang kekuasaan (raja, bupati) dan bukan dengan aksara Latin ke dalam aksara keturunannya, (2) pedoman hidup kalangan Latin, sehingga kandungan naskah dapat tertentu, (3) pegangan untuk mengenal anggota diketahui oleh seluruh lapisan masyarakat. keluarga, dan (4) mengagungkan pemegang Kegiatan ini merupakan salah satu bidang kekuasaan (raja, bupati) dan keturunannya. garapan filologi. Filologi merupakan ilmu yang Naskah yang tersebar di masyarakat Sunda sangat penting, karena filologi banyak berisi bermacam-macam teks, di antaranya mengungkapkan khazanah ruhaniah warisan pupujian dan wawacan. nenek moyang, misalnya kepercayaan, adat istiadat, kesenian, istilah musik, takaran, timbanga, ukuran, mata uang, dsb (Baried: 22) Seperti yang telah dikemukakan oleh 1) Pupujian Robson (1978:5), bahwa sastra tradisional lebih Pupujian ialah puisi yang berisi puja-puji, penting untuk digarap daripada sastra modern do’a, nasihat, dan pelajaran yang berjiwakan yang sudah dimengerti dan cukup diketahui. agama Islam. Pupujian merupakan salah satu Salah satu perwujudan kebudayaan suatu genre sastra Sunda yang merupakan pengaruh masyarakat atau kelompok manusia dapat Islam. Pupujian merupakan salah satu media ditemukan dalam gagasan, nilai, dan norma dalam berbagai kegiatan yang berkaitan dengan peraturan, yang tertuang dalam bentuk tulisan. agama. Isinya di antaranya memuji keagungan Semua unsur kebudayaan yang Allah, menyampaikan shalawat kepada Nabi terdapat dalam sastra lama membentuk Muhammad, do’a, nasihat, pelajaran agama gambaran tentang manusia dan kebudayaannya Islam, dan tarikh nabi. pada masa lampau, misalnya pekerjaan sehari- Teks pupujian biasanya disampaikan dengan hari, sikap hidup, kesenian, dan sebagainya. cara dilagukan, yaitu yang disebut zadzam (nadom). Jadi pupujian sering disebut juga Kajian Teoretis nadoman, artinya untaian kata-kata yang terikat Naskah memiliki fungsi bagi masyara-katnya. baris dan bait. Berdasarkan isinya, dapat Seperti yang dikemukakan oleh (Ekadjati, dipastikan bahwa teks pupujian banyak tersebar 1988:9), bahwa fungsi naskah adalah: di kalangan pesantren dan lingkungan keagamaan. Jurnal Sonagar Vol. 2 Th. 2004 2 Isi teks pupujian dari waktu ke waktu surat, sikap yang baik, dan cara bertemu mengalami perubahan. Seperti yang (Kartini, 1986:19). dikemukakan oleh Kartinidkk., (1984:32), bahwa: 2) Wawacan “Selanjutnya kalau kita tinjau perkem- 2.1) Pengertian Wawacan bangan isi puisi pupujian, dapatlah diketa- Salah satu bentuk karya sastra yang hui bahwa isi pupujian dari masa ke masa dikenal oleh masyarakat Sunda adalah mengalami perubahan. Pada masa berkem- wawacan. Wawacan adalah cerita panjang – bangnya agama Islam, saat peralihan dari kadang-kadang uraian – yang dituangkan dalam ajaran agama Hindu keaharan agama Islam, bentuk pupuh. Bentuk pupuh mulai dikenal oleh isi pupujian itu banyak bercampur dengan masyarakat Sunda, terutama kaum bangsawan, kepercayaan dan ajaran-ajaran agama setelah adanya pengaruh politik dari Mataram Hindu pula”. pada abad ke-17. Rosidi (1966:11-26) mengemukakan 2) Fungsi Pupujian bahwa wawacan berasal dari kata wawacaan Seperti yang telah dikemukakan Rusyana (babacaan) yang artinya: apa yang dibaca. (1971:7), bahwa pupujian berfungsi sebagai Wawacan merupakan bentuk karya sastra yang fungsi ekspresi pribadi dan fungsi sosial. Dalam berasal dari Jawa, dan dibawa ke daerah Sunda hal ini fungsi sosial lebih dominan melalui kaum bangsawan (menak) dan kaum dibandingkan dengan fungsi ekspresi pribadi, ulama (lingkungan pesantren). Wawacan tidak karena pupujian dipergunakan untuk lain dari hikayat yang ditulis dalam bentuk puisi mempengaruhi fikiran, perasaan, dan tingkah (dangding) tertentu yang disebut pupuh. laku manusia di samping dipergunakan pula Wawacan ialah hikayat yang ditulis dalam untuk menyampaikan berbagai ajaran agama. bentuk puisi tertentu yang dinamakan Sebagai media pendidikan, puisi pupujian yang dangding. Dangding ialah ikatan puisi berisi berbagai nasihat dan ajaran agama yang yang sudah tertentu untuk melukiskan hal- disampaikan dengan dinyanyikan itu umumnya hal yang sudah tertentu pula. Dangding dihafalkan di luar kepala. terdiri daripada beberapa buah bentuk Bentuk pupujian terdiri dari (a) dua puisi yang disebut pupuh (Rosidi, seuntai, (b) empat seuntai, (c) lima seuntai, dan 1966:11). (d) delapan seuntai. Isi pupujian terdiri dari enam Wawacan merupakan karya sastra Sunda golongan, yaitu: yang lahir dalam bentuk tertulis, yaitu mula- a. memuji keagungan Tuhan; mula tulisan tangan (naskah), kemudian cetakan b. selawat kepada Rasulullah; (buku). Bila dilihat dari segi kuantitasnya, c. doa dan taubat kepada Allah; naskah wawacan menduduki jumlah