PENGARUHMETODE RESITASI TERHADAP HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) SISWAKELAS V SD NEGERI 131 BUNTU TANGLAKECAMATAN MASALLE KABUPATEN ENREKANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna memperoleh gelar sarjana Pendidikan Jurusan pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UniversitasMuhammadiyah Makassar

O l e h

NURDIANA ACONG 10540 9332 14

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR AGUSTUS 2018

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : NURDIANA ACONG

NIM : 10509 332 14

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar (S1)

Judul Skripsi: Pengaruh metode Resitasi Terhadap Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Siswa Kelas V SD Negeri 131 Buntu Tangla Kecamatan Masalle Kabupaten Enrekang

Dengan ini menyatakan bahwa:

Skripsi yang saya ajukan di depan Tim Penguji adalah ASLI hasil karya saya sendiri, bukan hasil ciplakan dan tidak dibuat oleh siapapun.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, Agustus 2018

Yang Membuat Pernyataan

Nurdiana Acong

SURAT PERJANJIAN

Saya yang bertandatangan di bawahini:

Nama : NURDIANA ACONG

NIM : 10540 9332 14

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar (S1)

Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya akan menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun). 2. Dalam menyusun skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan pembimbing yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas. 3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (Plagiat) dalam penyusunan skripsi. 4. Apabila saya melanggar parjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar,Agustus 2018

Yang Membuat Perjanjian

Nurdiana Acong

MOTTO

MOTTO DAN PERSEMBAHAN Berangkat dengan penuh keyakinan. Berjalan dengan penuh keikhlasan. Kemarin adalah pelajaran. Besok adalah harapan. Ingatlah bahwa kesuksesan selalu disertai kegagalan. “Sesungguhnya sesudah kesulitan akan datang kemudahan, maka kerjakanlah urusanmu dengan sungguh-sungguh dan hanya kepada Allah kamu berharap”. (QS. Al-Insyirah:6-8).

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah mencurahkan kasih sayang yang tulus, yang selalu berdoauntuk keselamatan, yang mencintai dan menyayangiku dengansepenuh hati sehingga menjadi tumpuan bagiku untuk meraih kesuksesan.

Serta adikku, pacarku dan sahabatku yang telah dengan

ikhlas mendoakan dan mendukung penulis mewujud-

kan harapan dan mimpi menjadi kenyataan.

ABSTRAK

Nurdiana Acong. 2018. PengaruhMetode Resitasi terhadap Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Siswa Kelas V SDN 131 Buntu Tangla Kecamatan Masalle Kabupaten Enrekang.Skripsi.Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Nurdin, pembimbing II Maryati Z. Penelitian ini menelaah pengaruh penggunaan metode resitasi terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) siswa kelas V SDN 131 Buntu Tangla Kecamatan Masalle Kabupaten Enrekang. Masalah utama dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana hasil belajar IPS siswa kelas V SDN 131 Buntu Tangla Kecamatan Masalle Kabupaten Enrekang sebelum dan sesudah diterapkan metode resitasi, dan (2) Apakah ada pengaruh metode Resitasi terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SDN 131 Buntu Tangla Kecamatan Masalle Kabupaten Enrekang sebelum dan sesudah diterapkan metode resitasi. Jenis penelitian ini adalah penelitian pre-eksperimental dengan rancangan penelitian One-group pretest-posttest design.Pengumpulan data dengan menggunakan instrumen tes hasil.Analisis data menggunakan analisis deskriptif.Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 131 Buntu Tangla Kecamatan Masalle Kabupaten Enrekang sebanyak 22 orang. HasilpenelitianmenunjukkanbahwaadanyaHaltersebutterlihatdariperbandin ganantaranilaipre testdanpost test. Nilai rata- rata pre testyang diperolehsebesar47,36nilai rata-rata tersebutberadapada interval 55-64 yangtermasukdalamkategorisedang. Sedangkannilai rata-rata post testyang diperolehyaitusebesar 85,81 yang beradapada interval 65-84 yang berartiberadapadakategoritinggi.Selainitujugadigunakanperhitunganuji t- tes.Hasilpenelitiandiperoleh, tHitung= 21,66dantTabel= 3,819. MakatHitung ≥ tTabelatau21,66 ≥ 3,819. Sehinggadapatdisimpulkanbahwa penggunaan metode Resitasi terhadap hasil belajar Ips pada siswa kelas V SDN 131 Buntu Tangla Meningkat

Kata Kunci: Hasil Belajar IPS dan Metode Resitasi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur hanya milik Allah Swt, yang telah member kekuatan dan kesehatan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai.

Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi tercinta, Muhammad

Swt, serta keluarganya yang suci, yang karenannya Allah Swt menciptakan alam semesta ini. Teriring harapan semoga Allah Swt menjadikan kita hamba-Nya dan pengikut nabi-Nya yang senantiasa menolong agama-Nya dan mencintai orang- orang yang menyiarkan agama-Nya dengan cinta kasih.Semoga kita terpilih sebagai penerima syafa‟atnya di hari kemudian.Amin.

Sebagai manusia yang penuh dengan keterbatasan, banyak kendala yang penulisa hadapi dalam penyusunan skripsi ini.Namun, penulis telah mengarahkan segala daya dan usaha untuk membuat tulisan ini selesai dengan baik dan bermanfaat dalam dunia pendidikan, khususnya dalam ruang lingkup Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar.

Motivasi dari berbagai pihak yang sangat membantu dalam perampungan tulisan ini. Oleh karena segala rasa hormat, penulis mengucapakan terima kasih kepada seluruh keluarga utamanya kedua orang tua Acong dan Nurhayati, yang telah berjuang, berdoa, mengasuh, membesarkan, mendidik dan membiayai penulis dalam proses pencarian ilmu.

Selanjutnya ucapan terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada :

Dr. H. Abd Rahman Rahim SE MM, Rektor Universitas Muhammadiyah

Makssar. Erwin Akib, S.Pd.,M.Pd.,Ph.D Dekan Fakultas Keguruan Dan Ilmu

Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Sulfasyah, MA., Ph.D Ketua

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) FKIP Universitas

Muhammadiyah Makassar. Dra. Hj. Muliani Asiz., M.Pd., Penasehat Akademik yang senantiasa memberikan masukan dan bimbingan selama proses perkuliahan.

Drs.H. Nurdin, M.Pd, Pembimbing I danDra. Hj. Maryati Z, M.Si Pembimbing II

Yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan serta motivasi sejak awal penyusunan proposal hingga selesainya skripsi ini.

Bapak-bapak dan Ibu-ibu Dosen Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah ikhlas mentrasnfer ilmunya kepada penulis. Ratna Kusuma Dewi, SPd

Kepala sekolah SD Negeri 131 Buntu Tangla. Nurmala.SPd, selaku guru kelas V

SD Negeri 131 Buntu Tangla , atas segala bimbingan dan kerjasama selama penulis mengadakan penelitian. Bapak / Ibu guru serta seluruh staf SD Negeri 131

Buntu Tangla yang telah memberikan bantuan dan petunjuknya selama penulis mengadakan penelitian. Siswa-siswi SD Negeri 131 Buntu Tangla khusunya kelas

V atas kerja sama, motovasi serta semangatnya dalam mengikuti proses pembelajaran.

Rekan seperjuangan jurusan pendidikan guru sekolah dasar Angkatan

2014 terkhusus Kelas I Universitas Muhammadiyah Makassar, terima kasih atas kerjasama yang baik dan saling memberikan motivasi maupun semangat.

Semua pihak yang memberikan bantuan dan motivasi yang sangat berharga dalam menyelesaikan skipsi ini, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Akhirnya, hanya kepada Allah Swt kita bermohon semoga berkat dan rahmat serta limpahan pahala yang berlipat ganda selalu dicurahkan kepada

kita.Semoga niat baik dan suci serta usaha yang sungguh – sungguh mendapat ridha di sisi – Nya.Amin Ya Rabbal Alamin.

Makassar , Agustus 2018

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMANJUDUL ...... i

LEMBAR PENGESAHAN ...... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...... iii

SURAT PERNYATAAN ...... iv

SURAT PERJANJIAN ...... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...... vi

ABSTRAK ...... vii

KATA PENGANTAR ...... viii

DAFTAR ISI ...... x

DAFTAR TABEL ...... xii

DAFTAR GAMBAR ...... xii

DAFTAR LAMPIRAN ...... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN ...... 1

A. LatarBelakang ...... 1

B. Identifikasi Masalah ...... 6

C. RumusanMasalah ...... 7

D. TujuanPenelitian ...... 7

E. ManfaatPenelitian ...... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS ... 9

A. KajianPustaka ...... 9

1. Hakikat Belajar ...... 9

2. Hasil Belajar ...... 11

3. Pengertian IPS ...... 13

4. Metode Resitasi ...... 22

B. KerangkaPikir ...... 31

C. Hipotesis ...... 32

BAB III METODE PENELITIAN ...... 33

A. JenisdanDesainPenelitian ...... 33

B. PopulasidanSampel ...... 34

C. Definisi OperasionalVariabel ...... 36

D. Instrumen Penelitian...... 36

E. Teknik Pengumpulan Data ...... 37

F. Teknik Analisis Data ...... 40

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...... 45

A. Hasil Penelitian ...... 45

B. Pembahasan Hasil Penelitian ...... 54

BAB VSIMPULAN DAN SARAN ...... 63

A. Simpulan ...... 63

B. Saran ...... 64

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Tabel Desain Penelitian...... 34 3.2JumlahSiswa SDN Buntu Tangla ...... 35 3.3KeadaanSampel ...... 36 3.4 Kategorisasi Standar Hasil Belajar...... 41 3.5 Kriteria Ketuntasan Hasil Belajar...... 41 4.1 DistribusiNilai, Frekuensi, danPersentasehasilbelajar IlmuPengetahuanSosialpadasiswakelas V SDN 131 Buntu Tangla Kecamatan Masalle Kabupaten Enrekang sebelummenggunakanMetode Resitasi(pretest) 47 4.2 KlasifikasiNilaiSiswaKelas V (Pretest) ...... 48 4.3 DistribusiNilai, Frekuensi, danPersentasehasilbelajar IlmuPengetahuanSosialpadasiswakelas V SDN 131 Buntu Tangla Kecamatan Masalle Kabupaten Enrekang Setelah menggunakan metode resitasi(Posttest) 50 4.4.1KlasifikasiNilaiSiswaKelasV(Posttest) ...... 51

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1KerangkaPikir Penelitian ...... 32

4.1 GrafikNilaiPretestSiswaKelasV ...... 47

4.2GrafikNilaiPosttest SiswaKelas V ...... 50

DAFTAR LAMPIRAN

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

2. Hasil Test Pelajaran IPS siswaPre-Test

3. Hasil Tes Pelajaran IPS siswa Post-Tes

4. Hasil Tes Pelajaran IPS dengan model peta konsep

(consept mapping)siswaPre-Test&Post-Test

5.Daftar Hadir Siswa Kelas V SDN Buntu Tangla Kecamatan Masalle Kabupaten

Enrekang

6. DistribusiNilaiPretestdanPosttestHasil Belajar

PadaSiswaKelas V SDN Buntu Tangla Kecamatan Masalle Kabupaten Enrekang

7.MenentukanHargaMd

8. Menentukan/MencariHarga 푋2푑

9. Menentukan Harga THitung

10. Tabel Distribusi T

11. Dokumentasi Penelitian

12. Soal pre-test dan p0st-test

13.Lembar Observasi

14. Kontrol Pelaksanaan Penelitian

15. Pengantaran LP3M

16. Surat Permohonana Izin Penelitian

17. Rekomendasi Penelitian Pemerintah Kabupaten Gowa

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa serta sebagai hak asasi setiap individu anak bangsa sebagaimana dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003

(dalam Purwandari, 2012: 1), ditegaskan bahwa: Pasal 3 Nomor 20, tujuan pendidikan nasional yaitu untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pendidikan merupakan salah satu sarana penting untuk meningkatkankualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin keberlangsungan pembangunan suatu bangsa.Peningkatan kualitas SDM jauh lebih mendesak untuk segera direalisasikan terutama dalam menghadapi era persaingan global.

Salah satu mata pelajaran yang diajarkan di SD adalah mata pelajaran

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)merupakan mata pelajaran yang dapat memberikan wawasan pengetahuan yang luas mengenai masyarakat lokal maupun global sehingga mampu hidup bersama-sama dengan masyarakat lainnya.Di masa yan gakan datang peserta didik akan mengalami dan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu

mengalami perubahan. Oleh karena itu, perancangan mata pelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial (IPS)di Sekolah Dasar hendaknya disusun untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman,dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat yang menghargai sejarah, budaya bangsa, dalam memasuki kehidupan masyarakat yang selalu mengalami perubahan tersebut,terutama dari segi gaya hidup. Siswaharus merasakan adanya sesuatu kebutuhan untuk belajar dan berprestasi,ia harus berusaha mengerahkan segala upaya untuk mencapainya.

Hasil Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), bisa disebut aneh bin ajaib, sebab mata pelajaran yang dianggap mudah, justru nilainya rendah. Seharusnya hal yang mudah membuat nilai membuncah, semua mendapat nilai di atas delapan.Para guru sebagai ujung tombak pendidikan sering dihadapkan pada permasalahan rendahnya kualitas hasil belajar siswa.Hal ini dapat dicermati dari tiap-tiap hasil tes formatif maupun tes sumatif, nilai Ilmu Pengetahuan Sosial

(IPS) selalu ada di bawah nilai pelajaran lainnya.

Ada banyak hal yang menyebabkan rendahnya nilai Ilmu Pengetahuan

Sosial (IPS).Di antara yang menjadi penyebab rendahnya nilai itu bisa datang dari siswa, guru atau sarana dan prasarana belajar.Dari berbagai variabel dalam strategi pelaksanaan pendidikan di sekolah, variabel guru merupakan variabel yang paling dominan. Sayangnya, para guru tidak menyadari akan hal tersebut.

Jika nilai siswa rendah, mungkin guru akan menyalahkan siswanya, karena malas belajar atau dianggap memiliki intelektualitas yang rendah. Guru tidak melakukan instropeksi diri, kegagalan seakan „dunia sudah kiamat‟, dan dibiarkan siswa tenggelam dalam nilai yang tidak signifikan.

Dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) guru kurang memperhatikan kecenderungan-kecendurangan yang dimiliki dan dialami siswa.

Guru lebih memandang bahwa siswa belum atau tidak tahu apa-apa. Apalagi dalam pembelajaran kajian sejarah, guru lebih banyak berceramah atau bercerita dengan mengabaikan potensi siswa.Maksudnya, siswa dianggap nol, dan kalau diajak berdiskusi siswa „tidak nyambung‟.Pendapat ini tentu saja tidak seutuhnya benar. Siswa pada usia itu sesungguhnya memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, dan mereka sudah memiliki sedikit dasar pengetahuan. Siswa memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, terlebih dalam pembelajaran sejarah dan geografi, tentu banyak hal yang menarik yang ingin diketahui siswa.

Pandangan guru tersebut menyebabkan pembelajaran di sekolah diwarnai oleh satu macam metode saja, yaitu metode ceramah.Metode ini dianggap oleh guru sangat efektif, karena materi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sifatnya informatif. Guru di kelas hanya bercerita, tentang sejarah, bebatuan, geologi, gunung atau apa saja yang berkaitan dengan kehidupan sosial tanpa melibatkan siswa berbicara, seakan siswa betul-betul masih kosong dan belum tahu apa-apa.

Penggunaan suatu metode dalam proses belajar mengajar, seorang guru sebaiknya tetap memonitoring keadaan siswa selama penerapan metode itu berlangsung. Apakah yang diberikan mendapat reaksi yang positif dari siswa atau sebaliknya justru tidak mendapatkan reaksi. Bila hal tersebut terjadi maka guru sedapat mungkin mencari alternatif pemecahan masalah dengan menggunakan metode yang lain, yang sesuai dengan kondisi psikologi anak didik.

Semua guru harus menyadari bahwa semua metode mengajar yang ada, saling menyempurnakan antara yang satu dengan yang lainnya. Karena tidak ada

satupun metode yang sempurna tetapi ada titik kelemahannya. Oleh karena itu penggunaan metode yang bervariasi dalam kegiatan mengajar akan lebih baik dari pada penggunaan satu metode mengajar. Namun penggunaan satu metode tidaklah salah selama apa yang dilakukan itu untuk mencapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.

Berdasarkan hasil observasi awal di SDN131 Buntu Tangla Kecamatan

Masalle Kabupaten Enrekang khususnya mata pelajaran IPS pada siswa kelas V saat iniguru belum menerapkan strategi yang bervariasi.Cara mengajar guru masih di dominasi dengan penggunaan metode ceramah. Metode ceramah lebih menitikberatkan guru sebagai pusat informasi atau gurus ebagai penyalur ilmu kepada siswa. Sedangkan siswa hanya sebagai pendengar. Guru belum mengembangkan pembelajaran bermakna dan mandiri yang inovatif di kelas,belum menggunakan strategi, metode, maupun pendekatan pembelajaran yang tepat, siswa hanya ditekankan pada kebiasaan mencatat penjelasan guru dan belum diarahkan belajar mandiri untuk menemukan sendiri informasi yang berhubungan dengan materi, sehingga siswa cenderung cepat merasa bosan dalam belajar IPS.Selain itu penggunaan media pembelajaran yang menarik sebagai pendukung pembelajaran juga belum optimal ditandai dengan masih terbatasnya guru dalam menggunakan media pembelajaran yang hanya memanfaatkan media pandang seperti gambar-gambar sehingga belum mampu menarik perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS. Guru hanya menjelaskan materi secaral isan sehingga siswapasif, mengganggu temannya dan kurang memperhatikan penjelasan guru karena pembelajaran kurang menarik perhatian.

“Salah satu metoda yang diguanakan dalam pembelajaran adalahmetode resitasi. Imajansah Alipandie (1884:91) dalam bukunya yang berjudul “Didakttik Metodik Pendidikan Umum” mengemukakan bahwa metode resitasi adalah cara untuk mengajar yang dilakukan dengan jalan memberi tugas khusus kepada siswa untuk mengerkan sesuatu diluar jam pelajaran. Pelaksanaannya biasa dilakukan dirumah, perpustakaan, labolatorium, dan hasilnya dipertanggungjawabkan”.

Alasan peneliti mengambil judul penelitian Metode Resitasi,karena dengan menggunakanmetode resitasi ini, siswa memiliki kesempatan untuk saling membandingkan dengan hasil pekerjaan orang lain. Dengan demikian, akan memperluas, memperkaya dan memperdalam pengetahuan serta pengalaman siswa. Selain itu, metode resitasi merupakan metode yang dapat mengaktifkan siswa untuk mempelajari sendiri-sendiri suatu masalah dengan jalan membaca sendiri, mengerjakan soal sendiri, sehingga apa yang mereka pelajari dapat mereka rasakan berguna untuk mereka dan akan lebih lama mereka ingat.

Hasil belajar yang diajarkan menggunakan metode resitasi lebih baik dari pada tanpa menggunakan metode resitasi.Meskipun metode resitasi membawa pengaruh positif terhadap hasil belajar siswa namun setiap metode pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan. Oleh karena itu tidak semua materi bisa diajarkan dengan metode yang sama, tapi seorang guru harus bisa memilih dan menggunakan metode belajar yang tepat, karena metode resitasi dapat melatih siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan, sebab dengan latihan-latihan yang dikerjakan siswa selama melakukan tugas akan meningkatkan pengalaman siswa yang akhirnya hasil belajar akan lebih memuaskan.

Dengan mempertimbangkan kedudukan dan peran penting IPS dalam

Ilmu Pengetahuan dengan tidak mengesampingkan mata pelajaran yang lain,

serta permasalahan yang ditemukan di SDN131 Buntu Tangla Kecamatan Masalle

Kabupaten Enrekang, maka observerbermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul „„pengaruh metode resitasi terhadap hasilbelajar Ilmu Pengethuan

Sosial (IPS) di kelas V SDN131 Buntu Tangla Kecamatan Masalle Kabupaten

Enrekang“.Sebagai upaya untuk melakukan peningkatan pada hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS.

B. Identifikasi Masalah Berdasarkan observasi awal yang observer lakukan di kelas V SDN131

Buntu Tangla Kecamatan Masalle Kabupaten Enrekang, peneliti mengidentifiksi

beberapa masalah, sebagai berikut:

a) Rendahnya hasil belajar siswa.

b) Siswa tidak terlalu dilibatkan dalam proses pembelajaran dalam artian

siswa dalam keadaan pasif sedangkan hanya guru yang aktif. Guru lebih

banyak berceramah atau bercerita dan mengabaikan potensi siswa.

c) Guru beranggapan bahwa metode ceramah adalah metode yang paling

tepat untuk menyajikan pembelajaran IPS yang sifatnya informatif.

C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, penulis merumuskan masalah yang

disajikan dalam bentuk kalimat pertanyaan yaitu; “Apakah Metode Resitasi

berpengaruh terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) siswa kelas V

SDN131 Buntu Tangla Kecamatan Masalle Kabupaten Enrekang?“[

[

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Metode Resitasi terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan

Sosial (IPS) siswa kelas V SDN131 Buntu Tangla Kecamatan Masalle Kabupaten

Enrekang.

E. Manfaat Penelitian

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dampak baik terhadap berbagai unsur serta mamfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi akademisi Universitas Muhammadiyah Makassar

(UNISMUH Makassar), sebagai bahan informasi dalam

pengembangan ilmu pengetahuan di Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan (FKIP), khususnya di bidang Pendidikan Guru Sekolah

Dasar.

b. Bagi peneliti, menjadi masukan dan acuan dalam mengembangkan

penelitian dimasa mendatang serta menjadi referensi yang

berharga sebagai calon pembimbing.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi tenaga Pembimbing, agar metode resitasi ini senantiasa dapat

diterapkan di SDN131 Buntu Tangla Kecamatan Masalle Kabupaten

Enrekan, khususnya dalam kegiatan pembelajaran IPS.

b. Bagi sekolah, Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai

masukanuntuk peningkatan proses pembelajaran siswa sehingga dapat

meningkatkan mutu pembelajaran.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka

1. Belajar

Belajar, secara historis merupakan wilayah para ahli psikologi. Secara faktual dari tahun 1875 telah dilakukan penelitian, pengembangan serta percobaan demi percobaan oleh Wihelm Wundt ynag dikenal dengan Psikologi Eksperimen- nya (Uiversitas Leipzig Jerman), kemudian H. Ebbinghaus (1885), W.L. Bryan dan N. Harter (1897-1899), E.L. Thordkline (1898). a. Pengertian Belajar

Kata atau istilah belajar bukanlah sesuatu yang baru, sudah sangat dikenal secara luas, namun dalam pembahasan belajar ini masing-masing ahli memiliki pemahaman dan definisi yang berbeda-beda, walaupun secara praktis masing- masing kita sudah sangat memahami apa yang dimaksud belajar tersebut. Oleh karena itu, untuk menghindari pemahaman yang beragam tersebut, berikut akan dikemukan beberapa definisi belajar menurut para ahli.

Menurut R.Gagne (Susanto, 2013:1), “belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organiseme berubah perilakunya sebagai akibat pengalamannya”.

“Adapun Burton dalam Usman dan Setiawti (Susanto, 2013:3), mengemukakan bahwa belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan

individu lain dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinterksi dengan lingkungannya”.

“Sementara menurut E.R. Hilgard (Susanto, 2013:3), “belajar adalah suatu perubahan kegiatan reaksi terhadap lingkungan.Perubahan kegiatan yang dimaksud mencakup pengetahuan, kecakapan, tingkah laku dan ini diperoleh melalui latihan (pengalaman)”. Hamalik (Susanto, 2013:3), “menjelaskan bahwa belajar adalah memodifikasi tau memperteguh perilaku melalui pengalaman (learning is defined as the modificator or strengthening of behavior through experiencing) Hamalik juga menegaskan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu atau seseorang melalui interaksi dengan lingkungan”.

Sedangkan menurut W.S. Winkel (Susanto, 2013:4), “belajar adalah sesuatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif antara seseorang dengan lingkungan, dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif konstan dan berbekas”.

“Dari beberapa pengertian belajar di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah suatu aktifitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perubahan perilaku yang relative tetap baik dalam berpikir, merasa maupun dalam bertindak”.

b. Prinsip-Prinsip Belajar

Belajar adalah proses terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang ditunjukkan dalam perubahan yang bersifat kognitif, afektif dan psikomotorik atau perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, sikap, keterampilan dan kemampuan mereaksi (menerima atau menolak) serta berkembangnya kemampuan dan kecakapan lainnya. Hakikat proses belajar

Menurut Ivor K Davies (Rusyanti, 2012) secara pasti masih banyak perbedaan

pandangan dari para ahli psikologi, namun terdapat prinsip-prinsip belajar yang telah disepakati; seperti yang dikemukakan oleh Alvin C. Eurich (Rusyanti, 2012) dari Ford Foundation; yang menyimpulkan hal-hal sebagai berikut sebagai prinsip-prinsip belajar:

1) Hal apapun yang dipelajari oleh siswa, maka ia harus mempelajarinya

sendiri; tidak ada seseorang pun yang dapat melakukan kegiatan belajar

tersebut untuknya.

2) Setiap siswa belajar menurut tempo (kecepatannya) sendiri, dan untuk

setiap kelompok umur, terdapat variasi dalam kecepatan belajar.

3) Seorang siswa belajar lebih banyak bilamana setiap langkah diberikan

penguatan (interforcement).

4) Penguasaan secara penuh dari setiap langkah memungkinkan belajar

secara keseluruhan lebih berarti.

5) Apabil siswa diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka

ia akan lebih termotivasi untuk belajar; ia akan belajar dan mengingat

secara lebih baik.

2.Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan hasil yang telah dicapai setelah dilaksanakan program kegiatan belajar mengajar di sekolah.Hasil belajar dalam periode tertentu dapat dilihat dari nilai raport yang secara nyata dapat dilihat dalam bentuk angka- angka.

Menurut (Sudjana, 1990:22), “hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu “:

1. Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya,

motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan

belajar,ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.

2. Faktor yang datang dari luar siswa atau faktor lingkungan,

terutamakualitas pembelajaran.

Gagne (Sudjana, 1990:22) “mengungkapkan ada 5 (lima) kategori hasil belajar yakni informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap dan keterampilan motoris”.

Sementara Bloom (Sudjana, 1990:22) “mengungkapkan 3 (tiga) kawasan tujuan pengajaran yang merupakan kemampuan seseorang yang harus dicapai dan merupakan hasil belajar yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.”

Hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses belajar mengajar yang optimal menunjukkan hasil yang optimal ditunjukkan dengan ciri-ciri sebagai yaitu: (1). Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar instrinsik pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan hasil yang rendah dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya dan setidaknya mempertahankan apa yang telah dicapai; (2). Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya; (3). Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya,

seperti akan tahan lama diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya; (4). Hasil belajar yang dicapai bermakna secara menyeluruh (komprehensip), yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotorik, keterampilan atau perilaku; dan (5). Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya (Sudjana, 1990:57).

3. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ialah mata pelajaran yang mengkaji kehidupan sosial yang bahannya didasarkan pada kajian sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi dan tata negara. IPS yang diajarkan di Sekolah

Dasar terdiri atas dua bahan kajian pokok: pengetahuan sosial dan sejarah. Bahan kajian pengetahuan sosial mencakup antropologi, sosiologi, geografi, ekonomi dan tata negara. Bahan kajian sejarah meliputi perkembangan masyarakat

Indonesia sejak masa lampau hingga masa kini.

“Menurut Moelyono Cokrodikardjo (Rahmawati, 2013) “IPS adalah perwujudan dari suatu pendekatan interdisipliner dari ilmu sosial. IPS merupakan integrasi dari berbgai cabang ilmu sosial yakni, Sosiologi, Budaya, Psikologi, Sejarah, Geogrfi, Ekonomi, Ilmu Politik dan Ekologi Manusia yang diformulasikan untuk tujuan instruksional dengan materi dan tujuan yang disederhanakan agar mudah dipelajari”.

Menurut A. Kosasih Djahiri (Rahmawati, 2013) “mengemukakan bahwa

IPS merupakan ilmu yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang- cabang ilmu sosial dan ilmu lainnya, kemudian diolah berdasarkan prinsip pendidikan dan didaktik untuk dijadikan program pengajaran di sekolah”.

“S. Nasution (Rahmawati, 2013) “mengatakan bahwa IPS sebagai pelajaran yang merupakan fusi atau paduan sejumlah mata pelajaran sosial.”

Selain istilah ilmu sosial, terdapat istilah studi sosial ialah seperti yang diungkapkan oleh Ischak (Rusyanti, 2012) adalah sebagai berikut “Bidang pengetahuan dan penelaahan gejala dan masalah sosial di masyarakat yang ditinjau dari berbagai aspek kehidupan sosial dalam usaha mencari jalan keluar dari masalah-masalah tersebut."

Ilmu Pengetahuan Sosial tidak hanya terbatas di Perguruan Tinggi, melainkan juga diajarkan mulai dari tingkat Sekolah Dasar. Pengajaran IPS yang telah dilaksanakan sampai saat ini, baik pada pendidikan dasar maupun pada pendidikan tinggi, tidak menekankan kepada aspek teoritis keilmuannya, melainkan lebih ditekankan kepada segi praktis mempelajari, menelaah, mengkaji gejala dan masalah sosial, yang tentu saja bobotnya sesuai dengan jenjang pendidikan masing-masing.

Setelah kita mengetahui Ilmu Sosial dan Ilmu Pengetahuan Sosial, maka menjadi jelas kepada kita apa yang menjadi hakikat masing-masing bidang tersebut. Di antara kedua bidang tersebut terdapat perkaitan yang erat, meskipun penekanan dan pendekatan kerangka kerjanya berbeda. Hakikatnya sama-sama mempelajari bidang kehidupan manusia di masyarakat.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa sebenarnya

IPS berinduk kepada Ilmu Sosial, dengan pengertian bahwa teori-konsep-prinsip yang diterapkan pada IPS, adalah teori-konsep-prinsip yang ada dan berlaku untuk semua pendekatan, analisis, dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang dilaksanakan pada pengkajian IPS. Berdasarkan tingkat jenjang sekolahnya, jumlah bidang yang dilibatkan di dalam IPS berbeda-beda di tingkat Sekolah

Dasar, bidangnya terutama terdiri atas geografi dan sejarah. Secara mendasar pengajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya.

b. Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Dasar

Pengorganisasian bahan pengajaran IPS di SD sumbernya dari berbagai ilmu sosial yang diintegrasikan menjadi satu ke dalam mata pelajaran.Dengan demikian pengajaran IPS di SD merupakan bagian integral dari bidang studi.

Namum ketika membicarakan suatu topik yang berkaitan dengan sejarah, bahan- bahan pengajaran bisa dibicarakan secara lebih tajam.

Ada dua bahan kajian IPS, yaitu bahan kajian pengetahuan sosial mencakup lingkungan sosial, yang terdiri atas ilmu bumi, ekonomi dan pemerintahan dan bahan kajian sejarah meliputi perkembangan masyarakat

Indonesia sejak lampau hingga masa kini.

Mengajar sejarah pada tingkat sekolah dasar memerlukan stimulant yang besar serta berbagai variasi pendekatan untuk mendapatkan partisipasi peserta didik.Akan tetapi kondisi kelas juga harus tetap dijaga supaya tidak kehilangan kendali dan disiplin.Selain itu diharapkan juga pengajar harus selalu antusias

dalam menambah pengetahuan pribadinya terhadap pengetahuan sejarah.Hal ini dimaksudkan untuk menghindarkan suasana kelas yang pasif dan membosankan.

Dalam partisipasi peserta didik melalui penelitian, yang dilakukan berupa pengembangan bahan pelajaran dengan membuat suatu kegiatan proyek yang dapat memberikan motivasi kepada siswayang ”enggan” mempelajari sejarah.

Sedangkan dalam partisipasi siswa dilakukan melalui diskusi merupakan salah satu aktivitas yang dapat melatih kemampuan mental siswa dalam menghadapi situasi tertentu, karena mental merupakan isi penting dalam perkembangan siswa.

siswa yang aktif dalam kegiatan ini akan terlatih berpikir kritis dan mengembangkan kerangka jiwanya untuk menghadapi setiap masalah, membentuk pengertian terhadap fakta sejarah dan melatih dirinya untuk membuat suatu kesimpulan. Bahannya tidak berbentuk permasalahan atau pertanyaan saja, tetapi dapat pula berupa diskusi setelah mereka mengamati suatu model dramatisasi peristiwa sejarah yang diperagakan oleh temannya.

c. Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Secara mendasar, pembelajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya. IPS berkenaan dengan cara manusia memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan untuk memenuhi materi, budaya dan kejiwaannya; memamfaatkan sumber daya yang ada di permukaan bumi; mengatur kesejahteraan dan pemerintahannya maupun kebutuhan lainnya dalam rangka mempertahankan kehidupan manusia. Singkatnya, IPS mempelajari, menelaah dan mengkaji sistem kehidupan manusia di permukaan bumi ini dalam konteks sosialnya atau manusia sebagai anggota masyarakat.

Dengan pertimbangan bahwa manusia dalam konteks sosial demikian luas, pengajaran IPS di jenjang pendidikan harus dibatasi sesuai dengan kemmpuan peserta didik tiap jenjang, sehingga ruang lingkup pengajarn IPS pada jenjang pendidikan dasar berbeda dengan jenjang pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

Pada jenjang pendidikan dasar, ruang lingkup pengajaran IPS dibatasi sampai pada gejala dan masalah sosial yang dapat dijangkau pada geografi dan sejarah. Terutama gejala dan masalah sosial kehidupan sehari-hari yang ada di lingkungan sekitar siswa MI/SD. Pada jenjang pendidikan menengah, ruang lingkup kajian diperluas, begitu juga dengan jenjang pendidikan tinggi yakni bobot dan keluasan materi dan kajian semakin dipertajam dengan berbagai pedekatan. Pendekatan interdisipliner atau pendekatan multidisipliner dan pendekatan sistem memjadi pilihan yang tepat untuk diterapkan karena pendidikan tinggi menjadi sarana melatih daya pikir dan daya nalar siswa secara berkesinambungan.

Sebagaimana telah dikemukakan di awal, bahwa yang dipelajari di IPS adalah manusia sebagai anggota masyarakat dalam konteks sosialnya, maka ruang lingkup kajian IPS adalah: (a) substansi materi ilmu-ilmu sosial yang bersentuhan dengan masyarakat; dan (b) gejala, masalah dan peristiwa sosial tentang kehidupan masyarakat. Kedua lingkup pengajaran IPS ini harus diajarkan secara terpadu karena pengajaran IPS tidak hanya menyajikan materi-materi yang akan memenuhi ingatan peserta didik tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan sendiri sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Oleh karena itu, pengajaran

IPS harus menggali materi-materi yang bersumber dari masyarakat. Dengan kata

lain, pengajran IPS yang melupakan masyarakat atau tidak berpijak pada kenyataan di dalam msyarakat tidak akan mencapai tujuannya.

Ruang lingkup pengajaran IPSdi SD meliputi hal-hal yang berkaitan dengan: keluarga, masyarakat setempat, uang, tabungan, pajak, ekonomi setempat, wilayah sekitar, wilayah propinsi, pemerintahan daerah, Negara Kesatuan

Republik Indonesia (NKRI), pengenalasan kawasan dunia dan kegiatan ekonomi.

Pengajaran sejarah meliputi: kerajaan-kerajaan di Indonesia, tokoh dan peristiwa masa kemerdekaan, bangunan bersejarah serta Indonesia dan zaman penjajahan.

d. Fungsi Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Pengajaran pengetahuan sosial di SD berfungsi mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar untuk melihat kenyataan sosial yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari.Sedangkan pengajaran sejarah berfungsi menumbuhkan rasa kebangsaan dan bangga terhadap perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lalu hingga kini.

Ilmu Pengetahuan Sosial berfungsi mengembangkan kemampuan setiap peserta didik untuk memahami fenomena sosial dan lingkungan sekitarnya sebagai bentuk proses pembelajaran yang berbasis kompetensi. Pembelajaran IPS

SD akan dimulai dengan pengenalan diri (self), kemudian keluarga, tetangga, lingkungan RT, RW, kelurahan/desa, kecamatan, kota/kabupaten, propinsi, negara, negara tetangga, kemudian dunia.

Fungsi pembelajaran IPS menurut diantaranya adalah: (a) memberikan bekal pengetahuan dasar, baik untuk melanjutkan pendidikan lebih tinggi maupun diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; (b) memngembangkan keterampilan

dalam mengembangkan konsep-konsep IPS; (c) menanamkan sikap ilmiah dan melatih siswa dalam menggunakan metode ilmiah dan mmengagungkan penciptanya; (d) memupuk daya kreatif dan inovatif siswa; (e) membantu siswa memahami informasi baru dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

(IPTEK); dan (f) memupuk diri serta mengembangkan minat siswa terhadap IPS.

Sasaran yang hendak dicapai dalam pembelajaran IPS dengan pendekatan keterampilan proses diarahkan pada: (1) Melatih cara berpikir siswa dalam memecahkan masalah melalui penyelidikan, pengkajian dan percobaan; (2)

Pengembangan aktivita kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil dan rasa ingin tahu; dan (3)

Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi melalui pembicaraan lisam, cetakan, grafik, peta dan diagram dalam penjelasan gagasan/ide. e. Tujuan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah

Mata pelajaran perkembangan sosial di SD bertujuan agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya dalam kehidupan sehari-hari.Pengajaran sejarah bertujuan agar siswa mampu mengembangkan pemahaman tentang perkembangan masyarakat sejak masa lalu hingga kini sehingga siswa memiliki kebangsaan sebagai bangsa Indonesia.

Adapun tujuan pembelajaran IPS adalah: (1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; (2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan social; (3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; (4)

Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, maupun global.

Secara umum tujuan pembelajaran IPS sebagai berikut :

1. Aspek Pengetahuan/Pengertian, yang meliputi: (1) Menguasai pengetahuan

tentang aktivitas – aktivitas manusia di waktuyang lampau baik dalam aspek

eksternal maupun internal; (2) Menuasai pengetahuan tentang fakta–fakta

khusus (unik) dariperistiwa masa lampau sesuai dengan waktu, tempat, serta

kondisipada waktu terjadinya peristiwa tersebut; (3) Menguasai

pengetahuan tentang unsur–unsur umum (generalisasi)yang terlihat pada

sejumlah peristiwa masa lampau; (4) Menguasai tentang unsur

perkembangan dan peristiwa–peristiwamasa lampau yang berlanjut (bersifat

kontinuitas) dari periode satu keperiode berikutnya yang menyambungkan

peristiwa masa lampaudengan peristiwa masa kini; (5) Menumbuhkan

pengertian tentang hubungan antara fakta satu denganfakta lainnya yang

berangkai secara kognitif (berkaitan secaraintrinsik); (6) Menumbuhkan

keawasan (awareness) bahwa keterkaitan fakta lebih penting dari pada

fakta–fakta yang berdiri sendiri; (7) Menumbuhkan keawasan tentang

pengaruh – pengaruh sosial cultural terhadap peristiwa sejarah; (8)

Sebaliknya juga menumbuhkan keawasan tentang pengaruh sejarahterhadap

perkembangan sosial dan kultural masyarakat; dan (9) Menumbuhkan

pengertian tentang arti serta hubungan peristiwa masalampau bagi situasi

masa kini dalam prespektifnya dengan situasi yangakan datang.

2. Aspek Pengembangan Sikap, yang meliputi: (1) Penumbuhan kesadaran

sejarah pada siswa terutama dalam artian agar mereka mampu berpikir dan

bertindak (bertingkah laku dengan rasa tanggung jawab sejarah sesuai

dengan tuntutan zaman pada waktu mereka hidup); (2) Penumbuhan sikap

menghargai kepentingan/kegunaan pengalaman masa lampau bagi hidup

masa kini suatu bangsa; (3) Sebaliknya juga penumbuhan sikap menghargai

berbagai aspek kehidupan masa kini dari masyarakat di mana mereka hidup

yang merupakan hasil dari pertumbuhan di waktu yang lampau; dan (4)

Penumbuhan kesadaran akan perubahan–perubahan yang telah dan sedang

berlangsung di suatu bangsa diharapkan menuju pada kehidupan yang lebih

baik di waktu yang akan datang.

3. Aspek Keterampilan yang meliputi: (1) Sesuai dengan trend baru dalam

pengajaran IPS maka pelajaran IPS di sekolah diharapkan juga menekankan

pengembangan kemampuan dasar di kalangan siswa berupa kemampuan

heuristik, kemampuan kritik, ketrampilan menginterpretasikan serta

merangkaikan fakta–fakta dan akhirnya juga keterampilan menulis; (2)

Ketrampilan mengajukan argumentasi dalam mendiskusikan masalah–

masalah dan mencari hubungan satu peristiwa dengan peristiwa lainnya atau

dari zaman masa kini dan lain–lain; (3) Ketrampilan menelaah secara

elementer buku – buku terutama yang menyangkut keanekaragaman IPS dan

sejarah; (4) Ketrampilan mengajukan pertanyaan– pertanyaan produktif di

sekitar masalah keanekaragaman IPS dan sejarah; (5) Ketrampilan

mengembangkan cara–cara berpikir analitis tentang masalah-masalah sosial

historis di lingkungan masyarakatnya; dan (6) Ketrampilan bercerita tentang

peristiwa sejarah secara hidup.

4. Metode Resitasi a. Pengertian Metode Resitasi

Salah satu metode pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial(IPS) adalah metode resitasi.Metode resitasi adalah metode pemberian tugas setelah pembelajaran berlangsung dan tugas tersebut dikerjakan di dalam maupun di luar kelas.

Save M. Dagun dalam Kamus Besar Ilmu Pengetahuan (Supriadi, 2012:

46) “mengatakan bahwa resitasi (sebagai istilah psikologi) disebut sebagai metode belajar yang mengombinasikan penghafalan, pembacaan, pengulangan, pengujian dan pemeriksaan atas diri sendiri.”

"Djamarah, dkk (Supriadi, 2012:46) “mengemukakan bahwa metode resitasi (pemberian tugas) adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas agar siswa melakukan kegiatan belajar.Tugas yang dilaksanakan siswa dapat dilakukan di dalam kelas, di halaman sekolah, di laboratorium, di perpustakaan, di rumah siswa atau dimana saja asal tugas tersebut dikerjakan”.

Sumantri(Hamdayama: 2014:59) mengemukkan “metode pemberian tugas diartikan sebagai suatu cara interaksi belajar mengajar yang ditandai dengan adanya tugas dari guru untuk dikerjakan siswa di sekolah ataupun di rumah secara perorangan atau berkelompok”

“Sedangkan menurut Supriadie (Hamdayama: 20124:62) bahwa resitasi sebagai metode (belajar) dan atau mengajar merupakan sebuah upaya membelajarkan siswa dengan cara memberikan tugas penghafalan, pembacaan, pengulangan, pengujian dan pemeriksaan atas diri sendiri, atau menampilkan diri dalam menyampaikan sesuatu (puisi, syair, drama) atau melakukan kajian maupun uji coba; sesuai dengan tuntutan kualifikasi atau kompetensi yang ingin dicapai.”

Kemudian menurut Sagala (Hamdayama: 20014:62) “bahwa metode resitasi (pemberian tugas) adalah cara menyajikan bahan pelajaran dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar, kemudian harus mempertanggungjawabkannya.”

“Dari kelima pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa metode resitasi atau penugasan adalah metode penyajian bahan ajar dimana guru menberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar dan dilakukan dimana saja secara perorangan maupun perkelompok kemudian harus dipertanggungjawabkan.Metode ini diberikan karena dirasakan banyak bahan pelajaran terlalu banyak, sementara waktu sedikit.Artinya, banyak bahan yang tersedia dengan waktu kurang seimbang.Agar bahan pelajaran selesai sesuai batas waktu yang ditentukan, maka metode inilah yang biasanya guru gunakan untuk mengatasinya”.

Tugas dan resitasi tidak sama dengan Pekerjaan Rumah (PR), tetapi jauh lebih luas dari itu. Tugas dan resitasi biasanya dilaksanakan di rumah, di sekolah, di perpustakaan dan di tempat lainnnya.Tugas dan resitasi merangsang anak untuk aktif belajar, baik secara individual maupun secara kelompok dalam menyelesaikan tugas yang diberikan.Oleh karena itu, tugas dapat diberikan secara individual, atau dapat pula secara berkelompok. Tugas yang dapat diberikan kepada anak didik akan berbagai jenis, bergantung pada tujuan yang akan dicapai; seperti meneliti, tugas menyusun laporan (lisan/tulisan) tugas motorik (pekerjaan motorik), tugas diloboratorium, dan lain-lain.

Tehnik pemberian tugas atau resitasi biasanya digunakan bertujuan agar siswa memiliki hasil belajar yang lebih mantap, karena siswa melaksanakan

latihan-latihan selama melakukan tugas, sehingga pengalaman siswa dalam mempelajari sesuatu dapat lebih terintegrasi.Hal ini terjadi disebabkan karena siswa mendalami situasi atau pengalaman yang berbeda, waktu menghadapi masalah-masalah baru. Di samping itu, untuk memperoleh pengetahuan dengan cara melaksanakan tugas yang akan memperluas dan memperkaya pengetahuan serta keterampilan siswa di sekolah, melalui kegiatan siswa di luar sekolah.

Dalam metode resitasi ini, siswa memiliki kesempatan untuk saling membandingkan dengan hasil pekerjaan orang lain. Dengan demikian, akan memperluas, memperkaya dan memperdalam pengetahuan serta pengalaman siswa. Selain itu, metode resitasi merupakan metode yang dapat mengaktifkan siswa untuk mempelajari sendiri-sendiri suatu masalah dengan jalan membaca sendiri, mengerjakan soal sendiri, sehingga apa yang mereka pelajari dapat mereka rasakan berguna untuk mereka dan akan lebih lama mereka ingat.

Dalam percakapan sehari-hari, metode ini dikenal dengan sebutan pekerjaan rumah, tetapi sebenarnya metode ini terdiri atas tiga fase, antara lain (a) pendidik memberi tugas, (b) anak didik melaksanakan tugas (belajar), (c) siswa mempertanggungjawabkan apa yang telah dipelajari (resitasi). Dalam istilah lain, metode ini sering juga disebut dengan metode pemberian tugas.

Tugas merupakan suatu pekerjaan yang harus diselesaikan.Pemberian tugas sebagai suatu metode merupakan suatu pemberian pekerjaan oleh guru kepada siswa untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu.Dengan pemberian tugas tersebut, siswa belajar mengerjakan tugas.Dalam melaksanakan kegiatan belajar, siswa diharapkan memperoleh suatu hasil ialah perubahan tingkah laku tertentu sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.Tahap terakhir dari pemberian tugas

ini adalah resitasi yang berarti melaporkan atau menyajikan kembali tugas yang telah dikerjakan atau dipelajari.Jadi metode pemberian tugas belajar dan resitasi atau biasa disingkat metode rasitasi merupakan suatu metode mengajar dimana guru memberikan suatu tugas, kemudian siswa harus mempertanggungjawabkan hasil tugas tersebut, pemberian tugas yang di maksud seperti memberikan tugas penghafalan, pembacaan, pengualangan, pengugian dan pemeriksaan atas diri sendiri.

Pemberian tugas secara terstruktur setiap selesai proses belajar mengajar juga akan memberikan rangsangan yang berarti bagi obyek didik di dalam usaha lebih mendalami dan menekuni suatu topik/materi pelajaran. Dengan adanya tugas terstruktur obyek didik dirangsang untuk selalu memanfaatkan waktu dengan baik sehingga mengurangi kegiatan di luar kelas (sekolah) yang tidak bermanfaat, yang akhirnya akan menambah pengetahuan bagi obyek didik tersebut. Dengan demikian pemberian tugas secara terstruktur sangat positif dalam usaha meningkatkan prestasi belajar siswa dan juga memberikan penekanan tentang posisi esensial dari pelaksanaan tugas secara terstruktur, sebagai salah satu komponen yang terkait dalam proses belajar mengajar yang perlu mendapat perhatian secara wajar.

Resitasi sering disamakan dengan “home work” (pekerjaan rumah), padahal sebenarnya berbeda.Pekerjaan Rumah (PR) mempunyai pengertian yang lebih khusus, ialah tugas-tugas yang diberikan oleh guru, dikerjakan siswa di rumah.Sedangkan resitasi, tugas yang diberikan oleh guru tidak sekadar dilaksanakan di rumah, melainkan dapat dikerjakan di perpustakaan, di laboratorium, atau di tempat-tempat lain yang ada hubungannya dengan

tugas/pelajaran yang diberikan.Jadi, resitasi lebih luas daripada home work. Akan tetapi keduanya memiliki kesamaan yaitu:

(1). Mempunyai unsur tugas; Tugas yang di berikan berupa ,tugas di dalam

kelas ,di luar kelas ,seperti perpustakaan,lab dan pekerjaan di rumah(PR)

yang berupa soal-soal yang terkait dengan materi pelajaran yang telah di

ajarkan. (2) Dikerjakan oleh siswa dan dilaporkan hasilnya; dan

(3)Mempunyai unsur didaktis pedagogis.

Menurut pandangan tradisional, pemberian tugas dilakukan oleh guru karena pelajaran tidak sempat diberikan di kelas.Untuk menyelesaikan rencana pengajaran yang telah ditetapkan, maka siswa diberi tugas untuk mempelajari dengan diberi soal-soal yang harus dikerjakan di rumah.Kadang-kadang juga bemaksud agar anak-anak tidak banyak bermain.Sedangkan pandangan modern, tugas diberikan dengan pandangan bahwa kurikulum itu merupakan segala aktivitas yang dilaksanakan oleh sekolah, baik kegiatan kurikulum itu merupakan segala aktivitas yang dlaksanakan oleh sekolah, baik kegiatan kurikuler maupun ekstra kurikuler.

Pemberian tugas belajar dan resitasi dikatakan wajar bila bertujuan untuk: (1) Memperdalam pengertian siswa terhadap pelajaran yang telah diterima;

(2) Melatih siswa ke arah belajar mandiri; (3) Siswa dapat membagi waktu secara teratur; (4) Agar siswa dapat memamfaatkan waktu terluang untuk menyelesaikan tugas; (5) Melatih siswa untuk meenemukan sendiri cara-cara yang tepat untuk

menyelesaikan tugas; dan (6) Memperkaya pengalaman-pengalaman di sekolah melalui kegiatan-kegiatan di luar kelas. b. Fase-Fase Metode Resitasi

Kegiatan resitasi (penugasan) merupakan kegiatan untuk memperoleh penugasan materi diajarkan lebih mantap.Oleh karena itu, menetapkan rancangan langkah-langkah resitasi (penugasan) merupakan tahap yang sangat penting dilihat dari segi kemantapan penugasan materi dan peningkatan kualitas belajar. Dalam membahas rancangan kegiatan resitasi (penugasan), berturut-turut akan dibahas rancangan perencanaan guru, rancangan pelaksanaan metode resitasi, dan rancangan penilaian resitasi. Menurut Djamarah, dkk (Hamdayama,2014:183), langkah-langkah yang harus di ikuti dalam menggunakan metode resitasi

(penugasan) adalah sebagai berikut:

1. Fase pemberian tugas. Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya

mempertimbangkan hal berikut:

(a) Tujuan yang akan dicapai. (b) Jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga

anak mengerti apa yang ditugaskan tersebut, (c) Sesuai dengan

kemampuan siswa. (d) Ada petunjuk/sumber yang dapat membantu

pekerjaan siswa. (e) Sediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan

tugas tersebut.

2. Fase pelaksanaan tugas, meliputi langkah-langkah berikut:

(a) Diberikan bimbingan/pengawasan oleh guru. (b) Diberikan dorongan

sehingga anak mau bekerja. (c) Diusahakan/dikerjakan oleh siswa

sendiri, tidak menyuruh orang lain. (d) Dianjurkan agar siswa

mencatat hasil-hasil yang Ia peroleh dengan baik dan sistematis.

Fase mempertanggungjawabkan tugas. Hal yang harus dilakukan pada fase ini adalah sebagai berikut:

a. Laporan siswa baik lisan/tertulis dari apa yang telah dikerjakannya.

b. Ada tanggung jawab/diskusi kelas.

Penilaian hasil pekerjaan siswa baik dengan tes maupun dengan nontes atau cara lainnya. Rancangan penilaian ditetapkan harus menjadi tolak ukur kelancaran dan keberhasilan pelaksanaan resitasi (penugasan). c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Resitasi

Kelebihan metode Resitasi adalah sebagai berikut:

1. Dapat dilaksanakan pada berbagai materi pembelajaran;

2. Melatih daya ingat dan hasil belajar siswa;

3. Jika tugas individu dapat melatih belajar mandiri siswa dan jika tugas

kelompok melatih belajar bersama menguasai materi;

4. Mengembangkan kreativitas siswa;

5. Meningkatkan keaktifan belajar siswa; dan

6. Pengetahuan yang diperoleh siswa baik dari hasil belajar, hasil eksperimen

atau penyelidikan, banyak berhubungan dengan minat dan berguna untuk

hidup mereka.

Sedangkan kekurangan metode Resitasi adalah sebagai berikut

1. Seringkali anak didik melakukan penipuan dimana mereka hanya meniru

hasil pekerjaan orang lain tanpa mau bersusah payah mengerjakan sendiri;

2. Terkadang tugas itu dikerjakan orang lain tanpa pengawasan;

3. Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual;

4. Sulit mengukur keberhasilan belajar peserta didik;

5. Tugas yang sulit dapat mempengaruhi mental peserta didik;

6. Tugas-tugas yang banyak dan sering diberikan akan membuat peserta didik

merasa terbebani dalam pembelajaran; dan

7. Tugas rumah sering dikerjakan orang lain, sehingga peserta didik tidak tahu

apa yang harus dikerjakan.

“Djamarah, dkk (Hamdayama,2014:188) “mengemukakan kelebihan metode resitasi (penugasan) diantaranya: (1). lebih merangsang siswa melakukan aktivitas individual atau berkelompok; (2). dapat memgembangkan kemandirian siswa di luar pengawasan guru, dan (3). dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa”.

Djamarah, dkk (Hamdayama,2014:188) juga mengemukakan kekurangan resitasi diantaranya:

1. Siswa sulit dikontrol, apakah benar ia yang mengerjakan tugas atau orang

lain.

2. Khusus untuk tugas kelompok, tidak jarang yang aktif mengerjakan dan

menyelesaikannya adalah anggota tertentu saja, sedangkan anggota

lainnya tidak berpartisipasi dengan baik.

3. Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu

siswa. Sering memberikan tugas yang monoton (tidak bervariasi) dapat

menimbulkan kebosanan siswa.

Dengan memahami kelebihan dan kelemahan metode Resitasi, tentunya akan menunjang pelaksanaan proses belajar mengajar yang dilakukan. Sebaliknya manakala guru tidak mengetahui kelebihan dan kekurangan satu metode

mengajar. Maka akan menemui kesulitan dalam memberikan bahan pelajaran kepada siswa. Ini berarti guru tersebut gagal melaksanakan tugasnya mengajarnya di depan kelas.

Salah satu dampak yang sering kita lihat dari penggunaan metode yang tidak tepat yaitu ; anak atau siswa setelah diberi ulangan, sebagian besar tidak mampu untuk menjawab setiap item soal dengan baik dan benar. Akibatnya sudah dapat dipastikan bahwa prestasi belajar anak didik rendah. Di sisi lain, anak didik sering merasakan kebosanan. Situasi demikian menjadikan proses belajar mengajar menjadi kurang efektif dan kurang efisien.

B. Kerangka Pikir

Hasil pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) biasanya lebih rendah dari mata pelajaran lain. Salah satu penyebababnya adalah guru hanya mengeluarkan satu metode saja, yaitu ceramah. Guru tidak berani mencoba menerapkan metode yang lain karena para guru beranggapan bahwa metode ceramah inilah yang paling efektif tanpa mempedulikan apakah siswa mengerti tentang materi yang disampaikan, siswa tidak diberikan kesempatan untuk bertanya atau mencari sendiri sehingga menyebabkan hasil belajar siswa biasa- biasa saja atau rendah. Salah satu metode yang cocok diterapkan dalam pembelajaran IPS adalah metode resitasi yang mana siswa diberikan tugas sehingga siswa memperoleh kesempatan untuk mencari sendiri ilmu yang ingin

diketahui entah itu dilakukan di dalam kelas, di luar kelas namun tetap dalam lingkungan sekolah ataupun di luar sekolah (rumah).

Dalam penelitian ini dikaji tentang pengaruh penggunaan metode resitasi terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) siswa kelas V SDN 131

Buntu Tangla Kecamatan Masalle Kabupaten Enrekang. Untuk mengetahui hal tersebut penelitian ini dirancang melalui penelitianpre-experimental Designs

(Nondesigns)dengan desain penelitian yang digunakan adalah“One-Group

Pretest-Posttest Design”

Hubungan antara hasil belajar siswa dengan pengaruh penerapan Metode

Resitasi dapat dilihat dari skema kerangka pikir berikut:

Pembelajaran IPS

Sebelum Diberikan Perlakuan berupa Setelah Diberikan Perlakuan berupa

Penerapan Metode Resitasi Penerapan Metode Resitasi

pretest postest

Hasil

Temuan

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir

C. Hipotesis

Hipotesis yang penulis ajukan adalah ada pengaruh metode resitasi terhadap hasilbelajar Ilmu Pengethuan Sosial (IPS) siswa kelas V SDN 131 Buntu

Tangla Kecamatan Masalle Kabupaten Enrekang.

48

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Menurut Sugiyono (2013:107) penelitian eksperimen merupakan penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan (treatment) terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.Penelitian eksperimen

(eksperimental research) merupakan kegiatan penelitian yang bertujuan untuk menilai suatu perlakuan/tindakan/treatment pendidikan terhadap subjek/objek penelitian untuk menguji hipotesis.

Jenis penelitian ini adalah penelitian ekperimen dengan one group pretest posttest design.Penelitian ini tidak menggunakan kelas pembanding namun sudah menggunakan tes awal sehingga besarnya efek atau pengaruh penggunaan metode resitasidapat diketahui secara pasti.Penelitian ini dilakukan dengan mengimplementasikan metode resitasiterhadap hasil belajar IPS siswa Kelas V

SDN 131 Buntu Tangla Kecamatan Masalle Kabupaten Enrekang.

B. Desain Penelitian

Variabel dalam penelitian ini ada dua yaitu variabel X dan variabel Y.

Metode Resitasisebagai variabel bebas (X) dan hasil belajar IPS sebagai variabel terikat (Y).

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian eksperimen dengan jenis One Group Pretest-Posttest

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Pratest Variabel Terikat Posttest

O1 X O2

Sumber: Sugiyono (2007: 74)

Keterangan:

O1 : Tes awal yang diberikan sebelum diberikan perlakuan mengenai

penggunaan tehnik

O2 : Tes akhir yang diberikan setelah diberikan perlakuan mengenai

penggunaan tehnik

X : Perlakuan

C. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Sugiyono (2015 : 117) menyatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Berdasarkan penelitian ini keseluruhan siswa di SDN131

Buntu Tangla Kecamatan Masalle Kabupaten Enrekangadalah 101 orang, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.2 Keadaan Populasi

No. Kelas Jenis Kelamin Jumlah Laki-laki Wanita

1 I 4 6 10

2 II 6 7 13

3 III 9 11 20

4 IV 5 13 18

5 V 12 10 22

6 VI 7 11 18

Jumlah 43 5 101

Sumber: Tata Usaha SDN 131 Buntu Tangla Tahun Ajaran 2017

2. Sampel

“Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.Pengambilan sampel tidak berdasarkan peluang (Nonprobability Sampling) dengan tehnik pengambilan sampel berdasarkan tujuan (purposive Sampling). Dalam tehnik ini, siapa yang akan diambil sebagai anggota sampel diserahkan kepada pertimbangan pengumpulan data yang menurut dia sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian.

Jadi pengumpulan data yang telah diberi penjelasan oleh peneliti akan mengambil siapa saja yang menurut pertimbangannya sesuai dengan maksud dan tujuan penelitiannya (Indranata, 2008:183)”. Jadi yang menjadi sampel pada penelitian ini yang menurut peneliti sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian adalah siswa kelas V yang berjumlah 22 orang dengan perincian sebagai berikut:

Tabel 3.3 Sampel Penelitian: Siswa Kelas V SDN 131 Buntu Tangla

No. Kelas Jenis Kelamin Jumlah Laki-laki Wanita

1 V 12 10 22

Sumber /;Tata Usaha SDN 131 Buntu Tangla Tahun Ajaran 2017

D. Definisi Operasional Variabel

Variabel merupakan ciri dari individu, objek,gejala, peristiwa, yang dapat diukur secara kualitatif atau kuantitatif.Sedangkanmenurut “Arikunto (2002:98), variabel dapat diartikan sebagai segala sesuatu yangakan menjadi penggunaan pembelajaran berdasarkan masalah pada materipergerakan nasional dan sikap nasionalisme,” sehingga ada dua variabel penelitianyaitu:

a. Variabel Bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat.

Variabel bebas dalam penelitan ini adalah penggunaan metode resitasi

pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Siswa kelas V

SDN131 Buntu Tangla Kecamatan Masalle Kabupaten Enrekang.

“variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab

timbulnya variabel terikat.”

b. Variabel Terikat adalah variabel yang mempengaruhi variabel

bebas.Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa

kelas V SDN131 Buntu Tangla Kecamatan Masalle Kabupaten

Enrekang.

“variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat, karena adanya variabel terikat”.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan olehpeneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebihbaik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah

(Arikunto, 2002:136)”. Adapun instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian adalahsebagai beriut :

1. Lembar Observasi

Sutrisno Hadi dalam Sugiono (2014 : 145) mengemukakan bahwa :

“Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantaranya yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila, penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejalaalam dan responden yang diamati tidak terlalu besar”.

2. Lembar Tes

Butir soal yang digunakan adalah pretest dan posttest. Pretest digunakan sebelum pembelajaran IPSditerapkan, sedangkan posttest digunakan setelah siswa mengikuti pembelajaran dengan menerapkan metode resitasi.Tes hasil belajar yang digunakan berupa uraian pertanyaan soal Ilmu pengetahuan sosial.Tes tersebut dimaksudkan untuk mengukur tingkat penguasaan siswa kelas V.

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini instrumen penelitian yang utama adalah

penelitisendiri, namun setelah sasaran penelitian menjadi jelas maka

dikembangkaninstrumen penelitian sederhana, yang dapat mempertajam serta

melengkapi datahasil pengamatan langsung atau observasi.Untuk kepentingan

ini digunakanteknik pengumpulan data. Untukmengumpulkan data yang ada

dilokasi penelitian,digunakan teknik :

1. Observasi

“Observasi adalah kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu

objekdengan menggunakan seluruh alat indra

(Margono.2000:122).Observasi digunakan untuk mengumpulkan data

tentang partisipasi siswa dalam proses belajar melalui penerapan metode

resitasi.”

2. Tes

Tes yang digunakan adalah tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest).

Adapun langkah-langkah pengumpulan data yang akan dilakukan sebagai berikut:

a. Tes awal (pretest)

Tes awal dilakukan sebelum menerapkan metode resitasi. Pretest dilakukan untuk mengetahui kemampuan yang dimiliki oleh siswa sebelum diterapkannya model pembelajara .

b. Test akhir (posttest)

Tindakan selanjutnyaadalah posttest untuk mengetahui penerapan metode resitasi.

3. Dokumentasi

“Studi dokumentasi berdasarkan pendapat Arikunto (2002 : 206) yang mengatakan bahwa “Studi dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabelyang berupa catatan, transkrip, buku, surat kantor, majalah, prasasti, notulen, rapat, agenda dan sebagainya”.

Metode dokumentasi dilakukan untuk mengambil data nama-nama siswa yang mendukung penelitian, Profil sekolah dan foto selama penelitian.

Adapun tahap dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Tahap ini merupakan suatu tahap persiapan untuk malakukan suatu tahap perlakuan, pada tahap ini langkah-langkah yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:

c. Menelaah materi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk kelas V

SDN 131 Buntu Tangla Kecamatan Masalle Kabupaten Enrekang.

d. Melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing serta pihak sekoah

mengenai rencana teknik penelitian.

e. Membuat scenario bembelajaran di kelas dalam hal ini pembuatan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan materi yang

akan diajarkan

f. Membuat alat bantu atau media pengajaran.

g. Membuat lembar observasi untuk mengamati bagaimana kondisi belajar

mengajar ketika pelaksanaan berlangsung.

h. Membuat soal hasil belajar.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Pra Perlakuan

1. Memberikan penjelasan secara singkat dan menyeluruh kepada siswa

kelas V SDN131 Buntu Tangla Kecamatan Masalle Kabupaten

Enrekang. sehubungan dengan penelitian yang akan dilakukan.

2. Memberikan tes awal dengan menggunakan instrument tes (pretest)

untuk mengetahui hasil belajar sebelum menerapkan metode Resitasi

b. Perlakuan

1. Memberikan perlakuan dengan menerapkan metode Resitasi.

2. Memberikan tes akhir dengan menggunakan instrument tes yang di

berikan pada tes awal

3. Menganalisis Data Hasil Penelitian dan pelaporan

Setelah melakukan serangkain kegiatan penelitian, selanjutnya peneliti akan mengumpulkan semua data yang di perlukan untuk menganalisis data sesuai dengan prosedur. Data yang telah terkumpul menggunakan teknik analisis statistic deskriptif.

G. Teknik Analisis Data

“Menurut Miles dan Huberman Analisis data adalah tahap untuk

mengolah data diamana data yang diperoleh, dikerja dan dimanfaatkan untuk

menyimpulkan persoalan yang diajukan dalam menyusun hasl penelitian”.

1. Analisis Data Statistik Deskriptif

Untuk menganalisis data yang diperoleh dari hasil penelitian akan digunakan analisis statistik deskriptif dan inferensial. Data yang terkumpul berupa nilai pretest dan nilai posttest kemudian dibandingkan.Membandingkan kedua nilai tersebut dengan mengajukkan pertanyaan apakah ada perbedaan antara nilai yang didapatkan antara nilai pretest dengan nilai Posttest.Pengujian perbedaan nilai hanya dilakukan terhadap rata-rata kedua nilai saja, dan untuk keperluan itu digunakan teknik yang disebut dengan uji-t (t-test). Dengan demikian langkah- langkah analisis data eksperimen dengan model eksperimen One Group Pretest

Posttest Design adalah sebagai berikut:

f P  x100% (Arikunto, 2006: 306) N

Keterangan:

P : Persentase

f : Frekuensi yang dicaripersentase

N : Jumlahsubyek (sampel)

Guna memperoleh gambaran umum tentang rendahnya hasil belajar

IPSsiswa kelas V SDN131 Buntu Tangla Kecamatan Masalle Kabupaten

Enrekang.sebelum dan sesudah diberikan penggunaan metode Resitasi, maka untuk keperluan tersebut dilakukan perhitungan rata-rata skor peubah dengan rumus:

 Xi Me  N

Keterangan:

Me : Mean (rata-rata)

Xi : Nilai X ke i sampaike n

N : Banyaknya murid

Setelah rata-rata skor telah didapat, maka peneliti mengklasifikasikan hasil tersebut berdasarkan teknik kategorisasi standar yang ditetapkan oleh

Depdiknas (2006) yang dinyatakan sebagai berikut:

Tabel 3.4 Kategorisasi Standar Hasil Belajar

No Nilai Kategori

1 89 ˂ x ≤ 100 Sangat Tinggi

2 79 ˂ x ≤ 89 Tinggi

3 69 ˂ x ≤ 79 Sedang

4 59 ˂ x ≤ 69 Rendah

5 0 ≤ x ≤ 59 Sangat Rendah

Sumber:Tata Usaha Sekolah SDN131 Buntu Tangla

Hasil belajar siswa yang diarahkan pada penerapan hasil belajar secara individual.Kriteria seorang siswa dikatakan tuntas belajar apabila memiliki nilaiminimal 65 sesuai dengan KKM yang ditetapkan oleh pihak sekolah.

Kategorisasi ketuntasan hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel 3.5berikut :

Tabel 3.5Kriteria Ketuntasan Hasil Belajar (Kriteria Ketuntasan Minimum)

Nilai Kriteria Ketuntasan Hasil Belajar

< 70 Tuntas

≥ 70 Tidak Tuntas

Sumber: SDN131 Buntu Tangla

Sedangkan suatu kelas dikatakan tuntas secara klasikal apabila minimal 70

% dari jumlahsiswa telah mencapai Standar Ketuntasan Minimal (KKM).

2. Teknik Analisis DataStatistik Inferensial

Analisis inferensial merupakan statistik yang menyediakan aturan atau cara yang dapat dipergunakan sebagai alat dalam rangka mencoba menarik kesimpulan yang bersifat umum, dari sekumpulan data yang telah disusun dan diolah. Sugiyono (2013:209) menyatakan bahwa “statistik inferensial adalah teknik satistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberikan untuk populasi”.Teknik ini dimaksudkan untuk pengujian hipotesis penelitian.

Dalam penggunaan statistik inferensial ini peneliti menggunakan teknik statistik t (uji-t), dengan tahapan sebagai berikut :

푀푑 t= 2 푋 푑 푁(푁−1)

Sugiyono (2016:56)

Keterangan:

Md = Mean dari perbedaan pretest dan posttest

X1 = Hasil belajar sebelum perlakuan (pretest)

X2 = Hasil belajar setelah perlakuan (posttest)

D = Deviasi masing-masing subjek

푋2푑 = Jumlah kuadrat deviasi

N = Subjek pada sampel

Langkah-langkah dalam pengujian hipotesis adalah sebagai berikut :

a. Mencari harga “Md” dengan menggunakan rumus:

푑 Md= 푁

Keterangan:

Md = Mean dari perbedaan pretest dengan posttest

= Jumlah dari gain (posttest – pretest)

N = Subjek pada sampel.

b. Mencari harga “ 푋2푑” dengan menggunakan rumus:

푑 2 푋2푑 = 푑 − 푁

Keterangan :

푋2푑 = Jumlah kuadrat deviasi

= Jumlah dari gain (posttest – pretest)

N = Subjek pada sampel c. Mentukan harga t Hitung dengan menggunakan rumus:

푀푑 t = 2 푋 푑 푁 푁−1

Keterangan :

Md = Mean dari perbedaan pretest dan posttest

X1 = Hasil belajar sebelum perlakuan (pretest)

X2 = Hasil belajar setelah perlakuan (posttest)

D = Deviasi masing-masing subjek

푋2푑 = Jumlah kuadrat deviasi

N = Subjek pada sampel d. Menentukan aturan pengambilan keputusan atau kriteria yang signifikan

Kaidah pengujian signifikan :

1) Jika t Hitung> t Tabel maka Ho ditolak dan H1 diterima, berarti

penggunaan Metode Resitasi berpengaruh terhadap hasil belajar siswa

kelas V SDN 131 Buntu Tangla Kecamatan Masalle Kabupaten

Enrekang.

2) Jika tHitung< tTabel maka Ho diterima, berarti penggunaan Metode

Resitasi berpengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas V SDN 131

Buntu Tangla Kecamatan Masalle Kabupaten Enrekang.

Menentukan harga t Tabeldengan Mencari t Tabel menggunakan tabel

distribusi t dengan taraf signifikan 훼 = 0,05 dan 푑푘 = 푁 − 1. e. Membuat kesimpulan apakah penggunaan Metode Resitasi berpengaruh

terhadap hasil belajar siswa kelas V SDN131 Buntu Tangla Kecamatan

Masalle Kabupaten Enrekang.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil data penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dapat diuraikan dan dideskripsikan secara rinci hasil penelitian tentang pengaruh penggunaan metode Resitasiterhadap hasil belajar ips Siswa kelas V SDN131

Buntu Tangla Kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang.Untuk mengetahuipengaruh penggunaan Metode Resitasiterhadap hasil belajar ips Siswa kelas V SDN, terlebih dahulu perlu dianalisis tentang; (1) kemampuan belajar

Ilmu Pengetahuan Sosial pada siswa kelas V SDN 131 Buntu Tangla Kecamatan

Enrekang Kabupaten Enrekang, sebelum menggunakan Metode Resitasi (pretest) dan (2) kemampuan belajar Ilmu Pengetahuan Sosial pada siswa kelas V SDN131

Buntu Tangla Kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang, setelah menggunakan

Metode Resitasi(posttest). Hasil penelitian tersebut merupakan hasil kuantitatif yang dinyatakan dengan angka.

Penyajian yang bertujuan mengungkap kemampuan siswa tersebut, dapat diamati pada analisis berikut ini yang dikelompokkan ke dalam dua bagian, yaitu penyajian data pretest dan data posttest.

1. Deskripsi Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial pada Siswa Kelas V

SDN131 Buntu Tangla Kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang

Sebelum Metode Resitasi (Pretest)

Berdasarkan analisis data pretesthasil belajar Ilmu pengetahuan Sosial pada siswa kelas V SDN Buntu Tangla jumlah siswa 22 orang, maka diperoleh gambaran yaitu tidak ada siswa yang mampu memperoleh nilai 100 sebagai nilai 43 maksimal. Nilai tertinggi hanya 85 yang diperoleh 1 siswa dan nilai terendah adalah 50 yang diperoleh 10 siswa.

Berdasarkan hal tersebut, maka deskripsi yang lebih jelas dan tersusun rapi mulai dari nilai tertinggi menurun ke nilai terendah yang diperoleh siswa beserta frekuesinya dapat dilihat pada tabel 4.1. Selain itu, pada tabel 4.1 dipaparkan pula data secara umum tentang distribusi nilai, frekuensi, dan persentase hasil belajar

Ilmu Pengetahuan Sosialpada siswa kelas V SDN131 Buntu Tangla Kecamatan

Enrekang Kabupaten Enrekang

Kegiatan pre-test berlangsung pada hari Kamis tanggal 20 Juli 2017, pada.

Hasil pre-test mengenai hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) siswa kelas

V 131 Buntu Tangla disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 4.1.Distribusi Nilai, Frekuensi, dan Persentase hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial pada siswa kelas V SDN131 Buntu Tangla Kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang sebelum Metode Resitasi(pretest)

Frekuensi Persentase No. Nilai (f) (%)

1 85 1 4,54

2 75 1 4,54

3 70 1 4,54

4 50 10 45,4

5 43 4 18,16

6 35 2 9,08

7 20 3 13,62

Jumlah 22 100

Sumber : Hasil Instrumen Penelitian

Gambar 4.1 Grafik Nilai Pretest Siswa Kelas V

90

80

70

60 Nilai 50 Frekuensi 40 Persentase

30 20

10

0 1 2 3 4 5 6

Gambar 4.1 Grafik Nilai Pretest Siswa Kelas V

Kemudian berdasarkan presentase

EE

Sumber : Hasil Instrumen Penelitian

(4,54%) sampel yang mendapat nilai 85 berjumlah 1 orang

(4,54%) sampel yang mendapat nilai 75 berjumlah 1orang

(4,54%) sampel yang mendapat nilai 70 berjumlah 1 orang

(45,4%) sampel yang mendapat nilai 50 berjumlah 10 orang

(18,16%) sampel yang mendapat nilai 43 berjumlah 4 orang

(9,08%) sampel yang mendapat nilai 35 berjumlah 2 orang

(13,62%) sampel yang mendapat nilai 20 berjumlah 3 orang

Berdasarkan uraian tersebut, tampak bahwa perolehan nilai siswa berada pada rentang nilai 20 sampai dengan 85yang kemungkinan dapat diperoleh siswa.Berdasarkan perolehan nilai beserta frekuensinya dapat diketahui tingkat hasilbelajar Ilmu Pengetahuan Sosial pada siswa kelas V SDN 131 Buntu Tangla dengan melihat tabel 4.2 berikut ini.

Tabel 4.2 Klasifikasi Nilai Siswa Kelas V (Pretest)

Frekuensi Persentase No. Perolehan Nilai (f) (%)

1 Nilai 80 ke atas 1 4,54

2 Nilai 80 ke bawah 21 95,46

Jumlah 22 100

Sumber : Hasil Instrumen Penelitian

Berdasarkan tabel 4.2, maka dapat dikethui bahwa frekuensi dari persentasenilai hasilbelajar Ilmu Pengetahuan Sosial pada siswa kelas V SDN131

Buntu Tangla Kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang yaitu siswa yang mendapat nilai 80 ke atas sebanyak 1 orang (4,54%) dari jumlah sampel.

Sedangkan siswa yang mendapat nilai 80 ke bawah sebanyak 21 siswa (95,46%) dari jumlah sampel. Dengan demikian, dapat dikatakan hasilbelajar Ilmu

Pengetahuan Sosial pada siswa kelas V SDN 131 Buntu Tangla Kecamatan

Enrekang Kabupaten Enrekang sebelum menggunakan Metode Resitasi belum memadai karena nilai yang mencapai kriteria kemampuan siswa yaitu hanya mencapai 13,62% atau sebanyak 3 siswa.

2. Deskripsi Hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial pada siswa kelas V SDN

131 Buntu Tangla Kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang

Berdasarkan analisis data posttesthasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial pada siswa kelas V SDN 131 Buntu Tangla Kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang dengan jumlah siswa 22 orang, maka diperoleh gambaran yaitu ada 8siswa yang mampu memperoleh nilai 95 sebagai nilai maksimal dan nilai 70 yang diperoleh

3 siswa dan ada 2 siswa memperoleh nilai 54 di kategorikan tidak tuntas.

Berdasarkan hal tersebut, maka gambaran yang lebih jelas dan tersusun rapi mulai dari nilai tertinggi menurun ke nilai terendah yang diperoleh siswa beserta frekuesinya dapat dilihat pada tabel 4.3. Selain itu, pada tabel 4.3 dipaparkan pula data secara umum tentang distribusi nilai, frekuensi, dan persentase hasil belajar

Ilmu Pengetahuan Sosial pada siswa kelas V SDN131 Buntu Tangla Kecamatan

Enrekang Kabupaten Enrekang setelah menggunakan metode Resitasi.

Kegiatan post-test berlangsung pada hari Kamis tanggal 20 Juli 2017, pada. Hasil post-test mengenai hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) siswa kelas V SDN Buntu Tangla 2 disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 4.3 Distribusi Nilai, Frekuensi, dan Persentase hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial pada siswa kelas kelas V SDN131 Buntu Tangla Kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang sebelum menggunakan Metode Resitasi

Frekuensi Persentase No. Nilai (f) (%)

1 95 8 36,32

2 89 8 36,32

3 80 1 4,54

4 79 2 9,08

5 70 1 4,54

6 54 2 9,08

Jumlah 22 100

Sumber : Hasil Instrumen Penelitian

Gambar 4.2 Grafik Nilai Posttest Siswa Kelas V

100 90 80 70

60 50 Nilai Frekuensi 40 Persentase 30 20 10

0 1 2 3 4 5 6

Sumber : Hasil Instrumen Penelitian

(36,32) sampel yang mendapatkan nilai 95 berjumlah 8 orang

(36,32%) sampel yang mendapat nilai 89 berjumlah 8 orang

(4,54%) sampel yang mendapat nilai 80 berjumlah 1 orang

(9,08%) sampel yang mendapat nilai 79 berjumlah 2 orang

(4,54%) sampel yang mendapat nilai 70 berjumlah 1 orang

(9,08%) sampel yang mendapat nilai 54 berjumlah 2 orang

Berdasarkan uraian tersebut, tampak bahwa perolehan nilai siswa berada pada rentang nilai 54 sampai dengan 95 dari yang kemungkinan dapat diperoleh siswa. Berdasarkan perolehan nilai beserta frekuensinya dapat diketahui tingkat hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial pada siswa kelas V SDN131 Buntu Tangla

Kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang dengan melihat tabel 4.4 berikut ini.

Tabel 4.4 Klasifikasi Nilai Siswa Kelas V (Posttest)

Frekuensi Persentase No. Perolehan Nilai (f) (%)

1 nilai 80ke atas 1 90,8

2 nilai 80 ke bawah 21 9,08

Jumlah 22 100

Sumber : Hasil Instrumen Penelitian

Berdasarkan tabel 4.4 di atas, maka dapat diketahui bahwa frekuensi dari persentase nilai hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial pada siswa kelas V SD 131

Buntu Tangla Kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang setelah menggunakan

Metode Resitasi yaitu siswa yang mendapat nilai di atas 70 sebanyak 20 orang

(90,8%) dari jumlah sampel masih ada siswa yang mendapat nilai di bawah 70 sebanyak 2 orang (9,08%) dari jumlah sampel. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa hasilbelajar Ilmu Pengetahuan Sosial pada siswa kelas V SDN131 Buntu

Tangla Kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang menggunakan Metode Resitasi sudah cukup memadai karena20 siswa sudah smencapai kriteria yang ditetapkan, kemampuan siswa yaitu mencapai 90,08% dan 2 orang siswa masih belum mencapai kriteria yang di tetapkan yaitu nilai di bawah 70 (9,08%) maka dapat di simpulkan siswa berjumlah 22 orang, ada 2 siswa yang masih belum memenuhi standar KKN yang di tetapkan.

3. Analisis Data Pretest dan Posttest Pengaruh Penggunaan Metode

ResitasiTerhadap Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Siswa kelas V

SDN 131 Buntu Tangla Kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang.

Pada bagian ini, dipaparkan pengaruh penggunaan Metode Resitasi terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas V SDN131 Buntu

Tangla Kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang. Uraian pengaruh penggunaanMetode Resitasi terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas V SDN131 Buntu Tangla Kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Pengaruh tersebut diukur berdasarkan perolehan nilai pretest (sebelum tindakan) dan nilai posttest (setelah tindakan).Gambaran nilai pretest dan posttesthasilbelajar Ilmu Pengetahuan Sosial

pada siswa kelas V SDN 131 Buntu Tangla Kecamatan Enrekang Kabupaten

Enrekang.tampak pada tabel 4.5 (terlampir).

Berdasarkan tabel 4.5, maka dapat diketahui bahwa jumlah siswa kelas V

SDN 131 Buntu Tangla Kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang sebanyak 22 orang.Jumlah nilaipretest yang diperoleh adalah 142 dan jumlah nilai posttest yang diperoleh adalah 1888.Rentang antara nilai pretest dan posttest adalah 846 dan jumlah rentang antara nilai pretest dan posttest jika dikuadratkan adalah

39786.

Dalam penelitian ini hipotesis yang diajukan adalah “ada pengaruh penggunaan Metode Resitasi.Untuk mengetahui berpengaruh atau tidaknya penggunaan Metode Resitasi sebelum (pretest) dan setelah diberi perlakuan

(posttest) digunakan analisis Uji T (t-test) (terlampir). a. Menentukan/mencari harga Md (Mean dari perbedaan antara pre test dan post

test) (terlampir). b. Menentukan/mencari harga 푋2푑 (terlampir). c. Menentukan harga T Hitung (terlampir). d. Menentukan harga t Tabel(terlampir):

Untuk mencari t Tabel peneliti menggunakan tabel distribusi t dengan taraf signifikan α = 0,05 dan d.b. = N – 1 = 22 – 1 = 3,819 (terlampir).

Berdasarkan tabel t, maka diperoleh t0,05= 3,819.Setelah diperoleh t Hitung =

213,63isdan t Tabel = 3,819 maka t Hitung ≥ t Tabel atau 213,63≥ 3,819. Sehingga dapat dimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima.Ini berarti bahwa penggunaan

Metode Resitasi memiliki pengaruh terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan

Sosial pada siswa kelas V SD Moncobalang 2 Kecamatan Barombong Kabupaten gowa.

Dalam pengujian statistik, hipotesis ini dinyatakan sebagai berikut:

푯ퟎ : 풕풉풊풕풖풏품 ≤ 풕풕풂풃풆풍 lawan 푯ퟏ : 풕풉풊풕풖풏품 ≥ 풕풕풂풃풆풍

Berdasarkan nilai yang diuraikan, terlihat bahwa jumlah nilai dari posttest

(setelah perlakuan) lebih tinggi dibandingkan pretest (sebelum perlakuan) yang

diperoleh siswa kelas V SDN131 Buntu Tangla Kecamatan Enrekang Kabupaten

Enrekang.Hal ini dapat dilihat pada persentase yang diperoleh oleh siswa kelas V

SDN131 Buntu Tangla Kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang.setelah

perlakuan (posttest) lebih tinggi yakni mencapai 90,8%. Sedangkan persentase

yang diperoleh siswa kelas V SDN131 Buntu Tangla Kecamatan Enrekang

Kabupaten Enrekang sebelum perlakuan terlihat lebih rendah yakni hanya

mencapai 9,08% saja. Dengan demikian, penggunaan media pembelajaran power

point memiliki pengaruh terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa

kelas V SDN131 Buntu Tangla Kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Pada bagian ini diuraikan temuan yang diperoleh dari hasil analisis data penelitian tentang pengaruh penggunaan Metode Resitasi terhadap hasil belajar

Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas V SDN131 Buntu Tangla Kecamatan

Enrekang Kabupaten Enrekang.

Keberhasilan suatu proses pembelajaran dapat diukur berdasarkan ketercapaian kompetensi yang telah ditetapkan sejak awal kegiatan pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran perlu adanya interaksi antara dua belah pihak yaitu pengajar (guru) dan siswa. Tugas guru tidak hanya memberikan sejumlah informasi kepada siswa, tetapi mengusahakan agar konsep-konsep yang diajarkan dapat tertanam dalam ingatan siswa.Hal ini membuat siswa memandang pembelajaran IPS sebagai pembelajaran yang sulit diingat, materinya susah, cenderung membosankan bahkan siswa kurang termotivasi dalam mengikuti pembelajaran, sehingga berdampak pada hasil belajar yang kurang maksimal, karena siswa kurang memahami konsep dan materi-materi yang diajarkan oleh guru. Sebenarnya pembelajaran IPS dapat diajarkan dengan berbagai model, metode maupun media pembelajaran, agar mempermudah siswa dalam memahami pelajaran IPS.Salah satu usaha untuk mengakomodir kebutuhan siswa dalam kegiatan belajar mengajar IPS, guru hendaknya mampu membuat pembelajaran menjadi suatu hal yang menyenangkan dan memberikan dampak yang efektif pada siswa. Pembelajaran IPS dapat dikatakan sebagai proses kegiatan yang berkesinambungan dan berkelanjutan.

Proses pembelajaran IPS di kelas, siswa tidak jarang mendapatkan kesulitan yang menghambat kesuksesannya dalam belajar yang menyebabkan rendahnya hasil belajar seorang siswa. Misalnya terkadang seorang siswa mengalami kesulitan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan pada mata pelajaran tersebut. Hal ini bisa jadi disebabkan antara lain: ketidak mampuan seorang guru dalam memberikan pemahaman yang benar kepada siswa terhadap suatu

pelajaran, tingkat kerumitan mata pelajaran tersebut yang cukup tinggi serta faktor psikologis siswa itu sendiri.

Sudah barang tentu, banyak hal yang menyebabkan rendahnya nilai hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).Di antara yang menjadi penyebab rendahnya nilai itu bisa datang dari siswa, guru atau sarana dan prasarana belajar.Dari berbagai variabel dalam strategi pelaksanaan pendidikan di sekolah, variabel guru merupakan variabel yang paling dominan. Sayangnya, para guru tidak menyadari akan hal tersebut. Jika nilai siswa rendah, mungkin guru akan menyalahkan siswanya, karena malas belajar atau dianggap memiliki intelektualitas yang rendah. Guru tidak melakukan instropeksi diri, kegagalan seakan „dunia sudah kiamat‟, dan dibiarkan siswa tenggelam dalam nilai yang tidak signifikan.

Guru selalu berpandangan bahwa siswa belum atau tidak tahu apa-apa.

Apalagi dalam pembelajaran kajian sejarah, guru lebih banyak berceramah atau bercerita.Pandangan guru yang demikian, menyebabkan guru hanya mengeluarkan satu „jurus‟ saja, yaitu ceramah.Para guru memandang bahwa metode ceramah sangat efektif digunakan dalam pembelajaran IPS, karena sifat materinya yang dianggap hanya bersifat informatif.Sehingga pembelajaran di sekolah diwarnai oleh satu macam metode saja, yaitu metode ceramah.Metode ini dianggap oleh guru sangat efektif, karena materi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sifatnya informatif. Guru di kelas hanya bercerita, tentang sejarah, bebatuan, geologi, gunung atau apa saja yang berkaitan dengan kehidupan sosial tanpa melibatkan siswa berbicara, seakan siswa betul-betul masih kosong dan belum tahu apa-apa.

Karena proses belajar mengajar di dalam kelas, sangat dibatasi oleh ruang dan waktu. Oleh karena itu, untuk mengembangkan potensi dan menanamkan kognitif, afektif dan psikomotorik secara meyakinkan, tidak cukup hanya dengan proses belajar mengajar di dalam kelas, Oleh karena itu pula, kita harus mengembangkan proses belajar mengajar di luar kelas, salah satunya dengan memberikan tugas belajar di luar kelas.

Hasil penelitian terhadap 22 sampel menunjukkan bahwa terhadap subjek eksperimen pada saat pretest, secara umum menunjukkan bahwa nilai hasil belajar

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) masih sangat rendah yakni hanya 47,6% siswa yang memperoleh nilai tuntas atau hanya 3 orang saja. Adapun penyebab rendahnya hasil belajar IPS tersebut karna kurangnya motivasi belajar siswa, tidak adanya keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran, tidak adanya media pembelajaran serta pandangan guru yang beranggapan bahwa metode ceramah adalah metode paling tepat untuk digunakan dalam pembelajaran IPS karna materi pembelajaran IPS bersifat informatif.

Dengan penerapan metode ceramah secara terus-menerus menyebabkan siswa bosan atau bahkan enggan mengikuti kegiatan pembelajaran IPS, karna siswa berpendapat bahwa mereka tidak pernah dilibatkan dalam pembelajaran, guru hanya terus-terusan berceramah di depan kelas kemudian memerintahkan siswa untuk menyalin buku atau menulis hal-hal yang disampaikan oleh guru, begitu seterusnya sampai jam pelajaran usai. Untuk mencegah kebosana siswa dan meningkatkan keinginan belajar siswa maka perlu dilakukan pembaruan terhadap metode pembelajaran guru.Metode resitasi adalah metode yang cukup tepat untuk

diterapkan dalam pembelajaran apalagi dikombinasikan dengan model-model pembelajaran kooperatif yang menarik minat belajar siswa.

Metode resitasi merupakan metode penyajian bahan ajar dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar dan dilakukan dimana saja secara perorangan maupun perkelompok kemudian harus dipertanggungjawabkan. Metode ini sangat mudah diterapkan, pelaksanaannya dilaksanakan dalam 3 fase, yaitu: (1) Fase pemberian tugas, dimana tugas yang diberikan kepada siswa harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai serta ada petunjuk/sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa. (2) Fase pelaksanaan tugas, guru memberikan dorongan sehingga siswa mau bekerja serta menentukan tempat pelaksanaan pengerjaan tugas, dan (3) Fase mempertanggungjawabkan tugas, yaitu siswa menyampaikan laporan atas tugas yang telah dikerjakan secara lisan maupun tulisan dan guru melakukan penilaian dan memberikan apresiasi.

Hakikat metode resitasi adalah untuk mengembangkan potensi siswa dalam mencapai tujuan pendidikan. Metode resitasi ini harus didasarkan atas kegairahan siswa memenuhi tugas tersebut, menghindari terjadinya ketidakjujuran yang dilakukan siswa dalam memenuhi tugas tersebut, dan didasarkan atas pengembangan potensi siswa sesuai dengan tujuan pendidikan. Metode resitasi, bertujuan untuk merangsang siswa agar aktif belajar baik secara individu maupun kelompok. Alasan penggunaan metode resitasi yaitu agar siswa dapat belajar sendiri atau berkelompok mencari pengayaan atau sebagai tindak lanjut dari kegiatan sebelumnya.

Metode resitasi ini dapat dilaksanakan pada berbagai materi pelajaran terkhusus pada mata pelajaran IPS. Metode resitasi juga dapat mengembangkan kreatifitas dan meningkatkan keaktifan belajar siswa serta dapat melatih perilaku tanggung jawab, kemandirian dan kebersamaan siswa.

Dalam menerapkan metode pemberian tugas seperti dikemukakan di atas, guru hendaknya memahami bahwa suatu tugas yang diberikan kepada siswa minimal harus selalu disesuaikan dengan kondisi obyektif proses belajar mengajar yang dihadapi, sehingga tugas yang diberikan itu betul-betul bermakna dan dapat menunjang efektifitas pengajaran. Berbicara lebih jauh mengenai penerapan metode Resitasi, seringkali diterjemahkan oleh sebahagian orang hanya terkait dengan pekerjaan rumah yang diberikan kepada siswa.

Akan tetapi sebenarnya metode ini harus dipahami lebih luas dari pekerjaan rumah karena siswa dalam melakukan aktivitas belajarnya tidak mutlak harus dilakukan di rumah, melainkan dapat dilaksanakan di sekolah, di laboratorium atau di tempat-tempat lainnya yang memungkinkan untuk menyelesaikan tugas.Sehubungan dengan ini resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah, tetapi jauh lebih luas dari itu. Tugas bisa dilaksanakan di rumah, di sekolah, di perpustakaan, dan tempat lain. Tugas dan resitasi merangsang anak untuk aktif belajar diberikan secara individual atau dengan kelompok.

Penguasaan itu tidak harus selalu didiktekan oleh guru melainkan dapat berasal dari perencanaan kelompok, sehingga kelompok dapat membagi tugas kepada anggotanya secara baik menurut minat dan kemampuannya.Jelasnya

bahwa penguasaan yang diberikan kepada siswa harus selalu dirumuskan dengan seksama agar tugas itu tidak terlalu memberatkan siswa dan juga tidak membosankan.Ini tidak berarti bahwa tugas itu tidak boleh sukar. Bahkan senantiasa diharapkan menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan pemberian tugas yang menantang buat siswa

Hingga akhirnya terbukti bahwa metode resitasi memang tepat untuk diterapkan dalam pembelajaran IPS berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa setelah penerapan metode resitasi (post-test) dalam pembelajaran IPS nilai hasil belajar siswa mengalami peningkatan drastis yakni 86,6% siswa memperoleh nilai berdasarkan standar KKM, ini menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar IPS siswa setelah penggunaan metode resitasi. Hal ini menandakan bahwa hipotesis penelitian ini diterima karna hipotesis yang diajukan adalah ada pengaruh penggunaan metode resitasi terhadap hasil belajar siswa

Kelas V SDN Moncobalang 2 Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa

1. Hasil Penelitian Sebelum Menggunakan Metode Resitasi

Fenomena menunjukkan bahwa pada tes pertama (pretest), siswa mengalami berbagai kendala sehingga berdampak pada hasil belajar siswa.Tampak sebagian siswa mengalami kebingungan, hanya tinggal diam, dan kurang bersemangat. Menurutnya, hanya melakukan kegiatan duduk, diam, mendengar, mencatat,, sehingga kurang menarik minat dan membosankan yang akhirnya membuat siswa mudah lupa terhadap konsep yang telah diberikan.

Menurut peneliti, siswa mengalami kesulitan karena guru jarang menggunakan media sekalipun disekolah terdapat perangkat media namun tidak terbiasa untuk melibatkan siswa dalam melakukan percobaan sehingga keterampilan siswa dan guru kurang, seperti perhatian siswa, tidak semua siswa fokus dalam memperhatikan penjelasan karena suasana pembelajaran yang kurang kondusif, sebab dilaksanakan pada jam terakhir selain itu komunikasi antara siswa dan guru yang kurang baik, disertai rasa malu-malu bertanya.

Fenomena yang dialami siswa terhadap hasil belajar padapretesttentunya berdampak negatif terhadap nilai akhir yang diperoleh. Dapat diketahui bahwa frekuensi dan persentase hasil belajar siswa kelas V SDN131 Buntu Tangla

Kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang padapre-test belum memadai. Dapat dinyatakan bahwa frekuensi dan persentase hasil belajar siswa kelas V SDN131

Buntu Tangla Kecamatan Enrekang Kabupaten Enrekang pada pre-test, yaitu siswamendapat nilai di atas 70 sebanyak 1 orang (7,4%) dari jumlah sampel, sedangkan siswa yang mendapat nilai di bawah 70 sebanyak 22 orang (95,46%) dari jumlah sampel. Hal tersebut menunjukkan bahwa perolehan nilai siswa di atas 70 sudah mencapai standar yang ditetapkan oleh sekolah dan SKBM sekolah yang mencapai 7,4% atau sebanyak 1 orang.

2. Hasil Penelitian Setelah Menggunakan Metode Resitasi

Fenomena menunjukkan bahwa siswa kurang mengalami kendala sehingga berdampak pada hasil belajar siswa, tampak semua siswa bersemangat dalam

belajar. Menurutnya, mudah memahami pembelajaran dengan menggunakan

Metode Resitasi sehingga segala yang diharapkan dari guru mudah dipahami.

Fenomena lain yang tampak yaitu ketika siswa mampu mengemukakan pendapatnya serta mampu menjawab pertanyaan berdasarkan indikator pencapaian hasil belajar. Hal ini mengindikasikan bahwa Metode Resitasi cocok digunakan dalam pembelajaran IPS.

Fenomena yang dialami siswa pada hasil belajar tersebut setelah menggunakan Metode Resitasi tentunya berdampak positif terhadap nilai akhir yang diperoleh. Dapat diketahui bahwa frekuensi dan persentase keterampilan belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa setelah menggunakan Metode Resitasi dikategorikan memadai. Dapat dinyatakan bahwa frekuensi dan persentase hasil belajar siswa kelas V SDN131 Buntu Tangla Kecamatan Enrekang Kabupaten

Enrekang setelah menggunakan Metode Resitasi, yaitu siswa yang mendapat nilai di atas 70 sebanyak 20 orang (90,8%) dari jumlah sampel ada siswa yang mendapat nilai di bawah 70 sebanyak 2 orang(9,08%) dari jumlah sampel. Hal tersebut menunjukkan bahwa perolehan nilai siswa di atas 70 sudah mencapai standar yang ditetapkan oleh sekolah dan SKBM sekolah yang menuntut pencapaian 65%. Tingkat persentase keberhasilan tersebut dicapai oleh siswa, yaitu 20 siswa yang sudah memenuhi standar KKNmemperoleh nilai di atas 70

(90,8%).

Pengaruh penggunaan Metode Resitasiterhadap hasil belajarIlmu

Pengetahuan Sosial siswa kelas V SDN 131 Buntu Tangla Kecamatan Enrekang

Kabupaten Enrekang, maka tampak pula hasil perhitungan uji t. Perbandingan

hasil kemampuan pretest dan posttest menunjukkan bahwa nilai 푡ℎ𝑖푡푢푛𝑔 sebanyak

213,63> nilai푡푡푎푏푒푙 3,819. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis penelitian yang diajukan diterima.Jadi, Metode Resitasi cocok diterapkan dalam meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas V SDN131 Buntu Tangla Kecamatan Enrekang

Kabupaten Enrekang.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Metode Resitasi cocok diterapkan dalam meningkatkan hasil belajar IPS yang dilihat dari hasil ulangan harinya dari

22 siswa hanya 16 siswa yang telah mencapai KKM yaitu nilai di atas 70 dan 6 siswa masih di bawah nilai KKM yaitu 65. Hal ini juga tampak pada nilaipre-test yang diperoleh siswa sebelum menggunakan Metode Resitasi yang belum mencapai standar keberhasilan belajar, yaitu hanya mencapai 47,3% atau sebanyak 3siswa yang mendapat nilai 70 ke atas.

Setelah menggunakan Metode Resitasi, terhadap hasil belajar IPS dikategorikan memadai dengan 20 siswa mampu memperoleh nilai di atas 70

(90,8%). Karena dapat kita liat dari hasil pre-test siswa sebelum menggunakan

Metode Resitasi belum mencapai standar keberhasilan belajar, yaitu hanya mencapai 47,3% atau sebanyak 3 siswa yang mendapat nilai 70 ke atas. Dan dapat kita simpulkan bahwa Pengaruh penggunaan Metode Resitasicocok diterapkan dalam meningkatkan hasil belajar IPS, diketahui pula berdasarkan perhitungan uji t. Perbandingan hasil kemampuan pretest dan posttest menunjukkan bahwa nilai 푡ℎ𝑖푡푢푛𝑔 sebanyak 213,63> t Tabel = 3,819. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis penelitian yang diajukan diterima.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka implikasi dari kesimpulan tersebut dikemukakan saran sebagai berikut:

1. Bagi guru, diharapkan sesering mungkin menggunakan metode resitasi dalam

proses pembelajaran agar lebih meningkatkan hasil belajar siswa terkhusus

pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

2. Diharapkan kepada siswa agar dapat menerima segala jenis tugas yang

diberikan oleh guru karena ini dilakukan guru semata-mata untuk

meningkatkan kualitas dan hasil belajar bukan untuk menyiksa atau

menyusahkan siswa.

3. Bagi peneliti selanjutnya, disarankan untuk meneliti variabel-variabel lain

seperti metode pembelajaran lain, model pembelajaran, media pembelajaran,

fasilitas belajar, ruang belajar, gaya belajar dan lain-lain yang dapat

mempengaruhi hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

4. Bagi Sekolah, Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk

peningkatan proses pembelajaran siswa sehingga dapat meningkatkan potensi

siswa dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran

DAFTAR PUSTAKA

Arif Tiro, Muhammad. 2008. Dasar-dasar Statistika. Makassar: Andira Publisher

Alwi, H. 1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi 1 Cetakan ke-4. Jakarta: BalaiPustaka.

Cahyani,Riana.2010.PembelajaranIPSKreatif.Jakarta:BalaiPustaka

Dimyanti dan mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineca Cipta.

Ersugianto. Moch Ali. 2004.Penggunaan Metode Resitasi atau Pemberian Tugas Untuk meningkatkan Pemahaman Siswa dalam Pembelajaran IPS di Kelas V SD Negeri Baros Kota Cimahi .

Hamdayama. Jumanta. 2014 Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter,Ghalia Indonesia.Bogor.

Huda, Miftahul. 2016.Modul-ModulPengarandanPembelajaran. Yogyakarta: Pusaka Pelajar Indranata, Iskandar 2008 Pendekatan Kualitatif Untuk Pengendalian Kualitas Penerbit.Universitas Indonesia(UI-Press).Jakarta

Munthe.(2007). DesainPembelajaran.Yogyakarta :PustakaInsanMadani. Nur, M. 2000. Strategi Strategi Belajar. Surabaya: PustakaSetia Sanjaya, Wina. 2008. KurikulumdanPembelajaranTeoridanPraktikPengembanganKurikulumTin gkat SatuanPendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Sapriya.2012.PendidikanIPS.Bandung:PT.RemajaRosdakaryaGulo,W.2002.Strate giBelajarMengajar.Jakarta:Grasindo

Sudjana, 2010. Dasar-dasarProses BelajarMengajar. Bandung: SinarBaruAlgasindo

Susanto.2013. TeoriBelajardanPembelajarandi SekolahDasar. Jakarta:KencanaPrenadaMediaGroup

Sugiyono. 2016. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta SugonoDendy, dkk.2008. Kamus Bahasa Indonesia SekolahDasar. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta Slamet. 2010. BelajardanFaktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:

RinekaCipta.

Syamsuri, A. Sukri, dkk. 2014. PedomanPenulisanSkripsi.Panrita Press Unismuh Makassar: Makassar.

Trianto.2007.MendesainModel PembelajaranInovatif-Progresif: Konsep, Landasan,danImplementasinyapadaKurikulumTingkat SatuanPendidikan(KTSP).Jakarta:Kencana

Yabadan Johara Nonci. 2009. Buku Ajar Materi Pendidikan IPS di SD. Makassar:UniversitasNegeri Makassar.

Yusuf dkk.(1993). Konsep Dasar dan Pengelolaan Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: Andira Rahmawati, Ai. 2013.Pengertian Pendidikan.IPS dan Pendidikan IPS(Online),(http://bahanbelajar. Pgsd.blogspot.com, diakses 12 Juni 2017, pukul 10.50 WITA)

Rusyanti, Hesti. 2012. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial(Online),(http://teoriku.blogspot.in, diakses 29 juni 2017,pukul 17.30 WITA)Teori Makalah. Pengertian IPS.

Tim Penyusun, 2016. PedomanPenulisanSkripsi. Universitas Muhammadiyah Makassar

LAMPIRA

N

Lampiran

LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA

Nama Sekolah : SDN 131 Buntu Tangla Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas/Semester : V/I Pengamat : Nurdiana Acong (Peneliti)

Petunjuk Pengisian: Amatilah hal-hal yang menyangkut aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung, kemudian isilah lembar pengamatan dengan prosedur sebagai berikut: 1. Pengamatan dilakukan kepada siswa sejak guru memulai pembelajaran. 2. Pengamatan aktivitas siswa untuk kategori dalam aktivitas kelompok dilakukan pada saat kegiatan siswa (kerjasama) dalam kelompok dilaksanakan.

Kategori Aktivitas Siswa Adapun kategori yang diamati dalam aktivitas siswa adalah sebagai berikut: 1. Siswa yang hadir pada saat proses pembelajaran berlangsung. 2. Siswa yang mendengarkan/memperhatikan penjelasan pada saat proses pembelajaran. 3. Siswa yang aktif mengerjakan LKS. 4. Siswa yang aktif menjawab pada proses tanya jawab. 5. Siswa yang berani mempresentasikan hasil kerjanya. 6. Siswa yang memberikan bantuan kepada teman kelompoknya. 7. Siswa yang melakukan perilaku yang tidak relevan dengan kegiatan belajar mengajar (seperti: melamun, berjalan-jalan, mengganggu teman, dll).

Jumlah Siswa Aktif pada

No. Aktivitas Siswa Pertemuan ke- Rata-rata %

1 2 3 4 5 6

Siswa yang hadir pada saat proses 1. 21 22 20 21 0,94 94 pembelajaran berlngsung.

Siswa yang memperhatikan P 2. penjelasan pada P 19 20 20 21 0,88 88 saat proses O R pembelajaran. S E Siswa yang aktif 3. 20 21 20 21 T 0,90 90 mengerjakan LKS.

Siswa yang aktif T 4. menjawab pada 4 7 - - T 0,07 7 E proses tanya jawab E S Siswa yang S 5. 3 - - 4 0,03 3 mengajukan diri . T T Siswa yang memberikan bantuan kepada 6. 3 4 4 5 0,17 17 teman yang mengalami kesulitan.

Siswa yang melakukan kegiatan di luar skenario pembelajaran (tidak 7. memperhatikan 2 3 3 2 0,07 7 penjelasan guru, mengantuk, mengganggu teman, keluar dan masuk ruangan tanpa izin)

Makassar, Agustus 2018

Observer

(Nurdiana Acong)

Lamiran 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Sekolah :SDN 131 Buntu Tangla Mata Pelajaran : IPS Kelas/Semester : V/I Alokasi Waktu : 2 X 35 menit ( 2x Pertemuan ) . Standar Kompetensi 1. Menghargai berbagal peninggalan dan sejarah yang berskala nasional pada masa Hindu-Budha, dan Islam, keragaman kenampakan alam dan suku bangsa serta kegiatan ekonomi di Indonesia Kompetensi Dasar 1.1 Mengenal makna peninggalan-peninggalan sejarah yang berskala nasional dan masa Hindu-Budha, dan Islam di Indonesia Indikator Menjelaskan makna peninggalan sejarah peninggalan kerajaan Hindu,Budha dan Islam di Indonesia\ Tujuan Pembelajaran Siswa dapat Mengenal makna peninggalan-peninggalan sejarah yang berskala nasional dan masa Hindu-Budha, dan Islam di Indonesia v Karakter s: Karakter iswa yang diharapkan Disiplin ( Discipline ), Rasa hormat dan perhatian (respect ), Tekun (diligence ) , Jujur ( fairnes ) dan Ketelitian (carefulness) Materi Pokok Makna peninggalan-peninggalan sejarah yang berskala nasional dan masa Hindu- Budha, dan Islam di Indonesia

Metode Pembelajaran  Metode Resitasi  Tanya jawab

Langkah-Langkah Pembelajaran (Pertemuan 1 dan 2) Pertemuan 1 dan 2  Kegiatan awal Mengajak semua siswa berdoa sesuai dengan agama, presensi, apersepsi dan kepercayaan masing-masing, untuk mengawali pelajaran. Memberikan motivasi dan menjelaskan tujuan pembelajaran  Kegiatan inti A. Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru: . Menjelaskan dan menyusun daftar peninggalan sejarah yang bercorak Hindu-Budha dan Islam di Indonesia . Menjelaskan daftar peninggalan sejarah yang bercorak Hindu- Budha dan Islam di Indonesia . Menjelaskan dan menceritakan beberapa peninggalan sejarah yang bercorak Hindu-Budha dan Islam dl Indonesia . Menjelaskan cara-cara melestarikan dan memberi makna peninggalàn yang berskala nasional dan masa Hindu-Budha dan Islam di Indonesia . melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan . memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan. B. Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru: . memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis; . memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut; . memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif; . memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar; . memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok; . memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok; . memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan; . memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik. C. Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi, guru: . Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa . Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan  Kegiatan Penutup Dalam kegiatan penutup, guru: . bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran;

. melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram; . memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; . merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik; Alat Dan Sumber Bahan  Alat Peraga : Gambar candi borobudur, candi prambanan, masjid  Sumber : Buku IPS kelas V Buku yang relevan Penilaian

Indikator Pencapaian Teknik Bentuk Instrumen/ Soal Kompetensi Penilaian Instrumen § Menyusun daftar peninggalan Tertulis Uraian Jelaskan pening- sejarah yang bercorak Hindu-Budha galan sejarah yang dan Islam yang ada di Indonesia berskala nasional dari § Membuat daftar peninggalan sejarah masa Hindu- Budha, yang bercorak Hindu-Budha dan dan Islam di Indonesia Islam yang ada di Indonesia § Menceritakan peninggalan sejarah yang bercorak Hindu-Budha dan Islam yang ada di Indonesia § Melestarikan peninggalan sejarah yang bercorak Hindu-Budha dan Islam yang ada di Indonesia

Format Kriteria Penilaian

& PRODUK ( HASIL DISKUSI ) No. Aspek Kriteria Skor 1. Konsep * semua benar 4 * sebagian besar benar 3 * sebagian kecil benar 2 * semua salah 1

& PERFORMANSI No. Aspek Kriteria Skor 1. Pengetahuan * Pengetahuan 4 * sebagian Pengetahuan 2 * bukan Pengetahuan 1 2. Sikap * Sikap 4 * kadang-kadang Sikap 2 * bukan Sikap 1

Lembar Penilaian

Performan Jumlah No Nama Siswa Produk Nilai Pengetahuan Sikap Skor 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Materi Ajar

Peninggalan Sejarah dari Masa Hindu-Buddha dan Islam di Indonesia.

Sejak dahulu, di kepulauan Nusantara terdapat banyak kerajaan.Berbagai macam corak budayamewarnai kerajaan-kerajaan tersebut.Ada yang bercorak Hindu, Buddha ataupun Islam.Kerajaan-kerajaan tersebut mempunyai peninggalan sejarah masing-masing. Dapatkah kalian menyebutkannya?Selain beberapa peninggalan sejarah, terdapat juga beberapa tokoh sejarah pada masa tersebut. Tahukahkalian tokohtokoh tersebut? Untuk memahaminya marilah kita simak pembahasan berikut!

A. Peninggalan Sejarah Kerajaan Hindu di Indonesia Tahukah kalian dari mana asal nenek moyang bangsa Indonesia?Bagaimana mereka mengenalagama?Marilah kita simak bagaimana asal ceritanya.Pada mulanya, nenek moyang kita belummengenal agama.Mereka menganut kepercayaan animisme dan dinamisme.Keduanya tidak diketahuimana yang lebih dulu ada.Animisme adalah kepercayaan pada roh-roh halus, sedangkan dinamismeadalah kepercayaan pada benda-benda yang dianggap mempunyai kekuatan gaib.Sampai akhirnyalahir agama Hindu dan Buddha. Agama Hindu- Buddha masuk ke Indonesia dibawa oleh para pedagangdari India dan Cina.Agama Hindu mengenal adanya Tri Murti, yaitu Brahma sebagai pencipta alam, Dewa Wisnusebagai pemelihara alam, dan Dewa Syiwa sebagai perusak alam. Kitab agama Hindu adalah Weda.Didalam tata kehidupan, masyarakat Hindu menganut tingkatan yang disebut kasta. Ada empat kasta,yaitu kasta brahmana (kaum ahli agama), kasta ksatria (golongan raja dan bangsawan), kasta waisya(pedagang), dan kasta sudra (rakyat biasa dan budak). Kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia dan peninggalan sejarahnya, antara lain sebagai berikut.

1. Kerajaan Kerajaan Kutai adalah kerajaan Hindu tertua di Indonesia.Kerajaan ini berdiri pada tahun 400Masehi.Raja pertamanya adalah Kudungga, kemudian digantikan Aswawarman.Raja terkenal dariKutai adalah Mulawarman. Mulawarman memuja Dewa Syiwa, maka ia beragama Hindu. PeninggalanKerajaan Kutai adalah Prasasti Kutai yang terpahat pada tiang batu yang disebut yupa yang ditemukandi aliran Sungai Mahakam, Timur.Prasati tersebut ditulis dengan huruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta.Prasasti tersebut menceritakan tentang Raja Mulawarman yang baik budi.Padamasa pemerintahannya rakyat hidup sejahtera

dan makmur.Prasasti ini dibuat untuk memperingatiRaja Mulawarman yangtelah menghadiahkan 20.000 ekor sapi pada Brahmana.Selain itu, peninggalan sejarah dari Kutai yanglain adalah arca-arca yang terbuat dari perunggu dan emas.

2. Kerajaan Tarumanegara Kerajaan Tarumanegara adalah kerajaan Hindu tertua di Jawa. Letaknya di Bogor, Jawa Barat.Berdiri pada tahun 450 Masehi. Rajanya yang terkenal bernama Purnawarman. Purnawarman memujaDewa Wisnu, maka ia menganut agama Hindu.Peninggalan sejarah berupa tujuh prasasti yang ditulis dalam bahasa Sanskerta menggunakanhuruf Pallawa, di antaranya Prasasti Ciaruteun (terdapat jejak telapak kaki Purnawarman), PrasastiKebon Kopi, Prasasti Jambu, Prasasti Muara Cianten, Prasasti Tugu, Prasasti Pasir Awi, dan Prasasti Lebak. Peninggalan sejarah yang lain adalah irigasi dari Sungai Gomati, arca Wisnu Cibuaya Idan II, dan arca Rajarsi. Mata pencaharian sebagian besar penduduk adalah sebagai petani, peternak,nelayan, dan pedagang. Raja Purnawarman berhasil membuat saluran air untuk mengairi lahan pertanian dan mencegah banjir.

3. Kerajaan Mataram Kerajaan Mataram terletak di daerah Yogyakarta. Raja yang pertama adalah Raja Sanna,kemudian digantikan oleh Raja Sanjaya. Kerajaan ini dikenal dari sebuah prasasti di desa Canggal, barat Magelang.Prasasti ini tertulis tahun 732 Masehi.Ditulis dengan huruf Pallawa dan dalam bahasaSanskerta.Prasasti ini menceritakan tentang didirikannya sebuah lingga Syiwa di atas sebuah bukit diKuncarakunja oleh Raja Sanjaya.Wilayah kekuasaannya mencapai pulau Jawa dan Bali.

4. Kerajaan Kediri Kerajaan Kediri terletak di tepi sungai Brantas, Jawa Timur, beribu kota di Daha. Raja yang pernah memerintah Kerajaan Kediri adalah Bameswara, Jayabaya, Sarweswara, Aryyeswara, Gandra,Kameswara, dan Kertajaya. Raja Bameswara memerintah tahun 1115 – 1130.Ia dikenal sebagai RadenPanji Asmarabangun dan permaisurinya Sri Kiranavatu atau Dewi Candra Kirana. Ia menetapkanlambang kerajaan berupa Candrakapala (tengkorak bertaring). Kisah perjalanan hidup tersebut ditulisoleh Mpu Darmaja dalam kitab Smaradahana.Kediri mencapai puncak kejayaan pada masa Jayabaya yang terkenal dengan ramalannya. Karyasastra dan pujangga yang terkenal adalah Mpu Sedah dan Mpu Panuluh dengan Kitab Bharatayuda,Kitab Hariwangsa, dan Kitab Gatutkacasraya. Peninggalan sejarah Kerajaan Kediri, antara lain PrasastiPandeglang, Prasasti Penumbangan, Prasasti Hantang, Prasasti Talan, Prasasti Jepun, Prasasti

Kahyunan, Prasasti Weleri, Prasasti Angin, dan Prasasti Semanding. Selain itu juga ada KitabSmaradahana, Bharatayudha, Hariwangsa, Gatotkacasraya, dan Sumanasantaka.Raja Kediri yangterakhir adalah Kertajaya yang memerintah

sampai tahun 1222 Masehi.Kertajaya dikalahkan oleh RajaKen Arok, yang menandai berakhirnya kekuasaan Kediri. 5. Kerajaan Singasari Kerajaan Singasari terletak di Tumapel, Malang, Jawa Timur.Didirikan oleh Ken Arok tahun1222 setelah mengalahkan Raja Kertajaya Kediri.Ken Arok dinobatkan Brahmana sebagai penjelmaanDewa Wisnu yang menunjukkan Singasari adalah kerajaan Hindu.Kisah Ken Arok tertulis di dalamKitab Pararaton.Ken Arok memerintah sampai tahun 1227. Raja-raja yang pernah berkuasa antara lainSri Rajasa Sang Amurwahbumi (Ken Arok), Anusapati (1227 – 1248 M), Tohjaya (1248 M),Ranggawuni (1248 – 1268 M) dan Kertanegara (1268 – 1292 M).

Singasari mencapai puncak kejayaan pada masa Kertanegara.Ia pernah mengirimkan tentara keMelayu dalam usaha memperluas wilayah. Wilayah kekuasaannya mencapai Pahang, Melayu,Kalimantan Barat, Maluku, dan Bali. Pengiriman tentara ini dikenal dengan istilah Ekspedisi Pamalayu.Pada masa pemerintahannya, Raja Kubilai Khan dari Cina pernah menyerang Kerajaan Singasari.Kertanegara tewas dalam serangan Jayakatwang dari Kediri. Peninggalan sejarah Kerajaan Singasariantara lain Candi Singasari (makam Kertanegara), Candi Kidal (makam Anusapati), Candi Jago, CandiKangenan (makam Ken Arok), dan Candi Katang Lumbang (makam Tohjaya).

6. Kerajaan dan Peranan Gajah Mada Kerajaan Majapahit terletak di selatan Sungai Brantas yang berpusat di Trowulan, Mojokerto.Didirikan oleh Raden Wijaya tahun 1294, yang bergelar Kertarajasa Jayawardhana.Raden Wijayaadalah keturunan dari Kertanegara yang dibunuh oleh Jayakatwang. Atas bantuan Wiraraja dariMadura, ia dipercaya Jayakatwang dan dihadiahi tanah di Hutan Tarik, kemudian diberi namaMajapahit. Kertarajasa memerintah dengan bijaksana sampai wafatnya tahun 1309 M, kemudiandigantikan oleh Jayanegara. Semasa pemerintahan Jayanegara,keadaan menjadi kacau dan seringterjadi pemberontakan, seperti pemberontakan Ranggalawe (1309), pemberontakan Sora (1311), pemberontakan Nambi (1316), dan pemberontakan Kuti (1319). Pada tahun 1328, Jayanegara wafatdan digantikan oleh adiknya yaitu Bhre atau dikenal dengan gelar Tribhuwana TunggadewiJayawisnuwardhani.Pada tahun 1350, beliau turun tahta dan digantikan oleh putranya yaitu HayamWuruk.Puncak kejayaan Kerajaan Majapahit adalah semasa Raja Hayam Wuruk dan patihnya GajahMada.Haya Wuruk artinya ayam muda, karena naik tahta pada waktu usianya masih muda (umur 16tahun) dan bergelar Rajasanegara.Cita-cita Gajah Mada ingin mempersatukan wilayah Nusantaradiucapkan dalam Sumpah Amukti Palapa.Gajahmada seorang ahli hukum, dia menyusun Kitab Kutara Manawa, yang berisi tentang tata pemerintahan dan perang.Gajah Mada wafat tahun 1364 M danHayam Wuruk wafat pada tahun 1389 M. Kerajaan Majapahit mendapat sebutan sebagai kerajaanmaritim dan agraris.Selain itu, disebut sebagai Kerajaan Nusantara.Wilayah Kerajaan Majapahitmeliputi Nusantara ditambah Tumasik (Singapura) dan Semenanjung Melayu.Kehancuran KerajaanMajapahit

disebabkan oleh adanya perang Paregreg (perang saudara).Peninggalan sejarah Majapahit berupa karya sastra dan candi. Karya sastra yang dihasilkannya, di antaranya Kitab Negarakertagama(Mpu Prapanca), Kitab Arjunawiwaha (Mpu Kanwa), Kitab Sutasoma (Mpu Tantular). Adapun Candiyang ditinggalkan antara lain Candi Panataran (Blitar), Candi Sumberjati, Candi Sawentar, Candi Tikusdi Trowulan, Candi Jabung, Candi Tigawangi, dan Candi Surawana (Kediri).

B. Peninggalan Sejarah Kerajaan Buddha di Indonesia Agama Buddha lahir di India sesudah agama Hindu. Kitab suci agama Buddha adalah Tripitaka(tiga keranjang) yang diajarkan oleh Sidharta Gautama putra Raja Syudodana di Kapilawastu. KataBuddha berarti orang yang sudah suci budinya dan sangat besar kebijaksanaannya.Kerajaan diIndonesia yang bercorak Buddha adalah Kerajaan Kaling dan Kerajaan Sriwijaya. 1. Kerajaan Kaling Kerajaan Kaling atau Holing terletak di daerah Jawa Tengah. Hal ini berdasarkan berita dari Cina, yaitu Dinasti Tang (618-906).Dari sumber tersebut, pada tahun 647 M, kerajaan ini diperintah oleh Ratu Simo (Sima) dan rakyat hidup makmur.Pada tahun 664 M, seorang pendeta Buddha dariCina yang bernama Hwining datang ke Kaling.Selama tiga tahun di Kaling, ia menerjemahkan KitabBuddha Hinayana.Peninggalan sejarah berupa prasasti terdapat di Desa Tukmas di kaki gunungMerbabu.Prasasti tersebut bertuliskan tahun 650 M dan ditulis menggunakan huruf Pallawa dalam bahasa Sanskerta. 2. Kerajaan Sriwijaya Kerajaan Sriwijaya berdiri pada abad ke-7 dengan raja pertama Sri Jayanegara dan berpusat diPalembang, Sumatera Selatan (Muara Sungai Musi).Sriwijaya mengalami zaman keemasan pada saatdiperintah oleh Raja Balaputradewa, putera dari Samaratungga dari Jawa pada abad ke-9. WilayahSriwijaya meliputi hampir seluruh , Jawa Barat, Kalimantan Barat, dan Semenanjung Melayu.Oleh karena itu, Sriwijaya disebut Kerajaan Nusantara pertama. Sriwijaya dikenal sebagai kerajaanmaritim, pusat pendidikan dan penyebaran agama Buddha, dan sebagai pusat perdagangan. a. Dikenalsebagai kerajaan maritim karena mempunyai angkatan laut yang tangguh dan wilayah perairan yangluas. Karena begitu luas wilayahnya, maka Sriwijaya disebut sebagai Kerajaan Nusantara pertama. b. Dikenal sebagai pusat pendidikan penyebaran agama Buddha, dengan bukti catatan I-tsing dari Cina pada tahun 685 M, yang menyebut Sriwijaya dengan She-le-fo-she. Bukti yang kedua adalah Sakyakirtidan Dharmapala dari India, seorang guru agama Buddha yang terkenal.Banyak pula pemuda Sriwijayayang dikirim ke Perguruan Tinggi Nalanda (India) untuk belajar agama Buddha. c. Dikenal sebagai pusat perdagangan karena Palembang sebagai jalur perdagangan nasional dan internasional. Banyak kapal yang singgah sehingga menambah pemasukan pajak.Peninggalan sejarah berupa Candi MuaraTakus dan bangunan tempat suci Biara Bakal, serta prasasti yang ditulis dengan huruf Pallawa berbahasa Melayu Kuno. Ada lima buah prasasti, yaitu Prasasti Kedukan Bukit (605 M ), PrasastiTalang Tuo (684 M), Prasasti Telaga Batu (ketiga prasasti tersebut ditemukan di dekat Palembang),Kota Kapur di Pulau Bangka (686 M),

Karang Berahi di Jambi (686 M).Keruntuhan Sriwijaya disebabkan oleh faktor dari dalam dan dari luar negeri. Pada tahun 1025, Sriwijaya diserbu RajaColamandala dari India Selatan dan Raja Sanggrama Wijayatunggawarman ditawan.Kemudian, tahun1275 M, Singasari menyerang Kerajaan Sriwijaya dan tahun 1277 M, Kerajaan Majapahit jugamenyerang Kerajaan Sriwijaya.

C. Peninggalan Bangunan Bersejarah yang Bercorak Hindu-Buddha :

1. Candi Borobudur Candi Borobudur adalah bangunan bercorak Buddha.Candi ini adalah tempat ibadah agamaBuddha terutama untuk peringatan Waisak yang dipimpin oleh biksuni dan biksu.Borobudur berasaldari kata biara dan budur, yaitu biara di budur.Dirancang oleh Gunadharma. Borobudur dibangun olehRaja Samaratungga tahun 825 M. Bentuknya ada sepuluh tingkatan yang dikelompokkan menjadi tigayaitu, Kamadathu, Rupadhatu, dan Arupadhatu

Letak Candi Borobudur di daerah Muntilan, Magelang, Jawa Tengah.Di atas bukit yangdikelilingi bukit Manoreh membentang dari barat ke timur.Di sebelah timur adalah Gunung Merapidan Merbabu, di sebelah barat adalah Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro dan di sebelah timur tenggara adalah pertemuan Sungai Progo dan Sungai Elo. Pemugaran candi dilaksanakan dua kali,yaitu pada tahun 1907–1911 di bawah pimpinan Th. Van Erp dari Belanda, dan tahun 1973–1983 yangmendapat bantuan dari UNESCO dengan utusannya Dr. Coremans dari Belgia. Ia meneliti bahwa air hujan adalah penyebab utama kerusakan Candi Borobudur. Candi Borobudur merupakan salah satukejaiban dunia. 2. Candi Mendut Candi Mendut merupakan candi Buddha yang didirikan oleh Raja Indra tahun 824 M. Letaknyadi sebelah timur Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.Di dalam Candi Mendut terdapat tiga patungn Buddha, yaitu Cakyamurti yang duduk bersila, Avalokiteswara, dan Maitrya. 3. Candi Kalasan Berdasarkan Prasasti Kalasan, Candi Kalasan didirikan pada tahun 778 M oleh keluargaSailendra sebagai bangunan suci Dewi Tara. Dewi Tara adalah istri dari Buddha.Di dalam canditerdapat arca Dewi Tara yang terbuat dari perunggu. 4. Candi Prambanan Candi Prambanan bercorak Hindu, didirikan oleh Rakai Pikatan dari Wangsa Sanjaya.Menurutcerita rakyat, Candi Prambanan dibuat oleh Bandung Bandawasa pada abad ke-9.Candi Prambananditemukan pada masa penjajahan Belanda oleh C.A. Louis tahun 1733 M. Candi Prambanan terletak di perbatasan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan JawaTengah.Tepatnya sebagian berada di desa Bokoharjo, Sleman, Yogyakarta dan sebagian kecil berada diwilayah Klaten Jawa Tengah.Bentuknya dibagi menjadi tiga halaman yaitu luar, tengah, dan pusat.Candi Prambanan disebut sebagai Candi . Di halaman dalam atau pusat, terdapat CandiSiwa, Candi Wisnu, Candi Nandi, Area Ganesha, Area Durga Mahisa

Suramardini (Roro Jonggrang),Arca Brahma dan relief cerita Krisna. Di halaman tengah terdapat 224 Candi Perwana kecil berjajar empat deret, yang mengelilingi candi utama. Deret pertama 68 buah, kedua 60 buah, ketiga 52 buah, dan keempat 44 buah. Di halaman luar tidak terdapat candi satu pun. Perawatan dan renovasi telahdilaksanakan sebanyak enam kali, yaitu sebagai berikut. a. Tahun 1885 pembersihan candi olehIzerman. b. Tahun 1902 – 1953 pemugaran Candi Syiwa diresmikan Presiden Soekarno. c. Tahun 1954 – 1959 penyelesaian Candi Perwana. d. Tahun 1977 – 1987 pemugaran Candi Brahma. e. Tahun 1982 – 1991 pemugaran Candi Wisnu. f. Tahun 1991 – 1993 pemugaran Candi Wahana, Candi Kelir, danCandi Sudut.

D. Peninggalan Sejarah Kerajaan Islam di Indonesia Peninggalan sejarah yang bercorak Islam, yaitu adanya kerajaan-kerajaan Islam.Islam masuk keIndonesia dibawa oleh pedagang Arab, Persia, dan Gujarat (India). Kerajaan-kerajaan Islam diIndonesia antara lain sebagai berikut. 1. Samudera Pasai Samudera Pasai terletak di Lhoksumawe, Aceh.Berdiri pada abad ke-13 dan merupakankerajaan Islam pertama di Indonesia dengan raja pertama Marah Silu yang bergelar Sultan Malik Al-Saleh. Raja yang pernah memerintah antara lain Sultan Malik Al-Saleh, Sultan Malik At-Tahir, SultanMalik At-Tahir II dan Sultan Zaenal Abidin.Masa kejayaan Kerajaan Samudera Pasai adalah pada saat diperintah oleh Sultan Malik At-Tahir IIdengan bukti, Samudera Pasai menjadi pusat perdagangan dan penyebaran agama Islam. Menurutketerangan Marcopolo dari Venesia, Samudera Pasai berasal dari pusat kerajaan yang dulunya diSamudera kemudian dipindahkan ke Pasai. Selain itu, Ibnu Batutah dari Kesultanan India juga berkunjung ke Samudera Pasai dan ia mengejanya menjadi Sumatrah. Itu yang menjadi nama PulauSumatra sampai sekarang. Peninggalan sejarah Kerajaan Samudera Pasai adalah mata uang emas danmakam Raja Malik Al-Saleh di Gedong Aceh Utara.Tahun 1510 – 1530, Portugis datang danmenguasai Samudera Pasai. Para pedagang Islam mencari pelabuhan baru yaitu Aceh.Batu Aceh, Merupakan bentuk batu nisan yang pertama dan paling khas dikembangkan dalam IslamIndonesia Awal. Batu nisan tertua adalah nisan Sultan Malik Al-Salih dari Pasai berangka tahun 1297. 2. Kerajaan Aceh Kerajaan Aceh terletak di tepi Selat Malaka yang berpusat di Kutaraja, Banda Aceh.Berdiri pada abad ke-16 dengan raja pertama Sultan Ali Mughayat Syah (1514 – 1528).Karena Sultan AliMughayat Syah wafat diganti putranya Salahudin (1530 – 1537). Karena Salahudin tidak cakap,kemudian digantikan adiknya yaitu Alaudin Riayat Syah yang bergelar Al Qohhar. Sultan Alaudin pernah bekerja sama dengan Turki di Istambul. Sekitar 40 perwira Turki melatih tentara danmengajarkan cara membuat meriam di Aceh. Ia memerintah tahun 1537 – 1568 M. Setelah wafat,digantikan putranya Husain. Husain tewas dalam perang saudara sehingga digantikan oleh Ali Riayat Syah.

Raja terkenal dari Aceh yang membawa ke zaman keemasan adalah Sultan Iskandar Muda(1607 – 1636). Ia berhasil menaklukkan Johor, Pahang, dan Kedah. Sepeninggal Sultan Iskandar Muda,digantikan Sultan Iskandar Thani. Pujangga terkenal dari Aceh antara lain Hamzah Fausuri, SyamsudinSumatrani, Nurudin ar Raniri, dan Abdurrouf Singkel. Para ulama inilah yang berhasil menerjemahkanAlquran dalam bahasa Melayu. 3. Kerajaan Demak Kerajaan Demak terletak di muara Sungai Bintoro, Demak, Jawa Tengah.Berdiri pada abad ke-16dengan raja pertama Raden Patah (Panembahan Jimbun atau Pate Radim).Setelah wafat, kemudiandigantikan putranya yaitu Adipati Unus (Pangeran Sabrang Lor) yang memerintah dari tahun 1518-1521.Setelah wafat, kemudian digantikan Sultan Trenggono.Demak mengalami kejayaan pada masa Sultan Trenggono. Sepeninggal Sultan Trenggono, KerajaanDemak kacau karena adanya perebutan kekuasaan. Akhirnya, menantu Sultan Trenggono yaituAdiwijaya (Jaka Tingkir) berkuasa di Demak.Sejak itu pusat pemerintahan dipindahkan ke Pajang pada tahun 1568. Peninggalan sejarah Kerajaan Demak, antara lain Masjid Agung Demak yangdidirikan tahun 1478 oleh Walisongo, saka tatal (Tiang masjid), bedug dan kentongan, pintu bledegatau petir buatan Ki Ageng Selo, dampar kencana (tempat duduk raja) dan piring Campa 61 buah, pemberian Ibu Raden Patah yaitu Puteri Campa. Penyebaran agama Islam di Jawa dibantu oleh para wali. Karena jumlah wali tersebut ada sembilan orang, maka disebut Walisongo.Sembilan wali tersebutadalah sebagai berikut. a. Sunan Giri (Raden Paku atau Raden Ainul Yakin) b. Sunan Ampel (RadenRahmat) c. Sunan Bonang (Raden Maulana Makhdum Ibrahim) d. Sunan Drajat (Raden KosimSyarifudin) e. Sunan Muria (Raden Umar Syaid) f. Sunan Kalijaga (Raden Syahid) g. Sunan Gresik (Raden Maulana Malik Ibrahim) h. Sunan Kudus (Raden Jakfar Sadiq) i. Sunan Gunung Jati (Fatahillahatau Raden Syarief Hidayatullah). 4. Kerajaan Banten dan Cirebon Kerajaan Banten dan Cirebon didirikan oleh Fatahillah atau Syarif Hidayatullah atau SunanGunung Jati, panglima Kesultanan Demak.Tahun 1526, Fatahillah berhasil merebut Sunda Kelapa dariPortugis dan tanggal 22 Juni 1527 diubah namanya menjadi Jayakarta (Jakarta).Tahun 1552, Bantendiserahkan kepada putranya Pangeran Hassanudin dan Cirebon diberikan ke Pangeran Pasarean. Banten mengalami kejayaan pada masa Sultan Ageng Tirtayasa (1651 – 1680) yang gugur melawan Belanda. Peningalan sejarah Kerajaan Banten dan Cirebon antara lain Masjid Agung Banten,meriam Ki Amok dan gapura sebagai pintu gerbang di Kerajaan Banten. 5. Kerajaan Ternate – Tidore Kerajaan Ternate dan Tidore terletak di Sampalu, Ternate dan Pulau Tidore di Maluku Utara.Berdiri pada abad ke-16 dengan raja pertama Sultan Zainal Abidin (1486-1500). Raja terkenal Ternateadalah Sultan Hairun dan Sultan Baabullah yang gigih melawan dan mengusir Portugis dari Maluku(1536 – 1583). Hasil utama Kerajaan Ternate dan Tidore adalah cengkih dan pala.Tidore didirikan olehSultan Mansur.Raja Tidore yang terkenal adalah Sultan Nuku.

6. Kerajaan Gowa-Tallo Kerajaan Gowa-Tallo terletak di Somba Opu, Makassar, Selatan.Raja Gowa bergelar Daeng, dan Raja Tallo bergelar Karaeng. Raja Gowa Daeng Manrabia (Sultan Alaudin) dan Raja Talloyaitu Karang Matoaya (Sultan Abdullah Awalul Islam) menyatakan penggabungan dua kerajaanmenjadi dwi tunggal. Raja terkenal dari Gowa-Tallo adalah Hasanudin (1653 – 1669), karenaketegasannya Belanda menjuluki Sultan Hasanudin dengan sebutan Ayam Jantan dari Timur. Peninggalan sejarah Kerajaan Gowa-Tallo antara lain Rumah raja Gowa, Kapal Pinishi danKapal Layar Kora-kora. Kehancuran Gowa-Tallo adalah karena penghianatan Raja Arupalaka dariBone.Belanda berhasil mengalahkan Sultan Hassanudin dengan memaksanya menandatanganiPerjanjian Bongaya tahun 1667. E. Tokoh-tokoh Sejarah pada Masa Hindu, Buddha, dan Islam Di Indonesia : 1. Raja Mulawarman Raja Mulawarman adalah raja dari kerajaan Hindu pertama di Indonesia, yaitu Kerajaan Kutai.Selama masa pemerintahannya, rakyat Kerajaan Kutai hidup makmur dan sejahtera.Ia seorang pemeluk agama Hindu yang taat dan menyembah Dewa Siwa. 2. Raja Purnawarman Raja Purnawarman merupakan raja yang terkenal dari Kerajaan Tarumanegara.Beliau jugadikenal sebagai raja yang bijaksana.Purnawarman memeluk agama Hindu dan menyembah DewaWisnu. 3. Raja Hayam Wuruk Raja Hayam Wuruk adalah raja Majapahit yang paling terkenal.Beliau bergelar Rajasanegara. Padamasa pemerintahannya dengan didampingi oleh Patih Gajah Mada, Majapahit mencapai kejayaannyadan menguasai seluruh wilayah Nusantara, ditambah Tumasik (Singapura) dan Semenanjung Malaya . 4. Raja Balaputradewa Raja Balaputradewa merupakan raja yang terkenal dari Kerajaan Sriwijaya.Beliau berhasilmembawa Kerajaan Sriwijaya mencapai kejayaannya dan dikenal sebagai kerajaan maritim dan pusat perdagangan di Asia Tenggara. Kerajaan Sriwijaya juga dikenal sebagai pusat pendidikan dan penyebaran agama buddha. 5. Sultan Iskandar Muda Sultan Iskandar Muda memerintah Kerajaan Aceh pada tahun 1607 -1636. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Aceh mencapai puncak kejayaannya dan memiliki wilayah kekuasaanhingga ke Semenanjung Malaya .Tata pemerintahan masyarakat Aceh yang dikembangkan oleh SultanIskandar Muda masih berlaku hingga sekarang. Beliau wafat pada tahun 1636 . 6. Sultan Agung Hanyokrokusumo Sultan Agung Hanyokrokusumo adalah raja Kerajaan Mataram.Beliau dilahirkan di Yogyakarta pada tahun 1591.Beliau tidak senang dengan kekerasan Belanda yang telah merajalela dan menguasaiJakarta. Pada tahun 1628, Sultan Agung mengirim tentara Mataram untuk menyerang Batavia (Jakarta)namun gagal karena senjatanya tidak lengkap. Pada tahun 1629, Sultan Agung kembali menyerangBatavia, namun usahanya kembali gagal.

7. Sultan Ageng Tirtayasa Sultan Ageng Tirtayasa dilahirkan di Banten pada tahun 1631. Pada waktu kecil, ia bernamaAbdul Fath Abdulfatah. Rakyat Banten diperintahkan untuk menyerang Belanda secara gerilya.Padatahun 1655, dua buah kapal dagang Belanda berhasil dirusak oleh rakyat Banten.Akibatnya, hubunganantara Banten dan Belanda menjadi tegang.Belanda mulai menjalankan politik adu domba.Pada tahun1680, pecahlah perang antara Sultan Ageng Tirtayasa dengan Belanda yang dibantu Sultan Haji. Padatahun 1683, Sultan Ageng tertangkap dan dipenjarakan di Jakarta. Pada tahun 1692, Sultan AgengTirtayasa meninggal dunia dalam penjara.Jasadnya dimakamkan di dekat Masjid Agung Banten. 8. Sultan Hasanuddin Sultan Hasanudin adalah raja Kerajaan Gowa Tallo (Makasar). Beliau dilahirkan di Makasar pada tahun 1631 dengan nama Muhammad Bakir. Pada masa pemerintahannya, ia berusaha merangkulraja-raja kecil di Indonesia Timur untuk menentang Belanda. Pada tahun 1660, terjadi perang antaraGowa dengan Belanda.Karena pengkhianatan Raja Aru Palaka dari Bone, Sultan Hasanudin kalah dariBelanda. Karena keberaniannya menentang Belanda, ia dijuluki ‘Ayam Jantan dari Timur’.

Soal Pree test

MATA PELAJARAN : IPS

KELAS: 5 (Lima)

NAMA : Nilai :

II. Isilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban yang benar!

1. Kerajaan-kerajaan di Indonesia yang mendapat pengaruh dari agama Hindu dan Budha adalah.... 2. Peninggalan kerajaan yang pernah ada di Indonesia, antara lain .... 3. Agama Islam masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan dari para pedagang dari .... 4. Kerajaan Islam di Indonesia disebut .... 5. Contoh Kesultanan di Indonesia adalah .... 6. Kerajaan tertua di Indonesia adalah . . . . 7. Kerajaan yang terletak di Bogor adalah . . . . 8. Kerajaan Bali didirikan oleh Dinasti . . . . 9. Raja Bali yang terkenal adalah . . . . 10. Kerajaan Pajajaran dari daerah Pakuan Bogor dipindahkan ke daerah . . . . Kunci jawaban

1. Kerajaan Kutai, , Singasari, Sriwijaya dan Majapahit 2. Candi Prambanan, Borobudur, Mendut 3. India dan Mesir 4. kesultanan 5. Samudra Pasai, Malaka, Banten, Ternate Tidore dan Gowa Tallo

6. Kerajaan tertua di Indonesia ada 3 versi, yaitu pertama, Kutai, kedua Tarumanegara, ketiga Salakanegara 7. Kerajaan yang terletak di Bogor adalah Kerajaan Tarumanegara 8. Kerajaan Bali didirikan oleh Dinasti Warmadewa 9. Raja yang terkenal di Bali berasal dari Dinasti Warmadewa, yaitu Raja Sri Candrabayasinga (tahun 959 M - 989 M), Raja Udayana, dan Raja Anak Wungsu (1049 M - 1077 M) 10. Kerajaan Pajajaran berdiri pada tahun 1333 Masehi. Pertama kalinya, kerajaan ini terletak di daerah Pakuan Bogor kemudian dipindahkan ke daerah Kawali Ciamis

Soal Pree test

MATA PELAJARAN : IPS

KELAS: 5 (Lima)

NAMA : Nilai :

II. Isilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban yang benar!

1. Tuliskan 4 prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara! 2. Sebutkan 2 bagian Kerajaan Medang Kamulan! 3. Mengapa Kesultanan Aceh menjadi berkembang dan menjadi pusat penyebaran agama Islam? 4. Mengapa Kerajaan Sriwijaya mengadakan perluasan wilayah kekuasaan? 5. Tuliskan isi Prasasti Butak! 6. Prasasti Astana Gede merupakan peninggalan Kerajaan ? 7. Prasasti Tuk Mas adalah peninggalan Kerajaan ? 8. Letak Kerajaan Sriwijaya di daerah ? 9. Ratu Sima adalah pemimpin Kerajaan ? 10. Prasasti Telaga Batu merupakan peninggalan Kerajaan ?

Kunci jawaban

1. Peninggalan Kerajaan Tarumanegara, antara lain: 1) Prasasti Ciaruteun, 2) Prasasti Pasir Koleangkak, 3) Prasasti Kebon Kopi, 4)

Prasasti Tugu, 5) Prasasti Pasir Awi, 6) Prasasti Muara Cianten, 7) Prasasti Cidanghiang 2. 2 bagian Kerajaan Medang Kamulan adalah daerah Nganjuk sebelah barat dan Pasuruan sebelah selatan 3. Kesultanan Aceh mulai berkembang setelah kesultanan Malaka dikuasai oleh bangsa Portugis dan para pedagang Islam tidak datang lagi ke Malaka. Selain menjadi pusat perdagangan, Kesultanan Aceh juga menjadi pusat penyebaran agama Islam. 4. Kerajaan Sriwijaya mengadakan perluasan wilayah kekuasaan karena untuk menguasai perdangangan. 5. Prasasti Butak (1294), isinya tentang keruntuhan Kerajaan Singasari dan perjuangan Raden Wijaya mendirikan Kerajaan Majapahit. 6. Peninggalan Kerajaan Tarumanegara, antara lain: 1) Prasasti Ciaruteun, 2) Prasasti Pasir Koleangkak, 3) Prasasti Kebon Kopi, 4) Prasasti Tugu, 5) Prasasti Pasir Awi, 6) Prasasti Muara Cianten, 7) Prasasti Cidanghiang 7. 2 bagian Kerajaan Medang Kamulan adalah daerah Nganjuk sebelah barat dan Pasuruan sebelah selatan 8. Kesultanan Aceh mulai berkembang setelah kesultanan Malaka dikuasai oleh bangsa Portugis dan para pedagang Islam tidak datang lagi ke Malaka. Selain menjadi pusat perdagangan, Kesultanan Aceh juga menjadi pusat penyebaran agama Islam. 9. Kerajaan Sriwijaya mengadakan perluasan wilayah kekuasaan karena untuk menguasai perdangangan. 10. Prasasti Butak (1294), isinya tentang keruntuhan Kerajaan Singasari dan perjuangan Raden Wijaya mendirikan Kerajaan Majapahit.

Lampiran 2

DAFTAR NILAI KELAS V SDN 131 BUNTU TANGLA MELALUI METODE RESITASI (PRE-TEST) No. Nama L/P Nilai Keterangan

1. Nurhikmah P 35 TidakTuntas

2. Muh Ridwan R L 20 TidakTuntas

3. Nanda Pratiwi P 20 TidakTuntas

4. Fitriani P 50 TidakTuntas

5. Fitriana P 43 TidakTuntas

6. Muh Alif L 50 TidakTuntas

7. Muh Ridwan M L 43 TidakTuntas

8. Mugirati Aisyah P 70 Tuntas

9. Mutmainnah P 50 TidakTuntas

10. Salwa Latifah P 50 TidakTuntas

11. Andika L 20 TidakTuntas

12. Nadiah P 60 TidakTuntas

13. Sultasri P 50 TidakTuntas

14. Adrian L 50 TidakTuntas

15. Zulvahlevi L 50 TidakTuntas

16. Rangga L 75 Tuntas

17. Muh Hasbir L 85 Tuntas

18. Muh Nasrul L 50 TidakTuntas

19. Aswar Rayan L 43 TidakTuntas

20. Abd Rahman L 35 TidakTuntas

21. Bayu Firdaus L 50 TidakTuntas

22. Sunarti P 43 TidakTuntas

Sumber : Hasil Instrumen Penelitia

Lampiran 3

DAFTAR NILAI KELAS V SDN 131 BUNTU TANGLA MELALUI METODE RESITASI (POST-TEST) No. Nama L/P Nilai Keterangan

1. Nurhikmah P 95 Tuntas

2. Muh Ridwan R L 89 Tuntas

3. Nanda Pratiwi P 70 Tuntas

4. Fitriani P 95 Tuntas

5. Fitriana P 89 Tuntas

6. Muh Alif L 95 Tuntas

7. Muh Ridwan M L 89 Tuntas

8. Mugirati Aisyah P 79 Tuntas

9. Mutmainnah P 54 TidakTuntas

10. Salwa Latifah P 95 Tuntas

11. Andika L 89 Tuntas

12. Nadiah P 95 Tuntas

13. Sultasri P 54 TidakTuntas

14. Adrian L 95 Tuntas

15. Zulvahlevi L 89 Tuntas

16. Rangga L 89 Tuntas

17. Muh Hasbir L 95 Tuntas

18. Muh Nasrul L 89 Tuntas

19. Aswar Rayan L 95 Tuntas

20. Abd Rahman L 79 Tuntas

21. Bayu Firdaus L 80 Tuntas

22. Sunarti P 89 Tuntas

Sumber : Hasil Instrumen Penelitian

Lampiran 4

DAFTAR NILAI KELAS V SDN 131 BUNTU TANGLA MELALUI METODE RESITASI(PRE-TEST& POST-TEST)

No Nama L/P Pre-test Post-test

1. Nurhikmah P 35 95

2. Muh Ridwan R L 20 89

3. Nanda Pratiwi P 20 70

4. Fitriani P 50 95

5. Fitriana P 43 89

6. Muh Alif L 50 95

7. Muh Ridwan M L 43 89

8. Mugirati Aisyah P 70 79

9. Mutmainnah P 50 54

10. Salwa Latifah P 50 95

11. Andika L 20 89

12. Nadiah P 60 95

13. Sultasri P 50 54

14. Adrian L 50 95

15. Zulvahlevi L 50 89

16. Rangga L 75 89

17. Muh Hasbir L 85 95

18. Muh Nasrul L 50 89

19. Aswar Rayan L 43 95

20. Abd Rahman L 35 79

21. Bayu Firdaus L 50 80

22. Sunarti P 43 89

Jumlah 1042 1888

RATA-RATA 47,36 85,81

Sumber : Hasil Instrumen Penelitian

Lampiran 5

DAFTAR HADIR SISWA KELAS V SDN131 BUNTU TANGLA KECAMATAN MASALLE KABUPATEN ENREKANG

Pertemuan Ke- No. Nama L/P I II III IV V VI

1. Nurhikmah P √ √ √ - √ √

2. Muh Ridwan R L √ √ √ √ √ √

3. Nanda Pratiwi P √ - √ √ √ √

4. Fitriani P √ √ √ √ √ √

5. Fitriana P √ √ √ √ √ √

6. Muh Alif L √ √ √ √ √ √

7. Muh Ridwan M L √ √ √ √ √ √

8. Mugirati Aisyah P √ - √ √ √ √

9. Mutmainnah P √ √ √ √ √ √

10. Salwa Latifah P √ √ √ √ √ √

11. Andika L √ √ √ √ √ √

12. Nadiah P √ √ √ √ √ √

13. Sultasri P √ √ √ √ √ √

14. Adrian L √ √ √ √ √ √

15. Zulvahlevi L √ √ √ √ √ √

16. Rangga L √ √ √ - √ √

17. Muh Hasbir L √ √ √ √ - √

18. Muh Nasrul L √ √ √ √ √ √

19. Aswar Rayan L √ √ √ √ √ √

20. Abd Rahman L √ √ √ √ √ √

21. Bayu Firdaus L √ √ √ √ √ √

22. Sunarti P √ √ √ √ √ √

Lampiran 6

DistribusiNilaiPretestdanPosttest Metode ResitasiSiswa Kelas V SDN 131 Buntu Tangla Kecamatan Masalle Kabupaten Enrekang

Perolehan Nilai Gain (d) Subjek 풅ퟐ Pretes Postes Postes – Pretes

1 2 3 4 5

1 35 95 60 3600

2 20 89 69 4761

3 20 70 50 2500

4 50 95 45 2025

5 43 89 46 2116

6 50 95 45 2025

7 43 89 46 2116

8 70 79 9 81

9 50 54 4 16

10 50 95 45 2025

11 20 89 69 4761

12 60 95 35 1225

13 50 54 4 16

14 50 95 45 2025

15 50 89 39 1521

16 75 89 14 196

17 85 95 10 100

18 50 89 39 1521

19 43 95 52 2704

20 35 79 44 1936

21 50 80 30 900

22 43 89 46 2116

n = 22 1042 1888 푑 =846 푑2 =39786

Sumber : Hasil Instrumen Penelitian

Lampiran 7

MenentukanHargaMd Perolehan Nilai Gain (d) Subjek Pretes Postes Postes – Pretes

1 2 3 4

1 35 95 60

2 20 89 69

3 20 70 50

4 50 95 45

5 43 89 46

6 50 95 45

7 43 89 46

8 70 79 9

9 50 54 4

10 50 95 45

11 20 89 69

12 60 95 35

13 50 54 4

14 50 95 45

15 50 89 39

16 75 89 14

17 85 95 10

18 50 89 39

19 43 95 52

20 35 79 44

21 50 80 30

22 43 89 46

n = 22 1042 1888 푑 =846

풅 ퟖퟒퟔ 푴풅 = = = ퟑퟖ,45 푵 ퟐퟐ

Lampiran 8 Menentukan/MencariHarga 푿ퟐ풅

Mencariharga “ 푋2푑” dengan menggunakan rumus:

푑 2 푋2푑 = 푑2 − 푁

846 2 = 39786 − 22

715716 = 39786 − 22

= 39786 − 32532,54

= 7253,46

ퟐ Jadi, 푿 d = 7253,46

MenentukanHarga T Hitung:

푀푑 846 846 846 푡 = = = = = 213,63 푋2푑 3,96 7253,46 15,7 푁 (푁−1) 22 × 21

t = 213,63

Lampiran 9

TabelDistribusi T d.b. Tingkat Signifikansi

DuaSisi 20% 10% 5% 2% 1% 0,2% 0,1%

SatuSisi 10% 5% 2,5% 1% 0,5% 0,1% 0,05% 1 3,078 6,314 12,706 31,821 63,657 318,309 636,619 2 1,886 2,920 4,303 6,965 9,925 22,327 31,599 3 1,638 2,353 3,182 4,541 5,841 10,215 12,924 4 1,533 2,132 2,776 3,747 4,604 7,173 8,610 5 1,476 2,015 2,571 3,365 4,032 5,893 6,869 6 1,440 1,943 2,447 3,143 3,707 5,208 5,959 7 1,415 1,895 2,365 2,998 3,499 4,785 5,408 8 1,397 1,860 2,306 2,896 3,355 4,501 5,041 9 1,383 1,833 2,262 2,821 3,250 4,297 4,781 10 1,372 1,812 2,228 2,764 3,169 4,144 4,587 11 1,363 1,796 2,201 2,718 3,106 4,025 4,437 12 1,356 1,782 2,179 2,681 3,055 3,930 4,318 13 1,350 1,771 2,160 2,650 3,012 3,852 4,221 14 1,345 1,761 2,145 2,624 2,977 3,787 4,140

15 1,341 1,753 2,131 2,602 2,947 3,733 4,073

16 1,337 1,746 2,120 2,583 2,921 3,686 4,015

17 1,333 1,740 2,110 2,567 2,898 3,646 3,965

18 1,330 1,734 2,101 2,552 2,878 3,610 3,922

19 1,328 1,729 2,093 2,539 2,861 3,579 3,883

20 1,325 1,725 2,086 2,528 2,845 3,552 3,850

21 1,323 1,721 2,080 2,518 2,831 3,527 3,819

KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

(KEGIATAN PEMBUKA)

(PROSES BELAJAR MENGAJAR )

(MENJELASKAN MATERI)

(MENYURUH SISWA MEMBACAKAN MATERI )

(PELAKSANAAN PRETEST)

(PELAKSANAAN POSTEST)

RIWAYAT HIDUP

Nurdiana Acong, dilahirkan di Enrekang, Kecamatan Masalle,

Kabupaten Enrekang pada tanggal 07 Desember 1994. Anak

kelima dari enam bersaudara dari pasangan Acong dengan

Nurhayati. Penulis memulai pendidikannya di SDN 131 Buntu

Tangla danlulus pada tahun 2007, Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikanya di SMP Negeri 7 Alla, dan lulus pada tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri Anggeraja, dan lulus pada tahun

2013.

Pada tahun 2014 penulismelanjukan pendidikan tinggi di Universitas

Muhammadiyah Makassar dengan mengambil jurusan Pendidikan Guru Sekolah

Dasar (PGSD) S1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dan Pada tahun

2018,peneliti menyelesaikan studi dengan karya ilmiah yang berjudul “Pengaruh

Metode Resitasi Terhadap Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SD Negeri

131 Buntu Tangla Kecamatan Masalle Kabupaten Enrekang.

Dalam hasil penelitian yang mengambil sampel pada siswa kelas V berkaitan dengan proses pembelajaran IPS siswa dengan menggunakan metode

Resitasi. frekuensi dan persentase nilai hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 131

Buntu Tangla Kecamatan Masalle di Kabupaten Enrekang pada pre-test, yaitu siswa mendapat nilai di atas 70 sebanyak 8 siswa dengan persentase

(34,78%)sedangkan siswa yang mendapat nilai di bawah 70 sebanyak 15 siswa dengan persentase (65,22%) dari jumlah sampel sebanyak 21 siswa kelas V SD

Negeri 131 Buntu Tangla Kecamatan Masalle di Kabupaten Enrekang.