Pengaruh Lingkungan Eksternal Terhadap Strategi Bisnis Dan Kapablitas Organisasi Serta Implikasinya Terhadap Kinerja Perusahaan Penerbangan Berjadwal Di Indonesia
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Transportasi udara merupakan pilihan transportasi yang strategis untuk dapat melancarkan arus pergerakan barang dan mobilitas individu mengingat bahwa Indonesia sebagai negara kepulauan. Dalam perkembangannya, transportasi udara dapat diklasifikasikan dalam : transportasi udara komersial (niaga) dan trasportasi udara tidak komersial. Sedangkan transportasi udara komersial diklasifikasian dalam trasportasi udara niaga (komersial) berjadwal dan transportasi niaga tidak berjadwal. Perusahaan penerbangan niaga di Indonesia pertama adalah Garuda Indonesia Airways yang penerbangan perdananya tanggal 20 desember 1949. Dengan berkembangnya kebutuhan jasa angkutan udara dan berkembangnya bisnis bidang penerbangan, maka terus tumbuh perusahaan-perusahaan baru yang terkait dengan jasa penerbangan. Hingga akhir tahun 2000 perusahaan penerbangan niaga berjadwal bertambah menjadi 7 perusahaan (Garuda, Merpati, Mandala, Bouraq, Sempati, Jatayu, Deraya). Pada awal tahun 2001 Menteri Perhubungan mengeluarkan Keputusan Menteri KM.11/2001 yang intinya mempermudah pendirian perusahaan penerbangan. KM 11/2001 ini dianggap sebagai tahap deregulasi dalam bidang jasa angkutan udara, yang memberikan pengaruh secara signifikan di Industri Penerbangan Indonesia. Perubahan regulasi khususnya terkait dengan kemudahan pihak swasta membuka perusahaan penerbangan menjadi awal perubahan industri penerbangan. Jumlah perusahaan penerbangan berjadwal sekarang (2011) tumbuh menjadi 22 perusahaan penerbangan berjadwal. Jumlah penumpang penerbangan domestik, yang sebelum perubahan (1999) sekitar tujuh juta penumpang, sekarang (2013) sudah menembus angka 74 juta penumpang (Buku Statistik Kementerian Perhubungan RI 2013). Sedangkan dari jumlah pesawat yang dioperasikan, sebelum deregulasi (KM 11/2001) sekitar 180 pesawat, setelelah deregulasi (2013) sudah menjadi 782 pesawat. Belum termasuk perubahan dalam kegiatan- kegiatan lain yang terkait, seperti: jumlah keagenan tiket pesawat, jumlah rute, jumlah atau petumbuhan perusahaan “catering‟ untuk penerbangan , perusahaan perawatan pesawat (MRO) dan lain-lain. Seiring pertumbuhan penumpang, perusahan penerbangan, dan perubahan pola persaingan, perusahaan penerbangan juga melakukan perubahan alat produksi dengan mendatangkan pesawat-pesawat baru baik yang sifatnya tipe yang baru masuk ke Indonesia maupun sampai pesawat yang baru keluar dari hanggar (pabrik) pesawat. Diantara perusahaan penerbangan yang mendatangkan pesawat-pesawat baru (termasuk pemakai pertama di dunia) adalah Lion Air dengan mendatangkan Boeing 737 seri 900 ER dan B737-800 NG untuk klas JET, Garuda mendatangkan B737-800NG dan Airbuss320, Sriwijaya dengan mendatangkan B737-900ER dan Airbus 320, Air Asia Indonesia dengan mendatangkan Airbuss 320, Sky Aviation dengan Sukhoi dan Merpati Airline dengan mendatangkan MAG 60 untuk klas komuter (baling-baling), dan lain-lain. 2 Perkembangan terakhir industri penerbangan Indonesia adalah dengan dikeluarkannya UU No 1 Tahun 2009 yang berisi perubahan-perubahan peraturan bidang angkutan udara, diantaranya; persyaratan minimal jumlah pesawat yang dikuasai untuk mendirikan perusahaan penerbangan (minimal 10 pesawat), pengaturan keselamatan penerbangan, dan pembagian segmen penerbangan menjadi tiga (3) segmen ( Full Services, Medium services, dan No frills airline). Perkembangan jumlah perusahaan penerbangan niaga berjadwal dan jumlah pesawat selama lima (5) tahun terakhir di Indonesia dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 1 Data perusahaan penerbangan berjadwal domestik dan data pesawat tahun 2007-2012. Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Perusahaan 14 16 16 19 22 18 18 Pesawat 304 560 737 1.118 1.323 1.434 Sumber: Data Statistik Departemen Perhubungan 2011. Dari tabel 1 terlihat jumlah perusahaan penerbangan berjadwal dari tahun ke tahun terus meningkat dengan jumlah terbanyak pada tahun 2011 sebanyak 22 perusahaan penerbangan. Begitu juga pesawat yang terdaftar di Kementerian Perhubungan terus meningkat dari tahun ketahun. Tabel 2 Data penumpang domestik (juta orang) dan pertumbuhannya (%) tahun 2007-2012 Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Jumlah Penumpang 39.182 37.405 43.808 51.775 60.197 71.421 74.162 (000) Pertumbu-han (%) 15.13 -4.49 11.86 38.42 16 18.9 3,84 Sumber: Data Statistik Departemen Perhubungan 2013 Dari tabel 2 terlihat bahwa secara siknifikan jumlah penumpang domestic bertambah dari tahun ke tahun hingga tahun 2013 sudah mencapai 74 juta lebih penumpang. Pertumbuhuan penumpang juga secara positif dan signifikan kecuali ditahun 2008 sedikit berkurang, dimana saat itu (2008) sedang terjadi krisis ekonomi dunia yang berimpas pada krisis ekonomi di Indonesia. Tabel 3 Jumlah penumpang domestik tahun 2013 Jumlah Jumlah Operator penumpang Operator penumpang (orang) (orang) Batavia Air stop Lion Air 32.610.168 Mandala Air 3.877 Riau Air - Garuda Indonesia 16.729.519 Sriwijaya Air 8.606.261 Merpati Nusantara 1.355.555 Travel Express 677.725 Ind Air Asia 3.023.265 Wings Air 3.419.134 Kartika Air - Trigana Air 804.231 3 Jumlah Jumlah Operator penumpang Operator penumpang (orang) (orang) Pelita Air 10.235 Ind Air T 63.285 KalsTrans 626.741 Travira Air 787 PT.Aviastar 177.012 T.Transnusa 185.842 Sumber: Data Statistik Departemen Perhubungan 2013 Dari tabel 3 terlihat penguasaan pasar (pelanggan) dari masing-masing perusahaan penerbangan, dimana Lion Air menjadi perusahaan penerbangan dengan jumlah punumpang terbanyak diandingkan dengan perusahaan penerbangan lainnya. Tabel 4 Data perusahaan penerbangan berjadwal domestik yang berhenti beroperasi Nama Tahun Berhenti No Perusahaan Operasi 1 Sempati Air 2002 2 Bouroq 2004 3 Away air 2003 4 Star Air 2004 5 Deraya 2010 6 Jatayu 2009 7 Bayu 2009 8 Adam Air 2010 9 Mandala Air 2011 10 Batavia 2012 Merpati 11 2013 Airline 12 Sky Aviation 2014 Sumber : Diolah dari Departemen Perhubungan RI. Tabel 4 menunjukkan bahwa disamping pertumbuhan penumpang yang positif akibat deregulasi, juga terjadi tutupnya (stop operasi) beberapa perusahaan penerbangan yang tidak bisa bersaing sebagai akibat adanya deregulasi angkutan udara Indonesia. Tabel 5 Data Kecelakaan Pesawat/Penerbangan 2007-2011 Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 Kecelakaan 20 24 25 18 32 Sumber: Data Statistik KNKT 2012 4 Tabel 5 menggambarkan betapa masalah keselamatan penerbangan di Indonesia masih memprihatinkan, bisa dilihat dari kecenderungan terjadinya kecelakaan penerbangan yang terus meningkat. Dari data tersebut diatas terlihat bahwa kinerja perusahaan pada industri penerbangan di Indonesia dari aspek tertentu menunjukkan adanya peningkatan seperti:jumlah penumpang diangkut dari tahun ke tahun, tetapi dalam aspek lain masih menunjukkan kondisi kurang menggembirakan seperti banyaknya perusahaan penerbangan berjadwal yang berhenti operasi, jumlah kecelakaan penerbangan yang masih tinggi, banaknya complain pelanggan khususnya terkait masalah ketepatan waktu keberangkatan (On Time Performance). Pertumbuhan jumlah perusahaan penerbangan domestik pada wilayah pelayanan yang sama mengkondisikan terjadi persaingan yang sangat dinamis, dalam satu rute jumlah operator yang melayani semakin banyak. Hal ini menjadi perhatian serius baik bagi pelaku jasa penerbangan maupun bagi regulator yang terkait pelaksanaan jasa penerbangan. Tidak bisa dihindari juga, terjadi dinamika dari aspek pengguna jasa penerbangan baik terkait tingkat pelayanan, penawaran harga tiket, dan keselamatan penerbangan. Permasalahan selain tingginya tingkat persaingan sesama perusahaan penerbangan dalam negeri, adalah masuknya beberapa perusahaan penerbangan asing yang melakukan pelayanan penerbangan di dalam negeri dengan bekerjasama perusahaan domestik. Seperti Air-Asia International yang bekerjasama dengan perusahaan lokal mendirikan Air-Asia Indonesia. Permasalahan lebih rumit dengan kesepakatan “ASEAN” yang membolehkan perusahaan asing (anggota ASEAN) melayani penerbangan domestik di sesama negera anggota ASEAN mulai akhir tahun 2015 ( ASEAN‟S Road Map Air Transport) yang tertuang dalam MEA . Persaingan akan semakin ketat, baik di bidang pelayanan, harga tiket, kenyamanan, dan ketepatan waktu. Perusahaan penerbangan asing yang cenderung mengoperasikan pesawat baru dan mempunyai jaringan internasional, akan membawa pengaruh besar dalam persaingan. Kemampuan menganalisis faktor eksternal perusahaan penerbangan dalam merumuskan strategi untuk meningkatkan kinerja perusahaan merupakan masalah yang menarik untuk dikaji lebih mendalam, oleh karena kemampuan menganalisis eksternal perusahaan penerbangan dalam merumuskan strategi perlu mendapat solusi, karena jika tidak mendapat perhatian yang serius dikhawatirkan kinerja perusahaan di industri penerbangan Indonesia akan mengalami kinerja yang tidak sesuai harapan.Selain menyiapkan strategi bisnis untuk peningkatan kinerja industri maskapai penerbangan, maka setiap perusahaan maskapai penerbangan harus memiliki kapabilitas organisasi agar kinerja yang diharapkan dapat dicapai. Lingkungan bisnis (eksternal dan internal) merupakan lingkungan yang harus dihadapi organisasi dan harus dipertimbangkan dalam pengambilan bisnis perusahaan Aktivitas keseharian organisasi mencangkup interaksi dengan lingkungan kerja (Dill 1958). Lingkungan bisnis berperan dalam mempengaruhi strategi organisasi. Sedangkan strategi harus dilaksanakan secara efektif, sehingga rencana strategi harus dipadukan dengan masalah operasional. Tingkat 5 keberhasilan yang baik diperlukan kombinasi perencanaan strategi yang baik dengan pelaksanaan strategi yang baik pula (Glueck dan Jauch 1997)