<<

CAWÉNÉ PENCIPTAAN SENI PERISTIWA LAKU RITUAL DEWI SITI SAMBOJA MENJADI

Oleh: Oos Koswara dan Arthur S. Nalan Pascasarjana ISBI Jln. Buahbatu No. 212 Bandung 40265 e-mail: [email protected]

ABSTRAK Dalam budaya masyarakat Sunda, perempuan mempunyai kedudukan dan fungsi yang tinggi sebagai bentuk kepercayaannya. Simbol-simbol perempuan menempati pada wilayah sakral sebagai pusat kepercayaan dalam pola kehidupan masyarakat Sunda. Perempuan melahirkan dan mensejahterakan kehidupan sakralitasnya menjadi simbol kesuburan sebagai wujud Ibu Bumi. Pola hubungan masyarakat yang masih menggunakan bentuk-bentuk upacara ritual, menempatkan perempuan pada posisi penting dalam keberlangsungan ritual melalui sosok seorang Ronggeng. Kontekstual pada perempuan menjadi seorang Ronggeng terinspirasi dari perjalanan hidup Dewi Siti Samboja menjadi seorang Ronggeng dengan nama samarannya yaitu Nini Bogem/Nyi Rengganis. Berbagai laku ritual perubahan yang dialami dan dilakukan oleh Dewi Siti Samboja merupakan tafsir peneliti untuk mengungkapkan berbagai proses tingkatan kehidupan dalam laku ritual yang umumnya terdapat pada berbagai laku ritual sebuah pola ilmu metafisika yang dilakukan oleh masyrakat dalam budaya Sunda.

Kata Kunci: Perempuan, Ronggeng, Cawene, Ritual.

ABSTRACT : Creation Of Art Events Conducting Ritual Dewi Siti Samboja Become Ronggeng, June 2017. In Sundanese society culture, women have position and high fungtionality as a form of trust. The female symbols occupy on the sacred territory as a center of trust, in the pattern of life of the . Women give birth and prosper the sacred life become a symbol of fertility as a form of earth’s mother. Pattern of public relations that still use form of ritual ceremonies, put women in and imfortant position in the continuity of the ritual trough the pigure of a Ronggeng. Contextual in women being a Ronggeng inspired by the journey of the living Dewi Siti become a Ronggeng with its pseudonym Nini Bogem/Nyi Rengganis. Various behavioral ritual changes experienced and done by Dewi Siti Samboja is a researcher’s interpretation to reveal the various life-level processes in general ritual behavior there are on the various rituals of a metaphysical science pattern which is done by society in Sundanese culture.

Keywords: Girl, Ronggeng, Ritual.

Naskah diterima pada 3 Maret, revisi akhir 1 April 2017| 23

PENDAHULUAN Komunikasi simbolik pada kekuatan ritual sosok seorang perempuan, merupakan hasil bentuk budaya yang lahir dan tercipta dalam berbagai pola penunjang kehidupan manusia di berbagai media ungkap kelompok mas- yarakat penciptanya. Perempuan menjadi bagian terpenting dan mempunyai kekuatan nilai sakral yang sangat tinggi pada kehidupan masyarakat, tanpa mengesampingkan fungsi Gambar 1. Cawene dan kedudukan dalam gendernya. (Dokumentasi: Oos Koswara, 2017) Perempuan sebagai mediasi kehidupan dalam menghubungkan keutuhan kehidupan masyarakatnya. Kedudukan seorang perem- semesta dengan manusia, manusia dengan puan dalam kosmologi Sunda terdapat pada manusia, manusia dengan Tuhannya menjadi wilayah-wilayah penting yang fungsinya kekuatan kontekstual untuk keberlangsungan sebagai sentral dalam kedudukan manusia kehidupan yang sempurna. Realitas perempu- sebagai pedoman tertinggi bagi orang Sunda. an dilayani dan melayani menyamarkan pe- Sumardjo (2014: 64) mengatakan bahwa” mahaman tentang feminimisme yang menjadi ruang belakang untuk perempuan, yakni sisi kelemahan seorang perempuan dalam dapur, kamar mandi, dan goah atau ruang pemahaman gendernya dalam proses per- penyimpanan beras”. ubahan kodrati alamiah yang dialaminya. Tugas seorang perempuan mengelola alam Perwujudan perempuan merupakan se- semesta memberikan nilai luhur pada per- buah koloni gender yang mempunyai wilayah kembangan generasi penerusnya. Keterikatan kehidupan yang kodrati sebagai darma ke- kewajibannya memberikan kekuatan pada hidupannya sebagai makhluk Tuhan yang alam untuk meberikan keseimbangan kehidu- paling istimewa. Perempuan hadir sebagai pan masyarakat. Perempuan adalah Ibu Alam, pelengkap kehidupan yang mewujudkan ke- Ibu Semesta, Ibu Sukma, Ibu Raga yang mem- seimbangan alam dan harmonisasi kekuatan berikan nilai-nilai kehidupan pembentuk yang dapat melahirkan berbagai generasi karakter dan merupakan seorang manusia kehidupan yang nyata aktivitasnya dalam tangguh yang dapat memberikan makna berbagai keterbatasan fisiknya yang banyak kehidupan pada anak-anaknya. mengalami berbagai hal luar biasa dalam pola- Nilai pemahaman seorang perempuan di- pola fisikal yang berbeda dengan laki-laki. yakini oleh masyarakat sebagai bentuk ke- Pemahaman transformasi pada seorang pe- kuatan kesuburan sebagai keberlangsungan rempuan menjadi sangat menarik sebagai keturunan melalui tubuhnya untuk menerima sebuah kultur hidupnya yang secara alami benih-benih kehidupan barunya. Dimulai menjadi bagian kekuatan semesta alam dan dengan melakukan hubungan suci dan pikir manusia. pembenihan yang membentuk menjadi sebuah Demikian halnya seorang perempuan di kelahiran manusia baru dalam kehidupan, dalam berbagai budaya masyarakat Sunda menjadi simbol kesuburan dalam kehidupan menjadi sistem kepercayaan dalam kosmologi masyarakat untuk memaknai komunikasi

Makalangan Vol. 4, No. 1, Edisi Juni 2017| 24 pada alam-semesta. Mircea Eliade (2002:148) by a God, she received revelations in dreams (Dia mengemukakan sebagai berikut: dipilih oleh Dewa, dia menerima wahyu Karena itulah wanita secara mistis dianggap dalam mimpi). menjadi satu dengan bumi, melahirkan anak Ronggeng memiliki makna tertentu dalam dipandang pada tataran manusia, sebagai bagian dari kesuburan bumi. Seluruh penga- memberikan nilai-nilai dan keberkahan pada laman religius yang dihubungkan dengan masyarakatnya. Berbagai mitologi berkem- kesuburan dan kelahiran memiliki struktur bang di wilayah Jawa Barat khususnya etnik kosmik. Sakralitas wanita terkait pada kesucian Sunda, sebagai kekuatan utama pada pola tanah. budaya masyarakat dengan munculnya ajaran

Feminimisme dalam kebudayaan mas- hasil kebudayaannya. Salah satunya mitologi yarakat menjadi istilah kontekstual masyarakat Sunda dari wilayah Ciamis Se- pada nilai-nilai keindahan seorang perempuan latan, (Panyutran, Burujul, Ciparakan, Pangan- ideal pada saat ini. Keterikatan simbol dan daran, Cijulang) yang kini terjadi pemekaran realitas saling melengkapi satu sama lain menjadi wilayah Kabupaten Pangandaran, sebagai kekuatan maknanya. Makna-makna yaitu tentang legenda Dewi Siti Samboja pada paradoksal pada sistem masyarakat menun- kesenian Ronggeng Gunung. jukkan tingkat paling tinggi dalam sebuah Kesenian Ronggeng Gunung tidak lepas kegiatan dan kepercayaan masyarakat. dari peran sosok perempuan yang menjadi Hubungan semesta melalui seorang pe- legenda dan kepercayaan masyarakat tentang rempuan menjadi kaidah utama keseimba- laku ritual upacara kesuburan pada wilayah- ngan dan keharmonisan dunia atas, dunia nya. Perempuan tersebut adalah Dewi Siti tengah, dan dunia bawah yang menghasilkan Samboja yang dalam pengembaraan dan ke- kosmik dalam keutuhan metakosmosnya. sedihannya, ia menyamar dan mengubah di- Perempuan tersebut adalah seorang Ronggeng rinya menjadi sosok baru yaitu sebagai Nini yang menjadi pilihan hidup dan terpilih Bogem/Nyi Rengganis. Ia sosok yang sangat sebagai wakil kekuatan kosmik dari makna- cantik pandai menari dan menyanyi untuk makna ritual kesuburan yang berlangsung di melantunkan kidung-kidung sedih dalam masyarakat etnik Sunda khususnya, untuk kehidupannya. (2000: 552) dalam menyampaikan berbagai media ungkap mas- Ensiklopedia Sunda mengemukakan, Ia pun yarakat dalam wujud seorang Ronggeng. Me- menyamar sebagai Ronggeng Gunung yakni lalui pola upacara ritual tentang hubungan penari perempuan yang juga bisa menyanyi. manusia dengan Tuhan, manusia, leluhurnya, Manusia menyatakan keinginannya de-ngan dan alam-semesta, perempuan dalam wujud menetapkan kekuatan hatinya atas kehendak Ronggeng sebagai mediator kosmiknya. Rong- Yang Maha Kuasa dengan menciptakan geng adalah seorang perempuan yang terpilih ruang-ruang makna dari spiritual kehidupan- untuk menjadi mediator bagi kelangsungan nya. Seperti menurut Eliade (2002: 22) bahwa: komunikasi manusia dan alamnya. Ronggeng Prilaku ini terdapat dalam setiap level eksis- tensi manusia religius, namun terutama hal ini merupakan perempuan terpilih untuk mela- menjadi bukti dari keinginannya untuk ber- kukan hubungan komunikasi sebagai keperca- gerak hanya di dalam dunia yang disucikan, yaan suatu wilayah yang menjadi seorang yaitu dalam ruang yang sakral. wakil kekuatan kepercayaan. Seperti menurut Syarat utama menjadi seorang Ronggeng Mircea Eliade (1974: 360) yaitu, She was chosen tertanam dalam konteks wilayah dan kultur

Makalangan Vol. 4, No. 1, Edisi Juni 2017| 25 yang terdapat di masyarakat. Berbagai ke- disengaja agar peserta memiliki kesan lebih giatan untuk memenuhi syarat sebagai seo- terpandang, menarik dan cantik, dengan warna keemasan; perhiasan yang dikenakan oleh para rang Ronggeng yang dipahami oleh mas- cuwene melambangkan keagungan. Sebagian yarakatnya sebagai laku ritual yang harus masyarakat khususnya para orang tua me- dilalui sebagai kewajiban dari seorang terpilih nganggap para cuwene sebagai symbol bida- untuk menyatakan dan memberikan kebaikan dari. Bidadari yang turun ke bumi yang sering disebut sebagai bidadari patang puluh (empat dalam kehidupan. puluh.

METODE Perubahan datang dengan baik, karena Bersasarkan pemaparan diatas, maka pada tekad yang baik. Semua bisa berubah menjadi penelitian karya Cawene ini menggunakan lebih baik dengan menuntaskan kewajibannya metode kualitatif yang merupakan hasil dari dalam melaksanakan naturnya sebagai perem- penemuan dari beberapa pembuktian hipo- puan yang selalu setia pada kodrat dan tak- tesis. Serta yang dikemas dalam bentuk karya dirnya. Perempuan mengubah dirinya men- penciptaan tari dengan menggunakan metode jadi seorang Ronggeng melalui berbagai laku Mise Und Scene yaitu memindahkan peristiwa ritual, yaitu pembelajaran ilmu fisik, pe- kehadapan penonton yang di dalamnya ter- nyucian diri melalui pembersihan diri dengan dapat latar/setting, kostum dan tata rias, mandi air suci yang dikeramatkan, proses pencahayaan, pemain dan pergerakan. puasa sebagai bentuk penitisan dan penye- rapan ilmu yang dilakukannya untuk menjadi HASIL DAN PEMBAHASAN seorang Ronggeng. 1. Konsep Penciptaan Tulisan lain tentang kata Cawéné juga Suryani (2011: 241) menngatakan bahwa terdapat pada sebuah pengkajian Disertasi “Legenda Dewi Siti Samboja merupakan dari Asep Sulaeman (2014: 395), yang mem- pijakan kasus yang terjadi pada perempuan fokuskan kajiannya pada Dinamika Pertunjukan dalam berbagai peristiwa dan menciptakan Topeng pada Budaya Ngarot di Lelea Indramayu, ruang sakral pada kodrati alamiahnya sebagai yaitu dalam Jurnal Panggung Vol 24 No. 4 seorang Cawéné yaitu perempuan suci atau Desember 2014, sebagai berikut: gadis, perawan”. Cawéné merupakan ungka- Peserta ngarot pemudi (cawene) berbusana ceria kain , selendang dan tutup kepala yang pan kasih sayang yang akan diwujudkan dibuat dari rangkaian bunga kenanga, kantil, dalam sebuah karya seni pertunjukan, tentang mawar, melati, cempaka, karniem, dan bunga kedudukan dan fungsi perempuan dalam pundak yang dikombinasikan dengan bunga kehidupan. Istilah Cawéné ini juga disinggung kertas warna-warni. dalam sebuah tesis Lina Marlina Hidayat (2014: Kata Cawene dalam tulisan tesis Lina 60): Marlina Hidayat disebutkan dengan penulisan Bagi para cuwene yang akan mengikuti upacara ngarot sebelumnya diharuskan ngasrep (puasa Cuwene dan pada Disertasi Asep Sulaeman tak makan garam) selama 5 hari agar terlihat dikatakan Cawene. Pada intinya, kedua per- bersih dan cantik; begitu juga dengan per- bedan kata tersebut adalah sama, untuk hiasannya.…para cuwene diwajibkan meng- menerangkan seorang perempuan atau gadis gunakan perhiasan seperti kalung, giwang dan cincin. Perhiasan ini tidak harus milik pribadi dalam Upacara Ngarot yang diselenggarakan tetapi dapat meminjam dari keluarga. Pe- di Desa Lelea, Kabupaten Indramayu. Per- makaian perhiasan yang sangat berlebihan ini bedaan penulisan istilah tersebut ditujukan

Makalangan Vol. 4, No. 1, Edisi Juni 2017| 26 untuk para gadis (Cuwene atau Cawene) dan Rengganis dengan rombongannya menyusun bujang yang menjadi simbol kesuburan dalam kekuatan dan mengumpulkan para pemuda di sekitar pegunungan Kendeng dengan tujuan upacara Ngarot sebagai penerima amanat untuk menumpas Bajak laut/Bajo . untuk mengolah lahan garapan desa. a. Gagasan Isi Hubungan fenomena kehidupan pada Sebuah gagasan yang akan diangkat men- mitologi Dewi Siti Samboja, dapat diungkap- jadi sebuah karya seni pertunjukan, tentunya kan melalui berbagai media karya yang bukanlah menjadi sebuah kekuatan inti idiom memahami hasil kebudayaan masyarakat. cerita atau fenomena keseniannya yang di- Kekuatan media ungkap dari unsur pen- angkat menjadi seperti aslinya. Hal tersebut dukung upacara kesuburan akan dihadirkan hanya menjadi sumber pijakan bagi kreator dengan bentuk baru sebagai hasil apresiasi untuk bahan sebuah karya baru yang akan dari kreatornya, dengan memahami kekuatan diangkat menjadi bentuk baru sesuai penga- Ronggeng pada wilayah-wilayah ungkapnya laman dan proses dari kreatornya. Hulbeck dengan didukung oleh media unsur pen- (1945) mengemukakan bahwa “Creative action dukung lainnya yang kontekstual pada ke- is an imfosing of one’s own whole personality on giatan tersebut. the environment in an unique and characteristic Kisah Ronggeng Gunung merupakan kisah way”. (Tindakan kreatif adalah hasil dari perjuangan seorang perempuan dalam me- keseluruhan kepribadian atas lingkungannya nuntut keadilannya atas kematian suaminya dengan cara yang unik dan berkarakter). tercinta. Perjalanan hidupnya terputus oleh Peristiwa yang terjadi pada legenda Dewi sebuah tragedi yang sangat mempengaruhi Siti Samboja dalam kesenian Ronggeng Gu- laju kehidupannya, yaitu seorang istri Raja nung, merupakan pijakan cerita yang menjadi dari Kerajaan Pananjung (Pangandaran, Ka- media ungkap yang sangat penting dalam bupaten Ciamis) yang diserang kerajaannya menafsirkan berbagai peristiwa sebagai ben- oleh para Bajo (Bajak Laut) yang dipimpin tuk yang akan diungkapkan melalui kon- oleh Kala Samudra, dan kemudian melarikan tekstual yang terjadi sebagai sebuah mitologi diri dan terpisah kearah selatan dari ke- kehidupan seorang Ibu, Perempuan dan Rong- rajaannya dalam pengejaran para bajo sampai geng yang sangat berkaitan erat secara teks melintasi tiga gunung (Kalipucang, Kabupaten dan kontekstualnya. Miming Mujamil bersama Ciamis), yang akhirnya dapat selamat dengan Tetet Widianti (2014: 177) mengemukakan ten- beberapa pengawalnya. tang sejarah yang terjadi pada salah satu Keterangan mengenai Bajo di Indonesia potensi kesenian yang ada di Kabupaten dapat dilihat dari buku Strukturalisme Levi- Ciamis yaitu Ronggeng Gunung sebagai ber- Strauss, Mitos dan Karya Sastra karangan ikut: Heddy Shri Ahimsa-Putra (2001: 193-194) Waktu istirahat sang Dewi Siti Samboja di mengemukakan sebagai berikut: tanah pegunungan Kendeng tengah malam Ada yang berpendapat bahwa orang Bajo atau menerima wangsit dan mendengar suara yang Bajau berasal dari Malaysia (Sather, 1975, 1978); mengabarkan bahwa demi keselamatan dirinya ada lagi yang berpendapat bahwa orang Bajo sang Dewi harus menyamar menjadi seorang berasal dari daerah Wajo, di Selatan, Ronggeng dan menamai dirinya Nini Bo- sebagaimana tampak dalam persamaan nama gem/Nyi Rengganis dibimbing oleh Mama antara’Bajo’ dan ‘Wajo’, sedang beberapa do- Lengser (Naya Dipa) sebagai penabuh. Dewi ngeng Bajo mengatakan bahwa mereka me- Siti Samboja atau Nini Bogem atau juga Nyi mang berasal dari Sulawesi Selatan, namun

Makalangan Vol. 4, No. 1, Edisi Juni 2017| 27

tidak diketahui persisi daerah mana (Soe- geng datang menuntut keadilan secara sosial sangobeng, 1977). Di Thailand mereka disebut dan naturnya sebagai seorang perempuan chao nam, ‘orang air’ dan chao le ‘’ (Brown, 1994: 9). Di Indonesia, di daerah yang memiliki peranan penting dalam ber- kepulauan, mereka disebut ‘orang laut’, di bagai aktivitas sosial dalam keluarga maupun kalangan orang Makassar mereka disebut To ri masyarakat. jene, ‘orang di air’ atau ‘orang di laut’. b. Wujud Karya

Kekuatan keyakinan untuk menjadi Keterangan lain di dapat dari beberapa seorang mediator ruang sakralitas perempuan wawancara yaitu dengan Kuncen Cirengganis menjadi Ronggeng, untuk peneliti menga- (Mata Air yang terdapat di wilayah hutan daptasi dari beberapa bentuk hasil kebu- Lindung Pananjung Pangandaran) dikenal dayaan di masyarakat, melalui berbagai laku dengan sebutan Abah Kumis mengatakan: ritual yang terjadi. Pengalaman kreator dalam Karajaan Pananjung Galuh pangauban harita di- memahami berbagai peristiwa dilakukan serang ku para “Bajo Bone” (Kerajaan Pananjung dengan berbagai penandaan sakralitas pada Galuh Pangauban waktu itu diserang oleh simbol-simbol yang dihadirkan. Memahami para ‘Bajo Bone’). Penyebutan Bajo Bone ini ruang-ruang sakral dan propan sebagai se- selalu diulang-ulang dalam ceritanya tentang buah kejadian peristiwa, mengusung berbagai Ibu Samboja (kebiasaan warga pangandaran permasalahan yang terjadi dari setiap pe- menyebut nama Dewi Siti Samboja). (Abah ristiwa ritual perempuan yang dapat me- Kumis: 01 Juli 2017). Drs Ahmad Elvian ngaflikasikan pada kehidupan dengan hadir- seorang Budayawan dari Pangkal Pinang nya berbagai upacara kesuburan. Kekuatan mengatakan: suku bajo merupakan orang setiap peristiwa akan ditampilkan kembali yang hidup di laut dan berpindah-pindah, menjadi sebuah pemahaman proses yang ber- mereka berasal dari wilayah Sulawesi Selatan kembang dalam mengeksplorasi berbagai me- (Wajo) dan Timur (Tidung) (Drs dium seni. Akhmad Elvian: 20 Agustus 2017). Tidaklah semudah membalikan telapak Kala Samudra adalah pimpinan pem- tangan untuk menjadi seorang Ronggeng berontak yang terus mengejar dirinya untuk banyak hal yang harus dilakukan dan dilalui memangsa setiap kelengahan dari perjalanan dengan kekuatan dan keteguhan keyakinan waktunya dilalui dalam luasnya mengarungi pada tujuannya. Seperti yang dikemukakan samudra. Perjalanan perubahan dengan me- oleh Mujamil (2014: 175–176) bahwa: nyerahkan dirinya pada kekuatan kehidupan Pada zaman dahulu, jika seseorang ingin dan alamnya, Dewi Siti Samboja menyusuri menjadi seorang ronggeng, tidaklah semudah luasnya samudra dalam pertarungan waktu. sekarang. Beberapa syarat yang harus dipenuhi Begitulah Sang Ronggeng turun gunung antara lain mempunyai bentuk badan yang merubah hidupnya menjadi lebih terang dan bagus, dapat melakukan puasa 40 hari yang setiap berbuka puasa hanya diperkenankan indah dalam gambar kehidupan yang ge- makan pisang raja dan buah, latihan nafas milang untuk meraih keberhasilan hidup. untuk memperbaiki suara, latihan fisik dan Sang Ronggeng turun gunung mengidungkan juga rohani yang dibimbing oleh ahlinya. Dan yang umum berlaku, seorang ronggeng harus keadilannya pada garis hidupnya untuk se- tidak terikat perkawinan. Oleh karena itu, se- buah perubahan yang diinginkan oleh dirinya orang penari ronggeng harus seorang gadis dengan penuh kepatutan pada nilai, aturan atau janda. dan norma-norma yang berlaku. Sang Rong-

Makalangan Vol. 4, No. 1, Edisi Juni 2017| 28

Melakukan ritual merupakan manusia yang menuju daya-daya gaib dengan me- Gambar 2. Bagan Teori Pavis (1992) sebagai pembahasan karya penciptaan seni Cawéné lakukan berbagai laku ritual di luar budaya- nya. Keyakinan perubahan yang terjadi adalah a. Sumber tuntutan manusia untuk keluar dan kreatif Perubahan fisik dan psikis pada sisi pada wilayah luar budayanya sebagai laku kehidupan perempuan merupakan hal yang daya-daya gaib yang dapat dilakukan dengan menarik untuk dijadikan sebagai sumber tujuan dan maksudnya tertentu. cerita. Perubahan seorang perempuan di- Setiap peristiwa dalam seni pertunjukan perlihatkan dalam fase kodratinya sebagai mempunyai karakter, kesan dan media ung- seorang perempuan yang harus mengalami kapnya sebagai faktor pendukung proses pen- berbagai peristiwa perubahan sebagai ting- ciptaannya dengan persepsi dan konsepsi katan sistem kehidupannya yaitu haid atau yang disusunnya. Seperti yang dikemukakan datang bulan, robeknya selaput dara, hamil oleh Simatupang (2013: 55) bahwa: sembilan bulan 10 hari dan melahirkan. Penekanan fokus perhatian studi pada pe- Perempuan yang bertugas pertamakali ngalaman ketubuhan manusia membuka pe- luang bagi penyelidikan yang cermat mengenai mendidik anak-anaknya adalah seorang ibu. bagaimana manusia melalui media tubuhnya Dalam hal ini peneliti memahami perjuangan mengalami ruang, waktu, benda, getaran seorang ibu dari peneliti sendiri yang mem- suara, cahaya, aroma, serta lingkungan social- besarkan Sembilan anak dan terkadang juga nya; bahkan juga bagaimana individu me- ngalami gerak, suhu, permukaan, aroma, bunyi ditambah oleh beberapa saudara sepupu yang maupun tegangan dan sensasi dalam tubuhnya diurusnya. sendiri. Memahami Ronggeng saat ini selalu pada

konotasi dirongrong ditonggengan. Hal tersebut 2. Deskripsi Karya sangat mengganggu peneliti untuk dapat me- Sebuah karya ilmiah disusun berdasarkan mahami Ronggeng sebagai fungsi dan kedu- objek dan permasalahan yang diangkat se- dukannya dalam berbagai kegiatan upacara. bagai bahan penelitian yang akan diobservasi Ronggeng merupakan seorang perempuan dan dianalisis oleh peneliti. Pemilihan dalam yang sangat terhormat dan suci dalam laku studi kajian karya penciptaan seni Cawéné, ritualnya. Tetapi pola hidup seorang Ronggeng merupakan pemahaman analisis yang dipan- tidak dapat dipahami oleh orang lain. Hal dang perlu diteliti dengan menggunakan teori demikian yang membatasi peneliti untuk tidak Patrice Pavis (1992) dengan metode Mise en memasuki wilayah pengalaman hidup dari Scene, yaitu sistem penandaan yang hadir seorang Ronggeng. secara bersamaan atau berlawanan dalam b. Ide ruang dan waktu tertentu di hadapan Cerita Legenda Dewi Siti Samboja me- penonton yang dapat digambarkan sebagai rupakan manisfestasi kehidupan peneliti da- berikut: lam proses pengalaman kehidupannya. Ber-

bagai ritual pengalaman kehidupan dari Dewi

BUDAYA BUDAYA Siti samboja dapat dipahami oleh peneliti se- SUMBER TARGET bagai proses pengalaman hidup yang terus

berubah untuk mencapai tujuan yang di- inginkannya. Seperti hasil dari sumber Kongkretisasi Kongkretisasi Kongkretisasi Kongkretisasi Ide Tekstual Dramaturgi Pemanggungan

Makalangan Vol. 4, No. 1, Edisi Juni 2017| 29 wawancara kepada Mang Dalang (25 Agustus ran dari artefak yang memberikan pemban- 2017) mengatakan bahwa: tahan pada suatu kepentingan untuk me- Batinna mah ceurik nyeuri hate kaliwat saking ka ngajukan berbagai pernyataan dari sebuah anu ngarana Kala Samudra nu jadi cukang tujuan kehidupan dalam setiap periode dan lantaranana nagara ancur jeung ditinggal ku salaki. Da gening ari awewe mah enya kuat ku kapeurih masanya. Candi Ronggeng Pamarican Kota lahir jeung batinna mungguhing Ibu Samboja Banjar adalah sebuah pembenaran fakta yang nyanggelek jadi Nini Bogem Nyi Ronggeng ngidu- menyatakan sebuah dekade kepercayaan mas- ngan kahirupan. yarakat (Hindu Siwa) yang berusaha untuk

(Bathinnya menangis sakit hati yang teramat dilakukan berbagai penyanggahan dengan sakit kepada yang namanya Kala Samudra berbagai kebenaran mitologis kepada mas- yang telah menjadikannya negara hancur dan yarakat yang dianggap kebenarannya untuk ditinggalkan oleh suami yang dicintainya. Tapi memberikan sebuah perkembangan saling memang kalau perempuan itu kuat oleh berbagai bentuk kepedihan lahir dan bathin menutupi pernyataan penyanggahan pada ke- yang sebenarnya Ibu Samboja menjadi seorang benaran empirisnya. Nini Bogem Nyi Ronggeng yang menyanyikan c. Kongkretisasi Tekstual lagu kidung kehidupannya. Legenda Dewi Siti Samboja dalam ke-

Pengejaran Kala Samudra yang terus senian Ronggeng Gunung merupakan ke- menerus adalah pengejaran sang waktu yang kuatan cerita yang akan diangkat dengan bergelombang bagi kehidupan manusia untuk mengkaji berbagai konteks psikologis yang menuju titik akhir yang sesuai dengan arus terjadi pada perempuan dan Ronggeng dalam yang dilaluinya. Kongkretisasi ide dalam peristiwa perubahan. Perubahan Dewi Siti sebuah hasil penelitian banyak terungkap Samboja menjadi seorang Ronggeng yang sebuah pembenaran empiris yang menyatakan mempunyai nama dan panggilan baru Nini berbalik dengan kenyataan factual dalam Bogem/Nyi Rengganis merubah kultur ke- lingkungan yang ada di masyarakat. Berbagai hidupan sebelumnya menjadi seorang perem- versi tentang Dewi Siti samboja berkembang puan yang mempunyai nilai fungsi dan mempengaruhi kultural masyarakatnya untuk kedudukan lebih tinggi sebagai mediator ke- memberikan kebenaran baru pada sebuah hidupan manusia dan alamnya dari kehi- kepentingan pernyatannya. Seperti yang di- dupan sebelumnya. Nini Bogem atau Nyi kemukakan oleh Simatupang (2013: 81) bahwa: Rengganis adalah seorang Ronggeng yang Dalam tradisi lisan “kebenaran” lebih sering menyerahkan kehidupannya pada semesta terletak pada fakta empiris bahwa suatu ketika sebagai pembentuk tujuan keyakinannya. ada seseorang yang menyatakan sesuatu dan Beberapa observasi tekstual dilakukan pernyataan itu diungkapkan dalam cara-cara dengan mendatangi tempat yang menjadi untuk mengikis keraguan para pendengarnya. Dengan kata lain, pengujar dan caranya sumber tentang keberadaan Ronggeng dari menyampaikan sesuatu menjadi lebih penting budaya tutur masyarakat yang berkembang di daripada kebenaran empiris pernyataannya… wilayah Jawa Barat, yaitu: pengalihan membawa serta pergeseran dari 1) Candi Ronggeng Pamarican, menurut Iyan “kebenaran” diskursif yang dinamis menuju “kebenaran” tekstual yang statis. (2015) yaitu sebuah pelataran yang hanya tinggal sebidang tanah berukuran 10x10 Berbagai versi tentang sebuah cerita yang meter yang dibatas dengan pagar bambu berkembang di masyarakat menjadi pembe- sebagai wilayah yang dilindungi oleh pe- naran dari berbagai kenyataan fakta kebena-

Makalangan Vol. 4, No. 1, Edisi Juni 2017| 30

merintah daerah setempat. Wilayah ter- upakan wilayah tempat bertapa menenang- sebut dipercaya oleh masyarakat sebagai kan pikiran oleh Prabu Sawung Galing Raja tempat Dewi Siti sam-boja melakukan Galuh yang kemudian bertemu dengan ritual upacara Kesuburan yang sering di Dewi Samboja dan menikah maka tempat dapati suara ketuk tilu pada tersebut menjadi tempatnya Dewi Siti Sam- malam jumat kliwon di areal tersebut. boja dalam melakukan penyebaran tentang 2) Makam Keramat Nyi Mas Nawang Wulan ilmu pengetahuan kehidupan, yang akhir- atau Ronggeng Sadunya di daerah Dar- nya namanya berubah menjadi Nyi Reng- maraja Sumedang yang saat ini terendam ganis. oleh proyek bendungan Jati Gede. Pada 5) Pantai Wisata Batu Hiu merupakan titik tahun 2015 peneliti sempat mendatangi akhir yang diarahkan untuk melaksanakan tempatnya sebelum terendam, dan pada perentasi pertunjukan seni Cawene. Me- tahun 2016 kembali ke tempat tersebut nurut Abah Kumis (Kuncen Cirengganis) sudah terendam oleh air. apa yang peneliti lakukan untuk mem- 3) Gamelan Koromong di daerah Cileuweung pertunjukan karya seni Cawene dibilang Darmaraja Sumedang yang merupakan tepat berada di wilayah Parigi yang artinya peninggalan terakhir dari Ronggeng Sadu- Paragi atau tempatnya berbuat dan belajar nya. Pada bulan Nopember 2016, peneliti tentang segala hal. Daerah Kecamatan berkesempatan menyaksikan langsung Ga- Pangandaran dan Kalipucang tidaklah tepat melan Koromong yang hanya bisa ditabuh karena daerah tersebut merupakan pusat- oleh keturunan dari penabuh sebelumnya. nya ajaran dari masa kerajaan Galuh Pa- lima bilah gamelan yang tersisa dari 25 ngauban sampai saat ini. bilah merupakan peninggalan yang tetap 6) Beberapa wilayah pendukung yang secara dipelihara sebagai benda keramat oleh teknis memiliki tata hubungan dengan upa- pengurusnya. Gamelan Koromong merupa- cara kesuburan yang di dapatkan adalah : kan peninggalan dari Nyi mas Nawang - Pare dari Puun Suku Naga Tasik- Wulan (Galuh) yang meminta maskawin malaya yang diberikan sebanyak dua pada Prabu Aji atau Prabu tembong Agung ikat untuk mendukung pelaksanaan (Sumedang) untuk dapat mengawininya. pertunjukan seni Cawene pada tanggal 4) Mata Air Cirengganis Hutan Lindung Ki- 27 Juni 2017. dang Pananjung Pangandaran pada bulan - Air tiga pertemuan sungai di Gunung Juli 2017 peneliti membuktikan tentang Sawal Ciamis Jawa Barat. kekuatan mitologi yang berkembang di- - Air dari Cikahuripan Nyi Mas Pur- wilayah pemilik ceritanya untuk mem- basari dan Cirengganis. buktikan tentang keberadaan Cirengganis. Kehadiran berbagai peristiwa menciptakan Pembuktian mata air Cirengganis lebih berbagai pola-pola ruang sakral dan propan dulu ada sebelum legenda Dewi Siti Sam- sebagai perwujudan pertanyaan-pertanyaan boja diutarakan oleh kuncennya Abah permasalahan yang diajukan sebagai pena- Kumis (Saamaran) bahwa Cirengganis ada- waran bentuknya. Mewujudkan daya ungkap lah tempatnya pertemuan putri Jin dengan memerlukan perenungan pemahaman peris- Raja Galuh Pangauban yang akhirnya men- tiwa agar tema yang diangkat tetap menjadi jadi istrinya. Kemudian Cirengganis mer- jalan bagi tercapainya tujuan.

Makalangan Vol. 4, No. 1, Edisi Juni 2017| 31 d. Kongkretisasi Dramaturgi motif musiknya. Suara yang dihasilkan dari Peristiwa-peristiwa yang akan diangkat beberapa ornament tidak utuh selayaknya merupakan beberapa bentuk laku ritual yang pengiring yang mempergunakan kelengkapan biasa dilakukan oleh seorang perempuan yang alat semestinya, tetapi dalam karya Cawěně mempunyai sebuah keinginan kuat dalam ini hanya untuk mempertegas dan mencapai laku ritual sebagai seorang Ronggeng. Ke- originalitas dari suara alamnya. hadiran berbagai media ungkap memberikan 3) Deskripsi Setting dan Lighting peluang untuk dapat menggambarkan bentuk Arena presentasi yang digunakan adalah yang akan dicapai. Seni pertunjukan menjadi wilayah alam dan konsep arena terbuka yang terkesan apabila ada keterlibatan peneliti langsung dilakukan pada wilayah terbuka sebagai pelaku dan penikmatnya sekaligus yang ada di sekitar perkampungan. Tidak dengan memahami dua ruang eksplorasi. terbatas pada wilayah-wilayah proscenium Memahami sebagai pelaku adalah menguasai tapi menggunakan konsep lokalitas yang berbagai unsur media seni yang mempunyai menentukan arah mata angin sebagai wilayah keterkaitan pada tema ungkapnya, dan sakral dan propan. Setting adalah alam menjadi seorang penikmat adalah untuk terbuka yang mengandalkan kealamian dari mengontrol perkembangan pada struktur tempatnya dengan beberapa penambahan ungkapnya. setting terutama pada saat laku ritual mandi 1) Deskripsi Gerak air keramat di sebelah timur dari arena Gerak dalam pergerakan pemain merupa- tersebut akan dipasang bentuk setting air kan penegasan pada setiap peristiwa media pancuran dan kolam mata air. ungkap yang diinginkan oleh peneliti sebagai Penambahan setting dan penegasan ligh- sebuah kekuatan tematik yang dapat mem- ting dibutuhkan sebagai penguatan pada se- berikan konteks struktur teks secara naratif tiap peristiwa yang terjadi. Pencahayaan pada maupun eksperimental. Pola-pola eksplorasi bentuk originalitas masa lalu digunakan de- gerak dengan menggunakan metode peniruan, ngan menggunakan obor sebagai penerangan empati dan koneksi dicoba untuk mengung- yang akan digunakan dengan di tancap pada kapkan konseptual karya dengan memahami tanah, dan di simpan pada sebuah wajan. dan percaya pada kemampuan setiap pelaku- 4) Deskripsi Rias dan Busana nya. Rias busana merupakan penandaan peris- 2) Deskripsi Musik tiwa yang sangat penting untuk menegaskan Musik iringan merupakan penguat sua- peristiwa-peristiwa yang terjadi. Riasan cantik sana dengan mempergunakan alat-alat trade- pada seorang perempuan untuk peran pohaci sional berupa ornament-ornamen alat untuk dan Sunan Ambu dengan kelengkapan busana kebutuhan bunyi yang dihasilkan, yaitu, bidadari dengan berwarna putih dan Ketuk, Penca, Ngekngek Tara- kain samping lereng parang rusak kecil dengan wangsa, Tarompet, , Vocal dan satu sett kelengkapan mahkotanya, dan Pohaci meng- Gamelan kesenian Ronggeng Amen dari wi- gunakan sanggul cepol dan hiasan Ani-ani dan layah setempat. Penguatan suasana pada se- Pare. Adapun untuk tokoh Dewi Siti Samboja tiap peristiwa dinyatakan dalam bentu-bentuk menggunakan kebaya dengan warna broken bunyi sebagai penegasan suasana yang sangat white yang dibuat berkesan kotor sebagai monoton dan minimalis dari ornament dan kesan penderitaan dengan motif pinggiran

Makalangan Vol. 4, No. 1, Edisi Juni 2017| 32 bordir untuk mencirikan sebagai perempuan peristiwa laku ritual perubahan perempuan keraton. Pemain perempuan menggunakan menjadi seorang Ronggeng. Seperti yang kebaya berwarna hitam sebagai pelaku adat dikemukakan oleh Suryani (2011: 241) bahwa: yang akan membimbing perubahan pada Proses kreatif dalam menghadirkan kembali Dewi Siti Samboja. berbagai peris-tiwa pemaknaan pada seorang Ibu/perempuan dan seorang Ronggeng sebagai Pemain laki-laki lebih menggunakan shaman bagi mediasi pola kehidupan keluarga celana pendek hitam dan baju kaos oblong dan mas-yarakat yang sangat peneliti pahami putih sebagai symbol pergulatan dan per- sebagai Cawěně yang artinya perempuan suci. gumulan emosi dari sang Putri. Properti sa- rung yang digunakan menggunakan sarung Budaya target dari sebuah kekuatan sum- dengan warna-warni sesuai motif sarungnya ber merupakan tujuan utama untuk menjadi untuk menyamarkan pergerakannya. pijakan dalam menentukan konsep garap e. Pemanggungan dalam perjalanan proses pengalaman ber- Dilaksanakan dalam ruang arena terbuka keseniannya. Hadirnya kehidupan baru pada dengan pembagian ruang sakral dan profan bentuk kekuatan lama dari budaya sumbernya untuk menciptakan berbagai peristiwa per- menyatakan tujuan yang dipilih dari proses- ubahan yang tetap mempertahankan berbagai nya sebagai media ungkap dengan kekuatan esensi kesenian dan budaya daerah yang unsur-unsur pendukung lainnya. Dari Legen- berkembang di Jawa Barat. Proses pemang- da Dewi Siti Samboja yang sangat diyakini gung yang menjadi tahap penyelesaian sebuah dan dihormati oleh warga setempat khusus- bentuk peristiwa yang tersusun dalam teks nya Kabupaten Pangandaran sebagai pemilik dan konteks untuk mencapai tujuan sebagai budayanya yang diperkuat dengan kenyataan titik akhir dari proses struktural yang naratif letak geografis peristiwa dari legendanya. maupun non naratif. Perjalanan dan pelarian Dewi Siti Samboja Penguatan pada wilayah-wilayah peris- menyusuri Pantai bagian Timur menuju ke tiwa laku ritual seorang perempuan dipertegas arah gunung di wilayah Kecamatan Kalipu- dengan berbagai unsur pendukung dan pe- cang dan dilanjutkan menyusuri wilayah nguat suasana dari peristiwanya. Sebuah Sungai Ciputrapinggan dengan beberapa karya seni selalu menganggap bahwa seni pemberhentiannya yang kemudian menjadi pertunjukan adalah hasil akhir dari sebuah penamaan pada wilayahnya dengan menun- proses karya seni. Kehadiran seni pertunjukan jukkan testinomi arti nama daerahnya adalah membutuhkan tempat presentasi dan pennon- perasaan Dewi Siti Samboja dalam perjalanan- ton sebagai syarat utama sebuah pertunjukan. nya. Legenda Dewi Siti Samboja kemudian Pemilihan tempat presentasi menjadi factor berkembang menjadi sebuah budaya baru utama dalam menentukan keberhasilan media hasil akulturasi budaya pesisir dan gunung ungkap dari sumber cerita dan peristiwa yang yang menghasilkan bentuk kesenian baru diangkatnya. yang khas dan unik memiliki warna baru f. Target berbeda dengan wilayah lainnya sebagai Dengan melakukan berbagai pendekatan bentuk Kesenian Ronggeng yang kemudian pemahaman konseptual akhirnya dapat di- berkembang mempunyai penamaan Kesenian capai sebuah budaya target yaitu seni per- Ronggeng Gunung dan Ronggeng Amen. tunjukan Cawěně dengan kekuatan sebuah

Makalangan Vol. 4, No. 1, Edisi Juni 2017| 33

KESIMPULAN menghubungkan simbol dan makna komuni- Dewi Siti Samboja seorang perempuan kasinya melalui seorang Ronggeng. Ronggeng yang tersakiti harus merubah dirinya menjadi dalam masyarakat Sunda merupakan per- seorang Ronggeng yang terpilih dan dipilih wakilan komuniukasi yang dapat mediasi sebagai seorang yang dapat memberikan hubungan dengan Tuhan, manusia, alam- manfaat bagi semua orang. Kehidupan dalam semesta dan leluhurnya sebagai penda- melakukan laku ritual seorang ronggeng hulunya yang memberikan kekuatan ikatan tidaklah gampang. Berbagai persyaratan dan bathinnya. Ronggeng sebagai mediasi bagi berbagai laku ritual dilakukan demi ter- komunikasi spiritual merupakan seorang capainya tujuan sebagai kekokohan dalam Cawěně dalam kehidupannya. Cawěně yang hidupnya. artinya perempuan suci memberikan nilai Ronggeng merupakan pilihan hasil budaya yang baik bagi keberlangsungan kesejahteraan masyarakat yang sudah ada pada zaman hidupnya. Perempuan suci memberikan nilai primordial kepercayaan masyarakat sebagai pada ruang-ruang sakral dalam pola budaya ungkapan-ungkapan religinya. Memahami masyarakat Sunda. Dalam hal ini peneliti ruang sacral dalam kehidupan manusia mencoba berbagi pengalaman dalam me- berabad-abad mengalami berbagai macam mahami perempuan dengan maksud sebagai penyesuaian menurut struktur alam dan berikut: manusianya. Memahami manusia berarti me- 1. Hormati perempuan suci sebagai Ibu yang mahami lingkungan pembentuknya untuk mengandung dan melahirkan. mengungkapkan keleluasaannya pada wi- 2. Mengerti pola-pola paradoksal perempuan layah sakral dan propan dalam kehidupannya. suci pada budaya masyarakat Sunda, agar Berbagai kebutuhan ruang-ruang tersebut memahami kembali pentingnya tempat- menghasilkan berbagai macam produk bu- tempat suci dalam struktur rumah untuk daya salah satunya adalah budaya upacara. keberlangsungan kehidupan. Upacara hadir karena terjadi hubungan 3. Melayani dan memelihara perempuan suci dua hal yang berbeda untuk menyatakan sebagai bagian kehidupan manusia. komunikasinya melalui berbagai macam Penerima hak waris budaya masa lalu simbol dan makna dalam kehidupannya. Ung- menjadi kekuatan peneliti untuk melakukan kapan-ungkapan yang tak terbatas akan ko- laku atau tindakan secara langsung melalui munikasinya secara realitas diperlihatkan sebuah karya penciptaan seni Cawěně sebagai dengan berbagai bentuk upacara yang ada di bentuk rekayasa budaya untuk memahami masyarakat sebagai identitas kultur dan kembali pola-pola lama sebagai warisan yang wilayah pembentuknya. Hasil budaya men- harus direkayasa secara baik dan benar. ciptakan fungsi dan kedudukan manusia Membuat pola-pola lama berarti peneliti dalam pelaksanannya. Peran perempuan da- harus memahami pola lamanya. Berpendapat lam fungsi dan kedudukannya terutama pada tentang pola lama berarti peneliti harus masyarakat Sunda memiliki nilai kosmologi mengalami kehidupan pada pola lamanya. tertinggi yang dihasilkan dari wilayah pem- Hadirnya identitas baru dari sebuah rekayasa bentuknya. budaya khususnya budaya Sunda merupakan Fungsi dan kedudukan perempuan me- identitas lama yang dihadirkan oleh pelaku lahirkan sebuah tuntutan mediasi yang dapat

Makalangan Vol. 4, No. 1, Edisi Juni 2017| 34 baru dengan tetap menghormati dan mengetahui keberlangsungan budaya tersebut. Ekadjati, Edi S. 1995. Kebudayaan Sunda, Laku ritual perubahan Cawěně adalah hal Suatu Pendekatan Sejarah. : Pus- taka Jaya. yang sangat privasi bagi seorang Ronggeng.

Dalam hal ini peneliti mencoba menampilkan Eliade, Mircea. 2002. Sakral dan Profan. berbagai laku ritual Cawěně merupakan Menyingkap Hakikat Agama. Judul Asli imflentasi dari pengalaman peneliti dalam The Sacred and The Profane. Terjemahan melakukan berbagai laku ritual dalam Nuwanto. Yogyakarta: Fajar Pustaka kehidupan budayanya. Menghargai sebuah Baru. proses keilmuan adalah memahami resiko Eliade, Mircea. 1974. Shamnism. Archaic baik dan buruknya sebuah pelajaran dalam Techniques of Ecstasy. Amerika Prin- menempuh ilmu. Berbagai hal dalam ceton University Press. kehidupan manusia dapat menjadi ilmu pengetahuan sebagai bekal keselamatan dan Koentjaraningrat. 1998. Manusia dan kejujuran dalam mendalami sebuah ilmu Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djam- pengetahuannya. Cawěně adalah Ibuku, Cawě- batan. ně adalah Dewi Siti Samboja, Cawěně adalah Marlina Hidayat, Lina. 2014. Interaksi perempuan suci. Simbolik Dalam Pertunjukan Ronggeng Ketuk dan Topeng Pada Upacara Ngarot DAFTAR PUSTAKA di Desa Lelea Kabupaten Indramayu. Abdulah, Tata. 2006. Budaya Sunda, Kini, Bandung. Jurnal Panggung Vol. 24 No. Dulu dan Masa Depan. Untuk Ma- 1, Maret 2014. hasiswa dan Umum. Perpustakaan Nasional. Katalog Dalam Terbitan. Mujamil, Miming, Tetet Widiyanti. 2014. Bandung: Kencana Utama. Kabupaten Ciamis Dalam Sudut Pandang Sejarah dan Nilai Buday. Pemerintah Danasasmita, Saleh. Dkk. 1987. Sewaka Kabupaten Ciamis. Dinas Pendidikan Darma (Kropak 408), Sanghyang Sik- dan Kebudayaan Kabupaten Ciamis. sakandang Karesian (Kropak 630), Ama- nat Galunggung (Kropak632). Transkri- M. Setiadi, Elly dan Usman Kolip. 2011. psi dan Terjemahan. Bagian Proyek Pengantar Sosiologi, Pemahaman Fakta Penelitian dan Pengkajian Kebuda- dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, yaan Sunda (Sundanologi). Bandung: Aplikasi, dan Pemecahannya. Jakarta: Direktorat Jendral Kebudayaan. De- Kencana Prenada Media Group. partemen Pendidikan dan Kebuda- yaan. Pratista, Himawan. 2008. Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka. Djatisunda, Anis. 1993. Baduy Rawayan Urang Kanekes. Pemerintah Provinsi Rosidi,,Ajip. 2000. Ensiklopedi Sunda. Alam, Daerah Tingkat I Jawa Barat, Dinas Manusia dan Budaya. Termasuk Budaya Pendidikan dan Kebudayaan dan Betawi. Jakarta: PT. Dunia Provinsi Jawa Barat. Pustaka.

Dwimarwati, Retno. 2016. Teks dan Konteks Rozak, Abdul. 2005. Teologi Kebatinan Tiga Lakon Pertunjukan Teater Sunda Sunda. Kajian Antropologi Agama Ten- Kiwari. Bandung. Sunan Ambu Press.

Makalangan Vol. 4, No. 1, Edisi Juni 2017| 35

tang Aliran Kebatinan Perjalanan. Ban- Sumardjo, Jakob. 2002. Arkeologi Budaya dung: PT. Kiblat Buku Utama. Indonesia. Pelacakan Hermeneutis-His- toris Terhadap Artefak-artefak Kebu- Rusliana, Iyus. 2008. Penciptaan Tari dayaan. Yogyakarta: Penerbit Qalam. Sunda. Gagasan Global Bersumber Nilai- Nilai Lokal. Bandung: Etnoteater Pub- Sumardj, Jakob. 2014. Estetika Paradoks. lisher. Cetakan Ketiga. Bandung: Kelir.

Shri Ahimsa-Putra, Heddy. 2001. Struk- Sumardjo, Jakob. 2004. Hermeuneutika turalisme Levi-Strauss Mitos dan Karya Sunda. Bandung: Kelir. Sastra. Yogyakarta. Galang Printika. Suryani, NS, Elis. 2011. Ragam Pesona Budaya Sunda. : Ghalia Indnesia. Simatupang, Lono. 2013. Pergelaran. Se- buah Mozaik Penelitian Seni-Budaya. Wagner, Roy. 1975. Penemuan Kebudayaan. Yogyakarta. Jalasutra. Edisi Revisi dan Pengembangan. Chi- cago: PT. Percetakan Universitas Chi- S. Nalan, Arthur. 2015. Asep Sunandar cago. Sunarya Dalang Golek Intelek. Bandung. Media dan Gang Pandai Press.

Sulaeman, Asep. 2014. Dinamika Pertun- jukan Topeng pada Budaya Ngarot di Lelea Indramayu. Bandung. Jurnal Panggung Vol 24 No. 4.

Makalangan Vol. 4, No. 1, Edisi Juni 2017| 36