JALADRI (4.1) (2018) Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Daerah
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
JALADRI (4.1) (2018) Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Daerah http://jurnal.upmk.ac.id/index.php/jaladri/ Ulikan Struktural jeung Mitologi dina Wawacan Sulanjana R. Desriani, Fajar S.M Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Daerah STKIP Muhammadiyah Kuningan Gedung A Lt. 3 Kuningan Jawa Barat Info Artikel Abstrak Sejarah Artikel: Penelitian ini memiliki tujuan untuk mendeskripsikan semua struktur Diterima 25 oktober 2016 dan mitologi yang nampak dalam Cerita Wawacan Sulanjana. Disetujui 20 Maret 2018 Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif Dipublikasikan April 2018 dengan cara menganalisis data. Serta teknik mengumpulkan data dalam penelitian ini yaitu dengan cara mengisi kartu data. Dalam proses penelitian, ditemukan hal-hal yang nampak dalam Wawacan Sulanjana, diantaranya mitologi dan strukturnya, adapun strukturnya adalah Guru Wilangan, Guru Lagu, watak pupuh, sasmita pupuh, tema, alur, tokoh, watak, latar tempat, latar suasana, latar waktu, sudut pandang, gaya bahasa, simbol, ironi serta mitologi nya. Adapun hasil dari analisis dan deskripsinya terkumpul 8 patokan pupuh, diantaranya pupuh Asmarandana, Sinom, Kinanti, Pangkur, Dangdanggula, Mijil, Durma, dan Magatru. Secara umum, tema nya membahas tentang Déwi Pohaci atau Dési Sri dan Kata Kunci: Sulanjana, ditemukan 19 tokoh, 2 tokoh utama, 10 tokoh kedua, dan 7 pelaku tambahan, 21 Alur yang ditemukan yaitu alur maju. Serta Struktural; terdapat 26 latar, diantaranya 9 latar tempat, 4 latar waktu, dan 13 Mitologi; latar suasana. Sudut pandang yang digunakan adalah orang ketiga Wawacan. tidak terbatas. Gaya bahasa yang dipakai dalam penelitian ini adalah Hiperbola dan personifikasi, 3 simbol, serta ditemukan ironi dari awal cerita sampai akhir cerita. WawacanSulanjana yaitu salahsatu wawacan mitologi yang membahas mengenai lahirnya Déwi sri dan Sejarah Padi. Dalam cerita wawacanm ini dibahas juga mengenai tumbuhan palawija yang berupa padi, ketan,dsb. Peneliti berharap kepada peneliti selanjutnya agar bisa melakukan penelitian yang lebih mendalam. Akhirnya semoga penelitian ini bisa menambah wawasan mengenai bahasa, sastra dan budaya Sunda. 43 Desriani et al., Ulikan Struktural jeung Mitologi dina Wawacan... 44 Abstact This study has the aim to describe all the structures and mythology that appear in the story Wawacan Sulanjana. The method used in this research is descriptive by analyzing the data. As well as the technique of collecting data in this research is by filling out the Key Words: data card. In the process of research, found things that appear in Wawacan Sulanjana, including mythology and structure, while the Structural; structure is a Guru Wilangan, Guru Lagu, characteristics of Mythology; pupuh, sasmita of pupuh, themes, plots, characters, background Wawacan. places, background ambience, timescapes , point of view, style, symbols, irony and its mythology. The results of the analysis and description collected 8 benchmark of pupuh, including Asmarandana cantos, Sinom, Kinanti, pickaxe, Dangdanggula, Mijil, Durma, and Magatru. In general, the theme of his talks about Dewi Sri Pohaci or DEWI and Sulanjana, found 19 figures, two main characters, 10 of the second character, and 7 additional actors, 21 lanes found that groove forward. And there are 26 settings, including background 9 places, 4 setting time, and 13 background ambience. Viewing angles are used is the third person is not limited. Style of language used in this study is hyperbole and personification, 3 symbols, and found the irony of the beginning of the story until the end of the story. Wawacan Sulanjana mythology is one of the main wawacan discussing the birth of Dewi Sri and History of Rice. In the story this wawacan considerations about the crops are plants such as rice, glutinous rice, etc. Researchers hope to further research in order to conduct further research. Finally, hopefully this research can increase knowledge of the language, literature and culture of Sunda. 45 Jaladri, Volume 4, No. 1, April 2018, pp. 18- 23 PENDAHULUAN Mitos adalah cerita yang memberikan Kalsum (2015:61) Wawacan Sulanjana pedoman dan arah hidup yang jelas adalah salahsatu naskah kuno yang untuk masyarakat, harus bagaimana menggunakan bahasa Sunda. Didalam manusia bertingkah laku dalam nya membahas mengenai mitologi sunda kehidupan sehari-hari. Mitos adalah serta tradisi memuja padi. Khususnya salahsatu way of life untuk masyarakat menceritakan tentang keunggulan Dewi yang percaya terhadap mitos., sesuai Sri Pohaci. Dalam ceritaq ini masih skral dengan pengertian kebudayaan yang serta masih digunakan pada saat ritual memiliki arti harus bagaimana manusa menanam padi. berprilaku dalam masyarakat. Di zaman sekarang tidak sedikit METODE PENELITIAN orang yang tidak mengetahui mitos. Ada Metode yang digunakan dalam beberapa factor yang menyebabkan penelitian ini adalah deskriptif. Adapun masyarakat tidak mengetahui mitos, prosedur yang digunakan dalam metode yang pertama kurang nya terbatasnya ini adalah 1) mengumpulkan data, 2) pengetahuan dan yang kedua yaitu analisis data, dan 3) kesimpulan data. sudeah banyak masyarakat yang lebih Adapun teknik pengumpulan data yang percaya kejadian secara langsung atau digunakan dalam penelitian ini adalah bias dilihat secara kasat mata. Dan ada dengan menggunakan kartu data. Tujuan beberapa alas an mengapa masyarakat menggunakan metode deskriptif dalam tidak mengetahui mitos sebab didalam penelitian ini adalah untuk menganalisis masyarakat tersebut sudah terjadi proses dan mendeskripsikan struktur formal dan akulturasi. Koentjaraningrat (2009:202) struktur naratif yang terdapat dalam akulturasi adalah salasatu kebudayaan naskah Wawacan Sulanjana. luar masuk ke dalam sehingga menyebabkan budaya sendiri hilang. HASIL DAN PEMBAHASAN Damono di Koswara (2010:10) Deskripsi Isi Cerita menyebutkan bahwa karya diciptakan Batara Kala di Kahyangan, oleh sastrawan untuk dirasakan Batara Guru yang menjadi penguasa keindahannya, dipahami dan bias tertinggi kerajaan langit, memerintahkan dimanfaatkan oleh masyarakat. Oleh segenap dewa dan dewi untuk sebab itu yang membaca karya sastra bergotong-royong, menyumbangkan diharapkan bias memahi isi karya sastra tenaga untuk membangun istana baru di tersebut. kahyangan. Siapapun yang tidak menaati Agar bisa memahami suatu karya perintah ini dianggap pemalas, dan akan sastra, perlu diadakan suatu kegiatan dipotong tangan dan kakinya. analisis, analisis yang digunakan adalah Mendengar titah Batara Guru, structural tujuan nya agar bisa lebih Antaboga (Anta) sang dewa ular sangat memahami isi dari karya sastra tersebut. cemas. Betapa tidak, ia samasekali tidak Piaget dalam Retty (2010:91) memiliki tangan dan kaki untuk bekerja. menjelaskan bahwa pengertian struktur Jika harus dihukum pun, tinggal terdiri dari tiga gagasan pokok. Pertama, lehernyalah yang dapat dipotong, dan itu gagasan yang utuh, kedua gagasan berarti kematian. Anta sangat ketakutan, transformasi, ketiga gagasan mandiri. kemudian ia meminta nasihat Batara Tidak sedikit karya sastra Narada, saudara Batara Guru, mengenai wawacan ditatar Sunda, diantaranya ada masalah yang dihadapinya. Tetapi Wawacan Purnama Alam, Wawacan sayang sekali, Batara Narada pun Ciung Wanara, dan Wawacan Sulanjana. bingung dan tak dapat menemukan cara Desriani et al., Ulikan Struktural jeung Mitologi dina Wawacan... 44 untuk membantu sang dewa ular. Putus mereka membentuk tujuh berkas warna asa, Dewa Anta pun menangis terdesu- pelangi. Kisah Nawang Wulan juga sedu meratapi betapa buruk nasibnya. dapat ditemukan dalam dongeng Jawa dewata pun berduka. Akan tetapi sesuatu yaitu Jaka Tarub. Nawang Wulan turun yang ajaib terjadi, karena kesucian dan ke bumi dan menikahi Prabu Siliwangi kebaikan budi sang dewi, maka dari raja Pajajaran. Nawang Wulan secara dalam kuburannya muncul beraneka ajaib memasak nasi dengan memasukkan tumbuhan yang sangat berguna bagi setangkai padi ke dalam wadah bambu umat manusia. dan secara ajaib berubah menjadi nasi Dari kepalanya muncul pohon masak yang siap disantap. kelapa. Dari hidung, bibir, dan Ia merahasiakan cara ajaib telinganya muncul berbagai tanaman menanak nasi ini dan memerintahkan rempah-rempah wangi dan sayur-mayur. tidak ada seorangpun yang boleh Dari rambutnya tumbuh rerumputan dan mendekati dan membuka berbagai bunga yang cantik dan harum pendaringannya. Pendaringan adalah Dari payudaranya tumbuh buah buahan semacam lemari tradisional di dapur yang ranum dan manis. Dari lengan dan tempat menyimpan beras dan perabot tangannya tumbuh pohon jati, cendana, memasak, secara tradisional dianggap dan berbagai pohon kayu yang sebagai wilayah kewenangan istri (kaum bermanfaat; dari alat kelaminnya muncul perempuan). Pada suatu hari sang raja pohon aren atau enau bersadap nira penasaran akan cara memasak nasi dan manis. Dari pahanya tumbuh berbagai mengintip ke dapur dan akhirnya jenis tanaman bambu. Dari kakinya mengetahui cara ajaib menanak nasi mucul berbagai tanaman umbi-umbian rahasia Nawang Wulan, ia kemudian dan ketela; akhirnya dari pusaranya membuka pendaringan Nawang Wulan. muncullah tanaman padi, bahan pangan Karena sang raja telah melanggar yang paling berguna bagi manusia. sumpahnya untuk tidak mendekati dapur dan membuka pendaringan, maka ajian Cara Menanak Nasi ajaib untuk menanak nasi menjadi gagal, Di kerajaan swargaloka, Batara batal dan tak dapat lagi dilakukan oleh Guru memerintahkan Batara Ismaya Nawang Wulan. Nawang Wulan untuk turun ke bumi dalam wujud kemudian terbang kembali ke sebagai Semar, untuk membawa benih swargaloka meninggalkan